• Tidak ada hasil yang ditemukan

Stabilitas Dimensi Hasil Cetakan Dari Bahan Cetak Alginat Setelah Direndam Ke Dalam Air Ozon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Stabilitas Dimensi Hasil Cetakan Dari Bahan Cetak Alginat Setelah Direndam Ke Dalam Air Ozon"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

STABILITAS DIMENSI HASIL CETAKAN DARI BAHAN CETAK

ALGINAT SETELAH DIRENDAM KE DALAM AIR OZON

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

Syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

Suci Frida Yanthi

NIM : 070600001

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Material dan Teknologi

Kedokteran Gigi

Tahun 2011

Suci Frida Yanthi

STABILITAS DIMENSI HASIL CETAKAN DARI BAHAN CETAK ALGINAT

SETELAH DIRENDAM KE DALAM AIR OZON

Xi + 32 halaman

Selama tindakan, dokter gigi dan teknisi laboratorium dental dapat berkontak dengan

mikroorganisme yang terdapat pada darah, saliva, dan rongga mulut pasien. Selama proses

pengambilan cetakan, membran mukosa dan gingiva pasien dapat rusak, yang menyebabkan

saliva, darah, bakteri dan virus dapat melekat pada bahan cetak dan model hasil cetakan. Hal

ini akan dapat menyebakan terjadinya infeksi silang dari pasien ke operator. Salah satu cara

untuk menghindari hal ini adalah dengan mendesinfeksi hasil cetakan sebelum pengisian.

Salah satu desinfektan yang dapat digunakan adalah larutan air ozon, yang efektif membunuh

mikrobial dalam 3 menit. Namun belum dijumpai literatur mengenai pengaruh perendaman

larutan air ozon terhadap stabilitas dimensi bahan cetak alginat. Oleh karena itu, penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui perubahan dimensi bahan cetak alginat setelah direndam dalam

larutan air ozon yang diukur dari pengisian hasil cetakan.

Penelitian ini memakai bahan cetak ireversibel hidrokoloid alginat yang dicetakkan

(3)

direndam kedalam larutan ozon selama 1, 3, 5, 7, dan 9 menit untuk kelomkpok perlakuan.

Setiap masing-masing kelompok control dan perlakuan dibuat 10 sampel. Perubahan dimensi

diamati melalui pengukuran die hasil pengisian cetakan. Analisa data dilakukan dengan

ANOVA satu arah (p≤0,05).

Pada penelitian ini didapatkan rata-rata perubahan dimensi hasil cetakan alginat, yaitu

10,534 ± 0,05103 mm pada perendaman selama 0 menit (kelompok kontrol), 10,539 ±

0,05109 mm (0,004%) pada perendaman selama 1 menit, 10,571 ± 0,05195 mm (0,03%)

pada perendaman selama 3 menit, 10,602 ± 0,069090 mm (0,06%) pada perendaman selama

5 menit, 10,665 ± 0,08290 mm (0,12%) pada perendaman selama 7 menit, dan 10,734 ±

0,09536 mm (0,18%) pada perendaman selama 9 menit.

Stabilitas dimensi die hasil pengisian cetakan tidak mengalami perubahan yang

signifikan antara kontrol dan perendaman hasil cetakan 1, 3, dan 5 menit (p>0,05).

Sedangkan pada perendaman hasil cetakan 7 menit dan 9 menit mengalami perubahan

dimensi die hasil pengisian cetakan yang signifikan (p<0,05) dimana jarak antara puncak die

ke alas die semakin besar. Hal ini menunjukkan bahwa setelah perendaman hasil cetakan

alginat ke dalam larutan desinfektan air ozon selama 7 dan 9 menit akan terjadi perubahan

stabilitas dimensi bahan cetak.

Dari hasil pengamatan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa perendaman hasil

cetakan alginat dalam larutan desinfektan air ozon selama 1, 3, dan 5 menit tidak

mempengaruhi stabilitas dimensi bahan cetak tersebut, kecuali pada perendaman 7 dan 9

menit. Penggunaan air ozon sebagai desinfektan efektif jika perendaman dilakukan selama 3

menit, maka dapat ditegaskan bahwa desinfeksi dengan larutan ozon tidak menyebabkan

perubahan dimensi bahan cetak alginat.

(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 20 April 2011

Pembimbing : Tanda tangan

1. Rusfian, drg., M.Kes ………

NIP : 195209201982011001

2. Astrid Yudhit, drg., M.Si ………

(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji

pada tanggal 20 April 2011

TIM PENGUJI

KETUA : Lasminda Syafiar, drg., M.Kes

ANGGOTA : 1. Sumadhi S, drg., Ph D

2. Rusfian, drg., Mkes

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat

dan karunia-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapat pengarahan serta

bimbingan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat disusun dengan baik, untuk itu

dengan kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., Ph.D., C.Ort., Sp. Ort. Selaku Dekan Fakultas Kedokteran gigi

Universitas Sumatera Utara.

2. Lasminda Syafiar, drg., M.Kes selaku Ketua Departemen Ilmu Material dan Teknologi

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Rusfian, drg., M.Kes dan Astrid Yudhit, drg., M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, membantu dan memberikan arahan kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh staf di Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan masukan yang berharga

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Yati Roesnawi, drg selaku dosen wali yang selalu membimbing penulis selama penulis

(7)

6. Bapak dan Ibu tercinta, Firdaus dan Syafni, berkat kasih sayang dan doa yang tiada

putus-putusnya selama ini sehingga menghantarkan penulis ke jenjang sarjana. Semoga gelar

sarjana Kedokteran Gigi yang penulis peroleh bisa membahagiakan Bapak dan Ibu.

7. Adik penulis, Ade Septiawan yang telah memberikan dorongan, perhatian dan dukungan

penulis.

8. Sahabat-sahabat penulis Eska, Sulastri, Winny, Lola, Dewi, Siwi, Sarinah, Maya, Mey,

Shani, Riri dan Ika atas dorongan dan motivasi yang telah diberikan. Serta semua teman-

teman angkatan 2007 serta seluruh pegawai Departemen Ilmu Material dan Teknologi Gigi,

pegawai perpustakaan, pegawai ruang baca dan seluruh pihak yang membantu penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki kekurangan, oleh karena itu penulis

mengharapkan segala kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini

dapat memberikan manfaat bagi perkembangan Ilmu Kedokteran Gigi.

