KRIANALISIS KETERKAITAN HARGA MINYAK NABATI DI PASAR INTERNASIONAL
SKRIPSI
TRIANA SRI INDAH M. SIBARANI 090304056
AGRIBISNIS
ANALISIS KETERKAITAN HARGA MINYAK NABATI DI PASAR INTERNASIONAL
SKRIPSI
OLEH :
TRIANA SRI INDAH M. SIBARANI 090304056
AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si
NIP. 196309281998031001 NIP. 196703031998022001 Ir. Diana Chalil, M.Si., Ph.D
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
TRIANA SRI INDAH MARANATHA SIBARANI. Analisis Keterkaitan Harga Minyak Nabati di Pasar Internasional, dibimbing oleh Bapak Dr.Ir.Rahmanta Ginting, M.Si dan Ibu Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D.
Pasar minyak nabati merupakan pasar yang kompetitif di pasar internasional. Peningkatan harga minyak bumi memberikan dampak kepada meningkatnya konsumsi minyak nabati dunia. Terdapat empat jenis minyak nabati yang memiliki share produksi dan konsumi tertinggi yaitu minyak sawit, minyak kedelai, minyak rape dan minyak bunga matahari. Sebelum tahun 2003, pasar dunia didominasi oleh minyak kedelai kemudian setelah tahun 2003 terjadi pergeseran pasar yang didominasi oleh minyak sawit. Hal ini berarti terdapat keterkaitan harga diantara minyak nabati di pasar internasional. Data yang digunakan adalah data time series bulanan dari Januari 1980 sampai dengan Agustus 2013. Metode analisis yang digunakan adalah metode granger causality, kointegrasi dan error correction model.
Hasil analisis menunjukkan bahwa harga minyak sawit tidak dipengaruhi oleh ketiga harga minyak nabati lain, harga minyak kedelai dipengaruhi oleh harga minyak sawit dan rape, harga minyak rape dipengaruhi oleh harga minyak sawit, kedelai, dan bunga matahari, dan harga minyak bunga matahari dipengaruhi oleh harga minyak sawit, kedelai dan rape. Terdapat kointegrasi diantara harga minyak sawit, harga minyak kedelai, harga minyak rape dan harga minyak bunga matahari. Seluruh variabel dalam persamaan memiliki hubungan jangka panjang dan akan menuju pada suatu titik keseimbangan dengan kecepatan penyesuaian yang berbeda-beda.
RIWAYAT HIDUP
Triana Sri Indah Maranatha Sibarani, lahir pada tanggal 19 Juni 1991 di Balige, merupakan anak ketiga dari Ayahanda Drs. R. Sibarani dan Ibunda
M.Pardede, B.Sc. Penulis adalah anak ketiga dari lima bersaudara.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut : pada tahun 1996 masuk di Taman Kanak-Kanak Swasta Methodist 1 Medan dan
tamat tahun 1997. Kemudian tahun 1997 masuk di Sekolah Dasar Swasta Methodist 1 Medan dan tamat tahun 2003. Tahun 2003 masuk di Sekolah
Menengah Pertama Roma Katolik Budhi Dharma Balige dan tamat tahun 2006. Tahun 2006 masuk di Sekolah Menengah Atas Swasta Methodist 1 Medan dan tamat tahun 2009. Dan tahun 2009 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara Medan, melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB).
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Judul skripsi ini adalah “Analisis Keterkaitan Harga Minyak Nabati di Pasar Internasional.” Tujuan dari penelitian skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara Medan. Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis ucapkan kepada
Ayahanda Drs. R. Sibarani dan Ibunda M. Pardede, B.Sc yang selalu memberikan nasihat, kasih sayang dan dukungan baik secara materi maupun doa yang diberikan selama menjalani perkuliahan. Terima kasih banyak kepada Kakak Vita
Sibarani, Abang John Wesley Sibarani, Adik Rio Sibarani, dan Adik Roi Sibarani serta keluarga besar yang memberikan doa dan dukungan semangat.
Pada kesempatan ini penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing dan
Ibu Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D selaku Anggota Komisi Pembimbing, yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing, memotivasi, dan
2. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis FP-USU dan Bapak Dr. Ir. Satya Negara Lubis, M.Ec selaku Sekretaris Program Studi
Agribisnis FP-USU yang telah memberikan kemudahan dalam perkuliahan. 3. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis FP-USU, yang telah membekali
ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan.
4. Seluruh Pegawai pada Program Studi Agribisnis FP-USU khususnya Kak Lisbet, Kak Yani dan Kak Runi yang membantu penulis dalam administrasi
kampus.
Penulis juga berterima kasih kepada semua teman-teman Agribisnis
Stambuk 2009, khususnya kepada sahabat-sahabat penulis yaitu Pascaria Purba, Hedidiana Pardede, dan Ellen Simanjuntak yang memberikan semangat, kritik dan saran serta doa yang tulus.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu diperlukan sumbangan pemikiran, kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi perbaikan dan penyempurnaan karya terbaru selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat berguna untuk kemajuan pendidikan khususnya dunia pertanian dan berguna bagi kita semua.
Medan, Oktober 2013
DAFTAR ISI
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 6
2.1. Tinjauan Pustaka ... 6
3.3. Defenisi dan Batasan Operasional ... 29
BAB IV. GAMBARAN UMUM ... 30
4.1. Perkembangan Perdagangan Minyak Nabati Dunia ... 30
4.2. Perdagangan Minyak Sawit Dunia ... 32
4.3. Perdagangan Minyak Kedelai Dunia ... 33
4.4. Perdagangan Minyak Rape Dunia ... 36
4.5. Perdagangan Minyak Bunga Matahari Dunia ... 38
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40
5.1. Hasil ... 40
5.1.1. Hasil Uji Granger Causality ... 40
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 50 6.1. Kesimpulan ... 50 6.2. Saran ... 50
DAFTAR TABEL
No Judul Hal
1. Konsumsi Keempat Jenis Minyak Nabati Tahun 2008-2012 2 2. Produksi Keempat Jenis Minyak Nabati Tahun 2008-2012 3 3. Volume Impor dan Konsumsi Domestik Tahun 2008 – 2012 32
4. Hasil Uji Granger Causality 40
5. Hasil Uji Akar Unit (Unit Root Test) 41
6. Hasil Uji Kointegrasi 42
DAFTAR GAMBAR
No Judul Hal
1. Pangsa Pasar Keempat Jenis Minyak Nabati 3 2. Bagan Struktur Pengelompokan Minyak Hayati di Pasar Dunia 6
3. Kurva Permintaan 12
4. Kurva Permintaan X dan Y (Hubungan Substitusi) 14 5. Kurva Permintaan X dan Y (Hubungan Komplementer) 14
6. Skema Kerangka Pemikiran 16
7. Grafik Jumlah Ekspor Minyak Nabati Tahun 2008-2012 8. Grafik Jumlah Ekspor Minyak Nabati Berdasarkan Negara
Tujuannya Tahun 2008-2012
9. Grafik Perkembangan Harga Minyak Sawit Tahun 2002-2012 10. Grafik Perkembangan Harga Minyak Kedelai Tahun 2002-2012 11. Grafik Perkembangan Harga Minyak Rape Tahun 2002-2012 12. Grafik Perkembangan Harga Minyak Bunga Matahari Tahun
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul
1. Data Harga Nominal Minyak Sawit, Minyak Kedelai, Minyak Rape, dan Minyak Bunga Matahari
2. Consumer Price Index for Fats and Oils 3. Uji Granger Causality
4. Uji Unit Akar Harga Minyak Sawit pada Tingkat Level
5. Uji Unit Akar Harga Minyak Sawit pada Tingkat First Difference 6. Uji Unit Akar Harga Minyak Kedelai pada Tingkat Level
7. Uji Unit Akar Harga Minyak Kedelai pada Tingkat First Difference 8. Uji Unit Akar Harga Minyak Rape pada Tingkat Level
9. Uji Unit Akar Harga Minyak Rape pada Tingkat First Difference 10. Uji Unit Akar Harga Minyak Bunga Matahari pada Tingkat Level
11. Uji Unit Akar Harga Minyak Bunga Matahari pada Tingkat First Difference
12. Uji Kointegrasi Harga Minyak Kedelai dengan Harga Minyak Sawit 13. Uji Kointegrasi Harga Minyak Kedelai dengan Harga Minyak Rape 14. Uji Kointegrasi Harga Minyak Rape dengan Harga Minyak Sawit 15. Uji Kointegrasi Harga Minyak Rape dengan Harga Minyak Kedelai 16. Uji Kointegrasi Harga Minyak Rape dengan Harga Minyak Bunga
Matahari
17. Uji Kointegrasi Harga Minyak Bunga Matahari dengan Harga Minyak Sawit
18. Uji Kointegrasi Harga Minyak Bunga Matahari dengan Harga Minyak Kedelai
19. Uji Kointegrasi Harga Minyak Bunga Matahari dengan Harga Minyak Rape
20. Hasil Error Correction Model Harga Minyak Kedelai dan Harga Minyak Sawit
21. Hasil Error Correction Model Harga Minyak Kedelai dan Harga Minyak Rape
22. Hasil Error Correction Model Harga Minyak Rape dan Harga Minyak Sawit
23. Hasil Error Correction Model Harga Minyak Rape dan Harga Minyak Kedelai
24. Hasil Error Correction Model Harga Minyak Rape dan Harga Minyak Bunga Matahari
25. Hasil Error Correction Model Harga Minyak Bunga Matahari dan Harga Minyak Sawit
26. Hasil Error Correction Model Harga Minyak Bunga Matahari dan Harga Minyak Kedelai
ABSTRAK
TRIANA SRI INDAH MARANATHA SIBARANI. Analisis Keterkaitan Harga Minyak Nabati di Pasar Internasional, dibimbing oleh Bapak Dr.Ir.Rahmanta Ginting, M.Si dan Ibu Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D.
