• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Psikologis Tokoh Takashi Dalam Novel Terjemahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Psikologis Tokoh Takashi Dalam Novel Terjemahan"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang : UMM Press.

Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung : Sinar Baru. Andre Hardjana. 1999. Kritik Sastra : Sebuah Pengantar. Jakarta : Gramedia.

Fananie, Zainuddin. 2000. Telaah Sastra. Surakarta : Muhammadiyah University Press. Fransiska, Aprillia. 2010. Analisis Psikologis Tokoh Hashio Mizouchi dalam novel “Coin

Locker Babies”. Skripsi Sarjana. Medan. FIB USU

Hadari Nawawi. 1991. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

M. Atar Semi. 2012. Metode Penelitian Sastra. Bandung : Angkasa.

Muhibbin Syah. 2001. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Nugiyantoro, Burhan.1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Oe, Kenzaburo. 2004. Jeritan Lirih. Yogyakarta : Jalasutra.

Padi, Editorial. 2013. Kumpulan Super Lengkap Sastra Indonesia. Jakarta : Padi.

Pradopo, Rachmat Djoko. 1997. Prinsip-prinsip Kritik Sastra : Teori dan Penerapannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

(2)

BAB III

ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH TAKASHI DALAM NOVEL JERITAN LIRIH

KARYA KENZABURO OE

3.1 Ringkasan Novel

Jeritan Lirih adalah suatu novel yang menceritakan tentang kehidupan dua bersaudara Mitsusaburo dan Takashi setelah kembali ke desa mereka dahulu di Shikoku. Berbagai konflik dialami kedua kakak beradik ini di desa tempat mereka dilahirkan dulu. Konflik dimulai ketika sang adik Takashi ingin melakukan pemberontakan di desa mereka seperti yang dilakukan adik kakek buyutnya terdahulu. Sang kakak Mitsu tidak setuju dengan apa yang dilakukan oleh adiknya, tetapi Takashi terus memaksakan kehendaknya dan menceritakan tentang kenangan-kenangan buruk yang dirasakannya terhadap para penguasa desa tersebut yang dirasakan berbeda oleh Mitsusaburo.

Berbagai tindakan dilakukan oleh Takashi untuk melakukan pemberontakan terhadap kaisar seperti yang pertama sekali dilakukan ialah melatih para pemuda desa untuk bermain sepak bola di lapangan, melakukan penjarahan supermarket Kaisar bersama sekelompok pemuda desa dan menghasut masyarakat desa untuk melakukan hal serupa agar membuat bisnis supermarket milik Kaisar bangkrut. Takashi menduga setelah melakukan penjarahan supermarket dan menimbulkan kerugian yang besar terhadap Kaisar dan terakhir memainkan musik Nembutsu dengan sangat keras untuk mengingatkan masyarakat desa pada pemberontakan tahun 1860.

(3)

membuat Takashi berfikir ia telah gagal melakukan pemberontakan melawan Kaisar dan melampiaskan kemarahannya kepada Mitsusaburo yang selalu menentang segala tindakannya. Dan pada akhirnya Takashi meniduri istri Mitsu, bahkan setelah peristiwa itu diketahui oleh Hoshio anak buahnya sendiri dan Hoshio melarang Takashi untuk menghentikan kejadian itu, Takashi tidak peduli malah menyuruh Hoshio untuk melaporkan apa yang dilihatnya itu kepada Mitsu.

Setelah Hoshio melaporkan apa yang dilihatnya kepada Mitsu, Mitsu hanya bisa terdiam dalam amarah yang dipendamnya, dan ketika Mitsu bertanya apakah istrinya itu diperkosa dan Hoshio menjawab sepertinya istrinya tidak diperkosa karena ia melihat istrinya menuruti apa yang dilakukan oleh Takashi. Mitsu terdiam kembali dan sedikit mengerti tentang istrinya karena sudah sangat lama sejak istrinya melahirkan anak cacat dan Natsumi istrinya, sejak saat itu selalu trauma untuk melakukan hubungan seksual dengan Mitsu.

Tak cukup dengan meniduri istri kakak kandungnya sendiri, Takashi bahkan memperkosa gadis desa dan membunuhnya. Setelah peristiwa itu diketahui oleh Mitsu, Mitsu tidak percaya bahwa Takashi yang membunuh gadis itu karena menurutnya Takashi ialah orang yang tidak pemberani apalagi sampai membunuh seseorang. Namun, Takashi malah menjawab bahwa ia membunuh gadis itu dengan menghempaskan kepala gadis itu ke batu besar karena gadis itu melawan ketika Takashi hendak memerkosanya. Lalu Mitsu balik bertanya mengapa Takashi tidak melarikan diri dan sepertinya berusaha untuk membuat dirinya sendiri digantung atau dihukum mati. Takashi hanya terdiam dan membenarkan pendapat kakaknya bahwa memang benar ia ingin dihukum mati. Dan kemudian Takashi membuat pengakuan kepada Mitsu tentang cerita bagaimana adik perempuannya itu bisa bunuh diri.

(4)

suatu ketika saat Takashi sedang mabuk dan pamannya mengusirnya dari rumah. Lalu Takashi bertemu dengan adiknya dan berhubungan badan dengannya. Takashi mengakui bahwa mabuk bukan alasan satu-satunya ia meniduri adiknya karena pada hari berikutnya ia melakukan hal yang sama kepada adiknya. Takashi berkata pada adiknya untuk tidak memberi tahu kepada siapapun tentang apa yang mereka lakukan karena Takashi bercerita jika mereka ketahuan mereka akan dibakar di tiang. Namun kemudian adiknya itu hamil dan Takashi menjadi setengah gila karena cemas setelah mendapat kabar itu. Takashi menyuruh adiknya untuk mengatakan bahwa dia telah diperkosa oleh pemuda tak dikenal dari desa. Adiknya menuruti apa yang dikatakannya, dan seketika itu paman membawanya ke kota dan tidak hanya melakukan aborsi, tapi juga mensterilkannya.

Pada suatu malam adiknya sangat ketakutan hingga tak bisa menenangkan diri karena teringat pada operasi yang dilakukan pada dirinya. Ia berharap Takashi dapat menenangkannya. Karena seks sudah menjadi kebiasaan mereka, maka adiknya mencoba mengajak Takashi. Namun Takashi tahu bahwa hubungan seks tidak mungkin dilakukan segera setelah adiknya mengalami berbagai operasi untuk kemaluannya. Takashi merasa takut membayangkan organ-organ seksualnya terluka jauh di dalam dan juga timbul suatu perasaan jijik secara fisik dan mental. Karena itu Takashi menolak permintaan adiknya itu namun adiknya tetap mencoba merayu Takashi lalu Takashi memukulnya. Itu adalah pertama kali sepanjang hidupnya ia dipukul. Lalu dengan sangat terkejut dan sedih adiknya berkata “Semua tidak benar, apa yang kau katakan, Taka. Itu salah, meskipun kita merahasiakannya...” dan keesokannya ia bunuh diri.

(5)

Takashi tidak akan digantung besok pagi, juga tidak ada pengadilan yang akan memberinya hukuman mati.

Pada malam itu Takashi dan Mitsu terlibat pertengkaran adu mulut. Takashi mengatakan mengapa Mitsu sangat membenci dirinya padahal hanya sisa mereka berdua keluarga dari Nekodoro. Setelah mereka bertengkar, Takashi memanggil Mitsu dari lantai dua rumah. Takashi berkata bahwa ia ingin menguji kekuatan dan arah sebar beberapa selongsong peluru untuk pertempuran esok pagi. Setelah mendengar beberapa tembakan Mitsu memanggil Takashi dari anak tangga namun Takashi hanya diam saja. Mitsu langsung berlari menaiki tangga dan melihat darah yang licin di atas kakinya dan terlihat tubuh Takashi tergeletak tak berdaya dengan peluru menembus kepalanya.

Setelah kejadian itu Istri Mitsu mengatakan bahwa ia telah hamil anak dari Takashi, dan ia ingin membesarkan kedua anaknya itu. Takashi terkejut dan hanya bisa terdiam mendengar pengakuan dari istrinya. Dengan menyimpan rasa sakit di hatinya Mitsu pun menyetujui untuk kembali ke Tokyo untuk menjemput anak mereka di institusi dan mengurus bayi Takashi yang ada di kandungan istrinya.

Meskipun cerita terfokus pada dua karakter hubungan kakak-adik Takashi dan Mitsusaburo yang penuh persoalan psikologis, mereka ternyata terlibat dengan persoalan lain yang tak kalah krusial : melawan ancaman dari kekuatan luar dengan dukungan modal dan kekuatan bergelut dengan persoalan duniawi, seperti seksual, kekerasan, rasa bersalah, juga moralitas dan heroisme.

3.2 Analisis Psikologi Tokoh Takashi

Cuplikan halaman 43

(6)

ingat bagaimana adik perempuan dan aku membangun pondok jerami dan tinggal disana? Kami sedang memulai kehidupan baru, mencoba melarikan diri dari bau kematian. Waktu itu, S baru saja dipukuli sampai mati, kau tahu itu”. Takashi selalu kehilangan ketenangan dan mengamuk jika ada yang menyinggung tentang kematian adik perempuan kami. Kupikir sekarang pun masih tetap sama. Tapi, kelihatannya Takashi tidak menampakkan amarahnya dan hanya terdiam dengan tenang. Aku terkejut.”

