• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN KOMBINASI MODEL STAD DAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN DASAR KOMPETENSI KEJURUA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN KOMBINASI MODEL STAD DAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN DASAR KOMPETENSI KEJURUA"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PENERAPAN KOMBINASI MODEL STAD DAN JIGSAW UNTUK

MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR

SISWA DALAM MATA PELAJARAN DASAR

KOMPETENSI KEJURUAN

SKRIPSI

Oleh :

AFIQ YULI SUGIYANTO K 2503013

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

ABSTRAK

Afiq Yuli Sugiyanto. PENERAPAN KOMBINASI MODEL STAD DAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN DASAR KOMPETENSI KEJURUAN. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Juli 2010.

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : (1) Meningkatkan kreativitas belajar siswa dalam mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan dengan penerapan pembelajaran kombinasi model STAD dan Jigsaw; (2) Meningkatan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan dengan penerapan pembelajaran kombinasi model STAD dan Jigsaw; (3) Mengetahui bahwa dengan meningkatnya kreativitas belajar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam tiga siklus, masing-masing siklus terdiri dari: (1) Perencanaan tindakan, (2) Pelaksanaan tindakan dan observasi, dan (3) Refleksi. Subyek pelaksana tindakan dalam penelitian ini adalah peneliti dan guru mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan, sedangkan siswa kelas X Teknik Otomotif Kendaraan Ringan SMK At Taqwa Muhammadiyah Miri Sragen sejumlah 31 siswa sebagai subyek penerima tindakan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes, wawancara, dokumentasi dan catatan lapangan. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif yang terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

(3)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan suatu negara didukung oleh sumber daya manusia yang

berkualitas baik. Untuk meningkatkan sumber daya manusia dapat dilakukan

dengan salah satu cara yaitu memperbaiki mutu pendidikan sehingga

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi seperti

sekarang ini dapat dikuasai dengan baik. Penyelenggaraan pendidikan

dilaksanakan secara formal, non formal dan keluarga. Proses belajar dapat

berjalan dengan baik apabila tujuan instruksional yang telah ditetapkan dapat

tercapai secara optimal. Peningkatan kualitas proses dan hasil belajar siswa perlu

diupayakan agar diperoleh pendidikan yang berkualitas baik. Maka hal ini perlu

mendapatkan perhatian, penanganan dan prioritas baik pemerintah, keluarga

maupun pengelola pendidikan.

Pendidikan merupakan masalah yang menarik untuk dibahas karena

melalui usaha pendidikan diharapkan tujuan pendidikan akan tercapai. Salah satu

tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai dalam pembangunan sebagaimana

tercantum dalam pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea IV adalah

mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan

peningkatan, penyempurnaan serta perubahan sistem pendidikan nasional yang

berorientasi pada peningkatan kualitas hasil pendidikan.

Perubahan sistem pendidikan, program kurikulum, strategi belajar

mengajar, sarana dan prasarana pendidikan dapat memberi pengaruh pada

perkembangan siswa baik akademis, sosial maupun pribadi sehingga diperlukan

penyesuaian diri. Pendidikan dimaknai sebagai ilmu yaitu ilmu mengajar yang

sangat dekat dengan dikdatik dan metodik. Dikdatik maupun metodik adalah ilmu

tentang bagaimana cara mengajar. Pendidikan sesungguhnya merupakan proses

mengantarkan peserta didik sebagai warga negara masyarakat yang harus

(4)

commit to user

Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif tetap.

Dalam proses ini perubahan tidak terjadi sekaligus, tetapi terjadi secara bertahap

tergantung pada faktor-faktor pendukung belajar yang mepengaruhi siswa.

Faktor-faktor ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu Faktor-faktor intern dan Faktor-faktor ekstern.

Faktor intern merupakan faktor yang berhubungan dengan segala sesuatu yang

ada pada diri siswa yang menunjang pembelajaran seperti intelegensi, bakat,

kemampuan motorik panca indera dan skema berpikir. Sedangkan faktor ekstern

merupakan hubungan segala sesuatu yang berasal dari luar diri siswa yang

mengkondisikannya dalam pembelajaran seperti pengalaman, lingkungan sosial,

metode belajar mengajar, strategi belajar mengajar, fasilitas mengajar dan

dedikasi guru. Kemampuan siswa dalam berfikir berpengaruh besar pada

peningkatan kreativitas dan prestasi belajar siswa.

Belajar aktif sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil belajar yang

maksimal. Belajar satu arah atau siswa pasif hanya menerima dari guru dengan

tidak adanya interaksi aktif akan memungkinkan siswa untuk cepat melupakan

apa yang telah dipelajari, oleh sebab itu diperlukan perangkat yang dapat

mengikat informasi yang telah diterima siswa kemudian menyimpannya dalam

otak. Belajar yang hanya mengandalkan indera pendengaran mempunyai beberapa

kelemahan, sehingga diperlukan suatu pembelajaran yang dapat mengurangi

kelemahan pembelajaran sederhana tersebut dengan menerapkan model

pembelajaran aktif. Belajar aktif yang dimaksud adalah dengan memperbanyak

interaksi siswa untuk memicu diterimanya informasi secara lebih baik dan

tersimpan dalam otak dalam waktu yang lama.

Belajar diperlukan model yang sesuai dengan keadaan siswa agar materi

pelajaran dapat diserap secara maksimal khususnya dalam belajar mata pelajaran

Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan. Menurut

sebagian siswa bila ditanya mengenai mata pelajaran yang paling sulit dan tidak

disenangi khususnya pada kompetensi otomotif adalah Dasar Kompetensi

Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan karena materinya yang banyak

mengulas tentang dasar dasar mesin dengan sedikit kegiatan praktek dan sebagian

(5)

commit to user

matematika dan fisika yang digabungkan menjadi satu. Menurut sebagian besar

guru, mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan

Ringan adalah ilmu pasti yang jika dipelajari pastilah lebih mudah dibandingkan

dengan mata pelajaran yang lain seperti ilmu sosial. Dalam belajar mata pelajaran

Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan siswa dituntut

untuk dapat menyerap dan memahami materi pelajaran dengan berbagai macam

cara penyampaian dan ini akan membuat siswa lebih kreatif dalam berpikir.

Menurut Rahma Febriyanti (2007), bahwa belajar mengajar yang

menumbuhkan gagasan kreatif anak dapat dilaksanakan melalui penciptaan

lingkungan kelas yang merangsang belajar kreatif dan mengajukan pertanyaan.

Penciptaan lingkungan kelas yang merangsang belajar kreatif dapat dilakukan

dengan memberikan pertanyaan terbuka dan memasukkan aspek kehidupan

sehari-hari yang masih berhubungan dengan materi, pengaturan fisik tempat atau

lokasi pembelajaran dengan menyesuaikan kebutuhan materi pembelajaran, serta

menciptakan kesibukan di dalam kelas yang mengasyikkan dengan memberikan

keleluasaan pada siswa untuk bereksplorasi.

Kreatifitas siswa dalam berpikir dipengaruhi oleh kondisi dalam kelas. Di

kelas siswa cenderung hanya mengikuti apa yang ditulis oleh guru jadi siswa

kurang kreatif, selain itu sebagian guru hanya memberikan penjelasan yang sama

dan hanya diulang-ulang. Siswa kurang berani mengemukakan gagasannya karena

kebanyakan siswa menganggap bahwa cara belajar yang paling benar adalah

menerapkan seperti apa yang disampaikan oleh guru. Anggapan yang salah ini

membuat siswa takut mengemukakan gagasannya.

