Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Inna Usholihah
NIM:109051000091
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat
atau hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 12 Agustus 2014
i
“Komunikasi Organisasi Indonesia Corruption Watch (ICW) dalam
Mereduksi Pemberitaan Negatif”
Pemberitaan negatif merupakan pemberitaan yang selalu ada dalam suatu organisasi. Untuk mewujudkan sebuah penguatan organisasi, dalam pemberitaan negatif suatu organisasi harus mampu berkomunikasi dan mampu mereduksi pemberitaan negatif. Komunikasi yang efektif antar anggota dalam organisasi dapat terwujud jika ada kerjasama yang baik, keterbukaan, dan kepercayaan. Penerapan komunikasi yang efektif dapat melalui beberapa tahapan dalam proses komunikasi organisasi. Pemberitaan negatif direduksi dengan menciptakan iklim komunikasi organisasi yang baik. ICW (Indonesia Corruption Watch) merupakan salah satu lembaga resmi di Indonesia dalam program memberantas korupsi.
Melihat konteks di atas maka pertanyaan penelitian yaitu, Bagaimana komunikasi organisasi di ICW dalam mereduksi pemberitaan negatif?
ICW memiliki beberapa program dalam memberantas korupsi untuk mencapai tujuan organisasi. Tujuan dalam organisasi ini adalah mampu memberantas korupsi dan membersihkan para koruptor di Indonesia. ICW selalu mendapatkan pemberitaan negatif dari pihak yang diragukan anti korupsinya. ICW mencoba mereduksi pemberitaan negatif melalui tahap-tahap proses komunikasi organisasi. Pada tahap-tahap proses komunikasi, peneliti menggunakan teori Weick mengenai tiga tahap-tahap proses komunikasi. Weick memandang organisasi sebagai sebuah proses, sebagai sebuah pembentukan dimana manusia mengkreasi lingkungannya untuk melakukan sinkronisasi nilai, ide, pemikiran, sampai dengan nilai dengan aturan-aturan yang dibuat sesuai.
Metode yang digunakan dalam menganalisis pesan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk menghimpun data yang
aktual. Kegiatan yang dilakukan dalam pengumpulan data dengan
menggambarkan keadaan yang sebenarnya terjadi dalam organisasi tersebut. Keadaan yang penulis gambarkan disesuaikan dengan judul yang diangkat.
ii
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, serta memberikan daya dan
kekuatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjunan kita Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan umatnya hingga akhir zaman.
Dalam Penyusunan skripsi ini, tidak sedikit rintangan yang penulis hadapi,
namun penulis tetap semangat dan tidak putus asa. Karena yakin dan
percaya bahwa Allah SWT akan memudahkan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini dan Alhamdulillah skripsi ini selesai dengan baik.
Terima kasih yang tulus, penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah
membantu, membimbing dan memotivasi penulis, sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik, oleh karena itu penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu KomunikasiPenyiaran Islam Universitas Islam Jakarta, Bapak Dr.
Suparto, PHd. M.Ed selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. H.
Sunandar, M.A Selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, dan Bapak
Drs. Jumroni, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum.
2. Bapak Rachmat Baihaky M.A, Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam, Ibu Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam. Dan Ibu Rini Laili Prihatini, Dra. M.Si selaku Dosen
iii
membimbing, mengarahkan, memotivasi serta memberikan masukan
kepada penulisdalam penyusunan skripsi ini.
4. Seluruh dosen dan staff fakultas Dakwah dan Ilmu komunikasi, yang telah
memberikan ilmu dan wawasan kepada penulis selama penulis menuntut
ilmu di UIN. Serta Pimpinan dan Staff Perpustakaan Utama dan
Perpustakaan Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah menyediakan literatur yang penulis butuhkan dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Orang Tua Tercinta Ayahku Drs.H.M Ali Jaya yang telah memberikan
dorongan moral, spiritual serta perhatian yang tiada putus sehingga ananda
dapat menyelesaikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini. Dan tak lupa
Ibuku Hj Legi Hastuti yang tiada pernah lelah mendoakan, memberikan
dorongan, memberikan kasih sayang, perhatian dan motivasi yang luar
biasa.
6. Kepada Koordinator ICW Bapak Ade Irawan dan Bapak Chirstian Evert
Tutoroong selaku divisi investigasi dan publikasi dan Teman-teman badan
pekerja ICW, yang telah membantu penulis dalam melaksanakan
Penelitian.
7. Kakakku Birrul Muqtadir (Ace), adikku tercinta Aas Rohadatul Aisy
(kodel), Paman-pamanku Kamal Haris, Om Oji, Om Ambeng dan
Tante-tanteku Kusrini (ede), Yeyen Herawati, Susilawati, Sutinah, tante edah,
sepupuku Qiqi, Maya yang telah memberikan semangat dan motivasi yang
iv
2009 khususnya Resyana, Siti Rahma, Raditya, Jojo Septianto, yang tidak
pernah lelah memberikan semangat dan dukungan tiada henti.
9. Sahabat-sahabat dirumah tercinta, Prima, Mas Jack, Deny, Dicky, Robby,
Bowo yang selalu memberikan motivasi dan dukungan dalam
menyelesaikan penelitian ini.
10.Special Thanks untuk sahabat tercinta Fresly Silaban yang tidak pernah
bosan memberikan dukungan yang luar biasa, tempat berbagi, memberikan
motivasi, dan inspirasi. Sendy Darlis Alditya yang selalu mendukung,
selalu mendorong, dan mendoakan dalam menyelesaikan penelitian ini.
Demikianlah ucapan terimakasih yang tulus dari penulis, semoga Allah
SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang telah mendukung penulis,
sampai skripsi ini tuntas dengan baik. Penulis menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Namun penulis berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis, dan pembaca,
serta bisa menjadi referensi bagi dunia akademik khususnya di Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
Jakarta, 12 Agustus 2014
v
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan RumusanMasalah ... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
D. Metodologi Penelitian ... 6
E. Tinjauan Pustaka ... 9
F. Sistematika Penulisan ... 10
BAB II TINJAUAN TEORI A. Komunikasi Organisasi ... 11
1. Pengertian Komunikasi Organisasi ... 11
2. Tujuan Komunikasi Organisasi ... 12
3. Arus Informasi dalam Organisasi ... 14
4. Iklim Komunikasi Organisasi ... 18
5. Fungsi Komunikasi dalam Organisasi ... 22
6. Dinamika Komunikasi Organisasi ... 24
7. Proses Komunikasi Organisasi ... 25
B. Berita dalam Kategori ... 26
1. Pengertian Berita ... 26
2. Unsur-unsur Berita ... 27
3. Jenis-jenis Berita ... 29
4. Media dalam Berita ... 31
vi
C. Reduksi ... 33
BAB III GAMBARAN UMUM INDONESIAN CORRUPTION WATCH A. Latar Belakang dan Sejarah Singkat ICW ... 36
B. Visi Misi ICW ... 38
C. Posisi ICW ... 40
D. Prinsip ICW ... 40
E. Struktur Organisasi ICW ... 42
F. Divisi-divisi ICW ... 42
G. Uraian Jabatan di Lingkungan Badan Pekerja ICW ... 46
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS A. Proses Komunikasi Organisasi dalam Mereduksi Pemberitaan Negatif dalam Teori Weick ... 48
B. Mereduksi Pemberitaan Negatif Melalui Iklim Organisasi... 57
C. Bentuk Komunikasi Organisai dalam ICW ... 62
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 67
B. Saran ... 68
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mereduksi pemberitaan negatif merupakan bagian dari organisasi.
Organisasi menyimpan berbagai informasi. Informasi yang ada dalam
organisasi ada yang mengenai program kinerja organisasi bahkan pemberitaan
negatif. Pemberitaan negatif yang masuk bermacam-macam, ada yang sekedar
menjelek-jelekkan lewat sosial media, menyebar fitnah, membuat kampanye
negatif, bahkan menjatuhkan.
Reduksi secara harfiah merupakan pengurangan, penyempitan sebuah
proses kembali (re-ducere). Kata sifat dari reduksi adalah reduksionis.
Reduksi bisa dikatakan pula menyaring. Menyaring sebuah peristiwa atau
fenomena tersebut.1
Menyaring pemberitaan negatif dalam organisasi sangatlah perlu.
