• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Konsep Diri Akademik Dengan Self Regulated Learning Pada Mahasiswa Penghuni Asrama Mahasiswa Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Antara Konsep Diri Akademik Dengan Self Regulated Learning Pada Mahasiswa Penghuni Asrama Mahasiswa Universitas Sumatera Utara"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI AKADEMIK

DENGAN

SELF-REGULATED LEARNING

PADA MAHASISWA PENGHUNI ASRAMA MAHASISWA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh

ARTHA WIDYA RUMAHORBO

101301035

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

SKRIPSI

HUBUNGAN KONSEP DIRI AKADEMIK

TERHADAP

SELF REGULATED LEARNING

PADA MAHASISWA PENGHUNI ASRAMA MAHASISWA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dipersiapkan dan disusun oleh :

ARTHA WIDYA RUMAHORBO 101301035

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 15 Juli 2014

Mengesahkan, Dekan Fakultas Psikologi

Prof. Dr. Irmawati, psikolog NIP. 195301311980032001

Tim Penguji

1. Rr. Lita Hadiati W., M.Pd, psikolog Penguji I/Pembimbing

NIP. 197002142000122002 ________

2. Dian Ulfasari, M.Psi, psikolog Penguji II

NIP. 198108242008122002 ________

3. Rahmi Putri Rangkuti, M.Psi, psikolog Penguji III

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul:

Hubungan Antara Konsep Diri Akademik Dengan Self Regulated Learning

Pada Mahasiswa Penghuni Asrama Mahasiswa Universitas Sumatera Utara

Adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 15 Juli 2014

(4)

Hubungan antara konsep diri akademik dengan self-regulated learning pada mahasiswa penghuni asrama mahasiswa

Universitas sumatera utara

Artha Widya Rumahorbo dan Rr. Lita Hadiati W.

ABSTRAK

Tinggal di asrama memberikan dampak bagi mahasiswa. Ada mahasiswa yang begitu melihat teman sekamar sedang belajar, mahasiswa tersebut akhirnya ikut belajar. Ada juga yang begitu melihat teman sekamar bermain, akhirnya mahasiswa tersebut juga ikut bermain. Semua tergantung kepada kemampuan self regulated learning dan konsep diri akademik mahasiswanya sendiri. Hal ini terjadi karena salah satu faktor yang turut mempengaruhi proses berkembangnya kompetensi self-regulated learning adalah pengaruh sosial.

Penelitian ini dilakukan untuk melihat adanya hubungan antara Konsep Diri Akademik terhadap Self Regulated Learning pada mahasiswa penghuni asrama mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU). Penelitian ini dilakukan di lingkungan asrama mahasiswa USU dengan jumlah subjek sebanyak 100 orang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Penelitian ini menggunakan dua buah skala yakni skala konsep Diri Akademik yang disusun sendiri oleh peneliti menggunakan teori tiga dimensi dari konsep diri akademik Carlock (1999) dan empat belas strategi self-regulated learning dari Zimmerman dan Martinez-Pons (dalam Boerkarts, Pintrich, & Zeidner, 2000). Nilai reliabilitas konsep diri akademik sebesar 0,935 dan terdiri dari 32 aitem sedangkan nilai reliabilitas self regulated learning sebesar 0,954 dan terdiri dari 52 aitem.

Analisa penelitian menggunakan korelasi Pearson Product Moment. Berdasarkan hasil analisa ditemukan bahwa ada hubungan antara konsep diri akademik dengan self-regulated learning pada mahasiswa penghuni asrama mahasiswa Universitas Sumatera Utara (r = 0.648). Implikasi dari penelitian ini adalah semakin tinggi konsep diri akademik meningkatkan self-regulated learning.

(5)

The relationship between academis self concept with self regulated learning student in student boarder at North Sumatera University (USU)

Artha Widya Rumahorbo dan Rr. Lita Hadiati W.

ABSTRACT

Living in dormitories have an impact for students. There are students who are so look roommate is studying, the students eventually come to learn. There are also so look roommate play, eventually the students also come into play. All depends on the ability of self-regulated learning and academic self-concept of students themselves. This happens because one of the factors that influence the development of self-regulated learning competence is social influence.

This study was conducted to see the relationship between the Academic Self-Concept with Self-Regulated Learning student boarder student at North Sumatra University (USU). This research was conducted in the USU student dormitories with as many as 100 people a number of subjects. The method used in this study is a quantitative method. This study uses two scales the Academic Self-concept scale were compiled by researchers using three-dimensional theory of academic self-concept Carlock (1999) and fourteen self-regulated learning strategies of Zimmerman and Martinez-Pons (in Boerkarts , Pintrich, & Zeidner, 2000). Reliability value of 0.935 academic self-concept and consists of 32 aitem while the reliability of self-regulated learning value of 0.954 and consists of 52 aitem.

Research analysis using Pearson Product Moment Correlation. Based on the analysis it was found that there is a relationship between academic self-concept with self-regulated learning in students boarder students of the University of North Sumatra (r = 0648). The implication of this study is the higher academic self-concept enhancing self-regulated learning.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Yesus Kristus yang telah memberikan karunia dan kekuatan dalam penyelesaian skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Konsep Diri Akademik Dengan Self Regulated Learning pada Mahasiswa Penghuni Asrama Mahasiswa Universitas Sumatera Utara”. Penyusunan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Irmawati, psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Rr. Lita Hadiati Wulandari, M.Pd, psikolog selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan memberikan ide, kritik dan saran sehingga skripsi ini bisa selesai. Terima kasih untuk kesabaran dan perhatian ibu.

(7)

4. Kedua orangtua saya, J. Rumahorbo dan N. Sinaga S.Ag, juga untuk adek-adekku Jos Rumahorbo, Rizko Rumahorbo dan Rizky Rumahorbo. Terimakasih untuk perhatian dan kasih sayangnya.

5. Seluruh staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara yang telah berbagi ilmu kepada peneliti selama peneliti mengenyam pendidikan di Universitas Sumatera Utara ini.

6. Seluruh pegawai Fakultas Psikologi, Kak Ari, Kak Devi, Kak Ade, Pak Iskandar dan Pak Aswan yang selalu memberikan kemudahan dalam mengurus semua keperluan administrative kampus.

7. Sahabat-sahabatku tercinta, Santri Tarigan, Tota Simbolon, Hespita Sidabutar dan Putri Pandiangan, S.Psi. Yang udah sarjana terakhir ditulis namanya. Terima kasih untuk kebersamaan kita bahkan dari awal masuk ke kampus ini. Suka duka yang dijalani bersama, dukungan, kritik saran dan bantuan yang teman-teman berikan sungguh menguatkan. Terimakasih buat semuanya.

8. Untuk KMK St. Lukas dan KMK St. Albertus Magnus, terkhusus buat Richard Sitio, Yuliana Sibarani, Serani Simare-mare dan adik-adikku yang lain (maaf tak bisa disebut satu per satu) yang membantu dalam menyebar kuesioner TO penelitian ini. Terima kasih juga untuk KMK ku, yang dikala kesibukanku kalian masih sempat mengajak aku rapat dan ngamen. Kalian memang luar biasa.

(8)

10. Seluruh responden dalam penelitian ini, mahasiswa penghuni asrama mahasiswa USU beserta staf penanggungjawabnya. Kak Lestari juga terimakasih. Tanpa kesediaan kalian penelitian ini tidak akan berjalan. Terimakasih untuk kesediaan dan waktunya.

11. Semua pihak yang terlibat dalam pengerjaan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu, dalam kesempatan ini peneliti juga mengucapkan terima kasih. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan saudara.