Pengamatan awal diperoleh hasil yang selanjutnya dijadikan sebagai acuan

melakukan sebuah penelitian berbasis tindakan kelas. Pengamatan awal

dilaksanakan saat tugas mengajar di Sekolah Menengah Kejuruan At Taqwa

Muhammadiyah Miri selama lebih dari dua tahun. Hasil pengamatan tersebut

adalah prestasi siswa dalam belajar mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan

Teknik Otomotif Kendaraan Ringan masih sangat kurang. Hal ini ditunjukkan

berdasarkan nilai ulangan harian siswa yang masih banyak di bawah Kriteria

(6)

commit to user

kompetensi dasar. Nilai ulangan tengah semester, ulangan akhir semester juga

menunjukkan hasil yang rendah sehingga guru selalu melaksanakan program

remidi maupun pengayaan.

Prestasi belajar rendah dipengaruhi beberapa hal diantaranya; motivasi

belajar siswa untuk lebih memperbaiki keadaan atas diri sendiri maupun

kelompok secara sadar tanpa paksaan masih kurang. Kreativitas belajar siswa

kurang dikembangkan oleh guru dalam proses pembelajaran dimana siswa hanya

pasif mendengar maupun menerima arahan dari guru tanpa adanya interaksi

timbal balik yang aktif. Pengaruh faktor sosial dan ekonomi siswa yang mayoritas

dari keluarga kurang mampu dan tidak mampu serta lingkungan sosial

kemasyarakatan daerat tempat tinggal siswa tidak mendukung pembentukan

karakter awal anak. Model pembelajaran guru yang kurang tepat sehingga

pelaksanaan pembelajaran hanya terjadi satu arah dari guru ke siswa. Instansi

sekolah yang sedang berkembang memberi dampak atas tingkat kepercayaan

masyarakat luasyang masih rendah sehingga jumlah siswa relatif sedikit dan

terbatasnya pengambangan sarana prasarana.

Melalui penelitian ini akan diketahui faktor yang mempengaruhi

kreativitas siswa. Selain itu, diketahui cara meningkatkan kreativitas belajar

tersebut dan model pembelajaran yang dapat digunakan sebagai sarana

meningkatkan kreativitas siswa dalam belajar mata pelajaran Dasar Kompetensi

Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan. Penelitian tentang upaya

peningkatan kreatifitas siswa dalam belajar dan prestasi belajar mata pelajaran

Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan melalui

penerapan kombinasi model pembelajaran STAD dan Jigsaw sangat penting dan

perlu dilakukan. Guru diharapkan dengan ini dapat mengajar dengan lebih baik

dan prestasi belajar siswa lebih meningkat.

B. Identifikasi Masalah

Kegiatan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah tindakan guru untuk

membantu siswa berpikir secara kreatif dalam menyelesaikan permasalahan dalam

(7)

commit to user

Ringan dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat. Kombinasi model

pembelajaran STAD dan Jigsaw merupakan cara untuk menyelasaikan

permasalahan berdasarkan ide yang diperoleh siswa dari kata kunci yang ada

dalam permasalahan. Siswa dituntut memahami aturan model pembelajaran yang

digunakan dan materi yang disampaikan kemudian menentukan cara

menyelesaikan permasalahan secara mandiri, atau dengan strategi tertentu dan

kreativitas siswa sendiri.

Masalah belajar siswa dalam proses belajar mengajar diuraikan dalam latar

belakang diatas. Masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut :

1. Prestasi belajar siswa sampai saat ini belum sesuai harapan.

2. Siswa merasa bosan, sulit dan bingung dalam menerima pembelajaran.

3. Kreativitas siswa dalam belajar masih kurang.

4. Kemampuan hitung siswa pada materi hitungan sangat lemah.

5. Cakupan materi mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif

Kendaraan Ringan yang sangat luas.

6. Guru dalam memberikan metode mengajar masih monoton dan kurang

bervariasi.

7. Penerapan pendekatan pembelajaran yang belum sesuai.

8. Dominasi guru dalam pembelajaran sangat tinggi dan pengorganisasian siswa

cenderung searah.

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalahan pada penelitian bertujuan agar masalah yang

dibahas lebih terperinci dan tidak komplek. Pembatasan permasalahan juga

bertujuan agar penelitian tercapai tepat sasaran dengan baik dan sesuai harapan.

Adapun pembatasan permasalahan tersebut adalah :

1. Kreativitas belajar siswa kurang.

2. Prestasi belajar siswa belum sesuai harapan.

(8)

commit to user D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah di depan dapat

digunakan sebagai landasan dilaksanakannya penelitian dengan rumusan masalah

sebagai berikut :

1. Apakah penerapan kombinasi model pembelajaran STAD dan Jigsaw dapat

meningkatkan kreativitas belajar siswa dalam belajar mata pelajaran dasar

kompetensi kejuruan teknik otomotif kendaraan ringan.

2. Apakah penerapan kombinasi model pembelajaran STAD dan Jigsaw dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa dalam belajar mata pelajaran dasar

kompetensi kejuruan teknik otomotif kendaraan ringan.

3. Apakah dengan meningkatnya kreativitas belajar siswa dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa.

E. Tujuan Penelitian

Penelitian memerlukan fokus pada suatu masalah yang diharapkan dapat

memperoleh jawaban yang lebih terarah untuk menghindari berbagai

penyimpangan dan masalah yang terjadi dalam penelitian. Adapun tujuan dari

penelitian ini adalah :

1. Untuk meningkatkan kreativitas belajar siswa dalam mata pelajaran Dasar

Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan dengan penerapan

kombinasi model belajar STAD dan Jigsaw.

2. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Dasar

Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan dengan penerapan

kombinasi model belajar STAD dan Jigsaw.

3. Untuk mengetahui bahwa dengan meningtkatnya kreativitas belajar dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memberikan sumbangan konseptual

terutama pada pembelajaran mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik

(9)

commit to user

memberikan urunan substansial kepada lembaga pendidikan formal LPTK

maupun pada guru pengampu mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik

Otomotif Kendaraan Ringan di sekolah untuk meningkatkan kretifitas siswa

dalam belajar mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif

Kendaraan Ringan.

1. Secara Teoritis

Penelitian ini secara umum memberikan sumbangan kepada

pembelajaran mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif

Kendaraan Ringan, utamanya untuk meningkatkan kreativitas siswa melalui

model belajar kooperatif tipe STAD dan Jigsaw. Kreativitas siswa dalam

menyelesaikan permasalahan mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan

Teknik Otomotif Kendaraan Ringan sangat diperlukan agar siswa tidak

tergantung hanya pada penyampaian guru dan juga untuk melatih kepercayaan

diri siswa.

Penelitian ini secara khusus memberi konstribusi pada strategi

pembelajaran yang lebih menekankan pada suasana belajar yang gembira dan

bebas mengungkapkan gagasannya. Marpaung (2003: 2) menyatakan

paradigma belajar dalam suasana untuk memecahkan masalah merupakan

aspek esensial dalam pembelajaran KBK

2. Secara Praktis

Lembaga pendidikan formal LPTK dapat memanfaatkan untuk memperbaiki

proses belajar mengajar baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Secara

khusus bagi guru dapat digunakan sebagai pedoman untuk membangkitkan

dan mengembangkan komponen kognitif siswa. Bagi siswa penelitian ini

(10)

commit to user

8 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Jigsaw

a. Pengertian Pembelajaran

Menurut Dimyati dan Mudjono (1995: 157) pembelajaran adalah proses

yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar

bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, ketrampilan dan

sikap. Wikipedia ensiklopedia bebas (2010) menjelaskan pembelajaran adalah

setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari

pengalaman. Definisi sebelumnya menyatakan bahwa seorang manusia dapat

melihat perubahan terjadi tetapi tidak pembelajaran itu sendiri.

Pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan formal yang

didalamnya terjadi interaksi berbagai komponen yaitu; guru, isi/materi pelajaran,

dan siswa. Interaksi antar ketiga komponen melibatkan sarana dan prasarana

seperti metode, media dan penataan lingkungan tempat belajar sehingga tercipta

situasi belajar mengajar yang memungkinkan tercapainya tujuan yang diharapkan.

b. Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Konsep dasar pembelajaran kooperatif adalah manusia memiliki

derajat potensi, latar belakang historis serta harapan masa depan yang

berbea-beda. Dasar adanya perbedaan itu,manusia dapat saling asah, asih, asuh (saling

mencerdaskan). Pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi yang saling

asah,asih dan asuh sehingga tercipta masyarakat. Belajar (learning

community), siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi jujur dengan sesama

siswa.

