DAFTAR PUSTAKA
[1] Lingga Wardhana, “2G/3G RF Planning and Optimization For Consultant” , www.nulisbuku.com, Jakarta Selatan, 2011.
[2] D. Laksmiati, “Simulasi dan Analisa Kualitas Layanan Trafik Video Streaming pada WiMAX 802.16d”,Universitas Indonesia, 2009.
[3] Jeffrey G. Andrews, Arunaba Ghosh, Rias Muhamed, “Fundamental of WiMAX” Prentice Hall Communications Engineering and Emerging Technologies Series, 2007.
[4] Teerawat Issariyakul, Ekram Hossain. “Introduction to Network Simulator NS2 (Second Edition)”. Springer Science+Business Media, LLC 2012. [5] Ingo Gruber1), Oliver Knauf1), and Hui Li2).” Performance of Ad Hoc
Routing Protocols in Urban Environments” Proceedings of European Wireless. p.24-27. 2004.
[6] Jirka Klaue, “EvalVid - A Video Quality Evaluation Tool-set” [Online]. Tersedia: http://www2.tkn.tu-berlin.de/research/evalvid/fw.html [Diakses 23 Agustus 2015]
[7] Chih-Heng Ke, Ce-Kuen Shieh, Wen-Shyang Hwang, Artur Ziviani, “ An Evaluation Framework for More Realistic Simulations of MPEG Video Transmission ”, Journal of Information Science and Engineering
(accepted) (SCI, EI), 2006 [Online]. Tersedia:
[8] Suherman. “A Novel Approach for Implementing Worldwide Interoperability for Microwave Access for Video Surveillance” De Montfort University. July 2013.
[9] Wikipedia. Amplifier. [Online]. Tersedia : https://en.wikipedia.org/wiki/ Amplifier [Diakses 5 November 2015].
[10] Aripirala Manoj Kumar, G. Bharath Reddy, G. Krishna Chaitanya Reddy. “Modeling RF Power amplifier to study its non linear effects on rf communication system,with ber as a performance measure.” Department of Electronic and Communication Engineering, IIIT-Allahabad.
[11] Rekha Patil dan Vijay K Kerji “SINR Based Routing For Mobile Ad-hoc Networks “ IEEE, 2011.
[12] Siska Dyah Susanti1, Ir. Erfan Achmad Dahlan, MT.2, M. Fauzan Edy Purnomo. ST., MT3. “Analisis Penerapan Model Propagasi Ecc 33 Pada Jaringan Mobile Worldwide Interoperability For Microwave Access (WIMAX)"student journal universitas brawijaya. Vol. 1, No. 3 (2013) [13] Fuad M. Abinader Jr.1, Vicente A. de Sousa Jr.1, Anderson B. Fernandes1,
Adaildo G. D'Assunção1, Níbia S. Bezerra2, Gino Lozada3 danPekko Orava4 ” Evaluation of Joint Sleep and Idle Mode in IEEE 802.16e WIMAX “ IJCSI International Journal of Computer Science Issues, Vol. 9, Issue 2, No. 1, March 2012.
BAB III
METODE TUGAS AKHIR
3.5 Umum
Bab ini menjelaskan mengenai pelaksanaan tugas akhir yang meliputi perangkat tugas akhir, rancangan tugas akhir, dan pelaksanaan tugas akhir dengan tahapan penerapan model konsumsi energi, perhitungan signal to noise ratio dan perhitungan bit error rate pada simulator, simulasi penerapan booster amplifier pada jaringan WiMAX serta evaluasi kinerja.
3.6 Spesifikasi perangkat
Ada beberapa spesifikasi perangkat yang digunakan untuk melakukan simulasi antara lain :
3.2.1 InterfaceSHardware
Perangkat hardware yang digunakan untuk menjalankan simulasi pada tugas akhir ini adalah satu buah laptop dengan spesifikasi sebagai berikut :
- Asus A450L
- Processor: Intel Core i5-4200U @ 1.60GHz - Memory: 4 GB DDR3
- HDD: 500 GB 3.2.2 InterfaceSSoftwareS
Simulasi dilakukan pada spesifikasi software sebagai berikut : - Sistem operasi : Ubuntu 14.04 LTS.
3.7 Rancangan Sistem
Tugas akhir ini dilakukan dengan menggunakan software NS-2 (Network Simulator-2) yang merupakan perangkat lunak yang digunakan untuk mensimulasikan jaringan berbasis TCP/IP dengan berbagai jenis medianya. Pada Tugas Akhir ini, Network Simulator-2 akan diintegrasi dengan modul IEEE 802.16 yang dibuat oleh National Institute of Standards and Technology (NIST) dan Evaluation Video (EvalVid) untuk membangkitkan trafik video. Kemudian akan dilakukan penambahan beberapa implementasi model pada modul WiMAX National Institute of Standards and Technology (NIST) yaitu model konsumsi energi, perhitungan signal to noise ratio dan bit error rate, serta model booster amplifier.
Pada tugas akhir ini topologi jaringan WiMAX yang diamati adalah jaringan point to multipoint dengan server penyedia video disambungkan ke base station, sementara base station melayani 4 (empat) user atau subscriber station (SS). Setiap SS mendownload video dari server, seperti yang terlihat pada Gambar 3.1.
Adapun spesifikasi parameter jaringan yang digunakan untuk mendukung perancangan sistem dapat dilihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Parameter jaringan Wimax
Parameter Nilai
Power Transmit 10 Watt
Cakupan BS 500 Meter
Frekuensi Kerja 2.5 GHz
Ukuran Paket 1052 byte
DL ratio 0.5
Bandwidth 5 MHz
Cycle prefix 0
Teknik modulasi QPSK
Propagasi Free Space Loss
Antena Omnidirectional
Gain antenna 1 dB
Kostanta Loss Sistem 1
Kinerja jaringan pada sistem direfleksikan melalui pengukuran karakteristik sinyal di Subscriber Station seperti SNR dan BER untuk memperoleh error bit yang terjadi pada video serta konsumsi energi. Setelah mensimulasikan dan mengevaluai kinerja pengiriman video downlink, booster amplifier disisipkan di masing-masing SS pada bagian penerima (receiver). Penyisipan booster amplifier dilakukan dengan model matematika dengan pengendalian: keep on (amplifier terus aktif) dan adaptive (amplifier aktif hanya jika memenuhi criteria tertentu). Kriteria pengendalian adaptive pada Tugas Akhir ini berdasarkan level bit error rate.
Gambar 3.2 Diagram alir rancangan sistem
Pada Gambar 3.2 dapat kita lihat bahwa langkah awal yang dilakukan dalam perancangan sistem meliputi instalasi simulator NS-2 pada sistem operasi berbasis ubuntu. Modul WiMAX bukan merupakan modul internal NS-2, sehingga modul WiMAX NIST harus diinstal ke NS-2. Selain itu, untuk memudahkan monitoring paket video, diinstal juga modul EvalVid.
3.3.5 Implementasi Model Konsumsi Energi
Konsumsi energi pada sistem diperoleh dari kuat daya yang dikeluarkan pada suatu mode operasi dikalikan dengan waktu yang digunakan selama mode tersebut berlangsung. Untuk mendapatkan konsumsi energi dari subscriber station pada modul WiMAX NIST maka akan dilakukan implementasi nilai kuat daya pada setiap mode operasi berdasarkan Tabel 2.1 ke dalam script mac802_16SS.cc dan mac802_16SS.h sesuai mode operasi tersebut. penulisan script untuk Model Konsumsi energi dapat dilihat pada Lampiran 3A.
3.3.6 Implementasi SignalStoSNoiseSRatio
Untuk mengetahui nilai SNR pada subscriber station perlu diketahui jarak subscriber station ke base station. Pada tugas akhir ini untuk mencari nilai SNR
ada beberapa hal yang akan dilakukan . Langkah pertama menentukan posisi pada saat proses penerimaan suatu sinyal. Dimana, topography NS-2 dalam bentuk titik koordinat x dan y sehingga harus menggunakan persamaan garis melalui 2 titik. persamaan garis melalui 2 titik dapat dilihat pada Persamaan 3.1 [14].
