• STUOI KEBUAKAN PENINGKATAN MU11J PENDIDIKAN
ᄋセ@BERCIRI KHAS
AG.6MA
ISLAIVI DI OKI JAKARTA
. '
Oleh:
ABOOLRO?AK
NIP. 150
m
689
FAKULTASTARBIYAH
INSTrrUT
N3MM.
ISLAIVI N83ERI
. S1UDI KEBUAKAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DA.SAR
BERCIRI
KHAS AGAMA ISIJlJVI DI OKI JAKARTA
. '
Oleh:
ABOOLRO?AK
NIP.150277689
FAKULTASTARBIYAH
INSTITUT N3MM ISIJlJVI NEGffil
277689
MHAK
Pll:lU'UST A KAAN
Nam a
Nip.
Pangkai:.!Goi
Fakultas
;"in. Ri:.:KTOR
KEJ',CL<\ PUSAT peセAelitAan@
Oleh : Alxlll Rozak
Peneiltian bertujuan untli< men:Jeskripsikan perkembangan dan kemajuan Ml
Pernbangunan IAIN Jakarta, bentuk-bentli< kebijakan pendidikan rlalarn peningkatan mutu
pendidikan dan proses pengambilan kebtiakan pendidika terseout. Penelit ian ini menggunakan
modei penelitian kebijakan studi kasus yartu dengan mengambil fokus pada Ml Pembangunan
IAIN Jakarta. Pendekatan dalam ini adalah pendekatan kualttatif. Karem ttu untuk memperoleh
data lapangan digunakan teknik wa..varx:ara secara mendalam kepada kepala Ml dan kepala TU
Madrasah Pembangunan IAIN Jakarta sebagai data primer, sedargkan unluk data pelengkap
digunakan tekrnk studi dokumertasi. Data yang terkumpul dianahsis dengan teknik desknptif.
Hasu penelitian menunjukkan beberapa hal : perlBma. perkemban;ian rnadrasah lblidaiyah sejak didirikan sampai saat ini tetah· mengalami perl<embargan dan kemajuan yang
sangat pesal baik dalam aspek akademis maupun aspek non akademis; kedua. bentuk
kebijakan pembinaan kesiw1aan, kurikulum dan pembinaan pegav-1ai yarg diakukan
memberikan pengaruh positif terhadap proses pembelajaran dan ke0erhas1lan pendidilmn pada 111111 Pembangunan; keU;p, proses pergambilan kebijakan yang ter)ad1 pada Mi Pembangunan terdiri dari model eltt dan model kelembagaan. Unluk keb1jaka11 yang strategr; dan pokok digunakan model eJJn, sedangkan untui< kebijakan opeerasllJral digui-BKi!n model
kelembagaan.
Bism illahirrahnanirrahim
Puji syuktr kehadirat Allah SVVT yang berkat taltik, hidayah dan inayah Nya penelttian
idengan judul STUD/ KEBIJAKAN PENllVGKATAN MUTU PENDIDIKAN DASAR BERG/RI
Kf/AS AGA/11A /SLAM DI DK/ JAKARTA : dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada tokoh percerahan umat manusia, Muhammad S8\N.
Penelilian ini men.(Jakan penelitian individual bagi dosen di ャゥョァォオイセ。ョ@ IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun akademik 1998/1999. Penelitian ini pembiayaannya dibebankan
dari DIKSJOLRK IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun anggaran 1998/1999. Terlaksananya
penelitian dari awal hingga akhir tidak terlepas dari bantuan bertlagai pihak . Untuk セオ@ peneliti
mengucapkan terina kasih, ten.lama kepada :
1. Dr. Dede Rosyada, MA (Kepaia Pusat Penelitian IAIN Syanf Hidayatullah Jakarta)
2. Dr. H. Abuddin Nata, MA (Konsultan Penelitian)
3. Ors. H. Masan AF (Kepala Madrasah lbtidaiyah Pembangumn IAIN Syart Hldayalullah
Jakarta) danDrs.Rasi'in (l<abag TU)
4. Pihak yang membartu lerlaksananya penelitian ini
Akhirnya meskipun laporan penelitran ini telah diselesa1kan. pene1a1 menyadan bahNa
Halanan
ABSTRAK ... .
KATA PENGANTAR ... .
DAFTAR !SI ... : ... .
BAB I. PENDAHULUAN ... ... ... .. .. . . ... .
Latar Belakang Masalah Penelttian ... . ii
1\1
1
1
A.
B. ldentifikasi, Pembatasan dan Penrnusan Masalah Penelltian .. . 11
c.
Tujuan Penelitian .. . . . .. .... .. .... .. .... .. ... . .. . .. . .. . .. . .. . . .. . . .. .12
D. Manfaat Penelitian . . . .. . .. . . .. . . .. . . .. . . . .. . . ·12
E. Sistematika Penulisan . . .. . ... ... . ... ... .. . .. ... . .. . . ... .. ... 13
BAB ii Tlf'.LJAUl\NKEPUSTAKLAAN ... ... .. . ... 14
A. Kebijakan Pendidikan . . .. . . . .. . .. . .. . . .. . .. . . .. . .. . . . . . .. . .. . . 14
B. Mliu Pe1xlidikan . . .. . .. . .. . .. . .. ... ... .. . . . . . .. . .. .. 24
C. Pendidikan Dasar Berciri Khas Agama Islam 37 S,.'\B Iii. METODOLpGI PENELITIAN ... . A Model Peneltt ian ... . B. Waklu danTempat Penelltian ... .
c.
Subyek dan Sum ber Data Penelilian .. .. D. Pendekatan dan Metode Penelilian ... . . ... 4141
··· セR@
42
G. ValiditasData ... 44
H. TeknikAralisa Data ... 44
BAB IV. TEMUAN H.ASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45
A. Sejarah Su1gkat Madrasah Pembangunan IAIN Jakarta . ... 45
1 . Latar Belakang Berdirinya Ml Pembanguran IAIN Jakarta 45 2. Berdiri dan Perkembangan Ml Pembangunan IAIN Jakarta 47 B. Bentuk Kebijakan Penlngkatan Mutu Pemidikan pada Ml Pembangunan IAINJakarta ... 49
1. Kebijakan dalam Bidang Kesiswaan ... ... ... 49
2. Kebijakan dalam Bidang Kurikutum . .. .. .. . . . . . ... .. . . 55
3. Kebijakan dalam Bidang Tenaga Kependidikan .. .. .. . . . 58
•'
c.
Proses Pengambilan Keb!jakan Pendidlkan . . . . . . .. . . . 62D. Anansa ... 64
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... ... 68
A. Kesimpulan ... ... 68
' B. Saran ... . fO DAFTAA KEPUSTAl<AAN ... . . ... .
71
A. Latar Be!akang Masalah
Dalam UU No. 2 tahun 1989 ter1arg ¥istem Pendidikan Nasional, bab V pas al 12 ayat 1
menegaskan batwa 'jenjang pendidikan yang tennasuk jalur pendd1kan sekolah !erdiri alas.
pendidikan dcisar, pendidikan menergah dan pendidikan 1inggi"1. Der-gan kata lain ェ・イセ。ョァ@
perdidikan Jalur sekolah di di Indonesia terdiri atas jenjang pend1dika11 dasar, pendidif'211
menerqah dan pendidikan tinggi. Selanjutnya dalam PP No 28 tahun 1990 tentang pendidikan
dasar, bab Ill pasal 4 ayat 3 menyatakan batwa sekolah dasar (SO) dan sekolah ャ。イセオエ。ョ@
rnenetgah tingkat pertama (SL TP) yarg berciri khas agama Islam yarg diselenggarakan oleh
Departemen Agama masing-masing disebut madrasah ibtidaiyah \Ml) dan madrasah エウ。ョ。キセィ@
(fv1Ts).'
Dari kebijakan perdidikan tersebiJ di atas ada tiga hal, pertama, lembaga pendidikan Ml
clan MTs termasuk ェ・Qセ。ョァ@ pendidikan dasar jalur sekolah atau jatur pendidikan formal. Kedua,
Ml dan fV1Ts keberadaan dan posisinya dtlempatkan. sejaJar dengan lembaga pendidikan SD
·.
da11 SLTP yang berada di bav1ah naurgan Depdikbud. Keti;:Ja, Ml dan MTs disebut perdidikan
1
ArDnirn, UU Sistem Pendidikan Nasbnal dan PemturaJJ Pel3ksanaannya, (Jakarta : Sinar
Grafika, 1992),
ral.
72
dasar berciri khas agama Islam yarg merupakan sl.b sistern perdidikan dasar dalarn sistern
pendidikan nasional.
Sebagai lernbaga pendidikan jalur sekolah, keberadaan Ml dan MTs rnempunyai andil
dan peran yang sargal besar dalam upaya mencerdaskan kehid1..pan bargsa dan peranaman
ョゥャ。セョゥA。ゥ@ moral keagamaan pada masayarakat Indonesia khususnya pada masyarakat muslim
sebagai kornunrras mayorttas di negara lrrlonesia. Karena
ttu,
kehadiran k;rnbaga pendidikan rnadrasah (Ml dan rvlTs) dalam sistem pendidikan nasional tidak boleh diabaikan begttu saja.Jauh sebelum masa kemerdekaan, di lrdonesia telah berdiri clan be1'Kernbang pesal
iemlJciga iemliaga pendidikan Islam yang disebut dergan perguruan agama Islam di betbagai
pelosok penjuru wiayah lrdonesia, Seperti di Aceh berdiri dan beri\embarg lembaga pergu-uan
agama
Islam yang disebut Rangkang, di Minangkabau berdiri dan berkembang lembagaperguruan agama Islam yang disebut St.rau dan di Jawa berdiri dan berkembang lembaga
pc:rguran agama Islam yang disebut pesantren.
Sebagaimana diakui oleh Zamakhsyarl Dhofier'
batwa
sLrnbangan lembaga ー・ョ、ゥ、セZ。ョ@Islam dalam upaya mencerdaskan kehidt.pan bangsa tetah ada s"belum Indonesia rnerdeka.
