commit to user
PENERAPAN KOMBINASI MODEL STAD DAN JIGSAW UNTUK
MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR
SISWA DALAM MATA PELAJARAN DASAR
KOMPETENSI KEJURUAN
SKRIPSI
Oleh :
AFIQ YULI SUGIYANTO K 2503013
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
ABSTRAK
Afiq Yuli Sugiyanto. PENERAPAN KOMBINASI MODEL STAD DAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN DASAR KOMPETENSI KEJURUAN. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Juli 2010.
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : (1) Meningkatkan kreativitas belajar siswa dalam mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan dengan penerapan pembelajaran kombinasi model STAD dan Jigsaw; (2) Meningkatan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan dengan penerapan pembelajaran kombinasi model STAD dan Jigsaw; (3) Mengetahui bahwa dengan meningkatnya kreativitas belajar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam tiga siklus, masing-masing siklus terdiri dari: (1) Perencanaan tindakan, (2) Pelaksanaan tindakan dan observasi, dan (3) Refleksi. Subyek pelaksana tindakan dalam penelitian ini adalah peneliti dan guru mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan, sedangkan siswa kelas X Teknik Otomotif Kendaraan Ringan SMK At Taqwa Muhammadiyah Miri Sragen sejumlah 31 siswa sebagai subyek penerima tindakan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes, wawancara, dokumentasi dan catatan lapangan. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif yang terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
commit to user
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan suatu negara didukung oleh sumber daya manusia yang
berkualitas baik. Untuk meningkatkan sumber daya manusia dapat dilakukan
dengan salah satu cara yaitu memperbaiki mutu pendidikan sehingga
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi seperti
sekarang ini dapat dikuasai dengan baik. Penyelenggaraan pendidikan
dilaksanakan secara formal, non formal dan keluarga. Proses belajar dapat
berjalan dengan baik apabila tujuan instruksional yang telah ditetapkan dapat
tercapai secara optimal. Peningkatan kualitas proses dan hasil belajar siswa perlu
diupayakan agar diperoleh pendidikan yang berkualitas baik. Maka hal ini perlu
mendapatkan perhatian, penanganan dan prioritas baik pemerintah, keluarga
maupun pengelola pendidikan.
Pendidikan merupakan masalah yang menarik untuk dibahas karena
melalui usaha pendidikan diharapkan tujuan pendidikan akan tercapai. Salah satu
tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai dalam pembangunan sebagaimana
tercantum dalam pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea IV adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan
peningkatan, penyempurnaan serta perubahan sistem pendidikan nasional yang
berorientasi pada peningkatan kualitas hasil pendidikan.
Perubahan sistem pendidikan, program kurikulum, strategi belajar
mengajar, sarana dan prasarana pendidikan dapat memberi pengaruh pada
perkembangan siswa baik akademis, sosial maupun pribadi sehingga diperlukan
penyesuaian diri. Pendidikan dimaknai sebagai ilmu yaitu ilmu mengajar yang
sangat dekat dengan dikdatik dan metodik. Dikdatik maupun metodik adalah ilmu
tentang bagaimana cara mengajar. Pendidikan sesungguhnya merupakan proses
mengantarkan peserta didik sebagai warga negara masyarakat yang harus
commit to user
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif tetap.
Dalam proses ini perubahan tidak terjadi sekaligus, tetapi terjadi secara bertahap
tergantung pada faktor-faktor pendukung belajar yang mepengaruhi siswa.
Faktor-faktor ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu Faktor-faktor intern dan Faktor-faktor ekstern.
Faktor intern merupakan faktor yang berhubungan dengan segala sesuatu yang
ada pada diri siswa yang menunjang pembelajaran seperti intelegensi, bakat,
kemampuan motorik panca indera dan skema berpikir. Sedangkan faktor ekstern
merupakan hubungan segala sesuatu yang berasal dari luar diri siswa yang
mengkondisikannya dalam pembelajaran seperti pengalaman, lingkungan sosial,
metode belajar mengajar, strategi belajar mengajar, fasilitas mengajar dan
dedikasi guru. Kemampuan siswa dalam berfikir berpengaruh besar pada
peningkatan kreativitas dan prestasi belajar siswa.
Belajar aktif sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil belajar yang
maksimal. Belajar satu arah atau siswa pasif hanya menerima dari guru dengan
tidak adanya interaksi aktif akan memungkinkan siswa untuk cepat melupakan
apa yang telah dipelajari, oleh sebab itu diperlukan perangkat yang dapat
mengikat informasi yang telah diterima siswa kemudian menyimpannya dalam
otak. Belajar yang hanya mengandalkan indera pendengaran mempunyai beberapa
kelemahan, sehingga diperlukan suatu pembelajaran yang dapat mengurangi
kelemahan pembelajaran sederhana tersebut dengan menerapkan model
pembelajaran aktif. Belajar aktif yang dimaksud adalah dengan memperbanyak
interaksi siswa untuk memicu diterimanya informasi secara lebih baik dan
tersimpan dalam otak dalam waktu yang lama.
Belajar diperlukan model yang sesuai dengan keadaan siswa agar materi
pelajaran dapat diserap secara maksimal khususnya dalam belajar mata pelajaran
Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan. Menurut
sebagian siswa bila ditanya mengenai mata pelajaran yang paling sulit dan tidak
disenangi khususnya pada kompetensi otomotif adalah Dasar Kompetensi
Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan karena materinya yang banyak
mengulas tentang dasar dasar mesin dengan sedikit kegiatan praktek dan sebagian
commit to user
matematika dan fisika yang digabungkan menjadi satu. Menurut sebagian besar
guru, mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan
Ringan adalah ilmu pasti yang jika dipelajari pastilah lebih mudah dibandingkan
dengan mata pelajaran yang lain seperti ilmu sosial. Dalam belajar mata pelajaran
Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan siswa dituntut
untuk dapat menyerap dan memahami materi pelajaran dengan berbagai macam
cara penyampaian dan ini akan membuat siswa lebih kreatif dalam berpikir.
Menurut Rahma Febriyanti (2007), bahwa belajar mengajar yang
menumbuhkan gagasan kreatif anak dapat dilaksanakan melalui penciptaan
lingkungan kelas yang merangsang belajar kreatif dan mengajukan pertanyaan.
Penciptaan lingkungan kelas yang merangsang belajar kreatif dapat dilakukan
dengan memberikan pertanyaan terbuka dan memasukkan aspek kehidupan
sehari-hari yang masih berhubungan dengan materi, pengaturan fisik tempat atau
lokasi pembelajaran dengan menyesuaikan kebutuhan materi pembelajaran, serta
menciptakan kesibukan di dalam kelas yang mengasyikkan dengan memberikan
keleluasaan pada siswa untuk bereksplorasi.
Kreatifitas siswa dalam berpikir dipengaruhi oleh kondisi dalam kelas. Di
kelas siswa cenderung hanya mengikuti apa yang ditulis oleh guru jadi siswa
kurang kreatif, selain itu sebagian guru hanya memberikan penjelasan yang sama
dan hanya diulang-ulang. Siswa kurang berani mengemukakan gagasannya karena
kebanyakan siswa menganggap bahwa cara belajar yang paling benar adalah
menerapkan seperti apa yang disampaikan oleh guru. Anggapan yang salah ini
membuat siswa takut mengemukakan gagasannya.
