• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam kisah Adam A.S: kajian Tafsir al-Quran Surat al-Baqarah 2:30-39

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam kisah Adam A.S: kajian Tafsir al-Quran Surat al-Baqarah 2:30-39"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul: “Nilai-Nilai Pendidikan Yang Terkandung dalam Kisah Adam (Kajian Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Baqoroh 2:30-39)” diajukan kepada Fakultas ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosyah pada, 31 Maret 2008 dihadapan para penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama.

Jakarta, 31 Maret 2008

Panitia Ujian Munaqosyah

Ketua Panitia ( Ketua Jurusan/Prodi) Tanggal Tanda Tangan

Drs. H. A. Fattah Wibisono, M. Ag ………. ………

NIP: 150 236 009

Sekretaris (sekretaris Jurusan/Prodi)

Drs. Sapiudin Shidiq, M. Ag ………. ………

NIP: 150 299 477

Penguji II

Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi M.A ………. ………

Penguji I

Drs. Abdul Haris M. Ag ………. ………

Mengetahui: Dekan,

(2)

LEMBAR WISUDA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1. Nama : Habibillah

2. Tempat/Tanggal Lahir : Bogor, 6 Januari 1982

3. NIM : 103011026678

4. Jurusan : Pendidikan Agama Islam

5. Program : Reguler (S1)

6. Judul Skripsi : Nilai-Nilai Pendidikan Yang Terkandung dalam Kisah Adam (Kajian Tafsir Qur’an Surah Al-Baqoroh 2:30-39.

7. Pembimbing : Prof. Dr. H. Salman Harun

8. Penguji : Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi, M.A : Drs. Abdul Haris M. Ag

9. Tanggal Lulus : 31 Maret 2008-04-01

10 . Nomor Ijazah : -

11. Indeks Prestasi/Yudisium : 2.96 12. Jabatan dalam Organisasi

Kemahasiswaan : -

13. Alamat Asal : Jl. Tegar Beriman Curug Pakansari Rt. 03/04 Cibinong Bogor

14. Alamat Sekarang : Idem

15. Nama ayah : H. Yazid Bustomi 16.Pendidikan terakhir Ayah : PGA

17. Pekerjaan Ayah : Guru

18. Nama Ibu : Hj. Amenah

19. Pendidikan Terakhir : M.I

20. Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga

Jakarta, 31 Maret 2008 Calon Wisudawan

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Strata Satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat 27 Maret 2008

(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur bagi Allah, berkat pertolongan dan ridha-Nya, skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad saw, keluarga serta para sahabatnya yang senantiasa setia dan taat kepada beliau hingga akhir zaman.

Penulis sangat menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak sekali kekurangan, meskipun waktu, tenaga, dan pikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki, demi terselesainya agar bermanfa’at bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Sebelumnya penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada ayahanda dan ibunda tersayang, walaupun saat ini ayahanda sedang sakit, tapi beliau tetap memberikan cinta, kasih sayang dan perhatiannya kepada ananda, semoga penyakit beliau disembuhkan dan semua jasa yang telah beliau lakukan diterima Allah swt, serta dibalas dengan berlipat ganda, dan semoga Allah selalu memberikan taufiq dan inayah-Nya.

Keberhasilan penulis selama belajar dan menyusun skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, serta bimbingan dari berbagai pihak oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan kepada:

1. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta para pembantu dekan.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan beserta staf-stafnya.

3. Dosen pembimbing skripsi, terima kasih atas waktu, tenaga dan ilmu serta kesabaran dalam membimbing dan mengarahkan penulis, dalam menyusun skripsi.

4. Bapak dan ibu dosen yang telah mengajarkan ilmunya selama penulis mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah diajarkan dapat bermanfaat.

(5)

6. Kawan-kawan Pendidikan Agama Islam angkatan 2003 khususnya kelas B, yang selalu menemaniku selama belajar di kampus ini.

7. sahabat-sahabat terdekatku (Pacet’s Community), Wilkin, Heru, Maulana, Amiruddin dan Lukman terima kasih atas kekompakan dan motivasinya.

8. Seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini

Semoga Allah swt. membalas kebaikan yang telah mereka berikan. Mohon ma’af apabila terdapat kesalahan, kekurangan dan kekhilafan dalam penulisan skripsi ini.

Dari sistematika, bahasa maupun dari segi materi, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan komentar, saran, dan kritiknya dari pembaca. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfa’at. Amin…

Jakarta, Maret 2008

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ……….……….i

KATA PENGANTAR ……….……….ii

DAFTAR ISI ……….………...iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….………1

B. Masalah Penelitian ……….………...3

a. Identifikasi Masalah ……….………...3

b. Pembatasan masalah ……….………...3

c. Perumusan Masalah ……….………...….3

C. Tujuan dan manfaat Penelitian ………4

D. Sistematika Penulisan ………..4

BAB II KAJIAN TEORI ………...6

1. Pengertian Nilai ………..……….6

2. Pengertian Pendidikan ………...………..6

a. Istilah Al-Tarbiyah ………...7

b. Istilah Al-Ta’lim ………..7

c. Istilah Al-Ta’dib ………8

3. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam …...………11

4. Kisah 1). Pengertian Kisah dalam Al-Qur’an ……….14

2). Macam-macam Kisah Dalam Al-Qur’an ……….16

3). Faedah Kisah dalam Al-Qur’an ………17

BAB III TAFSIR AL-QUR’AN SURAH AL-BAQOROH (2:30-39) …………19

I. Ayat dan Terjemah ……… ……..……….19

II. Tafsir Ayat ………...22

III. Ikhtisar ……….……….33

(7)

BAB IV NILAI-NILAI PENDIDIKAN YANG TERKANDUNG DALAM KISAH

ADAM AS………36

A. Sikap dan Prilaku ……….37

1. Rendah Hati ..………..37

2. Larangan Sombong ………..38

3. Menjauhi Dengki ……….43

4. Sikap Pema’af dan Pengampun ..………47

B. Aspek Pendidikan dan Pengajaran ………50

1. Metode Kisah ……….………..50

2. Metode Tanya Jawab ………53

3. Mengapreasikan pikiran dan Perasaan ….………57

4. Metode Ganjaran dan Hukuman ………62

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……….….………68

B. Saran-saran …..……….………69

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kehadiran al-Qur’an telah memberi pengaruh yang luar biasa bagi lahirnya berbagai konsep yang diperlukan manusia dalam berbagai bidang kehidupan. Kaum muslimin sendiri dalam rangka memahaminya telah melahirkan beribu-ribu kitab yang berupaya menjelaskan makna pesannya.1

Didalam al-Qur’an banyak dikisahkan beberapa peristiwa yang pernah terjadi dalam sejarah. Dari al-Qur’an dapat diketahui beberapa kisah yang pernah di alami orang-orang jauh sebelum kita, sejak nabi Adam As, seperti kisah para nabi dan kaumnya, kisah orang-orang Yahudi dan Nasrani, Shobi’in, Majusi dan lain sebagainya. Karena al-Qur’an adalah kitab pendidikan, maka kisah itu juga mangandung nilai pendidikan 2

Dari berbagai macam kisah al-Qur’an, penulis hanya tertarik satu kisah, yaitu kisah tentang Nabi Adam a.s, karena dalam kisah tersebut Allah SWT sebagai Sang Khaliq langsung mendemonstrasikan metode dan tehnik pembelajaran serta proses transformasi ilmu pengetahuan kepada makhluknya yaitu Nabi Adam sebagai manusia pertama yang diciptakan-Nya. Dengan cara memaparkannya dengan berbagai literatur, khususnya kajian tafsir dan pendidikan, apakah di dalamnya terkandung nilai-nilai pendidikan.

Oleh karena itu dari latar belakang masalah diatas, penulis sangat berminat dan tertarik untuk mengambil judul: NILAI-NILAI PENDIDIKAN YANG TERKANDUNG DALAM KISAH ADAM AS (Kajian Tafsir Qur’an Surat Al-Baqoroh 2:30-39)

1

Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi sejarah al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2005), cet. 1, hal.2

2

M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat,

(9)

B. MASALAH PENELITIAN 1. Identifikasi Masalah

Di dalam al-Qur’an terdapat berbagai macam bidang ilmu pengetahuan, pembahasan yang erat kaitannya dengan pendidikan sangat luas, begitu pula kisah-kisah yang terdapat didalamnya begitu banyak dan beragam.

Kisah nabi Adam merupakan kisah yang sangat menarik dan mempunyai nilai yang amat berharga bagi perkembangan dan kemajuan pendidikan khususnya pendidikan Islam.

2. Pembatasan Masalah

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Allah SWT mengabadikan bermacam-macam kisah dan peristiwa yang terjadi dalam al-Qur’an sepanjang sejarah, diantaranya kisah tentang para Nabi dan kaumnya, kisah-kisah orang Yahudi dan Nasrani, dan lain sebagainya.

Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam surat al-Baqoroh/2:30-39 dengan sendirinya telah memberikan batasan bahwa nilai-nilai pendidikan yang dimaksud penulis adalah nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam kisah Adam as.

3. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari pembahasan ini yaitu:

a. Apa saja nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam kisah Adam a.s dalam surat al-Baqoroh/2:30-39.

b. Bagaimana menyesuaikan kisah Nabi Adam a.s. dengan aspek-aspek pendidikan Islam.