Analisis :

Pada cuplikan “Tapi sebenarnya, yang kulakukan adalah melawan sesuatu yang sangat membekas pada diriku waktu aku masih kecil,” kata melawan disini menunjukkan keinginan dari alam bawah sadar untuk menyerang, dan itu memunculkan perasaan dendam. Pada kalimat ‘sesuatu yang membekas pada diriku waktu aku masih kecil’ menunjukkan bahwa Takashi waktu kecil sangat terpukul atas kematian kakaknya S karena dipukuli sampai mati oleh anak buah penguasa desa. Dari uraian tersebut terlihat indeksikal Id dari diri

Takashi. Namun, cuplikan “yang kebetulan kusingkirkan kemudian dalam hidupku” menunjukkan indeksikal Ego dari diri Takashi muncul. Takashi berusaha menyingkirkan perasaannya itu dan ingin memulai hidup baru bersama adiknya. Disini Ego Takashi berusaha menyingkirkan perasaan dari Id Takashi yang sangat ingin memuaskan kebutuhannya untuk membalaskan dendam kematian kakaknya. Dalam hal ini Ego Takashi terlihat dapat

menekan Id.

(7)

Takashi dapat dikontrol dengan baik oleh Ego. Karena, dulu Takashi selalu marah jika membicarakan tentang adiknya, namun sekarang ia dapat menekan amarahnya dan dengan tenang berbicara tentang adiknya. Dalam hal ini, Ego dapat mengontrol Id.

Cuplikan halaman 120

“Taka,” kataku blak-blakan. “kau memang bukan hantu tapi kau bau!”

“Siapa yang tidak bau, setelah membakar ribuan ayam?” Takashi tertawa pendek. “Kami melepas semua papan dari kandang ayam dan membakar segalanya. Ribuan ayam milik penguasa desa, kotoran lembek, semuanya. Ya Tuhan, baunya! Aku yakin sampai merasuk ke dalam darah.” Sahut Takashi.

“Apakah kau tidak mendapat keluhan dari orang-orang? tanya Mitsu penasaran.”

“Tentu saja! Tapi, kami tidak menghiraukan mereka. Akhirnya seorang polisi datang, lagi pula apinya benar-benar besar. Tapi, ketika dia melihat empat atau lima pemuda dari kelompok kami memblokade ujung jembatan, dia diam saja dan pulang lagi. Jadi kelompok anak muda itu sadar bahwa mereka cukup berani untuk melawan polisi. Mereka cukup senang soal itu. Beberapa ribu ayam mungkin mati dan hilang bersama asap, tapi berkat mereka, kelompok pemuda ini bertambah bijak. Jadi, tidak semuanya sia-sia. Sahut Takashi dengan bangga.

Analisis :

(8)

membakar ribuan ayam milik penguasa desa untuk merugikan bisnis peternakan kaisar serta untuk memulai pemberontakan seperti yang dilakukan adik kakek buyutnya terdahulu melawan kaisar.

Cuplikan “Apakah kau tidak mendapat keluhan dari orang-orang?” merupakan Super Ego dari diri Mitsu yang menyuruh Takashi untuk memikirkan apa dampak yang akan ditimbulkan oleh aksi Takashi itu di dalam lingkungan masyarakat sekitar. Karena prinsip dari Super Ego adalah untuk memikirkan norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Namun, pada cuplikan “Tentu saja! Tapi, kami tidak menghiraukan mereka” menunjukkan Super Ego tidak dapat menekan Id Takashi. Dalam hal ini Super Ego kalah terhadap Id karena Takashi tidak meghiraukan lingkungan sekitar dan tetap membakar ribuan ayam milik penguasa desa. Takashi mengajak para pemuda untuk tidak takut kepada penguasa desa dan agar berpikir lebih bijak.

Cuplikan halaman 213

“Takashi ada di depan toko, memotret orang-orang yang keluar dengan barang jarahannya. Takashi berhasil melakukan penjarahan dan lagi mengajak para masyarakat desa untuk mengambil beberapa baju dan makanan dengan trik yang mereka gunakan pada supermarket penguasa desa”.

Analisis :

(9)

supermarket. Seharusnya ego mampu menentang Id agar tidak melakukan tindakan yang dilarang oleh lingkungan sosial, seharusnya Ego melaksanakan tugasnya yang menjaga benar bahwa pelaksanaan dorongan Id tidak bertentangan dengan kenyataan dan tuntutan-tuntutan dari Super Ego.

Dalam super ego seharusnya mematuhi dorongan dari nilai-nilai moral dan tidak boleh diabaikan sebab nanti akan mendapat hukuman seperti halnya dengan menjarah supermarket. Hal ini tampak jelas bahwa kecenderungan Id lebih dominan, sehingga dapat mengalahkan Super Ego.

Cuplikan halaman 218

Takashi bergerak dan melayangkan tinju yang keras ke kepala pemuda itu, seolah sesuatu yang sangat brutal melewati pusat tubuhnya dan melepaskan diri dalam kilasan petir yang berbahaya. Anak muda itu dipukul hanya karena tidak membawa seragam sepakbolanya. Anak muda itu tidak melawan dan membiarkan dirinya dipukul berkali-kali oleh Takashi yang tubuhnya lebih pendek dan pundaknya lebih kecil, mencoba menghindar dengan sia-sia, sampai akhirnya dia kehilangan keseimbangan di salju dan jatuh terlentang. Tapi, Takashi menindihnya dan terus memukulnya.

Analisis

Pada cuplikan Takashi bergerak dan melayangkan tinju yang keras ke kepala pemuda itu, seolah sesuatu yang sangat brutal melewati pusat tubuhnya dan melepaskan diri dalam kilasan petir yang berbahaya. Tindakan Takashi memukuli pemuda desa itu mengarah kepada insting mati, lebih tepatnya insting mati ekstern. Karena insting mati ekstern mengacu kepada tindakan-tindakan yang menyakiti orang lain.

(10)

Ego, hal ini sesuai dengan prinsip Id itu sendiri yang berupaya agar dorongan kepuasan dari Id nya terpenuhi. Takashi terus memukul pemuda itu hanya karena ia tidak membawa baju seragam sepak bolanya, tanpa peduli dengan rasa sakit yang diterima pemuda itu.

Cuplikan halaman 224

Aku ingin memulai pemberontakan lagi disini, mengulang lagi pemberontakan yang dilakukan oleh nenek moyang kita seabad lalu, bahkan lebih nyata dibandingkan dengan tarian Nembutsu,. Mitsu, itu bukan tidak mungkin! ucap Taka.

“Tapi apa tujuannya, Takashi”

“Tujuan?” dia tertawa. “ketika temanmu menggantung diri, Mitsu, apakah kau bertanya pada dirimu sendiri, apa tujuan dari semua itu?. Atau pernahkah kau bertanya pada dirimu sendiri apa tujuan keselamatanmu? Jika kita mendapatkan versi baru pemberontakan, mungkin tanpa tujuan apapun. Tapi, paling tidak, aku bisa mengalami seintens mungkin apa yang sudah dialami adik laki-laki kakek buyut secara spiritual. Itu sesuatu yang benar-benar ingin kulakukan sejak dulu.”

Analisis :

Pada cuplikan “Aku ingin memulai pemberontakan lagi disini, mengulang lagi pemberontakan yang dilakukan oleh nenek moyang kita seabad lalu, bahkan lebih nyata dibandingkan dengan tarian Nembutsu.” Menunjukkan Takashi benar-benar menginginkan pemberontakan di desa. Hal ini menunjukkan Id yang dimiliki Takashi begitu besar. Id terlihat ingin memuaskan keinginannya dengan cara melakukan pemberontakan. Kontrol Ego atas Id disini tidak berfungsi dengan baik.

(11)

“Mitsu! Aku melihat Takashi tidur dengan istrimu Natsumi”. Aku terus mengingatkannya agar tidak melakukan itu. Kukatakan aku akan memukulnya jika dia tidak berhenti. Aku mengambil senjata dan hendak masuk ke dalam ruangan tempat mereka tidur, tapi saat aku membuka pintu, Taka, dia baru saja memakai kaus latihannya dan aku bisa melihat kulit pantatnya, berbalik ke arahku dan berkata,’Kupikir kau satu-satunya anggota tim yang tidak bisa memegang senjata’. Aku hanya berdiri disana, aku tidak bisa memukulnya, aku terus berkata, ‘Jangan. Jangan lakukan itu, kau tidak boleh!’ Tapi, Taka melakukannya, dia tidak mau mendengar peringatanku! sahut Hoshio histeris”

Analisis :

Dari cuplikan diatas dapat dilihat bahwa tindakan Takashi yang menunjukkan perilaku Id yang kuat. Cuplikan “Tapi, Taka melakukannya, dia tidak mau mendengar peringatanku!” menggambarkan Ego tidak berhasil menekan Id agar tidak melakukan perbuatan yang menyimpang yaitu meniduri istri orang. Berarti Ego kalah terhadap Id karena tidak mengindahkan dengan adanya prinsip realita (kenyataan) tindakan meniduri istri orang adalah hal yang dilanggar dalam kehidupan sosial dan norma masyarakat.

