• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identification of the causal agent of red fruit (Pandanus conoideus Lamk) leaf blight disease and its control using bacterial rhizosphere

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Identification of the causal agent of red fruit (Pandanus conoideus Lamk) leaf blight disease and its control using bacterial rhizosphere"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI PENYEBAB PENYAKIT HAWAR DAUN

TANAMAN BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lamk.)

DAN PENGENDALIANNYA MENGGUNAKAN

BAKTERI RIZOSFER

ADELIN ELSINA TANATI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Identifikasi Penyebab Penyakit

Hawar Daun Tanaman Buah Merah (Pandanus conoideus Lamk.) dan

Pengendaliannya Menggunakan Bakteri Rizosfer adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Februari 2012

Adelin Elsina Tanati

(3)

ABSTRACT

ADELIN ELSINA TANATI. Identification of the Causal Agent of Red Fruit (Pandanusconoideus Lamk.) Leaf Blight Disease and Its Control Using Bacterial Rhizosphere. Under direction of ABDJAD ASIH NAWANGSIH and KIKIN HAMZAH MUTAQIN.

Red Fruit (Pandanus conoideus Lamk.) is an endemic plant in Papua, which

is used for food and as pharmaceutical substance. A leaf blight disease of red fruit is occurred in Manokwari District. The symptom begins with a small spot and gradually enlarges into brown blight with dark brown at the center and surrounded

by a yellow “halo”. The causal agent of the disease was not yet identified. This

study was conducted to identify the pathogen of leaf blight based on morphology and molecular characters, to observe the abundance of rhizosphere bacteria and its

ability as biocontrol agent. Based on Koch’s Postulates, morphological

characterization, PCR and sequencing of 28S rDNA, the causal agent of leaf

blight is identified as Fusarium sp. The fungal pathogen shows different

characters from that of other Fusarium isolated from watermelon, melon, tomato,

banana and jackfruit. Some heat tolerant bacteria isolates, chitinolytic bacteria isolates and a fluorescence bacterium originated from the rhizosphere of red fruit show ability to inhibit the growth of the pathogen.

Keywords: red fruit, Pandanus conoideus, leaf blight, Fusarium sp., rhizosphere

(4)

ABSTRAK

ADELIN ELSINA TANATI. Identifikasi Penyebab Penyakit Hawar Daun

Tanaman Buah Merah (Pandanus conoideus Lamk.) dan Pengendaliannya

Menggunakan Bakteri Rizosfer. Dibimbing oleh ABDJAD ASIH NAWANGSIH dan KIKIN HAMZAH MUTAQIN.

Buah merah (Pandanus conoideus Lamk.) merupakan tanaman endemik di

Papua, yang dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan dalam bidang farmasi. Penyakit hawar daun tanaman buah merah ditemukan di Kabupaten Manokwari dengan gejala berupa bercak kecil dan meluas berwarna coklat muda hingga

coklat tua kehitaman dan dikelilingi oleh “halo” berwarna kuning. Penyebab

penyakit tersebut belum teridentifikasi dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi patogen hawar daun secara morfologi dan molekuler serta untuk mengetahui kelimpahan bakteri rizosfer dan kemampuannya sebagai agen biokontrol. Berdasarkan uji Postulat Koch, karakter morfologi, PCR dan

sequensing terhadap gen 28S rDNA, penyebab hawar daun diidentifikasi sebagai

cendawan Fusarium sp. Cendawan patogen tersebut memiliki karakter yang

berbeda dengan Fusarium sp. yang diisolasi dari tanaman semangka, melon,

tomat, pisang dan nangka. Beberapa isolat bakteri tahan panas, beberapa isolat bakteri kitinolitik dan satu isolat bakteri fluorescence yang diisolasi dari rizosfer buah merah menunjukkan kemampuan menghambat pertumbuhan cendawan patogen.

Kata kunci: buah merah, Pandanus conoideus, hawar daun, Fusarium sp.,

(5)

RINGKASAN

ADELIN ELSINA TANATI. Identifikasi Penyebab Penyakit Hawar Daun

Tanaman Buah Merah (Pandanus conoideus Lamk.) dan Pengendaliannya

Menggunakan Bakteri Rizosfer. Dibimbing oleh ABDJAD ASIH NAWANGSIH dan KIKIN HAMZAH MUTAQIN.

Buah merah (Pandanus conoideus Lamk.) yang termasuk famili

Pandanaceae adalah salah satu tanaman endemik di Papua. Tanaman ini memiliki nilai ekonomis tinggi karena dimanfaatkan dalam kebutuhan sehari-hari oleh masyarakat Papua, dan dalam bidang farmasi untuk mengobati beberapa penyakit. Berdasarkan hasil survei, pertanaman buah merah di Manokwari tersebar di Amban Pantai, Nuni, Anggi, Warkapi dan Warmare. Salah satu faktor yang mungkin dapat menghambat produksi buah merah adalah adanya penyakit. Salah satu penyakit yang ditemukan di lapangan adalah hawar daun. Gejala hawar daun yang nampak di lapangan adalah berupa bercak kecil berwarna coklat muda hingga coklat tua kehitaman yang kemudian meluas membentuk lingkaran besar

dan bagian tepinya dikelilingi “halo” berwarna kuning. Hingga saat ini

pengetahuan tentang penyakit tersebut masih sangat terbatas serta patogen penyebabnya masih belum diketahui dengan pasti.

Identifikasi penyebab penyakit dilakukan berdasarkan karakter morfologi

dan molekuler dengan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR) serta sequensing

DNA. Selain identifikasi patogen, hal yang harus dilakukan adalah upaya pengendaliannya untuk mencegah penyebaran dan perkembangan penyakit tersebut. Dalam rangka pengendalian yang ramah lingkungan, salah satu upaya adalah dengan pemanfaatan bakteri rizosfer sebagai agen antagonis. Di daerah rizosfer buah merah terdapat bakteri yang berpotensi dalam mengendalikan patogen tanaman, termasuk patogen penyebab hawar daun. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi cendawan patogen penyebab hawar daun tanaman buah merah, membandingkannya secara molekuler dengan patogen yang sama dari tanaman berbeda serta mengetahui kelimpahan bakteri rizosfer dan

potensinya dalam menghambat patogen penyebab hawar daun secara in vitro.

Penentuan penyebab penyakit hawar daun ini melalui tahap – tahap Postulat

Koch, identifikasi dengan teknik molekuler yaitu PCR dan sequensing gen 28S

rDNA terhadap cendawan penyebab hawar daun serta patogen dengan genus sama tetapi dari tanaman berbeda; isolasi bakteri rizosfer dari tanah di sekitar perakaran buah merah di Desa Madrad, Warkapi, Amban dan SP 8. Isolasi bakteri

menggunakan teknik pengenceran berseri serta pencawanan ke media Kings’B

Agar (KBA) untuk bakteri golongan fluorescence, Tryptic Soy Agar (TSA) untuk

bakteri tahan panas dan media kitin untuk bakteri kitinolitik. Selanjutnya dilakukan perhitungan jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada media tersebut. Bakteri hasil isolasi diamati secara morfologi (warna dan bentuk koloni) dan fisiologi (uji Gram dengan KOH 3%, uji endospora bagi bakteri tahan panas dan uji hipersensitifitas pada tembakau untuk mengetahui bakteri bersifat patogenik

atau tidak). Uji antibiosis secara in vitro untuk melihat potensi bakteri rizosfer

dalam menghambat cendawan patogen penyebab hawar daun pada media Potato

(6)

dibandingkan dengan kontrol dalam percobaan menggunakan Rancangan Acak

Lengkap (RAL) dengan perlakuan bakteri fluorescence, tahan panas, kitinolitik

dan kontrol yang diulang empat kali; dianalisis dengan ANOVA menggunakan program SAS versi 9.1.3 dan diuji lanjut dengan uji Duncan taraf nyata 5%.

