ANALISIS TOTAL FACTOR PRODUCTIVITY (TFP) DAN EFISIENSI PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA
(Periode 2010 – 2015)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
OLEH: SITI AISYAH NIM. 1112046100043
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
ANALISIS TOTAL FACTOR PRODUCTIVITY (TFP) DAN EFISIENSI PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA
(Periode 2010 – 2015)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Sayarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
OLEH:
SITI AISYAH NIM. 1112046100043
Di bawah bimbingan:
Dr. Ir. M. Nadratuzzaman Hosen, MS, M.Sc, Ph.D NIP. 196106241985121001
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul “Analisis Total Factor Productivity (TFP) dan Efisiensi pada Bank Umum Syariah di Indonesia (Periode 2010 – 2015)”, yang ditulis oleh
Siti Aisyah, NIM. 1112046100043, telah diajukan dalam sidang skripsi Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada
Jumat, 7 Oktober 2016. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) pada Program Studi
Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, Oktober 2016
Mengesahkan
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum,
Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A. NIP. 19691216 199603 1 001
Panitia Sidang:
Ketua : A.M. Hasan Ali, M.A. (……...…..….) NIP. 19751201 200501 1 005
Sekretaris : Dr. Abdurrauf, M.A. (………..…...) NIP. 19731215 200501 1 002
Pembimbing : Ir. M. Nadratuzzaman Hosen, MS, M.Sc, Ph. D (...………..) NIP. 19610624 198512 1 001
Penguji I : Edi Setiadi, S.E., M.M. (…..…………..)
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 2016 M
ABSTRAK
Siti Aisyah. NIM 1112046100043. Analisis Total Factor Productivity
(TFP) dan Efisiensi pada Bank Umum Syariah di Indonesia (Periode 2010 – 2015). Skripsi, Program Studi Muamalat, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1438/2016.
Penelitian ini meneliti tentang produktivitas dan efisiensi pada Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia, untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi serta hubungan antara produktivitas dan efisiensi BUS di Indonesia. Objek penelitian ini menggunakan 11 (sebelas) Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia, selama kuartal II tahun 2010 sampai kuartal III tahun 2015. Pengukuran produktivitas menggunakan metode Malmquist Productivity Index
(MPI), sedangkan pengukuran efisiensi menggunakan metode Two-Stage Data Envelopment Analysis (DEA). Secara umum, score perubahan produktivitas (TFPCH) sebesar 0,995 yang berarti perbankan syariah di Indonesia belum mampu mengoptimalkan produktivitasnya. Secara individu, terdapat enam bank yang memiliki score produktivitas ≥ 1 yaitu, BCAS, BRIS, BSM, Muamalat, Panin Syariah dan Victoria Syariah, sedangkan lainnya memiliki score produktivitas ≤ 1. Kemudian, hasil pengukuran efisiensi secara umum menunjukkan score DEA sebesar 56,61% yang berarti rata-rata perbankan syariah di Indonesia belum dapat mengoptimalkan sumber daya yang dimilikinya. Secara individu, efisiensi bank syariah menunjukkan trend yang fluktuatif dengan score
tertinggi pada Maybank Syariah 88,09% dan terendah pada Bank Mega Syariah 36,70%. Hasil analisis Tobit secara umum menunjukkan bahwa variabel Total Aktiva, Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Return On Equity (ROE) mempunyai pengaruh positif dan signifikan. Sedangkan pada variabel Beban Operasional dan
Net Operating Margin (NOM) terdapat pengaruh negatif dan signifikan. Sedangkan secara individu ditemukan bahwa variabel Total Aktiva (TA) pada Bank BJB Syariah dan Maybank Syariah menunjukkan hasil yang negatif dan tidak signifikan, Beban Operasional pada sebelas BUS terdapat pengaruh negatif, sedangkan variabel CAR berpengaruh positif terhadap efisiensi pada Bank BCA Syariah, Bank BJB Syariah, Bank Mega Syariah, BNI Syariah, BRI Syariah, Bank Muamalat dan Bank Victoria Syariah. Selanjutnya, ROE pada Bank BCA Syariah, Bank BJB Syariah, Bank Bukopin Syariah, serta Bank Muamalat mempunyai hubungan negatif terhadap efisiensi. Terakhir, NOM pada Bank BJB Syariah, Bank Mega Syariah, Bank Bukopin Syariah, Bank Muamalat, dan Bank Victoria Syariah mempunyai hubungan negatif terhadap efisiensi. Selanjutnya hasil perbandingan tingkat produktivitas dan efisiensi baik secara umum maupun individu, menunjukkan bahwa perubahan teknologi sejalan dengan perubahan produktivitas, namun berfluktuatif terhadap perubahan efisiensi.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah menganugerahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Total Factor Productivity (TFP) dan Efisiensi pada Bank Umum Syariah di Indonesia (Periode 2010 – 2015).” Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, beserta penerus
ajaran agama-Nya yang telah mencapai kesempurnaan hingga akhir zaman.
Skripsi merupakan buah perjuangan penulis guna memenuhi salah satu
syarat meraih gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) pada Fakultas Syariah dan
Hukum Program Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selama proses penulisan skripsi ini penulis tidaklah terlepas dari segala
bantuan, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. A.M. Hasan Ali, M.A., selaku Ketua Program Studi Muamalat, dan Dr.
Abdurrauf, M.A. selaku Sekretaris Program Studi Muamalat.
3. Ir. M. Nadratuzzaman Hosen, MS, M.Sc, Ph. D selaku pembimbing skripsi
maupun akademik yang selalu memberikan waktu luang, bimbingan, doa serta
penyusunan ini maupun selama perkuliahan, semoga Allah membalas segala
kebaikan bapak. Amiinn Allahumma Ammiinn…
4. Seluruh Staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta serta seluruh Staf Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah membantu menyediakan fasilitas
perpustakaan.
5. Segenap bapak dan ibu dosen yang telah memberikan bekal pengetahuan yang
sangat bermanfaat bagi penulis.
6. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Ismail, Ibunda Nur Hayati yang tak
pernah putus memberikan doa, kasih sayang yang tak bisa ternilai, motivasi
agar aku berubah menjadi lebih baik serta dukungan lainnya baik moril
maupun materil yang tidak ternilai. Semoga Bapak dan Ibu selalu dalam
lindungan Allah SWT. Amiinn…
7. Masku tersayang, Mas Rudi Hariyanto, yang selalu buat usil, tapi juga selalu
ada untuk bantuin aku. Dan Alm. Mas Ahmad Sofyan, yang tiba-tiba suka ada
di alam mimpi. Terimakasih karena kalian menjadi motivasi terbaik untukku.
8. Tante Yuni dan emak GO yang selalu memberikan motivasi. Dan mba Hesti
yang selalu ngasih solusi masalah kuliah maupun kerjaan. Thx so much …
9. Keluarga besar TPA Assalam yang sudah memberikan toleransi waktu.
10.Sahabat kecilku, Eva Oktadiani, yang kalau ketemu curhatnya dari A-Z
uuppss.. selalu ada buat dengerin keluh kesah sekolah sampe kuliah, semoga
11.Indy, Safit dan Nunu, walaupun ketemu cuma masa liburan tapi selalu ada buat
jadi inspirasi ketawa hahaha..
12.Susi Manulang dan Koko Calvin Chen yang menjadi teman perjuangan masuk
PTN dan inspirasi kuliah, semoga sama-sama sukses dan tak putus hubungan
sampai kapan pun.
13.Sahabat-sahabat terbaik penulis kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
khususnya Perbankan Syariah angkatan 2012 dan special PS A yang namanya
kebanyakan kalau disebutkan satu persatu.
14.Agasshi… (lala, nihus, epong, ayu, emul, deti, ifa, nada, friska, mentari, rahmi dan mbae) yang selalu ada ketawa bareng, nugas bareng, apaun deh asikkk
bareng kalian. Ga akan tamat kalau menyangkut Korea bareng kalian.
15.Teman-teman KKN Replika 2015, khususnya Bu Ketu April dan Uci yang
selalu ada buat ngerjain laporan sampai larut malem buat ngejar nilai daftar
sidang dan lulus. Alhamdulillah yaahh ga sia-sia yang penting pengalamannya
chhiinnn.. hahaha…
16.Teman-teman dan kakak-kakak Sanggar Enigami yang seru-seruan berkreasi
bersama, penghilang penat skripsi hehehe…
17.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
demi terselesaikannya skripsi ini, semoga Allah memberikan anugerah yang
setimpal. Amiinn…
Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat menambah khasanal ilmu
pengetahuan dan dapat menjadi amal ibadah bagi penulis. Rasa syukur penulis
kelancaran dan kemudahan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga
Allah senantiasa meridhai setiap langkah kita. Amiinn..
