P E N G U K U R A N K I N E R J A P R O G R A M R A S K I N
DENGAN METODE BALANCED SCORECARD
DI PERUM BULOG DIVRE SUMUT
TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh :
R. DARMA WIJAYA
Nim. 060423002
PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2009
P E N G U K U R A N K I N E R J A P R O G R A M R A S K I N
DENGAN METODE BALANCED SCORECARD
DI PERUM BULOG DIVRE SUMUT
TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh :
R. Darma Wijaya
Nim. 060423002
Disetujui oleh ;
Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,
(Ir. Mangara M. Tambunan, M.Sc) (Ir. Ukurta Tarigan, MT)
PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
ABSTRAK
Perum Bulog Divre Sumut adalah merupakan perpanjangan tangan Perum Bulog Pusat untuk wilayah Sumatera Utara yang bergerak di dalam bidang pengelolaan Logistik khususnya pangan pokok beras. Disamping itu Pemerintah juga memberikan tugas pelayanan publik khususnya pendistribusian beras kepada Rumah Tangga Miskin (RASKIN). Banyaknya intervensi masyarakat (public) terhadap kegiatan RASKIN memberikan dampak yang cukup besar terhadap
performance kinerja Bulog dalam penanganan program RASKIN tersebut.
Sehingga diperlukan suatu pengukuran kinerja yang baik untuk meminimalisir segala macam bentuk kesalahan agar diperoleh kinerja yang baik dalam rangka memuaskan Stakeholder.
Dalam kegiatan program RASKIN perusahaan dituntut untuk
melaksanakannya sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, Namun demikian dinamika kerja dilapangan sendiri membutuhkan suatu terobosan inovasi dalam rangka perbaikan secara terus menerus (continuous improvement). Oleh karena itu, untuk menjalankan program RASKIN yang maksimal maka perusahaan sangat membutuhkan suatu pengukuran kinerja yang ada di dalam perusahaan tersebut.
Balanced Scorecard adalah salah satu metode pengukuran kinerja yang
dapat digunakan untuk mengukur berbagai aspek seperti Finansial, Pelanggan, Proses Bisnis Internal serta aspek Pertumbuhan dan Pembelajaran yang terjadi. Penggunaan metode Balanced Scorecard bertujuan untuk mencapai tujuan-tujuan (goals) yang hendak dicapai sesuai dengan Visi, Misi dan Strategi yang ditetapkan perusahaan.
Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa Perum Bulog Divre Sumut untuk pengukuran keuangan hasilnya memuaskan, khusus untuk pelanggan parameter kualitas dan harga menyebutkan hasil yang tidak puas dan kurang puas. Penyebabnya adalah kualitas beras RASKIN yang diterima masyarakat masih sering ditemukan kondisi kualitas yang tidak sesuai dengan standarisasi layak konsumsi. Untuk perspektif proses bisnis internal ada hasil yang menunjukkan kekurang puasan terkait penyelesaian pekerjaan dikarenakan intruksi yang tidak jelas terhadap suatu jenis pekerjaan. Sedangkan dari perspektif pertumbuhan dan pembelajaran masalah reward agar dapat diperhatikan dengan sungguh-sungguh karena menyangkut motivasi kerja pegawai yang ada didalam organisasi.
Dengan demikian penggunaan Balanced Scorecard dalam mengukur kinerja program RASKIN di Perum Bulog Divre Sumut sangat penulis sarankan (recommended) untuk diterapkan agar kinerja perusahaan Perum Bulog Divre Sumut kedepannya akan semakin baik (excellent).
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang
telah memberikan limpahan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini yang berjudul “Pengukuran
Kinerja Program RASKIN demean Metode Balanced Scorecard di Perum
Bulog Divre Sumut”.
Tugas sarjana ini dibuat sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian
Sarjana pada Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera
Utara.
Dalam penulisan Tugas Sarjana, Penulis telah berusaha untuk membuat
yang terbaik, namun penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
untuk lebih menyempurnakan Tugas Sarjana ini.
Semoga Tugas Sarjana ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Universitas Sumatera Utara Medan, November 2009 Penulis,
UCAPAN TERIMA KASIH
Tugas Sarjana ini tidak akan pernah terwujud tanpa bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
tulus kepada :
1. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Ir. Sugih Arto Pujangkoro, MM selaku Koordinator Tugas Akhir
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Ketua Bidang
Manajemen Rekayasa dan Produksi Jurusan Teknik Industri Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Ir. Mangara M. Tambunan, MSc selaku pembimbing I, yang telah
meluangkan banyak waktunya untuk memberikan motivasi, bimbingan
arahan dan koreksi dalam penulisan Tugas Sarjana ini.
5. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT selaku pembimbing II, yang telah begitu
sangat sabar dan telah banyak meluangkan waktu yang sangat terbatas
untuk memberikan motivasi, bimbingan, arahan dan koreksi agar Tugas
Sarjana ini dapat selesai dengan baik.
6. Seluruh Pimpinan, Staf dan karyawan Kantor Perum Bulog Divre Sumut
yang telah memberikan bantuan berupa informasi dan dukungan moril
selama penulisan tugas sarjana ini.
7. Kedua Orang Tuaku Tercinta , Alm. Ayahanda Sugiri dan Ibunda Syariah,
yang selalu memberikan bantuan moral, kasih sayang dan senyuman yang
tidak mungkin dapat tergantikan.
8. Bunda Julianita dan Malaikat Kecilku Kirana Wijaya, yang telah dengan
sabar menemaniku disetiap saat sehingga membuatku selalu terjaga untuk
terus berbuat yang terbaik, serta Abang dan Kakak tersayang yang juga
merupakan motivasi penulis agar dapat segera menyelesaikan Tugas
Sarjana ini.
9. Teman-teman seperjuangan penulis khususnya anak-anak Ekstensi ’06
yang selalu hadir memberikan semangat untuk penulis.
10.Buat semua pihak yang secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam
pembuatan laporan ini, terima kasih karena tanpa kalian penulis bukan
siapa-siapa.
Demikian penulis sampaikan untuk memulai pembahasan Tugas Sarjana
ini. Dalam hal ini penulis menyadari bahwa Tugas Sarjana yang disajikan masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun. Semoga Tugas Sarjana ini dapat memberikan manfaat bagi
kita semua.
