• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIMULASI PENTRANSMISIAN DATA PADA JARINGAN WIMAX MENGGUNAKAN PROGRAM MATLAB 7.0

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SIMULASI PENTRANSMISIAN DATA PADA JARINGAN WIMAX MENGGUNAKAN PROGRAM MATLAB 7.0"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

SIMULASI PENTRANSMISIAN DATA PADA JARINGAN WIMAX MENGGUNAKAN PROGRAM MATLAB 7.0

Oleh

Apriga Pranata

Kecepatan tinggi dan kapasitas besar dalam mengirimkan data merupakan hal penting dalam proses transmisi data. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, WiMAX dapat menjadi pilihan karena memiliki banyak keunggulan. Tetapi dalam penerapannya, dibutuhkan suatu metode transmisi yang baik, yang mampu mengirimkan informasi dengan kapasitas besar, aman terhadap gangguan error, dan mampu memberikan pelayanan yang lebih baik. Sistem yang dirancang adalah sistem komunikasi WiMAX yang menggunakan penambahan metode Adaptive Modulation and Coding (AMC) dan Forward Error Correction (FEC) dengan salah satu cabang FEC adalah convolutional codes sebagai pendeteksi serta pengkoreksi error. Dan analisis dilakukan menggunakan modulasi BPSK, QPSK, 16-QAM dan 64-QAM dengan simulasi MATLAB 7.0 untuk menganalisa performansi BER terhadap SNR menggunakan teknik pengkodean convolutional codes dengan cara mengubah code rate yang berbeda-beda pada convolutional codes. Dari hasil simulasi, dengan menggunakan pengkodean convolutional codes pada sistem komunikasi WiMAX dapat memberikan performansi yang lebih baik untuk mencapai BER 10-3 dengan cara menggunakan modulasi yang lebih kecil dan code rate yang lebih tinggi. Hal ini terbukti pada modulasi 16-QAM dengan code rate = 3/4 dan guard interval 1/4 dibutuhkan SNR sebesar 1-3dB untuk mencapai BER yang lebih kecil, sedangkan pada modulasi 16-QAM dengan code rate = 1/2 dan guard interval 1/4 dibutuhkan SNR sebesar 5 dB

(2)

ii ABSTRACT

SIMULATION OF DATA TRANSMISSION ON WIMAX USING MATLAB 7.0

By

Apriga Pranata

High speed and large capacity in data transmission is very important. To satisfy that needs, WiMAX becomes the preferred choice for its characteristics. However, in its application, a good transmission method is required. The transmission method must be able send information with large capacity and errorless, therefore giving the better service. The system designed is using Adaptive Modulation and Coding (AMC) and Forward error correction (FEC) method is added, with Convolutional Codes as one of its branch. The Convolutional Codes is used for error-detection and error-correction. The simulation system using Convolutional Codes with BPSK, QPSK, 16-QAM and 64-QAM modulation using MATLAB 7.0. This simulation analyzes the performance of the SNR versus BER with a technique using Convolutional Codes which uses different code rates. The simulation results use Convolutional Codes in WiMAX communication systems, Convolutional Codes can provide a better performance to achieve a 10-3 BER by using smaller modulation and high code rate. This conclusion can be achieved by looking at the result which by using modulation 16-QAM with 3/4 code rate and 1/4 guard interval gives 1-3 dB SNR to achieve the smaller BER, on the modulation 16-QAM with 1/2 code rate and 1/4 guard interval, 5dB SNR is needed to achieve smaller BER.

(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

(4)

802.16e memiliki kemampuan hand over atau hand off, sebagaimana layaknya pada komunikasi selular. Dengan menggunakan WiMAX, maka hanya dibutuhkan sebuah BTS dengan rentang jarak 30-50 Km, yang berarti untuk sebuah kota atau kabupaten hanya dibutuhkan 1 BTS untuk menjangkau seluruh wilayah tersebut.

Kecepatan transfer data juga dapat dilakukan secara teoritis dengan kecepatan 70 Mbps, jauh di atas kecepatan Wi-Fi yang hanya 11-54 Mbps. Keunggulan– keunggulan lainnya yaitu efisiensi bandwidth yang lebih baik, kapasitas user yang banyak dan Bit Error Rate (BER) yang rendah.

Bit Error Rate (BER) merupakan parameter untuk menunjukkan kualitas saluran transmisi WiMAX, yang dihitung dengan membagi jumlah bit yang diterima yang mengalami kesalahan dengan total jumlah bit yang ditransmisikan. Dan salah satu cara untuk mendapatkan nilai BER yang baik yaitu dengan menentukan teknik modulasi dan code rate yang efisien untuk diterapkan dalam suatu sistem komunikasi.

(5)

memungkinkan manipulasi matriks, pem-plot-an fungsi dan data, implementasi algoritma, pembuatan antarmuka pengguna, dan antarmuka dengan program dalam bahasa lainnya yang dapat membantu dalam proses simulasi pentransmisian data pada jaringan WiMAX.

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yaitu:

1. Mempelajari pengaruh jenis modulasi yang digunakan (BPSK,QPSK, 16QAM dan 64QAM) terhadap nilai BER yang dihasilkan pada jaringan telekomunikasi WiMAX.

2. Menganalisis pengaruh besarnya Signal to Noise Ratio terhadap Bit Error Rate (BER) dari masing-masing modulasi.

C. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Dapat mengetahui proses pengiriman data pada jaringan telekomunikasi

WiMAX.

2. Meningkatkan efektifitas dari kinerja jaringan WiMAX dengan menerapkan teknik modulasi yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. 3. Mengetahui pengaruh besarnya Signal to Noise Ratio terhadap Bit Error

(6)

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara memperoleh nilai Bit Error Rate yang baik dengan menggunakan teknik modulasi yang tepat.

2. Bagaimana mensimulasikan teknik modulasi pada jaringan WiMAX dengan menggunakan program Matlab 7.0.

E. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hanya membahas pengaruh teknik modulasi dan besarnya Signal to Noise Ratio (SNR) yang digunakan pada jaringan WiMAX terhadap Bit Error Rate (BER) yang dihasilkan.

2. Data yang akan ditransmisikan dalam simulasi hanya berupa bit random.

F. Hipotesa Awal

Besarnya Bit Error Rate (BER) akan berbanding terbalik dengan besarnya Signal to Noise Ratio (SNR), jika Signal to Noise Ratio semakin besar maka Nilai Bit Error Rate yang dihasilkan akan semakin kecil.

G. Sistematika Penulisan

Sistematis penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

(7)

Bab II Berisi bahasan tentang jaringan WiMAX sendiri, Bit Error Rate (BER), Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM), Adaptive Modulation dan Coding (AMC), serta Cyclic Prefix. Bab III Bab ini membahas mengenai bagaimana metode pengerjaan tugas

akhir ini dilakukan dan langkah-langkah pengerjaan yang dilakukan.

Bab IV Bab ini berisi analisis simulasi mengenai besarnya Bit Error Rate yang dihasilkan jaringan WiMAX berdasarkan besarnya Signal to Noise Ratio dan penggunaan teknik modulasi.

(8)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengenalan WiMAX

WiMAX (Worldwide Interoperability for Microwave Access, IEEE.802.16)

dikembangkan secara khusus dari teknologi OFDM (Orthogonal Frequency

Division Multiplexing) untuk mencapai coverage area yang luas (beberapa

mil/sekitar 50-an kilometer) dengan kecepatan tinggi (sekitar 70 Mbps) [2]dan

tambahan multiple access yang mungkin bisa diaplikasikan untuk sistem

komunikasi selluler masa depan. Tambahan multiple access ini dengan

performansi yang baik bisa jadi akan menjadi kompetitor baru bagi jaringan

telepon seluler yang sudah ada.

Teknologi pendahulunya, yaitu WiFi (IEEE.802.11) yang sekarang masih

dipakai di laboratorium, kampus, airport, ruang konferensi sampai coffee shop

dan supermarket, hanya mampu menjangkau 20-100 meter dengan kecepatan

beberapa puluh Mbps. Karena itulah WiMAX lebih menjanjikan untuk

memperluas jaringan yang murah di pedesaan dibandingkan pembangunan

infrastruktur dengan kabel yang cukup mahal. Inilah yang mendasari komentar

para pakar WiMAX internasional, bahwa teknologi WiMAX adalah vital dan

sangat cocok untuk diaplikasikan di negara-negara berkembang seperti

(9)

B. Fase Pengembangan dan Implementasi

Sebuah chip WiMAX pertama “Rosedale” PRO/Wireless 5116 dikembangkan

dari IEEE.802.16-2004 berisi OFDM 256-subcarrier. Menyusul kemudian

Chip MB87M3400 (Fujitsu, 2005) juga telah dijual seharga 40 dollar, bisa

digunakan menjadi base station dan subscriber station untuk komunikasi Non

Line of Site (NLOS), menggunakan OFDM 256-subcarrier pula.

