• Tidak ada hasil yang ditemukan

Morfometri Kumbang Penyerbuk Kelapa Sawit, Elaeidobius kamerunicus F. di Wiayah Desa Pandu Senjaya, Kota Waringin Barat, Kalimantan Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Morfometri Kumbang Penyerbuk Kelapa Sawit, Elaeidobius kamerunicus F. di Wiayah Desa Pandu Senjaya, Kota Waringin Barat, Kalimantan Tengah"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

MORFOMETRI KUMBANG PENYERBUK KELAPA SAWIT,

Elaeidobius kamerunicus

F. DI WILAYAH DESA PANDU SENJAYA,

KOTA WARINGIN BARAT, KALIMANTAN TENGAH

AMELIA MUTIARA FIKRA

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Morfometri Kumbang Penyerbuk Kelapa Sawit, Elaeidobius kamerunicus F. di Wilayah Desa Pandu Senjaya, Kota Waringin Barat, Kalimantan Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)
(5)

ABSTRAK

AMELIA MUTIARA FIKRA. Morfometri Kumbang Penyerbuk Kelapa Sawit, Elaeidobius kamerunicus F. di Wilayah Desa Pandu Senjaya, Kota Waringin Barat, Kalimantan Tengah. Dibimbing oleh TRI ATMOWIDI dan BANDUNG SAHARI.

Elaeidobius kamerunicus merupakan penyerbuk tanaman kelapa sawit yang efektif. Ukuran tubuh kumbang jantan dan betina bervariasi. Tujuan penelitian ini ialah mempelajari ukuran bagian-bagian tubuh E. kamerunicus yang berasal dari bunga jantan di pohon dan bunga yang dipelihara dalam kandang. Penelitian ini juga mengukur pollen load dari kumbang E. kamerunicus. Pengambilan contoh kumbang asal pohon dan kandang dilakukan di kebun kelapa sawit di wilayah Desa Pandu Senjaya, Kota Waringin Barat Kalimantan Tengah. Duabelas bagian tubuh kumbang diukur pada setiap kumbang dari 1000 kumbang jantan dan betina yang dikoleksi dari 20 pohon dan 1000 kumbang betina dan jantan dari kandang. Hasil pengukuran dianalisis menggunakan uji t pada SPSS Statistics v 22. Penghitungan pollen load dilakukan pada 50 kumbang jantan dan betina yang dikoleksi dari bunga jantan dan kumbang jantan dan betina yang dikoleksi dari bunga betina, dengan menggunakan software ImageJ. Kumbang jantan mempunyai panjang tubuh (3 551 µm) lebih besar dari kumbang betina (2 891 µm). Moncong kumbang betina lebih panjang dari moncong kumbang jantan. Ukuran tubuh kumbang jantan asal pohon lebih besar daripada kumbang asal kandang. Ukuran tubuh kumbang betina asal pohon juga lebih besar dibanding kumbang asal kandang. Moncong kumbang betina asal kandang lebih panjang dari mocong kumbang asal pohon. Kumbang jantan membawa polen lebih banyak (5 374 polen) dibandingkan kumbang betina (2 777 polen). Panjang tubuh kumbang berkorelasi positif dengan pollen load.

Kata kunci : Elaeidobius kamerunicus, pollen load, ukuran tubuh.

ABSTRACT

AMELIA MUTIARA FIKRA. Morphometry of weevil polinator of Oil Palm, Elaeidobius kamerunicus F. in Pandu Senjaya Village Area, Kota Waringin Barat, Central Kalimantan. Supervised by TRI ATMOWIDI and BANDUNG SAHARI.

(6)

have larger body size (lenght= 3.55 mm) than female (lenght= 2.89 mm). Male weevils collected directly from oil palm flowers have larger body size than weevils collected from rearing cages. Female weevils collected directly from oil palm flowers was also larger than females collected from rearing cages. Female mouth part collected from rearing cages was longer than females collected from oil palm trees. Males pollen load (5 374 pollens) was higher than females (2 777 pollens). Body length of weevils correlated possitively with pollen load.

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Biologi pada

Departemen Biologi

MORFOMETRI KUMBANG PENYERBUK KELAPA SAWIT,

Elaeidobius kamerunicus

F. DI WILAYAH DESA PANDU

SENJAYA, KOTA WARINGIN BARAT, KALIMANTAN TENGAH

AMELIA MUTIARA FIKRA

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Morfometri Kumbang Penyerbuk Kelapa Sawit, Elaeidobius kamerunicus F. di Wiayah Desa Pandu Senjaya, Kota Waringin Barat, Kalimantan Tengah

