HUBUNGAN ANTARA MOTIF RASIONAL DAN
MOTIF EMOSIONAL DENGAN KEPUTUSAN
MEMBELI PULSA HANDPHONE
PADA MAHASISWA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psiko/ogi
Oleh:
AYU KARLINA
103070029084
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Persyaratan Me.nperoleh Gel<1r l<esarjariaan Psikologi
Pernbirnbing I
Oleh:
AYU KARUNA
NIM: 103070029084
Di bawah Bimbingan,
dイウ⦅L⦅セッヲゥ。ョャAy⦅@ Zakaria, M.P§i. T NIP.
Pernbimbing II
Yunita Faela Nisa,..l\11.Si
NIP. 150 368 748
IFAKUL TAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS !SLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAf<ARTA
Skripsi yang berjudul HUBUNGAN ANTARA MOTIF RASIONAL DAN MOTIF EMOSIONAL DENGAN KEPUTUSAN MEMBELI PULSA HANDPHONE PADA MAHASISWA telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 22januari 2008. skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk mempero!eh ge!ar
sarjana Psikologi.
Jakarta, 22 Januari 2008
Sidang Munaqasyah
"embimbing I
>rs. Sofiandy Zakaria, M.Psi. T UP.
,bdul Rahman Sha eh M. Si llP. 150 293 224
Sekretaris Merangkap Anggota
NIP. 150 238 773
Pem imbing II
Yunita Faela Nisa, M.Si NIP. 150 368 748
Penguji II
maka Allah akan mencukupkannya
(Al-Hadits)
Rahasia kebahagiaan dunia dan akhirat
adalah ketika seseorang mampu mengendalikan
kegundahan hatiku .
..
Serta
keceriaan dan tawa canda yang kalian berikan
adalah kenangan terindah bagiku My Brother's and
Sister's ....
Budi
&
Susi, Wahyuni
&
Emi, Febrianto yang tak
(C) Ayu Karlina
(B) Desember 2007
(D) Hubungan Antara Motif Rasional dan Motif Emosional Dengan Keputusan Membeli Pulsa Handphone Pada Mahasiswa (E) xix + 110 halaman
(F) Motif merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang untuk membeli suatu produk. Alasan seseorang dalam membeli dapat dipengaruhi oleh berbagai motif, di antaranya adalah motif rasional dan motif emosional. Pulsa bukanlah barang baru bagi masyarakat dunia saat ini, khususnya bagi para pengguna telepon selular. Komunikasi saat ini sudah menjadi kebutuhan yang semakin vital bagi masyarakat dalam setiap kegiatan sehari-hari. Untuk mendapatkan kenyamanan dalam berkomunikasi tentunya bukan satu hal yang mudah karena mereka harus membayar terlebih dahulu.
Dengan semakin meningkatnya berbagai kebutuhan seseorang, sudah sepatutnya pertimbangan rasional dan emosional menjadi pertimbangan apakah mereka akan membeli atau tidak, dan sejauh mana produk tersebut akan memberikan kepuasan bagi mereka.
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan adanya hubungan yang signifikan antara motif rasional dan motif emosional dengan keputusan membeli pulsa handphone pada mahasiswa Fakultas Psikologi.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian korelasional. Penelitian dilaksanakan di Fakultas Psikologi, dengan jumlah populasi sebanyak 480 orang, jumlah sampel yang di ambil sebanyak 133 mahasiswa, 50 orang sebagai try out, dan sebanyak 83 orang responden untuk penelitian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non probability sampling dengan metode accidental sampling. lnstrumen pengumpul data yang digunakan adalah skala liker!. Teknik pengolahan dan analisa data dilakukan dengan analisis statistik dengan menggunakan program SPSS 14.0. Data yang diperoleh dari penelitian ini diolah dengan menggunakan analisis statistik Multiple Regression.
Dari hasil regresi berganda, diperoleh hasil Rotserved (0.448) untuk skala motif rasional dan Rotserved (0,479) untuk skala motif emosional, yang berada diatas > Rtate1 (N = 83; a= 0.213) artinya terdapat hubungan yang signifikan antara motif rasional dengan keputusan membeli pulsa handphone pada mahasiswa, terdapat hubungan yang signifikan antara motif emosional dengan keputusan membeli pulsa handphone pada mahasiswa, dan juga terdapat hubungan yang signifikan antara motif rasional dan motif emosional dengan keputusan membeli pulsa
hand phone pada mahasiswa. Selain itu diperoleh koefisien determinasi sebesar 0,336, yang dapat dijelaskan bahwa motif rasional dan motif emosional dapat menerangkan variabel keputusan membeli sebesar 33,6%.
(C) Ayu Karlina
(D) Relationship Between Rational Motive and Emotional Motive with Buying Decision Pulse of Telephone Cellular at Student.
(E) xix + 110 page
(F) Motive is one factor that influence someone to buy products. In buy some products, people can influence with any motive, such as is rational motive and emotional motive. Pulse is not a new commodity for people in the world today, especially for telephone cellular user. Communication is a vital need for every people, in daily activity everyone certain to use communication. To get pleasure in communication surely is not easy because they must pay before.
With increasingly every people's needs, rational motive and emotional motive consider whether will buy product or not, and how the product give satisfaction to the consumer.
The aim of this research is to find the significant relationship between rational motive and emotional motive with buying decision pulse of telephone cellular at student in psychology faculty.
Approach that using in this research is quantitative approach with
correlated research method. The research was did in psychology faculty with 480 population; 133 sample, 50 try out, and 83 respondent to the research. Withdrawal sample technique using non probability sampling with accidental sampling method. Data collecting instrument using likert scale. Processing technique and data analysis using statistic analysis with SPSS 14.0 program, data from this research processed using multiple regression statistic analysis.
Assalamu'alaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya setiap saat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul "Hubungan Antara Motif Rasional dan Motif Emosional Dengan
Keputusan Membeli Pulsa Handphone Pada Mahasiswa". Shalawat serta
salam semoga tetap terlimpah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah menjadi suri tauladan terbaik bagi umat manusia, kepada keluarganya, para sahabatnya dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. lbu. Ora. Hj Netty Hartati, M. Si, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah yang telah banyak memberikan pengarahan dan
perhatiannya selama menjalani proses perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Sofiandy Zakaria, M.Psi.T, Pembimbing I, lbu Yunita Faela Nisa, M.Psi, Pembimbing II yang selalu dapat meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Para Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan memberikan ilmu kepada kami.
4. Seluruh mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu atas bantuan serta kesediaannya mengisi angket tryout dan angket penelitian yang cukup banyak
jumlahnya di sela-sela kesibukan melaksanakan rutinitas perkuliahannya. 5. Kedua orang tua penulis, Abak dan Amak tercinta yang tak kenal lelah
7. Teman-teman Psikologi angkatan 2003, khususnya teman-teman kelas C, yang selalu memberikan kebersamaan, tawa canda yang selalu berbekas dihatiku dan akan selalu kurindukan.
8. Teruntuk sahabat-sahabat terbaik: Hana , Yeti, Ila chubby, Fira, Lenong, Alq, Ira, Farah, Sekar, lez, Yut, Mimi, Dini, lja, Rita, Vina, Eka dan kemex yang selalu berbagi dalam suka dan duka, yang setia mendengarkan keluh-kesah penulis, dan yang selalu siap membantu ketika penulis mengalami kesulitan. Teman-teman llalang (Enung, Ade, Ina, Tika, lntan, Indra, Badru) kapan kita bisa teruskan perjuangan yang sudah lama tertunda, dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu-persatu terima kasih alas Do'a dan semangat yang diberikan kepada penulis. Kak Uuk makasih buat dukungannya, Ila yang selalu menemani uni, Boy dan uda Romi yang sudah banyak memberikan canda tawa.
Penulis berharap skripsi ini bisa memberikan manfaat bagi diri penulis dan para pembaca.
