• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan self-regulated learning antara mahasiswa tingkat akhir yang bekerja dan tidak bekerja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perbedaan self-regulated learning antara mahasiswa tingkat akhir yang bekerja dan tidak bekerja"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. Perbedaan Self-regulated Learning pada Mahasiswa Tingkat Akhir yang Bekerja dan Tidak Bekerja SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi. Oleh : Jessica Gunawan 089114128. FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015. i.

(2) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI.

(3) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI.

(4) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. MOTTO. Pengetahuan tidaklah cukup, kita harus mengamalkannya. Niat tidaklah cukup, kita harus melakukannya. (Johann Wolfgang von Goethe). Memikirkan saja tidaklah cukup, lakukan yang bisa dilakukan saat itu juga. (Anonim). iv.

(5) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. PERSEMBAHAN. Skripsi ini kupersembahkan untuk :. . Keluargaku tercinta, untuk (mendiang) papa, mama, dan koko.. . Kesayanganku, Philipus, S.P.. . Diriku sendiri. Sahabat dan teman-temanku yang telah memberikan dukungan.. . Sekecil apapun dukungan kalian, itu sangat berarti bagiku.. . Almamater Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. v.

(6) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI.

(7) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. PERBEDAAN SELF-REGULATED LEARNING ANTARA MAHASISWA TINGKAT AKHIR YANG BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA. Jessica Gunawan. ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan self-regulated learning antara mahasiswa tingkat akhir yang bekerja dan tidak bekerja. Hipotesis yang diajukan adalah terdapat perbedaan self-regulated learning antara mahasiswa tingkat akhir yang bekerja dan tidak bekerja. Subjek penelitian ini adalah 80 orang mahasiswa dan mahasiswi tingkat akhir dari beberapa universitas yang ada di Yogyakarta. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian adalah skala self-regulated learning strategies menggunakan 70 aitem dengan koefisien reliabilitas 0,959. Untuk mengetahui perbedaan self-regulated learning antara mahasiswa tingkat akhir yang bekerja dan tidak bekerja digunakan analisis data uji-t (independent sample t-test). Hasil analisis data penelitian diperoleh nilai p sebesar 0,021 (p < 0,05) yang berarti hipotesis diterima. Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan self-regulated learning antara mahasiswa tingkat akhir yang bekerja dan tidak bekerja.. Kata kunci : self-regulated learning, mahasiswa yang bekerja dan tidak bekerja.. vii.

(8) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. SELF-REGULATED LEARNING DIFFERENCES BETWEEN LAST SEMESTER STUDENTS WHO HAVE PART-TIME JOB AND WHO DO NOT. Jessica Gunawan. ABSTRACT This research aimed to study the difference of self-regulated learning between students who have parttime job and the students who do not. It was hypothesized that there was difference between the two groups. Research’s subjects were 80 students of some universities in Yogyakarta who were at last semester. Data was gathered using self-regulated learning scale, which consist of 70 items (α = 0,959). Using independent sample t-test for analysis, the result showed that the hypothesis was accepted (p = 0,021; p < 0,05). It meant that there was difference of self-regulated learning between students who have part-time job and the students who do not.. Keywords : self-regulated learning, students, part-time job. viii.

(9) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI.

(10) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. KATA PENGANTAR. Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala rahmat dan penyertaan-Nya sehingga skripsi dengan judul “Perbedaan Self-regulated Learning Antara Mahasiswa Tingkat Akhir di Yogyakarta yang Bekerja dan Tidak Bekerja” ini dapat diselesaikan dengan baik. Selama menulis skripsi ini, penulis menyadari bahwa ada begitu banyak dukungan dan partisipasi dari banyak pihak untuk membantu penyelesaian skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Allah Bapa yang Maha Kuasa yang telah memberikan kesehatan, kekuatan, dan kesabaran selama proses pengerjaan skripsi dari awal hingga akhir. 2. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberi masukan dan ide-ide, kritik maupun saran, dan dukungan dalam proses pengerjaan skripsi sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 3. Romo Dr. A. Priyono Marwan, S.J. selaku dosen yang pernah menjadi dosen pembimbing skripsi dan juga selaku pembimbing rohani yang telah banyak memberikan masukan dan pelajaran mengenai teknik penulisan skripsi yang baik. Selain itu, beliau juga memberikan penguatan dan semangat kepada penulis agar tidak cepat menyerah dalam menghadapi hambatan selama proses pengerjaan skripsi. 4. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.. x.

(11) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI.

(12) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL ……………………………………………………. i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING …………….…. ii. HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………... iii HALAMAN MOTTO …………………………………………………… iv HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………. v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………... vi. ABSTRAK ………………………………………………………………. vii ABSTRACT ……………………………………………………………... viii HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ………………………………………………………... ix KATA PENGANTAR …………………………………………………… x DAFTAR ISI …………………………………………………………….. xii DAFTAR TABEL ……………………………………………………….. xvi DAFTAR LAMPIRAN….……………………………………………….. xvii BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………….. 1. A. Latar Belakang Masalah …………………………………….. 1 B. Rumusan Masalah …………………………………………… 10 C. Tujuan Penelitian ……………………………………………. 11. xii.

(13) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. D. Manfaat Penelitian …………………………………………… 11 1. Manfaat Teoretis …………………………………………. 11 2. Manfaat Praktis …………………………………………... 11 BAB II LANDASAN TEORI .…………………………………………… 13 A. Self-regulated Learning …………………………………….... 13 1. Definisi Self-regulated Learning ………………………… 13 2. Komponen Self-regulated Learning ……………………… 16 3. Fase-fase Self-regulated Learning ……………………….. 17 4. Strategi Self-regulated Learning …………………………. 19 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self-regulated Learning ………………………………………………….. 22 6. Karakteristik Mahasiswa dengan Self-regulated Learning yang Baik ………………………………………. 27 B. Mahasiswa Bekerja …………………………………………… 28 1. Definisi Mahasiswa ………………………………………. 28 2. Definisi Mahasiswa yang Bekerja ……………………….. 29 C. Dinamika Strategi Self-regulated Learning pada Mahasiswa Bekerja dan Tidak Bekerja ……………………… 30 D. Hipotesis Penelitian ………………………………………….. 32 BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………. 33 A. Jenis Penelitian ………………………………………………. 33 B. Identifikasi Variabel Penelitian ……………………………… 33 xiii.

(14) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. C. Definisi Operasional …………………………………………. 33 D. Subjek Penelitian …………………………………………….. 34 E. Sampling ……………………………………………………... 34 F. Metode dan Alat Pengumpulan Data ………………………… 34 G. Uji Coba Alat Ukur …………………………………………... 37 H. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur …………………………. 38 1. Validitas …………………………………………………. 38 2. Seleksi Aitem ……………………………………………. 39 3. Reliabilitas ………………………………………………. 43 I. Teknik Analisis Data ………………………………………... 43. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………….. 44. A. Pelaksanaan Penelitian ………………………………………. 44. B. Deskripsi Subjek Penelitian …………………………………. 44 C. Hasil Penelitian …………………………………………….... 47. 1. Uji Asumsi ……………………………………………..... 47. a. Uji Normalitas ……………………………………….. 47. b. Uji Homogenitas …………………………………….. 48. 2. Uji Hipotesis …………………………………………….. 49. D. Analisis Tambahan ………………………………………….. 50. E. Pembahasan …………………………………………………. 52. xiv.

(15) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………… 57 A. Kesimpulan ………………………………………………….. 57. B. Keterbatasan Penelitian ……………………………………... 57. C. Saran ……………………………………………………….... 57. 1. Bagi Mahasiswa Tingkat Akhir yang Bekerja dan Tidak Bekerja ……………………………………………. 57. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya ………………………………... 58. DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 59 LAMPIRAN ……………………………………………………………... 64. xv.

(16) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR TABEL. Tabel 1. 10 Strategi Self-regulated Learning ………………………….. 21. Tabel 2. Blue Print Skala Self-regulated Learning ……………………. 36. Tabel 3. Pemberian Skor pada Skala Self-regulated Learning ………... 37. Tabel 4. Blue Print Skala Setelah Uji Coba (Try Out)…………………. 40. Tabel 5. Blue Print Skala Penelitian ……………………………………. 42. Tabel 6. Deskripsi Subjek Penelitian …………………………………... 45. Tabel 7. Tabel Uji Normalitas (One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test) ……………………. 47. Tabel 8. Tabel Uji Homogenitas (Levene’s Test for Equality of Variances) …………………….. 48. Tabel 9. Ringkasan Uji Hipotesis (Independent Sample T-Test) …………………………………. 49. Tabel 10. Kategori Skor SRL …………………………………………... 51. Tabel 11. Kategorisasi Skor SRL pada Mahasiswa yang Bekerja dan Tidak Bekerja ………………………………………………... xvi. 51.

