• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen iso , sikap dan profesionalisme guru pendidikan Agama Islam: studi korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen iso , sikap dan profesionalisme guru pendidikan Agama Islam: studi korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta"

Copied!
299
0
0

Teks penuh

(1)

PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM

Studi Korelasi Di SMAN/SMKN DKI Jakarta

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Magister Dalam Bidang Pendidikan Agama Islam

Oleh: AZWAN FERI S NIM: 08.2.00.1.12.08.0042

Pembimbing

Muhammad Zuhdi, M. Ed. Ph.D

SEKOLAH PASCA SARJANA

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)

MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME

GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Studi Korelasi di SMAN/SMKN DKI Jakarta

Penulis:

Azwan Feri S

Editor:

Muhammad Zuhdi, M. Ed. Ph.D

Desain dan Lay-out:

(4)
(5)

Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Azwan Feri S NIM : 08.2.00.1.12.08.0042

Tempat/Tgl. Lahir : Lampung, 10 Nopember 1960 Pekerjaan : Guru Pendidikan Agama Islam

Alamat : Jl. Raya Bogor KM 31 Rt. 06/05 No. 58 Cisalak Pasar Cimanggis Depok Jawa Barat Kode Pos 16953

Email : feriazwanferi@yahoo.com

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang berjudul “MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM: Studi Korelasi di SMAN/SMKN di DKI Jakarta” adalah benar-benar karya asli saya, kecuali kutipan-kutipan yang disebutkan sumbernya.

Apabila terdapat kesalahan dan kekeliruan di dalamnya, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya dan saya bersedia dengan pencabutan gelar akademik

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta,

Azwan Feri S

(6)
(7)

Tesis yang berjudul “MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM: Studi Korelasi di SMAN/SMKN di DKI Jakarta” yang ditulis oleh Azwan Feri S dengan NIM: 08.2.00.1.12.08.0042 disetujui untuk dibawa ke sidang Ujian Promosi Tesis (Terbuka).

Jakarta, Promotor

(8)

Tesis yang berjudul “MANAJEMEN ISO, SIKAP DAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM: Studi Korelasi di SMAN/SMKN di DKI Jakarta” yang ditulis oleh Azwan Feri S dengan NIM: 08.2.00.1.12.08.0042 TELAH LULUS dalam Ujian Promosi Tesis pada hari Rabu tanggal 27 Juli 2011 dan telah di revisi sesuai dengan saran tim penguji.

TIM PENGUJI

1. Prof. Dr.Azyumardi Azra, MA ( )

Ketua Sidang/ Penguji

2. Muhammad Zuhdi, M. Ed.Ph.D ( )

Pembimbing/ Penguji

3. Prof. Dr. Abuddin Nata, MA ( )

Penguji

4. Dr. Suparto, M.Ed ( )

Penguji

5. Prof. Dr. Suwito, MA ( )

(9)

Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042

(10)

Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042

SINGKATAN YANG DIGUNAKAN

as. = ‘alaihi al-salam Cf. = bandingkan dengan

H. = Hijriyah

h. = halaman

H.R. = Hadis Riwayat

Ibid = ibidem loc.cit = loco citito

M. = Masehi

No. = Nomor

op.cit. = opere citato

Q.S. = Alquran Surat

r.a. = radiallahu ‘anhu’ anha saw. = sallallahu ‘ alaihi wa sallam swt. = subhanahu wa ta’ ala t.tp. = tanpa tempat penerbit t.p. = tanpa penerbit

t.th. = tanpa tahun

cet. = cetakan

(11)

Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042

ABSTRAK

zwan Feri S, “Manajemen ISO, Sikap Dan Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam” (Studi Korelasi Di SMAN/SMKN DKI Jakarta). Jakarta: SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

Penelitian ini difokuskan pada korelasi manajemen ISO dan sikap manajerial guru pendidikan agama Islam terhadap profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam di SMAN/SMKN DKI Jakarta, dengan metode kuantitatif. Menggunakan analisis statistik validitas dan reabilitas instrument. Instrument utamanya adalah manajemen ISO 9001:2000, Sikap manajerial guru dan Profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam. Sumber primernya yaitu angket instrument yang disebarkan kepada guru Pendidikan Agama Islam di SMAN/SMKN DKI Jakarta, yang telah memberlakukan manajemen ISO. Penelitian ini menunjukkan adanya korelasi positip antara sikap menejerial guru Pendidikan agama Islam pada Manajemen ISO 900:2000 Terhadap profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam.

(12)

Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042

lanjutan. Terbangunnya kesadaran pengelola lembaga pendidikan dalam melaksanakan pelayanan prima terhadap pelanggan, tersusun-nya dokumen manajemen mutu. Pendukung pendapat ini antara lain: Satria Bangsawan dan pendapat Mulyono.

Tesis ini menolak pendapat H.A.R Tilaar, yang mengkritisi penerapan manajemen ISO dengan alasan menyatakan sekolah bertaraf internasional biaya pendidikannya jauh lebih mahal. Penda-pat Darmaningtyas, yang menyatakan bahwa Kebijakan pemerintah yang mendorong peningkatan manajemen sekolah adalah baik, tetapi tak harus dicapai dalam bentuk sertifikasi ISO 9001:2000 yang sarat kapital.

Data-data yang terkumpul, diidentifikasi dan diolah dengan menggunakan pola deskriptif analitis lalu diuraikan secara sistematis. Kemudian dielaborasi dengan teori-teori yang dikembangkan oleh para pakar pendidikan, khususnya berkaitan dengan manajemen pendidikan. Untuk pengujian hiopotisis digunakan statistik korelasi sederhana, parsial dan korelasi ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

Pertama, Terdapat korelasi positif antara manajemen ISO dengan profesionalisme guru pendidikan agama Islam, yang ditunjukkan dengan persamaan regresi Ŷ = 118,908 + 0,292X1. dan koefisien korelasi sebesar 0,407.

Kedua, Terdapat korelasi positif antara sikap manajerial guru pendidikan agama Islam pada manajemen terhadap manajemen ISO. yang ditunjukkan dengan persamaan regresi Ŷx1 = -8.422 + 0.983 X2

dan koefisien korelasi sebesar 0,987.

Ketiga, Terdapat korelasi positif antara sistem manajemen ISO, terhadap sikap manajerial guru PAI yang ditunjukkan dengan persamaan regresi Ŷ = 11,953 + 0,990 X1 dan koefisien determinasi sebesar 0,974.

Keempat, Terdapat korelasi manajemen ISO dan sikap manajerial guru pada manajemen ISO secara bersama-sama terhadap profesionalisme guru pendidikan agama Islam yang ditunjukkan dengan persamaan regresi Ŷ = 131,713 + 1,350X1 – 1,059 X2. dan koefisien korelasi ganda 0,571.

(13)

Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042

ABSTRACT

zwan Feri S, “ISO MANAGEMENT, ATTITUDE AND PROFESSIONALISM OF TEACHERS OF ISLAMIC EDUCATION” (a Correlational Study at SMAN/SMKN DKI Jakarta)

This research focuses on the professionalism of Islamic Education teachers at SMAN/SMKN DKI Jakarta, using quantitative method and statistical analysis on validity and reliability instruments. The main instruments are Management ISO 9001:2000, managerial attitude of teachers, and professionalism of Islamic Education teachers. The primary source is questionnaires distributed to the teachers of Islamic Education teachers at SMAN/SMKN DKI Jakarta that have applied ISO Management. This research shows that there is a positive correlation between the managerial attitudes of Islamic Education teachers on ISO 9001:2000 Management and professionalism of Islamic Education teachers.

This thesis supports the idea saying that ISO 9001:2000 is an international certification program to enhance management quality and sustainable service quality. The raise of awareness of the management education units in rendering prime quality service results in the orderly documents of quality management. The proponents of this idea are among others: Satria Bangsawan and Mulyono.

(14)

Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042

This thesis turns down the idea of H.A.R Tilaar who criticizes the application of ISO management seeing that it will only make the school fee at international class schools become more expensive. Darmaningtyas says that the Government policy in enhancing quality school management is a good intention but should not necessarily be accomplished through certification of ISO 9001:2000 which is capital intensive.

Collected data are identified and processed using descriptive analysis technique and described systematically. Then they are elaborated using theories developed by experts in education, particularly those who are engaged in educational management. To test the hypothesis, a simple correlational statistic, partial and multiple regressions are applied. The results show that:

Firstly, there is a positive correlation between ISO Management and professionalism of Islamic Education teachers. This is shown in the regression of Y = 118.908 + 0.292X1, with correlation coefficient of 0.407.

