DAFTAR PUSTAKA A. Buku
Ali, Zainuddin, 2009. Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta
Asyhadie, Zaeni,2007. Hukum Kerja, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Asyhadie, Zaeni, 2008. Aspek-aspek Jaminan Sosial Tenaga Kerja Rajawali, Jakarta.
Budiono, Abdul Rachmad, 2005. Hukum Perburuhan di Indonesia,Rajawali Press, Jakarta
Hardijan, Rusli,2004. Hukum Ketenagakerjaan, Ghalia Indonesia, Bogor.
Hartono, Sri Rejeki, 2001. Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Sinar Grafika, Jakarta.
Husni, Lalu, 2005. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Ibrahim, Johnny. 2007. Teori dan Metodelogi Penelitian Hukum Normatif, Bayu Media, Surabaya.
Muhammad, Abdul Kadir, Hukum Asuransi Indonesia, Citra Aditya, Bandung, 2006.
Simorangkir, J.C.T. Rudy Erwin,J.T Prasetyo, Kamus Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2009.
Manulang, Sendjun, 2002. Pokok-pokok Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta.
Prodjodikoro, Wirdjono. 2010. Hukum Asuransi di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta.
Supomo, Imam, 2003. Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan Kerja, PradnyaParamita, Jakarta.
Wahab, Zulaini, 2001. Dana Pensiun dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja di
Indonesia, Citra Aditya, Bandung.
Pemerintahan Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 2 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya Undang-undang Kecelakaan Tahun 1947 Nomor 33 dari Republik Indonesia untuk seluruh Indonesia, Lembaran Negara Tahun 1951 Nomor 3 dan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977 tentang Asuransi Sosial Tenaga Kerja, Lembaran Negara Tahun 1977 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3112.
Pemerintahan Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5256;
Pemerintahan Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 14, tambahan Lembaran Negara Nomor 3468.
Pemerintahan Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 337, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5618
Pemerintahan Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Pemerintah Nomor 25 Tahun 1981tentang Asuransi
Sosial Pegawai
Pemerintahan Republik Indonesia Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Pedoman Penyusunan Peta Jalan Penyelenggaraan Jaminan Sosial Bidang Kesehatan dan bidang Ketenagakerjaan.
Pemerintahan Republik Indonesia Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), Staatsblad 1847 Nomor 23 tentang Wetboek van Koophandel voor Indonesie)
C. Internet
Jamsostek.co.id/organisasi (diakses tanggal 23 Mei 2015)
BAB III
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) KETENAGAKERJAAN
A. Pengertian, Sejarah dan Dasar Hukum BPJS
Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tangung
jawab dan kewajiban negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi
kepada masyarakat. Sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan Negara.
Indonesia seperti halnya negara berkembang lainnya, mengembangkan program
jaminan sosial berdasarkan funded social security, yaitu jaminan sosial yang
didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor
formal.29
29
Sejarah terbentuknya PT Jamsostek (Persero) mengalami proses yang
panjang, dimulai dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1947 jo Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 1951 tentang kecelakaan kerja, Peraturan Menteri Perburuhan
(PMP) Nomor 48 Tahun 1952 jo PMP Nomor 8 Tahun 1956 tentang pengaturan
bantuan untuk usaha penyelenggaraan kesehatan buruh, PMP Nomor 15 Tahun
1957 tentang pembentukan Yayasan Sosial Buruh, PMP Nomor 5 Tahun 1964
tentang pembentukan Yayasan Dana Jaminan Sosial (YDJS), diberlakukannya
Undang-Undang Nomor 14 Tahun1969 tentang Pokok-pokok Tenaga Kerja.
Secara kronologis proses lahirnya asuransi sosial tenaga kerja semakin transparan.
Setelah mengalami kemajuan dan perkembangan, baik menyangkut
landasan hukum, bentuk perlindungan maupun cara penyelenggaraan, pada tahun
1977 diperoleh suatu tonggak sejarah penting dengan dikeluarkannya Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 33 tahun 1977 tentang pelaksanaan program asuransi
sosial tenaga kerja (ASTEK), yang mewajibkan setiap pemberi kerja/pengusaha
swasta dan BUMN untuk mengikuti program ASTEK. Terbit pula Peraturan
Pemerintah Nomor 34 Tahun 1977 tentang pembentukan wadah penyelenggara
ASTEK yaitu Perum Astek. 30
Selanjutnya pada akhir tahun 2004, Pemerintah juga menerbitkan
Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Undang-undang itu berhubungan dengan Amandemen Undang-Undang Dasar 1945
tentang perubahan Pasal 34 ayat (2), yang kini berbunyi: "Negara
mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan". Tonggak penting berikutnya adalah lahirnya Undang-Undang Nomor 3
tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK). Dan melalui
Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995 ditetapkannya PT Jamsostek sebagai
badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Program Jamsostek
memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga
kerja dan keluarganya, dengan memberikan kepastian berlangsungnya arus
penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya
penghasilan yang hilang, akibat risiko sosial.
30Ibid
Manfaat perlindungan tersebut dapat memberikan rasa aman kepada pekerja
sehingga dapat lebih berkonsentrasi dalam meningkatkan motivasi maupun
produktivitas kerja.
Kiprah Perusahaan PT Jamsostek (Persero) yang mengedepankan
kepentingan dan hak normatif Tenaga Kerja di Indonesia dengan memberikan
perlindungan 4 (empat) program, yang mencakup Program Jaminan Kecelakaan
Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan (JPK) bagi seluruh tenaga kerja dan keluarganya terus
berlanjutnya hingga berlakunya UU No 24 Tahun 2011.
Tahun 2011, ditetapkanlah UU No 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial. Sesuai dengan amanat undang-undang, tanggal 1
Januri 2014 PT Jamsostek akan berubah menjadi Badan Hukum Publik. PT
Jamsostek (Persero) yang bertransformsi menjadi BPJS (Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan tetap dipercaya untuk menyelenggarakan
program jaminan sosial tenaga kerja, yang meliputi JKK, JKM, JHT dengan
penambahan Jaminan Pensiun mulai 1 Juli 2015.31
Menyadari besar dan mulianya tanggung jawab tersebut, BPJS
Ketenagakerjaan pun terus meningkatkan kompetensi di seluruh lini pelayanan
sambil mengembangkan berbagai program dan manfaat yang langsung dapat
dinikmati oleh pekerja dan keluarganya. semakin maju, program BPJS
Ketenagakerjaan tidak hanya memberikan manfaat kepada pekerja dan pengusaha
saja, tetapi juga memberikan kontribusi penting bagi peningkatan pertumbuhan
ekonomi bangsa dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS
Ketenagakerjaan) adalah badan hukum publik yang bertanggungjawab kepada
Presiden dan berfungsi menyelenggarakan program jaminan hari tua, jaminan
pensiun, jaminan kematian dan jaminan kecelakaan kerja bagi seluruh pekerja
Indonesia termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di
Indonesia.32
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS
Ketenagakerjaan) merupakan program publik yang memberikan perlindungan
bagi tenaga kerja untuk mengatasi risiko sosial ekonomi tertentu dan
penyelenggaraannya menggunakan mekanisme
Negara yang bergerak dalam bidang asuransi sosial BPJS Ketenagakerjaan yang
dahulu bernama PT Jamsostek (Persero) merupakan pelaksana undang-undang
Sebagai Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam bidang asuransi
sosial BPJS Ketenagakerjaan yang dahulu bernama PT Jamsostek (Persero)
merupakan pelaksana undang-undang jaminan sosialtenaga kerja. BPJS
Ketenagakerjaan sebelumnya bernama Jamsostek (jaminan sosial tenaga kerja),
yang dikelola oleh PT. Jamsostek (Persero), namun sesuai Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS, PT. Jamsostek berubah menjadi BPJS
Ketenagakerjaan sejak tanggal 1 Januari 2014
32
Sejarah terbentuknya BPJS Ketenagakerjaan yang dahulu bernama
Jamsostek mengalami proses yang panjang, dimulai dari Undang-Undang Nomor
33 Tahun 1947 jo Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1951 tentang kecelakaan
kerja, Peratur
untuk usaha penyelenggaraan kesehatan buruh, Peratura
(PMP) Nomor 15 Tahun 1957 tentang pembentukan Yayasan Sosial Buruh,
Peratur
Yayasan Dana Jaminan Sosial (YDJS), diberlakukannya Undang-Undang Nomor
14 Tahun 1969 tentang Pokok-pokok Tenaga Kerja. Secara kronologis proses
lahirnya asuransi sosial tenaga kerja semakin transparan.33
Setelah mengalami kemajuan dan perkembangan, baik menyangkut
landas
Pemerintah (PP) Nomor 33 Tahun 1977 tentang pelaksanaan program asuransi
sosial tenaga kerja (ASTEK), yang mewajibkan setiap pemberi kerja/pengusaha
swasta dan BUMN untuk mengikuti program ASTEK. Terbit pula Peraturan
Pemerintah Nomor 34 Tahun 1977 tentang pembentukan wadah penyelenggara
ASTEK yaitu Perum Astek. Tonggak penting berikutnya adalah lahirnya
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang
(JAMSOSTEK). Dan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995
ditetapkannya PT. Jamsostek sebagai badan penyelenggara Jaminan Sosial
33
Tenaga Kerja. Program
memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan
memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga
sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang, akibat risiko
sosial.
