• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Petugas Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA) Dalam Pengelolaan Data Di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Petugas Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA) Dalam Pengelolaan Data Di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang"

Copied!
202
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA PETUGAS KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) DALAM PENGELOLAAN DATA

DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG

T E S I S

Oleh:

LADY ROSARY JULIANTY PASARIBU 087012009/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

THE INFLUENCE OF ORGANIZATIONAL CULTURE ON THE PERFORMANCE OF KIA STAFF IN DATA MANAGEMENT

IN DELI SERDANG DISTRICT HEALTH OFFICE

THESIS

BY

LADY ROSARY JULIANTY PASARIBU 087012009/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA PETUGAS KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) DALAM PENGELOLAAN DATA

DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

LADY ROSARY JULIANTY PASARIBU 087012009/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)

Judul Tesis : PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA PETUGAS KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) DALAM PENGELOLAAN DATA

DI DINAS KESEHATAN

KABUPATEN DELI SERDANG Nama Mahasiswa : Lady Rosary Julianty Pasaribu Nomor Induk Mahasiswa : 087012009

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui Komisi Pembimbing:

(Dr. Drs. Muslich Lufti, M.B.A, I.D.S) Ketua

(Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes) Anggota

Ketua Program Studi

(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(5)

Telah diuji

Pada tanggal: 30 Mei 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Drs. Muslich Lufti, M.B.A, I.D.S Anggota : 1. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes

2. Dr. Fikarwin Zuska

(6)

PERNYATAAN

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA PETUGAS KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) DALAM PENGELOLAAN DATA

DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juni 2011

(7)

ABSTRAK

Data Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang kurang berkualitas menjadi salah satu masalah yang dihadapi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dalam mencapai tujuannya. Hal ini disebabkan kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data yang terdiri dari pengumpulan dan penyimpanan data, pengolahan dan pelaporan data, analisis data/informasi dan penyajian data/informasi belum sesuai dengan yang diharapkan.

Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2011. Jenis penelitian adalah survei eksplanatori, dengan populasi adalah seluruh petugas KIA yang dijadikan sampel berjumlah 40 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, pengamatan dan wawancara mendalam. Analisis dilakukan dengan uji regresi linier berganda.

Dari hasil uji regresi linier berganda disimpulkan bahwa tiga variabel budaya organisasi yaitu nilai kerjasama tim, nilai integritas yang tinggi serta nilai transparan dan akuntabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data. Tiga variabel budaya organisasi yaitu nilai berpihak pada rakyat, nilai bertindak cepat dan tepat serta keyakinan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data.

Diharapkan Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang melakukan upaya perbaikan kualitas data dengan pendekatan persuasif; membangun kebersamaan tim secara efektif; meningkatkan disiplin, pengawasan serta pemberian kompensasi; meningkatkan kemampuan petugas KIA mengelola data dalam lingkungan yang kondusif; melakukan atau mengusulkan perancangan ulang formulir laporan KIA yang terintegrasi; dan merumuskan kembali budaya organisasi.

(8)

ABSTRACT

The data of less qualified Maternal and Child Health (KIA) has become one of the problems faced by Deli Serdang District Health Office in achieving its goal. This happens because the performances of the KIA staff that collect, record, process, report, analyze and present the data/information is not as expected.

The purpose of this explanatory survey study was to analyze the influence of organizational culture on the performance of KIA staff in data management in Deli Serdang District Health Office in 2011. The population of this study were 40 KIA staff and all of them were selected to be the samples for this study. The data for this study were obtained through questionnaires distribution, observation, and in-depth interview. The data obtained were analyzed through multiple linear regression tests.

The result of multiple linear regression tests showed that there were three variables of organizational culture such as teamwork value, high integrity value and transparency and accountability value which had significant influence on the performance of KIA staff in data management. Three variables of organizational culture such as favor of the people value, act fast and precise value and belief which had not significant influence on the performance of KIA staff in data management.

The management of Deli Serdang District Health Office is expected to improve the quality of data through a persuasive approach, to effectively build a solid teamwork, to improve the discipline, supervision and provision of compensation, to improve the ability of KIA staff in data management in a conducive environment, to do or propose the redesign of the integrated KIA report form and to reformulate the organizational culture.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kasih atas segala limpahan kasih karuniaNya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan guna memperoleh gelar Magister Kesehatan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis merasakan kebaikan Allah yang luar biasa melalui orang-orang yang Dia tempatkan dalam kehidupan Penulis, mulai dari masa menjalani perkuliahan, penelitian, sampai dengan penyusunan tesis ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Sumatera Utara; Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc. (CTM), Sp.A (K).

2. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara: Dr. Drs. Surya Utama, M.S.

3. Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara: Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. Terima kasih untuk pembelajaran yang Ibu berikan padaku untuk mengerti makna “perubahan” yang sesungguhnya.

(10)

dan kebaikan yang kalian berikan padaku dari awal hingga selesainya tesis ini. Kalian merupakan orang-orang luar biasa yang Dia sediakan bagiku. 5. Komisi penguji: Dr. Fikarwin Zuska dan Siti Khadijah Nasution, S.K.M,

M.Kes. Terima kasih untuk waktu dan masukan yang luar biasa untuk perbaikan tesis ini. Kalian membuatku menyadari arti “belajar lahir batin”. 6. Bupati Deli Serdang: Drs. Amri Tambunan yang telah memberikan

kesempatan kepada Penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Studi S2 IKM FKM USU.

7. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang: dr. Masdulhag Siregar, SpOG (K), M.H.A. Terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepada Penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Studi S2 IKM FKM USU, serta ucapan terima kasih atas izin dan fasilitas yang diberikan selama proses penelitian sehingga Penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan baik.

8. Seluruh petugas KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang. Penerimaan kalian yang begitu antusias menguatkanku untuk melakukan yang terbaik di dalam sukacita. Terima kasih, kalian luar biasa!

(11)

10. Saudara-saudara Penulis: Abang, kakak, dan adik serta keponakanku (Boy Candidas/Jocelyn, Pretty Joice/Sahat, Junior Gideon/Pudina, Marcel, dan Kiara Melody). Doa-doa kalian membuat harapanku tetap hidup di dalam hati dan melingkupiku dengan kedamaian yang kuperlukan.

11. Sahabat Penulis: Don Juano Tambunan, S.Pd, M.Pd. Terima kasih telah menjadi seorang sahabat yang dibimbing Tuhan bagiku.

12. Rekan kerja Penulis di Subbag. Program Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang. Terima kasih telah menjadi sahabat dan teman kerja yang tenang dan tidak egois bagiku.

13. Teman-teman seperjuangan di Program Studi S2 IKM FKM USU dan semua pihak yang telah memberikan dukungannya yang tidak dapat Penulis sebutkan namanya satu persatu.

Penulis menyadari tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini memberi manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang untuk meningkatkan implementasi budaya organisasi dalam mencapai tujuan.

Medan, Juni 2011 Penulis

(12)

RIWAYAT HIDUP

Lady Rosary Julianty Pasaribu, lahir di Bengkulu pada tanggal 14 Juli 1981, beragama Kristen Protestan dan berdomisili di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

Menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri No. 101901 Lubuk Pakam pada tahun 1993, pendidikan menengah pertama di SMP RK Serdang Murni Lubuk Pakam pada tahun 1996, pendidikan menengah atas di SMU Negeri 1 Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang pada tahun 1999, pendidikan sarjana di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara pada tahun 2003, dan pendidikan pasca-sarjana di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Minat Studi Adminitrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara pada tahun 2011.