1. Masalah Alokasi Frekuensi

Sebuah organisasi non-profit yaitu WiMAX Forum, yang memiliki lebih

300 anggota yang terdiri industri dan organisasi, merekomendasikan tiga

alokasi frekuensi yaitu; 2.5GHz, 3.5GHz, dan 5.8 GHz.

Sayangnya, alokasi frekuensi kerja ini seringkali bermasalah hampir di

seluruh negara di dunia, tidak hanya di negara-negara berkembang.

Sebagai contoh Jepang, di Jepang ternyata 2.5GHz sudah dipakai untuk

komunikasi seluler, 3.5GHz dipakai untuk broadcasting dan 5.8GHz telah

dipakai untuk sistem navigasi transportasi ITS (Intelligent Transportation

System).

Jika kita teliti kembali, masalah alokasi frekuensi yang sesungguhnya

(10)

dialokasikan pada frekuensi yang tidak terdaftar (unlicensed band).

Namun, jika WiMAX ini bekerja di frekuensi yang unlicensed, maka

powernya harus dibatasi dan tidak boleh mengganggu (menimbulkan

interferensi) terhadap teknologi lainnya pada frekuensi yang terdaftar.

Itulah kendala utama yang dikhawatirkan berpengaruh dalam performansi

dan mungkin juga bisnis.

Beberapa negara yang telah memutuskan alokasi frekuensi ini misalnya:

Eropa pada 3.4–3.6GHz, Korea dengan WiBro-nya pada 2.3-2.4GHz,

China 3.3-3.4GHz, USA pada 2.5-2.7GHz dan 3.65-3.70GHz, Malaysia

(tentative) 3.4-4.2GHz. Dan untuk Indonesia, WiMAX akan dialokasikan

pada 2.3GHz dengan lebar pita 90MHz (dengan 6 blok, masing-masing

15MHz, 6×15MHz = 90MHz). [3].

2. WiMAX Forum

Untuk mempercepat penerapan dan sosialisasi standar ini di masyarakat

dan kalangan industri, pada bulan April 2001, dibentuklah sebuah forum

yang diberi nama WiMAX (Worldwide Interoparibility for Microwave

Access) Forum. Tujuan pembentukan WiMAX Forum ini adalah untuk

mempromosikan dan melakukan sertifikasi terhadap kompatibilitas dan

interoperabilitas perangkat berbasis standar 802.16 dan standar

turunannya.

Disamping itu, forum ini bertujuan mengembangkan perangkat-perangkat

tersebut agar bisa memenuhi kebutuhan pasar. Forum ini beranggotakan

(11)

Devices, Aperto Networks, Ensemble Communications, Fujitsu, Intel,

Nokia, OFDM Forum, Proxim, dan Wi-LAN.

C. Karakteristik WiMAX

WiMAX merupakan standar IEEE 802.16 yang membawahi aneka standar

turunannya. Standar ini mengatur penggunaan perangkat nirkabel untuk

keperluan jaringan perkotaan (Metropolitan Area Network/MAN). Standar ini

khususnya dirancang untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan akses nirkabel

berkecepatan tinggi atau BWA (Broadband Wireless Access). Kehadiran

teknologi ini diharapkan akan memungkinkan akses terhadap aneka aplikasi

multimedia via koneksi nirkabel dengan jarak antar perangkat yang lebih jauh.

Standar 802.16 (dan turunannya) beroperasi pada pita frekuensi radio antara

2GHz sampai 11GHz. Standar ini memiliki transfer rate 70 Mbit per detik

dengan tingkat latency yang rendah, dan penggunaan ruang spektrum

frekuensi yang efisien.

Untuk mengamankan koneksi yang terjadi, standar ini juga telah mendukung

feature enkripsi data, dengan pengaturan kesalahan bertipe Forward Error

Correction (FEC). Jarak yang bisa dijangkau oleh standar ini dapat diperluas

sampai sekitar 30 mil, atau sekitar 48 kilometer dengan tingkat throughput

yang masih memadai untuk mentransfer data.

WiMAX terbagi menjadi dua model pemanfaatan yang masing-masing

diwakili oleh dua standar IEEE yang berbeda. Model pemanfaatan pertama

adalah pemanfaatan fixed access, atau sambungan tetap yang menggunakan

(12)

Standar ini termasuk dalam golongan layanan fixed wireless karena

menggunakan antena yang dipasang di lokasi pelanggan. Antena ini dapat

dipasang di atap atau tiang tinggi persis seperti cakram parabola untuk TV.

Teknologi dari standar inilah yang menjadi subsitusi dari teknologi-teknologi

seperti cable modem, berbagai macam digital subscriber line (DSL), sirkuit

transmit/exchange (Tx/Ex), dan sirkuit optical carrier (Oc-x).

Sementara model pemanfaatan kedua, sering disebut pemanfaatan portable

atau mobile yang menggunakan standar IEEE 802.16e. Standar ini khususnya

diimplementasikan untuk komunikasi data pada aneka perangkat genggam,

atau perangkat bergerak (mobile).

D. Keuntungan dan Kekurangan WiMAX

Banyak keuntungan yang didapatkan dari terciptanya standardisasi industri

ini. Para operator telekomunikasi dapat menghemat investasi perangkat,

karena kemampuan WiMAX dapat melayani pelanggannya dengan area yang

lebih luas dan tingkat kompatibilitas lebih tinggi. Selain itu, pasarnya juga

lebih meluas karena WiMAX dapat mengisi celah broadband yang selama ini

tidak terjangkau oleh teknologi kabel dan DSL (Digital Subscriber Line).

WiMAX merupakan salah satu solusi teknologi yang memudahkan pelanggan

untuk mendapatkan koneksi internet yang berkualitas dan melakukan

aktivitas. Selain itu media wireless selama ini sudah terkenal sebagai media

yang paling ekonomis dalam mendapatkan koneksi internet. Area

coveragenya sejauh 50 km dan kemampuannya menghantarkan data dengan

(13)

sangat besar bagi keberadaan wireless MAN dan dapat menutup semua celah

broadband yang ada saat ini. Dari segi kondisi saat proses komunikasinya,

teknologi WiMAX dapat melayani para subscriber, baik yang berada dalam

posisi Line of Sight (posisi dimana perjalanan sinyal tidak terhalang dari

pemancar ke penerima), maupun yang tidak memungkinkan untuk itu (Non

Line of Sight). Jadi dimana pun para penggunanya berada, selama masih

masuk dalam area coverage sebuah BTS (Base Transceiver Stations), mereka

mungkin masih dapat menikmati koneksi yang dihantarkan oleh BTS tersebut.

Sistem kerja MAC (Media Access Control) yang ada pada data link layer

adalah connection oriented, sehingga memungkinkan penggunanya

melakukan komunikasi berbentuk video dan suara. Untuk berinternet murah,

mudah, dan nyaman dengan kualitas broadband. Pelanggan hanya tinggal

memasang PCI card yang kompatibel dengan standar WiMAX, atau tinggal

membeli PCMCIA (Personal Computer Memory Card International

Association) yang telah mendukung komunikasi dengan WiMAX.

Adapun kekurangan dari WiMAX:

• Harga peralatan infrastruktur yang masih sangat mahal.

• Teknologinya masih terus berkembang, sehingga mengakibatkan bisa

salah investasi.

• Terlalu banyak jenis perangkat yang tidak saling kompatibel.

(14)

E. Error Rate

Error Rate merupakan rasio antara jumlah informasi yang diterima yang

mengalami kesalahan dibandingkan dengan jumlah total informasi yang

diterima selama periode waktu. Error rate dapat dinyatakan dalam jumlah bit

yang diterima dalam kesalahan pada jumlah blok data (paket) yang hilang

selama periode waktu. Error rate WiMAX dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor, termasuk kualitas sinyal dan konfigurasi sistem. Beberapa error rate

yang umum terdapat pada WiMAX yaitu Bit Error Rate (BER) dan Packet

Loss Rate (PLR).

1. Bit Error Rate (BER)

BER dihitung dengan membagi jumlah bit yang diterima yang mengalami

kesalahan dengan total jumlah bit yang ditransmisikan. Hal ini umumnya

digunakan untuk menunjukkan kualitas saluran transmisi digital.

Kesalahan dapat terjadi secara acak dari waktu ke waktu (random error)

atau dalam grup (error burst).

Random error adalah bit dalam sinyal digital yang diterima dalam kondisi

kesalahan yang terjadi sedemikian rupa sehingga setiap kesalahan statistik

dapat dianggap independen dari error lain.

Perhitungan teoritis dari BER untuk masing-masing skema modulasi

dilakukan menggunakan persamaan:

(15)

Atau

... (2)

Dimana :

m = banyaknya bit dalam satu simbol M = nilai dari orde modulasi

Pecc = probabilitas simbol salah setelah koding konvolusional SNR = Signal to Noise Ratio

2. Packet Loss Rate (PLR)

Packet Loss Rate adalah rasio jumlah paket data yang telah hilang dalam

transmisi dibandingkan dengan total jumlah paket yang telah dikirimkan.

Beberapa aplikasi (seperti digital television) lebih sensitif terhadap

hilangnya paket Bit Error Rate.