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
I. PENDAHULUAN ... I-1
1.1. Latar Belakang Penelitian ... I-1
1.2. Perumusan Masalah ... I-3
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... I-3
1.4. Ruang Lingkup dan Asumsi... I-5
1.5. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana ... I-5
II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1
2.1. Sejarah Umum Perusahaan ... II-1
2.2. Visi dan Misi Perusahaan ... II-5
2.3. Tugas Pokok dan Fungsi ... II-6
2.4. Perum Bulog Divre Sumut ... II-8
2.4.1. Sejarah Pendirian Perum Bulog Divre Sumut ... II-8
2.4.2. Struktur Organisasi Perum Bulog Divre Sumut ... II-9
2.4.3. Pembagian Tugas dan Tanggungjawab ... II-12
2.4.4. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-18
2.4.5. Sistem Pengupahan ... II-19
2.4.6. Insentif dan Fasilitas Pendukung ... II-19
DAFTAR ISI (Lanjutan)
2.5. RASKIN ... II-20
2.5.1. Latar Belakang RASKIN ... II-20
2.5.2. Dasar Hukum Pelaksanaan RASKIN ... II-21
2.5.3. Tujuan dan Sasaran RASKIN ... II-22
2.5.4. Prinsip Pengelolaan dan Pengorganisasian RASKIN ... II-23
2.5.4.1. Prinsip Pengelolaan RASKIN ... II-23
2.5.4.2. Pengorganisasian RASKIN ... II-24
2.5.4.3. Perencanaan & Pelaksanaan RASKIN ... II-29
2.5.4.4. Pengendalian dan Pelaporan RASKIN ... II-30
2.5.4.5. Sosialisasi ... II-31
III. LANDASAN TEORI ... III-1
3.1. Kinerja ... III-1
3.1.1. Pengukuran Kinerja ... III-1
3.1.2. Tujuan dan Manfaat Pengukuran Kinerja ... III-2
3.2. Balanced Scorecard ... III-4
3.2.1. Pengertian dan Aktivitas Balanced Scorecard ... III-5
3.2.2. Sejarah Balanced Scorecard ... III-6
3.2.3. Manfaat Balanced Scorecard ... III-7
3.2.4. Kelebihan dan Keterbatasan Balanced Scorecard ... III-8
3.2.5. Model Balanced Scorecard ... III-10
3.2.6. Balanced Scorecard sebagai Sistem Manajemen ... III-11
3.2.7. Kunci Keberhasilan dalam Balanced Scorecard ... III-15
3.2.8. Balanced Scorecard dan Sistem Pengukuran Bisnis ... III-19
3.2.9. Perspektif Balanced Scorecard ... III-21
DAFTAR ISI (Lanjutan)
3.2.9.3. Perspektif Internal Bisnis ... III-28
3.2.9.4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran ... III-31
IV. METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1
4.2. Jenis Penelitian ... IV-1
4.3. Rancangan Penelitian ... IV-2
4.4. Instrumen Penelitian ... IV-9
4.5. Pelaksanaan Penelitian ... IV-9
V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1 5.1. Pengumpulan Data ... V-1
5.1.1. Data Primer ... V-1
5.1.2. Data Sekunder ... V-2
5.1.2.1. Penentuan Sampel ... V-3
5.1.2.2. Langkah-langkah Penentuan Kuisioner ... V-4
5.2. Uji Validitas dan Reliabilitas ... V-13
5.3. Pengolahan Data ... V-16
5.3.1. Perspektif Keuangan/Finansial ... V-16
5.3.2. Perspektif Pelanggan ... V-19
5.3.3. Perspektif Proses Bisnis Internal ... V-21
5.3.4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran ... V-23
VI. ANALISIA DAN PEMECAHAN MASALAH ... . VI-1
6.1. Perspektif Keuangan ... ... . VI-1
6.2. Perspektif Pelanggan ... ... . VI-2
6.1. Perspektif Proses Bisnis Internal ... ... . VI-3
6.1. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran ... ... . VI-3
DAFTAR ISI (Lanjutan)
VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... . VII-1
7.1. Kesimpulan ... . VII-1
7.2. Saran ... . VII-2
DAFTAR KEPUSTAKAAN
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
2.1. Kondisi Personil Perum Bulog Divre Sumut ... II-18
5.1. Perhitungan Jumlah Sampel ... V-3
5.2. Ukuran-ukuran Parameter Kuisioner ... V-4
5.3. Laporan Neraca Perum Bulog Divre Sumut Tahun 2007-2008 ... V-5
5.4. Laporan Rugi/laba Perum Bulog Divre Sumut Tahun 2007-2008 ... V-6
5.5. Kuisioner Responden-1 Pelanggan ... V-7
5.6. Kuisioner Responden-2 Pelanggan ... V-7
5.7. Kuisioner Responden-3 Pelanggan ... V-7
5.8. Rekapitulasi Kuisioner Pelanggan ... V-8
5.9. Kuisioner Responden-1 Proses Bisnis Internal ... V-9
5.10. Kuisioner Responden-2 Proses Bisnis Internal ... V-9
5.11. Kuisioner Responden-3 Proses Bisnis Internal ... V-9
5.12. Rekapitulasi Kuisioner Proses Bisnis Internal ... V-10
5.13. Kuisioner Responden-1 Pertumbuhan dan Pembelajaran ... V-11
5.14. Kuisioner Responden-2 Pertumbuhan dan Pembelajaran ... V-11
5.15. Kuisioner Responden-3 Pertumbuhan dan Pembelajaran ... V-11
5.16. Rekapitulasi Kuisioner Pertumbuhan dan Pembelajaran ... V-12
5.17. Uji Validitas dan Reliabilitas Pelanggan ... V-13
5.18. Uji Validitas dan Reliabilitas Proses Bisnis Internal ... V-14
5.19. Uji Validitas dan Reliabilitas Pertumbuhan dan Pembelajaran ... V-15
5.20. Current Ratio Perum Bulog Divre Sumut Tahun 2007-2008 ... V-16
5.21. Profit Margin on Sales Perum Bulog Divre Sumut Tahun 2007-2008 . V-17
5.22. Return on Equity Perum Bulog Divre Sumut Tahun 2007-2008 ... V-18
5.23. Return on Investment Perum Bulog Divre Sumut Tahun 2007-2008 .. V-18
5.24. Parameter Ukuran Penilaian ... V-19
5.25. Hasil Perhitungan Kuisioner Pelanggan ... V-20
5.26. Parameter Ukuran Penilaian ... V-21
5.27. Hasil Perhitungan Kuisioner Proses Bisnis Internal ... V-22
5.28. Parameter Ukuran Penilaian ... V-23
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
2.1. Struktur Organisasi Perum Bulog Divre Sumut ... II-11
2.2. Struktur dan Keanggotaan Tim Koordinasi RASKIN Pusat ... II-26
3.1. Kerangka Kerja Balanced Balanced Scorecard ... III-6
3.2. Empat Hambatan Implementasi Strategi Visi & Tidak Actionable ... III-13
3.3. Rantai Hubungan Causa Kelompok Ukuran Pelanggan Utama ... III-26
3.4. Rantai Nilai Generik Perspektif Proses Bisnis Internal ... III-29
3.5. Kerangka Kerja Ukuran Pembelajaran dan Pertumbuhan ... III-34
4.1. Blok Diagram Pengolahan Data ... IV-6
4.2. Blok Diagram Prosedur Penelitian ... IV-8
5.1. Kerangka Kerja Strategi Operasional Program RASKIN ... V-2
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Lembar Asistensi ... L-1
2. Lembar Kuisioner ... L-2
3. Surat Permohonan Tugas Sarjana ... L-3
4. Formulir Penetapan Tugas Sarjana ... L-4
5. Surat Permohonan Riset T.Sarjana Ke Perum Bulog Divre Sumut ... L-5
6. Surat Penerimaan Riset T.Sarjana Dari Perum Bulog Divre Sumut ... L-6
ABSTRAK
Perum Bulog Divre Sumut adalah merupakan perpanjangan tangan Perum Bulog Pusat untuk wilayah Sumatera Utara yang bergerak di dalam bidang pengelolaan Logistik khususnya pangan pokok beras. Disamping itu Pemerintah juga memberikan tugas pelayanan publik khususnya pendistribusian beras kepada Rumah Tangga Miskin (RASKIN). Banyaknya intervensi masyarakat (public) terhadap kegiatan RASKIN memberikan dampak yang cukup besar terhadap
performance kinerja Bulog dalam penanganan program RASKIN tersebut.
Sehingga diperlukan suatu pengukuran kinerja yang baik untuk meminimalisir segala macam bentuk kesalahan agar diperoleh kinerja yang baik dalam rangka memuaskan Stakeholder.
Dalam kegiatan program RASKIN perusahaan dituntut untuk
melaksanakannya sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, Namun demikian dinamika kerja dilapangan sendiri membutuhkan suatu terobosan inovasi dalam rangka perbaikan secara terus menerus (continuous improvement). Oleh karena itu, untuk menjalankan program RASKIN yang maksimal maka perusahaan sangat membutuhkan suatu pengukuran kinerja yang ada di dalam perusahaan tersebut.
Balanced Scorecard adalah salah satu metode pengukuran kinerja yang
dapat digunakan untuk mengukur berbagai aspek seperti Finansial, Pelanggan, Proses Bisnis Internal serta aspek Pertumbuhan dan Pembelajaran yang terjadi. Penggunaan metode Balanced Scorecard bertujuan untuk mencapai tujuan-tujuan (goals) yang hendak dicapai sesuai dengan Visi, Misi dan Strategi yang ditetapkan perusahaan.
Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa Perum Bulog Divre Sumut untuk pengukuran keuangan hasilnya memuaskan, khusus untuk pelanggan parameter kualitas dan harga menyebutkan hasil yang tidak puas dan kurang puas. Penyebabnya adalah kualitas beras RASKIN yang diterima masyarakat masih sering ditemukan kondisi kualitas yang tidak sesuai dengan standarisasi layak konsumsi. Untuk perspektif proses bisnis internal ada hasil yang menunjukkan kekurang puasan terkait penyelesaian pekerjaan dikarenakan intruksi yang tidak jelas terhadap suatu jenis pekerjaan. Sedangkan dari perspektif pertumbuhan dan pembelajaran masalah reward agar dapat diperhatikan dengan sungguh-sungguh karena menyangkut motivasi kerja pegawai yang ada didalam organisasi.
Dengan demikian penggunaan Balanced Scorecard dalam mengukur kinerja program RASKIN di Perum Bulog Divre Sumut sangat penulis sarankan (recommended) untuk diterapkan agar kinerja perusahaan Perum Bulog Divre Sumut kedepannya akan semakin baik (excellent).
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Kemiskinan dan kerawanan pangan masih menjadi masalah bagi bangsa
Indonesia. Hal ini menjadi perhatian nasional yang harus ditanggulangi bersama
oleh pemerintah dan masyarakat yang penanganannya perlu dilakukan secara
terpadu melibatkan berbagai lapisan. Salah satu wujud nyata program Pemerintah
dalam menanggulangi masalah tersebut adalah dengan cara menjamin
ketersediaan pangan yang cukup bagi masyarakat kurang mampu (miskin) melalui
pendistribusian beras bersubsidi untuk Rumah Tangga Miskin (RASKIN) yang
berfokus dalam rangka perlindungan sosial khususnya bagi masyarakat miskin.
Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Kebijakan Perberasan
menginstruksikan Menteri dan Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen
tertentu, serta Gubernur dan Bupati/Walikota seluruh Indonesia untuk melakukan
upaya peningkatan pendapatan petani, ketahanan pangan, pengembangan ekonomi
perdesaan dan stabilitas ekonomi nasional. Secara khusus kepada Perum BULOG
diinstruksikan untuk menyediakan dan menyalurkan beras bersubsidi bagi
kelompok masyarakat miskin dan rawan pangan, yang penyediaannya
mengutamakan pengadaan beras dari gabah petani dalam negeri.
program ini dimaksudkan untuk meningkatkan akses masyarakat miskin dalam
pemenuhan kebutuhan pangan pokoknya sebagai salah satu hak dasar masyarakat.
Dimana kelompok Rumah Tangga Sasaran (RTS) sendiri ditentukan oleh
Pemerintah sesuai dengan klasifikasi yang ditetapkan oleh Pemerintah melalui
Badan Pusat Statistik (BPS).
Perum BULOG Divre Sumut sebagi perpanjangan tangan Bulog Pusat
bertanggungjawab untuk mendistribusikan beras untuk Rumah Tangga Miskin
(RASKIN) di wilayah kerja Sumatera Utara. Mengingat program RASKIN ini
merupakan tugas Pemerintah dalam rangka pelayanan publik tentunya harus
mengacu kepada prinsip tata kelola perusahaan yang baik dimana masyarakat
berhak untuk mengetahui bagaimana program ini dilaksanakan. Untuk itu perlu
dilakukan pengukuran kinerja dari sisi internal Perum BULOG Divre Sumut agar
dapat mengetahui sejauhmana tingkat keberhasilan dari program RASKIN
tersebut. Permasalahannya adalah perusahaan belum mampu secara objektif
menilai dari beberapa perspektif pekerjaan yang berhubungan dengan kegiatan
program RASKIN. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dilakukan
pengukuran kinerja program RASKIN dengan metode Balanced Scorecard.
Metode pengukuran ini dianggap sebagai metode yang lebih adil karena
tidak hanya menilai dari satu perspektif saja, namun metode ini mengintegrasikan
beberapa perspektif kedalam satu kesatuan yang utuh. Adapun perspektif yang
diukur dalam program RASKIN dengan metode Balanced Scorecard meliputi
perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis serta pembelajaran dan
pertumbuhan agar Perum Bulog Divre Sumut dapat mengetahui
kelemahan-kelemahan yang ada untuk perbaikan kedepannya (Continuous Improvement).
1.2. Perumusan Masalah
Perum BULOG Divre Sumut saat ini menghadapi permasalahan dalam
melakukan pengukuran kinerja program RASKIN. Permasalahan yang ada adalah
perusahaan belum mampu secara objektif menilai dari beberapa perspektif
pekerjaan yang berhubungan dengan kegiatan program RASKIN. Berdasarkan hal
diatas, maka ditentukan beberapa perspektif pengukuran dalam program RASKIN
yaitu; perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis serta pembelajaran dan
pertumbuhan. Untuk menyelesaikan permasalahan diatas dilakukan pengukuran
kinerja program RASKIN dengan metode Balanced Scorecard.
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini ada 2 macam, yaitu tujuan umum dan khusus.
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah sebagai barometer perbaikan
kinerja Program RASKIN Perum Bulog Divre Sumut pada masa yang akan
datang.
Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengukur
kinerja program RASKIN yang optimal berdasarkan tujuan-tujuan (goals) yang
ingin dicapai oleh perusahaan dalam kegiatan program RASKIN sesuai
Manfaat dari penelitian ini sangat banyak, baik bagi mahasiswa, fakultas
dan perusahaan. Adapun manfaat yang diharapkan yaitu :
1. Bagi Mahasiswa
a. Dapat membandingkan teori-teori yang diperoleh pada saat mengikuti
perkuliahan dengan praktek di lapangan.
b. Dapat memahami dan mengetahui aspek-aspek kegiatan perusahaan.
c. Memperoleh kesempatan untuk melatih keterampilan dalam melakukan
pekerjaan atau kegiatan lapangan.
2. Bagi Fakultas
a. Dapat mempererat kerja sama antara perusahaan dengan Fakultas Teknik,
Program Pendidikan Sarjana Ekstensi, Departemen Teknik Industri,
Universitas Sumatera Utara.
b. Departemen Teknik Industri dapat lebih dikenal secara luas sebagai forum
disiplin ilmu terapan yang sangat bermanfaat bagi perusahaan.
3. Bagi Perusahaan
a. Memudahkan perusahaan dalam menentukan langkah yang tepat untuk
menjalankan program RASKIN kedepannya.
b. Sebagai bahan masukan atau usulan dalam mengukur kinerja program
RASKIN dari setiap bagian atau departemen.
c. Sebagai bahan masukan bagi manajemen perusahaan dalam rangka
pengembangan ke arah yang lebih efisien dan efektif.
1.4. Ruang Lingkup dan Asumsi
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah program RASKIN Perum
BULOG Divre Sumut. Pembatasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis serta pembelajaran dan
pertumbuhan didalam perusahaan.
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Program RASKIN di Perum BULOG Divre Sumut berjalan sesuai dengan
standart operational procedure (SOP) yang ditetapkan perusahaan.
2. Tidak ada penambahan fasilitas kerja selama pelaksanaan penelitian
1.5. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang permasalahan, perumusan masalah,
tujuan dan sasaran penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup
dan asumsi, serta sistematika penulisan.
BAB II : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Berisi tentang gambaran perusahaan secara umum meliputi
sejarah perusahaan, ruang lingkup dan proses kegiatan, tenaga
kerja dan informasi lainnya.
Bab ini berisikan teori-teori yang digunakan dalam penelitian
untuk mendapatkan pemecahan dari masalah yang diteliti.
BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN
Dalam hal ini menguraikan tahapan-tahapan yang dilakukan
dalam pelaksanaan penelitian.
BAB V : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini memuat data detail yang berasal dari perusahaan dan
literatur mengenai penelitian yang dilakukan, serta pengolahan
data yang dilakukan sebagai dasar pada pembahasan masalah.
BAB VI : ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH
Bab ini berisi tentang analisa dan pemecahan masalah dari hasil
pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya.
BAB VII : KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan dikemukakan beberapa kesimpulan yang
diperoleh berdasarkan hasil analisa dan evaluasi data dan
memberikan saran-saran untuk menjadi bahan pertimbangan oleh
perusahaan.
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Umum Perusahaan
Sejarah perkembangan Bulog tidak dapat terlepas dari sejarah lembaga
pangan di Indonesia sejak zaman sebelum kemerdekaan sampai pemerintahan
sekarang ini. Secara umum tugas lembaga pangan tersebut adalah untuk
menyediakan pangan bagi masyarakat pada harga yang terjangkau diseluruh
daerah serta mengendalikan harga pangan di tingkat produsen dan konsumen.
Instrumen untuk mencapai tujuan tersebut dapat berubah sesuai kondisi yang
berkembang.
Campur tangan pemerintah dalam komoditas beras diawali sejak Maret
1933 yaitu di zaman pemerintahan Belanda. Saat itu, untuk pertama kalinya
pemerintah Belanda mengatur kebijakan perberasan, yaitu dengan menghapus
impor beras secara bebas dan membatasi impor melalui sistem lisensi. Latar
belakang ikut campurnya pemerintah Belanda dalam perberasan waktu itu adalah
karena terjadinya fluktuasi harga beras yang cukup tajam (tahun 1919/1920) dan
sempat merosot tajam pada tahun 1930, sehingga petani mengalami kesulitan
untuk membayar pajak.
Menjelang pecahnya Perang Dunia II, pemerintah Belanda memandang
Tanggal 25 April 1939, lahirlah suatu lembaga pangan yang disebut Voeding
Middelen Fonds (VMF).
Lembaga pangan ini banyak mengalami perubahan nama maupun fungsi.
Secara ringkas, perkembangannya sebagai berikut:
1) Tahun 1939 didirikan VMF yang tugasnya membeli, menjual dan mengadakan
persediaan bahan makanan.
2) Tahun 1942-1945 (zaman pendudukan Jepang) VMF dibekukan dan diganti
dengan "Sangyobu Nanyo Kohatsu Kaisha".
3) Tahun 1945-1950, terdapat 2 organisasi, yaitu: Di Daerah RI: Didirikan
Jawatan Pengawasan Makanan Rakyat (PMR) dan pada Tahun 1947/48
dibentuk Kementrian Persediaan Makanan Rakyat sedang di daerah yang
diduduki Belanda: VMF dihidupkan kembali dengan tugas seperti yang telah
dijalankan di tahun 1939. sedang
4) Tahun 1950 dibentuk Yayasan Bahan Makanan (BAMA) (1950-1952) yang
tugasnya yaitu membeli, menjual dan mengadakan persediaan pangan.
