• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Penyerapan Tenagakerja Secara Regional Di Provinsi Sumatera Barat ( Periode Tahun 2009- 2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Penyerapan Tenagakerja Secara Regional Di Provinsi Sumatera Barat ( Periode Tahun 2009- 2013)"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI

PENYERAPAN TENAGAKERJA SECARA REGIONAL DI PROVINSI

SUMATERA BARAT

(PERIODE TAHUN 2009-2013)

ROSY NOVIZA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

i

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Penyerapan Tenagakerja secara Regional di Provinsi Sumatera Barat (Periode Tahun 2009-2013) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

ROSY NOVIZA. Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Penyerapan Tenagakerja secara Regional di Provinsi Sumatera Barat ( Periode Tahun 2009-2013). Dibimbing oleh MUHAMMAD FINDI ALEXANDI.

Pembangunan ekonomi pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Pelaksanaan pembangunan khususnya di bidang ekonomi tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan kesempatan kerja. Pertumbuhan setiap sektor ekonomi perlu ditingkatkan di Provinsi Sumatera Barat sebagai salahsatu solusi dalam mengurangi masalah ketenagakerjaan. Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan gambaran tentang penyerapan tenagakerja di Provinsi Sumatera Barat serta menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi penyerapan tenagakerjanya. Data yang digunakan berbentuk data panel tahunan (2009-2013) terdiri dari jumlah tenagakerja merupakan variabel terikat, sedangkan variabel bebasnya yaitu PDRB riil, upah rill, dan harga secara keseluruhan diambil dari 19 kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Barat. Metode analisis yang digunakan yaitu metode analisi regresi data panel. Hasil penelitian menunjukkan selama tahun 2009-2013 penyerapan tenagakerja secara umum mengalami peningkatan per kabupaten dan kota. Variabel PDRB riil berpengaruh signifikan positif sedangkan upah riil berpengaruh signifikan negatif terhadap penyerapan tenagakerja di Provinsi Sumatera Barat.

Kata kunci: Data Panel, PDRB, Harga, Tenagakerja, Upah ABSTRACT

ROSY NOVIZA. Analysis of Factors Affecting of Labor Absorption on a Ragional Basis in West Sumatra Province (period 2009-2013). Supervised by MUHAMMAD FINDI ALEXANDI.

(5)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI

PENYERAPAN TENAGAKERJA SECARA REGIONAL DI

PROVINSI SUMATERA BARAT

(PERIODE TAHUN 2009-2013)

ROSY NOVIZA

Skripsi

Sebagai salahsatu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Pada

Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)
(9)

vii

PRAKATA

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tak lupa salawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi dan Rasul termulia Muhammad SAW beserta keluarganya dan sahabatnya yang setia hingga akhir zaman.

Skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Penyerapan Tenagakerja secara Regional di Provinsi Sumatera Barat ( Periode Tahun 2009-2013)”, ini merupakan salahsatu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Institut Pertanian Bogor. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi penyerapan tenagakerja secara regional di Provinsi Sumatera Barat.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua dan keluarga penulis, yakni Ayah Drs. Kardinal, M.M. dan Ibu Helwa S.Pd.SD. serta kakak Romy Sastra dan adik tercinta dari penulis Roviko Seprinal dan Roviko Dio Petri atas segala doa dan dukungan yang selalu diberikan. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Muhammad Findi A, M.E. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan, saran dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si. selaku dosen penguji utama dan Dr. Syamsul Hidayat Pasaribu, M.Si. selaku dosen penguji dari komisi pendidikan atas saran dan kritik yang telah diberikan untuk perbaikan skripsi.

3. Para dosen, staf, dan seluruh civitas akademika Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis.

4. Sahabat terbaik Intan Bareno, Olivia, Melga, Haridul, Nia, Hilda, Wiwi, Sri, Eyis, Tia, Tari, Cipta, Ziga, Titin, Suchy, Sastra, Suci Dara, Faris, Ulfa, Heri, Fadli yang telah memberikan motivasi dan doa.

5. Teman satu bimbingan, Widya, Zulfa, Kemal, Rachmat yang telah memberikan masukan dan doa.

6. Teman-teman Ilmu Ekonomi 48, Ratih, Siti Karimah, Asia, Debrina, Riana, Ginawati, Aulia, Vita Nayunda, Neva, Dendy, Sauqi, Nuraryani, dan yang lainnya atas dukungan dan motivasinya.

7. Semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2015

(10)
(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 4 Manfaat Penelitian 4 Ruang Lingkup Penelitian 4 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Konsep Tenagakerja 4 Teori Permintaan Tenagakerja 5 Tingkat Penyerapan Tenagakerja 7 Penelitian Terdahulu 8 Kerangka Pemikiran 10 Hipotesis Penelitian 10 METODE PENELITIAN ... 11

(12)

Gambaran Penyerapan Tenagakerja secara Regional di Provinsi Sumatera Barat

Tahun 2009-2013 18

Hasil Analisis Model Regresi 20

Hasil Estimasi Model 20

Uji Asumsi Klasik 21

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penyerapan Tenagakerja di Provinsi

Sumatera Barat Tahun 2009-2013 21

SIMPULAN DAN SARAN ... 22

Simpulan 22

Saran 23

(13)

xii

DAFTAR TABEL

1. Keadaaan ketenagakerjaan di Provinsi Sumatera Barat tahun 2009-2013 2 2. Penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama

tahun 2009-2013 3

3. Selang nilai statistik Durbin-Watson serta keputusannya 15 4. Penyerapan tenagakerja secara regional di Provinsi Sumatera Barat (dalam

jiwa) 19

5. Hasil estimasi faktor-faktor yang memengaruhi penyerapan tenagakerja secara regional di Provinsi Sumatera Barat tahun 2009-2013 20

DAFTAR GAMBAR

1. Permintaan tenagakerja dengan tingkat upah tetap ... 6 2. Permintaan tenagakerja dengan tingkat upah menurun ... 6 3. Kerangka pemikiran penelitian ... 10

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data jumlah tenagakerja di Provinsi Sumatera Barat 25

Lampiran 2 Data PDRB riil dan PDRB nominal 26

Lampiran 3 Data Upah riil 27

Lampiran 4Data Harga (GRDP deflator) 27

Lampiran 5 Uji PLS dan Uji REM 28

Lampiran 6 Uji FEM 29

Lampiran 7 Uji Chow 29

(14)
(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan ekonomi pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Pelaksanaan pembangunan khususnya di bidang ekonomi tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan kesempatan kerja. Kesempatan kerja, kuantitas serta kualitas tenagakerja menjadi indikator penting dalam pembangunan ekonomi, karena mempunyai fungsi yang menentukan dalam pembangunan, yaitu : (1) tenagakerja sebagai sumber daya untuk menjalankan proses produksi dan distribusi barang dan jasa, dan (2) tenagakerja sebagai sarana untuk menimbulkan dan mengembangkan pasar. Kedua fungsi tersebut memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus dalam jangka panjang, atau dapat dikatakan bahwa tenagakerja merupakan motor penggerak dalam pembangunan (Suroto 1992) dalam tulisan Prihartanti (2007).

Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang. Bertujuan menciptakan pertumbuhan dan peningkatan sumberdaya manusia dimana negara Indonesia secara potensial mampu mengembangkan sumberdaya manusianya, untuk peningkatan dalam penyerapan tenagakerja nasional dan regional.

Bidang ketenagakerjaan merupakan salahsatu hal yang sangat esensial dalam usaha memajukan perekonomian bangsa (Akmal 2010). Perekonomian bangsa terlihat maju dilihat dari kualitas tenagakerjanya dan pertumbuhan ekonominya serta lapangan pekerjaan yang tersedia, apakah lapangan kerja tersedia tersebut sesuai dengan yang diinginkan sang pencari kerja serta dapat mempraktekkan ilmu yang sudah di dapat selama dididik, dan kualitas diri seorang pencari kerja dapat menunjang peningkatan hasil produksi negara dan lainnya sehingga perekonomian nasional menjadi maju dan pendapatan perkapita penduduk meningkat setiap periodenya dan penyerapan tenagakerjanya.

Kesempatan kerja merupakan salahsatu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara (Akmal 2010). Kesempatan kerja dipengaruhi oleh faktor upah tenagakerja, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dan harga. Adanya kesempatan kerja merupakan peluang bagi masyarakat untuk melakukan kegiatan ekonomi yang menjadi sumber pendapatan sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup pribadi dan keluarga.