Akhir Tahun 2004, Pemerintah juga menerbitkan UU Nomor 40 Tahun
2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Undang-undang itu berhubungan
dengan Amandemen UUD 1945 tentang perubahan Pasal 34 ayat (2), yang kini
berbunyi: "Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan". Manfaat perlindungan tersebut dapat memberikan rasa aman
kepada pekerja sehingga dapat lebih berkonsentrasi dalam meningkatkan motivasi
maupun produktivitas kerja.34
Kiprah Perusahaan yang mengedepankan kepentingan dan hak normatif
Tenaga Kerja di Indonesia terus berlanjut. Sampai saat ini, PT. Jamsostek
(Persero) memberikan perlindungan 4 (empat) program, yang mencakup Program
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua
(JHT) dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) bagi seluruh tenaga kerja dan
keluarganya.35
34
Rusli Hardijan, hukum ketenagakerjaan, Ghalia Indonesia, Bogor, 2004, hal 83
35
Lalu Husni, Op.cit., hal 158
Tahun 2011, ditetapkanlah Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011
tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Sesuai dengan amanat
undang-undang, tanggal 1 Januari 2014 PT Jamsostek akan berubah menjadi Badan
jaminan sosial tenaga kerja, yang meliputi JKK, JKM, JHT dengan penambahan
Jaminan Pensiun mulai 1 Juli 2015. Pada Tahun 2014 pemerintah
menyelenggarakan program
jaminan sosial bagi masyarakat sesuai Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011,
Pemerintah mengganti nam
menjadi
(Persero) menjadi BPJS Ketenagakerjaan.
Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana tersebut diatas BPJS bertugas
untuk:36
1. Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta;
2. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja; 3. Menerima bantuan iuran dari Pemerintah;
4. Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan peserta;
5. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial; 6. Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai
dengan ketentuan program jaminan sosial; dan
7. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial kepada peserta dan masyarakat.
Tugas BPJS meliputi pendaftaran kepesertaan dan pengelolaan data
kepesertaan, pemungutan, pengumpulan iuran termasuk menerima bantuan iuran
dari Pemerintah, pengelolaan Dana jaminan Sosial, pembayaran manfaat dan/atau
membiayai pelayanan kesehatan dan tugas penyampaian informasi dalam rangka
sosialisasi program jaminan sosial dan keterbukaan informasi.
Kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan dibagi dalam dua kelompok
kepesertaan BPJS yaitu :37
36Ibid
37
1. Peserta Tenaga Kerja Dalam Hubungan Kerja. Terdiri dari PNS, TNI/POLRI, Pensiunan PNS/TNI/POLRI, BUMN, BUMD, Swasta, Yayasan, Joint Venture,Veteran,Perintis Kemerdekaan. Pemberi Kerja mendaftarkan dirinya dan pekerjanya ke BPJS Ketenagakerjaan
2. Peserta Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja terdiri dari Pekerja sektor informal, Pekerja mandiriPekerja dapat membentuk wadah/organisasi yang terdiri dari minimal 10 orang dan mendaftar ke BPJS Ketenagakerjaan
Peserta Tenaga Kerja dalam Hubungan Kerja :
1. Perwakilan perusahaan mendaftar di kantor BPJS dengan mengisi
Formulir perusahaan dan Formulir Tenaga kerja.
2. Melakukan pembayaran iuran pertama yang dapat dilakukan di
ATM/setor tunai di Bank Mandiri, BNI,BRI dan Bukopin maksimal 30 hari
dari waktu pendaftaran
3. Melengkapi persyaratan dokumen pendaftaran :
a. Asli dan fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan
b. Asli dan Fotokopi NPWP Perusahaan
c. Asli dan Fotokopi Akta Perdagangan Perusahaan
d. Fotokopi KTP masing-masing Pekerja
e. Fotokopi KK masing-masing Pekerja
f. Pas Foto berwarna masing-masing Pekerja ukuran 2x3 1 Lembar
Peserta Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja :
a. Perwakilan wadah mendaftar di kantor BPJS Ketenagakerjaan dengan mengisi
formulir pendaftaran.
b. Memilih jenis jaminan yang ingin diikuti (diperbolehkan tidak mengikuti
seluruh jaminan) dan jangka waktu pembayaran iuran (perbulan atau per tiga
c. Melakukan pembayaran iuran pertama yang dapat dilakukan di ATM/setor
tunai di Bank Mandiri, BNI,BRI dan Bukopin maksimal 30 hari dari waktu
pendaftaran
d. Melengkapi persyaratan dokumen pendaftaran :
a) Surat izin usaha dari RT/RW/Kelurahan setempat
b) Fotokopi KTP masing-masing Pekerja
c) Fotokopi KK masing-masing Pekerja
d) Pas Foto berwarna masing-masing Pekerja ukuran 2x3 1 Lembar.
Manfaat BPJS Ketenagakerjaan :38
a. Program perlindungan yang bersifat dasar bagi tenaga kerja yang bertujuan untuk menjamin adanya keamanan dan kepastian terhadap risiko-risiko sosial ekonomi,
b. Sarana penjamin arus penerimaan penghasilan bagi tenaga kerja dan keluarganya akibat dari terjadinya risiko-risiko sosial dengan pembiayaan yang terjangkau oleh pengusaha dan tenaga kerja.
c. Risiko sosial ekonomi yang ditanggulangi oleh program tersebut terbatas saat terjadi peristiwa kecelakaan, sakit, hamil, bersalin, cacat, hari tua dan meninggal dunia, yang mengakibatkan berkurangnya atau terputusnya penghasilan tenaga kerja dan/atau membutuhkan perawatan medis.
d. Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial ini menggunakan mekanisme Asuransi Sosial
BPJS (Badan Penyelengaraan Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan adalah
pengganti PT. JAMSOSTEK. BPJS (Badan Penyelengaraan Jaminan Sosial)
adalah program SJSN yang dikhususkan untuk pelayanan bagi tenaga kerja atau
karyawan dalam bentuk jaminan asuransi hari tua.Jadi intinya BPJS (Badan
Penyelengaraan Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan ditambah jaminan pensiunan
bagi para pekerja atau karyawan. BPJS (Badan Penyelengaraan Jaminan Sosial)
Ketenagakerjaan adalah program khusus untuk tenaga kerja atau pegawai,baik
pegawai negeri maupun swasta. Untuk jenis serta nominal iurannya masih belum
ditentukan karena baru akan diumumkan diawal Tahun 2015 dan sampai skripsi
ini dibuat belum ada ketentuan tersebut.
Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa BPJS (Badan Penyelengaraan
Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan bisa dibilang asuransi hari tua bagi pekerja atau
pegawai negeri maupun swasta atau pemegang kartu jamsostek yang lama.
Sebelum menjadi BPJS, transformasi PT.JAMSOSTEK dilakukan dalam dua
tahap. Tahap pertama adalah masa peralihan PT. JAMSOSTEK (Persero) menjadi
BPJS Ketenagakerjaan berlangsung selama 2 Tahun, mulai 25 November 2011
sampai dengan 31 Desember 2013. Tahap pertama diakhiri dengan pendirian
BPJS Ketenagakerjaan pada 1 Januari 2014.
Tahap kedua, adalah tahap penyiapan operasionalisasi BPJS
Ketenagakerjaan untuk penyelenggaraan program jaminan kecelakaan kerja,
jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Persiapan tahap kedua
berlangsung selambat-lambatnya hingga 30 Juni 2015 dan diakhiri dengan
beroperasinya BPJS Ketenagakerjaan untuk penyelenggaraan keempat program
tersebut sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial
Nasional selambatnya pada 1 Juli 2015.
Selama masa persiapan, Dewan Komisaris dan Direksi PT Jamsostek
(Persero) ditugasi untuk menyiapkan:
2. Pengalihan asset dan liabilitas, serta hak dan kewajiban program jaminan
pemeliharaan kesehatan PT Jamsostek (Persero) ke BPJS Kesehatan.
