• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Sumber Daya Organisasi Puskesmas Terhadap Kinerja Petugas Surveilans Epidemiologi Dalam Pelaporan Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA) Di Kabupaten Bireuen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Sumber Daya Organisasi Puskesmas Terhadap Kinerja Petugas Surveilans Epidemiologi Dalam Pelaporan Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA) Di Kabupaten Bireuen"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA)

DI KABUPATEN BIREUEN

TESIS

Oleh :

S A F R I Z A L

057023017/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGARUH SUMBER DAYA ORGANISASI PUSKESMAS TERHADAP KINERJA PETUGAS SURVEILANS EPIDEMIOLOGI DALAM

PELAPORAN KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) DI KABUPATEN BIREUEN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Kesehatan Komunitas / Epidemiologi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh :

S A F R I Z A L 057023017/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Tesis : PENGARUH SUMBER DAYA ORGANISASI PUSKESMAS TERHADAP KINERJA PETUGAS SURVEILANS EPIDEMIOLOGI DALAM

PELAPORAN KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) DI KABUPATEN BIREUEN

Nama Mahasiswa : Safrizal Nomor Induk Mahasiswa : 057023017

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Administrasi Kesehatan Komunitas / Epidemiologi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. dr. Aznan Lelo, Sp.FK, Ph.D) (drh. Rasmaliah, M.Kes) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S) (dr. Ria Masniari Lubis, M.Si)

(4)

Telah diuji

Pada Tanggal : 16 Desember 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. dr. Aznan Lelo, Sp. FK, Ph.D Anggota : 1. drh. Rasmaliah, M.Kes

(5)

PERNYATAAN

PENGARUH SUMBER DAYA ORGANISASI PUSKESMAS TERHADAP KINERJA PETUGAS SURVEILANS EPIDEMIOLOGI DALAM

PELAPORAN KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) DI KABUPATEN BIREUEN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam usulan penelitian tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, 16 Desember 2009

(6)

ABSTRAK

Sumber Daya Organisasi (SDO) merupakan komponen penting dalam penyelenggaraan suatu organisasi. Salah satu program yang melibatkan komponen SDO pada Dinas Kesehatan adalah Surveilans Epidemiologi Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), yang meliputi kegiatan pelaporan. Di Kabupaten Bireuen, ketepatan dan kelengkapan laporan KIA tahun 2008 hanya 45,9%

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh sumber daya organisasi (umur, pendidikan, masa kerja, pengetahuan, keterampilan, motivasi, dana, sarana dan prosedur kerja) terhadap kinerja petugas surveilans epidemiologi puskesmas dalam pelaporan KIA. Jenis penelitian menggunakan metode survey dengan pendekatan explanatory survey. Populasi adalah seluruh petugas surveilans epidemiologi KIA pada 17 Puskesmas sebanyak 34 orang dan seluruhnya dijadikan sampel (total sampling). Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan uji regresi linier berganda pada α = 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 9 variabel independen yang diteliti, setelah dianalisis dengan uji Chi Square terdapat 6 variabel yang berhubungan secara signifikan dengan kinerja petugas surveilans epidemiologi KIA yaitu variabel pendidikan, pengetahuan, keterampilan, motivasi, dana dan prosedur kerja (p<0,05). Hasil uji regresi linier berganda didapat variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja petugas adalah pengetahuan, motivasi dan prosedur kerja (p<0,05). Faktor yang paling dominan memengaruhi kinerja petugas surveilans epidemiologi KIA adalah motivasi (koefisien-β = 0,478).

Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen untuk meningkatkan pengetahuan petugas melalui pendidikan dan pelatihan surveilans, meningkatkan motivasi dengan pemberian insentif (reward) dan melaksanakan prosedur kerja yang komprehensif diimbangi dengan monitoring sebagai upaya meningkatkan kinerja petugas dalam penanggulangan masalah kesehatan ibu dan anak di Kabupaten Bireuen.

(7)

ABSTRACT

Organizational resources is one of the important components in carrying out an organization. The one of program that involve organization at Health District Office is Epidemiology surveillance of mother and child health, including report activity. The report of mother and child health in the Health Centre in Bireuen District did not run well because accuracy and completeness of the report about this just 45% in 2008.

The aim of this research was to know the influence of Organization resources (age, education, length of service, knowledge, skill, motivation, fund, facility, and work procedure) on the performance of the Health Centre epidemiology surveillance staff in the reporting of mother and child health. This research used explanatory survey. The population in this research were 34 person, consist of staff epidemiology surveillance of mother and child health in the 17 Health Centre (total sampling). The data for this study were obtained through interview used questioner. The data obtained were statistically analyzed through multiple regression linier with α = 5%.

The result of this research showed that from 9 independent variables were tested by using Chi Square, founded that 6 variable had significantly related with the performance of mother and child health epidemiology surveillance staff such as education, knowledge, skill, motivation, budget and work procedure ( p<0,05), while the result of multiple regression linier test founded had significant influence such as knowledge, motivation, and work procedure (p<0,05). The main factor influence on performance epidemiology surveillance of mother and child health staff was motivation (coefficient β= 0,478).

It is suggested to Bireuen District Health increase knowledge of staff through education and training of surveillance, increase motivation by providing incentives (rewards) and implement comprehensive working procedures balanced with the effort to improve the monitoring officer performance in managing the health problems of mothers and children in District Bireuen.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulis telah dapat menyelesaikan tesis yang berjudul

”Pengaruh Sumber Daya Organisasi Puskesmas terhadap Kinerja Petugas Surveilans Epidemiologi dalam Pelaporan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Kabupaten Bireuen”.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk

menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Mayarakat Minat

Studi Administrasi Kesehatan Komunitas / Epidemiologi Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini, penulis dapat terlaksana berkat dukungan,

bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karenanya pada kesempatan ini

izinkanlah penulis untuk menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Rektor Universitas Sumatera Utara yaitu

Prof. dr. Chairuddin P.Lubis, DTM&H, Sp.A (K).

Selanjutnya kepada dr. Ria Masniari Lubis, M.Si, selaku Dekan Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Dr. Drs. Surya Utama, M.S

selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si selaku Sekretaris

Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat

(9)

Terima kasih penulis ucapan kepada Prof. dr. Aznan Lelo, Sp. FK, Ph.D

selaku ketua komisi pembimbing dan drh. Rasmaliah, M.Kes selaku anggota komisi

pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan

dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga

penulisan tesis ini selesai.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada drh. Hiswani, M.Kes dan

Asfriati, SKM, M.Kes selaku penguji tesis yang dengan penuh perhatian dan

kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing

penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis ini selesai.

Terima kasih juga kepada dr. Mukhtar, MARS selaku Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten Bireuen dan dr. Amren Rahim, M.Kes mantan Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten Bireuen yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk melanjutkan pendidikan dan sekaligus memberikan izin untuk melakukan

penelitian ini.

Terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada orangtua tercinta Ayahanda Alm.

A.Karim Husin dan Ibunda Nurjannah dan seluruh keluarga yang telah banyak

memberikan sumbangan moril dan marteril.

Terima kasih juga kepada para dosen dan staf di lingkungan Program Studi

S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Kesehatan Komunitas /

Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara serta

(10)

berkonsultasi dalam penyusunan tesis ini termasuk semua pihak yang telah membantu

proses penulisan tesis ini hingga selesai.

Akhirnya penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan

kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan

harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan,

dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, 16 Desember 2009 Penulis

(11)

RIWAYAT HIDUP

Safrizal dilahirkan di Mns Cut Kecamatan Peudada Bireuen pada tanggal 12

Februari 1976, merupakan anak kelima dari enam bersaudara dari pasangan ayahanda

A. Karim Husin dengan ibunda Nurjannah. Belum menikah dan saat ini menetap di

Jalan Medan – Banda Aceh Sp. Penayoung Kecamatan Peudada Kabupaten Birueuen.

Memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Peudada lulus tahun 1988,

melanjutkan di SMP Negeri 3 Bireuen lulus tahun 1991, kemudian melanjutkan di

SMA Negeri 1 Bireuen lulus tahun 1994, selanjutnya meneruskan pendidikan di

AKZI Banda Aceh lulus tahun 1997 dan melanjutkan pendidikan di FKM USU

Medan lulus tahun 2003.

