BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen.
Penyebaran mikroba patogen ini tentunya sangat merugikan bagi orang-orang
yang dalam kondisi sehat, terlebih bagi orang yang dalam keadaan sakit. Penderita
yang sedang dalam proses asuhan keperawatan akan mudah tertular oleh mikroba
patogen yang menyebar. Proses penyebaran ini disebut dengan infeksi nosokomial
(Darmadi, 2008).
Infeksi nosokomial merupakan masalah global yang menjangkau sekitar
9% (3%-21%) dari 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit di seluruh dunia.
Angka ini dilaporkan oleh WHO dari hasil surveinya di 14 negara, meliputi
28.861 pasien di 47 rumah sakit yang berada di 4 wilayah (region) WHO pada
tahun 1986 (Departemen Kesehatan RI, 2001). Di Amerika Serikat, insidensi
infeksi nosokomial kira-kira 5% dari jumlah 40 juta pasien yang dirawat tiap
tahun dan angka kematiannya mencapai 1% serta menghabiskan biaya 10 miliar
dolar per tahun untuk menanggulangi infeksi tersebut (Risanto, 2001).
Menurut Darmadi (2008), ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh
dalam terjadinya infeksi nosokomial, yang menggambarkan faktor-faktor yang
datang dari luar (extrinsic factors). Selain itu, ada pula faktor-faktor lain yang
berperan memberi peluang timbulnya infeksi nosokomial, faktor-faktor tersebut
antara lain: faktor yang ada pada diri penderita (intrinsic factors); faktor
keperawatan seperti lamanya hari perawatan (length of stay); dan faktor mikroba
patogen seperti tingkat kemampuan invasi serta tingkat kemampuan merusak
jaringan, lamanya pemaparan (length of exposure) antara sumber penularan
(reservoir) dengan penderita.
Pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial tidak akan lepas dari
upaya mengeliminasi mikroba patogen. Peralatan-peralatan medis akan selalu
memerlukan upaya sterilisasi. Sterilisasi sebagai kegiatan khusus di rumah sakit
2
Supply Department (CSSD) atau Instalasi Sterilitas Sentral (ISS) (Darmadi,
2008).
Salah satu peralatan medis yang sering digunakan dalam tindakan
pembedahan untuk memegang suatu jaringan yaitu pinset. Alat-alat bedah dapat
menjadi agen-agen infeksi kehospes yang rentan dan memiliki resiko menularkan
penyakit oleh mikroorganisme yang sangat tinggi (Schaffer et al, 2000). Untuk
mencegah terjadinya infeksi pada tindakan-tindakan tertentu, dibutuhkan alat atau
instrumen dalam kondisi steril yang bebas dari mikroba patogen. Upaya untuk
mengeliminasi mikroba patogen tersebut dengan memanfaatkan bahan kimia yaitu
antiseptik dan desinfektan (Darmadi, 2008).
Tujuan desinfeksi yaitu menghancurkan atau membunuh organisme
patogen pada benda atau instrumen, kecuali spora bakteria, dengan menggunakan
campuran zat kimia cair atau pasteurisasi basah. Proses desinfeksi dan sterilisasi
itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu jumlah mikroba dalam suatu alat
(bioburden); letak suatu mikroba dalam suatu alat; resistensi suatu mikroba
terhadap senyawa anti mikroba; konsentrasi dan potensi disinfektan yang
digunakan; faktor kimia yang mencakup suhu, pH dan kelembaban; bahan organik
dan anorganik yang terdapat pada alat; waktu kontak; dan biofilm (Rutala and
Weber, 2008). Diantara parameter tersebut, waktu kontak atau waktu perendaman
merupakan salah satu faktor paling penting, karena semakin lama waktu kontak
maka efektivitas disinfektan kimia juga meningkat (Rutala and Weber, 2008).