Nama : Amelia Mutiara Fikra NIM : G34100014

Disetujui oleh

Dr. Tri Atmowidi, M.Si Pembimbing I

Dr. Bandung Sahari Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Iman Rusmana, M.Si Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini berjudul Morfometri Kumbang Penyerbuk Kelapa Sawit, Elaeidobius kamerunicus F. di Wilayah Desa Pandu Senjaya, Kota Waringin Barat, Kalimantan Tengah. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Februari hingga Juli 2014 di perkebunan sawit di wilayah Desa Pandu Senjaya Kalimantan Tengah dan Research Center Astra Agro Lestari Kalimantan Tengah.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Tri Atmowidi, M.Si dan Bapak Dr Bandung Sahari atas bimbingan, saran, dan ilmu yang bermanfaat selama melaksanakan penelitian dan penulisan karya ilmiah, serta kepada Ibu Dr Kanthi Arum Widayati, M.Si selaku wakil komisi penguji. Terima kasih penulis ucapkan kepada pihak Astra Agro Lestari yang telah membiayai penelitian ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada Van Basten Tambunan yang sudah banyak membantu selama penulis melaksanakan penelitian dan pengumpulan data di kebun. Di samping itu penulis juga berterimakasih kepada ayah, ibu, Agung Nopranto, dan seluruh keluarga atas doa, dukungan dan kasih sayangnya, kepada adik saya tersayang Muhammad Daffa Prakarsa Fikra atas motivasinya, kepada Fia Afiani Zakky, Julia Jalesvita, Ega Bayu Lesama, dan Yurika Dwi Anggarini atas dukungannya, serta teman-teman Biologi angkatan 47 atas kebersamaan dan semangat yang telah diberikan kepada penulis.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Tempat 2

Prosedur Penelitian 2

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Hasil 4

Morfometri Kumbang Jantan dan Betina 4 Pollen Load pada Kumbang 6

Pembahasan 9

Pengaruh Perubahan Lingkungan Fisik terhadap Morfometri Kumbang 9

Perbedaan Ukuran Tubuh Kumbang Jantan dan Betina serta Implikasinya

dalam Penyerbukan 9

Pollen Load dan Pollen Loss 10 Ukuran Tubuh, Penyerbukan, Fruit Set, dan Minyak Sawit 10

SIMPULAN 10

DAFTAR PUSTAKA 11

LAMPIRAN 13

(12)

DAFTAR TABEL

1 Data parameter lingkungan saat pengambilan sampel kumbang 4 2 Ukuran tubuh E. kamerunicus jantan dan betina 4 3 Perbandingan ukuran tubuh E. kamerunicus asal pohon dan kandang 6 4 Rerata jumlah polen yang dibawa kumbang jantan dan kumbang betina 7

DAFTAR GAMBAR

1 Kandang pemeliharaan E. kamerunicus 3

2 Hubungan panjang tubuh kumbang jantan dan betina dengan jumlah polen

yang dapat dibawa 7

3 Hubungan panjang tubuh kumbang jantan dengan rerata jumlah polen yang

dapat dibawa 8

4 Hubungan panjang tubuh kumbang betina dengan rerata jumlah polen yang

dapat dibawa 8

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil uji tantara kumbang jantan dan kumbang betina 14

2 Hasil uji t kumbang jantan dari pohon dan kandang 15

3 Hasil uji t kumbang betina dari pohon dan kandang 17

4 Hasil uji korelasi Pearson panjang tubuh kumbang dan pollen load 19

5 Hasil uji korelasi Pearson panjang tubuh kumbang jantan dan pollen load 20

(13)

14

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis) merupakan sumber minyak nabati paling utama diantara 12 jenis minyak nabati yang paling banyak dikonsumsi dan Indonesia merupakan produsen terbesar di dunia (Kementrian Pertanian 2012). Produksi minyak sawit (crude palm oil/CPO dan kernel palm oil/ PKO) sangat ditentukan oleh keberhasilan penyerbukan. Rendahnya pernyerbukan akan meningkatkan pembentukan buah partenokarpi, sehingga menurunkan produktivitas CPO. Kelapa sawit merupakan tanaman monoecious, namun demikian kemunculan bunga jantan dan betina sangat jarang terjadi bersamaan, sehingga penyerbukan bunga betina tergantung pada bunga jantan dari pohon lain. Oleh karena itu, peran pollinator yang efektif, seperti Elaeidobius kamerunicus menjadi sangat penting (Syed 1982; Pardede 1990; Pahan 2008; Adaigbe et al. 2011).

Kumbang E. kamerunicus (Coleoptera: Curculionidae) berwarna cokelat kehitaman, dan memiliki panjang tubuh ±4 mm dan lebar ±1.5 mm (Lubis dan Widanarko 2012). Ukuran tubuh kumbang jantan lebih besar daripada kumbang betina (Kurniawan 2010). Kumbang betina memiliki panjang tubuh 2-3 mm, moncong lebih panjang dibanding kumbang jantan, dan tidak terdapat tonjolan pada pangkal elytra. Kumbang jantan memiliki panjang tubuh 3-4 mm, moncong lebih pendek, dan terdapat tonjolan pada pangkal elytra (Ayuningsih 2013). Kumbang jantan memiliki rambut-rambut yang lebih banyak dibanding kumbang betina (Kurniawan 2010).

