• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyebab Defisiensi Nutrisi Murid Penderita Angular Cheilitis Di SD ST Antonius Dan SD Negeri Padang Bulan Kecamatan Medan Baru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penyebab Defisiensi Nutrisi Murid Penderita Angular Cheilitis Di SD ST Antonius Dan SD Negeri Padang Bulan Kecamatan Medan Baru"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

PENYEBAB DEFISIENSI NUTRISI

MURID PENDERITA ANGULAR CHEILITIS

DI SD ST ANTONIUS DAN SD NEGERI PADANG BULAN

KECAMATAN MEDAN BARU

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

TIKA ELMAYANTI PURBA NIM : 070600087

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

SUMATERA UTARA

(2)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 18 Maret 2010

Pembimbing : Tanda Tangan

Wilda Hafni Lubis, drg., M.Si ………

(3)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji

pada tanggal 18 Maret 2010

TIM PENGUJI

KETUA : Wilda Hafni Lubis, drg., M.Si

ANGGOTA : 1. Syuaibah Lubis, drg

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunianya

akhirnya penulisan skripsi ini telah selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara di Medan.

Dengan hati yang tulus, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga

kepada orang tua tersayang yaitu E.R.Lumbantoruan yang telah memberikan kasih

sayang, doa restu dan dukungan tanpa batas.

Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Sayuti Hasibuan selaku ketua Departemen Penyakit Mulut dan koordinator

skripsi yang telah meluangkan waktu dan memberikan saran kepada penulis.

2. Wilda Hafny Lubis, drg., M.Si selaku dosen pembimbing skripsi atas

kesabaran dan waktu yang diberikannya untuk membimbing penulis sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D selaku dosen pembimbing akademik

penulis yang telah memberikan motivasi dalam kegiatan akademik penulis.

4. Kepala Sekolah Dasar St.Antonius I dan Sekolah Dasar 060895 Medan yang

telah mengizinkan dan memberi masukan kepada penulis dalam melakukan

(5)

5. Prof. Dr. Sutomo Kasiman, SpPD., SpJP(K) selaku ketua komisi etik

penelitian bidang kesehatan Fakultas Kedokteran USU.

6. Dr. Ekaprana Aditya Sutan, atas bimbingan dan bantuannya dalam analisa

statistik.

7. Seluruh staf Pengajar dan Pegawai di Fakultas Kedokteran Gigi USU yang

membimbing dan membantu selama penulis menjalani masa pendidikan di

Fakultas Kedokteran Gigi USU.

8. Andreas Martin Tinambunan, atas dukungan dan bantuan yang tidak dapat

disebut satu per satu.

9. Teman-temanku Coni Oktami, Nuria Fazrina, Merry Munthe, Sarinah Rambe,

Axel Ivander, Isfayanti Mutiara, Kristina Hutagalung, Tri Sari Dewi, Jessica

Natalia dan teman-teman seangkatan 2007 lain yang tidak mungkin

disebutkan satu per satu atas bantuan, doa dan dukungan yang diberikan

dalam suka dan duka.

Akhir sekali, penulis juga mengharapkan semoga skripsi ini dapat

memberikan sumbangan pikiran bagi pengembangan disiplin ilmu di Fakultas

Kedokteran Gigi khususnya Departemen Penyakit Mulut.

Medan, Maret 2011

Penulis,

( Tika Elmayanti Purba)

(6)

DAFTAR ISI

2.3 Kebiasaan atau Pola Makan Anak Usia Sekolah………... 11

2.4 Pengetahuan Gizi Anak Usia Sekolah……… 12

2.5 Pengaruh Adat Terhadap Nutrisi Anak…….. 13

(7)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN………. 16

3.1 Rancangan Penelitian……… 16

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Ukuran Lingkar Lengan anak usia 4-17 tahun……… 10

2. Distribusi frekuensi gambaran sosiodemografi subjek

penelitian pada SD St.Antonius 1……… 26

3. Distribusi frekuensi gambaran sosiodemografi subjek

penelitian pada SD Negeri 060895……….. 26

4. Distribusi subjek penelitian berdasarkan status gizi……… 27

5. Hasil kuesioner pengetahuan gizi pada murid SD St.Antonius

dan SD Negeri 060895 Medan……… 28

6. Hasil kuesioner kebiasaan atau pola makan pada murid

SD St.Antonius dan SD Negeri 060895 Medan………. 29

7. Hasil kuesioner pengaruh adat pada murid SD St.Antonius

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Lembar Penjelasan kepada Subjek Penelitian 1

2. Lembar Persetujuan setelah Penjelasan (Informed Consent) 2

3. Surat Persetujuan Komisi Etik Tentang Pelaksanaan

Penelitian Bidang Kesehatan 3

4. Surat Izin Penelitian dari Kepala Sekolah SD St.Antonius I 4

5. Surat Izin Penelitian dari Kepala Sekolah SD Negeri 060895 5

6. Lembar Kuesioner 6

(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Rongga mulut merupakan salah satu bagian terkecil dari seluruh tubuh

manusia, tetapi baik bagi tenaga kesehatan terutama dokter gigi merupakan bagian

tubuh yang penting. Rongga mulut mencerminkan kesehatan tubuh seseorang karena

merupakan pintu pertama masuknya bahan-bahan makanan untuk kebutuhan

pertumbuhan individu yang sempurna serta kesehatan yang optimal.1 Bahan-bahan

makanan sangat berperan dalam mempertahankan kesehatan tubuh, baik kesehatan

secara umum maupun kesehatan rongga mulut. Secara spesifik kurangnya asupan

makanan yang bergizi pada tubuh dapat diketahui dengan timbulnya penyakit pada

rongga mulut.2

Penyakit pada rongga mulut dapat terjadi pada mukosa non-keratin dan

mukosa berkeratin, pada umumnya dapat memberikan keluhan atau tanpa keluhan,

dapat terasa nyeri atau tidak nyeri, dapat merupakan kelainan warna, kelainan yang

bersifat jinak atau ganas. Kelainan di rongga mulut tidaklah menunjukkan penyakit

yang terlokalisir saja tetapi dapat menunjukkan manifestasi dari seluruh kesehatan

tubuh. Angular cheilitis merupakan salah satu penyakit pada rongga mulut yang

terjadi pada mukosa berkeratin, yaitu pada sudut mulut.1 Angular cheilitis dapat

dikenali sebagai simtom dari defisiensi nutrisi yang banyak dijumpai pada anak usia

(12)

Prevalensi terjadinya angular cheilitis menurut beberapa penelitian

menunjukkan angka yang cukup tinggi, pada penelitian yang dilakukan Maria R

Crivelli, dkk (2006) mengenai prevalensi lesi oral pada anak sekolah dasar umur 4-13

tahun di Argentina berdasarkan tingkatan ekonomi, dilaporkan bahwa 1,1% anak

sekolah dasar dengan tingkat ekonomi tinggi menderita angular cheilitis, sedangkan

6,5% pada anak sekolah dasar dengan tingkat ekonomi yang lebih rendah.4 Dari

penelitian Martinez P.dkk melaporkan 2,5% menderita angular cheilitis pada

populasi anak usia sekolah di Amerika Serikat. Selain itu, penelitian yang diadakan di

India, dari 1190 pasien yang mengunjungi departemen Oral Medicine, dilaporkan

bahwa 41,2% menderita lesi oral dan 0,58% diantaranya menderita angular cheilitis.5

Angular cheilitis dapat terjadi dengan berbagai pola etiologi yang

berhubungan erat dengan kondisi kesehatan dan kondisi lingkungan. Secara garis

besar faktor- faktor etiologi angular cheilitis yaitu defisiensi nutrisi, defisiensi imun,

infeksi bakteri dan jamur, serta trauma mekanis.6 Namun pada penelitian ini

difokuskan dalam membahas etiologi atau penyebab defisiensi nutrisi pada anak

penderita angular cheilitis yang berhubungan dengan tingkat sosial ekonomi keluarga

anak, pengetahuan anak tentang nutrisi yang baik, kebiasaan atau pola makan dan

pengaruh adat dalam keluarga terhadap nutrisi anak.