(16)

2

Tabel 1 Keadaaan ketenagakerjaan di Provinsi Sumatera Barat tahun 2009-2013

No Jenis Kegiatan Tahun

2009 2010 2011 2012 2013

1 Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas (ribu jiwa) 3 056.3 3 306.3 3 344.4 3 956.2 3 523.2 2 Angkatan Kerja (ribu jiwa) 2 289.1 2 194 2 213.5 2 250.8 2 216.7

a. Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja (%) 66.5 93.1 66.2 62.9 62.9

b. Bekerja (ribu jiwa) 1 426.2 2 041.5 2 070.7 2 099.9 2 061.1 c.Penganguran Terbuka

(ribu jiwa) 95.6 152.6 142.8 150.9 155.6

d.Tingkat Pengangguran

Terbuka (%) 6.3 6.9 6.5 6.7 7.0

3 Bukan Angkatan Kerja (ribu jiwa) 767.3 1 112.2 1 130.8 1 201.1 1 269.8 a. Sekolah (ribu jiwa) 204.7 384.3 315.7 363.4 346.9 b. Mengurus Rumah

Tangga (ribu jiwa) 417.7 567.6 599.9 624.2 663.3 c. Lainnya (ribu jiwa) 144.9 196.3 215.2 215.2 259.5

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010, 2011, 2012, 2013, dan 2014.

Berdasarkan tabel 1 dijelaskan tentang keadaan ketenagakerjaan di Sumatera Barat tahun 2009 sampai dengan 2013 atau lima tahun terakhir. Mengacu pada indikator jumlah penduduk berumur 15 tahun ke atas setiap tahunnya meningkat, peningkatan signifikan dari tahun 2011 ke tahun 2012 sebesar 611.8 ribu jiwa. Namun terjadi penurunan pada tahun 2013 sebesar 433 ribu jiwa. Jumlah angkatan kerja setiap tahunnya lima periode terakhir tahun 2009 sampai dengan 2013 juga mengalami fluktuatif yaitu penurunan pada tahun 2010, meningkat lagi tahun 2011 namun terjadi penurunan lagi pada tahun 2013, sedangkan jumlah bukan angkatan kerja terjadi peningkatan yang signifikan dari tahun 2011 ke 2012 sebesar 574 ribu jiwa dan penurunan tahun 2013 sebesar 398.9 ribu jiwa, lebih dari setengah peningkatan pada tahun 2012.

(17)

3

Tabel 2 Penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama tahun 2009-2013 Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010, 2011, 2012, dan 2013. Catatan: *) Pertambangan dan Penggalian, Listrik, Gas dan Air, Bangunan, Angkutan, Keuangan, Pergudangan, Komunikasi, Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan.

Berdasarkan pemaparan singkat sebelumnya yang akan menjadi dasar penulis dalam melanjutkan penelitian tentang analisis faktor-faktor yang memengaruhi penyerapan tenagakerja secara Regional di Provinsi Sumatera Barat.

Perumusan Masalah

Permasalahan utama dalam ketenagakerjaan Indonesia terletak pada tingkat kesempatan kerja (Akmal 2010). Provinsi Sumatera Barat belum mampu memperluas lapangan kerja terlihat dari keadaan ketenagakerjaan di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2013 menunjukkan adanya penurunan jumlah angkatan kerja dan penduduk yang bekerja serta peningkatan jumlah pengangguran. Jumlah pengangguran tahun 2013 meningkat sebanyak 8,5 ribu orang jika dibandingkan dengan keadaan tahun 2012, dan meningkat sebanyak 7,9 ribu orang dibandingkan dengan keadaan tahun 2011. Meningkatnya jumlah pengangguran pada periode 2012-2013 merupakan kontribusi dari meningkatnya jumlah pengangguran laki-laki yang tercatat mengalami peningkatan sebanyak 11,3 ribu orang, sedangkan jumlah penganggur perempuan justru turun sebanyak 2,9 ribu orang.

Provinsi Sumatera Barat yang masih di domniasi oleh sektor pertanian dalam penyerapan tenagakerjanya dan sedikit kesempatan bagi pencari kerja di sektor-sektor lain disebabkan ketebatasan kesempatan tersebut inilah yang penyebab pengangguran yang setiap tahun hampir meningkat di Provinsi Sumatera Barat.

Berdasarkan uraian di atas khususnya terkait penyerapan tenagakerja di Provinsi Sumatera Barat dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran kondisi penyerapan tenagakerja secara reginoal di Provinsi Sumatera Barat ?

(18)

4

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui gambaran kondisi penyerapan tenagakerja secara regional di Provinsi Sumatera Barat

2. Menganalisis pengaruh PDRB riil, upah riil dan harga terhadap penyerapan tenagakerja secara regional di Provinsi Sumatera Barat

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapakan dapat memberikan informasi tentang gambaran mengenai penyerapan tenagakerja secara regional di Provinsi Sumatera Barat yang dipengaruhi oleh PDRB riil, upah riil dan harga sehingga dapat dijadikan acuan oleh pemerintah dalam mengatasi masalah ketenagakerjaan. Selain itu penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan tambahan bagi masyarakat dan sebagai bahan kepustakaan bagi penelitian lebih lanjut.

Ruang Lingkup Penelitian

Indikator dalam penelitian ini adalah jumlah tenagakerja di Provinsi Sumatera Barat selama tahun 2009 hingga 2013 dengan menganalisis variabel-variabel bebas yang diduga memengaruhi penyerapan tenagakerja, yaitu PDRB riil, upah riil dan harga.

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Tenagakerja

Tenagakerja adalah penduduk dengan batas umur minimal 10 tahun tanpa batas maksimal (Simanjuntak 2001) dalam tulisan Setiawan (2010). Berdasarkan hal tersebut pencari kerja di Indonesia berumur 10 tahun atau lebih, dan batas minimal mencari kerja adalah umur 10 tahun. Tenagakerja terdidik adalah tenagakerja yang memiliki pendidikan cukup tinggi dan ahli dalam bidang tertentu (Sukirno 2003).

Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 1, tenagakerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah dan atau imbalan dalam bentuk lain.

(19)

5

Menurut BPS (2000), bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan tujuan memperoleh nafkah atau membantu memperoleh nafkah paling sedikit satu jam secara terus-menerus selama seminggu yang lalu. Sementara yang dimaksud dengan mencari pekerjaan adalah upaya yang dilakukan untuk memperoleh pekerjaan. Penduduk yang mencari pekerjaan dibagi menjadi penduduk yang pernah bekerja dan penduduk yang belum penuh bekerja.

Penduduk yang tidak aktif secara ekonomi digolongkan dalam kelompok bukan angkatan kerja yang terdiri dari kelompok mereka yang bersekolah, kelompok yang mengurus rumah tangga yaitu mereka yang mengurus rumah tangga tanpa memperoleh upah dan golongan lainnya (DEPNAKERTRANS 2007). Golongan yang masih bersekolah dan yang mengurus rumah tangga sewaktu-waktu dapat masuk ke pasar kerja sehingga kelompok ini dapat juga disebut sebagai angkatan kerja potensial. Sektor formal didefinisikan sebagai usaha yang dimiliki badan usaha dengan memiliki tenagakerja, sedangkan sektor informal adalah usaha yang dilakukan sendiri atau dibantu orang lain dan atau pekerja bebas serta pekerja yang tak dibayar.

Teori Permintaan Tenagakerja

Teori permintaan tenagakerja adalah teori yang menjelaskan seberapa banyak suatu perusahaan akan mempekerjakan tenagakerja dengan berbagai tingkat upah pada suatu periode tertentu. Permintaan atas tenagakerja berlainan dengan permintaan konsumen terhadap barang dan jasa. Orang membeli barang karena barang tersebut memberikan kegunaan kepada pembeli. Akan tetapi bagi pengusaha, mempekerjakan seseorang bertujuan untuk membantu memproduksi barang atau jasa untuk dijual kepada konsumen. Dengan kata lain, pertambahan permintaan pengusaha terhadap tenagakerja tergantung dari pertambahan permintaan masyarakat terhadap barang yang diproduksinya. Oleh karena itu, permintaan akan tenagakerja merupakan permintaan turunan (derived demand) (Simanjuntak 1998).

Fungsi permintaan tenagakerja biasanya didasarkan kepada teori neoklasik, dimana dalam ekonomi pasar diasumsikan bahwa seorang pengusaha tidak dapat memengaruhi harga (price taker). Dalam hal memaksimalkan laba, pengusaha hanya dapat mengatur berapa jumlah karyawan yang dapat dipekerjakan.

Fungsi permintaan suatu perusahaan akan tenagakerja didasarkan pada : (1) tambahan hasil marjinal yaitu tambahan hasil (output) yang diperoleh pengusaha dengan penambahan seorang pekerja. Tambahan hasil tersebut dinamakan tambahan hasil marjinal atau marjinal physical product dari tenagakerja (MPPL), (2) penerimaan marjinal yaitu jumlah uang yang akan diperoleh pengusaha dengan tambahan hasil marjinal tersebut. Jumlah uang ini dinamakan penerimaan marjinal atau marjinal revenue (MR). Penerimaan marjinal disini merupakan besarnya tambahan hasil marjinal dikalikan dengan harga per unit, sehingga MR = VMPPL = MPPL . P, dan (3) biaya marjinal yaitu jumlah biaya yang dikeluarkan pengusaha dengan mempekerjakan tambahan seorang karyawan, dengan kata lain upah karyawan tersebut.

