• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Self Regulated Learning antara Mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang Bekerja dengan yang Tidak Bekerja.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbedaan Self Regulated Learning antara Mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang Bekerja dengan yang Tidak Bekerja."

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN SELF REGULATED LEARNING ANTARA MAHASISWA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA YANG BEKERJA DENGAN YANG

TIDAK BEKERJA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan

Ujian Sarjana Psikologi

Oleh

SITI FANI DAULAY

051301089

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul:

Perbedaan Self Regulated Learning Antara Mahasiswa Universitas

Sumatera Utara Yang Bekerja Dengan Yang Tidak Bekerja

adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah ditulis sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi lainnya yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Medan, November 2009

(3)

Perbedaan self regulated learning antara mahasiswa USU yang bekerja dengan yang tidak bekerja

Siti Fani Daulay dan Fasti Rola

ABSTRAK

Kuliah sambil bekerja bukanlah hal baru dikalangan mahasiswa. Beragam alasan melatarbelakanginya, mulai dari masalah ekonomi sampai hanya karena ingin mengisi waktu luang. Masalah yang perlu diwaspadai oleh mahasiswa yang bekerja yaitu tidak mudah membagi waktu antara kuliah, kerja, istirahat dan urusan-urusan lain. Agar mendapatkan prestasi akademis yang memuaskan diperlukan adanya kesiapan belajar di perguruan tinggi yang mencakup kesiapan mental dan kesiapan keterampilan belajar. Salah satu keterampilan belajar yang mempunyai peran penting dalam menentukan kesuksesan di perguruan tinggi adalah kemampuan meregulasi diri dalam belajar atau disebut juga dengan self regulated learning.

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat komparatif yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan self regulated learning antara mahasiswa USU yang bekerja dengan yang tidak bekerja.

Penelitian ini mengambil sampel mahasiswa Universitas Sumatera Utara sejumlah 143 orang yang terdiri atas 71 mahasiswa yang bekerja dan 72 mahasiswa yang tidak bekerja. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan incidental sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala self regulated learning yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan 10 kategori strategi self regulated learning yang dikemukakan oleh Zimmerman (dalam Purdie, Hattie & Douglas, 1996). Skala self regulated learning memiliki nilai reliabilitas (rxx)=0.958.

Hasil analisa data penelitian dengan menggunakan teknik independent sample t-test menunjukan bahwa ada perbedaan self regulated learning antara mahasiswa USU yang bekerja dengan yang tidak bekerja. Hal ini dapat dilihat dari nilai ρ < 0.05 yaitu ρ = 0.000. Jika dilihat dari nilai rata-rata, terdapat perbedaan yang signifikan, dimana nilai rata-rata tertinggi diperoleh kelompok subjek mahasiswa yang tidak bekerja yaitu sebesar 193,08 dan mahasiswa yang bekerja sebesar 158,21.

(4)

Self Regulated Learning Differences Between Students Who Work with that do not Work

Siti Fani Daulay and Fasti Rola

ABSTRACT

College while working is not new among the students. Diverse background reasons, ranging from economic issues to just to fill time. Problems that need to be wary of students who work are not easy to divide their time between college, work, rest and other matters. In order to obtain a satisfactory academic performance is required readiness to learn in college that includes mental readiness and learning readiness skills. One of the learning skills that have an important role in determining success in college is the ability to regulate themselves in learning or collectively, the self-regulated learning. This research is a comparative study aimed to determine whether there is a difference between self-regulated learning USU students who worked with that do not work.

This study sampled students at the University of North Sumatra some 143 people consisting of 71 students who work and 72 students who did not work. The researcher used incidental technique sampling to get samples. The self-regulated learning scale developed by the researcher based on 10 self-regulated learning strategies proposed by Zimmerman (in Purdie, Hattie & Douglas, 1996). Self-regulated learning scale has a value of reliability (rxx) = 0958.

The results of analysis of research data by using independent sample t-test showed that there are differences between self-regulated learning USU students who worked with that are not working. It can be seen from the value of ρ <0.05 there is ρ = 0000. If seen from the mean scores, there are significant differences, where the highest mean score obtained from students who are not work (193.08) and the students who worked for 158.21.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia dan kekuatan kepada saya sehingga dapat menyelesaikan tugas skripsi bidang psikologi pendidikan yang berjudul “Perbedaan Self Regulated Learning

antara Mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang Bekerja dengan yang Tidak Bekerja”.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta, Ibu Yunizar Karim Siregar dan Ayah Ikmal Daulay,BA yang telah mencurahkan kasih sayangya kepada penulis, serta selalu mendoakan penulis dalam setiap aktivitas. Semoga Allah SWT memberikan kebahagiaan kepada keduanya di dunia maupun di akhirat. Skripsi ini juga penulis persembahkan kepada kakak dan abang yang selalu memberikan motivasi dan inspirasi kepada penulis. Terima kasih atas dukungan dan doanya selama ini.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Chairul Yoel Sp. A (K) selaku Dekan Psikologi USU.

(6)

3. M. Fadli Azhary yang selama ini sudah banyak membantu penulis dalam pembuatan skripsi ini. Terima kasih atas semua dukungan yang diberikan kepada penulis selama penyelesaian skripsiini.

4. Teman-teman dan sahabat yang selalu mendukung, memotivasi dan membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini Mira Nurmadina, Dinda Melati, Yuli NSP, Acid Indi, Amy Indriasari, Dedel, Nidya, Dini Swasty, Ade Rambe, Siti Masyithah, Mutiara Lubis. Terima kasih penulis ucapkan pada semuanya, semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah diberikan. 5. Para Staf Pengajar dan Staf Administrasi (Pak Is, Pak Aswan, Kak Ari, Kak

Devi, Bang Endang) Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi dan pendidikan di Psikologi USU ini.

6. Terima kasih buat semua orang yang pernah membantu perkembangan skripsi penulis. Walaupun tidak disebutkan, tapi bantuan yang diberikan sangat berguna bagi penulis. Semoga Allah membalas dengan banyak kebaikan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karenanya penulis mengharapkan adanya masukan dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak, guna menyempurnakan penelitian ini agar menjadi lebih baik lagi. Akhirnya kepada Allah jua penulis berserah diri. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI ...ii

DAFTAR TABEL ...iii

DAFTAR LAMPIRAN ...iv

BAB I PENDAHULUAN..…………...1

A. Latar Belakang Masalah……...1

B. Perumusan Masalah…...8

C. Tujuan Penelitian...8

D. Manfaat Penelitian...8

E. Sistematika Penulisan...9

BAB II LANDASAN TEORI...11

A. Self Regulated Learning...11

1. Definisi self regulated learning...11

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi self regulated learning...12

3. Perkembangan self regulated learning………...14

4. Strategi self regulated learning...16

(8)

2. Manfaat bekerja...24

D. Mahasiswa yang Bekerja………...26

1. Definisi mahasiswa bekerja...26

2. Alasan mahasiswa bekerja...27

E. Perbedaan Self Regulated Learning antara Mahasiswa yang Bekerja dengan Mahasiswa yang tidak Bekerja...28

F. Hipotesa Penelitian...31

BAB III METODE PENELITIAN...32

A. Identifikasi Variabel Penelitian...32

B. Definisi Operasional ...33

C. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel...34

1. Populasi...34

2. Metode pengambilan sampel...36

D. Alat Ukur yang digunakan...37

E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur………...39

1. Validitas...39

2. Reliabilitas alat ukur...39

3. Hasil uji coba alat ukur...40

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian...43

1. Persiapan penelitian...43

(9)

G. Metode Analisa Data...45

1. Uji normalitas...46

2. Uji homogenitas...46

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ...47

A. Analisa Data...47

1. Gambaran umum subjek penelitian ...47

2. Hasil penelitian………49

a. Hasil uji asumsi………..…………...50

1. Uji normalitas sebaran……….50

2. Uji homogenitas varians………..51

b. Hasil penelitian utama ………..52

c. Kategorisasi data penelitian………..53

d. Hasil penelitian tambahan……….55

B. Pembahasan……….…..57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...62

A. Kesimpulan ...62

B. Saran ...63

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Perkembangan self regulated learning...15

Tabel 2 Blue print skala uji coba self regulated learning...38

Tabel 3 Blue Print distribusi aitem skala self regulated learning setelah uji coba………..41

Tabel 4 Blue Print distribusi aitem skala self regulated learning yang digunakan dalam penelitian………..42

Tabel 5 Gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin...47

Tabel 6 Gambaran subjek penelitian berdasarkan usia...48

Tabel 7 Gambaran subjek penelitian berdasarkan fakultas...48

Tabel 8 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)...49

Tabel 9 Hasil uji kolmogorov-smirnov untuk uji normalitas...50

Tabel 10 Hasil levene statistic untuk uji homogenitas varians………...51

Tabel 11 Hasil uji independent sample t-test mahasiswa USU yang bekerja dengan yang tidak bekerja...52

Tabel 12 Perbandingan nilai rata-rata mahasiswa USU yang bekerja dengan yang tidak bekerja...53

Tabel 13 Nilai empirik dan hipotetik self regulated learning...53

Tabel 14 Kategorisasi norma nilai self regulated learning...54

(11)

Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)...55 Tabel 17 Perbandingan nilai rata-rata self regulated learning berdasarkan

Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)...56 Tabel 18 Hasil uji independent t-test self regulated learning berdasarkan

jenis kelamin...56 Tabel 19 Perbandingan nilai rata-rata self regulated learning berdasarkan

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skala Uji Coba Self Regulated Learning………... Lampiran 2 Skala Penelitian Self Regulated Learning……….. Lampiran 3 Tabulasi Skor Skala Uji Coba Self Regulated Learning... Lampiran 4 Tabulasi Skor Skala Penelitian Self Regulated Learning…. Lampiran 5 Reliabilitas Uji Coba Skala Self Regulated Learning…….. Lampiran 6 Reliabilitas Skala Penelitian Self Regulated Learning…… Lampiran 7 Analisa Data Hasil Penelitian………..