Jakarta, Oktober 2016
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
LEMBAR PERNYATAAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GRAFIK... xv
BAB I ... 17
PENDAHULUAN ... 17
A. Latar Belakang Masalah ... 17
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 23
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 24
D. Sistematika Penulisan ... 25
BAB II ... 27
TINJAUAN PUSTAKA ... 27
A. Bank Syariah ... 27
B. Produktivitas dan Efisiensi ... 30
1. Konsep Produktivitas dan efisiensi ... 30
2. Pengukuran Produktivitas pada Lembaga Keuangan ... 38
3. Konsep Produktivitas dalam Islam ... 41
4. Pengukuran Efisiensi pada Lembaga Keuangan ... 44
5. Konsep Efisiensi dalam Islam ... 50
C. Kajian Terdahulu ... 52
BAB III ... 66
METODE PENELITIAN ... 66
A. Jenis Penelitian ... 66
1. Objek Penelitian ... 66
C. Metode Pengumpulan Data... 67
D. Definisi Operasional ... 67
E. Metode Analisis ... 71
G. Kerangka Pemikiran ... 80
BAB IV ... 83
ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 83
A. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ... 83
B. Hasil Perhitungan Tingkat Produktivitas Bank Umum Syariah Kuartal II Tahun 2010 – Kuartal III Tahun 2015: Malmquist Index ... 88
1. Analisis Tingkat Produktivitas Perbankan Syariah di Indonesia Kuartal II Tahun 2010 – Kuartal III Tahun 2015 ... 88
2. Analisis Perubahan Efisiensi yang Mempengaruhi Tingkat Produktivitas Masing- Masing Bank Umum Syariah Kuartal II Tahun 2010 – Kuartal III Tahun 2015 ... 93
3. Analisis Tingkat Produktivitas individual Bank kuartal Kuartal II Tahun 2010 – Kuartal III Tahun 2015 ... 99
C. Hasil Perhitungan Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah Kuartal II Tahun 2010 – Kuartal III Tahun 2015: First Stage... 103
1. Analisis Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia Kuartal II Tahun 2010 – Kuartal III Tahun 2015 ... 103
2. Analisis Analisis Teknis Inefisiensi Bank Umum Syariah Kuartal II Tahun 2010 – Kuartal III Tahun 2015 ... 109
D. Hasil Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah Kuartal II Tahun 2010 – Kuartal III Tahun 2015: Second Stage ... 126
1. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Efisiensi pada Bank Umum Syariah ... 126
2. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Efisiensi pada Masing-Masing Bank Umum Syariah ... 130
E. Hasil Analisis Perbandingan Efisiensi, Produktivitas serta Perubahan Teknologi (TECHCH) pada Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia .. 132
BAB V... 136
PENUTUP ... 136
B. Saran ... 140
DAFTAR PUSTAKA ... 142
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Perkembangan Bank Syariah di Indonesia ... 18
Tabel 1.2 Perkembangan DPK, Aset dan Pembiayaan Perbankan Syariah..19
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ………...……60 Tabel 3.1 Kerangka Pemikiran …..………...………….. 82 Tabel 4.1 Statistik Ringkasan Variabel Aktiva Tetap 11 BUS pada Kuartal II
Tahun 2010 - Kuartal III Tahun 2015 ……….……….…….83 Tabel 4.2 Statistik Ringkasan Variabel Total DPK 11 BUS pada Kuartal II
Tahun 2010 - Kuartal III Tahun 2015………...84 Tabel 4.3 Statistik Ringkasan Variabel Beban Personalia 11 BUS pada Kuartal
II Tahun 2010 - Kuartal III Tahun 2015 ... 85
Tabel 4.4 Statistik Ringkasan Variabel Total Pembiayaan 11 BUS pada
Kuartal II Tahun 2010 - Kuartal III Tahun 2015 ... 86
Tabel 4.5 Statistik Ringkasan Variabel Aktiva Produktif Lainnya 11 BUS pada
Kuartal II Tahun 2010 - Kuartal III Tahun 2015 ... 87
Tabel 4.6 Statistik Ringkasan Variabel Pendapatan Operasional 11 BUS pada
Kuartal II Tahun 2010 - Kuartal III Tahun 2015 ... 88
Tabel 4.7 Perubahan Teknologi (TECHCH) 11 BUS pada Kuartal II Tahun
2010 - Kuartal III Tahun 2015 ... 94
Tabel 4.8 Perubahan Efisiensi (EFFCH) 11 BUS pada Kuartal II Tahun 2010 -
Kuartal III Tahun 2015 ... 95
Tabel 4.9 Perubahan Efisiensi Teknis Murni (PECH) 11 BUS pada Kuartal II
Tahun 2010 - Kuartal III Tahun 2015 ... 96
Tabel 4.10 Perubahan Efisiensi Skala (SECH) 11 BUS pada Kuartal II Tahun
2010 - Kuartal III Tahun 2015 ... 97
Tabel 4.11 Perubahan Total Factor Productivity (TFPCH) 11 BUS pada
Kuartal II Tahun 2010 - Kuartal III Tahun 2015 ... 98
Tabel 4.12 Rata-rata Produktivitas 11 (Sebelas) Bank Umum Syariah Selama
Periode Penelitian (Kuartal II Tahun 2010 – Kuartal III Tahun 2015) ... 99 Tabel 4.13 Komposisi Perubahan Efisiensi yang Mempengaruhi Tingkat
Tabel 4.14 Sumber Inefisiensi BCA Syariah... 110
Tabel 4.15 Sumber Inefisiensi BJB Syariah ... 111
Tabel 4.16 Sumber Inefisiensi Bank Mega Syariah ... 113
Tabel 4.17 Sumber Inefisiensi BNI Syariah ... 114
Tabel 4.18 Sumber Inefisiensi BRI Syariah ... 116
Tabel 4.19 Sumber Inefisiensi BSM ... 117
Tabel 4.20 Sumber Inefisiensi Bukopin Syariah ... 119
Tabel 4.21 Sumber Inefisiensi Maybank Syariah ... 120
Tabel 4 22 Sumber Inefisiensi Bank Muamalat ... 122
Tabel 4 23 Sumber Inefisiensi Bank Panin Syariah ... 123
Tabel 4 24 Sumber Inefisiensi Bank Victoria Syariah ... 125
Tabel 4 25 Hasil Analisis pada Bank Umum Syariah (BUS) dengan Menggunakan Model Tobit ... 127
Tabel 4.26 Hasil Analisis pada Masing-Masing Bank Umum Syariah dengan Menggunakan Model Tobit ………..130
DAFTAR GRAFIK
Grafik 2. 1 Kurva TP, MP dan AP ... 32
Grafik 2. 2 Pengaruh Kemajuan Teknologi Terhadap Output ... 34
Grafik 2. 3 Skala Hasil Menaik (increasing return to scale) ... 35
Grafik 2. 4 Skala Hasil Konstan (Constant Return to Scale) ... 36
Grafik 2. 5 Skala Hasil Menurun (Decreasing Return to Scale) ... 37
Grafik 2. 6 Prinsip Efisiensi ... 37
Grafik 4. 1 Rata-Rata Score Produktivitas Perbankan Syariah di Indonesia Kuartal II Tahun 2010 Kuartal III Tahun 2015 ……….89
Grafik 4. 2 Perkembangan Jumlah ATM Perbankan Syariah ... 90
Grafik 4. 3 Grafik BOPO ... 90
Grafik 4. 4 Pertumbuhan Jumlah Cabang Bank Syariah ... 91
Grafik 4. 5 Perkembangan DPK Syariah ... 92
Grafik 4. 6 Aset dan Aset ……….... 91
Grafik 4. 7 Market Share ... 92
Grafik 4. 8 FDR Perbankan Syariah ... 93
Grafik 4. 9 Jumlah ATM 11 BUS ………..99
Grafik 4. 10 Perkembangan ROA ... 100
Grafik 4. 11 Perkembangan NPF Bank Muamalat, Panin Syariah dan Victoria Syariah………101
Grafik 4. 12 Jumlah Cabang Bank Syariah ... 102
Grafik 4. 13 Efisiensi Variabel Input-Output Perbankan Syariah di Indonesia Kuartal II 2010 – Kuartal III 2015 ... 103
Grafik 4. 14 Grafik Rata-Rata Inefisiensi dan Frekuensi Inefisiensi setiap Variabel pada 11 BUS di Indonesia ... 104
Grafik 4. 15 Efisiensi 11 (Sebelas) Bank Umum Syariah Kuartal II 2010 – Kuartal III 2015 ... 106
Grafik 4. 16 Efisiensi 11 (sebelas) Bank Umum Syariah Kuartal II 2010 – Kuartal III 2015 ... 107
Grafik 4. 17 Rata-Rata Efisiensi 11 (Sebelas) Bank Umum Syariah Kuartal II 2010 – Kuartal III 2015 ... 109
Grafik 4. 18 Potential Improvement BCA Syariah ... 110
Grafik 4. 19 Potential Improvement BJB Syariah ... 112
Grafik 4. 20 Potential Improvement Bank Mega Syariah ... 113
Grafik 4. 21 Potential Improvement BNI Syariah ... 115
Grafik 4. 22 Potential Improvement BRI Syariah ... 116
Grafik 4. 23 Potential Improvement BSM ... 118
Grafik 4. 24 Potential Improvement Bukopin Syariah ... 119
Grafik 4. 26 Potential Improvement Bank Muamalat ... 122 Grafik 4. 27 Potential Improvement Bank Panin Syariah ... 124 Grafik 4. 28 Potential Improvement Bank Victoria Syariah ... 126 Grafik 4. 29 Perbandingan Score Produktivitas, Efisiensi dan Perubahan
Teknologi pada Perbankan Syariah di Indonesia pada Kuartal II Tahun 2010 sampai Kuartal III 2015 ... 133
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sistem perbankan sangat penting bagi perekonomian modern. Sebagai
lembaga intermediasi bagi surplus unit dan deficit unit serta jasa keuangan
lainnya. Baik bank yang berbasis bunga atau bank konvensional maupun bank
dengan prinsip bagi hasil atau bank syariah, keduanya dituntut agar dapat
mengelola dananya dengan baik, sehingga pengukuran kinerja perbankan perlu
mendapatkan perhatian agar bank dapat beroperasi dengan lebih produktif dan
seefisien mungkin.
