LAPORAN AKHIR K
Kaajjiiaann PPeerreennccaannaaaann SSttrraatteeggiiss PPeennggeemmbbaannggaann OODDTTWW ddii KKaammppuunngg PPaassiirr KKuunnccii P
PEEMMEERRIINNTTAAHHKKOOTTAABBAANNDDUUNNGG D
DIINNAASSKKEEBBUUDDAAYYAAAANNDDAANNPPAARRIIWWIISSAATTAAKKOOTTAABBAANNDDUUNNGG
L
L
AP
A
PO
O
RA
R
AN
N
A
AK
K
H
H
IR
I
R
K
K
a
a
j
j
i
i
a
a
n
n
P
P
e
e
r
r
e
e
n
n
c
c
a
a
n
n
a
a
a
a
n
n
S
S
t
t
r
r
a
a
t
t
e
e
g
g
i
i
s
s
P
P
e
e
n
n
g
g
e
e
m
m
b
b
a
a
n
n
g
g
a
a
n
n
O
O
b
b
j
j
e
e
k
k
d
d
a
a
n
n
D
D
a
a
y
y
a
a
T
T
a
a
r
r
i
i
k
k
W
W
i
i
s
s
a
a
t
t
a
a
d
d
i
i
K
K
a
a
m
m
p
p
u
u
n
n
g
g
P
P
a
a
s
s
i
i
r
r
K
K
u
u
n
n
c
c
i
i
K
K
e
e
c
c
a
a
m
m
a
a
t
t
a
a
n
n
U
U
j
j
u
u
n
n
g
g
B
B
e
e
r
r
u
u
n
n
g
g
D
DIINNAASS KKEEBBUUDDAAYYAAAANN DDAANN PPAARRIIWWIISSAATTAA K
LAPORAN AKHIR K
Kaajjiiaann PPeerreennccaannaaaann SSttrraatteeggiiss PPeennggeemmbbaannggaann OODDTTWW ddii KKaammppuunngg PPaassiirr KKuunnccii
Alhamdulillah, Kami panjatkan Puji dan Syukur ke hadirat Allah SWT, oleh karena-Nya
pada kesempatan ini kami telah menyelesaikan penyusunan Laporan Akhir Kajian Perencanaan
Strategis Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata di Kampung Pasir Kunci Berbasis
Masyarakat serta Pengembangan Kawasan Pariwisata Budaya Tradisional Berwawasan
Lingkungan.
Penyusunan Laporan Pendahuluan ini, disusun berdasarkan inisiasi serta semangat
pembaharuan serta perbaikan (revitalisasi) dan pengembangan yang hendak dilakukan khususnya
pada Potensi dan Objek Daya Tarik Wisata di Kampung Pasir Kunci Kecamatan Ujung Berung Kota
Bandung.
Kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan yang harus disempurnakan dalam
penyusunan Laporan Akhir ini, untuk itu kami membuka pintu komunikasi kepada semua pihak
untuk menyampaikan masukan, kritik dan saran yang konstruktif.
Harapan kami, Laporan Akhir Perencanaan Strategis Pengembangan Objek dan Daya Tarik
Wisata di Kampung Pasir Kunci yang telah kami susun dapat berguna serta menjadi bahan
referensi dan acuan dalam proses perencanaan serta pengembangan lanjutan program khususnya
di Kampung Pasir Kunci.
Bandung, Februari 2016
Penyusun
LAPORAN AKHIR 1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran ... 9-10 1.3 Dasar Hukum ... 11-12 BAB II. Kajian Kebijakan & Pustaka Terkait ... 19
2.1 Kerangka Hukum Kebijakan Global, Nasional & Studi Literatur ... 19-23 2.2 RIPPARNAS ... 24-27 2.3 Arah Kebijakan Pembangunan Provinsi Jawa Barat di Bidang Pariwisata ... 28-29 2.4 RIPPDA Provinsi Jawa Barat ... 30
2.4.1 Visi dan Misi Pengembangan Pariwisata Di Jawa Barat ...31
2.5 Rencana Strategis Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung ... 32
LAPORAN AKHIR K
Kaajjiiaann PPeerreennccaannaaaann SSttrraatteeggiiss PPeennggeemmbbaannggaann OODDTTWW ddii KKaammppuunngg PPaassiirr KKuunnccii
BAB III. Potensi & Permasalahan Dalam Pengembangan Kepariwisataan ... 73
3.1 Objek dan Daya Tarik Wisata ... 73
3.1.1 Gambaran Umum Pasir Kunci ... 74
3.2 Permasalahan Dalam Pengembangan Kepariwisataan Pasir Kunci ... 103
3.3 Pasar Wisatawan ... 104
3.4 Potensi Pasar Wisatawan ... 104
3.5 Sumber Daya Manusia ... ... 105
3.6 Kelembagaan Pendukung... 106
3.7 Issue Strategis Kepariwisataan... 107 - 110 BAB IV. Arahan Pengembangan Pariwisata Kawasan ... 111
LAPORAN AKHIR K
Kaajjiiaann PPeerreennccaannaaaann SSttrraatteeggiiss PPeennggeemmbbaannggaann OODDTTWW ddii KKaammppuunngg PPaassiirr KKuunnccii
4.3 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan ... 115 4.3.1 Pengembangan Perwilayah ... 115-116 4.3.2 Pengembangan Produk Wisata ... 117-118 4.3.3 Pengembangan Transportasi dan Infrastruktur ... 119-120 4.3.4 Pengembangan Pasar dan Pemasaran... 121 - 123 4.3.5 Pengembangan Sumber Daya Manusia ... 124 4.3.6 Pengembangan Kelembagaan ... 125-126 4.3.7 Pengembangan Investasi ... 127 BAB 5. Kerangka Pengembangan Program Pariwisata ... 128 -129
5.1 Objek dan Daya Tarik Wisata ... 130-131 5.2 Fasilitas Pendukung Kepariwisataan... 132-135 5.3 Kerangka Logis Pengembangan Kepariwisataan ... 136-138 BAB 6. Rumusan Rencana Tindak Pariwisata ... 140
6.1 Tahap Pembentukan/Pondasi ... 140-145 6.2 Tahap Pengembangan Aplikasi... 146-149 6.3 Tahap Implementasi ... 150-153 PENUTUP ... 154
DAFTAR PUSATAKA ... 155-157
LAPORAN AKHIR K
Kaajjiiaann PPeerreennccaannaaaann SSttrraatteeggiiss PPeennggeemmbbaannggaann OODDTTWW ddii KKaammppuunngg PPaassiirr KKuunnccii
V
isi Pembangunan Nasional Jangka Panjang Indonesia, Visi Pembangunan Pariwisata
Nasional dan Visi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengandung kesamaan prospek,
yang menunjuk kepada pentingnya pembangunan berkelanjutan dan khususnya tentang
kesejahteraan rakyat, kesatuan dan identitas nasional kualitas hidup, nilai tambah, pelestarian
sumberdaya budaya dan seni, dan kerjasama internasional sebagai sasaran kunci yang akan
dicapai, dipelihara dan diperluas. Pariwisata dan ekonomi kreatif memainkan peran penting
dalam pembangunan Indonesia. Hal ini dapat dilihat antara lain dari kontribusinya terhadap
Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dan lapangan kerja, baik langsung maupun tidak langsung.
Secara bersamaan, pariwisata dan ekonomi kreatif memberikan kontribusi 11,8% terhadap PDB
Indonesia dan 14,66% terhadap total lapangan kerja. Dalam mengembangkan sektor ini,
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah menetapkan visi yaitu "terwujudnya
kesejahteraan dan kualitas hidup rakyat Indonesia, melalui pariwisata dan ekonomi kreatif".
Keberlanjutan jelas merupakan kunci dalam pencapaian visi ini, karena kualitas hidup tidak akan
pernah menjadi kenyataan tanpa keberlanjutan. Pariwisata sebagai sebuah sektor telah
mengambil peran penting dalam membangun perekonomian bangsa-bangsa di dunia. Hal ini
terwujud seiring dengan meningkatnya kesejahteraan ekonomi bangsa-bangsa di dunia yang
semakin baik dan maju karena sektor pariwisatanya.
Pengembangan desa wisata membutuhkan partisipasi masyarakat lokal dalam keseluruhan tahap
pengembangan mulai tahap perencanaan, implementasi, dan pengawasan agar tercapai
keberlanjutan serta manfaat yang besar bagi masyarakat. Penelitian ini bertujuan mengkaji
keterlibatan masyarakat lokal dalam pengembangan desa wisata dan merumuskan model
pengembangan desa wisata yang mengedepankan keberlanjutan. Penelitian akan dilakukan di
Kampung wisata Pasir Kunci Kelurahan Pasir Jati Kecamatan Ujung Berung Kota Bandung.
LAPORAN AKHIR K
Kaajjiiaann PPeerreennccaannaaaann SSttrraatteeggiiss PPeennggeemmbbaannggaann OODDTTWW ddii KKaammppuunngg PPaassiirr KKuunnccii
Bab Pendahuluan ini menguraikan latar belakang, dasar hukum, tujuan dan sasaran studi,
lingkup materi, dan keluaran, serta kerangka pemikiran dan pendekatan studi pekerjaan
Penyusunan Laporan Akhir Kajian Perencanaan Strategis Pengembangan Objek dan Daya Tarik
Wisata di Kampung Pasir Kunci Berbasis Masyarakat serta Pengembangan Kawasan Pariwisata
Budaya Tradisional Berwawasan Lingkungan.