C. TUJUAN DAN MANFA’AT PENELITIAN 1. Tujuan Penelitian

a.Ingin memperoleh pemahaman yang jelas tentang kisah Nabi Adam a.s. b.Untuk menjadikan al-Qur’an sebagai dasar dalam pendidikan Islam

(10)

Maka untuk memperoleh tingkat objektifitas penelitian yang bersifat refresentatif, dipilih data-data dan keterangan serta pengkajian tentang ajaran yang terkandung dalam al-Qur’an melalui kisah Adam as. kontribusinya terhadap nilai-nilai pendidikan.

2. Manfa’at Penelitian

Mengenai manfaat penelitian ada beberapa hal yang penulis inginkan dari penyusunan skripsi ini, antara lain:

a.Diharapkan dapat berguna untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi penulis sebagai calon guru dan instruktur terjemah al-Qur’an sistem 40 jam (LPIQ) Nasional.

b. Diharapkan dapat memberikan kontribusi penulisan khususnya dalam dunia pendidikan Islam

D. Sistematika penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab setiap bab terdiri dari beberapa sub bab , secara rinci adalah sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan terdiri dari : Latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, langkah-langkah penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Kajian Teori: Bagian Pertama memuat Nilai-Nilai Pendidikan, Pengertian Nilai, Pengertian Pendidikan, Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam. Bagian Kedua memuat Pengertian Kisah Dalam Al-Qur’an, Macam-macam Kisah dalam al-qur’an, Manfaat kisah dalam al-Qur’an.

BAB III : Kajian Tafsir al-Qur’an Surat al-Baqoroh ayat 30-39 : Tafsir al- Misbah, Tafsir Maraghi, Tafsir Fi Zilalil Qur’an.

(11)
(12)

BAB II KAJIAN TEORI 1. Pengertian Nilai

Menurut bahasa nilai artinya harga hal-hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya.1

Secara filosofis nilai sangat terkait dengan masalah etika, etika juga sering disebut dengan filsafat nilai yang mengkaji nilai-nilai moral sebagai tolok ukur tindakan dan prilaku manusia dalam berbagai aspek kehidupannya. Sumber-sumber etika bisa merupakan hasil pemikiran, adat istiadat, atau tradisi, ideologi bahkan dari agama. Dalam konteks etika pendidikan Islam, maka sumber etika dan nilai-nilai yang paling shahih adalah al-Qur’an dan sunnah Nabi saw yang kemudian dikembangkan dengan hasil ijtihad para ulama. Nilai-nilai yang bersumber kepada adat istiadat atau tradisi dan ideologi sangat rentan dan situasional, sedangkan nilai-nilai Qur’ani, yaitu nilai-nilai yang bersumber kepada al-Qur’an adalah kuat, karena ajaran al-Qur’an bersifat muthlak dan universal.2

2. Pengertian Pendidikan

Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu kepada term al-tarbiyah, al-ta’dib, dan al-ta’lim. Dari ketiga istilah tersebut term yang populer digunakan dalam praktek pendidikan Islam ialah term al-tarbiyah. Sedangkan term al-ta’dib dan al-ta’lim jarang sekali digunakan padahal kedua istilah tersebut telah digunakan sejak awal pertumbuhan pendidikan Islam.3

Kendatipun demikian, dalam hal-hal tertentu, ketiga terma tersebut memiliki kesamaan makna. Namun secara esensial, setiap term memiliki perbedaan, baik secara tekstual maupun kontekstual. Untuk itu perlu dikemukakan uraian dan analisis terhadap ketiga term pendidikan Islam tersebut dengan beberapa argumentasi tersendiri dari beberapa pendapat para ahli pendidikan Islam.

a. Istilah Al-Tarbiyah

1

Departemen Pendidikan Nasional, Kmus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka 2002), Edisi ke-3, hal. 783.

2

Prof.Dr. Said Agil Husin Al-Munawwar, M.A., Aktualisasi Nilai-Nilai Qur’ani, Dalam Sistem Pendidikan Islam, (Ciputat, PT. Ciputat Press, 2005), hal.3

3

(13)

Penggunaan istilah al-tarbiyah berasal dari kata rabb. Walaupun kata ini memiki banyak arti, akan tetapi pengertian dasarnya menunjukan kata tumbuh, berkembang, memelihara, marawat, mengatur dan menjaga kelestarian atau eksistensinya.4

Penggunaan kata al-Tarbiyah untuk menunjuk makna pendidikan Islam dapat difahami dengan merujuk firman Allah:

ْ ْ او

ﺎ ﻬ

حﺎ

لﺬ ا

ﺔ ْ ﺮ ا

ْ و

بر

ﺎ ﻬْ ْرا

ﺎ آ

ﺎ ر

اﺮ

.

Dan rendahkanlah dirimu dengan mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. (Q.S. Al-Isra/17:24).

b. Istilah Al-Ta’lim

Allah SWT berfirman:

ﺎ آ

ﺎ ْ ْرأ

ْ ﻜ

ﺎ ﻮ ر

ْ ﻜْ

ﻮ ْ

ْ

ْ ﻜ

ﺎ ﺎ اء

ْ ﻜ آﺰ و

ﻜ و

بﺎ ﻜْا

ﺔ ْﻜ ْاو

ْ ﻜ و

ْ

اﻮ ﻮﻜ

نﻮ ْ

.

Sebagaimana (Kami Telah menyempurnakan nikmat kami kepadamu) kami Telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui (Al-Baqoroh : 151)

Kalimat wayu’allimu hum al-Kitaba wal al-hikmah dalam ayat tersebut menjelaskan tentang aktivitas Rosulullah mengajarkan tilawat al-Qur’an kepada kaum muslimin. Menurut Abdul Fatah Jalal, apa yang dilakukan Rosul bukan hanya sekedar umat Islam bisa membaca, melainkan membawa kaum muslimin kepada nilai pendidikan

tazkiyath an-nafs (pensucian diri) dari segala kotoran, sehingga memungkinkannya menerima al-hikmah serta mempelajari segala yang bermanfaat untuk diketahui. Oleh karena itu makna al-ta’lim tidak hanya terbatas pada pengetahuan lahiriah, akan tetapi mencakup pengetahuan teoritis, mengulang secara lisan, pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan, perintah untuk melaksanakan pengetahuan dan pedoman untuk berprilaku.

Kecendrungan Abdul Fattah jalal sebagaimana dikemukakan diatas, didasarkan argumentasi bahwa manusia pertama yang mendapat pengajaran langsung dari Allah

4

(14)

adalah Nabi Adam a.s. hal ini secara eksplisit disinyalir dalam Q.S. Al-Baqoroh 2:31. pada ayat tersebut dijelaskan , bahwa penggunaan kata ‘allama untuk memberikan pengajaran kepada Adam a.s. memiliki nilai lebih yang sama sekali tidak dimiliki oleh para malaikat.5

c. Istilah al-ta’dib

Menurut al-Attas, istilah yang paling tepat untuk menunjukan pendidikan Islam adalah al-ta’dib.6

Konsep ini didasarkan pada hadis Nabi:

اد

ْ

ر

ْ

ْﺎ

د

ْ

Artinya:

“Tuhanku telah mendidikku, maka Ia sempurnakan pendidikanku”. (H.R. al-‘Askary dari Ali r.a).

Kata addaba dalam hadis diatas dimaknai al-Attas sibagai “mendidik”. Selanjutnya ia mengemukakan, hadis tersebut bisa dimaknai kepada “Tuhanku telah membuatku mengenali dan mengakui dengan adab yang dilakukan secara berangsur-angsur ditanamkan-Nya kedalam diriku, tempat-tempat yang tepat bagi segala sesuatu didalam penciptaan, sehingga hal itu membimbingku kearah pengenalan dan pengakuan tempat-Nya yang tepat didalam tatanan wujud dan kepribadian, serta –sebagai akibat nya- ia telah membuat pendidikanku yang paling baik.”7

Berdasarkan hadits diatas, maka al-Ta’dib berarti pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kedalam diri manusia (peserta didik) tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu didalam tatanan penciptaan. Dengan pendekatan ini, pendidikan akan berfungsi sebagai pembimbing kearah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat dalam tatanan wujud dan kepribadiannya.8

Penggunaan istilah al-Tarbiyah terlalu luas untuk mengungkapkan hakikat dan operasionalisasi pendidikan Islam. Sebab kata al-Tarbiyah yang memiliki arti

5

Abdul Fattah Jalal, Azas-Azas Pendidikan Islam, terj. Hary Nur Ali, (Bandung: CV. Diponegoro, 1988), 29-30

6

Muhammad Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam, Terj. Haidar Bagir, (Bandung: Mizan, 1994), h. 60

7

al-Attas, Konsep Pendidikan, h.63 8

(15)

pengasuhan, pemeliharaan, dan kasih sayang tidak hanya digunakan untuk manusia, akan tetapi digunakan untuk melatih dan memelihara binatang atau makhluk Allah lainnya. Timbulnya istilah ini dalam dunia Islam merupakan terjemahan dari bahasa latin “educatio” atau dalam bahasa Inggris “education”. Kedua kata tersebut dalam batasan pendidikan Barat lebih banyak menekankan pada aspek fisik dan material. Sementara pendidikan Islam penekanannya tidak hanya aspek tersebut, akan tetapi pada aspek psikis dan immaterial. Dengan demikian, istilah al-Ta’dib merupakan terma yang paling tepat dalam khasanah bahasa Arab karena mengandung arti ilmu, kearifan, keadilan, kebijaksanaan, pengajaran dan pengasuhan yang baik sehingga makna al-Tarbiyah dan

al-Ta’lim sudah tercakup dalam terma al-Ta’dib.