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, peneliti menerima saran dan kritik agar skripsi ini menjadi lebih baik lagi. Harapan peneliti semoga skripsi ini bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, 15 Juli 2014

Penulis

Artha Widya Rumahorbo

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……….i

ABSTRACT ………… ……….ii

KATA PENGANTAR ……….iii

DAFTAR ISI ………vi

DAFTAR TABEL ……….. .ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Self-Regulated Learning ... 11

1. Pengertian self-regulated learning ... 11

2. Perkembangan Self-regulated learning ... 12

3. Strategi Self-regulated learning ... 14

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self-Regulated Learning ... 17

B. Konsep Diri Akademik ... 19

1. Pengertian konsep diri akademik ... 19

2. Aspek-aspek konsep diri akademik ... 21

3. Jenis-jenis konsep diri akademik ... 22

C. Mahasiswa ... 23

D. Hubungan Konsep Diri Terhadap Self-Regulated Learning ... 25

(10)

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

A. Metode Penelitian Kuantitatif ... 29

B. Variabel Dan Definisi Operasional ... 30

C. Populasi, Sampel, Dan Metode Pengambilan Sampel ... 31

1. Populasi………...…….. .31

2. Sampel ... 32

3. Metode pengambilan sampel ... 32

D. Metode Pengumpulan Data ... 33

1. Skala self regulated learning ... 33

2. Skala konsep diri akademik ... 35

E. Validitas Dan Reliabilitas Alat Ukur ... 37

1. Validitas alat ukur ... 37

2. Reliabilitas alat ukur ... 37

F. Hasil Uji Coba Alat Ukur………39

1. Skala self regulated learning ... 39

2. Skala konsep diri akademik ... 41

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 43

1. Tahap persiapan penelitian ... 43

2. Tahap pelaksanaan penelitian ... 45

3. Tahap Pengolahan Data ... 45

H. Metode Analisis Data ... 45

1. Uji Normalitas ... 46

2. Uji Reliabilitas ... 46

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 47

(11)

1. Gambaran umum subjek penelitian ... 47

2. Hasil penelitian ... 48

B. Pembahasan ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 60

1. Saran Metodologis ... 60

2. Saran Praktis ... 61

DAFTAR PUSTAKA ……….…….62

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 Blue Print Uji Coba Skala Self-regulated Learning 33 Tabel 2 Blue print Uji Coba Skala Konsep Diri Akademik 37 Tabel 3 Blue Print Distribusi Aitem Skala Self-regulated Learning 39 Tabel 4 Blue Print Skala Self-regulated Learning 41 Tabel 5 Blue Print Distribusi Aitem Konsep Diri Akademik 42 Tabel 6 Blue Print Skala Konsep Diri Akademik 43

Tabel 7 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia 47

Tabel 8 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin 48 Tabel 9 Normalitas Sebaran Variabel Konsep Diri Akademi

dan Self-regulated Learning 49

Tabel 10 Uji Linearitas Data Variabel Konsep Diri Akademik

dan Self-regulated Learning 50

Tabel 11 Korelasi antara Konsep Diri Akademik dengan Self-regulated Learning pada Mahasiswa Penghuni

Asrama Mahasiswa USU 51

Tabel 12 Deskripsi Data Penelitian Konsep Diri Akademik 52

Tabel 13 Deskripsi Data Penelitian Self-regulated Learning 53

Tabel 14 Kategorisasi Data Konsep Diri Akademik 54

(13)

Hubungan antara konsep diri akademik dengan self-regulated learning pada mahasiswa penghuni asrama mahasiswa

Universitas sumatera utara

Artha Widya Rumahorbo dan Rr. Lita Hadiati W.

ABSTRAK

Tinggal di asrama memberikan dampak bagi mahasiswa. Ada mahasiswa yang begitu melihat teman sekamar sedang belajar, mahasiswa tersebut akhirnya ikut belajar. Ada juga yang begitu melihat teman sekamar bermain, akhirnya mahasiswa tersebut juga ikut bermain. Semua tergantung kepada kemampuan self regulated learning dan konsep diri akademik mahasiswanya sendiri. Hal ini terjadi karena salah satu faktor yang turut mempengaruhi proses berkembangnya kompetensi self-regulated learning adalah pengaruh sosial.

Penelitian ini dilakukan untuk melihat adanya hubungan antara Konsep Diri Akademik terhadap Self Regulated Learning pada mahasiswa penghuni asrama mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU). Penelitian ini dilakukan di lingkungan asrama mahasiswa USU dengan jumlah subjek sebanyak 100 orang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Penelitian ini menggunakan dua buah skala yakni skala konsep Diri Akademik yang disusun sendiri oleh peneliti menggunakan teori tiga dimensi dari konsep diri akademik Carlock (1999) dan empat belas strategi self-regulated learning dari Zimmerman dan Martinez-Pons (dalam Boerkarts, Pintrich, & Zeidner, 2000). Nilai reliabilitas konsep diri akademik sebesar 0,935 dan terdiri dari 32 aitem sedangkan nilai reliabilitas self regulated learning sebesar 0,954 dan terdiri dari 52 aitem.

Analisa penelitian menggunakan korelasi Pearson Product Moment. Berdasarkan hasil analisa ditemukan bahwa ada hubungan antara konsep diri akademik dengan self-regulated learning pada mahasiswa penghuni asrama mahasiswa Universitas Sumatera Utara (r = 0.648). Implikasi dari penelitian ini adalah semakin tinggi konsep diri akademik meningkatkan self-regulated learning.

(14)

The relationship between academis self concept with self regulated learning student in student boarder at North Sumatera University (USU)

Artha Widya Rumahorbo dan Rr. Lita Hadiati W.

ABSTRACT

Living in dormitories have an impact for students. There are students who are so look roommate is studying, the students eventually come to learn. There are also so look roommate play, eventually the students also come into play. All depends on the ability of self-regulated learning and academic self-concept of students themselves. This happens because one of the factors that influence the development of self-regulated learning competence is social influence.

This study was conducted to see the relationship between the Academic Self-Concept with Self-Regulated Learning student boarder student at North Sumatra University (USU). This research was conducted in the USU student dormitories with as many as 100 people a number of subjects. The method used in this study is a quantitative method. This study uses two scales the Academic Self-concept scale were compiled by researchers using three-dimensional theory of academic self-concept Carlock (1999) and fourteen self-regulated learning strategies of Zimmerman and Martinez-Pons (in Boerkarts , Pintrich, & Zeidner, 2000). Reliability value of 0.935 academic self-concept and consists of 32 aitem while the reliability of self-regulated learning value of 0.954 and consists of 52 aitem.

Research analysis using Pearson Product Moment Correlation. Based on the analysis it was found that there is a relationship between academic self-concept with self-regulated learning in students boarder students of the University of North Sumatra (r = 0648). The implication of this study is the higher academic self-concept enhancing self-regulated learning.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Mahasiswa merupakan subjek yang memiliki potensi untuk mengembangkan pola kehidupannya, dan sekaligus menjadi objek dalam keseluruhan bentuk aktivitas dan kreativitasnya, sehingga diharapkan mampu menunjukkan kualitas daya yang dimilikinya, (Baharuddin & Makin, 2007). Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mahasiswa adalah mereka yang sedang belajar di perguruan tinggi (Poerwadarminta, 2005). Menurut Sukadji (2001) mahasiswa adalah sebagian kecil dari generasi muda yang mendapat kesempatan untuk mengasah kemampuannya di perguruan tinggi. Oleh sebab itu, mahasiswa diharapkan akan mendapat manfaat yang sebesar-besarnya dalam pendidikan tersebut.

(16)

Sebagai salah satu universitas terbaik yang ada di pulau Sumatera, Universitas Sumatera Utara memiliki fasilitas asrama untuk mahasiswa baru ataupun mahasiswa yang kurang mampu. Asrama mahasiswa terdapat di dua tempat yaitu asrama putri yang terletak di Jl. Universitas dan asrama putra yang terletak di Jl. Dr. T. Mansur di lingkungan kampus Padang Bulan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia asrama adalah bangunan tempat tinggal bagi orang-orang yang bersifat homogen (Poerwadarminta, 2005). Alasan untuk memilih menghuni sebuah asrama bisa jadi karena tempat tinggal asal penghuninya yang terlalu jauh, maupun untuk biayanya yang terbilang lebih murah dibandingkan bentuk penginapan lain. Ditambah lagi dengan tinggal di asrama berarti tinggal bersama dengan teman mahasiswa satu universitas bahkan berasal dari fakultas yang sama.

Menurut Badrul (2012) mahasiswa yang tinggal di asrama adalah mahasiswa yang telah terdaftar sebagai penghuni asrama setelah menandatangani surat perjanjian penghuni asrama dan bersedia mematuhi tata tertib asrama yang di tetapkan dan wajib tinggal di asrama selama satu tahun dan tidak diperkenankan tinggal diluar asrama.

Selain untuk alasan biayanya lebih murah, tentunya juga dengan harapan tinggal di asrama itu lebih teratur.

“Kan selama ini yang ditahu oleh mamak dan bapak kalau tinggal di asrama itu jauh lebih teratur dibandingkan yang tinggal di kostan. Terus bisa lebih fokus sama belajar. Orangtua mengharapkannya kek gitu. Lagian uang asrama hanya lima puluh ribu per bulan udah ikut uang air sama uang listrik. Itu udah delapan kali lebih murah, atau bahkan lebih kalo dibandingkan sama anak kostan biasa. Jadi lebih irit lah..hehehehe..”

