• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Distress Risk,Firm Size, Dan Book To Market Ratio Terhadapreturn Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2010 – 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Distress Risk,Firm Size, Dan Book To Market Ratio Terhadapreturn Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2010 – 2014"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH DISTRESS RISK,FIRM SIZE, DAN BOOK TO MARKET RATIO TERHADAPRETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

TAHUN 2010 – 2014

OLEH

NANDA ARISTIA 110502008

PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

PENGARUH DISTRESS RISK,FIRM SIZE, DAN BOOK TO MARKET RATIO TERHADAPRETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

PERIODE TAHUN 2010 – 2014

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis Pengaruh variabel

Distress Risk, Firm Size, dan Book to Market Ratio dengan Return Saham

Perusahaan Manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI).Data diuji dengan menggunakan metode analisi linier berganda dengan taraf signifikan 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempakDistress Risk, Firm Size, dan Book to Market Ratio berpengaruh signifikan terhadapReturn SahamPerusahaan Manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Uji parsial menunjukkan bahwa Distress Risk, Firm

Size, dan Book to Market Ratio masing-masing berpengaruh positif dan signifikan

terhadapReturn SahamPerusahaan Manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Distress Risk adalah variabel yang dominan berpengaruh terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI).Berdasarkan perhitungan koefisien determinan (R2) menunjukkan bahwa hubungan antara Distress Risk, Firm Size, dan Book to

Market Ratio memiliki hubungan yang kuat terhadap Return Saham Perusahaan

Manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI).

(3)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF DISTRESS RISK, FIRM SIZE, AND BOOK TO MARKET RATIO ON STOCK RETURN OF THE MANUFACTURE

INDUSTRY WAS LISTED IN INDONESIAN DIRECTORY EXCHANGE

PERIOD2010 – 2014

This research aims to identify and analyze the influence of Distress Risk,

Firm Size, Book to Market Ratio and Stock Return of the Manufacture Industry was listed in Indonesian Directory Exchange (IDX). The population in this

research are Manufacture Industry was listed in Indonesian Directory Exchange

(IDX). Analytical techniques used is multiple linear regression methodwith

significance level of 5%. The result showed that simultaneously Distress Risk,

Firm Size, Book to Market Ratio has significant on Stock ReturnStock Return of the Manufacture Industry was listed in Indonesian Directory Exchange (IDX).

Partial test showed that Distress Risk, Firm Size, Book to Market Ratio variable has positive and significant on Stock Return of the Manufacture Industry was

listed in Indonesian Directory Exchange (IDX).Distress Risk is dominant variable

affect the Stock Return of the Manufacture Industry was listed in Indonesian

Directory Exchange (IDX).Based on the calculation of R-square showed that the

relationship between Distress Risk, Firm Size, and Book to Market Ratio variable have a strong link to Stock Return of the Manufacture Industry was listed in

Indonesian Directory Exchange (IDX).

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Karunia-Nya yang selalu menyertai penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam selalu

tercurahkan kepada Baginda Rasulullah SAW. Penulisan skripsi ini merupakan

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini

masih jauh dari sempurna, karena itu Peneliti mengharapkan saran dan kritik dari

semua pihak yang dapat membangun untuk menjadikan skripsi ini lebih baik lagi.

Dengan segala kerendahan hati, Peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat

bagi berbagai pihak.

Peneliti telah banyak mendapatkan bimbingan, nasihat, dan dorongan dari

Orangtua tercinta Alm. Papa Suparmin dan Mama Suarniserta keluarga besar

yang selama perkuliahan hingga penelitian skripsi ini selesai. Dalam kesempatan

ini, Peneliti menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ac., Ak., CA. selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Isfenty Sadalia, S.E., M.E. dan Dra. Marhayanie, M.Si. selaku Ketua dan

Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Sumatera Utara.

3. Dr. Endang Sulistya Rini, S.E., M.Si. dan Dra. Friska Sipayung, M.Si. selaku

Ketua dan Sekretaris Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan

(5)

4. Drs. Syahyunan, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak

memberikan bimbingan, dukungan, arahan kepada Peneliti, dan Beby Kendida

HSB, SE ,M.Si. selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah meluangkan waktu

dan memberikan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera

Utara untuk segala jasa-jasanya selama perkuliahan.

6. Abang dan Kakak terkasih yang telah memberikan dukungan dan semangat

selama proses penyusunan skripsi.

7. Sahabat terkasih, Ade Aryyani,Elfika Anggraini, Azhari Hidayat, yang selalu

memberikan bantuan, dukungan, dan semangat selama proses penyusunan

skripsi.

8. Terima kasih kepada Novita Sari Silalahi, Lestari Teacher Siagian, Elsa

Agustiani Yunita, Rahmad Jogi Y.P., Risky Trisnadian Pratama, Nanda Riski

Tanjung, dan Yuni Shara Harahap.

9. Terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh teman-teman di Fakultas

Ekonomi dan Bisnis, khususnya kepada teman-teman Jurusan S1- Manajemen

Reguler 2011 yang telah memberikan semangat, harapan dan motivasi yang

besar terhadap peneliti sampai selesainya skripsi ini.

Peneliti mengucapkan terima kasih dan semoga Allah SWT memberikan

anugerah dan Kasih-Nya atas cinta kasih, jerih payah, dan jasa-jasa mereka.

Medan, Oktober 2015 Peneliti,

(6)
(7)

3.9.3Uji Asumsi Klasik ... 36

3.9.3.1Uji Normalitas Data ... 36

3.9.3.2Uji Autokorelasi... 37

3.9.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 37

3.9.3.4 Uji Multikolinieritas ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

4.1 Gambaran Umum Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010-2014... . 39

4.2.3Pengujian Koefesien Determinasi (R2) ... 65

4.5 Pembahasan ... 66

4.5.1 Pengaruh Distress Risk Terhadap Return Saham ... 66

4.5.2Pengaruh Firm Size Terhadap Return Saham ... 67

4.5.3Pengaruh Book To Market Ratio Terhadap Return Saham ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

5.1 Kesimpulan ... 70

5.2 Saran ... 70

(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

Tabel 1.1 Nilai Z-Score, Firm Size, Book to Market Ratio dan

Return Saham Perusahaan Manufaktur Periode

2010 - 2014 ... 9

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 24

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel... 31

Tabel 4.1 Uji Kolmogrov Smirnov ... 54

Tabel 4.2 Uji Autokorelasi ... 55

Tabel 4.3 Uji Glejser ... 58

Tabel 4.4 Uji Multikolinieritas ... 59

Tabel 4.5 Variabel Entered/removedb ... 59

Tabel 4.6 Analisis Linier Berganda... 60

Tabel 4.7 Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji-F) ... 62

Tabel 4.8 Hasil Uji Signifikan Parsial (Uji-t) ... 64

(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 27

Gambar 4.1 Pengujian Normalitas Histogram ... 52

Gambar 4.2 Pengujian Normalitas P-P Plot ... 53

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Nilai Z-Score, Firm Size, Book to Market Ratio dan Return Saham Perusahaan Manufaktur

(11)

ABSTRAK

PENGARUH DISTRESS RISK,FIRM SIZE, DAN BOOK TO MARKET RATIO TERHADAPRETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

PERIODE TAHUN 2010 – 2014

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis Pengaruh variabel

Distress Risk, Firm Size, dan Book to Market Ratio dengan Return Saham

Perusahaan Manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI).Data diuji dengan menggunakan metode analisi linier berganda dengan taraf signifikan 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempakDistress Risk, Firm Size, dan Book to Market Ratio berpengaruh signifikan terhadapReturn SahamPerusahaan Manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Uji parsial menunjukkan bahwa Distress Risk, Firm

Size, dan Book to Market Ratio masing-masing berpengaruh positif dan signifikan

terhadapReturn SahamPerusahaan Manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Distress Risk adalah variabel yang dominan berpengaruh terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI).Berdasarkan perhitungan koefisien determinan (R2) menunjukkan bahwa hubungan antara Distress Risk, Firm Size, dan Book to

Market Ratio memiliki hubungan yang kuat terhadap Return Saham Perusahaan

Manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI).

