• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Kesesuaian Produk Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI) terhadap Standar Nasional Indonesia dan Kontribusi terhadap Kecukupan Gizi Bayi Anak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Kesesuaian Produk Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI) terhadap Standar Nasional Indonesia dan Kontribusi terhadap Kecukupan Gizi Bayi Anak"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN KESESUAIAN PRODUK MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DENGAN STANDAR NASIONAL INDONESIA DAN

KONTRIBUSI TERHADAP KECUKUPAN GIZI BAYI/ANAK

ELIN HERLINA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Kajian Kesesuaian Produk Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) terhadap Standar Nasional Indonesia dan Kontribusi terhadap Kecukupan Gizi Bayi/Anak adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Jakarta, Agustus 2008

(3)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(4)

ABSTRACT

ELIN HERLINA. Study on Conformance of Formulated Complementary Foods to the National Standard and Its Contribution on Nutrition Need of Infant/Young Children. Under the direction of FERI KUSNANDAR and NURHENI SRI PALUPI.

Formulated complementary foods have an important role on the nutritional status of infant/young children. Indonesia has enacted four standard (SNI) related to the formulated complementary foods which are instant powder, biscuit, ready to be consumed and ready to be prepared form. According to the Government Regulation, SNI is voluntarily implemented but it could be mandatory with respect to the consumer safety, security, health, environment and/or economic consideration. The objectives of this study were : (a) to review nutrient content declared on the label of registered complementary foods compared with the SNI, (b) to review the percentage of Recommended Daily Allowance declared on the label compared to the nutrition need of infant/young children, (c) to understand the consumer concern on the label and consumption pattern of infant/young children and (d) to review the contribution of formulated complementary foods on nutrition need of infant and young children. Data collected include references, regulations and standards related to complementary feeding, survey result, label of registered complementary foods.

(5)

RINGKASAN

ELIN HERLINA. Kajian Kesesuaian Produk Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) dengan Standar Nasional Indonesia dan Kontribusi terhadap Kecukupan Gizi Bayi/Anak. Dibimbing oleh FERI KUSNANDAR dan NURHENI SRI PALUPI.

Pemberian makanan kepada bayi dan anak memerlukan perhatian karena dapat menimbulkan masalah terhadap kesehatan dan status gizi bayi dan anak. Selain makanan yang dibuat di rumah, saat ini tersedia berbagai jenis dan rasa (varian) produk MP-ASI yang beredar di pasar. Dalam hal ini telah ditetapkan 4 Standar Nasional Indonesia (SNI) meliputi (a) SNI 01-7111.1-2005 Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) – Bagian 1 : Bubuk Instan, (b) SNI 01-7111.2-2005 Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) – Bagian 2 : Biskuit, (c) SNI 01-7111.3-2005 Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) – Bagian 3 : Siap Masak, dan (d) SNI 01-7111.4-2005 Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) – Bagian 4 : Siap Santap. SNI bersifat sukarela dan dapat diberlakukan wajib apabila berkaitan dengan kepentingan keselamatan, keamanan, kesehatan masyarakat atau pelestarian fungsi lingkungan hidup dan atau pertimbangan ekonomis. Mengingat Indonesia masih mempunyai berbagai masalah gizi pada bayi dan anak maka pemberlakuan SNI MP-ASI perlu mendapat perhatian dan prioritas utama.

Tujuan dari penelitian yang dilakukan meliputi : (a) mengkaji kesesuaian kandungan gizi yang tercantum pada label produk MP-ASI dengan SNI MP-ASI, (b) mengkaji persentase AKG zat gizi yang tercantum pada label produk MP-ASI dibandingkan dengan kecukupan gizi bayi/anak, (c) mengukur tingkat pemahaman konsumen terhadap produk MP-ASI serta pola konsumsi bayi/anak, dan (d) mengevaluasi kontribusi produk MP-ASI dalam memenuhi kecukupan asupan gizi harian bayi/anak.

Kajian kesesuaian kandungan gizi yang tercantum pada label produk MP-ASI terhadap SNI MP-MP-ASI dilaksanakan melalui kegiatan pengumpulan data produsen/importir dan label produk MP-ASI yang terdaftar tahun 2002 s/d 2007, pengelompokan label sesuai jenis MP-ASI, kompilasi informasi pada label terkait dengan kandungan gizi dan pengolahan data. Kegiatan dalam rangka pengkajian persentase AKG zat gizi yang tercantum pada label produk MP-ASI dibandingkan dengan kecukupan gizi bayi/anak meliputi pengumpulan data sesuai dengan kegiatan yang dilakukan untuk tahap penelitian kajian kesesuaian kandungan gizi untuk mendapatkan data persentase AKG kandungan gizi produk MP-ASI. Kajian terhadap pemahaman konsumen terhadap produk MP-ASI serta pola konsumsi bayi dan anak mencakup kegiatan penyusunan kuesioner, penetapan responden, penetapan lokasi pengamatan, pelaksanaan survei dan pengolahan data. Kajian kontribusi produk MP-ASI terhadap kecukupan harian bayi dan anak dilakukan dengan menggabungkan data tentang pola konsumsi per hari sebagai hasil survei dengan persentase AKG per saji produk MP-ASI bubuk instan dan MP-ASI biskuit per saji dan mengidentifikasi zat gizi yang memerlukan asupan dari pangan lain dan zat gizi yang sudah memenuhi bahkan melebihi kecukupan gizi harian bayi/anak.

(6)

mencapai 257 – 743 % dari takaran saji baku (7 g), dan MP-ASI siap masak siap konsumsi mencapai 100 – 163 % dari takaran saji baku (110 g).

Persentase produk MP-ASI yang tidak sesuai dengan SNI terkait kandungan gizi yang wajib terdapat dalam produk MP-ASI meliputi MP-ASI bubuk instan lokal 29 %, MP-ASI bubuk instan impor 87 %, MP-ASI biskuit 61 %, dan MP-ASI siap masak 100 %. Apabila analisa dilakukan terhadap semua zat gizi baik yang wajib terkandung dalam produk MP-ASI maupun yang dapat ditambahkan secara sukarela, persentase produk MP-ASI yang tidak sesuai standar meliputi MP-ASI bubuk instan lokal 68 %, MP-ASI bubuk instan impor 100 %, MP-ASI biskuit 73 % dan MP-ASI siap masak 100 %. Produk dinyatakan tidak sesuai standar apabila terdapat satu atau lebih parameter kandungan gizi yang tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam SNI. Persentase produk MP-ASI bubuk instan impor yang tidak sesuai standar disebabkan karena jenis zat gizi yang diatur dalam SNI lebih banyak daripada standar yang ditetapkan oleh Codex sebagai standar global. Hal tersebut dimungkinkan karena penetapan SNI disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan status gizi masing-masing negara.

Rata-rata persentase AKG semua komponen gizi untuk jenis MP-ASI meliputi MP-ASI bubuk instan lokal 27 % AKG, MP-ASI bubuk instan impor 31 % AKG, MP-ASI biskuit 14 % AKG dan MP-ASI siap masak 19 % AKG. Dengan demikian, untuk memenuhi kecukupan gizi harian bayi/anak, diperlukan jumlah sajian per hari untuk MP-ASI bubuk instan lokal sebanyak 3.7 kali, MP-ASI bubuk instan impor 3.2 kali, MP-ASI biskuit 7.1 kali dan MP-ASI siap masak 5.3 kali.

Pemahaman responden terhadap label produk MP-ASI meliputi 54 % selalu membaca label, 42 % kadang-kadang dan 4 % tidak pernah membaca label. Sebanyak 7 % responden memilih informasi nilai gizi sebagai perhatian pertama saat membaca label dan 43 % responden memilih ING sebagai pilihan kedua yang menjadi perhatian saat membaca label. Pertimbangan utama responden dalam memilih produk MP-ASI meliputi faktor harga 54 %, kandungan gizi 22 %, merek terkenal 20 % dan 4 % tergantung kemauan anak anak. Untuk penyiapan dan penggunaan MP-ASI, sebanyak 76 % selalu mengikuti petunjuk penyiapan dan penggunaan yang tercantum pada label dan 24 % tidak mengikuti petunjuk tersebut.

Produk MP-ASI bubuk instan dikonsumsi oleh 28 % bayi/anak, dengan rata-rata pemberian MP-ASI bubuk instan 2.7 saji per hari. Produk MP-ASI biskuit dikonsumsi oleh 44 % bayi/anak dengan rata-rata pemberian MP-ASI biskuit 1.6 saji per hari.

Terdapat produk MP-ASI yang tidak sesuai dengan standar kandungan gizi yang tercantum dalam SNI MP-ASI. Takaran saji yang tercantum pada label produk MP-ASI lebih tinggi dibandingkan dengan takaran saji baku.

(7)

KAJIAN KESESUAIAN PRODUK MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DENGAN STANDAR NASIONAL INDONESIA DAN

KONTRIBUSI TERHADAP KECUKUPAN GIZI BAYI/ANAK

ELIN HERLINA

Tugas Akhir

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesi pada

Program Studi Teknologi Pangan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

Judul Tugas Akhir : Kajian Kesesuaian Produk Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) terhadap Standar Nasional Indonesia dan Kontribusi terhadap Kecukupan Gizi Bayi/Anak

Nama : Elin Herlina

NRP : F 252050165

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Feri Kusnandar, MSc. Dr. Ir. Nurheni Sri Palupi, MSi (Ketua) (Anggota)

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Magister Profesi Teknologi Pangan

Dr. Ir. Lilis Nuraida, M.Sc. Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

(9)

PRAKATA

Segala puji kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Tesis berjudul Kajian Kesesuaian Produk Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) terhadap Standar Nasional Indonesia dan Kontribusi terhadap Kecukupan Gizi Bayi/Anak disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesi pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Program Studi Teknologi Pangan.

Penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dr. Ir. Feri Kusnandar, MSc. dan Dr. Ir. Nurheni Sri Palupi, MS, selaku Ketua

dan Anggota Komisi Pembimbing atas bimbingan dan arahannya selama proses penyusunan tesis ini hingga selesai.