Pemberitaan negatif yang masuk setiap harinya berpengaruh kepada
organisasi. Setiap anggota mengkomunikasikan pemberitaan negatif yang
masuk. Agar lebih efektif, pemberitaan negatif dikomunikasikan dengan baik
dan disaring dengan baik.
Komunikasi organisasi merupakan penafsiran pesan di antara unit-unit
komunikasi yang bagian suatu organisasi tertentu. Dalam suatu organisasi,
unit-unit komunikasi dalam hubungan organisasi berfungsi dalam suatu
lingkungan. Lingkungan mempunyai pengaruh penting dalam organisasi.
Organisasi mempunyai aspek penting dimana dalam suatu organisasi
1
mempunyai sebuah program dengan tujuan tertentu. Komunikasi organisasi
adalah komunikasi yang terjadi antara orang-orang yang berada di dalam
organisasi itu sendiri, juga antara orang-orang yang berada di dalam organisasi
dengan publik luar, dengan maksud mencapai suatu tujuan.2
Organisasi sebuah wadah yang menampung orang-orang dan
objek-objek, orang-orang dalam organisasi yang berusaha mencapai tujuan bersama.
Bila organisasi sehat, para divisi-divisi bekerja dengan cara yang sistematik
untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Organisasi meliputi pengenalan
akan struktur atau rancangan apa menghasilkan apa. Lingkungan menentukan
prinsip-prinsip pengorganisasian. Organisasi merupakan sekumpulan
orang-orang yang disusun dalam kelompok-kelompok yang bekerja sama untuk
mencapai tujuan bersama, organisasi bisa disebut juga sistem kerjasama antara
dua orang atau lebih, organisasi adalah setiap bentuk kerjasama untuk
pencapaian tujuan bersama.3 Organisasi mempelajari perilaku
pengorganisasian, dan inti perilaku tersebut adalah komunikasi. Organisasi
berbicara agar menjadi tahu, pembicaraan merupakan kemampuan
penyesuaian organisasi. Untuk mengetahui apa yang dipikirkan organisasi,
penting sekali memeriksa perilaku-perilaku yang bertautan atau saling
berinteraksi antara para anggota organisasi tersebut. Apa yang dipercakapkan
orang-orang diantara sesama mereka menghasilkan suatu lingkungan yang
mengorganisasikan aktivitas mereka, terutama pikiran mereka.4
2
Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2000), Modul Kuliah, hal.1.3
3
Dido, Pengertian, Definisi, Arti Organisasi dan Unsur-Unsurnya, Artikel ini diakses pada tanggal 8 Juli 2014 dari dhiedotorg.wordpress.com
4
Suatu organisasi dapat juga didekati sebagai suatu objek studi.
Sebagian orang menganggap organisasi sebagai suatu subjek yang
menyenangkan dan menarik. Tujuannya untuk memahami organisasi dengan
mendeskripsikan komunikasi organisasinya, memahami kehidupan organisasi,
dan menemukan bagaimana kehidupan terwujud lewat komunikasi.
Tekanannya adalah pada bagaimana suatu organisasi dipelihara lewat proses
komunikasi pendekatan, menekankan apa yang sebenarnya terjadi dalam
organisasi dan memberikan suatu penjelasan yang jarang ditemukan dalam
pendekatan-pendekatan lain.5 Selain itu organisasi telah dibentuk sejak
manusia berada dimuka bumi, di dorong oleh tiga motif unsur dasar yaitu
orang-orang (sekelompok orang), kerjasama dan tujuan yang akan dicapai.6
Komunikasi organisasi dapat dilakukan secara formal maupun non formal.
Secara formal misalnya dengan diadakan rapat antara atasan dan bawahan,
surat memo, dan lain-lain.
Indonesia Corruption Watch (ICW) sebuah organisasi independen.
Untuk menjaga independensi sekaligus meningkatkan rasa kepemilikan publik
dan menjaga keberlangsungan program, sejak maret 2010 lalu ICW membuka
peluang donasi publik. Dengan memberi bantuan financial kepada lembaga
ini, masyarakat dapat turut serta dalam kerja-kerja pemberantasan korupsi.
Donasi yang dikumpulkan dari publik dimanfaatkan untuk menjalankan
sejumlah program ICW, diantaranya: investigasi kasus, pemantauan anggaran
sekolah, advokasi layanan kesehatan, membangun generasi pemuda melawan
korupsi, serta menyelenggarakan pendidikan antikorupsi disekolah dan
5
Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2000), Modul Kuliah, hal.1.5
6
kampus. ICW lembaga dari sekumpulan orang yg memiliki komitmen untuk
memberantas korupsi melalui usaha-usaha pemberdayaan rakyat untuk
terlibat/berpartisipasi aktif melakukan perlawanan terhadap praktek korupsi.
ICW mengambil posisi untuk bersama-sama rakyat membangun gerakan
sosial memberantas korupsi dan berupaya mengimbangi persengkongkolaan
kekuatan birokrasi pemerintah dan bisnis. Dengan demikian reformasi di
bidang hukum, politik, ekonomi dan sosial untuk menciptakan tata kelola
pemerintahan yang demokratis dan berkeadilan sosial dapat diwujudkan.7
Hukum yang seharusnya memberikan jaminan terwujudnya keadilan
dan penegakan aturan juga tak luput dari ganasnya korupsi. Mafia peradilan
merajalela, keadilan digadaikan oleh praktek suap menyuap. Dengan
kekuasaan uang dan perlindungan politik, koruptor dapat menghirup udara
bebas tanpa perlu takut dijerat hukum. Dengan menikmati hasil dari suap
menyuap koruptor merasa mempunyai kepuasan individualis tanpa
memikirkan rakyat-rakyat jelata yang seharusnya menjadi tanggung jawab
besar oleh mereka. Sektor pemerintahan sudah tidak menjadi jaminan bagi
masyarakat. Istilah pemerintah yang “mensejahterkan masyarakat” hanya
sebuah istilah usang tanpa bukti nyata. Janji-janji yang diberikan, pembedahan
wilayah, blusukan wilayah hanya sebuah pencitraan. Tanpa disadari rakyat
dibodohi dan diberdayakan. ICW percaya bahwa pemberantasan korupsi akan
berjalan efektif jika ada perlibatan yang luas dari rakyat sebagai korbannya.
Berita negatif merupakan berita ingkar yang didalamnya berisikan
peristiwa-peristiwa yang menunjukan suatu pengingkaran. Dalam berita
7
negatif menyatakan suatu maksud yang berlainan dengan pernyataan yang
sebenarnya. Berita negatif sebagian ada yang berisikan sebuah dugaan dan
juga sebuah penyangkalan dalam suatu peristiwa.8 Banyak bermacam-macam
pemberitaan negatif di ICW yang masuk. ICW organisasi yang setiap harinya
mendapat pemberitaan negatif. Beberapa contohnya seperti, ICW diduga
menerima dana asing, ICW dituding melakukan kampanye negatif terhadap
SBY ditahun 2004, dan ICW merilis 36 nama calon legislatif yang
bermasalah. Pemberitaan yang masuk pernyataannya berisikan kecaman atau
hal-hal yang mempertentangkan tentang ICW, merupakan ulah pihak-pihak
yang tidak menyukai dengan adanya ICW. Oleh karena itu, pihak-pihak yang
non pro membuat informasi yang negatif, baik non fakta atau
ancaman-ancaman.
Berdasarkan dari penjelasan di atas, penelitian ini diberi judul “Komunikasi Organisasi Pada ICW (Indonesia Corruption Watch)
dalam Mereduksi Pemberitaan Negatif”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis memberikan batasan masalah hanya
pada komunikasi organisasi dalam mereduksi pemberitaan negatif yang ada
di ICW (Indonesia Corruption Watch). Maka komunikasi organisasinya
pada pemberitaan negatif melalui rapat organisasi dan milis internal.
Pembatasan ini dilakukan untuk lebih fokus dan mempermudah dalam
penelitian, selain itu untuk menghindari perluasan pembahasan yang tidak
ada dengan masalah yang akan di teliti. Agar penelitian ini berjalan dengan
8
sistematis, maka rumusan masalahnya adalah Bagaimana komunikasi
organisasi pada ICW (Indonesia Corruption Watch) dalam mereduksi
pemberitaan negatif?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berkenaan dengan pokok pemasalahan di atas, maka tujuan
penelitian adalah ingin mengetahui komunikasi organisasi di ICW dalam
mereduksi pemberitaan negatif.