Defisiensi nutrisi dapat sebagai penyebab angular cheilitis terutama defisiensi

vitamin B kompleks (riboflavin), zat besi, dan asam folat.4,6 Menurut Bamji M.S,

(13)

bahwa diantara simtom defisiensi nutrisi yang paling jelas adalah angular cheilitis

yaitu 41,3%.3

Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena anak adalah generasi

penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas anak-anak

saat ini. Upaya peningkatan sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini,

sistematis dan berkesinambungan. Tumbuh kembangnya anak usia sekolah yang

optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta

benar. Dalam masa tubuh kembang tersebut pemberian nutrisi atau asupan makanan

pada anak tidak dapat selalu dilaksanakan dengan benar dan menyimpang.

Penyimpangan ini berperan dalam mendukung terjadinya gangguan-gangguan

kesehatan pada anak, khususnya pada rongga mulut.

Atas fakta tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

pada anak-anak sekolah dengan tingkat sosial ekonomi yang berbeda, faktor-faktor

etiologi manakah yang prevalensinya paling tinggi di dua tingkatan sosial ekonomi

(14)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

Apakah penyebab defisiensi nutrisi pada murid penderita angular cheilitis di

SD St.Antonius dan SD Negeri Padang Bulan Medan?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dilakukannya penelitian ini antara lain :

Untuk mengetahui apakah penyebab defisiensi nutrisi pada murid penderita

angular cheilitis di SD St.Antonius dan SD Negeri Padang Bulan Medan.

Tujuan khusus dilakukannya penelitian ini antara lain :

Untuk mengetahui perbedaan faktor penyebab defisiensi nutrisi pada murid

penderita angular cheilitis di tingkat ekonomi tinggi dan rendah.

1.4 Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain :

1. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi para guru dalam

memberikan pengertian gizi kepada para murid yang disampaikan melalui

pokok bahasan dalam pembelajaran jasmani dan kesehatan disekolah.

2. Sebagai bahan referensi bagi Dinas Kesehatan Medan untuk

melaksanakan program penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada

(15)

3. Memberi informasi kepada tenaga kesehatan tentang pola etiologi yang

berperan pada terjadinya angular cheilitis di berbagai tingkat sosial

ekonomi, khususnya pada anak-anak, sehingga dapat memberikan

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2 .1 Angular Cheilitis

Angular cheilitis merupakan inflamasi akut atau kronis pada sudut mulut yang

ditandai dengan adanya fisur-fisur, retak-retak pada sudut bibir, berwarna kemerahan,

mengalami ulserasi disertai rasa terbakar, nyeri dan rasa kering pada sudut mulut.

Pada kasus yang parah, retakan tersebut dapat berdarah ketika membuka mulut dan

menimbulkan ulser dangkal atau krusta.6,7

Menurut Stannus, lesi ini ditandai dengan adanya fisur-fisur dan eritema pada

sudut mulut yang menyebar sampai ke bawah bibir dan kemungkinan meluas ke

mukosa pipi. Angular cheilitis memiliki nama lain perleche, angular cheilosis dan

angular stomatitis. Istilah perleche sebenarnya digunakan untuk angular cheilitis

yang disebabkan defisiensi vitamin B kompleks, namun sekarang telah

digeneralisasikan untuk semua angular cheilitis dengan berbagai etiologi.7

2.1.1 Etiologi

Etiologi angular cheilitis dapat berupa defisiensi nutrisi, defisiensi imun, infeksi

bakteri dan faktor mekanikal.7 Penyebab angular cheilitis yang menonjol pada

anak-anak adalah defisiensi nutrisi. Defisiensi nutrisi yang dimaksud biasanya disebabkan

(17)

Dalam menimbulkan angular cheilitis, setiap faktor etiologi terutama

defisiensi nutrisi berkorelasi dengan kondisi lingkungan, pada anak sekolah yang

paling berpengaruh adalah kondisi lingkungan dalam keluarga dan di sekolah.

Kondisi lingkungan yang dimaksud dapat berupa tingkat sosial ekonomi keluarga,

pengaruh adat dalam keluarga, kebiasaan atau pola makan anak dan pengetahuan

gizi.9

Infeksi bakteri dan faktor mekanikal sebagai etiologi angular cheilitis sering

terjadi pada anak yang mempunyai kebiasaan buruk seperti menjilat sudut bibir dan

menghisap jari. Hal tersebut menyebabkan saliva berkumpul pada sudut mulut dan

tanpa disadari turut menyediakan lingkungan yang sempurna untuk agen infeksi

dalam menyebabkan angular cheilitis.10

2.1.2 Gambaran Klinis

Secara umum angular cheilitis mempunyai simtom utama bibir kering, rasa

tidak nyaman, adanya sisik-sisik dan pembentukan fisur (celah) yang diikuti dengan

rasa terbakar pada sudut mulut. Yang paling sering sebagai daerah eritema dan udema

yang berbentuk segitiga pada kedua komisura atau dapat berupa atropi, eritema, ulser,

krusta dan pelepasan kulit sampai terjadi eksudasi yang berulang. Reaksi jangka

panjang, terjadi supurasi dan jaringan granulasi.6,8,11

Pada pasien angular cheilitis yang dihubungkan dengan defisiensi nutrisi

dapat terlihat penipisan papilla lidah (depapillated tongue) dikarenakan defisiensi

(18)

dengan defisiensi asam folat, atau lidah ungu kemerahan (reddish-purple depapillated

tounge) pada defisiensi vitamin B. Angular cheilitis yang disertai alopesia, diare dan

ulserasi oral non-spesifik yang biasanya terdapat di lidah dan mukosa bukal, dapat

diduga dikarenakan defisiensi seng.11,12

Gambaran klinis angular cheilitis pada anak.

(19)

2.2 Defisiensi Nutrisi

Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), defisiensi nutrisi adalah

ketidakseimbangan selular antara suplai makanan dan energi dengan kebutuhan tubuh

untuk menjamin pertumbuhan, pemeliharaan, dan fungsi-fungsi spesifik.14

Defisiensi nutrisi yang sering terjadi pada pasien penderita angular cheilitis

antara lain ialah defisiensi vitamin B2 (riboflavin), B6 (piridoksin), B12 (kobalamin),

zat besi, dan asam folat. Sumber vitamin dan mineral tersebut banyak terdapat pada

buah, kacang-kacangan, dan sayur-sayuran, khususnya sayuran hijau.15

Masukan makanan yang tidak seimbang sebagai hasil dari kondisi rumah

tangga yang buruk merupakan salah satu penyebab defisiensi nutrisi pada anak,

UNICEF juga menyatakan bahwa kebiasaan makan yang tidak baik sama

berperannya dalam menyebabkan defisiensi nutrisi. Data Dinas Kesehatan DKI

Jakarta menunjukkan bahwa terdapat 6.516 anak usia sekolah yang kekurangan gizi

sepanjang tahun 2006 dan 2,38% dari 281.131 anak usia sekolah di lima wilayah Ibu

Kota DKI Jakarta menderita kurang gizi.16 Selain faktor ekonomi, kurangnya

pengetahuan masyarakat tentang nutrisi yang baik dapat menyebabkan kurangnya

kualitas asupan gizi mereka, masyarakat tidak mengerti bagaimana memilih makanan

yang berkualitas baik dengan harga murah yang dapat di konsumsi. Masyarakat tidak

memanfaatkan sumber yang tersedia dengan baik karena kekurangan informasi atau

pengetahuan mengenai bagaimana cara pemberian makanan sehingga mereka lebih

mengutamakan rasa kenyang tanpa memperhatikan kualitas dan variasi makanan.

