• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Keturunan Saudara Tiri (Half-sib) Sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) di Taman Hutan Blok Cikabayan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Keturunan Saudara Tiri (Half-sib) Sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) di Taman Hutan Blok Cikabayan"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

UJI KETURUNAN SAUDARA TIRI (Half-sib) SENGON (Paraserianthes falcataria L. Nietsen) DI TAMAN HUTAN BLOK CIKABAYAN

ALI MUKMIN E01499017

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN SKRlPSI

ALI MUKMIN. E01499017. Uji Keturunan Saudara Tiri (Hay-sib) Sengon (Parmerianfhes falc(~fari(~ L. Nielsen) di Taman Hutan Blok Cikabayan. Dibawah bimbingan Dr. Ir. Iskandar

Zulkarnaen Siregar M. For. Sc.

Industri kehutanan saat ini masih bergantung pada produksi hutan alam. Pasokan dari Hutan

Tanaman dan Hutan Rakyat belum berkembaug seperti yang diharapkan. Salah satu solusi alternatif

dalam mengatasi masalah kekurangan bahan baku industri kehutanan diantaranya adalah membantu

segera tenuujudnya pemhangunan hutan tanaman.

Pennasalahan yang dihadapi dalam pembangunan hutan tanaman adalah keanekaragaman

lokasi yang menuntut kesesuaian dengan jenis dari tempat asal henih serta keunggulan mutu dan

persediaan benih yang terhatas. Untuk mengatasi ha1 tersehut sudah sehamsnya jenis tanaman yang

digunakan memiliki kuialitas yang unggul. Untuk mendapatkasn kualitas benih yang unggul perlu

dilakukan kegiatan pemuliaan yang dimulai dari uji provenansi kemudian dilanjutkan denga uji

keturunan. Jeuis tanaman hutan yang saat ini hanyak dikembangkan serta kebutuban benih unggulnya

tinggi adalah sengon (Pfalcatarsia L. Nielsen). Untuk memenuhi kebutuhan henih unggul perlu

dibangun kebun benih seperti Kebun Benih Semai Uji Keturunan Sengon.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja pemuliaan dari ketumnan half-sib 18

pohon plus

P.

falcataria (L) Nielsen yang berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur (dengan perincian 6 famili dari Banjamegara, 3 famili dari Wonosoho, dan 9 famili dari Lumajang) dan menduga parameter genetik (heritabilitas dan korelasi genetik).

Penelitian dilakukan di blok Taman Hutan Cikabayan, kampus IPB Dramaga. Areal tanam

dibagi menjadi 3 blok, dau setiap blok akau ditanami 18 famili dengan 4 individu tiap famili (4 Pee-

plot) dan jarak tanam 2 x 3 m. Rancangan percohaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap Berblok (Rai~domsized Coinplelely Block Desigt~).

Pengukuran pertumbuhan tinggi dan diameter dilakukan pada umur 1, 3 dan 6 bulan. Untuk percabangan dilakukan pada umur tanam 6 hulan. Untuk mengetahui pengaruh famili, blok dan

interaksi famili dengan hlok, percahangan dan korelasi antar parameter dilakukan dengan bantuan

sofware Tl~e SAS Syslen~ A~malysis of Variat~ce Procedtire (SAS, 1998).

Hasil penelitian menunjukkan hahwa, pertumhuhan tinggi tanaman pada umur 1 dan 3 bulan ternyata menunjukkan hasil yang berbeda nyata antar famili yang satu dengan yang laiunya (pada

selang kepercayaan 5%). Sedangkan umur 6 bulan, pertumbuhan tinggi tanaman tidak herbeda nyata antar famili yang satu dengan yang lainnya. Pembagian blok dan interaksi famili blok tidak

memberikan pengamh nyata pada pertumhuhan tinggi umur 1 , 3 dan 6 hulan. Keragaman pertumbuhan tinggi pada setiap famili dan antar lokasi diduga lebih dominan disebabkan oleh keragaman genetik

pohon induk dan perbedaan asal geografis dari pohon induk. Perhedaan lingkungan awal (asal

(3)

Hasil analisis ragam pertumbuhan diameter batang pada tanaman umur 1, 3 dan 6 bulan menunjukkan famili tidak berbeda nyata. Pengaruh tidak nyata disini menunjukkan rendahnya keragaman antar famili yang diamati. Pada umur 3 bulan blok memberikan pengaruh sangat nyata (selang kepercayaan 1%) dan interaksi famili blok berpengaruh nyata (selang kepercayaan 5%)

terhadap pertumbuhan diameter tanaman, sedangkan pada umur 1 dan 6 bulan tidak memberikan pengaruh nyata. Keragaman pertumbuhan diameter tanaman pada setiap famili atau antar lokasi

diduga disebabkan oleh perbedaan asal benih (geografis) dan faktor lingkungan tempat tumbuh. Untuk

parameter percabangan keragaman antar famili tidak berbeda nyata. Ada tidaknya cabang diduga

disebabkan karena faktor genetik. Sedangkan pengaruh lingkungan tempat tumbuh (blok) tidak berpengaruh nyata.

Analisis korelasi dilakukan terhadap parameter pertumbuhan tinggi dan pertumbuhan

diameter. Nilai korelasi positif yang memiliki hubungan yang paling kuat adalah antara permmbuhan

tinggi 3 bulan dengan pertumbuhan tinggi 6 bulan dengan nilai korelasi O,84 dan pertumbuhan tinggi

3 bulan dengan diameter 6 bulan dengan nilai 0,75 serta pertumbuhan tinggi 6 bulan dengan pertumbuhan diameter 6 bulan dengan nilai korelasi 0,88. Antar parameter yang berkorelasi positif

menunjukkan bahwa parameter tersebut dapat dimuliakan secara bersama-sama.

Pertumbuhan tinggi mempunyai nilai heritabilitas yang cukup tinggi dan menurun seiring

dengan bertambahnya umur tanaman. Hal ini berarti pada awal pertumbuhan pengaruh keragaman

genetik sangat dominan yang ditunjukkan dengan nilai heritabilitas yang cukup tinggi (dimana h2f =

0,478 dan h2i = 0,2831, tetapi dominansinya menurun dengan bertambahnya umur. Sebaliknya

pengaruh keragaman lingkungan meningkat dengan bertambahnya umur tanaman. Pada umur 3 bulan diduga bahwa genotipa tanaman mulai berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan. Pada umur 6

bulan faktor lingkungan lebih berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman. Untuk sifat

pertumbuhan diameter tejadi fluktuasi nilai heritabilitas. Fluktuasi nilai heritabilitas memang sering

terjadi pada tanaman. Ekspresi faktor genetik pada umur 1 bulan cukup tinggi kemudian turun pada

umur 3 bulan, tetapi setelah umur 6 bulan ekspresi genetik naik lagi. Pada umur 3 bulan sifat pertumbuhan diameter ini lebib banyak dipengaruhi faktor lingkungan, sedangkan faktor genetik

menurun. Tetapi setelah umur 6 bulan faktor genetik kembali terekspresikan lebih baik

Secara umum kesimpulan yang diperoleh menunjukkan bahwa keragaman famili pada sifat

pertumbuhan tinggi dan diameter tejadi pada umur tertentu. Untuk parameter percabangan, famili dan

blok tidak berpengaruh nyata. Nilai heritabilitas individu dan famili untuk parameter pertumbuhan

tinggi mengalami penurunan seiring bertambahnya umur tanaman, sedangkan pada parameter diameter

mengalami fluktuasi. Dan anatar parameter yang diukur berkorelasi satu sama lain, ada yang

(4)

UJI KETURUNAN SAUDARA T W (HaIFsib)

SENGON (Paraserinnthes faleatarin L. Nielsen) Dl TAMAN HUTAN BLOK CIKABAYAN

ALI MUKMIN E01499017

Skripsi

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan pada

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHIJTANAN WSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Penelitian : Uji Keturunan Saudara Tiri (Half-sib) Sengon (Parnseriatiihe.~ faicalaria

L. Nielsen) di Taman Hutan Blok Cikabayan

Nama Mahasiswa : Ali Mukmin

Nomor Pokok : E01499017

DepartemedFakultas : Manajemen HutadKehutanan

Menyetujui :

Pembimbing,

Dr. Ir. lskandar Zulkarnaen Sireear, M. For.Sc.

Tanggal: 16 M e t 2007

Mengetahui :

Ketua Departemen Manajemen Hutan

Fakultas Kehutanan

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Mandailing Natal (MADINA) pada tanggal 3

Pebruari 1981, merupakan anak kelima dari enam bersaudara dari pasangan

(alm) Palit Hasyr Lubis dan Nur Syariah Nasution

Penulis memasuki pendidikan dasar pada tahun 1987 di SDN 1

Tambangan dan lulus pada tahun 1993. Pada tahun 1993 penulis melanjutkan

pendidikan di SMTPN 4 Padang Sidimpuan, lulus tiga tahun kemudian yaitu

pada tahun 1996. Pendidikan menengah atas penulis jalani di Sekolah

Menengah Umum Negeri (SMUN) 4 Padang Sidimpuan pada tahun 1996 dan lulus tahun 1999.

Selepas SMU tahun 1999, penulis diterima di Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan

lnstritut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Masuk Institut Pertanianam Bogor (USMI)

Kegiatan praktek yang telah penulis lakukan di bidang Kehutanan adalah Praktek Umum

Kehutanan (PUK) di BKPH Gunung Slamet Barat (KPH Bayumas Timur), BKPH Rawa Timur (KPH

Banyumas Barat) dan Praktek Umum Pengolahan Hutan (PUPH) di KPH Kuningan pada tahun 2002.

Pada tahun 2003 penulis melakukan PKL (Praktek Kerja Lapang) di PT. Sari Bumi Kusuma (Alas

Kusuma Group )Kalimantan Barat.