(13)

DAFTAR ISI

2.1.1 Pembentukan Budaya Organisasi ... 14

2.1.2 Fungsi Budaya Organisasi ... 15

2.1.3 Nilai-Nilai dalam Budaya Organisasi ... 16

2.1.4 Budaya Kuat, Budaya Lemah dan Budaya Adaptif ... 20

2.2. Kinerja ... 23

2.2.1 Pengertian Kinerja ... 23

2.2.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kinerja ... 24

2.2.3 Hubungan Budaya Organisasi Dengan Peningkatan Kinerja... 26

2.2.4 Penilaian Kinerja... 28

2.3. Pengelolaan Data ... 31

2.3.1 Data dan Informasi... 31

2.3.2 Manajemen Data dalam Suatu Organisasi ... 34

2.4. Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) ... 37

2.4.1 Tujuan Program KIA ... 37

(14)

2.5. Landasan Teori ... 44

3.5. Variabel dan Definisi Operasional... 52

3.5.1 Variabel Independen ... 53

4.1.3 Gambaran Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang ... 70

4.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 73

4.3. Deskripsi Variabel Penelitian ... 75

4.3.1 Variabel Independen ... 75

4.3.2 Variabel Dependen... 98

4.4. Hasil Analisis Multivariat... 108

4.4.1 Uji Regresi Linier Berganda ... 108

5.1. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang ... 122

(15)

5.3. Pengaruh Nilai Bertindak Cepat dan Tepat Terhadap Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang ... 131

5.4. Pengaruh Nilai Kerjasama Tim Terhadap Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang ... 135

5.5. Pengaruh Nilai Integritas yang Tinggi Terhadap Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang ... 140

5.6. Pengaruh Nilai Transparan dan Akuntabilitas Terhadap Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang ... 149

5.7. Pengaruh Keyakinan (Belief) Terhadap Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang ... 155

5.8. Keterbatasan Penelitian ... 158

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN... 160

6.1. Kesimpulan ... 160

6.2. Saran ... 162

DAFTAR PUSTAKA... 165

(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Jumlah Kematian Ibu Maternal, Bayi, dan Balita yang Dilaporkan

di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2005-2009... 2

3.1. Uji Validitas Variabel Independen... 50

3.2. Uji Validitas Variabel Dependen ... 51

3.3. Aspek Pengukuran Variabel Independen dan Variabel Dependen ... 64

4.1. Jumlah Ketenagaan dan Sarana Pelayanan KIA di Tingkat Pelayanan Dasar Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010 ... 72

4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Jenis Kelamin, Umur, Tempat Bertugas, Tingkat Pendidikan, Jabatan, Masa Kerja, dan Jumlah Bides/Puskesmas di Wilayah Kerja... 74

4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Nilai Berpihak pada Rakyat di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011... 76

4.4. Nilai Deskriptif Variabel Nilai Berpihak pada Rakyat di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011... 78

4.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Nilai Berpihak pada Rakyat di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 ... 79

4.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Nilai Bertindak Cepat dan Tepat di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 ... 80

4.7. Nilai Deskriptif Variabel Nilai Bertindak Cepat dan Tepat di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 ... 82

(17)

4.9. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Nilai Kerjasama

Tim di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 ... 84 4.10. Nilai Deskriptif Variabel Nilai Kerjasama Tim di Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011... 85 4.11. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Nilai

Kerjasama Tim di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2011 ... 86 4.12. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Nilai Integritas yang

Tinggi di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 ... 87 4.13. Nilai Deskriptif Variabel Nilai Integritas yang Tinggi di Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011... 88 4.14. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Nilai

Integritas yang Tinggi di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang Tahun 2011 ... 89 4.15. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Nilai Transparan

dan Akuntabilitas di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2011 ... 90 4.16. Nilai Deskriptif Variabel Nilai Transparan dan Akuntabilitas di

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 ... 92 4.17. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Nilai

Transparan dan Akuntabilitas di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang Tahun 2011 ... 93 4.18. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keyakinan (Belief)

di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 ... 94 4.19. Nilai Deskriptif Variabel Keyakinan (Belief) di Dinas Kesehatan

Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 ... 96 4.20. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Keyakinan

(Belief) di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 ... 97 4.21. Nilai Deskriptif Variabel Budaya Organisasi di Dinas Kesehatan

(18)

4.22. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penilaian Kinerja Petugas KIA dalam Pegelolaan Data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 ... 99 4.23. Nilai Deskriptif Indikator Pengumpulan dan Penyimpanan Data di

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 ... 100 4.24. Nilai Deskriptif Indikator Pengolahan dan Pelaporan Data di

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 ... 101 4.25. Nilai Deskriptif Indikator Analisa Data/Informasi di Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011... 103 4.26. Nilai Deskriptif Indikator Penyajian Data/Informasi di Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011... 104 4.27. Nilai Deskriptif Variabel Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan

Data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011... 106 4.28. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Variabel Kinerja

Petugas KIA dalam Pengelolan Data di Dinas Kesehatan

Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 ... 106 4.29. Hasil Observasi (Checklist) Terhadap Kinerja Bikor Puskesmas

dalam Pengelolaan Data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang Tahun 2011 ... 107 4.30. Hasil Uji Regresi Linier Berganda Pengaruh Budaya Organisasi

Terhadap Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011... 109 4.31. Hasil Uji Koefisien Determinasi Pengaruh Budaya Organisasi

Terhadap Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011... 112 4.32. Hasil Uji Serempak/Simultan (Uji F) Pengaruh Budaya Organisasi

Terhadap Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011... 113 4.33. Hasil Uji Parsial (Uji t) Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap

Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas Kesehatan

(19)

4.34. Hasil Uji Normalitas (Pendekatan Kolmogorv-Smirnov) Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2011 ... 119 4.35. Hasil Uji Multikolinieritas Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap

Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas Kesehatan

(20)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Proses Pembentukan Budaya Organisasi (Robbins, 2006) ... 15 2.2. Faktor/Variabel yang Memengaruhi Kinerja (Gibson, 1987) ... 25 2.3. Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja dan Kepuasan

(Robbins, 2006)... 26 2.4. Hubungan Variabel pada Kerangka Konsep ... 46 4.1. Hasil Uji Normalitas (Grafik P-P Plot) Pengaruh Budaya

Organisasi Terhadap Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan

Data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011... 118 4.2. Hasil Uji Heteroskedastisitas Pengaruh Budaya Organisasi

Terhadap Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Surat Permohonan Izin Penelitian... 172 2 Daftar Pertanyaan/Kuesioner Pengaruh Budaya Organisasi

Terhadap Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang (Variabel Budaya Organisasi) .... 173 3.a. Daftar Pertanyaan/Kuesioner Pengaruh Budaya Organisasi

Terhadap Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang (Variabel Kinerja Bidan

Koordinator di Puskesmas Kabupaten Deli Serdang) ... 177 3.b. Daftar Pertanyaan/Kuesioner Pengaruh Budaya Organisasi

Terhadap Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang (Variabel Kinerja Staf Seksi

Kesehatan Ibu Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang) ... 180 3.c. Daftar Pertanyaan/Kuesioner Pengaruh Budaya Organisasi

Terhadap Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang (Variabel Kinerja Kepala

Seksi Kesehatan Ibu Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang) ... 183 3.d. Daftar Pertanyaan/Kuesioner Pengaruh Budaya Organisasi

Terhadap Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang (Variabel Kinerja Kepala Bidang Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang) ... 186 4. Daftar Cek (Checklist) Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap

Kinerja Petugas KIA dalam Pengelolaan Data di Dinas Kesehatan

Kabupaten Deli Serdang ... 189 5. Pedoman Wawancara Mendalam (Indepth Interview)... 191 6. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 192 7. Raw Data Hasil Penelitian (Jawaban Responden Terhadap

(22)
(23)

ABSTRAK

Data Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang kurang berkualitas menjadi salah satu masalah yang dihadapi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dalam mencapai tujuannya. Hal ini disebabkan kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data yang terdiri dari pengumpulan dan penyimpanan data, pengolahan dan pelaporan data, analisis data/informasi dan penyajian data/informasi belum sesuai dengan yang diharapkan.

Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2011. Jenis penelitian adalah survei eksplanatori, dengan populasi adalah seluruh petugas KIA yang dijadikan sampel berjumlah 40 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, pengamatan dan wawancara mendalam. Analisis dilakukan dengan uji regresi linier berganda.

Dari hasil uji regresi linier berganda disimpulkan bahwa tiga variabel budaya organisasi yaitu nilai kerjasama tim, nilai integritas yang tinggi serta nilai transparan dan akuntabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data. Tiga variabel budaya organisasi yaitu nilai berpihak pada rakyat, nilai bertindak cepat dan tepat serta keyakinan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data.