(17)

Dari hasil wawancara di atas kita dapat melihat bahwa tuntutan untuk mencapai hasil yang baik di perkuliahan pada mahasiswa penghuni asrama cukup tinggi. Orangtua yang menitipkan anaknya di sebuah asrama mengharapkan bahwa anak mereka pasti akan mencapai prestasi yang baik. Ditambah lagi tinggal di asrama dengan peraturan yang cukup ketat maka pola hidup mahasiswa juga akan lebih teratur.

Menurut Boekaerts (dalam Susanto, 2006), ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan mahasiswa untuk mencapai prestasi yang optimal, yaitu inteligensi, kepribadian, lingkungan kampus, dan lingkungan tempat tinggal (keluarga, asrama atau kos). Nur (2009) juga melakukan penelitian terhadap mahasiswa yang tinggal di asrama dan tidak diasrama untuk melihat hubungan lingkungan belajar mahasiswa terhadap prestasi belajarnya. Hasilnya adalah lingkungan belajar mahasiswa di asrama dengan prestasi belajar memiliki kontribusi sebesar 45,6% dan lingkungan belajar mahasiswa tidak di asrama dengan prestasi belajar memiliki kontribusi sebesar 38,2%. Hal ini berarti lingkungan belajar mahasiswa di asrama dan tidak asrama mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa, akan tetapi semakin baik lingkungan yang mendukung belajar, maka prestasi belajar yang dicapai mahasiswa akan semakin tinggi.

(18)

kamar. Maka dapat disimpulkan ada pengaruh jumlah teman satu kamar terhadap peningkatan prestasi belajarnya.

Di asrama mahasiswa Universitas Sumatera Utara, setiap kamar ditempati oleh tiga hingga empat orang mahasiswa dalam satu kamar. Dengan jumlah mahasiswa yang tinggal dalam satu kamar sebanyak 3 atau empat orang turut mempengaruhi pola belajar mereka baik itu secara positif maupun secara negatif. Ada mahasiswa yang begitu melihat teman sekamar sedang belajar, mahasiswa tersebut akhirnya ikut belajar. Ada juga yang begitu melihat teman sekamar bermain, akhirnya mahasiswa tersebut juga ikut bermain.

“Malulah kan kalau kawan sekamar belajar sementara aku nonton atau gak ngapa-ngapain. Nanti jadi gak enakan. Apalagi kalau kayak kawan satu kamarku yang sambil kuliah sambil kerja juga. Jadi malah terikut untuk belajar juga.”

(Komunikasi Personal, 11 Desember 2013)

“Kan namanya juga kawan sekamar, jadi kalau kawan belajar, ya ikutlah belajar, tapi kalau kawan nonton, agak sulit memang gak ikut nonton, jadi gak fokus, ujung-ujungnya nonton juga. hehehe..”

(Komunikasi Personal, 13 Desember 2013)

Pada beberapa mahasiswa penghuni asrama jika berhadapan dengan teman sekamar yang sedang bermain, sementara mahasiswa tersebut ingin belajar, mereka akan mengambil langkah seperti menegur atau pindah ke kamar tetangga untuk belajar.

Iya kak, aku kadang ku bilang aja kalo aku mau ngerjain tugas, supaya gak nonton. Tapi kalau gak mau juga biasanya aku yg keluar ke kamar kawan di bawah kak, daripada berantem.”

(19)

Kondisi demikian tentunya cukup mengganggu mahasiswa lain yang ingin belajar. Diperlukan pemahaman yang baik satu sama lain agar proses belajar di asrama tetap kondusif.

Agak kesal nya kak, tapi memang gak semua kawan di asrama yang kek gitu. Ada juganya yang bisa diajak kerjasama. Asal baik-baik aja ngomongnya.”

(Komunikasi Personal, 13 Desember 2013)

Hal diatas diperkuat lagi dengan tidak adanya peraturan mengenai jadwal belajar di asrama mahasiswa Universitas Sumatera Utara. Pembagian jadwal belajar diserahkan kepada mahasiswa sendiri untuk mengaturnya, (Administrator Asrama USU, 2013). Maka dengan demikian mahasiswa harus secara sadar untuk membagi waktu agar kegiatan kuliah di kampus, belajar pribadi, mengerjakan tugas, diskusi dan berorganisasi tidak tumpang tindih.

Ginting (2003) menyatakan bahwa untuk mendapatkan prestasi akademis yang memuaskan diperlukan adanya kesiapan belajar di perguruan tinggi yang mencakup kesiapan mental dan keterampilan belajar. Salah satu keterampilan belajar yang mempunyai peran penting dalam menentukan kesuksesan di perguruan tinggi adalah kemampuan meregulasi diri dalam belajar atau disebut juga dengan self-regulated learning (Spitzer, 2000).

(20)

kenyataan. Artinya dalam definisi di atas disebutkan bahwa self-regulated learning tidak sekedar bagaimana melakukan pengelolaan terhadap dirinya secara menyeluruh (afeksi, kognitif, dan tingkah laku), namun juga terkait dengan bagaimana seseorang menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan belajar agar sesuai dengan kebutuhan dirinya.

Self-regulated learning adalah sebuah konsep mengenai bagaimana individu menjadi regulator atau pengatur bagi belajarnya sendiri (Zimmerman & Martinez-Pons, dalam Schunk & Zimmerman,1998). Konsep self-regulated learning bukan kemampuan mental seperti intelegensi atau kemampuan akademik tetapi lebih kepada proses mengarahkan diri untuk mengubah kemampuan mental menjadi kemampuan akademik (Zimmerman dalam Schunk & Zimmerman, 1998). Schunk & Zimmerman (1998) menegaskan bahwa individu yang bisa dikatakan sebagai self-regulated learners adalah individu yang secara metakognisi, motivasional dan behavioral aktif ikut serta dalam proses belajar mereka. Individu tersebut dengan sendirinya memulai usaha belajar mereka secara langsung untuk memperoleh pengetahuan dan keahlian yang mereka inginkan tanpa bergantung pada guru, orang tua, dan orang lain.

(21)

kelebihan dan kekurangan dalam bidang akademik, individu diperkirakan dapat membuat strategi belajar.

Dalam peningkatan prestasinya, mahasiswa perlu untuk menampilkan seluruh potensi akademik yang dimiliki. Hal ini dapat tercapai apabila siswa memiliki konsep diri yang positif, khususnya dalam konsep diri akademis (Gage & Berliner, 1988). Konsep diri akademis merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku di bidang akademik, artinya apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya. Dikaitkan dengan self regulated learning hal yang sama juga dikemukakan oleh Cobb (2003), bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi self regulated learning salah satunya adalah motivasi. Jika motivasi positif berasal dari dalam diri individu cenderung akan memberikan hasil yang positif dalam proses belajar dan meraih prestasi yang baik.

(22)

Hal ini sejalan dengan konsep self regulated learning dalam kaitannya terhadap penentuan strategi belajar berdasarkan kemampuan individu. Pemahaman terhadap kemampuan akademis membawa seseorang pada pengembangan potensi yang dimiliki.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka peneliti merasa perlu melakukan suatu penelitian yang bertujuan untuk melihat hubungan antara konsep diri akademik dengan self-regulated learning pada mahasiswa penghuni Asrama Mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara konsep diri akademik dengan self-regulated learning pada mahasiswa penghuni Asrama Mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara konsep diri akademik dengan self-regulated learning pada mahasiswa penghuni Asrama Mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis

(23)

individu, khususnya konsep diri akademik individu sebagai mahasiswa dan kaitannya dengan pengembangan konsep diri akademik yang dimiliki oleh individu tersebut.

Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memperkaya sumber kepustakaan di bidang psikologi pendidikan sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai penunjang untuk bahan penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis

Bagi mahasiswa yang tinggal di Asrama Mahasiswa Universitas Sumatera Utara, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk pemahaman konsep diri akademik masing-masing mahasiswa dan untuk meningkatkan self-regulated learning mereka.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang hubungan antara konsep diri akademik dengan self-regulated learning mahasiswa penghuni asrama mahasiswa Universitas Sumatera Utara maka penulisan tugas akhir ini terdiri dari:

BAB I : merupakan pendahuluan yang berisi tentang uraian latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

(24)

BAB III : merupakan metodologi penelitian yang meliputi data yang akan digunakan, variable penelitian, dan metode analisis. BAB IV : menjelaskan tentang gambaran subjek penelitian, laporan hasil

penelitian yang meliputi kategorisasi data penelitian, hasil uji asumsi meliputi uji normalitas dan linieritas, hasil penelitian, dan pembahasan.