Ketua Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) Agustianto Mingka menilai pada
tahun 20161, tingkat kompetisi jasa keuangan akan semakin ketat, karena mulai berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), sehingga akan berpengaruh
negatif terhadap kinerja perbankan syariah karena masih terkendala beberapa
masalah seperti keterbatasan modal, sumber dana, SDM, dan TI yang belum
mumpuni.
1
Tabel 1. 1 Data Perkembangan Bank Syariah di Indonesia
Indikator
2014 2015
Jun Sep Des Mar Jun Sep
Jumlah Bank 11 12 12 12 12 12
Jumlah Kantor 2160 2186 2163 2150 2123 2043
ATM 2926 3143 3350 3354 3483 3525
(Sumber: Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia Desember 2015)
Semakin ketatnya persaingan dengan bertambahnya jumlah Bank Umum
Syariah sejalan dengan ketentuan dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
15/50/DPbS tentang kemudahan dalam pembukaan kantor cabang bank syariah.
Bertambahnya jumlah kantor cabang juga akan meningkatkan sumber daya
manusia yang berarti akan meningkatkan beban personalia bagi bank.
Perkembangan tersebut juga membuat persaingan dalam industri
perbankan berkembang lebih cepat. Pada awalnya, teknologi mempunyai peran
kontribusi yang sangat unggul. Bank yang memiliki teknologi layanan ATM lebih
luas dapat menjaring nasabah lebih banyak. Namun, saat ini layanan ATM bukan
menjadi keungulan lagi, dikarenakan sudah menjadi fasilitas keharusan yang
menjadi standar pelayanan bank.
Kini persaingan industri perbankan mengarah pada persaingan harga
(margin), baik margin produk funding maupun financing. Penerapan margin pada
produk funding dan financing harus sama-sama kompetitif. Margin produk
funding yang kompetitif akan meningkatkan dana pihak ketiga (DPK). Penerapan
margin yang kompetitif harus diterapkan karena persaingan DPK tidak hanya
terjadi dengan lembaga perbankan konvensional melainkan institusi keuangan
Consulting Indonesia,1 Adiwarman menjelaskan terkait persepsi masyarakat terhadap bank syariah menunjukkan bahwa 6,9% masyarakat masih banyak
beranggapan bank syariah adalah bank orang Islam, bank umum untuk umrah atau
haji, sementara 2,8% beranggapan bank syariah aman dan baik. Sedangkan 4,8%
persepsi masyarakat terhadap keuntungan atau kelebihan bank syariah. Hal ini
menunjukkan tingkat persaingan DPK perbankan syariah masih terbatas karena
perbankan syariah masih identik dengan hal spiritual keagamaan, sedangkan
perbankan syariah seperti halnya perbankan konvensional yang cakupan bisnisnya
mencakup global.
Sedangkan penerapan margin produk financing yang kompetitif akan
menjadi daya tarik utama bagi nasabah yang ingin meminjam dana bank
syariah.dengan bertambahnya jumlah pembiayaan, bank syariah menjadi lebih
produktif.
Tabel 1. 2 Perkembangan DPK, Aset dan Pembiayaan Perbankan Syariah
Indikator
2014 2015
Jun Sep Des Mar Jun Sep
Total Aset 188190 195085 204961 198553 200217 204025 DPK 191594 197141 217858 212988 213477 219580 Pembiayaan 193136 196563 200176 201620 207075 209476 (Sumber: Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia Desember 2015)
Dengan meningkatnya total pembiayaan, bank syariah juga harus menjaga
likuiditasnya guna tetap menjaga kesehatan bank. Sesuai peraturan BI besarnya
Giro Wajib Minimum (GWM) adalah 8% yang digunakan untuk menjaga
likuiditas bank. Selain itu, bank juga harus memenuhi besarnya rasio FDR sejalan
1
dengan meningkatnya DPK bank. Beberapa hal tersebut dapat mengurangi
keuntungan pihak bank. Sedangkan, pihak bank tidak dapat menaikkan margin
produk financing atau menurunkan margin produk funding dikarenakan jika hal
itu terjadi bukan tidak mungkin nasabah akan beralih pada bank lainnya yang
memiliki margin yang lebih sesuai atau tidak ada nasabah yang tertarik untuk
berinvestasi maupun mendapatkan pembiayaan di bank tersebut.
Terkait permasalahan bank syariah, kondisi perekonomian Indonesia yang
sempat mengalami perlambatan karena pengaruh perekonomian global juga turut
mempengaruhi perbankan di Indonesia, inflasi, nilai tukar, ekspor impor
merupakan beberapa masalah makroekonomi yang berimbas pada beberapa
perusahaan di Indonesia. Industri perbankan, khususnya perbankan syariah harus
lebih memperhatikan alokasi pembiayaan yang disalurkannya. Dampak dari
ketidakpastian kondisi makroekonomi dapat membuat alur pembiayaan terganggu
dan menyebabkan tingginya rasio NPF. juga memiliki pengaruh terhadap
keberlangsungan pengelolaan asset bank syariah. Besarnya rasio NPF yang
diperbolehkan Bank Indonesia saat ini adalah maksimal 5%, jika melebihi itu
maka akan mempengaruhi tingkat kesehatan bank yang bersangkutan.
Di tengah kendala permasalahan bank syariah dan persaingan global yang
cukup ketat tersebut, bank syariah dituntut untuk menjaga tingkat produktivitas
dan efisiensinya. Dengan tingkat efisiensi dan produktivitas yang baik, maka akan
berdampak pada tingkat return nasabah yang lebih baik dan selanjutnya para
Dalam Suzuki (2011)2, untuk mengukur kinerja sektor perbankan terdapat dua jenis pengukuran yang banyak digunakan, yaitu dengan menggunakan rasio
keuangan dan langkah-langkah efisiensi. Dalam Endri (2011), perbaikan efisiensi
dapat dilakukan jika bank dapat beroperasi dengan biaya yang paling minimum.