Jakarta, Desember 2007
HALAMAN PERSETUJUAN ... ... ... ii
HALAMAN PENGESAHAN . . .. . . .. . .. . . .. . . .. . .. . . . .. . . . .. .. . . .. .. . .. . . .. . . iii
MOTTO... iv
LEM BAR PERSEMBAHAN . . . .. . . .. . . .. . . .. . . .. .. . . .. . . . .. .. . . .. .. . . .. . ... . v
ABSTRAKSI . . . .. . . .. . .. . .. . . ... . .. . . .. . .. . .. . .. . . . .. . . .. . . .. . .. . .. . . . vi
KAT A PEN GANT AR . . . .. .. . .. . . .. . . .. . . .. . . .. . . ... . x
DAFT AR ISi . . . .. . . .. . . .. . .. . .. . . .. . . . .. . . .. xii
DAFT AR T ABEL . . . ... . .. . .. . . .. . .. . . .. . . .. .. . . .. . . .. . ... . . xvii
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFT AR LAMPI RAN . . . .. . . .. . .. . .. . . .. . . .. . . .. .. . . .. . . xix
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah . . . . .. . .. . . .. . . 1
1.2. ldentifikasi Masalah ... ... 8
1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah Penelitian ... 8
1.3.1 Pembatasan Masalah ... 8
1.3.2 Perumusan Masalah ... ... 9
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 1 O 1.4.1 Tujuan Penelitian ... 10
1.4.2 Manfaat Penelitian ... 10
2.1.2. Faktor yang Mempengaruhi ... 15
2.1.3. Tahap - tahap Keputusan Membeli... 20
2.2. Motif ... 32
2.2.1. Pengertian Motif... 32
2.2.2. Macam-macam Motif ... 35
2.3. Motif Rasional ... ... 39
2.3.1. Pengertian Motif Rasional ... 39
2.3.2. Faktor-faktor Motif Rasional... 41
2.4. Motif Emosional... 43
2.4.1. Pengertian Motif Emosional... 43
2.4.2. Faktor-faktor Motif Emosional... 44
2.5. Kerangka Berpikir ... 46
2.6. Hipotesis ... ... ... 49
BAB 3 : METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jen is Penelitian ... ... ... 50
3.1.1. Pendekatan Penelitian ... ... 50
3.3.1. Populasi ... ... ... 53
3.3.2. Sampel dan Teknik Pengambilan sampel ... 54
3.4. Metode dan lnstrumen Pengumpulan data ... ... 57
3.4.1 Metode Pengumpulan Data ... 57
3.4.2. lnstrumen Pengumpulan Data ... ... ... 57
3.5. Uji lnstrumen ... 62
3.5.1 Uji Validitas ... ... 62
3.5.2. Uji Relibilitas ... 63
3.6 Hasil Uji Coba lnstrumen Penelitian ... 64
3.7. Uji Persyaratan ... 69
3. 7.1 Uji Normalitas ... ... 69
3.7.2. Uji Homogenitas ... 69
3.8. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis ... 70
3.9. Prosedur Penelitian ... 72
BAB 4: PRESENTASI DAN ANALISJS DATA 4.1. Gambaran Umum Sampel ... 74
4.1.1. Berdasarkan Jenis Kelamin ... 74
4.1.2. Berdasarkan Pengeluaran Perbulan ... ... 75
4.1.3. Berdasarkan Pemakaian Pulsa Perbulan ... 77
4.2.1.2 Uji Homogenitas .... ... ... 84 4.3. Hasil Utama Penelitian ... 86 4.3.1. Uji Hipotesis ... ... 86 4.3.2. Analisis Regresi Aspek-Aspek Motif Rasional dengan
Keputusan Membeli .. . . .. . .. . . .. . . . .. . . .. . . .. . 87 4.3.3. Analisis Regresi Aspek-Aspek Motif Emosional dengan
Keputusan Membeli... 91 4.3.4. Analisis Regresi Motif Rasional dan Motif Emosional
dengan Keputusan Membeli... .. . . .. . 95 4.4. Hasil Tambahan ... 98
4.4.1. Uji Seda motif rasional berdasarkan jenis kelamin responden . .. . . .. . .. . .. . .. . . . .. . . .. . . .. . . .. . .. . .. . . .. 98 4.4.2. Uji Seda motif emosional berdasarkan jenis kelamin
respond en . .. . . .. . . .. . . .. . . .. . . . 100 4.4.3. Uji Seda keputusan membeli berdasarkan jenis kelamin
responden ... ... ... 101
BAB 5 : KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA ... 108
Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6
Blue Print Motif Skala Motif Emosional ... .. Blue Print Skala Keputusan Membeli ... .. Kategori Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ... . Kategori Sampel Berdasarkan uang pengeluaran perbulan ... .. Kategori Sampel Berdasarkan Pemakaian Pulsa Perbulan ... .. Kategori Sampel Berdasarkan Jenis Sim Card ... .. U ji Hom ogen it as ... . Uji Korelasi ... ..
61
62
74
75
77
78
85
86
Tabel 4. 7 Korelasi antar Aspek-aspek Motif Rasional dengan Keputusan Membeli Pulsa Handphone.. ... ... .. . .. . .. ... ... .. . ... ... ... . .. . ... . ... . .. . .... . .. . ... ... . .. . .. ... ... 88 Tabel 4.8 Korelasi antar Aspek-aspek Motif Emosional dengan Keputusan
Membeli Pulsa Handphone .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. 92 Tabel 4.9 Korelasi antara Motif Rasional dan Motif Emosional dengan Keputusan
Membeli . .. . . ... . . . .. ... ... .. . .. . . . ... ... .. . .. . ... .. . . .. . ... .... . .. . . .. . ... . .. . ... ... . .. .. ... 95 Tabel 4.1
o
Uji Bed a motif rasional berdasarkan jenis kelamin responden 99 Tabel 4.11 Uji Beda motif emosional berdasarkan jenis kelamin responden Tabel 4.12 Uji Beda keputusan membeli berdasarkan jenis kelamin [image:17.595.37.456.89.523.2]Membeli Pu Isa Handphone... ... ... .. . ... ... . .. . ... . .. . . .. . . ... . ... . ... ... . .. ... ... .. . 48
Garn bar 3 Q-Q Plot Uji Normalitas Motif Rasional . . .. . ... . ... . .. . . ... . .. . . .. . ... .. . ... .. ... 82
Garn bar 4 Q-Q Plot Uji Normalitas Motif Emosional.. .. . ... .. . . .. . ... .. . .. . .. . .. . .. ... 83
[image:18.595.39.457.97.495.2]Lampiran 2 Data mentah sampel hasil pengukuran skala motif emosional. Lampiran 3 : Data mentah sampel hasil pengukuran skala keputusan
membeli. Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Data mentah penelitian sampel hasil pengukuran skala motif rasional.
Data mentah penelitian sampel hasil pengukuran skala motif emosional.
Data mentah penelitian sampel hasil pengukuran skala keputusan membeli.
Lampiran 7 : Uji validitas dan reliabilitas skala motif rasional Lampiran 8 : Uji validitas dan reliabilitas skala motif emosional Lampiran 9 : Uji validitas dan reliabilitas skala keputusan membeli.
Lampiran 10 : Uji normalitas skala motif rasional, motif emosional dan skala keputusan membeli.
Lampiran 11 Regresi aspek-aspek motif rasional dengan keputusan membeli
Lampiran 12 Regresi aspek-aspek motif rasional dengan keputusan membeli
1.1
Latar Belakang Masalah
Kemajuan teknologi di bidang telekomunikasi saat ini telah menciptakan berbagai alat untuk mempermudah masyarakat kita dalam melakukan
komunikasi antara satu dengan lainnya. Telepon selular atau handphone (hp) adalah salah satu bukti kemajuan ala! telekomunikasi yang sedang
berkembang saat ini. Handphone yang merupakan sebuah perangkat telekomunikasi elektronik yang dapat dibawa kemana-mana mempunyai kemampuan yang sama dengan telepon fix line, bentuk fisik hp yang praktis serta tidak memerlukan kabel sebagai penghubung dengan jaringan telepon. Hal tersebut telah menjadikan handphone sebagai ala! komunikasi yang sedang trend saat ini dikarenakan fungsinya yang dapat memudahkan orang untuk melakukan komunikasi atau mendapatkan informasi yang diinginkan.
menjadi salah satu pendukung utama kelancaran komunikasi dan bisnis. Untuk selanjutnya peran handphone dipastikan kian vital dan akan menjamah sebagian besar penduduk bumi ini.
