PRINSIP MUDHARABAH
(Studi Kasus Pada BTN Syariah Cabang Jakarta Harmoni)
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Di
susunoleh :
FAJAR RAH1\1AN
NIJ\1:: 104046101677
pe[Nセセ@
r
r-
,,,,,,,;•""':._
'·'°'' 1 .l .,\J1r-J (:,\- j·-ii:J J.---,:< .. - _, /··
KOSENTRASIPERBANKANSYARIAH
PROGRAJ\1: STUDI l\1:UAJ\1:ALAT (EKONOJ\1[1 ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUIVI
UNIVERSITAS ISLAJ\1: NEGERI SY ARIF HIDAYATULJ_,AH
JAKARTA
)embimbing I
/
trrS:H.Hasan
l!IP. 150 268 59Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) Oleh
Fajar Rahman
NIM: 104046101677
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing II
Supriono, SE, MM
KOSENTRASI PERBANIUN SYARlAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUlVl
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIUAYATULLAH
JAl(ARTA
Jakarta Harmoni)" telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 23 Juni 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) pada pイッァイセュ@ Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
PANITIA UJIAN
I. Ketua
2. Sekretaris
Jakarta, 23 Juni 2008 Mengesahkan,
"' . H. Muhammad Amin セオュ。L@ SH, MA, MM
: 50 210 422
Euis Amalia, M.Ag NIP. 150 289 264
Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH NIP. 150 318 308
3. Pembimbing I Drs.H.Hasanuddin, M.Ag NIP. 150 268 590
4. Pembimbing II Supriono. SE, MM
5. Penguji I Drs.H.Odjo Kusnara. N, M.Ag NIP. 150 060 388
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memenuhi gelar strata satu (S l) di Universitas Islam
Nege1i SyarifHidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan irui telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universita:i Islam Negeti Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hati terbukti bahwa ini bukan mernpakan hasil karya saya
atau merupakan hasil jiplakan dari hasil karya orang lain maka saya bersedia
menelima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah J akruia.
Jakarta, 25 Mei 2008
Apapun nama produk, yang harus diperhatikan adalah akad yang dipergunakan atas produk tersebut, karena ha! ini sangat terkait dengan besaran hasil usaha yang akan diperhitungkan dalam pembagian hasil usaha yang akan dilakukan antara pemilik dana atau deposan (shahibul maal) dengan bank syariah sebagai pengelola (mudharib).
Bank Islam harus memiliki sistem akuntansi yang mempunyai nilai pe1ianggungjawaban, keadilan dan kebenaran yang tidak terpisahkan dari ajaran Islam. Ketiga nilai tersebut tentu saja telah menjadi prinsip dasar yang umum dalam operasional akuntansi perbankan syariah. Sistem akuntansi pada perbankan syariah memiliki karakter tersendiri yang berbeda dengan sistem akuntansi perbankan konvensional.
Perlakuan akuntansi pada transaksi tabungan mudharabah dan deposito mudharabah oleh nasabah kepada bank syariah. Sekilas orang akan menyangka sifat dan bentuk tabungan mudharabah dan deposito mudharabah ini sama saja dengan tabungan dan deposito konvensional. Padahal bila dicermati lebih jauh, keduanya sangat berbeda sifatnya, sehingga akan berbeda pula perlakuan akuntansinya. Dalam konteks akuntansi konvensional, dari akuntansi tabungan dan deposito akan diperlakukan sebagai utang 'mumi' bank (sisi liability), sehingga bila dilihat pada penyajian dalam neraca, maka deposito itu akan mun cul pad a 'utang a tau kewajiban' jangka pendek. Dalam bank syaiiah tidak demikian halnya, sifat deposito mudharabah pada hakikatnya mempunyai posisi antara utang dai1 modal. Mengapa, karena bank tidak mempunyai kewajiban 'penuh' mengembalikan deposito tersebut mai1akala te1jadi kerugian.
Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana konsep akuntansi penghimpunan dana akad mudharabah serta penerapaimya di dalam perbankai1 syariah dan aplikasi akuntansi syaiiah yang tertuang dalam Pemyataai1 Standar Akuntfillsi Keufillgan (PSAK) nomor 59 dan Pemyataan Stalldar Akuntfillsi Keuangfill (PSAK) nomor 105 serta Pedoman Akuntfillsi Perbaiikan Syariah Indonesia pada tabungan mudharabah dan deposito mudharabah pada BTN Syariah melalui observasi.
SWT, karena atas ridha dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dalam rangka memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Ekonomi Islam pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta.
Penulis Menghaturkan shalawat serta salam kepada Nabi dan Rasul Muhammad SAW, beserta segenap keluarga, sahabat dan bahkan umatnya, Ins ya Allah dan mudah-mudahan kita ada didalamnya.
Skripsi yang be1judul "Penerapan Aklllltansi Penghimpunan Dana Prinsip Mudharabah pada BTN Unit Usaha Syariah" dapat diselesaikan penulis. Penulis menyusun skripsi ini dalam rangka memenuhi dan melengkapi persyaratan untuk mencapai gelar sarjana (SJ) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) di Fak:ultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeti SyruifHidayatullah Jakarta.
Sepenuhnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan slaipsi ini bukan semata-mata penulis pribadi, namun juga kru·ena bru1tuan dan motivasi berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih lcepada:
I. Bapak Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH, MA, MM. Selalru Dekru1 Fakultas Syruiah dan Hukum Universitas Islrun Negeri SyarifHidayatullah Jakarta. 2. Ibu Euis Amalia, M.Ag, selak:u Ketua Program Studi Muamalat (Ekonomi
4. Bapak Hasanuddin M.Ag dan Bapak Supriyono, SE, MM selaku dosen pembimbing alas kesediaaimya memberikan waktu luai1g kepada penulis untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan masukan-masukaimya sehingga penulis dapat menyelesaikai1 skripsi ini.
5. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islain Negeri Syaiif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis semasa kuliah, semoga ai11al kebailcannya mendapat balasai1 di sisi Allah SWT.
6. Pimpinan dai1 Staf Perpustakaan Pusat dai1 Perpustalcaan Syai·iah dai1 Hukum Universitas Islam Nege1i Syarif Hidayatullah Jal,arta yang telah banyak membantu menye!esaikai1 skripsi dengan berbagai referensi. 7. Bapak Edy Setiadi, SE, MM Pimpinan BTN KCS Jakatia Harmoni yang
telah memberilcan tempat penelitian penulisan skripsi. Kepada Bapak Herry, SE, M.Si dan Bapak Ir. Ali Muntoro serta Ibu Pipih, SEI yai1g telah meluangkan waktu untuk membantu penulis melakukai1 penelitiaJI serta memberikan data yaJig dibutuhkat1 untuk menyelesailcan skripsi ini. Kepada seluruh karyawan BTN Syariah. TI1atik's for you all.
kepada penulis manjadi amal ibadal1 dan mendapat Ridha dad Allah SWT. Penulis menyadari banyak kekurangan yang terdapat dalam pembuatan skripsi ini. Untuk itu klitik dan saran ldranya dapat lebih memperbaiki skripsi ini. Semoga sklipsi ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan khususnya bagi umat manusia, serta bagi perkembangan perbankan syruiah di Indonesia. Semoga Allah senantiasa meddhai aktivitas kita berjuang di jalru1-Nya serta menjadikan kita semua sebagai hamba-Nya yang bahagia di dunia dan akhirat.
J akruta, 25 Mai 2008
Daftar
Isi...
