GAMBARAN PARAMETER HEMATOLOGIK PADA PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK PRIA DI RSUP HAJI ADAM MALIK
PADA TAHUN 2013
Oleh:
NAGEINTHEREE RAMAKSIHNAN
100100379
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
GAMBARAN PARAMETER HEMATOLOGIK PADA PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK PRIA DI RSUP HAJI ADAM MALIK
PADA TAHUN 2013
KARYA TULIS ILMIAH
Karya tulis ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh:
NAGEINTHEREE RAMAKSIHNAN
100100379
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Gambaran Parameter Hematologik pada Perokok dan Bukan Perokok Pria
di Rsup Haji Adam Malik pada Tahun 2013 Nama : Nageintheree Ramaksihnan
Nim : 100100379
Pembimbing Penguji I
(dr. Dairion Gatot, Sp. PD- KHOM) (dr. Nelly Rosdiana, Sp. A (K))
NIP: 196203021989031003 NIP: 19620411198903002
Penguji II
(dr. Ali Nafiah Nasution, Sp. JP)
NIP: 198104142006041002
Medan, Januari 2014 Dekan, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Berdasarkan data The Tobacco Atlas (2009), sebanyak 20% dari jumlah populasi dewasa dunia adalah perokok. Indonesia merupakan konsumen rokok tertinggi keempat di dunia. Kelompok usia dengan jumlah perokok paling tinggi adalah dari usia 25-44 tahun. Kebiasaan merokok dapat menyebabkan beberapa jenis penyakit antaranya kanker paru, serangan jantung iskemik dan stroke.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran parameter hematologik pada perokok dan bukan perokok pria di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2013.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional study. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode consecutive sampling dan populasi penelitian ini adalah pria yang berusia 30 tahun dan keatas yang berada di RSUP Haji Adam Malik dengan besar sampel sebanyak 62 orang.
Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata kadar hemoglobin perokok adalah 15.72g% dan 14.10g% bagi bukan perokok. Rata- rata kadar eritrosit pada perokok dan bukan adalah 5.56mm3 dan 4.65mm3 masing-masing. Rata-rata kadar leukosit pada perokok adalah 8.12mm3 dan 6.58mm3 bagi bukan perokok. Rata-rata kadar trombosit pada perokok dan bukan perokok adalah 230.40mm3 dan 231.05mm3 masing-masing. Terdapat perbedaan yang bermakna pada kadar hemoglobin, eritrosit dan leukosit antara perokok dan bukan perokok (p<0.001) tetapi tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada kadar trombosit (p>0.05). Dari hasil penelitian ini dapat dilihat perbedaan yang bermakna pada kadar hemoglobin, eritrosit dan leukosit dengan lama merokok dan jumlah batang rokok yang dihisap (p<0.05).
Terdapat efek dosis rokok terhadap parameter hematologik. Kebiasaan merokok dalam jangka panjang dapat berdampak pada semua organ tubuh. Oleh itu, masyarakat harus sadar dan mengurangi konsumsi rokok.
ABSTRACT
Based on data from The Tobacco Atlas (2009), 20% of the world adult population are smokers. Forth highest cigarette consumers in the world are Indonesians. Most smokers in the world comes from the age between 25-44 years old. Smoking can cause many diseases such as lung cancer, ischemic heart disease and stroke.
This research aimed to describe on the hematologic parameters of male smokers and non-smokers from RSUP Haji Adam Malik year 2013.
This is a descriptive surveillance study with cross sectional design. The number of samples are 62 males who are 30 years old and above and determined by using consecutive sampling.
The result of this study showed the mean of hemoglobin count in smokers is 15.72g% and 14.10g% for non-smokers. Mean of erythrocyte count in smokers and non-smokers are 5.56mm3 and 4.65mm3 respectively. Wherelse mean of leukocyte is 8.12mm3 for smokers and 6.58mm3 for non-smokers. Mean of thrombocyte count in smokers is 230.40mm3 and 231.05mm3 for non-smokers. There is a significant difference in hemoglobin, erythrocyte and leukocyte count between smokers and non-smokers (p<0.001) but no significant difference in thrombocyte count (p>0.05). From this study can be seen significant difference in hemoglobin, erythrocyte and leukocyte count with duration of smoking and intensity of smoking (p<0.05).
There is dose effect relationship between smoking and hematologic parameters. Smoking can cause many diseases in long run. Awareness should be given to the public so that consumption of cigarette can be reduced.
KATA PENGANTAR
Pertama-tama saya ucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih kurniaNya sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Dalam penelitian dan penyusunan karya tulis ilmiah ini, saya telah mendapat banyak bimbingan, pengarahan, saran, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati saya ingin mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada:
1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD. KGEH atas izin penelitian yag telah diberikan.
2. Ketua Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD. SpJP(K) atas persetujuan komisi etik yang telah diberikan.
3. dr. Dairion Gatot Sp.PD-KHOM selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bantuan , bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
4. Terima kasih yang tidak terhingga dipersembahkan kepada kedua orang tua penulis, ayahanda Ramaksihnan Suppan dan ibunda Kalaiarasee Marimuthu, dan anggota keluarga lain atas doa, perhatian dan dukungan.
5. Gautham Suppiah, teman satu kelompok dosen pembimbing dan juga seluruh teman-teman angkatan 2010 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak. Demikian dan terima kasih.
2.2.2.1. Fungsi Hemoglobin………. ….... 14
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian………. 29
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian………... 29
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden……….. 29
5.1.3. Uji Analisa Perbedaan……….……….. 31
5.2. Pembahasan……….………... 34
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan………... 39
6.2. Saran………. 39
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman Tabel 1.1 Jumlah perokok di Indonesia mengikut usia 3 dari tahun 1995- 2004.
Table 2.1 Bahan kimia yang terkandung dalam rokok 9
Tabel 2.2 Penyakit-penyakit yang dapat disebabkan oleh 13 kebiasaan merokok
Tabel 5.1 Karakteristik responden penelitian 30
Tabel 5.2 Perbedaan parameter hematologik berdasarkan 31 lama merokok
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman Gambar 1.1 Jumlah penyebab kematian di dunia akibat 2 bahan kimia
DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN
Singkatan Penerangan
ADP Adenosin Difosfat ATP Adenosin Trifosfat Cl- Ion Kloride
CO Karbon Monoksida CO2 Karbon Diaoksida
COHb Karboksihemoglobin
CSSD Central Sterilization Supply Depart EDTA Asam Ethilenadiaminatetraasetat H+ Ion Hydrogen
H2CO3 Asam Karbonat
O2 Oksigen
PCO2 Tekanan Partial Karbon Monoksida
PKMRS Penyuluh Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit
PVD Peripheral Vascular Disease
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Surat Persetujuan Komisi Etik Lampiran 3 Lembar Penjelasan Penelitian Lampiran 4 Surat Persetujuan
Lampiran 5 Identitas Responden Lampiran 6 Data Induk
ABSTRAK
Berdasarkan data The Tobacco Atlas (2009), sebanyak 20% dari jumlah populasi dewasa dunia adalah perokok. Indonesia merupakan konsumen rokok tertinggi keempat di dunia. Kelompok usia dengan jumlah perokok paling tinggi adalah dari usia 25-44 tahun. Kebiasaan merokok dapat menyebabkan beberapa jenis penyakit antaranya kanker paru, serangan jantung iskemik dan stroke.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran parameter hematologik pada perokok dan bukan perokok pria di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2013.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional study. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode consecutive sampling dan populasi penelitian ini adalah pria yang berusia 30 tahun dan keatas yang berada di RSUP Haji Adam Malik dengan besar sampel sebanyak 62 orang.
Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata kadar hemoglobin perokok adalah 15.72g% dan 14.10g% bagi bukan perokok. Rata- rata kadar eritrosit pada perokok dan bukan adalah 5.56mm3 dan 4.65mm3 masing-masing. Rata-rata kadar leukosit pada perokok adalah 8.12mm3 dan 6.58mm3 bagi bukan perokok. Rata-rata kadar trombosit pada perokok dan bukan perokok adalah 230.40mm3 dan 231.05mm3 masing-masing. Terdapat perbedaan yang bermakna pada kadar hemoglobin, eritrosit dan leukosit antara perokok dan bukan perokok (p<0.001) tetapi tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada kadar trombosit (p>0.05). Dari hasil penelitian ini dapat dilihat perbedaan yang bermakna pada kadar hemoglobin, eritrosit dan leukosit dengan lama merokok dan jumlah batang rokok yang dihisap (p<0.05).
Terdapat efek dosis rokok terhadap parameter hematologik. Kebiasaan merokok dalam jangka panjang dapat berdampak pada semua organ tubuh. Oleh itu, masyarakat harus sadar dan mengurangi konsumsi rokok.
ABSTRACT
Based on data from The Tobacco Atlas (2009), 20% of the world adult population are smokers. Forth highest cigarette consumers in the world are Indonesians. Most smokers in the world comes from the age between 25-44 years old. Smoking can cause many diseases such as lung cancer, ischemic heart disease and stroke.
This research aimed to describe on the hematologic parameters of male smokers and non-smokers from RSUP Haji Adam Malik year 2013.
This is a descriptive surveillance study with cross sectional design. The number of samples are 62 males who are 30 years old and above and determined by using consecutive sampling.
The result of this study showed the mean of hemoglobin count in smokers is 15.72g% and 14.10g% for non-smokers. Mean of erythrocyte count in smokers and non-smokers are 5.56mm3 and 4.65mm3 respectively. Wherelse mean of leukocyte is 8.12mm3 for smokers and 6.58mm3 for non-smokers. Mean of thrombocyte count in smokers is 230.40mm3 and 231.05mm3 for non-smokers. There is a significant difference in hemoglobin, erythrocyte and leukocyte count between smokers and non-smokers (p<0.001) but no significant difference in thrombocyte count (p>0.05). From this study can be seen significant difference in hemoglobin, erythrocyte and leukocyte count with duration of smoking and intensity of smoking (p<0.05).
There is dose effect relationship between smoking and hematologic parameters. Smoking can cause many diseases in long run. Awareness should be given to the public so that consumption of cigarette can be reduced.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Menurut The Tobacco Atlas (2012), 20% jumlah populasi dewasa dunia adalah perokok. Pada tahun 2009, sebanyak 5,9 triliun rokok telah dikonsumsi oleh populasi dunia dimana terdapat 13% peningkatan konsumsi rokok dari dekade lalu. China merupakan konsumen rokok tertinggi di dunia dengan jumlah rokok yang dikonsumsi pada tahun 2009 sebanyak 2,264,900 milyar batang rokok diikuti Rusia sebanyak 390,000 batang rokok dan seterusnya Amerika Syarikat sebanyak 315,700 batang rokok. Konsumen rokok tertinggi keempat di dunia adalah Indonesia dengan jumlah rokok yang dikonsumsi sebanyak 260,800 batang rokok dan diikuti negara Jepang dengan angka 233,900 batang rokok.
National Health Interview Survey Amerika Syarikat telah melakukan satu penelitian dari tahun 1965-2000 mengenai persentase perokok berdasarkan usia, status ekonomi, status pendidikan dan ras. Ternyata berdasarkan kelompok usia, jumlah perokok paling tinggi terdiri dari usia 25-44 tahun. Manakala berdasarkan status ekonomi, perokok dengan angka tertinggi terdiri dari mereka yang datang dari status ekonomi rendah. Berdasarkan status pendidikan pula, peratus perokok paling tinggi terdiri dari pemegang diploma. Ras yang mempunyai jumlah perokok yang paling tinggi adalah American Indian dan yang paling rendah adalah orang Asia (Giovino, 2002).
Sebanyak 435,000 orang meninggal karena merokok setiap tahun dan 174, 000 perokok meinggal akibat penyakit jantung. Perokok yang meninggal akibat kanker adalah sebanyak 143,000 dan dari itu 83,000 disebabkan oleh kanker paru dan 26,000 oleh karena stroke. Sebanyak 53,000 perokok pasif meninggal setiap tahun. Perokok pasif mempunyai resiko 34% lebih tinggi untuk menderita kanker paru dan 30% resiko tinggi untuk menderita penyakit jantung. Setiap tahun second hand smoke menyebabkan 3,000 kematian akibat kanker paru dan 37,000 kematian akibat penyakit jantung pada bukan perokok yang berusia 35 tahun dan ke atas (Jacobs, 1997).
Gambar 1.1: Jumlah penyebab kematian di dunia akibat bahan kimia. (Jacobs M, 1997. The First to the Last Ash: The
History, Economics and Hazards of Tobacco)
Manakala jumlah wanita yang merokok pada tahun 1995 adalah sebanyak 1,7% dan pada tahun 2004 meningkat kepada 4,5% (Barber S et al., 2008).
Table 1.1: Jumlah perokok di Indonesia mengikut usia dari tahun 1995-
2004 (Barber S, Adioetomo SM, Ahsan A, Setyonaluri D., 2008. Tobacco Economics in Indonesia. International Against Tuberculosis and Lung Disease)
Sebanyak 200,000 orang meninggal abikat kebiasaan merokok dan 25,000 meninggal akibat menjadi perokok pasif di Indonesia. Setiap 8 perokok aktif yang meninggal, 1 perokok pasif akan meningggal akibat paparan asap rokok (Barber S et al., 2008).
Jumlah normal leukosit pada orang dewasa rata-rata 4.000-11.000 sel per mikroliter darah. Keadaan dimana jumlah leukosit yang di atas normal disebut leukositosis manakala di bawah normal disebut leukopenia. Fungsi utama trombosit adalah pembentukan sumbat mekanik selama respon hemostasis normal jika terjadi cedera pada vaskular. Jumlah trombosit normal adalah antara 200.000-500.000 per mikroliter darah (Ganong, 2010). Perubahan parameter hematologik pada perokok berat dapat menyebabkan resiko tinggi untuk terjadinya penyakit oklusi pembuluh darah (Mrunal dan Aundhakar, 2012).
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Akiko Kume et al. (2009) di Jepang tentang efek dosis rokok pada komponen darah dan telah terbukti bahwa kadar hemoglobin pada perokok 1,1 kali lebih tinggi berbanding bukan perokok manakala kadar leukosit 1,2 kali lebih tinggi pada perokok berbanding bukan perokok. Selain itu, Aseel A.Alhemieri (2008) juga telah melakukan satu penelitian untuk melihat efek merokok pada kadar parameter hematologik dan biokimia darah dan ternyata terdapat perbedaan yang bermakna terhadap kadar hemoglobin, eritrosit, leukosit, kolesterol dan glukosa pada perokok berbanding bukan perokok. Manakala menurut penelitian Mrunal dan Aundhakar (2012) tentang efek merokok terhadap parameter hematologik pada perokok yang berusia muda telah mengatakan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna terhadap kadar hemoglobin darah dan parameter hematologik yang lain.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah:
Bagaimanakah gambaran parameter hematologik pada perokok dan bukan perokok pria di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2013?
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran parameter hematologik pada perokok dan bukan perokok pria di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2013.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui kadar hemoglobin darah pada perokok dan bukan perokok di RSUP Haji Adam Malik.
2. Mengetahui kadar eritrosit darah pada perokok dan bukan perokok di RSUP Haji Adam Malik.
3. Mengetahui kadar leukosit darah pada perokok dan bukan perokok di RSUP Haji Adam Malik.
4. Mengetahui kadar trombosit darah pada perokok dan bukan perokok di RSUP Haji Adam Malik.
5. Melihat perbedaan antara parameter hematologik pada perokok dan bukan perokok.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat untuk:
1. Penelitian Kedokteran: Hasil penelitian diharapkan menjadi kontribusi sebagai sumber informasi dalam penerapan pengalaman ilmiah untuk peneliti di masa akan datang.