(20)

6

sehingga pengusaha akan terus menambah jumlah karyawan selama MR lebih besar dari tingkat upah (w) (Simanjuntak, 1998). Peningkatan permintaan pengusaha terhadap tenagakerja tergantung dari pertambahan permintaan masyarakat terhadap barang yang dikonsumsinya. Semakin tinggi permintaan masyarakat akan barang-barang yang dihasilkan oleh sektor industri, maka jumlah tenagakerja yang diminta oleh suatu perusahaan akan semakin meningkat dengan asumsi tingkat upah tetap. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Sumber: Bellante dan Jackson, 1990

Gambar 1 Permintaan tenagakerja dengan tingkat upah tetap Keterangan :

VMPP = Value Marginal Physical Product of Labor (Nilai Pertambahan Hasil Marjinal Tenagakerja)

P = Harga jual barang per unit DL = Permintaan Tenagakerja

W = Upah

L = Tenagakerja

Peningkatan jumlah tenagakerja oleh perusahaan tidak dilakukan untuk jangka pendek, walaupun permintaan masyarakat terhadap produk yang dihasilkan tinggi. Dalam jangka pendek, perusahaan akan lebih mengoptimalkan jumlah tenagakerja yang ada dengan penambahan jam kerja atau penggunaan mekanisasi, sedangkan dalam jangka panjang, kenaikan jumlah permintaan masyarakat akan direspon oleh perusahaan dengan menambah jumlah tenagakerja yang dipekerjakan. Hal ini berarti terjadi peningkatan penyerapan tenagakerja baru. Suatu perusahaan akan melakukan penyesuaian penggunaan tenagakerja tergantung dari tingkat upahnya. Jika w mengalami penurunan, maka perusahaan akan meningkatkan jumlah tenagakerja yang dibutuhkan. Penurunan tingkat upah dapat dilihat pada Gambar 2.

Sumber: Bellante dan Jackson, 1990

(21)

7

Pada Gambar 2, kurva DL melukiskan besarnya nilai hasil marjinal tenagakerja (VMMPL) untuk setiap penggunaan tenagakerja. Dengan kata lain,menggambarkan hubungan antara tingkat upah (W) dan penggunaan tenagakerja yang ditunjukkan oleh titik L1, dan L*. Pada Gambar 2.3, terlihat bahwa pada kondisi awal tingkat upah berada pada W1 dan jumlah tenagakerja yang digunakan adalah L1. Jika tingkat upah di suatu perusahaan diturunkan menjadi W*, maka jumlah tenagakerja yang diminta meningkat menjadi L*.

Permintaan tenagakerja adalah hubungan antara tingkat upah dan kuantitas tenagakerja yang dikehendaki oleh majikan untuk dipekerjakan. Secara khusus, suatu kurva permintaan menggambarkan jumlah maksimum yang dikehendaki seorang pembeli untuk membelinya pada setiap kemungkinan harga dalam jangka waktu tertentu. Dalam hal tenagakerja, kurva permintaan menggambarkan jumlah maksimum tenagakerja yang seorang pengusaha bersedia untuk mempekerjakannnya pada setiap kemungkinan tingkat upah dalam jangka waktu tertentu (Jakckson 1983: 25).

Hukum Permintaan tenagakerja pada hakekatnya adalah semakin rendah upah dari tenagakerja maka semakin banyak permintaan dari tenagakerja tersebut. Apabila upah yang diminta besar, maka perusahaan akan mencari tenagakerja lain yang upahnya lebih rendah dari yang pertama. Hal ini karena dipengaruhi oleh banyak faktor, yang diantaranya adalah besarnya jumlah penduduk, harga dari tenagakerja (upah) dan skill yang dimiliki oleh tenagakerja tersebut. Selain itu, faktor-faktor eksternal seperti terjadinya krisis moneter juga sangat memengaruhi struktur penyerapan tenagakerja dalam suatu perekonomian (Galbraith dan Darity dalam Fudjaja 2002).

Kesempatan kerja adalah banyaknya orang yang dapat tertampung untuk bekerja pada suatu unit usaha atau lapangan pekerjaan (BPS 2003). Kesempatan kerja ini akan menampung semua tenagakerja apabila unit usaha atau lapangan pekerjaan yang tersedia mencukupi atau seimbang dengan banyaknya tenagakerja yang ada. Adapun lapangan pekerjaan adalah bidang kegiatan usaha atau instansi di mana seseorang bekerja atau pernah bekerja.

Tingkat Penyerapan Tenagakerja

Penyerapan tenagakerja didefinisikan sebagai jumlah tenagakerja yang terserap pada suatu sektor dalam waktu tertentu (Rahardjo 1984) dalam penelitian Prihartanti (2007). Penyerapan tenagakerja diturunkan dari fungsi produksi suatu aktivitas ekonomi. Produksi merupakan transformasi dari input atau masukan (faktor produksi) ke dalam output atau keluaran. Jika diasumsikan bahwa suatu proses produksi hanya menggunakan dua jenis faktor produksi yaitu tenagakerja (L) dan modal (K), maka produksinya adalah:

Qt = f(Lt, Kt) (1)

sedangkan persamaan keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan menurut model Neoklasik adalah sebagai berikut:

πt = TRt – TCt (2)

di mana:

TRt = Pt . Qt (3)

(22)

8

Tenagakerja (L) diukur dengan tingkat upah yang diberikan kepada pekerja (W) sedangkan untuk modal (K) diukur dengan tingkat suku bunga (r).

TCt = rt Kt + Wt Lt (4)

dengan mensubstitusi persamaan (1), (3), (4) ke persamaan (2) maka diperoleh :

πt = TR – TC (5)

Lt = permintaan tenagakerja Wt = upah tenagakerja

Pt = harga jual barang per unit Kt = Kapital (Investasi), rt = tingkat suku bunga Qt = output (PDRB).

Semua variabel tersebut di atas diukur pada waktu tertentu. Penelitian Terdahulu

Tinjauan empiris diperoleh dari beberapa pemaparan penelitian terdahulu sebagai berikut :

Akmal (2010) menganalisis tentang faktor-faktor yang memengaruhi penyerapan tenagakerja di Indonesia menggunakan metode analisis kuantitatif dengan regresi panel data. Hasil penelitian menunjukkan selama tahun 2003-2007, secara umum terjadi peningkatan jumlah tenagakerja di Indonesia. Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah merupakan provinsi yang memiliki tingkat penyerapan tenagakerja yang paling tinggi.

Variabel PDRB secara signifikan berpengaruh positif terhadap penyerapan tenagakerja, ceteris paribus. Variabel UMP secara signifikan juga berpengaruh positif terhadap penyerapan tenagakerja, ceteris paribus, namun hal ini bertolak belakang dengan hipotesis di mana UMP berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenagakerja. Kenaikan penyerapan tenagakerja akibat kenaikan UMP diduga lebih dirasakan pada kelompok tenagakerja kerja terdidik. Selain itu juga diduga akibat tingginya permintaan tenagakerja di sektor jasa-jasa, industri pengolahan, dan pertanian. Kenaikan investasi secara signifikan berpengaruh positif terhadap penyerapan tenagakerja, ceteris paribus.

Berdasarkan penelitian Prihartanti (2007) tentang analisis faktor-faktor yang memengaruhi penyerapan tenagakerja sektor industri di Kota Bogor. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder tahunan dari tahun 1994 sampai 2005. Data diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Tenagakerja, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor. Variabel yang digunakan dalam model ini adalah variabel upah, investasi, PDRB, jumlah perusahaan industri serta dummy krisis. Penelitian ini menggunakan analisis model regresi linier berganda dengan menggunakan OLS (Ordinary Least Squares).

(23)

9

upah, investasi, PDRB, jumlah unit usaha dan dummy krisis. Untuk variabel upah secara signifikan berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenagakerja sektor industri di Kota Bogor. Peningkatan upah di sektor industri yang tidak disertai dengan meningkatnya penerimaan yang diperoleh perusahaan akan menyebabkan penyerapan tenagakerja di sektor industri menurun.

Variabel investasi secara signifikan memberikan pengaruh yang positif terhadap penyerapan tenagakerja. Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan bahwa dengan meningkatnya nilai investasi, maka jumlah perusahaan yang bergerak pada sektor industri akan mengalami peningkatan sehingga menimbulkan peningkatan penyerapan akan tenagakerja pada sektor industri.

Variabel PDRB memberikan pengaruh yang positif terhadap penyerapan tenagakerja. Hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkat nilai PDRB di Kota Bogor pada sektor industri, maka dapat meningkatkan investor yang ingin menanamkan modalnya di Kota Bogor. Dengan semakin banyaknya investor di Kota Bogor akan menyebabkan terjadinya peningkatan penyerapan tenagakerja pada sektor industri.

Variabel jumlah unit usaha yang ada di Kota Bogor secara signifikan berpengaruh positif terhadap penyerapan tenagakerja khususnya pada sektor industri. Kondisi ini menunjukkan bahwa dengan berkembangnya perusahaan-perusahaan baru khususnya pada sektor industri akan mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah penyerapan tenagakerja di sektor tersebut.

Variabel dummy krisis telah memberikan pengaruh yang positif terhadap penyerapan tenagakerja pada sektor industri, yaitu dengan adanya krisis ekonomi akan menyebabkan penyerapan tenagakerja meningkat. Hal ini ditunjukkan ketika krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997 lalu berakhir, banyak karyawan Korban PHK yang mulai menciptakan lapangan pekerjaan baru seperti Industri Kecil, sehingga hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan akan penyerapan tenagakerja.