(13)

Perbedaan self regulated learning antara mahasiswa USU yang bekerja dengan yang tidak bekerja

Siti Fani Daulay dan Fasti Rola

ABSTRAK

Kuliah sambil bekerja bukanlah hal baru dikalangan mahasiswa. Beragam alasan melatarbelakanginya, mulai dari masalah ekonomi sampai hanya karena ingin mengisi waktu luang. Masalah yang perlu diwaspadai oleh mahasiswa yang bekerja yaitu tidak mudah membagi waktu antara kuliah, kerja, istirahat dan urusan-urusan lain. Agar mendapatkan prestasi akademis yang memuaskan diperlukan adanya kesiapan belajar di perguruan tinggi yang mencakup kesiapan mental dan kesiapan keterampilan belajar. Salah satu keterampilan belajar yang mempunyai peran penting dalam menentukan kesuksesan di perguruan tinggi adalah kemampuan meregulasi diri dalam belajar atau disebut juga dengan self regulated learning.

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat komparatif yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan self regulated learning antara mahasiswa USU yang bekerja dengan yang tidak bekerja.

Penelitian ini mengambil sampel mahasiswa Universitas Sumatera Utara sejumlah 143 orang yang terdiri atas 71 mahasiswa yang bekerja dan 72 mahasiswa yang tidak bekerja. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan incidental sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala self regulated learning yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan 10 kategori strategi self regulated learning yang dikemukakan oleh Zimmerman (dalam Purdie, Hattie & Douglas, 1996). Skala self regulated learning memiliki nilai reliabilitas (rxx)=0.958.

Hasil analisa data penelitian dengan menggunakan teknik independent sample t-test menunjukan bahwa ada perbedaan self regulated learning antara mahasiswa USU yang bekerja dengan yang tidak bekerja. Hal ini dapat dilihat dari nilai ρ < 0.05 yaitu ρ = 0.000. Jika dilihat dari nilai rata-rata, terdapat perbedaan yang signifikan, dimana nilai rata-rata tertinggi diperoleh kelompok subjek mahasiswa yang tidak bekerja yaitu sebesar 193,08 dan mahasiswa yang bekerja sebesar 158,21.

(14)

Self Regulated Learning Differences Between Students Who Work with that do not Work

Siti Fani Daulay and Fasti Rola

ABSTRACT

College while working is not new among the students. Diverse background reasons, ranging from economic issues to just to fill time. Problems that need to be wary of students who work are not easy to divide their time between college, work, rest and other matters. In order to obtain a satisfactory academic performance is required readiness to learn in college that includes mental readiness and learning readiness skills. One of the learning skills that have an important role in determining success in college is the ability to regulate themselves in learning or collectively, the self-regulated learning. This research is a comparative study aimed to determine whether there is a difference between self-regulated learning USU students who worked with that do not work.

This study sampled students at the University of North Sumatra some 143 people consisting of 71 students who work and 72 students who did not work. The researcher used incidental technique sampling to get samples. The self-regulated learning scale developed by the researcher based on 10 self-regulated learning strategies proposed by Zimmerman (in Purdie, Hattie & Douglas, 1996). Self-regulated learning scale has a value of reliability (rxx) = 0958.

The results of analysis of research data by using independent sample t-test showed that there are differences between self-regulated learning USU students who worked with that are not working. It can be seen from the value of ρ <0.05 there is ρ = 0000. If seen from the mean scores, there are significant differences, where the highest mean score obtained from students who are not work (193.08) and the students who worked for 158.21.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa sekarang adalah masa yang penuh dengan persaingan diberbagai aspek dan bidang kehidupan, termasuk di dalamnya bidang pekerjaan. Tidak terkecuali negara Indonesia yang memiliki jumlah penduduk yang besar sedangkan lapangan pekerjaan yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah tenaga kerja. Hal tersebut membuat persaingan untuk mendapatkan pekerjaan menjadi sangat ketat (Handianto & Johan, 2006).

Kesempatan untuk mendapat pekerjaan akan lebih mudah bila seorang pencari kerja mempunyai latar belakang pendidikan tinggi. Hal tersebut disebabkan karena melalui pendidikan, individu akan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Oleh sebab itu seorang tenaga kerja harus menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi atau Universitas. Pendidikan tinggi yang berkualitas dengan hasil yang memuaskan sangat diharapkan oleh seluruh mahasiswa. Namun di zaman krisis seperti sekarang ini, biaya pendidikan sangatlah mahal sehingga hal tersebut memunculkan suatu fenomena yang berkembang, yaitu banyak mahasiswa yang kuliah sambil bekerja (Handianto & Johan, 2006).

(16)

hidup mandiri dan mencari pengalaman (Wahyono, 2004). Menurut Cohen (dalam Ronen, 1981) bentuk pekerjan yang paling banyak dilakukan oleh mahasiswa adalah jenis pekerjaan paruh waktu (part-time work).

Fenomena mengenai mahasiswa yang kuliah sambil bekerja juga ditemukan di Universitas Sumatera Utara. Dari jumlah mahasiswa USU yang terdaftar berdasarkan data statistik USU tahun 2007 yakni lebih dari 32.000 orang, tidak menutup kemungkinan terdapat mahasiswa USU yang kuliah sambil bekerja. Berdasarkan pengamatan secara tidak terstruktur dan hasil komunikasi personal dengan beberapa mahasiswa diketahui bahwa tidak sedikit mahasiswa USU yang kuliah sambil bekerja. Hal ini diungkap oleh DI, seorang mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) yang bekerja di salah satu Radio terkemuka di Kota Medan :

“Saya kuliah, juga kerja. Bahkan sewaktu duduk di bangku SMA pun saya sudah nyambi kerja sebagai penyiar radio, presenter sampai sekarang. Padahal pekerjaan itu juga membutuhkan tanggung jawab besar, Alhamdulillah saya merasa enjoy dan bertahan sampai sekarang. Teman-teman saya juga banyak kok yang kuliah sambil kerja seperti saya.”

(DI, Komunikasi Personal, 16 Februari 2009)

(17)

“Kuliah sambil bekerja banyak juga manfaatnya buat saya. Saya bisa bantu-bantu orang tua, memberi uang jajan buat adik-adik, bisa bayar uang kuliah, sisanya buat ditabung walaupun sedikit, yah itung-itung cari pengalaman lah.” (MF, Komunikasi Personal, 11 Juni 2009)

Berdasarkan petikan wawancara di atas, terlihat bahwa dengan bekerja mahasiswa tersebut dapat membantu orang tua dalam membiayai kuliah, memperoleh pengalaman kerja serta kemandirian ekonomis. Di sisi lain masalah yang perlu diwaspadai oleh mahasiswa yang bekerja adalah pekerjaan bisa membuat mahasiswa lalai akan tugas utamanya, yakni belajar (Yenni, 2007). Hal ini disebabkan karena mahasiswa tersebut merasa sudah bisa mendapatkan uang dan kuliah hanya sebagai kewajiban agar bisa lulus dan mendapatkan ijazah. Hal ini sesuai dengan kenyataan di lapangan, seperti yang diungkapkan oleh beberapa mahasiswa Universitas Sumatera Utara dalam wawancara dengan penulis :

“Terus terang saja ya, sejak kuliah sambil kerja saya jadi males mikirin kuliah, yang penting saya bisa tamat kuliah aja udah syukur lah, kalo urusan nilai belakangan aja, toh saya udah bisa cari duit sendiri.”