Upaya efisiensi tersebut juga akan berdampak pada peningkatan daya saing yang
dapat dilakukan dengan meningkatkan produktivitas, baik produktivitas faktor
produksi (kapital dan tenaga kerja) maupun produktivitas teknologi (produktivitas
teknik).
Dalam Surjaningsih dan Permono (2014),3 kinerja ekonomi suatu perusahaan dapat tercermin dari tingkat efisiensi dan produktivitas, yaitu rasio
antara output terhadap input. Semakin besar rasio output terhadap input, maka
semakin tinggi kinerja perusahaan tersebut. Pengukuran kinerja tersebut sangatlah
penting untuk mengetahui pada tingkat mana efisiensi dan produktivitas dari
proses bisnis dijalankan, apakah terjadi peningkatan ataukah penurunan,
dikarenakan produktivitas merupakan penggerak peningkatan kualitas kinerja
perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja
perbankan, efisiensi dan produktivitas, perlu dilakukan agar perbankan dapat
menilai usahanya dalam menjalankan bisnis, sehingga diharapkan dapat memacu
tingkat produktivitas dan efisiensi perbankan syariah di Indonesia dalam
2
Yasushi Suzuki and Suminto Sastrosuwito, Efficiency and Productivity Change of the Indonesian Commercial Banks, (2011 International Conference on Economics, Trade and Development, IPEDR vol.7 (2011) © (2011) IACSIT Press, Singapore), hlm. 10.
3
menghadapi era persaingan global dimana pesaing usaha bukan hanya datang dari
pesaing sejenis, melainkan perusahaan yang memiliki kemampuan memberikan
jasa sejenis.
Pengukuran produktivitas dapat mengacu pada total factor productivity
(TFP) dari seluruh faktor yang digunakan, dan bukan produktivitas yang bersifat
parsial, seperti labor productivity atau capital productivity. Pengukuran parsial
dapat menimbulkan misleading ketika menilai kinerja suatu perusahaan atau
industri. Pendekatan yang sering digunakan untuk perbandingan ini adalah
Malmquist Productivity Index (MPI). MPI pertama kali diperkenalkan oleh
menggunakan Caves, Christensen dan Diewert (1982); sebuah pendekatan fungsi
jarak untuk menggambarkan teknologi dalam mendefinisikan indeks input, output,
dan produktivitas. Untuk output yang diproduksi pada periode s dan t, maka
terdapat teknologi yang menghasilkan output maksimum dengan menggunakan
input xs dan xt.4
Sedangkan salah satu metode yang sering digunakan dalam menganalisis
efisiensi bank adalah menggunakan metode non parametrik yang bernama Data
Envelopment Analysis (DEA). DEA merupakan sebuah metode optimasi program
matematika yang mengukur efisiensi teknik suatu Unit Kegiatan Ekonomi (UKE)
dan membandingkan secara relatif terhadap UKE yang lain. Metode ini
mempunyai keuntungan dibandingkan dengan metode parametrik. Keuntungan
dalam menggunakan metode non parametrik adalah kita dapat mengidentifikasi
4
unit yang digunakan sebagai referensi.5
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan produktivitas
dengan efisiensi pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Dengan mengetahui
faktor produksi dan kemajuan teknologi dalam pertumbuhan output industri
perbankan syariah di Indonesia, maka diharapkan akan meningkatkan efisiensi
perbankan. Sehingga dapat meningkatkan market share, daya saing serta kinerja
yang lebih baik. Dengan demikian, penulis ingin melakukan penelitian mengenai
hal tersebut yang dituangkan penulis dalam penelitian yang berjudul “ANALISIS
TOTAL FACTOR PRODUCTIVITY (TFP) DAN EFISIENSI PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA (Periode 2010-2015)”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Selanjutnya untuk mempermudah penelitian, maka peneliti melakukan
pembatasan, yaitu:
1. Dalam hal analisis produktivitas, peneliti menggunakan Total Factor
Productivity (TFP) dengan pendekatan Malmquist Productivity Index (MPI),
penelitian ini diperlengkap dengan analisis efisiensi menggunakan Two Stage
Data Envelopment Analysis (DEA) dengan pendekatan intermediasi.
2. Penelitian ini dilakukan pada 11 Bank Umum Syariah di Indonesia.
3. Penelitian ini menggunakan data Laporan Keuangan Bank Umum Syariah
periode Kuartal II Tahun 2010 – Kuartal III Tahun 2015.
Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap penulisan penelitian dan lebih
memfokuskan masalah-masalah yang akan diteliti agar lebih optimal, maka
5
penulis merasa perlu merumuskan dan membatasi objek-objek yang diteliti dalam
penelitian ini. Adapun perumusan masalah sebagai berikut:
1. Berapakah tingkat produktivitas perbankan syariah di Indonesia baik secara
umum maupun individual bank pada Periode 2010-2015 ?
2. Berapakah tingkat efisiensi perbankan syariah di Indonesia baik secara umum
maupun individual bank pada Periode 2010-2015 ?
3. Komponen-komponen input dan output apa yang memiliki pengaruh terbesar
terhadap tingkat efisiensi dan produktivitas ?
4. Apa hubungan dari tingkat produktivitas, perubahan teknologi dan efisiensi
pada perbankan syariah di Indonesia baik secara umum maupun individu bank
pada periode 2010-2015 ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Setelah memperhatikan judul serta latar belakang masalah, maka
penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat efisiensi dan produktivitas
pada Bank Umum Syariah di Indonesia, serta hubungan di antara keduanya.
Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Penulis
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat mengaplikasikan
dan mensosialisasikan teori yang telah diperoleh selama perkuliahan
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan mengenai
perbankan syariah yang menarik untuk diteliti lebih lanjut
Memberikan informasi tentang kinerja (tingkat produktivitas dan efisiensi)
bank syariah di Indonesia, serta membantu pemerintah dalam mengambil
kebijakan
4. Bagi Masyarakat
Diharapkan menghasilkan informasi yang dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam menginvestasikan dana di bank syariah
D. Sistematika Penulisan
Secara garis besar terdapat 5 (lima) bab dengan sub bab. Agar dapat
menggambarkan dengan jelas penelitian yang tertulis berikut sistematika
penulisan secara lengkap:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang, perumusan dan pembatasan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini berisi tinjauan pustaka tentang hal-hal yang dibahas meliputi teori
mengenai produktivitas dan efisiensi serta pengukurannya, karakteristik bank
syariah di Indonesia, konsep pengelolaan dana bank syariah dan kajian
penelitian terdahulu.
BAB III : METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai jenis penelitian, objek; sumber data;
populasi dan sampel penelitian, metode pengumpulan data, definisi operasional,
metode analisis yang digunakan serta kerangka pemikiran.
Berisi data penelitian mengenai perhitungan yang diperoleh dalam penelitian,
sehingga hasil yang didapat dapat dilakukan pembahasan guna mendapatkan
kesimpulan.
BAB V : PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan
permasalahan yang telah dibahas sebelumnya dan saran sesuai dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Bank Syariah
Menurut Undang-undang No. 21 Tahun 2008 Bank Syariah adalah bank
yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut
jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS). Secara umum, Bank Syariah dapat didefinisikan sebagai lembaga
keuangan yang memiliki fungsi perantara (intermediary) dalam penghimpunan dan
penyaluran dana masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Dalam
pembukaan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting and
Auditing Organization for Islamic Financial Institution) terdapat beberapa fungsi
dan peranan bank syariah di antaranya:1
1. Manajer invesstasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana nasabah
2. Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun
dana nasabah yang dipercayakan kepadanya
3. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah dapat
melakukan fungsi intermedisinya sebagaimana mestinya
4. Pelaksanaan kegiatan sosial, selain fungsi intermediasi, bank syariah juga wajib
mengelola dana zakat serta dana-dana sosial lainnya
5. Bank syariah juga mempunyai tujuan di antaranya
6. Memberikan arahan kemada umat untuk bermuamalat secara islami, khususnya
perbankan, agar terhindar dari praktik-praktik muamalat yang tidak sesuai
1
dengan prinsip-prinsip syariah, seperti praktik riba dan sejenisnya, serta
melakukan perdagangan dengan unsur gharar yang dapat menimbulkan akibat
negatif bagi ekonomi rakyat.
