• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan dukungan keluarga dan religiustas dengan kecemasan melahirkan pada ibu hamil anak pertama Primigravida)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan dukungan keluarga dan religiustas dengan kecemasan melahirkan pada ibu hamil anak pertama Primigravida)"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN RELIGIUSITAS

DENGAN KECEMASAN MELAHIRKAN PADA IBU HAMIL ANAK

PERTAMA (PRIMIGRAVIDA)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Disusun Oleh:

DEDEH MAHMUDAH

NIM: 206070004168

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H / 2010

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN RELIGIUSITAS DENGAN KECEMASAN MELAHIRKAN PADA IBU HAMIL ANAK PERTAMA (PRIMIGRAVIDA) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 13 Desember 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.

Jakarta, 13 Desember 2010

Sidang Munaqasyah

Dekan/ Pembantu Dekan/

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si NIP. 130 885 522 NIP.19561223 198303 2 001

Anggota :

Neneng Tati Sumiati, M.Si., Psi Gazi Saloom, M.Si

NIP.197303282000032003 NIP.19711214200701017

(3)

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN RELIGIUSITAS

DENGAN KECEMASAN MELAHIRKAN PADA IBU HAMIL ANAK

PERTAMA (PRIMIGRAVIDA)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Disusun Oleh:

DEDEH MAHMUDAH

NIM: 206070004168

Di bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Gazi Saloom, M.Si Natris Idriyani, M.Si

NIP:19711214200701017 NIP:150411200

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(4)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Dedeh Mahmudah

NIM : 206070004168

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Hubungan Dukungan Keluarga Dan Religiusitas Dengan Kecemasan Melahirkan Pada Ibu Hamil Anak Pertama ( Primigravida

)” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.

Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-Undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.

Jakarta, November 2010

Dedeh Mahmudah

(5)

Motto

“ Dan kami perintahkan kepada

manusia (berbuat baik) kepada dua

orang ibu bapaknya, ibunya yang telah

mengandungnya dalam keadaan lemah

yang bertambah-tambah, dan

menyapihnya dalam dua tahun.

Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada

ibu bapakmu, hanya kepada-Ku-lah

kembalimu”

( QS : Al-Luqman : 14)

(6)

Bismillahhirrahmannirrahiim...

Puji syukur atas segala kenikmatan yang telah diberikan Allah SWT yang

memberiku hidup dan memberi kesempatan untuk menulis karya ini

Karya sederhana ini kupersembahkan untuk bapakku Muniri HJ dan

ibuku Yatmi , kakakku

Dida Muzdalifah, S. Si, Apt, Serta orang-orang yang kusayangi...

(7)

ABSTRAK

(A) Fakultas Psikologi (B) Oktober 2010 (C) Dedeh Mahmudah

(D) Hubungan Dukungan Keluarga Dan Religiusitas Dengan Kecemasan Melahirkan Pada Ibu Hamil Anak Pertama ( Primigravida )

(E) 82 halaman + lampiran

(F) Setiap pasangan yang sudah menikah sangat mengharapkan kehadiran seorang anak. Terlebih lagi bagi primigravida. Persalinan merupakan saat yang sangat dinanti-nantikan oleh primigravida (kehamilan pertama) untuk segera dapat merasakan kebahagiaan melihat dan memeluk bayi yang telah dikandungnya selama berbulan-bulan. Namun menghadapi kelahiran bayi mendatangkan perasaan bahagia yang tidak terlukiskan, kecemasan, kekhawatiran dan takut. Kondisi ini sangat berbahaya bagi ibu hamil dan janinnya. Oleh karenanya ibu hamil membutuhkan dukungan sosial dari orang sekitarnya. Selain itu, ibu hamil yang mengalami ketakutan mengahdapi persalinan akan lebih mendekatkan diri dengan tuhan untuk menperoleh ketenangan. Tetapi benarkah ada hubungan dukungan keluarga dan religiusitas dengan kecemasan melahirkan pada ibu hamil anak pertama (primigravida)?

Dukungan keluarga adalah pemberian perhatian, dorongan, kasih sayang, barang, informasi dan jasa dari orang-orang terdekat seperti suami/istri, orang tua, anak, dan orang terdekat lainnya sehingga penerima dukungan merasa disayangi dan dihargai. Sedangkan religiusitas adalah suatu sistem keyakinan yang menghubungkan dan mengikat manusia dengan sesuatu diluar dirinya yang memiliki kekuatan yang lebih tinggi yang memiliki cinta kasih dan jaminan perlindungan yang bisa diperoleh dengan penyerahan diri dan pengabdian secara total.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan

antara dukunga keluarga dengan kecemasan melahirkan pada ibu hamil anak pertama ( primigravida ), religiusitas dengan kecemasan melahirkan pada ibu hamil anak pertama,

dan untuk mencari sumbangan dari variabel dukungan keluarga dan religiusitas dengan kecemasan melahirkan pada ibu hamil anak pertama.

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasional teknik pengumpulan data yang digunakan adalah purpossive sampling. Jumlah item yang valid untuk skala dukungan keluarga adalah 41 item dengan reliabilitas sebesar 0,9220, jumlah item untuk skala religiusitas adalah 40 item dengan reliabilitas sebesar 0,9209, sedangkan jumlah item yang valid untuk skala kecemasan melahirkan adalah 0,9311.

(8)

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan analisis statistic korelasi product moment. Koefisien korelasi antara dukungan keluarga dan kecemasan melahirkan dengan koefisien sebesar -0,269 dengan signifikan 0,150 p > 0,05 yang menyatakan bahwa ada hubungan tetapi tidak signifikan antara dukungan keluarga dengan kecemasan melahirkan. Sedangkan nilai koefisien korelsi antara religiusitas dengan kecemasan melahirkan sebesar -0,139 dengan nilai p=0,465 > p=0,05 hal ini menyatakan bahwa ada hubungan tetapi tidak signifikan antara religiustas dengan kecemasan melahirkan. Sumbangsih dari kedua variabel yakni dukungan keluarga dan religiusitas kepadengan kecemasan melahirkan adalah sebesar atau 7,8%. Variabel religiusitas, memberikan sumbangsih sebesar 1,9% sedangkan dukungan keluarga memberikan sumbangsih sebesar 5,9%. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengambil sampel dalam jumlah yang lebih banyak dan lebih luas lagi sehingga penelitian ini lebih representatif.

Kata kunci : Dukungan keluarga, Religiusitas, Kecemasan Melahirkan, Ibu Hamil Anak Pertama

(9)

KATA PENGANTAR

Assalamu`alaikum Wr. Wb

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya setiap saat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Dukungan Keluarga Dan Religiusitas Dengan Kecemasan Melahirkan Pada Ibu Hamil Anak Pertama (Primigravida)”. Salawat serta salam semoga tetap Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, atas segala perjuangannya sehingga kita dapat merasakan indahnya hidup di bawah naungan Islam.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak dapat terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah, Jahja Umar, Ph.D, seluruh dosen dan seluruh staf karyawan fakultas yang telah banyak membantu dalam menuntut ilmu di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah.

2. Gazi Saloom, M.Si, dosen pembimbing I yang telah memberikan arahan dan bimbingan yang sangat berarti dengan segenap kesabarannya, sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan maksimal.

3. Natris Indriani, M.Si, dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan, dan masukan yang teramat bermanfaat dalam penyelesaian penelitian ini.

4. Untuk kedua orangtuaku Bapak Muniri, Hj dan Ibu Yatmi, kakaku Dida Muzdalifah S. Si, Apt serta neneku Ibu Hj. Imroni terimakasih atas semua dukungan, sumber inspirasi, semangat, kasih sayang serta doa yang telah kalian berikan kepada peneliti untuk selalu meneruskan perjuangan ini agar mencapai yang terbaik. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan menganugerahkan kebahagiaan kepada keluargaku tercinta.

5. Pembimbing Akademik Yunita Faeala Nisa, M.Si yang telah membimbing peneliti selama perkuliahan ini.

6. Seluruh dosen dan staff akademik Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah yang telah memberikan banyak pengetahuan dan pelajaran selama penulis mengikuti kuli

(10)

7. Untuk sahabat-sahabat terbaikku Bintang, Ita, Sara, Dewi, Rere, Iha makasih ya atas semangat dan doanya, aku sayang kalian.

8. Untuk Ka Nida, Ka Niar, Ka Retno, Ka Desi makasih banget atas segala bantuan dan informasi serta pengetahuan yang diberikan selama penelitian ini.

9. Untuk Adit Perdana Putra Amd. R.O, terimakasih atas segala semangat dan dukungan yang diberikan kepada peneliti sehingga peneliti terus optimis menjalani skiripsi ini.

10. Seluruh mahasiswa-mahasiswi Fakultas Psikologi yang telah memberikan bantuan bagi peneliti dalam memperoleh data-data penelitian.

11. Teman-teman Fakultas Psikologi Non-Reguler Angkatan 2006, terima kasih atas dukungan dan semangat yang kalian berikan kepada peneliti.

12. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, karena dukungan dan pengertian mereka sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Hanya doa yang dapat penulis panjatkan kepada semua pihak yang telah membantu penulis semoga mendapatkan balasan pahala berlipat ganda dari Allah SWT.

Peneliti menyadari dengan segala semua kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki dalam penyusunan skripsi ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu peneliti mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya. Mudah-mudahan penelitian ini dapat bermanfaat sebagai mana mestinya, terutama untuk peneliti sendiri.