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Self-Regulated Learning

1. Pengertian Self-Regulated Learning

Self-regulated learning adalah sebuah konsep mengenai bagaimana seseorang peserta didik menjadi regulator atau pengatur bagi belajarnya sendiri (Zimmerman & Martinez-Pons, dalam Schunk & Zimmerman,1998). Zimmerman (dalam Woolfolk, 2004) mengatakan bahwa self-regulation merupakan sebuah proses dimana seseorang peserta didik mengaktifkan dan menopang kognisi, perilaku, dan perasaannya yang secara sistematis berorientasi pada pencapaian suatu tujuan. Ketika tujuan tersebut meliputi pengetahuan maka yang dibicarakan adalah self-regulated learning.

(26)

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa self-regulated learning merupakan sebuah proses dimana peserta didik mengatur sistem pembelajarannya sendiri dengan melibatkan kognitif, afektif, dan perilakunya sehingga tujuan dari pembelajaran tercapai.

2. Perkembangan Self-regulated learning

Schunk dan Zimmerman (dalam Woolfolk, 2004) mengemukakan model perkembangan self-regulated learning. Berkembangnya kompetensi self-regulated learning dimulai dari beberapa faktor yaitu:

a. Pengaruh sumber sosial: Berkaitan dengan informasi mengenai akademik yang di peroleh dari lingkungan teman sebaya.

b. Pengaruh lingkungan: Berkaitan dengan orang tua dan lingkungannya, sehingga peserta didik dapat menetapkan rencana dan tujuan akademiknya secara maksimal.

c. Pengaruh personal atau diri sendiri. Berkaitan dengan diri sendiri peserta didik yang memiliki andil untuk memunculkan dorongan bagi dirinya sendiri untuk mencapai tujuan belajarnya.

Di dalam faktor-faktor ini terdapat beberapa level berkembangnya self regulated learning,

a. Level pengamatan (observasional)

(27)

dapat menyerap ciri-ciri utama strategi belajar dengan mengamati model, walaupun hampir seluruh peserta didik membutuhkan latihan untuk menguasai kemampuan self-regulated learning.

b. Level pesamaan (emultive)

Pada level ini peserta didik menunjukkan performansi yang hampir sama dengan kondisi umum dari model. Peserta didik tidak secara langsung meniru model, namun mereka berusaha menyamai gaya atau pola-pola umum saja. Oleh karena itu, mereka mungkin menyamai tipe pertanyaan model tapi tidak meniru kata-kata yang digunakan oleh model.

c. Level kontrol diri (self-controlled)

Peserta didik sudah menggunakan dengan sendiri strategi-strategi belajar ketika mengerjakan tugas. Strategi-strategi yang digunakan sudah terinternalisasi, namun masih dipengaruhi oleh gambaran standar performansi yang ditujukan oleh model dan sudah menggunakan proses self-reward.

d. Level pengaturan diri

(28)

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi berkembangnya self-regulated learning adalah faktor (1). Internal, berkaitan dengan kemampuan individu memunculkan dorongan dari dalam diri sendiri, dan (2). Eksternal, berkaitan dengan dukungan orangtua, lingkungan dan informasi akademik yang diterima individu. Kemudian level perkembangan self-regulated learning antara lain (1). Level pengamatan, (2). Level persamaan, (3). Level kontrol diri, (4). Level pengaturan diri.

3. Strategi Self-regulated learning

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zimmerman dan Martinez-Pons (dalam Boerkarts, Pintrich, & Zeidner, 2000) ditemukan empat belas strategi self-regulated learning sebagai berikut.

a. Evaluasi terhadap diri (self evaluating)

Merupakan inisiatif peserta didik dalam melakukan evaluasi terhadap kualitas dan kemajuan pekerjaannya.

b. Mengatur dan mengubah materi pelajaran (organizing and transforming) Peserta didik mengatur materi yang dipelajari dengan tujuan meningkatkan efektivitas proses belajar. Perilaku ini dapat bersifat covert dan overt. c. Membuat rencana dan tujuan belajar (goal setting & planning)

(29)

d. Mencari informasi (seeking information)

Peserta didik memiliki inisiatif untuk berusaha mencari informasi di luar sumber-sumber sosial ketika mengerjakan tugas.

e. Mencatat hal penting (keeping record & monitoring)

Peserta didik berusaha mencatat hal-hal penting yang berhubungan dengan topik yang dipelajari.

f. Mengatur lingkungan belajar (environmental structuring)

Peserta didik berusaha mengatur lingkungan belajar dengan cara tertentu sehingga membantu mereka untuk belajar dengan lebih baik.

g. Konsekuensi setelah mengerjakan tugas (self consequating)

Peserta didik mengatur atau membayangkan reward dan punisment bila sukses atau gagal dalam mengerjakan tugas atau ujian.

h. Mengulang dan mengingat (rehearsing & memorizing)

Peserta didik berusaha mengingat bahan bacaan dengan perilaku overt dan covert.

i. Meminta bantuan teman sebaya (seek peer assistance)

Bila menghadapi masalah yang berhubungan dengan tugas yang sedang dikerjakan, peserta didik meminta bantuan teman sebaya.

j. Meminta bantuan guru/pengajar (seek teacher assistance)

(30)

k. Meminta bantuan orang dewasa (seek adult assistance)

Meminta bantuan orang dewasa yang berada di dalam dan di luar lingkungan belajar bila ada yang tidak dimengerti yang berhubungan dengan pelajaran .

l. Mengulang tugas atau test sebelumnya (review test/work)

Pertanyaan-pertanyaan ujian terdahulu mengenai topik tertentu dan tugas yang telah dikerjakan dijadikan sumber infoemasi untuk belajar.

m. Mengulang catatan (review notes)

Sebelum mengikuti tujuan, peserta didik meninjau ulang catatan sehingga mengetahui topik apa saja yang akan di uji.

n. Mengulang buku pelajaran (review texts book)

Membaca buku merupakan sumber informasi yang dijadikan pendukung catatan sebagai sarana belajar.

Maka dapat disimpulkan strategi pengaturan diri antara lain adalah (a) Evaluasi terhadap diri (self evaluating), (b) Mengatur dan mengubah materi pelajaran

(organizing and transforming), (c) Membuat rencana dan tujuan belajar (goal setting

&planning), (d) Mencari informasi (seeking information), (e) Mencatat hal penting

(keeping record &monitoring), (f) Mengatur lingkungan belajar (envirotmental

structuring), (g) Konsekuensi setelah mengerjakan tugas (self consequating), (h)

Mengulang dan mengingat (rehearsing & memorizing), (i) Meminta bantuan teman

sebaya (seek peer assistance), (j) Meminta bantuan guru (seek teacher assistance), (k)

Meminta bantuan orang dewasa (seek adult assistance), (l) Mengulang tugas atau test

sebelumnya (review test /work), (m) mengulang catatan (review notes), dan (n)

(31)

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self-Regulated Learning

Cobb (2003) menyatakan bahwa self regulated learning dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah self efficacy, motivasi dan tujuan.

a. Self efficacy

Self efficacy merupakan penilaian individu terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan, atau mengatasi hambatan dalam belajar (Bandura dalam Cobb, 2003). Self efficacy dapat mempengaruhi peserta didik dalam memilih suatu tugas, usaha, ketekunan, dan prestasi. Peserta didik yang memiliki self efficacy yang tinggi akan meningkatkan penggunaan kognitif dan strategi self regulated learning. Peserta didik yang merasa mampu menguasai suatu keahlian atau melaksanakan suatu tugas akan lebih siap untuk berpartisipasi, bekerja keras, lebih ulet dalam menghadapi kesulitan, dan mencapai level yang lebih tinggi.

b. Motivasi

(32)

tidak penting. Kedua jenis motivasi ini sangat berperan dalam proses belajar. Peserta didik kadang termotivasi belajar oleh keduanya, misalnya mereka mengharapkan pemenuhan kepuasan atas keingintahuannya dengan belajar giat, namun mereka juga mengharapkan ganjaran (reward) dari luar atas prestasi yang mereka capai.

c. Tujuan (goals)

(33)

Berdasarkan uraian di atas maka kita dapat menyimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi self-regulated learning ada tiga, yaitu (a). Self-efficacy, (b). Motivasi, (c). Tujuan (goal).

