PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK
BUAH-BUAHAN DAN BERBAGAI JENIS LIMBAH
PERTANIAN UNTUK MENGHASILKAN BIOGAS
SKRIPSI
Oleh:
KRISTINA PARDEDE
040308018/TEKNIK PERTANIA
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK BUAH-BUAHAN DAN
BERBAGAI JENIS LIMBAH PERTANIAN UNTUK
MENGHASILKAN BIOGAS
SKRIPSI
Oleh:
KRISTINA PARDEDE 040308018/TEKNIK PERTANIAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujui oleh: Komisi Pembimbing
(Ainun Rohanah, STP, MSi) (Taufik Rizaldi, STP, MP) Ketua Anggota
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT
KRISTINA PARDEDE, “ The Use of Fruits Garbage and Some Agricultural Waste in Producing Biogas”, supervised by Ainun Rohanah and Taufik Rizaldi.
Biogas is a gas that can be produced from anaerobic fermentation of organic material such as animal and human’s feces, biomass or agricultural waste. In this research the biogas was produced from mixture of fruits garbage and some agricultural wastes: i.c corn stalk, rice straw and sawdust. The aim of this research is to analyze the effect of the mixture using non factorial completely randomized design with parameters as follow : final C/N ratio, the first time to produce gas, pressure, colour of flame and duration of flame. The results indicated that the mixture gave significant effect on the final C/N ratio and not significant effect on the first time to produce gas, pressure, colour of flame and duration of flame.
Key word : Biogas, C/N ratio, Waste.
ABSTRAK
KRISTINA PARDEDE, “Pemanfaatan Sampah Organik Buah-buahan
dan Berbagai Jenis Limbah Pertanian Untuk Menghasilkan Biogas”, dibimbing oleh Ainun Rohanah sebagai ketua komisi pembimbing dan Taufik Rizaldi sebagai anggota.
Biogas merupakan gas yang bisa dibakar yang dihasilkan dari fermentasi anaerobik bahan organik seperti kotoran hewan dan manusia, biomassa atau limbah pertanian. Biogas dalam penelitian ini berasal dari campuran sampah organik buah-buahan dan berbagai jenis limbah pertanian yaitu batang jagung, jerami padi dan serbuk gergaji kayu. Penelitian ini bertujuan untuk menguji campuran sampah organik buah-buahan dan berbagai jenis limbah pertanian terhadap biogas yang dihasilkan dengan menggunakan rancangan acak lengkap non faktorial dengan parameter ratio C/N akhir, waktu menghasilkan gas, tekanan, warna nyala api dan lama nyala api. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa campuran sampah organic buah-buahan dan berbagai jenis limbah pertanian (batang jagung, jerami padi dan serbuk gergaji) berpengaruh sangat nyata terhadap ratio C/N akhir dan tidak memberi pengaruh terhadap waktu menghasilkan gas, tekanan, warna nyala api dan nyala api.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sipahutar pada tanggal 13 Desembar 1985 dari Ayah H. Pardede dan Ibu R. Tampubolon. Penulis merupakan putri kelima dari 7 bersaudara.
Tahun 2004 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Sipahutar dan penulis memilih Program Studi Teknik Pertanian Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur PMP.
Selama perkuliahan penulis mengikuti organisasi Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian sebagai anggota seksi kerohanian pada periode 2006-2007. Penulis juga aktif sebagai pengurus di organisasi UKM KMK USU UP FP periode 2006-2009.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Pemanfaatan Sampah Organik buah-buahan dan Berbagai Jenis Limbah Pertanian Untuk Menghasilkan Biogas”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ainun Rohanah, STP, MSi selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Taufik Rizaldi, STP, MP selaku anggota komisi pembimbing yang telah mendukung dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini serta dukungan dari teman-teman stambuk 2004 di Teknik Pertanian terutama buat Dolok Moses, Dian Mustika, Damayanti dan Krista yang telah banyak membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih kepada Ibunda tercinta untuk doa dan dukunganya serta semua keluarga dan juga buat teman-teman pelayanan UKM KMK USU UP FP .
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Medan, Agustus 2009
DAFTAR ISI
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Biogas ... 10
Digester ... 10
Perbandingan C/N Bahan Baku Isian ... 13
Bahan Baku Isian ... 14
Starter ... 14
Suhu Pencernaan ... 16
Derajat Keasaman (pH) ... 16
Lama Fermentasi ... 17
Pengadukan ... 18
METODOLOGI PENELITIAN ... 19
Waktu Dan Tempat Penelitian ... 19
Bahan dan Alat Penelitian ... 19
Metoda Penelitian ... 20
Parameter yang diamati ... 21
Persiapan Penelitian ... 21
Pembuatan digester ... 21
Penyiapan bahan ... 21
Proses Pencampuran dan Pengisian Digester ... 22
Prosedur Penelitian ... 23
Hal
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26
Ratio C/N Akhir Campuran Bahan ... 26
Waktu Mulai Menghasilkan Gas ... 28
Tekanan Gas ... 29
Warna Nyala Api ... 30
Lama Nyala Api ... 30
KESIMPULAN DAN SARAN ... 31
Kesimpulan ... 31
Saran ... 31
DAFTAR PUSTAKA ... 32
DAFTAR TABEL
Hal 1. Komponen-komponen gas bio ... 5 2. Perbandingan C/N dan persentase berat kering
unsur N Limbah pertanian. ... 14 3. Perbandingan campuran sampah dan berbagai jenis
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
1. Gambar digester biogas ... 33
2. Perhitungan C/N 30 ... 34
3. Data pengamatan C/N Akhir ... 35
ABSTRACT
KRISTINA PARDEDE, “ The Use of Fruits Garbage and Some Agricultural Waste in Producing Biogas”, supervised by Ainun Rohanah and Taufik Rizaldi.
Biogas is a gas that can be produced from anaerobic fermentation of organic material such as animal and human’s feces, biomass or agricultural waste. In this research the biogas was produced from mixture of fruits garbage and some agricultural wastes: i.c corn stalk, rice straw and sawdust. The aim of this research is to analyze the effect of the mixture using non factorial completely randomized design with parameters as follow : final C/N ratio, the first time to produce gas, pressure, colour of flame and duration of flame. The results indicated that the mixture gave significant effect on the final C/N ratio and not significant effect on the first time to produce gas, pressure, colour of flame and duration of flame.