Diharapkan Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang melakukan upaya perbaikan kualitas data dengan pendekatan persuasif; membangun kebersamaan tim secara efektif; meningkatkan disiplin, pengawasan serta pemberian kompensasi; meningkatkan kemampuan petugas KIA mengelola data dalam lingkungan yang kondusif; melakukan atau mengusulkan perancangan ulang formulir laporan KIA yang terintegrasi; dan merumuskan kembali budaya organisasi.

(24)

ABSTRACT

The data of less qualified Maternal and Child Health (KIA) has become one of the problems faced by Deli Serdang District Health Office in achieving its goal. This happens because the performances of the KIA staff that collect, record, process, report, analyze and present the data/information is not as expected.

The purpose of this explanatory survey study was to analyze the influence of organizational culture on the performance of KIA staff in data management in Deli Serdang District Health Office in 2011. The population of this study were 40 KIA staff and all of them were selected to be the samples for this study. The data for this study were obtained through questionnaires distribution, observation, and in-depth interview. The data obtained were analyzed through multiple linear regression tests.

The result of multiple linear regression tests showed that there were three variables of organizational culture such as teamwork value, high integrity value and transparency and accountability value which had significant influence on the performance of KIA staff in data management. Three variables of organizational culture such as favor of the people value, act fast and precise value and belief which had not significant influence on the performance of KIA staff in data management.

The management of Deli Serdang District Health Office is expected to improve the quality of data through a persuasive approach, to effectively build a solid teamwork, to improve the discipline, supervision and provision of compensation, to improve the ability of KIA staff in data management in a conducive environment, to do or propose the redesign of the integrated KIA report form and to reformulate the organizational culture.

(25)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan

salah satu indikator penting dalam menilai tingkat derajat kesehatan masyarakat di

suatu negara (Depkes RI, 2007). Oleh karena itu, pemerintah memerlukan upaya

yang sinergis dan terpadu untuk mempercepat penurunan AKI dan AKB di

Indonesia khususnya dalam mencapai target Millenium Development Goals

(MDGs) pada tahun 2015 yaitu AKI sebesar 102/100.000 kelahiran hidup.

Tentunya hal ini merupakan tantangan yang cukup berat bagi Pemerintah

Indonesia (Depkes RI, 2007).

AKI di Indonesia masih tinggi bila dibandingkan dengan AKI di negara

Asia lainnya (Depkes RI, 2007). Menurut data Survei Demografi Kesehatan

Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI sebesar 228/100.000 Kelahiran Hidup (KH);

AKB sebesar 34/1.000 KH; dan Angka Kematian Neonatal (AKN) sebesar

19/1.000 KH (Depkes RI, 2009). Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara

mengestimasi AKB Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2007 sebesar 26,9/1.000

KH, AKI tahun 2008 adalah 266/100.000 KH dan berdasarkan hasil SDKI tahun

2007 diperoleh bahwa AKABA di Sumatera Utara adalah 67/1.000 KH.

(26)

Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2005-2009 dapat dilihat pada Tabel 1 di

bawah ini.

Tabel 1. Jumlah Kematian Ibu Maternal, Bayi, dan Balita yang Dilaporkan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2005-2009

Tahun Kematian Ibu Maternal Kematian Bayi Kematian Balita

2005 19 kasus 74 kasus 104 kasus 

2006 24 kasus 65 kasus  79 kasus 

2007 27 kasus 122 kasus  28 kasus 

2008 32 kasus 126 kasus  25 kasus 

2009 21 kasus 134 kasus  37 kasus 

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

Menurut Kementrian Kesehatan RI (2010), peningkatan kesehatan ibu,

bayi, Balita dan Keluarga Berencana (KB) yang merupakan salah satu dari

delapan fokus prioritas pembangunan kesehatan di Indonesia tahun 2010-2014

perlu didukung oleh peningkatan kualitas manajemen dan pembiayaan kesehatan,

sistem informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan melalui penataan dan

pengembangan sistem informasi kesehatan untuk menjamin ketersediaan data dan

informasi kesehatan melalui pengaturan sistem informasi yang komprehensif dan

pengembangan jaringan. Oleh karena itu pemerintah perlu melakukan upaya

terfokus berdasarkan perencanaan dan penganggaran yang berbasis data

(evidanced based) melalui proses yang sistematis dan partisipatif, dan ini berarti

keberadaan data dan informasi memegang peranan yang sangat penting karena

(27)

Data dan informasi cakupan program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

sangat diperlukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan program KIA yang

telah dilaksanakan oleh pemerintah. Untuk memperoleh data dan informasi

tersebut, pemerintah perlu melakukan pemantauan pelaksanaan program KIA

secara berkala dan berkesinambungan. Untuk memantau cakupan pelayanan KIA,

dikembangkan sistem Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak

(PWS-KIA) agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat terhadap desa

yang cakupan pelayanan kesehatan ibu dan anaknya masih rendah.

Namun demikian pencapaian program kesehatan seperti program KIA

yang diperlihatkan dalam bentuk data belum dapat sepenuhnya dijadikan pedoman

untuk menggambarkan kondisi kesehatan masyarakat yang riil karena validitas

data yang dihasilkan selalu diragukan. Jika data tidak valid, tentu saja

pengambilan keputusan untuk perencanaan program KIA yang dilakukan akan

melenceng dari persoalan yang dihadapi masyarakat (Yustina, 2009). Data yang

tersedia sering kali belum/tidak digunakan sebagai dasar untuk membuat

perencanaan dan evaluasi program KIA. Padahal untuk mengetahui masalah KIA

yang ada, menentukan besar masalah KIA, dan menentukan prioritas masalah

KIA yang akan diatasi mutlak diperlukan data yang akurat (Depkes RI, 2009).

Aktivitas manajemen data dalam suatu organisasi memang seringkali

menemukan kendala/masalah terkait dengan keberadaan data/informasi sebagai

dasar untuk pengambilan keputusan. Menurut Lippeveld, et.al. (2000), banyak

(28)

seperti politik, ideologi, anggaran, donatur, tekanan dari kelompok tertentu, NGO

(Non Government Organization), krisis, media, komunitas dalam masyarakat dan

sebagainya.

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dengan bantuan Health Services

Program-United States Agency for International Development (HSP-USAID)

telah melakukan lokakarya perencanaan kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak

dengan pemecahan masalah melalui proses District Team Problem Solving

(DTPS) yang dapat menjangkau seluruh kelompok sasaran (stakeholders) pada

tahun 2007-2009. DTPS merupakan suatu proses perencanaan tahunan yang

partisipatif, sistematis dan berkesinambungan yang menggunakan data sebagai

dasar/bukti dalam penyusunan perencanaan KIA (evidance based). Selama proses

DTPS sangat dirasakan bagaimana buruknya kualitas data KIA yang tersedia

karena tidak akurat, tidak lengkap dan tidak konsisten. Akibatnya para peserta

DTPS sangat sulit untuk menganalisis/mengidentifikasi masalah kesehatan ibu,

bayi baru lahir, bayi dan anak balita.

Berdasarkan hasil wawancara Penulis dengan salah seorang petugas KIA

di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dapat diketahui bahwa kualitas data

yang buruk menjadi masalah utama dalam memberikan pelayanan KIA. Tidak

adanya dokumen pertinggal laporan yang dikirimkan ke Puskesmas dan

selanjutnya ke Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang; data dengan indikator

yang sama yang selalu berubah-ubah bila diminta pada waktu dan orang yang

(29)

program KIA dengan data yang dipakai untuk merencanakan program KIA

menjadi bukti bagaimana kinerja petugas KIA dalam pengelolaan/manajemen

data. Hal ini didukung dengan pernyataan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten

Deli Serdang yang sering sekali kecewa dengan kualitas data KIA yang tersedia.

Program KIA merupakan program prioritas di Dinas Kesehatan Kabupaten

Deli Serdang. Hal ini dapat dilihat dari pencanangan Gerakan Deli Serdang

CERIA (PerCepatan penuRunan kematian Ibu dan Anak) pada Hari Keluarga

Nasional Tingkat Propinsi Sumatera Utara pada tanggal 5 September 2007 oleh

Gubernur Sumatera Utara, pembentukan FKPP (Forum Komunikasi Perubahan

Perilaku) di setiap Desa Siaga, Bulan Penimbangan Balita sampai dengan

diterbitkannya Peraturan Daerah Nomor 37/K/DPRD/2009 tentang Kesehatan Ibu,

Bayi Baru Lahir, Bayi dan Anak Balita (KIBBLA) di Kabupaten Deli Serdang.

