KAJIAN STRUKl'UR KEPEMILIKAN TANAH SERTA
=TERKAITAN ANTARA IURAKTERISTIK TANAH DAN PEMILIK TANAH DENGAN PENGGUNAAN TANAH DI WILAYAH
$UB
URBANoleh :
ACHWD TAUFlQ HIDAYAT
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
C ~ z m Z y CL&m msngaltziCan : (&I FuGr Ya d a L t r dan enrz l i n
Achmad Taufiq Hidayat, Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah darl Perdesaan. Kajian Struktur Kepemilikan Tanah serta Keterkaitan antafa Karakteristik Tanah dan Pemilik Tanah dengar, Penggunaan Tanah di Wilayah Suburban, di bawah bimbingan Affknd~ Anwar selaku ketua komisi pembimbing,
Sunszm Suefulhakim dan 1:'vnan Rustiadi sebagai anggota komisi pembimbing.
I-'enguasaan kuiah yang sangat luas oleh scgelintir orang ataupun perusahaan yang tidak dirnanfaatkan dengan baik akan sangat merugikan, yang dapat mengakibatkan inefisiensi dan ketidakadilan yang mengarah kepada kemubaziran. Merugikan karena disatu sisi efisiensi pernanfaatan tanah pada umumnya rendah dan disisi yang lain kesempatan untuk memanfaatkan tanah oleh orang atau perusahaan lain yang lebih bersungguh-simggill dan mampu tnenjadi hilang sehingga sumbangan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat tidak dapat direalisasikan, ha1 ini tidak adil karena tanah yang inenjadi hajat hidup orang banyak tidak tersedia secara merata bagi masyarakat yang lebih banyak.
Terjadinya ketimpangan antara permintaan dan penawaran tanah tentunya merupakan suatu indikasi bahwa tanah dapat dikategorikan sebagai sumberdaya yang
mempunyai sifat kelangkaan (scurcily). Kelangkaan sumberdaya tanah bukan hanya disebabkan ole11 persediaanya terbatas, tetapi juga apabila sistem pasarnya sering tidak bekerja dengan baik, karena mengalami kendala-kendala kelembagaan atau institusional, yang discbabkan ktlrena terlalu banyaknya pengaturan-pengaturan, sehingga ketersediaan tanah yang dapat digunaknn menjadi semakin langka. Daliun hubungannya dengan aspek kelernbagaan tersebut, sumberdaya tanah dapat saja tersedia tetapi sistem kelembagaan yang menyangkut hak-hak (property right) kepemilikan atas tanah yang berlaku dapat menjadi kendala, seperti banyaknya tanah- tanah guntai (absentee lands) yang tidak digarap pemiliknya tetapi dirambalt oleh petani tak balahan karena peiniliknya bukan orang setempat. Tanah-tanah pada keadaan ini banyak mengalami kerusakar, dan hak-haknya sulit ditransaksikan, sehingga dalam pasar tanah menjadi terhambat dan pemanfaatannya tidak optimal.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) Mengkaji sebaran dan distribusi kepemilikan tanah di daerah penelitian, (2) Melihat keragaan dan tingkat ketimpangan kepemilikan tanah di daerah penelitian dan (3) Menganalisa kaitan karakteristik tanah dan pemilik tanah dengan pbla penggunaan tanah di daerah penelitian.
Penelitian dilaksanakan di Keltrahan Pakansari Kecamatan Cibinong Kabirpaten Bogor dengan pertimbangan bahwa lokasi sampling merupakan daerah suburban dengan struktur kepemilikan beragam yang terkait dengan struktur sosial ekonomi masyarakat dalam berbagai keragaan sumberdaya biofisik dan sumberdaya manusia. Data primer dikumpulkan sebanyak 30 sampel yang dilakukan secara acak (random samplmng) sebagai cross check terhadap data sekunder yang telah ada. Keseluruhan data sekunder yang terkumpul sebanyak 2319 bidang tanah dengan status kepemilikan tanah adalah sertipikat hak milik.
Judul Tesis : Kajian Struktur Kepemilikan Tanah serta Keterkaitan antara Karakteristik Tanah dan Pernilik Tanah dengan Penggunaan Tanah di Wilayah Suburban
Nama : Achmad Taufiq Hidayat
NRP : 99352
Program Studi : Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan
Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing n
> Prof. Dr. Ir. H, Affendi Anwar, MSc.
Ketua
Dr. Ir. H. R. Sunsun Saefulhakim. MAS. ~ f i r n ~ ~ d i . MA^.