(DP, Komunikasi Personal, 11 Juni 2009)

”Kuliah sambil kerja..ya itulah yang saya alami dan lakukan..walaupun tidak semudah yang dibayangkan sebab saya kerja dari jam 07.30 s/d 14.00 trus masuk kuliah jam 14.30 s/d 17.50 cape banget.. kadang-kadang saya gak ada waktu untuk belajar, kalo malem badan udah capek, padahal besok hari ada midtest,”

(AJ, Komunikasi Personal, 18 Februari 2009)

(18)

Menurut Martin dan Osborne (dalam Tim OBM Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008) mahasiswa yang memiliki kemampuan mengatur waktu yang baik dan memiliki batas waktu untuk setiap pengerjaan tugasnya adalah salah satu kriteria mahasiswa yang berhasil. Mahasiswa diharapkan mampu memakai rentangan waktu dalam satu hari yaitu 24 jam itu dengan sebaik-baiknya untuk menyelesaikan tugas-tugas studinya sampai pada waktu pengumpulan tugas tersebut (Djamarah, 2002).

Sukadji (2001) menambahkan bahwa agar sukses dalam pendidikan dan berhasil menerapkan ilmu yang diperolehnya, mahasiswa harus menggunakan seluruh potensi yang dimilikinya serta mengatur strategi belajar yang jitu. Ginting (2003) juga menyatakan bahwa untuk mendapatkan prestasi akademis yang memuaskan diperlukan adanya kesiapan belajar di perguruan tinggi yang mencakup kesiapan mental dan kesiapan keterampilan belajar. Salah satu keterampilan belajar yang mempunyai peran penting dalam menentukan kesuksesan di perguruan tinggi adalah kemampuan meregulasi diri dalam belajar atau disebut juga dengan self regulated learning (Spitzer, 2000).

(19)

mengembangkan dan memelihara keyakinan positif tentang kemampuan belajar

(self efficacy) dan mampu mengantisipasi hasil belajarnya.

Zimmerman (dalam Woolfolk, 2004) menambahkan bahwa self regulated learning merupakan sebuah proses dimana seorang peserta didik mengaktifkan dan mendorong kognisi (cognition), perilaku (behaviour) dan perasaannya (affect)

yang secara sistematis berorientasi pada pencapaian suatu tujuan belajar. Agar mencapai tujuan belajar tersebut, peserta didik yang menerapkan self regulated learning mendekati tugas belajar dengan berbagai strategi manajemen sumber daya seperti memilih atau mengatur lingkungan fisik untuk mendukung belajar dan mengatur waktu mereka secara efektif (Wahyono, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zimmerman dan Martinez-Pons pada tahun 1986 ditemukan 10 kategori strategi self regulated learning

yaitu: (1) Evaluasi terhadap kemajuan tugas (self evaluating), (2) Mengatur materi pelajaran (organizing & transforming), (3) Membuat rencana dan tujuan belajar (goal setting & planning), (4) Mencari informasi (seeking information),

(5) Mencatat hal penting (keeping record & monitoring), (6) Mengatur lingkungan belajar (environmental structuring), (7) Konsekuensi setelah mengerjakan tugas (self consequences), (8) Mengulang dan mengingat

(rehearsing & memorizing), (9) Mencari bantuan sosial (seek social assistance),

dan (10) Meninjau kembali catatan, buku pelajaran, tugas atau tes sebelumnya

(20)

Penelitian yang dilakukan Pintrich dan De Groot (dalam Wolter, 1998) menemukan bahwa peserta didik yang menerapkan strategi self regulated learning

menunjukkan motivasi intrinsik dan self efficacy serta prestasi yang lebih tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Spitzer (2000) juga menunjukkan bahwa self regulated learning berkaitan erat dengan performansi akademik pada mahasiswa dimana mahasiswa yang menerapkan strategi self regulated learning mengambil alih afeksi, pikiran dan tingkah lakunya sehingga menunjang prestasi belajar yang baik.

Pada mahasiswa yang bekerja, melakukan kegiatan akademis sekaligus mencari uang bukanlah hal yang mudah, karena dapat menyebabkan stres. Hal ini diungkapkan oleh Furr dan Elling (2000) bahwa mahasiswa yang bekerja cenderung memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak bekerja dan juga jarang terlibat pada aktivitas kampus dan aktivitas sosial. Jika hal tersebut terus terjadi tentunya dapat mempengaruhi afeksi, pikiran dan tingkah laku mahasiswa dalam penerapan self regulated learning untuk menunjang prestasi belajar yang memuaskan. Data National Center for Education Statistics (dalam Papalia, 2001) juga menunjukkan bahwa para mahasiswa yang bekerja 15 jam lebih per minggu atau bekerja di pagi sekali atau di waktu yang tidak menetap cenderung tidak menunjukkan prestasi yang bagus dalam pelajaran dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak bekerja.

(21)

Peebles (1996) pada sejumlah mahasiswa yang bekerja menunjukkan bahwa mahasiswa yang kuliah sambil bekerja memiliki rata-rata indeks prestasi yang lebih tinggi yaitu 3.02 (dalam poin 4) dibandingkan mahasiswa yang tidak bekerja yang hanya memiliki rata-rata indeks prestasi 2.98. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa mahasiswa yang bekerja lebih disiplin, lebih tepat waktu dalam perkuliahan dan memiliki inisiatif untuk berusaha mencari informasi di luar sumber-sumber sosial ketika mengerjakan tugas.

Berdasarkan hal di atas peneliti tertarik untuk melihat perbedaan penerapan

self regulated learning pada mahasiswa yang kuliah sambil bekerja dengan mahasiswa yang tidak bekerja di Universitas Sumatera Utara. Mahasiswa USU dipilih oleh peneliti karena berdasarkan Keputusan Rektor Universitas Sumatera Utara No:1178/H5.1.R/SK/KRK/2008 tentang kebijakan akademik Universitas Sumatera Utara, pada bab II pasal 2 mengenai kebijakan umum disebutkan bahwa pelaksanaan pendidikan di lingkungan USU dirancang dengan mempertimbangkan pergeseran paradigma pendidikan yang semula lebih fokus pada pengajaran oleh dosen menjadi fokus pada pembelajaran oleh mahasiswa

(student-learning). Menurut Santrock (2004) dalam prinsip student-learning, peserta didik aktif, memiliki tujuan dan mampu mengatur pembelajaran sendiri

(22)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, peneliti merumuskan permasalahan yang ingin diketahui dari penelitian ini yaitu “Apakah terdapat perbedaan self regulated learning pada mahasiswa yang bekerja dengan mahasiswa yang tidak bekerja?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan self regulated learning antara mahasiswa yang bekerja dengan mahasiswa yang tidak bekerja di Universitas Sumatera Utara.

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat, yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis:

a. Manfaat teoritis

(23)

b. Manfaat praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah :

1. Memberikan informasi dan gambaran pada pihak pengelola USU (Rektor/Dekan/Ketua Jurusan) mengenai perbedaan self regulated learning pada mahasiswa USU yang bekerja dan yang tidak bekerja. Dari hasil penelitian ini diharapkan ke depannya pihak pengelola USU dapat memberikan pelatihan bagi mahasiswa yang bekerja mengenai self regulated learning agar tetap memiliki prestasi yang bagus meskipun kuliah sambil bekerja.

2. Memberikan informasi serta wacana bagi mahasiswa yang bekerja maupun tidak bekerja mengenai strategi self regulated learning dalam proses belajar.

E. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan

Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan teori

(24)

Bab ini menguraikan identifikasi variabel, definisi operasional variabel, metode pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan, uji validitas dan reliabilitas alat ukur, dan metode analisa data yang digunakan untuk mengolah hasil data penelitian.

Bab IV Analisa data dan pembahasan

Berisi pengolahan dan pengorganisasian data penelitian serta membahas data-data penelitian dengan teori yang relevan.

BAB V Kesimpulan dan saran

(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Self Regulated Learning

1. Definisi self regulated learning

Teori sosial kognitif menyatakan bahwa faktor sosial, kognitif serta faktor perilaku, memainkan peran penting dalam proses pembelajaran. Salah satu proses pembelajaran yang melibatkan ketiga faktor tersebut adalah Self regulated learning. Zimmerman & Martinez-Pons, (1990) menyatakan bahwa Self regulated learning merupakan konsep mengenai bagaimana seorang peserta didik menjadi pengatur bagi belajarnya sendiri. Selanjutnya Zimmerman (dalam Woolfolk, 2004) mendefinisikan self regulated learning sebagai suatu proses dimana seorang peserta didik mengaktifkan dan mendorong kognisi (cognition), perilaku

(behaviours) dan perasaannya (affect) secara sistematis dan berorientasi pada pencapaian tujuan belajar.

(26)

sistematik mengarahkan perilaku dan kognisinya dengan cara memberi perhatian pada instruksi tugas-tugas, melakukan proses dan mengintegrasikan pengetahuan, mengulang-ulang informasi untuk diingat serta mengembangkan dan memelihara keyakinan positif tentang kemampuan belajar (self efficacy) dan mampu mengantisipasi hasil belajarnya.