2. Petugas Kesehatan Masyarakat: Dapat merencanakan suatu strategi pelayanan kesehatan untuk mengurangi jumlah perokok di Medan. 3. Masyarakat: Sebagai bahan informasi tentang bahayanya rokok dan
dampaknya terhadap komponen darah manusia.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Rokok
2.1.1. Sejarah Rokok
Pada abad 600-900 SM, American Indians adalah manusia pertama yang mula menanam tembakau untuk kegunaan medis dan keagamaan. Penanaman tembakau untuk dijual dimulai di Amerika Utara pada tahun 1612. Pada tahun 1800, rata-rata konsumsi rokok adalah sebanyak 40 batang setahun. Kemudian, James Bonsack menciptakan satu mesin yang dapat memproduksi 120,000 rokok per hari. Merek rokok yang pertama di dunia adalah Duke of Durham dan perusahaan tembakau pertama adalah di Amerika Serikat dengan nama American Tobacco Company. Tembakau merupakan komponen utama rokok yang merujuk kepada daun tembakau kering yang dirajang (Jacobs, 1997).
2.1.2. Jenis Rokok
Terdapat tiga jenis sediaan tembakau, yaitu:
1. Gulungan tembakau (rolls of tobacco) yang dibakar dan dihisap (rokok). Contohnya adalah bidi, cigar, cigarette.
2. Pipa (pipes)
3. Sediaan oral (oral preparations) untuk digunakan dengan cara mengunyah dan didiamkan di dalam mulut atau ditempatkan di dalam hidung.
Contohnya adalah snuff, snus, betel quid.
Gambar 2.1: Produksi jenis-jenis rokok di Indonesia (Barber, S. et al. (2008). Tobacco Economics in Indonesia. International Against Tuberculosis and Lung Disease)
2.1.3. Kandungan Rokok
Terdapat 4000 bahan kimia di dalam rokok. 51 dari bahan kimia tersebut merupakan karsinogenik.
Karbon monoksida asap kenderaan Bahan kimia Terdapat dalam:
Nikotin racun serangga
Tar bahan untuk membuat jalan Arsenik racun tikus
Formaldehid mengawet mayat
Table 2.1: Bahan kimia yang terkandung dalam rokok (Jacobs, M. (1997). The First to the Last Ash: The History, Economics and Hazards of Tobacco)
Tiga zat yang paling dikenal dalam rokok: 1. Karbon Monoksida (CO)
Unsur ini dihasilkan dari pembakaran yang tidak sempurna dari arang atau karbon.
Sebatang rokok dapat menhasilkan 3-6% gas CO. Gas ini mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin dan memepunyai afinitas yang sangat tinggi terhadap hemoglobin dibandingkan dengan oksigen. Ini akan menyebabkan sel darah merah kekurangan oksigen dan terjadi spasme pembuluh darah. Bila proses ini berlangsung secara terus menerus, maka pembuluh darah akan mudah rusak dengan terjadinya proses aterosklerosis (penyempitan).
2. Nikotin
penggumpalan trombosit dan terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah yang sudah sempit akibat efek CO.
3. Tar
Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam. Tar merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru – paru. Kandungan tar dalam rokok adalah sebanyak 0,5-35 mg/batang dan dapat menyebabkan kanker pada jalan nafas dan paru-paru karena tar merupakan suatu zat karsinogen (Gondodiputro, 2007).
2.1.4. Dampak Rokok
Seorang perokok berat mempunyai resiko tinggi untuk mengalami Peripheral Vascular Disease (PVD).Arteri yang menuju ke seluruh ekstremitas akan mengalami penyempitan sehingga darah yang kaya dengan oksigen tidak dapat menuju organ yang diperdarahi oleh pembuluh darah tersebut. Jika tidak ada darah yang mencapai ke empat ekstremitas, maka akan terbentuk gangren. Bagian ekstremitas yang mengalami nekrosis harus diamputasi. Pria yang menderita PVD akan memiliki kemungkinan untuk mengalami disfungsi ereksi.
bahwa jumlah dan tingkat kepadatan sel yang digunakan untuk berpikir pada orang yang merokok jauh lebih rendah daripada orang yang tidak merokok. Merokok juga meningkatkan resiko untuk menderita penyakit saluran pernafasan seperti bronkitis dan emfisema. Ketika mengalami bronkitis, rongga bronchial akan mengalami inflamasi (peradangan) dan memproduksi mukus yang berlebihan. Mukus ini akan menyumbat saluran tersebut dan menyebabkan batuk. Emfisema merupakan penyakit paru yang tidak dapat diobati. Orang yang mengalami penyakit ini akan menggunakan banyak energi untuk bernafas. Oleh itu akan menyebabkan kesulitan bernafas dan penderita emfisema mudah lelah. Pada pria dewasa, merokok dapat meningkatkan resiko terjadinya impotensi.Hal ini karena adanya penyempitan pembuluh darah sehingga darah tidak dapat masuk ke penis. Pada wanita dapat memyebabkan osteoporosis. Perokok juga memiliki resiko mengalami ulkus lambung (Gondodiputro, 2007).
Table 2.2: Penyakit-penyakit yang dapat disebabkan oleh kebiasaan merokok (Jacobs, M. (1997). The First to the Last Ash: The History,
2.2. Parameter Hematologik 2.2.1. Darah
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah dan sel darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Volume darah secara keseluruhan adalah 8% dari berat badan atau kira-kira lima liter. Sekitar 55% adalah plasma darah, sedang 45% sisanya terdiri dari sel darah (Ganong, 2010).
Gambar 2.2: Komposis darah (Anthony, L.M. (2010). Junqueira’s Basic Histology text and atlas. 12th ed. USA: McGraw Hill Companies)
2.2.2. Hemoglobin
Hemoglobin adalah pigmen merah pembawa O2 pada eritrosit dan di bentuk oleh eritrosit yang berkembang dalam sumsum tulang. Hemoglobin terdiri atas dua pasang rantai polipeptida (globin) dan setiap globin mengandung heme yaitu zat besi. Pada keadaan normal, hemoglobin terdiri dari 2 polipeptida yaitu rantai α yang mengandung 141 asam amino 2 polipeptida lain adalah rantai β yang mengandung 146 asam amino. Bukan semua hemoglobin adalah hemoglobin A pada keadaan normal tetapi sebanyak 2,5% adalah hemoglobin A2 yaitu rantai β
2.2.2.1. Fungsi Hemoglobin
Mengangkut O2 dari organ respirasi ke jaringan perifer dengan cara
membentuk oksihemoglobulin. Oksihemoglobin ini akan beredar ke seluruh jaringan tubuh. Jika kandungan O2 didalam tubuh lebih rendah dari jaringan paru-paru, maka ikatan oksihemoglobulin akan dibebaskan dan O2 tersebut akan digunakan dalam metebolisme sel.
Mengangkut karbon dioksida dari berbagai proton seperti ion Cl- dan ion hidrogen asam (H+) dari asam karbonat (H2CO3) dari jaringan perifer ke
organ respirasi untuk diekskresi. Oleh karena itu, hemoglobin juga termasuk salah satusistem buffer atau penyangga untuk menjaga
keseimbangan pH ketika terjadi perubahan PCO2 dalam darah (Sherwood, 2001).