B. Konsep Diri Akademik

1. Pengertian Konsep Diri Akademik

Konsep diri didefenisikan sebagai pandangan pribadi yang dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri (Calhoun dan Acocella, 1990). Konsep diri juga dapat diartikan sebagai penilaian keseluruhan terhadap penampilan, perilaku, perasaan, sikap-sikap, kemampuan serta sumber daya yang dimiliki seseorang (Labenne dan Greene, 1969). Demikian juga Paik dan Micheal (2002) menjelaskan konsep diri sebagai sekumpulan keyakinan-keyakinan yang kita miliki mengenai diri kita sendiri dan hubungannya dengan perilaku dalam situasi-situasi tertentu. Maka dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah gambaran keyakinan yang dimiliki individu untuk menilai diri sendiri baik itu dari penampilan, perilaku, sikap, kemampuan serta sumber daya yang dimiliki oleh diri sendiri.

(34)

individu dalam melakukan yang terbaik di sekolah dan kepuasan terhadap prestasi yang diperoleh.

Hattie (dalam Kavale & Mostert, 2004) mendefinisikan konsep diri akademis sebagai penilaian individu dalam bidang akademis. Penilaian tersebut meliputi kemampuan dalam mengikuti pelajaran dan berprestasi dalam bidang akademis, prestasi yang dicapai individu, dan aktivitas individu di sekolah atau di dalam kelas. Huit (2004) juga menjelaskan bahwa konsep diri akademis menunjukkan seberapa baik performa individu di sekolah atau seberapa baik dirinya belajar. Menurut Byrne (dalam Marsh, 2000), konsep diri akademis merupakan salah satu komponen dalam peningkatan prestasi akademis.

Marsh (2003) mengungkapkan bahwa konsep diri akademis dapat membuat individu menjadi lebih percaya diri dan merasa yakin akan kemampuan mereka karena sebenarnya konsep diri akademis itu sendiri mencakup bagaimana individu bersikap, merasa, dan mengevaluasi kemampuannya. Pengertian lain dari konsep diri akademik juga dikemukakan oleh Carlock (1999) yang menyatakan bahwa konsep diri akademik merupakan pandangan diri yang meliputi pengetahuan, harapan, dan penilaian individu mengenai kemampuan akademis yang dimiliki.

(35)

2. Aspek-aspek Konsep Diri Akademik

Carlock (1999) mengungkapkan bahwa aspek-aspek konsep diri akademik tidak berbeda dengan konsep diri, yaitu adanya pengetahuan, harapan, dan penilaian individu mengenai kemampuan akademis yang dimiliki. Ketiga aspek tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a. Pengetahuan

Pengetahuan meliputi apa yang dipikirkan individu tentang diri sendiri. Dalam hal kemampuan akademis, individu dapat saja memiliki pikiran-pikiran mengenai kemampuannya tersebut, seperti pelajaran yang dikuasai, nilai, dan sebagainya (Carlock, 1999). Individu juga mengidentifikasi kemampuan dirinya dalam satu kelompok. Kelompok tersebut memberinya sejumlah informasi lain yang dimasukkannya ke dalam potret diri mentalnya. Akhirnya dalam membandingkan dirinya dengan anggota kelompok, individu menjuluki dirinya dengan orang lain.

b. Harapan

(36)

c. Penilaian individu

Individu berkedudukan sebagai penilai terhadap dirinya setiap hari. Menurut Carlock (1999) bersamaan dengan penilaian ini, misalnya saya lamban, tidak menarik, kikuk, cerdas, dan sebagainya, akan timbul perasaan-perasaan dalam diri individu terhadap dirinya sendiri. Hasil pengukuran ini disebut dengan harga diri. Jika dihubungkan dengan bidang akademisnya, menurut Marsh (2003), hal ini berarti seberapa besar individu menyukai kemampuan akademisnya.

3. Jenis-jenis Konsep Diri Akademik

(37)

C. MAHASISWA PENGHUNI ASRAMA

Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas, institut atau akademi. Mereka yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi dapat disebut sebagai mahasiswa (Takwin, 2008). Menurut Sukadji (2001) mahasiswa adalah sebagian kecil dari generasi muda yang mendapat kesempatan untuk mengasah kemampuannya di perguruan tinggi. Oleh sebab itu, mahasiswa diharapkan akan mendapat manfaat yang sebesar-besarnya dalam pendidikan tersebut.

Asrama merupakan bangunan tempat tinggal bagi orang-orang yang bersifat homogen (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Asrama adalah suatu tempat penginapan yang ditujukan untuk anggota suatu kelompok, umumnya murid-murid sekolah. Asrama biasanya merupakan sebuah bangunan dengan kamar-kamar yang dapat ditempati oleh beberapa penghuni disetiap kamar-kamarnya. Para penghuninya menginap di asrama untuk jangka waktu yang lebih lama daripada di hotel atau losmen.

Alasan untuk memilih menghuni sebuah asrama bisa berupa tempat tinggal asal sang penghuni yang terlalu jauh, maupun untuk biayanya yang terbilang lebih murah dibandingkan bentuk penginapan lain, miasalnya apartemen. Menurut Ernest Burden, dormitory is a multiple-occupancy building which contains a series of sleeping rooms, bath rooms, and common areas

(Illustrated Dictionary of Architecture).

(38)

menjalani pendidikan tinggi di sebuah perguruan tinggi. Sementara mahasiswa penghuni asrama adalah sekelompok orang yang belajar di perguruan tinggi, baik universitas, institusi atau akademi yang tinggal disuatu penginapan yang disediakan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara, sebagai salah satu perguruan tinggi negeri yang ada di Indonesia juga memiliki asrama mahasiswa. Asrama mahasiswa Universitas Sumatera Utara terdapat di dua tempat yaitu asrama putri yang terletak di Jl. Universitas dan asrama putra yang terletak di Jl. Dr. T. Mansur di lingkungan kampus Padang Bulan. Asrama ini dimaksudkan untuk mempermudah mahasiswa dalam melakukan aktifitas sehari-hari karena berada di dalam kampus.

a. Asrama Putri

Mahasiswa yang diperkenankan tinggal di asrama putri adalah :

1) Mahasiswa putri program reguler jenjang S1, D4 dan D3 yang telah duduk sekurang-kurangnya di semester IV serta mempunyai IPK minimal 2,50. 2) Mahasiswa yang ingin bertempat tinggal di asrama putri ini bersedia

membayar uang pangkal Rp 50.000 serta membayar iuran setiap bulan sebesar Rp 50.000 melalui kepala asrama putri.

3) Mahasiswa bersangkutan berasal dari orangtua yang tidak mampu serta berasal dari luar kota Medan.

(39)

b. Asrama Putra

Mahasiswa yang diperkenankan tinggal di asrama putra adalah :

1) Mahasiswa USU dan mempunyai nomor induk (NIM tahun ajaran baru). 2) Mengisi Formulir penghuni diketahui Fakultas.

3) Berbadan sehat dibuktikan dengan surat keterangan dokter.

4) Menandatangani surat pernjanjian yang disetujui unit asrama mahasiswa KKB USU dan peraturan penghunian asrama mahasiswa KKB USU. 5) Menyediakan pas photo ukuran 1,5x2 cm = 2 lembar, 3x4 = 2 lembar. 6) Membayar biaya masuk (sewa kamar Rp.75.000, uang jaminan Rp.

150.000, uang pendaftaran Rp.15.000).

D. HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI AKADEMIK DENGAN

SELF-REGULATED LEARNING

(40)

Self-regulated learning dapat berlangsung apabila peserta didik secara sistematis mengarahkan perilakunya dan kognisinya dengan cara memberi perhatian pada instruksi-instruksi, tugas-tugas, melakukan proses dan menginterpretasikan pengetahuan, mengulang-mengulang informasi untuk mengingatnya serta mengembangkan dan memelihara keyakinan positifnya tentang kemampuan belajar dan mampu mengantisipasi hasil belajarnya (Schunk, dalam Schunk & Zimmerman, 1998).