(17) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran A Skala Penelitian ………………………………………. 64. Lampiran B Uji Reliabilitas ………………………………………... 79. Lampiran C Uji Normalitas ………………………………………... 93. Lampiran D Uji Homogenitas ……………………………………... 95. Lampiran E Hasil Uji-T ……………………………………………. 97. Lampiran F Informed Consent ……………………………………... 99. xvii.

(18) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Bekerja di kalangan mahasiswa semakin marak dewasa ini. Hal ini kemudian berdampak pada performansi akademik mahasiswa. Dampak bekerja terhadap performansi akademik tersebut menurut Green (1987) dalam Watanabe (2005) menjadi pertanyaan banyak peneliti. Beberapa isu seperti jumlah jam kerja, apakah pekerjaan tersebut berkaitan dengan jurusan yang diambil, dan beban kerja mahasiswa menjadi perhatian khusus para peneliti. Furr & Elling (2000) mengatakan bahwa mahasiswa yang bekerja dihadapkan pada situasi di mana mereka harus menyeimbangkan kegiatan akademik, kegiatan ekstrakurikuler, maupun aktivitas bekerja untuk mempertahankan gaya hidup mereka sebagai mahasiswa. Perubahan jaman dewasa ini membuat perkembangan dunia kerja khususnya di Indonesia mengalami kemajuan yang pesat sehingga berdampak pada kebutuhan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Akibatnya, persaingan untuk memperoleh pekerjaan semakin ketat (Handianto & Johan, 2006). Perubahan jaman tersebut mendorong sebagian mahasiswa untuk bekerja. Bekerja membuat mahasiswa memperoleh pengalaman yang dapat membantu mereka ketika lulus dan mencari pekerjaan baru yang lebih baik. Cohen (dalam Ronen, 1981) menyebutkan bahwa ada banyak jenis pekerjaan yang diminati mahasiswa untuk dilakukan. Pekerjaan yang paling 1.

(19) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2. umum dilakukan oleh mahasiswa adalah pekerjaan paruh waktu (part-time work). Pekerjaan paruh waktu tersebut misalnya bekerja di franchise seperti Starbucks, McDonald’s, KFC, Pizza Hut, dan semacamnya. Ada juga yang bekerja sebagai SPG (Sales Promotion Girl), penyiar radio, penulis, dan lain sebagainya. Nindyaswari (2012) menyebutkan bahwa mahasiswa mulai berani mengambil kerja paruh waktu pada semester 6 atau 7. Pada semester tersebut, mahasiswa tidak terikat lagi dengan jadwal kuliah yang padat. Selain itu, mahasiswa juga sudah mulai mengerjakan skripsi sehingga memiliki banyak waktu luang. Waktu luang tersebut kemudian digunakan untuk bekerja paruh waktu demi memperoleh pengalaman maupun uang tambahan. Fenomena mahasiswa yang kuliah sambil bekerja banyak dijumpai di berbagai negara, termasuk salah satunya adalah Indonesia. Berdasarkan survei yang dilakukan pada penelitian sebelumnya (Sinto, 2013) mengenai manajemen waktu antara kuliah. dan kegiatan non kuliah seperti Unit. Kegiatan Mahasiswa (UKM), menunjukkan bahwa 18 dari 25 mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta mengalami kesulitan dalam membagi waktu antara kegiatan akademik dan non akademik (Unit Kegiatan Mahasiswa). Mahasiswa yang mengalami kesulitan membagi waktu tersebut adalah mahasiswa yang melakukan kegiatan non akademis, yaitu UKM. Hal serupa juga dialami oleh mahasiswa Universitas Negeri Padang (UNP). Berdasarkan hasil wawancara terhadap mahasiswa Fakultas Teknik UNP terkait penelitian yang dilakukan oleh Purwanto (2013), mahasiswa yang.

(20) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3. memutuskan untuk bekerja cenderung melupakan tugas utama mereka untuk menyelesaikan studi. Hal ini disebabkan adanya penghargaan ekonomi yang diterima mahasiswa tersebut sehingga mereka lupa bahwa masa studi yang ditentukan universitas terbatas. Data observasi dalam penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa hasil belajar mahasiswa yang tidak bekerja lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar mahasiswa yang bekerja. Purwanto (2013) menemukan bahwa mahasiswa yang bekerja memiliki waktu kerja rata-rata 3 jam/hari. Meskipun waktu bekerja mereka tidak terlalu lama, mahasiswa merasa terkendala dalam membagi waktu untuk belajar dan menyelesaikan tugas-tugas akademik. Mahasiswa yang bekerja juga merasa tidak memiliki waktu yang cukup banyak untuk menjalankan aktivitas belajar dan bekerja secara bersamaan. Mereka menyatakan bahwa mereka sering mengalami kurang konsentrasi akibat aktivitas akademik dan aktivitas bekerja yang menjadi beban pikiran. Berbeda. dengan. mahasiswa. yang. bekerja,. Purwanto. (2013). menyebutkan bahwa mahasiswa yang tidak bekerja lebih memiliki banyak waktu untuk belajar dan mengerjakan tugas-tugas akademiknya. Mahasiswa yang tidak bekerja memiliki keinginan untuk menyelesaikan studi terlebih dahulu, setelah itu baru bekerja. Mereka beranggapan bahwa bekerja sambil kuliah akan memperlama mereka dalam menyelesaikan studinya dan membuat mereka tidak dapat mengikuti kegiatan atau organisasi kampus. Fenomena mahasiswa yang kuliah sambil bekerja juga dilakukan oleh mahasiswa di Yogyakarta. Berdasarkan hasil wawancara informal yang.

(21) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4. dilakukan peneliti terhadap beberapa mahasiswa, tidak sedikit mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang kuliah sambil bekerja. Meskipun bekerja memberikan dampak positif, namun kuliah sambil bekerja juga berdampak negatif bagi mahasiswa. Berikut adalah beberapa petikan wawancara peneliti terhadap narasumber. “Aku kalo udah kerja rasanya udah males aja ngerjain skripsi. Gak kepegang lagi tuh skripsinya. Lha mau gimana lagi, kerjaanku aja udah menyita banyak waktu. Harus fokus pula. Jadinya ya terpaksa skripsinya ditinggalin.” (NW) (Informed consent responden terdapat pada lampiran). “Gue kerja untuk nambahin uang jajan aja. Awalnya sih gak ada masalah sama skripsi. Tapi lama-lama berhubung posisi gue ditempat kerja bagus, otomatis tanggung jawab gue meningkat dan waktu kerja gue jadi bertambah. Akhirnya gak ada lagi waktu buat ngerjain skripsi.” (ER) (Informed consent responden terdapat pada lampiran). “Kerja itu enaknya bisa menghasilkan uang. Mau beli barang apa aja yang disuka bisa. Gak perlu minta uang lagi sama orangtua. Ada kepuasan tersendiri kalo bisa beli barang dari uang hasil keringat sendiri. Gara-gara itu, jadinya pengen kerja terus. Jadi males ngerjain skripsi. Skripsi gak menghasilkan duit.” (WY) (Informed consent responden terdapat pada lampiran). “Biasanya aku kalo pulang kerja tuh capek. Terus gak mau lagi nyentuh skripsi. Meskipun kerjanya pake shift gitu, tapi kadang aku ganti’in temenku yang gak masuk. Jadinya.

(22) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5. terhitung full gitu. Nah, kalo udah gitu mana ada waktu lagi untuk ngerjain skripsi.” (ND) (Informed consent responden terdapat pada lampiran). Hasil wawancara informal tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa yang kuliah sambil bekerja mengalami kesulitan dalam membagi waktu antara mengerjakan skripsi dan kegiatan bekerja. Mereka lebih fokus terhadap pekerjaan dibanding mengerjakan skripsi. Hal ini disebabkan karena ketika mereka bekerja, mereka memiliki tanggungjawab terhadap atasannya. Jika mereka tidak berkomitmen dengan pekerjaannya tersebut, maka mereka akan dipecat. Sedangkan jika mereka tidak mengerjakan skripsi, tidak ada tekanan yang terlalu memberatkan mereka sehingga mereka merasa tidak masalah jika tidak mengerjakannya. Untuk memperkuat data mengenai mahasiswa yang bekerja, peneliti juga melakukan observasi di Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Kampus III Paingan, Yogyakarta. Tujuan dari observasi tersebut adalah untuk mengetahui apakah di Universitas Sanata Dharma terdapat mahasiswa yang kuliah sambil bekerja. Dari data yang diperoleh, ditemukan bahwa Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Kampus III Paingan memiliki 16 mahasiswa. yang. bekerja. sebagai. mitra. perpustakaan.. Perpustakaan. memberikan kesempatan bagi para mahasiswa tingkat akhir untuk bekerja sebagai mitra perpustakaan yang bertugas untuk membantu mengelola perpustakaan. Hal ini terlihat dari adanya lowongan yang dibuka pada setiap semester untuk menjadi mitra perpustakan..