Uji Postulat Koch serta identifikasi secara morfologi dan mikrokopis melalui kunci identifikasi, menunjukkan bahwa patogen penyebab hawar daun

tanaman buah merah adalah cendawan Fusarium sp. Cendawan ini menyebabkan

gejala hawar yang identik antara di lapangan dengan gejala hasil inokulasi pada daun tanaman sehat. Koloni cendawan berwarna putih dan kuning muda kecoklatan, miselia seperti kapas, cembung dan bentuk tidak teratur.

Makrokonidia berbentuk seperti kano (canoe), ujung meruncing, ramping, sel

basal sedikit membengkok, hialin, bersekat tiga. Mikrokonidia ovoid dengan satu sel; hifa hialin dan bersekat. Gejala hawar daun ditemukan di Desa Warkapi, Madrad dan Amban Pantai, yang lahan pertanamannya lembab, jarang dibersihkan dan dipangkas.

Perbandingan Fusarium penyebab hawar daun dengan Fusarium asal

semangka, melon, tomat, pisang, nangka dan pepaya menunjukkan warna koloni yang berbeda. Koloni isolat buah merah berbeda dengan koloni isolat asal semangka, melon dan tomat yang berwarna ungu keputihan; berbeda dengan koloni isolat pisang dan nangka yang berwarna putih bercampur salem; serta berbeda juga dengan koloni isolat pepaya yang berwarna kuning pucat. Secara mikroskopis, konidia dari isolat buah merah, semangka, melon dan tomat, memiliki bentuk yang tidak berbeda, yaitu berbentuk seperti kano, ujung

meruncing, bersekat serta sel basal yang sedikit membengkok. Isolat Fusarium

dari pisang dan nangka memiliki bentuk konidia yang tidak berbeda, yaitu berbentuk seperti kano, ujung meruncing, bersekat, sel basal menipis dan melengkung. Isolat cendawan dari pepaya memiliki konidia yang tidak berbentuk seperti kano dan tidak bersekat. Kecepatan pertumbuhan koloni isolat asal buah merah relatif sama (12-15 hari) dengan isolat asal semangka, melon, tomat, pisang dan nangka; tetapi berbeda dengan isolat asal pepaya yang pertumbuhan koloninya paling cepat (6 hari).

PCR menggunakan primer spesifik genus Fusarium (ITS fu-F dan ITS fu-R)

berhasil mengamplifikasi DNA cendawan dari buah merah dengan pita DNA berukuran 397 pb. Isolat dari melon, semangka, tomat, pisang dan nangka juga

terbukti positif sebagai Fusarium, sedangkan isolat dari pepaya adalah negatif.

Analisis data sequensing gen 28S rDNA hasil PCR menggunakan BLAST

menunjukkan adanya perbedaan antara enam isolat Fusarium. Sekuens isolat

Fusarium asal buah merah memiliki similaritas 100% dengan F. oxysporum (Acc. # HQ379652.1). Berdasarkan uji kekerabatan melalui program PAUP 4.0,

Fusarium asal buah merah berbeda dengan isolat Fusarium yang lain.

(7)

mendominasi. Secara umum, karakter morfologi bakteri rizosfer pada masing-masing golongan menunjukkan warna dan bentuk koloni yang tidak berbeda. Pada

uji fisiologi, sebagian besar isolat fluorescence merupakan Gram negatif,

sebagian besar tidak merangsang hipersensitifitas pada tembakau, kecuali tiga isolat. Untuk isolat tahan panas, sebagian besar Gram positif, sedikit yang menghasilkan endospora dan semuanya tidak merangsang hipersensitifitas. Untuk bakteri kitinolitik, sebagian besar merupakan Gram positif dan seluruhnya tidak merangsang hipersensitif.

Dari seluruh isolat yang diuji dalam uji antibiosis in vitro terdapat beberapa

isolat yang berpotensi menghambat Fusarium sp. penyebab hawar daun. Tiga

isolat menghasilkan persentase daya hambat terbesar dan berbeda nyata dengan kontrol serta beberapa isolat lainnya. Isolat tersebut adalah FSp3 (bakteri fluorescence) dengan daya hambat 24,50%; isolat TA4 (bakteri tahan panas) dengan 54,08% serta isolat KA1 (bakteri kitinolitik) dengan 35,69%. Isolat FSp3,

TA4 dan KA1 mampu menghambat pertumbuhan koloni cendawan Fusarium

yang mengindikasikan adanya senyawa antifungal yang dihasilkan ketiga isolat tersebut. Penghambatan secara nyata oleh bakteri terjadi pada hari ke-2 dan 3

setelah inokulasi. Bakteri rizosfer dari kelompok fluorescence, seperti Bacillus

sp., golongan tahan panas dan bakteri kitinolitik menghasilkan senyawa yang mampu menghambat patogen. Senyawa-senyawa tersebut antara lain asam silikat,

antibiotik dan enzim kitinase. Selain mempunyai sifat penghambatan, isolat

bakteri yang menjadi kandidat agens hayati yang akan diuji lanjut adalah yang juga bersifat tidak merangsang hipersensitifitas.

Kata kunci: buah merah, Pandanus conoideus, hawar daun, Fusarium sp., bakteri

(8)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatau masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(9)

IDENTIFIKASI PENYEBAB PENYAKIT HAWAR DAUN

TANAMAN BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lamk.)

DAN PENGENDALIANNYA MENGGUNAKAN

BAKTERI RIZOSFER

ADELIN ELSINA TANATI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Fitopatologi

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(10)
(11)

Judul Tesis : Identifikasi Penyebab Penyakit Hawar Daun Tanaman Buah

Merah (Pandanus conoideus Lamk.) dan Pengendaliannya

Menggunakan Bakteri Rizosfer

Nama : Adelin Elsina Tanati

NRP : A352090011

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih MSi. Dr. Ir. Kikin Hamzah Mutaqin MSi.

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Fitopatologi Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Sri Hendrastuti Hidayat MSc. Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc. Agr.

(12)

PRAKATA

Puji syukur penulis sembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas berkat dan anugerahNya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan tesis yang berjudul

Identifikasi Penyebab Penyakit Hawar Daun Tanaman Buah Merah (Pandanus

conoideus Lamk.) dan Pengendaliannya Menggunakan Bakteri Rizosfer.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, MSi., dan Bapak Dr. Ir. Kikin H. Mutaqin, MSi., selaku pembimbing yang telah membimbing dan memberi saran kepada penulis; kepada ketua program studi Fitopatologi yang memberi saran selama penulis menempuh pendidikan; Ibu Dr. Ir. Tri Asmira Damayanti MSc. Agr., yang memberi bantuan dan saran kepada penulis khususnya dalam uji molekuler serta Bapak Dr. Ir. Widodo yang memberikan saran kepada penulis; selanjutnya kepada pemberi dana pendidikan, yaitu Dirjen Pendidikan Tinggi; pimpinan Universitas Negeri Papua serta Fakultas Pertanian dan Teknologi Pertanian.

Disampaikan penghargaan kepada masyarakat di Desa Warkapi, Madrad, Amban dan SP 8 yang membantu penulis di lapangan, serta kepada seluruh dosen jurusan Hama dan Penyakit Tanaman Universitas Negeri Papua yang memberikan ijin kepada penulis dalam melakukan penelitian di laboratorium. Kepada

rekan-rekan Pasca Fitopatologi IPB 2009 dan rekan-rekan – rekan di Laboratorium

Bakteriologi Tumbuhan, terima kasih atas kerjasamanya. Ucapan terima kasih kepada Rionaldo Harold yang selalu memberi semangat kepada penulis.

Terima kasih serta hormat yang setulus-tulusnya diberikan kepada orang tua tercinta : Bapak Agustinus Tanati dan Ibu Yohana Tandiroma; kepada saudara-saudari terkasih Bernard Kristian Tanati, P.E. Billy Tanati, dan Rahel Randa, serta keponakan tersayang Gabriella Faith Tanati, atas segala doa, kasih sayang, nasehat, bimbingan, semangat dan motivasi yang tak ternilai dan tak tergantikan, yang tak putus-putusnya diberikan kepada penulis.