Seiring dengan berkembangnya industri ponsel di Indonesia menyebabkan setiap tahun jumlah pemilik handphone terus bertambah dan sekarang sudah mencapai puluhan juta orang. Dari gambaran fenomena di atas, bukan hal yang aneh jika permintaan voucher pulsa hand phone atau voucher elektrik juga semakin membengkak dari tahun ke tahun. Peningkatannya bisa mencapai sekitar 30% berdasarkan nilai transaksi. (Eni, 2007)
Hal di atas memberikan gambaran gaya hidup (Lifestyle) masyarakat saat ini yang juga menjadi faktor penting bagaimana seseorang memutuskan untuk membeli pulsa. Keterikatan seseorang dengan kebutuhan komunikasi menjadikan mereka untuk terus membeli pulsa sehingga apa yang mereka inginkan dapat terwujud dengan baik. Berbagai fasilitas seperti NSP (nada sambung pribadi) yang saat ini juga banyak digunakan para pengguna handphone untuk memberikan kepuasan bagi mereka yang ingin menelpon, dengan NSP tersebut mereka dapat mendengarkan lagu favorit yang
Melihat kecenderungan individu akan keperluan alat komunikasi bergerak (dalam hal ini telepon seluler), maka secara otomatis kebutuhan akan pulsa atau vouchersebagai kredit dalam berkomunikasi lewat telepon seluler tersebut menjadi penting bahkan sudah hampir menjadi kebutuhan pokok. Hal ini merupakan peluang bagi para provider di Indonesia seperti Telkomsel, lndosat, Satelindo dan Bakrie Telecom untuk memasarkan produk mereka baik yang berteknologi GSM (Global System for Mobile communication) maupun CDMA (Code Division Multiple Acces). Berbagai macam strategi dilakukan untuk mendapatkan customerdengan memberikan berbagai promosi seperti tarif hemat, bonus pulsa, bonus sms, jam bebas bicara, undian berhadiah dan sebagainya, yang pada akhirnya costumer akan semakin dimanjakan.
Melihat data di atas dapat dijelaskan bahwa kebutuhan akan pulsa saat ini semakin meningkat seiring dengan semakin maraknya penjualan handphone. Terlebih lagi para pengusaha semakin meningkatkan berbagai macam
tawaran fasilitas layanan yang secara tidak langsung mendorong para pengguna handphone semakin banyak lagi untuk menghabiskan pulsa. Fenomena lain yang dapat dicermati adalah semakin banyaknya gerai atau outlet-outlet penjualan pulsa, tidak hanya di counter resmi namun di setiap jalan ada saja penjual voucher atau pulsa bahkan yang lebih menjadi fenomena lagi adalah bisnis penjualan pulsa sudah menjadi bisnis sampingan bagi masyarakat tidak hanya bagi para penjual biasa namun karyawan bahkan mahasiswa sendiri ikut menggeluti bisnis ini.
Pada dasarnya seseorang membeli suatu barang karena ingin memuaskan kebutuhan dan keinginannya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang dalam membeli suatu produk atau barang. Selain jenis barang, faktor ekonomi, dan faktor psikologi juga menentukan keputusan seseorang dalam membeli barang. Salah satu faktor psikologi yang mempengaruhi seseorang dalam memutuskan untuk membeli adalah motif, selain sikap dan kepribadian orang tersebut. Motif merupakan hal yang penting untuk
suatu barang, demikian juga halnya dengan membeli pulsa yang semakin marak dalam perkembangan telekomunikasi saat ini.
Secara rasional pengguna handphone sangat membutuhkan pulsa untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam berkomunikasi. Komunikasi di sini dapat dijelaskan bahwa komunikasi yang benar-benar menjadi kepentingan sebagai fasilitas mempermudah kegiatan mereka sehari-hari sehingga pemakaian pulsa sesuai dengan tingkat kebutuhan dengan kata lain tidak boros.
Ajzen dan Fishbein (dalam Engel, Blacwell dan Miniard, 1996) menyatakan bahwa "pada umumnya ... manusia biasanya sangat rasional dan
memanfaatkan secara sistematis informasi yang tersedia untuk mereka ... orang mempertimbangkan implikasi dari tindakan mereka sebelum
memutuskan untuk melibatkan diri atau tidak me/ibatkan diri di dalam perilaku tertentu."
akan membutuhkan pulsa yang tidak sedikit, secara sadar ataupun tidak mereka telah menghabiskan banyak pulsa dalam satu harinya.
Dari berbagai fasilitas yang menunjang kebutuhan, seseorang melihat serta mengevaluasi apakah mereka benar-benar butuh dengan pulsa sehingga pada akhirnya memutuskan untuk membeli. Fenomena yang terlihat adalah banyak kebutuhan primer lain yang harus dipenuhi seorang mahasiswa dalam kegiatan sehari-hari baik pembelian buku, foto copy, ataupun dalam pengerjaan tugas namun mereka tetap saja terkadang merasa harus membeli pulsa dibanding kebutuhan lain yang lebih mendasar.
Hasil wawancara yang penulis lakukan dengan beberapa responden menyebutkan bahwa saat ini pulsa sudah menjadi salah satu kebutuhan pokok yang harus di penuhi. Lebih jelasnya dikemukakan seorang
sekali untuk membeli buku bahkan dalam jangka waktu tiga bulan atau lebih, dan yang tidak dapat dipahami adalah pada saat membeli pulsa begitu mudahnya uang untuk dikeluarkan, namun untuk membeli sebuah buku saja pertimbangannya cukup berat, bermanfaatkah untuk saat ini atau buku dapat dibeli nanti-nanti saja.
Dari uraian latar belakang masalah di atas dan berbagai fenomena-fenomena yang ada dalam ruang lingkup mahasiswa saat ini, maka penulis
menganggap perlu untuk meneliti lebih lanjut tentang "Hubungan antara Motif Rasional dan Motif Emosional dengan Keputusan Membeli Pulsa
Handphone pada Mahasiswa".
1.2
ldentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di alas, maka beberapa masalah dapat diidentifikasi seperti berikut :
1. Bagaimana intensitas seseorang dalam membeli pulsa? 2. Apakah pulsa sudah menjadi kebutuhan primer sehingga
menyebabkan seseorang sering membeli pulsa?
4. Apakah ada pengaruh motif rasional terhadap keputusan membeli pulsa pada mahasiswa?
5. Apakah ada pengaruh motif emosional terhadap keputusan membeli pulsa pada mahasiswa?
6. Apakah ada hubungan antara motif rasional dan motif emosional dengan keputusan membeli pulsa pada mahasiswa?
1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.3.1 Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi dengan meneliti apakah ada hubungan antara motif rasional dan motif emosional dengan keputusan membeli pulsa handphone pada mahasiswa. Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang berkaitan dengan judul penelitian diberi batasan sebagai berikut :
a. Keputusan Membeli
b. Motif Rasional
Motif Rasional adalah motif pembelian yang berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang masuk akal dan logis yang mengarahkan konsumen pada pemilihan suatu produk, disamping itu juga dapat memberikan kegunaan yang baik dan bermanfaat.
c. Motif Emosional
Motif emosional adalah suatu motif yang mendorong seseorang untuk memiliki suatu produk tanpa pertimbangan-pertimbangan dan alasan-alasan rasional.
1.3.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah ada hubungan yang signifikan antara motif rasional dengan keputusan membeli pulsa handphone pada mahasiswa?
2. Apakah ada hubungan yang signifikan antara motif emosional dengan keputusan membeli pulsa handphone pada mahasiswa?
3. Apakah ada hubungan yang signifikan antara motif rasional dan motif emosional dengan keputusan membeli pulsa handphone pada
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang :
1. Hubungan antara motif rasional dengan keputusan membeli pulsa handphone pada mahasiswa.
2. Hubungan antara motif emosional dengan keputusan membeli pulsa handphone pada mahasiswa.
3. Hubungan antara motif rasional dan motif emosional dengan keputusan membeli pulsa handphone pada mahasiswa.
1.4.2 Manfaat penelitian
a. Manfaat Praktis
Memberikan masukan bagi masyarakat mengenai manfaat dan kegunaan dari handphone, serta bagaimana masyarakat dapat menggunakan pulsa sesuai dengan kebutuhan mereka.
b. Manfaat Teoritis
• Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu psikologi konsumen, psikologi industri maupun psikologi sosial.
1.5
Sistematika Penulisan Skripsi
Dalam penyusunan skripsi ini, akan digunakan kaidah APA style, yaitu kaidah penelitian berdasarkan aturan yang dikeluarkan oleh APA (American
Psychological Association). Adapun sistematika penulisan dari penelitian ini terdiri dari lima bab, meliputi :
Bab 1:
Bab 2:
Bab 3:
Bab 4:
Pendahuluan
Pada bab ini dibahas tentang latar belakang, identifikasi masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. Kajian Pustaka
Pada bab ini dibahas mengenai teori-teori motif rasional, motif emosional, keputusan membeli, hubungan antara motif rasional dan motif emosional dengan keputusan membeli dan hipotesis penelitian.
Metodologi Penelitian
Pada bab ini dibahas mengenai pendekatan dan metode penelitian, definisi variable dan operasional variable, subyek penelitian, pengumpulan data, dan teknik analisis data. Presentasi dan Analisis Data
Presentasi dan analisa data terdiri dari gambaran umum
Bab 5:
rasional, skala motif emosional dan skala keputusan membeli serta hasil uji reliabilitas motif rasional dan motif emosional. Uji persyaratan yang terdiri dari uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis serta hasil utama penelitian.
