DAFTAR PUSAKA
Adams, et al, 2010. Chapter 43 Abdominal Trauma .Rosen’s Emergency Medicine
Concepts And Clinical Practice.Published by Elsevier Inc.
Ben Pansky, Thomas R. Gest 2013. Illustrated Anatomy Thorax Abdomen.
Lippincott’s Concise Illustrated Anatomy:Thorax, Abdomen& Pelvis.
Published by Published by Lippincott Williams, a Wolter Kluwer business
Clinical Practice Guildelines: Trauma/Abdominal Trauma 2015. Published by Queensland Government. Availablle at
https://ambulance .qld.gov.au/docs/clinical/cpg/CPG_Abdominal%20traun a.pdf
Frank H.Netter, MD 2014.Anatomy Abdomen. Atlas of Human
Anatomy.Published Saunders,an imprint of Elsevier Inc,5.
Gonzalez RP, Turk b, Falimirski ME, Holevar Mr.Abdominal Stab Wounds: Diagnostic Peritoneal Lavage Criteria For Emergency Room Discharge.J
trauma 2001 Nov:51(5):939-43.
Guilon, F., 2011. Epidemiology of Abdominal Trauma. In :CT of The Acute Abdomen.London: Springer; 15-26.
Hemilla MR, Wahl WL. Management of the Injured Patient. In: Doherty GM, editor. Current Surgical Diagnosis and Treatment. McGraw Hill Medical; 2008. pp 227
Hermosa Jl. R, et al 2008. Gastric Perforation from abdominal trauma. Dig Surg.
2008;25(2):109-16.
Jason Smith, Ian Greaves, Keith M. Porter 2011. Abdominal Trauma.Oxford Desk
Reference Major Trauma. Published by Oxford University Press, 210.
Keith L. Moore, Arthur F.Dalley, Anne M.R 2014. Anatomy of Abdomen. Agur.Moore Clinically Oriented Anatomy. Published by Lippincott Williams, a Wolter Kluwer business, 19.
Mohammad A Gad, Aly Saber, Goda M Ellaban. Incidence, Patterns, and Factors Predicting Mortality of Abdominal Injuries in Trauma Patients. N Am J
Med Sci.2012 Mar;4(3):129-134
Muhammad U Butt, Nikolaos Zacharias, and George C Velmahos.Penetrating abdominal Injuries: Management controversies.Scandinavian Journal of
Trauma, Resuscitation and Emergency Medicine 2009,17:19.
Rajendra B. Nerli, Amey Patil, Shishir Devaraju, Murigendra B. Hiremath 2015. Renal Pelvis Injury in Case of Blunt Trauma Abdomen. Available online at : http://ac.els-cdn.com/S2214442015000418/1-s2.0-
S2214442015000418-main.pdf?_tid=ec9c5ccc-1132-11e5-bb88-00000aacb35e&acdnat=1434134792_7eec3499b514fa96523c0336364607 8d [diakses 30 MEI 2015]
Offner, P . (2014). Penetrating Abdominal Trauma Treatment & Management. Available online at: http://emedicine.medscape.com/article/2036859-overview#aw2aab6b2b4aa [diakses 29 MEI 2015]
Paden M, McGee K, Krung E. Geneva, Switzerland: World Health Organization 2000; 2002. Injury: A leading cause of the global burden of disease.
Shaikh S.T. The Surgical Anatomy Of Anterior Abdominal Wall. Int j clin surg
adv 2014;2(4):97-106
Sjamsuhidajat, de jong. Buku ajar ilmu bedah.ed.3.Jakarta. EGC; 2010.
Vishram Singh 2014. Surface Anatomy of The Abdominal Wall. Textbook of
Anatomy: Abdomen And Lower Limb.Published by Elsevier India Private
Limited,75.
William et al, 2002. Blunt Abdominal Trauma, Evaluation of. J Trauma
53(3):602-615.
Wibisono, E dan Jeo, W. S., 2014 Trauma Abdomen dalam Tanto, C, Liwang, F, Hanifati, S, Pradipta, EA, editor, Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 4. Jakarta: Media Aesculapius
Yucel et al, 2014. The management of Penetrating Abdominal Stab Wound with Organ or Omentum Evisceration : The Result of Clinical Trial. Ulus
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Trauma abdomen
Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang
terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau
yang menusuk (Ignativicus & Workman, 2006).
3.2.2. Pasien Trauma Abdomen
Pasien yang mengalami trauma abdomen adalah pasien yang datang
mendapat rawatan dari Departemen Bedah Digestif serta rekam medis Rumah
Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik dan didiagnosa dengan trauma abdomen.
3.2.3. Data Klinis
Data klinis adalah catatan rekam medis yang berupa: umur, jenis kelamin,
penyebab trauma dan organ yang mengalami trauma.
Data klinis:
- Umur
- Jenis kelamin
- Penyebab trauma
- Organ yang
mengalami trauma
- Umur pasien adalah terbagi menjadi anak-anak, remaja, dewasa, lansia dan
manula menurut departemen kesehatan Indonesia tahun 2009. Hal tersebut
didapatkan dengan data rekam medis.
Alat Ukur : Rekam medis
Cara Ukur : Observasi data di rekam medis
Hasil Ukur : Umur pasien dalam penelitian dikategorikan menjadi:
1. Anak-anak : 0-11 tahun
2. Remaja : 12-25 tahun
3. Dewasa : 26-45 tahun
4. Lansia : 46-65 tahun
5. Manula : > 65 tahun
Skala Pengukuran : Interval
- Jenis kelamin pasien adalah terbagi menjadi laki-laki dan perempuan. Hal
tersebut didapatkan dengan data rekam medis
Alat Ukur : Rekam medis
Cara Ukur : Observasi data di rekam medis
Hasil Ukur : Jenis kelamin pasien dalam penelitian dikategorikan
menjadi:
1. Laki-laki
2. Perempuan
Skala Pengukuran: Nominal
- Etiologi trauma dibahagi kepada dua yaitu trauma tajam dan trauma tumpul
(Offer, 2013). Hal tersebut didapatkan dengan data rekam medis.