2. Dr. Ir. Endang Prangdimurti, MSi., selaku dosen penguji yang telah memberi banyak masukan untuk perbaikan tesis ini.

3. Badan Pengawas Obat dan Makanan yang telah memberikan beasiswa kepada penulis untuk melanjutkan sekolah pascasarjana.

4. dr. M. Hayatie Amal, MPH., selaku Direktur Penilaian Keamanan Pangan yang telah memberikan dukungan selama penyelesaian tesis ini.

5. Ir. Sri Irawati Susalit, selaku Direktur Standardisasi Produk Pangan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan sekolah pascasarjana dan memberikan dukungan selama penyelesaian tesis ini. 6. Rekan-rekan di Direktorat Penilaian Keamanan Pangan dan Direktorat

Standardisasi Produk Pangan yang selalu memberikan dukungan semangat untuk menyelesaikan tesis ini.

7. Mbak Tika, sebagai asisten koordinator program studi pascasarjana teknologi pangan yang selalu membantu pelaksanaan sidang komisi dan memberikan dukungan semangat untuk penyelesaian tesis ini.

8. Keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materiil dalam penyelesaian studi.

9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ciamis pada tanggal 18 April 1967 sebagai anak bungsu dari almarhum Bapak Moh. Ishak dan Ibu K. Permayanti. Tahun 1985, penulis lulus dari SMA Negeri 5 Bandung dan pada tahun yang sama diterima melanjutkan studi di Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Institut Teknologi Bandung. Penulis menyelesaikan program Sarjana Farmasi pada tahun 1990 dan melanjutkan pendidikan Profesi Apoteker pada institusi yang sama dan lulus pada tahun 1991.

Sejak tahun 1992, penulis bekerja di Direktorat Pengawasan Makanan dan Minuman Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan yang pada tahun 2000 menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) Badan Pengawas Obat dan Makanan.

(11)
(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 3

Kegunaan ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI) ... 4

Informasi Nilai Gizi (ING) ... 7

Takaran Saji Produk MP ASI ... 13

Kebijakan Pemberian Makanan kepada Bayi dan Anak ... 15

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu ... 17

Bahan ... 17

Metode ... 17

HASIL DAN PEMBAHASAN Kesesuaian Kandungan Gizi Produk MP ASI dengan SNI MP-ASI ... 25

Persentase Angka Kecukupan Gizi (AKG) Produk MP ASI ... 48

Tingkat Pemahaman Konsumen terhadap Produk MP ASI serta Pola Konsumsi bayi/anak ... 51

Kontribusi Produk MP ASI terhadap Kecukupan Gizi Harian Bayi/Anak sesuai Pola Konsumsi ... 61

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 67

Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Persyaratan mutu produk MP-ASI terkait dengan kandungan gizi ... 6

2 Pembulatan nilai kandungan gizi dalam rangka pencantuman informasi nilai gizi ... .. 10

3 Pembulatan nilai persentase AKG dalam rangka pencantuman informasi nilai gizi ... .. 10

4 Angka Kecukupan Gizi untuk bayi dan anak usia 7 bulan sampai dengan 3 tahun ... .. 11

5 Acuan label gizi produk pangan ... .. 12

6 Angka Kecukupan Gizi untuk acuan pelabelan pangan yang diperuntukkan bagi bayi/anak usia 4 sampai 24 bulan ... .. 13

7 Persyaratan energi, frekuensi makan dan kepadatan energi minimal untuk bayi dan anak usia 6 – 24 bulan yang tidak diberi ASI ... 16

8 Kerangka pikir penelitian ... 18

9 Ukuran rumah tangga sendok makan MP-ASI bubuk instan lokal .... .. 27

10 Kepadatan energi produk MP-ASI bubuk instan lokal siap konsumsi .. 30

11 Kandungan natrium dan peruntukan produk MP-ASI bubuk instan lokal siap konsumsi ... .. 31

12 Kepadatan energi produk MP-ASI bubuk instan impor siap konsumsi .. 35

13 Kandungan natrium dan peruntukan produk MP-ASI bubuk instan impor siap konsumsi ... 36

14 Kandungan natrium dan peruntukan produk MP-ASI biskuit ... 42

15 Takaran saji produk MP-ASI siap masak ... 45

16 Kepadatan energi produk MP-ASI siap masak siap konsumsi ... 46

17 Kandungan natrium dan peruntukan produk MP-ASI siap masak siap konsumsi ... 46

18 Pola konsumsi bayi/anak yang mengonsumsi MP-ASI bubuk instan .... 62

19 Kontribusi produk MP-ASI terhadap kecukupan gizi harian bayi dan anak yang mengonsumsi MP-ASI bubuk instan ... 63

20 Pola konsumsi bayi/anak yang mengonsumsi MP-ASI biskuit ... 64

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Takaran saji produk MP-ASI bubuk instan lokal ... 26

2 Takaran saji produk MP-ASI bubuk instan lokal dan jumlah air yang ditambahkan ... 27

3 Peruntukan produk MP-ASI bubuk instan lokal ... 28

4 Takaran saji dan peruntukan produk MP-ASI bubuk instan lokal ... 28

5 Persentase pemenuhan kesesuaian kandungan gizi produk MP-ASI bubuk instan lokal dengan SNI ... 32

6 Takaran saji dan peruntukan produk MP-ASI bubuk instan impor .. 34

7 Persentase pemenuhan kesesuaian kandungan gizi produk MP-ASI bubuk instan impor dengan SNI ... 37

8 Takaran saji produk MP-ASI biskuit ... 39

9 Takaran saji dan peruntukan produk MP-ASI biskuit ... 40

10 Jumlah keping per sajian produk MP-ASI biskuit ... 41

11 Berat per keping produk MP-ASI biskuit ... 41

12 Takaran saji dan jumlah keping per sajian produk MP-ASI biskuit .. 41

13 Persentase pemenuhan kesesuaian kandungan gizi produk MP-ASI biskuit dengan SNI ... 43

14 Persentase pemenuhan kesesuaian kandungan gizi produk MP-ASI siap masak dengan SNI ... 47

15 Rata-rata persentase AKG kandungan gizi produk MP-ASI bubuk instan lokal per saji ... 49

16 Rata-rata persentase AKG kandungan gizi produk MP-ASI bubuk instan impor per saji ... 49

17 Rata-rata persentase AKG kandungan gizi produk MP-ASI biskuit per saji ... 50

18 Rata-rata persentase AKG kandungan gizi produk MP-ASI siap masak per saji ... 50

19 Rata-rata persentase AKG dan jumlah saji per hari yang diperlukan untuk memenuhi kecukupan gizi harian bayi/anak ... 51

20 Proporsi jumlah responden di tiap wilayah ... 52

(15)

22 Komposisi responden berdasarkan pekerjaan ... 53

23 Komposisi responden berdasarkan jumlah anak ... 54

24 Kebiasaan konsumen membaca label produk pangan ... 54

25 Perhatian responden terhadap informasi nilai gizi pada label ... 55

26 Proporsi responden yang mengikuti petunjuk penyiapan dan penggunaan yang tercantum pada label produk MP-ASI ... 56

27 Pertimbangan responden dalam membeli produk MP-ASI ... 56

28 Persentase bayi/anak yang mengonsumsi ASI, susu bayi, makanan bayi rumahan, MP ASI bubuk instan, MP ASI biskuit, buah-buahan dan lain-lain ... 57

29 Proporsi responden yang memberikan ASI ... 58

30 Proporsi responden yang memberikan susu formula bayi ... 58

31 Proporsi responden yang memberikan ASI, susu formula bayi serta ASI dan susu formula bayi ... 59

32 Proporsi pemberian makanan bayi yang dibuat di rumah ... 59

33 Proporsi responden yang memberikan MP-ASI bubuk instan ... 60

34 Pola konsumsi dengan MP-ASI bubuk instan ... 60

35 Proporsi responden yang memberikan MP-ASI biskuit ... 61

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Reference Amount Customarily Consumed per Eating Occasion:

Infant and Toddler Foods ... 71

2 Kuesioner pemahaman masyarakat terhadap produk Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) dan pola pemberian makan bayi dan anak ... 72

3 Data umum produk MP-ASI bubuk instan lokal ... 75

4 Kandungan gizi produk MP-ASI bubuk instan lokal ... 77

5 Data umum produk MP-ASI bubuk instan impor ... 82

6 Kandungan gizi produk MP-ASI bubuk instan impor ... 83

7 Data umum produk MP-ASI biskuit ... 85

8 Kandungan gizi produk MP-ASI biskuit ... 86

9 Data umum produk MP-ASI siap masak ... 87

10 Kandungan gizi produk MP-ASI siap masak ... 88

11 Persentase AKG kandungan gizi produk MP-ASI bubuk instan lokal ... 89

12 Persentase AKG kandungan gizi produk MP-ASI bubuk instan impor ... 94

13 Persentase AKG kandungan gizi produk MP-ASI biskuit ... 95

14 Persentase AKG kandungan gizi produk MP-ASI siap masak ... 97

15 Data umum responden ... 98

16 Pemahaman responden terhadap produk MP-ASI ... 102

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pemberian makanan kepada bayi dan anak memerlukan perhatian khusus, karena hal tersebut sangat berperan terhadap tingkat kesehatan dan status gizi bayi dan anak. Rendahnya status gizi bayi/anak dapat disebabkan antara lain karena kekurangan gizi sejak bayi dalam kandungan, pemberian makanan pendamping ASI terlalu dini atau terlalu lambat, MP-ASI tidak mengandung energi, zat gizi makro dan mikro yang cukup.

Malnutrisi merupakan masalah kesehatan utama dalam pengembangan sumber daya manusia. Sekitar sepertiga anak usia di bawah lima tahun di negara berkembang mempunyai tinggi badan yang kurang. Periode usia sampai 2 tahun merupakan masa kritis bagi peningkatan perkembangan kesehatan yang optimal. Pengaruh yang langsung dari gizi kurang selama masa tersebut meliputi terlambatnya perkembangan mental dan motorik. Sedangkan pengaruh jangka panjang dari kurangnya zat gizi yang terjadi pada masa dini dihubungkan dengan kemampuan bekerja dan intelektual (WHO 2003).

