• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SKILL LABORATORY (STUDI KASUS DI PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AN NUR PURWODADI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SKILL LABORATORY (STUDI KASUS DI PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AN NUR PURWODADI)"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN

SKILL LABORATORY

(STUDI KASUS DI PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AN-NUR PURWODADI)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh

Meity Mulya Susanti NIM S540809313

PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KELUARGA PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2010

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SKILL LABORATORY

(2)

commit to user

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ANNUR PURWODADI)

Disusun Oleh :

Meity Mulya Susanti

NIM S540809313

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing :

Jabatan Nama Tanda tangan

Tanggal

Pembimbing I Prof.Dr.Didik G Tamtomo, dr. PAK.,MM, MKes, ... ...

NIP.194803131976101001

Pembimbing II Dr. Nunuk Suryani, M.Pd ... ...

NIP. 196611081990032001

Mengetahui

Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

Prof.Dr. Didik G Tamtomo, dr. PAK.,MM, MKes

NIP. 194803131976101001

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SKILL LABORATORY

(STUDI KASUS DI PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

(3)

commit to user Tesis

Di susun oleh :

MEITY MULYA SUSANTI NIM. S540809313

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim penguji Tesis

Pada tanggal : 18 Januari 2011

Dewan penguji :

Jabatan Nama Tanda Tangan

Tanggal

Ketua Prof. Dr. Ambar Mudigdo, dr., Sp.PA(K) ... ... NIP. 194903171976091001

Sekretaris Ir. Ruben Dharmawan, dr.,M.Sc.,Ph.D ... ... NIP. 195111201986011001

Anggota Prof. Dr. Didik G Tamtomo, dr. PAK., MM. M.Kes, ... ... Penguji NIP. 194803131976101001

Dr. Hj. Nunuk Suryani, M.Pd ... ... NIP. 196611081990032001

Surakarta, Januari 2011

Mengetahui Ketua Program Studi

Direktur PPs UNS Magister Kedokteran Keluarga

Prof. Drs. Suranto, M.Sc. Ph.D Prof. Dr. Didik G Tamtomo, dr. PAK., MM. M.Kes

NIP. 195708201985031004 NIP.9480313197610

PERNYATAAN

Nama : Meity Mulya Susanti

(4)

commit to user

Menyatakan dengan ini sesungguhnya bahwa Tesis berjudul Implementasi Pembelajaran Skill Laboratory (Studi Kasus di Program Studi D-III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan An-Nur Purwodadi) adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam Tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, makasaya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan Tesis dan gelar yang saya peroleh dari Tesis tersebut.

Surakarta, Agustus 2010

Yang Membuat Pernyataan,

Meity Mulya Susanti

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis dengan judul

(5)

commit to user

DI PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU

KESEHATAN ANNUR PURWODADI).” Tesis ini disusun dalam rangka

memenuhi salah satu persyaratan untuk mencapai derajat sarjana S2, Minat Utama

Kedokteran Keluarga, Program Studi Pendidikan Profesi Kesehatan , Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan rasa

terimakasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Much. Syamsulhadi, dr, Sp.KJ (K), selaku Rektor Universitas

Sebelas Maret beserta jajarannya yang telah memberikan kesempatan dan

fasilitas untuk mengikuti pendidikan di Pascasarjana Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc. Ph.D, selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kesempatan dan dukungan

untuk mengikuti pendidikan di Pascasarjana.

3. Prof. Dr. Didik G Tamtomo, dr, PAK, MM, M.Kes Selaku Ketua Program

Studi Pendidikan Profesi Kesehatan dan sebagai Pembimbing I yang telah

memberikan masukan dan bimbingan selama proses penyusunan penelitian

ini.

4. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd sebagai pembimbing II yang telah memberikan

masukan dan bimbingan dalam penyusunan penelitian ini.

(6)

commit to user

6. Suamiku Drs. Suwoto, putra-putriku tercinta Anggito Feby Abimanyu, Bilqis

Pinastika Putri dan Clarissa Diyanah Putri karena keikhlasan doa, dukungan

dan segala pengorbanannya kepada peneliti.

7. Ayahanda H. Slamet Sukardi dan Ibunda Hj. Herningkih serta keluarga besar

H Gunadi yang telah mengijinkan dan tidak pernah berhenti mendoakan serta

mendukung penulis dalam menjalani pilihan ini

8. Teman – teman seperjuangan angkatan 2009 dan semua pihak yang tidak

dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan

dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan ini.

Semoga segala amal kebaikan yang telah diberikan akan mendapatkan

pahala dari Allah SWT dan semoga tesis ini dapat memberikan sumbangan

pengetahuan dalam upaya peningkatan pembelajaran skill laboratory di Diploma

Keperawatan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Purwodadi, Agustus 2010

Peneliti

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

(7)

commit to user

PERNYATAAN... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

ABSTRAK ... xii

ABSTRACT ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 3

C. Tujuan Penelitian... 3

D. Manfaat Penelitian... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran a. Pengertian... 5

b. Perencanaan Pembelajaran... 6

c. Tujuan Pembelajaran... 7

2. Evaluasi Pembelajaran a. Pengertian... 8

b. Manfaat Evaluasi... 9

3. Laboratorium Ketrampilan (Skill Laboratory) a. Pengertian... 11

(8)

commit to user

c. Proses Bimbingan... 15

d. Evaluasi Skill laboratory... 17

B. Penelitian yang Terkait... 20

C. Kerangka Penelitian... 21

BAB III METODE PENELITIAN A. Bentuk Penelitian... 22

B. Lokasi dan Pelaksanaan Penelitian... 22

C. Sumber Data... 22

D. Teknik dan Pengumpulan Data... 23

E. Validitas dan Reliabilitas Data... 24

F. Teknis Analisis Data... 26

1. Reduksi Data... 27

2. Penyajian Data... 27

3. Kesimpulan... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Lokasi Penelitian... 29

B. Temuan Penelitian... 31

C. Pembahasan... 39

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan... 51

B. Implikasi... 51

C. Saran... 52

(9)

commit to user LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Triangulasi Sumber Data... 25

Gambar 2. Triangulasi Metode Pengumpulan Data... 25

(10)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1. Jadwal Penelitian... 56

Lampiran 2. Pedoman Wawancara Mahasiswa... 57

Lampiran 3 Pedoman Wawancara Dosen... 58

Lampiran 4 Transkrip dan Analisa Diskusi Kelompok Terfokus... 59

Lampiran 5. Transkrip dan Analisa Hasil Wawancara... 65

Lampiran 6. Hasil Observasi Pembelajaran Skill Laboratory... 75

Lampiran 7. Hasil Studi Dokumentasi Skill Laboratory.yang

(11)

commit to user

Luka... 79

ABSTRAK

Meity Mulya Susanti, S540809313, 2010. Implementasi Pembelajaran Skill

Laboratory (Studi Kasus di Program Studi D-III Keperawatan Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan An-Nur Purwodadi). Tesis : Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta Komisi Pembimbing : 1. Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr., PAK., MM., M.Kes 2. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd

Tujuan : untuk menganalisis implementasi pembelajaran skill laboratory di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan An-Nur Purwodadi, dilihat dari perencanaan, pelaksanaan pembelajaran maupun evaluasi pembelajaran

Metode : deskriptif kualitatif. Pengambilan data dengan cara diskusi kelompok terfokus, wawancara mendalam, observasi lapangan dan analisis dokumen. Teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas dan reliabilitas data dengan triangulasi yaitu membandingkan data dari satu narasumber dengan narasumber lain. Data yang diperoleh dari narasumber juga dibandingkan dengan data yang diperoleh dari observasi dan studi dokumen. Analisa data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

(12)

commit to user

sesi mandiri mahasiswa berlatih sendiri tanpa didampingi instruktur, sebagian mahasiswa kurang motivasi. Saat responsi mahasiswa mempraktikan ketrampilan perawatan luka dihadapan instruktur kemudian diberi feedback. (3) Evaluasi pembelajaran dengan uji OSCE (Objective Structure Clinical Examination). Hasil evaluasi menunjukkan mahasiswa kompeten.

Kesimpulan : Program Studi D-III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan An-Nur Purwodadi telah melaksanakan pembelajaran skill laboratory dengan baik dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Kata kunci : skill laboratory, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi

ABSTRACT

Meity Mulya Susanti, S540809313, 2010. The Implementation of Skill Laboratory (Case Study in Nursing Diploma Program Study STIKES An-Nur Purwodadi. Tesis : Post Graduate Program of Sebelas Maret University, Surakarta. The Commision is supervising : 1. Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr., PAK., MM., M.Kes 2. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd

Object : aimed to analyze the skill laboratory implementation in STIKES An-Nur Purwodadi, starting from the planning, implementation of learning and evaluation of learning.