1 . 1 L A T A R B E L A K A N G
Kemajuan dan kesejahteraan ekonomi yang makin tinggi telah menjadikan periwisata sebagai
bagian dari kebutuhan atau gaya hidup manusia. Kebutuhan atau gaya hidup ini mampu
menggerakan jutaan manusia untuk menyaksikan alam dan mengenal budaya dari bangsa lain di
berbagai belahan atau kawasan-kawasan dunia lainnya. Pariwisata di Indonesia pun sudah
mengambil peran penting dalam membangun perekonomian di Indonesia. Kota Bandung yang
memiliki bebagai kelebihan, mulai dari alamnya yang masih sejuk, seni dan budaya, kreativitas
masyarakatnya, serta fashionnya, akhirnya ditetapkan sebagai Kota Wisata Dunia oleh Unesco.
Penetapan Kota Bandung sebagai kota wisata dunia dilakukan kota Beijing, China pada 25
September 2013 , setelah ditetapkannya Kota Bandung sebagai kota wisata dunia oleh Unesco,
Kota Bandung harus mulai dan terus membenahi berbagai infrastruktur, keamanan dan
kenyamanan berbagai tempat tujuan wisata, termasuk dalam pengembangan kebudayaan.
Kota Bandung adalah kota yang diberi julukan sebagai kota kembang, dan juga terkenal sebagai
pusat pariwisata. Dengan menjadi pusat pariwisata kota Bandung telah berhasil mendatangkan
ribuan wisatawan domestik maupun mancanegara mengunjungi kota Bandung. Kota Bandung dan
Penduduk kota Bandung diberkahi oleh lingkungan alam yang begitu indah, dengan berbagai
keragaman kreatifitas masyarakat, Kondisi Geografis Kota Bandung yang dikelilingi oleh barisan
pegunungan yang kokoh dengan jumlah pedesaan yang sangat banyak, ini juga menjadi kelebihan
kota Bandung. Kota Bandung sendiri merupakan daerah yang kontur tanahnya berbukit-bukit,
LAPORAN AKHIR K
Kaajjiiaann PPeerreennccaannaaaann SSttrraatteeggiiss PPeennggeemmbbaannggaann OODDTTWW ddii KKaammppuunngg PPaassiirr KKuunnccii
kondisi geografis Kota Bandung merupakan keuntungan bagi Kota Bandung terutama dari segi
Kebudayaan dan Pariwisata. Di samping itu, letaknya yang berbatasan dengan berbagai daerah,
kabupaten maupun kota yang memiliki alam yang indah dan sejuk merupakan daya tarik bagi
tumbuhnya aktifitas kepariwisataan dan juga memberikan potensi sekaligus peluang besar untuk
dikembangkan sebagai kawasan wisata yang menjanjikan. Pembangunan bidang pariwisata
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, di mana dalam UU No 10 Tahun 2009
yang menyebutkan bahwa keberadaan obyek wisata pada suatu daerah akan sangat
menguntungkan, antara lain meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD), meningkatnya taraf
hidup masyarakat dan memperluas kesempatan kerja. Pemberdayaan masyarakat salah satu
tujuannya untuk dapat memandirikan masyarakat secara ekonomi. Ketika suatu komunitas
mendapatkan keuntungan (profit) dan manfaat (benefit) dari pemanfaatan sumber daya alam
dan budaya yang dimilikinya, maka mereka dengan sendirinya akan memiliki kesadaran untuk
menjaga kelestarian dan keberlanjutan sumber daya alam dan budaya yang dimilikinya tersebut.
Ekonomi kreatif telah dikembangkan diberbagai negara dan menampilkan hasil positif yang
signifikan, antara lain berupa penyerapan tenaga kerja, ketahanan dalam menghadapi krisis
ekonomi, penambahan pendapatan daerah, hingga pencitraan wilayah di tingkat internasional.
Mengingat semakin banyaknya pengangguran saat ini, peningkatkan kesadaran akan pengelolaan
lingkungan serta melestarikan alam dan budaya setempat menjadi unsur kunci dalam
pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Dengan di kembangkannya suatu
kawasan wisata di pedesaan akan meningkatkan lagi jumlah wisatawan yang berkunjung ke
pedesaaan, mengurangi tingkat pengangguran dengan diikut sertakannya masyarakat dalam
pengembangan kawasan wisata tersebut, dan juga memanfaatkan potensi wisata yang ada di
daerah serta melakukan pengelolaan lingkungan dan sumberdaya alam yang mengedepankan
prinsip ekonomis, ekologis dan eko-sosial.
Kampung Wisata Pasir Kunci adalah kawasan alam pedesaan dan iklim pegunungan yang kaya
LAPORAN AKHIR K
Kaajjiiaann PPeerreennccaannaaaann SSttrraatteeggiiss PPeennggeemmbbaannggaann OODDTTWW ddii KKaammppuunngg PPaassiirr KKuunnccii
kawasan wisata pegunungan yang sejuk bagi sekelompok keluarga dalam melepas lelah dan
kejenuhan atas sekelumit kegiatan keseharian yang penat akan suasana perkotaan. Begitu pula
dengan masyarakat yang masih menjunjung tinggi nilai budaya daerah dan masih memiliki kultur
daerah dengan nilai sosial yang tinggi senantiasa menjadikan kawasan tersebut terasa sejuk,
damai dan tentram. Sebagai pusat seni budaya di Kota Bandung, Kampung wisata pasir kunci
terkenal dengan seni serta budaya kesundaannya.
Pasir Kunci adalah nama daerah perkampungan yang berada di wilayah otonomi daerah
Pemerintahan Kota Bandung, tepatnya berada di RW 11 kelurahan Pasirjati Kecamatan
Ujungberung Kota Bandung. Secara geografis daerah tersebut berada di kaki Gunung Manglayang
dan sekaligus sebagai perbatasan antara kota dan kabupaten Bandung. Tahun 2010 Kampung
Wisata Pasir Kunci dengan luas 1,4 Hektar diusulkan menjadi asset Pemerintah Kota Bandung,
dan pada tahun 2011 Kampung wisata pasir kunci resmi menjadi milik Pemerintah Kota Bandung
dan menjadi tanggungjawab penuh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung serta
dibentuk Tim Pengelola sebagai Kelembagaan Pengelolaan berbasis masyarakat. Keberadaan
pasir kunci yang kini berstatus milik Pemerintah pada hakikatnya adalah milik masyarakat, maka
sebesar apapun upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota bandung melalui Disbudpar Kota
Bandung haruslah memiliki dampak bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat secara
menyeluruh. Kunci keberhasilan program yang diupayakan Pemerintah Kota Bandung melalui
Disbudapar Kota Bandung adalah besarnya peran serta masyarakat setempat yang diharapkan
dapat bersinergi dengan program pemerintah kota di bidang pariwisata yang dapat mendorong
terciptanya peningkatan kesejahteraan masyarakat serta meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
LAPORAN AKHIR K
Kaajjiiaann PPeerreennccaannaaaann SSttrraatteeggiiss PPeennggeemmbbaannggaann OODDTTWW ddii KKaammppuunngg PPaassiirr KKuunnccii 1 . 2 M A K S U D , T U J U A N D A N S A S A R A N
1.2.1 Maksud
Maksud dari pekerjaan ini adalah mengumpulkan, mengolah dan sekaligus melakukan kajian serta
analisis kondisi eksisting potensi objek wisata Kampung Pasir Kunci, dalam upaya pengembangan
objek dan daya tarik wisata serta melakukan kajian rencana strategis dalam rangka
mengembangkan Kampung Wisata dengan berprinsip pada Pariwisata berkelanjutan (sustainable
tourism).
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari Pekerjaan dari Kajian Perencanaan Strategis Pengembangan Objek dan Daya Tarik
Wisata di Kampung Pasir Kunci antara lain :
Tujuan 1: Perencanaan Pengembangan Kampung Wisata Pasir Kunci Berbasis Masyarakat
(Community Based Tourism)
Tujuan 2: Melakukan kajian dan Analysis Situasional, Kapasitas Sumber Daya Manusia serta
Kelembagaan dalam Pengembangan Kampung Wisata, Pemasaran serta Managemen
Pengorganisasian Destinasi Wisata (Destination Management Organization)
Tujuan 3: Membuat Formulasi dan Strategi Pengembangan Kapasitas dan Rencana Aksi
Tujuan 4: Menyelenggarakan Konsultasi Publik dan Workshop terkait hasil temuan dan
LAPORAN AKHIR K
Kaajjiiaann PPeerreennccaannaaaann SSttrraatteeggiiss PPeennggeemmbbaannggaann OODDTTWW ddii KKaammppuunngg PPaassiirr KKuunnccii 1.2.3 Sasaran
Project Komponent 1: Peningkatan Pengetahuan dan Kesadaran serta kemampuan Masyarakat
(Knowledge Management Systems) Perencanaan, berinovasi serta menghasilkan produk Pariwisata yang kompetitif (Masyarakat Sadar Wisata)
Project Komponent 2: Pengembangan Management Objek dan Daya Tarik Wisata Kampung Pasir
Kunci sebagai Pariwisata Budaya Tradisional Berwawasan Lingkungan
Project Komponent 3: Peningkatan Kapasitas Institusi serta Pengembangan Kemitraan dan
Koordinasi Strategis para pelaku Pariwisata, Investor (Privat)/CSR, Lembaga Sosial
Kemasyarakatan dan Para Pelaku Kepariwisataan
Project Komponent 4: Peningkatan Pendapatan Masyarakat dan Pengelolaan Sumber Daya Alam
LAPORAN AKHIR K
Kaajjiiaann PPeerreennccaannaaaann SSttrraatteeggiiss PPeennggeemmbbaannggaann OODDTTWW ddii KKaammppuunngg PPaassiirr KKuunnccii 1 . 3 D a s a r H u k u m
1. Undang-undang No 25-2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, yang
bertujuan membantu koordinasi, integrasi, dan sinergi, keterkaitan dan konsistensi,
partisipasi komintas dan efisiensi penggunaan sumberdaya.