Konsep self-regulated learning bukan kemampuan mental seperti intelegensi atau kemampuan akademik tetapi lebih kepada proses mengarahkan diri untuk mengubah kemampuan mental menjadi kemampuan akademik (Zimmerman dalam Schunk & Zimmerman, 1998). Individu tersebut dengan sendirinya memulai usaha belajar mereka secara langsung untuk memperoleh pengetahuan dan keahlian yang mereka inginkan tanpa bergantung pada guru, orang tua, dan orang lain. Jika individu sudah mulai menerapkan usaha belajar secara langsung tanpa bergantung pada orang lain, maka individu sudah mampu menjadi pengatur bagi dirinya sendiri. Dengan demikian individu akan mampu mengarahkan diri pada strategi-strategi belajar yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

(41)

Konsep diri akademik yang dimiliki mahasiswa turut mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa, dimana jika mahasiswa memandang positif terhadap kemampuan yang dimilikinya maka mereka akan memiliki keyakinan untuk meraih prestasi. Sebaliknya jika mahasiswa memiliki pandangan yang negatif terhadap kemampuan yang dimilikinya maka mereka akan merasa tidak mampu untuk meraih prestasi (Gage & Berliner, 1988). Dalam peningkatan prestasinya, mahasiswa perlu untuk menampilkan seluruh potensi akademik yang dimiliki. Hal ini dapat tercapai apabila siswa memiliki konsep diri yang positif, khususnya dalam konsep diri akademis (Gage & Berliner, 1988). Dikaitkan dengan self regulated learning hal yang sama juga dikemukakan oleh Cobb (2003), bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi self regulated learning salah satunya adalah motivasi. Jika motivasi positif berasal dari dalam diri individu cenderung akan memberikan hasil yang positif dalam proses belajar dan meraih prestasi yang baik.

Konsep diri akademis dapat dikatakan sebagai konsep diri yang khusus berhubungan dengan akademis siswa. Konsep diri akademis dapat membuat individu menjadi lebih percaya diri dan merasa yakin akan kemampuan mereka karena sebenarnya konsep diri akademis itu sendiri mencakup bagaimana individu bersikap, merasa, dan mengevaluasi kemampuannya (Marsh, 2003).

(42)

dalam diri individu juga akan mempengaruhi bagaimana individu menetapkan strategi belajar yang tepat untuk diri sendiri agar tujuan dari belajar dapat tercapai.

E. HIPOTESA

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN KUANTITATIF

Suatu penelitian agar memiliki hasil yang dapat diuji kebenaran dan dipertanggungjawabkan isinya harus disusun berdasarkan metode penelitian yang ilmiah. Berdasarkan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah ada hubungan konsep diri terhadap self-regulated learning mahasiswa penghuni asrama mahasiswa Universitas Sumatera Utara maka metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif menjadi pilihan peneliti karena peneliti ingin melihat hubungan antara variabel bebas terhadap variabel tergantung. Metode penelitian kuantitatif dirasa cukup tepat untuk menjelaskan hubungan antara dua variabel.

Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang banyak menggunakan angka-angka mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data yang diperoleh sampai kepada penampilan hasilnya (Arikunto, 2006). Sedangkan menurut Azwar (2010), penelitian kuantitatif menekankan analisisnya pada data numerical yang diolah dengan metode statistika. Pada dasarnya, pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian inferensial (dalam rangka pengujian hipotesis). Dengan metode kuantitatif akan diperoleh signifikansi hubungan antara variabel yang diteliti.

(44)

sekelompok subjek ( Soekidjo, 2002 ); yaitu untuk mencari hubungan antara konsep diri akademik terhadap self-regulated learning mahasiswa penghuni asrama mahasiswa Universitas Sumatera Utara. Tujuan penelitian korelasional adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi (Suryabrata, 1997).

B. VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL Variabel Y : Self-regulated learning

Definisi Operasional : merupakan kemampuan individu untuk mengatur diri dalam belajar dengan mengaktifkan pikiran, perasaan, dan tindakan untuk mencapai tujuan belajar dengan menerapkan strategi-strategi evaluasi terhadap diri, mengatur dan mengubah materi pelajaran, membuat rencana dan tujuan belajar, mencari informasi, mencatat hal penting, mengatur lingkungan belajar, konsekuensi setelah mengerjakan tugas, mengulang dan mengingat, meminta bantuan teman sebaya, meminta bantuan guru, meminta bantuan orang dewasa, mengulang tugas atau test sebelumnya, mengulang catatan, mengulang buku pelajaran.

(45)

diperoleh akan menunjukkan bahwa subjek memiliki self-regulated learning yang tinggi dan sebaliknya semakin rendah skor skala yang diperoleh akan menunjukkan bahwa subjek memiliki self-regulated learning yang rendah.

Variabel X : Konsep Diri Akademik

Definisi Operasional : Konsep diri akademik adalah bagaiman individu melihat dirinya sendiri yang meliputi pengetahuan, harapan, dan penilaian individu mengenai kemampuan akademis yang dimiliki. Konsep diri akademik diungkap dari skala konsep diri akademik yang disusun berdasarkan aspek pengetahuan, harapan dan penilaian individu. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek penelitian, maka semakin positif konsep diri akademik yang dimiliki, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh maka semakin negatif pula konsep diri akademik yang dimiliki.

C. POPULASI, SAMPEL, DAN METODE PENGAMBILAN SAMPEL 1. Populasi

(46)

2. Sampel

Menurut Hadi (2000), sampel adalah sebagian dari populasi yang digunakan untuk menentukan sifat-sifat serta ciri-ciri yang dikendalikan dari populasi. Sampel dari penelitian ini berjumlah 100 orang. Karakteristik sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa tidak dalam masa Penundaan Kegiatan Akademik.

3. Metode Pengambilan Sampel

(47)

D. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan menggunakan skala. Skala yang digunakan ada dua jenis, skala yang pertama adalah Skala Konsep Diri Akademik dan yang kedua adalah Skala Self-regulated learning yang dikembangkan oleh peneliti sendiri. Skala yang digunakan adalah skala model Likert. Setiap item dalam skala ini akan diberikan 5 pilihan jawaban mulai dari SS (sangat sesuai), S (sesuai), N (netral), TS (tidak sesuai), dan STS (sangat tidak sesuai) tergantung pilihan jawaban mana yang paling menggambarkan keadaan sampel.

1. Skala Self-regulated Learning

(48)

sebelumnya (review test/work), (13) mengulang catatan (review notes), dan (14) mengulang buku pelajaran (review text book).

Setiap aitem dalam skala self-regulated learning terdiri dari pernyataan dengan 5 pilihan jawaban, yaitu SS (sangat sesuai), S (sesuai), N (netral), TS (tidak sesuai), dan STS (sangat tidak sesuai). Di dalam alat ukur juga tertera identitas diri yang harus diisi oleh subjek.

Skala disajikan dalam bentuk pernyataan yang mendukung (favorable) dan tidak mendukung (unfavorable). Nilai setiap pilihan bergerak dari 1–5. Bobot penilaian untuk pernyataan favorable yaitu: STS=1, TS=2, R=3, S=4, SS=5. Sedangkan bobot penilaian untuk pernyataan unfavorable yaitu: STS=5, TS=4, R=3, S=2, SS=1.

Blue print aitem uji coba skala self-regulated learning dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Blue Print Uji Coba Skala Self-regulated Learning

No Strategi Aitem Total Bobot

Favo Unfavo 1. Evaluasi terhadap diri (self-evaluating) 28, 29,

57

1, 56 5 7,14%

2. Mengatur dan mengubah materi pelajaran (organizing and transforming)

27, 30 2, 55, 58 5 7,14% 3. Membuat rencana dan tujuan belajar (goal

setting & planning)

26, 31, 59

3, 54 5 7,14%

4. Mencari informasi (seeking information) 25, 32, 60

4, 53 5 7,14%

5. Mencatat hal penting (keeping record & monitoring)

24, 33, 61

5, 52 5 7,14%

6. Mengatur lingkungan belajar (environtmental structuring)

23, 34, 62

6, 51 5 7,14%

7. Konsekuensi setelah mengerjakan tugas (self-consequating)

22, 35, 63

7, 50 5 7,14%

8. Mengulang dan mengingat (rehearsing & memorizing)

21, 36, 64

8, 49 5 7,14%

(49)

assistance) 65 10. Meminta bantuan guru (seek teacher

assistance)

19, 38, 66

10, 47 5 7,14% 11. Meminta bantuan orang dewasa (seek adult

assistance)

18, 39, 67

11, 46 5 7,14% 12. Mengulang tugas atau test sebelumnya

(review test/work) 14. mengulang buku pelajaran (review text

book)

15, 42, 70

14, 43 5 7,14%

TOTAL 42 28 70 100%

2. Skala Konsep Diri Akademik

Konsep diri akademik akan diukur dengan menggunakan skala konsep diri akademik yang dibuat oleh peneliti berdasarkan tiga dimensi dari konsep diri akademik Carlock (1999) yaitu :

a. Pengetahuan

Pengetahuan meliputi apa yang dipikirkan individu tentang diri sendiri. Dalam hal kemampuan akademis, individu dapat saja memiliki pikiran-pikiran mengenai kemampuannya tersebut, seperti pelajaran yang dikuasai, nilai, dan sebagainya (Carlock 1999). Individu juga mengidentifikasi kemampuan dirinya dalam satu kelompok. Kelompok tersebut memberinya sejumlah informasi lain yang dimasukkannya ke dalam potret diri mentalnya. Akhirnya dalam membandingkan dirinya dengan anggota kelompok, individu menjuluki dirinya dengan orang lain.

