ANALISIS PENGARUH TEKSTUR DAN C-ORGANIK TANAH
TERHADAP PRODUKSI TANAMAN UBI KAYU
(Manihot esculenta Crantz) DI KECAMATAN PEGAJAHAN, KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
SKRIPSI
OLEH
JAYAGUST HARIANSYAH K.A JUNIOR SINAGA 080303062
ILMU TANAH
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ANALISIS PENGARUH TEKSTUR DAN C-ORGANIK TANAH
TERHADAP PRODUKSI TANAMAN UBI KAYU
(Manihot esculenta Crantz) DI KECAMATAN PEGAJAHAN, KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
SKRIPSI
OLEH
JAYAGUST HARIANSYAH K.A JUNIOR SINAGA 080303062
ILMU TANAH
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Penelitian : Analisis Pengaruh Tekstur dan C-Organik Tanah Terhadap Produksi Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) di Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai
Nama : Jayagust Hariansyah K.A Junior Sinaga
Nim : 080303062
Program Studi : Agroekoteknologi
Minat : Ilmu Tanah
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
(Ir. Supriadi, MS) (Ir. Alida Lubis, MS
NIP. 19601221 198701 1 002 NIP. 19540721 197903 2 001
)
Mengetahui
Ketua Program Studi Agroekoteknologi
(Ir. T. Sabrina, M.Agr.Sc, Ph.D NIP. 19640620 198903 2 001
ABSTRAK
JAYAGUST HARIANSYAH K.A JUNIOR SINAGA. Analisis Pengaruh
Tekstur dan C-Organik Tanah Terhadap Produksi Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) di Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang
Bedagai. Dibimbing oleh Ir. Supriadi, MS dan Ir. Alida Lubis, MS.
Analisis pengaruh tekstur dan c-organik dilakukan pada lahan ubi kayu di Kecamatan Pegajahan. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh tekstur dan c-organik tanah terhadap produksi tanaman ubi kayu di Kecamatan Pegajahan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2013. Pengambilan sampel dengan 50 petani dan menggunakan metode simple random sampling. Hasil analisis diolah menggunakan metode regresi. Parameter yang dianalisis adalah tekstur dan c-organik Tanah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi pasir, debu dan liat berpengaruh tidak nyata terhadap produksi ubi kayu. C-Organik berpengaruh nyata terhadap produksi ubi kayu. Kadar c-organik Kecamatan Pegajahan berada pada kondisi melebihi batas optimal untuk produksi ubi kayu.
ABSTRACT
JAYAGUST HARIANSYAH K.A JUNIOR SINAGA. Analysis of Effects
of Texture and C-Organic Crop Production Against Cassava (Manihot esculenta Crantz. ) In District Pegajaha , Serdang regency. Guided by
Ir. Supriadi, MS dan Ir. Alida Lubis, MS.
Analysis of the influence of texture and c-organic cassava done on land in
District Pegajahan. This study aims to determine the effect of texture and c-organic soil to plant cassava production in the District Pegajahan. This study
was conducted in June-July 2013. Sampling by 50 farmers and using simple random sampling method. The result of the analysis is processed using regression methods. The parameters analyzed are texture and c-organic soil.
The results showed that the fraction of sand , silt and clay is not a real effect on cassava production. C-Organic significant effect on cassava production. Levels of c-organic District of Pegajahan are at optimum conditions exceed limits for the production of cassava.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “Analisis Pengaruh Tekstur dan
C-Organik Tanah Terhadap Produksi Tanaman Ubi Kayu
(Manihot esculenta Crantz.) di Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang
Bedagai” sebagai salah satu syarat untuk dapat mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ir. Supriadi, MS., selaku ketua komisi pembimbing dan Ir. Alida Lubis, MS., selaku anggota komisi pembimbing, yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan usulan penelitian ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak.
Medan, November 2013
DAFTAR ISI
Tempat dan Waktu Penelitian ... 13Bahan dan Alat ... 13
Metode Penelitian... 13
Pelaksanaan Penelitian ... 16
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 18
Gambaran Umum Daerah Studi ... 18
Tekstur Tanah ... 19
Regresi Antara Fraksi Pasir dengan Produksi Ubi Kayu ... 20
Regresi Antara Fraksi Debu dengan Produksi Ubi Kayu ... 21
Regresi Antara Fraksi Liat dengan Produksi Ubi Kayu ... 22
C-Organik ... 24
Regresi Antara C-Organik dengan Produksi Ubi Kayu ... 24
Regresi Antara Fraksi Pasir, Debu, C-Organik
Terhadap Produksi Ubi Kayu ... 27 Pembahasan ... 28
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... 31 Saran ... 31
DAFTAR TABEL
No Hal.
1. Luas Permukaan Partikel Tanah ... 8
2. Menentukan Kelas Tekstur Tanah ... 9
3. Sebaran Banyak Sampel Kelas Tekstur Tanah ... 19
4. Nilai Statistik Tekstur Tanah ... 20
5. Sebaran Banyak Sampel Status C-Organik Tanah ... 24
DAFTAR GAMBAR
No Hal.
DAFTAR LAMPIRAN
No Hal.
1. Hasil Analisis Tanah BPTP ... 34
2. Kriteria Sifat Tanah ... 36
3. Tabel Nilai F ... 37
4. Regresi Antara Fraksi Pasir terhadap Produksi Ubi Kayu ... 39
5. Regresi Antara Fraksi Debu terhadap Produksi Ubi Kayu ... 40
6. Regresi Antara Fraksi Liat terhadap Produksi Ubi Kayu ... 41
7. Regresi Antara C-Organik Tanah terhadap Produksi Ubi Kayu ... 42
8. Regresi Antara Fraksi Pasir, Debu, Liat, C-Organik terhadap Produksi Ubi Kayu ... 43
ABSTRAK
JAYAGUST HARIANSYAH K.A JUNIOR SINAGA. Analisis Pengaruh
Tekstur dan C-Organik Tanah Terhadap Produksi Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) di Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang
Bedagai. Dibimbing oleh Ir. Supriadi, MS dan Ir. Alida Lubis, MS.
Analisis pengaruh tekstur dan c-organik dilakukan pada lahan ubi kayu di Kecamatan Pegajahan. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh tekstur dan c-organik tanah terhadap produksi tanaman ubi kayu di Kecamatan Pegajahan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2013. Pengambilan sampel dengan 50 petani dan menggunakan metode simple random sampling. Hasil analisis diolah menggunakan metode regresi. Parameter yang dianalisis adalah tekstur dan c-organik Tanah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi pasir, debu dan liat berpengaruh tidak nyata terhadap produksi ubi kayu. C-Organik berpengaruh nyata terhadap produksi ubi kayu. Kadar c-organik Kecamatan Pegajahan berada pada kondisi melebihi batas optimal untuk produksi ubi kayu.