Kumbang E. kamerunicus dewasa menyelesaikan siklus hidupnya di bunga jantan kelapa sawit (Sambathkumar dan Ranjith 2011). Rambut-rambut pada elytra kumbang jantan menyebabkan polen menempel ketika kumbang ini mencari pakan di bunga jantan dan terjadi transfer polen ke bunga betina ketika kumbang ini mengunjungi bunga betina (Kurniawan 2010). Kumbang E. kamerunicus memiliki frekuensi kunjungan yang tinggi pada bunga kelapa sawit dibanding serangga pengunjung lainnya (Pratiwi 2013). Kumbang E. kamerunicus berperan penting dalam produksi kelapa sawit sehingga populasinya harus selalu terjaga. Namun demikin, populasi kumbang di lapangan seringkali berfluktuasi sehingga dapat berpengaruh pada produktivitas kelapa sawit.

(14)

2

Ukuran tubuh sangat mempengaruhi kebugaran serangga. Ukuran tubuh ini sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan (Daly 1985). Jumlah polen yang dapat dibawa oleh suatu individu kumbang berkaitan dengan morfologi dan ukuran tubuh kumbang (Agenginardi 2011). Oleh karena itu, salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap morfometri kumbang pernyerbuk dan implikasinya pada kebugaran.

Morfometri adalah pengukuran dan analisis bentuk yang digunakan dalam berbagai bidang ilmu termasuk di bidang entomologi (Daly 1985). Variasi lingkungan dapat mempengaruhi ukuran tubuh organisme (Nijhout 2003). Ukuran tubuh serangga memiliki korelasi positif dengan satu atau lebih variabel kebugaran (fitness). Sagarra et al. (2001) melaporkan serangga parasitoid betina yang berukuran tubuh lebih besar dapat hidup lebih lama dan memiliki kemampuan untuk bereproduksi lebih tinggi. Demikian juga parasitoid jantan yang berukuran tubuh lebih besar dapat hidup lebih lama dan memiliki tingkat kesuksesan kopulasi lebih tinggi daripada yang berukuran kecil.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mempelajari morfometri bagian-bagian tubuh kumbang E. kamerunicus asal pohon dan asal kandang. Penelitian ini juga mengukur pollen load pada kumbang E. kamerunicus.

METODE

Waktu dan Tempat

Pengambilan contoh serangga dilakukan di perkebunan kelapa sawit di wilayah Desa Pandu Senjaya, Pangkalan Lada, Kota Waringin Barat, Kalimantan Tengah. Pengambilann data di lapangan dilakukan mulai dari bulan Februari hingga Mei 2014.

Prosedur Penelitian

Pengambilan contoh kumbang dari bunga jantan asal pohon. Bunga jantan post anthesis yang di dalamnya terdapat pupa E. kamerunicus, disungkup menggunakan plastik. Sebanyak 1000 individu kumbang jantan dan betina dikoleksi dari 20 tandan bunga jantan dari pohon yang berbeda. Kumbang yang telah dikumpulkan dimasukkan ke dalam plastik, diberi label, kemudian diawetkan dengan cara disimpan di dalam freezer. Kondisi lingkungan berupa suhu dan kelembaban udara di kebun diukur sebanyak 3 kali dalam satu hari pengambilan contoh kumbang, yaitu pukul 08.00, 10.00, dan 11.30.

Pengambilan contoh kumbang dari bunga jantan di kandang. Bunga jantan post anthesis yang di dalamnya terdapat E. kamerunicus tahap telur atau larva instar awal dipisahkan dari pohon dan dimasukkan ke dalam kandang pemeliharaan. Kandang pemeliharaan berukuran 1 x 1.5 m2 terbuat dari kayu dan

(15)

3 (Gambar 1). Kandang terletak di dalam kebun kelapa sawit. Setelah muncul imago, serangga dipanen sebanyak 1000 jantan dan 1000 betina. Kumbang yang telah dikumpulkan dimasukkan ke dalam plastik, diberi label, kemudian diawetkan dengan cara disimpan di dalam freezer. Kondisi lingkungan berupa suhu dan kelembaban udara di dalam kandang diukur sebanyak 3 kali dalam satu hari pengambilan contoh kumbang, yaitu pukul 08.00, 10.00, dan 11.30.

Gambar 1 Kandang pemeliharaan kumbang E. kamerunicus

Pengambilan contoh kumbang untuk penghitungan pollen load.

Sebanyak 50 kumbang jantan dan betina dikumpulkan dari bunga jantan dan bunga betina dengan bantuan pinset. Selanjutnya kumbang dimasukkan ke dalam amplop alumunium foil dan disimpan di dalam freezer.

Pengukuran bagian tubuh E. kamerunicus. Spesimen kumbang diamati menggunakan mikroskop stereo dan diukur bagian-bagian tubuhnya menggunakan software NIS-F1 Elements. Sebanyak 12 variabel bagian tubuh kumbang diukur, yaitu panjang abdomen, lebar abdomen, tebal abdomen, panjang toraks, lebar toraks, tebal toraks, panjang elytra, lebar elytra, panjang moncong, panjang antena, panjang dari kepala hingga ujung elytra, dan lebar tubuh.