Anggota Anggota
Mengetahui,
2. Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan 3. Direktur Program Pascasarjana, Pembangunan Wilayah dan Perdesaan,
I
Prof. Dr. Ir. H. Affendi Anwar, MSc. Prof. Dr. Ir. Svafrida Manuwoto, MSc.
2 7
AUG 'rull2SURAT PERNYATAAN
DENGAN IN1 SAYA MENYATAKAN BAHWA TESIS YANG BERJUDUL KAJIAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TANAH SERTA KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK TANAH DAN PEMILIK TANAH DENGAN PENGGUNAAN TANAH DI WILAYAH SUBURBAN IN1 ADALAH BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIPUBLIKASIKAN
Bogor,
Juli 2002
w
Achmad ~ 6 u f i a
Hidayat
KAJIAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TANAH SERTA
KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK TANAH DAN PEMILIK TANAH DENGAN PENGCUNAAN TANAH DI WILAYAH SUBURBAN
oleh :
ACHMD TAUFlQ HIDAYAT
Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mernperoleh Gelar Magister Sains
pads
Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dm Perdesaan
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 14 Februari 1970 dari ayah H. Moch. Hayin dan Ibu Hj. Sri Widhayati. Penulis merupakan putra keempat dari lima bersaudara.
Pada tahun 1982, penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 2 Bogor, selanjutnya pada tahun 1985 menamatkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Bogor dan tahun 1988 berhasil menyelesaikan pendidikan pada Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Bogor. Tahun 1993 mernperoleh gelar Sarjana Sosial Ekonomi Pertanian, dari Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pada tahun 1993-1994 bekerja sebagai konsultan peneliti di Bogor dan sejak tahun 1995 sampai dengan sekarang bekerja sebagai pegawai negeri sipil di Badan Pertanahan Nasional.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan, karena atas berkat rakhmat dan hidayah, serta ridho-Nyalah pembuatan tesis ini dapat diselesaikan. Terima kasih yang tiada terhingp penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang telah memberi dukungan dalam studi dan penyelesaian tesis ini, yaitu :
1. Bapak Prof Dr. H. Af?fendi Anwar, M.Sc. selaku ketua kornisi pembimbing; Bapak Dr. Ir. H. R. Sunsun Saefblhakim, M.Agr. dan Bapak Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr. selaku anggota komisi pembimbing.
2. Pusdiklat Perencanaan Pembangunan OTO-Bappenas yang telah memberikan beasiswa selama pendidikan.
3. Pusdiklat dan Puslitbang BPN yang telah berkenan memberi dukungan dan
bantuan.
4. Kantor Pertanahan dan Kelwahan Pakansari Kabupaten Bogor yang memberi bantusn data selama di lapangan.
5. Dosen-dosen Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan yang telah membekali penulis dengan ilmu yang sangat bermanfat.
6. Istri tercinta Dwi Fanda Larasati, S.TP dan ananda tersayang Taufan Ahadiat yang telah mendampingi den- segala pengorbanan serta do'a yang tiada terputus menunggu keberhasilan penulis.
7. Bapak, Mamah, Rama dm Ibu yang telah memberi dukungan dan do'a kepada penulis.
8. Rekan-rekan mahasiswa
PWD,
terutamaPWD
angkatan 1999. 9. Seluruh narasumber/infarman, atas informasi dan diskusinya.lo. Seluruh pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga tesis ini dapat memberikan m a n h t kepada pembaca, terutama kepada pemerintah daerah Kabupaten Bogor ataupun pihak lain yang terkait dalam upaya pembangundpeningkatan kesejahteraan rakyat.
Bogor, Juli 2002
DAFTAR IS1
Halaman DAFTAR IS1
...
i...
DAFTAR TABEL...
111...
DAFTAR GAMBAR v
...
DAFTAR LAMPIRAN vi
Latar Belakang
...
1...
Penunusan Masalah 9
Tujuan Penelitian
...
1 1Kegunaan Penelitian
...
11TINJAUAN PUSTAKA 13
Kepernilikan
dan
Penguasaan Tanah...
13Motivasi dalam Kepemilikan Tanah
...
15Urbanisasi dan Suburbanisasi
...
18Pemanfmtan Ta nah..
...
21 Penggunaan. .
Tanah (Land Use)...
23Konsep Nllai Tanah
...
30KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA 34
.
.
...
Kerangka Pernikiran
. .
34Hipotesa Penelltian
...