Sulistiawati (2012) dalam penelitiannya tentang pengaruh upah minimum terhadap penyerapan tenagakerja dan kesejahteraan masyarakat di provinsi di Indonesia. Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksplanatori, yaitu suatu penelitian yang menjelaskan hubungan kuasal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis. Hasil dari penelitian ini adalah Upah berpengaruh signifikan dan mempunyai hubungan yang negatif terhadap penyerapan tenagakerja.

Koefisien jalur yang bertanda negatif bermakna bahwa pengaruh upah terhadap penyerapan tenagakerja adalah tidak searah, artinya apabila terjadi kenaikan upah, maka berpotensi untuk menurunkan penyerapan tenagakerja, terutama tenagakerja yang produktivitasnya rendah. Penyerapan tenagakerja berpengaruh tidak signifikan dan mempunyai hubungan yang positif terhadap kesejahteraan masyarakat. Hal ini bermakna bahwa pengaruh penyerapan tenagakerja terhadap kesejahteraan masyarakat berjalan searah, artinya apabila penyerapan tenagakerja meningkat, maka akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

(24)

10

Adapun variabel independen dalam penelitian ini adalah PDRB sektor industri, upah minimum, jumlah unit usaha dan investasi, sedangkan variabel dependenya adalah penyerapan tenagakerja sektor industri manufaktur. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa secara simultan keempat variabel independen dalam penelitian berpengaruh terhadap variabel dependen. Sedangakan secara parsial variabel PDRB sektor industri dan jumlah unit usaha berpengaruh positif dan signifikan, adapun variabel Upah Minimum dan investasi secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penyerapan tenagakerja sektor industri manufaktur di Kabupaten Gresik.

Kerangka Pemikiran

Pengangguran menjadi salahsatu masalah di Indonesia khususnya Sumatera Barat, maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih yang akan dijabarkan pada Gambar 1 tentang alur penelitian. Penelitian ini memamparkan tentang pengaruh PDRB riil, Upah riil dan Harga terhadap penyerapan tenagakerja secara regional di Provinsi Sumatera Barat.

Gambar 3 Kerangka pemikiran penelitian

Hipotesis Penelitian

Dari permasalahan dan penelitian terdahulu maka penulis dapat menduga melalui hipotesis:

1. PDRB riil berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenagakerja secara regional di Provinsi Sumatera Barat.

Tenagakerja di Provinsi Sumatera Barat

Faktor-faktor yang Memengaruhi Penyerapan Tenagakerja secara

Regional di Provinsi Sumatera Barat

Gambaran Kondisi Penyerapan Tenagakerja secara Regional di Provinsi Sumatera Barat (2009-2013)

Implikasi Kebijakan

Harga PDRB Riil

(25)

11

2. Upah riil berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenagakerja secara regional di Provinsi Sumatera Barat.

3. Harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenagakerja secara regional di Provinsi Sumatera Barat.

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder berupa data panel, yaitu data yang terdiri dari dua jenis data : (1) time series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan selama lima tahun 2009-2013, sedangkan data cross section sebanyak sembilan belas yang menunjukkan jumlah kabupaten/kota di Sumatera Barat yang diteliti.

Sembilan belas kabupaten/kota tersebut adalah Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Solok, Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Agam, Kabupaten Limapuluh Kota, Kabupaten Pasaman, Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Pasaman Barat, Kota Padang, Kota Solok, Kota Sawah Lunto, Kota Padang Panjang, Kota Bukittinggi, Kota Payakumbuh, Kota Pariaman. Variabel-variabel ekonomi yang digunakan adalah tenagakerja, PDRB riil, Upah riil dan Harga.

Sumber data diperoleh dari berbagai instansi dan media terkait sesuai dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Adapun instansi dan media yang dimaksud adalah BPS, perpustakaan, artikel, dan internet.

Metode Pengolahan Data

Untuk menganalisis gambaran kondisi penyerapan tenagakerja secara regional di Provinsi Sumatera Barat dipresentasikan secara deskriptif. Untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi penyerapan tenagakerja secara regional di Provinsi Sumatera Barat digunakan metode analisis kuantitatif dengan analisis regresi panel data. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Excel dan E-views 6.1. Hasil pengolahan data dan penjelasan analisisnya dipaparkan dalam bab pembahasan.

Regresi Panel Data

Data panel (pooled data) atau disebut juga data longitudinal merupakan gabungan antara data cross section dan data time series. Data cross section adalah data yang dikumpulkan dalam satu waktu terhadap banyak individu, sedangkan data time series adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu terhadap suatu individu (Gujarati 2003).

(26)

12

1. Dengan mengkombinasikan data time series dan cross section dalam data panel membuat jumlah observasi menjadi lebih besar. Dengan menggunakan model data panel merginal effect dari peubah penjelas dilihat dari dua dimensi (individu dan waktu) sehingga parameter yang disestimasi akan lebih akurat dibandingkan model lain. Secara teknis menurut Hsiao (2004), data panel dapat memberikan data yang informatif, mengurangi kolinearitas antar peubah serta meningkatkan derajat kebebasan yang artinya meningkatkan efisiensi. 2. Penggunaan panel data adalah mengurangi masalah identifikasi. Data panel

lebih baik dlaam mengidentifikasi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak dapat diatasi dalam data cross section saja atau time series saja. Data panel mampu mengontrol heterogenitas individu. Dengan metode ini estimasi yang dilakukan dapat secara eksplisit memasukan unsur heterogenitas individu.

Metode Fixed Effect

Fixed Effect Model (FEM) muncul ketika antara efek individu dan peubah penjelas memiliki korelasi dengan Xit atau memiliki pola yang sifatnya tidak acak (Firdaus 2011:192).

Estimasi pada metode Fixed Effect (efek tetap) dapat dilakukan dengan pembobot (cross section weight) atau General Least Square (GLS) atau tanpa pembobot (no weighted) atau Least Square Dummy Variabel (LSDV). Tujuan dilakukannya pembobotan adalah untuk mengurangi heterogenitas antar unit cross section (Gujarati 2003). Kesulitan terbesar dalam pendekatan metode kuadrat terkecil biasa adalah adanya asumsi intersep dan slope dari persamaan regresi yang dianggap konstan, baik antar daerah maupun antar waktu yang mungkin tidak beralasan.

Generalisasi secara umum sering dilakukan dengan memasukkan variabel boneka (dummy variabel) untuk memungkinkan terjadinya perbedaan nilai parameter yang berbeda-beda baik lintas unit cross section maupun antar waktu. Pendekatan dengan memasukkan variabel boneka ini dikenal dengan sebutan model efek tetap (fixed effect) atau Least Square Dummy Variabel atau disebut juga Covariance Model. Secara umum, pendekatan fixed effect dapat dituliskan sebagai berikut :

Yit = αi + xjitβj + + εi (1)

di mana:

yit = variabel terikat di waktu t untuk unit cross section i

αi = intersep yang berubah-ubah antar cross section unit xjit = variabel bebas j di waktu t untuk unit cross section i

βj = parameter untuk variabel ke j

εit = komponen error di waktu t untuk unit cross section i

(27)

13

FN+T-2,NT-N-T = ESS1 - ESS2 / NT-1 (2) ESS2 / NT-N-K

dimana ESS1 dan ESS2 adalah jumlah kuadrat sisa dengan menggunakan metode kuadrat kecil biasa dan model efek tetap, sedangkan statistik F mengikuti distribusi F dengan derajat bebas NT-1 dan NT-N-K. Nilai statistik F uji inilah yang kemudian diperbandingkan dengan nilai statistik F tabel yang akan menetukan pilihan model yang akan digunakan.

Metode Random Effect

Random Effect Model (REM) muncul ketika antara efek individu dan regresor tidak ada korelasi (Firdaus 2011:192).

Metode efek acak memasukkan parameter-parameter yang berbeda antar daerah maupun antar waktu ke dalam error. Hal inilah yang membuat model efek juga disebut model komponen error (error component model). Penggunaan model efek acak ini dapat menghemat pemakaian derajat kebebasan dan tidak mengurangi jumlahnya seperti yang dilakukan pada model efek tetap. Hal ini berimplikasi parameter yang merupakan hasil estimasi akan menjadi semakin efisien.