Sugiyono (2007: 10) menyatakan pembelajaran koopertif adalah

(11)

commit to user

saling silih asuh untuk menghadirkan ketersinggungan dan kesalahpahaman

yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup bermasyarakat.

Lebih lanjut, menegaskan bahwa pembelajaran kooperatif (cooperatif

learning) merupakan pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan

kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Pendapat ini senada dengan slavin (2008: 8) dalam pembelajaran

kooperatif, siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan 4

orang untuk menguasai materi yang disampaikan guru. Slavin juga

menyatakan bahwa pembelajaran konsultivisme dalam pengajaran

menerapkan pembelajaran kooperatif secara eksentif atas dasar teori siswa

akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit

apabila mereka dapat saling mendiskusikan konsep-konsep itu dengan

temannya.

Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan di atas dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang

menitikberatkan pada pembelajaran kelompok kecil siswa untuk bekerjasama

dan saling membantu dalam mencapai ketuntasan belajar bersama.

Pembelajaran kooperatif dapat merangsang siswa untuk meningkatkan

kemampuan berfikir kreatif. Siswa yang senantiasa berfikir kreatif akan

menumbuhkan sikap percaya diri dan dapat menyesuaikan diri dalam kondisi

lingkungan apapun.

2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Lilia H. (2005: 32) menyatakan bahwa di dalam pembelajaran

kooperatif terdapat suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen

yang saling terkait. Adapun berbagai elemen atau unsur penting dalam

pembelajaran kooperatif.

a) Saling Ketergantungan Positif

Pembelajaran kooperatif menuntut guru menciptakan suasana yang

(12)

commit to user

membutuhkan ini yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif.

Saling ketergantungan positif menuntut adanya interaksi proaktif yang

memungkinkan sesama siswa saling ketergantungan dalam

menyelesaaikan tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber, saling

ketergantungan peran dan saling ketergantungan hadiah

b) Interaksi Tatap Muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka

dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan peran

pembelajaran untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua

anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan

kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing. Sinergi tidak dapat

diperoleh dengan sendirinya, tetapi merupakan proses kelompok yang

cukup panjang. Anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling

mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan

interaksi pribadi. Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam

kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan

dialog, tidak hanya dengan guru tetap dengan sesama mereka.

c) Akuntabilitas Individu

Pembelajaran kooperatif menampilkan wujud dalam belajar

kelompok. Penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa

terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara

individual tersebut selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok

agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok yang

memerlukan bantuan dan siapa anggota kelompok yang dapat memberikan

bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua

anggota. Setiap anggota kelompok harus memberikan konstribusi demi

kemajuan kelompok. Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata

penguasaan semua anggota kelompok secara individual inilah yang

(13)

commit to user

d) Keterampilan Menjalin Hubungan Antar Pribadi

Pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang rasa,

sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman,

tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak

dapat menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya memperoleh teguran

dari guru tetapi juga dari semua siswa.

e) Komunikasi Antar Anggota

Unsur ini menghendaki agar siswa dibekali dengan berbagai

keterampilan berkomunikasi karena tidak semua siswa mempunyai

keahlian mendengarkan dan berbicara. Keterampilan berkomunikasi dalam

kelompok juga merupakan proses yang panjang. Proses ini sangat

bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar

dan membina perkembangan mental dan emosi para siswa.

f) Evaluasi Proses Kelompok

Guru perlu memberikan jadwal waktu khusus bagi kelompok untuk

mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka

selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

3. Keterampilan Keterampilan Dalam Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi

siswa harus mempelajari keterampilan khusus yang disebut keterampilan

kooperatif. Keterampilan kooperatif berfungsi untuk melancarkan hubungan

kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dan tugas anggota kelompok selama

kegiatan pembelajaran keterampilan-keterampilan kooperatif tersebut adalah

sebagai berikut.

a) Keterampilan Tingkat Awal

(1) Menggunakan kesepakatan, berarti menyamakan pendapatan yang

berguna untuk meningkatkan kerja dalam kelompok.

(2) Menghargai konstribusi, berarti memperhatikan atau mengenal apa

(14)

commit to user

(3) Mengambil giliran berbagi tugas, maksudnya adalah setiap anggota

kelompok bersedia menggantikan dan bersedia mengemban tugas

atau tanggung jawab tertentu dalam kelompok.

(4) Berada dalam kelompok, adalah setiap anggota tetap dalam

kelompok kerja selama kegiatan berlangsung.

(5) Berada dalam tugas, adalah meneruskan tugas yang menjadi

tanggung jawabnya, agar kegiatan dapat diselesaikan sesuai waktu

yang dibutuhkan.

(6) Mendorong partisipasi, adalah mendorong semua anggota

kelompok untuk memberikan konstribusi terhadap tugas kelompok.

b) Keterampilan Tingkat Menengah

Keterampilan tingkat menengah antara lain: (1) mengajukan

penghargaan dan simpati; (2) mengungkapkan ketidaksetujuan dengan

cara dapat diterima; (3) mendengarkan dengan aktif; (4) bertanya; (5)

membuat rangkuman; (6) menafsirkan; dan (7) mengurangi ketegangan.

c) Keterampilan Tingkat Mahir

Keterampilan tingkat mahir meliputi mengelaborasi, memeriksa

dengan cermat, menanyakan kebenaran menetapkan tujuan dan

berkompromi.

d) Lingkungan Belajar dan Sistem Managemen

Lingkungan belajar untuk pembelajaran kooperatif dicirikan oleh

proses demokrasi dan peran aktif siswa dalam menemukan apa yang harus

dipelajari dan bagaimana mempelajarinya. Guru menetapkan suatu

struktur tingkat tinggi dalam pembentukan kelompok dan mendefinisikan

semua prosedur, namun siswa diberi kebebasan dalam mengendalikan dari

waktu ke waktu di dalam kelompoknya.

c. Pembelajaran Kooperatif Model STAD

1. Pengertian pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Model kooperatif dikembangkan oleh Robert E. Slavin dan

(15)

commit to user

Student Team Achievement Divisions (STAD) merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan metode yang

paling baik untuk pemula bagi guru yang baru menggunakan pendekatan

kooperatif. Para guru menggunakan metode STAD untuk mengajarkan

informasi baru kepada siswa setiap minggu, baik melalui penyajian verbal atau

tertulis.

Metode STAD merupakan metode yang menekankan kepada kerja

sama kelompok untuk menyelesaikan masalah. Metode ini menempatkan

siswa dalam tim belajar beranggotakan 4 atau 5 orang yang merupakan

campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan

pembelajaran di kelas dengan mengkondisikan siswa bekerja dalam tim untuk

memastikan seluruh anggota telah menguasai pelajaran tersebut.

Siswa membantu menuntaskan materi yang dipelajari saat belajar

kelompok kepada anggota lain yang kesulitan. Guru memantau dan

mengelilingi tiap kelompok untuk melihat adanya kemungkinan siswa yang

memerlukan bantuan guru. Metode ini dibantu metode penelitian, penguasaan

dan tanya jawab sesuai satuan pelajaran sehingga ketuntasan materi dapat

terwujud.

Berdasarkan paparan di atas, dapat dikemukakan bahwa pembelajaran

model STAD merupakan metode pembentukan kelompok kecil siswa secara

heterogen menurut potensi, jenis kalamin dan suku untuk bekerja sama dan

saling membantu dalam menuntaskan materi.