Selain itu, kadar disinfektan juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kerja disinfektan. Konsentrasi desinfektan tergantung pada bahan
yang akan didesinfektan dan pada organisme yang akan dihancurkan. Konsentrasi
yang tinggi dapat membunuh mikroorganisme tetapi jika kosentrasi rendah maka
hanya sebatas menghambat pertumbuhannya saja tidak mampu mematikan
Disinfektan digunakan hanya pada benda mati, bukan jaringan hidup.
Pilihan desinfektan tergantung pada kategori penggunaan instrumen, lamanya
prosedur, tipe benda dan metode yang diperlukan untuk mencapai tingkat
desinfeksi atau sterilitas yang tepat. Banyak tipe desinfektan yang tersedia untuk
penggunaan di lingkungan perawatan kesehatan: alkohol, klorin, campuran klorin;
3
fenolik; ammonia dengan empat unsur; biguanida; dan kombinasi dari jenis-jenis
ini (Schaffer et al, 2000). Golongan biguanida merupakan salah satu contoh
disinfektan yang banyak digunakan untuk mendesinfeksi peralatan medis di
Rumah Sakit.
Chlorhexidine merupakan salah satu contoh dari golongan biguanida.
Mekanisme kerja Chlorhexidine yaitu melekat dan kemudian merusak membran
sitoplasma dan mendenaturasi protein sehingga kandungan atau isi intraselular
keluar dari dalam sel. Keunggulan Chlorhexidine Glucconate yaitu memiliki
aktivitas antimikroba yang baik terhadap bakteri gram positif, dan sebaliknya
kurang baik terhadap bakteri gram negatif dan fungi. Chlorhexidine Glucconate
lebih banyak dipilih dalam bidang virologi karena tidak berpotensi karsinogenik.
Sedangkan kerugiannya yaitu tidak dapat membunuh spora (Nahar, Muhammad F
dan Prayogi, Wahyu, 2011).
Cetrimide merupakan salah satu komponen aktif yang terkandung dalam
Chlorhexidine. Sifatnya yaitu sebagai surfaktan anionik atau sebagai detergent
yang mampu meningkatkan kelarutan dari Chlorhexidine serta dapat menurunkan
tegangan permukaan. Cetrimide memiliki aktivitas antimikroba dan bakterisida
yang baik terhadap spesies gram positif tetapi kurang aktif terhadap spesies gram
negatif. Aktivitas cetrimide dapat meningkat dengan adanya penambahan alkohol
(Rowe R et al, 2006).
Waktu perendaman atau waktu kontak pada desinfektan sangat
berpengaruh pada efektivitasnya. Semakin singkat waktu perendaman
mengakibatkan mekanisme kerja dari desinfektan tersebut belum terjadi, sehingga
desinfektan tersebut tidak dapat bekerja secara maksimal untuk menurunkan
jumlah bioburden pada instrumen yang digunakan. Berdasarkan uraian tersebut
maka dilakukan penelitian untuk melihat efektivitas desinfektan kombinasi
Chlorhexidine Glucconate Sol. 7.5% dan Cetrimide 15% dengan menggunakan
4
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh lama waktu perendaman terhadap efektivitas
desinfektan kombinasi Chlorhexidine Glucconate Sol. 7,5% v/v dan Cetrimide
15% b/v pada pinset anatomi?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk melihat efektivitas disinfektan kombinasi Chlorhexidine Glucconate
Sol. 7,5 & v/v dan Cetrimide 15 % b/v pada pinset anatomi dengan waktu
perendaman 15, 16, 18 dan 20 menit.
1.4 Hipotesis
Dengan lama waktu perendaman tertentu dapat berpengaruh terhadap
efektivitas disinfektan kombinasi Chlorhexidine Glucconate Sol. 7,5% v/v dan
Cetrimide 15% b/v.