2.1
Keputusan Membeli
2.1.1 Pengertian Keputusan Membeli
Pengambilan keputusan merupakan sebuah proses kognitif yang
mempersatukan memori, pemikiran, pemrosesan informasi serta penilaian secara evaluatif. Pengambilan keputusan adalah suatu proses
pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu diantaranya. Engel, Blackwell dan Miniard (dalam Budiyanto 1995) mendefinisikan pengambilan keputusan membeli sebagai suatu sikap yang merupakan hasil atau
kelanjutan dari proses yang dilakukan individu ketika dihadapkan pada situasi alternatif tertentu untuk berperilaku dalam memenuhi kebutuhannya.
Dalam setiap pembelian seseorang biasanya dihadapkan pada beberapa pilihan produk dengan berbagai macam tawaran dan fasilitas yang ada, ketika dihadapkan pada kondisi seperti ini akan terasa sulit untuk
Kanuk (dalam Marina Katherin 2004) menyatakan bahwa proses
pengambilan keputusan konsumen adalah ketika individu berada pada pilihan antara membeli atau tidak membeli, memilih antara merek X atau merek Y, atau memilih membelanjakan barang A atau barang B, maka individu tersebut dapat dikatakan dalam keadaan proses mengambil keputusan.
Ketika seseorang telah melakukan pembelian dan merasa puas akan produk yang mereka gunakan, maka akan terjadi proses pembelian ulang pada produk tersebut. Situasi seperti ini terkadang membawa konsumen pada situasi atau tahap loyalitas terhadap suatu merek. Namun sebaliknya jika seseorang merasa belum puas terhadap satu produk yang mereka gunakan, maka konsumen tersebut akan mencoba produk lain yang sesuai dengan keinginan mereka.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keputusan membeli adalah salah satu proses dimana seseorang dihadapkan pada banyak pilihan yang dipengaruhi oleh pengetahuan dalam mengevaluasi beberapa pilihan produk, sehingga seseorang dapat menentukan pilihan mereka, sehingga mereka dapat menentukan apakah akan membeli atau tidak membeli produk tersebut.
2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Membeli
Ketika konsumen akan memutuskan untuk membeli suatu barang, ada banyak faktor yang mempengaruhi konsumen untuk membeli. Pengaruh faktor tersebut dapat berlangsung sebelum konsumen menuju ke lokasi tempat pembelian atau bahkan dapat berubah pada saat konsumen berhadapan langsung dengan barang yang diinginkan.
Menurut Stanton (dalam Anwar, 2002), "keputusan membeli dipengaruhi oleh faktor-faktor kekuatan sosial budaya yang terdiri dari faktor budaya, tingkat sosial, kelompok anutan dan keluarga". Sedangkan "kekuatan psikologis terdiri dari pengalaman belajar, kepribadian, sikap dan keyakinan serta motivasi" (Kotler, dalam Jaka Wasana 1994). Pada kenyataannya keputusan membeli tidak hanya disebabkan oleh keinginan individu itu sendiri, namun juga didukung oleh orang-orang yang berada di sekitarnya. Selain itu,
Kotler (dalam Jaka Wasana 1994) membagi lima peran lingkungan dalam keputusan untuk membeli :
a. Pemrakarsa (Initiator)
Orang yang pertama-tama memberikan pendapat atau pikiran untuk membeli produk atau jasa tertentu.
b. Pemberi pengaruh (Influence)
Seseorang yang pandangan atau nasehatnya memberikan pengaruh yang penting dalam pengambilan keputusan akhir.
c. Pengambil Keputusan (Decider)
Orang yang sangat menentukan sebagian atau keseluruhan keputusan pembelian : apakah membeli, apa yang akan dibeli, kapan hendak dibeli, dengan cara apa atau dimana akan membeli.
d. Pembeli (Buyer)
Orang yang melakukan pembelian nyata. e. Pemakai (User)
Orang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa yang dibeli.
Lebih lanjut Nugroho.J Setiadi (2003) menyatakan bahwa proses
pengambilan keputusan dibagi dalam beberapa tahap. Tahap pertama, faktor tersebut mempengaruhi proses bagaimana konsumen melakukan
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan untuk membeli adalah sebagai berikut:
a. Kebutuhan dan motif
Adalah pengaruh dasar dalam proses pengenalan masalah dikenali sebagai cara pemenuhan kebutuhan pada tahap dasar.
b. Kepribadian dan emosi
Kepribadian sudah biasa digunakan untuk menunjukkan dasar atau bentuk umum pola perilaku dari individu. Perilaku konsumen telah menjadi tujuan dari sebagian besar penelitian kepribadian dalam memprediksi perilaku. Beberapa peneliti yang mengamati hubungan antara kepribadian dan perilaku konsumen telah menemukan bahwa hanya sebagian kecil varian dalam mebuat pilihan produk dapat dijelaskan dengan kepribadian. c. Gaya hidup
Didefinisikan sebagai bentuk dan cara manusia hidup, pengguna waktu dan uang. Hal tersebut merupakan fungsi motivasi konsumen, pembelajaran, kelompok atau strata sosial. Faktor-faktor demografi dan banyak lagi faktor atau variabel lain. Psycho grapics adalah teknik pokok yang biasa digunakan para peneliti konsumen sebagai suatu alat untuk mengukur gaya hidup. d. Perbedaan individu dan proses informasi
individu mentransformasikan stimulus sebagai informasi, yaitu informasi yang menghubungkan individu dengan sekelompok pemasar atau penjualan. e. Pemberian dan penerimaan
Ketika sebuah rangsangan yang disampaikan secara cukup jelas dan sederhana, berhasil menangkap perhatian konsumen, dan bahwa sebenarnya individu mengerti pesan secara akurat, apakah suatu iklan sebagai sebuah rangsangan dapat menjadi kesuksesan. Jawaban sering tergantung pada apa yang terjadi selama pemberian, di tahap pemrosesan informasi. Tahap ini dihadapkan sampai sejauh mana individu diyakinkan oleh sebuah informasi.
f. Retention
Tingkat akhir dari pemrosesan informasi adalah retention, yang meliputi transfer informasi kepada long term memory. Masalahnya bagaimana otak bekerja dengan lebih spesifik lagi. Pandangan yang paling sering digunakan adalah memory mempunyai tiga system penyimpanan yang berbeda yaitu: indera memory, short term memory dan long term memory.
g. Memory
lnformasi dalam long term memory dapat diingatkan beberapa hari, bertahun-tahun atau bahkan seumur hidup.
h. Pengaruh tingkat makro
Bagian ini dimulai dengan skala yang lebih luas, kelompok pengaruh makro (budaya) dan melangkah ke kelompok pengaruh yang lebih kecil (reference group dan keluarga). Sifat pengaruh yang dipakai oleh kelompok mengubah dari pedoman umum hingga ke harapan ekspisit perilaku tertentu.
i. Budaya
Perbedaan budaya terus mengganggu konsep pasar global. Penerapan pada pemberian merek secara global tidak harus perbedaan budaya ataupun sub budaya. Pemberian merek global dikatakan sebagai jawaban yang masuk akal dalam menghadapi pasar internasional dengan konsumen yang menginginkan produk-produk yang bermacam-macam dan berkualitas. j. Strata sosial dan sub budaya
Budaya dalam masyarakat industri memiliki sub budaya. Yang penting bukan ukuran absolut dari tiap-tiap sub budaya, tetapi kenyataan bahwa sub budaya memiliki perbedaan kebutuhan atau perilaku sub budaya yang berbeda dari penduduk secara umum maka kegiatan pemasaran menjadi tergantung dengan kebutuhan tersebut.
k. Reference group
lainnya. Kedua, tingkat hubungan masing-masing anggota, yang disebut interaksi. Kelompok yang banyak diminati cenderung dapat memberikan pengaruh yang kuat pada pola perilaku anggotanya.
I. Rumah tangga
Dalam banyak hal keputusan pembelian oleh rumah tangga, konsumen utama adalah bukan sebagai pembuat keputusan dan juga bukan sebagai pembeli.
Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa pada saat memutuskan untuk membeli seseorang banyak melalui proses-proses serta pengaruh-pangaruh, baik itu secara sadar ataupun tidak sadar saat melalui proses tersebut, sehingga seseorang dapat menentukan sikap dan pilihan mereka.
2.1.3 Tahap-tahap dalam Keputusan Membeli
Menu rut Kotler ( dalam Jaka Wasana 1994) "Konsumen mengambil banyak keputusan pembelian setiap hari, untuk melakukan setiap pembelian yang mereka buat. Dalam pembelian yang lebih rutin, konsumen melompati atau membalik sebagian dari tahap-tahap ini", yaitu :
Gambar 2.1
Pengenalan Kebutuhan
Pencarian
Informasi
Evaluasi Alternatif
Keputusan Pembelian
Perilaku Pasca Pembelian
a. Pengenalan Kebutuhan
Dalam tahap ini, konsumen merasakan adanya masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan suatu perbedaan antara keadaannya yang aktual (situasi konsumen sekarang) dan keadaan yang diinginkan (situasi yang konsumen inginkan). Ketika ketidaksesuaian ini melebihi tingkat tertentu, kebutuhan pun akan dikenali. Sebaliknya, apabila ketidaksesuaian itu berada di bawah tingkat tertentu, maka pengenalan kebutuhan pun tidak akan terjadi. Suatu kebutuhan harus lebih dahulu diaktifkan sebelum dapat dikenali.
b. Pencarian lnformasi
Konsumen dapat memperoleh informasi dari banyak sumber dan informasi tersebut dapat ditemukan melalui :
1. Sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga, kenalan) 2. Sumber komersial (periklanan, kemasan, pameran)
3. Sumber public (media massa, organisasi penilai konsumen) 4. Sumber eksperimental (pengujian, penggunaan produk)
Setiap jenis sumber ini dapat mempunyai suatu fungsi yang berbeda dalam mempengaruhi keputusan pembelian.
c. Evaluasi Alternatif
Pada tahap ini, konsumen memproses informasi untuk sampai pada pilihan produk. Konsumen akan mencari manfaat tertentu untuk memenuhi
kebutuhan yang dapat diperolehnya dengan membeli produk atau jasa. Penilaian terhadap alternatif-alternatif pilihan dilakukan terhadap atribut tertentu yang pada tiap individu bisa berbeda kemampuannya untuk memberikan manfaat tersebut dan memenuhi kebutuhan serta
memuaskannya. Atribut-atribut ini dapat berupa harga, nama produk, asal negara, garansi, keandalan produk, daya tahan dan pelayanan.
d. Keputusan Pembelian
Konsumen biasanya akan membeli produk yang paling disukainya, tetapi ada faktor-faktor yang bisa muncul antara niat pembelian dan keputusan
yang diharapkan dari produk tersebut. Hal ini mempengaruhi konsumen dalam menentukan kapan membeli, di mana dan bagaimana cara membayarnya. Bila konsumen sudah mampu bertindak, maka faktor
situasional yang tidak diinginkan dapat mengganggunya untuk merubah niat membeli itu.
Oleh karena itu, niat membeli bukanlah sepenuhnya sebagai sesuatu yang diyakini atas pilihan pembelian. Keputusan konsumen untuk memodifikasi, menunda atau menghindari keputusan pembelian sangat dipengaruhi oleh persepsi mengenai resiko. Besarnya resiko bervariasi, dengan jumlah uang yang ada, jumlah ketidakpastian pembelian dalam jumlah keyakinan diri konsumen. Konsumen melakukan pengurangan resiko secara rutin, seperti penghindaran keputusan, pengumpulan informasi lebih banyak serta
pencarian produk atau jasa yang lebih banyak. e. Perilaku purna pembelian
Oleh karena itu, dapat disimpulkan pengertian dari keputusan membeli sebagai suatu proses yang terdiri dari lima tahapan, tahapan tersebut adalah pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan hasil pembelian yang dilakukan individu dalam upaya memenuhi kebutuhan atau keinginannya atas suatu produk dengan melakukan pemilihan dari alternatif yang tersedia, dan proses ini berlaku untuk pembelian baru maupun pembelian ulang atau lanjutan.
Engel, Bleckwell dan Miniard (dalam Budiyanto 1995) membagi tiga model proses pengambilan keputusan konsumen, yaitu sebagai berikut :
a. Pemecahan Masalah Diperluas (PMD)
1. Pengenalan kebutuhan
Perilaku proses keputusan selalu dimulai dengan pengenalan kebutuhan, yaitu persepsi atas perbedaan antara keadaan yang diinginkan dan situasi aktual yang memadai untuk menggugah dan mengaktifkan proses keputusan.
ketidaksesuaian diantara keduanya cukup besar. Terdapat tiga determinan pengenalan kebutuhan, yaitu: informasi yang disimpan dalam ingatan, perbedaan individual, dan pengaruh lingkungan.
Pemecahan masalah diperluas pada umumnya diprakarsai oleh aktifitas motif yang secara sentral berhubungan dengan konsep diri, begitu pula pengaruh sosial normatif dapat menjadi relevan dalam situasi pembelian dimana respon individu lain mengasumsikan kepentingan.
2. Pencarian informasi
Segera sesudah pengenalan kebutuhan terjadi, konsumen kemudian terlibat dalam pencarian akan pemuas kebutuhan yang potensial. Pencarian
merupakan tahap kedua dari proses pengambilan keputusan, yang
didefenisikan sebagai aktivasi termotivasi dari pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan atau pemerolehan informasi dari lingkungan. Pencarian yang bersifat internal tidak lebih dari peneropongan ingatan untuk melihat
sepanjang tiga dimensi utama, yaitu : kadar, arah, dan urutan. Kadar menggambarkan jumlah total pencaian, kadar pencarian dicerminkan oleh banyaknya merek, toko, atribut, dan sumber informasi yang dipertimbangkan selama pencarian dan juga waktu yang digunakan untuk melakukannya. Arah menggambarkan isi spesifik dari pencarian, penekanannya adalah pada merek dan toko tertentu yang terlibat selama pencarian dan bukan sekedar jumlahnya. Urutan menggambarkan urutan dimana aktifitas pencarian terjadi.
3. Evaluasi Alternatif
Evaluasi alternaif dapat didefenisikan sebagai proses dimana suatu alternatif pilihan di evaluasi dan pilihan untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
Kompleksitas evaluasi alternatif akan bervariasi secara dramatis bergantung pada proses khusus yang diikuti konsumen dalam mengambil keputusan.
Rantai efek yang paling lazim dari informasi yang di proses pada evaluasi alternatif dimulai dengan pembentukan dan perubahan dalam kepercayaan mengenai produk atau merek atributnya, diikuti dengan peralihan dalam bentuk sikap terhadap tindakan pembelian.
Evaluasi alternatif memanfaatkan kriteria alternatif, yaitu suatu standar dan spesifikasi yang digunakan oleh konsumen untuk membandingkan produk dan merek yang berbeda. Evaluasi alternatif dibentuk dan dipengaruhi oleh perbedaan individual dan pengaruh lingkungan. Evaluasi alternatif yang ketat merupakan karakteristik pembeda antara pemecahan masalah diperluas dan pemecahan masalah terbatas. Prosedur yang lazim adalah memproses informasi merek satu demi satu, menimbang masing-masing berdasarkan atribut yang paling penting. lni dilakukan dengan mengikuti strategi
kompensasi dimana kelemahan yang dirasakan pada satu atribut dapat dikompensasikan atau dapat diimbangi oleh kekuatan pada atribut yang lain. 4. Pembelian dan hasilnya
mengambil tiga keputusan, yaitu: kapan membeli, dimana membeli, dan bagimana membayar. Proses perilaku konsumen tidak berhenti begitu pembelian dilakukan. Acapkali ada banyak evaluasi pasca pembelian, khususnya jika keterlibatan tinggi mencetuskan pemecahan masalah diperluas. Kadang konsumen memiliki keraguan apakah telah membuat pilihan yang benar, keraguan ditunjukkan sebagai ketidakpuasan, dan jawaban yang berlawanan adalah kepuasan, dimana keduanya tergantung pada tingkat sejauh mana harapan telah dipenuhi.
b. Pemecahan Masalah Terbatas (PMT)
Dalam kondisi dengan keterlibatan rendah, kebanyakan pembeli kurang termotivasi untuk mencari secara ekstensif dan terlibat dalam evaluasi alternatif yang ketat. Pada pemecahan masalah terbatas (PMT) prosedur yang dilakukan sama dengan pemecahan masalah diperluas, hanya saja konsumen melakukannya tidak sebaik saat mengambil keputusan dengan pemecahan masalah diperluas. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Pengenalan kebutuhan
Pengenalan kebutuhan pada pemecahan masalah terbatas seringkali bersifat langsung, artinya kebutuhan dikenali saat kebutuhan tersebut datang, seperti kehabisan obat atau kekurangan bahan makanan. Kondisi kehabisan
2. Pencarian lnformasi
Pencarian informasi yang dimotivasi sebelum berbelanja, jika memang dijalankan kerap dibatasi pada strategi seperti melihat sekilas iklan untuk mengetahui harga.
3. Evaluasi Alternatif
Evaluasi alternatif terbatas barangkali sedikit lebih dari penentraman bahwa setiap alternatif yang bersaing memenuhi syarat dalam hal manfaat yang diharapkan. Engel menyebutkan sesuatu alternatif non-kompensasi, yaitu dalam suatu pilihan akan dihapuskan jika tidak mencukupi. Hal ini akan dilakukan konsumen di tempat penjualan.
4. Pembelian dan Hasil
Pembelian biasanya dilakukan dengan kesengajaan minimum dan pengambilan keputusan yang lebih jauh. Percobaan berfungsi sebagai metode utama dalam evaluasi alternatif. Jika memenuhi atau melebihi harapan maka hasil tersebut akan membuat konsumen membeli ulang. Sedangkan ketidakpuasan akan menghasilkan penggantian merek, namun pembelian dengan risiko rendah tidak menjadikan ketidakpuasan sebagai hasil yang penting sekali.
produk yang ada yang disesuaikan dengan masalah yang dihadapi dan tujuan yang sudah ditetapkan melalui proses pengenalan kebutuhan yang bersifat Jangsung, pencarian informasi yang dibatasi, evaluasi alternatif dilakukan Jebih sedikit karena setiap alternatif yang bersaing memenuhi syarat dalam hal manfaat yang diharapkan, melakukan pembelian dengan kesengajaan minimum dan ketidakpuasan bukan merupakan hal yang penting.
c. Pengambilan Keputusan Kebiasaan
Salah satu cara dimana konsumen mengatasi tuntutan alas waktu dan energi adalah dengan cara menentukan proses pembelian. Perilaku pengulangan dengan cepat dapat menjadi kebiasaan yang dicirikan dengan tidak adanya pencarian informasi eksternal dan evaluasi alternatif.
1. Loyalitas pada merek versus inersia
Adalah membantu untuk membedakan antara jenis-jenis utama pembelian berdasarkan kebiasaan. Menurut Engel, Bleckwell dan Miniard (dalam Budiyanto 1995), dua individu yang membeli barang dengan merek yang sama akan berbeda ketika menginterpretasikan kedua barang tersebut.
2. lmplikasi dari loyalitas yang kuat
mendukung untuk menolak perubahan. Loyalitas harus diusahakan dan dipelihara melalui komitmen yang berkesinambungan demi kepuasan pelanggan.
3. Mengatasi kebiasaan membeli berdasarkan inersia
Kebiasaan membeli berdasar inersia menjanjikan lebih sedikit penghalang kompetitif yang potensial, karena pergantian merek dapat dirangsang dengan relatif mudah jenis kebiasaan ini dipertahankan tanpa komitmen yang kuat sehingga rentan terhadap perubahan.
Pengambilan keputusan kebiasaan adalah proses yang didasarkan pada rutinitas membeli yang dicirikan dengan tidak adanya pencarian informasi eksternal dan evaluasi alternatif.
2.2
Motif
2.2.1 Pengertian motif
Motif berasal dari bahasa latin "movere" yang berarti "to move" atau
penggerak. Pengertian motif dibedakan dari pengertian motivasi. Motif pada umumnya dianggap sebagai suatu potensi atau kekuatan yang ada dalam diri seseorang, sedangkan motivasi merupakan perwujudan dari potensi motif itu sendiri yang dimanifestasikan dalam bentuk tingkah laku.
Dalam kamus lengkap psikologi (2002), motif adalah suatu keadaan ketegangan di dalam individu yang membangkitkan, memelihara dan mengarahkan tingkah laku menuju pada satu tujuan dan sasaran.
Basu Swastha dan Handoko (2004) mendefinisikan motif adalah keadaan dalam diri pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai satu tujuan.
laku dapat diperoleh melalui pengalaman langsung atau melalui pengamatan terhadap respon orang lain.
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian motif. Abraham Sperling (1967) dalam Anwar (2002) mendefinisikan motif sebagai kecenderungan untuk beraktivitas, dimulai dari dorongan dalam diri (drive) dan diakhiri dengan penyesuaian diri. Penyesuaian diri dikatakan untuk memuaskan motif.
Menurut Alex Sobur (2003), secara etimologis motif (motive), berasal dari kata motion, yang berarti "gerakan" atau "sesuatu yang bergerak". Jadi, istilah motif era! berkaitan dengan "gerak", yakni gerakan yang dilakukan oleh
manusia, atau disebut jug a perbuatan atau tingkah laku. Motif dalam psikologi berarti rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu tingkah laku.
Selain motif, dalam psikologi dikenal pula istilah motivasi. Sebenarnya
daya gerak, atau menggerakkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai suatu kepuasaan atau tujuan.
Dengan kata lain, motif dapat didefinisikan sebagai dorongan dari dalam diri individu yang menyebabkan individu bertingkah laku, sedangkan motivasi adalah perwujudan dari motif berupa tingkah laku yang mengarah pada tujuan tertentu.
Pendapat serupa dikemukakan Singgih Dirgagunarsa (1996) yang menyatakan bahwa motif mempunyai arti rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu tingkah laku. Tingkah laku yang dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan dan diarahkan pada pencapaian suatu tujuan, agar suatu kebutuhan terpenuhi dan suatu kehendak terpuaskan.
Dalam suatu motif umumnya terdapat dua unsur pokok, yaitu unsur dorongan atau kebutuhan dan unsur tujuan. Lebih lanjut, Alex Sobur (2003)
Dalam hal ini dapat dijelaskan motif adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan, yang diarahkan pada kepuasan. Motif bukanlah suatu hal yang dapat diamati akan tetapi sesuatu yang dapat disimpulkan danya kerena sesuatu yang dapat kita lihat. Motif merupakan kekuatan pendorong yang ada dalam diri seseorang, dimana perilaku konsumen itu dimulai dengan adanya suatu motif atau motivasi.
Dari berbagai uraian di alas dapat dijelaskan kembali bahwa perilaku yang termotivasi diprakarsai oleh pengaktifan kebutuhan (pengenalan kebutuhan). Kebutuhan atau motif diaktifkan ketika ada ketidakcocokan yang memadai antara keadaan aktual dan keadaan yang diinginkan atau disukai. Karena ketidakcocokan ini meningkat, hasilnya adalah pengaktifan suatu kondisi kegairahan yang diacu sebagai dorongan (drive). Semakin kuat dorongan tersebut, semakin besar urgensi respons yang dirasakan.
2.2.2 Macam-macam motif
Tingkatan kebutuhan tersebut terbagi atas lima tingkatan yaitu kebutuhan fisiologis (lapar, haus, dan lainnya), kebutuhan rasa aman (aman terlindungi dan lainnya), kebutuhan rasa cinta dan rasa memiliki (sosialisasi, berafiliasi, kompetisi dan lainnya) dan terakhir adalah kebutuhan akan aktualisasi diri (mendapatkan kepuasan diri dalam menjalankan profesi dan lainnya). (Abraham Maslow, dalam Anwar 2002)
Menurut Basu Swastha dan Handoko (2004), motif dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu:
a. Keinginan fisik, yang merupakan motif alamiah (biologis), seperti
keinginan terhadap makanan, minuman, seks, dan pertumbuhan badan. b. Keinginan psikologis, yang dikelompokkan dalam tiga kategori dasar,
yaitu:
1. Motif naluri dan motif yang dipelajari
2. Motif produk dan perlindungan (mengapa konsumen membeli produk tersebut dan mengapa mereka membeli pada penjual tertentu)
Menurut Basu Swatha dan Handoko (2004), motif-motif manusia dalam melakukan pembelian untuk memuaskan kebutuhan dan keinginannya dapat dibedakan menjadi motif pembelian primer, selektif, rasional dan emosional. a. Motif pembelian primer (primary buying motif)
Adalah motif yang menimbulkan perilaku pembelian terhadap ketegori-ketegori umum (biasa) pada suatu produk seperti membeli televisi atau pakaian.
b. Motif pembelian selektif (selective buying motive)
Adalah motif yang mempengaruhi keputusan tentang model dan merek dari kelas-kelas produk atau macam penjual yang dipilih untuk suatu pembelian, seperti ekonomi, status, keamanan dan prestasi.
c. Motif pembelian rasional
Adalah motif yang didasarkan pada kenyataan-kenyataan yang ditujukan oleh suatu produk kepada konsumen.
d. Motif pembelian emosional
Sedangkan menurut Buchari Alma (2002), motif dalam melakukan pembelian dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Primary buying motive
Yaitu motif untuk membeli yang sebenarnya, misalnya ketika seseorang lapar pasti akan membeli makanan.
b. Selective buying motive
Yaitu pemilihan terhadap barang, hal ini bisa berdasarkan rasio misalnya, apakah ada keuntungan bila seseorang membeli.seperti orang pergi ke Jakarta cukup dengan membeli karcis kereta api kelas ekonomi, tidak perlu kelas eksekutif. Berdasarkan waktu misalnya membeli makanan dalam kaleng yang mudah dibuka agar lebih cepat. Berdasarkan emosi seperti membeli sesuatu karena meniru orang lain. Jadi, Selektive buying motive dapat berbentuk rasional buying motive dan emotional buying motive atau impulse (dorongan).
c. Patronage buying motive
Yaitu alasan-alasan dan pengaruh yang menyebabkan konsumen malakukan pembelian pad a suatu tempat diantara alternetif pilihan tempat yang
2.3
Motif Rasional
2.3.1
Pengertian motif rasionalSebelum membahas tentang motif rasional, akan dijelaskan terlebih dahulu tentang definisi mengenai motif pembelian. Motif pembelian adalah
pertimbangan-pertimbangan dan pengaruh-pengaruh yang mendorong seseorang untuk melakukan pembelian.
