• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nn

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Nn"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Materi pokok sistem pencernaan termasuk ke dalam mata pelajaran Biologi. Biologi merupakan mata pelajaran Sains yang menitikberatkan pada kajian dan pembahasan pada objek-objek hayati dan interaksinya dengan lingkungan serta memiliki karakteristik khusus yang berbeda dengan ilmu yang lainnya dalam hal objek, persoalan dan metodenya (Depdiknas, 2003:2).

(2)

siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang dirinya sendiri dan alam sekitarnya (BSNP, 2006:271).

Salah satu metode yang sesuai dengan pemberian pengalaman langsung adalah metode eksperimen, karena selama proses pembelajaran siswa diberi kesempatan untuk merumuskan masalah, menentukan hipotesis, melakukan percobaan, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan hipotesis dan merumuskan kesimpulan. Metode eksperimen adalah salah satu cara metode mengajar, dimana siswa melakukan percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya, serta menuliskan hasil percobaannya kemudian hasil percobaan itu disampaikan didepan kelas dan dievaluasi oleh guru. Dengan demikian, siswa memperoleh pengalaman mengembangkan keterampilan proses penemuan konsep materi pokok sistem pencernaan pada manusia (Roestiyah, 2001 : 80).

(3)

praktikum, siswa cenderung hanya melakukan kegiatan praktikum tanpa mengerti hubungan antara hasil praktikum dengan materi pelajaran. Hal tersebut kemungkinan berakibat terhadap hasil belajar siswa.

Belum dibuatnya penuntun praktikum IPA yang tidak hanya berisi prosedur percobaan dan kesimpulan, tetapi dilengkapi juga dengan langkah-langkah secara kronologis atau berupa pertanyaan-pertanyaan yang dapat

mengarahkan siswa untuk menemukan konsep, menarik perhatian peneliti untuk mengembangkan penuntun praktikum IPA dalam bentuk LKS eksperimen pada materi pokok sistem pencernaan pada manusia. Dengan LKS yang sudah dikembangkan diharapkan dapat memudahkan siswa dalam melakukan eksperimen, menemukan konsep, dan merumuskan kesimpulan. Pada penelitian ini LKS eksperimen tersebut diukur tingkat keterbacaan (readability level), tingkat kerlaksanaan (applicability level), dan tingkat

keternilain (evaluability level).

Penelitian tentang pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) sebelumnya telah dilakukan oleh Sunyono (2008: 10) di SMP Negeri 1 Bandar Lampung. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kegiatan praktikum dengan LKS tersebut dapat memberi pengetahuan awal (kognitif), keterampilan

(psikomotor), dan bekerja sama (afektif).

(4)

LKS tersebut juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, meningkatkan keterampilan (psikomotor) dan afektif siswa melalui kegiatan eksperimen.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat keterbacaan (readability level) Lembar Kegiatan Siswa

(LKS) eksperimen pada konsep Sistem Pencernaan Pada Manusia? 2. Bagaimana tingkat keterlaksanaan (applicability level) Lembar Kegiatan

Siswa (LKS) eksperimen pada konsep Sistem Pencernaan Pada Manusia? 3. Bagaimana tingkat keternilain (evaluability level) hasil kegiatan praktikum

IPA pada konsep Sistem Pencernaan Pada Manusia?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Tingkat keterbacaan (readability level) Lembar Kegiatan Siswa (LKS) eksperimen pada konsep Sistem Pencernaan Pada Manusia.

2. Tingkat keterlaksanaan (applicability level) Lembar Kegiatan Siswa (LKS) eksperimen pada konsep Sistem Pencernaan Pada Manusia. 3. Tingkat keternilaian (evaluability level) Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

(5)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Siswa

Dengan menggunakan LKS eksperimen dapat memudahkan siswa dalam melakukan eksperimen, menemukan konsep, dan merumuskan

kesimpulan. 2. Guru

Guru dapat menjadikan LKS eksperimen sebagai salah satu alternatif media pembelajaran pada konsep Sistem Pencernaan Pada Manusia, sehingga siswa memperoleh pengalaman mengembangkan keterampilan proses dalam penemuan konsep. Selain itu, hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi guru-guru SMP agar dapat membuat LKS eksperimen IPA sendiri.