7. Kegiatan investasi bank syariah memiliki tujuan untuk menciptakan keadilan
pendapatan agar terhindar dari kesenjangan antara pemilik modal dan peminjam
dana
8. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan mengarahkannya pada
kegiatan usaha yang produktif
9. Untuk menanggulangi masalah kemiskinan dengan melakukan
pembinaan-pembinaan kepada masyarakat
10.Untuk ketergantungan umat islam terhadap bank konvensional yang
menggunakan sistem bunga
Adapun beberapa karakteristik bank syriah yang mendasar menurut M.
Syafi’I Antonio sebagai berikut:2
1. Akad dan aspek legalitas
Akad adalah kesepakatan tertulis antara Bank Syariah atau UUS dan pihak
lain yang memuat adanya hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak sesuai
dengan prinsip syariah. Setiap akad dalam perbankan syariah harus memenuhi
ketentuan akad sebagai berikut:
Rukun, adanya penjual, pembeli, barang, harga dan akad (ijab qabul)
Syarat, barang dan jasa harus halal dan dalam kepemilikan penuh, harga barang
dan jasa harus jelas, serta tempat jualbeli harus jelas
2
2. Lembaga penyelesai sengketa
Lembaga khusus yang mengatur hukum materi dan atau berdasarkan prinsip
syariah dikenal dengan nama Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas)
3. Struktur organisasi
Terdapatnya Dewan Pengawas Syariah (DPS) dalam struktur organisasi bank
syariah yang bertugas untuk mengawasi operasional bank agar produk-produknya
sesuai dengan prinsip syariah
4. Bisnis dan usaha yang dibiayai
Bisnis dan usaha yang sesuai dengan prinsip syariah
5. Lingkungan kerja corporate culture
Lingkungan kerja bank syariah juga memiliki lingkungan kerja yang sejalan
dengan syariah
Selain itu, kegiatan bank syariah sama halnya dengan bank konvensional,
hanya saja kegiatan bank syariah dibatasi dengan prinsip-prinsip syariah, baik dari
kegiatan funding, financing, service maupun dalam investasi dengan pasar modal.
Berikut adalah pembagian produk dan jasa bank syariah:3
1. Produk penghimpunan dana (funding), penghimpunan dana di bank syariah
dapat berbentuk giro, tabungan dan deposito. Prinsip operasional syariah yang
diterapkan dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip wadi‟ah,
mudharabah serta satu akad pelengkap wakalah.
2. Produk penyaluran dana (financing), dalam menyalurkan dananya kepada
nasabah, secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi dalam empat
3
katagori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu:
a. Pembiayaan dengan prinsip jual beli (Ba‟i), transaksi jual beli dapat dibedakan
berdasarkan bentuk pembayarannya dan waktu penyerahan barang, diantaranya:
pembiayaan Murabahah, pembiayaan Salam dan Istishna‟.
b. Prinsip sewa (Ijarah), terdapat prinsip ijarah yang objeknya berupa barang dan
prinsip IMBT (Ijarah Muntahhiyah Bittamlik) sewa yang diikuti perpindahan
kepemilikan.
c. Prinsip bagi hasil (Syirkah), produk pembiayaan atas dasar prinsip bagi hasil
adalah pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah.
d. Akad pelengkap, akad ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, melainkan
mempermudah pelaksanaan pembiayaan seperti, Hiwalah (alih hutang piutang),
Rahn (gadai), Qard (pinjaman uang), Wakalah (pemberian kuasa), dan Kafalah
(garansi bank).
3. Produk jasa (service), bank syariah dapat melakukan pelayanan jasa kepada
nasabah dengan imbalan berupa sewa atau keuntungan. Produk jasa yang
dilakukan berupa sharf (jual beli valuta asing) dan ijarah (sewa) berupa
penyewaan kotak simpanan (safe deposit box) dan jasa tata laksana adminitrasi
dokumen (custodian).
B. Produktivitas dan Efisiensi 1. Konsep Produktivitas dan efisiensi
Menurut Rahardja dan Manurung (2008)4, dalam aktivitas produksinya produsen (perusahaan) mengubah berbagai faktor produksi menjadi barang dan
4
jasa. Hubungan matematis penggunaan faktor produksi yang menghasilkan output
maksimum disebut fungsi produksi, seperti di bawah ini.
Q = f(K, L) ……… (1.1)
Di mana: Q = tingkat output
K = barang modal
L = tenaga kerja
Produksi total (total product) adalah banyaknya produksi yang dihasilkan
dari penggunaan total faktor produksi. Produksi Marginal (marginal product)
adalah tambahan produksi karena penambahan penggunaan satu unit faktor
produksi. Produksi rata-rata (average product) adalah rata-rata output yang
dihasilkan per unit faktor produksi.
TP = f(K, L) ………. (1.2)
Di mana: TP = produksi total
K = barang modal
L = tenaga kerja
Secara matematis TP akan maksimum apabila turunan pertama dari fungsi
nilainya sama dengan nol. Turunan pertama TP adalah MP (persamaan 1.3), maka
TP maksimum pada saat MP sama dengan nol.
MP = TP’ =
……….………. (1.3)
Di mana: MP = produksi marginal
Perusahaan dapat terus menambah tenaga kerja selama MP > 0. Jika MP
sudah < 0, penambahan tenaga kerja justru mengurangi produksi total. Penurunan
Semakin Menurun atau the Law of Diminishing Return (LDR).
AP = ……….……….. (1.4)
Di mana AP = produksi rata-rata
AP akan maksimum bila turunan pertama fungsi AP adalah 0 (AP’ = 0).
Dengan penjelasan matematis, AP maksimum tercapai pada saat AP = MP, dan
[image:32.595.121.511.133.569.2]MP akan memotong AP pada saat nilai AP maksimum.
Grafik 2. 1 Kurva TP, MP dan AP Sumber: Rahardja dan Manurung (2008)
Pada tahap I, penambahan tenaga kerja akan meningkatkan produksi total
maupun produksi rata-rata. Karena itu hasil yang diperoleh dari tenaga kerja
masih jauh lebih besar dari tambahan upah yang harus dibayarkan. Perusahaan
rugi jika berhenti produksi pada tahap ini (slop kurva TP meningkat tajam).
produksi rata-rata mengalami penurunan. Namun demikian nilai keduanya masih
positif. Penambahan tenaga kerja akan tetap menambah produksi total sampai
mencapai nilai maksimum (slop kurva TP sejajar dengan sumbu horizontal).
Pada tahap III, perusahaan tidak mungkin melanjutkan produksi, karena
penambahan tenaga kerja justru menurunkan produksi total. Perusahaan akan
mengalami kerugian (slop kurva TP negatif).
Dengan demikian, perusahaan sebaiknya berproduksi di tahap II. Secara
matematis perusahaan akan berhenti menambah tenaga kerja pada saat tambahan
biaya (marginal cost) yang harus dibayar adalah sama dengan tambahan
pendapatan (marginal revenue) yang diterima. Jika tambahan biaya masih lebih
kecil dari tambahan pendapatan, perusahaan akan menambahkan tenaga kerja.
Begitu sebaliknya. Tambahan biaya dalam hal ini adalah upah (wage) tenaga
kerja. Tambahan pendapatan adalah produksi marginal dikalikan harga jual
barang. Jika upah, dinotasikan sebagai W, sedangkan harga jual barang adalah P,
maka alokasi tenaga kerja (faktor produksi) dianggap efisien bila:
W = MP (P) ………. (1.5)
Kemajuan teknologi dapat membuat produktivitas meningkat. Secara
grafis dapat digambarkan dengan semakin luasnya bidang yang dibatasi kurva TP.
Pada grafik 2.2, akibat kemajuan teknologi, luas kurva TP3 > TP2 > TP1. Artinya jumlah output yang dihasilkan per unit faktor produksi semakin besar. Dari grafik
2.2 tampak bahwa:
Grafik 2. 2 Pengaruh Kemajuan Teknologi Terhadap Output Sumber: Rahardja dan Manurung (2008)
Bila nilai AP meningkat karena mesinnya modern, belum berarti efisiensi
meningkat. Studi empiris yang dilakukan dua puluh tahun terakhir ini
menunjukkan bahwa ada yang lebih penting dari sekedar memodernisasi mesin.