2. Undang-undang No 32-2004 dan N0 12-2008 tentang Pemerintah Daerah yang
berhubungan dengan pembagian kepemerintahan/ governance antara pemerintah pusat
dan provinsi dan kabupaten/kota.
3. Undang-undang No. 32 – 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan, dengan
lingkup perlindungan, pengelolaan, perencanaan, pemanfaatan, pengendalian,
pemeliharaan, pengawasan dan penegakan hukum.
4. Undang-undang No 13-2003 tentang Ketenagakerjaan, yang menyangkut isu-isu
ketenagakerjaan, termasuk tanggung jawab tidak hanya oleh pemerintah tetapi juga
komunitas mempunyai kuasa dalam pengembangan kesempatan bekerja, tidak terbatas
sebagai pekerja tetapi juga penciptaan kesempatan yang dibutuhkan oleh masyarakat
pada umumnya.
5. Undang-undang No 11-2010 tentang Warisan Budaya, yang bertujuan untuk
mengkonservasi warisan budaya bagi kesejahteraan rakyat, identitas nasional dan
martabat serta juga mempromosikannya kepada komunitas internasional.
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian,
Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
7. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah
Provinsi Jawa Barat
8. Perpres Nomor 5 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) Tahun 2015 – 2019
9. UU No 10 Tahun 2009 yang menyebutkan bahwa keberadaan obyek wisata pada suatu
daerah akan sangat menguntungkan, antara lain meningkatnya Pendapatan Asli Daerah
LAPORAN AKHIR K
Kaajjiiaann PPeerreennccaannaaaann SSttrraatteeggiiss PPeennggeemmbbaannggaann OODDTTWW ddii KKaammppuunngg PPaassiirr KKuunnccii
10.Inpres Nomor 3 Tahun 2010 tentang Pembangunan yang Berkeadilan, yang memuat
Penanganan Kemiskinan (pro poor), Pertumbuhan Ekonomi (pro growth), Penciptaan
Lapangan Kerja (pro job), dan Lingkungan Hidup (pro environment)
11.Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah
12.Peraturan Daerah Kota Bandung No 9 tahun 2012 tentang Penggunaan, Pemeliharaan Dan
Pengembangan Bahasa, Sastra Dan Aksara Sunda.
13.Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 14 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5. Tahun 2003 Tentang Pemeliharaan
Bahasa, Sastra dan Aksara Daerah.
14.Visi dan misi pemerintah Provinsi Jawa Barat 2013 – 2018 yaitu “Jawa Barat Maju dan
Sejahtera untuk Semua”.
15. Surat Pejabat Pembuat Komitmen (P2K) Non Fisik Nomor
________________ tanggal ________________________ perihal Penetapan/Penunjukan
Pemenang.
16.Kontrak Pekerjaan Kajian Perencanaan Strategis Pengembangan Objek dan Daya Tarik
LAPORAN AKHIR K
Kaajjiiaann PPeerreennccaannaaaann SSttrraatteeggiiss PPeennggeemmbbaannggaann OODDTTWW ddii KKaammppuunngg PPaassiirr KKuunnccii 1 . 4 L i n g k u p P e k e r j a a n
Lingkup Pekerjaan ini meliputi;
1.4.1. Substansi Pekerjaan
Substansi Pekerjaan dari Kajian Perencanaan Strategis Pengembangan Objek dan Daya Tarik
Wisata di Kampung Pasir Kunci antara lain :
Tujuan 1: Perencanaan Pengembangan Kampung Wisata Pasir Kunci
Tujuan 2: Melakukan kajian dan Analysis Kapasitas Sumber Daya Manusia serta Kelembagaan
dalam Pengembangan Kampung Wisata, Pemasaran serta Managemen Pengorganisasian Destinasi
Wisata (Destination Management Organization)
Tujuan 3: Membuat Formulasi dan Strategi Pengembangan Kapasitas dan Rencana Aksi
Tujuan 4: Menyelenggarakan Konsultasi Publik dan Workshop terkait hasil temuan dan
rekomendasi Pengembangan Kampung Wisata serta Rencana Strategis dan Aksi
1.4.2 Lingkup Pekerjaan
Penyusunan Hasil Perencanaan Strategis Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata di Kampung
Pasir Kunci.
1.4.3 Tahapan Pekerjaan
a. Desain dan Instrumen Analisis Kajian Kebutuhan Peningkatan Kapasitas dan Survei
b. Persiapan Melakukan Analisis Kajian Kebutuhan Peningkatan Kapasitas dan Survei
c. Wawancara Lapangan dan Konsultasi Publik (FGD dan Semi-structrured Interview)
d. Lokakarya & Focus Group Disscusion (FGD) hasil temuan dan Kajian Perencanaan Strategis
LAPORAN AKHIR K
Kaajjiiaann PPeerreennccaannaaaann SSttrraatteeggiiss PPeennggeemmbbaannggaann OODDTTWW ddii KKaammppuunngg PPaassiirr KKuunnccii 1 . 5 L o k a s i P e n e l i t i a n
1 . 6 P e n d e k a t a n
Dalam rangka pelaksanaan pekerjaan tersebut, digunakan beberapa pendekatan yaitu
pendekatan sistem (systemic approach) dan pendekatan atas - bawah (top down). Systemic
approach akan melihat masalah secara keseluruhan terdiri dari struktur dan fungsi. Top down
approach akan mengkaji dari supra struktur dan menuju kebawah (infrastruktur) dimana makin
keatas makin kecil dan makin kebawah makin melebar dan fungsinya makin praktis/teknis.
Struktur tersebut tersusun secara hirarkis dan mempunyai fungsi yang berkaitan satu dengan
yang lainnya.
Konsultan yang dilibatkan dalam penugasan ini adalah personil yang sudah memiliki pengalaman
dan pemahaman yang cukup mengenai sistem dinamis serta memahami mekanisme
pengembangan pariwisata berkelanjutan dan desa/kampung wisata.
Dengan pendekatan ini diharapkan pemahaman atas kondisi dan permasalahan dapat diperoleh
secara cepat, tepat dan sesuai sasaran, sehingga diperoleh hasil kajian dan rekomendasi bagi
penentu kebijakan yang tepat guna dan bermanfaat sesuai kebutuhan.
LAPORAN AKHIR K
Kaajjiiaann PPeerreennccaannaaaann SSttrraatteeggiiss PPeennggeemmbbaannggaann OODDTTWW ddii KKaammppuunngg PPaassiirr KKuunnccii 1 . 7 K e l u a r a n / O u t p u t
Keluaran (output) dari Pekerjaan Kajian Perencanaan Strategis Pengembangan Objek dan Daya
Tarik Wisata di Kampung Pasir Kunci adalah sebagai berikut;
1. Dokumen Kajian Perencanaan Strategis Objek dan Daya Tarik Wisata di Kampung Pasir
Kunci.
2. Dokumen Kajian Kebutuhan Peningkatan Kapasitas (capacity needs assessment) bagi
pengembangan wisata berkelanjutan di Desa Pasir Kunci
3. Rencana Strategis dan Aksi Peningkatan kapasitas Sumber Daya dan Kelembagaan
4. Focus Group Discussion (FGD) tentang Draft dan Hasil temuan Dokumen Perencanaan dan
Pengembangan Strategis Objek dan Daya Tarik Wisata di Kampung Pasir Kunci serta
inventarisasi umpan balik (feedback).
5. Laporan Final yang terdiri dari Keluaran (ouput) diatas (output 1-4).
1 . 8 M e t o d e P e n e l i t i a n
Keberhasilan pencapaian sasaran kegiatan secara optimal sangat tergantung dari metodologi
yang digunakan. Metodologi yang digunakan haruslah relevan dengan jenis, lingkup dan tujuan
kegiatan. Berbagai teknik dan strategi yang akan digunakan dalam Kajian Perencanaan Strategis
Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata Kampung Pasir Kunci s terdiri atas :
a. Metode Pengumpulan Data
i. Observasi
Data Potensi Wisata dan Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) Teknik pengumpulan data dengan
pengamatan langsung terhadap obyek pengamatan data biofisik, sosial ekonomi dan budaya yang
LAPORAN AKHIR K
Kaajjiiaann PPeerreennccaannaaaann SSttrraatteeggiiss PPeennggeemmbbaannggaann OODDTTWW ddii KKaammppuunngg PPaassiirr KKuunnccii ii. Interview ( wawancara )
Metode wawancara digunakan untuk mendapatkan data dan informasi tentang kondisi sistem
yang ada dan pengguna (user), masalah yang dihadapi, kejelasan sistem dan prosedur organisasi
serta dengan wewenang dan tanggung jawab yang ada dalam struktur organisasi dan
kelembagaan masyarakat.