Secondly, there is a positive correlation between managerial attitude of Islamic Education teachers in management and the ISO management. This is shown by equal regression of Yx1 = -8.422 + 0.983 X2, with a correlation coefficient of 0.987

Thirdly, there is a positive correlation between ISO management system and the managerial attitude of Islamic Education teachers as shown by equal regression of Y = 11.953 + 0.990 X1, with determination correlation of 0.974

Fourthly, there is a positive correlation between a composite of ISO management and teachers’ managerial attitude and professionalism of Islamic Education teachers as shown by equal regression of Y = 131.713 + 1.350 X2 and multiple correlation coefficient of 0.571.

The result of the research can be useful for Islamic Education teachers in order that they become professional teachers who are able to enhance the quality of education.

(15)
(16)
(17)

Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042

KATA PENGANTAR

uji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Hanya dengan izin dan ridla-Nya, proses penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, shahabat dan keluarganya serta para umat yang mengikuti jejaknya.

Penulisan tesis ini berjudul Manajemen ISO 9001:2000, Sikap dan Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam (Studi Korelasi di SMAN/SMKN di DKI Jakarta)”, merupakan salah satu tugas akademik penulis dalam menyelesaikan studi Program Strata dua (S2) di Universitas Negeri Islam (UIN) Syarih Hidayatullah Jakarta. Substansi dari temuan penelitian ini membuktikan bahwa Manajemen ISO 9001:2000 dan sikap manajerial guru Pendidikan Agama Islam terhadap manajemen ISO dapat memberikan kontribusi terhadap profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam sehingga berimplikasi dalam pembelajaran yang dapat memberikan kepuasan pada pelanggan.

(18)

Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042

Zuhdi, M.Ed. Ph D. selaku pembimbing penulisan tesis ini yang dengan tulus ikhlas telah memberikan bimbingan arahan kepada penulis, hingga selesainya penulis tesis ini. Keempat, Kepala SMAN/SMKN DKI Jakarta, yang telah memberlakukan manajemen ISO beserta para guru Pendidikan Agama Islam sebagai obyek penelitian, yang telah membantu penyelesaian penelitian.Keenam, Ibunda tercinta Khairiah Alfian dan Ayahanda M.Syafe’i, yang merestui, mendoakan penulis, kakak dan adik semua yang telah mendukung dan mendoakan penulis, sehingga penulis berhasil dalam studi di Pascasarjana di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Begitu pula kepada bapak H. Dudu Dmyati dan Ibu Hj. Maisyuroh, selaku mertua penulis dan Nursahidah, isteri tercinta dan tersayang, beserta tiga buah hati tersayang (Shella Ferisa Alfian, Shendi Nuria Feriansyah dan Febrisha Tri Marchziani dan Wahid Hasyim selaku mantu), yang senantiasa memberikan dorongan dan doa demi keberhasilan penulis dalam menempuh studi. Ketujuh, Teman seperjuangan dan siapapun juga yang telah memberikan dorongan dan doa restu kepada penulis, sehingga selesainya karya tulis ini.

Akhirnya, hanya kepada Allahlah penulis panjatkan doa semoga segala bantuan, dorongan maupun arahan serta bimbingan dari beliau-beliau di atas diterima oleh Allah SWT sebagai amal shalih, dan diberi pahala di sisi-Nya. Kemudian penulis mengharap-kan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak demi perbaimengharap-kan tesis ini. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan profesionalisme guru pendidikan Agama Islam SMAN/SMKN khususnya di DKI Jakarta di masa yang datang setelah memahami manajemen ISO. Amin Ya Robbal Alamin.

Jakarta, ... Penulis

(19)

Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042

DAFTAR ISI

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ... iv

SINGKATAN YANG DIGUNAKAN ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... .Error! Bookmark not defined.

ثﺣﺑﻟا صﺧﻠﻣ

... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... xii

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvi

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan ... 20

C. Penelitian Yang Relevan ... 23

D. Metodologi Penelitian ... 25

E. Variabel dan desain penelitian... 26

F. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 34

G. Sistematika Pembahasan... 35

BAB II : KONSEP SISTEM MANAJEMEN ISO, SIKAP ROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM .... 37

A. Manajemen ISO Sebagai Sistem Penjamin Mutu ... 37

B. Tuntutan Manajemen ISO Bagi Sekolah ... 49

C. Penterapan Manajemen ISO 9001:2000 Di SMAN/SMKN . 63 D. Kontribusi Manajemen ISO Terhadap Sikap Guru dan Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam ... 84

BAB III : HUBUNGAN SISTEM MANAJEMEN ISO DAN SIKAP GURU TERHADAP PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ... 114

A. Deskripsi Data ... 115

B. Pengujian Persyaratan dan Pengujian Hipotesis. ... 124

C. Uji Hipotesis ... 129

D. Uji Hipotesis 1 ... 130

E. Uji Hipotesis 2 ... 133

F. Hipotesis 3 ... 136

G. Hipotesis 4 ... 138

(20)

Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042 A. Korelasi Manajemen ISO dengan Profesionalisme Guru

Pendidikan Agama Islam ... 143

B. Korelasi Sikap Manajerial Guru Pendidikan Agama Islam pada Manajemen Terhadap Manajemen ISO. ... 146

C. Korelasi Sistem Manajemen ISO, Terhadap Sikap Manajerial Guru PAI ... 150

D. Korelasi Manajemen ISO dan Sikap Manajerial Guru Pada Manajemen ISO Secara Bersama-sama Terhadap Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam. ... 152

E. Model Hasil Penelitian ... 156

F. Keterbatasan Penelitian ... 158

BAB V : PENUTUP ... 160

A. Kesimpulan ... 160

B. Implikasi ... 161

LAMPIRAN ... 163

HASIL WAWANCARA ... 257

DAFTAR PUSTAKA ... 259

DAFTAR INDEKS ... 267

GLOSARIUMS ... 271

(21)

TABEL 3.1. KISI-KISI INSTRUMEN SISTEM MANAJEMEN

MUTU ISO 9001:2000 ...31

TABEL 3.2KISI-KISI INSTRUMEN SIKAP MANAJERIAL GURU PADA MANAJEMEN ISO ...33

TABEL 3.3 KISI-KISI INSTRUMEN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ...33

TABEL 4.1 DISTRIBUSI FREKUENSI DATA VARIABEL HASIL MANAJEMEN ISO. ... 117

TABEL 4.2. DISTRIBUSI FREKUENSI DATA VARIABEL SIKAP GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (X2) ... 119

TABEL 4.3. DISTRIBUSI FREKUENSI DATA VARIABEL PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Y) ... 121

TABEL 4.4. STATISTICS ... 122

TABEL 4.5 REKAPITULASI HASIL ANALISIS PENGUJIAN NORMALITAS SETIAP VARIABEL PENELITIAN ... 126

TABEL 4.6 HASIL UJI HOMOGENITAS VARIANS X1 ATAS X2. ... 128

TABEL 4.7 HASIL UJI HOMOGENITAS VARIANS X2 ATAS X1 DANY ... 128

TABEL 4.8 HASIL UJI HOMOGENITAS VARIANS X1 ATAS X2 DAN Y ... 129

TABEL 4.9 KORELASI PEARSON CORRELATIONS ... 130

TABEL 4.10 UJI REGRESI LINIER ANOVA (B) ... 132

TABEL 4.11 REGRESI LINIER COEFFICIENTS (A) ... 133

TABEL 4.12 KORELASI PEARSON CORRELATIONS ... 134

TABEL.4.13 HIPOTESIS REGRESI LINIER ANOVA (B) ... 135

(22)
[image:22.612.147.536.56.452.2]

Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042

TABEL 4.15 KORELASI PEARSON CORRELATIONS ...136 TABEL 4.16 Hipotesis Regresi linier ANOVA (b) ...137 TABEL 4.18 KORELASI PEARSON CORRELATIONS ...138 TABEL4.19Hipotesis Regresi linier ANOVA (b) ...140 TABEL.4.20UJI REGRESI LINIER COEFFICIENTS (A) ...141

TABEL 4.21INSTRUMEN MANAJEMEN MUTU ISO 9001:200

...164 TABEL 4.19INSTRUMEN SIKAP ...169

(23)
(24)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

alam rangka mewujudkan pendidikan yang berkualitas, diperlukan manajemen yang handal dan tenaga pendidik yang profesional. Penerapan manajemen ISO pada lembaga pendidikan, diharapkan mampu bersaing di dunia Internasional. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab VIII Standar Pengelolaan Bagian Ketiga Standar Pengelolaan Oleh Pemerintah pasal 61 ayat (1) Pemerintah bersama-sama pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan menengah untuk dikembangkan menjadi satuan pendidi-kan bertaraf internasional.1 Kebijakan Pemerintah tersebut ditetap-kan dalam rangka mengantisipasi kemungkinan yang terjadi akibat pengaruh globalisasi. Oleh karena itu, peranan pendidikan dan manajemen harus sejalan dengan semakin besarnya tantangan yang dihadapi setiap sekolah di era globalisasi.