1
dan y1merupakan posisi awal subscriber station, dan x2dan y2merupakan posisi
tujuan subscriber station.
Posisi x dan y pada saat penerimaan suatu sinyal merupakan jarak (s)
subscriber station bergerak ke tujuan (v) dikalikan waktu (t) untuk mencapai posisi tersebut yang dapat dilihat pada Persamaan 3.2.
t v
s= . …(3.2) Setelah diperoleh jarak perpindahan yang telah ditempuh. Selanjutnya hitung berapa jarak dari posisi awal hingga posisi tujuan yang dapat dihitung
Setelah didapatkan jarak perpindahan yang telah ditempuh dan jarak lintasan yang akan ditempuh. Maka kita dapat mengetahui posisi koordinat x dan y dengan mengkalikan Persamaan 3.1 dengan Persamaan 3.3 kemudian disamakan dengan Persamaan 3.2 yang dapat dilihat pada Persamaan 3.4a untuk koordinat x dan 3.4b untuk koordinat y.
S
Untuk hasil perhitungan mendapatkan koordinat x dan y pada tiap-tiap subscriber station dapat dilihat pada Lampiran 1A.
Langkah kedua setelah mendapatkan titik koordinat x dan y pada saat penerimaan suatu paket pada waktu tertentu. Dilakukan perhitungan jarak dengan menggunakan Persamaan 3.3 sehingga diperoleh jarak antara base station dengan subscriber station pada kondisi waktu tersebut.
dengan menggunakan Persamaan 2.1. Kemudian power receive yang diperoleh tersebut diubah kedalam satuan dBm.
Langkah keempat hitung berapa besar daya noise pada saluran transmisi menggunakan Persamaan 2.4, dimana besar nilai noise pada subscriber station WiMAX dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Spesifikasi noise subscriber station WiMAX
Parameter Nilai
Noise Figure 7 db
Noise Thermal -174 dbm/Hz
Setelah diperoleh nilai power receive dan total noise pada sistem Kemudian akan dilakukan perhitungan SNR menggunakan persamaan 2.3. Perhitungan langkah kedua, ketiga, dan keempat dapat dilihat pada Lampiran 1B.
Seluruh penulisan perhitungan persamaan untuk mencari SNR diletakkan pada proses receive data di modul 802.16 subscriber station yaitu pada mac802_16SS.cc dan mac802_16SS.h yang dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Lampiran 3B .
3.3.7 Implementasi BitSErrorSRate
Bit error rate diperoleh dari nilai signal to noise ratio. Setelah mendapatkan
signal to noise ratio pada penjelasan sebelumnya kemudian nilai SNR tersebut
diinputkan ke Persamaan 2.7 untuk memperoleh SNR sistem. Kemudian nilai SNR sistem diinputkan ke Persamaan 2.6 untuk memperoleh rasio energi bit
terhadap noise sistem (Eb/N0 ). Setelah diperoleh nilai Eb/N0 tersebut,
terdapat pada kondisi Subscriber Station tersebut. Penulisan perhitungan persamaan untuk mencari bit error rate diletakkan pada proses receive data di modul 802.16 subscriber station yaitu mac802_16SS.cc dan mac802_16SS.h yang dapat dilihat pada Lampiran 3B.
3.3.8 Implementasi Model Amplifier
Model amplifier pada tugas akhir ini berdasarkan analisis yang dilakukan oleh Kumar et al [10] menggunakan IC penguat dengan seri HMC413QS16G/ HMC413QS16GE dari Hittit Elektronics dengan spesifikasi sebagai berikut: - Gain, G_db = 23db
- Output Power at 1db Compression point, P_1db = 27dbm
Kumar et al menganalisis harmonik output bergantung pada koefisien a1 dan a3. Sehingga persamaan 2.3 dapat disederhanakan menjadi:
)
Nilai-nilai a1 dan a3 akan dianalisis Kumar et al [10] menggunakan Gain (G) output power pada 1db compression point (P_1db) untuk menemukan koefisien. a1 dan a3 yang diperoleh dengan Persamaan 3.6:
)
y = ke Persamaan 3.5, sehingga diperoleh Persamaan 3.7.
)
Setelah dilakukan perhitungan Persamaan 3.6 dan 3.7 didapat nilai koefisien
14.13
Lampiran 1C. Kemudian koefisien a1 dan a3 disubsitusikan ke persamaan 3.5
Sebagai input dan y(t)merupakan output dari amplifier. Penerapan amplifier pada
sistem dapat dilihat pada Lampiran 3C.
3.8 Alur Penelitian
Pada tugas akhir terdapat beberapa langkah untuk memperoleh bagaimanakah pengaruh penerapan model booster amplifier terhadap kinerja jaringan WiMAX dengan menggunakan pemrograman berorientasi objek yaitu NS-2. Langkah pertama yang dilakukan adalah mengkonfigurasikan jaringan WiMAX, dimana jaringan yang dikonfigurasi merupakan jaringan point to multipoint. Jaringan ini memiliki satu base station dan empat subscriber station, seperti pada Gambar 3.1 dan dengan spesifikasi parameter jaringan pada Tabel 3.1. Konfigurasi jaringan yang telah disusun kemudian diinputkan menjadi bahasa tcl untuk dapat disimulasikan pada NS-2.
yang disebut Amp_3.24e-3, Ketiga ketika nilai BER lebih besar dari 3.18e-3 yang disebut Amp_3.18e-3. Kondisi ketiga amplifier terus aktif pada setiap keadaan yang disebut Amp_keep_on.
Selanjutnya setting trafik video, karena kondisi penerimaan akan berubah terhadap bandwidth yang tersedia, maka diperlukan pengujian jaringan dengan bit rate video yang berubah-ubah. Parameter video yang ditransmisikan pada jaringan dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Parameter Trafik Video
Setelah selesai melakukan konfigurasi jaringan, setting kondisi amplifier, dan trafik video. Langkah selanjutnya pilih salah satu kondisi amplifier, serta pilih salah satu bit rate video yang akan disimulasikan kemudian jalankan simulasi. Sesudah simulasi selesai dijalankan maka akan akan dihasilkan output proses simulasi berformat .txt yang merecord semua kejadian selama simulasi berlangsung dan animasi nam seperti Gambar 2.3. Kemudian ulangi simulasi dengan bit rate yang lain hingga seluruh bit rate video disimulasikan pada satu kondisi amplifier tersebut. Selanjutnnya pilih kondisi amplifier yang belum disimulasikan kemudian lakukan hal yang sama seperti sebelumnya.
Ketika seluruh bit rate video telah disimulasikan dengan kondisi amplifier yang berbeda. Selanjutnya semua hasil output dari setiap kondisi yang berformat .txt akan dianalisis untuk memperoleh nilai signal to noise rasio, bit error rate, error bit dan konsumsi energi. Kemudian divisualisasikan dalam bentuk grafik
Parameter Nilai
Bit Rate (bps) 561319; 595531; 823555; 1019654; 1151255
Frame sequence IPP
Frame Rate (fps) 30
untuk mengetahui perbedaan pada setiap kondisi amplifier terhadap bit rate video yang berbeda. Alur penelitian dalam diagram alir dapat dilihat pada Gambar 3.3.
BAB IV
HASIL SIMULASI DAN ANALISIS DATA
4.4 Umum
Bab ini menganalisis output yang dihasilkan pada simulasi di NS-2. Analisis data output tersebut diklasifikasikan untuk mengetahui pengaruh yang terjadi karena perubahan beberapa parameter. Parameter kinerja yang diperoleh antara lain konsumsi energi, signal to noise ratio, bit error rate, dan error bit pada video.