(12)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF DISTRESS RISK, FIRM SIZE, AND BOOK TO MARKET RATIO ON STOCK RETURN OF THE MANUFACTURE

INDUSTRY WAS LISTED IN INDONESIAN DIRECTORY EXCHANGE

PERIOD2010 – 2014

This research aims to identify and analyze the influence of Distress Risk,

Firm Size, Book to Market Ratio and Stock Return of the Manufacture Industry was listed in Indonesian Directory Exchange (IDX). The population in this

research are Manufacture Industry was listed in Indonesian Directory Exchange

(IDX). Analytical techniques used is multiple linear regression methodwith

significance level of 5%. The result showed that simultaneously Distress Risk,

Firm Size, Book to Market Ratio has significant on Stock ReturnStock Return of the Manufacture Industry was listed in Indonesian Directory Exchange (IDX).

Partial test showed that Distress Risk, Firm Size, Book to Market Ratio variable has positive and significant on Stock Return of the Manufacture Industry was

listed in Indonesian Directory Exchange (IDX).Distress Risk is dominant variable

affect the Stock Return of the Manufacture Industry was listed in Indonesian

Directory Exchange (IDX).Based on the calculation of R-square showed that the

relationship between Distress Risk, Firm Size, and Book to Market Ratio variable have a strong link to Stock Return of the Manufacture Industry was listed in

Indonesian Directory Exchange (IDX).

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Investasi adalah penanaman sejumlah uang atau modal dalam suatu

perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. Hasil atau

keuntungan yang diperoleh dari investasi disebut return. Investasi dapat

didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam

produksi yang efisien selama periode waktu yang tertentu (Jogiyanto, 2003). Ada

beberapa bentuk investasi yang dapat dilakukan oleh masyarakat, salah satunya

adalah investasi dalam bentuk penyertaan modal atau biasa dikenal dengan

investasi saham. Saham merupakan instrument yang banyak dipilih para investor

karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Saham

dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan

usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.

Pada dasarnya, dalam melakukan investasi, investor akan

mempertimbangkan return total yang akan diperoleh. Return total merupakan

return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode yang tertentu. Return

total terdiri dari capital gain (loss) dan yield. Capital gain atau capital loss

merupakan selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang

lalu (Jogiyanto, 2003). Dalam investasi saham capital gain (loss) dapat terbentuk

dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Jika harga saham

(14)

dikatakanmemperoleh keuntungan modal (capital gain), sebaliknya jika harga

saham sekarang lebih rendah dari harga saham periode lalu maka investor

mengalami kerugian modal (capital loss).

Selain capital gain yang merupakan keuntungan dari apresiasi harga

investasi, investor juga memperoleh yield yang merupakan presentase penerimaan

peiodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. Untuk

investasi saham, yield adalah persentase dividen terhadap harga saham periode

sebalumnya. Dividen (dividend) adalah pembagian keuntungan yang diberikan

perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen

yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai – artinya kepada setiap

pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah

tertentu untuk setiap saham – atau dapat pula berupa dividen saham yang berarti

kepada setiap pemegang saham diberikan sejumlah saham sehingga jumlah saham

yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian

deviden saham tersebut.

Bagi investor jumlah rupiah yang diterima dari pembayaran dividen

risikonya lebih kecil dari capital gain, selain itu dividen lebih dapat diperkirakan

sebelumnya, sedangkan capital gain lebih sulit diperkirakan. Pembayaran dividen

yang naik dapat diartikan bahwa perusahaan mempunyai prospek tingkat

keuntungan yang baik. Sebaliknya, penurunan pembayaran dividen dapat

diartikan bahwa prospek tingkat keuntungan perusahaan kurang baik. Akhirnya

harga saham cenderung mengikuti naik turunnya nilai dividen yang dibayarkan.

(15)

dapat diketahui secara pasti oleh investor. Jadi, secara umum investor tidak dapat

mengetahui secara pasti besarnya total return yang akan diperoleh dari investasi

saham. Dalam investasi saham, besarnya return yang diperoleh investor dari

masing-masing perusahaan berbeda satu sama lain. Besarnya return saham tidak

lepas dari kinerja dan karakteristik perusahaan. Untuk dapat memprediksi

besarnya total return yang akan diperoleh, investor dapat melakukan analisis

terhadap kinerja dan karakteristik perusahaan.

Kinerja suatu perusahaan dapat dinilai dengan menganalisis laporan

keuangan perusahaan tersebut. Pada prinsipnya, dalam analisis laporan keuangan

terdapat empat macam rasio yaitu rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan

aktivitas. Beberapa peneliti menemukan metode analisis lebih lanjut untuk menilai

kinerja keuangan dan tingkat kesehatan suatu perusahaan. Salah satunya adalah

metode yang diperkenalkan oleh Altman dimana analisis ini mengacu pada

rasio-rasio keuangan perusahaan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau

perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan

menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi

gambaran kepada analisis tentang baik buruknya keadaan atau posisi keuangan

suatu perusahaan terutama apabila angka rasio itu dibandingkan dengan angka

rasio pembanding yang digunakan sebagai standart (Munawir 1998:64) sedang

yang digunakan dalam analisis yaitu laporan neraca dan laporan rugi laba.

Z-Score adalah skor yang ditentukan dari tingkat

(16)

(Z-Score) suatu perusahaan menandakan tingginya risiko kebangkrutan (distress

risk) perusahaan tersebut.

Risiko kebangkrutan harus selalu diwaspadai oleh perusahaan, karena jika

terjadi kebangkrutan maka dapat dikatakan perusahaan tersebut benar-benar

mengalami kegagalan usaha dengan menanggung kerugian yang sangat besar.

Untuk itu, perusahaan harus melakukan analisis sedini mungkin, terutama analisis

mengenai risiko kebangkrutan. Dengan melakukan analisis diharapkan perusahaan

dapat mendeteksi adanya risiko financial distress lebih awal serta berguna untuk

memutuskan kebijakan yang akan ditempuh untuk mengantisipasinya. Disamping

itu, financial distress hendaknya juga diperhatikan investor untuk memprediksi

seberapa besar return saham yang akan diperoleh dari investasi pada perusahaan

tertentu. Hal ini terkait dengan asumsi bahwa perusahaan dengan distress risk

yang tinggi akan membayarkan dividen yang lebih rendah kepada para investor

atau bahkan tidak sama sekali.

Distress risk yang tinggi dapat mengakibatkan perusahaan mempunyai

prospek keuntungan yang kurang baik. Berdasarkan asumsi bahwa pembayaran

dividen yang naik terjadi ketika perusahaan mempunyai prospek keuntungan yang

baik, serta kecenderungan dari harga saham yang mengikuti naik turunnya nilai

dividen, maka dapat dikatakan keuntungan perusahaan mempengaruhi besarnya

total return yang diterima investor dalam investasi saham. Dengan kata lain dapat

dinyatakan bahwa secara umum distress risk memiliki hubungan negatif dengan

(17)

Selain faktor distress risk, karakteristik perusahaan juga dapat

mempengaruhi besarnya total return yang diperoleh investor dalam investasi

saham. Fama dan French (1992) membagi perusahaan berdasarkan ukurannya

(firm size) yaitu besar (big) dan kecil (small) serta berdasarkan perbandingan nilai

buku terhadap nilai pasar perusahaan (book to market rasio) yaitu tinggi (high)

dan rendah (low). Firm size atau ukuran suatu perusahaan dapat dinilai dari

beberapa aspek seperti total aset dan kapitalisasi pasar (market capitalization).