Hal ini sejalan dengan pandangan Azyumardi Azra tentang makna pendidikan. Menurutnya pendidikan adalah suatu prosesi belajar dan penyesuaian individu-individu secara terus menerus

1 Departemen Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Jakarta: Biro Hukum dan Organsasi Departemen Pendidkan Nasional, 2005).

(25)

Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042

terhadap nilai-nilai budaya dan cita-cita masyarakat. Pendidikan merupakan proses yang komprehensif, mencakup seluruh aspek kehidupan untuk mempersiapkan mereka agar mampu mengatasi segala tantangan.2 Selain itu, prioritas kegiatan Pendidikan Islam

hendaklah diarahkan untuk mencapai tujuan yaitu menghasilkan para lulusan yang memiliki pandangan ajaran Islam yang luas, menyelu-ruh dan holistik serta mampu mengaplikasikannya sesuai dengan tingkat usia anak didik dan perkembangan zaman.3 Tujuan Pendidi-kan Islam sebagaimana dikataPendidi-kan Abuddin Nata adalah memberiPendidi-kan bekal pengetahuan dan keterampilan untuk keperluan hidup di dunia dan pemberian bekal nilai-nilai akhlak, membina hati dan rohaninya sehingga dapat menjadi hamba Allah yang baik dan berbahagia di akherat.4 Oleh karena itu, melalui pendidikan manusia akan dapat berbudaya, sehingga mampu akan memenuhi tugasnya sesuai dengan keahlian dan bidang masing-masing dalam kehidupan berbangsa. Kemajuan dan kejaan suatu bangsa di dunia ditentukan oleh pemba-ngu\nan di bidang pendidikan. Pelaksanaan sistem pendidikan juga memerlukan kebijakan untuk perubahan atau peningkatan mutu di perlukan alat kebijakan yang langsung bersentuhan dengan keperluan peningkatan mutu sekolah, karena di dalamnya berkenaan dengan proses administrasi dan pembelajaran. Mutu pendidikan sebuah negara biasanya dijadikan sebagai tolak ukur bagi kemajuan suatu negara. Apabila mutu pendidikannya baik, maka berarti negara itu siap bersaing dengan dunia global. Sebaliknya mutu pendidikan rendah, menunjukkan bahwa negara tersebut berarti akan terpuruk dan makin tersingkirkan dari persaingan dunia global.

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Hal ini disebabkan pendidikan berpengaruh secara langsung terhadap perkembangan manusia dan perkembangan seluruh aspek kepribadian manusia. Pendidikan merupakan kekayaan suatu bangsa yang paling berharga dengan pendidikan maka derajat dan martabat suatu bangsa terangkat.

2Azyumardi Azra, Esai-esai Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam (Jakarta: logos Wacana Ilmu, 1998), 4.

3Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2007). 165.

(26)

Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042

Pendidikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen antara yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Komponen-komponen pendidikan itu antara lain: visi, misi, tujuan, kurikulum, proses pembelajaran, pendidik, anak didik, manajemen pengelolaan, sarana dan prasarana, pembiayaan, lingkungan dan lain sebagainya. Adanya perembangan zaman dan perubahan yang begitu cepat terjadi di masyarakat (era globalisasi) maka paradigma pendidikan pun mengalami perubahan seiring dengan adanya perubahan itu sendiri.5

Apabila dalam kegiatan belajar dan mengajar seluruh komponen pendidikan dipersiapkan dengan sebaik-baiknya, tentu mutu dari pada pendidikan tersebut dengan sendirinya akan mening-kat. Dari seluruh komponen pendidikan yang ada, maka gurulah komponen yang paling utama. Jika guru memilki kualitas yang baik, maka pendidikan akan baik pula. Guru adalah salah satu komponen dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pemba-ngunan. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur dalam bidang pendidikan harus berperan aktif dan dapat menempat-kan kedudumenempat-kannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntu-tan zaman di era globalisasi. Tugas dan peran guru dari hari ke hari semakin berat, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Guru sebagai komponen utama dalam dunia pendidikan ditun-tut untuk mampu mengimbangi bahkan diharapkan dapat melampaui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dalam masyarakat. Karena itu guru tentunya bertanggungjawab untuk menjadikan para anak didiknya ke arah kedewasaan atau taraf kematangan tertentu. Guru tidaklah semata-mata sebagai tenaga pengajar yang hanya mentransfer of knowledge tetapi juga sebagai pendidik yang melakukan transfer of values dan sekaligus sebagai pembimbing yang dapat memberikan arahan dalam belajar.Karena tugas seorang guru adalah mengajar dan sekaligus mendidik, maka keteladanan dari seorang guru tidak bisa ditawar-tawar. Keteladanan merupakan sikap yang paling pondamen bagi seorang guru, karena dengan keteladanan bagaikan anak panah yang langsung mengenai sasaran. Keteladanan menjadi senjata ampuh yang tidak bisa dilawan

(27)

Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042

dengan kebohongan, rekayasa dan tipu daya.6 Guru yang baik adalah guru yang mampu menghidupkan gagasan-gagasan yang besar, keinginan yang besar pada murid-muridnya. Kemampuan ini harus dikembangkan, harus ditumbuhkan sedikit demi sedikit. Untuk ini guru harus menyisihkan waktu untuk mencernakan pengalamannya sehari-hari dan memperluas pengetahuaanya secara terus-menerus.7

Guru apabila mempunyai nilai kerja yang baik akan berdampak meningkatkan mutu sekolah karena guru merupakan tokoh sentral yang berhubungan langsung dengan para siswa melalui proses belajar mengajar. Sebaliknya bila seorang guru tidak memiki kemampuan dalam memahami manjemen, maka akan berdampak pula terhadap peningkatan mutu bahkan lembaga pendidikan yang bersangkutan akan lebih terpuruk yang akhirnya akan mempengaruhi keberhasilan hasil belajar siswa.

Untuk memenuhi kelancaran terselenggaranya setiap kegiatan pada lembaga yang berbasis pada sistem manajemen mutu, maka lembaga tersebut hendaknya menyediakan sumber daya manusia yang cukup dan informasi yang jelas. Karena itu pengembangan sumber daya manusia hendaknya mendapat perhatian secara sung-guh-sungguh berdasarkan perencanaan secara sistimatik dan terinci. Sistem manajemen mutu, ISO 9001:2000 mendefinisikan ”mutu” dalam nalar industri, yakni untuk kepuasan pelanggan. Hal ini tentu tidak sesuai dengan hakikat mutu dalam terminologi pendidikan, yang lebih substansial dan kultural. Mutu dalam pendidikan berbi-cara mengenai pembentukan karakter, pemahaman akan kehidupan, relasi sosial, dan pandangan dunia anak didik.8 Mutu, khususnya

dalam konteks Total Quality Management (TQM) adalah hal yang berbeda. Mutu merupakan sebuah filosofi dan metodologi yang membantu institusi untuk merencanakan perubahan dan mengatur agenda dalam menghadapi tekanan-tekanan eksternal yang berlebi-han. Total Quality Management (TQM) dapat diaplikasikan dalam pendidikan. Esensi TQM adalah perubahan budaya (change of

6 Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kratif dan Inovatif (Jogjakarta: Diva Press, 2009), 79.

7 Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, 146.

(28)

Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042

culture). Dampak-dampak TQM hanya akan dicapai jika semua pelakunya merasa perlu untuk terlibat.9 Peningkatan mutu

pendidi-kan sebagai bagian yang tidak terpisahpendidi-kan dari proses pengembangan dari sumber daya manusia, harus dilakukan secara terancana, terarah, dan intensif, sehingga mampu menyiapkan bangsa Indonesia mema-suki era globalisasi yang sarat dengan persahingan. Peningkatan mutu pendidikan akan dapat dicapai, jika sekolah dengan berbagai keragamannya diberi wewenang untuk mengatur dan mengurus dirinya sendiri sesuai dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan peserta didiknya10. Menurut Deming bahwa masalah mutu terletak

pada masalah manajemen. Ada lima penyakit yang signifikan dalam konteks pendidikan, yaitu:11 Pertama, kurang konstannya tujuan.

