• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Kinerja Jaringan Irigasi Tetes untuk Budidaya Bunga Kastuba ( Euphorbia Phulcherrima) dengan Sistem Hidroponik Di PT Saung Mirwan Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Kinerja Jaringan Irigasi Tetes untuk Budidaya Bunga Kastuba ( Euphorbia Phulcherrima) dengan Sistem Hidroponik Di PT Saung Mirwan Bogor"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

KAJIAN KINERJA JARINGAN IRIGASI TETES

UNTUK BUDIDAYA BUNGA KASTUBA ( Euphorbia phulcherrima) DENGAN SISTEM HIDROPONIK DI PT SAUNG MIRWAN BOGOR

Oleh: LENI ANDRIANI

F14103028

2007

(2)

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KAJIAN KINERJA JARINGAN IRIGASI TETES

UNTUK BUDIDAYA BUNGA KASTUBA ( Euphorbia phulcherrima) DENGAN SISTEM HIDROPONIK DI PT SAUNG MIRWAN BOGOR

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh: LENI ANDRIANI

F14103028

Dilahirkan pada tanggal 19 Oktober 1985 Di Sumedang

Lulus Pada Tanggal 5 Juni 2007

Menyetujui, Bogor, Juni 2007

Ir. Prastowo, M.Eng Pembimbing Akademik

(3)

Leni Andriani. F14103028. Kajian Kinerja Jaringan Irigasi Tetes Untuk Budidaya Bunga Kastuba (Euphorbia phulcherrima) Dengan Sistem Hidroponik Di PT Saung Mirwan Bogor. Di bawah bimbingan : Prastowo

RINGKASAN

Tanaman Kastuba (Euphorbia phulcherrima) merupakan tanaman hortikultura yang bernilai estetis dan juga bernilai ekonomi tinggi. Pemenuhan kebutuhan air tanaman pada tanaman Kastuba merupakan salah satu faktor penting karena pemberian air yang tepat dan optimum serta pengelolaan irigasi yang baik akan menciptakan pertumbuhan tanaman yang optimum sehingga hasil produksi pertanian yang maksimal dapat dicapai. Namun saat ini ketersediaan air untuk pemenuhan kebutuhan air tanaman sangat terbatas. Kondisi ini mendorong upaya penghematan dan peningkatan efisiensi penggunaan air pada bidang pertanian.

Salah satu sistem irigasi yang memberikan nilai efisiensi dan efektivitas yang tinggi dalam pemberian air bagi tanaman adalah sistem irigasi tetes. Irigasi tetes merupakan salah satu sistem irigasi yang mempunyai nilai efisiensi yang relatif tinggi (95%) dalam pemberian air untuk tanaman. Namun dalam prakteknya, efisiensi pemberian air dengan sistem irigasi tetes hanya sekitar 70%-80%.

Efisiensi pemberian air yang rendah menunjukkan kinerja jaringan irigasi tetes yang kurang baik. Oleh karena itu untuk mengetahui layak tidaknya suatu jaringan irigasi tetes maka perlu dilakukan pengkajian terhadap kinerja jaringan irigasi tetes. Untuk mengetahui kinerja jaringan irigasi tetes perlu dilakukan analisis terhadap parameter kebutuhan air tanaman, koefisien keseragaman irigasi, efisiensi irigasi, dan biaya irigasi.

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian kinerja jaringan irigasi tetes untuk budidaya Bunga Kastuba (Euphorbia phulcherrima) dengan sistem hidroponik di PT Saung Mirwan. Parameter yang diamati adalah kebutuhan air tanaman, koefisien keseragaman irigasi, efisiensi irigasi, dan biaya irigasi.

Penelitian ini dilakukan di PT Saung Mirwan yang berlokasi di Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung, Bogor. Penelitian dilakukan dari bulan Juli – Agustus 2006 dan dilanjutkan pada bulan Mei 2007. Metode pengumpulan data meliputi : 1) Pengukuran suhu dan kelembaban dalam rumah plastik, 2) Pengukuran debit penetes dan pipa lateral, 3) Pengukuran sifat fisik dan kimia larutan nutrisi yang terdiri dari EC, pH, dan suhu larutan, 4) Pengukuran kebutuhan air tanaman aktual (ETa), 5) Pengumpulan data jaringan irigasi tetes, dan 6) Pengumpulan data iklim Ciawi. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain electrical conductance meter (EC meter), pH meter, thermometer,

stopwatch, gelas ukur, plastik untuk menampung air, pita ukur, dan tali.

(4)

mencapai 2766 mm/tahun. Rumah plastik tempat penelitian memiliki tipe piggy back dengan luas 246 m2. Komponen irigasi tetes yang digunakan di lokasi penelitian antara lain pipa utama dengan diameter 2 inchi, pipa manifold dengan diameter 32 mm, pipa lateral diameter 16 mm, selang dripper 5mm, penetes tipe

regulating stick, tangki larutan nutrisi, pompa hisap dan pompa tekan, tangki penampung air (reservoir), dan komponen pendukung lainnya. Dalam satu manifold terdapat 10 pipa lateral, dan dalam satu lateral terdapat 100-125 penetes. Jarak pusat nutrisi ke lahan ± 54 m dengan kemiringan meningkat.

Kebutuhan air tanaman aktual (ETa) lebih rendah dari kebutuhan air tanaman teoritis (ETc) . Kebutuhan air tanaman aktual (ETa) berkisar antara 0.19 – 0.49 l/tan/hari sedangkan kebutuhan air tanaman teoritis (ETc) berkisar antara 0.345 – 0.801 l/tan/hari. Kebutuhan air tanaman acuan (ETo) berkisar antara 2.1- 4.88 mm/hari. Kebutuhan air tanaman maksimum terjadi pada akhir fase generatif atau pembungaan.

Koefisien keseragaman terdiri dari keseragaman larutan nutrisi dan keseragaman debit. Keseragaman larutan nutrisi pada pipa manifold meliputi keseragaman EC sebesar 99.3%, keseragaman pH sebesar 98.1%, dan keseragaman suhu sebesar 97.1%. Keseragaman larutan nutrisi pada pipa lateral meliputi keseragaman EC berkisar antara 92.5-99.5%, kesergaman pH berkisar antara 99.1-99.6%, dan keseragaman suhu berkisar antara 82.7-99.3%. Keseragaman debit pada pipa manifold sebesar 84.4%, keseragaman debit pada pipa lateral berkisar antara 49.51%-89.01%.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Leni Andriani, dilahirkan di Sumedang pada tanggal 19 Oktober 1985. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara pasangan Bapak Winata dengan Ibu Nurmala. Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-kanak Merpati pada tahun 1990, kemudian melanjutkan ke SDN Ciuyah II pada tahun 1991 dan lulus pada tahun 1997. Penulis menamatkan sekolah lanjutan tingkat pertama pada tahun 2000 di SLTPN 3 Cimalaka. Pada tahun 2003 penulis lulus dari SMUN 1 Sumedang. Lulus dari SMU penulis mendapat undangan seleksi masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Selama belajar di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif dalam berbagai organisasi antara lain BEM FATETA (2004-2005) dan Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian (HIMATETA) pada tahun 2005-2006. Pada tahun 2005 penulis lolos dalam Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) dan pada tahun 2006 penulis memilih bagian Teknik Tanah dan Air sebagai spesifikasi keilmuannya.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ” Kajian Kinerja Jaringan Irigasi Tetes Untuk Budidaya Bunga Kastuba (Euphorbia phulcherrima) Dengan Sistem Hidroponik Di PT Saung Mirwan Bogor”. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat agar memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian di Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan semua pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. Prastowo, MEng selaku dosen pembimbing akademik yang telah membantu, membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini

2. Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA dan Yudi Chadirin, STP, MAgr atas kesediaanya menjadi dosen penguji dalam ujian akhir skripsi dan atas saran serta masukkannya dalam penulisan skripsi ini.

3. Orang tua, seluruh keluarga dan saudara (Teteh, Aa, Via, Amel, Wildhan, Dhea), serta my Toto_Chan yang telah memberikan doa, kasih sayang, dan semangat dalam bentuk moril maupun materi kepada penulis

4. Bapak Hendrayana yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di PT Saung Mirwan serta seluruh staf dan karyawan PT Saung Mirwan yang telah membantu penelitian ini

5. Teman teman TEP 40, khususnya TTA 40 (Ei, Neu-neu, Dhiaz, Wie, Nda) 6. Seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada

penulis.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan dan perbaikan. Semoga skripsi ini bermanfaat dan memberikan informasi bagi penulis khususnya dan bagi pembaca lain pada umumnya.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR TABEL ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

A. Irigasi Tetes ... 3

B. Kebutuhan Air Tanaman ... 6

C. Efisiensi Irigasi ... 8

D. Koefisien Keseragaman Irigasi ... 10

E. Larutan Nutrisi ... 12

F. Biaya Irigasi ... 14

G. Tanaman Kastuba ... 15

III. METODE PENELITIAN ... 17

A. Waktu dan Tempat ... 17

B. Kerangka Pemikiran ... 17

C. Metode Pengumpulan data ... 19

D. Metode Analisis data ... 19

E. Bahan dan Alat ... 20

IV. KONDISI LOKASI PENELITIAN ... 21

A. Iklim dan Letak Geografis ... 21

B. Rumah Plastik ... 21

C. Jaringan Irigasi Tetes ... 22

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

A. Kebutuhan Air Irigasi ... 24

1. Kebutuhan Air Tanaman Teoritis ... 24

(8)

2. Keseragaman Larutan Nutrisi Pada Pipa lateral ... 30

3. Keseragaman Debit Lateral Pada Pipa Manifold ... 32

4. Keseragaman Debit Penetes Pada Pipa Lateral ... 33

C. Efisiensi Irigasi ... 36

1. Efisiensi Distribusi ... 36

2. Efisiensi Penyimpanan Air Irigasi ... 37

D. Kinerja Teknis Irigasi Tetes ... 39

E. Biaya Irigasi ... 39

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

A. Kesimpulan ... 41

B. Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kinerja Dari Berbagai Penetes ... 6