Method : descriptive qualitative, Intake of data by focus group discussion, indept interview, field observation and document study. To obtained a valid and reliable data, done by triangulasi that is by comparing data from one speaker with other speaker. Data obtained from speaker also compared with data obtained from observation and document study. Analyse data done bay data reduction, data presentation and tahan conclusion.

(13)

commit to user

later then given feedback. (3) Evaluate with OSCE (Objective Structure Clinical Examination). Result of evaluation show student have competence.

Conclusion : Nursing Diploma Program Study STIKES An-Nur Purwodadi has carried out laboratory with good learning skills from the planning, implementation and evaluation.

Key word : skill laboratory, planning, implementation, evaluation.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk menjadi tenaga kesehatan yang profesional, diperlukan

kemampuan yang komprehensif yang meliputi tiga ranah, yaitu kognitif,

afektif dan psikomotor. Para pengguna lulusan tenaga kesehatan saat ini lebih

selektif dalam menerima pegawai karena menginginkan peningkatan mutu

pelayanan. Hal ini dikarenakan masyarakat saat ini menginginkan pelayanan

yang lebih nyaman, cepat dan akurat serta memuaskan. Di antara tiga ranah

tersebut, Haryati (2008) mengatakan bahwa masih ada keluhan dari

konsumen yang dirasakan oleh pengguna jasa tentang sikap maupun

(14)

commit to user

Saat ini pemerintah telah membuat peraturan yang mengharuskan setiap

tenaga kesehatan yang ingin mendapatkan ijin praktik harus memiliki

sertifikat kompetensi yang diperoleh setelah lulus uji kompetensi. Dengan

adanya ujian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang pengetahuan,

sikap dan ketrampilan tenaga kesehatan, sehingga nantinya akan terjamin dan

terstandar secara nasional (Handri, 2009). Hal ini membuat institusi

pendidikan kesehatan harus bekerja keras menyiapkan mahasiswanya agar

tidak gagal dalam menempuh ujian kompetensi.

Pengelolaan pembelajaran praktik ketrampilan antar institusi pendidikan

kesehatan berbeda-beda. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran praktik

dibutuhkan sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang lebih banyak

dari pada pembelajaran dengan cara ceramah. Masalah yang dihadapi

diantaranya keterbatasan jumlah instruktur yang kompeten dalam ketrampilan

yang diajarkan, belum adanya buku standar Operasional Prosedur dalam

melakukan tindakan, terbatasnya jumlah alat bantu praktik, jumlah ruangan

dan lain sebagainya.

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) AN-NUR Purwodadi sebagai

sebuah institusi pendidikan khususnya prodi D-III Keperawatan, melakukan

pembelajaran skill laboratory sejak dini untuk menyiapkan mahasiswa agar

kompeten dibidang keperawatan. Skill laboratory merupakan suatu kegiatan

pelatihan ketrampilan bagi mahasiswa di laboratorium dengan tujuan

menyiapkan mahasiswa agar siap dengan ketrampilan-ketrampilan di klinik

(15)

commit to user

menjadi sekolah tinggi, tentu pengelola skill laboratory menghadapi kendala

yang tidak sedikit. Berdasarkan wawancara awal didapatkan beberapa

kendala dalam mempersiapkan kegiatan skill laboratory, melaksanakan

maupun mengevaluasi kemampuan mahasiswa. Untuk itu pengelola skill

laboratory harus berupaya seoptimal mungkin sehingga skill laboratory tetap

dapat berjalan.

Saat ini belum pernah dilakukan penelitian tentang pelaksanaan skill

laboratory di STIKES AN-NUR Purwodadi. Berdasarkan latar belakang

tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih mendalam tentang

pembelajaran skill laboratory di STIKES AN-NUR Purwodadi.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perencanaan yang dilakukan instruktur ketika akan

memberikan pembelajaran skill laboratory di STIKES AN-NUR

Purwodadi ?

2. Bagaimana instruktur melaksanakan pembelajaran skill laboratory di

STIKES AN-NUR Purwodadi ?

3. Bagaimana instruktur mengevaluasi kemampuan mahasiswa setelah

pembelajaran skill laboratory di STIKES AN-NUR Purwodadi ?

4. Bagaimana dengan kendala yang ditemukan dalam pembelajaran skill

laboratory di STIKES AN-NUR Purwodadi dan bagaimana cara

(16)

commit to user C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk menganalisis implementasi pembelajaran skill laboratory di

STIKES AN-NUR Purwodadi

2. Tujuan Khusus

a. Menganalisis bagaimana perencanaan yang dilakukan instruktur

ketika akan memberikan pembelajaran skill laboratory di STIKES

AN-NUR Purwodadi

b. Menganalisis bagaimana instruktur melaksanakan pembelajaran skill

laboratory di STIKES AN-NUR Purwodadi

c. Menganalisis bagaimana cara instruktur mengevaluasi kemampuan

mahasiswa setelah pembelajaran skill laboratory di STIKES AN-NUR

Purwodadi

d. Menganalisis kendala kendala yang ditemukan dalam pembelajaran

skill laboratory di STIKES AN-NUR Purwodadi dan bagaimana cara

mengatasinya.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat secara Teoritis

Hasil penelitian bermanfaat bagi mahasiswa agar dapat menyesuaikan diri

dalam mengikuti pembelajaran skill laboratory yang tepat

(17)

commit to user

a. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan bagi institusi

STIKES AN-NUR Purwodadi sebagai informasi yang berguna untuk

meningkatkan kualitas pendidikan melalui inovasi metode

pembelajaran terutama pembelajaran skill laboratory sehingga bisa

menghasilkan perawat yang profesional

b. Hasil penelitian ini juga diharapkan bermanfaat bagi institusi

pendidikan tenaga kesehatan lainnya yang ingin melaksanakan

(18)

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI

1. Pembelajaran

a. Pengertian

Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan mahasiswa.

Dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan,

mengembangkan metode untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Pemilihan, penetapan dan pengembangan metode didasarkan pada

kondisi pengajaran yang ada. Itulah sebabnya dalam belajar,

mahasiswa tidak hanya berinteraksi dengan dosen sebagai salah satu

sumber belajar, tetapi juga berinteraksi dengan keseluruhan sumber

belajar (Uno, 2007).

Menurut Slameto (1995) belajar adalah suatu proses usaha

yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan Cronbach

dalam Achmad (2007) mendefinisikan belajar sebagai proses

pengubahan tingkah laku yang relative permanen sebagai hasil dari

(19)

commit to user

Achmad (2007) menyimpulkan bahwa belajar merupakan

proses siswa membangun gagasan atau pemahaman sendiri untuk

berbuat, berfikir, berinteraksi sendiri secara lancar dan termotivasi

tanpa hambatan dosen, baik melalui pengalaman mental, pengalaman

fisik maupun pengalaman sosial.

Menurut Bloom dalam Asnaldi (2008) perubahan sebagai

hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam tiga ranah, yaitu kognitif,

afektif dan psikomotor.

Ciri-ciri belajar menurut Miarso (2009) meliputi

bertambahnya jumlah pengetahuan, mempunyai kemampuan

mengingat, menerapkan pengetahuan, menyimpulkan makna,

menafsirkan dan mengkaitkan dengan realitas dan berubah menjadi

pribadi baru. Belajar bukan sekedar menerima informasi dari orang

lain tentang apa yang ingin diketahuinya. Dalam belajar diperlukan

motivasi yang tinggi, semangat untuk belajar secara mandiri dan

suasana yang mendukung (Harsono, 2004).

b. Perencanaan Pembelajaran

Uno ( 2006) menjelaskan bahwa perencanaan pembelajaran

harus dilakukan agar dapat dihasilkan pembelajaran yang lebih baik.

Sebagai sasaran akhir dari perencanaan pembelajaran adalah

mudahnya mahasiswa untuk belajar. Di dalam melakukan

(20)

commit to user

pembelajaran. Inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah

penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan

yang ditetapkan.

Ibrahim dalam Syaodih (2003) menjelaskan bahwa dalam

menyusun perencanaan program pengajaran harus memperhatikan

kurikulum yang didalamnya terdapat Garis-Garis Besar Program

Pengajaran (GBPP). Di samping itu juga perlu memperhatikan sarana

dan prasarana institusi, kemampuan dan perkembangan mahasiswa

serta keadaan dosen.

c. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik

yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan

dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang

diharapkan (Uno, 2007).