Pasar minyak nabati merupakan pasar yang kompetitif di pasar internasional. Peningkatan harga minyak bumi memberikan dampak kepada meningkatnya konsumsi minyak nabati dunia. Terdapat empat jenis minyak nabati yang memiliki share produksi dan konsumi tertinggi yaitu minyak sawit, minyak kedelai, minyak rape dan minyak bunga matahari. Sebelum tahun 2003, pasar dunia didominasi oleh minyak kedelai kemudian setelah tahun 2003 terjadi pergeseran pasar yang didominasi oleh minyak sawit. Hal ini berarti terdapat keterkaitan harga diantara minyak nabati di pasar internasional. Data yang digunakan adalah data time series bulanan dari Januari 1980 sampai dengan Agustus 2013. Metode analisis yang digunakan adalah metode granger causality, kointegrasi dan error correction model.
Hasil analisis menunjukkan bahwa harga minyak sawit tidak dipengaruhi oleh ketiga harga minyak nabati lain, harga minyak kedelai dipengaruhi oleh harga minyak sawit dan rape, harga minyak rape dipengaruhi oleh harga minyak sawit, kedelai, dan bunga matahari, dan harga minyak bunga matahari dipengaruhi oleh harga minyak sawit, kedelai dan rape. Terdapat kointegrasi diantara harga minyak sawit, harga minyak kedelai, harga minyak rape dan harga minyak bunga matahari. Seluruh variabel dalam persamaan memiliki hubungan jangka panjang dan akan menuju pada suatu titik keseimbangan dengan kecepatan penyesuaian yang berbeda-beda.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pasar minyak nabati di pasar internasional merupakan salah satu pasar
yang kompetitif. Pasar ini melibatkan lebih dari sembilan jenis minyak serta hampir diproduksi dan dikonsumsi di semua negara, baik negara maju maupun negara yang sedang berkembang (Susila, 2010).
Ada 13 jenis minyak nabati yang diproduksi dan dikonsumsi oleh dunia antara lain minyak sawit (palm oil), minyak kernel sawit (palm kernel oil),
minyak kedelai (soyabean oil), minyak bunga matahari (sunflower oil), minyak rape (rapeseed oil), minyak kelapa (coconut oil), minyak kacang tanah (groundnut
oil), minyak biji kapas (cottonseed oil), minyak jagung (corn oil), minyak zaitun (olive oil), minyak jarak (castor oil), minyak wijen (sesame oil), dan minyak biji rami (linseed oil). Dari ketiga belas minyak nabati dunia terdapat empat jenis yang
memiliki tingkat konsumsi yang cukup besar yakni minyak sawit, minyak kedelai, minyak rape dan minyak bunga matahari (Sipayung, 2012).
Peningkatan harga minyak bumi dunia dan krisis energi yang terjadi
memberikan dampak kepada meningkatnya konsumsi minyak nabati dunia. Minyak nabati yang memiliki harga yang lebih murah dibandingkan dengan minyak bumi menjadi salah satu alasan banyaknya negara-negara yang
Serikat dan Malaysia. Pentingnya minyak nabati sebagai bahan bakar alternatif yang banyak dikonsumsi oleh negara-negara di dunia membuat permintaan
minyak nabati ini semakin meningkat (Luthfiandy, 2011).
Di dalam perdagangan dunia, empat jenis minyak nabati yang terbesar
memiliki share sebesar 91,56% (60,39 juta metrik ton) dan share terhadap produksi dunia sebesar 85,38% (136,49 juta metrik ton) (USDA, 2012).
Tabel 1. Konsumsi Keempat Jenis Minyak Nabati Tahun 2008-2012 No Jenis
Konsumsi (Juta Metrik Ton) Pertumbuhan rata-rata Sumber : United State Department of Agriculture (USDA), 2013
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa palm oil menempati posisi pertama
dengan konsumsi pada tahun 2012 sebesar 53,61 juta metrik ton. Hal ini menunjukkan bahwa palm oil merupakan salah satu minyak nabati yang paling
dibutuhkan dunia dalam memenuhi kebutuhannya. Selain pada aspek konsumsi, hal tersebut juga terjadi pada aspek produksi dimana produksi minyak nabati dunia masih didominasi oleh palm oil.
Tabel 2. Produksi Keempat Jenis Minyak Nabati Tahun 2008-2012 No Jenis
Tabel 2 menunjukkan bahwa palm oil juga memiliki laju pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan soyabean oil, rapeseed oil dan sunflower
oil. Produksi minyak nabati secara umum ditujukan untuk keperluan pangan, sebagian lainnya digunakan untuk keperluan non pangan (khususnya industri
oleokimia dan biodiesel) dan sisanya digunakan sebagai pakan ternak. Secara kimiawi, minyak nabati memiliki persamaan utama yaitu memiliki trigliserida dengan asam lemak yang terikat pada lengan-lengannya (Buana, 2004).
0
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
P
Palm Oil Soyabean Oil Rapeseed Oil Sunflower Oil
Sumber : United State Department of Agriculture (USDA), 2012 (diolah) Gambar 1. Pangsa Pasar Keempat Jenis Minyak Nabati
Dari gambar 1 dapat dilihat bahwa terjadi pergeseran pangsa pasar minyak
kedelai oleh minyak sawit, dimana sebelum tahun 2003 pasar minyak nabati didominasi oleh minyak kedelai dan setelah tahun 2003 pasar minyak nabati
didominasi oleh minyak sawit.
matahari membuat keempat jenis minyak nabati ini saling bersubstitusi maupun berkomplementer. Suatu barang yang memiliki hubungan yang saling
bersubstitusi maupun berkomplementer maka harga dari barang tersebut akan saling mempengaruhi.
Oleh karena itu perlu dilakukan suatu analisis untuk mengetahui apakah keadaan harga suatu minyak nabati bergerak selaras dengan minyak nabati lain yang merupakan barang substitusinya ataupun komplementernya di pasar dunia.
1.2. Identifikasi Masalah
Seperti yang telah disinggung dalam latar belakang, maka dapat diidentifikasikan masalah penelitian yaitu :
1. Bagaimana hubungan kausalitas harga minyak sawit, minyak kedelai, minyak
rape dan minyak bunga matahari di pasar internasional ?
2. Bagaimana hubungan kointegrasi harga diantara harga minyak sawit, minyak
kedelai, minyak rape dan minyak bunga matahari di pasar internasional ?
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan identifikasi masalah diatas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis hubungan kausalitas harga minyak sawit, minyak kedelai, minyak rape dan minyak bunga matahari di pasar internasional.
2. Menganalisis hubungan kointegrasi harga diantara harga minyak sawit,
1.4. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Sebagai bahan informasi kepada para pelaku ekonomi untuk mengetahui
keadaan harga minyak nabati dunia dan hubungannya.
2. Sebagai bahan pertimbangan kepada pemerintah dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan minyak nabati dunia.
3. Sebagai bahan referensi atau sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan khususnya kalangan akademis yang akan mengadakan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1. Tinjauan Pustaka
Menurut Oil World (2008), minyak nabati (vegetable oils) dan minyak hewani (oil and fats) merupakan bagian dari minyak hayati (edible oil and fats). Di pasar dunia minyak nabati yang diperdagangkan ada tiga belas jenis minyak nabati, sedangkan di pasar dunia minyak hewani dipasarkan empat jenis minyak.