3. Penyiapan beroperasinya BPJS Ketenagakerjaan berupa pembangunan
sistem dan prosedur bagi penyelenggaraan program jaminan kecelakaan
kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian, serta
sosialisasi program kepada publik.
4. Pengalihan asset dan liabilitas, pegawai serta hak dan kewajiban PT
Jamsostek (Persero) ke BPJS Ketenagakerjaan.Penyiapan pengalihan asset
dan liabilitas, pegawai serta hak dan kewajiban PT Jamsostek (Persero) ke
BPJS Ketenagakerjaan mencakup penunjukan kantor akuntan publik untuk
melakukan audit atas:
a. Laporan keuangan penutup PT Askes(Persero);
b. Laporan posisi keuangan pembukaan BPJS Kes;
c. Laporan posisi keuangan pembukaan dana jaminan kesehatan.
Seperti halnya pembubaran PT ASKES (Persero),pada 1 Januari 2014 PT
Jamsostek (Persero) dinyatakan bubar tanpa likuidasi dan PT Jamsostek (Persero)
berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun
1995 tentang Penetapan Badan Penyelenggara Program Jaminan Sosial Tenaga
Kerja (JAMSOSTEK) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Semua aset dan
liabilitas serta hak dan kewajiban hukum PT Jamsostek (Persero) menjadi asset
dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum BPJS Ketenagakerjaan.Semua
pegawai PT Jamsostek (Persero) menjadi pegawai BPJS Ketenagakerjaan.Pada
keuangan penutup PT Jamsostek (Persero) setelah dilakukan audit oleh kantor
akuntan publik. Menteri Keuangan mengesahkan posissi laporan keuangan
pembukaan BPJS Ketenagakerjaan dan laporan posisi keuangan pembukaan dana
jaminan ketenagakerjaan.
Sejak 1 Januari 2014 hingga selambat-lambatnya 30 Juni 2015, BPJS
Ketenagakerjaan melanjutkan penyelenggaraan tiga program yang selama ini
diselenggarakan oleh PT Jamsostek (Persero), yaitu program jaminan kecelakaan
kerja, jaminan hari tua dan jaminan kematian, termasuk menerima peserta baru.
Penyelenggaraan ketiga program tersebut oleh BPJS Ketenagakerjaan masih
berpedoman pada ketentuan Pasal 8 sampai dengan Pasal 15 Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek. Selambat-lambatnya pada 1 Juli 2015,
BPJS Ketenagakerjaan beroperasi sesuai dengan ketentuan Undang-Undang
Sistem Jaminan Sosial Nasional. Seluruh Pasal Undang-Undang Jamsostek
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan kecelakaan
kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian sesuai dengan
ketentuan Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional untuk seluruh pekerja
kecuali Pegawai Negeri Sipil, Anggota TNI dan POLRI.Untuk pertama kali,
Presiden mengangkat Dewan Komisaris dan
Direksi PT Jamsostek (Persero) menjadi aggota Dewan Pengawas dan anggota
Direksi BPJS Ketenagakerjaan untuk jangkawaktu paling lama 2 Tahun sejak
BPJS Ketenagakerjaan mulai beroperasi.39
B. Fungsi, Wewenang dan Kewajiban BPJS Ketenagakerjaan menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS Ketenagakerjaan
Fungsi, wewenang dan Kewajiban BPJS Ketenagakerjaan menurut
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS Ketenagakerjaan sebagai
berikut :40
1. Fungsi BPJS Ketenagakerjaan antar lain :
a. Pendaftaran peserta
b. Mengumpulkan iuran dari Peserta /Pemberi Kerja
c. Menerima Bantuan Iuran dari Pemerintah (BPJS) kesehatan
d. Mengelola Dana Jaminan Sosial
e. Mengelola data peserta
f. Membayarkan manfaat dan / atau memberikan pelayanan
2. Wewenang BPJS Ketenagakerjaan antara lain sebagai berikut :
a. Menagih iuran
b. Penempatan investasi dana jaminan sosial
c. Melakukan pengawasan dan Pemeriksaan kepatuhan Peserta
d. Negosiasi/menghentikan kontrak dengan provider pelayanan
e. Mengenakan sanksi administratif
f. Melaporkan ketidakpatuhan peserta pada instansi yang berwenang
3. Kewajiban BPJS Ketenagakerjaan antara lain :
a. Memberikan nomor identitas tunggal
b. Mengembangkan dana aset jaminan sosial
c. Memberikan informasi kepada peserta dan stakeholder
d. Memberikan pelayanan dan manfaat
e. Memberikan informasi (hak/kewajiban, prosedur, saldo JHT, manfaat
pensiun)
f. Membentuk cadangan teknis
Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud di atas, BPJS
berwenang:41
1. Menagih pembayaran Iuran;
2. Menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek dan jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai;
3. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi kerja dalam memanuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional;
4. Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah;
5. Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan;
6. Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang tidak memenuhi kewajibannya;
7. Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai ketidakpatuhannya dalam membayar iuran atau dalam memenuhi kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
8. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan program jaminan sosial.
Kewenangan menagih pembayaran Iuran dalam arti meminta pembayaran
dalam hal terjadi penunggakan, kemacetan, atau kekurangan pembayaran,
kewenangan melakukan pengawasan dan kewenangan mengenakan sanksi
administratif yang diberikan kepada BPJS memperkuat kedudukan BPJS sebagai
badan hukum publik.
C. Organ BPJS Ketenagakerjaan dan Kekhususan BPJS Ketenagakerjaan dalam Perubahan
Pasal 20 Undang-Undang BPJS menentukan organ BPJS terdiri atas
Dewan Pengawas dan Direksi. Kedua organ tersebut mempunyai fungsi, tugas dan
wewenang yang berbeda. Meskipun demikian, keduanya sangat berperan dalam
menegakkan corporate governance BPJS. Ditangan Dewan Pengawas dan Direksi
baik buruknya kinerja BPJS ditentukan. Daya inovatif, kreatifitas dan dedikasi
personil kedua organ tersebut baik secara individual maupun sebagai suatu entitas
dalam melaksanakan fungsi, tugas dan wewenang masing-masing berpotensi
menjadikan BPJS berkembang secara dinamis. Disamping itu, kerjasama antar
individu dalam organ BPJS secara terstruktur dan dilandasi oleh budaya kerja
yang partisipatif dengan integritas yang tinggi menciptakan sinergi yang positif
untuk meraih tujuan BPJS, yaitu untuk mewujudkan terselenggaranya pemberian
jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta
dan/atau anggota keluarganya. Meskipun demikian patut diperhatikan bahwa
personil organ BPJS secara individual memiliki kelemahan dan keterbatasan
masing-masing. Namun hal ini dapat diatasi dengan menerapkan corporate
governance berdasarkan prinsip transparency, accountability dan responsibility,
responsiveness, independency dan fairness.
1. Dewan Pengawas
Dewan Pengawas terdiri atas 7 orang profesional yang mencerminkan
unsur-unsur pemangku kepentingan dalam jaminan sosial. Yaitu terdiri atas: a. 2
Kerja; dan d. 1 orang unsur Tokoh Masyarakat. Anggota Dewan Pengawas
diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Salah seorang dari anggota Dewan
Pengawas ditetapkan sebagai Ketua Dewan Pengawas oleh Presiden. Anggota
Dewan Pengawas diangkat untuk jangka waktu 5 Tahun dan dapat diusulkan
untuk diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya.
Dewan Pengawas berfungsi melakukan pengawasan atas pelaksanaan
tugas BPJS. Dalam melaksanakan fungsi tersebut, Dewan Pengawas bertugas
untuk:
a. Melakukan pengawasan atas kebijakan pengelolaan BPJS dan kinerja
Direksi;
b. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan
Dana Jaminan Sosial oleh Direksi;
c. Memberikan saran, nasihat, dan pertimbangan kepada Direksi mengenai
kebijakan dan pelaksanaan pengelolaan BPJS; dan
d. Menyampaikan laporan pengawasan penyelenggaraan Jmainan Sosial
sebagai bagian dari laporan BPJS kepada Presiden dengan tembusan
kepada DJSN.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas, Dewan
Pengawas berwenang untuk:
a. Menetapkan rencana kerja anggaran Tahunan BPJS;
b. Mendapatkan dan/atau meminta laporan dari Direksi;
d. Memberikan saran dan rekomendasi kepada Presiden mengenai kinerja
Direksi.
2. Direksi
Berdasarkan Pasal 1 angka (5) Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas menyebutkan bahwa pengertian Direksi dalam
Perseroan Terbatas adalah organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung
jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan.42
a. Melakukan pengelolaan BPJS Ketenagakerjaanyang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi;
Fungsi Direksi yaitu melaksanakan penyelenggaraan kegiatan operasional
BPJS Ketenagakerjaan yang menjamin peserta mendapatkan manfaat sesuai
haknya.
Tugas direksi
b. Mewakili BPJS Ketenagakerjaan di dalam dan luar pengadilan;
c. Menjamin tersedianya fasilitas dan akses bagi Dewan Pengawas untuk melaksanakan fungsinya
Direksi berwenang untuk:
a. Menetapkan kebijakan BPJS Ketenagakerjaan;
b. Mengikat BPJS Ketenagakerjaan dengan pihak lain serta manjalankan tindakan yang tidak bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan; c. Mengangkat dan memberhentikan karyawan berdasarkan peraturan BPJS
Ketenagakerjaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku d. Menetapkan kinerja direksi BPJS Ketenagakerjaan;
e. Menetapkan struktur organisasi;
f. Menyelenggarakan manajemen kepegawaian;
g. Mengusulkan kepada Presiden penghasilan Dewan Pengawas dan Direksi; h. Menetapkan ketentuan dan tata cara pengadaan barang dan jasa dengan
memperhatikan prinsip transparansi, akuntabilitas, efisiensi dan efektivitas dengan menyusun Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa.
42
BAB IV
PERUBAHAN SISTEM ASURANSI JIWA JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA (JAMSOSTEK) MENJADI BADAN PENYELENGGARA
JAMINAN SOSIAL (BPJS) KETENAGAKERJAAN
A. Alasan Hukum Mengapa Terjadinya Peralihan Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan
Awal Tahun 2014, pemerintah telah merubah dua perusahaan yang
bergerak dibidang jaminan sosial yaitu PT Askes menjadi Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan PT Jamsostek menjadi Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, kedua perusahaan ini
yang sebelumnya merupakan perusahaan Persero atau bergerak dibidang profit
berubah menjadi badan publik yang mengutamakan kepentingan peserta. Hal ini
terjadi ketika diawali dengan Ketetapan MPR No.X/MPR/2001 tentang Laporan
Pelaksanaan Putusan MPR RI oleh Lembaga Tinggi Negara pada sidang Tahunan
MPR RI Tahun 2001 yang menugaskan kepada Presiden Republik Indonesia
untuk membentuk Sistem Jaminan Sosial Nasional dalam rangka memberikan
perlindungan sosial yang menyeluruh dan terpadu.
Pemerintah, SJSN dan BPJS saling berkaitan satu sama lain. Pemerintah
dalam penyelenggaraan jaminan sosial adalah satu pemerintah sehingga tidak ada
lagi dikhotomi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, karena jaminan
sosial sebagai faktor determinan berdirinya sebuah negara kesatuan termasuk di
negara federasi untuk kesejahteraan rakyat. Karena itu, teori tersebut diadopsi
pemerintah pemerintah daerah) dalam penyelenggaraan sistem jaminan sosial
disamping sebagai pengawas/regulator, juga sebagai fasilitator dan kontributor.43
1. Instrumen instrumen negara untuk pencegahan kemiskinan, pemberdayaan
komunitas yang kurang beruntung dan pengentasan kemiskinan;
Adapun alasan penyelenggaraan jaminan sosial secara nasional adalah
bahwa jaminan sosial sebagai instrumen negara yang dirancang untuk redistribusi
risiko secara nasional sesuai asas dan prinsip-prinsip UU SJSN. SJSN
adalah sistem jaminan sosial seumur hidup untuk keperluan perlindungan
bagi seluruh rakyat (kaya, menengah dan miskin) sehingga bersifat mengikat
dalam kewajiban baik tenaga-kerja, pemberi-kerja dan pemerintah).BPJS adalah
wadah yang independen yang didukung dengan UU untuk mewujudkan
terselenggaranya SJSN yang efektif. Karena dalam penyelenggaraan program
jaminan sosial sebelumnya oleh Jamsostek, Taspen, Askes dan Asabri pada
dasarnya telah sedang melakukan praktek dana amanah, maka dengan sendirinya
wadahnya merupakan wali amanat. Berikut penjelasan singkat tentang
ragam-dimensi jaminan sosial yang menjadi kewenangan BPJS yang dibentuk dengan
UU :
2. Penciptaan pendapatan hari tua bagi peserta, karena iuran jaminan hari tua
pada dasarnya merupakan konsumsi yang ditangguhkan;
3. Salah satu faktor ekonomi untuk redistribusi risiko bagi yang memerlukan
seperti bantuan iuran dari pemerintah untuk program kesehatan bagi
penduduk miskin;
43
4. Alat monitor untuk minimalisasi uang primer melalui penguncian dana
publik untuk tujuan investasi jangka panjang;
5. Faktor pengikat berdirinya sebuah Negara Kesatuan Republik Indonesia
karena adanya kepastian jaminan dasar.
Tidak ada alasan hukum mengapa jamsostek beralih menjadi BPJS
Ketenangakerjaan. Namun perubahan harus dilakukan untuk menjadi lebih baik
guna kesejateraan rakyat, terutama yang melakukan kegiatan ekonomi menjadi
peserta BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Ketenagakerjaan sebelumnya bernama
Jamsostek (jaminan sosial tenaga kerja), yang dikelola PT. Jamsostek (Persero),
namun sesuai Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang BPJS, PT.
Jamsostek berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan sejak tanggal 1 Januari 2014.
Tahun 2011 ditetapkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggaraan Jaminan Sosial. Sesuai dengan amanat undang-undang , tanggal
1 Januari 2014 PT. Jamsostek berubah menjadi Badan Hukum Publik. PT.
Jamsostek tetap dipercaya untuk menyelenggarakan program jaminan sosial
tenaga kerja, yang meliputi JKK, JKM, JHT dengan penambahan Jaminan
Pensiun mulai 1 Juli 2015.44
Cukup panjang, sebab peralihan tersebit sebenarnya sudah dimulai sejak
dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional, kemudian dipertegas peralihan tersebut dengan dikeluarkannya
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial. Dimana BPJS Kesehatan (ex. PT. ASKES) mulai beroperasi 1 Januari
44
2014 yang khusus menyelenggarakan program kesehatan saja, sedangkan BPJS
Kenagakerjaan (ex. Jamsostek) akan baru mulai beroperasi penuh nantinya pada
tanggal 1 Juli 2015 dengan menyelenggarakan program JKK, JK, JHT, JP.
Status kepesertaan dari program Jamsostek setelah PT. Jamsostek berubah
menjadi BPJS Ketenagakerjaan. Bagi perusahaan dan pekerja mandiri yang sudah menjadi peserta program Jamsostek untuk program JHT, JKK dan JK,
kepesertaannya tidak mengalami perubahan dan tidak perlu melakukan registrasi
ulang. Bagi perusahaan dan pekerja mandiri yang menjadi peserta program JPK
perlu melakukan pendaftaran ulang ke BPJS Kesehatan (dulunya PT Askes).
Program yang ada di BPJS Ketenagakerjaan dan program PT. Jamsostek
juga berlaku di BPJS KetenagakerjaanMenurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2011, BPJS Ketenagakerjaan akan tetap melaksanakan program Jaminan
Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JK), Jaminan Hari Tua (JHT).
Selama belum ada peraturan baru yang mengatur tentang prosedur dan
persyaratan menjadi peserta program BPJS Ketenagakerjaan dan sebelum BPJS
beroperasi secara penuh pada 1 Juli 2015, maka prosedur dan manfaat tersebut
masih sama dengan yang berlaku di PT. Jamsostek.
Berubahnya PT. Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan, bagaimana
dengan program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) yang dulunya adalah
program dari PT. Jamsostek?Sesuai dengan amanah Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial, pengelolaan JPK
maupun aset dan liabilitasnya diserahkan kepada BPJS Kesehatan
selambat-lambatnya pada tanggal 1 Januari 2014.
Apakah Kartu Peserta Jamsostek yang dimiliki peserta masih dapat
digunakan di BPJS Ketenagakerjaan?Kartu Peserta Jamsostek masih dapat
digunakan di BPJS Ketenagakerjaan tanpa mengurangi fungsinya sehingga tidak
perlu dilakukan penggantian/pencetakan ulang. Pada saatnya nanti, BPJS
Ketenagakerjaan secara bertahap akan mengganti Kartu Peserta Jamsostek
tersebut dengan Kartu Peserta BPJS Ketenagakerjaan.
B. Perbandingan Sistem Asuransi Jiwa Menurut PT. Jamsostek dengan BPJS Ketenagakerjaan
BPJS Ketenagakerjaan sebelumnya bernama Jamsostek (jaminan sosial
tenaga kerja), yang dikelola oleh PT. Jamsostek (Persero), namun sesuai
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS, PT. Jamsostek berubah menjadi
BPJS Ketenagakerjaan sejak tanggal 1 Januari2014.
Setelah ada perubahan lantas apa yang membedakan antara Jamsostek dan
BPJS Ketenagakerjaan? Satu dari sekian perbedaan utama adalah pekerja informal
atau mereka yang tidak terafiliasi dengan lembaga swasta atau lembaga negara
juga dapat menjadi peserta.Misalnya seorang tukang becak yang selama ini tidak
memiliki program jaminan kecelakaan kerja saat bekerja dapat menjadi peserta
BPJS Ketenagakerjaan. Apabila dia tewas saat bekerja, tukang becak sebagai
peserta jaminan sosial bisa memperoleh santunan.
Begitu pula dengan petani, kuli bangunan, pembantu rumah tangga hingga
perekonomian nasional seringkali terabaikan dalam program jaminan sosial
ketenagakerjaan. Kepesertaan pekerja informal itu menjadi menarik sebagai
sebuah harapan dan cita-cita karena seluruh warga-pekerja Indonesia bakal
memiliki jaminan sosial ketenagakerjaan seperti yang diarahkan oleh
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS.
Perbandingan Sistem Asuransi Jiwa Menurut PT. Jamsostek dengan BPJS Ketenagakerjaan
Asuransi Jiwa PT. Jamsostek BPJS Ketenagakerjaan
1. PT. Jamsostek Berbentuk Perseroan
terbatas, bertanggung jawab kepada
Menteri BUMN
2. Kepesertaan Jamsostek hanya pada
pekerja formal
3. Jamsostek sebagai pelindung
pekerja mitra pengusaha dulunya
menyelenggarakan program JKK,
JK, JHT, dan JPK dengan
mengutamakan penambahan
kepersertaan
4. Peserta Jamsostek berhak atas
1. BJPS berbentuk badan publik
bertanggungjawab kepada presiden
2. Cakupan peserta BPJS pekerja
Indonesia baik sektor formal
maupun informal maupun orang
asing yang bekerja di Indonesia
minimal 6 bulan.
3. BPJS Ketenagakerjaan sebagai
jembatan kesejahteraan pekerja
yang menyelenggarakan program.
JKK, JK, JHT, Jp dengan
mengutamakan pelayanan
(costomer centric) kepada peserta
tabungan dimasa tuanya kelak dan
mendapat santunan ketika terjadi
risiko pekerjaan.
kegiatan ekonomi apapun selama
kegiatan ekonomi legal.
4. Memiliki wewenang inspeksi atas
kepatuhan perusahaan dalam
melakukan kewajiban administrasi
seperti mendaftarkan
tenaga kerjanya, melaporkan
data tenaga kerjanya secara akurat
dan membayarkan iuran program
5. BPJS Ketenagakerjaan sebagai
jembatan kesejahteraan pekerja
yang menyelenggarakan program
JKK, JK, JHT, JP dengan
mengutamakan pelayanan
(costomer centric)
Sumber : Wawancara dengan Eriady, selaku Kabid Pemasaran BPJS Ketenagakerjaan Binjai
Di balik semua target dan ambisi pemerintah, tantangan BPJS
Ketenagakerjaan tidak mudah apalagi mengingat sejarah Jamsostek yang kerap
mendapat sinisme dari pekerja formal, memiliki sejumlah masalah kepesertaan
dan pelayanan hingga tersandung persoalan korupsi.
Berubahnya Jamsostek menjadi BPJS Kesejateraan tidak efektif jika
dilihat dari sudut pandang sosial, karena dengan hadirnya BPJS Ketenagakerjaan
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, terutama masyarakat
pekerja (pelaku ekonomi) baik itu pekerja yang menerima upah maupun pekerja
mandiri yang tidak menerima upah.
Apakah kantor layanan PT Jamsostek (Persero) sama dengan kantor
layanan BPJS Ketenagakerjaan?Peserta dapat mengakses seluruh layanan program BPJS Ketenagakerjaan pada Kantor cabang BPJS Ketenagakerjaan yang
dulunya merupakan kantor cabang PT Jamsostek (Persero).
Manfaat secara langsung yang didapatkan nantinya oleh perserta BPJS
Ketenagakerjaan adalah berupa pemudahan kebutuhan hidup dasar seperti
sembako murah, beasiswa untuk anak pekerja peserta BPJS Ketenagakerjaan yang
berpretasi, dan program sejutah rumah bagi peserta BPJS Ketenagakerjaan yang
belum memiliki rumah/tempat tinggal.
Perbedaan antara PT.JAMSOSTEK dan BPJS Ketenagakerjaan antara lain
PT. JAMSOSTEK, berbentuk perseroan terbatas, bertanggung jawab kepada
Menteri BUMN, kartu kepesertaan JAMSOSTEK (KPJ), peserta non aktif klaim
minimal kepesertaan 5 Tahun ÷ masa tunggu 1 (satu) bulan, sanksi hanya untuk
keterlambatan pembayaran iuran, denda maksimalRp. 50.000.000,-atau kurungan
6 (enam) bulan bila tidak menjadi peserta sedangkan BPJS Ketenagakerjaan
berbentuk badan publik, bertanggungjawab langsung kepada Presiden, kartu
kepesertaan berdasarkan Nomor Identitas Tunggal (NIK), peserta NA boleh klaim
mengikuti program jaminan sosial berupa teguran tertulis, denda dan tidak
mendapat pelayanan public.
Selain dari sisi produk, perbedaan apa saja yang dimiliki BPJS
Ketenagakerjaan jika dibandingkan dengan PT Jamsostek (Persero) selain dari sisi
produk, perbedaan antara BPJS Ketenagakerjaan dan PT Jamsostek (Persero).
PT Jamsostek (Persero), bertanggung jawab kepada Menteri BUMN,
berbentuk Perseroan Terbatas yang berorientasi profit namun seluruh
dividen tidak lagi dibayarkan kepada pemerintah namun dikembalikan kepada
peserta, cakupan peserta wajib kepada semua pekerja Indonesia di sektor formal,
belum memiliki wewenang inspeksi. Kewenangan inspeksi berada di
Kementrian/Dinas Ketenagakerjaan
C. Hambatan Pelaksanaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan pada BPJS Ketenagakerjaan Cabang Binjai.
Hambatan saat ini, masih belum optimalnya dukungan dari pemerintah
dalam hal pelaksanaan BPJS Ketenagakerjaan yang berupa amanah pemerintah
guna meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya yang di atur dalam
undang-undang dan peraturan presiden. Solusinya saat ini, kami terus mengotimalkan dan
meningkatkan hubungan kerjasama dengan pemerintahan setempat baik itu
dilakukan secara formal, maupun dilakukan secara informal.
Sudah pasti semakin mensejahterakan masyarakat, apalagi dengan adanya
Return To Work seperti yang dijelaskan oleh nara sumber pada poin 3.b dan poin
5.Sudah tepat sasaran, tinggal memastikan dukungan penuh dari pemerintah
akan betapa pentingnya bagi mereka asuransi dasar itu guna meningkatkan
kesejahteraan mereka.
Hambatan yang diterima dari awal pembentukan Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial dalam upaya pelayanan kesehatan ini adalah:45
1. Berupa keterlambatan regulasi dari pemerintah dalam membuat peraturan
yangdalampelaksanaanJaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang
akandituangkandalam Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden,
antara lain:1)PeraturanPemerintah No.101 Tahun 2012 tentang Penerima
Bantuan Iuran (PBI);
2. Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan;
3. Peta JalanJKN (Roadmap Jaminan Kesehatan Nasional).Keterlambatan
regulasi iniberkontribusi sekali pada masalah di lapangan.
Sampai saat ini banyak pengusaha tidak mengetahuiberapa iuran yang
harus dibayarkan ke BPJS Ketenagakerjaan danmanfaat serta fasilitasyang akan
didapat pekerja. Pelaksanaan jaminan kesehatan yang menjadi salahsatu hambatan
upaya dalam pelayanan kesehatan pada Badan PenyelenggaraBPJS di mana
hambatan ini karena kurangnya sosialisasi yangdilakukan.Hal ini menyebabkan
banyakdampak yangterjadisepertiperbedaanpemahaman mengenai asuransi sosial
kesehatan yang sudah mulai diberlakukanawal Tahun 2014 inipada tanggal 1
januari 2014.Dengan demikianuntuk itusosialisasi sangat penting dilakukan untuk
menyamakan komitmen tersebut.
45
Hambatan lainnya dalamprogram ini adalah dengan adanya sistem
rujukan. Dimana ketika akanmemeriksakan diri ke rumahsakit, masyarakat harus
terlebih dahulu mendapatipelayanan kesehatan dari puskesmas. Kemudian
Puskesmas itulah yang akanmemberikan surat pengantar atau surat rujukan untuk
pemeriksaan kesehatan diRumah Sakit. Terkait dalam pelaksanaannya yang
terjadi, maka dari itudibutuhkan hak yang melandasi masyarakat atau pekerja/
buruh dalam menanganihambatan tersebut, dimana sistem rujukan sudah diatur
dalam Peraturan MenteriKesehatan No. 001Tahun2012 Tentang Sistem Rujukan
Pelayanan KesehatanPerorangan (PMK).Dikatakan juga bahwa Pemerintah Pusat
diharapkan dapatmeningkatkan fasilitas dan tenaga kesehatan.Saat ini fasilitas dan
tenagakesehatan masih minim, terutama pada unit layanan tingkat I seperti klinik
danpuskesmas. Hal itu merupakan hambatan tersendiri bagi masyarakat
dalammengakses layanan kesehatan yang berkualitasyang tentunya berdasarkan
aturanyang telah ditetapkan oleh Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang
BPJSPasal 51 ayat (2) dimana adanya kerjasama dalam organisasi lembaga
didalam maupun diluar untuk mengurangi hambatan yang terjadi. Keterlambatan
munculnya peraturan seperti Peraturan Presiden Republik IndonesiaNomor
110Tahun 2013tentangGaji Atau Upah Dan Manfaat Tambahan Lainnya Serta
Insentif Bagi Anggota Dewan Pengawas Dan Anggota Direksi Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial, Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia
Nomor82 Tahun 2013 tentang Modal Awal Untuk Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Kesehatan, peraturan pemerintah nomor 85, 86, 88 pada Tahun
yang banyak dialami peserta BPJS itu sendiri yang merupakan tidak pahamnya
peserta atau tidak banyak mengetahui apa saja yang menjadi hak peserta serta
kewajiban yangia dapat dan dilaksanakan sebagai anggota BPJS Ketenagakerjaan.
Beberapa hambatan-hambatan yang dihadapi BPJS Ketenagakerjaan di
Kota Binjai antara lain :46 1. Sosialisasi
Sosialisasi seharusnya dibuat dalam bentuk himbauan, penyuluhan, dan
pengumuman di berbagai tempat yang dekat dengan masyarakat, terutama di
rumah sakit dan puskesmas. Selain itu, pemerintah disarankan melakukan
sosialisasi lebih intensif ke tempat-tempat umum dan pusat keramaian. Sosialisasi
BPJS dapat dilakukan di mall-mall, pasar-pasar, terminal, universitas, dan tempat
keramaian lainnya
2. Faktor pengetahuan dan pendidikan
Peranan kaum pekerja dalammenunjang perekonomian nasional dapat
dipungkiri lagi. Oleh karena itu, jaminan atau perlindungan terhadap tenaga kerja
dankeluarganya memenuhi kebutuhan minimal.Kebutuhan minimalyaitu
menggambarkan status seseorangitu berada di atas garis kemiskinan,
yangmungkin dapat di toleransi oleh kebijakan.
3. Kemiskinan ekonomi
Pendapatan sangat berpengaruh terhadap keikutsertaan pekerja dalam
jaminan sosial.Hal ini berkaitan dengan kemampuan iuran terhadap program itu
46
sendiri, ini adalah faktor langsung.Membicarakan pendapatan pekerja perlu
mengetahui standard upah di daerah bersangkutan. Terkait dengan upah itu dalam
keputusan Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri pada bulan Oktober 2008
tentang “Pemeliharaan Momentum Pertumbuhan Ekonomi Nasional Dalam
Mengantisipasi Perkembangan Perekonomian Global”, yang salah satu isinya
mengatur agar “kenaikan upah minimum kelas pekerja tidak boleh melebihi dari
angka pertumbuhan ekonomi nasional.
4. Penggunaan informasi
Penggunaan media informasi yang belum tepat guna. Penggunaan media
informasi memiliki dampak yang berbeda bagi penerimanya. Masyarakat dengan
akses media elektronik dengan mudah menemukan informasi BPJS di internet
atau televisi. Namun demikian, hal ini tidak berlaku bagi masyarakat dengan
akses terbatas
5. Kelembagaan
Pelaksanaan BPJS Ketenagakerjaan masih mengalami hambatan, yaitu
birokrasi.Birokrasi yang masih rumit dan tidak efisien telah memperlambat
pelayanan jaminan sosial nasional. Hal ini seperti yang ditemukan dalam BPJS
berbagai persyaratan administrasi sehingga masyarakat cenderung enggan untuk
memanfaatkan BPJS Ketenagakerjaan.Karena dalam berbagai kebijakan
pemerintah tidak mampu memutus sekat birokrasi rumit menjadi yang praktis
dancepat.Oleh karena itu dalam sistem jaminan sosial nasional, yang diperlukan
adalah sistem yang praktis.Misalnya dalam pelayanan jaminan sosial nasional
Upaya yang dilakukan dalam hambatan pelaksanaan Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan pada BPJS Ketenagakerjaan cabang
Binjai antara lain :
1. Kebijakan pemerintah tentang BPJS perlu diketahui dan dipahami oleh
seluruh masyarakat Indonesia. Untuk itu perlu dilakukan penyebarluasan
informasi melalui sosialisasi kepada semua pemangku kepentingan atau
masyarakat pada umumnya. Sosialisasi ketentuan jaminan sosial penting
dilakukan tidak hanya menyasar terhadap pelaksana saja tetapi juga bagi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan seluruh bab hasil penelitian dan pembahasan pada bab
sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Alasan hukum mengapa jamsostek beralih menjadi BPJS
Ketenangakerjaan sebelumnya bernama Jamsostek (jaminan sosial tenaga
kerja), yang dikelola PT. Jamsostek (Persero), namun sesuai
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang BPJS, PT. Jamsostek berubah
menjadi BPJS Ketenagakerjaan sejak tanggal 1 Januari 2014. Tahun 2011
ditetapkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggaraan Jaminan Sosial. Sesuai dengan amanat undang-undang ,
tanggal 1 Januari 2014 PT. Jamsostek berubah menjadi Badan Hukum
Publik. PT. Jamsostek tetap dipercaya untuk menyelenggarakan program
jaminan sosial tenaga kerja, yang meliputi JKK, JKM, JHT dengan
penambahan Jaminan Pensiun mulai 1 Juli 2015
2. Perbandingan sistem asuransi jiwa menurut PT. Jamsostek dengan BPJS
Ketenagakerjaan
Asuransi Jiwa PT. Jamsostek BPJS Ketenagakerjaan
1. PT. Jamsostek Berbentuk
Perseroan terbatas, bertanggung jawab kepada Menteri BUMN
2. Kepesertaan Jamsostek hanya pada pekerja formal
1. BJPS berbentuk badan publik bertanggungjawab kepada presiden
3. Jamsostek sebagai pelindung pekerja mitra pengusaha dulunya menyelenggarakan program JKK, JK, JHT, dan JPK dengan mengutamakan penambahan kepersertaan
4. Peserta Jamsostek berhak atas tabungan dimasa tuanya kelak dan mendapat santunan ketika terjadi risiko pekerjaan.
asing yang bekerja di Indonesia minimal 6 bulan.
3. BPJS Ketenagakerjaan sebagai jembatan kesejahteraan pekerja yang menyelenggarakan program. JKK, JK, JHT, Jp dengan mengutamakan pelayanan
(costomer centric) kepada peserta
dan calon peserta yang melakukan kegiatan ekonomi apapun selama kegiatan ekonomi legal.