Ibrahim dan Syaodih (2003) menjelaskan tujuan pembelajaran

sebagai perilaku hasil belajar yang diharapkan dapat dimiliki

mahasiswa setelah menempuh proses belajar mengajar. Pada waktu

yang lalu tujuan pembelajaran diartikan sebagai suatu proses yang

dilakukan oleh dosen, sedangkan dewasa ini tujuan pembelajaran

lebih diartikan sebagai suatu produk atau hasil yang dicapai oleh

(21)

commit to user

Taksonomi tujuan pembelajaran kawasan psikomotor menurut

Uno (2006) dapat dibuat berjenjang dari yang paling sederhana yaitu

persepsi yang berkenaan dengan penggunaan indera dalam melakukan

kegiatan, seperti mengenal kerusakan mesin dari suaranya hingga

tingkatan yang tinggi yaitu originasi yang berkaitan dengan

kemampuan penciptaan pola gerakan baru untuk disesuaikan dengan

situasi atau masalah tertentu. Originasi hanya dapat dilakukan oleh

orang yang sudah mempunyai ketrampilan tinggi.

d. Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Slameto (1995) menyebutkan secara garis besar faktor yang

mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua golongan besar yaitu

faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada

dalam diri individu yang sedang belajar, meliputi jasmaniah,

psikologis dan kelelahan. Faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar

individu, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.

2. Evaluasi Pembelajaran

a. Pengertian

Evaluasi pembelajaran adalah pengumpulan kenyataan secara

sistimatis untuk menetapkan apakah dalam kenyataan terjadi

perubahan dalam diri mahasiswa dan menetapkan sejauh mana tingkat

perubahan dalam pribadi mahasiswa (Daryanto, 2007)

Purwanto (2008) mendefinisikan evaluasi pembelajaran

(22)

commit to user

keputusan sampai sejauh mana tujuan pembelajaran telah dicapai oleh

mahasiswa.

Evaluasi proses belajar mengajar dari sudut pandang evaluasi

manajerial merupakan suatu langkah sangat strategis dalam proses

belajar mengajar, karena evaluasi merupakan suatu upaya untuk

melakukan perbaikan mutu pembelajaran. Sedang penilaian

keberhasilan belajar adalah suatu usaha untuk mengetahui seberapa

jauh tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya telah dapat

dicapai (Taufiqurrahman, 2008).

Dalam evaluasi hasil belajar, sering ditemukan istilah

mengukur dan menilai. Uno (2006) membedakan antara mengukur

dan menilai. Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan alat

ukur tertentu dan bersifat kuantitatif. Menilai adalah mengambil

keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran subyektif dan bersifat

kualitatif.

b. Manfaat Evaluasi

Evaluasi merupakan salah satu kegiatan utama yang harus

dilakukan oleh seorang dosen dalam kegiatan pembelajaran. Dengan

(23)

commit to user

intelegensi, bakat khusus, minat, hubungan sosial, sikap dan

kepribadian peserta didik (Kiranawati, 2008).

Daryanto (2007) menjelaskan manfaat evaluasi bagi

mahasiswa maupun dosen sebagai berikut : bagi mahasiswa jika

hasilnya memuaskan akan memotivasi mahasiswa untuk belajar lebih

giat sehingga mendapat hasil yang lebih memuaskan lagi, tetapi jika

hasilnya tidak memuaskan, mahasiswa akan berusaha agar lain kali

tidak terulang lagi. Namun ada juga beberapa mahasiswa yang lemah

kemauannya, sehingga menjadi putus asa. Manfaat evaluasi bagi

dosen dapat mengetahui mahasiswa mana yang berhak melanjutkan

pelajarannya karena sudah menguasai bahan dan mahasiswa mana

yang belum sehingga membutuhkan perhatian lebih. Dosen juga dapat

mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat sehingga untuk

memberikan pengajaran di waktu yang akan datang tidak perlu

dilakukan perubahan. Bagi institusi dapat mengetahui kondisi belajar

yang diciptakan oleh institusi sudah sesuai dengan harapan atau

belum. Hasil belajar merupakan cerminan kualitas suatu institusi.

Institusi juga mengetahui tepat tidaknya kurikulum untuk institusi itu.

Institusi juga bisa mengetahui apakah sudah memenuhi standar akan

terlihat dari bagusnya angka-angka yang diperoleh mahasiswa.

Kiranawati (2008) menjelaskan bahwa dalam konteks

pelaksanaan pendidikan mahasiswa, evaluasi memiliki beberapa

(24)

commit to user

setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.

b) Untuk mengetahui efektivitas metode pembelajaran, c) Untuk

mengetahui kedudukan mahasiswa dalam kelompoknya, d) Untuk

memperoleh masukan atau umpan balik bagi dosen dan mahasiswa

dalam rangka perbaikan.

Menurut Purwanto (2008) evaluasi dapat memberi manfaat :

a) Bagi Dosen sebagai dasar untuk memperbaiki proses mengajar. b)

Menentukan hasil belajar mahasiswa, c) Menempatkan mahasiswa

sesuai dengan tingkat kemampuan atau karakteristik lainnya yang

dimiliki mahasiswa, d) Mengenal latar belakang psikologis, fisik, dan

lingkungan mahasiswa, terutama yang mengalami kesulitan belajar,

agar dapat dilakukan perbaikan dan pembimbingan.

3. Laboratorium Ketrampilan (skill laboratory)

a. Pengertian

Menurut Nursalam dan Efendi (2008) laboratorium adalah

tempat dimana peserta didik mempergunakan pendekatan pemecahan

masalah untuk mengembangkan berbagai teknik dalam mengontrol

lingkungan belajar.

Nurini, dkk (2002) menjelaskan bahwa laboratorium

ketrampilan medik/skill laboratory merupakan suatu fasilitas tempat

(25)

commit to user

mereka perlukan dalam situasi latihan di laboratorium, bukan dalam

suasana kontak antara perawat-pasien di rumah sakit.

skill laboratory merupakan suatu kegiatan di laboratorium di

mana mahasiswa diajarkan ketrampilan klinik. Kegiatan di skill

laboratory bertujuan menunjang pencapaian kompetensi klinis.

skill laboratory merupakan wahana bagi mahasiswa untuk

belajar ketrampilan klinis yang mereka perlukan dengan setting seperti

antara perawat-pasien namun dilakukan dalam suasana latihan.

Pembelajaran di skill laboratory bukan dimaksudkan untuk

menggantikan praktik klinik, tetapi menyiapkan mahasiswa agar lebih

siap ketika melaksanakan asuhan keperawatan secara nyata di tatanan

klinik. (Mahmud, 2006)

Dalam skill laboratory mahasiswa dilatih berbagai macam

ketrampilan keperawatan yang sesuai dengan situasi dan kondisi

pasien yang unik sehingga nantinya mahasiswa benar-benar siap

dalam menghadapi pasien.

Sarana pendidikan dalam skill laboratory dapat berupa:

alat-alat kedokteran, setting, alat-alat bantu audio visual, model (manikin),

pasien simulasi, puskesmas, rumah sakit dan masyarakat. (Nurini,

dkk, 2002)

b. Pembelajaran skils laboratory

Lulusan pendidikan tinggi kesehatan dituntut memiliki sikap

(26)

commit to user

penerapan kurikulum pendidikan melalui berbagai bentuk pengalaman

belajar, diantaranya adalah Pengalaman Belajar Praktik (PBP). PBP

merupakan proses pembelajaran di laboratorium dalam rangka

memperkuat teori-teori/pengetahuan yang didapat dari pengalaman

belajar lain. Strategi pembelajaran praktikum merupakan

pengintegrasian antara teori/pengetahuan dasar professional, sehingga

dalam pelaksanaannya dikelola secara terintegrasi (Nursalam dan

Efendi, 2008).

Pembelajaran praktik sebagai salah satu strategi pembelajaran

perlu mendapat perhatian yang serius karena dapat membelajarkan

aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara bersama (Zainuddin,

2001).

Sumintono (2008) menyebutkan hasil yang dapat diperoleh

dari kegiatan praktik laboratorium yaitu : mengajarkan ketrampilan

manual dan observasi yang berhubungan dengan subyek,

meningkatkan pemahaman metode penelaahan ilmiah,

mengembangkan ketrampilan dalam pemecahan masalah dan

mengembangkan tingkah laku professional.