5) Tahun 1952 fungsi dari Yayasan Urusan Bahan Makanan (YUBM)
(1952-1958) ini lebih banyak berhubungan dengan masalah distribusi/pemerataan
pangan. Dalam periode ini mulailah dilaksanakan kebijaksanaan dan usaha
stabilisasi harga beras melalui injeksi di pasaran.
6) Tahun 1958 selain YUBM yang ditugaskan untuk impor didirikan pula YBPP
(Yayasan Badan Pembelian Padi) (1958-1964) yang dibentuk di daerah-daerah
dan bertugas untuk membeli padi. Dengan meningkatnya harga beras dan
terjadinya tekanan-tekanan dari golongan penerima pendapatan tetap, maka
pemerintah pada periode ini meninggalkan prinsip stabilisasi melalui
mekanisme pasar dan beroientasi pada distribusi fisik.
7) Tahun 1964 YUBM dan YBPP dilebur menjadi BPUP (Badan Pelaksana
Urusan Pangan) (1964-1966). Tugas badan ini mengurus persediaan bahan
pangan di seluruh Indonesia.
8) Tahun 1966 BPUP dilebur menjadi Kolognas (Komando Logistik Nasional)
(1966-1967). Tugas Kolognas adalah mengendalikan operasional bahan-bahan
pokok kebutuhan hidup. Kebijaksanaan dan tindakan yang diambil untuk
menanggulangi kekurangan stok waktu itu adalah mencari beras luar negeri.
9) Tahun 1967 KOLOGNAS dibubarkan, diganti dengan BULOG (Badan
Urusan Logistik) (1967-1969) yang dibentuk dengan KEPPRES No. 114/KEP,
1967. Berdasarkan KEPPRES RI No. 272/1967, BULOG dinyatakan sebagai
"Single Purchasing Agency" dan Bank Indonesia ditunjuk sebagai Single
Financing Agency (Inpres No. 1/1968).
10)Pada tanggal 22 Januari 1969 (Reorganisasi BULOG) berdasarkan KEPPRES
11/1969, struktur organisasi BULOG diubah. Tugas BULOG yaitu membantu
Pemerintah untuk menstabilkan harga pangan khususnya 9 bahan pokok.
Tahun 1969 mulailah dibangun beberapa konsep dasar kebijaksanaan pangan
yang erat kaitannya dengan pola pembangunan ekonomi nasional antara lain :
konsep floor dan ceiling price; konsep bufferstock; dan Sistem serta tatacara
pengadaan, pengangkutan, penyimpanan dan penyaluran.
(1977), kacang tanah (1979), kacang hijau (1979), telur dan daging ayam pada
Hari Raya, Natal/Tahun Baru. Kebijaksanaan Stabilisasi Harga Beras yang
berorientasi pada operasi bufferstock dimulai tahun 1970.
Stabilisasi harga bahan pangan terutama yang dikelola BULOG masih
tetap menjadi tugas utama di era 1980-an. Orientasi bufferstock bahkan ditunjang
dengan dibangunnya gudang-gudang yang tersebar di wilayah Indonesia. Struktur
organisasi BULOG diubah sesuai Keppres No. 39/1978 tanggal 6 Nopember 1978
dengan tugas membantu persediaan dalam rangka menjaga kestabilan harga bagi
kepentingan petani maupun konsumen sesuai kebijaksanaan umum Pemerintah.
Penyempurnaan organisasi terus dilakukan. Melalui Keppres RI No.
50/1995 BULOG ditugaskan mengendalikan harga dan mengelola persediaan
beras, gula, tepung terigu, kedelai, pakan, dan bahan pangan lainnya. Namun,
seiring dengan perkembangan ekonomi global, tugas pokok BULOG dipersempit
melalui Keppres No. 45 / 1997 tanggal 1 Nopember 1997 yaitu hanya
mengendalikan harga dan mengelola persediaan beras dan gula. Selang beberapa
bulan, sesuai LOI tanggal 15 Januari 1998, Bulog hanya memonopoli beras saja.
Liberalisasi beras mulai dilaksanakan sesuai Keppres RI no. 19/1998
tanggal 21 Januari 1998 dan tugas pokok BULOG hanya mengelola beras saja.
Tugas pokok BULOG diperbaharui kembali melalui Keppres no. 29/2000 tanggal
26 Pebruari 2000 yaitu melaksanakan tugas umum pemerintahan dan
pembangunan di bidang manajemen logistik melalui pengelolaan persediaan,
distribusi, pengendalian harga beras dan usaha jasa logistik sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tugas tersebut tidak berjalan lama
karena mulai 23 Nopember 2000 keluar Keppres No. 166/2000 dimana tugas
pokoknya melaksanakan tugas pemerintah bidang manajemen logistik sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Akhirnya, Keppres No. 103/2001 tanggal 13 September 2001 mengatur
kembali tugas dan fungsi BULOG. Tugasnya melaksanakan tugas pemerintahan
di bidang manajemen logistik sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku,
dengan kedudukan sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang
bertanggung jawab langsung kepada presiden.
Selama lebih dari 30 tahun Bulog telah melaksanakan penugasan dari
pemerintah untuk menangani bahan pangan pokok khususnya beras dalam rangka
memperkuat ketahanan pangan nasional, timbul tekanan yang sangat kuat agar
peran pemerintah dipangkas secara drastis sehingga semua kepentingan nasional
termasuk pangan harus diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar. Tekanan
tersebut terutama mucul dari negara-negara maju pemberi pinjaman khususnya
AS dan lembaga keuangan internasional seperti IMF dan World Bank.
Dan pada akhirnya era baru itu datang juga, sejak tanggal 20 Januari 2003
LPND Bulog secara resmi berubah menjadi Perum Bulog berdasarkan Peraturan
Pemerintah RI No. 7 Tahun 2003 yang kemudian direvisi menjadi PP RI No. 61
Tahun 2003. Peluncuran Perum Bulog ini dilakukan di Gedung Arsip Nasional
Jakarta pada tanggal 10 Mei 2003.
Berdasarkan hasil kajian, ketentuan dan dukungan politik DPR RI,
dibebankan oleh pemerintah terutama dalam pengamanan harga dasar pembelian
gabah, pendistribusian beras untuk masyarakat miskin yang rawan pangan,
pemupukan stok nasional untuk berbagai keperluan publik menghadapi keadaan
darurat dan kepentingan publik lainnya dalam upaya mengendalikan gejolak
harga.
Disamping itu, Bulog dapat memberikan kontribusi operasionalnya kepada
masyarakat sebagai salah satu pelaku ekonomi dengan melaksanakan fungsi usaha
yang tidak bertentangan dengan hukum dan kaidah transparansi. Dengan kondisi
ini gerak lembaga Bulog akan lebih fleksibel dan hasil dari aktivitas usahanya
sebagian dapat digunakan untuk mendukung tugas publik, mengingat semakin
terbatasnya dana pemerintah di masa mendatang. Dengan kondisi tersebut
diharapkan perubahan status Bulog menjadi Perum dapat lebih menambah
manfaat kepada masyarakat luas.
2.2. Visi dan Misi Perusahaan
Visi Perum Bulog adalah “Menjadi Perusahaan yang handal dalam
mewujudkan pangan yang cukup, aman dan terjangkau bagi rakyat”, yang
dituangkan dalam Misi Perusahaan “Memenuhi kebutuhan pangan pokok rakyat”.
2.3. Tugas Pokok dan Fungsi
Berdasarkan hukum pendirian Perum Bulog PP No. 7 Tahun 2003
disebutkan bahwa Tupoksi Perum Bulog dibagi atas 2 kategori, sebagai berikut :
A. Tugas Pelayanan Publik (Public Service Obligation)
Adapun tugas pokok dan fungsi dalam bidang pelayanan publik, antara
lain :
1. Melakukan pengadaan Dalam Negeri sesuai ketentuan Harga pembelian
Pemerintah (HPP) yang berlaku.
2. Menyalurkan atau mendistribusikan beras untuk rumah tangga miskin
(RASKIN).
3. Mengelola cadangan beras pemerintah (CBP) dalam hal penanganan bencana
alam, kerawanan pangan dan sekaligus menjaga stabilitas harga beras
ditingkat konsumen (pasar).
B. Tugas Komersial (Trading)
Sementara Tugas pokok dan fungsi Perum Bulog dalam bidang komersial
antara lain :
1. Pengembangan industri beras dan turunnya (tepung, menir, katul dan sekam)
2. Pengembangan jasa logistic, jasa survey, jasa perawatan kualitas maupun
optimalisasi asset untuk mendukung kegiatan pelayanan publik.