Takashi meniduri istri kakak kandungnya Mitsu, karena merasa kesal kepada Mitsu yang selalu berbeda pendapat kepada Takashi dan selalu menentang apa saja yang dilakukan oleh Takashi. Dalam hal ini Id lebih dominan daripada Ego dan Super Ego.

Cuplikan halama 276-277

(12)

menghancurkan kepalanya dengan batu itu. Dia menjerit ‘Tidak! Tidak!’ dengan sekuat tenaga dan menggelengkan kepalanya ke kiri dan ke kanan untuk menunjukkan kesungguhannya, tapi aku memukulnya lagi dan tidak berhenti sampai batok kepalanya retak.”

Analisis :

Cuplikan Aku menekan tubuhnya ke batu besar dengan lututku dan menahan lengannya dengan satu tangan, lalu meraih sebuah batu dengan tanganku yang lain dan menghancurkan kepalanya dengan batu itu. Menunjukkan indeksikal Id yang diperlihatkan Takashi untuk tetap menghancurkan kepala gadis itu, agar kepuasan dari Id nya terpenuhi ia harus membunuh hingga batok kepalanya retak.

Berarti ego mengalami kegagalan dalam hal mengontrol keseimbangan antara Id dan Super Ego. Karena pada dasarnya Super Ego hanya menginginkan dorongan-dorongan yang sesuai dengan nilai-nilai moral yang harus dipatuhi dan tidak boleh diabaikan sebab nanti akan mendapat hukuman, Seperti halnya dengan membunuh, hal ini sangat bertentangan dengan nilai moral dan agama dalam pandangan kehidupan di masyarakat. Tindakan membunuh merupakan suatu tindakan yang dianggap kejam dan tidak memiliki rasa kemanusiaan. Dan membunuh termasuk ke dalam insting mati ekstern.

Insting mati ekstern yang ciri-cirinya dapat diketahui dengan perilaku membunuh atau menyakiti orang lain. Tindakan Takashi membunuh gadis desa itu semata-mata untuk

memperlihatkan kepada kakaknya bahwa ia adalah sosok yang kejam dan ia ingin dihukum atas perbuatannya itu oleh masyarakat desa.

(13)

“Aku sangat ketakutan dan tidak memiliki keberanian untuk menceritakan yang sebenarnya kepada orang lain, Mitsu. Semua terjadi pada malam itu, ujar Taka dengan suara bergetar. Karena terlalu ketakutan hingga tak bisa menenangkan diri, dia mengharap aku

menyelamatkannya. Kau tentu tidak bisa menyalahkannya, kan? Dan karena seks sudah menjadi kebiasaan kami, dia berpikir bisa menemukan penghiburan disana. Tapi, orang yang pengetahuan seksualnya sangat minim seperti yang kumiliki saat itu pun tahu, bahwa

hubungan seks tidak mungkin dilakukan segera setelah mengalami operasi semacam itu. Aku merasa takut membayangkan organ-organ seksualnya terluka jauh di dalam dan juga timbul suatu perasaan jijik secara fisik dan mental. Kau juga tidak bisa menyalahkan aku, kan? Tapi, dia tak bisa memahami hal-hal yang pasti terlihat jelas bagi orang kebanyakan. Ketika aku menolaknya, untuk pertama kalinya, dia tiba-tiba menjadi keras kepala. Dia meringkuk di sisiku dan berusaha menyentuh kemaluanku. Jadi, aku memukulnya. Pertama kali dia dipukul sepanjang hidupnya. Aku tidak pernah melihat manusia yang kelihatan begitu terkejut, atau begitu sedih dan berduka... lalu, beberapa saat kemudian dia berkata : ‘Semua tidak benar, apa yang kau katakan, Taka. Itu salah, meskipun kita merahasiakannya’. Dan keesokan paginya, dia bunuh diri.

Analisis :

Pada cuplikan Aku sangat ketakutan dan tidak memiliki keberanian untuk

menceritakan yang sebenarnya kepada orang lain, Mitsu. Semua terjadi pada malam itu, ujar Taka dengan suara bergetar. Menunjukkan kecemasan dalam diri Takashi, bahkan sebelumnya ia tidak pernah menceritakan kebenaran yang sesungguhnya kepada orang lain karena ketakutan itu.

(14)

Super Ego atas Ego individu yang telah atau sedang melakukan tindakan yang melanggar moral. Takashi sangat merasa bersalah dan ketakutan atas tindakan yang dilakukannya kepada adik perempuannya.

Kemudian cuplikan Dia meringkuk di sisiku dan berusaha menyentuh kemaluanku. Jadi, aku memukulnya. Menunjukkan adanya indeksikal

Cuplikan halaman 301-302

“Aku berlari menaiki anak tangga, saat aku melangkah kepalaku terantuk disana-sini. Seorang pria tergeletak setengah bersandar pada dinding, tepat di depan. Kulit wajah dan dadanya yang telanjang sobek dan berdarah seperti dihiasi irisan delima. Dia terlihat seperti patung dari gips seukuran manusia berwarna merah terang dan hanya memakai celana. Aku mengambil satu langkah ke depan dan merasakan selongsong dan darah licin di bawah alas kakiku, melihat mata yang digambar itu telah tertembus peluru, sehingga dua lubang suram seolah menatap ke arahku dari kedalaman. Pada dinding di samping kepala itu tertulis, dengan pensil merah yang sama ‘Aku mengatakan yang sebenarnya’ pria mati itu mengerang dalam. Sambil berlutut di genangan darah, aku menyentuh wajah Takashi yang merah dan tercabik. Tapi dia sudah benar-benar mati.”

Analisis :

(15)

Insting mati intern adalah perbuatan yang mengarah untuk menyakiti diri sendiri yang tampil dalam tindakan bunuh diri. Cuplikan ‘Aku mengatakan yang sebenarnya’ menunjukkan bahwa Takashi untuk pertama kalinya mengatakan kebenaran tentang kematian adik perempuan satu-satunya mereka tersebut. Takashi menganggap bahwa ialah penyebab kematian adiknya itu. Karena tidak sanggup menahan malu dan rasa bersalahnya itu Takashi memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri

(16)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari analisis yang telah dilakukan terhadap tokoh Takashi dalam novel “Jeritan Lirih” karya Kenzaburo Oe maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

Novel Jeritan Lirih karya Kenzaburo Oe menceritakan tentang dua bersaudara Mitsusaburo dan Takashi yang mengalami berbagai konflik setelah mereka pulang ke desa. Takashi dalam novel ini diceritakan mengalami beban psikologis atas kematian adik perempuannya dan kakak laki-lakinya. Beban psikologis itu yang mendorong Takashi untuk melakukan tindakan-tindakan kejam seperti memperkosa dan membunuh seorang gadis desa, meniduri istri kakak kandungnya sendiri, melakukan penjarahan supermarket kaisar, memukuli pemuda desa dan pada akhirnya mengakhiri hidupnya dengan menembakkan pistol ke kepalanya sendiri.

Unsur psikologis merupakan unsur yang mendukung dalam novel ini, karena adanya beban psikologi yang dibuat oleh pengarang kepada tokoh membuat cerita novel ini menjadi lebih menarik.

(17)

Dinamika kepribadian meliputi kecemasan, insting hidup dan insting mati juga tampak dari perilaku Takashi. Tetapi, insting mati lebih mendominasi dibandingkan dengan insting hidup.

4.2 Saran

Dengan membaca dan memahami isi skripsii ini diharapkan pembaca dapat lebih mengontrol struktur kepribadian Id yaitu keinginan-keinginan yang muncul dari dalam diri yang bertentangan dengan Ego dan Super Ego. Dan semoga pembaca lebih

mempertimbangkan akibat-akibat yang akan muncul dari setiap tindakan pemenuhan

keinginan tersebut. Karena dilingkung bermasyarakat kita memiliki aturan-aturan dan norma-norma sosial yang harus dipatuhi dan dijalankan, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.

(18)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL JERITAN LIRIH DAN

KONSEP PSIKOANALISA SIGMUN FREUD

2.1 Definisi Novel

Novel berasal dari bahasa Italia novella, yang dalam bahasa Jerman novelle dan dalam bahasa Yunani novellus, kemudian masuk ke Indonesia dengan sebutan novel. Secara harfiah novella berarti sebuah barang baru yang kecil dan kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa. Istilah novella atau novelle mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novelette (Inggris: novelette), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek. Novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus (Nurgiyantoro, 1995: 9).

Wellek dan Werren (1995 : 282) mengatakan novel adalah gambaran dari kehidupan dan perilaku yang nyata, dari zaman pada saat novel itu ditulis yang bersifat realistis dan mengacu pada realitas yang lebih tinggi dan psikologis yang mendalam.

(19)

termasuk cerita fiksi yang kajiannya bukan cerita pentas, yang artinya lebih tepat dipahami dan dinikmati melalui kegiatan apresiatif.