Terlepas dari perdebatan makna dari ketiga term diatas, secara terminologi, para ahli pendidikan Islam telah mencoba memformulasi pengertian pendidikan Islam. Diantara batasan yang sangat variatif tersebut adalah:

1. al-Syaibaniy ; mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkahlaku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara pendidikan dan pengajaran sebagai suatu asasi dan profesi diantara sekian banyak profesi asasi dalam masyarakat.9

2. Ahmad D. Marimba; mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik secara jasmani dan rohani pesrta didik menuju terbentuknya kepribadiannya yang utama (insan kamil).10

3. Ahmad Tafsir: Mendefinisikan pendidikan Islam sebagai bimbingan yang diberikan kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.11

5. Menurut Zakiyah Darajat pendidikan Islam adalah Pembentukan kepribadian muslim.12

9

Omar Muhammad al-Thoumy al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam… h.399. 10

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: al-Ma’arif, 1989),h. 19 11

Ahmad Tafsir , Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 1992), h. 32

12

(16)

6. Mortimer, J. Adler memberikan pengertian pendidikan sebagai berikut: “Pendidikan adalah proses yang mana semua kemampuan manusia (bakat kemampuan yang diperolehnya) yang dapat dipengeruhi oleh pembiasaan disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui sarana yang secara artistik dibuat dan dipakai oleh siapapun untuk membantu oreng lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan yaitu kebiasaan yang baik”.

7. Kemudian Herman H. Horne berpendapat, pendidikan harus dipandang sebagai suatu proses penyesuaian diri manusia secara timbal balik dengan alam sekitar dengan sesama manusia dengan tabiat tertinggi dari kosmos. ”.13

Dari terminologi-terminologi diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah suatu sistem yang memungkinkan seseorang (peserta didik) dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam. Melalui pendekatan ini, ia akan dapat dengan mudah membentuk kehidupan dirinya sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam yang diyakininya.

3. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam

Sebagai aktivitas yang bergerak dalam proses pembinaan kepribadian muslim, maka pendidikan Islam memerlukan asas atau dasar yang dijadikan landasan kerja. Dengan dasar ini akan memberikan arah yang bagi pelaksanaan pendidikan yang telah diprogramkan. Dalam konteks ini dasar yang menjadi acuan pendidikan Islam hendaknya merupakan sumber nilai kebenaran dan kekuatan yang dapat menghantarkan peserta didik kearah pncapaian pendidikan . oleh karena itu, dasar yang terpenting dari pendidika Islam adalah al-Qur’an dan Sunnah Rosulullah (hadis).

Menetapkan al-Qur’an dan al-Hadis sebagai pendidikan Islam bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan pada keimanan semata. Namun justru karena kebenaran yang terdapat dalam kedua dasar yang dapat diterima oleh nalar manusia dan dapat dibuktikan dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan. Sebagai

13

(17)

pedoman, al-Qur’an tidak ada keraguan padanya (Q S. Al-Baqoroh/2:2). Ia tetap terpelihara kesucian dan kebenarannya (Q.S. Ar-Ra’d/15:9), baik dalam pembinaan aspek spriritual maupun aspek budaya dan pendidikan. Demikian pula dengan kebenaran hadis sebagai dasar kedua bagi pendidikan Islam. Secara umum, hadis difahami sebagai segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, serta ketetapannya. Kepribadian Rasul sebagai uswat al-Hasanah yaitu contoh tauladan yang baik (Q.S. Al-Ahzab/33:21). Oleh karena itu, prilakunya senantiasa senantiasa terpelihara dan di kontrol oleh Allah SWT (Q.S. An Najm/ 53:3-4).14

Secara lebih luas dasar pendidikan Islam menurut Sa’id Ismail Ali – sebagaimana dikuti Langgulung – terdiri atas 6 macam, yaitu ; al-Qur’an, Sunnah, qaul al-Shahabat, masalih al-mursalah, ‘urf, dan pemikiran hasil ijtihad intelektual muslim.15

Seluruh rangkaian dasar tersebut secara hierarki menjadi acuan pelaksanaan sistem pendidikan Islam.

Dalam merumuskan tujuan pendidikan Islam, paling tidak ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu;

1. Tujuan dan tugas manusia dimuka bumi, baik secara vertikal maupun horizontal. 2. Sifat-sifat dasar manusia

3. Tuntunan masyarakat dan dinamika peradaban kemanusiaan.

4. Dimensi-dimensi kehidupan ideal Islam. Dalam aspek ini setidaknya ada 3 macam dimensi ideal Islam, yaitu:

a) mengandung nilai yang berupaya meningkatkan kesejahteraan hidup manusia dimuka bumi.

b) mengandung nilai yang mendorong manusia berusaha keras untuk meraih kehidupan yang baik.

c) mengandung nilai yang dapat memadukan antara kepentingan kehidupan dunia dan akhirat (fi al-dunya hasanah wa fi al-akhirat al-hasanah).16

Al-Syaibani dalam bukunya, mengemukakan bahwa tujuan tertinggi pendidikan Islam ialah mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat.17

14

Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, h.47 15

Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan; Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan,

(Jakarta: Pustaka al-Husna, 1989),h. 35 16

(18)

Sementara tujuan akhir yang akan dicapai adalah mengembangkan fitrah peserta didik, baik ruh, fisik, kemauan, dan akalnya secara dinamis, sehingga terbentuk pribadi yang utuh dan mendukung bagi pelaksanaan fungsinya sebagai khalifah fi al-ardh.189

Tujuan ini memiliki makna, bahwa upaya pendidikan Islam adalah pembinaan pribadi muslim sejati yang mengabdi dan merealisasikan “kehendak” Tuhan yang sesuai dengan syariat Islam, serta mengisi tugas kehidupannya didunia dan menjadikan kehidupan akhirat sebagai tujuan utama pendidikannya.

Secara praktis Muhammad Athiyah al-Abrasyi, menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam terdiri atas 5 sasaran, yaitu:

1. membentuk akhlaq mulia

2. mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat

3. persiapan untuk mencari rizki dan memelihara segi kemanfaatannya 4. menumbuhkan semangat ilmiah dikalangan peserta didik

5. mempersiapkan tenaga profesional yang terampil.19

4. Kisah

1). Pengertian Kisah dalam Al-Qur’an

Al-Qur’an telah banyak menceritakan kisah orang-orang dahulu dari para nabi dan selain nabi, diantaranya mengenai kisah orang-orang mukmin dan kisah orang-orang kafir.

Al-Qur’an telah membicarakan kisah-kisah yang disebutkannya. Ia menjelaskan hikmah dari penyebutannya, manfaat apa yang dapat kita ambil darinya, episode-episode yang memuat pelajaran hidup, konsep memahaminya, dan bagaimana cara berinteraksi dengannya.

Manusia dituntut untuk merenungi pembicaraan al-Qur’an tentang kisah-kisahnya supaya renungannya menjadi pengantar bagi pembicaraan tentang kisah

17

Omar Muhammad al-Thoumy al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam… h. 410 18

Hasan langgulung, Manusia dan Pendidikan…, h.67 19

(19)

orang-orang dahulu dalam al-Qur’an dan sebagai pengantar bagi interaksi dengan kisah-kisah itu.20

Menurut bahasa kisah artinya cerita, berita atau keadaan. Sedangkan menurut istilah ialah kisah-kisah dalam al-Qur’an tentang para Nabi dan Rasul, serta peristiwa yang terjadi pada masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang.21

Imam ar-Raghib al-Ishfahani mengatakan dalam kitab mufrodat-nya ( al-Mufrodat fi Gharib al-Qur’an-penj.) tentang kata ini (qashas), “Al-Qashasu berarti mengikuti jejak’. Dikatakan ‘Qashasu atsarohu’ saya mengikuti jejaknya’.’

Al-Qashas berarti ‘jejak’ (atsar). Allah ta’ala berfirman,

اﺪ ْرﺎ

ﺎ هرﺎ اء

.

‘…Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula’. (al-Kahfi: 64)

ْ ﺎ و

ْ ﺄ

ْتﺮ

ْ

ْ هو

نوﺮ ْ

‘Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan, ‘Ikutilah dia’… ’(al-Qashas: 11)

Al-Qashas ialah cerita-cerita yang dituturkan (kisah). Allah Ta’ala berfirman,

نإ

اﺬه

ﻮﻬ

ْا

ْا

‘Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar…’(Ali Imran: 62)

ءﺎ

و

ْ

ْا

لﺎ

ْ

تْﻮ

مْﻮ ْا

ﺎ ا

‘….Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syuaib) dan menceritakan kepadanya cerita (tentang dirinya), Syuaib berkata, ‘Janganlah kamu takut…’ (al-Qashas: 25)

ْ

ﻚْ

ْ أ

اْ

‘Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik…’ (Yusuf: 3)

Adapun qishas adalah menuntut balas atas darah (pencedaraan fisik atau pembunuhan) dengan balasan serupa.”22

Kisah al-Qur’an tentang orang-orang dahulu adalah suatu kisah yang benar dan periwayatannya mengenai peristiwa-peristiwa itu adalah jujur dan betul. Ini karena Allah

20

Shalah al-Khalidi, Kisah-Kisah al-Qur’an, Pelajaran Dari Orang-Orang Dahulu, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), Jilid I, Cet. 1 h.21.