Gagal tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya yang sulit diperbaiki. Prevalensi kurang gizi balita terus mengalami kenaikan sejak tahun 2000 (24.7 %) kemudian 26.1 % (2001), 27.3 % (2002) dan 27.5 % (2003) (Depkes 2004a).

WHO (2006) mempublikasikan indikator kesehatan di Indonesia pada tahun 2004, meliputi balita dengan tinggi badan kurang (28.6 %), balita dengan berat badan kurang (19.7 %) dan balita dengan kelebihan berat badan (5.1 %).

Pada masa usia 6 sampai dengan 24 bulan, jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh kelompok usia tersebut sangat terbatas. Jenis makanan selain ASI antara lain susu formula bayi dan susu formula lanjutan, Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI), dan buah-buahan tertentu. MP-ASI yang diberikan kepada bayi dan anak dapat berupa makanan bayi yang dibuat sendiri di rumah dengan bahan makanan yang tersedia dan variasi dapat ditentukan oleh masing-masing orang tua.

(18)

asupan gizi yang pada akhirnya mempengaruhi status gizi bayi dan anak. Pemahaman tersebut dapat dilihat dari kebiasaan membaca informasi tentang produk pangan baik melalui label atau sumber informasi lain, serta pola konsumsi harian meliputi jenis dan jumlah makanan yang diberikan kepada bayi dan anak.

Disamping makanan pendamping ASI yang dibuat di rumah, saat ini tersedia berbagai jenis dan rasa (varian) produk MP-ASI yang beredar di pasar. Berdasarkan bentuknya, produk MP-ASI dikelompokkan menjadi : (1) MP-ASI bubuk instan, (2) MP-ASI biskuit, (3) MP-ASI Siap Masak dan (4) MP-ASI Siap Santap sebagaimana standar yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional meliputi : (a) SNI 01-7111.1-2005 Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) – Bagian 1 : Bubuk Instan, (b) SNI 01-7111.2-2005 Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) – Bagian 2 : Biskuit, (c) SNI 01-7111.3-2005 Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) – Bagian 3 : Siap Masak, dan (d) SNI 01-7111.4-2005 Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) – Bagian 4 : Siap Santap.

Produk MP-ASI diformulasi khusus sedemikian rupa sehingga diharapkan dapat membantu mencukupi kebutuhan gizi kelompok konsumen tersebut. Jumlah vitamin dan mineral yang ditambahkan ke dalam makanan untuk bayi dan anak dalam 100 g pangan dengan basis berat kering, sekurang-kurangnya 2/3 dari persyaratan kebutuhan harian (CAC 1991).

Pemerintah RI (2000) menyatakan bahwa Standar Nasional Indonesia (SNI) berlaku di seluruh wilayah Republik Indonesia dan bersifat sukarela untuk diterapkan oleh pelaku usaha. Lebih lanjut dinyatakan bahwa dalam hal SNI berkaitan dengan kepentingan keselamatan, keamanan, kesehatan masyarakat atau pelestarian fungsi lingkungan hidup dan atau pertimbangan ekonomis, instansi teknis dapat memberlakukan secara wajib sebagian atau keseluruhan spesifikasi teknis dan atau parameter dalam SNI tersebut. Sejalan dengan hal tersebut, Pemerintah RI (2004) menyatakan bahwa Standar Nasional Indonesia dapat diberlakukan secara wajib dengan mempertimbangkan keselamatan, keamanan, kesehatan masyarakat atau pelestarian lingkungan hidup dan/atau pertimbangan ekonomis harus memenuhi standar mutu tertentu.

(19)

gizi pada bayi dan anak antara lain gizi buruk dan gizi kurang, anemia gizi besi, kurang vitamin A, gangguan pertumbuhan, dan lain-lain. Dalam rangka pemberlakuan secara wajib SNI MP-ASI tersebut, sebagai tahap awal, diperlukan adanya pengkajian terhadap produk MP-ASI yang terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Pengkajian diarahkan terhadap aspek-aspek yang terkait dengan kandungan gizi produk MP-ASI dan kontribusi produk MP ASI terhadap pemenuhan gizi harian bayi/anak termasuk pemahaman konsumen terhadap produk MP-ASI.

Tujuan

Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah (1) mengkaji kesesuaian kandungan gizi yang tercantum pada label produk MP-ASI dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) MP-ASI, (2) mengkaji persentase AKG zat gizi yang tercantum pada label produk MP-ASI dibandingkan dengan kecukupan gizi bayi/anak, (3) mengukur tingkat pemahaman konsumen terhadap produk Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) serta pola konsumsi bayi/anak, dan (4) mengevaluasi kontribusi produk MP-ASI dalam memenuhi kecukupan asupan gizi harian bayi/anak.

Kegunaan

Hasil kajian diharapkan dapat digunakan oleh pihak Pemerintah sebagai dasar penyusunan kebijakan lebih lanjut dalam rangka pemberlakuan SNI MP-ASI secara wajib serta kebijakan di bidang peningkatan status gizi bayi dan anak.

Bagi pihak produsen, hasil kajian ini dapat menjadi acuan dalam memproduksi MP-ASI agar memenuhi persyaratan serta turut aktif dalam meningkatkan status gizi masyarakat khususnya bayi dan anak.

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI )

Sebagai acuan bagi produsen pangan dalam memproduksi MP-ASI, Indonesia telah menetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang MP-ASI yang terdiri dari 4 bagian yaitu (a) SNI 01-7111.1-2005 Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) – Bagian 1 : Bubuk Instan, (b) SNI 01-7111.2-2005 Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) – Bagian 2 : Biskuit, (c) SNI 01-7111.3-2005 Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) – Bagian 3 : Siap Masak, dan (d) SNI 01-7111.4-2005 Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) – Bagian 4 : Siap Santap. SNI tersebut dikembangkan dan disusun dengan tujuan untuk : (1) melindungi kesehatan konsumen khususnya bayi dan anak, (2) menjamin perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab dan (3) mendukung perkembangan industri MP-ASI.

Makanan pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) didefinisikan sebagai makanan bergizi yang diberikan disamping ASI kepada bayi berusia 6 (enam) bulan ke atas atau berdasarkan indikasi medik, sampai anak berusia 24 (dua puluh empat) bulan untuk mencapai kecukupan gizi (BSN 2005a).

MP–ASI Bubuk Instan adalah MP-ASI yang telah diolah sehingga dapat disajikan seketika dengan hanya penambahan air minum atau cairan lain yang sesuai (BSN 2005a). MP–ASI Biskuit adalah MP–ASI yang diproduksi melalui proses pemanggangan yang dapat dikonsumsi setelah dilumatkan dengan penambahan air, susu, atau cairan lain yang sesuai untuk bayi diatas 6 (enam) bulan atau berdasarkan indikasi medik, atau dapat dikonsumsi langsung sesuai umur dan organ pencernaan bayi/anak (BSN 2005b). MP–ASI Siap Masak adalah MP–ASI yang telah diproses dan harus dimasak dengan air atau cairan lain yang sesuai sebelum dikonsumsi (BSN 2005c).

(21)

Berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Codex Alimentarius Commission, jika suatu pangan ditambah dengan satu atau lebih zat gizi yang

telah ditetapkan angka kecukupan gizinya, maka jumlah vitamin dan mineral yang ditambahkan yang terkandung dalam 100 g pangan sekurang-kurangnya 2/3 dari nilai kecukupan harian (CAC 1991). Pertimbangan dalam menetapkan ketentuan tersebut antara lain kondisi negara setempat termasuk kontribusi zat gizi dalam pola makan yang diperoleh dari makanan pokok, dan status gizi dari kelompok populasi target pada usia tersebut.

SNI MP-ASI memuat ruang lingkup, acuan normatif, istilah dan definisi, komposisi dan syarat mutu, bahan tambahan pangan, cemaran, metode uji dan pengambilan contoh, higiene, pengemasan, dan pelabelan.

Komposisi produk MP-ASI meliputi bahan utama dan bahan lain. Sebagai bahan utama, produk MP-ASI terbuat dari salah satu atau campuran bahan-bahan berikut dan atau turunannya : serealia (misal beras, jagung, gandum, sorgum, barley, oats, rye, millet, buckwheat), umbi-umbian (misal ubi jalar, ubi kayu, garut, kentang, gembili), bahan berpati (misal sagu, pati aren), kacang-kacangan (misal kacang hijau, kacang merah, kacang tunggak, kacang dara), biji-bijian yang mengandung minyak (misal kedelai, kacang tanah, wijen), susu, ikan, daging, unggas, buah dan atau bahan makanan lain yang sesuai (BSN 2005a, 2005b, 2005c). Syarat mutu produk MP-ASI meliputi bentuk dan tekstur, kadar air, kadar abu, kepadatan energi, protein, karbohidrat (termasuk serat pangan), lemak (termasuk asam lemak trans), vitamin dan mineral.

Zat gizi yang dikandung MP-ASI harus dapat mendampingi ASI untuk mencapai kecukupan gizi pada kelompok umur tersebut. Persyaratan mutu produk MP-ASI bubuk instan, biskuit, dan siap masak ditunjukkan pada Tabel 1.

(22)

Tabel 1 Persyaratan mutu produk MP-ASI terkait dengan kandungan gizi (BSN 2004a, 2004b, 2004c)

i) Kepadatan energi dihitung terhadap produk siap dikonsumsi untuk MP-ASI bubuk instan, siap masak dan siap santap

ii) Jumlah karbohidrat yang ditambahkan dari sukrosa, fruktosa, glukosa, sirup glukosa atau madu jika bahan tersebut ditambahkan pada produk.

iii) < 100 mg/100 kkal produk siap konsumsi yang ditujukan untuk bayi, dan < 200 mg/100 kkal produk siap konsumsi yang ditujukan untuk anak usia diatas 12 bulan

No Parameter Satuan Syarat Mutu MP-ASI

Bubuk Instan Biskuit Siap Masak

(23)

Untuk MP-ASI biskuit, vitamin yang wajib ada meliputi vitamin A, vitamin D, sedangkan vitamin yang dapat ditambahkan adalah vitamin E dan vitamin K. Mineral yang wajib ada meliputi natrium, kalsium, besi, zink, sedangkan mineral yang dapat ditambahkan adalah selenium.