Jumlah responden ditentukan dengan teknik sampling purposive, responden mewakili
pihak-pihak kompeten yang terdiri dari akademisi, tim pengelola wisata Kampung Pasir Kunci, warga
masyarakat, pemerintah Kec. Ujung Berung, instansi yang berkaitan dengan pariwisata dan
lingkungan hidup, pengusaha atau wiraswasta yang ada di lingkungan desa Pasir Kunci, seniman
dan budayawan serta aktifis Lembaga Swadaya Masyarakat
ii. Studi Literatur dan Dokumen
Untuk melengkapi pemahaman atas kondisi berjalan (eksisting), kami melakukan pengumpulan
data dan informasi tambahan yang relevan melalui dengan cara mempelajari Peraturan serta
Kebijakan terkait, dokumen-dokumen yang ada, baik berupa laporan-laporan dan data statistik
akan dikaji secara cermat dan teliti. Dalam studi dokumen ini juga akan ditinjau segala macam
dokumen menurut isi, urgensi, prosedur dan kewenangannya.
b. Metode Analisa Data
i. Tabulasi
Hasil survey lapangan dan studi dokumen diidentifikasi dan dikelompokkan menurut jenisnya.
Data yang sudah terkelompokkan tersebut selanjutnya disusun dalam tabel yang menunjukkan
kuantitas dan kualitas data dan informasi tersebut, sehingga menunjukkan gambaran tertentu.
Penilaian Potensi ODTW
a) Dilakukan identifikasi Potensi Wisata dan ODTW di Kampung Pasir Kunci dan Kawasan
Strategis Pariwisata Daerah Ujung Berung yang kemudian dilakukan analisis deskriptif
untuk memperoleh gambaran umum potensi wisata dan obyek dan daya tarik wisata
LAPORAN AKHIR K
Kaajjiiaann PPeerreennccaannaaaann SSttrraatteeggiiss PPeennggeemmbbaannggaann OODDTTWW ddii KKaammppuunngg PPaassiirr KKuunnccii
b) Metode dalam Penilaian potensi dan objek daya tarik wisata (ODTW) dilakukan dilakukan
dengan menggunakan kriteria penilaian yang telah ditentukan dalam Pedoman Penilaian
Obyek dan Daya Tarik dan Panduan Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan.
ii. Flow Chart ( Diagram Alir )
Data yang tersusun secara prosedural seperti prosedur organisasi, prosedur pengolahan data
selanjutnya disusun dalam bentuk flow chart. Berdasarkan flow chart ini mekanisme serta alur
perencanaan akan dengan mudah disusun menjadi rancangan program.
1 . 9 S i s t e m a t i k a P e l a p o r a n
Laporan Akhir Studi Perencanaan Strategis Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata Di
Kampung Pasir ini terdiri dari:
Bab 1 PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang, dasar hukum, tujuan dan sasaran pekerjaan, lingkup wilayah
dan materi, keluaran pekerjaan, kerangka pemikiran dan pendekatan studi, serta sistematika
laporan.
Bab 2 KAJIAN KEBIJAKAN DAN PUSTAKA TERKAIT
Bab ini menguraikan kajian tentang Kebijakan-kebijakan, peraturan serta konsep
pengembangan pariwisata berkelanjutan dari tingkat global hingga lokal, dan penjelasan
mengenai rencana tindak dan tahapan penyusunannya. Pada bagian akhir bab akan ditinjau pula
bahasan dan pengertian mengenai Kampung Wisata, Ekowisata, Agro Wisata serta Pariwisata
Pendidikan sebagai tema utama dan penunjang pariwisata kawasan Kampung Pasir Kunci.
Bab 3 POTENSI DAN PERMASALAHAN DALAM PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN
Bab ini menguraikan potensi, permasalahan, maupun isu-isu strategis pengembangan
kepariwisataan yang dihadapi di Kampung Pasir Kunci maupum Kawasan Strategis Pariwisata
LAPORAN AKHIR K
Kaajjiiaann PPeerreennccaannaaaann SSttrraatteeggiiss PPeennggeemmbbaannggaann OODDTTWW ddii KKaammppuunngg PPaassiirr KKuunnccii
maupun budaya. Pada bagian ini akan disampaikan potensi serta permasalahan, serta isu-isu
strategis pengembangan kepariwisataan kawasan.
Bab 4 ARAHAN PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN KAWASAN
Bab ini akan menjelaskan visi, misi, tujuan, dan sasaran pengembangan kawasan, serta
kebijakan dan strategi pengembangan kepariwisataan yang terkait pengembangan tema produk
utama dan pendukung di kawasan ekowisata Pasir Kunci.
Bab 5 PROGRAM PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN
Bab ini menguraikan rangkaian program pengembangan kepariwisataan di kawasan studi untuk
aspek pengembangan produk, pengembangan pasar dan pemasaran, pengembangan SDM,
pengembangan kelembagaan, serta pengembangan investasi. Program akan dirinci mencakup
tujuan dan sasaran program, pengalokasian sumber daya, serta instansi penanggung jawab tiap
program.
LAPORAN AKHIR K
Kaajjiiaann PPeerreennccaannaaaann SSttrraatteeggiiss PPeennggeemmbbaannggaann OODDTTWW ddii KKaammppuunngg PPaassiirr KKuunnccii
2.1 KERANGKA HUKUM DAN KEBIJAKAN GLOBAL, NASIONAL DAN STUDI LITERATUR
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengembangkan pariwisata Indonesia dan industri
kreatif berbasis pada prinsip-prinsip dan nilai-nilai universal, yang melampaui batas wilayah dan
negara. Banyak diantara prinsip dan nilai yang dapat dijumpai dalam Perjanjian Internasional
tentang Hak-hak Sipil dan Politik,dan Perjanjian Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial
dan Budaya serta Deklarasi Dunia tentang Hak Azasi Manusia. Dalam Deklarasi Dunia tentang Hak
Azasi Manusia, pasal 23 mengenai lapangan kerja, Pasal 24 mengatur istirahat, bersantai dan
liburan (rest, leisure and holidays). Yang penting juga adalah Konvensi ILO No. 172 tentang
Kondisi Kerja (Hotel dan Restoran) yang menetapkan bahwa semua pemangku kepentingan
hendaknya bekerjasama untuk memperbaiki regulasi tentang lapangan kerja dan kondisi kerja
dalam industri pariwisata, sejalan dengan agenda Lapangan Kerja dan Pekerjaan yang Layak.
Para pemangku kepentingan hendaknya menjamin keselamatan, kesetaraan, dan martabat
manusia serta juga tingkat pemberian upah yang cukup dalam lapangan kerja pariwisata.
Mengenai realisasi dalam sistem hukum Indonesia, penggantian UU No. 9, 1990 dengan UU No 10
tahun 2009 tentang Kepariwisataan, dapat dipandang sebagai suatu kemajuan yang signifikan.
Terlihat banyak perubahan fokus dari semata-mata mengenai pengelolaan industri dan usaha
pariwisata, ke undang-undang yang lebih komprehensif yang mencakup berbagai pasal terkait
dengan etika, pembangunan berkelanjutan, kebutuhan akan adanya tingkat perencanaan yang
berbeda dan juga lingkup pembangunan pariwisata yang mencakup destinasi, industri, pasar dan
pembangunan kelembagaan.
Sejalan dengan banyaknya kementerian yang terlibat dalam pelaksanaan pembangunan
kepariwisataan, terdapat juga banyak undang-undang dan regulasi yang ‘membingkai’
pembangunan kepariwisataan Indonesia dari berbagai sudut yang berbeda; sistem perencanaan,
LAPORAN AKHIR K
Kaajjiiaann PPeerreennccaannaaaann SSttrraatteeggiiss PPeennggeemmbbaannggaann OODDTTWW ddii KKaammppuunngg PPaassiirr KKuunnccii
perencanaan dan pengelolaan tata ruang, tenaga kerja/lapangan kerja, aspek lingkungan dan
sosial dan juga mitigasi bencana.
Dokumen kebijakan inti tentang kepariwisataan Indonesia adalah UU Republik Indonesia No 10
tahun 2009, tertanggal 16 Januari, 2009. Tanpa menggunakan istilah spesifik secara eksplisit,
lembar perundang-undangan ini merangkul konsep yang sudah diterima dunia tentang
pembangunan pariwisata berkelanjutan dan Kode Etik Global yang diterbitkan oleh UNWTO.
Secara khusus yang terkait dengan potensi Karya Ramah Lingkungan dalam sektor pariwisata dan
proses Organisasi Pengelolaan Destinasi dari Kementerian Pariwisata, UU ini menyebutkan
referensi khusus tentang;
• Zona Strategis Pariwisata (yang lebih lanjut dijabarkan dalam Peraturan tentang
Ekowisata No 36/2010 dan Peraturan Menteri tentang Aktivitas Ekowisata yang
diterbitkan oleh Kementerian Kehutanan No P48/Menhut-II/2010).
• Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Provinsi dan Kabupaten/ Kota (tercermin
dalam proses dan penataan oleh Destination Management Organization). Pembangunan
Ekowisata diatur oleh Kementerian Dalam Negeri No 33/2010).