Medan, 20 April 2011

Penulis

(SUCI FRIDA YANTHI)

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ………. i

HALAMAN PERSETUJUAN ………... ii

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ……….. iii

KATA PENGANTAR ………... iv

DAFTAR ISI ………. vi

DAFTAR TABEL ………. ix

DAFTAR GAMBAR ………. x

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………. 1

1.2 Perumusan Masalah ………. 3

1.3 Tujuan Penelitian ………. 3

1.4 Manfaat Penelitian ………... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Cetak Alginat ………... 4

2.2 Gyps Stone ………... 5

2.3 Stabilitas Dimensi Hasil Cetakan dari Bahan Cetak ……… 6

2.4 Bahan Desinfekatan ………..………... 7

2.5 Air Ozon Sebagai Bahan Desinfektan ………. 8

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ……… 11

(9)

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian ………. 12

4.2 Desain Penelitian……….. 12

4.3 Tempat Penelitian ……… 12

4.4 Objek, Sampel dan Besar Sampel 4.4.1 Objek ……… 12

4.4.2 Sampel……… 12

4.4.3 Besar Sampel ………. 12

4.5 Variabel Penelitian 4.5.1 Variabel Bebas………... 13

4.5.2 Variabel Tergantung ……….. 13

4.5.3 Variabel Terkendali……… 13

4.5.4 Variabel Tidak Terkendali ………. 13

4.6 Alat dan Bahan Penelitian 4.6.1 Alat Penelitian……… 13

4.6.2 Bahan Penelitian ……… 14

4.7 Definisi Operasional……… 16

4.8 Prosedur Penelitian 4.8.1 Pembuatan Desinfektan Air Ozon ………. 15

4.8.2 Pembuatan Sampel………. 16

4.8.3 Perendaman Sampel ……… 16

4.8.4 Pengisian Gyps Stone ……… 17

4.8.5 Pengukuran Die ………. 17

4.9 Analisis Data ……… 17

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Penelitian ……… 18

5.2 Analisis Hasil Penelitian ……….. 18

(10)

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan ………..……… 25

7.2 Saran ………. 25

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jenis-jenis produk gypsum……… 6

2. Hasil pengukuran jarak puncak die ke alas die ………... 18

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kontruksi generator air ozon……… 9

2. Pembentukan ozon (O3) ………. 9

3. Alat penelitian ……….…………..………….. 14

4. Bahan penelitian ……….. 15

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Alur Penelitian ………. 28

2. Data hasil pengukuran dari puncak die ke alas die ……….. 29

(14)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Material dan Teknologi

Kedokteran Gigi

Tahun 2011

Suci Frida Yanthi

STABILITAS DIMENSI HASIL CETAKAN DARI BAHAN CETAK ALGINAT

SETELAH DIRENDAM KE DALAM AIR OZON

Xi + 32 halaman

Selama tindakan, dokter gigi dan teknisi laboratorium dental dapat berkontak dengan

mikroorganisme yang terdapat pada darah, saliva, dan rongga mulut pasien. Selama proses

pengambilan cetakan, membran mukosa dan gingiva pasien dapat rusak, yang menyebabkan

saliva, darah, bakteri dan virus dapat melekat pada bahan cetak dan model hasil cetakan. Hal

ini akan dapat menyebakan terjadinya infeksi silang dari pasien ke operator. Salah satu cara

untuk menghindari hal ini adalah dengan mendesinfeksi hasil cetakan sebelum pengisian.

Salah satu desinfektan yang dapat digunakan adalah larutan air ozon, yang efektif membunuh

mikrobial dalam 3 menit. Namun belum dijumpai literatur mengenai pengaruh perendaman

larutan air ozon terhadap stabilitas dimensi bahan cetak alginat. Oleh karena itu, penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui perubahan dimensi bahan cetak alginat setelah direndam dalam

larutan air ozon yang diukur dari pengisian hasil cetakan.

Penelitian ini memakai bahan cetak ireversibel hidrokoloid alginat yang dicetakkan

(15)

direndam kedalam larutan ozon selama 1, 3, 5, 7, dan 9 menit untuk kelomkpok perlakuan.

Setiap masing-masing kelompok control dan perlakuan dibuat 10 sampel. Perubahan dimensi

diamati melalui pengukuran die hasil pengisian cetakan. Analisa data dilakukan dengan

ANOVA satu arah (p≤0,05).

Pada penelitian ini didapatkan rata-rata perubahan dimensi hasil cetakan alginat, yaitu

10,534 ± 0,05103 mm pada perendaman selama 0 menit (kelompok kontrol), 10,539 ±

0,05109 mm (0,004%) pada perendaman selama 1 menit, 10,571 ± 0,05195 mm (0,03%)

pada perendaman selama 3 menit, 10,602 ± 0,069090 mm (0,06%) pada perendaman selama

5 menit, 10,665 ± 0,08290 mm (0,12%) pada perendaman selama 7 menit, dan 10,734 ±

0,09536 mm (0,18%) pada perendaman selama 9 menit.

Stabilitas dimensi die hasil pengisian cetakan tidak mengalami perubahan yang

signifikan antara kontrol dan perendaman hasil cetakan 1, 3, dan 5 menit (p>0,05).

Sedangkan pada perendaman hasil cetakan 7 menit dan 9 menit mengalami perubahan

dimensi die hasil pengisian cetakan yang signifikan (p<0,05) dimana jarak antara puncak die

ke alas die semakin besar. Hal ini menunjukkan bahwa setelah perendaman hasil cetakan

alginat ke dalam larutan desinfektan air ozon selama 7 dan 9 menit akan terjadi perubahan

stabilitas dimensi bahan cetak.

Dari hasil pengamatan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa perendaman hasil

cetakan alginat dalam larutan desinfektan air ozon selama 1, 3, dan 5 menit tidak

mempengaruhi stabilitas dimensi bahan cetak tersebut, kecuali pada perendaman 7 dan 9

menit. Penggunaan air ozon sebagai desinfektan efektif jika perendaman dilakukan selama 3

menit, maka dapat ditegaskan bahwa desinfeksi dengan larutan ozon tidak menyebabkan

perubahan dimensi bahan cetak alginat.