Lembaga pendidikan Islam yang dmaksud adalah RA (Raudt·;atut AtfaO, Ml (Madrasal1 ltAlcla[yah), fv1Ts Hmセ、イ。ウ。ャQ@ Tsanawiyah), MA (Madrasah Aliyah), Pondok Pesantren dan MD
(Maclrasah Diniyah). Sedangkan lembaga pendidikan
tinggi
Islam baru memanilrnn perannya[
QMコセセ[セセォャ[セ[セMPMィッヲゥ・イL@
p・Q[セ[ヲ。。エ。QQ@
Lembaga Pendkliki:t11 /sitm r!l1 t;,11rュ[ァャ\NNセ@
1/1/ajlb Be/ajar Pe11didikan Dasar, dalam bl.Ku Pe11yuksesan Progr&n Wa)b
Bee;ar
f'e11d1dil-&1setelar1 !l):Jonesia merdeka. Pendapat Dhotier dperkll3t oleh MasykLii Abdillah4 bahNa
madmsah mempunyai andil yarg besar dalam perjalanan bargsa Indonesia, baik sebelum
Indonesia merdeka maupun sesudal1nya. Seperti banfak diantara perxliri tanah air dari kelompok
sariri
adalati produk lernbaga pendidikan madrasah. Begitu pula dalarn konleks keku1ian Ml danMTs ditempatkan juga sebagai pelaksana program wajib belajar setingkat SD dan SL TP.
Secara sosio-historis pendidikan Islam di Indonesia mulai merampakkan kemajuannya
pada akhir abad l<e 19 atau awal abad ke 20, dimara pada masa セオ@ terjadi upaya moderrnsasi
lembaga perdidikan Islam sehingga menemU<akan format baru dalam benluk madrasah. L\Jaya
modernisasi lembaga pendidikan Islam berjalan cti<up pesal pada m11sa ttu karena dlopari;i oleh
organisasi sosial keagamaan seperti Muhammadiyah, NU, 。セャイウケ。、L@ Jamfatul Khair, MaH'ilaul
Ar;,var, Perti dan sebagainya der¥Jan melakukan pengadopsian sistem pendidikan ala Baral yarg
dikembargkan oleh kaITTJ kolonialis Belan:la yarg menggunakan Sl'.>\ern pendidikan mcdern a\au klasikal.
Seperti dikemlkakan oleh A. Malik f。、ェ。イNセ@ persentuhan "global" der,gan plroal QウオセQQ@ di
f-lammain memungkinkan para pelaku pendidikan Islam menhal s1stern pernbelaiaran yang ltcbfr1
terprogram. Maka !ITTJbuh dan berkembanglah pola pembelajaran pe1a1aran-pelaJaran Islam yarg
dir;eioia dergan sis_lem madrasi. Pengelolaan pendidikan Islam dengan sistern 11Ji:J(J/"iJSI memungkinkan cara pembelajaran secara klasikal. OerQan セN。ャ。@ 1au1 lahlrnya lernt•aga
'' ivlasykuri Abdillah, Peningkatan Kuall.as PendK.iiAan Madaisa/1. daiam JUfl-al Madrasar1
(Jakarta, PPIM IAIN Jakarta: 1997), vol. 2, hat. 14
pen:iidikan rnadrasat1 (madrasO sebagai wujud baru kelemtJaga;:.r. pe1.:J1d11\an is!am batTf<lk dipengaruhi oleh dua fak1or yaau faktor kolonialis BelanJa yc:rg lelah merntr,rNa srstem
pendidll\al1 modern ke Nusantara ma1.pun karena fak1or irrteraksi global Islam d1 lr'donesia dengan pusa! Islam di Haramain_
P8da masa awal pe1kembarga111ya, lembaga perld1d1f ;rn hiam
1cm1asu"
ma(lra·can dikeiu!o uleh lembaga swadaya masyarakaL Hal nu le1\.;.,1 Jc;, セj、ゥ@ 1,,e'
><lh": it•1pe11d1d!ka11 madrasah yang dilakli\an oleh masyarakal batk m elak11 01garnsas1 sos1al >ea11rnn1w1
maupun alas inisiatif pribadi dari kalargan ulama karem !erdo1ong okih lar:ggtinJ セQキ。「@ rnu1nl
keagarnaan u11lLi< rnenyebarkan ctan mergembangkan a1aran Islam Ll:iaha pendrn111 lemt1aga pendidikan tersebut dilakukan baik secam perorargan malpun ,c:c;i;a kelemb,igaa11 rneialui
orga11isas1 sosial keagamaan. Karena lembaga pe11d1dikan Islam rnercpakan ><Biu Wilflilna transfonnasi ョゥャ。セョゥA。ゥ@ keagamaan dan pembenlukan peradaban !'_,;am daiarn masyarafcaL
Penrfalikan yang dilakukan pada lernbaga rnadrasah diharapkan dapill d1Jad1kan setJagai lpilya rekons1ruf:s1 ー・イセ。ャ。ュ。ョMー・ョァ。A。ュ。ョ@ Lrnat manusia secara bet1\elanJLrtan dalam rargf.a
ー・ャ。セZウ。ョ。。ョ@ tgas dan targgung jawabrl'ja sebagai khalifat fil ar d Baru pada taliun l 950an
pemenntah melalui Departernen 1\gama me!akLJ<an pernb111aa11 ''an ー・ョァオイオウ。Qセ@ 18rnbaga p01xlidikari k'lam seperti madrasah agar !erus suvival dalarn percatcran nasional dan glolJi:iL
Oalam perl\embangan ウ・ャ。ゥセエイエョケ。L@ terutama setelah masa kemerdekaan yattu sejak
dekade 1970-an peran dan kontrbusi ternbaga pendidikan rnadrasah dalam rangka pengernbangan sunber daya manusia nasioral mendapat sorotan tajam yang ktrang
sarat dengan sebutan "keterbe/akangan. kumu/1 dan miskin" >tr\a juluf.an lau1nya )'ill'IJ
kesemuanya bermuara pada indikasi kelemahan dan rerdahnya mtAu perrl1dikan madrasat1.
Rendahnya mtitu pendidikan maclrasali ュ・Qセ。、ゥォ。QQ@ ketiad1rannya si,,'l. ,11)ili lernb<l\Jd ;·e11d1(Jii.an
dalam percaiuran sistem pendidikan nasional nyaris l1dak
mempunvi1
a111 dan s1cJ1ilii\am1 i<PJida!arn durna penclidikan nasional l1uonesia. Seper11 re1uatv1ya apre>1as1 umat lslilrn terl1adap
'
lernbaga pen:iidikan madrasah berkorelasi posnif terhadap rendahnya aspirasi umal lslarn untuk
menyekolaffian anaknya ke Jembaga madrasah.
Realilas tersebut menjadikan posisi lembaga pendidikan rnadrasah sebaga1 Ifie second
ci'iss dalarn komtelasi sislem pendidikan nasional. MenurLrt Moch!ar 8Lr:horl3 -pakar
pendidikan- bahwa pendidikan Islam dewasa i111 memberikan kesan yang tidak mengembirakan
karena dLE realitas. Pertama, dalam kenyataannya setiap kali ada murid dari lembaga Islam
lennasuk !embaga pendidikan madrasah yarg 1l.rut serta dalam lomba cerdas cermat atau cepat
lepal di TVRJ, biasanya kelompok ini mendapat nilai terendah. Kedua, partisipasi sisvva-siswi dari
lembaga perdidikan Islam tennastJ< madrasah dalam kegiatan nas:onal seperti lomba karya
i!iniah remaja sangat rendah bahkan separiang sepenge!ahuannya belum pernah ada juara
iorniJa tersebul yang berasal dari lembaga pendidikan lsl;am tennasl.K madrasah. Pandangan
fvl0cll.ar BtdiOfi yang diperolell dari pengamatannya di lapangan rneskpun tidak sepenutmya
'5 p。ュャ。イセ。ョ@ Motri!ar Buctrni di atas clikutif dari Hujair AH. Sanaky daiam tuhsannya, Pendklikan
is.lam di /11c.Jo11esia. dalam J1.rnal Pendidikan Islam, (Yo\r;akarta, Fak. Tarbiyal1 UI : 1996), hal.
kurikulum, m asalah pernyediaan _bLku atau perpustakaan, laboratoriurn, :;upervisi pendidikan dan
sebagainya Keseluruhan masalah lersebut saling lerkail dalam penentuan rnulu pendidikan
madrasal1 yang rendah terulama bila dilihat prestasi akadernik secar'1 kwntitatiF. Sedangkan
secara presiasi akademik secara kualilalif dalam aspek afek!if sampai k111i rnadrasah mas1i1 lebih
'
、QゥQ・、セQQゥ@ D1t;11 'ernbaga perlClidil\a11 dasar berciri khas agoirna Islam (Ml dan MTs) perlu d1laktj\a11
u1;2Jya cf·aya inovalif, leren:;ana, sislernatis dan 「・イォ・ャ。ゥセQmュ@ seria kebijakan-kebijakan
pe11i11i1f:.an yang slrategis. l<ebuakan pend1d1kan rnadrasah yang clia111tJ1I harus mengakornodasi tiga f;ep0rrn-1gan. Kepenlingan fXJ1tama adalah bagai11am kebijakan pendidikan ilu pada
dasarnya tiarus memt>erikan ruang geral< llfflbuh yang warir ba91 aspirasi trnai Islam.
KefYJ11tit19m1 kecJua adalah bagarnana kebijakan pendidikan itu memperielas dan memperkt:kuh
kebemclaan rnadrasah sebagai iljang m embina warga negara yaru cercJas, berpengetahuan,
be11<ep11bacl1an yang bem10ral dan produktlf serta sejajar clengan ,rstcm seko!al1 di bawa11 penibin8an Depdikbud. Kepentingan kett,;a adalah bagarnana ォ・「Qェ。セ。QQ@ pendklikim イョ・Qセ。」ゥQセ。QQ@
madrasah mampu merespon tunttrtan masa depan.
Keli9a kepentingan lersebut di alas bila diakornodas1 Oalarn proses pergarnbian
kebijakan penciidikan dapat rnernngkatkan rnliu pendidikan rnadrasah, seh111ggil (Japat
rnen9e1nbal1kan peran strategis Jernbaga perdidkan madrasa11 sebav;11 iembaga fAH>,jKJikilll
exeilence daiarn perca!uran s1stern pendidil\an nasronal yang 111;w1,1·u meniawil!.> !un!JP(Jd"
semangat spnlul3itas dan relegiusitas masyarakat post industrial atau pasca modern yang
merLpakan salah satu medan tu;ias lembaga pendidil<an Islam seperti r11<1drasah , dimam pada
lembaga pencidikan ini disamping terjadi trar1>formasi keilnuan juga diharapkan terjadi
transform 。セQ@ ョゥャ。セョゥャ。ゥ@ rn oral keagarnaan.