(20)

masyarakat yang tidak sesuai dengan praktek mengenai cara pemberian makanan

yang benar.17

Defisiensi nutrisi pada anak dapat dinilai dengan mengukur lingkaran lengan

atas (LLA). LLA mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot, dapat

digunakan untuk identifikasi anak dengan gangguan gizi atau pertumbuhan.

Keuntungan penggunaan LLA ini adalah alatnya murah, dapat dibuat sendiri, mudah

dibawa dan cepat penggunaannya.18

Tabel 1. Ukuran Lingkar Lengan anak Usia 6-17 Tahun

Usia (Dikutip dari: "The assessment of nutritional status of the community" oleh Jelliffe, WHO 1966)18

Nilai pada kolom Baku dan 90% Baku merupakan parameter LLA yang

(21)

60% Baku menunjukkan status kekurangan gizi. Kolom 80% Baku merupakan

kekurangan nutrisi cukup. Kolom 70% Baku merupakan kekurangan nutrisi sedang

dan kolom 60% Baku merupakan parameter kekurangan nutrisi buruk. Pada setiap

tingkatan status gizi tersebut dibedakan ukuran untuk anak laki-laki dan perempuan.18

2.3 Kebiasaan atau Pola Makan Anak Usia Sekolah

Pada permulaan usia 6 tahun anak mulai masuk sekolah, dengan demikian

anak-anak mulai masuk kedalam dunia baru, dimana mulai banyak berhubungan

dengan orang-orang diluar keluarganya. Hal ini dapat mempengaruhi kebiasaan

makan mereka. Pengalaman-pengalaman baru, kegembiraan-kegembiraan di sekolah,

menyebabkan anak-anak menyimpang dari kebiasaan waktu makan yang sudah

diberikan orang tua kepada mereka.19

Pada usia 7-9 tahun anak pandai menetukan makanan yang disukai karena

mereka sudah mengenal lingkungan. Untuk itu perlu pengawasan dari orang tua

supaya tidak salah memilih makanan karena pengaruh lingkungan. Disini anak masih

dalam tahap pertumbuhan sehingga kebutuhan gizinya harus tetap seimbang. Banyak

makanan yang dijual dipinggir jalan atau tempat umum hanya mengandung

karbohidrat dan garam yang hanya akan membuat cepat kenyang dan banyak disukai

anak, sayangnya hal ini bisa mengganggu nafsu makan anak dan jika hal ini dibiarkan

berlarut-larut akan dapat mengganggu atau menghambat pertumbuhan tubuhnya.19

Pola makan pada anak usia 10-12 tahun sudah harus dibagi dalam jenis

(22)

melakukan aktivitas fisik sehingga memerlukan kalori yang lebih banyak

dibandingkan anak perempuan. Pada usia ini biasanya anak perempuan sudah

mengalami masa haid sehingga memerlukan lebih banyak protein dan zat besi dari

usia sebelumnya.19,20

Pada dasarnya kebiasaan makan pada anak telah terpola pada masa

pertumbuhan. Salah satu teori mengenai terbentuknya kebiasaan makan pada anak

dikemukakan oleh Lund & Burk dalam a analysis of children’s food consumption

behavior model, atau model Lund & Burk. Dalam model tersebut kebiasaan makan

pada anak dimulai dari dorongan dasar(motivasi) yang kemudian dinyatakan dalam

bentuk tindakan makan.21

Pada penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner untuk mengukur

kebiasaan atau pola makan anak usia sekolah. Pertanyaan-pertanyaan dalam

kuesioner tersebut meliputi frekuensi makan dalam satu hari, keteraturan makan,

menu makan sehari-hari, kebiasaan makan bersama keluarga, kebiasaan sarapan pagi,

kebiasaan minum susu, konsumsi makanan jajanan dan makanan selingan. Setiap

pertanyaan memiliki tiga pilihan dan setiap pilihan tersebut mengandung poin.

Pilihan pertama mengandung 2 poin, pilihan kedua mengandung 1 poin dan pilihan

ketiga 0 poin. Jika jumlah poin 11-15 termasuk kategori kebiasaan atau pola makan

baik. Poin 6-10 termasuk kategori pola makan sedang atau cukup baik. Poin 1-5

merupakan kategori pola makan buruk.

(23)

Pengetahuan gizi adalah kepandaian memilih makanan yang merupakan

sumber zat-zat gizi. Pengetahuan gizi anak dapat diperoleh baik secara internal

maupun eksternal. Untuk pengetahuan secara internal yaitu pengetahuan yang berasal

dari dirinya sendiri berdasarkan pengalaman hidup sedangkan secara eksternal yaitu

pengetahuan yang berasal dari orang lain, misalnya dari orang tua si anak.

Pengetahuan gizi yang dimiliki orang tua secara tidak langsung akan diterapkan

terhadap anak, sehingga anak memiliki pengetahuan tentang gizi. Keluarga

merupakan lingkungan pendidikan yang pertama. Apabila dalam sebuah keluarga

telah terpenuhi kebutuhan gizinya, pola makan serta kebiasaan makan yang baik,

maka secara tidak langsung akan mempengaruhi pengetahuan anak tentang gizi.

Selain itu, anak-anak juga mendapatkan pengetahuan gizi dari pendidikan sekolah.22

Pengetahuan gizi anak dinilai dengan menggunakan kuesioner yang terdiri

atas 18 pertanyaan. Setiap pertanyaan harus dijawab dengan pilihan “Ya” dan

“Tidak”. Untuk pilihan “Ya” mengandung 2 poin dan “Tidak” mengandung 1 poin.

Jumlah poin 13-18 merupakan kategori pengetahuan gizi baik atau tinggi. Jumlah

poin 7-12 kategori pengetahuan gizi sedang atau cukup baik. Poin 1-6 merupakan

kategori pengetahuan gizi buruk atau rendah.

2.5 Pengaruh Adat Terhadap Nutrisi Anak

Pengaruh budaya juga sangat menentukan status kesehatan anak, dimana

terdapat keterkaitan secara langsung antara budaya dengan pengetahuan. Budaya di

(24)

pantangan dalam keluarga atau anggapan bahwa status anak perempuan lebih rendah

daripada anak laki-laki. Selain itu, terdapat beberapa budaya di masyarakat yang

dianggap baik oleh masyarakat padahal budaya tersebut justru menurunkan kesehatan

anak. Sebagai contoh, anak yang badannya panas akan dibawa ke dukun dengan

keyakinan terjadi kesurupan, kebiasaan memberikan pisang pada bayi baru lahir

dengan anggapan anak cepat besar dan berkembang, atau anak tidak boleh makan

daging dan telur karena dapat menimbulkan penyakit cacingan. Berbagai contoh

budaya yang ada dalam masyarakat tersebut sangat besar mempengaruhi derajat

kesehatan anak, mengingat anak pada usia sekolah merupakan pada masa

pertumbuhan dan perkembangan yang tentunya memerlukan nutrisi yang cukup.23

Ketaatan beragama juga berpengaruh penting dalam kebiasaan makan bagi

pemeluk agama tertentu. Dilaporkan bahwa pembatasan pola makan atau makanan

pantangan diterapkan oleh 80-95% kelompok populasi yang berasal dari Asia.