Bagan struktur pengelompokan minyak hayati di pasar dunia menurut sumber minyak seperti disajikan pada gambar dibawah ini :
Minyak sawit adalah minyak yang dihasilkan dari tanaman kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman tahunan yang memiliki umur
ekonomis sampai sekitar 25 tahun. Hal ini berarti produksi minyak sawit relatif stabil dari tahun ke tahun dibandingkan dengan jenis tanaman minyak nabati
lainnya (kecuali kelapa), yang umumnya adalah tanaman musiman yang produksinya juga bersifat musiman sehingga sering terjadi ketidakstabilan pasokan (Sipayung, 2012).
Dari segi daya saing, minyak sawit mempunyai daya saing yang cukup kompetitif dibanding minyak nabati lainnya karena produktivitas yang tinggi.
Minyak sawit merupakan tanaman tahunan yang cukup handal terhadap berbagai perubahan agroklimat. Ditinjau dari aspek gizi, minyak kelapa sawit tidak terbukti sebagai penyebab meningkatnya kadar kolesterol bahkan mengandung
betakaroten sebagai pro-vitamin A (ITPC, 2012).
Produksi minyak sawit dunia digunakan untuk makanan termasuk minyak
goreng dan margarin, mie, makanan panggang dan lain-lain. Selain itu minyak sawit digunakan sebagai bahan dalam produk nonmakanan termasuk bahan bakar nabati, sabun, detergen dan surfaktan, kosmetik, obat-obatan dan beraneka ragam
produk rumah tangga dan industri yang lain (World Growth, 2011).
Tanaman kedelai merupakan tanaman yang tumbuh di daerah yang
produksi kedelai dunia dengan rata-rata produksi mencapai 1.800 kg/ha (Prihatman, 2000).
Kacang kedelai dapat diolah dalam bentuk protein kedelai dan minyak kedelai. Hasil olahan minyak kedelai digunakan untuk bahan baku industri
makanan dan nonmakanan. Industri makanan dan nonmakanan dari minyak kedelai misalnya bahan baku untuk pembuatan minyak goreng, margarin, kue, tinta, kosmetika, insektisida dan farmasi (Prihatman, 2000). Kadar minyak kedelai
relatif lebih rendah namun kadar proteinnya tinggi. Hal ini menyebabkan kedelai lebih banyak digunakan sebagai sumber protein daripada sebagai sumber minyak
(Departemen Perindustrian, 2007).
Bunga matahari merupakan tanaman musiman yang tumbuh subur di daerah pegunungan, di daerah yang memiliki kelembaban cukup dan banyak
mendapat sinar matahari langsung. Tanaman ini memiliki umur panen 100 hari dengan musim tanam yang cocok adalah pada saat musim kemarau (Departemen
Pertanian, 2012).
Minyak bunga matahari adalah minyak yang berasal dari tanaman bunga matahari. Minyak ini banyak digunakan sebagai minyak salad atau minyak goreng
dan sebagai sumber pembuatan margarin (Anonimous, 2012). Bunga matahari juga merupakan produk makanan penting bagi manusia sebab memiliki
kandungan minyak yang tinggi sebesar 25-50% (Departemen Pertanian, 2012). Rapeseed oil atau yang sering dikatakan minyak rape atau minyak lobak adalah minyak yang diperoleh dari biji lobak. Lobak merupakan tanaman
baik di daerah pegunungan, dan menghendaki udara yang lembab dan dingin (Susila, 2006).
Minyak rape memiliki kadar minyak jenuh yang lebih rendah daripada minyak nabati yang lainnya yaitu sekitar 6%. Minyak jenuh dari minyak sawit
sekitar 79% dan minyak kacang tanah sekitar 18%. Minyak rape sangat baik digunakan untuk memasak dan menggoreng karena memiliki kandungan kolesterol yang rendah yang dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan
otak dengan baik. Minyak rape memiliki fungsi yang sama dengan minyak zaitun yang dapat membantu seseorang dalam mengurangi berat badannya. Tidak hanya
itu minyak rape juga memiliki asam lemak terbanyak dibandingkan dengan minyak nabati lain. Asam lemak tersebut adalah Omega 3 yang diketahui baik untuk sirkulasi darah dan otak, Omega 6 yang bermanfaat untuk kesehatan kuku
dan kulit, dan Omega 9. Kandungan asam lemak pada minyak rape adalah 11 kali lebih tinggi daripada minyak zaitun (Anonimous, 2012).
Di pasar internasional, keberadaan minyak sawit sebagai sumber minyak nabati berkaitan erat dengan komoditas substitusinya yaitu minyak kedelai (soyabean oil) dan minyak bunga matahari (sunflower oil). Oleh karena itu
fluktuasi pada salah satu komoditas ini akan sangat berpengaruh pada harga minyak sawit di pasar internasional (Tasnim, 2008).
Pola konsumsi minyak nabati di setiap negara pada umumnya bersifat komposit, yang artinya terdiri dari beberapa jenis. Pola konsumsi minyak nabati di
China adalah minyak kedelai, minyak rape dan minyak sawit. Sedangkan di India minyak sawit, minyak rape, dan minyak kedelai. Pola konsumsi Uni Eropa
berturut-turut adalah minyak sawit, minyak bunga matahari, minyak rape dan minyak kedelai. Sedangkan di Amerika Serikat yang terbesar adalah minyak kedelai dan minyak rape (Sipayung, 2012).
Penelitian Terdahulu
Menurut Griffith (1979) harga berbagai jenis minyak nabati dunia diduga berinteraksi satu sama lain karena adanya penggunaan yang saling menggantikan (substitusi) di antara berbagai jenis minyak nabati. Hal yang sama juga diduga
terjadi antara minyak nabati dengan minyak bumi, karena kecenderungan pemanfaatan bahan bakar berbahan baku minyak nabati.
Selain itu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Purwanto (2002) dalam tesisnya yang berjudul Dampak Kebijakan Domestik dan Faktor Eksternal Terhadap Perdagangan Dunia Minyak Nabati memasukkan empat jenis
minyak nabati yaitu minyak kelapa sawit, minyak kedelai, minyak biji bunga matahari dan minyak kelapa menyimpulkan bahwa hubungan minyak kelapa sawit
dengan minyak kedelai dan minyak biji matahari bersifat subsitusi dan minyak kelapa sawit dengan minyak kelapa bersifat komplemen.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh Luthfiandy (2011)
kanola dan minyak kelapa sawit terjadi kausalitas dua arah. Demikian pula antara harga minyak kanola dengan harga minyak bunga matahari dan harga minyak
kelapa sawit dengan harga minyak kedelai. Selain itu harga minyak kelapa sawit, minyak kedelai, minyak kanola dan minyak bunga matahari berkointegrasi pada
first difference. Penelitian ini menggunakan data time series dari bulan Januari 2005 sampai dengan Desember 2010.
Menurut Liu (2008) dalam penelitiannya menganalisis hubungan harga
biofuel di pasar Uni Eropa, AS dan Brazil dengan menggunakan data harga minyak kedelai, harga CPO, dan harga rapeseed oil bulanan mulai dari Januari
1998 sampai Januari 2007 menyimpulkan bahwa ada hubungan kausalitas satu arah dari AS dan Brazil sebagai produsen utama minyak kedelai terhadap Uni Eropa sebagai produsen minyak kanola sekaligus konsumen minyak kedelai dan
CPO, ada kointegrasi diantara harga ketiga minyak tersebut, masing-masing harga minyak nabati tersebut dipengaruhi oleh harganya sendiri bulan sebelumnya dan
harga minyak nabati lainnya bulan sebelumnya, CPO merupakan substitusi minyak kanola.
Berdasarkan penelitian Susilowati (1989) minyak kelapa sawit
bersubstitusi dengan minyak kedelai dan minyak kelapa serta berkomplemen dengan minyak kanola (rapeseed oil). Hal ini berarti jika harga minyak kedelai
2.2. Landasan Teori Teori Permintaan
Permintaan adalah sejumlah barang yang bersedia dibayar oleh konsumen
pada tingkat harga tertentu. Permintaan seseorang terhadap suatu barang ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain harga barang itu sendiri, harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang tersebut, pendapatan,
cita rasa, jumlah penduduk dan ramalan mengenai keadaan di masa yang akan datang (Sukirno, 2005).
Dalam hukum permintaan dijelaskan sifat hubungan antara permintaan suatu barang dengan tingkat harganya. Hukum permintaan menyatakan semakin rendah harga suatu barang maka semakin banyak permintaan terhadap barang
tersebut dan sebaliknya semakin tinggi harga suatu barang maka semakin banyak permintaan terhadap barang tersebut (Sukirno, 2005).