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Selama tindakan, dokter gigi dan teknisi laboratorium dental dapat berkontak dengan

mikroorganisme yang terdapat pada darah, saliva, dan rongga mulut pasien. Selama proses

pengambilan cetakan, membran mukosa dan gingiva pasien dapat rusak, yang menyebabkan

saliva, darah, bakteri dan virus dapat dengan mudah melekat pada bahan cetak. Sehingga

mikroorganisme dapat ikut melekat pada model cetakan.1

Leung dan Schonfeld (1983) melakukan penelitian dan mendapatkan adanya

mikroorganisme pada cetakan yang berpindah ke model gips sehingga teknisi laboratorium

dental terkontaminasi. Oleh karena itu, penggunaan desinfeksi bahan cetak merupakan

prosedur pokok dalam praktik dokter gigi sehari-hari. Salah satu cara yang sering dilakukan

ialah pencucian hasil cetakan dengan air dilanjutkan dengan merendam hasil cetakan kedalam

cairan desinfektan. Hal ini dilakukan untuk mencegah perpindahan penyakit infeksi dari

pasien. 2

Hiraguchi, dkk (2005) menyatakan bahwa metode desinfeksi dan jenis bahan cetak

alginat yang digunakan memiliki efek yang berbeda terhadap kekasaran permukaan, detail

yang didapat, stabilitas dimensi, dan deformasi model hasil cetakan.3 Panza, dkk (2006)

dalam penelitiannya menyatakan bahwa perendaman alginat dalam larutan desinfektan

sodium hipoklorida selama 10 menit tidak mempengaruhi stabilitas dimensi bahan cetak

tersebut, tetapi terjadi perubahan dimensi bahan cetak tersebut setelah perendaman 15 menit.4

Namun Siswomiharjo W (1994) menyatakan adanya perubahan dimensi hasil cetakan bahan

(17)

Seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, perkembangan alat dan bahan

kedokteran gigi terus diteliti oleh para ilmuwan. Salah satunya pemanfaatan ozon dalam

bidang kedokteran gigi. Pionir penggunaan terapi ozon dalam bidang kedokteran gigi ialah A.

Fisch pada tahun 1933. Beliau merupakan seorang dokter gigi di Zurich yang menggunakan

terapi ozon dalam perawatan infeksi kavitas dan infeksi periodontal kronis. Aplikasi terapi

ozon seperti dalam bentuk air ozon dapat digunakan sebagai desinfektan (bahan antimikrobial

perawatan gingivitis dan periodontitis, desinfeksi dental unit, bahan irigasi saluran akar,

bahan membersihkan gigi tiruan, dan sebagainya), mengontrol pendarahan, membersihkan

luka pada tulang maupun jaringan lunak, meningkatkan suplai oksigen lokal ke area luka

sehingga dapat meningkatkan proses penyembuhan.6

Nagayoshi, dkk (2004) menyatakan ozon sebagai agen antimikrobial kuat melawan

bakteri, jamur, dan virus. Hasil penelitian mereka membuktikan air ozon (0.5-4 mg/l) efektif

dalam membunuh mikroorganisme oral positif dan gram negatif, dimana bakteri

gram-negatif seperti P. endodontalis dan P. gingivalis lebih sensitif terhadap air ozon daripada

gram-positif seperti streptococci dan C. albicans.7 Ibrahim dan Abdullah (2008) menyatakan

air ozon 0.1 ppm dapat menurunkan jumlah koloni bakteri tapi tidak mengeleminasi E.

faecalis secara total walaupun setelah 60 menit perendaman.8 Sedangkan Cardoso dkk (2008) menyatakan penggunaan air ozon sebagai bahan irigasi secara signifikan dapat menurunkan

jumlah C.albicans dan E. faecalis dalam saluran akar gigi manusia.9 Sylvani (2002) dalam

penelitiannya tentang air ozon membuktikan efektifitas air ozon sebagai antimikrobial,

dimana didapatkannya perendaman cetakan alginat dalam air ozon selama 3 menit efektif

dalam mengurangi pertumbuhan bakteri. 10

Sejauh ini belum ada penelitian yang meneliti stabilitas dimensi hasil cetakan setelah

(18)

meneliti stabilitas dimensi hasil cetakan dari bahan alginat setelah direndam ke dalam air

ozon.

1.2 Perumusan Masalah

Apakah ada perubahan dimensi hasil cetakan antara cetakan alginat yang direndam

dalam larutan desinfektan air ozon dengan cetakan alginat tanpa perendaman.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk melihat ada atau tidaknya perubahan dimensi hasil

cetakan antar cetakan alginat yang direndam dalam air ozon selama 1, 3, 5, 7 dan 9 menit dan

dengan tanpa perendaman.

1.4 Manfaat penelitian

Manfaat penelitian ini bagi praktisi agar praktisi dapat mengetahui ada tidaknya

perubahan dimensi hasil cetakan yang diisi gips stone setelah hasil cetakan direndam dalam

air ozon. Sedangkan manfaat penelitian ini bagi ilmu material dan teknologi kedokteran gigi

agar penelitian ini dapat menjadi referensi untuk perkembangan ilmu material dan teknologi

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pencetakan merupakan proses untuk mendapatkan suatu cetakan yang tepat dari gigi

dan jaringan mulut, sedangkan hasil cetakan merupakan negative reproduction dari jaringan

mulut tersebut. Untuk menghasilkan cetakan yang akurat, bahan cetak yang digunakan harus

memenuhi beberapa kriteria, seperti bahan harus memiliki kekentalan yang sesuai untuk

dapat beradaptasi dengan jaringan mulut dan tetap berada dalam sendok cetak, dapat

mengeras dalam waktu tertentu, tidak berubah atau robek ketika dikeluarkan dari mulut, serta

dimensi bahan harus tetap stabil saat diisi gips. Karakteristik jaringan sering digunakan untuk

menentukan pemilihan bahan, kualitas cetakan, dan kualitas hasil pengisian, karena

masing-masing karakteristik bahan cetak akan mempengaruhi kualitas cetakan.11

2.1 Bahan Cetak Alginat

Salah satu bahan cetak ireversibel yang sering digunakan sejak lama ialah bahan cetak

alginat. Bahan cetak alginat ditemukan oleh seorang ahli kimia dari Skotlandia. Beliau

memperhatikan bahwa rumput laut tertentu yang berwarna coklat (algae) bisa menghasilkan

suatu ekstrak lendir yang bernama algin. Substansi alami ini diidentifikasi sebagai suatu

polimer linier dengan berbagai kelompok asam karboksil dan dinamakan asam alginik.