2. Prosedur Pembelajaran STAD

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan adanya

kerjasama antar siswa dalam kelompoknya untuk tujuan belajar. Setiap

kelompok hendaknya memiliki anggota 4 sampai 5 orang yang beragam terdiri

dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki

kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

Slavin (Didik Pramuja: 2009) menyatakan bahwa langkah-langkah

(16)

commit to user

atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai;

(2) guru memberikan tes atau kuis kepada siswa secara individu sehingga akan

diperoleh skor awal; (3) guru membentuk beberapa kelompok, setiap

kelompok terdiri dari 4 sampai 5 siswa dengan kemampuan berbeda-beda

(tinggi, sedang dan rendah) jika mungkin kelompok berasal dari ras, budaya

suku yang berbeda serta keselarasan gender; (4) bahan materi yang telah

dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk mencapai kompetensi dasar.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD, biasanya digunakan penguatan

pemahaman materi; (5) guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman,

mengarahkan dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang

telah dipelajari; (6) guru memberikan tes atau kuis kepada setiap siswa; (7)

guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai

peningkatan hasil.

Slavin (Didik Pramuja: 2009) mengemukakan tentang pemberian

penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil

belajar dari mulai dasar (awal) ke nilai kuis atau tes setelah siswa bekerja

dalam kelompok. Pengakuan dari guru merupakan salah satu cara untuk

memberikan motivasi kepada siswa untuk melakukan kompetisi yang positif.

3. Komponen Utama dan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Slavin (2008: 143) menyampaikan penjabaran STAD terdiri dari 5

komponen utama antara lain:

a) Presentasi Kelas, materi dalam STAD pertama-pertama diperkirakan

dalam preentasi di dalam kelas. Hal ini merupakan pengajaran

langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaranyang

dipimpinoleh guru,tetapi bisa juga memasukkan presentasia audio

visual.Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah

bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit

STAD.

b) Tim, tim terdiri atas 4 atau 5 orang siswa yang mewakili seluruh

(17)

commit to user

c) Kuis, kuis individual diberikan setelah guru memberikan presentasi

dan dan sekitar satu atau dua periode pratikkum.

d) Skor Kemajuan Individual, gagasan dibalik skor kemajuan individual

adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan

dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan

kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya.

e) Rekognisi Tim, tim akan mendapatkan sertifikat atau butuh

penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria

tertentu.

d. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw

Teknik Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson dan rekan-rekannya

tahun 1970-an, dimana seluruh pelajaran dapat distrukturisasikan dengan

mudah (Aronson & Patnoe: 1997). Model pembelajaran jigsaw merupakan

salah satu model pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil

kolaboratif. Daniel Muijs & David Reynolds (2008: 81) mengemukakan

bahwa penggunaan kerja kelompok kecil kolaboratif selama bagian review

dan bagian praktek pelajaran adalah salah satu pendekatan alternatif untuk

praktek individual di dalam pelajaran dengan metode pengajaran langsung

yang pada akhir-akhir ini banyak menarik minat penelitian di negara-negara

seperti misalnya Amerika Serikat

Penggunaan kerja kelompok kecil ditemukan memiliki sejumlah

keuntungan dibanding praktik individual. Keuntungan utama kerja kelompok

kecil tampaknya terletak pada aspek-aspek kooperatif yang dapat dibantu

pengembangannya. Model belajar jigsaw dapat memberikan konstribusi dalam

hal pengembangan keterampilan sosial siswa. Hisyam Zaini, Bermawy

Munthe & Sekar Ayu Aryani (2008: 56) mengemukakan bahwa kelebihan

model jigsaw dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan sekaligus

mengajarkan kepada orang lain. Dengan model ini mengharuskan siswa

(18)

commit to user

mereka dengan memberikan kesempatan untuk melihat sudut pandang orang

lain. Hal inilah yang dapat membantu siswa untuk menyadari bahwa setiap

orang memiliki kelebihan dan kekurangan, serta dapat membantu siswa untuk

menemukan solusi dari suatu masalah yang terdapat dalam kelompok kerja.

Model belajar jigsaw dapat mengembangkan keterampilan seperti kebutuhan

untuk mengakomodasi pandangan orang lain.

Daniel Muijs & David Reynolds (2008: 83) mengemukakan bahwa

sejumlah studi menemukan kerja kelompok kecil bersifat saling menghormati

dan inklusif, dan berhubungan negatif dengan prestasi bila interaksi kelompok

tidak saling menghormati atau tidak setara. Dengan demikian bahwa

pembelajaran menggunakan model jigsaw harus mendapatkan perhatian lebih

dari guru dengan mengamati, memfasilitasi dan menjaga interaksi kerja

kelompok dari siswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan agar

ketuntasan belajar dapat tercapai. Proses pembelajaran dengan model jigsaw

akan lebih maksimal dengan menggabungkan model belajar yang lain.

Dari paparan yang telah disampaikan di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif model jigsaw adalah pembelajaran dengan

membentuk kelompok kerja kecil dengan melibatkan siswa untuk secara aktif

menggali materi yang diberikan guru lebih mendalam. Dengan pembelajaran

kooperatif model jigsaw, siswa akan lebih terbuka pemikirannya dengan

memahami sudut pandang atau pemikiran orang lain. Dengan ini pula

kemampuan siswa menyampaikan informasi atau presentasi dengan orang ahli

dapat tercipta dan menigkat.

2. Mekanisme Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Jigsaw bekerja dengan membagi kelas menjadi kelompok-kelompok

yang masing-masing beranggotakan lima sampai enam siswa. Model belajar

jigsaw menuntut adanya keragaman anggota kelompok berdasarkan tingkat

prestasi, jenis kelamin dan tingkat keterampilan yang merata (heterogen).

Pembagian kelompok mula yang selanjutnya dinamakan kelompok awal

(19)

commit to user

siswa sebanyak 40 orang kemudian dibagi menjadi 8 kelompok dengan

beranggotakan masing-masing kelompok adalah 5 orang, sehingga guru harus

menyiapkan sebanyak 5 materi berbeda yang kemudian membagikan ke setiap

kelompok.

Kelompok awal yang beranggotakan 5 orang tersebut menerima 5

materi berbeda sekaligus dan membagikan kepada anggota kelompok yang

kemudian untuk dikirim ke kelompok ahli. Kelompok ahli terdiri atas siswa

atau anggota masing-masing kelompok yang telah dikirim kelompoknya untuk

mempelajari dan mengembangkan materi yang sama dengan anggota

kelompok yang lain. Dalam kelompok ahli siswa mendiskusikan materi yang

sama. Diskusi dalam kelompok ahli dilakukan dengan harapan siswa dapat

bertukar informasi dan pemahaman atas materi yang dipelajari.

Setelah selesai melakukan diskusi siswa kembali pada kelompok awal

mereka dan menyampaikan materi yang telah dipelajarinya dalam kelompok

ahli kepada anggota kelompok awal yang lain. Demikian juga dengan anggota

kelompok awal yang lain dengan materi berbeda, menyampaikan informasi

yang telah mereka peroleh dalam kelompok ahli kepada anggota yang lain.

Daniel Muijs & David Reynolds (2008: 89) dalam Effective Teaching

mengemukakan bahwa dengan mendiskusikan temuan-temuan kepada anggota

lain dalam belajar memastikan bahwa kualitas informasi yang ditemukan oleh

anggota lain akan bertambah, dan juga menjadikan siswa untuk berlatih

melakukan presentasi dengan para ahli lain.

Proses akhir pembelajaran jigsaw dilakukan penarikan kesimpulan

dengan melibatkan seluruh komponen pembelajaran agar tercapai kesepakatan

atas materi yang telah dipelajari. Guru dapat memberikan masukan atau

tambahan informasi dengan penyampaian yang lebih menarik sehingga

kesulitan yang ditemukan siswa dapat terpecahkan dengan baik. Pemecahan

masalah dan pengecekan tingkat pemahaman siswa dapat dilakukan dengan

cara memberikan pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan materi yang telah

(20)

2. Kreativitas Belajar Siswa

a. Pengertian Kreativitas

Istilah kreatifitas berasal dari bahasa inggris yaitu to creative yang dapat

diterjemahkan dengan istilah mencipta yang berarti mengarang atau membuat

sesuatu yang berbeda bentuk susunan atau gayanya dari pada yang lazim dikenal

orang banyak. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 760), “Kreativitas” diartikan

sebagai 1. kemampuan untuk mencipta, daya cipta, 2. perihal berkreasi.