4. Memiliki wewenang inspeksi atas kepatuhan perusahaan dalam melakukan kewajiban administrasi seperti mendaftarkan
tenaga kerjanya, melaporkan data tenaga kerjanya secara akurat
dan membayarkan iuran program 5. BPJS Ketenagakerjaan sebagai
jembatan kesejahteraan pekerja yang menyelenggarakan program JKK, JK, JHT, JP dengan mengutamakan pelayanan
(costomer centric)
3. Beberapa hambatan-hambatan yang dihadapi BPJS Ketenagakerjaan di Kota
Binjai antara lain : Faktor Pengetahuan dan Pendidikan, dimana peranan kaum
pekerja dalam menunjang perekonomian nasional dapat dipungkiri lagi. Oleh
karena itu, jaminan atau perlindungan terhadap tenaga kerja dan keluarganya
memenuhi kebutuhan minimal. Kemiskinan ekonomi pendapatan sangat
berpengaruh terhadap keikutsertaan pekerja dalam jaminan sosial. Hal ini
berkaitan dengan kemampuan iuran terhadap program itu sendiri, ini adalah
faktor langsung. Membicarakan pendapatan pekerja perlu mengetahui
standard upah di daerah bersangkutan. Kelembagaan pelaksanaan BPJS
birokrasi yang masih rumit dan tidak efisien telah memperlambat pelayanan
jaminan sosial nasional. Hal ini seperti yang ditemukan dalam BPJS berbagai
persyaratan administrasi sehingga masyarakat cenderung enggan untuk
memanfaatkan BPJS Ketenagakerjaan. Karena dalam berbagai kebijakan
pemerintah tidak mampu memutus sekat birokrasi rumit menjadi yang praktis
dan cepat.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan sehubungan dengan penulisan
skripsi ini antara lain :
1. Agar pendaftaran BPJS Ketenagakerjaan dilakukan di
Puskesmas-Puskesmas atau rumah sakit-rumah sakit yang mudah diakses masyarakat.
2. Pemerintah lebih cepat menangkap permasalahan yang terjadi dalam BPJS
sehingga peserta dan calon peserta BPJS dapat lebih mengetahui tentang
pentingnya BPJS Ketenagakerjaan, agar kedepan semua pekerja formal
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL
TENAGA KERJA (JAMSOSTEK)
A. Pengertian Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek)
Istilah asuransi atau pertanggungan merupakan terjemahan dari bahasa
Belanda, yaitu dari kata “verzekering”. Di Indonesia, para sarjana member
definisi berbeda dalam pemakaian istilah “pertanggungan”. Dalam uraian skripsi
ini nanti tidak dibedakan istilah Asuransi atau Pertanggungan, keduannya
digunakan secara bergantian.
Perasuransian adalah istilah hukum (legal term) yang dipakai dalam
perundang-undangan dan Perusahaan Perasuransian. Istilah perasuransian berasal
dari kata “Asuransi” yang berarti Pertanggungan atau Perlindungan atas suatu
objek dari ancaman bahaya yang menimbulkan kerugian.8 Asuransi dalam bahasa Inggris disebut Insurance . Ada
9
(dua) pihak yang
terlibat dalam Asuransi , yaitu pihak penanggung sebagai pihak yang sanggup
menjamin serta menanggung pihak lain yang akan mendapat suatu penggantian
kerugian yang mungkin akan dideritanya sebagai suatu akibat dari suatu peristiwa
yang belum tentu terjadi dan pihak tertanggung akan menerima ganti kerugian,
yang mana pihak tertanggung diwajibkan membayar sejumlah uang kepada pihak
penanggung.10
8
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, Citra Aditya, Bandung, 2006, hal 5
9
J.C.T.Simorangkir,Rudy Erwin,J.T Prasetyo, Kamus Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal. 182.
10
Subekti, dalam bukunya memberikan definisi mengenai Asuransi yaitu,
Asuransi atau Pertanggungan sebagai suatu perjanjian yang termasuk dalam
golongan perjanjian untung-untungan (kansovereenkomst). Suatu perjanjian
untung-untungan ialah suatu perjanjian yang dengan sengaja digantungkan pada
suatu kejadian yang belum tentu terjadi, kejadian mana akan menentukan
untung-ruginya salah satu pihak.11
1. Asuransi terhadap kebakaran
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang di dalam Pasal 247 menyebutkan
tentang 5 (lima) macam asuransi, yaitu:
2. Asuransi terhadap bahaya hasil-hasil pertanian
3. Asuransi terhadap kematian orang (asuransi jiwa)
4. Asuransi terhadap bahaya di laut dan perbudakan
5. Asuransi terhadap bahaya dalam pengangkutan di darat dan di sungai-sungai.
Buku 1 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang mengatur tentang jenis
asuransi yang poin 1, poin 2 dan poin 3 di atas, sedangkan jenis asuransi yang
poin 4 dan 5 diatur di dalam Buku II Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Dari
jenis-jenis asuransi yang disebutkan dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang, dapat dilakukan penggolongan besar sebagai berikut
1) Asuransi kerugian atau asuransi umum yang terdiri dari asuransi kebakaran
dan asuransi pertanian
2) Asuransi jiwa
3) Asuransi pengangkutan laut, darat dan sungai.12
Analisis tentang pengaturan asuransi dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang menunjukkan bahwa lingkup pengaturan Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang menitik beratkan pada asuransi kebakaran saja sementara telah terdapat
berbagai jenis asuransi lainnya yang memerlukan pengaturan. Terlepas dari
keterbatasan dalam penggolongan tersebut diatas, Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang memungkinkan jenis penutupan asuransi secara luas, sesuai dengan
ketentuan Pasal 268 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang yang berbunyi: “
Suatu pertanggungan dapat mengenai segala kepentingan yang dapat dinilaikan
dengan uang, dapat diancam oleh sesuatu bahaya, dan tidak dikecualikan oleh
undang-undang.”
Namun, definisi tersebut tidak lagi mencukupi karena kepentingan yang
diasuransikan tidak lagi terbatas pada kepentingan yang dapat dinilaikan dengan
uang sebagaimana halnya dengan jiwa seseorang. Kebutuhan masyarakat telah
jauh melampaui kebutuhan terhadap asuransi kebakaran semata untuk
mempertanggungkan kepentingan mereka mengingat risiko-risiko yang timbul
kemudian melahirkan kebutuhan terhadap jenis-jenis asuransi baru. Batasan atas
objek asuransi dalam Pasal 268 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang meliputi
objek asuransi atas kepentingan yang dapat dinilaikan dengan uang, dapat
diancam oleh suatu bahaya yang tidak dikecualikan oleh undang-undang sudah
tidak sesuai praktik industri sudah sejak lama.
12
Seiring berjalannya waktu, dikenal pula adanya asuransi yang bersifat
Sosial, yaitu Asuransi yang biasa dilakukan oleh pihak pemerintah dengan tujuan
untuk memberikan asuransi bagi masa depan rakyatnya.
Asuransi sosial timbul karena suatu kebutuhan masyarakat akan
terselenggarakannya suatu Jaminan Sosial. Suatu jaminan Sosial itu sudah
merupakan suatu hal yang demikian mendesak dan tidak dapat ditunda. Asuransi
sosial merupakan salah satu dari beberapa jenis asuransi yang umumnya relatif
masih baru dibandingkan dengan jenis asuransi lainnya.
Hal ini disebabkan timbulnya Asuransi Sosial berbeda latar belakangnya
dengan asuransi yang lain. Asuransi Sosial dibentuk oleh pemerintah sesuai
dengan tujuan negara yang terdapat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yakni, untuk memajukan kesejahteraan
umum. Hal ini sejalan dengan tujuan Asuransi Sosial itu sendiri yakni
meningkatkan kesejahteraan rakyat, terutama para pegawai dan pensiun.
Jaminan Sosial sebagai tanggung jawab negara oleh karena itu
mensyaratkan adanya campur tangan yang besar dari negara dalam kebijakan
sosial atau kebijakan untuk kemiskinan. Sejarah kebijakan sosial di Inggris
melalui Beveridge Plan (1940’s) pernah mencatat situasi di mana hidup seorang
warga negara sejak lahir hingga mati (from cradle to grave) dilindungi oleh sistim
Jaminan Sosial. Sistem jaminan yang diterapkan di Inggris memiliki efek yang
cukup luas dalam perkembangan jaminan sosial modern.
Sistem Jaminan Sosial dapat memberikan motivasi dan kesetiaan pekerja
terhadap produktivitas kerja dan dari sisi perusahaan akan mendorong perusahaan
meningkatkan efisiensi. Hal ini karena pekerja merasa nyaman dalam bekerja
karena telah terlindungi dari kemungkinan kecelakaan kerja maupun pensiun.
Sehingga akan memotivasi pekerja untuk bekerja lebih produktif. Selain itu
Jaminan Sosial juga merupakan konsekuensi logis sebagai timbal balik dari
perusahaan bagi pekerja yang telah memberikan keuntungan. Maka dari itu
jaminan sosial perlu diterapkan sehingga akan mampu membantu perekonomian
nasional, bahkan dapat menjadi cadangan dana nasional.
