• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Daur Optimal Hutan Normal Jati (Kasus di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penentuan Daur Optimal Hutan Normal Jati (Kasus di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur)"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN DAUR OPTIMAL HUTAN NORMAL JATI

(Kasus di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur)

GRACE TRI APRILINA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penentuan Daur Optimal Hutan Normal Jati (Kasus di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

4

ABSTRAK

GRACE TRI APRILINA. Penentuan Daur Optimal Hutan Normal Jati (Kasus di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur). Dibimbing oleh SUDARSONO SOEDOMO.

Perum Perhutani adalah Badan Usaha Milik Negara yang mengelola hutan negara di Pulau Jawa. Jenis tanaman utama yang dikelolanya adalah jati. Penelitian ini bertujuan menentukan daur optimal hutan normal kelas perusahaan jati (Tectona grandis L.f) dengan menggunakan analisis finansial dengan metode NPV (Net Present Value). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tabel Tegakan Normal Jati Wolff von Wulfing, harga jual kayu jati, biaya pengelolaan hutan, luas dan kerapatan bidang dasar (KBD) hutan jati KPH Nganjuk Perhutani Unit II Jawa Timur tahun 2005. Daur dipilih ketika NPV bernilai maksimal. NPV dihitung dengan persamaan berikut, [ - - ] . Dengan menggunakan suku bunga 2.5 %, luas 13,710.8 ha, dan biaya pengelolaan Rp2 450 451 per ha, hasilnya adalah daur optimal tidak ditemukan.

Kata kunci: daur optimal, jati, NPV, Perhutani.

ABSTRACT

GRACE TRI APRILINA. Determination of The Optimal Rotation of Teak Normal Forest . Supervised by SUDARSONO SOEDOMO.

Perum Perhutani is the State Owned Enterprise which manages state forests in Java. It manages the forests with teak as the main stands. This research aims to determine the optimal rotation for normal forest of teak (Tectona grandis L.f) by using financial analysis of NPV (Net Present Value). The data that used in this research are the WvW Tables, the price of teak timber, the forest management costs, the width of productive areaand basal area of KPH Nganjuk Perhutani Unit II of East Java in 2005. The rotation is selected when NPV reaches maximum value. NPV is calculated by the following equation, [ - - ] . By using interest rate of 2.5 %, productive area 13,710.8 ha, and management costs Rp2 450 451 per ha, the optimal rotation is not found.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Manajemen Hutan

PENENTUAN DAUR OPTIMAL HUTAN NORMAL JATI

(Kasus di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur)

GRACE TRI APRILINA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Penentuan Daur Optimal Hutan Normal Jati (Kasus di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur)

Nama : Grace Tri Aprilina NIM : E14070020

Disetujui oleh

Dr. Ir. Sudarsono Soedomo, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Ahmad Budiaman, MSc

Ketua Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder, dengan judul Penentuan Daur Optimal Hutan Normal Jati (Kasus di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur).

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Sudarsono Soedomo, MS selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Ahmad Budiaman, MSc dan Bapak Ir. Siswoyo, Msi sebagai dosen penguji di ujian skripsi. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan dukungan yang diberikan tanpa henti-henti. Terima kasih kepada para sahabat atas dukungan dan dorongan semangat, juga kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan karya ilmiah ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, November 2013

(10)

9

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

METODE PENELITIAN 6

Bahan 6

Alat 6

Metode Pengolahan dan Analisis Data 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Pembuatan Kurva Pertumbuhan 8

Perhitungan Pengeluaran dan Pendapatan 9

Penentuan Daur Optimal Hutan Normal 11

SIMPULAN 13

DAFTAR PUSTAKA 13

LAMPIRAN 15

(11)