Yaitu modernisasi sumber daya manusia (SDM), terutama dengan mengubah cara
berpikir dan sikap hidup. Dengan modernisasi SDM, kemajuan teknologi akan
meresap ke dalam diri manusia (embodied technology) dan mendorong
peningkatan efisiensi. Paul Krugman (dalam Rahardja dan Manurung, 2008)
mengusulkan TFP (Total Factor Productivity) sebagai ukuran efisiensi. Pada
prinsipnya metode ini memisahkan pengaruh barang modal, teknologi dan SDM
terhadap pertumbuhan ekonomi. Dari pemisahan tersebut akan terlihat apakah ada
kemajuan efisiensi yang signifikan. Angka pertumbuhan TFP yang besar
mengindikasikan perkembangan efisiensi yang semakin signifikan.
Produktivitas yang tinggi menyebabkan tingkat produksi yang sama dapat
dicapai dengan biaya yang lebih rendah. Dengan kata lain, produktivitas dan biaya
produksi akan makin rendah. Begitu juga sebaliknya. Dalam jangka panjang,
perusahaan akan lebih mudah meningkatkan produktivitas dibanding dalam
jangka pendek. Itu sebabnya ada perusahaan yang mampu menekan biaya
produksi, sehingga setiap tahun biaya produksi per unit makin rendah. Pola
pergerakan biaya rata-rata ini berkaitan dengan karakter fungsi produksi jangka
panjang. Untuk perusahaan yang ber”skala hasil menaik” (increasing return to
scale atau IRS), penambahan tingkat produksi justru menurunkan biaya produksi.
Sebaliknya dengan perusahaan yang ber”skala hasil menurun” (decreasing return
to scale atau DRS).
Jika penambahan faktor produksi sebanyak satu unit menyebabkan output
meningkat lebih dari satu unit, fungsi produksi memiliki karakter Skala Hasil
[image:35.595.215.410.445.613.2]Menaik (increasing return to scale atau IRS).
Grafik 2. 3 Skala Hasil Menaik (increasing return to scale) Sumber: Rahardja dan Manurung (2008)
Grafik 2.3 menunjukkan bila penggunaan teknologi dan tenaga kerja
menangani produksi skala bersar, ada sinerji antara mesin dan tenaga kerja
(embodied technology).
Jika pelipatgandaan faktor produksi menambah output sebanyak dua kali
lipat juga, fungsi produksi memiliki karakter Skala Hasil Konstan (Constant
[image:36.595.113.510.153.453.2]Return to Scale), seperti pada grafik 2.4.
Grafik 2. 4 Skala Hasil Konstan (Constant Return to Scale) Sumber: Rahardja dan Manurung (2008)
Jika penambahan satu unit faktor produksi menyebabkan output bertambah
kurang dari satu unit, fungsi produksi memiliki karakter Skala Hasil Menurun
(Decreasing Return to Scale) seprti pada grafik 2.5. penjelasannya adalah
Grafik 2. 5 Skala Hasil Menurun (Decreasing Return to Scale) Sumber: Rahardja dan Manurung (2008)
Dalam mencapai keseimbangannya produsen selalu berdasarkan prinsip
efisiensi, yaitu maksimalisasi output atau minimalisasi biaya. Prinsip
maksimalisasi output menyatakan bahwa dengan anggaran yang sudah ditentukan,
dicapai output maksimum (grafik 2.6.a). Prinsip minimalisasi biaya menyatakan
target output yang sudah ditetapkan harus dicapai dengan biaya minimum (grafik
[image:37.595.147.482.109.343.2]2.6.b).
2. Pengukuran Produktivitas pada Lembaga Keuangan
Terdapat tiga alternatif untuk mengukur perubahan produktivitas yaitu,5
Fisher Index, Tornqvist Index dan Malmquist Index. Menurut Gua et al.6 Tornqvist Index sangat tepat untuk teknologi yang tranlog, artinya dapat menghitung
nonparametrik, dalam arti tidak perlu memperkirakan parameter teknologi. Dalam
bentuk aslinya, Tornqvist Index tidak memungkinkan untuk menggambungkan
pertumbuhan produktivitas menjadi perubahan dalam kinerja dan perubahan
teknologi, karena Tornqvist Index menganggap bahwa produksi selalu efisien.
Malmquist Index memiliki tiga keunggulan utama jika dibandingkan dengan
Fisher dan Tornqvist Index di antaranya, pertama tidak memerlukan maksimalisasi
keuntungan atau asumsi minimalisasi biaya, kedua tidak memerlukan informasi
tentang harga input dan output, ketiga jika peneliti memiliki data panel, maka dapat
dilakukan perubahan produktivitas menjadi dua komponen, yaitu perubahan teknis
efisiensi dan perubahan teknis. Kerugian utamanya adalah keharusan untuk
menghitung fungsi jarak. Namun, teknik Data Envelopment Analysis (DEA) dapat
digunakan untuk memecahkan masalah ini.
Penelitian ini menggunakan pendekatan non-parametrik yaitu, Data
Envelopment Analysis (DEA) untuk memperkirakan berbagai komponen Malmquist
Index seperti, perubahan efisiensi, perubahan teknis, perubahan efisiensi murni dan
perubahan skala bank syariah di Indonesia. Metode ini dikembangkan oleh Charnes
et al (1978) yang merupakan teknik pemrograman berbasis linear yang disebut
5
Yasushi SuzukI, Efficiency and Productivity Change of The Indonesian Commercial Banks, Ritsumeikan Asia Pacific University, 2011. hlm, 11.
6
sebagai analisis perbatasan dan juga merupakan teknik pengukuran kinerja yang
dapat digunakan untuk menganalisis efisiensi relatif dari unit produktif yang
memiliki beberapa input dan output. DEA adalah suatu metodologi untuk memeriksa
efisiensi relatif dengan dipilihnya beberapa input dan output data yang disebut
sebagai unit pengambilan keputusan (DMU). Dari data yang tersedia, DEA
mengidentifikasi unit efisien relatif yang menentukan perbatasan efisiensi dan
terletak pada kurva dan mengevaluasi efisien unit lain yang terletak di bawah kurva
perbatasan. Malmquist Total Factor Productivity menghitung perubahan dalam
produktivitas antara dua titik dengan memperkirakan jarak masing-masing titik yang
berhubungan dengan teknologi yang sama.
Malmquist Total Factor Productivity yang berorientasi output merubah
produktivitas periode dasar (t) dan periode berikutnya (t + 1) yang didefinisikan
sebagai:
M (yt, xt, yt+1, xt+1) =
[
]
⁄
(1)
Sebuah nilai (M) lebih besar daripada satu menyiratkan pertumbuhan positif
pertumbuhan total faktor produktivitas (TFP) dari periode (t) untuk periode (t + 1),
jika tidak, nilai "M" kurang dari satu menunjukkan penurunan TFP. Persamaan (1)
merupakan rata-rata geometris dari dua indeks TFP dan indeks pertama dihitung
sehubungan dengan periode teknologi "t", sedangkan indeks kedua dievaluasi
sehubungan dengan periode "t + 1" teknologi.
Salah satu keuntungan dari Malmquist Index adalah dapat memungkinkan
membedakan antara perubahan teknologi dan perubahan efisiensi teknis. perubahan
teknis diwakili oleh gerakan perusahaan terhadap kurva perbatasan. Ukuran skor
efisiensi teknis harus antara 0 dan 1. Dengan demikian, nilai perubahan efisiensi
teknis lebih besar dari satu mencerminkan pergerakan unit yang tidak efisien
khususnya terhadap skala hasil konstan perbatasan, dan ditafsirkan sebagai
peningkatan efisiensi. Sebaliknya, nilai indeks ini kurang dari satu dijelaskan sebagai
penurunan efisiensi. Demikian pula, nilai perubahan teknis lebih besar dari satu
berarti kemajuan teknologi atau perluasan perbatasan dan jika nilai kurang dari satu
merupakan kemunduran teknologi atau kontraksi perbatasan.
Menurut Fare et al. (1993) persamaannya dapat ditulis sebagai berikut:
Perubahan indeks TFP =
Dengan demikian, perubahan indeks Total Factor Productivity (TFP) =
{perubahan Efisiensi} X {Perubahan teknologi} dan dapat dibagi menjadi dua
komponen seperti perubahan teknologi dan perubahan efisiensi teknis dan
diilustrasikan sebagai:
Indeks Perubahan Teknologi = (3)
Dan Indeks Perubahan Efisiensi = (4)
Perubahan efisiensi teknis dapat lebih dibagi menjadi dua, yaitu Perubahan
Efisiensi Teknis Murni dimana efisiensi teknis catching-up terhadap various return
to scale (VRS) perbatasan teknologi, dan Perubahan Efisiensi Skala yang cenderung
bergerak di sepanjang batas atau unit teknis murni tidak efisien dalam mengubah
Perubahan Efisiensi Teknis adalah hasil dari perubahan efisiensi teknis murni
(PECH) dan perubahan efisiensi skala (SECH) dan dapat ditunjukkan sebagai
berikut:
Indeks PECH = (5)
Dan Index SECH = (6)
Sehingga, Perubahan Total factor Productivity (TFP) = Perubahan Teknologi *
Perubahan Efisiensi Teknis Murni * Perubahan Efisiensi Skala.