F. Propagasi NLOS dan LOS

Dalam link LOS, sebuah perjalanan sinyal tidak terhalang dari pemancar ke

penerima. Sebuah link LOS memerlukan sebagian besar fresnel zone pertama

bebas dari segala halangan,[4] jika kriteria seperti yang ditunjukkan pada

gambar 1 tidak terpenuhi maka akan terjadi pengurangan yang signifikan

terhadap power sinyal. Fresnel clearance yang diperlukan tergantung pada

frekuensi operasi dan jarak antara lokasi pemancar dan penerima.

Dalam link NLOS, suatu sinyal menjangkau penerima melalui reflections,

scattering, dan diffractions. Sinyal yang tiba di penerima terdiri dari

komponen-komponen dari multiple reflected paths, scattered energy, dan

(16)

Fenomena multipath juga dapat menyebabkan perubahan pada polarisasi

sinyal. Jadi menggunakan polarisasi sebagai sarana untuk menggunakan

kembali frekuensi, seperti yang biasanya dilakukan dalam propagasi LOS

tidak dapat digunakan dalam aplikasi NLOS[5].

Gambar 1 LOS Fresnel Zone

Ada beberapa keuntungan yang membuat penyebaran NLOS diinginkan.

Sebagai contoh, persyaratan perencanaan yang ketat dan pembatasan tinggi

antena sering tidak memungkinkan antena diposisikan untuk LOS. Untuk

sistim selular skala besar, dimana penggunaan kembali frekuensi sangat

penting, maka dengan menurunkan antena cukup menguntungkan untuk

mengurangi interferensi antara sel yang berdekatan. Hal ini sering memaksa

(17)

Gambar 2 NLOS propagasi

G. Standar WiMAX

Tabel di bawah ini menunjukkan perbandingan antara standar Fixed WiMAX

dan standar WiMAX yang digunakan untuk mobile dan portabel. Tabel ini

menunjukkan bahwa standar 802,16 dirilis pada tahun 2004 hanya mampu

menyediakan layanan data nirkabel tetap. Modulasi OFDM dapat digunakan

pada format TDD atau FDD. Standar 802.16e yang dirilis pada tahun 2005 ini

dirancang untuk operasi fixed, mobile dan portabel. Serta menggunakan

(18)

Tabel 1 Standar WiMAX

Characterictic Fixed WiMAX Mobile WiMAX Industry Standard 802.16-2004 802.16e-2005

Access Type Fixed Fixed, Portable and

Mobile

Modulation OFDM OFDMA

Duplexing TDD, FDD TDD, FDD Optional

Handoffs No Yes

H. Teknik yang Digunakan dalam 802.16

802.16 menggunakan sejumlah teknik yang cukup baik untuk meningkatkan

keandalan dan kecepatan transmisi data pada saluran yang buruk. Fenomena

multipath juga dapat menyebabkan polarisasi sinyal akan berubah. Jadi

menggunakan polarisasi sebagai sarana untuk menggunakan kembali

frekuensi, seperti yang biasanya dilakukan dalam penyebaran LOS dapat

menjadi masalah dalam aplikasi NLOS [5].

1. OFDM dalam WiMAX

OFDM bukanlah barang baru karena sebenarnya sudah ramai diteliti

sejak tahun 60-an meskipun baru booming setelah dipicu dengan

penemuan FFT (Fast Fourier Transform) sekitar tahun 70-an.

OFDM juga terkenal karena diaplikasikan dalam DSL, cable modem,

(19)

data kecepatan tinggi karena efisiensinya yaitu dengan frekuensi

overlapping.

Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) merupakan kasus

khusus dari FDM (Frequency Division Multiplexing). Pada FDM, suatu

bandwidth dibagi menjadi beberapa kanal tersendiri. Agar tidak saling

menginterferensi satu sama lain maka diberi jarak antar kanal

(guardband) yang cukup boros dalam penggunaan bandwidth. Sedangkan

dalam OFDM, kanal-kanal dalam satu bandwidth seakan-akan ditumpang

tindihkan menjadi satu. Sehingga OFDM sangat efisien dalam

penggunaan bandwidth [6]. Spektrum frekuensi kanal pada OFDM dapat

ditumpangtindihkan dan tidak terjadi saling interferensi antar kanal,

sebab null dari setiap kanal yang berdekatan jatuh tepat pada titik tengah

spektrum yang membawa informasi (spektrum yang memiliki power

tertinggi). Untuk mengatur supaya setiap null dari kanal spektrum

tetangga jatuh tepat pada titik tengah spektrum yang membawa informasi,

setiap sinyal transmisi pada setiap kanal harus bersifat saling orthogonal

dan saling harmonic [7]

Secara matematis, untuk membuat setiap sinyal orthogonal adalah dengan

membuat luas area positif sama dengan luas area negatif atau hasil

integral dari sinyal tersebut adalah nol. Selanjutnya untuk harmonic,

misalkan c adalah frekuensi pembawa dalam suatu bandwidth dengan

persamaan cn = n x c1, maka frekuensi cn dikatakan harmonic dengan c1,

jika n adalah integer. Jika sinyal-sinyal tersebut saling orthogonal, maka

(20)

OFDM dengan modulasi adaptif dapat digunakan untuk sistem

komunikasi dari base station ke user (downlink) dengan menggunakan

bandwidth yang tersedia untuk dibagi-bagi menjadi independent

subchannel. Dengan karakter dasar OFDM di atas, dalam standard

WiMAX OFDM akan mampu mencapai 70Mbps (data bersih) atau

sampai 100Mbps (data plus bit untuk error correction coding) dalam

spektrum 20MHz. Artinya, OFDM dalam WiMAX mampu mengirimkan

3.5 bps. Misalnya untuk alokasi bandwidth 100MHz, dan akan

diimplementasikan pada frekuensi 5.8GHz (yaitu misal 5.725-5.825GHz),

maka akan diperoleh 5 blok band (yaitu 5 x 20MHz = 100MHz), sehingga

kapasitas yang diperoleh adalah 5×70Mbps = 350Mbps.

Salah satu pengembangan teknik OFDM yaitu Scalable OFDM dan sudah

diterapkan dalam sistem akses jamak pada WiMAX standar 802.16e.

SOFDM merupakan sistem OFDM yang terskalakan cacah titik N pada

struktur FFT.

Dalam sistem transmisi OFDM, simbol OFDM masing-masing data set

diubah menjadi bilangan kompleks dari penurunan amplitudo dan fase

pada subcarrier serta bilangan kompleks diubah menjadi amplitudo

kompleks yang sesuai subcarrier[8]. Invers FFT mengkonversi spektrum

frekuensi menjadi urutan sampel waktu. Bilangan kompleks untuk sinyal

(21)

2. Teknik MIMO dalam WiMAX

Penggunaan teknologi MIMO pada jaringan telekomunikasi WiMAX

meningkatkan kualitas penerimaan dan memungkinkan untuk mencapai

laju transmisi yang lebih baik. Penggunaan WiMAX MIMO juga

memberikan peningkatan yang signifikan dalam efisiensi spektrum.

MIMO memanfaatkan gelombang radio yang bersifat multipath[9],

pentransmisian informasi dapat dilakukan dengan cara dipantulkan melalui

dinding, pintu, dan objek-objek lain guna mencapai antena dengan melalui

beberapa rute. MIMO memanfaat teknik multipath yang disebut

space-division multiplexing.

3. Adaptive Modulation and Coding (AMC)

Penggunaan skema AMC pada WiMAX memungkinkan penggunaan

modulasi dan encoding yang berbeda untuk pelanggan yang berada di

tempat dan lingkungan yang berbeda. Modulasi yang digunakan WiMAX

adalah QPSK, 16 QAM dan 64 QAM. Serta coding rate yang digunakan

yaitu 1/2, 2/3 dan 3/4 [11].

Dengan menggunakan teknologi antena cerdas, WiMAX dapat

menentukan modulasi dan coding rate yang sesuai untuk mobile station

yang berada dalam cakupan base station tersebut. Penentuan tersebut

ditentukan berdasarkan kondisi air interface antara pengguna dengan

pemancar.

Untuk menghadapi air interface yang buruk, diterapkan teknik modulasi

(22)

transfer rate lebih rendah. Sebaliknya untuk kondisi air interface yang

baik, digunakan teknik modulasi yang mengandung informasi lebih

banyak dan coding rate yang lebih rendah sehingga transfer rate lebih

cepat[12].

Teknik modulasi order tinggi 64 Quadratur Amplitude Modulation (QAM)

misalnya, penggunaan spektrum radio lebih efisien karena lebih banyak

data bit yang ditransmisikan dikemas dalam masing-masing simbol.

Namun, ketika Signal to Noise Ratio (SNR) buruk, maka akan dapat

mengurangi throughput saluran. Skema yang lebih rendah, seperti Binary

Phase Shift Keying (BPSK), diperlukan untuk mempertahankan

throughput yang lebih rendah dengan bit error yang dapat diterima.