Gagne dalam Nursalam dan Efendi (2008) menyatakan bahwa

kondisi untuk mempelajari ketrampilan memerlukan petunjuk dari

pengajar agar peserta didik tahu apa yang harus mereka lakukan, tahu

(27)

commit to user

Slamento (1995) mengatakan pembimbing diharapkan mampu

: mengenal dan memahami setiap siswa baik secara individu maupun

kelompok, memberikan penerangan kepada peserta didik mengenai

hal-hal yang diperlukan dalam proses belajar mengajar, memberikan

kesempatan yang memadai agar setiap peserta didik dapat belajar

sesuai dengan kemampuan pribadinya, membantu setiap peserta didik

dalam masalah-masalah pribadi, menilai keberhasilan setiap langkah

kegiatan yang telah dilakukan.

Dalam kaitannya dengan tujuan belajar, menurut Balendong

(1999) terdapat beberapa tingkatan kinerja suatu pelatihan ketrampilan

yaitu yang pertama tingkat awal (skill acquisision), merupakan tingkat

pertama dalam mempelajari ketrampilan klinik baru. Bantuan dan

pengawasan diperlukan untuk memperoleh kinerja yang benar. Kedua

tingkat mampu (skill competency), merupakan tingkat menengah

dalam mempelajari ketrampilan klinik baru. Mahasiswa sudah dapat

melakukan langkah-langkah dan urutannya dengan memuaskan, tetapi

belum efisien. Ketiga adalah tingkat mahir (skill profiency),

merupakan tingkat akhir dalam mempelajari ketrampilan klinik baru.

Mahasiswa sudah dapat melakukan langkah-langkah dan urutannya

dengan memuaskan dan efisien.

Tujuan pembelajaran skill laboratory adalah untuk

menyamakan pebelajaran dan evaluasi ketrampilan klinik dengan

(28)

commit to user

meningkatkan sikap mahasiswa dalam memberi pelayanan pada

pasien (Mahmoud, 2006).

c. Proses Bimbingan

Proses bimbingan ketrampilan menurut Balendong (1999)

dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu tahap pertama dengan cara

mendemonstrasikan ketrampilan klinik meliputi menjelaskan

ketrampilan yang akan dipelajari, menggunakan video atau slide,

menunjukkan ketrampilan yang akan dipelajari, memperagakan

ketrampilan pada model anatomic (simulasi). Tahap kedua praktik

oleh mahasiswa di bawahpengawasan dosen pada model pasien.

Dilakukan dengan cara mahasiswa mempraktikan ketrampilan pada

model/simulasi/role play. Dosen sebagai pembimbing meninjau ulang

praktik, Mahasiswa diberikan umpan balik yang konstruktif. Tahap

ketiga evaluasi kompetensi/ketrampilan mahasiswa oleh dosen. Tahap

ini dilakukan dengan cara menilai setiap ketrampilan mahasiswa pada

model menggunakan check list yang telah dibuat dan praktik pada

pasien di bawah pengawasan pembimbing, setelah kompeten pada

model.

Disamping belajar secara terbimbing, mahasiswa juga harus

belajar aktif secara mandiri. Hal ini sesuai dengan ciri pembelajaran

pada orang dewasa. Belajar aktif secara mandiri akan menimbulkan

(29)

commit to user

stress atau tertekan, dan memungkinkan tercapainya tujuan belajar

yang telah ditetapkan (Mudjiman, 2007).

Proses pembelajaran praktikum menurut Nursalam dan Efendi

(2008) dilakukan melalui tiga tahapan yaitu : 1). Persiapan rancangan

pembelajaran meliputi :perencanaan pembelajaran yang dapat

memenuhi kebutuhan peserta didik, sumber yang sesuai dengan

jumlah peserta, mencoba peralatan, merancang lay out, merencanakan

ruang praktikum, membuat makalah, pengaturan tempat duduk. 2).

Penerapan berbagai metode pembelajaran laboratorium meliputi :

demonstrasi, simulasi, eksperimen. 3). Evaluasi pencapaian tujuan

pembelajaran praktikum dan kemampuan peserta didik.

Dalam pembelajaran skill laboratory diperlukan instruktur.

Instruktur merupakan tenaga mahir pada bidang ketrampilan

keperawatan tertentu yang melatih ketrampilan keperawatan kepada

mahasiswa (Nurini, dkk, 2002).

Instruktur pembelajaran praktik mempunyai beberapa

tanggungjawab. Menurut Freiberg dan Driscoll (1996) pada tahap

perencanaan, instruktur berperan sebagai manager. Peran ini

dilakukan dalam hal membuat rancangan kegiatan pembelajaran.

Zainuddin (2001) menambahkan bahwa dalam rancangan

pembelajaran tersebut tujuan instruksionalnya harus jelas, isi dan

urutan kegiatan terarah, relevan dengan tuntutan tugas profesi, dan

(30)

commit to user

pelaksanaan pembelajaran, instruktur berperan sebagai fasilitator dan

motivator. Fasilitator yaitu menjadikan pelajaran lebih mudah,

memberi penjelasan tentang strategi, aturan, prosedur, mekanik dan

peran. Peran sebagai motivator diperlukan karena mahasiswa kadang

mengalami ketakutan ketika melakukan simulasi. Pada tahap evaluasi,

peran sebagai evaluator dilakukan untuk menilai keberhasilan

pembelajaran.

Proses pembelajaran skill laboratory menurut Nurini, dkk

(2002) bisa dilakukan dengan cara ; 1) Mahasiswa sebelum praktik

mempelajari teori yang berkaitan dengan ketrampilan yang akan

dipelajari dan melihat demonstrasi yang diperagakan oleh instruktur

atau melihat audio visual. 2) Mahasiswa berlatih dengan temannya

mengenai prosedur yang sederhana dan tidak menimbulkan resiko. 3)

Beberapa ketrampilan dilakukan pada manekin misalnya pemasangan

kateter, pemasangan NGT, dan lain-lain. 4) Pada tingkat yang lebih

lanjut dapat dilakukan pada pasien simulasi yang telah didik

sebelumnya. 5) Apabila memungkinkan mahasiswa dapat dihadapkan

pada pasien dengan keadaan yang tidak beresiko.

d. Evaluasi Skill Laboratory

Penilaian aspek ketrampilan lebih rumit dan subyektif bila

dibandingkan dengan penilaian dalam aspek kognitif. Hal ini

(31)

commit to user

dengan keterandalan yang tinggi terhadap dimensi yang akan diukur.

Bila tidak demikian maka unsur subyektivitas menjadi sangat dominan

(Taufiqurrahman, 2008).

Arikunto (1995) menjelaskan bahwa pengukuran ranah

psikomotor dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang berupa

penampilan. Namun demikian pengukuran ranah ini disatukan atau

dimulai dengan pengukuran ranah kognitif sekaligus. Instrumen yang

digunakan untuk mengukur ketrampilan biasanya berupa matrik.

Bagian matrik yang ke bawah menyatakan perperincian aspek ( bagian

ketrampilan) yang akan di ukur, ke kanan menunjukkan besarnya skor

yang dapat dicapai.

Yanti dan Pertiwi (2008) menyatakan bahwa untuk menilai

kompetensi klinik mahasiswa kesehatan, metode OSCA atau OSCE

(Objective Structure Clinical Examination) saat ini merupakan suatu

pilihan terbaik. Dikatakan objektive karena menggunakan tes objektif

dengan seting nyata yang dihadapi dalam praktik klinik. Structure

berarti menggunakan struktur tertentu secara konsisten dalam

menyusun tes OSCE. Sedang Clinical Examination berarti yang dites

adalah ketrampilan yang terkait dengan manajemen pasien klinik.

Keunggulan metode OSCE adalah lebih valid, reliable dan objektif di

banding uji lisan, bisa melakukan evaluasi dengan jumlah peserta

(32)

commit to user

menguji ketrampilan yang lebih luas dan semua peserta diuji dengan

instrument yang sama.

Evaluasi hasil belajar dalam pembelajaran ketrampilan lazimya

melalui observasi langsung dengan menggunakan daftar cek (check

list), skala nilai (rating scale). Teknik observasi langsung memiliki

keuntungan dapat memberikan umpan balik kepada mahasiswa dan

pengajar. Namun teknik ini juga memiliki kelemahan diantaranya : a)

pengamatan sesaat tidak akan mencerminkan perilaku keseluruhan

mahasiswa. b) Subyektivitas pengamat berpengaruh terhadap hasil

penilaian. Penilaian langsung akan lebih baik bila dilengkapi dengan

observasi tak langsung melalui uji lisan atau kuesioner

(Taufiqurrahman, 2008).