DAFTAR TABEL

1 Rekapitulasi biaya pengelolaan hutan jati 9

2 Persentasi produksi tebang habis jati per sortimen per kelas umur 10

3 Harga jual dasar (HJD) tiap sortimen 10

4 Harga jual kayu jati tiap kelas umur 11

DAFTAR GAMBAR

1 Kurva hubungan volume (V) dan umur tegakan (t) 3

2 Kurva pertumbuhan tegakan jati pada bonita 3 9

3 Kurva pertumbuhan harga kayu jati 11

4 Kurva pertumbuhan rata-rata 12

5 Kurva MAI dan CAI 13

DAFTAR LAMPIRAN

6 Lampiran 1 nilai Ln umur (T) dan Ln volume (V) kayu jati bonita 3.5 15

7 Lampiran 2 volume kayu jati bonita 3.5 17

8 Lampiran 3 rekapitulasi biaya pengelolaan hutan jati 18

9 Lampiran 4 nilai NPV jati bonita 3.5 21

(12)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengaturan hasil merupakan inti strategi manajemen jangka panjang dalam mencapai kelestarian hasil pengusahaan hutan. Tujuan pengelolaan di hutan produksi adalah mencapai hasil kayu yang lestari, ditunjukkan oleh panen yang merata sepanjang waktu. Penebangan seharusnya tidak melebihi riap agar tercapai hasil kayu yang lestari. Sementara masalah yang terjadi adalah penurunan luas dan kualitas hutan sehingga mengakibatkan jumlah kayu untuk panenan siklus tebang berikutnya lebih rendah dari yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh pemanenan yang berlebihan, kesalahan perhitungan dalam penentuan AAC (Annual Allowable Cut) dan pertumbuhannya kembali.

Pulau Jawa dengan luas 131.412 km2 memiliki hutan dengan persentase 14% dari luas daratannya (FWI 2003). Sebagian besar kawasan hutannya adalah untuk produksi. Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani) adalah Badan Usaha Milik Negara sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969, yang bidang usahanya berada dalam lingkup tugas dan kewenangan Menteri, dimana seluruh modalnya dimiliki oleh negara berupa kekayaan negara yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham. Perhutani terbagi atas tiga unit, yaitu Unit I yang meliputi wilayah Jawa Tengah, Unit II meliputi Jawa Timur, dan Unit III meliputi Jawa Barat serta Banten. Perhutani mengelola hutan negara dengan jenis tanaman utama jati. Jati dengan peruntukan sebagai furnitur memiliki nilai kelas awet dan kelas kuat yang tinggi, sehingga memerlukan waktu yang lama untuk tumbuh mencapai ukuran yang telah ditetapkan.

Direktorat Perencanaan dan Produksi Perum Perhutani (2008) dalam Ma’ruf (2009), bermaksud merubah daur jati berdasarkan kondisi umur rata-rata struktur kelas hutan yang terjadi saat ini. Perhutani memberlakukan daur yang tidak seragam di sluruh wilayah kerjanya, yaitu dari 40 sampai dengan 80 tahun (Soejono 1985 dalam Anggraini 2006). Jati dengan ciri tanaman tumbuh di daerah kering pada ketinggian tempat 0-700 mdpl dengan curah hujan 1200-2000 mm/tahun, memiliki riap pertumbuhan tanaman yang lebih rendah dibanding tanaman yang tumbuh di daerah subur, curah hujan cukup, dan kelembaban tinggi. Dengan ciri tersebut, timbul pemikiran apakah daur 40-80 tahun merupakan daur finansial terbaik untuk pengusahaan jati saat ini. Apakah cara penentuan daur yang konvensional tersebut masih relevan saat ini? Selain itu, hasil produksi maksimum belum tentu memberikan keuntungan finansial yang maksimum. Dengan demikian, bila ditambahkan informasi harga, berapakah daur terbaik untuk pengusahaan jati saat ini? Untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui daur optimal kelas perusahaan jati.

Tujuan

(13)

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini yakni:

1. Bagi Perhutani, dapat digunakan sebagai referensi untuk menentukan daur finansial dalam usaha pengelolaan hutan jati.

2. Bagi mahasiswa, sebagai referensi untuk penelitian yang terkait dengan penentuan daur hutan normal.

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi, Penyebaran Alami, dan Syarat Tumbuh

Jati adalah jenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Jati dapat tumbuh mencapai tinggi 30-40 m, berdaun besar yang gugur di musim kemarau. Pohon jati tumbuh di daerah kering, terutama pada tanah yang mengandung kapur, dengan curah hujan rata-rata 1202000 mm/tahun, dan pada ketinggian tempat 0-700 mdpl (Martawijaya et al. 1981 dalam Anggraini 2006). Jati tumbuh secara alami di India, Myanmar, Thailand, dan Vietnam. Penyebaran jati di Indonesia meliputi seluruh Jawa, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sumbawa, Maluku, dan Lampung (Nurhasybi 2000 dalam Pratiwi 2010).