4.5 Hasil Pengujian
4.2.1 SignalStoSNoiseSRatio (SNR)S
Besar signal to noise ratio pada setiap subscriber station yang diperoleh dari hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil pengujian total signal to noise ratio SubscriberS Total signalStoSnoiseSratio
Subscriber 1 46.6038 dB Subscriber 2 51.0949 dB Subscriber 3 54.4788 dB Subscriber 4 58.3093 dB
Tampilan data pada grafik untuk hasil pengujian signal to noise ratio dapat
Gambar 4.1 Grafik total signal to noise ratio
Signal to noise ratio sangat dipengaruhi oleh jarak dari subscriber ke base station. Semakin jauh jarak subscriber ke base station maka signal to noise ratio akan semakin kecil dan Semakin dekat jarak subscriber ke base station maka signal to noise ratio akan semakin besar. Pada gambar 4.1 terlihat bahwa subscriber 4 mempunyai signal to noise ratio yang paling besar yaitu 58.3093 dB,
karena paling dekat dengan daerah cakupan base station dan sebaliknya subscriber yang paling jauh dari daerah cakupan base station memiliki signal to noise ratio yang paling kecil, yaitu subscriber 1 sebesar 46.6038 dB.
4.2.2 BitSErrorSRate (BER)
Total bit error rate pada setiap bit rate yang diperoleh dari hasil simulasi untuk bit rate yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 4.2
40
Subscriber 1 Subscriber 2 Subscriber 3 Subscriber 4
Tabel 4.2 Hasil pengujian total bit error rate Bit_Rate (bps) Total BitSErrorSRate
561319 0.00320031
595531 0.00320034
823555 0.00320060
1019654 0.00320067
1151255 0.00320092
Tampilan data pada grafik untuk hasil pengujian bit error rate dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Grafik total bit error rate
Pada Gambar 4.2 terlihat bahwa semakin besar bit rate maka semakin besar bit error rate. hal ini disebabkan karena semakin besar bit rate maka data yang di transmisikan semakin besar. Oleh karena itu, bit error rate semakin meningkat terhadap kenaikan bit rate.
Bit error rate berpengaruh terhadap error paket yang ditransmisikan oleh suatu sistem. Ketika bit error rate yang dihasilkan semakin besar maka error bit
0.00320
561319 595531 823555 1019654 1151255
dari paket tersebut akan semakin besar. Total error bit yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hasil pengujian total error bit Bit Rate (bps) Total ErrorSBitS
561319 88844 bit
595531 88959 bit
823555 89236 bit
1019654 89574 bit
1151255 89768 bit
Tampilan data pada grafik untuk hasil pengujian total error bit dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Grafik total error bit
4.2.3 Konsumsi Energi
Total konsumsi energi rata-rata pada setiap bit rate yang diperoleh dari hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.4.
88200
561319 595531 823555 1019654 1151255
Tabel 4.4 Hasil pengujian konsumsi energi
BitSRate (bps) Total konsumsi energi
561319 263.7311477 Joule 595531 263.739695 Joule 823555 263.7476702 Joule 1019654 263.8184776 Joule 1151255 263.8407117 Joule
Tampilan data pada grafik untuk hasil pengujian konsumsi energi dapat dilihat pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4 Grafik total konsumsi energi
Perubahan bit rate yang dilakukan mempengaruhi konsumsi energi pada subscriber station. Karena semakin besar bit rate maka semakin banyak data yang akan dikirim oleh server ke subscriberstation. Oleh karena itu, semakin banyak proses receive data yang dilakukan oleh subscriber station sehingga energi yang dikeluarkan oleh subscriber station semakin bertambah.
263.66
561319 595531 823555 1019654 1151255
4.6 Analisis Penerapan Amplifier
Pada sub bab ini akan dianalisis pengaruh penambahan amplifier yang telah dirancang pada BAB 3 terhadap parameter kerja.
4.3.1 SignalStoSNoiseSRatioS(SNR)
Besar signal to noise ratio pada setiap subscriber station yang diperoleh dari hasil pengujian penerapan amplifier dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Besar nilai SNR pada saat penggunaan amplifier pada sistem Subscriber
Amp_keep_on 58.1052 dB 62.5963 dB 65.9802 dB 69.8108 dB 64.1231 dB
Tampilan data pada grafik untuk hasil penerapan amplifier terhadap signal to noise ratio dapat dilihat pada Gambar 4.5.
Gambar 4.5 Grafik signal to noise ratio pada setiap subscriber antara sistem yang didukung penggunaan amplifier dan tanpa amplifier
0
Pada Gambar 4.5 terlihat bahwa pada saat amplifier diterapkan pada sistem signal to noise ratio mengalami peningkatan. Misalnya, untuk penerapan amplifier keep on pada subscriber 4 nilai signal to noise ratio yang dihasilkan yaitu 69.8108 dB. pada saat amplifier tidak diterapkan pada subscriber 4 nilai signal to noise ratio, yaitu sebesar 58.3093 dB, lebih rendah jika amplifier tidak diterapkan pada sistem. Dari salah satu subscriber atau station dapat disimpulkan bahwa penerapan amplifier sangat mempengaruhi sinyal yang diterima subscriber station.
4.3.2 BitSErrorSRate (BER)
Total bit error rate pada setiap bit rate dari hasil pengujian penerapan amplifier dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hasil pengujian bit error rate untuk penerapan amplifier Bit Rate
(bps) Kondisi
561319 595531 823555 1019654 1151255 Total Rata-rata
Gambar 4.6 Grafik perbandingan bit error rate pada setiap bit rate yang berbeda antara sistem yang didukung penggunaan amplifier dan tanpa amplifier
Pada Gambar 4.6 terlihat bahwa pada penerapan amplifier untuk kondisi yang berbeda memiliki nilai bit error rate yang berbeda. Misalnya pada bit rate 1151255 bps nilai atau besar bit error rate ketika amplifier tidak diterapkan sebesar 0.0032009. ketika amplifier diterapkan nilai bit error rate menjadi lebih kecil sebesar 0.0030993 untuk penerapan Amp_3.4e-3 dan 0.0030301 untuk penerapan Amp_3.24e-3. Pada penerapan Amp_3.18e-3 nilai bit error rate sebesar 0.0029905 dan pada saat penerapan Amp_keep_on nilai bit error rate sebesar 0.0027879.
Bit error rate mempengaruhi errorbit dari suatu paket yang ditransmisikan oleh suatu sistem. Ketika Bit Error Rate yang dihasilkan semakin besar maka error bit dari paket tersebut akan semakin besar.
Total error bit data pada setiap bit rate berdasarkan bit error rate yang diperoleh dari hasil pengujian penerapan amplifier dapat dilihat pada Tabel 4.7.
0.00260
Tabel 4.7 Hasil pengujian error bit untuk penerapan amplifier Bit rate
(bps) Kondisi
561319 595531 823555 1019654 1151255 Total
Rata-rata
Tampilan data pada grafik untuk hasil penerapan amplifier terhadap hasil pengujian error bit dapat dilihat pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7 Grafik perbandingan error bit pada setiap bit rate yang berbeda antara sistem yang didukung penggunaan amplifier dan tanpa amplifier
Dari Grafik yang terdapat pada Gambar 4.7 menyatakan bahwa bit data
Amp_3.24e-3 turun 7.40% menjadi 83125 bit, pada penerapan Amp_3.18e-3 turun 8.78% menjadi 81890 bit, dan untuk penerapan Amp_keep_on turun 13.51% menjadi 77644 bit.
4.3.3 Konsumsi Energi
Total konsumsi energi pada setiap bit rate dari hasil pengujian penerapan amplifier dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Hasil pengujian konsumsi energi untuk penerapan amplifier Bit Rate
(bps)
Kondisi
561319 595531 823555 1019654 1151255 Total Rata-rata
Tampilan data pada grafik untuk hasil penerapan amplifier terhadap konsumsi energi dapat dilihat pada Gambar 4.8.
263.7311
Energi pada Bitrate 561319 bps
Gambar 4.8 Grafik perbandingan konsumsi energi pada setiap bit rate yang berbeda antara sistem yang didukung penggunaan amplifier dan tanpa amplifier
Pada Gambar 4.8 dapat dilihat bahwa penerapan amplifier menambah penggunaan energi. Misalnya, pada bit rate 1151255 bps, untuk keadaan sistem belum menerapkan amplifier besar energi yang digunakan sebesar 263.8407117 Joule. Pada kondisi penggunaan Amp_3.4e-3 dan Amp_3.24e-3 besar energi yang digunakan sebesar 263.840712 Joule dan 263.8407124 Joule. Pada kondisi penggunaan Amp_3.18e-3 besar energi yang digunakan sebesar 263.8407127 Joule. Ketika kondisi Amp_keep_on besar nilai energi yang digunakan sebesar 263.8407153. Dapat kita analisis bahwa energi yang digunakan akan lebih besar ketika Amplifier diterapkan pada sistem.