1.5 Manfaat Penelitian
Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan
pengetahuan bahwa adanya pengaruh waktu perendaman tertentu menggunakan
desinfektan kombiasi Chlorhexidine Glucconate Sol. 7,5% v/v dan Cetrimide 15%
SKRIPSI
RIZKIA NUR WAHYUNI
PENGARUH WAKTU PERENDAMAN TERHADAP
EFEKTIVITAS DESINFEKTAN KOMBINASI
CHLORHEXIDINE GLUCCONATE Sol. 7.5% v/v
DAN CETRIMIDE 15% b/v
(Pada Pinset Anatomi)
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah dan terimakasih penulis panjatkan kepada Allah
SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “PENGARUH WAKTU PERENDAMAN TERHADAP
EFEKTIVITAS DISINFEKTAN KOMBINASI CHLORHEXIDINE
GLUCCONATE SOL. 7,5 % v/v dan CETRIMIDE 15 % b/b pada PINSET
ANATOMI” untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik dalam
menyelesaikan Program Sarjana Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Malang.
Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis tidak terlepas dari berbagai
pihak yang memberikan bimbingan, bantuan serta doa sehingga penulis dapat
menyelesaikannya dengan baik. Untuk itu penulis menyampaikan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Sugiyartono, M.S. Apt., sebagai Pembimbing I dan Arina Swastika
Maulita, S.Farm, Apt. sebagai Pembimbing II yang dengan tulus ikhlas dan
penuh kesabaran, membimbing dan selalu meluangkan waktu maupun
dorongan moral memberi arahan-arahan terbaik kepada saya sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
2. Drs. H. Achmad Inoni, Apt. dan Dra, Uswatun Chasanah, M.Kes., Apt.
sebagai Tim Penguji yang memberikan saran, masukan, dan kritik yang
membangun terhadap skripsi yang telah saya kerjakan.
3. Tri Lestari Handayani, M.Kep., Sp. Mat., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
4. Nailis Syifa’, S.Farm,. Apt,. M.Sc. selaku Ketua Program Studi Farmasi
Universitas Muhammadiyah Malang.
5. Program Studi Farmasi beserta seluruh staf pengajar Program Studi Farmasi
Universitas Muhammadiyah Malang yang telah mendidik dan mengajarkan
ilmu pengetahuan selama saya mengikuti program sarjana.
6. Laboran Laboratorium Teknologi Sediaan Farmasi dan Laboratorium
7. Dian Ermawati, S.Farm,. Apt sebagai Dosen Wali yang telah memberikan
bimbingan, arahan dan nasehat selama mengikuti pendidikan di Program
Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang.
8. Sovia Aprina Basuki, M.Si,. Apt. Kepala Laboratorium Farmasi yang telah
membantu dan memberi nasehat selama mengikuti pendidikan di Program
Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang.
9. Bapak Abdul Wakhid, S.PdI, Ibu Nurul Shibyanah, S.Pd dan Keluarga.
Terimakasih yang sebesar-besarnya atas kasih sayang, perjuangan,
keikhlasan, nasehat, kesabaran, dukungan moral maupun materi dan doa
yang telah diberikan. Saya akan terus berusaha untuk membuat kalian
bahagia.
10. Teman-teman skripsi Steril: Putri, Indah, Ni’mah, Eko, Maya, Desi, Mbak
Diah, Ode, Fauzi, Echa, Juju. Terimakasih untuk kerjasama, suka duka
perjuangan kita, semangat, dukungan, masukan, kritikan serta doa. Tetap
menjadi keluarga selamanya.
11. Reza Ardiansyah, yang sabar menanti dan meluangkan waktu untuk saya,
memberi motivasi, memberi dukungan, semangat dan doa. Terimakasih
sudah menemani dan menjaga saya selama ini.
12. Sahabat-sahabatku tersayang Indri, Sundari, Putri, Desi, Devi, Etty, Dwi,
Rere, Yunan, Dika, Rendi, Rian. Terimakasih sudah menjadi keluarga baru
yang menemani, membantu belajar, selalu memberi semangat dan dukungan
selama di Malang.
13. Pharmacista dan Pharcistbro Farmasi A 2010 terimakasih untuk
kebersamaan, keceriaan, dukungan, semangat dan doa selama ini.
Kebersamaan selama empat tahun dan selama di Bali sungguh berarti,
berkesan, dan tak akan mudah terlupakan.