ABSTRACT
JAYAGUST HARIANSYAH K.A JUNIOR SINAGA. Analysis of Effects
of Texture and C-Organic Crop Production Against Cassava (Manihot esculenta Crantz. ) In District Pegajaha , Serdang regency. Guided by
Ir. Supriadi, MS dan Ir. Alida Lubis, MS.
Analysis of the influence of texture and c-organic cassava done on land in
District Pegajahan. This study aims to determine the effect of texture and c-organic soil to plant cassava production in the District Pegajahan. This study
was conducted in June-July 2013. Sampling by 50 farmers and using simple random sampling method. The result of the analysis is processed using regression methods. The parameters analyzed are texture and c-organic soil.
The results showed that the fraction of sand , silt and clay is not a real effect on cassava production. C-Organic significant effect on cassava production. Levels of c-organic District of Pegajahan are at optimum conditions exceed limits for the production of cassava.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ubi kayu merupakan bahan pangan utama ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Pada tahun 1983, luas panen ubi kayu mencapai 1,45 juta hektar dengan jumlah produksi 13,8 juta ton atau rata-rata hasil produksi 9,5 ton/ha. Produksi dan tingkat produksi ubi kayu tersebut relatif masih rendah, hal ini terutama disebabkan penggunaan kultur teknik yang masih sederhana. Petani pada umumnya belum menggunakan pemupukan dan pemberantasan hama penyakit tanaman secara intensif serta penggunaan varietas yang berpotensi hasil rendah dsn peka terhadap hama dan penyakit utama (Rukmana, 1997).
Tekstur merupakan salah satu sifat fisika tanah yang perlu diketahui untuk kesesuaian lahan bagi pertanaman ubi kayu. Tekstur merupakan perbandingan relatip dari ketiga fraksi tanah yaitu pasir, debu dan liat yang dinyatakan dalam persen. Tekstur tanah dapat ditentukan dengan cara mudah dan cepat di lapang ataupun dapat ditetapkan di laboratorium yang biasa disebut dengan Analisis Mekanis. Sehingga dengan mengetahui tekstur tanah yang akan ditanami ubi kayu, dapat pula diketahui teknik-teknik pertanaman yang sesuai untuk dilakukan seperti teknik pemeliharaan dan pemupukan yang akan digunakan.
Di Kecamatan Pegajahan merupakan daerah yang masyarakatnya sebagian besar mengusahatanikan tanaman ubi kayu. Ini dikarenakan ubi kayu merupakan tanaman yang tidak sulit dalam pengelolaannya. Namun, dalam kenyataannya para petani ubi kayu di Kecamatan Pegajahan juga mendapatkan berbagai kendala dalam usahatani ubi kayu ini yang dapat menyebabkan penurunan produktivitas, antara lain: pertama, karena musim yang tidak menentu dengan curah hujan yang sangat tinggi dan kemarau yang panjang, yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman ubi kayu terhambat. Kedua, penggunaan input yang berpengaruh terhadap produksi.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis melakukan analisis pengaruh tekstur tanah dan C-Organik tanah terhadap produksi tanaman ubi kayu di Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai, diharapkan dapat mengembangkan komoditi ubi kayu sesuai dengan potensi lahan, untuk itu dilakukan analisis pengaruh tekstur dan c-organik tanah, sehingga produksi ubi kayu yang diperoleh dapat meningkat dan pada akhirnya dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Pegajahan.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh tekstur dan c-organik tanah terhadap produksi ubi kayu di Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai.
Hipotesis Penelitian
Kegunaan Penelitian
− Analisis pengaruh Tekstur Tanah dan c-organik ini diharapkan berguna sebagai acuan dalam pengelolaan lahan bagi pertanaman ubi kayu.
− Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
TINJAUAN PUSTAKA
Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.)
Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan akan menjadi busuk dalam 2-5 hari apabila tanpa mendapat perlakuan pasca panen yang memadai. Diperkirakan susut pasca panen dari ubi kayu lebih dari 25%. Susut tersebut dapat disebabkan oleh faktor-faktor fisik, fisiologis, hama penyakit atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut. Susut fisik dapat terjadi akibat kerusakan mekanis selama pemanenan dan penanganan, dan akibat perubahan suhu. Susut fisiologis terutama disebabkan oleh air, enzim dan respirasi. Sedangkan faktor hama-penyakit mencakup mikro-organisme (jamur, bakteri dan virus), serta serangga, tikus dan hama lainnya. Susut jumlah lebih mudah diidentifikasi dan dihitung, akan tetapi susut mutu lebih sulit ditetapkan dan kemungkinan menghasilkan produk yang tidak dapat digunakan sebagai konsumsi manusia lagi (Wargiono, 1979).
ekonomi yang lebih tinggi bagi petani, menjamin harga yang layak, merangsang perbaikan produk dengan mutu tinggi, perbaikan sistem penanganan pasca panen, penurunan susut hasil, dan perbaikan gizi, mutu serta keamanan dari nilai makanan (Sundari, 2010).
Ubi kayu merupakan tanaman tropis. Wilayah pengembangan ubi kayu beradapada 30o LU dan 30o LS. Namun demikian, untuk dapat tumbuh, berkembang danberproduksi, tanaman ubi kayu menghendaki persyaratan iklim tertentu. Tanaman ubi kayu menghendaki suhu antara 18o-35oC. Pada suhu di bawah 10o
Namun demikian, untuk berproduksi secara maksimum tanaman ubi kayu membutuhkan kondisi tertentu, yaitu pada dataran rendah tropis, dengan ketinggian 150 m di atas permukaan laut (dpl), dengan suhu rata-rata antara 25-27
C pertumbuhan tanaman ubi kayu akan terhambat. Kelembaban udara yang dibutuhkan ubi kayu adalah 65% (Suharno et al., 1999).
o
Tanaman ubi kayu dapat tumbuh dengan baik apabila curah hujan cukup, tetapi tanaman ini juga dapat tumbuh pada curah hujan rendah (< 500 mm), ataupun tinggi (5000 mm). Curah hujan optimum untuk ubi kayu berkisar antara 760- 1015 mm per tahun. Curah hujan terlalu tinggi mengakibatkan terjadinya serangan jamur dan bakteri pada batang, daun dan umbi apabila drainase kurang baik (Suharno et al., 1999).
C, tetapi beberapa varietas dapat tumbuh pada ketinggian di atas 1500 m dpl (Rukmana, 1997).