ivDaftar Tabel.. ... vi
Daftar Gambar ... vii
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah... ... 1
B. Pembatasan dan Pernmusan Masalah ... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
D. Review Study Terdahulu... 8
E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan ... 9
F. Sistematika Penulisan ... 10
BAB II Akuntansi Penghimpunan Dana Prinsip Mudharabah A. Akuntansi Islam ... 12
1. Sejarah Akuntansi Islam ... 12
2. Pengertian Akuntansi Islam... 15
3. Landasan Hukum Akuntansi Islam ... 17
B. Konsep Penghimpunan Dana Prinsip Mudharabah Pada Bank Syariah ... 20
1. Pengertian Penghimpunan Dana Prinsip Mudharabah... 20
2. Landasan Hukum ... 32
A. Sejarah singkat BTN Syariah ... 51
B. Visi. m isi BTN Syariah ---··--···-····-·-··-···-···-···-···-··· .. 53
C. Struktur Organismii di BTN Syariah ... --·-·--···-····-····-···--···--···-···-·· 53
D. Produk-produk BTN Syariah ... : ... 56
BAB JV Penerapan Aknntansi Pengltimpunan Dana Prinsip Mudharabalr A. Praktek Penghimpunan DanaPrinsip Mudharabah BTN Syariah ... 67
B. Mekanisme Perhitungan Pendapatan Prinsip Mndharabah BTN Syariah ... 73
C_ Perlaknan Akuntansi Penghimpunan DanaPtinsip Mudharabah BTN Symiah ... ··-···---···--··-···-····---···-···-··· 83
BAB V Penutu11 A. Kesimpulan ... 100
B. Saran ... 101
Daftar Pnstalrn... 101
Lampiran Stmktur Bank Symiah Kantor Cabruig Syariali (Aktivitas Utama) ... 105
S truktur Bank Syatiah Kan tor Cabruik Syariah (Pemegang Jabatan Pekerjaan )... 106
Gambar3.l Pembiayaan KPR BTN Syaiiah (J11furabahah) ... 59
Gambar3.2 Pembiayaan MultigunaBTN Syariah (Murabahah) ..... 61
Gambar3.3 Pembiayaan Musyarakah B'fN Syariah .... _ .. _ ... ·-- ___ .. _ ... 63
Gambar 3 .4 Pembiayaan mセQ、ィ。イ。「。ィ@ Modal Kerja BTN Syariah ... 65
Gambar 3.5 Pembiayaan Jstisfma. ___ ... _ .. _ ... ·-- ... 66
[image:12.595.47.468.141.582.2]A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan perbankan di Indonesia dimnlai pada tahun 1992 dengan berdiri Bank Muamalat Indonesia (BMI). Bank Muamalat Indonesia berdiri sebagai tidak lanjut daii hasil lokakarya "Bunga Bank dai1 Perbankai1" di Cisarua Jawa Baral yai1g diselenggarakan oleh Majelis Ulaina Indonesia. Berdirinya Bank Muamalat Indonesia sungguh menggembirakai1 karena menawarkan model perbankan baru yai1g menjanjikan dengan sistem bagi hasil.
Bank umum syaiiah didirikan pertama di Indonesia Tahun 1992 berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Talmn 1992 Tentang Perbankan dan Peraturan Pemelintah Nomor 72 Tahun 1992, tentang bank beroperasi berdasai·kan plinsip bagi hasil. Sesuai perkembangan perbaitlrnn syaiia11 maka Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbaitl(an disempurnakai1 dengai1 Undang-Undai1g Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Unda11g-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbanka11. Dalain Undang-Undang Nomor 10 Talmn 1998 tersebut telah mencakup hal-hal yang berkaitan dengan perbrullian syariah.1
Dengan dikeluarkan Undang-Undang Nomor IO Talmn 1998 sebuah bank dapat beroperasi dengan sistem bagi hasil. Dalam Unda11g-Undang tersebut diatur
1
Sofyan S.Harahap, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah, (Jakarta, LPFE-Usakti, 2006),
dengan rinci landasan hukum dan jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah.
Bank symiah adalah lembaga inte1mediasi yang kegiatan pokoknya menghimpun dana dmi masyarakat dalmn bentuk tabungan, giro dan deposito serta menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalmn bentuk pembiayaan yang menghasilkm1 marjin, pembiayaan yang menghasilkm1 bagi hasil, dm1 ijarah yang menghasilkm1 pandapatan sewa.
Dalfilll bank syaiiah penghimpunm1 dana dari masyarakat yang dilakukan tidak membedakan nmna prodnk, tetapi melihat pada akad yang digunakan yaitu akad wadiah dan akad mudharabah. Apapun nama produk, yang harus diperhatikan adalah akad yang dipergunakan atas produk tersebut, karena ha! ini sangat terkait dengan besaran hasil usaha yang akan diperhitungkan dalmn pembagim1 hasil usaha yang akan dilakukan antara pemilik dana atau deposm1 (shahibul maal) dengan bank syariah sebagai pengelola (mudharib ). 2
Pertama: Akad wadiah, di sini dapat diartikan sebagai titipan dmi satu pihak kepihak lain, baik individu maupw1 badan hukum yang hams dijaga dan dikembalikan kapan saja si penyimpan menghendaki.3 Kedua: Akad mudharabah adalah akad kerjasfillla kemitraan antara dua pihak yaitu pihak pertfillla sebagai penyedia dana dalfilll suatu usaha (shahibul maal), pihak kedua yang bertanggi.mg
2 Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasi/ Usaha Bank Syariah, (Jakarta, PT
Rasindo, 2005), Cet.Ke I, h. 18
3 Muamalat Institute Research, Training, Consulting dan Publikation, Hand Out Traning
jawab atas pengelolaan dana (mudharib), dengan pembagian keuntungan sesuai dengan porsi (nisbah) yang disepakati bersama di awal.4
Kemunculan bank-bank syariah menimbulkan tantangan yang besar bagi para pakar syariah Islam. Mereka harns mencaii dasar penerapan dan pengembangan standar akuntansi yang berbeda dengan standar akutansi keuangan konvensional yang selama ini dikenal. Salah satu sumber utama untuk meraih kepercayaan publik adalah tingkat kualitas informasi yang dibeiikan kepada publik, dimana bank symiah harus mampu 111eyakinkm1 pnblik bahwa ia memiliki keman1puan dan kapasitas di dalam mencapai tujuan-tujum1 finansial maupun tujum1-tujuan yang sesuai dengan syariah Islam.
Syariah Islam dalam konteks perbankm1 adalah perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk menyimpan dana dan atau pembiayaan kegiatan usalia atau kegiatan lainnya yang tidak bertentangan dengan syariah. Oleh karena itu kebutuhan pencatatan transaksi dalan1 sebuah sistem alcuntansi yang te1iata merupakan suatu ha! yang sangat penting. Allah SWT memeiintahkan untuk melalcukan penulism1 secm·a benm· atas segala trm1saksi yang pemah te1jadi selama melalcukan muamalah, sebagai mana firman Allah swt dalam surat Al-Baqarah ayat: 282
4
Artinya: "Hai orang-orang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan
hendaklah seorang penulis diantara kamu menuliskan dengan benar ..... ".
Fimmn Allah SWT. dalam Surat Al-Baqarah/ 2 : 282 tersebut, "faktubuhuu
(maka hendaklah ada yang menuliskannya) ", memberikan isyarat bahwa
keberadaan akuntansi dalan1 sebuah lembaga keuangan atau transaksi merupakan
tuntutan ajaran agama dan hukumnya bisa menjadi wajib adanya. Hal inilah
karena melalui akuntansilah, seseorang dapat mengetahui secara baik dan benar
laporan keuangan terhadap transaksi, neraca, atau laba rugi yang pemah
dilakukan. 5
Bank Islam harus memiliki sistem akuntansi yang memp1myai nilai
pe1ianggungjawaban, keadilan dan kebenaran yang tidak terpisahkan dali ajaran
Islam. Ketiga nilai tersebut tentu saja telah rnenjadi prim:ip dasar yang umum
dalarn operasional akuntansi perbankan syariah. Sistern akuntansi pada perbankan
syaliah merniliki karakter tersendili yang berbeda dengan sistem akuntansi
perbankan konvensional.
'
Perbedaan yang sangat prinsipil adalah larangan dba atau bunga dalam
praktek perbankan syariah dan differensiasi produk perbankan syariah yang lebih
valiatif dan beragam bila dibandingkan dengan sistem perbankan konvensional.
Dengan dernikian keberadaan akuntansi perbankan syariah sangat penting karena
5
dapat menentukan hak dan kewajiban pihak-pihak yang terkait dengan bank
syaiiah. Sekedar contoh, dalain indnstri perbankan syariah dikenal prodnk
menggunakan akad wadiah, mudharabah, musyarakah, murabahah,
bai 'bi 'tsaman ajil, qardul hasan, salam, istishna dan lain sebagainya. Kesemna
jenis prodnk dan jasa ini tidak akan ditemnkan operasi dalain perbankan
konvensional. 6
Karena kennikan prodnk atan jasa ini pnlalah, man tidak man hams ada
stai1dar yang tidak hanya berbeda, tetapi tidak terdapat dalam standai· akuntansi
konvensional. Pada tataran tertentu, kennikan tersebnt sekaligus memuncnlkan
perlaknan akuntansi yang nnik. Sebagai contoh manakala terjadi transaksi
deposito mudharabah oleh nasabah kepada bank syariah. Sekilas orang akan
menyangka sifat dan bentuk deposito ini sama saj a dengan deposito konvensional.
Padahal bila dicermati lebih jauh, kednai1ya sangat berbeda sifatnya, sehingga
akai1 berbeda pnla perlakuan akunta11sinya. Dalam konteks akuntansi
konvensional, daii akuntansi deposito akan diperlakukan sebagai ntang 'mnrni'
bank (sisi liability), sehingga bila dilihat pada penyajiai1 dalain neraca, maka
deposito ir1 akan mnncul pada 'ntang atau kewajiban' jangka pendek. Dalain
bank syariah tidak demikian halnya, sifat deposito mudharabah pada hakikatnya
mempunyai posisi antai·a utang dan modal. Mengapa,, karena bank tidak
6 M. Akhyar Adnan, AKUNTANSI SYARIAH Arah, Prospek dan Tantangan. (Yogyakarta, UlI
mempunyai kewajiban 'penuh' mengembalikan deposito tersebut manakala terjadi kerngian. 7
Konsekuensi Iain dari sifat mudharabah adalah perlakuan akuntansi terhadap
bagi hasil mudharabah. Dalam akuntansi konvensional, bunga yang dibayarkan oleh bank kepada nasabah akan dikategorikan sebagai beban tetapi ini tidak boleh terjadi di bank syariah, karena sifat mudharabah yang sebetulnya Iebih menyernpai equity dmipada liability.