Dalam setiap karya sastra fiksi terutama novel mempunyai dua unsur yang mendukung, baik dari dalam sastra itu sendiri (unsur intrinsik) maupun dari luar novel tersebut (unsur ekstrinsik). Kedua unsur ini secara tidak langsung mempengaruhi jalan dan cerita sebuah karya sastra.

2.2 Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik dalam novel

1. Unsur Intrinsik Novel

Unsur intrinsik merupakan unsur-unsur yang berada dalam karya sastra itu sendiri. Nurgiantoro (1995:23) berpendapat unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai ketika orang-orang membaca sebuah karya sastra. Adapun unsur-unsur yang dimaksud adalah sebagai berikut : a. Tema

Menurut Fananie (2000:84) tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang melatar belakangi ciptaan karya sastra. Karena sastra merupakan refleksi kehidupan masyarakat, maka tema yang diungkapkan dalam karya sastra bisa sangat beragam. Tema bisa berupa persoalan moral, etika, agama, sosial budaya, teknologi, tradisi yang terkait erat dengan masalah kehidupan. Namun, tema bisa berupa pandangan pengarang, ide atau keinginan pengarang dalam menyiasati persoalan yang muncul.

(20)

tersurat, tetapi tersebar dibalik keseluruhan unsurunsur signifikan atau media pemapar prosa fiksi. Dalam upaya memahami tema, pembaca perlu memperhatikan beberapa langkaha secara cermat berikut ini, yakni :

Memahami setting dalam prosa fiksi yang dibaca.

Memahami penokohan dan perwatakan para pelaku dalam prosa fiksi yang dibaca.

Memahami suatu peristiwa pokok pikiran serta tahapan peristiwa dalam proses fiksi yang dibaca.

Memahami plot atau alur prosa fiksi yang dibaca.

Menghubungkan pokokpokok pikiran yang satu dengan yang lainnya yang disimpulkan dari satuansatuan peristiwa yang terpapar dalam suatu cerita.

Menentukan sikap penyair terhadap pokokpokok pikiran yang ditampilkannya.

Mengidentifikasi tujuan pengarang memaparkan ceritanya dengan bertolak belakang dari satuan pokok pikiran yang ditampilkannya.

Menafsirkan tema dalam cerita yang dibaca serta menyimpulkannya dalam satu atau dua kalimat yang diharapkan merupakan ide dasar cerita yang dipaparkan pengarangnya.

(21)

adalah kondisi psikologis tokoh Takashi dalam pencapaiannya melakukan pemberontakan terhadap kaisar.

b. Plot / Alur Cerita

Plot atau alur cerita pada karya sastra adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapantahapan peristiwa sehingga menjalin sebuah cerita yang dihadirkan para pelaku dalam sebuah cerita. Tahapan peristiwa yang menjalin suatu cerita bisa berbentuk dalam rangkaian suatu peristiwa yang berbagai macam (Aminuddin, 2000:83).

Alur/plot dibedakan menjadi alur erat dan alur longgar. Alur erat adalah alur yang tidak memungkinkan adanya pencabangan cerita. Alur longgar adalah alur yang memungkinkan adanya pencabangan. Menurut kualitasnya alur dibedakan menjadi alur tunggal dan alur ganda. Alur tunggal ialah alur yang hanya satu dalam cerita. Alur ganda ialah yang lebih dari satu dalam karya sastra. Dari segi pengurutan waktu alur/plot dibedakan ke dalam alur lurus dan tidak lurus. Alur lurus adalah alur/plot yang melukiskan peristiwaperistiwa berurutan dari awal sampai akhir. Sedangkan alur tidak lurus adalah alur/plot yang melukiskan tidak urut dari awal sampai akhir. Alur tidak lurus bisa menggunakan gerak balik (flash back).

Alur cerita dalam novel Jeritan Lirih termasuk ke dalam alur longgar. Lalu dilihat dari kualitasnya termasuk alur ganda. Dan dari segi pengurutan waktu termasuk ke dalam alur tidak lurus (flash back). Pada awal novel diceritakan kondisi Takashi, di pertengahan menceritakan tindakantindakan tidak normal yang dilakukan Takashi dalam pencapaiannya untuk melakukan pemberontakan terhadap Kaisar, dan diakhir cerita Takashi tidak dapat menahan beban psikologisnya dan memutuskan untuk bunuh diri.

(22)

Tokoh cerita, menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (1998:165), adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif yang ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.

Fananie (2000:86) mengatakan tokoh tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan menyampaikan ide, motif, plot, dan tema. Tokoh dalam cerita tentu mempunyai karakter dan sifatsifat yang sesuai dengan yang dimainkan. Tokoh juga mempunyai posisi dalam sebuah cerita tergantung dimana ia ditempatkan, hal inilah yang disebut dengan penokohan.

Tokoh dan penokohan merupakan dua hal yang berbeda, tetapi saling berkaitan. Tokoh secara langsung menunjuk pada orang atau pelakunya. Sedangkan penokohan memiliki arti yang lebih luas dari tokoh, seperti yang dikatakan oleh Jones dalam Nurgiyantoro (1995:165) bahwa penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Jadi, penokohan dalam karya sastra menunjuk pada pelaku atau tokoh ceritanya. Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca.

Pada penelitian ini penulis hanya akan membahas satu tokoh saja dalam novel Jeritan Lirih yang bernama Takashi, yang dimana tokoh Takashi banyak disoroti tentang proses pencapaian pemberontakannya, tindakan kejam yang dilakukan hingga membunuh anak buahnya sendiri. Walaupun demikian, tokoh tidak terlepas dari interaksinya dengan tokoh pendamping lainnya yang ada di dalam novel tersebut.

(23)

Menurut Padi (2013:9) unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar karya sastra itu sendiri yang menyangkut aspek psikologis, sosiologis, dan lainnya. Unsur ekstrinsik untuk tiap karya sastra sama, unsur ini mencakup berbagai aspek kehidupan sosial yang tampaknya menjadi latar belakang penyampaian amanat cerita dan tema. Selain unsur-unsur yang datangnya dari luar diri pengarang, hal yang sudah ada dan melekat pada kehidupan pengarang pun cukup besar pengaruhnya terhadap terciptanya suatu karya sastra.

2.3 Setting dalam Novel Jeritan Lirih

Latar atau setting adalah penggambaran situasi tempat dan waktu serta suasana yang terjadi dalam cerita novel. Latar berfungsi sebagai pendukung alur dan penokohan, memberi nuansa makna tertentu serta mampu menciptakan suasana-suasana tertentu yang menggerakkan emosi atau aspek kejiwaan pembacanya. Gambaran situasi yang jelas akan membantu memperjelas peristiwa yang sedang dikemukakan pengarang (Aminuddin, 2000 : 68).

Menurut Abrams dalam Zainuddin (2001 : 99) secara garis besar latar dapat dikategorikan dalam tiga bagian, yakni latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.

2.3.1 Latar Tempat

Latar tempat mengarah pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang digunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama yang jelas (Nurgiyantoro, 1995:227).

(24)

2.3.2 Latar Waktu

Latar waktu menggambarkan kapan terjadinya sebuah peristiwa terjadi. Masalah kapan waktu tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah (Nurgiyantoro, 1995:230). Novel Jeritan Lirih Menggambarkan latar waktu cerita Jepang pasca perang dunia ke-II tahun 1960.

2.3.3 Latar Sosial

Latar sosial mengarah kepada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi maupun nonfiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat dapat berupa kebiasaan hidup, adat-istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir, serta bersikap (Nurgiyantoro, 1995:233).

Jika dilihat dari latar sosialnya novel Jeritan Lirih ini, pengarang banyak mengggambarkan tentang kehidupan sosial masyarakat Jepang pada zaman Meiji.

Kemerosotan tradisin pasca perang dunia ke-II dan pemberontakan-pemberontakan yang masih dilakukan terhadap kaisar dan itu dipelopori oleh tokoh Takashi.

2.4 Psikoanalisa Sigmun Freud

Kehidupan jiwa oleh Freud dalam Alwisol (2009:13-14) dibagi dalam 3 bagian, yaitu : sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar (uncounscious). Sadar adalah tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang kita cermati pada waktu tertentu. Hanya

(25)

berada di daerah prasadar itu bisa muncul kesadaran dalam bentuk simbolik, seperti : mimpi, lamunan, salah ucap, dan mekanisme pertahanan diri.

Tak-sadar adalah bagian yang paling dalam dari struktur kesadaran dan menurut Freud merupakan bagian yang terpenting dari jiwa manusia. Ketidaksadaran itu berisi insting, implus, dan drives yang dibawa dari lahir, dan pengalaman-pengalaman traumatik (biasanya pada masa anak-anak) yang ditekan oleh kesadaran dipindah ke daerah tak sadar.

Sehubungan dengan eksperimen-eksperimen dan teori psikoanalisa Freud maka psikoanalisa dikenal dengan adanya 3 aspek, yaitu psikoanalisa sebagai teori kepribadian, sebaik teknik evaluasi kepribadian, dan sebagai teknik terapi. Sesuai dengan masalah yang akan dianalisis maka dari ketiga aspek diatas yang akan dibahas adalah teori kepribadian.