39METODE PENELITIAN 40
Kerangka Pendekatan
...
.
.
...
Lokasi dan Waktu Penelitian...
Metode Pengwnpulan Data...
Metode Pengolahan Data...
Analisa Sebaran dun Distribusi Kepemilikun Tanah
...
Analisa Keragaan Kepemilikan Tanah
...
Analisa Tingkat Ketimpangan Kepemilikan Tanah
...
Analisa Keterkaitan Karakteristik Tanah dan Pemilik Tanah dengan
Penggunaan Tanah
...
Analisa Spasial Keterkaitan Wilayah
...
...
Letak Wilayah
Administrasi Wilayah
...
Deskripsi Tentang Aspek Historis/Sejarah Kepemilikan Tanah...
ANALISA KELEMBAGAAN PERTANAHAN
Tata Cara Permohonan Hak Atas Tanah
...
Permohonan Hak Atas Tanah Dengan Sistem Ajudikasi...
...
Persiapan untuk Pengumpulan Data Yuridis dun Data Fisik
Pengumpulan Data Yuridis dun Data Fisik
...
Proses Penilaian Dan Pembuktian Data Penguasaaw'Pemilikan Bidang
Tanah Yang Terkumpul
...
Perkembangan Permohonan Hak Atas Tanah Dengan Sistem Ajudihsi
...
Sistem Komputerisasi Pertanahan
...
Peran Kelembagaan Dalam Pemanfaatan Tanah
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebaran dan Distribusi Kepemilikan Tanah
...
Sebaran dan Tingkat Ketimpangan Kepernilikan Tanah...
...
Keragaan Kepemilikan Tanah
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Tanah dan Kaitannya Dengan Karakteristik Tanah dan Pemilik Tanah
...
Keterkaitan Penggunaan Tanah dengan Variabel yang Mempengaruhinya dan
Keterkaitan Antar Variabel Yang Mempengaruhi Penggunaan Tanah
...
Analisa Spasial Keterkaitan Antar Wilayah
di
Kelurahan Palcansari...
KESIMPULAN DAN SARAN
...
Kesimpulan
...
Saran
DAFTAR PUSTAKA
...
DAFTAR TABEL
Teks Hal
Persentase Luas Penggunaan Tanah Propinsi Jawa Barat Dirinci per Kabupaten tahun 1997-1 999
...
Hasil Analisis Input-Output Propinsi Jawa Barat Tahun
2000
....
...
Matriks Korelasi Kuantifikasi Hayashi II
Peubah-Peubah Yang Diduga Mempengaruhi Penggunaan Tanah ...
Perincian Jenis Analisis, Notasi, VariabellParameter Serta Sumber Data
...
Data Penduduk dan Luas Wilayah Kelurahan Pakansari Tahun
2000
...
Institusi-institusi yang Dapat Memiliki Jenis Hak Atas Tanah (Sertifi kat)
...
Jangka Waktu Penyelesaian Pelayanan Hak-hak Atas Tanah..
Sebaran Dan Distribusi Kepemilikan Tanah Menurut Domisili Di Kelurahan Pakansari Kec.Cibinong Kabupaten Bogor, tahun
2000
...
Hasil Analisis Entropy, Rasio Gini dan Fragmentasi Tanah di Kelurahan Pakansari Bogor, Tahun
2000
...
Persentase Proporsi Kepemilikan Tanah per RW di Kelurahan
Pakansari Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor, Tahun
2000
Hasil Korelasi Antar Peubah di di Kelurahan Pakansari Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor, Tahun
2000
...
Teks Hal
13. Hasil Analisis Metode Kuantifikasi Hayashi II : Kelompok
Penggunaan Tanah di Kelurahan Pakansari
...
9514. Tabulasi Silang antara Penggunaan tanah dengan Jenis
Pekerjaan di Kelurahan Pakansari..
...
9615. Tabulasi Silang antara Penggunaan Tanah dengan Luas
Kepemilikan di Kelurahan Pakansari..
...
9716. Karakteristik Masing-Masing RW berdasarkan zone di Kelurahan Pakansari Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor,
...
DAFTAR GAMBAR
Teks Hal
Diagram Alir pentingnya penelitian tentang Kajian Struktur
Kepemilikan Penguasaan dan Penggunaan Tanah ... 12
Teori Jalur Terpusat
...
26Teori Pembangunan Aksial Atau Radial
...
27Teori Sektor
...
28Teori Pusat Lipat Ganda
...