• Kompetensi – keterampilan, profesionalisme kerja (pengembangan kompetensi dan
standar industri juga diatur melalui peraturan tentang lembaga sertifikasi pariwisata
yang diterbitkan oleh Kemeterian Tenaga Kerja dan Transmigrasi No 135 tahun 2004
• Sertifikasi – untuk meningkatkan “kualitas produk pariwisata, jasa dan pengelolaan”.
• Pertumbuhan Ekonomi, kesejahteraan masyarakat, penghapusan kemiskinan,
pengangguran, pelestarian lingkungan, pembinaan budaya, citra nasional, cinta/harga
diri/kesatuan untuk bumi pertiwi.
• Pelatihan Sumberdaya Insani, Standarisasi, Sertifikasi dan Tenaga Kerja. Khususnya,
untuk menunjukkan bahwa masing-masing majikan dalam sektor terkait kepariwisataan
bertanggungjawab melestarikan dan menghargai agama, budaya dan nilai setempat;
LAPORAN AKHIR K
Kaajjiiaann PPeerreennccaannaaaann SSttrraatteeggiiss PPeennggeemmbbaannggaann OODDTTWW ddii KKaammppuunngg PPaassiirr KKuunnccii
diskriminatif, menciptakan kenyamanan, keramahan, dan aman bagi wisatawan;
mengembangkan kemitraan dengan usaha mikro lokal dan koperasi yang berbasis kepada
prinsip saling menguntungkan; memprioritaskan produk lokal dan peluang pekerjaan bagi
penduduk lokal; secara aktif terlibat dalam pelatihan dan pendidikan keterampilan;
pemberdayaan komunitas; menjaga lingkungan -alam dan budaya tetap bersih, hijau dan
aman; dan memberlakukan standar usaha dan kompetensi berdasarkan peraturan.
Peraturan Menteri Dalam Negeri no.17/2007 menjelaskan secara rinci pelatihan dan
pemberdayaan komunitas perdesaan.
Dokumen hukum lain yang juga penting diperhatikan sebagai indikator kebijakan politik untuk
membangun pariwisata yang Kuat, adalah Instruksi Presiden No 16, 2005 yang menjadi alat untuk
‘menggerakkan’ semua kementerian yang terlibat, dan juga lembaga lainnya serta para gubernur
agar menunjang pembangunan kepariwisataan. Instruksi tersebut menekankan pada perbaikan
jasa dan fasilitasi pariwisata nusantara maupun internasional; mengambil langkah nyata
mengoptimalkan budaya dan pembangunan kepariwisataan nasional untuk kesejahteraan
masyarakat, membuka lapangan kerja, menghapuskan kemiskinan, dan memeratakan
pembangunan, secara pro aktif melindungi, mengembangkan dan memanfaatkan sumberdaya
alam dan juga budaya untuk pembangunan pariwisata dan budaya, dan dengan menggunakan
tema: “Indonesia ultimate in diversity” untuk promosi internasional dan “Kenali negerimu,
cintai negerimu, jelajahilah Nusantara” untuk pariwisata nusantara. Sayangnya, instruksi
tersebut belum menyebut siapa yang akan melakukan koordinasi, dan sejauh ini efektivitasnya
belum pernah dipantau.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33/2009 memberikan kerangka koordinasi kepariwisataan
inter- dan antar kabupaten yang lebih baik, akan tetapi setiap kabupaten mungkin mempunyai
situasi sendiri yang berbeda dan mungkin tidak menempatkan pariwisata sebagai sektor yang
LAPORAN AKHIR K
Kaajjiiaann PPeerreennccaannaaaann SSttrraatteeggiiss PPeennggeemmbbaannggaann OODDTTWW ddii KKaammppuunngg PPaassiirr KKuunnccii
lokasi program DMO dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif merupakan pendekatan
yang tepat untuk mendorong koordinasi yang lebih baik dalam pembangunan kepariwisataan.
Pada tingkat wilayah yang lebih luas (super-regional), Indonesia telah sepakat terhadap sejumlah
kebijakan sektor kepariwisataan melalui lembaga regional seperti misalnya ASEAN, APEC, Daerah
Pertumbuhan Asia Timur (BIMP-EAGA) dan Segitiga Pertumbuhan Indonesia – Malaysia – Thailand
(IMT-GT). Kesepakatan seperti itu menggambarkan kepentingan keberlanjutan bersama dalam
instrumen kebijakan yang menjadi panduannya.Terdapat beberapa satuan tugas seperti misalnya
Tim Komunikasi Pariwisata ASEAN, Satuan Tugas Investasi Pariwisata ASEAN, Satuan Tugas
Tenaga Kerja Pariwisata ASEAN yang bekerja untuk menyiapkan berbagai kebijakan ini, yang juga
relevant untuk penyusunan kebijakan pariwisata nasional.
Penting untuk diketahui bahwa kebanyakan peraturan dalam kepariwisataan dan ekowisata
relatif baru, dan pengembangan standar serta panduan, masih sedang digarap atau belum
dikembangkan sama sekali.
Kepariwisataan meliputi berbagai kegiatan yang berhubungan dengan wisata, pengusahaan,
objek dan daya tarik wisata, serta usaha lainnya yang terkait. Pembangunan kepariwisataan pada
hakikatnya merupakan upaya untuk mengembangkan dan memanfaatkan objek dan daya tarik
wisata, yang terwujud antara lain dalam bentuk kekayaan alam yang indah, keragaman flora dan
fauna, kemajemukan tradisi dan seni budaya, serta peninggalan sejarah dan purbakala.
Pengembangan objek dan daya tarik wisata tersebut apabila dipadukan dengan pengembangan
usaha jasa dan sarana pariwisata, seperti biro perjalanan, jasa konvensi, penyediaan akomodasi
dan penyediaan transportasi wisata, akan berfungsi di samping meningkatkan daya tarik bagi
berkembangnya jumlah wisatawan juga mendukung pengembangan objek dan daya tarik wisata
baru. Hasil yang optimal akan diperoleh apabila upaya pengembangan tersebut didukung oleh
pembangunan prasarana yang memadai.
Kepariwisataan nasional mempunyai ciri khusus yang memerlukan pendekatan yang sesuai dalam
LAPORAN AKHIR K
Kaajjiiaann PPeerreennccaannaaaann SSttrraatteeggiiss PPeennggeemmbbaannggaann OODDTTWW ddii KKaammppuunngg PPaassiirr KKuunnccii
mempunyai pengaruh efek ganda yang luas dan besar; secara sosial budaya mengandung
kemampuan membentuk, mengembangkan, dan meningkatkan nilai budaya manusia dan
masyarakat Indonesia; juga berdimensi politik, pertahanan dan keamanan; melibatkan seluruh
lapisan masyarakat, menampilkan kepribadian berdasarkan jiwa, semangat serta nilai-nilai luhur
bangsa Indonesia; memiliki kemampuan untuk mendorong pelestarian lingkungan hidup; dan
dalam pengembangannya sangat terkait dan dipengaruhi oleh faktor di luar kepariwisataan
sendiri sehingga memerlukan koordinasi berbagai sektor.
Dengan memperhatikan ciri tersebut, perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
kepariwisataan nasional dilakukan secara terpadu antara berbagai komponen yang menentukan
dan menunjang keberhasilannya, seperti objek dan daya tarik wisata, akomodasi, transportasi,
telekomunikasi, listrik, air bersih, dan industri cinderamata, serta melibatkan koperasi, swasta,
dan masyarakat luas. Selain itu, sumber daya manusia yang merupakan pelaku utama dalam
pembangunan kepariwisataan sangat penting untuk ditingkatkan kuantitas dan kualitasnya.
Pembangunan kepariwisataan
yang dilaksanakan melalui
pengembangan kekayaan
alam serta kekayaan budaya
bangsa yang beraneka ragam,
juga harus mampu menjadi
sarana untuk
mengejawantahkan cita-cita
bangsa dalam mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, melestarikan dan memperkukuh jati diri dan
kemandirian bangsa, serta dapat menjadi peranti untuk ikut menciptakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan dan keadilan sosial guna mewujudkan perdamaian yang abadi antara
LAPORAN AKHIR K
Kaajjiiaann PPeerreennccaannaaaann SSttrraatteeggiiss PPeennggeemmbbaannggaann OODDTTWW ddii KKaammppuunngg PPaassiirr KKuunnccii 2.2 RENCANA INDUK PARIWISATA NASIONAL 2010 – 2025
RIPPARNAS (Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional) menjadi bagian penting
dalam pengembangan kepariwisataan nasional dan daerah. Sesuai amanat Undang-Undang Nomor
10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 2
Desember 2011, telah menandatangani Peratutan Pemerintah Nomor 50 tahun 2011 tentang
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional atau disebut RIPPARNAS tahun 2010 –
2025. RIPPARNAS memiliki arti strategis bagi bangsa Indonesia karena pembangunan pariwisata
Indonesia memiliki kontribusi yang signifikan dalam pembangunan ekonomi nasional sebagai
instrument peningkatan perolehan devisa.