Keputusan untuk memasukkan variabel boneka dalam model efek tetap tak dapat dipungkiri akan dapat menimbulkan konsekuensi (trade off). Penambahan variabel boneka ini akan dapat mengurangi banyaknya derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada akhirnya akan mengurangi efisiensi dari parameter yang diestimasi. Berkaitan dengan hal ini, dalam model data panel dikenal pendekatan ketiga yaitu model random effect (efek acak). Dalam model efek acak, parameter-parameter yang berbeda antar daerah maupun antar waktu dimasukkan ke dalam error. Karena hal inilah, model efek acak juga disebut model komponen error (error component model). Bentuk model acak dijelaskan pada persamaan berikut ini:

Yit = αit + xjitβj + uit (3)

Di mana αit diasumsikan sebagai variabel random dari rata-rata nilai intersep (αi). Nilai intersep untuk masing-masing individu dapat dituliskan:

αit = αi + εit i = 1,2,….,N (4)

Di mana αi adalah rata-rata intersep, εit adalah random error (yang tidak bisa diamati) yang mengukur perbedaan karakteristik masing-masing individu. Model efek acak ini kemudian dapat ditulis dengan rumus:

Yit = ait + xjitβj + εit + uit (5)

Yit = αit + xjitβj + ωit (6)

Di mana:

ωit = εit + uit (7)

(28)

14

wit ~ N(0, δw2) = komponen error kombinasi

Pada persamaan tersebut diasumsikan bahwa error secara individual tidak saling berkorelasi begitu juga dengan error kombinasinya. Penggunaan model efek acak ini dapat menghemat pemakaian derajat kebebasan dan tidak mengurangi jumlahnya seperti pada model efek tetap. Hal ini mengakibatkan parameter yang hasil estimasi menjadi semakin efisien. Penggunaan model efek tetap atau acak ditentukan dengan menggunakan uji Hausman.

Namun disamping dengan menggunakan uji Hausman, terdapat beberapa pertimbangan untuk memilih apakah akan menggunakan fixed effect atau random effect. Apabila diasumsikan bahwa εi dan variabel bebas X berkorelasi, maka fixed effect lebih cocok untuk dipilih. Sebaliknya, apabila εi dan variabel bebas X tidak berkorelasi, maka random effect yang lebih baik untuk dipilih. Beberapa pertimbangan yang dapat dijadikan acuan untuk memilih antara fixed effect atau random effect adalah:

1. Bila T (banyaknya unit time series) besar sedangkan N (jumlah unit cross section) kecil, maka hasil fixed effect dan random effect tidak jauh berbeda sehingga dapat dipilih pendekatan yang lebih mudah untuk dihitung yaitu fixed effect model.

2. Bila N besar dan T kecil, maka hasil estimasi kedua pendekatan akan berbeda jauh. Sehingga apabila diyakini bahwa unit cross section yang dipilih dalam penelitian diambil secara acak (random) maka random effect harus digunakan. Sebaliknya apabila diyakini bahwa unit cross section yang dipilih dalam penelitian tidak diambil secara acak, maka harus meggunakan fixed effect.

3. Apabila komponen error individual (εi) berkorelasi dengan variabel bebas X maka parameter yang diperoleh dengan random effect akan bias sementara parameter yang diperoleh dengan fixed effect tidak bias.

4. Apabila N besar dan T kecil, dan apabila asumsi yang mendasari random effect dapat terpenuhi, maka random effect lebih efisien dibandingkan fixed effect. Uji Kesesuaian Model

Pada penelitian ini, uji kesesuaian model dari kedua metode pada teknik estimasi panel data dapat dilakukan dengan menggunakan Hausman Test. Hausman Test adalah pengujian statistik sebagai dasar pertimbangan kita dalam memilih apakah menggunakan model fixed effect atau model random effect. Seperti yang diketahui bahwa penggunaan model fixed effect mengandung suatu unsure trade off yaitu hilangnya derajat kebebasan dengan memasukkan variabel dummy. Namun, penggunaan metode random effect juga harus memperhatikan ketiadaan pelanggaran asumsi dari setiap komponen galat. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut:

H0: Model Random Effect H1: Model Fixed Effect

(29)

15

Uji Pelanggaran Asumsi

Uji pelanggaran asumsi dilakukan dalam rangka menghasilkan model yang efisien, visibel dan konsisten. Uji pelanggaran asumsi dilakukan dengan mendeteksi gangguan waktu (time-related disturbance), gangguan antara individu atau antar sektor ekonomi, dan gangguan akibat keduanya. Multikolinearitas terjadi jika pada suatu model regresi tak satu pun variabel bebas mempunyai koefisien regresi dari OLS (Ordinary Least Square) yang signifikan secara statistik, walaupun nilai R2 tinggi. Indikasi multikolinearitas tercermin dari nilai t dan F statistik hasil regresi. Jika banyak koefisien parameter dari t statistik diduga tidak signifikan sementara F hitungnya signifikan, maka patut diduga ada Multikolinearitas. Multikolinearitas dapat diatasi dengan memberi perlakuan cross section weights, sehingga t-statistik maupun F-hitung menjadi signifikan (Gujarati 2003).

Autokorelasi atau korelasi serial adalah suatu keadaan di mana kesalahan pengganggu dalam periode tertentu berkorelasi dengan kesalahan pengangu dari periode lainnya. Menurut Pyndick (1991) autokorelasi dapat memengaruhi efisensi estimatornya. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi atau korelasi serial adalah dengan melihat nilai Durbin Watson (DW) dalam Eviews. Menurut Juanda (2009) untuk mengetahui selang nilai statistik Durbin-Watson serta keputusannya dapat digunakan ketentuan sebagai berikut:

Tabel 3 Selang nilai statistik Durbin-Watson serta keputusannya

Nilai DW Keputusan 0 < DW < dL Terdapat autokorelasi positif

Sumber: Gujarati (2000).

Heteroskedastisitas adalah suatu keadaan di mana varian dari suatu kesalahan pengganggu tidak konstan untuk semua variabel bebas, yaitu:

E(Xi, εi) ≠ 0 (10)

Sehingga

Var(εi) ≠ ζ2 (11)

Hal ini merupakan pelanggaran salahsatu asumsi tentang model regresi linear berdasarkan metode kuadrat terkecil. Salahsatu asumsi yang digunakan dalam regresi adalah bahwa Var(εi) = ζ2, untuk semua ε, artinya untuk semua kesalahan pengganggu variannya sama. Pada umumnya heteroskedastisitas terjadi di dalam analisis data cross section, yaitu data yang menggambarkan keadaan pada suatu waktu tertentu. Jika pada model dijumpai heteroskedastisitas, maka model menjadi tidak efisien meskipun ada masalah heteroskedastisitas maka hasil regresi akan menjadi misleading (Gujarati 2003).

(30)

R-16

Squared lebih kecil daripada X (Chi-Squared) tabel, maka tidak ada heteroskedastisitas pada model data panel dalam Eviews.

Pengolahan data panel dalam Eviews 6.1 yang menggunakan metode General Least Square (cross section weights) untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas dengan membandingkan Sum Square Resid pada Weight Statistic dengan Sum Squared Resid Unweighted Statistic. Jika Sum Square Resid Weighted Statistic < Sum Squared Resid Unweighted Statistic maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Perlakuan yang diberikan untuk menghilangkan heteroskedastisitas adalah dengan mengestimasi GLS dengan White Heteroskedasticity (Widarjono 2007).

Perumusan Model Penelitian

Model umum yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan tinjauan teori terhadap fungsi ekonomi dari tingkat penyerapan tenagakerja dan hasil studi dari Woyanti (2009) yang menganalisis penyerapan tenagakerja di Jakarta. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

LnTKit = α0 + β0LnPDRBit + β1LnUit+β2LnPit +εit (12) Dimana :

TKit = Jumlah tenagakerja di kabupaten/kota i pada tahun t (per satuan orang),

PDRBit = Nilai Produk Domestik Regional Bruto kabupaten/kota i pada tahun t (per juta rupiah),

Uit = Nilai upah kabupaten/kota i pada tahun t (per satuan rupiah), Pit = Nilai harga (GRDP deflator) kabupaten/kota i pada tahun t, εit = Komponen error

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Perekonomian Provinsi Sumatera Barat Tahun 2009-2013 Menurut laporan perekonomian dari Badan Pusat Statistika (2013) di tengah ketidakseimbangan dan belum pulihnya perekonomian domestik pada tahun 2013 sedikit mengalami penurunan dibandingkan tahun 2012. Hal ini terlihat dari pertumbuhan Produk Domestik Bruto yang mengalami penurunan, penyebab hal tersebut karena ada masalah internal dan eksternal atau efek ekonomi global seperti faktor melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS).

(31)

17

barang hasil industri. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor industri pengolahan juga menunjukkan pelemahan pertumbuhan, khususnya pada aktivitas perdagangan.

Sampai saat ini perekonomian global masih dalam keterpurukan. Hal ini dipicu oleh kondisi ekonomi di beberapa negara di kawasan Eropa dan Amerika Serikat yang memburuk dan belum menemukan titik terang penyelesaiannya. Krisis ini juga menjalar ke kawasan Asia sehingga permintaan akan bahan baku dari Indonesia ke negara-negara seperti India dan China juga berkurang. Demikian juga kinerja ekspor impor semakin memburuk sejalan dengan permintaan global yang semakin berkurang. Walaupun demikian konsumsi rumah tangga tetap meningkat seiring dengan membaiknya dayabeli masyarakat sehingga menjadi motor pertumbuhan ekonomi nasional.

Namun demikian disamping kinerja peekonomian yang semakin memburuk, perekonomian Indonesia juga masih dihadapkan pada sejumlah tantangan. Tantangan yang utama antara lain terdiri dari derasnya aliran masuk modal asing, besarnya ekses likuiditas perbankan, inflasi yang meningkat, serta sejumlah permasalahan di sektor perbankan dan berbagai kendala sektor riil.