Sifat fisika yang terpenting dari kayu jati adalah nilai banding antara kayu teras dan kayu gubalnya. Untuk mendapatkan kayu jati dengan dekorasi yang bagus, sebaiknya jati ditebang setelah berumur 40 tahun atau lebih. Hal ini disebabkan persentase kayu teras sudah mencapai 75 %. Seperti yang diungkapkan oleh Pandit (2002), kayu masak tebang dan baik untuk furnitur adalah kayu yang telah memiliki persentase kayu teras sebesar 75 - 80 %.

Fungsi Pertumbuhan

Rivella (1974) dalam Murdowo (2012) menjelaskan bahwa pertumbuhan hutan tanaman sejenis dan seumur dipengaruhi oleh umur, tapak (bonita), kerapatan tegakan dan intensitas penjarangan. Secara fungsional, fungsi pertumbuhan dapat dirumuskan sebagai berikut:

G = f(A, Si, Sd, M)

Keterangan :

G = pertumbuhan tegakan hutan A = umur tegakan

Si = kualitas tempat tumbuh Sd = kerapatan tegakan M = intensitas penjarangan

(14)

3

pertumbuhan tegakan akan membentuk kurva sigmoid. Apabila digambarkan dalam kurva, pertumbuhan tegakan membentuk kurva seperti pada Gambar 1 berikut.

Gambar 1 Kurva hubungan volume (V) dan umur tegakan (t)

Kurva berbentuk sigmoid pada Gambar 1 menunjukkan hubungan antara umur dan volume tegakan. Pada awalnya tegakan mengalami pertumbuhan yang lambat, kemudian tumbuh dengan sangat cepat dan kemudian melambat di umur selanjutnya atau bahkan tidak mengalami pertumbuhan lagi. Menurut Fauzan (2011), pertambahan diameter jati adalah sekitar 2 cm hingga 3.5 cm per tahun.

Bonita

Bonita adalah kualitas lahan tempat tumbuh. Bonita dapat ditentukan dari tinggi pohon dan umur hutan tanamannya. Dalam tabel normal hutan jati, terdapat 11 kelas bonita, mulai dari kelas terburuk yaitu bonita I, sampai dengan bonita terbaik yaitu bonita VI (Putri 2006).

Daur

Daur adalah jangka waktu antara penanaman hingga pemanenan. Secara ideal, hutan normal terdiri atas kelompok tegakan yang seumur yang mempunyai potensi sama. Masalah penentuan daur sangat berkaitan dengan cara menentukan waktu yang diperlukan oleh suatu jenis tegakan untuk mencapai kondisi masak tebang. Lamanya waktu tersebut tergantung pada sifat pertumbuhan jenis yang diusahakan, tujuan pengelolaan dan pertimbangan ekonomi (Departemen Kehutanan 1992 dalam Permana 2006). Penggunaan daur yang panjang akan menghasilkan kayu dengan kualitas tinggi sehingga harga jualnya juga akan tinggi

(15)

yang pada akhirnya akan memberikan penerimaan yang besar bagi perusahaan, tetapi belum tentu menjadi penerimaan maksimum. Pengelolaan hutan dengan daur yang panjang memerlukan perencanaan yang lebih cermat dan teliti karena permasalahan yang akan dihadapi lebih kompleks jika dibandingkan dengan daur yang pendek.

Menurut Pratiwi (2010), pada tegakan hutan seumur, ada beberapa macam daur yang ditetapkan berdasarkan sifat tegakan dan disesuaikan dengan tujuan pengelolaan hutan yang bersangkutan, yaitu:

a. Daur fisik, yaitu umur yang diperlukan suatu spesies untuk tumbuh hingga mati.

b. Daur silvikultur, yaitu umur yang diperlukan suatu spesies hingga mampu bereproduksi.

c. Daur teknis, yaitu umur dimana tegakan mencapai ukuran yang telah ditetapkan untuk dapat dipanen untuk penggunaan tertentu.

d. Daur volume produksi tertinggi, yaitu umur dimana produksi tahunan mencapai hasil tertinggi.

e. Daur pendapatan tertinggi, yaitu umur dimana tegakan dapat menghasilkan pendapatan tertinggi.

f. Daur finansial, yaitu umur dimana tegakan dapat menghasilkan keuntungan terbesar.

Davis (1966) menyatakan bahwa lama daur ditentukan oleh interaksi dari beberapa faktor, antara lain:

1. Kecepatan pertumbuhan yang ditentukan oleh: a. Spesies (jenis tanaman).

b. Tanah dan faktor penentu tempat tumbuh atau kesuburan tanah.

2. Karakteristik spesies, seperti jangka waktu kehidupan alami, umur pada saat mencapai kulminasi pertumbuhan, dan umur dimana kualitas kayu telah mulai menurun.