29Hubungan Antara Land Rent dan Lokasi pada Berbagai Sektor
...
E konomi 32
...
Diagram Alir Kerangka Berfikir 38
Kurva Lorentz dan Perkiraan Koefisien Gini
...
44...
DAFTAR LAMPIRAN
Teks lampiran
Hasil Penghitungan Metode Kuantifikasi Hayashi II
...
Surat Edaran Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi Jawa Barat tentang Biaya Pengukuran
...
...
Tabel lampiran
Tabel Hasil Crosstable antar peubah Metode Kuantifikasi Hayashi 11..
Hasil Penghitungan Analisa Gini Ratio
...
Hasil Perhitungan Analisa Entropy
...
Data Realisasi Registrasi Pertanahan Sistem Ajudikasi dirinci per Propinsi tahun 199411 995-2001..
.
.
. . .
.
.
. .
.
..
..
. . .
..
. ..
.
.
.
.
. ..
.. . . .
.
.
....
.
.
.
. . .
Gambar lampiran
Peta Administrasi dan Peta Dasar Teknik Kelurahan Pakansari..
. . .. . .
. .
Peta Bidang Tanah Kelurahan Pakansari
...
Peta Lokasi Penelitian
...
...
.
..
... ...
Peta Penyebaran Harga Tanah
...
Struktur Organisasi Kantor Pertanahan KabupatenIKota.
...
..
Mekanisme Pelayanan Front Ofice Sistem Komputerisasi
Pertana han..
. . .
.
.
. . .
. .
.
.
. . .
. .
. . . .
. .
.
.. .
.
. . .
. .
. .
. .
. . . .
. .
. .
. . . .
.
.
. .
.
.
. . .
.
. . . .
. . . .
. .
. . .
. .
.
. . .
. .
.
.
.
.
.
.
Mekanisme Pelayanan Back Ofice Sistem Komputerisasi Pertanahan..
. .
. . .
. . .
.
. .
. .
.
. . .
. .
. . .
. . .
.
. . .
. .
.
. . .
.
.
.
. . .
.
. .
. . .
. . .
.
.
. . .
.
. .
. .
.
. .
. . .
.
.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada dasarnya tanah mempunyai fungsi dan peran yang sangat penting dalam
kehidupan individu dan masyarakat, baik sebagai wadah untuk kegiatannya maupun
sebagai aset dan faktor produksi untuk penghldupannya, karena harnpir seluruh aktivitas
kehidupan manusia mulai dari proses produksi, pertanian, pemukiman sampai kegiatan
industri dan rekreasi membutuhkan tanah sebagai masukannya (input). Dengan
meningkatnya kegiatan pembanpan, bertambahnya jumlah dan mobilitas penduduk,
permasalahan tanah dan konflik di bidang pertanahan tidak
akan
mereda, tetapisebaliknya mmglun justru akan bertambah. Hal itu disebabkan karena kebutuhan
akan
tanah, baik jenis, intensitas maupun volumenya
akan
semakin meningkat, sedang luastanah yang tersedia tidak akan bertambah secara berarti. Tanah-tanah yang tersediapun
keadaan dan kemampuannya tidak merata dan sebagian besar sudah ada yang memiliki.
Ditambah lagi dengan kenyataan, bahwa yang sudah dipunyai itu tidak dimanfmtkan
seoptimal mungkin dan sebagian besar belurn didaftar dm belum ada surat tanda
buktinya.
Selain itu, pentingnya tanah bagi kehidupan manusia karena tanah mempunyai
beberapa dimensi (Barlowe, 1978) antara lain dimensi tanah sebagai: (1) ruang, yaitu
sebagai area geografis yang merupakan wadah bagi segala sesuatu untuk berlokasi dan
berinteraksi, (2) alam, yaitu sebagai lingkungan alarniah yang proses-proses terkait
didalamnya sangat ditentukan oleh faktor-faktor seperti iklim, batwin induk, hujan,
makanan, serat, bahan-bahan bangunan, mineral, energi, dan bahan-bahan alamiah lain
yang dibutuhkan oleh manusia; (4) barang konsumsi, yaitu sebagai barang konsumsi
karena adanya nilai langsung yang dinikmati masyarakat akibat konsumsi yang
dilakukan; (5) situasi, yaitu meliputi lokasi atau posisi strategis yang dimiliki tanah, (6)
properti, yaitu meliputi kepemilikan beserta segala hak-hak yang berkaitan dengan hak
kepemilikan tanah; dan (7) kapital, yaitu tanah dapat diperhitungkan sebagai modal.