263.7476
Energi pada Bitrate 823555 bps
Energi pada Bitrate 1019654 bps
Energi pada Bitrate 1151255 bps
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun beberapa kesimpulan dari pembahasan pada Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut.
1. Jumlah error bit meningkat jika bit rate dari trafik meningkat. pada bit rate 561319 bps terjadi error bit sebesar 88844 bit, meningkat 1.041% pada bit rate 1151255 bps,yaitu sebesar 89768 bit.
2. Konsumsi energi meningkat jika bit rate dari trafik meningkat. pada bit rate 561319 bps energi yang dikonsumsi sebesar 263.7311477 joule, meningkat 0.04154% pada bit rate 1151255 bps, yaitu sebesar 263.8407117 Joule. 3. Penambahan amplifier meningkatkan kualitas sinyal, terbukti dengan
naiknya nilai SNR pada saat penggunaan Amp_keep_on, yaitu sebesar 64.12316 dB dari rata-rata 4 subscriber station. Sementara tanpa amplifier sebesar 52.62174 dB.
4. Penambahan amplifier menurunkan error bit dari paket yang ditransmisikan. Pada saat sistem tidak menggunakan amplifier terjadi error bit sebesar 89276 bit namun setelah penggunaan Amp_keep_on, error bit
dari paket menurun 14% yaitu sebesar 77210 bit.
6. Penggunaan amplifier secara adaptive dapat mengurangi konsumsi energi. Tetapi, memperkecil presentase penurunan error bit dari penggunaan Amp_keep_on. pada penggunaan amplifier adaptive, dengan threshold BER 3.18e-3, konsumsi energi meningkat 0.00000038% dan error bit menurun 8.77% dari sistem tanpa amplifier. Penggunaan amplifier adaptive, dengan threshold BER 3.24e-3, konsumsi energi meningkat 0.00000028% dan error
bit menurun 7.39%. Penggunaan amplifier adaptive, dengan threshold BER 3.4e-3, konsumsi energi meningkat 0.0000001% dan error bit menurun 5.47%.
5.2 Saran
Adapun saran dari Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut.
1. Pada tugas akhir selanjutnya dapat menggunakan model propagasi yang berbeda dan jarak radius cakupan Base Station yang berbeda
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Umum
Bab ini menjelaskan sekilas tentang teknologi Worldwide Interoperability
Microwave Acces (WiMAX), perangkat lunak simulasi Network Simulator versi 2
(NS-2), kerangka evaluasi video EvalVid, modul simulasi WiMAX, amplifier
dan parameter kerja yang dievaluasi.
2.2 WorldwideSInteroperabilitySMicrowaveSAcces (WiMAX)
Worldwide Interoperability for Microwave (WiMAX) merupakan
standar Broadband Wireless Access (BWA) dengan kemampuan untuk transmisi
data dengan kecepatan tinggi. WiMAX menawarkan kemampuan transmisi yang
baik dalam kondisi Non Line of Sight (NLOS) serta data rate mencapai 70
Mbps dan dapat menjangkau user sampai 5km [1].
2.2.1 Standar Wimax
WiMAX menggunakan standar Institue of Electrical and Electronics
Engineering (IEEE) 802.16 yang termasuk dalam kategori WMAN (Wireless
Metropolitan Area Network ). Standar 802.16 telah mengalami beberapa
perkembangan dan penyempurnaan sebagai berikut [1]:
- 802.16
Standar ini dirilis pada Desember 2001 yang merupakan Original Fixed
pada aplikasi point to point. Standar ini bekerja pada daerah yang LOS (Line
Of Sight). Dengan bandwidth mencapai 32 – 124 Mbps.
- 802.16a
Standar ini dirilis pada Januari 2003 merupakan Original Fixed Wireless
Broadband. Bekerja pada frekuensi radio 2 – 11 Ghz dan digunakan pada
aplikasi point to multipoint.
- 802.16REVd
Standar ini dirilis pada Oktober 2004, berkerja pada frekuensi radio 2 – 11
Ghz. Dengan bandwidth mencapai 70 Mbps. Standar ini berfungsi sebagai
fixed wireless broadband access dengan konstruksi antena pelanggan
dipasangkan pada atap rumah atau tiang. Teknologi ini menyediakan
jaringan tanpa kabel jarak jauh sebagai alternatif pengganti dari modem
kabel. WiMAX dapat dikombinasikan dengan jaringan WiFi dimana
WiMAX digunakan sebagai penghubung ke fixed outdoor atau fixed indoor
antena.
- 802.16e
Standar ini dirilis pada Desember 2005 yang merupakan amandemen
802.16a untuk perangkat mobile yang dapat melakukan prosedur handover
dan roaming. Standar ini digunakan untuk WiMAX mobile.
2.2.2 Struktur Layer
Karakteristik standar 802.16 ditentukan oleh spesifikasi teknis dari Physical
(PHY) Layer dan Medium Access Control (MAC) Layer. Perbedaan
ditunjukkan lingkup dari standar yang meliputi PHY dan MAC. Sedangkan
Network Management System (NMS) dan Management Plane dapat
berbeda-beda mengikuti strategi desain dari masing-masing manufaktur atau vendor
pembuatnya [2].
Gambar 2.1. Layer PHY dan MAC pada standar 802.16
Physical layer menjalankan fungsi mengalirkan data di level fisik.
MAC Layer berfungsi sebagai penterjemah protokol-protokol yang ada di
atasnya seperti ATM dan IP. MAC layer dibagi lagi menjadi tiga sub-layer :
Service Specific Convergence Sublayer (SS-CS), MAC Common Part
Sublayer, dan Security Sublayer [2].
2.2.3 PhySLayerS
Pada standar WiMAX, fungsi-fungsi penting yang di atur pada PHY
adalah: OFDM, Duplex Sistem, Adaptive Modulation, Variable Error
secara bersama-sama memberikan keunggulan yang cukup berarti dibandingkan
dengan BWA yang ada sebelumnya [2].
Dengan teknologi OFDM memungkinkan komunikasi berlangsung
dalam kondisi multipath LOS dan NLOS antara Base Station (BS) dan
Subscriber Station (SS). Metode OFDM yang digunakan untuk WiMAX adalah
Fast Fourier Transfer (FFT) 256 . Fitur PHY untuk sistem duplex pada
standar WiMAX bisa diterapkan pada Frequency Division Duplexing (FDD),
Time Division Duplexing (TDD) atau keduanya TDD dan FDD. Fitur ini
memberikan kemudahan pengaturan spektrum frekuensi yang akan digunakan
oleh para operator agar didapatkan efisiensi spektrum yang optimal. Hal ini
juga sejalan dengan penggunaan kanal (kanalisasi) yang diperbolehkan, yaitu
dari 1.7 MHz sampai dengan 20 MHz [2].
Varian PHY yang diadopsi dari standar 802.16 adalah
WirelessMAN-OFDM dan WirelessMAN-WirelessMAN-OFDMA untuk licensed frequency serta Wireless
HUMAN untuk frekuensi Unlicensed National Information Infrastructure
(UNII) dan frekuensi unlicensed lainnya [2].
2.2.4 MediumSAccessSLayerSS
Medium Access (MAC) layer didesain untuk aplikasi Point to Multi Point
(PMP). Berbeda dengan WiFi, mekanisme pengalokasian dipersiapkan untuk
menangani ratusan terminal per kanal, dan setiap terminal memungkinkan
lagi untuk penggunaan secara bersama dengan beberapa pengguna akhir. Pada
MAC Layer digunakan dua jalur data berkecepatan data tinggi untuk
(UL) untuk komunikasi menuju ke BS, dan Down Link (DL) untuk komunikasi
dari BS . Secara umum DL ditransmisikan secara broadcast dari BS dan semua
SS menerima sinyal DL tersebut tanpa koordinasi langsung antar SS yang
ada. Pada penggunaan sistem TDD, ditentukan periode transmit untuk DL dan
UL. MAC Layer mempunyai karakteristik connection-oriented dan setiap
sambungan diidentifikasi oleh 16-bit Connection Identifiers (CID) . CID
digunakan untuk mernbedakan kanal UL dan lainnya. Setiap SS memiliki MAC
Address dengan lebar standar 48 bit. Dalam mekanisme sambungan antar SS dan
BS, terdapat tiga jenis koneksi manajemen untuk setiap arah, yang masing-masing
memerlukan tingkat penanganan QoS yang berbeda [2]. Ketiga sambungan
tersebut adalah:
- BasicS S Connection, menjalankan transfer yang relatif singkat,
melibatkan Radio Link Contol (RLC), dan kritis terhadap waktu
- PrimarySManagementSConnection, menjalankan transfer relatif lama, lebih
toleran terhadap delay, digunakan untuk proses otentikasi dan connection
setup.