Sebagaimana dikemli<akan oleh Soejatmoko9 dalam be11Jagai kesempatan bahNa abad
'
rnasa depan n1en.1-;akan abad kebangknan agama terutarna agama agama samawi. Agama
mL1lai dirujuk kemabali sebagai pedoman hidup karena mempunyai 11ria1 kebenaran absolLrt dan
moralilas yang kuf;uh, sementara ideologi buatan manusia semak»1 ャセカj。ォ@ marnpu merghadapi
perubahan. Senada dengan Soejatmoko, Atvin Tovter seorang futumlog dalam buktHiya Mega
Tenld 2000 menyebutkan bah-Na menjelang abad XX.I terjadi kebangl\nan sprltualitas a<Jaina 1'!
Beg1lu pula pandangan Schumacher yang dikliif oleh Peter L Herger, balwa masalai»
masalah zarnan ini tak dapat dipecahkan dergan organisasi admuvoli as1
at au
lklilJwati'P"'
saya エセォ@ rnemban1ah bahiva itu semua pentinQ. Kita saat irn mernlerrt.a [.1Cnya1'1t ュ・エ。ヲQZLセL。@ rrnw.a
oba!nya juga !urus metatlsika.11 Dengan demikian dari beberapa p<mddruan par .i
rn011unjukkan adanya kecenderungan revitalisasi peran ag<una th;" 11 セ・ャ@ 1dup<i11 r::cn y<11 <1'.al
modem.
" Pandangan Soejatmoko diklrtif dari A. Malik Fad jar, Opcit., tial 4 '.>
·o [),:'.:darn i1;:-i:Y.iaP.gan l\.ivin To\1ier ォ⦅オエj」エイセエNゥャ。ョ@ aga1na atat1 ᄋZゥQクQAlセQLQGN⦅LN⦅@ ·1h;i
u0:1d th.11,. Bセァ。@ ii end dalam rnilernuin Ill abu abad XXI.
·' F'eter L Berger, Piramida Kurban Manusia Etika pッLセQォ@ c!an Pcwba/ian Sostal ;Jakar1a
diindikasikan dengan adanya suasana kompetitif dia1iara para r,rang Ui ten,1arna me1eka yan;J
beriatar belakang kultur modern dalam menyekolattan pLrtar·plAi!nya ke sttilu lenitxiga pe1xlidikan Madrasah Pembangunan IAIN Jaf;arta.
Fenomena kemunculan iembaga perdidikrm rnadrn:><ill tie1kllilltlas "'"f'eil1 Y"il9
ditunjul\kan o!eh Ml Pembargunan !AIN Jakarta mcnarlk un!tt '.l!lakuhan '
mer1dalarn tentang bagarnana kebijakan peningkalan rnutu ー・QエゥkャャセN。ョ@ yarg clielapkaii oleh
nya !\arena lembaga pendidikan ini (Ml Pembaogunan IAIN Jaka11a) temyata mar11pu
bcfKornpelisi rnenarik minat rnasyarakat ibu kola dari kelornpok kelas mer:engah.
Deruan
derMdan fvll Pembargunban IAIN Jakarta merupakan sebuah !cmbaga yang tx·rnda da!am
;ody,., r:cb ma;11t1 IJeracia ciaiarn posrs1 yang ci1f;esankan teri1ngga1 flan re1xJan.
Keberlangsungan mLtu lembaga pendidikan pada madrasah pembangunan IAIN
JaKaii<1 litJak terlepas dari manajemen perdidil\an yang diterapkan olell para pengella lembaga
tersebut. Sebagai suatu organisasi , maka madrasah pembagurnn juga memiliki sejumlah kc:bijakan ywlJ dijadikan sebagai acuan dan pedoman dalam melak<;anakan program-program
kerja rnat1rasah. Dalam kattan ttulah, penellti tertarik untuk megl<<1Ji secara ieb1t1 menc1alam
B_ !dentiflkasl, Peml>atasan dan Penm.isan Masalah Penelltl<ID
Upaya peningkatan mutu pendidikan madrasah merupakan kegiatan peningkatan
bernbagai aspek atau komponen yarg terkalt dengan kegiatan perdidikan di madrasah.
Komponen-komponen tersebut meliputi : aspek kelembagaan, ktrikulum, tenaga kependidikan,
sarana dan prasarana, pembiayaan, manajemen madrasah dan supervisi pendidikan madrasah.
Alas dasar pemikiran di atas, dapat didentitlkasl masalah-masalah penelltian tertarg kebijakan
peningkatanmutupendidikanmadrasah yaltu: 1. masalah kelembagaan; 2. masalah klrikulum;
3. masalah tenaga kependidikan; 4. masalah sarana dan prasarana; 5. masalah pembiayaan, 6.
masalah manajemen madrasah; 7. masalah supervlsi pendidikan madrasah.
Dari identifikasi pennasalahn pene!Hian di alas, maka foks uama dalam penelltian ini
adalah masalah kebijakan peningkatan mutu pendidikan pada Ml Pembangunan yang berkaltan
dengan kesiswaan, kurikulum dan tenaga kependidikan. Dengan demikian penelltian ini harrya
membahas ketiga masalah tersebul. Karena .nu masalah penelltian dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1. Bagainana tingkat perkembargan perjalanan Ml Pembangunan IAIN Jakarta sejak berdiri
sampai saat ini?
2. Bagarnana bentuk kebijakan peningkatan mulu pendidikan pada Ml Pembangunan JAIN
Jakarta yang terkalt dengan a. masalah kesiswaan; b. masalah kurikutum; c. masalah
tenaga kependidikan;
c.
Tujuan PenelltlanPenelitian ini secara khusus bertujuan untuk mendeskripsikan tentang:
1. Tingkat perkembangan perjalaran Ml Pembanguran IAIN Jakarta sejak berdiri sampai saat
ini.
2. Bentuk kebijakan peningkatan mutu perdidikan pada Ml Pembargunan IAIN Jakarta yang
terkait dengan a. masalah kesiswaan'. b. masalah kurikulum; dan c. masalah teraga
kependidikan;
3. Proses pet'jJambilan kebijakan pendidikan dalam peningkatan mutu perdidikan pada Ml
IAIN Jakarta.
D. IVl'1rtaat Penelltlan
Secara prak!is penelitian ini memberikan nilai manfaat terutama:
1. Bagi pengelola dan prak!isi penddikan di Ml Pembangunan IAIN Jakarta hasil penelitian ini
dapat digunakan sebagai in-put dalam proses, inplemerlasi dam evaluasi kebijakan
perdidikan yarg selama ini dilaksanakan.
2. Bagi para peminat dan pengkaji dunia pendidikan Islam memperoleh informasi obyeklif dan
empirik tentarg proses, implementasi dan evaluasi kebijakan perdidikan teruama yang
terjadi peada Ml RembarYJunan IAJN Jakarta.
3. Sebagai tambahan khazanah kepustakaan yang diperoieh dari sumber empirik.
Sedangkan secara teoritls temuan di lapangan dapat diajdikan sebagai .bahan dalam
melakukan suatu formulasi dan knostruksi teoritik khususllfcl dalam bidarg kaJian anafisis
E. Sistematika Pen.ilisan
Penulisan laporan penelttian ini secara sistematis disajikan dalam lirna bab. Pada setiap
bab terdiri dari uraian-uaraian yarg merupakan isi dari bab tersebut.
'Bab I. Pendahuluan. Bab ini yang mengambarkan tentarg latar bekalarg masalah
peneli!ian, identifikasi, pembatasan dan r'i.musan masalah peneiitian, tujuan dan manfaat
peneltt ian serta sistematika penulisan laporan has ii peneltt ian.
Bab II. Telaah Kepustakaan. Bab ini berisi kajian teorik tentang variabel penelltian. Hal
ini dilakukan untuk mendapatkan landasan teoritil< dalam penel!ian ini sepertl kajian teorttik
tentang kebijakan pendidikan, mutu pendk:likan dan perdidikan dasar berciri khas agama Islam.
Bab Ill. Metodologi penelttian. Bab lni membahas tentang walltu dan tempat peneman,
subyek penelltian, pendekatan penelitian, teknik pergumpul data, lnst[Ul1en pergumpul data dan
teknik analisa data.
Bab IV. Temuan Hasil Penelttian dan Pembahasan. Bab int menjelaskan tentang
temuan-temuan data lapargan tentang yang berkalan dengan rnasaiah ー・イセャャゥ。ョN@ Data
tersebut kemudian dianalisis dan diinterpretasikan ke daam suatu pemabahasan secara
deskriptif -analltis.
Bab V Kesi'npulan dan Rekomendasi atau Saran. Bab 1111 menyajikan ter1ang
kesimpulan akhir yang penulls kemukakan dalam laporan inl sebagal jawaban pemiasalahan
penelitian. Sedangkan rekomendasi atau saran merupakan gagasan kepada pihak terka« un!uk
"
A. Kebijakan Pendldlkan
lstilah kebijakan perdidikan men.pakan bentui< kata jadian
yang
secara etmolog1sterdiri dari kata kebijakan dan pendidlkan. 'Dalam kepustakaan berbahasa Indonesia
di!emukan dm kata yang berbeda yattu kebijakan dan kebijaksB11aa11' sebaga1 teriemahan
dari kata lnggris polty. Kedua kata tersebut digunakan dalam dunia ilrnu sosial. Kata poltcy ttu
serdiri secara elimologis berasal dari beberapa kata yaitu polltia (Latr1) y1lfl'J berartl riegara
polis (YunanO berarti negara kota, pur (Sari<rtt) kola, polte セョァァイゥウI@ berart1 adm inistras1 un un
atau pemerintah 2. Menurut lndrafatx:rudi penulis buku yang llequdul KebljaAsa11iJf111
1
Para ilmuNan sosial Indonesia teroagi dalam dua kebmpok dalam menterjematl;an kata
policy. Pertama mereka yang menterjemahkan kata policy melljadi keblfilkall dai:lm bert:>aga1 tulisannya antara lain : Prof. Hadari NawaNi, Prof. HAR. Tilaar, Ac8 Suryadl, Prof. Aris
Pongtuluran, Sudaiwan Danim, Prof. Sutan Zanli Ami. Kedua mereka
yarg
men1erien1at"Kan kata policy ュ・Qセ。、ゥ@ kebijaksanaan diNakili oleh Prof. Amir Santoso, Ali lmron, Soetppto, Prof.Sondang P. Siagian, SolichinAbdut Salam, M. lrfan lslamy, Prof. Ahn ad Sanusia dan Sl.lJardi.