Penghitungan pollen load. Satu individu kumbang dimasukkan ke dalam tabung mikro, kemudian dicuci dengan larutan KOH 10%. Metode pencucian

menggunakan prinsip “pump-suck” menggunakan pipet. Sebanyak 100-200µl

larutan KOH 10% ditambahkan ke dalam tabung mikro untuk mendistribusikan polen. Sampel polen didistribusikan ke dalam 10-30 bidang pandang pada kaca objek. Masing-masing bidang pandang diamati menggunakan mikroskop stereo kemudian difoto. Foto sampel polen dianalisis menggunakan software ImageJ.

(16)

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Morfometri Kumbang Jantan dan Betina

Suhu udara rata-rata di dalam kandang saat pengambilan contoh adalah 32.08 oC dengan kelembaban 61%, sedangkan suhu udara di kebun adalah 28.7 oC dengan kelembaban 82% (Tabel 1).

Tabel 1 Data parameter lingkungan saat pengambilan sampel kumbang

Tempat

Keterangan: Angka di dalam kurung menunjukkan nilai terendah dan tertinggi.

Sampel kumbang yang diukur bagian tubuhnya adalah fase awal imago. Hasil penelitian menunjukkan, E. kamerunicus jantan memiliki bagian-bagian tubuh yang signifikan lebih besar dari kumbang betina, kecuali panjang moncong (Tabel 2). Kumbang jantan memiliki rataan panjang tubuh, panjang toraks, dan lebar toraks yang signifikan lebih besar dibandingkan kumbang betina. Namun, kumbang betina memiliki moncong yang signifikan lebih panjang (1 4206 µm) dibandingkan dengan kumbang jantan (1 144 µm). Secara statistik keempat karakter yang diukur tersebut berbeda nyata (N= 4000, F= 33.552, p<0.001; N= 4000, F= 35.015, p<0.001; N= 4000, F= 82.86, p<0.001; N= 4000, F= 16.887, p<0.001) (Lampiran 1).

Tabel 2 Ukuran tubuh E. kamerunicus jantan dan betina

Bagian Tubuh Rerata Ukuran (µm)

Kumbang Jantan Kumbang Betina

Panjang Tubuh 3 551a (2 893 - 4109) 2 891b (2 316-3 355)

Panjang Toraks 928a (677-1 224) 761b(559-946)

Lebar Toraks 1 320a(1 045-1 771) 1 067b(731-1 403)

Panjang Moncong 1 144b (844-1 481) 1 4206a (903-1 742)

Ket : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama tidak menunjukkan perbedaan

nyata berdasarkan uji t pada α=5%. Data asal kumbang digabung.

(17)

5 1.78, p<0.001; N= 2000, F= 0.010, p<0.001; N= 2000, F= 0.000, p<0.001; N= 2000, F= 1.246, p<0.001; N= 2000, F= 39.893, p<0.001; N= 2000, F= 1.132, p<0.001; N= 2000, F= 3.813, p<0.001; N= 2000, F= 30.042, p<0.001; N= 2000, F= 19.799, p<0.001) (Tabel 3) (Lampiran 2).

(18)

6

Tabel 3 Perbandingan ukuran tubuh E. kamerunicus asal pohon dan kandang

Karakter Tubuh Ukuran tubuh kumbang jantan (µm)

Asal Pohon Asal Kandang

Kumbang Jantan

nyata berdasarkan uji t pada α=5%.

Pollen Load pada Kumbang

(19)

7 pada kumbang jantan yaitu sebesar 90.44% dan pada kumbang betina yaitu sebesar 90.52% (Tabel 4).

Tabel 4 Rerata jumlah polen yang dibawa kumbang jantan dan kumbang betina

Jenis kelamin kumbang

Rerata pollen load (polen)

Pollen loss (%)

Secara statistik, panjang tubuh mempengaruhi jumlah polen yang dapat dibawa oleh kumbang E. kamerunicus jantan dan betina. Panjang tubuh kumbang dan pollen load berkorelasi positif secara signifikan (N= 200, r = 0.301, p< 0.001) (Lampiran 4) (Gambar 2). Hal ini menunjukkan semakin panjang tubuh kumbang, maka semakin banyak polen yang dapat dibawa. Kumbang dengan panjang tubuh 2.22-2.41 mm mampu membawa rata-rata 137 polen, kumbang dengan panjang tubuh 3.62-3.81 mm mampu membawa rata-rata 3 631 polen.

Gambar 2 Hubungan panjang tubuh kumbang dengan rerata jumlah polen yang dapat dibawa

Panjang tubuh kumbang jantan cenderung berkorelasi positif, walaupun secara statistik tidak signfikan dengan pollen load (N= 100, r = 0.128, p = 0.206) (Lampiran 5). Kumbang dengan panjang tubuh 3.18-3.27 mm dapat membawa rata-rata 2 298 polen, kumbang dengan panjang tubuh 3.58-3.67 mm membawa rata-rata 1 829 polen, sedangkan kumbang dengan panjang tubuh 3.68-3.77 mm membawa rata-rata 4 236 polen (Gambar 3).

y = 1873.2x - 3788.7

2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50

(20)

8

Gambar 3 Hubungan panjang tubuh kumbang jantan dengan rerata jumlah polen yang dapat dibawa

Pada kumbang betina, panjang tubuh cenderung berkorelasi positif walaupun secara statistik tidak signifikan dengan pollen load (N= 100, r = 0.065, p= 0.622) (Lampiran 6). Kumbang dengan panjang tubuh 2.22-2.41 mm membawa rata-rata 3 888 polen, kumbang dengan panjang tubuh 2.42-2.61 mm membawa rata-rata 2 878 polen, sedangkan kumbang dengan panjang tubuh 2.62-2.81 mm membawa rata-rata 2 888 polen (Gambar 4).