Sumatera Barat adalah salahsatu provinsi di Indonesia terletak di Pulau Sumatera dengan Padang sebagai ibu kotanya. Kinerja perekonomian Sumatera Barat tahun 2013 secara keseluruhan menunjukkan perkembangan yang kurang menggembirakan. Perkembangan ekonomi yang mebaik di tahun sebelumnya mengalami penurunan sebagai akibat dari pengaruh kondisi ekonomi nasional maupun global. Perkembangan perekonomian tersebut walaupun menurun namun masih lebih tinggi daripada pertumbuhan perekonomian nasional secara keseluruhan.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sumatera Barat atas dasar harga konstan 2000 pada tahun 2013 tercatat sebesar 46.64 triliun rupiah, dengan pertumbuhan ekonomi 6.18 persen, sedikit lebih rendah dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 6.38 persen. Dan nilai Produk Regional Bruto (PDRB) berdasarkan harga berlaku sebesar 127.10 triliun rupiah. nilai PDRB tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 110.18 triliun rupiah. Sementara itu nilai PDRB tahun 2012 atas dasar harga konstan sebesar 43.93 triliun rupiah.

Seperti halnya dengan tahun 2012, pada tahun 2013 seluruh sektor ekonomi yang ada mengalami pertumbuhan yang positif sedangkan sektor yang merupakan kontributor utama terhadap pembentukan PDRB Provinsi Sumatera Barat adalah sektor pertanian. Penurunan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 dibandingkan tahun 2012 sangat dipengaruhi oleh laju inflasi yang mengalami peningkatan. Laju inflasi yang terjadi di Kota Padang pada tahun 2013 lebih tinggi dibanding tahun 2012. Pada tahun 2012, inflasi di Kota Padang tercatat sebesar 4.16 persen. Angka ini lebih rendah dibanding inflasi yang terjadi di tahun 2013 yang tercatat sebesar 10.87 persen. Sementara itu, jika dibandingkan dengan nasional, inflasi di Kota Padang ini juga lebih tinggi. Angka inflasi nasional pada tahun 2013 adalah sebesar 8.38 persen.

(32)

18

ekonomi Provinsi Sumatera Barat. Perkembangan perekonomian sudah meningkat walaupun masih rendah dari pertumbuhan perekonomian nasional secara umum. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sumatera Barat atas dasar harga konstan 2000 pada tahun 2011 tercatat sebesar 41.28 triliun rupiah, dengan pertumbuhan ekonomi 6.22 persen, naik dari tahun sebelumnya yang hanya 5.93 persen.

Pertumbuhan ini juga ditopang karena masuknya dana Rehab Rekon (RR) sebesar 2 triliun rupiah. hal ini berlanjut sampai tahun 2011 yang dipastikan akan meningkat tinggi karena jumalah dana RR yang masuk dua kali lipat. Dan nilai PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 98.92 triliun rupiah. Nilai PDRB tersebut lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya, dimana PDRB tahun 2010 atas dasar harga konstan sebesar 38.86 triliun rupiah dan dengan nilai PDRB atas dasar harga berlaku 87.22 triliun rupiah.

Pada tahun 2011 seluruh sektor ekonomi yang ada mengalami pertumbuhan yang positif sama halnya dengan tahun sebelumnya. Kontributor utama terhadap pembentukan PDRB Provinsi Sumatera Barat adalah sektor pertanian. Peningkatan pertumbuhan ekonomi tahun 2011 dibanding tahun 2010 ternyata tidak diikuti oleh laju inflasi yang justru mengalami penurunan. Laju inflasi yang terjadi di Kota Padang pada tahun 2011 lebih rendah dibanding tahun 2010. Pada tahun 2010, inflasi di Kota Padang tercatat sebesar 7.84 persen, sedangkan 2011 sebesar 5.37 persen. Sementara itu, jika dibandingkan dengan angka inflasi nasional, inflasi Kota Padang masih tinggi, angka inflasi nasional pada tahun 2011 sebesar 3.79 persen.

Gambaran Penyerapan Tenagakerja secara Regional di Provinsi Sumatera

Barat Tahun 2009-2013

Sektor ekonomi adalah lapangan usaha dalam penyerapan tenagakerja. Penyerapan tenagakerja di Provinsi Sumatera Barat periode 2009 hingga 2013 mengalami fluktuasi. Keadaan penyerapan tenagakerja secara regional di Provinsi Sumatera Barat untuk 19 kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel 4

Berdasarkan data BPS (2009-2013), dari 19 kabupaten/kota di Sumatera Barat yang diamati, secara umum terjadi penyerapan tenagakerja yang fluktuasi, fluktuasi adalah kondisi dimana terjadi peningkatan dan penurunan dalam penyerapan tenagakerja. Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun 2011 mengalami penurunan penyerapan tenagakerja disebabkan pasca gempa dan tsunami pada Juni 2010 yang terjadi di Kepulauan Mentawai berdampak pada penyerapan tenagakerjanya.

(33)

19

Kabupaten dan kota yang mengalami penurunan penyerapan tenagakerja yang berfluktuasi seperti Kabupaten Pesisir Selatan terjadi penurunan penyerapan tenagakerja dari tahun 2009 ke 2010, meningkat tahun 2011, menurun lagi tahun 2012 dan terus turun tahun 2013. Diikuti oleh Kabupaten Sijunjung dan Kabupaten Padang Pariaman. Peningkatan penyerapan tenagakerja pada tahun 2011 diperkirakan karena kinerja perkonomian Sumatera Barat tahun 2011 menggembirakan. Bencana gempa yang melanda Sumatera Barat tahun 2009 sudah berkurang dampaknya pada pertumbuhan ekonomi. Perekonomian makin meningkat walaupun masih lebih rendah serta laju inflasi yang rendah pada tahun 2011 dibandingkan tahun 2010.

Tabel 4 Penyerapan tenagakerja secara regional di Provinsi Sumatera Barat (dalam jiwa)

No Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012 2013

1 Kabupaten Kepulauan Mentawai 31574 36453 30821 35981 37900 2 Kabupaten Pesisir Selatan 170536 158806 184924 160455 150225 3 Kabupaten Solok 160023 161700 148795 141543 136099 4 Kabupaten Sijunjung 91122 83023 86674 86346 85136 5 Kabupaten Tanah Datar 153903 153948 149038 161449 164359 6 Kabupaten Padang Pariaman 161164 159162 160602 156765 150923 7 Kabupaten Agam 198408 198682 192362 215123 188416 8 Kabupaten Limapuluh Kota 161663 168563 154379 173279 168685 9 Kabupaten Pasaman 105165 105560 104920 122131 122095 10 Kabupaten Solok Selatan 54887 63111 61553 57275 59234 11 Kabupaten Dharmasraya 75844 87419 84777 90370 92254 12 Kabupaten Pasaman Barat 139868 158617 150376 140985 134401 13 Kota Padang 297203 304790 363659 296263 310566

(34)

20

Kabupaten Tanah Datar, Kota Padang Panjang, Kota Bukittinggi dan Kota Payakumbuh umum mengalami kenaikan penyerapan tenagakerja relatif stabil dalam kurun waktu 2011. Hal ini disebabkan laju inflasi Kota Padang yang sangat tinggi tahun 2010 masih berdampak pada tingginya harga barang pokok dipasaran sehingga terus menurunya penyerapan tenagakerja secara umum. Melemahnya konsumsi rumah tangga berdampak tidak terserapnya hasil produksi di pasar domestik.

Penyerapan tenagakerja di Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Dharmasraya, Kota Padang, Kota Solok dan Kota Pariaman mengalami peningkatan penyerapan tenagakerja tahun 2013. Diperkirakan pada tahun 2013 pertumbuhan sektor-sektor perekonomian pada tahun 2013 mengalami peningkatan yang berdampak pada peningkatan penyerapan tenagakerja sektor di wilayah tersebut.

Hasil Analisis Model Regresi Hasil Estimasi Model

Dalam panel data ada tiga pemodelan yang dapat dipilih, yaitu pooled, fixed effect, dan random effect. Untuk menentukan model yang terbaik dilakukan beberapa pengujian. Untuk memilih antara pooled atau fixed effect digunakan uji Chow. Hasil uji Chow diperoleh nilai probabilitas (p-Value) sebesar 0.0000 kurang dari taraf nyata 10 persen yang berarti menolak hipotesis untuk menggunakan pooled dan menerima hipotesis untuk menerima fixed effect. Untuk memilih antara model fixed effect atau model random effect digunakan uji Hausman. Hasil Uji Hausman diperoleh nilai probabilitas (p-Value) sebesar 0.0000 kurang dari taraf nyata 10 persen yang berarti menolak hipotesis untuk menggunakan random effect dan menerima hipotesis untuk menggunakan fixed effect.