Tanaman ubi kayu memerlukan struktur tanah yang gembur untuk pembentukan dan perkembangan umbi. Pada tanah yang berat, perlu ditambahkan pupuk organik. Sebagian besar pertanaman ubi kayu terdapat di daerah dengan jenis tanah Aluvial, Latosol, Podsolik dan sebagian kecil terdapat di daerah dengan jenis tanah Mediteran, Grumusol dan Andosol. Derajat kemasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ubi kayu berkisar antara 4,5–8,0 dengan pH ideal 5,8. Pada tanah pH rendah (asam), yaitu berkisar 4,0–5,5 tanaman ubi kayu ini pun dapat tumbuh dan cukup subur bagi pertumbuhannya. (Wargijono, 1979).
Dalam pengolahan tanah diusahakan agar tanah tersebut menjadi cukup gembur, karena pada tanah yang gembur, perakaran/umbi akan tumbuh dengan optimal, akar akan mudah menembus tanah. Secara garis besar persiapan lahan untuk tanaman ubi kayu dilakukan sebagai berikut:
1. Pembabatan tanaman perdu dan semak-semak serta rumput-rumputan/alang-alang dan gulma lainnya. Hal ini dikerjakan terutama pada lahan yang baru dibuka, sedangkan pada lahan yang sudah biasa ditanami dengan palawija, tanah dapat langsung dicangkul/dibajak.
2. Pengumpulan dan penyisihan batang tebangan, sedangkan bekas rerumputan dicacah dan dimasukkan kedalam tanah.
3. Pembajakan/pencangkulan atau pentraktoran pertama
4. Pembajakan/pencangkulan atau pentraktoran kedua dan penggemburan 5. Pembuatan saluran pemasukan dan saluran pembuangan
Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah perbandingan kandungan partikel–partikel tanah primer berupa fraksi liat (ukuran < 0,002 mm dan bersifat licin dan lekat), debu (ukuran 0,05 hingga 0,002 mm dan bersifat licin tetapi tidak lekat) dan pasir
(ukuran > 2 mm dan bersifat kasar dan tidak lekat) dalam suatu massa tanah. Partikel–partikel primer itu mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda–beda
dan dapat digolongkan kedalam tiga fraksi tersebut. Ada yang berdiameter besar sehingga dengan mudah dapat dilihat dengan mata telanjang, tetapi ada pula yang sedemikian halusnya, seperti koloidal, sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang (Syarief, 1989).
Tekstur tanah mempengaruhi jumlah air dan udara di dalam tanah yang selanjutnya akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Ukuran partikel tanah sangat penting karena :
1. Ukuran partikel tanah makin kecil (liat) maka partikel-partikel tanah tersebut akan berikatan lebih kuat dibandingkan dengan yang berukuran besar (pasir). Hal ini berarti tanah akan didominasi pori-pori berukuran kecil. Demikian juga air dan udara di dalam tanah berada di dalam pori-pori kecil tersebut.
2. Partikel lebih kecil mempunyai luas permukaan lebih luas/besar dibandingkan dengan yang besar dalam satuan berat yang sama. Dalam berat yang sama liat dapat mengembang mempunyai sekitar 10 ribu kali luas permukaan partikel debu dan debu mempunyai luas permukaan sekitar 100 kali dibandingkan dengan pasir.
Luas permukaan partikel tanah dalam hubungannya dengan diameter partikel, jumlah partikel dan berbagai ukuran partikel tanah dapat disajikan pada tabel di bawah ini :
Tabel 1. Luas permukaan partikel tanah dalam hubungannya dengan diameter partikel, jumlah partikel dan berbagai ukuran partikel tanah
Partikel Tanah Diameter (dp,mm)
Partikel/g Luas permukaan (cm2/g)
Pasir sangat halus 2-1 112 15,4
Pasir kasar 1-0,5 895 30,8
Pasir sedang 0,5-0,25 7,1x103 61,6
Pasir halus 0,25-0,1 7,1x104 132
Pasir sangat halus 0,1-0,05 8,9x105 308
Debu 0,05-0,002 2x107 888
Liat mengembang <0,002 4x1011 8x106
Liat tidak mengembang <0,002 4x1011 4x105 (Winarso, 2005).
Tanah yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan dan mineral menghasilkan partikel-partikel tanah yang mempunyai ukuran yang beraneka ragam dari ukuran kasar seperti kerikil dan pasir sampai berukuran halus seperti partikel liat. Tekstur tanah merupakan perbandingan relatip dari tiga fraksi tanah, yaitu pasir, debu dan liat yang dinyatakan dalam persen (Hasibuan, 2008).
hampir sama dengan syarat mineralogi lempung. Tekstur tanah ditentukan di lapangan dengan cara melihat gejala konsistensi dan rasa perabaan menurut bagan alir dan di laboratorium dengan metode pipet atau metode hidrometer. Tekstur tanah menentukan tata air, tata udara, kemudahan pengolahan dan struktur tanah (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Tekstur dapat ditentukan di lapangan seperti disajikan pada tabel di bawah ini :
Tabel 2. Menentukan Kelas Tekstur di Lapangan
No Kelas Sifat Tanah
1 Pasir (S) Sangat kasar sekali, tidak membentuk gulungan, serta tidak melekat.
2 Pasir Berlempung (LS) Sangat kasar, membentuk bola yang mudah sekali hancur, serta agak melekat.
3 Lempung Berpasir (SL) Agak kasar, membentuk bola yang mudah sekali hancur, serta agak melekat.
4 Lempung (L) Rasa tidak kasar dan tidak licin, membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan mengkilat, dan melekat.
5 Lempung Berdebu (SiL) Licin, membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan mengkilat, serta agak melekat.
6 Debu (Si) Rasa licin sekali, membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan mengkilat, serta agak melekat.
7 Lempung Berliat (CL) Rasa agak kasar, membentuk bola agak teguh (lembab), membentuk gulungan tapi mudah hancur, serta agak melekat.
8 Lempung Liat Berpasir (SCL)
Rasa kasar agak jelas, membentuk bola agak teguh (lembab), membentuk gulungan tetapi mudah hancur, serta melekat.
9 Lempung Liat Berdebu (SiCL)
Rasa licin jelas, membentuk bola teguh, gulungan mengkilat, melekat.
10 Liat Berpasir (SC) Rasa licin agak kasar, membentuk bola dalam keadaan kering sukar dipilin, mudah digulung, serta melekat.