Purwanto (2008) juga menjelaskan bahwa observasi merupakan

metode untuk menganalisis dan mengadakan pencatatan secara

sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati

individu/kelompok secara langsung. Cara tersebut dilakukan dengan

pengamatan tentang apa yang benar-benar dilakukan individu dan

membuat pencatatan-pencatatan secara objektif mengenai apa yang di

amati.

Yanti dan Pertiwi ( 2008) menjelaskan bahwa pelaksanaan

penilaian ujian OSCE meliputi pengetahuan, ketrampilan dan sikap

(33)

commit to user

pada kelulusan tiap stasion. Mahasiswa yang tidak lulus diberi

kesempatan mengikuti ujian ulang pada stasion yang tidak lulus.

Evaluasi pembelajaran skill laboratory dilakukan untuk menguji

berbagai ketrampilan yang telah diajarkan dan mengetahui latar

belakang pengetahuan yang mendasari ketrampilan tersebut.

Mahasiswa yang tidak lulus ujian skill laboratory, tidak

diperkenankan melaksanakan pembelajaran praktik klinik (Mahmoud,

2009).

B. PENELITIAN YANG TERKAIT

Penelitian sejenis pernah dilakukan oleh Yuningsih (2008) dengan

judul Analisis pembelajaran Laboratorium Keperawatan di AKPER PKU

Muhammadyah Surakarta. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada

lokasi penelitian beserta karakteristik peserta didik, metode pembelajaran,

kurikulum dan kompetensi, instruktur, sarana dan prasarana. Penelitian

lainnya pernah dilakukan oleh Erindra Budi C (2009) dengan judul

Implementasi Pembelajaran skill lab di Fakultas Kedokteran UNS.

Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada pendidikan di Fakultas

Kedokteran UNS bersifat akademik dan profesi, sedangkan penelitian ini

(34)

commit to user C. KERANGKA BERFIKIR

Keterangan

: diteliti INPUT

§ Mahasiswa § Instruktur § Sarana dan

Prasarana § Kurikulum

dan Materi

PROSES

OUTPUT Skills Lab :

§ Perencanaan § Pelaksanaan § Evaluasi

Diskusi tutorial

Kuliah

§ Kuliah pengantar § Kuliah

Penunjang § Kuliah blok

(35)

commit to user BAB III

METODE PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan desain studi

kasus terpancang tunggal. Pemilihan metode kualitatif dalam penelitian ini

dimaksudkan untuk lebih menggali data dan informasi mengenai proses

pembelajaran skill laboratory di STIKES AN-NUR Purwodadi, sehingga

diperoleh data yang lebih mendalam.

Dalam penelitian ini permasalah dan fokus penelitian akan ditentukan

sebelumnya. Peneliti akan mengambil satu topik ketrampilan agar jawaban

informan lebih terfokus. Ketrampilan yang dipilih adalah perawatan luka.

(36)

commit to user

Penelitian ini dilaksanakan di STIKES AN-NUR Purwodadi khususnya

Prodi D-III Keperawatan, dengan mengambil waktu penelitian antara bulan

Agustus 2010sampai Januari 2011.

C. Sumber Data

1. Informan

Pemilihan informan untuk wawancara mendalam akan digunakan teknik

sampling dengan kriteria tertentu (purposive sampling). Informan terdiri

dari enam orang mahasiswa yang telah melaksanakan pembelajaran

ketrampilan perawatan luka, satu orang pengelola skill laboratory dan

dua orang instruktur perawatan luka, dimana salah satunya adalah

koordinator instruktur sehingga akan mengetahui pembelajaran skill

laboratory mulai dari awal hingga akhir.

2. Tempat dan peristiwa

Penelitian ini dilaksanakan di Prodi D-III Keperawatan STIKES AN-NUR

Purwodadi.

3. Dokumen

Data dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu :

a. Data primer yaitu data yang berasal dari informan dan hasil observasi

peneliti

b. Data sekunder yaitu data yang berasal dari arsip dan dokumen

mengenai pembelajaran skill laboratory di Prodi D-III Keperawatan

(37)

commit to user D. Teknik dan Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik

pengumpulan data penelitian kualitatif, yaitu :

1. Wawancara Mendalam dan Diskusi Kelompok Terfokus

Wawancara secara mendalam dilakukan kepada informan yang

terdiri dari seorang pengelola skill laboratory dan dua orang instruktur

pengampu ketrampilan perawatan luka, sedang penggalian data pada

enam orang mahasiswa akan dilakukan dengan diskusi kelompok

terfokus. Peneliti menyiapkan pedoman wawancara yang akan mendapat

masukan dari empat instruktur skill laboratory di STIKES AN-NUR

Purwodadi, selain instruktur yang ditentukan sebagai informan.

2. Observasi Lapangan

Observasi dilakukan untuk melihat jalannya pembelajaran skill

laboratory secara langsung. Peneliti dengan salah seorang pengajar

STIKES AN-NUR Purwodadi terjun langsung untuk melihat pelaksanaan

pembelajaran skill laboratory pada topik perawatan luka.

3. Analisis Dokumen

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Studi

dokumen merupakan pelengkap dari pengguna metode observasi dan

wawancara dalam penelitian kualitatif (Basrowi dan Suwandi, 2008).

Analisis dokumen dilakukan terhadap dokumen-dokumen yang telah

(38)

commit to user

pembelajaran skill laboratory di Prodi D-III Keperawatan STIKES

AN-NUR Purwodadi.

E. Validitas dan Reliabilitas Data

Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk memeriksa

validitas dan reliabilitas data dengan metode triangulasi yaitu mengecek data

yang telah diperoleh melalui beberapa metode maupun sumber. Data yang

sama dikumpulkan bukan hanya dari satu informan saja, tetapi juga dari

informan yang lain. Data mengenai perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

pembelajaran skill laboratory dari sumber mahasiswa akan dibandingkan

dengan sumber dari instruktur maupun pengelolaskill laboratory.

Data yang diperoleh dari wawancara mendalam dan diskusi

kelompok terfokus, kemudian dibandingkan dengan data yang diperoleh dari

observasi, studi dokumen mengenai pelaksanaanskill laboratory, serta teori

tentang pembelajaranskill laboratory.

Skema triangulasi sumber data ditampilkan dalam gambar berikut :

Mahasiswa instruktur

Pengelola skills lab

Gb. 1. Triangulasi Sumber Data

Sedang skema triangulasi metode pengumpulan data ditampilkan dalam

(39)

commit to user

Wawacancara Studi dokumen

Observasi Teori

Gb. 2.Triangulasi Metode Pengumpulan Data

F. Tehnik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung hingga selesai pengumpulan data dalam

periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti melakukan analisis terhadap

jawaban informan. Bila data yang diperoleh dari informan, setelah dianalisis

dirasa kurang memuaskan, maka peneliti melanjutkan pertanyaan lagi sampai

tahap tertentu diperoleh data yang dianggap jenuh/lengkap.

Basrowi dan Suwandi (2008) mengemukakan bahwa aktivitas dalam

analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara

terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya akan jenuh/lengkap. Aktivitas

dalam analisis data yang digunakan selama penilitian yaitu reduksi data,

penyajian dan kesimpulan, yang dapat digambarkan sebagai berikut :

pe Pengumpulan data

Penyajian data

(40)

commit to user

Gb.3. Komponen dalam Analisis Data

1. Reduksi Data

Reduksi data dilakukan dengan membuat ringkasan isi dari

catatan data yang diperoleh dari informan. Mereduksi data berarti

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal

yang penting, mencari tema dan polanya. Dengan demikian data yang

telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan

mempermudah untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan

mencarinya bila diperlukan.

Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang

memerlukan kecerdasan dan keluasan serta kedalaman wawasan yang

tinggi. Bagi peneliti yang masih baru, dalam melakukan reduksi data

dapat mendiskusikan pada teman atau orang lain yang dipandang ahli.

Melalui diskusi itu maka wawasan peneliti berkembang, sehingga dapat

mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan (Basrowi dan Suwandi,

2008).

Selama melakukan reduksi data, peneliti melakukan diskusi

dengan beberapa instruktur skill laboratory sehingga diperoleh data yang

bermakna.

(41)

commit to user

Penyajian data disusun berdasarkan pokok-pokok yang terdapat

dalam reduksi data dan disajikan dalam bentuk narasi yang disusun secara

logis dan sistimatis. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa

dilakukan dalam bentuk narasi, bagan, hubungan antar kategori, flowchart

dan sejenisnya (Maleong, 2008). Dalam hal ini peneliti menyajikan

dalam bentuk narasi.