Kelompok utamanya ialah umat Muslim, Hindu, Adven dan Sikh. Ketaatan pada

praktek beragama sebagai bagian dari iman memiliki peran yang penting dalam

mempengaruhi status gizi anak dalam keluarga.24

Dalam kuesioner, pengaruh adat dan budaya dapat diketahui berupa frekuensi

subjek dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan, apakah menggunakan pelayanan

dukun atau puskesmas dan rumah sakit. Dilakukan juga penilaian prinsip diet atau

makanan pantangan yang dianut dalam keluarga dan jenis makanan yang termasuk

dalam diet tersebut. Jika subjek memiliki prinsip diet atau makanan pantangan,

(25)

golongan karbohidrat, protein nabati, protein hewani, sayur-sayuran dan

buah-buahan. Untuk setiap golongan disebutkan jenis makanan yang termasuk dalam diet

keluarga. Poin 4-5 menunjukkan pengaruh adat atau budaya yang tinggi. Poin 2-3

menunjukkan pengaruh adat sedang dan poin hanya 1 berarti pengaruh adat yang

rendah.

2.6 Kerangka Teori

Tingkat Sosial Ekonomi

Kebiasaan atau pola

makan

Pengetahuan Gizi

Pengaruh adat, budaya dan

agama

Defisiensi vitamin B kompleks, asam folat dan

(26)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei deskriptif dengan menggunakan

pendekatan cross sectional. Penelitian survei deskriptif disini adalah penelitian yang

bertujuan melakukan pengumpulan data mengenai penyebab defisiensi nutrisi pada

penderita angular cheilitis yang ditemukan pada murid-murid dua sekolah dasar.25

Hasil penelitian ini akan memberikan data penyebab defisiensi nutrisi pada murid

penderita angular cheilitis di tingkat sosial ekonomi yang berbeda.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah anak-anak sekolah dasar

dengan usia 6-12 tahun di dua sekolah dasar Kota Madya Medan, dimana pemilihan

sekolah dasar dilakukan berdasarkan data status gizi yang dianjurkan oleh Dinas

Kesehatan Kota Medan, yaitu diambil dua sekolah dasar dengan status sosial

ekonomi rendah dan tinggi. Dari data yang diberikan oleh pengurus tata usaha tiap

(27)

3.2.2 Sampel

Metode pemilihan sampel dalam penelitian ini ialah metode purposive

sampling, yaitu memilih sampel berdasarkan pada pertimbangan subjektif yang

dimana pada penelitian ini subjek yang dipilih adalah subjek yang menderita angular

cheilitis dan mengalami defisiensi nutrisi.26

Besar sampel adalah dengan menghitung sampel menggunakan rumus di

bawah ini karena penelitian ini menggunakan skala nominal. Skala nominal dalam

penelitian ini dihitung persentase penyebab defisiensi nutrisi pada murid penderita

angular cheilitis.26,27

Zα2. P. Q

n =

d2

1,962 . 0,47 . 0,53

n = = 96 orang

0,12

Keterangan :

n = Besar sampel

(28)

P = Proporsi/prevalensi (dari penelitian terdahulu) = 47%

Q = 1 - P

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,1)

Besar sampel yang didapatkan dari perhitungan rumus sebanyak 96 orang.

Masing-masing sekolah memiliki 48 orang sampel penelitian.

3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.3.1 Inklusi

1. Usia 6 - 12 tahun

2. Sedang menderita angular cheilitis

3. Anak yang mengalami defisiensi nutrisi

3.3.2 Eksklusi

1. Tidak bersedia diperiksa rongga mulutnya

2. Anak dengan kebiasaan menjilat sudut mulut

3. Anak dengan kebiasaan menghisap jari

3.4 Variabel Penelitian

Variabel bebas : Tingkat sosial ekonomi

Kebiasaan atau pola makan anak

Pengetahuan gizi

Pengaruh adat

(29)

Variabel tergantung : Angular cheilitis

Variabel terkendali : Umur 6-12 tahun

Jenis Kelamin

3.5 Kerangka Konsep

3.6 Defenisi Operasional

a. Angular cheilitis

Berupa lesi inflamasi berwarna merah pada komisura bibir, dapat terjadi pada

satu sisi (unilateral) maupun kedua sisinya (bilateral) berupa retakan, robekan atau

fisur yang dalam dan terasa sakit.

b. Defisiensi nutrisi

Kurangnya asupan makanan yang menyebabkan terganggunya pertumbuhan

tubuh anak dan menimbulkan lesi-lesi pada rongga mulut akbiat kekurangan asupan - Tingkat sosial ekonomi

- Kebiasaan atau pola makan

- Pengetahuan Gizi - Pengaruh adat

Defenisi Nutrisi

(30)

vitamin B, dimana keadaan ini dapat diketahui dengan mengukur lingkaran lengan

atas.

c. Tingkat sosial ekonomi

Stratifikasi sosial ekonomi anak yang tergantung pada pendidikan dan

pekerjaan orang tuanya, dikategorikan dalam kelas menengah ke bawah, menengah

dan menengah ke atas. Dapat diketahui dari kuesioner.

d. Kebiasaan makan anak

Tindakan anak dalam memenuhi kebutuhan akan makanan meliputi frekuensi

makan, kebiasaan sarapan, kebiasaan minum susu, makanan jajanan dan makanan

pantangan. Dinilai dari kuesioner.

e. Pengetahuan gizi anak

Kemampuan anak dalam menjawab pertanyaan tentang gizi dan makanan,

diukur dengan skor jawaban dari pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner.

f. Adat istiadat

Nilai-nilai dalam masyarakat yang mempengaruhi status gizi anak, biasanya

berkaitan langsung dengan tingkat pendidikan keluarga. Dinilai dari kuesioner.

g. Umur: seluruh anak yang berada dalam rentang umur 6-12 tahun

berdasarkan klasifikasi tabel baku pertumbuhan IMT/Umur CDC 2000.

(31)

Penelitian ini dilakukan pada dua sekolah dasar yang terdapat di Kota Madya

Medan Kecamatan Medan Baru, yaitu :

1. Sekolah Dasar Antonius, Jl.Sriwijaya, Kelurahan Petisah Hulu, Kecamatan

Medan Baru, Medan. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan dan Puskesmas

Padang Bulan, tingkat sosial ekonomi sekolah ini tinggi. Sebagian besar orang

tua murid memiliki tingkat ekonomi menengah ke atas.

2. Sekolah Dasar Negeri Padang Bulan, Jl.Jamin Ginting, Kelurahan Padang

Bulan, Kecamatan Medan Baru, Medan. Sekolah ini berlokasi di tempat yang

banyak masyarakat kurang mampu bertempat tinggal. Sebagian besar orang

tua murid berasal dari tingkat ekonomi bawah. Data dari dinas Kesehatan juga

menunjukkan banyak murid berstatus gizi buruk terdapat pada sekolah ini.

3.8 Sarana Penelitian

3.7.1 Alat

1. Alat tulis

2. Pita pengukur Lingkaran Lengan Atas (LLA)

3. Kuesioner pengetahuan gizi anak

4. Kuesioner kebiasaan atau pola makan anak

5. Kuesioner pengaruh adat

3.7.2 Bahan

(32)

3.9 Pengumpulan Data

1. Pengumpulan data demografi subjek penelitian, yaitu berupa nama, jenis

kelamin dan umur murid dari daftar absensi setiap kelas mulai dari kelas 1

sampai kelas 6 dari kedua sekolah yang akan diteliti.

2. Peneliti memilih subjek penderita angular cheilitis yang etiologinya adalah

defisiensi nutrisi. Untuk membedakan dengan angular cheilitis yang

etiologinya infeksi bakteri atau trauma mekanis, peneliti menanyakan apakah

subjek memiliki kebiasaan buruk seperti menghisap jari atau benda lain dan

kebiasaan menjilat sudut bibir.