Dengan modulasi adaptif, dapat dilakukan perubahan skema modulasi

terus-menerus sesuai dengan SNR dari saluran. Modulasi yang sesuai

dapat mendukung Bit Error Rate yang baik ketika digunakan.

Dengan error control coding, error control yang lebih kuat diperoleh

dengan sedikit redundansi. Sebagai contoh, code rate 5/6 akan

mengirimkan 6 bit untuk setiap 5 data bit, Ini diperlukan untuk mencapai

Bit Error Rate yang dapat diterima. Tetapi jika OFDM subcarrier SNR

baik, less error control diperlukan, sebuah code rate 1/2 akan

mengirimkan 2 bit untuk setiap 1 data bit, sehingga efisiensi spektrum

dipotong setengah.

Dengan adaptif coding, kekuatan kode disesuaikan untuk mendapatkan

(23)

adavtive dilakukan untuk setiap OFDM subcarrier, sehingga sistem dapat

beradaptasi dengan kondisi SNR pada setiap subcarrier.

4. Phase Shift Keying

Pada modulasi Binary Phase Shift Keying (BPSK), sinyal yang

dipancarkan merupakan dua sinyal yang berbeda. Jika sinyal baseband

adalah suatu biner 0, maka yang dipancarkan:

A cos(2 ft+ ) = -A cos (2 ft) ... (3)

dan untuk biner 1, yang dipancarkan:

A cos (2 ft) ... (4)

Keterangan persamaan:

A = amplitudo

f = frekuensi

t = waktu

Jarak kesalahan dari suatu sistem PSK dengan M Phase adalah A sin( /M).

Suatu kesalahan detektor terjadi jika noise dari polaritas terdapat pada

salah satu dari kedua phase detector.

5. Quadrature Amplitude Modulation

QAM dapat dikatakan sebagai modulasi PSK multi phase dimana 2 sinyal

baseband dibangkitkan secara bebas pada masing-masing channel. Dua

independent (quadrature) channel ditempatkan meliputi baseband coding

(24)

channel, sistem tersebut identik dengan 4 PSK dan sering sekali

direpresentasikan sebagai 4 PSK.

Sinyal QAM level tinggi jelas berbeda dengan sistem PSK level tinggi.

Sebagai catatan bahwa sinyal QAM tidak memiliki envelope yang

konstant seperti pada PSK. Pada modulasi PSK, envelope yang konstan

dibatasi kombinasi level pada quadrature channel. Sebuah sistem QAM

tidak dibatasi kombinasi tersebut karena level pada masing-masing

channel dipilih secara bebas. Spektrum QAM dapat dihitung dengan

spektum sinyal baseband yang dipakai pada quadrature channel karena

sinyal tersebut memiliki struktur basic yang sama seperti sinyal PSK,

misal 16-QAM memiliki bentuk yang sama dengan 16-PSK dan 64-QAM

sama dengan 64-PSK.

6. Hybrid Automatic Repeat Request (HARQ)

HARQ adalah pilihan untuk Orthogonal Frequency Division Multiple

Access (OFDMA). Ordinary Automatic Repeat Request (HARQ)

digunakan untuk meminta transmisi ulang sebuah protokol data unit (PDU

- MAC layer data paket) jika paket ini ditemukan rusak (menurut the

cyclic redundancy check- CRC). Hybrid ARQ (HARQ), physical layer

error control coding (seperti Reed-Solomon, atau turbo codes) digunakan

untuk menentukan apakah paket tersebut dapat dipulihkan. Jika tidak,

mekanisme HARQ akan meminta transmisi ulang. Hal ini memberikan

(25)

7. Cyclic Prefix

Salah satu keuntungan dari OFDM adalah kemampuannya dalam

mengatasi interferensi antar simbol (intersymbol interference, ISI) karena

adanya pengaruh kanal multipath dan delay spread. Teknik yang

digunakan dalam mengatasi efek ISI yaitu dengan menambahkan interval

pengaman (Guard Interval, GI) antara dua simbol OFDM. Interval

pengaman yang dipilih adalah beberapa data simbol terakhir dari satu

simbol OFDM. Interval pengaman yang dipilih, diduplikat menjadi awalan

satu simbol OFDM, dan hal ini disebut cyclic prefix. Untuk menghindari

ISI dalam sistem OFDM, cyclic prefix harus lebih besar dari pada delay

spread maksimum saluran. Cyclic prefix sering digunakan bersamaan

dengan modulasi untuk mempertahankan sinusoid properti pada multipath

channel. Cyclic prefix juga digunakan dalam OFDM untuk memerangi

multipath dengan membuat saluran estimasi sederhana. Dengan demikian,

sebuah saluran multipath diubah menjadi paralel skalar sub-saluran dalam

domain frekuensi, sehingga menyederhanakan desain receiver.

8. Kanal Transmisi (Air Interface).

Karakteristik propagasi pada kanal transmisi mobile wireless memiliki

beberapa gangguan yang sangat merusak. Perusakan ini dapat

menyebabkan sinyal yang diterima berbeda dengan sinyal yang dikirim,

(26)

Pada kanal transmisi selalu terdapat penambahan derau yang timbul

karena akumulasi derau termal dari perangkat pemancar, kanal transmisi,

dan perangkat penerima. Derau yang menyertai sinyal pada sisi penerima

dapat didekati dengan model matematis statistik AWGN. Derau AWGN

merupakan gangguan yang bersifat Additive terhadap sinyal transmisi,

dimodelkan dalam pola distribusi acak Gaussian dengan rataan (mean) nol,

standar deviasi 1, dan mempunyai rapat spektral daya yang tersebar merata

pada lebar pita frekuensi tak berhingga. AWGN mempunyai distribusi

derau dengan rumus sebagai berikut :

... (5)

dimana :

p(x) = probabilitas kemunculan derau = standar deviasi

m = rataan (mean)

x = variabel (tegangan atau daya sinyal)

Additive White Gaussian Noise (AWGN) merupakan model kanal

sederhana dan umum dalam suatu sistem komunikasi. Perusakan dari

gangguan AWGN tidak terlalu berpengaruh karena dapat ditangani dengan

baik oleh teknik Forward Error Correction (FEC).

Keadaan multipath dalam komunikasi bergerak menyebabkan

penghamburan dan pemantulan sinyal transmisi menjadi beberapa sinyal

lain. Beberapa sinyal lain ini melalui lintasan yang berbeda-beda.

Sehingga kuat sinyal dan waktu tiba di penerima berbeda-beda. Hal ini

(27)

Panjang lintasan dan perlakuan perlambatan gelombang yang

berbeda-beda mengakibatkan sinyal-sinyal multipath sampai pada penerima dengan

waktu tunda yang bervariasi. Sebuah impuls yang dikirimkan oleh

pemancar akan diterima oleh penerima bukan lagi sebagai impuls

melainkan pulsa dengan lebar penyebaran yang disebut delay spread.

Delay spread ini dapat menimbulkan interferensi antar simbol (ISI),

karena setiap simbol akan saling bertumbukan dengan simbol sebelum dan

sesudahnya. Pergeseran frekuensi Doppler disebabkan oleh pergerakan

relatif dari mobile station terhadap base station. Pergeseran frekuensi

tergantung pada kecepatan dan arah gerak mobile station. Persamaan

untuk menentukan besarnya pergeseran frekuensi adalah:

F doppler = ( / ).cos ... (6)

dimana F doppler adalah besarnya pergeseran frekuensi pembawa, v

adalah kecepatan gerak relative mobile station terhadap base station,

merupakan panjang gelombang dari frekuensi pemancar dan adalah

sudut datang yang dibentuk antara path tersebut dengan arah gerak mobile

station.

I Signal to Noise Ratio

Signal to Noise Ratio adalah perbandingan antara daya sinyal yang diinginkan

terhadap daya noise yang diterima pada suatu titik pengukuran. SNR ini

adalah suatu parameter untuk menunjukkan tingkat kualitas sinyal

penerimaan pada sistem komunikasi analog, dimana semakin besar harga

(28)

dB. Pengukuran S/N ini biasanya dilakukan pada sistem komunikasi analog

pada bagian penerima untuk menunjukkan kualitas sinyal terima

dibandingkan dengan noisenya. S/N juga digunakan sebagai patokan batas

ambang sinyal informasi analog yang masih dapat diterima dengan baik. Nilai

S/N dapat diperoleh dengan rumus.

... (7)

Dimana :

Ps : Daya Sinyal

PN : Daya Noise

J. Parameter Physical Layer (PHY) dalam WiMAX

Ada tiga variant WiMAX PHY yaitu : OFDM 256-carrier (wajib), single

carrier (opsional) dan 2048 OFDMA (opsional). OFDM 256 dipilih untuk

diimplementasikan, yaitu dengan 256 FFT point, guard interval (GI) sebesar =

1/4, 1/8, 1/16, 1/32 dan error koreksinya menggunakan convolutional coding

(CC). Teknik modulasinya adalah adaptif (adaptif modulation) untuk BPSK,

QPSK, 16QAM dan 64QAM. Jika lingkungan jelek atau jauh dari base

station, modulasi yang dipakai BPSK, sedangkan jika lingkungan baik dipakai

64QAM. Dan untuk menjaga level Bit Error Rate (BER) digunakan teknik

(29)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu : Nopember 2009 - Maret 2010

Tempat : Laboratorium Teknik Telekomunikasi Jurusan Teknik Elektro

Universitas Lampung.