Tabel 2. Rasio Transmisi Puncak (Tr) Untuk Tekstur Tanah dan Kedalaman Perakaran Tanaman yang Berbeda ... 10

Tabel 3. Klasifikasi Koefisien Variasi Penetes (v) Berdasarkan Jenis Penetes ... 11

Tabel 4. Standar Kualitas Air Untuk Tanaman Hidroponik Dan Perkebunan ... 13

Tabel 5. Kebutuhan Air Tanaman ... 26

Tabel 6. Sifat Fisik Dan Kimia Larutan Nutrisi Pada Pipa Manifold ... 29

Tabel 7. Koefisien Keseragaman Larutan Nutrisi Pada Pipa Lateral ... 30

Tabel 8. Keseragaman Debit Penetes Pada Pipa Lateral... 33

Tabel 9. Nilai Efisiensi Distribusi ... 36

Tabel 10. Efisiensi Penyimpanan Air ... 37

Tabel 11. Karakteristik Media Tanam Arang Sekam... 38

Tabel 12. Rekapitulasi Kinerja Teknis Jaringan Irigasi Tetes PT Saung Mirwan ... 39

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Komponen Irigasi Tetes Pada Pipa Utama Sampai Manifold ... 6

Gambar 2. Tanaman Kastuba ... 15

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 18

Gambar 4. Penampang Melintang Rumah Plastik Saung Mirwan ... 23

Gambar 5. Kebutuhan Air Tanaman ... 25

Gambar 6. Grafik Perbandingan Antara Rasio ETa/ETc Terhadap Umur .... Tanaman ... 27

Gambar 7. Perbandingan Jumlah Kebutuhan Air Tanaman Teoritis Terhadap Kebutuhan Air Tanaman Aktual Selama Fase Generatif ... 28

Gambar 8. Perbandingan Rata-rata EC Larutan Nutrisi Pada Penetes Terhadap EC Ideal... 31

Gambar 9. Perbandingan Rata-rata pH Larutan Nutrisi Pada Penetes Terhadap pH Ideal ... 31

Gambar 10. Perbandingan Rata-rata Suhu Larutan Nutrisi Pada Penetes Terhadap Suhu Ideal ... 31

Gambar 11. Grafik Variasi Debit Pipa Lateral ... 32

Gambar 12. Variasi Rata-rata Debit Penetes Dalam Satu Lateral ... 34

(11)

Skripsi

KAJIAN KINERJA JARINGAN IRIGASI TETES

UNTUK BUDIDAYA BUNGA KASTUBA ( Euphorbia phulcherrima) DENGAN SISTEM HIDROPONIK DI PT SAUNG MIRWAN BOGOR

Oleh: LENI ANDRIANI

F14103028

2007

(12)

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KAJIAN KINERJA JARINGAN IRIGASI TETES

UNTUK BUDIDAYA BUNGA KASTUBA ( Euphorbia phulcherrima) DENGAN SISTEM HIDROPONIK DI PT SAUNG MIRWAN BOGOR

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh: LENI ANDRIANI

F14103028

Dilahirkan pada tanggal 19 Oktober 1985 Di Sumedang

Lulus Pada Tanggal 5 Juni 2007

Menyetujui, Bogor, Juni 2007

Ir. Prastowo, M.Eng Pembimbing Akademik

(13)

Leni Andriani. F14103028. Kajian Kinerja Jaringan Irigasi Tetes Untuk Budidaya Bunga Kastuba (Euphorbia phulcherrima) Dengan Sistem Hidroponik Di PT Saung Mirwan Bogor. Di bawah bimbingan : Prastowo

RINGKASAN

Tanaman Kastuba (Euphorbia phulcherrima) merupakan tanaman hortikultura yang bernilai estetis dan juga bernilai ekonomi tinggi. Pemenuhan kebutuhan air tanaman pada tanaman Kastuba merupakan salah satu faktor penting karena pemberian air yang tepat dan optimum serta pengelolaan irigasi yang baik akan menciptakan pertumbuhan tanaman yang optimum sehingga hasil produksi pertanian yang maksimal dapat dicapai. Namun saat ini ketersediaan air untuk pemenuhan kebutuhan air tanaman sangat terbatas. Kondisi ini mendorong upaya penghematan dan peningkatan efisiensi penggunaan air pada bidang pertanian.

Salah satu sistem irigasi yang memberikan nilai efisiensi dan efektivitas yang tinggi dalam pemberian air bagi tanaman adalah sistem irigasi tetes. Irigasi tetes merupakan salah satu sistem irigasi yang mempunyai nilai efisiensi yang relatif tinggi (95%) dalam pemberian air untuk tanaman. Namun dalam prakteknya, efisiensi pemberian air dengan sistem irigasi tetes hanya sekitar 70%-80%.

Efisiensi pemberian air yang rendah menunjukkan kinerja jaringan irigasi tetes yang kurang baik. Oleh karena itu untuk mengetahui layak tidaknya suatu jaringan irigasi tetes maka perlu dilakukan pengkajian terhadap kinerja jaringan irigasi tetes. Untuk mengetahui kinerja jaringan irigasi tetes perlu dilakukan analisis terhadap parameter kebutuhan air tanaman, koefisien keseragaman irigasi, efisiensi irigasi, dan biaya irigasi.

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian kinerja jaringan irigasi tetes untuk budidaya Bunga Kastuba (Euphorbia phulcherrima) dengan sistem hidroponik di PT Saung Mirwan. Parameter yang diamati adalah kebutuhan air tanaman, koefisien keseragaman irigasi, efisiensi irigasi, dan biaya irigasi.

Penelitian ini dilakukan di PT Saung Mirwan yang berlokasi di Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung, Bogor. Penelitian dilakukan dari bulan Juli – Agustus 2006 dan dilanjutkan pada bulan Mei 2007. Metode pengumpulan data meliputi : 1) Pengukuran suhu dan kelembaban dalam rumah plastik, 2) Pengukuran debit penetes dan pipa lateral, 3) Pengukuran sifat fisik dan kimia larutan nutrisi yang terdiri dari EC, pH, dan suhu larutan, 4) Pengukuran kebutuhan air tanaman aktual (ETa), 5) Pengumpulan data jaringan irigasi tetes, dan 6) Pengumpulan data iklim Ciawi. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain electrical conductance meter (EC meter), pH meter, thermometer,

stopwatch, gelas ukur, plastik untuk menampung air, pita ukur, dan tali.

(14)

mencapai 2766 mm/tahun. Rumah plastik tempat penelitian memiliki tipe piggy back dengan luas 246 m2. Komponen irigasi tetes yang digunakan di lokasi penelitian antara lain pipa utama dengan diameter 2 inchi, pipa manifold dengan diameter 32 mm, pipa lateral diameter 16 mm, selang dripper 5mm, penetes tipe

regulating stick, tangki larutan nutrisi, pompa hisap dan pompa tekan, tangki penampung air (reservoir), dan komponen pendukung lainnya. Dalam satu manifold terdapat 10 pipa lateral, dan dalam satu lateral terdapat 100-125 penetes. Jarak pusat nutrisi ke lahan ± 54 m dengan kemiringan meningkat.

Kebutuhan air tanaman aktual (ETa) lebih rendah dari kebutuhan air tanaman teoritis (ETc) . Kebutuhan air tanaman aktual (ETa) berkisar antara 0.19 – 0.49 l/tan/hari sedangkan kebutuhan air tanaman teoritis (ETc) berkisar antara 0.345 – 0.801 l/tan/hari. Kebutuhan air tanaman acuan (ETo) berkisar antara 2.1- 4.88 mm/hari. Kebutuhan air tanaman maksimum terjadi pada akhir fase generatif atau pembungaan.

Koefisien keseragaman terdiri dari keseragaman larutan nutrisi dan keseragaman debit. Keseragaman larutan nutrisi pada pipa manifold meliputi keseragaman EC sebesar 99.3%, keseragaman pH sebesar 98.1%, dan keseragaman suhu sebesar 97.1%. Keseragaman larutan nutrisi pada pipa lateral meliputi keseragaman EC berkisar antara 92.5-99.5%, kesergaman pH berkisar antara 99.1-99.6%, dan keseragaman suhu berkisar antara 82.7-99.3%. Keseragaman debit pada pipa manifold sebesar 84.4%, keseragaman debit pada pipa lateral berkisar antara 49.51%-89.01%.

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Leni Andriani, dilahirkan di Sumedang pada tanggal 19 Oktober 1985. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara pasangan Bapak Winata dengan Ibu Nurmala. Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-kanak Merpati pada tahun 1990, kemudian melanjutkan ke SDN Ciuyah II pada tahun 1991 dan lulus pada tahun 1997. Penulis menamatkan sekolah lanjutan tingkat pertama pada tahun 2000 di SLTPN 3 Cimalaka. Pada tahun 2003 penulis lulus dari SMUN 1 Sumedang. Lulus dari SMU penulis mendapat undangan seleksi masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Selama belajar di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif dalam berbagai organisasi antara lain BEM FATETA (2004-2005) dan Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian (HIMATETA) pada tahun 2005-2006. Pada tahun 2005 penulis lolos dalam Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) dan pada tahun 2006 penulis memilih bagian Teknik Tanah dan Air sebagai spesifikasi keilmuannya.

(16)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ” Kajian Kinerja Jaringan Irigasi Tetes Untuk Budidaya Bunga Kastuba (Euphorbia phulcherrima) Dengan Sistem Hidroponik Di PT Saung Mirwan Bogor”. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat agar memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian di Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan semua pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. Prastowo, MEng selaku dosen pembimbing akademik yang telah membantu, membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini

2. Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA dan Yudi Chadirin, STP, MAgr atas kesediaanya menjadi dosen penguji dalam ujian akhir skripsi dan atas saran serta masukkannya dalam penulisan skripsi ini.