Akhirnya semoga tesis ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2012

(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Manokwari, Papua Barat pada tanggal 6 Oktober 1985 sebagai anak dari Bapak Ir. Agustinus Tanati dan Ibu Yohana Tandiroma. Penulis merupakan putri kedua dari tiga bersaudara. Pendidikan sarjana ditempuh penulis di Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Papua pada tahun 2003 dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2008 penulis diterima sebagai staf pengajar di Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian dan Teknologi Pertanian, Universitas Negeri Papua. Bidang pengajaran yang menjadi tanggung jawab penulis adalah Mikologi, Mikrobiologi, Gulma Tanaman dan Biologi Dasar.

(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Taksonomi, Botani dan Ekologi Tanaman Buah Merah ... 4

Manfaat Buah Merah ... 7

Morfologi Fusarium sp. ... 8

Ekologi dan Patogenesis Fusarium sp. ... 13

Keragaman Mikroorganisme melalui Karakter Molekuler ... 15

Bakteri Rizosfer yang Berpotensi sebagai Agens Biokontrol ... 17

BAHAN DAN METODE ... 21

Tempat dan Waktu ... 21

Prosedur Penelitian ... 21

Identifikasi Cendawan Patogen Penyebab Hawar pada Daun Tanaman Buah Merah ... 21 Analisis Genetika Antar Spesies Fusarium ... 22

Isolasi Bakteri Rizosfer ... 23

Karakterisasi Bakteri Rizosfer secara Morfologi dan Fisiologi ... 24

Uji Mekanisme Antibiosis Bakteri Rizosfer terhadap cendawan Patogen ... 25

Variabel Pengamatan ... 26

Analisis Data ... 27

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

Cendawan Penyebab Hawar Daun ... 28

Karakter Morfologi Fusarium Asal Beberapa Tanaman ... 33

Karakter Molekuler Fusarium Asal Beberapa Tanaman ... 39

Kelimpahan Bakteri Rizosfer Tanaman Buah Merah ... 44

Karakterisasi Isolat Bakteri Rizosfer ... 48

Deteksi Keberadaan Endospora ... 51

Hipersensitifitas pada Tembakau ... 52

Uji Antibiosis ... 54

KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

Kesimpulan ... 63

(15)

DAFTAR PUSTAKA ... 64

(16)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Padanan sekuens 28s rDNA dengan DNA database ...

menggunakan program BLAST NCBI ... 40

2. Karakterisasi fisiologi bakteri rizosfer yang diisolasi dari

perakaran tanaman buah merah ………...... 50

3. Persentase daya hambat bakteri rizosfer kelompok fluorescence

terhadap Fusarium sp. penyebab hawar daun buah merah secara

in vitro... 54

4. Persentase daya hambat bakteri rizosfer kelompok tahan panas

terhadap Fusarium sp. penyebab hawar daun buah merah secara

in vitro... 56

5. Persentase daya hambat bakteri rizosfer kelompok kitinolitik

terhadap Fusarium sp. penyebab hawar daun buah merah secara

in vitro...

(17)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Pertanaman buah merah di Kabupaten Manokwari ……… 4

2. Buah merah ……… ……….

5

3. Primer ITS Fu-f dan ITS Fu-r, spesifik untuk Fusarium yang

dibentuk dari daerah ITS ……….. 17

4. Tata letak cendawan dan bakteri pada pengujian

mekanisme antibiosis ………...

26

5. Gejala hawar daun di lapangan ………. 28

6. Gejala hasil inokulasi cendawan ke daun buah merah

yang sehat ……….

29

7. Karakter morfologi koloni cendawan asal buah merah ………...

29

8. Karakter konidia dan hifa cendawan asal buah merah ………. 30

9. Morfologi koloni Fusarium asal beberapa tanaman pada media PDA … 34

10. Konidia Fusarium asal beberapa tanaman ……… 36

11. Pertumbuhan koloni Fusarium asal beberapa tanaman ……… 38

12. Amplifikasi gen 28S rDNA menggunakan primer

ITS Fu-f dan Fu-r ……… 39

13. Pohon filogenetik yang menggambarkan hubungan kekerabatan

antar isolat Fusarium asal beberapa tanaman pada gen 28s rDNA

yang dibuat dengan analisis Bootstrap Neighbor-joining

programPAUP 4.0 ………...

42

14. Jumlah koloni bakteri rizosfer yang diisolasi dari perakaran

tanaman buah merah ………

45

15. Jumlah jenis bakteri rizosfer yang diisolasi dari perakaran

tanaman buah merah ……… 47

(18)

17. Endospora bakteri tahan panas yang diisolasi dari perakaran

tanaman buah merah ………. 51

18. Uji hipersensitif pada tembakau ……….……….. 52

19. Pertumbuhan koloni Fusarium sp. dalam uji antibiosis

menggunakan bakteri kelompok fluorescence ………. 55

20. Pertumbuhan koloni Fusarium sp. dalam uji antibiosis

menggunakan bakteri kelompok tahan panas ………... 57

21. Pertumbuhan koloni Fusarium sp. dalam uji antibiosis

menggunakan bakteri kelompok kitinolitik ………. 58

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Kelimpahan bakteri rizosfer buah merah ……… 70

2. Karakteristik bakteri rizosfer kelompok fluorescence

yang diisolasi dari perakaran tanaman buah merah ……….

71

3. Karakteristik bakteri rizosfer kelompok tahan panas

yang diisolasi dari perakaran tanaman buah merah ……… 73

4. Karakteristik bakteri rizosfer kelompok kitinolitik

yang diisolasi dari perakaran tanaman buah merah ………

75

5. Data sekuens isolat Fusariumasal beberapa tanaman ……….. 77

6. Hasil analisis ragam (Anova) daya hambat bakteri rizosfer

kelompok fluorescence terhadap Fusarium sp. penyebab

hawar daun buah merah ………... 79

7. Hasil analisis ragam (Anova) daya hambat bakteri rizosfer

kelompok tahan panas terhadap Fusarium sp. penyebab

hawar daun buah merah ……… 80

8. Hasil analisis ragam (Anova) daya hambat bakteri rizosfer

kelompok kitinolitik terhadap Fusarium sp. penyebab

hawar daun buah merah ………

(20)
(21)

1

PENDAHULUAN

LatarBelakang

Buahmerah(PandanusconoideusLamk.)merupakansalahsatutanaman

endemikdiPapua,tumbuhdidaerahpegunungan,tetapitoleranterhadapdaerah

berawa,berpasirdankeadaanairtanahdangkalataudalam.Buahmerahtermasuk

dalam kelompok Pandanaceae yang saat ini dikenal karena manfaat yang

dimilikinya. Secara tradisional, masyarakat Papua memanfaatkantanaman ini

sebagai sumber bahan pangan, pewarna alami, kosmetika dan bahan minyak,

dengancaramengambilsaridanminyaknya(Sadsoeitoeboen1999);sertasebagai

bahan tikar dan atap (Craven & de Fretes 1987). Seiring dengan kemajuan teknologi, beberapa ahli telah berhasil menganalisis kandungan buah merah seperti beta karoten, tokoferol, fenol, senyawa antioksidan serta vitamin dan

mineralesensialyangcukuplengkap(Budietal.2005).Dengankandunganyang

dimilikitersebut,buahmerahdapatbermanfaatbagikesehatanmanusia.Beberapa

penyakityangdapatdisembuhkandenganbuahmerahantaralain:tumor,kanker,

diabetes,hipertensi,stroke,jantungkoroner,kolesterol,asamurat,hepatitis,

paru-paru.Hargabuahmerahdipasaran±Rp.20.000,00/kg,sedangkanhargasariatau

minyakbuahmerahdalambotoladalahRp.150.000,00/250ml.