Market capitalization mencerminkan nilai kekayaan perusahaan saat ini. Market

capitalization merupakan suatu pengukuran terhadap firm size yang didasarkan

atas jumlah saham yang beredar dan harga per lembar saham tersebut. Fama dan

French (1992) menempatkan saham-saham ke salah satu dari sepuluh portofolio

setelah memeringkat mereka di akhir bulan Juni berdasarkan ukuran perusahaan

kemudian mereka mengikuti return bulanan portofolio tersebut dari Juli 1963 –

Desember 1990, ternyata hasilnya adalah terdapat hubungan terbalik antara

ukuran perusahaan dengan return rata-rata (average return). Perusahaan dengan

firm size kecil cenderung mempunyai return yang lebih tinggi dibanding dengan

perusahaan dengan firm size yang lebih besar, fenomena ini biasa disebut dengan

size effect. Di dalam penelitian Banz (1981) dinyatakan bahwa saham dengan nilai

kapitalisasi pasar yang rendah atau memiliki firm size kecil dapat menghasilkan

tingkat pengembalian yang lebih tinggi dibanding saham dengan firm size yang

lebih besar. Jadi secara umum, dapat dinyatakan adanya suatu hubungan negatif

(18)

Sebelum memutuskan untuk berinvestasi saham pada suatu perusahaan,

sering kali para investor juga memperhatikan book to market ratio.

Book-to-market ratio adalah perbandingan antara nilai buku per lembar saham dengan nilai

pasar saham. Nilai buku per lembar saham sangat mencerminkan nilai perusahaan,

dan nilai perusahaan tercermin pada nilai kekayaan bersih ekonomis yang

dimilikinya. Nilai buku per lembar saham adalah nilai kekayaan bersih ekonomis

dibagi dengan jumlah lembar saham yang beredar. Kekayaan bersih ekonomis

adalah selisih total aktiva dengan total kewajiban. Sedangkan harga pasar adalah

harga yang terbentuk di pasar jual beli saham. Analisis book to market ratio

diperlukan bagi investor karena book to market ratio yang tinggi dapat dijadikan

indikator bahwa perusahaan tersebut masih undervalue. Ketika suatu perusahaan

dinilai undervalue maka dapat dikatakan perusahaan tersebut sedang dalam

kondisi kurang bagus sehingga kurang mampu memberikan keuntungan bagi para

investor yang telah menanamkan modalnya.

Menurut Ang (1997), book to market ratio merupakan rasio yang

digunakan sebagai indikator untuk mengukur kinerja perusahaan melalui harga

pasarnya. Perusahaan dengan book to market ratio tinggi mengindikasikan bahwa

pasar menghargai perusahaan relatif lebih rendah daripada nilai buku perusahaan.

Secara teoritis rasio book to market memiliki pengaruh negatif terhadap return

saham dengan kata lain semakin tinggi rasio book to market suatu perusahaan

maka semakin rendah return saham yang dihasilkan, begitu pula sebaliknya

dimana perusahaan dengan rasio book to market rendah memiliki tingkat return

(19)

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

distress risk, firm size, book to market ratio dan return saham. Zaretzky dan

Zumwalt (2007) melakukan penelitian mengenai hubungan distress risk, book to

market ratio dan return premium. Objek dalam penelitian tersebut adalah

perusahaan-perusahaan non keuangan yang terdaftar dalam NYSE-AMEX stock

dan NASDAQ stock pada periode tahun 1984 sampai dengan 1995. Hasil yang

ditemukan adalah terdapat hubungan negatif signifikan antara distress risk dan

return premium.

Sedangkan Fama dan French (1992) menyatakan nilai book to market ratio

yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kinerja buruk dan

cenderung mengalami kesulitan keuangan (financial distress) atau mempunyai

prospek yang kurang baik. Fama dan French (1992) berkesimpulan bahwa book to

market ratio mempunyai hubungan negatif terhadap return. Artinya, semakin

besar nilai book to market ratio maka semakin kecil return saham suatu

perusahaan. Dalam penelitian lain, Fama dan French (1993) menyatakan bahwa

firm size dan book to market ratio memiliki sensitivitas terhadap faktor risiko

yang juga merupakan faktor penentu pada variasi stock return dan membantu

menjelaskan cross sections of average return. Bukti-bukti pada penelitian mereka

menunjukkan bahwa firm size dan book to market ratio berhubungan dengan

keuntungan yang diperoleh. Selanjutnya, Fama dan French (1995) menemukan

bahwa terdapat hubungan positif antara faktor market dan size terhadap return,

(20)

Dichev (1998) secara langsung menyelidiki hubungan di antara distress

risk, size, B/M dan return, dengan mempergunakan bankruptcy risk sebagai satu

proksi untuk distress risk. Dichev (1998) menemukan bahwa suatu

equal-weighted portfolio pada perusahaan dengan distress yang tertinggi memiliki rasio

B/M dan return rendah.

Hasil lain ditemukan oleh Harowitz Loughran, Savin (2000) yang

melakukan pengujian hubungan ukuran perusahaan (firm size) dengan return.

Dengan menggunakan metode analisis Sp line regression, cross sectional

regression dan annual compound return, diketahui bahwa dari 3 metode

pengukuran tersebut tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara ukuran

perusahaan dengan return.

Penelitian pada objek lain juga dilakukan oleh (Charitou dan

Constantinidis, 2004) yang melakukan penelitian terhadap Japanese Stock Market

periode 1992 – 2001 untuk menguji perilaku laba, dalam hubungannya dengan

size dan book to market equity. Dari hasil penelitian tersebut, mereka menyatakan

bahwa terdapat hubungan signifikan antara market, size, book to market equity

dan expected stock return pada pasar Indonesia

Di Indonesia investor dapat melakukan investasi saham dengan cara

membeli saham-saham perusahaan (emiten) yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia.

Perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

dikelompokkan berdasarkan sektor usaha yang dilakukan, salah satunya adalah

(21)

dibandingkan sektor lain. Perusahaan-perusahaan pada sektor manufaktur

jugamerupakan emiten yang sahamnya paling aktif diperdagangkan di Bursa Efek

Indonesia. Sebelum memutuskan membeli atau menjual saham, para investor

tentunya sangat memerlukan tersedianya informasi. Informasi-informasi tersebut

diperlukan untuk dapat memprediksi besarnya return saham yang akan diterima

dari investasi yang dilakukan. Informasi yang dimaksudkan terkait dengan

faktor-faktor yang berhubungan dan memiliki pengaruh terhadap return saham.

Sebagaimana yang telah diuraikan di atas, distress risk, firm size dan book to

market ratio adalah beberapa faktor yang diduga memiliki hubungan dengan

return saham yang dihasilkan.

Tabel 1.1

Nilai Z-Score, Firm Size, Book to Market Ratio dan Return Saham Perusahaan Manufaktur Periode 2010 - 2014

No EMITEN Tahun Distress

1 PT. Gudang Garam Tbk. 2010 0,259700 1.158.796 0,1045870 0,0245860 2011 0,387570 1.163.485 0,1198530 0,0398700 2012 0,485700 1.115.680 0,1124580 0,0256370 2013 0,658900 1.256.986 0,1204850 0,0399870 2014 1,766380 1.321.919 0,189118 0,0717500

2 PT. Sepatu Bata Tbk. 2010 0,698310 39.650 0,1563280 0,0532600 2011 0,699450 39.940 0,1659830 0,0543250 2012 0,708960 41.683 0,1885603 0,0568900 2013 0,756800 42.510 0,1926774 0,0593580 2014 1,007430 49.092 0,1995283 0,1109270

3 PT. Indocement Tunggal Tbk. 2010 0,638900 1.189.760 0,0634560 0,0245890 2011 0,679642 1.308.645 0,0653280 0,0193580 2012 0,738905 1.338.936 0,0663487 0,0296590 2013 0,834919 1.339.380 0,0673584 0,0369450 2014 1,364384 1.458.615 0,0766369 0,0889630

(22)

2013 0,673980 74.150 0,1613247 0,0151690 2014 0,701987 81.201 0,1805046 0,0133850

5 PT. Unilever Indonesia Tbk. 2010 6,789010 1.287.254 0,0101254 0,0458670 2011 6,893140 1.232.890 0,0103586 0,0483560 2012 6,900560 1.394.258 0,0115681 0,0499320 2013 7,005910 1.338.900 0,0114587 0,0504870 2014 7,582480 2.061.136 0,0203982 0,0906300

6 PT. Rig Tenders Tbk. 2010 1,589325 105.890 0,198546 0,0123990 2011 1,602590 108.970 0,203684 0,0136070 2012 1,639897 110.840 0,209876 0,0140280 2013 1,668720 111.015 0,219289 0,0144690 2014 1,763308 118.355 0,26505 0,0204890

Sumber : Data ICMD Yang Diolah

Dari Tabel 1.1 terlihat bahwa pada saham-saham perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2010-2014 tidak terdapat

pola hubungan yang konsisten antara distress risk, firm size dan book to market

ratio dengan return saham yang dihasilkan.