Dalam penjelasan PP Nomor 50 Tahun 2011 itu disebutkan, bahwa RIPPARNAS menjadi sangat
penting bagi pembangunan kepariwisataan Indonesia karena:
(1) memberikan arah pengembangan yang tepat terhadap potensi kepariwisataan dari sisi
produk, pasar, spasial, sumber daya manusia, manajemen, dan sebagainya sehingga pariwisata
Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara postif dan berkelanjutan bagi pengembangan
wilayah dan kesejahteraan masyarakat,
(2) mengatur peran setiap stakeholders terkait baik lintas sektor, lintas pelaku, maupun lintas
daerah/wilayah agar dapat mendorong pengembangan pariwisata secara sinergis dan terpadu.
PP No. 50 Tahun 2011 ini menegaskan arah pembangunan kepariwisataan nasional yang menjadi
dasar arah kebijakan, strategi, dan indikasi program kepariwisataan nasional dalam kurun waktu
2010 – 2025 yang meliputi pembangunan:
(1) Destinasi Pariwisata Nasional (DPN);
(2) Pemasaran Pariwasata Nasional;
(3) industri pariwisata nasional;
LAPORAN AKHIR K
Kaajjiiaann PPeerreennccaannaaaann SSttrraatteeggiiss PPeennggeemmbbaannggaann OODDTTWW ddii KKaammppuunngg PPaassiirr KKuunnccii
PP Nomor 50 Tahun 2011 memuat visi pembangunan kepariwisataan nasional adalah terwujudnya
Indonesia sebagi negara tujuan pariwisata berkelas dunia, berdaya saing, berkelanjutan dan
mampu mendorong pembangunan daerah dan kesejahteraan rakyat.
Untuk mewujudkan visi tersebut ditempuh 4 (empat) strategi pembangunan kepariwisataan, yang
meliputi;
1) destinasi pariwisata yang aman, nyaman, menarik, dan mudah dicapai;
2) pemasaran pariwisata yang sinergis, unggul dan bertanggung jawab;
3) industri pariwisata yang berdaya saing;
4) Organisasi pemerintah, Pemda, swasta dan masyarakat yang efektif dalam mendorong
LAPORAN AKHIR K
Kaajjiiaann PPeerreennccaannaaaann SSttrraatteeggiiss PPeennggeemmbbaannggaann OODDTTWW ddii KKaammppuunngg PPaassiirr KKuunnccii
Adapun sasaran yang ingin dicapai dalam PP No. 50 Tahun 2011 adalah meningkatkan:
1. jumlah kunjungan wisatawan mancanegara;
2. Jumlah pergerakan wisatawan nusantara;
3. Jumlah penerimaan devisa dari wisatawan mancanegara;
4. Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara; dan
5. Produk domestic bruto di bidang kepariwisataan.
PP No. 50 Tahun 2011 ini juga membagi perwilayahan DPN, yaitu 50 DPN yang tersebar di 33
provinsi, dan 88 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) yang tersebar di 50 DPN. Adapun
syarat untuk menjadi DPN dan KSPN secara rinci dijelaskan dalam ayat 1 dan 2 pasal 10 PP No.
50/2011.
Secara keseluruhan, Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Nasional 2010 – 2015 ini mencakup:
a. Pembangunan Kepariwisataan Nasional;
b. Pembangunan Destinasi Pariwisata (DPN);
c. Pembangunan Pemasaran Pariwasata Nasional;
d. Pembangunan Industri Pariwisata Nasional;
e. Pembangunan Kelembagaan Kepariwisataan Nasional;
f. Indikasi Program Pembangunan Kepariwisataan Nasional; dan
g. Pengawasan dan Pengendalian RIPPARNAS.
Berdasarkan dimensi kebijakan dan pendekatan perencanaan, kerangka strategis untuk
pembangunan pariwisata berkelanjutan mempunyai empat strategi :
Strategi Kunci 1: Perubahan Pola Pikir semua pemangku kepentingan.
Strategi Kunci 2: Pengembangan Indikator Pariwisata Berkelanjutan, penyesuaian dan
LAPORAN AKHIR K
Kaajjiiaann PPeerreennccaannaaaann SSttrraatteeggiiss PPeennggeemmbbaannggaann OODDTTWW ddii KKaammppuunngg PPaassiirr KKuunnccii
Strategi Kunci 3: Pembiasaan diri terhadap Pola Pikir Baru tentang Pekerjaan Layak yang
Ramah Lingkungan (Green Jobs) dan Pariwisata Berkelanjutan.
Strategi Kunci 4: Memperkenalkan berbagai Mekanisme pengelolaan strategis dan
Penegakannya
Setelah Kerangka Strategis, 10 strategi implementasi untuk melaksanakan dimensi kebijakan
tersebut, yaitu:
Strategi Implementasi 1: Mengarusutamakan dan Memromosikan Pekerjaan Layak yang
Ramah Lingkungan (Green Jobs) melalui Pariwisata Berkelanjutan.
Strategi Implementasi 2: Memprioritaskan Pengurangan Kemiskinan dalam
Kepariwisataan.
Strategi Implementasi 3: Memperkuat Peluang Lapangan Kerja bagi Pemuda dalam
Sektor Kepariwisataan dan Pariwisata (untuk) Anak Muda.
Strategi Implementasi 4: Mendukung Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak dalam Memberantas Isu-isu terkait Jender dan Perlindungan terhadap
Anak.
Strategi Implementasi 5: Menerapkan Sistem dengan berbagai Aturan/Standar
Sukarela/Minimal (Voluntary Standard) untuk Pariwisata Berkelanjutan.
Strategi Implementasi 6: Menetapkan Pendidikan, Pelatihan dan Penelitian terkait
pariwisata sebagai prioritas dalam Agenda Pendidikan dan Penelitian Nasional.
Strategi Implementasi 7: Identifikasi Mitra Lokal (daerah) yang potensial dan mempunyai
komitmen.
Strategi Implementasi 8: Melakukan Pemasaran yang Selektif dan Kreatif.
Strategi Implementasi 9: Menerapkan Pendekatan Berkelanjutan dalam Perencanaan
Kepariwisataan
Strategi Implementasi 10: Membentuk satu Badan Koordinasi Tunggal untuk
LAPORAN AKHIR K
Kaajjiiaann PPeerreennccaannaaaann SSttrraatteeggiiss PPeennggeemmbbaannggaann OODDTTWW ddii KKaammppuunngg PPaassiirr KKuunnccii
2.3 ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA BARAT DI BIDANG PARIWISATA
Dalam mewujudkan visi melalui pelaksanaan misi yang telah ditetapkan tersebut diatas, maka
perlu adanya kerangka yang jelas pada setiap misi menyangkut tujuan dan sasaran yang akan
dicapai. Tujuan dan sasaran pada setiap misi akan memberikan arahan bagi pelaksanaan setiap
urusan pemerintahan daerah baik urusan wajib maupun urusan pilihan dalam mendukung
pelaksanaan misi dimaksud.
Misi tersebut akan dicapai berdasarkan nilai-nilai agama dan budaya daerah, serta dengan
prinsip-prinsip penyelenggaraan pemerintahan, sebagai berikut:
1. Good Governance (tata kelola kepemerintahan), yaitu pengelolaan pemerintahan yang
LAPORAN AKHIR K
Kaajjiiaann PPeerreennccaannaaaann SSttrraatteeggiiss PPeennggeemmbbaannggaann OODDTTWW ddii KKaammppuunngg PPaassiirr KKuunnccii
negara yang seimbang, bertanggung jawab, efektif dan efisien, dengan menjaga
keserasian interaksi yang konstruktif di antara pemerintah, swasta dan masyarakat;
2. Integrity (integritas), yaitu suatu kesatuan perilaku yang melekat pada prinsip-prinsip
moral dan etika, terutama mengenai karakter moral dan kejujuran, yang dihasilkan dari
suatu sistem nilai yang konsisten;
3. Quality and Accountability (mutu dan akuntabilitas), yaitu suatu tingkatan
kesempurnaan karakteristik pribadi yang mampu memberikan hasil melebihi kebutuhan
ataupun harapan, dan sebuah bentuk tanggungjawab untuk suatu tindakan, keputusan
dan kebijakan yang telah mempertimbangkan mengenai aturan, pemerintahan dan
implementasinya, dalam pandangan hukum dan tata kelola yang transparan;
4. Pemerataan Pembangunan yang Berkeadilan, yaitu upaya mewujudkan peningkatan
kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat untuk mengurangi tingkat kemiskinan,
kesenjangan antar wilayah, dan kesenjangan sosial antar kelompok masyarakat, melalui
pemenuhan kebutuhan akses pelayanan sosial dasar termasuk perumahan beserta sarana
dan prasarananya, serta memberikan kesempatan berusaha bagi seluruh lapisan
masyarakat untuk menanggulangi pengangguran dengan menyeimbangkan pengembangan
ekonomi skala kecil, menengah, dan besar;
5. Penggunaan Data dan Informasi yang terintegrasi (Satu Data dan Informasi Jawa
Barat) yang akurat, terbaharukan dan dapat dipertanggungjawabkan. Dokumen tersebut
LAPORAN AKHIR K
Kaajjiiaann PPeerreennccaannaaaann SSttrraatteeggiiss PPeennggeemmbbaannggaann OODDTTWW ddii KKaammppuunngg PPaassiirr KKuunnccii 2.4 RIPPDA PROVINSI JAWA BARAT
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Provinsi Jawa Barat merupakan
pedoman utama bagi pemangku kepentingan pariwisata Jawa Barat, termasuk pemerintah
provinsi dan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat. RIPPDA ini mengakomodasi isu-isu strategis
dan perkembangan terbaru secara terintegrasi dan sinerjis dimaksudkan untuk untuk
mengarahkan perkembangan kepariwisataan Jawa Barat mencapai kesejahteraan masyarakat
secara berkelanjutan.