Key word : Biogas, C/N ratio, Waste.
ABSTRAK
KRISTINA PARDEDE, “Pemanfaatan Sampah Organik Buah-buahan
dan Berbagai Jenis Limbah Pertanian Untuk Menghasilkan Biogas”, dibimbing oleh Ainun Rohanah sebagai ketua komisi pembimbing dan Taufik Rizaldi sebagai anggota.
Biogas merupakan gas yang bisa dibakar yang dihasilkan dari fermentasi anaerobik bahan organik seperti kotoran hewan dan manusia, biomassa atau limbah pertanian. Biogas dalam penelitian ini berasal dari campuran sampah organik buah-buahan dan berbagai jenis limbah pertanian yaitu batang jagung, jerami padi dan serbuk gergaji kayu. Penelitian ini bertujuan untuk menguji campuran sampah organik buah-buahan dan berbagai jenis limbah pertanian terhadap biogas yang dihasilkan dengan menggunakan rancangan acak lengkap non faktorial dengan parameter ratio C/N akhir, waktu menghasilkan gas, tekanan, warna nyala api dan lama nyala api. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa campuran sampah organic buah-buahan dan berbagai jenis limbah pertanian (batang jagung, jerami padi dan serbuk gergaji) berpengaruh sangat nyata terhadap ratio C/N akhir dan tidak memberi pengaruh terhadap waktu menghasilkan gas, tekanan, warna nyala api dan nyala api.
TINJAUAN LITERATUR
Biogas
Biogas atau gas bio merupakan campuran gas yang bisa dibakar yang dihasilkan melalui fermentasi anaerobik bahan organik seperti kotoran hewan dan manusia, biomassa atau limbah pertanian. Jika bahan isian dimasukkan ke dalam alat pembuat biogas maka akan terjadi proses yang terdiri dari dua tahap yaitu proses aerobik dan proses anaerobik. Pada proses yang pertama diperlukan oksigen dan hasil prosesnya berupa karbon dioksida. Proses ini berakhir setelah oksigen dalam alat ini habis kemudian dilanjut pada proses yang kedua (proses anaerobik). Pada proses inilah biogas dihasilkan. Dengan demikian, untuk menjamin terjadinya biogas, alat ini harus tertutup dengan rapat. Komponen utama gas bio adalah gas metan disamping gas-gas lain yang komposisinya dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Komponen-komponen gas bio
nama gas rumus kimia jumlah (%) Gas metan CH4 54-70 Karbon dioksida CO2 27-45 Nitrogen N2 0,5-3 Karbon monoksida CO 0,1 Oksigen O2 0,1 Hidrogen sulfida H2S Sedikit
Energi yang terkandung dalam gas bio tergantung dari konsentrasi metan (CH4). Semakin tinggi kandungan metan maka semakin besar kandungan energi (nilai kalor) pada biogas, dan sebaliknya semakin kecil kandungan metan semakin kecil nilai kalor (Pambudi, 2008).
Biogas merupakan bahan bakar yang dapat menggantikan minyak diesel, bensin, kayu bakar, atau arang kayu. Sebagai perbandingan untuk 1 m3 biogas setara dengan 0,4 kg minyak diesel, 0,6 kg bensin dan 0,8 kg arang kayu. Setiap kubik biogas dapat digunakan untuk keperluan sebagai berikut :
1. Menghasilkan listrik 1,25 Kwh.
2. Menyalakan kompor gas untuk masak tiga kali sehari bagi satu keluarga dengan jumlah anggota keluarga 5 orang,.
3. Menyalakan lampu setingkat dengan bola lampu 60 watt selama 6 jam.
4. Menjalankan kulkas berkapasitas satu kubik selama satu jam (Setiawan, 2006).
Berikut ini adalah sifat-sifat umum dari biogas, yaitu :
1. Gas yang tidak berwarna. 2. Gas tidak berbau.
3. Merupakan komponen hidrokarbon yang pendek.
5. Memiliki daya nyala yang sangat tinggi. 6. Tergolong sebagai gas rumah kaca (GRK).
(Wikipedia, 2007).
Pembuatan biogas secara anaerobik sistem selain menghasilkan gas, produk sampingannya adalah buangan sisa fermentasi (sludge) yang bisa berupa cairan atau padat. Buangan ini dapat digunakan sebagai pupuk pada tanaman yang mempunyai manfaat memperbaiki struktur tanah, bahkan buangan mempunyai kelebihan lain yaitu setelah keluar biasanya telah matang karena telah mengalami proses penguraian (Setiawan, 2006).
Limbah Pertanian
Limbah pertanian dapat didefenisikan sebagai limbah yang berasal dari kegiatan pertanian dalam arti luas yang meliputi pertanian, peternakan, perikanan serta kehutanan. Dengan batasan pengertian tentang limbah maka ruang lingkup limbah pertanian dimulai dari kegiatan budidaya (produksi), pemanenan, distribusi, penyimpanan, hingga ke limbah pengolahan hasilnya. Berbagai contoh limbah padat pertanian antara lain jerami padi dan sekam, sisa batang tanaman dan tongkol jagung, serbuk gergaji kayu, sisa sortasi pengolahan hasil laut, dan kotoran kandang beserta sisa pakan unggas (Sabdo, 2006).
pertanian dan perkebunan akan menjadi masalah bagi lingkungan hidup (Rakhmani, 2005).
Jerami padi merupakan bagian batang dan daun tanpa bulir-bulir padi pada umumnya. Jerami padi sangat potensial dihasilkan oleh petani, hal ini karena ketersediaanya melimpah terutama pada saat panen raya padi. Potensi jerami + 1,4 kali dari hasil panen. Rata-rata produktivitas padi nasional adalah 4,95 Kw/Ha sehingga jumlah jerami yang dihasilkan + 68,53 Kw/Ha. Produksi padi nasional tahun 2008 sebesar 57,157 juta ton dengan demikian produksi jerami diperkirakan mencapai 80,02 juta ton. Potensi jerami yang sangat besar ini sebagian besar masih disia-siakan oleh petani. Sebagian besar jerami hanya dibakar menjadi abu dan sebagian kecil dimanfaatkan untuk media jamur (Isroi, 2008).