2.2.2.2. Kadar Normal Hemoglobin
2.2.2.3. Proses Pembentukan Hemoglobin
Menurut Hillman, Ault dan Rinder (2005), proses sintesis hemoglobin yang normal memerlukan cadangan zat besi yang mencukupi dan produksi
protoporphyrin dan globin yang normal. Proses sintesis protoporphyrin dimulai di dalam mitokondria dengan pembentukan delta aminolevulenic acid (δALA)
daripada glycine dan succinyl-CoA yang berasal dari siklus asam sitrat. Seterusnya, terjadi pembentukan porphobilinogen, uroporphyrin dan
coproporphyrin di sitoplasma sel. Dua molekul δALA bergabung membentuk
porphobilinogen yang mengandung satu rantai pyrrole. Melalui proses deaminasi, empat prophobilinogen digabungkan menjadi hydroxymethyl bilane, yang kemudiannya dihidrolisis menjadi uroporphyrin. Uroporphyrin kemudiannya mengalami dekarboksilasi menjadi coporphyrin. Enzim coporphyrin oxidase
mengoksidasi coporphyrin kepada protpoporphyrinogen. Protoporphyrinogen
seterusnya dioksidaksikan membentuk protoporphyrin dan 2,3-DPG akan terlepas
dari posisi asalnya yaitu di antara rantai β-globin lalu membuka molekul heme untuk menerima oksigen. Seterusnya, oksigen yang berikatan dengan salah satu kelompok heme akan meningkatkan afinitas kelompok heme yang lain kepada oksigen. Interaksi ini yang menyebabkan terjadinya bentuk ”sigmoid” pada kurva disosiasi oksigen. Proses terakhir adalah penggabungan rantai protoporphyrin
dengan ion ferous, Fe2+lalu membentuk molekul heme. Proses ini berlaku di dalam mitokondria. Rantai globin pula digabungkan oleh ribosom sitoplasmik yang dikawal oleh dua kluster gene pada kromosom 11 dan 16. Hasil akhirnya
adalah molekul globin yang tetramer yaitu dua rantai α-globin dan dua rantai
2.2.3. Proses Hematopoiesis
Gambar 2.3: Hematopoiesis normal (Rashidi, H.H. and Nguyen, J.C. (2012).
2.2.4. Eritrosit
Bentuk sel darah merah pada keadaan normal adalah dwicekung (biconcave discs) dengan diameter purata 7,8μm, ketebalan 2,5μm dan volume sekitar 90-95 kubik mikrometer. Tidak mempunyai nucleus, mitokondria dan retikulum endoplasma tetapi mempunyai enzim sitoplasma yang dapat memetabolisme glukosa dan membentuk ATP. Sel ini mempunyai masa hidup yang singkat yaitu selama rata-rata 120 hari. Struktur sel darah merah matang yang unik ini memberikan daya lenturan yang maksimal saat melewati pembuluh darah yang sempit (Guyton, 2011).
2.2.4.1. Kadar Normal Eritrosit
Eritrosit berjumlah paling banyak diantara sel-sel darah yang lain. Nilai normal eritrosit rata-rata pada pria adalah 5,4 juta /µL dan untuk wanita 4,8 juta /µL. Setiap sel darah merah mengandung 29 pg hemoglobin. Oleh itu, dalam sirkulasi darah manusia dewasa secara normal mempunyai 3x10¹³ sel darah merah dan 900g hemoglobin (Ganong, 2010).
2.2.4.2. Kelainan Morfologi Eritrosit
Kelainan ukuran eritrosit : 1. Mikrosit
Sel ini berasal dari fragmentasi eritrosit yang normal seperti pada anemia hemolitik, anemia megaloblastik dan dapat juga terjadi pada anemia defisiensi besi.
2. Makrosit
Makrosit adalah eritrosit yang berukuran lebih dari 8 um dan sel ini terdapat pada anemia megaloblastik.
Anisositosis tidak menunjukkan kelainan hematologik yang spesifik. Keadaan ini ditandai dengan adanya eritrosit dengan ukuran yang tidak sama besar dalam sediaan hapusan darah tepi. Anisositosis jelas terlihat pada anemia mikrositik yang ada bersamaan dengan anemia makrositik seperti pada anemia gizi (Arjatmo Tjokronegoro et al., 1996).
Kelainan bentuk eritrosit : 1. Ovalosit
Ovalosit adalah eritrosit yang berbentuk lonjong. 2. Sperosit
Eritrosit yang berbentuk lebih bulat, lebih kecil dan lebih tebal dari eritrosit normal.
3. Schitosit atau fragmentosit Sel ini merupakan pecahan eritrosit. 4. Sel target atau leptosit atau sel sasaran
Eritrosit yang mempunyai masa kemerahan di bagian tengahnya disebut juga sebagai sel sasaran.
5. Sel sabit atau sickle cell
Sel seperti ini didapatkan pada penyakit sel sabit yang homozigot (SS).Untuk mendapatkan eritrosit yang berbentuk sabit, eritrosit diinkubasi terlebih dahulu dalam keadaan anoksia dengan menggunakan zat reduktor (Na2S2O5 atau Na2S2O3).Hal ini terutama dilakukan pada penyakit sel sabit heterozigot.
6. Krenasi
Sel seperti ini merupakan artefak yang dapat dijumpai dalam sediaan hapusan darah tepi yang telah disimpan 1 malam pada suhu 200 ºC atau eritrosit yang berasal dari “washed packed cell”.
7. Sel Burr
Sel ini adalah eritrosit yang kecil atau fragmentosit yang mempunyai duri satu atau lebih pada permukaan eritrosit.
Sel ini disebabkan oleh metabolisme fosfolipid dari membran eritrosit. Pada keadaan ini tepi eritrosit mempunyai tonjolan-tonjolan berupa duri.
9. Tear drop cells
Eritrosit yang mempunyai bentuk seperti tetesan air mata. 10. Poiklositosis
Poiklositosis adalah istilah yang menunjukkan bentuk eritrosit yang bermacam-macam dalam sediaan hapusan darah tepi.
11. Rouleaux atau auto aglutinasi
Rouleaux tersusun dari 3-5 eritrosit yang membentuk barisan sedangkan auto aglutinasi adalah keadaan dimana eritrosit bergumpal (Arjatmo Tjokronegoro et al., 1996).
Kelainan warna eritrosit 1. Hipokrom
Eritrosit yang tampak pucat. Hal ini disebabkan olehkadar hemoglobin dalam eritrosit berkurang.
2. Polikrom
Eritrosit yang lebih besar dan lebih biru dari eritrosit normal.Polikromasi suatu keadaan yang ditandai dengan banyak eritrosit polikrom pada preparat sediaan hapusam darah tepi. Keadaan ini berkaitan dengan retikulositosis (Arjatmo Tjokronegoro et al., 1996).
2.2.5. Leukosit
mikroliter (Ganong, 2010). Masa hidup leukosit granular adalah 4-8 jam dalam sirkulasi darah dan 4-5 hari dalam jaringan (Guyton, 2011).
2.2.5.1. Neutrofil
Neutrofil berfungsi untuk membunuh bakteri atau virus yang masuk ke dalam tubuh manusia. Sel-sel ini tertarik ke tempat infeksi oleh substansi kimiawi yang dilepaskan sel yang cedera, kemotaksis. Sel-sel ini menembus dinding kapiler di daerah radang dengan cara diapedesis kemudian mereka memfagositosis dan membunuh kuman. Satu neutrofil dapat memfagosit 3-20 bakteri sebelum mati. Setelah beberapa hari, akan terbentuk pus yang mengandung jaringan yang nekrosis, neutrofil dan makrofag yang mati dan cairan (Guyton, 2011). Neutrofil merupakan leukosit granular yang paling banyak mencapai 50-70 persen dari jumlah sel darah putih. Kadar normal neutrofil adalah 3000-6000 sel per mikroliter (Ganong, 2010).
2.2.5.2. Eosinofil
Eosinofil diproduksi dalam jumlah yang banyak jika tubuh terkena infeksi parasit. Pada keadaan umum, ukuran parasit lebih besar berbanding eosinofil. Oleh itu, akan melengket pada parasit tersebut dan melepaskan substansi kimia untuk membunuh parasit tersebut (Guyton, 2011). Eosinofil dalam darah mencapai 1-4 persen dari jumlah sel darah putih, rata-rata 150-300 sel per mikroliter (Ganong, 2010).
