• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengukuran Kinerja Program RASKIN dengan Metode Balanced Scorecard di Perum Bulog Divre Sumut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengukuran Kinerja Program RASKIN dengan Metode Balanced Scorecard di Perum Bulog Divre Sumut"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

P E N G U K U R A N K I N E R J A P R O G R A M R A S K I N

DENGAN METODE BALANCED SCORECARD

DI PERUM BULOG DIVRE SUMUT

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh :

R. DARMA WIJAYA

Nim. 060423002

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2009

(2)

P E N G U K U R A N K I N E R J A P R O G R A M R A S K I N

DENGAN METODE BALANCED SCORECARD

DI PERUM BULOG DIVRE SUMUT

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh :

R. Darma Wijaya

Nim. 060423002

Disetujui oleh ;

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

(Ir. Mangara M. Tambunan, M.Sc) (Ir. Ukurta Tarigan, MT)

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

(3)

ABSTRAK

Perum Bulog Divre Sumut adalah merupakan perpanjangan tangan Perum Bulog Pusat untuk wilayah Sumatera Utara yang bergerak di dalam bidang pengelolaan Logistik khususnya pangan pokok beras. Disamping itu Pemerintah juga memberikan tugas pelayanan publik khususnya pendistribusian beras kepada Rumah Tangga Miskin (RASKIN). Banyaknya intervensi masyarakat (public) terhadap kegiatan RASKIN memberikan dampak yang cukup besar terhadap

performance kinerja Bulog dalam penanganan program RASKIN tersebut.

Sehingga diperlukan suatu pengukuran kinerja yang baik untuk meminimalisir segala macam bentuk kesalahan agar diperoleh kinerja yang baik dalam rangka memuaskan Stakeholder.

Dalam kegiatan program RASKIN perusahaan dituntut untuk

melaksanakannya sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, Namun demikian dinamika kerja dilapangan sendiri membutuhkan suatu terobosan inovasi dalam rangka perbaikan secara terus menerus (continuous improvement). Oleh karena itu, untuk menjalankan program RASKIN yang maksimal maka perusahaan sangat membutuhkan suatu pengukuran kinerja yang ada di dalam perusahaan tersebut.

Balanced Scorecard adalah salah satu metode pengukuran kinerja yang

dapat digunakan untuk mengukur berbagai aspek seperti Finansial, Pelanggan, Proses Bisnis Internal serta aspek Pertumbuhan dan Pembelajaran yang terjadi. Penggunaan metode Balanced Scorecard bertujuan untuk mencapai tujuan-tujuan (goals) yang hendak dicapai sesuai dengan Visi, Misi dan Strategi yang ditetapkan perusahaan.

Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa Perum Bulog Divre Sumut untuk pengukuran keuangan hasilnya memuaskan, khusus untuk pelanggan parameter kualitas dan harga menyebutkan hasil yang tidak puas dan kurang puas. Penyebabnya adalah kualitas beras RASKIN yang diterima masyarakat masih sering ditemukan kondisi kualitas yang tidak sesuai dengan standarisasi layak konsumsi. Untuk perspektif proses bisnis internal ada hasil yang menunjukkan kekurang puasan terkait penyelesaian pekerjaan dikarenakan intruksi yang tidak jelas terhadap suatu jenis pekerjaan. Sedangkan dari perspektif pertumbuhan dan pembelajaran masalah reward agar dapat diperhatikan dengan sungguh-sungguh karena menyangkut motivasi kerja pegawai yang ada didalam organisasi.

Dengan demikian penggunaan Balanced Scorecard dalam mengukur kinerja program RASKIN di Perum Bulog Divre Sumut sangat penulis sarankan (recommended) untuk diterapkan agar kinerja perusahaan Perum Bulog Divre Sumut kedepannya akan semakin baik (excellent).

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang

telah memberikan limpahan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis sehingga

penulis dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini yang berjudul “Pengukuran

Kinerja Program RASKIN demean Metode Balanced Scorecard di Perum

Bulog Divre Sumut”.

Tugas sarjana ini dibuat sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian

Sarjana pada Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera

Utara.

Dalam penulisan Tugas Sarjana, Penulis telah berusaha untuk membuat

yang terbaik, namun penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun

untuk lebih menyempurnakan Tugas Sarjana ini.

Semoga Tugas Sarjana ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Universitas Sumatera Utara Medan, November 2009 Penulis,

(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Tugas Sarjana ini tidak akan pernah terwujud tanpa bantuan dan dukungan

dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang

tulus kepada :

1. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Industri

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Sugih Arto Pujangkoro, MM selaku Koordinator Tugas Akhir

Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Ketua Bidang

Manajemen Rekayasa dan Produksi Jurusan Teknik Industri Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Ir. Mangara M. Tambunan, MSc selaku pembimbing I, yang telah

meluangkan banyak waktunya untuk memberikan motivasi, bimbingan

arahan dan koreksi dalam penulisan Tugas Sarjana ini.

5. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT selaku pembimbing II, yang telah begitu

sangat sabar dan telah banyak meluangkan waktu yang sangat terbatas

untuk memberikan motivasi, bimbingan, arahan dan koreksi agar Tugas

Sarjana ini dapat selesai dengan baik.

6. Seluruh Pimpinan, Staf dan karyawan Kantor Perum Bulog Divre Sumut

yang telah memberikan bantuan berupa informasi dan dukungan moril

selama penulisan tugas sarjana ini.

(6)

7. Kedua Orang Tuaku Tercinta , Alm. Ayahanda Sugiri dan Ibunda Syariah,

yang selalu memberikan bantuan moral, kasih sayang dan senyuman yang

tidak mungkin dapat tergantikan.

8. Bunda Julianita dan Malaikat Kecilku Kirana Wijaya, yang telah dengan

sabar menemaniku disetiap saat sehingga membuatku selalu terjaga untuk

terus berbuat yang terbaik, serta Abang dan Kakak tersayang yang juga

merupakan motivasi penulis agar dapat segera menyelesaikan Tugas

Sarjana ini.

9. Teman-teman seperjuangan penulis khususnya anak-anak Ekstensi ’06

yang selalu hadir memberikan semangat untuk penulis.

10.Buat semua pihak yang secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam

pembuatan laporan ini, terima kasih karena tanpa kalian penulis bukan

siapa-siapa.

Demikian penulis sampaikan untuk memulai pembahasan Tugas Sarjana

ini. Dalam hal ini penulis menyadari bahwa Tugas Sarjana yang disajikan masih

banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

bersifat membangun. Semoga Tugas Sarjana ini dapat memberikan manfaat bagi

kita semua.

(7)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

I. PENDAHULUAN ... I-1

1.1. Latar Belakang Penelitian ... I-1

1.2. Perumusan Masalah ... I-3

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... I-3

1.4. Ruang Lingkup dan Asumsi... I-5

1.5. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana ... I-5

II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1

2.1. Sejarah Umum Perusahaan ... II-1

2.2. Visi dan Misi Perusahaan ... II-5

2.3. Tugas Pokok dan Fungsi ... II-6

2.4. Perum Bulog Divre Sumut ... II-8

2.4.1. Sejarah Pendirian Perum Bulog Divre Sumut ... II-8

2.4.2. Struktur Organisasi Perum Bulog Divre Sumut ... II-9

2.4.3. Pembagian Tugas dan Tanggungjawab ... II-12

2.4.4. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-18

2.4.5. Sistem Pengupahan ... II-19

2.4.6. Insentif dan Fasilitas Pendukung ... II-19

(8)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

2.5. RASKIN ... II-20

2.5.1. Latar Belakang RASKIN ... II-20

2.5.2. Dasar Hukum Pelaksanaan RASKIN ... II-21

2.5.3. Tujuan dan Sasaran RASKIN ... II-22

2.5.4. Prinsip Pengelolaan dan Pengorganisasian RASKIN ... II-23

2.5.4.1. Prinsip Pengelolaan RASKIN ... II-23

2.5.4.2. Pengorganisasian RASKIN ... II-24

2.5.4.3. Perencanaan & Pelaksanaan RASKIN ... II-29

2.5.4.4. Pengendalian dan Pelaporan RASKIN ... II-30

2.5.4.5. Sosialisasi ... II-31

III. LANDASAN TEORI ... III-1

3.1. Kinerja ... III-1

3.1.1. Pengukuran Kinerja ... III-1

3.1.2. Tujuan dan Manfaat Pengukuran Kinerja ... III-2

3.2. Balanced Scorecard ... III-4

3.2.1. Pengertian dan Aktivitas Balanced Scorecard ... III-5

3.2.2. Sejarah Balanced Scorecard ... III-6

3.2.3. Manfaat Balanced Scorecard ... III-7

3.2.4. Kelebihan dan Keterbatasan Balanced Scorecard ... III-8

3.2.5. Model Balanced Scorecard ... III-10

3.2.6. Balanced Scorecard sebagai Sistem Manajemen ... III-11

3.2.7. Kunci Keberhasilan dalam Balanced Scorecard ... III-15

3.2.8. Balanced Scorecard dan Sistem Pengukuran Bisnis ... III-19

3.2.9. Perspektif Balanced Scorecard ... III-21

(9)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

3.2.9.3. Perspektif Internal Bisnis ... III-28

3.2.9.4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran ... III-31

IV. METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1

4.2. Jenis Penelitian ... IV-1

4.3. Rancangan Penelitian ... IV-2

4.4. Instrumen Penelitian ... IV-9

4.5. Pelaksanaan Penelitian ... IV-9

V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1 5.1. Pengumpulan Data ... V-1