Pengamatan awal diperoleh hasil yang selanjutnya dijadikan sebagai acuan
melakukan sebuah penelitian berbasis tindakan kelas. Pengamatan awal
dilaksanakan saat tugas mengajar di Sekolah Menengah Kejuruan At Taqwa
Muhammadiyah Miri selama lebih dari dua tahun. Hasil pengamatan tersebut
adalah prestasi siswa dalam belajar mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan
Teknik Otomotif Kendaraan Ringan masih sangat kurang. Hal ini ditunjukkan
berdasarkan nilai ulangan harian siswa yang masih banyak di bawah Kriteria
commit to user
kompetensi dasar. Nilai ulangan tengah semester, ulangan akhir semester juga
menunjukkan hasil yang rendah sehingga guru selalu melaksanakan program
remidi maupun pengayaan.
Prestasi belajar rendah dipengaruhi beberapa hal diantaranya; motivasi
belajar siswa untuk lebih memperbaiki keadaan atas diri sendiri maupun
kelompok secara sadar tanpa paksaan masih kurang. Kreativitas belajar siswa
kurang dikembangkan oleh guru dalam proses pembelajaran dimana siswa hanya
pasif mendengar maupun menerima arahan dari guru tanpa adanya interaksi
timbal balik yang aktif. Pengaruh faktor sosial dan ekonomi siswa yang mayoritas
dari keluarga kurang mampu dan tidak mampu serta lingkungan sosial
kemasyarakatan daerat tempat tinggal siswa tidak mendukung pembentukan
karakter awal anak. Model pembelajaran guru yang kurang tepat sehingga
pelaksanaan pembelajaran hanya terjadi satu arah dari guru ke siswa. Instansi
sekolah yang sedang berkembang memberi dampak atas tingkat kepercayaan
masyarakat luasyang masih rendah sehingga jumlah siswa relatif sedikit dan
terbatasnya pengambangan sarana prasarana.
Melalui penelitian ini akan diketahui faktor yang mempengaruhi
kreativitas siswa. Selain itu, diketahui cara meningkatkan kreativitas belajar
tersebut dan model pembelajaran yang dapat digunakan sebagai sarana
meningkatkan kreativitas siswa dalam belajar mata pelajaran Dasar Kompetensi
Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan. Penelitian tentang upaya
peningkatan kreatifitas siswa dalam belajar dan prestasi belajar mata pelajaran
Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan melalui
penerapan kombinasi model pembelajaran STAD dan Jigsaw sangat penting dan
perlu dilakukan. Guru diharapkan dengan ini dapat mengajar dengan lebih baik
dan prestasi belajar siswa lebih meningkat.
B. Identifikasi Masalah
Kegiatan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah tindakan guru untuk
membantu siswa berpikir secara kreatif dalam menyelesaikan permasalahan dalam
commit to user
Ringan dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat. Kombinasi model
pembelajaran STAD dan Jigsaw merupakan cara untuk menyelasaikan
permasalahan berdasarkan ide yang diperoleh siswa dari kata kunci yang ada
dalam permasalahan. Siswa dituntut memahami aturan model pembelajaran yang
digunakan dan materi yang disampaikan kemudian menentukan cara
menyelesaikan permasalahan secara mandiri, atau dengan strategi tertentu dan
kreativitas siswa sendiri.
Masalah belajar siswa dalam proses belajar mengajar diuraikan dalam latar
belakang diatas. Masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut :
1. Prestasi belajar siswa sampai saat ini belum sesuai harapan.
2. Siswa merasa bosan, sulit dan bingung dalam menerima pembelajaran.
3. Kreativitas siswa dalam belajar masih kurang.
4. Kemampuan hitung siswa pada materi hitungan sangat lemah.
5. Cakupan materi mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif
Kendaraan Ringan yang sangat luas.
6. Guru dalam memberikan metode mengajar masih monoton dan kurang
bervariasi.
7. Penerapan pendekatan pembelajaran yang belum sesuai.
8. Dominasi guru dalam pembelajaran sangat tinggi dan pengorganisasian siswa
cenderung searah.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalahan pada penelitian bertujuan agar masalah yang
dibahas lebih terperinci dan tidak komplek. Pembatasan permasalahan juga
bertujuan agar penelitian tercapai tepat sasaran dengan baik dan sesuai harapan.
Adapun pembatasan permasalahan tersebut adalah :
1. Kreativitas belajar siswa kurang.
2. Prestasi belajar siswa belum sesuai harapan.
commit to user D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah di depan dapat
digunakan sebagai landasan dilaksanakannya penelitian dengan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apakah penerapan kombinasi model pembelajaran STAD dan Jigsaw dapat
meningkatkan kreativitas belajar siswa dalam belajar mata pelajaran dasar
kompetensi kejuruan teknik otomotif kendaraan ringan.
2. Apakah penerapan kombinasi model pembelajaran STAD dan Jigsaw dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa dalam belajar mata pelajaran dasar
kompetensi kejuruan teknik otomotif kendaraan ringan.
3. Apakah dengan meningkatnya kreativitas belajar siswa dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa.
E. Tujuan Penelitian
Penelitian memerlukan fokus pada suatu masalah yang diharapkan dapat
memperoleh jawaban yang lebih terarah untuk menghindari berbagai
penyimpangan dan masalah yang terjadi dalam penelitian. Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah :
1. Untuk meningkatkan kreativitas belajar siswa dalam mata pelajaran Dasar
Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan dengan penerapan
kombinasi model belajar STAD dan Jigsaw.
2. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Dasar
Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan dengan penerapan
kombinasi model belajar STAD dan Jigsaw.
3. Untuk mengetahui bahwa dengan meningtkatnya kreativitas belajar dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memberikan sumbangan konseptual
terutama pada pembelajaran mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik
commit to user
memberikan urunan substansial kepada lembaga pendidikan formal LPTK
maupun pada guru pengampu mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik
Otomotif Kendaraan Ringan di sekolah untuk meningkatkan kretifitas siswa
dalam belajar mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif
Kendaraan Ringan.
1. Secara Teoritis
Penelitian ini secara umum memberikan sumbangan kepada
pembelajaran mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif
Kendaraan Ringan, utamanya untuk meningkatkan kreativitas siswa melalui
model belajar kooperatif tipe STAD dan Jigsaw. Kreativitas siswa dalam
menyelesaikan permasalahan mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan
Teknik Otomotif Kendaraan Ringan sangat diperlukan agar siswa tidak
tergantung hanya pada penyampaian guru dan juga untuk melatih kepercayaan
diri siswa.
Penelitian ini secara khusus memberi konstribusi pada strategi
pembelajaran yang lebih menekankan pada suasana belajar yang gembira dan
bebas mengungkapkan gagasannya. Marpaung (2003: 2) menyatakan
paradigma belajar dalam suasana untuk memecahkan masalah merupakan
aspek esensial dalam pembelajaran KBK
2. Secara Praktis
Lembaga pendidikan formal LPTK dapat memanfaatkan untuk memperbaiki
proses belajar mengajar baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Secara
khusus bagi guru dapat digunakan sebagai pedoman untuk membangkitkan
dan mengembangkan komponen kognitif siswa. Bagi siswa penelitian ini
commit to user
8 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Jigsaw
a. Pengertian Pembelajaran
Menurut Dimyati dan Mudjono (1995: 157) pembelajaran adalah proses
yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar
bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, ketrampilan dan
sikap. Wikipedia ensiklopedia bebas (2010) menjelaskan pembelajaran adalah
setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari
pengalaman. Definisi sebelumnya menyatakan bahwa seorang manusia dapat
melihat perubahan terjadi tetapi tidak pembelajaran itu sendiri.
Pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan formal yang
didalamnya terjadi interaksi berbagai komponen yaitu; guru, isi/materi pelajaran,
dan siswa. Interaksi antar ketiga komponen melibatkan sarana dan prasarana
seperti metode, media dan penataan lingkungan tempat belajar sehingga tercipta
situasi belajar mengajar yang memungkinkan tercapainya tujuan yang diharapkan.
b. Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Konsep dasar pembelajaran kooperatif adalah manusia memiliki
derajat potensi, latar belakang historis serta harapan masa depan yang
berbea-beda. Dasar adanya perbedaan itu,manusia dapat saling asah, asih, asuh (saling
mencerdaskan). Pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi yang saling
asah,asih dan asuh sehingga tercipta masyarakat. Belajar (learning
community), siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi jujur dengan sesama
siswa.
Sugiyono (2007: 10) menyatakan pembelajaran koopertif adalah
commit to user
saling silih asuh untuk menghadirkan ketersinggungan dan kesalahpahaman
yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup bermasyarakat.
Lebih lanjut, menegaskan bahwa pembelajaran kooperatif (cooperatif
learning) merupakan pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan
kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pendapat ini senada dengan slavin (2008: 8) dalam pembelajaran
kooperatif, siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan 4
orang untuk menguasai materi yang disampaikan guru. Slavin juga
menyatakan bahwa pembelajaran konsultivisme dalam pengajaran
menerapkan pembelajaran kooperatif secara eksentif atas dasar teori siswa
akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit
apabila mereka dapat saling mendiskusikan konsep-konsep itu dengan
temannya.
Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan di atas dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang
menitikberatkan pada pembelajaran kelompok kecil siswa untuk bekerjasama
dan saling membantu dalam mencapai ketuntasan belajar bersama.
Pembelajaran kooperatif dapat merangsang siswa untuk meningkatkan
kemampuan berfikir kreatif. Siswa yang senantiasa berfikir kreatif akan
menumbuhkan sikap percaya diri dan dapat menyesuaikan diri dalam kondisi
lingkungan apapun.
2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Lilia H. (2005: 32) menyatakan bahwa di dalam pembelajaran
kooperatif terdapat suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen
yang saling terkait. Adapun berbagai elemen atau unsur penting dalam
pembelajaran kooperatif.
a) Saling Ketergantungan Positif
Pembelajaran kooperatif menuntut guru menciptakan suasana yang
commit to user
membutuhkan ini yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif.
Saling ketergantungan positif menuntut adanya interaksi proaktif yang
memungkinkan sesama siswa saling ketergantungan dalam
menyelesaaikan tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber, saling
ketergantungan peran dan saling ketergantungan hadiah
b) Interaksi Tatap Muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka
dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan peran
pembelajaran untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua
anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan
kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing. Sinergi tidak dapat
diperoleh dengan sendirinya, tetapi merupakan proses kelompok yang
cukup panjang. Anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling
mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan
interaksi pribadi. Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam
kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan
dialog, tidak hanya dengan guru tetap dengan sesama mereka.
c) Akuntabilitas Individu
Pembelajaran kooperatif menampilkan wujud dalam belajar
kelompok. Penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara
individual tersebut selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok
agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok yang
memerlukan bantuan dan siapa anggota kelompok yang dapat memberikan
bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua
anggota. Setiap anggota kelompok harus memberikan konstribusi demi
kemajuan kelompok. Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata
penguasaan semua anggota kelompok secara individual inilah yang
commit to user
d) Keterampilan Menjalin Hubungan Antar Pribadi
Pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang rasa,
sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman,
tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak
dapat menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya memperoleh teguran
dari guru tetapi juga dari semua siswa.
e) Komunikasi Antar Anggota
Unsur ini menghendaki agar siswa dibekali dengan berbagai
keterampilan berkomunikasi karena tidak semua siswa mempunyai
keahlian mendengarkan dan berbicara. Keterampilan berkomunikasi dalam
kelompok juga merupakan proses yang panjang. Proses ini sangat
bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar
dan membina perkembangan mental dan emosi para siswa.
f) Evaluasi Proses Kelompok
Guru perlu memberikan jadwal waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka
selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
3. Keterampilan Keterampilan Dalam Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi
siswa harus mempelajari keterampilan khusus yang disebut keterampilan
kooperatif. Keterampilan kooperatif berfungsi untuk melancarkan hubungan
kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dan tugas anggota kelompok selama
kegiatan pembelajaran keterampilan-keterampilan kooperatif tersebut adalah
sebagai berikut.
a) Keterampilan Tingkat Awal
(1) Menggunakan kesepakatan, berarti menyamakan pendapatan yang
berguna untuk meningkatkan kerja dalam kelompok.
(2) Menghargai konstribusi, berarti memperhatikan atau mengenal apa
commit to user
(3) Mengambil giliran berbagi tugas, maksudnya adalah setiap anggota
kelompok bersedia menggantikan dan bersedia mengemban tugas
atau tanggung jawab tertentu dalam kelompok.
(4) Berada dalam kelompok, adalah setiap anggota tetap dalam
kelompok kerja selama kegiatan berlangsung.
(5) Berada dalam tugas, adalah meneruskan tugas yang menjadi
tanggung jawabnya, agar kegiatan dapat diselesaikan sesuai waktu
yang dibutuhkan.
(6) Mendorong partisipasi, adalah mendorong semua anggota
kelompok untuk memberikan konstribusi terhadap tugas kelompok.
b) Keterampilan Tingkat Menengah
Keterampilan tingkat menengah antara lain: (1) mengajukan
penghargaan dan simpati; (2) mengungkapkan ketidaksetujuan dengan
cara dapat diterima; (3) mendengarkan dengan aktif; (4) bertanya; (5)
membuat rangkuman; (6) menafsirkan; dan (7) mengurangi ketegangan.
c) Keterampilan Tingkat Mahir
Keterampilan tingkat mahir meliputi mengelaborasi, memeriksa
dengan cermat, menanyakan kebenaran menetapkan tujuan dan
berkompromi.
d) Lingkungan Belajar dan Sistem Managemen
Lingkungan belajar untuk pembelajaran kooperatif dicirikan oleh
proses demokrasi dan peran aktif siswa dalam menemukan apa yang harus
dipelajari dan bagaimana mempelajarinya. Guru menetapkan suatu
struktur tingkat tinggi dalam pembentukan kelompok dan mendefinisikan
semua prosedur, namun siswa diberi kebebasan dalam mengendalikan dari
waktu ke waktu di dalam kelompoknya.
c. Pembelajaran Kooperatif Model STAD
1. Pengertian pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Model kooperatif dikembangkan oleh Robert E. Slavin dan
commit to user
Student Team Achievement Divisions (STAD) merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan metode yang
paling baik untuk pemula bagi guru yang baru menggunakan pendekatan
kooperatif. Para guru menggunakan metode STAD untuk mengajarkan
informasi baru kepada siswa setiap minggu, baik melalui penyajian verbal atau
tertulis.
Metode STAD merupakan metode yang menekankan kepada kerja
sama kelompok untuk menyelesaikan masalah. Metode ini menempatkan
siswa dalam tim belajar beranggotakan 4 atau 5 orang yang merupakan
campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan
pembelajaran di kelas dengan mengkondisikan siswa bekerja dalam tim untuk
memastikan seluruh anggota telah menguasai pelajaran tersebut.
Siswa membantu menuntaskan materi yang dipelajari saat belajar
kelompok kepada anggota lain yang kesulitan. Guru memantau dan
mengelilingi tiap kelompok untuk melihat adanya kemungkinan siswa yang
memerlukan bantuan guru. Metode ini dibantu metode penelitian, penguasaan
dan tanya jawab sesuai satuan pelajaran sehingga ketuntasan materi dapat
terwujud.
Berdasarkan paparan di atas, dapat dikemukakan bahwa pembelajaran
model STAD merupakan metode pembentukan kelompok kecil siswa secara
heterogen menurut potensi, jenis kalamin dan suku untuk bekerja sama dan
saling membantu dalam menuntaskan materi.
2. Prosedur Pembelajaran STAD
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan adanya
kerjasama antar siswa dalam kelompoknya untuk tujuan belajar. Setiap
kelompok hendaknya memiliki anggota 4 sampai 5 orang yang beragam terdiri
dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki
kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
Slavin (Didik Pramuja: 2009) menyatakan bahwa langkah-langkah
commit to user
atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai;
(2) guru memberikan tes atau kuis kepada siswa secara individu sehingga akan
diperoleh skor awal; (3) guru membentuk beberapa kelompok, setiap
kelompok terdiri dari 4 sampai 5 siswa dengan kemampuan berbeda-beda
(tinggi, sedang dan rendah) jika mungkin kelompok berasal dari ras, budaya
suku yang berbeda serta keselarasan gender; (4) bahan materi yang telah
dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk mencapai kompetensi dasar.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD, biasanya digunakan penguatan
pemahaman materi; (5) guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman,
mengarahkan dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang
telah dipelajari; (6) guru memberikan tes atau kuis kepada setiap siswa; (7)
guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai
peningkatan hasil.
Slavin (Didik Pramuja: 2009) mengemukakan tentang pemberian
penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil
belajar dari mulai dasar (awal) ke nilai kuis atau tes setelah siswa bekerja
dalam kelompok. Pengakuan dari guru merupakan salah satu cara untuk
memberikan motivasi kepada siswa untuk melakukan kompetisi yang positif.
3. Komponen Utama dan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Slavin (2008: 143) menyampaikan penjabaran STAD terdiri dari 5
komponen utama antara lain:
a) Presentasi Kelas, materi dalam STAD pertama-pertama diperkirakan
dalam preentasi di dalam kelas. Hal ini merupakan pengajaran
langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaranyang
dipimpinoleh guru,tetapi bisa juga memasukkan presentasia audio
visual.Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah
bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit
STAD.
b) Tim, tim terdiri atas 4 atau 5 orang siswa yang mewakili seluruh
commit to user
c) Kuis, kuis individual diberikan setelah guru memberikan presentasi
dan dan sekitar satu atau dua periode pratikkum.
d) Skor Kemajuan Individual, gagasan dibalik skor kemajuan individual
adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan
dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan
kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya.
e) Rekognisi Tim, tim akan mendapatkan sertifikat atau butuh
penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria
tertentu.
d. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw
Teknik Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson dan rekan-rekannya
tahun 1970-an, dimana seluruh pelajaran dapat distrukturisasikan dengan
mudah (Aronson & Patnoe: 1997). Model pembelajaran jigsaw merupakan
salah satu model pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil
kolaboratif. Daniel Muijs & David Reynolds (2008: 81) mengemukakan
bahwa penggunaan kerja kelompok kecil kolaboratif selama bagian review
dan bagian praktek pelajaran adalah salah satu pendekatan alternatif untuk
praktek individual di dalam pelajaran dengan metode pengajaran langsung
yang pada akhir-akhir ini banyak menarik minat penelitian di negara-negara
seperti misalnya Amerika Serikat
Penggunaan kerja kelompok kecil ditemukan memiliki sejumlah
keuntungan dibanding praktik individual. Keuntungan utama kerja kelompok
kecil tampaknya terletak pada aspek-aspek kooperatif yang dapat dibantu
pengembangannya. Model belajar jigsaw dapat memberikan konstribusi dalam
hal pengembangan keterampilan sosial siswa. Hisyam Zaini, Bermawy
Munthe & Sekar Ayu Aryani (2008: 56) mengemukakan bahwa kelebihan
model jigsaw dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan sekaligus
mengajarkan kepada orang lain. Dengan model ini mengharuskan siswa
commit to user
mereka dengan memberikan kesempatan untuk melihat sudut pandang orang
lain. Hal inilah yang dapat membantu siswa untuk menyadari bahwa setiap
orang memiliki kelebihan dan kekurangan, serta dapat membantu siswa untuk
menemukan solusi dari suatu masalah yang terdapat dalam kelompok kerja.
Model belajar jigsaw dapat mengembangkan keterampilan seperti kebutuhan
untuk mengakomodasi pandangan orang lain.
Daniel Muijs & David Reynolds (2008: 83) mengemukakan bahwa
sejumlah studi menemukan kerja kelompok kecil bersifat saling menghormati
dan inklusif, dan berhubungan negatif dengan prestasi bila interaksi kelompok
tidak saling menghormati atau tidak setara. Dengan demikian bahwa
pembelajaran menggunakan model jigsaw harus mendapatkan perhatian lebih
dari guru dengan mengamati, memfasilitasi dan menjaga interaksi kerja
kelompok dari siswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan agar
ketuntasan belajar dapat tercapai. Proses pembelajaran dengan model jigsaw
akan lebih maksimal dengan menggabungkan model belajar yang lain.
Dari paparan yang telah disampaikan di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif model jigsaw adalah pembelajaran dengan
membentuk kelompok kerja kecil dengan melibatkan siswa untuk secara aktif
menggali materi yang diberikan guru lebih mendalam. Dengan pembelajaran
kooperatif model jigsaw, siswa akan lebih terbuka pemikirannya dengan
memahami sudut pandang atau pemikiran orang lain. Dengan ini pula
kemampuan siswa menyampaikan informasi atau presentasi dengan orang ahli
dapat tercipta dan menigkat.
2. Mekanisme Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Jigsaw bekerja dengan membagi kelas menjadi kelompok-kelompok
yang masing-masing beranggotakan lima sampai enam siswa. Model belajar
jigsaw menuntut adanya keragaman anggota kelompok berdasarkan tingkat
prestasi, jenis kelamin dan tingkat keterampilan yang merata (heterogen).
Pembagian kelompok mula yang selanjutnya dinamakan kelompok awal
commit to user
siswa sebanyak 40 orang kemudian dibagi menjadi 8 kelompok dengan
beranggotakan masing-masing kelompok adalah 5 orang, sehingga guru harus
menyiapkan sebanyak 5 materi berbeda yang kemudian membagikan ke setiap
kelompok.
Kelompok awal yang beranggotakan 5 orang tersebut menerima 5
materi berbeda sekaligus dan membagikan kepada anggota kelompok yang
kemudian untuk dikirim ke kelompok ahli. Kelompok ahli terdiri atas siswa
atau anggota masing-masing kelompok yang telah dikirim kelompoknya untuk
mempelajari dan mengembangkan materi yang sama dengan anggota
kelompok yang lain. Dalam kelompok ahli siswa mendiskusikan materi yang
sama. Diskusi dalam kelompok ahli dilakukan dengan harapan siswa dapat
bertukar informasi dan pemahaman atas materi yang dipelajari.
Setelah selesai melakukan diskusi siswa kembali pada kelompok awal
mereka dan menyampaikan materi yang telah dipelajarinya dalam kelompok
ahli kepada anggota kelompok awal yang lain. Demikian juga dengan anggota
kelompok awal yang lain dengan materi berbeda, menyampaikan informasi
yang telah mereka peroleh dalam kelompok ahli kepada anggota yang lain.
Daniel Muijs & David Reynolds (2008: 89) dalam Effective Teaching
mengemukakan bahwa dengan mendiskusikan temuan-temuan kepada anggota
lain dalam belajar memastikan bahwa kualitas informasi yang ditemukan oleh
anggota lain akan bertambah, dan juga menjadikan siswa untuk berlatih
melakukan presentasi dengan para ahli lain.