Menurut Anwar (1994), smberdaya tanah menjadi semakin penting karena
dengan semakin bertambah jumlah penduduk yang pertumbuhannya masih tinggi akan
terus memberi tekanan-tekanan kepada permintaannya. Sedangkan dari sisi persediaan
(supply) tanah dalam suatu tatanan ruang'tertentu (suatu wilayah, atau kawasan kota-
kota) keadaan persediaannya tetap w e d ) , sehingga nilainya menjadi meningkat dari waktu ke waktu serta dengan berkembangnya ekonomi dan bertambahnya populasi
penduduk serta meluasnya kegiatan ekonomi di luar pertanian, maka penggunaan tanah-
tanah semakin bersaing, seperti digunakan untuk perkebunan, hutan produksi,
perumahan, pertambangan maupun untuk tempat perdaganganhisnis, industri dan
keperluan pembangunan inhtruktur (jalan-jalan raya, irigasi, dll).
Terjadinya ketimpangan antara permintaan dan penawaran tentunya merupakan
suatu indikasi bahwa tanah dapat dikategorikan sebagai sumberdaya yang mempunyai
sifat kelangkaan (scarcity). Kelangkaan sumberdaya tanah bukan hanya disebabkan
oleh persediaannya terbatas, tetapi juga apabila sistem pasarnya sering tidak bekerja
dengan baik, karena mengalami kendala-kendala kelembagaan atau institusional, yang
disebabkan karena terlalu banyaknya pengaturan-pengaturan, sehingga ketersediaan
aspek kelembagaan tersebut, sumberdaya tanah dapat saja tersedia tetapi sistem
kelembagaan yang menyangkut hak-hak (property right) kepemilikan atas tanah yang
berlaku dapat menjadi kendala, seperti banyaknya tanah-tanah guntai (absentee lands)
yang tidak digarap pemiliknya tetapi dirambah oleh petani tak berlahan karena
pemiliknya bukan orang setempat. Tanah-tanah pada keadaan ini banyak mengalami
kerusakan dan hak-haknya sulit ditransaksikan, sehingga dalam pasar tanah menjadi
terhambat dan pemanfaatannya tidak optimal.
Penguasaan tanah yang sangat luas oleh segelintir orang ataupun perusahaan
yang tidak dimanfaatkan dengan baik sangat merugikan, yang
akan
mengakibatkaninefisiensi dan ketidakadilan yang mengarah kepada kemubaziran. Merugikan karena
disatu sisi efisiensi pemanfaatan
tanah
pada umumnya rendahdan
disisi yang lainkesempatan untuk memanfaatkan tanah oleh orang atau perusahaan lain yang lebih
bersungguh-sungguh dan mampu menjadi hilang sehingga sumbangan bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat tidak dapat direalisasikan, ha1 ini tidak adil karena tanah yang
menjadi hajat hidup orang banyak tidak tersedia secara merata bagi masyarakat yang
lebih banyak.
Permasalahan pertanahan akan semakin terasa dengan adanya pengaruh proses
globalisasi dalam era milenium abad ke-2 1. Analisa krisis ekonomi moneter yang terjadi
sejak bulan Juli 1997 menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi berbasis tanah terutama di
perdesaan, secara relatif tidak terlalu parah dipengaruhi oleh dampak negatif dari krisis
tersebut. Hal ini memberikan suatu kearifan bahwa distribusi pemilikan penguasaan
tanah sangat mempengaruhi hdamental pembangunan nasional. Adanya pengaruh
dan berlangsungnya proses reformasi yang menyeluruh dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara yang mengalubatkan masalah pertanahan akan semakin
kompleks, sehingga diperlukan kebijaksanaan
dan
strategi pertanahan yang lebihkonseptual dan terpadu.
Studi yang dilakukan oleh Saehlhskim, Panuju clan Nasoetion (1999)
menyatakan bahwa berdasarkan data dari Biro Pusat statistik tentang
pemilikadpenguasaan tanah skala kecil yang mencapai 48,91 % pada tahun 1983 dan
meningkat menjadi 50,17 % pada tahun 1993 serta lebih lanjut dinyatakan bahwa
semakin kecil skala pemilikadpenguasaan tanah, semakin kecil pula penerimaan
usahatani dan pendapatan bersih usahatani yang juga dapat menunjukkan berkurangnya
tingkat kesejahteraan dari petani.