5.1.1. Data Primer ... V-1

5.1.2. Data Sekunder ... V-2

5.1.2.1. Penentuan Sampel ... V-3

5.1.2.2. Langkah-langkah Penentuan Kuisioner ... V-4

5.2. Uji Validitas dan Reliabilitas ... V-13

5.3. Pengolahan Data ... V-16

5.3.1. Perspektif Keuangan/Finansial ... V-16

5.3.2. Perspektif Pelanggan ... V-19

5.3.3. Perspektif Proses Bisnis Internal ... V-21

5.3.4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran ... V-23

VI. ANALISIA DAN PEMECAHAN MASALAH ... . VI-1

6.1. Perspektif Keuangan ... ... . VI-1

6.2. Perspektif Pelanggan ... ... . VI-2

6.1. Perspektif Proses Bisnis Internal ... ... . VI-3

6.1. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran ... ... . VI-3

(10)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... . VII-1

7.1. Kesimpulan ... . VII-1

7.2. Saran ... . VII-2

DAFTAR KEPUSTAKAAN

(11)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Kondisi Personil Perum Bulog Divre Sumut ... II-18

5.1. Perhitungan Jumlah Sampel ... V-3

5.2. Ukuran-ukuran Parameter Kuisioner ... V-4

5.3. Laporan Neraca Perum Bulog Divre Sumut Tahun 2007-2008 ... V-5

5.4. Laporan Rugi/laba Perum Bulog Divre Sumut Tahun 2007-2008 ... V-6

5.5. Kuisioner Responden-1 Pelanggan ... V-7

5.6. Kuisioner Responden-2 Pelanggan ... V-7

5.7. Kuisioner Responden-3 Pelanggan ... V-7

5.8. Rekapitulasi Kuisioner Pelanggan ... V-8

5.9. Kuisioner Responden-1 Proses Bisnis Internal ... V-9

5.10. Kuisioner Responden-2 Proses Bisnis Internal ... V-9

5.11. Kuisioner Responden-3 Proses Bisnis Internal ... V-9

5.12. Rekapitulasi Kuisioner Proses Bisnis Internal ... V-10

5.13. Kuisioner Responden-1 Pertumbuhan dan Pembelajaran ... V-11

5.14. Kuisioner Responden-2 Pertumbuhan dan Pembelajaran ... V-11

5.15. Kuisioner Responden-3 Pertumbuhan dan Pembelajaran ... V-11

5.16. Rekapitulasi Kuisioner Pertumbuhan dan Pembelajaran ... V-12

5.17. Uji Validitas dan Reliabilitas Pelanggan ... V-13

5.18. Uji Validitas dan Reliabilitas Proses Bisnis Internal ... V-14

5.19. Uji Validitas dan Reliabilitas Pertumbuhan dan Pembelajaran ... V-15

5.20. Current Ratio Perum Bulog Divre Sumut Tahun 2007-2008 ... V-16

5.21. Profit Margin on Sales Perum Bulog Divre Sumut Tahun 2007-2008 . V-17

5.22. Return on Equity Perum Bulog Divre Sumut Tahun 2007-2008 ... V-18

5.23. Return on Investment Perum Bulog Divre Sumut Tahun 2007-2008 .. V-18

5.24. Parameter Ukuran Penilaian ... V-19

5.25. Hasil Perhitungan Kuisioner Pelanggan ... V-20

(12)

5.26. Parameter Ukuran Penilaian ... V-21

5.27. Hasil Perhitungan Kuisioner Proses Bisnis Internal ... V-22

5.28. Parameter Ukuran Penilaian ... V-23

(13)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi Perum Bulog Divre Sumut ... II-11

2.2. Struktur dan Keanggotaan Tim Koordinasi RASKIN Pusat ... II-26

3.1. Kerangka Kerja Balanced Balanced Scorecard ... III-6

3.2. Empat Hambatan Implementasi Strategi Visi & Tidak Actionable ... III-13

3.3. Rantai Hubungan Causa Kelompok Ukuran Pelanggan Utama ... III-26

3.4. Rantai Nilai Generik Perspektif Proses Bisnis Internal ... III-29

3.5. Kerangka Kerja Ukuran Pembelajaran dan Pertumbuhan ... III-34

4.1. Blok Diagram Pengolahan Data ... IV-6

4.2. Blok Diagram Prosedur Penelitian ... IV-8

5.1. Kerangka Kerja Strategi Operasional Program RASKIN ... V-2

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Lembar Asistensi ... L-1

2. Lembar Kuisioner ... L-2

3. Surat Permohonan Tugas Sarjana ... L-3

4. Formulir Penetapan Tugas Sarjana ... L-4

5. Surat Permohonan Riset T.Sarjana Ke Perum Bulog Divre Sumut ... L-5

6. Surat Penerimaan Riset T.Sarjana Dari Perum Bulog Divre Sumut ... L-6

(15)

ABSTRAK

Perum Bulog Divre Sumut adalah merupakan perpanjangan tangan Perum Bulog Pusat untuk wilayah Sumatera Utara yang bergerak di dalam bidang pengelolaan Logistik khususnya pangan pokok beras. Disamping itu Pemerintah juga memberikan tugas pelayanan publik khususnya pendistribusian beras kepada Rumah Tangga Miskin (RASKIN). Banyaknya intervensi masyarakat (public) terhadap kegiatan RASKIN memberikan dampak yang cukup besar terhadap

performance kinerja Bulog dalam penanganan program RASKIN tersebut.

Sehingga diperlukan suatu pengukuran kinerja yang baik untuk meminimalisir segala macam bentuk kesalahan agar diperoleh kinerja yang baik dalam rangka memuaskan Stakeholder.

Dalam kegiatan program RASKIN perusahaan dituntut untuk

melaksanakannya sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, Namun demikian dinamika kerja dilapangan sendiri membutuhkan suatu terobosan inovasi dalam rangka perbaikan secara terus menerus (continuous improvement). Oleh karena itu, untuk menjalankan program RASKIN yang maksimal maka perusahaan sangat membutuhkan suatu pengukuran kinerja yang ada di dalam perusahaan tersebut.

Balanced Scorecard adalah salah satu metode pengukuran kinerja yang

dapat digunakan untuk mengukur berbagai aspek seperti Finansial, Pelanggan, Proses Bisnis Internal serta aspek Pertumbuhan dan Pembelajaran yang terjadi. Penggunaan metode Balanced Scorecard bertujuan untuk mencapai tujuan-tujuan (goals) yang hendak dicapai sesuai dengan Visi, Misi dan Strategi yang ditetapkan perusahaan.

Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa Perum Bulog Divre Sumut untuk pengukuran keuangan hasilnya memuaskan, khusus untuk pelanggan parameter kualitas dan harga menyebutkan hasil yang tidak puas dan kurang puas. Penyebabnya adalah kualitas beras RASKIN yang diterima masyarakat masih sering ditemukan kondisi kualitas yang tidak sesuai dengan standarisasi layak konsumsi. Untuk perspektif proses bisnis internal ada hasil yang menunjukkan kekurang puasan terkait penyelesaian pekerjaan dikarenakan intruksi yang tidak jelas terhadap suatu jenis pekerjaan. Sedangkan dari perspektif pertumbuhan dan pembelajaran masalah reward agar dapat diperhatikan dengan sungguh-sungguh karena menyangkut motivasi kerja pegawai yang ada didalam organisasi.

Dengan demikian penggunaan Balanced Scorecard dalam mengukur kinerja program RASKIN di Perum Bulog Divre Sumut sangat penulis sarankan (recommended) untuk diterapkan agar kinerja perusahaan Perum Bulog Divre Sumut kedepannya akan semakin baik (excellent).

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Kemiskinan dan kerawanan pangan masih menjadi masalah bagi bangsa

Indonesia. Hal ini menjadi perhatian nasional yang harus ditanggulangi bersama

oleh pemerintah dan masyarakat yang penanganannya perlu dilakukan secara

terpadu melibatkan berbagai lapisan. Salah satu wujud nyata program Pemerintah

dalam menanggulangi masalah tersebut adalah dengan cara menjamin

ketersediaan pangan yang cukup bagi masyarakat kurang mampu (miskin) melalui

pendistribusian beras bersubsidi untuk Rumah Tangga Miskin (RASKIN) yang

berfokus dalam rangka perlindungan sosial khususnya bagi masyarakat miskin.

Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Kebijakan Perberasan

menginstruksikan Menteri dan Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen

tertentu, serta Gubernur dan Bupati/Walikota seluruh Indonesia untuk melakukan

upaya peningkatan pendapatan petani, ketahanan pangan, pengembangan ekonomi

perdesaan dan stabilitas ekonomi nasional. Secara khusus kepada Perum BULOG

diinstruksikan untuk menyediakan dan menyalurkan beras bersubsidi bagi

kelompok masyarakat miskin dan rawan pangan, yang penyediaannya

mengutamakan pengadaan beras dari gabah petani dalam negeri.