21

Ahmad Syadaly, Ahmad Rafi’I,Ulumul Qur’an II, (Bandung: CV. Pustaka Setia), hal. 27 22

(20)

lah yang menceritakan kisah itu dan Allah benar-benar menyaksikan peristiwa-peristiwa itu, dan ia telah menakdirkannya; peristiwa itu terjadi menurut pengetahuan, kehendak, dan takdir-Nya. Maka dari itu ucapan Allah tentang kisah itu tidak mungkin mengalami kebatilan (kesalahan) dan keraguan, dan siapakah yang lebih benar ceritanya daripada Allah? Dan, siapakah (pula) yang lebih benar perkataan daripada Allah? Tidak ada seorang pun!.23

2). Macam-Macam Kisah Dalam Al-Qur’an

Di dalam al-Qur’an banyak dikisahkan beberapa peristiwa yang pernah terjadi dalam sejarah. Dari al-Qur’an dapat diketahui beberapa kisah yang dialami orang-orang jauh sebelum kita sejak Nabi Adam; seperti kisah para nabi dan kaumnya. Kisah orang-orang Yahudi, Nasrani, Sabi’in, Majusi, dan lain sebagainya.

Kisah-kisah al-Qur’an dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu: A. Dari Segi Waktu

Di tinjau dari segi waktu kisah-kisah dalam al-Qur’an ada tiga, yaitu: 1) Kisah hal ghaib yang terjadi pada masa lalu.

Contohnya:

a. Kisah tentang dialog malaikat dengan Tuhannya mengenai penciptaan khalifah bumi sebagaimana di jelaskan dalam (Q.S. Al-Baqoroh: 30-34) b. Kisah tentang penciptaan alam semesta sebagaimana terdapat dalam (Q.S.

Al-Furqon: 59, Qaf: 38)

c. Kisah rentang penciptaaan Nabi Adam dan kehidupannya ketika di surga sebagaimana terdapat dalam (Q.S. Al-A’raf:11-25)

2) Kisah hal ghaib yang terjadi pada masa kini , contohnya:

a. Kisah tentang turunnya malaikat-malaikat pada malam Lailatul Qadar seperti di ungkapkan dalam (Q.S. Al-Qadar 1-5))

b. Kisah tentang kehidupan makhluk makhluk ghaib seperti setan, jin atau iblis seperti diungkapkan dalam (Q.S. Al-A’raf: 13-14)

3) Kisah ghaib yang terjadi pada masa yang akan datang , contohnya:

a. Kisah tentang akan datangnya hari kiamat seperti di jelaskan dalam al-Qur’an surat al-Qari’ah, surat al-Zalzalah, dan lainnya

23

(21)

b. Kisah tentang Abu Lahab kelak di akhirat seperti yang diungkapkan dalam al-Qur’an surat al-Lahab

c. Kisah tentang kehidupan orang-orang di surga dan kehidupan orang-orang yang hidup di dalam neraka seperti di ungkapkan dalam Qur’an surat al-Ghasyiah dan lainnya.

B. Dari Segi Materi

Di tinjau dari segi materi, kisah-kisah dalam al-Qur’an ada tiga, yaitu 1)Kisah-kisah para Nabi, seperti:

a. Kisah Nabi Adam (Q.S. Al-Baqoroh: 30-39, Al-A’raf : 11) dan lainnya b. Kisah Nabi Nuh (Q.S. Hud: 25-49)

c. Kisah Nabi Hud (Q.S. Al-A’raf: 65, 72, 50, 58)

d. Kisah Nabi Muhammad (Q.S. At-Takwir: 22-24, Al-Furqon : 4, Abasa: 1-10, At-Taubah 43-57, dan lainnya)

2).Kisah peristiwa yang terjadi pada masa lampau yang tidak di pastikan kenabiannya.

a. Kisah tentang Lukman (Q.S. Luqman: 12-13)

b. Kisah tentang Dzul Qarnain (Q.s. Al-Kahfi: 83-98) dan lain sebagainya

3). Kisah yang berpautan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi dimasa Rosulullah SAW

a. Kisah tentang Ababil (Q.S. Al-Fiil: 1-5) 3). Faedah Kisah Dalam Al-Qur’an

a. Menjelaskan dasar-dasar dakwah agama Allah dan menerangkan pokok-pokok syariat yang di sampaikan para nabi

b. Memantapkan hati Rosulullah SAW. Dan umatnya dalam mengamalkan agama Allah (Islam) dan menguatkan kepercayaan para mukmin tentang akan datangnya pertolongan Allah dan kehancuran orang-orang sesat.

c. Mengabadikan usaha-usaha para Nabi dan peringatan bahwa para nabi yang terdahulu adalah benar.

(22)

e. Menyingkap kebohongan ahli kitab yang telah menyembunyikan isi kitab mereka yang murni dan mengoreksi pendapat mereka.

f. Menanamkan akhlakul karimah dan budi yang mulia

g. Menarik perhatian para pendengar yang di berikan pelajaran kepada mereka.24

24

(23)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kehadiran al-Qur’an telah memberi pengaruh yang luar biasa bagi lahirnya berbagai konsep yang diperlukan manusia dalam berbagai bidang kehidupan. Kaum muslimin sendiri dalam rangka memahaminya telah melahirkan beribu-ribu kitab yang berupaya menjelaskan makna pesannya.1

Didalam al-Qur’an banyak dikisahkan beberapa peristiwa yang pernah terjadi dalam sejarah. Dari al-Qur’an dapat diketahui beberapa kisah yang pernah di alami orang-orang jauh sebelum kita, sejak nabi Adam As, seperti kisah para nabi dan kaumnya, kisah orang-orang Yahudi dan Nasrani, Shobi’in, Majusi dan lain sebagainya. Karena al-Qur’an adalah kitab pendidikan, maka kisah itu juga mangandung nilai pendidikan 2

Dari berbagai macam kisah al-Qur’an, penulis hanya tertarik satu kisah, yaitu kisah tentang Nabi Adam a.s, karena dalam kisah tersebut Allah SWT sebagai Sang Khaliq langsung mendemonstrasikan metode dan tehnik pembelajaran serta proses transformasi ilmu pengetahuan kepada makhluknya yaitu Nabi Adam sebagai manusia pertama yang diciptakan-Nya. Dengan cara memaparkannya dengan berbagai literatur, khususnya kajian tafsir dan pendidikan, apakah di dalamnya terkandung nilai-nilai pendidikan.

Oleh karena itu dari latar belakang masalah diatas, penulis sangat berminat dan tertarik untuk mengambil judul: NILAI-NILAI PENDIDIKAN YANG TERKANDUNG DALAM KISAH ADAM AS (Kajian Tafsir Qur’an Surat Al-Baqoroh 2:30-39)

1

Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi sejarah al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2005), cet. 1, hal.2

2

M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat,

(24)

B. MASALAH PENELITIAN 1. Identifikasi Masalah

Di dalam al-Qur’an terdapat berbagai macam bidang ilmu pengetahuan, pembahasan yang erat kaitannya dengan pendidikan sangat luas, begitu pula kisah-kisah yang terdapat didalamnya begitu banyak dan beragam.

Kisah nabi Adam merupakan kisah yang sangat menarik dan mempunyai nilai yang amat berharga bagi perkembangan dan kemajuan pendidikan khususnya pendidikan Islam.

2. Pembatasan Masalah

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Allah SWT mengabadikan bermacam-macam kisah dan peristiwa yang terjadi dalam al-Qur’an sepanjang sejarah, diantaranya kisah tentang para Nabi dan kaumnya, kisah-kisah orang Yahudi dan Nasrani, dan lain sebagainya.

Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam surat al-Baqoroh/2:30-39 dengan sendirinya telah memberikan batasan bahwa nilai-nilai pendidikan yang dimaksud penulis adalah nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam kisah Adam as.

3. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari pembahasan ini yaitu:

c. Apa saja nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam kisah Adam a.s dalam surat al-Baqoroh/2:30-39.

d. Bagaimana menyesuaikan kisah Nabi Adam a.s. dengan aspek-aspek pendidikan Islam.

C. TUJUAN DAN MANFA’AT PENELITIAN 1. Tujuan Penelitian

d. Ingin memperoleh pemahaman yang jelas tentang kisah Nabi Adam a.s. e. Untuk menjadikan al-Qur’an sebagai dasar dalam pendidikan Islam

(25)

Maka untuk memperoleh tingkat objektifitas penelitian yang bersifat refresentatif, dipilih data-data dan keterangan serta pengkajian tentang ajaran yang terkandung dalam al-Qur’an melalui kisah Adam as. kontribusinya terhadap nilai-nilai pendidikan.