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sajana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian dengan judul "Uji Keturunan Saudara Tiri

(Hnlf-sib) Sengon (Pa~'aser~iat~l/~esfiIcntarin L. Nielsen) di Taman Hutan Blok Cikabayan", dibawah

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT Tuhan semesta alam yang senantiasa

memherikan curahan keagungan-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya

ilmiah ini dengan judul "Uji Ketumnan Saudara Tiri (Half-sib) Sengon (Paraseriat~~f~e~~fnlcataria L.

Nielsen) di Taman Hutan Blok Cikabayan" yang disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan lnstitut Pertanian Bogor. Secara umum karya tulis ini

memjelaskan tentang pentingnya uji ketumnan sebagai materi pemuliaan dalam mengetahui kualitas

benih yang ditanam pada lokasi yang herbeda dengan asal benih. Dengan uji ketumnan dapat diketahui

famili yang terbaik dilihat dari rata-rata pertumbuhannya. Dalam penelitian ini juga dijelaskan sejauh

mana pengaruh lingkungan dan genetik terhadap pertumbuhan 18 famili sengon. Pada akhirnya jenis

famili yang terbaik (hasil seleksi) dapat digunakan sebagai sumber benih yang dapat digunakan untuk

memenuhi kebutuhan benih unggul.

Dengan selesainya karya ilmiah ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

Ayahanda tercinta (Alm) Palit Hasyr Lubis, Ibunda Nur Syariah Nasution, Abang S. Suhdi Lubis dan

lkror Amiu Lubis, Kakak Faridah Khairani Lubis dan Siti Rodiah Lubis, Adikku Nur Aliyah Lubis atas

doa dan kasih sayangnya.

Tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Iskandar Zulkarnaen

Siregar, M.For. Sc.,selaku dosen pembimbing yang telah banyak memherikan arahan, nasehat dan

perhatiannya kepada penulis sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Bapak Dr.lr. 1 Wayan

Darmawan, M.Sc dan Dr.1r. A.Machmud Thohari, DEA yang telah bersedia menjadi dosen penguji

dari Departemen Teknologi Hasil Hutan dan Konservasi Sumberdaya Hutan.

Keluarga besar Asrama Mahasiswa IPB Sylvasari tercinta atas kehersamaan dan kekeluargaan yang penulis dapatkan sela~na penulis tinggal di Asrama. Tidak lupa saya ucapkan banyak terima

kasih kepada Rini Karmilawati atas doa dan dukungannya. Serta semua orang yang tidak dapat penulis

cantumkan yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, oleh

karena itu kritik dan saran yang membanbwn dari pembaca sangat diharapkau penulis untuk perbaikan

skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pemhaca.

(8)

DAFTAR IS1

Hal

DAFTAR IS1 i

DAFTAR TABE ... 111

DAFTAR GAMB iv DAFTAR LAMPIR v I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... .. 1

1.2. Tujuan ... .. 2

1.3. Hipotesi 2 11. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan tentang P. fnlcntoria (L) Nielsen 3 2.1.1. Klasifikasi Botani dan Penyebaran Alami 3 2.1.2. Persyaratan Tempat Tumhuh ... .. 3

2.1. 3. Kegunaan dan Maufaat

...

.. 4

2.2. Pemuliaan Pohon ... .. 4

2.2.1. Konsep Genetika Hutan ... .. 5

2.2.1.1. Keragaman ... .. 5

.

. .

2.2.1.2. Hentabliltas ... 6

2.2.1.3. Korelasi Genetik ... . 8

2.2.2. Konsep Seleksi, Penyjian dan Produksi dalam Pemuliaan Pohon ... .. 9

2.2.3. Uji Ketumnan dan Kebun Benih ... .. 10

2.2.3.1. Uji Ketnmnan ... .. 10

2.2.3.2. Kebun Benih ... .. 11

2.2.4. Perkembangan Pemuliaan Sengon ... ... 13

111. METODOLOGI

. .

3.1. Tempat dan Waktu Penelltlan .. ... ... 15

. . 3.1.1. Keadaan Umum Lokasi Penehtran ... ... 15

. . 3.1.2. Waktu Penellttan ... ... 15

. . 3.2. Alat dan Bahan Penelltlan ... ... 15

. . 3.2.1. Bahan Penelitlan ... ... 15

. . 3.2.2. Alat Penelttlan ... ... 15

. .

3.3, Prosedur Pelaksanaan Penel~t~an ... ... 16

. . 3.3.1. Persiapan Blblt ... ... 16

(9)

3.4. Pelaksanaan Penelitian 17

3.5. Rancangan Percobaa 18

3.6. Analisis Raga 18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Keragaman Ailtar Famili untuk setiap Parameter yang Diamati ... 20

a. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Umur 1 Bulan b. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Umur 3 Bula

c. Pertumhuhan Tinggi Tanaman Umur 6 Bula

d. Pertumbuhan Diameter Tanaman Umur 1 Bulan

e. Pertumbuhan Diameter Tanaman Umur 3 Bulan

f. Pertumbuhan Diameter Tanaman Umur 6 Bulan

g. Percabangan Umur 6 Bulan

4.1.2. Analisis Korelasi

. . .

4.1.3. Pendugaan Nlla~ Hentabilitas

...

28

4.2. Pembahasan

4.2.1. Keragaman Antar Famili untuk setiap Sifat yang Diamati ... 29

a. Pertumbuhan Tinggi Tanaman ... 29

b. Pertumbuhan Diameter Tanaman ... 30

. .

4.2.2. Analisls Korelasi ... 3 1

. . .

4.2.3. Pendugaan Nila~ Hentabilltas ... 32

V. KESIMPULAN DAN SARAN

...

5.1. Kesimpulan 35

5.2. Saran ... 35

...

...

DAFTAR PUSTAKA

.

.

.

.

36
(10)

DAFTAR TABEL

No Teks Hal

1. Macam Tingkat Keragaman dan Faktor Penyebab Utama beserta Contohnya ... 5

2. Nomor Famili Pfnlcnlnrin (L) Nielsen yang digunakan beserta Asal Benih .. 16

3 . Sidik Ragam Rancangan Acak Kelompok Lengkap Blo 18

4. Kuadrat Tengab Harapan untuk menduga Ragam Pertumbuhan Tinggi dan

Pertumbuhan Diamete 18

5. Analisis Ragam Pertumbuhan Tinggi Tanaman Umur 1 Bulan pada Uji Keturunan

I8 Famili Sengo 20

6. Uji Beda Nyata Duncan Famili Pertumbuhan Tinggi Tanaman 1 Bulan pada Uji Keturunan

18 Famili Sengon 20

7. Analisis Ragam Pertumbuhan Tinggi Tanaman Umur 3 Bulan pada Uji Ketumnan

21

18 Famili Sengon 22

9. Analisis Ragam Pertumbuhan Tinggi Tanaman Umur 6 Bulan pada Uji Keturunan

18 Famili Sengon 23

10. Analisis Ragam Pertumbuhan Diameter Tanaman Umur 1 Bulan pada Uji Ketumnan

18 Famili Sengon 24

11. Analisis Ragam Pertumbuhan Diameter Tanaman Umur 3 Bulan pada

Uji Keturunan 18 Famili Sengo 25

12. Uji Beda Nyata Duncan Interaksi Pertumbuhan Diameter Tanaman 3 Bulan pada

Uji Keturunan 18 Famili Sengo 25

13. Analisis Ragam Pertumbuhan Diameter Tanaman Umur 6 Bulan pada Uji Ketumnan

18 Famili Sengo 26

14. Analisis Ragam

18 Famili Sengon 27

(11)

DAFTAR GAMBAR

No Teks Hal

I . Skema Pengujian dan Produksi Benih 10

2. Kedudukan Uji Keturunan dalam Pembangunan Kebun Benih Semai 12

3. Skema Kebun Benih Semai Uji Keturuna 13

4. Hasil Seleksi Bibit 17

5. Rata-rata Pertumbuhan Tinggi Tanaman Umur 1 Bulan pada Uji Keturunan 18 Famili

Sengo 21

6. Rata-rata Pertumbuhan Tinggi Tanaman Umur 3 Bulan pada Uji Keturunan 18 Famili

Sengon ... 23

7. Rata-ratapertumbuhan Tinggi Tanaman Umur 6 Bulan pada Uji Keturunan IS Famili

Sengon ... 2:

8. Rata-rata Pertumbuhan Diameter Tanaman Umur 1 Bulan pada Uji Keturunan 18 Famili

Sengon 24

9. Rata-rata Pertumbuhan Diameter Tanaman Umur 3 Bulan pada Uji Keturunan IS Famili

Sengon ... 26

10. Rata-rata Pertumbuhan Diameter Tanaman Umur 6 Bulan pada Uji Keturunan 18 Famili

Sengon ... 27

11. Perubahan Nilai Heritabilitas Famili dan Individu untuk Sifat Pertumbuhan Tinggi

pada Umur 1, 3 dan 6 Bulan ... 28

12. Perubahan Nilai Heritabilitas Famili dan Individu untuk Sifat Pertumbuhan Diameter

pada Umur 1, 3 dan 6 Bulan ... 28

13. Pemasangan Ajir di Lapangan 52

14. Pe~nbuatan Lubang Tanat11 52

15. Tanaman Umur 3 Bula 52

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Hal

1. Data Hasil Penykuran 39

2. Peta Pohon dalam Blok Penanaman 43

3. Peta Kebun Benih Semai Uji Ketumnan di Blok Hutan Cikabayan 43

4. Hasil Analisis Ragam pada berbagai Parameter yang Diukur 44

5. Analisis Korelasi Pearson 48

6. Perhitungan Nilai Keragaman 48

7. Tabel Nilai Keragama 50

8. Perhitungan Nilai Heritabilitas 50

(13)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

lndustri Kehutanan Indonesia pada tahun 2003 diperkirakan membutuhkan bahan baLm

sebesar 63,48 juta m3 (Suhariyanto, 2003). Perkembangan industri pulp dan kertas yang sangat aagresif

di Indonesia dalam dekade terakhir ini telah menyebabkan pennintaan terhadap serat kayu yang tidak

dapat dipenuhi oleh pasokan legal dari pengelolaan hutan di dalam negeri (FWIIGFW, 2001).