3. Respon tanah terhadap beberapa perubahan karena penggunaan yang terus menerus.

4. Faktor ekonomi, yang tergantung dari kombinasi : a. Elemen biaya.

b. Harga dari beberapa ukuran kayu.

(16)

5

Analisis Finansial

Analisis finansial memberikan informasi finansial mengenai proyek-proyek individual, rencana-rencana, atau kebijakan-kebijakan bagi pembuat keputusan mengenai layak atau tidaknya proyek tersebut. Dalam menilai kelayakan suatu usaha, beberapa kriteria yang sering digunakan antara lain: NPV (Net Present Value), BCR (Benefit Cost Ratio), dan IRR (Internal Rate of Retun).

a. Net Present Value

Net Present Value (NPV) merupakan nilai kini dari keuntungan bersih yang akan diperoleh pada masa datang. NPV adalah metode untuk menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Dalam evaluasi suatu proyek, kriteria keputusan layak dinyatakan oleh NPV yang lebih besar atau sama dengan nol. Jika NPV lebih kecil dari nol berarti proyek tidak dapat menghasilkan senilai biaya yang dipergunakan dan oleh karena itu proyek dinyatakan tidak layak dan pelaksanaannya harus ditolak.

- (1)

b. Internal Rate of Return

Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat pengembalian yang diberikan oleh suatu dana yang ditanamkan untuk suatu kegiatan investasi, dimana manfaat (berupa bunga) yang diberikannya dapat menutupi seluruh korbanan biaya tersebut. IRR adalah tingkat discount rate dimana nilai kini dari pendapatan sama dengan nilai kini dari biaya yang dikeluarkan selama jangka waktu proyek, dengan kata lain NPV = 0. Nilai IRR bisa digunakan sebagai tolok ukur sejauh mana kelayakan ekonomi dari proyek itu dibandingkan dengan suku bunga yang berlaku. Makin tinggi nilai IRR, makin tinggi kelayakan ekonomi dari proyek yang sedang dinilai. Priasukmana dalam Proceedings Lokakarya Pembangunan Timber Estates (1984) menyatakan bahwa IRR digunakan sebagai alat analisa penentuan riap dan harga optimal.

-

(2)

c. Benefit Cost Ratio (BCR)

Nilai BCR didapat dengan membagi jumlah hasil diskonto pendapatan dengan jumlah hasil diskonto biaya. Proyek dikatakan layak apabila nilai BCR lebih besar dari satu.

(17)

t = interval waktu n = periode investasi i = suku bunga

Harga Jual Kayu Jati

Kayu jati adalah komoditas yang memiliki nilai jual yang tinggi baik di pasar nasional maupun internasional. Selain kuat, kayu jati terkenal berserat halus. Oleh karena kualitas inilah harga kayu jati menjadi tinggi, apalagi yang sudah berukir-ukir rumit. Dalam tulisan Aruan (2007), disebutkan bahwa tingginya harga jual kayu jati dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya:

1. Tidak adanya lagi kayu ilegal yang beredar di pasaran.

2. Tingginya permintaan dibandingkan dengan persediaan yang ada. 3. Terjaganya kelestarian hutan.

4. Biaya produksi yang tinggi.

Kayu jati memiliki harga jual yang berbeda untuk tiap sortimennya. Biasanya semakin besar diameter kayu akan semakin tinggi pula nilai jual kayu tersebut. Harga jati diukur berdasarkan ukuran per sortimen, dimana sortimen AI mempunyai interval diameter 4 – 19 cm, sortimen AII mempunyai interval 22 – 29 cm dan sortimen AIII mempunyai interval 30 cm up (Aruan 2007).

METODE PENELITIAN

Bahan Penelitian

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari koleksi skripsi Departemen Manajemen Hutan. Data yang digunakan antara lain:

a. Tabel Tegakan Normal Jati Wolff von Wulfing

b. Luas hutan jati KPH Nganjuk Perum Perhutani Unit II Jawa Timur tahun 2005

c. Kerapatan Bidang Dasar (KBD) areal hutan jati KPH Nganjuk Perum Perhutani Unit II Jawa Timur tahun 2005

d. Harga Jual Dasar (HJD) kayu bundar jati tahun 2012 e. Biaya pengelolaan hutan

Peralatan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah komputer dengan aplikasi Microsoft Office Excel 2007.