Gambar 3. Kurva Permintaan
Kuantitas
P1
P2
Q1
Harga
D
Gambar 3 menjelaskan hukum permintaan dimana pada saat harga barang berada pada tingkat harga P1 maka jumlah permintaan adalah sebesar Q1, tetapi
ketika terjadi penurunan harga menjadi P2 maka jumlah permintaan menjadi Q2. Hal ini terjadi ketika faktor-faktor lain lain yang mempengaruhi permintaan
dianggap tidak berubah atau berada dalam keadaan ceteris paribus.
Harga Barang yang Berkaitan (Substitusi dan Komplementer)
Salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan adalah perubahan harga pada barang yang berkaitan erat dengan barang tersebut. Ada dua jenis
barang-barang yang berkaitan yaitu barang-barang substitusi dan barang-barang komplementer. Barang substitusi adalah barang yang sifatnya dapat menggantikan fungsi dari suatu barang, sedangkan barang komplementer adalah barang yang sifatnya dapat
melengkapi fungsi dari suatu barang (Miller, 2000).
Jika X dan Y adalah barang substitusi. Ketika harga Y turun sementara
harga X tidak berubah maka konsumen akan bergeser membeli Y lebih banyak dan membeli X lebih sedikit. Kurva permintaan X akan bergeser ke kiri yang menunjukkan penurunan permintaan akan X. Dengan kata lain hubungannya
adalah positif dimana penurunan harga Y akan menyebabkan penurunan permintaan terhadap X (Miller, 2000).
Gambar 4. Kurva Permintaan X dan Y (Hub. Substitusi)
Gambar 5. Kurva Permintaan X dan Y (Hub. Komplementer)
Kuantitas
P1y
P2y
Q1y
Harga
Dy
Dx
Q2y Q1x
Dx’
Q2x
Px
Kuantitas
P1y
P2y
Q1y
Harga
Dy
Dx’
Q2y Q2x
Dx
Q1x
2.3. Kerangka Pemikiran
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa telah terjadi pergeseran pangsa
pasar dimana sebelum tahun 2003 minyak kedelai masih mendominasi pasar minyak nabati namun setelah tahun 2003 pasar didominasi oleh minyak sawit. Hal
ini disebabkan adanya kesamaan komposisi dan kegunaan diantara minyak nabati yang ada.
Kesamaan kegunaan ini menunjukkan bahwa minyak sawit, minyak
kedelai, minyak rape, dan minyak bunga matahari memiliki hubungan substitusi maupun hubungan komplementer. Suatu barang yang memiliki hubungan
substitusi maupun komplementer maka harga dari barang tersebut akan saling mempengaruhi.
Untuk itu dilakukan penelitian lebih jauh bagaimana keterkaitan harga
Adapun skema kerangka pemikiran adalah sebagai berikut :
Keterangan : hubungan
Gambar 6. Skema Kerangka Pemikiran
2.5. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Terdapat hubungan kausalitas antara harga minyak sawit dengan minyak
kedelai, harga minyak sawit dengan minyak rape, harga minyak sawit dengan minyak bunga matahari, harga minyak kedelai dengan harga
minyak rape, harga minyak kedelai dengan harga minyak bunga matahari, harga minyak rape dengan harga minyak bunga matahari di pasar internasional.
Harga Minyak Sawit
Harga Minyak Rape Harga
Minyak Kedelai
2. Terdapat hubungan kointegrasi antara harga minyak sawit dengan minyak kedelai, harga minyak sawit dengan minyak rape, harga minyak
sawit dengan minyak bunga matahari, harga minyak kedelai dengan harga minyak rape, harga minyak kedelai dengan harga minyak bunga
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian adalah data time series bulanan
pada periode Januari 1980 hingga Agustus 2013. Data yang digunakan antara lain data harga yang diperoleh dari International Monetary Fund (IMF), data produksi dari United States Department of Agriculture (USDA) dan indeks harga konsumen yang diperoleh dari World Bank.
3.2. Metode Analisis Data
Seluruh data yang terkumpul adalah data harga nomial dalam nilai US$ yang artinya masih terdapat pengaruh inflasi di dalamnya. Untuk itu seluruh data
harga dikonversi ke dalam nilai riil dengan menggunakan Consumer Index Price (CIP). Menurut Lipsey, dkk (1984) cara mengkonversi nilai nominal ke dalam
nilai riil adalah dengan menggunakan rumus :
100
Hipotesis 1 dapat dianalisis dengan model Granger Causality dan untuk hipotesis 2 dianalisis dengan model kointegrasi dengan menggunakan alat analisis
Eviews 6.0.
Langkah awal yang dilakukan membentuk model persamaan regresinya.
Terdapat dua belas persamaan regresi antara lain sebagai berikut :
Persamaan 1 : Yt =α + βXt +εt`
t
Y = harga minyak kedelai pada waktu t
α ,β= koefisien, εt`= error term
Persamaan 2 : Yt =α + βXt +εt`
Dimana : Xt= harga minyak sawit pada waktu t
t
Y = harga minyak rape pada waktu t
α ,β= koefisien, εt`= error term
Persamaan 3 : Yt =α + βXt +εt`
Dimana : Xt= harga minyak sawit pada waktu t
t
Y = harga minyak bunga matahari pada waktu t
α ,β= koefisien, εt`= error term
Persamaan 4 : Yt =α + βXt +εt`
Dimana : Xt= harga minyak kedelai pada waktu t
t
Y = harga minyak sawit pada waktu t
α ,β= koefisien, εt`= error term
Persamaan 5 : Yt =α + βXt +εt`
Persamaan 6 : Yt =α + βXt +εt`
Dimana : Xt= harga minyak kedelai pada waktu t
t
Y = harga minyak bunga matahari pada waktu t
α ,β= koefisien, εt`= error term
Persamaan 7 : Yt =α + βXt +εt`
Dimana : Xt= harga minyak rape pada waktu t
t
Y = harga minyak sawit pada waktu t
α ,β= koefisien, εt`= error term
Persamaan 8 : Yt =α + βXt +εt`
Dimana : Xt= harga minyak rape pada waktu t
t
Y = harga minyak kedelai pada waktu t
α ,β= koefisien, εt`= error term
Persamaan 9 : Yt =α + βXt +εt`
Dimana : Xt= harga minyak rape pada waktu t
t
Y = harga minyak bunga matahari pada waktu t
α ,β= koefisien, εt`= error term
Persamaan 10 : Yt =α + βXt +εt`
t
Kedua belas persamaan diatas akan diuji hubungan kausalitasnya dengan
uji Granger Causality. Uji Granger Causality pada intinya dapat mengindikasikan apakah suatu variabel mempunyai hubungan dua arah atau hanya satu arah saja (Nachrowi, 2006). Model persamaan kausalitas dapat ditulis sebagai berikut :
Dimana :
Xt = variabel bebas (minyak sawit, minyak kedelai, minyak rape, minyak bunga
matahari) pada periode t
Yt = variabel terikat (minyak sawit, minyak kedelai, minyak rape, minyak bunga
matahari) pada periode t i = waktu
t
ε = error term
Hipotesis nol untuk pengujian ini :
a. Jika 0
Di dalam perhitungan secara statistik, jika nilai probabilitas Fstatistik < α, maka
ada pengaruh yang signifikan. Setelah diketahui variabel bebas dan variabel terikat dari uji Granger Causality, maka diperoleh persamaan regresinya sebagai berikut :
Dimana : Yt = variabel terikat (minyak sawit, minyak kedelai, minyak rape, minyak bunga matahari) pada periode t
Xt = variabel bebas (minyak sawit, minyak kedelai, minyak rape,
minyak bunga matahari) pada periode t
β
α, = koefisien
Persamaan regresi tersebut kemudian diuji dengan uji kointegrasi dengan
langkah-langkah sebagai berikut : 1. Uji Unit Akar
Uji unit akar adalah uji yang dilakukan sebagai langkah pertama dalam melakukan uji kointegrasi. Uji unit akar adalah salah satu cara untuk mengamati ketidakstasioneran suatu data runtun waktu. Dua data yang diuji memiliki
pergerakan yang sama sehingga terlihat saling berkorelasi walaupun tidak mempunyai hubungan sebab akibat, kondisi ini disebut dengan regresi palsu
(spurious regression). Untuk menghindari regresi palsu tersebut maka data yang diregresikan harus dalam keadaan stasioner terlebih dahulu.