3. Sekolah

LKS yang telah dibuat diharapkan dapat membantu sekolah dari keterbatasan sarana dan prasarana praktikum, serta memberikan

sumbangan dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran di sekolah yang bersangkutan.

4. Peneliti

(6)

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk lebih memahami gambaran penelitian ini, maka perlu diberikan penjelasan terhadap istilah-istilah untuk membatasi rumusan masalah yang akan diteliti. Istilah-istilah yang dapat dijelaskan adalah sebagai berikut: 1. Pengembangan yang dimaksud disini adalah mengembangkan LKS yang

sudah ada dalam buku paket IPA ke dalam LKS eksperimen yang kronologis sehingga dapat menggiring siswa untuk menemukan konsep-konsep dasar IPA.

2. LKS eksperimen merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman dalam proses pembelajaran karena memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan, yaitu merumuskan masalah, menentukan hipotesis, melakukan percobaan, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan hipotesis dan merumuskan kesimpulan

3. Keterbacaan dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam menyerap pesan yang terkandung dalam LKS eksperimen.

4. Keterlaksanaan dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam melaksanakan praktikum IPA dengan menggunakan LKS.

5. Keternilaian dalam penelitian ini adalah tingkat kemudahan guru dalam menilai hasil kegiatan praktikum IPA.

6. Materi dalam penelitian ini adalah Sistem Pencernaan Pada Manusia. 7. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester ganjil Tahun

(7)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengembangan Media Pembelajaran

Reigeluth (1978, dalam Mukhtar dan Martinis, 2003 : 60) mendefinisikan pengembangan sebagai tiga tahapan kegiatan sebagai berikut :

1. Desain bagi seorang pengembang instruksional berfungsi sebagai cetak biru atau blue print.

2. Produksi dari penggunaan desain untuk membuat program instruksional. 3. Validitas yang merupakan penentuan kualitas dari tujuan akhir.

Jika dibuat suatu pengertian, maka pengembangan adalah suatu proses (perbuatan) yang bertujuan untuk mengembangkan sesuatu. Menurut Arifin (1995:23), pengembangan program pengajaran dengan pendekatan sistem dalam bentuk satuan pelajaran diharap dapat mendukung perbaikan antara lain dalam usaha untuk :

1. Mengubah cara mengajar secara tradisional yang umumnya menekankan pada “bercerita” dan “mendengarkan” (komunikasi satu arah) menjadi cara mengajar yang memberikan kesempatan siswa untuk terlibat dan proses belajar (belajar aktif).

2. Mengubah rasa enggan menggunakan media menjadi suatu kebiasaan menggunakan media secara efektif.

Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini sangat berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan

(8)

pembelajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu belajar yang turut

mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.

Hamalik (1986, dalam Arsyad, 1997:15) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran dan memadatkan informasi.

Berbagai manfaat media pembelajaran telah dibahas oleh banyak ahli. Menurut Kemp & Dayton (1985:3-4, dalam Arsyad, 1997:21), meskipun telah lama disadari bahwa banyak keuntungan penggunaan media

pembelajaran. Mereka mengemukakan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan dampak positif dari penggunaan media sebagai cara utama pembelajaran langsung sebagai berikut :

(9)

3. Pembelajaran menjadi leih interaktif.

4. Lama waktu pembelajaran dapat dipersingkat karena kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan pesan-pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan kemungkinannya dapat diserap oleh siswa.

5. Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bilamana integrasi kata dan gambar sebagai media pembelajaran dapat mengkomunikasikan elemen-elemen pengetahuan dengan cara yang terorganisasikan dengan baik, spesifik dan jelas.

6. Pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana di inginkan atau diperlukan.

7. Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.

8. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif; beban guru untuk penjelasan yang berulang-ulang mengenai isi pelajaran dapat dikurangi sehingga guru dapat memusatkan perhatian kepada aspek penting lain dalam proses belajar mengajar, misalnya sebagai konsultan atau penasihat siswa.

B. Model Baker dan Schultz

(10)

khusus . Ketujuh tahapan tersebut adalah tahap Perumusan, Spesifikasi langkah, Uji coba soal, Pengembangan produk, Uji coba produk, Perbaikan produk, dan Analisis pemanfaatan.