(17)

program ini dimaksudkan untuk meningkatkan akses masyarakat miskin dalam

pemenuhan kebutuhan pangan pokoknya sebagai salah satu hak dasar masyarakat.

Dimana kelompok Rumah Tangga Sasaran (RTS) sendiri ditentukan oleh

Pemerintah sesuai dengan klasifikasi yang ditetapkan oleh Pemerintah melalui

Badan Pusat Statistik (BPS).

Perum BULOG Divre Sumut sebagi perpanjangan tangan Bulog Pusat

bertanggungjawab untuk mendistribusikan beras untuk Rumah Tangga Miskin

(RASKIN) di wilayah kerja Sumatera Utara. Mengingat program RASKIN ini

merupakan tugas Pemerintah dalam rangka pelayanan publik tentunya harus

mengacu kepada prinsip tata kelola perusahaan yang baik dimana masyarakat

berhak untuk mengetahui bagaimana program ini dilaksanakan. Untuk itu perlu

dilakukan pengukuran kinerja dari sisi internal Perum BULOG Divre Sumut agar

dapat mengetahui sejauhmana tingkat keberhasilan dari program RASKIN

tersebut. Permasalahannya adalah perusahaan belum mampu secara objektif

menilai dari beberapa perspektif pekerjaan yang berhubungan dengan kegiatan

program RASKIN. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dilakukan

pengukuran kinerja program RASKIN dengan metode Balanced Scorecard.

Metode pengukuran ini dianggap sebagai metode yang lebih adil karena

tidak hanya menilai dari satu perspektif saja, namun metode ini mengintegrasikan

beberapa perspektif kedalam satu kesatuan yang utuh. Adapun perspektif yang

diukur dalam program RASKIN dengan metode Balanced Scorecard meliputi

perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis serta pembelajaran dan

(18)

pertumbuhan agar Perum Bulog Divre Sumut dapat mengetahui

kelemahan-kelemahan yang ada untuk perbaikan kedepannya (Continuous Improvement).

1.2. Perumusan Masalah

Perum BULOG Divre Sumut saat ini menghadapi permasalahan dalam

melakukan pengukuran kinerja program RASKIN. Permasalahan yang ada adalah

perusahaan belum mampu secara objektif menilai dari beberapa perspektif

pekerjaan yang berhubungan dengan kegiatan program RASKIN. Berdasarkan hal

diatas, maka ditentukan beberapa perspektif pengukuran dalam program RASKIN

yaitu; perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis serta pembelajaran dan

pertumbuhan. Untuk menyelesaikan permasalahan diatas dilakukan pengukuran

kinerja program RASKIN dengan metode Balanced Scorecard.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini ada 2 macam, yaitu tujuan umum dan khusus.

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah sebagai barometer perbaikan

kinerja Program RASKIN Perum Bulog Divre Sumut pada masa yang akan

datang.

Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengukur

kinerja program RASKIN yang optimal berdasarkan tujuan-tujuan (goals) yang

ingin dicapai oleh perusahaan dalam kegiatan program RASKIN sesuai

(19)

Manfaat dari penelitian ini sangat banyak, baik bagi mahasiswa, fakultas

dan perusahaan. Adapun manfaat yang diharapkan yaitu :

1. Bagi Mahasiswa

a. Dapat membandingkan teori-teori yang diperoleh pada saat mengikuti

perkuliahan dengan praktek di lapangan.

b. Dapat memahami dan mengetahui aspek-aspek kegiatan perusahaan.

c. Memperoleh kesempatan untuk melatih keterampilan dalam melakukan

pekerjaan atau kegiatan lapangan.

2. Bagi Fakultas

a. Dapat mempererat kerja sama antara perusahaan dengan Fakultas Teknik,

Program Pendidikan Sarjana Ekstensi, Departemen Teknik Industri,

Universitas Sumatera Utara.

b. Departemen Teknik Industri dapat lebih dikenal secara luas sebagai forum

disiplin ilmu terapan yang sangat bermanfaat bagi perusahaan.

3. Bagi Perusahaan

a. Memudahkan perusahaan dalam menentukan langkah yang tepat untuk

menjalankan program RASKIN kedepannya.

b. Sebagai bahan masukan atau usulan dalam mengukur kinerja program

RASKIN dari setiap bagian atau departemen.

c. Sebagai bahan masukan bagi manajemen perusahaan dalam rangka

pengembangan ke arah yang lebih efisien dan efektif.

(20)

1.4. Ruang Lingkup dan Asumsi

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah program RASKIN Perum

BULOG Divre Sumut. Pembatasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis serta pembelajaran dan

pertumbuhan didalam perusahaan.

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Program RASKIN di Perum BULOG Divre Sumut berjalan sesuai dengan

standart operational procedure (SOP) yang ditetapkan perusahaan.

2. Tidak ada penambahan fasilitas kerja selama pelaksanaan penelitian

1.5. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang permasalahan, perumusan masalah,

tujuan dan sasaran penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup

dan asumsi, serta sistematika penulisan.

BAB II : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Berisi tentang gambaran perusahaan secara umum meliputi

sejarah perusahaan, ruang lingkup dan proses kegiatan, tenaga

kerja dan informasi lainnya.

(21)

Bab ini berisikan teori-teori yang digunakan dalam penelitian

untuk mendapatkan pemecahan dari masalah yang diteliti.

BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN

Dalam hal ini menguraikan tahapan-tahapan yang dilakukan

dalam pelaksanaan penelitian.

BAB V : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini memuat data detail yang berasal dari perusahaan dan

literatur mengenai penelitian yang dilakukan, serta pengolahan

data yang dilakukan sebagai dasar pada pembahasan masalah.

BAB VI : ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH

Bab ini berisi tentang analisa dan pemecahan masalah dari hasil

pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya.

BAB VII : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan dikemukakan beberapa kesimpulan yang

diperoleh berdasarkan hasil analisa dan evaluasi data dan

memberikan saran-saran untuk menjadi bahan pertimbangan oleh

perusahaan.

(22)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Umum Perusahaan

Sejarah perkembangan Bulog tidak dapat terlepas dari sejarah lembaga

pangan di Indonesia sejak zaman sebelum kemerdekaan sampai pemerintahan

sekarang ini. Secara umum tugas lembaga pangan tersebut adalah untuk

menyediakan pangan bagi masyarakat pada harga yang terjangkau diseluruh

daerah serta mengendalikan harga pangan di tingkat produsen dan konsumen.

Instrumen untuk mencapai tujuan tersebut dapat berubah sesuai kondisi yang

berkembang.

Campur tangan pemerintah dalam komoditas beras diawali sejak Maret

1933 yaitu di zaman pemerintahan Belanda. Saat itu, untuk pertama kalinya

pemerintah Belanda mengatur kebijakan perberasan, yaitu dengan menghapus

impor beras secara bebas dan membatasi impor melalui sistem lisensi. Latar

belakang ikut campurnya pemerintah Belanda dalam perberasan waktu itu adalah

karena terjadinya fluktuasi harga beras yang cukup tajam (tahun 1919/1920) dan

sempat merosot tajam pada tahun 1930, sehingga petani mengalami kesulitan

untuk membayar pajak.

Menjelang pecahnya Perang Dunia II, pemerintah Belanda memandang

(23)

Tanggal 25 April 1939, lahirlah suatu lembaga pangan yang disebut Voeding

Middelen Fonds (VMF).

Lembaga pangan ini banyak mengalami perubahan nama maupun fungsi.

Secara ringkas, perkembangannya sebagai berikut:

1) Tahun 1939 didirikan VMF yang tugasnya membeli, menjual dan mengadakan

persediaan bahan makanan.

2) Tahun 1942-1945 (zaman pendudukan Jepang) VMF dibekukan dan diganti

dengan "Sangyobu Nanyo Kohatsu Kaisha".

3) Tahun 1945-1950, terdapat 2 organisasi, yaitu: Di Daerah RI: Didirikan

Jawatan Pengawasan Makanan Rakyat (PMR) dan pada Tahun 1947/48

dibentuk Kementrian Persediaan Makanan Rakyat sedang di daerah yang

diduduki Belanda: VMF dihidupkan kembali dengan tugas seperti yang telah

dijalankan di tahun 1939. sedang

4) Tahun 1950 dibentuk Yayasan Bahan Makanan (BAMA) (1950-1952) yang

tugasnya yaitu membeli, menjual dan mengadakan persediaan pangan.

5) Tahun 1952 fungsi dari Yayasan Urusan Bahan Makanan (YUBM)

(1952-1958) ini lebih banyak berhubungan dengan masalah distribusi/pemerataan

pangan. Dalam periode ini mulailah dilaksanakan kebijaksanaan dan usaha

stabilisasi harga beras melalui injeksi di pasaran.