Tabel 5 Hasil estimasi faktor-faktor yang memengaruhi penyerapan tenagakerja secara regional di Provinsi Sumatera Barat tahun 2009-2013

Variabel Model Fixed Effect

(35)

21

effect PLS dengan model fixed effect GLS, dapat disimpulkan bahwa model fixed effect GLS menghasilkan nilai probabilitas t-statistik yang lebih baik dan nilai Rsquared (R2) yang lebih tinggi. Dari hasil estimasi menggunakan fixed effect pada Tabel 5, variabel penjelas signifikan secara statistik pada taraf nyata 10 persen.

Berdasarkan hasil estimasi, didapat nilai R-Squared (R2) atau koefisien determinasi sebesar 0.997 yang menunjukkan bahwa 99.7 persen keragaman tenagakerja di Provinsi Sumatera Barat dapat dijelaskan oleh variabel bebas pada model, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Hasil estimasi ini diperkuat dengan nilai probabilitas F-statistik yang signifikan pada tingkat kepercayaan 90 persen atau taraf nyata 10 persen yaitu sebesar 0.000, yang berarti minimal ada satu variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap variabel terikat sehingga model penduga sudah layak untuk menduga parameter yang ada dalam fungsi.

Uji Asumsi Klasik

Menurut Gujarati (1995), untuk memperoleh model yang baik harus memenuhi asumsi regresi klasik. Artinya, model harus terbebas dari masalah-masalah dalam regresi yaitu multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolinearitas, dapat dilihat dari nilai probabiltas t-statistik dan nilai probabilitas F-statistik. Dari hasil regresi, seluruh variabel bebas signifikan, dan nilai probabilitas F-statistik yang signifikan pada tingkat kepercayaan 90 persen atau taraf nyata 10 persen yaitu sebesar 0.000000 sehingga asumsi adanya multikolinearitas dapat diabaikan.

Karena dalam mengestimasi model diatas diberi perlakuan cross section weights, serta white cross section covariance maka asumsi adanya heteroskedastisitas dapat diabaikan. Untuk masalah autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin-Watson statistik yaitu sebesar 2.279859 mendekati nilai dua . Dengan demikian, model di atas terbebas dari gejala autokorelasi. Dari hasil estimasi dan pengujian asumsi regresi klasik, terhadap model fixed effect dengan perlakuan cross section weights dan white cross section covariance, maka model tersebut layak untuk digunakan dalam penelitian ini.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penyerapan Tenagakerja di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2009-2013

Berdasarkan hasil analisis regresi faktor-faktor yang memengaruhi penyerapan tenagakerja secara regional di Provinsi Sumatera Barat tedapat pada Tabel 5, maka secara matematis dapat diperoleh model persamaan tingkat penyerapan tenagakerja di Provinsi Sumatera Barat sebagai berikut:

LnTK = 11.21+ 0,05LnPDRB- 0.04LnU- 0.03LnP

(36)

22

0.05 persen, cateris paribus. Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa hubungan positif antara PDRB riil dengan penyerapan tenagakerja menunjukkan kesuaian teori selama ini berlaku.

Menurut teori yang dikembangkan oleh Keynes dalam Bodieono (1998) hasil penelitian dari Woyanti (2009) menyatakan bahwa pasar tenagakerja hanyalah mengikuti apa yang terjad di pasar barang. Apabila output produksi naik, maka jumlah orang yang dipekerjakan juga naik (hal ini dapat dikaitkan dengan konsep fungsi produksi yang menyatakan bahwa menaikkan output hanya dapat terccapai apabila input (tenagakerja) ditingkatkan penggunanya. Permintaan barang dan jasa dalam perekonomian akan memengaruhi tingkat output yang harus diproduksi sehingga berdampak pada penggunaan inputnya (tenagakerja). Hal ini sesuai dengan penelitian Akmal (2010), yang menyebutkan bahwa PDRB merupakan salahsatu faktor yang memengaruhi penyerapan tenagakerja.

Variabel upah riil berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenagakerja di Provinsi Sumatera Barat dan berhubungan negatif. Nilai koefisien regresi dari variabel upah riil sebesar -0.04. Artinya jika terjadi kenaikan Upah riil sebesar 1 persen, maka akan mengurangi penyerapan tenagakerja sebesar 0.04 persen. Peningkatan upah yang tidak disertai dengan meningkatnya penerimaan yang diperoleh perusahaan akan menyebabkan penyerapan tenagakerja menurun, asumsi cateris paribus. Hal ini sesuai dengan penelitian Prihartanti (2007), yang menyebutkan bahwa upah merupakan salahsatu faktor yang memengaruhi penyerapan tenagakerja.

Hal ini dalam penelitian Woyanti (2009) menyatakan menurut Simanjuntak (1998) upah dipandang sebagai beban oleh pengusaha, karena semakin besar tingkat upah akan semakin kecil proporsi keuntungan yang dinikmati pengusaha. Oleh karena itu kenaikkan tingkat upah akan direspon oleh pengusaha dengan menurunkan jumlah tenagakerja. Di samping itu kenaikkan tingkat upah akan mendorong pengusaha menggunakan teknik yang cenderung padat modal dalam proses produksinya agar tercapai tingkat produktivitas dan efisiensi yang lebih besar sehingga mengorbankan para pekerja.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan judul analisis faktor-faktor yang memengaruhi penyerapan tenagakerja secara regional di Provinsi Sumatera Barat, maka diperoleh kesimpulan :

Penyerapan tenagakerja di Provinsi Sumatera Barat secara umum mengalami peningkatan dalam jangka waktu 2009 hingga 2013. Namun terjadi penurunan pada tahun 2011 sebagian besar kabupaten dan kota.

(37)

23

riil akan mengurangi penyerapan tenagakerja di Provinsi Sumatera Barat, ceteris paribus.

Saran

1. Pemerintah atau Dewan Pengupahan Provinsi Sumatera Barat perlu

meningkatkan upah untuk kesejahteraan hidup pekerja, namun di sisi lain harus memperhatikan lagi karena upah berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenagakerja, ketita terjadi kenaikan upah maka penyerapan tenagakerja akan berkurang. Pekerja sebaiknya meningkatkan PDRB karena meningkatnya PDRB meningkatkan penyerapan tenagakerja serta mengurangi jumlah pengangguran di Provinsi Sumatera Barat dalam hal ini perlu keadilan yang sangat optimal untuk dapat menyerap tenagakerja tanpa merugikan pengaruh negatif.

2. Pemerintah dan para pelaku usaha perlu lebih memperhatikan dan

menggalakkan dukungan ekonomi tidak hanya di sektor pertanian namun juga sektor-sektor lain yang berkontribusi besar dalam perekonomian Provinsi Sumatera Barat seperti sektor perdagangan, jasa dan industri.

3. Untuk penelitian selanjutnya dapat melakukan dengan membandingkan

penyerapan tenagakerja sebelum dan pasca gempa tahun 2009 di Provinsi Sumatera Barat.

DAFTAR PUSTAKA

Akmal R. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Penyerapan Tenagakerja di Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Provinsi Sumatera Barat Dalam Angka, Berbagai Edisi. Jakarta (ID): BPS Pusat Jakarta.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Provinsi Sumatera Barat Dalam Angka, Berbagai Edisi. Jakarta (ID): BPS Provinsi Sumatera Barat.

Bellante D,Jackson M. 1990. Ekonomi Ketenagakerjaan. Jakarta (ID): LPFE UI. Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Jakarta (ID): Erlangga.

Firdaus M. 2011. Aplikasi Ekonometrika untuk Data Panel dan Time Series. Bogor (ID): IPB Press.

Furqon AM. 2014. Analisis Pengaruh PDRB, Upah Minimum, Jumlah Unit Usaha dan Investasi terhadap Penyerapan Tenagakerja pada Sektor Industri Manufaktur di Kabupaten Gresik Tahun 1998-2012 [skripsi]. Malang (ID): Universitas Brawijaya.

Gudjarati D. 2003. Ekonometrika Dasar. Zain Sumarno dan Zein [penerjemah]. Jakarta (ID): Erlangga.

(38)

24

Ilimas, Nenik W. 2009. Penyerapan Tenagakerja di DKI Jakarta. Jurnal Bisnis dan Ekonomi [internet]. [diunduh pada april 2015] 16(1): 32-41 tersedia pada; http://eprints.undip.ac.id

Jonnadi A, Amar S, Aimon H. 2012. Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Kajian Ekonomi [internet]. [diunduh pada Februari 2015] 1(1) tersedia pada; ejournal.fip.unp.ac.id.

Juanda B. 2007. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Bogor (ID): IPB Press.

Juanda B. 2009. Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan. Bogor (ID): IPB Press.

Karib A. 2012. Analisis Pengaruh Produksi, Investasi, dan Unit Usaha Terhadap Penyerapan Tenagakerja Pada Sektor Industri Sumatera Barat. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan [internet]. [diunduh pada 06 April 2015] 3(3) Tersedia pada ; http://jurnal.unitas-pdg.ac.id.

Lestari AW, Nenik W. 2011. Pengaruh Jumlah Usaha, Nilai Investasi, dan Upah Minimum Terhadap Permintaan Tenagakerja Pada Industri Kecil dan Menengah Di Kabupaten Semarang. Jurnal Undip [internet]. [diunduh pada Januari 2015] tersedia pada; http://eprints.undip.ac.id.