2.5.1 Psikoanalisa Sebagai Teori Kepribadian

Sigmun Freud berpendapat bahwa tingkah laku manusia merupakan produk interaksi dari ketiga sistem yaitu Id, Ego, dan Super Ego, yang artinya bahwa setiap tingkah laku itu ada unsur nafsu (dorongan), unsur keadaan nyata dan unsur pengendalian yang terlepas dari benar atau salah, baik atau buruk (Fadyartanta, 2006:102). Ketiga sistem pembentuk

kepribadian tersebut mempunyai fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja, dinamisme,

mekanisme yang berbeda, namun saling bekerja sama untuk menciptakan perilaku manusia yang kompleks.

Sigmun Freud dalam mendeskripsikan kepribadian menjadi tiga pokok bahasan, yaitu struktur kepribadian, dinamika kepribadian seperti naluri (insting) dan kecemasan, serta perkembangan kepribadian. Dalam hal ini penulis hanya membahas tentang sistem

(26)

yang ketiganya selalu bekerja dan jarang salah satu di antaranya terlepas atau bekerja sendiri. Dalam dinamika kepribadian Freud membahas naluri (insting) dan kecemasan sebagai komponen penting bagi manusia untuk beraktifitas.

Sistem Kepribadian

Id

Id adalah aspek biologis yang merupakan sistem asli dalam kepribadian, dari sini aspek kepribadian yang lain tumbuh. Id berisikan hal-hal yang dibawa sejak lahir dan yang menjadi pedoman Id dalam berfungsi adalah menghindarkan diri dari ketidakenakan dan mengejar kenikmatan. Untuk mengejar kenikmatan itu Id mempunyai dua cara, yaitu : tindakan refleks dan proses primer, tindakan refleks seperti bersin atau berkedip, sedangkan proses primer seperti saat orang lapar membayangkan makanan (Sumadi Suryabrata,

1993:145146). Ego

Ego adalah aspek psikologis dari kepribadian yang timbul karena kebutuhan individu untuk berhubungan baik dengan dunia nyata. Dalam berfungsinya Ego berpegang pada prinsip kenyataan atau realitas. Ego dapat pula dipandang sebagai aspek eksekutif kepribadian, karena Ego mengontrol jalan yang ditempuh, memilih kebutuhankebutuhan yang dapat dipenuhi serta caracara memenuhinya. Dalam berfungsinya sering kali Ego harus mempersatukan pertentanganpertentangan antara Id dan Super Ego. Peran Ego ialah menjadi perantara antara kebutuhankebutuhan instingtif dan keadaan lingkungan (Sumadi Suryabrata, 1993:146147).

Super Ego

(27)

lewat perintah-perintah atau larangan-larangan. Super Ego dapat pula dianggap sebagai aspek moral kepribadian, fungsinya menentukan apakah sesuatu itu baik atau buruk, benar atau salah, pantas atau tidak, sesuai dengan moralitas yang berlaku di masyarakat. Fungsi pokok Super Ego adalah merintangi dorongan Id terutama dorongan seksual dan agresif yang ditentang oleh masyarakat. Mendorong Ego untuk lebih mengejar halhal yang moralistis daripada realistis dan mengejar kesempurnaan. Jadi Super Ego cenderung untuk menentang Id maupun Ego dan membuat konsepsi yang ideal (Sumadi Suryabrata, 1993:148149).

Dinamika Kepribadian

Menurut Freud dalam Alwisol (2009:18-20) manusia sebagai sistem yang kompleks memakai energi untuk bernafas, bergerak, mengamati, dan mengingat. Kegiatan psikologik juga membutuhkan energi yang disebut energi psikik, yaitu energi yang ditransform dari energi fisik melalui Id beserta insting-instingnya.

Naluri (Insting)

Naluri (Insting) merupakan perwujudan psikologik dari kebutuhan tubuh yang menutut pemuasan. Hasrat, motivasi, atau dorongan dari insting secara kuantitatif adalah energi psikik. Kumpulan energi dari seluruh insting yang dimiliki seseorang merupakan energi yang tersedia untuk menggerakkan proses kepribadian (Alwisol, 2009:18).

Freud berpendapat bahwa naluri memiliki empat sifat, yaitu :

Sumber insting adalah suatu kondisi jasmaniah atau kebutuhan yang bertujuan untuk menghilangkan perangsangan masalah.

(28)

Objek insting adalah segala sesuatu yang menjembatani antara kebutuhan yang timbul dengan pemenuhannya, termasuk seluruh proses untu mendapatkannya hingga sampai objek didapat.

Daya dorong insting adalah kekuatan/intensitas kegiatan yang berbeda-beda setiap waktu. Freud juga mengatakan naluri (insting) dapat dibagi kedalam dua macam insting yakni insting hidup dan insting mati.

Insting Hidup

Insting hidup disebut juga dengan eros adalah insting yang ditujukan pada pemeliharaan ego dan pemeliharaan kelangsungan jenis. Dengan kata lain, insting hidup adalah insting yang ditujukan kepada pemeliharaan kehidupan manusia sebagai individu maupun sebagai spesies. Contoh dari insting hidup itu adalah lapar, haus, dan seks. Energi yang dipakai oleh insting hidup ini disebut libido Freud dalam (Alwisol, 2009:19).

Insting Mati

Insting-insting mati ini, yang disebut juga insting-insting merusak, karena fungsinya kurang jelas jika dibandingkan dengan insting-insting hidup, karena itu juga kurang dikenal. Namun adalah suatu kenyataan yang tak dapat diingkari, bahwa manusia itu pada akhirnya mati juga. Inilah yang menyebabkan Freud merumuskan, bahwa “Tujuan semua hidup adalah mati”. Freud berpendapat bahwa tiap orang mempunyai keinginan yang tidak disadarinya untuk mati. Suatu penjelmaan daripada insting mati ini adalah dorongan agresif.

(29)

mendorong orang untuk merusak diri sendiri dan dorongan agresif merupakan bentuk penyaluran agar orang tidak membunuh dirinya sendiri. Untuk memelihara diri, insting hidup umumnya melawan insting mati dengan mengarahkan energinya keluar, ditujukan ke orang lain.

Kecemasan

Menurut Freud dalam Alwisol (2009:22) kecemasan adalah variabel penting dari hampir semua teori kepribadian. Kecemasan adalah suatu pengalaman perasaan menyakitkan yang ditimbulkan oleh ketegangan-ketegangan dalam alat-alat intern dari tubuh. Ketegangan-ketegangan ini adalah akibat dari dorongan-dorongan dari dalam atau dari luar dan dikuasai oleh susunan saraf otonom.

Kecemasan sebagai dampak dari konflik yang menjadi bagian kehidupan yang tidak terhindarkan, dipandang sebagai komponen dinamika kepribadian yang utama. Kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai.

Freud membagi kecemasan menjadi tiga yaitu :

Kecemasan realistic adalah kecemasan atau ketakutan individu terhadap bahaya-bahaya nyata yang berasal dari dunia luar.

Kecemasan neurotik adalah rasa takut kalau-kalau insting akan keluar jalur dan tidak dapat dikendalikan sehingga menyebabkan seseorang berbuat sesuatu yang dapat membuatnya terhukum.

(30)

2.5 Biografi Pengarang

Kenzaburo Oe lahir pada 31 januari tahun 1935 di Kita-gun, prefektur Ehime, tumbuh di Ose-mura, sebuah desa pegunungan di pulau Shikoku, diujung barat daya pantai Jepang. Dari tempat itu, semua yang berhubungan dengan Jepang dan kekaisaran tampak terlihat sangat jauh. Oe hidup dalam tradisi keluarga besar desa yang telah berusia ratusan tahun, dan tak seorangpun dalam keluarganya yang pergi merantau dari sana, meskipun saat itu kebiasaan tersebut sudah lazim sejak zaman restorasi Meiji. Baru Oe-lah yang melakukannya pada tahun 1954, yakni ketika dia masuk ke Universitas Tokyo.

Ketika berkeluarga Oe sekali lagi mengalami krisis. Putra sulungnya, Hikari, mengalami kelainan tengkorak hingga membuat otaknya cacat, serta gagal berkomunikasi dengan orang lain. Pengalaman Oe sebagai ayah, suami, hidup dengan anak cacat, hubungan personal, membawa pengaruh besar pada karya, pandangan, dan pribadinya.

(31)

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Jepang merupakan salah satu negara di Asia yang memiliki perkembangan cukup pesat dan cukup di perhitungkan di Dunia. Meskipun Jepang pernah mengalami kekalahan di Perang Dunia II tahun 1945 atas dibomnya kota Hiroshima dan Nagasaki, namun tetap bisa bangkit dan berkembang menjadi negara yang maju. Kebudayaan Jepang telah berkembang sejak lama dan mempengaruhi Jepang dalam segala bidang, baik pemerintahan, ekonomi, serta dalam bidang sastra.

Pada zaman romantik, sastra didefinisikan sebagai suatu ciptaan, suatu kreasi yang merupakan luapan emosi yang spontan dan sastra itu bersifat otonom, tidak mengacu pada suatu yang lain, dan mempunyai koherensi antara unsur-unsurnya (Fananie, 2000:6). Karya sastra sebagai bagian dari kegiatan budaya yang intlektual diciptakan pengarang untuk dibaca, dipahami, dinikmati serta dapat dimanfaatkan oleh pembacanya itu sendiri. Sebab tanpa pembaca, sastra itu tidak mempunyai arti dalam keberadaannya. Jakob Sumardjo (1991:16) mengemukakan bahwa karya sastra adalah : “Ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat dan keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkrit yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa.” Salah satu hasil karya sastra yang populer yaitu novel.