Uji unit akar diperkenalkan oleh Dickey-Fuller melalui analisis Auxiliary
Regression (AR) dengan persamaan :
t t
t y
y =ρ −1 + µ
H0 : ρ =1 menyatakan bahwa variabel Y tidak stasioner, sehingga penolakan
terhadap H0 membuktikan bahwa variabel Y stasioner. Untuk data yang masih dalam keadaan tidak stasioner maka persamaan diatas dikurangi yt-1 pada sisi kiri
dan kanan, sehingga persamaannya menjadi :
Jika setelah turunan pertama variabel tidak juga stasioner, maka dilakukan dengan menggunakan uji Augmented Dickey-Fuller (ADF), dimana dapat
dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :
∑
yt = variabel harga pada periode waktu t
T = time trend
Hasil pengujian ini juga dapat dilihat dari nilai ADF statistik dan nilai probabilistiknya. Jika nilai ADF statistik lebih kecil dari nilai kritisnya dan nilai
probabilistiknya lebih kecil dari α (1%, 5%, atau 10%) maka data sudah stasioner. Setelah dilakukan uji unit akar pada keempat variabel tersebut kemudian
dilakukan uji kointegrasi. Untuk melanjutkan ke uji kointegrasi, semua variabel harus stasioner pada derajat integrasi yang sama atau I(n).
2.Uji Kointegrasi
Uji kointegrasi dilakukan untuk melihat apakah dalam jangka panjang ada
Metode yang digunakan adalah Johansen Cointegration Test yang dapat ditunjukkan pada persamaan berikut dengan ordo P :
t
dimana : yt = vektor-k pada variabel yang tidak stasioner
t
π = vektor-d pada variabel deterministic
t
ε = vektor inovasi
Kemudian persamaan diatas dapat ditulis menjadi :
∏
∑
−Jika H0 : εt< 1 menyatakan bahwa error term stasioner dimana terdapat hubungan
kointegrasi. Semakin kecil nilai error term maka akan terjadi keseimbangan
jangka panjang. Jika ada kointegrasi diantara variabel maka uji dilanjutkan ke uji error correction model (ECM).
3. Error Correction Model
Suatu persamaan yang memiliki persamaan kointegrasi maka dalam persamaan tersebut terdapat hubungan keseimbangan jangka panjang. Dalam
jangka pendek selalu terjadi ketidakseimbangan yang mana akan menyebabkan kesalahan keseimbangan (equilibrium error). Untuk itu diperlukan suatu model jangka pendek yang mampu mengamati perilaku variabel dalam jangka pendek
Kurangkan yt-1 dari kedua sisi, tambahkan dan kurangkan βXt−1 dari sisi
kanan, maka akan diperoleh :
t
stasioner tersebut maka persamaan diatas dimodifikasi menjadi :
t
β= koefisien kointegrasi
Jika γ =0 maka tercapainya titik keseimbangan pada jangka panjang. Jika γ
semakin besar maka semakin cepat hubungan antar variabel melakukan
penyesuaian menuju titik keseimbangan dalam jangka panjang.
3.3. Defenisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kekeliruan dan kesalahpahaman atas pengertian dalam penelitian ini, maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :
Defenisi
1. Harga adalah sejumlah uang yang dibebankan pada suatu produk atau jasa,
atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut.
2. Minyak nabati adalah minyak yang disari / diekstrak dari beberapa bagian
bahan bakar, bahan pewangi, pengobatan dan berbagai penggunaan industri lainnya.
3. Harga minyak nabati adalah harga rata-rata penjualan minyak nabati pada pasar internasional dalam US$.
4. Pasar internasional adalah seluruh kegiatan perdagangan yang berlangsung antar beberapa negara.
Batasan Operasional
1. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2013.
2. Penelitian ini hanya menganalisis empat jenis minyak nabati yakni minyak sawit, minyak kedelai, minyak rape dan minyak bunga matahari.
3. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series bulanan
BAB IV
GAMBARAN UMUM
4.1. Perkembangan Perdagangan Minyak Nabati Dunia
Minyak nabati merupakan salah satu komoditas penting dalam perdagangan dunia. Pasar yang kompetitif dan melibatkan tiga belas jenis minyak
serta hampir diproduksi dan dikonsumsi di semua negara merupakan bukti bahwa pentingnya minyak nabati dalam perdagangan internasional. Minyak nabati yang
diperdagangkan di pasar internasional antara lain minyak sawit, minyak inti kelapa sawit, minyak kedelai, minyak rape, minyak bunga matahari, minyak kelapa, minyak kacang tanah, minyak kapas, minyak jagung, minyak olive,
minyak jarak, minyak sesame, dan minyak linseed.
0
2008 2009 2010 2011 2012
ek
Palm oil Soyabean oil Rapeseed oil Sunflower oil
Sumber : USDA, 2012
Gambar 7. Grafik Jumlah Ekspor Minyak Nabati Tahun 2008-2012 Besarnya perdagangan minyak nabati dapat dilihat dari jumlah ekspor dan impornya. Gambar 7 menunjukkan bahwa jumlah ekspor minyak nabati dunia dari
kelapa sawit sebagai jenis minyak nabati yang memiliki kontribusi terbesar dalam menjelaskan peningkatan jumlah ekspor dunia. Indonesia dan Malaysia
merupakan negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia sekaligus merupakan dua negara pengekspor minyak nabati terbesar di dunia. Hal ini dapat dilihat pada
Gambar 8.
0 5 10 15 20 25
2008 2009 2010 2011 2012
ek
spor
(
jut
a m
et
rik
ton)
Indonesia Malaysia Argentina Ukraine Canada EU
Sumber : USDA, 2012
Gambar 8. Grafik Jumlah Ekspor Minyak Nabati Berdasarkan Negara Tujuannya Tahun 2008-2012
India, China, Amerika Serikat dan negara-negara Eropa merupakan negara pengimpor minyak nabati terbesar dan negara konsumen minyak nabati terbesar di
dunia. Tingginya konsumsi minyak nabati menyebabkan negara-negara tersebut melakukan impor guna memenuhi permintaan minyak nabati domestiknya. Grafik
Tabel 3. Volume Impor dan Konsumsi Domestik Tahun 2008 – 2012
No Negara
Volume Impor (juta metrik ton)
Konsumsi Domestik (juta metrik ton)
2008 2009 2010 2011 2012 2008 2009 2010 2011 2012
1 India 8.79 9.07 8.58 10.03 11.05 14.51 15.24 16.06 16.94 18.31
2 China 9.77 9.00 8.39 9.23 10.45 24.74 26.91 27.69 29.24 30.89
3 EU 9.26 8.96 8.52 8.98 8.98 11.17 24.48 24.18 23.93 23.58
4 USA 3.23 3.34 3.61 3.83 3.85 23.24 11.20 11.92 12.79 12.83
Sumber : USDA, 2012
4.2. Perdagangan Minyak Sawit Dunia
Dari segi daya saing, minyak sawit mempunyai kemampuan daya saing yang cukup kompetitif dibandingkan dengan minyak nabati lainnya, karena produktivitas per hektar yang cukup tinggi, merupakan tanaman tahunan yang
cukup handal terhadap berbagai perubahan agroklimat dan terbukti mengandung beta karoten sebagai pro-vitamin A dan tidak menyebabkan kolesterol.
Minyak sawit merupakan salah satu minyak nabati terbesar di dunia. Berdasarkan data USDA tahun 2012, minyak sawit menyumbang 55,31 juta metrik ton atau sekitar 34,5% dari produksi total minyak nabati dunia. Produsen
terbesar minyak sawit adalah Indonesia dan Malaysia yang kemudian diikuti oleh Thailand dengan masing-masing produksi sebesar 31 juta metrik ton, 19 juta
metrik ton dan 2,1 juta metrik ton. Selain sebagai negara produsen terbesar dunia, Indonesia dan Malaysia juga merupakan negara pengekspor minyak sawit terbesar dunia dengan tujuan ekspor adalah India, China, dan negara-negara Eropa. Total
ekspor minyak sawit Indonesia yakni sebesar 21 juta metrik ton sedangkan Malaysia sebesar 17,2 juta metrik ton.
terhadap suatu komoditas akan menyebabkan peningkatan harga pada komoditas tersebut, hal ini terjadi pada minyak sawit yang dapat dilihat pada Gambar 9.
0
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
H
Sumber : International Monetary Fund, 2013 (diolah)
Gambar 9. Grafik Perkembangan Harga Minyak Sawit Tahun 2002-2012
Berdasarkan Gambar 9 dapat dilihat bahwa pergerakan harga minyak sawit dari tahun ke tahun cenderung meningkat, walaupun sempat mengalami penurunan pada 2009 namun setelah itu kembali meningkat. Harga minyak sawit
tertinggi yaitu pada tahun 2011 mencapai US$ 1.076,50 per metrik ton.
4.3. Perdagangan Minyak Kedelai Dunia
hampir 100 tahun bertengger sebagai sumber utama minyak nabati dunia (pangsa produksi terbesar) kemudian digeser oleh minyak sawit.