3. Orang tua, seluruh keluarga dan saudara (Teteh, Aa, Via, Amel, Wildhan, Dhea), serta my Toto_Chan yang telah memberikan doa, kasih sayang, dan semangat dalam bentuk moril maupun materi kepada penulis

4. Bapak Hendrayana yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di PT Saung Mirwan serta seluruh staf dan karyawan PT Saung Mirwan yang telah membantu penelitian ini

5. Teman teman TEP 40, khususnya TTA 40 (Ei, Neu-neu, Dhiaz, Wie, Nda) 6. Seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada

penulis.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan dan perbaikan. Semoga skripsi ini bermanfaat dan memberikan informasi bagi penulis khususnya dan bagi pembaca lain pada umumnya.

(17)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR TABEL ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

A. Irigasi Tetes ... 3

B. Kebutuhan Air Tanaman ... 6

C. Efisiensi Irigasi ... 8

D. Koefisien Keseragaman Irigasi ... 10

E. Larutan Nutrisi ... 12

F. Biaya Irigasi ... 14

G. Tanaman Kastuba ... 15

III. METODE PENELITIAN ... 17

A. Waktu dan Tempat ... 17

B. Kerangka Pemikiran ... 17

C. Metode Pengumpulan data ... 19

D. Metode Analisis data ... 19

E. Bahan dan Alat ... 20

IV. KONDISI LOKASI PENELITIAN ... 21

A. Iklim dan Letak Geografis ... 21

B. Rumah Plastik ... 21

C. Jaringan Irigasi Tetes ... 22

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

A. Kebutuhan Air Irigasi ... 24

1. Kebutuhan Air Tanaman Teoritis ... 24

(18)

2. Keseragaman Larutan Nutrisi Pada Pipa lateral ... 30

3. Keseragaman Debit Lateral Pada Pipa Manifold ... 32

4. Keseragaman Debit Penetes Pada Pipa Lateral ... 33

C. Efisiensi Irigasi ... 36

1. Efisiensi Distribusi ... 36

2. Efisiensi Penyimpanan Air Irigasi ... 37

D. Kinerja Teknis Irigasi Tetes ... 39

E. Biaya Irigasi ... 39

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

A. Kesimpulan ... 41

B. Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43

(19)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kinerja Dari Berbagai Penetes ... 6

Tabel 2. Rasio Transmisi Puncak (Tr) Untuk Tekstur Tanah dan Kedalaman Perakaran Tanaman yang Berbeda ... 10

Tabel 3. Klasifikasi Koefisien Variasi Penetes (v) Berdasarkan Jenis Penetes ... 11

Tabel 4. Standar Kualitas Air Untuk Tanaman Hidroponik Dan Perkebunan ... 13

Tabel 5. Kebutuhan Air Tanaman ... 26

Tabel 6. Sifat Fisik Dan Kimia Larutan Nutrisi Pada Pipa Manifold ... 29

Tabel 7. Koefisien Keseragaman Larutan Nutrisi Pada Pipa Lateral ... 30

Tabel 8. Keseragaman Debit Penetes Pada Pipa Lateral... 33

Tabel 9. Nilai Efisiensi Distribusi ... 36

Tabel 10. Efisiensi Penyimpanan Air ... 37

Tabel 11. Karakteristik Media Tanam Arang Sekam... 38

Tabel 12. Rekapitulasi Kinerja Teknis Jaringan Irigasi Tetes PT Saung Mirwan ... 39

(20)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Komponen Irigasi Tetes Pada Pipa Utama Sampai Manifold ... 6

Gambar 2. Tanaman Kastuba ... 15

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 18

Gambar 4. Penampang Melintang Rumah Plastik Saung Mirwan ... 23

Gambar 5. Kebutuhan Air Tanaman ... 25

Gambar 6. Grafik Perbandingan Antara Rasio ETa/ETc Terhadap Umur .... Tanaman ... 27

Gambar 7. Perbandingan Jumlah Kebutuhan Air Tanaman Teoritis Terhadap Kebutuhan Air Tanaman Aktual Selama Fase Generatif ... 28

Gambar 8. Perbandingan Rata-rata EC Larutan Nutrisi Pada Penetes Terhadap EC Ideal... 31

Gambar 9. Perbandingan Rata-rata pH Larutan Nutrisi Pada Penetes Terhadap pH Ideal ... 31

Gambar 10. Perbandingan Rata-rata Suhu Larutan Nutrisi Pada Penetes Terhadap Suhu Ideal ... 31

Gambar 11. Grafik Variasi Debit Pipa Lateral ... 32

Gambar 12. Variasi Rata-rata Debit Penetes Dalam Satu Lateral ... 34

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Denah Lokasi Penelitian ... 45

Lampiran 2. Skema Jaringan Irigasi Tetes di PT Saung Mirwan ... 46

Lampiran 3. Skema Titik Pengamatan ... 47

Lampiran 4. Komponen Irigasi Tetes Di PT Saung Mirwan ... 48

Lampiran 5. Data Iklim Bulan Juli-Agustus 2006 ... 49

Lampiran 6. Daftar Suhu dan Kelembaban Di Dalam Rumah Plastik ... 50

Lampiran 7. Hasil Perhitungan Evapotranspirasi Tanaman Teoritis ... 53

Lampiran 8. Hasil Perhitungan Kebutuhan Air Tanaman Aktual ... 54

Lampiran 9. Hasil Perhitungan Kebutuhan Air Tanaman Teoritis Per Tanaman... 55

Lampiran 10. Hasil Perhitungan Keseragaman Larutan Nutrisi Pada Pipa Manifold ... 56

Lampiran 11. Hasil Perhitungan Keseragaman pH Larutan Nutrisi Pada Pipa Lateral... 57

Lampiran 12. Hasil Perhitungan Keseragaman EC Larutan Nutrisi Pada Pipa Lateral... 59

Lampiran 13. Hasil Perhitungan Keseragaman Suhu Larutan Nutrisi Pada Pipa Lateral... 61

Lampiran 14. Hasil Perhitungan Keseragaman Debit Lateral Pada Pipa Manifold ... 63

Lampiran 15.a. Hasil Perhitungan Keseragaman Debit Penetes Pada Pipa Lateral Ulangan1 ... 64

Lampiran 15.b. Hasil Perhitungan Keseragaman Debit Penetes Pada Pipa Lateral Ulangan2 ... 65

Lampiran 16.a. Nilai EC Masuk ... 66

Lampiran 16.b. Rasio Kebutuhan Leaching (LR) ... 66

Lampiran 16.c. Hasil Perhitungan (1/(1-LR)) ... 67

Lampiran 17.a. Hasil Perhitungan Efisiensi Penyimpanan Aplikasi 1 ... 68

Lampiran 17.b. Hasil Perhitungan Efisiensi Penyimpanan Aplikasi 2 ... 73

(22)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Industri hortikultura, khususnya tanaman hias memiliki prospek yang cerah karena potensi serta peluang pasar dalam dan luar negeri masih luas. Selain itu kebutuhan masyarakat akan bunga berkualitas tinggi terus meningkat. Tanaman Kastuba (Euphorbia phulcherrima) merupakan tanaman hortikultura yang bernilai estetis dan juga bernilai ekonomi tinggi. Tanaman Kastuba sangat peka terhadap suhu dan kekurangan air, oleh karena itu dalam pertumbuhannya bunga ini perlu perlakuan dan kondisi khusus yang sesuai. Agar tidak kekurangan air, maka pemenuhan kebutuhan air tanaman bagi Tanaman Kastuba perlu diperhatikan.

Pemenuhan kebutuhan air tanaman merupakan salah satu faktor yang penting karena pemberian air yang tepat dan optimum serta pengelolaan irigasi yang baik akan menciptakan pertumbuhan tanaman yang optimum sehingga hasil produksi pertanian yang maksimal dapat dicapai. Namun saat ini ketersediaan air untuk pemenuhan kebutuhan air tanaman sangat terbatas, selain itu adanya penggunaan air di bidang lain yang semakin meningkat. Kondisi ini mendorong upaya penghematan dan peningkatan efisiensi penggunaan air pada bidang pertanian. Salah satu cara dalam rangka peningkatan efisiensi penggunaan air tersebut adalah mengembangkan alternatif teknologi irigasi yang hemat air.

(23)

Efisiensi pemberian air yang rendah menunjukkan kinerja jaringan irigasi yang kurang baik. Oleh karena itu untuk mengetahui layak tidaknya suatu jaringan irigasi tetes maka perlu dilakukan pengkajian terhadap kinerja jaringan irigasi tetes. Untuk mengetahui kinerja jaringan irigasi tetes perlu dilakukan analisis terhadap beberapa parameter, diantaranya kebutuhan air tanaman, koefisien keseragaman irigasi, dan efisiensi irigasi.

Efisiensi irigasi akan mempengaruhi biaya irigasi. Efisiensi irigasi yang rendah berpengaruh terhadap biaya operasional irigasi sehingga biaya irigasi akan meningkat, apalagi ditambah dengan tingginya biaya investasi untuk irigasi tetes. Oleh karena itu analisis biaya irigasi juga perlu dilakukan.

Penggunaan sistem irigasi tetes memerlukan dukungan ketepatan pemilihan jenis tanaman, masa tanam, teknologi, manajemen, dan pengaturan penjadwalan pengoperasian irigasi agar penggunaannya tetap memberikan keuntungan dari komoditas yang diusahakan. Pemilihan komoditas harus memperhatikan nilai ekonomi dan peluang pasar dari komoditas yang akan diusahakan.

B. Tujuan Penelitian

(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Irigasi Tetes

Irigasi tetes merupakan sistem pemberian air irigasi yang pemberian air irigasinya dilakukan dengan kecepatan lambat dari suatu nozel yang diletakkan pada permukaan tanah. Sedangkan menurut Hansen (1979), irigasi tetes adalah sistem pemberian air pada tanaman secara langsung ke daerah perakaran dengan alat pengeluaran yang disebut penetes yang mengeluarkan air hanya beberapa liter per jam. Dari penetes air menyebar secara menyamping dan tegak oleh gaya kapiler tanah yang diperbesar pada arah gerak vertikal oleh gaya gravitasi. Pemberian air irigasi dengan cara membasahi daerah perakaran bertujuan untuk membasahi keseluruhan lahan sehingga dapat mengurangi penguapan air secara berlebihan dan efisiensi pemakaian air dapat mencapai 100%.