14. Sahabat kost BS 05, Mbak Mhar, Mbak Aini, Sundari, Indri, Putri, Dina,
Bapak dan Ibu Kost, terimakasih untuk dukungan, kebersamaan, keceriaan,
dan doa yang diberikan selama ini.
15. Teman-teman angkatan 2010 Farmasi UMM terimakasih atas persahabatan
16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, terimaksih atas
bantuan, dukungan, semangat, dan doa yang telah diberikan dalam
penyelesaian skripsi ini.
Akhir kata, semoga Allah S.W.T. membalas kebaikan Bapak, Ibu, dan
Saudara sekalian. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan kita semua. Amin. Terimakasih .
Malang, 5 Juli 2014
RINGKASAN
Infeksi nosokomial merupakan masalah global yang perlu ditangani oleh pemerintah. Pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial tidak lepas dari upaya mengeliminasi mikroba patogen. Untuk mengeliminasi mikroba patogen diperlukan proses sterilisasi dan disinfeksi. Tujuan desinfeksi yaitu membunuh organisme patogen pada benda atau instrumen, kecuali spora bakteria, dengan menggunakan campuran zat kimia cair. Proses desinfeksi itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya yaitu waktu kontak dan kadar disinfektan.
Disinfektan adalah bahan kimia yang sangat penting dalam praktik di bidang kesehatan. Bahan kimia ini memiliki fungsi sama, yaitu menghambat pertumbuhan atau mematikan berbagai mikroba patogen, namun memiliki aplikasi dan efektivitas yang berbeda-beda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu perendaman terhadap efektivitas disinfektan kombinasi Chlorhexidine Glucconate Sol. 7,5 % v/v dan Cetrimide 15 % b/v. Sampel yang digunakan adalah pinset anatomi, dimana perlakuan diberikan pada ujung pinset hingga bagian tengah pinset yang seringkali kontak langsung dengan jaringan tubuh.
Sampel harus melalui proses sterilisasi terlebih dahulu sebelum diberi perlakuan. Sampel yang diberi perlakuan direndam pada disinfektan dengan waktu perendaman 15 menit, 16 menit, 18 menit, dan 20 menit. Sebelum diberi perlakuan, masing-masing sampel yang telah melalui proses sterilisasi didekontaminasi dengan bakteri kontaminan Staphylococcus aureus dengan metode McFarland. Perlakuan ini dilakukan sebanyak 3 kali replikasi. Setiap sampel dihomogenkan pada tabung reaksi yang berisi larutan peptone water sebanyak 10 ml dengan cara dirotasikan agar bakteri pada sampel terdispersi secara merata dalam media. Setelah itu dilakukan penanaman sampel dari larutan peptone water ke media padat (NA) dengan menggunakan metode agar tuang. Kemudian dilakukan inkubasi pada suhu 35 ± 2°C selama 48 jam. Setelah masa inkubasi, dilakukan perhitungan jumlah mikroba menggunakan metode hitung cawan (Angka Lempeng Total).
Uji sterilitas sampel dilakukan dibawah unit Laminar Air Flow Cabinet secara aseptis. Sampel yang akan diinokulasikan pada media thioglikolat dan kasamino masing-masing diencerkan dengan perbandingan 1:2 berdasarkan hasil uji inaktivasi metode pengenceran. Sampel yang sudah diinokulasikan pada media kemudian diinkubasi diinkubasi selama 14 hari pada suhu 30-35o C untuk media Thioglikolat dan 20-25o C untuk media Kasamino. Sejak awal sampai dengan masa akhir inkubasi dibandingkan dengan kontrol positif dan kontrol negatif.