Minyak kedelai merupakan minyak yang bebas kolesterol sama seperti minyak nabati lainnya. Kadar minyaknya relatif lebih rendah dibandingkan
dengan jenis kacangan lainnya. Kegunaan minyak kedelai yang sudah dimurnikan dapat digunakan untuk pembuatan minyak salad, minyak goreng (cooking oil) serta untuk segala keperluan pangan. Minyak kedelai juga digunakan pada pabrik
lilin, sabun, varnish, lacquers, cat, semir, insektisida dan desinfektans dan dapat digunakan untuk biodiesel dan bahan bakar.
Amerika Serikat merupakan salah satu produsen minyak kedelai di dunia. Namun pada tahun 2009 musim kering yang terjadi di negara ini mengakibatkan turunnya hasil produksi minyak kedelai dari 9.329 juta metrik ton pada tahun
sebelumnya menjadi 8.496 juta metrik ton. Hal ini berdampak pada turunnya volume ekspor minyak kedelai ke negara lain. Ekspor minyak kedelai dari
Amerika Serikat pada tahun 2009 adalah sebesar 952 juta metrik ton, turun dari tahun sebelumnya sebesar 1.319 juta metrik ton. Sehingga pada tahun 2010 posisi Amerika Serikat sebagai produsen minyak kedelai terbesar dunia digantikan oleh
China hingga sekarang.
Konsumsi minyak kedelai dunia memiliki tren meningkat dari tahun ke
tahun. China memiliki jumlah konsumsi domestik tertinggi di dunia yakni sebesar 10.435 juta metrik ton pada tahun 2009, 11.109 juta metrik ton pada tahun 2010, 11.944 juta metrik ton pada tahun 2011, dan 12.641 juta metrik ton pada tahun
minyak kedelai di negara tersebut. Tingginya permintaan minyak kedelai berdampak pada harga dari komoditi ini. Harga minyak kedelai cenderung
meningkat dari tahun ke tahun. Umumnya minyak kedelai di China digunakan
untuk minyak makan dan bahan tambahan untuk makanan hewan.
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
H
Sumber : International Monetary Fund, 2013 (diolah)
Gambar 10. Grafik Perkembangan Harga Minyak Kedelai Tahun 2002-2012
Harga minyak kedelai jauh lebih mahal dibandingkan dengan harga minyak sawit. Pada tahun 2012 harga minyak kedelai mencapai US$ 1,151.75
sedangkan harga minyak sawit hanya US$ 939.83. Terdapat perbedaan harg sebesar US$211.92.
4.3. Perdagangan Minyak Rape Dunia
Minyak rape adalah salah satu jenis minyak nabati yang sering digunakan untuk bahan bakar motor diesel yang dimodifikasi, namun jika kekentalannya
terlalu tinggi maka akan mengakibatkan kerusakan pada mesin diesel.
Konsumen minyak rape adalah China, India, Kanada, Jepang dan negara-negara Eropa. Pada tahun 2011 jumlah konsumsi negara-negara-negara-negara Eropa mencapai
9.307.000 metrik ton, China 6.255.000 metrik ton, India 2.433.000 metrik ton, Jepang 1.015 metrik ton dan Kanada 571.000 metrik ton. Pada tahun 2012 jumlah
konsumsi negara-negara Eropa mencapai 9.285.000 metrik ton, China 6.267.000 metrik ton, India 2.425.000 metrik ton, Jepang 1.015 metrik ton dan Kanada 560.000 metrik ton.
Produsen utama minyak rape di dunia adalah negara-negara Eropa dengan total produksi 8.980.000 metrik ton pada tahun 2011 dan meningkat menjadi
9.424.000 metrik ton pada tahun 2012. Selain negara-negara Eropa, China juga merupakan produsen minyak rape. Namun tingginya konsumsi minyak rape di negara ini mengakibatkan China harus melakukan kegiatan impor, dengan volume
impor pada tahun 2011 sebesar 1.036.000 metrik ton dan meningkat menjadi 1.400.000 metrik ton pada tahun 2012. Tingginya produksi, konsumsi dunia akan
0
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
H
Sumber : International Monetary Fund, 2013 (diolah)
Gambar 11. Grafik Perkembangan Harga Minyak Rape Tahun 2002-2012
Gambar 11 menunjukkan bahwa harga minyak rape tertinggi terjadi pada tahun 2008 yakni sebesar US$ 1,423.71 per metrik ton. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan harga minyak bumi naik dari US$ 50 per barrel menjadi
US$90 per barrel. Dengan adanya kenaikan harga minyak bumi maka pemanfaatan minyak rape sebagai salah satu bahan bakar nabati juga meningkat. Kemudian pada tahun 2009 terjadi penurunan harga yang sangat tajam menjadi
US$ 856.18 per metrik ton. Namun secara keseluruhan harga minyak rape cenderung meningkat dari waktu ke waktu.
penangkal radikal bebas, meningkatkan fungsi jantung, dan sebagai vitamin E sebagai pelembab kulit. Di Indonesia biji bunga matahari sering dioleh menjadi
makanan ringan seperti kuaci. Kandungan lemak pada minyak biji bunga matahari hampir 90% adalah lemak yang baik.
Negara penghasil minyak bunga matahari diantaranya adalah Argentina, Rusia, Turki, Ukraine, Negara-negara Eropa. Ukraine merupakan negara produsen minyak bunga matahari yang terbesar di dunia dengan jumlah produksi pada tahun
2011 sebesar 4.347.000 metrik ton dan kemudian mengalami penurunan produksi pada tahun 2012 menjadi 3.815.000 metrik ton.
Konsumen minyak bunga matahari ini berasal dari negara-negara Eropa dengan jumlah konsumsi pada tahun 2012 mencapai 3.693.000 metrik ton. Konsumsi di negara-negara Eropa yang cukup tinggi ini menyebabkan mereka
harus melakukan kegiatan impor dari negara lain terutama dari negara Ukraine. Adanya fluktuasi permintaan dan penawaran minyak bunga matahari
menyebabkan harga komoditas ini juga berfluktuasi. Perkembangan harga komoditas ini dapat dilihat pada Gambar 12.
0
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
H
Sumber : International Monetary Fund, 2013 (diolah)
Gambar 12. Grafik Perkembangan Harga Minyak Bunga Matahari Tahun 2002-2012
Gambar 12 memperlihatkan bahwa terjadi kenaikan harga minyak bunga matahari pada tahun 2008 yaitu sebesar US$ 1,693.65 per metrik ton dari tahun sebelumnya yaitu US$ 673 per metrik ton, kemudian turun kembali menjadi US$
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil
5.1.1 Hasil Uji Granger Causality
Analisis kausalitas digunakan untuk mengetahui hubungan sebab akibat dari setiap variabel. Hubungan kausalitas antara variabel yang ada dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Uji Granger Causality Variabel
Terikat (Y)
Variabel Bebas (X)
Probabilitas Kesimpulan
PCPO PSOY
PSOY tidak mempengaruhi PCPO PRAP tidak mempengaruhi PCPO PSUN tidak mempengaruhi PCPO
PSOY PCPO
PCPO mempengaruhi PSOY PRAP mempengaruhi PSOY PSUN tidak mempengaruhi PSOY
PCPO mempengaruhi PRAP PSOY mempengaruhi PRAP PSUN mempengaruhi PRAP
PCPO mempengaruhi PSUN PSOY mempengaruhi PSUN PRAP mempengaruhi PSUN
Keterangan : * signifikan pada α = 5%
Sumber : Lampiran 3
Dari Tabel 4 dapat dijelaskan bahwa terdapat hubungan kausalitas dua arah antara harga minyak kedelai dengan harga minyak rape memiliki hubungan sebab akibat. Artinya perubahan harga minyak kedelai dapat mempengaruhi harga
minyak rape dan perubahan harga minyak rape juga dapat mempengaruhi harga minyak kedelai. Hal yang sama juga terjadi pada harga minyak rape dengan harga
Sedangkan hubungan kausalitas diantara harga minyak sawit dengan harga minyak kedelai adalah satu arah saja, artinya perubahan pada harga minyak sawit
dapat mempengaruhi harga minyak kedelai, tetapi perubahan harga minyak kedelai tidak dapat mempengaruhi harga minyak sawit. Begitu pula dengan harga
minyak sawit terhadap harga minyak rape, harga minyak sawit terhadap harga minyak bunga matahari dan harga minyak kedelai terhadap harga minyak bunga matahari.
Harga minyak sawit tidak dipengaruhi oleh ketiga harga minyak nabati, sedangkan harga minyak kedelai hanya dipengaruhi oleh dua harga minyak nabati
lain yaitu minyak sawit dan minyak rape. Harga minyak rape dan harga minyak bunga matahari dipengaruhi oleh ketiga harga minyak nabati.