2. Manfa’at Penelitian

Mengenai manfaat penelitian ada beberapa hal yang penulis inginkan dari penyusunan skripsi ini, antara lain:

c. Diharapkan dapat berguna untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi penulis sebagai calon guru dan instruktur terjemah al-Qur’an sistem 40 jam (LPIQ) Nasional.

d. Diharapkan dapat memberikan kontribusi penulisan khususnya dalam dunia pendidikan Islam

D. Sistematika penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab setiap bab terdiri dari beberapa sub bab , secara rinci adalah sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan terdiri dari : Latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, langkah-langkah penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Kajian Teori: Bagian Pertama memuat Nilai-Nilai Pendidikan, Pengertian Nilai, Pengertian Pendidikan, Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam. Bagian Kedua memuat Pengertian Kisah Dalam Al-Qur’an, Macam-macam Kisah dalam al-qur’an, Manfaat kisah dalam al-Qur’an.

BAB III : Kajian Tafsir al-Qur’an Surat al-Baqoroh ayat 30-39 : Tafsir al- Misbah, Tafsir Maraghi, Tafsir Fi Zilalil Qur’an.

(26)
(27)

BAB II KAJIAN TEORI 1. Pengertian Nilai

Menurut bahasa nilai artinya harga hal-hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya.1

Secara filosofis nilai sangat terkait dengan masalah etika, etika juga sering disebut dengan filsafat nilai yang mengkaji nilai-nilai moral sebagai tolok ukur tindakan dan prilaku manusia dalam berbagai aspek kehidupannya. Sumber-sumber etika bisa merupakan hasil pemikiran, adat istiadat, atau tradisi, ideologi bahkan dari agama. Dalam konteks etika pendidikan Islam, maka sumber etika dan nilai-nilai yang paling shahih adalah al-Qur’an dan sunnah Nabi saw yang kemudian dikembangkan dengan hasil ijtihad para ulama. Nilai-nilai yang bersumber kepada adat istiadat atau tradisi dan ideologi sangat rentan dan situasional, sedangkan nilai-nilai Qur’ani, yaitu nilai-nilai yang bersumber kepada al-Qur’an adalah kuat, karena ajaran al-Qur’an bersifat muthlak dan universal.2

2. Pengertian Pendidikan

Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu kepada term al-tarbiyah, al-ta’dib, dan al-ta’lim. Dari ketiga istilah tersebut term yang populer digunakan dalam praktek pendidikan Islam ialah term al-tarbiyah. Sedangkan term al-ta’dib dan al-ta’lim jarang sekali digunakan padahal kedua istilah tersebut telah digunakan sejak awal pertumbuhan pendidikan Islam.3

Kendatipun demikian, dalam hal-hal tertentu, ketiga terma tersebut memiliki kesamaan makna. Namun secara esensial, setiap term memiliki perbedaan, baik secara tekstual maupun kontekstual. Untuk itu perlu dikemukakan uraian dan analisis terhadap ketiga term pendidikan Islam tersebut dengan beberapa argumentasi tersendiri dari beberapa pendapat para ahli pendidikan Islam.

a. Istilah Al-Tarbiyah

1

Departemen Pendidikan Nasional, Kmus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka 2002), Edisi ke-3, hal. 783.

2

Prof.Dr. Said Agil Husin Al-Munawwar, M.A., Aktualisasi Nilai-Nilai Qur’ani, Dalam Sistem Pendidikan Islam, (Ciputat, PT. Ciputat Press, 2005), hal.3

3

(28)

Penggunaan istilah al-tarbiyah berasal dari kata rabb. Walaupun kata ini memiki banyak arti, akan tetapi pengertian dasarnya menunjukan kata tumbuh, berkembang, memelihara, marawat, mengatur dan menjaga kelestarian atau eksistensinya.4

Penggunaan kata al-Tarbiyah untuk menunjuk makna pendidikan Islam dapat difahami dengan merujuk firman Allah:

ْ ْ او

ﺎ ﻬ

حﺎ

لﺬ ا

ﺔ ْ ﺮ ا

ْ و

بر

ﺎ ﻬْ ْرا

ﺎ آ

ﺎ ر

اﺮ

.

Dan rendahkanlah dirimu dengan mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. (Q.S. Al-Isra/17:24).

b. Istilah Al-Ta’lim

Allah SWT berfirman:

ﺎ آ

ﺎ ْ ْرأ

ْ ﻜ

ﺎ ﻮ ر

ْ ﻜْ

ﻮ ْ

ْ ﻜْ

ﺎ ﺎ اء

ْ ﻜ آﺰ و

ﻜ و

بﺎ ﻜْا

ﺔ ْﻜ ْاو

و

ْ ﻜ

ْ

اﻮ ﻮﻜ

نﻮ ْ

.

Sebagaimana (Kami Telah menyempurnakan nikmat kami kepadamu) kami Telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui (Al-Baqoroh : 151)

Kalimat wayu’allimu hum al-Kitaba wal al-hikmah dalam ayat tersebut menjelaskan tentang aktivitas Rosulullah mengajarkan tilawat al-Qur’an kepada kaum muslimin. Menurut Abdul Fatah Jalal, apa yang dilakukan Rosul bukan hanya sekedar umat Islam bisa membaca, melainkan membawa kaum muslimin kepada nilai pendidikan

tazkiyath an-nafs (pensucian diri) dari segala kotoran, sehingga memungkinkannya menerima al-hikmah serta mempelajari segala yang bermanfaat untuk diketahui. Oleh karena itu makna al-ta’lim tidak hanya terbatas pada pengetahuan lahiriah, akan tetapi mencakup pengetahuan teoritis, mengulang secara lisan, pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan, perintah untuk melaksanakan pengetahuan dan pedoman untuk berprilaku.

Kecendrungan Abdul Fattah jalal sebagaimana dikemukakan diatas, didasarkan argumentasi bahwa manusia pertama yang mendapat pengajaran langsung dari Allah

4

(29)

adalah Nabi Adam a.s. hal ini secara eksplisit disinyalir dalam Q.S. Al-Baqoroh 2:31. pada ayat tersebut dijelaskan , bahwa penggunaan kata ‘allama untuk memberikan pengajaran kepada Adam a.s. memiliki nilai lebih yang sama sekali tidak dimiliki oleh para malaikat.5

c. Istilah al-ta’dib

Menurut al-Attas, istilah yang paling tepat untuk menunjukan pendidikan Islam adalah al-ta’dib.6

Konsep ini didasarkan pada hadis Nabi:

اد

ْ

ر

ْ

ْﺎ

د

ْ

Artinya:

“Tuhanku telah mendidikku, maka Ia sempurnakan pendidikanku”. (H.R. al-‘Askary dari Ali r.a).

Kata addaba dalam hadis diatas dimaknai al-Attas sibagai “mendidik”. Selanjutnya ia mengemukakan, hadis tersebut bisa dimaknai kepada “Tuhanku telah membuatku mengenali dan mengakui dengan adab yang dilakukan secara berangsur-angsur ditanamkan-Nya kedalam diriku, tempat-tempat yang tepat bagi segala sesuatu didalam penciptaan, sehingga hal itu membimbingku kearah pengenalan dan pengakuan tempat-Nya yang tepat didalam tatanan wujud dan kepribadian, serta –sebagai akibat nya- ia telah membuat pendidikanku yang paling baik.”7

Berdasarkan hadits diatas, maka al-Ta’dib berarti pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kedalam diri manusia (peserta didik) tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu didalam tatanan penciptaan. Dengan pendekatan ini, pendidikan akan berfungsi sebagai pembimbing kearah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat dalam tatanan wujud dan kepribadiannya.8

Penggunaan istilah al-Tarbiyah terlalu luas untuk mengungkapkan hakikat dan operasionalisasi pendidikan Islam. Sebab kata al-Tarbiyah yang memiliki arti

5

Abdul Fattah Jalal, Azas-Azas Pendidikan Islam, terj. Hary Nur Ali, (Bandung: CV. Diponegoro, 1988), 29-30

6

Muhammad Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam, Terj. Haidar Bagir, (Bandung: Mizan, 1994), h. 60

7

al-Attas, Konsep Pendidikan, h.63 8

(30)

pengasuhan, pemeliharaan, dan kasih sayang tidak hanya digunakan untuk manusia, akan tetapi digunakan untuk melatih dan memelihara binatang atau makhluk Allah lainnya. Timbulnya istilah ini dalam dunia Islam merupakan terjemahan dari bahasa latin “educatio” atau dalam bahasa Inggris “education”. Kedua kata tersebut dalam batasan pendidikan Barat lebih banyak menekankan pada aspek fisik dan material. Sementara pendidikan Islam penekanannya tidak hanya aspek tersebut, akan tetapi pada aspek psikis dan immaterial. Dengan demikian, istilah al-Ta’dib merupakan terma yang paling tepat dalam khasanah bahasa Arab karena mengandung arti ilmu, kearifan, keadilan, kebijaksanaan, pengajaran dan pengasuhan yang baik sehingga makna al-Tarbiyah dan

al-Ta’lim sudah tercakup dalam terma al-Ta’dib.