Berdasarkan manfaat tersebut di atas, maka buah merah bukan saja

bermanfaat bagi masyarakat Papuasecarakhusus, tetapibermanfaat juga bagi

masyarakat lain secara luas, sehinggadapat dikatakan buah merah merupakan tanaman bernilai ekonomis tinggi di Papua. Di Propinsi Papua, persebaran tanaman buah merah berada di Kabupaten Jayawijaya, Nabire dan Timika; sedangkan di Propinsi Papua Barat, persebarannya di Kabupaten Manokwari.

MasyarakatdiKabupatenManokwariyangsejaklamamemanfaatkanbuahmerah

adalah Suku Arfak. Berdasarkan hasil survei, buah merah yang ditanam di

Manokwaritersebardibeberapawilayah,yaituDesaAmbanPantai,Nuni,Anggi,

WarkapidanWarmare.

Dalam pengembangan budidaya buah merah, banyak faktor yang

mempengaruhinya, sepertiiklim, tanah, keadaan geografis, hamapenyakit dan

(22)

2

merahkarenaakanmenurunkankualitassertaproduksinya.Pengetahuantentang

penyakitpadabuahmerahsaatinimasihsangatterbatas.Berdasarkanpenelitian

dariMelinda&Hayu(2006),terdapatbeberapajeniscendawanyangberasosiasi

dengangejala hawar padadauntanaman buah merah, tetapibelumdipastikan

jenisyangmerupakanpenyebabgejalatersebut.Gejalahawardaunbuahmerahdi

lapangandiawalidenganbercakkecilberwarnacoklat mudahinggacoklattua

kehitamanyangkemudianmeluasmembentuklingkaranbesardanbagiantepinya

dikelilingi “halo” berwarna kuning. Gejala seperti itu banyak dijumpai di

lapanganpadabeberapawilayahdiKabupatenManokwari,yaituAmban,Nuni,

WarmaredanWarkapi.

Meskipunsampaisekarangdatamengenaitingkatkeparahandanpenurunan

produksi buah merah akibat penyakit ini belum ada, tetapi penyakit tersebut

tentunya dapat menghambat pertumbuhan tanaman buah merah selanjutnya.

Untuk itu perlu diketahui penyebab penyakitnya sebagai upaya deteksi awal. Identifikasi penyebab penyakit merupakan langkah awal yang sangat penting dalam menyusun strategi pengendaliannya. Penelitian ini dilakukan untuk memastikan penyebab gejala hawar daun pada buah merah yang dilakukan

berdasarkankaraktermorfologidanmolekulerdenganteknikPolymeraseChain

Reaction(PCR)dansequencingDNA.

Selain identifikasi patogen, hal yang harus dilakukan adalah upaya

pengendaliannya untuk mencegah penyebaran dan perkembangan penyakit

tersebut.Salahsatuupayapengendalianyangramahlingkunganadalahdengan

pemanfaatanbakteririzosfersebagaiagenantagonis.Padadaerahrizosferbuah

merah terdapat bakteri yang dapat berpotensi dalam mengendalikan patogen

tanaman,khususnyapatogenpenyebabhawardaun.Jenisbakteritersebutadalah

Pseudomonads kelompok fluorescence, Bacillus, bakteri tahan panas, bakteri

penghasilsiderofordanbakteripendegradasikitin(Baker&Cook1974).Hasil

yang diperoleh merupakan sumber keragaman bakteri potensial yang sangat dibutuhkan oleh tanaman buah merah dalam pertumbuhannya serta dalam

(23)

3

Tujuan

Penelitianinibertujuanuntukmengidentifikasipatogenpenyebabpenyakit

hawardauntanamanbuahmerah,membandingkannyasecaramolekulerdengan

patogenyangsamadaritanamanberbeda;mengetahuikelimpahanbakteririzosfer

padatanamanbuahmerahsertapotensinyadalammenghambatpatogenpenyebab

hawar daunsecara in vitro. Hasilpenelitian ini diharapkandapat memberikan informasi dasar bagi petani dan instansi terkait sehingga dapat menjadi dasar

(24)

4

TINJAUAN

PUSTAKA

Taksonomi,BotanidanEkologiTanamanBuahMerah

Buah merah merupakan salah satu jenis tanaman Pandanaceae, dengan taksonomi menurut Sadsoeitoeboen (1999), yaitu termasuk dalam divisi

Spermatophyta, kelas Angiospermae, sub kelas Monocotyledonae, ordo

Pandanales,familiPandanaceae,genusPandanusdanspesiesconoideus.Menurut

Sadsoeitoeboen(1999),tanamanbuahmerahtermasukdalamkelompokpohon

denganakartunjangyangmunculdaribagianbatangdekatpermukaantanahdan

cenderungakartanamanmasukkedalamtanahhinggakedalaman100cm.

Akar tanaman buah merahtergolong akar serabut dengantipeperakaran

dangkal,dengandiameter1,5–2,8cmsampai6-6,8cm.Tinggipohonmencapai

8-15mdengandiameterbatangsemu15-30cm.Tinggipercabanganpertama5

–8mdiataspermukaantanah.Berbatangsemu,kasar,berseratsertaberairdan,

tegak,bergetahdanberwarnacoklatberbercakputih(Gambar1).

a

b

Gambar1 PertanamanbuahmerahdiKabupatenManokwari;a.Morfologi

tanamanbuahmerah;b.Akartanamanbuahmerah(tandalingkaran).

Tanaman buah merah memilikidauntunggal, tersusun melingkar seperti

spiral dengan panjang 88 cm 102 cm dan lebar 6 10 cm. Ujung daun

meruncingdenganduriditepianyangberukuran1mm;tulangdaunterletakdi

permukaan bawah daun. Warna daun hijau tua dan daun memeluk batang.

Pembungaanmunculdariujungbatangyanglangsungmembentukbuahdengan

[image:24.595.107.517.124.837.2]
(25)

5

atautunggalsetangkup,dudukdiketiakdaunpelindung(bractea),berbentuk

biji-bijiandenganperhiasanbungabersegmenkecil.Petalmenyatutidakterpisahdan

melingkarkesemuasisi daripangkalhinggaujungdanpanjangtangkaibuah

antara20-30cm.Stamensatudengansatustamensemu.Bakalbuahterbenam,

terdiridarisaturuangdengansejumlahataubanyak bakalbijidisetiapruang

(Budietal.2005).

Panjangtangkaisinkarp7-17cmdenganbentuksinkarpsilindris.Ujung

sinkarptumpul,pangkalmembentukjantung.Panjangsinkarp96-102cmdan

berdiameter 14,5 20,5 cm. Daun pelindung sinkarp melancip dengantulang

daunutama yang berduri.Sinkarp muda berwarnamerahbata,setelahmatang

berwarnamerahcerah.Panjangbuahsekitar11–13,5cmdenganlebar4-6cm

dan tebal 1,5 3 mm. Epikarp bersegi empat, dan bagian atas tempurung

meruncing(Sadsoeitoeboen1999).Beratbuahmencapai10kgdengantinggi50–

150cm(Gambar2a).Perbanyakanumumnyamelaluitunasataupunstekyang

terdapatpadaakarataubatang.Dapatdipanen setelahberumurawaltanam2-3

tahundantahapberikutnyaantara1-2tahun.

a

b

Gambar2 Buahmerah;a.Buahmerahdaritanamanberumur 4tahun;

b.Bijibuahmerah(Wiryanta2005).

Wiryanta (2005) melaporkan bahwa tanaman buah merah merupakan

tanamanberkayuyangtumbuhnyabercabangmencapai5cabangdengantinggi

dapatmencapai15meter.Daunnyaberbentukpitayangpinggirnyaberdurikecil.