Akhirnya peneliti ucapkan terima kasih sekali lagi untuk semua pihak yang sudah membantu penyelesaian laporan penelitian ini. Wassalam.

Jakarta, 29 November 2010

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

ABSTRAKSI ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Pembatasan Masalah ... 7

1.3 Perumusan Masalah ... 8

1.4 Tujuan Penelitian ... 9

1.5 Manfaat penelitian ... 10

1.6 Sistematika Penulisan ... 11

(12)

BAB 2 KAJIAN TEORI

2.1 Kecemasan ... 12

2.1.1 Pengertian Kecemasan ... 12

2.1.2 Macam-macam Kecemasan ... 14

2.1.3 Komponen-komponen Kecemasan ... 15

2.1.4 Kecemasan Pada Kehamilan ... 16

2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Melahirkan ... 18

2.1.6 Gejala-gejala Kecemasan Melahirkan ... 21

2.2 Dukungan Keluarga ... 22

2.2.1 Pengertian Dukungan Keluarga ... 22

2.2.2 Fungsi Dukungan Keluarga ... 23

2.2.3 Sumber Dukungan Keluarga ... 24

2.2.4 Dukungan Keluarga Pada Ibu Hamil ... 25

2.3 Religiusitas ... 27

2.3.1 Pengertian Religiusitas ... 27

2.3.2 Aspek-aspek / Dimensi-dimensi Religiusitas ... 29

2.3.3 Religiusitas Dalam Melahirkan ... 32

2.4 Ibu Hamil Anak Pertama (Primigravida) ... 36

(13)

2.4.1 Kebutuhan Psikologis Ibu Hamil ... 37

2.4.2 Perubahan Fisik dan Gangguan Kehamilan ... 40

2.5 Hubungan Religiusitas dan Dukungan Keluarga Dengan Kecemasan Melahirkan Pada Ibu Hamil Anak Pertama (Primigravida) ... 41

2.6 Kerangka Berpikir ... 44

2.7 Pengajuan Hipotesis ... 44

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian ... 47

3.2 Variabel Penelitian ... 48

3.2.1 Identifikasi Variabel ... 48

3.2.2 Definisi Konseptual Variabel ... 48

3.2.3 Definisi Operasional Variabel ... 49

3.3 Populasi dan Sampel ... 50

3.3.1 Populasi ... 50

3.3.2 Sampel ... 50

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel ... 51

3.4 Pengumpulan Data ... 52

(14)

3.4.1 Alat Ukur Penelitian ... 52

3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Penelitian ... 57

3.5.1 Uji Validitas ... 57

3.5.2 Uji Reliabilitas ... 57

3.5.3 Hasil Uji Coba Alat Ukur ... 58

3.6 Teknik Analisis Data ... 63

3.7 Prosedur Penelitian ... 64

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Responden peneliti ... 65

4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia Kehamilan ... 65

4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan ... 66

4.2 Deskripsi Data ... 66

4.2.1 Kategorisasi Dukungan Keluarga ... 67

4.2.2 Kategorisasi Religiusitas ... 68

4.2.3 Ketegorisasi Kecemasan Melahirkan ... 68

4.3 Uji Hipotesis ... 69

(15)

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI & SARAN

5.1 Kesimpulan ... 74

5.2 Diskusi ... 75

5.3 Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 81

LAMPIRAN – LAMPIRAN

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Skor Untuk Pernyataan ... 53

Tabel 3.2 Blue Print Skala Dukungan Keluarga ... 53

Tabel 3.3 Blue Print Skala Religiusitas ... 50

Tabel 3.4 Blue Print Skala Kecemasan Melahirkan ... 55

Tabel 3.5 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ... 56

Tabel 3.6 Blue Print Setelah Try Out Skala Dukungan Keluarga ... 59

Tabel 3.7 Blue Print Setelah Try Out Skala Religiusitas ... 60

Tabel 3.8 Blue Print Setelah Try Out Skala Kecemasan Melahirkan ... 62

Tabel 3.9 Koefisien Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 63

Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia Kehamilan ... 65

Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 66

Tabel 4.3 Deskripsi Statistik ... 67

Tabel 4.4 Kategorisasi Dukungan Keluarga ... 67

Tabel 4.5 Kategorisasi Religiusitas ... 68

Tabel 4.6 Kategorisasi Kecemasan Melahirkan ... 69

Tabel 4.7 Hasil Uji Korelasi ... 70

(17)

 

[image:17.595.89.496.84.571.2]

Dan Religiusitas ... 71

Tabel 4.9 Hasil Uji Regresi Variabel Religiusitas ... 72

Tabel 4.10 Hasil Anova ... 72

(18)

   

[image:18.612.106.505.162.546.2]

DAFTAR GAMBAR

(19)

   

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian

Lampiran 2 Angket Try Out

Lampiran 3 Skoring Try Out

Lampiran 4 Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 5 Angket Filed Tes

Lampiran 6 Skoring Field Tes

Lampiran 7 Hasil Uji Korelasi

Lampiran 8 Hasil Uji Regresi Variabel Dukungan Keluarga dan Religiusitas

dengan Kecemasan Melahirkan Pada Ibu Hamil Anak Pertama

Lampiran 9 Hasil Uji Regresi Variabel Religiusitas dengan Kecemasan

Melahirkan Pada Ibu Hamil Anak Pertama

Lampiran 10 Hasil Anova

(20)

   

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kehamilan itu pada umumnya memberikan arti emosional yang sangat besar pada setiap wanita karena kehamilan merupakan salah satu ekspresi perwujudan diri dan perwujudan identitas sebagai calon ibu. Kehamilan juga merupakan kebanggaan tersendiri bagi wanita untuk mewujudkan feminisme, dan untuk menunjukkan jati diri seorang wanita tersebut. Proses kehamilan pada umumnya mendatangkan suatu kebahagiaan tersendiri bagi wanita, walaupun kehamilan tersebut mengandung resiko mempertaruhkan jiwa dan raga. Khususnya pada saat melahirkan bayinya.

Persalinan merupakan saat yang sangat dinanti-nantikan oleh ibu hamil, terutama

primigravida (kehamilan pertama) untuk segera dapat merasakan kebahagiaan melihat dan memeluk bayi yang telah dikandungnya selama berbulan-bulan, tetapi disisi lain dalam persalinan sendiri sering terdapat hambatan-hambatan yang dapat berisiko buruk bagi ibu maupun bayinya. Ibu hamil, terutama pada kehamilan pertama dapat mengalami berbagai perasaan yang bercampur aduk. Selain perasaan bahagia yang tidak terlukiskan, juga kecemasan, kekhawatiran, takut karena ia belum pernah mengalami proses tersebut.

(21)

2    

ketakutan. dan kecemasan dalam menghadapi persalinan, biaya persalinan, serta perubahan perubahan fisik dan psikis yang terjadi.

[[

Menurut Zenden, dkk (1985) timbulnya perasaan cemas menghadapi kelahiran bayi pada perempuan hamil pertama sangat dipengaruhi oleh perubahan fisik selama hamil. Pada masa triwulan pertama, perempuan hamil merasakan keluhan, seperti : mual-mual, sesak napas, dan muntah-muntah (morning sickness), yang disebabkan oleh adanya kehadiran embrio atau janin dalam rahim. Biasanya perempuan hamil mulai ngidam, yaitu menginginkan buah-buahan yang yang masam (rujak atau lotis). Pada masa triwulan kedua, perempuan hamil mulai merasa senang atau bahagia. Ia mulai dapat menerima kehadiran janin dalam rahimnya. Apalagi ketika janin mulai bergerak lembut dalam rahimnya, makin menyadari akan perannya sebagai seorang calon ibu bagi bayinya. Ia mulai menebak jenis kelamin bayinya, apakah perempuan atau laki-laki. Pada masa triwulan terakhir, perempuan hamil merasakan keluhan-keluhan yang sama pada masa triwulan pertama, yakni : sesak napas, mual-mual, muntah-muntah pada pagi hari (morning sickness), serta sering ingin buang air kecil. Keluhan ini makin lama makin terasa karena janin tumbuh semakin besar, sehingga mendesak lambung, usus besar, kandung kemih, atau diafragma yang membatasi organ paru-paru. Mendekati usia akhir kehamilan, pada bulan kesembilan, otot-otot rahim mulai berkontraksi seolah-olah akan segera melahirkan bayi. Kondis ini sering kali menimbulkan perasaan tegang, panik, takut, stres dan khawatir dalam menghadapi kelahiran bayi, misalnya : merasa khawatir apakah bayi yang dilahirkan nanti dalam keadaan sehat, cacat atau meninggal dunia.

(22)

   

3

ke atas, tingkat kecemasan ibu hamil semakin akut dan intensif seiring dengan mendekatnya kelahiran bayi pertamanya. Di samping itu, trimester ini merupakan masa riskan terjadinya kelahiran bayi premature sehingga menyebabkan tingginya kecemasan pada ibu hamil.

Dengan bertambahnya usia kehamilan, maka perhatian dan pikiran ibu hamil mulai tertuju pada sesuatu yang dianggap klimaks, sehingga kegelisahan dan ketakutan yang dialami ibu hamil akan semakin intensif saat menjelang persalinan (Kartono, 1992).