C. Karakteristik Materi Biologi

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) disebut juga dengan sains merupakan ilmu yang mempelajari tentang fenomena dan hukum-hukum alam secara sistematis. Sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, tetapi juga proses penemuan. Pendidikan sains merupakan wahana bagi siswa untuk

mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya, menekankan pada pemberian pengalaman langsung. Ketika mempelajari IPA siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses diantaranya sebagai berikut: 1. Mengamati dengan seluruh indera.

2. Mengajukan hipotesis.

3. Menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu mempertimbangkan keselamatan kerja.

4. Mengajukan pertanyaan. 5. Menggolongkan.

6. Menafsirkan data dan mengkomunikasikan hasil temuan.

(11)

Biologi merupakan mata pelajaran sains yang menitikberatkan pada kajian dan pembahasan pada objek-objek hayati dan interaksinya dengan lingkungan serta memiliki karakteristik khusus yang berbeda dengan ilmu yang lainnya dalam hal objek, persoalan dan metodenya. Mata pelajaran Biologi di SMP menekankan pada fenomena alam dan penerapannya yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut :

1) Hakikat Biologi keanekaragaman hayati dan pengelompokkan makhluk hidup, hubungan antar komponen ekosistem, perubahan materi dan energi, peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem.

2) Organisme seluler, struktur jaringan, struktur dan fungsi organ tumbuhan, hewan dan manusia serta penerapannya dalam konteks sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

3) Proses yang terjadi pada tumbuhan, proses metabolisme, hereditas, evolusi, bioteknologi, dan implikasinya pada sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat (BSNP, 2006:272).

(12)

D. Metode Eksperimen.

Di dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, dan mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar. Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Belajar adalah mengalami, harus dilakukan oleh siswa itu sendiri, belajar tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung, siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya (Edgar Dale 1991, dalam Dimyati, 2006:45).

Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami serta membuktikan sendiri sesuatu yang

(13)

Karena kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, maka segala sesuatu memerlukan eksperimentasi. Begitu juga dengan cara mengajar guru di kelas digunakan teknik eksperimen. Yang dimaksud adalah salah satu cara metode mengajar, dimana siswa melakukan percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya, serta menuliskan hasil percobaannya kemudian hasil percobaan itu disampaikan didepan kelas dan dievaluasi oleh guru (Roestiyah 2001 : 80).

Pernyataan di atas menyatakan bahwa kegiatan eksperimen dalam pelajaran IPA, mempunyai peranan penting untuk mencapai keberhasilan proses belajar siswa. Jadi, penggunaan metode eksperimen dalam pengajaran bukan sekedar untuk mengecek atau mencocokkan kebenaran teori yang telah diajarkan di kelas tetapi juga mengembangkan proses berfikir siswa. Dengan metode eksperimen siswa dapat berlatih berfikir ilmiah, kreatif dan bertanggung jawab, serta secara praktis siswa memperoleh pengalaman, keterampilan, dan ilmu pengetahuan yang diperlukan.

Menurut Roestiyah (2008:81), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan suatu eksperimen adalah sebagai berikut :

1. Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksperimen, mereka harus memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksperimen.

2. Kepada siswa perlu pula diterangkan tentang :

 Alat-alat serta bahan-bahan yang akan digunakan dalam percobaan.  Agar tidak mengalami kegagalan siswa perlu mengetahui

variabel-variabel yang harus dikontrol dengan tepat.

 Urutan yang akan ditempuh sewaktu eksperimen berlangsung.  Seluruh proses atau hal-hal yang penting saja yang akan dicatat.  Perlu menetapkan bentuk catatan atau laporan berupa uraian,

perhitungan, grafik dan sebagainya.

(14)

4. Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa, mendiskusikan ke kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau sekedar tanyajawab.

Menurut Roestiyah (2008: 82) teknik eksperimen kerap kali digunakan karena memiliki kelebihan sebagai berikut :

1. Dengan eksperimen siswa terlatih menggunakan metode ilmiah dalam menghadapi segala masalah, sehingga tidak mudah percaya pada sesuatu hal yang belum pasti kebenarannya.

2. Mereka lebih aktif berfikir dan berbuat.

3. Siswa dapat melaksanakan proses eksperimen disamping memperoleh ilmu pengetahuan, juga menemukan pengalaman praktis serta

keterampilan dalam menggunakan alat-alat percobaan.

4. Dengan eksperimen siswa membuktikan sendiri kebenaran suatu teori, sehingga akan mengubah sikap mereka terhadap peristiwa-peristiwa yang tidak masuk akal.