Terlepas dari perdebatan makna dari ketiga term diatas, secara terminologi, para ahli pendidikan Islam telah mencoba memformulasi pengertian pendidikan Islam. Diantara batasan yang sangat variatif tersebut adalah:

4. al-Syaibaniy ; mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkahlaku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara pendidikan dan pengajaran sebagai suatu asasi dan profesi diantara sekian banyak profesi asasi dalam masyarakat.9

5. Ahmad D. Marimba; mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik secara jasmani dan rohani pesrta didik menuju terbentuknya kepribadiannya yang utama (insan kamil).10

6. Ahmad Tafsir: Mendefinisikan pendidikan Islam sebagai bimbingan yang diberikan kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.11

5. Menurut Zakiyah Darajat pendidikan Islam adalah Pembentukan kepribadian muslim.12

9

Omar Muhammad al-Thoumy al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam… h.399. 10

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: al-Ma’arif, 1989),h. 19 11

Ahmad Tafsir , Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 1992), h. 32

12

(31)

6. Mortimer, J. Adler memberikan pengertian pendidikan sebagai berikut: “Pendidikan adalah proses yang mana semua kemampuan manusia (bakat kemampuan yang diperolehnya) yang dapat dipengeruhi oleh pembiasaan disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui sarana yang secara artistik dibuat dan dipakai oleh siapapun untuk membantu oreng lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan yaitu kebiasaan yang baik”.

7. Kemudian Herman H. Horne berpendapat, pendidikan harus dipandang sebagai suatu proses penyesuaian diri manusia secara timbal balik dengan alam sekitar dengan sesama manusia dengan tabiat tertinggi dari kosmos. ”.13

Dari terminologi-terminologi diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah suatu sistem yang memungkinkan seseorang (peserta didik) dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam. Melalui pendekatan ini, ia akan dapat dengan mudah membentuk kehidupan dirinya sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam yang diyakininya.

3. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam

Sebagai aktivitas yang bergerak dalam proses pembinaan kepribadian muslim, maka pendidikan Islam memerlukan asas atau dasar yang dijadikan landasan kerja. Dengan dasar ini akan memberikan arah yang bagi pelaksanaan pendidikan yang telah diprogramkan. Dalam konteks ini dasar yang menjadi acuan pendidikan Islam hendaknya merupakan sumber nilai kebenaran dan kekuatan yang dapat menghantarkan peserta didik kearah pncapaian pendidikan . oleh karena itu, dasar yang terpenting dari pendidika Islam adalah al-Qur’an dan Sunnah Rosulullah (hadis).

Menetapkan al-Qur’an dan al-Hadis sebagai pendidikan Islam bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan pada keimanan semata. Namun justru karena kebenaran yang terdapat dalam kedua dasar yang dapat diterima oleh nalar manusia dan dapat dibuktikan dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan. Sebagai

13

(32)

pedoman, al-Qur’an tidak ada keraguan padanya (Q S. Al-Baqoroh/2:2). Ia tetap terpelihara kesucian dan kebenarannya (Q.S. Ar-Ra’d/15:9), baik dalam pembinaan aspek spriritual maupun aspek budaya dan pendidikan. Demikian pula dengan kebenaran hadis sebagai dasar kedua bagi pendidikan Islam. Secara umum, hadis difahami sebagai segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, serta ketetapannya. Kepribadian Rasul sebagai uswat al-Hasanah yaitu contoh tauladan yang baik (Q.S. Al-Ahzab/33:21). Oleh karena itu, prilakunya senantiasa senantiasa terpelihara dan di kontrol oleh Allah SWT (Q.S. An Najm/ 53:3-4).14

Secara lebih luas dasar pendidikan Islam menurut Sa’id Ismail Ali – sebagaimana dikuti Langgulung – terdiri atas 6 macam, yaitu ; al-Qur’an, Sunnah, qaul al-Shahabat, masalih al-mursalah, ‘urf, dan pemikiran hasil ijtihad intelektual muslim.15

Seluruh rangkaian dasar tersebut secara hierarki menjadi acuan pelaksanaan sistem pendidikan Islam.

Dalam merumuskan tujuan pendidikan Islam, paling tidak ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu;

5. Tujuan dan tugas manusia dimuka bumi, baik secara vertikal maupun horizontal. 6. Sifat-sifat dasar manusia

7. Tuntunan masyarakat dan dinamika peradaban kemanusiaan.

8. Dimensi-dimensi kehidupan ideal Islam. Dalam aspek ini setidaknya ada 3 macam dimensi ideal Islam, yaitu:

d) mengandung nilai yang berupaya meningkatkan kesejahteraan hidup manusia dimuka bumi.

e) mengandung nilai yang mendorong manusia berusaha keras untuk meraih kehidupan yang baik.

f) mengandung nilai yang dapat memadukan antara kepentingan kehidupan dunia dan akhirat (fi al-dunya hasanah wa fi al-akhirat al-hasanah).16

Al-Syaibani dalam bukunya, mengemukakan bahwa tujuan tertinggi pendidikan Islam ialah mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat.17

14

Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, h.47 15

Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan; Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan,

(Jakarta: Pustaka al-Husna, 1989),h. 35 16

(33)

Sementara tujuan akhir yang akan dicapai adalah mengembangkan fitrah peserta didik, baik ruh, fisik, kemauan, dan akalnya secara dinamis, sehingga terbentuk pribadi yang utuh dan mendukung bagi pelaksanaan fungsinya sebagai khalifah fi al-ardh.189

Tujuan ini memiliki makna, bahwa upaya pendidikan Islam adalah pembinaan pribadi muslim sejati yang mengabdi dan merealisasikan “kehendak” Tuhan yang sesuai dengan syariat Islam, serta mengisi tugas kehidupannya didunia dan menjadikan kehidupan akhirat sebagai tujuan utama pendidikannya.

Secara praktis Muhammad Athiyah al-Abrasyi, menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam terdiri atas 5 sasaran, yaitu:

6. membentuk akhlaq mulia

7. mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat

8. persiapan untuk mencari rizki dan memelihara segi kemanfaatannya 9. menumbuhkan semangat ilmiah dikalangan peserta didik

10.mempersiapkan tenaga profesional yang terampil.19

4. Kisah

1). Pengertian Kisah dalam Al-Qur’an

Al-Qur’an telah banyak menceritakan kisah orang-orang dahulu dari para nabi dan selain nabi, diantaranya mengenai kisah orang-orang mukmin dan kisah orang-orang kafir.

Al-Qur’an telah membicarakan kisah-kisah yang disebutkannya. Ia menjelaskan hikmah dari penyebutannya, manfaat apa yang dapat kita ambil darinya, episode-episode yang memuat pelajaran hidup, konsep memahaminya, dan bagaimana cara berinteraksi dengannya.

Manusia dituntut untuk merenungi pembicaraan al-Qur’an tentang kisah-kisahnya supaya renungannya menjadi pengantar bagi pembicaraan tentang kisah

17

Omar Muhammad al-Thoumy al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam… h. 410 18

Hasan langgulung, Manusia dan Pendidikan…, h.67 19

(34)

orang-orang dahulu dalam al-Qur’an dan sebagai pengantar bagi interaksi dengan kisah-kisah itu.20

Menurut bahasa kisah artinya cerita, berita atau keadaan. Sedangkan menurut istilah ialah kisah-kisah dalam al-Qur’an tentang para Nabi dan Rasul, serta peristiwa yang terjadi pada masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang.21

Imam ar-Raghib al-Ishfahani mengatakan dalam kitab mufrodat-nya ( al-Mufrodat fi Gharib al-Qur’an-penj.) tentang kata ini (qashas), “Al-Qashasu berarti mengikuti jejak’. Dikatakan ‘Qashasu atsarohu’ saya mengikuti jejaknya’.’

Al-Qashas berarti ‘jejak’ (atsar). Allah ta’ala berfirman,

اﺪ ْرﺎ

ﺎ هرﺎ اء

.

‘…Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula’. (al-Kahfi: 64)

ْ ﺎ و

ْ ﺄ

ْتﺮ

ْ

ْ هو

نوﺮ ْ

‘Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan, ‘Ikutilah dia’… ’(al-Qashas: 11)

Al-Qashas ialah cerita-cerita yang dituturkan (kisah). Allah Ta’ala berfirman,

نإ

اﺬه

ﻮﻬ

ْا

ْا

‘Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar…’(Ali Imran: 62)

ءﺎ

و

ْ

ْا

لﺎ

ْ

تْﻮ

مْﻮ ْا

ﺎ ا

‘….Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syuaib) dan menceritakan kepadanya cerita (tentang dirinya), Syuaib berkata, ‘Janganlah kamu takut…’ (al-Qashas: 25)

ْ

ﻚْ

ْ أ

اْ

‘Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik…’ (Yusuf: 3)

Adapun qishas adalah menuntut balas atas darah (pencedaraan fisik atau pembunuhan) dengan balasan serupa.”22

Kisah al-Qur’an tentang orang-orang dahulu adalah suatu kisah yang benar dan periwayatannya mengenai peristiwa-peristiwa itu adalah jujur dan betul. Ini karena Allah

20

Shalah al-Khalidi, Kisah-Kisah al-Qur’an, Pelajaran Dari Orang-Orang Dahulu, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), Jilid I, Cet. 1 h.21.

21

Ahmad Syadaly, Ahmad Rafi’I,Ulumul Qur’an II, (Bandung: CV. Pustaka Setia), hal. 27 22

(35)

lah yang menceritakan kisah itu dan Allah benar-benar menyaksikan peristiwa-peristiwa itu, dan ia telah menakdirkannya; peristiwa itu terjadi menurut pengetahuan, kehendak, dan takdir-Nya. Maka dari itu ucapan Allah tentang kisah itu tidak mungkin mengalami kebatilan (kesalahan) dan keraguan, dan siapakah yang lebih benar ceritanya daripada Allah? Dan, siapakah (pula) yang lebih benar perkataan daripada Allah? Tidak ada seorang pun!.23

2). Macam-Macam Kisah Dalam Al-Qur’an

Di dalam al-Qur’an banyak dikisahkan beberapa peristiwa yang pernah terjadi dalam sejarah. Dari al-Qur’an dapat diketahui beberapa kisah yang dialami orang-orang jauh sebelum kita sejak Nabi Adam; seperti kisah para nabi dan kaumnya. Kisah orang-orang Yahudi, Nasrani, Sabi’in, Majusi, dan lain sebagainya.