Berdasarkan definisi yang telah diuraikan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa self regulated learning adalah proses belajar dimana peserta didik mengaktifkan kognisi, tindakan dan perasaan secara sistematis untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi self regulated learning

Cobb (2003) menyatakan bahwa self regulated learning dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah self efficacy, motivasi dan tujuan.

a. Self efficacy

Self efficacy merupakan penilaian individu terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan, atau mengatasi hambatan dalam belajar (Bandura dalam Cobb, 2003). Self efficacy

(27)

b. Motivasi

Menurut Cobb (2003), motivasi yang dimiliki peserta didik secara positif berhubungan dengan self regulated learning. Motivasi dibutuhkan peserta didik untuk melaksanakan strategi yang akan mempengaruhi proses belajar. Peserta didik cenderung akan lebih efisien mengatur waktunya dan efektif dalam belajar apabila memiliki motivasi belajar. Motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang (intrinsic) cenderung akan lebih memberikan hasil positif dalam proses belajar dan meraih prestasi yang baik. Motivasi ini akan lebih kuat dan lebih stabil/menetap bila dibandingkan dengan motivasi yang berasal dari luar diri (extrinsic). Walaupun demikian bukan berarti motivasi dari luar diri (extrinsic) tidak penting. Kedua jenis motivasi ini sangat berperan dalam proses belajar. Peserta didik kadang termotivasi belajar oleh keduanya, misalnya mereka mengharapkan pemenuhan kepuasan atas keingintahuannya dengan belajar giat, namun mereka juga mengharapkan ganjaran (reward) dari luar atas prestasi yang mereka capai.

c. Tujuan (goals)

(28)

Efek dari goal tergantung atas hasil (outcomes) yang diharapkan. Hasil ini dapat dikategorikan menjadi dua orientasi yaitu : orientasi pada pembelajaran

(learning) dan orientasi pada penampilan (performance) (Meece dalam Cobb, 2003). Orientasi pada pembelajaran (learning goals) fokus pada proses pencapaian kemampuan dan pemahaman betapapun sulitnya usaha yang harus dilakukan untuk mencapai goal tersebut. Sedangkan orientasi pada penampilan (performance goal) fokus pada pencapaian penampilan yang baik di pandangan orang lain atau penghindaran penilaian negatif dari lingkungan. Menurut Cobb (2003) learning goals menghasilkan prestasi akademik yang tinggi dan menunjukkan penggunaan strategi self regulated learning melalui proses informasi yang mendalam (deep).

3. Perkembangan self regulated learning

Schunk dan Zimmerman (1998) menyatakan bahwa kondisi individu, sosial dan lingkungan yang membuat peserta didik memiliki kompetensi self regulated learning pada awalnya berkembang dari pengaruh sosial lalu kemudian beralih pada pengaruh diri sendiri. Schunk dan Zimmerman (1998) menyatakan bahwa kemampuan self regulated learning muncul dalam serangkaian tingkat kemampuan regulasi yang meliputi empat tingkat perkembangan yaitu tingkat pengamatan, persamaan, kontrol diri dan regulasi diri.

(29)

kontrol diri dan pengaturan diri, peserta didik sudah mampu menerapkan strategi

self regulated learning secara mandiri.

Untuk keterangan lebih lanjut perkembangan self regulated learning ini dapat dilihat pada tabel 1 berikut :

Tabel 1. Perkembangan Self Regulated Learning Level

Perkembangan

Pengaruh Sosial Pengaruh Diri Sendiri

1. Pengamatan

(observational)

2. Persamaan

(emulative)

3. Kontrol diri

(self controlled)

4. Pengaturan diri

(self regulated)

Modeling, penjelasan secara verbal

Bimbingan dan umpan balik dari lingkungan sosial

Standar dari diri sendiri,

self reinforcement

Proses self regulatory, keyakinan akan self efficacy

a. Level Pengamatan (observational)

Pada level pengamatan ini, sebagian peserta didik dapat menyerap ciri-ciri utama strategi belajar dengan mengamati model. Dalam hal ini guru yang bertindak sebagai model, menjelaskan bagaimana proses berpikir ketika sedang mengerjakan tugas. Dengan mempersepsikan kesamaan dengan model dan seolah-olah melakukan apa yang dilakukan oleh model akan membuat peserta didik (pengamat) termotivasi untuk mengembangkan kemampuan self regulated learning.

b. Level Persamaan (emulative)

(30)

yang umum saja. Hal ini penting dalam perkembangan self regulatory karena peserta didik perlu menunjukkan strategi secara personal agar masuk ke dalam skema mereka. Pada fase ini bimbingan, umpan balik dan penguatan dari lingkungan sosial perlu diberikan agar peserta didik dapat melanjutkan pembelajaran secara fungsional.

c. Level Kontrol Diri (self controlled)

Peserta didik sudah mampu menggunakan sendiri strategi- strategi belajar ketika mengerjakan tugas. Strategi-strategi yang digunakan sudah terinternalisasi, namun masih dipengaruhi oleh gambaran standar performansi yang ditunjukkan oleh model (seperti bayangan akan performansi model sebelumnya) dan sudah menggunakan proses self reward.

d. Level Pengaturan Diri (self regulated)

Merupakan level terakhir dimana peserta didik mulai menggunakan strategi-strategi yang disesuaikan dengan situasi dan termotivasi oleh tujuan serta self efficacy untuk berprestasi. Peserta didik sudah bisa memilih kapan menggunakan strategi-strategi khusus dan mengadaptasinya untuk kondisi berbeda, dengan sedikit petunjuk dari model atau tidak sama sekali.

4. Strategi self regulated learning

(31)

menerapkan strategi self regulated learning mengambil alih afeksi, pikiran dan tingkah lakunya sehingga menunjang prestasi belajar yang baik.

Zimmerman dan Martinez-Pons (dalam Purdie, Hattie & Douglas, 1996) melakukan sebuah penelitian dengan metode wawancara yang telah menghasilkan 10 kategori perilaku belajar sebagai strategi self regulated learning sebagai berikut :

a. Evaluasi terhadap kemajuan tugas (self evaluating)

Merupakan inisiatif peserta didik dalam melakukan evaluasi terhadap kualitas tugas dan kemajuan pekerjaannya. Peserta didik memutuskan apakah hal-hal yang telah dipelajari mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya. Dalam hal ini peserta didik membandingkan informasi yang didapat melalui self monitoring dengan beberapa standar atau tujuan yang dimiliki.

b. Mengatur materi pelajaran (organizing & transforming)

Strategi organizing menandakan perilaku overt dan covert dari peserta didik untuk mengatur materi yang dipelajari dengan tujuan meningkatkan efektivitas proses belajar. Strategi transforming dilakukan dengan mengubah materi pelajaran menjadi lebih sederhana dan mudah dipelajari.

c. Membuat rencana dan tujuan belajar (goal setting & planning)

(32)

meminimalisir tugas-tugas yang mendesak. Perencanaan juga memungkinkan peserta didik untuk fokus pada hal-hal yang penting bagi perolehan kesuksesan jangka panjang. Untuk mendapatkan manfaat sebesar mungkin dari perencanaan, maka perencanaan perlu ditinjau kembali secara rutin.

d. Mencari informasi (seeking information)

Peserta didik memiliki inisiatif untuk berusaha mencari informasi di luar sumber-sumber sosial ketika mengerjakan tugas ataupun ketika mempelajari suatu materi pelajaran. Strategi ini dilakukan dengan menetapkan informasi apa yang penting dan bagaimana cara mendapatkan informasi tersebut.

e. Mencatat hal penting (keeping record & monitoring)

Strategi ini dilakukan dengan mencatat hal-hal penting yang berhubungan dengan topik yang dipelajari, kemudian menyimpan hasil tes, tugas maupun catatan yang telah dikerjakan.

f. Mengatur lingkungan belajar (environmental structuring)

Peserta didik berusaha memilih atau mengatur aspek lingkungan fisik dengan cara tertentu sehingga membantu mereka untuk belajar dengan lebih baik. g. Konsekuensi setelah mengerjakan tugas (self consequences)

Strategi ini dilakukan dengan mengatur atau membayangkan reward atau

punishment yang didapatkan bila berhasil atau gagal dalam mengerjakan tugas.

h. Mengulang dan mengingat (rehearsing & memorizing)

(33)

i. Mencari bantuan sosial (seek social assistance)

Bila menghadapi masalah dengan tugas yang sedang dikerjakan, peserta didik dapat meminta bantuan teman sebaya (seek peer asistance), meminta bantuan guru (seek teacher assistance) dengan bertanya kepada guru didalam maupun luar jam belajar untuk dapat membantu menyelesaikan tugas dengan baik. Peserta didik juga meminta bantuan orang dewasa (seek adult assistance) yang berada di dalam dan di luar lingkungan belajar bila ada topik yang tak dimengerti. Orang dewasa yang dimaksud dalam hal ini adalah orang yang lebih berpengalaman.

j. Meninjau kembali catatan, tugas atau tes sebelumnya dan buku pelajaran

(review record)

Dalam strategi ini peserta didik meninjau kembali catatan pelajaran sehingga tahu topik apa saja yang akan diuji. Selanjutnya peserta didik meninjau kembali tugas atau tes sebelumnya (review test/work) yang meliputi soal-soal ujian terdahulu tentang topik-topik tertentu, juga tugas tugas yang telah dikerjakan sebagai sumber informasi untuk belajar. Peserta didik juga membaca ulang buku pelajaran (review text book) yang merupakan sumber informasi yang dijadikan penunjang catatan sebagai sarana belajar.