Melihat kelebihan-kelebihan metode eksperimen, maka penerapan metode eksperimen yang berhasil akan mendorong tercapainya tujuan pembelajaran IPA khususnya biologi, salah satunya adalah mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah dalam memecahkan permasalahan yang ada dengan teori belajar khususnya biologi.

(15)

kelemahan metode eksperimen dalam pembelajaran. Jadi, penggunaan metode eksperimen sebagai alternatif strategi pembelajaran dapat membantu siswa untuk mendapatkan pengalaman belajar sesuai dengan karakteristik materi pelajaran IPA, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien.

E. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Dalam proses pembelajaran media sangat diperlukan, karena dapat membantu pembelajaran. Media pembelajaran dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima menurut Arsyad (2006:3). Media pembelajaran adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan pembelajaran, sehingga memudahkan guru dalam menyampaikan materi pelajaran.

Selama proses belajar mengajar kehadiran suatu media mempunyai suatu arti yang sangat penting. Salah satu media yang dapat menyampaikan pesan pembelajaran dengan metode eksperimen adalah Lembar Kegiatan siswa (LKS). LKS adalah media pemahaman siswa yang digunakan untuk

melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. LKS dapat berupa pemahaman siswa yang digunakan untuk melakukan penyelidikan atau

pemecahan masalah. LKS dapat berupa pemahaman untuk latihan

(16)

Menurut Sriyono (1992), Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah salah satu bentuk program yang berlandaskan atas tugas yang harus diselesaikan dan berfungsi sebagai alat untuk mengalihkan pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu mempercepat tumbuhnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. LKS yang digunakan dapat berupa LKS eksperimen dan LKS noneksperimen.

1. LKS eksperimen

LKS eksperimen merupakan suatu media pembelajaran yang tersusun secara kronologis yang berisi prosedur kerja, hasil pengamatan, soal-soal yang berkaitan dengan kegiatan praktikum yang dapat membantu siswa dalam menemukan konsep, serta kesimpulan akhir dari praktikum yang dilakukan pada materi pokok yang bersangkutan.

2. LKS noneksperimen

LKS noneksperimen digunakan untuk membantu siswa mengkonstruksi konsep pada submateri pokok yang tidak dilakukan praktikum.

LKS memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar yang harus di tempuh. Karena dalam (KTSP) suatu media harus benar-benar untuk pencapaian hasil belajar.

(17)
(18)

III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and Development). Penelitian pengembangan yang dilakukan adalah untuk

mengembangkan penuntun praktikum menjadi LKS eksperimen. Didalamnya disajikan langkah-langkah kronologis untuk menuntun siswa merumuskan kesimpulan. Penelitian pengembangan ini menggunakan model

pengembangan instruksional Baker dan Schultze (1971 dalam Muktar dan Martinis Yamin 2002:68) seperti pada gambar 1. Pengembangan ini dianggap lebih sederhana sehingga mudah diikuti.

B. Prosedur Pengembangan

Dalam melakukan penelitian pengembangan diperlukan prosedur

(19)

Gambar 1. Model pengembangan instruksional Baker dan Schultze (1971)

Pada penelitian ini, peneliti memodifikasi model pengembangan Baker dan Schultz menjadi 6 tahapan yaitu perumusan, spesifikasi langkah, pengembangan produk, uji coba produk, perbaikan produk dan analisis pemanfaatan.

1. Perumusan

Perumusan dilakukan dengan mengumpulkan informasi dengan

mempertimbangkan masalah yang dihadapi oleh guru dan siswa. Dari hasil Perumusan

Spesifikasi Langkah

Analisis Pemanfaatan Uji Coba Soal

Pengembangan Produk

Uji Coba Produk

(20)

pengumpulan informasi diketahui bahwa diperlukan suatu media pembelajaran berupa LKS.

2. Spesifikasi Langkah

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan, antara lain: penentuan tujuan pembuatan produk, menetapkan strategi dan metode pembelajaran serta menentukan urutan isi materi yang akan dipelajari.

3. Pengembangan Produk

Pengembangan produk diawali dengan membuat desain pengembangan yang bertujuan untuk mendapatkan format penulisan LKS yang sistematis.