Pengalaman bekerja, tahun 2000 sampai dengan sekarang bekerja sebagai

(12)

DAFTAR ISI

2.1.3 Sumber Daya Peralatan/Sarana ... 16

2.1.4 Sumber Daya Prosedur Kerja ... 16

2.2 Kinerja ... 17

2.2.1 Pengukuran Kinerja dan Penilaian Hasil Pengukuran ... 21

2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja ... 23

2.3 Hubungan Kinerja dengan Sumber Daya Organisasi ... 25

2.4 Surveilans Epidemiologi ... 26

2.4.1 Peran Puskesmas dalam Surveilans Epidemiologi ... 29

2.4.2 Indikator Surveilans Epidemiologi Puskesmas ... 29

2.5 Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) ... 31

2.5.1 Surveilans Epidemiologi KIA ... 32

2.5.2 Pengukuran dalam Kesehatan Ibu dan Anak ... 34

(13)

2.5.4 Mengukur Besarnya Kematian Ibu ... 35

2.5.5 Faktor yang Mempengaruhi dalam Kehamilan ... 37

2.5.6 Pelaporan KIA Puskesmas ... 38

2.6 Pusat Kesehatan Masyarakat ... 41

2.7 Landasan Teori ... 42

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 49

3.5.1 Variabel Penelitian ... 49

3.7.3 Analisis Multivariat ... 54

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 56

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 56

4.1.1 Kondisi Geografis ... 56

4.1.2 Demografi ... 57

4.1.3 Sarana dan Tenaga Pelayanan Kesehatan ... 58

4.2 Aalisis Univariat ... 59

4.2.1 Sumber Daya Organisasi... 59

4.2.2 Petugas Surveilans KIA Puskesmas... 63

4.3 Analisis Bivariat ... 63

4.4 Analisis Multivariat... 66

BAB 5 PEMBAHASAN ... 69

(14)

5.2 Pengaruh Pendidikan terhadap Kinerja Petugas Surveilans

Epidemiologi dalam pelaporan KIA Puskesmas... 70

5.3 Pengaruh Masa Kerja terhadap Kinerja Petugas Surveilans Epidemiologi dalam pelaporan KIA Puskesmas... 71

5.4 Pengaruh Pengetahuan terhadap Kinerja Petugas Surveilans Epidemiologi dalam pelaporan KIA Puskesmas... 72

5.5 Pengaruh Keterampilan terhadap Kinerja Petugas Surveilans Epidemiologi dalam pelaporan KIA Puskesmas... 75

5.6 Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Petugas Surveilans Epidemiologi dalam pelaporan KIA Puskesmas... 76

5.7 Pengaruh Dana terhadap Kinerja Petugas Surveilans Epidemiologi dalam pelaporan KIA Puskesmas... 79

5.8 Pengaruh Sarana terhadap Kinerja Petugas Surveilans Epidemiologi dalam pelaporan KIA Puskesmas... 80

5.9 Pengaruh Prosedur Kerja terhadap Kinerja Petugas Surveilans Epidemiologi dalam pelaporan KIA Puskesmas... 82

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 84

6.1 Kesimpulan ... 84

6.1. Saran... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 87

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Dimensi Kerja ... 18

2.2 Pola Penetapan Indikator Kinerja... 22

2.3 Desain dan Prosedur Pelacakan/Pelaporan Kasus kematian/KIA... 40

(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

4.1 Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis

Kelamin di Kabupaten Bireuen Tahun 2008... 57

4.2 Jenis dan Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan di Kabupaten

Bireuen Tahun 2008... 58

4.3 Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten Bireuen

Tahun 2008 ... 59

4.4 Distribusi Petugas Surveilans KIA Berdasarkan Sumber Daya Organisasi Puskesmas (Variabel Independen) di Kabupaten

Bireuen ... 62

4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kinerja Petugas Surveilans Epidemiologi Dalam Pelaporan KIA Puskesmas di Kabupaten

Bireuen ... 63

4.6 Distribusi hubungan Sumber Daya Organisasi Puskesmas terhadap Kinerja Petugas Surveilans Epidemiologi dalam

Pelaporan KIA di Kabupaten Bireuen... 65

4.7 Distribusi variabel Sumber Daya Organisasi Puskesmas yang

Menjadi Kandidat untuk Uji Multivariat... 66

4.8 Distribusi tahapan analisis multivariat Pengaruh Sumber Daya Organisasi Puskesmas terhadap Kinerja Petugas Surveilans

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 91

2 Distribusi Jawaban Responden ... 99

3 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner... 104

4 Hasil Uji Univariat ... 111

5 Hasil Uji Bivariat ... 113

6. Hasil Uji Multivariat ... 122

7. Surat Izin Penelitian ... 130

(18)

ABSTRAK

Sumber Daya Organisasi (SDO) merupakan komponen penting dalam penyelenggaraan suatu organisasi. Salah satu program yang melibatkan komponen SDO pada Dinas Kesehatan adalah Surveilans Epidemiologi Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), yang meliputi kegiatan pelaporan. Di Kabupaten Bireuen, ketepatan dan kelengkapan laporan KIA tahun 2008 hanya 45,9%

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh sumber daya organisasi (umur, pendidikan, masa kerja, pengetahuan, keterampilan, motivasi, dana, sarana dan prosedur kerja) terhadap kinerja petugas surveilans epidemiologi puskesmas dalam pelaporan KIA. Jenis penelitian menggunakan metode survey dengan pendekatan explanatory survey. Populasi adalah seluruh petugas surveilans epidemiologi KIA pada 17 Puskesmas sebanyak 34 orang dan seluruhnya dijadikan sampel (total sampling). Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan uji regresi linier berganda pada α = 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 9 variabel independen yang diteliti, setelah dianalisis dengan uji Chi Square terdapat 6 variabel yang berhubungan secara signifikan dengan kinerja petugas surveilans epidemiologi KIA yaitu variabel pendidikan, pengetahuan, keterampilan, motivasi, dana dan prosedur kerja (p<0,05). Hasil uji regresi linier berganda didapat variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja petugas adalah pengetahuan, motivasi dan prosedur kerja (p<0,05). Faktor yang paling dominan memengaruhi kinerja petugas surveilans epidemiologi KIA adalah motivasi (koefisien-β = 0,478).

Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen untuk meningkatkan pengetahuan petugas melalui pendidikan dan pelatihan surveilans, meningkatkan motivasi dengan pemberian insentif (reward) dan melaksanakan prosedur kerja yang komprehensif diimbangi dengan monitoring sebagai upaya meningkatkan kinerja petugas dalam penanggulangan masalah kesehatan ibu dan anak di Kabupaten Bireuen.

(19)

ABSTRACT

Organizational resources is one of the important components in carrying out an organization. The one of program that involve organization at Health District Office is Epidemiology surveillance of mother and child health, including report activity. The report of mother and child health in the Health Centre in Bireuen District did not run well because accuracy and completeness of the report about this just 45% in 2008.

The aim of this research was to know the influence of Organization resources (age, education, length of service, knowledge, skill, motivation, fund, facility, and work procedure) on the performance of the Health Centre epidemiology surveillance staff in the reporting of mother and child health. This research used explanatory survey. The population in this research were 34 person, consist of staff epidemiology surveillance of mother and child health in the 17 Health Centre (total sampling). The data for this study were obtained through interview used questioner. The data obtained were statistically analyzed through multiple regression linier with α = 5%.

The result of this research showed that from 9 independent variables were tested by using Chi Square, founded that 6 variable had significantly related with the performance of mother and child health epidemiology surveillance staff such as education, knowledge, skill, motivation, budget and work procedure ( p<0,05), while the result of multiple regression linier test founded had significant influence such as knowledge, motivation, and work procedure (p<0,05). The main factor influence on performance epidemiology surveillance of mother and child health staff was motivation (coefficient β= 0,478).

It is suggested to Bireuen District Health increase knowledge of staff through education and training of surveillance, increase motivation by providing incentives (rewards) and implement comprehensive working procedures balanced with the effort to improve the monitoring officer performance in managing the health problems of mothers and children in District Bireuen.

(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumber Daya Organisasi adalah salah satu komponen penting dalam

penyelenggaraan suatu organisasi. Komponen tersebut mencakup sumber daya

manusia, peralatan atau fasilitas yang digunakan, prosedur kerja atau standard

operation procedure dan sumber dana. Kebutuhan sumber daya organisasi tersebut

dinilai penting demi terlaksananya seluruh fungsi dan tujuan suatu organisasi baik

organisasi pemerintah maupun organisasi swasta atau berbagai jenis kelembagaan

lainnya.

Komponen sumber daya manusia meliputi ketersediaan tenaga dari aspek

kuantitas maupun aspek kualitas melalui perencanaan kebutuhan tenaga, peningkatan

pengetahuan, keterampilan, distribusi serta pendayagunaan tenaga. Komponen

prosedur dan peralatan mencakup ketersediaan sarana dan fasilitas serta kejelasan

tatalaksana kerja dan komponen dana adalah keseluruhan dana yang dibutuhkan dan

dikeluarkan untuk penyelenggaraan peran dan fungsi organisasi guna mencapai

tujuan organisasi secara komprehensif (Malayu, 2004).