3. Ikut serta dalam sinergi BUMN di bidang pangan.
4. Perdagangan komoditi pangan dengan fokus pada beras, gula, jagung dan
kedelai.
5. Pengembangan anak perusahaan di bidang industri, perdagangan dan jasa.
Untuk proses pelaksanaan kegiatan perusahaan, Perum Bulog membagi
tanggungjawab kerja berdasarkan wilayah cakupannya. Dimana untuk seluruh
2.4. Perum Bulog Divre Sumut
2.4.1. Sejarah Pendirian Perum Bulog Divre Sumut
Melihat kondisi geografis Negara Indonesia yang terdiri dari kepulauan yang
cukup besar maka untuk memaksimalkan kinerja perusahaan khususnya
penumpukan stok beras nasional yang hampir 70% sumber pengadaannya dari
Pulau Jawa, maka dipandang perlu untuk disebar di seluruh wilayah startegis
Indonesia.
Tepatnya pada tanggal 23 Juni 1980 diresmikanlah Kantor Depot Logistik
di Sumatera Utara yang terletak di Jalan Jenderal gatot Subroto No. 180 Medan.
Sebelumnya kantor Depot Logistik di Sumatera Utara sempat berganti-ganti
tempat pada zaman orde baru sesuai penunjukan dari Pemerintah Pusat.
Setelah Negara Indonesia mengalami reformasi pada tahun 1998, barulah
disusun kembali mengenai tugas pokok dan fungsi Bulog dan ditetapkan pada
tahun 2003 bahwasannya status bulog dari Lembaga Pemerintah Non Departemen
menjadi Badan Usaha Milik Negara dengan bentuk Perusahaan Umum.
Untuk itu Depot Logistik yang berada di Seluruh Ibukota Provinsi berubah
nama menjadi Divisi Regional. Maka dengan sendirinya Depot Logistik Sumatera
Utara berubah nama menjadi Divisi Regional Sumatera Utara atau yang lebih
popular disebut Perum Bulog Divre Sumut.Perum Bulog Divre Sumut merupakan
perpanjangan tangan dari Perum Bulog Pusat di Jakarta sebagai pelaksanan tugas
khususnya diwilayah Provinsi Sumatera Utara. Dimana tugasnya adalah
melaksanakan kegiatan pelayan publik dan kegiatan perencanaan &
pengembangan usaha khususnya di bidang perberasan.
Dimana untuk kegiatan di Sumatera Utara Kantor Divre Sumut terdiri dari
empat Kantor Subdivre, empat kantor seksi logistik dan 11 komplek pergudangan
yang menyebar di seluruh wilayah Sumatera Utara. Adapun wilayah kerjanya
adalah sebagai berikut :
1. Subdivre Medan ; wilayah kerjanya Kab. Deli Serdang, Kab. Serdang bedagai,
Kab. Langkat, Kab. Tanah Karo, Kab. Dairi, Kab. Pak-pak Bharat, Kota
Medan, Kota Binjai dan Kota tebing Tinggi.
2. Subdivre P. Siantar ; wilayah kerjanya Kab. Simalungun, Kab. Tapanuli
Utara, Kota Pematang Siantar, Kab. Toba Samosir, Kab. Samosir dan Kab.
Humbang Hasundutan.
3. Subdivre Kisaran ; wilayah kerjanya Kab. Asahan, Kab. Batu bara, Kota
Tanjung Balai dan Kab. Labuhan Batu.
4. Subdivre P. Sidimpuan ; wilayah kerjanya Kab. Mandailing Natal, Kab.
Tapanuli Selatan, Kab. Tapanuli tengah, Kab. Nias, Kab. Nias Selatan, Kota
Padang Sidimpuan, Kota Sibolga, Kab. Padang Lawas dan Kab. Padang
Organisasi adalah suatu struktur dengan bagian-bagian yang diintegrasikan
sedemikian rupa sehingga satu sama lain saling berhubungan dan saling
mempengaruhi dengan adanya hubungan secara keseluruhan. Dipandang dari
fungsinya, organisasi adalah pengelompokan dan pengaturan dari berbagai
aktivitas tersebut, penyediaan lingkungan kerja dan fasilitas yang sesuai serta
penempatan kepada masing-masing orang yang ditugaskan. Organisasi juga bisa
diartikan sebagai sekelompok orang yang mengadakan kerjasama untuk mencapai
tujuan tertentu.
Pengorganisasian merupakan proses penyusunan struktur organisasi yang
sesuai dengan tujuan organisasi, sumber-sumber daya yang dimiliki dan
lingkungan yang melingkupinya.struktur organisasi menunjukkan pola hubungan
diantara bagian atau posisi yang menunjukkan kedudukan, tugas, dan wewenang
serta tanggung jawab yang berbeda dalam suatu organisasi.
Struktur organisasi juga menetapkan sistem hubungan dalam organisasi
yang memungkinkan tercapainya komunikasi, koordinasi dan pengintegrasian
segenap kegiatan organisasi baik kearah vertikal maupun horizontal.
Perum Bulog Divre Sumut mempunyai struktur organisasi yang berbentuk
campuran, fungsional dan lini dimana setiap personil diberikan tugas dan
tanggungjawab sesuai dengan dasar kualifikasinya. Jadi setiap bawahan menerima
perintah baik secara lisan maupun tulisan dari seorang atasan yang terkait
didalamnya. Struktur organisasi Perum Bulog Divre Sumut dapat dilihat pada
gambar 2.1.
KEPALA DIVISI REGIONAL
KEPALA BIDANG ADM & KEUANGAN
KASI P & A
KASI LUR
KASI ADA
KASI WAT & TAS
KASI GASAR KASI WAS MINKU
KASI WAS PPU
KASI JASA KASI DAG KASI IT KEPALA BIDANG PENGAWASAN KEPALA BIDANG PEL. PUBLIK
KASI WAS PEL. PUBLIK
KEPALA BIDANG PERC. & PENG. USAHA
KASI TU & UMUM
KASI SDM & HUKUM
KASI KEUANGAN KASI AKUNTANSI KASI HUMAS KEPALA SUBDIVISI REGIONAL KEPALA KANSILOG Keterangan :
: Hubungan Lini
: Hubungan Fungsional
Gamabar 2.1. Struktur Organisasi Perum Bulog Divre Sumut
2.4.3. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab
Berikut ini akan diuraikan tugas dan tanggung jawab dari masing-masing
jabatan di perum Bulog Divre Sumut secara garis besar:
1. Kadivre ; bertanggungjawab menyelenggarakan usaha logistik pangan pokok
yang bermutu dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak dan
dalam hal tertentu menyelenggarakan tugas-tugas tertentu yang diamanatkan
Kantor Pusat dalam pengamanan harga pangan pokok beras, pengelolaan
cadangan pangan pemerintah dan distribusi pangan pokok kepada golongan
masyarakat tertentu, khususnya pangan pokok beras dan pangan pokok
lainnya yang ditetapkan oleh pemerintah dalam rangka ketahanan pangan di
wilayah regional kerjanya.
2. Kabid Pelayanan Publik ; bertanggungjawab merencanakan, mengarahkan,
mengkoordinasikan, menetapkan dan mengendalikan kebijakan dan strategi di
bidang perencanaan pelayanan publik, pengadaan, persediaan dan perawatan
serta penyaluran komoditi pangan
a. Kasi Persediaan & Angkutan
1) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan
kegiatan persediaan dan penyimpanan;
2) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan
kegiatan penyebaran stok dan angkutan.
1) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan
kegiatan penyaluran kepada kelembagaan pemerintah dan non
pemerintah;
2) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan
kegiatan penyaluran kepada pasar khusus dan pasar umum.
c. Kasi Pengadaan
1) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan
kegiatan operasi dan administrasi pengadaan dalam negeri;
2) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan
kegiatan operasi dan administrasi pengadaan luar negeri bilamana ada.
d. Kasi Perawatan & Kualitas
1) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan
kegiatan pemeriksaan stok di gudang;
2) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan
kegiatan perawatan kualitas dan pengolahan.
e. Kasi Analisa Harga & Pasar
1) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan
kegiatan pengolahan dan penyajian data dalam rangka penyusunan
rencana dan program pelayanan publik;
2) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan
kegiatan pengamatan dan analisis harga serta statistik.