5.1.2 Hasil Uji Akar Unit
Semua uji yang dilakukan dalam menganalisis seluruh data/variabel adalah
dengan menggunakan program Eviews 6.0. Sebelum melakukan uji kointegrasi terlebih dahulu melakukan uji akar unit seluruh data runtut waktu agar dapat dilihat apakah data sudah stasioner atau belum stasioner. Karena salah satu syarat
uji kointegrasi seluruh data harus stasioner pada derajat integrasi yang sama. Dalam hal ini uji akar unit yang dilakukan adalah dengan uji Augmented
Dickey-Fuller (ADF).
Tabel 5. Hasil Uji Akar Unit (Unit Root Test)
Variabel ADF statistik Probabilitas I (n)
PCPO -8,43 0.00 I (1)
Tabel 5 menunjukkan bahwa semua variabel yang dianalisis stasioner pada taraf signifikan 5% pada tingkat first difference. Hal ini terlihat dari nilai ADF
statistik yang lebih kecil dari nilai kritis MacKinon serta nilai probabilitasnya yang lebih kecil dari 5%. Secara umum dapat disimpulkan bahwa variabel harga
minyak sawit, minyak kedelai, minyak rape dan minyak bunga matahari stasioner pada derajat integrasi I (1).
5.1.3. Hasil Uji Kointegrasi
Di dalam uji akar unit seluruh data stasioner pada tingkat first difference
oleh karena itu data yang digunakan harus terlebih dahulu diubah ke dalam bentuk first difference-nya. Kemudian dapat dilakukan uji kointegrasi. Adapun hasil uji kointegrasi pada Tabel 6 dapat dijelaskan sebagai berikut :
Tabel 6. Hasil Uji Kointegrasi
Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa terdapat kointegrasi diantara harga minyak kedelai dengan harga minyak sawit, harga minyak kedelai dengan harga
minyak rape, harga minyak rape dengan harga minyak sawit, harga minyak rape dengan harga minyak bunga matahari, harga minyak bunga matahari dengan minyak sawit dan harga bunga matahari dengan minyak kedelai. Dengan adanya
kointegrasi diantara variabel-variabel tersebut selanjutnya dilakukan analisis Error Correction Model (ECM).
5.1.4. Hasil Uji Error Correction Model
Apabila suatu persamaan memiliki sifat kointegrasi maka dalam
persamaan tersebut terdapat hubungan keseimbangan jangka panjang. Hal tersebut disebabkan, secara teoritis hubungan keseimbangan selalu berada dalam
perspektif jangka panjang, sedangkan dalam jangka pendek selalu terjadi ketidakseimbangan yang mana akan menyebebkan kesalahan keseimbangan (equilibrium error). Untuk itu diperlukan sebuah model jangka pendek yang
Tabel 7. Hasil Error Correction Model
No. Error Correction Model Variabel Koefisien
1. PSOY – PCPO C
Dari Tabel 7 dapat dibuat persamaan Error Correction Model sebagai berikut :
1. ∆PSOYt = 0,001 + 0,530∆PCPOt – 0,046(Yt−1−α−βXt−1)+εt
Dari persamaan diatas diketahui koefisien ECM adalah sebesar 0,046 yang
diartikan bahwa minyak kedelai dan minyak sawit secara perlahan-lahan akan menuju pada satu titik keseimbangan dimana kedua variabel tersebut
ketika harga minyak sawit naik sebesar satu dolar maka harga minyak kedelai akan naik sebesar 0,530 dolar.
2. ∆PSOYt = 0,001 + 0,348∆PRAPt – 0,087(Yt−1−α−βXt−1)+εt
Dari persamaan diatas diketahui koefisien ECM adalah sebesar 0,087 yang diartikan bahwa minyak kedelai dan minyak rape secara perlahan-lahan akan menuju pada satu titik keseimbangan dimana kedua variabel tersebut
memiliki hubungan jangka panjang. Kecepatan penyesuaian antara kedua variabel adalah 8,7% untuk setiap bulannya. Dalam kondisi jangka pendek,
ketika harga minyak rape naik sebesar satu dolar maka harga minyak kedelai akan naik sebesar 0,348 dolar.
3. ∆PRAPt = 0,001 + 0,397∆PCPOt – 0,090(Yt−1−α−βXt−1)+εt
Dari persamaan diatas diketahui koefisien ECM adalah sebesar 0,090 yang diartikan bahwa minyak rape dan minyak sawit secara perlahan-lahan akan
menuju pada satu titik keseimbangan dimana kedua variabel tersebut memiliki hubungan jangka panjang. Kecepatan penyesuaian antara kedua
variabel adalah 9% untuk setiap bulannya. Dalam kondisi jangka pendek, ketika harga minyak sawit naik sebesar satu dolar maka harga minyak rape akan naik sebesar 0,397 dolar.
4. ∆PRAPt = 0,0004 + 0,591∆PSOYt – 0,135(Yt−1−α−βXt−1)+εt
ketika harga minyak kedelai naik sebesar satu dolar maka harga minyak rape akan naik sebesar 0,135 dolar.
5. ∆PRAPt = 0,0005 + 0,358∆PSUNt – 0,055(Yt−1−α−βXt−1)+εt
Dari persamaan diatas diketahui koefisien ECM adalah sebesar 0,055 yang diartikan bahwa minyak rape dan minyak bunga matahari secara perlahan-lahan akan menuju pada satu titik keseimbangan dimana kedua variabel
tersebut memiliki hubungan jangka panjang. Kecepatan penyesuaian antara kedua variabel adalah 5,5% untuk setiap bulannya. Dalam kondisi jangka
pendek, ketika harga minyak bunga matahari naik sebesar satu dolar maka harga minyak rape akan naik sebesar 0,358 dolar.
6. ∆PSUNt = 0,002 + 0,369∆PCPOt – 0,041(Yt−1−α−βXt−1)+εt
Dari persamaan diatas diketahui koefisien ECM adalah sebesar 0,041 yang diartikan bahwa minyak bunga matahari dan minyak sawit secara
perlahan-lahan akan menuju pada satu titik keseimbangan dimana kedua variabel tersebut memiliki hubungan jangka panjang. Kecepatan penyesuaian antara
kedua variabel adalah 4,1% untuk setiap bulannya. Dalam kondisi jangka pendek, ketika harga minyak sawit naik sebesar satu dolar maka harga minyak bunga matahari akan naik sebesar 0,369 dolar.
7. ∆PSUNt = 0,001 + 0,589∆PSOYt – 0,070(Yt−1−α−βXt−1)+εt
Dari persamaan diatas diketahui koefisien ECM adalah sebesar 0,070 yang diartikan bahwa minyak bunga matahari dan minyak kedelai secara perlahan-lahan akan menuju pada satu titik keseimbangan dimana kedua variabel
pendek, ketika harga minyak kedelai naik sebesar satu dolar maka harga minyak bunga matahari akan naik sebesar 0,589 dolar.
8. ∆PSUNt = 0,002 + 0,306∆PRAPt – 0,087(Yt−1−α−βXt−1)+εt
Dari persamaan diatas diketahui koefisien ECM adalah sebesar 0,087 yang diartikan bahwa minyak bunga matahari dan minyak rape secara perlahan-lahan akan menuju pada satu titik keseimbangan dimana kedua variabel
tersebut memiliki hubungan jangka panjang. Kecepatan penyesuaian antara kedua variabel adalah 8,7% untuk setiap bulannya. Dalam kondisi jangka
pendek, ketika harga minyak rape naik sebesar satu dolar maka harga minyak bunga matahari akan naik sebesar 0,306 dolar.
5.2 Pembahasan
Dari hasil uji Granger Causality, harga minyak sawit tidak dipengaruhi
oleh ketiga harga minyak nabati lain. Hal ini dikarenakan minyak sawit merupakan minyak yang paling banyak mendominasi pasar minyak nabati. Minyak sawit memiliki produksi dan konsumsi yang paling tinggi di pasar
internasional. Minyak sawit juga memiliki tingkat kontinuitas yang tinggi karena berasal dari tanaman kelapa sawit yang merupakan tanaman tahunan yang
memiliki umur ekonomis yang cukup lama yaitu sekitar 25 tahun. Hal ini berarti produksi minyak sawit relatif stabil dari tahun ke tahun.
Harga minyak kedelai dipengaruhi oleh dua harga minyak nabati lain yaitu
internasional dan kemudian posisinya digeser oleh minyak sawit. China merupakan negara penghasil minyak kedelai terbesar sekaligus negara konsumen
terbesar. Namun jumlah produksi minyak kedelai di China tidak dapat memenuhi konsumsi domestik minyak kedelai, oleh karena itu China melakukan impor
minyak kedelai dari Argentina.