6) Tahun 1958 selain YUBM yang ditugaskan untuk impor didirikan pula YBPP

(Yayasan Badan Pembelian Padi) (1958-1964) yang dibentuk di daerah-daerah

dan bertugas untuk membeli padi. Dengan meningkatnya harga beras dan

terjadinya tekanan-tekanan dari golongan penerima pendapatan tetap, maka

(24)

pemerintah pada periode ini meninggalkan prinsip stabilisasi melalui

mekanisme pasar dan beroientasi pada distribusi fisik.

7) Tahun 1964 YUBM dan YBPP dilebur menjadi BPUP (Badan Pelaksana

Urusan Pangan) (1964-1966). Tugas badan ini mengurus persediaan bahan

pangan di seluruh Indonesia.

8) Tahun 1966 BPUP dilebur menjadi Kolognas (Komando Logistik Nasional)

(1966-1967). Tugas Kolognas adalah mengendalikan operasional bahan-bahan

pokok kebutuhan hidup. Kebijaksanaan dan tindakan yang diambil untuk

menanggulangi kekurangan stok waktu itu adalah mencari beras luar negeri.

9) Tahun 1967 KOLOGNAS dibubarkan, diganti dengan BULOG (Badan

Urusan Logistik) (1967-1969) yang dibentuk dengan KEPPRES No. 114/KEP,

1967. Berdasarkan KEPPRES RI No. 272/1967, BULOG dinyatakan sebagai

"Single Purchasing Agency" dan Bank Indonesia ditunjuk sebagai Single

Financing Agency (Inpres No. 1/1968).

10)Pada tanggal 22 Januari 1969 (Reorganisasi BULOG) berdasarkan KEPPRES

11/1969, struktur organisasi BULOG diubah. Tugas BULOG yaitu membantu

Pemerintah untuk menstabilkan harga pangan khususnya 9 bahan pokok.

Tahun 1969 mulailah dibangun beberapa konsep dasar kebijaksanaan pangan

yang erat kaitannya dengan pola pembangunan ekonomi nasional antara lain :

konsep floor dan ceiling price; konsep bufferstock; dan Sistem serta tatacara

pengadaan, pengangkutan, penyimpanan dan penyaluran.

(25)

(1977), kacang tanah (1979), kacang hijau (1979), telur dan daging ayam pada

Hari Raya, Natal/Tahun Baru. Kebijaksanaan Stabilisasi Harga Beras yang

berorientasi pada operasi bufferstock dimulai tahun 1970.

Stabilisasi harga bahan pangan terutama yang dikelola BULOG masih

tetap menjadi tugas utama di era 1980-an. Orientasi bufferstock bahkan ditunjang

dengan dibangunnya gudang-gudang yang tersebar di wilayah Indonesia. Struktur

organisasi BULOG diubah sesuai Keppres No. 39/1978 tanggal 6 Nopember 1978

dengan tugas membantu persediaan dalam rangka menjaga kestabilan harga bagi

kepentingan petani maupun konsumen sesuai kebijaksanaan umum Pemerintah.

Penyempurnaan organisasi terus dilakukan. Melalui Keppres RI No.

50/1995 BULOG ditugaskan mengendalikan harga dan mengelola persediaan

beras, gula, tepung terigu, kedelai, pakan, dan bahan pangan lainnya. Namun,

seiring dengan perkembangan ekonomi global, tugas pokok BULOG dipersempit

melalui Keppres No. 45 / 1997 tanggal 1 Nopember 1997 yaitu hanya

mengendalikan harga dan mengelola persediaan beras dan gula. Selang beberapa

bulan, sesuai LOI tanggal 15 Januari 1998, Bulog hanya memonopoli beras saja.

Liberalisasi beras mulai dilaksanakan sesuai Keppres RI no. 19/1998

tanggal 21 Januari 1998 dan tugas pokok BULOG hanya mengelola beras saja.

Tugas pokok BULOG diperbaharui kembali melalui Keppres no. 29/2000 tanggal

26 Pebruari 2000 yaitu melaksanakan tugas umum pemerintahan dan

pembangunan di bidang manajemen logistik melalui pengelolaan persediaan,

distribusi, pengendalian harga beras dan usaha jasa logistik sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tugas tersebut tidak berjalan lama

(26)

karena mulai 23 Nopember 2000 keluar Keppres No. 166/2000 dimana tugas

pokoknya melaksanakan tugas pemerintah bidang manajemen logistik sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Akhirnya, Keppres No. 103/2001 tanggal 13 September 2001 mengatur

kembali tugas dan fungsi BULOG. Tugasnya melaksanakan tugas pemerintahan

di bidang manajemen logistik sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku,

dengan kedudukan sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang

bertanggung jawab langsung kepada presiden.

Selama lebih dari 30 tahun Bulog telah melaksanakan penugasan dari

pemerintah untuk menangani bahan pangan pokok khususnya beras dalam rangka

memperkuat ketahanan pangan nasional, timbul tekanan yang sangat kuat agar

peran pemerintah dipangkas secara drastis sehingga semua kepentingan nasional

termasuk pangan harus diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar. Tekanan

tersebut terutama mucul dari negara-negara maju pemberi pinjaman khususnya

AS dan lembaga keuangan internasional seperti IMF dan World Bank.

Dan pada akhirnya era baru itu datang juga, sejak tanggal 20 Januari 2003

LPND Bulog secara resmi berubah menjadi Perum Bulog berdasarkan Peraturan

Pemerintah RI No. 7 Tahun 2003 yang kemudian direvisi menjadi PP RI No. 61

Tahun 2003. Peluncuran Perum Bulog ini dilakukan di Gedung Arsip Nasional

Jakarta pada tanggal 10 Mei 2003.

Berdasarkan hasil kajian, ketentuan dan dukungan politik DPR RI,

(27)

dibebankan oleh pemerintah terutama dalam pengamanan harga dasar pembelian

gabah, pendistribusian beras untuk masyarakat miskin yang rawan pangan,

pemupukan stok nasional untuk berbagai keperluan publik menghadapi keadaan

darurat dan kepentingan publik lainnya dalam upaya mengendalikan gejolak

harga.

Disamping itu, Bulog dapat memberikan kontribusi operasionalnya kepada

masyarakat sebagai salah satu pelaku ekonomi dengan melaksanakan fungsi usaha

yang tidak bertentangan dengan hukum dan kaidah transparansi. Dengan kondisi

ini gerak lembaga Bulog akan lebih fleksibel dan hasil dari aktivitas usahanya

sebagian dapat digunakan untuk mendukung tugas publik, mengingat semakin

terbatasnya dana pemerintah di masa mendatang. Dengan kondisi tersebut

diharapkan perubahan status Bulog menjadi Perum dapat lebih menambah

manfaat kepada masyarakat luas.

2.2. Visi dan Misi Perusahaan

Visi Perum Bulog adalah “Menjadi Perusahaan yang handal dalam

mewujudkan pangan yang cukup, aman dan terjangkau bagi rakyat”, yang

dituangkan dalam Misi Perusahaan “Memenuhi kebutuhan pangan pokok rakyat”.

2.3. Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan hukum pendirian Perum Bulog PP No. 7 Tahun 2003

disebutkan bahwa Tupoksi Perum Bulog dibagi atas 2 kategori, sebagai berikut :

A. Tugas Pelayanan Publik (Public Service Obligation)

(28)

Adapun tugas pokok dan fungsi dalam bidang pelayanan publik, antara

lain :

1. Melakukan pengadaan Dalam Negeri sesuai ketentuan Harga pembelian

Pemerintah (HPP) yang berlaku.

2. Menyalurkan atau mendistribusikan beras untuk rumah tangga miskin

(RASKIN).

3. Mengelola cadangan beras pemerintah (CBP) dalam hal penanganan bencana

alam, kerawanan pangan dan sekaligus menjaga stabilitas harga beras

ditingkat konsumen (pasar).

B. Tugas Komersial (Trading)

Sementara Tugas pokok dan fungsi Perum Bulog dalam bidang komersial

antara lain :

1. Pengembangan industri beras dan turunnya (tepung, menir, katul dan sekam)

2. Pengembangan jasa logistic, jasa survey, jasa perawatan kualitas maupun

optimalisasi asset untuk mendukung kegiatan pelayanan publik.

3. Ikut serta dalam sinergi BUMN di bidang pangan.

4. Perdagangan komoditi pangan dengan fokus pada beras, gula, jagung dan

kedelai.

5. Pengembangan anak perusahaan di bidang industri, perdagangan dan jasa.

Untuk proses pelaksanaan kegiatan perusahaan, Perum Bulog membagi

tanggungjawab kerja berdasarkan wilayah cakupannya. Dimana untuk seluruh

(29)

2.4. Perum Bulog Divre Sumut

2.4.1. Sejarah Pendirian Perum Bulog Divre Sumut

Melihat kondisi geografis Negara Indonesia yang terdiri dari kepulauan yang

cukup besar maka untuk memaksimalkan kinerja perusahaan khususnya

penumpukan stok beras nasional yang hampir 70% sumber pengadaannya dari

Pulau Jawa, maka dipandang perlu untuk disebar di seluruh wilayah startegis

Indonesia.