Salah satu organisasi pemerintahan yang melibatkan keseluruhan komponen

sumber daya organisasi adalah dinas kesehatan. Dinas kesehatan atau yang disebut

Satuan Kerja Perangkat Daerah secara organisatoris merupakan fungsionaris dari

(21)

fungsinya dalam mengupayakan pembangunan kesehatan disuatu daerah melalui

berbagai program dan kegiatan yang termasuk dalam penyelenggaraan fungsi dinas

kesehatan.

Konsekuensi dari keutuhan sumber daya organisasi adalah kinerja dinas

kesehatan secara keseluruhan karena, jika salah satu dari komponen sumber daya

organisasi tidak terpenuhi maka keberlangsungan proses penyelenggaraan program

atau pelayanan kesehatan tidak dapat terlaksana secara efesien dan efektif serta tidak

tercapainya visi, misi maupun target yang diharapkan.

Menurut Ilyas (2001) yang mengutip pendapat Gibson (1987), kinerja suatu

organisasi dipengaruhi oleh (1) faktor organisasi meliputi sumber daya,

kepemimpinan dan imbalan, serta desain pekerjaan, (2) faktor individu meliputi

kompetensi (pengetahuan dan keterampilan) serta sosiodemografis dan faktor

psikologis meliputi persepsi, motivasi, sikap dan kepribadian. Hal ini jika dikaitkan

dengan pendapat Aditama (2003), maka unsur sumber daya organisasi mencakup

faktor individu, dan organisasi.

Menurut Lembaga Administrasi Negara (2003) indikator kinerja adalah

ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu

kegiatan yang telah ditetapkan, yang meliputi sumber daya manusia, proses, dana dan

waktu guna mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.

Salah satu program penting yang menjadi indikator keberhasilan

penyelenggaran fungsi dinas kesehatan adalah program surveilans epidemiologi.

(22)

proses perencanaan, pengumpulan data, analisis data dan penyajian data menjadi

informasi dan intervensi terhadap masalah kesehatan yang ditemukan (Murti, 2003).

Masalah kesehatan yang dimaksud adalah masalah kesehatan yang berhubungan

dengan epidemiologi penyakit menular dan tidak menular serta terintegrasi dengan

kesehatan ibu dan anak (KIA).

Indikator pelaksanaan surveilans epidemiologi adalah tersedianya tenaga

epidemiologi minimal satu orang, tersedianya data terkini, kelengkapan pelaporan

secara menyeluruh dari jenis pelaporan seperti pelaporan program kesehatan ibu dan

anak, pelaporan Kejadian Luar Biasa, pelaporan penemuan kasus-kasus baru dari

penyakit menular dan berbagai jenis pelaporan lainnya yang terakomodir dalam

sistem pencatatan dan pelaporan terpadu serta ketepatan waktu pelaporan (Depkes RI,

2004).

Selama desentralisasi, fungsi surveilans epidemiologi KIA sangat penting

mendukung upaya strategis deteksi dini terjadinya masalah KIA di suatu daerah. Unit

yang sangat berperan terhadap surveilans KIA adalah puskesmas, mengingat

puskesmas adalah ujung tombak pelayanan kesehatan dasar dan merupakan

fungsionaris dari dinas kesehatan suatu daerah. Pada pelaksanaanya petugas

puskesmas harus mengacu pada prosedur tetap yang telah ditentukan oleh

Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan dapat dikolaborasikan dengan

kebutuhan suatu daerah.

Tujuan umum Program Kesehatan Ibu dan Anak adalah menurunkan kematian

(23)

ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu selama kehamilan, pada saat bersalin dan saat

ibu menyusui serta meningkatkan derajat kesehatan anak.

Masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan masalah

besar. Berdasarkan survey SDKI 2002/2003, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia

masih berada pada angka 307 / 100.000 kelahiran hidup. Angka ini 3 – 6 kali lebih

besar dari negara di wilayah ASEAN dan lebih dari 50 kali dari angka di negara

maju. Demikian pula Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia, menurut hasil

Survey Demografi Kesehatan Indonesia 1997 adalah 52 / 1000 kelahiran hidup, pada

tahun 2002/2003 masih berada pada kisaran 35 / 1000 kelahiran hidup. Dibandingkan

negara ASEAN lainnya, AKB Indonesia 2-5 kali lebih.

Keberhasilan pelaksanaan surveilans epidemiologi menjadi indikator kinerja

puskesmas dan kinerja dinas kesehatan secara keseluruhan. Kinerja surveilans

epidemiologi dilihat dari beberapa indikator khususnya pada indikator proses yaitu

(1) kelengkapan laporan unit pelaporan dan sumber data awal ≥ 80 %, (2) ketepatan

laporan unit pelapor dan sumber data awal ≥ 80 %, (3) penerbitan buletin kajian

epidemiologi sebesar 4 kali atau lebih setahun, dan (4) adanya umpan balik sebesar

80 % atau lebih terhadap permasalahan yang dihadapi. Permasalahan KIA yang

dilakukan surveilans mencakup pemantauan wilayah setempat masalah KIA yaitu

kematian ibu, kematian bayi dan balita, kunjungan ibu hamil, pertolongan persalinan,

serta penangangan ibu hamil risiko tinggi (Depkes RI, 2004).

Cakupan surveilans epidemiologi KIA secara nasional masih rendah yang

(24)

serta belum terakomidirnya secara komprehensif penanggulangan masalah KIA.

Berdasarkan profil kesehatan Indonesia (2008), kelengkapan data kunjungan ibu

hamil hanya 52,9%, deteksi ibu hamil risiko tinggi hanya 46,2%, dan berdasarkan

jumlah data yang masuk dari provinsi di seluruh Indonesia, masih ada yang belum

mengirim data yang lengkap untuk dijadikan profil kesehatan sebagai medis

informasi dan gambaran pembangunan kesehatan di Indonesia. Hal ini memberikan

suatu gambaran sederhana bahwa surveilans epidemiologi masih menjadi masalah

utama dalam percepatan penyelengaraan pelayanan kesehatan, sehingga secara terus

menerus menjadi program prioritas dari seluruh program kesehatan di Indonesia.

Kondisi ini didukung oleh minimnya tenaga pelaksana surveilans

epidemiologi. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia (2008), tenaga epidemiologi di

seluruh kabupaten/kota di Indonesia belum merata. Hal ini terlihat dari rendahnya

rasio tenaga epidemiologi terhadap jumlah puskesmas yaitu hanya 0,5 per 1000

puskesmas dari 8.234 unit puskesmas Indonesia.

Permasalahan surveilans epidemiologi tersebut juga terjadi di Propinsi

Nanggroe Aceh Darussalam. Berdasarkan Rencana Strategis Provinsi NAD

(2006-2010), bahwa permasalahan utama dalam perencanaan kesehatan adalah masih

lemahnya sistem informasi kesehatan di daerah yang terlihat dari belum adekuatnya

sistem pelaporan, dan pemanfaatan data dan informasi oleh pengambil keputusan,

pelaporan masih tidak tepat waktu, tidak teratur, tidak terpadu, serta minimnya

(25)

Data Dinas Kesehatan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam menunjukkan

bahwa AKI Provinsi NAD tahun 2005 adalah 354/100.000 kelahiran hidup, AKB

sebesar 39/1000 kelahiran hidup, sedangkan secara nasional 2005 AKI adalah

262/100.000 dan AKB 32/1000 (Dinkes Prov. NAD, 2006).

Salah satu kabupaten di provinsi NAD yang juga mengalami permasalahan

surveilans epidemilogi adalah Kabupaten Bireuen. Berdasarkan profil Kesehatan

Kabupaten Bireuen (2008), diketahui angka kematian ibu di Kabupaten Bireuen pada

tahun 2008 yaitu 201/100.000 kelahiran hidup atau dengan jumlah kematian ibu 14

orang. Angka tersebut menunjukkan tertinggi nomor urut ke empat setelah

Kabupaten Aceh Utara, Pidie dan Aceh Tamiang, jumlah tenaga epidemiologi masih

kurang, yaitu hanya 5 orang, sementara jumlah puskesmas sebanyak 17 unit, sehingga

tenaga yang ditugaskan terhadap pelaksanaan surveilans epidemiologi dilakukan oleh

tenaga medis lainnya seperti perawat dan bidan. Selain itu kelengkapan laporan hanya

45,9% pada evaluasi tahun 2008, dan sering tidak tepat waktu. Kondisi ini sangat

berdampak terhadap perencanaan penanganan masalah kesehatan khususnya masalah

KIA, dan penanganan kasus-kasus ibu hamil risiko tinggi, kejadian bayi lahir rendah

dan berbagai indikator KIA lainnya.