RIPPDA Provinsi Jawa Barat memfokuskan pada perencanaan satu atau beberapa daerah tujuan
wisata yang memang menjadi, atau akan menjadi, unggulan provinsi. Pengembangan kawasan
wisata unggulan provinsi diharapkan akan berdampak ganda terhadap pengembangan
kawasan-kawasan wisata maupun sektor-sektor lain di Jawa Barat.
Sebagai pedoman utama, RIPPDA Provinsi Jawa Barat berisikan;
(1) konsep pengembangan kepariwisataan Provinsi Jawa Barat yang dilandasi pendekatan
perencanaan dan isu-isu strategis pengembangan kepariwisataan Jawa Barat,
(2) identifikasi kawasan wisata unggulan Provinsi Jawa Barat dan kawasan wisata unggulan
kabupaten/kota, serta;
(3) arahan kebijakan dan strategi pengembangan kepariwisataan Provinsi Jawa Barat dan
tahapan indikasi kegiatan pengembangan kepariwisataan di setiap kawasan wisata unggulan
provinsi.
Konsep pengembangan pariwisata Provinsi Jawa Barat menjadi kerangka dalam menyusun visi,
misi, tujuan, dan sasaran pengembangan, serta arahan dan strategi pengembangan
kepariwisataan Provinsi Jawa Barat, baik secara umum maupun khusus kawasan wisata unggulan
provinsi. Konsep pengembangan kepariwisataan Jawa Barat yang dirumuskan dalam RIPPDA
terkait dengan potensi dan permasalahan pengembangan kepariwisataan Jawa Barat, serta
LAPORAN AKHIR K
Kaajjiiaann PPeerreennccaannaaaann SSttrraatteeggiiss PPeennggeemmbbaannggaann OODDTTWW ddii KKaammppuunngg PPaassiirr KKuunnccii 2.4.1 Visi dan Misi Pengembangan Pariwisata Jawa Barat
Visi pengembangan pariwisata Jawa Barat seperti yang tercantum dalam RIPPDA Provinsi Jawa
Barat adalah “Terwujudnya pariwisata Jawa Barat yang mengangkat harkat dan martabat,
serta meningkatkan kesejahteraan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat dalam
lingkungan yang berkelanjutan”.
Adapun misi pengembangannya meliputi:
1. Menyebarluaskan implementasi pengembangan pariwisata yang berkelanjutan melalui
konservasi, preservasi, dan rehabilitasi sumber daya alam dan budaya untuk
meningkatkan kualitas lingkungan hidup Jawa Barat.
2. Meningkatkan daya saing pariwisata Jawa Barat di tingkat nasional dan internasional
melalui pengelolaan daya tarik wisata dan pelayanan wisata, serta pemasaran pariwisata
yang tepat sasaran oleh sumber daya manusia Jawa Barat yang berkualitas tinggi.
3. Mengurangi ketimpangan pembangunan melalui penyebaran kegiatan pariwisata yang
mencakup daerah-daerah yang belum maju di Jawa Barat.
4. Mengembangkan kelembagaan kepariwisataan yang berazaskan kerja sama yang saling
menguntungkan antara sektor pemerintah, swasta, dan masyarakat.
5. Meningkatkan partisipasi dan keterlibatan masyarakat luas dan masyarakat lokal dalam
LAPORAN AKHIR K
Kaajjiiaann PPeerreennccaannaaaann SSttrraatteeggiiss PPeennggeemmbbaannggaann OODDTTWW ddii KKaammppuunngg PPaassiirr KKuunnccii
2.5 RENCANA STRATEGIS DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA BANDUNG
Visi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung Tahun 2014–2018 adalah : “MEWUJUDKAN
KOTA BANDUNG SEBAGAI KOTA SENI BUDAYA DAN TUJUAN WISATA INTERNASIONAL”.
Visi di atas mengandung pengertian bahwa Kota Bandung yang telah mantap sebagai Kota Seni
Budaya (Puseur Budaya) dan Kota Tujuan Wisata di Indonesia selama periode RPJMD 2014 –2018,
bertekad dan berupaya meningkatkan potensinya menjadi Kota Seni Budaya dan Tujuan Wisata
Internasional, sehingga Kota Bandung ke depan benar-benar menjadi Kota Seni Budaya dan
Tujuan Wisata yang berdaya saing tinggi sejajar dengan kota-kota lain di dalam dan luar negeri
yang selama ini telah menunjukkan kiprahnya di bidang Budaya dan Pariwisata.
Kota Bandung dkenal sebagai salah satu destinasi wisata unggulan Provinsi Jawa Barat, nasional,
bahkan internasional.
Perkembangan pariwisata Kota Bandung ditopang oleh ketersediaan dan variasi produk wisata
perkotaan dalam bentuk berbagai fitur kota, baik elemen primer maupun sekunder, seperti :
pengetahuan, sejarah, budaya, heritage, kuliner, belanja, dan lain sebagainya.
Sejalan dengan fungsi Bandung sebagai ibukota provinsi Jawa Barat dan kota jasa, produk
pariwisata MICE (Meeting, Incentive, Conference, Exhibition), serta wisata berbasis pendidikan
(knowlwdge-based tourism) juga menjadi unggulan utama. Dalam lingkup nasional, Kota Bandung
ditetapkan sebagai destinasi sekunder dan berada di tempat ke-empat, di bawah Jakarta dan
Bali sebagai destinasi primer di Indonesia, dan destinasi Borobudur-Yogya-Solo. Semenjak tahun
2011, Kota Bandung telah ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Pengembangan Pariwisata
Nasional (KPPN) dan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) di Provinsi Jawa Barat (KPPN
Bandung Kota dan sekitarnya) dan merupakan bagian dari Destinasi Pariwisata Nasional (DPN
Bandung-Ciwidey dan sekitarnya).
Hasil survey Most Liveable Cities Index (MLCI) yang dilakukan oleh Ikatan Ahli Perencana (IAP)
untuk yang ketiga kalinya (di tahun 2014) memberikan benchmark bagi para pengambil kebijakan
LAPORAN AKHIR K
Kaajjiiaann PPeerreennccaannaaaann SSttrraatteeggiiss PPeennggeemmbbaannggaann OODDTTWW ddii KKaammppuunngg PPaassiirr KKuunnccii
actual mengenai persepsi warga kota yang menunjukkan tingkat kenyamanan sebuah kota
berdasarkan persepsi warga yang hidup sehari-hari di kota tersebut. Kota Bandung termasuk ke
dalam 7 (tujuh) besar kota layak huni di Indonesia dari hasil survey 2014. Tujuh kota yang
memiliki nilai di atas rata-rata nasional, yaitu Balikpapan (71,12), Solo (69,38), Malang (69,3),
Yogyakarta (67,39), Palembang (65,48), Makassar (64,79), dan Bandung ( 64,4). Masuknya Kota
Bandung pada peringkat tujuh besar di tahun 2014 merupakan peningkatan yang cukup
signifikan, karena hasil survey di tahun 2009 dan 2011 peringkat Kota Bandung masih berada di
level yang lebih rendah.
Adapun guna mewujudkan Visi di atas, maka dijabarkan dalam beberapa Misi:
1. Meningkatkan perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan kebudayaan dan kesenian;
2. Mengembangkan industri pariwisata yang kreatif, inovatif dengan memperhatikan
terlaksananya sapta pesona;
3. Meningkatkan destinasi pariwisata kota yang berdaya saing tinggi baik pada tingkat
regional, nasional maupun internasional;
4. Meningkatkan pemasaran melalui kemitraan dan kerjasama budaya dan pariwisata
LAPORAN AKHIR K
Kaajjiiaann PPeerreennccaannaaaann SSttrraatteeggiiss PPeennggeemmbbaannggaann OODDTTWW ddii KKaammppuunngg PPaassiirr KKuunnccii
2.5.1 Langkah-langkah Pembangunan Kawasan Stategis Pariwisata Kota Bandung
Pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata di Kota Bandung adalah sebagai berikut;
1. Pengembangan Daya Tarik Wisata Primer, yaitu Kawasan Seni Budaya Pasanggrahan,
Kawasan Seni Tradisional Pasir Kunci, Kampung Wisata Terpadu Manglayang, Industri Alat
seni bambu dan kendang, kegiatan seni tradisional Sunda di Pakemitan Kecamatan
Cinambo;
2. Pengembangan Daya Tarik Wisata Sekunder, meliputi kawasan Agrowisata Pasanggrahan
dan Kawasan Agrowisata Cilengkrang. Tujuan dan sasaran pembangunan kawasan
tersebut adalah untuk mengembangkan dan mendayagunakan produk wisata seni dan
budaya yang berwawasan lingkungan serta berdaya tarik bagi wisatawan.