- TransportSSConnection, digunakan untuk pengaturan layanan, QoS dan
parameter-parameter trafik.
2.3 QualitySOfSService (Qos)
MAC layer WiMAX merupakan bagian yang mengatur keadaan QoS.
Kemampuan untuk mengontrol QoS agar baik dicapai dengan menggunakan
arsitektur MAC berorientasi koneksi, di mana semua koneksi downlink dan uplink
searah, yang disebut koneksi, antara dua MAC-layer. Setiap koneksi diidentifikasi
oleh connection identifier (CID), yang berfungsi sebagai alamat sementara untuk
transmisi data melalui link tertentu [3].
WiMAX juga terdapat konsep service flow. Service flow adalah aliran satu
arah dimana paket memiliki susunan parameter QoS tertentu, dan
diidentifikasikan dengan sebuah service flow identifier (SFID). Parameter QoS
dapat terdiri dari prioritas trafik, sustained traffic rate maksimum, burst rate
maksimum, tolerable rate minimum, tipe scheduling, tipe ARQ, delay maksimum,
tolerated jitter, service data unit type dan ukuran, mekanisme permintaan
bandwidth yang digunakan, dan seterusnya. Service flow dapat ditentukan melalui
sistem manajemen jaringan yang dibuat secara dinamis dengan mendefinisikan
mekanisme pensinyalan dalam standar. BS bertanggung jawab untuk menerbitkan
SFID dan memetakannya ke CID. Service flow juga dapat dipetakan ke titik kode
Differentiated Services (DiffServ) atau label aliran Multi Protocol Label Swiching
(MPLS) untuk mengizinkan QoS berbasis end-to-end [3].
Untuk mendukung berbagai macam aplikasi, WiMAX mendefinisikan lima
layanan penjadwalan yang harus didukung oleh MAC base station scheduler
untuk transportasi data melalui koneksi [3].
- UnsolicitedSgrantSservices (UGS) : UGS dirancang untuk mendukung paket
data dengan ukuran tetap pada Constant Bit Rate (CBR). Contoh aplikasi
yang dapat menggunakan layanan ini adalah T1 / E1 QoS service flow
parameter yang digunakan pada kelas UGS adalah Maximum Sustained
Policy. Contoh aplikasi yang menggunakan kelas ini adalah Voice Over
Internet Protocol (VOIP) tanpa silence suppression..
- Real-timeSpollingSservices (rtPS) : Layanan ini dirancang untuk mendukung
layanan real-time, seperti MPEG video, yang menghasilkan paket data
dengan ukuran variabel secara periodik. QoS service flow parameter yang
digunakan pada kelas rtPS adalah Maximum Sustained Traffic Rate,
Maximum latency, Request/Trasmission Policy, dan Minimum Reserved
Traffic Rate. Contoh aplikasi yang menggunakan kelas ini adalah transmisi
video dalam format Moving Pictures Experts Group (MPEG).
- ExtendedS RealS TimeS PacketS ServiceS (ertPS) : Layanan ini dirancang
berdasarkan efisiensi dari kelas UGS dan rtPS. Unicastgrant diberikan oleh
BS tanpa diminta seperti halnya kelas UGS. Besar paket yang dikirim dapat
beragam (tidak fixed size) seperti pada kelas rtPS. QoS service flow
parameter yang digunakan pada kelas ertPS adalah Maximum Sustained
Traffic Rate, Maximum latency, Request/ Trasmission Policy, dan Minimum
Reserved Traffic Rate. Contoh aplikasi yang menggunakan kelas ini adalah
Voice Over IP dengan silence suppression.
- Non-RealS TimeS PacketS Service (nrtPS) : Layanan ini dirancang untuk
melayani non real time data service dan delay tolerant service yang
membutuhkan minimum data rate tertentu. QoS service flow parameter
yang digunakan pada kelas nrtPS adalah Maximum Sustained Traffic Rate,
Request/Trasmission Policy, Minimum Reserved Traffic Rate, dan Traffic
Priority. Contoh aplikasi yang menggunakan kelas ini adalah File Transfer
- BestS EffortS(BE) : Didesain untuk melayani data streaming service yang
tidak memerlukan permintaan minimum data service. QoS service flow
parameter yang digunakan pada kelas BE adalah Maximum Sustained
Traffic Rate, Request/Trasmission Policy, dan Traffic Priority. Contoh
aplikasi yang menggunakan kelas ini adalah telnet dan http transmission.
2.4 NetworkSSimulator 2 (Ns-2)
Network Simulator versi 2 atau yang dikenal sebagai NS-2 merupakan
sebuah program simulasi berbasis kejadian yang banyak digunakan untuk
mempelajari sifat dinamis dari jaringan dan protokol komunikasi. NS-2 mampu
mensimulasikan jaringan kabel dan jaringan nirkabel serta protokolnya yang
meliputi: algoritma routing, protokol komunikasi, penjadwalan, algoritma akses
dan lain-lain [4].
Gambar 2.2 menunjukan arsitektur dasar NS-2. NS-2 menggunakan dua
jenis bahasa pemrograman, C++ dan TCL. C++ digunakan sebagai core proses
simulasi, sementara TCL untuk konfigurasi jaringan.
TclCL dan OTcl adalah komponen TCL yang berfungsi untuk
menjembatani konfigurasi dengan proses simulasi. NS-2 dieksekusi melalui
perintah eksekusi command line. Hasil simulasi berupa catatan atau trace yang
dapat dipergunakan oleh Network Animator (NAM) (Gambar 2.3) maupun plot
grafik Xgraph [4].
Gambar 2.3. Tampilan NAM (Network AniMator)
2.4.1 Model Propagasi FreeSSpace
Model propagasi merupakan model perambatan sinyal untuk
menggambarkan proses kemungkinan kehilangan sinyal pada waktu sinyal
ditransmisikan. Model propagasi dihitung pada layer fisik untuk mendapatkan
besar power pada penerima [5]. Pada NS-2 terdapat 3 model propagation sebagai
default model, yakni model free space, model two-ray ground dan model
shadowing.
Model free space merupakan model yang digunakan pada simulasi ini.
Model ini mengasumsikan pemancar (t) dan penerima (r) berada pada sebuah jalur
yang lurus dan bebas dari penghalang. Pr merupakan Power receive dimana
transmitter (Gr, Gt), panjang gelombang λ, jarak antara 2 node d, dan kostanta
loss sistem L [5].
Pada parameter tersebut, jarak yang mempengaruhi perubahaan Pr ketika
simulasi berjalan. Perhitungan Pr pada model propagasi free space dapat dilihat
pada Persamaan 2.1 [5].
(
d)
L2.4.2 Kerangka Evaluasi Video Evalvid
NS-2 menyediakan presentasi data menggunakan Xgraph. Namun Xgraph
kehilangan detail dari kejadian pengiriman data dan hanya menampilkan data
rata-rata untuk parameter yang ditinjau. Oleh karenanya, untuk membantu
mempresentasikan parameter yang dievaluasi, digunakanlah evalvid.
EvalVid adalah framework dan tool set untuk evaluasi kualitas video yang
dikirimkan melalui jaringan komunikasi nyata ataupun simulasi [6]. Struktur dari
framework EvalVid ditunjukan Gambar 2.4 [7].