Fenomena ini terjadi akibat dari minimnya tenaga, dan rendahnya kemampuan

tenaga pelaksana surveilans epidemiologi KIA puskesmas akibat minimnya

pendidikan dan pelatihan tentang surveilans epidemiologi KIA. Berdasarkan laporan

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) tahun 2008, dinas kesehatan

(26)

cenderung lebih banyak mendiskusikan masalah perkembangan kunjungan, sehingga

berdampak terhadap kinerja petugas surveilans puskesmas yang dilihat dari

indikator-indikator surveilans KIA.

Beberapa penelitian menunjukkan fenomena kinerja petugas surveilans

cenderung terjadi diberbagai daerah. Penelitian Kartono (2006) di Surabaya,

menemukan ketepatan waktu pelaporan program puskesmas hanya 36,36% dari

sejumlah Tim Epidemiologi Puskesmas, akurasi data juga masih belum baik, yang

diindikasikan dari sistem pengolahan data yang masih manual dan tidak terprogram

dengan sistem komputerisasi.

Penelitian Surbagus dan Handono (2007) menemukan terdapat hubungan

pengetahuan dengan kinerja petugas dinas kesehatan dan secara proporsi

menunjukkan 89,2% petugas yang berpengetahuan baik mempunyai kinerja petugas

baik.

Menurut Ridwan (2004) yang mengutip pendapat Keith dan Davis bahwa

kinerja pegawai atau petugas diberbagai instansi sangat dipengaruhi oleh sumber

daya organisasi khususnya kompetensi (kemampuan dan ketrampilan).

Hal ini senada dengan penelitian Kristiani dan Mukhlis (2007) di Kabupaten

Aceh Timur, bahwa kinerja petugas puskesmas dipengaruhi oleh faktor organisasi

seperti supervisi dan sarana, 78,2% petugas yang tidak mendapatkan sarana

mempunyai kinerja yang buruk yang ditunjukkan oleh minimnya kedisiplinan

petugas, dan rendahnya cakupan pencatatan dan pelaporan form-form analisis situasi

(27)

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk

meneliti tentang pengaruh sumber daya organisasi puskesmas terhadap kinerja

petugas surveilans epidemiologi dalam pelaporan KIA di Kabupaten Bireuen.

1.2 Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh

sumber daya organisasi puskesmas (umur, masa kerja, pengetahuan, keterampilan,

motivasi, sarana, dana dan prosedur kerja) terhadap kinerja petugas surveilans

epidemiologi dalam pelaporan KIA di Kabupaten Bireuen.

1.3 Tujuan Penelitian

Menganalisis pengaruh sumber daya organisasi puskesmas (umur,

pendidikan, masa kerja, pengetahuan, keterampilan, motivasi, sarana, dana dan

prosedur kerja) terhadap kinerja petugas surveilans epidemiologi dalam pelaporan

KIA di Kabupaten Bireuen.

1.4 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah

1. Ada pengaruh umur terhadap kinerja petugas surveilans epidemiologi dalam

pelaporan KIA Puskesmas di Kabupaten Bireuen.

2. Ada pengaruh pendidikan terhadap kinerja petugas surveilans epidemiologi dalam

(28)

3. Ada pengaruh masa kerja terhadap kinerja petugas surveilans epidemiologi dalam

pelaporan KIA Puskesmas di Kabupaten Bireuen.

4. Ada pengaruh pengetahuan terhadap kinerja petugas surveilans epidemiologi

dalam pelaporan KIA Puskesmas di Kabupaten Bireuen.

5. Ada pengaruh keterampilan terhadap kinerja petugas surveilans epidemiologi

dalam pelaporan KIA Puskesmas di Kabupaten Bireuen.

6. Ada pengaruh motivasi terhadap kinerja petugas surveilans epidemiologi dalam

pelaporan KIA Puskesmas di Kabupaten Bireuen.

7. Ada pengaruh sarana terhadap kinerja petugas surveilans epidemiologi dalam

pelaporan KIA Puskesmas di Kabupaten Bireuen.

8. Ada pengaruh dana terhadap kinerja petugas surveilans epidemiologi dalam

pelaporan KIA Puskesmas di Kabupaten Bireuen.

9. Ada pengaruh prosedur kerja terhadap kinerja petugas surveilans epidemiologi

dalam pelaporan KIA Puskesmas di Kabupaten Bireuen.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Memberikan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen dalam

peningkatan dan penguatan surveilans epidemiologi KIA di wilayah kerjanya,

melalui peningkatan pengetahuan dan supervisi ke puskesmas.

2. Memberikan masukan kepada kepala Puskesmas se- Kabupaten Bireuen untuk

memonitoring secara terpadu terhadap pelaksanaan surveilans epidemiologi KIA.

(29)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sumber Daya Organisasi

Menurut Aditama (2003), Sumber Daya Organisasi adalah : (1) tenaga; (2)

uang/ dana; (3) peralatan / sarana; (4) prosedur kerja.

Seperti halnya manajemen perusahaan, dibidang kesehatan juga dikenal

berbagai jenis manajemen sesuai dengan ruang lingkup kegiatan dan sumber daya

yang dikelola. Ada bidang yang mengurus personalia (manajemen personalia),

keuangan (manajemen keuangan), logistik obat dan peralatan (manajemen logistik),

pelayanan kesehatan (manajemen pelayanan kesehatan, dan sistem informasi

manajemen dan sebagainya).

Untuk masing-masing bidang tersebut juga dikembangkan manajemen yang

spesifik sesuai dengan ruang lingkup dan tugas pokoknya. Penerapan manajemen

pada unit pelaksana teknis seperti puskesmas dan rumah sakit merupakan upaya

untuk memanfaatkan dan mengatur sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing

unit pelayanan kesehatan tersebut yang diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi

secara efektif, efisien, rasional (Muninjaya, 2004).

2.1.1 Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang sangat

penting dalam suatu perusahaan disamping faktor yang lain seperti modal. Oleh

(30)

efisiensi organisasi, sebagai salah satu fungsi dalam perusahaan yang dikenal dengan

manajemen sumber daya manusia (Hariandja, 2002).

SDM kesehatan menurut SKN 2004 adalah tatanan yang menghimpun

berbagai upaya perencanaan, pendidikan, dam pelatihan serta pendayagunaan tenaga

kesehatan secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin tercapainya derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Sementara itu, SDM kesehatan

menurut PP No. 32/1996 adalah semua orang yang bekerja secara aktif di bidang

kesehatan, baik untuk jenis tertentu yang memerlukan kewenangan dalam melakukan

upaya kesehatan (Adisasmito, 2007).

Menurut Forsyth yang dikutip Soeroso (2003), kegiatan manajemen SDM

meliputi proses perencanaan, perekrutan dan seleksi, pengorganisasian tim,

pengembangan karyawan agar mampu dan tetap mampu bekerja secara efektif,

memotivasi karyawan agar mau bekerja serta membuat keputusan dalam rangka

mengendalikan kegiatan dan memperbaiki perencanaan bila diperlukan.

Tujuan manajemen SDM adalah untuk meningkatkan dukungan sumber

daya manusia dalam usaha meningkatkan efektivitas organisasi dalam rangka

mencapai tujuan. Secara lebih operasional (dalam arti yang dapat diamati/diukur)

untuk meningkatkan produktivitas pegawai, mengurangi tingkat absensi, mengurangi

tingkat perputaran kerja, atau meningkatkan loyalitas para pegawai pada organiasi.

Selanjutnya, apa yang dilakukan organisasi dalam upaya mencapai tujuan

(31)

manajemen SDM secara umum dapat dikatagorikan sebagai berikut (Hariandja,

2002):

a. Persiapan dan pengadaan

b. Pengembangan dan penilaian

c. Pengkompensasian dan perlindungan, dan

d. Hubungan-hubungan kepegawaian.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 004/Menkes/SK/I/2003 tentang

kebijakan dan strategi desentralisasi bidang kesehatan disebutkan bahwa dalam

memantapkan sistem manajemen SDM kesehatan perlu dilakukan peningkatan dan

pemantapan perencanaan, pengadaan tenaga kesehatan, pendayagunaan dan

pemberdayaan profesi kesehatan (Adisasmito, 2007).

Sebagaimana penjelasan sebelumnya kinerja SDM dapat dipengaruhi oleh

kemampuan SDM dan Motivasi SDM. Kemampuan adalah sifat yang dibawa lahir

atau dipelajari yang memungkinkan seseorang menyelesaikan pekerjaannya.

Beberapa pegawai, meskipun termotivasi dengan baik sama sekali tidak mempunyai

kemampuan atau ketrampilan untuk bekerja dengan baik. Kemampuan dan

ketrampilan memainkan peranan utama dalam perilaku dan prestasi individu.