3. Perencanaan Pengembangan Kawasan Pariwisata, meliputi;
a) Pengembangan Produk Pariwisata Kreatif dan Edukatif di Daya Tarik wisata
Primer dan Sekunder;
b) Pembangunan Pusat Budaya Sunda, termasuk gedung Padepokan dan Pertunjukan;
c) Penyediaan Fasilitas Intreprestasi dan Infrastruktur pendukungnya bagi daya tarik
wisata budaya, seni dan agrowisata;
d) Pembangunan fasilitas akomodasi serta fasilitas makan dan minum bernuansa
tradisional;
e) Penyediaan Fasilitas Parkir dan Penyediaan Transportasi Publik Ramah Lingkungan
untuk melayani pergerakan menuju daya tarik wisata, dan;
f) Penyelenggaraan kegiatan wisata seni budaya secara berkesinambungan.
LAPORAN AKHIR K
Kaajjiiaann PPeerreennccaannaaaann SSttrraatteeggiiss PPeennggeemmbbaannggaann OODDTTWW ddii KKaammppuunngg PPaassiirr KKuunnccii 2.6 RENCANA TINDAK PARIWISATA
Rencana tindak (action plan) merupakan suatu dokumen perencanaan yang menjadi Rujukan
operasional bagi pelaku atau pengelola berkaitan dengan jenis kegiatan, lokasi, biaya, instansi
pelaksana dan waktu pelaksanaan. Rencana tindak membagi strategi-strategi ke dalam
bagian-bagian yang dapat memudahkan koordinasi dalam implementasi rencana menuju sasaran
dan tujuan yang akan dicapai. Rencana tindak ini berkaitan dengan kerjasama antar instansi,
alokasi sumber daya manusia, alokasi sumber daya material dan finansial, dan jadwal untuk
penyelesaian tugas tersebut.
Untuk lebih mengoperasionalkan kebijakan dan strategi yang harus dilaksanakan diperlukan suatu
rencana tindak di tingkat pelaksana di lapangan (sektoral maupun regional). Tanpa rencana
tindak ini, implementasi perencanaan pengelolaan belum terjabarkan secara eksplisit, karena
program yang diuraikan dari setiap isu hanya melahirkan strategi-strategi. Rencana tindak
memuat kegiatan-kegiatan untuk mewujudkan pencapaian setiap sasaran sehingga rencana ini
harus disusun berdasarkan prioritas, tujuan, indikator, kerangka waktu dan sistem pemantauan
(monev).
Rencana tindak pariwisata mencakup siapa, apa, dimana, kapan, dan bagaimana membuat
kegiatan pariwisata dapat berjalan. Kondisi tentu harus dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang pelaku kepentingan, tidak saja pemerintah daerah setempat, namun juga pelaku
industri pariwisata, organisasi/ lembaga swadaya masyarakat, maupun stakeholder lainnya.
Analisis mengenai sumber daya pariwisata dan berbagai kepentingan yang ada sangat mendukung
pengembangan dan pemasaran bagi wilayah yang akan dikembangkan. Tujuan akhir dari rencana
tindak selain untuk mengembangkan sektor pariwisata di suatu wilayah, juga untuk
meningkatkan kontribusi sektor pariwisata khususnya bagi perekonomian lokal, sehingga pada
akhirnya dapat memiliki nilai kompetitif terhadap wilayah lainnya.
Rencana tindak pengembangan pariwisata berupa rencana detil program dan kegiatan yang
LAPORAN AKHIR K
Kaajjiiaann PPeerreennccaannaaaann SSttrraatteeggiiss PPeennggeemmbbaannggaann OODDTTWW ddii KKaammppuunngg PPaassiirr KKuunnccii
strategi rencana pengembangan pariwisata. Strategi taktis yang dirumuskan dalam rencana
tindak ini merupakan suatu rencana implementasi yang bersifat fokus, terukur, menjawab
kebutuhan, dan dapat memecahkan persoalan pembangunan kepariwisataan yang terjadi,
khususnya dalam jangka pendek dan menengah melalui pendekatan SMART (Specific,
Measurable, Achievable/Assignable, Realistic/Reasonable, Time Related). Lebih lanjut, rencana
yang disusun haruslah juga dapat mengendalikan proses berjalan dan pengendalian sumber daya
pariwisata secara proporsional. Penjabaran strategi menjadi rencana tindak terhadap
pengembangan kawasan pariwisata unggulan secara fungsional, terpadu antar wilayah, dan saling
menguntungkan. Rencana tindak pengembangan pariwisata ini diharapkan akan mampu
mendorong terwujudnya kedekatan visi dan persepsi, menumbuhkembangkan perilaku
koordinasi, kerjasama, dan self correction dari para pelaku terkait.
2.6.1 Komponen-komponen Rencana Tindak Pariwisata
Pengembangan rencana tindak pariwisata mencakup 5 (lima) komponen, yaitu:
1. Atraksi Wisata
Berupa daya tarik wisata, baik alam, budaya, maupun buatan yang berada di dalam suatu
wilayah dan memiliki daya tarik yang dapat mendatangkan wisatawan, misalnya pantai, danau,
pegunungan, situs budaya, taman, industri, pameran, dan lain sebagainya.
2. Promosi
Merupakan sarana pemasaran, berupa periklanan, pameran pariwisata, artikel di media cetak,
brosur, peta, video atau film, pemandu wisata elektronik, serta poster dan pusat informasi
wisatawan
3. Infrastruktur
Berupa sarana dan prasarana dasar yang menunjang kegiatan pariwisata, misalnya jalan,
LAPORAN AKHIR K
Kaajjiiaann PPeerreennccaannaaaann SSttrraatteeggiiss PPeennggeemmbbaannggaann OODDTTWW ddii KKaammppuunngg PPaassiirr KKuunnccii
listrik dan air bersih, rambu-rambu lalu lintas, serta lapangan atau area terbuka milik
masyarakat yang dapat digunakan sebagai lokasi kegiatan pariwisata.
4. Pelayanan
Berupa fasilitas yang dibutuhkan oleh wisatawan selama melakukan perjalanan wisata,
mencakup diantaranya akomodasi, camping ground, restoran dan rumah makan, pertokoan, serta
toko cenderamata.
5. Hospitality
Keramahtamahan merupakan kunci penting yang dapat menggabungkan keempat komponen di
atas menjadi satu kesatuan kepariwisataan yang utuh. Hal ini juga menjadi faktor penting yang
dapat membuat wisatawan menjadi nyaman dalam berwisata dan bukan tidak mungkin akan
kembali datang, serta secara tidak langsung turut mempromosikan suatu wilayah kepada
kerabatnya.
Untuk dapat menghasilkan rencana tindak pengembangan pariwisata yang bersifat terintegrasi,
maka proses perencanaan yang bersifat koordinatif, komunikatif, dan sinergis amat penting
dilakukan oleh setiap pihak yang terlibat sesuai dengan kapasitas, fungsi, tugas dan tanggung
jawab masing-masing. Oleh karena itu, untuk dapat merumuskan rencana tindak pengembangan
pariwisata yang terpadu (integrated) maka dalam proses perencanaannya harus melibatkan
berbagai pihak terkait (stakeholder). Dengan kata lain diperlukan koordinasi yang baik antar
stakeholder kepariwisataan maupun dengan pihak lain yang secara langsung maupun tidak
LAPORAN AKHIR K
Kaajjiiaann PPeerreennccaannaaaann SSttrraatteeggiiss PPeennggeemmbbaannggaann OODDTTWW ddii KKaammppuunngg PPaassiirr KKuunnccii 2.6.2 Tahapan Penyusunan Rencana Tindak Pariwisata
Secara garis besar penyusunan rencana tindak (action plan) pariwisata terdiri dari beberapa
tahapan sebagai berikut:
I. Kesepakatan dan penentuan organisasi pelaksana pekerjaan, serta pembentukan steering
committee yang terdiri dari stakeholder atau pihak-pihak yang memiliki kepentingan, baik pemerintah, swasta/ industri pariwisata, organisasi pariwisata dan praktisi maupun
masyarakat di kawasan studi. Steering committee akan memberikan masukan maupun
saran terhadap analisis dan langkah-langkah yang terkait dengan rencana tindak.
II. Mengidentifikasi pasar wisatawan yang ada sekarang, untuk mendapatkan informasi yang
relevan mengenai kondisi pemasaran di wilayah studi.
III. Pengembangan profil pasar pariwisata, untuk mengetahui lebih detail mengenai profil
wisatawan yang datang ke kawasan studi, khususnya dari kegiatan-kegiatan yang
dilakukan di kawasan studi. Misalnya untuk jenis wisatawan bisnis, mereka berkunjung
untuk urusan pekerjaan, rapat atau temu bisnis; namun disamping itu mereka juga
berwisata ke destinasi atau berbelanja cenderamata. Dengan mengetahui profil
wisatawan dengan lebih detail, maka akan lebih mudah dalam menentukan pasar dan
promosi yang tepat serta efektif di kawasan studi.
IV. Menyusun daftar aset pariwisata yang ada di kawasan studi. Aset pariwisata sendiri dapat
dikategorikan ke dalam: (1) Atraksi/Daya Tarik Wisata; (2) Promosi; (3) Infrastruktur; (4)
Hospitality; dan (5) Pelayanan. Daftar aset ini penting untuk mengetahui potensi kepariwisataan yang telah ada ataupun yang dapat dikembangkan di kawasan studi.
V. Mengenali kepentingan pariwisata, khususnya aspek negatif atau dianggap kurang yang
terkait di kawasan studi, mencakup:
• Aset negatif
• Kekurangan yang ada