Tepatnya pada tanggal 23 Juni 1980 diresmikanlah Kantor Depot Logistik

di Sumatera Utara yang terletak di Jalan Jenderal gatot Subroto No. 180 Medan.

Sebelumnya kantor Depot Logistik di Sumatera Utara sempat berganti-ganti

tempat pada zaman orde baru sesuai penunjukan dari Pemerintah Pusat.

Setelah Negara Indonesia mengalami reformasi pada tahun 1998, barulah

disusun kembali mengenai tugas pokok dan fungsi Bulog dan ditetapkan pada

tahun 2003 bahwasannya status bulog dari Lembaga Pemerintah Non Departemen

menjadi Badan Usaha Milik Negara dengan bentuk Perusahaan Umum.

Untuk itu Depot Logistik yang berada di Seluruh Ibukota Provinsi berubah

nama menjadi Divisi Regional. Maka dengan sendirinya Depot Logistik Sumatera

Utara berubah nama menjadi Divisi Regional Sumatera Utara atau yang lebih

(30)

popular disebut Perum Bulog Divre Sumut.Perum Bulog Divre Sumut merupakan

perpanjangan tangan dari Perum Bulog Pusat di Jakarta sebagai pelaksanan tugas

khususnya diwilayah Provinsi Sumatera Utara. Dimana tugasnya adalah

melaksanakan kegiatan pelayan publik dan kegiatan perencanaan &

pengembangan usaha khususnya di bidang perberasan.

Dimana untuk kegiatan di Sumatera Utara Kantor Divre Sumut terdiri dari

empat Kantor Subdivre, empat kantor seksi logistik dan 11 komplek pergudangan

yang menyebar di seluruh wilayah Sumatera Utara. Adapun wilayah kerjanya

adalah sebagai berikut :

1. Subdivre Medan ; wilayah kerjanya Kab. Deli Serdang, Kab. Serdang bedagai,

Kab. Langkat, Kab. Tanah Karo, Kab. Dairi, Kab. Pak-pak Bharat, Kota

Medan, Kota Binjai dan Kota tebing Tinggi.

2. Subdivre P. Siantar ; wilayah kerjanya Kab. Simalungun, Kab. Tapanuli

Utara, Kota Pematang Siantar, Kab. Toba Samosir, Kab. Samosir dan Kab.

Humbang Hasundutan.

3. Subdivre Kisaran ; wilayah kerjanya Kab. Asahan, Kab. Batu bara, Kota

Tanjung Balai dan Kab. Labuhan Batu.

4. Subdivre P. Sidimpuan ; wilayah kerjanya Kab. Mandailing Natal, Kab.

Tapanuli Selatan, Kab. Tapanuli tengah, Kab. Nias, Kab. Nias Selatan, Kota

Padang Sidimpuan, Kota Sibolga, Kab. Padang Lawas dan Kab. Padang

(31)

Organisasi adalah suatu struktur dengan bagian-bagian yang diintegrasikan

sedemikian rupa sehingga satu sama lain saling berhubungan dan saling

mempengaruhi dengan adanya hubungan secara keseluruhan. Dipandang dari

fungsinya, organisasi adalah pengelompokan dan pengaturan dari berbagai

aktivitas tersebut, penyediaan lingkungan kerja dan fasilitas yang sesuai serta

penempatan kepada masing-masing orang yang ditugaskan. Organisasi juga bisa

diartikan sebagai sekelompok orang yang mengadakan kerjasama untuk mencapai

tujuan tertentu.

Pengorganisasian merupakan proses penyusunan struktur organisasi yang

sesuai dengan tujuan organisasi, sumber-sumber daya yang dimiliki dan

lingkungan yang melingkupinya.struktur organisasi menunjukkan pola hubungan

diantara bagian atau posisi yang menunjukkan kedudukan, tugas, dan wewenang

serta tanggung jawab yang berbeda dalam suatu organisasi.

Struktur organisasi juga menetapkan sistem hubungan dalam organisasi

yang memungkinkan tercapainya komunikasi, koordinasi dan pengintegrasian

segenap kegiatan organisasi baik kearah vertikal maupun horizontal.

Perum Bulog Divre Sumut mempunyai struktur organisasi yang berbentuk

campuran, fungsional dan lini dimana setiap personil diberikan tugas dan

tanggungjawab sesuai dengan dasar kualifikasinya. Jadi setiap bawahan menerima

perintah baik secara lisan maupun tulisan dari seorang atasan yang terkait

didalamnya. Struktur organisasi Perum Bulog Divre Sumut dapat dilihat pada

gambar 2.1.

(32)
(33)

KEPALA DIVISI REGIONAL

KEPALA BIDANG ADM & KEUANGAN

KASI P & A

KASI LUR

KASI ADA

KASI WAT & TAS

KASI GASAR KASI WAS MINKU

KASI WAS PPU

KASI JASA KASI DAG KASI IT KEPALA BIDANG PENGAWASAN KEPALA BIDANG PEL. PUBLIK

KASI WAS PEL. PUBLIK

KEPALA BIDANG PERC. & PENG. USAHA

KASI TU & UMUM

KASI SDM & HUKUM

KASI KEUANGAN KASI AKUNTANSI KASI HUMAS KEPALA SUBDIVISI REGIONAL KEPALA KANSILOG Keterangan :

: Hubungan Lini

: Hubungan Fungsional

Gamabar 2.1. Struktur Organisasi Perum Bulog Divre Sumut

(34)

2.4.3. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab

Berikut ini akan diuraikan tugas dan tanggung jawab dari masing-masing

jabatan di perum Bulog Divre Sumut secara garis besar:

1. Kadivre ; bertanggungjawab menyelenggarakan usaha logistik pangan pokok

yang bermutu dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak dan

dalam hal tertentu menyelenggarakan tugas-tugas tertentu yang diamanatkan

Kantor Pusat dalam pengamanan harga pangan pokok beras, pengelolaan

cadangan pangan pemerintah dan distribusi pangan pokok kepada golongan

masyarakat tertentu, khususnya pangan pokok beras dan pangan pokok

lainnya yang ditetapkan oleh pemerintah dalam rangka ketahanan pangan di

wilayah regional kerjanya.

2. Kabid Pelayanan Publik ; bertanggungjawab merencanakan, mengarahkan,

mengkoordinasikan, menetapkan dan mengendalikan kebijakan dan strategi di

bidang perencanaan pelayanan publik, pengadaan, persediaan dan perawatan

serta penyaluran komoditi pangan

a. Kasi Persediaan & Angkutan

1) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan

kegiatan persediaan dan penyimpanan;

2) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan

kegiatan penyebaran stok dan angkutan.

(35)

1) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan

kegiatan penyaluran kepada kelembagaan pemerintah dan non

pemerintah;

2) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan

kegiatan penyaluran kepada pasar khusus dan pasar umum.

c. Kasi Pengadaan

1) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan

kegiatan operasi dan administrasi pengadaan dalam negeri;

2) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan

kegiatan operasi dan administrasi pengadaan luar negeri bilamana ada.

d. Kasi Perawatan & Kualitas

1) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan

kegiatan pemeriksaan stok di gudang;

2) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan

kegiatan perawatan kualitas dan pengolahan.

e. Kasi Analisa Harga & Pasar

1) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan

kegiatan pengolahan dan penyajian data dalam rangka penyusunan

rencana dan program pelayanan publik;

2) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan

kegiatan pengamatan dan analisis harga serta statistik.

3. Kabid Administrasi & Keuangan ; bertanggungjawab merencanakan,

mengarahkan, mengkoordinasikan, menetapkan dan mengendalikan kebijakan

(36)

dan strategi di bidang sumber daya manusia, organisasi dan tata laksana,

hukum dan umum; merencanakan, mengarahkan, mengkoordinasikan,

menetapkan dan mengendalikan strategi di bidang anggaran, keuangan dan

akuntansi.

a. Kasi Tata Usaha & Umum

1) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan

kegiatan urusan pelayanan;

2) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan

kegiatan pembinaan urusan kerumahtanggaan;

3) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan

kegiatan pembinaan urusan sarana subdivisi regional.

b. Kasi SDM & Hukum

1) Merencanakan, mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengendalikan

kegiatan sumber daya manusia;

2) Merencanakan, mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengendalikan

kegiatan organisasi & tata laksana;

3) Merencanakan, mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengendalikan

kegiatan hukum;

4) Merencanakan, melaksanakan mengkoordinasikan dan mengendalikan

kegiatan pelayanan bantuan hukum dan pembinaan kelompok jabatan

fungsional legal officer.