Seperti yang telah diuraikan di awal, analisis Z-Score dapat digunakan

untuk menilai tingkat distress risk perusahaan. Semakin rendah Z-Score

menandakan semakin tinggi distress risk suatu perusahaan, begitu pula sebaliknya

Z-Score yang tinggi menandakan rendahnya distress risk perusahaan atau bisa

dikatakan semakin baik kesehatan perusahaan tersebut. Pada kolom Z-Score dan

return terlihat tidak terdapat pola hubungan yang konsisten diantara keduanya.

Saham PT. Goodyear Indonesia Tbk. yang memiliki tingkat distress risk tertinggi

dibanding dengan perusahaan lain, yaitu dengan Z-Score 3,36964 memberikan

return sebesar 0,065077 lebih rendah dari return saham PT. Sepatu Bata Tbk.

yang memiliki Z-Score 3,87095 yaitu sebesar 0,33466. Akan tetapi pada saham

PT Gudang Garam Tbk yang memiliki Z-Score 3,55825 tidak mampu

(23)

Barber (1996) melakukan penelitian mengenai hubungan firm size dengan

return saham dan hasilnya ditemukan bahwa terdapat kecenderungan

saham-saham perusahaan yang berukuran kecil memberikan return yang lebih besar

dibandingkan dengan return yang diberikan oleh perusahaan-perusahaan besar,

teori ini dikenal dengan anomali size effect. Akan tetapi, pada perusahaan

manufaktur di Indonesia teori tersebut tidak selamanya berlaku. Adakalanya

saham perusahaan besar justru memberikan return yang lebih besar dibandingkan

dengan saham perusahaan kecil. Saham perusahaan besar PT Unilever Indonesia

Tbk dapat memberikan return sebesar 0,28527 sedangkan saham perusahaan yang

lebih kecil seperti PT Rig Tenders Tbk memberikan return yang jauh lebih kecil

bahkan bernilai negatif.

Fenomena tersebut juga terjadi pada hubungan antara book to market ratio

dan return saham, Ang (1997) menyatakan bahwa rasio book to market

merupakan rasio yang digunakan sebagai indikator untuk mengukur kinerja

perusahaan melalui harga pasarnya, semakin rendah rasio ini menandakan

semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para investor. Dari pernyataan

tersebutdapat dikatakan bahwa secara teoritis book to market ratio memiliki

pengaruh negatif terhadap return saham, akan tetapi pada kenyataan yang terjadi

di perusahaan manufaktur di Indonesia terjadi ketidak konsistenan teori tersebut.

Tidak selamanya book to market ratio berpengaruh negatif terhadap return saham.

Misalnya pada saham PT. Sepatu BataTbk. yang memiliki nilai book to

market ratio yang relatif tinggi (sebesar 0,903077) memiliki return saham yang

(24)

Unilever Indonesia Tbk yang hanya sebesar 0,28527 dengan nilai book to market

ratio yang juga lebih rendah (sebesar 0,06391).

Dengan adanya perbedaan hasil penelitian terdahulu (research gap) serta

perbedaan realita dan teori (fenomena gap) , maka perlu diadakan penelitian

mengenai hubungan antara distress risk, firm size, book to market ratio dengan

return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2010 - 2014.

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang, maka dirumuskan masalah apakah distress risk,

firm size, dan book to market ratio berpengaruh terhadap return saham pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?

1.3. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang telah dikemukaan di atas, maka penelitian ini

dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruhdistress

risk, firm size, dan book to market ratio terhadap return saham pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Investor

Hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan Investor dalam

melakukan investasi pada saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di

(25)

2. Bagi Emiten

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan bagi

emiten dalam pengelolaan investasi yang telah dilakukan perusahaan.

3. Bagi Peneliti

Diharapkan peneliti dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam

melakukan penelitian umumnya di bidang manajemen keuangan.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menambah temuan dalam penelitian serupa yang

nantinya dapat dikaji ulang sehingga tercapainya kesempurnaan baik teori

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Uraian Teoritis

2.1.1. Return Saham

Investasi merupakan komitmen penempatan sejumlah dana untuk

memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Dengan kata lain, motivasi

utama investor dalam melakukan investasi adalah untuk memperoleh return

(kembalian) investasi sesuai dengan harapan pada tingkat risiko tertentu. Return

(kembalian) adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu

investasi yang dilakukannya (Ang, 1997). Investor tentunya tidak akan melakukan

investasi jika tanpa adanya harapan akan return yang diperoleh di masa yang akan

datang.

Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi (Jogiyanto, 2003).

Dalam melakukan investasi terdapat beberapa metode pengurkuran return, salah

satunya adalah return total. Return total merupakan return keseluruhan dari suatu

investasi dalam suatu periode yang tertentu. Return total terdiri dari capital gain

(loss) dan yield sebagai berikut ini :

Return=Capital gain (loss)+Yield

Capital gain atau capital loss merupakan selisih dari harga investasi sekarang

relatif dengan harga periode yang lalu :

(27)

Jika harga investasi sekarang (� ) lebih tinggi dari harga investasi periode lalu

(�� −1) ini berarti terjadi keuntungan modal (capital gain), sebaliknya terjadi

kerugian modal (capital loss).

Yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga

investasi periode tertentu dari suatu investasi. Untuk saham, yield adalah

persentase dividen terhadap harga saham periode sebelumnya. Untuk obligasi,

yield adalah prosentase bunga pinjaman yang diperoleh terhadap harga obligasi

periode sebelumnya. Dengan demikian, return total dapat juga dinyatakan sebagai

berikut ini.

Return=Pt-�Pt-1�

Pt-1

+

Yield

Untuk saham biasa yang membayar dividen periodik sebesar�� rupiah

per-lembarnya, maka yield adalah sebesar��/�� −1dan return total dapat dinyatakan

sebagai :

Return saham

=

Pt-�Pt-1�

Pt-1 + Dt

Pt-1

Capital gain (loss) dapat terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan

saham di pasar sekuner sedangkan dividen merupakan pembagian keuntungan

yang diberikan perusahaan penerbit saham (emiten) atas keuntungan yang

dihasilkan perusahaan.

2.1.2. Distress Risk

Distress risk merupakan risiko kegagalan perusahaan dalam menjalankan

operasi atau usahanya (Altman,1968). Dalam dunia bisnis, kegagalan dapat

(28)

ini, faktor ekonomi berupa lemahnya industri serta lokasi dan lingkungan yang

tidak mendukung. Kegagalan ekonomi berarti bahwa perusahaan kehilangan

pendapatan sehingga tidak dapat menutup biaya-biaya perusahaan, ini berarti

tingkat laba perusahaan lebih kecil daripada biaya modal atau nilai sekarang dari

arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban. Sedangkan faktor financial dapat

berupa utang yang terlalu banyak serta penggunaan modal yang tidak efisien.

Kegagalan keuangan bisa juga diartikan sebagai insolvensi yang

membedakan antara dasar arus kas dan dasar saham. Insolvensi atas dasar arus kas

dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu insolvensi teknis dan insolvensi dalam

pengertian kebangkrutan. Insolvensi teknis adalah perusahaan dapat dianggap

gagal jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban saat jatuh tempo. Faktor

financial inilah yang kemudian dapat menimbulkan risiko financial distress pada

perusahaan.