Dalam perspektif sosial kognitif keberadaan strategi self regulated learning

(34)

1. Faktor pribadi

Self regulated learning terjadi pada derajat dimana peserta didik dapat menggunakan proses personal untuk secara strategis mengatur perilaku dan lingkungan belajar disekitarnya. Faktor ini meliputi penggunaan strategi mengatur materi pelajaran (organizing & transforming), membuat rencana dan tujuan belajar (goal setting & planning), mencatat hal penting (keeping record & monitoring), serta mengulang dan mengingat (rehearsing & memorizing).

2. Faktor perilaku

Menunjuk pada kemampuan peserta didik dalam menggunakan self evaluation strategy sehingga mendapatkan informasi tentang keakuratan dan mengecek kelanjutan dari hasil umpan balik. Faktor ini melibatkan strategi konsekuensi setelah mengerjakan tugas (self consequences) dan evaluasi terhadap kemajuan tugas (self evaluating).

3. Faktor lingkungan

(35)

B. Mahasiswa

Mahasiswa menurut Salim dan Salim (dalam kamus umum bahasa Indonesia, 2002) adalah orang yang terdaftar dan menjalani pendidikan di perguruan tinggi. Menurut Sukadji (2001) mahasiswa adalah sebagian kecil dari generasi muda yang mendapat kesempatan untuk mengasah kemampuannya di perguruan tinggi. Oleh sebab itu mahasiswa diharapkan akan mendapat manfaat yang sebesar-besarnya dalam pendidikan tersebut. Selanjutnya Basir (1992) menjelaskan bahwa mahasiswa secara psikis dan fisik telah mencapai tahap awal dewasa dan telah meninggalkan masa remajanya, sehingga perilakunya dengan lingkungan sekitar sudah terarah, mengakui dan memahami norma, serta nilai yang harus ditaatinya.

Menurut Winkel (1997) mahasiswa berada pada rentang usia 18 atau 19 tahun sampai 24 atau 25 tahun. Selanjutnya Winkel (1997) menjelaskan bahwa rentang usia mahasiswa ini masih dapat dibagi atas dua periode yaitu :

1. Usia 18 atau 19 tahun sampai 20 atau 21 tahun. Periode ini merupakan mahasiswa dari semester 1 sampai dengan semester IV. Pada rentang usia ini, pada umumnya tampak ciri-ciri sebagai berikut :

 Stabilitas dalam kepribadian mulai meningkat

 Pandangan yang lebih realistis tentang diri sendiri dan lingkungan hidupnya

(36)

2. Usia 21 atau 22 tahun sampai 24 atau 25 tahun, yaitu mahasiswa semester V sampai dengan semester VIII. Pada rentang usia ini pada umumnya terdapat kebutuhan-kebutuhan yang harus diperhatikan terutama bersifat psikologis, seperti :

 Mendapat penghargaan dari teman, dosen, dan sesama anggota keluarga lainnya

 Mempunyai pandangan spiritual tentang makna hidup manusia

 Memiliki rasa harga diri dengan mendapatkan tanggapan dari lawan jenis dan menikmati rasa puas karena sukses dalam studi akademik

Selanjutnya Hurlock (1999) mengkategorikan usia mahasiswa ke dalam masa dewasa dini. Menurut Hurlock (1999) masa dewasa dini dimulai pada usia 18 tahun sampai kira-kira usia 40 tahun dimana tugas perkembangan pada masa dewasa dini salah satunya adalah mencakup pemilihan karir atau mendapatkan suatu pekerjaan. Pada masa dewasa dini terjadi perubahan nilai dimana banyak nilai pada masa kanak-kanak dan remaja berubah karena pengalaman dan hubungan sosial yang lebih luas dengan orang-orang yang berbeda usia.

(37)

C. Bekerja

1. Definisi bekerja

Setiap orang yang bekerja disebut pekerja. Pekerja atau buruh di Indonesia menurut UU No. 13 tahun 2003 adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Shimmin (dalam De Klerk, 2005) menyatakan bahwa kerja sering diidentifikasikan dengan melakukan employment

yaitu aktivitas yang dilakukan untuk orang lain dalam basis kontrak hal ini menyangkut hubungan pertukaran dimana seseorang memberikan talenta mereka kepada majikan untuk mendapatkan imbalan.

Badan Pusat Statistik Indonesia (2000) mendefinisikan bekerja adalah melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit 1 jam dalam seminggu (termasuk pekerja keluarga tanpa upah yang membantu dalam suatu kegiatan ekonomi). Sejalan dengan hal tersebut, Mantra (2000) menyatakan bahwa bekerja yaitu melakukan suatu kegiatan untuk menghasilkan atau membantu menghasilkan barang atau jasa dengan maksud untuk memperoleh penghasilan berupa uang atau barang dalam kurun waktu (time reference) tertentu.

(38)

2. Manfaat bekerja

Anoraga (2001) mengemukakan bahwa melalui bekerja kita memperoleh uang dan uang tersebut dapat digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Kebutuhan – kebutuhan yang ada dapat dibagi :

a. Kebutuhan fisiologis dasar

Kebutuhan ini menyangkut kebutuhan fisik atau biologis seperti makan, minum, tempat tinggal dan kebutuhan lain yang sejenis.

b. Kebutuhan sosial

Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena memerlukan persahabatan dan tidak akan berbahagia apabila ditinggalkan sendirian untuk jangka waktu yang lama. Pekerjaan seringkali memberikan kepuasan kebutuhan sosial, tidak hanya dalam arti memberikan persahabatan, tapi juga dalam aspek-aspek yang lain, seperti menjadi anggota kelompok tertentu yang memberikan rasa identifikasi diri dan rasa memiliki. Kebutuhan sosial lainnya dapat diperoleh dari hubungan antara atasan dan bawahan.

c. Kebutuhan Egoistik 1) Prestasi

Salah satu kebutuhan manusia yang terkuat adalah kebutuhan berprestasi

(39)

2) Otonomi

Seorang pekerja menginginkan adanya kebebasan, menginginkan semacam kreativitas dan variasi dalam menjalankan pekerjaannya juga inisiatif dan imajinasi yang mencerminkan keinginan individu untuk independen, bebas menentukan apa yang ia inginkan.

3) Pengetahuan

Keinginan akan pengetahuan menjadi dorongan dasar dari setiap manusia. Manusia tidak hanya ingin tahu apa yang terjadi tapi juga ingin mengetahui mengapa sesuatu terjadi. Menjadi seorang ahli dalam suatu bidang memberikan perasaan puas bagi individu dan ini merupakan salah satu bentuk pemuasan kebutuhan egoistiknya.

Manfaat lain yang diperoleh dengan bekerja dikemukakan oleh Calhoun dan Acocella (1990) yaitu :

a. Bekerja dapat membentuk pola kehidupan individu, menciptakan irama dari hari ke hari, minggu ke minggu.

b. Bekerja menyediakan jaringan hubungan tidak resmi

c. Bekerja memberi individu identitas yang menyatakan siapa dan apa statusnya d. Pekerjaan menjadi dasar menunjukkan harga diri

(40)

D. Mahasiswa yang Bekerja

1. Definisi mahasiswa bekerja

Seperti yang telah dikemukakan diatas bahwa menurut Sukadji (2001) mahasiswa merupakan sebagian kecil dari generasi muda yang mendapat kesempatan untuk mengasah kemampuannya di perguruan tinggi. Senada dengan hal tersebut, Basir (1992) menyebutkan bahwa mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi tertentu. Sedangkan bekerja sering diidentifikasikan dengan melakukan employment yaitu aktivitas yang dilakukan untuk orang lain dalam basis kontrak hal ini menyangkut hubungan pertukaran dimana seseorang memberikan talenta mereka kepada majikan untuk mendapatkan imbalan (Shimmin dalam De Klerk, 2005).

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang bekerja adalah mahasiswa yang mengambil peran sebagai orang yang mempersiapkan diri dalam keahlian tertentu dalam tingkat pendidikan tinggi sambil melakukan suatu aktivitas yang dilakukan untuk orang lain dengan memberikan talenta mereka kepada majikan untuk mendapatkan imbalan.