(37)

1) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan

kegiatan pencarian sumber dana, penyediaan, penyusunan

pengalokasian, pengevaluasian dan pendistribusian anggaran publik;

2) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan

kegiatan pencarian sumber dana, penyediaan, penyusunan

pengalokasian, pengevaluasian dan pendistribusian anggaran kegiatan

bisnis dan lainnya serta memverifikasi atas semua transaksi kegiatan;

3) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan

kegiatan administrasi perpajakan pelayanan publik, usaha bisnis dan

lainnya serta penyimpanan dokumen-dokumen perpajakan perusahaan;

4) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan

kegiatan urusan klaim.

d. Kasi Akuntansi

1) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan

kegiatan pembukuan subdivisi regional dan pengadministrasian buku

tambahan;

2) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan

kegiatan pengadministrasian transaksi hubungan rekening antar

subdivisi regional;

3) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan

kegiatan penyusunan dan analisis laporan ke-uangan konsolidasi serta

pembinaan sistem informasi akuntansi bulog.

e. Kasi Humas

(38)

1) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan

kegiatan pembinaan hubungan kelembagaan dan corporate

governance;

2) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan

kegiatan pembinaan citra dan media massa;

3) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan

kegiatan pelayanan Kadivre;

4. Kabid Perencanaan & Pengembangan Usaha ; bertanggungjawab

merencanakan, mengarahkan, mengkoordinasikan, menetapkan dan

mengendalikan kebijakan dan strategi di bidang Industri, perdagangan, dan

jasa serta teknologi informasi.

a. Kasi Jasa

1) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan

kegiatan jasa pelayanan pergudangan dan jasa lainnya;

2) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan

kegiatan jasa pelayanan angkutan, survai dan perawatan komoditi.

b. Kasi Perdagangan

1) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan

kegiatan perdagangan pangan dan non pangan dalam negeri;

2) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan

kegiatan perdagangan pangan dan non pangan luar negeri.

(39)

1) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan

kegiatan pengembangan dan pemeliharan sistem aplikasi;

2) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan

kegiatan administrasi data base dan jaringan, sarana dan pelayanan

pengguna.

5. Kabid Pengawasan ; bertanggungjawab melaksanakan audit internal

perusahaan serta menilai dan memberikan saran-saran perbaikan.

a. Kasi Pengawasan Pelayanan Publik

1) Merencanakan, mengkoordinasikan, mengendalikan dan melaksanakan

kegiatan audit internal dalam bidang pelayanan publik;

2) Melaksanakan koordinasi dengan Komite Audit maupun Auditor

Eksternal sebagai mitra kerja;

3) Merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan

audit internal dalam kasus-kasus khusus dan investigasi.

b. Kasi Pengawasan Administrasi & Keuangan

1) Merencanakan, mengkoordinasikan, mengendalikan dan melaksanakan

kegiatan audit internal dalam bidang Keuangan;

2) Merencanakan, mengkoordinasikan, mengendalikan dan melaksanakan

kegiatan audit internal dalam bidang SDM dan Umum;

3) Merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan

pelayanan administrasi dan keuangan di lingkungan unit kerja Satuan

Pengawasan Intern;

(40)

4) Merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan

audit internal dalam kasus-kasus khusus dan investigasi.

c. Kasi Pengawasan Perencanaan & Pengembangan Usaha

1) Merencanakan, mengkoordinasikan, mengendalikan dan melaksanakan

kegiatan audit internal dalam bidang Pengembangan dan IT;

2) Merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan

audit internal dalam kasus-kasus khusus dan investigasi.

2.4.4. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja

A. Jumlah Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan orang yang mampu melakukan pekerjaan guna

menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun

untuk masyarakat. Adapun jumlah karyawan di Perum Bulog Divre Sumut

[image:40.595.168.449.493.673.2]

diklasifikasikan berdasarkan per Subdivre diperlihatkan pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Kondisi Personil Perum Bulog Divre Sumut

Sumber : Kantor Perum Bulog Divre Sumut

LK PR

1 Kantor Divre Sumut 43 15 58

2 Subdivre Medan 48 5 53

3 Subdivre P.Siantar 20 3 23

4 Subdivre Kisaran 19 1 20

5 Subdivre P.Sidimpuan 26 0 26

156 24 180

t o t a l

PERSONIL

(41)

Sesuai Surat Edaran Kadivre Perum Bulog Divre Sumut tentang ketentuan

jam kerja di lingkungan kantor Divre Sumut adalah sebagai berikut :

1. Senin s/d Kamis : 08.00 Wib s/d 16.30 Wib

Istirahat : 12.00 Wib s/d 13.00 Wib

2. Jum’at : 08.00 Wib s/d 17.00 Wib

Istirahat : 12.00 Wib s/d 14.00 Wib

3. Untuk Subdivre, Kansilog dan Gudang diatur dengan memperhatikan

kegiatan pelayanan operasional perusahaan.

2.4.5. Sistem Pengupahan

Sistem pengupahan Perum Bulog Divre Sumut ditentukan menurut tingkat

golongannya. Pekerja merupakan kegiatan yang dilakukan oleh karyawan dalam

hubungan kerja dengan mendapat gaji pokok.

Gaji pokok merupakan imbalan beberapa uang yang diterima setiap bulan

oleh karywan dari perusahaan atas tugas atau pekerjaan yang dilakukan, tidak

termasuk tunjangan, santunan sosial, dan penerimaan lain yang tidak tetap.

2.4.6. Insentif dan Fasilitas Pendukung

Insentif dan fasilitas pendukung ini hanya diberikan pada karyawan tetap.

Untuk membuat karyawan lebih berprestasi dalam berkerja maka diberikan

beberapa insentif yang dapat memotifasi kerja diantaranya:

1. Jaminan Kesehatan & Sosial Tenaga Kerja

(42)

Perum Bulog Divre Sumut memberikan asuransi kesehatan yang telah

bekerjasama dengan perusahaan jasa kesehatan serta jaminan sosial tenaga

kerja pada saat masa purna bhakti.

2. Pemberian Cuti

Perusahaan memberikan cuti tahunan atau cuti hari besar agama dan cuti sakit

kepada karyawan.

3. Tunjangan Hari Raya (THR)

Perusahaan memberikan tunjangan haribesar agama kepada karyawan.

4. Fasilitas Kerja

Fasilitas yang disediakan perusahaan diantaranya : Komputer, Kendaraan

Dinas Pejabat maupun untuk kegiatan lapangan, Rumah Disan Jabatan.

2.5. RASKIN

2.5.1. Latar Belakang RASKIN

Indonesia masih menghadapi masalah kemiskinan dan kerawanan pangan

yang harus ditanggulangi bersama oleh pemerintah dan masyarakat. Masalah ini

menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan secara terpadu

melibatkan berbagai sektor baik di tingkat pusat maupun daerah. Upaya tersebut

telah dicantumkan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2009 pada

prioritas I yaitu Peningkatan Pelayanan Dasar dan Pembangunan Pedesaan,

program RASKIN merupakan salah satu program pada prioritas I fokus 1 tentang

Pembangunan dan Penyempurnaan Sistem Perlindungan Sosial khususnya Bagi

(43)

Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2008 tentang Kebijakan Perberasan

menginstruksikan Menteri dan Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen

tertentu, serta Gubernur dan Bupati/Walikota seluruh Indonesia untuk melakukan

upaya peningkatan pendapatan petani, ketahanan pangan, pengembangan ekonomi

perdesaan dan stabilitas ekonomi nasional. Secara khusus kepada Perum BULOG

diinstruksikan untuk menyediakan dan menyalurkan beras bersubsidi bagi

kelompok masyarakat miskin dan rawan pangan, yang penyediaannya

mengutamakan pengadaan beras dari gabah petani dalam negeri.

Penyaluran beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat miskin bertujuan

untuk mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga Miskin. Di samping itu,

program ini dimaksudkan untuk meningkatkan akses masyarakat miskin dalam

pemenuhan kebutuhan pangan pokoknya sebagai salah satu hak dasar masyarakat.

Hal ini merupakan salah satu program pemerintah baik pusat maupun daerah yang

penting dalam peningkatan ketahanan pangan nasional.

Program RASKIN masuk dalam kluster I program penanggulangan

kemiskinan tentang Bantuan dan Perlindungan Sosial, yang bersinergi dengan

program pembangunan lainnya, seperti program perbaikan gizi, peningkatan

kesehatan dan pendidikan. Sinergi antar berbagai program ini penting dalam

meningkatkan efektivitas masing-masing program dalam pencapaian tujuan.

Efektifitas Program RASKIN 2009 dapat ditingkatkan melalui koordinasi

antar instansi/lembaga terkait baik di tingkat pusat maupun daerah. Koordinasi

dilaksanakan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan

pengendalian, dengan mengedepankan peran penting partisipasi masyarakat.

(44)

Pedoman Umum RASKIN 2009 ini merupakan acuan koordinasi bagi para

pelaksana program di Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan serta

seluruh pemangku kepentingan lainnya.

2.5.2. Dasar Hukum Pelaksanaan RASKIN

Peraturan perundangan yang menjadi landasan pelaksanaan program RASKIN

adalah:

1. Undang-Undang No. 7 Tahun 1996, tentang Pangan.

2. Undang-Undang No. 19 Tahun 2003, tentang Badan Usaha Milik Negara.

3. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah.

4. Undang-Undang No. 41 Tahun 2008, tentang Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara Tahun Anggaran 2009.

5. Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002, tentang Ketahanan Pangan.

6. Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2003, tentang Pendirian Perusahaan Umum

BULOG.

7. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005, tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah.