Financial distress merupakan kondisi di mana keuangan perusahaan dalam

keadaan tidak sehat atau krisis. Financial distress terjadi sebelum kebangkrutan.

Kebangkrutan sendiri diartikan sebagai suatu keadaan atau situasi dimana

perusahaan gagal atau tidak mampu lagi memenuhi kewajiban-kewajiban kepada

debitur karena perusahaan mengalami kekurangan dan ketidakcukupan dana untuk

menjalankan atau melanjutkan usahanya sehingga tujuan ekonomi yang ingin

dicapai oleh perusahaan dapat dicapai. Kondisi financial distress pada suatu

perusahaan mengindikasikan adanya risiko kebangkrutan (distress risk) pada

(29)

Risiko kebangkrutan harus selalu diwaspadai oleh perusahaan, karena jika

terjadi kebangkrutan maka dapat dikatakan perusahaan tersebut benar-benar

mengalami kegagalan usaha dengan menanggung kerugian yang sangat besar.

Untuk itu, perusahaan harus melakukan analisis sedini mungkin, terutama analisis

mengenai risiko kebangkrutan. Distress risk pada suatu perusahaan dapat

diketahui dengan menganalisis rasio-rasio keuangan. Rasio-rasio keuangan

memberikan indikasi tentang kekuatan keuangan dari suatu perusahaan.

Keterbatasan analisis rasio timbul dari kenyataan bahwa metodologinya

pada dasarnya bersifat penyimpangan (univariate) yang artinya setiap rasio di uji

secara terpisah. Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan analisis tersebut, maka

Altman telah mengkombinasikan beberapa rasio menjadi model prediksi dan

teknik statistik. Yaitu analisis diskriminasi yang menghasilkan suatu indeks yang

memungkinkan klasifikasi dari suatu pengamatan menjadi satu dari beberapa

pengelompokan yang bersifat apriori (Weston & Copeland, 1995:287).

Dalam penelitiannya (Altman:1968) mengambil satu sampel yang terdiri

dari 66 perusahaan manufaktur setengah diantaranya mengalami bangkrut. Altman

memperoleh 22 rasio keuangan, dimana 5 diantaranya ditemukan paling

berkontribusi pada model prediksi. Fungsi diskriminan yang ditemukan Altman

pada tahun 1968 itu adalah sebagai berikut (Weston dan Copeland, 1995:288) :

�= 1,2 �1+1,4�2 + 3,3 �3 + 0,6 �4 + 0,5 �5

Dimana :

Z = Z-score

(30)

�2= Retained earnings/total assets

�3= Earning before interest and taxes/total assets

�4= Market value of equity/book value of total liabilities

�5= Sales/total assets

Dengan melakukan analisis diharapkan perusahaan dapat mendeteksi

adanya risiko financial distress lebih awal serta berguna untuk memutuskan

kebijakan yang akan ditempuh untuk mengantisipasinya. Disamping itu, financial

distress hendaknya juga diperhatikan investor untuk memprediksi seberapa besar

return saham yang akan diperoleh dari investasi pada perusahaan tertentu. Distress

risk yang tinggi dapat mengakibatkan perusahaan mempunyai prospek

keuntungan yang kurang baik. Berdasarkan asumsi bahwa pembayaran dividen

yang naik terjadi ketika perusahaan mempunyai prospek keuntungan yang baik,

serta kecenderungan dari harga saham yang mengikuti naik turunnya nilai dividen,

maka dapat dikatakan keuntungan perusahaan mempengaruhi besarnya total

return yang diterima investor dalam investasi saham. Dari sini dapat terlihat

bahwa secara teori distress risk memiliki hubungan negatif terhadap total return.

2.1.3. Firm Size

Firm size adalah ukuran besar kecilnya suatu perusahaan. Berdasar firm

size-nya, perusahaan dibedakan menjadi perusahaan big (besar) dan small

(kecil).Dengan kata lain, firm size merupakan market value dari sebuah

perusahaan. Market value dapat diperoleh dari perhitungan harga pasar saham

dikalikan jumlah saham yang diterbitkan (outstanding shares). Market value (nilai

(31)

Market capitalization mencerminkan nilai kekayaan perusahaan saat ini. Market

capitalization merupakan suatu pengukuran terhadap firm size perusahaan di mana

perusahaan bisa saja mengalami kegagalan maupun kesuksesan. Dengan kata lain,

market capitalization adalah nilai total dari semua outstanding shares yang ada,

perhitungannya dapat dilakukan dengan cara mengalikan banyaknya saham yang

beredar dengan harga pasar saat ini.

Penelitian tentang pengaruh firm size terhadap berbagai faktor telah

banyak dilakukan. Hal ini juga disebabkan karena belum adanya suatu teori yang

dapat secara jelas menjelaskan fenomena pengaruh firm size terhadap berbagai

faktor yang ada. Banz (1981) menemukan adanya hubungan negatif yang kuat

antara average return dan size perusahaan.

Perusahaan yang mempunyai kapitalisasi pasar kecil mempunyai tingkat

pengembalian yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan berkapitalisasi

pasar besar. Di dalam penelitian Banz (1981) dinyatakan bahwa saham dengan

nilai kapitalisasi pasar yang rendah atau memiliki firm size kecil dapat

menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dibanding saham dengan

firm size yang lebih besar. Selain itu dalam penelitian yang dilakukan oleh Chan,

Hamao dan Lakonishok (1991) mengkonfirmasikan bahwa perusahaan dengan

kapitalisasi kecil mempunyai tingkat pengembalian lebih besar 5 persen daripada

saham berkapitalisasi besar.Penelitian Keim dalam Elton, et all (2003)

mempunyai kesimpulan yang sama dengan penelitian Banz.

Perusahaan kecil mempunyai tingkat pertumbuhan (growth) yang relatif

(32)

dikarenakan earning yang diperoleh pada perusahaan kecil cenderung lebih

rendah sehingga peningkatan earning pada tahun berikutnya lebih mudah

dilakukan. Sedangkan pada perusahaan besar dengan earning yang besar,

pertumbuhan relatif lebih rendah karena earning periode sebelumnya cenderung

sudah tinggi.

Fama dan French (1992) menempatkan saham-saham ke salah satu dari

sepuluh portofolio setelah memeringkat mereka di akhir bulan Juni berdasar

ukuran perusahaan, kemudian mereka mengikuti return bulanan portofolio

tersebut dari Juli 1963 – Desember 1990. Tetapi ternyata hasilnya adalah terdapat

hubungan terbalik antara ukuran perusahaan dengan return rata-rata (avarage

return).

Pada umumnya, saham perusahaan yang lebih kecil cenderung memiliki

return yang lebih besar dibandingkan dengan saham perusahaan yang lebih besar,

fenomena ini biasa disebut dengan size effect. Dari penelitian yang telah dilakukan

oleh Barber (1996) juga menunjukkan hasil bahwa ukuran perusahaan

berpengaruh negatif terhadap return saham. Barbee (1996) mengukur ukuran

perusahaan melalui nilai pasar ekuitas (market value equity, MUE).

Dalam penelitian Fama dan French (1995) ditemukan bahwa firm size

berhubungan dengan profitabilitas. Fama dan French (1995) menyatakan

bahwasecara parsial firm size berpengaruh signifikan terhadap return. Saham

perusahaan kecil mempunyai kecenderungan pendapatan (earnings) yang lebih

rendah daripada saham perusahan besar. Size effect di dalam pendapatan terjadi

(33)

kecil terutama setelah resesi di Amerika Serikat pada tahun 1980. Pada tahun

1980-an, perusahaan berkapitalisasi besar mempunyai return tahunan (annual

returns) yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan berkapitalisasi kecil.