Proses akhir pembelajaran jigsaw dilakukan penarikan kesimpulan
dengan melibatkan seluruh komponen pembelajaran agar tercapai kesepakatan
atas materi yang telah dipelajari. Guru dapat memberikan masukan atau
tambahan informasi dengan penyampaian yang lebih menarik sehingga
kesulitan yang ditemukan siswa dapat terpecahkan dengan baik. Pemecahan
masalah dan pengecekan tingkat pemahaman siswa dapat dilakukan dengan
cara memberikan pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan materi yang telah
2. Kreativitas Belajar Siswa
a. Pengertian Kreativitas
Istilah kreatifitas berasal dari bahasa inggris yaitu to creative yang dapat
diterjemahkan dengan istilah mencipta yang berarti mengarang atau membuat
sesuatu yang berbeda bentuk susunan atau gayanya dari pada yang lazim dikenal
orang banyak. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 760), “Kreativitas” diartikan
sebagai 1. kemampuan untuk mencipta, daya cipta, 2. perihal berkreasi.
Sedangkan kreasi sendiri adalah hasil buah pikiran atau kecerdasan akal manusia.
Beberapa pakar memberikan pendapatnya tentang definisi kreativitas
berdasarkan empat P yaitu :
1) Definisi Pribadi
Ditinjau dari aspek pribadi, kreativitas muncul dari interaksi pribadi yang
unik dengan lingkungannya. Faktor pribadi yang kreatif menurut Roger (Tyas:
2010) adalah keterbukaan kepada pengalaman, kemampuan untuk memberikan
penilaian secara internal sesuai dengan lokus pribadinya, dan kemampuan untuk
secara spontan bereksplorasi bermain dengan elemen-elemen dan konsep-konsep.
Definisi tentang kreativitas diberikan dalam “three-facet model of
creativity” menjelaskan “kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis : intelegensi, gaya kognitif dan kepribadian atau motivasi.
Kemampuan tersebut membantu memahami apa yang melatarbelakangi individu
yang kreatif”.
Intelegensi meliputi : kemampuan verbal atau bahasa, pemikiran lancar,
pengetahuan, perencanaan, perumusan masalah, penyusunan strategi, representasi
mental, keterampilan pengambilan kesimpulan dan keseimbangan serta integrasi
intelektual secara umum.
Gaya kognitif atau intelektual dari pribadi yang kreatif menunjukkan
kelonggaran dari keterikatan pada konvensi menciptakan sendiri, melakukan
hal-hal dengan caranya sendiri, menyukai masalah yang tidak terlalu struktur, senang
menulis, merancang, lebih tertarik pada jabatan yang kreatif seperti pengarang,
commit to user
Dimensi kepribadian atau motivasi meliputi ciri-ciri seperti fleksibilitas,
toleransi terhadap kedwiartian, dorongan untuk berprestasi dan mendapat
pengakuan, keuletan dalam menghadapi rintangan, dan pengambilan resiko yang
moderat.
2) Definisi Proses
Ditinjau sebagai proses, menurut Torrance (Tyas: 2010) kreativitas adalah
proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang
kekurangan (masalah) ini, menilai, dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian
mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyaipaikan hasil-hasilnya.
Langkah-langkah proses kreatif menurut Wallas (Tyas: 2010) yang banyak
diterapkan dalam pengembangan kreativitas meliputi : tahap persiapan, inkubasi,
iluminasi dan verifikasi.
3) Definisi Produk
Definisi produk kreativitas menekankan bahwa apa yang dihasilkan dari
proses kreativitas adalah sesuatu yang baru, orisinil, dan bermakna. Menurut
Munandar (Tyas: 2010) menyatakan bahwa suatu karya cipta pada hakikatnya
tidaklah baru sama sekali tetapi merupakan pengembangan atau kombinasi baru
berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya..
4) Definisi Press
Kategori keempat dari definisi dan pendekatan terhadap kreativitas
menekankan faktor “press” atau dorongan, baik dorongan internal (dari diri
sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara
kreatif) maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis.
Mengenai “press” dari lingkungan, ada lingkungan yang tidak menghargai
imajinasi atau fantasi, dan menekankan kreativitas dan inovasi. Kreativitas juga
tidak berkembang dalam kebudayaan yang terlalu menekankan konformitas dan
tradisi, dan kurang terbuka terhadap perubahan atau perkembangan baru. Utami
Munandar (2004: 20) mengungkapkan bahwa “kreativitas dapat pula ditinjau dari
kondisi pribadi dan lingkungan yang mendorong (press) individu ke perilaku
commit to user
Pengertian tentang kreativitas dijelaskan lebih lengakap adalah berikut di
bawah ini.
1) Kreativitas ditinjau dari segi pribadi
Kreativitas merupakan ungkapan unik dari keseluruhan kepribadian
sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya, dan yang tercermin dalam
pikiran, perasaan, sikap atau perilakunya. Seorang individu yang kreatif
mempunyai sifat yang mandiri. Dirinya tidak merasa terikat pada nilai-nilai dan
norma-norma umum yang berlaku dalam bidang keahliannya.
2) Kreativitas sebagai proses
Torrance (Utami Munandar: 2004: 27) mengemukakan bahwa “Kreativitas
adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan
tentang kekurangan (masalah) ini, menilai dan menguji dugaan atau hipotesis,
kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan
hasil-hasilnya”.
3) Kreativitas sebagai produk
Menurut Stein (Tyas: 2010) mengemukakan bahwa suatu produk baru
dapat disebut kreatif jika mendapat pengakuan (penghargaan) oleh masyarakat
pada waktu tertentu. Kriteria untuk produk kreatif adalah :
a) Produk itu harus nyata (observable).
b) Produk itu harus baru.
c) Produk itu adalah hasil dari kualitas unik individu dalam interaksi
dengan lingkungannya.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
kreativitas merupakan kemampuan suatu individu yang dapat melahirkan sesuatu
yang unik, baru atau suatu gagasan ataupun obyek dalam suatu bentuk atau
susunan yang baru dan original dalam interaksi dengan lingkungannya.
b. Pengertian Belajar
Disadari atau tidak setiap orang pasti telah melakukan proses belajar
dalam kehidupan sehari-hari. Ada beberapa pendapat dari para ahli mengenai
commit to user
suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya”. Selain itu
Slametto juga mengungkapkan bahwa “Belajar dapat diartikan sebagai suatu
proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sehingga hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.
Purwoto (2003: 21) berpendapat bahwa “Belajar adalah proses yang
berlangsung dari keadaan tidak tahu menjadi lebih tahu, dari tidak terampil
menjadi terampil, dari pasif menjadi aktif, dari tidak teliti menjadi teliti dan
seterusnya. Belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi
terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan kepada
suatu tujuan, proses berbuat melalui pengamatan, melihat, memahami sesuatu
yang dipelajari.
Kesimpulan pengertian belajar seperti yang telah diuraikan di atas adalah
suatu proses usaha yang dilakukan individu melalui interaksi manusia dengan
lingkungan sekitarnya untuk menyampaikan ekspresi sebagai kreasi yang dapat
menghasilkan perubahan dari keadaan semula yang kurang mendapat apresiasi
menjadi lebih baik dan mendapat pengakuan tertinggi.
c. Kreativitas Dalam Belajar
Belajar adalah sebuah aktivitas yang meliputi, aktivitas berbuat,
bertingkah laku dan melakukan kegiatan. Manusia yang dibakali akal dan pikiran
sehingga dalam aktivitasnya memiliki kemampuan untuk menggunakan dan
mengembangkan akalnya untuk bereaksi danmencipta. Peranan kreativitas pada
proses belajar sangat penting dalam rangka memberikan makna dan hasil belajar
sehingga mendapatkan prestasi yang optimal.