3. Konsep Produktivitas dalam Islam
Kegiatan produksi merupakan salah satu aktivitas ekonomi yang sangat
menunjang selain kegiatan konsumsi. Kegiatan ini ini merupakan satu mata rantai
yang saling berkaitan dan tidak dapat saling melepaskan. Jika dalam konsep
ekonomi Islam tujuan konsumen dalam mengkonsumsi barang dan jasa untuk
mendapatkan maslahah, maka produsen dalam memproduksi barang dan jasa
bertujuan yang dapat memberikan maslahah. Jadi, baik produsen dan konsumen
memiliki tujuan yang sama yaitu mencapai maslahah yang optimum.
Taqiyuddin an-Nabhani7 memberikan pemahaman tentang “produksi”
dengan memakai kata “istishna‟” untuk mengartikan produksi dalam bahasa Arab.
An Nabhani dalam bukunya an-Nidzam al-Iqtishadi fi al-Islam memahami produksi
itu sebagai suatu yang mubah dan jelas berdasarkan as-Sunah. Sebab, Rasulullah
SAW pernah membuat cincin. Diriwayatkan dari Anas yang mengatakan “Nabi
7
SAW telah membuat cincin.” (HR. Imam Bukhari).
Di dalam QS. Al-Jumuah: 10 merupakan perintah untuk bekerja atau
berproduksi.
َهل
ا ُرُكْذا ه
َهل
َهلْضهف
َْنهم
ا ْ ُغهتْبا ه
َ هضْره ْْا
هفا ْ ُرهشهتْن هف
َُۃ ٰصلا
َهتهي هضُقاهذه هف
َهن ْ ُحه ْ ُت
َُْك هعل
اًرْيهثهك
Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu dibumi; carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung (QS.
Al-Jumuah: 10).
Adapun tujuan produksi dalam ekonomi Islam yaitu:8 a. Pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkatan moderat
Dalam konsep maslahah, salah satu formulanya adalah harus memenuhi
unsur manfaat. Barang dan jasa yang dihasilkan harus memiliki manfaat riil bagi
kehidupan bukan sekedar memberikan kepuasan maksimum saja.
b. Menemukan kebutuhan masyarakat dan pemenuhannya
Konsumen sering kali tidak mengetahui apa yang dibutuhkannya dimasa
depan, sehingga produsen harus mampu menjadi sosok yang kreatif, proaktif, dan
inovatif dalam menemukan barang dan jasa apa yang menjadi kebutuhan manusia
dan memenuhi kebutuhan tersebut.
c. Menyiapkan persediaan barang/jasa di masa depan
Proodusen harus memiliki sikap proaktif berorientasi ke depan, dengan
memproduksi barang-barang yang tidak bertentangan dengan syariat maupun barang
8
yang memiliki manfaat riil kepada umat dan mengembankan produk tersebut untuk
kemaslahatan umat di masa depan. Selain itu, produsen muslim juga harus
melakukan riset dan penegmbangan untuk menjaga efisiensi dalam pengelolaan
sumber daya ekonomi serta mencari teknologi yang ramah lingkungan.
d. Pemenuhan sarana bagi kegiatan sosial dan ibadah kepada Allah
Tujuan lain produksi dalam Islam adalah mendapatkan berkah yang secara
fisik belum tentu dirasakan oleh produsen itu sendiri, sebab produksi tidak akan
selalu menghasilkan keuntungan materiil, namun harus mampu memberikan
keuntungan bagi orang lain dan agama.
Semua tujuan yang telah diuraikan di atas sesuai dengan QS. An-Nur: 37-38
yang menjelaskan faktor keberkahan dari kegiatan produksi-konsumsi.
نْوفاخي
َهۃ ٰكزلا
َهءآتْيها ه
َهۃ ٰصلا
َه هقها ه
َهل هرْكهذ
َْنهع
َ عْيهب هْ
َ ۃهر هجهت
َْه ْيه ْ
َُتْ
َ ل هج هر
َُْهدْي هزهي ه
ا ْ ُ همهع هم
َهنهسْحها
َُل
َُُ هي هزْجهيهل
َُر هصْبه ْْا ه
َُ ْ ُ ُقْلا
َههْيهف
َُ هقهتهت ًم ْ هي
َ هسهح هرْيهغهب
َُءآهشي
َْنهم
َُ ُز ْرهي
َُل ه
َ هه
َْضهف
َْنم
Orang yang tidak dilalaikan dengan perdangan dan jual beli dari mengingat
Allah, melaksanakan salat, dan menunaikan zakat. mereka takut kepada hari ketika
hati dan penglihatan menjadi guncang (hari kiamat). (Mereka melakukan itu) agar
Allah memberi balasan kepada mereka dengan yang lebih baik daripada apa yang
mereka telah mereka kerjakan, dan agar Dia menambah karunia-Nya kepada
mereka. Dan Allah memberi rezeki kepada siapa saja yang Dia kehendaki tanpa
Mengacu pada pemikiran Asy-Syaitibi,9 bahwa kebutuhan dasar manusia harus mencakup lima hal, yaitu terjaganya kehidupan beragama (ad-din),
terpeliharanya jiwa (an-nafs), terjaminnya berkreasi dan berpikir (al-„aql),
terpenuhinya kebutuhan materi (al-mal), dan keberlangsungan meneruskan
keturunan (an-nasl). Maka orientasi untuk melakukan produksi adalah tindakan yang
seharusnya dilakukan setiap pelaku ekonomi muslim dan mengarah pada kegiatan
produksi untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang lima tersebut. Maka
orientasi dalam proses produksi memiliki aspek yang universal dan berdimensi
spiritual.
4. Pengukuran Efisiensi pada Lembaga Keuangan
Menurut Yildirim (2015)10, analisis efisiensi adalah alat administrasi penting bagi bank yang digunakan untuk menentukan tingkat pemanfaatan input untuk
menghasilkan output.
Konsep efisiensi pertama kali diperkenalkan oleh Farrel (1957)11 yang merupakan lanjutan dari model yang diajukan Debreu (1951) dan Koopmans (1951).
Menurut Farrel efisiensi perusahaan terdiri dari dua komponen, yaitu Efisiensi
Teknis (technical efficiency) yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
mencapai ouput semaksimal mungkin dari jumlah input. Sedangkan Efisiensi
Alokatif (allocative efficiency) menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menggunakan input dengan proporsi seoptimal mungkin pada tingkat harga input
9
M. Nur Rianto Al Arif dan Euis Amalia, Teori Mikro Ekonomi: Suatu Perbandingan Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional,, hlm. 155.
10
Ismail Yildirim, Financial Efficiency Analysis in Islamic Banks: Turkey and Malaysia Models, Journal of Economic Finance and Accounting Vol. 2 Issue. 3, 2015, hlm. 290.
11
tertentu.
Menurut Abidin dan Endri (2009), konsep efisiensi dapat dilihat dari sisi
input (input-oriented) maupun dari sisi ouput (output-oriented). Pendekatan
input-oriented merupakan kemampuan perusahaan dalam menggunakan input secara
efisien dalam menghasilkan ouput yang lebih banyak atau seberapa banyak input
yang akan dikurangi tanpa merubah jumlah output yang dihasilkan. Sedangkan
pendekatan output-oriented merupakan perbandingan antara biaya di semua level
output dengan biaya optimum atau seberapa banyak output yang dapat ditingkatkan
secara proporsional tanpa merubah jumlah input.