Lebih ャ。ゥセオャ@ tertang kedua kelompok ini dapat dbaca pada tulisan Abdul Rozak, Analisis
k・「ゥェ。Lセ。ョ@ Pendidikan Sebagai Bidang /inu Kepelldkiikan : Suatu Pengantar, (Jakarta :
fvlakalah Diskusi Kependidikan, 1998), hal. 5
2 Ali lmron,
Kebijaksanaan Pelldklik8ll di Indonesia: Proses, ProdJ.Jk dan Masa oepannya,
(Jakarta : Buni Aksara, 1995), hal. 12. Uhat pula pada tulisan S4Jandi dan Ahnad Sanusi,
Pendidikan di Indonesia mengambil sebagainana dikulif oleh Ab Im ron mengamb1I slf.ilf.l エ・ァ[セウ@
tentang kata kebijakan dan kebijaksanaan. la mellJebul kata keblJilkan 1rnmpakan
terjemahan dari kata wisdom, sedangkan kebijaksanaan lerjemahan
oan
kata policy Denganderni<ian apa yang disebul dengan kebijaksanaan berbeda dengan keb.akan 3 Dalam kattan dergan penelttian ini, peneltti mengartikan kebijakan dan kebgaksanaan sama setJaga1 terjernahan dari kata policy.
Tinjauan etimologis terhadap kata poucy tersebut d1 atas mer9tias11ka11 kata poitc.
polty dan
po
fee 4 yarg mempunyai makna berbeda dan lapangan yang berbeda pula. Poln 1c bera1ti se1ii atau oiinu peemrintahan (the art and science of govmrnenl i Polley lleia11i l1ai·1·ial mer:genai kebJjakan pemerinlah. Polici berkenaan dengan aparatur pengamanan
pemenntahan.
Secara terminologis pergertian kebijakan yang dikemiJ\akan oleh berbagai ilmwvan
berbeda-beda yang oleh Ali lmron disinpulkan dalam empat kategori. Pertama, mereka yang
mendefinisikan kebijakan sebagai suatu proses; kedila, mereka yang memardarg dari
pelaksanaan, ketig:l mereka yang memandang kebijakan dari segi produk dan keempat
mereka yang memamang kebijakan dari sudut seni5.
'Ibid, hal. 16 4 Ibid
Kelompok pertama seperti dikemukakan olah Anderson 5, bahNa kebijakan adalah
serangkaian tindakan yang. mempunyai tujuan tertertu yang mesti diikuti dan dilakukan oleh
para pelakunya untuk memecahkan suatu masalah. Begttu pula menurut Friedrick 'ball.Iva
kebijakan adalah serangkaian ti11daka11 yang diajukan oleh seseorang, ァイッセ@ dan pemerintah
da!am Jingkungan tertentu dengan mencantumkan kerdala-kerdala yang dihadapi serta
'
kesempatan yang memungkinkan pelaksanaan usulan tersebLI dalam セ。ケ。@ rnerK:apai
tujuan.
Kelompok kedta dfhiakili oleh Lasswell, Helco dan Budiardjo. Menurut Lasswell,
keebijakan adalah program pencapalan tujuan, ョゥャ。セョゥャ。ゥ@ dan p.-aktik-praktik terarah.
s・ャ。イセオエョケ。@ menuru1t Helco, kebijakan adalah cara bertindak yarg sergaja dilaksanakan untuk
rnenyelesaikan masalah . Sedangkan dalam pandangan Miriam 8tK11arclJO, keb1Jakan adalah se\(lrnpulan \\eputusan yang d1ambil oleh seorang pelaku atau kelompok poltt1k dalam memilrh
cara-cara
untuk mencapai tujuan 8.Kelompok keliga dwakill oleh Eulau dan lrdrafachnx!i. Menurut Eulau, kebijakan
adalall keputusan ケ。イセ@ tetap, dicirikan oleh lindakan berkesi11ambLU-gan pada mereka yarg
rnernbuat dan melaksanakan kebijakan. Sedangkan menurut lndrsfachn.x:H, kebijaksanaan
6 Ibid, r.111. 13
7 Ibid
8
l<ebijakan pendldikan yang lebih operasional sebagal Sl.Etu proses perLJ11usan
keterluan-. ketentuan pokok dan operasional yang dijadikan dasar, pegangan dan arahan dalam
melal\ukan suatu tindakan melalui cara, teknik dan strategi tertentu da0m pencapaian suatu
'
Jujuan pendidikan.
Menurut Soetjipto, 」ゥイセ」ゥイゥ@ kebijakan ialah sebagai berikut : a. harus dapat meme11uhi
danmerealisasikan kebutuhanmanusia, b. bersifat umum, c. rnen.pakan petunjuk arah serta
petunjuk penyusunan program, d. sebagai landasan oprasional dan perdekatannya bersifat
operasional 12. Selain ttu menurut Supardi dan Prof. Ahmad Sanusi unsur-unsur kebijakan
anlara lain meliputi : a. ak1or; b. keadaan spesifik yang mungkin terjadinya sualu tindakan; c.
tujuan yarg akan dicapai 13•
Kebijakan pendidikan merupakan suatu pedoman untuk bertindak , pembatas prilaku
dan bantuan bagi pengambil kepuusan. Kebijakan perdidikan mempurtjai dua bagian dasar
yilitu prinsip-prinsip yang memerintah dan aturan-aluran opernsional yarlJ menu111ukkan
pnns1p-pnns1p
umrn
dapat mlaksanakan. Dengan kata lain set1ap kebijakan pendid1kan di dabrnnya terdapa! kebijakan umun dan kebijakan operasional. Dilihat dari sudut prodi.l\kebijakan pendidikan merupakan hasil dari keputl.l3an
yang
diambil derliJanrnernperti'nbangkan kaltan pendidikan dengan komponen sosial lainnya.
17
Soeijiplo, aョ。ャセセ@ Kebijaksanaan Pendidikan: Suatu Pengantar, (Jakarta : Proyek LPTK Depdikbud, 1988), hal. 3
13
Kebijakan pendldlkan dllihat darl proses kerja men.pakan s1Jatu slstem yang terdlri
dari unsur proses perunusan, mplementasi, dampak dan evaluasi kebijakan. Dalam
men.muskan suatu kebijakan pen::lidikan diperlukakan largkah-lar-gkah sebagai berikut : a.
menemukakan masalah, b. mengidentiflkasi dan men1nuska11 rnasalah, c. perryusunan
agenda kebijakan, d. rnerunuskan tujuan, e. cara-cara yang akan digunakan, f. siapa yang
akan men.rnuskan, g. media clan sarana ya'ng digunakan dan ー・イセ。イョ「ゥャ。ョ@ kebijakan.
fvlenurut Brewer dan De Leon seperti dikutif William Dunn tarapan-tahapan dalam
proses kebijakan menjadi enam tahap ケ。セオ@ : 1. Tahap inisiasi; 2. Tahap estmasi; 3. Tarap
seleksi;4. Tahap implementasi; 5. Tarap evaluasi; 6. Tahap terminasi H Sedangkan menurut
Prof. Bintoro Tjokroaminoto, tahaparrtahapan dalam pembenh.l\kan kebijakan adalah sebagai
berikut : 1. Tahap penyusunan konsep (policy germination); 2. Tahap rekomendasi (policy
recommendation); 3. Tarap analisis kebijakan (policy analysis); 4. Tahap formulasi (policy
formulation); 5. Tahap ー・イセ。ュ「ゥャ。ョ@ keputusan (policy decision); 6. Tahap pelaksanaan (policy
implementation); 7. Tahap evaluasi (poltcy evaluation) 15.
Sedangkan menurut Yehezkel Dror, model pembwlan kebiJakan lerdiri : pure ratu1ally
model, economically rational model, ウ・アオ・ョエゥ。セ、・」ゥウゥッョ@ model, k1cremental model, satisfying
14
William Dunn, Ana/isis Kebijakan Publik, セ・イェN@ Muhadjir Darwis) (Yogyakarta · Hanind1ta,
1988), hal 113-121
1
model, extra rational model dan optinal model
rn
Selaln model tersebut, menurut Tromas R Dye ada model lain dalam pembuatan kebijakanyaitu instttulional model, elit model dan intrestgroup model
u
Pembuatan kebijakan model kelembagaan mery;gaskan batwa dalampembuatan kebijakan sangat terkait dergan garis struktural organisasi, karena itu kebijakan
hanya ada pada mereka yang secara organisatoris-kelembagaan mempunyai kewenargan
dalam pernbua!an kebijakan. Begitu pula 'model kelembagaan juga memandang masalah
kebijakan adalah masalah organisasi, karena itu dalam proses penn11.1San kebijakan model ini
barryak melibatkan unsur-unsur dalam organisasi. Model lainnya adalah model elit. Menuru
model ini rnasalah perumusan, pelaksanaan dan evaluasi kebijakan ha1¥J menjad1 m1l1k kaum
elit, sementara kelompok massa adalah mereka yang dipardarg tidak berdaya dalam proses
kebijakan. Mereka hanya menjadi sasaran atau obyek perdenta daiam pross l\ebijakan
tersebut. Dalam model elit, kelompok elit saja yarg terlibat baik dalam struktur organisasi
formal maupun informal dalam proses kebijakan. Model lain dai<lrn penmusan ォ・「セ。ォ。ョ@
adalah model kepentingan kelompok (Interest grOL.p). Model lni berpandangan bawah dalam
proses kebijakan terdapal kelompok-kelompok kepentingan yang rnendomms1 tiaik dakim
pemnusan, pelaksaan dan evaluasi kebijakan.