(23) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6. Motte & Schwartz (2009) mengatakan bahwa bekerja memang memiliki dampak positif maupun negatif bagi mahasiswa. Dampak positifnya adalah dengan bekerja paruh waktu, mahasiswa memperoleh penghasilan tambahan sekaligus melatih kemandirian. Mahasiswa juga mendapat pengalaman dalam dunia kerja sebelum lulus kuliah. Namun, di sisi lain, Yenni (2007) menyebutkan bahwa bekerja juga memiliki dampak negatif, yaitu mahasiswa menjadi lalai akan tugas utamanya untuk menyelesaikan kuliah. Mahasiswa cenderung merasa bekerja lebih bermanfaat karena menghasilkan uang. Dengan uang yang diperoleh tersebut, mahasiswa dapat menggunakannya untuk mencukupi kebutuhannya. Akibatnya, tidak sedikit mahasiswa yang bekerja meninggalkan kuliahnya demi pekerjaannya. Ningsih (2005) menambahkan, banyak orang beranggapan bahwa kuliah sambil bekerja berisiko gagal dalam menyelesaikan kuliah. Tidak jarang mahasiswa akhirnya putus kuliah karena sulit mengatur waktu antara kuliah, bekerja, istirahat, dan urusan-urusan lain. Sementara itu, Spitzer (2000) menemukan bahwa keberhasilan mahasiswa dalam kuliah sambil bekerja dipengaruhi oleh kemampuan meregulasi diri dalam belajar atau disebut juga dengan self-regulated learning (SRL). Penelitian mengenai self-regulated learning menyebutkan bahwa strategi self-regulated learning menjadi faktor utama yang menentukan keberhasilan dalam proses pembelajaran. Menurut Zimmerman (1989), dalam Yusri dan Rahimi (2010), hal ini disebabkan prosesnya bersifat self directive dan self beliefs yang memungkinkan mahasiswa untuk membentuk.

(24) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7. kemampuan mental mereka pada performansi akademik. Chen (2002) juga menyebutkan bahwa mahasiswa yang memiliki strategi SRL yang baik akan lebih fokus dan berkonsentrasi pada pencapaian tujuan. Sejalan dengan itu, Lee (2009) menambahkan, dengan menerapkan strategi SRL mahasiswa akan mengerti dan memahami apa sebenarnya yang menjadi tujuan mereka. Hasil penelitian Daulay (2010) menunjukkan bahwa SRL pada mahasiswa yang tidak bekerja lebih tinggi daripada mahasiswa yang bekerja. Bagi mahasiswa, melakukan kegiatan akademis dan non akademis sekaligus bukanlah hal yang mudah. Terutama bagi mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi sambil bekerja. Mereka dituntut untuk dapat bekerja dengan baik dan menyelesaikan tugas akhirnya dengan baik pula dengan waktu yang lebih sedikit dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak bekerja, di mana mereka memiliki lebih banyak waktu untuk mengerjakan tugas akhirnya. Penelitian lain menunjukkan hasil yang berbeda terhadap hasil belajar mahasiswa yang bekerja. Penelitian Roscue, Morgan, & Peebles (1996), dalam Daulay (2010), menyebutkan bahwa mahasiswa yang kuliah sambil bekerja memiliki rata-rata indeks prestasi yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa yang tidak bekerja. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa mahasiswa yang kuliah sambil bekerja lebih disiplin, lebih tepat waktu dalam perkuliahan, dan memiliki inisiatif untuk berusaha mencari informasi lebih banyak ketika mengerjakan tugas. Ini berarti bahwa mahasiswa yang bekerja memiliki kemampuan self-.

(25) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 8. regulated learning yang baik sehingga dapat menyeimbangkan kegiatan kuliah dan bekerja. Secara kontekstual, hasil penelitian Daulay (2010) menggambarkan mahasiswa yang ada di Indonesia. Sementara itu, penelitian Roscue, Morgan, & Peebles (1996), dalam. Daulay (2010) menggambarkan mahasiswa di. Amerika. Perbedaan budaya merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan self-regulated learning mahasiswa. Tuttle, McKinney, & Rago (2005) menemukan bahwa secara historis, kuliah sambil bekerja merupakan bagian dari pengalaman di perguruan tinggi di Amerika. Berdasarkan budaya Amerika, remaja berusia 17 tahun dianggap tidak lagi menjadi tanggung jawab orangtuanya, termasuk dalam hal finansial. Hal ini mendorong remaja di Amerika untuk melakukan usaha lebih jika ingin kuliah. Salah satunya adalah dengan bekerja untuk membiayai kuliahnya. Tuttle, McKinney, & Rago (2005) melanjutkan, keinginan yang besar untuk kuliah membuat remaja Amerika mau tidak mau berkonsentrasi pada dua hal sekaligus, yaitu kuliah dan bekerja. Seperti hasil penelitian Roscue, Morgan dan Peebles (1996), mahasiswa yang kuliah sambil bekerja dituntut untuk lebih disiplin dalam membagi waktu antara kuliah dan bekerja agar tidak mengacaukan performansi akademiknya. Sebaliknya, berkaitan dengan penelitian Daulay (2010), remaja di Indonesia masih bergantung pada orangtua mereka. Handianto & Johan (2006) menyebutkan bahwa persaingan dunia kerja yang ketat merupakan pilihan mahasiswa di Indonesia untuk.

(26) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 9. kuliah sambil bekerja sebagai cara untuk mendapatkan pengalaman kerja selain mendapatkan tambahan penghasilan tambahan juga. Menurut hasil penelitian dari Pace University (dalam artikel Sahabat Nestle, yang diunduh pada tanggal 22 Februari 2015), para recruiter dan hiring manager lebih memilih calon karyawan yang sudah memiliki pengalaman kerja dan telah membuktikan kemampuannya baik dalam menangani pekerjaan, meraih target, atau memimpin suatu tim. Pengalaman kerja yang relatif lama memberi keuntungan yang tidak dimiliki oleh para fresh graduate yang tidak berpengalaman. Salah satunya adalah memiliki jaringan yang luas. Mahasiswa yang memutuskan untuk kuliah sambil bekerja memiliki pandangan berbeda antara daerah satu dengan daerah lainnya. Penelitian Daulay (2010) terhadap mahasiswa di Universitas Sumatera Utara menunjukkan hasil bahwa self-regulated learning mahasiswa yang tidak bekerja lebih tinggi daripada mahasiswa yang bekerja. Menurut Yenny (2007), mahasiswa yang bekerja beranggapan bahwa mereka sudah mampu mendapatkan uang dan menurut mereka, kuliah hanya sebagai kewajiban agar dapat lulus dan mendapatkan ijazah sehingga motivasi dan tujuan mereka tidak lagi berorientasi pada pembelajaran. Zimmerman (1989) menyebutkan bahwa self-regulated learning adalah suatu strategi yang mengacu pada kemampuan individu untuk mengatur dirinya dalam proses belajar dengan mengikutsertakan kemampuan metakognisi, motivasi dan perilaku aktif. Self regulated learning bukan.

(27) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10. merupakan kemampuan mental seperti inteligensi atau keterampilan akademik melainkan suatu proses pengarahan atau penginstruksian diri untuk mengubah kemampuan mental yang dimiliki menjadi keterampilan dalam belajar. Zimmerman (1989), dalam Woolfolk (2004) juga menambahkan bahwa self-regulated learning merupakan sebuah proses di mana seorang individu mengaktifkan dan mendorong kognisi (cognition), perilaku (behavior), dan perasaannya (affect) yang secara sistematis berorientasi pada pencapaian tujuan belajar. Berdasarkan perbedaan hasil penelitian dan perbedaan pandangan mahasiswa yang memutuskan untuk kuliah sambil bekerja di tiap-tiap daerah seperti yang telah dijelaskan di atas, peneliti ingin meneliti kembali mengenai perbedaan self-regulated learning antara mahasiswa tingkat akhir atau mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi yang bekerja dan tidak bekerja khususnya di wilayah Yogyakarta.. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah perbedaan selfregulated learning pada mahasiswa tingkat akhir yang bekerja dan tidak bekerja?.

(28) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11. C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat adakah perbedaan selfregulated learning antara mahasiswa tingkat akhir yang bekerja dan tidak bekerja.. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai self-regulated learning pada mahasiswa tingkat akhir yang bekerja dan tidak bekerja.. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Mahasiswa Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi mahasiswa yang kuliah sambil bekerja maupun yang tidak bekerja untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan self-regulated learning yang dimiliki sehingga dapat diterapkan dalam bekerja maupun kuliah.. b. Bagi Pembaca Penelitian. ini. diharapkan. dapat. memberikan. informasi. mengenai pentingnya strategi self-regulated learning dalam proses.

(29) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12. belajar peserta didik sehingga peserta didik dapat mengembangkan strategi self-regulated learning yang dimiliki..