Informasi Nilai Gizi (ING)

Informasi Nilai Gizi didefinisikan sebagai daftar kandungan zat gizi pada label pangan sesuai dengan format yang dibakukan (BPOM 2005). Beberapa istilah untuk menggambarkan pencantuman informasi nilai gizi yang berlaku di berbagai negara antara lain nutrition labelling, nutrition fact, dan nutrition information. Istilah nutrition labeling digunakan oleh WHO (WHO 2004), Canada

dan Malaysia. Filipina menggunakan istilah nutrition information, Amerika Serikat menggunakan istilah nutrition fact, sedangkan Australia menggunakan istilah nutrition information panel.

WHO (2004) mendefinisikan nutrition labeling sebagai daftar zat gizi pada label pangan dengan beberapa bentuk pencantuman jumlah zat gizi. Sedangkan CAC (2006) menyatakan definisi nutrition labelling adalah deskripsi yang dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang kandungan gizi pangan kepada konsumen.

Pencantuman informasi nilai gizi pada label tidak diwajibkan terhadap semua pangan. Pangan yang diwajibkan untuk mencantumkan informasi tentang kandungan gizi diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, Pasal 32, ayat (1) yang menyatakan bahwa pencantuman keterangan tentang kandungan gizi pangan pada label wajib dilakukan bagi pangan yang disertai pernyataan bahwa pangan mengandung vitamin, mineral, dan atau zat gizi lainnya yang ditambahkan, atau pangan yang dipersyaratkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang mutu dan gizi pangan, wajib ditambahkan vitamin, mineral dan atau zat gizi lainnya (Pemerintah RI 1999).

(24)

gizi digunakan pada suatu pangan, maka pada label pangan tersebut wajib memuat hal-hal berikut : (a) ukuran takaran saji, (b) jumlah sajian per kemasan, (c) kandungan energi per takaran saji, (d) kandungan protein per sajian (dalam gram), (e) kandungan karbohidrat per sajian (dalam gram), (f) kandungan lemak per sajian (dalam gram), (g) persentase dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan.

Sebagai petunjuk pelaksanaan dari ketentuan Peraturan Pemerintah tersebut, telah ditetapkan pedoman pencantuman informasi nilai gizi pada label pangan. Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi pada Label Pangan mengatur informasi yang harus dicantumkan dan informasi yang dapat dicantumkan terdiri dari (a) Informasi yang wajib dicantumkan, meliputi takaran saji, jumlah sajian per kemasan dan catatan kaki, (b) Zat gizi yang wajib dicantumkan, meliputi energi total, lemak total, protein, karbohidrat total, dan natrium, (c) Zat gizi yang wajib dicantumkan dengan persyaratan tertentu, meliputi energi dari lemak, lemak jenuh, lemak trans, kolesterol, serat pangan, gula, vitamin A, vitamin C, kalsium, zat besi, zat gizi lain yang wajib ditambahkan/difortifikasikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, zat gizi yang pernyataannya (klaim) dicantumkan pada label pangan, dan (d) Informasi lain yang dapat dicantumkan, meliputi energi dari lemak jenuh, lemak tidak jenuh tunggal, lemak tidak jenuh ganda, kalium, serat pangan larut, serat pangan tidak larut, gula alkohol, karbohidrat lain, vitamin, mineral dan zat gizi lain.

(25)

Dalam rangka keseragaman pencantuman kandungan gizi pada tabel informasi nilai gizi, ditetapkan ketentuan tentang pembulatan nilai kandungan zat gizi dan persentase angka kecukupan gizi. Ketentuan tentang pembulatan nilai kandungan gizi dan nilai persentase AKG dalam rangka pencantuman jumlah kandungan gizi pada informasi nilai gizi ditunjukkan pada Tabel 2 dan Tabel 3. Dengan demikian, nilai yang tercantum pada tabel informasi nilai gizi sebagai salah satu keterangan pada label pangan merupakan hasil pembulatan dari kandungan gizi berdasarkan hasil pengujian laboratorium. Pangan yang mencantumkan informasi nilai gizi pada label harus disertai dengan hasil pengujian laboratorium terhadap kandungan gizi yang terdapat dalam produk akhir yang akan diedarkan.

Angka Kecukupan Gizi (AKG) adalah suatu kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktivitas tubuh, dan kondisi fisiologis khusus untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Sebagaimana disebutkan dalam Depkes (2005), dinyatakan bahwa kegunaan AKG diutamakan untuk (1) acuan dalam menilai kecukupan gizi, (2) acuan dalam menyusun makanan sehari-hari termasuk perencanaan makanan di institusi, (3) acuan perhitungan dalam perencanaan penyediaan pangan tingkat regional maupun nasional, (4) acuan pendidikan gizi, dan (5) acuan label pangan yang mencantumkan informasi nilai gizi. Yuniastuti (2008) menjelaskan lebih lanjut tentang kegunaan angka kecukupan gizi sebagai berikut :

(1) Menilai tingkat konsumsi pangan seseorang atau penduduk berdasarkan data survei konsumsi pangan. Penilaian tersebut dilakukan dengan membandingkan zat gizi yang diperoleh dari survei konsumsi terhadap angka kecukupannya, yang biasa disebut sebagai tingkat konsumsi.

(2) Perencanaan makanan institusi secara seimbang, seperti pemberian makanan tambahan untuk anak sekolah (PMT-AS), lembaga pemasyarakatan, panti sosial.

(3) Perencanaan produksi dan ketersediaan pangan wilayah. Angka kebutuhan maupun kecukupan gizi yang dianjurkan adalah kecukupan pada tingkat fisiologis sehingga untuk tingkat produksi sampai konsumsi, diperkirakan sekitar 15 %.

(26)

(5) Pendidikan gizi yang dikaitkan dengan kebutuhan gizi berbagai kelompok umur, fisiologis dan kegiatan untuk mewujudkan keluarga sadar gizi melalui gerakan pangan dan gizi.

Tabel 2 Pembulatan nilai kandungan gizi dalam rangka pencantuman informasi nilai gizi (BPOM 2005)

Komponen gizi Kandungan per sajian Pembulatan Energi total < 5 kkal 0 kkal

5 kkal – 50 kkal Kelipatan 5 kkal terdekat > 50 kkal Kelipatan 10 terdekat Lemak total < 0,5 g 0 g

0,5 – 5 g Kelipatan 0,5 g terdekat > 5 g Kelipatan 1 g terdekat Protein < 0,5 g 0 g

> 0,5 g Kelipatan 1 terdekat Karbohidrat total < 0,5 g 0 g

> 0,5 g Kelipatan 1 terdekat Natrium < 5 mg 0 mg

5 mg – 140 mg Kelipatan 5 mg terdekat > 140 mg Kelipatan 10 mg terdekat Serat pangan < 0,5 g 0 g

> 0,5 g Kelipatan 1 terdekat

Tabel 3 Pembulatan nilai persentase AKG dalam rangka pencantuman informasi nilai gizi (BPOM 2005)

Komponen gizi Persentase Pembulatan Lemak total 0 % 0 %

> 0 % Kelipatan 1 % terdekat

Protein 0 % 0 %

> 0 % Kelipatan 1 % terdekat Karbohidrat total 0 % 0 %

> 0 % Kelipatan 1 % terdekat

Natrium 0 % 0 %

> 0 % Kelipatan 1 % terdekat Serat pangan 0 % 0 %

> 0 % Kelipatan 1 % terdekat Vitamin dan mineral < 2 % 0 %

2 % - 10 % Kelipatan 2 % terdekat > 10 % Kelipatan 5 % terdekat

(27)

Tabel 4 Angka Kecukupan Gizi untuk bayi dan anak usia 7 bulan sampai dengan 3 tahun (Depkes 2005)

No Parameter Satuan AKG untuk Kelompok umur 7 – 11 bulan 1 – 3 tahun

1 Energi kkal 650 1000

2 Protein g 16 25

3 Vitamin A re 400 400

4 Vitamin D mcg 5 5

5 Vitamin E mg 5 6

6 Vitamin K mcg 10 15

7 Thiamin mg 0,4 0,5

8 Riboflavin mg 0,4 0,5

9 Niasin mg 4 6

10 Asam folat mcg 80 150

11 Piridoksin mg 0,3 0,5

12 Vitamin B12 mcg 0,5 0,9

13 Vitamin C mg 40 40

14 Kalsium mg 400 500

15 Fosfor mg 225 400

16 Magnesium mg 55 60

17 Besi mg 7 8

18 Yodium mcg 90 90

19 Seng mg 7,5 8,2

20 Selenium mcg 10 17

21 Mangan mg 0,6 1,2

22 Fluor mg 0,4 0,6

Dalam rangka pencantuman Informasi Nilai Gizi, acuan yang digunakan untuk menghitung persentase AKG yang akan dicantumkan pada label pangan adalah AKG yang khusus ditujukan untuk pelabelan. Indonesia telah menetapkan nilai AKG yang dijadikan acuan khusus untuk pelabelan pangan tersebut berdasarkan kelompok umur. Hal tersebut tertuang dalam Peraturan Kepala Badan POM Nomor HK.00.06.51.0475 tentang Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan dan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.52.6291 tentang Acuan Label Gizi Produk Pangan. Acuan Label Gizi berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.52.6291 dapat dilihat pada Tabel 5.

(28)

yang juga merupakan hasil kajian pakar dalam Widya Karya Pangan dan Gizi Nasional tahun 2004 tersebut.

Tabel 5 Acuan Label Gizi Produk Pangan (BPOM 2007)

No Zat Gizi

Nilai Acuan Label Gizi untuk Kelompok Konsumen

Satuan Umum Bayi 0–6

*) Vitamin A bersumber dari pangan (non sintetik)

• Untuk vitamin A dari sumber hewani atau retinol, 1 RE setara 1 RAE (Retinol Activity Equivalent)

• Untuk memenuhi setara RAE dari karoten total, nilai RE dikali 24

• Untuk memenuhi setara RAE dari beta karoten, nilai RE dikali 12

(29)

Peraturan tersebut dapat dilihat pada Tabel 6. Lebih lanjut pengkajian dan pembahasan terhadap label produk MP-ASI mengacu pada AKG tahun 2003 mengingat produk tersebut mendapatkan persetujuan mulai tahun 2002 sampai dengan tahun 2007 dimana masih diberlakukan Keputusan Kepala Badan POM No. HK.00.05.5.1142 tahun 2003 tentang Acuan Pencantuman Persentase Angka Kecukupan Gizi pada Label Pangan.