3. Peneliti menentukan status nutrisi subjek yang menderita angular cheilitis

dengan mengukur lingkaran lengan atas (LLA) subjek menggunakan pita

pengukur LLA

4. Untuk mengetahui nilai pengetahuan gizi, kebiasaan atau pola makan serta

pengaruh adat terhadap nutrisi anak, peneliti mewawancarai subjek

(33)
(34)

3.11 Pengolahan Data

1. Editing

Kegiatan ini dimaksudkan untuk meneliti kembali formulir data, mengecek

kembali apakah data yang terkumpul sudah lengkap, terbaca dengan jelas dan tidak

meragukan serta apakah ada kesalahan dan sebagainya.

1. Coding

Coding dilakukan untuk mengubah data yang telah terkumpul ke dalam

bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan kode.

2. Entry Data

Menyusun data yang telah terkumpul dalam bentuk tabel.

3. Tabulating

Menyusun data secara manual dengan menggunakan komputer.

3.12 Analisa Data

Data diolah dan dihitung dalam menggunakan program SPSS. Data tersebut

disajikan dalam bentuk tabel penyebab defisinesi nutrisi pada murid penderita angular

cheilitis yang berkolerasi dengan tingkat sosial ekonomi, pengetahuan gizi, kebiasaan

(35)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Etiologi Angular Cheilitis Pada SD St.Antonius I dan SD N 060895 Medan

Subjek penelitian yang didapat dalam penelitian berjumlah 128 anak usia 6-12

tahun, dimana subjek dari SD St.Antonius I berjumlah 56 orang dan subjek dari SD

Negeri 060895 berjumlah 72 orang. Jumlah subjek yang telah dihitung menggunakan

rumus berjumlah 96 orang. Sesuai dengan tujuan penelitian, jumlah tersebut hanya

untuk subjek penderita angular cheilitis yang etiologinya defisiensi nutrisi. Namun

pada penelitian di kedua sekolah terdapat beberapa subjek penderita angular cheiltis

yang etiologinya berupa infeksi bakteri, trauma mekanis dan defisiensi imun. Pada

SD St.Antonius I terdapat subjek penderita angular cheilitis dengan etiologi

defisiensi nutrisi sebanyak 48 orang (85,7 %), infeksi bakteri 6 orang (10,7 %),

trauma mekanis 2 orang (3,6 %). Pada SD N 060895 subjek penderita angular

cheilitis dengan etiologi defisiensi nutrisi sebanyak 48 orang (66,7 %), infeksi bakteri

(36)

%). Melalui kuesioner, subjek dengan infeksi bakteri dan trauma mekanis memiliki

kebiasaan buruk seperti mengisap jari, menjilat sudut bibir dan menyikat gigi secara

kasar sehingga sering melukai sudut mulut.

TABEL 1: KARAKTERISTIK SUBJEK PENELITIAN BERDASARKAN

ETIOLOGI ANGULAR CHEILITIS PADA SD ST.ANTONIUS DAN SD N 060895

No Etiologi

4.2 Gambaran Sosiodemografi Subjek Penelitian

TABEL 2: DISTRIBUSI FREKUENSI GAMBARAN SOSIODEMOGRAFI

SUBJEK PENELITIAN PADA SD ST.ANTONIUS I TAHUN 2010

(37)

- 10 tahun

3. Penghasilan orang tua - < Rp 1.000.000,-

TABEL 3: DISTRIBUSI FREKUENSI GAMBARAN SOSIODEMOGRAFI

SUBJEK PENELITIAN PADA SD NEGERI 060895 TAHUN 2010

Kriteria N 3. Penghasilan orang tua

- < Rp 1.000.000,-

(38)

Penilaian status gizi dilakukan dengan mengukur LLA (Lingkaran Lengan

Atas) yang berpedoman pada The assessment of nutritional status of the community

oleh WHO 1966 yang dimana kekurangan gizi dibedakan atas tiga tingkatan, yaitu

kekurangan gizi ringan, kekurangan gizi sedang dan kekurangan gizi berat. Pada

pemeriksaan status gizi, mayoritas subjek di SD St.Antonius I dikategorikan

kekurangan gizi sedang yaitu sejumlah 22 orang (45,8 %), diikuti kekurangan gizi

ringan sejumlah 16 orang (33,3%) dan kekurangan gizi berat sejumlah 10 orang

(20,8%) .Pada SD Negeri 060895 mayoritas subjek dikategorikan kekurangan gizi

berat sejumlah 21 orang (43,8%), kemudian kekurangan gizi sedang sejumlah 15

orang (31,3%) serta kekurangan gizi ringan 12 orang (25%).

TABEL 4: DISTRIBUSI SUBJEK PENELITIAN BERDASARKAN STATUS GIZI

(39)

*Ukuran lingkar lengan atas anak usia 6-12 tahun sebagai pedoman dalam menentukan status gizi dapat dilihat pada lampiran 6

4.3 Hasil kuesioner

TABEL 5a. HASIL KUESIONER KEBIASAAN ATAU POLA MAKAN PADA MURID SD ST ANTONIUS I DAN SD NEGERI 060895

Pola

*Skor 11-15 = Kebiasaan/pola makan baik

*Skor 6-10 = Kebiasaan/pola makan cukup

(40)

TABEL 5b. PERSENTASE HASIL KUESIONER KEBIASAAN ATAU POLA MAKAN PADA MURID SD ST ANTONIUS I DAN SD NEGERI 060895

Data dari tabel 5a menunjukkan hasil kuesioner kebiasaan atau pola makan

yang mempengaruhi status gizi dan terjadinya angular cheilitis pada murid SD

St.Antonius I dan SD Negeri 060895 dari umur 6-12 tahun. Sedangkan pada tabel 5b

menunjukkan persentase jumlah penderita pada setiap skor. Pada SD St.Antonius I

(41)

orang (45,8%) dan skor 1-5 adalah 13 orang (27,1%). Sedangkan pada SD Negeri

060895 tidak ada penderita dengan skor 11-15, namun penderita dengan skor 6-10

dan skor 1-5 cukup besar jumlahnya, yaitu 20 orang (41,7%) dan 28 orang (58,3%).

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa subjek di SD Negeri 060895 memiliki pola

makan yang lebih buruk dibandingkan subjek di SD St.Antonius I.

TABEL 6a. HASIL KUESIONER PENGETAHUAN GIZI PADA MURID SD ST ANTONIUS I DAN SD NEGERI 060895

Pengetahuan

*Skor 13-18 = Pengetahuan gizi baik

*Skor 7-12 = Pengetahuan gizi cukup

(42)

TABEL 6b. PERSENTASE HASIL KUESIONER PENGETAHUAN GIZI PADA MURID SD ST ANTONIUS I DAN SD NEGERI 060895

Pola

Tabel 6a dan 6b menunjukkan hasil kuesioner dan persentase pengetahuan

gizi pada anak penderita angular cheilitis dengan etiologi defisiensi nutrisi pada SD

St.Antonius I dan SD Negeri 060895. Pada SD St.Antonius I jumlah penderita

dengan skor 13-18 adalah 11 orang (22,9%), skor 7-12 adalah 18 orang (37,5%) dan

skor 1-6 adalah 19 orang (39,6%). Sedangkan pada SD Negeri 060895 jumlah

penderita dengan skor 11-15 adalah 7 orang (14,6%), skor 7-12 adalah 15 orang

(31,2%) dan skor 1-6 adalah 26 orang (54,2%). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa

persentase subjek di SD Negeri 060895 yang memiliki pengetahuan gizi buruk lebih

(43)

TABEL 7. HASIL KUESIONER JUMLAH PENDERITA DENGAN PENGARUH

ADAT DAN BUDAYA PADA MURID SD ST ANTONIUS I DAN SD

NEGERI 060895

No Pertanyaan pengaruh adat & budaya SD St.Antonius I SD N 060895

Jika jawaban no.1 adalah pon b,

frekuensi menggunakan unit pelayanan

c. Kristen Protestan & Katolik d. Hindu

e. Sikh

Prinsip diet yang dianut dalam agama yang dianut:

(44)

Tabel 7 menunjukka n hasil kuesioner pengaruh adat atau budaya terhadap

nutrisi dan timbulnya angular cheilitis pada murid SD St.Antonius I dan SD Negeri

060895. Berdasarkan pemanfaatan pelayanan kesehatan, subjek di SD St.Antonius I

mayoritas memiliki kebiasaan memanfaatkan pelayanan kesehatan berupa puskesmas

atau rumah sakit sebanyak 44 orang (91,2%) sedangkan 4 orang (8,3%)

memanfaatkan pelayanan dukun/shinshe. Subjek yang memilih pelayanan

dukun/shinshe tersebut menganut agama Hindu. Dalam keluarga yang beragama

Hindu, adalah hal yang lumrah apabila ada anggota keluarga yang sakit lebih memilih

pelayanan shinshe daripada puskesmas atau rumah sakit. Pada SD Negeri 060895

jumlah subjek yang memanfaatkan pelayanan dukun/shinshe/pengobatan sendiri lebih

besar jumlahnya yaitu 23 orang (47,9%). Agama atau kepercayaan yang dianut oleh

subjek di SD St.Antonius mayoritas Kristen Protestan dan Katolik (77,1%), namun

terdapat 7 orang yang menganut agama Adven dan 5 orang beragama Hindu.

Sedangkan pada SD Negeri 060895 mayoritas subjek beragama Islam (85,4%), 5

orang beragama Kristen Protestan dan 2 orang beragama Adven. Subjek yang

menganut agama Adven dan Hindu memiliki prinsip diet atau makanan pantangan

(45)

BAB 5

PEMBAHASAN

Angular cheilitis telah menjadi satu kasus penyakit mulut yang sering terjadi

pada anak usia sekolah, ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Almeida dkk yang mendapati golongan anak-anak lebih banyak menderita angular

cheilitis dibanding orang dewasa.28 Timbulnya angular cheilitis tidak hanya karena

inflamasi lokal, melainkan dapat berupa manifestasi sistemik dari keadaan kesehatan

tubuh secara keseluruhan, misalnya defisiensi nutrisi.15 Menurut Bamji M.S,

penelitian di Hyberabad pada 407 orang anak-anak usia 5-13 tahun telah ditunjukkan

bahwa diantara simtom defisiensi nutrisi yang paling jelas adalah angular cheilitis

yaitu 41,3%.3

Berdasarkan penentuan status gizi dengan mengukur lingkaran lengan atas,

persentase subjek penderita angular cheilitis pada SD Negeri 060895 yang

kekurangan gizi berat lebih besar (43,8%) dibandingkan dengan subjek yang

kekurangan gizi berat pada SD St.Antonius I (20,8%). Data ini sesuai dengan

penelitian Selanty N yang menunjukkan persentase angular cheilitis pada anak

dengan status gizi buruk (56%) lebih besar daripada anak dengan status gizi normal

(44%). Hal ini juga sesuai dengan literatur yang menjelaskan salah satu faktor

(46)

Melalui hasil kuesioner pada tabel 5 dapat dilihat persentase kebiasaan atau

pola makan buruk pada subjek di SD N 060895 lebih besar daripada subjek di SD

St.Antonius I. Hal ini berhubungan dengan tingkat sosial ekonomi pada SD Negeri

060895 tersebut yang dimana mayoritas penghasilan orang tua murid dibawah Rp

1.000.000,-. Rendahnya penghasilan seringkali berkaitan dengan pekerjaan yang

digaji rendah atau penggangguran. Hal ini menyebabkan kemiskinan pangan keluarga

dan tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi anak.24 Namun pada SD St.Antonius I

terdapat 13 anak dengan pola makan yang buruk. Menurut survey yang dilakukan

Hidayatullah, banyak orang tua dengan tingkat ekonomi tinggi sibuk dengan

pekerjaan sehingga kerapkali memanjakan anak-anak dengan memberi makanan siap

saji atau junk food. Padahal junk food mengandung kaya lemak dan rendah nutrisi.

Mengonsumsi junk food dapat meyebabkan anak kehilangan nutrisi yang diperlukan

bagi pertumbuhan kesehatan.30

Pada SD St.Antonius I persentase anak dengan pengetahuan gizi cukup dan

pengetahuan gizi buruk hampir sama. Sedangkan pada SD N 060895 persentase anak

dengan pengetahuan gizi buruk jauh lebih besar daripada persentase pengetahuan gizi

baik dan cukup. Mayoritas subjek dengan pengetahuan gizi yang buruk ialah berjenis

kelamin laki-laki. Anak laki-laki lebih banyak terpengaruh oleh lingkungan di luar

keluarga sehingga malas untuk belajar.19 Menurut Sunita A gangguan gizi dapat

terjadi bila susunan makanan seseorang salah dalam kuantitas dan atau kualitas yang

(47)

Pengaruh adat dan budaya terhadap nutrisi anak banyak dipengaruhi oleh

tingkat pendidikan orang tua dan agama atau kepercayaan yang dianut dalam

keluarga. Tingkat pendidikan orang tua yang rendah mengakibatkan ketidaktahuan

akan makanan yang bergizi. Anjuran tentang pola makan sehat mungkin tidak

dipandang relevan atau cocok dengan adat istiadat/tata cara diet mereka. Rendahnya

tingkat pendidikan juga mempengaruhi frekuensi pemanfaatan tenaga kesehatan.

Contohnya, anak yang badannya panas atau demam akan dibawa ke dukun dengan

keyakinan terjadi kesurupan.23 Ketaatan pada praktek beragama juga berpengaruh

penting dalam kebiasaan diet pemeluk agama tertentu.24

Pada SD St.Antonius I terdapat 7 subjek yang menganut agama Adven dan 5

subjek menganut agama Hindu. Kedua agama atau kepercayaan tersebut memiliki

prinsip diet atau makanan pantangan yang sangat ketat. Subjek penganut agama

Hindu memiliki prinsip diet untuk tidak mengkonsumsi beberapa jenis makanan

hewani, yaitu daging babi, daging sapi, hati sapi, usus sapi dan bakso daging.24

Keluarga subjek juga memiliki kebiasaan mencari pengobatan ke shinshe atau

pengobatan tradisional bila ada anggota keluarga yang sakit. Hal tersebut sesuai

dengan literatur yang menyatakan bahwa penganut agama Hindu cenderung

vegetarian dan mengkonsumsi obat-obat tradisional.24 Subjek penganut agama Hindu

memiliki prinsip diet yang hampir sama dengan subjek penganut agama Adven.

Menurut data kebiasaan diet kelompok penganut agama di Inggris, kelompok

(48)

ikan seperti ikan lele.24 Hal tersebut sesuai dengan pola diet subjek. Walaupun

kebiasaan diet ini mungkin sebenarnya sehat dan seimbang, tetapi karena berbagai

sebab diet ini dapat menjadi kurang seimbang ketika diterapkan di negara lain,

sehingga menimbulkan kondisi rawan gizi.24

Pada SD Negeri 060895 mayoritas subjek penelitian menganut agama Islam.

(89,6%). Dalam agama ini juga terdapat prinsip diet, tetapi berbeda dengan prinsip

diet agama Adven dan Hindu. Pada SD ini juga terdapat 2 subjek yang menganut

agama Adven. Seperti telah disebutkan diatas, kelompok agama ini tidak

membenarkan konsumsi beberapa jenis makanan hewani.24 Keluarga subjek memiliki

kebiasaan mengobati anggota keluarga yang sakit secara tradisional daripada berobat

ke rumah sakit atau puskesmas. Hal ini dikarenakan ketidakmampuan keluarga untuk

(49)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Angular cheilitis dengan defisiensi nutrisi dapat terjadi baik pada subjek

dengan tingkat ekonomi tinggi maupun tingkat ekonomi rendah. Faktor penyebab

pada subjek tingkat ekonomi rendah adalah rendahnya penghasilan orang tua,

kebiasaan atau pola makan yang buruk karena ketidakmampuan orang tua untuk

memenuhi kebutuhan pangan, dan pengetahuan gizi yang buruk.