Perkembangan Asuransi Sosial dimulai dengan adanya Asuransi
Kesehatan Pegawai Negeri diikuti oleh asuransi sosial kecelakaan bagi para
pegawai swasta, dan dilanjutkan dengan asuransi sosial kesehatan bagi pegawai
swasta dalam program Jamsostek. Perkembangan kehidupan sosial di Indonesia
yang semakin kompleks telah mendorong meningkatnya kebutuhan atas biaya
pemeliharaan kesehatan dan biaya pengobatan. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut maka berbagai sistem pemeliharaan kesehatan dikembangkan. Asuransi
Sosial pada umumnya meliputi bidang jaminan keselamatan angkutan umum,
keselamatan kerja, dan pemeliharaan kesehatan. Setelah mengalami kemajuan dan
perkembangan, baik menyangkut landasan
cara penyelenggaraan, pada tahun
dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No.33 tahun 1977 tentang
pelaksanaan program Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK), yang mewajibkan
ASTEK. Terbit pula PP No.34/1977 tentang pembentukan wadah penyelenggara
ASTEK yaitu Perum Astek.
Keselamatan dan kesehatan tenaga kerja merupakan bagian yang cukup
penting dari upaya perlindungan tenaga kerja. Keselamatan dan kesehatan tenaga
kerja dimaksudkan untuk menjamin keamanan tenaga kerja yang merupakan
bagian dari sumber-sumber produksi dan bagian dari kelancaran suatu proses
produksi. Perhatian dan kesadaran akan keselamatan dan kesehatan perlu tertanam
pada semua tingkat proses produksi, mulai dari pimpinan yang teratas sampai para
pelaksana terbawah. Perhatian akan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
tersebut dapat ditunjukkan melalui adanya perhatian akan seluruh proses kegiatan
perlindungan jaminan sosial tenaga kerja yang terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan. Dengan memperhatikan unsur keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasannya
maka jumlah kecelakaan kerja dapat dikurangi. Bentuk eksistensi pemerintah pada
permasalahan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja terlihat pada gencarnya
program PT JAMSOSTEK sebagai badan penyelenggara untuk memberikan
Jaminan Kecelakaan, Jaminan kematian akibat kerja, jaminan hari tua, dan
jaminan pemeliharaan kesehatan.
Penyelenggaraan program Jaminan Sosial terhadap tenaga kerja oleh PT
JAMSOSTEK merupakan salah satu bentuk tanggung jawab dan kewajiban
negara untuk memberikan perlindungan sosial, ekonomi kepada masyarakat,
sesuai dengan kondisi kemampuan keuangan negara. Indonesia mengembangkan
yang didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja formal.13
13
Pada tahun 1992, upaya ASTEK dikembangkan lagi menjadi JAMSOSTEK.
Pelaksanaan program JAMSOSTEK berdasarkan kepada UU No. 3 Tahun 1992.
Hal ini merupakan pengembangan kembali program–program ASTEK yang
dibawah JAMSOSTEK, telah ditambahkan rancangan pemeliharaan kesehatan
wajib kepada program yang ada. Oleh sebab itu, pada tanggal 17 Pebruari 1992
diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja yang selanjutnya disebut UU JAMSOSTEK, dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995 ditunjuk dalam penyelenggaraan adalah
Perusahaan Perseroan (PERSEROAN) PT. Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(JAMSOSTEK) dan menggunakan istilah JAMSOSTEK secara resmi sejak 31
Agustus 1996.
Kehadiran Jamsostek merupakan tuntutan dari organisasi pekerja atau
serikat buruh. Program Jamsostek memberikan perlindungan dasar untuk
memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan
memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga
sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang. Manfaat
perlindungan tersebut dapat memberikan rasa aman kepada pekerja sehingga
dapat lebih berkonsentrasi dalam meningkatan motivasi maupun produktivitas
kerja.
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
menyatakan bahwa
Jamsostek adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia.
Hal ini kemudian berlanjut dengan adanya pengembangan bahwa dasar
jaminan sosial yang menyeluruh negara perlu lebih dikembangkan kearah sistem
jaminan sosial Nasional bagi seluruh rakyat Indonesia.
PT. JAMSOSTEK ditranformasi menjadi BPJS Ketenagakerjaan. Dengan
telah disahkan dan diundangkannya UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS), pada tanggal 25 November 2011,
maka terjadilah pergantian dari PT JAMSOSTEK menjadi BPJS Ketenagakerjaan.
Transformasi tersebut meliputi perubahan sifat, organ dan prinsip pengelolaan,
atau dengan kata lain berkaitan dengan perubahan stuktur dan budaya organisasi.
UU BPJS menentukan bahwa PT Jamsostek dinyatakan bubar tanpa likuidasi pada
saat berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan, pada tanggal 1 Januari 2014. BPJS
Ketenagakerjaan menurut UU BPJS mulai beroperasi selambatnya tanggal 1 Juli
2015 menyelenggarakan prorgam jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua,
jaminan pensiun, dan jaminan kematian bagi peserta, selain peserta program yang
dikelola oleh PT Taspen (Persero) dan PT (Persero) Asabri, sesuai dengan
ketentuan Pasal 29 sampai dengan Pasal 46 UU No. 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).
Transformasi dari PT (Persero) menjadi badan hukum publik sangat
mendasar, karena menyangkut perubahan sifat dari pro laba melayani pemegang
melaksanakan misi yang ditetapkan dalam konstitusi dan peraturan
perundang-undangan pelaksanaannya. Dengan kata lain BPJS pada dasarnya
menyelenggarakan program yang merupakan program negara yang bertujuan
memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Pasal 5 ayat (2) UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
menyatakan
bahwa jaminan sosial termasuk salah satu pelayanan yang termasuk dalam pelayanan publik. Sehubungan dengan itu, dalam penyelenggaraannya berpedoman pada asas-asas kepentingan umum, kepastian hukum, kesamaan hak, keseimbangan hak dan kewajiban, keprofesionalan, partisipatif, persamaan perlakuan/tidak diskriminatif, keterbukaan, akuntabilitas, fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan, ketepatan waktu, dan kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.
Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja
dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan
yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan
yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari
tua, dan meninggal dunia. Pelaksanaan sistem jaminan sosial ketenagakerjaan di
Indonesia secara umum meliputi penyelengaraan program-program Jamsostek,
Taspen, Askes, dan Asabri. Penyelengaraan program Jamsostek didasarkan pada
UU No 3 Tahun 1992, program Taspen didasarkan pada PP No 25 Tahun 1981,
program Askes didasarkan pada PP No 69 Tahun 1991, program Asabri
didasarkan pada PP No 67 Tahun 1991, sedangkan program Pensiun didasarkan
kepesertaan, yang dapat dibedakan atas kepesertaan pekerja sektor swasta,
pegawai negeri sipil (PNS),dan anggota TNI/Polri.14
Jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai ganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia.15
Pengertian jaminan sosial dalam ruang lingkup yang sangat luas, sehingga
mencakup usaha-usaha dalam bidang kesejahteraan sosial dalam upaya
meningkatkan taraf hidup manusia dan mencegah atau mengatasi Pengertian jaminan sosial tenaga kerja menurut Pasal 1 butir (1) Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Jamsostek menyebutkan bahwa jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia.
Hal lain yang perlu mendapat catatan adalah perkataan “tenaga kerja”
dalam Pasal tersebut menunjukkan keluasaan ruang lingkup jaminan sosial itu,
yakni tidak terbatas pada buruh saja, melainkan juga setiap orang yang melakukan
pekerjaan kepada orang lain. Hal ini dipertegas oleh Pasal 1 butir (2) yang
berbunyi: “Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
baik di dalam maupun di luar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau
barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat”.
14
M. Lutfi Chakim. Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
15
keterbelakangan, kebergantungan, keterlantaran dan serta kemiskinan pada
umumnya.
Pihak-pihak dalam JAMSOSTEK antara lain :
1. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja
PT. Jamsostek (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
sesuai pasal 25 Undang-undang nomor 3 tahun 1993 merupakan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Struktur Organisasi PT Jamsostek
(Persero) tertuang dalam salinan Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik
Negara selaku Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero),
PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja Nomor: KEP-213/MBU/2011 tanggal
13 Oktober 2011 tentang Perubahan Nomenklatur Jabatan dan Pengalihan Tugas
Anggota-anggota Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Jaminan Sosial
Tenaga Kerja16
Peraturan Pemerintah nomor 53 tahun 2012 terdapat syarat-syarat tertentu
dalam program jaminan hari tua. Seperti telah mencapai usia 55 tahun, cacat tetap,
2. Peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Dalam Pasal 1 huruf 2 terdapat definisi peserta. Peserta adalah Pengusaha
dan Tenaga Kerja yang ikut dalam program jaminan sosial tenaga kerja. Dengan
kata lain peserta terbagi dua yaitu pemberi kerja dan pekerja/buruh.
Pengusaha/pemberi kerja dapat berupa orang individu maupun badan hukum.
Berakhirnya JAMSOSTEK dikarenakan antara lain :
1. Jangka Waktu Habis
16