Tabel 6 Angka Kecukupan Gizi untuk acuan pelabelan pangan yang diperuntukkan bagi bayi/anak usia 4 sampai 24 bulan (BPOM 2003a)

No Zat Gizi AKG Satuan Keterangan

1 Energi 950 kkal

2 Protein 20 g

3 Lemak total 30 g

4 Asam linoleat 3.0 g

6 Karbohidrat 150 g

9 Vitamin A 400 RE 1 RE = 1 mcg retinol

10 Karoten total 4800 mcg 1 RE = 12 mcg karoten

11 Beta karoten 2400 mcg 1 RE = 6 mcg beta karoten

12 Vitamin D 5.0 mcg

13 Vitamin E 5.0 mg

14 Vitamin K 10.0 mcg

15 Thiamin 0.5 mg

16 Riboflavin 0.5 mg

17 Niasin 6.0 mg

18 Vitamin B6 0.5 mg

19 Asam pantotenat 2.0 mg

20 Asam folat 160 mcg

21 Vitamin B12 0.9 mcg

22 Vitamin C 40 mg

23 Kalium 700 mg

24 Natrium 350 mg

25 Kalsium 500 mg

26 Fosfor 400 mg

27 Besi 9.0 mg

28 Magnesium 50 mg

29 Zink 6.0 mg

30 Selenium 15 mcg

31 Iodium 100 mcg

Takaran Saji Produk MP-ASI

(30)

takaran saji tersebut antara lain Amerika Serikat dan Canada. Code of Federal Regulation (CFR) menetapkan Reference Amount Customarily Consumed per

Eating Occasion untuk produk pangan yang beredar di Amerika Serikat. Acuan

tersebut meliputi berbagai jenis pangan yang biasa dikonsumsi baik pangan siap saji maupun pangan olahan dan terbagi menurut kelompok umur.

Sehubungan dengan belum adanya ketentuan baku yang dapat dijadikan acuan pencantuman takaran saji di Indonesia, maka industri dapat menetapkan takaran saji produk yang akan diedarkannya. Takaran saji tersebut harus disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan dan merupakan salah satu substansi penilaian yang dilakukan di Direktorat Penilaian Keamanan Pangan dalam rangka pemberian persetujuan pendaftaran produk pangan.

Berdasarkan BPOM (2003b, 2005), definisi takaran saji adalah jumlah produk pangan yang biasa dikonsumsi dalam satu kali makan, dinyatakan dalam ukuran rumah tangga yang sesuai untuk produk pangan tersebut. Ukuran rumah tangga sebagaimana disebutkan diatas meliputi antara lain sendok teh (5 ml), sendok makan (10 ml), sendok takar, gelas (200 ml), botol, kaleng, mangkuk/cup, bungkus, sachet, keping, buah, biji, potong, iris. Khusus untuk pangan bayi dan anak di bawah lima tahun ukurannya sesuai dengan petunjuk penggunaan.

Negara yang telah menetapkan ketentuan terkait dengan takaran saji adalah Canada dan Amerika Serikat. Takaran saji yang ditetapkan oleh Canada tertuang dalam Reference Amounts and Serving Sizes (Essential to making a nutrient content claim and preparing a nutrition facts table). Food and Drug

Administration (FDA) Amerika Serikat menetapkan jumlah reference amount

berdasarkan kelompok umur untuk menggambarkan jumlah yang biasa dikonsumsi dalam satu kali makan oleh individu dalam setiap kelompok populasi tersebut. Pengelompokkan tersebut meliputi (a) pangan untuk usia 4 tahun atau lebih, dan (b) pangan untuk bayi atau anak dibawah 4 tahun.

Reference amount pangan yang ditujukan bagi bayi atau anak dibawah 4

tahun hanya berlaku untuk pangan yang diformulasikan atau diproses secara khusus untuk dikonsumsi oleh bayi atau anak dibawah 4 tahun. Ketentuan tersebut tertuang dalam Code of Federal Regulation (CFR) tentang Reference Amount Customarily Consumed per Eating Occasion :General Food Supply dan

Reference Amount Customarily Consumed per Eating Occasion : Infant and

Toddler Foods. Acuan tersebut meliputi berbagai jenis pangan yang biasa

(31)

kelompok umur tersebut. Data selengkapnya perihal reference amount untuk pangan bayi dan anak ditunjukkan pada Lampiran 1.

Berdasarkan ketentuan yang ditetapkan Amerika Serikat tentang Reference Amount Customarily Consumed per Eating Occasion : Infant and Toddler Foods,

maka takaran saji produk MP-ASI dapat mengacu kepada kelompok berikut : (a) sereal, instan kering, (b) sereal, siap disajikan, (c) produk sereal dan biji-bijian lain, bentuk kering, siap dikonsumsi, misalnya, sereal siap dikonsumsi, kukis, biskuit dan toast.

Takaran saji untuk produk MP-ASI bubuk instan dapat mengacu kepada nilai reference amount untuk sereal, instan kering (cereals, dry instant) yaitu sebesar 15 g, sedangkan MP-ASI siap masak dapat mengacu kepada sereal, siap disajikan (cereals, prepared, ready to-serve) yaitu sebesar 110 g (dihitung terhadap produk siap disajikan). Dengan mengacu kepada produk sereal dan biji-bijian lain, bentuk kering, siap dikonsumsi, misalnya, sereal siap dikonsumsi, kukis, biskuit dan toast (other cereal and grain products, dry ready to eat, e.g., ready to eat cereals, cookies, teething biscuits and toasts) maka takaran saji

baku produk MP-ASI biskuit adalah sebesar 7 g.

Kebijakan Pemberian Makanan kepada Bayi dan Anak

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang paling lengkap dan sempurna bagi bayi. Manfaat Asi bagi bayi akan terasa seumur hidupnya,. Manfaat ASI tersebut meliputi antara lain (Westcott 2003) :

a. zat gizi dari ASI sangat mudah diserap, sehingga bayi yang diberi ASI jarang terkena gangguan perut

b. ASI memberi kekebalan infeksi selama bulan-bulan pertama kehidupannya c. Bayi yang diberi ASI lebih jarang terkena gangguan alergi.

d. Kejadian mati mendadak lebih kecil jumlahnya pada bayi dengan ASI. Kandungan gizi pada ASI sesuai dengan kebutuhan bayi. Hampir separuh kalori dalam ASI diperoleh dari karbohidrat khususnya laktosa (Cox 2006).

(32)

makanan bergizi yang diberikan disamping ASI kepada bayi berusia 6 bulan ke atas atau berdasarkan indikasi medik, sampai anak berusia 24 bulan untuk mencapai kecukupan gizi.

World Health Organization (WHO) telah menetapkan strategi global pemberian makanan bayi dan anak sebagai acuan bagi setiap negara untuk menetapkan strategi nasional masing-masing negara disesuaikan dengan kondisi gizi penduduk di masing-masing negara. WHO menganjurkan agar bayi mulai menerima MP-ASI pada usia 6 bulan sebagai tambahan terhadap ASI. Frekuensi pemberian MP-ASI sangat terkait dengan kepadatan gizi produk tersebut. Untuk rata-rata bayi sehat, makanan harus diberikan 4 – 5 kali per hari dengan tambahan makanan kecil bergizi (misal buah atau roti) diberikan 1 – 2 kali per hari. Jumlah pangan yang tepat tergantung pada kepadatan energi makanan lokal dan jumlah yang biasa dikonsumsi pada setiap pemberian makan. Jika kepadatan energi atau jumlah makanan per sekali makan rendah, maka frekuensi makan harus ditambah untuk memenuhi kecukupan energi harian bayi/anak. Informasi selengkapnya tentang kebutuhan energi, frekuensi makan dan kepadatan energi untuk bayi dan anak usia 6 bulan sampai 23 bulan tercantum pada Tabel 7.

Tabel 7 Persyaratan energi, frekuensi makan dan kepadatan energi minimal untuk bayi dan anak usia 6 – 24 bulan yang tidak diberi ASI (WHO 2005)

Usia bayi/anak (bulan)

6 – 8 9 – 11 12 – 23

Kebutuhan energi rata-rata (kkal/hari) 615 686 894

Persyaratan energi +2 SD (+25%) 769 858 1118

Kapasitas lambung (g/sekali makan), berdasarkan 30 g/kg bb

249 285 345

Kepadatan energi Frekuensi makan per hari yang diperlukan

0,6 kkal/g 5,1 5,0 5,4

0,8 kkal/g 3,9 3,8 4,1

1,0 kkal/g 3,1 3,0 3,2

Frekuensi makan per hari Kepadatan energi minimum yang diperlukan (kkal/g)

3 kali 1,03 1,00 1,08

4 kali 0,77 0,75 0,81

(33)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di Jakarta selama delapan bulan sejak bulan Agustus 2007 sampai dengan Maret 2008. Data awal diperoleh dari Direktorat Penilaian Keamanan Pangan Badan Pengawas Obat dan Makanan. Pelaksanaan survei dilakukan di sarana pelayanan kesehatan meliputi rumah sakit dan puskesmas yang berada di 5 (lima) wilayah Jakarta meliputi Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.

