SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH PENERAPAN MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP
MANAJEMEN LABA
PADAPERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (2008-2010)
OLEH
Popy Trijalmalia 070503050
PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Lembar Pernyataan
Saya yang bertandsa tangan di bawah ini menyatakan dengan
sesungguhnya bahwa sripsi saya dengan judul “Analisis Pengaruh Penerapan
Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (2008-2010)”
adalah benar hasil karya saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna
menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau
ditulis sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan
ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Oktober 2011
Yang Membuat Pernyataan,
Popy Trijalmalia
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji apakah mekanisme good
corporate governance berpengaruh terhadap manajemen laba. Dalam penelitian
ini indikator mekanisme good corporate governance terdiri dari : kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit,
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2008-2010 yang berjumlah 75 perusahaan. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, maka terdapat 25 perusahaan yang terpilih menjadi sampel penelitian.
Hasil studi ini menunjukan bahwa (1) kepemilikan institusional memberikan pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap manajemen laba (2) kepemilikan manajerial memberikan pengaruh negatif yang tidak signifikan terghadap manajemen laba (3) proporsi dewan komisaris independen memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba (4) komite audit berpengaruh positif tidak significant terhadap manajemen laba (5) secara simultan dari kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen dan memberikan pengaruh terhadap manajemen laba.
ABSTRACT
The main objective of this research is to examining whether good corporate governance mechanism influence on the earning management and whether the earning management influences on financial performance. In this research, the indicator of good governance mechanism consist of managerial ownership, institutional ownership, the propotion of board of director and auditors committee.
The population of this research is manufacturing companies which registered in Indonesia Stock Market Directory in during the period 2005-2009 in amoun of 125 companies. Based on the criteria, there are get 31 companies chosen as sample.
The result show that (1) institutional ownership negative influence on earning managemen but not significant, (2) managerial ownership negative influence on earning managemen but not significant, (3) propotion of independent board of commissioner ownership positive influence and significant on earning managemen, (4) Audit committee ownership influence on earning managemen but not significant, (5) simultaneously of managerial ownership, institutional ownership, and proportion of independent board of commissioners have influence on earning managemen.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim, Puji syukur kehadirat Allah SWT dengan
limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini yang berjudul ” Analisis Pengaruh Penerapan Mekanisme
Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (2008-2010)”
Penulisan skripsi ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan
pengetahuan penulis, khususnya mengenai masalah yang diangkat dalam
penulisan skripsi ini. Di samping itu, penulisan skripsi ini merupakan salah satu
syarat untuk mendapatkan gelar sarjana ekonomi pada universitas sumatera utara.
Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan,
bantuan, dukungan, dan kerja sama semua pihak. Oleh karena itu, dengan
kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Firman Syarif, SE, Msi, Ak selaku Ketua Program Studi S1
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Mutia Ismail, SE, MM, Ak, selaku Sekretaris Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Iskandar Muda, SE, Msi, selaku dosen pembimbing penulis
bimbingan dan arahan selama proses penyusunan dan penyelesaian
skripsi ini.
5. Bapak Drs. Wahidin Yasin, MSi, Ak selaku dosen penguji I dan Bapak
Abdillah Arief Nasution SE, Msi, Ak selaku dosen penguji II yang
telah memberikan masukan dan saran dalam penulisan skripsi ini.
6. Untuk kedua orangtua saya tercinta, Jailani dan Nurma Leni yang telah
memberikan kasih sayang, semangat, doa dan pengorbanan. Semoga
penulis dapat menjadi suatu kebanggaan tersendiri di hati Ayah dan
Ibu tercinta. Untuk abang penulis Roky Mundarfa, Ori Jalma dan
adik-adik penulis tersayang, Rahmi Razabda, Silsi F. Mulya, Resti Radya
dan Wesi Izzati Jalma yang telah memberikan motivasi dalam
penulisan skripsi ini, kalian adalah orang-orang spesial.
7. Teman-teman stambuk 2007 akuntansi, teman hardupan,
teman-teman asrama putri dan semua pihak yang telah membantu penulis.
Bersama kalian terukir kenangan indah.
Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Dengan keterbatasan kemampuan penulis, kritik dan saran
yang membangun dalam penulisan untuk masa yang akan datang. Akhir
kata. penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, September 2011
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pernyataan ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACK ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 8
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 10
2.1.1 Agency Theory ... 10
2.1.2 Kepemilikan Manajerial ... 11
2.1.3 Kepemilikan Institusional ... 12
2.1.4 Proporsi Dewan Komisaris Independen ... 13
2.1.5 Komite Audit ... 14
2.1.6 Good Corporate Governance ... 15
2.1.6.1 Pengertian GCG ... 15
2.1.6.2 Prinsip-prinsip GCG ... 17
2.1.6.3 Tujuan GCG ... 20
2.1.7 Manajemen Laba ... 21
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu... 23
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ... 26
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 29
3.2 Jenis dan Sumber Data ... 29
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 30
3.3.1 Populasi Penelitian ... 30
3.3.2 Sampel Penelitian ... 30
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 39
3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 40
3.5.1 Variabel Independen ... 40
3.6 Metode Analisis Data ... 44
3.6.1 Pengujian asumsi Klasik ... 45
3.6.2 Analisis Regresi Linear Berganda………… ... 48
3.6.3 Pengujian Hipotesis……….. 49
3.6.2 Analisis Regresi Linear Berganda…………... 48
3.7 Jadwal Penelitian ... 52
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian ... 51
4.2 Analisis Hasil Penelitian ... 51
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 52
4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik ... 54
4.2.2.1 Uji Normalitas ... 54
4.2.2.2 Uji Autokorelasi ... 57
4.2.2.3 Uji Heterokedastisitas ... 59
4.2.2.4 Uji Multikolinearitas ... 60
4.2.3 Analisis Regresi Linear Berganda ... 62
4.2.4 Pengujian Hipotesis ... 63
4.2.4.1 Uji Parsial (t-test) ... 64
4.2.4.2 Uji Simultan (Uji F) ... 65
4.2.5 Hasil Pengujian Hipotesis ... 66
4.3 Pembahasan ... 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 71
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 72
5.3 Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA ... 75
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 25
3.1 Proses Seleksi Sampel Penelitian ... 31
3.2 Sampel Penelitian ... 39
3.3 Difinisi Operasional Penelitian ... 43
3.4 Jadwal Penelitian ... 52
4.1 Statistik Deskriptive ... 53
4.2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 58
4.3 Model Summary ... 60
4.4 Coefficientsa ... 62
4.5 Coefficientsa ... 63
4.6 Coefficientsa ... 65
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Kerangka konseptual ... 28
4.1 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual ... 55
4.2 Histogram ... 56
DAFTAR LAMPIRAN
No.Lamp Judul Halaman
i Proses Seleksi Sampel ... 77
ii Sampel Penelitian ... 84
iii Data Kepemilikan Institusional ... 85
iv Data Kepemilikan Manajerial ... 86
v Proporsi Dewan Komisaris Independen ... 87
vi Komite Audit ... 88
vii Manajemen Laba ... 89
viii Descriptive Statistics ... 90
ix Normal P-P Plot of Regression Standarlized Residual ... Sebelum Transformasi ... 91
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual ... Setelah Transformasi ... 91
Histogram Sebelum Transformasi ... 92
Histogram Setelah Transformasi ... 92
x One-Sample Kolmogorov Test – Smirnov Sebelum ... Transfortasi ... 93
One-Sample Kolmogorov Test – Smirnov Setelah ... Transformasi ... 93
xi Model Summaryb ... 94
xii Scatterplot Sebelum Transformasi ... 95
Scatterplot Setelah Transformasi ... 95
xiii Coefficientsa ... 96
xiv ANOVAb ... 97
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji apakah mekanisme good
corporate governance berpengaruh terhadap manajemen laba. Dalam penelitian
ini indikator mekanisme good corporate governance terdiri dari : kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit,
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2008-2010 yang berjumlah 75 perusahaan. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, maka terdapat 25 perusahaan yang terpilih menjadi sampel penelitian.
Hasil studi ini menunjukan bahwa (1) kepemilikan institusional memberikan pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap manajemen laba (2) kepemilikan manajerial memberikan pengaruh negatif yang tidak signifikan terghadap manajemen laba (3) proporsi dewan komisaris independen memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba (4) komite audit berpengaruh positif tidak significant terhadap manajemen laba (5) secara simultan dari kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen dan memberikan pengaruh terhadap manajemen laba.
ABSTRACT
The main objective of this research is to examining whether good corporate governance mechanism influence on the earning management and whether the earning management influences on financial performance. In this research, the indicator of good governance mechanism consist of managerial ownership, institutional ownership, the propotion of board of director and auditors committee.
The population of this research is manufacturing companies which registered in Indonesia Stock Market Directory in during the period 2005-2009 in amoun of 125 companies. Based on the criteria, there are get 31 companies chosen as sample.
The result show that (1) institutional ownership negative influence on earning managemen but not significant, (2) managerial ownership negative influence on earning managemen but not significant, (3) propotion of independent board of commissioner ownership positive influence and significant on earning managemen, (4) Audit committee ownership influence on earning managemen but not significant, (5) simultaneously of managerial ownership, institutional ownership, and proportion of independent board of commissioners have influence on earning managemen.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance (GCG) mulai
meningkat tajam sejak negara-negara Asia dilanda krisis ekonomi. Penelitian
yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) menyimpulkan
penyebab krisis ekonomi di negara-negara Asia, termasuk Indonesia, adalah
1) mekanisme pengawasan dewan komisaris (board of director) dan komite
audit (audit committee) suatu perusahaan tidak berfungsi dengan efektif
dalam melindungi kepentingan pemegang saham dan 2) pengelolaan
perusahaan yang belum profesional. Sehingga penerapan konsep good
corporate governance diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme dan
kesejahteraan pemegang saham tanpa mengabaikan kepentingan pemegang
saham.
Good Corporate governance yang dimaksud adalah mekanisne
administrasi untuk meluruskan hubungan antara manajemen, pemegang
saham, komite audit, dewan komisaris dan kelompok yang berkepentingan
(stakeholders). Upaya pengembangan good corporate governance ditujukan
untuk mendorong optimalisasi alokasi atau penggunaan sumber daya
Good corporate governance secara tradisional berfokus pada problem
pemisahan kepemilikan dan kontrol terhadap manajemen. Namun secara
defenitif good corporate governance merupakan sistem yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan untuk meningkatkan nilai pemegang saham
(Stakeholders’ value) serta mengalokasi berbagai pihak yang berkepentingan
dengan perusahaan (Tangkilisan, 2003).
Sistem good corporate governance diperlukan dalam menciptakan
produk atau jasa dalam mengalokasikan biaya kepada produk sehingga harga
pokok produk dapat ditetapkan secara benar, akurat dan dalam jumlah yang
wajar. Para akuntan manajemen perlu mendapatkan informasi yang akurat
dan tepat waktu tentang setiap hubungan yang ada antara perusahaan dengan
pelanggan.
Dalam jangka panjang pelaksanaan good corporate governance dapat
meningkatkan kinerja atau nilai perusahaan karena meningkatkan
kepercayaan investor dan menguntungkan pemegang saham (nilai saham dan
deviden yang diterima meningkat), memberikan perlindungan efektif bagi
pemegang saham dan kreditor sehingga mereka yakin akan memperoleh
ruturn atas investasi mereka.
Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui
informasi internal dan prospek perusahaan dimasa yang akan datang
dibandingkan dengan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu sebagai
perusahaan kepada stakeholders. Akan tetapi terkadang informasi yang
dilaporkan tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Kondisi
ini dikenal sebagai asimetri informasi (information asymmetric) antara
manajemen dengan pihak yang tidak mempunyai sumber dan akses yang
memadai untuk memperoleh informasi yang digunakan dalam memonitor
tindakan manajeman. Asimetri antara manajeman (agen) dengan pemilik
(principal) dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan
manajemen laba (earnings management) (Richart, 1998).
Tindakan manajemen laba memunculkan kasus skandal pelaporan
akuntansi. Seperti kasus pada PT. Kimia Farma Tbk yang melibatkan
pelaporan keuangan yang berawal dari deteksi adanya manipulasi
(Boediono,2005) dan kasus manipulasi yang dilakukan oleh World Com.
Fenomena ini menunjukkan bahwa terjadinya skandal keuangan merupakan
kegagalan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan informasi para
pengguna laporan. Penyebab kasus skandal tersebut salah satunya adalah
kurangnya penerapan good corporate governance.
Pelemahan kinerja sektor industri pengolahan yang terjadi sejak krisis
1998 lalu menimbulkan dampak yang sangat luas bagi perekonomian
Indonesia dan industri manufaktur mengalami penurunan drastis. Selain
penurunan pertumbuhan industri manufaktur, juga disebabkan adanya
beberapa konflik yang terjadi yaitu terdapat beberapa perusahaan yang tidak
memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik sebagai
yang disampaikan tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Hal ini
menyebabkan pihak manajer berpeluang untuk melakukan tindakan
manajemen laba yang nantinya akan mengakibatkan nilai negatif terhadap
perusahaan tersebut dimata investor.
Solusi dari permasalahan di atas adalah bagaimana menerapkan GCG
sehingga bukan hanya pidato, workshop, atau bahkan penandatanganan fakta
integritas namun upaya penerapan GCG itu perlu sistem manajemen yang
terintegritas ( Tjahjadi, 2011).
Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2008-2010 karena semakin
meningkatnya daya serap pasar terhadap produk dari perusahaan manufaktur
serta adanya usaha-usaha untuk menarik investor yang dilakukan oleh
pemerintah. Kondisi lain adalah Perusahaan manufaktur merupakan industri
yang membutuhkan modal jangka panjang justru itu sangat membutuhkan
pengelolaan yang baik.
Good corporate governance merupakan salah satu elemen dalam
meningkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan
antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, komite audit, para
pemegang saham dan stakeholders lainnya. Good corporate governance juga
memberikan suatu struktur yang memfasilitasi penentuan sasaran-sasaran dari
suatu perusahaan dan sebagai sarana untuk menentukan teknik monitoring
Untuk meminimumkan terjadinya tindakan manajemen laba, maka
perusahaan perlu menerapkan mekanisme good corporate governance dalam
sistem pengendalian dan pengelolaan perusahaan. Mekanisme good corporate
governance merupakan upaya yang dilakukan oleh semua pihak yang
berkepentingan oleh semua pihak yang berkepentingan dengan perusahaan
untuk menjalankan usahanya secara baik sesuai dengan hak dan
kewajibannya masing-masing (Arifin, 2005)). Mekanisme good corporate
governance tersebut meliputi: kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, proporsi dewan komisaris independen, dan komite audit.
Maruf (2006) melakukan penelitian mengenai pengaruh good corporate
governance terhadap motivasi manajemen laba perusahaan Go public yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini dilakukan terhadap 78
perusahaan go public. Hasil penelitian ini menemukan bahwa kepemilikan
manajerial tidak berpengaruh terhadap manajemen laba tetapi proporsi dewan
komisaris dan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba.
Isnanta (2007) melakukan penelitian mengenai pengaruh good
corporate governance dan struktur kepemilikan terhadap manajemen laba dan
kinerja perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Penelitian ini dilakukan terhadap 58 perusahaan yang bergerak di bidang
industri manufaktur. Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa kepemilikan
manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit tidak berpengaruh
Penelitian yang dilakukan oleh Sriwedari (2009) mengenai pengaruh
good corporate governance terhadap manajemen laba dan kinerja perusahaan.
Penelitian ini menghasilkan bahwa mekanisme GCG yang diproyeksikan ke
dalam kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan proporsi dewan
komisaris berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap manajemen
laba, Komite audit berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap
manajemen laba dan kinerja keuangan berpengaruh negatif tetapi tidak
signifikan terhadap manajemen laba.
Penelitian ini adalah penelitian replikasi dari penelitian yang dilakukan
oleh Isian Mahdalena Girsang (2010) yang berjudul Pengaruh Good
Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dan Kinerja Perusahaan
Real Estate dan Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode 2007 dan 2008 yang sebelumnya juga pernah dilakukan oleh
beberapa peneliti lainnya.
Konsep indikator mekanisme good corporate governance terdiri dari
kepemilikan manajerial, komite audit dan proporsi dewan komisaris. hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa mekanisme good corporate governance
terdiri dari kepemilikan manajerial, komite audit dan proporsi dewan
komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba dan bukan indikator
yang berpengaruh besar terhadap terhadap besarnya manajemen laba.
1) Penelitian ini menggunakan data yang diambil dari data perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode 2008-2010,
sedangkan penelitian terdahulu mengambil data dari perusahaan
Real Estate dan Property yang terdaftar di BEI periode 2007-2008.
2) Penelitian ini mengganti variabel y (kinerja perusahaan) pada
penelitian terdahlu dengan variabel x (kepemilikan institusional)
untuk penelitian sekarang. Hal ini untuk memfokuskan analisis
pengaruh GCG terhadap manajemen laba.
Ketidakkonsistenan hasil-hasil peneliti terdahulu mengenai pengaruh
penerapan mekanisme good corporate governance terhadap manajemen laba
mendorong peneliti untuk meneliti kembali setiap variabel dari penelitian
terdahulu yang telah disebutkan.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai masalah ini dengan judul “Analisis Pengaruh
Penerapan Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen
Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah pengaruh
mekanisme good corporate governance yang diproksikan dalam kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen
dan komite audit terhadap manajemen laba?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : untuk memperoleh bukti
empiris apakah mekanisme good corporate governance yang diproksikan
dalam kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan
komisaris independen dan komite audit berpengaruh terhadap manajemen
laba?
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
memperoleh bukti empiris mengenai apakah mekanisme good corporate
governance yang diproksikan ke dalam kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk menambah wawasan
peneliti tentang analisis pengaruh penerapan mekanisme good
corporate governance terhadap manajemen laba pada perusahaan
manufaktur.
2. Bagi perusahaan manufaktur, sebagai bahan masukan kepada para
praktisi penyelenggara perusahaan dalam memahami
mekanisme good corperate governance serta praktik manajemen
laba yang diharapkan dapat meningkatkan nilai dan pertumbuhan
perusahaan.
3. Bagi investor, dapat menjadi bahan pertimbangan untuk
berinvestasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
4. Bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
bahan referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Agency Theory
Dalam rangka memahami good corporate governance maka
digunakanlah dasar perspektif hubungan keagenan. Jensen dan
Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah
kontrak antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya
konflik kepentingan antara pemilik dan agen karena kemungkinan agen
bertindak tidak sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu
biaya keagenan (agency cost).
Timbulnya manajemen laba dapat dijelaskan dengan
menggunakan teori agensi. Sebagai agen, manajer bertanggung jawab
secara moral untuk mengoptimalkan keuntungan para principal dengan
memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Dengan demikian
terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan dimana
masing -masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan
tingkat kemakmuran yang dikehendaki.
Jensen & Meckling (1976) memecah biaya keagenan menjadi tiga
komponen: pertama, biaya-biaya yang dikeluarkan principal
(monitoring cost); kedua, bonding expenditure dari agen, dan ketiga
Good Corporate governance yang merupakan konsep yang
didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat
untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan
menerima return atas dana yang telah mereka investasikan.
Good Corporate governance sangat berkaitan dengan bagaimana
membuat para investor yakin bahwa manajer akan memberikan
keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan mencuri,
menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek –proyek yang
tidak menguntungkan berkaitan dengan dana/kapital yang telah
ditanamkan oleh investor. Dengan kata lain Good corporate
governance diharapkan akan dapat berfungsi untuk menekan atau
menurunkan biaya keagenan (agency cost) .
2.1.2 Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial merupakan isu penting dalam teori
keagenan sejak dipublikasikan oleh Jensen dan Meckling (1976) yang
menyatakan bahwa semakin besar proporsi kepemilikan manajerial
dalam suatu perusahaan maka manajemen akan berupaya lebih giat
untuk memenuhi kepentingan pemegang saham yang juga adalah
dirinya sendiri.
Dalam perusahaan dengan kepemilikan manajerial, manejer yang
yang sekaligus pemegang saham tentunya akan menselaraskan
manajerial akan mensejajarkan kepentingan antara manajemen dengan
pemegang saham, sehingga manajer akan merasakan langsung manfaat
dari keputusan yang diambil dengan benar dan merasakan kerugian
apabila keputusan yang diambil salah terutama keputusan mengenai
laba.
Sementara dalam perusahaan tanpa kepemilikan manajerial,
menejer yang bukan pemegang saham kemungkinan hanya
mementingkan kepentingannya sendiri. Dengan keikutsertaan manajer
memiliki perusahaan, hal ini menyebabkan manajer melakukan
tindakan yang akan memaksimumkan nilai perusahaan dalam jangka
panjang.
2.1.3 Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan persentase kepemilikan
saham oleh investor-investor institusional seperti perusahaan investasi,
bank, perusahaan asuransi maupun kepemilikan maupun lembaga dan
perusahaan lain (Isrina Damayanti,2006).
Kepemilikan institusional umumnya bertidak sebagai pihak yang
memonitoring perusahaan. Tingkat kepemilikan institusional yang
tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh
pihak investor institusional sehingga dapat menghalangi perilaku
opportunistik manajer. Melalui mekanisme kepemilikan institusional,
diketahui, semakin tinggi kepemilikan oleh institusi maka akan semakin
kecil peluang manajemen melakukan manipulasi angka-angka dalam
bentuk manajemen laba melaui proses monitoring secara efektif.
Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat
mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak
menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak
manajemen.
2.1.4 Proporsi Dewan Komisaris Independen
Proporsi dewan komisaris independen memegang peranan penting
dalam implementasi good corporate governance. Secara umum dewan
komisaris independen ditugaskan dan diberi tanggung jawab atas
pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan
keuangan. Hal ini penting mengingat adanya kepentingan dari
manajemen untuk melakukan manajemen laba yang berdampak pada
berkurangnya kepercayaan investor.
Proporsi dewan komisaris independen dalam mekanisme good
corporate governance berperan penting tidak hanya melihat
kepentingan pemilik tetapi juga kepentingan perusahaan secara umum.
Karakteristik dewan komisaris khususnya komposisi dewan komisaris
independen dapat menjadi suatu mekanisme yang menentukan tindakan
terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan
yang good corporate governance.
2.1.5 Komite Audit
Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris
untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan.
Keberadaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan perusahaan,
komite audit dianggap penghubung antara pemegang saham, dewan
komisaris dan pihak manajemen dalam menangani masalah
pengendalian.
Agar penyelenggaraan good corporate governance berjalan,
pemerintah mengeluarkan beberapa peraturan antara lain Bapepam
dengan surat edaran No. SE-03/PM/2000 mensyaratkan bahwa setiap
perusahaan go public di Indonesia wajib membentuk komite audit
dengan anggota minimal tiga orang yang diketahui oleh satu orang
komisaris independen perusahaan dan dua orang eksternal yang
independen terhadap perusahaan.
Selain independen, dalam surat edaran tersebut juga
mensyaratkan bahwa yang bersangkutan menguasai dan memiliki latar
belakang akuntansi dankeuangan. Dalam pelaksanaan tugasnya komite
audit diatur dalam Kep-29/PM/2004 yang merupakan peraturan yang
mewajibkan perusahaan membentuk komite audit, tugas komite audit
1. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan perusahaan, seperti laporan keuangan, proyeksi dan informasi keuangan lainnya.
2. Melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan.
3. Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor internal
4. Melaporkan kepada komisaris berbagai risiko yang dihadapi perusahaan dan pelaksanaan manajemen risiko oleh direksi
5. Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada dewan komisaris atas pengaduan yang berhubungan dengan emiten.
6. Menjaga kerahasiaan dokumen,data, dan rahasia perusahaan.
Penelitian Effendi dalam Sriwedari (2009) mengemukakan bahwa
keahlian komite audit di bidang keuangan terbukti efektif mengurangi
manajemen laba. Dengan kewenangan, independensi dan komunikasi
melalui pertemuan yang rutin dengan pihak-pihak terkait, diharapkan
peran komite audit lebih bisa berjalan dengan efektif sehingga dapat
mengidentifikasi kemungkinan adanya praktek manajemen laba.
2.1.6 Good Corporate Governance 2.1.6.1 Pengertian GCG
Good corporate governance merupakan suatu aturan
mengenai pengelolaan perusahaan yang perlu diterapkan pada
setiap perusahaan terutama perusahaan public (BUMN).
Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia
(FCGI) (2001:3) pengertian corporate governance adalah :
sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu system yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Tujuan corporate governance adalah untuk menciptakan pertambahan nilai bagi semua pihak pemegang kepentingan.
Menurut jurnal World Bank dalam Ibnu (2010). Good
corporate governance didifinisikan sebagai:
“The blend of law, regulation and appropriate voluntary
private sector practices, which enable a corporation to
attact financial and human capital, perform efficiently and
thereby prepetuale itself by generating long term economic
value for its shateholders and society of the whole”.
Sementara menurut The Organisation for Economic
Co-Operation and Development (OECD) dalam Tangkilisan
(2003):
Good corporate governance adalah sistem yang dipergunakan untuk mengarahkan dan mengendalikan kegiatan bisnis perusahaan. Good corporate governance mengatur pembagian tugas, hak, dan kewajiban mereka yang berkepentingan terhadap perusahaan, termasuk pemegang saham, dewan komisaris, direksi dan
stakeholders lainnya.
Dari berbagai defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan good corporate governance adalah
suatu kerangka hubungan, struktur, pola, sistem yang
berdasarkan pada prinsip-prinip dasar dan undang-undang
yang berlaku dengan mempertemukan, menjelaskan,
shareholders, manajemen, kreditur, pemerintah dan
stakeholders lainnya pada hak dan kewajiban masing-masing
pihak tersebut, yang tujuan akhirnya adalah untuk
meningkatkan nilai-nilai jangka panjang yang diinginkan oleh
pemegang saham. Pelaksanaan good corporate governance
menekankan pada kesejahteraan seluruh stakeholders yang
tidak semata-mata memperhatikan kepentingan pemegang
saham mayoritas.
2.1.6.2 Prinsip-prinsip GCG
Pelaksanaan good corporate governance dilakukan
dengan menggunakan prinsip-prinsip yang berlaku secara
internasional. Prinsip-prinsip dasar ini diharapkan menjadi
rujukan bagi para regulator (pemerintah) daam membangun
framework bagi penerapan good corporate governance.
Prinsip-prinsip dasar penerapan good corporate governance
yang dikemukakan oleh Forum for Corporate Governance in
Indonesia (FCGI) adalah :
1. Transparency (keterbukaan informasi)
Transparansi yaitu keterbukaan dalam mengemukakan
informasi yang material dan relevan serta keterbukaan
dalam melaksanakan proses. Dalam mewujudkan
transparansi ini sendiri, perusahaan mesti menyediakan
dibandingkan kepada berbagai pihak yang
berkepentingan dengan. Informasi tersebut mudah
diakses stakeholders sesuai dengan haknya.
2. Accountability (akuntabilitas)
Akuntabilitas yang dimaksud yaitu kejelasan fungsi,
struktur, sistem dan tanggung jawab manajemen melalui
pengawasan yang efektif antara manajer, pemegang
saham, dewan komisaris, dewan direksi dan auditor
kepada perusahaan dan pemegang saham. Prinsip ini
diwujudkan antara lain dengan menyiapkan laporan
keuangan pada waktu yang tepat dan dengan cara yang
tepat, mengembangkan komite audit dan risiko untuk
mendukung pengawasan oleh dewan komisaris,
mengembangkan dan merumuskan kembali peran dan
fungsi audit intern.
3. Responsibility (Pertanggungjawaban).
Pertanggungjawaban yaitu kesesuaian pengelolaan
perusahaan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan
yang sehat. Prinsip ini harus dijalankan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, agar tetap terjaga kelangsungan
usahanya. perusahaan harus mampu bertindak sebagai
diakui sebagaimana ditetapkan oleh hukum dan kerja
sama yang komunikatif antara perusahaan serta
pemegang kepentingan dalam menciptakan kekayaan,
lapangan kerja, perusahaan yang sehat dari aspek
keuangan. Hal ini merupakan tanggungj awab korporasi
sebagai anggota masyarakat yang tunduk kepada hukum
dan bertindak dengan memperhatikan kebutuhan
masyarakat sekitarnya.
4. Independency (Kemandirian)
Independensi yaitu pengelolaan perusahaan secara
profesional tanpa pengaruh atau tekanan pihak mana
pun. Artinya perusahaan harus mampu menghindari
terjadinya dominasi yang tidak wajar oleh stakeholder.
Pengelola perusahaan disini tidak boleh terpengaruh
oleh kepentingan sepihak. Ia harus bisa menghindari
segala bentuk benturan kepentingan (conflict of-interest)
berbagai pihak dalam manajemen.
5. Fairness (kewajaran)
Perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham,
terutama kepada pemegang saham minoritas dan
pemegang saham asing, dengan keterbukaan informasi
sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam
(insider trading).
Prinsip ini diwujudkan antara lain dengan membuat
peraturan korporasi yang melindungi kepentingan minoritas,
membuat pedoman perilaku perusahaan dan
kebijakan-kebijakan yang melindungi korporasi terhadap perbuatan buruk
orang dalam, baik konflik kepentingan, menetapkan tanggung
jawab dewan komisaris, direksi, dan komite dan menyajikan
informasi secara wajar atau pengungkapan penuh material.
2.1.6.3 Tujuan GCG
Tujuan dari Good Corporate Governance adalah untuk
menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang
berkepentingan (stakeholders). Menurut Rahmawati dalam
Putri (2006) Pelaksanaan good corporate governance
diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat :
1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders. 2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang
lebih murah sehingga dapat lebih meningkatkan
corporate value.
3. Mengembalikan kepercayaan diri investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan
2.1.6.7 Manajemen Laba
Definisi manajemen laba yang diungkapkan oleh
Schipper(1989) dalam Sutrisno (2002) yang menyatakan
bahwa manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan
tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan untuk
memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Manajemen laba
merupakan area yang kontroversial dan penting dalam
akuntansi keuangan. Beberapa pihak berpendapat bahwa
manajemen laba merupakan perilaku yang tidak dapat
diterima, mempunyai alasan bahwa manajemen laba berarti
suatu pengurangan dalam keandalan informasi laporan
keuangan.
Scoot dalam Restie (2010) mengemukakan beberapa
motivasi terjadinya manajemen laba:
1. Bonus Purpose
Manajer yang memilikiinformasi atas laba
bersih perusahaan akan bertindak secara opportunistic
untuk mengatur laba bersih tersebut sehingga dapat
memaksimalkan bonus mereka berdasarkan
compensation plans perusahaan.
2. Political Motivations
Manajemen laba digunakan untuk mengurangi
Perusahaan cenderung mengurangi laba yang
dilaporkan karena adanya tekanan publik yang
mengakibatkan pemerintah menetapkan aturan yang
lebih kuat.
3. Taxation Motivation
Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi
manajemen laba yang paling nyata. Berbagai metode
akuntansi digunakan dengan tujuan penghematan
pajak pendapatan.
4. Pergantian CEO
CEO yang mendekati masa pensiun cenderung
akan menaikkan laba untuk meningkatkan bonus
mereka. Demikian juga dengan CEO yang kurang
berhasil memperbaiki kinerja perusahaan, mereka akan
memaksimalkan laba agartidak diberhentikan.
5. Initial Public Offering (IPO)
Perusahaan yang akan go public belum
memilki harga pasar sehingga menetapkan nilai saham
yang akan ditawarkan. Hal ini menyebabkan manajer
perusahaan yang go public melakukan manajemen laba
untuk memperoleh harga yang lebih tinggi atas
6. Pentingnya Memberi Informasi Kepada Investor
Informasi mengenai kinerja perusahaan harus
disampaikan kepada investor sehingga laba perlu
disajikan agar investor dapat menilai bahwa
perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik.
2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu
Maruf (2006) melakukan penelitian mengenai pengaruh good corporate
governance terhadap motivasi manajemen laba perusahaan Go public yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini dilakukan terhadap 78
perusahaan go public. Hasil penelitian ini menemukan bahwa kepemilikan
manajerial tidak berpengaruh terhadap manajemen laba tetapi proporsi dewan
komisaris dan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba.
Isnanta (2007) melakukan penelitian mengenai pengaruh good
corporate governance dan struktur kepemilikan terhadap manajemen laba dan
kinerja perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Penelitian ini dilakukan terhadap 58 perusahaan yang bergerak di bidang
industri manufaktur. Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa kepemilikan
manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit tidak berpengaruh
Penelitian yang dilakukan oleh Sriwedari (2009) mengenai pengaruh
good corporate governance terhadap manajemen laba dan kinerja perusahaan.
Penelitian ini menghasilkan bahwa mekanisme GCG yang diproyeksikan ke
dalam kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan proporsi dewan
komisaris berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap manajemen
laba, Komite audit berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap
manajemen laba dan kinerja keuangan berpengaruh negatif tetapi tidak
signifikan terhadap manajemen laba.
Penelitian ini adalah penelitian replikasi dari penelitian yang dilakukan
oleh Isian Mahdalena Girsang (2010) yang berjudul Pengaruh Good
Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dan Kinerja Perusahaan
Real Estate dan Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode 2007 dan 2008 yang sebelumnya juga pernah dilakukan oleh
beberapa peneliti lainnya. Konsep indikator mekanisme good corporate
governance terdiri dari kepemilikan manajerial, komite audit dan proporsi
dewan komisaris. hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel
independen yaitu kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen
laba, Proporsi dewan komisaris independen dan roporsi komite audit tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba, dan kepemilikan manajerial tidak
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, Proporsi dewan komisaris tidak
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan serta komite audit tidak
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Variabel Penelitian Kesimpulan Penelitian
Muhammad Maruf (2006)
Pengaruh Good
Corporate Governance
Terhadap
Manajemen Laba Pada Perusahaan Go
public yang Terdaftar di BEJ
Variabel Dependen : manajemen laba Variabel independen: kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, komite audit Good Corporate Governance tidak
berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba Rudi Isnanta (2007)
Pengaruh Good
Corporate
Governance dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba dan Kinerja Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ
Variabel dependen :
Manajemen Laba, kinerja perusahaan. Variabel independen: kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komite audit,dewan komisaris Good Corporate Governance tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba, tetapi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Tuti Sriwedari (2009) Mekanisme Good Cood Corporate Governance, Manajemen Laba, dan Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Variabel Dependen: manajemen laba, kinerja keuangan Variabel independen: kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komite audit, dewan komisaris
Mekanisme Good
Isian Mahdalena Girsang (2010)
Pengaruh Good
Corporate Governance Terhadap Manajeman Laba dan Kinerja Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftae di
Bursa Efek Indonesia
Variabel dependen : manajemen laba, kinerja perusahaan.
Variabel independen: struktur kepemilikan,
good corporate governance, proporsi
dewan komisaris, komite audit.
Good Corporate Governance tidak
berpengaruh terhadap lanajemen Laba, tetapi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Sumber : diolah peneliti, 2011
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian
2.3.1 Kerangka Konseptual
Sesuai dengan kajian teori keagenan (agency Theory),
hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal)
mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan
kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada
agent tersebut (Jensen dan Meckling, 1976).
Sebagai pengelola perusahaan, manajer lebih banyak
mengetahui informasi internal dan prospek perusahaaan dimasa yang
akan datang dibandingkan dengan pemilik (pemegang saham). Untuk
itu, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi
perusahaan kepada pemilik. Akan tetapi informasi yang disampaikan
terkadang tidak sesuai dengan informasi perusahaan yang sebenarnya
dan dikenel dengan istilah asimetri informasi (information
(principal) memberi kesempatan manajer untuk melakukan
manajemen laba (Richardson, 1998).
Mekanisme Good Corporate Governance terdiri dari
kepemilikan manajerial, kepemilkian institusional, proporsi dewan
komisaris independen, dan komite audit.
Perilaku manipulatif oleh manajer dapat diminimumkan
melalui suatu mekanisma monitoring yang bertujuan untuk
menyelaraskan (aligment) berbagai kepentingan. Dengan
memperbesar kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen
(managerial ownership) (Jensen dan Meckling,1976), kepentingan
pemilik atau pemegang saham akan dapat disejajarkan dengan
kepentingan manajer.
Investor institusional merupakan pihak yang dapat memonitor
perusahaan dengan kepemilikannya yang besar, sehingga motivasi
manejer untuk mengatur laba menjadi berkurang.
Proksi dewan komisaris independen akan memberikan pengaruh
terhadap manajemen laba karena dewan komisaris mengawasi
penyeimbangan kepentingan manajemen laba. Hal ini berarti proksi
dewan komisaris independen dapat meminimalisasi manajemen laba.
Peranan komite audit juga akan memberikan pengaruh terhadap
manajemen. Komite audit berfungsi untuk membantu dewan
komisaris dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan yang
Gambar 2.1 Kerangka konseptual
Sumber : diolah peneliti, 2011
2.3.2 Hipotesis Penelitian
Menurut Erlina (2008) Hipotesis adalah preposisi yang
dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris. Preposisi
merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal
atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konsruk yang
menjelaskan atau memprediksi norma-norma.
Berdasarkan uraian teoritis dan kerangka konseptual di atas,
maka hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah Mekanisme
Good Corporate Governance (X)
Manajemen
Laba
(Y)
Komite Audit (X4)
mekanisme good corporate governance yang diproksikan dalam
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan
komisaris independen dan komite audit berpengaruh secara parsial dan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain Penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah desain asosiatif
dengan hubungan kausal yaitu penelitian yang bertujuan untuk menganalisis
hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya (Umar Husein, 2003).
Dengan penelitian ini maka dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi
untuk menjelaskan, meramalkan atau mengontrol suatu gejala.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Meliputi laporan keuangan tahunan perusahaan yang dimuat dalam Indonesia
Capital Market Directory dan situs resmi Bursa Efek Indonesia
series, yaitu sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang didapat
dalam beberapa waktu tertentu, misalnya dalam waktu tahunan. Adapun
data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah : Laporan keuangan yang
telah diaudit oleh auditor independen, beserta catatan laporan keuangannya,
data-data tentang kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi
dewan komisaris independen, komite audit serta data dari situs perusahaan
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2008 – 2010 yang berjumlah 75 perusahaan.
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk
memperkirakan karakteristik populasi. Menurut Erlina (2008), secara
umum ada dua metode pengambilan sampel yang digunakan, yaitu :
a. Probability Sampling, metode pengambilan sampel dimana
setiap elemen populasi mempunyai peluang atau kemungkinan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Metode ini dibedakan atas :
1) Simple random sampling 2) Complex random sampling
b. Non probability sampling, metode pengambilan sampel dimana
tidak elemen populasi mempunyai kemungkinan atau peluang untukterpilih menjadi sampel penelitian. Metode ini terdiri atas: 1) Convenience sampling, yaitu pengambilan sampel secara
nyaman dimana peneliti mengambil sampel sekehendak hatinya.
2) Purposive sampling, pengambilan sampel berdasarkan
criteria tertentu.
3) Judgement sampling, yaitu pengambilan sampel
berdasarkan suatu kriteria tertentu.
Sampel yang digunakan peneliti dalam penelitian ini
ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Adapun
yang menjadi kriteria dalam pengambilan sampel penelian adalah
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
pada tahun 2008-2010.
2. Perusahaan tersebut telah mempublikasikan laporan keuangan
tahunan yang telah diaudit untuk periode yang berakhir pada
tanggal 31 Desember periode 2008-2010
3. Laporan keuangan dipublikasikan dalam mata uang rupiah
4. Perusahaan tersebut memiliki sekurang-kurangnya tiga
anggota komite audit.
Data tentang sampel penelitian ini didownload Mei 2011.
[image:45.595.109.527.452.748.2]Berdasarkan kriteria maka diproses sampel sebagai berikut:
Tabel 3.1
Proses seleksi Sampel Penelitian N
O KODE POPULASI
KRITERIA SAMPEL 1 2 3 4
Food and Beverages
1 ADES PT Akasha Wira International √ √ √ ×
2 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk √ √ √ ×
3 AQUA PT. Aqua Golden Mississippi Tbk √ √ √ ×
4 CEKA PT. Cahaya Kalbar Tbk √ √ √ ×
5 DAVO PT. Davomas Abadi Tbk √ √ √ ×
6 DLTA PT. Delta Jakarta Tbk √ √ √ √ 1
7 FAST PT. Argha Karya Prima Ind Tbk √ √ √ ×
8 INDF PT. Indofood Sukses Makmur Tbk √ √ √ ×
9 MLBI PT. Multi Bintang Indonesia Tbk √ √ √ ×
10 MYOR PT. Mayora Indah Tbk √ √ √ √ 2
11 PSDN PT. Prasidha aneka Niaga Tbk √ √ √ ×
12 PTSP PT. Pionerindo Gourment International √ √ √ ×
13 SIPD PT. Sierad Produce Tbk √ √ √ √ 3
14 SKBM PT. Sekar Bumi Tbk √ × √ ×
15 SKLT PT. Sekar Laut Tbk √ √ √ ×
16 SMAR PT. Smart Tbk √ √ √ ×
18 TBLA PT. Tunas Baru Lampung Tbk √ × √ ×
19 ULTJ PT. Ultra Jaya Milk Tbk √ √ √ ×
Tobacco Manufacturers
20 BATI PT. BAT Indonesia Tbk √ √ √ ×
21 RMBA PT. Bentoel International Investama Tbk
√ √ √ ×
22 GGRM PT. Gudang Garam Tbk √ √ √ ×
23 HMSP PT. HM Sampoerna Tbk √ √ √ ×
Textile Mill Products
24 ARGO PT. Argo Pantes Tbk √ √ √ ×
25 CNTX PT. Century Textile Industry (Centex) Tbk
√ √ √ ×
26 ERTX PT. Eratex Djaja Tbk √ × √ ×
27 PAFI PT. Panasia Filament Inti Tbk √ √ √ ×
28 HDTX PT. Panasia IndosyntexTbk √ × √ ×
29 RDTX PT. Roda Vivatex Tbk √ √ √ ×
30 SSTM PT. Sunson Textile Manufacture Tbk √ √ × × 31 TEJA PT. Textile Manufacturing Company
Jaya
× × √ ×
32 TFCO PT. Tifico Tbk √ √ × √
33 UNTX Unitex Tbk √ √ √ ×
Apparel and Other Textile Products
34 BATA PT. Sepatu Bata Tbk √ √ √ ×
35 BIMA PT. Primarindo Asia Infrastructure Tbk √ √ √ ×
36 DOID PT. Delta Dunia Petroindo Tbk √ √ √ ×
37 ESTI PT. Evershine Textile Industry Tbk √ √ √ ×
38 FMII PT. Fortune Mate Indonesia Tbk × × √ ×
39 INDR PT. Indorama Tbk √ √ × √
40 KARW PT. Karwell Indonesia Tbk √ √ √ ×
41 MYRX PT. PT. Hanson International Tbk √ √ √ ×
42 MYTX PT. Apac Citra Centertex Tbk √ √ √ ×
43 PBRX PT. Pan Brothers Tex Tbk √ √ √ √ 4
44 RICY PT. Ricky Putra Globalindo Tbk √ √ √ ×
45 SIMM PT. Surya Intrindo Makmur Tbk √ √ √ ×
46 SRSN PT. Indo Acidatama Tbk × × √ ×
Lumer and Wood Product
47 BRPT PT. Barito Pacific Tbk √ √ √ √ 5
48 DSUC PT. daya Sakti Unggul Corporation Tbk
√ √ √ ×
49 SULI PT. Sumalindo Lestari Tbk √ √ √ ×
50 TIRT PT. Tirta Mahakam Resources Tbk √ √ √ ×
Paper and Allied Products
51 FASW PT. Fajar Surya Wisesa Tbk √ √ √ √ 6
54 SPMA PT Suparma Tbk √ √ √ × 55 SAIP PT Surabaya Agung Industry Pulp Tbk √ √ √ ×
56 INRU PT. Toba Pulp Lestari Tbk √ √ × ×
Chemical and Allied Products
57 AKRA PT. AKR Corporindo Tbk × × √ ×
58 BUDI PT. Budi Acid Jaya Tbk √ √ √ ×
59 CPIN PT. Colorpak Indonesia Tbk √ × √ ×
60 ETWA PT. Eterindo Wahanatama Tbk √ × √ √
61 LTLS PT. Lautan Luas Tbk √ √ √ ×
62 POLY PT. Polysindo Eka Perkasa Tbk √ × √ ×
63 SOBI PT Sorini Corporation Tbk √ × √ ×
64 UNIC PT. Unggul Indah Cahaya Tbk √ √ × √
65 TPIA Tri Polyta Indonesia Tbk √ √ √ √ 7
Adhesive
66 DPNS PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk √ √ √ √ 8
67 EKAD PT. Ekadharma Tape Industry Tbk √ √ √ ×
68 INCI PT. Intanwijaya Internasional Tbk √ √ √ ×
69 KKGI PT. Resource Alam Indonesia Tbk √ √ √ ×
Plastics and Glass Products
70 AKKU PT. Aneka Kesamindo Utama Tbk √ √ √ ×
71 AKPI PT. Argha Karya Prima Ind Tbk √ √ √ ×
72 AMFG PT. Asahimas Flat Glass Tbk √ √ √ ×
73 APLI PT. Asiaplast Industries Tbk √ √ √ ×
74 BRNA PT. Berlina Tbk √ √ √ √ 9
75 DYNA PT. Dynaplast Tbk √ √ √ √ 10
76 FPNI PT. Titan Kimia Nusantara Tbk √ × √ ×
77 IGAR PT. Kageo Igar Jaya Tbk √ × √ √
78 LAPD PT. Leyand International Tbk × × √ ×
79 LMPI PT. Langgeng Makmur Industry Tbk √ × √ ×
80 SIMA PT. Siwani Makmur Tbk √ √ √ ×
81 TALF PT. Tunas Alfin Tbk √ × √ ×
82 TRST PT. Trias Sentosa Tbk √ √ √ √ 11
83 YPSA PT. Yanaprima Hasta Persada Tbk √ √ √ ×
Cement
84 INTP PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk √ √ √ ×
85 SMCB PT. Holcim Indonesia Tbk √ √ √ ×
86 SMGR PT Semen Gresik (Persero) √ √ √ ×
Metal and Allied Products
87 ALMI PT. Alumindo Light Metal Industry Tbk
√ √ √ ×
88 BTON PT. Beton Jaya Manunggal Tbk √ √ √ ×
89 CTBN PT. Citra Tubindo Tbk √ √ × ×
90 INAI PT. Indal aluminium Industry Tbk √ √ √ √ 12
91 ITMA PT. Itamaraya Golg Industri Tbk √ √ √ ×
93 JPRS PT. Jaya Pari Steel Tbk √ √ √ √ 14
94 LION PT. Lion Metal Works Tbk √ √ √ ×
95 LMSH PT. Lion Metal Mesh Prima √ √ √ ×
96 PICO PT. Pelangi Indah Canindo Tbk √ √ √ √
97 TBMS PT Tembaga Mulia Semanam Tbk √ √ √ √ 15
98 TIRA PT. Tira Austerine Tbk × × √ ×
Fabricated Metal Products
99 KICI PT. Kedaung Indah Can Tbk √ √ √ ×
100 KDSI PT. Kedaung Indah Industrial Tbk √ √ √ ×
Stone, Clay, Glass and Concrete Products
101 ARNA PT. Arwana Citramulia Tbk √ √ √ √ 16
102 IKAI PT. Intikeramik Alamasri Industri Tbk
√ √ √ ×
103 KIAS PT. Inti Keramik Alamasri Industry Tbk
√ √ √ ×
104 MLIA PT. Mulia Industrindo Tbk √ √ √ ×
105 TOTO PT. Surya Toto Indonesia Tbk √ √ √ ×
Cables
106 IKBI PT. Sumi Indo Kabel Tbk √ √ √ ×
107 JECC PT. Jembo Cable Company Tbk √ √ √ ×
108 KBLI PT. GT Kabel Indonesia Tbk × √ √ ×
109 KBLM PT. Kabelindo Murni Tbk √ √ √ ×
110 SCCO Supreme Cable Manufacturing
Commerce Tbk
√ √ √ √ 17
111 VOKS PT. Voksel Electric Tbk √ √ √ ×
Electronic and Office Equipment
112 ASGR PT. Astra GrapHia Tbk √ √ √ ×
113 MLPL PT. Multipolar Corporation Tbk × × √ ×
114 MTDL PT. Metrodata Electronics Tk × × √ ×
115 MYOH PT. Myoh Technology Tbk × × √ ×
116 PTSN PT. Satnusa Persada Tbk √ √ √ ×
Automotive and Allied Product
117 ASII PT. Astra Internasional Tbk √ √ √ ×
118 AUTO PT. Astra Otoparts Tbk √ √ √ ×
119 ADMG PT. Polichem Indonesia Tbk √ √ √ ×
120 BRAM PT. Indo Korsda (Formerly Branta Mulia)
√ √ √ ×
121 GJTL PT. Gajah Tunggal Tbk √ √ √ √ 18
122 GDR PT. Goodyear Indonesia Tbk √ √ √ ×
123 HEXA PT. Hexindo Adiperkasa Tbk × × × √
124 IMAS PT. Indomobil Sukses Makmur Tbk √ × √ ×
125 INDS PT. Indospring Tbk √ √ √ ×
126 INTA PT. Intraco Penta Tbk √ × √ √
127 LPIN PT. Multi Prima Sejahtera Tbk √ √ √ √ 19
Sumber : diolah peneliti, 2011
Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2008-2010
karena semakin meningkatnya daya serap pasar terhadap produk dari
perusahaan manufaktur serta adanya usaha-usaha untuk menarik
investor yang dilakukan oleh pemerintah. Kondisi lain adalah
129 NIPS PT. Nippres Tbk √ √ √ ×
130 PRAS PT. Prima Alloy Steel Tbk √ × √ ×
131 SQMI PT. Allbond Makmur Usaha Tbk √ √ √ ×
132 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk √ √ √ ×
133 SUGI PT. Sugi Samapersada Tbk × × √ ×
134 TURI PT. Punas Ridean Tbk √ √ √ √ 20
135 UNTR PT. United Tractors Tbk × × √ ×
Photographic Equipmen
136 INTD PT. Inter Delta Tbk × × √ ×
137 KONI PT. Perdana Bangun Pusaka
Indonesia Tbk
√ √ √ √ 21
138 MDRN PT. Modern International Tbk √ √ √ √ 22
Pharmaceuticals
139 DVLA PT. Darya – Varia Laboratoria Tbk √ √ √ ×
140 INAF PT. Indofarma (persero) √ × √ ×
141 KLBF PT. Kalbe Farma Tbk √ √ √ ×
142 KAEF PT. Kimia Farma (persero) √ √ √ √ 23
143 MERK PT. Merc Indonesia Tbk √ √ √ ×
144 PYFA PT Pyridam Farma Tbk √ √ √ √ 24
145 SCPI PT. Schering Plough Indonesia Tbk √ √ √ × 146 SQBI PT. Bristol-Myers Squibb Indonesia
Tbk
√ √ √ ×
147 TSPC PT. Scan Pacific Tbk √ √ √ ×
Consumer Goods
148 MRAT PT. Mustika Ratu Tbk √ √ √ ×
149 PROD PT. Sara Lee Body Care Indonesia Tbk
√ × √ ×
150 TCID PT. Mandom Indonesia Tbk √ √ √ √ 25
modal jangka panjang justru itu sangat membutuhkan pengelolaan
yang baik.
Berdasarkan proses seleksi sampel pada tabel 3.1 di atas maka
Tabel 3.2 Sampel Penelitian No Kode Nama Perusahaan
1 DLTA PT. Delta Jakarta Tbk
2 MYOR PT. Mayora Indah Tbk
3 SIPD PT. Sierad Produce Tbk
4 PBRX PT. Pan Brothers Tex Tbk
5 BRPT PT. Barito Pacific Tbk
6 FASW PT. Fajar Surya Wisesa Tbk
7 TPIA PT.Tri Polyta Indonesia Tbk
8 DPNS PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk
9 BRNA PT. Berlina Tbk
10 DYNA PT. Dynaplast Tbk
11 TRST PT. Trias Sentosa Tbk
12 INAI PT. Indal aluminium Industry Tbk 13 JKSW PT. Jakarta Kyoei Stell Works Tbk 14 JPRS PT. Jaya Pari Steel Tbk
15 TBMS PT. Tembaga Mulia Semanam Tbk
16 ARNA PT. Arwana Citramulia Tbk
17 SCCO Supreme Cable Manufacturing Commerce Tbk
18 GJTL PT. Gajah Tunggal Tbk
19 LPIN PT. Multi Prima Sejahtera Tbk
20 TURI PT. Tunas Ridean Tbk
21 KONI PT. Perdana Bangun Pusaka Indonesia Tbk 22 MDRN PT. Modern International Tbk
23 KAEF PT. Kimia Farma (persero)
24 PYFA PT. Pyridam Farma Tbk
25 TCID PT. Mandom Indonesia Tbk
Sumber: diolah peneliti, 2011
3.4 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan melalui dua tahap,
yaitu studi pustaka dan studi dokumentasi. Metode pengumpulan data
melalui studi pustaka, yaitu jurnal akuntansi dan buku-buku yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti. Pengumpulan data melalui studi dokumentasi,
perusahaan manufaktur yang dipublikasikan dan terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) melalui situs
3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian
3.5.1 Variabel Independen ( Bebas )
Variable independen adalah variable yang menjadi sebab
timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat)
(Erlina,2008).
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
mekanisme good corporate governance yang terdiri dari kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris
independen, dan komite audit.
1). Kepemilikan Institusional.
Adalah persentase saham yang dimiliki oleh institusi /
perusahaan (Beiner et al, 2003). Variabel ini diukur berdasarkan
persentase jumlah saham yang dimiliki institusi dari seluruh modal
saham yang beredar. Perhitungan dari kepemilikan institusional
2). Kepemilikan Manajerial.
Kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan saham
oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang
dikelola (Gideon, 2005). Indikator yang digunakan untuk
mengukur kepemilikan manajerial adalah :
x100%
3). Proporsi Dewan Komisaris Independen.
Komisaris Independen adalah anggota dewan komisaris
yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris
lainnya dan memegang saham pengendali, serta bebas dari
hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi
kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak
semata-mata demi kepentingan perusahaan (Komite Nasional Kebijakan
Governance, 2004). Proporsi dewan komisaris independen diukur
berdasarkan persentase jumlah anggota dewan komisaris
independen dari seluruh jumlah komisaris perusahaan. Perhitungan
4). Komite Audit.
Adalah suatu komite yang terdiri dari tiga atau lebih anggota
yang bukan merupakan bagian dari manajemen perusahaan untuk
melakukan pengujian dan penilaian atas kewajaran laporan yang
dibuat perusahaan. Keberadaan komite audit diukur bedasarkan
persentase jumlah komite audit yang berasal dari komisaris
independen dari seluruh jumlah anggota koite audit. Perhitungan dari
komite audit adalah :
3.5.2 Variabel Dependen ( terikat )
Variabel dependen adalah variable yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya variable bebas. Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba.
Manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan maksud
tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan
sengaja untuk memperoleh keuntungan pribadi (Schipper, 1989).
Manajemen laba dalam penelitian ini dijelaskan menggunakan dasar
Akrual modal kerja = Δ AL - Δ HL - Δ Kas
Keterangan:
Δ AL = Perubahan aktiva lancar pada periode t
Δ HL = Perubahan hutang lancar pada periode t
Δ Kas = Perubahan kas dan ekuivalen kas pada periode t.
Adapun difinisi operasional dan pengukuran variabel
penelitian diperlihatkan pada tabel 3.3 berikut ini:
Tabel 3.3
Difinisi Operasional Penelitian Nama
Variabel
Variabel Penelitian
Definisi Parameter Skala
Ukuran
Kepemilika n manajerial
(X1)
Jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham yang dikelola
Persentase jumlah saham yang dimiliki institusi dari seluruh modal
saham yang beredar Rasio Kepemilkan Institusional (X2)
Jumlah persentase hak suara yang dimilki oleh institusi/ perusahaan
Persentase jumlah saham yang dimilki institusi dari seluruh modal
saham yang beredar
Independen Proporsi Dewan Komisaris Independen (X3)
Anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnaya dan memegang saham pengendali, serta bebes dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang
dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak
independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan. Persentase jumlah anggota dewan komisaris independen dari seluuruh jumlah komisaris perusahaan Rasio Komite Audit (X4)
Suatu komite yang terdiri dari tiga atau lebih anggota yang bukan merupakan bagian dari manajemen perusahaan untuk melakukan pengujian dan penilaian atas kewajaran laporan yang dibuat perusahaan
Persentase jumlah komite audit yang
berasal dari komisaris independen dari seluruh jumlah komite audit Rasio Dependen Manajemen Laba (Y)
Suatu intervensi