(32)

membangun karya sastra dari dalam yang berupa : tema, amanat, alur/plot, penokohan, latar, dan sudut pandang, sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, antara lain budaya, adat, bahasa, pendidikan, latar belakang pengarang/serta/masalah/psikologi/yang/dialami/tokoh/tersebut/(http://bagasdenganpuisi.blog spot.com/2013/03/unsur-unsur-pembangun-novel). Berdasarkan dari unsur ekstrinsik diatas, novel dapat mengungkapkan tentang masalah psikologi yang sengaja dibuat pengarang melalui tokoh ceritanya.

Salah satu novel yang mengungkapkan tentang masalah psikologi di atas adalah novel yang berjudul Jeritan Lirih karya Kenzaburo Oe. Novel Jeritan Lirih ini merupakan salah satu novel dari sekian banyak novel yang ditulis Oe. Novel Jeritan Lirih yang ditulis Oe ini merupakan novel yang melukiskan tentang beragam konflik yang dialami dua bersaudara Mitsusaburo dan Takashi. Takashi merupakan seorang yang tertutup dan kehidupannya penuh misteri.

Takashi digambarkan sangat mengagumi sosok adik kakek buyutnya yang merupakan seorang pelopor pemberontakan pada tahun 1860. Kenangannya terhadap adik kakek buyutnya itu sangatlah intens dan selalu membayang-bayangi dirinya sendiri. Ia tidak senang dengan hal-hal yang bersimpangan dengan pendapatnya mengenai tokoh tersebut, terutama terhadap pendapat dan kenangan yang berbeda oleh Mitsusaburo kakak kandungnya sendiri. Karena hal tersebut membawa Takashi menjadi sosok yang kejam.

(33)

Selain itu, perasaan gelisah, tekanan batin, keraguan serta ketakutan dalam melakukan pemberontakan, mengakibatkan Takashi melakukan tindakan di luar batas kejiwaan seperti : membunuh remaja desa, meniduri istri kakak kandungnya, serta menembakkan pistol ke kepalanya sendiri.

Berdasarkan uraian cerita di atas, novel Jeritan Lirih ini banyak mengungkap masalah kejiwaan tokoh Takashi dalam menjalani kehidupannya. Oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas novel Jeritan Lirih dilihat dari sisi psikologis. Dengan demikian dalam pembahasan skripsi ini penulis memilih judul “Analisis Psikologis Tokoh Takashi dalam Novel Terjemahan Jeritan Lirih karya Kenzaburo Oe”.

1.2 Perumusan Masalah

Novel yang berjudul Jeritan Lirih karya Kenzaburo Oe menceritakan tentang beragam konflik batin yang dialami dua bersaudara Mitsusaburo dan Takashi setelah kembali ke desa. Konflik batin tersebut dapat dilihat pada uraian dibawah ini.

Takashi sebagai tokoh kedua dalam novel ini, mengalami kehidupan masa lalu yang kelam atas kematian adik perempuannya secara bunuh diri dan kematian kakak tertuanya yang dibunuh oleh prajurit penguasa desa. Hal itu menyebabkan Takashi memiliki tekanan batin dan dendam terhadap penguasa desa dan juga mempunyai hasrat untuk memimpin pemberontakan terhadap penguasa desa seperti adik kakek buyutnya di masa lalu.

(34)

Takashi semakin tertekan batin. Ego yang gagal menyeimbangkan Id dan larangan Super Ego mengakibatkan konflik batin.

Berdasarkan uraian di atas Kenzaburo Oe ingin menyampaikan pesan pada novel Jeritan Lirih ini bahwa peristiwa masa lalu yang kelam yang dialami oleh manusia dapat berdampak psikologis pada manusia yang bersangkutan di kemudian hari seperti yang dicontohkan oleh tokoh Takashi.

Oleh karena itu penulis merumuskan masalah kedalam bentuk pertanyaan, yakni :

Bagaimana psikologis tokoh Takashi berkaitan dengan situasi dan kondisi yang tergambar dalam novel Jeritan Lirih?

Bagaimana interaksi perilaku id, ego, dan super ego dari tokoh Takashi yang diungkapkan oleh Kenzaburo Oe dalam novel Jeritan Lirih?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Penulis perlu membatasi agar masalah yang diteliti tidak terlalu luas dan berkembang jauh. Sehingga penulis dapat lebih terarah dan terfokus. Dalam penulisan proposal ini, penulis hanya akan membatasi ruang lingkup pembahasan yang akan difokuskan pada kondisi psikologis tokoh Takashi yang diwujudkan dalam bentuk interaksi antara Id, Ego dan Super Ego yang diungkapkan oleh Kenzaburo Oe dalam novel Jeritan Lirih.

(35)

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

a. Tinjauan Pustaka

Unsur intrinsik yang paling penting dalam suatu karya sastra khususnya novel adalah tokoh. Menurut Aminuddin (2002:79) tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita. Sedangkan menurut Sudjiman (1988:16) tokoh adalah suatu individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa cerita. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tokoh dalam suatu cerita adalah individu rekaan yang mempunyai watak dan perilaku tertentu sebagai pelaku yang mengalami peristiwa dalam cerita.

Di dalam novel Jeritan Lirih karya Kenzaburo Oe dapat dilihat bahwa tokoh Takashi memiliki kelainan psikologis semenjak peristiwa bunuh diri adik perempuannya sendiri. Selain itu karena dilatar belakangi tekanan batin dan masa lalu yang kelam membuat Takashi mengalami gangguan psikologis, yang dapat dilihat dari sikap dan tingkah lakunya.

(36)

Menurut Muhibbin Syah (2001:34) psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk, dan berjalan sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, dan berperasaan.

b. Kerangka Teori

Dalam meneliti karakter tokoh karya sastra berarti harus menggunakan teori sastra, yang berfungsi sebagai acuan penulis dalam menganalisis karya tersebut. Dalam perumusan skripsi ini, penulis akan menggunakan pendekatan psikologis sastra, psikoanalisa Sigmun Freud dan pendekatan semiotik.

Menurut Atar Semi (2012:96) pendekatan psikologis adalah pendekatan yang bertitik tolak dari asumsi bahwa karya sastra senantiasa membahas tentang peristiwa kehidupan manusia. Selain itu menurut Endraswara (2003:96), Psikologi sastra merupakan kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan pengarang yang menggunakan cipta, rasa, dan karya dalam berkarya. Begitupun pembaca, dalam menanggapi karya juga tidak akan lepas dari kejiwaan masing-masing. Pengarang akan mengungkap gejala jiwa kemudian diolah kedalam teks dan dilengkapi dengan kejiwaannnya.

(37)

Super Ego, berkembang dari Ego ketika manusia memahami makna dari nilai baik buruk dan moral. Super Ego merefleksikan nilai-nilai sosial dan menyadarkan individu atas tuntutan moral. Apabila terjadi pelanggaran nilai, Super Ego menghukum Ego dengan menimbulkan rasa salah.

Dalam teori psikoanalisa Freud juga membagi dinamika kepribadian yaitu naluri (insting) dan kecemasan. Menurut Freud dalam Alwisol (2009:18-20) naluri merupakan perwujudan psikologik dari kebutuhan tubuh yang menuntut pemuasan. Hasrat, motivasi, atau dorongan dari insting secara kuantitatif adalah energi psikik. Freud membagi naluri menjadi dua bagian yaitu insting mati dan insting hidup. Kecemasan adalah suatu pengalaman perasaan menyakitkan yang ditimbulkan oleh ketegangan-ketegangan dalam alat-alat intern tubuh. Ketegangan-ketegangan ini adalah akibat dari dorongan-dorongan dari dalam atau dari luar dan dikuasai oleh susunan urat saraf otonom.

Maka dengan pandangan kerangka teori di atas penulis dapat meneliti kepribadian dan psikologis tokoh Takashi dalam novel Jeritan Lirih dalam menghadapi konflik atau persoalan-persoalan yang ada dengan teori psikoanalisa Sigmund Freud yang berkaitan dengan struktur kejiwaan manusia dan juga berhubungan dengan dinamika kepribadian.

Lalu untuk mengetahui beban psikologis tokoh, disini penulis akan menggunakan teori semiotik yang artinya adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda. Menurut Hoed dalam Nurgiyantoro (2009:40) semiotik adalah ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda merupakan sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain dapat berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan dan lain sebagainya.

(38)

psikologis tokoh tersebut, penulis melakukan analisis dengan pendekatan psikologis dari teori Sigmun Freud.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok masalah yang akan diteliti, maka tujuan penelitian ini adalah : Untuk mendeskripsikan psikologis tokoh Takashi dalam novel Jeritan Lirih karya Kenzaburo Oe.