Bahan

Bahan yang digunakan berupa data yang meliputi (1) label produk Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang terdaftar di Direktorat Penilaian Keamanan Pangan, Badan Pengawas Obat dan Makanan, (2) peraturan perundang-undangan terkait dengan produk MP-ASI dan informasi nilai gizi yang berlaku di Indonesia, angka kecukupan gizi dan pelabelan, (3) Standar Nasional Indonesia tentang MP-ASI yaitu (a) SNI 01-7111.1-2005 Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) – Bagian 1 : Bubuk Instan, (b) SNI 01-7111.2-2005 Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) – Bagian 2 : Biskuit, dan (c) SNI 01-7111.3-2005 Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) – Bagian 3 : Siap Masak (4) ketentuan perundang-undangan terkait dengan takaran saji baku (reference amount) yang ditetapkan di negara lain (Amerika Serikat), dan (5) kuesioner sebagai instrumen untuk mengetahui pemahaman masyarakat terhadap produk MP-ASI dan untuk mendapatkan gambaran tentang pola konsumsi bayi/anak.

Metode

(34)

Tabel 8 Kerangka pikir penelitian No Tahap

Penelitian

Tujuan Aktivitas Target Output Keterangan

1 Kajian

a Inventarisasi data produsen/importir berasal dari data base Direktorat Penilaian Keamanan Pangan (Dit. PKP) b Inventarisasi label

produk MP- ASI yang mendapat ASI biskuit dan MP- ASI siap masak an, jumlah dan jenis zat gizi) g Pengolahan data Matriks kesesuaian

kandungan gizi produk dengan SNI

Sesuai standar

a Kegiatan pengumpulan data yang dilakukan sama dengan kegiatan untuk kajian kesesuaian kandungan gizi yang tercantum pada label produk MP-ASI terha-dap SNI MP-ASI dengan keluaran matriks data persentase AKG kandungan gizi b Pengolahan data Matriks persentase

(35)

Tabel 8 Kerangka pikir penelitian (lanjutan) No Tahap

Penelitian

Tujuan Aktivitas Target Output Keterangan

3 Kajian ter-c Penetapan lokasi Lokasi pengambilan

data

d Pelaksanaan survei Data tentang profil responden,

(36)

Kajian kesesuaian kandungan gizi yang tercantum pada label produk MP-ASI terhadap SNI MP-MP-ASI

Kegiatan diawali dengan inventarisasi data produsen/importir produk MP-ASI yang terdaftar di Direktorat Penilaian Keamanan Pangan (Dit. PKP). Data yang dikumpulkan meliputi : (1) nomor file, (2) nomor pendaftaran, (3) nama dan alamat produsen/importir, (4) tahun persetujuan, (5) jenis MP-ASI dan (6) jenis kemasan. Data tersebut diambil dari data base Direktorat Penilaian Keamanan Pangan dan digunakan untuk penelusuran lebih lanjut dalam menentukan produk yang akan dikaji. Inventarisasi selanjutnya dilakukan terhadap label produk MP-ASI yang mendapat persetujuan sejak tahun 2002 sampai dengan tahun 2007. Hal tersebut terkait mempertimbangkan bahwa sesuai ketentuan, surat persetujuan pendaftaran yang berlaku 5 tahun sehingga diasumsikan produk tersebut masih beredar di pasaran. Inventarisasi label dilakukan dengan menelusur berkas pendaftaran sesuai dengan nomor file produk. Penelusuran juga dilakukan dengan melihat riwayat perusahaan untuk mendapatkan data yang terakhir apabila produk tersebut telah mendapatkan persetujuan perubahan produk. Produk MP-ASI yang dikaji hanya mencakup 3 jenis dengan rincian jenis dan jumlah terdiri dari MP-ASI bubuk instan lokal (100 produk), MP-ASI bubuk instan impor (23 produk), MP-ASI biskuit (33 produk) dan MP-ASI siap masak (8 produk). MP-ASI bubuk instan lokal merupakan produk MP-ASI yang diproduksi dan diedarkan di wilayah Indonesia dan terdaftar di Direktorat Penilaian Keamanan Pangan Badan Pengawas Obat dan Makanan. MP-ASI bubuk instan impor merupakan produk yang dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia untuk diedarkan dan terdaftar di Direktorat Penilaian Keamanan Pangan Badan Pengawas Obat dan Makanan. Produk MP-ASI Siap Santap tidak dikaji mengingat keterbatasan data tentang produk pangan yang termasuk ke dalam kriteria MP-ASI Siap Santap.

(37)

siap konsumsi dengan menggunakan data tentang takaran saji dan petunjuk penyajian. Konversi dilakukan mengingat persyaratan dalam SNI MP-ASI untuk energi dan natrium dinyatakan dalam kkal per g produk siap konsumsi untuk kepadatan energi dan mg per 100 kkal produk siap konsumsi untuk natrium.

Pengolahan data dilakukan untuk mendapatkan data akhir berupa matriks kesesuaian antara kandungan gizi dalam masing-masing produk MP-ASI dengan persyaratan yang tercantum dalam SNI MP-ASI terkait. Hasil pengolahan juga memperlihatkan jumlah parameter yang tidak sesuai standar untuk masing-masing produk, serta rata-rata kandungan masing-masing-masing-masing komponen gizi dalam semua produk MP-ASI. Keluaran lain juga memperlihatkan tentang persentase produk MP-ASI yang tidak sesuai standar terkait kandungan gizi baik untuk zat gizi yang harus terdapat dalam produk MP-ASI maupun terhadap zat gizi secara keseluruhan (meliputi zat gizi yang harus ada dan zat gizi yang dapat ditambahkan). Produk MP-ASI dinyatakan tidak sesuai standar apabila terdapat satu atau lebih parameter kandungan gizi yang tidak sesuai standar sesuai dengan SNI. Komponen gizi yang wajib ada dalam produk MP ASI tetapi tidak tercantum pada label dianggap terdapat dalam produk tersebut, sedangkan untuk komponen yang bersifat sukarela jika tidak tercantum pada label maka tidak diperhitungkan dalam pengolahan data. Mengingat persyaratan yang ditetapkan dalam SNI untuk kandungan karbohidrat tidak dinyatakan sebagai kandungan karbohidrat total dalam produk akhir maupun dalam produk siap konsumsi, maka pengkajian terhadap pemenuhan persyaratan tersebut tidak dapat dilakukan.

Kajian persentase AKG zat gizi yang tercantum pada label produk MP-ASI dibandingkan dengan kecukupan gizi bayi/ anak

Kegiatan pengumpulan data yang dilakukan sama dengan kegiatan untuk tahap penelitian untuk kajian kesesuaian kandungan gizi yang tercantum pada label produk MP-ASI terhadap SNI MP-ASI dengan keluaran matriks data terkait dengan persentase AKG kandungan gizi produk MP-ASI. Konversi dari jumlah per saji menjadi persentase AKG per saji dilakukan untuk zat gizi yang hanya tercantum pada label dalam bentuk jumlah per sajian.

(38)

perkiraan jumlah sajian per hari untuk memenuhi kecukupan gizi harian bayi dan anak berdasarkan rata-rata persentase AKG kandungan gizi produk MP ASI.

Kajian terhadap pemahaman konsumen terhadap produk MP-ASI serta pola konsumsi bayi dan anak

Penyusunan kuesioner. Kuesioner merupakan salah satu instrumen untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk memperoleh data tentang pemahaman responden terhadap label produk MP-ASI dan pola pemberian makan bayi dan anak. Kuesioner penelitian ini terdiri dari 3 bagian meliputi panduan kuesioner, identitas responden dan pertanyaan. Panduan kuesioner mencakup tujuan kuesioner dan pengantar yang memuat keterangan umum yang perlu diketahui oleh responden seperti istilah takaran saji dan cakupan produk MP-ASI yang menjadi topik utama. Identitas responden yang harus diisi meliputi nama, alamat, jumlah anak, pendidikan dan pekerjaan. Lembar pertanyaan terbagi menjadi 2 bagian mencakup pertanyaan yang bersifat umum untuk mengetahui pemahaman responden terhadap produk MP-ASI secara umum dan tabel yang harus diisi untuk memberikan gambaran tentang pola pemberian makan bayi dan anak. Tabel tersebut meliputi (1) jenis makanan, (2) frekuensi pemberian per hari, (3) jumlah dalam satu kali makan, dan (4) cara penyiapan. Kuesioner pemahaman masyarakat terhadap produk MP-ASI dan pola pemberian makan bayi dan anak ditunjukkan pada Lampiran 2.

Penetapan kriteria dan jumlah responden. Responden dipilih dari kelompok ibu rumah tangga yang mempunyai anak usia dari 6 bulan sampai dengan 36 bulan. Penetapan kelompok responden tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa kelompok tersebut pernah membeli produk MP-ASI serta tingkat kepedulian terhadap informasi yang tercantum pada label.

Penentuan jumlah responden menggunakan variabel estimasi proporsi populasi dengan tingkat kepercayaan 95 % dihitung dengan menggunakan rumus (Natzir 2003) sebagai berikut :

n = z α/22 pq

E2 dengan :

E = galat estimasi = error of estimation

(39)

α = taraf keterandalan

100 (1-α) % = tingkat keyakinan

Pada penelitian ini, diharapkan galat estimasi (tingkat kesalahan) tidak lebih dari 14 % dengan tingkat keyakinan 95 %. Dengan demikian, maka nilai α = 0.05, dan α/2 = 0.025, sehingga z 0.025 = 1.96 (diperoleh dari tabel distribusi normal

standar). Dengan nilai E = 0.14; p = 0.5; q = 0.5, maka jumlah responden untuk penelitian ini adalah :

n = 1.962 x 0.5 x 0.5 = 49 responden

0.142

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka ditetapkan jumlah responden sebanyak 50 (lima puluh) orang.

Penetapan lokasi pengamatan. Pengambilan data melalui kuesioner mengambil lokasi di Jakarta dan untuk mendapatkan data sebaran yang seimbang, ditetapkan 10 responden untuk setiap wilayah kotamadya. Lebih jauh, untuk mendapatkan responden yang dituju yaitu ibu yang mempunyai bayi/anak usia 6 sampai dengan 36 bulan, pengamatan dilakukan di sarana pelayanan kesehatan (rumah sakit dan puskesmas) dimana responden biasa mengunjungi tempat tersebut untuk melakukan konsultasi kesehatan baik pengobatan ataupun imunisasi.