2.2.5.3. Basofil
juga mengandung heparin untuk membantu mencegah pembekuan darah intravaskular (Guyton, 2011).
2.2.5.4. Limfosit
Kadar limfosit pada keadaan normal adalah 1500-40000 sel per mikroliter yaitu sebanyak 20-40 persen dari jumlah sel darah putih. .Limfosit berfungsi dalam reaksi imunitas. Terdapat dua jenis limfosit yaitu limfosit T dan limfosit B. Limfosit T bertanggung jawab atas respons kekebalan selular melalui pembentukan sel yang reaktif antigen sedangkan limfosit B, jika dirangsang dengan semestinya berdiferesiansi menjadi sel-sel plasma yang menghasilkan immunoglobulin (Ganong, 2010).
2.2.5.5. Monosit
Monosit mencapai 2-8 persen dari jumlah sel darah putih yaitu rata-rata 300-600 sel per mikroliter (Ganong, 2010). Masa hidup monosit adalah 10-20 jam dalam darah sebelum ke jaringan. Setelah di jaringan, monosit mengembang menjdi makrofag jaringan dan dapat hidup selama beberapa bulan (Guyton, 2011).
2.2.6. Trombosit
Trombosit juga dikenali sebagai platelet yang tidak berinti dan diameter 2-4 mikrometer. Kadar normal trombosit dalam darah adalah sebanyak 150,000-300,000 sel per mikroliter. Diproduksi di sumsum tulang dari megakariosit dan kemudian mejadi fragmen-fragmen kecil yang disebut platelet. Masa hidup trombosit adalah 8-12 hari dan setelah itu akan dieliminasi dari sirkulasi darah oleh makrofag yang terdapat di limpa (Guyton, 2011).
2.2.6.1. Struktur Trombosit
isi trombosit serta zon membran yang keluar dari isi granola saat pelepasan (Sherwood, 2001).
2.2.6.2. Fungsi Trombosit
Trombosit berperan dalam pembentukan sumbatan mekanis selama respon hemostatik normal terhadap luka vaskular. Apabila menemu pembuluh darah yang luka, platelet akan membengkak dan menjadi irregular. Protein akan konstriksi dan terjadi pelepasan granul yang mengandung faktor aktivasi. Ini akan menyebabkan platelet melengket pada kolagen jaringan dan protein yang dikenali sebagai von Willebrand factors. Kemudian terjadi sekresi ADP dan tromboksan A2 yang banyak. ADP dan tromboksan A2 menyebabkan trombosit yang ada beragregasi pada tempat luka pembuluh darah tersebut (Guyton, 2011).
2.3. Hubungan Parameter Hematologik Dengan Kebiasaan Merokok
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kadar hemoglobin, eritrosit dan leukosit akibat merokok. Peningkatan kadar hemoglobin dan eritrosit adalah disebabkan oleh karbon monoksida (CO) yang diproduksi dari hasil pembakaran karbon yang tidak sempurna bereaksi dengan hemoglobin untuk membentuk karboksihemoglobin (COHb). Akibatnya jaringan akan mengalami hipoksia oleh kerana kekurangan oksigen. Oleh itu akan terjadi peningkatan sekresi eritropoietin dan meningkatnya proses eritropoesis. Selain itu, CO dari rokok mempunyai afinitas terhadap hemoglobin sebanyak 245 kali lebih dari oxygen. Kadar normal COHb pada bukan perokok adalah <1,5% tetapi pada perokok diantara 3-15% (Ashish, G. et al., 2010)
kadar leukosit sebanyak 10% dapat menyebabkan meningkatnya 6,3% resiko untuk terjadi batuk kronik dan 8,9% untuk terjadi bronkitis kronik. Manakala, 9-25% penurunan kadar leukosit darah dapat menurunkan 14% resiko untuk terjadinya kematian akibat penyakit kardiovaskular (Grimm et al., 1985).
Terdapat beberapa penelitian menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada kadar trombosit darah akibat merokok (Asif, M. et al., 2013). Hanya satu penelitian menyatakan bahwa peningkatan kadar trombosit adalah disebabkan oleh peningkatan epinefrin akibat nikotin yang terkandung dalam rokok. Ini menyebabkan terjadinya kontraksi pada limpa dan terlepas platelet ke dalam sirkulasi darah. Oleh itu, terjadi peningkatan kadar trombosit (Aghaji, M. et al., 1990).
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:
Variable independen Variable dependen
Gambar 3.1: Kerangka konsep gambaran parameter hematologik pada perokok dan bukan perokok pria di RSUP Haji Adam Malik
3.2. Variable Dan Definisi Operasional
1.Parameter hematologik
Definisi Operasional : Parameter hematologik yang didapat dari hasil
pemeriksaan sampel darah perokok dan bukan perokok di RSUP Haji Adam Malik
Cara Ukur: Pengukuran dilakukan dari hasil pemeriksaan darah lengkap (hemoglobin, eritrosit, leukosit dan trombosit)
Perokok
Parameter
Kadar hemoglobin
Kadar eritrosit darah
Kadar leukosit darah
Kadar trombosit darah Bukan perokok
-Lama merokok
Alat Ukur : Pemeriksaan darah lengkap
Hasil Ukur : Parameter hematologik (hemoglobin, eritrosit, leukosit dan trombosit) yang didapat dari pemeriksaan darah lengkap
Skala Ukur : Ratio
2.Perokok dan Bukan Perokok
Definisi Operasional : Memilih responden perokok dan bukan perokok yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian
Cara Ukur : Mewawancara perokok dan bukan perokok
Alat Ukur : Wawancara
Hasil Ukur : Responden perokok dan bukan perokok yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian dari hasil wawancara
Lama merokok: 11-20 tahun 20-30 tahun >30 tahun
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan desian cross sectional study, dimana dilakukan pengumpulan data berdasarkan pengukuran variable independen dan variable dependen. Penelitian ini bersifat deskriptif yang dilakukan untuk mengetahui gambaran parameter hematologik pada perokok dan bukan perokok pria di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2013.
4.2. Waktu Dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung dari bulan September 2013 sampai Desember 2013. 4.2.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan, Indonesia. 4.3. Populasi Dan Sampel
4.3.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh warga berjenis kelamin pria yang berusia >30 tahun di RSUP Haji Adam Malik.
4.3.2. Sampel
4.3.2.1. Kriteria Inklusi Dan Eksklusi Kriteria inklusi:
Kriteria eksklusi:
- Perokok yang sudah berhenti merokok
- Perokok dan bukan perokok yang menderita penyakit kelainan darah
4.3.2.2. Besar Sampel
Besar sampel penelitian ini adalah seluruh warga yang berjenis kelamin pria yang berusia 30 tahun keatas yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti. Rumus yang digunakan adalah:
Keterangan: n = besar sampel
Ζα = deviate baku alfa
P = proporsi kategori Q = 1-P
d = presisi
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah consecutive sampling yaitu sampel dipilih harus memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti.
= 61.5
4.4. Teknik Pengambilan Data 4.4.1. Jenis Data
Jenis data ini adalah data primer. Data diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan pengambilan data langsung dari pemeriksaan sampel darah subyek sebagai sumber informasi.
4.4.2. Cara Pengumpulan Data
Responden pada penelitian ini adalah perokok dan bukan perokok yang berjenis kelamin laki-laki berusia >30 tahun yang sudah merokok lebih dari 15 tahun dan berada di RSUP Haji Adam Malik yang dipilih sebagai sampel penelitian. Peneliti menerangkan tujuan penelitian dan tindakan yang akan dilakukan terhadap responden. Responden harus memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang ditetapkan dalam penelitian. Meminta persetujuan responden dan mengisi informed consent. Responden akan diperiksa darah lengkap di Departmen Patologi Klinik RSUP Haji Adam Malik kemudian hasil pemeriksaan akan didapatkan dari responden.