Menurut Arden N. Frandsen (Sumadi Suryabrata: 1995: 253) menyatakan
bahwa hal-hal yang mendorong seseorang untuk belajar adalah sebagai berikut :
1. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia luas;
3. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan
teman-teman;
4. Adanya keinginan untuk memperbaiki keadaan;
5. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran;
6. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari belajar.
Utami Munandar (1982: 132) menyatakan bahwa “Anak yang masuk
kategori kreatif pada umumnya mempunyai inisiatif yang tinggi untuk
memperbaiki segala sesuatu, sehingga menjadi lebih baik dan memuaskan”. Anak
kreatif selalu menunjukkan perkembangan pemikiran yang sangat jelas, yaitu
dengan adanya pemikiran-pemikiran dan perbuatan dalam menyikapi hal-hal baru.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa salah satu
hal yang mendorong manusia untuk belajar adalah adanya sifat kreatif dalam diri
dan keinginan untuk maju. Selain itu, manusia yang kreatif selalu berusaha untuk
memberi makna pada proses belajarnya dan tidak pernah merasa takut pada
kesalahan dan kegagalan. Keinginan yang tinggi untuk segera bangkit dan belajar
dari kegagalan dan mendorong pada pencapaian prestasi yang memuaskan.
Kreativitas yang meningkat pada diri seseorang terlihat dengan bertambahnya
hasil kreasi sebagai produk pikirannya. Kematangan berpikir dalam memecahkan
setiap permasalahan akan dihadapi dengan mudah, sehingga setiap orang yang
mempunyai tingkat kreativitas tinggi akan sangat mudah menginterpretasikan
dirinya di lingkungan masyarakat dengan sikap dan tingkah laku yang fleksibel
dan dinamis namun tetap pada prinsip pribadi.
3. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil belajar dan
hasil belajar ini dapat dilihat dari prestasi belajar siswa yang diperoleh. Melalui
proses belajar mengajar yang efektif diharapkan siswa memperoleh prestasi
belajar yang memadai. Alur penjelaan dari apa dan bagaimana prestasi belajar
commit to user
Prestasi belajar terdiri dari kata “Prestasi” dan “Belajar”. Prestasi
mempunyai arti hasil usaha, yang mana kata prestasi itu sendiri merupakan kata
serapan yang dibakukan dari kata prestatie yang berasal dari bahasa Belanda.
Fungsi prestasi belajar dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang
telah dikuasai anak didik.
2) Prestasi belajar sebagai lambang kepuasan hasrat ingin tahu.
3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari institusi
pendidikan.
5) Prestasi belajar dapat dijadikan sebagai indikator terhadap daya serap atau
kecerdasan.
Suharsimi Arikunto (1998: 36) menyatakan bahwa prestasi belajar
merupakan hasil perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah manusia yaitu
kognitif, afektif dan psikomotor. Prestasi merupakan kegiatan-kegiatan yang telah
dikerjakan dan diciptakan secara individu maupun kelompok.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1126-1127) dinyatakan bahwa
prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau
angka yang diberikan oleh guru.
Penilaian yang diberikan dalam prestasi belajar diperlukan untuk
melakukan evaluasi atas kegiatan yang selama ini dilaksanakan. Sehingga proses
belajar mengajar yang menggunakan sistem tertentu dapat diketahui bagaimana
hasilnya. Prestasi bagi siswa merupakan sesuatu hal yang sangat penting dalam
hal belajar khususnya, karena nilai yang dicapai dalam proses belajar adalah
prestasi yang dapat dilihat secara nyata.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa digolongkan menjadi
dua golongan utama yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor
1) Faktor internal
Faktor yang datangnya dari dalam diri masing-masing individu yang
meliputi :
a. Faktor Biologis, merupakan faktor yang berhubungan dengan jasmani
siswa yaitu kesehatan dan cacat badan.
b. Faktor Psikologis, merupakan faktor yang berhubungan dengan
keadaan tingkah laku, kejiwaan dan pikiran siswa antara lain
intelegensi, perhatian, minat, bakat dan emosi.
2) Faktor eksternal
Merupakan faktor pengaruh yang datangnya dari luar diri individu,
meliputi :
a. Lingkungan Sekolah
(1). Metode mengajar yang digunakan.
(2). Alat pelajaran sekolah.
(3). Suasana kelas.
(4). Kemandirian Siswa.
(5). Kurikulum pendidikan.
b. Lingkungan Keluarga
(1). Faktor orang tua.
(2). Faktor suasana rumah.
(3). Faktor ekonomi keluarga.
Suharsimi Arikunto (1990: 21) menyatakan bahwa ada dua faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu; 1). Faktor Internal meliputi faktor
biologis yaitu usia, kematangan, kesehatan dan faktor psikologis yaitu minat,
motivasi dan suasana hati. 2). Faktor Eksternal meliputi faktor manusia yaitu
lingkungan di keluarga, sekolah, masyarakat dan faktor non-manusia yaitu udara,
suara bau-bauan.
Dari beberapa pegertian dan fungsi prestasi belajar tersebut dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai setelah
commit to user
pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan sikap selama dalam proses belajar
yang diberi nilai-nilai angka secara kuantitatif maupun nilai secara kualitatif.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan memuat uraian sistematis tentang hasil-hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu dan ada
hubungannya dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Penelitian yang akan
dilaksanakan ini ditujukan dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran.
Penelitian yang dilakukan oleh Siti Aisyah (2004) dalam skripsinya yang
memberikan kesimpulan yang signifikan antara kreativitas dan prestasi belajar,
tetapi kreativitas tidak berpengaruh langsung terhadap prestasi belajar tetapi lebih
dipengaruhi oleh hubungan kemampuan penalaran dan kecerdasan dan emosional
siswa.
Penelitian Sri Anugrah Bekti (2007) dalam skripsinya menyimpulkan
bahwa adanya peningkatan keaktifan dan kreatifitas belajar siswa mencapai 75%
melalui optimalisasa teknik guru mengajar serta adanya peningkatan prestasi
belajar siswa sampai daya serap kelas 75% melalui optimalisasi teknik guru
mengajar.
Penelitian Endang W (2002) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh
Pola Bermain dan Kreativitas Anak” memberikan kesimpulan bahwa pola
bermain anak memberikan konstribusi terhadap kreativitas anak. Anak dengan
pola bermain yang baik akan meningkatkan kreativitas.
Nanang Adi Nugraha (2006) dalam skripsinya yang menyatakan bahwa
tingkat kreativitas siswa dipengaruhi oleh tiga hal yaitu tingkat keaktifan siswa
sebesar 41,66%, kemampuan siswa dalam mengerjakan soal sebesar 58,33% dan
kemampuan siswa dalam membuat kesimpulan sebesar 52,77%.
Irwan Budi Ebtanto (2008) dalam skripsinya menyimpulkan bahwa
dengan desain pembelajaran kooperatif tipe STAD dan penggunaan sketsa sebagai
media pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan menulis surat dinas pada
siswa. Penelitian Dian Pramesti (2007) menyimpulkan kreatifitas siswa dalam
Uraian pendapat pada hasil penelitian yang terdahulu dapat disimpulkan
bahwa penelitian tindakan kelas yang menitikberatkan permasalahan pada
peningkatan kreativitas siswa, keaktifan siswa dan prestasi belajar dapat dilakukan
dengan berbagai cara yang salah satunya adalah dengan memperkenalkan atau
menggunakan pendekatan pembelajaran tertentu. Maka perlu dikaji secara lebih
kaitannya peningkatan kreativitas dan prestasi belajar siswa melalui pendekatan
pembelajaran metakognitif.