Sistem irigasi pada prinsipnya terdiri dari tiga sub unit sistem jaringan irigasi yaitu (Prastowo dan Liyantono, 2002):

1. Sub sistem pengembangan sumber air antara lain sungai, danau, air tanah, mata air dan rawa

2. Sub sistem penyaluran yaitu jaringan saluran (saluran terbuka atau pipa) yang membawa air dari sumbernya ke lahan yang akan diairi.

3. Sub sistem aplikasi irigasi yaitu penerapan teknologi pemberian atau aplikasi air ke lahan pertanian.

Dalam aplikasi di lapangan, nilai efisiensi irigasi tetes yang relatif tinggi hanya dapat tercapai apabila memenuhi 2 persyaratan (Prastowo dan Liyantono, 2002), yaitu : jaringan irigasi tetes yang dibangun dapat memberikan air secara seragam dan pengoperasian jaringan irigasi tetes dilakukan dengan jadwal yang tepat

Beberapa kelebihan irigasi tetes (Prastowo dan Liyantono, 2002), antara lain:

(25)

2. Pada beberapa jenis tanaman tertentu, kondisi tanaman yang tidak terbasahi akan mencegah penyakit leaf burn (daun terbakar). Selain itu kegiatan budidaya secara manual dapat terus berjalan walaupun kegiatan irigasi sedang berlangsung

3. Sistem irigasi tetes dapat menekan aktivitas organisme pengganggu tanaman karena daerah yang terbasahi hanya di sekitar daerah perakaran saja.

4. Sistem irigasi tetes dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemberian pupuk dan pestisida karena pemberiannya dapat diberikan bersamaan dengan air irigasi dan hanya diberikan di daerah perakaran saja

5. Pemberian air yang kontinyu dapat mengurangi resiko penumpukan garam dan unsur-unsur beracun lainnya di daerah perakaran tanaman. Walaupun memiliki beberapa keuntungan dalam operasional, namun sistem irigasi tetes memiliki beberapa kelemahan, antara lain:

1. Investasi yang dikeluarkan cukup tinggi dan dibutuhkan teknik yang relatif tinggi dalam desain, instalasi dan pengoperasian sistem

2. Penyumbatan penetes yang disebabkan oleh faktor fisik, kimia, dan biologi air yang dapat mengurangi efisiensi dan kinerja sistem.

3. Pada daerah perakaran yang tidak terbasahi berpotensi terjadi penumpukan garam

Menurut Keller dan Bleisner (1990), komponen irigasi tetes terdiri dari: 1. Penetes merupakan komponen yang menyalurkan air dari pipa lateral ke

tanah sekitar tanaman secara sinambung dengan debit yang rendah dan tekanan mendekati tekanan atmosfer

2. Pipa lateral merupakan tempat penetes. Biasanya pipa lateral terbuat dari pipa PVC atau PE dengan diameter 12.7 mm ( ½ inchi) – 38.1mm (1 ½ inchi)

(26)

4. Pipa utama, merupakan komponen yang menyalurkan air ke pipa-pipa sub utama atau manifold. Biasanya pipa utama terbuat dari PVC atau paduan antara asbes dan semen

5. Pompa dan tenaga penggerak, merupakan komponen yang berfungsi mengangkat air dari sumber yang kemudian mengalirkannya ke jaringan perpipaan

6. Komponen pendukung terdiri dari katup-katup, pengatur tekanan, pengatur debit, tangki bahan kimia, sistem pengontrol dan komponen lainnya.

Berdasarkan cara penempatan penetes pada pipa lateral, penetes dibedakan atas dua bagian yaitu penetes tipe line source dan penetes tipe

point source. Macam penetes point source antara lain long path, source orrifice, vortex, dan pressure compensanting. Tipe line source antara lain

porous pipe, double walled pipe, soaker hose dan porousplastic tubes.

Selain itu penetes juga dapat dibedakan berdasarkan mekanisme penetes dalam menyebarkan tekanan. Penetes tipe orrifice menyebarkan tekanan secara individual ataupun seri sedangkan tipe vortex memberi efek pusaran. Penetes tipe compensating dapat mengalirkan air pada selang tekanan yang cukup besar pada saluran lateral. Penetes tipe flushing memberikan efek aliran membilas untuk membersihkan debit pembuka pada saat sistem dioperasikan, tipe continous flushing memungkinkan partikel padat yang besar berjalan secara kontinyu selama sistem dioperasikan sehingga mengurangi kebutuhan akan penyaringan halus sedangkan tipe multi outlet

dapat memberikan air pada 2 titik atau lebih dengan penambahan selang kecil (Keller dan Bleisner,1990).

(27)

Tabel 1. Kinerja dari berbagai penetes

Jenis Penetes Kapasitas (l/jam) Tekanan Kerja (psi)

Botton dripper 2,4,8 10

Pot dripper 2,4,8 10

Wood pecker dripper 1,2,3,4 10

Pot line dripper 1,2 10

Pressure Compensaty dripper 2,4,8 20-45

Regulating stick 0,5,2 20

Micro spray 6,9 20

Sumber : PT Daya Sentosa Rekayasa dalam Cahyadi (1997)

Gambar komponen irigasi berdasarkan literatur dapat disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Komponen Irigasi Tetes Pada Pipa Utama Sampai Manifold Sumber : Jensen (1983)

Jenis penetes yang digunakan di PT Saung Mirwan adalah regulating stick dengan kapasitas 2 l/jam. Beberapa faktor yang mempengaruhi rancangan irigasi tetes yaitu sumber air, kemiringan lahan, karakteristik tanah / media tanam, dan pertumbuhan tanaman.

B. Kebutuhan Air Tanaman

(28)

Kebutuhan air tanaman akan berbeda berdasarkan perbedaan unsur-unsur yang mempengaruhi evapotranspirasi tanaman. Tanaman berumur panjang akan lebih banyak membutuhkan air dibanding dengan tanaman yang umurnya lebih pendek.

Doorenbos dan Pruitt (1977) mengemukakan bahwa besarnya evapotranspirasi tanaman (ETc) dapat ditentukan dengan menggunakan data-data iklim dan koefisien tanaman yang dibudidayakan. Perhitungan evapotranspirasi tanaman dapat dilakukan melalui tiga tahap:

1. Pendugaan evapotranspirasi tanaman acuan (ETo)

Metode yang digunakan untuk pendugaan ETo diantaranya : metode Radiasi, metode Penman, metode Blaney-Criddle, dan metode panci evaporasi. Pemilihan metode dilakukan terutama berdasarkan data iklim yang tersedia dan ketelitian yang diinginkan. Pada penelitian ini digunakan metode Radiasi karena dibandingkan dengan metode lain, metode ini lebih baik dengan kemungkinan kesalahan 20% pada kondisi ekstrim panas. Bila digunakan di daerah khatulistiwa, metode Radiasi memberikan hasil yang memuaskan (Doorenbos dan Pruitt, 1977). Rumus perhitungan evapotranspirasi acuan dengan menggunakan metode Radiasi adalah:

ETo = c ( W x Rs )...(1) Rs = (0.25 + 0.50 n/N) Ra...(2) dimana:

ETo : Evapotranspirasi tanaman acuan (mm/hari)

Ra : Radiasi ekstraterestrial (mm/hari) yang tergantung pada bulan dan lintang

Rs : Radiasi matahari (mm/hari)

N : Lama penyinaran matahari maksimum (jam/hari) yang tergantung pada bulan dan lintang

(29)

c : Faktor penyesuaian berdasarkan kelembaban rata-rata dan kecepatan angin. Pada rumah plastik c diganti dengan k yang merupakan kemampuan atap rumah plastik dalam mentransmisikan cahaya. Besarnya nilai k tergantung bahan atap rumah plastik.

2. Penentuan Koefisien Tanaman (kc)

Koefisien tanaman (kc) besarnya dapat tergantung pada jenis dan tingkat pertumbuhan tanaman. Koefisien tanaman dapat ditentukan dari hasil penelitian langsung dengan lysimeter atau dapat diduga dengan metode yang dianjurkan oleh Doorenbos dan Pruitt (1977).

3. Penghitungan Evapotranspirasi Tanaman (ETc)

Evapotranspirasi tanaman dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

ETc = ETo x kc...(3) dimana :

ETc : Evapotranspirasi tanaman (mm/hari) ETo : Evapotranspirasi tanaman acuan (mm/hari) Kc : Koefisien tanaman

C. Efisiensi Irigasi 1. Efisiensi Penyaluran

Efisiensi penyaluran merupakan perbandingan antara jumlah air yang sampai di lahan dengan total air yang diberikan. Efisiensi penyaluran dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 4.

Ec = x100% Wr

Wf

...(4)

Dimana :

Ec : Efisiensi penyaluran irigasi (%)

Wf : Jumlah air yang sampai di lahan pertanian (liter)

(30)

2. Efisiensi Distribusi

Efisiensi distribusi (Es) pada jaringan irigasi tetes dipengaruhi oleh nilai

keseragaman penyebaran, kebutuhan leaching (LR) dan nilai rasio transpirasi

(Tr). Nilai keseragaman penyebaran dipengaruhi oleh kemampuan penetes,

makin tinggi nilai keseragaman penyebaran air dari penetes maka makin

tinggi efisiensi dari sistem irigasi tersebut.