First Stage
Menurut Abidin (2007)12, merujuk pada (Oral dan Yolalan, 1990; Berger dan Humphrey, 1992), penilaian efisiensi tidak dapat dilakukan secara parsial tetapi
secara penuh dengan memperhitungkan seluruh output dan input. Atas dasar tersebut
pengukuran efisiensi dan produktivitas dapat digunakan dengan analisis parametrik
seperti Stochastic Frontier Analysis (SFA) dan analisis non-parametrik seperti Data
Envelopment Analysis (DEA). Analisis SFA pertama kali diperkenalkan oleh Aigner
et al. (1997), sedangkan analisis DEA pengembangan dari matematika linier
programming yang diperkenalkan oleh Charnes et al. (1978). Terdapat perbedaan
pada kedua analisis tersebut, pada pendekatan SFA memasukkan random eror pada
frontier, sedangkan pada pendekatan DEA tidak memasukkan random eror. Sebagai
konsekuensinya, pendekatan DEA tidak dapat memperhitungkan variabel makro.
Adapun kelebihan DEA adalah dapat mengindentifikasi input atau output suatu bank
12
yang digunakan sebagai referensi untuk membantu mencari penyebab dan jalan
keluar dari sumber inefisiensi suatu bank. Formula DEA dimulai dari formula
sederhana yang ada di linear programming yaitu sebagai berikut:
Maksimal (1)
Subjek untuk untuk j = 1 … n
VI ≥0 untuk i = 1 … m, dan ur ≥0 untuk r = 1 … s Dimana:
hj = nilai efisiensi bank j
r = output
i = input
ur = bobot output r yang dihasilkan oleh bank j
yrj = jumlah output r yang dihasilkan oleh bank, dihitung dari r = 1 hingga s
vi = bobot input i yang dihasilkan oleh bank j
xij = jumlah input I yang dihasilkan oleh bank, dihitung dari i = 1 hingga m
Namun, Charnes, Cooper dan Rhodes (1978) merubah rumus di atas ke
dalam masalah pemrograman linear berikut (Ataullah, Cockerill dan Le dalam Alkeil
(2012))13:
13
(2)
(3)
Dimana ɛ adalah angka positif agar semua input dan output memiliki bobot
yang positif. Ketika ho = 1 maka DMUo efisien, begitu pun sebaliknya. Namun, jika
input yang digunakan tidak efektif, maka akan terjadi input slack (kelebihan input),
begitu pun dengan output. Slack merupakan perbaikan yang perlu dilakukan untuk
membuat sebuah unit yang tidak efisien menjadi efisien, sehingga semua input slack
dan output slack harus sama dengan nol. Perbaikan ini dilakukan dalam bentuk
peningkatan/penurunan input atau output.
Dalam DEA Multi Stage terdapat dua pendekatan scale yaitu:
a. Constant Return to Scale
Model Constant Return to Scale (CCR) merupakan model dasar DEA
yang membawa implikasi pada bentuk effisient set yang linier. Model Constant
Return to Scale dikembangkan oleh Climes, Cooper dan Rhodes (model CCR),
model ini mengasumsikan bahwa rasio antara penambahan input dan output
adalah sama. Artinya, jika ada tambahan input sebesar x kali, maka output akan
meningkat sebesar x kali juga. Asumsi lain yang digunakan dalam model ini
adalah bahwa setiap perusahaan atau unit pembuatan keputusan (UPK) beroperasi
Min θλ θ,
St –yi + Yλ≥0, Θxi - Xλ≥ 0 λ ≥ 0
b. Variable Return to Scale
Model ini dikembangkan oleh BBC (Banker, Charnes Cooper) pada tahun 1984
dan merupakan pengembangan dari model CCR. Model ini beranggapan bahwa
perusahaan tidak atau belum beroperasi pada skala yang optimal, asumsi dari
model ini adalah bahwa rasio antara penambahan input dan output tidak sama
(Variable return to scale). Artinya, penambahan input sebesar x kali tidak akan
menyebabkan output meningkat sebesaar x kali, bisa lebih kecil atau lebih besar
dari x kali. Adapun rumusan DEA VRS adalah sebagai berikut:
Max φλ φ, St –φyi + Yλ≥0, xi - Xλ≥ 0 N1’λ = 1 λ ≥ 0
Menurut Hadad et.al. (2003)14, konsep-konsep yang digunakan untuk mendefinisikan hubungan input-output dalam tingkah laku dari institusi financial
adalah:
a. Pendekatan Penghasilan/Produksi (The Production Approach), menganggap
Lembaga Keuangan sebagai produsen dari akun deposit (deposit accounts) and
14
kredit pinjaman (loans), kemudian output didefinisikan sebagai jumlah dari
akun-akun tersebut atau dari transaksi-transaksi yang terkait. Sedangkan input
dihitung sebagai jumlah dari tenaga kerja, pengeluaran modal pada aset-aset
tetap (fixed assets) and material lainnya.
b. Pendekatan Intermediasi (The Intermediation Approach), merubah dan
mentransfer aset-aset finansial dari unit-unit surplus menjadi unit-unit defisit.
Dalam hal ini input-input institusional seperti biaya tenaga kerja dan modal dan
pembayaran bunga pada deposit, dengan output yang diukur dalam bentuk kredit
pinjaman (loans) dan investasi finansial (financial investments).
c. Pendekatan Aset (The Asset Approach), memvisualisasikan fungsi primer sebuah
institusi finansial sebagai pencipta kredit pinjaman (loans); dekat sekali dengan
pendekatan intermediasi, dimana output benar-benar didefinisikan dalam bentuk
aset-aset.
Second Stage
Metode Tobit mengasumsikan bahwa variabel-variabel bebas tidak terbatas
nilainya (non-censured); hanya variabel tidak bebas yang censured; semua variabel
(baik bebas maupun tidak bebas) diukur dengan benar; tidak ada autocorrelation;
tidak ada heteroscedascity; tidak ada multikolinearitas yang sempurna; dan model
matematis yang digunakan menjadi tepat. Dalam penggunaan metode analisis regresi
untuk penelitian bidang sosial dan ekonomi, banyak ditemui struktur data dimana
variabel responnya mempunyai nilai nol untuk sebagian observasi, sedangkan untuk
sebagian observasi lainnya mempunyai nilai tertentu yang bervariasi. Struktur data
didefinisikan untuk observasi (bank) sebagai berikut:15
Dalam model Tobit terdapat tambahan informasi koefisiens skala (SCALE)
yaitu faktor skala yang akan diestimasi σ. Faktor skala ini dapat digunakan untuk
mengestimasi standar deviasi dari residual.
Fungi Likelihood (L) dimaksimum (maximum likelihood) untuk mengestimasi
parameter β dan σ yang didasarkan atas observasi (bank) yi dan xi:
5. Konsep Efisiensi dalam Islam
Menurut Ali dan Ascarya (2010)16, dalam Islam tidak dikenal istilah efisiensi, namun tujuan efisiensi mencapai keuntungan optimal tertuang dalam
perwujudan hasil usaha yang optimal (kerja keras) untuk menghasilkan sesuatu
secara optimal dengan tetap menjaga keseimbangan dan etika syariah. Kemudian,
15
Endri, Evaluasi Efisiensi Teknis Perbankan Syariah di Indonesia: Aplikasi Two-Stage DEA, STEI TAZKIA, 2011, hlm. 17.
16
M.Mahbubi Ali dan Ascarya, Analisis Efisiensi Baitul Maal Wat Tamwil dengan Pendekatan Two Stage DEA (Studi Kasus Kantor Cabang BMT MMU dan BMT UGT Sidogiri),
keseimbangan juga berarti mewujudkan value added, produsen harus
memperhatikan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Untuk itu Islam memberikan
beberapa batasan, di antaranya:
a. Memanfaatkan potensi sumber daya alam
…
ه ْيهف
َُْكهرهمْعهتْسا ه
َ هضْره ْْا
َهنم
َُْكه هشْنها ه ُه
…
“… Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu
pemakmurnya … “(QS Huud:61).
Islam mengajarkan umatnya untuk bekerja memakmurkan bumi dan memanfaatkan
seluruh potensi sumber daya alam.
b. Spesialisasi kerja
Dalam Muqaddimah Ibnu Khaldun, menurutnya konsep spesialisasi kerja
terjadi karena jumlah penduduk yang semakin besar, sehingga akan memperbesar
surplus dan perdagangan internasional. Konsep spesialisasi kerja akan tergantung
pada perbedaan keahlian dan keterampilan dibandingkan dengan sumber daya alam
yang dimiliki. Dijelaskan dalam hadist Nabi SAW tentang konsep itqan dan ihsan.
Rasulullah SAW bers