ABSTRAK
Kontaminasi mikroba merupakan salah satu faktor yang dapat mengganggu sterilitas dari instrument bedah. Kontaminasi mikroba patogen pada instrument bedah yang kontak langsung dengan jaringan tubuh dapat menyebabkan infeksi nosokomial. Untuk mengeliminasi mikroba patogen tersebut diperlukan proses sterilisasi dan disinfeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas waktu perendaman dari disinfektan kombinasi Chlorhexidine Glucconate Sol. 7,5 % b/v dan Cetrimide 15 % v/v pada Pinset Anatomi. Pinset anatomi sebanyak 48 buah merupakan jumlah yang telah direplikasi sebanyak 3 kali dengan 4 waktu perendaman yaitu 15 menit, 16 menit, 18 menit, dan 20 menit, dimana setiap waktu perendaman dilakukan pengenceran sebanyak 4 kali. Pada setiap pengenceran, sampel ditanam pada media padat Nutrient Agar (NA) sebanyak 0,5 ml dan diinkubasi pada suhu 37° C selama 48 jam. Pengambilan sampel dilakukan diruang LAFC dengan memperhatikan teknik aseptis. Uji sterilitas terhadap sampel dilakukan pada hari pertama dengan metode inokulasi langsung. Sampel yang diuji sterilitasnya harus dihilangkan daya bakteriostatik dan fungistatiknya dengan cara diencerkan menggunakan water for injection. Sampel yang akan diinokulasikan pada media thioglikolat dan kasamino masing-masing diencerkan dengan perbandingan 1:2 berdasarkan hasil uji inaktivasi. Sampel yang sudah diinokulasikan pada media kemudian diinkubasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa efektivitas waktu perendaman dari disinfektan kombinasi untuk membunuh mikroorganisme yaitu 20 menit.
ABSTRACT
THE EFFECT OF SUBMERSION TIME TO THE EFFECTIVENEST OF DISINFECTANT COMBINATION OF CHLORHEXIDINE
GLUCCONATE Sol. 7.5% v/v AND CETRIMIDE 15% b/v
Microbe contamination is one of factors that can disturb sterilization from surgical instrument. Contamination of pathogen microbe in the surgical instrument that has direct contact with body tissue can cause nosokomial infection. To eliminate the pathogens microbe, it needs sterilization and disinfection process. This research aimed to know the effectiveness of submersion time from combination disinfectant of Chlorhexidine Glucconate Sol. 7,5 % b/v and Cetrimide 15 % v/v to the anatomy pincers. 48 anatomy pincers are the number of anatomy pincers that been replicated for 3 times with 4 submersion times, 15 minutes, 16 minutes, 18 minutes, and 20 minutes, where in each submersion time it is conducted by diluting for 4 times. In each dilution, sample embedded to the solid media Nutrient Agar (NA) for 0.5 ml and incubated in the 37° C for 48 hours. Sample taking conducted in LAFC room with paying attention to the aseptic technique. Sterilization test to the sample conducted in the first method with direct inoculation method. Sample that tested its sterilization must be removed its bacterial-static and function-static power by dilution process with water of injection. Sample that will be inoculated in the thioglikolat and kasamino media diluted by 1:2 ratio based inactivation test result. Sample that been inoculated in the media and then will be incubated. Research result shows that effectiveness of submersion time from combination disinfection to eliminate microorganism is 20 minutes.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR PENGUJIAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
RINGKASAN ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvv
DAFTAR SINGKATAN ... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Hipotesis ... 4
1.5 Manfaat Penelitian ... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Tinjauan Tentang Desinfektan ... 5
2.1.1 Definisi ... 5
2.1.2 Penggolongan Disinfektan ... 5
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Disinfektan ... 7
2.1.4 Metode Uji Efektivitas Disinfektan ... 9
2.2 Tinjauan Chlorhexidine Gluconate Solutio ... 10
2.3 Tinjauan Cetrimide ... 11
2.3.2Aplikasi dalam Formulasi Farmasi atau Teknologi ... 12
2.3.3Aktivitas Antimikroba ... 12
2.3.4Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan ... 13
2.3.5Inkompaktibilitas ... 13
2.3.6Keamanan ... 13
2.4 Tinjauan Tentang Pinset ... 13
2.5 Tinjauan Teknik Aseptik ... 15
2.6 Tinjauan Tentang Kontaminasi dari Mikroorganisme ... 18
2.6.1Bakteri ... 18
2.6.2Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroorganisme ... 19
2.6.3Mikroorganisme Penyebab Infeksi Nosokomial ... 20
2.6.4Kinetika Inaktivasi Bakteri ... 20
2.7 Metode Pengujian Sampel ... 21
2.7.1Metode Sampling ... 21
2.7.2Larutan Pengencer Sampel ... 22
2.7.3Media Uji ... 22
2.7.4Mikroba Uji ... 22
2.7.5Metode Perhitungan Mikroba ... 23
2.8 Metode Uji Sterilisasi ... 25
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ... 26
3.1 Uraian Kerangka Konseptual ... 26
3.2 Skema Kerangka Konseptual ... 27
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN... 28
4.1 Desain Penelitian ... 28
4.2 Lokasi Penelitian ... 28
4.3 Waktu Penelitian ... 28
4.4 Bahan dan Alat ... 28
4.4.1Bahan ... 28
4.4.2Alat ... 29
4.4.3Skema Kerja Penelitian ... 30
4.5.1 Persiapan Penelitian ... 31
4.5.2 Pengenceran Larutan Chlorhexidine Glucconate Sol. 7.5% v/v dan Cetrimide 15% b/v ... 32
4.5.3 Uji Fertilitas Media (Kontrol Positif) ... 32
4.5.4 Uji Sterilitas Media ... 32
4.5.5 Uji Sterilitas Larutan Homogenizer (Peptone Water) .... 33
4.5.6 Uji Sterilitas Cairan Pembilas ... 33
4.5.7 Uji Kontrol Lingkungan ... 33
4.5.8 Penyiapan Sampel ... 34
4.5.9 Uji Penurunan Jumlah Mikroba ... 34
BAB V HASIL PENELITIAN ... 37
5.1 Hasil Uji Kontrol Ruangan Laminar Air Flow Cabinet saat Pengujian Sterilitas ... 38
5.2 Hasil Uji Fertilitas Media (Kontrol Posotif) ... 38
5.3 Hasil Uji Sterilitas Media (Kontrol Negatif) ... 39
5.4 Hasil Uji Sterilitas Larutan Homogenizer (Peptone Water) .... 40
5.5 Hasil Uji Sterilitas Cairan Pembilas ... 40
5.6 Hasil Uji Sterilitas Pinset Anatomi ... 41
5.7 Hasil Viabiltas Jumlah Mikroba dengan Menggunakan Disinfektan Kombinasi Chlorhexidine Glucconate Sol. 7,5 % v.v dan Cetrimide 15 % b/v pada Pinset Anatomi ... 41
BAB VI PEMBAHASAN ... 44
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 50
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
II.1 Minimum Inhibitory Concentration ... 12
II.2 Klasifikasi Ruangan Bersih ... 16
II.3 Perlengkapan dan Kandungan Kuman dari Manusia ... 16
II.4 Batas Mikroba yang Disarankan untuk Pemantauan Area Bersih
Selama Kegiatan ... 17
V.1 Hasil Uji Kontrol Ruangan Laminar Air Flow Cabinet saat
Pengujian Sterilitas ……… ... 38 V.2 Hasil Uji Fertilitas Media (Kontrol Positif) ……… ... 39
V.3 Hasil Uji Sterilitas Media (Kontrol Negatif) ……… ... 39
V.4 Hasil Uji Sterilitas Larutan Homogenizer (Larutan Peptone Water) … .. 40
V.5 Hasil Uji Sterilitas Cairan Pembilas ……… ... 40
V.6 Hasil Uji Sterilitas Pinset Anatomi ... 41
V.7 Hasil Viabilitas Jumlah Mikroba Menggunakan Disinfektan
Kombinasi Chlorhexidine Glucconate Sol. 7,5 % v/v dan