Tentu saja bila kualitas data KIA yang dimiliki masih sangat kurang, maka secara

keseluruhan hal ini akan memengaruhi kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang.

Berdasarkan hasil pengamatan Penulis tentang pengelolaan data KIA di

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang diketahui bahwa: (1) Terdapat

perbedaan data sasaran KIA pada Proposal DTPS KIBBLA Kabupaten Deli

Serdang untuk usulan Rencana Kerja dan Anggaran Dinas Kesehatan Kabupaten

Deli Serdang T.A. 2011 dengan Profil Kesehatan Kabupaten Deli Serdang tahun

2009. Padahal sumber data tetap sama yaitu dari Bidang Kesehatan Keluarga

(30)

kelahiran dan kematian bayi, balita dan ibu maternal; cakupan kunjungan

neonatus, bayi dan bayi BBLR yang ditangani; status gizi balita dan cakupan

kunjungan ibu hamil (K1 dan K4), persalinan ditolong tenaga kesehatan dan ibu

nifas hampir di seluruh Profil Kesehatan yang dibuat oleh Puskesmas yang ada di

Kabupaten Deli Serdang dengan Profil Kesehatan Kabupaten Deli Serdang tahun

2009. Padahal data cakupan Program KIA yang ada di Profil Kesehatan

Kabupaten Deli Serdang tahun 2009 diperoleh dari Bidang Kesehatan Keluarga

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang yang melakukan rekapitulasi

perhitungan hasil capaian program KIA selama setahun yang dikirimkan setiap

bulannya oleh petugas KIA; (3) Dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk

mendapatkan data yang diinginkan.

Dari hasil pengamatan Penulis, pengelolaan data KIA yang kurang baik

tersebut disebabkan oleh beberapa sebab, yaitu: kurangnya pengetahuan dan

kemampuan petugas mengenai pengelolaan data; sikap yang kurang benar

khususnya melakukan perubahan data yang sebenarnya dengan data buatan atau

melengkapi data dengan yang lampau; kurangnya pemahaman tentang manfaat

data dalam proses perencanaan kesehatan; banyaknya format data yang harus

diisi; kurangnya pengawasan tingkat kabupaten terhadap laporan Puskesmas; dan

belum berjalannya sistem pelaporan yang baik antara instansi pemerintah dan

pihak swasta yang memberikan pelayanan kesehatan.

Belum berjalannya sistem pelaporan yang baik antara instansi pemerintah

(31)

menarik sebuah kesimpulan bahwa kasus kematian ibu, kematian bayi dan

kematian Balita yang terjadi selama tahun 2005-2009 (Tabel 1) belum bisa

menggambarkan kasus kematian ibu maternal, kematian bayi dan kematian Balita

yang sesungguhnya terjadi di Kabupaten Deli Serdang.

Hasil penelitian Ahmad (2005) di Simalungun menyimpulkan bahwa

pengetahuan, motivasi dan ketersediaan instrumen pencatatan secara

bersama-sama maupun parsial berpengaruh secara signifikan terhadap efektivitas

pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan terpadu Puskesmas. Hasil penelitian

Handayani, et.al. dalam Animar (2010) menyatakan besarnya beban kerja petugas

Puskesmas dalam membuat laporan SP2TP (Sistem Pencatatan dan Pelaporan

Tingkat Puskesmas) telah menyita waktu kerja efektif petugas sebesar 30%. Hal

ini dikarenakan terlalu banyak jenis pencatatan dan pelaporan yang harus

dikerjakan, dan pada saat yang sama pekerjaan tersebut terasa sebagai beban bagi

petugas.

Pengelolaan data yang baik perlu dikuasai oleh setiap petugas KIA

khususnya bidan koordinator di Puskesmas. Hal ini dikarenakan Puskesmas

merupakan ujung tombak pengumpulan data kesehatan dan tentunya akan sangat

menentukan kualitas data di tingkat yang lebih tinggi yaitu kabupaten/kota,

kemudian propinsi dan kemudian suatu negara. Jika kualitas data di tingkat

Puskesmas kurang baik, maka kualitas data di tingkatan yang lebih tinggi akan

(32)

Menurut Robbins (2006), sikap dan perilaku anggota-anggota organisasi

(kinerja) dipengaruhi secara bermakna oleh budaya yang berlaku dalam suatu

organisasi. Interaksi yang kompleks dari kinerja sejumlah individu dalam

organisasi memengaruhi kinerja organisasi tersebut (Ilyas, 1999). Budaya

organisasi mungkin akan menjadi suatu faktor yang lebih penting lagi dalam

menentukan keberhasilan atau kegagalan organisasi dalam dasawarsa yang akan

datang (Matondang, 2008).

Budaya yang ada pada suatu organisasi menyebabkan para karyawan

memiliki cara pandang yang sama dalam melaksanakan aktifitas pekerjaan.

Budaya berhubungan dengan bagaimana perusahaan membangun komitmen

mewujudkan visi, memenangkan hati pelanggan, memenangkan persaingan dan

membangun kekuatan organisasi (Mangkusasono, 2007). Menurut Huntington

seperti dikutip Moeljono (2007), budaya menentukan kemajuan setiap organisasi,

tidak peduli apapun jenis organisasi tersebut.

Beberapa penelitian terdahulu mengenai hubungan antara budaya

organisasi dengan kinerja karyawan menunjukkan bahwa budaya organisasi

berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Hasil penelitian Koesmono (Zebua,

2009) menyatakan budaya organisasi berpengaruh secara signifikan terhadap

motivasi dan kinerja karyawan. Damanik (2007) menyimpulkan di dalam tesisnya,

bahwa terdapat pengaruh budaya organisasi terhadap motivasi berprestasi perawat

(33)

menyimpulkan di dalam tesisnya bahwa ada pengaruh budaya organisasi terhadap

kinerja perawat ruang rawat inap di Rumah Sakit Sri Pamela Tebing Tinggi.

Budaya organisasi memberikan pengaruh kuat pada struktur dan fungsi

organisasi. Budaya organisasi memiliki aspek-aspek seperti values, rituals, heroes

dan symbols yang diyakini memengaruhi kinerja organisasi. Menurut

Bratakusumah (2002), nilai-nilai (values) adalah ukuran yang mengandung

kebenaran dan kebaikan tentang keyakinan dan perilaku organisasi yang paling

dianut dan digunakan sebagai budaya kerja dalam pengambilan keputusan dan

pelaksanaan kegiatan visi dan misi organisasi. Sedangkan menurut Sashkein dan

Kisher (Tika, 2008), budaya organisasi terdiri dari komponen nilai dan keyakinan

(belief).

Menjalankan budaya organisasi akan membantu budaya menjadi

bermakna. Budaya organisasi menjadi ideologi kerja karyawan. Pengalaman

bermakna itu akan membuat pegawai memaknai dirinya dan rekan sekerjanya dan

mengidentifikasikan diri dengan organisasi. Jadi dengan demikian, budaya

organisasi dapat digunakan sebagai salah satu alat manajemen untuk mencapai

efisiensi, efektivitas, produktivitas, dan etos kerja dan pada akhirnya dapat

membuat organisasi berhasil efektif (Sutrisno, 2010).

Nilai yang dianut dan dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten

Deli Serdang untuk menciptakan budaya organisasi yang mendukung tercapainya

visi “Masyarakat Mandiri untuk Hidup Bersih dan Sehat Tahun 2014” adalah

(34)

tinggi, transparan dan akuntabel dan dapat mengimplementasikannya ke dalam

perilaku bekerja/kinerja (Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, 2009).

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang akan menjadi organisasi yang

lemah apabila pegawainya tidak mempunyai cara pandang yang sama untuk

mencapai tujuan organisasi. Penerapan budaya organisasi yang lemah akan

memberi dampak yang tidak baik pada kinerja para petugas KIA khususnya dalam

pengelolaan data (seperti pengumpulan dan penyimpanan data, pengolahan dan

pelaporan data, analisis data/informasi, dan penyajian data/informasi) dan

berikutnya berakibat pada kurangnya kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang secara keseluruhan.

Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh

budaya organisasi terhadap kinerja petugas KIA dalam pengelolaan data di Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang sehingga dapat memberikan kontribusi

pemikiran dalam meningkatkan kualitas data KIA di Kabupaten Deli Serdang.

1.2. Permasalahan

Bagaimanakah pengaruh budaya organisasi (nilai berpihak pada rakyat,

nilai bertindak cepat dan tepat, nilai kerjasama tim, nilai integritas yang tinggi,

nilai transparan dan akuntabilitas, serta keyakinan) terhadap kinerja petugas KIA

dalam pengelolaan data (pengumpulan dan penyimpanan data, pengolahan dan

pelaporan data, analisis data/informasi, dan penyajian data/informasi) di Dinas

(35)

1.3. Tujuan Penelitian

Menganalisis pengaruh budaya organisasi (nilai berpihak pada rakyat, nilai

bertindak cepat dan tepat, nilai kerjasama tim, nilai integritas yang tinggi, nilai

transparan dan akuntabilitas, serta keyakinan) terhadap kinerja petugas KIA dalam

pengelolaan data (pengumpulan dan penyimpanan data, pengolahan dan pelaporan

data, analisis data/informasi, dan penyajian data/informasi) di Dinas Kesehatan

Kabupaten Deli Serdang tahun 2011.

1.4. Hipotesis

Ada pengaruh budaya organisasi (nilai berpihak pada rakyat, nilai

bertindak cepat dan tepat, nilai kerjasama tim, nilai integritas yang tinggi, nilai

transparan dan akuntabilitas, serta keyakinan) terhadap kinerja petugas KIA dalam

pengelolaan data (pengumpulan dan penyimpanan data, pengolahan dan pelaporan

data, analisis data/informasi, dan penyajian data/informasi) di Dinas Kesehatan

Kabupaten Deli Serdang tahun 2011.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang; sebagai bahan masukan bagi

(36)

implementasi budaya organisasi Dinas Kesehatan serta pengaruhnya terhadap

kinerja petugas KIA dalam upaya meningkatkan kualitas data KIA sehingga

menjadi informasi yang akurat dan tepat guna dalam penyusunan rencana dan

anggaran KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang (evidenced

based).

2. Petugas KIA; sebagai bahan informasi dan pengetahuan tentang pemahaman

implementasi budaya organisasi untuk meningkatkan kinerja petugas KIA

dalam pengelolaan data KIA di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang.

3. Akademisi; perkembangan ilmu pengetahuan khususnya implementasi

(37)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Budaya Organisasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), budaya berarti pikiran

atau akal budi. Menurut Tika (2008) yang mengutip pendapat Owens, budaya

adalah suatu sistem pembagian nilai dan kepercayaan yang berinteraksi dengan

orang dalam suatu organisasi, struktur organisasi, dan sistem kontrol yang

menghasilkan norma perilaku.

Setiap organisasi memiliki budaya. Pada hakikatnya budaya merupakan

faktor terpenting dalam menentukan keberhasilan organisasi dalam mencapai

tujuannya (Soeroso, 2003). Menurut Piti Sithi-Amnuai (Ndraha, 2003),

pembentukan budaya organisasi dimulai begitu organisasi berdiri. Pembentukan

budaya organisasi terjadi tatkala anggota organisasi belajar menghadapi masalah,

baik masalah yang menyangkut perubahan-perubahan eksternal maupun

masalah-masalah internal yaitu persatuan dan keutuhan organisasi. Secara individu maupun

kelompok, seseorang tidak akan terlepas dari budaya organisasi, dan pada

umumnya anggota organisasi akan dipengaruhi oleh sumber daya yang ada dalam

organisasi.

Robbins (2006) menyatakan budaya organisasi merupakan sistem makna

bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan suatu organisasi

(38)

anggota-anggota organisasinya. Menurut Peter Hess yang dikutip Matondang

(2008), budaya organisasi menggambarkan seperangkat keyakinan dan

norma-norma, nilai-nilai bersama oleh anggota organisasi yang kemudian dihubungkan

dengan cara kerja (kinerja). Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Sutrisno

(2010), dimana nilai, keyakinan, norma yang telah lama berlaku, disepakati dan

diikuti oleh para anggota organisasi sebagai pedoman perilaku dan pemecahan

masalah-masalah organisasinya.

Budaya organisasi merupakan suatu kekuatan sosial yang tidak tampak,

yang dapat menggerakkan orang-orang dalam suatu organisasi untuk melakukan

aktivitas kerja (Sutrisno, 2010). Budaya organisasi dapat memedomani atau

menuntun persepsi dan pikiran. Gordon dalam Sutrisno (2010) menyimpulkan

bahwa budaya organisasi dapat berfungsi sebagai mekanisme pembuat makna dan

kendali yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku karyawan.

2.1.1 Pembentukan Budaya Organisasi

Menurut Agung (2007), ada 3 (tiga) macam proses terbentuknya budaya

suatu organisasi, yaitu (1) Diciptakan oleh pendirinya; (2) Terbentuk sebagai

upaya untuk menjawab tantangan dan peluang dari lingkungan internal dan

eksternal; dan (3) Diciptakan oleh tim manajemen sebagai cara untuk

meningkatkan kinerja organisasi secara sistematis. Menurut Ndraha (2003) dan

Robbins (2006), budaya organisasi yang terbentuk tatkala anggota organisasi

(39)

keutuhan organisasi cenderung berurat berakar, sehingga sukar bagi para manajer

untuk mengubahnya karena terbentuk tidak dalam sekejap. Proses terbentuknya

budaya organisasi menurut Robbins (2006) dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Proses Pembentukan Budaya Organisasi (Robbins, 2006)

Tika (2008) mengungkapkan bahwa pemimpin dan kelompok dalam suatu

organisasi bisa mengubah budaya organisasi. Perubahan budaya organisasi

tersebut bisa cepat dan bisa berangsur-angsur. Namun secara umum proses

perubahan budaya organisasi membutuhkan waktu antara 5-20 tahun tergantung

seberapa cepat peristiwa-peristiwa berjalan.

2.1.2 Fungsi Budaya Organisasi

Robbins (2006) mengatakan budaya yang terbentuk dalam suatu organisasi

memiliki fungsi sebagai berikut: (1) Menetapkan tapal batas yang membedakan

secara jelas antara satu organisasi dan yang lain; (2) Memberikan rasa identitas

bagi anggota-anggota organisasi; (3) Memudahkan penerusan komitmen hingga Filosofi

Organisasi yang Dijumpai

Kriteria

Seleksi

Budaya

Organisasi Manajemen

Puncak

(40)

mencapai batasan yang lebih luas daripada kepentingan individu; (4)

Meningkatkan kemantapan sistem sosial (perekat sosial) yang membantu

menyatukan organisasi dengan memberikan standar-standar yang tepat mengenai

apa yang harus dikatakan dan dilakukan oleh para anggota; dan (5) Mekanisme

pembuat makna dan pengendali yang memandu dan membentuk sikap serta

perilaku para anggota organisasi.

Menurut Pascale dan Atos yang dikutip oleh Matondang (2008)

menyatakan bahwa fungsi budaya organisasi bisa juga sebagai penghambat dalam

berinovasi. Hal ini terjadi apabila budaya organisasi tidak mampu mengatasi

masalah yang menyangkut lingkungan perubahan eksternal di mana budaya

organisasi tidak cepat melakukan adaptasi. Budaya yang kuat yang berpotensi

disfungsional akan mengganggu fungsi keefektifan organisasi (Robbins, 2006).

2.1.3 Nilai-nilai dalam Budaya Organisasi

Sashkein dan Kisher (Tika, 2008) mengemukakan bahwa budaya

organisasi terdiri dari dua komponen, yaitu: (1) Nilai (value), yakni sesuatu yang

diyakini oleh warga organisasi untuk mengetahui apa yang benar dan apa yang

salah; (2) Keyakinan (belief), yakni sikap tentang cara bagaimana seharusnya

bekerja dalam organisasi. Secara harfiah nilai berarti harga. Nilai merupakan

sesuatu yang diinginkan apabila nilai bersifat positif dalam arti menguntungkan

atau menyenangkan dan memudahkan pihak yang memperolehnya untuk

(41)

bersifat negatif dan merugikan atau menyulitkan pihak yang memperolehnya

untuk memengaruhi kepentingannya sehingga nilai tersebut dijauhi.