11 Liat Berdebu (SiC) Rasa agak licin, membentuk bola dalam keadaan kering sukar dipilin, mudah digulung, serta melekat.
atau berdasarkan data hasil analisis di laboratorium dengan menggunakan segitiga USDA
Bila tanah terlalu banyak menggandung pasir, tanah ini kurang baik untuk pertumbuhan tanaman. Tanah yang bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang kecil, sehingga sulit untuk menyerap atau menahan air dan unsur hara, sehingga pada musim kemarau mudah kekurangan air. Tanah yang banyak mengandung debu lebih kuat memegang air dibandingkan dengan tanah berpasir karena pori-porinya kecil. Daya meresapkan air perlahan-lahan sehingga air lama dipegang oleh tanah. Tanah yang bertekstur liat mempunyai luas permukaan yang besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara lebih tinggi. Tanah-tanah yang banyak mengandung liat dan bercampur dengan sejumlah debu menghasilkan tanah yang bertekstur halus (Foth, 1994).
Bahan Organik Tanah
Tanah terbentuk dari percampuran berbagai macam komponen penyusun apabila dinyatakan dalam persen (%) volume komposisi tanah ideal adalah terdiri dari mineral 45%, bahan organik 5%, udara 20-30%, dan air 20-30%. Walaupun komposisi bahan organik paling kecil dibanding bahan lainnya namun bahan organik memainkan banyak peranan penting dalam tanah baik secara fisik, kimia, maupun biologi tanah (Rosamarkam dan Yuwono, 2002).
yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia (Sutanto, 2002).
Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah menurun, kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga menurun. Menurunnya kadar bahan organik merupakan salah satu bentuk kerusakan tanah yang umum terjadi. Kerusakan tanah merupakan masalah penting bagi negara berkembang karena intensitasnya yang cenderung meningkat
sehingga tercipta tanah-tanah rusak yang jumlah maupun intensitasnya meningkat (Sutanto, 2005).
Kehilangan unsur hara dari daerah perakaran juga merupakan fenomena umum pada sistem pertanian dengan masukan rendah. Pemiskinan hara terjadi utamanya pada praktek pertanian di lahan yang miskin atau agak kurang subur tanpa dibarengi dengan pemberian masukan pupuk buatan maupun pupuk organik yang memadai. Termasuk dalam kelompok ini adalah kehilangan bahan organik yang lebih cepat dari penambahannya pada lapisan atas. Dengan demikian terjadi ketidakseimbangan masukan bahan organik dengan kehilangan yang terjadi melalui dekomposisi yang berdampak pada penurunan kadar bahan organik dalam tanah. Tanah-tanah yang sudah mengalami kerusakan akan sulit mendukung pertumbuhan tanaman. Sifat-sifat tanah yang sudah rusak memerlukan perbaikan
agar tanaman dapat tumbuh dan berproduksi kembali secara optimal (Sutanto, 2002)
tindakan yang baik, berwawasan lingkungan dan berfikir untuk kelestariannya. Pengaruh bahan organik dalam usaha pertanian ini menjadi sangat penting setelah banyak masyarakat lebih menghargai hasil-hasil pertanian ramah lingkungan (pertanian organik) atau sering dinyatakan kembali ke alam (Atmojo, 2003).
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai pada berbagai lahan pertanaman masyarakat dengan luasan berbeda, analisis tanah dilakukan di Laboratorium Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei 2013 sampai dengan Juni 2013.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta lokasi penelitian, sampel tanah yang diambil dari lokasi penelitian, dan bahan-bahan kimia untuk analisa di laboratorium.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS (Global Position System), Bor tanah untuk mengambil sampel tanah, kantong plastik 1 kg sebagai
wadah tanah, kertas label sebagai penanda sampel, spidol, dan kamera, serta alat-alat laboratorium untuk analisis tanah.
Metode Penelitian
Adapun metode yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Data diperoleh dari sampel petani sebanyak 50 petani ubi kayu di Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai. Sampel diperoleh secara acak dari para petani ubi kayu di Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai. 2. Analisis data regresi. Untuk mengetahui data produksi dibutuhkan kuesioner
dan C-Organik tanah dari pengamatan laboratorium. Adapun persamaan regresi adalah
Y = a + bx1 + bx2+ bx3+bx Keterangan:
4
Y = Analisis regresi a = Produksi ubi kayu bx1
bx
= Tekstur tanah dalam fraksi pasir 2
bx
= Tekstur tanah dalam fraksi debu 3
bx
Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan. Tahapan-tahapan yang dilaksanakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Persiapan Awal
Adapun kegiatan yang dilakukan adalah studi literatur, konsultasi dengan dosen pembimbing, penyusunan usulan penelitian, penyediaan lokasi penelitian. Penyediaan bahan peralatan yang digunakan di lapangan dan mengadakan survei pendahuluan untuk mempersiapkan survai utama yang meliputi pencarian informasi yang sesungguhnya untuk memperinci segala sesuatu yang berhubungan dengan administrasi data tersebut.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan dimulai dengan mengadakan survei pendahuluan untuk orientasi lapangan penelitian. Pengambilan contoh tanah pada setiap grid diambil beberapa titik secara zigzag lalu dikompositkan kemudian dijadikan satu sampel. Pemboran (boring) dilakukan pada daerah yang telah ditentukan dengan kedalaman 0-20 cm.
c. Analisis Tanah
Sampel tanah yang telah diambil dari daerah penelitian, selanjutnya di analisis di laboratorium utuk mengetahui tekstur tanah dan c-organik tanah. Hal ini di lakukan sebagai dasar untuk mengetahui tingkat penyebaran tekstur tanah dan c-organik tanah pada daerah penelitian tersebut.
1. Tekstur Tanah
Pengamatan tekstur tanah adalah dengan metode Hydrometer. Metode Hydrometer adalah metode yang memberikan persentase partikel pasir, debu dan liat, dan dari hasil persentase tersebut dapat ditetapkan nama kelas tekstur dengan bantuan segitiga USDA.
2. C-Organik Tanah
Pengamatan c-organik tanah adalah dengan metode Walkey-Black. Metode Walkey-Black adalah c-organik dihancurkan oleh oksidasi Kalium Kromat (K2CrO4) yang berlebih akibat penambahan asam Sulfat (H2SO4
d. Metode Analisis Data
), kelebihan Kromat yang tidak direduksi oleh c-organik tanah kemudian ditetapkan dengan jalan titrasi melalui fero.