4.5. Pengolahan Dan Analisa Data
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diperoleh dari pemeriksaan sampel darah 62 orang responden di Departmen Patologi Klinik, RSUP Haji Adam Malik. Hasil pemeriksaan darah dianalisis, sehingga dapat disajikan hasil penelitian sebagai berikut.
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit milik pemerintah. Rumah sakit ini dikelola oleh Pemerintah Pusat bersama Pemerintah Daerah Prov. Sumatera Utara. Rumah Sakit ini terletak di pusat kota Medan, Indonesia. RSUP Haji Adam Malik merupakan Rumah Sakit tipe A. Lokasinya dibangun diatas tanah seluas ±10Ha dan terletak di Jalan Bunga Lau No.17 km.12, Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara.
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini responden yang terpilih adalah sebanyak 62 orang pria yang berusia 30 tahun dan keatas yang berada di RSUP Haji Adam Malik. Responden dipilih dengan menggunakan teknik consecutive sampling. Deskripsi karakteristik responden mencakup usia, kadar hemoglobin, eritrosit, leukosit, trombosit, hematokrit, MCV, MCH, MCHC, RDW, MPV, PCT, PDW dan LED. Jenis perokok dibagi kepada 3 kelompok berdasarkan jumlah batang rokok yang dihisap per hari: 1-10 batang: perokok ringan
11-20 batang: perokok sedang >20 batang: perokok berat
Berdasarkan tabel 5.1, tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p>0.05) pada usia, kadar trombosit, MCV, MCH, RDW, MPV, PCT dan PDW responden perokok dan bukan perokok. Hanya dapat dilihat adanya perbedaan yang bermakna (p<0.05) pada kadar hemoglobin, leukosit, eritrosit, hematokrit, MCHC dan LED perokok dan bukan perokok.
Kebanyakkan perokok terdiri dari kelompok perokok berat yaitu 21 orang (52.5%), 14 orang (35%) adalah perokok sedang dan 5 orang (12.5%) perokok ringan.
Dari segi lama merokok, mayoritas perokok terdiri dari kelompok yang merokok >30 tahun yaitu 21 orang (52.5%), 13 orang (32.5%) yang merokok 21-30 tahun dan 6 orang (15%) adalah dari kelompok 11-20 tahun.
5.1.3. Analisa Uji Perbedaan
Uji yang digunakan adalah Anova untuk melihat perbedaan parameter hematologik pada perokok dan bukan perokok berdasarkan lama merokok dan jenis perokok. Hasil uji hipotesis yang dilakukan dapat dilihat di tabel di bawah ini.
Tabel 5.2 Perbedaan Parameter Hematologik Berdasarkan Lama Merokok
Parameter Lama merokok Nilai p
Bukan
perokok 11-20 21-30 >30
Berdasarkan tabel 5.2, pada penelitian ini didapatkan kadar hemoglobin, eritrosit dan leukosit mempunyai perbedaan yang bermakna dengan lama merokok (p<0.001) tetapi tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada kadar trombosit (p>0.05). Kadar hemoglobin, eritrosit dan leukosit antara bukan perokok dengan perokok yang merokok 11-20 tahun, 21-30 tahun dan >30 tahun menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0.05). Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada kadar trombosit (p>0.05) antara mana-mana kelompok perokok dan bukan perokok.
Tabel 5.3 Perbedaan Parameter Hematologik Berdasarkan Jenis Perokok
Parameter Jenis perokok Nilai p
Bukan
5.2. Pembahasan
5.2.1. Karakteristik Responden
Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna terhadap parameter hematologik pada perokok dan bukan perokok. Berdasarkan tabel 5.1, terdapat perbedaan yang bermakna pada kadar hemoglobin dan eritrosit terhadap perokok dan bukan perokok (p<0.001). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Asif, M. et al. (2013) di Quetta, Pakistan tentang efek rokok terhadap parameter hematologik pada perokok dan bukan perokok dimana pada penelitian ini didapati p=0.001 untuk kadar hemoglobin dan
p=0.011 untuk kadar eritrosit antara perokok dan bukan perokok. Ini mungkin kerana karbon monoksida yang terkandung dalam asap rokok mempunyai afinitas yang tinggi terhadap hemoglobin berbanding oksigen. Oleh itu, tubuh akan meningkatkan sekresi eritropoietin untuk proses eritropoiesis yang juga meningkatkan kadar hemoglobin.
Selain itu, kadar leukosit menunjukkan perbedaan yang bermakna antara perokok dan bukan perokok (p<0.001). Hal ini telah dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan di Karachi, Pakistan tentang hubungan kebiasaan merokok dengan kadar leukosit total pada pria yang sehat dan hasil penelitian tersebut menunjukkan perbedaan p<0.001 pada kadar leukosit perokok berbanding bukan perokok (Haider, M.J. dan Rauf, A. 2010). Hal ini kerana nikotin menstimulasi pelepasan katekolamin yang akan menyebabakan terjadinya peningkatan kadar epinefrin dan kortisol dalam darah dimana kedua hormon endogen ini dapat meningkatkan kadar leukosit. Selain itu, bahan iritan dalam rokok dapat menyebabkan terjadinya respon inflamasi akut atau kronik yang juga merupakan penyebab peningkatan kadar leukosit dalam darah pada perokok.
terjadinya trombosis tetapi tidak menyebabkan peningkatan pada jumlah trombosit.
Pada parameter hematokrit, MCHC dan LED menunjukkan perbedaan yang bermakna antara perokok dan bukan perokok (p<0.05). Hal ini telah dibuktikan dalam penelitian di Quetta, Pakistan dimana pada penelitian tersebut juga menunjukkan perbedaan bermakna pada hematokrit (p=0.006) dan MCHC (p=0.009). Hal ini karena apabila jumlah eritrosit meningkat dalam darah, sudah pasti persentase dari volume whole blood yang terdiri dari eritrosit juga akan meningkat yang memberi efek pada hematokrit. Oleh karena kadar hemoglobin meningkat, konsentrasi hemoglobin dalam suatu volume eritrosit juga meningkat dan ini yang menyebabkan perbedaan yang bermakna pada kadar MCHC. Tetapi pada MCV, MCH, RDW, MPV, PCT dan PDW tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna sejalan dengan penelitian ini (Asif, M. et al., 2013).
Berdasarkan jenis perokok, kebanyakkan perokok terdiri dari kelompok perokok berat yaitu merokok >20 batang rokok per hari (52.5%). Hal ini sejalan dengan penelitian Haider dan Rauf (2010) yang juga menyatakan dalam penelitiannya kebanyakkan perokok adalah perokok berat (47.5%). Manakala, berdasarkan lama merokok dapat dilihat mayoritas perokok adalah perokok yang merokok >30 tahun (52.5%). Hal ini tidak sama seperti yang tercatat dalam penelitian yang dilakukan di Karachi, Pakistan karena dalam penelitian ini kebanyakkan perokok terdiri dari kelompok yang merokok 21-30 tahun (Haider, M.J. dan Rauf, A., 2010).
5.2.2. Perbedaan Parameter Hematologik Berdasarkan Lama Merokok
oksigen dalam darah. Hal ini mengakibatkan oksigen yang ditransport ke jaringan berkurang dan mengakibatkan eritrosit yang dihasilkan meningkat jumlahnya. Produksi eritrosit yang meningkat terus-menerus akan menyebabkan hemoglobin darah juga meningkat. Selain itu, dari penelitian ini dapat dilihat perbedaan yang bermakna pada kadar hemoglobin antara bukan perokok dengan perokok yang merokok 11-20 tahun, 21-30 tahun dan >30 tahun (p<0.001).