Menurut Bratakusumah (2002), nilai adalah ukuran yang mengandung

kebenaran dan kebaikan tentang keyakinan dan perilaku organisasi yang paling

dianut dan digunakan sebagai budaya kerja dalam pengambilan keputusan dan

pelaksanaan kegiatan visi dan misi organisasi. Nilai merupakan esensi dari filosofi

organisasi untuk mencapai kesuksesan, memberikan rasa kebersamaan dan arah

serta petunjuk-petunjuk pada seluruh anggota, dan bagaimana berperilaku dari

hari ke hari.

Seperti yang diungkapkan oleh Gibson (Matondang, 2008), budaya

organisasi adalah apa yang dipahami oleh karyawan dan bagaimana persepsi itu

menciptakan sebuah pola dari keyakinan, nilai-nilai dan harapan. Pendapat yang

sama juga diutarakan oleh Peter Hess bahwa budaya organisasi biasanya

menggambarkan seperangkat keyakinan, norma-norma dan nilai-nilai hal tersebut

sehubungan dengan cara kerja dan apa-apa yang dianggap penting dalam

organisasi (Matondang, 2008).

Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten

Deli Serdang, Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang menetapkan visi dan misi

yang didasari oleh nilai-nilai yang dianut dan dijunjung tinggi oleh seluruh

pegawai (Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, 2009). Nilai-nilai tersebut

(42)

1. Berpihak pada rakyat. Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan,

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang akan selalu berpihak pada

rakyat. Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap

orang adalah salah satu hak asasi manusia tanpa membedakan suku,

golongan, agama, dan status sosial ekonomi. UUD 1945 juga menetapkan

bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat

tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta

berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Berdasarkan definisinya pada

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), berpihak kepada rakyat dapat

diartikan mengikut/memilih rakyat.

2. Bertindak cepat dan tepat. Masalah kesehatan yang dihadapi makin

bertambah kompleks dan berubah dengan cepat, bahkan kadang-kadang

tidak terduga, yang dapat menimbulkan masalah darurat kesehatan. Dalam

mengatasi masalah kesehatan, apalagi yang bersifat darurat, harus

dilakukan tindakan secara cepat. Tindakan yang cepat juga harus diikuti

dengan pertimbangan yang cermat, sehingga intervensi yang tepat dapat

mengenai sasaran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), cepat

berarti segera sekali dan mengerjakan sesuatu dalam waktu singkat.

Sedangkan tepat adalah kena benar dengan sasaran, tujuan, dan maksud.

3. Kerjasama tim. Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang sebagai

organisasi pemerintah memiliki sumberdaya manusia yang cukup banyak.

(43)

besar. Oleh karena itu, dalam mengemban tugas-tugas pembangunan

kesehatan, harus dibina kerja tim yang utuh dan kompak, dengan

menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergisme.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), kerjasama adalah

kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh beberapa orang (lembaga,

pemerintah dan sebagainya) untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama

bukan sekedar bekerja bersama-sama, namun kerjasama di antara dua

potensi yang berbeda atau lebih, dengan beban, tanggung jawab, dan

fungsi yang berbeda dan hasilnya lebih dari sekedar penjumlahannya

(Poerwopoespita dan Utomo, 2000).

4. Integritas yang tinggi. Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan,

setiap pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang harus memiliki

komitmen yang tinggi dalam upaya mencapai visi dan misi yang telah

ditetapkan. Selain itu, dalam melaksanakan tugas, semua pegawai Dinas

Kesehatan Kabupaten Deli Serdang harus memiliki ketulusan hati,

kejujuran, berkepribadian yang teguh, dan bermoral tinggi. Menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), integritas diartikan sebagai mutu,

sifat atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga

memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan

kewibawaan/kejujuran.

5. Transparan dan akuntablitas. Dalam era demokrasi dan perkembangan

(44)

yang transparan dan dapat dipertanggung-gugatkan (akuntabel) terus

meningkat. Oleh karenanya semua kegiatan pembangunan kesehatan yang

diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, harus

dilaksanakan secara transparan, dapat dipertanggungjawabkan dan

dipertanggunggugatkan kepada publik. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2005), transparan berarti jernih; nyata; jelas; tidak terbatas pada

orang tertentu saja; terbuka. Sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban

untuk menyampaikan pertanggungjawaban.

2.1.4 Budaya Kuat, Budaya Lemah dan Budaya Adaptif

Budaya menyampaikan kepada setiap anggota organisasi bagaimana

pekerjaan dilakukan dan apa-apa saja yang bernilai penting. Bergantung pada

kekuatannya, budaya dapat memengaruhi sikap dan perilaku anggota-anggota

organisasi secara bermakna (Robbins, 2006). Budaya yang kuat ditandai oleh

nilai-nilai inti organisasi yang dipegang kukuh dan disepakati secara luas.

Budaya organisasi yang kuat memberikan kejelasan tentang perilaku yang

harus ditempuh dan memberikan identitas organisasi (Matondang, 2008). Semakin

banyak jumlah anggota yang menerima dan menghayati nilai-nilai inti,

menyepakati makna dan kepentingannya, dan semakin besar komitmen para

anggota terhadap nilai-nilai tersebut, maka akan semakin kuat pula budaya

(45)

Budaya yang kuat memiliki pengaruh yang besar terhadap sikap anggota

organisasi dibandingkan dengan budaya yang lemah (Robbins, 2006). Sebaliknya

budaya organisasi dipandang lemah bila sangat terfragmentasi dan tidak disatukan

dan diikat dalam nilai dan keyakinan bersama. Menurut Kotter dan Heskett seperti

dikutip oleh Soetjipto dan Firmanzah (2006), kuat atau tidaknya suatu organisasi

dapat diindikasikan dari faktor-faktor sebagai berikut:

1. Stabilitas. Budaya yang kuat mampu memberikan identitas organisasi,

sehingga membuat organisasi tidak terombang-ambing oleh keadaan

internal maupun eksternal.

2. Kedalaman. Budaya yang kuat mampu menjelma menjadi nilai yang

dianut oleh anggota organisasi. Nilai ini secara tidak disadari mengatur

perilaku anggota di banyak aspek pekerjaan.

3. Cakupan. Budaya yang kuat mampu menjangkau sebanyak mungkin

anggota dan aspek pekerjaan. Semakin banyak pegawai menganut budaya

dimaksud dan semakin banyak aspek pekerjaan yang mengacu padanya,

semakin kuat budaya organisasi.

Menurut Killman et.al. (Tika, 2008), budaya organisasi yang kurang

didukung dan sangat dipaksakan akan berpengaruh negatif pada organisasi dan

akan memberi arah yang salah kepada para anggotanya. Akibatnya tugas-tugas

tidak dapat dilaksanakan dengan baik dan tentunya akan berpengaruh pada kinerja

angotanya. Dengan kata lain, organisasi menjadi kurang mampu menyelesaikan

(46)

Menurut Kotter dan Heskett seperti dikutip oleh Soetjipto dan Firmanzah

(2006), budaya yang kuat terkadang bak pedang bermata dua, sebab bila budaya

tersebut tidak tepat maka budaya akan semakin menjerumuskan organisasi.

Budaya yang kuat namun pelaksanaannya tidak sesuai dengan situasi

sesungguhnya dapat mengakibatkan orang berperilaku menghancurkan.

Menurut Kotter dan Heskett (Tika, 2008), budaya yang adaptif dapat

membantu organisasi mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan

lingkungan, yang akan diasosiasikan dengan kinerja yang superior sepanjang

periode waktu yang panjang. Budaya yang adaptif meminta pendekatan yang

bersifat siap menanggung resiko, percaya dan proaktif terhadap kehidupan

organisasi juga kehidupan individu, dimana setiap anggota secara aktif

mendukung usaha satu sama lain untuk mengidentifikasi semua masalah dan

mengimplementasikan pemecahan yang dapat berfungsi. Ada suatu rasa percaya

yang dimiliki bersama, gairah yang menyebar luas, semangat untuk melakukan

apa saja yang dihadapi untuk mencapai keberhasilan organisasi, dan pada

akhirnya para anggota reseptif terhadap perubahan dan inovasi. Budaya organisasi

yang adaptif bersifat fleksibel dan tidak kaku dalam mengikuti keadaan.