Apabila perkolasi yang tidak terhindarkan lebih kecil atau sama dengan

kebutuhan leaching (Tr≤1.00/(1.0-LR)), nilai efisiensi distribusi sama dengan nilai keseragaman penyebaran (Es = Eu), sedangkan apabila

perkolasi yang tidak dapat terhindarkan lebih besar dari kebutuhan leaching

(Tr≥1.00/(1.0-LR)) maka nilai efisiensi distribusi irigasi tetes dapat diperoleh dari persamaan (Keller dan Bleisner,1990):

Es =

) 0 . 1 ( LR Tr

EU

− ………..(5) dimana:

Es : Efisiensi distribusi

EU : Koefisien keseragaman irigasi (%) Tr : Rasio transmisi

LR : Kebutuhan leaching

LR =

xmaksECe ECw

2 ...………...(6) dimana:

LR : Rasio kebutuhan leaching

ECw : Konduktivitas elektrik air irigasi (mS/cm)

(31)
[image:31.612.155.513.112.211.2]

Tabel 2. Rasio Transmisi Puncak (Tr) untuk Tekstur Tanah dan Kedalaman Perakaran Tanaman yang Berbeda

Kedalaman Perakaran (m)

Tekstur Tanah

Sangat Kasar Kasar Sedang Halus Dangkal (<0.8) 1.10 1.10 1.05 1.00 Sedang (0.8-1.5 1.10 1.05 1.00 1.00 Dalam (1.5) 1.05 1.00 1.00 1.01

Sumber: Keller dan Bleisner,1990 3. Efisiensi Penyimpanan Air

Efisiensi penyimpanan adalah persentase air yang benar-benar bermanfaat untuk tanaman dari sejumlah air yang disediakan atau dialirkan. Efisiensi penyimpanan air dapat dihitung dengan persamaan berikut:

Ea = x100%

Wf Ws

...(7)

dimana:

Ea : Efisiensi penyimpanan air (%)

Ws : Air yang ditampung dalam daerah perakaran selama pemberian air irigasi (liter)

Wf : Air yang disalurkan ke lahan pertanian (liter)

Dari hasil penelitian sebelumnya, efisiensi penyaluran air sistem irigasi tetes di Taman Buah Mekarsari adalah 94.41%. Sedangkan dari hasil penelitian di PT Joro Bandung, efisiensi penyimpanan irigasi tetes untuk budidaya tomat berkisar 73.99-79.09%. Menurut teori irigasi tetes dapat memberikan efisiensi yang cukup besar (≥95%).

D. Koefisien Keseragaman Irigasi

Efisiensi distribusi air ditentukan oleh keseragaman penyebaran air dari tiap penetes. Efisiensi irigasi tergolong sangat tinggi jika keseragaman atau nilai EU lebih besar 98%. Nilai keseragaman penyebaran irigasi tetes dapat diketahui dengan persamaan berikut (Keller dan Bleisner,1990) :

(32)

dimana:

EU : Keseragaman penyebaran penetes (%) v : Koefisien variasi penetes

qn : Debit penetes minimum (liter/jam) qa : Debit penetes rata-rata (liter/jam) N : Jumlah minimum penetes tiap tanaman

v =

qa

n qa n qn q

q

q1 2 3 ... ) ( . ))/( 1)

[image:32.612.158.512.356.474.2]

(( 2+ 2+ 2+ + 2 − 2 −

...(9)

dimana:

v : Koefisien variasi penetes q1, q2, q3,...qn : Debit pada tiap penetes qa : Debit rata-rata penetes n : Jumlah sampel penetes

Tabel 3. Klasifikasi Koefisien Variasi Penetes (v) Berdasarkan Jenis Penetes Kualitas Drip dan Spray Line Source Turbing Baik V < 0.005 V < 0.1 Cukup baik 0.05 < v < 0.097 0.1 < v < 0.2 Kurang baik 0.07 < v < 0.11 - Buruk 0.11 < v < 0.15 0.2 < v < 0.3 Sangat buruk 0.15 < v 0.3 < v

Sumber : Keller dan Bleisner,1990

Koefisien keseragaman penyebaran irigasi tetes (EU) adalah evaluasi kualitatif dari variasi aliran penetes. Nilai koefisien keseragaman diatas 98% (perbandingan debit maksimum dan debit minimum kurang dari 1.1) adalah sangat baik. Jika nilai berkisar 95% - 98% (perbandingan debit maksimum dan debit minimum antara 1.1 – 1.2) maka masih dapat diterima. Jika nilai koefisien kesergaman dibawah 95% (perbandingan debit maksimum dan debit minimum lebih dari 1.2) maka desain harus diubah, misalnya dengan cara memperpendek panjang pipa atau memperbesar diameter pipa (Nakayama dan Bucks, 1986).

(33)

91.97-95.84% untuk manifold satu, 93.42-96.12% untuk manifold dua, 94.75-96.64% untuk manifold tiga, dan 94.86-95.95% untuk manifold empat (Indrianti, 1997)

Keseragaman larutan nutrisi dihitung dengan menggunakan persamaan koefisien keseragaman statistika ( Nakayama dan Bucks, 1986) seperti berikut:

Us = 100 X (1-

q Sq )...(10) Sq = 5 . 0 2 2 1 ) ( ⎟ ⎟ ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − Σ − Σ n n X X ...(11) dimana:

Us : Koefisien keseragaman statistika Sq : Standar deviasi

q : Rata-rata (mean) kelompok data X : Data yang diketahui

n : Jumlah data

Hasil penelitian sebelumnya di PT Joro didapat koefisien keseragaman EC pada tiap lateral antara 71.45-89.28% , keseragaman pH tiap lateral antara 95.41-97.81% , dan keseragaman suhu tiap lateral antara 95.45-98.53% (Gina, 2005)

E. Larutan Nutrisi

Larutan nutrisi tanaman merupakan bahan – bahan yang diserap oleh tanaman dan berisi satu atau lebih unsur esensial yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Faktor yang mempengaruhi kualitas larutan nutrisi adalah :

1. Konduktivitas Listrik (electrical conductivity / EC)

(34)

terlarut maka semakin tinggi konduktivitas larutan nutrisi tersebut. Hal ini mempengaruhi metabolisme tanaman yaitu kecepatan fotosintesis tanaman, aktifitas enzim, dan potensi penyerapan ion-ion larutan oleh akar sehingga mempengaruhi absorbsi. Faktor yang mempengaruhi respon tanaman terhadap EC yaitu : varietas tanaman, usia, tahap pertumbuhan tanaman, faktor iklim seperti suhu, RH, intensitas cahaya, pengaruh ion-ion tertentu, dan faktor tanah

Menurut Hessayon (1993) dalam www.kebonkembang.com (2007), apabila EC Tanaman Kastuba dijaga pada kisaraan 1.5 – 2 mS/cm maka tanaman Kastuba akan tumbuh dengan baik tanpa efek negatif. EC tanamn Kastuba harus dipertahankan agar kurang dari 2 mS/cm, tetapi EC kurang dari 1.2 mS/cm menunjukkan tanaman Kastuba harus diberi pupuk.

2. Derajat Keasaman / Basa (pH)

[image:34.612.154.510.511.659.2]

pH merupakan kepanjangan dari pandus hidrogennii (potential hydrogen) yaitu nilai dari 1-14 yang menunjukkan asam atau basa dari suatu larutan. Kemasaman larutan dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dengan dua cara yaitu mempengaruhi persediaan nutrisi dan penyerapan nutrisi oleh akar tanaman. Umumnya tanaman hidroponik tumbuh dengan baik pada kisaran pH 6.0-6.5 karena dalam kondisi tersebut tanaman dapat menyerap unsur hara lebih banyak sehingga mampu tumbuh pesat dan cepat menghasilkan buah.

Tabel 4. Standar kualitas air untuk tanaman hidroponik dan perkebunan

Kualitas

Electrical conductivity

EC X 10 -3 (millimhos)

Total larutan garam(ppm)

Kandungan Sodium

(%)

SAR (sodium absorption

ratio)

pH

(35)

3. Suhu Larutan Nutrisi (T)

Suhu larutan nutrisi berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Setiap tanaman mempunyai rentang temperatur tertentu yang menjadi syarat tumbuhnya. Di bawah rentang tersebut proses-proses penting untuk pertumbuhan tanaman akan terhenti akibatnya sel-sel tanaman rusak. Sedangkan kondisi temperatur di atas rentang akan menyebabkan enzim menjadi tidak aktif sehingga proses untuk pertumbuhan juga akan terhenti. Tanaman Kastuba menyukai suhu antara 20-21.1oC. Jika suhu di atas 21.1oC atau di bawah 18.3oC proses blooming (perubahan warna daun menjadi merah) akan tertunda. Pada malam hari tanaman Kastuba tumbuh baik pada suhu 12.8-15.6oC. Jika di luar kisaran itu maka blooming terhambat. Suhu yang tinggi pada Tanaman Kastuba akan menyebabkan warna merah pada daun tidak bertahan lama.

F. Biaya Irigasi

Biaya irigasi adalah biaya yang dihitung berdasarkan biaya pemasangan komponen irigasi dan biaya operasional. Menurut Pramudya dan Dewi (1992), biaya alat pertanian terdiri atas dua komponen yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya yang termasuk biaya tetap adalah biaya penyusutan, biaya bunga modal dan asuransi, biaya pajak dan biaya gudang, sedangkan yang termasuk biaya tidak tetap adalah biaya bahan bakar (listrik), biaya perbaikan dan pemeliharaan, serta biaya operator. Biaya penyusutan dapat dihitung dengan persamaan :

D = (P-S) X crf...(12) dimana:

D : Biaya penyusutan( Rp/tahun) P : Harga awal (Rp.)

S : Harga akhir (Rp)

crf : capital recorfery factor (A/P,I,N)

(36)

B = BTT X

BT

+ ………(13)

Biaya pokok adalah biaya yang diperlukan suatu alat pertanian untuk setiap produk. Biaya air irigasi dihitung dengan persamaan:

BP =

k BTT Xk

BT

+ ………...(14)

dimana:

BP : Biaya pokok (Rp/tahun) BT : Biaya tetap (Rp/tahun) BTT : Biaya tidak tetap (Rp/jam) X : Perkiraan jam kerja (jam/tahun) k : Kapasitas sistem irigasi (liter/jam)

G. Tanaman Kastuba

Tanaman Kastuba berasal dari Meksiko. Umumnya, tanaman ini ditanam sebagai tanaman hias di pekarangan dan di taman-taman. Tanaman Kastuba termasuk divisi: Magnoliaphytae, kelas : Magnoliapsida, ordo :

Malphigiates, family : Euphorbiaceae, genus : Euphorbia, spesies :

[image:36.612.210.454.499.662.2]

Euphorbia phulcherrima. Tanaman Kastuba bisa ditemukan pada 1-1400 m dpl, tetapi untuk mendapatkan warna daun yang cerah lebih cocok jika ditanam pada ketinggian 600 m dpl. Perdu tegak dengan tinggi 1.5-4 m ini mempunyai batang berkayu, bercabang, dan bergetah seperti susu.