Untuk memberikan gambaran masalah psikologis tokoh Takashi terkait dengan interaksi prilaku Id, Ego dan Super Ego yang diungkapkan oleh Kenzaburo Oe dalam novel Jeritan Lirih.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat secara teoretis maupun manfaat secara praktis. Manfaat yang dimaksud adalah sebagai berikut : Menambah pengetahuan bagi peneliti dan pembaca mengenai psikologis tokoh Takashi serta tindakan-tindakannya dalam novel Jeritan Lirih karya Kenzaburo Oe.

Bagi pembaca dan peminat karya sastra penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan untuk penelitianpenelitian sebelumnya maupun penelitian berikutnya yang akan diteliti.

1.6 Metode Penelitian

(39)

yang telah dirumuskan sebelumnya. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif.

Metode penelitian deskriptif menurut Hadari Nawawi (1991:12) adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian pada saat sekarang sesuai dengan fakta-fakta yang tampak seperti apa adanya.

Oleh karena itu, dalam penulisan ini peneliti menjelaskan masalah-masalah yang ada di dalam novel Jeritan Lirih karya Kenzaburo Oe dengan menggunakan teori semiotik dan pendekatan psikologis yang mengacu kepada teori psikoanalisis dari Sigmun Freud sebagai acuan untuk penelitan itu. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah metode Library Research (studi kepustakaan) yaitu dengan mengumpulkan data-data dari berbagai bahan bacaan yang ada.

(40)

Zaimilatun Nuri Z

ABSTRAK

(41)

bersifat naratif dan merupakan hasil ungkapan ekspresi pengarang berdasarkan hasil imajinasi dan harapan pengarang.

Novel di bangun dari beberapa unsur yaitu unsur intrinsik dan unsure ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri atau dapat juga dikatakan unsur-unsur yang secara langsung membangun cerita seperti tema, plot, tokoh, latar, sudut pandang cerita dan bahasa. Unsur ekstrintik adalah unsur-unsur yang terdapat di luar karya sastra itu tetapi tidak secara langsung mempengaruhi karya tersebut seperti kebudayaan, sosial, psikologis, politik, dan agama.

Novel yang berjudul Jeritan Lirih ini merupakan salah satu dari sekian banyak judul novel yang ditulis oleh Kenzaburo Oe. Dalam novel ini Kenzaburo Oe menyampaikan pesan tentang beragam masalah psikologis yang dialami tokoh terutama pada tokoh Takashi. Novel Jeritan Lirih menceritakan tentang beragam konflik yang dialami dua bersaudara Mitsusaburo dan Takashi. Takashi merupakan sosok yang tertutup dan kehidupannya penuh misteri.

Takashi digambarkan sangat mengagumi sosok adik kakek buyutnya yang merupakan seorang pelopor pemberontakan pada tahun 1860. Kenangannya terhadap adik kakek buyutnya itu sangat intens dan selalu membayang-bayangi dirinya sendiri. Ia tidak senang dengan hal-hal yang bersimpangan dengan pendapatnya mengenai tokoh tersebut, terutama terhadap pendapat dan kenangan yang berbeda oleh Mitsusaburo kakak kandungnya sendiri. Karena hal tersebut membawa Takashi menjadi sosok yang kejam.

(42)

perasaan gelisah, tekanan batin, keraguan serta ketakutan dalam melakukan pemberontakan, mengakibatkan Takashi melakukan tindakan di luar batas kejiwaan seperti : membunuh remaja desa, meniduri istri kakak kandungnya, serta menembakkan pistol ke kepalanya sendiri.

Berdasarkan uraian cerita di atas, novel Jeritan Lirih ini banyak mengungkap masalah kejiwaan tokoh Takashi dalam menjalani kehidupannya. Oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas novel Jeritan Lirih dilihat dari sisi psikologis. Pada skripsi ini penulis menggunakan pendekatan psikologi sastra dan semiotik.

Psikologi sastra adalah ilmu sastra yang mendekati karya sastra dari sudut psikologis. Teori psikologi sastra yang digunakan dalam pendekatan ini adalah teori Sigmund Freud. Menurut Sigmund Freud seluk-beluk jiwa manusia ada 3 yaitu Id, Ego, dan Super Ego dan dinamika kepribadian terdiri dari insting hidup dan insting mati serta kecemasan. Id adalah Libido/dorongan bawah sadar untuk mencapai suatu kepuasan. Id tidak mampu membedakan benar atau salah dan tidak tahu moral. Ego adalah peraturan yang dibuat manusia untuk menekan Id supaya tidak berbuat sesuatu yang tidak berdasarkan undang-undang. Super Ego adalah penuntut moral dan aspirasi manusia. Super Ego adalah sistem kepribadian yang berisi nilai-nilai atau aturan yang menyangkut baik dan buruk, juga berisi kata hati seseorang. Dengan menggunakan pendekatan semiotik dan teori psikoanalisa Sigmund Freud maka dapat dilihat keterkaitannya dengan Id, Ego, dan Super Ego.

(43)

Sosok Takashi dalam novel Jeritan Lirih, mengalami kehidupan masa lalu yang kelam atas kematian adik perempuannya secara bunuh diri dan kematian kakak tertuanya yang dibunuh oleh anak buah penguasa desa. Hal itu menyebabkan Takashi memiliki tekanan batin dan dendam terhadap penguasa desa dan juga mempunyai hasrat untuk memimpin pemberontakan terhadap penguasa desa seperti adik kakek buyutnya di masa lalu.

Masa lalu yang dialami Takashi berdampak pada psikologisnya. Sikap Takashi dalam menanggapi keadaan rumit yang terjadi padanya termasuk ke dalam struktur jiwa manusia Freud yaitu Id. Sedangkan tekanan batin yang dialaminya tersebut tidak dapat diterima dengan baik oleh Ego. Karena seharusnya dalam keadaan seperti itu Ego harus mampu untuk menahan Id yang ada dalam diri Takashi. Tapi dalam hal ini terlihat jelas bahwa Ego telah melanggar ketetapan yang telah ditetapkan Super Ego sehingga membuat Takashi semakin tertekan batin. Ego yang gagal menyeimbangkan Id dan larangan Super Ego mengakibatkan konflik batin.

Setelah semua sikap, tindakan, dan cara berfikir dari tokoh Takashi di analisa, maka yang paling banyak menonjol dari diri Takashi adalah Id. Dengan diartikan Id yang ada didalam diri Takashi sangat mendominasi dirinya yang hanya mengejar kesenangan hatinya tanpa memperdulikan pertimbangan moral dan mempertimbangkan dampak negatif dari perbuatannya bagi kehidupan di sekitarnya.

DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN

(44)

ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH TAKASHI DALAM NOVEL TERJEMAHAN

“JERITAN LIRIH” KARYA KENZABURO OE

KENZABURO OE NO SAKUHIN NO “JERITAN LIRIH” TO IU HONYAKU SARETA SHOUSETSU NI OKERU TAKASHI TO IU SHUJINKOU NO SHINRITEKINA

BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi Ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu

Syarat Ujian Sarjana Bidang Ilmu Sastra Jepang

Oleh :

ZAIMILATUN NURI. Z

1107080937

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(45)

ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH TAKASHI DALAM NOVEL TERJEMAHAN

“JERITAN LIRIH” KARYA KENZABURO OE

KENZABURO OE NO SAKUHIN NO “JERITAN LIRIH” TO IU HONYAKU SARETA SHOUSETSU NI OKERU TAKASHI TO IU SHUJINKOU NO SHINRITEKINA

BUNSEKI

Oleh :

SKRIPSI

Skripsi Ini Ditujukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Dalam

Bidang Ilmu Sastra Jepang

Oleh :

ZAIMILATUN NURI. Z

1107080937

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum

NIP. 19600919 1988 03 1 001 NIP. 19600822 1988 03 1 002 Drs. Nandi. S.

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(46)

Disetujui Oleh

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Medan

Medan, Juni 2015

Departemen Sastra Jepang

Ketua,

(47)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Atas berkat rahmat Allah, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH TAKASHI DALAM NOVEL TERJEMAHAN JERITAN

LIRIH KARYA KENZABURO OE”, yang merupakan syarat untuk mencapai gelar sarjana

di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan, baik dalam susunan kalimatnya maupun proses analisisnya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan skripsi ini agar dapat menjadi skripsi yang lebih bermanfaat dan lebih sempurna.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang-orang yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, antara lain :

Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan.

Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M. Hum, selaku ketua Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dan selaku Dosen Pembimbing I atas ketulusan hati dan kesabarannya dalam memberikan arahan, dukungan dan waktu untuk penulisan skripsi ini. Bapak Drs. Nandi S. selaku Dosen Pembimbing II atas ketulusan dalam membaca dan memb erikan arahan untuk penulisan skripsi ini.

Seluruh Dosen Departemen Sastra Jepang USU yang telah mengajarkan ilmu dan pengetahu an Sastra Jepang sehingga penulis dapat menyelesaikan perkulihan dengan baik.

(48)

lu mendoakan penulis agar selalu sehat dan telah memberikan dukungan moral maupun mater il serta seluruh cinta dan kasih sayang yang membuat penulis bisa bahagia selama ini. Semua pengorbanan yang tidak akan mampu penulis balas sampai kapan pun juga.