Gambar 4 Hubungan panjang tubuh kumbang betina dengan rerata jumlah polen yang dapat dibawa

3.00 3.20 3.40 3.60 3.80 4.00 4.20

Po

2.00 2.20 2.40 2.60 2.80 3.00 3.20 3.40 3.60

(21)

9

Pembahasan

Pengaruh Perubahan Lingkungan Fisik terhadap Morfometri Kumbang

Berdasarkan hasil penelitian, terlihat bahwa karakter lingkungan yang diukur, yaitu suhu dan kelembaban di pohon dan di dalam kandang berubah secara drastis. Suhu lingkungan di kandang lebih tinggi dan kelembaban lebih rendah dibanding di pohon. Hal ini menunjukkan adanya kehilangan air (water lost) yang signifikan pada tandan yang telah dipotong dari pohonnya, sedangkan dalam tandan tersebut masih terdapat kumbang pradewasa yang masih mengalami pertumbuhan dan perkembanngan untuk menjadi dewasa. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kumbang jantan yang dikoleksi dari pohon memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dibanding kumbang jantan yang dikoleksi dari kandang. Kumbang betina yang dikoleksi dari pohon memiliki panjang toraks, tebal toraks, panjang elytra, panjang antena, panjang dan lebar tubuh yang lebih besar dibandingkan kumbang betina dari kandang. Namun, moncong kumbang betina asal kandang lebih panjang dibanding kumbang betina asal pohon.

Pebedaan ukuran tubuh kumbang terkait dengan kondisi lingkungan fisik yang berbeda antara pohon dan kandang. Rerata suhu udara di kebun lebih rendah dibanding suhu udara di kandang. Suhu lingkungan areal perkebunan sebagai habitat E. kamerunicus, menurut Kurniawan (2010), adalah 27-35 oC dengan kelembaban 64-81%. Suhu lingkungan yang tinggi mengakibatkan imago memiliki ukuran tubuh dan sayap yang kecil (Nijhout 2003). Ukuran tubuh yang lebih besar berkaitan dengan kelangsungan hidup, produktivitas, dan kesuksesan perkawinan yang lebih tinggi (Kingsolver dan Huey 2008).

Perbedaan Ukuran Tubuh Kumbang Jantan dan Betina serta Implikasinya dalam Penyerbukan

Berdasarkan hasil penelitian, ukuran tubuh kumbang jantan lebih besar dibandingkan kumbang betina. Dari duabelas bagian tubuh yang diukur, hanya bagian moncong kumbang betina yang lebih panjang dibandingkan kumbang jantan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ayuningsih (2013) bahwa kumbang jantan memiliki moncong lebih pendek dibanding kumbang betina. Ukuran tubuh kumbang berkaitan dengan efisiensi penyerbukan kelapa sawit.

Berdasarkan hasil penelitian, kumbang jantan mampu membawa polen lebih banyak dibanding kumbang betina. Hal ini menunjukkan kumbang jantan memiliki peran penting dalam penyerbukan kelapa sawit karena mampu membawa polen lebih banyak ke bunga betina. Menurut Agenginardi (2011) kumbang betina dari bunga jantan dapat membawa rata-rata 1 567 polen (500-2 500 polen), sedangkan menurut Nabilah (2011) kumbang jantan dari bunga jantan dapat membawa polen rata-rata 3285 polen (500-6 750 polen). Permukaan elytra kumbang jantan memiliki rambut-rambut halus yang menyebabkan polen dapat menempel pada elytra saat kumbang berada di bunga jantan mekar kelapa sawit

(O’brien dan Woodruff 1986). Efisiensi penyerbukan oleh E. kamerunicus

(22)

10

Pollen Load dan Pollen Loss

Kumbang yang sampai di bunga betina hanya membawa berkisar 9% dari total polen yang dibawa oleh kumbang ketika masih di bunga jantan. Hal ini kemungkinan disebabkan karena kumbang sudah terlebih dahulu mengunjungi bunga betina lain sebelum mengunjungi bunga betina yang diteliti. Pollen loss juga kemungkinan disebabkan oleh hembusan angin di kebun. Secara umum, panjang tubuh kumbang dapat mempengaruhi pollen load. Panjang tubuh kumbang berkorelasi positif dengan jumlah polen yang dapat dibawa. Menurut Agenginardi (2011) ukuran tubuh berkaitan dengan jumlah polen yang dapat dibawa. Semakin besar ukuran tubuh, maka kemungkinan akan semakin banyak polen yang menempel pada tubuhnya