Alat Ukur : Rekam medis
Cara Ukur : Observasi di rekam medis
Hasil Ukur : Klasifikasi trauma dalam penelitian dikategorikan
menjadi:
1. Trauma tajam
2. Trauma tumpul
- Terdapat organ-organ yang mengalami trauma pada bagian abdomen.
Hal tersebut didapatkan dengan data rekam medis.
Alat Ukur : Rekam medis
Cara Ukur : Observasi di rekam medis
Hasil Ukur : 1.Hati Kantung
2.Empedu
3. Perut
4. Pankreas
5. Duodenum
6. Limfa
7. Appendix
8. Usus besar
9. Usus kecil
10. Ginjal
11. Kantung kemih
12. Uterus
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain
cross-sectional untuk melihat penderita trauma abdomen untuk beberapa tahun yaitu
dari tahun 2011 hingga 2014.. Sampel penelitian ini adalah semua pasien yang
menderita trauma abdomen di departemen Bedah Digestif Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik (total sampling).
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan berdasarkan data rekam medis yang
didapatkan dari Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Kota Medan.
4.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan berawal dari persiapan proposal, penelitian
proposal, pengambilan data, pengelohan data dan penelitian hasil dengan
mengambil waktu dari Maret 2015 hingga November 2015.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.2 Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah pasien yang didiagnosis mengalami trauma
abdomen di departemen Digestif Bedah Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik pada 1 Januari 2011 hingga 31 Desember 2014.
4.3.2. Sampel Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan dengan mengumpulkan data pasien yang
mengalami trauma abdomen yang dapat untuk mendapat perawatan di Rumah
Kriteria inklusi adalah semua pasien yang didiagnosis mengalami trauma
abdomen di departemen Bedah Digestif Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik
Kriteria eksklusi adalah rekam medis yang tidak lengkap.
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Data pada penelitian ini diperoleh dari rekam medis pasien yang dirawat di
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik. Data pada penelitian ini adalah data
sekunder yang berasal dari rekam medis yang dikumpulkan oleh peneliti. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling.
4.5 Pengolahan dan Analisa Data
Data yang diperlukan dikumpul setelah melihat rekam medis pasien yang
didiagnosis mendeita tonsilitis lalu dikelompokkan berdasarkan umur, jenis
kelamin, ukuran tonsil dan indikasi tonsilektomi. Data kemudian dimaksukkan ke
dalam program SPSS (Statistical Package for the Social Science) dan ditampilkan
dalam bentuk distributive.
4.6 Rencana Penelitian
Tabel 4.1. Rencana Penelitian
N o
Bulan / Rancangan
Mrt Apr Mei Juni Juli Agus Sept Okt Nov
1. Persiapan Proposal
X X X
2. Penelitian Proposal
X
3. Pengambila n Data
X X
4. Pengelohan Data
X X
5. Penelitian Hasil
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik (RSUP HAM) Medan adalah
sebuah rumah sakit pemerintah yang dikelola pemerintah pusat dengan
Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara. Rumah sakit ini terletak di lahan
yang luas di pinggiran kota Medan. RSUP HAM mulai fungsi dengan pelayanan
rawat jalan sejak tanggal 17 Juni 1991. Mulai tanggal 2 Mei 1992, rumah sakit ini
turut menyediakan pelayanan rawat inap.
RSUP HAM Medan terdiri sebagai rumah sakit kelas A sesuai dengan SK
Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990. Sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai
dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991, RSUP HAM Medan juga
sebagai Pusat Rujukan Wilayah Pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera
Utara, Naggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat dan Riau. Pada tahun 1993,
Pusat Pendidikan Fakultas Kedokteran USU Medan dipindahkan ke rumah sakit
ini secara resmi.
5.2 Deskripsi Karakteristik Responden
Informasi berikut ini menunjukkan distribusi proposi gambaran
karakteristik trauma abdomen di RSUP HAM. Mulai bulan Januari 2011 sehingga
Desember 2014, terdapat 53 pasien yang mengalami trauma abdomen berobat di
Tabel 5.1 Distribusi Pasien Trauma Abdomen Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi(n) Persentase (%)
Laki-laki 38 71.7
Perempuan 15 28.3
Total 53 100.0
Dari Tabel 5.1. dapat terlihat bahwa proporsi tertinggi pasien trauma
abdomen dijumpai pada kelompok laki-laki yaitu sebanyak 38 orang kasus
(71.7%) sedangkan perempuan dijumpai sebanyak 15 orang kasus (28.3 %).
Tabel 5.2 Distribusi Pasien Trauma Abdomen Berdasarkan Usia
Kelompok Usia Frekuensi(n) Persentase (%)
Anak-anak 0-11 tahun 7 13.2
Remaja 12-25 tahun 22 41.5
Dewasa 26 - 45 tahun 12 22.6
Lansia 46 - 65 tahun 8 15.1
Manula > 65 tahun 4 7.5
Total 53 100.0
Dari Tabel 5.2, dapat dilihat bahwa kelompok usia tertinggi pasien trauma
abdomen adalah remaja (12-25 tahun) yaitu sebanyak 22 orang (41.5%) diikuti
dengan kelompok dewasa (26-45 tahun) yaitu sebanyak 12 orang (22.6%), lansia
(46-65 tahun) sebanyak 8 orang dan anak-anak(0-11 tahun) sebanyak 7 orang
(13.2%). Kelompok yang paling rendah dilaporkan adalah manula ( >65 tahun)
Tabel 5.3 Distribusi Pasien Trauma Abdomen Berdasarkan Penyebab Trauma
Penyebab
Trauma Frekuensi (n) Persentase (%)
Trauma Tajam 3 5.7
Trauma Tumpul 50 94.3
Total 53 100.0
Tabel 5.3, menunjukkan penyebab trauma abdomen dan yang mempunyai
frekuensi tertinggi untuk menyebabkan trauma abdomen adalah trauma tumpul
ataupun blunt abdominal trauma yaitu sebanyak 50 orang (94.3 %) dan diikuti
dengan trauma tajam ataupun penetrating abdominal trauma sebanyak 3 orang
(5.7%).