Kisah-kisah al-Qur’an dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu: B. Dari Segi Waktu

Di tinjau dari segi waktu kisah-kisah dalam al-Qur’an ada tiga, yaitu: 1) Kisah hal ghaib yang terjadi pada masa lalu.

Contohnya:

d. Kisah tentang dialog malaikat dengan Tuhannya mengenai penciptaan khalifah bumi sebagaimana di jelaskan dalam (Q.S. Al-Baqoroh: 30-34) e. Kisah tentang penciptaan alam semesta sebagaimana terdapat dalam (Q.S.

Al-Furqon: 59, Qaf: 38)

f. Kisah rentang penciptaaan Nabi Adam dan kehidupannya ketika di surga sebagaimana terdapat dalam (Q.S. Al-A’raf:11-25)

2) Kisah hal ghaib yang terjadi pada masa kini , contohnya:

c. Kisah tentang turunnya malaikat-malaikat pada malam Lailatul Qadar seperti di ungkapkan dalam (Q.S. Al-Qadar 1-5))

d. Kisah tentang kehidupan makhluk makhluk ghaib seperti setan, jin atau iblis seperti diungkapkan dalam (Q.S. Al-A’raf: 13-14)

3) Kisah ghaib yang terjadi pada masa yang akan datang , contohnya:

d. Kisah tentang akan datangnya hari kiamat seperti di jelaskan dalam al-Qur’an surat al-Qari’ah, surat al-Zalzalah, dan lainnya

23

(36)

e. Kisah tentang Abu Lahab kelak di akhirat seperti yang diungkapkan dalam al-Qur’an surat al-Lahab

f. Kisah tentang kehidupan orang-orang di surga dan kehidupan orang-orang yang hidup di dalam neraka seperti di ungkapkan dalam Qur’an surat al-Ghasyiah dan lainnya.

B. Dari Segi Materi

Di tinjau dari segi materi, kisah-kisah dalam al-Qur’an ada tiga, yaitu 2)Kisah-kisah para Nabi, seperti:

a. Kisah Nabi Adam (Q.S. Al-Baqoroh: 30-39, Al-A’raf : 11) dan lainnya e. Kisah Nabi Nuh (Q.S. Hud: 25-49)

f. Kisah Nabi Hud (Q.S. Al-A’raf: 65, 72, 50, 58)

g. Kisah Nabi Muhammad (Q.S. At-Takwir: 22-24, Al-Furqon : 4, Abasa: 1-10, At-Taubah 43-57, dan lainnya)

2).Kisah peristiwa yang terjadi pada masa lampau yang tidak di pastikan kenabiannya.

c. Kisah tentang Lukman (Q.S. Luqman: 12-13)

d. Kisah tentang Dzul Qarnain (Q.s. Al-Kahfi: 83-98) dan lain sebagainya

3). Kisah yang berpautan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi dimasa Rosulullah SAW

a. Kisah tentang Ababil (Q.S. Al-Fiil: 1-5) 3). Faedah Kisah Dalam Al-Qur’an

a. Menjelaskan dasar-dasar dakwah agama Allah dan menerangkan pokok-pokok syariat yang di sampaikan para nabi

b. Memantapkan hati Rosulullah SAW. Dan umatnya dalam mengamalkan agama Allah (Islam) dan menguatkan kepercayaan para mukmin tentang akan datangnya pertolongan Allah dan kehancuran orang-orang sesat.

c. Mengabadikan usaha-usaha para Nabi dan peringatan bahwa para nabi yang terdahulu adalah benar.

(37)

e. Menyingkap kebohongan ahli kitab yang telah menyembunyikan isi kitab mereka yang murni dan mengoreksi pendapat mereka.

f. Menanamkan akhlakul karimah dan budi yang mulia

g. Menarik perhatian para pendengar yang di berikan pelajaran kepada mereka.24

24

(38)

BAB III

TAFSIR Al-QUR’AN SURAT AL-BAQOROH 2:30-39

I.

Ayat dan Terjemah

ْ

ْ

ﺎﻬ

ْ أ

اﻮ ﺎ

ضْرﺄْا

إ

ﺔﻜ ﺎ ْ

ﻚ ر

لﺎ

ْذإو

ْ أ

إ

لﺎ

سﺪ و

كﺪْ

ْ و

ءﺎ ﺪ ا

ﻚ ْ و

ﺎﻬ

نﻮ ْ

)

30

(

ﻮ ْأ

لﺎ

ﺔﻜ ﺎ ْا

ْ ﻬ ﺮ

ﺎﻬ آ

ءﺎ ْ ﺄْا

مداء

و

آ

ْنإ

ءﺎ ﺆه

ءﺎ ْ ﺄ

دﺎ

ْ ْ

)

31

(

ﻚ إ

ﺎ ْ

ﺎ إ

ْ

ﻚ ﺎ ْ

اﻮ ﺎ

ﻜ ْا

ْا

ْأ

)

32

(

ْ أ

لﺎ

ْ ﻬ ﺎ ْ ﺄ

ْ هﺄ ْأ

ْ ﻬ ﺎ ْ ﺄ

ْ ﻬْ ْأ

مد ﺎ

لﺎ

ْ

ْ أ

إ

ْ ﻜ

ْ أ

نﻮ ْﻜ

ْ ْآ

ﺎ و

نوﺪْ

ْ أو

ضْرﺄْاو

تاﻮ ا

)

33

(

نﺎآو

ﺮ ْﻜ ْ او

ﻰ أ

ْإ

ﺎ إ

اوﺪ

مد

اوﺪ ْ ا

ﺔﻜ ﺎ ْ

ﺎ ْ

ْذإو

ﺮ ﺎﻜْا

).

34

(

ﻚ ْوزو

ْأ

ْ ﻜْ ا

مد ﺎ

ﺎ ْ و

ْ

اﺪ ر

ﺎﻬْ

ﺎ آو

ﺔ ْا

ﺎ ا

ﺎ ﻮﻜ

ةﺮ ا

ﺬه

ﺎ ﺮْ

ﺎ و

ﺎ ْ

).

35

(

ﺎﻬْ

نﺎ ْ ا

ﺎ ﻬ زﺄ

ْ ﻜ و

ﱞوﺪ

ْ

ْ ﻜ ْ

اﻮ ْها

ﺎ ْ و

ﺎ ﺎآ

ﺎ ﻬ ﺮْ ﺄ

ضْرﺄْا

ﻰ إ

عﺎ و

ﱞﺮ ْ

).

36

(

ﻮه

إ

ْ

بﺎ

تﺎ آ

ر

ْ

مداء

ﺮ ا

باﻮ ا

).

37

(

ْ

ىﺪه

ْ ﻜ ْﺄ

ﺎ ﺈ

ﺎﻬْ

اﻮ ْها

ﺎ ْ

فْﻮ

ياﺪه

نﻮ ﺰْ

ْ ه

ﺎ و

ْ ﻬْ

).

38

(

ﻚ وأ

ﺎ ﺎ

اﻮ ﺬآو

اوﺮ آ

ﺬ او

نوﺪ ﺎ

ﺎﻬ

ْ ه

رﺎ ا

بﺎ ْ أ

.

)

39

(

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui"(QS. 2:30)

Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman:"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika memang kamu orang yang benar!", (QS. 2:31)

Mereka menjawab:"Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. 2:32)

Allah berfirman:"Hai Adam, beritahukan kepada mereka nama-nama benda ini". Maka setelah diberitahukannya nama-nama benda itu,

Allah berfirman:"Bukankah sudah Kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan", (QS. 2:33)

(39)

Dan Kami berfirman:"Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim. (QS. 2:35)

Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman:"Turunlah kamu! Sebahagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan". (QS. 2:36)

Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Rabb-nya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. 2:37)

Kami berfirman: "Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati".(QS. 2:38)

Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.(QA. 2:39).”1

III. Tafsir Ayat 1.Ayat 30

Penyampaian keputusan Allah kepada para malaikat tentang rencana-Nya menciptakan manusia dibumi. Penyampaian kepada mereka penting, karena malaikat akan dibebani sekian tugas menyangkut manusia, ada yang bertugas mencatat amal-amal manusia, ada yang bertugas memeliharanya, ada yang membimbingnya, dan sebagainya.2

Kedudukan yang tinggi dalam tatanan alam wujud diatas bumi yang luas ini. Dan, ini yang dikehendaki untuknya oleh Sang Pencipta Yang Maha Mulia.

Semua ini adalah pengarahan dari ungkapan kalimat yang luhur dan mulia , ”Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi” ketika

1

Tim Departemen Agama, Al-Qur’an Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2005), Cet.10, h. 6 2

(40)

kita merenungkannya dengan perasaan sadar, mata hati yang terbuka, dan melihat apa yang terjadi dimuka bumi melalui tangan makhluk yang menjadi khalifah dalam kerajaan yang luas ini.3

Utarakanlah kepada kaummu Muhammad titah Tuhanmu kepada para malaikat, “Sungguh aku akan jadikan Adam sebagai pengganti dari jenis yang lain yang dulu pernah ada dibumi kemudian binasa setelah berbuat kerusakan diatas bumi dan menumpahkan darah, dan Adam ini akan menempati tempatnya itu.”