Sedangkan kreasi sendiri adalah hasil buah pikiran atau kecerdasan akal manusia.

Beberapa pakar memberikan pendapatnya tentang definisi kreativitas

berdasarkan empat P yaitu :

1) Definisi Pribadi

Ditinjau dari aspek pribadi, kreativitas muncul dari interaksi pribadi yang

unik dengan lingkungannya. Faktor pribadi yang kreatif menurut Roger (Tyas:

2010) adalah keterbukaan kepada pengalaman, kemampuan untuk memberikan

penilaian secara internal sesuai dengan lokus pribadinya, dan kemampuan untuk

secara spontan bereksplorasi bermain dengan elemen-elemen dan konsep-konsep.

Definisi tentang kreativitas diberikan dalam “three-facet model of

creativity” menjelaskan “kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis : intelegensi, gaya kognitif dan kepribadian atau motivasi.

Kemampuan tersebut membantu memahami apa yang melatarbelakangi individu

yang kreatif”.

Intelegensi meliputi : kemampuan verbal atau bahasa, pemikiran lancar,

pengetahuan, perencanaan, perumusan masalah, penyusunan strategi, representasi

mental, keterampilan pengambilan kesimpulan dan keseimbangan serta integrasi

intelektual secara umum.

Gaya kognitif atau intelektual dari pribadi yang kreatif menunjukkan

kelonggaran dari keterikatan pada konvensi menciptakan sendiri, melakukan

hal-hal dengan caranya sendiri, menyukai masalah yang tidak terlalu struktur, senang

menulis, merancang, lebih tertarik pada jabatan yang kreatif seperti pengarang,

(21)

commit to user

Dimensi kepribadian atau motivasi meliputi ciri-ciri seperti fleksibilitas,

toleransi terhadap kedwiartian, dorongan untuk berprestasi dan mendapat

pengakuan, keuletan dalam menghadapi rintangan, dan pengambilan resiko yang

moderat.

2) Definisi Proses

Ditinjau sebagai proses, menurut Torrance (Tyas: 2010) kreativitas adalah

proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang

kekurangan (masalah) ini, menilai, dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian

mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyaipaikan hasil-hasilnya.

Langkah-langkah proses kreatif menurut Wallas (Tyas: 2010) yang banyak

diterapkan dalam pengembangan kreativitas meliputi : tahap persiapan, inkubasi,

iluminasi dan verifikasi.

3) Definisi Produk

Definisi produk kreativitas menekankan bahwa apa yang dihasilkan dari

proses kreativitas adalah sesuatu yang baru, orisinil, dan bermakna. Menurut

Munandar (Tyas: 2010) menyatakan bahwa suatu karya cipta pada hakikatnya

tidaklah baru sama sekali tetapi merupakan pengembangan atau kombinasi baru

berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya..

4) Definisi Press

Kategori keempat dari definisi dan pendekatan terhadap kreativitas

menekankan faktor “press” atau dorongan, baik dorongan internal (dari diri

sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara

kreatif) maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis.

Mengenai “press” dari lingkungan, ada lingkungan yang tidak menghargai

imajinasi atau fantasi, dan menekankan kreativitas dan inovasi. Kreativitas juga

tidak berkembang dalam kebudayaan yang terlalu menekankan konformitas dan

tradisi, dan kurang terbuka terhadap perubahan atau perkembangan baru. Utami

Munandar (2004: 20) mengungkapkan bahwa “kreativitas dapat pula ditinjau dari

kondisi pribadi dan lingkungan yang mendorong (press) individu ke perilaku

(22)

commit to user

Pengertian tentang kreativitas dijelaskan lebih lengakap adalah berikut di

bawah ini.

1) Kreativitas ditinjau dari segi pribadi

Kreativitas merupakan ungkapan unik dari keseluruhan kepribadian

sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya, dan yang tercermin dalam

pikiran, perasaan, sikap atau perilakunya. Seorang individu yang kreatif

mempunyai sifat yang mandiri. Dirinya tidak merasa terikat pada nilai-nilai dan

norma-norma umum yang berlaku dalam bidang keahliannya.

2) Kreativitas sebagai proses

Torrance (Utami Munandar: 2004: 27) mengemukakan bahwa “Kreativitas

adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan

tentang kekurangan (masalah) ini, menilai dan menguji dugaan atau hipotesis,

kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan

hasil-hasilnya”.

3) Kreativitas sebagai produk

Menurut Stein (Tyas: 2010) mengemukakan bahwa suatu produk baru

dapat disebut kreatif jika mendapat pengakuan (penghargaan) oleh masyarakat

pada waktu tertentu. Kriteria untuk produk kreatif adalah :

a) Produk itu harus nyata (observable).

b) Produk itu harus baru.

c) Produk itu adalah hasil dari kualitas unik individu dalam interaksi

dengan lingkungannya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

kreativitas merupakan kemampuan suatu individu yang dapat melahirkan sesuatu

yang unik, baru atau suatu gagasan ataupun obyek dalam suatu bentuk atau

susunan yang baru dan original dalam interaksi dengan lingkungannya.

b. Pengertian Belajar

Disadari atau tidak setiap orang pasti telah melakukan proses belajar

dalam kehidupan sehari-hari. Ada beberapa pendapat dari para ahli mengenai

(23)

commit to user

suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi

dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya”. Selain itu

Slametto juga mengungkapkan bahwa “Belajar dapat diartikan sebagai suatu

proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan, sehingga hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya.

Purwoto (2003: 21) berpendapat bahwa “Belajar adalah proses yang

berlangsung dari keadaan tidak tahu menjadi lebih tahu, dari tidak terampil

menjadi terampil, dari pasif menjadi aktif, dari tidak teliti menjadi teliti dan

seterusnya. Belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi

terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan kepada

suatu tujuan, proses berbuat melalui pengamatan, melihat, memahami sesuatu

yang dipelajari.

Kesimpulan pengertian belajar seperti yang telah diuraikan di atas adalah

suatu proses usaha yang dilakukan individu melalui interaksi manusia dengan

lingkungan sekitarnya untuk menyampaikan ekspresi sebagai kreasi yang dapat

menghasilkan perubahan dari keadaan semula yang kurang mendapat apresiasi

menjadi lebih baik dan mendapat pengakuan tertinggi.

c. Kreativitas Dalam Belajar

Belajar adalah sebuah aktivitas yang meliputi, aktivitas berbuat,

bertingkah laku dan melakukan kegiatan. Manusia yang dibakali akal dan pikiran

sehingga dalam aktivitasnya memiliki kemampuan untuk menggunakan dan

mengembangkan akalnya untuk bereaksi danmencipta. Peranan kreativitas pada

proses belajar sangat penting dalam rangka memberikan makna dan hasil belajar

sehingga mendapatkan prestasi yang optimal.

Menurut Arden N. Frandsen (Sumadi Suryabrata: 1995: 253) menyatakan

bahwa hal-hal yang mendorong seseorang untuk belajar adalah sebagai berikut :

1. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia luas;

(24)

3. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan

teman-teman;

4. Adanya keinginan untuk memperbaiki keadaan;

5. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran;

6. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari belajar.