2. Manfaat Penelitian
Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan manfaat
dari segi akademisi dan praktisi, yaitu :
Secara akademis yaitu: Untuk pengembangan Ilmu komunikasi,
diharapkan penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi, dan
peningkatan wawasan akademis dalam bidang komunikasi organisasi
khususnya yang terkait dengan pemberitaan negatif didalam maupun luar
organisasi.
Secara praktis yaitu: memberikan informasi bagi akademisi
dan masyarakat luas mengenai komunikasi organisasi di ICW, bagaimana
komunikasi organisasi di ICW baik secara bentuk komunikasi
organisasinya maupun iklim komunikasi organisasi yang berada di ICW.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan
pengumpulan data yang akurat berdasarkan fakta di lapangan disertai
wawancara dengan narasumber. “Penelitian kualitatif dilakukan dalam
situasi yang wajar (natural setting) dan data yang di kumpulkan
umumnya bersifat kualitatif.”9Alasan penulis menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengetahui bagaimana proses komunikasi organisasi yang
terjadi di ICW (Indonesia Corruption Watch). Dengan metode ini
penulis akan mendapatkan hasil yang lebih mendalam karena dilakukan
dengan wawancara dan observasi.
2. Subjek dan Objek
Subjek penelitian disini adalah Koordinator ICW dan Divisi
Investigasi dan Publikasi karena berperan penting dalam memantau
pemberitaan-pemberitaan terbaru dalam menangani kasus korupsi baik
pemberitaan negatif maupun positif. Sedangkan objek penelitian disini
adalah proses komunikasi organisasi secara Internal dan Eksternal yang
terjadi di ICW.
3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun tahapan-tahapan dalam pengumpulan data, penulis
menggunakan metode sebagai berikut:
a. Observasi
Penulis melakukan pengamatan dan pencatatan dengan
sistematik terhadap fenomena yang diselidiki. Dalam hal ini
penulis melakukan pengamatan secara langsung ke ICW di
Jl.Kalibata Timur IV/D No.6 Jakarta Selatan. ICW mereduksi
pemberitaan negatif melalui Divisi Investigasi dan Publikasi.
9
Hal ini dilakukan sebagai upaya memperkecil kemungkinan
yang dapat menghambat dalam pelaksanaan penelitian. Dengan
melakukan observasi, memudahkan penulis mendeskripsikan
komunikasi organisasi di ICW dalam mereduksi pemberitaan negatif.
b. Wawancara (Interview)
Dalam wawancara, penulis memilih narasumber bapak Ade
Irawan selaku Koordinator ICW. Selain wawancara dengan
koordinator, penulis juga mewawancarai Christian Evert Tuturoong di
Divisi Investigasi dan Publikasi. Dalam proses wawancara, penulis
menggunakan beberapa media pendukung yaitu handphone, alat
tulis, foto digital, dan lain-lain.
c. Dokumentasi
Pada tahap dokumentasi, penulis mengumpulkan
buku-buku, koran, artikel, artikel dari internet yang berkaitan dengan
komunikasi organisasi dan pemberitaan negatif. Dokumentasi
memudahkan penulis dalam mencari teori-teori yang berkaitan
dengan judul skripsi.
d. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini lebih bersifat deskriptif
kualitatif, yaitu setelah data diklasifikasikan sesuai aspek data yang
terkumpul lalu diinterpretasikan secara logis. Dengan demikian akan
tergambar sejauh mana komunikasi dalam mereduksi pemberitaan
negatif, dengan melihat data-data yang diperoleh penulis melalui
observasi, dan wawancara, setelah itu dianalisis yang kemudian
E. Tinjauan Pustaka
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti selain mengadakan kajian
pustaka dengan mengambil sumber dari buku-buku panduan yang terdapat di
perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan buku-buku lain yang
mendukung penelitian ini penelitian ini juga membandingkan dengan
penelitian terlebih dahulu yang memiliki kemiripan dengan penelitian ini
sebagai pembanding. Seperti beberapa skripsi yang berjudul sebagai berikut:
Muhammad Siddiq menulis skripsinya tentang Pola Komunikasi Pada
SUB Dinas Pembinaan Mental Dalam Upaya Meningkatkan Disiplin Prajurit
Di Markas Komando Korps Marinir. Secara garis besar persamaannya adalah
membahas tentang komunikasi organisasi. Sedangkan perbedaannya adalah
skripsi yang ditulis Muhammad siddiq lebih membahas tentang upaya
meningkatkan disiplin prajurit marinir melalui pembinaan rohani sedangkan
skripsi penulis membahas tentang bagaimana mereduksi pemberitaan negatif
di ICW.
Siti Latifah menulis skripsinya tentang Komunikasi Organisasi
Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia (PII) Dalam Kaderisasi. Persamaan
skripsi ini dengan skripsi yang ditulis oleh Siti Latifah adalah sama-sama
membahas tentang komunikasi organisasi disebuah organisasi formal atau
badan lembaga. Sedangkan perbedaannya adalah terletak pada objek
penelitian yang akan dibahas.
Fitri Susilawati menulis skripsinya tentang Komunikasi Organisasi
dalam Kepemimpinan Pada Tempo Inti Media. Persamaan skripsi ini dengan
skripsi yang ditulis oleh Fitri Susilawati adalah sama-sama membahas tentang
perbedaannya adalah skripsi yang ditulis Fitri Susilawati membahas tentang
kepemimpinan dan komunikasi organisasinya secara vertikal dari atasan ke
bawahan dari bawahan ke atasan sedangkan penulis dalam mereduksi
pemberitaan negatif di ICW komunikasi organisasinya secara internal maupun
eksternal.
F. Sistematika Penulisan
Agar penulisan skripsi ini sistematis, maka penulis membaginya
menjadi 5 (lima) bab, yang tiap-tiap babnya terdiri dari sub-sub. Adapun
sistematikanya adalah sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan yang di dalamnya menguraikan tentang latar
belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, metodologi penelitian, analisis data,
sistematika penulisan skripsi.
BAB II : Kajian Teori, yang di dalamnya menguraikan tentang
komunikasi organisasi dan berita negatif.
BAB III: Gambaran Umum ICW (Indonesia Corruption Watch),
membahas mengenai sejarah berdirinya, visi dan misi, Tujuan
didirikannya ICW, Program kegiatan dan struktur organisasi.
BAB IV: Temuan dan Analisa Data Lapangan, membahas tentang
komunikasi organisasi di ICW , mereduksi pemberitaan
negatif.
11
KAJIAN TEORI TENTANG KOMUNIKASI ORGANISASI
A. Komunikasi Organisasi
1. Pengertian Komunikasi Organisasi
Dalam buku Komunikasi Organisasi Karya R. Wayne Pace dan
Don F. Faules menjabarkan bahwa definisi komunikasi organisasi dapat
dilihat dari dua sudut pandang yaitu definisi subjektif dan definisi objektif.
Keduanya memiliki ciri khas masing-masing.
Komunikasi organisasi dalam presfektif subjektif adalah perilaku
pengorganisasian yang terjadi dan bagaimana mereka yang terlibat dalam
proses itu bertransaksi dan memberi makna atas apa yang terjadi. Pada
presfektif ini yang ditekankan adalah proses penciptaan makna atas
interaksi yang menciptakan, memelihara, dan mengubah organisasi.