Tabel 5.4 Distribusi Pasien Trauma Abdomen Berdasarkan Lokasi Terjadinya
Trauma
Organ- organ Frekuensi (n) Persentase (%)
Hati Kantung Empedu Lambung Pankreas Duodenum Limfa Appendix Usus besar Usus kecil Ginjal Kantung kemih 6 0 15 0 0 9 0 4 3 12 4 11.3 0 28.3 0 0 17.0 0 7.5 5.7 22.6 7.4
Dari Tabel 5.4, dapat dilihat bahwa pasien trauma abdomen yang
mempunyai frekuensi tertinggi berdasarkan lokasi terjadinya trauma adalah
lambung yaitu sebanyak 15 orang (28.3%) diikuti dengan ginjal yaitu sebanyak 12
orang (22.6%). Kemudian, untuk limfa yaitu sebanyak 9 orang (17.0%), dan
diikuti dengan hati yaitu dengan 6 orang (11.3%). Selain itu, untuk usus besar dan
kantung kemih adalah sebanyak 4 orang (7.4%) untuk kedua duanya. Yang paling
sedikit dilaporkan adalah usus kecil dengan 3 orang (5.7%). Untuk kantong
empedu, pankreas, duodenum, appendix dan uterus tidak ada kasus yang
5.2. Pembahasan
5.2.1. Distribusi Pasien Trauma Abdomen Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari Tabel 5.1. dijumpai pasien laki-laki terdiri daripada 38 orang dan
perempuan pula berjumlah 18 orang. Dapat dikatakan di sini bahwa ada
perbedaan yang amat jelas di antara jumlah pasien yang mengalami trauma
abdomen di mana laki-laki lebih ramai berbanding perempuan. Dalam teori dan
penelitian sebelumya, juga ada buktinya bahwa laki-laki lebih banyak
dibandingkan dengan perempuan. Menurut Hemmati, Leili, Amiri, Darzi,
Kiakalayeh, Moghaddam, Eramshadati (2013), penderita yang mengalami trauma
abdomen yang lebih banyak adalah laki-laki jika dibandingkan dengan perempuan.
Di sini, hasil penelitian adalah sama seperti teori dan penelitian sebelumnya.
5.2.2. Distribusi Pasien Trauma Abdomen Berdasarkan Usia
Dari Tabel 5.2. menunjukkan bahwa sebanyak 22 orang pasien mengalami
trauma abdomen di antara umur 12-25 tahun dan sebanyak 12 orang di antara
umur 26-45 tahun. Dalam hal ini, menunjukkan lebih ramai yang menderita
trauma abdomen di antara umur 12-45 tahun, jika dibandingkan dengan penelitian
sebelumnya, ramai penderita trauma abdomen berada di sekitar umur 21-40 tahun
(Siddique, Rahman dan Hannan, 2004). Disini, hasil penelitian dengan penelitian
yang sebelumnya tidak sama karena umur dalam penelitian sebelumnya tidak
sama dengan hasil penelitian.
5.2.3. Distribusi Pasien Trauma Abdomen Berdasarkan Penyebab Trauma
Dari Tabel 5.3. menunjukkan bahwa trauma abdomen dikategorikan
kepada dua yaitu trauma tajam( penetrating trauma) dan trauma tumpul (blunt
trauma). Dari 53 pasien yang dilaporkan menderita trauma abdomen, ditemukan 3
Menurut Naik dan Jakkam (2013), trauma tumpul merupakan trauma abdomen
yang paling banyak diderita dibandingkan trauma tajam. Disini, hasil penelitian
dengan penelitian sebelumnya adalah sama.
5.2.4. Distribusi Pasien Trauma Abdomen Berdasarkan Lokasi Terjadinya Trauma
Berdasarkan Tabel 5.4. lokasi terjadinya trauma dikategorikan ke dalam
organ-organ yang berada dalam bahagian abdomen yaitu hati, kantung empedu,
lambung, pancreas, duodenum, limfa, appendix, usus besar, usus kecil, ginjal dan
kantung kemih. Daripada hasil penelitian, organ yang mempunyai frekuensi
tertinggi mengalami trauma adalah lambung dengan 15 orang. Dari penelitian
sebelumnya, limfa adalah organ yang paling banyak mengalami trauma tumpul di
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian pada pasien trauma
abdomen mulai Januari 2011 – Desember 2014 didapatkan 53 orang pasien yang
mengalami trauma abdomen mahupun trauma tajam ataupun trauma tumpul. 53
orang telah didiagnosis mengalami trauma abdomen dan dapat diambil
kesimpulan seperti berikut:
1. Pasien trauma abdomen berdasarkan lokasi terjadinya trauma terbanyak
adalah perut sebanyak 15 orang (28.3%) dan jumlah terendah adalah di
usus kecil sebanyak 3 orang (5.7%).
2. Pasien trauma abdomen berdasarkan penyebab trauma yang terbanyak
adalah trauma tumpul sebanyak 50 orang (94.3%) dan terendah adalah
trauma tajam dengan 3 orang (5.7 %).
3. Pasien trauma abdomen menurut kelompok usia tertinggi terdapat pada
usia 12 – 25 tahun sebanyak 22 orang (41.5%) manakala terendah pada
kelompok usia lebih dari 65 tahun (7.5%).
4. Pasien trauma abdomen paling banyak dijumpai pada jenis kelamin
6.2 Saran
6.2.1. Saran Kepada Peneliti
Peneliti lanjutan yang berkaitan pemeriksaan trauma abdomen harus
dilakukan supaya diagnosis terhadap penyakit ini lebih cepat agar pasien
mempunyai prognosa yang lebih baik. Penelitian juga haurs menggunkan populasi
yang lebih luas seperti menggunakan dara dari beberapa rumah sakit, yang
bertujuan untuk memperkaya dara sehingga gambaran karakteristik trauma
abdomen dapat diteliti dengan lebih baik.