Selain itu dengan meningkatnya persaingan dalam penggunaan tanah, baik untuk
produksi pertanian maupun untuk keperluan lainnya memerlukan pemikiran yang
seksama dalam mengambil keputusan pemanfaatan yang paling menguntungkan dari
sumberdaya yang terbatas. Saefulhakim dan Nasoetion (1995) menjelaskan bahwa
pertumbuhan ekonomi, diikuti pula oleh peningkatan jumlah penduduk dari tahun ke
tahun membawa konsekuensi pada perubahan alokasi sumberdaya diantara berbagai
jenis penggunaan. Fakta yang dapat langsung terlihat adalah adanya perubahein
penggunaan tanah dari sektor pertanian ke sektor non pertanian, seperti terlihat pada
tabel 1 yang dapat dijelaskan bahwa perubahan penggunaan tanah di Propinsi Jawa
Barat ditandai dengan adanya kecenderungan berkurangnya luas penggunaan
tanah-
Tabel 1. Persentase Luas Penggunaan Tanah Propinsi Jawa Barat dirinci per KabupatenIKota Tahun 1997- 1999
--
[image:183.812.22.738.115.469.2]dan Bandung dari tahun 1997-1999. Fenomena lainnya adalah kecenderungan bertarnbahnya luas penggunaan tanah non pertanian (penunahan/bangunan lainnya dan
tanah tidur) sehingga perlu tindakan antisipatif sejak dini oleh berbagai pihak terutama
meluasnya tanah-tanah tidur di Kota Bekasi, Bogor, Bandung clan kota besar lainnya
yang menimbulkan konsekuensi rendahnya produktivitas tanah dari sektor pertanian.
Studi yang dilakukan di Jawa Barat oleh Saellhakim dan Ardi (2000),
menyatakan bahwa keterkaitan ke belakang dalam penggunaan input tanah dan
sumberdaya lokal
untuk
penggunaan industri, listrik, gas dan air serta bangunanmenunjukkan koefisien keterkaitan ke belakang yang tinggi seperti yang ditunjukkan
pada tabel 2. Sedangkan sektor pertanian paling kecil dalam penggunaan input tanah
dan sumberdaya lokal. Hal ini menandakan bahwa banyaknya terjadi alih fungsi tanah
di Jawa Barat yang berasal dari sektor pertanian ke sektor non pertanian
Tabel 2. Hasil Analisa Input-Output di Propinsi Jawa Barat Tahun 2000
Sumber : Pelatihan Input-Output Jawa Barat, Safulhakim dan Ardi (2000)
Perluasan wilayah urban (khususnya DKI Jakarta dan Kota Bogor) ke wilayah
dihindari sehingga membawa darnpak pada terbentuknya pusat-pusat kegiatan dan
pertumbuhan baru yang membutuhkan tanah dan lokasi-lokasi yang strategis dan
kompetitif dari sudut ekonomi. Berkembangnya pembangumm kawasan industri,
komplek-komplek pernukiman
dan
kegiatan ekonomi lainnya memperlihatkan wilayahKabupaten Bogor telah dan sedang menuju terbentuknya suatu pusat kegiatan dan
pertumbuhan yang potensial dan strategis.
Disamping itu laju pertumbuhan penduduk yang tinggi di perkotaan merupakan
fenomena umurn yang terjadi di kota-kota besar, studi yang dilakukan oleh Server
(1 996) menyatakan bahwa populasi di Jakarta tahun 2000 mencapai 13 juta jiwa dengan
laju pertumbuhan penduduk 5,5 % per tahun, sementara yang tinggal di region
aglomerasi metropolitan (Kawasan Jabotabek) berkisar antara 18-20 juta jiwa,
merupakan kawasan urban terbesar di Asia (bahkan di dunia). Walaupun lonjakan
penduduk yang tinggi di kawasan perkotaan
akan
membawa manfaat-manfaat ekonomitertentu seperti skala ekonomi yang besar yang memungkinkan penghematan biaya
produksi, sumber tenaga kerja yang melimpah, efisiensi dan efektifitas fasilitas sosial
tetapi dengan semakin besarnya kota maka keuntungan tersebut seolah tidak berarti
dengan meningkatnya biaya-biaya sosial. Bahkan pada tingkat tertentu, keuntungan-
keuntungan yang diperoleh jika dikompensasi dengan kerugian-kerugian yang
ditimbulkan oleh biaya-biaya sosial yang diderita masyarakat
akan
bernilai negatifPada kondisi ini dapat dikatakan bahwa wilayah kota mengalami skala disekanomi
(diseconomy of scale). Biaya-biaya sosial yang ditimbulkan dalam ha1 ini dalam bentuk
pencemaran lingkungan, gangguan kesehatan, kemacetan, kerawanan sosial, merosotnya
yang cukup besar itu secara signifikan akan mempengardu proses alih f b g s i
tanah
danalih kepemilikan tanah di wilayah suburban. Studi yang dilakukan oleh Dowall dan
Leaf (1991) menunjukkan harga tanah meningkat lebih cepat di wilayah luar kota
(suburban) dan menunjukkan peningkatan nilai
tanah
yang berubah dari pertanian kepenggunaan urban (perkotaan).