Subjek pada tingkat ekonomi tinggi dapat mengalami angular cheilitis dengan

defisiensi nutrisi karena ada beberapa faktor penyebab, yaitu pengetahuan gizi yang

kurang karena tidak adanya kemauan untuk belajar dan kebiasaan atau pola makan

yang buruk, yaitu konsumsi makanan junk food. Hal ini terjadi karena peran orang tua

yang sangat minim dalam mengontrol pola makan anak. Selain itu, anak telah

mengenal lingkungan di luar lingkungan keluarga dan teman-teman yang baru selain

anggota keluarga sehingga pola makan yang telah diajarkan dirumah tidak lagi

diikuti.

Pengaruh adat dan budaya juga mempengaruhi status gizi. Beberapa subjek

pada kedua sekolah tersebut merupakan penganut agama yang memiliki prinsip diet

(50)

untuk tumbuh kembang anak. Tetapi kurangnya pengetahuan atau perencanaan untuk

memilih makanan bergizi seimbang dapat menyebabkan defisiensi nutrsi.

6.2 Saran

a. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang mencerminkan populasi yang

diteliti maka diperlukan besar sampel yang lebih besar dan representatif.

b. Dapat dilakukan pemeriksaan hematologi untuk menguji defisiensi nutrisi

(51)

DAFTAR RUJUKAN

1. Hasibuan S. Penuntun prosedur diagnosa penyakit mulut. Medan: Bina teknik

press, 2006 : 1-2

2. Ehrlich A. Nutrition and dental health. 4th ed; United states of America. 1982;

3-6

3. Bamji M.S, Rameshwarsarma K.V, Radhaiah G. Relationship between

biochemichal and clinical indices of B-vitamin deficiency. A study in rural

school boys. Br. J. Nutr. 1979; 41: 431-441

4. Maria R. Crivelli, Silvia Aguas, Isabel Adler, Cecilia Quarracino, Pablo

Bazerque. Influence of socioeconomic status on oral mucosa lesion

prevalence in schoolchildren. Mei 2006.

5. Anonymous.

Maret 2010.

6. Anonymous. Angular cheilitis. 1 Agustus 2010

7. Scully C. Angular cheilitis (angular stomatitis). In: Scully C. Oral and

(52)

8. Langlais, Miller. Atlas berwarna kelainan rongga mulut yang lazim. Jakarta:

Hipokrates, 1998 : 68-69.

9. Schuftan C. The causes of hunger and malnutrition: macro and micro

determinants. Hunger and Society, Cornell Intl. Monograph Series 1998;

Vol.1(18): chapt 3.

10.Anonymous. Angular cheilitis treatment, causes and cures. 08 februari 2009.

<http://www.google.co.id/images?hl=id&biw=1280&bih=610&gbv=2&tbs=i

sch%3A1&sa=1&q=angular+cheilitis+in+children&aq=f&aqi=&aql=&oq=&

gs_rfai= > (15 September 2010).

11. Burket. Red and white lesions of the oral mucosa. In: Burket. Oral medicine

diagnosis & treatment. 10th ed; Philadelphia. 2003

12.Scully C. Angular cheilitis (angular stomatitis). In: Scully C. Oral and

maxillofacial medicine. London. Wright,2004: 189-93.

13.Anonymous. Angular cheilitis (Angular stomatitis). 30 September 2008.

14.Suryani. Gizi – kesehatan ibu dan anak. Departemen pendidikan sosial, 2002.

15. Susan ZL. Oral Candidiasis: Diagnosis and Treatment. J Practical Hyg

2000;6:31-6

16. Suryanto P. Gizi anak usia sekolah. 15 Juni 2006.

(53)

17.Almatsier S. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: Gramedia, 2001 : 282-92

18.Wibowo D. Ilmu gizi terapan. "The assessment of nutritional status of the

community" oleh Jelliffe, WHO 1966). Jakarta: Erlangga, 2000. 198-99

19.Masdin. Helath and home tips. 21 Maret 2010.

20.Alimul A. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.

Jakarta: Penerbit Salemba, 2008.

21.Lund & Burk. A analysis of children’s food consumption behavior model. 10

April 2001.

22.Philips P. Knowledge about nutrition. 2000

23. Siswono. Pengaruh budaya terhadap nutrisi. 22 Desember 2006.

(24 September 2010)

24.Barasi M.E. At a glance. Ilmu gizi. Jakarta: Erlangga, 2002: 92-3.

25.Notoatmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan. 3th ed; Jakarta: PT Rineka

(54)

26.Sastroasmoro S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. 3th ed; Jakarta:

CV.Sagung Seto, 2008: 86

27.Dahlan M.S. Besar sampel dan cara pengambilan sampel. 2th ed; Jakarta: PT

Salemba Medika, 2009: 34-6

28.Almeida Maira GD, Moratto LM, Carvalho IM. Angular cheilitis prevalence

cleft lip/cleft palate patients from hospital for rehabilitation of craniofacial

anomalies, USP, Bauru. J Salusvista 2005; 24(1): 105-111

29.Selanty N. Penilaian tingkat pengetahuan dan status gizi pada anak panti

asuhan umur 6-12 tahun hubungannya dengan angular cheilitis. Skripsi, FKG

2008: 24-40

30.Hidayatullah. Bantulah anak-anak menjauhi konsumsi “junk-food”. 12 Maret

2011.

(55)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN

Selamat pagi adik-adik semua,

Perkenalkan nama saya Tika Elmayanti Purba, saat ini saya sedang menjalani

pendidikan dokter gigi di Universitas Sumatera Utara. Saya ingin memberitahukan

kepada adik-adik semua bahwa saya sedang melakukan penelitian dengan judul

Penyebab Defisiensi Nutrisi Pada Murid Penderita Angular Cheilitis di Sekolah Dasar

St.Antonius 1 dan Sekolah Dasar Negeri 060895 di Kecamatan Medan Baru Medan.”

Untuk adik-adik ketahui, angular cheilitis adalah penyakit yang terjadi di sudut mulut berupa keropeng atau pengelupasan kulit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab defisiensi nutrisi pada anak yang menderita angular cheilitis di SD St.Antonius 1 dan SD Negeri 060895. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberi masukan kepada para guru agar dapat memberi pengertian pada anak didiknya mengenai gizi yang baik, bagi Dinas Kesehatan bermanfaat untuk memberikan penyuluhan mengenai kesehatan gigi dan mulut pada anak usia sekolah dan bagi tenaga kesehatan dapat memberi informasi sehingga dapat menanggulangi pasien dengan benar.

(56)

Saya akan mencatat identitas adik-adik. Adapun pemeriksaan yang akan saya lakukan diantaranya dengan mengukur lingkaran lengan atas untuk mengetahui status gizi adik-adik dan melihat keadaan sudut mulut adik-adik dengan kaca mulut. Setelah itu, saya akan bertanya beberapa pertanyaan melalui kuesioner mengenai pengetahuan gizi dan kebiasaan makan adik-adik serta pengaruh adat yang mempengaruhi gizi dalam kehidupan sehari-hari adik. Tidak ada efek samping didalam pemeriksaan yang akan saya lakukan.

Partisipasi adik-adik dalam penelitian ini bersifat sukarela, tidak akan terjadi

efek samping sama sekali. Apabila selama penelitian berlangsung ada keluhan yang

adik-adik alami, silahkan hubungi saya, Tika Elmayanti Purba (HP: 085265802369).