Organisasi yang berbudaya kuat dan adaptif memiliki kinerja yang lebih baik bila

(47)

2.2. Kinerja

2.2.1 Pengertian Kinerja

Kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) berarti sesuatu

yang dicapai; prestasi yang diperlihatkan; kemampuan kerja. Menurut Ilyas

(1999), kinerja adalah penampilan hasil karya pada seluruh jajaran personil di

dalam suatu organisasi. Sedangkan menurut Rivai (2005), kinerja adalah prestasi

yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya atau pekerjaannya

sesuai dengan standar dan kriteria yang ditetapkan untuk pekerjaan itu. Menurut

Mangkunegara (2005), kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Kinerja merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan

yang dapat dinilai dari hasil kerjanya (Sulistiyani, 2003). Menurut Hasibuan

(2001), kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam

melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas

kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu. Menurut Ilyas (1999),

kinerja dapat berupa penampilan kerja perorangan maupun kelompok dan tidak

terbatas kepada personil yang memangku jabatan fungsional maupun struktural,

tetapi juga kepada keseluruhan jajaran personil di dalam organisasi.

Berdasarkan pengertian di atas, Penulis menarik kesimpulan bahwa kinerja

merupakan prestasi yang dicapai oleh individu maupun kelompok sesuai dengan

(48)

sesuai dengan standar dan kriteria yang ditetapkan untuk pekerjaan itu dengan

kemampuan alami atau kemampuan yang diperolehnya dari proses belajar serta

keinginannya untuk berprestasi.

2.2.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kinerja

Menurut Mangkunegara (2005), faktor-faktor yang memengaruhi kinerja

yaitu faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi. Mathis dan Jackson (2005)

mengungkapkan beberapa faktor yang memengaruhi kinerja antara lain (1)

Kemampuan; (2) Motivasi; (3) Dukungan yang diterima; (4) Keberadaan

pekerjaan yang dilakukan; dan (5) Hubungan dengan organisasi. Menurut Gibson

(1987), kinerja dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu (1) Faktor individu:

kemampuan, keterampilan, latar belakang keluarga, pengalaman kerja, tingkat

sosial, dan demografi seseorang; (2) Faktor psikologis: persepsi, peran, sikap,

kepribadian, motivasi, dan kepuasan kerja; dan (3) Faktor organisasi: struktur

organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, dan sistem penghargaan (reward

(49)

Gambar 2.2. Faktor/Variabel yang Memengaruhi Kinerja (Gibson, 1987)

Menurut Robbins (2006), kinerja karyawan bergantung pada tingginya

tingkat pengetahuannya akan apa yang harus atau tidak harus ia kerjakan.

Memahami cara yang benar untuk melakukan pekerjaan menunjukkan sosialisasi

yang benar, yang mana sosialisasi yang dimaksud adalah proses penyesuaian

karyawan dengan budaya organisasinya. Jadi sosialisasi yang tepat menjadi faktor

yang penting dalam memengaruhi kinerja.

Pada akhirnya kinerja sebuah organisasi masih tetap tergantung pada

kualitas sumber daya manusia yang ada pada organisasi tersebut. Kualitas sumber

daya manusia dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain tingkat pendidikan,

pengalaman kerja dan pernah tidaknya mengikuti kegiatan pelatihan dan

(50)

2.2.3 Hubungan Budaya Organisasi dengan Peningkatan Kinerja

Menurut Robbins (2006), budaya organisasi dapat memengaruhi kinerja

dan kepuasan karyawan. Persepsi subjektif karyawan secara keseluruhan terhadap

organisasi didasarkan pada beberapa faktor seperti derajat toleransi resiko,

tekanan atau perhatian tim serta dukungan masyarakat. Persepsi yang mendukung

atau tidak mendukung ini kemudian memengaruhi kinerja dan kepuasan

karyawan, dengan dampak yang lebih besar pada penguatan budaya. Pengaruh

budaya organisasi pada kinerja dan kepuasan dapat dilihat pada Gambar 2.3 di

bawah ini.

Gambar 2.3. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja dan Kepuasan (Robbins, 2006)

Menurut Kotter dan Heskett dalam Tika (2008), hubungan budaya

organisasi/perusahaan dengan kinerja perusahaan, yaitu:

1. Budaya organisasi dapat mempunyai dampak yang berarti terhadap kinerja

(51)

2. Budaya perusahaan mungkin akan menjadi suatu faktor yang bahkan lebih

penting lagi dalam menentukan keberhasilan atau kegagalan perusahaan

dalam dasawarsa yang akan datang.

3. Budaya perusahaan yang menghambat kinerja keuangan jangka panjang

cukup banyak, mudah berkembang bahkan dalam perusahaan-perusahaan

yang penuh dengan orang-orang yang pandai dan berakal sehat.

4. Walaupun sulit untuk diubah, budaya perusahaan dapat dibuat agar

bersifat lebih meningkatkan kinerja. Tentunya upaya ini membutuhkan

waktu dan menuntut kepemimpinan yang sedikit berbeda.

Beberapa penelitian terdahulu mengenai hubungan antara budaya

organisasi dengan kinerja setiap anggota organisasi dimana budaya organisasi

berpengaruh terhadap kinerja adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian Koesmono (Zebua, 2009) menyatakan terdapat pengaruh

budaya organisasi terhadap motivasi dan kepuasan kerja serta kinerja

karyawan pada Sub Sektor Industri Pengolahan Kayu Skala Menengah di

Jawa Timur Tahun 2005.

2. Hasil penelitian Kotter dan Heskett dalam Soetjipto dan Firmansyah

(2006) yang menyatakan bahwa budaya organisasi berpengaruh pada

(52)

3. Hasil penelitian Damanik (2007) menyatakan terdapat pengaruh budaya

organisasi terhadap motivasi berprestasi perawat di Rumah Sakit Umum

Daerah Pematang Siantar.

4. Hasil penelitian Zuliani (2008) menyatakan bahwa ada pengaruh budaya

organisasi terhadap kinerja perawat ruang rawat inap di Rumah Sakit Sri

Pamela Tebing Tinggi.

5. Hasil penelitian Zebua (2009) menyatakan ada pengaruh budaya organisasi

dan insentif terhadap kinerja staf rekam medik Rumah Sakit Umum Pusat

Haji Adam Malik.

2.2.4 Penilaian Kinerja

Menurut Ilyas (1999), penilaian kinerja adalah suatu proses menilai hasil

karya personil dalam suatu organisasi melalui suatu instrumen kinerja dan pada

hakikatnya merupakan suatu evaluasi terhadap penampilan kinerja personil

dengan membandingkannya dengan standar baku penampilan. Melalui penilaian

yang dilakukan, penilai dapat mengetahui apakah pekerjaan yang dilaksanakan

sudah sesuai dengan uraian tugas sebagai tolok ukur penilaian. Menurut

Mangkunegara (2005), penilaian kinerja merupakan suatu proses yang digunakan

pimpinan untuk menentukan apakah seorang karyawan melakukan pekerjaannya

(53)

Berdasarkan pendapat Ilyas (1999) dan Mangkunegara (2005), Penulis

menyimpulkan bahwa penilaian kinerja adalah suatu proses penilaian yang

dilakukan secara sistematis untuk mengetahui penampilan hasil kerja personil dan

kinerja organisasi. Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan kunci utama untuk

mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien. Penilaian kinerja

individu sangat bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan organisasi secara

keseluruhan. Gibson, et.al. (1997) menyebutkan tujuan penilaian kinerja dapat

dijadikan sebagai bahan pertimbangan pimpinan untuk menentukan imbalan

(upah, promosi, dan alih tugas), identifikasi kebutuhan pelatihan, dan sebagai

umpan balik bagi para pegawai.