(30) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB II LANDASAN TEORI. A. Self-regulated Learning 1. Definisi Self-regulated Learning Barry J. Zimmerman (1989), merupakan salah satu tokoh yang memiliki kontribusi cukup besar terhadap teori self-regulated learning. Zimmerman (1989) mengemukakan bahwa self-regulated learning adalah konsep mengenai bagaimana seorang peserta didik menjadi pengatur bagi belajarnya sendiri. Self-regulated learning (SRL) bukan merupakan kemampuan mental seperti inteligensi atau keterampilan akademik melainkan suatu proses pengarahan atau penginstruksian diri untuk mengubah kemampuan mental yang dimiliki menjadi keterampilan dalam belajar. Zimmerman (1989) dalam Woolfolk (2004) melanjutkan, pada proses pengaturan belajar tersebut, individu mengaktifkan dan mendorong kognisi (cognition), perilaku (behavior), dan perasaannya (affect) yang secara sistematis berorientasi pada pencapaian suatu tujuan belajar. Untuk mencapai tujuan belajar tersebut, Wahyono (2008) menyatakan bahwa individu yang menerapkan SRL harus mendekati tugas belajar dengan berbagai strategi manajemen sumber daya seperti memilih atau mengatur lingkungan fisik untuk mendukung belajar dan mengatur waktu mereka secara efektif.. 13.

(31) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14. Sejalan dengan pendapat di atas, Pintrich (2000) mengemukakan bahwa self-regulated learning merupakan suatu proses yang aktif, konstruktif, di mana individu menetapkan tujuan belajar mereka dan kemudian memonitor, mengatur, dan mengontrol kognisi, motivasi, dan perilaku mereka, yang dipandu oleh tujuan-tujuan mereka dan segi kontekstual terhadap lingkungan. Pintrich & Groot (1990) dalam Utami (2013), menyebutkan bahwa dalam self-regulated learning terdapat tiga komponen self regulation, yaitu. strategi-strategi. kognitif,. strategi-strategi. metakognitif,. dan. manajemen usaha. Strategi-strategi kognitif yang dimaksud adalah strategi-strategi yang digunakan untuk mengolah informasi seperti pengulangan. (rehearsal),. elaborasi. (elaboration),. dan. organisasi. (organization). Strategi-strategi metakognitif terdiri dari perencanaan (planning), pemantauan (monitoring), dan modifikasi kognitif (cognitive modification). Sementara itu, manajemen usaha adalah kegiatan individu mengelola dan mengontrol usaha mereka dalam menghadapi hambatan ketika menyelesaikan tugas-tugas akademisnya. Selain ketiga komponen yang telah disebutkan di atas, menurut Pintrich & Groot (1990) dalam Utami (2013), ada komponen lain yang juga diperlukan dalam meregulasi diri, yaitu komponen motivasi. Komponen ini membantu individu dalam meningkatkan motivasi intrinsik untuk belajar. Komponen ini terdiri dari komponen harapan, komponen nilai, dan komponen afeksi. Komponen harapan yaitu keyakinan tentang.

(32) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15. kemampuan individu tersebut dalam menghadapi tugas-tugasnya sehingga individu akan lebih termotivasi untuk belajar. Komponen nilai yaitu, komponen yang berisi nilai-nilai intrinsik (intrinsic values). Sedangkan komponen afeksi merupakan komponen-komponen dalam diri individu yang berguna untuk menghadapi tes dan tugas-tugas (test anxiety). Menurut Zimmerman & Schunk (1994), self-regulated learning secara umum dicirikan sebagai partisipan yang aktif yang mengontrol secara efisien pengalaman belajarnya sendiri dengan cara-cara yang berbeda, mencakup menentukan lingkungan kerja yang produktif dan menggunakan sumber-sumber secara efektif, mengorganisir dan melatih informasi untuk dipelajari, memelihara emosi yang positif selama tugastugas akademik, dan mempertahankan kepercayaan motivasi yang positif tentang kemampuan mereka, nilai belajar, dan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa self-regulated learning (SRL) adalah kemampuan individu secara aktif mengontrol proses kognitif, motivasi, dan perilaku dengan menggunakan strategi-strategi untuk mencapai tujuan belajar yang telah diterapkan. Untuk mempermudah pemahaman mengenai definisi self-regulated learning, berikut merupakan skema self-regulated learning menurut Zimmerman (1989) dalam Utami (2013):.

(33) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16. Gambar 1 Skema self-regulated learning. Kognitif Merencanakan, memantau, menerapkan, mengevaluasi, memperbaiki Self-regulated learning. Perilaku. Motivasi. * Keyakinan individu (self-efficacy) * Nilai-nilai intrinsik (intrinsic values) * Kecemasan (test anxiety). 2. Komponen Self-regulated Learning Self-regulated Learning merupakan kegiatan memonitor dan mengontrol belajar pada diri peserta didik itu sendiri. Reed & Giessler (1995) mengemukakan bahwa pengaturan belajar memiliki beberapa komponen, seperti motivasi, kepercayaan asal (epistemic), metakognisi, strategi belajar, dan pengetahuan sebelumnya (prior knowledge). Motivasi membantu peserta didik mengambil usaha yang diperlukan untuk memonitor dan mengontrol belajarnya. Sedangkan kepercayaan epistemic merupakan apa yang peserta didik percaya mengenai sifat dasar belajar (nature of learning)..

(34) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17. Selanjutnya, metakognisi merupakan kemampuan peserta didik untuk memahami apa yang perlu dikerjakan dalam suatu keadaan yang diberikan. Metakognisi membantu pengaturan belajar dengan memberikan pengetahuan tentang strategi belajar yang hendak digunakan. Strategi belajar itu sendiri merupakan aktifitas mental yang digunakan peserta didik ketika mereka belajar untuk membantu diri mereka dalam memperoleh, mengorganisasi, atau mengingat pengetahuan yang baru dengan lebih efisien. Komponen-kompenen self-regulated learning tersebut kemudian diaplikasikan oleh peserta didik melalui empat fase berikut.. 3. Fase-fase Self-regulated Learning Menurut Pintrich (2000), proses regulatory dikelompokkan ke dalam empat fase, yaitu perencanaan, monitoring diri, kontrol, dan evaluasi. Setiap fase-fase tersebut tersusun ke dalam empat area, yaitu kognitif, motivasional atau afektif, behavioral, dan kontekstual. Keempat fase tersebut menggambarkan rangkaian umum yang saling berhubungan satu sama lain di mana peserta didik melangkah terus untuk menyelesaikan tugas. Pada fase pertama, proses self-regulating dimulai dengan perencanaan, di mana aktifitas-aktifitas penting di dalamnya adalah serangkaian tujuan yang diinginkan atau ditargetkan. Area kognitif yang bekerja di sini adalah pengaktifan pengetahuan sebelumnya dan pengetahuan metakognisi. Sedangkan area afeksi.

(35) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18. menggerakkan kepercayaan diri dan motivasi, serta emosi-emosi. Area perilaku (behavioral) membuat perencanaan waktu dan usaha untuk menyelesaikan tugas-tugas, dan area kontekstual menggerakkan persepsi yang berkaitan dengan tugas dan konteksnya. Fase kedua adalah fase monitoring diri. Fase ini merupakan fase di mana peserta didik menyadari keadaan kognisi, motivasi, serta penggunaan waktu dan usaha untuk mencapai tujuannya. Peserta didik menyadari hal-hal apa saja yang mampu dan tidak mampu dilakukannya, lalu mencari solusinya. Fase ketiga adalah aktifitas control yang meliputi pemilihan dan penggunaan strategi belajar yang secara praktis akan berpengaruh terhadap pengaturan waktu dan usaha, pengendalian terhadap tugas-tugas akademik, dan pengendalian terhadap situasi dan kondisi lingkungan belajar. Fase keempat adalah refleksi atau evaluasi, yang meliputi pembuatan keputusan, evaluasi mengenai tugas yang telah diselesaikan, meninjau kembali hal-hal yang menyebabkan kegagalan atau keberhasilan penyelesaian tugas, reaksi terhadap hasil belajar, pemberian konsekuensi terhadap diri atas hasil yang dicapai, dan pemilihan perilaku yang tepat untuk melakukan tugas yang akan datang. Keempat fase tersebut dipengaruhi oleh faktor observasi diri, keputusan diri, dan reaksi diri yang akan dijelaskan dalam faktor-faktor yang mempengaruhi self-regulated learning..