Kedua, pola pikir jangka pendek. Perubahan penekanan menuju sebuah visi jangka panjang dan pengembangan kultur perbaikan ada-lah sesuatu yang ia sangat anjurkan. Para ahli pendidikan yang sering menghadapi banyak perubahan arah dalam beberapa tahun akan merasa sangat akrab dengan penekanan terhadap perlunya strategi logis jangka panjang. Ketiga, berkaitan dengan evaluasi prestasi individu melalui proses penilaian atau tinjauan kerja tahunan. Keempat, adalah rotasi kerja terlalu tiggi. Sekolah-sekolah yang mengalami tingginya tingkat pergantian guru mustahil memperta-hankan konsistensi tujuan jangka panjang. Kelima, manajemen yang menggunakan prinsip angka yang tampak. Sekolah-sekolah yang hanya berorientasi pada daftar hasil ujian, maka mereka juga akan merasakan bahaya yang sama. Sikap kerja guru juga dapat dipenga-ruhi oleh pelaksanaan manajemen. Pendidikan dipandang sebagai salah satu faktor yang amat penting dalam menangani masalah-masalah yang timbul pada suatu lembaga pendidikan. Kelemahan sistem pendidikan yang ada adalah karena lemahnya dalam manaje-men pendidikan baik pada level makro, meso maupun mikro.12 Untuk

mencapai pendidikan yang berkualitas di negeri ini menghadapi

9Edwar Sallis, Total Quality Management In Education , Ahmad Ali Riyadi (Terj.) (Jogjakarta: Ircisod, 2008), 33-34.

10 Departemn Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral pendidikan Dasar dan Menengah, Manajemen peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. (Jakarta, 2000), 47

11 Edwar Sallis, Total Quality Management In Education, 97-98.

(29)

Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042

banyak kendala: Pertama, akuntabilitas dalam penyelenggaraan pendidikan kepada masyarakat masih sangat rendah karena terlalu kuatnyadominasi pemerintah pusat dalam manajemen mikro penye-lenggara pendidikan. Kedua, penggunaan sumber daya tidak optomal dan tidak efisien dikarenakan rendahnya anggaran pendidikan dan sistem pengelolaan anggaran yang terpusat. Ketiga, partisipasi masyarakat yang masih rendah padahal secara historis peran serta masyarakat dalam pembangunan pendidikan di Indonesia sangat besar. Keempat, sekolah tidak mampu mengikuti perubahan yang terjadi di lingkungannya, seperti perubahan politik, sosial, budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi dengan cepat.13

Dalam melaksanakan peningkatan mutu pendidikan sekolah hendaknya proaktif untuk mewujudkan sasaran mutu yang telah disepakati bersama antara pihak sekolah, orang tua peserta didik dan masyarakat peduli pendidikan sehingga terwujud apa yang diharap-kan oleh para pelanggan. A.Malik Fadjar menyatadiharap-kan bahwa pemba-ngunan pendidikan di Indonesia banyak kendala yang menghadang tidak hanya aspek internal melainkan benturan kebudayaan (clash of civilization). Sekurang-kurangnya ada tiga tantangan besar yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia. Pertama, mempertahankan hasil yang telah dicapai. Kedua, mengantisipasi era globalisasi. Ketiga, melakukan perubahan dan penyesuaian sistem pendidikan memperhatikan keragaman kebutuhan/keadaan daerah dan peserta didik, serta mendorong peningkatan partisipasi masyarakat.14 Pada

pelaksanaan pendidikan secara formal umumnya memperoleh kritik dalam tiga hal, yaitu 1) biaya yang mahal, hal ini terkait dengan pelaksanaan program pendidikan formal waktu belajar yang lama dan terus menerus, pengelolaan pendidikan yang sentralistik, persyaratan tenaga guru dan tenaga kependidikan lainnya yang profesional, dan penggunaan sumber daya secara intensif, 2) kurangnya relevansi dengan kebutuhan masyarakat, ini disebabkan oleh kurikulum yang lebih bersifat akademis, menyamaratakan peserta didik, lebih berorientasi pada kelembagaan tingkat atas dan cendrung terpisah dari kehidupan masyarakat sekitar, 3) rendahnya fleksibilitas

13Indra Djati Sidi, Menuju Masyarakat Belajar: Menggagas Paradigma Baru Pendidikan (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), 31-33.

(30)

Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042

dikan formal, ini disebabkan bentuk dan isi programnya yang konvensional, kepercayaan yang berlebih-lebihan terhadap ominasi sekolah dan pengaruh pendidik dalam hal ini para guru, serta penga-wasan yang seragam secara nasional.15 Mutu dapat juga digunakan

sebagai suatu konsep yang relative artinya bahwa mutu bukan suatu atribut produk atau layanan, tetapi suatu yang dianggap bersal dari produk atau layanan tersebut.16 Salah satu faktor utama yang

menen-tukan mutu pendidikan adalah guru. Gurulah yang berada di garda terdepan dalam menciptakan kualitas sumber daya manusia. Di tangan gurulah akan dihasilkan peserta didik yang berkualitas, baik secara akademis, skill (keahlian) kematangan emosional, dan moral serta spritual.17 Guru memilki peranan yang sangat besar dalam

dunia pendidikan, karena guru merupakan ujung tombak dalam melaksnakan program-program pendidikan di lembaga pendidikan. Sebagaimana dikemukakan oleh Sardiman: Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan.18 pelanggan internal, missal guru,

selalu mendapat pelayanan yang memuaskan dari petugas TU, Kepala Sekolah.

Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, misalnya pengembangan kurikulum nasional dan lokal, peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan, penga-daan buku dan alat pelajaran, sertifikasi guru, pengapenga-daan dan perbai-kan sarana dan prasarana pendidiperbai-kan, dan peningkatan mutu manaje-men.19 Mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang

merata. Sebagian sekolah, terutama di kota-kota, menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namun

15Djudju Sudjana, Pendidikan Nonformal, (Bandung, PT. Imperial Bhakti Utama), 25.

16Edward Sallis, Total Quality Management in Education Manajemen Mutu Pendidikan, 53.

17Kunandar, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), 40.

18Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Rajawali, 1989), 123.

(31)

Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042

sebagian lainnya masih memprihatinkan. Sedikitnya ada tiga faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan secara merata antara lain adalah: Pertama, kebijakan dan penyeleng-garaan Pendidikan Nasional menggunakan pendekatan educational production function atau input-output analysis yang tidak dilaksana-kan secara konsekuen. Kedua, Penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara sentralistik, sehingga menempatkan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada keputusan biro-krasi yang mempunyai jalur yang sangat panjang dan kadang-kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat. Dengan demikian, sekolah kehilangan kemandirian, moti-vasi dan inisiatif untuk mengembangkan dan memajukan lembaga-nya termasuk peningkatan mutu pendidikan sebagai salah satu tujuan pendidikan nasional. Ketiga, peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam menyelenggarakan pendidikan selama ini sangat minim.20

Sebab-sebab umum rendahnya mutu pendidikan disebabkan oleh beberapa sumber yang mencakup desain kurikulum yang lemah, bangunan yang tidak memenuhi syarat, lingkungan kerja yang buruk, sistem dan prosedur yang tidak sesuai, jadwal kerja yang serampa-ngan, sumber daya yang kurang dan pengembangan staf yang tidak memadai.21 Di sisi lain, sebab-sebab khusus kegagalan, sering

diakibatkan oleh prosedur dan aturan yang tidak diikuti atau ditaati, meskipun kegagalan tersebut mungkin juga diakibatkan oleh kegaga-lan komunikasi atau kesalah pahaman. Kegagakegaga-lan tersebut bisa juga disebabkan oleh anggota individu staf yang yang tidak memiliki skil, pengetahuan dan sifat yang dibutuhkan untuk menjadi seorang guru atau manajer pendidikan.22 Mengelola sebuah lembaga pendidikan

merupakan amanah kehidupan, yang harus dijalankan secara benar, terencana, terprogram, terukur dan dapat dipertanggungjawabkan dunia dan akhirat. Sekolah sebagai lembaga pendidikan, dengan segala perangkat penata untuk memfasilitasi terselenggarannya interaksi eduktif antara siswa denga guru pada dasarnya berintikan

20Departemen Pendidikan Nasioanal, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasioanal, 2000), 3-4.

21Edwar Sallis, Total Quality Management In Education, 103-104.

(32)

Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042

proses pelaksanaan berbagai aktifitas yang syarat dengan penyeleng-garaan fungsi manajemen. Agar proses tersebut terselenggara dengan baik maka diperluka suatu System Manajemen Mutu yang memenuhi Criteria atau persyaratan, terprogram dengan sasaran mutu yang smart (Specific, Meansurable, Reasonable, Time Bound). 23

Walaupun berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah, namun tampaknya belum dapat menunjukkan hasil yang optimal, atau bahkan permasalahan yang terkait dengan pendidikan cenderung meningkat. Karena itulah Britis Standards Institution (BSI) maupun International Standards Organization (ISO).24 dipandang sebagai alat

untuk dapat mendorong tercapainya peningkatan mutu pendidikan secarara signifikan.