3. Kesimpulan

Kesimpulan diverifikasi selama penelitian berlangsung.

Kesimpulan akhir tidak akan terjadi sampai proses pengumpulan data

berakhir. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara

dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung

pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang

dikemukakan pada tahap awal didukung dengan bukti-bukti, maka

kesimpulan yang dikemukakan (kesimpulan awal) merupakan kesimpulan

valid dan konsisten. Kesimpulan akhir yang dibuat oleh peneliti kemudian

diperiksa ulang oleh narasumber agar diperoleh kesimpulan yang valid

(42)

commit to user BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Gambaran Lokasi Penelitian

1. Struktur Organisasi STIKES ANNUR Purwodadi

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) An-Nur Purwodadi

dipimpin oleh seorang Ketua dan dibantu oleh tiga orang Pembantu Ketua,

Yaitu Pembantu Ketua I Bidang Akademik, Pembantu Ketua II Bidang

Keuangan dan Kepegawaian dan Pembantu Ketua III Bidang

Kemahasiswaan. STIKES An-Nur Purwodadi memiliki tiga program Studi,

yaitu Program Studi Ilmu Keperawatan (S-1), Program Studi D-III

Keperawatan dan Program Studi D-III Kebidanan. Masing-masing Program

Studi dipimpin oleh Ketua Program studi.

2. Skill laboratory STIKES ANNUR Purwodadi

Skill laboratory STIKES An-Nur Purwodadi dibawah pengawasan

Pembantu Ketua I. Untuk menjalankan kegiatan sehari-hari, Ketua STIKES

mengangkat Ketua Unit Pelaksana Teknis (Ka UPT) Lab sebagai pengelola

laboratorium berdasarkan Surat Keputusan Ketua STIKES No 038

/A/AN/STIKES/SK/VII/2008 Dalam merencanakan proses pembelajaran Ka

(43)

commit to user

pembelajaran skill laboratory berjalan efisien, sedangkan dalam

pelaksanaan skill laboratory, Ka UPT dibantu oleh petugas laboratorium,

yang tugasnya memfasilitasi peralatan yang akan dan sudah digunakan.

Selama menempuh Semester tiga, mahasiswa Prodi D-III

Keperawatan mempelajari 10 Ketrampilan dalam mata kuliah Keperawatan

Medikal Bedah II. Mahasiswa dibagi menjadi 10 kelompok, sehingga dalam

satu kelompok terdiri dari 7 – 8 mahasiswa. skill laboratory dilakukan satu

minggu 2 kali pertemuan

Kegiatan pembelajaran di skill laboratory di STIKES An-Nur Purwodadi

dilaksanakan sebagai berikut :

a. Peralatan yang akan digunakan untuk praktik disiapkan oleh mahasiswa

diketahui oleh petugas Laboratorium, kemudian mencatat di buku.

b. Pada kegiatan terbimbing instruktur menjelaskan berbagai aspek tentang

prosedur perawatan luka kemudian mendemonstrasikan

c. Setelah selesai kegiatan terbimbing, maka mahasiswa di beri

kesempatan untuk praktik mandiri, yaitu mahasiswa berlatih sendiri

tanpa didampingi instruktur. Kegiatan mandiri ini tidak dijadwalkan

khusus, tetapi mahasiswa mencari waktu dan ruang sendiri kemudian

koordinasi dengan pengelolaskill laboratory.

d. Setelah kegiatan mandiri selesai (tergantung dari masing-masing

mahasiswa), maka mahasiswa akan mengikuti kegiatan responsi

(Target). Dalam kegiatan responsi (target) tersebut, mahasiswa

(44)

commit to user

Jika terdapat tindakan yang kurang tepat, maka instruktur akan

memberikan masukan. Kemudian Instruktur akan membubuhkan tanda

tangan pada Lembar Kerja Target Ketrampilan yang dimiliki oleh

mahasiswa.

e. Di akhir semester dilakukan evaluasi pembelajaran dengan metode

OSCE (Objective Structure Clinical Examination)

B.Temuan Penelitian

1. Perencanaan Pembelajaran Skill Laboratory

a. Pengelola skill laboratory telah membuat rencana jadwal kegiatan

pembelajaran sebelum pelaksanaanskill laboratory.

Narasumber N1 mengatakan : “ Saya berkoordinasi dengan koordinator skills lab, setelah jadwal dari masing-masing koordinator terkumpul kemudian saya maping jadwal skills lab secara keseluruhan supaya ruang laboratorium dan alat dapat digunakan secara efektif.”

Topik ketrampilan Keperawatan Medikal Bedah (KMB II) ditempatkan

pada semester ketiga berdasarkan kurikulum yang ditetapkan oleh

Pembantu Ketua I Bidang Akademik dan Ketua Program Studi D-III

Keperawatan. Ketrampilan KMB II merupakan ketrampilan medikal

bedah yang harus dikuasai oleh mahasiswa pada semester ketiga. Ketua

Program Studi bersama Pembantu Ketua I Bidang Akademik

memetakan ketrampilan di setiap semester dengan mempertimbangkan

aspek kesukaran dan kompeksitas ketrampilan yang dipelajari.

(45)

commit to user

“Pemetaan ketrampilan disusun berdasarkan ketrampilan yang mudah atau dasar ditempatkan di semester awal sedangkan ketrampilan yang sulit dan komplek ditempatkan di semester berikutnya.”

b. Sebelum praktikum dilaksanakan, mahasiswa belum mendapatkan buku

pedoman praktik secara keseluruhan tetapi hanya mendapatkan Standar

Operasional Prosedur (SOP) dan tools penilaian terkait dengan materi

yang akan diberikan.

Narasumber R1 : “Sebelum praktik kami hanya diberi Tools penilaian, itupun beberapa menit sebelum paktik baru diberikan instruktur, jadi kami tidak sempat untuk mempelajarinya.”

Narasumber N1 : “Sementara kami baru bisa memberikan SOP dan tools penilaian. Memang setiap instruktur bervariasi dalam distribusi SOP dan Tools penilaian. Buku pedoman sedang proses penyusunan. Mudah-mudahan semester yang akan datang buku pedoman sudah dapat diberikan ke mahasiswa sebelum pelaksanaan skills lab

dilakukan.”

Berdasarkan pernyataan narasumber N1 instruktur sudah memberikan

Tools penilaian terkait dengan ketrampilan yang dipraktikan walaupun

hanya berupa SOP dan tools penilaian saja, untuk buku pedoman belum

dapat direalisasikan karena saat ini masih dalam proses penyusunan.

c. Instruktur skill laboratory di pilih oleh koordinator mata kuliah dengan

mendapat masukan dari Ketua Program Studi D-III Keperawatan dan

Pembantu Ketua I Bidang Akademik. Narasumber N1 mengatakan :

“Koordinator KMB II menunjuk dua orang instruktur untuk ketrampilan perawatan luka berdasarkan pengalaman dan kompetensi yang dimiliki oleh instruktur, kemudian diajukan kepada Ka Prodi dan Pembantu ketua I untuk persetujuan”.

Instruktur yang ditetapkan kemudian akan bersama-sama melakukan

(46)

commit to user

mahasiswa mulai dari SOP, Tools penilaian dan praktik

ketrampilannya, dengan tujuan skill laboratory yang diberikan kepada

setiap mahasiswa sama. Narasumber N2 :

“Saya dan tim akan menyamakan persepsi dengan membahas SOP, Tools penilaian dan melakukan praktik di laboratorium sebelum mengajarkan kepada mahasiswa, sehingga skills lab yang akan mahasiswa terima sama”.

2. Pelaksanaan Pembelajaran Skill Laboratory

a. Diawal pembelajaran praktik terbimbing, instruktur berusaha menarik

minat dan perhatian mahasiswa agar tertarik dan terfokus pada

ketrampilan yang akan dipelajari.

Narasumber R3 mengatakan : “Saat kegiatan praktek terbimbing instruktur melakukan pembukaan dulu kemudian menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai lalu mendemonstrasikan ketrampilan.”

Narasumber N3 mengatakan : “Kalau mahasiswa terlihat mengantuk atau kurang perhatian, biasanya kami memberikan teguran dan berusaha mendorong mereka untuk memperhatikan, dengan diberi pertanyaan atau melakukan simulasi.”

b. Pengelola skill laboratory mengalokasikan waktu 100 menit untuk

kegiatan praktik terbimbing. Waktu tersebut dirasakan cukup oleh

instruktur. Dalam waktu 100 menit tersebut, instruktur dapat

menjelaskan materi dengan baik. Alokasi waktu tersebut juga sudah

menghitung tingkat kelelahan instruktur maupun mahasiswa.