Kadar eritrosit menunujukkan perbedaan yang bermakna dengan lama merokok (p<0.001). Hal ini sama seperti yang tercatat di dalam penelitian yang dilakukan di Kota Semarang, Jawa Tengah yang menyatakan terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar eritrosit dengan lama merokok (Hastono, W.D., 2000). Ini karena peningkatan kadar CO dalam darah yang menyebabkan tubuh untuk memproduksi eritrosit secara berlebihan. Terdapat juga perbedaan yang bermakna antara pada kadar eritrosit bukan perokok dengan perokok yang merokok 11-20 tahun, 21-30 tahun dan >30 tahun (p<0.001).
Perbedaan yang bermakna dapat dilihat antara lama merokok dengan kadar leukosit (p<0.001). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Jerman dimana lama merokok memberikan perbedaan yang bermakna pada kadar leukosit (p<0.001) (Frohlich, M. et al., 2003). Ini karena bahan iritan dalam rokok apabila memasuki tubuh manusia akan memberikan efek terhadap kadar leukosit karena tubuh manusia mengenalinya sebagai antigen. Semakin lama dan semakin banyak paparan bahan iritan dari rokok maka makin tinggi kadar leukosit dalam darah. Terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar leukosit bukan perokok dengan perokok yang merokok 11-20 tahun, 21-30 tahun dan >30 tahun (p<0.05).
5.2.3. Perbedaan Parameter Hematologik Berdasarkan Jenis Perokok
banyak rokok yang dihisap setiap hari, semakin banyak gas CO yang memasuki darah manusia dan sebagai kompensasi tubuh sudah pasti makin banyak eritrosit yang akan diproduksi yang sekaligus meningkatkan kadar hemoglobin. Terdapat perbedaan yang bermakna pada kadar hemoglobin antara bukan perokok dengan perokok ringan, sedang dan berat (p<0.05).
Selain itu, kadar eritrosit menunjukkan perbedaan yang bermakna terhadap jenis perokok (p<0.001). Hal ini sama seperti yang tercatat dalam penelitian Hastono, W.D. (2000) yang menyatakan terdapat perbedaan bermakna antara kadar eritrosit dengan jenis perokok. Ini karena semakin tinggi kadar CO darah maka semakin banyak eritropoietin disekresi untuk meningkatkan proses eritropoiesis. Dari penelitian ini dapat juga dilihat perbedaan pada kadar eritrosit antara bukan perokok dengan perokok ringan, sedang dan berat (p<0.001).
Terdapat perbedaan yang bermakna antara jenis perokok dengan kadar leukosit (p<0.001). Hal ini sejalan dengan penelitian Jianmin, L. et al. (2011) dan Frohlich, M. et al. (2003) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar leukosit dengan jumlah batang rokok yang dihisap per hari (p<0.001). Ini kerana semakin banyak partikel iritan memasuki tubuh, semakin banyak leukosit akan dibentuk untuk pertahanan tubuh. Selain itu, kadar leukosit menunjukkan perbedaan yang bermakna antara bukan perokok dengan perokok sedang dan berat (p<0.05).
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Rata-rata kadar hemoglobin pada perokok adalah 15.72g/% manakala 14.10g/% bagi bukan perokok.
Rata-rata kadar eritrosit pada perokok adalah 5.56mm3 dan bukan perokok adalah 4.65mm3.
Rata-rata kadar leukosit pada perokok adalah 8.12mm3 dan 6.58mm3 bukan perokok.
Rata-rata kadar trombosit pada perokok adalah 230.40mm3 manakala 231.05mm3 bagi bukan perokok.
Terdapat perbedaan yang bermakna pada kadar hemoglobin, eritrosit dan leukosit antara perokok dan bukan perokok (p<0.001).
Perbedaan yang bermakna dapat dilihat pada kadar hemoglobin, eritrosit dan leukosit dengan lama merokok dan jenis perokok (p<0.05).
6.2. Saran
Dari hasil penelitian, dapat disertakan beberapa saran dari peneliti yang diharapkan bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat khususnya dalam bidang kesehatan dan mahasiswa fakultas kedokteran. Antara saran yang dapat diberikan adalah:
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi kontribusi sebagai sumber informasi dalam penerapan pengalaman ilmiah untuk peneliti di masa akan datang.
Bidang kesehatan dapat merencanakan suatu strategi pelayanan kesehatan untuk menerangkan dampak rokok pada tubuh manusia dan mengurangi jumlah perokok di Medan.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, M. (2008). Pengaruh Rokok Terhadap Kadar Hemoglobin pada Perokok di Wilayah rt 012 rw 09 Kelurahan Kramat Jati Jakarta Timur. Perpustakaan Universitas MH.Thamrin. [Online] 8(1). p.48. Available from:
24 October 2013].
Aghaji, M., Nnabuko, R., Uzuegbunam, C. and Oyeka, I.C. (1990). The
Relationship of White Blood Cells and Platelet Counts to Cigarette Smoking in Adult Nigerians. Central African Journal ofMedicine. [Online]36(11). p.273-278. Available from [Accessed: 1June 2013].
Akiko, K., Toshifumi, K., Kazuo, M., Fuminori, S. and Hiroshi, Y. (2009). Dose- dependent Effects of Cigarette Smoke on Blood Biomakers in Healthy
Japanese Volunteers: Observations from Smoking and Non-smoking. Journal of Health Science. 55 (2). p.259-264.
Anthony, L.M. (2010). Junqueira’s Basic Histology Text and Atlas. 12th edition. USA: McGraw-Hill Companies.
Arjatmo Tjokronegoro (1996). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1 edisi 3. Jakarta: FKUI.
Alhemieri, A.A. (2008). Effect of Cigarette Smoking on some Hematological & Biochemical Factors in Blood of Men with Aging. Basrah Journal of Science.
Ashish, G., Desh, D. and Naveen, G. (2010). Study of Relationship of Tobacco Smoking with Hemoglobin Concentration in Healthy Adults. Journal of Pharmaceutical and Biomedical Sciences. 1(1). p.19.
Asif, M. et al. (2013). Effect of Cigarette Smoking Based on Hematological Parameters: Comparison Between Male Smokers and Non-smokers. Turkish Journal of Biochemistry. 38 (1). p.75-80.
Barber, S., Ahsan, A., Adioetomo, M. and Setyonaluri, D. (2008). Tobacco Economics in Indonesia. International Union Against Tuberculosis and Lung Disease. p.20-68.
Eriksen, M., Mackay, J. and Ross, H. (2012). The Tobacco Atlas. 4th edition. [Online] Available from:
[Accessed: 13 May 2013]
Frohlich, M., Sund, M., Lowel, H., Imhof, A., Hoffmeister, A. and Koenig, W. (2003). Independent Association of Various Smoking Characteristics with Markers of Systemic Inflammation in Men. European Heart Journal. 24(1). p.1365-1372.
Giovino, G.A. (2002). Epidemiology of Tobacco Used in United States. Oncogene. 21(1). p.7326-7340.
Grimm, R.H., Neaton, J.D. and Ludwig, W. (1985). Prognostic Importance of the White Blood Cell Count for Coronary, Cancer and All Cause Mortality. Journal of the American Medical Association. 254(14). p.1932-1937.
Haider, M.J. and Rauf, A. (2010). Smoking Habit and Their Association with Total Leukocytes Count Among Healthy Men in Karachi, Pakistan. World Applied Sciences Journal. 11(6). p.669-673.
Hastono, W.D. (2000). Perbedaan Kadar Hemoglobin, Hematokrit dan Jumlah Eritrosit antara Perokok dan Bukan Perokok pada Mahasiswa di Kelurahan Tembalang Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Pusat Data Jurnal dan Skripsi. [Online] Available from:
[Accessed: 9 December 2013].
Hillman, R.S., Ault, K.A. and Rinder, H. (2005). Hematology in Clinical Practice. 4thedition. USA: McGraw-Hill Companies.
John, E.H. (2011). Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. 12th edition. USA: Saunders Elsevier.