Pembangunan yang selama ini bias kepada pembangunan kawasan perkotaan
(urban bias) dan lebih menekankan kepada pertumbuhan ekonomi mengakibatkan
ketimpangan yang sangat lebar antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan karena
pemerataan secara "otomatis" yang diharapkan setelah mengejar pertumbuhan ekonomi
tidak terjadi (tricle down eflect kezuah hinterland ti& terjadi; sebaliknya yang terjadi
adalah net eflect-nya malah menimbulkan masive backwash eflect (Lipton 1977 dalam
Anwar dan Rustiadi, 2000). Sehingga daerah-daerah belakang (hinterland) menjadi
kekurangan sumberdaya akibat pengurasan yang dilakukan oleh kota, baik itu
sumberdaya alam, sumberdaya manusia maupun sumberdaya modal yang merupakan
penentu kemajuan dan pembangunan. Selain itu kegagalan pemerintah Orde Baru
karena begitu kuatnya dominasi pemerintah pusat yang mengarah kepada terjadinya
kerusakan moral (moral hazard). Kebijakan yang bersifat sentralistik
dan
adanyaperilaku moral hazard menyebabkan alokasi sumberdaya yang tidak efisien dan
seringkali merusak tatanilai yang dianut oleh masyarakat yang mengakibatkan
masyarakat tidak memiliki inovasi dalam mengembangkan diri
dan
daerahnya.Paradigma pembangunan yang urban bias tersebut telah menimbulkan berbagai
persoalan di kota besar seperti terjadinya urbanisasi karena akumulasi kapital yang
persoalan di kota besar karena daya dukung yang terbatas dan yang terjadi bukan lagi
economic of scale (economic of aglomeration) m u n justru diseconomic of scale. Kota-
kota besar tumbuh dengan cepat sebagai pusat pertumbuhan wilayah yang seringkali
mengabaikan hgsinya untuk memberikan pelayanan kepada wilayah suburban.
Dampak yang lebih buruk dari urban bias ini
akan
mengakibatkan tumbuh suburnyakantung-kantung pemukiman kumuh (slum) dan kampung-kampung di tengah kota yang
serba menyesakkan dan liar (shantytown) serta pennasalahan-pennasalahan lain yang
sangat kompleks yang imbasnya sampai kepada wilayah suburban.
Berdasarkan keterangan dan pemaparancpemaparan di atas, sebagai salah satu
solusi alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan suatu Kajian Struktur
Kepemilikan Tanah di Wilayah Sub Urban yang dalam konteks penelitian ini dipilih
sebagai studi kasus adalah Kelurahan Pakansari Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor,
dikarenakm lokasi Kabupaten Bogor yang strategis dan kompetitif serta merupakan
daerah penyangga dan berbatasan langsung dengan tiga propinsi besar yaitu propinsi
Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta, memerlukan suatu penanganan yang komprehensif
dan profesional dalam ha1 kepemilikan tanah sehingga terwujudnya kepemilikan tanah
yang lebih merata, berkelanjutan dan berkeadilan sosial.
Perumusan Masalah
Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan meningkatnya intensitas
pembangunan, semakin meningkat pula kebutuhan tanah untuk berbagai kegiatan
pembangunan bagi pemerintah dan masyarakat sedangkan luas
tanah
relatif tidakdengan kepemilikan tanah. Secara umum permasalahan tersebut adalah : adanya fenornena penguasaan tanah yang sangat luas oleh segelintir orang ataupun perusahaan
yang tidak dimanfaatkan dengan baik, sehingga sangat merugikan dan tidak adil.