Sampel tanah yang telah dianalisis di laboratorium, selanjutnya dilakukan perhitungan analisis dengan menggunakan program SPSS dengan metode Backward. Adapun perhitungan analisis, yaitu :
1. Fraksi pasir dengan produksi ubi kayu 2. Fraksi debu dengan produksi ubi kayu 3. Fraksi iat dengan produksi ubi kayu 4. C-Organik dengan produksi ubi kayu
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Gambaran Umum Daerah Studi
Kecamatan Pegajahan terletak di Kabupaten Serdang Bedagai memiliki luas lahan 95.530 km2
Wilayah Kecamatan Pegajahan mempunyai topografi yang bervariasi,
yakni kondisi landai, datar, bergelombang, curam dan terjal. Pada sebagian
wilayah utara (arah pesisir) memiliki kondisi kemiringan yang bervariatif
diantaranya landai dan datar. Sedangkan untuk sebagian wilayah Selatan memiliki
kemiringan lereng yang juga bervariatif yakni datar, bergelombang, curam dan
terjal.
yang terdiri dari 12 desa dan 1 kelurahan, yaitu Desa Tanjung Putus, Desa Suka Sari, Desa Pondok Tengah, Desa Senah, Desa Bingkat, Desa Pegajahan, Desa Petuaran Hilir, Desa Petuaran Hulu, Desa Lestari Dadi, Desa Bengabing, Desa Jati Mulyo, Desa Karang Anyar dan Kelurahan Melati Kebun.
Berdasarkan data BPS, produksi ubi kayu nasional pada tahun 2012 sekitar 23,71 juta Ton dengan sebaran di 33 propinsi cukup bervariasi, yaitu antara 12.000–4.992.000 Ton. Di provinsi Sumatera Utara dengan luas areal 39.467 Ha yang menghasilkan produksi 1.202.094 Ton. Di Kecamatan Pegajahan menghasilkan produksi 51.336 Ton atau 196,17% (BPS, 2012).
banyak adalah stek batang dan teknik budidaya yang paling sedikit adalah budding (menyambung).
Varietas yang paling banyak dipakai oleh petani Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai adalah varietas ubi malaysia dan varietas ubi lampung.
Pupuk yang dipakai oleh petani di Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai adalah pupuk kimia dan pupuk organik. Pupuk kimia yang dipakai oleh petani ubi kayu Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai adalah Urea, Phoska, KCl, SS, TSP, ZA, dan NPK. Pupuk organik yang dipakai oleh petani ubi kayu Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai adalah pupuk kandang kambing dan pupuk kandang sapi.
Pestisida yang dipakai oleh petani di Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai yaitu Bima Star, Rambo, Bima Star, Round Up dan Gramoxone.
Tekstur Tanah
Kriteria kelas tekstur tanah berdasarkan panduan evaluasi kesesuaian lahan. Dari hasil analisis tanah, maka daerah penelitian dapat digolongkan menjadi 5 golongan kelas tekstur tanah yaitu agak halus, halus, sedang, kasar dan agak kasar, dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Sebaran Banyak Sampel Kelas Tekstur Tanah
Dari Tabel 3. di atas dapat kita lihat bahwa terdapat kriteria kelas tekstur tanah halus dan agak halus terdapat lebih banyak sampel dibandingkan kriteria kelas tekstur tanah sedang, agak kasar, dan kasar. Kelas tekstur halus terdapat pada 17 petani atau 34 % dari 50 petani, kelas tekstur agak halus terdapat pada 17 petani atau 34 % dari 50 petani, kelas tekstur sedang terdapat pada 4 petani atau 8 % dari 50 petani, kelas tekstur agak kasar terdapat pada 10 petani atau 20 % dari 50 petani dan kelas tekstur kasar terdapat pada 2 petani atau hanya 4 % dari 50 petani.
Tekstur tanah dianalisis dengan menggunakan metode Hydrometer yang akan memberikan persentase partikel pasir, debu dan liat. Hasil analisis contoh tanah tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Kandungan persen pasir tertinggi dengan nilai 85,18 % dan terendah dengan nilai 15,32 %. Kandungan persen debu tertinggi dengan nilai 44,33 % dan terendah dengan nilai 1,39 %. Kandungan persen liat tertinggi dengan nilai 61,37 % dan terendah dengan nilai 9,33 %.
Tabel 4. Nilai Statistik Tekstur Tanah
Pasir Debu Liat
Rata-Rata 56,38 % 13,68 % 29,94 %
Standard Deviasi 77,06x10-4 62,80x10-4 65,73x10 Minimum
-2
15,32 % 1,39 % 9,33 %
Maximum 85,18 % 44,33 % 61,37 %
Regresi Antara Fraksi Pasir dengan Produksi Ubi Kayu
Hasil analisis ragam model regresi dapat diterima dengan tingkat signifikasi α ≤ 0,05 seperti terlihat pada tabel analisis ragam regresi fraksi pasir dengan produksi ubi kayu pada Lampiran 4.
tabel F dengan derajat bebas (db) Residual (sisa) yaitu 48 sebagai db penyebut dan db Regression (perlakuan) yaitu 1 sebagai db pembilang dengan taraf signifikan 0,05, sehingga diperoleh nilai F tabel yaitu 4,048. Karena F hitung (1,077) < F tabel (4,048) maka H0 diterima.
Dari tabel analisis ragam model regresi pada Lampiran 4 dapat dinyatakan bahwa model regresi dapat menjelaskan produksi ubi kayu hanya mampu diterangkan oleh fraksi pasir. Nilai R2 diperoleh dari hasil analisis ragam model regresi. Nilai R2
Dari tabel analisis ragam regresi koefisien fraksi pasir dengan produksi ubi kayu pada Lampiran 4 diperoleh nilai signifikannya > 0,05 menunjukkan bahwa kadar fraksi pasir pada tekstur tanah berpengaruh tidak nyata untuk meningkatkan
produksi ubi kayu. Dari analisis data statistik juga diperoleh persamaan regresi Y
yaitu 2,2% yang berarti nilai fraksi pasir berpengaruh tidak nyata sebesar 2,2% terhadap produksi ubi kayu.
Produksi
Regresi Antara Fraksi Debu dengan Produksi Ubi Kayu
= 1123,467 – 1,797FraksiPasir.
Hasil analisis ragam model regresi dapat diterima dengan tingkat signifikasi α ≤ 0,05 seperti terlihat pada tabel analisis ragam regresi fraksi debu dengan produksi ubi kayu pada Lampiran 5.
Dari tabel analisis ragam model regresi pada Lampiran 5 dapat dinyatakan bahwa model regresi dapat menjelaskan produksi ubi kayu hanya mampu diterangkan oleh fraksi debu. Nilai R2 diperoleh dari hasil analisis ragam model regresi. Nilai R2
Dari tabel analisis ragam regresi koefisien fraksi debu dengan produksi ubi kayu pada Lampiran 5 diperoleh nilai signifikannya > 0,05 menunjukkan bahwa kadar fraksi debu pada tekstur tanah berpengaruh tidak nyata untuk meningkatkan
produksi ubi kayu. Dari analisis data statistik juga diperoleh persamaan regresi Y
yaitu 0,3% yang berarti nilai fraksi debu tidak berpengaruh nyata sebesar 0,3% terhadap produksi ubi kayu.