Menurut Heerdjan dan Hudono (Hermawati dkk, 1994) pada kehamilan triwulan ketiga, kehidupan psikologis dan emosional wanita hamil dikuasai oleh perasaan dan pikiran mengenai persalinan yang akan dijalaninya dan tanggung jawab sebagai seorang ibu yang akan megurus anaknya. Wanita yang baru pertama kali mengandung akan mengalami gelisah, was-was dan takut menghadapi rasa sakit menjelang saat melahirkan.

Ketika mengalami kecemasan dalam menghadapi persalinan maka dukungan keluarga sangat dibutuhkan oleh ibu hamil agar dapat mententramkan dan menenangkannya. Dengan segala permasalahan dan kecemasan serta ketakutan yang dialami oleh ibu hamil dalam menghadapi kelahiran maka dukungan dari keluarga sekitar sangat membantu bagi ketenangan calon ibu.

(23)

   

4

emosional yang akan memperngaruhi kesejahteraan jiwanya.

Para peneliti ( Sarafino, 1994 ; Taylor, 1999) menyatakan ada beberapa bentuk dukungan, yaitu dukungan emosional, dukungan harga diri, dukungan perangkat, dukungan informasi dan dukungan jaringan sosial. Dukungan dapat diperoleh dari keluarga yang terdiri dari suami, orang tua, ataupun keluarga dekat lainnya. Dukungan yang penuh dari anggota keluarga penting artinya bagi seorang ibu bersalin terutama dukungan dari suami. Dalam Psikologi keluarga oleh Drs. Save M. Dagun (2002) terdapat suatu penelitian terhadap pasagan suami dan istri yang hamil, Pauline Sheresshefsky dan L.J. Yarrow (2002) mengatakan, selama periode ini sikap istri menjadi lebih sensitif dan cenderyng berperasa, cemas, takut, gelisah atau kadang-kadang terjadi perubahan perasaan yang mendadak, sebentar senang lalu cepat bisa menjadi marah lagi. Si istri sering meminta dan menuntut macam-macam kepada suaminya. Ia kadang-kadang tenggelam dalam perasaan yang mendalam dan sering menangis. Dukungan keluarga terutama dukungan yang didapatkan dari suami akan menimbulkan ketenangan batin dan perasaan senang dalam diri isteri (Dagun, 2002).

Penelitian Marks & Kumar (Oktavia, 2001) menunjukan bahwa kecemasan yang dialami oleh wanita hamil lebih banyak terdapat pada mereka yang kurang mendapat dukungan sosial. Faktor yang dapat mengurangi kecemasan yang terjadi pada wanita yang akan melahirkan adalah adanya dukungan keluarga misalnya dari suami, orang tua, mertua dan dukungan dari keluarga lainnya.

(24)

   

5

sikap positif terhadap diri sendiri dan kehamilannya. maka diharapkan ibu dapat menjaga kehamilannya dengan baik sampai saat persalinan. Dengan mendapatkan dukungan keluarga diharapkan wanita hamil dapat mempertahankan kondisi kesehatan psikologisnya dan lebih mudah menerima perubahan fisik serta mengontrol gejolak emosi yang timbul.

Keluarga dan ibu hamil dapat mencegah kecemasan yang timbul akibat perubahan fisik yang mempengaruhi kondisi psikologisnya. Wanita hamil dengan dukungan keluarga yang tinggi tidak akan mudah menilai situasi dengan kecemasan, karena wanita hamil dengan kondisi demikian tahu bahwa akan ada keluarganya yang membantu. Wanita hamil dengan dukungan keluarga yang tinggi akan mengubah respon terhadap sumber kecemasan dan pergi kepada keluarganya untuk mencurahkan isi hatinya.

Sagrestano, dkk (1999) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa dukungan sosial yang ditunjukan memberikan efek yang bermanfaat pada kesehatan fisik dan mental pada wanita hamil. Oleh karena itu dukungan keluarga sangat memiliki andil yang besar dalam menentukan status kesehatan ibu. Jika seluruh keluarga mengharapkan kehamilan, mendukung bahkan memperlihatkan dukungannya dalam berbagai hal, maka ibu hamil akan merasa lebih percaya diri, lebih bahagia dan siap dalam menjalani kehamilan, persalinan dan masa nifas.

(25)

   

6

Ibu hamil yang mengalami kegelisahan, ketakutan atau kecemasan akan berusaha berhubungan dan mendekatkan diri dengan Tuhan, agar hatinya tentram dan penuh keyakinan dalam menjalani proses kehamilan dan menghadapi proses persalinan. Pada saat cemas individu akan mencari dukungan dari keyakinan agamanya, dukungan ini sangat diperlukan, dzikir dan doa sering membantu memenuhi spiritual yang juga merupakan suatu perlindungan terhadap tubuh ( Hamid, 2000 ). Dengan pendekatan diri kepada Tuhan dapat membantu ibu hamil dalam mengatasi kecemasannya. Dalam mendekatkan diri kepada Tuhan dapat mengembangkan harapan (hope) dan rasa percaya diri (self confidence) pada diri seseorang. Maka ibu hamil yang mendekatkan diri dengan Tuhannya akan merasakan ketentraman. M. Shodik Mustika (2008) mengemukakan bahwa obat yang paling mujarab adalah ikhlas dan tawakkal kepada Allah SWT. Sebab, sikap ini dapat menghilangkan rasa cemas akan nasib ibu dan janin.

Ibu hamil yang religius, yang mempunyai hubungan baik dengan Tuhan, tidak akan merasa terasingi dari dirinya sendiri maupun dari Tuhan. Oleh karena itu Tuhan baginya merupakan penguasa dari nasib dan kematian sehingga dia akan bersikap lebih pasrah dan tenang dalam menghadapi persalinan, pengisi rasa kosong, dan pemberi makna kehidupan. Tetapi dalam hal ini memerlukan kemantapan iman (keyakinan) dalam hati dan pelaksanaan ajaran agama yang teratur dalam kehidupan sehari-hari (Dister, 1993).

(26)

   

dilakukannya atau yang tidak pernah dilakukan pada masa lampau (yang ada dalam khayalannya saja). Perasaan-perasaan sedemikian ini akan menjadi sangat menakutkan mengenai kehamilannya. Penelitian sebelumnya pernah membahas tentang dukungan suami dan penyesuaian diri ibu hamil terhadap kehamilannya. Penelitian tersebut dilakukan terhadap 26 pasangan suami istri yang tengah menghadapi kehamilan di California. Menurut Johanna Gladieux (dalam Dagun, 2002) kesimpulan dari penelitian tersebut menyatakan bahwa dukungan suami terhadap istri menyebabkan adanya ketenangan batin dan perasaan senang dalam diri istri sehingga istri akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan situasi kehamilan.

Berdasarkan fenomena diatas yang menyatakan dukungan suami meberikan ketenangan kepada ibu hamil, membuat saya tertarik untuk membuktikan apakah dukungan keluarga lainnya juga dapat memberikan ketenangan kepada ibu hamil terutama dalam menghadapi kecemasan melahirkan serta apakah religiusitas juga memiliki hubungan yang dapat menenagkan ibu hamil dalam menghadapi proses melahirkan? Selanjutnya saya tertarik untuk meneliti hal tersebut dan merupakan alasan saya untuk membuat skripsi dengan judul

“Hubungan Dukungan Keluarga Dan Religiusitas Dengan Kecemasan Melahirkan Pada

Ibu Hamil Anak Pertama (Primigravida)”

1.2. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini, yaitu permasalahan hanya dibatasi pada:

(27)

   

8

b. Religiusitas adalah suatu sistem keyakinan yang menghubungkan dan mengikat manusia dengan sesuatu diluar dirinya yang memiliki kekuatan yang lebih tinggi yang memiliki cinta kasih dan jaminan perlindungan yang bisa diperoleh dengan penyerahan diri dan pengabdian secara total.

c. Kecemasan melahirkan adalah suatu kondisi psikologis atau perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan yang menyebabkan ketidakstabilan kondisi psikologis, seperti merasa khawatir, was-was, gelisah, takut mengahadapi rasa sakit menjelang saat melahirkan.

d. Wanita Primigravida adalah wanita yang baru hamil untuk pertama kalinya.

1.3 Perumusan Masalah

Perumusan masalah pada penelitian ini berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan yaitu:

a. Apakah ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kecemasan melahirkan pada ibu hamil anak pertama?

b. Apakah ada hubungan yang signifikan antara religiusitas dengan kecemasan melahirkan pada ibu hamil anak pertama?

c. Apakah ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dan religiusitas dengan kecemasan melahirkan pada ibu hamil anak pertama?

(28)

   

9

e. Seberapa besar sumbangan yang diberikan oleh variabel religiusitas terhdap kecemsan melahirkan pada ibu hamil anak pertama?

f. Seberapa besar sumbangan yang diberikan oleh variabel dukungan keluarga religiusitas terhadap kecemsan melahirkan pada ibu hamil anak pertama?