Alginat yang sering digunakan adalah dalam bentuk bubuk yang dicampur dengan air.

Alginat biasanya disediakan dengan indikator reaksi dimana akan terjadi perubahan warna

bahan cetak pada waktu yang telah ditentukan. Bahan cetak alginat ini dimanipulasikan

(20)

mengandung sodium alginat, kalsium sulfat, trisodium posfat, diatomaceous earth, zink

oksida, dan potasium titanium fluor.11-12

Bahan cetak alginat memiliki kualitas detail permukaan yang baik dan reaksi yang

cepat pada suhu yang lebih tinggi. Bahan ini bersifat nontoksik dan noniritan. Bahan cetak

alginat mempunyai kelebihan seperti mudah digunakan, murah, dan setting time yang cepat.

Setting time dapat dikontrol dengan suhu air yang digunakan. Sekarang ini diproduksi alginat yang mempunyai rasa. Namun, jika dibandingkan dengan bahan cetak hidrokoloid reversibel,

alginat memiliki kelemahan kurang akurat untuk mendapatkan detail dan kurang dapat

mempertahankan stabilitas dimensi. Umumnya alginat digunakan sebagai cetakan awal untuk

membuat sendok cetak individual, membuat model studi yang membantu dalam pembuatan

rencana perawatan dan diskusi dengan pasien, bahan cetak mahkota dan jembatan sementara,

untuk model ortodontik, mouth guard, dan sebagainya. Alginat bersifat hidrofilik, sehingga

jika bahan berkontak dengan cairan akan terjadi proses imbibisi.11

2.2 Gyps Stone

Produk gipsum digunakan dalam kedokteran gigi untuk membuat model studi dari

rongga mulut sebagai piranti penting untuk pekerjaan laboratorium kedokteran gigi yang

melibatkan pembuatan protesa gigi. Kriteria pemilihan produk gipsum bergantung pada

penggunaannya serta sifat fisik tertentu. Berbagai jenis produk gipsum yang terdaftar oleh

(21)

Tabel 1. Jenis-Jenis Produk Gipsum11

Ekspansi

Pengerasan Kekuatan Kompresi

Jenis

IV. Stone Kedokteran Gigi kekuatan tinggi

12 ± 4 98 90 0,00 0,10 350 5000 0,22-0,24

V. Stone Kedokteran Gigi kekuatan tinggi, ekspansi tinggi

12 ± 4 98 90 0,10 0,30 490 7000 0,18-0,22

Gyps stone (Stone tipe III) memiliki kekuatan kompresi minimal 1 jam sebesar 20,7 MPa (3000 psi), tetapi tidak melebihi 34,5 MPa (5000 psi). Bahan ini ditujukan untuk

pengisian gips dalam pembuatan model gigi tiruan penuh. Die stone merupakan reproduksi

gigi yang dipreparasi dimana protesa dibuat pada atau didalam model tersebut. Jenis gipsum

ini sering dipakai untuk pembuatan model yang digunakan pada konstruksi protesa, karena

gyps stone memiliki kekuatan yang cukup untuk tujuan itu serta protesa lebih mudah dikeluarkan setelah proses selesai.11

2.3 Stabilitas Dimensi Hasil Cetakan dari Bahan Cetak

Efek perendaman hasil cetakan dalam desinfektan pada stabilitas dimensi masih terus

diteliti. Bahan cetak yang telah dimanipulasi dapat mengalami perubahan dimensi oleh proses

sineresis, penguapan, dan imbibisi. Bila kandungan air dalam cetakan dikurangi, cetakan

(22)

dipertimbangkan dalam kedokteran gigi karena perubahan dimensi apapun yang terjadi

menyebabkan hasil cetakan tidak akurat.11

Motegi (1988) menyatakan bahwa dengan direndamnya hasil cetakan dalam larutan

desinfektan hanya akan terjadi perubahan dimensi sekitar 0 – 0,2%. Hal ini masih dalam

batas toleransi klinik.5

2.4 Bahan Desinfektan

Salah satu prosedur yang dilakukan dalam proses pencetakan ialah desinfeksi bahan

cetak dengan menggunakan bahan desinfektan. Kebutuhan desinfektan ini telah berkembang

luas karena meningkatnya kesadaran potensi jalur infeksi silang ketika mempergunakan

bahan cetak. Desinfektan adalah bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan untuk

mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk

membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Selain

perendaman, desinfektan dapat diaplikasikan dengan mempergunakan spray. Durasi dan

mode pengaplikasian desinfektan bergantung pada potensi bahan cetak dalam mengabsorbsi

air dan waktu yang sudah berlalu sejak cetakan diambil.13

Kebanyakan pabrik menganjurkan desinfektan tertentu, dan harus dilakukan sesuai

dengan petunjuk pabrik. Distorsi minimal bila waktu perendaman seperti yang disarankan

diikuti dan bila cetakan diisi dengan cepat.11

Ada beberapa jenis cairan yang dapat dipakai sebagai bahan desinfektan, dalam

bentuk spray maupun cairan rendam, seperti:

a. Chlorine solution, cenderung berbahaya untuk kulit, mata dan lain sebagainya, dapat memutihkan pakaian, mempunyai bau yang kurang menyenangkan dan sangat korosif

(23)

b. Aldehyde solution, mempunyai bau yang mencekik dan iritasi terhadap kulit dan mata. Produk-produk komersial biasanya dibuat dari cairan berbasis glutaraldehyde daripada

cairan berbasis formaldehyde. Glutaraldehyde 2% merupakan desinfektan pilihan.