b. Harapan

(50)

memiliki harapan mengenai kemampuan akademis yang dimiliki seperti halnya harapan terhadap dirinya secara keseluruhan. Harapan atau tujuan individu, tentunya akan membangkitkan kekuatan yang mendorong dirinya untuk mengembanngkan kemampuannya tersebut.

c. Penilaian individu

Individu berkedudukan sebagai penilai terhadap dirinya setiap hari. Menurut Carlock (1999) bersamaan dengan penilaian ini, misalnya saya lamban, tidak menarik, kikuk, cerdas, dan sebagainya, akan timbul perasaan-perasaan dalam diri individu terhadap dirinya sendiri. Hasil pengukuran ini disebut dengan harga diri. Jika dihubungkan dengan bidang akademisnya, menurut Marsh (2003), hal ini berarti seberapa besar individu menyukai kemampuan akademisnya.

Setiap aitem dalam skala konsep diri akademikterdiri dari pernyataan dengan 5 pilihan jawaban, yaitu SS (sangat sesuai), S (sesuai), N (netral), TS (tidak sesuai), dan STS (sangat tidak sesuai). Di dalam alat ukur juga tertera identitas diri yang harus diisi oleh subjek. Skala disajikan dalam bentuk pernyataan yang mendukung (favorable) dan tidak mendukung (unfavorable). Nilai setiap pilihan bergerak dari 1–5. Bobot penilaian untuk pernyataan favorable yaitu: STS=1, TS=2, R=3, S=4, SS=5. Sedangkan bobot penilaian untuk pernyataan unfavorable yaitu: STS=5, TS=4, R=3, S=2, SS=1.

(51)

Tabel 2. Blue Print Uji Coba Skala Konsep Diri Akademik

E. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR 1. Validitas alat ukur

Untuk mengetahui apakah skala psikologi mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya, diperlukan suatu pengujian validitas (Azwar, 2000). Di dalam penelitian ini dilakukan uji validitas berdasarkan validitas isi. Validitas isi tes ditentukan melalui pendapat profesional (professionaljudgement) dalam proses telaah soal. Pendapat profesional diperoleh dengan cara berkonsultasi dengan dosen pembimbing.

2. Reliabilitas alat ukur

(52)

Pernyataan-pernyataan pada skala diuji daya beda aitemnya dengan menghitung antara skor aitem dengan skor total skala. Formulasi koefisien korelasi Product Moment dari Pearson digunakan bagi tes-tes yang setiap aitemnya diberi skor kontiniu. Semakin tinggi koefisien korelasi positif antara skor aitem dengan skor skala berarti semakin tinggi konsistensi antara aitem tersebut dengan skala secara keseluruhan yang berarti semakin tinggi daya bedanya. Bila koefisien korelasi rendah mendekati angka nol berarti fungsi aitem tersebut tidak cocok dengan fungsi ukur skala dan daya bedanya tidak baik (Azwar, 2000). Pengujian daya beda aitem ini dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS (Statistical Package For the Social Science) versi 17.0 for Windows.

Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem menggunakan batasan rix ≥ 0.30. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0.30, daya pembedanya dianggap memuaskan. Aitem yang memiliki harga rix < 0.30 dapat diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya diskriminasi rendah (Azwar,2000). Dalam penelitian ini digunakan batasan rix ≥ 0.40. Pengujian daya beda aitem dilakukan dengan mengkorelasikan antara skor tiap aitem dengan skor total, dengan menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment dengan bantuan program SPSS versi 17.0 for Windows.

(53)

internal, yaitu suatu bentuk tes yang hanya memerlukan satu kali pengenaan tes kepada sekelompok individu sebagai subjek penelitian. Teknik yang digunakan adalah koefisien Alpha Cronbach.

Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx`) yang angkanya berada dalam rentang 0 sampai dengan 1. Koefisien reliabilitas yang semakin mendekati angka 1 menandakan semakin tinggi reliabilitas. Teknik koefisien alpha untuk menguji reliabilitas alat ukur dihitung dengan bantuan program SPSS versi 17.0 for Windows.

F. HASIL UJI COBA ALAT UKUR

Setelah menyusun alat ukur maka langkah yang dilakukan selanjutnya adalah melakukan uji coba alat ukur. Uji coba dilakukan kepada 85 mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang tinggal dalam kostan.

1. Skala Self-regulated Learning

Uji coba skala Self-regulated Learning menggunakan korelasi Pearson Product Moment dengan jumlah aitem yang diujicobakan adalah sebanyak 70 aitem. Adapun distribusi aitem-aitem hasil uji coba skala self-regulated learning ini akan dijelaskan dalam tabel 3.

Tabel 3. Blue Print Distribusi Aitem Self-regulated Learning

No Strategi Aitem Total Bobot

Favo Unfavo 1. Evaluasi terhadap diri (self-evaluating) 28, 29,

57

1, 56 5 7,14% 2. Mengatur dan mengubah materi pelajaran

(organizing and transforming)

27, 30 2, 55, 58 5 7,14% 3. Membuat rencana dan tujuan belajar (goal

setting & planning)

26, 31, 59

(54)

60 5. Mencatat hal penting (keeping record &

monitoring)

24, 33, 61

5, 52 5 7,14%

6. Mengatur lingkungan belajar

(environtmental structuring)

23, 34, 62

6, 51 5 7,14%

7. Konsekuensi setelah mengerjakan tugas (self-consequating)

22, 35, 63

7, 50 5 7,14%

8. Mengulang dan mengingat (rehearsing & memorizing)

21, 36, 64

8, 49 5 7,14%

9. Meminta bantuan teman sebaya (seek peer assistance)

20, 37, 65

9, 48 5 7,14% 10. Meminta bantuan guru (seek teacher

assistance)

19, 38, 66

10, 47 5 7,14% 11. Meminta bantuan orang dewasa (seek adult

assistance)

18, 39, 67

11, 46 5 7,14% 12. Mengulang tugas atau test sebelumnya

(review test/work) 14. mengulang buku pelajaran (review text

book)

Nomor yang ditebalkan adalah aitem yang gugur.

Berdasarkan hasil uji coba sebanyak 70 aitem skala konsep diri akademik diperoleh 52 aitem yang memiliki koefisien korelasi aitem total yang memenuhi syarat untuk dapat digunakan dalam penelitian (rit ≥ 0.40 ). Nil ai koefisien alpha sebesar 0,954. Koefisien korelasi aitem total berkisar antara 0,415 hingga 0,716.

(55)

Tabel 4. Blue Print Skala Self-regulated Learning

No Strategi Aitem Total Bobot

Favo Unfavo 1. Evaluasi terhadap diri (self-evaluating) 23, 24,

40

39 4 7.69%

2. Mengatur dan mengubah materi pelajaran (organizing and transforming)

22, 1, 38, 41 4 7.69% 3. Membuat rencana dan tujuan belajar (goal

setting & planning)

21, 25, 42

2, 37 5 9.61% 4. Mencari informasi (seeking information) 20, 43 3 3 5.79% 5. Mencatat hal penting (keeping record &

monitoring)

19, 26, 44

4 4 7.69%

6. Mengatur lingkungan belajar

(environtmental structuring)

45 5 2 3.84%

7. Konsekuensi setelah mengerjakan tugas (self-consequating)

18, 46 6 3 5.79%

8. Mengulang dan mengingat (rehearsing & memorizing)

17, 27, 47

7, 36 5 9.61% 9. Meminta bantuan teman sebaya (seek peer

assistance)

16, 28, 48

3 5.79%

10. Meminta bantuan guru (seek teacher assistance)

29, 49 8, 35 4 7.69% 11. Meminta bantuan orang dewasa (seek adult

assistance)

9 1 1.92%

12. Mengulang tugas atau test sebelumnya (review test/work)

14. mengulang buku pelajaran (review text book)

13, 32, 52

12, 33, 5 9.61%

TOTAL 32 20 52 100%

2. Skala Konsep Diri Akademik

(56)

Tabel 5. Blue Print Distribusi Aitem Skala Konsep Diri Akademik

Nomor yang ditebalkan adalah aitem yang gugur.