Gambar 2. Tanaman Kastuba

(37)

sampai elips memanjang, yang besar umumnya mempunyai 2-4 lekukan, ujung clan pangkal runcing, pertulangan menyirip, panjang 7-15 cm, lebar 2.5-6 cm, dan bagian bawah mempunyai rambut halus.

Bunga majemuk berbentuk cawan dalam susunan yang khas disebut cyathium, keluar dari ujung tangkai. Pohon merah memiliki banyak varietas yang berasal dari Eropa dan merupakan hasil pemuliaan. Hasilnya, tanaman menjadi lebih pendek, daun lebih lebar, dengan warna daun pelindung yang bermacam-macam, seperti merah menyala, pink, atau putih. Tanaman ini merupakan tanaman rumah yang favorit selama hari Natal karena daun bunganya yang berwarna merah menyala.

Tanaman Kastuba menyukai kondisi hangat, toleran terhadap sinar matahari, media tanam harus dijaga agar tetap lembab dan perlu pengkabutan pada saat berbunga. EC tanaman Kastuba harus berada pada kisaran 1.5 – 2 mS/cm, EC terlalu tinggi menyebabkan pertumbuhan terhambat. Agar daunnya berwarna merah maka tanaman Kastuba perlu penggelapan (penutupan dengan plastik mulsa berwarna hitam) dari pukul 17.00-06.00 WIB. Suhu yang diijinkan pada sing hari adalah 20-21.1oC dan pada malam hari tidak boleh kurang dari 15.6oC.

Pemberian air pada tanaman Kastuba dilakukan apabila tanah atau media tanamnya kering. Pemberian air tersebut dilakukan sampai ada air yang keluar dari lubang drainase (lubang pot). Hartley (1992) dalam Gina (2006) menyatakan bahwa intensitas cahaya 4000-6000 foot candles (Fc) mencukupi untuk pertumbuhan vegetatif tanaman Kastuba. Namun pada umumnya kondisi dalam rumah plastik tidak selalu sama setiap hari. Hal ini menyebabkan terjadinya variasi intensitas cahaya antara 1000 Fc pada hari yang terik dan 2000 Fc pada hari yang berawan.

Media tanam yang paling banyak digunakan saat ini adalah media yang merupakan gabungan antara peat moss dan bahan lain seperti perlite,

(38)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap pertama pengamatan lapang (penelitian awal) pada bulan Juli - Agustus 2006 dan tahap kedua pada bulan Mei 2007. Penelitian dilaksanakan di PT Saung Mirwan, Kecamatan Mega Mendung, Kabupaten Bogor.

B. Kerangka Pemikiran Penelitian

Kerangka pemikiran dari penelitian ini disajikan pada Gambar 2, dengan penjelasan sebagai berikut : untuk mengetahui kinerja jaringan irigasi tetes maka perlu dilakukan analisis terhadap beberapa parameter yang menentukan layak tidaknya teknologi ini diterapkan. Parameter tersebut adalah satuan kebutuhan air tanaman, keseragaman larutan nutrisi, keseragaman debit, efisiensi irigasi dan biaya irigasi. Keseragaman larutan nutrisi meliputi keseragaman EC, pH, dan suhu larutan nutrisi sedangkan keseragaman debit meliputi keseragaman debit penetes pada pipa lateral dan keseragaman debit lateral pada pipa manifold. Efisiensi irigasi terdiri dari efisiensi penyaluran, efisiensi distribusi dan efisiensi penyimpanan, namun yang akan dianalisis dalam penelitian ini hanya efisiensi distribusi dan efisiensi penyimpanan.

(39)

Pengumpulan Data Analisis Data Interpretasi Hasil Analisis Data

[image:39.792.68.753.85.533.2]

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Penelitian Iklim:

- Suhu udara - Kelembaban udara

- Lama penyinaran matahari - Letak lintang

- Radiasi matahari Koefisien tanaman (kc)

Sifat fisik dan kimia larutan nutrisi:

- pH larutan - EC larutan - Suhu larutan

Jumlah pemberian air irigasi: - Volume air irigasi dan

drainase pada media tanam

- Debit lateral - Debit penetes

- Biaya investasi irigasi tetes - Biaya operasional dan

pemeliharaan irigasi tetes

Evapotranspirasi tanaman (ETc)

Keseragaman larutan nutrisi:

- Keseragaman EC - Keseragaman pH - Keseragaman suhu - Keseragaman

debit lateral - Keseragaman debit

penetes

Biaya irigasi

Kinerja teknis jaringan irigasi tetes ETo

Kebutuhan air tanaman aktual

Efisiensi Distribusi

Efisiensi Penyimpanan Air

(40)

C. Metode Pengumpulan Data

1. Pengukuran suhu setempat pada jaringan irigasi yang meliputi pengukuran suhu harian dan kelembaban harian di dalam rumah plastik dilakukan setiap hari.

2. Pengukuran jumlah air yang diberikan pada setiap tanaman contoh diukur dengan menampung air yang keluar dari penetes dengan gelas ukur selama proses penyiraman. Pengukuran dilakukan setiap hari selama fase generatif, begitu juga volume air irigasi yang keluar atau terbuang dari tiap pot tanaman contoh ditampung dalam plastik.

3. Pengukuran debit penetes dilakukan dengan cara menampung air yang keluar melalui penetes dalam plastik selama 5 menit. Pengukuran dilakukan sebanyak dua kali ulangan. Setelah itu diukur EC, pH dan suhu untuk menentukan keseragaman larutan nutrisi pada pipa lateral.

4. Pengukuran debit tiap lateral selama satu menit yang dilakukan tiga kali ulangan, kemudian diukur EC, pH dan suhu larutan untuk menentukan keseragaman larutan nutrisi pada pipa manifold.

5. Pengumpulan data jaringan irigasi tetes

6. Pengumpulan data iklim di daerah Ciawi, Bogor

D. Metode Analisis Data

1. Perhitungan kebutuhan air tanaman

Perhitungan kebutuhan air tanaman terdiri atas perhitungan kebutuhan air tanaman teoritis dan kebutuhan air tanaman aktual. Kebutuhan air tanaman teoritis dihitung berdasarkan nilai evapotranspirasi tanaman (ETc) yang dilakukan dengan menggunakan metode Radiasi sedangkan kebutuhan air tanaman aktual dihitung berdasarkan jumlah pemakaian air oleh tanaman selama periode pertumbuhan. Kemudian dilakukan perbandingan antara kebutuhan air tanaman teoritis dan kebutuhan air tanaman aktual. Kebutuhan air tanaman teoritis dihitung dengan persamaan (1), (2), dan (3).

2. Keseragaman irigasi tetes terdiri atas:

(41)

b. Keseragaman nilai konduktivitas larutan nutrisi (EC), pH, dan suhu larutan nutrisi dihitung dengan menggunakan persamaan (10) dan (11) 3. Efisiensi Distribusi

Mengevaluasi efisiensi distribusi air irigasi dengan menggunakan persamaan (5) dan (6)

4. Efisiensi penyimpanan air irigasi

Mengevaluasi jumlah penyimpanan air oleh tanaman selama periode pertumbuhan. Efisiensi penyimpanan air dihitung dengan menggunakan persamaan (7)

5. Penghitungan biaya komponen jaringan irigasi tetes dan biaya irigasi tetes dilakukan menggunakan persamaan (12), (13) dan (14)

E. Bahan dan Alat

(42)

IV. KONDISI LOKASI PENELITIAN

A. Iklim dan Letak Geografis

Penelitian dilaksanakan di PT Saung Mirwan yang secara administratif termasuk ke dalam Desa Sukamanah, Kecamatan Mega Mendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi kebun terletak di kaki Gunung Pangrango dengan ketinggian 670 mdpl, berjarak 5 km ke arah Selatan Jalan Gadog dan sekitar 20 km dari Kota Bogor.

Secara geografis Desa Sukamanah terletak antara 54-106o BT dan 4-6o LS serta mempunyai topografi berbukit-bukit, datar, dan miring dengan jenis tanah latosol kecoklatan. Suhu tertinggi yang dicapai dalam rumah plastik adalah 32º C pada siang hari dan suhu terendah 20o C pada pagi hari dengan suhu rata-rata 25.5ºC. Kelembaban nisbi udara dapat mencapai titik tertinggi yaitu 92% dan titik terendah 72%. Curah hujan tahunan mencapai 2766 mm/tahun.

B. Rumah Plastik

Rumah plastik merupakan tempat pembudidayaan tanaman secara hidroponik. Tujuan dari penggunaan rumah plastik adalah untuk mempermudah pengaturan iklim dalam rumah plastik sesuai dengan kebutuhan dan syarat hidup untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal dari tanaman yang dibudidayakan.

Luas rumah plastik yang ada di PT Saung Mirwan adalah 4 Ha dari luas lahan secara keseluruhan yang dimiliki oleh perusahaan yaitu 11 Ha. Seluruh rumah plastik memiliki tipe piggy back dan dibangun dengan posisi melintang dari utara ke selatan menurut garis kontur, dengan tujuan agar seluruh bagian rumah plastik mendapat penyinaran matahari pada pagi hingga sore hari. Satu unit rumah plastik terdiri dari dua atap. Untuk satu atap memiliki ukuran lebar 6-6.5 meter dan panjang bervariasi yaitu 36, 44, 56, dan 60 meter.

(43)

mm. Bahan atap rumah plastik di PT Saung Mirwan adalah plastik ultra violet (UV) yang memiliki karakteristik 12%. Ini berarti plastik tersebut dapat mentransmisikan cahaya ke dalam rumah plastik sebesar 88 %. Penampang melintang rumah plastik Saung Mirwan dapat dilihat pada Gambar 4.