Motif pembelian dapat dibedakan antara motif pembelian terhadap barangnya dan motif pembelian terhadap tempat atau toko yang menjualnya. Motif pembelian terhadap barangnya disebut product motives. Product motives terdiri alas dua golongan yaitu emotional product motives dan rasional product motives.
Menurut Soehardi Sig it (1982), motif rasional adalah motif yang berdasarkan pertimbangan rasional yang mendukung seseorang melakukan pembelian, misalnya karena pertimbangan ekonomis, lebih murah, tahan lama, dapat dipercaya, mutu baik, tidak gampang rusak dan sebagainya.
Menurut Schifman dan Kanuk ( dalam Marina Katherin 2004), motif rasional adalah motif yang berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang akan mengarahkan pada pemilihan atau tindakan yang memberikan keuntungan atau kegunaan yang paling baik. Lebih lanjut Schifman dan Kanuk (2004) mengatakan bahwa "the consumers behave rationally when they carefully consider all alternatives and choose that give them the greatest utility."
Hal ini diperkuat juga dengan pendapat Lily Violitta dan Hartanti (1996) bahwa konsumen bertindak rasional pada saat menentukan secara hati-hati semua alternative dan pilihan terhadap suatu produk yang memberikan manfaat terbesar baginya.
Rasional adalah pikiran yang sehat, patut dan layak. Motif adalah sebab-sebab yang menjadi dorongan sehingga tindakan seseorang menjadi rasional. Motif rasional adalah suatu dorongan untuk bertindak menurut pikiran yang sehat, patut dan layak misalnya seseorang yang mempunyai keinginan untuk membeli telepon genggam maka akan pergi kesebuah toko tempat penjualan telepon genggam.
tersebut". Kecenderungan yang akan dirasakan oleh konsumen terhadap produk tersebut adalah sangat puas. Konsumen bertindak secara rasional pada saat menentukan secara hati-hati semua alternatif dan pilihan terhadap suatu produk yang memberikan manfaat terbesar baginya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motif rasional adalah motif pembelian yang berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang masuk akal dan logis yang mengarahkan konsumen pada pemilihan suatu produk. selain itu juga dapat memberikan kegunaan yang baik dan bermanfaat. Jadi, motif rasional adalah motif pembelian yang berkaitan dengan pertimbangan yang bersifat obyektif.
2.3.2 Faktor-Faktor Motif Rasional
Menurut Basu Swastha dan Handoko (2004), faktor-faktor yang termasuk dalam motif rasional adalah:
a. Penawaran
Adalah sejumlah produk yang ditawarkan oleh produsen meliputi produk yang sudah dikenal oleh masyarakat ataupun produk yang baru.
b. Permintaan
c. Kualitas produk
Kepuasan akan dirasakan oleh konsumen apabila hasil terhadap produk menunjukkan bahwa produk yang dipergunakan tersebut berkualitas. Semakin tinggi tingkat kualitas produknya maka akan semakin tinggi pula tingkat loyalitas yang dirasakan oleh pelanggan. Jadi dapat dikatakan bahwa kualitas produk dapat mempengaruhi motif rasional.
d. Harga
Konsumen akan menilai suatu produk jika harganya cukup wajar atau relatif lebih murah dan cenderung untuk membeli, namun sebaliknya bagi sebagian konsumen harga bukanlah patokan penting asalkan konsumen tersebut suka maka individu akan membelinya.
Sedangkan menurut Daniel Fisardo dan Tjahjoanggoro (1998) faktor-faktor dari motif rasional adalah:
a. Harga: suatu produk akan dianggap memuaskan jika konsumen menilai harganya cukup wajar atau sebanding dengan kegunaan yang diberikan. b. Mutu: konsumen akan merasa puas, bila hasil evaluasi terhadap produk
menunjukkan bahwa produk yang dipergunakan tersebut berkualitas. c. Daya tahan: yaitu produk tersebut dapat bertahan lama pemakaiannya. d. Layanan: yaitu hasil yang dapat memberikan kepuasan dari suatu produk
e. Ketersediaan barang: konsumen dapat mengantisipasi pembelian suatu produk sewaktu-waktu.
Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai landasan teoritis skala motif rasional adalah pendapat menurut Basu Swastha dan Handoko (2004).
2.4
Motif Emosional
2.4.1 Pengertian Motif Emosional
Menurut Basu Swastha dan Handoko (2004), motif emosional adalah motif pembelian yang berkaitan dengan perasaan atau emosi seseorang dan bersifat subyektif, seperti pengungkapan rasa cinta, kebanggaan, kenyamanan, kesehatan, keamanan dan kepraktisan.
Menurut Schifman dan Kanuk (dalam Marina Katherin 2004), motif emosional adalah motif pembelian yang mempertimbangkan kriteria yang bersifat
pribadi atau subyektif seperti status, harga diri, perasaan cinta dan sebagainya.
tujuan supaya berbeda dari orang lain, perasaan bangga, romantika menarik hati, dan sebagainya.
Jadi, dapat disimpulkan motif emosional adalah dorongan dalam diri seseorang dalam memutuskan sesuatu dalam hal ini pembelian tanpa adanya pertimbangan rasional.
2.4.2 Faktor-faktor Motif Emosional
Menurut Craigh Hey (dalam Lily Violitta dan Hartanti, 1996). Faktor-faktor yang berperan dalam motif emosional adalah :
a. Keamanan: jasa atau produk harus bebas dari bahaya, resiko atau hal-hal yang meragukan dalam penggunaan produk.
b. Kenyamanan: produk yang mudah digunakan, senang dalam penggunaannya, praktis.
c. Ego: yaitu aku, diri pribadi, penglihatan atau pengalaman pribadi yang bersangkutan dengan diri sendiri.
d. Kebanggaan: yaitu hasrat untuk mencapai kebanggaan di tengah masyarakat , teman-teman dan sebagainya.
e. Rekreasi: adalah dorongan untuk membeli suatu produk untuk memenuhi kesenangan atau sekedar hobi.
g. Kesehatan: yaitu produk tersebut memberikan manfaat bagi tubuh di dalam pengkonsumsiannya.
Sedangkan menurut Daniel Fisardo dan Tjahjoanggoro (1998), faktor-faktor dari motif emosional yaitu:
a. Status adalah posisi seseorang untuk meraih tingkat suprioritas social, seperti prestise atau kebanggaan, dan popularitas.
b. Keamanan adalah suatu jasa atau produk harus bisa bebas dari bahaya, resiko atau hal-hal yang meragukan dalam penggunaan produk.
c. Kenyamanan yaitu suatu produk yang mudah digunakan sehingga konsumen menjadi senang dalam penggunaannya dan praktis.
d. lmitasi yaitu dalam menggunakan suatu produk seseorang cenderung meniru perbuatan orang lain dan sengaja.
e. Ego yaitu penggunaan suatu produk yang didasarkan alas rasa kebersamaan memiliki merek dari produk tersebut.
2.5
Kerangka Berfikir
Pulsa bukanlah kebutuhan baru untuk mahasiswa sekarang ini. Setiap hari dan setiap menitnya terlihat transaksi pembelian pulsa ada dimana-mana baik di jalan, counter-counter, outlet-outlet bahkan warung-warung tenda sekalipun. Dari hal itu tergambar jelas bagaimana tingkat kebutuhan mahasiswa akan pulsa.
Dalam pemakaian pulsa terkadang seseorang tidak menyadari seberapa penting mereka membutuhkannya. Tanpa disadari mereka telah
menghabiskan pulsa melebihi kapasitas yang telah diperhitungkan sebelumnya, pada akhirnya karena kecerobohan dan tidak terkendalinya perilaku konsumtif menjadikan mereka sebagai pribadi yang boros.