(36) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19. Peserta didik yang melakukan self-regulated learning akan melalui keempat fase di atas. Akan tetapi, untuk mempermudah peserta didik mengarahkan perilakunya dalam belajar, peserta didik perlu melakukan strategi-strategi khusus. Strategi-strategi tersebut akan dijelaskan di bawah ini.. 4. Strategi Self Regulated Learning Ormord (2009) menyebutkan bahwa self-regulated learning merupakan suatu pembelajaran dimana individu dapat mengatur proses belajarnya demi mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Pembelajaran tersebut mencakup pengaturan dalam proses berpikir yang memunculkan perilaku terarah dan teratur. Untuk mencapai tujuan belajar tersebut, diperlukan strategi-strategi khusus agar proses belajar menjadi efektif. Zimmerman (1989) menyebutkan bahwa terdapat strategi dalam self-regulated learning yang dapat menjadi tolak ukur untuk mengetahui kemampuan individu dalam mencapai tujuan belajarnya. Strategi selfregulated learning tersebut berupa tindakan atau proses yang ditujukan untuk memperoleh informasi atau keterampilan yang mencakup agensi, tujuan, dan pandangan instrumentalis dari individu. Dalam mengendalikan proses belajarnya, individu menggunakan strategi self-regulated learning untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik. Wolters (2003) dalam Utami (2013) menjelaskan penerapan strategi self-regulated learning dalam tiga bagian, yaitu sebagai berikut..

(37) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 20. Pertama, strategi mengatur kognitif yang meliputi berbagai aktivitas kognitif dan metakognitif yang mengharuskan individu aktif terlibat untuk mengadaptasi dan mengubah kognisinya. Strategi tersebut adalah strategi pengulangan. (rehearsal),. elaborasi. (elaboration),. dan. organisasi. (organization). Kedua,. strategi untuk meregulasi motivasi. Regulasi motivasi. adalah pengontrolan terhadap pemikiran, tindakan atau perilaku dimana individu berusaha untuk mempengaruhi pilihan, usaha, dan ketekunannya dalam menyelesaikan tugas akademis. Strategi tersebut. melibatkan. aktivitas seperti memulai, mengatur atau menambah kemauan untuk memulai, mempersiapkan tugas berikutnya, atau menyelesaikan aktivitas tertentu. Ketiga, strategi untuk mengatur perilaku. Strategi ini adalah usaha individu mengontrol perilakunya yang tampak seperti mengatur usaha (effort regulation) dalam mengumpulkan informasi, mengatur waktu dan lingkungan belajar (time/study environment), dan pencarian bantuan (helpseeking). Untuk. mempermudah. mengukur. self-regulated. learning,. Zimmerman dan Martinez-Pons (1988) mengembangkan strategi-strategi self-regulated learning menjadi suatu instrumen pengukuran yang disebut dengan The Self-regulated Learning Interview Schedule (SRLIS). Instrument pengukuran tersebut mengelompokkan strategi SRL ke dalam 10 strategi, yaitu.

(38) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21. Tabel 1 10 strategi self-regulated learning No. 1.. Strategi Self evaluation. Definisi Inisiatif untuk mengevaluasi kemajuan mengenai apa yang telah dikerjakan.. 2.. Organizing &. Inisiatif. untuk. mengorganisasi. atau. transforming. mengatur materi pelajaran agar lebih mudah dan jelas untuk dipahami guna meningkatkan proses pembelajaran.. 3.. Goal setting &. Usaha untuk membuat rencana dan tujuan. planning. belajar,. seperti. perencanaan. penentuan. sasaran,. yang bertahap, pemilihan. waktu, penyusunan semua kegiatan yang berhubungan dengan sasaran pendidikan individu. 4.. Keeping record &. Usaha untuk mengingat beberapa peristiwa. monitoring. atau hasil dari pekerjaan yang telah dilakukan dengan cara mencatat hal-hal penting.. 5.. Rehearsing &. Usaha untuk mengingat materi dengan cara. memorizing. mengulang dan menghafal materi pelajaran agar lebih mudah memahami dan jelas..

(39) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22. No. 6.. Strategi Seeking information. Definisi Usaha untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan tugas.. 7.. Environmental. Usaha. untuk. structuring. lingkungan. memilih. belajar. atau. mengatur. sehingga. membuat. belajar lebih nyaman. 8.. Self consequences. Usaha untuk memberikan konsekuensi kepada. diri. penghargaan. sendiri jika. seperti. telah. mendapat. menyelesaikan. tugas dan mendapat hukuman bila gagal. 9.. Seeking social. Usaha untuk meminta bantuan kepada. assistance. orang lain, seperti kepada dosen atau teman.. 10.. Reviewing record. Usaha untuk meninjau kembali catatan, buku pelajaran, tugas atau tes sebelumnya.. 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self-regulated Learning Pengaturan terhadap proses belajar individu tidak serta merta terjadi begitu saja. Ada beberapa faktor yang saling berhubungan dan mempengaruhi proses tersebut. Zimmerman (1989) menyebutkan 3 faktor yang berpengaruh terhadap self-regulated learning individu, yaitu faktor dari dalam diri individu (personal influence), pengetahuan yang dimiliki individu, dan faktor lingkungan (environmental influence)..

(40) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23. a. Faktor dari dalam diri individu (personal influence) Faktor ini meliputi keyakinan mengenai kemampuan diri (self efficacy) dan nilai-nilai intrinsik (intrinsic values). Menurut Pintrich dan Groot (1990), self efficacy merupakan keyakinan dalam diri individu mengenai kemampuannya untuk melakukan tugas dan tanggung jawab terhadap hasil pelaksanaan tugas tersebut. Faktor dalam diri individu selanjutnya adalah nilai-nilai intrinsik (intrinsic values). Menurut Pintrich dan Groot (1990), yang dimaksud dengan nilai-nilai intrinsik adalah keyakinan individu terhadap manfaat atau pentingnya suatu tugas yang dihadapi dalam proses belajar dan keyakinan akan pentingnya tugas tersebut dan ketertarikan terhadap tugas itu.. b. Pengetahuan yang dimiliki individu Pengetahuan yang dimiliki individu di sini artinya adalah segala pengetahuan yang berhubungan dengan diri individu tersebut dan pengetahuan metakognitifnya. Zimmerman (1989) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pengetahuan metakognitif adalah kemampuan. individu. untuk. merencanakan,. mengorganisasikan,. menginstruksi diri, memantau, dan mengevaluasi kegiatan belajarnya. Semakin tinggi tingkat kemampuan metakognisi yang dimiliki, maka semakin membantu pelaksanaan self-regulated learning individu tersebut..

(41) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 24. Ada beberapa hal yang tercakup dalam pengetahuan individu, yaitu tujuan akademik yang akan dicapai (goal), kondisi afeksi (affectional. condition),. dan. perubahan. perilaku. (behavioral. influences). Tujuan akademik (goal) yang akan dicapai oleh individu akan mempengaruhi individu dalam mengambil keputusan. Semakin banyak dan kompleks tujuan yang ingin dicapai dalam aktivitas belajar, semakin besar pula kemungkinan individu melakukan perubahan pada proses self-regulated learning-nya. Hal lain yang tercakup dalam pengetahuan individu adalah kondisi afeksi individu (affectional condition). Menurut Pintrich dan Groot (1990), kondisi afeksi atau reaksi-reaksi emosional individu dapat memberi perubahan pada proses self-regulated learning individu tersebut dalam hal pencapaian tujuan dan penggunaan proses metakognitifnya. Selain itu, pengetahuan individu juga akan berpengaruh terhadap perubahan perilaku (behavioral influences). Faktor perilaku ini mengacu pada upaya individu untuk menggunakan kemampuan yang dimilikinya. Semakin besar dan optimal upaya yang dilakukan individu dalam mengatur dan mengorganisasikan aktivitas belajarnya, maka semakin meningkat pula self-regulated learning individu tersebut. Upaya-upaya yang dinilai dapat memberi perubahan dalam self-regulated learning individu tersebut adalah observasi diri (self.

(42) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25. observing), penilaian diri (self judgement), dan reaksi diri (self reaction). Observasi diri adalah respon-respon individu dalam mengamati apakah kegiatan yang dilakukannya mendapatkan kemajuan dan seberapa besar kemajuan yang telah dicapai. Respon tersebut merupakan hasil dari pemikiran mengenai seberapa penting tujuan yang ingin dicapai, self efficacy, serta proses metacognitif individu. Ada dua cara yang dapat dilakukan individu untuk mengobservasi diri, yaitu dengan mencatat atau membuat laporan lisan ataupun tertulis mengenai aksi dan reaksi individu dalam kegiatan belajarnya. Observasi diri individu tersebut kemudian memunculkan penilaian diri individu terhadap hasil kerjanya. Penilaian tersebut dilakukan dengan cara membandingkan hasil kerjanya dengan tujuan yang ingin dicapai atau dengan standart tertentu. Setelah individu mengobservasi dan menilai dirinya, individu akan memberikan respon terhadap hasil kerja yang telah dicapai. Respon tersebut berupa reaksi perilaku (behavioral reaction), reaksi personal (reaction personal), dan reaksi lingkungan (emotional reaction). Reaksi perilaku dilakukan individu untuk mengoptimalkan respon-respon belajar, seperti memberikan pujian terhadap diri sendiri akan hasil yang telah dicapai yang sesuai dengan apa yang telah ditargetkan. Reaksi personal dilakukan individu untuk meningkatkan proses-proses belajar dalam diri individu, seperti memberi tanda pada.