(41)

dilaksanakan minimal 20 jam dalam seminggu namun tidak lebih dari 40 jam dalam seminggu.

2. Alasan mahasiswa bekerja

Alasan umum individu bekerja adalah karena uang (Anoraga, 2001). Jadi keinginan untuk mempertahankan hidup merupakan salah satu sebab terkuat yang dapat menjelaskan mengapa individu bekerja. Begitu pula halnya dengan mahasiswa yang bekerja. Menurut Motte dan Schwartz (2009) alasan utama mahasiswa bekerja adalah untuk mendapatkan sumber penghasilan. Selain itu Motte dan Schwartz (2009) mengemukakan alasan lain mahasiswa bekerja yaitu : a. Bekerja untuk membantu orang tua dalam membiayai kuliah

Motte dan Schwartz (2009) menyatakan bahwa alasan ini banyak dikemukakan oleh mahasiswa yang berasal dari latar belakang ekonomi rendah yang hanya mendapatkan sedikit dukungan finansial dari keluarganya sehingga tak mampu menutupi seluruh biaya perkuliahan.

b. Bekerja untuk membayar aktivitas waktu luang

(42)

c. Bekerja sebagai suatu cara hidup mandiri

Alasan ini dikemukakan oleh mahasiswa yang bekerja untuk mendapatkan kemandirian ekonomis dan tidak ingin bergantung pada penghasilan orang tua meskipun orangtua masih mampu membiayai perkuliahan.

d. Bekerja untuk mencari pengalaman

Mahasiswa bekerja untuk dapat merasakan langsung semua hal yang berhubungan dengan dunia kerja yang sesungguhnya. Dengan pengetahuan dan pengalaman langsung, mahasiswa akan lebih mudah memahami isi perkuliahan tersebut.

E. Perbedaan Self Regulated Learning antara Mahasiswa yang Bekerja

dengan yang Tidak Bekerja

(43)

Pada dasarnya mahasiswa merupakan pembelajar aktif dan kritis yang dituntut untuk mampu mengatur diri dan waktunya serta menyelesaikan persoalan yang ia temui dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar. Agar sukses dalam pendidikan dan berhasil menerapkan ilmu yang diperolehnya, mahasiswa diharapkan memiliki kesiapan belajar di perguruan tinggi yang mencakup kesiapan mental dan kesiapan keterampilan belajar. Spitzer (2000) mengatakan bahwa salah satu keterampilan belajar yang mempunyai peran penting dalam menentukan kesuksesan di perguruan tinggi adalah kemampuan meregulasi diri dalam belajar atau disebut juga dengan self regulated learning.

Self regulated learning merupakan kemampuan peserta didik untuk dapat mengatur fungsi-fungsi yang ada di dirinya baik afeksi, tingkah laku dan pikiran sehingga membantu mencapai tujuan belajar yang diinginkan (Zimmerman dalam Woolfolk, 2004). Berdasarkan definisi tersebut individu digambarkan sebagai pusat pengatur segala hal yang berhubungan dengan dirinya, dikaitkan dalam sebuah konteks realitas atau kenyataan. Artinya dalam definisi di atas disebutkan bahwa self regulated learning tidak sekedar bagaimana melakukan pengelolaan terhadap diri secara menyeluruh (afeksi, kognitif, dan tingkah laku), namun juga terkait dengan bagaimana seseorang menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan belajar agar sesuai dengan kebutuhan dirinya.

(44)

belajar secara efektif. Hal ini mulai dari merencanakan (menentukan) tujuan, target, strategi dan waktu belajar, menentukan sumber belajar yang akan digunakan, sampai menjalankan rencana tersebut secara teratur. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dampak negatif kuliah sambil bekerja yaitu bekerja bisa membuat mahasiswa mengalami kesulitan dalam membagi waktu antara kuliah, kerja dan belajar.

Faktor lingkungan sosial turut berperan dalam penerapan self regulated learning, dimana peserta didik yang menerapkan strategi self regulated learning

akan mencari bantuan sosial (seek social assistance) melalui rekan sebaya, guru dan lingkungan fisik sekolah. Furr & Elling, (2000) menyatakan bahwa mahasiswa yang kuliah sambil bekerja cenderung jarang terlibat dalam aktivitas kampus dan aktivitas sosial bersama teman-teman dibandingkan mahasiswa yang tidak bekerja. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Ruscoe, Morgan & Peebles, (1996) yang membuktikan bahwa mahasiswa yang bekerja cenderung sering absen kuliah dan lebih sering datang terlambat dibandingkan dengan yang tidak bekerja.

(45)

waktu dan tenaga ekstra. Stres yang dialami mahasiswa tersebut tentunya akan mempengaruhi afeksi dan kognisi mahasiswa tersebut dalam proses pembelajaran.

Oleh karena itu berdasarkan beberapa penelitian di atas dapat diasumsikan bahwa terdapat perbedaan penerapan self regulated learning antara mahasiswa yang bekerja dengan mahasiswa yang tidak bekerja

F. Hipotesa Penelitian

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian sangat menentukan suatu penelitian karena menyangkut cara yang benar dalam mengumpulkan data, analisa data dan pengambilan kesimpulan penelitian serta dapat menentukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan hasilnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode komparatif. Menurut Hadjar (1996) metode komparatif merupakan jenis penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang apakah ada perbedaan nilai suatu variabel berdasarkan klasifikasi subjek. Hadjar (1996) juga menambahkan penggunaan penelitian ini dalam bidang pendidikan hanya dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan nilai suatu observasi (disebut variabel tergantung atau dependen) antar kelompok semata. Pembahasan dalam metode penelitian ini meliputi identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, subjek penelitian, alat ukur yang digunakan dan metode analisis data.

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel tergantung : self regulated learning.

2. Variabel bebas : status pekerjaan mahasiswa a. bekerja

(47)

B. Definisi Operasional

1. Variabel tergantung : self regulated learning

Self regulated learning adalah proses belajar dimana peserta didik menjadi pengatur bagi belajarnya sendiri, mengarahkan perilaku dan kognisinya secara sistematis untuk mencapai tujuan belajar yang ditetapkan dengan cara : evaluasi terhadap kemajuan tugas (self evaluating), mengatur materi pelajaran (organizing & transforming), membuat rencana dan tujuan belajar (goal setting & planning), mencari informasi (seeking information), mencatat hal penting (keeping record & monitoring), mengatur lingkungan belajar (environmental structuring), konsekuensi setelah mengerjakan tugas (self consequences), mengulang dan mengingat (rehearsing & memorizing), mencari bantuan sosial (seek social assistance), dan meninjau kembali catatan, buku pelajaran, tugas atau tes sebelumnya (review record).

Variabel ini akan diukur dengan skala self regulated learning yang disusun oleh peneliti berdasarkan 10 kategori strategi self regulated learning yang dikemukakan oleh Zimmerman (dalam Purdie, Hattie & Douglas, 1996) yaitu : (1) Evaluasi terhadap kemajuan tugas (self evaluating), (2) Mengatur materi pelajaran

(organizing & transforming), (3) Membuat rencana dan tujuan belajar (goal setting & planning), (4) Mencari informasi (seeking information), (5) Mencatat hal penting (keeping record & monitoring), (6) Mengatur lingkungan belajar

(48)

Mencari bantuan sosial (seek social assistance), dan (10) Meninjau kembali catatan, buku pelajaran, tugas atau tes sebelumnya (review record).

Skor tinggi pada skala ini menunjukkan penerapan self regulated learning

yang tinggi pada individu dan sebaliknya skor rendah pada skala ini menujukkan penerapan self regulated learning yang rendah.

2. Variabel bebas : status pekerjaan mahasiswa

Status pekerjaan adalah keadaan atau kedudukan seseorang dalam hubungannya dengan pekerjaan. Status pekerjaan mahasiswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang bekerja dan yang tidak bekerja. Mahasiswa yang bekerja adalah peserta didik yang menjalani pendidikan di perguruan tinggi tertentu sambil melakukan suatu aktivitas pekerjaan paruh waktu minimal 20 jam dalam seminggu dengan memberikan jasa mereka kepada orang lain dengan maksud memperoleh imbalan berupa uang. Sedangkan mahasiswa yang tidak bekerja adalah mahasiswa yang tidak melakukan suatu aktivitas pekerjaan paruh waktu dan tidak memberikan jasa mereka kepada orang lain dengan maksud memperoleh imbalan berupa uang.

C. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel

1. Populasi

(49)

sama. Kemudian akan diambil wakil dari populasi yang disebut sampel penelitian (Hadi, 2000).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa/i yang sedang menjalani pendidikan di beberapa Fakultas Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Adapun alasan menjadikan USU sebagai tempat penelitian adalah mengingat USU sebagai salah satu perguruan tinggi terbesar di luar Pulau Jawa yang memiliki salah satu kebijakan akademik, yaitu: pelaksanaan pendidikan di lingkungan USU dirancang dengan mempertimbangkan pergeseran paradigma pendidikan yang semula lebih fokus pada pengajaran oleh dosen menjadi fokus pada pembelajaran oleh mahasiswa (student- learning).