16
Untuk ー・Qセ・ャ。ウ。ョ@ lebih lanjul tentang model pembuatan kebiial\an !hat tulisan Yat-e::l\el
Dror, P11b/k; Po/k;y Making Reexamined. ( Scarnton Pa PaClian::Jler pオ「ゥャウセ@ 1970!
hal. ·12-17
17
yang bersifat umun yang terdapat pada runusan kebijakan. Dengan kata lain Keb1jilkan yar'g
telah ditetapkan perlu diterjemahkan ke dalam rum us an operasionai
Sebagai suatu prosedur kerja implementasi kebijakan terdu1 clan unsur·unsur al-.1or peaksana dan arena, proses administrasi, komunikasi dan kepatuhan '"3 Sementara 4u dalam
tataran praksis implementasi kebijakan dipengaruhi oleh bebernpa rnl ,:.ertama.
kompleksitas kebijakan yang telah dputuskan; kedua. nmusan anernatt kebi)<lkan yar;.J tidaf..
jelas; ketiga, sumber-sumber poternial yang mendukllf1l !erlaksanarlfa kebijakan. セ・・ュセ@
keahlian pelaksana kebijakan; kelima, dukungan dari khalayak sasat<in kebijakar\ keenam.
efektifrtas dan efesiensi kebljakan 24. Dengan demikian keberhasilan dan kegagalan
implementasi kebijakan sargat terkatt dengan sinergttas keenam faklor tersebul. Begitu pula
sebaliknya inplementasi kebijakan akan mengalami kegagalan bila keenam ヲ。セQッイ@ tidak
bekerja secara sinergis.
Lebih lanjul Casley dan Kumar seperti dikutif Samodra Wbi'NVa dkk. menunjukkan
langkah-largkah dalam inplementasi kebijakan yattu : identiflkasi masalah, mengunpulkan
data kuanlttatif dan kualfiatif, mengkaji hambatan dalam pembuatan keputusan, ウッャオウセウッャオウゥ@
alternatif, solusi yang paling baik dan pemantauan umpan balik 25.
Unsur ketiga dalam sistem kebijakan dalah evaluasi kebijakan. Evaluasi merupakan
ta ha pan penting dalam setiap kegiatan termasuk dalam kebijakan, karera tarpa evaluasi tidak
· ·
-')'J
·'" St+Jandi dan Ahmad Sanusi,
Opc1Y.
24
Ali lmron, Opet, hal. 76
akan dapat diketahui apakah kebijakan yang telah diputuskan dan diirnp\emen!asikan berhasil
dan berjalan sesuai dengan _aluran alau tidak. Selain itu evaluasi kebqakan juga dlfllakst.dkan
sebagai tµaya melakukan penilaian terhadap suatu proses perm1usan dan implementasi
kebi_iakan. Beberapa hal yarg perlu. dijawab dalam kegialan evaluasi termasLJ\ evaluasi
kebijakan menurut Ripley 26 adalah sebagai berikut :
a. Kelornpok dan kepentinga n mana yang memlliki akses dalam pembualan kebijakan ?
b. Apakah proses pembuatannya cukup rinci, terbuka dan memenuhi prosedtr?
c. Apakah program kegiatan didesain secara logis ?
d. Apakah sumber daya yang menjadi input clkup memadai untuk mencapai tujuan?
e. .i-\pakah program yang dilaksanakan sesuai dengan prinsip efesiensi ?
f. Apakah kelompok sasaran memperoleh pelayanan seperti yang didesain ?
g. /'.1.pal\ah program memberikan dampak kepada kelompok sasara11 dan kepada kelompok
non sasaran ?
h. Ba gain ana bentuk dampak yang ditimbulkan dari pelaksanaan program
i. Apakah tindakan sesuai dengan desain?
26
Randall B. Ripley, Poittal Analjsis in Poittal Science, Chicago : N:l;son Hall, 1985), ha!.
Pandangan Ripley di_ atas dapat dljadikan sebagai suatu acuan bagi seorarxi
evaluator kebijakan. Selanjutnya Kasley dan Kumar 27 menambatl<an tiga pertanyaan yaitu: 1.
Siapa yarg memperoleh akses terhadap input dan out pu kebijakan;
2.
Bagainana merekabereaksi terhadap kebijakan; 3. Bagainana tindakan kebijakan mempengaruhi mereka.
Sedangkan menurut Samoedra Wibawa, terdapat empat aspek daJam evaluasi kebijakan yaltu
: 1. Proses pembuatan kebijakan; 2. Proses rnplemertasi kebiiakan; 3. Komekuensi
kebijakan; 4. Efektivltas dalam kebijakan 28. Selanjutnya evaluasi ォ・「セ。ォ。ョ@ dapat dilakiJ<:an
sebelum dan sesudah kebijakan dilaksanakan yang oleh William Dunn disebut evaluasi
Formatif dan sumatif dalam kebtiakan 29.
B. l\/Uu Pendldlkal
Ciri yang sangat penting dalam GBHN 1993 adalah penekanan yang sangat kuat
pada pengembangan SLJTiber daya manusia (PSDM). Penekanan pada PSDM dalam semua
sektor dan slb sektor pembargunan nasional merupakan wujud dari komltmen kesadaran
bangsa Indonesia akan pentingnya sumber daya manusla (SOM) unggul dan bel1<ualltas
sebagai salah satu modal dasar dan falctor pembanguran. Karena SOM yang mempunyai keur;ggulan dan berkualltas tinggi dalam pengrasaan ilmu pengetahuan dan tekmlogi serta
irnan dan taqwa akan .mampu berkompelisi dalam pasar global abad XXI.
27
Denis J Kasley clan Khrisna Kumar, Pmject Monloring and Evak.!lfibn
in
Agncuture,(London : The Joon f-bpkins University Press, 1987), ha!. 52
w
Samoedra Wibawa dkk., opcit, ha!. 9 29Penekanan yang san911t kll3t pada PSDM dilakukm1 oleh bangsa lrdonesia untlk
melahirkan manusia unggul dimaksu::Jkan agar dalam memasuki abad XXI, profil manusia
tersebut diharapkan dapat ュ・Qセ。キ。「@ tangan dan tuntutan zaman yang semakin komplek.
Seperti dikatakan oleh Prof. Wardman Djodjonegoro, diantara tantangan ケ。イセ@ dihadapi dalarn
upaya PSDM ada!al1 : 1. Tantangan penlingll'Ja orientasi 111!ai 1ambah; 2. Tantangan
'
perubari:in :<tftktur rnasyarakal, 3. Pengaruh proses globalisasi m.
Dalarn rangka upaya PSO'vl tersebul, pendidikan khususnya pendidikan dasar
berperan saroat strategis dan merdasar dalam meleta.kkan dasar-dasar pengetahuan, sikap
dan keterarnpilan warga negara secara keseluruhan sebagai bekal untuk mengikuti
pendidikan ャ。Zセオエ。ョ@ mat.pun dalam memasuki kehidupan sosial. Untlk menciptakan manusia
unggul melalui jalur sekolah yang dinulai dari jenjang perdidikan dasar sampai jenjang
perxlidikan tinggi, pemerintah menetapkan empat tema pokok pembargunan pendidikan
nasional yartu : a. pemerataan kesempatan pendidikan; b. relevans1 pendidikan dengan
pembangunan;
c.
penu1gkatan kuallas pendidikan; d. peningkatan efesiemi pengelolaanpendidikan 31 .
Peningkatan pemerataan pendidikan dimaksudkan untuk merciptakan dinara setiap orang berkesempatanyang sama dari berbagai strata sosial dalam rnergi\uti pendldikan pada
semua jenis, jalur dan ェ\ャQセ。QQァ@ pendidikan. Peningkatan relevans1 pendKlikan d1nrn1kHi:lkan
30 Wardiman Djodjonegoro, Kebfferkan Operasbna/ Wajib Bebjar
I) TalHJn, (Jakai1a LP3ES.
1994 ), 1181. 4
31
agar proses dan hasil pendidikan mempunyai kerterkattan dengan dunia pasar kerja, sehingga
tidak akan menimbulkan pengangguran 1erdidik. Peningka!an kua!itas pendklikan
dimaksudkan agar proses pendidikan berlangsung secara efek1if dan bermakna pada diri
pese1ta didik sehingga menjadi manusia unggul. Peningkatan efesiemi pengelolaan
pendidikan dimaksudkan agar penyelenggaraan pendidikan dapat dilaksanakan secara
optimal . Keempat tema program pembangunan pemidikan kesemwnya berrnU3ra pada
upaya peningka1an mu1u pendidikan yang pada akhirnya akan rnelahlrkan manusia
berkualitas.
Diantara para pakar pemidikan masih berbeda pemapal lentang pengert1an mllu
pendidikan ttu serdiri. Oleh karena lu indikator yang mereka gu1-.ikan juga berbeda dalam
melihat dan menentukan mu1u pendidikan. Seperti dikatakan oleh Brnce fエセャ・イ@ sepe111 dikult
oleh Boediono bat"wa "corx:eption of educational qwlly appears to
oo
different H11ngs lo. ??
different people""-.Perbedaan pendapat dalam menentukan mulu pend1dikan
saran
satunyajuga
disebabkan oleh pertJedaan dalam memahami konsep111t1u
Un!tkrtu,
dalammemahami mutu pendidikan, diparx.lang perlu meninjau lerleb1h dal\l.Jlu pen;1e1tia11 konsep
mmutu". Dalam pandangan masyarakal apa yang dikatakan berrmlu saar 1ni, bf.la Jad1 tldak
bermlAu pad a saat yang lain. Begttu ptAa sesuatu dipandarg berrnulu n1e11urut salu Kelon1pok, teiapi tidak berrnutu menurul kelompok lain. Dengan deml\ian konsep 'inu1u" rnenpakan
konsep
yarg
sarat dergan nuansa interpretable.32
Sa!ils'1 berperdapat batwa mutu diartikan dalam konsep absou dan konsep relatlf Misalnya dalam pergertian absolut, mutu dapat disamakan dalam lingkungan seper11 cantlk,
baik, ideal yarg tdak ada bardingannya dan lerpercaya. Sedangkan tl:iri pengertian relatif.
konsep mulu yang digunakan dalam bidang manajemen rmdu lerp,idu . dman.1 mu1u
bukanlah sesuatu produk atau pelayanan, melainkan sesuatu yanJ lierhubunJan der"gan pengukt.rnn. l\!1utu adalah kepuasan yang· paling baik dan 0<:>m1 dengan セ・「ゥNゥオャゥ。QQ@
peanggan.