B. Metode Penelitian

Metode yang dilakukan dalam tugas akhir ini adalah:

1. Studi Pustaka dan Literatur: dilakukan untuk menambah teori dasar dan

pendukung dalam menganalisa masalah yang terjadi. Literatur diperoleh

dari buku-buku, jurnal dan artikel ilmiah serta bahan-bahan dari internet.

2. Perancangan Perangkat Lunak: dilakukan perancangan perangkat lunak

untuk mengukur nilai BER pada simulasi jaringan WiMAX dengan

menggunakan MATLAB 7.0.

3. Simulasi dan Pengujian: dilakukan simulasi pentransmisian data pada

jaringan WiMAX dengan menggunakan MATLAB 7.0 dan pengujian

untuk mengetahui besarnya nilai Bit Error Rate dari jaringan WiMAX terhadap modulasi yang digunakan.

4. Hasil dan Pembahasan: dilakukan analisis terhadap hasil simulasi dan

(30)

C. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu Personal

Computer (PC) Intel Pentium Dual Core E 2160 dengan RAM 1 GB yang ter-install software Matlab 7.0 sebagai program untuk mensimulasikan penelitian yang dilaksanakan.

D. Diagram Alir Penelitian

(31)

E. Performansi Sistem dalam Bit Error Rate (BER)

Melihat performansi sistem dengan menggunakan parameter Bit Error Rate,

tidak boleh mengabaikan peranan subsistem di tingkat baseband yaitu berupa

pengacak bit, koding Reed Solomon, koding konvolusi dan interleaver. Keempat subsistem tersebut sangat berpengaruh dalam proses deteksi dan

koreksi kesalahan bit. Sebagai gambaran, jika suatu simbol diterima salah

maka belum tentu bit yang dikandung oleh simbol tersebut menjadi salah

juga. Seberapa besar kemampuan subsistem baseband dalam hal deteksi dan

koreksi kesalahan bit, tergantung pada bagaimana subsistem baseband tersebut dirancang.

F.Perancangan Model dan Simulasi Sistem

Tugas akhir ini akan meneliti pengaruh jenis modulasi dan SNR terhadap nilai

Bit Error Rate yang dihasilkan pada jaringan telekomunikasi WiMAX untuk masing-masing modulasi. Ada beberapa jenis modulasi, namun yang akan

dibahas dalam tugas akhir ini adalah BPSK, QPSK, 16-QAM dan 64-QAM.

Perancangan model simulasi WiMAX sebagai platform dari penelitian

mengacu pada beberapa pilihan yang dikeluarkan oleh organisasi dan beberapa

peneliti sebelumnya, namun acuan utama adalah standart IEEE 802.16.

Standart IEEE 802.16 merupakan standar akses wireless pita lebar yang

memiliki laju data yang bervariasi tergantung dari laju keluaran pengkodean

(32)

G. Parameter Model Layer Fisik[15]

Adapun parameter model layer fisik yang digunakan pada simulasi ini yaitu:

- Jumlah subcarrier : 256 subcarrier

- Subcarrier untuk data : 192 subcarrier

- Subcarrier untuk pilot : 8 subcarrier

- Periode guard interval : 1/4, 1/8, 1/16 dan 1/32

- Mapping : BPSK, QPSK dan QAM

- Code rate : 1/2, 2/3 dan 3/4

H. Algoritma dan Flowchart Program Simulasi

Pada laporan tugas akhir ini digunakan software program Matlab 7.0 untuk

mensimulasikan pentransmisian data pada jaringan WiMAX. Dalam

mensimulasikan pentransmisian data pada jaringan WiMAX ini, sebelumnya

dibuat terlebih dahulu algoritma dan flowchart untuk memberikan gambaran

yang jelas mengenai prinsip kerja dari pentransmisian data pada jaringan

WiMAX agar bisa disimulasikan dengan menggunakan program Matlab 7.0.

Algoritma dan flowchart tersebut antara lain :

Algoritma

1. Menentukan jenis modulasi, code rate, transmiter, receiver dan guard interval yang akan digunakan dalam proses pentransmisian

2. Inisialisai variabel-variabel yang berkenaan dengan besaran-besaran yang

(33)

3. Tentukan rate_id yang dipakai untuk inisialisasi modulasi dan code rate yang dipakai

4. Jika rate_id yang dimasukan tidak sesuai dengan yang diminta maka

ditampilkan keterangan error dan simulasi berakhir

5. Bangkitkan data yang akan ditransmisikan

6. Dilakukan pengacakan data

7. Inisialisasi panjang dari codeword dan jumlah dari simbol informasi yang digunakan untuk proses RS encoder berdasarkan jenis modulasi dan code rate yang dipakai

8. Untuk rate id 0 tentukan nilai dari TxRx

9. Untuk TxRx 10 dilakukan proses RS encoder

10.Untuk TxRx 01 dilkukan penghapusan zero

11.Inisialisasi Bit Parity (m) dari RS encoder dan decoder

12.Menghitung koreksi kesalahan dari setiap kode RS

13.Tentukan nilai dari TxRx

14.Jika TxRx 01, Bit dirubah kedalam bentuk desimal

15.Dilakukan proses RS decoder dan data dirubah kembali menjadi bentuk

biner

16.Untuk TxRx 10, Bit dirubah kedalam bentuk desimal dan ditambahkan 0

pada akhir vektor

17.Dilakukan pengkodean RS dengan menggunakan Galois field 28 dan data

dirubah menjadi bentuk desimal

18.Membangun trellis dengan constraint length 7, G1=171oct dan G2=1310ct

(34)

20.Tentukan nilai TxRx

21.Untuk rate_id 0 dan TxRx 01 dilakukan deconvolution dengan Traceback

length 12

22.Jika TxRx 10 dilkukan proses convolution

23.Untuk rate_id 1 sampai dengan 6 pada nilai TxRx 10 dilakukan proses

convolution

24.Dilakukan proses pucturing

25.Untuk nilai TxRx 01 dilakukam proses membangkitkan decoded length zero

vektor sesuai dengan masing-masing modulasi dan code rate

26.Deconvolution dengan Traceback length sesuai dengan masing-masing code rate yang dipakai

27.Penentuan rate_id

28.Jika rate_id tidak bernilai 0 sampai dengan 6 maka akan ditampilkan error

29.Hentikan operasi jika rate_id tidak bernilai 0 sampai dengan 6

30.Untuk rate_id bernilai 0 sampai dengan 6 inisialisasi jumlah bit yang

dialokasikan untuk subcarrier dan jumlah bit per carrier (Ncbps dan Ncpc)

yang digunakan pada saat proses interleaving sesuai dengan modulasi yang

digunakan

31.Lakukan proses interleaving

32.Penentuan nilai dari rate_id

33.Untuk rate_id bernilai selain 0 sampai dengan 6 maka akan ditampilkan

error

34.Untuk rate_id 0 sampai dengan 6 dilakukan inisialisasi constellation dari

(35)

35.Hentikan operasi jika rate_id tidak bernilai 0 sampai dengan 6

36.Menghitung jumlah bit per simbol k=log2(M) dan data diubah menjadi

bentuk desimal

37.Tentukan rate_id yang dipakai

38.Untuk rate_id selain 0 sampai dengan 6 maka akan ditampilkan error

39.Untuk rate_id selain 0 sampai dengan 6 proses akan dihentikan

40.Untuk rate_id 0 sampai dengan 2 dilakukan modulasi PSK

41.Untuk rate_id 3 sampai dengan 6 dilakukan modulasi QAM

42.Inisialisasi besarnya FFT dan IFFT yang digunakan (Nfft)

43.Menentukan TxRx

44.Jika TxRx 10 maka dibangkitkan pilot

45.Menyusun OFDM symbol

46.Menambahkan cyclic prefix

47.Meghitung besarnya SNR kanal di receiver

48.Mengirim sinyal pada AWGN channel

49.Jika TxRx 01 dilakukan penghapusan cyclic prefix

50.Memisahkan pilot dari OFDM symbol

51.Memisahkan pilot

52.Mengekstrak data FFT

53.Tentukan nilai dari rate_id

54.Jika rate_id selain 0 sampai dengan 6 ditampilkan error dan proses berakhir

55.Untuk rate_id 0 sampai dengan 6 inisialisasi constellation (M) untuk

masing-masing modulasi

(36)