Minyak kedelai adalah minyak yang berasal dari tanaman kedelai yang merupakan tanaman semusim dengan umur ekonomis sekitar 110 hari. Hal ini
menyebabkan tingkat kontinuitas dari ketersediaan minyak kedelai di pasar internasional lebih rendah dibandingkan dengan minyak sawit.
Harga minyak rape dipengaruhi oleh ketiga harga minyak nabati yaitu harga minyak sawit, minyak kedelai dan minyak bunga matahari. Begitu juga dengan harga minyak bunga matahari yang dipengaruhi oleh harga minyak sawit,
minyak kedelai dan minyak rape. Kondisi ini menunjukkan bahwa fluktuasi harga minyak sawit dan minyak kedelai akan menyebabkan perubahan pada harga
minyak rape dan minyak bunga matahari.
Berdasarkan hasil uji kointegrasi dan uji Error Correction Model yang dilakukan terhadap variabel-variabel harga minyak sawit, harga minyak kedelai,
harga minyak rape dan harga minyak bunga matahari dapat dijelaskan bahwa dalam jangka pendek tidak menuju pada suatu titik keseimbangan atau tidak
memiliki hubungan dalam jangka pendek. Namun nilai residu dari setiap persamaan yang berkointegrasi menunjukkan bahwa setiap persamaan akan menuju pada satu titik keseimbangan dimana kedua variabel dalam persamaan
menandakan bahwa peningkatan harga pada salah satu variabel akan menyebabkan peningkatan harga pada variabel yang lain.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Luthfiandy (2011) yang menyimpulkan bahwa harga minyak sawit, harga minyak kedelai, harga
minyak rape (kanola) dan harga minyak bunga matahari memiliki hubungan kointegrasi atau hubungan jangka panjang. Pada penelitian ini juga disimpulkan bahwa minyak sawit merupakan minyak yang paling berpengaruh pada perubahan
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Harga minyak sawit tidak dipengaruhi oleh ketiga harga minyak nabati lain. Kondisi ini dikarenakan minyak sawit merupakan minyak nabati yang paling banyak dikonsumsi oleh dunia, memiliki share produksi yang paling tinggi di
pasar internasional, dan memiliki tingkat kontinuitas yang tinggi dibandingkan dengan minyak nabati lainnya.
2. Diantara harga minyak sawit, harga minyak kedelai, harga minyak rape dan harga minyak bunga matahari terdapat hubungan kointegrasi. Hal ini menunjukkan variabel-variabel dalam persamaan memiliki hubungan jangka
panjang. Namun tidak terdapat titik keseimbangan dalam jangka pendek.
6.2. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang dapat diajukan diantaranya :
1. Para penghasil minyak sawit harus saling bekerjasama dalam mempertahankan harga dari komoditi ini mengingat bahwa komoditi ini merupakan komoditi yang paling banyak dikonsumsi dan diperdagangkan di
pasar dunia terutama untuk negara Indonesia dan Malaysia yang merupakan negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia.
bahwa minyak sawit banyak digunakan untuk kebutuhan pangan dan kebutuhan bahan baku biodiesel. Selain minyak sawit, pengembangan minyak
nabati lainnya seperti minyak kedelai, minyak rape, minyak bunga matahari juga harus ditingkatkan karena ketiga minyak nabati ini juga memiliki
kontribusi yang cukup besar di dalam pasar dunia. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi jika terjadi kelangkaan terhadap minyak sawit ataupun terjadi peningkatan konsumsi di pasar dunia, ketiga jenis minyak nabati ini dapat
menjadi salah satu alternatif dalam pemenuhan kebutuhan pasar dunia.
3. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menganalisis hubungan
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, Ahmad. 2008. Kointegrasi Harga CPO (Crude Palm Oil) Internasional dan Harga CPO (Crude Palm Oil) Domestik Terhadap Harga Minyak Goreng Domestik. Medan : Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Anonimous. 2012. Handout Minyak Nabati. Medan : Universitas Sumatera Utara
diakses melalui website
Buana, L. 2004. Prospek Pengembangan Kelapa Sawit Di Indonesia. Medan : Pusat Penelitian Kelapa Sawit
Departemen Perindustrian. 2007. Gambaran Sekilas Industri Minyak Kelapa Sawit. Jakarta : Sekretaris Jenderal
Departemen Pertanian, 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kedelai. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Departemen Pertanian. 2012. Pemanfaatan Produk Bunga Matahari (Helianthus annus L) Sebagai Bahan Pangan, Biofuel dan Bahan Nilai Tambah Lainnya. Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Griffith. 1979. Relationship Among North American Fats and Oil Prices. American Journal of Agricultural Economics
Indonesian Trade Promotion Centre (ITPC). 2012. Market Brief. HS 1511 Minyak Sawit. Lyon : Kementerian Perdagangan Republik Indonesia
Lipsey, Richard G. Peter O. Steiner dan Douglas D. Purvis. 1984. Economics. Seventh Edition. Harper and Row Publisher. New York
Liu, Xing. 2008. Impact and competitiveness of EU biofuel-market – First view of the prices of biofuel market in relation to the global players. http://ageconsearch.umn.edu/bitstream/6501/2/sp08li18.pdf.Diakses tanggal 1 September 2013
Luthfiandy, Avy. 2011. Analisis Komoditas Harga Minyak Kelapa Sawit, Minyak Kedelai, Minyak Kanola, dan Minyak Bunga Matahari di Pasar Internasional. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen Insitut Pertanian Bogor
Munadi, Ernawati. 2007. Penurunan Pajak Ekspor dan Dampaknya Terhadap Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia ke India (Pendekatan Error Correction Model). Surabaya : Fakultas Ekonomi Universitas Wijaya Kusuma
Nachrowi. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Oil World. 2008. Oil World Data Base December 2008. Jerman : ISTA Mielke
GmbH
Prihatman, Kemal. 2000. Kedelai (Glycine max L). Jakarta : Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknolohi
Purwanto, S.K. 2002. Dampak Kebijakan Domestik dan Faktor Eksternal Terhadap Perdagangan Dunia Minyak Nabati. Bogor : Institut Pertanian Bogor
Sipayung, Tungkot. 2012. Ekonomi Agribisnis Minyak Sawit. Bogor : IPB Press
Sugiarto. 2000. Ekonomi Mikro Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama
Sukirno, Sadono. 2005. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada
Susila, A.D. 2006. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran. Bogor : Departemen Agronomi dan Holtikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Susila. 2010. Peluang Pengembangan Kelapa Sawit Di Indonesia : Perspektif Jangka Panjang 2025. Bogor : Lembaga Riset Perkebunan Indonesia
Susilowati, H. 1989. Pasar Minyak Sawit Dunia Dan Kaitannya Dengan Ekspor Minyak Sawit Indonesia. Bogor : Institut Pertanian Bogor
Tasnim, Fatimah Hani’atu. 2008. Faktor-Faktor Determinan Ekspor CPO Indonesia 2001-2006 : Analisa Model Persamaan Rekursif. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
USDA. 2012. Oilseed and Products : World Market and Trade. USDA. Washington
Lampiran 1. Data Harga Nominal Minyak Sawit, Minyak Kedelai, Minyak Rape, dan Minyak Bunga Matahari
Data Type
US Dollars per Metric Ton
US Dollars per Metric Ton
US Dollars per Metric Ton
US Dollars per Metric Ton per metric ton
Palm oil, Malaysia Palm Oil Futures (first contract forward) 4-5 percent FFA, US$ per metric ton
Soybean Oil, Chicago Soybean Oil Futures (first contract forward) exchange approved grades, US$ per metric ton
2005M05 681.71 370.16 501.41 1160.86
2008M02 1479.24 1109.50 1307.75 673.00
2008M03 1640.50 1146.86 1321.27 1303.10
2008M04 1564.06 1083.48 1292.08 2177.36
2008M05 1580.45 1086.83 1330.47 2214.55
2008M06 1639.55 1096.39 1414.42 2300.19
2008M08 1467.67 791.77 1163.78 2060.24
2008M09 1352.99 667.04 1042.09 1948.82
2008M10 1149.90 486.40 808.76 1724.39
2010M10 1149.25 935.22 1034.85 1304.14
2010M11 1243.95 1059.01 1123.30 1395.77
2010M12 1385.48 1171.22 1208.33 1466.26
2011M01 1441.42 1238.57 1257.14 1528.95
2011M02 1419.27 1248.55 1268.35 1591.50
2011M03 1416.70 1142.23 1245.10 1576.96
2011M04 1446.91 1123.79 1279.14 1691.76
2011M05 1415.51 1143.44 1255.67 1701.18
2011M06 1404.24 1075.91 1250.06 1700.86