Produksi total kayu Indonesia mencapai 2,6 juta/tahun dengan asumsi jumlah limbah pertanian yang terbentuk 54,24 % dari produksi total, maka limbah pertanian sebanyak 1,4 juta m3 /tahun. Angka tersebut cukup besar mencapai sekitar separuh dari produksi kayu gergajian (Litbang, 2007).
Sampah Organik Sebagai Penghasil Gas Bio
Sampah merupakan semua bahan sisa yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak digunakan lagi oleh manusia. Sampah sering menyebabkan masalah karena keberadaanya yang melimpah dan tidak segera ditangani (Widayati dan Widalestari, 1996).
terurai (degradable) secara alami seperti dedaunan dan sampah dapur. Sedangkan sampah anorganik atau sampah kering adalah sampah yang tidak dapat terurai (undegradable) seperti plastik, logam, karet, kaleng, dll (Tim Penulis PS, 2008).
Pada prinsipnya, teknologi biogas adalah teknologi yang memanfaatkan proses fermentasi (pembusukan) dari sampah organik secara anaerobik (tanpa udara) oleh bakteri metan sehingga dihasilkan gas methan. Gas metan adalah gas yang mengandung satu atom C dan 4 atom H yang memiliki sifat mudah terbakar. Umumnya, semua jenis bahan organik bisa diproses untuk menghasilkan biogas tetapi hanya bahan organik homogen, baik padat maupun cair yang cocok untuk sistem biogas sederhana. Bahan organik yang bisa digunakan sebagai bahan baku misalnya, sampah organik, limbah yang sebagian besar terdiri dari kotoran, dan potongan-potongan kecil sisa-sisa tanaman, seperti jerami dan sebagainya, serta air yang cukup banyak (Hermawan dkk, 2007).
Mekanisme Pembentukan Biogas
Proses pembentukan biogas melalui pencernaan anaerobik merupakan proses bertahap, dengan tiga tahap utama, yakni hidrolisis, asidogenesis, dan metanogenesis.
Tahap pertama adalah hidrolisis, dimana pada tahap ini bahan-bahan organik seperti karbohidrat, lipid, dan protein didegradasi oleh mikroorganisme hidrolitik menjadi senyawa terlarut seperti asam karboksilat, asam hidroksi, keton, alkohol, gula sederhana, asam-asam amino, H2 dan CO2.
Pada tahap selanjutnya yaitu tahap asidogenesis senyawa terlarut tersebut diubah menjadi asam-asam lemak rantai pendek, yang umumnya asam asetat dan asam format oleh mikroorganisme asidogenik.
Tahap terakhir adalah metanogenesis, dimana pada tahap ini asam asetat akan mengalami dekarboksilasi dan reduksi CO2, kemudian bersama-sama dengan H2 dan CO2 menghasilkan produk akhir, yaitu metana (CH4) dan karbondioksida (CO2) (Hermawan dkk, 2007).
Dalam pembentukan biogas terdapat dua bakteri yang berperan, yaitu bakteri asam dan bakteri metan. Kedua jenis bakteri ini harus ada dalam jumlah yang berimbang. Kegagalan pembuatan biogas dapat dikarenakan tidak seimbangnya populasi bakteri metan terhadap bakteri asam yang menyebabkan lingkungan menjadisangat asam (pH kurang dari 7) yang selanjutnya dapat menghambat kelangsungan bakteri metan. Keasaman substrat yang dianjurkan berada pada rentang pH 6,5-8. bakteri metan ini juga sensitif pada temperatur (Garcelon and Clark, 2005).
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Biogas
Pembentukan biogas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
Digester
ada.. Unit perut ternak tiruan tersebut sering disebut disebut unit gas bio karena di dalam prosesnya menghasilkan gas bio (Junus, 1995).
Jika dilihat dari aliran bahan baku, digeter biogas dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Tipe batch feeding (bak atau tetap)
Pada tipe ini bahan baku isian yang dimasukkan hanya dilakukan diawal proses hingga selesainya proses degradasi. Tipe ini hanya umum digunakan pada tahap eksperimen yaitu untuk mengetahui potensi gas dari suatu limbah organik.
2. Tipe continous feeding (mengalir)
Pada tipe ini pengisian bahan baku ke dalam digester dilakukan secara kontinu yakni setiap hari, pengisian dilakukan pada minggu ketiga dan keempat setelah pengisian awal tanpa mengeluarkan dan membuang bahan isian awal (Karim dkk, 2005).
Jika dilihat menurut tata letak, lebih lanjut unit gas bio yang diperkenalkan pada masyarakat mempunyai tiga macam tata letak di dalam menempatkan digester (tangki pencerna). Ketiga macam tata letak tersebut adalah :
1. Seluruh tangki pencerna berada di permukaan tanah
sesuai dengan pesanan. Produksi gas bio maksimal dicapai pada waktu siang hari karena suhu udaranya mencukupi untuk proses pencernaan di dalam tangki pencerna. Kecilnya volume tangki pencerna tersebut akan menghasilkan gas bio yang sedikit juga sehingga tidak mencukupi kebutuhan keluarga. Umumnya tangki pencerna tersebut hanya digunakan untuk penelitian atau percobaan di laboratorium. Keuntungan dari sistem ini adalah tangki pencerna mudah dipindahkan ke tempat lain dan dicontoh oleh peminat lainnya. Hanya apabila tong-tong tersebut rusak maka minat untuk memperbaiki kurang sehingga rangsangan untuk mengembangkan akan terhambat.