Kegiatannya meliputi:

a. menentukan LKS dan materi yang akan dikembangkan; b. menentukan metode pembelajaran yang sesuai;

c. mengembangkan LKS yang sudah ada menjadi LKS;

Tahap pengembangan produk selanjutnya adalah dengan mengembangkan LKS yang sudah ada dengan menambahkan suatu pertanyaan-pertanyaan yang kronologis agar tercapai kesimpulan yang penting. Sehingga media yang dikembangkan telah menjadi naskah yang siap untuk diproduksi. Selanjutnya dilakukan produksi prototipe yaitu memperbanyak naskah yang siap produksi untuk keperluan uji coba produk.

4. Uji Coba Produk

(21)

yang dilakukan kepada siswa untuk menjajaki kemudahan siswa dalam mempelajarinya (uji materi).

5. Perbaikan (Revisi) Produk

Perbaikan terhadap produk contoh dilakukan berdasarkan atas dasar data yang diperoleh dari uji coba dan pengalaman yang didapat.

6. Analisis untuk Pemanfaatan

Analisis untuk pemanfaatan produk harus dapat menyajikan pengembangan produk secara sistematis dan menyeluruh. Selain itu juga memuat kelebihan dan kelemahan produk serta menyantumkan nama-nama ahli yang terlibat dalam pembuatan produk.

C. Pelaksanaan Pembelajaran

(22)

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII(reguler) SMP Negeri 2 Bandar Lampung tahun pelajaran 2009/2010 yaitu berjumlah 96 siswa yang terbagi dalam tiga kelas.

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling jenuh, dimana semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

E. Instrumen Penelitian

Berdasarkan pada tujuan penelitian dan bagan alur penelitian, dirancang dan disusun 3 jenis instrumen sebagai berikut:

a. Instrumen tingkat keterbacaan (readability level) Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA (berupa angket A) untuk menjaring informasi tentang kemampuan membaca (daya serap) siswa terhadap isi atau pesan yang terkandung dalam Lembar Kerja Siswa (LKS).

b. Instrumen tingkat keterlaksanaan (applicability level) Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA oleh siswa (berupa angket B) untuk menjaring informasi tentang seberapa jauh siswa dapat mempersiapkan atau menyediakan bahan, dan peralatan yang digunakan serta pelaksanaan dalam percobaan sesuai dengan isi Lembar Kerja Siswa (LKS).

(23)

tentang kecepatan dan kendala dalam mengevaluasi hasil kegiatan praktikum. (Sunyono, 2006).

F. Validitas Instrumen

Tingkat kevalidan dapat diukur dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment:

r hit = Koefisien Korelasi Product Moment.

x1 = Jumlah skor item.

y1 = Jumlah skor total (seluruh item).

N = Jumlah responden (Sudijono, 2001:181).

Untuk distribusi (r tabel) pada α = 0,05 dan derajat kebebasan (db= N-2), selanjutnya besarnya korelasi (r Hitung) tersebut dibandingkan dengan r tabel (nilai r tabel Product Moment terlampir),kaidah keputusan jika :

(r hit > r tabel ) berarti valid (r hit < r tabel ) berarti tidak valid

G. Prosedur Pengumpulan Data

Secara umum penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap analisis data dengan menggunakan metode deskriptif. Tahap-tahap penelitian tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tahap persiapan

(24)

a. Telaah silabus.

b. Membuat surat izin penelitian ke sekolah tempat diadakannya penelitian.

c. Melakukan penelitian pendahuluan yang berupa analisis kebutuhan, untuk mendapatkan informasi tentang kegiatan pembelajaran yang akan diteliti.

d. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) e. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) eksperimen .

f. Membuat instrumen penelitian yaitu instrumen tingkat keterbacaan (angket A), tingkat keterlaksanaan (angket B), dan tingkat keternilaian hasil kegiatan praktikum IPA berupa angket guru.

g. Memvalidasi instrumen.

2. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan dalam tahap pelaksanaan meliputi:

a. Pelaksanaan praktikum IPA disesuaikan dengan jadwal penyajian materi pokok dan dilaksanakan oleh siswa dalam rentang waktu yang telah ditentukan.