Sejumlah ahli tafsir berpendapat bahwa yang dimaksud “khalifah” dalam ayat ini, yaitu tugas mewakili Allah dalam melaksanakan perintah-perintah-Nya dikalangan manusia.4

Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) dimuka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah.

Apakah Engkau akan menjadikan makhluk yang suka membunuh jiwa yang terlarang, kecuali karena alasan yang benar, sebagai khalifah dibumi? Padahal kami ini adalah makhluk-Mu yang bersih dari kesalahan.?5

Perkataan malaikat ini memberi kesan bahwa mereka mempunyai bukti-bukti keadaan atau berdasarkan pengalaman masa lalunya dibumi, atau dengan ilham pandangan batinnya, yang menyingkap sedikit tentang tabi’at makhluk ini atau tentang tuntunan hidupnya dimuka bumi,, dan yang menjadikan mereka mengetahui atau memprediksi bahwa makhluk (manusia) ini kelak akan membuat kerusakan dimuka bumi dan menumpahkan darah.6

Malaikat menduga bahwa dunia hanya dibangun dengan tasbih dan tahmid, karena itu malaikat melanjutkan pertanyaan mereka, Sedang kami mensucikan, yakni menjauhkan Dzat, Sifat, dan perbuatan-Mu dari yang segala yang tidak wajar bagi-Mu,

sambil memuji-Mu atas segala yang Engkau anugerahkan kepada kami, termasuk mengilhami kami mensucikan dan memuji-Mu.7

2. Ayat 31

3

Sayyid Quthb, Di Bawah Naungan al-Qur’an, Terj. Dari Tafsir Fi Zilalil Qur’an, oleh As’ad Yasin, Abdul Aziz Salim Basyharahil (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), Cet. 1, h. 95

4

Syekh Mustafa al-Maraghi, Terjemah tafsir al-Maraghi, (Bandung: CV. Rosda, 1987), cet. 2,h. 73

5

al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi… h.74 6

Syahid Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zilalil Qur’an … h. 95 7

(41)

Manusia dianugerahi Allah potensi untuk mengetahui nama atau fungsi dan karakteristik benda-benda, misalnya fungsi api, fungsi angin, dan sebagainya. Dia juga diberi potensi untuk berbahasa. Sistem pengajaran bahasa kepada manusia (anak kecil) bukan dimulai dengan mengajarkan kata kerja, tetapi mengajarnya terlebih dahulu nama-nama. Ini papa, ini mama, itu pena, itu mata dan sebagainya. 8

Rahasia kekuasaan itu diisyaratkan pada nama-nama benda, serta pada penamaan orang-orang dan benda-benda yang berupa lafal-lafal yang terucapkan hingga

menjadikannya isyarat-isyarat bagi orang-orang dan benda-benda yang dapat di indera. Kekuasaan yang memiliki nilai yang tertinggi dalam kehidupan manusia dimuka bumi.9

Kemampuan manusia merumuskan idea dan memberi nama bagi setiap sesuatu merupakan langkah bagi terciptanya manusia berpengetahuan dan lahirnya ilmu pengetahuan.10

Allah mengajarkan kepada Adam jenis-jenis ciptaa-Nya mengilhamkan

kepadanya pengetahuan tentang dzat, karakteristik , sifat dan nama-nama ciptaan-Nya itu.

Hikmah “mengajarkan” kepada Adam “dan memperlihatkan benda-benda kepada malaikat” adalah untuk memuliakan dan memilih Adam, agar para malaikat itu tidak sombong kepadanya karena ilmu dan pengetahuannya, dan untuk menampakkan rahasia-rahasia dan ilmu-ilmu yang tersimpan dalam alam keghaiban ilmu-Nya melalui lisan hamba yang dikehendakinya.11

3. Ayat 32

8

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah… h. 145-146 9

Syahid Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zilalil Qur’an … h.68 10

Shihab, Tafsir al-Misbah… h. 147 11

(42)

Para malaikat pun mengakui akan kelemahan dan ketidak tahuannya dalam menjawab pertanyaan dan mengakui kesucian Allah SWT dalam segala macam kekurangan dan ketidak adilan. Ia menjawab, “apa yang Engkau tanyakan itu tidak pernah Engkau ajarkan kepada kami, bukan karena engkau tidak tahu, tetapi ada hikmah dibalik itu.12

Kita mengetahui nilainya ketika kita menggambarkan kesulitan yang besar, yang tidak dapat kita mengerti seandainya menusia tidak diberi Kekuasaan (kemampuan) terhadap isyarat nama-nama benda itu.13

Hal ini merupakan pengakuan Malaikat tentang kelemahannya menghadapi soal yang dibebankan kepada mereka yang menunjukan bahwa pertanyaan yang mereka ajukan kepada Allah itu minta penjelasan, bukan membantah, dan juga pernyataan pujian kepada Allah dengan patuh dan sopan atas ilmu yang telah ia limpahkan kepada mereka. Ayat ini juga mengisyaratkan bahwa sepatutnya manusia tidak mengabaikan kekurangannya, karunia dan kebaikan Allah kepadanya.14

4. Ayat 33

Pengetahuan Adam tentang nama-nama itu jelas , tidak perlu di uji lagi, dan dia patut mengajarkannya kepada yang lain, sehingga dia memiliki bakat pengajar yang berguna, sedangkan malaikat menjadi murid yang memperoleh faedah dari ilmunya. Dan supaya Adam tidak merasa takut karena mengajar orang yang sudah pandai berbeda dengan mengajar yang lain.15

12

Shihab, Tafsir al-Misbah… h. 146 13

Quthb, Tafsir fi Zilalil Qur’an… h. 68 14

Al-Maraghi, Tafsir al Maraghi... h. 78 15

(43)

Adam diperintahkan untuk “memberitakan”, yakni menyampaikan kepada malaikat, bukan “mengajar” mereka. Pengajaran mengharuskan adanya upaya dari yang mengajar agar bahan pengajarannya dimengerti oleh yang diajarnya, sehingga kalau perlu pengajar mengulang-ulangi pengajaran hingga benar-benar dimengerti.ini berbeda dengan penyampaian atau berita. Penyampaian tidak mengharuskan pengulangan, tidak juga yang diberitakan harus mengerti .16

Malaikat tidak memerlukan kekhususan ini, karena tidak ada urgensinya dengan tugas-tugas mereka. Oleh karena itu, mereka tidak diberi yang demikian ini, maka ketika Allah mengajarkan rahasia ini kepada Adam dan mengemukakannya kepada para

malaikat apa yang telah dikemukakannya kepada Adam, mereka tidak mengetahui nama-nama itu. Mereka tidak mengetahui bagaimana menempatkan rumus-rumus (isyarat-isyarat) lafal bagi sesuatu dan seseorang. Mereka menyatakan kelemahannya itu, dan mengetahui keterbatasan pengetahuannya. Padahal semua itu sudah diketahui dan dikenal oleh Adam. Kemudian didoronglah mereka untukmengetahui hikmah Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana.17

Walaupun malaikat merupakan makhluk-makhluk suci yang tidak mengenal dosa, tetapi mereka tidak wajar menjadi khalifah, Karena yang bertugas menyangkut sesuatu haruslah memiliki pengetahuan tentang aspek-aspek yang berkaitan dengan tugasnya. Khalifah yang bertugas dibumiharuslah mengenal apa yang dibumi, paling sedikit nama-namanya atau bahkan potensi yang dimilikinya. Ini tidak diketahui oleh malaikat, tetapi Adam As. mengetahuinya. Karena itu dengan jawaban para Malaikat

16

Shihab , Tafsir al-Misbah… h. 149 17

(44)

sebelum ini dan penyampaian Adam kepada mereka terbuktilah kewajaran makhluk yang diciptakan Allah. Itu menjadi khalifah

Referensi

Dokumen terkait

Hasil akhir dari pengolahan data akan menemukan jawaban atas permasalahan yang dihadapi, yaitu menentukan kriteria mana yang paling berpengaruh dalam pemilihan

Kekuatan tarik material komposit yang dihitung dengan persamaan 1 untuk beberapa harga V f yang diamati disajikan pada Gambar 4.. Hal ini sesuai dengan

Rata-rata biaya makan yang terbuang akibat sisa makanan lunak dibandingkan biaya makan yang disajikan adalah Rp 4.988,2/hari (19,5%). Disarankan agar dilakukan evaluasi dan

Think Pair Share dalam pembelajaran tematik terintegrasi pada tema benda-benda di lingkungan sekitar dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Poncomulyo (2)

Iklan Politik Partai Perindo terbilang efektif untuk mengenalkan partainnya kepada masyarakat dan perhatian masyarakat untuk tertarik melihat iklan perindo adalah dari

Hasil penelitian mengenai pola sensitivitas bakteri terhadap antibiotik pada pasien RSK polip dan non polip didapatkan bahwa sebagian besar jenis bakteri yang

Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 3 Kemiriombo Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung. Pada siswa kelas IV sebanyak 11 siswa pada mata pelajaran IPA