Video
Komponen utama dari struktur EvalVid dijelaskan sebagai berikut :
1. Source: Sumber video dapat berupa raw file YUV dengan resolusi Quarter
Common Intermediate Format (QCIF, 176 x 144) atau di Common
Intermediate Format (CIF, 352 x 288) .
2. Video Encoder dan Decoder: EvalVid mendukung dua codec MPEG4 ,
yaitu codec NCTU dan ffmpeg.
3. VS (Video Sender): komponen VS membaca file video yang dikompres dari
output encoder, menfragmentasi setiap frame video yang berukuran besar
menjadi segmen yang berukuran kecil dan kemudian mengirimkan segmen
ini melalui paket UDP pada jaringan nyata atau simulasi. Untuk setiap
pengiriman paket UDP, framework mencatat tanda waktu, id paket, dan
ukuran paket di sender trace filedengan bantuan tcp dump atau win dump,
jika jaringan adalah Link nyata. Namun, jika jaringan disimulasikan, sender
trace filedisediakan oleh entitas pengirim. komponen VS juga
membangkitkan video trace file yang berisi informasi tentang setiap frame
pada file video real. Video trace file dan sender trace fileyang kemudian
digunakan untuk evaluasi kualitas video berikutnya .
4. ET (Evaluate Trace): Evaluasi berlangsung di sisi pengirim. Oleh karena
itu, informasi tanda waktu, id paket, dan ukuran paket yang diterima pada
penerima harus dikirim kembali ke pengirim. Berdasarkan file video asli
yang dikodekan, file video trace, file sender trace, dan file received trace,
komponen ET menghasilkan laporan packet loss, jitter serta file video
rekontruksi untuk melihat hasil video pada sisi penerima mengalami
5. FV (Fix Video): penilaian kualitas video digital dilakukan dari frame demi
frame. Oleh karena itu, jumlah total frame video di sisi penerima, termasuk
yang salah, harus sama seperti video asli di sisi pengirim. Jika codec tidak
dapat mencegah hilangnya suatu frame maka, FV digunakan untuk
mengatasi masalah tersebut, dengan memasukkan frame terakhir yang
berhasil dikodekan pada bagian frame yang hilang sebagai sebuah teknik
penyembunyian error.
6. PSNR (Peak Signal Noise Ratio): PSNR adalah salah satu objek untuk
menilai QoS aplikasi pada transmisi video.
7. MOS (Mean Opinion Score): suatu subjektif untuk mengukur kualitas video
digital pada aplikasi.
2.4.3 Modul WiMAX
Modul WiMAX ini modul yang dibuat oleh National Institute of Standards
and Technology (NIST) berdasarkan WirelessMAN-OFDM. Proses UL dan DL
dipisahkan oleh Time Division duplexing (TDD). Modul NIST menyediakan basic
scheduler round robin dan mendukung scanning dan handover, serta
fragmentation and framereassembling [8].
Gambar 2.5 menunjukan struktur utama dari modul WiMAX NIST. Modul
802.16 ini mewakili MAC module pada NS-2. Ada 6 komponen utama pada
Modul ini yaitu peer node; connection; service flow; classifier; scheduler dan
statistics. Peer node merekam informasi peer termasuk Subscriber Station dan
Gambar 2.5. Struktur utama modul WiMAX NIST
Pada WiMAX setiap subscriber station hanya mempunyai 1 connection.
Dimana, keadaan dari incoming dan outgoing connections diatur oleh modul
connection. Tiap connection dapat berisi beberapa service flows, yang dihandel
oleh modul service flows. Modul classifier merecord dan memproses incoming
dan outgoing paket. Algoritma di terapkan pada tiga modul scheduler [8].
Modul WiMAX NIST ditambahkan ke NS-2 dan divalidasi pada beberapa
test dan verifikasi kebenaran penambahan fungsi dan memenuhi standard IEEE
802.16. Beberapa metode validasi adalah link adaptation, data rate validation,
frame validation dan QoS validation. link adaptation untuk memvalidasi
kecenderungan benar dari Signal to Noise Ratio pada posisi Subscriber Station;
data rate validation mengukur consistency bandwidth sel; frame validation and
QoS validation mengecek format frame pada mode TDD; QoS validation
2.5 AmplifierS
Amplifier merupakan perangkat elektronik yang dapat meningkatkan
kekuatan sinyal. Hal ini dilakukan dengan mengambil energi dari power supply
dan mengendalikan output untuk mencocokkan bentuk sinyal input tetapi dengan
amplitudo yang lebih besar. Dalam hal ini, amplifier memodulasi output dari
power supply untuk membuat sinyal keluaran lebih kuat dari sinyal input [9].
Gain atau penguatan dari sebuah amplifier adalah tidak linier. Dengan input
lebih tinggi dari masukan yang diizinkan menyebabkan nilai gain cenderung
jenuh. Persamaan penguatan sistem non-linear pada amplifier dapat dinyatakan
dengan Persamaan 2.2 [10]:
)
2.6 Parameter Kinerja Jaringan
2.6.1 SignalSToSNoiseSRatio (SNR)
Interferensi dan noise merupakan parameter komunikasi yang dapat diukur
secara fisik. Interferensi dan noise dapat disebabkan karena gangguan listrik,
variasi suhu, maupun noise buatan manusia seperti pengapian pada mesin. Jika
level noise lebih tinggi dari sinyal yang diterima, maka terjadi penurunan kinerja
[11].
Signal to Noise Ratio (SNR) merupakan perbandingan sinyal yang diterima
dengan noise yang mengganggu. Besarnya SNR merupakan probabilitas besar
sinyal menjadi sinyal pesan atau sinyal yang diinginkan [11]. Signal to noise ratio
dihitung dari power yang diterima oleh penerima dan noise yang terukur. Signal
0
transmisi (dBm) yang dihitung dengan Persamaan 2.4 [12].
) (
0 ThermalNoise NoiseFigure NF
N = + …(2.4)
2.6.2 BitSSErrorSSRateSS(BER)SSS
Bit Error Rate (BER) atau probabilitas bit error merupakan nilai ukur
kualitas sinyal yang diterima untuk sistem transmisi data digital. BER juga
dapat didefinisikan sebagai perbandingan jumlah bit error terhadap total bit
yang diterima. Nilai BER (Pb) untuk teknik modulasi QPSK dituliskan dalam
Persamaan 2.5 [12].
Eb merupakan rasio energi bit terhadap noise sistem (dB) yang dihitung
dengan Persamaan 2.6 :
R
2.6.3 Konsumsi Energi
Konsumsi energi adalah besarnya energi yang dibutuhkan selama perangkat
berkerja atau juga dapat didefenisikan sebagai daya yang diperlukan untuk
melakukan suatu mode operasi dikalikan dengan berapa waktu berlangsung mode
operasi tersebut. Ada beberapa mode operasi yang dilakukan pada perangkat
antara lain On dl subframe; On ul subframe; On sleep mode; On idle mode;
Turned on; Transmitting ul burst; dan Receiving dl burst. On dlsubframe kondisi
proses untuk downlink suatu frame. On ul subframe kondisi proses uplink suatu
frame. On sleep mode kondisi untuk efektif off sendiri dan menjadi tidak tersedia
untuk periode yang telah ditentukan; On idle mode kondisi off dan tidak terdaftar
di BS apapun, namun masih menerima broadcast traffic downlink; Turned on
kondisi ketika perangkat start untuk on; Transmitting ul burst kondisi untuk
melakukan uplink suatu frame; Receiving dl burst kondisi untuk melakukan
downlink suatu frame.
Nilai daya yang ternormalisasi dari tiap kondisi mode operasi dapat dilihat
pada Tabel 2.1 [13].
Tabel 2.1 Power konsumsi pada WiMAX
Operation Mode NS-2 state Normalized power
consumption
On dl subframe While_dl_subframe 1.00
On ul subframe While_ul_subframe 1.00
On sleep mode while_sleep_mode 0.29
On idle mode while_idle_mode 0.06
Turned on while_turned_on 1.00
Transmitting ul burst while_ul_burst ratio 0.17
Transmitting ul burst while_ul_burst_energy ratio 0.01
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Worldwide Interoperability for Microwave Access (WiMAX) merupakan
teknologi Broadband Wireless Access (BWA) yang memiliki kecepatan akses
yang tinggi dengan jangkauan yang luas. IEEE 802.16 WirelessMAN merupakan
standar untuk sistem WiMAX. WiMAX didesain untuk memenuhi kebutuhan
Quality of Service (QoS) pada hubungan uplink maupun downlink.