Sedangkan dalam definisi objektif adalah kegiatan penangan pesan yang
terkandung dalam suatu batas organisasi. Pada prespektif ini yang lebih
ditekankan adalah pada komunikasi sebagai suatu alat yang
memungkinkan orang beradaptasi dengan lingkungan mereka.1
Redding dan Sanborn, Joseph Devito yang dikutip oleh Soleh
Soemirat, dkk dalam buku Komunikasi Organisasional menyatakan bahwa
“komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan baik
dalam organisasi di dalam kelompok formal maupun informal
organisasi.”2
Komunikasi organisasi dapat juga didefinisikan sebagai proses
aliran (pengiriman dan penerimaan) pesan-pesan yang berorientasikan
tujuan di antara sumber-sumber komunikasi, dalam suatu pola, dan
melalui suatu medium atau media. Suatu unsur tambahan dalam definisi
ini ialah pola aliran pesan. Jadi ada 7 unsur dalam komunikasi
keorganisasian: sumber pengirim; sumber penerima (sasaran); pesan yang
dikirimkan; pesan yang diterima; tujuan pesan; medium atau media; dan
pola arus (yang disebut jaringan). Sumber pengirim dan sumber penerima
adalah orang-orang yang mengirim dan menerima pesan itu.3
2. Tujuan Komunikasi Organisasi
Adapun Tujuan Komunikasi Organisasi adalah sebagai berikut:
a. Memberikan informasi: mengirimkan informasi dari suatu sumber
kepada orang-orangatau kelompok-kelompok alamat komunikasi.
Berbagai jenis informasi dikirimkan dalam kebijakan organisasi,
peraturan-peraturan, perubahan-perubahan serta perkembangan dalam
organisasi dan diperlukan penyebaran yang cepat dari suatu informasi
dalam organisasi, misalnya hadiah-hadiah dan ganjaran-ganjaran
khusus yang diberikan, penyelesaian dengan serikat buruh, perubahan
besar dalam organisasi, dan sebagainya hal ini mungkin memakan
waktu lama jika organisasinya besar.
b. Umpan balik: diperlukan adanya umpan balik bagi para karyawan
tentang prestasi mereka dan bagi manajemen yang lebih tinggi tentang
pencapaian tujuan kesulitan yang dijumpai. Komunikasi umpan balik
3
membantu usaha mengambil langkah-langkah perbaikan dan
penyesuaian yang diperlukan, dan memberikan motovasi kepada
orang-orang untuk mengembangkan rencana-rencana yang menantang
dan realistis.4
c. Pengendalian: sistem informasi manajemen dikenal sebagai suatu
mekanisme pengendalian. Informasi diberikan untuk menjamin
pelaksanaan rencana-rencana sesuai dengan maksud semula.
Komunikasi membantu terlaksananya pengendalian seperti itu suatu
mekanisme monitor.
d. Pengaruh: informasi merupakan kekuasaan. Satu tujuan komunikasi
ialah mempengaruhi orang.
e. Memecahkan persoalan: dalam banyak hal komunikasi bertujuan
memecahkan persoalan. Komunikasi antara manajemen dan serikat
buruh tentang beberapa hal (perundingan) bertujuan menemukan suatu
penyelesaian.
f. Pengambil putusan: untuk mencapai suatu putusan diperlukan
beberapa macam komunikasi, misalnya pertukaran informasi,
pendapat, alternatif-alternatif yang ada, segi-segi menguntungkan atau
tidak menguntungkan dari tiap alternatif.
g. Mempermudah perubahan: efektivitas suatu perubahan yang diadakan
dalam suatu organisasi sebagian besar tergantung pada kejernihan dan
spontanitas komunikasi.
h. Pembentukan Kelompok: Komunikasi membantu pembangunan
hubungan. Bahkan dalam perselisihan yang berat, hubungan baik
4
hanya dapat dikembalikan jika proses komunikasi terus dilanjutkan.
Jika komunikasi terputus, kelompok bisa hancur.
i. Menjaga pintu: komunikasi membantu membangun hubungan
organisasi dengan luar. Organisasi dapat menggunakan lingkungannya
untuk meningkatkan efektivitasnya.
3. Arus Informasi Dalam Organisasi
Komunikasi dalam suatu perusahaan adalah unsur terpenting.
Karena dalam komunikasi adalah interaksi sosial yang ditandai adanya
pertukaran makna untuk menyatukan perilaku atau tindakan setiap
individu. Dalam berkomunikasi terdapat arus informasi yang perlu
diperhatikan, untuk itu akan dibahas berdasarkan tempat dimana khalayak
sasaran berada, yaitu komunikasi internal, komunikasi diagonal,
komunikasi eksternal.
a. Komunikasi Internal
Komunikasi internal adalah komunikasi yang terjadi di dalam
organisasi atau perusahaan. Dalam penerapan komunikasi beragam
karena sesuai dengan struktur organisasi. Komunikasi dalam organisasi
bisa terjadi diantara orang yang memiliki level kepangkatan yang
sama, diantara pimpinan dan bawahan, dan lain-lain.5
Berdasarkan alur komunikasi yang terjadi di dalam organisasi,
maka internal terbagi menjadi 4 (empat) jalur yaitu vertikal, horizontal,
diagonal, dan grapvine.
5
1) Komunikasi Vertikal
Komunikasi vertikal adalah arah arus komunikasi yang
terjadi dari atas kebawah (downward communication) dan dari
bawah ke atas (upward communication). Pada downward
communication, pimpinan menyampaikan pesan kepada bawahan.
Alur ini memiliki fungsi sebagai berikut:
a) Pemberian atau penyampaian intruksi kerja, bentuknya
perintah, arahan penerangan, manual kerja, uraian tugas.
b) Penjelasan dari pimpinan mengenai mengapa suatu tugas perlu
dilaksanakan. Hal ini ditunjukan agar pekerja mengetahui
bagaimana tugas-tugas berkaitan dengan tugas dan posisi yang
lain di organisasi dan mengapa mereka mengerjakan tugas
tersebut.
c) Penyampaiannya informasi mengenai peraturan-peraturan yang
berlaku seperti bagaimana waktu kerja, cara pengaturan gaji,
asuransi kesehatan dan lain-lain.
d) Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang
berlaku seperti bagaimana waktu kerja, cara pengaturan gaji,
asuransi kesehatan, dan lain-lain.
e) Pemberi informasi bagaimana mengembangkan misi
perusahaan.6
Komunikasi juga mengalir dari bawahan ke atasan atau
upward communication. Metode yang digunakan dalam
6
penyampaian informasi bisa dengan lisan, tulisan, gambar, skema,
atau kombinasi diantara semuanya. Metode upward
communication memiliki beberapa fungsi, yaitu:
a) Penyampaian informasi mengenai pekerjaan yang sudah dan
yang belum selesai dilaksanakan.
b) Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan.
c) Membantu pemimpin dalam pengambilan keputusan.
2) Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal yaitu arus informasi yang terjadi
secara mendatar atau sejajar di antara para pekerja dalam satu unit,
menurut Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto dalam buku
Komunikasi Organisasional, tujuan dari arus informasi antara lain:
a) Mengkoordinasikan pengerjaan tugas
b) Bertukar informasi dalam rencana dan kegiatan
c) Mengatasi masalah
d) Mendapatkan pemahaman bersama
e) Memusyawarahkan, negosiasi dan menengahi perbedaan
f) Membangun dukungan interpersonal.7
3) Komunikasi Diagonal
Komunikasi diagonal adalah komunikasi yang terjadi di
dalam sebuah organisasi diantara seseorang dengan orang lain yang
satu sama lain berbeda dalam kedudukannya dan bagian. Dalam
komunikasi ini tidak ada perintah maupun pertanggung jawaban,
biasanya hanya menyampaikan ide.