Adapun karakteristik populasi penelitian ini adalah :

a. Mahasiswa/i S1 yang bekerja dan yang tidak bekerja dan masih aktif dalam perkuliahan atau tidak sedang dalam masa penundaan kegiatan akademik (PKA).

(50)

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian subjek yang diteliti (Hadi, 2000). Menurut Azwar (2005), secara tradisional, statistika menganggap bahwa jumlah sampel yang lebih dari 60 orang sudah cukup banyak. Namun sesungguhnya tidak ada angka yang dapat dikatakan dengan pasti. Menurut Hadjar (1996) semakin besar jumlah sampel semakin besar pula kemungkinan dapat mencerminkan populasi. Oleh sebab itu peneliti merencanakan jumlah keseluruhan sampel dalam penelitian ini sebanyak 143 orang yang terdiri dari 71 mahasiswa yang bekerja dan 72 mahasiswa yang tidak bekerja. Alasan peneliti menentukan jumlah sampel ini adalah karena tidak terdapat secara pasti data jumlah populasi mahasiswa USU yang bekerja dan yang tidak bekerja.

2. Metode pengambilan sampel

Adapun upaya untuk memperoleh sampel penelitian dalam penelitian ini digunakan teknik nonprobability dimana tidak semua individu dalam populasi diberi peluang yang sama untuk menjadi anggota sampel (Hadi, 2000). Teknik

(51)

D. Alat Ukur Yang Digunakan

Alat ukur merupakan metode pengumpulan data dalam kegiatan penelitian yang mempunyai tujuan untuk mengungkap fakta mengenai variabel yang diteliti (Hadi, 2000). Metode pengumpulan data yang dijadikan alat ukur dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala.

Skala yang digunakan dalam penelitian ini hanya satu yaitu skala self regulated learning yang disusun berdasarkan strategi self regulated learning yang dikemukakan oleh Zimmerman (dalam Purdie, Hattie & Douglas, 1996) yang meliputi 10 strategi self regulated learning yaitu :

2. Evaluasi terhadap kemajuan tugas (self evaluating)

3. Mengatur materi pelajaran (organizing & transforming)

4. Membuat rencana dan tujuan belajar (goal setting & planning)

5. Mencari informasi (seeking information)

6. Mencatat hal penting (keeping record & monitoring)

7. Mengatur lingkungan belajar (environmental structuring)

8. Konsekuensi setelah mengerjakan tugas (self consequences)

9. Mengulang dan mengingat (rehearsing & memorizing)

10.Meminta bantuan sosial (seek social assistance)

11.Meninjau kembali catatan, buku pelajaran, tugas atau tes sebelumnya (review record)

(52)

disajikan dalam bentuk pernyataan favorable dan unfavorable. Skor yang diberikan bergerak dari 1 sampai 4. Bobot penilaian untuk pernyataan favorable

[image:52.595.110.517.250.743.2]

yaitu : SL = 4, SR = 3, JR = 2, TP = 1, sedangkan bobot penilaian untuk pernyataan unfavorable yaitu : SL = 1, SR = 2, JR = 3, TP = 4.

Tabel 2. Blue Print Distribusi Aitem Skala Self Regulated Learning yang akan digunakan dalam Uji Coba

No. Strategi self regulated learning

Aitem Jlh P (%)

F UF 1. Evaluasi terhadap

kemajuan tugas (self evaluating)

2,40,41,49,50 15,16,51,69,97 10 10%

2. Mengatur materi pelajaran (organizing & transforming)

1,42,52,96,98 20,21,43,94,95 10 10%

3. Membuat rencana dan tujuan belajar (goal setting & planning)

4,34,56,55,70 17,57,72,79,99 10 10%

4. Mencari informasi

(seeking information)

22,35,53,71,80 3,18,19,54,73 10 10% 5. Mencatat hal penting

(keeping record & monitoring)

5,31,45,59,83 9,44,61,82,85 10 10%

6. Mengatur lingkungan belajar (environmental structuring)

6,33,58,74,84 7,30,60,75,81 10 10%

7. Konsekuensi setelah mengerjakan tugas (self consequences)

32,46,65,86,87 8,25,62,63,88 10 10%

8. Mengulang dan

mengingat (rehearsing & memorizing)

10,24,36,90,92 11,37,64,67,77 10 10%

9. Mencari bantuan sosial

(seek social assistance)

23,47,66,68,89 12,14,26,29,78 10 10% 10. Meninjau kembali

catatan, buku pelajaran, tugas atau tes sebelumnya (review record)

(53)

E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

1. Validitas

Untuk mengetahui apakah skala psikologi mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya, diperlukan suatu pengujian validitas (Azwar, 2005). Di dalam penelitian ini dilakukan uji validitas berdasarkan validitas isi. Validitas isi tes ditentukan melalui pendapat profesional (profesional judgement) dalam proses telaah soal. Pendapat profesional diperoleh dengan cara berkonsultasi dengan dosen pembimbing.

2. Reliabilitas alat ukur

Setelah melalui professional judgement, maka peneliti melakukan uji daya beda aitem. Uji daya beda aitem adalah sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang diukur. Prinsip kerja yang dijadikan dasar untuk melakukan seleksi aitem, dalam hal ini adalah memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya sebagaimana dikehendaki oleh penyusunnya (Azwar, 2000).

Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem menggunakan batasan rix ≥ 0.30. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0.30, daya pembedanya dianggap memuaskan. Aitem yang memiliki harga rix < 0.30 dapat

(54)

dengan menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment dengan bantuan program SPSS versi 14.

Setelah melalui uji daya beda aitem, peneliti melakukan pengujian reliabilitas. Menurut Azwar (2005), reliabilitas mengacu kepada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur untuk menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya. Uji reliabilitas alat ukur ini menggunakan pendekatan konsistensi internal, yaitu suatu bentuk tes yang hanya memerlukan satu kali pengenaan tes kepada sekelompok individu sebagai subjek penelitian. Teknik yang digunakan adalah koefisien Alpha Cronbach.

Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx`) yang angkanya berada

dalam rentang0 sampai dengan 1. Koefisien reliabilitas yang semakin mendekati angka 1 menandakan semakin tinggi reliabilitas. Teknik koefisien alpha untuk menguji reliabilitas alat ukur dihitung dengan bantuan program SPSS versi 14.

3. Hasil uji coba alat ukur

(55)
[image:55.595.110.518.197.655.2]

tidak bekerja. Adapun distribusi hasil uji coba skala akan dijelaskan pada tabel 3 berikut ini :

Tabel 3. Blue Print Distribusi Aitem Skala Self Regulated Learning Setelah Uji Coba

No. Strategi self regulated learning

Aitem Jlh P (%)

F UF 1. Evaluasi terhadap

kemajuan tugas (self evaluating)

49,41,50,2,40 15,97,16,69,51 10 10%

2. Mengatur materi pelajaran

(organizing & transforming)

1,42,52,96,98 20,21,43,94,95 10 10%

3. Membuat rencana dan tujuan belajar (goal setting & planning)

34,56,55,4,70 57,17,79,72,99 10 10%

4. Mencari informasi (seeking information)

71,35,80,22,53 3,73,18,54,19 10 10% 5. Mencatat hal penting &

memonitor (keeping record & monitoring)

5,45,83,59,31 44,61,82,85,9 10 10%

6. Mengatur lingkungan belajar (environmental structuring)

74,58,84,6,33 60,30,81,75,7 10 10%

7. Konsekuensi setelah mengerjakan tugas (self consequences)

86,32,87,46,65 62,8,63,25,88 10 10%

8. Mengulang dan mengingat

(rehearsing & memorizing)

10,92,90,24,36 67,64,77,11,37 10 10% 9. Mencari bantuan sosial

(seek social assistance)

47,23,66,89,68 26,78,12,14,29 10 10% 10. Meninjau kembali catatan,

buku pelajaran, tugas atau tes sebelumnya (review record)

13,28,91,39,38 76,27,93,100 10 10%

Total 50 50 100 100%

(56)

120 orang subjek (n = 120) ditemukan 19 aitem yang gugur, sehingga jumlah aitem yang dapat digunakan untuk pengambilan data yang sebenarnya adalah sebanyak 81 aitem yang memiliki koefisien korelasi yang memenuhi syarat untuk dapat digunakan dalam penelitian (r  0.30). Reliabilitas alat ukur yang diujicobakan adalah sebesar sebesar 0.958. Sedangkan indeks aitem yang memiliki daya beda tinggi (di atas 0,30) bergerak dari 0,305 sampai dengan 0,653.