Pengertian secara trnum, mutu diartikan dergan ktalnas., :.ualu gaml.ia1an yang mertjeiaskan tentang baik-btruknya hasil yarg dicapai oleh seseorarg dalarn melakukan
seuatu ak1ivttas. Bila konsep mutu dtterapkan dalam dunia pendidikan rnal\a muu pen:lldil-..an
diartikan sebagai gambaran terhadap bad< bun.knya hasil yang diperole.i peserta dldlk selelar1
mengikuti program perdidikan.
Edward Deming mengakui bai'"!Na tidaklah mudah untl.k men:Jefinisikan mutu
Deming mer'detinisikan mutu menurut konteks, persepsi costtmer, i(ebuturan dan
kernman costm10r. l\!1utu lidak dapal didefinisikan apabila lidak dikallkan dengan sesmtu
kon'.eks lertentu. Mutu adalah sesuatu karakteristik atau atribut dari sesuatu l\!1utu adalah
penilaian sL.tyek1if customer. Penilaian ini didasarkan pada persepsi customer 1erl1adap
33
produk danjasa. Persepsi dapa1 ben.bah karena pergaruh ekstem;:\ ML.tu MJ3 c!lertukan
pada apa yang dikeherdaki dan dibu!uhkan oleh customer 14
Berdasarkan pandangan tersebut di atas, mutu rnerupakan sesuatu yang sangat
kon:lisional dan kontekstual, karena •u rnakna mutu sangal relalrve SelanJtAnya Deml"KJ mensyaratkan bagi sesuatu yang bennL.tu yattu : pertama, pmpu'an purcak tldak hanya
'
berkewajiban untuk rnenentukan kebuluhan customer sekararg saja, tetapi harus JUga unttJ\
mengantisipasi untuk kebutuhan customer masa depan ; kedua, mutu dttenlll<:an oleh
customer baik customer eksternal イョ。セオョ@ internal; ketiga , perlu diupayakan adanya
indikator-indikator unttk menilai efeldtvttas guna mernenuhi customer; keempat, kebuluh3n
dan kemauan customer han.s diperhltungkan dalam desain prodll<: dan jasa; ke!irna,
kepuasan customer mertpakan syaral yang perlu bagi mutu dan selalu menjadi tujuan
proses untuk merghasilkan prodll<: atau jasa; keenam, mutu juga harus dapal menentukan
tiarga produk dan jasa 35. s・ャ。Qセオエョケ。@ pergertian mutu menurut pandargan Wasktto
Tjiptosasmrto mengandurg dua rel yattu kualttas dan taraf. Kuainas adalah srntu deskripsi
tentang sifal baik buruknya suatu hal. Sedangkan faraf terkatt dengan kedudlkan sesuatu
berdasarkan skala 36.
·;,: Sc,e·Narso f lardjosoedarrno, Dasar-Dasar Total Qua/it; Ovャ。QQ。ァ・ュイセョエL@ (Yogyakarta : Ardi
01rs0l. i997) i1a1. 7-8
·,a
Nurhasan, !ndikator Cara Pe11gukura11 dan Faktor-Faktor Yang Mempenga1ufli MutuDengan demikian konsep ml1LJ yang dikemlkakan para f)<lkar di atas rnerupakan
sesuatu yang dapa1 rnenimbulkan kepuasaan dan pemenuhan lunltAan kebuluhan customer
baik secara kuartitatif ma41un kualttatif. Jadi bila suatu bema yang diperoleh sesorarg
dapat menirnbulkan kepuasan diri dan pemenuhan kebuluhan, berart1 berda tersebut dapat
dipastikan bennuu. Begttu pula penerapan mutu dalam dunia pendidikan. Perdidikan
dika!akan bermutu berdasrkan konsep di atas adalah apabila proses ー・ョケ・ャ・イセァ。イ。。ョ@ dan
out pli pendidikan dapat melahirkan kepuasan bagi orang tua sebagai customer jasa
pencliclikan. Selain ttu, pendidikan dikatakan berrmiu apabila secara kualttalif menunjukkan
ョゥャ。セョゥャ。ゥ@ yang posttif dari segi afeksi, sedangkan secara l<IBntttatif mempunyai ukLran skala
nilai nominal yang tinggi. Jadi variabel penglkuran mutu suatu perdidikan dapat digunakan
secam kualrtatif dan kuarttlalif.1 Keduarrya tidak dapat dipisat«an dalam menenllkan mutu
per'dictikan suatu lembaga pendidikan.
Menurul Jtyono, mwu pendidikan diartikan sebagai gambaran sejauh mana lembaga
perK.i!ctikan berhasit mergubal1 lingkah laku anak didik , bila d1kaitkan dengan tujuan
perdidikannya 37. Tingkah laku arak didik sebagai hasil pendidikan seperli dikemukakan oleh
b・Qセ。ュゥョ@ S. Bloom dkk. terdiri dari prilaku kognltif, afektif dan psikomotorik. Begrtu pula dalam
panctangan Krattmol1I yang menyebunya sebagai prilaku kognit if dar, non kognit
tr
sebagaiWltiUd ilasil pendidikan. Jadi has ii perdidikan persekolahan dapat be1bentuk J<uantltatif dan
kualilatif.
Program belajar sepanjang hayat (life bng learning
=
3 L ·s; sejalan dengan hasilstudi komisi Uf\ESCO yang dikeluai oleh Jacques Delors 41. Laporan komisi Jacques
Delo rs merekomendasikan em pat soko guru penddikan abad XXI. Keempat soko gu-u
iersebu! adalah 1. Learning to know; 2. Learning to do; 3. Learning to be; 4. Learning to live togeli1er. Leaming to ktl(J.l'J adalah proses pembelajaran yarg dapat menciptaf'JJn kompetensi
kognitif dan rnendorong rasa ingin taJ;u yar;;i · tinggi pada siswa. Leaming to do adalah proses pembelajaran yang dapal mendororg siswa untuk melakukan sesuatu aktivltas berdasarkan
kognttif yarg dimilikinya. Dengan kata lain learning to do adalat1 pembelajaran yang
rnene!\anl<.an pada aspek psikomotorik. Leaming
to
be adalah proses pembelajaran yangdapal rnenciptakan adanya internalisasi secara kognnif dan afeklif terhadap materi yang
dipelajari. Sedargkan learning to Ive togJt/Jer adalah proses pembelajaran yarg dapat
menumbuhkan sikap adaptif siswa dalam lingkungan sosial dan an.i> penbalkln zaman.
Dengan demikian pendidikan dikatakan bermutu bila dalam proses pembelaJ<llan dapat
melahirkan kesadaran dalam diri peserta didik tentang belajar scpanjarg 1'0yal dengan
kf)ernpat soko gtru sebagainana disebukan terdahulu., sehitigga diharapkan dapal
rnelat1irkan out-pul pendidikan yang adaptif dengan pen.tJamn dan t<intangan zaman
41 Komisi yang diketuai oleh Jacques Delors terdiri alas
14 pa1.ni clan d1ben!tt; t'enlri>ari<:rn kepu!usan sid<ing umm
ur-tsco
bulan Nopember 1991 Komr.:>1 1111t."''
u liel.ei ia 1a1,111 19\JJ. dan dalam sidang umun Ul\ESCO tanggal 3 Nopember 1995 dllaporkanmsi
セLAhェj@ ォッュセ[Q@yang disebti dergan Laporan Komisi de1'(Jan judul Lear11111CJ . ft113 lrr1as11re Wt/111 fohun 1972 kimisi yang diketuai oleh Edgar Faure melahi!kan konsep 1"a1111{11;; to be Lebf1 Janp.A
Unick dapat menurnbuhkan kem ampuan belajar sepanjang hayat, para siswa di
sekolah Iida" seharusnya mempelajari suatu satuan pengetahuan sernata-mata, tetapi mereka
harus belajar cara-cara untU\ mempelajari pergetahuan yarlJ diperlukan. Jika seorang siswa
terlalu mengandalkan pergetahuan yarg diperoleh di sekolah, mak<1 secara tidak d1sadari ia
te!ah '.!:'x:ntuk ュ・イセョ、ゥ@ orang yang komervat!f. Bila srkap konserv<.llif :111 yarg terJadr pacla ciln siswa i:Jerar Ii fJerxldikan tersebut lidak bennulu. Sebaliknya bila kernarnpuan rnenyesuaikan diri
luiusan cl!rniliki, berarti ia dapat menyesuaikan dengan pentnt1an sehingga dapat
mernperoleh informasi baru dengan cara-cara yarg pernah d1ketati1.mya, berartr pendKlikan
yang diterirna siswa selama mergikuli pendidikan di sekolah dapat dikatakan l1emlllu
bem1L.1u.
Mulu pendicJikan sekolah merupakan kemampuan se1'ola1; nail\ kemarnpuan teknis
profesional maupun kemampuan pengelolaan- sebagai suatu ウQウャセZQZ@ fJr1J >e'_ai,i e:es1e1: mendtl\ung proses belajar siswa agar dapat mercapai prestas1 bela111 secara ャセjャイョL[ゥ@ Darr
pengertian tersebu!, mLlu perdidikan sekolah dapat dUihat dari beberc'pa indiY,ator a hasil
belajar siswa setinggi mur"'gkin; b. proses belajar sisvva yallg rner•J<Jilrnbari\an ld.iungan
den;ian berbagai strnber belaJar; c kemampuan teknis profesronal yang menggar:>barkan
kemarnpuan kepala sekolah dalarn melakukan peranannya dan l\ei11amplklll pe1ueiok-u11 yang
menggarnbarkan masti<an clan proses pengelolaan yang merdtlhrr1g kelan::aran '" Jmlr
m uiu perdidikan persekolaren sangat dltenlt.kan oleh kualltas berbagai aspek psrdrclikan.