Ukuran Tubuh, Penyerbukan, Fruit Set, dan Minyak Sawit

Secara keseluruhan, hasil penelitian ini memperlihatkan ukuran tubuh sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan fisik, dalam hal ini adalah suhu dan kelembaban. Peningkatan suhu dan penurunan kelembaban habitat E. kamerunicus berdampak sangat signifikan terhadap perkembangan pradewasa kumbang. Hal ini terlihat dari beberapa karakter mofometri yang diamati, secara keseluruhan menunjukkan ukuran tubuh yang lebih kecil pada kumbang yang dipindahkan dari pohon ke kandang, sedangkan ukuran tubuh merupakan karakter penting dari kebugaran. Pada kelompok serangga lain, seperti Hymenoptera parasitika, ukuran tubuh yang lebih kecil disebabkan oleh tekanan lingkungan yang mempengaruhi daya terbang, reproduksi, dan kelangsungan hidup (Sagarra et al. 2001). Jika fenomena ini juga terjadi pada kumbang E. kamerunicus, maka dalam jangka panjang, perlakuan pemindahan tandan sebagai habitat kumbang dari pohon ke dalam kandang akan memberikan tekanan terhadap kebugaran, sehingga mengganggu proses penyerbukan dan dapat mengakibatkan produksi minyak sawit menurun. Laporan ilmiah yang secara spesifik memperlihatkan hubungan antara perubuhan ukuran tubuh terhadap kebugaran kumbang belum pernah ada, oleh karena itu selanjutnya perlu dilakukan penelitian untuk melihat aspek-aspek tersebut.

SIMPULAN

(23)

11

DAFTAR PUSTAKA

Adaigbe VC, Odebiyi JA, Omoloye AA, Aisagbonhi CI, Iyare O. 2011. Host location and ovipositional preference of Elaeidobius kamerunicus on four host palm species. J. Hortic. For. 3: 163-166.

Agenginardi EB. 2011. Jumlah polen kelapa sawit dan viabilitasnya pada tubuh kumbang betina Elaeidobius kamerunicus Faust. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Ayuningsih M. 2013. Frekuensi kunjungan Elaeidobius kamerunicus Faust. pada bunga betina dan efektivitasnya terhadap pembentukan buah kelapa sawit. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Daly HV. 1985. Insect morphometrics. Ann. Rev. Entomol. 30: 415-438.

Dhileepan K. 1992. Pollen carrying capacity, pollen load and pollen transferring ability of the oil palm pollinating weevil Elaeidobius kamerunicus Faust in India. Oleagineux. 47 (2): 55-61

Howard FW, Moore D, Giblin-Davis RM, Abad RG. 2001. Insects on Oil Palm. Oxon (EN): CABI Publishing

Kementrian Pertanian. 2012. Statistik Kelapa Sawit Indonesia. Jakarta: Kementrian Pertanian

Kingsolver JG, Huey RB. 2008. Size, temperature, and fitness: three rules. Evol Ecol Research.10:251-268.

Kurniawan Y. 2010. Demografi dan populasi Kumbang Elaeidobius kamerunicus Faust (Coleoptera: Curculionidae) sebagai penyerbuk kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Lubis RE, Widanarko A. 2012. Buku Pintar Kelapa Sawit. Jakarta (ID): PT

Agromedia Pustaka.

Nabilah S. 2011. Jumlah polen kelapa sawit dan viabilitasnya pada tubuh kumbang jantan Elaeidobius kamerunicus Faust. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Nijhout HF. 2003. The control of body size in insects. Developmental Biology. 261: 1-9

O’brien CW, Woodruff RE. 1986. First records in the United States and South

America of the African oil palm weevils, Elaeidobius subvittatus (Faust) and Elaeidobius kamerunicus (Faust) (Coleoptera: Curculionidae). Entomology Circular. no: 284.

Pahan I. 2008.Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Pardede DB. 1990. Biologi Elaeidobius kamerunicus Faust (Coleoptera: Curculionidae) Dalam Hubungannya Dengan Penyerbukan Bunga Kelapa Sawit. [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Prasetyo AE, Purba WO, Susanto A. 2014. Elaeidobius kamerunicus: application of hatch and carry technique for increasing oil palm fruit set. J.of Oil Palm Res. 26(3): 195-202.

(24)

12

Sagarra LA, Vincent C, Stewart RK. 2001. Body size as an indicator parasitoid quality in male and female Anagyrus kamali (Hymenoptera: Encyrtidae). Bull Entomol Research. 91:363-367.doi:10.1079/BER2001121.

Sambathkumar S, Ranjith AM. 2011. Insenct pollinators of oil palm in Kerala with special reference to African weevil, Elaeidobius kamerunicus Faust. Pest Management in Horticultural Ecosystems. 17(1):14-18.