[image:56.595.111.518.527.742.2]

Berdasarkan pertimbangan yang matang dari peneliti, maka diputuskan untuk tidak menggunakan seluruh aitem yang diterima. Adapun alasannya adalah karena keefisienan dan efektifnya pengambilan data di lapangan nantinya. Selanjutnya peneliti menetapkan untuk menggunakan 60 aitem dalam skala penelitian. Kemudian peneliti memilih aitem-aitem yang daya bedanya paling tinggi untuk dapat digunakan dalam pengambilan data yang sebenarnya. Selanjutnya peneliti melakukan penomoran aitem yang baru untuk skala penelitian yang sebenarnya sebagaimana tertera pada tabel 4.

Tabel 4. Blue Print Distribusi Aitem Skala Self Regulated Learning yang Digunakan dalam Penelitian

No. Strategi self regulated learning Aitem Jlh P (%) F UF

1. Evaluasi terhadap kemajuan tugas

(self evaluating)

22,23,29 6,38,58 6 10% 2. Mengatur materi pelajaran

(organizing & transforming)

24,57 9,10,55,56 6 10% 3. Membuat rencana dan tujuan belajar

(goal setting & planning)

19,30,39 7,31,59 6 10%

4. Mencari informasi (seeking information)

20,40,46 1,8,41 6 10%

5. Mencatat hal penting & memonitor

(keeping record & monitoring)

(57)

7. Konsekuensi setelah mengerjakan tugas (self consequences)

17,28 4,33,34,49 6 10% 8. Mengulang dan mengingat

(rehearsing & memorizing)

11,51,53 21,35,36 6 10% 9. Mencari bantuan sosial (seek social

assistance)

28,37,50 5,12,45 6 10%

10. Meninjau kembali catatan, buku pelajaran, tugas atau tes sebelumnya

(review record)

14,52 13,44,54,60 6 10%

Total 27 33 60 100%

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga tahap. Ketiga tahap tersebut yaitu persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan pengolahan data.

1. Persiapan penelitian

Tahap persiapan penelitian terdiri dari: a) Pembuatan alat ukur

Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa skala self regulated learning

yang disusun oleh peneliti berdasarkan 10 strategi self regulated learning yang dikemukakan oleh Zimmerman (dalam Purdie, Hattie & Douglas, 1996). Skala ini terdiri dari 100 aitem. Penyusunan skala ini dioperasionalisasikan dalam bentuk aitem-aitem pernyataan dan kemudian dibuat blue print dari skala tersebut.

b) Uji coba alat ukur

(58)

kesedian subjek untuk mengisi skala. Kemudian peneliti menanyakan apakah subjek kuliah sambil bekerja atau tidak. Apabila subjek telah memenuhi karakteristik awal tersebut yang telah ditentukan untuk menjadi sampel penelitian, maka peneliti menyerahkan skala.

c) Revisi alat ukur

Setelah peneliti melakukan uji coba alat ukur maka peneliti menguji validitas dan reliabilitas skala. Setelah diketahui aitem-aitem yang memenuhi validitas dan reliabilitasnya, maka kemudian peneliti menyusun aitem-aitem tersebut ke dalam alat ukur yang digunakan untuk mengambil data penelitian. Skala dibuat dalam bentuk buku dari kertas berukuran A4 yang dibagi dua dengan huruf Times New Roman ukuran 14.

2. Pelaksanaan penelitian

(59)

pada tanggal 5 september 2009 hingga 18 september 2009 dengan melibatkan 143 subjek yang mengisi skala.

3. Pengolahan data

Setelah diperoleh data dari skala self regulated learning, maka dilakukan pengolahan data. Pengolahan data dilakukan dengan menganalisa menggunakan bantuan program SPSS versi 14.

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa statistik. Alasan yang mendasari digunakannya analisa statistik adalah karena statistik dapat menunjukkan kesimpulan (generalisasi) penelitian. Pertimbangan lain yang mendasari adalah statistik bekerja dengan angka, statistik bersifat objektif, dan universal (Hadi, 2000).

G. Metode Analisis Data

(60)

1. Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian kedua variabel terdistribusi secara normal. Adapun untuk mengukur normalitas itu sendiri dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Data dikatakan terdistribusi normal jika harga p>0.05 (dalam Hadi, 2000). Adapun maksud dari uji normalitas ini adalah untuk mengetahui apakah distribusi pada penelitian variabel tergantung (self regulated learning) telah menyebar secara normal.

2. Uji homogenitas

(61)

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menguraikan gambaran keseluruhan hasil dan analisa hasil penelitian sesuai dengan data yang diperoleh. Diawali dengan analisis data yang terdiri dari analisis deskriptif subjek penelitian serta hasil penelitian, setelah itu dilanjutkan dengan pembahasan mengenai hasil penelitian.

A. Analisa Data

1. Gambaran umum subjek penelitian

Subjek pada penelitian ini berjumlah 143 orang mahasiswa USU yang terdiri dari 71 mahasiswa yang bekerja dan 72 mahasiswa yang tidak bekerja. Dari subjek penelitian ini dapat dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, usia, dan fakultas.

a. Gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin

[image:61.595.155.472.549.629.2]

Berdasarkan jenis kelamin, penyebaran subjek penelitian dapat digambarkan seperti pada tabel 5.

Tabel 5. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Bekerja Tidak Bekerja Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

a. Pria 39 54.9 21 29.2 60 42

b. Wanita 32 45.1 51 70.8 83 58

Total 71 100 72 100 143 100

(62)

b. Gambaran subjek berdasarkan usia

[image:62.595.178.451.201.285.2]

Berdasarkan usia, penyebaran subjek penelitian dapat digambarkan seperti pada tabel 6.

Tabel 6. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia Usia Bekerja Tidak Bekerja Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

18-20 19 26.8 36 50 55 38.5

21-23 52 73.2 36 50 88 61.5

Total 71 100 72 100 143 100

Dilihat dari tabel 6 menunjukkan bahwa subjek terbanyak adalah subjek pada usia 21-23 tahun yaitu sebanyak 88 orang (61.5%), sedangkan subjek berusia 18-20 tahun sebanyak 55 orang (38.5%).

c. Gambaran subjek berdasarkan fakultas

Berdasarkan fakultas, penyebaran subjek penelitian dapat digambarkan seperti pada tabel 7.

Tabel 7. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Fakultas Fakultas Bekerja Tidak Bekerja Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Kedokteran 4 5.6 6 8.3 10 7

Kedokteran Gigi 8 11.3 7 9.7 15 10.5 Kesehatan Masyarakat 3 4.2 7 9.7 10 7

Ekonomi 10 14.1 4 5.5 14 9.8

Ilmu Sosial dan Politik 9 12.7 6 8.3 15 10.5

Hukum 4 5.6 12 16.7 16 11.2

MIPA 6 8.4 7 9.7 13 9.1

Farmasi 3 4.2 6 8.3 9 6.3

Teknik 15 21.1 5 6.9 20 14

Sastra 4 5.6 7 9.7 11 7.7

Pertanian 5

Gambar

Tabel 1. Perkembangan Self Regulated Learning Pengaruh Sosial Pengaruh Diri Sendiri
Tabel 2. Blue Print Distribusi Aitem Skala Self Regulated Learning yang akan digunakan dalam Uji Coba
Tabel 3. Blue Print Distribusi Aitem Skala Self Regulated Learning Setelah Uji Coba
Tabel 4. Blue Print Distribusi Aitem Skala Self Regulated Learning yang Digunakan dalam Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

(Illustrated Dictionary of Architecture). Maka dapat disimpulkan bahwa asrama mahasiswa adalah sebuah bangunan tempat tinggal yang ditujukan untuk suatu kelompok orang yang

Di dalam Universitas Sanata Dharma (USD) memiliki 15 UKM dan setiap mahasiswa mulai angkatan 2008/ 2009 diwajibkan mengikuti kegiatan UKM di luar perkuliahan (Insadha, 2008).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara mahasiswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seperti UKM dan tidak mengikuti UKM dalam Self Regulated

Definisi tentang self-regulated learning dan hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa mayori- tas mahasiswa yang tidak menyelesaikan skripsi dalam waktu satu semester di

Mahasiswa yang bekerja merupakan individu yang sedang menimba ilmu, menjalankan aktivitas pembelajaran di dunia perkuliahan, dan aktif sebagai peserta didik sambil bekerja

Dalam penelitian Indarti dan Rostiani (2008) juga mengatakan bahwa berbeda mengenai intensi wirausaha untuk mahasiswa Indonesia dan Jepang. Hasil penelitian dapat

Mahasiswa yang bekerja dengan adanya aktivitas pekerjaan membuat mahasiswa lupa akan tugas utamanya yakitu belajar, hal ini disebabkan mahasiswa merasa sudah

Konsep diri akademik yang dimiliki mahasiswa turut mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa, dimana jika mahasiswa memandang positif terhadap kemampuan yang dimilikinya maka