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Struktur Kimia Chlorhexidine ... 10
2.2 Struktur Kimia Cetrimide ... 11
3.1 Skema Kerangka Konseptual ... 27
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Daftar Riwayat Hidup ... 54
2. Surat Pernyataan ... 55
3. Setifikat Identifikasi Bakteri Staphylococcus aureus ... 56
4. Komposisi Media dan Larutan Homogenizer (Peptone Water) ... 57
5. Hasil Jumlah Mikroba Mikroba Menggunakan Disinfektan Kombinasi Chlorhexidine Glucconate Sol. 7,5 % v/v dan Cetrimide 15 % b/v pada Pinset Anatomi ... 58
6. Proses Pengolahan Pinset Anatomi ... 59
7. Skema Kerja Pembuatan Media Nutrient Agar ... 60
8. Skema Kerja Pengenceran Sampel Menggunakan Metode ALT ... 62
9. Foto Hasil Viabilitas Jumlah Mikroorganisme yang Terdapat pada Pinset Anatomi yang telah Didisinfeksi oleh Disinfektan Kombinasi Chlorhexidine Glucconate Sol. 7,5 % v/v dan Cetrimide 15 % b/v ... 64
10.Foto Hasil Uji Kontrol Ruangan Laminar Air Flow Cabinet ... 69
11.Foto Hasil Uji Sterilitas Larutan Homogenizer (Peptone Water) ... 70
12.Foto Hasil Uji Sterilitas Cairan Pembilas ... 70
13.Foto Hasil Uji Sterilitas Pinset Anatomi ... 71
14.Foto Kontrol Suhu Ruangan LAFC ... 72
DAFTAR SINGKATAN
ALT : Angka Lempeng Total
BPOM : Badan Pengawa Obat dan Makanan
CFU : Colony Forming Units
CSSD : Central Sterile Supply Department
D : Decimal Reduction Time
DNA : Deoxyribonucleic Acid
FK : Fakultas Kedokteran
ISS : Instalasi Sterilitas Sentral
LAFC : Laminar Air Flow Cabinet
MIC : Minimun Inhibitory Concentration
NA : Nutrient Agar
RNA : Ribonucleic Acid
RS : Rumah Sakit
SSP : Sistem Saraf Pusat
TBUS : Terlalu Banyak Untuk Dihitung
USP : United States Pharmacopeia
UV : Ultra Violet
WFI : Water For Injection
DAFTAR PUSTAKA
Adnan Agnesa. 2009. Desinfektan. Purwokerto : Jurnal Mikrobiologi , hal 26
Ansel, H.C., 2005. Pengantar Sediaan Farmasi (Penerjemah Farida Ibrahim). Edisi keempat. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia, hal, 404 - 405, 410- 418, 423, 426, 433.
Badan Pengawas Obat dan Makanan., 2006. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik, Jakarta : Badan POM, hal : 126 – 129.
Brown, John Struat (Penerjemah Devi H.Ronardy).1995. Bedah Minor: Buku ajar dan atlas. Jakarta: EGC, hal. 32-33.
Booth, Anne F. 2001. Sterilization Validation and Routine Operation Handbook: Radiation. Lancaster: Technomic Publishing Company, Inc.
Brock, T.D. & M.T Madigan. 1991. Biology of Microorganism. 6th Ed. Prentice-Hall International, Inc. New Jersey.
Calderone, R.A., 2002, Candida and Candidiasis. Washington D.C : ASM Press, Page 7,9,21,23.
Cooper and Gunn’s., 1975. Dispensing For Pharmaceutical Student. Twelfth
Edition. Pitman Medical, pp : 300 – 549.
Darmadi.,2008. Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya,. Jakarta: Salemba Medika 2008, hal. 5-7.
Denton, Graham W (2000). Chlorhexidine Disinfection, Sterilization, and Preservation (5th ed.). pp. 321–36.
Denyer, P.S., Rosamund, M.B., 2007. Guide to Microbiological Control in Pharmaceutical and Medical Devices. 2nd Edition. New York : CRC Press, pp : 92 – 95.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia., 1995. Farmakope Indonesia, edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, hal 885-886.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia., 2001. Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit, Dir.Jen. Pelayanan. Medik Spesialistik. Jakarta.