Setyamidjaja D. 2006. Kelapa Sawit Teknik Budi Daya, Panene, dan Pengolahan. Yogyakarta (ID): Kanisius

(25)

13

(26)

14

Lampiran 1 Hasil uji t (α= 5%) kumbang jantan dan kumbang betina

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t Df Sig. (2-tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

PANJANG

TORAKS

Equal variances assumed 35.015 .000 -100.338 3998 .000 -167.85027 1.67285 -171.12998 -164.57055

Equal variances not assumed -100.338 3903.651 .000 -167.85027 1.67285 -171.13000 -164.57053

LEBAR

TORAKS

Equal variances assumed 82.860 .000 -86.791 3998 .000 -252.57151 2.91011 -258.27694 -246.86608

Equal variances not assumed -86.791 3774.785 .000 -252.57151 2.91011 -258.27705 -246.86597

PANJANG

TOTAL

Equal variances assumed 33.552 .000 -126.403 3998 .000 -660.19464 5.22292 -670.43448 -649.95480

Equal variances not assumed -126.403 3913.500 .000 -660.19464 5.22292 -670.43455 -649.95473

PANJANG

MONCONG

Equal variances assumed 16.887 .000 102.791 3998 .000 276.37366 2.68871 271.10230 281.64503

(27)

15

Lampiran 2 Hasil uji t kumbang jantan dari pohon dan kandang

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t Df Sig. (2-tailed)

Equal variances assumed .451 .502 15.658 1998 .000 91.79024 5.86218 80.29362 103.28686

Equal variances not assumed 15.658 1997.818 .000 91.79024 5.86218 80.29362 103.28686

LEBAR

ABDOMEN

Equal variances assumed 1.780 .182 10.154 1998 .000 29.71946 2.92679 23.97958 35.45934

Equal variances not assumed 10.154 1982.718 .000 29.71946 2.92679 23.97956 35.45936

TEBAL

ABDOMEN

Equal variances assumed .010 .922 13.906 1998 .000 37.47825 2.69512 32.19272 42.76378

Equal variances not assumed 13.906 1996.510 .000 37.47825 2.69512 32.19272 42.76378

PANJANG

TORAKS

Equal variances assumed .000 .986 16.565 1998 .000 39.51060 2.38514 34.83299 44.18821

Equal variances not assumed 16.565 1997.980 .000 39.51060 2.38514 34.83299 44.18821

LEBAR

TORAKS

Equal variances assumed 1.246 .264 9.859 1998 .000 44.18771 4.48213 35.39758 52.97784

Equal variances not assumed 9.859 1995.646 .000 44.18771 4.48213 35.39757 52.97785

TEBAL

TORAKS

Equal variances assumed 39.893 .000 14.318 1998 .000 48.82053 3.40976 42.13347 55.50759

Equal variances not assumed 14.318 1925.847 .000 48.82053 3.40976 42.13331 55.50775

PANJANG

ELYTRA

Equal variances assumed 1.132 .288 13.214 1998 .000 78.96146 5.97575 67.24210 90.68082

Equal variances not assumed 13.214 1996.673 .000 78.96146 5.97575 67.24209 90.68083

(28)

16 16

ELYTRA Equal variances not assumed 8.028 1994.442 .000 24.92790 3.10518 18.83817 31.01763

PANJANG

MONCONG

Equal variances assumed 30.042 .000 3.683 1998 .000 13.11780 3.56199 6.13220 20.10340

Equal variances not assumed 3.683 1931.815 .000 13.11780 3.56199 6.13206 20.10354

PANJANG

ANTENA

Equal variances assumed 19.799 .000 5.594 1998 .000 23.35483 4.17501 15.16700 31.54266

Equal variances not assumed 5.594 1941.951 .000 23.35483 4.17501 15.16686 31.54280

PANJANG

TOTAL

TUBUH

Equal variances assumed 20.964 .000 18.317 1998 .000 134.10666 7.32152 119.74804 148.46528

Equal variances not assumed

18.317 1962.355 .000 134.10666 7.32152 119.74788 148.46544

LEBAR

TUBUH

Equal variances assumed .695 .405 6.246 1998 .000 37.53717 6.00962 25.75140 49.32294

(29)

17

Lampiran 3 Hasil uji t kumbang betina dari pohon dan kandang

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

PANJANG

ABDOMEN

Equal variances assumed .080 .778 1.341 1998 .180 6.99274 5.21282 -3.23038 17.21586

Equal variances not assumed 1.341 1995.421 .180 6.99274 5.21282 -3.23039 17.21587

LEBAR

ABDOMEN

Equal variances assumed 19.093 .000 -.123 1998 .902 -.40266 3.26717 -6.81008 6.00476

Equal variances not assumed -.123 1945.057 .902 -.40266 3.26717 -6.81019 6.00487

TEBAL

ABDOMEN

Equal variances assumed 5.190 .023 1.144 1998 .253 2.95102 2.58004 -2.10883 8.01087

Equal variances not assumed 1.144 1982.036 .253 2.95102 2.58004 -2.10886 8.01090

PANJANG

TORAKS

Equal variances assumed 4.776 .029 7.441 1998 .000 15.96247 2.14513 11.75555 20.16939

Equal variances not assumed 7.441 1986.472 .000 15.96247 2.14513 11.75554 20.16940