Kemampuan terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality

yang dipengaruhi oleh pengetahuan dan ketrampilan sebagaimana menurut Keith

(32)

2.1.1.1 Umur

Umur menurut Gipson (1994) berpengaruh terhadap kinerja individu dimana

pada usia 40-54 tahun individu memasuki tahap perawatan yang ditandai dengan

usaha stabilisasi dari hasil usaha masa lampaunya. Pada tahap ini individu

membutuhkan penghargaan, sebahagian individu merasa tidak nyaman secara

psikologi pada masa ini yang diakibatkan oleh pengalaman kritis dimasa karirnya

dimana indivisu tidak mencapai kepuasan dalam masa kerjanya, kesehatan yang

buruk dan perasaan khawatir akan masa kerjanya. Sehingga sebahagian individu

merasa tidak membutuhkan peningkatan kinerja sampai dengan masa penarikan.

2.1.1.2 Pengetahuan SDM

Pengetahuan menurut Soejitno (2001) adalah keadaan mengetahui,

mengenal fakta, kebenaran atau keadaan. Menurut Keraf dan Dua (2001), ilmu

pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan manusia yang telah disusun secara

sistematis, metodologis dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Ilmu

pengetahuan berupaya untuk menjelaskan berbagai peristiwa di jagad raya ini secara

logis dan sistematis atau untuk menjelaskan sebab dan akibat dari peristiwa yang

terjadi.

Dari batasan-batasan tersebut dapat dilihat bahwa pengetahuan meliputi

aspek atau objek yang sangat luas, dapat berubah dan berkembang sesuai dengan

kebutuhan, pengalaman serta tinggi rendahnya informasi tentang objek tersebut

(33)

2.1.1.3 Ketrampilan SDM

Dalam pengukuran kinerja, perlu diidentifikasikan berdasarkan

kompetensinya. Kompetensinya SDM adalah Kompetensi yang berhubungan dengan

pengetahuan, ketrampilan, kemampuan dan karakteristik kepribadian yang

berpengaruh langsung terhadap kinerjanya (Mangkunegara, 2005).

Organisasi memperkerjakan orang karena ketrampilan mereka, dan biasanya

ditempatkan pada pekerjaan berdasarkan ketrampilannya. Untuk mencapai kinerja

yang tinggi dibutuhkan jenis keterampilan dengan keahlian tehnis, selain

keterampilan memecahkan masalah dan mengambil keputusan serta keterampilan

interpersonal. Kombinasi tepat dari ketiganya merupakan hal penting, karena bila

hanya satu keterampilan yang menonjol dapat menurunkan kinerja (Robbins, 2002).

2.1.1.4 Motivasi SDM

Motivasi ialah konsep yang menguraikan tentang kekuatan-kekuatan yang

ada dalam diri karyawan yang memulai dan mengarahkan perilaku (Gibson, 1997).

Motivasi diartikan sebagai suatu sikap (attitude) pimpinan dan karyawan

terhadap situasi kerja (situation) di lingkungan organisasinya. Mereka yang bersikap

positif terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja tinggi dan

sebaliknya jika mereka bersikap negatif terhadap situasi kerjanya akan menunjukan

motivasi kerja yang rendah. Situasi kerja yang dimaksud mencakup antara lain

hubungan kerja, fasilitas kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan

(34)

Berdasarkan kompleksitas faktor motivasional, sejumlah pandangan atau

teori tentang motivasi ditemukan, diantaranya : (1) Drive reduction theory

mengatakan bahwa motivasi didorong untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan primer

(lapar, haus) dan kebutuhan sekunder (berprestasi). (2) Arousal theory mengatakan

bahwa setiap orang memiliki dorongan untuk melakukan kegiatan untuk memiliki

tantangan tertentu, yang mengakibatkan seseorang menjadi suka dan senang

melakukannya. (3) Incentive theory mengatakan bahwa motivasi dipengaruhi oleh

rangsangan eksternal. (4) Cognitive theori mengatakan motivasi dipengaruhi oleh

intrinsic motivation, yaitu aktivitas untuk mencari kesenangan, bukan demi Reward,

dan extrinsic motivation yaitu aktivitas yang didasarkan pada reward nyata

(Hariandja, 2002).

2.1.2 Sumber Daya Uang/Dana

Sumber daya keuangan ini dapat memperlancar pelaksanaan suatu

kebijakan. Kurangnya atau terbatasnya dana atau insentif lain dalam implementasi

kebijakan merupakan sumbangan besar pada gagalnya pelaksanaan kebijakan

(Widodo, 2005).

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1116/MENKES/SK/VIII/2003, sumber biaya penyelenggaraan sistem surveilans

epidemiologi kesehatan terdiri dari sumber dana (APBN, APBD Propinsi, APBD

(35)

2.1.3 Sumber Daya Peralatan/Sarana

Selain data yang cukup pencapaian kinerja optimal harus didukung oleh

sarana yang memadai. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No. 1116/MENKES/SK/VIII/2003, untuk mendukung kegiatan surveilans

epidemiologi kesehatan di Puskesmas sarana yang diperlukan berupa : 1 paket

komputer, 1 alat komunikasi (telepon, faximile, dan telekomunikasi lainnya), 1 paket

kepustakaan, 1 paket pedoman pelaksanaan surveilans epidemiologi dan program

aplikasi komputer, 1 paket formulir dan 1 unit kenderaan roda dua.

2.1.4 Sumber Daya Prosedur Kerja

Dalam usaha mencapai sasarannya Puskesmas harus memilih suatu struktur

organisasi yang efektif yang mudah beroperasi dan tidak banyak birokrasi. Penetapan

struktur ini dimaksud untuk bisa membagi tugas pekerjaan, memberikan wewenang,

melakukan pengawasan dan meminta pertanggungjawaban.

Setiap kegiatan program akan menghasilkan data. Data perlu dicatat,

dianalisis dan dibuat laporan. Data ini adalah data siap pakai karena sudah

dipresentasikan dalam bentuk tabel, grafik atau laporan secara negatif.

Jenis pencatatan kegiatan harian program puskesmas dapat dibagi

berdasarkan lokasi pencatatannya yaitu pencatatan di dalam dan di luar gedung

puskesmas. Pelaporan yang dibuat dari dalam gedung puskesmas adalah semua data

yang diperoleh dari pencatatan kegiatan harian program yang dilaksanakan di dalam

(36)

Kesehatan Jiwa dan sebagainya. Data yang dibuat diluar gedung puskesmas adalah

data yang dibuat berdasarkan catatan harian kegiatan program yang dilaksanakan di

luar gedung puskesmas atau puskesmas pembantu, misalnya data kegiatan program

Yandu, UKS, PHN, PKM, Kesehatan Lingkungan dan P2M.

Pencatatan harian masing-masing program puskesmas dikompilasi menjadi

laporan terpadu puskesmas. Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas

(SP2TP). SP2TP dikirim ke Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota setiap awal bulan.

Dinas Kesehatan / Kota mengolah kembali laporan puskesmas dan mengirimkan

umpan baliknya ke Dinkes Provinsi dan Depkes Pusat. Feed back terhadap laporan

puskesmas harus dikirim kembali secara rutin ke puskesmas untuk dapat dijadikan

evaluasi keberhasilan program.

Ada beberapa jenis laporan yang dibuat oleh puskesmas. Laporan harian

untuk melaporkan adanya Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit tertentu; laporan

mingguan untuk melaporkan kegiatan penanggulangan penyakit diare; laporan

bulanan ada empat jenis (LB1-LB4 ) untuk melaporkan kegiatan rutin program

(Muninjaya, 2004).

2.2 Kinerja

Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan

selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai

kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah

(37)

kata kinerja adalah terjemahan dari kata performance, yang menurut The

Scribner-Bantam english Dictionary, terbitan Amerika Serikat dan Canada (1979), berasal dari

akar kata ”to perform” dengan beberapa ”entries” yaitu : (1) melakukan,

menjalankan, melaksanakan (to do or carry out, execute); (2) memenuhi atau

melaksanakan kewajiban suatu niat nazar (to discharge of fulfill; as now); (3)

melaksanakan atau menyempurnakan tanggung jawab (to execute or complete an

understaking); dan (4) melaksanakan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang atau

mesin (to do what is expected of a person machine) (Rivai. V, 2008).

Gambar 2.1 Dimensi Kerja Sumber : Rivai, 2008

Kemampuan

Motivasi Peluang

(38)

Kinerja individu perorangan (individual performance) dan organisasi

(organizational performance) memiliki keterkaitan yang sangat erat. Tercapainya

tujuan organisasi tidak bisa dilepaskan dari sumber daya yang dimiliki oleh organisasi

yang digerakkan atau dijalankan oleh sekelompok orang yang berperan aktif sebagai

pelaku dalam upaya mencapai tujuan organisasi tersebut. Sementara itu, individu atau

sekelompok orang sebagai pelaksana dapat menjalankan tugas, wewenang dan

tanggung jawab dengan baik, sangat tergantung kepada struktur (manajemen dan

teknologi) dan sumber daya lain seperti peralatan dan keuangan yang dimiliki oleh

organisasi (Widodo. J, 2005).