Produksi
Regresi Antara Fraksi Liat dengan Produksi Ubi Kayu
= 1011,288 + 0,795FraksiDebu.
Hasil analisis ragam model regresi dapat diterima dengan tingkat signifikasi α ≤ 0,05 seperti terlihat pada tabel analisis ragam regresi fraksi liat dengan produksi ubi kayu pada lampiran 6.
Dari tabel analisis ragam regresi fraksi liat dengan produksi ubi kayu pada Lampiran 6 dapat dilihat nilai F tabel dapat diperoleh dengan menggunakan tabel F dengan derajat bebas (db) Residual (sisa) yaitu 48 sebagai db penyebut dan db Regression (perlakuan) yaitu 1 sebagai db pembilang dengan taraf signifikan 0,05, sehingga diperoleh nilai F tabel yaitu 4,048. Karena F hitung (0,734) < F tabel (4,048) maka H0 diterima.
regresi. Nilai R2
Dari tabel analisis ragam regresi koefisien fraksi liat dengan produksi ubi kayu pada Lampiran 6 diperoleh nilai signifikannya > 0,05 menunjukkan bahwa kadar fraksi liat pada tekstur tanah berpengaruh tidak nyata untuk meningkatkan
produksi ubi kayu. Dari analisis data statistik juga diperoleh persamaan regresi Y
yaitu 1,5% yang berarti nilai fraksi liat tidak berpengaruh yata sebesar 1,5% terhadap produksi ubi kayu.
C-Organik
Dari hasil analisis contoh tanah yang dapat kita lihat pada Tabel 5 maka daerah penelitian dapat digolongkan menjadi 2 golongan status c-organik yaitu rendah dan sangat rendah, berdasarkan kriteria dari Balai Penelitian Tanah 2005. Tabel 5. Sebaran Banyak Sampel Status C-Organik Tanah
Status C-Organik Banyak Sampel (Petani) Banyak Sampel (%)
Sangat Rendah 32 64
Rendah 18 36
Total 50 100
Dari Tabel 5. di atas dapat kita lihat bahwa kriteria status c-organik sangat rendah terdapat dalam jumlah sampel yang lebih besar dibandingkan kriteria status c-organik rendah. Status c-organik sangat rendah terdapat dalam jumlah sampel 32 petani atau 64 % dari 50 petani, dan status c-organik rendah memiliki banyak sampel 18 petani atau 36 % dari 50 petani.
Berdasarkan hasil analisis contoh tanah maka kandungan c-organik yang tertinggi dengan nilai 1,98% dan kandungan c-organik terendah sebesar 0,10%. Tabel 6. Nilai Statistik C-Organik Tanah
C-Organik
Rata-rata 0,96 %
Standard Deviasi 19,28x10
Minimum
-4
0,10 %
Maximum 1,98 %
Regresi Antara C-Organik dengan Produksi Ubi Kayu
Hasil analisis varian model regresi dapat diterima dengan tingkat signifikasi α ≤ 0,05 seperti terlihat pada tabel analisis ragam regresi c-organik dengan produksi ubi kayu pada Lampiran 7.
F dengan derajat bebas (db) Residual (sisa) yaitu 48 sebagai db penyebut dan db Regression (perlakuan) yaitu 1 sebagai db pembilang dengan taraf signifikan 0,05, sehingga diperoleh nilai F tabel yaitu 4,048. Karena F hitung (3,407) < F tabel (4,048) maka H0 diterima.
Dari tabel analisis ragam model regresi pada Lampiran 7 dapat dinyatakan bahwa model regresi dapat menjelaskan produksi ubi kayu hanya mampu diterangkan oleh c-organik. Nilai R2 diperoleh dari hasil analisis ragam model regresi. Nilai R2
Dari tabel analisis ragam regresi koefisien c-organik dengan produksi ubi kayu pada Lampiran 7 diperoleh nilai signifikannya > 0,05 menunjukkan bahwa kadar c-organik berpengaruh tidak nyata untuk meningkatkan produksi ubi kayu.
Dari analisis data statistik juga diperoleh persamaan regresi Y
yaitu 6,6% yang berarti nilai c-organik tidak berpengaruh nyata sebesar 6,6% terhadap produksi ubi kayu.
Pengaruh Tekstur dan Bahan Organik terhadap Produksi Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz)
Pada tekstur tanah yang mempengaruhi produksi ubi kayu adalah fraksi liat. Pada fraksi liat mempunyai partikel < 0,002 mm dan bersifat licin dan lekat. Ukuran partikel tanah makin kecil (liat) maka partikel-partikel tanah tersebut akan berikatan lebih kuat dibandingkan dengan yang berukuran besar (pasir). Partikel tanah yang makin kecil mempunyai luas permukaan lebih luas/besar dibandingkan dengan yang besar dalam satuan berat yang sama sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara lebih tinggi.
Dengan adanya penambahan bahan organik ke dalam tanah akan memperbaiki sifat-sifat tanah, salah satu sifat fisik tanah tersebut adalah struktur tanah. Penambahan bahan organik dalam tanah akan memperbaiki struktur tanah. Bahan organik yang berasal dari sisa tanaman mengandung bermacam-macam unsur hara yang dapat dimanfaatkan kembali oleh tanaman setelah mengalami dekomposisi dan mineralisasi.
Makin halus tekstur tanah (liat) makin tinggi kadar air kapasitas lapang maupun kadar air titik layu permanen. Selanjutnya kadar air tersedia (selisih antara kadar air kapasitas lapang dan titik layu permanen) terbanyak pada tekstur lempung berdebu. Hal ini disebabkan air yang ada dalam tekstur sangat halus (liat) tidak semuanya dapat diambil tanaman.
permanen. Dan semakin rendah bahan organik diberikan ke dalam tanah maka semakin rendah kadar air kapasitas lapang maupun kadar air titik layu permanen.
Regresi antara %Pasir, %Debu, %Liat, dan %C-Organik Terhadap Produksi Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.)
Hasil analisis varian model regresi dapat diterima dengan tingkat signifikasi α ≤ 0,05 seperti terlihat pada tabel analisis ragam regresi %c-organik dengan produksi ubi kayu pada Lampiran 8.
Dari tabel analisis ragam regresi tekstur tanah (fraksi pasir, debu dan liat) dengan produksi ubi kayu pada Lampiran 8 dapat dilihat nilai F tabel dapat diperoleh dengan menggunakan tabel F dengan derajat bebas (db) Residual (sisa) yaitu 48 sebagai db penyebut dan db Regression (perlakuan) yaitu 3 sebagai db pembilang dengan taraf signifikan 0,05, sehingga diperoleh nilai F tabel yaitu 4,048. Karena F hitung (2,476) < F tabel (2,84) maka H0 diterima.