LEBAR TORAKS Equal variances assumed .527 .468 .100 1998 .920 .35909 3.58121 -6.66421 7.38239

Equal variances not assumed .100 1994.037 .920 .35909 3.58121 -6.66422 7.38240

TEBAL TORAKS Equal variances assumed 13.124 .000 8.533 1998 .000 22.00770 2.57914 16.94962 27.06578

Equal variances not assumed 8.533 1973.979 .000 22.00770 2.57914 16.94958 27.06582

PANJANG

ELYTRA

Equal variances assumed 5.327 .021 4.457 1998 .000 21.47972 4.81897 12.02898 30.93046

Equal variances not assumed 4.457 1980.242 .000 21.47972 4.81897 12.02893 30.93051

LEBAR ELYTRA Equal variances assumed 1.010 .315 .417 1998 .676 .93334 2.23557 -3.45095 5.31764

Equal variances not assumed .417 1995.822 .676 .93334 2.23557 -3.45096 5.31765

(30)

18 18

MONCONG Equal variances not assumed -3.387 1902.529 .001 -13.57555 4.00811 -21.43630 -5.71480

PANJANG

ANTENA

Equal variances assumed 6.580 .010 2.197 1998 .028 8.75135 3.98314 .93980 16.56290

Equal variances not assumed 2.197 1978.863 .028 8.75135 3.98314 .93975 16.56295

PANJANG TOTAL TUBUH

Equal variances assumed 6.048 .014 4.866 1998 .000 33.00762 6.78373 19.70370 46.31154

Equal variances not assumed 4.866 1983.556 .000 33.00762 6.78373 19.70364 46.31160

LEBAR TUBUH Equal variances assumed 6.898 .009 -4.654 1998 .000 -21.18807 4.55296 -30.11711 -12.25903

(31)

19 Lampiran 4 Hasil uji korelasi Pearson panjang tubuh kumbang dan pollen load

Correlations

Panjang Tubuh Pollen Load

Panjang Tubuh Pearson Correlation 1 .301**

Sig. (2-tailed) .000

N 200 200

Pollen Load Pearson Correlation .301** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 200 200

(32)

20

Lampiran 5 Hasil uji korelasi Pearson panjang tubuh kumbang jantan dan pollen load

Correlations

panjang tubuh

kumbang jantan

pollen load

kumbang jantan

panjang tubuh kumbang

jantan

Pearson Correlation 1 .128

Sig. (2-tailed) .206

N 100 100

pollen load kumbang jantan Pearson Correlation .128 1

Sig. (2-tailed) .206

(33)

21

Lampiran 6 Hasil uji korelasi Pearson panjang tubuh kumbang betina dan pollen load

Correlations

panjang tubuh

kumbang betina

pollen load

kumbang betina

panjang tubuh kumbang

betina

Pearson Correlation 1 .065

Sig. (2-tailed) .522

N 100 100

pollen load kumbang betina Pearson Correlation .065 1

Sig. (2-tailed) .522

(34)

22

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padang pada tanggal 12 Mei 1993 dari ayah Taufik Gosali dan ibu Mira Fatmi. Penulis adalah putri pertama dari 2 bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 5 Kota Bengkulu dan pada tahun yang tersebut penulis lulus seleksi masuk IPB dan diterima di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Gambar

Gambar 1 Kandang pemeliharaan kumbang  E. kamerunicus
Tabel 3 Perbandingan ukuran tubuh E. kamerunicus asal pohon dan kandang
Gambar 2 Hubungan panjang tubuh kumbang dengan rerata jumlah polen yang
Gambar 3 Hubungan panjang tubuh kumbang jantan dengan rerata jumlah polen

Referensi

Dokumen terkait

Terapi radiasi ini dilakukan dengan sinar-X dengan intensitas tinggi untuk membunuh sel kanker yang tidak terangkat saat pembedahan. Terapi radiasi ini bertujuan untuk

LKS IPA berbasis Learning Cycle 7e untuk siswa kelas IV sekolah dasar dapat digunakan oleh siswa sebagai bahan pembelajaran yang menarik dan meningkatkan prestasi belajar

Dari 6 bank yang menjadi sampel penelitian (3 bank syariah dan 3 bank konvensional), terdapat empat bank yang mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen pada tahun 2013,

Hasil uji t tidak berpasangan menunjukkan nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 (p=0,916&gt;0,05), yang artinya tidak ada perbedaan yang siginifikan pada

Diperoleh 14 kom- binasi padi hibrida yang menunjukkan keragaan yang lebih baik dan memiliki standar heterosis lebih tinggi dari varietas kontrol Ciherang dan

Peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran siswa ditentukan dalam 10 indikator keaktifan belajar siswa yaitu (1) masuk kelas tepat waktu, (2) memperhatikan

Hasil dari pengujian notifikasi untuk pengisian air dapat dilihat pada

Dikarenakan hal tersebut, maka diperlukannya suatu penelitian yang dapat melihat tingat kesadaran dan pemahaman para pengguna teknologi khususnya kalangan Mahasiswa FTK UIN