2. Sebagian tangki pencerna berada di bawah permukaan tanah
Unit gas bio sistem ini bentuk dan tata letaknya sudah mengalami modifikasi. Tangki pencernanya terbuat dari semen, pasir kerikil dan kapur yang dibentuk seperti sumur dan ditutup dengan kuba yang dibuat dari plat baja. Volume tangki pencerna dapat diperbesar atau diperkecil sesuai dengan kebutuhan. Produksi gas bio lebih stabil dibandingkan dengan tangki pencerna yang seluruhnya berada di permukaan tanah hanya masalahnya sistem ini banyak mengeluarkan biaya untuk pengadaan tutup tangki yang terbuat dari plat baja.
3. Seluruh tangki pencerna berada di bawah permukaan tanah.
tanah cukup representatif digunakan mengolah limbah peternakan. Tangki pencerna model ini bentuknya seperti belahan bola yang ditengkurapkan dan dan didasari dengan fondasi yang berbentuk irisan bola. Belahan dan irisan bola yang saling menutup dapat membentuk kekompakan tangki pencerna di dalam tanah. Tanah yang dipakai untuk membenam akan menekan permukaan dinding tangki pencerna bagian luar sedangkan bahan isian akan menekan permukaan dalam. Akhirnya dingding tangki pencerna tidak menanggung beban atau beban yang ada relatif kecil, sehingga bisa tahan lama. Selain itu suhu di bawah permukaan tanah relatif tetap dan lebih tinggi akibatnya mikroba yang hidup dan yang mencerna substrat berkembang dengan cepat, sehingga produksi gas bio menjadi lebih banyak dan lebih kontiniu (Junus, 1995).
Perbandingan C/N Bahan Baku Isian
Rasio C/N adalah perbandingan kadar karbon (C) dan kadar
direncanakan secara tepat karena menentukan kehidupan dan aktifitas mikrorganisme (Yuwono, 2006).
Pada Tabel 2 di bawah tercantum perbandingan C/N dari berbagai jenis limbah pertanian.
Tabel 2. Perbandingan C/N dan persentase berat kering unsur N limbah pertanian
jenis bahan perbandingan C/N N berat kering
Rumput muda 12 4,0
Sayuran (bukan kacang-kacangan) 11-19 2,5-4,0
Jerami 150 0,5
Serbuk gergaji kayu 200-500 0,1
Sumber : Wulandari (2006).
Nisbah C/N yang cukup besar menunjukkan sebagai bahan yang sulit terdekomposisi, sedangkan nisbah C/N yang rendah relatif menunjukkan persentase yang lebih besar bahan yang mudah terdekomposisi (Sutanto,2002).
Bahan Baku Isian
Bahan isian yang paling baik digunakan untuk menghasilkan biogas adalah yang mengandung 7-9 % bahan kering. Untuk mendapatkan kandungan kering bahan seperti itu maka bahan isian biasanya dicampur dengan air. Sebagai contoh pada sapi harus dicampur dengan air dengan perbandingan 1: 1 atau 1:1,5 (Wariyanto, 2006).
Starter
kotoran ternak, mutlak menggunakan starter. Tanpa menggunakan starter akan timbul gas bio yang tidak mengandung gas metan. Akibatnya gas yang dihasilakn tidak dapat dibakar (Junus, 1995).
Untuk mempercepat terjadinya proses fermentasi, maka dipermulaan fermentasi perlu ditambahkan cairan yang telah mengandung bakteri metan (starter). Starter merupakan mikroorganisme perombak yang dijual komersial tetapi starter bisa juga menggunakan lumpur aktif organik atau cairan isi rumen. Starter yang dikenal ada 3 macam, yaitu :
1. Starter alami ; yang sumbernya berasal dari alam yang diketahui mengandung bakteri metan seperti lumpur aktif, timbunan sampah lama, timbunan kotoran ruminansia dan sebagainya.
2. Starter semi buatan ; yang sumbernya berasal dari tabung pembuat biogas yang diharapkan kandungan bakteri metannya dalam stadia aktif.
3. Starter buatan ; yang sumbernya sengaja dibuat baik dari media alami atau buatan yang bakteri metannya dibiakkan secara laboratoris.
(Kamaruddin, dkk, 1995).
Larutan effective microorganism 4 yang disingkat EM4 adalah starter yang berisi mikroorganisme yang dijual secara komersil. Jumlah mikroorganisme dalam EM4 sangat banyak sekitar 80 genus. Mikroorganisme tersebut dapat bekerja secara efektif dalam memfermentasikan bahan organik (Indriani, 2000).
Suhu Pencernaan
Faktor luar yang mempengaruhi kuantitas biogas adalah suhu. Hal ini penting untuk diperhatikan karena berkaitan dengan kemampuan hidup bakteri yang memproses biogas. Organisme akan aktif memproduksi gas bio pada suhu yang berkisar antara 32-37 o C (Setiawan, 2006).
Hal yang penting dalam pembuatan unit gas bio adalah mengusahakan bahan isian mempunyai suhu di atas 30 o C- 35 o C. Suhu tersebut memang ideal bagi perkembangan mikroba pembentuk gas bio. Namun tidak perlu khawatir walaupun suhu di bawah itu asalkan masih di atas 27 o C karena pembentukan gas bio masih berlangsung (Junus, 1995).
Derajat Keasaman (Ph)
Supaya proses pencernaan anaerobik dapat berlangsung secara optimal, derajat keasaman (pH) harus dijaga pada kondisi optimum, hal ini disebabkan apabila pH turun akan menyebabkan pengubahan substrat menjadi biogas terhambat sehingga mengakibatkan penurunan kuantitas biogas. Nilai pH yang terlalu tinggi pun harus dihindari, karena akan menyebabkan produk akhir yang dihasilkan adalah CO2 sebagai produk utama (Pambudi, 2008).
Dalam proses fermentasi, ada dua jenis bakteri yang berperan aktif, yaitu acidogenic bacteria yang memerlukan kisaran pH berkisar 4,5-7 dan bekerja
Menurut Mahida (1993), pH yang paling efisien untuk pertumbuhan dan aktivitas mikroba berkisar antara 6,4-7,8 yang walaupun dalam prakteknya pembatasan pH ini tidak selalu mungkin, tetapi harus ditekankan pH 6 dan diatas pH 8 dapat menyebabkan perkembangan mikroorganisme merosot cepat. Untuk menjaga pH supaya tetap pada kisaran diizinkan, maka perlu ditambahkan larutan kapur sebagai buffer.