Menurut Tilaar, kerisis pendidikan yang dihadapi Indonesia dewasa ini berkisar pada kerisis manajemen. Manajemen pendidikan dirumuskan secara sederhana sebagai mobilisasi segala sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan.25

Pengembangan konsep manajemen ini didesain untuk meningkatkan kemampuan sekolah dan masyarakat dalam mengelola perubahan pendidikan kaitannya dengan tujuan keseluruhan, kebijakan, strategi perencanaan, inisiatif kurikulum yang telah ditentukan oleh pemerin-tah dan otoritas pendidikan. Pendekatan ini menuntut adanya peru-bahan sikap dan tingkah laku seluruh komponen sekolah, kepala sekolah, guru, dan tenaga/staf administrasi termasuk orang tua dan masyarakat dalam memandang, memahami, membantu sekaligus sebagai pemantau yang melaksanakan monitoring dan evaluasi dalam pengelolaan system informasi yang presntatif dan vailid. Peru-bahan sikap peserta didik merupakan salah satu sasaran yang

23 Diding Wahyudin, Peningkatan Mutu Pendidikan Dki Jakarta Melalui Implementasi Sistim Manajemen Mutu ISO 9001:2000 For Education, http://didingwk.wordpress.com/2009/03/05/peningkatan-mutu-pendidkan-dki-jakarta-melalui-penerapan-iso/ di akses Minggu, 10/4/2011.

24Sekalian sebelum tahun 1989, ISO ini belum menunjukkan ketertarikan terhadap dunia pendidikan.Mayoritas perusahaan yang terdaftar pada standar BS5775 adalah perusahaan yang bergerak di bidang produk. Namun sekarang telah banyak Perguruan Tinggi dan sekolah mulai nenerapkan BS57750/ISO9000. Lihat Edwar Sallis, Total Quality Managament In Education Manajemen Mutu Pendidikan, 120.

(33)

Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042

ting dalam konsep pendidikan. Perubahan yang diharapkan tentunya perubahan kepada perbaikan. Dalam konsep pendidikan Islam, perbaikan tersebut diwujudkan dalam figur insan kamil, yaitu sosok manusia berprestasi dalam sisi intelektual dan berbudaya dalam sisi moral. Insaan kamil merupakan gambaran manusia yang memilki kesempurnaan dalam keseimbngan. Ia tidak hanya memilki etika relegius tetapi juga memilki pengetahuan yang tinggi dan luas.26

Pada lembaga pendidikan kepala sekolah adalah pemimpin. Kepemimpinan dalam manajemen pendidikan merupakan kunci keberhasilan suatu organisasi. Kepemimpinan merupakan suatu inti dalam manajemen pendidikan. Maju mundurnya suatu organisasi banyak dipengaruhi oleh faktor kepemimpinannya. Kepemimpinan akan berjalan secara efektif dan efisien apabila dilaksanakan oleh seorang pemimpin yang jujur, bertanggung jawab, transparan, cerdas, memahami akan tugas dan kewajibannya, memahami anggotanya, mampu memotivasi dan berbagai sifat yang baik yang terdapat dalam diri seorang pemimpin. Ia harus menyadari bahwa seorang pemimpin itu harus mampu untuk mempengaruhi dirinya sendiri dan orang lain melalui keteladanan dan nilai-nilai serta prinsip-prinsip yang membawa suatu kebahagian dunia dan akherat.27

Kepemimpi-nan adalah manajemen puncak yakni Direktur Badan Usaha pada suatu perusahaan dan pada lembaga pendidikan disebut kepala sekolah sebagai Top Manajer yang harus menetapkan kebijakan mutu dan sasaran mutu, memberikan arahan dan target, menciptakan suatu lingkungan yang harmonis dengan melibatkan seluruh staf dan karyawan dalam mencapai sasaran mutu.

Berbekal pengalaman banyak negara yang sejak lama telah menaruh perhatian besar terkait dengan sumberdaya manusia antara lain adalah problem pendidikan di Hongkong yang mendorong timbulnya MBS adalah struktur dan proses manajemen yang tidak memadai, peran dan tanggung jawab masing-masing pihak kurang dijabarkan secara jelas, kurang memadai alat pengukuran prestasi

26Armai Arief, Reformasi Pendidikan Islam (Jakarta: CRSD Press, 2005), 77-79.

(34)

Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042

kurangnya kerangka tanggung jawab dan akuntabilitas.28 H.A.R. Tilaar memandang bahwa masyarakat yang maju di masa mendatang adalah masyarakat industri, yaitu masyarakat yang dapat menguasai dan memanfaatkan kemajuan iptek dalam menata dan mengembang-kan masyarakatnya. Menurutnya, penguasaan, pengembangan, pemanfaatan iptek merupakan suatu proses pendidikan.29

Pendidikan merupakan kebutuhan penting bagi setiap manusia, negara, maupun pemerintah pada era reformasi ini. Karena penting-nya, pendidikan harus selalu ditumbuh kembangkan secara sistema-tis oleh para pengambil kebijakan yang berwenang di republik ini. Pembaharuan demi pembaharuan selalu diupayakan agar pendidikan benar-benar dapat memberikan konstribusi yang signifikan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa sebagamana terdapat pada UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab II pasal 3 Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkem-bangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.30

Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut, diperlukan pendi-dikan yang bermutu tinggi, dengan tenaga pengajar yang professio-nal, manajemen yang handal serta sarana dan prasarana yang mema-dai, kurikulum berbasis sekolah yang dikembangkan seseuai dengan kondisi sekolah sehingga dapat menjawab tantangan era globalisasi. Pendidikan bermutu tinggi tidak akan lahir begitu saja, tapi harus di minej dengan suatu sistem moderen. Pembaharuan pada dunia pendidikan adalah untuk menjaga agar apa yang dihasilkan dalam pendidikan tetap relevan dengan kebutuhan dunia kerja, persyaratan bagi pendidikan pada jenjang pendidikan berikutnya sesuai dengan harapan para pelanggan serta mampu menghadapi persaingan

28Nurkolis, Manajemen Berbasis Sekolah, Teori Model dan Aplikasi (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia,2003), 87.

29H.A.R. Tilaar, Manajemen Pendidikan Nasional, Cet.VI (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003).

(35)

Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042

globalisasi dunia internasional. Kehadiran sistem standarisasi tak lepas dari pengaruh globalisasi. Penerapan sistem manajemen ISO dapat membantu suatu lembaga untuk menata diri sehingga mampu mencapai tujuan. Pada lembaga pendidikan penerapan sistem manajemen ISO diharapkan dapat memposisikan diri sebagai institusi yang menganut sistem yang terarah, terpola dan terkendali, kehidupan warga sekolah sangat dinamis dan penuh semangat menjani pekerjaan dengan suasana bersahaya dan ramah. Untuk mempercepat pencapaian mutu pendidikan, pemerintah RI mengan-jurkan penggunaan manajemen ISO sebagai oprasional pelaksanaan dan pengelolaan administrasi pendidikan di sekolah. Di dalam pelaksanaan manajemen suatu instansi atau lembaga memiliki delapan prinsip manajemen mutu yaitu :

1. Costumer Focus (Perhatian pada pelanggan) 2. Leadership (Kepemimpinan)

3. Involvement of People (Pelibatan orang)

4. Process Approach (Pendekatan system pada manajemen) 5. System Approach to Management (Pendekatan sistem pada

manajemen)

6. Continual Improvement (Perbaikan berkelanjutan)

7. Factual Approach to Decision Marking (pengambilan keputusan berdasarkan fakta)

8. Mutually Beneficial Supplier Relationships (Hubungan pemasok yang saling menguntungkan).31

Delapan prinsip manajemen mutu merupakan metode bagai-mana cara memimpin, mengatur dan mengendalikan suatu organisasi atau Badan Usaha dalam hal ini pelaksana pendidikan. Dengan prinsip-prinsip manajemen itu Sistem Manajemen Mutu (SMM) dapat dioperasikan secara konsisten, sistematis dan transparan. Untuk memberikan kepuasan pada pelanggan, baik secara internal maupun eksternal maka proses pendidikan hendaknya menerapkan dan memelihara suatu sistem manajemen mutu secara terus menerus.

Salah satu upaya yang secepatnya ditangani oleh para penye-lenggara pendidikan persekolahan adalah perlu adanya transformasi dan inovasi sistem manajemen kelembagaan persekolahan, yang meliputi: 1). birokrasi pendidikan persekolahan, 2). pembiayaan, 3).

(36)

Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042

reward dan punishment yang jelas, 4). budaya sekolah/akademik, 5). jaringan/jalinan sekolah (NW/WW), 6). teknologi imformasi pendidi-kan, 7). enterpreneurship kewirausahaan, 8). kemandirian dan 9). marketing. Bahkan transformasi dan inivasi sistem manajemen persekolahan sedapat mumgkin diarahkan pada penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000.32

Beberapa SMAN/SMKN di DKI Jakarta yang telah melaksana-kan manajemen ISO 9001,33 adalah SMAN 6, 8, 13, 26, 28, 39, 42, 68, 70, 71, 81, 82, dan 99, 112. Secara kwantitatif, implementasi ISO di SMAN/SMKN DKI Jakarta masih minim, hal ini terbukti dari 114 SMA Negeri dan 58 SMK Negeri di DKI Jakarta, baru 15 SMA Negeri dan 12 SMK Negeri di DKI Jakarta yang telah melaksanakan manajemen ISO.