(43) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26. materi penting agar lebih mudah diingat. Sedangkan reaksi lingkungan dilakukan individu untuk meningkatkan kenyamanan lingkungan belajar, seperti memilih waktu dan tempat yang tenang untuk belajar.. c. Faktor lingkungan (environmental influences) Selain kedua faktor yang telah disebutkan di atas, faktor lingkungan juga berpengaruh terhadap proses self-regulated learning individu. Zimmerman (1989) menyebutkan ada dua jenis lingkungan yang dapat memberi perubahan dalam proses self-regulated learning individu, yaitu pengalaman sosial dan struktur lingkungan belajar. Pengalaman sosial individu mempengaruhi individu dalam memutuskan strategi belajar apa yang akan digunakan. Bandura (1997) dalam Zimmerman (1989) mengemukakan bahwa pengalaman sosial dapat dimiliki individu melalui modeling. Individu dapat meniru orang lain di sekitarnya dalam hal mengambil keputusan untuk menggunakan strategi belajar yang tepat. Selain. pengalaman. sosial,. Zimmerman. (1989). juga. mengemukakan bahwa proses belajar individu juga tergantung pada situasi dan kondisi lingkungan belajarnya. Bandura (1997) dalam Zimmerman (1989) menyebutkan bahwa lingkungan memiliki peran penting terhadap pengelolaan diri dalam belajar, yaitu sebagai tempat individu untuk melakukan aktivitas belajar dan memberikan fasilitas.

(44) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 27. yang dapat mendukung atau menghambat self-regulated learning individu.. 6. Karakteristik Mahasiswa dengan Self-regulated Learning yang Baik Menurut Zimmerman (1989), mahasiswa yang memiliki self regulation adalah mahasiswa yang aktif dalam kegiatan belajar, memiliki ketekunan dan inisiatif dalam mengerjakan tugas-tugas, menguasai strategi-strategi belajar, mampu memecahkan masalah, bereaksi terhadap hasil belajar dan memiliki keyakinan diri. Sejalan dengan itu, Corno (1983) dalam Zimmerman & Schunk (1994) juga mengemukakan bahwa karakteristik individu yang melakukan self-regulated learning adalah mereka yang melihat dirinya sendiri sebagai pelaku dalam belajar yang percaya bahwa belajar adalah proses proaktif. Individu juga memotivasi diri dan menggunakan strategi-strategi yang memungkinkan mereka untuk meningkatkan hasil akademik sesuai dengan yang diinginkan. Secara rinci, Corno (1983) dalam Zimmerman & Schunk (1994) menjelaskan karakteristik mahasiswa yang belajar dengan strategi selfregulated learning sebagai berikut: a. Individu mengetahui bagaimana menggunakan strategi kognitif yang membantu mereka menyelesaikan, mengubah (transform), mengatur (organize), memperluas (elaborate), dan memperoleh kembali informasi (recover information)..

(45) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 28. b. Individu mengetahui bagaimana merencanakan, mengontrol dan mengatur proses mentalnya dalam menghadapi pencapaian-pencapaian tujuan personal (metacognition). c. Individu menunjukkan kepercayaan motivasi (motivational beliefs) seperti perasaan academic self-efficacy, penggunaan tujuan-tujuan belajar, pengembangan emosi positif terhadap tugas-tugas (misalnya kegembiraan, kepuasan, dan semangat besar). d. Individu merencanakan dan mengontrol waktu dan upaya yang digunakan untuk tugas-tugas dan mengetahui bagaimana membuat dan membangun lingkungan belajar yang baik, seperti menemukan tempat belajar. yang. cocok,. mencari. bantuan. (help-seeking). daru. pengajar/teman ketika menemui kesulitan. e. Individu menunjukkan upaya-upaya yang lebih besar untuk ambil bagian dalam kontrol dan pengaturan tugas-tugas akademik, suasanan dan struktur kelas, desain tugas-tugas, dan organisasi kelompok kerja. Dengan. adanya. keterampilan. self-regulated. learning. ini,. mahasiswa dapat mencapai tujuan belajarnya sesuai dengan waktu yang telah ditentukannya sendiri.. B. Mahasiswa Bekerja 1. Definisi Mahasiswa Mahasiswa dalam peraturan pemerintah RI No. 30 tahun 1990 adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu..

(46) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 29. Sementara itu, Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) mendefinisikan mahasiswa sebagai individu yang yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena hubungannya dengan perguruan tinggi yang diharapkan akan menjadi calon-calon intelektual. Menurut Susantoro (2003), mahasiswa pada dasarnya adalah individu yang dinamis. Hal ini disebabkan mahasiswa tergolong dalam usia menuju dewasa awal yang memiliki semangat menggebu-gebu untuk mengekpresikan diri. Pada usia ini, Papalia dkk (2007) menjelaskan bahwa perkembangan individu ditandai dengan pencarian identitas diri, adanya pengaruh dari lingkungan, serta sudah mulai membuat keputusan terhadap pemilihan pekerjaan atau karirnya.. 2. Definisi Mahasiswa yang Bekerja Mahasiswa dalam perkembangannya termasuk dalam kategori remaja akhir yang berada pada rentang usia 17 – 21 tahun. Papalia, dkk (2007) menjelaskan bahwa usia tersebut merupakan jenjang di mana remaja beranjak menuju dewasa muda (young adulthood). Pada usia ini, perkembangan individu ditandai dengan pencarian identitas diri, adanya pengaruh dari lingkungan, serta sudsh mulai membuat keputusan terhadap pemilihan pekerjaan atau karier..

(47) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 30. Menurut Ganda (2004) dalam Jonathan (2011), mahasiswa adalah individu yang belajar dan menekuni disiplin ilmu yang ditempuhnya secara mantap, di mana di dalam menjalani serangkaian kuliah itu sangat dipengaruhi kemampuan mahasiswa itu sendiri, karena pada kenyataannya diantara mahasiswa ada yang sudah bekerja atau disibukkan oleh kegiatan organisasi kemahasiswaan. Selanjutnya, menurut Powell (1983) dalam Jonathan (2011), bekerja itu sendiri adalah suatu bentuk aktivitas yang mengandung empat unsur, yaitu rasa kewajiban, pengeluaran energi, pengalaman mewujudkan atau menciptakan sesuatu, dan diterima atau disetujui oleh masyarakat. Memasuki usia dewasa awal, banyak mahasiswa yang sudah memikirkan bagaimana. mencari. mengembangkan. pekerjaan. kemampuannya. paruh. waktu. dalam. (part-time. masalah. job),. personal,. mengembangkan pendidikan, atau masuk dalam dunia pekerjaan. Berdasarkan penjelasan di atas, mahasiswa yang bekerja dapat dikatakan sebagai individu yang memasuki usia perkembangan dewasa awal yang menjalani aktifitas kuliah, namun memutuskan untuk bekerja di suatu lembaga usaha guna mencapai tujuan tertentu.. C. Dinamika Strategi Self-regulated Learning pada Mahasiswa Bekerja dan Tidak Bekerja Mahasiswa secara umum digambarkan sebagai individu yang belajar dan menekuni suatu disiplin ilmu yang dijalani melalui serangkaian kegiatan.

(48) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 31. perkuliahan. Namun, sejalan dengan perkembangan dunia kerja yang nantinya akan dimasuki setelah lulus kuliah, sebagian mahasiswa memiliki inisiatif mempersiapkan diri lebih awal untuk memasuki dunia kerja dengan bekerja part-time. Kuliah sambil bekerja membuat mahasiswa memiliki pengalaman kerja yang menjadi salah satu syarat perusahaan-perusahaan besar dalam menerima karyawan. Selain itu, mahasiswa yang kuliah sambil bekerja mendapat banyak hal positif seperti mendapat tambahan uang jajan. Pada dasarnya, mahasiswa yang bekerja tentu harus dapat membagi waktu antara mengerjakan skripsi dan bekerja. Manajemen waktu sangat penting karena dapat menyeimbangkan kedua aktivitas tersebut. Menurut Martin dan Osborne (2008) dalam Daulay (2010), mahasiswa yang memiliki kemampuan mengatur waktu yang baik dan memiliki batas waktu untuk setiap pengerjaan tugasnya adalah salah satu kriteria mahasiswa yang berhasil. Namun, kebanyakan mahasiswa yang bekerja memiliki kesulitan dalam menyeimbangkan waktu antara mengerjakan skripsi dan bekerja. Penelitian yang dilakukan oleh Furr dan Elling (2000) menunjukkan bahwa mahasiswa yang bekerja cenderung memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak bekerja. Mereka dituntut untuk melakukan dua hal sekaligus dengan baik. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap afeksi, pikiran dan perilaku mahasiswa dalam menerapkan selfregulated learning untuk menunjang prestasi belajar yang memuaskan maupun menyeimbangkan kegiatan bekerjanya. Hal ini didukung oleh data National Center for Education Statistics (dalam Papalia, 2001) yang.