Lokasi dan Waktu Penelitian

(18)

7

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pembuatan Kurva Pertumbuhan

Pembuatan kurva pertumbuhan bertujuan mengetahui besar volume kayu jati pada daur yang memberikan keuntungan finansial paling besar. Untuk membuat model pertumbuhan tegakan, digunakan tabel tegakan normal jati Wolff von Wulfing. Dari data tersebut dapat diketahui riap jati sehingga dapat dibuat hubungan antara umur dan volume tegakan. Dari tabel akan diperoleh volume normal yang kemudian dikalikan dengan KBDrata-rata sehingga diperoleh volume

tegakan. Data yang digunakan dibatasi hanya pada bonita 3, bonita 3.5, dan bonita 4. Rumus yang digunakan adalah:

rata-rata

(4)

Keterangan:

KBDi = kerapatan bidang dasar rata-rata kelas umur ke-i Li = luas hutan dengan KBDi

Menurut Murdowo (2012), dalam perencanaan hutan yang dilakukan oleh Perum Perhutani, KBD memiliki peran yang vital karena diperlukan untuk:

a. Menetapkan kelas hutan

b. Menetapkan intensitas penjarangan

c. Memproyeksikan volume tegakan untuk kepentingan penentuan Etat dalam penjadwalan tebangan.

Perhitungan Pendapatan dan Pengeluaran

Pendapatan diperoleh dari hasil penjualan kayu. Untuk menentukan harga jual kayu, Harga Jual Dasar (HJD) dikurangi dengan biaya pemanenan.

Pengeluaran adalah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan persemaian, penanaman, perawatan, dan pengamanan. Pada penelitian ini, diasumsikan biaya konstan sepanjang daur.

Penentuan Daur Optimal

Penentuan daur optimal menggunakan kriteria investasi yaitu Net

Present Value (NPV) yang diformulasikan sebagai berikut:

ma ma [ - - ] (6)

(19)

- [ - - ] - - - (7)

V(T) = volume tegakan per hektar pada umur daur p = harga kayu

r = tingkat suku bunga

Daur optimal diperoleh dengan cara menurunkan persamaan NPV terhadap T dan menetapkan nilai sama dengan nol. Solusi terhadap turunan tersebut adalah daur optimal yang dicari.

Asumsi Dasar Perhitungan

Dalam suatu analisis finansial diperlukan beberapa asumsi dasar dengan melihat kondisi sekarang dan kecenderungan yang mungkin terjadi di masa mendatang. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi berbagai kendala dan kemungkinan yang akan terjadi di masa mendatang. Asumsi–asumsi yang akan digunakan pada penelitian ini adalah :

1. Penanaman akan selalu berhasil.

2. Semua komponen biaya selama periode perhitungan (daur) adalah konstan serta tidak ada pengeluaran yang tidak terduga (irregularly).

3. Harga Jual Dasar yang digunakan adalah Harga Jual Dasar kayu bundar jati. 4. Semua produksi yang dihasilkan merupakan kayu perkakas.

5. Produksi yang dihasilkan dapat dijual habis.

6. Suku bunga yang digunakan adalah konstan, yaitu 2.5 %.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembuatan Kurva Pertumbuhan

(20)

9

jati pada bonita 3, bonita 3.5, dan bonita 4 membentuk kurva logaritma. Bentuk persamaan kurva pertumbuhan pada bonita 3 adalah

V = 10.8147(T)0.5587 (1) Pada bonita 3.5, bentuk persamaan kurva pertumbuhannya adalah

V = 12.5706(T)0.566 (2) Pada bonita 4, bentuk persamaan kurva pertumbuhannya adalah

V = 15.1049(T)0.5676 (3) Sebagai contoh, Gambar 2 berikut adalah kurva pertumbuhan tegakan jati yang dibentuk dari persamaan (1).

Gambar 2 Kurva pertumbuhan tegakan jati pada bonita 3

Gambar 2 merupakan kurva hubungan antara umur dan volume tegakan jati. Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa kurva pertumbuhan jati membentuk kurva logaritma yang dihasilkan oleh garis yang selalu naik. Hal ini disebabkan tegakan jati yang terus tumbuh hingga umur 89 tahun. Dalam kasus ini, pertambahan volume mengalami penurunan dari tahun ke tahun.

Perhitungan Pengeluaran dan Pendapatan

Pengeluaran

Dalam pengadaan hutan tanaman, pengusaha hutan melakukan kegiatan pembangunan dan pemeliharaan hutan. Secara garis besar, kegiatan yang dilakukan dalam pengusahaan hutan terdiri dari persemaian, penanaman, perawatan, pengamanan, dan pemanenan. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut, dibutuhkan biaya yang besar. Bahkan untuk memanen pohon juga dibutuhkan biaya. Semua biaya tersebut diklasifikasikan sebagai pengeluaran.

Tabel 1 Rekapitulasi biaya pengelolaan hutan jati

(21)

4 Pengamanan Rp/Ha/Th 4 392.32

5 Pemanenan Rp/m3 125 015.46

Sumber: Aruan (2007)

Untuk memudahkan pengolahan data, biaya kegiatan pemanenan dengan satuan Rp/m3 digunakan secara terpisah. Biaya kegiatan pemanenan digunakan dalam perhitungan harga jual kayu. Jadi harga jual kayu yang akan dibahas berikutnya adalah harga yang telah dikurangi dengan biaya panen.

Pendapatan

Pendapatan yang diperoleh pengusaha hutan berasal dari hasil penjualan kayu. Perhitungan harga kayu dalam penelitian ini menggunakan Harga Jual Dasar (HJD) Kayu Bundar Jati tahun 2012. Harga Jual Dasar kayu jati berbeda untuk tiap sortimen. Semakin besar diameter kayu, berarti kelas sortimennya semakin tinggi. Nilai jualnya juga semakin tinggi. Ada 3 kategori sortimen, yaitu sortimen AI, AII, dan AIII. Sortimen AI adalah kayu dengan interval diameter 4 – 19 cm, AII dengan interval diameter 22 – 29 cm, AIII dengan diameter lebih dari 30 cm.

Tabel 2 Persentasi produksi tebang habis jati per sortimen per kelas umur

KU Sortimen

Tabel 3 Harga jual dasar (HJD) tiap sortimen

Sortimen Harga jual dasar (Rp/m3)

AI 1 070 000

AII 2 069 000

AIII 3 524 000

(22)

11

Tabel 4 Harga jual kayu jati tiap kelas umur

Kelas Umur Harga jual

Harga jual yang dimaksud dalam Tabel 4 adalah harga kayu yang dikenakan oleh pengusaha hutan apabila hendak menjual tegakannya sesuai dengan kelas umur di atas. Pertumbuhan harga pada tabel di atas membentuk kurva linier seperti pada Gambar 3 berikut.

Gambar 3 Kurva pertumbuhan harga kayu jati

Gambar 3 adalah grafik garis yang menggambarkan hubungan antara umur tegakan dan harga kayu per m3. Semakin tinggi kelas umur, semakin tinggi pula nilai jualnya.

Penentuan Daur Optimal Hutan Normal

Tahap terakhir dalam penentuan daur optimal adalah menghitung penerimaan bersih. Dalam hal ini, metode yang digunakan adalah dengan menghitung Net Present Value (NPV). Hipotesis awal adalah daur yang menghasilkan NPV terbesar adalah daur yang akan dipilih sebagai daur optimal, dengan pemikiran bahwa nilai NPV bertambah seiring dengan bertambahnya

(23)

umur tanaman dan mencapai maksimum pada umur tertentu dan kemudian menurun pada umur selanjutnya.

Perhitungan NPV menggunakan tingkat suku bunga sebesar 2.5 % dengan biaya pengelolaan hutan dalam satu daur adalah Rp 2 450 451 per ha. Setelah melalui proses pengolahan data, diperoleh hasil bahwa nilai NPV ternyata berkurang seiring bertambahnya umur tanaman. Hal ini disebabkan volume rata-rata yang terus menurun dengan semakin tuanya umur tanaman. Pada Gambar 2, dapat dilihat kurva pertumbuhan jati yang berbentuk kurva logaritma. Dari data tersebut, apabila dihitung pertumbuhan rata-rata, maka hasilnya adalah pertumbuhan rata-rata yang polanya terus menurun. Bila digambarkan, pertumbuhan rata-rata tegakan akan membentuk kurva seperti pada Gambar 4.

Gambar 4 Kurva pertumbuhan rata-rata

Dalam perhitungan NPV, ada faktor pengali yang disebut dengan tingkat diskon (e-rT). Semakin bertambah umur tegakan (T), nilai faktor diskon akan berubah dan selalu menurun. Ketika volume rata-rata tidak mampu mengimbangi perubahan nilai faktor diskon, nilai NPV akan terus menurun. Dengan demikian, daur optimal tidak ditemukan pada penelitian ini.

Hal ini juga berlaku untuk hutan dengan skenario Faustmann. Pada hutan tanaman dengan skenario Faustmann, proses pengelolaan yang terjadi adalah hutan dengan luasan sekian ditanami dan dipanen secara serempak setelah tegakan mencapai umur daur. Proses pengelolaan seperti ini dilakukan berulang-ulang sampai tak berhingga. Oleh karena NPV tegakan dinilai di awal daur pertama, maka ada faktor diskon (1/1 – e-rT). Nilai (1/1 – e-rT) akan semakin kecil ketika umur bertambah. Nilai ini ketika dikalikan dengan harga akan menghasilkan nilai NPV terus menurun sehingga daur optimal tidak ditemukan.

Demikian pula untuk hutan dengan penentuan daur secara konvensional, yaitu menentukan daur dengan menghitung nilai CAI (Current Annual Increment) dan MAI (Mean Annual Increment). Daur dipilih ketika nilai CAI sama dengan MAI. CAI adalah nilai turunan dari volume pertumbuhan terhadap umur. CAI menggambarkan besarnya pertambahan volume setiap pertambahan satu satuan

(24)

13

umur. Apabila menggunakan data penelitian ini, daur optimal tidak ditemukan. Hal ini disebabkan kurva CAI tidak pernah berpotongan dengan kurva MAI. Dalam kasus ini titik awal CAI sama dengan MAI. Ketika nilai CAI menurun, nilai MAI juga menurun dan kurva CAI berada di bawah MAI. Nilai CAI menurun karena pertambahan volumenya semakin kecil setiap pertambahan satu satuan umur. Bila digambarkan dalam kurva, kurva CAI tidak berpotongan dengan kurva MAI. Gambar 5 merupakan kurva CAI dan MAI yang tidak berpotongan, dimana titik awal CAI sama dengan MAI.

Gambar 5 Kurva MAI dan CAI

SIMPULAN

Pada hutan normal jati, daur optimal tidak ditemukan apabila menggunakan data dan metode seperti pada penelitian ini. Pola pertumbuhan jati membentuk kurva logaritma, yang berarti tidak terjadi suatu periode dimana tegakan jati awalnya tumbuh lambat, kemudian tumbuh sangat cepat dan kemudian melambat di umur selanjutnya. Dengan kata lain, tidak terjadi pertumbuhan maksimum. Ketika dihitung pertumbuhan rata-ratanya (V/T), polanya selalu menurun. Pola yang menurun ini ketika dikalikan dengan harga dan faktor diskon juga akan tetap menurun. Hasilnya adalah nilai kini penerimaan bersih (NPV) selalu menurun dengan bertambahnya umur. Dengan demikian, daur optimal tidak ditemukan.

DAFTAR PUSTAKA

(25)

Aruan MR. 2007. Penentuan daur optimal dengan faktor pencurian kayu di KPH Bojonegoro Perum Perhutani II Jawa Timur [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Davis Kenneth P. 1966. Forest management : Regulation and Valuation. New York: McGraw Hill, Inc..

Fauzan. 2011. Harga Kayu Jati. [diunduh 2012 Feb 2]. Tersedia pada: http:// www.kebun-jati.blogspot.com/2012/02/harga-kayu-jati.html

Forest Watch Indonesia [FWI]. 2003. Kisah Seputar Hutan Jawa. [diunduh 2012 Juni 15]. Tersedia pada: http://fwi.or.id/publikasi/intip_hutan/hutan1.pdf

Ma’ruf F. 9. engaturan Hasil. [diunduh Okt 4]. Tersedia pada:

http://perhutanibrainonline.wordpress.com/ 2009/04/08/pengaturan-hasil/ Murdowo B. 2012. Pemodelan Pertumbuhan Volume Tegakan Acacia mangium.

[diunduh 2012 Okt 24]. Tersedia pada: http://images.institutyogyakarta. multiply.multiplycontent.com/attachment/0/SOq5TgoKCncAABxPhW01/ PEMODELAN PERTUMBUHAN VOLUME Tegakan.pdf?key= institutyogyakarta:journal:13&nmid=116 015236

Pandit IKN. 2002. Anatomi Kayu: Pengantar Sifat Kayu sebagai Bahan Baku. Bogor (ID): Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Patricia V. 2006. Kurva bonita tegakan hutan tanaman Akasia (Acacia crassicarpa A. Cunn. Ex Benth), studi kasus di areal gambut Hutan Tanaman PT. Wirakarya Sakti Jambi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Permana D. 2006. Penentuan daur optimum kelas perusahaan Acacia mangium Willd. di Kesatuan Pemangkuan Hutan Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Pratiwi A. 2010. Penentuan daur finansial kelas perusahaan jati (Tectona grandis

L. f.) dengan menggunakan analisis kelayakan finansial di KPH Cepu

(26)

15

Lampiran 1 Nilai Ln umur (T) dan Ln volume (V) bonita 3.5

Umur Volume tegakan Ln T Ln V

(27)
(28)

17

Lampiran 2 Volume kayu jati bonita 3.5

Umur Ln V Volume Umur Ln V Volume

(29)

22 4.2813 72.299 65 4.89446 133.480

Lampiran 3 Rekapitulasi biaya pengelolaan hutan jati

No Kegiatan Biaya Biaya Seluruh

(Rp/Ha/Th) Areal (Rp/Th)

1. Persemaian 554 556.58 7 603 414 357.06

2. Penanaman 1 697 027.79 23 267 608 623.13

3. Perawatan 194 475.17 2 666 410 160.84

4. Pengamanan 4 392.32 60 222 221.06

Total Biaya 33 597 655 362.09

(30)
(31)
(32)

21

Lampiran 4 Nilai NPV jati bonita 3.5

(33)

21 25191356.52 64 13605140.24

22 24922067.71 65 13376881.89

23 24649133.83 66 13151308.66

24 24373070.78 67 12928429.40

25 24094343.64 68 12708250.77

26 23813374.13 69 12490777.38

27 23530546.49 70 12276011.82

28 23246212.37 71 12063954.84

29 22960694.73 72 11854605.43

30 22674291.15 73 11647960.88

31 22387276.53 74 11444016.89

32 22099905.41 75 11242767.67

33 21812413.93 76 11044206.01

34 21525021.47 77 10848323.34

35 21237932.17 78 10655109.83

36 20951336.09 79 10464554.46

37 20665410.42 80 10276645.07

38 20380320.36 81 10091368.43

39 20096220.05 82 9908710.34

40 19813253.31 83 9728655.62

41 19531554.32 84 9551188.23

42 19251248.28 85 9376291.31

43 18972451.94 86 9203947.19

44 18695274.15 87 9034137.52

45 18419816.29 88 8866843.23

46 18146172.73 89 8702044.66

(34)

23

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ambon pada tanggal 3 April 1989 dari ayah Ir. Alim Hamonangan Tampubolon dan ibu Linda Pangaribuan, BA. Penulis adalah anak ketiga dari 4 bersaudara. Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Katolik Sibolga dan lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB pada tahun yang sama. Penulis diterima di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan angkatan 44.

Selama masa perkuliahan, penulis bergabung dalam organisasi kemahasiswaan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) IPB. Pada tahun 2009, penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Cagar Alam Pangandaran dan Cagar Alam Papandayan. Pada tahun 2010, penulis melakukan Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Gunung Walat, Sukabumi. Pada tahun 2011 penulis melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Suka Jaya Makmur, Pontianak (Kalimantan Barat).

Gambar

Tabel 1 Rekapitulasi biaya pengelolaan hutan jati
Tabel 4 Harga jual kayu jati tiap kelas umur

Referensi

Dokumen terkait

&ULWLFDO 'LVFRXUVH $QDO\VLV (CDA). Pertama, discourse dengan ‘d’ kecil yang merujuk pada bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi. Kedua , discourse dengan “D”

Dengan mengetahui bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal dapat membantu perusahaan makanan dan minuman dalam menentukan bagaimana seharusnya

Figure 4.6 shows that the larger the incoming feed water composition on the influence of ethanol activity coefficient maximum at dimensionless time showed

[r]

Peserta yang diundang menghadiri tahap pembuktian kualifikasi adalah pimpinan perusahaan yang tertera di dalam Akta atau staff yang diberikan kuasa oleh pimpinan

Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis (1) gambaran proses pembelajaran di SMK PGRI 1 Mejayan, (2) kesulitan yang dialami siswa dalam memahami

2.3.2 Sifat dan Dampak dari PHC terhadap Tumbuhan Menurut (Bossert dan Bartha,1984 dalam Herdiyanto 2005) tumpahan crude oil yang komponen utamanya terdiri dari senyawa PHC

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.4 diatas menunjukkan nilai Mann-Whitney U sebesar 2196.500 dan signifikan P-value sebesar 0.118 > 0.05, maka Ho gagal