Dari tabel analisis ragam model regresi pada Lampiran 8 dapat dinyatakan bahwa model regresi dapat menjelaskan produksi ubi kayu hanya mampu diterangkan oleh fraksi liat dan c-organik. Nilai R2 diperoleh dari hasil analisis ragam model regresi. Nilai R2
Dari tabel analisis ragam regresi pada Lampiran 8 koefisien c-organik diperoleh nilai signifikan sebesar 0,021 yang berarti bila nilai signifikannya < 0,05 menunjukkan bahwa kadar c-organik berpengaruh nyata untuk meningkatkan produksi ubi kayu. Sedangkan pada fraksi liat diperoleh nilai signifikan sebesar 0,093 menunjukkan bahwa fraksi liat berpengaruh tidak nyata
untuk meningkatkan produksi ubi kayu. Dari analisis data statistik juga diperoleh persamaan regresi :
YProduksi
Pembahasan
= 1078,392 + 3,591FraksiLiat – 170,121C-Organik.
Berdasarkan kriteria Panduan Evaluasi Kesesuaian Lahan 2007 maka kelas tekstur tanah pada Tabel 3 digolongkan menjadi 5 golongan yaitu kelas halus (17 Petani), agak halus (17 Petani), sedang (4 Petani), agak kasar (10 Petani) dan kasar (2 Petani). Kelas tekstur halus dan agak halus lebih dominan atau memiliki sampel lebih banyak daripada kelas tekstur, sedang, agak kasar dan kasar. Berarti tanah pada lokasi penelitian didominasi pori-pori berukuran kecil sehingga partikel-partikel tanah tersebut akan berikatan lebih kuat dibandingkan dengan yang berukuran pasir. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutanto (2005) bahwa partikel lebih kecil mempunyai luas permukaan lebih luas/besar dibandingkan dengan yang besar dalam satuan berat yang sama. Dalam berat yang sama liat dapat mengembang mempunyai sekitar 10 ribu kali luas permukaan partikel debu dan 100 kali dibandingkan dengan pasir.
atau agak kurang subur tanpa dibarengi dengan pemberian masukan pupuk buatan maupun pupuk organik yang memadai.
Dari hasil analisis regresi antara fraksi pasir terhadap produksi ubi kayu diperoleh hasil bahwa fraksi pasir berpengaruh tidak nyata terhadap produksi ubi kayu. Hal ini sesuai dengan literatur Foth (1994) bahwa bila tanah terlalu banyak menggandung pasir, tanah ini kurang baik untuk pertumbuhan tanaman karena tanah yang bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang kecil, sehingga sulit untuk menyerap atau menahan air dan unsur hara, sehingga pada musim kemarau mudah kekurangan air.
Dari hasil analisis regresi antara fraksi debu terhadap produksi ubi kayu diperoleh hasil bahwa fraksi debu berpengaruh tidak nyata terhadap produksi ubi kayu. Hal ini sesuai dengan literatur Foth (1994) bahwa tanah yang banyak mengandung debu lebih kuat memegang air dibandingkan dengan tanah berpasir karena memiliki pori-pori kecildan memiliki daya resap air perlahan-lahan sehingga air lama dipegang oleh tanah.
Dari hasil analisis regresi antara fraksi liat terhadap produksi ubi kayu diperoleh hasil bahwa %liat berpengaruh tidak nyata terhadap produksi ubi kayu. Hal ini sesuai dengan literatur Foth (1994) bahwa tanah yang bertekstur liat mempunyai luas permukaan yang besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara yang lebih tinggi dan tanah ysng mengandung liat an bercampur debu dan pasir maka menhasilkan tanah yang bertekstur lempung.
praktek pertanian di lahan yang miskin atau agak kurang subur tanpa dibarengi dengan pemberian masukan pupuk buatan maupun pupuk organik yang memadai. Dengan demikian terjadi ketidakseimbangan masukan bahan organik dengan kehilangan yang terjadi melalui dekomposisi yang berdampak pada penurunan kadar bahan organik dalam tanah.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Fraksi pasir, debu dan liat berpengaruh tidak nyata terhadap produksi ubi kayu.
2. C-Organik berpengaruh nyata terhadap produksi ubi kayu.
3. Kadar c-organik Kecamatan Pegajahan berada pada kondisi melebihi batas optimal untuk produksi ubi kayu.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Atmojo, S. W. 2003. Peranan C-Organik Terhadap Kesuburan Tanah dan Upaya Pengelolaannya. USM-Press. Surakarta.
Baskoro, D. P. T. 2010. Pengaruh pemberian bahan humat dan kompos sisa tanaman terhadap sifat fisik tanah dan produksi ubi kayu. Tanah Lingkungan., 12 (1):9-14
Damanik, M. M. B., B. E. Hasibuan., H. Hanum., Fauzi, dan Syarifuddin. 2010. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. Universitas Sumatera Utara Press. Medan.
Foth, H. D. 1994. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Terjemahan E. D Purbayanti., D. R Lukiwati., R. Trimulatsih. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Hakim. N., Nyakpa. Y. M., A.M. Lubis., Nugroho., M.R. Saul., M.A. Diha., G.B. Hong., dan H.H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung Press. Bandar Lampung.
Hasibuan, B. E. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. USU Press. Medan Hardjowigeno, S., 2007. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta.
Madjid, A. 2007. C-Organik Tanah. Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya. Palembang.
Rayes, L. M. 2007. Metode Inventaris Sumber Daya Lahan. ANDI, Yogyakarta. Ritung, S., Wahyunto, F. Agus., dan H. Hidayat. 2007. Evaluasi Kesesuaian
Lahan. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre. Bogor.
Rukmana R. 1997. Ubi Kayu: Budidaya dan Pasca Panen. Yogyakarta: Kanisius. Rosmarkam, A., dan Yuwono, N. W. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.
Suharno et al., 1999. Suharno. Djasmin. Rubiyo. Dasiran. 1999. Budi Daya Ubi
Kayu. Kendari: Badan Peneliti dan Pengembangan Pertanian.
Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik Permasyarakatan dan Pengembangannya. Kanisius, Yogyakarta
. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Kanisius. Yogyakarta.
Syarief, E. S. 1989. Fisika Kimia Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung.