[image:25.595.104.500.33.842.2]
(26)

Cdankelembabanudaraantara73–98%.Untukkebutuhancahaya,tanaman 6

daripangkalbatang.Kulitbuahbagianluarmenyerupaibuahnangkayangterdiri

darikumpulanbijiyangtersusundiempuluratauhatiyangberadadidalambuah

(Gambar2b).DipedalamanPapuasendiriditemukanpalingsedikit14jenisatau

varietastanamanbuahmerah.Buahnyaberwarnamerahmarunterang,tetapiada

jugajenisyangberwarnaberwarnacoklat,coklat-kekuningandankuning.

BuahmerahtermasuktanamanendemikPapuadansecaraumumhabitat

asaltanamaniniadalahhutansekunderdengankondisitanahlembab,berkadar

asam (pH sekitar 5,4-6,2) dan nilai kapasitas tukar kation (KTK) rendah.

Sementarakisaransuhuudaratempattumbuhtanamanbuahmerahsekitar23-33

º

buahmerahmembutuhkanintensitassekitar1000-3000lux(Budietal.2005).

Marga Pandanus ini mempunyai kisaran toleran yang sangat tinggi terhadap

kondisitanahdansalinitas,sehinggabanyakdijumpaididaerahberawa/becek,

berpasir,keadaanairtanahdangkalsampaidalam(Ullo2002). Buahmerahdapat

dijumpaipadaketinggian5-300mdiataspermukaanlautBudietal.(2005).

Sadsoeitoeboen (1999) melaporkan bahwa pada daerah pegunungan Arfak

KabupatenManokwari,kultivarbuahmerahpanjangtumbuhpadaketinggian

5-110mdan2300mdiataspermukaanairlaut.

BerdasarkandatadariBudietal.(2005),buahmerahtersebardibeberapa

wilayah di Papua. Di Propinsi Papua, tanaman ini tersebar di Kabupaten Jayawijaya, Nabire, Timika, Jayapura; sedangkan di Papua Barat, tersebar di

Kabupaten Manokwari. Menurut Sadsoeitoeboen (1999), di Kabupaten

Manokwari tanaman buah merah ditanam pada berbagai ekosistem dan di

beberapawilayah,yaitudiDesaAmbandanNuni,Warkapi,Warmare,Testega,

RansikisertaPrafi.BerdasarkanpenelitianMelinda&Hayu(2006)tanamanbuah

merahdiKabupatenManokwarimengalamipenyakit hawardaun. Gejalayang

nampak di lapang adalah daun menguning yang mengelilingi bercak; diawali

denganbercakkecilsampaimeluasmembentuk lingkaranbesardenganwarna

coklatmuda,abu-abuhinggacoklattuakehitaman.HasilpenelitianMelinda&

Hayu (2006) menunjukkan beberapa jenis cendawan yang berasosiasi dengan

(27)

7

teridentifikasi;namunbelumdipastikanjeniscendawanyangmerupakanpatogen

penyebab hawar daun. Penentuan patogen yaitu cendawan yang berasosiasi

denganpenyakithawardaundidasarkanpadasaatinkubasidaunbergejalahawar

yangdilembabkan.Hasilyangdiperolehadalahhifacendawanyangmunculdan

tidakadamikroorganismelain.

Gejalapenyakithawarpadadauntanamanbuahmerahbanyakditemukandi

beberapa daerah di Kabupaten manokwari, tetapi belum diketahui keparahan penyakit serta kehilangan hasil yang disebabkan. Namun mengetahui dan

mengidentifikasipenyebabpenyakithawardaunsangatpentingsebagaiinformasi

dasardalamdeteksipenyakitsecaradini.

ManfaatTanamanBuahMerah

Sejak dahulu, masyarakat daerah Papua khususnya di Manokwari

memanfaatkanbuahmerahsebagaibahanpangan.Masyarakatmengambilminyak

dansaribuahmerahdarihasilrebusanbuahnya,dandijadikanbahancampuran

dalam makanan. Selain itu juga buah merah digunakan sebagai sarana dalam upacara ritual dan sebagai obat tradisional (Sadsoeitoeboen 1999). Wiryanta (2005) melaporkan bahwa pasta dari buah merah dijadikan bahan pakan bagi

hewanpeliharaanmasyarakat.Selainitu,masyarakatPapuamemanfaatkanbuah

merah sebagai sumber minyak dengan memasaknya seperti membuat minyak

kelapa. Minyak tersebut kemudian disimpan dan dapat bertahan selama satu

tahun;dijadikansebagaipenggantiminyakgorengyangharganyarelatifmahal

dansulitdijangkaumasyarakat.Padakenyataannya,sebagianbesarmasyarakat

Papuayangmengkonsumsibuahmerahjarangterkenapenyakit,tubuhnyakuat

danstaminanyaprima.Manfaatlaindaritanamanbuahmerahadalahdaunserta

batangnyadigunakanuntukmembuattikardanatap(Craven&deFretes1987).

Buah merah mengandung zat gizi bermanfaat atau senyawa aktif dalam

kadartinggi,diantaranya betakaroten,tokoferol,sertaasamlemaksepertiasam

oleat, asam linoleat, asam linolenat, asam dekanoat, senyawa antioksidan dan

antivirusdalamdosistinggi,vitamindanmineralesensialyangcukuplengkap.

Murningsih(1992)melaporkanbahwabuahmerahmemilikikandunganminyakyang

(28)

8

kandungan senyawa penting itulah, maka buah merah dapat berperan sebagai pencegah penyakit degeneratif seperti stroke, jantung koroner, dan kanker

(Jeffbagy2004).

Berbagaisumberdaribidangkesehatanmenyatakanbahwasenyawayang

dikandung oleh buah merah ini bermanfaat dalam menyembuhkan berbagai

penyakit.Tokoferol,alfatokoferoldanbetakarotenberfungsisebagaiantioksidan

yang mampu menangkalradikalbebas.Ketigasenyawainilahyang membantu

proses penyembuhan penyakit kanker, tumor dan HIV/AIDS. Tokoferol juga

dapat berfungsi sebagai pengencer darah yang baik untuk penderita stroke. Selanjutnya senyawa asam lemak tak jenuh berperan sebagai antioksidan dan

membantusistemkerjaotak. BerdasarkanlaporandariWiryanta(2005),sejumlah

kesaksian menyatakan setelah mengkonsumsi sari buah merah secara teratur,

dapatmembantuprosespenyembuhanpenyakitkanker,tumor,HIV/AIDS,darah

tinggi, asam urat, stroke, gangguan pada mata, herpes, diabetes melitus,

osteoporosis,ambeien,lupus,malariaakutsertameningkatkankecerdasanotak.

MorfologiFusariumsp.

Fusariummerupakansalahsatucendawanyangdiperolehpadapenelitian

Hayu&Melinda(2006),tentangjeniscendawanyangberasosiasidengangejala

hawardauntanamanbuahmerah.Sampaisekarang,cendawaninibelumdiketahui

menyebabkan penyakit hawar pada tanaman kelompok pandanaceae. Tetapi

berdasarkan penelitian dari Goldberg (2006), Fusarium dapat menyebabkan

penyakit hawardaunataubercakdaunpadatanamanmonokotil,yaiturumput.

BercakdaunFusarium(hawarFusarium)terjadisecarakeseluruhanpadaarea

atau luasan daun yang besar. Berbentuk tidak teratur, luka dengan sedikit

kebasahandengantepianberwarnacoklatkehitamanyangterjadipadasebagian

besar daun dewasa serta dikelilingi warna kuning. Bercak daun dimulai pada ujung daun dan menghasilkan hawar. Dengan rujukan inilah, maka diduga

cendawanpenyebabpenyakithawardauntanamanbuahmerahdapatdisebabkan

olehFusarium,karenagejalahawardaunyangnampakdilapanganrelatiftidak

berbedadengangejalabercakatauhawarpadarumputsertakeduatanamanini

(29)

9

Fusarium sp. memiliki beberapa spesies (Agrios 2005) dan merupakan

patogentulartanahyangtermasukHyphomycetes(subdivisioDeuteromycotina)

dan family Tuberculariaceae. Fusarium sp., dapat tumbuh dengan baik pada

bermacam macam media agar yang mengandung ekstrak sayuran. Mula-mula

miseliumtidakberwarna,semakintuawarnanyasemakinkrem,akhirnyakoloni

tampak mempunyai benang. Pada miselium yang lebih tua terbentuk

klamidosporayangberdindingtebal.Miseliaumumnyasepertikapas,seringkali

dengan warnaungu, merah muda atau kuning pada media (Barnett &Hunter 1999).