c. Iodine solution atau iodophor 1%

d. Phenols.13

2.5 Air Ozon sebagai Bahan Desinfektan

Salah satu bahan desinfektan yang dapat digunakan dalam perendaman hasil cetakan

adalah air ozon. Ozon merupakan gas kontroversial karena walaupun bersifat toksik tapi bila

digunakan dengan teknik yang benar maka dapat bermanfaat dalam dunia kedokteran sebagai

terapi ozon, seperti terapi eritrosit, leukosit, platelet, sel endothelial, sistem vascular, sel

parenkim, iskemik, infeksi akut dan kronik (oleh bakteri, virus atau jamur), penyakit

ortopedik, dermatologikal, dan bidang kedokteran gigi. Oleh karena itu ketika akan

menggunakan ozon untuk terapi maka harus mengenyampingkan sifat toksiknya yang dapat

dikontrol dengan cara menggunakan generator ozon yang tepat dimana memiliki standar

bagus dan volume gas yang tepat dengan konsentrasi ozon tertentu.14-16

Bachanek, dkk (2008) menyatakan penggunaan ozon di bidang kedokteran gigi

didapatkan sebagai hasil reaksi fisika-kimia (1) ozon meningkatkan metabolisme jaringan

yang terinflamasi dengan meningkatkan proses oksidasi reduksi; (2) ozon mengaktifkan

respon imun; (3) ozon mempengaruhi keseimbangan oksidasi organisme; (4) ozon bekerja

merusak bakteri, virus dan jamur; (5) ozon menambah konsentrasi sitokin dan monosit; (6)

ozon mengaktifkan angiogenesis; (7) ozon pada subtansi organik jaringan mineral gigi akan

(24)

Indikasi aplikasi ozon di bidang kedokteran gigi antara lain (1) pencegahan karies; (2)

terapi early carious caries; (3) terapi karies media dan karies profunda; (4) terapi karies akar;

(5) fraktur enamel; (6) terapi dentin hipersentif; (7) pemutihan gigi; (8) desinfeksi; (9) terapi

penyakit infeksi pada mukosa rongga mulut; (10) penyakit periodontal; (11) prostodontik,

bedah mulut dan implantologi.17

Air ozon merupakan campuran air dengan partikel ozon (O3) yang bisa didapatkan

dengan bantuan generator khusus. Ozon tersebut terbentuk dari O2 dengan cara pemisahan

air leding bersih menjadi oksigen dan hidrogen melalui suatu membran (lihat gambar 1 dan

2). Ozon yang di bentuk dengan bantuan generator elektrik mempunyai konsentrasi yang

tinggi dan sangat murni, dimana oksigen menggantikan 88.8% massa air murni. Generator

ozon elektrik tidak menyebabkan pembentukan substansi berbahaya ataupun produk

semacamnya.18

Gambar 1. Kontruksi generator air ozon18

(25)

Air merupakan carrier terbaik bagi molekul ozon karena air memiliki tingkat

penetrasi dan kemampuan permeabilitas yang tinggi. Air ozon harus diproduksi langsung

ketika diperlukan, karena konsentrasi ozon dalam air ozon akan berkurang setengahnya

setelah 30 menit dalam temperatur air 15o C, dan makin cepat berkurang konsentrasinya jika

(26)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Hipotesis Penelitian

Tidak ada perubahan dimensi hasil cetakan antara cetakan alginat yang direndam

dalam larutan desinfektan air ozon dengan cetakan alginat tanpa perendaman. Perendaman

dengan

Air Ozon

Selama 1, 3, 5, 7,

dan 9 Menit

(27)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian : Eksperimental Laboratorium

4.2 Desain Penelitian : Posttest Only Control Group Design

4.3 Tempat penelitian : Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Material dan

Teknologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi USU

Medan.

4.4 Objek, Sampel, dan Besar Sampel

4.4.1 Objek : Die yang merupakan hasil cetakan dari bahan cetak alginat.

4.4.2 Sampel : Die hasil cetakan dari bahan cetak alginat yang segera diisi

bahan gyps stone dan die hasil cetakan dari bahan cetak alginat

yang direndam dalam larutan desinfektan air ozon dengan

variasi waktu yang berbeda, lalu diisi dengan gyps stone.

4.4.3 Besar Sampel : Mempergunakan rumus Frederer:

(t-1) (r-1) ≥ 15

t = jumlah perlakuan

(28)

(6-1) (r-1) ≥ 15

r ≥ 4

Minimal besar sampel tiap perlakuan adalah 4 sampel, dalam

penelitian ini diambil besar sampel 10 buah untuk setiap

perlakuan.

4.5 Variabel Penelitian

4.5.1 Variabel Bebas : Lamanya perendaman dalam air ozon (1, 3, 5, 7 dan 9 menit)

4.5.2 Variabel Tergantung : Stabilitas dimensi sampel die

4.5.3 Variabel Terkendali

1. Ratio alginat dan air

2. Ratio gyps stone dan air

3. Kadar ozon dalam larutan air ozon

4.5.4 Variabel Tidak Terkendali

1. Besarnya tekanan selama pencetakan

2. Arah tekanan selama pencetakan

3. Melepaskan cetakan dari die

4.6 Alat dan Bahan Penelitian

(29)

1. Rubber bowl dan spatula

2. Master die logam

3. Kaliper digital (Digimatic Caliper, Mitutoyo, Japan)

4. Generator air ozon 2 mg/l (Ozone Electric Sterilizer; Resun; AOSN, Korea)

5. Gelas kimia

6. Pinset

4.6.2 Bahan Penelitian

1. Bahan cetak alginat (Alligat Chroma, Heraeus Kulzer GmbH, Germany)

2. Air leding

3. Gyps stone tipe III (Moldano, Heraeus Kulzer GmbH, Germany)

4. Air ozon (dibuat dengan menggunakan generator air ozon sesuai petunjuk pabrik)

(30)

Gambar 4. Bahan penelitian : Gyps stone (kiri) dan alginat (kanan)

4.7 Definisi Operasional

4.7.1 Stabilitas dimensi adalah kemampuan hasil cetakan untuk tetap bertahan pada ukuran

semulanya setelah cetakan direndam dalam larutan air ozon.

4.7.2 Air ozon adalah campuran air dengan ozon (O3) yang didapatkan dengan bantuan

generator air ozon.