1.4 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian tentu mempunyai tujuan tertentu, demikian juga dengan penelitian yang dilakukan ini. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kecemasan melahirkan pada ibu hamil anak pertama

b. Untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara religiusitas dengan kecemasan melahirkan pada ibu hamil anak pertama.

c. Untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dan religiusitas dengan kecemasan melahirkan pada ibu hamil anak pertama

d. Untuk mengetahui seberapa besar sumbangan yang diberikan oleh variabel dukungan keluarga terhdap kecemasan melahirkan pada ibu hamil anak pertama

e. Untuk mengetahui seberapa besar sumbangan yang diberikan oleh variable dukungan religiusitas terhdap kecemasan melahirkan pada ibu hamil anak pertama

(29)

   

10

1.5 Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis

Sebagai bahan informasi pengembangan ilmu psikologi dan memperkaya khasanah dalam penelitian mengenai dukungan keluarga, religiusitas dan kecemasan melahirkan pada ibu hamil anak pertama.

b. Secara praktis

penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

- Ibu Hamil

untuk meningkatkan religiusitas dalam dirinya serta dapat mengendalikan kecemasan dalam menghadapi persalinan.

- Keluarga

Dukungan keluarga sangat dibutuhkan bagi ibu hamil untuk memberikan ketenangan serta ketentraman dalam mengatasi kecemasan yang dirasakan oleh Ibu hamil.

- Tenaga Medis

(30)

   

11

1.6 Sistematika Penulisan

Adapun penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, dengan sistematika sebagai berikut:

BAB 1 : Pendahuluan

Berisi uraian mengenai latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB 2 : Kajian Teori

Berisi uraian mengenai teori-teori dukungan keluarga, teori-teori religiusitas, teori-teori kecemasan melahirkan, teori-teori ibu hamil anak pertama (primigravida), kerangka berfikir dan hipotesa penelitian.

BAB 3 : Metode Penelitian

Berisi uraian mengenai pendekatan penelitian, variabel penelitian, definisi konseptual dan definisi operasional, populasi dan sampel, teknik pengambilan sample, pengumpulan data, uji validitas dan reliabilitas alat ukur penelitian, teknik analisa data, dan prosedur penelitian.

BAB 4 : Hasil Penelitian

Berisi uraian mengenai gambaran umum responden penelitian, deskripsi data, uji persyaratan, kategorisasi, serta pengujian hipotesis, dan hasil uji regresi.

BAB 5 : Penutup

(31)

   

BAB 2

KAJIAN TEORI

Pada bab II ini dibahas mengenai kecemasan melahirkan, dukungan keluarga, dan dilanjutkan dengan pembahasan mengenai religiusitas. Bab ini juga menjelaskan kerangka berpikir dan hipotesis.

2.1. Kecemasan

2.1.1. Pengertian kecemasan

Mustafa Fahmi (1977) cemas adalah perasaan yang tidak menyenangkan dan berat bagi seseorang untuk memikulnya, oleh karena itu ia berusaha untuk melepaskan diri dari padanya dengan berbagai cara dan jalan.

Bachtiar Lubis (1993) anxietas atau kecemasan adalah penghayatan emosional yang tidak menyenagkan berhubungan dengan antisipasi malapetaka yang akan datang. Tingkatnya bervariasi dari perasaan cemas dan gelisah yang ringan sampai ketakutan yang amat hebat

anxietas yang normal berperan sebagai pemacu perilaku yang bertujuan dan berhasil mengatasi, menghindar atau melarikan situas yang mengandung bahaya. Anxietas

menyebabkan perubahan-perubahan somatik, fisiologis, biokimiawi, endokrinologik dan perilaku.

(32)

   

13

Maramis (1980) mengatakan bahwa kecemasan adalah suatu ketegangan, rasa tidak aman, kekhawatiran, yang timbul karena dirasakan akan mengalami kejadian yang tidak menyenangkan.

Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb (1994) kecemasan adalah respons terhadap situasi tertentu yang mengancam dan merupakan, hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup.

Menurut Kurt Goldstain dalam Zainal Abidin (2002) kecemasan adalah keadaan subjektif individu yang menjadi sadar bahwa eksintensinya bisa hancur, bahwa ia bisa kehilangan diri dan dunianya, bahwa ia bisa menjadi “tidak ada” (nothing) atau bukan apa-apa.

Dalam kamus Chaplin (1999) dijelaskan bahwa anxiety atau kecemasan adalah perasaan campuran yang berisi ketakutan, kegelisahan, dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut, atau rasa takut atau kekhawatiran kronis pada tingkat ringan, ataupun kekhawatiran atau ketakutan yang kuat dan meluap-luap.

(33)

   

14

Richard S. Lazarus (1967) kecemasan adalah reaksi individu terhadap hal yang dihadapi. Kecemasan merupakan suatu perasaan yang menyakitkan seperti kegelisahan, kebingungan dan lain-lain yang behubungan dengan aspek subjek emosi.

Kecemasan memiliki karakteristik berupa munculnya perasaan takut dan kehati-hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas dan tidak menyenagkan (Davidson dan Neale, 2001). Kecemasan seringkali disertai dengan gejala fisik seperti sakit kepala, jantung berdebar cepat, dada terasa sesak, sakit perut atau tidak tenang dan tidak dapat duduk dengan tenang.

Rumusan-rumusan diatas mengandung pengertian bahwa kecemasan merupakan suatu perasaan ketakutan atau kegelisahan yang menyebabkan seseorang takut menghadapi masa yang akan datang tanpa alasan yang jelas.

2.1.2. Macam-macam kecemasan

Dalam Musthafa Fahmi (1977) Freud berpendapat bahwa cemas itu ada tiga macam:

a. Cemas obyektif (obyektive anxiety)

Apabila orang mengetahui bahwa sumber cemasnya adalah di luar dirinya, kita katakan bahwa ia menderita cemas obyektif. Cemas obyektif adalah reaksi terhadap pengenalan akan adanya bahaya luar, atau adanya kemungkinan bahaya yang disangkanya akan terjadi.

b. Cemas penyakit (neurotic anxiety)

(34)

   

15

cemas dalam bentuk ancaman. Cemas umum adalah cemas yang paling sederaha, karena tidak berhubungan dengan sesuatu hal tertentu, yang terjadi hanyalah individu merasa takut yang samar dan umum serta tidak menentu. Cemas penyakit, cemas ini mencakup pengenalan terhadap objek atau situasi tertentu, sebagai penyebab dari gangguan cemas. Cemas dalam bentuk ancaman yaitu cemas yang menyertai gejala gangguan kejiwaan.

c. Cemas moral (moral anxiety)

Cemas moral timbul akibat tekanan dari dorongan yang tinggi seperti perasaan dosa.

2.1.3 Komponen-komponen kecemasan

Komponen menurut David Sue (1986) dapat dimanifestasikan ke dalam empat

komponen, yaitu:

a. Secara kognitif (pikiran): Dapat bervariasi, dari rasa khawatir yang ringan sampai panik. Individu terus mengkhawatirkan segala macam masalah yang mungkin terjadi dan sulit sekali untuk berkonsentrasi atau mengmbil keputusan, akan menimbulkan kekhawatiran lebih lanjut, dan ia juga akan mengalami kesulitan tidur (imsonia).

b. Secara afektif (perasaan): Individu tidak dapat tenang dan mudah tersinggung. Sehingga memungkinkan untuk terkena depressi.

(35)

   

16

d. Secara somatic (dalam reaksi fisik atau biologis): Dapat berupa gangguan pada anggota tubuh, seperti: jantung berdebar, berkeringat, serta kelelahan badan seperti pingsan.

2.1.4 Kecemasan pada masa kehamilan

Wanita hamil itu umumnya akan mersa gelisah, was-was yang mungkin disebabkan oleh kekhawatiran melihat perubahan tubuh yang aka memudar kecantikan, kekhawatiran menghadapi tanggung jawab yang semakin berat, pola kehidupan yang berubah, perannya sebagai seorang ibu da sebagainya (Cherry, 1986)

Athur & Coleman (1980) mengatakan bahwa menghadapi kelahiran bayi merupakan pengalaman konkret yang dapat menimbulkan kondisi psikologis tidak stabis pada perempuan hamil, misalnya: perasaan tegang, khawatir, atau takut.

Santrock (2002) menjelaskan bahwa ketika seorang perempuan hamil mengalami ketakutan, kecemasan, dan emosi lain yang mendalam, terjadi perubahan psikologis – antara lain, meningkatnya pernapasan dan sekresi kelenjar. Adanya produksi hormone adrenalin sebagai tanggapan terhadap ketakutan dapat menghambat aliran darah ke daerah kandungan sehingga membuat janin kekurangan oksigen. Dengan demaikian, kondisi emosional perempuan yang sedang hamil akan berpengaruh terhadap tumbuh kembang bayi dalam kandungan.

(36)

   

17 

masalah-masalah lain dalam kehidupan.

Dengan makin tuanya kehamilan, maka perhatian dan pikiran ibu hamil mulai tertuju pada sesuatu yang dianggap klimaks, sehingga kegelisahan dan ketakutan yang dialami ibu hamil akan semakin intensif saat menjelang persalinan (Kartono, 1986).

Psikologi dan emosional wanita hamil dikuasai oleh perasaan dan pikiran mengenai persalinan yang akan datang dan tanggung jawab sebagai ibu yang akan mengurus anaknya. Wanita yang baru pertama kali mengandung, akan merasa gelisah, was-was, dan takut menghadapi rasa sakit manjelang saat melahirkan. Dari uraian di atas, disimpulkan bahwa kecemasan yang dialami wanita selama kehamilan itu akan semakin intensif pada saat minggu-minggu terakhir menjelang persalinan.