MenurutLeslie&Summerell(2006),cendawaninimemilikikonidiayang

bercabangdandisebutkonidioforyangmerupakanalatperkembangbiakan,tempat

penyimpananmassa,sporodokiaataumiselium.Konidioforbervariasi,ramping

dan sederhana, gemuk, pendek, bercabang tidak teratur atau menghubungkan fialid, tunggal atau berkelompok membentuk sporodokia. Sporodokia ini

membentukmakrokonidiadanmikrokonidia.Bentukmakrokonidiamelengkung

panjang denganujung mengecildan mempunyai sekat antara1-10 atau lebih,

terdiridaribeberapasel,berbentukperahu;sedangkanmikrokonidiumbentuknya

pendek,tidakbersekatataubersekatsatu,berselsatu,ovoid,tunggalatauberantai,

ada juga yang memiliki2-3 sel, bujur atau ramping membengkok (Barnett &

Hunter1999).Cendawaninidapatbertahandidalamtanahsebagaisaprofitatau

parasit dalam bentuk klamidospora paling tidak selama lima tahun serta

menghasilkanmikrokonidiabening,silindrisatausepertiperahudanbersekat.

Surachmat&Mathur(1988);Gandjaret.al.(1999)danC.M.I.(1968)yang

menyatakanbahwakoloniFusariumberwarnaputih,denganmerahmudasampai

violet, tepian koloni berwarna putih, berbentuk bundar, elevasi datar serta pertumbuhankoloninya lambat. Memiliki mikrokonidia yang berseptat 0 - 5,

berbentukelips,lurusdansedikitmembengkok.BeberapaspesiesdariFusarium

sp.antaralain:F.oxysporum,F.cilliatum,F.moniliforme,F.roseum,F.solani

dan F. venticosum (Watanabe2002) serta F. equisetii (Nelson2001). Konsep umumdariFusariumpertamakalidianalisisolehLinkpadatahun1809dengan

ciridasaryaituadanyakonidiaberbentukperahuatau”canoe”ataupisangyang

(30)

10

mengidentifikasibanyakspesiesFusarium,meskipunciritersebutberbedaantar

spesies. AkantetapiFusarium memiliki morfologiyang terbatas, yang diduga

karenaseleksialamdanekspresinyayangpekaterhadaplingkungan.Deskripsi

beberapaspesiesFusariumantaralainsebagaiberikut:

1. F.oxysporum

Koloni biasanyaberwarnamerahmudasampaibiruvioletatauputih

dan kuning; bagian tengah koloni berwarna lebih gelap dibandingkan dengan bagian tepi. Saat konidium terbentuk, tekstur koloni menjadi

sepertiwolataukapas(Fran&Cook1998).Konidioforhialin,sederhana,

dan pendek menghubungkan massa spora. Konidia hialin, terdiri dari

dengan2jenisyaitu:makrokonidaberbentukperahuataubulansabityang

agakrampingpadaujungsel,danselbasalyangbengkok,dengan3-5sel.

Mikrokonidia elips dengan 1 sel; klamidospora berwarna coklat dan

berbentuksemibulat. Panjangmakrokonidia17,5–29,1–45µmdan

diameter2,9–4,7µm.Panjang mikrokonidia6–15,8µmdandiameter

1,9–3,7-5 µm. Klamidospora berdiameter 5,3-10,2–15 µm (Watanabe

2002).Lebihdari54 formaspesialis F.oxysporumtelahdiketahuidan

dipublikasi. 2. F.ciliatum

Menurut Watanabe (2002), F. ciliatum memiliki konidiofor sederhana (monofialid), mendatar, jarang bercabang di ujung, dengan

makrokonidiayangbesar, membentuksporodokia.Makrokonidiahialin,

sangat ramping,berbentuksabit,3-6sekat.Tidakadamikrokonidadan

klamidospora.Panjangkonidiofor10-20;3,2-5µm.Konidiaberdiameter

40-56-2,2-3,2 µm. Cendawan ini berasal dari tanah, dengan koloni

homogenpada media Potato Dextrose Agar (PDA), coklat kekuningan

ditengah,sedikitputihdanmiseliaaerialdatar.

3. F.moniliforme

F. moniliforme merupakan bentuk anamorf, sedangkan bentuk teleomorfdiberikan nama Gibberella fujikuroi. Cendawan ini memiliki

konidioforhialin,sederhanaataubercabangyangmenghubungkan massa

(31)

11

perahu, dengan sel yang sedikit meramping di ujung, sel kaki

membengkokdengan4-5sel;mikrokonidahialin,ovoid,ujungmeruncing.

Tidakadaklamidospora.Panjangmakrokonidia26,4-38,9µm;diameter

2,4-3,7µm.Panjangmikrokonidiapanjang7,2-12µm;diameter2,4-3,2

µm. Diketahui sebagaipatogen pada padi, penyebab penyakit Bakanae

(Watanabe2002).

4. F.roseum

Memiliki konidia berwarna kuning dan merah muda. Dengan

konidioforhialin, sederhanadanmenghubungkanmassaspora.Konidia

hialin,terdiridari2jenis:makrokonidiaberbentukbulansabitatauperahu

dengan sel apikal dan sel kaki yang membengkok, 4-6 sel serta

mikrokonidiasilinderdengan1-2sel.Klamidosporaberwarnacoklatdan

berbentukbulat.Panjangmakrokonidiapanjang24,5-45-105µm;lebar

4-5-7,5µmdanmikrokonidiapanjangnya5-17,1µm;diameter1,7-6,1µm;

klamidospora6,2-10,2-15µm(Watanabe2002).

5. F.ventricosum

F. ventricosum merupakan bentuk anamorf, sedangkan Nectria ventricosa merupakan bentuk teleomorfnya. Koloni pada media PDA

tidakaerial, coklat kekuninganpucat ataucoklat merahmudadan

ber-zonasi. Memiliki konidiofor hialin, tegak, panjang, bercabang dan

menghubungkanmassaspora.Konidiaada2,yaitumakrokonidiahialin,

berbentukbulansabit,elipspanjangdengan4-5sel;sertamikrokonidia

hialindengan1 sel. Klamidosporacoklat kekuningan, tunggalatau2-4

rantai. Panjangkoniofor125-150µm;panjangcabang32,5-90µm.Massa

spora10-25µm.Makrokonidia23,7-47,5dan3,7-6,3µm.Mikrokonidia

3,7-11,3dan1,5-5,0µm;klamidospora6,2-8,8µm.(Watanabe2002).

6. F.solani

F. solani merupakan bentuk anamorf, dan Nectria haemotococca

adalahbentukteleomorfnya.Memilikikonidiayanghialin,sederhanadan

menghubungkan massa spora. Konidia terdiri dari 2 jenis, yaitu :

makrokonidadenganselyangmembengkokdiujungdanmeramping,2

(32)

12

sel. Klamidospora coklat, berbentuk bulat dan selalu soliter. Panjang konidiofor 50-165 µm. Makrokonidia 7,2-15; 2,4-3,9 µm; diameter klamidospora 6-7,3 µm. F. solani memiliki 28 forma spesialis dan

umumnyaheterotalik,jarangyanghomotalik(Watanabe2002).