C. Kerangka Pemikiran
Pembelajaran mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik
Otomotif Kendaraan Ringan sekarang ini dirasakan masih kurang efektif karena
dalam proses belajar mengajar siswa cenderung pasif, pembelajaran mata
pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan
terdapat materi yang sangat kompleks dan sangat luas cakupannya. Mata pelajaran
Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan sering kali
menjadi masalah dalam belajar siswa karena tidak sedikit dijumpai pokok bahasan
perhitungan yang diperlukan pemecahan masalah dari soal-soal tersebut. Dalam
belajar mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan
Ringan diperlukan pemahaman konsep yang disertai dengan latihan
menyelesaikan permasalahan sebagai aktifitas analitik yang sangat penting
sehingga siswa dapat menguasai dengan cepat dan benar materi mata pelajaran
Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan. Untuk
menguasai dengan cepat dan benar materi mata pelajaran Dasar Kompetensi
Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan ini sangat diperlukan kreatifitas
siswa. Kreativitas siswa dalam mengemukakan ide, merumuskan ide baru dan
mengembangkan ide yang telah disampaikan pada proses belajar mata pelajaran
Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan sekarang ini
dirasa masih sangat kurang dan bahkan cenderung belum terlihat. Sehingga hal ini
menyebabkan prestasi belajar mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik
commit to user
Kreativitas dan prestasi belajar siswa merupakan tolak ukur keberhasilan
siswa dalam belajar yang dilakukan sekolah. Dengan kreativitas yang dimiliki
oleh siswa dalam mengemukakan ide, merumuskan ide baru dan mengembangkan
ide tersebut dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar atau prestasi
belajarnya.
Kreativitas mengemukakan ide, merumuskan ide baru dan
mengembangkan ide mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif
Kendaraan Ringan yang diberikan, siswa dapat menggunakan metode diskusi
maupun tanya jawab aktif. Siswa dituntut untuk paham terhadap materi pelajaran
yang diberikan dan dapat menangkap kata kunci yang ada pada materi tersebut,
setelah itu dengan menggunakan strategi tertentu siswa dapat mengemukakan ide,
merumuskan ide baru dan mengembangkan ide tersebut, dengan demikian
kreativitas siswa dapat meningkat.
Proses belajar tidak lepas dari strategi pembelajaran yang digunakan guru,
sehingga guru harus dapat menggunakan strategi pembelajaran dalam upaya
peningkatan kreativitas dan prestasi belajar siswa. Dan hendaknya strategi
pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan materi yang diajarkan. Guru
adalah pembimbing dan fasilitator dalam pembelajaran agar siswa lebih kreatif
dan aktif dalam belajar.
Pokok bahasan menjelaskan proses-proses mesin konversi, menjelaskan
konsep dasar-dasar listrik dan elektronika, dan memahami konsep dasar chassis
dan pemindah tenaga merupakan pokok bahasan dalam Standar Kompetensi Dasar
Kompetensi Kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan yang berisi
pemahaman konsep, yang tidak semua siswa dapat menguasai dengan baik. Ada
yang menguasai konsep saja, menguasai perhitungan saja atau bahkan tidak
menguasai sama sekali. Sehingga diperlukan suatu strategi pembelajaran atau
penyelesaian masalah untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Dalam penelitian ini menggunakan strategi pembelajaran kooperatif
kombinasi model STAD dan Jigsaw. Diharapkan dengan strategi atau metode ini
dapat meningkatkan kreativitas belajar dan prestasi siswa. Dan kerangka berpikir
Skema Kerangka Pemikiran Penelitian
Keterangan :
A : Pembelajaran Kooperatif Kombinasi model STAD dan Jigsaw
B : Kreativitas Belajar Siswa
C : Prestasi Belajar Siswa
D. Perumusan Hipotesis
Dari refleksi tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran di atas maka dapat
diajukan sebuah hipotisis sebagai berikut :
1. Penerapan metode pembelajaran kooperatif model STAD dan Jigsaw dapat
meningkatkan kreativitas belajar siswa.
2. Penerapan metode pembelajaran kooperatif model STAD dan Jigsaw dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
3. Peningkatan kreativitas belajar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
commit to user
29 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian tindakan kelas atau Classroom Action Research (CAR) dengan
alasan dimana dengan penelitian ini mampu menawarkan cara dan prosedur baru
untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme guru.
Penelitian dilakukan melalui proses kerja kolaborasi antara kepala sekolah,
guru dan peneliti. Kegiatan perencanaan awal dilakukan dengan studi
pendahuluan. Pada kegiatan ini mendiskusikan cara melakukan tindakan
pembelajaran dan bagaimana cara melakukan pengamatan. Pengamatan dilakukan
berdasarkan pedoman observasi yang disiapkan oleh peneliti dan dibantu guru.
Kejadian penting sebelum proses tindakan yang belum termuat dalam observasi
dicatat pada catatan lapangan.
Kegiatan refleksi atau diskusi bersama guru dilakukan untuk memberi
makna, menerangkan dan menyimpulkan hasil tindakan yang dilakukan.
Kesimpulan pada tindakan refleksi menjadi acuan untuk perencanaan siklus
berikutnya atau akhir tindakan penelitian karena dirasa telah cukup.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan At Taqwa
Muhammadiyah Miri, dengan subyek penerima tindakan penelitian adalah siswa
kelas X SMK At Taqwa Muhammadiyah Miri Tahun Pelajaran 2009/2010.
adapun alasan pemilihan tempat tersebut adalah :
a. SMK At Taqwa Muhammadiyah Miri merupakan sekolah swasta yang sedang
berkembang.
b. SMK At Taqwa Muhammadiyah Miri memiliki fasilitas bengkel otomotif
yang relatif lengkap.
c. Perlu diteliti apakah SMK At Taqwa Muhammadiyah Miri telah melaksanakan
d. Tersedianya data dan sumber data pendukung penelitian yang akan
dilaksanakan.
e. SMK At Taqwa Muhammadiyah Miri memiliki pengajar yang masih muda
sehingga diharapkan memiliki wawasan dan gambaran yang sama tentang
peningkatan kualitas pendidikan.
f. Lokasi sekolah yang mudah dicapai oleh peneliti.
2. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas dalam penerapan kombinasi model STAD dan
Jigsaw untuk meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar siswa dimulai bulan
Februari sampai dengan bulan Mei 2010. Pelaksanaan penelitian ini dibagi dalam
3 tahapan kegiatan. Tahap pertama yaitu persiapan penelitian yang berlangsung
pada bulan Februari hingga awal bulan Maret. Tahap kedua yaitu pelaksanaan
penelitian dengan jadwal pelaksanaan bulan Maret minggu ke-3 sampai dengan
bulan April. Tahap ketiga yaitu penyelesaian penelitian yang dilaksanakan pada
bulan Mei. Adapun jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian tersebut secara
terperinci dapat dijumpai dalam Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian
Uraian Kegiatan Februari Maret April Mei
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Tahap Persiapan Penelitian
- Kajian studi pustaka
- Desain penelitian
- Konsultasi rancangan penelitian
- Perumusan rancangan penelitian
- Penyusunan rancangan penelitian
- Pengurusan ijin penelitian
Tahap Pelaksanaan Penelitian
- Perencanaan tindakan
commit to user
- Pengamatan kelas
- Refleksi
- Analisis dan intrepretasi data
- Perumusan hasil kegiatan
Tahap Penyelesaian Penelitian
- Penyusunan kerangka laporan
- Penulisan kerangka laporan
- Revisi dan editing laporan
- Penyerahan laporan
C. Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai subyek penelitian adalah
guru, peneliti dan siswa. Guru sebagai subyek yang melakukan perencanaan dan
pengumpulan data, peneliti sebagai subyek yang melaksanakan tindakan kelas
berdasarkan rencana tindakan penelitian yang telah dibuat bersama antara peneliti
dan guru sedangkan subyek yang menerima tindakan kelas adalah siswa kelas X
Teknik Otomotif Kendaraan Ringan SMK At Taqwa Muhammadiyah Miri yang
berjumlah 31 siswa.
D. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan tindakan berbasis kelas kolaboratif yang bersifat
paktis, menyesuaikan situasi dan kondisi obyek melalui tindakan berdasarkan
permasalahan yang muncul dalam proses kegiatan pembelajaran sehari-hari.
Bersama-sama senantiasa berupaya memperoleh hasil yang optimal melalui cara
dan prosedur yang dinilai paling efektif, sehingga dimungkinkan adanya tindakan
yang berulang-ulang dengan revisi untuk meningkatkan kreativitas siswa.
Guru pengampu mata pelajaran, kepala sekolah dan peneliti dilibatkan
sejak : (1). Dialog awal atau langkah awal; (2). Perencanaan tindakan; (3).
Pelaksanaan Tindakan; (4). Observasi dan monitoring; (5). Refleksi; (6). Evaluasi;
(7). Penyimpulan hasil pengertian dan pemahaman. Adapun alur penelitian ini
commit to user Skema Rancangan Penelitian
Langkah-langkah Penelitian Upaya Peningkatan Kreativitas Belajar dan Prestasi
Siswa dengan Pembelajaran Kombinasi model STAD dan Jigsaw
Sutama (2004: 92) Modifikasi dari Kemmis & Mc. Taggart Dialog Awal
Perencanaan Tindakan I
Observasi Tindakan I
Perencanaan Terrevisi Tindakan II
Observasi Tindakan II
Refleksi
Refleksi
Perencanaan Terrevisi Tindakan III
Observasi Tindakan III
commit to user 1. Dialog awal
Dialog awal dilakukan sebagai upaya merekam segala peristiwa untuk
mendiagnosa permasalahan untuk menetukan fokus penelitian, selain itu
bertujuan untuk menemukan fakta-fakta yang dapat digunakan untuk
melengkapi kajian teori yang ada. Dalam dialog awal kepala sekolah dan guru
pengampu mata pelajaran tempat penelitian diadakan beserta peneliti
bersama-sama mendiskusikan maksud dan tujuan penelitian untuk memperoleh
kesepakatan mengenai strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kreativitas siswa dalam belajar mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan
Teknik Otomotif Kendaraan Ringan.
2. Perencanaan Tindakan Penelitian
Perencanaan tindakan penelitian dilaksanakan pada awal siklus
tahapan penelitian tindakan kelas. Perencanaan diharapkan dapat
memperbaiki kondisi awal atau sebelumnya. Dengan perencanaan diharapkan
tujuan dari pembelajaran tersampaikan tepat waktu dan dapat diserap secara
optimal oleh siswa. Perencanaan tindakan pada penelitian ini dilaksanakan
sebelum tindakan yang direncanakan dalam 3 putaran kegiatan.
a. Perencanaan Tindakan I
Rencana tindakan penelitian ini mengacu pada hasil dialog awal
antara kepala sekolah, guru pengampu mata pelajaran dan peneliti sebagai
fokus permasalahan. Adapun kegiatan perencanaan tindakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Peneliti bersama kepala sekolah dan guru mendiskusikan rumusan
masalah dan menyiapkan solusi penyelesaian masalah.
2) Mempersiapkan strategi belajar yang akan digunakan.
3) Mempersiapkan materi dan bahan pelajaran.
4) Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pemelajaran (RPP)
5) Mempersiapkan media pemelajaran.
6) Mempersiapkan instrumen tes untuk mengetahui pemahaman siswa.
commit to user
8) Mengambil kesimpulan sebagai acuan perencanaan dan pelaksanaan
tindakan putaran kedua.
b. Perencanaan Tindakan II
Perencanaan tindakan II dilaksanakan mengacu pada hasil
tindakan, observasi dan evaluasi putaran pertama. Perencanaan tindakan
II dilaksanakan sebagai satu satuan tahapan yang runtut dalam mencapai
tujuan awal dari dilaksanakan penelitian tindakan kelas ini. Pada
perencanaan tindakan II secara garis besar kegiatan yang dilaksanakan
tidak jauh berbeda dengan perencanaan tindakan I yaitu, sebagai berikut :
1) Peneliti memahami hasil tindakan I.
2) Mempersiapkan pelaksanaan tindakan selanjutnya.
3) Mempersiapkan strategi belajar baru yang akan digunakan.
4) Mempersiapkan materi dan bahan pelajaran pada tindakan II.
5) Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pemelajaran pada Tindakan II.
6) Mempersiapkan media pembelajaran.
7) Mempersiapkan tes evaluasi untuk mengetahui peningkatan
pemahaman dan prestasi belajar siswa.
8) Menganalisis hasil tindakan dan observasi penelitian pada putaran
kedua.
9) Mengambil kesimpulan dari pelaksanaan kegiatan putaran kedua.
c. Perencanaan Tindakan III
Perencanaan tindakan III merupakan kegiatan awal pada putaran
terakhir penelitian. Kegiatan perencanaan tindakan ini dilaksanakan
mengacu pada hasil yang telah diperoleh dari kegiatan perencanaan dan
pelaksanaan tindakan pada dua putaran sebelumnya. Perencanaan
tindakan pada kegiatan ini dilakukan perbaikan untuk mencapai tujuan
yang dinginkan antara lain sebagai berikut :
1) Melaksanakan pemahaman dan penilaian dari hasil tindakan
sebelumnya.
2) Mempersiapkan pelaksanaan tindakan selanjutnya.
commit to user
4) Mempersiapkan materi dan bahan pelajaran yang akan digunakan.
5) Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pemelajaran tindakan.
6) Mempersiapkan media pembelajaran.
7) Mempersiapkan tes evaluasi materi yang diajarakan pada putaran
ketiga.
8) Mempersiapkan post tes dari semua materi yang telah diberikan.
9) Menganalisis hasil pelaksanaan tindakan, observasi dan tes dari
keseluruhan kegiatan.
10) Mengambil kesimpulan akhir dari keseluruhan pelaksanaan tindakan
penelitian.
3. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh peneliti. Peneliti sebagai guru
pengampu mata pelajaran berfungsi sebagai pengelola kegiatan belajar
mengajar di kelas dan sebagai aktor utama dalam implementasi tindakan.
Tindakan dilaksanakan berdasarkan perencanaan namun tindakan tidak
mutlak dikendalikan oleh rencana. Suatu tindakan yang diputuskan
mengandung berbagai resiko karena terjadi dalam situasi nyata, oleh karena
itu rencana tindakan harus fleksibel dan siap diubah sesuai dengan keadaan
yang ada sebagai usaha ke arah perbaikan. Pada penelitian ini, guru
melakukan tindakan pembelajaran sesuai dengan program yang direncanakan
sebanyak 3 putaran pelaksanaan tindakan sebagai berikut :
a. Tindakan I
Tindakan ini dilaksanakan setelah mendapatkan hasil dari
pengamatan dan tes awal. Dalam tindakan ini direncanakan guru
memberikan strategi pembelajaran yang lebih baik sehingga dapat
meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar siswa. Strategi yang
ditawarkan adalah dengan membangkitkan minat (Inquiring Minds Want
to Know). Teknik pembelajaran sederhana ini diharapkan dapat
membangkitkan keingintahuan siswa dengan meminta mereka untuk
membuat perkiraan-perkiraan tentang suatu topik atau suatu pertanyaan.