Disisi lain sebagai bagian dari pelaksanaan restrultturisasi sektor kehutanan yang pada prinsipnya mengurangi produksi kayu dari hutan alam secara bertahap, maka pemerintah menerapkan

Jatah Produksi Tahunan (JPT) hutan alam produksi. Tahun 2003 Jatah Produksi Tahunan (JPT) hutan

alam produksi sebesar 6,89 juta m3, berkurang separuhnya dari tahun sebelumnya yang mencapai 12

juta m3 (Suhariyanto, 2003). Untuk tahun 2004 jatah produksi tahunan hutan alam berkurang menjadi

5.743.759 m3 (Kompas, 2004).

Menurut Suhariyanto (2003) industri kehutanan saat ini masih bergantung pada produksi

hutan alam. Pasokan dari Hutan Tanaman dan Hutan Rakyat belum berkembang seperti yang

diharapkan. Tahun 2003 produksi hutan tanaman mencapai 18,l juta m3 yang terdiri dari produksi

kayu pulp 17,l juta m3 dan kayu pemkangan 1 juta m3. Sementara hutan rakyat seluas 1,3 juta Ha

yang berupa kayu sengon, mahoni, jati, sonokeling, dan karet memiliki potensi 42 juta m3.

Salah satu solusi alternatif dalam mengatasi masalah kekurangan bahan baku industri

kehutanan diantaranya adalah membantu segera tenvujudnya pembangunan hutan lanaman

(Herbiansyah, 2003).

Pennasalahan yang dihadapi dalam pembangunan hutan adalah keanekaragaman lokasi

penanaman yang menuntut kesesuaian dengan jenis dari tempat asal benih serta keunggulan mutu dan

persediaan benih yang terbatas. Untuk mengatasi ha1 tersebut sudah seharusnya jenis tanaman yang

digunakan memiliki kualitas yang unggul. Untuk mendapatkan kualitas benih yang unggul perlu

dilakukan kegiatan pemuliaan yang dimulai dari uji provenansi kenludian dilanjutkan dengan uji

keturunan. Benih hams berasal dari sumber yang baik dan terpilih, serta memenuhi kriteria atau

persyaratan sebagai sumber benih (seed sources), yaitu terpilih dari segi kuantitas dan Lcalitas, serta

berasal dari keturunan yang baik dan sehat. Sumber benih yang baik bisa diambil dari kebun benih

karena kebun benih dibuat terutama untuk memproduksi benih untuk pohon-pohon yang memiliki

sifat-sifat unggul khusus yang diinginkan dan mempakan salah satu bagian dalam pekerjaan seleksi

dan pemuliaan (Soerianegara dan Djamhuri, 1979).

Selain pentingnya pemilihan provenans yang tepat, perlu juga dilakukan pemilihan pohon

induk yang unggul (pohon plus), karena dari asal yang baik (genetik unggul) akan diperoleh ketumnan

yang tepat pula (dilingkungan yang cocok). Dengan uji keturunan dapat diketabui famili yang terbaik

(14)

Pertanaman uji keturunan ini juga dapat digunakan sebagai materi pemuliaan lebih lanjut,

terutama bila famili yang digunakan bergenetik dasar (genetic base) luas. Famili-famili yang terbaik

hasil seleksi tersebut dapat digunakan sebagai sumber benih (Rimhawanto, 2002).

Salah satu jenis tanaman hutan yang saat ini banyak dikembangkan serta kebutuhan benih

unggulnya tinggi adalah sengon (Plfalcataria L. Nielsen). Untuk memenuhi kebutuhan benih unggul

perlu dibangun kebun benih seperti Kebun Benih Semai Uji Keturunan Sengon.

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bemjuan untuk:

1. Mengetahui kinerja pemuliaan dari keturunan half-sib pohon plus P. falcataria (L) Nielsen yang

berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur.

2. Menduga parameter genetik (heritabilitas dan korelasi genetik).

1.3. Hipotesa

1. Ada variasi dalam ha1 pertumbuban tinggi, pertumbuhan diameter dan percabansan antara famili

yang diuji.

(15)

2.1. Tinjauan tentang P~~r~~scri~~ntltesfr~Icut~trin (L) Nielsen

2.1.1. Klasifikasi Botani dan Penyebaran Alami

P.

falcnlrin (L) Nielsen dikenal juga dengan Albizifl folcatnria (L) Fosberg, Albizia

molzrccana Mig, Albizia fnlcntaria Backer, berdasarkan nama lokal sengon dikenal dengan nama;

albisia, jeunjing (Jawa Barat), sengon laut, mbesiah (Jawa Tengah), sengon sebrang (Jawa Tengah dan

Jawa Timur), jing laut (Madura), tedehu pnte (Sulawesi), rawe, selawoku merah, seka, sika, sika bot,

sikaham, tawa sela (Maluku), bai, bai wahogon, wai. Sedangkan di Malaysia dan Brunai sengon

dikenal dengan nama puak, batai, atau kayu macis (Atmosuseno, 1994).

Secara taksonomi

P.

fnlcnnria Q Nielsen termasuk dalam family Legnmirroccae, sub-famili Mimusncec~e, ordo Rusales, klas Dycoiyledone, dan sub-devisi A~lgiosperntae (Atmosuseno, 1994).

Penyebaran alami meliputi 10 LSo - 3 LUo yang mencakup Maluku, Papna (Indo), Papua

Nugini, Kep Solomon dan Bismark (Hidayat, 2002).

Sengon tercatat sebagai pohon cepat tumbuh (fa.~l gro>vii~g s[)ecics), pohon ini dijuluki

sebagai pohon ajaib (the miracle tree). Pada umur 1 tahun dapat mencapai tinggi 7 meter dan umur

12 tahun dapat mencapai tinggi 39 m dan diameter 63,5 cm. Umur 6 tahun sengon sudah dapat

menghasilkan kayu bulat sebanyak 372 m3/ha (Hidayat, 2002).

Batang umumnya tidak berbanir, Iums dan silindris, kulit licin, berwarna abn-abu atau

kehijau-hijauan, tidak mengelupas dan memiliki batang bebas cabang mencapai 20 m. Tajuk

berbentuk perisai, agak jarang, selalu liijau. Tajuk yang jarang ini memungkinkan beberapa jenis

tumbuhan bawah tumbuh baik di bawahnya. Bentuk daun majemuk, panjang bisa mencapai 40 cm,

terdiri dari 8-15 pasang anak tangkai daun, setiap anak tangkai terdiri dari 15-25 daun, dann lonjong,

dengan lebar 3-5 mm dan panjang 6-12 mm. Buah lurus berbentuk polong, retak disepanjang kedua

sisinya, berisi banyak benih, waktu muda berwarna liijau, sudah tua coklat kekuning-kuningan. Benih

pipih dengan kulit benih tebal, tidak bersayap, tanpa endosperm, lebar 3-4 mm dan panjang 6-7 mm. Pada bagian tengah terdapat garis melingkar benvarna hijau dan coklat. Benih termasuk jenis ortodoks.

Bunga berkelamin ganda, kelopak dan mahkota bunga berbentuk lonceng, benang sari banyak,

kepalasari sangat sedikit (Hidayat, 2002).

2.1.2. Persyaratan Tempat Tnmbuh

Menurut Atmosuseno (1994) secara khusns sengon tidak memerlukan persyaratan tempat

tumbuh yang rumit. Sengon dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah mulai dari yang berdrainase jelek

hingga baik. Selain itu sengon juga dapat tumbuh pada tanali marginal sanipai tanah yang tnengandung

banyak unsur hara. Sengon juga dapat tumbuh pada tanah yang mempunyai masalah dengan salinitas

(16)

lahar yang belum hancnr. Tapi sengon akan tumbuh lebih baik pada tanah yang subur, banyak

rnengandung hara mineral dad pada tanah yang tekstur dan strukturnya baik.

Sengon dapat tumbuh pada tofografi relatif datar, hergelombang dan miring dengan persen

kemiringan sampai 25%. Pada kemiringan 25% sengon sebaiknya ditanam dengan sistem terasering

sehingga mengurangi besarnya aliran permukaan (s211face run-ofn pada saat hujan.

Sengon tersebar alanii mulai dari pantai hingga 1200

rn

dpl, dengan suhu 22-29 O C dan curah

hujan 2000-4000 mm/tahun. Sebagai pionir jenis ini tumbuh pada hutan dataran rendah sekunder,

dataran yang tergenang banjir, sepanjang jalan pinggir pantai (Hidayat, 2002).

2.1.3. Kegunaan dan Manfaat

Sengon banyak diusahakan untuk berbagai keperluan. Produk dari jenis ini adalali makanan

temak, kayu bakar dan kayu olahag. Selain itu kayunya cocok juga untuk pulp, konstruksi ringan,

kerajinan tangan, kotak cerutu, kayu lapis, korek api, alat musik dan papan partikel (Hidayat, 2002).

Menurut Atmosuseno (1994), sengon mempunyai andil besar dalam memperbaiki kualitas

lingkungan, terutatna dalatn lial perbaikan kesuburan tanah, tata air dan iklitn mikro. Sengon

mempuyai kemampuan memfiksasi

N2

bebas dari udara, manfaat lainnya adalah pengendali erosi,

pohon pelindung dan sebagai pohon reklamasi di bekas lahan pertambangan.

2.2. Pemuliaan Pohon

Pemuliaan pohon hutan adalali penerapan azas-azas genetik pada penanaman hutan untuk

memperoleh pohon-pohon yang memiliki sifat dan hasil yang lebih tinggi nilainya.

Ruang lingkup pemuliaan pohon hutan meliputi kegiatan penelitian keragaman populasi

suatu jenis pohon, uji provenans, seleksi pohon dengan sifat-sifat tertentu dan

mengembangbiakkannya, pembuatan kebun benih, persilatigan pohon-pollon telpilih dan uji keturunan

(Soerianegara dan Djamhnri, 1979).