Ducel, G. et al. 2002. Prevention of hospital-acquired infections, A.practical guide. 2nd edition. World Health Organization. Department of Communicable disease, Surveillance and Response.
Goff, Douglas. 2009. Dairy Science and Technology Education. Canada: University of Guelph.
Irianto, K. 2007. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Bandung : Yrama Widya, hal 256.
Jawetz, Ernest., 1996, Mikrobiologi Kedokteran edisi 20. Jakarta : EGC.
Kumala, Poppy et al, 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta:EGC, hal.127-128, 450-451.
Lachman, L, et al, 1986. The Theory and Practise of Industrial Pharmaceutical.Third Edition. Lea and Febiger,Philadelphia.
Lukas, S., 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta: Andi Yogyakarta, hal 25, 30, 37.
Mazzola, et al. 2003. Determination of Decimal Reduction Time (D-value) of Chemical Agents Used in Hospitals for Disinfection Purposes. Brazil: Department of Biochemical and Pharmaceutical Technology, School of Pharmaceutical Sciences, University of Sao Paulo.
Nahar, Muhammad, F., Prayogi, Wahyu., 2011. Mengenal Disinfektan dan Antiseptik. LINGGAU POST. Rabu, 21 Desember 2011.
Nealon, Thomas F, et al, 1996, Keterampilan Pokok Ilmu Bedah, Edisi ke empat, Jakarta: EGC, hal 16-17.
Olmsted, RN. 1996. APIC Infection Control and Applied Epidemiology
Principles.
Pelczar. 1996. Dasar-dasar mikrobiologi. Jakarta : UI Press, hal 443.
Rao, Sridhar. P.N. 2008. Sterilization and Disinfection, Testing of Disinfection. www. Microrao.com/micronates/pg/testing_of_disinfection.pdf. diakses tanggal 1 Juni 2014.
Risanto, et al. 2001. Safety and Efficacy of One Quinacrine Pellets Insertion Compare to Two Quinacrine Insertion Sterilization : Indonesian Journal of Clinical Epidemiology and Biostatistics Vol. 7 no. 2. Clinical Epidemiology and Biostatistic Unit, Gadjah Mada University, pp 3-6.
Rowe, Raymon C, et al, 2009. Pharmaceutical Excipient, 6th edition. London : The Pharmaceutical Press, pp 152-153.
R u t a l a , W . A . , d a n W e b e r , D . J . 2 0 0 8 . D i s i n f e c t i o n a n d S t e r i l i z a t i o n i n H e a l t h c a r e Facilities. Healthcare infection control Practices Advisory Commite (HICPAC).
Schaffer , S.D., dkk. 2000. Pencegahan Infeksi dan Praktik yang Aman (Penerjemah Setiawan). Jakarta: EGC, hal.122-124.
Schwartz, I.S., 2000. Principles of Surgery 7th. Jakarta : EGC
Sjamsuhidajat R, Wim de Jong, 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Jakarta : EGC
Suryadarma, Denis Asmara., dkk. (2004). Uji Sterilitas Instrumen Bedah terhadap Bakteri Aerob Penyebab Infeksi di Rumah Sakit Immanuel Bandung, Bagian Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha.
Sylvia Pratiwi T., 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga, hal. 2.
Tietjen, L. et al, 2004. Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo. Pg 9-10.
Tim Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya., 2003. Bakteriologi Medik. Malang : Bayumedia Publishing. hal 12-13.
Tortora, G.J., 2002, Microbiology An Introduction, Pearson Education, San Francisco. Pg 734-736.
U.S. Food and Drug Administration. 1995. Bacteriological Analytical Assurance, 8th ed. AOAC, Arlington, Va.
Volk, W. 1993. Mikrobiologi Dasar. Jakarta : Erlangga, hal 374.
Voigt, R., 1995. Buku Ajar Teknologi Farmasi. Edisi V. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, hal 764 - 769.
Widodo, Djoko, et al, 2004. Surveillance of nosocomial infections, Vol 13. Jakarta.