7. F.equisetii

Pada isolasi awal miselia berwarna putih dan salem (peach), selanjutnya (7-10) hari berubah menjadi coklat (beige) dan akhirnya

berwarnakekuningaan mengkilap, dandibawahnyadiawali lagidengan

warnasalemyangberubahmenjadicoklattua.Hanyamakrokonidiayang

dihasilkan,jarangberkembangtetapidihasilkandarikumpulanselspora

pada konidiofor. Makrokonidia membengkok seperti sabit, dengan perkembangan sel kaki dan sel apikal yang menipis dan melengkung

dengan 4-7 septa, berukuran 22-60 x 3,5-6 µm atau 50x4,5 µm.

Klamidosporainterkalar,soliter,berbentukbulat,7-9µm.Jarangmemiliki

peritesia,jarangberkembang,ovoiddengandindingselyangkasardengan

tebal200-350µm,dandiameter180-240µm.Askuspora21-33x4,5-5

µm,hialin,berbentukkumparan,2-3sekat(Nelson2001).

Sampaisekarang,karakterfisikdanfisiologimasihdigunakansecaraluas

dan praktis sebagai karakter morfologi untuk membedakan spesies Fusarium.

Yangmenjadimasalahutamaadalahjumlahkarakteryangadauntukdideteksi

jauhlebihkecildaripadajumlahspesiesyangperludibedakan.Bentukkonidia

sering memberikan deskripsi spesies yang baik, tetapi perbedaan bentuk dan

ukuran makrokonidia dapat membingungkan, subjektif dan bergantung pada

lingkunganmakrokonidiadihasilkan(Leslieetal.2001).

Menurut (Leslie etal.2001),paraahlikebanyakanmenggunakansistem

genetik dan molekuler sebagai dasar mengidentifikasi spesies Fusarium dan

mendeskripsikantaksonbaru;karena sistemtersebut lebih luastersediadalam

aplikasinyadankekerabatandapatdiperluassertapenentuan suatuspesiesdan

batas-batasnya lebih jelas. Secara konvensional, konsep morfologi yang lebih

menguasai,tetapibaru-baruiniteknikbiologidanmolekuleryangmenjadilebih

(33)

13

berbeda-bedasaatinidigunakanuntuksalingmelengkapidanmemilikikontribusi

yangmengarahpadaidentifikasisuatuspesiesdalamgenusFusarium.

EkologidanPatogenesisFusariumsp.

Fusariumtermasukpatogentanamanyangdapatmenularmelaluitanah(soil borne);bertahandalamtanah(soilinhabitant)sebagaimiseliumatausporatanpa

adanyainang(Nelson2001).Jikaterdapatinangmakaakanmenginfeksiakar,

masuk ke jaringan vaskular (xylem) menyebar dan memperbanyak diri, dan

menyebabkaninangmengalamikelayuankarenasistempembuluhpadatanaman

inang tersebut tersumbat (Agrios2005). SecaraekonomiFusarium sp., adalah

patogenpenting dalampertanian hortikulturadidunia(Singletonet al. 1992).

Sebagaicontoh,F.oxysporummenyerangpertanamandanpenyebarannyasangat

luashampirdiseluruhdunia.Cendawaninimenghasilkantigamacamtoksinyang

menyerang jaringan tanaman, yaitu: asam fusarat, asam dehidrofusarat dan

likomarasmin. Toksin-toksin tersebut akan mengubah permeabilitas membran

plasmadariseltanamaninangsehinggamengakibatkantanamanyangterinfeksi

lebihcepatkehilanganairdaripadatanamanyangsehat(Nelson2001).

Mendgen et al. (1996) berpendapat bahwa cara kerja dari toksin yang dihasilkan Fusarium adalah mengubah struktur sel tanaman; toksin yang

dihasilkanadalahasamfusaratdanenzimpektinase.Enzimpektinasemerupakan

enzim perombak dinding sel tanaman, sehingga patogen bisa masuk ke sel

tanaman dengan mudah, serta menyebabkan terjadinya perubahan warna pada

akartanaman(Ching2008).Asamfusaratbersifatracunpadajaringanparenkim

yang letaknya bersebelahan dengan jaringan pembuluh, sehingga menghambat

perandarikeduanya(Oku1994).MekanismeinfeksiFusariumadalahsporajatuh

ke sel tanaman (inokulasi) dibantu oleh angin, masuk ke lubang alami, yaitu

hidatoda(padabagiantanaman),kemudianberkembangbiakdanhifanyaakan

mengkolonisasijaringan(Tucker&Talbot2001).Jaringandipenuhiolehmassa

spora patogen, kemudian spora akan berkecambah dan menyumbat sistem

(34)

14

PerkembanganFusariumsp.,dipengaruhiolehkeadaanpHyaitudaritanah

asam memungkinkannya tumbuh dan berkembang. Selanjutnya suhu yang

berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman berpengaruh juga terhadap

perkembanganpenyakit. Fusariumsp.,mampuhiduppadasuhutanahantara10

-24ºC,meskipunhalinitergantungpulapadaisolatnya(Soesanto2008).Fusarium

jugacepat berkembangpadatanahyangterlalu basahataubecek,kelembaban

udarayangtinggi,danpHtanahyangrendah(Ching2008).Populasipatogen

dapatbertahansecaraalamididalamtanahdanpadaakartanamansakit serta

dapatmenginfeksitanamanlewatmulutkulit,lentisel,kutikula,luka.Fusarium

sp.,membentuksporayangberperandidalamsebaranpatogenyangluassecara

alami melalui hujan; dimana dengan adanya curah hujan yang tinggi akan

membantupemencarancendawanpatogentulartanahkedaerahlainyanglebih

jauh,baikkarenapercikanmaupunterbawaaliranair.Faktorlainyangberperan

dalam penyebaran spora Fusarium adalah angin, bibit terinfeksi, pemindahan bibit, tanah terinfestasi, permukaan air drainase, pembubunan, luka karena

serangga,alatpertanian,danlain-lain(Nelson2001).

Penyakityangumumnyadiakibatkanolehpatogeniniadalahpenyakitlayu

Fusariumyangmenyerangakardanmenimbulkankerugianyangcukupbesar.

Tanamanyangmenjadilayuakibatpenyakit iniantara lain,semangka,melon,

tomat, kopi, pisang (Gordon&Martin1997). Selain itu juga Fusarium dapat

menyebabkanbusukbijijagungdandampingoffpadapesemaiankapas (Elsalam

etal.2003).UntukgejalahawaryangdisebabkanolehFusariummasihsedikit

dijumpai.TetapibeberapaspesiesFusariumdapatmenyebabkanpenyakithawar

yangmenyeranggandumdiberbagaibelahanEropa,Amerika,danAsiahingga

menjadiepidemikdanmengakibatkankerugianakibatkegagalanpanen(Zhuping

1994). Penyakit hawar yang disebabkan oleh Fusarium ini umumnya disebut

sebagaiFusariumheadblight(FHB)atau“scab”ataukudisdandipengaruhioleh

kelembaban udara yang berlebihan pada musim tertentu. FBH dapat diatasi

dengan penggunaan benih tanaman gandumtransgenik yang resisten terhadap

FBH(Zhuping1994).Selainitujuga,Fusariumdapatmenyebabkanhawaratau

bercakdaunpadarumput(Goldberg2006),yangdisebutdenganfusariumleaf

(35)

15

Fusarium juga menyebabkan penyakit busuk akar dan crown, busuk tongkol, hawar benih dan biji gandum serta malformasi pada mangga dan

penyakitbakanepadapadi(Summerelletal.2003).Berkaitandengantanaman

darikelompokmonokotil,tanamantebu(Saccharumsp.)diserangolehFusarium

dan menimbulkan penyakit pokkah boeng yang berasal dari Jawa dan

menimbulkankerugianbesar.Penyakitinimenghasilkangejalayangsangatluas,

teristimewaselamacuacahujan.Umumnyaujungtanamanmembelitdanberubah

bentuk.Daunklorotikdipermukaanbawah,terbatasdidasarnyadanberkembang

denganwarnamerahtua.Kultivaryangrentandapatterusberkembanggejalanya,

termasuk nekrosis di bagian apikal, keriput, daun menjadi pendek dan gejala

berkembangkebatangyangmenyerupaipotongandaripisau.Patogeninitersebar

oleh aliran angin dan percikan hujan, menginfeksi potongan batang tebu,

seranggadalamstadiapupadandewasayangmembuatliangpadabatangtebu.