Substrat yang digunakan sebagai bahan baku isian (slurry) pada mulanya mempunyai pH yang rendah, secara perlahan-lahan akan naik setelah gas bio terbentuk. Jika pH mendekati atau diatas normal berarati pembentukan gas bio sudah berjalan normal. (Junus,1995).
Lama Fermentasi
Menurut Hadi (1990), biogas sudah terbentuk sekitar 10 hari setelah fermentasi yaitu sekitar 0,1-0,2 m3 /kg dari berat bahan kering dan penambahan waktu fermentasi dari 10 hari hingga 30 hari akan meningkatkan produksi biogas sebesar 50 %. Komponen hasil fermentasi terbagi atas tiga bagian besar yaitu biogas, bahan padat, dan bahan cair. Biogas berada pada lapisan teratas, di bawahnya adalah scum, suatu lapisan kerak yang berasal dari bahan isian yang tak tercerna umumnya mengandung banyak lignin. Lapisan ketiga merupakan bagian yang terbesar, berupa cairan dari bahan isian dengan air dan merupakan bagian yang aktif dicerna mikroba ( Wariyanto, 2006).
Pengadukan
Setelah bahan isian dicampur maka perlu diadakan pengadukan supaya campuran homogen. Bahan baku yang sukar dicerna akan membentuk lapisan kerak dipermukaan cairan. Lapisan ini dapat dicegah dengan menggunakan alat pengaduk (Paimin, 2001).
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sampah merupakan semua bahan sisa yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak digunakan lagi oleh manusia. Didalam proses-proses alam tidak dikenal adanya sampah, yang ada hanyalah produk yang tidak bergerak. Sampah akan terus diproduksi dan tidak pernah berhenti selama manusia ada yang volumenya berbanding lurus dengan jumlah manusia (Tim Penulis PS, 2008).
Masalah sampah adalah masalah global yang bisa terjadi dimana saja terutama di kota-kota besar, keterbatasan lahan, volume sampah yang terus bertambah, proses pengolahan yang tidak maksimal, manajemen sampah tidak efektif dan kurangnya dukungan kebijakan dari pemerintah terutama dalam pemanfaatan produk sampingan dari sampah sehingga menyebabkan tertumpuknya produk tersebut di TPA merupakan kendala yang sering terjadi sehingga masalah sampah seakan-akan tidak ada habisnya (Sudrajat, 2007).
Selama ini sudah wajar bila orang tidak betah berlama-lama berada di lingkungan pasar tradisional karena banyaknya sampah bertebaran. Tumpukan sampah ini salah satunya berasal dari sampah buah-buahan yang tidak laku terjual yang biasanya terjadi pada saat panen puncak buah-buahan. Sampah buah-buahan juga banyak ditemukan di tempat penjualan buah berupa sisa pengupasan dan pemotongan buah-buahan. Sampah tersebut berpotensi mencemari lingkungan sekitarnya dan sampah-sampah yang lembab, busuk, dan sarang lalat akan turut berperan menebarkan berbagai penyakit di sekitarnya.
Permasalahan sampah ini harus ditangani, salah satu cara penanganannya adalah dengan memanfaatkan sampah menjadi sumber energi alternatif yang ramah lingkungan, murah, dan mudah diperoleh dari lingkungan sekitar.
Biogas atau gas bio merupakan salah satu sumber energi alternatif yang berkembang pesat dalam dasawarsa terakhir. Teknologi pembuatan biogas memanfaatkan kotoran organik, baik itu kotoran hewan maupun sampah sayuran dan tumbuhan dengan memanfaatkan bakteri anaerobik untuk proses fermentasi yang menghasilkan semacam gas yang terbentuk dalam keadaan tanpa oksigen atau biasa disebut kondisi anaerobik (Hermawan dkk, 2007).
Dalam pembuatan biogas memerlukan persyaratan tertentu. Salah satu persyaratannya adalah menyangkut nilai ratio C/N. Ratio C/N yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan mempengaruhi biogas yang dihasilkan.
amonia yang berlebihan dapat meracuni bakteri. Oleh karena itu, jumlah ratio C/N perlu dihitung dan direncanakan secara tepat (Yuwono, 2006).
Dari hasil analisa Laboratorium Sentral Pertanian, C/N sampah buah-buahan yang akan digunakan dalam penelitian adalah 22,72. Melihat permasalahan dan begitu potensialnya sampah organik sebagai sumber energi alternatif dan pentingnya mendapatkan kisaran C/N yang optimal dalam menghasilkan biogas, maka perlu diadakan penelitian untuk memanfaatkan sampah buah-buahan dengan menguji beberapa jenis limbah pertanian untuk menghasilkan biogas. Beberapa jenis limbah pertanian yang digunakan adalah batang jagung, jerami dan serbuk gergaji.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji campuran sampah organik buah-buahan dan berbagai jenis limbah pertanian terhadap biogas yang dihasilkan.
Hipotesa Penelitian
1. Diduga ada pengaruh campuran berbagai jenis limbah pertanian dengan sampah terhadap kandungan C/N akhir.
2. Diduga ada pengaruh campuran berbagai jenis limbah pertanian dengan sampah terhadap waktu menghasilkan gas.
3. Diduga ada pengaruh campuran berbagai jenis limbah pertanian dengan sampah terhadap tekanan biogas yang dihasilkan.
4. Diduga ada pengaruh campuran berbagai jenis limbah pertanian dengan sampah terhadap warna nyala api yang dihasilkan.
5. Diduga ada pengaruh campuran berbagai jenis limbah pertanian dengan sampah terhadap lama nyala api yang dihasilkan.
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Teknik Pertanian Departemen Teknologi Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2009 di Laboratorium Teknik Pertanian Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Sedangkan perhitungan ratio C/N dilaksanakan di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Bahan dan Alat Penelitian
1. Bor untuk melubangi tutup galon air.
2. Gergaji besi untuk memotong pipa.
3. Timbangan untuk menimbang berat bahan.
4. Mesin pencacah sampah organik.
5. Parang untuk mencincang limbah pertanian.
6. Sarung tangan yang dipakai pada saat pencampuran bahan.
7. Kertas lakmus untuk mengetahui pH campuran.
8. Manometer air untuk mengetahui tekanan gas yang dihasilkan.
9. Gas lighter/mancis untuk membakar gas yang dihasilkan.
10.Alat lain seperti spidol, pensil, dan pena.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial
karena kondisi lingkungan dan media penelitian bersifat homogen dan hanya menguji satu
perlakuan yaitu perlakuan pemberian limbah pertanian.