4.7.3 Kelompok kontrol adalah kelompok tanpa perlakuan perendaman hasil cetakan dalam

larutan air ozon.

4.7.4 Hasil cetakan adalah hasil cetakan alginat pada master die logam yang didapatkan

dengan mencampurkan bubuk dan air alginat dengan rasio 1 : 1.

4.7.5 Lama perendaman adalah jangka waktu yang diperlukan dalam prosedur perendaman

cetakan alginat selama 1, 3, 5, 7 dan 9 menit.

4.8 Prosedur Penelitian

(31)

Cara kerja dilakukan sesuai dengan petunjuk pabrik, yaitu :

1. Atur alat generator air ozon 2mg/l merek Resun, sambungkan pipa dan pump gas

head ke generator dan sambungkan ke aliran listrik.

2. Sediakan 500 ml air leding dalam gelas kimia 500ml tanpa penutup, masukkan

pump gas head kedalam gelas.

3. Atur waktu selama 5 menit.

4. Didapat larutan air ozon dengan kadar 2 mg/l.

4.8.2 Pembuatan sampel

Dibuat 10 sampel setiap kelompok.

Cara kerja :

Bahan cetak alginat dengan P/W ratio yang sesuai dengan petunjuk pabrik

diaduk pada rubber bowl dengan menggunakan spatula sampai homogen. Kemudian

dilakukan pencetakan pada master die sebagai model. Setelah bahan mengeras,

cetakan dilepas dari model.

4.8.3 Perendaman sampel

1. Setelah dibuat 10 sampel seperti cara diatas, hasil cetakan langsung diisi dengan

gyps stone, untuk kelompok kontrol.

2. Setelah dibuat 10 sampel seperti cara diatas, hasil cetakan direndam selama 1

(32)

3. Setelah dibuat 10 sampel seperti cara diatas, hasil cetakan direndam selama 3

menit dalam larutan desinfektan air ozon sebelum diisi gips stone.

4. Setelah dibuat 10 sampel seperti cara diatas, hasil cetakan direndam selama 5

menit dalam larutan desinfektan air ozon sebelum diisi gips stone.

5. Setelah dibuat 10 sampel seperti cara diatas, hasil cetakan direndam selama 7

menit dalam larutan desinfektan air ozon sebelum diisi gips stone.

6. Setelah dibuat 10 sampel seperti cara diatas, hasil cetakan direndam selama 9

menit dalam larutan desinfektan air ozon sebelum diisi gips stone.

4.8.4 Pengisian gips stone

Setelah perendaman selama waktu yang telah ditentukan, cetakan dikeluarkan

dengan menggunakan pinset, lalu diisi dengan bahan pengisi gyps stone dengan P/W

ratio 1:1. Gyps stone dibiarkan mengeras sampai 4 menit, kemudian gips dikeluarkan.

4.8.5 Pengukuran die

Setelah diperoleh model, dilakukan pengukuran die dengan menggunakan

kaliper digital dari puncak die ke alas die.

4.9 Analisis Data

Untuk membedakan pengukuran model die hasil cetakan yang segera diisi dengan

hasil cetakan yang direndam dalam larutan desinfektan air ozon dengan variasi perendaman

1, 3, 5, 7 dan 9 menit, maka dilakukan uji data. Hasil data yang didapat terdistribusi normal,

(33)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

5.1 Hasil Penelitian

Besar sampel pada penelitian ini 10 buah untuk setiap perlakuan. Hasil pengukuran

pada seluruh die dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 2. Hasil Pengukuran Jarak Puncak Die Ke Alas Die

NO Jarak Puncak Die Ke Alas Die (mm)

5.2 Analisis Hasil Penelitian

Dilakukan analisis data dengan menggunakan uji ANOVA satu arah dengan tingkat

(34)

Tabel 3. Nilai Kemaknaan Perbedaan Jarak Puncak Die Ke Alas Die

Keterangan : *terdapat perbedaan yang signifikan ANOVA satu arah (p<0,05)

Perbedaan rata-rata hasil pengukuran pada puncak die pada masing-masing waktu

yang berbeda dapat dilihat pada grafik 1.

(35)

Gambar 5. Hasil pengisian gyps stone setelah cetakan di rendam

(36)

BAB 6

PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini digunakan bahan cetak hidrokoloid ireversibel, yaitu alginat

yang merupakan bahan cetak yang umumnya dipakai oleh dokter gigi. Bahan cetak ini lebih

hidroskopik dan kurang stabil dibandingkan bahan cetak jenis silikon. Sehingga perubahan

dimensi lebih mungkin terjadi apabila bahan ini direndam kedalam larutan desinfektan.

Berbagai penelitian telah dilakukan mengenai perubahan dimensi bahan cetak alginat yang

melibatkan desinfektan dengan jenis berbeda seperti sodium hipoklorida, glutaraldehida, dan

air daun sirih dengan konsentrasi yang bervariasi.2,4,5 Bahan air ozon merupakan salah satu

bahan desinfeksi yang efektif membunuh mikrobial dengan perendaman selama 3 menit.10

Pada penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap perubahan dimensi bahan cetak alginat

setelah direndam ke dalam larutan desinfektan air ozon dengan lama perendaman yang

bervariasi.

Berdasarkan data hasil penelitian ini (Tabel 1) didapatkan rata-rata perubahan

dimensi, yaitu 10,534 ± 0,05103 mm pada perendaman selama 0 menit (kelompok kontrol),

10,539 ± 0,05109 mm (0,004%) pada perendaman selama 1 menit, 10,571 ± 0,05195 mm

(0,03%) pada perendaman selama 3 menit, 10,602 ± 0,069090 mm (0,06%) pada perendaman

selama 5 menit, 10,665 ± 0,08290 mm (0,12%) pada perendaman selama 7 menit, dan 10,734

± 0,09536 mm (0,18%) pada perendaman selama 9 menit. Dari data tersebut didapatkan

rata-rata perubahan dimensi terbesar adalah hasil cetakan yang direndam kedalam air ozon selama

(37)

Hasil uji statistik ANOVA satu arah dengan post hoc Tukey HSD didapatkan

stabilitas dimensi die hasil pengisian cetakan tidak mengalami perubahan yang signifikan

antara kontrol dan perendaman hasil cetakan 1, 3, dan 5 menit (p>0,05). Sedangkan pada

perendaman hasil cetakan 7 menit dan 9 menit mengalami perubahan dimensi die hasil

pengisian cetakan yang signifikan (p<0,05) dimana jarak antara puncak die ke alas die

semakin besar. Hal ini menunjukkan bahwa setelah perendaman 7 dan 9 menit akan terjadi

perubahan stabilitas dimensi bahan cetak (Tabel 2).