Kinerja dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendiri, tapi

berhubungan dengan kepuasan kerja dan tingkat imbalan, dipengaruhi oleh

keterampilan, kemampuan dan sifat-sifat individu. Oleh karena itu, menurut model

Patner- Lawyer (Donnelly, Gibson and Ivancevich : (1994), kinerja individu pada

dasarnya dipengaruhi oleh faktor-faktor ; (a) harapan mengenai imbalan; (b)

dorongan; (c) kemampuan; kebutuhan dan sifat; (d) persepsi terhadap tugas; (e)

imbalan internal dan eksternal; (f) persepsi terhadap tingkat imbalan dan kepuasan

kerja. Dengan demikian, kinerja pada dasarnya ditentukan oleh tiga hal, yaitu : (1)

kemampuan, (2) keinginan dan (3) lingkungan. Oleh karena itu, agar mempunyai

kinerja yang baik, seseorang harus mempunyai keinginan yang tinggi untuk

mengerjakan serta mengetahui pekerjaan. Tanpa mengetahui ketiga faktor ini kinerja

yang baik tidak akan tercapai. Dengan demikian, kinerja individu dapat ditingkatkan

(39)

Dengan demikian, kinerja organisasi salah satunya ditentukan oleh kinerja

sekelompok orang sebagai pelaku organisasi. Sebaliknya kinerja sekelompok orang

sebagai pelaku organisasi ditentukan oleh struktur, peralatan, dan keuangan yang

dimiliki oleh organisasi. Sekelompok orang akan mempunyai rasa tanggung jawab

dan dapat mempertanggungjawabkan segala sikap, perilaku dan sepak terjangnya

yang dipengaruhi oleh pengetahuan, kemampuan, kecakapan dan harapan-harapan

(Widodo. J, 2005).

Penilaian kinerja didasarkan pada pengetahuan, keahlian, kepiawaian dan

perilaku yang diperlukan untuk melaksanakan suatu pekerjaan dengan baik dan

analisis tentang atribut perilaku seseorang sesuai kriteria yang ditentukan untuk

masing-masing pekerjaan. Attribute menurut kamus Oxford adalah : ”kualitas yang

melekat kepada seseorang atau sesuatu”.

Dalam manajemen kinerja istilah atribut mengacu kepada apa yang perlu

diketahui dan dapat dilakukan oleh seseorang untuk dapat melakukan pekerjaannya

secara efektif. Karenanya atribut terdiri dari pengetahuan, keahlian dan kepiawaian.

Manajemen kinerja adalah suatu proses yang dirancang untuk meningkatkan

kinerja organisasi, kelompok dan individu yang digerakkan oleh manajer. Manajemen

kinerja adalah suatu proses yang dilaksanakan secara sinergis antara manajer,

individu dan kelompok terhadap suatu pekerjaan di dalam organisasi. Manajemen

kinerja didasarkan atas kesepakatan tentang sasaran, persyaratan pengetahuan,

(40)

Evaluasi kinerja (performance evaluation), yang dikenal juga dengan istilah

penilaian kinerja (performance appraisal), pada dasarnya merupakan proses yang

digunakan organisasi untuk mengevaluasi job performance. Jika dikerjakan dengan

benar, hal ini akan memberikan manfaat yang penting bagi karyawan, supervisor,

departemen SDM, maupun perusahaan (Rivai. V, 2008).

2.2.1 Pengukuran Kinerja dan Penilaian Hasil Pengukuran

Hal – hal yang perlu dilakukan dalam mengukur kinerja (Rivai. V, 2008) :

a. Penetapan indikator kinerja, dengan memperhatikan :

1). Karakteristik indikator kinerja yang baik, yaitu :

- Terikat pada tujuan program dan menggambarkan pencapaian hasil

- Terbatas pada hal-hal yang perlu mendapat prioritas

- Terpusat pada hal-hal yang vital dan penting bagi pengambilan keputusan

- Terkait dengan sistem pertanggungjawaban memperlihatkan hasil

2). Pertimbangan utama penetapannya bahwa indikator kinerja harus :

- Menggambarkan hasil atau usaha pencapaian hasil

- Merupakan indikator di dalam wewenangnya (uncontrollable).

- Mempunyai dampak negatif yang rendah

- Digunakan untuk menghilangkan insentif yang sudah ada

- Ada pengganti atau manfaat yang lebih besar jika menghilangkan insentif

Selain itu, penetapan indikator kinerja harus tetap mengacu pada visi, misi,

(41)

Gambar 2.2 Pola Penetapan Indikator Kinerja Sumber : Rivai, 2008

b. Cara pengukuran kinerja:

Keberhasilan ataupun kegagalan manajemen dapat diukur dengan melakukan :

- Perbandingan antara kinerja nyata dengan kinerja yang direncanakan;

- Perbandingan antara kinerja nyata dengan hasil (sasaran) yang diharapkan;

- Perbandingan antara kinerja nyata tahun ini dengan tahun – tahun

sebelumnya;

- Perbandingan kinerja suatu organisasi dengan organisasi lain yang unggul

dibidangnya;

- Perbandingan capaian tahun berjalan dengan rencana dalam (dua, tiga, empat

atau lima tahun) tren pencapaian. Visi

Misi

Tujuan

Sasaran

Strategi

Indikator kinerja

Hasil

Aktivitas

Sistem Informasi Pengumpulan

(42)

c. Penilaian kinerja

Penilaian kinerja merupakan analisis dan interpretasi keberhasilan atau kegagalan

pencapaian kinerja. Penilaian sebaiknya dikaitkan dengan sumber daya (input)

yang berada dibawah wewenangnya seperti SDM, dana/keuangan, sarana

prasarana, metode kerja dan hal-hal lainnya yang berkaitan. Tujuannya adalah

agar dapat diketahui dengan pasti apakah pencapaian kinerja yang tidak sesuai

(kegagalan) disebabkan oleh faktor input yang kurang mendukung atau

kegagalan pihak manajemen.

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

Menurut Timple yang dikutip Mangkunegara (2005), faktor-faktor kinerja

terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal (diposisional) yaitu

faktor yang dihubungkan dengan sifat seseorang, misalnya kinerja seseorang,

misalnya kinerja seseorang baik karena mempunyai kemampuan tinggi dan ia tipe

pekerja keras. Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

seseorang yang berasal dari lingkungan seperti fasilitas kerja, iklim organisasi, dan

sikap, perilaku serta tindakan dari rekan kerja, bawahan atau pimpinan.

Menurut Simamora yang dikutip Mangkunegara (2005), kinerja

dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu : faktor individual (kemampuan, latar belakang,

demografi), faktor psikologis (motivasi, persepsi, attitude, personality, pembelajaran)

dan faktor organisasi (sumber daya, job design, kepemimpinan, struktur)

(43)

Menurut Widodo (2005), faktor yang mempengaruhi kinerja dapat

dibedakan menjadi dua macam, yaitu faktor individu (pelaku) dan organisasi.

Beberapa strategi atau perilaku pemimpin yang harus dilakukan dalam bingkai

meningkatkan kinerja individu dan organisasi antara lain adalah :

1. Menjaga dan mendorong motivasi anak buah

Strategi untuk menjaga dan mendorong motivasi menurut Sloman yang dikutip

Widodo (2005), antara lain sebagai berikut :

a. tentukan apa yang menjadi tujuan atau apa yang hendak dicapai dari

organisasi dan tentukan pula kriteria kinerjanya.

b. Pemimpin organisasi harus mampu menyediakan insentif (pendorong kerja)

baik berupa gaji, uang, penghargaan atau dalam bentuk lain agar karyawan

bersedia mencapai tujuan organisasi melalui aktifitas yang sesuai dengan

kriteria yang ditetapkan.

c. Pemimpin harus memberikan umpan balik secara rutin agar para karyawan

dapat mengetahui bagaimana posisi dan peran yang dimainkan dalam

pelaksanaan tujuan organisasi.

d. Pemimpin harus menerapkan manajemen partisipatif, yakni para karyawan

diikutsertakan dalam pengambilan keputusan tertentu agar mereka dapat

melakukan pekerjaan dengan lebih baik.

e. Pemimpin harus menyelenggarakan komunikasi dua arah secara rutin dalam

(44)

2. Peningkatan kemapuan atau kualitas anak buah

a. Melalui pendidikan

b. Melalui pelatihan

c. Melalui pengalaman

2.3 Hubungan Kinerja dengan Sumber Daya Organisasi

Menurut Timple dalam Mangkunegara (2006) faktor-faktor kinerja terdiri

dari faktor individu dengan faktor lingkungan kerja organisasi. Faktor lingkungan

kerja organisasi sangat menunjang bagi individu dalam mencapai prestasi kerja.