(47)

commit to user

c. Saat kegiatan praktik mandiri mahasiswa mencoba sendiri tanpa

didampingi instruktur. Kegiatan praktik mandiri tidak dijadwalkan oleh

pengelolaskill laboratory, sehingga inisiatif mahasiswa untuk

menggunakan waktu dan ruang laboratorium. Bagi mahasiswa yang

aktif dan kreatif mereka akan melakukan kegiatan mandiri dengan

sungguh-sungguh tetapi bagi mahasiswa lainnya tidak menggunakan

waktu tersebut untuk berlatih.

Narasumber N3 mengatakan : “Biasa Bu... bagi mahasiswa yang rajin biasanya mereka latihan sendiri, tapi bagi yang lain hanya ngobrol, ngerjakan tugas lain atau sms-an. Padahal kegiatan mandiri adalah ajang latihan bagi mahasiswa. Nanti saat ujian akan kelihatan mana yang terampil atau tidak !”

Narasumber R6 mengatakan : “Untuk mandiri sebenarnya waktunya cukup panjang, Cuma kita kurang manfaatin waktu...berpikiran bisa, mudah. He...he..termasuk saya.”

d. Kegiatan responsi (Target) dilakukan dengan cara mahasiswa

mempraktikan ketrampilan dihadapan instruktur satu persatu, kemudian

instruktur memberikan feedback. Instruktur menentukan waktu 10

menit untuk menyelesaikan ketrampilan perawatan luka pada

masing-masing mahasiswa.

Narasumber R4 mengatakan : “Kita mempersiapkan alat kemudian masuk satu persatu lalu melakukan ketrampilan dihadapan instruktur dengan waktu 10 menit, kalau ada kesalahan sedikit diberi masukan lalu lembar responsi ditandatangani, tetapi kalau kesalahan fatal harus mengulang lagi dari awal, kalau betul baru ditandatangani.”

Kegiatan Responsi merupakan syarat mutlak mahasiswa untuk dapat

(48)

commit to user

dilaksanakan mahasiswa diwajibkan mengumpulkan lembar responsi

yang meliputi 10 ketrampilan KMB II yang sudah ditandatangani oleh

instruktur masing-masing. Bagi mahasiswa yang belum mengumpulkan

Lembar Responsi tersebut belum berhak untuk mengikuti UAS.

Narasumber N5 mengatakan : “Mahasiswa diwajibkan mengumpulkan Lembar responsi yang sudah ditandatangani instruktur 3 hari sebelum pelaksanaan UAS. Lembar Responsi yang sudah ditandatangani instruktur menunjukkan bahwa mahasiswa telah mampu melakukan ketrampilan tersebut.”

3. Evaluasi Pembelajaran Skill Laboratory

a. Ujian ketrampilan perawatan luka dilakukan bersamaan dengan

ketrampilan lain yang diajarkan dalam satu semester dengan

menggunakan metode OSCE. Ujian dilaksanakan dengan cara

mahasiswa berpindah dari satu stasion ke stasion lainnya. Pada setiap

station mahasiswa diberikan waktu 7 menit. Perpindahan station

ditandai dengan bunyi bel satu kali. Pada ujian OSCE penguji menilai

ketrampilan mahasiswa dengan mengisi check list (Tools Perawatan

Luka) yang sama dengan check list saat kegiatan praktik terbimbing.

Kriteria penilaian dalam check list : bubuhkan tanda √ pada YA jika

mahasiswa melakukan item tersebut dan tanda √ pada TIDAK jika

mahasiswa tidak melakukan item tersebut. Penetuan kelulusan dengan

cara menjumlahkan bobot nilai yang mahasiswa peroleh. Nilai batas

lulus adalah 75. Jika mahasiswa mendapat nilai kurang dari 75, maka

diberi kesempatan untuk mengikuti uji ulang sesuai jadwal yang

(49)

commit to user

Narasumber N4 mengatakan :” Evaluasi dilakukan dengan metode OSCE. Biasanya kita menggunakan ruang AULA yang dibuat kamar-kamar (station). Untuk ujian skills lab KMB ada 14 station yaitu 6

station kognitif, 6 station ketrampilan, 1 station absensi dan 1 station

istirahat. Masing-masing station diberi waktu 7 menit. Nanti teruji masuk ke setiap station berpindah secara bergantian.Di station ketrampilan penguji mengobservasi dan mengisi Tools penilaiannya.”

Narasumber R6 mengatakan : “Lulus tidaknya dapat langsung diumumkan, kalau tidak lulus hanya mengulang di station yang gagal saja.”

b. Penilaian aspek kognitif dilakukan dengan soal tertulis berbentuk 5 soal

pilihan ganda . Nilai batas lulus 60.

Narasumber R3 mengatakan :”Untuk teori KMB II dilakukan uji tulis bersama dengan teori mata kuliah lain.”

Narasumber R6 mengatakan : “Kalau kognitif minimal betul 3 soal, itu nilainya 60, tapi kalau ketrampilan minimal nilainya harus 75.”

c. Jika mahasiswa tidak lulus ujian praktik maupun teori, mahasiswa

diberi kesempatan untuk mengikuti uji ulang sesuai jadwal yang

ditentukan, tetapi nilai maksimal yang diperoleh mahasiswa yang

mengulang adalah kognitif 60, ketrampilan 78.

Narasumber R2 mengatakan : Kalau nilainya kurang dari 60 dan 75 kan nggak lulus, itu harus remidi tetapi hanya station itu saja, tidak mengulang 14 station lagi. Biasanya paling banyak remidi 2-3 station aja.”

Narasumber R5 mengatakan : “Tapi kalau remidi nilainya beda. Kalau ujian utama maksimal nilainya 100, tapi kalau remidi untuk kognitif kalau betul semua nilainya Cuma 60, kalau ketrampilan nilainya 78.”

d. Di akhir pembelajaran, kompetensi mahasiswa dapat melakukan

(50)

commit to user

Rekapitulasi nilai Perawatan luka mahasiswa lulus dengan nilai B

atau A.

Narasumber 2 mengatakan : “Nilai akhir KMB II adalah Nilai proses pembelajaran (SGD, ISS-IT) 60 % ditambah dengan nilai UAS 40%. Dilihat dari nilai batas lulus pada uji OSCE, maka rata-rata mahasiswa mendapatkan nilai B atau A.”

4. Kendala Pembelajaran Skill Laboratory

Dalam pembelajaran skill laboratory di Prodi D-III Keperawatan

STIKES ANNUR Purwodadi, peneliti juga mendapatkan data mengenai

hal-hal yang bisa menghambat pelaksanaan pembelajaran skill laboratory

khususnya perawatan luka. Kendala yang ditemukan adalah :

1. Perencanaan Pembelajaran Skill Laboratory

a. Tidak tersedianya manekin khusus untuk perawatan luka, sehingga alat

bantu yang digunakan instruktur adalah modifikasi yang instruktur buat

mendekati luka yang sebenarnya.

Narasumber N3 mengatakan :”Manekin khusus untuk perawatan luka tidak ada, sehingga kami membuat dari malam warna-warni sesuai dengan bentuk luka, kemudian spoon untuk latihan menjahit (hecting) dan mengangkat jahitan (Hecting-up).”

Narasumber R1 mengatakan : “Manekin nggak punya, jadi instruktur membuat model luka dari malam warna warni dan obat merah, tapi kelihatan kayak betulan.”

b. Alat habis pakai (cairan peroksida, rivanol, larutan garam fisiologis,

(51)

commit to user

Narasumber R5 mengatakan :”Saat persiapan alat habis pakai sering kehabisan, jadi pakai seadanya saja.”

Narasumber N1 mengatakan :’Mahasiswa kalau menuangkan cairan melebihi kebutuhan, akhirnya sisa dan dibuang, jadi persediaan cepat habis

c. Sediaan obat yang up to date kurang diperhatikan sehingga mahasiswa

tidak mendapat gambaran yang up to date.

Narasumber N4 mengatakan :”Obat-obatan untuk perawatan luka yang ada di sentral alat hanya dasar (misal kasa, bethadin, rivanol, larutan garam fisiologis) sedangkan obat/bahan yang saat ini digunakan di klinik (sufratul, obat luka bakar, dressing) tidak tersedia, sehingga sulit untuk memberi gambaran kepada mahasiswa.”

2. Pelaksanaan Pembelajaran Skill Laboratory

a. Instruktur tidak mengontrol kegiatan mandiri mahasiswa, karena

banyaknya tugas yang harus dilakukan, sehingga mahasiswa merasa

santai.