Robbins (2006) menyatakan ada 3 (tiga) kriteria yang paling umum dalam

mengevaluasi hasil kerja individu, perilaku dan sifat, yaitu:

1. Hasil kerja seorang pekerja dilihat jika pada suatu pekerjaan

mengutamakan hasil akhir, misalnya volume penjualan, biaya per-unit,

produksi dan sebagainya.

2. Perilaku, dilakukan bila terdapat kesulitan untuk mengidentifikasi hasil

tertentu sebagai hasil langsung dari kegiatan seorang pekerja. Hal ini

terutama pada pekerja sebagai bagian dari kelompok kerja.

3. Sifat, merupakan bagian yang paling lemah dari kriteria penilaian kinerja,

sebab akhirnya sering dihilangkan dari kinerja aktual pekerjaan itu sendiri.

Sifat-sifat yang dinilai seperti sikap yang baik, rasa percaya diri, inisiatif,

(54)

Menurut Dreher dan Dougherty (2001), pengukuran kinerja karyawan

secara umum terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu penilaian terhadap hasil

kerja (result-oriented performance measures) dan penilaian terhadap proses kerja

(process-oriented and human judgement system).

Menurut para ahli, kinerja dapat dinilai oleh berbagai pihak, yaitu:

1. Atasan langsung. Menurut Robbins (2006), penilaian atasan langsung

terhadap bawahannya merupakan cara yang paling banyak dilaksanakan

pada suatu organisasi. Namun banyak juga organisasi yang merasa

penilaian tersebut mengandung kecacatan, karena ada atasan langsung

yang enggan sebagai penentu dari karir bawahannya.

2. Rekan kerja. Penilaian dari rekan kerja merupakan salah satu sumber

paling handal dari data penilaian, karena interaksi yang terjadi

menyebabkan rekan sekerja mengenal secara menyeluruh kinerja seorang

karyawan. Penilaian dari rekan sekerja sering berguna bagi penilaian

kinerja profesional seperti perawat, pengacara dan guru besar (Dreher dan

Dougherty, 2001). Kelemahan dari penilaian ini adalah rekan sekerja tidak

bersedia untuk saling menilai, dan hasil yang bias kerena prasangka

ataupun disebabkan hubungan persahabatan (Robbins, 2006).

3. Diri sendiri. Penilaian diri sendiri cenderung mengurangi kedefensifan

para karyawan mengenai proses penilaian. Kelemahan cara penilaian diri

sendiri adalah hasil penilaian yang sangat dibesar-besarkan, serta hasil

(55)

(Robbins, 2006). Menurut Dreher dan Dougherty (2001) serta Robbins

(2006), penilaian cara ini berguna sebagai konseling kinerja ataupun

feedback dari atasan terhadap bawahan, jadi lebih berguna untuk

pengembangan, bukan untuk maksud evaluatif.

4. Bawahan langsung. Menurut Robbins (2006), evaluasi bawahan langsung

dapat memberikan informasi yang tepat dan rinci mengenai perilaku

seorang manajer, karena penilai mempunyai kontak yang erat dengan yang

dinilai. Kelemahan cara ini adalah rasa takut bawahan terhadap

pembalasan dari atasan yang dinilai.

5. Penilaian 360 derajat. Merupakan penilaian kinerja menyeluruh dari segala

arah, sehingga pekerja mendapat umpan balik (feedback) dari berbagai

sumber, yaitu dari atasan langsung, dari rekan sekerja, dari bawahan,

penilaian diri sendiri dan dari pelanggan baik pelanggan internal maupun

pelanggan eksternal (Dreher dan Dougherty, 2001).

Menurut Landy dan Farr (Rivai, 2005), secara umum data kinerja dapat

dikategorikan menjadi dua kelompok, yaitu judgement atau pengukuran bersifat

subjektif dan nonjudgement atau pengukuran secara objektif. Pengukuran

subjektif lebih sering digunakan, terutama oleh psikolog dalam mengevaluasi

sikap manajerial, dengan alasan pengukuran secara objektif cenderung

mempunyai reliabilitas rendah dan cenderung terbatas pada sejumlah pekerjaan.

(56)

2.3.1 Data dan Informasi

Secara konseptual, data adalah deskripsi benda, kejadian, aktivitas, dan

transaksi yang tidak mempunyai makna atau tidak berpengaruh secara langsung

kepada pemakai (Kadir, 2003). Data merupakan bahan mentah. Data merupakan

bahan, keterangan, fakta dan catatan (Kartono, 2010). Data yang telah diolah

dengan cara tertentu akan menghasilkan informasi (Jogiyanto, 2005) dengan

bentuk yang diperlukan (Amsyah, 2000). Menurut Lippeveld, et.al. (2000),

informasi merupakan kumpulan fakta atau data yang mempunyai arti.

Informasi merupakan hasil pengolahan data yang dapat digunakan oleh

manajemen sebagai dasar pengambilan keputusan. Informasi membantu pihak

manajemen dalam mencapai tujuan yang direncanakan sesuai sasaran secara

efektif dan efisien. Menurut Kadir (2003), informasi adalah data yang telah diolah

menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam

pengambilan keputusan saat ini atau saat mendatang. Sutabri (2005) menjelaskan

bahwa informasi adalah data yang telah diklasifikasikan atau diolah atau

diinterpretasi untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan.

Sutabri (2003) menyatakan bahwa kualitas data/informasi tergantung pada:

1. Akurat (accurate), dikatakan akurat jika bebas dari kesalahan, tidak bias

atau menyesatkan.

2. Tepat waktu (timelines), informasi tidak terlambat bagi penerima karena

(57)

3. Relevan (relevance), dimana informasi bermanfaat bagi pemakainya.

Relevansi informasi berbeda pada setiap orang. Oleh sebab itu sebaiknya

informasi disesuaikan dengan kebutuhan si pemakai.

Sutanta (2003) menjelaskan tentang sepuluh sifat yang dapat menentukan

nilai informasi, yaitu:

1. Kemudahan dalam memperoleh; informasi yang penting dan sangat

dibutuhkan tidak bernilai jika sulit diperoleh;

2. Sifat luas dan kelengkapannya; informasi akan bernilai jika

lingkup/cakupannya luas dan lengkap;

3. Ketelitian (accuracy); informasi menjadi tidak bernilai jika tidak akurat,

karena akan mengakibatkan kesalahan pengambilan keputusan;

4. Kecocokan dengan pengguna (relevance); informasi akan bernilai jika

sesuai dengan kebutuhan penggunanya sebagai dasar dalam pengambilan

keputusan;

5. Ketepatan waktu; informasi yang tepat waktu dapat dimanfaatkan pada

saat pengambilan keputusan;

6. Kejelasan (clarity); kejelasan informasi akan meningkatkan kesempurnaan

nilai informasi;

7. Fleksibilitas/keluwesan; fleksibilitas informasi diperlukan oleh para

manajer pada saat pengambilan keputusan. Fleksibilitas informasi

Gambar

Gambar 2.1. Proses Pembentukan Budaya Organisasi (Robbins, 2006)
Gambar 2.2. Faktor/Variabel yang Memengaruhi Kinerja (Gibson, 1987)
Gambar 2.3.  Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja dan Kepuasan
Gambar 2.4. Hubungan Variabel pada Kerangka Konsep
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dalam proses pembelajaran, guru perlu menyadari adanya multiple intelligence dalam diri siswa yang perlu dikembangkan secara optimal dan proporsional agar para siswa pada

Perawatan Tangan, Kaki, Khusus dan Kreatif Nail Art dan Rias Wajah 280 42. Perawatan Wajah, Badan (Body Massage) dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (a) Ada pengaruh signifikan lingkungan keluarga, lingkungan sekolah asal, dan lingkungan sosial masyarakat terhadap penguasaan

Perawatan Wajah (Beauty Aesthetic) pada SPA 902 3.. Perawatan Badan (Body Treatment) Pada SPA

the best results can be obtained by verbal communication among participants learners are supported by positive interdependence. Learners should face each other and

Bahasa Inggris dan Bahasa Asing Lainnya 352 B.. Muatan Peminatan

Pengadaan Jasa Konsultasi Analisis Dampak Lalu Linyas.