Faktor organisasi yang dimaksud antara lain uraian jabatan yang jelas, autoritas yang

memadai, target kerja yang menantang, pola komunikasi kerja yang efektif, hubungan

kerja yang harmonis, peluang berkarir dan fasilitas kerja yang memadai merupakan

pemicu (motivator) bagi dirinya dalam berprestasi di organisasinya.

Menurut Gibson (1989) variabel organisasi berefek tidak langsung terhadap

perilaku dan kinerja individu. Variabel organisasi digolongkan dalam sub variabel

sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan.

Menurut Rosidah, dkk (2003) organisasi dipengaruhi oleh sumber daya yang

terdiri dari sumber daya manusia dan sumber daya non manusia atau disebut jasa

dengan sumber daya alam (natural resource) seperti modal, mesin, teknologi,

material dan lain-lain. Kedua kategori sumber daya tersebut sama-sama penting, akan

tetapi sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor dominan karena memilki akal,

(45)

adalah satu-satunya sumber daya yang sangat menentukan organisasi dalam

melakukan aktivitas untuk mencapai tujuan.

Sedangkan kinerja Sumber Daya Manusia (SDM) adalah prestasi kerja atau

hasil kerja (out put) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai SDM persatuan

periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab

yang diberikan kepadanya.

Menurut Ilyas (2001) untuk menilai kualitas kerja SDM maka perlu

dilakukan penilaian kerja dengan cara membandingkan hasil karya yang dilakukan

personel dengan standar prestasi kerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Bila dari

hasil penilaian ini ternyata personel yang bersangkutan masih jauh atau belum dapat

mencapai tolak ukur yang ditetapkan, maka salah satu penyebabnya adalah belum

sepenuhnya personel tersebut melaksanakan disiplin kerja, menunda-nunda pekerjaan

sehingga target penyelesaian pekerjaan tidak pernah tercapai.

2.4 Surveilans Epidemiologi

Surveilans epidemiologi adalah kegiatan secara sistematis dan terus menerus

terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi

terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan

tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien

melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi

epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan. Sedang sistem surveilans

(46)

epidemiologi yang terintegrasi antara unit-unit penyelenggara surveilans dengan

laboratorium, sumber-sumber data, pusat penelitian, pusat kajian dan penyelenggara

program kesehatan, meliputi tata hubungan surveilans epidemiologi antar wilayah

kabupaten/kota, propinsi dan pusat.

Ada banyak definisi surveilans yang dijabarkan oleh para ahli, namun pada

dasarnya mareka setuju bahwa kata “surveilans” mengandung empat unsur yaitu :

koleksi, analisis, interpretasi dan diseminasi data. WHO mendefiniskan surveilans

sebagai suatu kegiatan sistematis berkesinambungan, mulai dari kegiatan

mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasikan data yang untuk selanjutnya

dijadikan landasan yang esensial dalam membuat rencana, implementasi dan evaluasi

suatu kebijakan kesehatan masyarakat. Dengan demikian, di dalam suatu sistem

surveilans, hal yang perlu digaris bawahi adalah:

- Surveilans merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara

berkesinambungan, bukan suatu kegiatan yang hanya dilakukan pada suatu

waktu.

- Kegiatan surveilans bukan hanya berhenti pada proses pengumpulan data,

namun yang jauh lebih penting dari itu perlu adanya suatu analisis,

interpretasi data serta pengambilan kebijakan berdasarkan data tersebut,

sampai kepada evaluasinya.

- Data yang dihasilkan dalam sistem surveilans haruslah memiliki kualitas yang

baik karena data ini merupakan dasar yang esensial dalam menghasilkan

(47)

Surveilans juga penting untuk mengamati kecenderungan dan

memperkirakan besar masalah kesehatan, mendeteksi serta memprediksi adanya

KLB, mengamati kemajuan program pencegahan dan pemberantasan penyakit yang

akan dilakukan, memperkirakan dampak program intervensi, mengevaluasi program

intervensi dan mempermudah perencanaan program pemberantasan (Depkes RI,

2003b).

Berdasarkan pemahaman terhadap surveilans, konsep dasarnya meliputi:

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data surveilans dapat dilakukan secara aktif maupun pasif.

Surveilans aktif dimana unit surveilans mengumpulkan data dengan cara mendatangi

unit pelayanan kesehatan, masyarakat atau sumber lain sedang surveilans pasif

dimana unit surveilans mengumpulkan data dengan cara menerima data tersebut dari

laporan unit pelayanan kesehatan, masyarakat atau sumber lain (Depkes RI, 2003b).

2. Pengolahan data, analisis dan interpretasi data

Aspek kualitatif yang perlu dipertimbangkan dalam pengolahan data dan

analisis data surveilans yaitu ketepatan waktu dan sensitifitas data. Ketepatan waktu

pengolahan data sangat berkaitan dengan waktu penerimaan data.

3. Umpan balik dan diseminasi informasi yang baik serta respon yang tepat

Kunci keberhasilan surveilans adalah umpan balik dan diseminasi kepada

sumber-sumber data dan pengguna informasi tentang pentingnya proses pengumpulan

data. Bentuk umpat balik biasanya berupa ringkasan informasi dari analisis data serta

(48)

2.4.1 Peran Puskesmas dalam Surveilans Epidemiologi

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1116/MENKES/SK/VIII/2003 penyelenggaraan surveilans epidemiologi adalah

kewajiban bagi lembaga kesehatan masyarakat dan swasta, termasuk di dalamnya

Puskesmas.

Peran Puskesmas sebagai Unit Surveilans Epidemiologi Kesehatan adalah :

a. Pelaksana surveilans epidemiologi nasional diwilayah puskesmas

b. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan penyakit dan masalah kesehatan

c. Melakukan koordinasi surveilans epidemiologi dengan praktik dokter, bidan

swasta dan unit pelayanan kesehatan yang berada di wilayah kerjanya.

d. Melakukan koordinasi surveilans epidemiologi antar puskesmas yang

berbatasan

e. Melakukan SKD-KLB dan penyelidikan KLB di wilayah puskesmas

f. Melaksanakan surveilans epidemiologi penyakit dan masalah kesehatan

spesifik lokal.

2.4.2 Indikator Surveilans Epidemiologi Puskesmas

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1116/MENKES/SK/VIII/2003 sumber daya penyelenggaraan surveilans epidemiologi

meliputi SDM, sarana dan pembiayaan.

Kinerja penyelengaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan diukur

(49)

satu kesatuan, dimana kelemahan salah satu indikator tersebut menunjukkan kinerja

sistem surveilans yang belum memadai.

Indikator-indikator tesebut adalah sebagai berikut :

1. Masukan

A. Sumber Daya Manusia (SDM)

Dibutuhkan 1 tenaga Epidemiologi terampil

B. Sarana

1 paket komputer, 1 paket alat komunikasi (telepon, faksimili, SSB), 1 paket

kepustakaan, 1 paket pedoman pelaksanaan surveilans epidemiologi dan

program aplikasi komputer, 1 paket formulir, 1 paket peralatan pelaksanaan

surveilans epidemiologi dan 1 roda dua

C. Pembiayaan

APBN, APBD, dll.

2. Proses

Proses penyelenggaraan sistem surveilans di tingkat kabupaten adalah :

f. Kelengkapan laporan unit pelaporan dan sumber data awal ≥ 80 %.

g. Ketepatan laporan unit pelapor dan sumber data awal ≥ 80 %.

h. Penerbitan buletin kajian epidemiologi sebesar 4 kali atau lebih

setahun

i. Umpan balik sebesar 80 % atau lebih

3. Keluaran

(50)

2.5 Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Tujuan umum Program Kesehatan Ibu dan Anak adalah :

1. Menurunkan Kematian (Mortality) dan Kejadian Sakit (Morbility) di kalangan

ibu. Kegiatan program ini ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu selama

kehamilan, pada saat bersalin dan saat ibu menyusui.

2. Meningkatkan derajat kesehatan anak, melalui pemantauan status gizi dan

pencegahan sedini mungkin berbagai penyakit menular yang dapat dicegah

dengan imunisasi dasar sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara

optimal.

Tujuan ini di tingkat Puskesmas harus dijabarkan lagi sesuai dengan masalah

kesehatan masyarakat dan faktor risiko yang berkembang di wilayahnya.

Yang menjadi sasaran program KIA adalah Ibu hamil, ibu menyusui, dan

anak-anak sampai dengan umur 5 tahun. Kelompok-kelompok masyarakat ini sasaran

primer program. Sasaran sekunder adalah dukun bersalin dan kader kesehatan.