Tebu menjadirentanpadaumur3-8bulan(Gordon&Martin1997).

KeragamanMikroorganismemelaluiKarakterMolekuler

Keragaman mikroorganismeadalah variasiatau perbedaan bentuk-bentuk

mikroorganisme, materi genetik yang dikandungnya, serta bentuk-bentuk

ekosistemtempathidupatauhabitatnya(Campbell&Reece2005). Keragaman

mikroorganismeinidapatdibedakansecaramorfologi,fisiologidangenetikayang

digunakanuntukklasifikasidanidentifikasisecaratepatsehinggadiperolehciri

khususdarisuatumikroorganisme.Morfologidanfisiologisuatumikroorganisme

dapatdiketahuidenganpewarnaan,ujiendospora,menggunakanmediaspesifik,

melihat perkembangan hifa, warna miselium, bentuk konidia dan sebagainya. Pengamatan tersebut cukup membantu dalam identifikasi, tetapi bila satu

kelompokmikroorganimemememilikibeberapajenisataustrain,makaakansulit

untuk dibedakan secara morfologi bahkan dapat terjadi kesalahan identifikasi

(Suryadi&Mahmud2002).Sebagaicontoh,hasilpenelitianSaragih&Silalahi

(2006)menunjukkanbahwaterdapatbeberapaspesiesFusariumyangterdeteksi

dan diidentifikasi sebagai penyebab penyakit layu pada tanaman markisa.

(36)

16

equisetiimemilikikeragamanyangtinggiyangdidugakarenaperbedaanekologi

tempatasalnyasehinggaantarspesiessulitdikendalikandengancarayangsama.

Pendekatan teknologi asam nukleat merupakan cara yang akurat dalam

untukmencirikankeragamangenetikdiantarabeberapaspesies.Klasifikasidan

identifikasiyangtepatdapatmerujukpadasuatuupayapengendalianyangtepat

sasaran.Teknikmolekuleryangdapatdigunakanuntukmengetahuikeragaman

mikroorganismeadalahmetodePolymeraseChainReaction(PCR)dananalisis

sequencing. PCR merupakan teknik untuk melipatgandakan sekuen nukleotida tertentu secara eksponensial secara in vitro dengan melibatkan sepasang oligonukleotida sebagai primer dan dengan bantuan enzim. Sekuen nukleotida tertentu ini merupakan daerah yang bersifat konserve dan menjadi ciri khas

genetiksuatucendawan,yangdapatmembedakandenganorganismelainbahkan

cendawanlainyangberbedajenisdanspesies(Muladno2002).

Salah satu daerah yang biasa digunakan para ahli untuk mendeteksi

keberadaancendawanpatogentanamanadalahinternaltranscribedspacer(ITS)

pada ribosomal DNA (rDNA) dengan data sekuen 28S rRNA. Daerah ini

memilikivariasisekuensyangtinggiantarspesiessertamemberikankegunaan

bagiprimeryangdihasilkanuntukdeteksispesiesyangspesifikpadacendawan

dan membedakan kedekatan hubungan spesies cendawan (Bryan et al. 1995;

Elsalametal.2003).GenRNAribosom(rDNA)memilikikarakteryangcocok

untuk deteksi patogen pada tingkat spesies. rDNA ini sangat stabil dan

menunjukkandaerah yang conserve dan bervariasididalamgenomdandapat

digunakan untuk investigasi kekerabatan dalam tingkat spesies (Hibbert et al.

1995danLeeetal.2000).Merekamemperbanyakdirisecaragandamencapai

200copyperhaploidgenom(Brunsetal.1991)danmengandunggen18Ssubunit

kecil (SSU), 5.8S dan 28S subunit besar (LSU) (Gambar 3). Perbedaan

komposisinukleotidadaridaerahITSdigunakanuntukmendesainprimerspesifik

untuk mengamplifikasi DNA secara selektif antara spesies patogen tanaman

(Moriccaetal.1998).AnalisissekuennukleotidadaridaerahrDNAdapatsecara

luasditerima untuk menghasilkan filogenidan hubungannya dalamtaksonomi

(37)

17

Gambar3 PrimerITS-Fu-fdanITS-Fu-r,spesifikuntuk Fusariumyang

dibentukdaridaerahITS(internaltranscribedspacer)

(Elsalametal.2003).

Untukanalisissequencingmengarahpadaidentifikasiisolatcendawanyang

mencerminkan hubungan filogeni. Data sekuen 28S rDNAsaat ini digunakan sebagai dasar identifikasi cendawan dalam sistem hirarki yang mencerminkan hubungan kekerabatan (Shenoy et al 2007). Menurut Muladno (2002),

penggunaandatasekuenspentingdalammembandingkansekuensdarigenyang

sama pada spesies yang berbeda, yang memungkinkan dibuatnya diagram

filogenetik. Filogenetik dalam cendawan merupakan cara untuk membedakan

spesiesyangsatudenganyanglainmenjadisubkelompokyanglebihkecilLeslie

et al. (2001). Dalam aplikasinya, banyak studi filogenetik cendawan

menggunakan sekuen DNA dari satu atau dua lokus dari isolat yang telah

terkarakterisasidenganbaik;contohnyadidalamfilogeniFusarium,dilakukan

berdasarkansekuenITSantara2sekuenFusarium(Harrington&Potter1997).

BakteriRizosferyangBerpotensisebagaiBiokontrol

Rizosfer merupakan daerah ideal bagi tumbuh dan berkembangnya

mikroorganismetermasukagensiapengendalihayati(Campbell&Reece2005).

[image:37.595.105.484.74.824.2]
(38)

18

sebagai agens hayati dalam menghambat perkembangan patogen penyebab

penyakit serta meningkatkan pertumbuhan tanaman (Baker & Cook 1974). Bakteri di daerah rizosfer lebih banyak yang berperan sebagai agen hayati.

Keberlangsunganhidupnyajugaleb

Gambar

Gambar 1  Pertanaman buah merah di Kabupaten Manokwari; a. Morfologi
Gambar 2  Buah merah; a. Buah merah dari tanaman berumur  4 tahun;
Gambar 3  Primer ITS-Fu-f dan ITS-Fu-r, spesifik untuk  Fusarium yang
Gambar 5 Gejala hawar pada daun buah merah di lapangan.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pada uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yang akan diteliti yaitu, adakah penurunan perilaku

Peserta kelas ibu hamil sebaiknya kelas ibu hamil pada umur kehamilan 20 s/d 30 minggu, karena pada umur kehamilan ini kondisi ibu sudah kuat, tidak takut

Biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan yang besarnya tidak dipengaruhi oleh produksi yang dihasilkan, total biaya tetap yang dikeluarkan oleh

Dari data cakupan pemberian ASI Eksklusif pada tahun 2014 dan 2015 terdapat beberapa puskesmas di Kota Denpasar yang belum mencapai target, puskesmas dengan capaian target terendah

Hal ini menunjukkan Perlu dilakukan penelitian lebih lenjut bahwa pengaruh frekuensi pemberian pupuk dengan frekuensi pemberian yang lebih tinggi daun terhadap hasil mangga

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa petugas perpustakaan sekolah harus memiliki pengetahuan yang banyak di bidang perpustakaan dan juga pendidikan, keterampilan

Klastering wilayah di Kabupaten Belu menghasilkan kategori klaster sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 2.2, Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat

Sementera itu, wakil asisten di kementerian kebudayaan, Anwar Al-Bir’awi menuntut pemerintah Inggris untuk meminta maaf atas kejahatan besar yang dilakukan terhadap hak