57.Tentukan rate_id

58.Untuk rate_id selain 0 sampai dengan 6 ditampilkan error

59.Proses berakhir

60.Untuk rate_id 0 sampai dengan 2 dilakukan demodulasi PSK

61.Untuk rate_id 3 sampai dengan 6 dilakukan demodulasi QAM

62.Data dirubah kembali menjadi biner

63.Tentukan rate_id yang dimasukan

64.Jika rate_id yang dimasukan selain 0 sampai dengan 6 maka ditampilkan

error

65.Proses akan berakhir

66.Untuk rate_id 0 sampai dengan 6 inisialisasi variabel-variabel yang

digunakan dalam proses deinterleaving

67.Dilakukan permutasi pertama

68.Permutasi kedua

69.Penyusunan kembali data

70.Dihasilkan data yang diterima di user

71.Dilakukan perhitungan BER dengan membandingkan data yang diterima

dengan data yang dikirim

(37)

Flowchart

(38)
(39)
(40)

(d)

(41)

(f)

(42)
(43)

(i)

(44)

(k)

Gambar 4. (a),(b),(c),(d),(e),(f),(g),(h),(i),(j),(k) Flowchart program simulasi

pentransmisian data pada jaringan WiMAX

I.Bagan Alir Simulasi Jaringan WiMAX

Gambar 5. Bagan alir simulasi WiMAX Data Derandomizer

FFT Demodulator Demodulator Mapper Deinterleaving

Convolution Decoder RS Decoder

Channel IFFT Modulator Modulation Mapper

Data Random RS Encoder Convolution Encoder

Interleaving

(45)

Bagan alir di atas menggambarkan simulasi untuk Wireless MAN-OFDM

physical layer WiMAX. Lapisan PHY ini menggunakan Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) dengan 256 subcarriers. Setiap simbol OFDM terdiri dari 192 data subcarriers, 1 zero DC subcarrier, 8 pilot subcarriers, dan pada sumber dibangkitkan bit acak. Besarnya bit acak yang dibangkitkan yaitu sebesar RS code yang digunakan dikurangi 1. Sumber yang

berupa bit acak tersebut kemudian dikodekan dengan menggunakan RS encoder, convolution encoder, interleaving dan modulation mapper. Setelah proses pengkodean dilakukan, sinyal dikonversi ke domain waktu dengan

menggunakan Inverse Fast Fourier Transform, dan dalam proses ini juga ditambahkan cyclic prefix (CP) dengan tujuan mencegah interferensi antar simbol. Pada channel ditambahkan Aditif Gaussian White Noise.

Di receiver pada dasarnya bekerja dengan pembalikkan operasi yang sama pada transmiter. Pertama-tama, CP dihilangkan dan sinyal yang diterima dikonversi menjadi daerah frekuensi menggunakan algoritma FFT. Karena

suatu simbol OFDM disusun dari data, pilot-pilot, zero DC subcarrier, dan beberapa guard band. Jadi dengan demikian diperlukan suatu proses untuk memisahkan semua subcarriers ini. Pertama-tama, guard band dihilangkan, kemudian dilakukan proses disassembling untuk memperoleh pilot-pilot dan

data. Data-data yang diperoleh kemudian digunakan dalam proses decoder untuk mendapatkan kembali sinyal yang dikirim oleh sumber. Setelah

mendapatkan data asli yang dikirim oleh sumber, baru dapat dihitung besarnya

nilai BER yang dihasilkan dengan cara membandingkan data yang diterima dan

(46)

1. Sumber

Dalam standard WiMAX sebelum informasi ditransmisikan, perlu dilakukan

pengacakan terhadap bit informasi tersebut. Proses pengacakan digunakan

untuk meminimalkan kemungkinan transmisi modulasi non-subcarriers. Proses dari pengacakan dilakukan pada setiap burst data downlink dan uplink, dan di setiap alokasi blok data (subchannels domain frekuensi dan simbol-simbol OFDM pada domain waktu). Jumlah bit yang dihasilkan

ditentukan untuk menjadi frame-based dan dihitung dari ukuran paket yang

diperlukan dalam setiap situasi. Ukuran paket tergantung dari jumlah simbol

OFDM yang ditransmisikan dan keseluruhan tingkat pengkodean sistem.

2. RS Encoder [12]

Proses pengkodean terdiri dari Rangkaian Reed Solomon (RS) dan convolutional code (CC) sebagai FEC skema. Kode Reed Solomon (RS) adalah salah teknik pengkodean kanal yang bertujuan untuk melindungi

sinyal informasi dari setiap ancaman yang ada pada kanal. Kode Reed Solomon merupakan kode blok, yang berarti pesan yang akan ditransmisikan dibagi menjadi blok-blok data yang terpisah. Kode ini

disebut juga kode sistematik yang artinya proses encoding tidak merubah

simbol-simbol pesan dan simbol proteksi ditambahkan pada tempat yang

terpisah pada blok data tersebut. RS disebut juga kode linear (dengan

menjumlahkan dua codeword akan menghasilkan codeword yang lain), dan

(47)

Bose-Choundhuri-Hocquenghem (BCH) non-biner. RS (n,k) artinya dengan masukan sejumlah k simbol informasi maka akan menghasilkan blok kode

sebanyak n simbol. Dimana, n=2m – 1 dengan m adalah jumlah bit pada

setiap simbol. Kemampuan deteksi dan koreksi errornya adalah t < n-k.

Proses perhitungan dalam kode RS menggunakan aturan field terbatas Galois Field GF(2m) artinya setiap simbol dalam RS merupakan anggota dari GF(2m) tersebut. Encoder membentuk blok kode

C(x) = Xn-km(x) + r(x) ... (8)

dengan r(x) adalah sisa pembagian dari polinom simbol masukan X^n-k

m(x) oleh polinom generator g(x). G(x) adalah polinom generator berderajat

n-k dan merupakan faktor dari Xn + 1,

g(x)=(x- 1) (x- 2)…. (x- n-k) ... (9)

Aplikasi encoding ini dapat diterapkan pada encoder RS dengan

menggunakan Linear Feedback Shift Register (LFSR) dengan internal

feedback yang bersesuaian dengan g(x). Operasi yang digunakan adalah

penjumlahan dan perkalian Galois Field (2m).

Sifat dari kode Reed Solomon cocok untuk aplikasi kesalahan yang terjadi di

burst. Reed Solomon error correction adalah coding skema yang bekerja dengan terlebih dahulu membangun sebuah polinom dari simbol data yang

akan dikirim, dan kemudian mengirimkan versi oversampled polinomial bukan simbol-simbol asli sendiri. Kemampuan koreksi kesalahan dari setiap

kode RS ditentukan oleh (n-k), dari ukuran redundansi di blok.

(48)

Pada suatu sumber data yang akan dikirim, bit informasi dengan rate B bps

setiap T seconds, encoder menerima suatu urutan dari K=BT bits yang

merupakan suatu pesan. Setelah informasi bit K dimasukan ke encoder,

dihasilkan suatu urutan dari code symbol yang ditransmisikan pada saluran.

Dalam pentransmisian data atau codeword, N harus lebih besar atau sama dengan K untuk menjamin suatu hubungan yang unik antara masing-masing

codeword dan masing-masing dari pesan-pesan 2K. Kode-kode tersebut yang memetakan suatu block dari K informasi symbol ke dalam suatu block

N coded symbol yang disebut (N,K) block code.

Di dalam blok-blok ini, data tersebut lebih lanjut dibagi lagi ke dalam suatu

nomor dari suatu symbol, yang secara umum mempunyai ukuran 6 sampai

10 bit. Data asli, adalah suatu blok terdiri dari symbol N-R, yang mengalami

proses enkoder RS dan R check symbol, yang ditambahkan untuk membentuk suatu code word dari length N.

Pengkodean RS bisa dilakukan di setiap panjangnya pesan dan dapat

ditambahkan di setiap nomor dari check symbol, kode RS dinyatakan sebagai RS (N, N, R) code. Dengan N adalah jumlah keseluruhan nomor

dari simbol per code word, R adalah banyaknya check symbol per code word, dan N-R adalah banyaknya symbol informasi actual per code word. RS encoding terdiri dari pembangkitan check symbol data asli.Variabel-variabel tersebut dipakai untuk menghasilkan kode RS tertentu yang akan

(49)

Primitive Polynomial:

p(x) = x8 + x4 + x3 + x2 + 1 ... (10)

Tabel. 2 Skema modulasi dan coding WiMAX

AMC Modulation RS Code CC code rate Overall code rate convolutional encoder, yang memiliki native rate 1/2 dan constraint length 7. Generator polinomial digunakan untuk memperoleh dua kode output bit,

dilambangkan X dan Y, yaitu sebagai berikut berikut:

G1= 171OCT untuk X ... (11)

G2= 133OCT untuk Y ... (12)

Gambar 6. Convolutional encoder pada WiMAX

(50)

untuk mengurangi jumlah data yang akan dikirim, sehingga membentuk

kode tingkat tinggi. Proses puncturing digunakan untuk menciptakan variable coding rate yang diperlukan untuk memberikan perlindungan error

berbagai level untuk para pengguna sistem.

Rate yang berbeda yang dapat digunakan adalah rate 1/2, rate 2/3, rate 3/4, dan rate 5/6. Puncturing vektor untuk rate ini ditunjukkan dalam Tabel 3.