3. Kabid Administrasi & Keuangan ; bertanggungjawab merencanakan,
mengarahkan, mengkoordinasikan, menetapkan dan mengendalikan kebijakan
dan strategi di bidang sumber daya manusia, organisasi dan tata laksana,
hukum dan umum; merencanakan, mengarahkan, mengkoordinasikan,
menetapkan dan mengendalikan strategi di bidang anggaran, keuangan dan
akuntansi.
a. Kasi Tata Usaha & Umum
1) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan
kegiatan urusan pelayanan;
2) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan
kegiatan pembinaan urusan kerumahtanggaan;
3) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan
kegiatan pembinaan urusan sarana subdivisi regional.
b. Kasi SDM & Hukum
1) Merencanakan, mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengendalikan
kegiatan sumber daya manusia;
2) Merencanakan, mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengendalikan
kegiatan organisasi & tata laksana;
3) Merencanakan, mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengendalikan
kegiatan hukum;
4) Merencanakan, melaksanakan mengkoordinasikan dan mengendalikan
kegiatan pelayanan bantuan hukum dan pembinaan kelompok jabatan
fungsional legal officer.
1) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan
kegiatan pencarian sumber dana, penyediaan, penyusunan
pengalokasian, pengevaluasian dan pendistribusian anggaran publik;
2) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan
kegiatan pencarian sumber dana, penyediaan, penyusunan
pengalokasian, pengevaluasian dan pendistribusian anggaran kegiatan
bisnis dan lainnya serta memverifikasi atas semua transaksi kegiatan;
3) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan
kegiatan administrasi perpajakan pelayanan publik, usaha bisnis dan
lainnya serta penyimpanan dokumen-dokumen perpajakan perusahaan;
4) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan
kegiatan urusan klaim.
d. Kasi Akuntansi
1) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan
kegiatan pembukuan subdivisi regional dan pengadministrasian buku
tambahan;
2) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan
kegiatan pengadministrasian transaksi hubungan rekening antar
subdivisi regional;
3) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan
kegiatan penyusunan dan analisis laporan ke-uangan konsolidasi serta
pembinaan sistem informasi akuntansi bulog.
e. Kasi Humas
1) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan
kegiatan pembinaan hubungan kelembagaan dan corporate
governance;
2) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan
kegiatan pembinaan citra dan media massa;
3) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan
kegiatan pelayanan Kadivre;
4. Kabid Perencanaan & Pengembangan Usaha ; bertanggungjawab
merencanakan, mengarahkan, mengkoordinasikan, menetapkan dan
mengendalikan kebijakan dan strategi di bidang Industri, perdagangan, dan
jasa serta teknologi informasi.
a. Kasi Jasa
1) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan
kegiatan jasa pelayanan pergudangan dan jasa lainnya;
2) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan
kegiatan jasa pelayanan angkutan, survai dan perawatan komoditi.
b. Kasi Perdagangan
1) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan
kegiatan perdagangan pangan dan non pangan dalam negeri;
2) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan
kegiatan perdagangan pangan dan non pangan luar negeri.
1) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan
kegiatan pengembangan dan pemeliharan sistem aplikasi;
2) Merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan
kegiatan administrasi data base dan jaringan, sarana dan pelayanan
pengguna.
5. Kabid Pengawasan ; bertanggungjawab melaksanakan audit internal
perusahaan serta menilai dan memberikan saran-saran perbaikan.
a. Kasi Pengawasan Pelayanan Publik
1) Merencanakan, mengkoordinasikan, mengendalikan dan melaksanakan
kegiatan audit internal dalam bidang pelayanan publik;
2) Melaksanakan koordinasi dengan Komite Audit maupun Auditor
Eksternal sebagai mitra kerja;
3) Merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan
audit internal dalam kasus-kasus khusus dan investigasi.
b. Kasi Pengawasan Administrasi & Keuangan
1) Merencanakan, mengkoordinasikan, mengendalikan dan melaksanakan
kegiatan audit internal dalam bidang Keuangan;
2) Merencanakan, mengkoordinasikan, mengendalikan dan melaksanakan
kegiatan audit internal dalam bidang SDM dan Umum;
3) Merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan
pelayanan administrasi dan keuangan di lingkungan unit kerja Satuan
Pengawasan Intern;
4) Merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan
audit internal dalam kasus-kasus khusus dan investigasi.
c. Kasi Pengawasan Perencanaan & Pengembangan Usaha
1) Merencanakan, mengkoordinasikan, mengendalikan dan melaksanakan
kegiatan audit internal dalam bidang Pengembangan dan IT;
2) Merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan
audit internal dalam kasus-kasus khusus dan investigasi.
2.4.4. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja
A. Jumlah Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
untuk masyarakat. Adapun jumlah karyawan di Perum Bulog Divre Sumut
[image:40.595.168.449.493.673.2]diklasifikasikan berdasarkan per Subdivre diperlihatkan pada tabel 2.1.
Tabel 2.1. Kondisi Personil Perum Bulog Divre Sumut
Sumber : Kantor Perum Bulog Divre Sumut
LK PR
1 Kantor Divre Sumut 43 15 58
2 Subdivre Medan 48 5 53
3 Subdivre P.Siantar 20 3 23
4 Subdivre Kisaran 19 1 20
5 Subdivre P.Sidimpuan 26 0 26
156 24 180
t o t a l
PERSONIL
Sesuai Surat Edaran Kadivre Perum Bulog Divre Sumut tentang ketentuan
jam kerja di lingkungan kantor Divre Sumut adalah sebagai berikut :
1. Senin s/d Kamis : 08.00 Wib s/d 16.30 Wib
Istirahat : 12.00 Wib s/d 13.00 Wib
2. Jum’at : 08.00 Wib s/d 17.00 Wib
Istirahat : 12.00 Wib s/d 14.00 Wib
3. Untuk Subdivre, Kansilog dan Gudang diatur dengan memperhatikan
kegiatan pelayanan operasional perusahaan.
2.4.5. Sistem Pengupahan
Sistem pengupahan Perum Bulog Divre Sumut ditentukan menurut tingkat
golongannya. Pekerja merupakan kegiatan yang dilakukan oleh karyawan dalam
hubungan kerja dengan mendapat gaji pokok.
Gaji pokok merupakan imbalan beberapa uang yang diterima setiap bulan
oleh karywan dari perusahaan atas tugas atau pekerjaan yang dilakukan, tidak
termasuk tunjangan, santunan sosial, dan penerimaan lain yang tidak tetap.
2.4.6. Insentif dan Fasilitas Pendukung
Insentif dan fasilitas pendukung ini hanya diberikan pada karyawan tetap.
Untuk membuat karyawan lebih berprestasi dalam berkerja maka diberikan
beberapa insentif yang dapat memotifasi kerja diantaranya:
1. Jaminan Kesehatan & Sosial Tenaga Kerja
Perum Bulog Divre Sumut memberikan asuransi kesehatan yang telah
bekerjasama dengan perusahaan jasa kesehatan serta jaminan sosial tenaga
kerja pada saat masa purna bhakti.
2. Pemberian Cuti
Perusahaan memberikan cuti tahunan atau cuti hari besar agama dan cuti sakit
kepada karyawan.
3. Tunjangan Hari Raya (THR)
Perusahaan memberikan tunjangan haribesar agama kepada karyawan.
4. Fasilitas Kerja
Fasilitas yang disediakan perusahaan diantaranya : Komputer, Kendaraan
Dinas Pejabat maupun untuk kegiatan lapangan, Rumah Disan Jabatan.
2.5. RASKIN
2.5.1. Latar Belakang RASKIN
Indonesia masih menghadapi masalah kemiskinan dan kerawanan pangan
yang harus ditanggulangi bersama oleh pemerintah dan masyarakat. Masalah ini
menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan secara terpadu
melibatkan berbagai sektor baik di tingkat pusat maupun daerah. Upaya tersebut
telah dicantumkan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2009 pada
prioritas I yaitu Peningkatan Pelayanan Dasar dan Pembangunan Pedesaan,
program RASKIN merupakan salah satu program pada prioritas I fokus 1 tentang
Pembangunan dan Penyempurnaan Sistem Perlindungan Sosial khususnya Bagi
Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2008 tentang Kebijakan Perberasan
menginstruksikan Menteri dan Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen
tertentu, serta Gubernur dan Bupati/Walikota seluruh Indonesia untuk melakukan
upaya peningkatan pendapatan petani, ketahanan pangan, pengembangan ekonomi
perdesaan dan stabilitas ekonomi nasional. Secara khusus kepada Perum BULOG
diinstruksikan untuk menyediakan dan menyalurkan beras bersubsidi bagi
kelompok masyarakat miskin dan rawan pangan, yang penyediaannya
mengutamakan pengadaan beras dari gabah petani dalam negeri.
Penyaluran beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat miskin bertujuan
untuk mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga Miskin. Di samping itu,
program ini dimaksudkan untuk meningkatkan akses masyarakat miskin dalam
pemenuhan kebutuhan pangan pokoknya sebagai salah satu hak dasar masyarakat.
Hal ini merupakan salah satu program pemerintah baik pusat maupun daerah yang
penting dalam peningkatan ketahanan pangan nasional.