Hasil ini menyebabkan perdebatan apakah perbedaan ini hanya sementara atau

akan terjadi pada jangka waktu panjang. Beberapa peneliti telah berusaha untuk

meneliti asal dari premium perusahaan kecil. Kesimpulan yang didapat antara lain

adalah :

a. Perusahaan berkapitalisasi pasar sangat kecil (microcap company)

mempunyai returns yang lebih kecil dibandingkan perusahaan

berkapitalisasi yang lebih besar. Banyak perusahaan kecil mempunyai

harga yang rendah dan tidak likuid, serta tidak adanya equity research

analyst.

b. Pada perusahaan berkapitalisasi kecil, returns yang lebih besar terjadi pada

bulan Januari. Sedangkan pada bulan Februari hingga Desember tidak ada

premium.

c. Perusahaan berkapitalisasi kecil diduga mempunyai return yang lebih

baik, ketika suku bunga jangka pendek lebih tinggi dibandingkan dengan

jangka panjang dan juga ketika inflasi tinggi.

Beberapa peneliti juga meneliti hubungan antara annual returns dengan

jumlah analis dan institutional holding. Mereka menemukan, bahwa

returnscenderung meningkat, seiring dengan menurunnya jumlah analis pada

(34)

Terlepas dari perbedaan pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa besar

kecilnya kapitalisasi pasar perusahaan merupakan faktor risiko yang patut

diperhitungkan dalam menghitung tingkat pengembalian (return) saham. Secara

umum, dapat dinyatakan bahwa terdapat suatu bentuk hubungan yang negatif

antara tingkat pengembalian (return) saham dengan ukuran perusahaan (firm size).

2.1.4. Book to Market Ratio

Book to market ratio merupakan faktor risiko yang harus diperhatikan oleh

para investor, karena book to market ratio yang tinggi dapat dijadikan indikator

bahwa perusahaan tersebut masih undervalue. Rasio book to market equity

menyatakan perbandingan book equity terhadap market equity perusahaan. Fama

dan French (1995) mendefinisikan book to market equity sebagai “book common

equity for the fiscal year ending in calendar year (t-1), divied by market equity at

the end of December of the year (t-1)”. Book to market ratio dihitung dengan

membagi equity per share dengan closing price bulan desember (akhir tahun),

untuk membagi perusahaan menjadi dua yaitu perusahaan dengan book to market

ratio rendah dan tinggi.

Ang (1997) menyatakan bahwa rasio book to market merupakan rasio

yang digunakan sebagai indikator untuk mengukur kinerja perusahaan melalui

harga pasarnya, semakin rendah rasio ini menandakan semakin tinggi perusahaan

dinilai oleh para investor. Nilai (harga) pasar adalah harga saham yang terjadi di

padsar bursa pada saat-saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar.

Nilai pasar ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham

(35)

menunjukkan aktiva bersih (net asset) yang dimiliki oleh pemegang saham

dengan memilih satu lembar saham. Karena aktiva bersih adalah sama dengan

total ekuitas pemegang saham, maka nilai buku perlembar saham adalah total

ekuitas dibagi dengan jumlah saham beredar. Perusahaan yang berjalan dengan

baik, umumnya memiliki rasio book to market di bawah satu, yang menunjukkan

bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya.

Beberapa alasan investor menggunakan book to market ratio di dalam

menganalisis investasi antara lain :

1. Book value memberikan pengukuran yang relatif stabil, untuk dibandingkan

dengan market price. Untuk investor yang tidak mempercayai estimasi

discounted cash flow, book value dapat menjadi benchmark dalam

memperbandingkan dengan market price.

2. Karena standar akuntansi yang hampir sama pada setiap perusahaan, book to

market ratio bisa dikomparasikan dengan perusahaan lain yang berada pada

satu sektor, untuk mengetahui apakah perusahaan tersebut masih undervalue

atau sudah overvalue.

3. Perusahaan dengan earnings negatif, sehingga tidak bisa dinilai dengan

menggunakan earning-price ratio, dapat dievaluasi dengan menggunakan

book to market ratio. Perusahaan yang mempunyai book value negatif, lebih

sedikit daripada perusahaan yang mempunyai earnings negatif.

Secara teoritis rasio book to market memiliki pengaruh negatif terhadap

return saham dengan kata lain semakin tinggi rasio book to market suatu

(36)

sebaliknya dimana perusahaan dengan rasio book to market rendah memiliki

tingkat return saham yang relatif lebih tinggi.

(37)

Nama

Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian terdahulu mengenai

pengaruhdistress risk, firm size, danbook to market ratio terhadapreturn saham,

dapat dijelaskan sebagai berikut :

Distress risk merupakan risiko kegagalan perusahaan dalam menjalankan

operasi atau usahanya (Altman:1968). Dalam dunia bisnis, kegagalan dapat

disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor ekonomi dan faktor finansial. Dalam hal

ini, faktor ekonomi berupa lemahnya industri serta lokasi dan lingkungan yang

tidak mendukung. Kegagalan ekonomi berarti bahwa perusahaan kehilangan

pendapatan sehingga tidak dapat menutup biaya-biaya perusahaan, ini berarti

tingkat laba perusahaan lebih kecil daripada biaya modal atau nilai sekarang dari

arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban. Sedangkan faktor finansial dapat

(38)

Kegagalan keuangan bisa juga diartikan sebagai insolvensi yang

membedakan antara dasar arus kas dan dasar saham. Insolvensi atas dasar arus kas

dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu insolvensi teknis dan insolvensi dalam

pengertian kebangkrutan. Insolvensi teknis adalah perusahaan dapat dianggap

gagal jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban saat jatuh tempo. Faktor

finansial inilah yang kemudian dapat menimbulkan risiko financial distress pada

perusahaan.

Di dalam penelitian Banz (1981) dinyatakan bahwa saham dengan nilai

kapitalisasi pasar yang rendah atau memiliki firm size kecil dapat menghasilkan

tingkat pengembalian yang lebih tinggi dibanding saham dengan firm size yang

lebih besar. Selain itu dalam penelitian yang dilakukan oleh Chan, Hamao dan

Lakonishok (1991) mengkonfirmasikan bahwa perusahaan dengan kapitalisasi

kecil mempunyai tingkat pengembalian lebih besar 5 persen daripada saham

berkapitalisasi besar.Penelitian Keim dalam Elton, et all (2003) mempunyai

kesimpulan yang sama dengan penelitian Banz.

Ang (1997) menyatakan bahwa rasio book to market merupakan rasio

yang digunakan sebagai indikator untuk mengukur kinerja perusahaan melalui

harga pasarnya, semakin rendah rasio ini menandakan semakin tinggi perusahaan

dinilai oleh para investor. Nilai (harga) pasar adalah harga saham yang terjadi di

padsar bursa pada saat-saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan maka model kerangka

(39)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4. Hipoteis

Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis dalam

penelitian ini adalah distress risk, firm size, danbook to market ratioberpengaruh

signifikan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia.

DISTRESS RISK

RETURN SAHAM FIRM SIZE

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang

banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran

terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya, demikian juga pemahaman

kesimpulan penelitian, akan lebih baik apabila disertai dengan tabel, grafik,

bagan, gambar, atau tampilan lain (Suharsimi, 2002: 10).

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Bursa Efek Indonesia melalui media internet

dengan situs

DIRECTORY (ICMD). Penelitian ini dilakukanpada bulan Mei sampai dengan

bulan Juli 2015.

3.3. Batasan Operasional

Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel bebas : Distress risk(�1), FirmSize (�2), Book-to-market ratio

(�3)

b. Variabel terikat : Return saham (Y)

3.4. Definisi Operasional

Adapun definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah

(41)

3.4.1. Distress Risk

Distress risk merupakan salah satu faktor risiko yang berkaitan dengan

kemampuan keuangan perusahaan dalam memenuhi kewajiban perusahaan kepada

investor dan debitur. Distress risk dapat dijadikan sebagai indikator kinerja

perusahaan sehingga perlu dilakukan analisis mengenai tingkat distress risk

perusahaan. Altman (1968), merupakan penelitian awal yang mengkaji

pemanfaatan analisis rasio-rasio keuangan sebagai alat atau indikator awal untuk

memprediksi risiko kebangkrutan (distress risk) perusahaan.