Sekolah yang telah memberlakukan manajemen ISO, semua guru, termasuk guru Pendidikan Agama Islam, harus melaksanakan sistem kerja dalam organisasi menjadi standar kerja yang terdoku-mentasi, bekerja secara efisien, memahami prosudur kerja serta termonitornya kualitas pelayanan. Pusat Standarisasi dan Akriditasi Setjen Departemen Pertanian, mengemukakan bahwa manajemen ISO dapat memberi manfaat antara lain: Pertama, mampu membuat sistem kerja dalam organisasi menjadi standar kerja yang terdoku-mentasi. Kedua, meningkatkan semangat kerja karyawan, karena adanya kejelasan kerja sehingga tercapai efisiensi. Ketiga, dipahami-nya berbagai kebijakan dan prosudur operasi yang berlaku di seluruh organisasi. Keempat, meningkatkan pengawasan terhadap

32Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), 305.

33Sekolah yang mendapatkan sertifikat ISO 9001:2000 yaitu, SMAN 6, SMAN 13, SMAN 39, SMAN 68, SMAN 70, SMAN 81, SMAN 112, SMA Al Azhar 1, SMKN 14, SMKN 20, SMKN 26, SMKN 28, SMKN 58, SMK Jayawisata II, SMK Bunda Kandung, SMK Paramita 1, SMK Paramita 2, SMK Sahid, SMPN 1, SMPN 19, SMPN 49, SMPN 11, SMP Al-Azhar 1, SMP Kafila Islamic Internasional School, SDN Menteng 01, SDN Kebon Jeruk 11, dan SLB Negeri1.Sedangkan tahun lalu, 15 sekolah yang memperoleh sertifikat ISO adalah, SMAN 8, SMAN 26, SMAN 28, SMAN 42, SMAN 71, SMAN 82, SMAN 99, SMAN 42, SMKN 6, SMKN 8, SMKN 27, SMKN 30, SMKN 32, SMKN 33, dan SMK 57. (kim) lihat harian umum Pelita, Kamis 15 Juli 2010

(37)

Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042

laan pekerjaan. Kelima, termonitornya kualitas pelayanan organisasi terhadap mitra kerja.34

Dalam upaya penerapan sistem manajemen ini secara efektif, maka dituntut adanya suatu kemampuan untuk mengidentifikasi dan mengelola seluruh proses kerja yang saling berhubungan dan berinte-raksi baik secara intern maupun ektern. Selain dari pada itu perlu adanya kemampuan dalam meningkatkan secara terus menerus secara efektifitas dari proses sistem manajemen mutu,sehingga dapat menghasilkan proses yang maksimal sesuai dengan tujuan dan sasaran mutu yang telah ditetapkan. Oleh karena itut perlu adanya suatu program yang berkesinambungan yang perlu didukung oleh semua personel yang terlibat dalam penerapan sistem manajemen ini. Kelengkapan dan kejelasan input manajemen akan membantu kepala sekolah mengelola sekolahnya dengan efektif. Input manajemen yang dimaksud meliputi: 1) tugas yang jelas, 2) rencana yang rinci 4) sistimatis, 5) program yang mendukung bagi pelaksanaan rencana, 6) ketentuan-ketentuan (aturan main) yang jelas sebagai panutan bagi warga sekolahnya untuk bertindak, 7) adanya sistem pengendalian mutu yang efektif dan efisien untuk meyakinkan agar sasaran yang talah disepakati dapat dicapai.

Manajemen ISO merupakan salah satu cara untuk kan profesionalisme, tranparansi, rasa kebersamaan guna meningkat-kan kualitas pelayanan masyarakat demi kecerdasan dan kemajuan bangsa dan Negara, itulah sebabnya manajemen ISO yang semula digunakan di dunia industri, justru dapat diterapkan di sekolah dengan berbagai upaya penyesuaian.

Penterapan manajemen ISO di lembaga pendidikan adalah baik, namun ada beberapa kendala yang sering terjadi petama, tugas pokok guru sebagai pendidik pada proses belajar mengajar yang seharusnya lebih banyak berada bersama siswa, sering terganggu dengan adanya tugas untuk mengisi lembaran prosedur kerja manajemen ISO yang harus dikerjakan dan tambahan aturan serta birokrasi yang hanya berfungsi untuk membuat anggota organisasi 'kelihatan' lebih sibuk. Kedua, adanya prosedur kerja yang telah ditetapkan sebelumnya, muncul permasalahan yang tidak sesuai lagi dengan prosedur yang telah ditetapkan disebabkan situasi dan

(38)

Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042

kondisi yang berbeda sehingga akan terkendala dalam mengambil keputusan.

Dalam suatu lembaga pendidikan, manajemen sebagaimana dikemukakan oleh Omar Hamalik35 dan H.A.R. Tilaar36, menempati

posisi yang sangat penting, karena melalui manajemen yang pofesio-nal sejumlah hal yang berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan akan dirumuskan seperti tujuan, materi, proses belajar mengajar dan evaluasi. Manajemen Pendidikan dipandang salah satu faktor yang amat penting dalam menangani masalah-masalah yang ada, karena kelemahan sistem pendidikan yang ada adalah lemahnya dalam manajemen pendidikan baik pada level makro, meso maupun mikro.37

Guru profesional sebagai salah satu komponen dari sistem pendidikan merupakan faktor yang sangat menentukan dalam penca-paian mutu pendidikan. Dalam melaksankan profesinya, profesional harus mengacu pada standar profesi. Standar profesi adalah prosedur dan norma-norma dan prinsip-prinsip yang dipergunakan sebagai pedoman agar hasil yang dicapai baik secara kuantitas maupun kualitas sesuai dengan apa yang diharapkan oleh para pelanggan dalam hal ini khususnya para anak didik maupun orang tua. Guru profesional dituntut memilki kode etik, yaitu norma tertentu sebagai pegangan yang diakui serta dihargai oleh masyarakat. Kode etik merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku yang dijunjung tinggi oleh setiap anggotanya. Kode Etik bersal dari dua kata, yaitu kode berarti tulisan (kata-kata, tanda) yang dengan persetujuan mempunyai arti atau maksud tertentu (untuk telegram dan sebagai-nya; sedangkan etik, dapat berarti aturan tata susila, sikap atau akhlak.38 Berdasarkan pengetian tersebut, maka kode etik atau

akhlak adalah tingkah laku yang memilki ciri sebagai berikut.

35 Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), 5.

36 H.A.R. Tilaar, Manajemen Pendidikan Nasional: Kajian Pendidikan Masa Depan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003) Cet. VI h. 4 Bandingkan dengan Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah; Konsep, Strategi dan Implementasi (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003), cet. III.

37Diding Nurdin, Manajemen Pendidikan, dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, 225.

(39)

Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042

Pertama, tingkah laku yang diperbuat itu telah mendarah daging dan menyatu menjadi kepribadian yang membedakan antara satu indi-vidu dengan indiindi-vidu lainnya. Kedua, tingkah laku tersebut sudah dapat dilakukan dengan mudah dan tanpa memerlukan pemikiran lagi. Ketiga, perbuatan yang dilakukan itu timbul atas tekanan dari orang lain. Keempat, perbuatan yang dilakukan itu berada dalam keadaan yang sesungguhnya. Kelima, perbuatan tersebut dilakukan atas niat semata-mata karena Allah.39

Guru profesional adalah guru yang mengenal tentang dirinya. Yaitu dirinya adalah pribadi yang dipanggil untuk mendampingi peserta didik untuk/dalam belajar. Guru dituntut mencari tahu terus menerus bagaimana seharusnya peserta didik itu belajar, maka apa-bila ada kegagalan peserta didik, guru terpanggil untuk menemukan penyebabnya dan menacari jalan keluarnya bersama peserta didik.40

Profesionalisme guru dalam melakukan proses mendidik pada lembaga pendidikan Islam atau pendidikan secara umum, menjadi sangat urgen, ia akan mendorong terjadinya perubahan-perubahan dalam pembelajaran dan perkembangan kualitas mutu pendidikan pada era globalisasi. Guru memiliki otonomi khusus, dapat mengatur diri sendiri, memiliki sikap mandiri dalam melaksanakan tugas. Guru membuat keputusan dan dapat mempertanggung jawabkan keputu-san tersebut.41 Dengan profesionalisme guru, maka guru masa depan

tidak tampil lagi sebagai pengajar (teacher), seperti fungsinya yang menonjol selama ini, tetapi beralih sebagai pelatih (coach) pembim-bing (counselor), dan manajer belajar (learning manager).42Dengan demikian, jelaslah bahwa tugas guru bukanlah sekedar memindahkan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) kepada anak didik, tetapi guru juga bertanggung jawab atas pengelolaan (manger of learning), pengarah (director of learning), fasilitator, dan perencana (the

39Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, 136-137.