Menurut Dudly dan Moll (1969) dnlan? Rizki (2003) pada dasarnya program pemuliaan

tanaman dapat dibagi kedalam tiga tahap yaitu; membentuk populasi, memilih (seleksi) individu yang

unggul dari populasi tersebut dan mempergunakan individu-individu terpilih untuk membentuk suatu

varielas unggul.

Tujuan dari pemuliaan pohon adalah untuk mengidentifikasi unsur variasi genetik yang akan

diturunkan dari induk keketurunannya dan untuk mengisolasi variasi genetik dari efek lingkungan dan

interaksi genetik dan lingkungan (Graudal, 1993).

Uji pertanaman genetik bertujuan untuk mengevaluasi kinerja material genetik (misal spesies,

(17)

2.2.1. Konscp Genetika Hutan

2.2.1.1. Keragaman

Keragaman menunjukkan adanya variasi atau perbedaan dalam sifat suatu jenis pohon.

Dalam suatu jenis pohon dapat dijumpai keragaman geografis, keragaman lokal, keragaman antar

pohon serta keragaman dalam pohon. Selanjutnya dikemukakan bahwa keragaman ini disebabkan oleh

perbedaan keadaan lingkungan dan perbedaan susunan genetik. Adapun batas yang jelas antara

keragaman genetik dan keragaman lingkungan sulit ditentukan, karena keduanya saling

mempengaruhi (Soerianegara dan Djamhuri, 1979).

Menurut Hardiyanto (2000) intepretasi dan manipulasi variasi alami adalah landasan kebanyakan aktivitas dalam hidang pemuliaan pohon. Variasi sifat dapat diamati pada beberapa level:

antara pohon dari spesies yang berbeda, antara pohon dalam spesies yang sama, antar pohon dari

kawasan berbeda, antar pohon dari tempat tumbuh didekatnya, dan antar pohon pada tegakan yang

sama. Sungguhpun dalam tegakan yang seumur pada tempat tumbuh yang sangat seragam, variasi

diantara individu pohon tetap dapat dijumpai. Akan tetapi, tidak semua variasi dapat dijelaskan

menurut variasi dalatn lingkungan, tetapi masih ada penyebab variasi lain yaitu variasi genelik.

Penyebab variasi ini adalah inheren, karena perbedaaan genetik yang dapat diwariskan oleh induk

keketumnannya.

Variasi adalah suatu ukurau klasifikasi variabilitas. Variasi digambarkan sebagai jumlah

derajat deviasi dari nilai pengamatan dari rerata populasi dibagi dengan jumlah individu dalam

populasi dikurangi satu (Graudal, 1993).

Selanjutnya Soerianegara dan Djamhuri (1979) mengemukakan beberapa variasi dan faktor-

faktor yang mempengamhinya seperti terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Macam Tingkat Keragaman dan Faktor Penyebab Utama beserta Contohnya No

1

Tingkat keragaman

I

Faktor penyebab utama

I

Contoh

1.

/

Geomafis

1

Genetika

I

Daya tahan kekeringan

Untuk beberapa karakter nilai fenotipa suatu pohon yang diamati mempakan gabungan dari

dua komponen, yaitu komponen genetik dan lingkungan (Wellendorfdan Ditlevsen, 1992).

Secara garis besar keragaman dibagi dua yaitu: keragaman genetik aditif dan keragaman

genetik non-aditif Keragaman genetik aditif merupakan hasil kumulatif efek-efek kuantitatif ale1 2 .

3 .

4.

-

Lokal (antar tempat tumbuh)

Antar pohon (pada tempat tumbub yang sama, jarak tanam, umur sama)

Di dalam pohon

Lingkungan Genetika Lingkungan Genetika Lingkungan BJ Ekotipq klina Kecepatan tumbuh BJ, BB, kualitas kayu, ketahanan terhadap hama penyakit

[image:17.536.76.501.466.607.2]
(18)

pada lokus gen yang mempengaruhi suatu karakter atau sifat. Sedangkan keragaman non-aditif

merupakan keragamau yang disebabkan antar ale1 (Zobel dan Talbert, 1984).

Menurut Graudal(1993) variasi fenotipa merupakan kombinasi dari:

1. Variasi genetik (G)

2. Variasi lingkungan (E)

3. Variasi gabungadinteraksi genetik dengan lingkungan

Menurut Hardiyauto (2000) variasi genotipa mungkin timbul dari beberapa penyebab:

1. Variasi genetik adatif (02a); adalah variasi genetik yang diwariskan oleh induk

keketurunannya. Beberapa gen memiliki efek aditif sehingga substitusi suatu ale1 pada satu

gen dengan gen yang lain akan meningkatkan atau menurunkan nilai fenotipa.

Contoh:

aa = 4 4 5 6

Aa = 5

*

*

*

AA = 6 aa Aa AA

2. Variasi genetik dominau ( ~ ' d = non-aditif); ale1 yang berinteraksi dengan pasangannya

mungkin menghasilkan efek dominan. Dalam ha1 ini hanya satu ale1 dapat menyebabkan

fenotipa tertentu muncul.

Contoh:

aa = 4 4 5 6

Aa = 6 t

*

*

AA = 6 aa AaIAA

3. Efek interaksi Epistatik (02i); interaksi ini disebabkan oleh pasangan gen yang satu tergantung

pada pasaugan gen yang lain.

Contoh:

Pasangan gen AIAl memperlihatkan efek aditif dengan adanya B,BI tetapi memperlihatkan

efek dominan dengan adanya B2B2.

Secara mutlak tidak dapat dikatakan suatu sifat ditentukan oleh faktor lingkungan atau faktor

genetik. Faktor genetik tidak akan memperlihatkan sifat yang dibawanya kecuali dengan adanya

faktor lingkungan yang diperlukan. Sebaliknya, bagaimanapun mengadakan manipulasi dan perbaikan-

perbaikan terhadap faktor lingkungan tidak akan menyebabkan perkembangan suatu sifat kecuali

dengan adanya faktor genetik pada individu %tau populasi yang bersangkutan (Soerianegara dan

Djamhuri, 1979).

2.2.1.2. Heritabilitas

Menurut Falconer (1989) dnlntn Rahadian (2003) nilai pengamatan terhadap sifat tertentu

(19)

bersama dari pengamh genotipa dan lingkungan. Hubungan tersebut dapat diucapkan menjadi linier

aditif, yaitu:

Dimana:

P = nilai fenotipa

G = nilai genotipa

E = simpangan lingkungan, yaitu perubahan yang timbul pada nilai fenotipa disebabkan oleh

bervariasinya ragam lingkungan.

Menurut Falconer (1989) dnIn?i~ Rahadian (2003) nilai heritabilitas dari suatu sifat

didefenisikan sebagai perbandingan antara ragam genetik aditif terhadap ragam fenotipa, nilai tersebut

diberi nilai h2 dan besarnya adalah hZ=

$A/

G'P.

Heritabilitas merupakan proporsi variasi dalam populasi yang disebabkan oleh perbedaan

genetik diantara individu. Dengan demikian nisbah ini menunjukkan seberapa jauh sifat-sifat induk

diwariskau kepada keturunannya (Hardiyanto, 2000).

Konsep heritabilitas adalab salah satu yang paling penting dan banyak digunakan dalam

genetika kuantitatif Nilai heritabilitas ini menunjukkan proporsi keragaman dalam suatu populasi

yang diakibatkan oleh keragaman genetik antar individu. Selain itu heritabilitas mempakau kunci

penting dalam menduga kemajuan genetik yang diperoleh dari program-program seleksi (Zobel dan

Talbert, 1984).

Sedangkan menurut Hanson (1963) dnlani Djamhuri (1975) konsep-konsep heritabilitas ini

dapat menjelaskan apakah penampakan atau perbedaan-perbedaan sifat dari setiap individu disebabkan

temtama oleh faktor genetik atau faktor lingkungan.

Sungguhpun baik lingkungan dan genetik mempengamhi sifat, beberapa sifat lebih banyak

dikendalikan faktor genetik dibanding sifat-sifat lain. Sifat yang banyak dipengaruhi faktor lingkungan

disebut sifat plastis (Hardiyanto, 2000).

Pendugaan nilai heritabilitas meliputi heritabilitas individu dan heritabilitas famili. M e n u ~ t

Zobel dan Talbert (l984), ada dua nilai tipe heritabilitas pohon individu yang penting dalam penerapan

pemuliaan pohon, yaitu nilai heritabilitas dalam arti sempit

l arrow

seme heriinbility, h2) dan

heritabilitas dalam arti luas (brondse~ise heritability,

H'

).

M e n u ~ t Zobel dan Talbert (1984), heritabilitas dalam arti sempit didefenisikan sebagai

(20)

Neritabilitas dalam asti luas didefenisikan sebagai perbandingan antara ragam genetik total dengan

ragam fenotipanya, yang dilambangkan dengan:

Menurut Hardiyanto (2000) batas bawah h adalah 0 (tak ada varians aditif) dan batas atas

adalah I (tak ada varians lingkungan dan dominansi). Perkiraan nilai heritabilitas dalam asti sempit

ini banyak digunakan sebagai bahan literatur dalam genetika hutan karena sebagian besar dari program

pemuliaan hutan dewasa ini ditujukan pada peningkatan daya gabung umum dan hanya menggunakan

porsi ragam genetik aditif sehingga l~eritabilitas dalam asti sempit adalah yang paling bermanfaat bagi

para pemuliaan pohon. H dapat berkisar dari 0 sampai 1. Batas bawah 0 dapat terjadi bila seluruh

variasi dalam populasi disebabkan oleh genetik. Bila semua variasi disebabkan oleh genetik, nilai h=l

(berguna dalam perbanyakan vegetatif ). Bari dkk (1973) dnlarn Lamadji (1982) mengatakan bahwa

heritabilitas bukan merupakan suatu konstanta atau parameter.

Toda (1958) d h m Rabadian (2003), mengatakan bila tanaman dikembangbiakkan secara

seksual, maka efek non-aditif dari genotipa (dominasi dan epistasi) tidak diwariskan pada

keturunannya, sehingga dalam ha1 ini diperynakan heritabilitas dalam arti sempit. Sedangkan bila

tanaman dikembangbiakkan secara aseksual, efek non-aditif dari genotipa akan diteruskan pada

keturunannya karena genotipa individu dipindabkan tanpa adanya perubahan, maka dalam ha1 ini

dipergunakan heritabilitas dalam arti luas.