7
Komunikasi diagonal diperlukan khususnya bagi para
pekerja pada level bawah guna menghemat waktu. Dalam
penggunaan alur ini diperlukan dua syarat yakni:
a) Setiap pekerjaan melakukan komunikasi secara diagonal harus
memperoleh izin dari atasnya langsung.
b) Setiap pekerjaan yang melakukan komunikasi diagonal harus
menginformasikan hasil yang dicapai kepada atasan langsung.8
4) Grapvine
Grapvine adalah perkataan Inggris untuk tanaman anggur
dan karena tanaman ini menjalar tanpa arah dan bentuk tertentu,
kadang-kadang seperti spiral dan lingkaran yang kait mengait maka
perkataan inilah yang dipilih untuk sistem komunikasi informal.9
Komunikasi ini bebas hambatan karena berlangsung dari mulut ke
mulut, selain itu informasi yang disampaikan sering kali tidak
lengkap yang memungkinkan disalahartikan, namun begitu
umumnya 75% sampai 90% pesan grapvine akurat yang berkaitan
dengan situasi kerja.
b. Komunikasi Eksternal
Komunikasi eksternal ialah komunikasi antara orang-orang
yang berada didalam dengan khalayak di luar organisasi. Adapun
tujuan utama dilaksanakan komunikasi eksternal oleh sebuah
organisasi adalah:
8
Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2000), Modul Kuliah, hal.2.20
9
1) Untuk membina dan memelihara hubungan yang baik
2) Untuk menciptakan opini public yang menguntungkan
3) Untuk memelihara dan menjaga citra organisasi agar tetap positif 10
4. Iklim Komunikasi Organisasi
Iklim organisasi dalam suatu perusahaan sangat menentukan
kinerja karyawan, maka dari itu pemimpin harus jeli dalam menangkap
situasi dan kondisi iklim komunikasi di perusahaan tersebut. Istilah
“iklim” disini merupakan kiasan. Iklim komunikasi organisasi
menggambarkan suatu kiasan bagi iklim fisik. Iklim disini seperti
membentuk iklim fisik untuk suatu kawasan, cara orang berkreasi terhadap
suatu aspek organisasi menciptakan suatu iklim komunikasi. Iklim fisik
terdiri dari kondisi-kondisi cuaca umum mengenai suatu wilayah.11
a. Iklim Komunikasi
Iklim komunikasi merupakan gabungan dari persepsi-persepsi
suatu evaluasi makro mengenai peristiwa komunikasi, perilaku
manusia, respon terhadap pegawai lainnya, harapam-harapan,
konflik-konflik antarpersonal dan kesempatan bagi pertumbuhan dan
organisasi tersebut. Iklim komunikasi berbeda dengan iklim organisasi
dalam arti iklim komunikasi meliputi persepsi-persepsi mengenai
pesan-pesan dan peristiwa yang berhubungan dengan pesan yang
terjadi dalam organisasi.12
10
Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2000), Modul Kuliah, hal.2.21
11
R.Wayne Pace & Don F.Faules,Komunikasi Organisasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h.146-147
12
Dari pernyataan diatas, dapat disimpulakn bahwa iklim
komunikasi berhubungan dengan persepsi-persepsi anggota perusahaan
terhadap informasi dan peristiwa yang terjadi. Dengan begitu jika
komunikasi berjalan positif diantara anggota, maka akan timbul
suasana kerja yang penuh dengan persaudaraan, para anggota
perusahaan berkomunikasi secara terbuka, rileks, ramah tamah, dengan
anggota lain. Hal ini dengan sendirinya dapat meningkatkan kinerja
mereka. Sedangkan iklim komunikasi yang negative dapat
menyebabkan saling curiga dan tertutup antar karyawan.
b. Iklim Organisasi
Kreeps (1986), dalam Curtis (1992) yang dikutip oleh Soleh
Soemirat, Elvinaro Ardianto dan Yenny Ratna Suminar dalam buku
Komunikasi Organisasional Menyatakan bahwa:
Iklim Organisasi adalah sifat emosional intern organisasi yang
didasarkan pada bagaimana senangnya para anggota organisasi
terhadap satu sama lain dan terhadap organisasi. Konsep tersebut
dibuat atas dasar analogi antara kondisi lingkungan bisnis dan kondisi
cuaca. Beberapa iklim kerja dikategorikan hangat dan gembira bila
orang-orang yang terlibat didalamnya diperhatikan dan diperlakukan
sesuai dengan martabatnya.13
Sebenarnya pengertian iklim organisasi belum ada kesepakatan
yang sama dari para ilmuwan. Menurut hemat penulis hal ini
dikarenakan iklim organisasi sangat kompleks cakupan
13
pembahasannya, karena mencakup semua unsure dasar organisasi yaitu
anggota, pekerjaan, praktik-praktik yang berhubungan dengan
pengelolaan, struktur dan pedoman. Namun dari pengertian di atas
dapat disimpulkan bahwa iklim organisasi adalah suatu situasi dan
kondisi yang terjadi di dalam organisasi yang terbentuk dari perpaduan
unsur-unsur organisasi yang dapat mempengaruhi kinerja anggota
organisasi.
Dari penjabaran iklim komunikasi dan iklim organisasi di atas,
ditemukan kesamaan diantara keduanya, yaitu sama-sama dapat
mempengaruhi kinerja anggota organisasi. Setelah kita menelaah iklim
komunikasi dan iklim organisasi, maka kita akan membahas secara
keselurahan yaitu iklim komunikasi organisasi. Menurut Falcinone
yang dikutip oleh Wayne Pace dan Don F.Faules dalam buku
Komunikasi Organisasi menjelaskan bahwa:
Iklim komunikasi organisasi adalah suatu citra makro, abstrak
dan gabungan dari suatu fenomena global yang disebut komunikasi
organisasi. Kita mengasumsikan bahwa iklim berkembang dari
interaksi antara sifat-sifat suatu organisasi dan persepsi individu atas
sifat-sifat itu. Iklim dipandang sebagai suatu kualitas pengalaman
subjektif yang berasal dari persepsi atas karakter-karakter yang relative
langgeng pada organisasi.14
Untuk mengetahui iklim komunikasi organisasi dapat mengkaji
teori Charles Redding yang dikutip oleh Arni Muhammad dalam buku
14
Komunikasi Organisasi yang mengemukakan lima dimensi penting
dari iklim organisasi yaitu:
1) Supportivennes, atau bawahan mengamati bahwa hubungan
komunikasi mereka dengan atasan membantu mereka membangun,
dan menjaga perasaan diri berharga, dan penting.
2) Pastisipasi membuat keputusan
3) Kepercayaan, dapat dipercaya, dan dapat menyimpan rahasia
4) Keterbukaan dan keterusterangan
5) Tujuan kinerja yang tinggi, pada tingkat mana tujuan kinerja
dikomunikasikan dengan jelas kepada anggota organisasi.15
Supportiveness dapat dibagi lagi menjadi beberapa kategori,
menurut Gibb yang dikutip oleh Soleh Soemirat dkk, dalam buku
Komunikasi Organisasional bahwa tingkah laku komunikasi tertentu
dari anggota organisasi mengarahkan kepada iklim supportiveness.
Diantara tingkah laku tersebut adalah sebagai berikut:
1) Deskripsi, anggota organisasi memfokuskan pesan mereka kepada
kejadian yang dapat diamati dari pada evaluasi secara subjektif
atau emosional.
2) Orientasi masalah, anggota organisasi memfokuskan komunikasi
mereka kepada pemecahan kesulitan mereka secara bersama.
3) Spontanitas, anggota organisasi berkomunikasi dengan sopan
dalam merespons situasi yang terjadi.
4) Empati, anggota organisasi memperlihatkan perhatian dan
pengertian terhadap anggota lainnya.
15
5) Kesamaan, anggota organisasi memperlakukan anggota yang lain
sebagai teman dan tidak menekankan kepada kedudukan dan
kekuasaan.
6) Provisionalism, anggota organisasi bersifat fleksibel dan
menyesuaikan diri pada situasi komunikasi yang berbeda.16
Indikator di atas dapat dijadikan masukan bagi organisasi untuk
mengetahui apakah iklim komunikasinya positif atau negatif. Iklim
komunikasi organisasi berpengaruh besar terhadap kinerja karyawan
karena iklim komunikasi organisasi juga memberikan pedoman bagi
keputusan dan perilaku individu. Hal ini ditegaskan dengan pendapat
Guzley yang dikutip oleh Akhi. Muwafik Saleh dalam buku Fungsi
Komunikasi dalam Organisasi bahwa:
Keputusan dan perilaku individu berupa keputusan-keputusan
yang diambil oleh anggota organisasi untuk melaksanakan pekerjaan
mereka secara efektif, untuk mengikatkan diri mereka dengan
organisasi, untuk bersikap jujur dalam bekerja, untuk meraih
kesempatan dalam organisasi secara bersemangat, untuk mendukung
para rekan secara dan anggota organisasi lainnya, untuk melaksanakan
tugas secara kreatif, untuk menawarkan gagasan-gagasan inovatif bagi
penyempurnaan organisasi dan operasinya.17
5. Fungsi Komunikasi dalam Organisasi
Dalam suatu organisasi, baik yang berorientasi untuk menarik
keuntungan (profit) maupun nirlaba (non-profit), memiliki empat fungsi
16
Soleh Soemirat, dkk., Komunikasi Organisasional, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2000), Modul Kuliah, hal.6.9
17
organisasi, yaitu: fungsi informative, regulative, persuasif dan intergratif.