6.2.2. Saran Kepada Rumah Sakit
Data rekam medis RSUP HAM perlu dilengkapkan dan dirapikan
sehingga informasi yang ingin digali dapat dibaca dengan lebih mudah, lebih
sistematik dan sempurna, misalnya berhubungan dengan lokasi terjadi trauma dan
biodata pasien. Informasi tentang cara terjadi trauma juga tidak tercatat sehingga
penelitian terhadap karakteristik tersebut tidak dapat dijalankan. Beberapa pasien
yang cocok dengan kriteria penelitian juga hilang datanya.
6.2.3 Saran Kepada Masyarakat
Masyarakat harus diberikan edukasi tentang trauma abdomen sehingga
mereka sadar tentang cara-cara untuk mencegah dan mengedukasi cara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Abdomen
Dinding abdomen terdiri daripada kulit, fascia superfiscialis, lemak,
otot-otot, fascia transversalis dan parietal peritoneum (Shaikh, 2014). Selain itu, posisi
abdomen ada diantara toraks dan pelvis (Moore, 2014)
Pada abdomen, terdapat empat kuadran yang dibahagi dari bagian midline
dan bagian transumbilical (Pansky, 2013)
Gambar 2.1 Kuadran empat bagian abdomen (Netter, 2014)
1) Bagian kanan atas: Hepar dan kantong empedu
2) Bagian kiri atas: Gastric dan limfa
3) Bagian kanan bawah: Cecum, ascending colon dan usus kecil
Menurut Singh (2014), bagian-bagian abdomen terbahagi kepada :
Gambar 2.2 Bagian-bagian abdomen (Pansky, 2013)
1) hypocondriaca dextra
2) epigastrica
3) hypocondriaca sinistra
4) lateralis dextra
5) umbilicalis
6) lateralis sinistra
7) inguinalis dextra
8) pubica
9) inguinalis sinistra
Menurut Singh (2014),tempat organ abdomen adalah pada:
1) Hypocondriaca dextra meliputi organ: lobus kanan hepar, kantung empedu,
sebagian duodenum fleksura hepatik kolon, sebagian ginjal kanan dan
kelenjar suprarenal kanan.
2) epigastrica meliputi organ: pilorus gaster, duodenum, pankreas dan
3) hypocondriaca sinistra meliputi organ: gaster, lien, bagian kaudal pankreas,
fleksura lienalis kolon, bagian proksimal ginjal kiri dan kelenjar suprarenal
kiri.
4) lateralis dextra meliputi organ: kolon ascenden, bagian distal ginjal kanan,
sebagian duodenum dan jejenum.
5) Umbilicalis meliputi organ: Omentum, mesenterium, bagian bawah
duodenum, jejenum dan ileum.
6) Lateralis sinistra meliputi organ: kolon ascenden, bagian distal ginjal kiri,
sebagian jejenum dan ileum.
7) Inguinalis dextra meliputi organ: sekum, apendiks, bagian distal ileum dan
ureter kanan.
8) Pubica meliputi organ: ileum, vesica urinaria dan uterus (pada kehamilan).
9) Inguinalis sinistra meliputi organ: kolon sigmoid, ureter kiri dan ovarium
kiri.
2.2. Trauma Abdomen 2.2.1. Definisi
Kata trauma ini berasal dari kata Yunani untuk luka sehingga definisi
sederhana adalah bahwa trauma adalah cedera yang dihasilkan dari kekuatan fisik
eksternal (Hamilton, 2013). Trauma abdomen didefinisikan sebagai trauma yang
melibatkan daerah antara diaphragma atas dan panggul bawah (Guilon, 2011).
2.2.2. Klasifikasi dan Etiologi
Menurut Smith et. al (2011) trauma abdomen diklasifikasikan menjadi dua
2.3. Trauma tumpul 2.3.1. Etiologi
Trauma tumpul paling banyak disebabkan oleh kecelakaan ataupun motor
vehicle collisions(MCVs). Daripada itu, kecelakaan antara kenderaan dengan
kenderaan dan kenderaan dengan pejalan kaki telah menyebabkan 50-70 %
daripada trauma ini. Penyebab trauma tumpul yang lain adalah kecelakaan di
tempat industri ataupun kecelakaan rekreasi. Antara penyebab trauma tumpul
yang jarang berlaku adalah iatrogenic trauma apabila melakukan cardiopulmonary
resusitasi dan melakukan Heimlich maneuver (Legome, 2014).
2.3.2. Mekanisme
Terdapat empat mekanisme untuk trauma tumpul :
1) Tenaga kompresi (hantaman)
Kompresi external dari arah lateral atau antero-posterior akan menggangu
organ yang terfiksasi pada bagian rongga perut. Organ- organ yang berada
pada peritoneal seperti hepar, limpa dan duodenojejunal (DJ) flexure
rentan terhadap trauma seperti ini karena ia berada pada bagian visera
retroperitoneal. Ruptur langsung juga bisa terjadi jika berlaku pendarahan.
2) Shearing
Pasokan pada abdomen dengan tenaga deselerasi dan akselerasi akan
menyebabkan organ bergerak dan dirobek dan ini akan menyebabkan
pendarahan yang signifikan banyak.
3) Bursting
Kompresi external ke rongga perut akan menghasilkan peningkatan pada
tekanan intra abdominal dan pada lumen organ yang berongga dan akan
menyebabkan efek bursting. Bagian yang paling rentan kepada bursting
4) Penetrasi
Cedera tumpul ke tulang panggul, tulang belakang lumbosakral, atau
tulang rusuk dapat menghasilkan spikula tulang yang menembus kedua
organ berongga dan padat. (Smith, et al., 2010).
Cedera khusus
A. Diafragma
Cedera ataupun robekan pada diafragma terjadi pada bagian-bagian
tertentu ataupun pada kedua-dua diafragma. Bagian yang paling sering
cedera adalah pada bagian kiri dan juga sering disebabkan oleh bursting.
Biasanya pada luka tusuk, bagian diafragma mempunyai potensi untuk
cedera. Cedera pada bagian ini disebabkan oleh trauma tumpul ataupun
trauma tembus. Selain itu, cedera diafragma dapat terjadi dalam arah yang
berlawanan dengan tempat terjadi tembusan dari bagian thorax kepada
bagian abdomen. Lebih dari setengah dari kasus trauma pada bagian
diafragma akan berkaitan dengan cedera pada hepar dan
haemopneumothoraks.
B. Hati
Walaupun dilindungi oleh iga kanan, hati merupakan organ yang paling
sering mengalami kecederaan dalam kasus trauma abdomen. Pada kasus
trauma tumpul, kompresi dan shearing merupakan faktor paling dominan
dalam mekanisme kecelakaan. Hati diselaputi oleh kapsul fibrosa dan
diikat pada dinding abdomen oleh ligamentum falciform. Apabila
mengalami tekanan ataupun kompresi, paling sering di iga bawah, hati
tidak dapat dilindungi sehingga menyebabkan terjadinya laserasi pada
C. Limfa
Kebanyakan kecederaan pada limfa sama seperti kecederaan di hati.
Walaupun berada pada posisi yang dilindungi oleh iga, limfa sering
mengalami kecederaan disebabkan oleh trauma tumpul. Kecederaan pada
limfa paling sering disebabkan oleh motor vehicle crashes(MVCs), dan
kecelakaan olahraga dan ruptur secara langsung juga menjadi penyebab.
D. Ginjal
Ginjal selalunya dilindungi di bagian retroperitoneum dan hanya terjadi
kecederaan jika mengalami trauma yang berat (cedera pada bagian ginjal
hanya berlaku sebanyak kira-kira 10% dari kasus trauma abdomen).
Cedera daripada kompresi haruslah dengan kekuatan yang tinggi karena
perlindungan yang terdapat pada bagian tersebut adalah dari dinding
abdomen yang posterior tetapi rentan kepada cedera deselerasi. Kasus
yang menyebabkan kecederaan pada ureter atas juga jarang terjadi (Nerli
dan Patil dan Devaraju dan Hiremath, 2015).
E. Pankreas
Kebanyakan cedera pada pancreas umumnya disebabkan oleh trauma
tumpul, dan mekanismenya adalah melalui kompresi. Trauma ini
disebabkan oleh kompresi apabila pemandu kenderaan mengalami
hentaman pada bagian torso pada kemudi mobil, dan menghancurkan
pancreas (Smith et,al,2011)
F. Perut
Cedera pada bagian ini umumnya sering terjadi karena trauma tembus
daripada trauma tajam. Pada kasus trauma tumpul, kenaikan tekanan intra
abdominal akan menyebabkan bursting dan pada gastro-esophageal
junction terjadi shearing (Smith et at, 2011). Gastric rupture juga terjadi
2.3.3. Gejala Klinis
Gejala klinis untuk trauma tumpul adalah nyeri abdomen, iritasi peritoneal,
dan sehingga terjadi shock hipovolemik (Schaider, 2012). Selain itu, bisa
kelihatan Cullen’s sign, dan Grey Turner’s sign pada abdomen dan pada bahu
terdapat Kehr’s sign (Queensland Ambulance Service, 2015).
2.3.4. Diagnosa A. Anamnesis
Mekanisme cedera harus dieksplorasi seperti posis jatuh, asal ketinggian,
jenis alat yang melukai, kecepatan dan sebagainya.
B. Pemereriksaan Fisis:
1. Kadang-kadang dijumpai jejas di dinding abdomen
2. Tanda rangsangan peritoneum: nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas, dan
defans muscular.
3. Darah atau cairan yang cukup banyak dapat dikenali dengan shifting
dullness sedangkan udara bebasdapat deketahui dengan beranjaknya pekak
hati
4. Bising usus dapat melemah atau menghilang
5. Adanya lap-belt sign (kontusio dinding perut) dengan curiga trauma usus.
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah perifer lengkap: tanda infeksi dan pendarahan
2. Urinalisis dapat dilakukan untuk menunjang kemungkinan diagnosis
cedera saluran kemih
3. Roentfen abdomen 3 posisi digunakan untuk mengetahui adanya udara
bebas
5. Roentgen toraks: pneumoperitonium, isi abdomen(ruptur hemidiafragma)
atau fraktur iga bawah yang menandakan kemungkinan cedera limpa dan
hepar.
6. USG: melihat adanya cairan intraperitoenal bebas seperti pada region
spesifik kantong Morison, kuadran kiri atas dan pelvis.
7. CT scan digunakan untuk melihat cedera pada organ seperti ginjal, derajat
cedera hati dan limpa terutama pada pasien yang memiliki hemodinamik
stabil
8. Bilasan rongga perut(peritoneal lavage) diagnostic dapat dilakukan apabila
tidak terdapat indikasi laparotomi yang jelas, kondisi pasien hipotensi atau
syok. Bilasan dilakukan dengan memasukan cairan garam fisiologis
hingga 1000mL melalui kanul setelah sebelumnnya pada pengisipan tidak
ditemukan cairan. Kriteria standar hasil positif pada trauma tumpul adalah
aspirasi minimal 10 mL darah, cairan kemerahan, ditemukan
eritrosit >100.000/mm3, leukosit >500/mm3, amylase >175 IU/dL atau
terdapat bakteri, cairan empedu, serat makanan.
9. Ultrasound FAST akan memberikan cara yang cepat, noninvasive, akurat
dan murah untuk mendeteksi hemoperitoneum. Ini juga dapat dilakukan
sebagai bedside diagnostic di kamar resusitasi. Sesudah scan pertama
dilakukan, scan kedua dilakukan lagi idealnya atau scan control 30 menit
berikut. Scan kontrol ditujukan untuk melihat pertambahan
hemoperitoneum pada pasien dengan pendarahan yang
berangsur-angsur( Eastern Association for the Surgery of trauma, 2001)
Gambar 2.3. Algoritme diagnosa trauma tumpul abdomen (Butt, Zacharias dan
Velmahos, 2009)
2.3.5. Penatalaksanaan
Menurut Adams, et al. (2005), pasien tidak stabil yang hipotensif atau
takikardi, haruslah memasang jalur infus intravena dan pasien juga harus
mendapat resusitasi cairan iaitu cristaloid. Nasogastric tube (NGT) atau orogastric
tube (OGT) juga haruslah dipasang pada pasien kasus ini. Selepas memastikan
tidak ada trauma pada ureter, Foley catheter haruslah dipasangkan. Jika resusitasi
cristaloid tidak dapat memperbaikan keadaan haemodinamik, pemberian darah
haruslah dilakukan secepat mungkin. Pasien dengan hemodinamiknya tidak stabil,
seperti trauma pada dinding usus dan eccymosis pada dinding abdomen, operasi
harus dilakukan secepat mungkin. Untuk pasien yang tidak stabil terutama pada
pasien trauma multisistem, DPL ataupun pemeriksaan FAST harus dilakukan.
Untuk pasien stabil dengan trauma tumpul, terdapat beberapa faktor untuk
menangani kasus tersebut. Pasien dengan trauma abdomen yang tumpul dan sadar
dapat dilakukan beberapa pemeriksaan pada departmen emergensi atau di hospital.
Pasien dengan trauma tumpul abdomen dan positif terjumpa trauma yang lain atau
cedera pada bagian retroperitoneal haruslah dilakukan CT abdomen. Pasien juga
haruslah diikuti dengan USG, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan hematokrit. Ct
CT pada pasien dengan tes negatif pada FAST dapat mengidentifikasi luka pada
bagian lain seperti trauma usus. Selain itu, CT dapat mengidentifikasi cedera pada
bagian retroperitoneum, pelvis, vertebra dan bagian bawah dada.
2.4. Trauma tajam 2.4.1. Definisi
Menurut Offner (2014), trauma tembus disebabkan oleh proyektil
kecepatan tinggi (64%), diikuti dengan luka tusuk (31%) dan luka tembak (5%).
Selain itu, luka tembus juga disebabkan oleh kekerasan di rumah tangga dan dari
perspektif global, kecelakaan daripada peperangan.
2.4.2. Mekanisme
Trauma tajam abdomen adalah suatu ruda paksa yang mengakibatkan luka
pada permukaan tubuh dengan penetrasi ke dalam rongga peritoneum yang
disebabkan oleh tusukan benda tajam (Yucel et al, 2014). Luka tusuk maupun
luka tembak akan mengakibatkan kerusakan jaringan karena laserasi ataupun
terpotong. Luka tembak dengan kecepatan tinggi akan menyebabkan transfer
energi kinetik yang lebih besar terhadap organ viscera, dengan adanya efek
tambahan berupa temporary cavitation, dan bisa pecah menjadi fragmen yang
mengakibatkan kerusakan lainnya. Kerusakan dapat berupa perdarahan bila
mengenai pembuluh darah atau organ yang padat. Bila mengenai organ yang
berongga, isinya akan keluar ke dalam rongga perut dan menimbulkan iritasi pada
peritoneum (Sjamsuhidajat, 2010).
2.4.3. Gejala Klinis
Trauma tajam akan menyebabkan hilangnya seluruh atau sebagian fungsi
organ, respon stres simpatis, pendarahan, dan nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas
2.4.4. Diagnosa A. Anamnesis
Mekanisme trauma tembus perlu ditanyakan dengan keterangan selengkap
mungkin seperti senjata yang melukai, arah tusukan atau bagaimana terjadinya
kecelakaan (Wibisono dan Jeo, 2014 ). Juga ditanyakan untuk mengetahui organ
intra abdominal yang berpotensi mengalami trauma (Smith, et al, 2010).
B. Pemeriksaan Fisis:
1. Inspeksi abdomen: jejas di dinding perut
2. Tanda-tanda peritonitis, sepsis, syok, dan penurunan kesadaran.
- Perforasi di daerah atas(misalnya lambung): perangsangan segera
terjadi dan timbul peritonitis hebat
- Perforasi organ pencernaan yang lebih distal; perangsangan
peritoneum memerlukan waktu karena mikroorganisme butuh
waktu untuk berkembang biak.
3. Colok dubur apabila dicuragai cedera anorektal;
4. Adanya eviserasi pada usus omentum.
C. Pemeriksaan Penunjang :
1. Darah perifer lengkap: tanda anemia dan infeksi (leukositosis);
2. Ultrasonografi untuk menemukan adanya cedera organ cairan
intraperitoneal dan pendarahan.
3. CT-scan pada kasus yang lebih stabil untuk menunjang tata laksana
berikutnya (Wibisono, et al, 20).
4. Untuk pasien unstable, USG harus dilakukan secepat mungkin sebagain
primary survey(circulation). FAST yang positif menunjukkan bahwa
terdapat pendarahan intraabdominal dan ini menyebabkan hipotensi.
5. Untuk pasien stable, terdapat tiga cara untuk mendiagnosa:
- US: Screening awal boleh dilakukan untuk pasien hemodinamik
- Diagnostik peritoneal lavage (Schaider, et al, 2012).
2.4.5. Penatalaksanaan
Pasien trauma abdomen tajam yang harus dilakukan tatalaksana secara non
operatif haruslah berdasarkan dua faktor iaitu stabil secara haemodinamik dan
negatif peritonitis. Semua bagian yang cedera haruslah dieksplorasi terlebih
dahulu dan jika ia menembus peritoneum, tindakan lapratomi haruslah dilakukan
(Butt, et al, 2009). Menurut Gonzalez (2001), apabila ada prolaps visera,
peritonitis, syok, terdapat darah dalam lambung, lavase peritoneal yang positif
merupakan indikasi untuk melakukan laparotomi.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Trauma merupakan penyebab kematian paling sering dalam empat dekade
kehidupan, dan itu menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama di setiap
Negara (Gad, et al, 2012). Menurut Journal of Emergencies, Trauma and Shock ,
profil statistic secara global mengestimasikan 5,1 juta kematian pada tahun 2000
yang disebabkan oleh cedera yang menyumbang 10% dari kematian akibat semua
penyebab. Dari jumlah itu, seperempat dari kematian cedera terjadi di Wilayah
Asia Tenggara (Paden M, et al, 2002). Kecelakaan lalu lintas (RTA) adalah salah
satu diantara lima penyebab mobiditi dan mortalitas di negara- Negara Asia
Tenggara(WHO, 2012). RTA menyebabkan trauma mekanis, morbiditas,
kecacatan, dan bahkan kematian. Tingkat kematian kecelakaan lalu lintas jalan di
India adalah salah satu yang tertinggi di dunia dan dilaporkan 20 kali lebih banyak
daripada yang dilaporkan di Negara- Negara maju. Abdomen adalah bagian tubuh
yang ketiga paling sering terkena di masyarakat (Park K, 2011).
Berdasarkan Data kepolisian RI menunjukkan, terdapat rata-rata 29 orang
meninggal dunia setiap hari akibat kecelakaan di jalan raya sedangkan kecelakaan
itu sendiri, pertahunnya rata- rata mencapai 14, 604 kejadian dan yang mengalami
cedera abdomen sebanyak 52,6 % dengan jumlah korban meninggal dunia adalah
10,696 jiwa (Kevin, et al, 2010).
Menurut klasifikasi trauma, terdiri kepada dua iaitu trauma tumpul dan
trauma tajam. Pada trauma tumpul, limfa dan hati adalah organ yang paling sering
tercedera (van der Vlies, et al 2011). Hampir tiga perempat daripada kasus trauma
tumpul melibatkan kemalangan jalan raya dan hampir dua pertiga yang terlibat
adalah terjadi pada laki- laki dengan puncak insidensi pada pasien antara usia 14
dan 30. Selain itu, trauma tumpul abdominal lebih banyak di perdesaan daripada
trauma tajam atau tembus yang sering berlaku di wilayah perkotaan (Hemmila,
Berdasarkan uraian di atas, penelitian tertarik untuk mengambil judul
“Gambaran Karakteristik Trauma Abdomen di Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik dari tahun 2011-2014.”
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran karakteristik trauma abdomen di Rumah Sakit Umum Pusat
Haji Adam Malik pada tahun 2011 hingga 2014?
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran karakteristik trauma abdomen di Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik pada tahun 2011 hingga 2014?
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran karakteristik trauma abdomen saat masuk RSUP. Haji
Adam Malik.
2. Mengetahui jenis kelamin pasien yang mengalami trauma abdomen pada
pasien di RSUP Haji Adam Malik.
3. Mengetahui usia pasien yang menderita trauma abdomen di RSUP Haji Adam
Malik.
4. Mengetahui jenis trauma abdomen yang dialami oleh pasien di RSUP. Haji
Adam Malik.
5. Mengetahui jenis organ yang mengalami trauma abdomen di RSUP. Haji Adam
1.4. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan dan
bahan masukan mengenai kateristik trauma abdominal di RSUP Haji
Adam Malik.
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan pada penelitian
ABSTRAK
Trauma abdomen adalah cedera ataupun luka yang terjadi diantara diafragma dan pelvis. Trauma merupakan penyebab kematian paling sering dalam empat dekade kehidupan, dan itu menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama di setiap negara. Disini, abdomen adalah bagian tubuh yang ketiga paling sering terkena trauma di dalam masyarakat. Trauma abdomen disebabkan oleh dua penyebab yaitu trauma tajam dan trauma tumpul.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran karakteristik trauma abdomen di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2011-2014. Disini, termasuk usia, jenis kelamin, penyebab trauma dan organ yang mengalami trauma apabila terjadinya trauma pada abdomen. Metode penelitian ini adalah deskriptif dengan desain cross sectional. Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang mengalami trauma abdomen di RSUP H. Adam Malik Medan mulai Januari 2011 sehingga Desember 2014 dengan melakukan metode total
sampling.
Hasil penelitian ini menunjukan usia yang paling banyak mengalami trauma abdomen adalah pada kelompok usia 12-25 tahun (41.5%) dan sering dijumpai pada laki-laki dengan 71.7%. Penyebab trauma yang paling banyak adalah trauma tumpul yaitu dengan 94.3 % dan organ yang terjadinya trauma adalah lambung (28.3%).
Diharapkan dan disarankan agar pihak rumah sakit dan dokter dapat melengkapi data rekam medik agar lebih bermanfaat bagi pasien maupun dokter.
ABSTRACT
Abdominal trauma is an injury occurred in between the diaphragm dan the pelvis. Trauma is still the most frequent cause of death in the first four decades of life, and it remains a major public health problem in every country. The abdomen is the third most frequent area in the body affect by trauma. The causes of abdominal trauma is penetrating trauma and blunt trauma.
The aim of this study is to describe the characteristics of abdominal trauma in RSUP H. Adam Malik Medan in 2011-2014. Here it includes the age, sex, cause of trauma and the organs affected by the trauma. The method used for this research is descriptive cross-sectional design. The population used in this study were all patients affected by abominal trauma in RSUP H. Adam Malik Medan from January 2011 to December 2014. Samples of this research is taken by total sampling.
The results of this research shows that the most frequent age group that is affected by abdominal trauma is within the ages of 12-25 years old (41%) dan are common in men (71.1%). The most common cause of abdominal trauma is blunt trauma with 94.3% and the organ that is most affected is the stomach (28.3%).
It is highly recommended for the hospitals to complete the medical record so that it will be useful for both patients and doctors.
GAMBARAN KARATERISTIK TRAUMA ABDOMEN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK
TAHUN 2011-2014
Oleh:
ABIGAIL ANN MAATHAI 120100522
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Gambaran Karakteristik Trauma Abdomen di Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik Tahun 2011 – 2014
Nama: Abigail Ann Maathai
NIM: 120100522
Pembimbing Penguji I
………... ……….
(dr. Adi Muradi, Sp. B-KBD) (dr. Dadik Wahyu Wijaya, Sp. An)
NIP. 140357138 NIP. 19680914 200801 1013
Penguji II
……….
(dr. Syamsul Bihar, Sp.P)
NIP. 19821219 200812 1004
Medan, 18 Desember 2015,
Dekan
Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
………..
(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH)
ABSTRAK
Trauma abdomen adalah cedera ataupun luka yang terjadi diantara diafragma dan pelvis. Trauma merupakan penyebab kematian paling sering dalam empat dekade kehidupan, dan itu menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama di setiap negara. Disini, abdomen adalah bagian tubuh yang ketiga paling sering terkena trauma di dalam masyarakat. Trauma abdomen disebabkan oleh dua penyebab yaitu trauma tajam dan trauma tumpul.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran karakteristik trauma abdomen di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2011-2014. Disini, termasuk usia, jenis kelamin, penyebab trauma dan organ yang mengalami trauma apabila terjadinya trauma pada abdomen. Metode penelitian ini adalah deskriptif dengan desain cross sectional. Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang mengalami trauma abdomen di RSUP H. Adam Malik Medan mulai Januari 2011 sehingga Desember 2014 dengan melakukan metode total
sampling.
Hasil penelitian ini menunjukan usia yang paling banyak mengalami trauma abdomen adalah pada kelompok usia 12-25 tahun (41.5%) dan sering dijumpai pada laki-laki dengan 71.7%. Penyebab trauma yang paling banyak adalah trauma tumpul yaitu dengan 94.3 % dan organ yang terjadinya trauma adalah lambung (28.3%).
Diharapkan dan disarankan agar pihak rumah sakit dan dokter dapat melengkapi data rekam medik agar lebih bermanfaat bagi pasien maupun dokter.
ABSTRACT
Abdominal trauma is an injury occurred in between the diaphragm dan the pelvis. Trauma is still the most frequent cause of death in the first four decades of life, and it remains a major public health problem in every country. The abdomen is the third most frequent area in the body affect by trauma. The causes of abdominal trauma is penetrating trauma and blunt trauma.
The aim of this study is to describe the characteristics of abdominal trauma in RSUP H. Adam Malik Medan in 2011-2014. Here it includes the age, sex, cause of trauma and the organs affected by the trauma. The method used for this research is descriptive cross-sectional design. The population used in this study were all patients affected by abominal trauma in RSUP H. Adam Malik Medan from January 2011 to December 2014. Samples of this research is taken by total sampling.
The results of this research shows that the most frequent age group that is affected by abdominal trauma is within the ages of 12-25 years old (41%) dan are common in men (71.1%). The most common cause of abdominal trauma is blunt trauma with 94.3% and the organ that is most affected is the stomach (28.3%).
It is highly recommended for the hospitals to complete the medical record so that it will be useful for both patients and doctors.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis pajatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, hanya
oleh kasih dan anugerahNya sehingga penulis dapat membuat dan menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan
sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara. Dalam proses penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini,
banyak bimbingan dan arahan yang penulis peroleh dari berbagai pihak. Untuk itu,
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan perhargaan
setiniggi-tingginya kepada:
1. Prof. Dr. Gontar A.Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan
FakultasKedokteran Universitas Sumatera Utar yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.
2. Dr. Adi Muradi Sp.B-KBD selaku dosen pembimbing penulis, terima
kasih atas waktu, perhatian, kesabaran serta masukan yang diberikan
kepada penulis untuk meyelesaikan karya tulis ilmiah ini dan kepada dr.
Dadik Wahyu Wijaya Sp. An dan dr. Syamsul Sp.P selaku dosen penguji
yang selalu memberikan arahan dan saran selama penelitian ini.
3. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis
selama masa pendidikan.
4. Kedua orang tua penulis Bapak Maathai Onny dan Ibu Anne Philips yang
selalu memberikan doa dan dukungan materi maupun moril, yang selalu
memberikan semangat dan arahan selama menyelesaikan penelitian ini.
5. Teman-teman sesame bimbingan penelitian di Fakultas Kedokteran dan
teman sekelompok bimbingan serta teman-teman penulis lainnya yang
selalu hadir dan member bantuan berupa saran, kritik, semangat, dan
6. Teman-teman kelompok kecil yang sering membantu dan yang selalu
memberi dukungan dan semangat, Arlene Priya, Joyce Teo Jia Le, Chai
Shi Hui dan Adam Lott.
7. Semua instalasi-instalasi yang telah banyak membantu dan member
kemudahan, RSUP H. Adam Malik Medan, Perpustakaan FK USU,
Perpustakaan Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh itu, penulis
mengharapkan masukan berupa kritik dan saran demi kemajuan kualitas penelitian
ini. Akhir kata , penulis berharap agar penelitian ini dapat memberikan manfaat
kepada semua orang untuk pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam
dunia kesehatan dan kedokteran.
Penulis,
Abigail Ann Maathai
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR GAMBAR ... iv
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan Penelitian ... 2
1.4 Manfaat Penelitian ... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1 Anatomi Abdomen ... 4
2.2 Trauma Abdomen... 6
2.2.1. Definisi ... 6
2.2.2. Klasifikasi dan Etiologi ... 6
2.3. Trauma Tumpul ... 7
2.3.1. Etiologi ... 7
2.3.2. Mekanisme ... 7
2.3.3. Gejala Klinis ... 10
2.3.4. Diagnosa ... 10
2.3.5. Penatalaksanaan ... 12
2.4. Trauma Tajam ... 12
2.4.1. Definisi ... 12
2.4.2. Mekanisme ... 13
2.4.3. Gejala Klinis ... 13
2.4.4. Diagnosa ... 13
2.4.5. Penatalaksanaan ... 14
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 16
3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 16
3.2 Definisi Operasional... 16
3.2.1. Trauma Abdomen ... 16
3.2.2. Pasien Trauma Abdomen ... 16
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 19
4.1. Rancangan Penelitian ... 19
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 19
4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 20
4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 20
4.6. Rencana Penelitian ... 20
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21
5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 21
5.2 Deskripsi Karakterisktik Peneliti ... 21
5.3 Pembahasan ... 25
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 27
6.1 Kesimpulan ... 28
6.2 Saran ... 28
6.2.1. Saran Kepada Peneliti ... 28
6.2.2. Saran Kepada Rumah Sakit ... 28
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
Gambar 2.1. Kuadran empat bagian abdomen ... 4
Gambar 2.2. Bagian-bagian abdomen ... 5
Gambar 2.3. Algoritme diagnose trauma tumpul abdomen ... 11