Dari berbagai macam definisi kecemasan melahirkan, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa kecemasan melahirkan adalah suatu kondisi psikologis atau perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan yang menyebabkan ketidakstabilan kondisi psikologis, seperti merasa khawatir, was-was, gelisah, takut mengahadapi rasa sakit menjelang saat melahirkan.

Menurut Rustam Mochtar (1992), proses kejiwaan pada masa kehamilan dapat dibedakan menjadi beberapa jangka waktu, yaitu :

a. Triwulan I (0-12 minggu)

(37)

   

18

mual, muntah, pening dan sebagainya yang merupakan gejala hamil muda. Pada keadaan yang agak berat, ada penolakan terhadap kehamilan dan mencoba untuk menggugurkan, pada kasus yang lebih parah mencoba untuk bunuh diri. Manifestasi lain yaitu wanita hamil muda meminta makanan yang aneh-aneh yang selam ini tidak disukainya.

b. Triwulan II (12-28 minggu)

Ibu yang menganggap kehamilan sebagai suatu identifikasi abstrak, kini mulai menyadari kenyataan menjadi identifikasi nyata. Mulailah dia menyesuaikan diri dengan menghadapi kenyataan : perut tambah besar, terasa gerakan janin, teman-teman menyatakan selamat, dan dokter telah mendengar suara jantung janin. Wanita bijaksana mulai mempersiapkan kebutuhan kedatangan bayi.

c. Triwulan III (28-40 minggu)

Timbul gejolak baru menghadapi persalinan dan perasaan tanggung jawab sebagai ibu pada pengurusan bayi yang akan dilahirkan.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kehamilan merupakan salah satu periode krisis dalam kehidupan seorang wanita sehingga menimbulkan perubahan drastis, bukan hanya fisik tetapi juga psikologis.

2.1.5 Faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan melahirkan

(38)

   

19

a. Status pernikahan dapat mempengaruhi perasaan cemas dan takut selama kehamilan. Karena kehamilan yang terjadi sebelum menikah akan menimbulkan perasaan bersalah atau panik karena janin yang ada dalam rahimnya belum dikehendaki oleh kedua pasangan tersebut.

b. Status sosial ekonomi. Seorang perempuan hamil yang status sosialnya sudah mapan tidak akan mudah merasa cemas, khawatir, atau takut dalam memelihara bayi yang akan dilahikan nanti. Sebaliknya, mereka yang status social ekonominya lemah (belum mapan), mudah meraswa khawatir atau takut dalam memelihara bayinya nanti.

c. Tingkat pengetahuan tentang kehamilan maupun proses kelahiran bayi kemungkinan dapat membantunya dalam menghadapi kelahiran bayinya.

d. Dukungan sosial keluarga yang ditunjukkan memberikan efek yang bermanfaat pada kesehatan fisik dan mental pada ibu hamil.

e. Ikhlas dan tawakkan kepada Allah SWT dapat menghilangkan rasa cemas akan nasib ibu dan janin.

Kegelisahan dan kecemasan yang dialami oleh ibu hamil menurut Kartini Kartono (1992) disebabkan karena beberapa hal:

™ Takut mati

(39)

   

20 

luput dari rasa sakit dan pendarahan. Peristiwa inilah yang menyebabkan seorang ibu yang hamil mengalami ketakutan dan kecemasan, khususnya takut mati.

™ Trauma kelahiran

Berkaitan dengan perasaan takut mati yang ada pada wanita pada saat melahirkan bayinya, adapula ketakutan lahir (takut dilahirkan kedunia ini) pada anak bayi yang kita kenal sebagai trauma kelahiran. Trauma kelahiran ini berupa ketakutan akan berpisahnya bayi dari rahim ibunya, yaitu merupakan ketakutan “hipotesis” untuk dilahirkan didunia dan takut berpisah dari ibunya. Ketakutan berpisah ini adakalanya menghinggapi seorang ibu yang merasa amat takut kalau-kalau bayinya akan terpisah dengan dirinya. Seolah-olah ibu tersebut menjadi tidak mampu menjamin keselamatan bayinya, setelah bayi tersebut ada diluar rahimnya. Trauma genita tadi tampak dalam bentuk ketakutan untuk melahirkan bayinya.

™ Perasaan bersalah atau berdosa

Sebab lain yang menimbulkan ketakutan akan kematian proses melahirkan bayinya adalah perasaan bersalah atau berdosa terhadapo ibunya. Dalam semua aktifitas reproduksinya, wanita banyak melakukan identifikasi terhadap ibunya. Jika identifikasi ini menjadi salah bentuk, maka akan banyak mengembangkan mekanisme rasa-rasa bersalah dan rasan berdosa terhadap ibunya. Maka peristiwa tadi membuat dirinya menjadi tidak mampu berfungsi sebagai ibu yang bahagia, sebab selalu saja dibebani atau dikejar-kejar rasa berdosa

™ Ketakutan rill

(40)

   

21

- Takut kalau bayinya lahir cacat

- Takut bayi bernasib buruk diakibatkan oleh dosa-dosa ibunya dimasa silam

- Takut beban hidup semakin berat karena kelahiran anggota keluarga baru

- Munculnya elemen ketakutan yang sangat mendalam dan tidak disadari, kalau ia akan dipisahkan dari bayinhya

- Takut kehilangan bayinya yang sering muncul sejak masa kehamilan sampai waktu melahirkan bayinya yang diperkuat oleh rasa berdosa atau bersalah..

2.1.6 Gejala-gejala kecemasan melahirkan

Morgan & Stellar, dkk (dalam Dariyo, 1998) mengatakan bahwa kecemasan menghadapi kelahiran bayi yaitu :

Memicu saraf simpatis untuk meningkatkan ritme kerja pernapasan paru-paru, detak jantung, pembuluh darah, gerakan peristaltic lambung, kandung kemih, dan kelenjar keringan pada ibu. Gejala sesak nafas, kenaikan suhu badan, mual-mual, terasa ingin bunga air kecli dan berkeringat pada ibu.

(41)

   

22

posisi duduk, berdiri maupun tidur terasa salah dan tidak menyenangkan, tidak sabaran, dan cepat menjadi lesu.

2.2 Dukungan keluarga

2.2.1 Pengertian Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga pada umumnya merupakan turunan dari dukungan sosial. Dukungan sosial menurut Cobb (1976), Gentry dan Kobasa (1984) adalah pemberian hiburan, perhatian, penghargaan atau bantuan dari seseorang kepada orang lain atau kelompok.

Sarafino (1990) mengatakan bahwa kebutuhan, kemampuan, dan sumber dukungan mengalami perubahan sepanjang kehidupan seseorang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenal oleh individu dalam proses sosialisasinya. Dukungan keluarga merupakan bantuan yang dapat diberikan kepada keluarga lain berupa barang, jasa, informasi dan nasehat, yang mana membuat penerima dukungan akan merasa disayang, dihargai, dan tentram (Taylor, 1995).

Saronsono (1991) dapat dianggap sebagai sesuatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya. Dari keadaan tersebut individu akan mengetahui bahwa orang lain memperhatikan, menghargai, dan mencintainya.

(42)

   

23

yang berarti, yang dapat dipercaya untuk membantu, mendorong, menerima, dan menjaga individu.

Menurut Friedman (1998), dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.

Jadi dukungan keluarga adalah pemberian perhatian, dorongan, kasih sayang, barang, informasi dan jasa dari orang-orang terdekat seperti suami/istri, orang tua, anak, dan orang terdekat lainnya sehingga penerima dukungan merasa disayangi dan dihargai.

2.2.2 Fungsi dukungan keluarga

Cobb (1976) dan Lazarus (1981), membagi fungsi dukungan keluarga sebagai berikut :

a. Dukungan informasional

Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar) informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.

(43)

   

24

Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator indentitas anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian.

c. Dukungan instrumental

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya: kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan.

d. Dukungan emosional

Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan.

2.2.3 Sumber dukungan keluarga

Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan sosial yang dipandang oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses/diadakan untuk keluarga (dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan).

(44)

   

25

dukungan dari suami/istri atau dukungan dari saudara kandung, teman atau komunitas organisasi ( Cobb: 1976) Individu membutuhkan dukungan dari keluarganya sejak awal hingga tahap-tahap selanjutnya dalam kehidupannya.. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenal oleh individu dalam proses sosialisasinya.

Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia. Dalam keluarga individu belajar memperhatikan orang lain dan bekerja sama. Beberapa psikolog berpendapat bahwa kesehatan, kebahagiaan dan kestabilan keluarga tergantung pada orang-orang disekitar keluarga dan masyarakat. Jadi salah satu fungsi keluarga dalah tempat pemeliharaan dan pengembangan fungsi emosi bagi para anggota keluarga yang sebagian besar masih diberikan di dalam keluarga, walaupun hubungan persahabatan di luar lingkunga keluarga juga membantu pengembangan emosi (dalam Winda Fitri : 2000).

2.2.4 Dukungan keluarga pada ibu hamil

Dalam hal ini yang akan dibahas adalah dukungan keluarga terhadap ibu hamil. Dukungan keluarga adalah pengaruh positif yang diberikan oleh keluarga (suami, ibu, anak, mertua, dan lain-lain) terhadap ibu hamil dalam mengurangi atau meredam kecemasan dalam hal ini berupa perhatian.