Pelaksanaan survei. Survei dilaksanakan melalui pengisian kuesioner dan wawancara. Responden merupakan ibu rumah tangga yang datang ke rumah sakit atau puskesmas sesuai peta lokasi yang telah ditetapkan. Responden diminta untuk mengisi kuesioner sesuai dengan pengalaman mereka dalam membaca label produk pangan secara umum khususnya dalam memilih produk MP-ASI. Responden juga diminta untuk mengisi jenis, jumlah dan frekuensi pemberian masing-masing jenis makanan kepada bayi dan anak sebagai pola konsumsi harian bayi dan anak.

(40)

makanan bayi rumahan, MP-ASI bubuk instan, MP-ASI biskuit, buah-buahan dan lain-lain.

Kajian terhadap kontribusi produk MP-ASI terhadap kecukupan harian bayi dan anak

Kegiatan dalam kajian ini meliputi menggabungkan data tentang pola konsumsi per hari sebagai hasil survei dengan persentase AKG per saji produk MP-ASI bubuk instan dan MP-ASI biskuit. Hasil kajian yang diharapkan berupa identifikasi komponen gizi yang telah terpenuhi dari konsumsi produk MP-ASI dan komponen gizi yang memerlukan asupan dari sumber makanan lain. Acuan yang digunakan adalah AKG 2003 untuk bayi/anak usia 4 - 24 bulan dengan nilai energi 950 kkal.

(41)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kesesuaian Kandungan Gizi Produk MP-ASI dengan SNI MP-ASI

MP-ASI Bubuk Instan

Pembahasan MP-ASI bubuk instan terbagi menjadi produk MP ASI bubuk instan lokal dan produk MP ASI bubuk instan impor.

MP-ASI Bubuk Instan Lokal

Jumlah produk yang dikaji sebanyak 100 produk dengan berbagai merek dagang dan varian. Data umum tentang produk MP-ASI bubuk instan lokal yang dikaji ditunjukkan pada Lampiran 3. Data tersebut mencakup kode produk, peruntukan, berat bersih, takaran saji, ukuran rumah tangga, jumlah saji per kemasan serta petunjuk penyiapan dan penggunaan.

Pembahasan terhadap produk MP-ASI bubuk instan lokal diuraikan berdasarkan pokok bahasan yang terkait dengan kandungan gizi produk, meliputi (1) petunjuk penyajian dan penggunaan, (2) takaran saji, (3) takaran saji dengan peruntukan, (4) takaran saji dengan petunjuk penyajian dan penggunaan, serta (5) kandungan gizi.

Petunjuk Penyajian dan Penggunaan

Meskipun telah mengalami pengolahan, MP-ASI bubuk instan tidak dapat langsung dikonsumsi, melainkan harus melalui penyiapan terlebih dahulu sebelum dikonsumsi dengan penambahan air minum atau cairan lain yang sesuai. Oleh karena itu, pada label produk MP-ASI bubuk instan harus dicantumkan petunjuk penyiapan dan penggunaan. Hal tersebut dinyatakan dalam Pemerintah RI (1999). Demikian pula halnya dengan BSN (2005a) yang menyatakan bahwa label produk MP-ASI bubuk instan harus mencantumkan petunjuk penyiapan produk yang menyatakan bahwa produk harus ditambah air minum atau cairan lain yang sesuai sebelum dikonsumsi, serta petunjuk penggunaan produk sesuai dengan kelompok umur dan kebutuhan gizi bayi dan anak.

Dari 100 produk MP-ASI bubuk instan lokal yang dikaji, semua produk (100 %) mencantumkan petunjuk penyajian dan penggunaan.

(42)

Takaran Saji

Takaran saji yang tercantum pada label produk MP-ASI bubuk instan lokal meliputi 47 produk (47 %) menggunakan takaran saji 40 g, 18 produk (18 %) menggunakan takaran saji 50 g, 17 produk (17 %) menggunakan takaran saji 25 g, 8 produk (8 %) menggunakan takaran saji 48 g, 7 produk (7 %) menggunakan takaran saji 30 g, 2 produk (2 %) menggunakan takaran saji 20 g dan 1 produk (1 %) menggunakan takaran saji 16.5 g. Gambaran tentang takaran saji produk MP-ASI bubuk instan lokal ditunjukkan pada Gambar 1.

1 2

Gambar 1 Takaran saji produk MP-ASI bubuk instan lokal

Mengingat Indonesia belum mempunyai ketentuan tentang besaran takaran saji baku untuk produk pangan termasuk MP-ASI, maka kajian menggunakan takaran saji yang ditetapkan oleh Amerika Serikat. Dalam Code of Federal Regulation, Reference Amount for customarily consumed per eating occasion :

infant and toddler foods, takaran saji baku (reference amount) untuk cereal, dry

instant adalah 15 g dan takaran saji baku untuk cereal, prepared, ready to serve

adalah 110 g.

Dengan mengacu kepada ketentuan tersebut, maka takaran saji yang digunakan oleh produk MP-ASI bubuk instan lokal dalam bentuk produk beredar adalah 16.5 – 50 g atau mencapai 110 – 333 % dari takaran saji baku.

Ukuran rumah tangga (URT) yang digunakan untuk menyatakan takaran saji produk MP-ASI bubuk instan lokal adalah sendok makan, sendok teh, sendok takar dan sachet. Sebanyak 59 produk (59 %) menggunakan ukuran sendok makan, 25 produk (25 %) menggunakan ukuran sachet, 9 produk (9 %) menggunakan ukuran sendok teh, 6 produk (6 %) menggunakan ukuran sendok takar dan 1 produk (1 %) tidak menggunakan ukuran rumah tangga.

(43)

Produk yang menggunakan ukuran sendok takar sebanyak 6 produk dengan takaran saji 40 g (4 sendok takar), sehingga ukuran baku untuk 1 sendok takar adalah 10 g.

Produk yang menggunakan ukuran sendok makan sebanyak 59 produk dengan takaran saji dan jumlah sendok makan sebagaimana ditunjukan pada Tabel 9. Dari tabel tersebut, berdasarkan hasil perhitungan diperoleh rata-rata berat produk per sendok makan adalah 9.4 g.

Tabel 9 Ukuran rumah tangga sendok makan produk MP-ASI bubuk instan lokal

Takaran saji (g) URT (sdm) Jumlah produk Berat per sdm (g) 25 3 1 8.3 20 3 2 6.7 40 6 4 6.7 30 3 7 10

48 6 8 8

50 5 12 10 40 4 25 10

Takaran Saji dengan Petunjuk Penyajian dan Penggunaan

Petunjuk penyajian produk MP-ASI bubuk instan lokal sangat bervariasi. Hubungan antara takaran saji dengan petunjuk penyajian ditunjukkan pada Gambar 2.

0 50 100 150 200 250

16.5 20 25 25 25 25 25 25 25 25 30 40 40 40 40 40 40 40 40 40 48 50 50 50 50

Takaran saji (g)

Ju

m

lah

ai

r (

m

l)

Gambar 2 Takaran saji produk MP-ASI bubuk instan lokal dan jumlah air yang ditambahkan

(44)

Apabila menggunakan takaran saji baku yang ditetapkan oleh Amerika Serikat untuk produk MP-ASI yang siap disajikan yaitu 110 g, maka takaran saji yang digunakan untuk produk MP-ASI bubuk instan lokal dalam bentuk siap dikonsumsi adalah 75 – 248 g atau 68 – 225 % dari takaran saji baku.

Takaran Saji dengan Peruntukan

Peruntukan produk MP-ASI bubuk instan lokal meliputi 66 produk (66 %) ditujukan bagi bayi mulai usia 6 bulan, 23 produk (23 %) ditujukan bagi bayi mulai usia 9 bulan, 9 produk (9 %) ditujukan bagi bayi mulai usia 8 bulan dan 2 produk (2 %) ditujukan bagi anak mulai usia 12 bulan. Gambaran peruntukan produk tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.

Konsistensi/tekstur dan keragaman pangan harus ditingkatkan sesuai dengan bertambahnya usia dan kemampuan makan anak. Setelah usia 12 bulan, sebagian besar anak dapat mengonsumsi jenis makanan yang biasa dikonsumsi oleh keluarga (WHO 2005). Keterkaitan antara peruntukan (usia bayi/anak) dengan takaran saji produk MP-ASI bubuk instan lokal dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 3 Peruntukan produk MP-ASI bubuk instan lokal

38.2

(45)

Dari gambar tersebut terlihat bahwa produk yang diperuntukkan bagi bayi mulai bulan ke-8 mempunyai takaran saji lebih tinggi dibandingkan dengan takaran saji produk yang diperuntukkan mulai bukan ke-9 dan ke-12. Takaran saji untuk produk yang diperuntukan mulai bulan ke-9 lebih rendah dibandingkan dengan takaran saji produk yang diperuntukkan mulai usia bulan ke-6. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara takaran saji yang dicantumkan pada label dengan usia target konsumen produk MP-ASI bubuk instan lokal.

Kandungan Gizi

Sebagaimana ditetapkan dalam SNI 01-7111.1-2005, kandungan gizi MP-ASI bubuk instan harus sesuai standar mutu yang ditetapkan. SNI tersebut menyatakan batasan kandungan gizi baik zat gizi makro maupun zat gizi mikro. Untuk zat gizi mikro (vitamin dan mineral) ditetapkan beberapa vitamin dan mineral yang harus terdapat dalam produk serta vitamin dan mineral yang dapat ditambahkan ke dalam produk tersebut.

Pada umumnya syarat mutu yang ditetapkan dalam SNI dinyatakan dalam 100 gram produk, kecuali persyaratan untuk energi total, karbohidrat dan natrium. Oleh karena itu, kandungan gizi yang tercantum dalam label per sajian, dihitung terlebih dahulu menjadi per 100 g produk. Data tentang kandungan gizi dalam 100 g produk MP-ASI bubuk instan lokal ditunjukkan pada Lampiran 4.

Mengingat persyaratan yang ditetapkan dalam SNI untuk kandungan karbohidrat tidak dinyatakan sebagai kandungan karbohidrat total dalam produk akhir maupun dalam produk siap konsumsi, maka pengkajian terhadap pemenuhan persyaratan tersebut tidak dapat dilakukan.