Wargiono, J. 1979. Ubi kayu dan Cara Bercocok Tanam. Buletin Teknik No.4. 36p. Bogor: Lembaga Pusat Penelitian Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Analisis Tanah BPTP
No Label
TEKSTUR TEKSTUR SEGITIGA
USDA
KELAS TEKSTUR
C-ORGANIK KELAS C-ORGANIK % PASIR % DEBU %LIAT
9 65.46 17.27 17.27 Lempung Berpasir Agak Kasar/Sedang 0.61 Sangat Rendah
10 85.18 5.42 9.40 Pasir Berlempung Sedang/Kasar 0.41 Sangat Rendah
18 77.29 5.41 17.30 Lempung Berpasir Agak Kasar/Sedang 0.53 Sangat Rendah
19 65.48 5.39 29.13 Lempung Liat Berpasir Agak Halus 0.63 Sangat Rendah
20 65.49 5.39 29.12 Lempung Liat Berpasir Agak Halus 0.66 Sangat Rendah
21 54.09 9.24 36.67 Liat Berpasir Halus 1.75 Rendah
23 69.40 5.40 25.20 Lempung Liat Berpasir Agak Halus 0.59 Sangat Rendah
24 73.49 1.42 25.09 Lempung Liat Berpasir Agak Halus 0.81 Sangat Rendah
25 57.84 5.35 36.81 Liat Berpasir Halus 0.97 Sangat Rendah
26 73.42 13.29 13.29 Pasir Berlempung Sedang/Kasar 0.69 Sangat Rendah
27 34.45 40.62 24.93 Lempung Sedang 1.14 Rendah
28 38.21 40.72 21.07 Lempung Sedang 1.00 Rendah
29 15.32 36.49 48.19 Liat Halus/Sangat Halus 1.44 Rendah
30 19.28 44.26 36.46 Lempung Berliat Agak Halus 1.48 Rendah
31 61.74 1.42 36.84 Liat Berpasir Halus 0.93 Sangat Rendah
32 58.12 1.39 40.49 Liat Berpasir Halus 1.30 Rendah
33 29.17 9.46 61.37 Liat Halus/Sangat Halus 0.10 Sangat Rendah
34 65.36 21.29 13.35 Lempung Berpasir Agak Kasar/Sedang 0.47 Sangat Rendah
35 42.41 5.31 52.28 Liat Berpasir Halus 1.24 Rendah
36 46.74 5.25 48.01 Liat Berpasir Halus 1.64 Rendah
37 38.61 13.11 48.28 Liat Halus/Sangat Halus 1.34 Rendah
38 50.57 9.15 40.28 Liat Berpasir Halus 1.58 Rendah
39 62.77 7.87 29.36 Lempung Liat Berpasir Agak Halus 0.81 Sangat Rendah
40 33.82 44.33 21.85 Lempung Sedang 0.31 Sangat Rendah
41 45.91 30.99 23.10 Lempung Sedang 0.84 Sangat Rendah
42 69.68 15.16 15.16 Lempung Berpasir Agak Kasar/Sedang 1.02 Rendah
43 53.95 28.92 17.13 Lempung Berpasir Agak Kasar/Sedang 1.02 Rendah
44 69.58 15.12 15.12 Lempung Berpasir Agak Kasar/Sedang 0.87 Sangat Rendah
45 65.64 21.12 13.24 Lempung Berpasir Agak Kasar/Sedang 0.87 Sangat Rendah
46 26.72 36.64 36.64 Lempung Berliat Agak Halus 1.22 Rendah
47 65.49 19.23 15.28 Lempung Berpasir Agak Kasar/Sedang 0.65 Sangat Rendah
48 65.55 25.12 9.33 Lempung Berpasir Agak Kasar/Sedang 0.74 Sangat Rendah
49 54.10 24.91 20.99 Lempung Liat Berpasir Agak Halus 1.18 Rendah
Lampiran 2. Kriteria Sifat Tanah
Sifat Tanah Satuan Sangat Rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat
Tinggi
Lampiran 3. Tabel Nilai F Nilai Signifikansi 5%
F
Derajat bebas pembilang, df2
Lampiran 4. Regresi Antara Fraksi Pasir terhadap Produksi Ubi Kayu
Residual 1674377.019 48 34882.855
Total 1711960.720 49
2 Regression .000 0 .000 . .b
Residual 1711960.720 49 34937.974
Total 1711960.720 49
a. Predictors: (Constant), Pasir
b. Predictor: (constant)
c. Dependent Variable: Produksi Ubi Kayu
Model Summary
a. Predictors: (Constant), Pasir
b. Predictor: (constant)
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
Lampiran 5. Regresi Antara Fraksi Debu terhadap Produksi Ubi Kayu
Residual 1707078.130 48 35564.128
Total 1711960.720 49
2 Regression .000 0 .000 . .b
Residual 1711960.720 49 34937.974
Total 1711960.720 49
a. Predictors: (Constant), Debu
b. Predictor: (constant)
c. Dependent Variable: Produksi Ubi Kayu
Model Summary
a. Predictors: (Constant), Debu
b. Predictor: (constant)
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
Lampiran 6. Regresi Antara Fraksi Liat terhadap Produksi Ubi Kayu
Residual 1686180.744 48 35128.765
Total 1711960.720 49
2 Regression .000 0 .000 . .b
Residual 1711960.720 49 34937.974
Total 1711960.720 49
a. Predictors: (Constant), Liat
b. Predictor: (constant)
c. Dependent Variable: Produksi Ubi Kayu
Model Summary
a. Predictors: (Constant), Liat
b. Predictor: (constant)
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
Lampiran 7. Regresi Antara C-Organik Terhadap Produksi Ubi Kayu
ANOVAb
Model Sum of
Squares
Df Mean Square F Sig.
1 Regression 113473.325 1 113473.325 3.407 .071a
Residual 1598487.395 48 33301.821
Total 1711960.720 49
a. Predictors: (Constant), C-Organik
b. Dependent Variable: Produksi Ubi Kayu
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .257a .066 .047 182.487865
a. Predictors: (Constant), C-Organik
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 1142.273 70.001 16.318 .000
BahanOrganik -124.806 67.612 -.257 -1.846 .071
Lampiran 8. Regresi Antara Fraksi Pasir, Debu, Liat, dan C-Organik terhadap
Residual 1473923.393 46 32041.813
Total 1711960.720 49
2 Regression 207737.299 2 103868.650 3.245 .048b
Residual 1504223.421 47 32004.754
Total 1711960.720 49
a. Predictors: (Constant), Debu, C-Organik, Liat
b. Predictors: (Constant), C-Organik, Liat
c. Dependent Variable: Produksi Ubi Kayu
Model Summary
a. Predictors: (Constant), Debu, C-Organik, Liat
b. Predictors: (Constant), C-Organik, Liat
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
34 Ibu Rina Petuaran 40 Bapak Adi Petuaran