(45)

   

26

yang terus menerus dalam menghadapi kelahiran bayi pada wanita hamil pertama. Perasaan demikian akan terwujud dalam bentuk suatu kecemasan. Kecemasan yang diikuti adanya perasaan bimbang, ada kalanya kurang disadari oleh yang bersangkutan sehingga bertahan lama dalam dirinya yang semakin lama akan memiliki frekuensi dan intensitas yang lebih tinggi. Perubahan emosi tersebut tidak sama pada setiap wanita hamil. Perbedaan tersebut tergantung pada kepribadian individu, tipe stress yang pernah dialami, dan dukungan emosi yang didapat dari wanita tersebut.

Dukungan suami atau bapak sangatlah penting dalam merencanakan alternatif jalan keluar mengenai masa depan anaknya. Dengan merasa dilibatkan dalam perencanaan, perawatan prenatal, persalinan dan kelahiran, maka bapak akan memahami hak-hak dan tanggung jawabnya sebagai bapak (Persis Mary Hamilton, 1987).

Dukungan keluarga juga merupakan andil yang besar dalam menentukan status kesehatan ibu. Jika seluruh keluarga mengharapkan kehamilan, mendukung bahkan memperlihatkan dukungannya dalam berbagai hal, maka ibu hamil akan merasa lebih percaya diri, lebih bahagia dan siap dalam menjalani kehamilan, persalinan dan masa nifas.

Menurut Grossman, dkk (1980), kehamilan melibatkan seluruh anggota keluarga, karena “ kehamilan adalah permulaan, tidak hanya berkembangnya janin tapi juga pembentukan bayi baru dari sebuah keluarga dengan tambahan anggota keluarga dan perubahan hubungan “. Setiap anggota keluarga harus dipastikan kebutuhan dan akomodasi fisik dalam kel;uarga dan dalam perlengkapan bagi anggota baru.

(46)

   

27 

mempengaruhi kesehatan dengan cara melindungi individu dari efek negatif stress. Perlindungan ini akan efektif hanya ketika individu menghadapi stressor yang berat. Dukungan keluarga terutama dukungan yang didapatkan dari suami akan meimbulkan ketenangan batin dan perasaan senang dalam diri isteri (Dagun, 1991). Berdasarkan paparan diatas, dukungan keluarga yang diberikan kepada wanita hamil dapat menumbuhkan perasaan tenang, aman, dan nyaman sehingga dapat mempengaruhi kecemasan ibu hamil.

2.3 Religiusitas

2.3.1 Pengertian religiusitas

Istilah religiusitas cukup akrab dengan beberapa padanan katanya, seperti sering ditemukan istilah religi (religion), agama dan Din.

Menurut kamus The Hold Intermediate Dictionary of American English, religi itu diterangkan sebagai berikut: “Belief in and worship of God or the Super Natural” (Kepercayaan dan Penyembahan kepada Tuhan atau kepada Yang Maha Mengetahui)

Menurut Gazalba (1985), kata religi berasal dari bahasa latin religio yang berasal dari akar kata religare yang berarti mengikat. Maksudnya adalah ikatan manusia dengan suatu tenaga yaitu tenaga gaib yang kudus. Religi adalah kecenderungan rohani manusia untuk berhubungan dengan alam semesta, nilai yang meliputi segalanya, makna yang terakhir, dan hakekat dari semuanya.

(47)

   

28

mereka. Hal ini juga ditegaskan dalam Seri Mutiara Iman (2002) bahwa religi adalah sistem pemikiran dan tidakan yang mengekspresikan kepercayaan kepada Allah.

Dalam pengertian Glock dan Stark (1966) agama atau religion adalah sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai dan sistem perilaku yang terlambangkan yang sebmuanya berpusat pada persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi (ultimate meaning).

Freud melihat bahwa agama itu adalah reaksi manusia atas ketakutannya sendiri. Dalam buku yang berjudul The Future of an Illusion (1927), freud mengatakan bahwa agama dalam ciri-ciri psikologisnya adalah sebuah ilusi, yakni kepercayaan yang dasar utamanya adalah angan-angan (wishfulfillment).

BF. Skinner, tokoh dari aliran Behaviorisme walaupun tidak banyak memberikan perhatian terhdadap perilaku beragama sempat menjelaska bahwa perilaku manusia pada umumnya dapat dijelaskan berdasarkan teori pengkondisian operan sehingga perilaku beragama sebagaimana perilaku manusia yang lainnya merupakan ungkapan bagaimana manusia hidup berdasarkan pengkondisian operan. Aktivitas beragama menurutnya merupakan pengaruh ganjaran (reward) dan hukuman (punishment). Dan menurutnya perilaku beragama merupakan perilaku yang dilakukan untuk meredakan ketegangan.

Sedangkan Abraham Maslow, tokoh psikologi Humanistik mengakui eksistensi agama. Maslow mengemukakan konsep Metamotivation (di luar hierarchyof needs) yang terdiri dari

(48)

   

29

lepas dari realitas fisik dan menyatu dengan kekuatan transendental (self is lost and transcended).

Sementara itu dalam peristilahan bahasa Arab dan Qur’an, kata agama dapat searti dengan kata addin apabila kata itu berdiri sendiri. Akan tetapi apabila kata addin itu dirangkai dengan Allah atau dengan al-haq, maka menjadilah “dienullah” atau “dienulhaq”, yang berarti agama yang datang dari Allah atau suatu agama yang hak.

Sebagaimana kita ketahui bahwa keberagamaan dalam Islam bukan hanya diwujudkan dalam bentuk ibadah ritual saja, tapi juga dalam aktivitas-aktivitas lainnya. Sebagai sistem yang menyeluruh, Islam mendorong pemeluknya untuk beragama secara menyeluruh pula (QS 2: 208); baik dalam berpikir, bersikap maupun bertindak, harus didasarkan pada prinsip penyerahan diri dan pengabdian secara total kepada Allah, kapan, dimana dan dalam keadaan bagaimanapun. Karena itu, hanya konsep yang mampu memberi penjelasan tentang kemenyeluruhan yang mampu memahami keberagamaan umat Islam.

Dari berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa religiusitas adalah suatu sistem keyakinan yang menghubungkan dan mengikat manusia dengan sesuatu diluar dirinya yang memiliki kekuatan yang lebih tinggi yang memiliki cinta kasih dan jaminan perlindungan yang bisa diperoleh dengan penyerahan diri dan pengabdian secara total.

2.3.2 Aspek-Aspek Religiusitas / Dimensi-Dimensi Religiusitas

(49)

   

namun juga ketika melakukan aktivitas yang tampak dan dapat dilihat oleh mata, tapi juga aktivitas yang tak tampak dan terjadi di dalam hati individu ( dalam Djamaludin Ancok, 1995).

Menurtu Glock dan Stark (1996) mengemukakan bahwa ada lima dimensi keberagamaan yaitu :

30

1. Dimensi keyakian, dimensi ini berisikan pengharapan-pengharapan di mana orang yang religious berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu, mengakui kebenaran doktrin-doktrin tersebut. setiap agama mempertahankan seperangkat kepercayaan dimana para penganut diharapkan akan taat. Walaupun demikian, isi dan ruang lingkup keyakinan itu bervariasi, tidak hanya diantara agama-agama, tetapi seringkali juga diantara tradisi-tradisi dalam agama yang sama.

2. Dimensi praktek agama. Dimensi ini mencakup prilaku pemujaan, ketaatan, dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya. Praktek-praktek keagamaan ini terdiri dari ritual dan ketaatan.

(50)

   

31

4. Dimensi pengetahuan agama. Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan dasar-dasar keyakinan adalah syarat bagi penerimaannya. Walaupun demikian kenyataan tidak perlu diikuti oleh syarat pengetahuan agama idak selalu bersandar pada keyakinan.

5. Dimensi konsekuensi. Konsekuensi komitemen agama berlainan dari keempat dimensi yang sudah dibicarakan di atas. Dimensi ini mengacu kepada identifiakasi akibat keyakinan keagamaan, praktek, pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Walaupun agama banyak menggariskan bagaimana pemeluknya seharusnya berfikir dan bertinfak dalam kehidupan sehari-hari tidak sepenuhnya jelas sebatas mana konsekuensi-konsekuensi agama merupakan bagian dari komitmen keagamaan.

Sedangakan dalam Islam, aspek-aspek tersebut sejajar dengan aspek aqidah, syariat dan akhla. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Endang Saifuddin Anshari (1980), mengungkapkan bahwa pada dasarnya Islam dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :

1. Aspek keyakinan atau aqidah Islam, menunjukkan kepada seberapa tingkat keyakinan muslim terhadap kebenaran ajaran-ajaran agamanya terutama yang bersifat fundamental dan dogmatic. Dalam keberislaman, isi aspek keimanan menyangkut keprcayaan tentang Allah, Para Malaikat, Nabi/Rasul, Kitab Allah, Surga dan Neraka sera Qadha dan Qadhar.

(51)

   

32

diperintahkan dan dianjurkan oleh agamanya. Dalam seberislaman, aspek peribadatan menyangkut pelaksanaan shalat, puasa, zakat, haji, membaca AL-Qur’an, ibadah Qurban, I’tikaf di masjid pada bulan puasa dan sebagainya.