Utami Munandar (1982: 132) menyatakan bahwa “Anak yang masuk

kategori kreatif pada umumnya mempunyai inisiatif yang tinggi untuk

memperbaiki segala sesuatu, sehingga menjadi lebih baik dan memuaskan”. Anak

kreatif selalu menunjukkan perkembangan pemikiran yang sangat jelas, yaitu

dengan adanya pemikiran-pemikiran dan perbuatan dalam menyikapi hal-hal baru.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa salah satu

hal yang mendorong manusia untuk belajar adalah adanya sifat kreatif dalam diri

dan keinginan untuk maju. Selain itu, manusia yang kreatif selalu berusaha untuk

memberi makna pada proses belajarnya dan tidak pernah merasa takut pada

kesalahan dan kegagalan. Keinginan yang tinggi untuk segera bangkit dan belajar

dari kegagalan dan mendorong pada pencapaian prestasi yang memuaskan.

Kreativitas yang meningkat pada diri seseorang terlihat dengan bertambahnya

hasil kreasi sebagai produk pikirannya. Kematangan berpikir dalam memecahkan

setiap permasalahan akan dihadapi dengan mudah, sehingga setiap orang yang

mempunyai tingkat kreativitas tinggi akan sangat mudah menginterpretasikan

dirinya di lingkungan masyarakat dengan sikap dan tingkah laku yang fleksibel

dan dinamis namun tetap pada prinsip pribadi.

3. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil belajar dan

hasil belajar ini dapat dilihat dari prestasi belajar siswa yang diperoleh. Melalui

proses belajar mengajar yang efektif diharapkan siswa memperoleh prestasi

belajar yang memadai. Alur penjelaan dari apa dan bagaimana prestasi belajar

(25)

commit to user

Prestasi belajar terdiri dari kata “Prestasi” dan “Belajar”. Prestasi

mempunyai arti hasil usaha, yang mana kata prestasi itu sendiri merupakan kata

serapan yang dibakukan dari kata prestatie yang berasal dari bahasa Belanda.

Fungsi prestasi belajar dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang

telah dikuasai anak didik.

2) Prestasi belajar sebagai lambang kepuasan hasrat ingin tahu.

3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.

4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari institusi

pendidikan.

5) Prestasi belajar dapat dijadikan sebagai indikator terhadap daya serap atau

kecerdasan.

Suharsimi Arikunto (1998: 36) menyatakan bahwa prestasi belajar

merupakan hasil perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah manusia yaitu

kognitif, afektif dan psikomotor. Prestasi merupakan kegiatan-kegiatan yang telah

dikerjakan dan diciptakan secara individu maupun kelompok.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1126-1127) dinyatakan bahwa

prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau

angka yang diberikan oleh guru.

Penilaian yang diberikan dalam prestasi belajar diperlukan untuk

melakukan evaluasi atas kegiatan yang selama ini dilaksanakan. Sehingga proses

belajar mengajar yang menggunakan sistem tertentu dapat diketahui bagaimana

hasilnya. Prestasi bagi siswa merupakan sesuatu hal yang sangat penting dalam

hal belajar khususnya, karena nilai yang dicapai dalam proses belajar adalah

prestasi yang dapat dilihat secara nyata.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa digolongkan menjadi

dua golongan utama yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor

(26)

1) Faktor internal

Faktor yang datangnya dari dalam diri masing-masing individu yang

meliputi :

a. Faktor Biologis, merupakan faktor yang berhubungan dengan jasmani

siswa yaitu kesehatan dan cacat badan.

b. Faktor Psikologis, merupakan faktor yang berhubungan dengan

keadaan tingkah laku, kejiwaan dan pikiran siswa antara lain

intelegensi, perhatian, minat, bakat dan emosi.

2) Faktor eksternal

Merupakan faktor pengaruh yang datangnya dari luar diri individu,

meliputi :

a. Lingkungan Sekolah

(1). Metode mengajar yang digunakan.

(2). Alat pelajaran sekolah.

(3). Suasana kelas.

(4). Kemandirian Siswa.

(5). Kurikulum pendidikan.

b. Lingkungan Keluarga

(1). Faktor orang tua.

(2). Faktor suasana rumah.

(3). Faktor ekonomi keluarga.

Suharsimi Arikunto (1990: 21) menyatakan bahwa ada dua faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu; 1). Faktor Internal meliputi faktor

biologis yaitu usia, kematangan, kesehatan dan faktor psikologis yaitu minat,

motivasi dan suasana hati. 2). Faktor Eksternal meliputi faktor manusia yaitu

lingkungan di keluarga, sekolah, masyarakat dan faktor non-manusia yaitu udara,

suara bau-bauan.

Dari beberapa pegertian dan fungsi prestasi belajar tersebut dapat

disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai setelah

(27)

commit to user

pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan sikap selama dalam proses belajar

yang diberi nilai-nilai angka secara kuantitatif maupun nilai secara kualitatif.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan memuat uraian sistematis tentang hasil-hasil

penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu dan ada

hubungannya dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Penelitian yang akan

dilaksanakan ini ditujukan dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran.

Penelitian yang dilakukan oleh Siti Aisyah (2004) dalam skripsinya yang

memberikan kesimpulan yang signifikan antara kreativitas dan prestasi belajar,

tetapi kreativitas tidak berpengaruh langsung terhadap prestasi belajar tetapi lebih

dipengaruhi oleh hubungan kemampuan penalaran dan kecerdasan dan emosional

siswa.

Penelitian Sri Anugrah Bekti (2007) dalam skripsinya menyimpulkan

bahwa adanya peningkatan keaktifan dan kreatifitas belajar siswa mencapai 75%

melalui optimalisasa teknik guru mengajar serta adanya peningkatan prestasi

belajar siswa sampai daya serap kelas 75% melalui optimalisasi teknik guru

mengajar.

Penelitian Endang W (2002) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh

Pola Bermain dan Kreativitas Anak” memberikan kesimpulan bahwa pola

bermain anak memberikan konstribusi terhadap kreativitas anak. Anak dengan

pola bermain yang baik akan meningkatkan kreativitas.

Nanang Adi Nugraha (2006) dalam skripsinya yang menyatakan bahwa

tingkat kreativitas siswa dipengaruhi oleh tiga hal yaitu tingkat keaktifan siswa

sebesar 41,66%, kemampuan siswa dalam mengerjakan soal sebesar 58,33% dan

kemampuan siswa dalam membuat kesimpulan sebesar 52,77%.

Irwan Budi Ebtanto (2008) dalam skripsinya menyimpulkan bahwa

dengan desain pembelajaran kooperatif tipe STAD dan penggunaan sketsa sebagai

media pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan menulis surat dinas pada

siswa. Penelitian Dian Pramesti (2007) menyimpulkan kreatifitas siswa dalam

(28)

Uraian pendapat pada hasil penelitian yang terdahulu dapat disimpulkan

bahwa penelitian tindakan kelas yang menitikberatkan permasalahan pada

peningkatan kreativitas siswa, keaktifan siswa dan prestasi belajar dapat dilakukan

dengan berbagai cara yang salah satunya adalah dengan memperkenalkan atau

menggunakan pendekatan pembelajaran tertentu. Maka perlu dikaji secara lebih

kaitannya peningkatan kreativitas dan prestasi belajar siswa melalui pendekatan

pembelajaran metakognitif.

C. Kerangka Pemikiran

Pembelajaran mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik

Otomotif Kendaraan Ringan sekarang ini dirasakan masih kurang efektif karena

dalam proses belajar mengajar siswa cenderung pasif, pembelajaran mata

pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan

terdapat materi yang sangat kompleks dan sangat luas cakupannya. Mata pelajaran

Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan sering kali

menjadi masalah dalam belajar siswa karena tidak sedikit dijumpai pokok bahasan

perhitungan yang diperlukan pemecahan masalah dari soal-soal tersebut. Dalam

belajar mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan

Ringan diperlukan pemahaman konsep yang disertai dengan latihan

menyelesaikan permasalahan sebagai aktifitas analitik yang sangat penting

sehingga siswa dapat menguasai dengan cepat dan benar materi mata pelajaran

Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan. Untuk

menguasai dengan cepat dan benar materi mata pelajaran Dasar Kompetensi

Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan ini sangat diperlukan kreatifitas

siswa. Kreativitas siswa dalam mengemukakan ide, merumuskan ide baru dan

mengembangkan ide yang telah disampaikan pada proses belajar mata pelajaran

Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan sekarang ini

dirasa masih sangat kurang dan bahkan cenderung belum terlihat. Sehingga hal ini

menyebabkan prestasi belajar mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik

(29)

commit to user

Kreativitas dan prestasi belajar siswa merupakan tolak ukur keberhasilan

siswa dalam belajar yang dilakukan sekolah. Dengan kreativitas yang dimiliki

oleh siswa dalam mengemukakan ide, merumuskan ide baru dan mengembangkan

ide tersebut dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar atau prestasi

belajarnya.