(25)

3. Tahap Analisis Data

Kegiatan dalam tahap analisis data meliputi:

a. Mengolah data angket A dan angket B (angket siswa) dengan cara: 1) Mengkode atau klasifikasi data, bertujuan untuk mengelompokkan

jawaban berdasarkan pertanyaan angket. Dalam pengkodean data ini dibuat buku kode yang merupakan suatu tabel berisi tentang substansi-substansi yang hendak diukur, pertanyaan-pertanyaan yang menjadi alat ukur substansi tersebut serta kode jawaban setiap pertanyaan tersebut dan rumusan jawabannya.

2) Tabulasi data berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pertanyaan angket dan banyaknya sampel. 3) Menghitung frekuensi jawaban, berfungsi untuk memberikan

informasi tentang kecenderungan jawaban yang banyak dipilih siswa dalam setiap pertanyaan angket. Untuk setiap siswa yang memilih satu jawaban maka diberi point satu.

4) Menghitung persentase jawaban siswa, bertujuan untuk melihat besarnya persentase setiap jawaban dari pertanyaan sehingga data yang diperoleh dapat dianalisis sebagai temuan. Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase jawaban siswa per item adalah sebagai berikut:

(26)

Ji= Jumlah siswa yang memilih pilihan jawaban-i N = Jumlah seluruh siswa (Sudjana, 2002 : 64). 5) Menghitung rata-rata persentase jawaban siswa per item pada tiap

percobaan dengan rumus berikut:

n

6) Memvisualisasikan data untuk memberikan informasi berupa data temuan dengan menggunakan analisis data non statistik yaitu analisis yang dilakukan dengan cara membaca tabel-tabel, grafik-grafik atau angka-angka yang tersedia.

7) Menghitung skor jawaban siswa.

Penskoran setiap jawaban siswa dalam angket A dan angket B dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1. Penskoran pada angket A.

No Skor

(27)

Tabel 2. Penskoran pada angket B.

a, b, dan c merupakan pilihan jawaban pada angket

8) Menghitung persentase jawaban angket pada tiap percobaan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

%

Dengan %Xin = Persentase angket-i pada percobaan ke-n

S= Jumlah skor jawaban

Smaks = Skor maksimum yang diharapkan (Sudjana, 2002 : 69)

(28)

%Xin= Jumlah persentase angket-i pada tiap percobaan

n = Jumlah percobaan (Sudjana, 2002 : 67)

10)Menafsirkan persentase angket untuk mengetahui kemampuan siswa secara keseluruhan dengan menggunakan tafsiran Arikunto (1997 : 155) :

Tabel 3. Kriteria persentase angket Persentase Kriteria

b. Mengolah data keternilaian Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan cara: 1) Menganalisis angket guru

Pada pertanyaan nomor 1-10, dan 14-19 menggunakan penskoran sebagai berikut:

a. Jika menjawab ya/setuju memperoleh skor 1.

b. Jika menjawab tidak/tidak setuju memperoleh skor 0.

Pada pertanyaan nomor 11-13 menggunakan aturan penskoran sebagai berikut :

(29)

2) Menghitung persentase keternilaian Lembar Kerja Siswa (LKS) pada tiap responden untuk menentukan tingkat keternilaian Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

% 

100%

maks i

N N

N

Dengan : %Ni = Persentase keternilaian oleh responden-i.

N= Jumlah nilai jawaban.

Nmaks= Nilai maksimal. (Sudjana, 2002 : 69)

3) Menghitung rata-rata persentase keternilaian Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

r N RN

% i

%

Dengan %RN = Rata-rata persentase keternilaian.

%Ni = Jumlah persentase keternilaian.

r = Jumlah responden. (Sudjana, 2002 : 67)

4) Menafsirkan persentase angket untuk mengetahui tingkat

(30)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa LKS eksperimen pada materi pokok sistem pencernaan pada manusia mempunyai: 1. Persentase tingkat keterbacaan (readability level) yaitu 84,70% dengan kriteria

sangat tinggi, artinya sebagian besar siswa mampu menyerap pesan yang terkandung dalam penuntun praktikum yang telah diterapkan.

2. Persentase tingkat keterlaksanaan (applicability level) yaitu 84,19% dengan kriteria sangat tinggi, artinya sebagian besar siswa mampu melaksanakan praktikum dengan baik.

3. Persentase tingkat keternilaian (evaluability level) yaitu 96%, dengan kriteria sangat tinggi, artinya guru IPA lebih mudah menilai hasil kegiatan paktikum siswa dengan menggunakan penuntun praktikum tersebut.