Peneliti

(57)

INFORMED CONSENT

Saya yang namanya tersebut di bawah ini:

Nama :

Tanggal Lahir :

Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan

Alamat :

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan

penuh kesadaran dan tanpa paksaan, saya menandatangani dan menyatakan bersedia

berpartisipasi pada penelitian ini.

Medan, / / 2010

Peneliti Peserta Penelitian

(58)

Lembar Kuesioner Penelitian

Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara

Departemen Ilmu Penyakit Mulut

Penyebab Defisiensi Nutrisi

Murid Penderita Angular Cheilitis

di Sekolah Dasar St.Antonius I dan Sekolah Dasar Negeri 060895

Kecamatan Medan Baru Medan

No .Kartu :

Tanggal : / 12 / 2010

DATA IDENTITAS RESPONDEN Nama :

Kelas : Umur : Tanggal Lahir : Jenis kelamin : Agama :

KUESIONER KEBIASAAN MAKAN ANAK

PETUNJUK : Lingkari jawaban yang menurut adik benar, jawaban tidak boleh lebih dari satu.

1. Frekuensi makan dalam satu hari : 1. ≥ 3 kali

(59)

3 .1 kali

2. Keteraturan makan : 1. Selalu

2. Kadang-kadang

3. Tidak pernah

3. Menu makan setiap hari : 1. Makanan pokok+lauk pauk+

sayuran+buah

2. Makanan pokok+lauk pauk+

sayuran/buah

3.Makanan pokok+lauk/sayuran

4. Kebiasaan makan bersama keluarga : 1. Ya

2. Tidak

5. Kebiasaan sarapan pagi : 1. Selalu

2. Kadang-kadang

3. Tidak pernah

6. Kebiasaan minum susu : 1. Selalu

2. Kadang-kadang

7. Konsumsi makanan junk food : 1. Selalu

2. Kadang-kadang

3. Tidak pernah

8. Konsumsi makanan jajanan : 1. Selalu

2. Kadang-kadang

(60)

KUESIONER PENGETAHUAN ANAK SD TENTANG GIZI

PETUNJUK : Berilah tanda (v) pada kolom jawaban yang tersedia

No Pertanyaan Benar Salah

1 Wortel baik untuk kesehatan mata

2 Saos merupakan bahan makanan yang tidak sehat

3 Buah dan sayuran merupakan bahan makanan sumber vitamin

4 Makanan yang tertutup lebih baik untuk dikonsumsi

5 Susu baik untuk pertumbuhan tulang dan gigi

6 Minuman yang menggunakan pemanis buatan baik untuk kesehatan

7 Kalau mau jajan sebaiknya memilih di tempat yang bersih

8 Sayuran adalah bahan makanan sumber vitamin

9 Kekurangan vitamin A dapat menurunkan penglihatan

10 Ciki atau makanan jajanan tidak mengandung zat besi

11 Tempe dan tahu adalah bahan makanan yang mengandung protein

12 Dalam memasak sebaiknya tidak menggunakan garam beryodium

13 Kalau mau makan sebaiknya cuci tangan terlebih dahulu

14 Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan sariawan

15 Larutan gula garam diberikan pada anak yang diare

16 Fungsi sarapan pagi untuk meningkatkan konsentrasi pada saat belajar

17 Makanan bergizi adalah empat sehat lima sempurna

(61)

KUESIONER PENGARUH ADAT TERHADAP STATUS GIZI

PETUNJUK : Lingkari jawaban yang menurut adik benar dan isi pertanyaan isian

1. Kebiasaan memanfaatkan unit pelayanan kesehatan masyarakat :

a. Dukun/Shinshe/Pengobatan sendiri

b. Puskesmas/Rumah Sakit

2. Jika jawaban No. 1 adalah Poin b, frekuensi menggunakan unit pelayanan

kesehatan masyarakat :

a. Sangat jarang

b. Kadang-kadang

c. Sering

3. Prinsip diet/Makanan pantangan

a. Ya

b. Tidak

Jika ada makanan pantangan, tuliskan apa-apa saja:

- Dari golongan karbohidrat :

- Dari golongan protein hewani :

- Dari golongan protein nabati :

- Dari golongan sayur-sayuran :

(62)

HASIL UJI STATISTIK DEFISIENSI NUTRISI

DENGAN ANGULAR CHEILITIS PADA SD ST.ANTONIUS I

DAN SD NEGERI 060895

BERDASARKAN USIA, KELAS DAN JENIS KELAMIN

1. Hasil statistik pada SD St.Antonius I

Frequencies

Statistics

Usia Jenis Kelamin Kelas

N Valid 7 7 7

Missing 0 0 0

Mean 9.29 4.14

Median 9.00 4.00

Frequency Table

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 6 1 14.3 14.3 14.3

7 1 14.3 14.3 28.6

9 2 28.6 28.6 57.1

11 2 28.6 28.6 85.7

(63)

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid satu 1 14.3 14.3 14.3

dua 1 14.3 14.3 28.6

empat 2 28.6 28.6 57.1

enam 3 42.9 42.9 100.0

(64)
(65)

2. Hasil statistik pada SD Negeri 060895

Frequencies

Statistics

Usia Jenis Kelamin Kelas

N Valid 10 10 10

Missing 0 0 0

Mean 9.30 3.90

(66)

Frequency Table

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 6 1 10.0 10.0 10.0

7 1 10.0 10.0 20.0

8 1 10.0 10.0 30.0

9 2 20.0 20.0 50.0

10 2 20.0 20.0 70.0

11 2 20.0 20.0 90.0

12 1 10.0 10.0 100.0

Total 10 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 7 70.0 70.0 70.0

2 3 30.0 30.0 100.0

Total 10 100.0 100.0

Kelas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

(67)

Valid satu 2 20.0 20.0 20.0

dua 1 10.0 10.0 30.0

empat 2 20.0 20.0 50.0

lima 3 30.0 30.0 80.0

enam 2 20.0 20.0 100.0

Total 10 100.0 100.0

(68)

Gambar

Gambaran klinis angular cheilitis pada anak.
TABEL 1:
TABEL 3: DISTRIBUSI FREKUENSI GAMBARAN SOSIODEMOGRAFI SUBJEK PENELITIAN PADA SD NEGERI 060895 TAHUN 2010
TABEL 4: DISTRIBUSI SUBJEK PENELITIAN BERDASARKAN STATUS GIZI
+6

Referensi

Dokumen terkait

Laju konsumsi oksigen (dalam ml/menit) oleh hewan uji dalam tabung respirasi menggunakan KOH yang dibungkus kertas koran, kertas saring, kertas buram, kapas,

Pada pengujian kecepatan putar motor stepper pada proses interpolasi, pengujian kecepatan putar motor stepper dilakukan dengan mengatur berdasarkan tinggi rendahnya

Pelaporan kepada instansi dan/atau pejabat yang berwenang dalam hal menemukan dugaan penyimpangan atau pelanggaran kegiatan pemanfaatan ruang yang melanggar rencana

Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, dan rasa bangga menjadi guru Kegiatan Pembelajaran yang Mendidik. Pengembangan potensi

Sebaliknya, pendidikan berasrama dapat menerapkan program pendidikan yang komprehensif- holistik mencakup keagamaan, pengembangan akademik, life skill ( soft skill dan

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dari ketiga skripsi yang telah ada terdapat persamaan antara penelitian penulis dengan ketiga skripsi tersebut yakni;

Hanya saja, data ini tidak mampu menjelaskan by name by address siapa saja penduduk atau rumah tangga miskin yang bergerak masuk dan keluar dari kondisi miskin di bawah

Dari wawancara yang peneliti lakukan dengan lima orang informan dapat diketahui bahwa label halalnya suatu produk kecantikan memang merupakan hal yang berpengaruh terhadap