C. Jaringan Irigasi Tetes

Sumber air yang dipakai untuk tanaman Kastuba berasal dari sumur bor dengan kedalaman 100 meter. Air dari sumur dipompa ke atas torn (tangki ukuran 1000 liter) menggunakan pompa Robin. Kemudian air dialirkan ke tangki nutrisi berukuran 3000 liter melalui pipa PVC ukuran 2 inchi. Di dalam tangki nutrisi ini air dicampur dengan larutan nutrisi A dan B sebanyak 10 liter (masing-masing 5 liter). Kemudian air yang sudah dicampur nutrisi disaring melalui disc filter untuk selanjutnya dipompa ke lahan menggunakan pompa Ebara 3 KW dengan tekanan 3.5 psi dan pipa PVC ukuran 1 inchi. Jarak pemompaan dari nutrisi ke lahan ±54 meter dengan kemiringan meningkat.

Komponen irigasi di lahan terdiri dari pipa manifold yang terbuat dari bahan

(44)
[image:44.792.147.613.105.448.2]
(45)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kebutuhan Air Irigasi

1. Kebutuhan Air Tanaman Teoritis (ETc)

Kebutuhan air tanaman merupakan jumlah air yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh normal. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan air tanaman adalah iklim, jenis tanaman dan umur tanaman. Untuk menghitung kebutuhan air tanaman teoritis (ETc) digunakan metode Radiasi karena metode ini cocok diterapkan di daerah khatulistiwa dan memberikan ketelitian yang besar dibanding dengan metode lain. Kebutuhan air tanaman teoritis (ETc) dalam rumah plastik sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya, kelembaban, suhu dalam rumah plastik, lama penyinaran matahari dan tahap perkembangan tanaman. Semakin tinggi suhu, intensitas matahari yang diteruskan dan lama penyinaran matahari maka semakin besar kebutuhan air tanaman.

Kebutuhan air tanaman dihitung berdasarkan nilai ETo dan kc. Pendugaan ETo diawali dengan menghitung nilai Rs berdasarkan nilai radiasi ekstraterestrial (Ra) dan lama penyinaran matahari maksimum (N) berdasarkan letak lintang dan bulan serta menentukan nilai penyinaran matahari aktual (n) berdasarkan data dari BMG Stasiun Citeko. Nilai n dapat dilihat pada Lampiran 5. Besarnya radiasi yang diserap rumah plastik tergantung bahan atap yang digunakan pada rumah plastik tersebut. Bahan atap rumah plastik yang digunakan di lokasi penelitian adalah plastik UV 12 % sehingga cahaya matahari yang dapat masuk ke dalam rumah plastik adalah 88 %.

(46)

pada Lampiran 5, karena kecepatan angin tidak diukur secara langsung di lokasi penelitian.

Hasil perhitungan kebutuhan air tanaman teoritis (ETc) disajikan pada Lampiran 7. Pengukuran hanya dilakukan pada saat tanaman Kastuba mengalami fase generatif sehingga ETc tidak dapat dibandingkan nilainya berdasarkan fase pertumbuhan.

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27

Waktu Pengukuran (Hari ke-)

K

e

bu

tuha

n A

ir

Ta

na

m

a

n

(mm/h

a

ri

)

[image:46.612.147.491.199.394.2]

ETc ETo

Gambar 5 Kebutuhan Air Tanaman

Kebutuhan air tanaman teoritis (ETc) pada fase generatif berkisar antara 2.1 – 4.88 mm/hari. ETc maksimum dicapai menjelang akhir fase generatif yaitu sebesar 4.88 mm/hari. Pada tahap ini tanaman membutuhkan air dalam jumlah yang lebih banyak dibanding dengan tahap pertumbuhan yang lain karena air tersebut banyak digunakan untuk pertumbuhan dan pembesaran bunga. Pada tanaman Kastuba tahap pembungaan terjadi pada saat blooming atau perubahan warna pada daun tanaman Kastuba.

Dari hasil penelitian sebelumnya di PT Saung Mirwan, ETc untuk Bunga Krisan berkisar antara 0.54 – 5.78 mm/hari (Indrianti,1997). ETc Krisan dengan ETc tanaman Kastuba tidak berbeda jauh karena keduanya memiliki divisi yang sama yaitu Magnoliaphytae. ETc tanaman Kastuba berada dalam kisaran ETc Bunga Krisan.

2. Kebutuhan Air Tanaman Aktual

(47)

dihitung berdasarkan volume air yang diberikan dikurangi volume air yang terbuang. Kebutuhan air tanaman Kastuba dapat dilihat pada Lampiran 8. Jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman Kastuba selama fase generatif / pembungaan berkisar antara 4.82 – 12.86 l/tan. Rata-rata jumlah kebutuhan air tanaman aktual (ETa) pada tanaman Kastuba selama fase generatif adalah 7.89 l/tan. Sedangkan jumlah kebutuhan air tanaman secara teoritis (ETc) adalah 12.86 l/tan. Kebutuhan air setiap tanaman bervariasi tergantung tingkat pertumbuhan masing-masing tanaman, tingkat produktivitas masing-masing tanaman dan tingkat keseragaman penyerapan air serta larutan nutrisi media tanam.

[image:47.612.137.501.315.661.2]

Kebutuhan air tanaman teoritis (ETc) lebih besar dari kebutuhan air tanaman aktual (ETa). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kebutuhan Air Tanaman

Tanggal

Kebutuhan Air Tanaman Teoritis (l/tan/hari)

Kebutuhan Air Tanaman Aktual (l/tan/hari)

Selisih (l/tan/hari)

12/07/2006 0.741 0.491 0.250 13/07/2006 0.448 0.190 0.258 14/07/2006 0.345 0.292 0.053 15/07/2006 0.448 0.220 0.228 16/07/2006 0.551 0.382 0.170 17/07/2006 0.586 0.297 0.289 18/07/2006 0.431 0.243 0.188 19/07/2006 0.517 0.261 0.256 20/07/2006 0.655 0.282 0.373 21/07/2006 0.414 0.228 0.186 22/07/2006 0.419 0.217 0.202 23/07/2006 0.362 0.288 0.074 24/07/2006 0.448 0.318 0.130 25/07/2006 0.465 0.379 0.086 26/07/2006 0.586 0.220 0.366 27/07/2006 0.500 0.328 0.172 28/07/2006 0.672 0.441 0.231 29/07/2006 0.551 0.233 0.318 30/07/2006 0.689 0.227 0.462 31/07/2006 0.551 0.326 0.225 01/08/2006 0.706 0.249 0.457 02/08/2006 0.655 0.297 0.358 03/08/2006 0.793 0.338 0.455 04/08/2006 0.793 0.347 0.446 05/08/2006 0.801 0.418 0.383 06/08/2006 0.793 0.383 0.410

07/08/2006 0.655 - -

(48)

Dari Tabel 5 didapat bahwa kebutuhan air tanaman teorotis (ETc) berkisar antara 0.345-0.801 l/tan/hari sedangkan kebutuhan air tanaman aktual (ETa) berkisar antara 0.190-0.491 l/tan/hari. Kebutuhan air tanaman teoritis (ETc) lebih besar dari kebutuhan air tanaman aktual (ETa) menunjukkan air yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan (tanaman kekurangan air).

Kekurangan air akan menyebabkan tanaman stress yang selanjutnya mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan produktivitas tanaman. Kekurangan air menyebabkan pertumbuhan tanaman buruk akibatnya tanaman mudah terserang penyakit. Selain itu kekurangan air juga menyebabkan tahap pembungaan tidak seragam, pada tanaman Kastuba proses blooming akan terhambat.

Kebutuhan air tanaman aktual seharusnya sama dengan kebutuhan air tanaman teoritis (ETa = ETc), namun hasil perhitungan menunjukkan bahwa kebutuhan air tanaman aktual lebih kecil dari kebutuhan air tanaman teoritis (ETa<ETc). Hal ini dapat dilihat pada Gambar 6.

0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80 0,90 1,00

99 100101102103104105106107108 109110111112113114115116117118119120121122123 124125

Umur tanaman (hari ke-)

R

a

si

o

E

T

a/

E

T

[image:48.612.146.493.355.547.2]

c

(49)

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tanaman Contoh

Ju

m

lah

K

eb

u

tu

h

an

A

ir

(

l/

tan

)

[image:49.612.141.495.79.309.2]

ETa ETc

Gambar 7. Perbandingan Jumlah Kebutuhan Air Tanaman Teoritis Terhadap Kebutuhan Air Tanaman Aktual Selama Fase Generatif

Gambar 7 menunjukan bahwa jumlah air yang terpakai selama fase generatif lebih kecil dari jumlah air yang dibutuhkan tanaman secara teoritis. Hal ini disebabkan air yang diberikan banyak yang terbuang sehingga air yang terpakai oleh tanaman sedikit. Selain itu suhu dan kelembaban rumah plastik juga mempengaruhi rendahnya jumlah air yang terpakai oleh tanaman. Jumlah air yang diberikan kepada tanaman harus sesuai dengan kebutuhan tanaman tersebut karena apabila terjadi kekurangan atau kelebihan akan mengganggu pertumbuhan tanaman.

B. Koefisien Keseragaman Irigasi

1. Koefisien Keseragaman Larutan Nutrisi Pada Pipa Manifold

(50)
[image:50.612.179.423.99.244.2]

Tabel 6. Sifat Fisik dan Kimia Larutan Nutrisi Pada Pipa Manifold Lateral EC (mS/cm) pH Suhu (oC)

1 1.31 6.61 25.73 2 1.31 6.58 25.77 3 1.32 6.57 25.80 4 1.32 6.53 26.03 5 1.31 6.64 25.13 6 1.31 6.82 24.60 7 1.31 6.67 24.63 8 1.31 6.75 24.47 9 1.32 6.92 24.03 10 1.29 6.82 24.43

Pada Tabel 6 diperoleh bahwa EC hasil pengukuran pada setiap pipa lateral lebih rendah dari EC ideal yang dibutuhkan tanaman Kastuba, sedangkan pH dan suhu larutan nutrisi lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh pencampuran larutan nutrisi yang kurang baik. Karena pembuatan pupuk dilakukan sendiri oleh PT Saung Mirwan maka dalam pembuatan pupuk tersebut unsur-unsur yang dicampurkan jumlahnya tidak tepat dengan yang dibutuhkan oleh tanaman Kastuba. Selain itu pengadukan pupuk tidak dilakukan secara sempurna sampai semua unsur terlarut dan mencapai EC, pH, serta suhu yang dibutuhkan tanaman Kastuba.