Keempat fungsi tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Fungsi Informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem proses
informasi. Maksudnya seluruh anggota dalam suatu organisasi
berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik,
dan tepat waktu.18
b. Fungsi Regulatif
Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku
dalam suatu organisasi. Ada dua hal yang berpengaruh pada fungsi
regulatif ini. Pertama, atasan tau orang-orang yang berada dalam
tatanan manajemen, yaitu mereka yang memiliki wewenang untuk
mengendalikan informasi dan memberikan instruksi atau perintah.
Kedua, berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya
berorientasi pada kerja. Artinya bawahan membutuhkan kepastian
peraturan tentang pekerjaan yang boleh untuk dilaksanakan.19
c. Fungsi Persuasif
Fungsi ini lebih banyak dimanfaatkan oleh pihak pimpinan
dalam sebuah organisasi dengan tujuan untuk memperoleh dukungan
dari karyawan. Fungsi persuasif adalah penyeimbang dari pemberian
intruski. Seorang atasan harus pintar-pintar mendapatkan hati para
karyawannya maka persuasif inilah caranya. Atasan dalam
memberikan instruksi pekerjaan juga harus dibarengi dengan sikap
18
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2007), hal.274
19
mengajak yang santun dan bijak. Sebab pekerjaan yang dilakukan
secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang
lebih besar dibanding jika pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan
dan kewenangannya.
d. Fungsi Intergratif
Setiap organisai berusaha untuk menyediakan saluran yang
memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan
dengan baik. Ada dua saluran komunikasi yaitu, formal, seperti
penerbitan khusus dalam organisasi (newsletter) dan laporan kemajuan
organisasi; juga saluran informal, seperti perbincangan antarpribadi
dalam masa istirahat kerja, pertandingan, olahraga dan lain-lain.20
6. Dinamika Komunikasi Organisasi
Gagasan komunikasi yang lebih tradisional terpusat pada konsep
“transmisi” dan “alat”. Carey mengingatkan definisi komunikasi menitik
beratkan gagasan pengiriman, penyebaran, dan pemberian informasi
kepada orang lain untuk tujuan pengendalian. Kemudian ia
mengembangkan suatu pandangan “ritual” mengenai komunikasi yang
mengaitkan istilah tersebut dengan pembagian, partisipasi, dan asosiasi.
Gagasan serupa di kemukakan oleh Pearce yang menunjukan bahwa
komunikasi dipandang sebagai instrument yang dipakai manusia untuk
mencapai maksud-maksud tertentu. Dalam hal ini komunikasi adalah suatu
sarana pikiran, suatu alat yang digunakan untuk melakukan sesuatu.21
20
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2007), hal.276
21
7. Proses Komunikasi Organisasi
Ada tiga tahap utama dalam proses komunikasi organisasi.
Weickmenyebutkan ketiga tahap ini secara khusus sebagai berikut:
a. Tahap Pemeran
Secara sederhana berarti bahwa para anggota organisasi menciptakan
ulang lingkungan mereka dengan menentukan dan merundingkan
makna khusus bagi suatu peristiwa.
b. Tahap Seleksi
Aturan-aturan dan siklus komunikasi digunakan untuk menentukan
pengurangan yang sesuai dalam ketidakjelasan.
c. Tahap Retensi
Memungkinkan organisasi menyimpan informasi mengenai cara
organisasi itu memberi respons atas berbagai situasi.
Strategi-strategi yang berhasil menjadi peraturan yang dapat
diterapkan pada masa mendatang. Berbagai tahap tersebut saling
mempengaruhi satu sama lainnya. Weick secara khusus menyimpulkan
bahwa semua tahap-tahap sebagai “pemeranan (menghimpun sesuatu
bagian dari sejumlah pengalaman untuk diperhatikan lebih lanjut), seleksi
(memasukkan seperangkat penafsiran ke dalam bagian yang dihimpun)
dan retensi (penyimpanan segmen-segmen yang sudah diinterpretasikan
untuk pemakaian pada masa mendatang)”. Aturan-aturan dan siklus
komunikasi diterapkan pada setiap tahap bila para anggota organisasi
memproses informasi.22
22
B. Berita Dalam Kategori
1. Pengertian Berita
Berita adalah laporan tentang suatu peristiwa atau kejadian.
MenurutMichael V. Charnieymengemukakan bahwa berita adalah laporan
tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian yang factual, penting, dan
menarik bagi sebagian pembaca, serta menyangkut kepentingan mereka.
Sedangkan Wiliard C. Bleyer mengemukakan berita adalah sesuatu yang
yang terkini (baru) yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat
kabar sehingga menarik minat bagi pembaca.23
Berita merupakan suatu penuturan secara benar dan tidak memihak
dari fakta yang punya arti penting dan baru terjadi, yang dapat menarik
perhatian pembaca surat kabar yang memuat hal tersebut. Berita juga
laporan pertama dari kejadian penting dan dapat menarik perhatian umum.
Suatu peristiwa bisa disebut berita apabila sudah disiarkan, dilaporkan,
atau diinformasikan. Berita dalam media cetak dapat dilihat pada surat
kabar,tabloid, atau majalah. Di dalam berita, selalu terdapat informasi.
Berita bisa didefinisikan juga sebagai cerita atau keterangan mengenai
kejadian atau peristiwa yang hangat. Cerita mengenai peristiwa yang
masih hangat merupakan hal yang sangat dinanti-nantikan oleh semua
khalayak. Oleh karena itu berita dapat membantu untuk mengetahui
banyak hal yang terjadi. Dengan kata lain berita juga dapat diartikan
sebagai suatu fakta yang menarik atau sesuatu hal penting untuk diketahui
yang biasa disampaikan pada khalayak melalui sebuah media. Namun,
tidak semua fakta bisa diangkat menjadi sebuah berita oleh media, karena
23
setiap fakta akan dipilah dan dipilih antara yang pantas disampaikan ke
khalayak umum.
2. Unsur-unsur Berita
Adapun unsur-unsur dalam berita tergolong dalam 5W+1H adalah
sebagai berikut:24
a. What
Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur what,yaitu
berisi pernyataan yang dapat menjawab pertanyaan apa.
b. Who
Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur who, yaitu
disertai keterangan tentang orang-orang yang terlibat dalam peristiwa.
c. When
Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsurwhen, yaitu
menyebutkan waktu kejadian peristiwa.
d. Where
Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur where, yaitu
berisi deskripsi lengkap tentang tempat kejadian.
e. Why
Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsurwhy, yaitu
disertai alasan atau latar belakang terjadinya peristiwa.
f. How
Suatu berita dikatakan baik jika memenuhi unsur how, yaitu
dapat dijelaskan proses kejadian suatu peristiwa dan akibat yang
ditimbulkan.
24
Selain itu peristiwa yang layak diberitakan harus mempunyai
unsur-unsur yang dikategorikan sebagai berikut:25
a. Unsur Kepentingan
Unsur kepentingan dalam berita maksudnya pemberita
mempunyai kepentingan terhadap pembaca atau pendengar atas
peristiwa itu.
b. Unsur Perhatian Masyarakat
Unsur disini maksudnya adalah sebelum memberitakan
peristiwa harus berpikir adanya unsur perhatian masyarakat terhadap
peristiwa.
c. Unsur Emosi
Unsur Emosi maksudnya adalah ketika masyarakat setelah
membaca atau mendengar berita atau peristiwa, dampak dari berita
ituterhadap masyarakat secara psikologis.
d. Unsur Jarak Peristiwa dan Pembaca
Unsur kedekatan antara tempat dengan pembaca. Dilihat dari
unsur kepentingan, emosi dan perhatian masyarakat pun tidak ada yang
dapat diharapkan dari pembacanya. Karena dilihat dari sebuah jarak.