Mankiw GN. 2003. Teori Makroekonomi. Edisi ke-5. Nurmawan [penerjemah]. Jakarta (ID): Erlangga.

Prihartanti ED. 2007. Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Penyerapan Tenagakerja Sektor Industri di Kota Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rahmayani C, Aimon H, Anis A. 2012. Analisis Produktivitas Tenagakerja dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Jurnal Kajian Ekonomi [internet]. [diunduh pada Februari 2015] 1(1) tersedia pada; ejournal.fip.unp.ac.id. Ririn. 2014. UMP Sumbar Rp 1,615 juta, dinilai pas [internet]. [diunduh pada

2015 April 02] tersedia pada; http://www.harianhaluan.com.

Sari AK. 2013. Analisis Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pertumbuhan Ekonomi, dan Upah terhadap Pengangguran Terdidik di Sumatera Barat. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan [internet]. [diunduh pada Januari 2015] tersedia pada; ejournal.unp.ac.id.

Setiawan SA. 2010. Pengaruh Umur, Pendidikan, Pendapatan, Pengalaman Kerja dan Jenis Kelamin terhadap Lama Mencari Kerja bagi Tenagakerja Terdidik di Kota Magelang [skripsi]. Magelang (ID): Univesitas Diponegoro.

Sholeh M. 2007. Permintaan dan Penawaran Tenagakerja serta Upah: Teori serta Beberapa Potretnya di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan [internet]. [diunduh pada April 2015] 4(1) tersedia pada; journal.uny.ac.id. Sulistiawati R. 2012. Pengaruh Upah Minimum terhadap Penyerapan Tenagakerja

dan Kesejahteraan Masyarakat di Provinsi di Indonesia. Jurnal EKSOS [internet]. [diunduh pada Juni 2014] 8(3) tersedia pada; http://repository.polnep.ac.id.

(39)

25

LAMPIRAN

Lampiran 1 Data jumlah tenagakerja di Provinsi Sumatera Barat Tenagakerja Provinsi Sumatera Barat (dalam jiwa)

Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012 2013

Kabupaten Kepulauan Mentawai 31574 36453 30821 35981 37900 Kabupaten Pesisir Selatan 170536 158806 184924 160455 150225 Kabupaten Solok 160023 161700 148795 141543 136099 Kabupaten Sijunjung 91122 83023 86674 86346 85136 Kabupaten Tanah Datar 153903 153948 149038 161449 164359 Kabupaten Padang Pariaman 161164 159162 160602 156765 150923 Kabupaten Agam 198408 198682 192362 215123 188416 Kabupaten Limapuluh Kota 161663 168563 154379 173279 168685 Kabupaten pasaman 105165 105560 104920 122131 122095 Kabupaten Solok Selatan 54887 63111 61553 57275 59234 Kabupaten Dharmasraya 75844 87419 84777 90370 92254 Kabupaten Pasaman Barat 139868 158617 150376 140985 134401 Kota Padang 297203 304790 363659 296263 310566

Kota Solok 24844 23312 24640 24357 24990

Kota Sawahlunto 19960 25414 25080 27490 25882

Kota Padang Panjang 23091 20970 19304 19576 20476 Kota Bukittinggi 50363 46800 46188 49272 49492

Kota Payakumbuh 49544 53192 49942 51084 52028

Kota Pariaman 29760 31932 32691 27898 32464

Sumber: BPS, 2009-2013

Lampiran 2 Data PDRB Riil dan PDRB Nominal

Data PDRB Rill (juta rupiah)

Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012 2013

Kabupaten Kepulauan

(40)

26

Kota Solok 497623.1 527270.6 559279.2 594697.9 632752.9 Kota Sawahlunto 494707.9 519599.1 550056.7 582968.7 617979.1 Kota Padang Panjang 396829 420842.6 446700.3 474561.4 503717.7 Kota Bukittinggi 969590.9 1028923 1092657 1163141 1235499 Kota Payakumbuh 819396.5 871661.9 930865.8 994371.1 1061215 Kota Pariaman 685597.7 721656.5 764821.3 810844.4 859889.7 Sumber: BPS, 2009-2013

Data PDRB Nominal (juta rupiah)

Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012 2013

Kabupaten Kepulauan

Mentawai 1261179 1439218 1627500 1834891 2077050

Kabupaten Pesisir Selatan 4089690 4619128 5233661 5832942 6649038 Kabupaten Solok 4637925 5309859 6088213 6823604 7820562 Kabupaten Sijunjung 2712529 3036492 3418393 3826732 4360895 Kabupaten Tanah Datar 4844419 5423694 6084972 6789344 7715231 Kabupaten Padang Pariaman 5615430 6270898 6978944 7926404 9144449 Kabupaten Agam 5830983 6592885 7449101 8380846 9760139 Kabupaten Limapuluh Kota 5528843 6296266 7160875 7990239 9226496 Kabupaten pasaman 2889123 3283409 3741573 4264173 4864883 Kabupaten Solok Selatan 1220623 1407883 1623070 1865870 2147125 Kabupaten Dharmasraya 2346484 2677790 3067927 3448616 3942078 Kabupaten Pasaman Barat 5518247 6320331 7218298 8248716 9452997 Kota Padang 21837054 24586366 27542856 31136591 35860564 Kota Solok 977922.8 1095720 1226847 1367858 1572573 Kota Sawahlunto 984252.6 1121634 1274071 1425280 1630895 Kota Padang Panjang 809819.9 918963 1040518 1175853 1347641 Kota Bukittinggi 1918051 2181758 2444286 2711159 3102680 Kota Payakumbuh 165584 1885988 2157361 2423142 2816094 Kota Pariaman 1399439 1581374 1783055 2038968 2343680 Sumber: BPS, 2009-2013

Lampiran 3 Data Upah Riil

Data Upah Riil (juta rupiah)

Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012 2013

Kabupaten Kepulauan

(41)

27

Kabupaten Padang Pariaman 652145.1 661475.5 688778.4 704804.9 715130 Kabupaten Agam 703246.6 695724.9 592329.5 590129.9 539138.4 Kabupaten Limapuluh Kota 694725 665085.5 632020.9 610519.1 564592.5 Kabupaten pasaman 583949.8 646384.8 773083.8 654080 628154.4 Kabupaten Solok Selatan 574666.3 509245.1 645259.2 661145.3 592399.4 Kabupaten Dharmasraya 550499.9 588897.1 651939.5 693650.9 652976.2 Kabupaten Pasaman Barat 298489.3 510130.9 490323.8 514440.9 497701.3 Kota Padang 885250 843456.2 814686.2 824405.5 825920.9 Kota Solok 785245 826270.8 935692.9 874610.5 967107.6 Kota Sawahlunto 850451.4 815413.8 918602.5 875126.9 813546.3 Kota Padang Panjang 791991 717138.7 834564.6 822278.6 854275.3 Kota Bukittinggi 741988.8 740092.2 859810.1 777643.6 752823.2 Kota Payakumbuh 7549421 751586.4 735328.2 690982.6 690593.8 Kota Pariaman 693172.3 668518.4 781601.2 872341.4 631012.1 Sumber: BPS, 2009-2013

Lampiran 4 Data Harga (GRDP deflator)

Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012 2013

Kabupaten Kepulauan

Gambar

Gambaran Penyerapan Tenagakerja secara Regional di Provinsi Sumatera Barat
Tabel 1  Keadaaan ketenagakerjaan di Provinsi Sumatera Barat tahun 2009-2013
Tabel 4  Penyerapan tenagakerja secara regional di Provinsi Sumatera Barat

Referensi

Dokumen terkait

- Penyedia dapat meminta penjelasan kepada Pejabat Pengadaan sebelum batas ahkir pemasukan penawaran pada jam kerja ( 08.00 – 15.00 WIB ) - Seluruh komponen RS Paru

Untuk melihat perubahan gambaran darah tepi sebelum dan sesudah pemberian kemoradioterapi pada penderita karsinoma nasofaring guna untuk menunjang pengambilan

Pengalaman ini terjadi secara spontan dari kecil (sejak lahir) sampai berumur 12 tahun. Efisiensi pengalaman langsung pada anak tergantung pada konsistensi antara hubungan metode

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan ( Field Research ), dengan kepala sekolah, guru, serta karyawan SMK Muhammadiyah 4 Wonogiri sebagai informan dalam

Berdasarkan latar belakan tersebut, maka peneliti ingin mengetahui pengaruh penyapihan anak usia (1-6 bulan) terhadap pertumbuhan di Kelurahan Sragen Kulon,

Jodohkan pernyataan pada lajur kiri dengan jawaban pada lajur kanan dengan cara menuliskan huruf pada kotak yang

Inovasi merupakan salah satu yang harus dikembangkan dalam dunia bisnis, agar selalu muncul gagasan-gagasan baru yang dapat terus memperbaharui produk ataupun

Pengembangan aplikasi smart card tidak hanya terbatas pada aplikasi smart card sebagai kartu pra bayar internet saja, tetapi juga dapat dikembangkan untuk