Rata-rata perubahan dimensi antara die kontrol dengan die hasil perendaman selama 1

menit diperoleh signifikansi sebesar 1 (p>0,05) yang artinya terjadi perubahan stabilitas

dimensi pada gyps stone hasil pengisian cetakan dalam larutan desinfeksi yaitu sebesar

-0,005. Rata-rata perubahan dimensi antara die kontrol dengan die hasil perendaman selama 3

menit diperoleh signifikansi sebesar 0,836 (p>0,05) yang artinya terjadi perubahan stabilitas

dimensi pada gyps stone hasil pengisian cetakan dalam larutan desinfeksi yaitu sebesar

-0,037. Rata-rata perubahan dimensi antara die kontrol dengan die hasil perendaman selama 5

menit diperoleh signifikansi sebesar 0,255 (p>0,05) yang artinya terjadi perubahan stabilitas

dimensi pada gyps stone hasil pengisian cetakan dalam larutan desinfeksi yaitu sebesar

-0,068. Rata-rata perubahan dimensi antara die kontrol dengan die hasil perendaman selama 7

menit diperoleh signifikansi sebesar 0,001 (p<0,05) yang artinya terjadi perubahan stabilitas

dimensi pada gyps stone hasil pengisian cetakan dalam larutan desinfeksi yaitu sebesar

-0,13100. Rata-rata perubahan dimensi antara die kontrol dengan die hasil perendaman selama

9 menit diperoleh signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) yang artinya terjadi perubahan

stabilitas dimensi pada gyps stone hasil pengisian cetakan dalam larutan desinfeksi yaitu

sebesar -0,20000.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan rata-rata jarak puncak

(38)

imbibisi selama perendaman alginat dalam air ozon akibat sifat hidrofilik dari bahan cetak

alginat. Proses imbibisi bahan cetak ini akan mempengaruhi stabilitas dimensi hasil cetakan,

dalam hal ini dimensi hasil cetakan (die) meningkat.11

Namun, hasil penelitian mengenai pengaruh lama perendaman terhadap stabilitas

dimensi ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang menggunakan desinfektan lain.

Siswomiharjo W (1994) menyatakan perubahan dimensi hasil cetakan bahan alginat yang

direndam dalam larutan desinfektan air sirih 25% pada perendaman 10 menit.5 Panza, dkk

(2006) dalam penelitiannya menyatakan bahwa perendaman alginat dalam larutan

desinfektan sodium hipoklorida 1% selama 10 menit dan glutaraldehida 2% selama 10 dan 15

menit tidak mempengaruhi stabilitas dimensi bahan cetak tersebut, tetapi terjadi perubahan

dimensi bahan cetak tersebut setelah perendaman sodium hipoklorida 1% selama 15 menit.4

Hasil penelitian Oderinu (2007) menyatakan tidak terjadi perubahan dimensi hasil cetakan

bahan cetak alginat dengan perendaman dalam sodium hipoklorida 1% selama 10 menit,

namun pada perendaman 20 dan 30 menit terlihat perubahan yang signifikan.13 Sedangkan

hasil penelitian ini mendapatkan bahwa tidak terjadi perubahan dimensi hasil cetakan bahan

cetak alginat setelah direndam ke dalam air ozon selama 1, 3 dan 5 menit, namun pada

perendaman 7 dan 9 menit terlihat adanya perubahan dimensi yang signifikan. Namun

perubahan dimensi yang terjadi pada penelitian ini masih dalam batas toleransi klinik (0 –

0,2%).5

Ada berbagai kemungkinan hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian

sebelumnya. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan jenis dan konsentrasi larutan

desinfektan yang digunakan. Pada larutan yang memiliki kandungan oksigen dapat

menyebabkan terjadinya oksidasi. Oksidasi ini menyebabkan terjadinya fluktuasi yang dapat

menambah tekanan pada larutan perendam. Tekanan tersebut dapat menyebabkan proses

(39)

terjadi pada penelitian ini yaitu pada 7 menit, karena penelitian ini menggunakan larutan air

ozon yang memiliki kadar oksigen yang lebih tinggi dibandingkan penelitian-penelitian

sebelumnya menggunakan desinfektan lainnya (sodium hipoklorida, glutaraldehida, dan air

sirih) yang memiliki kadar oksigen lebih rendah.5

Metode pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pedoman

jarak alas die dan puncak die hasil pengisian cetakan. Metode ini dipilih karena lebih

sederhana jika dibandingkan dengan beberapa metode pengukuran lainnya, seperti metode

pengukuran yang dilakukan oleh Panza, dkk (2006) dan Silva, dkk (2004) dengan

menetapkan beberapa garis tertentu.2,4

Hasil penelitian Sylvani (2002) membuktikan perendaman cetakan alginat dalam air

ozon selama 3 menit efektif dalam mengurangi pertumbuhan bakteri.10 Sehingga penelitian

ini menegaskan bahwa penggunaan air ozon sebagai bahan desinfektan bahan cetak alginat

tidak akan mempengaruhi stabilitas dimensi hasil cetakan, dimana berdasarkan hasil

penelitian ini perendaman cetakan alginat kedalam air ozon selama 3 menit tidak

(40)

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Tidak terjadi perubahan dimensi hasil cetakan bahan cetak alginat setelah direndam

ke dalam air ozon selama 1, 3 dan 5 menit, namun pada perendaman 7 dan 9 menit terlihat

adanya perubahan dimensi yang signifikan.

7.2 Saran

1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data awal untuk penelitian

lebih lanjut.

2. Diharapkan penelitian lanjutan yang lebih jauh dan mendalam untuk mengetahui

lebih pasti penyebab perubahan stabilisasi bahan cetak pada saat perendaman

dalam larutan desinfektan.