3. Aspek pengalaman atau akhlak,menunjukkan pada seberapa tingkatan muslikm berperilaku dimotivsi oleh ajaran-ajaran agamanya, yaitu bagaiman individu berelasi dengan dunianya, terurama dengan muslim. Dalam keberislaman, aspek ini meliputi suka menolong, bekerjasama, berderma, menyejahterakan dan menumbuhkembangkan orang lain, menegakkan keadilan dan kebenaran, berlaku jujur, memaafkan, menjaga lingkungan hidup, menjaga amanat, tidak mencuri, tidak korupsi, tidak menipu, tidak berjudi, tidak meminum-minuman keras, mematuhi norma-norma Islam dalam perilaku sekusual, berjuang untuk hidupn sukses menurut islam, dan sebagainya (Dr. Djamaludin Ancok, 1994).

2.3.3 Religiusitas dalam melahirkan

Proses persalinan akan menyebabkan rasa sakit yang tak tertahankan, bahkan akan merasa takut dan kehilangan kendali. Maka dengan demikian dibutuhkan ketenangan agar dapat meredam rasa takut dan rasa cemas tersebut, oleh karena itu dalam ajaran islam dian ajurkan untuk mengingat Allah (berzikir) dan memohon kepada-Nya (berdoa):

“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram”. (QS. Ar-Ra’du:28)

Ada banyak bentuk ungkapan (zikir) untuk mengingat Allah yang telah diajarkan oleh Rasul-Nya, seperti: subhanallaah’ Mahasuci Allah’, alhamdulillaah’ terpujilah Allah’,

(52)

   

33

kekuatan kecuali dengan (daya dan kekuatan) Allah’. Maka dengan mengungkapkan kata-kata seperti itu mampu menentramkan jiwa anda.

Mengapa dengan mengungkapkan kata-kata seperti itu dapat menentrmakan jiwa? Ini dia sebabnya:

Ada saatnya, selama persalinan, pikiran mungkin menjadi tidak konstruktif karena merasa lelah, cemas, frustasi, atau putus asa. Membuat daftar kata yang mendukung dapat membantu mengubah pikiran negatif menjadi positif. (Magical Beginnings, hlm. 223).

M. Shodiq Mustika (2008) menyatakan rasa lelah ataupu emosi negatif lainnya itu bisa menyebabkan konsentrasi selama persalinan. Untuk menjaga agar otak tetap fokus pada pikiran-pikiran dan gambaran-gambaran yang membantu proses kelahiran, dapat memanfaatkan kata-kata pendukung, seperti:

™ Saat aku menghembuskan nafas, mulut rahimku melemas. ™ Tiap kontraksi membantu untuk terbuka.

™ Aku menghirup kekuatan. Aku menghembuskan perlawanan. ™ Energi masuk. Keteganganketeganagn keluar.

(53)

   

34

Dengan cara mengingat Allah maka akan membuat jiwa menjadi tentram, sehingga rasa takut dan cemas itu menjadi hilang. Dan dengan senantiasa mengingat Allah maka akan menumbuhkan keyakinan bahwa pasti mampu melewatinya. Kita takkan merasa sendirian ada Allah yang senatiasa menolong dalam proses melahirkan. Bahkan, seharusnya merasa bahagia atau bersyukur karena Allah telah memberikan sang bayi ke dunia.

Walaupun tidak mampu mengusir rasa takut itu, setidaknya bisa meminimalkan dampak negatif ketakutan itu dengan cara mengakui keberadaan-Nya. Bagaimanapun, bersalin dan melahirkan itu merupakan pengalaman yang mendalam. Oleh karena itu, merasa agak cemas saat mempersiapkan kelahiran merupakan sesuatu yang wajar.

Bahkan, “mengakui perasaan takut dan ragu” itu justru engurangi pengaruh negatifnya atas diri kita. Lagipula, rasa takut itu “menggerakkan fisiologi stres yang memcu dilepaskannya sejumlah zat kimia yang sangat kuat berupa respons melawan atau lari. Respons melawan maupun respons untuk lari dari kontradiksi akan bermanfaat bagi kita dalam persalinan”. (Magical Beginnings, hml. 215).

(54)

   

35

Dengan kata lain, rasa takut (yang sewajarnya)-lah yang menjadikan kita mempersiapkan diri, baik secara fisik maupun non-fisik. Oleh karena itu, mengalihkan rasa takut (yang berlebihan) Menuju kondisi batin yang seimbang merupakan keahlian beharga yang sangat bermanfaat selama proses persalinan ataupun sepanjang hidup.

Dengan pikiran positif (positive thinking) pula, sadarilah bahwa persalinan merupakan pengalaman yag memberdayakan. Mengertilah bahwa kelahiran merupakan sesuatu yang normal dan alami. Terimalah kenyataan bahwa wanita merupaka makhluk yang sangat kuat dan mampu menjalani persalinan.

Banyak pengalaman berharga yang dapat kita petik dari kehamilan dan persalinan. Semua ini akan menjadi modal kita untuk mendidik dan membesarkan bayi kita ketika telah terlahir ke dunia.

Proses persalinan itu bisa diibaratkan seperti gunung pendakian gunung. Setahap demi setahap melangkah kai dengan penuh tantangan yang kita hadapi untuk sampai ke uncak gunung. Dibutuhkan keberanian mengatasi tantangan. Akan tetapi, setelah sampai ke puncak gunung, maka akan merasakan kebahagiaan dan kepuasan batin yang luar biasa.

Jadi, atasilah ketakutan dalam menghadapi perrsalinan dan kelahiran sang bayi. Meski terkadang kelihatan sulit dan sakit, percayalah semuanya akan baik-baik saja. Allah telah menjanjikan pada kita dalam firman-Nya di Al-Qur’an, surat Alam Nasyrah ayat 6:

(55)

   

36

2.4 Ibu hamil anak pertama (primigravida)

Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap wanita yang memiliki organ reproduksi sehat, yang telah mengalami menstruasi, dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria sangat besar kemungkinan akan mengalami kehamilan (Mandriwati, 2008).

Ibu hamil adalah wanita yang perutnya besar yang mengandung sel telur yang telah dibuahi oleh sperma (Ibrahim, 1993). Ibu hamil dalam penelitian ini wanita yang melalui pemeriksaan bidan atau dokter yang dinyatakan positif hamil.

Primigravida adalah wanita yang baru hamil untuk pertama kalinya. seorang ibu primigravida biasanya mendapatkan kesulitan dalam mengenali perubahan-perubahan yang terjadi dalam tubuhnya yang menyebabkan ketidaknyamanan selama kehamilannya berlangsung. Hal ini mempengaruhi psikologis ibu, karena kurangnya pengetahuan ibu hamil tersebut. Kurangnya pengetahuan ini juga menyebabkan ibu primigravida tidak tahu cara mengatasi ketidaknyamanan yang ibu rasakan (Ulfah, 2009).

(56)

   

37

hal-hal yang mengganggu kenyamanannya, sehingga akan lebih siap dalam menjalani sebuah kehamilan. Setiap ibu hamil yang akan melahirkan anak pertama akan merasakan kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil yang sudah pernah melahirkan anak pertamanya (Ambaryani, 2001).

2.4.1 Kebutuhan psikologis ibu hamil

Selama hamil kebanyakan wanita mengalami perubahan psikologis dan emosional. Seringkali kita mendengar seorang wanita mengatakan betapa bahagianya dia akan menjadi seorang ibu. Namun tidak jarang ada wanita yang yang merasa khawatir kalau terjadi masalah dalam kehamilannya, khawatir kalau ada kemungkinan dia kehilangan kecantikannya, atau bahwa ada kemungkian bayinya tidak normal.

Kehamilan adalah krisis maturasi yang dapat menimbulkan stress, tetapi memberikan makna karena dengan keadaan tersebut wanita akan menyiapkan diri untuk memberi perawatan dan mengemban tanggung jawab yang lebih besar. Krisis kehamilan umumnya berakhir ketika bayi dilahirkan. Titik akhir ini merupakan pemecahan krisis tersebut, tetapi apakah wanita siap menjalani atau tidak ini tergantungapakah proses psikologis yang normal selama masa kehamilan dapat dijalani dengan baik atau tidak.

(57)

   

a. Support keluarga

Ibu merupakan salah satu anggota keluarga yang sangat berpengaruh, sehingga perubahan apapun yang terjadi pada ibu akan mempengaruhi keluarga. Kehamilan merupakan risis bagi kehidupan keluarga dan diikut oleh stress dan kecemasan.

Kehamilan melibatkan seluruh anggota keluarga. Karena konsepsi merupakan awal, bukan saja bagi janin yang sedag berkembang, tetapi juga bagi keluarga yakni dengan hadirnya seorang anggota baru dalam keluarga, maka setiap anggota keluarga harus beradaptasi terhadap kehamilan dan menginterpreasikannya berdasarkan kebutuhan masing-masing.

Ibu-ibu yang selama mengandung memperlihatkan sikap dan perilaku yang penuh ketegangan dan emosional. Hubungan antara wanita dan ibunya terbukti signifikan dalam adaptasi terhadap kehamilan ( Rubin, 1967 : dalam perawatan ibu hamil). Keberadaan ibu disamping anak perempuannya selama masa kanak-kanak seringkali berarti ibu juga akan hadir dan mendukung selama anaknya hamil. Reaksi ibu dalam kehamilan anaknya menandakan penerimannynya terhadap cucu dan anak perempuannya dan ini sangat membantu ibu dalam menghadapi kehamilan dengan lebih tenang.