Oleh karena itu maka pemikir-pemikir muslim harus dan tetap mencari bahkan telah mernmuskan dasar bagi penerapan dan pengembangan stm1dar akuntansi bank syarial1 agar dapat beroperasi sesuai dengm1 prinsip-prinsip syarial1. Standar alcuntansi ini akan menjadi kunci sukses bagi bank syarial1 dalam melayani masyarakat sehingga dapat menyadikm1 infonnasi yang dapat dipercaya bagi pengguna bm1k symial1. Dengan latar belakang itu penulis ingin menulis skiipsi tentang "Analisa Penerapan Akuntansi Penghhnpunan Dana Prinsip Mudharabah (Studi Kasus Pada BTN Syariah c。「。ョゥセ@ Jakarta Harmoni)"
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan l\fasalah
Pemballasan mengenai bank syarial1 sangat luas karena bm1yaki1ya produk dan jasa ym1g ditawarkan oleh bank syarial1. Untuk itu pembal1asm1 hanya akan dibatasi pada produk penghimpunan dana yang dilakukan oleh bank syarial1
7
bardasarkan akad mudharabah dan penerapan akuntans:i penghimpunan dana. Adapun perumusan masalah pada skripsi ini sebagai berilrnt;
I. Bagaimana penghimpunan dana prinsip mudharabah pada BTN Unit Usaha Syariah?
2. Bagaimana perlakuan akuntansi penghimpunan dana prinsip mudharabah di BTN Unit Usaha Syariah telah mengacu pada PSAK 59 dan pada PSAKI 05?
C. Tujuan dan Manfaat penelitian
Tujuan dari penelitian ini dimaksudkan:
1. Untuk mengetahui teori penghimpunan dana primlip mudharabah dan akuntansi penghimpunan dana prinsip mudharabah
2. Untuk mengetahui penerapan perlakuan akuntansi penghimpunai1 dana pada PSAK diterapkan pada BTN Unit Usaha Syariah
Manfaat dari penelitian ini adalah
I. Bagi bank syariah lmtuk memberikan masukan tentang komitmen perlakuan akuntansi penghimpunan dana yang ada pada BTN Unit Usaha Syaiiah
2. Bagi penulis dapat menambah pengetahuan tentang perlakuan akuntansi penghimpunan dana yang ada pada BTN Unit Usaha Syariah
D. Review Study Terdahulu
Berdasarkan skripsi yang terdahulu ada yang menulis "Analisis Perlakuan Akuntansi Pembiayaan pada BMT Al-Husnayain" oleh Siti Hairany NIM 102046125228 Jurnsan Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hakum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dia menuliskan Bagaimana teori dan konsep
pembiayaan mudharabah dan murabahah pada BMT Al-Husnayain dan bagaimana perlakuan akuntansinya.
Selain itu ada juga yang menulis "Aplikasi Akuntansi Pembiayaan Mudharabah dalam Bank Syariah (Studi kasus pada BNI Syariah Cabang Fatmawati)" oleh Nurmaeli NIM 201046100861 Jurnsan Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hakum UIN Symif Hidayatullah Jakarta. Dia membahas konsep pembiayaan mudharabah dan penerapan akuntansinya pada bmlli: syariah.
E. Metode Penelitian dan Teknil{ Penulisan
Metode penulisan skripsi ini adalah menggunakan metode penulisan deskdptif
analitis yang berusaha memberikan gambaran penerapan akuntansi
penghimpunan dana dengan mengumpulkan data, menyusun atau
mengldasifikasikan sifatnya menganalisa dan menginterpretasikan. Adapun
menganalisa data tersebut adalah:
1. Metode Penulisan
a) Melakukan analisis terhadap seluruh penghimpunan dana p1insip
mudharabah beserta distdbusi bagi hasil yang ada pada BTN Unit
Usaha Syariah
b) Menganalisis terhadap seluruh perlakuan akuntan:ii penghimpunan drum
prinsip mudharabah di BTN Unit Usaha Syaiiah yang akan disesuaikan
dengan PSAK
c) Teknik pengumpulan data menggunakru1 penelitian kepustakaru1 dan
penelitian lapangan. Sedangkan jenis data yang digunakan ru1tara lain
Data primer yaitu wawancara, observasi, Al-Qur'an dru1 PSAK. Dan
data sekunder yaitu data yang disajikan oleh BTN Unit Usaha Syariah
2. Teknik Penulisru1
Teknik penulisan sla-ipsi ini berpedomru1 pada 'Pedoman Penulisan
Skripsi tahun 2007' yang diterbitkru1 oleh Fakultas Syadah dan Hukum UIN
[image:21.595.82.483.146.550.2]a) Dalam daftar pustaka al-Qur'an ditempatkan pada urutan pertama.
b) Terjemahan Qur'an dan Hadits ditulis satu (!) spasi. sekalipun kurang dari lima bruis.
F. Sistematilrn Penulisan
Untuk lebih terarah dalrun pembahasru1 skripsi ini penulis membuat sistematika pada masing-masing bab. Penulis membaginya dengan lima bab.
Masing-masing bab terdiri dari sub bab yang merupakan penjelasru1 dari bab tersebut dan di akhhi dengan daftar pustaka dan lampinm. Sistematika penulisan adalah sebagai berikut:
BABI
BAB II
Pendahuluru1
Di dalamnya meliputi latar belakru1g masalah, pembatasan dan pemmusru1 masalah, tujuan dan manfaat penelitiru1, review study terdahulu, metode
penelitiru1 dan teknik penulisan serta sistematika penulisan Akuntansi Penghimpunru1 Dana Prinsip Mudharabah
BAB III
[image:23.595.53.468.181.589.2]pendapatan. Ketiga perlakuan akuntansi penghimpnnan dana prinsip mudharabah.
Gambaran Umum BTN Syariah Cabang Jakarta Hanuoni
Pada bah ini berisi Sejarah singkat BTN Syariah, visi dan misi BTN Syariah, strnktur organisasi di BTN Syariah dan produk-produk BTN Syariah
BAB IV Penerapan Akuntansi Penghimpunan Dana Prinsip Mudharabah
BABV
Pada bah ini berisi praktek penghimpunan dana prinsip mudharabah di BTN Syariah, mekanisme perhitungan pendapatan di BTN Syariah dan perlakuan akuntansi penghimpunan dana di BTN Unit Usaha Syariah Penutup
A. Akuntansi Islam
h. 13
1. Sejarah Akuntansi
Perkembangan sejarah peradaban Islam, selalu diidentikan dengan apa yang pemah te1jadi di tanah kelahiran Rasulullah SAW mulai zamanjahiliyah hingga Rasulullah mengemban misi kenabian dan kerasulannya. Dengan demikian, runtutan kajian tentang perkembangan ilmu akuntansi syariah, barangkali dapat ditemukan dari sejarah peradaban !shun klasik hingga kini. Menurut catatan Muhammad Ghaisy al-Ghuti diceritakan, "menurut sejarah orang arab sejak zaman jahiliyah hingga ke zaman permulaan kerajaan Abbasiyah mereka menggunakan ilmu hisab dalam urusan jual beli, pembagian ghanimah, harta pustalca, menguknr luas tanah, timbangan talcaran dan sebagainya.1
Perkembangan selanjutnya dilukiskan dalam buku "Teori Akuntansi Syariah: sebuah pengantar" yang menjelaskan ilmu akuntansi syariab perkembangan dari masa awal hingga kini. Secara kronologis dapat dijelaskan sebagai berikut. 2
1 Muhammad, Pengantar Akuntansi Syariah, (Jakai1a, Salemba Empat, 2005), Edisi Revisi,
Sesungguhnya sejarah akuntansi, sebagaimruia ditulis oleh ahli barat, menunjukru1 bahwa akuntansi secara umum atau apa yru1g dinrunakru1 dengall sistem pembukuan berpasallgan secara khusus tumbuh dan berkembang di Eropa, yaitu di Italia. Di ru1tara referensi yang dapat dilihat, baik yru1g berbahasa Arab maupun yang berbahasa Inggris, tidak kami dapati penyebutan apa pun tentang terjadinya di Negara
Islrun. Boleh jadi pengabaiall perall negru·a Islam dalrun
pengembaJ1gaJ1 akuntru1si karena disengaja atau kru·ena
ketidaktahurumya. Sesllllgguhnya kita semua mcngetahui dengru1 baik peran yang dimainkall oleh negara Islrur. dalam pengembangall berbagai ilmu dall seni. Hal ini mencakup akuntansi keuru1gan.