Tabel. 3 Puncture vector untuk berbagai convolutional coding rate

Rate Puncture vector

Interleaving data umumnya digunakan untuk scatter error burst sehingga mengurangi konsentrasi error dengan tujuan meningkatkan efisiensi FEC.

Interleaver bekerja dengan cara mengacak terjadinya error sehingga mirip dengan error random. Interleaver dirancang untuk menyebar pola urutan bit-bit yang sebenarnya, agar pengaruh dari error burst tidak menyebabkan

pola error yang berurutan sebelum masuk decoder. Pada pengirim, deretan

bit diatur sedemikian rupa untuk memastikan agar bit-bit yang bersebelahan

terpisah sejauh beberapa bit setelah interleaving. Proses ini memuat pesan

yang akan dikirimkan ke dalam sebuah matrik baris demi baris dan

kemudian dibaca kolom per kolom.

(51)

penyebaran bit simbol yang berbeda, yang digabungkan untuk mendapatkan

simbol baru, dengan ukuran yang sama tetapi dengan bit diatur ulang.

Contoh peroses interleaving[14]:

5. Modulation Mapper

Setelah sinyal dikodekan, sinyal tersebut memasuki modulasi blok. Semua

sistem komunikasi wireless menggunakan skema modulasi untuk

memetakan data-data biner menjadi simbol-simbol yang sesuai dengan

konstelasi simbol tersebut, yang efektif untuk ditransmisikan melalui

saluran komunikasi.

Jadi, bit dipetakan ke subcarrier amplitudo dan fase, yang diwakili oleh complex in-phase dan quadrature-phase (IQ) vector. IQ plot dari suatu skema modulasi berfungsi menunjukkan vektor transmisi untuk semua data

dari kombinasi kata. Gray coding adalah metode untuk alokasi ini sehingga

poin yang berdekatan di konstelasi hanya berbeda satu bit. Coding tersebut

(52)

Modulasi BPSK, 4-QAM, 16-QAM, dan 64-QAM merupakan modulasi

yang didukung oleh sistem komunikasi WiMAX. Modulasi yang terakhir,

yaitu modulasi 64-QAM, adalah opsional untuk band bebas lisensi.

Konstelasi peta untuk modulasi BPSK, 4-QAM, dan 16-QAM ditunjukkan

pada Gambar 7.

Gambar 7. Konstelasi peta untuk modulasi BPSK, 4-QAM, dan 16-QAM

6. Inverse Fast Fourier Transform

IFFT digunakan untuk menghasilkan sinyal dalam domain waktu,

simbol-simbol yang diperoleh setelah modulasi dapat dianggap amplitudo dari

range tertentu dari suatu sinyal sinusoid. Selain memastikan orthogonality

dari OFDM subcarriers, IFFT juga mewakili modulasi subcarriers secara paralel, sehingga penggunaan berbagai modulator dan demodulator yang menghabiskan banyak waktu dan sumber daya untuk melakukan operasi ini

dapat dihindari.

Gambar 8 menunjukkan struktur subcarrier yang memasuki IFFT blok setelah melakukan penataan ulang. Seperti yang terlihat pada gambar di

(53)

Gambar 8. Penyusunan kembali subcarrier sebelum melakukan operasi IFFT.

Pada blok IFFT ini juga dibentuk pilot dan cyclic prefix. Pilot simbol dapat

digunakan untuk melakukan kompensasi frekuensi offset di penerima.

Selain itu juga dapat digunakan untuk fast time-varying channels. Pilot simbol mengalokasikan subcarriers khusus di semua data OFDM simbol. Pilot ini diperoleh dari Pseudo-Random Binary Sequence (PRBS) generator

yang didasarkan pada polinomial x11 + x9 + 1. Semacam pemetaan yang

dihasilkan oleh operasi 1 - 2wk dan 1 − 2wk, di mana wk adalah urutan

PRBS dihasilkan oleh generator, dan wk menunjukkan biner inverse.

Ketahanan transmisi OFDM terhadap multipath delay spread dapat dicapai

jika memiliki periode simbol yang panjang dengan tujuan untuk

meminimalkan inter symbol interference. Pada gambar 9 ditunjukan satu cara untuk melakukan pengkutipan periode simbol panjang, yang

menciptakan extended guard interval di mana setiap simbol OFDM didahului oleh perluasan periodik sinyal itu sendiri. Guard interval ini, yang

sebenarnya merupakan salinan dari bagian terakhir data simbol, yang

(54)

Gambar 9. OFDM symbol dengan cyclic prefix

Dengan demikian, total panjang simbol

Tsym = Tb + Tg, ... (13)

Dimana:

• Tsym adalah OFDM simbol waktu,

• Tb adalah simbol waktu yang digunakan, dan

• Tg mewakili waktu CP.

Parameter G mendefinisikan rasio dari panjang CP untuk simbol waktu

yang digunakan. Ketika menghilangkan ISI, harus diperhitungkan bahwa

CP harus lebih panjang daripada dispersi dari saluran.

7. Channel

Karakteristik propagasi pada kanal transmisi mobile wireless memiliki

beberapa gangguan yang sangat merusak. Perusakan ini bisa menyebabkan

sinyal yang diterima berbeda dengan sinyal yang dikirim, sehingga dapat

menyebabkan terjadinya kesalahan informasi yang diterima.

Additive White Gaussian Noise (AWGN) merupakan gangguan (noise) yang diberikan kepada sinyal yang dikirim pada kanal transmisi dengan

menggunakan distribusi gaussian. Keadaan multipath dalam sistem komunikasi menyebabkan penghamburan dan pemantulan sinyal transmisi

(55)

beda. Sehingga kuat sinyal dan waktu tiba di penerima

berbeda-beda. Hal ini menyebabkan masalah multipath fading dan delay spread.

Panjang lintasan dan perlakuan perlambatan gelombang yang berbeda-beda

mengakibatkan sinyal-sinyal multipath sampai pada penerima dengan waktu

tunda yang bervariasi. Sebuah impuls yang dikirimkan oleh pemancar akan

diterima oleh penerima bukan lagi sebagai impuls melainkan pulsa dengan

lebar penyebaran yang disebut delay spread. Delay spread ini dapat menimbulkan interferensi antar simbol (ISI), karena setiap simbol akan

saling bertumbukan dengan simbol sebelum dan sesudahnya.

8. Fast Fourier Transform

Proses FFT perlu dilakukan untuk mengkonversi sinyal kembali kepada

domain frekuensi. Dalam proses ini juga dilakukan penghapusan guard band atau cyclic prefik. Ketika menghapus subcarriers agar cocok dengan guard band, struktur frekuensi harus diperhitungkan. Meski zero padding bertindak sebagai guard band yang ditambahkan pada akhir struktur subcarrier di transmiter, suatu penyusunan kembali dari subcarriers harus dilaksanakan ketika melakukan operasi IFFT ini, seperti yang ditunjukkan

pada gambar 8. Jadi dengan demikian, guard band dipindahkan dari pusat

simbol OFDM, dimana dialokasikan setelah proses pengaturan. Dalam

proses ini dilakukan juga pemisahan sinyal, dalam domain waktu atau di

dalam daerah frekuensi, untuk mendapat data, dan pilot-pilot yang berguna

(56)

9. Demodulator Mapper

Demapper berfungsi menyediakan interface antara kanal transmisi, fungsi-fungsi perhitungan dan beroperasi pada bentuk gelombang yang diterima

pada setiap pemisahan interval simbol transmisi sehingga menghasilkan

suatu nomor atau satu set angka-angka yang mewakili suatu perkiraan dari

suatu biner yang dipancarkan atau M-ary simbol. Jadi dengan demikian,

metoda-metoda demapping merupakan ilmu tentang matrik keputusan dengan tujuan bagaimana membuat suatu keputusan tentang bit, "nol" atau

"satu", yang dipancarkan.

10.Deinterleaving

Blok ini bekerja sama seperti yang digunakan dalam interleaver. Blok deinterleaving melakukan proses mengisi matriks dengan simbol-simbol input ke dalam kolom-kolom, dan kemudian membacanya baris demi baris.

Parameter yang digunakan dalam kedua blok adalah sama dengan yang yang

digunakan dalam proces interleaving.

11.Convolution Decoder

Pada blok convolution decoder merupakan kebalikan dari proses puncturing. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, dalam proses puncturing terjadi proses penghapusan bit. Penerima tidak tahu nilai dari bit yang

dihapus akan tetapi dapat mengetahui posisi bit-bit tersebut dari puncturing

(57)

saluran. Mereka tidak memiliki pengaruh pada perhitungan metrik Viterbi

decoder.

Algoritma Viterbi mengurangi beban komputasi dengan memanfaatkan

struktur khusus kode trellis. Keuntungan lain yang didapat adalah

kompleksitas, yang bukan merupakan fungsi dari jumlah simbol yang

membentuk urutan codeword. Algoritma Viterbi melakukan perkiraan kemungkinan maksimum decoding.