Jumlah sasaran ibu hamil dan anak ditetapkan melalui dua cara : pendataan langsung,

perkiraan (estimasi) dan pendekatan tidak langsung. Pendataan langsung dilakukan

oleh staf Puskesmas, baik dengan metode survei maupun menggunakan kader sebagai

informasi.

Kegiatan KIA terdiri dari kegiatan pokok dan integratif. Kegiatan integratif

adalah kegiatan program lain (misalnya kegiatan imunisasi merupakan kegiatan

(51)

P2P (ibu hamil dan anak-anak) juga menjadi sasaran program KIA (Muninjaya, A. A.

Gde, 2004).

a. Memeriksa kesehatan ibu hamil (ANC)

b. Mengamati perkembangan dan pertumbuhan anak-anak balita, integrasi

dengan program gizi.

c. Memberikan nasihat tentang makanan, mencegah timbulnya masalah gizi

karena kekurangan protein dan kalori serta memperkenalkan jenis

makanan tambahan (vitamin dan garam yodium). Intgrasi program PKM

(konseling) dan Gizi.

d. Memberikan pelayanan KB kepada pasangan usia subur. Integrasi

program KB.

e. Merujuk ibu – ibu atau anak – anak yang memerlukan pengobatan.

Integrasi program pengobatan.

f. Memberikan pertolongan persalinan dan bimbingan selama masa nifas.

Integrasi dengan program perawatan kesehatan masyarakat.

g. Mengadakan latihan untuk dukun bersalin dan kader kesehatan Posyandu.

2.5.1 Surveilans Epidemiologi KIA

Program Kesehatan Ibu dan Anak dalam rangka mencapai target MDGs

yang ditetapkan memerlukan data yang akurat dan dapat diakses tepat waktu untuk

menentukan kebijakan yang evidence based. Untuk mendapatkan kualitas data yang

(52)

pelaksanaan, struktur organisasi, sistem manajemen serta regulasi surveilans. Saat ini

program surveilans dalam KIA merupakan program yang dianggarkan dari

pemerintah pusat melalui dana dekonsentrasi. Hal ini menunjukkan maksud

pemerintah pusat untuk mendukung kegiatan KIA sesuai dengan kebijakan prioritas

kesehatan pusat.

Surveilans sendiri, khususnya dalam hal pelacakan kematian ibu dan anak,

sudah dilakukan oleh setiap Dinas Kesehatan Kabupaten sampai ke tingkat

Puskesmas. Kegiatan surveilans ini dilakukan oleh staf Dinas Kesehatan yang

mengelola KIA, dan belum bekerjasama dengan staf dinas kesehatan yang

mempunyai tugas surveilans. Wajar dalam pelaksanaannya masih ada

kelemahan-kelemahan, dari segi teknis pelaksanaan maupun sistemnya sendiri. Dipandang dari

sistem surveillans di daerah, dapat dinyatakan masih terdapat berbagai kelemahan

sistemik. Berbagai kelemahan sistem surveilans di daerah ini menjadi hambatan besar

dalam melaksanakan kebijakan pemerintah pusat. Dapat dikatakan ada kelemahan

supporting sistem untuk surveilans KIA di daerah.

Prosedur tetap (protap) pelaksanaan sistem surveilans – respons KIA ini

merupakan pedoman pelaksanaan 8 fungsi pokok surveilans untuk 12 penyakit

perioritas KIA yang ditetapkan oleh Depkes sebagai berikut (Depkes RI, 2007b): (1)

Perdarahan pasca persalinan; (2) Preeklampsia/Eklampsia; (3) Sepsis Puerperalis; (4)

Abortus spontan; (5) Partus macet; (6) BBLR; (7) Tetanus neonatorum; (8) Sepsis

neonatorum; (9) Asfiksia neonatorum; (10) Gizi buruk; (11) Pneumonia; (12) Diare

(53)

2.5.2 Pengukuran dalam Kesehatan Ibu dan Anak

Berbeda dengan pelayanan kesehatan bidang spesialisasi lain, pelayanan

maternal memiliki beberapa keistimewaan. Pengguna jasa pelayanan maternal,

sebagian besar adalah orang sehat. Selain itu sasaran pelayanan maternal bukan saja

ibu melainkan juga anak/ bayi yang dikandungnya. Atas dasar hal ini maka pelayanan

maternal harus optimal, baik teknis pelayanan obstetrik maupun program kesehatan

ibu dan anak beserta dengan evaluasinya. Dalam mengevaluasi program yang

dijalankan, keberadaan data yang berkualitas adalah sangat penting. Data yang

memuat berbagai pengukuran dalam kesehatan ibu dan anak ini lah yang merupakan

indikator kinerja pelayanan maternal (Depkes RI, 2007b).

2.5.3 Kematian Ibu, Bayi dan Balita sebagai Masalah dalam Kesehatan Ibu dan Anak

Kehamilan, di satu sisi merupakan saat-saat yang membahagiakan bagi

seorang ibu, tetapi juga dapat menjadi suatu keadaan yang mengkhawatirkan bila ada

hal-hal yang tidak diharapkan turut menyertai kehamilan tersebut. Komplikasi

kehamilan seperti perdarahan pasca persalinan, eklampsia, sepsis dan komplikasi

keguguran menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak

negara berkembang.

Kematian ibu didefinisikan sebagai kematian seorang wanita yang terjadi

pada masa kehamilan dan nifas atau dalam waktu 42 hari setelah berakhirnya

(54)

berhubungan dengan dan/atau dipicu oleh kehamilan atau penatalaksanaan-nya, tetapi

bukan oleh sebab kecelakaan. ICD-X membagi kematian maternal menjadi dua

kelompok yaitu kematian obstetrik langsung, yaitu kematian yang disebabkan oleh

komplikasi obstetrik pada saat kehamilan, persalinan dan nifas maupun akibat

tindakan-tindakan, kesalahan-kesalahan karena penanganan yang tidak tepat/benar

ataupun gabungan kejadian berbagai hal diatas. Kelompok kedua adalah kematian

obstetrik tidak langsung, yaitu kematian maternal yang terjadi karena penyakit yang

ada sebelumnya atau mulai terjadi pada saat kehamilan dan tidak disebabkan oleh

penyebab langsung tetapi diperberat oleh efek fisiologis dari kehamilan.

Kematian bayi merupakan kematian seorang bayi pada masa tahun pertama

kelahirannya. Berdasarkan International Collaborative Effort (ICE), penyebab

kematian bayi dibagi menjadi delapan kategori, yaitu anomali kongenital, asfiksia,

imaturitas,infeksi, sudden infant death syndrome (SIDS), kematian mendadak yang

tidak bisa dijelaskan sebabnya, penyebab eksternal dan kondisi lainnya. Kematian

balita adalah kematian yang terjadi pada anak sebelum mencapai usia lima tahun

(Depkes RI, 2007b).

2.5.4 Mengukur Besarnya Kematian Ibu

Mengukur angka kematian, baik ibu maupun bayi, bukanlah suatu hal yag

mudah. Data angka kematian ibu dan bayi yang ada selama ini dianggap sebagai

”puncak dari gunung es”, dimana kasus yang tidak terdata jauh lebih banyak dari

Gambar

Gambar 2.1 Dimensi Kerja
Gambar 2.2 Pola Penetapan Indikator Kinerja     Sumber : Rivai, 2008
Gambar 2.3  Desain dan Prosedur Pelacakan/Pelaporan Kasus kematian/KIA    Sumber: Depkes, 2007
Gambar 2.4  Kerangka Konsep Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ketika ditanyakan tentang peran petugas kesehatan sebagai motivator, edukator dan fasilitator sebanyak 6 orang (60%) peran petugas kesehatan masih minim dalam memberikan

Disarankan kepada Dinas Kesehatan Langkat perlu menyusun kebijakan tentang pentingnya konseling dalam upaya meningkatkan cakupan pemakaian kontrasepsi jangka panjang, kepada tenaga

Pengabdian masyarakat berupa pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan staf manajerial Puskesmas dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gianyar

Disarankan Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir hendaknya lebih memperhatikan kesejahteraan bidan desa dan memberikan kelengkapan alat dan bahan untuk meningkatkan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu, peran petugas kesehatan dan jarak tempuh dengan pemberian imunisasi campak

“Perilaku Petugas Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dalam Promosi Tumbuh Kembang Balita di Puskesmas Kabupaten Bantul” adalah perilaku petugas KIA dalam promosi kesehatan

Petugas kesehatan menjelaskan secara jelas dan rinci manfaat dari pemberian imunisasi Hepatitis6. Petugas kesehatan menjelaskan secara jelas dan rinci manfaat dari

Pengadaan Pendidikan/Pelatihan Tenaga Kesehatan di Puskesmas Dalam Meningkatkan Kinerja Petugas Puskesmas Di UPTD Langsa Barat Tahun 2020 Hasil penelitian menunjukkan bahwa