Kreativitas mengemukakan ide, merumuskan ide baru dan

mengembangkan ide mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif

Kendaraan Ringan yang diberikan, siswa dapat menggunakan metode diskusi

maupun tanya jawab aktif. Siswa dituntut untuk paham terhadap materi pelajaran

yang diberikan dan dapat menangkap kata kunci yang ada pada materi tersebut,

setelah itu dengan menggunakan strategi tertentu siswa dapat mengemukakan ide,

merumuskan ide baru dan mengembangkan ide tersebut, dengan demikian

kreativitas siswa dapat meningkat.

Proses belajar tidak lepas dari strategi pembelajaran yang digunakan guru,

sehingga guru harus dapat menggunakan strategi pembelajaran dalam upaya

peningkatan kreativitas dan prestasi belajar siswa. Dan hendaknya strategi

pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan materi yang diajarkan. Guru

adalah pembimbing dan fasilitator dalam pembelajaran agar siswa lebih kreatif

dan aktif dalam belajar.

Pokok bahasan menjelaskan proses-proses mesin konversi, menjelaskan

konsep dasar-dasar listrik dan elektronika, dan memahami konsep dasar chassis

dan pemindah tenaga merupakan pokok bahasan dalam Standar Kompetensi Dasar

Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan yang berisi

pemahaman konsep, yang tidak semua siswa dapat menguasai dengan baik. Ada

yang menguasai konsep saja, menguasai perhitungan saja atau bahkan tidak

menguasai sama sekali. Sehingga diperlukan suatu strategi pembelajaran atau

penyelesaian masalah untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Dalam penelitian ini menggunakan strategi pembelajaran kooperatif

kombinasi model STAD dan Jigsaw. Diharapkan dengan strategi atau metode ini

dapat meningkatkan kreativitas belajar dan prestasi siswa. Dan kerangka berpikir

(30)

Skema Kerangka Pemikiran Penelitian

Keterangan :

A : Pembelajaran Kooperatif Kombinasi model STAD dan Jigsaw

B : Kreativitas Belajar Siswa

C : Prestasi Belajar Siswa

D. Perumusan Hipotesis

Dari refleksi tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran di atas maka dapat

diajukan sebuah hipotisis sebagai berikut :

1. Penerapan metode pembelajaran kooperatif model STAD dan Jigsaw dapat

meningkatkan kreativitas belajar siswa.

2. Penerapan metode pembelajaran kooperatif model STAD dan Jigsaw dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa.

3. Peningkatan kreativitas belajar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

(31)

commit to user

29 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian tindakan kelas atau Classroom Action Research (CAR) dengan

alasan dimana dengan penelitian ini mampu menawarkan cara dan prosedur baru

untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme guru.

Penelitian dilakukan melalui proses kerja kolaborasi antara kepala sekolah,

guru dan peneliti. Kegiatan perencanaan awal dilakukan dengan studi

pendahuluan. Pada kegiatan ini mendiskusikan cara melakukan tindakan

pembelajaran dan bagaimana cara melakukan pengamatan. Pengamatan dilakukan

berdasarkan pedoman observasi yang disiapkan oleh peneliti dan dibantu guru.

Kejadian penting sebelum proses tindakan yang belum termuat dalam observasi

dicatat pada catatan lapangan.

Kegiatan refleksi atau diskusi bersama guru dilakukan untuk memberi

makna, menerangkan dan menyimpulkan hasil tindakan yang dilakukan.

Kesimpulan pada tindakan refleksi menjadi acuan untuk perencanaan siklus

berikutnya atau akhir tindakan penelitian karena dirasa telah cukup.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan At Taqwa

Muhammadiyah Miri, dengan subyek penerima tindakan penelitian adalah siswa

kelas X SMK At Taqwa Muhammadiyah Miri Tahun Pelajaran 2009/2010.

adapun alasan pemilihan tempat tersebut adalah :

a. SMK At Taqwa Muhammadiyah Miri merupakan sekolah swasta yang sedang

berkembang.

b. SMK At Taqwa Muhammadiyah Miri memiliki fasilitas bengkel otomotif

yang relatif lengkap.

c. Perlu diteliti apakah SMK At Taqwa Muhammadiyah Miri telah melaksanakan

(32)

d. Tersedianya data dan sumber data pendukung penelitian yang akan

dilaksanakan.

e. SMK At Taqwa Muhammadiyah Miri memiliki pengajar yang masih muda

sehingga diharapkan memiliki wawasan dan gambaran yang sama tentang

peningkatan kualitas pendidikan.

f. Lokasi sekolah yang mudah dicapai oleh peneliti.

2. Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas dalam penerapan kombinasi model STAD dan

Jigsaw untuk meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar siswa dimulai bulan

Februari sampai dengan bulan Mei 2010. Pelaksanaan penelitian ini dibagi dalam

3 tahapan kegiatan. Tahap pertama yaitu persiapan penelitian yang berlangsung

pada bulan Februari hingga awal bulan Maret. Tahap kedua yaitu pelaksanaan

penelitian dengan jadwal pelaksanaan bulan Maret minggu ke-3 sampai dengan

bulan April. Tahap ketiga yaitu penyelesaian penelitian yang dilaksanakan pada

bulan Mei. Adapun jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian tersebut secara

terperinci dapat dijumpai dalam Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian

Uraian Kegiatan Februari Maret April Mei

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

Tahap Persiapan Penelitian

- Kajian studi pustaka

- Desain penelitian

- Konsultasi rancangan penelitian

- Perumusan rancangan penelitian

- Penyusunan rancangan penelitian

- Pengurusan ijin penelitian

Tahap Pelaksanaan Penelitian

- Perencanaan tindakan

(33)

commit to user

- Pengamatan kelas

- Refleksi

- Analisis dan intrepretasi data

- Perumusan hasil kegiatan

Tahap Penyelesaian Penelitian

- Penyusunan kerangka laporan

- Penulisan kerangka laporan

- Revisi dan editing laporan

- Penyerahan laporan

C. Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai subyek penelitian adalah

guru, peneliti dan siswa. Guru sebagai subyek yang melakukan perencanaan dan

pengumpulan data, peneliti sebagai subyek yang melaksanakan tindakan kelas

berdasarkan rencana tindakan penelitian yang telah dibuat bersama antara peneliti

dan guru sedangkan subyek yang menerima tindakan kelas adalah siswa kelas X

Teknik Otomotif Kendaraan Ringan SMK At Taqwa Muhammadiyah Miri yang

berjumlah 31 siswa.

D. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan tindakan berbasis kelas kolaboratif yang bersifat

paktis, menyesuaikan situasi dan kondisi obyek melalui tindakan berdasarkan

permasalahan yang muncul dalam proses kegiatan pembelajaran sehari-hari.

Bersama-sama senantiasa berupaya memperoleh hasil yang optimal melalui cara

dan prosedur yang dinilai paling efektif, sehingga dimungkinkan adanya tindakan

yang berulang-ulang dengan revisi untuk meningkatkan kreativitas siswa.

Guru pengampu mata pelajaran, kepala sekolah dan peneliti dilibatkan

sejak : (1). Dialog awal atau langkah awal; (2). Perencanaan tindakan; (3).