Kepada adik-adik saya M. Irham Maulana Nasution, M. Fadil Akbar Nasution dan Ratu Ayu yang selalu ceria dan memberikan semangat kepada penulis untuk mengerjakan skripsi ini. D an untuk seluruh keluarga saya yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas duku ngan dan doanya.

Teman-teman di Departemen Sastra Jepang terutama stambuk 2011 yang tidak bisa penulis se but satu per satu. Kepada sahabat penulis Maharani, Kiki, Riska, yang selalu memberikan se mangat dan keceriaan kepada penulis. Terima kasih atas canda tawa dan air matanya selama 4 tahun ini.

Kepada sahabat tercinta Meyliza Rinanda, Lisa, Lia Apriani, Ajeng Diah dan Nurchairani, pe nulis berterima kasih untuk dukungan dan kebersamaan yang telah diberi selama ini.

Semua pihak yang telah membantu menyelasaikan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan sat u persatu, terimakasih atas dukungan dan doanya.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis sendiri, pembaca, dan bagi pembelajaran Bahasa dan Sastra Jepang. Semoga kiranya Allah SWT senantiasa melimpahkan Rahmat dan Berkah-Nya kepada semua pihak yang memberikan bantuan kepada penulis. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan untuk masa yang akan datang.

Medan, Juli 2015

(49)

Zaimilatun Nuri Z

ABSTRAK

(50)

bersifat naratif dan merupakan hasil ungkapan ekspresi pengarang berdasarkan hasil imajinasi dan harapan pengarang.

Novel di bangun dari beberapa unsur yaitu unsur intrinsik dan unsure ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri atau dapat juga dikatakan unsur-unsur yang secara langsung membangun cerita seperti tema, plot, tokoh, latar, sudut pandang cerita dan bahasa. Unsur ekstrintik adalah unsur-unsur yang terdapat di luar karya sastra itu tetapi tidak secara langsung mempengaruhi karya tersebut seperti kebudayaan, sosial, psikologis, politik, dan agama.

Novel yang berjudul Jeritan Lirih ini merupakan salah satu dari sekian banyak judul novel yang ditulis oleh Kenzaburo Oe. Dalam novel ini Kenzaburo Oe menyampaikan pesan tentang beragam masalah psikologis yang dialami tokoh terutama pada tokoh Takashi. Novel Jeritan Lirih menceritakan tentang beragam konflik yang dialami dua bersaudara Mitsusaburo dan Takashi. Takashi merupakan sosok yang tertutup dan kehidupannya penuh misteri.

Takashi digambarkan sangat mengagumi sosok adik kakek buyutnya yang merupakan seorang pelopor pemberontakan pada tahun 1860. Kenangannya terhadap adik kakek buyutnya itu sangat intens dan selalu membayang-bayangi dirinya sendiri. Ia tidak senang dengan hal-hal yang bersimpangan dengan pendapatnya mengenai tokoh tersebut, terutama terhadap pendapat dan kenangan yang berbeda oleh Mitsusaburo kakak kandungnya sendiri. Karena hal tersebut membawa Takashi menjadi sosok yang kejam.

(51)

perasaan gelisah, tekanan batin, keraguan serta ketakutan dalam melakukan pemberontakan, mengakibatkan Takashi melakukan tindakan di luar batas kejiwaan seperti : membunuh remaja desa, meniduri istri kakak kandungnya, serta menembakkan pistol ke kepalanya sendiri.

Berdasarkan uraian cerita di atas, novel Jeritan Lirih ini banyak mengungkap masalah kejiwaan tokoh Takashi dalam menjalani kehidupannya. Oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas novel Jeritan Lirih dilihat dari sisi psikologis. Pada skripsi ini penulis menggunakan pendekatan psikologi sastra dan semiotik.

Psikologi sastra adalah ilmu sastra yang mendekati karya sastra dari sudut psikologis. Teori psikologi sastra yang digunakan dalam pendekatan ini adalah teori Sigmund Freud. Menurut Sigmund Freud seluk-beluk jiwa manusia ada 3 yaitu Id, Ego, dan Super Ego dan dinamika kepribadian terdiri dari insting hidup dan insting mati serta kecemasan. Id adalah Libido/dorongan bawah sadar untuk mencapai suatu kepuasan. Id tidak mampu membedakan benar atau salah dan tidak tahu moral. Ego adalah peraturan yang dibuat manusia untuk menekan Id supaya tidak berbuat sesuatu yang tidak berdasarkan undang-undang. Super Ego adalah penuntut moral dan aspirasi manusia. Super Ego adalah sistem kepribadian yang berisi nilai-nilai atau aturan yang menyangkut baik dan buruk, juga berisi kata hati seseorang. Dengan menggunakan pendekatan semiotik dan teori psikoanalisa Sigmund Freud maka dapat dilihat keterkaitannya dengan Id, Ego, dan Super Ego.

(52)

Sosok Takashi dalam novel Jeritan Lirih, mengalami kehidupan masa lalu yang kelam atas kematian adik perempuannya secara bunuh diri dan kematian kakak tertuanya yang dibunuh oleh anak buah penguasa desa. Hal itu menyebabkan Takashi memiliki tekanan batin dan dendam terhadap penguasa desa dan juga mempunyai hasrat untuk memimpin pemberontakan terhadap penguasa desa seperti adik kakek buyutnya di masa lalu.

Masa lalu yang dialami Takashi berdampak pada psikologisnya. Sikap Takashi dalam menanggapi keadaan rumit yang terjadi padanya termasuk ke dalam struktur jiwa manusia Freud yaitu Id. Sedangkan tekanan batin yang dialaminya tersebut tidak dapat diterima dengan baik oleh Ego. Karena seharusnya dalam keadaan seperti itu Ego harus mampu untuk menahan Id yang ada dalam diri Takashi. Tapi dalam hal ini terlihat jelas bahwa Ego telah melanggar ketetapan yang telah ditetapkan Super Ego sehingga membuat Takashi semakin tertekan batin. Ego yang gagal menyeimbangkan Id dan larangan Super Ego mengakibatkan konflik batin.

Setelah semua sikap, tindakan, dan cara berfikir dari tokoh Takashi di analisa, maka yang paling banyak menonjol dari diri Takashi adalah Id. Dengan diartikan Id yang ada didalam diri Takashi sangat mendominasi dirinya yang hanya mengejar kesenangan hatinya tanpa memperdulikan pertimbangan moral dan mempertimbangkan dampak negatif dari perbuatannya bagi kehidupan di sekitarnya.

DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN

(53)

Perumusan Masalah ... 4

Ruang Lingkup Pembahasan ... 5

Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ... 6

Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

Metode Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL JERITAN LIRIH DAN PSIKOANALISA SIGMUN FREUD Definisi Novel ... 12

2.2 Unsur Instrinsik dan Ektrinsik dalam Novel ... 13

a. Tema ... 13

b. Plot/Alur Cerita ... 15

c. Tokoh ... 16

2.3 Setting dalam Novel “JERITAN LIRIH” 2.3.1 Latar Tempat ... 18

2.3.2 Latar Waktu ... 18

2.3.3 Latar Sosial ... 19

2.4 Psikoanalisa Sigmun Freud ... 19

2.4.1 Psikoanalisa sebagai Teori Kepribadian ... 20

2.4.2 Sistem Kepribadian ... 21

1. Id ... 21

2. Ego ... 21

3. Super Ego ... 22

2.4.3 Dinamika Kepribadian ... 22

Naluri (Insting) ... 23

(54)

2.5 Biografi Pengarang ... 26 BAB III ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH TAKASHI DALAM NOVEL

TERJEMAHAN “JERITAN LIRIH” KARYA KENZABURO OE

Ringkasan Novel ... 28 Analisis Psikologis Tokoh Takashi ... 33 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan ... 43 4.2 Saran ... 44 DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait

Defense Mechanism Tokoh Utama dalam Novel Piwelinge Puranti Karya Tiwiek SA (Sebuah Pendekatan Psikologi Sastra). Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni

“ Konflik Batin Tokoh Saraswati dalam Novel Sintren Karya Dianing Widya Yudhistira: Pendekatan Psikologi Sastra ” Skripsi pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas

Analisis Novel Pudarnya Pesona Cleopatra Karya Habiburrahman El Shirazy, tinjauan psikologi sastra menggunakan pendekatan tekstual (tertulis), yaitu mengkaji aspek

“ Konflik Batin Tokoh Saraswati dalam Novel Sintren Karya Dianing Widya Yudhistira: Pendekatan Psikologi Sastra ” Skripsi pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas

Analisis data yang penulis gunakan yaitu: (1) pendekatan psikologi sastra dengan menggunakan teori Sigmund Freud psikoanalisis, yakni menganalisis kejiwaan yang dialami oleh

pertama, pentingnya psikologi sastra untuk mengkaji lebih mendalam aspek perwatakan; kedua, dengan pendekatan ini dapat memberi umpan- balik kepada peneliti tentang masalah

Semi (1993:7) mengatakan bahwa pendekatan struktural sering juga disebut pendekatan objektif atau pendekatan analitik yang bertolak dari asumsi dasar bahwa

Dalam penelitian ini diuraikan unsur intrinsik yang melip uti tema, tokoh dan penokohan, alur (plot), latar (setting), dan point of view atau sudut pandang serta