Ketika permasalahan ini muncul, pertimbangan rasional mungkin bisa jadi penawar bagi mereka. Keputusan membeli pulsa tentunya membutuhkan berbagai pertimbangan-pertimbangan seberapa jauh pulsa tersebut akan memuaskan keinginannya, sehingga tidak akan muncul permasalahan baru ketika keputusan tersebut mereka ambil.
mahasiswa. Mereka menggunakan media komunikasi ini untuk berbagai keperluan yang menunjang kegiatan mereka dalam belajar mengajar di kampus serta kegiatan lain yang dapat membantu menyelesaikan persoalan komunikasi.
Kebutuhan-kebutuhan yang ada dalam diri mereka adalah faktor yang menjadi dorongan atau motif yang membuat mereka memutuskan untuk membeli. Baik kebutuhan yang bersifat primer maupun sekunder tentunya membutuhkan berbagai pertimbangan-pertimbangan baik secara rasional maupun emosional. Sebagai contoh dapat dilihat pada mahasiswa, dalam kegiatan belajar mereka sehari-hari tentunya mempunyai berbagai kebutuhan untuk menunjang proses belajar mengajar, seperti transportasi, foto copy ataupun kebutuhan mereka dalam mengerjakan tugas. Hal ini menyebabk;m terjadinya motif rasional dan motif emosional yang memberikan peran
Hubungan motif rasional dan motif emosional dengan keputusan
membeli pulsa handphone
Gambar 2.2
GMMセセm⦅ッ⦅t⦅Qf⦅r⦅a⦅ウ⦅Q⦅PnセaMlセセセGセセセセセセMj^ャセlQセセmMo⦅t⦅Q⦅f⦅e⦅m⦅ッ⦅ウ⦅Qッ⦅n⦅a⦅lセセセ@
KEPUTUSAN MEMBELI
[image:67.595.47.456.158.497.2]2.6
Hipotesis
Untuk menelaah dan menguji secara empiris tentang ada tidaknya hubungan antara motif rasional dan motif emosional dengan keputusan membeli pulsa handphone pada mahasiswa, maka diajukan hipotesis sebagai berikut : Hipotesis kerja (Ha) :
Ha 1 : Ada hubungan yang signifikan antara motif rasional dengan keputusan
membeli pulsa handphone pada mahasiswa.
Ha 2 : Ada hubungan yang signifikan antara motif emosional dengan
keputusan membeli pulsa handphone pada mahasiswa. Ha 3 : Ada hubungan yang signifikan antara motif rasional dan motif
emosional dengan keputusan membeli pulsa handphone pada mahasiswa.
Hipotesis Nihil (Ho) :
Ho 1 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara motif rasional dengan
keputusan membeli pulsa handphone pada mahasiswa.
Ho 2 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara motif emosional dengan keputusan membeli pulsa handphone pada mahasiswa.
3.1
Jenis Penelitian
3.1.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang informasinya atau data-datanya dikelola dengan statistik. Hipotesis pada penelitian diuji dengan menggunakan teknik-teknik statistik (Kountur, 2004). Sedangkan menurut Azwar (2003), penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal atau angka yang diolah dengan mentode statistika. Pada dasarnya, pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian inferensial (dalam rangka pengujian hipotesis) dan menyadarkan kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil. Dengan pendekatan kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau signifikansi hubungan antar variabel yang diteliti. Pada umumnya, penelitian kuantitatif merupakan penelitian sampel besar.
3.1.2 Metode Penelitian
metode deskriptif adalah kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian. Sedangkan penelitian korelasional adalah penelitian yang dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi (Sevilla, et al., 1993). Menurut Azwar (2003), penelitian korelasional adalah penelitian yang bertujuan menyelidiki sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain
berdasarkan koefisien korelasi. Dengan penelitian korelasional, pengukuran terhadap beberapa variabel serta saling hubungan antara variabel-varibel tersebut dapat dilakukan secara serentak dalam kondisi yang realistik. Studi korelasional memungkinkan peneliti untuk memperoleh informasi mengenai taraf hubungan yang terjadi, bukan mengenai ada tidaknya efek variabel satu dengan variabel yang lain.
3.2
Variabel Penelitian
Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai. Menurut Kerlinger (1996), variabel adalah simbol atau lambang yang padanya kita lekatkan bilangan atau nilai.
terhadap variabel terikat, sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Adapun perincian dari kedua variabel tersebut adalah:
Variabel terikat (DV) Variabel bebas (IV)
: Keputusan Membeli Pulsa Handphone (Y) : Motif Rasional (X1) dan Motif Emosional (X2)
3.2.1 Definisi operasional variabel
Defenisi operasional adalah merupakan suatu definisi yang memberikan batasan atau arti variabel dengan merinci hal yang harus dikerjakan oleh peneliti untuk mengukur variabel tersebut (Kerlinger, 1996).
Berdasarkan konsep-konsep dan teori yang telah diuraikan, penulis
merumuskan definisi operasional sebagai pengertian operasional mengenai variable-variabel dalam penelitian, yaitu:
1. Keputusan membeli merupakan tindakan seseorang (pembeli) membeli suatu produk atau jasa dan menggunakannya berdasarkan keinginannya dan kebutuhannya dengan melalui proses pengenalan kebutuhan,
pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku puma pembelian.
kegunaan yang baik dan bermanfaat. Ada empat faktor untuk menyatakan motif rasional, yaitu penawaran, permintaan konsumen, kualitas produk dan harga.
3. Motif emosional adalah suatu motif yang mendorong seseorang untuk memiliki suatu produk tanpa pertimbangan-pertimbangan dan alasan-alasan rasional. ), ada empat faktor untuk menyatakan motif emosional yaitu status, kenyamanan, imitasi, ego.
3.3
Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
3.3.2 Sampel dan teknik pengambilan sampel
Menurut Ferguson (dalam Sevilla, et al., 1993), sampel adalah beberapa bagian kecil atau cuplikan yang ditarik dari populasi. Penggunaan sampel dalam jumlah yang semakin besar, akan semakin mengurangi terjadinya bias yang dapat ditemui dibandingkan dengan menggunakan sampel dalam jumlah kecil. Penggunaan sampel dalam jumlah besar meningkatkan derajat reliabilitas hasil penelitian tersebut. untuk menentukan ukuran sampel dari populasi. Penelitian menggunakan rumus Slavin (1960) dalam Sevilla (1993), yaitu:
N 480
n= =
1
+ Ne2 1 + (480x10%)2 n = ukuran sampel yang dikehendaki N = ukuran populasie = batas kritis/kesalahan (ketelitian) yang diinginkan (persen kelongga-ran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel populai)
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah non probability
sampling, dengan teknik yang digunakan adalah accidental sampling. Yang dimaksud dengan non probability sampling yaitu suatu metode yang setiap unit sampel dipilih berdasarkan peluang atau suatu metode pengambilan sampel dimana tidak semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian seperti yang dikatakan oleh Kidder &
Judd dalam Nurjanah (2007)
"In non probability sampling, there is no way estimate the probability each element has of being include in the sample and no ansrance that every element has some chance of being include"
Dalam Simamora (2004), accidental sampling diambil karena convenience, Maksudnya yang paling mudah dihubungi, dikenal, atau mau diajak bekerja sama. Misalnya menggunakan mahasiswa, anggota-anggota organisasi, anggota keluarga, atau teman-teman sebagai responden. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Kudder & Judd dalam Nurjanah (2007)
"In incidental sampling, one simply reaches, out and take cases that are at hand continuing the process until the sampel reaches a designated size "
3.4 Metode dan lnstrumen Pengumpulan data
3.4.1 Metode pengumpulan data
Dalam penelitian ini, peneliti memilih metode skala sebagai alat pengumpul data. skala merupakan salah satu jenis alat pengumpul data berupa sejumlah daftar yang berisi suatu rangkaian pertanyaan atau pernyataan mengenai suatu bidang untuk memperoleh data berupa jawaban-jawaban dari para responden dalam suatu penelitian (Koentjaraningrat, 1983).
Dalam penelitian ini subjek akan diberikan skala yang terdiri dari tiga bagian, yaitu:
a. Bagian pengantar, berisi tentang nama peneliti, tujuan penelitian, kerahasiaan jawaban yang diberikan, dan ucapan terima kasih.
b. Bagian inti, berisi tiga alat ukur yaitu alat ukur motif rasional dan motif emosional serta keputusan membeli.
c. Bagian data kontrol, berisi tentang data-data subjek seperti usia, jenis kelamin, fakultas dan lainnya untuk melengkapi data penelitian. Data kontrol ini berisi pertanyaan terbuka atau dengan beberapa alternatif jawaban.
3.4.2 lnstrumen pengumpulan data
penawaran, permintaan konsumen, kualitas produk; dan harga. Skala motif emosional yang terdiri dari status