Heritabilitas mempunyai keterbatasan penaksiran, dimana h2 tak akan pernah lebih besar dari

2;

bila semua variasi genetik adalah merupakan varians aditif Inaka hZ = H. Satu aspek penting tapi sering dilupakan adalah bahwa taksiran heritabilitas berlaku bagi suatu populasi testentu dan terdapat

pada suatu lingkungan tertentu ~ a d a saat waktu testentu. Bahkan pada eksperimen yang besar dengan

banyak famili, taksiran h%engandung kesalahan (error). Semua taksiran h2 llendaknya dipandang

sebagai angka yang memberikan ide umum bagaimana kuatnya pewarisan (Hardiyanto, 2000).

2.2.1.3. Korelasi Genetik

Program pemuliaan pohon berkepentingan dalam pemilikan genotipa yang ungyl. Tetapi

pada kenyataannya, para pemuliaan pohon masih terbatas pada pemilihan individu pohon berdasarkan

fenotipanya. Untuk itu diperlukan kejelian dalam pendugaan korelasi genetik maupun fenotipa.

Menurut Gravois dan Helms (1992) dalanz Rizki (2003) analisis korelasi merupakan analisis

untuk mengetahui keeratan bubungan antara dua peubah atau lebih. Analisis ini tidak dapat

(21)

koefisien korelasi yang nilanya berkisar antara -I dan +1. Semakin dekat koefisien korelasi dengan

salah satu dari kedua nilai tersebut maka keeratan hubungan antar karakter semakin baik.

Kcragaan akhir (fenotipa) suatu karakter merupakan hngsi dari pengaruh genotipa dan

lingkungan. Fenotipa suatu karakter merupakan wujud luar karakter yang dapat diamati danlatau

diukur. Kajian tentang kontribusi pengaruh genotipa dan lingkungan terhadap keragaan (fenotipa)

suatu karakter merupakan ha1 yang esensial dalam pemuliaan tanaman. Hal ini berkaitan dengan

adanya konsep pewarisan sifat yang diturunkan dari tetua kepada keturunannya (heritabilitas). Oleh karena itu, pcndugaan keragaman genetik, heritabilitas, korelasi genotipa, korelasi fenotipa merupakan

suatu ha1 yang sangat penting dalam program pemuliaan tanaman.

Menurut Falconer (1972) dolam Rizki (2003), koefisien korelasi genetik merupakan ukuran

hubungan s e n e t i antar karakter dan merupakan petunjuk bagi karakter yang mungkin dapat digunakan sebagai indikator bagi karakter lain yang lebih penting (Miller el nl., 1957). Perubahan

suatu karakter yang terhadapnya tidak dilakukan seleksi dapat diramalkan bila korelasi genotipa dan

heritabilitas kedua karakter diketahui.

Suatu karakteristik mungkin bervariasi secara tidak bebas satu sama lain atau suatu perubahan

pada satu karakteristik berkaitan dengan perubahan karakteristik yang lain. Dalam ha1 ini dikatakan

bahwa dua karakteristik tersebut berkorelasi. Asosiasi antara dua sifat yang dapat diamati secara langsung merupakan korelasi fenotipa (Hardiyanto, 2000).

Menurut Zobel dan Talbert (1984) korelasi genetik antara dua sifat bermanfaat dan penting

dalam pemuliaan pohon, karena korelasi genetik menunjukkan kemampuan sebuah perlakuan akan

mengubah hasil dari perubahan perlakuan lain. Korelasi genetik ditunjukkkan dengan rumus sebagai

berikut:

Dimana rc = korelasi genetik

2

rxr

= kovarian antara dua sifat X dan Y

2

,

= varian untuk sifat X

2

PY = varian untuk sifat Y

2.2.2. Konsep Seleksi, Pengujian dan Produksi dalam Pemuliaan Pohon

Seleksi adalah proses dimana individu-individu dengan sifat tertentu lebih disukai untuk

diperkembangbiakkan (Soerianegara dan Djamhuri, 1975).

Perbaikan genetik dapat dicapai melalui seleksi. Seleksi didasarkan pada prinsip bahwa nilai

genetik rata-rata dari individu yang terseleksi akan lebih baik dibanding dengan nilai individu rata-rata

dalam populasi secara keseluruhan. Untuk sifat-sifat kuantitatif, perolehan genetik dari seleksi

(22)

Perihal penting dalam strategi pemuliaan adalah menentukan ukuran-ukuran seleksi.

Karakter yang kita inginkan meningkat bisa berubah dari suatu jenis karakter kejenis karakter lain,

tetapi karakter yang kita inginkan bisa berubah dari waktu kewaktu tergantung pada penggunaan akhir

(Roulund dan Olesen, 1992).

Semua sifat merupakan pengaruh dari nilai genetik dan lingkungan. Apa yang kita ukur dari

suatu sifat dikatakan nilai fenotipa. Jika ingin memperhitungkan hasil lain maka kita harus

mengetahui nilai genotipa. Karakter yang dikendalikan secara kuat oleh gen mempunyai nilai genetik

yang dekat dengan nilai fenotipa (Roulund dan Olesen, 1992).

Seleksi fenotipa dapat digunakan pada sifat dengan heritabilitas tinggi. Untuk karakter

dengan heritabilitas rendah, seleksi genotipa melalui uji keturunan dan uji klon perlu dilaksanakan.

Seleksi fenotipa hampir selalu digunakan sebagai langkah pertama dalam program pemuliaan pohon

hutan. Seleksi fenotipa sering juga disebut seleksi massa atau seleksi pohon plus. Seleksi genotipa

adalah selaksi menurut nilai genetik dari suatu famili atau individu. Untuk mengetahui nilai genetik

dari suatu famili atau individu, uji keturunan dan uji klon diperlukan. Nilai genetik dari klon dapat

diperkirakan melalui uji klon dan nilai genetik dari keturunan dapat diperkirakan melalui uji keturunan

(Roulund dan Olesen, 1992).

Gambar 1. menyajikan bagaimana mekanisme untuk mendapatkan benih unggul untuk

penanaman (Siregar, 2003).

Tahap Seleksi dan Pengujian Tahap Produksi

[image:22.532.79.489.399.620.2]
(23)

2.2.3. Uji Keturunan dan Kebun Benih

2.2.3.1. Uji Keturunan

Sifat mahluk hidup dipengamhi oleh faktor gen dan lingkungan. Untuk melihat apakah suatu

pohon secara genetik unggul dapat dilakukan dengan membuat uji ketumnan. Dalam arti sederhana

'pruge~v" berarti ketumnan dan biasanya untuk menerangkan semua keturunan tumbuhan atau hewan

pada suatu generasi. Uji ketumnan @rugeny test) berarti mengevaluasi suatu individu melalui

pembandingan ketumnannya dalam suatu eksperimen. Suatn sifat mungkin dikendalikan satu atau

beberapa gen saja dan sifat yang demikian dinamakan sifat kualitatif. Dalam ha1 ini fenotipa akan

mencerminkan genotipanya. Sifat kualitatif tidak banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Uji

ketumnan dimaksudkan untuk memilih pohon yang mempunyai genetik unggul dengan cara menguji

sejumlah pohon induk yang diseleksi dari beberapa tempat asalnya. Pohon-pohon induk dapat ditanam

di dalam ataupun diluar sebaran/lingkungan alaminya (Hardiyanto, 2000).

Menurut Roulund dan Olesen (1992) uji ketumnan dilakukan untuk:

1. Menaksir nilai pemuliaan dan daya gabung umum (DGU) dari pohon induk.

2. Menaksir nilai heritabilitas dari sifat tertentu.

3. Mengkalkulasi daya gabung khusus (DGS). 4. Menaksir perolehan nilai genetik.

5. Menemukan generasi barn dari suatu populasi.

Menumt Boyle (1992) uji ketumnan digunakan secara sederhana untuk penyeleksian famili

terbaik, untuk memperkirakan parameter genetik atau kedua-duanya. Menurut Soerianegara dan

Djamhuri (1979) untuk dapat mengurangi " e ~ ~ i i r o ~ ~ m n e ~ ~ t a l error " dalam uji keturunan ini, daerah uji

hams diusahakan seseragam mungkin dalam topografi, kesuburan tanah dan pengolahan tanah.

Adanya variasi genetik dalam populasi sangat penting, kemudian dilanjutkan dengan

pengujian material yang telah diseleksi melalui uji ketumnan. Selanjutnya material genetik yang telah

dimuliakan diperbanyak untuk pembangunan hutan tanaman. Uji keturunan dapat dibedakan dua

macam, yaitu uji ketumnan half-sib dan fill-sib. Half-sib bila hanya induk betinanya saja yang

diketahui danfrrll-sib bila induk jantan dan hetina ketumnan yang diuji diketahui (Soerianegara dan

Djamhuri, 1979).

2.2.3.2. Keblrn Benih

Menumt Zobel dan Talhert (1984) dalam Harahap (2000) kebun benih adalah suatu areal

untuk memperoleh benih dalam jumlah yang banyak. Memperoleh tumnan yang lebih cepat besar dan

mungkin lebih mnrah. Sedangkan menurut Soerianegara dan Djamhuri (1979), kebun benih (seed

orcl~nrd) dibuat terutama untuk memproduksi benih untuk pohon-pohon yang memiliki sifat unggul

(24)

Kebun benih merupakan pertanaman dari pohon-pohon yang secara genetik superior, yang

diisolasi untuk mengurangi polinasi dari sumber luar yang secara genetik inferior dan dikelola intensif

untuk mengbasilkan benih yang mudah dipanen dalam jumlah yang cukup dan berkelanjutan (Susanto,

1996).

Kedudukan uji keturunan dalam pembangunan kebun benib secara ringkas dapat dijelaskan

melalui Gambar 2 (Hardiyanto, 2000).