B. Saran

(31)

2. Dalam memberikan penuntun praktikum hendaknya selalu memberikan penjelasan terlebih dahulu, dan memberikan kesempatan waktu kepada siswa untuk bertanya.

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M. 1995. Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia. Surabaya : Airlangga Universiti Press.

Arikunto, S. 1997. Penilaian Program Pendidikan. Edisi III. Jakarta : Bina Aksara.

______. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Arsyad, A. 2000. Media Pengajaran. Jakarta: PT. Raja grafindo Persada. ______. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta : PT. Raja grafindo Persada. BSNP. 2006. Panduan Penyusunan KTSP Jenjang Pendidikan Dasar dan

Menengah. BSNP. Jakarta.

Dimyati, Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta. Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Hasnunidah, Neni. 2007. Buku Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan Biologi.

Lampung : Universitas Lampung.

Koestoro, B dan Basrowi. 2006. Strategi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Surabaya : Yayasan Kampusina.

Muktar dan Martinis Yamin. 2002. Metode Pembelajaran Yang Berhasil. Jakarta : Sasama Mitra Sukses.

Nurhadi, B.Y dan AG. Senduk. 2004. Pembelajran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Universitas Negeri Malang. Malang.

(33)

Agustus 2009], http://pustakailmiah.unila.ac.id/wp-content /uploads/ 2009/ 07/PENGEMBANGAN-LEMBAR-KERJA-SISWA.pdf

Roestiyah, N.K. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. Sadiman, Arief s dkk. 2008. Media Pendidikan. Jakarta : Rajagrafindo Persada. Sastrawijaya, A.T. 1991. Pengembangan Program Pengajaran. Jakarta : PT.

Rineka Cipta.

Slameto. 2003. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester SKS. Jakarta : Bumi Aksara.

Sriyono. 1992 Proses Belajar Mengajar dan Strategi. Jakarta : Rineka Cipta. Sudijono, Anas. 2001. Pengamatan Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rajawali

Pers.

Sudjana. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. Bandung : PT. Tarsito. Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.

______. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan Research & Development. Bandung : Alfabeta.

Suleiman, A.H. 1998. Media Audio Visual untuk Pengajaran, Penerangan, dan Penyuluhan. Jakarta : PT. Gramedia.

Sunyono. 2008.Pengembangan Lembar Kerja Siswa (Lks) Berbasis Lingkungan pada Mata Pelajaran IPA SMP Kelas VII Semester I. (Jurnal). [7 Agustus 2009]. http://pustakailmiah.unila.ac.id/wp-content/uploads/2009/07/ Sunyono-PENGEMBANGAN-LEMBAR-KERJA1.pdf

Gambar

Gambar 1. Model pengembangan instruksional Baker dan Schultze (1971)
Tabel 1.  Penskoran pada angket A.
Tabel 2. Penskoran pada angket B.
Tabel 3. Kriteria persentase angket

Referensi

Garis besar

Nn

Dokumen terkait

   Blog merupakan halaman web yang berisi tulisan, gambar, suara, dll maupun link-link dengan disertai komentar yang tersusun secara kronologis..   Blog biasanya selalu

Pada pos keempat terdapat pos soal yang berisi Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Buku Panduan penggunaan media. Pada media KOATIK ini siswa berperan secara langsung

Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah dokumen yang berkaitan dengan prosedur yang dilakukan secara kronologis untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang bertujuan untuk

Sedangkan pengertian LKS menurut Komalasari (2010: 117) adalah bentuk buku latihan atau pekerjaan rumah yang berisi soal-soal sesuai dengan materi pelajaran. Pengertian

Selain menyusun LKS, peneliti juga membuat instrumen penelitian yang berfungsi sebagai penilaian terhadap prosedur praktikum dalam bentuk LKS berbasis learning

LKS tebak alur merupakan LKS yang berisi soal-soal yang bertujuan untuk memudahkan siswa dalam memahami konsep, dimana soal-soal yang terdapat di dalam LKS memuat gambar tahapan-

Pendahuluan Standar Operasional Prosedur SOP adalah dokumen yang berkaitan dengan prosedur yang dilakukan secara kronologis untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang bertujuan untuk

Standar Operasional Prosedur Standar Operasional Prosedur SOP adalah dokumen yang berkaitan dengan prosedur yang dilakukan secara kronologis untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang