• Tidak ada hasil yang ditemukan

Study on the implementation of the academic programme of empowerment-based sustainable management of coastal communities for Milkfish Aquaculture in the coastal district of Karawang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Study on the implementation of the academic programme of empowerment-based sustainable management of coastal communities for Milkfish Aquaculture in the coastal district of Karawang"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

i

KAJIAN PELAKSANAAN PROGRAM

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR BERBASIS

PENGELOLAAN BERKELANJUTAN PADA BUDIDAYA

BANDENG

DI PESISIR KARAWANG

DICKY RACHMANZAH

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

iii

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kajian Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Berbasis Pengelolaan Berkelanjutan pada Budidaya Bandeng di Pesisir Karawang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2014

Dicky Rachmanzah

(4)
(5)

v

RINGKASAN

DICKY RACHMANZAH. Kajian Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Berbasis Pengelolaan Berkelanjutan pada Budidaya Bandeng di Pesisir Kabupaten Karawang. Dibimbing oleh BAMBANG WIDIGDO dan YUSLI WARDIATNO.

Agar program pemberdayaan masyarakat di pesisir Kabupaten Karawang dapat dievaluasi capaiannya, sehingga program dapat berlanjut dan terlaksana secara efektif dalam mencapai tujuannya, maka diperlukan suatu kajian akademis mengenai pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat pesisir berbasis pengelolaan berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk:1) menilai kesesuaian pelaksanaan dan capaian tujuan program penberdayaan melalui penilaian Indeks Pelaksanaan Program dan Indeks Pencapaian Tujuan, 2) mengidentifikasi pengaruh variabel pelaksanaan sebagaimana disebutkan dalam pedoman pemberdayaan terhadap tujuan program pemberdayaan dalam dimensi ekologis, ekonomi, dan sosial, serta 3) merumuskan strategi perbaikan yang perlu dilakukan sehingga pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat pesisir dapat terlaksana dan berlanjut secara efektif.

Hasil kajian menunjukkan bahwa: 1) Indeks Pelaksanaan Program adalah sebesar 2,42 dengan kategori Baik. Indikator yang memerlukan upaya perbaikan yaitu indikator ketepatan waktu penyaluran bantuan, 2) Indeks Pencapaian Tujuan sebesar 2,14 dengan kategori Cukup. Indikator capaian tujuan peningkatan kualitas lingkungan dan peningkatan kelembagaan kelompok memerlukan upaya perbaikan guna pencapaian kategori yang lebih baik, 3) Keseluruhan variabel pelaksanaan tidak berpengaruh terhadap capaian tujuan dalam dimensi ekologis berupa peningkatan kualitas lingkungan, 4) Terhadap pencapaian tujuan dalam dimensi ekonomi berupa peningkatan produksi budidaya, variabel ketepatan waktu penyaluran, kecukupan jumlah bantuan, dan aktivitas pendampingan berpengaruh positif, sedangkan variabel kejadian kekeringan berpengaruh negatif, dan 4) Untuk pencapaian tujuan dalam dimensi sosial, hanya variabel aktivitas pendampingan yang berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kelembagaan kelompok.

Dengan memperhatikan hasil analisis, beberapa opsi kebijakan yang perlu dilakukan oleh KKP yaitu: 1) peningkatkan capaian tujuan dalam dimensi ekologis, berupa peningkatan kualitas lingkungan melalui pemberian intensif bagi pembudidaya yang memiliki sertifikat CBIB, 2) penyesuaian waktu penyaluran bantuan dengan musim tanam untuk meningkatkan efektifitas capaian tujuan dalam dimensi ekonomi, berupa peningkatan produksi, dan 3) peningkatan dukungan terhadap aktivitas pendampingan oleh tenaga penyuluh, untuk meningkatkan capaian tujuan dalam dimensi sosial, berupa peningkatan kelembagaan kelompok.

(6)
(7)

vii

SUMMARY

DICKY RACHMANZAH. Study on the implementation of the academic programme of empowerment-based sustainable management of coastal communities for Milkfish Aquaculture in the coastal district of Karawang. Supervised by BAMBANG WIDIGDO and YUSLI WARDIATNO.

In order to evaluate the accomplishment of community empowerment program in the coastal district of Karawang, so the program can continue and be implemented effectively in achieving its goal, then needed a study on the implementation of the academic programme of empowerment-based sustainable management of coastal communities. This study aims to: 1) assess the suitability of the empowerment program implementation and goals through the introduction of programs implementation indexes and achievement of goals indexes, 2) identify influences of enforcement variable mentioned in empowerment guidelines against goals of empowerment programs, the objectives in the form of ecology, economic, and social dimensions, and 3) formulate strategy that needs to be done so the program can continue and be implemented effectively in achieving its goal.

The result of studies have shown that:1) Program Implementation Index that states conformance level of coastal community empowerment program is worth 2.42 with the Good category. Performance indicators that require improvement efforts in order to achieve a better category, ie punctuality indicators of aid distribution, 2) Achievement Index that states the level of achievement goals of empowerment program is worth 2.14 with enough categories. Improving the quality of the environment and increased institutional groups indicators in the category of quite and require attention and improvement efforts in order to achieve a better category, 3) all of implementation variable hasn’t effect against the objectives in the form of ecology, 4) against the objectives in the form of economic,variable aid delivery timeliness,adequacy of the amount of aid, and mentoring activity has a positive effect, while the incidence of drought has negative impact, and 5) against the objectives in the form of social, only mentoring activities has a positive effect.

By considering the results of the analysis,some policy options that need to be done by KKP are: 1) improvement of objectives in the form of ecology objectives through the provision of intensive to the farmers who are certified CBIB, 2) timing adjustment aid to the cultivation season to increase the effectiveness of objectives in the form of economic; and 3) Improved support for mentoring activities, to increase the objectives in the form of social.

(8)
(9)

ix

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(10)
(11)

xi

KAJIAN PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT PESISIR BERBASIS PENGELOLAAN

BERKELANJUTAN PADA BUDIDAYA BANDENG

DI PESISIR KARAWANG

DICKY RACHMANZAH

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

xii

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Achmad Fahrudin, M.Si.

(13)

xiii

Judul Tesis : Kajian Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Berbasis Pengelolaan Berkelanjutan pada Budidaya Bandeng di Pesisir Karawang

Nama : Dicky Rachmanzah NIM : C252100174

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Bambang Widigdo Ketua

Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

Dr. Ir. Luky Adrianto, M.Sc

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr

(14)
(15)
(16)

xv

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulisan tesis ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang berjudul Kajian Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Berbasis Pengelolaan Berkelanjutan Pada Budidaya Bandeng di Pesisir Karawang ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Lautan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Penulisan ini kiranya tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dan dorongan dari beberapa pihak, oleh karena itu melalui prakata ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulusnya kepada:

1. Dr.Ir. Bambang Widigdo dan Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc selaku pembimbing pembimbing yang tidak pernah bosan untuk memberikan dorongan, bimbingan dan arahan selama berlangsungnya penelitian dan penulisan tesis ini.

2. Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer selaku penguji program studi dan Dr. Ir. Achmad Fahrudin, M.Si. selaku penguji luar komisi, atas kritik dan

masukan yang memperkaya penulisan tesis ini.

3. Dr. Siti Hajar Suryawati, koordinator peneliti pada Balai Besar Riset Sosial Ekonomi KP, dan segenap Redaksi Pelaksana serta Mitra Bestari pada Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan atas reviu yang diberikan.

4. Drs. H. Yayat Supriatna selaku Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Karawang dan Kemal, S.St.Pi selaku Penyuluh Perikanan Berbasis Masyarakat yang telah mendampingi dan banyak memberikan informasi implementasi program pemberdayaan masyarakat pesisir di Kabupaten Karawang.

5. Ir. Jayeng C. Purewanto, M.M. dan rekan-rekan Inspektorat I Inspektorat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan, yang telah memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis.

6. Tengku Sonya Nirmala selaku Komti dan seluruh rekan-rekan Magister Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan kelas Khusus, dimana penulis banyak mengadakan diskusi dan menerima masukan.

7. Orangtua dan mertua tercinta atas doanya, serta istri dan ketiga putraku, Fardin, Irfan, dan Ridwan atas pengertian dan kesabarannya selama penulis menyelesaikan studi.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia atas segala kebaikan yang telah diberikan.

Akhir kata, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pemangku kebijakan untuk merumuskan program pemberdayaan yang secara efektif mampu meningkatkan kesejahteraan pembudidaya pada khususnya, dan masyarakat kelautan dan perikanan pada umumnya.

Bogor, Maret 2014

(17)
(18)

xvii

Pemberdayaan masyarakat pesisir... 10

PNPM Mandiri KP... 11

Safver... 15

3. METODE ... 21

Lokasi dan waktu penelitian ... 21

Metode penelitian ………... 22

Pengumpulan data……….. 22

Penentuan jumlah sampel …..……… 23

Analisis data………. 24

Variabel dan skala penilaian kesesuaian pelaksanaan... 24

Variabel dan skala penilaian atas capaian tujuan………... 27

Kuesioner penelitian………... 29

Penilaian atas kesesuaian pelaksanaan dan capaian tujuan ...…… 30

Pengaruh variabel pelaksanaan terhadap capaian tujuan………… 30

Strategi perbaikan………. 35

4. HASIL DAN PEMBAHASAN……… 37

Kondisi umum wilayah penelitian……… 37

Kondisi fisik………... 37

Kondisi sosial………. 40

Budidaya pembesaran ikan Bandeng ………... 41

Persiapan tambak……… 41

Penebaran nener………. 44

Pemeliharaan……….. 45

Pemanenan………. 46

Penilaian atas kesesuaian pelaksanaan program ………...…….. 47

Lama pengalaman pembudidaya……… 48

Keterhindaran kejadian kekeringan……… 48

Aksesbilitas lokasi-jarak pembelian benih………. 49

(19)

xviii

Kecukupan jumlah bantuan benih……….. 49

Aktivitas pendampingan………. 50

Indeks pelaksanaan program……….. 50

Penilaian atas capaian tujuan program………...……….. 51

Penilaian capaian tujuan dalam dimensi ekologi………... 52

Penilaian capaian tujuan dalam dimensi ekonomi………. 53

Penilaian capaian tujuan dalam dimensi sosial……….. 53

Indeks pencapaian tujuan……….. 54

Pengaruh variabel pelaksanaan terhadap capaian tujuan... 54

Pengaruh terhadap capaian tujuan dalam dimensi ekologi……… 54

Pengaruh terhadap capaian tujuan dalam dimensi ekonomi..…… 55

Pengaruh terhadap capaian tujuan dalam dimensi sosial…...…… 57

Perumusan strategi perbaikan ………. 58

Pemberian intensif dan penambahan paket sarana budidaya……….……….... 58

Penyesuaian waktu penyaluran bantuan dengan musi tanam……. 59

Peningkatan aktivitas pendampingan………. 60

5. SIMPULAN DAN SARAN………. 63

Simpulan………... 63

Saran………. 63

DAFTAR PUSTAKA... 65

LAMPIRAN... 69

(20)

xix

DAFTAR TABEL

1 Parameter kualitas air untuk pembesaran ikan Bandeng... 9

2 Parameter, peralatan, dan tempat analisis... 22

3 Jenis dan sumber data penelitian……….……… 21

4 Variabel dan skala penilaian yang digunakan ... 26

5 Anggota kelompok penerima bantuan dan responden kuesioner ... 26

6. Nilai dan kategori untuk capaian variabel dan indeks ... 27

7 Nama kecamatan dan jumlah desa/kel. di Kabupaten Karawang... 35

8 Curah dan hari hujan pada Kec. Tirtajaya Tahun 2011... 37

9 Curah dan hari hujan pada Kec. Cilamaya Wetan Tahun 2011... 38

10 Capaian variabel pelaksanaan... 45

11 Penilaian atas variabel lama pengalaman pembudidaya... 46

12 Penilaian atas variabel kejadian kekeringan... 47

13 Penilaian atas variabel aksesbilitas/jarak pembelian benih... 47

14 Penilaian atas variabel ketepatan waktu penyaluran... 47

15 Penilaian atas variabel kecukupan jumlah bantuan... 48

16 Penilaian atas variabel aktivitas pendampingan... 48

17 Capaian variabel tujuan... 49

18 Penilaian atas capaian tujuan dalam dimensi ekologis... 50

19 Hasil pengukuran kualitas air pada Stasiun I dan II... 50

20 Penilaian atas capaian tujuan dalam dimensi ekonomi... 51

21 Penilaian atas capaian tujuan dalam dimensi sosial... 52

22 Kesimpulan atas hasil analisis regresi linear berganda... 54

23 Kesimpulan atas hasil analisis regresi logistik... 55

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pikir penelitian ... 3

2 Morfologi ikan Bandeng ... 6

3 Peta Lokasi Penelitian... 19

4 Proses pengeringan menggunakan mesin pompa... 39

5 Saluran air setelah dilakukan perbaikan... 40

6 Pematang tambak setelah dilakukan perbaikan... 40

7 Monik dan laha setelah dilakukan perbaikan ... 41

8 Proses keduk teplok... 41

9 Pengapuran dasar tambak... 42

10 Pemilihan benih... 43

11 Persiapan penarikan jaring... 44

12 Jebakan jaring... 44

13 Capaian variabel pelaksanaan... 46

(21)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

1 Usaha budidaya ikan yang difasilitasi oleh program pemberdayaan... 73

2 Jenis bantuan yang diberikan oleh program pemberdayaan... 74

3 Kriteria penilaian kelembagaan kelompok... 4 Kuesioner penelitian... 76

5 Identitas responden penelitian... 81

6 Hasil rekapitulasi kuesioner penelitian... 85

7 Variabel X dan Y2 dalam analisis regresi linear berganda... 88

8 Rumus yang digunakan dalam analisis regresi linear berganda... 91

9 Variabel X dan Y3 dalam analisis regresi logistik... 93

10 Rumus yang digunakan dalam analisis regresi logistik... 96

11 Pengelompokkan skor untuk penilaian kesesuaian pelaksanaan program dan pencapaian tujuan... 97

12 Hasil perhitungan nilai indeks... 100

13 Hasil analisis regresi linear berganda... 101

(22)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Fokus utama pengelolaan perikanan seharusnya ditujukan untuk terciptanya keselarasan pemanfaatan sumberdaya perikanan guna memenuhi kebutuhan manusia saat ini dengan konservasi dari sumber daya tersebut untuk generasi mendatang (Robert, 1995). Untuk itu, Pemerintah melalui UU No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup telah menjelaskan bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan berdasarkan asas tanggung jawab negara, yaitu bahwa negara menjamin pemanfaatan sumber daya alam untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan mutu hidup rakyat, baik generasi masa kini maupun generasi masa depan, serta mencegah dilakukannya kegiatan pemanfaatan sumber daya alam yang menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup. Namun demikian, kualitas lingkungan di wilayah pesisir Kabupaten Karawang saat ini masih belum memenuhi harapan. Hasil perhitungan menggunakan Indeks Mutu Lingkungan Perairan (IMLP) yang dikembangkan oleh US-National Sanitation Foundation menunjukkan bahwa status kualitas perairan di wilayah pesisir utara Karawang berkisar antara 58,71 s.d. 67,78 dari skala 1 s.d. 100 (Suriadarma, 2011). Hasil perhitungan tersebut jika dibandingkan dengan kriteria mutu lingkungan perairan menurut NSF-WQI (Qtt, 1978) berada dalam kualifikasi sedang mendekati buruk untuk memelihara organisme perairan seperti ikan atau udang.

Untuk meningkatkan kualitas lingkungan secara umum, dan juga meningkatkan capaian ekonomi dan sosial, pemerintah menginisiasi upaya pemberdayaan masyarakat melalui pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat pesisir berbasis pengelolaan berkelanjutan. Saat ini, konsep pemberdayaan masyarakat mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni bersifat ”people-centered (berbasis masyarakat), participatory (partisipatif), empowering (memberdayakan), and sustainable (berkelanjutan)”. Munasinghe (1993) dalam Suryawati dan Purnomo (2011) mendeskripsikan sifat sustainable atau berkelanjutan dengan persyaratan terkait tiga dimensi, yaitu: 1) secara ekologis, lestari atau ramah lingkungan, 2) secara ekonomi, dapat efisien dan layak, dan 3) secara sosial berkeadilan.

(23)

Berkelanjutan untuk Ketahanan Pangan dan Pengurangan Kemiskinan atau Suistanable Aquaculture Development for Food Security and Poverty Reduction (Safver) project.

Secara umum, tujuan program pemberdayaan sebagaimana dinyatakan dalam Pedoman Teknis PUMP-PB (Ditjen Perikanan Budidaya, 2012) maupun Pedoman Pemberian Input Produksi kepada Pembudidaya Ikan Penerima Manfaat Proyek Safver (Ditjen Perikanan Budidaya, 2009), yaitu adanya peningkatan terkait tiga dimensi, meliputi: 1) Ekologi, berupa peningkatan kualitas lingkungan, 2) Ekonomi, berupa peningkatan produksi, dan 3) Sosial, berupa penguatan kelembagaan kelompok. Selanjutnya, agar pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat di pesisir Kabupaten Karawang tersebut dapat berjalan secara efektif dalam mencapai tujuan dan keberlanjutannya, maka diperlukan suatu kajian akademis mengenai pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat pesisir.

Perumusan Masalah

Program pemberdayaan PUMP-PB memberikan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) berdasarkan Rencana Usaha Bersama (RUB) yang diajukan oleh Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan). Sedangkan program pemberdayaan Safver menyalurkan Bantuan Input Produksi (BIP) berdasarkan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) yang diajukan Kelompok Penerima Manfaat (Pokmaman). Bantuan yang diberikan meliputi sarana produksi perikanan, berupa: benih, pakan, saponin, pupuk, dan kapur pertanian.

Namun demikian, dengan telah tersalurkannya BLM atau BIP, masyarakat di pesisir Karawang masih sulit meningkatkan kualitas kehidupan dalam indikator ekologi berupa peningkatan kualitas lingkungan, ekonomi berupa peningkatan produksi budidaya, dan sosial berupa penguatan kelembagaan kelompok. Berdasarkan hasil evaluasi atas kegiatan pemberdayaan masyarakat oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah dan disarikan dari Pedoman Teknis PUMP-PB serta Pedoman Pemberian Input Produksi Proyek Safver, permasalahan ini muncul karena keberhasilan tujuan pemberdayaan masyarakat berbasis pengelolaan berkelanjutan tidak hanya dipengaruhi oleh telah tersalurkannya BLM atau BIP berupa: benih, pakan, saponin, pupuk, maupun kapur pertanian kepada kelompok penerima, namun juga diduga dipengaruhi oleh ketepatan penerima bantuan, kesesuaian lokasi budidaya, ketepatan penyaluran dan pemanfaatan bantuan, serta aktivitas pendampingan.

Permasalahan-permasalahan tersebut dirumuskan dalam pertanyaan penelitian (research question) sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan program pemberdayaan di pesisir Karawang ditinjau atas kesesuaiannya dengan pedoman pemberdayaan?

2. Sejauh mana capaian atas tujuan program pemberdayaan, ditinjau berdasarkan atas parameter multi kriteria, meliputi indikator ekologi, ekonomi, dan sosial? 3. Bagaimana pengaruh variabel-variabel pelaksanaan terhadap pencapaian

(24)

4. Strategi perbaikan apa yang perlu dilakukan sehingga pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat pesisir dapat terlaksana dan berlanjut secara efektif?

Tujuan dan Manfaat

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menilai kesesuaian pelaksanaan dan capaian tujuan sebagaimana disebutkan dalam pedoman pemberdayaan melalui penilaian Indeks Pelaksanaan Program dan Indeks Pencapaian Tujuan.

2. Mengidentifikasi pengaruh variabel pelaksanaan terhadap capaian tujuan program pemberdayaan dalam dimensi ekologis, ekonomi, dan sosial.

3. Merumuskan strategi perbaikan yang perlu dilakukan sehingga pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat pesisir dapat terlaksana dan berlanjut secara efektif.

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan masukan tentang efektivitas program yang dikaji secara akademis terkait dengan variabel-variabel yang mempengaruhi dan pengembangan strategi ke depan, sehingga dapat berdaya guna dalam meningkatkan kualitas ekologis, ekonomi dan sosial pembudidaya di wilayah pesisir.

Kerangka Pemikiran

(25)

Buruknya kualitas lingkungan dan rendahnya kinerja masyarakat pembudidaya

Upaya pemberdayaan pembudidaya melalui program pemberdayaan masyarakat

pesisir berbasis pengelolaan berkelanjutan

program Safver program PNPM Mandiri KP

Bagaimana Pelaksanaan program

Strategi apa yang perlu dilakukan shg pelaksanaan program dapat

terlaksana dan berlanjut

?

Indeks Pelaksanaan Program

Indeks Pencapaian Tujuan

Gambar 1. Kerangka pikir penelitian

(26)

2

TINJAUAN PUSTAKA

Budidaya Perikanan

FAO (2010a) mendefinisikan budidaya perikanan sebagai suatu cara untuk memproduksi bahan makanan dalam usaha ketahanan pangan (food security), pembuka lapangan kerja, dan meningkatkan pendapatan dan penerimaan devisa. Budidaya perikanan juga digunakan untuk menyelamatkan sumber daya ikan asli dan plasma nutfah, khususnya spesies ikan yang dikhawatirkan punah, serta untuk memproduksi benih guna keperluan penebaran (restocking) perairan umum dalam rangka introduksi spesies baru dan peningkatan populasi (FAO, 2010b). Lebih lanjut, Dahuri et al. (1996) dalam Murachman et al. (2010) menyatakan bahwa salah satu kegiatan budidaya perikanan yang dapat dilakukan di wilayah pesisir adalah usaha perikanan budidaya di tambak untuk monokultur bandeng, atau polikultur udang dan bandeng. Namun demikian, terkadang beberapa tipe perikanan budidaya menurunkan keanekaragaman dan pencemaran genetik, konversi lahan yang mengarah perusakan habitat, pencemaran lingkungan, dan wabah penyakit, sehingga pelaksanaan pembangunan berkelanjutan dalam budidaya perikanan harus terus dikembangkan (Rustadi, 2011).

Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Bandeng

Bandeng memiliki daerah penyebaran alami di laut tropik Indo Pasifik dan dominan di daerah Asia. Di Asia Tenggara, ikan Bandeng berada di daerah perairan pantai Burma, Thailand, Vietnam, Philipina, Malaysia, dan Indonesia. Penyebarannya sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti fase bulan, pasang surut, arus air dan kelimpahan plankton. Ikan Bandeng (Chanos channos) hidup di perairan laut yang memiliki salinitas 35‰ hingga ke muara-muara sungai yang memiliki salinitas 15-20‰, sehingga ikan bandeng digolongkan ke dalam euryhaline (mampu mentolerir perubahan salinitas yang sangat luas). Ikan Bandeng dewasa biasanya berada di perairan littoral, pada musim pemijahan induk ikan bandeng sering dijumpai berkelompok pada jarak tidak terlalu jauh dari pantai dengan karakteristik habitat perairan jernih, dasar perairan berpasir dan berkarang dengan kedalaman antara 10-30 m.

(27)

Gambar 2. Morfologi ikan bandeng

Klasifikasi ikan bandeng (Rusmiyati, 2012) adalah sebagai berikut : Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata Kelas : Pisces Subkelas : Teleostei Ordo : Malacopterygii Famili : Chanidae Genus : Chanos

Spesies : Chanos chanos

Ekologi Lokasi dalam Pemilihan Lokasi Tambak

Dalam budidaya air payau, pemilihan lokasi memegang peranan yang sangat penting. Lokasi yang tepat sangat mendukung keberhasilan usaha budidaya, dan sebaliknya, jika lokasi yang dipilih tidak memenuhi syarat, bukan hanya usaha berkelanjutan sulit terealisasi, tetapi malah kemungkinan sejak dini sudah mengalami kerugian.

Oleh karena itu, pemilihan lokasi secara baik dan benar harus menjadi agenda penting dalam proyeksi usaha. Aspek-aspek yang merupakan faktor pendukung keidealan lokasi antara lain adalah ekologi lokasi. Ekologi lokasi budidaya perairan diartikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara ikan yang dipelihara dan keadaan lingkungannya. Kordi (2000) menyatakan bahwa beberapa faktor yang berkaitan dengan aspek ekologis dalam pemilihan lokasi tambak, yaitu sumber air, kuantitas air, kualitas air, iklim dan suhu lingkungan, pasang surut, arus air, dan pola hujan.

a. Sumber Air

Dalam budidaya ikan bandeng di tambak, air yang digunakan sebagai media budidaya adalah air laut yang dimasukkan ke dalam tambak dengan memanfaatkan pasang/pompa, dan air tawar dari sungai. Salinitasnya sekitar 10-35‰, atau digolongkan ke dalam air payau. Oleh karena jumlah dan mutu air adalah kunci dari kemampuan/kapasitas daya produksi suatu tambak, maka faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sumber air, mekanisme pengambilan air dan pembuangan air bekas perlu mendapat perhatian khusus di dalam proses penentuan lokasi, disain dan konstruksi tambak.

b. Kuantitas air

(28)

dan dua kali surut terjadi pergantian dalam satu hari. Tambak-tambak air payau kebanyakan dibangun di daerah pasang surut, yaitu di antara pasang tertinggi dan surut terendah. Situasi tersebut diperlukan untuk mempermudah dalam memenuhi kebutuhan air selama masa pemeliharaan ikan bandeng di tambak.

Ukuran pasang surut tertentu sangat diperlukan agar konstruksi tambak dan pengelolaannya dapat dilakukan secara efisien. Pasang surut yang ideal untuk tambak adalah sebesar 1,5 – 2,5 meter. Fluktuasi pasang surut yang lebih tinggi dari 3 meter, membutuhkan pematang/tanggul yang kuat, sedangkan kurang dari 1,5 meter dibutuhkan pompa dalam mengisi air tambak.

c. Kualitas air

Kualitas air sangat mempengaruhi keberhasilan usaha budidaya. Kualitas air yang buruk dapat mengakibatkan rendahnya tingkat kelangsungan hidup (survival rate), pertumbuhan dan reproduksi bandeng.

 Faktor fisika

Faktor fisika air merupakan variabel kualitas air yang penting karena dapat mempengaruhi variabel kualitas air yang lainnya. Faktor ini sangat tergantung dengan kondisi geologi dan iklim suatu tempat. Faktor fisika yang besar pengaruhnya terhadap kualitas air adalah cahaya matahari dan suhu air. Cahaya matahari dan suhu air merupakan faktor alam yang sampai saat ini belum bisa dikendalikan. Suhu air dan oksigen saling berhubungan. Pada saat suhu naik, maka oksigen akan turun. Pada suhu 120° C, bandeng akan mati. Untuk menjaga agar suhu dan oksigen dalam keadaan optimal, dilakukan pembuatan caren, sehingga saat suhu tinggi, bandeng bisa bersembunyi dalam caren yang relatif lebih dalam dengan suhu yang lebih rendah dan oksigen tercukupi. Menurut Pusat Penyuluhan KP (2011), suhu yang optimal untuk pembesaran ikan Bandeng adalah 20-32° C

 Faktor kimia

Air yang digunakan untuk budidaya mempunyai komposisi dan sifat-sifat kimia yang berbeda dan tidak konstan. Komposisi dan sifat-sifat-sifat-sifat kimia air ini dapat diketahui melalui analisis kimia air. Dengan demikian apabila ada parameter kimia yang keluar dari batas yang telah ditentukan dapat segera dikendalikan. Parameter-parameter kimia yang digunakan untuk menganalisis air bagi kepentingan budidaya antara lain:

 Oksigen terlarut (Disolved Oxygen/DO)

(29)

Jika kandungan oksigen dalam suatu tambak terlalu banyak, maka akan terdapat gelembung di lamella bandeng, sedangkan jika terlalu sedikit maka bandeng akan mati lemas. Penurunan oksigen di dalam air disebabkan oleh peningkatan suhu air, semakin tinggi suhu di suatu perairan, semakin berkurang kandungan oksigen terlarut. Oksigen paling rendah terjadi pada pagi hari, yakni sesaat setelah matahari terbit, dan tertinggi pada pukul 14.00-17.00. Selain karena peningkatan suhu, oksigen di dalam air tersebut dapat berkurang karena proses diffusi, respirasi (pernapasan) biota, dan reaksi kimia (oksidasi dan reduksi). Oleh karenanya, untuk menjaga oksigen dalam kondisi optimal, perlu dilakukan pengadukan air sekitar jam 13.00-15.00 dan pada malam hari. Pengadukan dan penambahan oksigen dapat dilakukan dengan menggunakan aerator. Kandungan oksigen terlarut yang baik untuk pembesaran ikan Bandeng adalah 2 mg/l (Pusat Penyuluhan KP, 2011), sementara Bose et al. (1991) menyarankan agar udang dapat tumbuh dengan baik, diperlukan kadar oksigen terlarut sebesar 5 mg/l.

 Salinitas

Salinitas adalah tingkat keasinan atau ketawaran air. Walupun bandeng termasuk ikan yang tergolong dalam euryhaline (mampu mentolerir salinitas yang luas serta tahan terhadap goncangan salinitas tinggi dalam waktu yang relatif singkat), namun tingkat salinitas harus diperhatikan. Berdasarkan Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (2011), kualitas air yang optimal untuk pembesaran ikan Bandeng di tambak adalah 29,0-30,0 ‰. Sementara menurut Bose et al. (1991), ikan bandeng akan hidup dengan baik pada perairan yang memiliki kadar saliinitas 20,0-30,0 ‰. Pada salinitas optimal, energi yang digunakan untuk mengatur keseimbangan kepekatan cairan tubuh dan air tambak cukup rendah, sehingga sebagian besar energi yang berasal dari pakan dapat digunakan untuk pertumbuhan.

 Derajat keasaman (pH)

(30)

pemberian kapur. Pemberian kapur dilakukan saat pengeringan, yaitu dengan menaburkan kapur dan kemudian dilakukan pembalikan lahan, sehingga kapur tersebar merata.

 Ammonia (NH4)

Sebagian besar pakan yang dimakan oleh bandeng, diubah menjadi daging atau jaringan tubuh, sedangkan sisanya dibuang berupa kotoran padat (faeces) dan terlarut (ammonia). Faeces dikeluarkan lewat anus, sedangkan ammonia lewat insang (ammonotelik). Konsentrasi amoniak dalam budidaya perairan akan meningkat apabila kepadatan ikan cukup tinggi dan diberikan makanan tambahan. Amoniak anionik bersifat toxic bagi ikan. Amoniak dapat meningkatkan konsumsi oksigen dalam jaringan, menimbulkan kerusakan insang dan menurunkan kemampuan darah dalam mengangkut oksigen sehingga menyebabkan nafsu makan ikan menurun (Goldman dan Horne, 1983).

Sementara itu, Alabaster dan Loyd (1980) mengemukakan bahwa amoniak anionik dapat meracuni hewan akuatik terutama ikan. Peningkatan konsentrasi ammonia dalam satu media budidaya juga dapat mempengaruhi aktivitas bakteri, khususnya bakteri penyebab penyakit insang. Antara ammonia dan oksigen berbanding terbalik, apabila ammonia sangat tinggi, maka oksigen menjadi rendah. Demikian pula, makin tinggi suhu, makin besar kandungan ammonia. Oleh karena itu penjagaan suhu air sangatlah penting. Untuk menghindari pembentukan ammonia yang terlalu banyak di tambak, cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pengadukan dan pembuatan caren, mengganti air dan melakukan pengeringan lahan. Kadar amoniak yang optimal untuk pembesaran bandeng adalah 0 mg/l (Pusat Penyuluhan KP, 2011), sementara menurut Wickins (1976), kadar amoniak maksimum 0,1 mg/l, masih aman untuk kehidupan udang.

Parameter kualitas air yang dibutuhkan untuk pembesaran ikan Bandeng di tambak ditunjukkan pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Parameter Kualitas Air untuk Pembesaran Ikan Bandeng Parameter Satuan Kualitas air

(Bose et al.,

(31)

keputusan, dan alokasi sumber serta implementasinya dalam upaya menjamin kelangsungan produktivitas serta pencapaian tujuan pengelolaan. Lebih lanjut, pengelolaan berkelanjutan adalah pengelolaan yang mengarah kepada bagaimana sumber daya ikan yang ada saat ini mampu memenuhi kebutuhan sekarang dan kebutuhan generasi yang akan datang, dimana aspek berkelanjutan harus meliputi aspek ekologi, sosial, ekonomi, masyarakat, dan institusi (Mallawa, 2006). Pengelolaan berkelanjutan tidak melarang aktivitas yang bersifat ekonomi/komersial, tetapi menganjurkan dengan persyaratan bahwa tingkat pemanfaatan tidak melampaui daya dukung (carrying capacity) lingkungan, sehingga generasi mendatang tetap memiliki aset sumber daya alam yang sama atau lebih banyak dari generasi saat ini. Beller (1990) memberikan penekanan pada pentingnya prinsip Justice of Fairness, yang menuntut tanggung jawab semua generasi terkait hal ini.

Kay dan Alder (1999) menyebutkan adanya tiga tema yang terkandung dalam definisi pembangunan berkelanjutan, yaitu: integritas lingkungan, efisiensi ekonomi, dan keadilan kesejahteraan. Selaras dengan hal itu, Bengen (2005) menyatakan bahwa suatu pengelolaan dikatakan berkelanjutan apabila kegiatan tersebut dapat mencapai tiga tujuan pembangunan berkelanjutan, yaitu berkelanjutan secara ekologi, sosial dan ekonomi. Berkelanjutan secara ekologi mengandung arti bahwa kegiatan pengelolaan SDI dimaksud harus dapat mempertahankan integritas ekosistem, memelihara daya dukung lingkungan, dan konservasi sumber daya ikan, termasuk keanekaragaman hayati (biodiversity), sehingga pemanfaatan SDI dapat berkesinambungan. Berkelanjutan secara ekonomi berarti bahwa kegiatan pengelolaan SDI harus dapat membuahkan pertumbuhan ekonomi, pemeliharaan kapital, dan penggunaan SDI serta investasi secara efisien. Sedangkan berkelanjutan secara sosial mensyaratkan bahwa kegiatan pengelolaan ikan hendaknya dapat menciptakan pemerataan hasil, mobilitas sosial, kohesi sosial, partisipasi masyarakat, pemberdayaan masyarakat, identitas sosial, dan pengembangan kelembagaan.

Pemberdayaan Masyarakat Pesisir

(32)

Banyak hal yang mempengaruhi keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan program pemberdayaan masyarakat pembudidaya. Tajerin (2006) menyatakan bahwa degradasi lingkungan, serangan penyakit, kualitas benih rendah, dan pelayanan serta penyuluhan yang tidak memadai merupakan sebagian dari faktor penyebab kegagalan panen dan kondisi kebangkrutan usaha pertambakan.

Beberapa program pemberdayaan masyarakat pesisir berbasis pengelolaan berkelanjutan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan, yaitu: PUMP-Perikanan Budidaya (untuk mendukung PNPM Mandiri-KP) dan Safver.

PNPM Mandiri-KP

PNPM Mandiri KP yang terintegrasi dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) di bawah koordinasi Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, telah diinisiasi mulai tahun 2009. Merujuk pada Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri KP (KKP, 2012b), PNPM Mandiri KP dilakukan melalui tiga komponen, yaitu: Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP), Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR), dan Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT). Selanjutnya, komponen PUMP sendiri terbagi atas tiga kegiatan, yaitu: PUMP Perikanan Tangkap (PUMP PT), PUMP Perikanan Budidaya (PUMP PB), dan PUMP Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (PUMP P2HP).

PUMP PB sebagai bagian dari pelaksanaan PNPM Mandiri KP merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan melalui fasilitasi bantuan pengembangan usaha yang diperuntukkan bagi pembudidaya ikan yang tergabung dalam Pokdakan. Pokdakan merupakan salah satu kelembagaan masyarakat kelautan dan perikanan dibidang perikanan budidaya sebagai pelaksana PUMP Perikanan Budidaya yang menerima Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) untuk pengembangan usaha bagi seluruh anggota kelompoknya. Untuk mencapai hasil yang optimal dalam pelaksanaan PUMP-PB, Pokdakan didampingi oleh tenaga pendamping yang berasal dari Penyuluh Perikanan Tenaga Kontrak (PPTK). Berikut tujuan, sasaran, indikator keberhasilan, dan tahapan pelaksanaan PUMP PB sesuai Pedoman Teknis PUMP-PB (Ditjen Perikanan Budidaya, 2012).

1) Tujuan

Tujuan PUMP PB adalah meningkatkan kemampuan usaha, produksi budidaya, penyerapan tenaga kerja, pendapatan dan kesejahteraan, menumbuhkan wirausaha, dan memperkuat kelembagaan Pokdakan serta meningkatkan kualitas lingkungan

2) Sasaran

Sasaran PUMP PB adalah Pokdakan di kawasan budidaya untuk mendukung pencapaian target peningkatan produksi dan mendukung industrialisasi perikanan budidaya.

3) Indikator keberhasilan Indikator output adalah:

 Tersalurkannya BLM kepada 3.000 Pokdakan;

 Terlaksananya fasilitasi penguatan kapasitas dan kelembagaan Pokdakan melalui sosialisasi, pelatihan, pendampingan, dan pembinaan di 393 Kabupaten/kota.

(33)

Indikator outcome adalah:

 Meningkatnya produksi perikanan budidaya

 Meningkatnya pendapatan masyarakat pembudidaya ikan;

 Meningkatnya pertumbuhan wirausaha di bidang perikanan budidaya

 Meningkatnya kapasitas kelembagaan kelompok pembudidaya ikan

 Meningkatnya penyerapan tenaga kerja sekitar 50.000 orang pembudidaya ikan

4) Teknis Pelaksanaan Kegiatan PUMP-PB

a) Identifikasi calon penerima BLM dan calon lokasi PUMP PB

Untuk dapat menentukan Pokdakan calon penerima BLM calon lokasi PUMP-PB yang sesuai dan tepat, dilakukan identifikasi dengan melakukan peninjauan di lapangan. Data dan informasi dari hasil identifikasi, selanjutnya dikompilasi dan diverifikasi keabsahannya untuk dijadikan dasar dalam melakukan seleksi terhadap penerima BLM dan lokasi PUMP-PB.

b) Seleksi calon penerima dan calon lokasi PUMP PB

Seleksi calon penerima BLM dan calon lokasi PUMP-PB perlu dilakukan agar bantuan yang diberikan tepat sasaran, dengan kriteria dan persyaratan sebagai berikut:

Kriteria umum Pokdakan calon penerima BLM PUMP-PB

 Usaha pokdakan termasuk kategori usaha mikro;

 Pengurus dan anggota Pokdakan bukan perangkat desa/kelurahan, PNS, TNI/Polri dan Penyuluh/PPTK;

 Anggota Pokdakan berdomisili/berada di desa yang sama atau desa yang berdekatan dengan lokasi usahanya;

 Terdaftar pada Dinas Kabupaten/Kota;

 Diutamakan Pokdakan yang belum menerima bantuan dari Ditjen Perikanan Budidaya;

 Kelompok tidak boleh menerima lebih dari satu paket BLM PNPM Mandiri KP.

Kriteria Teknis Pokdakan Calon Penerima BLM PUMP-PB

 Merupakan penduduk setempat yang tidak mampu dan belum mempunyai penghasilan tetap (KTP/ identitas lain dan alamat yang jelas);

 Mempunyai usaha budidaya ikan milik sendiri, sewa, penggarap atau wirausaha pemula;

 Bersedia bergabung dalam kelompok dengan jumlah anggota minimal 10 orang per kelompok;

 Berusaha dibidang budidaya ikan dengan komoditas yang sama dalam satu kelompok;

 Pokdakan mengusulkan untuk memperoleh BLM PUMP-PB kepada Dinas KP Kabupaten/Kota;

(34)

 Bersedia mengikuti ketentuan penerapan CPIB/CBIB, teknologi anjuran dan menyampaikan laporan kegiatan usaha secara berkala;

 Bersedia mengikuti bimbingan, pembinaan dan pendampingan teknologi budidaya ikan yang efisien dan produktif, agar usahanya berhasil dan menguntungkan.

Persyaratan teknis calon lokasi:

 Potensi sumberdaya lahan dan perairan untuk kegiatan budidaya ikan;

 Mempunyai aksebilitas yang dapat dijangkau;

 Desa/kelurahan yang sesuai untuk pengembangan usaha budidaya ikan;

 Masyarakatnya mendukung dilaksanakannya kegiatan PUMP-PB. c) Pengusulan dan Penetapan Pokdakan Calon Penerima BLM

Pengusulan Pokdakan calon penerima BLM dilakukan secara berjenjang, dimulai dari identifikasi dan seleksi yang dilakukan oleh tenaga pendamping dan tim teknis Dinas KP Kab./Kota, yang kemudian hasilnya disampaikan kepada Kepala Dinas Kab./Kota untuk selanjutnya diusulkan kepada Tim Pembina Dinas KP Provinsi. Tim Pembina memferivikasi ulang berkas persyaratan Pokdakan calon penerima BLM untuk selanjutnya diusulkan kepada Kelompok Kerja (Pokja) Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Pokja Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya memverifikasi ulang calon Pokdakan penerima BLM untuk selanjutnya diusulkan kepada Direktur Jenderal Perikanan Budidaya untuk ditetapkan melalui Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya. Dalam rangka percepatan realisasi penyaluran BLM PUMP-PB kepada Pokdakan, batas akhir pengusulan Pokdakan calon penerima BLM PUMP-PB dijadwalkan pada bulan April agar pelaksanaan verifikasi dapat dilakukan pada bulan Mei, sehingga calon penerima BLM PUMP-PB dapat ditetapkan paling lambat pada bulan Juni 2012, kemudian dilanjutkan dengan proses pencairan dan penyaluran. Dengan demikian, pemanfaatan BLM oleh Pokdakan diharapkan dapat dilaksanakan pada tahun berjalan.

d) Pendampingan

Proses pendampingan kepada Pokdakan penerima BLM merupakan kegiatan yang penting dan menentukan keberhasilan pelaksanaan kegiatan tersebut, karena dengan adanya pendampingan maka kemampuan dan ketrampilan pembudidaya dapat meningkat, wawasan manajemennya berkembang, pola kerjanya lebih efisien, serta usahanya lebih produktif dan keuntungan diharapkan dapat lebih meningkat. Oleh karena itu, Pokdakan penerima BLM senantiasa perlu didampingi oleh Tenaga Pendamping untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan di bidang budidaya ikan serta sikap dan perilaku yang baik agar usahnya bisa berkembang, maju dan mandiri. Proses pendampingan dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

 Sosialisasi kegiatan PUMP-PB

(35)

kepada Pokdakan. Disamping itu, disampaikan juga informasi lainnya seperti ketentuan dan persyaratan menjadi peserta PUMP-PB, cara memperoleh dan memanfaatkan dana BLM untuk usaha budidaya ikan, sosial kemasyarakatan dan kearifan lokal serta motivasi untuk bekerja keras agar usahanya berhasil.

 Penumbuhan kelompok

Upaya penumbuhan kelompok dilakukan dengan berbagai metode, diantaranya dengan memfasilitasi dinamika kelompok. Pada tahap ini dilakukan fasilitasi pertemuan antar pembudidaya sebagai wujud untuk rasa kebersamaan diantara sejumlah masyarakat pedesaan misalnya melalui forum musyawarah desa/ajang diskusi, walimahan, atau perkumpulan warga dan kepentingan lainnya. Melalui pertemuan-pertemuan tersebut pembudidaya ikan calon peserta PUMP diajak untuk mau bergabung dalam wadah kelompok dengan tujuan untuk usaha bersama, pembelajaran berorganisasi, penumbuhan minat berwirausaha dan lain-lain. Melalui kelompok, dapat meningkatkan posisi tawar para pembudidaya ikan dalam berusaha.

 Bimbingan Teknis Budidaya Ikan

Pada umumnya, pengetahuan dan ketrampilan teknis Pokdakan masih rendah, oleh karena itu perlu dilakukan bimbingan teknis tentang metode dan teknik budidaya ikan yang baik, efisien, produktif dan berkelanjutan.

 Pembinaan

Kegiatan usaha memerlukan ketrampilan dalam mengelola usahanya secara baik sesuai dengan kaidah manajemen, untuk itu Pokdakan perlu mendapatkan pembinaan termasuk manajemen usaha. Manajemen usaha yang akan diterapkan antara lain pengelolaan input produksi, pemeliharaan, pemberian pakan, pengaturan tenaga kerja, pembukuan keuangan, pengendalian kualitas air dan lingkungan, pemberantasan hama penyakit dan sistem pencatatan semua transaksi dan tahapan pelaksanaan. Demikian juga pembudidaya ikan sedapat mungkin dianjurkan melakukan pembukuan sederhana dan mencatat semua transaksi dalam proses pengelolaan usaha budidaya ikan.

 Pemupukan Modal Usaha

Pendampingan dan pembinaan terkait pengelolaan keuangan usaha kepada Pokdakan merupakan hal yang berat dan perlu upaya yang terus menerus agar usahanya dapat berkembang, yaitu dengan memotivasi untuk memupuk modal usaha dengan cara menabung sebagian keuntungan dari hasil usahanya untuk dapat digunakan sebagai modal usaha siklus berikutnya. Tabungan dapat melalui kelompok atau bank sebagai pembelajaran bertransaksi dengan lembaga keuangan perbankan.

e) Penyaluran BLM

(36)

Pokdakan itu sendiri dengan bimbingan dan pembinaan dari tenaga pendamping serta dipantau oleh Dinas Kelautan dan Perikanan dan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

f) Pemanfaatan BLM

Dana BLM yang sudah diterima oleh Pokdakan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kegiatan usaha budidaya ikan selama periode pemeliharaan yang telah direncanakan. Pemanfaatan BLM digunakan untuk pembelian sarana usaha budidaya, seperti wadah/unit budidaya, perbaikan tambak, benih atau induk ikan, pakan, probiotik, obat-obatan dan lain-lain sesuai dengan RUB. Kegiatan hasil usaha budidaya yang diperoleh dari hasil panen agar diatur dan dikelola oleh kelompok sebagai keuntungan untuk anggota, biaya operasional, perawatan dan penambahan modal untuk pengembangan usaha selanjutnya yang dilakukan secara bersama.

g) Pemantauan dan evaluasi

Pemantauan terhadap penggunaan BLM dilakukan oleh tenaga pendamping dan tim teknis mulai dari persiapan sampai dengan pelaksanaan usaha budidaya, meliputi: pemantauan administrasi terhadap dokumentasi pelaksanaan kegiatan, pemantauan teknis terhadap hasil pelaksanaan pekerjaan, dan pemantauan hasil produksi panen setiap Pokdakan penerima bantuan. Selanjutnya, dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan PUMP-PB setiap bulan oleh Tim Teknis, dengan memberi masukan dan rekomendasi untuk memperbaiki dan meningkatkan pelaksanaan kegiatan budidaya oleh Pokdakan.

h) Pelaporan

Pelaporan pemanfaatan BLM, produksi hasil panen, pendapatan dan kemajuan usaha, dilakukan secara berkala dua minggu sekali oleh pokdakan kepada Tenaga Pendamping.

5) Menu kegiatan budidaya

PUPM PB memfasilitasi usaha budidaya yang dilakukan di air payau, air tawar, dan laut. Untuk air payau, usaha budidaya yang difasilitasi adalah: bandeng, polikultur (udang, bandeng, rumput laut), udang windu/vanname, rumput laut (gracilaria sp.), kerapu, dan kepiting. Menu kegiatan budidaya PUMP-PB selengkapnya tersaji pada Lampiran 1.

Safver

(37)

Dampak yang diharapkan dari Program Safver adalah berkurangnya kemiskinan dan meningkatnya ketahanan pangan melalui pengembangan perikanan budidaya secara berkelanjutan. Adapun hasil yang diharapkan ialah meningkatnya produksi ikan dan hasil perairan lainnya, meningkatnya pendapatan, gizi, dan penyerapan tenaga kerja pembudidaya ikan dan masyarakat pesisir yang miskin. Dalam Safver, model pemberdayaan masyarakat pesisir diimplementasikan dalam tiga komponen utama program Safver, sebagai berikut:

1) Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya

Merupakan komponen inti dari program, dan ditujukan untuk memperbaiki produksi seluruh jenis sistem perikanan budidaya di wilayah proyek melalui pengelolaan oleh masyarakat sendiri. Komponen ini meliputi:

 Pengorganisasian masyarakat;

 Pembangunan sarana air bersih dan jalan penghubung ke sentra budidaya ikan;

 Perbaikan kolam dan tambak; dan

 Pembangunan sarana/model percontohan untuk berbagai teknologi budidaya ikan.

2) Pelayanan Penunjang Perikanan Budidaya

Ditujukan untuk peningkatan teknik produksi dan mutu hasil budidaya. Komponen ini meliputi:

 Penguatan penyuluhan untuk menunjang produksi perikanan budidaya;

 Peningkatan kelaikan memperoleh kredit bagi OPI;

 Penyediaan BIP kepada pembudidaya ikan yang miskin;

 Penyiapan sarana pasca panen;

 Pelatihan kepada pembudidaya mengenai pasca panen;

 Pemantauan rutin mutu air dan pengendalian penyakit ikan;

 Pembangunan laboratorium mutu air dan penyakt ikan;

 Penelitian terapan budidaya ikan dan kajian-kajian. 3) Penguatan Kelembagaan dan Pengelolaan Proyek

Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kelembagaan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) selaku Project Management Office (PMO), Dinas Kelautan dan Perikanan (KP) Kabupaten selaku Project Implementation Units (PIU), Organisasi Pembudidaya Ikan (OPI), dan pihak swasta. Komponen ini meliputi:

 Pelatihan staf teknis DJPB, Dinas KP Kabupaten, dan instansi pemerintah terkait; dan

 Perbaikan atau pembangunan balai teknis budidaya ikan.

Merujuk pada Pedoman Pemberian BIP kepada Pembudidaya Ikan Penerima Manfaat Proyek Safver (Ditjen Perikanan Budidaya, 2009), berikut tujuan, sasaran, serta kriteria dan persyaratan pemilihan calon lokasi dan calon penerima BIP proyek Safver:

1) Tujuan

(38)

peningkatan produktivitas dan produksi ikan, dan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

2) Sasaran

Sasaran pemberian BIP diarahkan kepada 14.000 rumah tangga perikanan budidaya di lima lokasi proyek Safver. BIP yang akan diberikan kepada Kelompok Penerima Manfaat (Pokmaman) dalam proyek Safver adalah sekitar US $ 12,9 juta selama lima tahun. Namun dana bantuan tersebut sebagian digunakan untuk pekerjaan sipil rehab sarana dan prasarana/wadah budidaya, serta dempond sekitar 40% dan yang dipakai untuk pengadaan input produksi sekitar 60% yaitu sebesar US $ 7,74 juta. 3) Kriteria Pemilihan Calon Lokasi

 Dalam menentukan lokasi pemberian bantuan agar dipilih daerah yang mempunyai potensi sumber daya lahan dan perairan untuk pengembangan usaha budidaya ikan;

 Lokasi merupakan sentra atau kawasan budidaya ikan yang sedang berkembang dan aksesbilitasnya cukup baik;

 Lokasi dipilih beberapa yang tidak bermasalah dan tidak rawan/rentan bencana alam serta lingkungannya baik;

 Masyarakat di lokasi yang akan dipilih sebagian besar tergolong miskin dan mendukung pelaksanaan kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh Proyek Safver.

Persyaratan Calon Lokasi

 Lokasi pemberian bantuan adalah desa atau gabungan beberapa desa dalam suatu kecamatan di kabupaten lokasi proyek Safver. Dalam satu kabupaten dapat dipilih beberapa kecamatan dan desa yang layak untuk dijadikan lokasi binaan dan pemberian bantuan;

 Lokasi mempunyai batas-batas administrasi pemerintahan yang jelas untuk pemetaan penyaluran bantuan dari proyek Safver;

 Lokasi mempunyai penduduk yang bermata pencaharian sebagai pembudidaya ikan dan sebagian besar tergolong miskin.

 Lokasi mempunyai kelayakan teknis dan ekonomi untuk dikembangkan usaha budidaya, sehingga dimungkinkan mitra usaha atau pelaku lain tertarik berinvestasi di daerah tersebut.

4) Kriteria Calon Penerima

 Pembudidaya tergolong miskin dengan pendapatan Rp2.500.000,00 s.d. Rp3.300.000,00 per kapita per tahun atau yang kondisi sosial ekonominya termasuk rendah diantara komunitas masyarakat di lokasi tersebut;

 Mempunyai unit usaha budidaya sendiri atau sebagai penggarap milik orang lain;

 Tergabung dalam Kelompok Penerima Manfaat (Pokmaman) yang jumlahnya 10 s.d. 30 orang per kelompok dan menjadi binaan proyek Safver;

(39)

 Perilaku pembudidaya cukup baik dan mempunyai komitmen yang tinggi dalam mendukung kelancaran kegiatan proyek Safver.

Persyaratan Calon Penerima

 WNI dan penduduk setempat yang berdomisili di lokasi proyek Safver;

 Dewasa (umur 18-60 tahun) dan mempunyai identitas yang jelas seperti KTP atau surat keterangan domisili dari Kepala Desa;

 Sehat jasmani dan rohani;

 Bermata pencaharian utama sebagai pembudidaya ikan dan tergolong tidak mampu atau miskin dengan ciri-ciri kepemilikan lahan sempit, pendapatannya rendah, rumah terbuat dari bambu/papam kayu atau semi permanen, kepemilikan perabotan rumah tangga sangat sederhana, akses kesehatan rendah, pendidikan sangat kurang dan mobilitasnya rendah;

 Untuk pembudidaya penggarap, bagi hasil keuntungan adalah 70% penggarap dan 30% pemilik lahan tambak/kolam/sawah;

 Bersedia memanfaatkan bantuan dengan sebaik-baiknya untuk mengembangkan usaha budidaya ikan dan mempunyai komitmen untuk meningkatkan produksi dan pendapatannya

 Bersedia mentaati ketentuan, pedoman, juklak, dan juknis Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) serta perjanjian secara tertulis yang harus ditandatangani antara proyek dengan pembudidaya ikan penerima manfaat;

 Mengikuti pelatihan dan pendampingan oleh proyek Safver;

 Bila menyalahgunakan BIP, maka akan diberikan sanksi sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundangan yang berlaku.

5) Mekanisme pemberian bantuan

Proses pemberdayaan melalui pemberian BIP dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

a) Sosialisasi

Sebelum kegiatan pemberdayaan dijalankan, terlebih dulu dilakukan sosialisasi mengenai tujuan kegiatan dan manfaat BIP. Dalam proses sosialisasi, diserap permasalahan yang dihadapi masyarakat dan usulan yang diperlukan dalam upaya meningkatkan produksi dan pendapatan pembudidaya ikan.

(40)

c) Penyusunan RDKK

Untuk mengetahui dan memperkirakan jenis serta jumlah BIP yang akan diberikan, maka anggota kelompok pembudidaya ikan calon penerima bantuan difasilitasi untuk menyusun Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) sebagai usulan jenis dan jumlah kebutuhan input produksi dari Pokmaman. RDKK merupakan dasar bagi PIU untuk memberikan BIP yang sesuai dengan kebutuhan dan sasaran kelompok penerima.

d) Pelatihan

Pelatihan bagi pembudidaya ikan calon penerima bantuan input produksi dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan sikap kerja dibidang manajemen usaha, teknik budidaya, Cara Berbudidaya Ikan yang Baik (CBIB), penanganan hasil panen, pemasaran, budaya kerja, dan dinamika kelompok. Melalui pelatihan ini diharapkan bantuan yang diberikan akan digunakan dengan untuk meningkatkan usaha dan produksi agar pendapatannya meningkat. Materi pelatihan yang diberikan agar disesuaikan dengan jenis usaha dan bantuan yang diterima dari proyek Safver.

e) Pengadaan BIP

Pengadaan BIP dilakukan oleh PIU melalui Panitia Pengadaan dengan cara sistem pengadaan ”shopping”, yaitu pembelian barang atau input produksi dengan menggunakan metode pemilihan langsung dari penawaran terendah dengan kualitas sesuai spesifikasi yang disyaratkan dari minimal 3 rekanan perusahaan sebagai pembanding. Proses pengadaan BIP ini agar dilaksanakan transparan, tidak KKN, mengutamakan produk dalam negeri dan tepat waktu dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku.

f) Penyaluran BIP

Tahapan berikutnya adalah penyaluran Bantuan Input Produksi dengan rincian sebagaimana terdapat pada Lampiran 2. Penyaluran Bantuan Input Produksi dilakukan oleh PIU kepada Pokmaman untuk diberikan kepada masing-masing anggotanya yang sudah ditetapkan dan dilatih terlebih dahulu. Pelaksanaan penyaluran dan pemanfaatan Bantuan Input Produksi kepada pembudidaya ikan dimonitor oleh PPBM dan diawasi secara ketat oleh LSM dan tim supervisi dari PIU dan PMO.

g) Pembinaan

(41)

h) Monitoring dan Evaluasi

(42)

3

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di dua kecamatan pesisir pada Kabupaten Karawang yang telah menerima bantuan program pemberdayaan masyarakat, yaitu: Kecamatan Tirtajaya dan Kecamatan Cilamaya Wetan, sebagaimana terlihat pada Gambar 3. Penelitian dilaksanakan selama empat bulan, yaitu pada bulan April s.d. Juli 2013. Survei pendahuluan dilaksanakan pada bulan April, pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Mei, dan pada bulan Juni hingga Juli untuk pengolahan data dan analisis data.

(43)

Metode Penelitian

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode survai, yaitu mengadakan penyelidikan untuk mendapatkan fakta-fakta dari gejala yang ada dihubungkan dengan kondisi faktual dari daerah dimana lokasi penelitian itu berada (Nazir, 2003). Metode survai juga bertujuan untuk mengumpulkan data dari sejumlah variabel pada suatu kelompok masyarakat melalui wawancara langsung dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dirancang dan dipersiapkan sebelumnya (Singarimbun dan Effendi, 1995). Obyek penelitian dipilih secara sengaja (purposive sampling). Dalam penelitian ini, responden yang diambil sebagai sampel penelitian yaitu 100 orang pembudidaya bandeng penerima bantuan program pemberdayaan masyarakat yang berada di Kecamatan Tirtajaya dan Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang.

Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif, serta data primer dan data sekunder. Data kualitatif adalah data yang berupa pendapat (pernyataan) atau judgement sehingga tidak berupa angka akan tetapi berupa kata-kata atau kalimat (Effendy, 2010). Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengungkapkan fakta-fakta di lapangan terkait pelaksanaan program pemberdayaan dan untuk perumusaan strategi perbaikan yang akan disarankan. Sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengidentifikasi kesesuaian pelaksanaan dan capaian tujuan serta mengidentifikasi pengaruh variabel pelaksanaan terhadap pencapaian tujuan program pemberdayaan.

Data primer untuk indikator ekologi, khususnya kualitas air diperoleh melalui pengukuran langsung di lapangan, dan untuk indikator ekonomi serta sosial diperoleh dari hasil wawancara langsung di lapangan dengan berpedoman pada kuesioner yang telah dipersiapkan. Beberapa variabel fisika dan kimia dalam kualitas air yang dipilih untuk diukur dalam penelitian ini, meliputi: suhu, oksigen terlarut (Disolved Oxygen/DO), salinitas, derajat keasaman (pH), dan amoniak (ammonia/NH4), sebagaimana terlihat pada Tabel 2. Pengukuran suhu, DO, salinitas, pH, dan NH4 tersebut dilakukan pada dua stasiun di dalam lahan tambak milik pembudidaya penerima bantuan terpilih.

Tabel 2. Parameter, peralatan dan tempat analisis

Parameter Satuan Alat Tempat

Suhu °C Termometer Hg Insitu

DO mg/l DO meter Insitu

Salinitas ‰ Salinometer Insitu

pH - pH meter Insitu

NH4 mg/l Spectrofotometer Lab

(44)

dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karawang. Jenis dan sumber data penelitian terdapat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jenis dan sumber data penelitian

No Tujuan

 Dalam dimensi ekonomi : peningkatan produksi

Sampel ditentukan sebanyak 100 responden dari jumlah anggota kelompok pembudidaya bandeng penerima bantuan sebanyak 313 orang. Penentuan jumlah sampel ini telah memenuhi ukuran keterwakilan, dikarenakan mengacu pada rumus Slovin dengan tingkat kepercayaan 90% atau taraf signifikansi 0,10, jumlah sampel yang dipersyaratkan adalah minimal 76 orang, sebagai berikut:

(45)

dibulatkan 76 Keterangan:

n = jumlah sampel yang dicari N = jumlah populasi

e = tingkat kesalahan dalam pengambilan sampel (= 0,1)

Analisis Data

Data primer dan sekunder yang telah diperoleh, selanjutnya dilakukan analisis dengan memperhatikan tiga tujuan penelitian, yaitu: menilai kesesuaian pelaksanaan dan capaian tujuan melalui penilaian Indeks Pelaksanaan Program dan Indeks Pencapaian Tujuan, mengidentifikasi pengaruh variabel pelaksanaan sebagaimana disebutkan dalam pedoman program pemberdayaan terhadap capaian tujuan program pemberdayaan, dan merumuskan pengembangan strategi kedepan sehingga pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat pesisir dapat terlaksana dan berlanjut secara efektif. Tahapan kegiatan dan analisis dalam penelitian ini mencakup: 1) penetapan variabel dan skala penilaian kesesuaian pelaksanaan, 2) penetapan variabel dan skala penilaian atas capaian tujuan, 3) penyusunan dan pendistribusian kuesioner, 4) rekapitulasi hasil kuesioner, 5) penilaian atas

kesesuaian pelaksanaan dan capaian tujuan program pemberdayaan, 6) pengidentifikasian pengaruh variabel pelaksanaan terhadap variabel capaian

tujuan, dan 7) perumusan pengembangan strategi kedepan.

Variabel dan Skala Penilaian Kesesuaian Pelaksanaan

Dengan mendasarkan pada pedoman program pemberdayaan, berupa Pedoman Teknis PUMP-PB (Ditjen Perikanan Budidaya, 2012), dan Pedoman Pemberian Input Produksi kepada Pembudidaya Ikan Penerima Manfaat Proyek Safver (Ditjen Perikanan Budidaya, 2009), kesesuaian pelaksanaan dinilai berdasarkan enam variabel pelaksanaan, meliputi: lama pengalaman pembudidaya, intensitas kejadian kekeringan, aksesbilitas/jarak pembelian benih, ketepatan waktu penyaluran, kecukupan jumlah bantuan benih, dan aktivitas pendampingan.

a. Lama Pengalaman budidaya

Berdasarkan hasil penelitian Max Planck Institute for Demographic Research Germany yang dilakukan oleh Skirbekk (2003), menunjukkan bahwa penurunan kemampuan kognitif pekerja yang lebih tua dapat menyebabkan rendahnya produktivitas, terkecuali pengalaman mereka lebih lama. Analisis dalam penelitian ini membagi pengalaman pembudidaya menjadi tiga kelompok. Semakin lama pengalaman budidaya penerima bantuan, semakin tinggi perolehan skornya, yaitu: kelompok dengan pengalaman kurang dari 2 tahun dengan skor 1, kelompok dengan pengalaman antara 2 s.d. 4 tahun dengan skor 2, dan kelompok dengan pengalaman lebih dari 4 tahun dengan skor 3.

b. Intensitas kejadian kekeringan

(46)

daerah dengan musim kemarau panjang. Hal ini dimaksudkan agar air tambak tidak mengalami peningkatan salinitas yang terlalu besar (Sudradjat et al., 2011). Walaupun bandeng mampu hidup pada kisaran salinitas tinggi, tetapi kestabilan salinitas perlu dijaga agar bandeng dapat tumbuh secara optimal. Dalam analisis penilaian yang dilakukan, semakin rendah intensitas kejadian kekeringan, maka akan semakin baik atau semakin tinggi perolehan skornya. Intensitas kejadian kekeringan dua kali/setahun memperoleh skor 1, intensitas kejadian kekeringan satu kali/setahun memperoleh skor 2, dan terhindar dari kejadian kekeringan dengan skor tertinggi atau skor tiga.

c. Aksesbilitas/jarak pembelian benih

Kriteria pemilihan calon lokasi penerima bantuan sebagaimana disebutkan dalam Pedoman Pemberian Input Produksi Proyek Safver (Ditjen Perikanan Budidaya, 2009) adalah aksesbilitas lokasi yang cukup baik. Salah satu indikator yang dipilih dalam analisis ini adalah jarak untuk pembelian benih. Jika pembelian benih dilakukan di daerah lain yang jauh, terdapat risiko kematian benih yang semakin besar dan diperlukan proses adaptasi yang lebih lama untuk mempertahankan tingkat vitalitas benih, disamping harga benihnya menjadi lebih tinggi. Analisis ini membagi interval nilai atas jarak pembelian benih menjadi tiga kelompok, yaitu: jarak untuk pembelian benih lebih dari 20 km dengan skor 1, jarak antara 10 s.d. 20 km dengan skor 2, dan jarak kurang dari 10 km dengan skor 3.

d. Ketepatan waktu penyaluran

Penyaluran BLM/BIP dilaksanakan setelah semua dokumen administrasi penetapan kelompok terselesaikan. Pemanfaatannya digunakan bagi kegiatan budidaya dalam masa pemeliharaan yang telah direncanakan, yaitu paling lambat 30 hari setelah dana/sarana (termasuk benih) diterima oleh kelompok penerima bantuan (Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2012). Pada umumnya, nener yang ditebar masih sangat peka terhadap perubahan lingkungan, oleh karenanya untuk mendapatkan hasil yang baik, penebaran nener harus dilakukan tepat waktu, yaitu dengan memperhatikan musim tanam (Sudradjat, 2011).

Analisis dalam penelitian ini membagi interval penilaian dari indikator ketepatan waktu penyaluran menjadi dua, yaitu skor 1 untuk waktu penyaluran benih bantuan tidak sesuai musim tanam, dan skor 3 untuk waktu penyaluran benih bantuan sesuai musim tanam, yang berdasarkan kebiasaan pembudidaya di pesisir Kabupaten Karawang adalah pada bulan September hingga bulan Oktober.

e. Kecukupan jumlah bantuan benih

(47)

Penilaian kecukupan jumlah bantuan benih, dilakukan dengan membandingkan jumlah benih bantuan yang diberikan dengan jumlah benih yang biasa ditebar pembudidaya pada musim tanam sebelum menerima bantuan. Diharapkan jumlah bantuan benih yang diberikan oleh program melebihi jumlah benih yang ditebar pembudidaya, sehingga terjadi peningkatan kemampuan usaha dari pembudidaya. Semakin besar prosentase perbandingannya, maka skor yang didapatkan akan semakin tinggi. Skor 1 untuk jumlah benih bantuan yang menurun (<90%) jika dibandingkan dengan jumlah benih yang biasa ditebar pembudidaya sebelumnya, skor 2 untuk jumlah benih bantuan yang sama/tetap dengan jumlah benih yang biasa ditebar, dan skor 3 bila jumlah benih yang diterima oleh pembudidaya meningkat dibandingkan dengan jumlah benih yang biasa ditebar sebelumnya.

f. Aktivitas pendampingan

Pendampingan terhadap kelompok penerima bantuan merupakan kegiatan yang penting dan menentukan keberhasilan program pemberdayaan. Dengan adanya pendampingan, maka kemampuan dan ketrampilan pembudidaya dapat meningkat, wawasan manajemennya berkembang, pola kerjanya lebih efisien, serta usahanya lebih produktif dan keuntungan diharapkan dapat lebih meningkat. Oleh karena itu kelompok penerima bantuan perlu didampingi Tenaga Pendamping dan Pembina Teknis untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan dibidang budidaya ikan serta sikap perilaku yang baik agar usahanya bisa berkembang, maju dan mandiri (Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2012). Proses pendampingan yang telah dilakukan oleh tenaga pendamping mencakup tiga kegiatan pendampingan, yaitu: pendampingan pembuatan proposal, pelatihan teknis budidaya, dan pembinaan manajemen usaha.

Variabel dan Skala Penilaian Atas Capaian Tujuan

Penilaian atas capaian tujuan juga didasarkan atas tujuan program pemberdayaan sebagaimana dinyatakan dalam Pedoman Teknis PUMP-PB (Ditjen Perikanan Budidaya, 2012) maupun Pedoman Pemberian Input Produksi kepada Pembudidaya Ikan Penerima Manfaat Proyek Safver (Ditjen Perikanan Budidaya, 2009), yaitu adanya peningkatan dalam tiga dimensi, yaitu ekonomi, sosial dan ekologi. Variabel capaian tujuan dalam dimensi ekologi berupa peningkatan kualitas lingkungan, dalam dimensi ekonomi berupa peningkatan produksi budidaya, dan dalam dimensi sosial berupa penguatan kelembagaan kelompok.

a. Peningkatan kualitas lingkungan

Gambar

Gambar  1. Kerangka pikir penelitian
Gambar 2. Morfologi ikan bandeng
Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian
Tabel 3. Jenis dan sumber data penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sanggahan hanya dapat diajukan apabila terjadi hal-hal sebagaimana diatur pada lampiran III Perpres 54 Tahun 2010 Tanggal 6 Januari 2010. PANITIA PENGADAAN BARANG./ JASA

Sanggahan hanya dapat diajukan apabila terjadi hal-hal sebagaimana diatur pada lampiran III Perpres 54 Tahun 2010 Tanggal 6 Januari 2010. PANITIA PENGADAAN BARANG./ JASA

 Bagian Administrasi Program Studi S2 Ilmu Ekonomi Wewenang :  Melakukan Proses Permohonan Dosen. Pembimbing Penyusunan Tesis

Fakta yang diperoleh selama ini menunjukkan bahwa seorang muslim yang memiliki dasar aqidah yang kuat sehingga melahirkan pribadi yang berakhlak

Berdasarkan hasil Seleksi Umum dengan ini diumumkan Pemenang untuk Perencanaan Feasibility Study Pembangunan Terminal AKDP di Bengkayang adalah sebagai berikut:.

--- Pada hari ini selasa tanggal tujuh belas bulan Maret tahun dua ribu lima belas, berdasarkan Surat Perintah Koorsripim Polri Nomor : Sprin/21/I/2015 tanggal 16

Dalam Daftar Negatif Investasi (DNI) sebelumnya bidang usaha yang dicadangkan untuk Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK), sebanyak 139 bidang

yang terburuk, kegagalan dalam pemenuhan kewajiban tersebut, baik sebagai akibat dari tindakan wan prestasi (1243 KUHPerdata) ataupun Perbuatan Melawan Hukum (1365 KUH Pedata)