Program RASKIN masuk dalam kluster I program penanggulangan
kemiskinan tentang Bantuan dan Perlindungan Sosial, yang bersinergi dengan
program pembangunan lainnya, seperti program perbaikan gizi, peningkatan
kesehatan dan pendidikan. Sinergi antar berbagai program ini penting dalam
meningkatkan efektivitas masing-masing program dalam pencapaian tujuan.
Efektifitas Program RASKIN 2009 dapat ditingkatkan melalui koordinasi
antar instansi/lembaga terkait baik di tingkat pusat maupun daerah. Koordinasi
dilaksanakan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan
pengendalian, dengan mengedepankan peran penting partisipasi masyarakat.
Pedoman Umum RASKIN 2009 ini merupakan acuan koordinasi bagi para
pelaksana program di Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan serta
seluruh pemangku kepentingan lainnya.
2.5.2. Dasar Hukum Pelaksanaan RASKIN
Peraturan perundangan yang menjadi landasan pelaksanaan program RASKIN
adalah:
1. Undang-Undang No. 7 Tahun 1996, tentang Pangan.
2. Undang-Undang No. 19 Tahun 2003, tentang Badan Usaha Milik Negara.
3. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah.
4. Undang-Undang No. 41 Tahun 2008, tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2009.
5. Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002, tentang Ketahanan Pangan.
6. Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2003, tentang Pendirian Perusahaan Umum
BULOG.
7. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005, tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah.
8. Peraturan Presiden RI No. 7 Tahun 2005, tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional 2004 - 2009.
9. Peraturan Presiden RI No. 54 Tahun 2005, tentang Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan.
11.Inpres Nomor 1 tahun 2008 tentang Kebijakan Perberasan Nasional.
12.Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang “Perubahan atas Peraturan Menteri
Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah”.
13.Kepmenko Kesra No. 35 Tahun 2008 tentang Tim Koordinasi RASKIN Pusat.
2.5.3. Tujuan dan Sasaran RASKIN
a. Tujuan RASKIN
Tujuan Program RASKIN adalah mengurangi beban pengeluaran Rumah
Tangga Sasaran (RTS) melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan pokok
dalam bentuk beras.
b. Sasaran RASKIN
Sasaran Program RASKIN Tahun 2009 adalah berkurangnya beban
pengeluaran 18,5 juta Rumah Tangga Sasaran (RTS) berdasarkan data Badan
Pusat Statistik (BPS), melalui pendistribusian beras bersubsidi sebanyak 15
Kg/RTS/bulan selama 12 bulan dengan harga tebus Rp 1.600 per kg netto di
tempat penyerahan yang disepakati (Titik Distribusi atau Warung Desa).
2.5.4. Prinsif Pengelolaan dan Pengorganisasian RASKIN
2.5.4.1. Prinsip Pengelolaan RASKIN
Prinsip pengelolaan RASKIN adalah nilai-nilai dasar yang menjadi landasan atau
acuan setiap pengambilan keputusan dalam pelaksanaan rangkaian kegiatan, yang
diyakini mampu mendorong terwujudnya tujuan program RASKIN. Adapun
prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
a. Keberpihakan kepada Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat
(RTS-PM) RASKIN, bermakna mengusahakan RTS-PM dapat memperoleh beras
kualitas baik, cukup sesuai alokasi dan terjangkau.
b. Transparansi, bermakna membuka akses informasi kepada pemangku
kepentingan RASKIN terutama RTS-PM, yang harus mengetahui dan
memahami adanya kegiatan RASKIN serta dapat melakukan pengawasan
secara mandiri.
c. Partisipatif, bermakna mendorong masyarakat terutama RTS-PM berperan
secara aktif dalam setiap tahapan pelaksanaan program RASKIN, mulai dari
tahap perencanaan, sosialisasi, pelaksanaan dan pengendalian.
d. Akuntabilitas, bermakna bahwa setiap pengelolaan kegiatan RASKIN harus
dapat dipertanggung-jawabkan kepada masyarakat setempat maupun kepada
semua pihak yang berkepentingan sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang
berlaku atau yang telah disepakati.
2.5.4.2. Pengorganisasian RASKIN
Untuk mengefektifkan Program RASKIN Tahun 2009, dibentuk Tim
Koordinasi RASKIN Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan sebagai
pelaksana program RASKIN. Penanggungjawab pelaksanaan Program RASKIN
di Pusat adalah Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat; di Provinsi
A. Tim Koordinasi RASKIN Pusat
Tim Koordinasi RASKIN Pusat beranggotakan unsur dari Kementerian
Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian, Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional, Departemen Keuangan, Departemen Dalam
Negeri, Departemen Sosial, Departemen Pertanian, Kementerian Negara BUMN,
Badan Pusat Statistik, Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP),
dan Perum BULOG.
1. Kedudukan
Tim Koordinasi RASKIN Pusat berkedudukan di bawah dan bertanggung
jawab kepada Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
2. Tugas
Melaksanakan koordinasi kebijakan perencanaan dan anggaran, pelaksanaan
dan distribusi, fasilitasi, monitoring dan evaluasi serta menerima pengaduan
dari masyarakat tentang pelaksanaan program RASKIN
3. Fungsi
Mengkoordinasikan dan merumuskan kebijakan RASKIN sebagai bagian dari
kebijakan penanggulangan kemiskinan.
4. Struktur dan Keanggotaan Tim Koordinasi RASKIN Pusat
Tim Koordinasi RASKIN Pusat terdiri dari Pengarah, Pelaksana dan
Sekretariat. Pengarah terdiri dari Ketua dari unsur Kementerian Koordinator
Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Anggota terdiri dari unsur Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian, Departemen Dalam Negeri, Departemen
Keuangan, Departemen Sosial, BPS, Kementerian Negara Perencanaan
Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, BPKP
dan Perum BULOG.
Pelaksana terdiri dari Ketua, Wakil Ketua/Ketua Bidang dan Anggota. Ketua
Pelaksana adalah Deputi Bidang Koordinasi Perlindungan Sosial dan
Perumahan Rakyat Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat;
Wakil Ketua I/Bidang Kebijakan Perencanaan adalah Direktur Pangan dan
Pertanian Bappenas; Wakil Ketua II/Bidang Kebijakan Anggaran adalah
Direktur Anggaran III, Ditjen Anggaran Departemen Keuangan; Wakil Ketua
III/Bidang Pelaksanaan dan Distribusi adalah Direktur Pelayanan Publik
Perum BULOG; Wakil Ketua IV/Bidang Fasilitasi, Monev dan Pengaduan
adalah Direktur Usaha Ekonomi Masyarakat Ditjen PMD Departemen Dalam
Negeri.
Anggota Tim terdiri dari unsur-unsur Kementerian Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian,
Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional, Departemen Keuangan, Departemen Dalam Negeri,
Departemen Sosial, Departemen Pertanian, Kementerian Negara BUMN,
Badan Pusat Statistik, BPKP, dan Perusahaan Umum BULOG.
Adapun Struktur dan keanggotaan Tim Koordinasi RASKIN Pusat
ditunjukkan pada gambar 2.2.
TIM KOORDINASI RASKIN PUSAT
Anggota :
1. Deputi Bidang Koord Pertanian dan Kelautan, Kementerian Koord Bidang Perekonomian; Ketua : Sekretaris Kementerian Koord Bidang Kesra RI
PENGARAH
Gambar 2.2. Struktur dan Keanggotaan Tim Koordinasi RASKIN Pusat
B. Tim Koordinasi RASKIN Provinsi
1. Kedudukan
Tim Koordinasi RASKIN Provinsi adalah pelaksana Program RASKIN di
Provinsi, yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada
Gubernur.
2. Tugas
Tim Koordinasi RASKIN Provinsi mempunyai tugas merencanakan,
melaksanakan, mengendalikan, sosialisasi, monitoring, evaluasi dan
melaporkan pelaksanaan Program RASKIN di wilayah Provinsi.
3. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Tim Koordinasi RASKIN Provinsi
mempunyai fungsi :
a. Koordinasi perencanaan Program RASKIN di provinsi.
b. Fasilitasi lintas pelaku, komunikasi interaktif, dan penyebarluasan
informasi Program RASKIN.
c. Pembinaan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi Tim Koordinasi
RASKIN Kabupaten/Kota.
d. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Program RASKIN di
Kabupaten/Kota.
4. Struktur dan Keanggotaan Tim Koordinasi RASKIN Provinsi
Tim Koordinasi RASKIN Provinsi terdiri dari Penanggungjawab, Ketua,
Sekretaris, dan beberapa bidang antara lain: Perencanaan, Pelaksanaan
Distribusi, Monev dan Pengaduan Masyarakat, yang ditetapkan dengan
keputusan Gubernur.
Tim Koordinasi RASKIN Provinsi beranggotakan unsur-unsur instansi terkait
di tingkat Provinsi antara lain Setda, Bappeda, Badan/Dinas/Lembaga yang
Perwakilan BPKP dan Divisi Regional/Sub Divisi Regional Perum BULOG
dan lembaga lain sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.