12.RS Decoder

Pada RS decoder ini dilakukan operasi yang diperlukan untuk memecahkan

kode sinyal, dan mendapatkan pesan asli yang dikirim oleh sumber. Seperti

pada semua blok receiver, RS decoder membalikkan langkah-langkah yang

dilakukan pada blok di transmiter. Dengan demikian, RS decoder mengambil codewords dengan panjang N, dan setelah decoding sinyal pesan

itu dikembalikan dengan panjang K, nilai N dan K yang digunakan pada RS

decoder ini harus sama seperti yang digunakan di RS encoder.

13.Data Derandomizer

Pada blok ini dihasilkan data yang sesuai dengan data yang dikirimkan pada

sumber di transmitter. Yang menggambarkan data yang akan diperoleh oleh

(58)

14.Perhitungan BER

Pada blok ini dihasilkan nilai BER yang diperoleh berdasarkan besarnya

SNR dan modulasi yang digunakan. Perhitungan BER ini dilakukan untuk

melihat kualitas dari suatu sistem komunikasi. Metoda perhitungan BER

pada blok ini dilakukan dengan membandingkan data yang dikirim terhadap

data yang diterima, dan dilakukan perhitungan kesalahan bit, akumulasi

total kesalahan kemudian dibagi dengan total data bit yang terkirim.

(59)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Simulasi dengan Menggunakan Guard Interval 1/4

1.Hasil BER untuk Simulasi WiMAX dengan Code Rate 1/2

Tabel. 4 Perbandingan Bit Error Rate dengan menggunakan code rate 1/2 dan guard interval 1/4

SNR Bit Error Rate

BPSK QPSK 16-QAM

1 0.0030 0.4234 0.5231

2 0.0008 0.3662 0.5025

3 0.0007 0.2276 0.5012

5 0 0.0191 0.4838

7 0 0 0.4088

9 0 0 0.2075

10 0 0 0.0836

(60)

Gambar 10. Perbandingan Bit Error Rate dengan menggunakan code rate 1/2 dan guard interval 1/4

Gambar 10 adalah perbandingan Bit Error Rate yang dihasilkan dari simulasi

pengiriman data pada jaringan telekomunikasi WiMAX memakai program

matlab 7.0, menggunakan tiga jenis modulasi yang berbeda dengan code rate

1/2 dan guard interval 1/4. Pada grafik Bit Error Rate dengan menggunakan

modulasi BPSK, terlihat nilai Bit Error Rate yang dihasilkan akan semakin

menurun seiring dengan bertambahnya nilai SNR pada saluran. Bit Error

Rate maksimum yang dihasilkan dengan menggunakan modulasi BPSK

(61)

Pada grafik Bit Error Rate dengan menggunakan modulasi QPSK terlihat

bahwa Bit Error Rate yang dihasilkan akan semakin kecil seiring dengan

bertambahnya nilai SNR saluran. Akan tetapi nilai Bit Error Rate yang

dihasilkan lebih besar dari 10-3 sehingga modulasi ini tidak dapat digunakan

dikarenakan akan merusak kualitas sistem telekomunikasi. Pada grafik Bit

Error Rate yang dihasilkan dari modulasi 16-QAM terlihat bahwa seiring

dengan bertambahnya nilai SNR dari saluran maka Bit Error Rate yang

dihasilkan akan berkurang. Seperti halnya pada modulasi QPSK, nilai Bit

Error Rate yang dihasilkan dengan modulasi 16-QAM ini juga lebih besar

dari 10-3 sehingga tidak baik jika digunakan dalam suatu sistem komunikasi.

Ini berarti modulasi QPSK dan 16-QAM tidak dapat bekerja dengan baik di

daerah yang mempunyai tingkat SNR yang rendah.

2. Hasil BER untuk Simulasi WiMAX dengan Code Rate 3/4

(62)

(63)

Gambar 11 adalah perbandingan Bit Error Rate yang dihasilkan dari simulasi

pentransmisian data pada jaringan WiMAX dengan menggunakan tiga (3)

macam modulasi yang berbeda dan code rate yang dipakai sebesar 3/4 serta

guard interval 1/4. Pada grafik Bit Error Rate dengan menggunakan

modulasi QPSK pada saat nilai SNR saluran 1-9dB dihasilkan nilai Bit Error

Rate yang lebih kecil jika dibandingkan dengan kedua jenis modulasi yang

lain. Ini berarti modulasi QPSK lebih baik digunakan saat SNR saluran

buruk.

Pada saat SNR buruk maka diperlukan modulasi yang lebih rendah agar

throughput terjaga, hal ini dikarenakan saat SNR buruk maka laju data akan

berkurang sehingga modulasi yang rendah akan lebih memudahkan sistem

dalam memecahkan persandian dari modulasi tersebut.

Pada grafik modulasi 16-QAM secara umum nilai Bit Error Rate yang

dihasilkan mengalami penurunan seiring bertambahnya nilai SNR dari

saluran. Pada grafik 64-QAM terlihat bahwa Bit Error Rate yang dihasilkan

cenderung menurun saat nilai SNR saluran semakin besar. Tidak seperti

kedua jenis modulasi yang lainnya, pada modulasi 64-QAM ini dapat

menghasilkan nilai Bit Error Rate yang diharapkan untuk mendapatkan

kualitas transmisi yang baik yaitu di bawah 10-3 walaupun diperoleh pada saat

SNR yang cukup besar, yaitu ketika SNR bernilai 22dB. Ini sesuai dengan

teori bahwa semakin tinggi tingkat modulasi yang digunakan maka SNR yang

dibutuhkan semakin besar untuk menjaga throughput dari jaringan.

Dari data yang diperoleh, terlihat bahwa saat digunakan modulasi 16-QAM

(64)

SNR 1 sampai dengan 3 dB lebih besar dibandingkan dengan nilai Bit Error

Rate yang dihasilkan saat menggunakan modulasi 16-QAM dengan code rate

3/4. Sedangkan saat nilai SNR saluran bernilai di atas 3 dB, nilai Bit Error

Rate yang dihasilkan saat menggunakan code rate 1/2 lebih kecil

dibandingkan ketika menggunakan modulasi 16-QAM dengan code rate 3/4.

Ini berarti saat nilai SNR bernilai 1dB sampai dengan 2dB lebih baik

digunakan code rate yang lebih tinggi yaitu code rate 3/4, dan saat nilai SNR

di atas 2 dB sebaiknya menggunakan code rate yang lebih rendah yaitu 1/2.

Hal ini menunjukkan bahwa untuk menghadapi air interface yang buruk,

sebaiknya diterapkan teknik modulasi yang lebih tahan gangguan dan coding

rate yang lebih tinggi sehingga transfer rate lebih rendah. Sebaliknya untuk

kondisi air interface yang baik, digunakan teknik modulasi yang mengandung

informasi lebih banyak dan coding rate yang lebih rendah sehingga transfer

rate lebih cepat.

Dari perbandingan Bit Error Rate yang dihasilkan ketika menggunakan guard

interval 1/4 dengan beberapa macam jenis modulasi dan code rate yang

berbeda, dapat dilihat bahwa modulasi BPSK paling tahan terhadap gangguan

kanal transmisi. Ini ditunjukkan dari nilai Bit Error Rate yang dihasilkan

bernilai kurang dari 10-3 saat nilai SNR 2dB. Sedangkan modulasi 64-QAM

adalah yang paling rentan terhadap gangguan kanal transmisi karena nilai

SNR yang diperlukan untuk mencapai Bit Error Rate yang kurang dari 10-3,

Gambar

gambar 1 tidak terpenuhi maka akan terjadi pengurangan yang signifikan
Gambar 1 LOS Fresnel Zone
Gambar 2 NLOS propagasi
Tabel 1 Standar WiMAX
+7

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun setiap lokasi memiliki keadaan f ē ngshu ĭ yang berbeda dan penataan interior yang tidak sama, namun pada dasarnya konsep penataan yang diterapkan adalah

Dari hasil observasi penelitian pada sekolah MIN 18 Aceh Selatan dikelas IV, Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui tekstur sedimen, kandungan bahan organik dan kelimpahan makrozoobentos.Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Umat Hindu di Indonesia telah memiliki grand desain yang menjadi acuan dalam pembangunan sumber daya umat Hindu. Dalam grand desain tersebut telah dijabarkan

Faktor penyesuaian rasio arus jalan minor dapat juga ditentukan dengan grafik, variabel masukan adalah rasio arus jalan minor (PMi, dari formulir USIG 1 baris 24, kolom 10) dan

Perbedaan pandangan kedua mufassir dalam menafsirkan surat al-Isra ayat 24 ini menurut penulis sangat menarik untuk dikaji dan diteliti lebih lanjut, adapun alasan

Widada; (3) memaparkan struktur sosial novel Gadis-Gadis Amangkurat karya RH.Widada, (4) menjelaskan pendidikan karakter peduli sosial yang terdapat dalam novel

 Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap harus dimasukkan dalam laporan laba rugi pada saat aset tersebut dihentikan pengakuannya