(49) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 32. menyebutkan bahwa mahasiswa yang bekerja 15 jam lebih dalam seminggu atau bekerja di waktu yang tidak tetap cenderung tidak menunjukkan prestasi yang baik. Pada mahasiswa yang tidak bekerja, fokus utama mereka adalah menyelesaikan studi. Dengan demikian, fokus mereka tidak terbagi untuk studi maupun untuk bekerja. Mereka lebih banyak waktu untuk mengerjakan skripsi, bertemu dengan dosen pembimbing skripsi, dan mencari materi yang dapat mendukung pengerjaan skripsinya. Seperti yang telah disebutkan dalam latar belakang, berdasarkan data-data yang diambil dalam penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa mahasiswa yang bekerja memiliki hasil belajar yang lebih rendah dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak bekerja.. D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah ada perbedaan self-regulated learning antara mahasiswa tingkat akhir yang bekerja dan tidak bekerja..

(50) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian komparatif yang bertujuan untuk membandingkan self-regulated learning antara mahasiswa tingkat akhir yang bekerja dan tidak bekerja.. B. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel merupakan atribut atau sifat yang terdapat pada subjek penelitian yang dapat bervariasi secara kuantitatif ataupun secara kualitatif (Azwar, 2012). Dalam penelitian ini, variabel yang diteliti adalah selfregulated learning yang akan dibandingkan antara mahasiswa yang bekerja dan tidak bekerja.. C. Definisi Operasional Self-regulated learning adalah suatu proses atau tindakan individu untuk mengatur belajarnya dengan menggunakan strategi-strategi khusus seperti merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proses belajar guna mencapai tujuan belajar yang optimal. Untuk mengukur self-regulated learning tersebut, digunakan 10 strategi yang kemudian dijadikan ke dalam bentuk skala, yaitu skala self-regulated learning.. 33.

(51) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34. D. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian adalah mahasiswa tingkat akhir yang berada di beberapa universitas di wilayah Yogyakarta dengan karakteristik sebagai berikut: 1. Mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di kampusnya dan terhitung aktif. 2. Mahasiswa yang sedang mengambil mata kuliah skripsi. 3. Mahasiswa yang bekerja paruh waktu dan mahasiswa yang tidak bekerja.. E. Sampling Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Teknik sampel purposif adalah teknik penentuan sampel yang digunakan oleh peneliti dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu (Arikunto, 2009).. F. Metode dan Alat Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan metode skala. Skala yang digunakan adalah skala self-regulated learning strategies yang dibuat sendiri oleh peneliti dengan menggunakan aspek self-regulated learning sebagai acuan pengukuran. Model skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah model skala Likert, yaitu alat ukur psikologis yang stimulusnya berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengungkapkan indikator.

(52) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 35. perilaku dan atribut yang bersangkutan. Pertanyaan tersebut tidak secara langsung mengungkap atribut yang ingin diukur (Azwar, 2012). Skala SRL strategies akan diukur menggunakan metode penjumlahan rating (method of summated rating). Metode ini menggunakan empat kategori jawaban, yaitu Selalu, Sering, Kadang-kadang, dan Tidak Pernah. Skor pada item favorable “Selalu” adalah 4, skor pada item “Sering” adalah 3, skor pada item “Jarang” adalah 2, dan skor pada item “Tidak Pernah” adalah 1. Untuk skor unfavorable, pada item dengan jawaban “Selalu” mendapat skor 1, skor pada item “Sering” adalah 2, skor pada item “Jarang” adalah 3, dan skor pada item “Tidak Pernah” adalah 4. Alternatif jawaban pada item skala sengaja dibuat dalam empat pilihan dengan tujuan untuk menghindari kecenderungan subjek yang ragu-ragu atau netral dalam memilih jawaban. Pada penghitungan akhir, semakin tinggi skor pada skala SRL strategies, maka semakin tinggi kecenderungan mahasiswa melakukan SRL strategies. Sebaliknya, semakin rendah skor pada skala SRL strategies, maka semakin rendah pula kecenderungan mahasiswa melakukan SRL strategies..

(53) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 36. Tabel 2 Blue Print Skala Self-regulated Learning Sebelum Uji Coba (Try Out) dan Seleksi Item Aspek Self-regulated Learning. Self-evaluation. Organizing and tranforming. Goal-setting and planning. Keeping records and monitoring. Rehearsing and memorizing. Reviewing records. Seeking social assistance. Self-consequences. Seeking information. Nomor Item. Total. Favorable. Unfavorable. 1, 21, 41, 61,. 20, 40, 60,. 81. 80, 100. 3, 23, 43, 63,. 18, 38, 58,. 83. 78, 98. 5, 25, 45, 65,. 16, 36, 56,. 85. 76, 96. 7, 27, 47, 67,. 14, 34, 54,. 87. 74, 94. 9, 29, 49, 69,. 12, 32, 52,. 89. 72, 92. 11, 31, 51, 71,. 10, 30, 50,. 91. 70. 90. 13, 33, 53, 73,. 8, 28, 48, 68,. 93. 88. 15, 35, 55, 75,. 6, 26, 46, 66,. 95. 86. 17, 37, 57, 77,. 4, 24, 44, 64,. 97. 84. 10. 10. 10. 10. 10. 10. 10. 10. 10.

(54) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 37. Environmental structuring. 19, 39, 59, 79,. 2, 22, 42, 62,. 99. 82. 50. 50. Total. 10. 100. Tabel 3 Pemberian Skor pada Skala Self-regulated Learning. Pilihan Jawaban. Favorable. Unfavorable. Selalu. 4. 1. Sering. 3. 2. Jarang. 2. 3. Tidak Pernah. 1. 4. Pada skala self-regulated learning ini, semakin tinggi skor yang diperoleh mahasiswa menandakan bahwa semakin tinggi pula kecenderungan mahasiswa untuk melakukan self-regulated learning. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh mahasiswa, semakin rendah pula kecenderungan mahasiswa untuk melakukan self-regulated learning.. G. Uji Coba Alat Ukur Sebelum mengambil data yang sesungguhnya, peneliti terlebih dahulu melakukan uji coba terhadap skala. Tujuannya adalah untuk melihat kualitas item-item dalam skala yang akan digunakan untuk penelitian. Uji coba skala dilakukan mulai dari tanggal 6 – 12 September 2014. Skala ini diuji cobakan.

(55) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 38. pada kelompok subjek dengan karakteristik yang sama dengan karakteristik subjek untuk penelitian sesungguhnya. Subjek yang terlibat dalam uji coba skala ini sebanyak 60 orang. Uji coba skala dilakukan dengan cara mendatangi kantor atau lembaga tempat subjek bekerja yang sudah ditentukan sebelumnya. Peneliti meminta ijin untuk melakukan penelitian kepada kepala atau atasan tempat subjek bekerja dan menjelaskan mengenai materi penelitian dan prosedur pengisian skala penelitian. Skala penelitian hanya akan dibagikan kepada subjek yang bersedia untuk terlibat dalam penelitian. Jika subjek tidak bersedia, maka tidak ada pemaksaan. Lalu peneliti meminta kerja sama kepala atau atasan tersebut untuk membagi skala kepada subjek dan meminta untuk mengawasi subjek saat mengisi skala tersebut agar benar-benar dikerjakan oleh subjek, dan bukan oleh orang lain. Hal tersebut dilakukan karena peneliti tidak dapat mengawasi pengerjaan skala dikarenakan subjek terikat jam kerja sehingga tidak dapat langsung mengisi skala. Oleh sebab itu, peneliti meninggalkan skala penelitian dan mempercayakan kepada atasan subjek untuk mengawasi pengisian skala tersebut.. H. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Validitas Penelitian ini menggunakan validitas isi, dimana diselidiki melalui analisis rasional terhadap isi tes atau disebut juga dengan professional judgement. Sebelum peneliti melakukan uji coba (try out) skala, peneliti.

(56) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 39. berkonsultasi terlebih dahulu kepada dosen pembimbing agar aitem-aitem yang telah disusun tepat dan mencakup keseluruhan aspek yang ingin diukur.. 2. Seleksi Aitem Peneliti menggunakan bantuan SPSS versi 16 for windows untuk melakukan seleksi aitem. Berdasarkan korelasi item total, kriteria pemilihan item yang baik (sahih) adalah item yang memiliki korelasi dengan batasan rix ≥ 0,30. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil kebijakan dengan batasan rix ≥ 0,3. Aitem yang berada dibawah 0,3 diartikan sebagai aitem yang memiliki daya diskriminasi rendah sehingga dinyatakan gugur. Dari perhitungan tersebut, diperoleh korelasi aitem total berkisar antara 0,315 – 0,730. Hasil pengujian terhadap 100 aitem, terdapat 30 aitem yang gugur sehingga terdapat 70 aitem yang bertahan dalam setiap aspeknya. Aitem-aitem yang bertahan tersebut dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut:.