Berdasarkan hasil uji coba sebanyak 60 aitem skala konsep diri akademik diperoleh 32 aitem yang memiliki koefisien korelasi aitem total yang memenuhi syarat untuk dapat digunakan dalam penelitian (rit ≥ 0.40 ). Nilai koefisien alpha sebesar 0,935. Koefisien korelasi aitem total berkisar antara 0,425 hingga 0,695.

(57)

Tabel 6. Blue Print Skala Konsep Diri Akademik

G. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN

Sebelum dilaksanakan penelitian di lapangan maka peneliti perlu melakukan beberapa prosedur, yaitu: tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian, dan tahap pengolahan data.

1. Tahap Persiapan Penelitian a. Pembuatan alat ukur

(58)

b. Uji coba alat ukur

Setelah alat ukur disusun, peneliti kemudian melakukan uji coba kepada 85 mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang tinggal di kostan (merantau) mulai dari angkatan 2010, 2011, 2012 dan 2013 pada tanggal 27 Maret - 1 April 2014. Uji coba yang akan diberikan kepada mahasiswa Universitas Sumatera Utara tersebut memiliki karakteristik yang sama dengan subjek penelitian. Subjek diminta memberi respon pada alat ukur berupa skala konsep diri akademik dan skala self-regulated learning, peneliti terlebih dahulu meminta kesediaan subjek untuk mengisi skala.

c. Revisi alat ukur

Setelah peneliti melakukan uji coba alat ukur maka langkah selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah menguji validitas dan reliabilitas kedua alat ukur dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS versi 17.0 for Windows.

(59)

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan data dilakukan di asrama putra dan asrama putri Universitas Sumatera Utara yang berlangsung pada tanggal 23 – 25 April 2014. Penelitian ini melibatkan 100 mahasiswa dan mahasiswi penghuni asrama yang terdiri dari beberapa fakultas,jurusan dan angkatan. Dalam tahap pelaksanaan penelitian, aitem skala yang menjadi aitem sesungguhnya adalah aitem yang telah di uji cobakan sebelumnya. Aitem tersebut disusun kembali menjadi skala dan diujikan kepada populasi penelitian. Skala yang sesungguhnya terdiri dari 32 aitem konsep diri akademik dan 52 aitem self regulated learning.

3. Tahap Pengolahan Data

Setelah pelaksanaan penelitian, maka akan dilakukan pengelolaan data untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara konsep diri akademik dengan self regulated learning pada mahasiswa penghuni asrama mahasiswa Universitas Sumatera Utara. Peneliti melakukan pengelolaan data dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS versi 17.0 for Windows.

H. METODE ANALISA DATA

(60)

parametrik, maka dilakukan uji asumsi yaitu uji normalitas dan uji linearitas (Hadi, 2000). Pengujian asumsi dan analisa data dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 for Windows.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah data yang dianalisa sudah terdistribusi sesuai dengan prinsip-prinsip distribusi normal agar dapat digeneralisasikan dalam populasi. Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan untuk membuktikan bahwa data semua variabel yang berupa skor-skor yang diperoleh dari hasil penelitian tersebar sesuai dengan kaidah normal. Pada penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov dengan bantuan program komputer SPSS 17.0 for Windows. Kaidah normal yang digunakan adalah jika p ≥ 0 ,05 maka sebarannya dinyatakan normal dan sebaliknya jika p < 0,05 maka sebarannya dinyatakan tidak normal (Hadi, 2000).

2. Uji Linearitas

(61)

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan analisa data dan pembahasan yang diawali dengan uraian gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian dan pembahasan.

A. ANALISA DATA

1. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa penghuni asrama mahasiswa Universitas Sumatera Utara. Subjek penelitian berjumlah 100 orang yang berasal dari asrama putra dan asrama putri Universitas Sumatera Utara. Pembagian gambaran umum subjek penelitian adalah berdasarkan usia dan jenis kelamin. a. Usia

Berdasarkan usia subjek penelitian maka diperoleh gambaran penyebaran subjek penelitian seperti yang tertera dalam tabel 7.

Tabel 7. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia

Usia Jumlah (N) Persentase (%)

18 tahun 21 21%

19 tahun 19 19%

20 tahun 21 21%

21 tahun 14 14%

(62)

Berdasarkan data pada tabel 7, diketahui bahwa jumlah subjek berusia 18 tahun sebanyak 21 orang (21%), jumlah subjek berusia 19 tahun sebanyak orang (19%), jumlah subjek berusia 20 tahun sebanyak 21 orang (21%), jumlah subjek berusia 21 tahun sebanyak 14 orang (14%) dan jumlah subjek berusia 22 tahun sebanyak 25 orang (25%).

b. Jenis kelamin

Berdasarkan usia subjek penelitian maka diperoleh gambaran penyebaran subjek penelitian seperti yang tertera dalam tabel 8.

Tabel 8. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (N) Persentase (%)

Laki-laki 30 30%

Perempuan 70 70%

Berdasarkan data pada tabel 8, diketahui bahwa jumlah subjek laki-laki sebanyak 30 orang (30%), dan jumlah subjek perempuan sebanyak 70 orang (70%).

2. Hasil Penelitian a. Uji asumsi

(63)

1) Uji normalitas

Uji normalitas sebaran dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian telah menyebar secara normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode One Sample Kolmogorov Smirnov. Data dikatakan terdistribusi normal dengan harga p > 0,05.

Tabel 9. Normalitas Sebaran Variabel Konsep Diri Akademik dan Self-regulated Learning

Variabel N P Keterangan

Konsep Diri Akademik 100 .090 Normal

Self-regulated Learning 100 .200 Normal

Uji normalitas data konsep diri akademik dilakukan dengan metode statistik tes Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji normalitas diperoleh nilai p = .090 , dengan p > 0,05 artinya distribusi data konsep diri akademik telah menyebar secara normal.

Uji normalitas data self-regulated learning dilakukan dengan metode statistik tes Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji normalitas diperoleh nilai p = .200 , dengan p > 0,05 artinya distribusi data self-regulated learning telah menyebar secara normal.

2) Uji Linearitas

(64)

hubungan linier jika nilai p < 0.05. Hasil uji linieritas dapat dilihat pada tabel 10 berikut.

Tabel 10. Uji Linearitas Data Variabel Konsep Diri Akademik dan Self-regulated Learning

ANOVA Table

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Self Regulated Learning * Konsep Diri Akademik

Between Groups

(Combined) 30199.965 46 656.521 3.178 .000

Linearity 17299.075 1 17299.075 83.736 .000

Deviation from Linearity

12900.890 45 286.686 1.388 .126

Within Groups 10949.275 53 206.590

Total 41149.240 99

Berdasarkan hasil uji linearitas antara kedua variabel tersebut menggunakan uji F = 83.736 dan p = 0.000 (p < 0.05), maka dapat disimpulkan bahwa data variabel konsep diri akademik memiliki hubungan yang linier dengan variabel self regulated learning.

b. Hasil Analisa Data

1) Hasil Perhitungan Korelasi

(65)

Tabel 11. Korelasi antara Konsep Diri Akademik dengan Self-regulated Learning pada Mahasiswa Penghuni Asrama Mahasiswa USU

Correlations

Konsep Diri Akademik

Self Regulated Learning Konsep Diri Akademik Pearson Correlation 1 .648**

Sig. (2-tailed) .000

N 100 100

Self Regulated Learning Pearson Correlation .648** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 100 100

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Gambar

Tabel 1. Blue Print Uji Coba Skala Self-regulated Learning
Tabel 2. Blue Print Uji Coba Skala Konsep Diri Akademik
Tabel 3. Blue Print Distribusi Aitem Self-regulated Learning
Tabel 4. Blue Print Skala Self-regulated Learning
+7

Referensi

Dokumen terkait

Self-regulated learningadalah suatu proses pengaturan diri dan strategi yang melibatkan metakognisi, motivasional, dan behavioral dalam mengoptimalkan proses

Berdasarkan definisi yang telah diuraikan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa mahasiswa merupakan peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi tertentu

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa self efficacy yang lebih memiliki hubungan dengan prestasi akademik dibandingkan dengan self regulated learning. Self

Maka, dapat disimpulkan bahwa kreatifitas adalah kemampuan untuk membuat sesuatu hal yang baru berdasarkan data, informasi/unsur-unsur/karya-karya yang telah ada sebelumnya,

Hubungan self-regulated learning dengan academic adjustment mahasiswa baru fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan universitas jambi tahun 2020/2021 saat pembelajaran online di masa