C. Pelaksana Distribusi RASKIN
1. Kedudukan
Pelaksana Distribusi RASKIN berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab
kepada Camat/Kepala Desa/Lurah.
2. Tugas
Pelaksana Distribusi RASKIN mempunyai tugas :
a. Menerima beras dan menyerahkan kepada RTS-PM di Titik Distribusi.
b. Menerima Hasil Penjualan Beras (HPB) dari RTS-PM dan menyerahkan
kepada Satker RASKIN atau menyetor ke Rekening HPB Bulog bank
yang ditetapkan.
c. Menyelesaikan administrasi distribusi RASKIN (BAST dan DPM-2).
D. Satker RASKIN
1. Kedudukan
Satker RASKIN berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada
Kadivre/Kasubdivre/Kakansilog Perum BULOG sesuai tingkatannya.
2. Tugas
Satker RASKIN mempunyai tugas:
a. Mengangkut beras dari gudang Perum BULOG sampai dengan Titik
Distribusi/Warung Desa dan menyerahkan kepada Pelaksana
Distribusi/Pemilik-Pengelola Warung Desa di Titik Distribusi/ Warung
Desa.
b. Menerima uang HPB dari Pelaksana Distribusi/Pemilik-Pengelola Warung
Desa dan menyetorkan ke rekening HPB Bulog di bank yang di tetapkan.
c. Menyelesaikan administrasi distribusi RASKIN (DO, GD1K, BAST,
MBA-0 dan mengumpulkan DPM-2 dari Titik Distribusi dan pembayaran
HPB (Tanda Terima/kuitansi dan Bukti Setor Bank).
d. Melaporkan pelaksanaan tugas di wilayah kerjanya kepada Kadivre/
Kasubdivre/ Kakansilog secara periodik setiap bulan.
2.5.4.3. Mekanisme Perencanaan dan Pelaksanaan RASKIN
Kegiatan perencanaan meliputi penetapan pagu RASKIN nasional sampai
dengan tingkat Desa/Kelurahan berdasarkan data Rumah Tangga Sasaran (RTS)
BPS, penetapan Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM)
berdasarkan kesepakatan hasil Musyawarah Desa/Kelurahan dan rencana
pendistribusian RASKIN.
2.5.4.4. Pengendalian dan Pelaporan RASKIN
A. Pengendalian RASKIN
pelaksananya adalah Tim Koordinasi RASKIN Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota
dan Kecamatan atau pihak lain yang ditunjuk secara periodik dan/atau disesuaikan
dengan kebutuhan untuk menilai pencapaian target dan efektifitas pelaksanaan
Program RASKIN berdasarkan indikator kinerja yang ditetapkan.
Indikator kinerja Program RASKIN ditunjukkan dengan tercapainya target
6T, yaitu Tepat Sasaran Penerima Manfaat, Tepat Jumlah, Tepat Harga, Tepat
Waktu, Tepat Administrasi dan Tepat Kualitas. Disamping itu Tim Koordinasi
RASKIN Provinsi dan Kabupaten/Kota membentuk sekretariat Unit Pengaduan
Masyarakat (UPM) di bawah koordinasi Badan/Dinas/Lembaga yang berwenang
dalam pemberdayaan masyarakat secara berjenjang. Pengaduan masyarakat
berupa keluhan, kritik dan saran perbaikan terhadap pelaksanaan Program
RASKIN dapat disampaikan secara langsung kepada Sekretariat UPM Provinsi,
Kabupaten/
B. Pelaporan RASKIN
Tim Koordinasi RASKIN Kecamatan melaporkan pelaksanaan program
RASKIN secara periodik kepada Camat sebagai penanggungjawab di Kecamatan
untuk ditindaklanjuti sampai Tim Koordinasi RASKIN Pusat untuk membuat
Laporan Akhir Pelaksanaan Program RASKIN ke Pemerintah.
2.5.4.5. Sosialisasi
Sosialisasi Program RASKIN adalah kegiatan penunjang program untuk
memberikan informasi yang lengkap sekaligus pemahaman yang sama dan benar
kepada seluruh pemangku kepentingan terutama kepada pelaksana, Rumah
Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) dan masyarakat umum. Informasi
dan pemahaman yang sama dan benar dimaksud meliputi latar belakang,
kebijakan pemerintah, tujuan, sasaran, pengelolaan, pengorganisasian,
pengawasan dan pelaporan serta hak dan kewajiban masing-masing.
Sosialisasi Program RASKIN dapat dilakukan melalui berbagai cara yang
efektif antara lain melalui Rapat Tim Koordinasi RASKIN, Talkshow di media
massa dan cetak maupun media lainnya. Melalui sosialisasi program RASKIN
diharapkan pelaksanaan di lapangan sejak awal dapat berjalan secara lancar,
tertib, tepat waktu dan terencana sesuai ketentuan yang ditetapkan. Demikian
pula, apabila dalam pelaksanaan program masih ditemukan adanya indikasi
penyimpangan pelaksanaan, seluruh pemangku kepentingan termasuk masyarakat
umum perlu mengetahui cara melaporkan atau mengadukan sekaligus
penyelesaian masalahnya melalui jalur UPM yang tersedia.
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Kinerja
Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, visi perusahaan yang tertuang
dalam perumusan strategi planning suatu perusahaan. Penilaian tersebut tidak
terlepas dari proses yang merupakan kegiatan mengolah masukan menjadi
keluaran atau penilaian dalam proses penyusunan kebijakan/program/kegiatan
yang dianggap penting dan berpengaruh terhadap pencapaian sasaran dan tujuan
3.1.1. Pengukuran Kinerja
Pengukuran Kinerja merupakan hasil dari suatu penilaian yang sistematik
dan didasarkan pada kelompok indikator kinerja kegiatan yang berupa
indikator-indikator masukan, keluaran, hasil, manfaat, dan dampak.. Pengukuran kinerja
digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan
kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka
mewujudkan visi dan misi.
Pengukuran kinerja merupakan proses mencatat dan mengukur pencapaian
pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian misi melalui hasil-hasil yang
ditampilkan berupa produk, jasa, ataupun proses (Junaedi, 2002:380-381).
Artinya, setiap kegiatan perusahaan harus dapat diukur dan dinyatakan
keterkaitannya dengan pencapaian arah perusahaan di masa yang akan datang
yang dinyatakan dalam misi dan visi perusahaan.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem pengukuran kinerja
adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer perusahaan menilai
pencapaian suatu strategi melalui alat ukur keuangan dan non keuangan. Hasil
pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik yang akan
memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik
dimana perusahaan memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas
perencanaan dan pengendalian.
3.1.2. Tujuan dan Manfaat Pengukuran Kinerja
Batasan tentang pengukuran kinerja adalah sebagai usaha formal yang
dilakukan oleh organisasi untuk mengevaluasi hasil kegiatan yang telah
dilaksanakan secara periodik berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya. Tujuan pokok dari pengukuran kinerja adalah untuk
memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan mematuhi standar
perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar menghasilkan tindakan yang
diinginkan (Mulyadi & Setyawan 1999: 227).
Secara umum tujuan dilakukan pengukuran kinerja adalah untuk (Gordon,
1993 : 36) :
1. Meningkatkan motivasi karyawan dalam memberikan kontribusi kepada
2. Memberikan dasar untuk mengevaluasi kualitas kinerja masing-masing
karyawan.
3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan sebagai
dasar untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan dan
pengembangan karyawan.
4. Membantu pengambilan keputusan yang berkaitan dengan karyawan, seperti
produksi, transfer dan pemberhentian.
Pengukuran kinerja dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap persiapan
dan tahap pengukuran. Tahap persiapan atas penentuan bagian yang akan diukur,
penetapan kriteria yang dipakai untuk mengukur kinerja, dan pengukuran kinerja
yang sesungguhnya. Sedangkan tahap pengukuran terdiri atas pembanding kinerja
sesungguhnya dengan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya dan kinerja yang
diinginkan (Mulyadi, 2001: 251).
Pengukuran kinerja memerlukan alat ukur yang tepat. Dasar filosofi yang
dapat dipakai dalam merencanakan sistem pengukuran prestasi harus disesuaikan
dengan strategi perusahaan, tujuan dan struktur organisasi perusahaan. Sistem
pengukuran kinerja yang efektif adalah sistem pengukuran yang dapat
memudahkan manajemen untuk melaksanakan proses pengendalian dan
memberikan motivasi kepada manajemen untuk memperbaiki dan meningkatkan
kinerjanya.
Manfaat sistem pengukuran kinerja adalah (Mulyadi & Setyawan, 1999:
212-225):
1. Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggannya dan membuat seluruh
personil terlibat dalam upaya pemberi kepuasan kep