Pelaksanaan Tindakan; (4). Observasi dan monitoring; (5). Refleksi; (6). Evaluasi;

(7). Penyimpulan hasil pengertian dan pemahaman. Adapun alur penelitian ini

(34)

commit to user Skema Rancangan Penelitian

Langkah-langkah Penelitian Upaya Peningkatan Kreativitas Belajar dan Prestasi

Siswa dengan Pembelajaran Kombinasi model STAD dan Jigsaw

Sutama (2004: 92) Modifikasi dari Kemmis & Mc. Taggart Dialog Awal

Perencanaan Tindakan I

Observasi Tindakan I

Perencanaan Terrevisi Tindakan II

Observasi Tindakan II

Refleksi

Refleksi

Perencanaan Terrevisi Tindakan III

Observasi Tindakan III

(35)

commit to user 1. Dialog awal

Dialog awal dilakukan sebagai upaya merekam segala peristiwa untuk

mendiagnosa permasalahan untuk menetukan fokus penelitian, selain itu

bertujuan untuk menemukan fakta-fakta yang dapat digunakan untuk

melengkapi kajian teori yang ada. Dalam dialog awal kepala sekolah dan guru

pengampu mata pelajaran tempat penelitian diadakan beserta peneliti

bersama-sama mendiskusikan maksud dan tujuan penelitian untuk memperoleh

kesepakatan mengenai strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan

kreativitas siswa dalam belajar mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan

Teknik Otomotif Kendaraan Ringan.

2. Perencanaan Tindakan Penelitian

Perencanaan tindakan penelitian dilaksanakan pada awal siklus

tahapan penelitian tindakan kelas. Perencanaan diharapkan dapat

memperbaiki kondisi awal atau sebelumnya. Dengan perencanaan diharapkan

tujuan dari pembelajaran tersampaikan tepat waktu dan dapat diserap secara

optimal oleh siswa. Perencanaan tindakan pada penelitian ini dilaksanakan

sebelum tindakan yang direncanakan dalam 3 putaran kegiatan.

a. Perencanaan Tindakan I

Rencana tindakan penelitian ini mengacu pada hasil dialog awal

antara kepala sekolah, guru pengampu mata pelajaran dan peneliti sebagai

fokus permasalahan. Adapun kegiatan perencanaan tindakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Peneliti bersama kepala sekolah dan guru mendiskusikan rumusan

masalah dan menyiapkan solusi penyelesaian masalah.

2) Mempersiapkan strategi belajar yang akan digunakan.

3) Mempersiapkan materi dan bahan pelajaran.

4) Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pemelajaran (RPP)

5) Mempersiapkan media pemelajaran.

6) Mempersiapkan instrumen tes untuk mengetahui pemahaman siswa.

(36)

commit to user

8) Mengambil kesimpulan sebagai acuan perencanaan dan pelaksanaan

tindakan putaran kedua.

b. Perencanaan Tindakan II

Perencanaan tindakan II dilaksanakan mengacu pada hasil

tindakan, observasi dan evaluasi putaran pertama. Perencanaan tindakan

II dilaksanakan sebagai satu satuan tahapan yang runtut dalam mencapai

tujuan awal dari dilaksanakan penelitian tindakan kelas ini. Pada

perencanaan tindakan II secara garis besar kegiatan yang dilaksanakan

tidak jauh berbeda dengan perencanaan tindakan I yaitu, sebagai berikut :

1) Peneliti memahami hasil tindakan I.

2) Mempersiapkan pelaksanaan tindakan selanjutnya.

3) Mempersiapkan strategi belajar baru yang akan digunakan.

4) Mempersiapkan materi dan bahan pelajaran pada tindakan II.

5) Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pemelajaran pada Tindakan II.

6) Mempersiapkan media pembelajaran.

7) Mempersiapkan tes evaluasi untuk mengetahui peningkatan

pemahaman dan prestasi belajar siswa.

8) Menganalisis hasil tindakan dan observasi penelitian pada putaran

kedua.

9) Mengambil kesimpulan dari pelaksanaan kegiatan putaran kedua.

c. Perencanaan Tindakan III

Perencanaan tindakan III merupakan kegiatan awal pada putaran

terakhir penelitian. Kegiatan perencanaan tindakan ini dilaksanakan

mengacu pada hasil yang telah diperoleh dari kegiatan perencanaan dan

pelaksanaan tindakan pada dua putaran sebelumnya. Perencanaan

tindakan pada kegiatan ini dilakukan perbaikan untuk mencapai tujuan

yang dinginkan antara lain sebagai berikut :

1) Melaksanakan pemahaman dan penilaian dari hasil tindakan

sebelumnya.

2) Mempersiapkan pelaksanaan tindakan selanjutnya.

(37)

commit to user

4) Mempersiapkan materi dan bahan pelajaran yang akan digunakan.

5) Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pemelajaran tindakan.

6) Mempersiapkan media pembelajaran.

7) Mempersiapkan tes evaluasi materi yang diajarakan pada putaran

ketiga.

8) Mempersiapkan post tes dari semua materi yang telah diberikan.

9) Menganalisis hasil pelaksanaan tindakan, observasi dan tes dari

keseluruhan kegiatan.

10) Mengambil kesimpulan akhir dari keseluruhan pelaksanaan tindakan

penelitian.

3. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh peneliti. Peneliti sebagai guru

pengampu mata pelajaran berfungsi sebagai pengelola kegiatan belajar

mengajar di kelas dan sebagai aktor utama dalam implementasi tindakan.

Tindakan dilaksanakan berdasarkan perencanaan namun tindakan tidak

mutlak dikendalikan oleh rencana. Suatu tindakan yang diputuskan

mengandung berbagai resiko karena terjadi dalam situasi nyata, oleh karena

itu rencana tindakan harus fleksibel dan siap diubah sesuai dengan keadaan

yang ada sebagai usaha ke arah perbaikan. Pada penelitian ini, guru

melakukan tindakan pembelajaran sesuai dengan program yang direncanakan

sebanyak 3 putaran pelaksanaan tindakan sebagai berikut :

a. Tindakan I

Tindakan ini dilaksanakan setelah mendapatkan hasil dari

pengamatan dan tes awal. Dalam tindakan ini direncanakan guru

memberikan strategi pembelajaran yang lebih baik sehingga dapat

meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar siswa. Strategi yang

ditawarkan adalah dengan membangkitkan minat (Inquiring Minds Want

to Know). Teknik pembelajaran sederhana ini diharapkan dapat

membangkitkan keingintahuan siswa dengan meminta mereka untuk

membuat perkiraan-perkiraan tentang suatu topik atau suatu pertanyaan.

Gambar

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian
Tabel 2. Pedoman Penilaian Aspek Kreativitas
Tabel 4. Struktur Kurikulum SMK At Taqwa Muhammadiyah Miri
Tabel 5. Dasar Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan media kartu kata bergambar untuk meningkatkan kemampuan ekspresif struktur kalimat pada anak tunarungu kelas V di SLBN 02 Lenteng Agung Jakarta (penelitian

Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang dengan judul Pelaksanaan Discharge Planning oleh Perawat di Ruang Rawat Inap Anak RSUP H.. Adam

Mengingat pentingnya acara tersebut, maka diharapkan agar Saudara/i yang hadir adalah Pimpinan Perusahaan atau yang namanya tercantum di dalam Akte Pendirian

[r]

Penataan pendidikan profesional konselor dan layanan bimbingan dan konselin dalam jalur pendidikan formal.. Bandung: Departemen

Setelah itu peneliti membandingkan antara perilaku earnings management yang berada pada tahap growth dan mature, juga mature dan stagnant dan hasilnya terdapat

Pengunjung tidak perlu datang jauh-jauh ke toko tersebut untuk membeli produk, mereka hanya butuh seperangkat computer yang terhubung dengan internet dan melakukan pemesanan

adalah seluruh bidan yang merujuk pasien kasus kehamilan dan persalinan risiko tinggi ke RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau tahun 2014 yang berjumlah 120