8. Peraturan Presiden RI No. 7 Tahun 2005, tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional 2004 - 2009.

9. Peraturan Presiden RI No. 54 Tahun 2005, tentang Tim Koordinasi

Penanggulangan Kemiskinan.

(45)

11.Inpres Nomor 1 tahun 2008 tentang Kebijakan Perberasan Nasional.

12.Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang “Perubahan atas Peraturan Menteri

Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

Daerah”.

13.Kepmenko Kesra No. 35 Tahun 2008 tentang Tim Koordinasi RASKIN Pusat.

2.5.3. Tujuan dan Sasaran RASKIN

a. Tujuan RASKIN

Tujuan Program RASKIN adalah mengurangi beban pengeluaran Rumah

Tangga Sasaran (RTS) melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan pokok

dalam bentuk beras.

b. Sasaran RASKIN

Sasaran Program RASKIN Tahun 2009 adalah berkurangnya beban

pengeluaran 18,5 juta Rumah Tangga Sasaran (RTS) berdasarkan data Badan

Pusat Statistik (BPS), melalui pendistribusian beras bersubsidi sebanyak 15

Kg/RTS/bulan selama 12 bulan dengan harga tebus Rp 1.600 per kg netto di

tempat penyerahan yang disepakati (Titik Distribusi atau Warung Desa).

2.5.4. Prinsif Pengelolaan dan Pengorganisasian RASKIN

2.5.4.1. Prinsip Pengelolaan RASKIN

Prinsip pengelolaan RASKIN adalah nilai-nilai dasar yang menjadi landasan atau

acuan setiap pengambilan keputusan dalam pelaksanaan rangkaian kegiatan, yang

diyakini mampu mendorong terwujudnya tujuan program RASKIN. Adapun

(46)

prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut :

a. Keberpihakan kepada Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat

(RTS-PM) RASKIN, bermakna mengusahakan RTS-PM dapat memperoleh beras

kualitas baik, cukup sesuai alokasi dan terjangkau.

b. Transparansi, bermakna membuka akses informasi kepada pemangku

kepentingan RASKIN terutama RTS-PM, yang harus mengetahui dan

memahami adanya kegiatan RASKIN serta dapat melakukan pengawasan

secara mandiri.

c. Partisipatif, bermakna mendorong masyarakat terutama RTS-PM berperan

secara aktif dalam setiap tahapan pelaksanaan program RASKIN, mulai dari

tahap perencanaan, sosialisasi, pelaksanaan dan pengendalian.

d. Akuntabilitas, bermakna bahwa setiap pengelolaan kegiatan RASKIN harus

dapat dipertanggung-jawabkan kepada masyarakat setempat maupun kepada

semua pihak yang berkepentingan sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang

berlaku atau yang telah disepakati.

2.5.4.2. Pengorganisasian RASKIN

Untuk mengefektifkan Program RASKIN Tahun 2009, dibentuk Tim

Koordinasi RASKIN Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan sebagai

pelaksana program RASKIN. Penanggungjawab pelaksanaan Program RASKIN

di Pusat adalah Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat; di Provinsi

(47)

A. Tim Koordinasi RASKIN Pusat

Tim Koordinasi RASKIN Pusat beranggotakan unsur dari Kementerian

Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian, Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan

Perencanaan Pembangunan Nasional, Departemen Keuangan, Departemen Dalam

Negeri, Departemen Sosial, Departemen Pertanian, Kementerian Negara BUMN,

Badan Pusat Statistik, Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP),

dan Perum BULOG.

1. Kedudukan

Tim Koordinasi RASKIN Pusat berkedudukan di bawah dan bertanggung

jawab kepada Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat

2. Tugas

Melaksanakan koordinasi kebijakan perencanaan dan anggaran, pelaksanaan

dan distribusi, fasilitasi, monitoring dan evaluasi serta menerima pengaduan

dari masyarakat tentang pelaksanaan program RASKIN

3. Fungsi

Mengkoordinasikan dan merumuskan kebijakan RASKIN sebagai bagian dari

kebijakan penanggulangan kemiskinan.

4. Struktur dan Keanggotaan Tim Koordinasi RASKIN Pusat

Tim Koordinasi RASKIN Pusat terdiri dari Pengarah, Pelaksana dan

Sekretariat. Pengarah terdiri dari Ketua dari unsur Kementerian Koordinator

Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Anggota terdiri dari unsur Kementerian

(48)

Koordinator Bidang Perekonomian, Departemen Dalam Negeri, Departemen

Keuangan, Departemen Sosial, BPS, Kementerian Negara Perencanaan

Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, BPKP

dan Perum BULOG.

Pelaksana terdiri dari Ketua, Wakil Ketua/Ketua Bidang dan Anggota. Ketua

Pelaksana adalah Deputi Bidang Koordinasi Perlindungan Sosial dan

Perumahan Rakyat Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat;

Wakil Ketua I/Bidang Kebijakan Perencanaan adalah Direktur Pangan dan

Pertanian Bappenas; Wakil Ketua II/Bidang Kebijakan Anggaran adalah

Direktur Anggaran III, Ditjen Anggaran Departemen Keuangan; Wakil Ketua

III/Bidang Pelaksanaan dan Distribusi adalah Direktur Pelayanan Publik

Perum BULOG; Wakil Ketua IV/Bidang Fasilitasi, Monev dan Pengaduan

adalah Direktur Usaha Ekonomi Masyarakat Ditjen PMD Departemen Dalam

Negeri.

Anggota Tim terdiri dari unsur-unsur Kementerian Koordinator Bidang

Kesejahteraan Rakyat, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian,

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional, Departemen Keuangan, Departemen Dalam Negeri,

Departemen Sosial, Departemen Pertanian, Kementerian Negara BUMN,

Badan Pusat Statistik, BPKP, dan Perusahaan Umum BULOG.

Adapun Struktur dan keanggotaan Tim Koordinasi RASKIN Pusat

ditunjukkan pada gambar 2.2.

TIM KOORDINASI RASKIN PUSAT

Anggota :

1. Deputi Bidang Koord Pertanian dan Kelautan, Kementerian Koord Bidang Perekonomian; Ketua : Sekretaris Kementerian Koord Bidang Kesra RI

PENGARAH

(49)

Gambar 2.2. Struktur dan Keanggotaan Tim Koordinasi RASKIN Pusat

B. Tim Koordinasi RASKIN Provinsi

1. Kedudukan

Tim Koordinasi RASKIN Provinsi adalah pelaksana Program RASKIN di

Provinsi, yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada

Gubernur.

(50)

2. Tugas

Tim Koordinasi RASKIN Provinsi mempunyai tugas merencanakan,

melaksanakan, mengendalikan, sosialisasi, monitoring, evaluasi dan

melaporkan pelaksanaan Program RASKIN di wilayah Provinsi.

3. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Tim Koordinasi RASKIN Provinsi

mempunyai fungsi :

a. Koordinasi perencanaan Program RASKIN di provinsi.

b. Fasilitasi lintas pelaku, komunikasi interaktif, dan penyebarluasan

informasi Program RASKIN.

c. Pembinaan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi Tim Koordinasi

RASKIN Kabupaten/Kota.

d. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Program RASKIN di

Kabupaten/Kota.

4. Struktur dan Keanggotaan Tim Koordinasi RASKIN Provinsi

Tim Koordinasi RASKIN Provinsi terdiri dari Penanggungjawab, Ketua,

Sekretaris, dan beberapa bidang antara lain: Perencanaan, Pelaksanaan

Distribusi, Monev dan Pengaduan Masyarakat, yang ditetapkan dengan

keputusan Gubernur.

Tim Koordinasi RASKIN Provinsi beranggotakan unsur-unsur instansi terkait

di tingkat Provinsi antara lain Setda, Bappeda, Badan/Dinas/Lembaga yang

(51)

Perwakilan BPKP dan Divisi Regional/Sub Divisi Regional Perum BULOG

dan lembaga lain sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.

C. Pelaksana Distribusi RASKIN

1. Kedudukan

Pelaksana Distribusi RASKIN berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab

kepada Camat/Kepala Desa/Lurah.

2. Tugas

Pelaksana Distribusi RASKIN mempunyai tugas :

a. Menerima beras dan menyerahkan kepada RTS-PM di Titik Distribusi.

b. Menerima Hasil Penjualan Beras (HPB) dari RTS-PM dan menyerahkan

kepada Satker RASKIN atau menyetor ke Rekening HPB Bulog bank

yang ditetapkan.

c. Menyelesaikan administrasi distribusi RASKIN (BAST dan DPM-2).

D. Satker RASKIN

1. Kedudukan

Satker RASKIN berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada

Kadivre/Kasubdivre/Kakansilog Perum BULOG sesuai tingkatannya.

2. Tugas

Satker RASKIN mempunyai tugas:

a. Mengangkut beras dari gudang Perum BULOG sampai dengan Titik

(52)

Distribusi/Warung Desa dan menyerahkan kepada Pelaksana

Distribusi/Pemilik-Pengelola Warung Desa di Titik Distribusi/ Warung

Desa.

b. Menerima uang HPB dari Pelaksana Distribusi/Pemilik-Pengelola Warung

Desa dan menyetorkan ke rekening HPB Bulog di bank yang di tetapkan.

c. Menyelesaikan administrasi distribusi RASKIN (DO, GD1K, BAST,

MBA-0 dan mengumpulkan DPM-2 dari Titik Distribusi dan pembayaran

HPB (Tanda Terima/kuitansi dan Bukti Setor Bank).

d. Melaporkan pelaksanaan tugas di wilayah kerjanya kepada Kadivre/

Kasubdivre/ Kakansilog secara periodik setiap bulan.