I

Pohon plus

1---7

Kebun Benih Penjarangan Uji Keturunan Infonnosi

Semai (Gen. 1) (Generasi 1) Klon (Gen. 1)

Vegctotif

Ponjarangvn

Kebun Benih Uji Keturunan Informasi Kebun Benih

[image:24.539.88.478.195.400.2]

Semai (Gen.2) (Generasi 1) Klon (Gen.2)

Gambar 2. Kedudukan Uji Keturunan dalam Pembangunan Kebun Benih Semai

Pohon induk (pohon plus) dikoleksi benihnya untuk membuat uji keturunan. Bahan vegetatif

(stek, oknlasi, cangkok) mungkin dikumpulkan untuk membuat kebun benih klon. Setelah melalui

pengamatan dan evaluasi uji keturunan mungkin dikonversi menjadi kebun benih semai (SSO).

Melalui penjarangan genetik (rogrri?lg). Informasi dari uji keturunan ini berguna untuk melakukan

penjarangan kebun benih klon (clot7al seed orchord

-

CSO). Kebun benih klon yang tidak dijarangi

berdasarkan informasi dari uji keturunan dinamakan kebun benih klon belum teruji (zii~resled cloilal

seed o ~ c h n ~ d ) dan kualitas kebun benih klon semacam ini mirip dengan tegakan benib (Hardiyanto,

2000).

Mekanisme pembangunan kebun benih semai uji keturunan disajikan pada Gambar 3

(Dephut, 2001).

2.2.4. Perkembangan Pemuliaan Sengo11

Prasetyo (1988) dalaln Pradana (2001) melakukan pendugaan terhadap nilai heritabilitas

(25)

1,EBUH BEHlH $E,l4 UJI 1;ElUEUUAH

[image:25.532.119.484.37.656.2]

I I~blioll ptlpCt

(26)

tinggi batang, tinggi bebas cabang dan bentuk batang dipengamhi oleh faktor genetik. Untuk

mendapatkan benih u n g y l hams digunakan seleksi massa.

Di kebun benih Parung Panjang Bogor, Basyumi (1998) melakukan identifikasi terhadap

korelasi antar keragaman fenotipa dengan marka isozim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

keragaman genetik antar sub-populasi (Jonggol, Wameda dan Kediri) rendah, jarak genetik berdekatan

satu sama lain. Korelasi keragaman fenotipa dengan marka isozim terdapat pada beberapa kalus.

Sagita (2002) melakukan analisis keragaman genetik pohon plus sengon (P. falcalarin L. Nielsen) di Jawa Barat. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa berdasarkan analisis isozim

menunjukkan bahwa lokasi Sukabumi memilik jumlah pita tertinggi (7 pola pita pada enzim PER dan

11 pola pita pada enzim EST) dibanding dengan lokasi lainnya dan yang terendah adalah lokasi

Subang (4 pola pita pada enzim PER dan 5 pola pita pada enzim EST). Untuk karakter kuantitatif

tingkat semai dapat diketahui bahwa lokasi Sukabumi memiliki rata-rata tinggi dan diameter tertinggi,

sedangkan terendah berasal dari lokasi Garut. Untuk pettumbuhan tinggi total maupun diameter batang

pada tingkat semai sengon sama-sama memperlihatkan perbedaan yang nyata menumt analisis ragam

pada taraf 5%.

Rahadian (2003) juga telah melakukan penelitian pengamh famili dan dosis kapur dolomit

pada uji ketumnan hnv-sib sengon (P. falcainvia L. Nielsen) di Taman Hutan Cikabayan IPB pada umur 1 dan 6 bulan. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa keragaman famili (benih berasal dari

pohon plus di Jawa Barat) berpengamh nyata terhadap tinggi tanaman, sedangkan pada diameter

tanaman keragaman famili tidak berpengamh nyata. Nilai heritabilitas individu dan famili untuk sifat

tinggi pada umur 1 bulan adalah 1 dan 0,77 dan pada umur 6 bulan adalah 0,61 dan 0,52. Nilai

heritabilitas individu dan famili untuk sifat diameter pada umur 1 bulan adalah 0,61 dan 0,52 dan pada

(27)

IIL

METODOLOGI PENELlTlAN

3.1. Tempat dan Waktn Penelitian

3.1.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian a. Lok?si

Lokasi penelitian terletak di Taman Hutan Blok Cikabayan, kampus IPB Darmaga. Secara

geografis terletak pada perpotongan garis 6'30' LS dan 106'45' BT.

Kampus IPB Darmaga sebelah Timur berbatasan dengan perkampungan penduduk desa

Babakan. Sebelah barat dibatasi oleh sungai Cihideung (Desa Cihideung Ilir), sedangkan sebelah

utara dibatasi oleh sungai Ciapus dan Cisadane.

h. Tanah dan Topografi

Dari data statistik Badan Pemerintah Daerah Kab. Bogor, tanah di areal kampus IF'B Darmaga

termasuk jenis latosol, dimana kedalaman efektif lebih dari 90 cm dengan tekstur sedans. Ketinggian

berkisar antara 145-200 m dpl. Keadaan topografi umumnya terdiri dari lapangan datar sampai sedikit

bergelomabang dengan lereng-lereng pada daerah yang berbatasan dengan sungai.

c. Iklim

Curah hujan di kampus IPB Darmaga termasuk tipe A (klasifikasi Schmidt dan Ferguson).

Curah hujan rata-rata tahunan sebesar 3552 mm dengan kelembaban nisbi rata-rata pertahun diatas

80% dan suhu rata-rata sepanjang tahun sebesar 2 5 ' ~ .

3.1.2. Waktn Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 7 bulan yang dimulai dari bulan April hingga Oktober 2003

3.2. Bahan dan Alat Penelitian

3.2.1. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit sengon yang terdiri dari 18 famili

yang berasal dari Jawa Timnr dan Jawa Tengah (Tabel 2). Dengan perincian 6 famili dari

Banjamegara, 3 famili dari Wonosobo, dan 9 famili dari Lumajang.

3.2.2. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah kaliper sebagai pengukur diameter,

(28)

in (L) Nielsen yang digunakan serta Asal B Asal Benih

Baniamegara (Jawa Tengah) ~ a n j a m e i a r a (Jawa Teniah) Banjamegara (Jawa Tengah) Banjarnegara (Jawa Tengah) Banjarnegara (Jawa Tengah) Banjarnegara (Jawa Tengah) Wonosobo (Jawa Tengah) Wonosobo (Jawa Tengah) Wonosobo (Jawa Tengah) Lumajang (Jawa Timur) Lumajang (Jawa Timur) Lumajang (Jawa Timur) Lumajang (Jawa Timur) Lumajang (Jawa Timur) Lumajang (Jawa Timur) Lumajang (Jawa Timur) Lumajang (Jawa Timur) Lumajang (Jawa Timur)

3.3. Persiapan Pelaksanaan Penelitian

3.3.1. Persiapan Bibit

Bibit yang akan ditanam dipelihara dimmah kaca. Setiap famili terdiri dari 20 bibit. Bibit

disemaikan pada bulan November 2002. Perlakuan yang diynakan dalam metode perkecambahan

adalah dengan perendaman benih dengan air mendidih (80'~) selama 24 jam. Kemudian biji ditabur

dalam bak kecambah yang telah disediakan. Media yang diynakan dalam perkecambahan adalah

pasir. Penyiraman hams dikontrol, dimana media pasir tidak boleli sampai kering. Setelah 2 minggu

benih dipindahkan ke polybag. Media yang digunakan adalah tanah dan kompos dengan perbandingan

1 :2.

Dalam pemeliharaan bibit dilakukan penyiraman dan pemupukan serta pembasmian hama dan

penyakit. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore). Pemupukan dilakukan dengan

menggunakan jenis pupuk daun (pupuk cair). Pemupukan dilakukan 1 kali 2 minggu. Untuk

pembasmian hama dilakukan dengan penyemprotan dengan jenis insektisida tertentu.

3.3.2. Pemiapan Lapang

1. Pembersihan lahan

Pembersihan lahan dilakukan dengan membabat semak dan gulma.

2. Pembuatan disain blok

Dalam penelitian ini areal tanam dibagi menjadi 3 blok, dan setiap blok akan ditanami 18 famili dengan 4 ulangan tiap famili. Dalam penentuan disain blok hams berpedoman pada

(29)

seseragtlm mungkin sehingga perbedaan pertumbuhan karena perbedaan kesuburan tanah

dan persaingan terhadap penyerapan sinar matahari dapat dikurangi (Iny orrt disain pada

Lampiran 2).

3. Pemilihan tanaman

Sengon yang ditanam di lapangan merupakan jenis sengon yang mempunyai pertumbuhan

[image:29.539.165.405.186.328.2]

terbaik, baik dari segi diameter dan tinggi serta kesehatan dari serangan hama d a t ~ penyakit.

Gambar 4. Hasil Seleksi Bibit

4. Pembuatan lubang tanam

Pada areal yang akan ditanam, di buat lubang tanatn dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm. Kemudian tanah dari lubang galian dicampnr dengan pupuk kandang. Untuk setiap lubang

dibutuhkan

+

0,5 kg pupuk kandang.

3.4. Pelaksanaan Penelitian

1. Penanaman

Untuk mencegah terjadinya pertukaran label, maka sebelum dimasukkan ke lubang tanam

bibit diletakkan dipinggir lubang tanam. Setelah penanaman polybag disangkutkan di ajir.

Dalam penanaman harus tnemperhatikan keseragaman waktu tanam perblok.

2. Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan berupa penyiangan gulma dan tanaman penyaing

lainnya.

3. Pengamatan dan pengambilan data

Data yang diperlukan dalam penelitian adalah data primer yang terdiri dari data

pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman yang diukur pada saat umur tanam 1, 3 dan 6 bulan dan percabangan pada umur 6 bulan.

a. Pengukuran tinggi dilakukan mulai dari permukaan tanah sampai pucuk puncak tanaman

(dalam cm).

