• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Partisipasi Wanita Usia Subur dalam Upaya Deteksi Dini Penyakit Kanker Leher Rahim di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Partisipasi Wanita Usia Subur dalam Upaya Deteksi Dini Penyakit Kanker Leher Rahim di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP PARTISIPASI WANITA USIA SUBUR DALAM UPAYA DETEKSI DINI PENYAKIT KANKER

LEHER RAHIM DI KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

TESIS

Oleh :

RIZMEYNI AZIMA 097032026/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP PARTISIPASI WANITA USIA SUBUR DALAM UPAYA DETEKSI DINI PENYAKIT KANKER

LEHER RAHIM DI KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

OLEH

RIZMEYNI AZIMA 097032026/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Tesis : PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP PARTISIPASI WANITA USIA SUBUR DALAM UPAYA DETEKSI DINI PENYAKIT KANKER LEHER RAHIM DI KECAMATAN

PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

Nama Mahasiswa : Rizmeyni Azima Nomor Induk Mahasiswa : 097032026

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui Komisi Pembimbing :

(Prof. dr. Delfi Lutan, M.Sc, Sp.OG (K) Ketua

) (Asfriyati, S.K.M, M.Kes Anggota

)

Ketua Program Studi

(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si)

Dekan

(4)

Telah diuji

Pada Tanggal : 13 Desember 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. dr. Delfi Lutan, M.Sc, Sp.OG (K) Anggota : Asfriyati, S.K.M, M.Kes

(5)

PERNYATAAN

PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP PARTISIPASI WANITA USIA SUBUR DALAM UPAYA DETEKSI DINI PENYAKIT KANKER

LEHER RAHIM DI KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Desember 2011

(6)

ABSTRAK

Pendeteksian dini kanker leher rahim yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2009-2010 terhadap 3.319 wanita yang mengikuti tes Inspeksi Visual Asetat, didapat 46 positif kanker leher rahim (1,4%). Partisipasi kelompok wanita usia subur untuk menghadiri kegiatan deteksi dini penyakit kanker leher rahim condong negatif, yang dapat dikarenakan kurangnya dukungan sosial yang mereka dapatkan.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh dukungan sosial terhadap partisipasi wanita usia subur dalam upaya deteksi dini penyakit kanker leher rahim di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai. Jenis penelitian explanatory

survey. Populasi adalah seluruh wanita usia subur di Kecamatan Perbaungan

Kabupaten Serdang Bedagai yang berjumlah 14.491 orang, dan dijadikan sampel sebanyak 99 orang. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, dan dianalisis dengan regresi berganda pada α=0.05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik dukungan sosial yang meliputi: dukungan emosional, instrumental, informatif, penilaian/ penghargaan, dan dukungan kelompok sosial berpengaruh signifikan terhadap partisipasi wanita usia subur dalam deteksi dini penyakit kanker leher rahim. Variabel dukungan kelompok sosial memberikan pengaruh paling besar terhadap partisipasi wanita usia subur dalam deteksi dini penyakit kanker leher rahim.

Disarankan bagi Dinas Kesehatan Serdang Bedagai melalui puskesmas di wilayah kerjanya, untuk membuat kebijakan dalam upaya meningkatkan dukungan keluarga dalam keikutsertaan wanita usia subur mengikuti kegiatan deteksi dini penyakit kanker leher rahim. Melakukan pendekatan kepada wanita usia subur supaya mau berpartisipasi aktif dalam upaya deteksi dini penyakit kanker leher rahim dengan memberikan konseling tentang pentingnya mengikuti kegiatan deteksi dini penyakit kanker leher rahim, dan memotivasi wanita usia subur untuk melakukan pemeriksaan.

(7)

ABSTRACT

From the early detection of cervix cancer conducted by the Serdang Bedagai District Health Office in 2009-2010, it was found out that there were 46 positive cervix cancer victims out of 3,319 women who took Acetate Visual Inspection test (1.4%). The group participation of reproductive aged women in following the activity of early detection of cervix cancer tended to be negative due to lack of social support which was expected to encourage them.

The aim of the research was to analyze the influence of social support on the participation of reproductive-aged women in the activity of cervix cancer early detection at Perbaungan Subdistrict, Serdang Bedagai District. The type of the research was explanatory. The population were 14,491 reproductive-aged women who lived at Perbaungan Subdistrict, Serdang Bedagai District, and 99 of them were used as the samples. The data were collected by using interviews and questionnaires and analyzed by using multiple regression at α = 0.05.

The result of the research showed that, statistically, social support which included emotional support, instrumental support, informative support, assessment/ reward, and support from social groups had significant influence on the participation of reproductive-aged women in early detection of cervix cancer. The variable of support from social groups had the most significant influence on the participation of reproductive-aged women in early detection of cervix cancer.

It is recommended that the Serdang Bedagai District Health Office, through Health Centers in its working area, should make a policy in order to increase family support in the participation of reproductive-aged women to follow the activity of early detection of cervix cancer. Persuade them to actively participate in the activity of early detection of cervix cancer by giving counseling about the importance of following the activity of early detection of cervix cancer, and motivate them to conduct health examination.

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji hanyalah milih Allah SWT, Rabb seluruh alam

semesta dan dengan izin-Nya pula penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Partisipasi Wanita Usia Subur dalam

Upaya Deteksi Dini Penyakit Kanker Leher Rahim di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai”.

Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan

pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan

(9)

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si sebagai Ketua Program Studi, serta seluruh

jajarannya yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulis mengikuti pendidikan.

4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

5. Prof. dr. Delfi Lutan, M.Sc, Sp.OG (K) selaku Ketua Komisi Pembimbing dan

Asfriyati, S.K.M, M.Kes selaku Anggota Komisi Pembimbing yang dengan

penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

6. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M. dan Dra. Syarifah, M.S. sebagai komisi

penguji atau pembanding yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

7. Seluruh dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas

Kesehatan Masyarakat universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu yang sangat berarti selama penulis mengikuti pendidikan.

8. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai beserta jajarannya yang

(10)

9. Teristimewa buat suami tercinta Mitra Setiawan, S.T, M.Si dan buah hati

tersayang M. Dzaky Ramadhan yang penuh pengertian dan kesabaran, dan senantiasa berdo’a sehingga memotivasi penulis selama mengikuti pendidikan. 10. Rekan-rekan seperjuangan Mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Angkatan 2009 yang telah membantu penulis selama pendidikan dan proses penyusunan tesis serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu

persatu yang telah membanu penulis selama penyusunan tesis ini.

Akhirnya Penulis menyadari atas segala keterbatasan dan kekurangan, untuk

itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan penuh harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Desember 2011 Penulis

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Rizmeyni Azima yang dilahirkan di Medan pada tanggal 23

Mei 1976, beragama Islam dengan alamat di Jln. Abadi Komplek BNI No. 2 Medan. Penulis menamatkan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 064979 Medan tahun 1982-1988, tahun 1988-1991 menamatkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama

(SMP) Negeri 6 Medan, tahun 1991-1994 menamatkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 4 Kudus Jawa Tengah, tahun 1995-2001 menamatkan

pendidikan di Fakultas Kedokteran USU Medan, kemudian tahun 2009 mendaftar sebagai mahasiswa pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat USU. Mulai

(12)

DAFTAR ISI

2.1.4. Pertumbuhan dan Penyebaran Kanker Leher Rahim ... 12

2.1.5. Gejala dan Tanda-tanda ... 13

2.1.6. Deteksi Dini Kanker Leher Rahim ... 14

2.1.7. Upaya Pencegahan Kanker Leher Rahim ... 15

2.2. Partisipasi ... 16

2.2.1. Pengertian Partisipasi ... 16

2.2.2. Syarat-Syarat Partisipasi ... 19

2.2.3. Dasar-Dasar Filosofi Partisipasi Masyarakat ... 20

2.2.4. Pendekatan Partisipasi Masyarakat ... 21

2.2.5. Strategi Partisipasi Masyarakat ... 22

2.2.6. Metode ... 23

2.2.7. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Partisipasi Masyarakat ... 25

2.3. Dukungan Sosial ... 32

2.3.1. Definisi Dukungan Sosial ... 32

2.3.2. Bentuk-Bentuk Dukungan Sosial ... 33

(13)

2.4. Hasil Penelitian Yang Relevan... 36

3.4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 43

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 44

3.5.1. Variabel Penelitian ... 44

3.5.2. Definisi Operasional... 44

3.6. Metode Pengukuran ... 46

3.6.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas ... 48

3.6.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat ... 48

3.7. Metode Analisis Data ... 49

4.2.2. Dukungan Instrumental ... 57

4.2.3. Dukungan Informatif ... 58

4.2.4. Dukungan Penilaian/Penghargaan ... 60

4.2.5. Dukungan Kelompok Sosial ... 63

4.2.6. Partisipasi Wanita Usia Subur dalam Upaya Deteksi Dini Penyakit Kanker Leher Rahim ... 64

4.3. Analisis Bivariat ... 66

4.3.1. Hubungan Dukungan Emosional dengan Partisipasi Wanita Usia Subur dalam Upaya Deteksi Dini Penyakit Kanker Leher Rahim ... 66

(14)

4.3.3. Hubungan Dukungan Informatif dengan Partisipasi Wanita Usia Subur dalam Upaya Deteksi Dini Penyakit Kanker

Leher Rahim ... 68

4.3.4. Hubungan Dukungan Penilaian/ Penghargaan dengan Partisipasi Wanita Usia Subur dalam Upaya Deteksi Dini Penyakit Kanker Leher Rahim ... 68

4.3.5. Hubungan Dukungan Kelompok Sosial dengan Partisipasi Wanita Usia Subur dalam Upaya Deteksi Dini Penyakit Kanker Leher Rahim ... 69

5.3. Pengaruh Dukungan Emosional terhadap Partisipasi Wanita Subur dalam Upaya Deteksi Dini Penyakit Kanker Leher Rahim ... . 76

5.4 Pengaruh Dukungan Instrumental terhadap Partisipasi Wanita Subur dalam Upaya Deteksi Dini Penyakit Kanker Leher Rahim .. . 76

5.5 Pengaruh Dukungan Informatif terhadap Partisipasi Wanita Subur dalam Upaya Deteksi Dini Penyakit Kanker Leher Rahim ... . 80

5.6 Pengaruh Dukungan Penilaian/Penghargaan terhadap Partisipasi Wanita Subur dalam Upaya Deteksi Dini Penyakit Kanker Leher Rahim ... . 81

5.7 Pengaruh Dukungan Kelompok Sosial terhadap Partisipasi Wanita Subur dalam Upaya Deteksi Dini Penyakit Kanker Leher Rahim .... 82

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 84

6.1. Kesimpulan ... 84

6.2. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 86

(15)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

3.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas ... 47 4.1. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Jumlah Rumah Tangga Menurut

Kecamatan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010 ... 54 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Emosional di Kecamatan

Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai ... 55 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Dukungan Emosional di

Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai ... 56 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Instrumental di Kecamatan

Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai ... 57 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Dukungan Instrumental di

Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai ... 58 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Informatif di Kecamatan

Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai ... 58 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Dukungan Informatif di

Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai ... 59 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Penilaian/Penghargaan di

Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai ... 60 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Dukungan Penilaian/

Penghargaan di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai ... 63 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Kelompok Sosial di

Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai ... 63 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Dukungan Kelompok Sosial

di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai ... 64 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Partisipasi Wanita Usia Subur dalam

(16)

4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Partisipasi dalam Upaya Deteksi Dini Penyakit Kanker Leher Rahim di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai ... 65 4.14. Hubungan Dukungan Emosional dengan Partisipasi Wanita Usia Subur

dalam Upaya Deteksi Dini Penyakit Kanker Leher Rahim ... 67 4.15. Hubungan Dukungan Instrumental dengan Partisipasi Wanita Usia Subur

dalam Upaya Deteksi Dini Penyakit Kanker Leher Rahim ... 67 4.16. Hubungan Dukungan Informatif dengan Partisipasi Wanita Usia Subur

dalam Upaya Deteksi Dini Penyakit Kanker Leher Rahim ... 68 4.17. Hubungan Dukungan Penilaian/Penghargaan dengan Partisipasi Wanita

Usia Subur dalam Upaya Deteksi Dini Penyakit Kanker Leher Rahim ... 69 4.18. Hubungan Dukungan Kelompok Sosial dengan Partisipasi Wanita Usia

(17)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 89

2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 98

3. Hasil Uji Chi-Square ... 106

4. Hasil Uji Regresi Berganda ... 110

5. Surat Izin Penelitian dari FKM USU ... 114

(19)

ABSTRAK

Pendeteksian dini kanker leher rahim yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2009-2010 terhadap 3.319 wanita yang mengikuti tes Inspeksi Visual Asetat, didapat 46 positif kanker leher rahim (1,4%). Partisipasi kelompok wanita usia subur untuk menghadiri kegiatan deteksi dini penyakit kanker leher rahim condong negatif, yang dapat dikarenakan kurangnya dukungan sosial yang mereka dapatkan.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh dukungan sosial terhadap partisipasi wanita usia subur dalam upaya deteksi dini penyakit kanker leher rahim di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai. Jenis penelitian explanatory

survey. Populasi adalah seluruh wanita usia subur di Kecamatan Perbaungan

Kabupaten Serdang Bedagai yang berjumlah 14.491 orang, dan dijadikan sampel sebanyak 99 orang. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, dan dianalisis dengan regresi berganda pada α=0.05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik dukungan sosial yang meliputi: dukungan emosional, instrumental, informatif, penilaian/ penghargaan, dan dukungan kelompok sosial berpengaruh signifikan terhadap partisipasi wanita usia subur dalam deteksi dini penyakit kanker leher rahim. Variabel dukungan kelompok sosial memberikan pengaruh paling besar terhadap partisipasi wanita usia subur dalam deteksi dini penyakit kanker leher rahim.

Disarankan bagi Dinas Kesehatan Serdang Bedagai melalui puskesmas di wilayah kerjanya, untuk membuat kebijakan dalam upaya meningkatkan dukungan keluarga dalam keikutsertaan wanita usia subur mengikuti kegiatan deteksi dini penyakit kanker leher rahim. Melakukan pendekatan kepada wanita usia subur supaya mau berpartisipasi aktif dalam upaya deteksi dini penyakit kanker leher rahim dengan memberikan konseling tentang pentingnya mengikuti kegiatan deteksi dini penyakit kanker leher rahim, dan memotivasi wanita usia subur untuk melakukan pemeriksaan.

(20)

ABSTRACT

From the early detection of cervix cancer conducted by the Serdang Bedagai District Health Office in 2009-2010, it was found out that there were 46 positive cervix cancer victims out of 3,319 women who took Acetate Visual Inspection test (1.4%). The group participation of reproductive aged women in following the activity of early detection of cervix cancer tended to be negative due to lack of social support which was expected to encourage them.

The aim of the research was to analyze the influence of social support on the participation of reproductive-aged women in the activity of cervix cancer early detection at Perbaungan Subdistrict, Serdang Bedagai District. The type of the research was explanatory. The population were 14,491 reproductive-aged women who lived at Perbaungan Subdistrict, Serdang Bedagai District, and 99 of them were used as the samples. The data were collected by using interviews and questionnaires and analyzed by using multiple regression at α = 0.05.

The result of the research showed that, statistically, social support which included emotional support, instrumental support, informative support, assessment/ reward, and support from social groups had significant influence on the participation of reproductive-aged women in early detection of cervix cancer. The variable of support from social groups had the most significant influence on the participation of reproductive-aged women in early detection of cervix cancer.

It is recommended that the Serdang Bedagai District Health Office, through Health Centers in its working area, should make a policy in order to increase family support in the participation of reproductive-aged women to follow the activity of early detection of cervix cancer. Persuade them to actively participate in the activity of early detection of cervix cancer by giving counseling about the importance of following the activity of early detection of cervix cancer, and motivate them to conduct health examination.

(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit kanker telah dikenal orang-orang Mesir dan Yunani kuno sejak dulu. Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada servix-uterus suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim dengan liang senggama (vagina). Kanker leher rahim merupakan penyakit keganasan yang menimbulkan masalah dalam kesehatan wanita. Program pencegahan kanker leher rahim merupakan bagian dari program komprehensif dalam penanggulangan kanker secara terpadu dan harus dilakukan secara berkesinambungan.

World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa di dunia setiap

tahunnya ada 6,25 juta penderita kanker dan dalam dekade terakhir ini ada 9 juta manusia meninggal karena kanker. Dan perlu dicatat bahwa 2/3 kejadian ini terjadi di negara yang sedang berkembang. Di Indonesia diperkirakan 100 penderita kanker dari 100.000 penduduk (Buston, 2000).

(22)

Kanker leher rahim terbanyak kelima pada wanita di seluruh dunia dan diperkirakan terdapat 493.000 kasus baru dan 274.000 kematian per tahun pada tahun 2002. Penyakit ini banyak terdapat pada wanita Amerika Latin, Afrika, dan negara-negara berkembang lainnya di Asia, termasuk Indonesia. Di Indonesia kanker leher rahim merupakan kanker terbanyak pada wanita.

Di RS. Dr. Cipto Mangunkusumo, kanker leher rahim mencapai 76,2% dari 1717 kanker ginekologi dari tahun 1989-1992 dengan angka survival secara keseluruhan pada 5 tahun berkisar antara 56,7%-72%. Dari data berdasarkan

pathological based registry kanker leher rahim menempati urutan pertama di antara

kanker wanita lainnya, diikuti kanker payudara di tempat kedua. Jenis kanker lain yang cukup banyak pada wanita adalah kanker ovarium dan kanker corpus uteri.

Kanker leher rahim cenderung muncul pada wanita berusia 35-55 tahun. Data yang didapat dari Yayasan Kanker Indonesia (2007) menyebutkan setiap tahunnya sekitar 500.000 wanita didiagnosa menderita kanker leher rahim dan lebih dari 250.000 meninggal dunia. Melihat data tersebut, maka tatalaksana yang komprehensif termasuk pencegahan dan deteksi dini harus dilaksanakan dengan baik (Female

Cancer Programme, et.al, 2007).

(23)

Indonesia termasuk kelompok negara sedang berkembang dimana angka kejadian kanker leher rahim cukup tinggi. Pencegahan pada kejadian kanker leher rahim dapat dilakukan secara terencana, terstruktur, dan bertahap. Secara umum tahapan pencegahan tersebut adalah :

1. Pencegahan primer : mengenal dan mengeliminasi penyebab kanker leher rahim 2. Pencegahan sekunder : deteksi dini

3. Pencegahan tertier : komponen natural atau sintetik untuk menekan atau melawan proses terjadinya kanker leher rahim.

Kebijakan untuk menemukan secara dini lesi prakanker akan memberikan dampak yang cukup besar di dalam menurunkan insidensi, morbiditas, dan mortalitas penyakit kanker leher rahim. Berbagai cara untuk menemukan lesi prakanker leher rahim telah ada seperti pap test, IVA test, kolposcopi, cervicography, optical probe

devices dan HPV DNA testing.

(24)

Evaluasi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat (khususnya wanita usia subur) untuk melakukan pemeriksaan dini masih rendah. Sebagian besar masyarakat datang berobat sesudah penderita ada pada stadium lanjut, akibatnya dibutuhkan pengobatan dengan biaya besar dan harapan hidup semakin kecil (Pemkab Serdang Bedagai, 2010).

Dalam pendeteksian dini kanker leher rahim yang dijalankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2009-2010, telah didapat 46 positif kanker leher rahim dari 3.319 wanita yang mengikuti tes IVA (1,4%) (Dinkes Kab. Serdang Bedagai, 2010).

Hasil pengolahan data kunjungan wanita usia subur dalam kegiatan deteksi dini kanker leher rahim menunjukkan tingkat kehadiran yang semakin menurun. Dari 7 kegiatan yang telah dilakukan diperoleh informasi bahwa kegiatan penyuluhan I dihadiri oleh 200 orang wanita usia subur yang jumlahnya sama 200 orang pada penyuluhan II, 170 orang pada penyuluhan III, 127 orang pada penyuluhan IV, 45 orang pada penyuluhan V, 78 orang pada penyuluhan VI dan 27 orang pada penyuluhan VII. Mencermati data ini penulis khawatir bila pada kegiatan penyuluhan selanjutnya tidak ada wanita usia subur yang akan hadir. Artinya pelaksanaan program ini terancam tidak mencapai sasaran karena bagaimanapun pemeriksaan IVA tidak akan terjadi selama wanita usia subur tidak hadir pada saat penyuluhan.

(25)

mengeksplorasi lebih dalam tentang perilaku kelompok wanita usia subur terhadap kegiatan tersebut, penulis melakukan survey pendahuluan berupa wawancara langsung dengan 30 orang wanita usia subur yang berada di wilayah Kecamatan Perbaungan. Wawancara penulis ini dimaksudkan untuk mendapatkan tanggapan masyarakat terhadap dukungan sosial wanita usia subur yang dikaitkan dengan keputusan mereka untuk menghadiri dan mengikuti kegiatan deteksi dini penyakit kanker leher rahim.

Dari data sebagaimana lampiran 1 menunjukkan bahwa : 1) Dukungan masyarakat terhadap upaya deteksi dini penyakit kanker leher rahim biasa saja, bahkan terdapat 5 dari 30 responden menyatakan tanggapan yang buruk tentang persepsi terhadap upaya deteksi dini penyakit kanker leher rahim. 2) Tanggapan wanita usia subur tentang sikap mereka terhadap upaya deteksi dini penyakit kanker leher rahim juga biasa saja dan kecenderungan sama antara sikap yang baik dan buruk. 3) Tanggapan wanita usia subur dominan biasa saja untuk membuat keputusan mengikuti kegiatan deteksi dini baik pada aspek penyuluhan maupun pemeriksaan

IVA. Sebagai kegiatan yang menyentuh kepentingan dan kebutuhan kesehatan

masyarakat banyak maka dukungan sosial dan keputusan menghadiri kegiatan deteksi dini penyakit kanker leher rahim mestinya baik.

(26)

pengaruh dukungan sosial dan pengetahuan tentang penyakit TB terhadap motivasi untuk sembuh penderita tuberculosis paru yang berobat di Puskesmas Sidoarjo, Lamongan, Jombang. Hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat hubungan antara dukungan sosial dan pengetahuan terhadap motivasi seseorang. Berangkat dari pengalaman penelitian terdahulu maka penulis menduga ada pengaruh antara dukungan sosial (yang terdiri dari emosional, instrumental, informatif, penilaian/penghargaan, dan kelompok sosial) terhadap partisipasi wanita usia subur dalam upaya deteksi dini penyakit kanker leher rahim.

1.2. Permasalahan

Dari uraian pada latar belakang diatas, diperoleh rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana pengaruh dukungan sosial terhadap partisipasi wanita usia subur dalam upaya deteksi dini penyakit kanker leher rahim di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2011.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh dukungan sosial terhadap partisipasi wanita usia subur dalam upaya deteksi dini penyakit kanker leher rahim di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.

1.4. Hipotesis

(27)

1.5. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: a. Dinas Kesehatan

Sebagai informasi untuk mengambil kebijakan dalam upaya deteksi dini penyakit kanker leher rahim.

b. Masyarakat

Mengetahui dan memahami tentang penyakit kanker leher rahim yang pada akhirnya diharapkan agar masyarakat, khususnya wanita usia subur mempunyai

kesadaran tentang pentingnya melakukan pemeriksaan dini terhadap penyakit kanker leher rahim.

c. Tenaga Kesehatan

Sebagai bahan masukan dan informasi dalam upaya melakukan pendekatan kepada wanita usia subur sehingga mereka ikut berpartisipasi aktif dalam upaya deteksi dini penyakit kanker leher rahim.

d. Ilmu Pengetahuan

Sebagai bahan referensi dan masukan bagi penelitian selanjutnya terkait dengan

(28)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kanker Leher Rahim

2.1.1. Definisi Kanker Leher Rahim

Menurut Sukaca (2009), kanker ginekologik adalah tumbuhnya sel-sel

neoplastik secara tidak terkontrol pada jaringan organ genital wanita terdiri dari

uterus, tuba fallopi, ovarium, vagina dan vulva. Kanker pada organ genital

merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas terbesar kedua setelah kanker payudara. Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus (leher rahim), suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang terletak antara rahim dan liang senggama (vagina). Kanker serviks sering juga disebut kanker leher rahim. Dengan demikian kanker leher rahim adalah penyakit neoplasma ganas pada leher rahim yang sel-sel epitelnya memperlihatkan tanda-tanda keganasan berupa

deferensiasi sel-sel epitel permukaan menghilang, susunan sel-sel basal yang

berbentuk palisade juga tidak dijumpai lagi, bentuk dan inti sel juga bervariasi, sangat kuat menarik zat warna dan jumlah sitoplasma sangat kurang, sehingga sel-sel seolah-olah tersusun padat.

Kanker leher rahim adalah tumor ganas primer yang berasal dari sel epitel

skuamosa. Kanker leher rahim merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau leher

(29)

dari kanker leher rahim berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke rahim.

Penyebab kanker leher rahim belum diketahui dengan pasti, namun diduga penyebabnya Human Papilloma Virus (HPV). Infeksi virus papilloma terdapat pada wanita aktif secara seksual. Dari beberapa pemeriksaan laboratorium terbukti bahwa lebih dari 90% kondiloma serviks semua neoplasia intraepitel serviks dan kanker leher rahim mengandung DNA HPV. HPV ini dapat menyerang alat kelamin bagian luar vagina, leher rahim dan di sekitar anus (Aziz M.F. 2000).

2.1.2. Epidemiologi

Kanker leher rahim masih merupakan kanker yang menduduki urutan pertama kejadian kanker secara keseluruhan ataupun dari kejadian kanker pada wanita. Karena

HPV merupakan faktor etiologi, maka kanker leher rahim mempunyai beberapa

faktor risiko yang umumnya terkait dengan suatu pola penyakit akibat hubungan seksual. Faktor lain yang dianggap merupakan faktor risiko antara lain faktor hubungan seksual pertama kali pada usia muda, faktor kebiasaan merokok dan pemakaian kontrasepsi secara hormonal (Female Cancer Programme, et.al, 2007). 2.1.3. Faktor Risiko Kanker Leher Rahim

Faktor kanker leher rahim dibagi dalam dua kategori :

a) Risiko Mayor

Infeksi Human Papilloma Virus (HPV), khususnya kelompok risiko tinggi

(30)

Distribusi geografis tipe HPV berbeda untuk tiap-tiap negara. HPV tipe 16 dan 18

adalah yang paling sering ditemukan di dunia. Dimana HPV tipe 16 umumnya ditemukan di negara barat seperti Eropa, USA dan lain-lain. Sedangkan untuk tipe 18

banyak ditemukan di Asia. HPV ditularkan lewat hubungan seksual. b) Risiko Minor

Risiko minor kanker leher rahim adalah : − Menikah Usia Muda (< 20 tahun)

Pada berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa golongan wanita yang

mulai melakukan hubungan seksual pada usia < 20 tahun lebih beresiko untuk menderita kanker leher rahim (Sjamsuddin, 2001).

− Pasangan seksual yang berganti-ganti

Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan

mempunyai faktor yang besar terhadap kejadian kanker ini. Pada penelitian

sitologi tes pap sekelompok wanita tuna susila dan wanita biasa ternyata jumlah

kasus prakarsinoma lebih banyak pada wanita tuna susila (Tambunan, 1995). Terpapar IMS (Infeksi Menular Seksual)

− Merokok

Wanita perokok mempunyai risiko 2 kali lebih besar terkena kanker leher rahim

dibandingkan dengan wanita bukan perokok. Penelitian menunjukkan, lendir

(31)

terdapat di dalam rokok. Zat-zat tersebut akan menurunkan daya tahan serviks

disamping merupakan karsinogen infeksi virus (Dalimarta, 2004). − Sosial Ekonomi

Kanker leher rahim banyak ditemukan pada golongan ekonomi rendah. Mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan

perseorangan. Golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang, hal inilah yang mempengaruhi imunitas tubuh (Sjamsuddin, 2001).

Hygiene dan sirkumsisi

Suami yang tidak dikhitan, dapat mengurangi kebersihan genital disertai

kemungkinan meningkatnya timbulnya kanker leher rahim. Oleh sebab itu dianjurkan supaya khitan itu dilakukan untuk kebersihan dan kesehatan.

− Jumlah anak yang terlalu banyak

Melahirkan anak yang sering atau bila jumlah anak lebih dari 3 orang

meningkatkan kemungkinan mendapatkan kanker rahim (YKI, 2003). − Kontrasepsi Hormonal atau IUD/AKDR

Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka waktu yang panjang yaitu lebih dari 5 tahun dapat meningkatkan risiko relative 1,53 kali. WHO melaporkan risiko

relative pada pemakaian kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan meningkat sesuai

(32)

Tali IUD akan menyebabkan trauma pada leher rahim, dikhawatirkan akan

menyebabkan terjadinya metaplasia (BKKBN, 1995). 2.1.4. Pertumbuhan dan Penyebaran Kanker Leher Rahim

Kanker leher rahim tumbuh dan berkembang secara bertahap. Kanker leher rahim adalah penyakit yang progresif, mulai dengan intra epitel, perubahan

neoplastik, yang berkembang menjadi kanker leher rahim setelah 10 tahun atau lebih.

Pertumbuhannya dimulai ketika satu sel dari sekian banyak sel normal tiba-tiba mengalami mutasi genetik. Sel tersebut kemudian tumbuh berkembang dan

membelah diri. Beberapa tahun kemudian, sel tersebut mengalami mutasi lagi yang menyebabkan pertumbuhan dan ukuran sel menjadi abnormal, keadaan ini disebut fase dysplasia. Fase dysplasia terus berkembang, dimulai dari dysplasia ringan,

sedang, berat dan akhirnya akan menjadi kanker in situ berkisar antara 1-7 tahun.

Kanker in situ yaitu kanker yang belum menembus batas jaringan tempat

kanker tersebut tumbuh. Beberapa tahun kemudian, sel kanker tersebut dapat

menembus jaringan basal dan menyusup ke jaringan sekitarnya. Keadaan ini dinamakan kanker invasif. Sel kanker juga dapat melepaskan diri dari tempat asalnya

dan menembus pembuluh darah atau pembuluh getah bening. Kemudian, bersama dengan aliran darah atau getah bening, sel kanker terbawa ke bagian lain dari tubuh. Di tempat yang baru, sel-sel kanker akan tumbuh dengan sifat yang sama dengan

induknya. Penyebaran kanker ke jaringan tubuh lainnya ini dinamakan anak sebar

(metastasis). Biasanya kematian sukar dihindari jika telah terjadi metastasis

(33)

2.1.5. Gejala dan Tanda-tanda

Gejala dini yang dapat ditunjukkan oleh adanya kanker leher rahim adalah : − Keputihan

Pada permulaan penyakit yaitu pada stadium pre klinik belum dijumpai gejala-gejala yang spesifik bahkan dijumpai tanpa gejala-gejala. Keluar cairan encer, keputihan

yang berubah warna menjadi merah muda, lalu kecoklatan dan sangat berbau karena adanya jaringan nekrose karena infeksi.

− Perdarahan dari kemaluan

Awal keluhan yang timbul pada penderita kanker leher rahim adalah perdarahan dari kemaluan di luar siklus haid yang dimulai sedikit-sedikit yang makin lama

makin banyak dan berbau busuk (Yakub, 1993).

Pada permulaan kanker leher rahim kemungkinan penderita belum memiliki

keluhan dan diagnosis dan biasanya dibuat secara kebetulan (skrining kesehatan penduduk). Pada fase lebih lanjut sebagai akibat nekrosis dan perubahan-perubahan proliferase jaringan leher rahim timbul keluhan-keluhan sebagai

berikut :

a. Perdarahan vaginal yang abnormal b. Perdarahan kontak/senggama c. Keputihan vaginal yang abnormal

d. Gangguan miksi (disuria)

(34)

f. Nyeri di perut bawah menyebar

g. Limfadenema

Pada stadium lanjut ketika tumor telah menyebar keluar dari leher rahim dan

melibatkan jaringan di rongga panggul dapat dijumpai tanda lain seperti nyeri yang menjalar ke pinggul atau kaki.

Beberapa penderita mengeluhkan nyeri berkemih, hematuria, perdarahan

rectum sampai sulit berkemih dan buang air besar. Penyebaran ke kelenjar getah

bening tungkai bawah menimbulkan edema tungkai bawah, atau terjadi uremia bila

telah terjadi penyumbatan kedua ureter.

Standar pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan fisik yang merupakan dasar dalam menentukan stadium penyakit. Pemeriksaan tersebut terdiri

dari inspeksi, palpasi, inspekulo dan pemeriksaan dalam. Dilanjutkan dengan biopsy,

kolposkopi, kuret, foto thoraks, BNO/IVP, Sitoskopi, Rectoskopi. Bila ada kecurigaan

penyebaran ke vesika atau rectum maka dikonfirmasikan dengan biopsy dan

pemeriksaan hispatologik.

2.1.6. Deteksi Dini Kanker Leher Rahim a) Tes PAP

Pap smear (tes pap) adalah suatu tindakan medis yang mana mengambil

sampel dari leher rahim kemudian dioleskan pada slide. Sel tersebut diperiksa dengan

mikroskop untuk mencari lesi pra kanker atau perubahan keganasan.

Pap smear sangat mudah, cepat dan tidak atau relatif kurang rasa nyerinya.

(35)

wanita berkembang menjadi kanker leher rahim meskipun secara teratur melakukan

pemeriksaan pap smear. Tes ini memerlukan prasarana yang lengkap dan kompleks yaitu : Materi (slide, spatula), reagents, mikroskop, tehnisi sitologi, pengiriman slide

yang handal ke lokasi pengujian dan pembacaan slide. Jika salah satu komponen tidak ada, seluruh program tidak berjalan. Program skala kecil akan mengalami biaya yang lebih besar (Female Cancer Programme, et.al, 2007).

b) Kajian terhadap Berbagai Metode Pemeriksaan Alternatif Kanker Leher Rahim

Beberapa metode pemeriksaan kanker leher rahim selain Tes Pap antara lain :

Kolposkopi, Servikologi, Pap Net, Tes Molekul DNA HPV dan hingga metode

skrining yang sederhana seperti inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) dan

inspeksi visual dengan asam asetat dan pembesaran gineskopi (IVAB).

2.1.7. Upaya Pencegahan Kanker Leher Rahim

Menurut Busmar (1997), upaya untuk memberikan pengobatan secara khusus telah dilakukan dengan segala upaya namun hasil yang diperoleh belumlah sesuai

dengan harapan. Karena itu upaya pengobatan secara sendirian tidaklah dapat diharapkan untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat ini. Upaya pencegahan

yang menyeluruh, mulai dari upaya pendidikan kesehatan masyarakat sampai upaya rehabilitasi, perlu diberikan secara porsinya masing-masing dalam mengatasi masalah kanker. Jelas belum ada satu tindakan tersendiri yang dianggap memadai. Gabungan

(36)

1. Pencegahan Tingkat I

a. Promosi Kesehatan Masyarakat − Kampanye kesehatan masyarakat

− Program pendidikan kesehatan masyarakat − Promosi kesehatan

b. Pencegahan Khusus

− Intervensi sumber keterpaparan

2. Pencegahan Tingkat II a. Diagnosis dini

b. Pengobatan (kemoterapi dan bedah)

3. Pencegahan Tingkat III − Rehabilitasi

2.2. Partisipasi

2.2.1. Pengertian Partisipasi

Partisipasi masyarakat adalah ikut sertanya seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan permasalahan-permasalahan masyarakat tersebut. Partisipasi

masyarakat di bidang kesehatan berarti keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan mereka sendiri. Di dalam hal ini, masyarakat

(37)

Mikkelsen dalam Soetomo (2006), mengatakan bahwa pembangunan pada

dasarnya merupakan proses perubahan, dan salah satu bentuk perubahan yang diharapkan adalah perubahan sikap dan perilaku. Partisipasi masyarakat yang

semakin meningkat baik secara kualitatif maupun kuantitatif merupakan salah satu perwujudan dari perubahan sikap dan perilaku tersebut. Ada enam jenis tafsiran mengenai partisipasi masyarakat tersebut antara lain:

1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek atau

program pembangunan tanpa ikut serta dalam pengambil keputusan.

2. Partisipasi adalah usaha membuat masyarakat semakin peka dalam meningkatkan

kemauan menerima dan kemampuan menangapi proyek-proyek atau program-program pembangunan.

3. Partisipasi adalah proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau

kelompok terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu.

4. Partisipasi adalah penetapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf

dalam melakukan persiapan, pelaksanaan dan monitoring proyek/program agar

memperoleh informasi mengenai konteks lokal dan dampak-dampak sosial.

5. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang

ditentukan sendiri.

6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan

(38)

Conyer dalam Soetomo (2006), mengemukakan partisipasi masyarakat

adalah keikutsertaaan masyarakat secara sukarela yang didasari oleh determinan dan kesadaran diri masyarakat itu sendiri dalam program pembangunan. Ada lima cara

untuk melibatkan keikutsertaan masyarakat yaitu:

1. Survei dan konsultasi lokal untuk memperoleh data dan informasi yang

diperlukan.

2. Memanfaatkan petugas lapangan, agar sambil melakukan tugasnya sebagai agen

pembaharu juga menyerap berbagai informasi yang dibutuhkan dalam

perencanaan.

3. Perencanaan yang bersifat desentralisasi agar lebih memberikan peluang yang

semakin besar kepada masyarakat untuk berpartisipasi. 4. Perencanaan melalui pemerintah lokal.

5. Menggunakan strategi pembangunan komunitas (community development)

Menurut Slamet (2003), berdasarkan pengertian partisipasi, maka partisipasi

dalam pembangunan dapat dibagi menjadi lima jenis :

1. Ikut memberi input proses pembangunan, menerima imbalan atas input tersebut

dan ikut menikmati hasilnya.

2. Ikut memberi input dan menikmati hasilnya.

3. Ikut memberi input dan menerima imbalan tanpa ikut menikmati hasil

pembangunan secara langsung.

(39)

2.2.2. Syarat-syarat Partisipasi

Menurut Tannenbaum (1992), sukses partisipasi langsung berhubungan dengan syarat-syarat tertentu. Kondisi semacam itu terjadi pada partisipan yang ada

dalam lingkungannya.

Syarat pertama adalah diperlukan banyak waktu untuk berpartisipasi sebelum bertindak. Partisipasi tidak akan terjadi dalam keadaan mendadak.

Kedua, biaya partisipasi tidak boleh melebihi nilai-nilai ekonomi dan sebagainya. Ketiga, subyek partisipasi harus relevan dengan organisasi partisipasi sesuatu yang

akan menarik perhatian partisipan atau akan dianggapnya sebagai pekerjaan yang sibuk.

Keempat, partisipasi harus mempunyai kemampuan, kecerdasan, dan pengetahuan

untuk berpartisipasi secara efektif.

Kelima, partisipan harus mampu berkomunikasi untuk saling menukar gagasan.

Keenam, tidak seorangpun (baik karyawan atau manajer) akan merasakan bahwa

posisinya diancam dengan partisipasi.

Ketujuh, partisipasi untuk memutuskan arah tindakan pada sebuah organisasi hanya

dapat menempati lingkungan kebebasan kerja kelompok. Tingkat pembatasan sub unit diperlukan pada berbagai organisasi untuk mempertahankan stabilitas intern; sub unit tidak dapat membuat keputusan yang melanggar kebijaksanaan perusahaan,

(40)

2.2.3. Dasar-Dasar Filosofi Partisipasi Masyarakat

Dalam hubungannya dengan fasilitas dan tenaga kesehatan, partisipasi masyarakat dapat diarahkan untuk mencukupi kelangkaan tersebut. Dengan kata lain,

partisipasi masyarakat dapat menciptakan fasilitas dan tenaga kesehatan. Pelayanan kesehatan yang diciptakan dengan adanya partisipasi masyarakat didasarkan kepada idealisme (Notoatmodjo, 2007).

1) Community felt need.

Apabila pelayanan itu diciptakan oleh masyarakat sendiri, ini berarti bahwa

masyarakat itu memerlukan pelayanan tersebut. Sehingga adanya pelayanan kesehatan bukan karena diturunkan dari atas, yang belum dirasakan perlunya, tetapi tumbuh dari bawah yang diperlukan masyarakat dan untuk masyarakat.

2) Organisasi pelayanan kesehatan masyarakat yang berdasarkan partisipasi masyarakat adalah salah satu bentuk pengorganisasian masyarakat. Hal ini berarti bahwa fasilitas pelayanan kesehatan itu timbul dari masyarakat sendiri.

3) Pelayanan kesehatan tersebut akan dikerjakan oleh masyarakat sendiri. Artinya tenaganya dan penyelenggaraannya akan ditangani oleh anggota masyarakat itu

sendiri yang dasarnya sukarela.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa filosofi partisipasi masyarakat dalam pelayanan kesehatan masyarakat adalah terciptanya suatu pelayanan untuk

(41)

2.2.4. Pendekatan Partisipasi Masyarakat

Menurut Club du Sahel dalam Mikkelsen (2003), beberapa pendekatan untuk memajukan partisipasi masyarakat yaitu:

1. Pendekatan pasif, pelatihan dan informasi; yakni pendekatan yang beranggapan

bahwa pihak eksternal lebih menguasai pengetahuan, teknologi, keterampilan dan sumber daya. Dengan demikian partisipasi tersebut memberikan komunikasi satu

arah, dari atas ke bawah dan hubungan pihak eksternal dan masyarakat bersifat vertikal.

2. Pendekatan partisipasi aktif; yaitu memberikan kesempatan kepada masyarakat

untuk berinteraksi secara lebih intensif dengan para petugas eksternal, contohnya pelatihan dan kunjungan.

3. Pendekatan partisipasi dengan keterikatan; masyarakat atau individu diberikan

kesempatan untuk melakukan pembangunan, dan diberikan pilihan untuk terikat pada sesuatu kegiatan dan bertanggung jawab atas kegiatan tersebut.

4. Pendekatan dengan partisipasi setempat; yaitu pendekatan dengan mencerminkan

kegiatan pembangunan atas dasar keputusan yang diambil oleh masyarakat

setempat.

Agar memperbaiki kondisi dan peningkatan taraf hidup masyarakat, maka usaha untuk dapat menggerakkan partisipasi masyarakat:

1. Disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang nyata.

(42)

3. Dijadikan motivasi terhadap masyarakat, yang berfungsi membangkitkan tingkah

laku (behavior) yang dikehendaki secara berlanjut (Ndraha,1990).

Berdasarkan hasil penelitian Goldsmith dan Blustain tahun 1980 di Jamaica

dalam Ndraha (1990), berkesimpulan bahwa masyarakat tergerak untuk berpartisipasi jika:

1. Partisipasi itu dilakukan melalui organisasi yang sudah dikenal atau yang sudah

ada di tengah-tengah masyarakat.

2. Partisipasi itu memberikan manfaat langsung kepada masyarakat yang

bersangkutan.

3. Manfaat yang diperoleh melalui partisipasi itu dapat memenuhi kepentingan

masyarakat setempat.

4. Dalam proses partisipasi itu terjamin adanya kontrol yang dilakukan oleh

masyarakat. Partisipasi masyarakat ternyata berkurang jika mereka tidak atau kurang berperanan dalam pengambilan keputusan.

2.2.5. Strategi Partisipasi Masyarakat

Strategi partisipasi masyarakat menurut Notoatmodjo (2007) :

1. Lembaga Sosial Desa atau Lembaga Kerja Pembangunan Masyarakat Desa

(LKPMD) adalah suatu wadah kegiatan antar disiplin di tingkat desa, tiap kelurahan atau desa mempunyai lembaga semacam ini. Tugas utama lembaga ini

adalah merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan pembangunan didesanya, termasuk juga pembangunan di bidang kesehatan. Oleh

(43)

untuk menjual idenya, dengan memasukkan ide-idenya ke dalam program

LKPMD.

2. Program yang dijual oleh Puskesmas ke lembaga ini tidak harus kesehatan, tetapi

juga kegiatan-kegiatan non kesehatan yang akhirnya akan menyokong program kesehatan, misalnya; pertanian, peternakan, pendidikan, dan lain-lain.

3. Puskesmas dapat dijadikan pusat kegiatan, walaupun pusat perencanaannya

adalah di desa (LKPMD), dan petugas kesehatan adalah merupakan motivator dan dinamisatornya.

4. Dokter puskesmas atau petugas kesehatan yang lain dapat membentuk suatu team

work yang baik dengan dinas-dinas atau instansi-instansi lain.

5. Dalam pelaksanaan, program dapat dimulai desa demi desa tidak usah seluruh

desa di kecamatan tersebut. Hal ini untuk menjamin agar puskesmas dapat memonitor dan membimbingnya dengan baik. Bilamana perlu membentuk suatu proyek percontohan sebagai pusat pengembangan untuk desa yang lain.

6. Bila desa ini masih dianggap terlalu besar, maka dapat dimulainya dari tingkat

RW atau RT yang populasinya lebih kecil, sehingga mudah diorganisasi.

2.2.6. Metode

Notoatmodjo (2005), menyatakan metode yang dapat dipakai pada partisipasi masyarakat adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan masyarakat, diperlukan untuk memperoleh simpati masyarakat.

(44)

2. Pengorganisasian masyarakat, dan pembentukan panitia (tim). a. Dikoordinasi oleh lurah atau kepala desa.

b. Tim kerja, yang dibentuk ditiap RT.

Anggota tim ini adalah pemuka-pemuka masyarakat RT yang bersangkutan, dan dipimpin oleh ketua RT.

3. Survei diri (Community self survey)

Tiap tim kerja di RT, melakukan survei di masyarakatnya masing-masing dan diolah serta dipresentasikan kepada warganya.

4. Perencanaan program

Perencanaan dilakukan oleh masyarakat sendiri setelah mendengarkan presentasi survei diri dari tim kerja, serta telah menentukan bersama tentang prioritas

masalah yang akan dipecahkan. Dalam merencanakan program ini, perlu diarahkan terbentuknya dana sehat dan kader kesehatan. Kedua hal ini sangat penting dalam rangka pengembangan partisipasi masyarakat.

5) Training

Training untuk para kader kesehatan sukarela harus dipimpin oleh dokter

(45)

6) Rencana evaluasi

Dalam menyusun rencana evaluasi perlu ditetapkan kriteria-kriteria keberhasilan suatu program, secara sederhana dan mudah dilakukan oleh masyarakat atau

kader kesehatan sendiri.

2.2.7. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Partisipasi Masyarakat

Dalam upaya mengembangkan dan membina partisipasi masyarakat ada

beberapa faktor yang bisa membantu atau mendorong upaya tersebut. Faktor-faktor tersebut sebagian kita jumpai di masyarakat dan sebagian di provider sendiri.

1. Faktor-faktor di masyarakat

Konsep partisipasi masyarakat sebenarnya bukan hal baru bagi kita di Indonesia. Dari sejak nenek moyang kita, telah dikenal adanya semangat gotong

royong dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan di masyarakat. Semangat ini mendorong timbulnya partisipasi masyarakat.

2. Faktor-faktor pendorong di pihak provider

Faktor pendorong terpenting yang ada dipihak provider ialah adanya kesadaran di lingkungan provider, bahwa perilaku merupakan faktor penting dan besar

pengaruhnya terhadap derajat kesehatan. Kesadaran ini melandasi pemikiran pentingnya partisipasi masyarakat. Selain itu, keterbatasan sumber daya di pihak provider untuk mengembangkan dan membina partisipasi masyarakat

(46)

Menurut Sastropoetro (1988), ada lima unsur penting yang menentukan gagal

dan berhasilnya partisipasi, yaitu:

1. Komunikasi yang menumbuhkan pengertian yang efektif atau berhasil.

2. Perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku yang diakibatkan oleh pengertian

yang menumbuhkan kesadaran.

3. Kesadaran yang didasarkan pada perhitungan dan pertimbangan.

4. Kesediaan melakukan sesuatu yang tumbuh dari dalam lubuk hati sendiri tanpa

dipaksa orang lain.

5. Adanya rasa tanggung jawab terhadap kepentingan bersama.

Hadi dalam Dwiyanti (2005), mengemukakan bahwa faktor penghambat untuk meningkatkan partisipasi publik di Indonesia adalah:

1. Faktor sosial, seperti: tingkat pendidikan, pendapatan dan komunikasi

2. Faktor budaya, meliputi: sikap dan perilaku, pengetahuan dan adat istiadat. 3. Faktor politik

4. Faktor birokrasi para pengambil keputusan.

Menurut Mikkelsen (2003), rendahnya partisipasi masyarakat disebabkan oleh

beberapa faktor yaitu:

1. Adanya penolakan secara internal di kalangan anggota masyarakat dan penolakan

eksternal terhadap pemerintah. 2. Kurangnya dana.

(47)

Banyak program pembangunan yang kurang memperoleh antusias dan

partisipasi masyarakat karena kurangnya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi. Di lain pihak juga sering dirasakan kurangnya

informasi yang disampaikan kepada masyarakat mengenai kapan dan dalam bentuk apa mereka dapat atau dituntut untuk berpartisipasi. Pemberian kesempatan berpartisipasi pada masyarakat, harus dilandasi oleh pemahaman bahwa masyarakat

setempat layak diberi kesempatan karena mereka juga punya hak untuk berpartisipasi dan memanfaatkan setiap kesempatan membangun bagi perbaikan mutu hidupnya.

Menurut Margono dalam Mardikanto (2003), tumbuh kembangnnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu:

1. Adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi.

Adanya kesempatan yang diberikan, merupakan faktor pendorong tumbuhnya kemauan, dan kemauan akan menentukan kemampuannya. Sebaliknya, adanya kemauan akan mendorong seseorang untuk meningkatkan kemampuan serta

memanfaatkan setiap kesempatan. 2. Adanya kemauan untuk berpartisipasi

Kemauan untuk berpartisipasi merupakan kunci utama bagi tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat. Kesempatan dan kemampuan yang cukup belum merupakan jaminan bagi tumbuh dan berkembangnya partisipasi

(48)

3. Adanya kemampuan untuk berpartisipasi

Kemampuan untuk berpartisipasi adalah :

a. Kemampuan untuk menemukan dan memahami kesempatan-kesempatan

untuk membangun, atau pengetahuan tentang peluang untuk membangun (memperbaiki mutu hidupnya).

b. Kemampuan untuk melaksanakan pembangunan, yang dipengaruhi oleh

tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki.

c. Kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan

menggunakan sumber daya dan kesempatan (peluang) lain yang tersedia secara optimal.

Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN), bentuk partisipasi masyarakat

terdiri dari partisipasi perorangan dan keluarga, partisipasi masyarakat umum, partisipasi masyarakat penyelenggara, serta partisipasi masyarakat profesi kesehatan. Sejalan dengan itu masyarakat mempunyai kewajiban untuk melakukan upaya

pemeliharaan kesehatannya sendiri, keluarga maupun lingkungan. Bahkan diharapkan ikut berperan secara aktif dalam pembangunan kesehatan (Depkes, 2007).

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengajak atau menumbuhkan partisipasi masyarakat. Pada pokoknya ada dua cara, yakni :

1. Partisipasi dengan paksaan (Enforcement Participation)

Artinya memaksa masyarakat untuk kontribusi dalam suatu program, baik melalui perundang-undangan, peraturan-peraturan maupun dengan perintah lisan

(49)

merasa dipaksa, dan kaget, karena dasarnya bukan kesadaran (awarenees), tetapi

ketakutan. Akibatnya lagi masyarakat tidak akan mempunyai rasa memiliki terhadap program.

2. Partisipasi dengan persuasi dan edukasi

Yakni suatu partisipasi yang didasari pada kesadaran. Sukar ditumbuhkan, dan akan memakan waktu yang lama. Tetapi bila tercapai hasilnya ini akan

mempunyai rasa memiliki, dan rasa memelihara. Partisipasi ini dimulai dengan penerangan, pendidikan, dan sebagainya, baik secara langsung maupun tidak

langsung.

Partisipasi masyarakat adalah suatu pendekatan atau jalan yang terbaik untuk memecahkan masalah-masalah kesehatan di negara-negara yang sedang berkembang,

karena hal-hal berikut :

1. Partisipasi masyarakat adalah cara yang paling murah. Dengan ikut berpartisipasinya masyarakat dalam program-program kesehatan, itu berarti

diperolehnya sumber daya dan dana dengan mudah untuk melengkapi fasilitas kesehatan mereka sendiri.

2. Bila partisipasi itu berhasil, bukan hanya salah satu bidang saja yang dapat

dipecahkan, tetapi dapat menghimpun dana dan daya untuk memecahkan masalah di bidang yang lain.

3. Partisipasi masyarakat akan membuat semua orang untuk belajar

(50)

4. Partisipasi masyarakat di dalam pelayanan kesehatan adalah sesuatu yang tumbuh

dan berkembang dari bawah dengan rangsangan dan bimbingan dari atas, bukan sesuatu yang dipaksakan dari atas. Ini adalah suatu pertumbuhan yang alamiah,

bukan pertumbuhan yang semu.

5. Partisipasi masyarakat akan menjamin suatu perkembangan yang langsung, karena

dasarnya adalah kebutuhan dan kesadaran masyarakat sendiri.

6. Melalui partisipasi setiap anggota masyarakat dirangsang untuk belajar

berorganisasi, dan mengambil peran yang sesuai dengan kemampuan meraka

masing-masing (Notoatmodjo,2007).

Teori lain, dikemukakan oleh George Hommans (dalam Thoha, 1993: 79) yang melihat keterlibatan itu didasarkan pada aktivitas-aktivitas, interaksi-interaksi

dan sentimen-sentimen (perasaan ataupun emosi). Ketiga elemen ini saling berhubungan secara langsung dengan alasan bahwa semakin banyak dilakukan aktivitas seseorang dengan hal yang berhubungan dengan orang lain, semakin

beraneka interaksinya dan juga semakin kuat tumbuhnya sentimen-sentimen mereka. Kemudian semakin banyak interaksi antara seseorang dengan yang lainnya, maka

semakin banyak kemungkinan aktivitas dan sentimen yang ditularkan kepada orang lain. Dan yang terakhir, semakin banyak aktivitas yang ditularkan kepada orang lain dan semakin banyak sentimen seseorang dipahami oleh orang lain, maka semakin

(51)

Elemen-elemen partisipasi masyarakat adalah sebagai berikut : 1. Motivasi

Persyaratan utama masyarakat untuk berpartisipasi adalah motivasi. Tanpa

motivasi masyarakat sulit untuk berpartisipasi di segala program. Timbulnya motivasi harus dari masyarakat itu sendiri dan pihak luar hanya merangsangnya saja. Untuk itu maka pendidikan kesehatan sangat diperlukan dalam rangka

merangsang tumbuhnya motivasi. 2. Komunikasi

Suatu komunikasi yang baik adalah yang dapat menyampaikan pesan, ide, dan informasi masyarakat. Media massa seperti TV, radio, poster, film, dan sebagainya. Sebagian adalah sangat efektif untuk menyampaikan pesan yang

akhirnya dapat menimbulkan partisipasi. 3. Kooperasi (kerjasama)

Kerjasama dengan instansi-instansi diluar kesehatan masyarakat dan instansi

kesehatan sendiri adalah mutlak diperlukan. Terjelmanya team work antara mereka ini akan membantu menumbuhkan partisipasi.

4. Mobilisasi

Hal ini berarti bahwa partisipasi itu bukan hanya terbatas pada tahap pelaksanaan program. Partisipasi masyarakat dapat dimulai seawal mungkin sampai ke akhir

(52)

2.3. Dukungan Sosial

2.3.2. Definisi Dukungan Sosial

Sarafino (1998), mengatakan bahwa dukungan sosial adalah kenyamanan,

perhatian, penghargaan atau bantuan yang diperoleh individu dari orang lain, dimana orang lain disini dapat diartikan sebagai individu perorangan atau kelompok. Hal tersebut menunjukkan bahwa segala sesuatu yang ada di lingkungan menjadi

dukungan sosial atau tidak, tergantung pada sejauh mana individu merasakan hal tersebut sebagai dukungan sosial. Dukungan sosial ternyata tidak hanya memberikan

efek positif dalam mempengaruhi kejadian dari efek kecemasan. Dalam Sarafino (1998) disebutkan beberapa contoh efek negatif yang timbul dari dukungan sosial, antara lain :

1. Dukungan yang tersedia tidak dianggap sebagai sesuatu yang membantu. Hal ini dapat terjadi karena dukungan yang diberikan tidak cukup, individu merasa tidak perlu dibantu atau terlalu khawatir secara emosional sehingga tidak

memperhatikan dukungan yang diberikan.

2. Dukungan yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan individu.

3. Sumber dukungan memberikan contoh buruk pada individu seperti melakukan atau menyarankan perilaku tidak sehat.

4. Terlalu menjaga atau tidak mendukung individu dalam melakukan sesuatu yang

diinginkannya. Keadaan ini dapat mengganggu program rehabilitasi yang seharusnya dilakukan oleh individu dan menyebabkan individu menjadi

(53)

Sarason (1991), mengatakan bahwa dukungan sosial adalah keberadaan,

kesediaan, kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi kita. Sarason berpendapat bahwa dukungan sosial itu selalu mencakup

dua hal yaitu :

a. Jumlah sumber dukungan sosial yang tersedia, merupakan persepsi individu terhadap sejumlah orang yang dapat diandalkan saat individu membutuhkan

bantuan (pendekatan berdasarkan kuantitas).

b. Tingkatan kepuasan akan dukungan sosial yang diterima, berkaitan dengan

persepsi individu bahwa kebutuhannya akan terpenuhi (pendekatan berdasarkan kualitas).

Dukungan sosial didefinisikan oleh Taylor (2009), sebagai transaksi

interpersonal yang melibatkan satu atau lebih aspek-aspek yang terdiri dari perhatian emosional, bantuan instrumental, pemberian informasi, dan adanya penilaian atau penghargaan.

2.3.2. Bentuk-Bentuk Dukungan Sosial

Sheridan dan Radmacher (1992), Sarafino (1998) serta Taylor (2009),

membagi dukungan sosial dalam lima bentuk, yaitu : a. Emosional

Aspek ini melibatkan kekuatan jasmani dan keinginan untuk percaya pada orang

(54)

sehingga individu tersebut merasa nyaman, dicintai dan diperhatikan. Beberapa

hal yang termasuk interaksi yang mendukung adalah mendengarkan dengan penuh perhatian, merefleksikan pernyataan subjek, menawarkan simpati dan

menyakinkan kembali, membagi pengalaman pribadi dan menghindari konflik. b. Instrumental

Aspek ini meliputi penyediaan sarana untuk mempermudah atau menolong orang

lain sebagai contohnya adalah peralatan, perlengkapan, dan sarana pendukung lain dan termasuk didalamnya memberikan peluang waktu untuk memberikan

bantuan langsung.

c.

Dukungan ini dikenal juga dengan istilah dukungan pertolongan, dukungan nyata atau dukungan material.

Informatif

Aspek ini berupa pemberian informasi untuk mengatasi masalah. Aspek informatif ini terdiri dari pemberian nasehat, pengarahan, dan keterangan lain yang dibutuhkan oleh individu yang bersangkutan,

d.

sehingga individu dapat

mengatasi masalahnya dan mencoba mencari jalan keluar untuk memecahkan masalahnya.

Penilaian / Penghargaan

Aspek ini terdiri atas dukungan peran sosial yang meliputi umpan balik, perbandingan sosial, dan afirmasi (persetujuan). Pemberian dukungan ini

membantu individu untuk melihat segi-segi positif yang ada dalam dirinya dibandingkan dengan keadaan orang lain yang berfungsi untuk menambah

(55)

dihargai dan berguna saat individu mengalami tekanan. Dukungan sosial dalam

bentuk penilaian yang positif dapat membantu individu dalam mengembangkan kepribadian dan meningkatkan identitas diri.

e. Kelompok Sosial

Bentuk dukungan ini akan membuat individu merasa anggota dari suatu kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktifitas sosial dengannya.

Dengan begitu individu akan merasa memiliki teman senasib.

2.3.3. Sumber-Sumber Dukungan Sosial

Dalam kaitannya dengan peran sebagai pemberi dukungan, Ife dalam Adi

(2008), melihat bahwa salah satu peran dari pemberdaya masyarakat adalah untuk menyediakan dan mengembangkan dukungan terhadap warga yang mau terlibat dalam struktur dan aktivitas komunitas tersebut. Dukungan itu sendiri tidak selalu

bersifat ekstrinsik ataupun materil, tetapi dapat juga bersifat instrinsik seperti pujian, penghargaan dalam bentuk kata-kata, ataupun sikap dan perilaku yang menunjukkan dukungan dari pelaku perubahan terhadap apa yang dilakukan oleh masyarakat.

Seperti menyediakan waktu bagi wanita usia subur bila mereka ingin berbicara dengannya guna membahas permasalahan yang mereka hadapi.

Dukungan sosial dapat dipenuhi dari teman atau persahabatan, keluarga, dokter (petugas kesehatan), psikolog, psikiater (sarafino,1998). Hal senada juga

(56)

2.4. Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Haris Tambera (2011) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat fungsi partisipasi seseorang, semakin memerlukan

pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang lebih tinggi pula.

Penelitian Wahyuni yang menggambarkan pengaruh motivasi, persepsi, dan sikap terhadap keputusan keputusan (Wahyuni, 2008). Rachmawati (2007) meneliti

tentang pengaruh dukungan sosial dan pengetahuan tentang penyakit TB terhadap motivasi untuk sembuh penderita tuberculosis paru yang berobat di Puskesmas

Sidoarjo, Lamongan, Jombang. Hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat hubungan antara dukungan sosial dan pengetahuan terhadap motivasi seseorang.

2.5. Landasan Teori

Berdasarkan kajian masing-masing variabel; dukungan sosial dan partisipasi

selanjutnya perlu dikembangkan suatu kerangka pemikiran baik secara parsial maupun bersama-sama. Diduga ada kaitan antara variabel independen dukungan

sosial terhadap partisipasi wanita usia subur dalam upaya deteksi dini penyakit kanker leher rahim.

Mikkelsen dalam Soetomo (2006), mengatakan bahwa pembangunan pada

dasarnya merupakan proses perubahan, dan salah satu bentuk perubahan yang diharapkan adalah perubahan sikap dan perilaku. Partisipasi masyarakat yang

(57)

perwujudan dari perubahan sikap dan perilaku tersebut. Ada enam jenis tafsiran

mengenai partisipasi masyarakat tersebut antara lain:

1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek atau program

pembangunan tanpa ikut serta dalam pengambil keputusan.

2. Partisipasi adalah usaha membuat masyarakat semakin peka dalam meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan menangapi proyek-proyek atau

program-program pembangunan.

3. Partisipasi adalah proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau

kelompok terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu.

4. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat setempat dengan para staf

dalam melakukan persiapan, pelaksanaan, dan monitoring proyek/program agar memperoleh informasi mengenai konteks lokal dan dampak-dampak sosial.

5. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan

dan lingkungan mereka.

6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan,

dan lingkungan mereka.

Menurut Mikkelsen (2003), rendahnya partisipasi masyarakat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:

(58)

3. Terbatasnya informasi, pengetahuan atau pendidikan masyarakat, dan

4. Kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Dukungan sosial memengaruhi partisipasi wanita usia subur dalam upaya

deteksi dini penyakit kanker leher rahim. Dukungan sosial didefinisikan oleh Sheridan dan Radmacher (1992), Sarafino (1998) serta Taylor (2009), sebagai

transaksi interpersonal yang melibatkan satu atau lebih aspek-aspek yang terdiri dari perhatian emosional, bantuan instrumental, pemberian informasi, adanya penilaian atau penghargaan dan kelompok sosial.

Teori lain, dikemukakan oleh George Hommans (dalam Thoha, 1993: 79)

yang melihat keterlibatan itu didasarkan pada aktivitas-aktivitas, interaksi-interaksi dan sentimen-sentimen (perasaan ataupun emosi). Ketiga elemen ini saling berhubungan secara langsung dengan alasan bahwa semakin banyak dilakukan

aktivitas seseorang dengan hal yang berhubungan dengan orang lain, semakin beraneka interaksinya dan juga semakin kuat tumbuhnya sentimen-sentimen mereka.

Kemudian semakin banyak interaksi antara seseorang dengan yang lainnya, maka semakin banyak kemungkinan aktifitas dan sentimen yang ditularkan kepada orang lain. Dan yang terakhir, semakin banyak aktivitas yang ditularkan kepada orang lain

(59)

2.6. Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka di atas, maka dapat diketahui kerangka konsep penelitian ini adalah :

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Partisipasi : Keikutsertaan wanita usia subur dalam upaya

deteksi dini penyakit kanker leher rahim Dukungan sosial:

a. Emosional b. Instrumental c. Informatif

(60)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory

survey yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial terhadap

partisipasi wanita usia subur dalam upaya deteksi dini penyakit kanker leher rahim di

Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang

Bedagai dengan dasar pertimbangan karena tingkat kehadiran para wanita usia subur

dalam upaya deteksi dini penyakit kanker leher rahim semakin lama semakin

menurun.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dimulai dengan pengusulan judul penelitian, penelusuran

daftar pustaka, persiapan proposal penelitian, merancang kuesioner, konsultasi

dengan pembimbing, pelaksanaan penelitian sampai dengan laporan akhir

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1. Jumlah Wanita Usia Subur pada Setiap Kelurahan/Desa di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai dan Jumlah Sampel yang Diambil
Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas
Tabel 4.1. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Jumlah Rumah Tangga Menurut Kecamatan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

serviks disebut juga kanker leher rahim atau kanker mulut rahim dimulai pada

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti bahwa kadar telomerase dapat digunakan sebagai indikator dalam pendeteksian kanker leher rahim (kanker serviks)

Hubungan Antara Dukungan Suami Dengan Sikap Istri Pada Deteksi Dini Kanker Leher Rahim MenggunakanTes IVAdi Puskesmas Jaten II Kabupaten Karanganyar. Program Studi DIV Bidan

Simpulan dari hasil kegiatan pengabdian masyarakat tentang deteksi dini kanker leher rahim adalah terdapat hasil tes IVA positif dari pemeriksaan deteksi dini kanker leher

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan responden terhadap tindakan melakukan deteksi dini kanker leher rahim dengan metode IVA di wilayah kerja Puskesmas Helvetia

Manfaat dari pemeriksaan test IVA yaitu dapat mengetahui kelainan pra kanker pada leher rahim secara dini atau lanjut, sehingga dapat dicegah dan ditangani dengan segera,

Terdapat peningkatan pengetahuan dan sikap kader kesehatan mengenai deteksi dini kanker leher rahim secara bermakna pada promosi kesehatan dengan penyuluhan dengan

Simpulan dari hasil kegiatan pengabdian masyarakat tentang deteksi dini kanker leher rahim adalah terdapat hasil tes IVA positif dari pemeriksaan deteksi dini kanker leher