Perlakuan A = Batang jagung
Perlakuan B = Jerami
Perlakuan C = Serbuk gergaji
Parameter yang diamati
1. Ratio C/N campuran.
2. Waktu mulai menghasilkan gas.
3. Tekanan gas yang dihasilkan.
4. Warna nyala api (detik).
5. Lama nyala api.
Persiapan penelitian
Pembuatan Digester
Pada penelitian ini , tipe digester yang digunakan adalah tipe batch feeding
yaitu bahan baku reaktor ditempatkan dalam wadah (ruang tertentu) dari awal hingga
selesainya proses degradasi dan digester yang digunakan dengan tata letak digester
diletakkan di atas permukaan tanah. Digester terbuat dari galon air dengan volume 19 liter
dan bahan isian maksimum digester adalah 12 liter dari volume total digester karena biogas
yang dihasilkan akan tertampung dalam digester dan dalam balon. Digester ini dilengkapi
dengan saluran pengeluaran berupa pipa T ukuran 10 cm, sambungan pipa plastik dengan
panjang 50 cm dan pentil ban kendaraan bermotor sebagai saluran pengeluaran gas.
Gambar rancangannya dapat dilihat pada Lampiran 1.
Penyiapan bahan
Sampah buah-buahan dikumpulkan dari tempat penjualan buah-buahan yang ada di
pasar 1 padang bulan dan dari lingkungan kampus USU. Sampah buah-buahan dicacah
jumlahnya sesuai dengan perhitungan C/N lalu ditambahkan dengan air.
Volume maksimum digester adalah 12 liter sehingga perbandingan bahan campuran
dengan air adalah 4,8 liter dan 7,2 liter.
Banyaknya sampah dan limbah pertanian yang dicampurkan untuk memperoleh
kandungan C/N 30 (Lampiran 2) adalah pada Tabel 3 dibawah ini.
Tabel 3. Perbandingan Campuran Sampah dengan Berbagai Jenis Limbah Pertanian.
Perlakuan Jenis Campuran Berat (kg)
A Sampah 3,96
Jerami 0,84
B Sampah 3,20
Batang Jagung 1,60
C Sampah 3,44
Serbuk Gergaji 1,36
Proses Pencampuran Bahan
Proses pencampuran sampah dengan limbah pertanian dilakukan dalam
ember sampai diperoleh campuran yang homogen. Setelah campuran benar-benar
homogen, maka campuran dimasukkan ke dalam digester lalu ditambahkan EM4 (effective
mikroorganism) sebanyak 2,8 mL untuk tiap-tiap perlakuan. Bahan isian (campuran) ini
dimasukkan melalui saluran pemasukan digester dan tetap diamati jangan sampai ada
kebocoran yang dapat menyebabkan kegagalan fermentasi. Fermentasi dilakukan selama 60
hari dan selama proses fermentasi ini, dilakukan pengadukan dengan cara penggoncangan
Prosedur Penelitian
Adapun prosedur penelitian adalah :
1. Dicincang dan ditimbang tiap jenis limbah pertanian untuk tiap perlakuan sesuai
dengan perhitungan ratio C/N .
2. Dicincang dan ditimbang sampah organik untuk tiap perlakuan sesuai dengan
perhitungan ratio C/N.
3. Dicampurkan tiap jenis limbah pertanian dengan sampah organik di dalam ember
kemudian ditambahkan air sesuai dengan kebutuhan.
4. Dilakukan pengadukan agar diperoleh campuran yang homogen.
5. Diukur pH dan Ratio C/N awal campuran bahan.
6. Dimasukkan campuran limbah pertanian dan sampah organik ke dalam digester.
7. Ditambahkan EM4 sebanyak 2,8 mL dalam campuran bahan.
8. Ditutup digester untuk fermentasi anaerobik selama 60 hari.
9. Dilakukan pengamatan setiap hari dan pengadukan setiap dua kali sehari mulai dari
hari ke-8 sampai pada hari ke-60.
1. Ratio C/N bahan campuran.
Perhitungan ratio C/N bahan campuran dilaksanakan di Laboratorium Sentral
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Untuk menghitung ratio C/N ini maka
diambil sampel dari tiap perlakuan.
2. Waktu mulai menghasilkan gas (hari).
Dilakukan pengamatan pada hari keberapa campuran mulai menghasilkan gas untuk
tiap perlakuan dengan cara membuka keran gas dan membakarnya.
3. Tekanan gas yang dihasilkan (Psi).
Gas yang dihasilkan dikumpulkan dalam balon. Untuk mengetahui nilai tekanan gas
dapat dibaca dari nilai yang ditunjukkan oleh manometer air yang dipasang pada
selang plastik kecil yang dihubungkan pada digester galon.
4. Warna nyala api.
Sesudah tekanan gas diukur, gas dikeluarkan dari pentil digester dan dibakar dengan
mancis kemudian dilihat secara visual gas yang dihasilkan. Pengelompokan nyala api
adalah sebagai berikut :
a. Biru
Kategori warna nyala api biru adalah warna nyala api yang dihasilkan
b. Biru kemerahan/merah kebiruan
Kategori warna nyala api biru kemerahan adalah warna nyala api yang
dihasilkan pertama kali sampai berubah menjadi merah.
c. Merah
Kategori warna nyala api merah adalah warna nyala api yang dihasilkan
pertama kali adalah merah.
5. Lama nyala api (detik).
Lama nyala api dihitung dari total mulai dari api menyala hingga api
menjadi padam.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa perlakuan campuran sampah
buah-buahan dan beberapa jenis limbah pertanian (batang jagung, jerami dan serbuk gergaji)
memberikan pengaruh terhadap rasio C/N akhir dan tidak memberi pengaruh terhadap
waktu menghasilkan gas (hari), tekanan gas (Psi) dan warna nyala api.