Jacobs, M. (1997). The First to The Last Ash : The History, Economics and Hazards of Tobacco. [Online] USA: Department of Public Health. Available from: [Accessed: 24 April 2013]
Kapoor, D. and Jones, TH. (2005). Smoking and Hormones in Health and
Endocrine Disorders. European Journal of Endocrinology. 152(4). p.491-499.
Kim, E.B. et al. (2010). Ganong's Review of Medical Physiology. 23rd edition. USA: McGraw Hill Companies.
Longo, L.D. et al. (2012). Harrison's Principles of Internal Medicine. 18th edition. USA: McGraw HillCompanies.
Mrunal, R.S. and Aundhakar, N.V. (2012). Effect of Cigarette Smoking on Various Hematological Parameters in Young Male Smokers. Indian Journal of Basic& Applied Medical Research. 2 (5). p.386-392.
Rashidi, H.H. and Nguyen, J.C. (2012). Hematology Outlines, An Online Textbook & Atlas of Hematology. [Online] Available from:
Sherwood, L. (2001). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Nageintheree Ramaksihnan
Tempat/ tanggal lahir : Kuala Lumpur, Malaysia / 19 Juni 1990 Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Hindu
Alamat : Jl. Kacang, Pringgan, No 3, Medan Nomor Telepon : 083197692419
Orang tua : Ramaksihnan Suppan / Kalaiarasee Marimuthu Riwayat pendidikan : Sijil Pelajaran Menengah (SPM) - 2007
: Tunku Abdul Rahman College - 2008 : President College - 2010
: Fakultas Kedokteran USU - sekarang
Riwayat Organisasi : Ahli, Persatuan Kebangsaan Pelajar-pelajar Malaysia Indonesia Cawangan Medan. (PKPMI- CM)
LEMBAR PENJELASAN
Salam sejahtera bagi kita semua,
Saya, Nageintheree Ramaksihnan, mahasiswa semester VII Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, saat ini sedang melakukan penelitian yang berjudul “Gambaran Parameter Hematologik pada Perokok dan Bukan Perokok yang Berjenis Kelamin Pria di RSUP Haji Adam Malik pada Tahun 2013”. Sebagaimana kita tahu bahawa merokok merupakan satu tabiat buruk yang dapat membahayakan manusia dalam jangka waktu yang lama. Penelitian saya ini untuk mengetahui bagaimana tabiat merokok dapat memberikan dampak pada komponen darah manusia.
Penelitian saya ini dilakukan dengan cara pengambilan darah dari bapak untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium. Saya mengharapkan kerjasama dari bapak dalam sesi pengambilan darah dan dengan ini bapak dapat membantu saya dalam menyelesaikan penelitian saya dengan sukses. Setelah pengambilan darah di Departmen Patologi Klinik RSUP Haji Adam Malik, bapak harus menunggu untuk hasilnya dan setelh pengambilan hasil saya akan menerangkan hasil pemeriksaan dan tindakan yang harus bapak lakukan untuk mengurangi faktor resiko yang dapat membahayakan bapak. Hasil pemeriksaan ini hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian ini dan tidak akan disalah gunakan untuk maksud-maksud lain. Identitas bapak tetap dirahasiakan dan tidak akan ditulis atau disebarkan. Bila terjadi sesuatu atau ada yang ingin bapak tanyakan dapat menemui atau menghubungi saya di :
Keikutsertaan bapak dalam penelitian ini sangat saya harapkan. Partisipasi bapak bersifat bebas dan tanpa ada paksaan. Bapak berhak untuk menolak berpartisipasi tanpa dikenakan sanksi apapun.
Demikian penjelasan ini saya sampaikan. Atas partisipasi dan kesediaan bapak, saya ucapkan terima kasih.
Medan, 2 September 2013,
SURAT PERSETUJUAN RESPONDEN PENELITIAN (INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : ... Umur : ... tahun
Alamat : ... ... Setelah mendapat keterangan dan penjelasan yang cukup dari peneliti secara lengkap, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menyatakan ‘BERSEDIA’ berpartisipasi menjadi sukarelawan dalam penelitian ini yang berjudul Gambaran Parameter Hematologik pada Perokok dan Bukan Perokok Pria di RSUP Haji Adam Malik pada Tahun 2013.
Medan, ... 2013
Mengetahui, Menyatakan,
Peneliti, Responden,
Identitas Responden
Nama: Umur:
Kebiasaan: Merokok Bukan perokok Untuk perokok:
Lama merokok: 11-20 tahun 21-30 tahun >30 tahun
Jumlah batang rokok yang dirokok setiap hari: 1-10 batang
11-20 batang
>20 batang 5. Riwayat penyakit kelainan darah: Ya
Tidak
59. bukan perokok
71 - - 13.9 4.84 6.74 194 40.9 88.1 28.9 32.8
60. perokok 73 >30 11-20 16.7 5.51 7.41 159 41.8 85.8 31.0 36.1 61. bukan
perokok
73 - - 13.4 4.89 6.61 197 42.8 93.0 30.7 32.9
62. bukan perokok
T-Test
Group Statistics
kebiasaan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
lama_merokok perokok 40 2.38 .740 .117
bukan perokok 0a . . .
jumlah_rokok perokok 39 2.38 .711 .114
bukan perokok 0a . . .
hb perokok 40 15.7150 .59293 .09375
bukan perokok 22 14.0591 .67940 .14485
rbc perokok 40 5.5580 .36227 .05728
bukan perokok 22 4.6491 .22585 .04815
wbc perokok 40 8.1170 1.13131 .17888
bukan perokok 22 6.5768 .72890 .15540
plt perokok 40 230.40 46.258 7.314
bukan perokok 22 231.05 57.928 12.350
usia perokok 40 52.80 11.143 1.762
bukan perokok 22 55.36 11.082 2.363
hematokrit perokok 40 45.8825 2.25342 .35630
bukan perokok 22 41.8318 2.10790 .44940
MCV perokok 40 87.3300 4.37371 .69154
bukan perokok 22 88.2318 4.02733 .85863
MCH perokok 40 29.8175 1.62432 .25683
bukan perokok 22 29.5909 1.57538 .33587
MCHC perokok 40 34.1475 .97927 .15484
Equal variances not
assumed
.536 44.538 .595 .22659 .42281
MCHC Equal variances
assumed
3.286 60 .002 .78386 .23857
Equal variances not
assumed
Oneway Anova
N Mean Std. Deviation Std. Error
hb 1-10 5 15.2000 .38079 .17029
11-20 14 15.5071 .60949 .16289
>20 21 15.9762 .49690 .10843
bukan perokok 22 14.0591 .67940 .14485
Total 62 15.1274 1.01079 .12837
rbc 1-10 5 5.3860 .12381 .05537
11-20 14 5.5521 .44051 .11773
>20 21 5.6029 .34232 .07470
bukan perokok 22 4.6491 .22585 .04815
Total 62 5.2355 .54193 .06883
wbc 1-10 5 7.7520 1.16216 .51973
11-20 14 7.9986 1.12985 .30196
>20 21 8.2829 1.15059 .25108
bukan perokok 22 6.5768 .72890 .15540
Total 62 7.5705 1.24625 .15827
plt 1-10 5 245.60 40.135 17.949
11-20 14 234.57 44.486 11.889
>20 21 224.00 49.509 10.804
bukan perokok 22 231.05 57.928 12.350
ANOVA
Within Groups 151661.583 58 2614.855
Total 153926.468 61
Depend
ent
Variable (I) jumlah_rokok (J) jumlah_rokok
ANOVA
Within Groups 152430.215 58 2628.107
Total 153926.468 61
Depend
ent
Variable (I) lama_merokok (J) lama_merokok
>30 11.612 18.092 1.000
bukan perokok 5.185 17.934 1.000
>30 11-20 -13.381 23.731 1.000
21-30 -11.612 18.092 1.000
bukan perokok -6.426 15.640 1.000
bukan perokok 11-20 -6.955 23.611 1.000
21-30 -5.185 17.934 1.000