40Kunandar, Guru Profesional; Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), 48.

41Buchari Alma, Guru Profesional Mengasai Metode dan Terampil Mengajar (Bandung: Alfabeta, 2009), 132.

(40)

Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042

planner of future society)43 Oleh karena itu fungsi dan tugas guru dalam pendidikan dapat disimpulkan menjadi tiga bagian, yaitu:44

Petama, sebagai pengajar (instruksional), yang bertugas meren-canakan program pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusunserta mengakhiri dengan pelaksanaan penilaian setelah program dilakukan.

Kedua, sebagai pendidik (educator), yang mengarahkan anak didik pada tingkat kedewasaan dan berkepribadian sempurna seiring dengan tujuan Allah SWT menciptakannya.

Ketiga, sebagai pemimpin (managerial), yang memimpin , mengenalikan diri sendiri, anak didik dan masyarakat yang terkait terhadap berbagai masalah yang menyangkut upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan dan partisipasi atas program pendidikan yang dilakukan.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Undang-undang Guru dan Dosen bab 1, pasal 1 ayat 4, profe-sional dirumuskan sebagai berikut:”Profeprofe-sional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi”.45 Istilah profesional yaitu orang yang menyandang suatu profesi. Sebagai profesional dia melakukan pekerjaan secara otonom, mengabdikan diri pada masyarakat, penuh rasa tanggung jawab. Profesionalisme berarti sifat yang ditampilkan dalam perbuatan, dan ada komitmen untuk selalu meningkatkan kemampuan dalam melaksankan pekerjaan sesuai dengan profesi-nya.46 Profesionalisme guru dapat dipengaruhi oleh; sikap, motivasi,

disiplin kerja, kecerdasan sosial, kematangan emosional, sumber daya manusia, kesejahtraan, kurikulum serta pemahaman terhadap manajemen pendidikan.

43Tim Departemen Agama RI, Islam Untuk Disiplin Ilmu Pendidikan (Jakarta: PPPAI-PTU, 1984), 149.

44Rostiyah NK, Masalah-maslah Ilmu Keguruan (Jakarta: Bina Aksara, 1982), 86.

45Undang-Undang No 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional & Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, 60-61.

(41)

Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042

Sikap adalah suatu predisposisi atau kecendrungan untuk melakukan suatu respon dengan cara-cara tertentu terhadap alam sekitarnya baik berupa individu-individu maupun obyek-obyek tertentu. Sikap dikatakan sebagai suatu respons evaluatif. Respons hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi individual. Respons evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberikan kesimpulan terhadap stimulis dalam bentuk nilai baik buruk, positif negatif, menyenangkan tidak menyenangkan yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap.47

Menurut Allport Vaughan dan Hogg, sikap merupakan suatu kesiapan mental yang diatur oleh pengalaman langsung, pengaruh dinamika respon individu-individu terhadap semua obyek dan situasi yang berhubungan dengan obyek tersebut.48 Sikap ini ditujukan

dalam berbagai kualitas dan intensitas yang berbeda dan bergerak secara kontinyu dari positif melalui area nettral ke arah negatif. Kualitas sikap digambarkan sebagai valensi positif dan negatif. Tuntutan profesi menghendaki agar guru selalu mengembangkan diri sehingga senantiasa berada dibaris terdepan dalam melaksanakan profesinya. Peningkatan mutu pendidikan tidak terlepas dari kuali-tas guru. Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menen-tukan kualitas pada proses belajar dan mengajar. Peranan profesiona-lisme guru dalam keseluruhan program pendidikan di sekolah diwujudkan untuk mencapai tujuan pendidikan yang berupa perkem-bangan siswa secara optimal.49 Oleh karena itu profesionalisme guru

sangat mempengaruhi terhadap kualitas pendidikan di sekolah. Adapun ciri-ciri guru yang profesional adalah sebagai berikut:

1. Jabatan guru adalah tugas membimbing, mengajar, dan melatih dan lebih dari sekedar mencari nafkah.

2. Guru harus memilki kompetensi yang ditunjukkan oleh ijazah dari LPTK yang bersangkutan.

47Saifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2007), 15

48Graham Vaughan dan Michael Hogg, Introduction to Social Psychology (Sidney: Prentice Hall, 1995), 63.

(42)

Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042

3. Mengajar mempersyaratkan dirinya setiap saat agar tumbuh dan berkembang dalam jabatan.

4. Guru perlu meningkatkan dirinya setiap saat agar tumbuh dan berkembang dalam jabatan.

5. Guru harus memiliki kode etik yang disepakati.50

Guru harus mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan, meningkatkan kualitas pendidikannya hingga pada saat proses kegiatan belajar mengajar peserta didiknya memilki wawasan yang luas sesuai dengan adanya kemajuan zaman. Guru ideal di era globalisasi seperti saat ini tidak hanya bertugas mengajar saja, tetapi ia harus tampil sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, inovator dan dinamisator secara sekaligus dan integral dalam mencerdaskan anak didiknya.

Ada empat hal yang harus dijalankan oleh pendidik yang profesional. Pertama, mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku serta kepribadian peserta didik yang diharapkan. Kedua, memilih sistem pendekatan pembelajaran berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat. Ketiga, memilih dan menetapkan metode dan teknik pembelajaran yang dianggap paling tepat dan efektif dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Pemilihan metode dan teknik pembelajaran ini berkaitan dengan pemilihan media pembelajaran dan pengelolaan kelas. Keempat, menerapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan untuk dapat menjadi pedoman dalam melakukan evaluasi.51

Ke empat strategi pembelajaran tersebut adalah merupakan hal yang sangat penting untuk dimilki oleh seorang guru profesional dalam rangka untuk mencapai tuuan proses belajar mengajar yang diharapkan.

50Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama & Pembangunan Watak Bangsa (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), 293.

51Syaifuddin Sabda, M,

(43)

Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042 .

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Uraian pada latar belakang di atas, menunjukkan bahawa banyak faktor yang dapat mempengaruhi sikap dan profesionalisme guru dalam melaksanakan profesinya. Manajemen ISO merupakan salah satu cara untuk meningkatkan profesionalisme, tranparansi, rasa kebersamaan guna meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat demi kecerdasan dan kemajuan bangsa dan Negara. Dari uraian di atas, terindentifikasi masalah sebagai berikut:

Pertama, adakah korelasi Manajemen ISO yang diterapkan di sekolah dengan Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam. Pengujian Normalitas

a Pengujian normalitas data variabel Manajemen ISO terhadap profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam.

Ho: Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal Hi: Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal b Pengujian normalitas data variabel Sikap Guru Pendidikan Agama

Islam.

Hipotesisi yang akan diuji adalah :

Ho: Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. Hi: Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal

c. Pengujian normalitas data variabel Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam.

Hipotesisi yang akan diuji adalah:

Ho: Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. Hi: Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal. Uji Hipotesis

1.Uji korelasi

Ho : ρy1 = O tidak ada hubungan H1 : ρy1 > O ada hububgan Uji Regresi

H0 : tidak terjadi hubungan linier antara manajemen ISO dengan Profesionalime guru.

H1 : terjadi hubungn linier antara manajemen ISO dengan profesionalisme guru PAI.

(44)

Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042 .

Uji Hipotesis 1. Uji korelasi

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara Korelasi Sikap Manajerial Guru Pendidikan Agama Islam pada Manajemen Terhadap Profesionalisme guru pendidikan agama Islam Ho : ρy1 = O tidak ada hubungan

H1 : ρy1 > O ada hubungan

2. Uji Regresi Linier Ŷ = a + bX2

H0 : tidak terjadi hubungan linier antara sikap manajerial guru dengan Profesionalime guru PAI.

H1 : terjadi hubungn linier antara sikap manajerial guru dengan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam.

Ketiga, adakah Korelasi antara Manajemen ISO 9001:2000, dengan Sikap manajerial guru agama Islam terhadap Manajemen ISO 9001:2000.

Hipotesis 1. Uji korelasi

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara Manajemen ISO 9001:2000, dengan Sikap manajerial guru pendidikan agama Islam. terhadap Manajemen ISO 9001:2000

Ho : ρy1 = O tidak ada hubungan H1 : ρy1 > O ada hubungan 2. Uji Regresi Linier

Ŷ = a + bX2

H0 : tidak terjadi hubungan linier antara Manajemen ISO 9001:2000, dengan Sikap manajerial guru agama Islam terhadap Manajemen ISO 9001:2000

(45)

Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042

Keempat, bagaimana Korelasi Manajemen ISO dan Sikap Manajerial Guru Pada Manajemen ISO Secara Bersama-sama Terhadap Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam.