lndikator lain
yarg
dija.dikan sebagai lolak U\ur lertmdap mutu pendidilkan menurutNurt1asan adalah : raw in-put, instrumental in-put (lujuan pendiidkan, kur ikuttrn. fas111tas dan
media pendidikan, sistem administrasi pendidikan, sistem penyampaian maten, tenaga
pergajar, sislem evaiuasi, birnbingan dan penyuluhan), lingkungan (keluarga, sekolah dan
masyaral>:at), hasil langsur'(:J pendidiKan dan hasil akhir perdld1kan yang beker)a sccarn
sirnul!ai{'. Pandangan tersebut melthat pendidikan sebagai sualu '"lern. ka1em liJ 1miu
pen.iidil\an persekolahan sangat tergantung pada kualitas dar1 aspev. :ispel\ ー・イQ、kャセN。ョ@ Bila
setiap aspek pendidikan berkualttas tinggi dapat diduga akan menghasilkan
rnuu
perdKlika11yarg berkualltas tinggi pula. Jadi mliu pendidikan sangat te1kad clengan ktl31rtas berbaga1 asrek dalam bidang pendidikan. Berikut iii teriar'(:J mutu perdidll"<sr1 persekolarian dalam
1. rnlrtu pengelolaan
n
Nurhasan, loctt, hal. 391-39344
Ibid
2. mulu siswa
4. mutu proses pem belajaran
5. kemampuan belajar/ hasil belajar
dan mer.;iolah informasi dengan mererapkan cam-earn 「・ャ。jセャャ@ '/all,) tesl1 ュ・ゥ・ャセゥ@ rn1l1),1
"
keiika sekolah. l<emampuan lersebut dikenal dengan istilah '111e essentia11earrnng ,,11·, ·
f\11ulLJ pendidikan yang didasarkan pada korsep "kemampwn bela;ar" me111adikar1
ujian (measurenert) hanya sebalas kendali mutu Hアオ。ャセケ@ con!ro/i, i<.;lfena ntiai yarlJ ャャセj・イッォQャQ@
siswa 1·1asll Lijian bLl\an merupakan 1ndll\ator mtrtu pend1d1kan NセNゥョ@ JUga but"1n aktlx.l! langsung
proses
pendidikan yang diciptakan sekolah. Jadi tu1gg1ren;;ahnya
mu1u pe11d:011-Jm persekolahan diukur dengan besarriya perrgaruh sekolah tertiadap t1mbuhrrya kern3rnpmndan keinginan belajar secara sisternatis dan kontinyu.
Mutu guru dapat dtkenali dalarn tiga ciri pokok yaitu kemampuan profest0ral, upaya
profesional dalam mergaj:lr dan
waktu
yarg digunakan dalam kegiatan profesional secararnaksrnaL Berdasarkan konsep tersebut, gLru bermutu adalah btla rnemiltki kemarnpmn
profsional yang tinggi seperti intelegensi, sikap dan pengmsaan materi. Sedangkan mutu
siswa dikenali dengan cirkiri seperti intelegensi, aspirasi, ciri fisik dan kesehatannya secara
perorangan. Dalam istilah Selowstd mutu sisv;a disebut quality of entering siudent, sedangl<an
dalarn instructional design disebll enlry behaviour atau prilaku awal dan karakleristik siswa.
Sedangkan mutu pengelolaan sekolah dapat dilihat dari segi kemEimpuan kepala sekolah
daiarn rnenc:iptakan iklim dan sitLasi dirnana para siswa dan guru dapat belajar secara aktif.
o・ョセーョ@ clemikian kemampuan manajerial kepala sekolah sangal memberikan per;;iaruh
ケ。イセ@
besar
エ・イセ・、。ー@mliu
pembelajaran ケ。イセ@ berinplikasi langsung terbadap mLiuperKiirlikan persekolahan.
Secara klasik sistem peii'.lidikan persekolahan ditmg1 flH!llJihli liga セッイョーオイQjョ@ tiama
yattu : l1asil belajar, proses pembela)aran dan masukan pendidikan Berdasarkan beberapa
s!udi teniaro mulu pendidikan disirnpulkan batwa mLlu hasd bek1Jar, sari;ial drtenilkan olell
komporxm ュ。ウャゥセ。ョ@ yang tc:!·diri dan mutu pengelolaan sekola!i, rmrtu siswa dan rnutu guru.
Kellga faklor tersebut berkartan satu der"Gan Jainnya dan beker1a secara sinergis, seliingga
seringkali dijadikan sebagai ukuran (falam menertul<i.111
Onrm1
rc1v1atmya mlrtt1 pendkiiican.,a,_.., ,;1,;!ern rnuw
pend1Ci1l<an. Dengan kata lain rnutu perrJidil\an sa1"1Jat di1ertukan 01e11rmrtu
ketiga kornponen terse but.
Pro3es pembelajaran dikatakan berrnutu apabila dapat rnendorong siswa be/ajar
sebany-af'. ュオイセヲ[ゥョ@ yang pada gilirannya akan rneningkatkan mutu hasil belajarnya. lni!a!1
yang dirnaksud dengan konsep kernarnpuan belajar (capacny lo le.1rn) yang dikernlkakan
olet1 1\fareine E. Loc!<heed. H3stl belajar merupakan akibat 1a11g3ung dari tinggi rendahnya
kernauw1 dan keinginan b()/ajar (stud"nt persutt). Wiley mengenn.Kakan bahNa keinginan
beojm ialal1 keinginan murid untuk selalu terlibat secara aktif dalam rnempelapri konsep
lermaslJ< peru!)atiari:perubalian yang lerjadi dalarn konsep tersebti Karena ilu keinginan
beiaj<ir (student persuil) perlu dilararnkan pmla perserta dicfik sebaga1 suatu kelJulullan dasar
(basic leranlng needs). Dengan demikian lulusan sekolah dlkalakan bermutu apabila pada
Dalam pandangan Prof. tゥャ。。セ QU @ mliu perdidikan dapa1 dil1hat ;1ari segi lingf;al efesiensi prngelo!aan penrJidiknn, preslasi iM1clemik iian i111gkal H:sua1an
'''''"''Jil
d('rgan !apangan kerJa. Suatu program perdidikan dikatakan efesien dfian::lai dengan pola [Jenjebaran dan pendayaguraan sumber-sll'nber perdidikan yari;i sudah dilala secaraefesien. Progr3m pendidikan yang efesien ialah yar¥J mampu menciptar-an kesernbangkan an1ara penyediaan dan kebU:uhan akan ::n.rnber-sunber pendidikan sehingga pen(;apaian
tujuan peI1cf!dikan tidak rnendapatkan flambatan. BegRu pula prestusi akademi!( yrn1g tinggi s«carn 1YJ1ninal morupakan indikalor mutu pencliclikiln Seclanghan kesesuaian dengan iapil119a'r1 kerja adaiah dimana setiap lulusan dapat tiekerja se,rnai dengan ketJulut1an lapangan ke;ja dan dapat rnelanjutkan ke lembaga pondidikan yang lebil1 ti11ggi dan
berkulaitas tinggi pula_
Lebil1 lanjLrt Prof.Tilaar dan Ace Surya di 41, mengatakan batwa kuamas sekolal1
sangilt diienlukan oleh dua hal yartu kuamas konteks pendidikan dan kebijakan pendidikan. Yang tertGl!I dergan konteks perdidikan adalah besamya kelassekolah, faktor guru, bli<u
peiaJrnan, proses ー・イセjゥ、ゥォ。ョ@ dan fak!or keluarga murid. Sedari;ikan yang terkarl derl\,jan
kebipkan pendiclikan adalati bagai'nana proses, inplementasi dan evaluasi kebijal\an yang clfl;;rnpkan dalarn organiasi sekolah.
4
'·1 HA.R.Tilaar clan Ace Surya;li, Ana Isis Kebijakan PendkfiAan . Sulilu Peoya11ta1 ·(Bandung Remadjci Rosyda Karya, ·1994 ), ha!. 161-166
Karena itu menurul f\:1Lrsell sebagah1a11a dikutif oleh l'Juri1asa11"' u11luk mernperbaiki mulu pendidika11 dapat clilakuknn dengan cara membina guru sebaga1 organisaloris yang baik, mempe1taiki pola pengajaran yang ko1wansio11al, rnen:;ari PQァ。Qセゥウ。ウゥ@ yang lebih baif; dan berusal'G mernecatllan p101Jlem-problern yang muncul Jou1 keb1jaka11 penciidikan sekolal1 sangat berperY,Jaruti dalam menc1ptakan mutu pen:t1cJ1kan, d1mana kebijakan clijadikan :-;ebagai salah salu ca1a clalam rnen::ari solusi lerr·1adap fAOblema ya1>:J rnu1CLJ pada organisasi sekolah.
C. Pendidif;an Dasar
Bercili
VJ'ktS Agana IslamDalarn sistern pendk11kan 11as1onal dikeml dengan 1sl1lai1 satlBll 01111 JC!lJill'iJ pern:lidikan. Saluan ー・ョZjゥ、ゥイセQョ@ nas:onal te1diri dari JJlu1 fodi<'.1,;11,an 00kot.i!1 ,1,.11 ,dkJ
pe11ci1l11kan iuar sekolah yang a1kenal dengan sebula11Jillur1om1c11 , Id 1d''" "'111 \1 n1 ,, :,,,, pe1yj\d1J;an non fonnal adalal1 Ja!ur pendidikan yang 」ャQA。セウZョQォZュ@ clcl1 >cl,i:Jci :l,; · masyarakat (ialam bentuk kLESLt>-kursus. Sedangkan Jalur pe1(!10;,:a1: f(1m1a1 aii11, BGセオQQQQQ@
berdasartmn pasal 9 ayat 2 uu N:J. 2 tatlm 1989 tentang S1stc111 f'c11J1cJ:f,;m !b>1c:ml (ya:\)
Qj・Qォ・ゥ。ゥセオエ。QQ@ ·'". Dengan de1rnk1a11 bcrdas'3rkan ketentuan 1Je1u111d 'Jill terst'.1Y1A :l1lat11 n
perdiclikan jaiur sekolah dan pendid1kan ialur luar sekolah lidak dapal d:P•:>aill,ar: ,,eu11 a
'\(' /
,).)t.j
· /l,1Y.JJ:i:l1, (JLi tentang Ststern r>e11cfr.f1ADn l\Jas.onal cfan F)c:aturun OセZjiL@ sar:aannyL·. (.J3r\3t'i3
didik sert3 l;aluasan dan kedalaman bah311 ー・イセ。ェ。Q。ョN@ Selanjulnya cJiltan1 pasal 1 '.' UUSI 'f I ayai ·(' dilegaskan bat1wa jenp11g pe11diclikan yang ten11;w,k 1a1ur F'''rKl1ll1ka11 seholaii leruu1 alas per'Ciidikan dasar, pendidikan 111e11engah dan perr1id1ka11 t111gg1 Dcrgan kata !atn Je11;ang
.,
pendiciikan jalur sekolah dalw11 sistern pendidikan nasicmil I er
du
i cl<:in 1e111ang pen:Jidikan dasar, pemlic!ikan menengah dan pendidikan tinggi.Pemliclikan clasar diselenggarakan un!Lk mengernbangka11 s1kap clan kemarnpuan
serta memllerikan pengetahuan clan keteramrilan dasar yang diper!ukan untti< r1idup dalam
rnasyarakat serta mempersiapkan poserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikLrti
,.,
pendid1kan me11engar1 ". [Jengan demikian tugas yang diernban oleh pendklikan dasar adalah
ュᄋセョケゥ。ーォ。ョ@ peserta didik dalam mem asuki hidup bermasyarakat dan mernpersiapf;an mereka
d<irarn melanjtrtkan pendidikan pada jenjang yang lebih linggi. Tt.gas tersebtrt sangat stralegis
d:c<t:m 1..payci pencipla8n sm1Der daya manusia berkmlrlas Kekura111 berhasilan
ー・イセjH、・QQ`ゥZャイ。。ョ@ pada jertjang pertJidikan dasar berrnplik<is1 saar0.:i1 IJeS<lf dalarn struklu sosial kemasyarakatan maupun clalarn struk!ur jenjang pendidikan.