(57) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 40. Tabel 4 Blue Print Skala Setelah Uji Coba (Try Out) Aspek Self-regulated Learning Self-evaluation. Organizing. and. tranforming Goal-setting. and. planning Keeping. records. and. monitoring Rehearsing. and. memorizing Reviewing records. Seeking social assistance. Self-consequences. Seeking information. Nomor Item. Total. Favorable. Unfavorable. 1, 21, 41, 61,. 20, 40, 60, 80,. 81. 100. 3, 23, 43, 63,. 18, 38, 58, 78,. 83. 98. 5, 25, 45, 65,. 16, 36, 56, 76,. 85. 96. 7, 27, 47, 67,. 14, 34, 54, 74,. 87. 94. 9, 29, 49, 69,. 12, 32, 52, 72,. 89. 92. 11, 31, 51, 71,. 10, 30, 50, 70.. 91. 90. 13, 33, 53, 73,. 8, 28, 48, 68,. 93. 88. 15, 35, 55, 75,. 6, 26, 46, 66,. 95. 86. 17, 37, 57, 77,. 4, 24, 44, 64,. 97. 84. 10. 7. 6. 9. 9. 9. 9. 3. 6.

(58) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 41. Environmental structuring Total. 19, 39, 59, 79,. 2, 22, 42, 62,. 99. 82. 34. 38. 2. 70. Keterangan : aitem gugur ditandai dengan huruf bold.. Tampak pada tabel bahwa ada 2 aspek yang kurang terwakili oleh aitem. Aspek tersebut adalah aspek self-consequences dan environmental structuring yang berdasarkan teori tidak terlalu menggambarkan strategi self-regulated learning sehingga tidak berpengaruh terhadap pengukuran. Kebanyakan dari mahasiswa cenderung tidak memiliki keinginan untuk memberikan konsekuensi terhadap diri sendiri dalam mengerjakan tugas. Selain itu, mahasiswa juga cenderung tidak mempermasalahkan kondisi lingkungan belajarnya. Mereka lebih fokus terhadap tugas yang harus diselesaikan daripada memperhatikan kenyamanan lingkungan belajarnya. Aitem-aitem yang telah diseleksi berjumlah 70, kemudian disusun ulang untuk. digunakan menjadi skala penelitian. Sebarannya adalah. sebagai berikut:.

(59) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 42. Tabel 5 Blue Print Skala Penelitian Aspek Self-regulated Learning. Total. Favorable. Unfavorable. 1, 15, 29, 45,. 14, 28, 44, 55,. 56. 70. and. 30, 46, 57. 12, 26, 54, 69. 7. and. 2, 17, 47. 24, 42, 67. 6. and. 4, 18, 33, 48,. 11, 40, 53, 66. 9. 9, 22, 38, 51,. 9. Self-evaluation. Organizing. Nomor Item. 10. tranforming Goal-setting planning Keeping. records. monitoring Rehearsing. 59 and. 6, 19, 35, 61. memorizing Reviewing records from tests. 64 8, 21, 37, 50,. 7, 20, 36, 62. 9. 5, 34, 49, 60. 9. 41. 3, 32. 3. 25, 43, 68. 16, 31, 58. 6. 13, 27. -. 2. 36. 34. 70. 63. Seeking social assistance. 10, 23, 39, 52, 65. Self-consequences Seeking information Environmental structuring Total.

(60) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 43. 3. Reliabilitas Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Tinggi rendahnya reliabilitas secara empiris ditunjukkan oleh koefisien reliabilitas. Koefisien reliabilitas memiliki rentang angka dari 0 sampai dengan 1,00 (Azwar, 2009). Semakin koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya, semakin koefisien reliabilitas mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya. Perhitungan reliabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach melalui program SPSS versi 16 for windows. Koefisien reliabilitas dari penghitungan tersebut adalah sebesar 0, 959 dari 70 aitem. Hal ini menunjukkan bahwa skala tersebut reliabel.. I. Teknik Analisis Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, sehingga metode analisis data yang dilakukan adalah dengan menggunakan uji-t (independent sample t-test). Peneliti menggunakan bantuan SPSS versi 16 for windows untuk melakukan analisis data tersebut..

(61) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan pada 1 – 25 Oktober 2014. Peneliti mengambil data dengan menyebar skala pada mahasiswa tingkat akhir yang bekerja parttime maupun tidak bekerja di wilayah Yogyakarta. Peneliti menyebarkan 80 eksemplar skala self-regulated learning kepada subjek yang sesuai dengan kriteria. Pengambilan data bagi mahasiswa tingkat akhir yang bekerja dilakukan dengan mendatangi lembaga-lembaga di universitas atau kantor tempat subjek bekerja part-time, kemudian melakukan ijin untuk menyebarkan skala. Sedangkan bagi mahasiswa tingkat akhir yang tidak bekerja, pengambilan data dilakukan dengan mendatangi subjek yang bersangkutan dan meminta untuk mengisi skala.. B. Deskripsi Subjek Penelitian Subjek yang diperoleh dari penelitian ini berjumlah 80 mahasiswa yang terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu 40 mahasiswa tingkat akhir yang bekerja dan 40 mahasiswa tingkat akhir yang tidak bekerja. Subjek penelitian ini berasal dari beberapa universitas yang ada di wilayah Yogyakarta. Teknik pengambilan subjek menggunakan metode purposive sampling, yaitu mengambil subjek berdasarkan kriteria tertentu. Keseluruhan subjek yang terlibat dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat akhir yang sedang 44.

(62) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 45. mengambil mata kuliah skripsi dan terhitung dalam masa aktif atau tidak sedang mengambil cuti. Berikut merupakan gambaran umum mengenai subjek penelitian.. Tabel 6 Deskripsi Subjek Penelitian Karakteristik Status kerja mahasiswa. Bekerja. Jenis Universitas. Semester. Kelamin. Jumlah. P. L. VII. -. 2. IX. 2. -. XI. 3. 2. XIII. -. 1. VII. 3. -. IX. 11. 4. XI. 1. 5. UKDW. VII. -. 1. 1. UMY. VII. -. 1. 1. UIN. IX. -. 1. 1. UTY. IX. -. 1. 1. Akakom. IX. -. 1. 1. UNY. XI. 1. -. 1. USD. UAJY. 10. 24.

(63) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 46. Karakteristik Jenis Status. Tidak bekerja. Universitas. USD. UAJY. UGM. STTNAS. UPN Total. Semester. kelamin P. L. VII. -. 5. IX. 9. 6. XI. 2. -. XIII. 2. 1. VII. 1. -. IX. 1. 2. XI. -. 1. VII. 1. -. IX. 2. 1. XIII. 2. -. IX. 1. 1. XI. -. 1. XIII. -. 1. Jumlah. 25. 5. 6. 3. 1 80.

Gambar

Tabel 1. 10 Strategi Self-regulated Learning ………………………….  21  Tabel 2. Blue Print Skala Self-regulated Learning ……………………  36  Tabel 3
Tabel 10  Kategori Skor SRL
Tabel 11 menunjukkan tingkat self-regulated learning berdasarkan  skor yang diperoleh

Referensi

Dokumen terkait

Menguji Analisis Pengaruh Kualitas Aset, Likuiditas, Rentabilitas, dan Efisiensi Terhadap Rasio Kecukupan Modal Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

Pemasangan drain dengan cairan drainage berupa darah sekitar 100 ml sebagai upaya untuk mengembalikan darah yang banyak hilang saat

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan ada pengaruh konsumsi teh hitam kemasan cup terhadap kadar hemoglobin pada mahasiswa semester

Dari sekian banyak langkah yang telah ditempuh seperti, perbaikan infrastruktur jalan, perbaikan fasilitas (kendaraan umum), merperketat pemberian izin (Surat Izin Mengemudi), serta

Dengarr ini cliberitahukan bahwa berhutrurrg dengan telah ciiirenuhinya masa herja clan syarat-syarat lainnya kepacla :. 1. Kernenterian DIKIIIJI) di

(2) Dalam hal orang tua tidak ada atau tidak diketahui keberadaannya atau karena suatu sebab, tidak dapat melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya maka kewajiban dan

Dengan dapat diketahuinya data nasabah, tentu kita dapat melakukan penyaringan untuk mencari model-model pembayaran yang dilakukan oleh nasabah terkait sehingga dapat

SATUAN HARGA SATUAN KETERANGAN... SATUAN HARGA