(30)

c. Pengamatan cabang dilakukan dengan kriteria ada tidaknya cabang pada tanaman.

3.5. Rancnngan Percobaan

Rancangan percobaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap

Berblok (Rartdornized Conplelely BlockDesign) dengan 4 pohon plot (treeplot). Dalam penelitian ini,

sengon yang ditanam terdiri dari 18 famili dengan ulangan (blok) 3 replikasi

Model analisis statistik yang digunakan sebagai berikut (Mattjik, 2000).

dimana

Yjjk

= pengamatan tanaman ke-k pada famili ke-i blok ke-j.

p = rataan umum

Fi = pengaruh famili ke-i (i = 1,2,. . .18) Bj = penagaruh blok ke-j (i = 1,2,3) Fbij = interaksi famili ke-i dan blok ke-j Eijk = pengaruh sisa

3.6. Analisis Ragam

Untuk mengetahui pengaruh famili, blok dan interaksi famili dengan blok, percabangan dan

korelasi antar parameter dilakukan dengan bantuan sofware The SAS Systern Artalysis of Vnriartce

Pmcedrrre (SAS, 1998).

Untuk mengetahui perbedaan antar famili, dilakukan uji beda nyata Duncan (Dt~rtcart

MrrNiple Range Te.s/) terhadap nilai tengah masing-masing parameter.

Koefisien korelasi sederhana antara kombinasi antar parameter yang diamati dapat juga

dihitung dengan rumus Gauldan (1959) dnlatn Rizki (2003): Tabel 3 . Sidik Ragam Rancangan Acak Kelompok Lenskap

Keterangan:

Sumber Keragaman

I

Derajat Bebas

Famili

I

F-1

Blok

/

B-1

X, dan Xz= nilia pengamatan pada karakter-karakter yang diamati Jumlah Kuadrat JKF

JKB JKFB

Kuadrat Tengah KTF

KTB

F ~ ~ i t , ~ ~ , ~

KTFKTE KTBIKTE

[image:30.539.84.490.390.463.2]
(31)

Pada Lampiran 5, koefisien korelasi sederhana nyata pada taraf 1% apabila nilai peluang dua

arah korelasi Pearson (ditunjukkan ole11 angka dibawali koefisien korelasi) lebih kecil dari 0,01, nyata

pada taraf 5% apabila nilai peluang uji dua arah Pearson berada diantara selang nilai 0,01-0,05 dan

dinyatakan tidak nyata atau tidak berkorelasi apabila nilai peluang uji dua arali korelasi Pearson lebih

besar dari 0.05.

Untuk pendugaan nilai heritabilitas famili dan heritabilitas individu dilakukan dengan melihat

komponen ragam melalui nilai kuadrat tengah pada setiap parameter yang diukur. Hal ini dapat dilihat

pada Tabel 4.

[image:31.532.65.501.242.647.2]

diriiana

3

E, O~FB,

2

F,

2

B masing-masing adalah komponen ragam galat, kori~poneri ragarn Tabel 4. Kuadrat Tengah Harapan untuk menduga Ragam Pertumbulian Tinggi dan Diameter

interaksi famili blok, komponen ragam famili dan komponen ragam blok. Dan F, B dan T masing- Sumber Keragaman

Famili Blok Famili* Blok Galat

masing adalah jumlah famili, blok dan ulangan tiap famili

Setelah ko~nponen ragam dihitung, ~naka nilai heritabilitas dapat diduga dengan Sumber Zobel dan Talbert (1984)

Derajat Bebas F- 1

B-1 (F-1) @-I)

(T-I) (FB-1)

mengynakan rumus sebagai berikut:

Kuadrat Tengah Harapan T O ~ F B

+

TB O~F+$E T O ~ F B

+

TF $B+$E T 0 2 ~ ~ + 0 2 E o2 E

Keterangan:

h I = nilai l~eritabilitas individu h2 f = nilai heritabilitas famili

d

fb

= keragaman karena interaksi dan blok e = keragaman lingkungan

b = jumlah blok

(32)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Kcragaman Antar Famili untuk setiap Parameter yang Diamati a. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Umur 1 Bulan

Ilasil pengolahan data pengamatan pertumbuhan tinggi pada umur satu bulan disajikan pada

Tabel 5. Berdasarkan hasil uji F, famili berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, sedangkan pembagian blok dan interaksi famili dengan blok tidak berpengamh nyata terhadap

[image:32.539.84.492.265.345.2]

pertumbuhan tinggi tanaman.

Tabel 5. Analisis Ragam Pertumbuhan Tinggi Tanaman Umur 1 Bulan pada Uji Ketumnan 18 Famili

/

Sumber

I

Derajat

I

Jumlah

I

Kuadrat

1

F ,itulle

1

P

rnbel

I

Keragaman

1

Bebas

Hasil uji beda nyata Duncan terhadap famili untuk parameter pertumbuhan tinggi tanaman

pada umur 1 bulan disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Uii Beda Nyata Duncan Famili Pertumbuhan Tinggi Tanaman Umur 1 Bulan pada Uji

- -

-

.

- - - -

- . . - . .

-

.

- - ~eturunan 18 Famili Sengon

No

1

Nomor Famili

I

Rata-rata (cm)

I

Taraf 5%

I

Grouping

1 ) 182.08.35

1

10.942

I

A 1

Kuadrat

Famili'Blok

1

34

Tengah

1.82

1

0.0299

Famili 836.4787 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

1

P r > F

R I O ~

I

7

I

67 1 5 5 1

I

1 1 1776

I

1 1 4 "

I

n 1 2 1 x Sisa

17

24.6023

Kdciangan:

-

I-Iurulynng sama mcnunjuk!an tidak bcrbcda nyata

-

Huruf ynny berbeda rnenunjukkan borbcdn nyata @a& selnng kcpercoynnn 5%)

Hasil uji beda nyata Duncan menunjukkan bahwa famili 182.08.35 (Lumajang) merupakan famili terbaik yang berbeda nyata dengan famili 185.08.35 (Lumajang) yang menghasilkan rata-rata

184.08.35 080.04.33 098.07.33 071.04.33 073.04.33 099.07.33 186.08.35 180.08.35 188.08.35 187.08.35 103.07.33 072.04.33 076.04.33 079.04.33 181.08.35 183.08.35 185.08.35

0.90

'

1

0.6282 Kct:

*

=Berpcngamil nyatn @adn relang kepoccaylnn 5%), 1= Tidak Ixrpengamh nynla

I

162

1

4423.9078 843.1383 27.3081 9.142 8.150 6.308 6.217 5.700 5.675 5.617 5.208 5.017 4.875 4.600 4.425 4.350 4.325 4.025 3.525 2.700 49.5964

A B

A B C

B C D

B C D

B C D

B C D

B C D

B C D

B C D

B C D

B C D

B C D

B C D

B C D

B C D

C D

[image:32.539.84.498.403.637.2]
(33)

pertumbuhan tinggi paling rerldah. Hasil uji beda Duncan menunjukkan bahwa 18 famili sengon yang

diuji dipisahkan dalam 6 kelompok yang berbeda nyata. Famili yang terdapat pada kelompok yang

sama menunjukkan rata-rata pertumbuhan tinggi yang tidak berbeda nyata.

Rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman dari tiap-tiap famili pada berbagai blok pada umur

tanam 1 bulan disajikan pada Gambar 5.

16 1

sssss?8sz@~s%sqqqq s~sssssqsqqqqqqqqq asss$qsqsqqqqqqqqq

m ~ . . w o , m m ~ o - e J m e m ~ , . ~ * " 7 - c . " m a o a - ~ r , ~ m ~ , . ~ ~ " m m ~ o - ~ m . , ~ m ~ ~

8g~8SSSS81LIL21LL

L@S6SSS8LIL21SIaL

ZgSE----

0 0 0 0 0 8 - - - m o - - - a m m a

Blok l Blok II Blok Ill

[image:33.539.104.489.169.394.2]

Nomor Famili

Gambar 5. Rata-rata Pertumbuhan Tinggi Tanaman Umur 1 Bulan pada Uji Keturunan 18 Pamili Sengon pada Blok yang berbeda

Dari Gambar 5 diatas dapat dilihat bahwa famili 182.08.35 (Lumajang) yang ada di blok I

memiliki pertumbuhan tinggi tanaman terbesar dengan nilai rata-rata 13,s cm. Pertumbuhan tinggi

tanaman terkecil dimiliki oleh famili 185.08.35 (Lumajang) yang ada di blok I1 dengan nilai rata-rata

1,65 cm.

b. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Umur 3 Bulan

Hasil pengolahan analisis ragam pada pengamatan umur tanam 3 bulan untuk parameter

pertumbuhan tinggi disajikan pada Tabel 7. Berdasarkan hasil uji F, famili berpengamh nyata terhadap

pertumbuhan tinggi tanaman, sedangkan pembagian blok dan interaksi famili dengan blok tidak

berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman.

Tabel 7. Analisis Ragam Pertumbuhan Tinggi Tanaman Umur ~ - 3 Bulan pada Uji Keturunan I8 Famili Sengon

I

Sumher

/

Deraiat

1

Jnmlah

/

Ktladrat

I

F bibn.

I

P I

I

Keragaman Famili Blok Famili*Blok Sisa

Kel:

*

= Berpengaruh nyats (padn selang keperooynan 5%); tn = Tidak borpenyaruh nyota

~ e b a s 17 2 34 162 Kuadrat 19023.5371 1879.3675 22583.4250 102308.1068 Tengah 1119.0316 939.6638 664.2184 631.5315

2

1.77 1.49" 1.05 " [image:33.539.77.494.604.680.2]
(34)

Hasil uji beda nyata Duncan terhadap famili untuk parameter pertumbuhan tinggi tanaman

pada umur 3 bulan disajikan pada Tabel 8. Hasil uji beda nyata Duncan ini menunjuMtan bahwa famili

098.07.33 (Wonosobo) merupakan famili terbaik yang berbeda nyata dengan famili 185.08.35

(Lumajang) yang menghasilkan rata-rata pertumbuhan tinggi paling rendah. Dari hasil uji beda

Duncan diketahui bahwa 18 famili sengon yang diuji terbagi dalam 7 kelompok yang berbeda nyata.