(46)

Tabel 10 Kepadatan energi produk MP-ASI bubuk instan lokal siap konsumsi

Berdasarkan SNI MP-ASI bubuk instan, natrium merupakan salah satu mineral yang wajib ada dalam produk MP-ASI bubuk instan tetapi kandungannya dibatasi tidak boleh lebih dari 100 mg per 100 kkal produk yang siap konsumsi untuk produk yang ditujukan bagi bayi, dan tidak lebih dari 200 mg per 100 kkal produk siap konsumsi untuk produk yang ditujukan bagi anak berusia diatas 12 bulan.

Setelah dilakukan perhitungan terhadap produk yang siap dikonsumsi, kandungan natrium per 100 kkal produk yang siap dikonsumsi ditunjukkan pada Tabel 11.

(47)

produk (68 %) tidak sesuai standar. Produk yang tidak mencantumkan informasi kandungan gizi untuk zat gizi yang wajib terdapat dalam produk MP-ASI diasumsikan tidak sesuai standar, sedangkan untuk zat gizi yang dapat ditambahkan ke dalam produk MP-ASI secara sukarela, pengkajian hanya dilakukan terhadap produk yang mencantumkan kandungan zat gizi tersebut pada label.

Tabel 11 Kandungan natrium dan peruntukan produk MP-ASI bubuk instan lokal siap konsumsi

(48)

yang tidak sesuai standar untuk masing-masing produk, serta jumlah produk yang tidak sesuai standar untuk masing-masing parameter kandungan gizi dapat dilihat pada Lampiran 4.

Gambaran tentang persentase kesesuaian kandungan masing-masing zat gizi produk MP-ASI bubuk instan lokal dengan SNI MP-ASI bubuk instan ditunjukkan pada Gambar 5.

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Sesuai standar Tidak sesuai standar

Gambar 5 Persentase pemenuhan kesesuaian kandungan gizi produk MP-ASI bubuk instan lokal dengan SNI

Gambar 5 menunjukkan bahwa persentase produk MP-ASI bubuk instan lokal yang tidak sesuai standar kandungan gizi yang tercantum dalam MP-ASI bubuk instan meliputi energi (12 %), protein (2 %), lemak (7 %), serat pangan (6 %), vitamin A (9 %), vitamin D (6 %), vitamin E (32 %), vitamin K (17 %), vitamin B1 (29 %), vitamin B2 (12 %), niasin (8 %), vitamin B6 (61 %), asam pantotenat (6 %), asam folat (19 %), vitamin B12 (5 %), vitamin C (9 %), natrium (3 %), kalsium (6 %), besi (6 %), zink (13 %), selenium (38 %) dan iodium (18 %). Dari zat gizi tersebut, yang wajib terdapat dalam produk MP-ASI bubuk instan meliputi energi, protein, lemak, vitamin A, vitamin D, vitamin C, natrium, kalsium, besi, zink, dan iodium. Sedangkan serat pangan, vitamin E, vitamin K, vitamin B1, vitamin B2, niasin, vitamin B6, asam pantotenat, asam folat, vitamin B12, dan selenium bersifat sukarela.

MP-ASI Bubuk Instan Impor

(49)

dikaji meliputi kode produk, peruntukan, berat bersih, takaran saji, ukuran rumah tangga (URT), jumlah sajian per kemasan serta petunjuk penyajian dan penggunaan, ditunjukkan pada Lampiran 5.

Pembahasan terhadap produk MP-ASI bubuk instan impor diuraikan berdasarkan pokok bahasan yang terkait dengan kandungan gizi produk, meliputi (1) petunjuk penyajian dan penggunaan, (2) takaran saji, (3) takaran saji dengan peruntukan, (4) takaran saji dengan petunjuk penyajian dan penggunaan, serta (5) kandungan gizi.

Petunjuk Penyajian dan Penggunaan

Dari 23 produk MP-ASI bubuk instan impor yang dikaji, semua produk (100 %) mencantumkan petunjuk penyajian dan penggunaan. Petunjuk penyajian yang dicantumkan meliputi 20 produk (87 %) mencantumkan petunjuk penyajian menggunakan 150 ml air, dan 3 produk (13 %) menggunakan 170 ml air. Dengan demikian, tidak ada perbedaan yang berarti antara kandungan gizi pada produk kering dibandingkan dengan produk siap konsumsi.

Takaran Saji

Takaran saji yang dicantumkan pada label produk MP-ASI bubuk instan impor meliputi 17 produk (85 %) menggunakan takaran saji 50 g dan 3 produk (15 %) menggunakan takaran saji 32 g.

Mengingat Indonesia belum mempunyai ketentuan tentang besaran takaran saji baku untuk produk pangan termasuk MP-ASI, maka kajian akan menggunakan takaran saji yang ditetapkan oleh Amerika Serikat. Dalam Code of Federal Regulation, Reference Amount for customarily consumed per eating

occasion : infant and toddler foods, takaran saji baku (reference amount) untuk

cereal, dry instant adalah 15 g dan takaran saji baku untuk cereal, prepared,

ready to serve adalah 110 g.

Dengan mengacu kepada ketentuan tersebut, maka takaran saji yang digunakan oleh produk MP-ASI bubuk instan impor adalah 32 – 50 g atau mencapai 213 – 333 % dari takaran saji baku.

(50)

Takaran Saji dengan Petunjuk Penyajian dan Penggunaan

Sebanyak 20 produk (87 %) yang mempunyai takaran saji 50 gram disajikan dengan menggunakan 150 ml air, sedangkan 3 produk (13 %) dengan takaran saji 32 g disajikan dengan menggunakan 170 ml air. Hal tersebut menunjukan hubungan yang negatif karena takaran saji yang lebih besar menggunakan air yang lebih sedikit.

Apabila menggunakan takaran saji baku yang ditetapkan oleh Amerika Serikat untuk produk MP-ASI yang siap disajikan yaitu 110 g, maka takaran saji yang digunakan untuk produk MP-ASI bubuk instan impor dalam bentuk siap dikonsumsi adalah 200 – 202 g atau 182 – 184 % dari takaran saji baku.

Takaran Saji dengan Peruntukan

Keterkaitan antara peruntukan (usia bayi/anak) dengan takaran saji produk MP-ASI bubuk instan impor dapat dilihat pada Gambar 6. Dari gambar tersebut terlihat bahwa produk dengan usia peruntukan mulai bulan ke-8 dan ke-12 mempunyai takaran saji yang lebih kecil daripada takaran saji produk yang diperuntukkan bagi usia 6 bulan keatas. Hal tersebut tidak relevan mengingat kemampuan seorang bayi/anak untuk mengonsumsi produk MP-ASI bubuk instan pada bayi/anak berkembang sesuai dengan bertambahnya usia.

50

Gambar 6 Takaran saji dan peruntukan produk MP-ASI bubuk instan impor

Kandungan Gizi

(51)

Komponen gizi yang berdasarkan SNI tidak dinyatakan dalam 100 g produk meliputi kepadatan energi, karbohidrat dan natrium. Kepadatan energi yang dipersyaratkan adalah 0.8 kkal per g produk siap konsumsi. Berdasarkan takaran saji produk yang siap konsumsi diperoleh kepadatan energi produk siap konsumsi, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 12.

Tabel 12 Kepadatan energi produk MP-ASI bubuk instan impor siap konsumsi

Kode produk

Kepadatan energi (kkal/g produk siap konsumsi)

Kode produk

Kepadatan energi (kkal/g produk siap konsumsi) 1 1.0 13 1.0 2 1.0 14 1.1 3 1.0 15 1.1 4 1.0 16 1.1 5 1.0 17 0.7 6 1.0 18 1.0 7 1.0 19 1.0 8 1.0 20 1.0 9 1.0 21 1.0 10 1.0 22 0.7 11 1.0 23 0.6 12 1.0

Persyaratan yang ditetapkan dalam SNI untuk kandungan karbohidrat tidak dinyatakan sebagai kandungan karbohidrat total dalam produk akhir maupun dalam produk siap konsumsi, melainkan jumlah karbohidrat yang berasal dari sukrosa, fruktosa, sirup glukosa atau madu jika bahan tersebut ditambahkan ke dalam produk MP-ASI. Oleh karena itu, pengkajian terhadap persyaratan kandungan karbohidrat dalam produk MP-ASI tidak dapat dilakukan.

Gambar

Tabel 7  Persyaratan energi, frekuensi makan dan kepadatan energi minimal untuk bayi dan anak usia 6 – 24 bulan yang tidak diberi ASI (WHO 2005)
Gambar 1   Takaran saji produk MP-ASI bubuk instan lokal
Gambar 3  Peruntukan produk MP-ASI bubuk instan lokal
Tabel 10  Kepadatan energi produk MP-ASI bubuk instan lokal siap konsumsi
+7

Referensi

Dokumen terkait

attitude, experiential satisfaction serta repurchase intention para konsumennya selama ini, hal ini karena dalam penelitian ini ditemukan bahwa experiential attitude,

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah dengan komitmen organisasi, budaya

Dari beberapa surat kabar lokal yang dihubungi Kutilang dalam proses ini, semua masih mempertimbangkan KABAR ALAM sebagai suatu bentuk iklan layanan masyarakat, dan belum bisa

Kegiatan pemeliharaan pada equipment untuk mencegah kerusakan yang dapat lebih parah agar kelangsungan operasional dan kehandalan ambungan, efektif, efisien, aman dan

1. Pemberian pupuk hijau cair dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah anakan, luas daun, berat akar dan produksi bahan kering. Pemberian pupuk hijau cair daun eceng gondok

Untuk memperoleh uraian jabatan (job description) dan spesifikasi jabatan (job spessification) sebagai landasan dalam membuat persyaratan jabatan. Persyaratan jabatan

Rajah menunjukkan sebuah roda berputar yang ditulis di setiap sektor dengan hadiah wang tunai atau hadiah yang bukan berbentuk wang tunai.. Sudut setiap sektor nilai roda ini

Vokal pendek dituliskan tunggal (satu huruf), vokal panjang dituliskan ganda atau tunggal (jika merupakan suku kata terbuka atau suku kata yang diakhiri vokal).. Jika di