WiMAX mendukung kebutuhan kecepatan tinggi untuk akses multimedia
seperti video streaming. Video merupakan salah satu media yang digunakan untuk
kegiatan telekomunikasi dimana dengan adanya video kita dapat menerima
gambar dan suara secara bersamaan. Saat ini komunikasi multimedia menjadi
kebutuhan. Sebagai contoh, komunikasi real-time melalui skype, komunikasi satu
arah non real-time seperti video youtube. Jika kapasitas transmisi memadai,
diproyeksikan komunikasi multimedia antara pengguna perangkat bergerak akan
meningkat di masa yang akan datang.
Penerimaan paket-paket video atau suara yang berkualitas pada penerima
berkaitan dengan seberapa kuat sinyal yang dipancarkan base station (BS)
diterima oleh subscriber station (SS). Terlebih jika SS dalam posisi bergerak,
dimana akan terjadi perubahan media perambatan gelombang radio, perubahan
halangan (obstacle), perubahan kondisi indoor outdoor yang menyebabkan sinyal
rasio sinyal terhadap noise yang memungkinkan penurunan laju kesalahan bit
yang terdeteksi dari sinyal, yang pada akhirnya meningkatkan kinerja sistem.
Tugas akhir ini bertujuan mengimplementasi, mensimulasi dan menganalisis
penerapan model booster amplifier pada perangkat SS untuk meningkatkan
kualitas sinyal yang diterima dan meningkatkan kinerja sistem.
1.2 Perumusan Masalah
Untuk memperoleh solusi terhadap permasalahan penerapan booster
amplifier pada perangkat subscriber station (SS) WiMAX, maka dirumuskan
hal-hal sebagai berikut:
1. Bagaimana memodelkan jaringan WiMAX.
2. Bagaimana implementasi model penambahan booster amplifier di
subscriber station WiMAX.
3. Bagaimana implementasi model konsumsi energi pada jaringan WiMAX.
4. Bagaimana implementasi model hubungan bit error rate terhadap level
signal.
5. Bagaimana menerapkan model-model tersebut dalam sebuah simulator.
6. Apa saja parameter yang dapat dianalisis untuk mengetahui keuntungan dan
kerugian penerapan booster amplifier pada SS WiMAX.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengimplementasi, mensimulasi
dan menganalisis penerapan model booster amplifier pada perangkat SS untuk
1.4 Batasan Masalah
Agar isi dan pembahasan Tugas Akhir ini menjadi terarah, maka penulis
perlu membuat batasan masalah yang akan dibahas. Adapun batasan masalah pada
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pemodelan-pemodelan sistem yang terkait, penambahan amplifier serta
analisis yang dilakukan adalah didasarkan pada perubahan piranti lunak
serta hasil simulasi dengan menggunakan network simulator NS-2.
2. Adapun parameter yang diukur berupa konsumsi energi, bit error rate,
Signal to Noise Ratio dan Error Bit.
3. Topologi jaringan yang dikaji adalah topologi point to multi point yang
berisi sebuah base station (BS) dengan jumlah subscriber station (SS) 4
buah, dimana tiap SS memiliki kecepatan dan jarak yang berbeda dari BS.
1.5 Metodologi Penelitian
Pada Tugas Akhir ini penulis menggunakan beberapa metode penelitian
sebagai berikut:
1. Studi Literatur
Penulis melakukan tinjauan pustaka terhadap buku atau jurnal sebagai
landasan teoritis yang berkaitan dengan pembahasan pada Tugas Akhir.
2. Perancangan dan Simulasi
Penulis melakukan penerapan model konsumsi energi, perhitungan bit error
rate terhadap level signal serta model Amplifier dengan bahasa
pemrograman C++ dan mensimulasikan menggunakan Software Network
3. Analisis
Penulis melakukan analisis terhadap parameter kerja dari hasil simulasi
tanpa menggunakan amplifier dan membandingkannya dengan hasil
simulasi setelah penerapan amplifier.
1.6 Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran mengenai Tugas Akhir ini secara singkat,
maka penulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Menjelaskan secara singkat secara singkat latar belakang, tujuan
penelitian pembatasan masalah dan metodologi.
BAB II DASAR TEORI
Memberikan teori dasar untuk penyelesaian tugas akhir ini. Teori
dasar yang diberikan meliputi: Worldwide interoperabily for
Microwave Access (WiMAX), Pemodelan traffik, amplifier, dan
parameter kinerja yang akan diukur.
BAB III PERANCANGAN SIMULASI JARINGAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai perancangan sistem
jaringan, spesifikasi perangkat dan komponen yang dibutuhkan,
dan implementasi
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini membahas hasil penelitian yang dilakukan dan analisa
terhadap hasil yang diperoleh.
BAB V KESIMPULAN
ABSTRAK
Worldwide Interoperability for Microwave Access (WiMAX) merupakan
teknologi Broadband Wireless Access (BWA) yang memiliki kecepatan akses
yang tinggi dengan jangkauan yang luas untuk akses multimedia. Penerimaan
paket-paket video yang berkualitas pada penerima, berkaitan dengan seberapa
kuat sinyal yang diterima oleh subscriber station (SS). Salah satu cara untuk
meningkatkan kualitas penerimaan paket dengan menambahkan booster amplifier
pada SS. Tugas akhir ini menganalisis penerapan booster amplifier pada
perangkat SS untuk meningkatkan kualitas sinyal yang diterima dan
meningkatkan kinerja sistem.
Pada tugas akhir ini diterapkan model booster amplifier pada subscriber
station (SS) dengan menggunakan NS-2. Hasil simulasi rata-rata pada bit rate
yang berbeda menunjukan bahwa untuk penggunaan amplifier secara adaptive
dengan threshold BER 3.4e-3 konsumsi energi naik 0.0000001%, SNR naik
4.35%, BER turun 3.17% , Error bit turun 5.47%. Pada threshold BER 3.24e-3
konsumsi energi naik 0.00000028%, SNR naik 7.79%, BER turun 5.33% , Error
bit turun 7.39%. Pada threshold BER 3.18e-3 konsumsi energi naik
0.00000038%, SNR naik 9.88%, BER turun 6.57% , Error bit turun 8.77%. Pada
penggunaan amplifier setiap saat aktif konsumsi energi naik 0.00000136%, SNR
naik 21.86%, BER turun 12.9% , Error bit turun 13.52%.
ANALISIS PEN
PENAMBAHAN BOO
Diaju
menyele
Departemen Teknik
DEP
UNIV
TUGAS AKHIR
PENINGKATAN KINERJA WIMAX MELALU
OOSTERSAMPLIFIER PADA SUBSCRIBERSST
Diajukan untuk memenuhi persyaratan
nyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada
eknik Elektro Sub konsentrasi Teknik Telekomun
Oleh
Oktri Pani Wiranata
NIM : 110402017
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
ALUI
RSSTATION
ABSTRAK
Worldwide Interoperability for Microwave Access (WiMAX) merupakan
teknologi Broadband Wireless Access (BWA) yang memiliki kecepatan akses
yang tinggi dengan jangkauan yang luas untuk akses multimedia. Penerimaan
paket-paket video yang berkualitas pada penerima, berkaitan dengan seberapa
kuat sinyal yang diterima oleh subscriber station (SS). Salah satu cara untuk
meningkatkan kualitas penerimaan paket dengan menambahkan booster amplifier
pada SS. Tugas akhir ini menganalisis penerapan booster amplifier pada
perangkat SS untuk meningkatkan kualitas sinyal yang diterima dan
meningkatkan kinerja sistem.