Famili yang terdapat pada kelompok yang sama menunjukkan rata-rata pertumbuhan tinggi yang tidak

berbeda nyata.

c. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Umur 6 Bulan

I3asil analisis ragam pada parameter pertumbuhan tinggi tanaman umur 6 bulan disajikan

pada Tabel 9. Berdasarkan hasil uji F diketahui bahwa famili, pembagian blok dan interaksi famili

dengan blok tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman.

Rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman dari tiap-tiap famili pada berbagai blok pada umur

tanam 6 bulan disajikan pada Gambar 7. Gambar 7 menunjukkan bahwa famili 073.04.33

(Banjarnegara) di blok I dan famili 072.04.33 (Banjamegara) di blok I1 memiliki pertumbuhan tinggi Tabel 8. Uji Beda Nyata Duncan Famili Pertumbuhan Tinggi Tanaman Umur 3 Bulan pada Uji

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 I S

Kclcnngnn:

-

Muml'yang sama mcnttnjuldtan lidsk bcibcda nynta

- EIuluruf ynng berbcda rnmunjulrkan berbedn nyntn (pda sclmg kcpercayvan 5%)

Rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman dari tiap-tiap famili pada berbagai blok pada uinur

tanam 3 bulan disajikan pada Gambar 6. Dari gambar tersebut diketahui bahwa famili 098.07.33

(Wonosobo) yang ada di blok I memiliki pertumbuhan tinggi tanaman terbesar dengan nilai rata-rata

70,65 cm. Pertumbuhan tinggi tanaman terkecil dimiliki oleh famili 185.08.35 (Lumajang) yang ada

di blok 11 dengan nilai rata-rata 4,23 cm. Keturunan 18

Nomor Famili 098.07.33 182.08.35 184.08.35 080.04.33 072.04.33 073.04.33 186.08.35 183.08.35 079.04.33 188.08.35 103.07.33 099.07.33 187.08.35 180.08.35 181.08.35 071.04.33 076.04.33 185.08.35 Famili Sengon Rata-rata (em) 45.58 39.67 38.59 35.52 34.82 34.73 33.54 33.39 32.94 32.18 27.19 26.27 25.18 22.02 21.61 15.51 12.60 10.29

Taraf 5%

A A B A B

A B C

A B C D

A B C D

A B C D

A B C D

A B C D

A B C D

A B C D

A B C D

A B C D

A B C D

A B C D

B C D

C D

[image:34.536.78.491.224.453.2]
(35)

tanaman paling tinggi dengan nilai rata-rata 91,73 cm. Pertumbuhan tinggi tanaman paling rendah

[image:35.539.82.498.129.432.2]

dimiliki oleh famili 185.08.35 (Lumajang) yang ada di blok I1 dengan nilai rata-rata 13,73 cm

Tabel 9. Analisis Ragam pertumbuhan tinggi Tanaman Umur 6 Bulan pada Uji Ketumnan 18 Famili

1

Samber

I

Derajat

I

Jumlah

I

Kuadrat

1

F l,itune

1

Ptrkt

I

I

6

Sisa 162

Kerngaman

Famili Blok Famili'Blok

Ket: tn = Tidak berpengaruh nyatn

I

Blok l Blok II Blok Ill

Nomor Famili

!

[image:35.539.108.493.473.676.2]

Bebas Kuadrat Tengah P r > F

Gambar 6. Rata-rata Pertumbuhan Tinggi Tanaman Umur 3 Bulan pada Uji Ketumnan 18

Famili Sengon padaBlok yang Berbeda 17

2 34

100

-

90

5

-

80

.-

70

.

60

I-

r 50

m

8 40

a n 30

5

20

l o

P

0

< < . . . < < < * , . . .

s998s?sss"qqqq?q? ~ q s s q s q 8 s q q $ $ $ $ $ $ $ s s 4 s ~ s x s q q q q ~ q q q "

"E8-Nw'mOo-""'"m""

8 ,-ss s s s s - Z - z - - s Z - g8ngsssss-zZ-.Z-Z n - N O O m 0 D - n " O D C -

8 g " g g g g g ~ ~ : $ $ % ~ t

Blok l Blok II Blok Ill

Nomor Famili

I

Gambar 7. Rata-rata Pertumbuhan Tinggi Tanaman Umur G Bulan pada Uji Ketumnan 18 Famili Sengon pada Blok yang Berbeda

40633.2488 40633.2488 57806.4709 2390.1911 640.0660 1700.1903 1.66'" 0.44

'"

1.18"'
(36)

d. Pertumbuhan Diameter Tanaman Umur 1 Bulan

Hasil pengolahan data pengamatan 1 bulan untuk parameter pertumbuhan diameter disajikan

pada Tabel 10. Berdasarkan hasil uji F diketahui bahwa famili, pembagian blok dan interaksi famili

dengan blok tidak berpengamh nyata terhadap pertumbuhan diameter tanaman.

Tabel 10. Analisis Ragam Pertumbuhan Diameter Tanaman Umur 1 Bulan pada Uji Ketumnan 18

Ket: In= Tidak berpengnruh nystn

Rata-rata pertumbuhan diameter tanaman dari tiap-tiap fatnili pada berbagai blok pada umur

tanam 1 bulan disajikan pada Gambar 8, dimana famili 182.08.35 (Lumajang) yang ada di blok I

memiliki pertumbulian diameter tanaman paling tinggi dengan nilai rata-rata 0,15 cm. Pertumbuhan

diameter tanaman paling rendah dimiliki oleh famili 076.04.33 panjamegara) yang ada di blok I

dengan nilai rata-rata 0,02 cm.

$$$SSSZSS?F??????? ~ $ $ S 4 S S ~ S Z , 4 ? ~ ~ F 4 P P $$$SSSqSS?q????8,8,?

~ m n r N O O m O O _ N n ~ D P C * ~ m " . . N " a m 0 0 - N " ~ m O C . O.O-NOOmDO-N".,P*n-

B B P S S S S S 8 I I I I E I I Z Z S Z P S S S S S 8 2 1 1 2 1 1 1 2 1 % S ~ S 6 S S ~ 8 5 2 1 1 2 1 9 2 1

Blok l Blok If Blok Ill

[image:36.539.96.477.348.559.2]

Nornor Famili

Gambar 8. Rata-rata Pertumbuhan Diameter Tanaman Umur 1 Bulan pada Uji Ketumnan 18 Famili Sengon pada Blok yang Berbeda

e. Pertumbuhan Diameter Tanaman Umur 3 Bulan

Analisis ragam pada parameter pertumbuhan diameter tanaman umur 3 bulan disajikan pada

Tabel 11. Berdasarkan hasil uji

F

diketahui bahwa famili tidak berpengamh nyata terhadap

pertumbuhan diameter, blok berpengamh sangat nyata (selang kepercayaan 1%) terhadap pertumbuhan

diameter dan interaksi famili dengan blok berpengamh nyata (selang kepercayaan 5%) terhadap

(37)

Tabel 11. Analisis Ragam Pertumbuhan Diameter Tanaman Umur 3 Bulan pada Uji Keturunan 18

Kct:

**

= Berpcngamh ssngal nyata @a& sclsng keperwyaan I%);

*

= Bcrpengamh nyula (poda sclang kcpcrcayaan 5%); In = Tidsk bcrpengsruhnyala

Hasil uji beda nyata Duncan terhadap interaksi famili dengan blok untuk parameter

pertumbuhan diameter tanaman pada umur 3 bulan disajikan pada Tabel 12. Hasil uji beda Duncan

menut~jukkan bahwa 18 famili sengon yang diuji dipisahkan dalam 5 kelompok yang berbeda nyata.

Famili yang terdapat pada kelompok yang sama menunjukkan rata-rata pertumbuhan diameter yang

tidak berbeda nyata. Dari hasil uji beda nyata Duncan interaksi famili dengan blok ini diketahui bahwa

famili 184.08.35 (Lumajang) merupakan famili terbaik yang berbeda nyata dengan famili 071.04.33

(Banjarnegara) yang menghasilkan rata-rata pertumbuhan diameter paling rendah.

Tabel 12. Uii Beda Nyata Duncan Interaksi Pertumbuhan Diameter Tanaman Umur 3 Bulan pada Uii ~eturunan-18 Famili Sengon

No ( Nomor Pamili

I

Rata-rata (cm)

I

I

184.08.35

I

0,5508

Taraf 5%

A A B

A B C

A B C

A B C

A B C

A B C

A B C

A B C

A B C

A B C

A B C

A B C A B C B C B C B C

C

Grouping

Gambar

Tabel 1. Macam Tingkat Keragaman dan Faktor Penyebab Utama beserta Contohnya 1 I I
Gambar 1. menyajikan bagaimana mekanisme untuk mendapatkan benih unggul untuk
Gambar 2. Kedudukan Uji Keturunan dalam Pembangunan Kebun Benih Semai
Gambar 3. Skema Pembangunan Kebun Benih Semai Uji Keturunan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Random Forest Classifier diperoleh tingkat pengenalan tertinggi untuk ekstraksi menggunakan PCA sebesar 100% pada variasi data 95% ,sedangkan tingkat pengenalan

Atas berkat dan rahmat dari Allah Yang Maha Kuasa yang selalu menyertai dan melindungi kita, maka skripsi tentang “Dari Ritual Ke Pasar: Pergeseran Makna Saguer Pada Masyarakat

Modal ekonomi Saguer mencakup alat-alat produksi (pisau, bambu, tanki, rumah produksi dan tenaga pembuat saguer), materi (pendapatan dari hasil penjualan saguer)

Adapun yang dimaksud dengan probabilitas adalah kemungkinan yang dapat terjadi dalam.. suatu peristiwa tertentu (the chance of particular

Pemekaran desa Anakalang, yang menjadi (salah satunya adalah) desa Dewa Jara, menarik untuk diteliti lebih lanjut, guna melihat perkembangan pembangunan

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

[r]

[r]