Agar kehamilan dapat berjalan lancar dan ibu dapat mengadakan hubungan yang sehat dengan bayinya, maka reaksi ibu terhadap kehamilannya seharusnya.

38

1. Menerima kehamilan

(58)

   

39

3. Menerima peran sebagai seorang ibu 4. Menciptakan ikatan antara ibu dan bayinya.

b. Support dari tenaga kesehatan

Peran bidan dalam perubahan dan adaptas psikologis adalah denan memberi support atau dukungan moral bagi klien, menyakinkan bahwa klien dapat menghadapi kehamilannya dan perubahan yang dirasakannya adalah sesuatu yang normal. Bidan harus bekerjasama dan membangun hubungan yang baik dengan klien agar terjadi hubungan yang terbuka antara bidan dan klien.

Bidan juga berfungsi sebagai fasilitator yang dapat membagi pengalaman yang pernah dirasakan bidan itu sendiri, atau menceritakan pengalaman orang lain sehingga klien mampu membayangkan begaimana cara mereka sendiri untuk menyelesaikan da menghadapi masalahnya. Selain itu bidan juga berperan sebagai seorang pendidik, bidan yang memutuskan apa yang harus diberitahukan kepada klien dalam menghadapi kehamilannya agar selalu waspada terhadap perubahan yang terjadi.

c. Rasa aman dan nyaman selama masa kehamilan

(59)

   

40

pertama adalah menerima tanda0tanda bahwa ia dicintai dan dihargai. Kebutuhab kedua adalah merasa yakin akan penerimaan pasangannya terhadap sang anak dan mengasimilasi bayi tersebut ke dalam keluarga.

2.4.2 Perubahan fisik dan gannguan kehamilan

Masa-masa hamil memang melelahkan akibat terjadinya perubahan fisik. Wanita telah berbadan dua, ia menanggung beban sekitar 5-10 kg karena berat beban bayi dan cairan dalam perutnya dan nafsu makan yang meningkat.

Ibu hamil, perlu memerikasakan dirinya secara rutin setiap bulan ke bidan dan menimbang perkembangan berat tubuhnya. Pada masa kehamilan delapan hingga sembilan bulan, pemeriksaan ke bidan bidan bisa sebulan hingga tiga atau empat kali.

Saat kehamilan, secara alami terjadi pembesaran pada payudara karena pertumbuhan kelenjar air susu, juga adanya penumpukan lemak, disertai membesarnya puting susu.

Pada saat kehamilan secara naluriah biasanya nafsu makan ibu hamil meningkat. Hal ini tidak perlu dikhawatirkan, yang terpenting adalah bagaimana memilih kualitas makanan yang baik (bergizi) dan halal untuk kesehatan diri dan bayinya.

(60)

   

41

adalah dengan banyak minum terutama minuman yang berserat dari sayuran atau buah-buahan. Melakukan olahraga ringan dengan berjalan-jalan di sekitar rumah.

Gangguan wasir sering juga dialami oleh ibu hamil karena terbendungnya aliran darah pada pembuluh darah, berbalik sebagai dampak dari relaksasi otot karena pengaruh kehamilan. Gangguan lain saat kehamilan adalah anemia, karena kekurangan zat besi atau vitamin b.12. Dampak lain dari kehamila adalah terjadinya pembengkakan pada tumit kaki, karena menanggung beban berat kehamilan

2.5 Hubungan dukungan keluarga dan religiusitas dengan kecemasan melahirkan

pada ibu hamil anak pertama (Primigravida).

Setiap wanita mempunyai reaksi yang berbeda dalam menghadapi masa kehamilan. Setiap reaksi yang terjadi pada masa kehamilan, tergantung dari setiap sifat masing-masing, antara lain pengalaman, pendidikan, dan kedewasaan pribadinya. Tetapi ada pola tertentu yang melanda hampir setiap wanita pada masa kehamilannya. Wanita hamil itu umumnya akan merasa gelisah, was-was yang mungkin disebabkan oleh kekhawatiran melihat perubahan tubuh yang akan memudarkan kecantikan, kekhawatira menghadapi tanggung jawab yang semakin berat pola kehidupan yang berubah, perannya sebagai ibu, dan sebagainya (Cherry, 1986).

(61)

   

42

Menghadapi kelahiran bayi merupakan pengalaman konkret yang dapat menimbulkan kondisi psikologis tidak stabil pada perempuan hamil pertama, misalnya perasaan tegang, khawatir, atau takut (Athur dan Coleman 1980: Zenden, 1985).

Menurut Sheldon H. Cherry (1986) kebanyakan wanita terutama mereka yang baru pertama kali mengandung, akan merasa gelisah, was-was dan takut rasa sakit menjelang saat melahirkan.

Primigravida adalah wanita yang baru hamil untuk pertama kalinya. seorang ibu primigravida biasanya mendapatkan kesulitan dalam mengenali perubahan-perubahan yang terjadi dalam tubuhnya yang menyebabkan ketidaknyamanan selama kehamilannya berlangsung. Hal ini mempengaruhi psikologis ibu, karena kurangnya pengetahuan ibu hamil tersebut. Kurangnya pengetahuan ini juga menyebabkan ibu primigravida tidak tahu cara mengatasi ketidaknyamanan yang ibu rasakan (Ulfah, 2009).

Dukungan keluarga yang didapatkan calon ibu akan menimbulkan perasaan tenang, sikap positif terhadap diri sendiri dan kehamilannya, maka ibu dapat menjaga kehamilannya dengan baik sampai saat persalinan. Dengan memiliki dukungan keluarga wanita hamil dapat mempertahankan kondisi kesehatan psikologisnya dan lebih mudah menerima perubahan fisik serta mengontrol gejolak emosi yang timbul.

(62)

   

43

sumber dukungan sosial yang paling tinggi. Saat wanita hamil yakin bahwa mereka mempunyai keluarga yang mendukung maka keyakinan akan kemampuan mengatasi suatu kecemasan yang dialaminya akan meningkat yang dapat meredakan dan mengatasi tekanan yang dideritanya.

Dalam hal ini dukungan keluarga akan mendatangkan rasa senang, rasa aman, rasa puas, dan rasa nyaman yang membuat ibu hamil akan merasa mendapat dukungan secara emosional yang akan memperngaruhi kesejahteraan jiwanya.

Ibu hamil yang mengalami kegelisahan, ketakutan atau kecemasan akan berusaha berhubungan dan mendekatkan diri dengan Tuhan, agar hatinya tentram dan penuh keyakinan dalam menjalani proses kehamilan dan menghadapi proses persalinan. Pada saat cemas individu akan mencari dukungan dari keyakinan agamanya, dukungan ini sangat diperlukan, dzikir dan doa sering membantu memenuhi spiritual yang juga merupakan suatu perlindungan terhadap tubuh ( Hamid, 2000 ).

M. Shodik Mustika (2008) mengemukakan bahwa obat yang paling mujarab adalah ikhlas dan tawakkal kepada Allah SWT. Sebab, sikap ini dapat menghilangkan rasa cemas akan nasib ibu dan janin

(63)

   

44

Proses persalinan itu bisa diibaratkan seperti gunung pendakian gunung. Setahap demi setahap melangkah kaki dengan penuh tantangan yang kita hadapi untuk sampai ke uncak gunung. Dibutuhkan keberanian mengatasi tantangan. Akan tetapi, setelah sampai ke puncak gunung, maka akan merasakan kebahagiaan dan kepuasan batin yang luar biasa.

Jadi, atasilah ketakutan dalam menghadapi perrsalinan dan kelahiran sang bayi. Meski terkadang kelihatan sulit dan sakit, percayalah semuanya akan baik-baik saja.

2.6 Kerangka berpikir

Dukungan

Keluarga  

Kecemasan Melahirkan Pada

Ibu Hamil Anak Pertama  

Religiusitas

2.7 Pengajuan hipotesis

(64)

   

45

1. Hipotesis alternative (Ha)

a. Ada hubungan

Gambar

Tabel 4.9 Hasil Uji Regresi Variabel Religiusitas ................................................
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian Dukungan Keluarga dan Religiusitas dengan
Blue printTabel 3.2  skala dukungan keluarga
Tabel 3.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan alasan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan usia, tingkat pendidikan, dukungan suami, dan dukungan keluarga dengan tingkat

Berdasarkan alasan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan usia, tingkat pendidikan, dukungan suami, dan dukungan keluarga dengan tingkat

Skripsi penelitian yang berjudul Hubungan Dukungan Suami dengan Tingkat Kecemasan Ibu Primigravida Trimester III di Poli Hamil dan Laktasi RSD dr.. Soebandi Jember

Skripsi penelitian yang berjudul Hubungan Dukungan Suami dengan Tingkat Kecemasan Ibu Primigravida Trimester III di Poli Hamil dan Laktasi RSD dr. Soebandi Jember

Untuk menguji pengaruh dukungan keluarga dengan kejadian anemia difisiensi zat besi dan perdarahan pada ibu hamil, dilakukan uji statistic Sperman Rank dengan tingkat

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Mukhadiono (2015) menunjukkan hasil bahwa ada hubungan antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu hamil

Hasil analisis hubungan dukungan keluarga dengan perilaku senam hamil (tabel 5), diketahui dari 24 orang ibu hamil yang kurang dalam mendapatkan dukungan dari

Nilai p-value 0.000 yang artinya kurang dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan adaptasi perubahan psikologi pada ibu hamil..