2.5.4.3. Mekanisme Perencanaan dan Pelaksanaan RASKIN

Kegiatan perencanaan meliputi penetapan pagu RASKIN nasional sampai

dengan tingkat Desa/Kelurahan berdasarkan data Rumah Tangga Sasaran (RTS)

BPS, penetapan Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM)

berdasarkan kesepakatan hasil Musyawarah Desa/Kelurahan dan rencana

pendistribusian RASKIN.

2.5.4.4. Pengendalian dan Pelaporan RASKIN

A. Pengendalian RASKIN

(53)

pelaksananya adalah Tim Koordinasi RASKIN Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota

dan Kecamatan atau pihak lain yang ditunjuk secara periodik dan/atau disesuaikan

dengan kebutuhan untuk menilai pencapaian target dan efektifitas pelaksanaan

Program RASKIN berdasarkan indikator kinerja yang ditetapkan.

Indikator kinerja Program RASKIN ditunjukkan dengan tercapainya target

6T, yaitu Tepat Sasaran Penerima Manfaat, Tepat Jumlah, Tepat Harga, Tepat

Waktu, Tepat Administrasi dan Tepat Kualitas. Disamping itu Tim Koordinasi

RASKIN Provinsi dan Kabupaten/Kota membentuk sekretariat Unit Pengaduan

Masyarakat (UPM) di bawah koordinasi Badan/Dinas/Lembaga yang berwenang

dalam pemberdayaan masyarakat secara berjenjang. Pengaduan masyarakat

berupa keluhan, kritik dan saran perbaikan terhadap pelaksanaan Program

RASKIN dapat disampaikan secara langsung kepada Sekretariat UPM Provinsi,

Kabupaten/

B. Pelaporan RASKIN

Tim Koordinasi RASKIN Kecamatan melaporkan pelaksanaan program

RASKIN secara periodik kepada Camat sebagai penanggungjawab di Kecamatan

untuk ditindaklanjuti sampai Tim Koordinasi RASKIN Pusat untuk membuat

Laporan Akhir Pelaksanaan Program RASKIN ke Pemerintah.

2.5.4.5. Sosialisasi

(54)

Sosialisasi Program RASKIN adalah kegiatan penunjang program untuk

memberikan informasi yang lengkap sekaligus pemahaman yang sama dan benar

kepada seluruh pemangku kepentingan terutama kepada pelaksana, Rumah

Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) dan masyarakat umum. Informasi

dan pemahaman yang sama dan benar dimaksud meliputi latar belakang,

kebijakan pemerintah, tujuan, sasaran, pengelolaan, pengorganisasian,

pengawasan dan pelaporan serta hak dan kewajiban masing-masing.

Sosialisasi Program RASKIN dapat dilakukan melalui berbagai cara yang

efektif antara lain melalui Rapat Tim Koordinasi RASKIN, Talkshow di media

massa dan cetak maupun media lainnya. Melalui sosialisasi program RASKIN

diharapkan pelaksanaan di lapangan sejak awal dapat berjalan secara lancar,

tertib, tepat waktu dan terencana sesuai ketentuan yang ditetapkan. Demikian

pula, apabila dalam pelaksanaan program masih ditemukan adanya indikasi

penyimpangan pelaksanaan, seluruh pemangku kepentingan termasuk masyarakat

umum perlu mengetahui cara melaporkan atau mengadukan sekaligus

penyelesaian masalahnya melalui jalur UPM yang tersedia.

(55)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Kinerja

Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, visi perusahaan yang tertuang

dalam perumusan strategi planning suatu perusahaan. Penilaian tersebut tidak

terlepas dari proses yang merupakan kegiatan mengolah masukan menjadi

keluaran atau penilaian dalam proses penyusunan kebijakan/program/kegiatan

yang dianggap penting dan berpengaruh terhadap pencapaian sasaran dan tujuan

3.1.1. Pengukuran Kinerja

Pengukuran Kinerja merupakan hasil dari suatu penilaian yang sistematik

dan didasarkan pada kelompok indikator kinerja kegiatan yang berupa

indikator-indikator masukan, keluaran, hasil, manfaat, dan dampak.. Pengukuran kinerja

digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan

kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka

mewujudkan visi dan misi.

Pengukuran kinerja merupakan proses mencatat dan mengukur pencapaian

pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian misi melalui hasil-hasil yang

ditampilkan berupa produk, jasa, ataupun proses (Junaedi, 2002:380-381).

Artinya, setiap kegiatan perusahaan harus dapat diukur dan dinyatakan

(56)

keterkaitannya dengan pencapaian arah perusahaan di masa yang akan datang

yang dinyatakan dalam misi dan visi perusahaan.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem pengukuran kinerja

adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer perusahaan menilai

pencapaian suatu strategi melalui alat ukur keuangan dan non keuangan. Hasil

pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik yang akan

memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik

dimana perusahaan memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas

perencanaan dan pengendalian.

3.1.2. Tujuan dan Manfaat Pengukuran Kinerja

Batasan tentang pengukuran kinerja adalah sebagai usaha formal yang

dilakukan oleh organisasi untuk mengevaluasi hasil kegiatan yang telah

dilaksanakan secara periodik berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah

ditetapkan sebelumnya. Tujuan pokok dari pengukuran kinerja adalah untuk

memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan mematuhi standar

perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar menghasilkan tindakan yang

diinginkan (Mulyadi & Setyawan 1999: 227).

Secara umum tujuan dilakukan pengukuran kinerja adalah untuk (Gordon,

1993 : 36) :

1. Meningkatkan motivasi karyawan dalam memberikan kontribusi kepada

(57)

2. Memberikan dasar untuk mengevaluasi kualitas kinerja masing-masing

karyawan.

3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan sebagai

dasar untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan dan

pengembangan karyawan.

4. Membantu pengambilan keputusan yang berkaitan dengan karyawan, seperti

produksi, transfer dan pemberhentian.

Pengukuran kinerja dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap persiapan

dan tahap pengukuran. Tahap persiapan atas penentuan bagian yang akan diukur,

penetapan kriteria yang dipakai untuk mengukur kinerja, dan pengukuran kinerja

yang sesungguhnya. Sedangkan tahap pengukuran terdiri atas pembanding kinerja

sesungguhnya dengan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya dan kinerja yang

diinginkan (Mulyadi, 2001: 251).

Pengukuran kinerja memerlukan alat ukur yang tepat. Dasar filosofi yang

dapat dipakai dalam merencanakan sistem pengukuran prestasi harus disesuaikan

dengan strategi perusahaan, tujuan dan struktur organisasi perusahaan. Sistem

pengukuran kinerja yang efektif adalah sistem pengukuran yang dapat

memudahkan manajemen untuk melaksanakan proses pengendalian dan

memberikan motivasi kepada manajemen untuk memperbaiki dan meningkatkan

kinerjanya.

(58)

Manfaat sistem pengukuran kinerja adalah (Mulyadi & Setyawan, 1999:

212-225):

1. Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggannya dan membuat seluruh

personil terlibat dalam upaya pemberi kepuasan kep

Gambar

Tabel 2.1. Kondisi Personil Perum Bulog Divre Sumut
Gambar 3.1. Kerangka Kerja Balanced Scorecard
Gambar 3.2. Empat Hambatan Implementasi Strategi Visi
Gambar 3.3 Rantai Hubungan Causa Kelompok Ukuran Pelanggan Utama
+7

Referensi

Dokumen terkait

Keputusan  Presiden  Republik  Indonesia  Nomor  44  Tahun  1993  tentang  Tugas Pokok,  Fungsi  dan  Tata  Kerja  Menteri  Negara  Serta  Susunan  Organisasi 

Perancangan yang ditinjau adalah struktur gedung yang terdiri dari pelat lantai, balok, kolom, hubungan balok kolom (HBK). Bangunan berada pada situs SD, dan

Batik pola selera rakyat merupakan batik rakyat yang menjadi bagian dari tradisi budaya masyarakat Lasem dan sudah menjadi ciri khas daerah Lasem, sehingga pada beberapa

Comparison of stomatal NH3 compensation points determined on the basis of apoplastic NH4 + and H + concentrations (horizontal bars) and measured atmospheric NH3 concentrations ( d )

Metode/cara pengerjaan, acuan yang digunakan: dikerjakan secara individual dengan menggunakan konsep manajemen strategi.. Deskripsi luaran tugas yang dihasilkan/dikerjakan:

[r]

[r]

Bagi Pegawai ASN yang lulus uji kompetensi, Badan Narkotika Nasional sebagai Instansi Pembina menerbitkan Surat Rekomendasi dan Penetapan Angka Kredit Kumulatif