Lebil1 ャ。ョェエセ@ berdasarkan UUSPN (pasal 3 jo pasal 13) dan PP NJ. 28 /1990 (pasal
'! jo pasal 3) ditegaskan batwa esensi pendidikan dasar setlngai beriktrt pertama,
pe:kiidikan dasar merupaka11 pendidikan um Lill (general educa!Jo11). artiriya perdid:kan dasar
men .. pakan pendidikan rninrnum yang wajb diikuti olet1 setiap warga negara tarf)a kecuali;
kedua. perdidikan dasar berlangsung 9 tahun yaitu 6 tal1un di SD1MI dan 3 tal1un di SL TPAViTs; ketiga, pendidikan dasar bersrrat uniform; keempat. pendidikan dasar dapat dilaksanakan rnelalui jalur sekolah dan luar sekolah; ke!ima. lulusan pendidikan dasar baik jalur sekolah dan lucir sekolah pada dasarnya setara dan sedernjal, karena rnernpunyai kesempiltan untul\ イョ・ャ。Qセオエォ。QQ@ pe11diclika11 pada jenjang yarg lebih tinggi.
Beniuk satuan pencliclikan cJasar berdasarkan peraturan Pemerinlah (PP) No. 28 \ahun W90 pasal 4 ayat 1 tlan 2 terdiri dari sekolah dasar (SD) dan sekolah lanjtrtan tingkat p2rtama (SLTP) dengan lama belajar masing-masing 6 tahun unluk SD dan 3 tahun untuk SL IP•,·; Selanjtrtriya dalam ayat 3 pasal 4 PP No. 28/1990 clrtegasfGill barirva sekolah clasar dan sekolah lanjutan lingkat pertama berciri khas agama Islam yang diselenggarakan oleh
Depnricrnen Agama rnilsin9-masi11g rlisebui mar1rnsal1 /l>iirlarV<in i[vl:1 don 1nad1asar1
fxH: Lf'1im1 di aia' dapat !a1 Zセ@ beberapa kesi1r1pula11 . /YJtrmmt, is1ilar1 pendidikan
tiasar berc1ri khas agama Islam merupakan istilah teknis unttK lembaga penc1id1kan Ml c1an MTs; kockm, kedudukan clan lama beliljar di Ml cJan 1\11Ts setarar cJe:'gan SD dan SLlT'; keH;,B. Ml dan MTs aclalah lembaga pendidikan yang mer'gernban tugas sebagai penyelenngara vvajib pendidikan clasar sernbilan tahun sebagairnana pada SD dan SL TP;
02
Ibid, Ila!. 64--65
keempal; 1\1\! uan f\flTs sebagai sa!uan pen:.lidikan jenjang pendidika11 dasar rnernpunyai ciri
kh<is agarna is/am. l<araklerisilik terse
bu
tidak dimiliki oleh SD dan SL lP f-'engernbangan ciri kilas agama \slam di!akLkan nie\alui pembelajaran yarg mempe1hzrtika11 QQゥャ。セョゥャ。ゥ@ lslami yai19 nampak dalam prilaku, cara berpikir, bersikap posrtif yang berc,LITllt)er dari QQQャ。セョゥャ。ゥ@kel!enaran, Ke!natan meloksannkan i!Jaclall Selain ttu juga dapa! clilaf;L.Kn11 melalui q;aya
per;e;apa1·1 Jan penyai<iman ョゥャ。セョゥャ。ゥ@ ャセO。ュゥ@ pada berbagai keyialan macimsah Ji luar
pE:rniJe!ajrn an dengan cara menu11JUl(ka11 ketela<lanan yang rrnnpilk dalam berprilaku,
A. セQ「NNQGZi@ Pene!itian
Penelilian ini rnengacu pada model penelttian kebijakan sos1al yang d1kembangka11 oleh
Mayer dan c1ree1wood 1. Model penelrtian Mayer dan Gree1wood sebagai berikL! ·
-Penentuan -Tujuan
.J,
Penelusuran Kebutu/ian Speslfikas1
luJuan
J,
Rancnngan Alternatlf
Metode •
1
...
,c---Deskrptif _Tindakan
L
I Taks1ran Al\lbal Um pan
I
AltemalJf T1ndaka11 Balik
.I..
Pernil1llan aN\セゥエQ@
TU1daKcin
J.
implemerncb1""
-
Evaluas1Dari model peneJnian kebijakan di alas, peneliti mengadaptasikan model tersebut ke
rJaiam peneiitian kebijakan pendidikan yang sedang penelrt1laksanakan1ni adalar1 aspek-aspek
yang ber1'aitan dengan latar belakarg kebijakan, ー・イセョエオ。ョ@ tujuan kebijakan, 1ujuan khsusus
kebijakan, rar;:;angan kegiatan, Slrategi tindakan, mp/emeriaSI kebijakan, akba! kebijakan,
evalu2Si kebijakan dan L.rnpan ba!ik
pr,r:eiitian acJalal1 wilayah Jakar1a Selatan dengan rnengan1bi ゥ」^セ。ウQ@ kl'1l1S1£, ,:idalar1 rvil !0emt1arrJuna11 IAIN Jakarta
C. &Jby0k dan Suiroer Data Penelltl<m
Subyek pem\fiian n11 ada1at1 rnasillatl セ・「Qj。ォ。ョ@ yanu '"'''fdKan ー・ョQョァQQセ。ョ@ r.iLlu
""l'd'a·;i,.,,,, ""rla GQQQp・ュ「GBQYャGャャセB QaQB@ jᄋᄏkセイエB@ Su'1ber d '\' '!"" · , .. 0 'i'·J'
v'.;,., ,.., ,,·. __ ..,.,,1 Qセ」ᆱuM I\ , ;;..,., .i u,,, ••i o ,;;i r1 . , u'-" [ᄋMGᄋBMセMᄏMLL⦅@ w\..+t.i1_- 1d ,;
(Direidur dan Kepala Mi Pernbanguren IAiN Jakar1a) clan fJ1ak1,,1 11ena10&;.in 1·1uru
.
.
karyil'Nan) da!am lembaga tersebut.
セG・ョ・AゥAゥ。ョ@ ini menJgunnkan pen:iekatan kualrtatd f.a1e1':1 u fof.tr· cl:H><'1 'la dfil
ーセョョゥゥャャ。QᄋQ@ i11ln adalah suatu pru5es ー・ョゥ。Zセイョ。ョ@ seca£a 1na1Dald;i, ZコセQエᄋL。、。ー@ 1.,d ,u1zitri1l<:J>d,d/·i
Prof. Aris Pongtuluran batwa pendekatan yang lebih sesua1 daiam mengama11 dan me:-gkaji
ke!iijakan adalah pendekatan kualtlalif ".
Pendekatan krnlilatir digunakan untli\ memahami persoala11 secara mendalam clan
tuntas '!. Sehubungan dengan nu penelilian ini juga イョ・セァキbォゥャャャ@ n 1e10de 1,er-eirt1an >iu:lr kdsus
yartu mengkaji secara kl1usus tentang kebijakan peno;ikatan ·m .. 1l: ー・ョNゥクZセ。ョ@ :11 f,1!
Pembar.gunan IAIN Jakaita. fvlelode sit.di kasl/3 dilakukan u1hn. QQ^ゥZャ。セエjL[ゥLL@ 1 BNZBセ。@
men\Ja!am 1entang untt sosial tertentu dan slbyek peneln 1an se1:;i<a lemala> aQLLセ。セQ@ rnel•.><1e
sllxii kasus dalam peneill ian r,ebijakan seper1i dikal akan oiel, セ[LLッN[[LQ@ an d。ゥセイB@ 1 <1ciT1fL.nya1
1. f\!lernberi bekal bagi penelilia 1 dan peru-nusan 1,eb\"'''" lebJ·,
:..i.
dengan masalat1 spes1f1k.
2. fvlemungkinkan d1lakLkan
secara
inle11s1f bagi pe11eli!1an Y-cb:Jakan3 .. fv1er4Jakan Slmber hipotes1s bagi pere/Rian lanjutan
4. Data yang drtemukan berguna dalam memberikan ilust1as1111e11gena1 gambaran yarg
diperoleh dari gemralisasi statistik 4.
E. Teknil\ Pengumpulan Data
.,
c Aris Pongtuluran, Kebijaka11 Orga11isasi dill/ Pengambitm Keputusa11 /ltla11a,erial, (Jakarta
LPfv1P iKlP Jakar1a, 1995), ha!. 31
c Lexy J. Moleong dan Dav1d B. \JV!lliam, Perre!.fian i\Jaturaistik (Jakar1a : PPs IKIP Jakarta,
19951, hai. 32 4
Su.iar.,va1·1 Danim, Pengantar Studi Penefiian Keb6!akan, (Jakarta : Bm1i Aksara, 1997), t1al.
Untuk mernperoleh data laparga11, penellti rne11ggu11akan le >,:;11, ,1e119:rn; ,, .Lita de: u.i:1
rnelakukan waNancara secara rnen::1aiarn (indep1 interview) kep.idd i ,t1aK-pttklr i•:Pail sej,•:ru
Oiref1ur Madarasal1, Kepala Ml, S1af Pengajar dan p1!1af: ijセG@ fll'Q l1apat 1:1c:rntient:i11
kesempumaan