3. Disarankan penggunaan larutan air ozon sebagai salah satu bahan desinfektan

(41)

DAFTAR PUSTAKA

1. Junevicius J, Pavilonis A, Surna A. Transmission of microorganisms from dentists to

dental laboratory technicians through contaminated dental impressions. Stomatologija, Baltic Dental and Maxillofacial Journal. 2004; 6: 20-3.

2. Silva S, Salvador M. Effect of the disinfection technique on the linear dimensional stability

of dental impression materials. J Appl Oral Sci. 2004; 12(3): 244-9.

3. Hiraguchi H, Nakagawa Hisami. Effects of disinfecting alginate impressions on the scratch

hardness of stone models. Dental Material Journal. 2006; 25(1): 172-6.

4. Panza L, Porto V, Salvador M, Silva R. Evaluation of dimentional stability of impression

materials immersed in disinfectant solutions using a metal cray. Revista Odonto. 2006; 21(53): 261-5.

5. Siswomihardjo W. Perubahan dimensi cetakan alginate setelah direndam dalam air sirih

25%. Jurnal Kedokteran Gigi Indonesia. 1994; 43(1):69-71.

6. Stubinger S, Sader R, Filippi A. The use of ozone in dentistry and maxillofacial surgery: a

review. Quintessence International. 2006; 37(5): 353-6.

7. Nagayoshi M, Fukuizumi T. Efficacy of ozone on survival and permeability of oral

microorganisms. Oral Microbiology Immunology. 2004; 19: 240-6.

8. Ibrahim N, Abdullah M. Antimicrobial evaluation of sodium hypochlorite and ozonated

water on E. Faecalis biofilm. Annals of Dentistry University of Malaya. 2008; 15(1): 20-6.

9. Lynch E, Edward J. Evidance-based efficacy of ozone for root canal irrigation. Journal

(42)

10.Sylvani, Ary. Efektivitas air ozon sebagai bahan disinfeksi cetakan alginate. Research

Report from JIPTUNAIR. 2002. (abstrak)

11.Anusavice K. Phillip’s Science of Dental materials. Ed 10. Alih bahasa. Johan AB,

Purwoko S. Jakarta : ECG, 2003: hal 103-14, 155-75.

12.Nandini V, Venkatesh K, Nair K. Alginate impression: a practical perspective. J Conserv

Dent. 2008; 11(1): 37-41.

13.Sumadhi S. Perubahan dimensi hasil cetakan gigi dan mulut. Medan: USU Press, 2010 :

hal 71-82.

14.Sunnen G. Ozone in medicine: overview and future directions. Journal of Advancement in

Medicine. 1988; 1(3): 159-74.

15.Bocci V. Scientific and medical aspects of ozone therapy – state of art. Medical research.

2006; 37: 425-35.

16.Bocci V. Ozone as janus: this controversial gas can be either toxic or medically useful.

Mediators of Inflammation. 2004; 13(1): 3-11.

17.Bachanek T, Wolanska E, Chalas R. Practical use of ozone in dentistry – comments.

Annales of Universitatis mariae Curie-Sklodowska. 2008; 113(1): 168-71.

(43)

Lampiran 1. Alur Penelitian

PENCETAKAN

HASIL CETAKAN

Hasil cetakan segera diisi gips stone tanpa perendaman kedalam air ozon

Hasil cetakan direndam dalam air ozon selama 1, 3, 5, 7 dan 9 menit

Pengisian hasil cetakan dengan gips stone setelah perendaman hasil cetakan dalam air ozon selama 1, 3, 5, 7 dan 9 menit

PENGUKURAN

DATA

(44)
(45)

Lampiran 3. Hasil uji statistik pengukuran jarak puncak die ke alas die gips stone hasil pengisian cetakan setelah perendaman hasil cetakan dalam larutan desinfektan air ozon dan tanpa perendaman

Descriptives

Jarak_puncak_die_ke_alas_die

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

0 menit 10 10.5340 .05103 .01614 10.4975 10.5705 10.46 10.61

Test of Homogeneity of Variances

(46)

Post Hoc Tests

Lower Bound Upper Bound

(47)

3 menit .16300* .03090 .000 .0717 .2543

5 menit .13200* .03090 .001 .0407 .2233

7 menit .06900 .03090 .240 -.0223 .1603

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Gambar

Tabel 1. Jenis-Jenis Produk Gipsum11
Gambar 1. Kontruksi generator air ozon18
Gambar 3. Alat penelitian: a. Rubber bowl dan spatula, b. Master die logam, c. Kaliper digital, d
Gambar 4. Bahan penelitian :  Gyps stone (kiri) dan alginat (kanan)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Sampel lalu diuji kekuatan impak dan transversalnya, kemudian dianalisis dengan uji t tidak berpasangan untuk mengetahui pengaruh perendaman basis gigi tiruan nilon termoplastik

Sampel lalu diuji kekuatan impak dan transversalnya, kemudian dianalisis dengan uji t tidak berpasangan untuk mengetahui pengaruh perendaman basis gigi tiruan nilon termoplastik

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi fokus dalam penelitian ini, adalah seberapa besar persentase ibu rumah tangga yang sudah melakukan pengelolaan sampah

informasi dan komunikasi dalam wilayah konten secara umum dalam pendidikan untuk memungkinkan mereka belajar keterampilan komputer dan teknologi. Secara umum,

Identifikasi dari analisis biplot pada data ekspor komoditi utama pada subsektor hasil industri ke negara tujuan utama menunjukkan bahwa komoditi minyak kelapa sawit dan pakaian

Berdasarkan hasil observasi ditemukan bahwa teknologi, yang sebenarnya memadai dari segi sarana prasarana, kurang dimanfaatkan dalam proses pembelajaran di SMA N 2

Dalam Elit lokal dengan birokrasi pemerintahan identitas etnis akan menjadi hal yan krusial dan perlu diperhatikan sehingga membaca konflik pemekaran Maluku Utara

Ini terbukti dengan adanya peningkatan dari indikator keaktifan siswa yang dapat dicapai pada siklus 2 sebesar 30,26masuk dalam kategori aktif.Penerapan model Blended