Akan tetapi bila jarak peristiwanya itu dekat antara tempat dengan
pembaca makan unsur kedekatan itupun dapat dipertimbangkan.
e. Unsur Keluarbiasaan
Unsur keluarbiasaan maksudnya apakah peristiwa itu di luar
kebiasaan. Peristiwa yang dapat menjadi berita ialah yang tidak biasa,
maka karena tidak biasa itulah akan menarik perhatian para pembaca
25
atau pendengar. Bila peristiwa itu sudah biasa terjadi di masyarakat,
bahkan telah menjadi rutinitas, mubazir diberitakan. Hal itu tidak akan
menambah pengetahuan dan tidak akan menarik untuk dibaca. Suatau
hal yang luar biasa itu selalu dicari orang, terutama oleh para kuli tinta
(wartawan) baik untuk sensasi maupun berita.
f. Unsur Kemanusiaan
Peristiwa yang diberitakan harus tidak bertentangan dengan
etika, norma dan moral. Selain itu, penulisan berita juga berhubungan
dengan perasaan, baik terhadap objek berita maupun terhadap
pembaca. Dengan rasa kemanusiaan, berarti kita menjunjung tinggi
harkat dan martabat manusia. Sejelek dan sejahat apa pun, karena
objek beritanya manusia, beritanya harus dengan batas-batas
kemanusiaan menyangkut etika, norma dan moral.
g. Unsur Kekhasan
Masalah kekhasan bergantung pada tingkat media massa
tersebut. Ada media massa tingkat nasional, provinsi dan kabupaten
atau lokal. Selain itu, disesuaikan dengan pangsa pasar atau target
pembacanya. Dengan demikian, ada koran yang mempunyai kekhasan
berita, ada yang mengutamakan berita-berita daerah, kriminal,
ekonomi, politik, dan lain-lain.
3. Jenis-Jenis Berita
Berikut ada jenis berita yang terdiri atas berita elementary, berita
intermediate, dan berita advance.26
26
a. Berita Elementary
1) Straight news report adalah laporan langsung mengenai suatu
peristiwa.
2) Depth news report adalah reporter menghimpun informasi dengan
fakta-fakta mengenai peristiwa itu sendiri sebagai informasi
tambahan untuk peristiwa tersebut.
3) Comprehensive news merupakan laporan tentang fakta yang
bersifat menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek.
b. Berita Intermediate
1) Interpretative report lebih dari sekedar straight news dan depth
news. Berita interpretatifbiasanya memfokuskan sebuah isu,
masalah, atau peristiwa-peristiwa controversial.Namun demikian,
fokus beritanya masih berbicara mengenaifakta yang terbuktibukan
opini.
2) Feature story. Penulis mencari fakta untuk menarik perhatian
pembacanya. Penulis feature menyajikan suatu pengalaman
pembaca yang lebih bergantung pada gaya penulisan dan humor
daripada pentingnya informasi yang disajikan.
c. Berita Advance
1) Depth reporting adalah pelaporan jurnalistik yang bersifat
mendalam, tajam, lengkap dan utuh tentang suatu peristiwa
fenomenal atau actual.
2) Investigative reporting berisikan hal-hal yang tidak jauh berbeda
memusatkan pada sejumlah masalah dan kontroversi. Namun
demikian, dalam laporan investigative, para wartawan melakukan
penyelidikan untuk memperoleh fakta yang tersembunyi demi
tujuan. Pelaksanaannya sering illegal atau tidak etis.
3) Editoral writing adalah penyajian fakta dan opini yang menafsirkan
berita-berita yang penting dan memengaruhi pendapat umum.
4. Media Dalam Berita
Media-media yang biasa menyampaikan berita antara lain:27
a. Media Cetak
Media ini sangat baik digunakan oleh pembaca yang ingin
mengetahui peristiwa secara detail dapat didokumentasikan melalui
media cetak bila sesuatu saat ingin mengingat peristiwa. Contohnya,
Koran, majalah, tabloid dan lain-lain.
b. Media Elektronik
Media ini sangat efektif dalam menyebarkan sebuah berita,
dikarenakan banyak orang yang tidak senang membaca dan bisa
melihat sumber peristiwa. Berita jika disiarkan melalui media ini,
memang banyak yang menyenangi. Contoh media elektronik adalah
televisi, radio dan lain-lain.
c. Media Online
Media ini kecepatan informasinya yang lebih ditekankan.
Dengan media ini mempermudah mencari atau menyebarkan berita
dengan mengakses melalui internet.
27
5. Batasan Berita
Menurut Dean M.Lyle Sprencer mengatakan bahwa batasan berita
adalah kenyataan atau tulisan yang memuat ide yang benar terjadi
dilapangan dan dapat menarik perhatian para pembacanya.
6. Sumber Berita
Sumber berita selain sebagai objek yang diberitakan juga sebagai
media untuk mengumpulkan informasi. Menurut Eugene J. WebbdanJerry
R Salancik, ada empat jenis sumber berita yaitu:
a. Observasi secara langsung terhadap situasi berita yang akan ditulis.
b. Menggunakan proses wawancara.
c. Pencarian dengan melakukan penelitian bahan-bahan dengan dokumen
(riset data).
d. Dengan menjadi pelaku atau saksi dalam peristiwa tersebut (sekarang
sering disebut dengan citizen journalism.28
7. Berita Negatif
Berita negatif adalah berita yang isinya mempertentangkan atau
bertolak belakang dari suatu kepastian. Berita negatif biasanya berisikan
sebuah informasi yang negatif, yang pada intinya memberikan semacam
informasi kecaman dan menunjukan suatu pengingkaran. Berita negatif juga
bisa dinyatakan sebagai suatu berita yang berlainan dengan pernyataannya
yang sebenaranya (dipakai untuk menyangkal).29
Selain ada berita negatif, berita positif juga selalu menjadi sebuah
pemberitaan yang ada diberbagai media. Berita positif adalah berita yang
isinya tidak mengandung kata ingkar. Berita positif merupakan berita yang
mengandung unsur peristiwa yang positif.
1. Perbandingan Berita Negatif dan Berita Positif
Setiap berita mempunyai unsur yang negatif maupun positif. Oleh
karena itu jika pembaca tidak pintar memilah mana berita negatif dan
mana berita positif maka akan menjadi salah menafsirkan pada berita
tersebut.
Berita negatif mempunyai unsur yang negatif, pada berita tersebut
selalu menginfomasikan berita yang bertolak belakang atas peristiwa yang
ada. Berita negatif bertentangan, sangat berbeda dengan berita positif yang
selalu menginformasikan hal-hal atau fakta-fakta yang positif. Berita
positif mempunyai unsur yang baik. Bila dibandingkan berita positif dan
negatif mempunyai unsur yang berbeda. Berita negatif menginformasikan
peristiwa yang negatif sedangkan berita positif menginformasikan berita
yang positif.
C. Reduksi
Reduksi menurut secara harfiah merupakan pengurangan,
penyempitan, sebuah proses mengambil kembali (re-ducere). Kata sifat dari
reduksi adalah reduksionis. Reduksi bisa dikatakan pula yakni menyaring.
Menyaring sebuah peristiwa/fenomena untuk disampaikan kepada inti dari
peristiwa/fenomena tersebut.30
Ada tiga tahap dalam aktivitas reduksi menurut Husserl, yaitu:31
30
Jan Hendrik Rapar,Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1996), h.118
31
1. Reduksi Fenomenologis
Reduksi fenomenologis ditempuh dengan menyisihkan atau
menyaring pengalaman pengamatan pertama yang terarah pada eksistensi
fenomena. Pengalaman inderawi itu tidak, tetapi perlu disisihkan dan
disaring lebih dahulu sehingga tersingkirlah segala prasangka,
praanggapan maupun prateori, baik yang berdasarkan keyakinan
tradisional, maupun yang berdasarkan keyakinan agamis, bahkan seluruh
keyakinan dan pandangan yang telah dimiliki sebelumnya. Segala sesuatu
yang diketahui dan dipahami, lewat pengamatan biasa terhadap fenomena
itu, harus diuji sedemikian rupa dan tidak boleh diterima begitu saja.
Fenomena itu diamati dalam hubungannya dengan kesadaran tanpa
melakukan refleksi terhadap fakta-fakta yang ditemukan lewat pengamatan
itu karena yang utama dalam hidup ini ialah menemukan dan
menyingkirkan subjektivitas-subjektivitas yang merupakan penghambat
bagi fenomena itu dalam mengungkapkan hakikat dirinya.