Pada tugas akhir ini diterapkan model booster amplifier pada subscriber
station (SS) dengan menggunakan NS-2. Hasil simulasi rata-rata pada bit rate
yang berbeda menunjukan bahwa untuk penggunaan amplifier secara adaptive
dengan threshold BER 3.4e-3 konsumsi energi naik 0.0000001%, SNR naik
4.35%, BER turun 3.17% , Error bit turun 5.47%. Pada threshold BER 3.24e-3
konsumsi energi naik 0.00000028%, SNR naik 7.79%, BER turun 5.33% , Error
bit turun 7.39%. Pada threshold BER 3.18e-3 konsumsi energi naik
0.00000038%, SNR naik 9.88%, BER turun 6.57% , Error bit turun 8.77%. Pada
penggunaan amplifier setiap saat aktif konsumsi energi naik 0.00000136%, SNR
naik 21.86%, BER turun 12.9% , Error bit turun 13.52%.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan
kemampuan dan kesehatan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, serta shalawat
beriring salam penulis sampaikan kepada junjungan umat Nabi Muhammad
S.A.W.
Tugas Akhir ini merupakan bagian dari kurikulum yang harus diselesaikan
untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata Satu di
Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Adapun judul Tugas Akhir ini adalah :
“ANALISIS PENINGKATAN KINERJA WIMAX MELALUI
PENAMBAHAN BOOSTERSAMPLIFIER PADA SUBSCRIBERSSTATION”S
Tugas Akhir ini penulis persembahkan kepada yang teristimewa yaitu
ayahanda Paino. R dan ibunda Surianiyang senantiasa memberikan perhatian dan
kasih sayang sejak penulis lahir hingga sekarang, serta abang-abang tercinta
Taufik Pani Ramadhan dan Alm. Zepri Pani Pranata yang senantiasa mendukung
dan memberi semangat.
Selama penulis menjalani pendidikan di kampus hingga diselesaikannya
Tugas Akhir ini, penulis banyak menerima bantuan, bimbingan, dan dukungan
dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak Suherman, ST., M.Comp., Ph.D selaku dosen Pembimbing Tugas
Akhir, atas nasehat, bimbingan dan motivasi dalam menyelesaikan Tugas
2. Bapak Dr. Ali Hanafi Rambe, ST, MT, selaku Penasehat Akademis penulis,
atas bimbingan dan arahannya dalam melayani perkuliahan selama ini.
3. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si dan Bapak Rahmad Fauzi ST, MT
selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Rahmat Fauzi, ST, MT dan Bapak Dr. Ali Hanafiah Rambe, ST, MT
selaku dosen penguji Tugas Akhir, atas masukan dan bantuannya dalam
penyempurnaan Tugas Akhir ini.
5. Seluruh staf pengajar yang telah memberi bekal ilmu kepada penulis dan
seluruh pegawai Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Sumatera Utara atas segala bantuannya.
6. Diah Soviana yang selama ini mendukung dan memberi semangat kepada
penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini. Terima kasih atas perhatian
dan do’anya.
7. Temen - teman Sub-Jurusan Telekomunikasi Teknik Elektro USU,
Wahyudi, Hasan, Rido, Ikhyar, Ferdi, Ari, Surya, Faisal, dan Zhuhri yang
selama ini membantu dan memfasilitasi penulis untuk menyelesaikan Tugas
Akhir ini.
8. Teman – teman di Teknik Elektro FT-USU, terkhusus angkatan 2011 atas
dukungan, do’a, suka dan duka selama di bangku perkuliahan.
9. Abang-abang senior yang selalu membantu, mendukung dan memberi
masukan selama menjalani perkuliahan.
10. Keluarga Besar MME-GS yang telah memberikan banyak sekali
11. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan baik
dari segi materi maupun penyajiannya. Oleh karena itu saran dan kritik dengan
tujuan menyempurnakan dan mengembangkan kajian dalam bidang ini sangat
penulis harapkan.
Akhir kata penulis berserah diri pada Allah SWT, semoga Tugas Akhir ini
bermanfaat bagi pembaca sekalian terutama bagi penulis sendiri.
Medan,16 Desember 2015
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR TABEL ... viii
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan Penelitian ... 2
1.4 Batasan Masalah ... 3
1.5 Metode Penelitian ... 3
1.6 Sistematika Pembahasan ... 4
II. DASAR TEORI ... 5
2.1 Umum ... 5
2.2 Worldwide Interoperability Microwave Acces (WiMAX) ... 5
2.2.1 Standar WiMAX ... 5
2.2.2 Struktur Layer ... 6
2.2.3 PHY Layer ... 7
2.2.4 Medium Access Layer ... 8
2.3 Quality of Service (QoS) ... 9
2.4 Network Simulator 2 (NS-2) ... 12
2.5.1 Model Propagasi Free Space ... 13
2.5.2 Kerangka Evaluasi Video EvalVid ... 14
2.5.3 Modul WiMAX ... 16
2.5 Amplifier ... 18
2.6 Parameter Kinerja Jaringan ... 18
2.6.2 Bit Error Rate (BER) ... 19
2.6.3 Konsumsi Energi ... 20
III. METODE PENELITIAN ... 21
3.1 Umum ... 21
3.2 Spesifikasi Perangkat ... 21
3.2.1 Interface Hardware ... 21
3.2.2 Interface Software ... 21
3.3 Rancangan Penelitian ... 22
3.3.1 Implementasi Model Konsumsi energi ... 25
3.3.2 Implementasi Signal to Noise Ratio ... 25
3.3.3 Implementasi Bit Error Rate ... 27
3.3.4 Implementasi Model Amplifier ... 28
3.4 Alur Penelitian ... 29
IV. HASIL SIMULASI DAN ANALISIS DATA ... 32
4.1 Umum ... 32
4.2 Hasil Pengujian ... 32
4.2.1 Signal to Noise Ratio (SNR) ... 32
4.2.2 Bit Error Rate (BER) ... 33
4.2.3 Konsumsi Energi ... 35
4.3 Analisa Penerapan Amplifier ... 37
4.3.1 Signal to Noise Ratio (SNR) ... 37
4.3.2 Bit Error Rate (BER) ... 38
4.3.3 Konsumsi Energi ... 41
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 43
5.1 Kesimpulan ... 43
5.2 Saran ... 44
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Layer PHY dan MAC pada standar 802.16 ... 7
Gambar 2.2 Arsitektur dasar NS-2 ... 12
Gambar 2.3 Tampilan NAM (Network Animator) ... 13
Gambar 2.4 Struktur framework EvalVid ... 14
Gambar 2.5 Struktur utama modul WiMAX NIST ... 18
Gambar 3.1 Topologi Jaringan WiMAX ... 22
Gambar 3.2 Diagram alir rancangan sistem ... 24
Gambar 3.3 Diagram alir proses penelitian ... 31
Gambar 4.1 Grafik total rata-rata signal to noise ratio ... 33
Gambar 4.2 Grafik total rata-rata bit error rate ... 34
Gambar 4.3 Grafik total rata-rata error bit ... 35
Gambar 4.4 Grafik total konsumsi energi rata-rata ... 36
Gambar 4.5 Grafik signal to noise ratiopada setiap subscriber antara sistem yang didukung penggunaan amplifier dan tanpa amplifier ... 37
Gambar 4.6 Grafik perbandingan bit error rate pada setiap bit rate yang berbeda antara sistem yang didukung penggunaan amplifier dan tanpa amplifier ... 39
Gambar 4.7 Grafik perbandingan error bit pada setiap bit rate yang berbeda antara sistem yang didukung penggunaan amplifier dan tanpa amplifier ... 40
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Power Konsumsi pada WiMAX ... 21
Tabel 3.1 Parameter jaringan Wimax ... 23
Tabel 3.2 Spesifikasi noise Subscriber station WiMAX ... 27
Tabel 3.3 Parameter Trafik Video ... 30
Tabel 4.1 Hasil pengujian total signal to noise ratio ... 32
Tabel 4.2 Hasil pengujian total bit error rate ... 34
Tabel 4.3 Hasil pengujian total rata-rata error bit ... 35
Tabel 4.4 Hasil pengujian konsumsi energi ... 36
Tabel 4.5 Besar nilai SNR pada saat penggunaan amplifier pada sistem ... 37
Tabel 4.6 Hasil pengujian bit error rate untuk penerapan amplifier ... 38
Tabel 4.7 Hasil pengujian Error Bit untuk penerapan amplifier ... 40