Ratio C/N Akhir Campuran Bahan
Dari analisa sidik ragam pada (Lampiran 3), dapat dilihat bahwa pengaruh
campuran sampah organik buah-buahan terhadap limbah pertanian (batang jagung, jerami
dan serbuk gergaji) memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap ratio C/N
akhir. Hasil pengujian dengan Least Significant Range (LSR) menunjukkan pengaruh
berbagai jenis limbah pertanian terhadap ratio C/N akhir campuran bahan yang dihasilkan
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Uji LSR Pengujian jenis limbah pertanian terhadap ratio C/N akhir
JARAK LSR Perlakuan Rataan Notasi
0.05 0.01 0.05 0.01
- - - B 9,62 a A
2 0,73 1,22 A 13,86 b B
3 0,76 1,17 C 19,59 c C
Keterangan: Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 %
Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa semua perlakuan memberikan pengaruh yang
berbeda sangat nyata satu sama lain. Ratio C/N akhir yang paling tertinggi diperoleh pada
Hubungan jenis limbah pertanian terhadap ratio C/N akhir dapat dilihat pada Gambar 1
Gambar 1. Hubungan jenis limbah pertanian dengan ratio C/N akhir
Gambar 1 menunjukkan bahwa ratio C/N akhir terendah didapat dari perlakuan B
(jerami) dan tertinggi pada perlakuan C (serbuk gergaji).
Menurut Achmad dkk (2007), komponen kimia dari jerami terdiri dari 40-45 %
selulose, 25-35 % lignin dan 20 % hemiselulose sementara komponen kimia dari serbuk
gergaji Albasia terdiri dari 40-44 % selulose, 20-32 % hemiselulose dan 25-35 % lignin.
Meskipun komponen kimia jerami dan serbuk gergaji tidak jauh berbeda, tetapi
pada perlakuan B ratio C/N akhir lebih rendah dibandingkan perlakuan A dan C, hal ini
diduga karena jumlah jerami yang digunakan lebih sedikit (0,84 kg) dibandingkan dengan
serbuk gergaji (1,36 kg) di dalam setiap perlakuan, sementara ratio C/N akhir pada
perlakuan A lebih rendah dari perlakuan C, hal ini diduga karena perombakan serbuk
gergaji yang lebih lambat dimana campuran bahan pada perlakuan C lebih cepat memadat
karena berbentuk serbuk dan bila bahan memadat maka kerja bakteri akan terhambat dan
pemanfaatan unsur C dan N dalam fermentasi juga lambat.
sampah dan limbah pertanian (batang jagung, jerami dan serbuk gergaji) nilainya semakin
kecil setelah mengalami proses fermentasi selama 60 hari, hal ini disebabkan oleh unsur
karbon dan bahan lainnya terurai. Menurut Yuwono (2006) Unsur karbon (C) digunakan
untuk energi dan unsur nitrogen (N) untuk membangun struktur sel yaitu dalam
perkembangbiakan bakteri sehingga bakteri bertambah banyak.
Waktu Mulai Menghasilkan Gas (hari)
Untuk mengetahui kapan waktu menghasilkan biogas dilakukan dengan membuka
keran gas dan membakarnya, jika gas terbakar berarti telah terbentuk biogas.
Menurut Junus (1995) dalam pembuatan biogas waktu yang diperlukan untuk
menghasilkan biogas tergantung dari berbagai macam faktor baik alam, kimia, biologis dan
lain-lain. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa gas yang dikeluarkan dari keran gas tidak
dapat dibakar dan kemungkinan besar biogas tidak terbentuk atau terbentuk dalam jumlah
sedikit.
Menurut Nijaguna (2006), biogas yang baik dihasilkan dari penguraian protein,
lemak dan karbohidrat dengan kadar metan masing-masing 70 %, 87 % dan 50 %.
Sementara dalam penelitian ini sampah yang digunakan sangat sedikit mengandung
karbohidrat, protein dan lemak. Sampah yang digunakan untuk menghasilkan biogas
kurang heterogen yang secara umum hanya terdiri dari sampah buah-buahan (semangka,
Sampah yang digunakan lebih banyak mengandung serat dan air dan limbah
pertanian yang digunakan banyak mengandung lignin, selulose dan hemiselulose yang
sukar dicerna.
Menurut Desrosier (1988), kandungan semangka terdiri dari 6 % karbohidrat, 0,6 %
protein, 0,2 % lemak, 0,2 % abu dan 92,8 % air. Sedangkan menurut Soetanto (1988),
kandungan jambu biji terdiri dari 14,60 % air, 2,8 % lemak dan 55,60 % serat kasar.
Menurut Ditjen BPPHP Departemen Pertanian (2002), komposisi pepaya / 100 gr terdiri
dari 12,10 gr karbohidrat, 0,30 gr lemak, 0,90 gr protein dan 74,00 vitamin.
Jadi sampah buah-buahan (semangka, pepaya dan jambu) yang digunakan dalam
penelitian tidak cocok untuk menghasilkan biogas sedangkan campuran limbah pertanian
yang digunakan (batang jagung, jerami dan serbuk gergaji) sebagian besar terdiri dari
lignin, selulose dan hemi selulose sedikit menghasilkan gas metan. Menurut Nijaguna
(2006) jerami hanya menghasilkan gas metan 22,8%.
Tekanan Gas
Tekanan gas diukur dengan menggunakan manometer U yang telah diisi dengan air
yang dihubungkan pada selang plastik. Besarnya tekanan gas diketahui dengan melihat
besarnya kenaikan air pada manometer. Dari hasil penelitian, air yang ada dalam
manometer U tidak menunjukkan kenaikan sehingga tekanan gas tidak dapat diukur.
Warna Nyala Api
Warna nyala api tidak dapat dilihat karena gas yang dihasilkan tidak dapat terbakar.
Menurut Nijaguna (2006), biogas yang dihasilkan akan terbakar jika kandungan gas metan
menghasilkan gas metan > 50 %.