Dalam penelitian ini, tingkat distress risk perusahaan diproksikan dengan

Z-score yang dalam penelitian Profesor Edward I Altman (1968) diformulasikan

sebagai berikut :

�= 1,2 �1+ 1,4 �2 + 3,3 �3 + 0,6 �4 + 0,5 �5

Dimana :

Z = Z-score

�1= Working capital/total assets

�2= Retained earnings/total assets

�3= Earning before interest and taxes/total assets

�4= Market value of equity/book value of total liabilities

�5= Sales/total assets

3.4.2. Firm Size

Firm size merupakan ukuran besar atau kecilnya suatu perusahaan. Ukuran

(42)

kapitalisasi pasar (market value equity / MVE) diukur dengan menggunakan

jumlah saham yang beredar dengan harga pasar saham pada saat itu (Ang, 1997).

Market value diperoleh dari harga pasar dikalikan dengan jumlah saham yang

diterbitkan (outstanding shares). Secara matematis dapat dirumuskan sebagai

berikut :

Vs = Ps x Ss

Di mana :

��= Market value (nilai pasar)

��= Market price (harga pasar)

��= Outstanding shares (jumlah saham yang diterbitkan)

3.4.3. Book to Market Ratio

Adalah perbandingan antara nilai buku saham dengan nilai pasar saham.

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data tahunan, sedangkan

formula dari rasio book to market adalah (Damodaran, 2002) :

Book to Market Ratio = Nilai Buku Ekuitas

Nilai Pasar Saham

3.4.4. Return Saham

Return saham pada dasarnya adalah keuntungan yang dinikmati oleh

investor atas investasi saham yang dilakukannya. Konsep return realisisi saham

dalam penelitian ini adalah total return yang terdiri dari capital gain (loss) yang

merupakan perbandingan antara selisih harga saham saat ini dengan harga saham

(43)

yang merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga saham

periode sebelumnya.

Untuk menghitung besarnya return saham tahunan yang diperoleh

investor, maka data yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai closing price

tahunan pada periode tahun 2009-2014 serta dividen final per tahun pada periode

tahun 2010-2014. Closing price dalam penelitian ini digunakan untuk menghitung

capital gain (loss) sedangkan dividen digunakan untuk menghitung yield.

Secara matematis return saham dapat diformulasikan sebagai berikut (Jogiyanto,

2003) :

Variabel Definisi Indikator Skala

(44)

Variabel Definisi Indikator Skala

Book to Market Ratio = Nilai Buku Ekuitas

Nilai PasarSaham

3.5. Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran merupakan alat ukur yang digunakan untuk

mengkuantifikasi informasi yang diberikan (Noor, 2011:125). Skala pengukuran

dalam penelitian ini adalah skala rasio.

3.6. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang

terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2010-2014 dengan sampel

sebanyak 6 perusahaan.Sampel penelitian dipilih dari seluruh populasi dengan

menggunakan metode penyampelan bersasaran (purposive sampling), dengan

kriteria sebagai berikut :

1. Termasuk dalam sektor industri manufaktur sesuai dengan klasifikasi yang

ada dalam Indonesian Capital Market Directory selama 5 tahun yakni

mulai tahun 2010 sampai dengan 2014.

2. Memiliki akhir tahun fiskal 31 Desember dan laporan keuangan yang

sudah diaudit selama 4 tahun berturut-turut.

3. Konsisten membayarkan dividen tunai kepada shareholder selama periode

(45)

4. Perusahaan sampel tidak melakukan corporate action (stock split, stock

devidend, dan right issue) selama periode pengamatan. Kriteria ini diambil

dengan alasan untuk menghindari adanya bias pada harga saham yang

disebabkan oleh corporate action.

Sampel dibatasi hanya pada perusahaan yang berada dalam kelompok

industri manufaktur. Pembatasan ini dimaksudkan untuk mengendalikan

variabilitas sifat asset perusahaan yang disebabkan oleh karakteristik industri

sehingga tidak dapat menggambarkan sifat pertumbuhan perusahaan dengan tepat.

Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, maka jumlah sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah 20 perusahaan dengan periode pengamatan

masing-masing perusahaan selama 4 tahun maka pada penelitian ini terdapat 80 observasi.

3.7. Jenis Data

Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu

berupa data time series untuk semua variabel yaitu return saham dan data tentang

rasio book to market, kapitalisasi pasar, yang diperoleh dari Indonesian Capital

Market Directory (ICMD) tahun 2010 dan 2014.

3.8. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis melakukan pengumpulan data dengan

menggunakan dua metode, antara lain :

1. Riset kepustakaan, yaitu dengan melakukan telaah pustaka, eksplorasi, dan

mengkaji berbagai literatur pustaka seperti berbagai jurnal dan

(46)

2. Dokumentasi, yaitu mengumpulkan data dengan cara mencatat dokumen

yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.9. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data yang

dikumpulkan adalah:

3.9.1. Analisis Regresi Linier Berganda

Metode analisis kuantitatif merupakan metode yang digunakan untuk

menyajikan data dalam bentuk angka. Pada metode ini peneliti menggunakan

metode analisis regresi berganda yang digunakan untuk mengetahui besarnya

hubungan dan pengaruh variabel independen (X1, X2, dan X3) terhadap variabel

dependen (Y). Analisis data menggunakan rumus:

Y = a + b1�1+ b2�2+ b3�3+ e

Keterangan :

Y = Return saham

a = Konstanta

b13 = Koefisien arah regresi

X1 = Distress risk

X2 = Firm Size

X3 = Book to Market Ratio

(47)

3.9.2. Pengujian Hipotesis

3.9.2.1. Pengujian Hipotesis secara Simultan (Uji-F)

Uji-F dilakukan untuk menguji apakah semua variabel bebas

(independent) yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara

bersama-sama terhadap variabel terikat (dependent). Kriteria adalah sebagai

berikut :

Ho : b1 = b2 = b3 = 0, artinya, distress risk, firm size, dan book to market ratio

tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham secara simultan pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H1 : b1≠b2≠b3 ≠ 0, artinya, distress risk, firm size, dan book to market ratio

berpengaruh signifikan terhadap return saham secara simultan pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia.

Kriteria penilaian hipotesis pada uji-F :

Ho diterima jika F hitung ≤ F tabel pada � = 5%

Ho ditolak jika F hitung > F tabel pada � = 5%

3.9.2.2. Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji-t)

Uji t dilakukan untuk menguji apakah variabel bebas, yaitu distress risk,

firm size, dan book to market ratio secara parsial berpengaruh secara signofikan

terhadap variabel terikat, yaitu return saham. Pengujian ini dilakukan untuk

mengetahui apakah setiap variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh

(48)

Ho : bi = 0, artinya distress risk, firm size, dan book to market ratio secara parsial

berpengaruh tidak signifikan terhadap return pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H1 : bi ≠ 0, artinya distress risk, firm size, dan book to market ratio secara parsial

berpengaruh signifikan terhadap return pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Kriteria penilaian hipotesis pada uji-t :

Ho diterima jika t hitung ≤ t tabel pada � = 5%

Ho ditolak jika t hitung hitung > t tabel pada � = 5%

3.9.3. Uji Asumsi Klasik

Sebelum data tersebut dianalisis, model regresi harus memenuhi syarat

asumsi klasik, hal ini untuk mendapatkan nilai pemeriksa yang tidak bias dan

efisien (Best, Linier, Unbiased, Efficient estimator/BLUE). Pengujian asumsi

klasik meliputi : uji normalitas, uji heterokedastisitas, uji autokorelasi, dan uji

multikolinearitas.

3.9.3.1. Uji Normalitas Data

Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah

data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan

bentuk lonceng data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi

normal, yakni distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau ke kanan. Uji

normalitas dilakukan dengan menggunakan Kolmograv Smirnov. Dengan

(49)

signifikan 5% artinya variabel residual berdistribusi normal (Muslich, Syafrizal,

2012:100).