2. Reduksi Eidetis
Reduksi eidetis adalah upaya untuk menemukan eidos atau hakikat
fenomena tersembunyi. Pada tahap ini segala sesuatu yang dianggap
sebagai hakikat fenomena yang diamati harus disaring untuk menemukan
hakikat yang sesungguhnya dari fenomena itu. Itu berarti segala sesuatu
yang dilihat harus dianalisis secara cermat dan lengkap agar tidak ada yang
terlupakan. Dalam upaya menganalisis fenomena yang diamati dengan
cermat dan lengkap, perhatian pengamat harus senantiasa terarah kepada
3. Reduksi Transendental
Reduksi transendental berarti menyisihkan dan menyaring semua
hubungan antara fenomena yang diamati dan fenomena lainnya. Misalnya
saja fenomena yang diamati itu adalah diri kita sendiri, kita harus
menyadari bahwa diri kita sendiri senantiasa memiliki hubungan dengan
fenomena lainnya, yang berada diluar diri kita. Keterhubungan yang
demikian itu membuat kita senantiasa berada dalam suatu situasi yang
tertentu, seperti kita sedang makan, sedang menulis, sedang mandi, dan
sebagainya. Pengalaman-pengalaman yang demikian itu jelas merupakan
hal-hal yang harus disisihkan karena merupakan bagian dari kesadaran
empiris. Reduksi transendental harus menemukan kesadaran murni dengan
menyisihkan kesadaran empiris sehingga kesadaran diri sendiri tidak lagi
berlandaskan pada keterhubungan dengan fenomena lainnya. Kesadaran
diri yang telah bebas dari kesadaran empiris itu mengatasi pengalaman,
36
GAMBARAN UMUM INDONESIA CORRUPTION WATCH
A. Latar Belakang dan Sejarah Singkat ICW
Korupsi kian mencemaskan setelah implementasi Otonomi Daerah.
Arah desentralisasi yang membawa semangat keadilan distributif
sumber-sumber negara yang selama 32 tahun dikuasai secara otoriter oleh pemerintah
pusat kini justru menjadi ajang distribusi korupsi dimana aktor dan areal
korupsi kian meluas. Praktek korupsi tidak lagi terorganisir dan terpusat, tetapi
sudah terfragmentasi seiring dengan munculnya pusat-pusat kekuasaan baru.
Hukum yang seharusnya memberikan jaminan terwujudnya keadilan
dan penegakan aturan juga tak luput dari ganasnya korupsi. Mafia peradilan
kian merajalela dan lembaga peradilan tak ubah laksana lembaga lelang
perkara yang membuat buncit perut aparat penegak hukum busuk. Rasa
keadilan digadaikan oleh praktek suap menyuap. Intervensi politik terhadap
proses hukum menyebabkan lembaga peradilan hanya menjadi komoditas
politik kekuasaan. Tidak ada kasus korupsi yang benar-benar divonis setimpal
dengan perbuatannya. Dengan kekuasaan uang dan perlindungan politik,
koruptor dapat menghirup udara bebas tanpa perlu takut dijerat hukum.
Tidak sedikitpun terlihat ada kemauan politik (will) dari pemerintah
untuk memberantas praktek mega korupsi. Krisis ekonomi yang dituding
banyak pihak merupakan akibat dari praktek korupsi tidak dijadikan pelajaran.
Konglomerat akbar yang melakukan kejahatan ekonomi justru diproteksi.
pemerintah yang memicu hilangnya mekanisme jaring pengaman sosial seperti
penghapusan subsidi pendidikan, kesehatan, pupuk dan BBM. Korupsi telah
menyebabkan kemiskinan struktural yang kronis.
Korupsi membuat mekanisme pasar tidak berjalan. Proteksi, monopoli
dan oligopoli menyebabkan ekonomi biaya tinggi dan distorsi pada distribusi
barang/jasa, dimana pengusaha yang mampu berkolaborasi dengan elit politik
mendapat akses, konsesi dan kontrak-kontrak ekonomi dengan keuntungan
besar. Persaingan usaha yang harus dimenangkan dengan praktek suap
menyuap mengakibatkan biaya produksi membengkak. Ongkos buruh ditekan
serendah mungkin sebagai kompensasi biaya korupsi yang sudah dikeluarkan
pelaku ekonomi.
Busuknya sektor pemerintah dan sektor swasta karena korupsi hanya
melahirkan kemiskinan, kebodohan dan ketidakberdayaan rakyat banyak.
Korupsi yang terjadi karena perselingkuhan kekuasaan politik dan kekuatan
ekonomi membuat semakin lebarnya jurang kesejahteraan. Karena itulah ICW
percaya bahwa pemberantasan korupsi akan berjalan efektif jika ada pelibatan
yang luas dari rakyat sebagai korbannya. ICW mengambil posisi untuk
bersama-sama rakyat membangun gerakan sosial memberantas korupsi dan
berupaya mengimbangi persekongkolan kekuatan birokrasi pemerintah dan
bisnis. Dengan demikian reformasi di bidang hukum, politik, ekonomi dan
sosial untuk menciptakan tata kelola pemerintahan yang demokratis dan
berkeadilan sosial dapat diwujudkan.
ICW adalah lembaga nirlaba yang terdiri dari sekumpulan orang yang
pemberdayaan rakyat untuk terlibat/berpartisipasi aktif melakukan perlawanan
terhadap praktek korupsi. ICW lahir di Jakarta pada tanggal 21 Juni 1998 di
tengah-tengah gerakan reformasi yang menghendaki pemerintahan pasca
Soeharto yang demokratis, bersih dan bebas korupsi. ICW awalnya merupakan
lembaga swadaya masyarakat (LSM) berawal dari sebuah yayasan berubah
menjadi suatu perkumpulan. Perkumpulan tersebut karena ada dasar yuridis,
politik, maupun sosiologis. Dasar hokum dan politik ini hanya ingin
mensiasati UUD ormas atau UUD yayasan untuk membuat ruang gerak bagi
ICW agak sempit terutama memudahkan pihak pemerintah bisa melakukan
interfensi. Secara politik ICW merupakan suatu perkumpulan yang
memudahkan pendekatan dengan masyarakat. Dengan perkumpulan semua
masyarakat jadi terbuka bisa bergabung dan berkontribusi langsung dalam
melawan korupsi. ICW memperkuat kelompok warga agar terlibat langsung
dalam melawan korupsi. ICW sebagai fasilitator untuk mendorong adanya
gerakan masyarakat untuk melawan korupsi, apa yang dilakukan ICW lebih
banyak upaya penguatan-penguatan kepada masyarakat. Misalnya, seperti
pengorganisasian, membentuk jaringan, menyediakan alat yang bisa di pake
kelompok masyarakat dalam memberantas korupsi.
B. Visi dan Misi ICW
1. Visi ICW
ICW merupakan bentuk lembaga yang mempunyai visi yang
berbeda. Kasus korupsi untuk memberantas para koruptor. Mengontrol
segala tata negara dengan mewujudkan negara yang bebas korupsi, aman
2. Misi ICW
Misi ICW adalah memberdayakan rakyat dalam:
a. Memperjuangkan terwujudnya sistem politik, hukum, ekonomi dan
birokrasi yang bersih dari korupsi dan berlandaskan keadilan sosial
dan jender.
b. Memperkuat partisipasi rakyat dalam proses pengambilan dan
pengawasan kebijakan publik.
Dalam menjalankan misi tersebut, ICW mengambil peran sebagai
berikut:
a. Memfasilitasi penyadaran dan pengorganisasian rakyat dibidang
hak-hak warganegara dan pelayanan publik.
b. Memfasilitasi penguatan kapasitas rakyat dalam proses pengambilan
dan pengawasan kebijakan publik.
c. Mendorong inisiatif rakyat untuk membongkar kasus-kasus korupsi
yang terjadi dan melaporkan pelakunya kepada penegak hukum serta
ke masyarakat luas untuk diadili dan mendapatkan sanksi sosial.
d. Memfasilitasi peningkatan kapasitas rakyat dalam penyelidikan dan
pengawasan korupsi.
e. Menggalang kampanye publik guna mendesakkan reformasi hukum,
politik dan birokrasi yang kondusif bagi pemberantasan korupsi.
f. Memfasilitasi penguatan good governance di masyarakat sipil dan