Lama Nyala Api
Lama nyala api tidak dapat dihitung karena gas yang dihasilkan tidak dapat
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Biogas tidak terbentuk atau terbentuk dalam jumlah sedikit (< 50 %) hal ini karena
sampah organik buah-buahan dan limbah pertanian yang digunakan dalam
penelitian sedikit mengandung karbohidrat, protein dan lemak yang merupakan
sumber utama dari penguraian bahan menjadi metan sehingga waktu menghasilkan
gas, tekanan gas, warna nyala api dan lama nyala api tidak dapat diukur.
2. Pemberian limbah pertanian (batang jagung, jerami dan serbuk gergaji) sebagai
campuran penghasil biogas memberi pengaruh berbeda sangat nyata terhadap ratio
C/N akhir.
Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan sampah organik yang
heterogen, misalnya sampah pasar/ sampah kota.
2. Bahan baku isian untuk penelitian lebih lanjut sebaiknya dibuat berbentuk bubur
Achmad, I., Eko, P., Bregas, S., 2007. Makalah Dekomposisi Jerami Secara Termokimia dalam Air Panas Bertekanan.http:// achmadirfani.files.wordpress. Akses 18 juli 2009.
Garcelon, J., and Clark, J., 2005. Waste Digester Design, Civil Engineering Laboratory Agenda, University of Florida, USA.
Desrosier W. Norman, 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Terjemahan Muljohardjo M, UI Press, Jakarta.
Ditjen BPHP Departemen Pertanian, 2002. Http : // agribisnis. Deptan.go.id. Akses 18 Juli 2009.
Hadi, N., 1980. Gas Bio Sebagai Bahan Bakar. Lemigas, Cepu.
Hermawan, B., Lailatul Q., Candrarini P., Evan, P. S., 2007. Sampah Organik Sebagai Bahan Baku Biogas. http: // www.chemistry.org. Akses : 22 Oktober 2008.
Indriani, Y. H., 2000. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya, Jakarta.
Isroi, 2008. Pemanfaatan Jerami Padi Sebagai Pupuk Organik In Situ untuk Mengurangi Penggunaan Pupuk Kimia dan Subsidi Pupuk. http: // isroi.wordpress.com. Akses 33 juli 2009.
Junus, M., 1995. Teknik Membuat Dan Memanfaatkan Unit Gas Bio. Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta.
Kamaruddin, A., Abdul, KL., Nirwan Siregar, Endah Agustina, Almansyah, M., Yamin, Edy, H., Y. Aris Purwanto., 1995. Energi dan Listrik Pertanian. Academic Development of The Graduate Program IPB, Bogor.
Karim, K., Hoftmann, R., Klasson,. T., Al-Dahlan, MH., 2005. Anaerobic Digestion of Animal Waste. Bioresource Technology, London.
Mahida, U.N., 1993. Pencemaran Air Dan Pemanfaatan Limbah Industri. Terjemahan G. A Ticoalu, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Nijaguna, 2006. Biogas Technologi. New Age International Publishers, New Delhi.
Pambudi, N. A, 2008. Pemanfaatan Biogas Sebagai Energi Alternatif. http: // www.dikti.org. Akses : 22 Oktober 2008.
Rakhmani, 2005. Peningkatan Nilai Gizi Bahan dari Limbah Pertanian Melalui Fermentasi. http: // peternakan.litbang.deptan.go.id. Akses 23 Juli 2009.
Sutanto, R., 2002. Pertanian Organik. Kanisius, Yogyakarta.
Sabdo, A., 2006. Agricultural Waste Handing Tecchnology, Center For Research On engineering Application in Tropical. LPPM-IPB. Bogor.
Setiawan, I. S., 2006. Memanfaatkan Kotoran Ternak Solusi Masalah Lingkungan Dan Pemanfaatan Energi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Soetanto E. N., 1988. Teknologi Tepat Guna Manisan Buah-buahan 3, Ceremai, Belimbing, Jambu Biji. Kanisius, Yokyakarta.
Sudradjat, H.R., 2007. Mengelola Sampah Kota. Penebar Swadaya, Jakarta.
Tim Penulis PS, 2008. Penanganan Dan Pengolahan Sampah. Penebar Swadaya, Jakarta.
Wariyanto, A., 2008. Biogas Alternatif Pengganti Minyak Tanah. http: // www. Suara Merdeka. com. Akses : 22 Oktober 2008.
Wikipedia, 2005. http://www.wikipedia.org/wiki/anaerobic digester, Akses Oktober 2008
Widayati, E., dan Widalestari, E., 1996. Limbah Untuk Pakan Ternak. Trubus Agrisarana, Surabaya.
Wulandari, D., 2006. Biomass Energi. Centre For Research on Engineering Aplication in Tropical, LPPM-IPB. Bogor.
Yuwono, D., 2006. Kompos Dengan Cara Aerob Maupun Anaerob Untuk Menghasilkan Kompos Yang berkualitas. Penebar Swadaya, Jakarta.
34
U
n
iv
e
r
s
ita
s
Su
m
a
U
n
iv
e
r
s
ita
s
Su
m
a
te
r
a
U
ta
r
Lampiran 2. Perhitungan C/N 30
 Sampah dan Batang jagung
bahan
kandungan C (kg) kandungan N (kg)
sampah 22.72 1.73 3.96 22.72 x (1.73 % x
kandungan C (kg) kandungan N (kg)
Lampiran Data Pengamatan C/N Akhirs
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
A 14.61 13.16 13.82 41.59 13.86
B 9.81 8.78 10.28 28.87 9.62
C 20.01 19.41 19.36 58.78 19.59 Total 44.33 41.35 43.46 129.24 32.99
Rataan 14.81 13.78 14.48 10.99
Daftar Sidik Ragam Analisa C/N Akhir
SK Db JK KT Fhit. F.05 F.01
Perlakuan 2 150.21 75.105 183.18 ** 5.14 10.92
Error 6 2.5 0.41
Total 152.71
Keterangan :
KK = 5.82 % ** = Sangat nyata * = Nyata tn = Tidak nyata