3.9.3.2. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan ntuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara

anggota serangkaian data yang diobservasi dan dianalisis menurut ruang atau

menurut waktu, cross section atau time series (Wibowo, 2012:101). Model

regresiyang baik adalah bebas dari autokorelasi. Uji autokorelasi ini menggunakan

uji Lagrange Multiplier (LM Test).

3.9.3.3. Uji Heterokedastisitas

Adanya varians variabel independent adalah konstan untuk setiap nilai

tertentu variabel independen (homokedastisitas). Model regresi yang baik adalah

tidak terjadi heterokedastisitas. Heterokedastisitas diuji dengan menggunakan uji

Glejser dengan pengambilan keputusan jika variabel independen signifikan secara

statistik mempengaruhi variabel dependen, maka akan ada nilai indikasi terjadi

heterokedastisitas. Jika probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan

5% dapat disimpulkan model regresi tidak mengarah adanya heterokedastisitas.

Uji heterokedastisitas juga pada prinsipnya ingin menguji apakah sebuah grup

mempunyai varians yang sama di antara anggota grup tersebut. (Muslich,

(50)

3.9.3.4. Uji Multikolinearitas

Istilah kolineritas ganda (multicollinearity) diciptakan oleh Ragner Frish di

dalam bukunya : Statistical Confluence Analysis By Means Of Complete

Regression Sistem. Aslinya istilah ini berarti adanya hubungan linear yang

sempurna atau eksak (perfect or exact) diantara variabel-variabel bebas dalam

model regresi multikolinear sempurna muncul ketika jumlah obesrvasi nol,

sedangkan multikolinear tak sempurna muncul ketika jumlah observasi lebih kecil

(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010-2014

4.1.1 PT. Gudang Garam Tbk

PT Gudang garam Tbk adalah sebuah perusahaan produsen rokok populer

asal Indonesia. Perusahaan ini didirikan tanggal 26 Juni 1958 oleh Suryo

Winowidjojo, yang merupakan pemimpin dalam produksi rokok kretek.

Suryo Winowidjojo adalah seorang pengusaha Indonesia yang merupakan

pendiri Gudang Garam, salah satu produsen rokok terbesar di Indonesia. Sebelum

mendirikan Gudang Garam, ia sempat bekerja di pabrik rokok “93” milik

pamannya. Berkat kerja keras dan kerajinannya dia mendapat promosi dan

akhirnya menduduki posisi direktur di perusahaan tersebut.

Suryo Winowidjojo kemudian keluar dari pabrik rokok “93” dan pada usia 35

tahun ia mendirikan perusahaannya sendiri yaitu pabrik rokok Gudang Garamdi

Kediri, Jawa Timur. Dia membeli tanah di Kediri dan memulai memproduksi

rokoknya sendiri diawali dengan rokok kretek dari klobot. Gudang Garam

didirikannya pada tahun 1958, dan kemudian berkembang pesat dengan jumlah

karyawan mencapai 500.000 orang yang menghasilkan 50 juta batang kretek

setiap bulannya. Pada tahun 1958, Gudang Garam telah tercatat sebagai pabrik

(52)

Produk Gudang Garam diantaranya adalah Gudang Garam International,

Surya 12, Surya 16, Surya Slims, Surya Signature, Surya Profesional, Surya Pro

Mild, Gudang Garam Nusantara, Gudang Garam Mild, Gudang Garam Merah,

Gudang Garam Djaja, Nusa, Taman Swedari dan Sigaret Kretek Klobot.

4.1.1.1 Visi dan Misi PT. Gudang Garam Tbk

a. Visi

Menjadi perusahaan besar yang terpandang, menguntungkan dan

memiliki peran dominan dalam industri rokok domestik.

b. Misi

Menyediakan produk-produk inovatif bermutu tinggi yang memenuhi,

bahkan melebihi harapan konsumen sekaligus memberikan manfaat bagi

semua Stakeholder.

4.1.2 PT. Sepatu Bata Tbk

Sepatu Bata T

BATA berlokasi di Jl. RA. Kartini Kav. 28 Cilandak Barat, Jakarta Selatan 12430,

dan fasilitas produksi terletak di Purwakarta.BATA adalah anggota Bata Shoe

Organization (BSO) yang mempunyai kantor pusat di Lausanne, Switzerland.

BSO merupakan produsen terbesar penghasil sepatu di dunia yang beroperasi di

banyak negara, menghasilkan serta menjual jutaan pasang sepatu setiap tahun.

Bata merupakan produsen dan riteler produk alas kaki global untuk

(53)

ini memiliki tiga unit perusahaan yaitu Bata Eropa, yang berbasis di Italia, Bata

Emerging Pasar (Asia, Pasifik, Afrika dan Amerika Latin), yang berbasis di

Singapura, dan Bata Protective (operasi B2B di seluruh dunia), yang berbasis di

Belanda. Toko ritelnya ada di lebih dari 70 negara dan fasilitas produksinya ada di

26 negara. Dalam sejarahnya Bata telah menjual lebih dari 14 miliar pasang

sepatu dan dianugerahi Guinness World Record sebagai "Largest Shoe Retailer

and Manufacturer". Kini Bata mempekerjakan lebih dari 30.000 karyawan.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, BATA adalah bergerak di

bidang usaha memproduksi sepatu kulit, sepatu dari kain, sepatu santai dan olah

raga, sandal serta sepatu khusus untuk industri, impor dan distribusi sepatu serta

aktif melakukan ekspor sepatu. Merek-merek utama yang dimiliki BATA,

diantaranya terdiri dari Bata, North Star, Power, Bubblegummers, Marie Claire,

dan Weinbrenner.

Pada tanggal 06 Februari 1982, BATA memperoleh pernyataan efektif dari

BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham BATA

(IPO) kepada masyarakat sebanyak 1.200.000 saham dengan nilai nominal

Rp1.000,- per saham serta harga penawaran Rp1.275,- per saham. Seluruh saham

Perusahaan telah didaftarkan di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 24 Maret

1982.

Dalam sejarahnya, perusahaan ini awalnya bernama A. Bata dan didirikan

di Zlín oleh Tomáš Bata dengan kakaknya dan istrinya, Antonin dan Anna.

Keluarga mereka telah menjadi tukang sepatu selama bertahun-tahun. Awalnya,

Gambar

Tabel 1.1 Z-Score, Firm Size, Book to Market Ratio
Tabel 2.1 Penelitian terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Accumulating evidence suggests that clozapine is efficacious in patients with schizophrenia and comorbid substance abuse (SA), with some data suggesting this effect occurs partly

Alat ini juga dapat mengontrol suhu dan kelembaban pada suatu rumah budidaya yang bervolume sebesar ±15 m 3 dengan cara pembudidaya memasukan batas parameter suhu dan

Mengatasi Wifi Tidak Bisa On/Off atau Wireless Disabled pada Windows 10.. Beberapa waktu lalu waktu saya mau mulai berselancar di internet buat kerja

Pejantan unggul hasil dari seleksi di sentra sapi Sonok dan di sentra bibit sapi karapan dapat ditempatkan/ dijual pada peternak di tiap-tiap kecamatan, khususnya desa yang

maintenance yang lebih efektif dan menentukan interval waktu yang optimal dalam pelaksanaan perawatan mesin dengan mempertimbangkan resiko kegagalan, biaya perawatan dan nilai

Menurut Budi ( 2007 ), alat peraga yaitu alat bantu atau pelengkap yang digunakan guru dalam berkomunikasi dengan para siswa. Alat peraga dapat berupa benda

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pelelangan Nomor : BA/49/V/2014/ULP, tanggal 17 Mei 2014, sehubungan dengan pengadaan pekerjaan tersebut di atas, kami Unit Layanan Pengadaan (ULP)

If you are currently applying for other scholarship programs or holding any other scholarship, please specify program and status of your application (including Fulbright and