Nilai EC, pH, dan suhu larutan nutrisi yang tidak sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tanaman akan mempengaruhi penyerapan unsur-unsur yang terkandung di dalamnya. Unsur-unsur tersebut tidak mudah diserap oleh tanaman. Selain itu EC, pH, dan suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan mengganggu pertumbuhan tanaman.

(51)

2. Koefisien Keseragaman Larutan Nutrisi Pada Pipa Lateral

[image:51.612.138.502.293.428.2]

Walaupun keseragaman larutan nutrisi pada pipa manifold sudah baik, tetapi apabila keseragaman larutan nutrisi pada pipa lateral kurang baik maka larutan nutrisi tidak akan terdistribusikan dengan baik ke tanaman. Oleh karena itu keseragaman larutan nutrisi pada pipa lateral perlu dianalisis. Keseragaman larutan nutrisi pada pipa lateral merupakan keseragaman larutan nutrisi yang diukur pada setiap penetes dalam satu lateral. Hasil perhitungan menunjukkan keseragaman larutan nutrisi (EC, pH, dan suhu ) lebih besar dari 95 %. Data hasil pengukuran EC, pH dan suhu pada penetes dapat dilihat pada Lampiran 11,12 dan 13. Keseragaman EC, pH dan suhu pada pipa lateral disajikan dalam Tabel 7. Tabel 7. Koefisien Keseragaman Larutan Nutrisi Pada Pipa Lateral

Lateral Keseragaman EC (%) Keseragaman pH (%) Keseragaman Suhu (%)

1 95.07 99.36 98.73

2 98.01 99.40 99.15

3 94.81 99.28 82.71

4 92.87 98.89 98.94

5 92.49 99.64 99.32

6 98.94 99.62 99.19

7 99.46 99.63 97.59

8 93.94 99.57 98.91

9 95.48 99.11 97.33

10 98.65 99.09 99.19

(52)

0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40 1,60

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Lateral

ke-EC

(

M

s

/c

m

)

[image:52.612.167.472.79.474.2]

EC Larutan EC Ideal

Gambar 8. Perbandingan Rata-rata EC Larutan Nutrisi Pada Penetes Terhadap EC Ideal

6,00 6,20 6,40 6,60 6,80 7,00 7,20 7,40 7,60

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Lateral

ke-pH

[image:52.612.168.471.83.258.2]

pH Larutan pH Ideal

Gambar 9. Perbandingan Rata-rata pH Larutan Nutrisi Pada Penetes Terhadap pH Ideal

0 3 6 9 12 15 18 21 24 27

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Lateral

ke-s

uhu (

oC) Suhu larutan

Suhu ideal

[image:52.612.163.479.317.656.2]
(53)

Dari Gambar 8, 9, dan 10 dapat dilihat bahwa EC larutan pada penetes lebih rendah dari EC ideal untuk tanaman Kastuba, sedangkan pH dan suhu larutan pada penetes lebih tinggi dari pH dan suhu ideal untuk tanaman Kastuba.

3. Koefisien Keseragaman Debit Lateral Pada Pipa Manifold

Keseragaman debit air irigasi merupakan salah satu parameter penting yang harus diperhatikan dalam budidaya tanaman secara hidroponik. Selain itu keseragaman debit juga menentukan tingkat efektivitas dan efisiensi pemberian air irigasi. Keseragaman debit lateral pada pipa manifold merupakan keseragaman dari debit yang diukur pada setiap pipa lateral dalam satu manifold. Data debit pipa lateral dapat dilihat pada Lampiran 14. Keseragaman debit lateral pada pipa manifold adalah 84.4%. Keseragaman debit lateral pada pipa manifold kecil dan kurang dari 95 %. Menurut literatur keseragaman kurang dari 95% menunjukkan desain jaringan irigasi tetes kurang baik. Untuk mendapatkan keseragaman yang lebih besar desain harus diubah misalnya dengan memperpendek pipa lateral atau memperbesar diameter pipa lateral. Salah satu penyebab adanya ketidakseragaman debit lateral pada pipa manifold adalah kebocoran pada sambungan antara pipa lateral dengan pipa manifold, selain itu sebagian sambungan tersebut sudah rusak.

0,000 0,050 0,100 0,150 0,200 0,250

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Lateral

De

b

it (l

/d

e

t)

[image:53.612.148.490.432.667.2]

Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3

(54)

Dari Gambar 11 diperoleh besarnya debit pipa lateral sangat bervariasi setiap ulangan. Debit maksimum pipa lateral adalah 0.190 l/det pada ulangan 1, 0.163 l/det ulangan 2 dan 0.205 l/det pada ulangan 3. Sehingga rata-rata debit maksimum adalah 0.186 l/det. Sedangkan debit minimum pipa lateral adalah 0.047 l/det pada ulangan 1, 0.078 l/det pada ulangan 2, dan 0.077 pada ulangan 3. Sehingga rata-rata debit minimum adalah 0.067 l/det. Selisih debit maksimum dan minimum yang besar mengakibatkan keseragaman debit kecil.

4. Koefisien Keseragaman Debit Penetes Pada Pipa Lateral

Keseragaman debit penetes pada pipa lateral merupakan keseragaman debit yang diukur pada penetes dalam satu lateral. Pengukuran keseragaman debit penetes pada pipa lateral dilakukan dalam dua kali ulangan. Data debit penetes pada ulangan 1 dan 2 dapat dilihat pada Lampiran 15. Pada ulangan 1 pengukuran debit penetes dilakukan 10 lateral sedangkan pada ulangan 2 hanya pada 8 lateral. Hal ini disebabkan tanaman Kastuba di lahan penelitian mengalami toxic akibat dosis ZPT terlalu tinggi dan waktu pemberiannya yang tidak tepat sehingga banyak tanaman mati. Oleh karena itu lateral 7 dan 8 tidak dipakai karena tanamannya mati. Karena lateral 7 dan 8 tidak berfungsi maka debit penetes pada ulangan ke-2 lebih besar dari ulangan ke-1 dan rata-rata keseragaman debit penetes pada pipa lateral ulangan 2 lebih kecil dari ulangan 1. Keseragaman debit penetes pada pipa lateral ulangan 1 dan 2 dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Keseragaman Debit Penetes Pada Pipa Lateral

Lateral EU Penetes Ulangan 1 (%) EU Penetes Ulangan 2 (%)

1 60.56 67.29

2 78.42 79.76

3 98.26 76.56

4 62.30 78.12

5 69.49 46.20

6 70.71 66.84

7 69.20 -

8 74.80 -

9 63.51 69.81

[image:54.612.147.491.488.636.2]

10 52.82 59.28

(55)

49.51%-89.01%. Keseragaman debit penetes pada pipa lateral kecil dan kurang dari 95%. Hal ini menunjukkan desain jaringan irigasi harus diperbaiki atau diubah. Rendahnya keseragaman debit penetes pada pipa lateral disebabkan variasi debit penetes tersebut besar. Variasi debit penetes sepanjang pipa lateral dapat dilihat pada Gambar 12.

0,0000 0,0005 0,0010 0,0015 0,0020 0,0025

0,5 2,5 4,5 6,5 8,510,512,514,516,518,520,522,524,526,528,530,532,534,536,538,5

Panjang lateral (m)

D

e

b

it E

m

it

e

r (l

/d

e

t)

[image:55.612.176.463.177.343.2]

q Emiter

Gambar 12. Variasi Rata-rata Debit Penetes Pada Pipa Lateral

(56)
[image:56.612.213.423.175.345.2]

yang terkandung di dalam larutan nutrisi dan penyumbatan karena kotoran seperti lumut yang tebal pada pipa utama, pipa lateral, selang dripper dan penetes. Lumut yang terdapat pada pipa dapat dilihat pada Gambar 13. Kotoran tersebut akibat jarang dilakukan pencucian komponen irigasi. Komponen irigasi hanya dibersihkan setiap satu kali musim taman (21 minggu).

Gambar 13. Lumut Pada Pipa

Keseragaman debit penetes pada pipa lateral yang kecil juga disebabkan pemasangan penetes yang tid

Gambar

Tabel 1. Kinerja dari berbagai penetes
Tabel 2. Rasio Transmisi Puncak (Tr) untuk Tekstur Tanah dan Kedalaman Perakaran Tanaman yang Berbeda
Tabel 3. Klasifikasi Koefisien Variasi Penetes (v) Berdasarkan Jenis Penetes
Tabel 4. Standar kualitas air untuk tanaman hidroponik dan perkebunan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan suatu kesimpulan, bahwa pendidikan juga harus didasari kasih sayang, serta membangun hubungan yang baik antara murid dan guru

Penulisan tesis dengan judul “ Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Politik Terhadap Voting Behavior Pemilih Pemula Pada Pelaksanaan

1) Mengamati, yaitu peserta didik melakukan pengamatan dilingkungan sekolah, dan rumah, terkait materi yang diajarkan, kemudian guru mengamati sikap belajar peserta

Dalam mendukung aktivitas bisnis di butuhkan banyak hal yang perlu dikembangkan dari laboratorium PPTI, misalnya pembangunan sistem informasi berbasis website yang akan

Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2013 tentang Bentuk dan Mekanisme Pendanaan Perguruan Tinggi

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode brain gym terhadap peningkatan konsentrasi belajar anak tunalaras kelas VII SLB E Bhina

Tentu saja akan mau, seperti dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa membantu Agen untuk sukses adalah kunci sukses kita. Jadi tidak usah takut. Jika ada prospek Anda bertanya.

Namun sumber hijauan yang tersedia umumnya memiliki unsur mineral dalam jumlah kecil, sehingga ternak yang mengkonsumsi hijauan tersebut akan menunjukkan gejala defisiensi