Secara kronologis perkembal1gru1 aklllltru1si di d1mia Islrun dapat diawali
den gall V allgermeersch bahwa tern pat tumbulmya sistem pencatatru1
bcrpasallgan masih diperdebatkan. Ini berarti dia tidak menerima bahwa
tempat turnbulmya sistem tersebut adalah di Italia. Dia beralasall bahwa
sistem peucatatan berpasaJ1gaJ1 dalrun buku-buku akuntansi merupakall suatu
metode untuk memilah-milah data sesuai dengall kaidah-kaidah khusus yang
tel ah dikenal secara um um. 3
Di alltara yang patut diperhatikall adalah Pacioli menyebutkru1 di dalal11
bukunya bahwa sistem pencatatall berpasal1gm1 telah ada sejak lama.
Dernikian juga De Rover, berpendapat bahwa bab yru1g terdapat di dalam
buku Pacioli tentang akuntansi hanyala11 suatu bentuk nukilan dari apa yallg
ada pada saat itu beredar di ru1tru·a para murid dall guru di sekolah aritrnatik
dru1 perdagallgan (Venetian Schole) atau dalrun bahasa Inggris Schools of
Commerce and Arithmetic.
3
Di antara karya-karya tulis yang menegaskan penggunaan akuntansi dan
pengembanga1111ya di Negara Islam, sebelum munculnya buku Pacioli, adalah
adanya manuslaip yang di tulis pada tahun 765 HI 1363 M. Manuslaip ini
adalah karya seorang muslim, yaitu Abdullah bin Muhammad bin Kayah Al
Manzindarani, dan dibe1i judul "Risalah Falakiyah Kitab Al Siyaqat". Tulisan
ini disimpan di perpustakaan Sultan Sulaiman Al-Qammi di Istambul Turki,
tercatat di bagian manuslaip dengan nomor 2756, dan memuat tentang
akuntansi dan sistem akuntansi di Negara Islam. Humf yang digunakan
dalam tulisan ini adalah humf Arab, tetapi balrnsa yang digunakan terkadang
bahasa Arab, tetapi bahasa Parsi dan terkadang juga bahasa Turki yang
popular di Daulah Ustmaniyah. Bulru ini telah ditulis kurang lebih 131 tahun sebelum munculnya buku Pacioli. Memang buku Pacioli termasuk buku yang
pertama kali dicetak tentang sistem pencatatan berpasangan, dan buku Al
Mazindarani masih dalam bentuk manuslaip, belum dicetak dan belum
diterbitkan. 4
Al Mazindarani berkata bahwa ada bulru-buku -barangkali yang
dimaksudkan adalah manuslaip-manuslaip- yang menjelaskan
aplikasi-aplikasi akuntansi yang popular pada saat itu, sebelum ia menulis bulrunya
dengan judul "Risalah Fala/dyah Kitab Al Siyaqat". Dia juga mengatakan
bahwa secara pribadi, dia telah mengambil manfaat dari buku-buku itu dalam
4
menulis buku "Risa/ah Falakiyah" tersebut. Dalam bukunya yang masih
berbentuk manuskrip itu, al Mazindarani menjelaskan hal-hal beiikut:5
a. Sistem akuntansi yang popular pada saat itu, dan pelaksanaan pembukuan yang khusus bagi setiap akuntansi.
b. Macam-macam buku akuntansi yang wajib digunakan untuk mencatat keuangan.
c. Cara menangani kekurangan dan kelebihan yakni penyetaraan.
2. Pengertian Akuntansi Islam
Secara etimologi, kata akuntansi berasal daii bahasa Inggiis, accounting dalam bahasa Arabnya disebut "muhasabah" yang berasal dari kata hasaba, hasibah, muhasabah, atau wazan yai1g lain adalah hasaba, hasban, hisabah, artinya menimbai1g, memperhitungkan, mengkalkulasi, mendata atau menghisab. Y akni menghitung dengai1 seksama atau teliti yang harus dicatat dalam pembukuan tertentu.6
Kata muhasabah berasal daii kata kerja hasaba, dan diucapkan juga dengan hisab, hasibah, muhasabah dan hisaba. Kata kerja hasaba tem1asuk kata ke1ja yang menunjukan adanya interaksi seseorang dengan orai1g lain. Pengertian seperti pada kalimat: "Menghitung untuk semua amalnya untuk dia balas sesuai dengan amalnya tersebut". Muhasabah 8ecara bahasa adalah
5
Ibid., h. 19
'menimbang' atau 'memperhitungkan amal-amal manusia yang telah diperbuatnya'. 7
Secara Jughawi 'bahasa' dapat dipahami bahwa kata muhasabah sama dengan kata hisab. Keduanya mernpakan akar dari kata .hasaba, dan bennakna 'menghitung dan menimbang semua amalan manusia dan tingkah lakunya sesuai dengan apa yang tercatat dan terdaftar'. Tapi kata hisab juga mempunyai arti lain dalam bahasa, yaitu mernpakan akar dari kata kerja hasaba, yang berarti 'mengkalkulasi dan mendata'. Menghisab sesuatu juga bisa berarti mendatanya, menynsunnya, dan mengkalkulasinya. Jadi bisa mengatakan hasaba, has ban, hisabatan dan hisaban. 8
Menurnt ulama fiqih, kata muhasabah mempunyai dua pengertian pokok, yaitu:9
Pengertian pertama. Muhasabah dengan arti musa-alah (perhitungan) clan munaqasah (perdebatan), kemudian dilanjutkan dengan pembalasan yang sesuai dengan catatan perbuatannya dan tingkah lakunya serta sesuai pula dengan syarat-syarat yang telah disepakati.
Pengertian kedua. Muhasabah dengan arti pembukuanipencatatan keuangan seperti yang diterapkan pada masa awal munculnya Islam. Juga, diartikan dengan perhitungan modal pokok serta keunttmgan dan kerngian.
7
Husein Syahatah, Pokok-Pokok Pikiran Akuntansi Islam, penerjemah Husnul Fatarib, Le
(Jakarta, Akbar Media Eka Sarana, 2005), Cet.Ke-2, h. 30
8
Ibid., h. 31
9
Dari dua pengertian di atas, maka pengertian muhasabah dalam Islam meliputi dua sisi, yaitu:
a. Pembukuan keuangan (menghihmg dan mendata semua transaksi
keuangan)
b. Perhitungan, perdebatan
Kedua makna ini saling terkait clan sulit mernisahkannya, yaitu sulit membuat perhihmgan (musa-alah) tanpa adanya data-data, dan juga tidak ada gunanya data-data tanpa dilanjutkan dengan perhitungan dan perdebatan. 10
Akuntansi Syariah adalah suah1 kegiatan identifikasi, klarifikasi, pendataan, dan pelaporan melalui proses perhitw1gan yang terkait dengan transaksi keuangan sebagai bahan informasi dalam rnengambil keputusan ekonomi berdasarkan prinsip akad-akad syariah, yaitu tidak mengandung Zhu/um (kezaliman), riba, maysir (judi), gharar (penipuan), barang yang diharanikan dan membahayakan. 11
3. Landasan Hukum Akuntansi Islam
10 Ibid., h. 44
11
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah[l79] tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menu/is, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis
itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah tオィ。ュセケ。L@ dan janganlah ia
membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulis/ah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demildan), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu;
dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu ".
Dalarn ayat ini Allah SWT rnemerintahkan kepada orang yang beriman agar mereka melaksanakan ketentuan-ketenhmn Allah setiap melakukan perjanjian perserikatan yang tidak tunai yaitu melengkapinya dengan alat-alat bukti sehingga dapat dijadikan dasar untuk melaksanakan perselisihan yang rnungkin timbul di kemudian hari.
Alat bukti berdasarkan firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah/ 2: 282 tersebut ''faktubuhuu (maim hendaklah ada yang menuliskannya) ",
memberikan isyarat bahwa keberadaan akuntansi dalam sebuah lembaga keuangan atau transaksi menjadi wajib adanya. Karena melalui ala.mtansilah, seseorang dapat mengetahui secara baik dan benar laporan keuangan terhadap transaksi, neraca, atau laba rugi yang pemah dilakukan. 12
Prof.Dr.Harnka dalam Tafsir Al-Azhar juz 3 tentang surat Al-Baqarah ayat 282, ini mengemukakan beberapa ha! yang relevan dalam Akuntansi sebagai berikut:
"Perhatilcan tujuan ayat! Yaitu kepada sekalian orang yang beriman kepada Allah supaya utang piutang ditulis, itulah dia yang berbuat sesuatu pekerjaan karana Allah, karena perintah Allah dilaksanakan.
12
Sebab itu tidaklah layak karena berbaik hati karena kedua belah pihak lalu berkata tidak perlu dituliskan karena kita sudah percaya mempercayai. Padahal umur kedua belah pihak sama-sama di tangan Allah. Sianu mati dengan berhutang tempat berutang menagih kepada
warisnya yang tinggal. Si waris bisa mengingkari utang itu karena tidak
ada surat perjanjian "13
Buya Hamka melanjutkan lagi
" ... dan apabila dibelakang hari perlu dipersaksikan lagi sudah ada hitam di atas putih tempat be'ijegang dan keragu-raguan hilang sebab sampai
sekecil-kecilnya ditulis" 4
Dia mengungkapkan secara jelas betapa wajibnya memelihara tulisan. Dan perintah inilab yang selalu diabaikan umat Islam sekarang ini. Bahkan yang lebih parab sudab sampai pada situasi seolab-olab menulis transaksi seperti ini menunjukan kekurang percayaan satu sama lain padahal ini merupakan perintah Allah SWT kepada umatnya yang tentu harus dipatuhi.15
B. Konsep Penghimpunan Dana Prinsip Mudharabah Pada. Bank Syariah
1. Penge1iian penghimpunan dana prinsip mudharabah
Istilah "mudharabah" merupakan istilab yang paling banyak digunakan dalam bank-bank Islam. Prinsip ini juga dikenal sebagai "qiradh" atau
"muqaradah ".16
13 Sofyan Safri Harahap, Akuntansi Islam, (Jaka11a, Bumi Aksara, 1997), Cet.Ke-1, h. 120
14
Ibid., h. 120
15
Ibid., h. 120
16
Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, (Jakarta, PT
Qiradh berasal dari kata Al Qardhu yang beraxti Al Qath 'u (potongan), karena pemilik memotong sebagian hartanya unluk diperdagangkan clan memperoleh sebagian keuntungannya.17
Imam Sarakhsi, salah seorang palcar hukum Islam yang dikenal dalam kitabnya "al-Mabsut" telah memberikan definisi mudharabah clan keterangan sebagai berikut.
Perkataan mudharabah adalah dian1bil dari pada perkataan "darb (usaha) di atas bumi". Dinamakan demikian karena mudharib (pengelola modal orang lain) berhalc untuk bekeja sama bagi hasil alas jerih payah clan usahanya. Selain mendapat keuntungan ia juga berhak untuk mem:pergunalcan modal dan menentukan tujuannya sendili. Orang-orang Madinah menamalcan kontralc jenis ini sebagai "muqaradah" dimana perkataan ini diambil dari perkataan "qard" berarti "menyerahkan" dalan1 ha! ini pemilik modal alcan menyerahkan hale atas modalnya kepada amil (pengelola modal).18
Mudharabah adalah perjanjian atas suatu jenis perkongsian, dimana pihalc pertama (shahibul maaV menyedialcax1 dmm clan pihalc kedua (mudharib) bertanggung jawab atas pengelolaan nsaha.19 Keuntungan yang diperoleh dibagi menurut perbandingan (nisbah) yang disepakati. Dalam ha! terjadi kerugian, alcan ditanggung oleh pemilik modal, selanm bukan dialcibatkan
17
Sayyid Sabiq, Fiqi!t Sunnah 13, penerjemah H Kamaluddin A. Marzuki, (Bandung: PT Al
Ma'arif. 1990). h. 31
18
Ibid., h. 33
19
karena kelalaian pengelola usaha. Sedangkan kerugian yang timbul karena
kelalaian pengelola akan menjadi tanggungjawab pengelola usaha sendiri. 20
Mudharabah adalah suatu transaksi pembiayaan berdasarkan syariah,
yang juga digunakan sebagai transaksi pembiayaan perbankan Islam, yang
dilakukan oleh para pihak berdasarkan kepercayaan. Kepercayaan merupakan
unsur terpenting dalam transaksi pembiayaan mudharabah, yaitu kepercayaan
dari shahibul al-maal kepada mudharib. Kepercayaan merupakan unsur
terpenting dalam transaksi pembiayaan mudharabah, karena dalan1 transaksi
mudharabah, shahibul al-maal tidak boleh meminta jarninan atau agunan dari
mudharib dan tidak boleh ikut campur di dalarn pengelolaan proyek atau
usaha yang notabenya dibiayai dengan dana shahibul al-maal tersebut.
Pengelola usaha adalah mudharib, tanpa campur tangan dari shahibul al-maal,
yang menjalankan atau mengelola proyek atau usaha tersebut. Paling jauh
shahibul al-maal hanya boleh rnemberikan sarm1-saran tertentu kepada
mudharib dalam menjalankan atau mengelola proyek atau usaha tersebut.21
Mudharabah adalah membentuk suatu pe1janjim1 kemitraan (contract of
co-partnership) antara pemilik modal dengan pern:ilik pemsahaan. Apabila
pemsahaan ini memperoleh keuntungan maka pengelola akan memperoleh
keuntungm1 berdasarkan prinsip bagi hasil yang telah disepakati. Sedangkan
20
Muamalat Institute Research, Training, Consulting dan Publikation, Hand Out Traning
Perbankan Syariah, (Jakarta, Muamalat Institute, tth), h .95
21 Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum
bila perusabaan mendapatkan kerugian, maka resiko finansial ditanggung sepenuhnya oleh pemilik modal, sedangkan pengelola tidak menanggung resiko sama sekali selain resiko non finansial, atau kecuali apabila kerugian tersebut te1jadi akibat kecurangan pengelola. Itnlah sebabnya mengapa
mudharabah disebut pula sebagai "partnership in profit"22•
Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak sipenyimpan dana, prinsip mudharabah terbagi dua yaitu;
a. Mudharabah Muthlaqah atau URIA (Unrestricted Investment Account)
Mudharabah muthlaqah atau URIA (Unrestricted Investment
Account), tidak ada pembatasan bagi bank dalam menggunakan dana yang
dihimpun. Nasabab tidak memberikan persyaratan apa pun kepada bank, ke bisnis apa dana yang disimpannya itu hendak disalurkan, atau menetapkan penggunaan akad-akad tertentu, atau put1 persyaratan dananya diperuntukan bagi nasabab tertentu. Jadi bank memiliki kebebasan penuh untuk menyelurkan dana URIA ini ke bisnis mana pun yang diperkirakan menguntungkan. 23
Dalam mudharabah muthlaqah, bank sebagai mudharib memput1yai kebebasan mutlak dalam pengelolaan investasinya. J angka waktu investasi dan bagi hasil disepakati bersama. Apabila bank menghasilkan
22 Habib Nazir dan Muhammad Hasanudin,
Ensildopedi Ekonomi dan Perbankan Syariah,
(Bandung, kaki langit, 2004), Cet. Ke-I h. 389
23 Adiwarman A. Karim, BANK !SLAM Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta, PT Raja
keuntungan akan dibagi sesuai dengan kesepakat1m awal. Apabila bank
mengalami kerugian, bukan kerena kelalaian bank, kerugian ditanggung
oleh nasabah deposan sebagai shahibul maal. Deposan dapat menarik
dananya dengan pemberitahuan terlebih dahulu. 24
Dari penerapan mudharabah muthlaqah ini dikembangkan produk
tabungan dan deposito, sehingga terdapat dua jeni:s penghimpunan dana,
yaitu tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. K.etentuan umum
dalam produk ini adalah:25
1) Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah
dan tata cara pemberitahuan keuntungan dan atau pembagian
keuntungan secara resiko yang dapat ditimbulkan dari penyimpanan
dana. Apabila telah tercapai kesepakatan, maka hal tersebut harus
dicantumkan dalam akad.
2) Untuk tabungan mudharabah, bank dapat membe1ikan buku tabungan
sebagai bukti penyimpanan, serta kartu ATM dan atan alat penarikan
lainnya kepada penabung. Untuk deposito mudharabah, bank wajib
memberikan sertifikat atau t<mda penyimpanan (bi/yet) deposito
kepada deposan.
24 Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, (Jakmta, PT Raja Garafindo Persada, 2007), h. 118
25 Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah, Buku Saku Perbankan Syariah, (Jakmta, PKES,
3) Tabungan mudharabah dapat diambil setiap saat oleh penabung sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati, namun tidak diperkenankan mengalami saldo negatif.
4) Deposito mudharabah hanya dapat dicairkan sesuai dengan jangka waktu yang disepakati. Deposito yang diperpanjang, setelah jatuh tempo akan diperlakukan sama seperti deposito baru, tetapi bila pada akad telah dicantumkan perpanjangan otomatis maka tidak perlu dibuat akad baru.
5) Ketentuan-ketentuan yang lain yang berkaitan dengan tabungan dan deposito tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ptinsip syariah.
b. Mudharabah Muqayyadah atau RIA (Restricted Investment Account) Mudharabah Muqayyadah atau RIA (Restricted Investment Account)
mempunyai pengertian bahwa shahibul maal memberikan batasan alas dana yang diinvestasikannya. Mudharib hanya hisa mengelola dana tersebut sesuai dengan batasan yang diberika.n oleh shahibul maal. Misalnya, hanya untuk jenis usaha tertentu saja, tempat tertentu, waktu tertentu, dan lain-lain.26 Bank dilarang mencampurkan rekening investasi terikat dengan drum bank atau drum rekening lainnya pada saat investasi.
26 Muhammad Syafi 'i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, (Jakarta, Gema Insani,
Bank dilarang untuk menginvestasikan dananya pada transaksi penjualan cicilan, tanpa penjamin atau tanpajaminan.27
Bank symiah juga menawm·kan rekening investasi khusus (special investment account) kepada nasabah ym1g ingin menginvestasikan dananya langsung dalmn proyek yang disukainya yang dilaksanakan oleh bank dengan prinsip mudharabah muqayyadah. Investasi khusus ini sering disebut investasi terikat. Rekening investasi khusus ini biasanya ditujukan kepada para nasabah atau investor besar dm1 institusi. Dalmn mudharabah muqayyadah bank menginvestasikan dana nasabah ke dalam proyek tertentu yang diingiukan nasabah. J angka waktu investasi dan bagi hasil disepalcati bersmna dan hasilnya langsung berkaitan dengm1 keberhasilan proyek investasi ym1g dipilih.28 Karakteristik jenis simpanan ini adalah sebagai berikut:
1) Pemilik dana wajib menetapkan syarat-syarat te1ientu ym1g harus di ikuti oleh bank dan wajib membuat akad yang mengatur persyaratm1-persyaratan dana simpanan khusus.
2) Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tata cm·a pemberitahuan keuntungan clan atau pembagian keuntungan secm·a resiko yang dapat ditimbulkim dari penyimpangan dana. Apabila telah tercapai kesepakatan, maka ha! tersebut harus dicantumkan dalam akad.
3) Sebagai tm1da bukti simpanan bank menerbitkan bukti simpanan khusus. Bank wajib memisahkm1 dmia ini dari rekening lainya.
4) Untuk deposito mudharabah, bank wajib membelikan sertifikat atau tanda penyimpanan (bilyet) deposito kepada deposan. 29
27
Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, h. 36
28
Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, 118
29 Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah.
L
... JI
SHAHIBUL MAAL MUDHARIB
dana
bagi
iセ@ セャョMMセMb⦅。⦅ョ⦅ォ⦅ウ・⦅「⦅。⦅ァ⦅。ゥ⦅Q⦅ョ⦅オ⦅、ィ⦅。⦅イ⦅ゥ「セセMMMGャ@
j
Bank sebagai shaibul maal/rabul maal
t
I
I
I
I
[image:39.595.60.496.118.555.2]---'
Gambar
2.1 Hubungan Bank dan Nasabah Dalam Akad AfudharabahDari ilustrasi gambar tersebut di atas dapat disampaikan penjelasan sebagai berik:ut:
2) Dalam penyaluran dana dalam prinsip mudharabah mutlaqah,
kedudukan bank sebagai shahibul maal (sebagai pernilik dana) sedangkan sebagai pengelola dana atau mudharib adalah debitur (sdii. Arninah). Perhitungan distribusi hasil usaha dilakukan oleh Aminah (Debitur) sebagai pengelola dana.
3) Dalam penerimaan dana dalam prinsip mudharabah muqayyadah
(investasi terikat), kedudukan bank hanya sebagai agen saja karena sebagai pemilik dana (shahibul maal) adalah Hamzah dan sebagai
mudharib atau pengelola dana adalah Aminah. Pembagian hasil Usalia
dilakukan antara pemilik drum (Hamzah) dan mudharib (Aminah), bank syariah hanya menerima imbalan berupa fee saja. Perhitungan distribusi hasil usaha dilakukan oleh mudharib (Aminah)
Dalam Undang-Undang nomor 10 tahun 1998, pasal 1 ayat 9 disebutkan bahwa tabungan adalah simpanan yang penarikannya hru1ya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati tetapi tidak dapat ditarik dengan eek, atau alat yang dipersamakan dengan itu.
Nasabahjika hendak mengambil simpanannya dapat langsung ke bank dengan membawa buku tabungan, slip penarikan atau melalui fasilitas ATM.30
Dalam ha! ini terdapat dua prinsip perjanjian Islam yang sesuai diimplementasikan dalam produk perbankan berupa tabungan, yaitu wadiah dan mudharabah. Hampir sama dengan giro pilihan terhadap produk ini tergantung dengan motif dari nasabah. Jika motifuya hanya menyimpan saja maka bisa dipakai produk tabungan wadiah sedangkan untuk memenuhi nasabah yang bermotif investasi atau mencaii keuntimgan maka tabungai1 mudharabah yang sesuai.31 Sifat-sifat tabungan mudharabah antara lain sebagai berikut:
1) Tabungan mudharabah adalah simpanan pihak ketiga di bank syariah yang penai·ikaimya dapat dilakukan setiap saat atau beberapa kali sesuai dengan perjanjian.
2) Dalam ha! ini bank syai·iah bertindak sebagai mudharib dan deposan sebagai shahibul maal.
3) Bank sebagai mudharib akan membagi keuntu11gai1 kepada shahibul maal sesuai dengai1 nisbah yang telah disetujui bersama. Pembagian keuntungan dapat dilakukai1 setiap bulan berdasarkai1 saldo minimal yang mengendap selaina periode tersebut.32
Tabungan yang menerapkan alrnd mudharabah mengikuti prinsip-p1insip mudharabah. Diantaranya sebagai berikut:
1) Keuntungan dari dana yang digunakan harus dibagi antara nasabah dan Iembaga keuangan.
JO Abdul Ghafur Anshari, Perbankan Syariah di Indonesia, (Jogjakarta, UGM Press, 2007),
Cet.Ke-1, h. 87
JI Ibid., h. 88
JZ Malayu S. P. Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta, PT Bumi Aksara. 2005),
2) Adanya tenggang waktu antara dana yang diberikan dan pembagian keuntungan, karena untuk melakukan investasi dengan memutarkan dana itu diperlukan waktu yang cukup. 33
Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 deposito didefinisikan simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank atau pada saat jatuh tempo. Deposito merupakan produk dari bank yang memang ditujukan untuk kepentingan investasi dalam bentuk surat-surat berharga, sehingga dalam perbankan syariah akan memakai prinsip mudharabah. 34
Adapun yang dimaksud dengan deposito syariah adalah deposito yang dijalankan berdasarkan prinsip syariah. Dalam ha! ini, Dewan Sya1iah MUI telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa deposito yang dibenarkan adalah deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah.35
Bank syariah menerima simpanan deposito be1jangka (pada umumnya untuk satu bulan keatas) ke dalam rekening investasi ummn (general investment account) dengan prinsip mudharabah a/ .. muthlaqah. Investasi um um ini sering disebut juga dengan investasi tidak terikat. 36
Berbeda dengan perbankan konvensional yang memberikan imbalan berupa bunga bagi nasabah deposan, namun dalam perbaukan syaiiah imbalan
33
Muhammad Syafi'i Antonio, Bank Syariah, Dari Teori ke Praktik, h. 156
34
Abdul Ghafur Anshari, Perbankan Syariah di Indonesia, h. 93
35
Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 03/DSN MUI/IV/2000
36
yang diberikan kepada nasabah deposan adalah pendapatan (revenue sharing) sebesar nisbah yang disepakati di awal akad.37 Sifat-sifat deposito mudharabah antara lain sebagai betikut:
1) Deposito mudharabah adalah investasi melalui simpanan pihak ketiga yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalamjangka waktu tertentu Gatuh tempo) dengan mendapat imbal bagi hasiL
2) Imbalan dibagi dalam bentuk berbagi pendapatan (revenue sharing) atas penggunaan dana itu secara syatiah dengan rasio pembagian pendapatan. Misalnya: 60 : 40, yaitu 60 bagi cleposan clan 40 bagi bank syariah.
3) J at1gka waktu cleposito mudharabah berkisar I bulan, 3 bulat1, 6 bulan dan 12 bulan. 38
Dalan1 kegiatan penghimpunan datia dalam bentuk tabungan atau deposito berdasarkan Mudharabah berlaku persyaratan paling kurang sebagai berikut.
1) Bank bertindak sebagai pengelola clana clan nasabah bertindak sebagai pemilik dana.
2) Dana clisetor penuh kepada bank clat1 dinyatakan dalam jumlah nominal.
3) Pembagian keuntungan dari pengelolaan dana investasi dinyatakan dalam bentuk nisbah.
4) Pada akad tabungat1 berdasarkat1 mudharabah, nasabah wajib menginvestasikan minimum clana te1tentu yang jumlahnya ditetapkan oleh bank dan tidak dapat ditarik oleh nasabah kecuali dalam rangka penutupan rekening.
5) Nasabah tidak diperbolehkan menai·ik dana di luar kesepakatan.
6) Bank sebagai mudharib menntup biaya operasional tabungan atau deposito dengan menggunakan nisbah keunt1mgan yang menjadi haknya.
7) Bank tidak diperbolehkan mengurangi bagian keuntungan nasabah tanpa persetujuan nasabah yang bersangkutan.
8) Bank tidak menjamin datia nasabah, kecuali diatur berbeda dalam perundang-m1dangan yang berlaku. 39
37
Ibid., h. 93
38
Malayu S. P. Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, h. 42
39
Ayat ini menerangkan tentang muamalah yang dilakukan tidak secara tunai, yang dilakukan dalam perjalanan dan tidak ada seorang jurn tulis yang akan menuliskrumya, maka hendaklah ada barang tanggnngan (borg) yru1g dipegang oleh pihak yang berpiutang, kecuali jika masing-masing percaya
mempercayai dan bersera11 diri kepada Allah, maka murunalah ini boleh dilakukan tan pa adanya barang tanggungru142• Dengan demikian, pada ayat ini jruninan bukat1 berbentuk tulisan atau saksi tetapi kepercayaru1 dat1 amanah
timbal balik.
Amanah adalah kepercayaan dad yru1g membeli terhadap yang dibeli atau dititipi, bahwa sesuatu yang dititipkan kepadanya itu akan dipelihara sebagaimana mestinya, dru1 pada saat yru1g menyerahkru1 memintanya kembali maka ia akan meneiimanya utuh sebagaimana adruiya tanpa keberatan dari yang dititipi. Yang menetima pun menelimanya atas dasar kepercayaru1 dati pemberi, bahwa apa yang ditetimanya, dite1ima sebagaimruia adru1ya, dan kelak sipembeli atau penitip tidak akan meminta mekbihi apa yang dibe1ikru1 atau disepakati kedua belah pihak 43•
42
Universitas Islam Indonesia, Al Qur'an dan Tafsimya, (Yogyakarta: PT Dana Bhakti
Wakaf, 1995) h. 487
43
Quraish Shihab, TAFSIR AL MISBAH Pesan Kesan dan Keserasian Al Qur'an (Jakarta:
Hadis Nabi riwayat al-Thabrani:
,:. ""' ,, ,, ,, } ,,.. 0 _,,.
a.;1;
セ@ セ}GZN[@
'f3
LHセャェ@
セ@
J);
'lj
d/--!
セ@ ZZZ⦅セ@
'1
0\
セg^@
,., ,., ,,, ,.., ,, ,...
"Abbas bin Abdul Muthallib jika menyerahkan harta sebagai mudharabah, ia mensyaratkan kepada mudharib-nya agar tidak mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia (mudharib) harus menanggung resikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas itu didengar Rasulullah, beliau membenarkannya" (HR. Thabrani dari lbnu Abbas).
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas secara jelas digarnbarkan bahwa pada masa Rasul tersebut telah terjadi akad mudharabah antara para sahabat yaitu Sayyidina Abbas jikalau memberikan dana kemitra usal1anya secara mudharabah, ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli ternak yang paru-paru basah, jika menyalahi peraturan maka yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikannyalah syarat-syarat tersebut ke Rasulullah SAW dan Rasulpun memperkenankannya.
3. Rukun dan syarat
Dalam transaksi dengan pnnsrp mudharabah harus dipenuhi rukun mudharabah antara lain meliputi:
a. Shahibul maal/rabulmal (pemilik dana/nasabah) b. Mudharib (pengelola dana/pengusaha/bank) c. Amal (usaha/pekerjaan), dan
d. Ijab Qabul45
Adapun syarat-syarat mudharabah sesuai dengan rukun di alas adalah:
a. Yang terkait dengan orang yang melakukan transaksi haruslah orang yang cakap bertindak hukum dan cakap diangkat sebagai wakil, karena pada satu sisi posisi orang yang akan mengelola modal adalah wakil dari pemilik modal. Itulah sebabnya, syarat-syarat seoraug wakil juga berlaku bagi pengelola modal dalam akad mudharabah.
b. Yang terkait dengan modal disyaratkan: (i) 「・イ「セョエオォ@ uang, (ii) jelas jumlahnya, (iii) tunai, (iv) diserahkan sepenuhnya kepada pedagang atau pengelola modal. Oleh sebab itu, jika modal im berbentuk barang, menurut para ulama fiqih tidak dibolehkan, karena sulit menentukan keuntungannya. Demikian juga halnya dengan utang, tidak boleh dijadikan modal mudharabah. Akan tetapi, jika modal itu berupa wadiah (titipan) pemilik modal kepada pedagang, boleh dijadikan modal mudharabah.
c. Yang terkait dengan keuntungan, disyaratkan bahwa (i) pembagian keuntungan harus jelas clan bagian masing-masing diambil dari keuntungan pedagang itu, sepe1ti setengah, sepertiga atau seperempat. (ii) Pembagian keuntungan antara mudharib clan shahibul maal, berdasarkan nisbah sesuai kesepakatan awal. (iii) Nisbah pembagian keuntungan harus dicapai melalui negoisasi dan dituangkan dalam akad secara tertulis. (iv) Pembagian keuntungan hanya untuk satn pihak, tidak sah akadnya. (v) Bersifat mutlak, artinya tidak mengikat mudharib dalam usaha-usal1anya memperoleh keuntungan. Dana tidak dapat diambil sewaktu-waktu (harus sesuai dengan perjanjian).46
45
Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, h. 35
46
4. Distribusi Pendapatan
Pembayaran imbalan bmlic syariah kepada deposan (pemilik dana) dalmn
bentuk bagi hasil besarnya sangat tergantung dari pendapatan yang diperoleh
oleh bank sebagai mudharib alas pengelolaan dm1a mudharabah tersebut.
Bmlic syariah menjalankan fungsi sebagai menajer inve:stasi dmi pemilik dana
sangat tergm1tung pada keahlian atau keprofesionalan pm·a pengelola bank
syariah. Sarana untuk melakukan perhitungan distribusi hasil usaha antara
pemilik dana (shahibul maal) dengan pengelola dmm (mudharib) ini yang
lazimnya disebut dengan "Perhitungm1 Disttibusi Hasil Usaha" (Profit
Distribusion).47
Distribusi pembagian hasil usaha bmlic symiah dengan nasabah (shahibul
maal) penghimpunan dana hanya didasarkan pada akad mudharabah,
pembagim1 bagi usaha dilakukm1 berdasm·kan pada nisbah yang disepakati
pada awal akad. Dalmn hal penghimpunan dana, pemilik dananya adalah
deposan sedm1gkan bmlic sebagai pengelola dana sehingga perhitungan
distribusi hasil usaha dilakukm1 oleh bmlic syariah. 48
Dalam prakteknya, mekanisme perhitw1gan bagi hasil dapat didasarkan
pada dua cam profit sharing (bagi laba) dill1 revenue sharing (bagi
pendapatan), yakni sebagai berikut:
47 Wiroso,
Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syarialz, h. 88
48
a. Profit sharing (bagi !aha)
Perhitungan bagi hasil menurnt profit sharing adalah perhitungan bagi
hasil yang mendasarkan pada !aha dari pengelola clana, yaitu pendapatan
usaha dikurangi dengan beban usaha untuk mendapatkan pendapatan
usaha tersebut. 49
Prinsip profit sharing diterapkan berdasarkan pendapat dari Abu
Hanifah, Maliki, Zaidiyah yang mengatakan bahwa mudharib dapat
membelanjakan harta mudharabah hanya bila perdagangannya itu
dipe1jalanan saja baik itu berupa biaya makan, minum, pakaian dan
sebagainya. Hambali mengatakan bahwa mudharib boleh menafkahkan
sebagian dari harta mudharabah baik dalam keadaan menetap atau
berpergian dengan ijin shahibul maal, tetapi besarnya nafkah yang boleh
digunakan adalah nafkah yang telah dikenal (rnenurut kebiasaan) para
pedagang dan tidak boleh boros. 50
b. Revenue sharing (bagi pendapatan)
Perhitungan bagi hasil menurnt revenue sharing adalah perhitungan
bagi hasil yang mendasarkan pada revenue (pendapatan) dari pengelola
49
Slamet Wiyono, Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syariah Berdasarkan
PSAK dan PAPS!, (Jakarta, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005), Cet. Ke-1, h. 57
50
dana, yaitu pendapatan usaha sebelum dikurangi dengan beban usaha untuk mendapatkan pendapatan usaha tersebut. 51
Prinsip revenue sharing diterapkan berdasarkan pendapat Syafi'i yang mengatakan bahwa mudharib tidak boleh menggunakan harta mudharabah sebagai biaya baik dalan1 keadaan menetap maupun berpergian (diperjalanan) karena mudharib telah mendapatkan bagian keuntungan maka dia tidak berhak mendapatkan suatu (nafkah) dari harta
itu yang pada akhimya ia akan mendapatkan yang lebih besar daii bagian shahibul maal. 52
Dalain Fatwa Dewai1 Syariah Nasional nomor 15/DSN-MUI/IX/2000 tanggal 16 september 2000 tentai1g prinsip distribusi hasil usaha, yaitu fatwa yang bai·kaitan dengan distribusi usaha, yailu sebagai berikut:
1) Pada dasarnya, LKS boleh menggunakan prinsip bagi basil (revenue sharing) maupun bagi untung (profit sharing) dalam distribusi basil usaha dengan mitra (nasabah)-nya.
2) Dilihat dari segi kemaslahatan (al ashlah), distribusi basil usaha sebaiknya digunakan prinsip bagi basil (revenue sharing).
3) Penetapan prinsip distribusi hasil usaha yang dipilih hams disepakati dalain akad. 53
c. Perhitungan Distribusi Hasil Usaha
Perhitungan distribusi basil usaha antai·a bank syariah dengan masing-masing kelompok dana seperti kelompok dai1a tabungai1 mudharabah,
51
Slamet Wiyono, Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syariah Berdasarkan
PSAK.danPAPSL h. 57
52 Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasi/ Usaha Bank Syariah, h. 118
53
ok 1a m Jah tto >ah an an an Ian \.L
kelompok dana deposito mudharabah satu bulan clan sebagainya, return
dari masing-masing dipergunakan "Tabel Perhitungan Distribusi Hasil
Usaha" (tabelprofit distribution) sebagai berikut:54
Sal do rata-rata harian SRKD A SKRDI SKRD2 SKRD3 SKRD4 SKRD5 TSSD
Tabel 2.1 Perhitungan Distribusi Hasil Usaha
Total Porsi pemilik dana Porsi bank
Hasil
Nisbah P endapatan Re1um Nisbah Pendapatan
Usaha
Dibagikan
THKD NUPD PHPD RHPD NUMB PHMB
B
c
D E F G(%) (BxC) (%) (%) (BxE)
THKD I NUPD I PHPDI RHPDI NUMB! PHMBI
THKD2 NUPD2 PHPD2 RHPD2 NUMB2 PHMB2
THKD3 NUPD3 PHPD3 RHPD3 NUMB3 PHMB3
THKD4 NUPD4 PHPD4 RHPD4 NUMB4 PHMB4
THKD5 NUPD5 PHPD5 RHPD5 NUMBS PHMB5
PHUD THPD THMB
Keterangan:
SRKD : Saldo rata-rata Harian Jenis Kelompok Dana
TSSD : Total Saldo Rata-rata Sumber drum atau jenis kelompok dana THKD : Total Hasil Usaha yang dibagi Kelompok Dru1a
54
[image:50.595.33.528.204.577.2]PHUD : Porsi Hasil Usaha Dibagikan
NUPD : Nisbah Umum Pemilik Dana (shahibul maal)
PHPD : Porsi Hasil Usaha untuk Pemilik Dana (shahibul maal) THPD : Total Hasil Usaha (Pendapatan) porsi Pemilik Dana
(shahibul maal)
RHPD : Return (indikasi rate) Hasil Usaba (pendapatan) porsi Pemilik Dana (shahibul maal)
NUMB : Nisbah Umum Milik (porsi) Bank Syariab PHMB : Pendapatan Hasil Usaha Milik Bank Syariah THMB : Total Hasil Usaha Milik Bank Syariah
Perbitungan masing-masing kolom dapat dijelaskan sebagai berikut: I) J enis Kelompok dana
Adalah jenis kelompok dana dengan prinsip mudharabah yang akan dibitung pembagian basil usabanya, sepe1ii tabungan mudharabah, deposito mudharabah, prinsip mudharabalz lainnya. 2) Saldo rata-rata harian Jenis Kelompok dana (SRKD) - kolom A
a) Kolom ini diisi dengan jumlah saldo rata-rata bmian dari jenis kelompok sum her dana seperti giro wadialz ( apabila giro wadialz diikut sertakan pada tabel distrbusi basil usaha), tabungan mudharabalz, deposito mudharabah sesuai dengan jangka waktunya.
3) Total Hasil Usaha Dibagikan (THKD)- kolom B
a) Kolom ini dipergunakan untuk mencari pendapatan yang akan
dibagikan untuk masing-masing kolom sumber dana seperti
kelompok tabungan mudharabah, kelompok deposito
mudharabah untuk jangka waktu satu bulan dan sebagainya.
b) Kolom PHUD mernpakan jumlah basil usaha yang akan
dibagikan datanya diperoleb dari jumlab pendapatan yang akan
dibagikan yang tercantum dalam tabel perhitungan alokasi
sumber dana dan pendapatan (kolom PHUD - alokasi dana dan
pendapatan).
c) Jumlah basil usaha yang dibagikan ditempatkan pada
kelompok PHUD sedangkan perhitungan pendapatan untuk
masing-masing kelompok dana (THKD) dilakukan dengan
rnmus:
THKD = SRKD x PHUD
TSSD
4) Nisbah Umum Pemilik Dana (NUPD) - Kolom C
Diisi dengan nisbah untuk shahibul maal (nasabah) yang telab
disepakati pada awal akad antara shahibul maal dengan bank
sebagai mudharib.
5) Porsi Hasil Usaha (Pendapatan) Pemilik Dana I Shahibul Maal
a) Hasil dari kolom tersebut adalab pendapatan yang akan dibagikan pada shahibul maal kelompok jenis sumber dana sesuai dengan nisbab yang disepakati pada awal akad -shahibul maal kelompok dana tabungan mudharabah, shahibul maal kelompok deposito mudharabah jangka waktu satu bulan dan seterusnya.
b) Perhitungan dilakukan dengan cara (misalnya untuk kelompok tabungan) Rumus:
PHPD = THKD (kelompok B) x NUPD (kelompok C) 6) Return Hasil Usaba Pemilik Dana (RHPD) - kolom E
Kolom ini diisi dengan return atau indikasi rate yang digambarkan dalam persentase rumus perhitungan :
Return= Hasil Usaba (Pendapatan) Saldo Rata = Rata Harian
x _365 x 100% HBH
HBH (Hari Bagi Hasil) adalab jumlah hari yang dipergunakan dalam perhitungan saldo rata-rata atau jumlab hari yang dipergunakan dalam perhitungan tabel pembagian hasil usaba. 7) Nisbah Umum Milik Bank Syariab (NUMB) - kolom F
8) Porsi Hasil Usaha (Pendapatan) Milik Bank Syariah (PHMB)
-kolomG
a) Hasil pada kolom tersebut adalah pcndapatan yang akan
dibagikan pada bank sebagai mudharib dari kelompok jenis
sumber dana sesuai dengan nisbah yang disepakati pada awal
akad - bagian bank dmi kelompok tabungm1 mudharabah,
bagim1 bank dmi kelompok deposito mudharabah jangka
waktu satu bulan dm1 setcrnsnya.
b) Perhitungan dilakukan dengan cara (misalnya untuk kelompok
tabungan) rumus perhitungan :
PHMB = THKD (kelompok B) x NUMB (kelompok F)
C. Perlakuan akuntansi penghimpunan dana dengan priillsip mudharabah
Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) nomor 59 tentm1g
Akuntansi Perbankan Symiah, dijelaskan acuan akuntansi tentang pengukuran,
pengakuan, penyajian dan pengungkapan transaksi mudharabah, bank sebagai
pengelola dana atau mudharib sebagai berikut:55
1. Dasar Pengukurm1
a. Dmia investasi tidak terikat diakui sebagai investa.si tidak terikat pada saat
terjadinya sebesar jun1lah yang ditetima. Pada akhir periode akuntansi,
55 Tim Penyusun Pedoman Akuntansi, Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah, (Jakarta,
investasi tidak telikat diukur sebesar nilai tercatat. (PSAK 59 : Akuntansi Perbankan Symiah, paragraf29).
b. Bagi hasil investasi tidak telikat dialokasikm1 kepada bank dan pemilik dmlil sesuai dengan nisbah yang disepakati. (PSAK 59 : Akuntm1si Perbankan Syariall, paragraf 30).
c. Bagi hasil mudharabah dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode
yaitu bagi laba (profit sharing) atau bagi pendapatm1 (revenue sharing) sepe1ii pada pm·agraf 25. (PSAK 59 : Akuntansi Perbmilcm1 Syariall, pm·agraf30).
d. Kerngian karena kesala11an atau kelalaim1 bank dibebmlkm1 kepada bank (pengelola dana). (PSAK 59 : Akuntansi Perbankan Syariall, paragraf 32). 2. Penyajian
a. Pembiayaan mudharaball mntlaqah yang diterima bank syariall disajikan dalain neraca pada unsur investasi tidak telikat di antara unsur kewajiban dan ekuitas (PSAK 59 : Akuntansi Perbankan Symiah, paragraf 157) b. Investasi tidak telikat adalall dana yang diterima oleh bank dengan kriteria
sebagai belikut:
I) Bank mempunyai hale untuk menggunakan dan menginvestasikan dm1a, te1masuk hak untuk mencainpur dmlil yang dimalcsud dengm1 dan