Narasumber N4 mengatakan : “Kami mengakui tidak punya waktu untuk mengontrol kegiatan mandiri mahasiswa, kami berfikir itu sudah tanggungjawab mahasiswa sendiri.”

Narasumber R1 mengatakan :”Santai aja....lihat temen yang praktik juga bisa, instruktur juga nggak ada!”

b. Ruang laboratorium yang dimiliki terbatas, sehingga harus menunggu

jadwal paraktikum yang lain.

(52)

commit to user

c. Beberapa mahasiswa belajar pada kakak senior tentang perawatan luka,

yang secara dasar kadang-kadang berbeda dengan apa yang sudah

diajarkan instruktur pada kegiatan terbimbing, karena kakak senior

berdasarkan pengalaman praktik klinik di rumah sakit.

Narasumber R5 mengatakan :”Saat kegiatan mandiri, belajar dengan kakak kelas, tetapi jadi bingung karena apa yang diajarkan berbeda dengan instruktur, kata kakak kelas itu yang ada di rumah sakit.”

3. Evaluasi Pembelajaran Skill Laboratory

a. Penguji memberi perlakuan yang berbeda pada mahasiswa saat ujian.

Ada penguji yang objektif terhadap apa yang dilakukan mahasiswa ,

tetapi ada juga yang subyektif.

Narasumber R3 mengatakan : “Ada temen yang ujian banyak kesalahan diluluskan, tetapi ada juga yang melakukannya sesuai dengan SOP tapi ndak lulus, masalahnya pengujinya terima telepon, jadi ada beberapa item yang tidak dinilai.”

C.Pembahasan

1. Perencanaan Pembelajaran Skill Laboratory

Pengelola skill laboratory sebelum pelaksanaan skills lab dilakukan

sudah membuat jadwal kegiatan. Pengelola berkoordinasi dengan

koordinator skill laboratory KMB II dan koordinator skill laboratory

(53)

commit to user

penggunaan ruangan laboratorium secara efektif. skill laboratory yang

diajarkan pada semester pertama ini adalah kompetensi ketrampilan dasar

yang harus dikuasai mahasiswa pada semester awal menurut kurikulum

yang sudah ditetapkan oleh institusi. Pertimbangan penempatan

ketrampilan dari yang sederhana ke komplek. Hal ini sesuai dengan

pendapatUno (2006) yang mengatakan bahwa untuk memperoleh

pembelajaran yang berkualitas perlu diawali dengan perencanaan

pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran. Uno

(2006) juga berpendapat bahwa sebagai sasaran akhir dari perencanaan

desain pembelajaran adalah mudahnya mahasiswa untuk belajar. Didalam

melakukan perencanaan pembelajaran harus melibatkan semua variabel

pembelajaran. Dalam hal ini pengelola skill laboratory telah melakukan

koordinasi dengan pengampu mata ajar bersangkutan sehingga target

kompetensi yang harus mahasiswa kuasai tercapai.

Sebelum pembelajaran skill laboratory mahasiswa diberikan

Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Tools penilaian, dengan tujuan

mahasiswa dapat membaca dan mempelajari sehingga ada gambaran

tentang pembelajaran skill laboratory yang akan diajarkan. Namun SOP

dan Tools penilaian tersebut masih diberikan secara terpisah-pisah dan

tidak dibuat buku panduan, sehingga resiko hilang. Buku Panduan skill

laboratory di prodi D-III Keperawatan An-Nur Purwodadi sedang dalam

proses penyusunan. Buku Panduan ini sangat berguna bagi mahasiswa

(54)

commit to user

yang akan datang, karena buku panduan berisi dasar-dasar teori yang

berhubungan dengan ketrampilan yang akan dipelajari. Dengan diberikan

buku pedoman sebelum pelaksanaan akan memberikan gambaran kepada

mahasiswa tentang ketrampilan yang akan diberikan. Oleh sebab itu

pemberian buku panduan tersebut sebaiknya diberikan paling lambat 1

minggu sebelum pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Hasibuan

dan Mudjiono (2009) yang mengatakan bahwa petunjuk ketrampilan harus

diberikan terlebih dahulu sehingga mahasiswa dapat mempersiapkan diri.

Disamping itu Nurini, dkk (2002) mengatakan bahwa sebelum berlatih,

mahasiswa harus mempelajari dasar-dasar teori mengenai ketrampilan

yang akan dilatih.

Instruktur perawatan luka telah kompeten dalam melaksanakan

tugasnya. Karena mereka ditunjuk berdasarkan penguasaan teori dan

pengalaman tentang perawatan luka yang mereka miliki. Hal ini sesuai

dengan pendapat Gagne dalam Nursalam dan Efendi (2008) yang

mengatakan bahwa kondisi untuk mempelajari ketrampilan memerlukan

petunjuk dari pengajar agar peserta didik tahu apa yang harus mereka

lakukan, tahu bagaimana melakukan tindakan dan latihan ketrampilan.

Peran instruktur juga berpengaruh besar dalam kualitas buku pedoman

yang akan digunakan, sehingga alangkah lebih baik bila instruktur yang

berkompeten tersebut membuat buku pedoman. Menurut Zainudin (2001)

salah satu ciri dosen yang efektif dalam pembelajaran praktikum adalah

(55)

commit to user

yang sesuai standart akan memiliki aspek-aspek yang berkaitan dengan

rumusan tujuan pembelajaran yang jelas dan dapat diukur, pemilihan

metode, pemilihan pengalaman belajar, pemilihan bahan, peralatan dan

fasilitas belajar serta mempertimbangkan karakteristik peserta didik. Jika

buku pedoman tersebut disusun secara bersama dengan berbagai ahli yang

kompeten, tentu akan semakin meningkatkan kualitas buku pedoman

tersebut.

Instruktur perawatan luka telah kompeten dalam melaksanakan

tugasnya. Instruktur mampu memberikan penjelasan yang cukup

mendalam dan aplikatif tentang perawatan luka. Mahasiswa merasa

nyaman dan lebih mempunyai gambaran sesuai dengan kenyataan. Hal ini

sesuai dengan Nurini, dkk (2002) mengatakan bahwa instruktur adalah

tenaga mahir pada bidang ketrampilan tertentu yang melatih ketrampilan

kepada mahasiswa.

Instruktur juga mempunyai beberapa peran. Menurut Freiberg dan

Driscoll (1996) instruktur bisa berperan sebagai fasilitator, motivator,

manager dan evaluator. Fasilitator yaitu menjadikan pelajaran lebih

mudah, memberi penjelasan tentang strategi, aturan, prosedur, mekanik

dan peran. Fungsi instruktur sebagai motivator juga diperlukan karena

mahasiswa kadang mengalami ketakutan ketika melakukan simulasi.

Instruktur sebagai manager adalah membuat rancangan kegiatan

pembelajaran terhadap hal yang akan dilakukan selama pembelajaran. Hal

Gambar

Gambar 1. Triangulasi Sumber Data......................................................
gambar berikut :

Referensi

Dokumen terkait

Fitur RADIUS server yang lain adalah RADIUS server dapat digunakan untuk memfilter alamat MAC dari wireless card yang dimiliki oleh pengguna, alamat MAC beserta identitas

(b) menyatakan pendirian mengenai perkara yang disebut dalam perenggan (a) dalam sesuatu seminar, simposium atau majlis seumpamanya yang tidak dianjurkan atau ditaja oleh

Dampak yang didapat dari efisiensi delay mengakibatkan semakin banyak paket RREQ yang dikirim, sehingga akan mengakibatkan peluang tabrakan antar paket semakin besar,

Besarnya Belis Atau Mahar Sebagai Penyebab Hamil Di Luar Nikah (Studi di Kota Ende Nusa Tenggara Timur), Skripsi, Fakultas Syariah, Jurusan Al-Ahwal

Begitu juga dengan folklor asal usul masyarakat Minahasa yang juga memberikan peran penting sebagai cikal bakal manusia pada kelahiran kembar, dan model

Dengan demikian, kegiatan PR Online melalui website dinilai sudah efektif dalam mendukung strategi pemasaran di Hotel Bayu Hill Takengon, meskipun efek positif

Staf Keuangan (Sdri ENI) sedang berupaya untuk menjalankan tanggung jawabnya dengan sebaik mungkin termasuk menyusun kode akun dan nama akun serta untuk mempermudah

Peningkatan tingkat akurasi pada SVM ini dikarenakan data yang digunakan telah diproses untuk mendukung hasil prediksi yang lebih baik untuk metode PLS-DA dengan membuang