Hipoteis 1.Uji Korelasi Ganda

Ho yang menyatakan tidak terdapat hubungan antara manajemen ISO, Sikap Manajerial pada manajemen secara bersama-sama terhadap profesionalisme guru Pendidikan Agama islam ditolak dan

Hi terdapat hubungan antara manajemen ISO, Sikap Manajerial pada manajemen secara bersama-sama terhadap profesionalisme guru Pendidikan Agama islam ditolak dan

Ho : ρy1 = O tidak ada hubungan H1 : ρy1 > O ada hubungan 2. Uji Regresi berganda Ŷ = a + bX1+ cX2

H0 : tidak terjadi hubungan linier antara manajemen iso pais dan sikap guru Terhadap profesionalisme guru guru Pendidikan Agama Islam.

H1 : terjadi hubungn linier antara manajemen ISO dan sikap guru Terhadap profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam.

Kelima, tugas profesi guru Pendidikan Agama Islam adalah mengajar, mendidik, melatih dan menilai/mengevaluasi proses dan hasil belajar mengajar sehingga dapat memuaskan para pelanggan, karena itu dalam melaksanakan tugasnya sudahkah sesuai dengan prosedur kerja yang memiliki standar ISO?

2. Pembatasan Masalah

Mengingat begitu beragam dan kompleksnya masalah yang terdapat dalam identifikasi masalah di atas, tidak mungkin semuanya akan dikaji dalam penelitian ini. Oleh karena itu penelitian ini akan diabatasi pada:

1. Manajemen yang dimaksud di sini adalah manajemen mutu ISO 9001:2000.

(46)

Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042

3. Profesionalisme dalam hal ini meliputi: pertama, kemam-puan mental, fisik dan motorik, kedua, kecakapan kerja dan keahlian, ketiga, kinerja standar, keempat, kompetensi dasar Pemilihan masalah tersebut di atas sebagai kajian pokok dalam penelitian ini didasarkan atas pertimbangan bahwa Manajeman ISO 9001:2000 mampu menghasilkan output yang bagus dan merupakan manajemen yang jarang diungkap dalam percaturan dunia pendidikan di Indonesia sehingga belum banyak yang memahami secara detail dan mendalam tentang manajemen ini.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada pembatasan masalah yang telah dikemuka-kan di atas, dapatlah dirumusdikemuka-kan permasalahan pokok dalam tesis ini adalah: “Bagaimana korelasi antara Manajemen ISO dengan Sikap manajerial Guru dan bagaimana keduanya mempengaruhi profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam.

C. Penelitian Yang Relevan

Penelitian tentang manajemen pendidikan telah banyak dilakukan oleh ahli dan pakar pendidikan di antaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Satria Bangsawan, dalam karyanya, ia menjelaskan ISO 9001:2000 merupakan program sertifikasi internasional untuk meningkatkan kualitas manajemen dan mutu pelayanan yang berkelanjutan.52 Menurut Mulyono, manfaat yang

dapat diambil dari penerapan prinsip manajemen ISO 9001:2000 di lembaga pendidikan adalah: (1) meningkatkan kepuasan pelanggan baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal, (2), terbangunnya kesadaran pengelola lembaga pendidikan dalam melaksanakan pelayanan prima terhadap pelanggan, (3), terdidiknya pengelola lembaga pendidikan dalam menaati suatu yang telah disepakati, (4), tersusunnya dokumen manajemen mutu.53.

Pendekatan sistem manajemen mutu dapat menanalisis persya-ratan pelanggan, menetapkan proses yang mampu memberi sumba-ngan bagi penyelenggara pendidikan kepada para pelanggan dan

52Satria Bangsawan, Unila Siap ISO 90012000, http://www.unila.asi.id/-berita-depan/mm-unila-siapkan-iso 9001-2000.html, diakses 15 Juli 2010.

(47)

Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042

supaya konsisten dalakm menjaga kualitas pendidikan. Karena itu proses kegiatan belajar mengajar harus terkendali. Mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang mendukung proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi, yakni tujuan intruksional yang ingin dicapai, materi yang ingin diajarkan, guru dan siswa harus dapat memainkan peranan serta ada dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan, serta sarana dan prasarana belajar mengajar yang terse-dia.54 Masuknya manajemen ISO dalam pendidikan akan memberi-kan beban administratif yang berlebihan terhadap guru, padahal guru jelas berbeda dengan pegawai lain yang harus mengajar juga melaksanakan tugas administratif.

Menurut Omar Hamalik, sekalipun tidak secara eksplisit mengemukakan tentang manajemen ISO, namun tidak menolak ada-nya penerapan ISO dalam dunia pendidikan. Hal ini dapat diketahui adanya upaya dilakukan olehnya dengan menguraikan secara kong-krit dan aplikatif terkait dengan pentingnya manajemen bagi berlangsungnya penerapan sebuah kurikulum dalam lembaga pendi-dikan, agar terlaksana dengan baik.55 Begitu pula Nanang Fatah telah

berhasil mengidentifikasikan berbagai hal yang menjadi landasan dalam manjemen pendidikan.56 Subhan Zaini, dalam tesisnya menyimpulkan: 1) MAN Insan Cendekia Serpong merupakan madra-sah yang memiliki kewenangan mengatur (otonomi) dalam berbagai aspek, di antaranya : pengetahuan, teknologi, kekuasaan, material, manusia, waktu dan keuangan. 2) MAN Insan Cendekia Serpong merupakan salah satu sekolah unggulan di Indonesia, dikarenakan memiliki komitmen terhadap pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang unggul dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan Iman dan Takwa (IMTAK), di antaranya dalam bidang kelembagaan. 3) MAN Insan Cendekia Serpong merupakan suatu prototipe madrasah yang sudah melaksanakan

54 Jj. Hasibuan, Dip, Ed, dkk. Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), 3

55Omar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006).

(48)

Azwan Feri S | 08.2.00.1.12.08.0042

konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dengan baik dan profesional.57

Dengan mengkaji beberapa penelitian tersebut di atas, maka penulis setuju bahwa ISO merupakan program sertifikasi internasio-nal untuk meningkatkan kualitas manajemen dan mutu pelayanan yang berkelanjutan. Dalam penelitian ini, penulis akan menjelaskan dan memberikan gambaran bahwa Manajemen ISO 9001- 2000 dapat memberikan pengaruh terhadap sikap dan profesionalisme guru pendidikan agama Islam dalam melaksanakan tugas profesinya sebagai guru.

D. Metodologi Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan metode-logi diskriptif, digabung dengan penelitian korelasional (corelational research) yang mencari hubungan satu variable dengan variable yang lain untuk memahami suatu penomena dengan cara menentukan tingkat hubungan diantara variable-variabel tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan Kuantitatif yaitu bentuk penelitian yang menggunakan statistik dengan mencari validitas dan reabilitas istrumen dengan menggunakan tabel ANOVA yaitu untuk menentu-kan apakah rata-rata dua atau lebih kelompok berbeda secara nyata.58

Dalam proses pengumpulan data untuk melengkapi penelititan, maka digunakan tehnik angket. Angket adalah alat pengumpul informasi dengan cara menyampaikan se

Gambar

TABEL 4.15 KORELASI PEARSON CORRELATIONS ............136
Gambar 1 : Model konstelasi Hubungan antara variabel
TABEL 3.1.  KISI-KISI INSTRUMEN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO
TABEL. 3.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk komunikasi (COM) yang mendukung untuk video conference, point to point atau point to multipoint pada rrekuensl 30/20 GHz.. Ka-band menupakan salah satu

Atribut kunci primer Field atau kolom data yang butuh disimpan dalam suatu entitas dan digunakan sebagai kunci akses record yang diinginkan; biasanya digunaka n

untuk sistem dengan respon impuls real, koefisien dari polinomial fungsi sistem nya juga akan real. Hal ini akan memudahkan dalam sintesa dan realisasi

Penampang ini merupakan penampang yang mewakili titik amat sounding pada lintasan dari A sampai G (Gambar 5), terdiri dari empat lapisan yaitu lapisan permukaan dengan tahanan jenis

(2-tailed) APE = (0,000 < 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan model latihan olahraga pernapasan monacors untuk pemeliharaan

leprae yang utuh (hidup) keluar dari tubuh penderita dan masuk ke dalam tubuh orang lain. Belum diketahui secara pasti bagaimana cara penularan penyakit kusta. Secara teoritis

Pada Dokumen Rencana Pengelolaan 25 Tahun Taman Nasional Komodo, disertai banyak peta pendukung yang mendeskripsikan secara jelas bagi pembaca mengenai batas wilayah Taman

Pengembangan Strategis Objek dan Daya Tarik Wisata di Kampung Pasir Kunci serta.. inventarisasi umpan