Merugikan karena disatu sisi efisiensi pemanfaatan
tanah
pada umumnya rendah atautidak dimanfmtkan sama sekali menjadi tanah terlantar (tanah tidur)
dan
disisi yang lainkesempatan untuk memanfaatkan tanah oleh orang atau perusahaan lain yang lebih
bersungguh-sungguh
dan
mampu menjadi hilang sehingga sumbangan bagi peningkatankesejahteraan masyarakat tidak dapat direalisasikan, ha1 ini tidak adil karena tanah yang
menjadi hajat hidup orang banyak tidak tersedia secara merata bagi masyarakat yang
lebih banyak. Inventarisasi tentang
tanah
tidur yang dilakukan oleh PemerintahKabupaten Bogor di 18 Kecamatan telah mencapai 948,22 Ha, walaupun belum
mencakup seluruh kecamatan (35 kecamatan) namun patut diantisipasi sejak dini agar
terwujudnya kepemilikan dan penguasaan tanah yang lebih merata, berkelanjutan dan
berkeadilan sosial.
Dari uraian-uraian di atas maka dapat dirurnuskan beberapa permasalahan
pokok, yaitu :
1. Bagaimana sebaran dan distribusi kepemilikan tanah di daerah penelitian ?
2. Bagaimana keragaan dan tingkat ketimpangan kepemilikan tanah di daerah
penelitian?
3. Bagaimana kaitan karakteristik tanah dan pemilik tanah dengan pola penggunaan
Tujuan Penelitian
Seperti telah disinggung secara sekilas di atas, secara umum penelitian ini
bertujuan untuk memberikan gambaran tentang struktur kepemilikan
tanah
dan kaitanantara karakteristik tanah dan pemilik tanah dalam mempengaruhi pola penggunaan
tanah
di Wilayah Sub Urban yangakan
dilakukan di Kelurahan Pakansari KecarnatanCibinong Kabupaten Bogor. Secara spesifik, tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengkaji sebaran dan distribusi kepemilikan tanah di daerah penelitian.
2. Melihat keragaan dan tingkat ketimpangan kepemilikan
tanah
di daerah penelitian.3. Menganalisa kaitan karakteristik tanah dan pemilik
tanah
dengan pola penggunaantanah di daerah penelitian.
Kegunaan Penelitian
Sedangkan kegunaan dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat
antara lain :
1. B a g pengembangan ilmu pengetahuan, terutarna dalam mengkaji alih
penguasaan tanah di wilayah suburban;
2. Bagi pemerintah daerah setempat, sebagai sumber data dan sumbangan
pemikiran sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan
pembangunan khususnya mengenai pengaturan penguasaan dan penatagunaan
tanah;
3. Bagi masyarakat, dengan penelitian ini dapat melihat potret nyata tentang
1 grna Pembangunan
*
Paradipsla Lama :
Menekankan pada Pertumbuhan Ekonomi
Urban Bias Sentralistik
(
Laju pertumbuhan penduduk dan/
intensitas pembanguuan yang tinsgidi wilayah urban (perkotaan)
Ketimpangan spasial, sektord, individu/kelompok masyarakat
Urbanisasi
Biaya sosial yang tinggi di
perkotaan Suburbanisasi
Dampak wilayah Suburban :
Ketimpangan antara
permintaan& penawmn tanah Terjadi alih fungsi serta alih kepemilikan tanah
Harga Tanah yang tinggi Inefisiensi, ketidakadilan yang mengarah kepada kemubaziran
r
n
P a r a d i m Baru :
Menekankan pembangunan pada : PertumbuhanEkonomi (Growth)
Pemerataan (Equily)
Suistanability (keberlanjutan) Desentralisasi (otonomi)
Struktur Kepemilikan p e n e dan Penggunaan Tanah Yang Merata, Berkelanjutan dan
Berkeadilan Sosial
I
Perlunyapenelitian danI
~ebijakan Dalam Perbaikan Mengkaji Struktur
Kepemilikan Penguasaan
Garnbar 1. Diagram Alir pentingnya penelitian tentang Kajian Distribusi Pemilikan
TINJAUAN PUSTAKA
Kepemilikan dan Penguasaan Tanah
Pengertian kepemilikan
dan
penguasaan tanah seringkali dianggap sama.Padahal ada perbedaan mendasar antara pengertian kepemilikan dan penguasaan.
Pengertian kepemilikan lebih condong kepada status hak (entitlement) sedangkan
pengertian penguasaan lebih kepada total luasan yang dikuasai atau diusahakan.
Selain itu pengertian kepemilikan mengandung arti adanya hak untuk
menggunakan tanah bagi pemiliknya, baik hak untuk menjual (dipindah
tangankan), digadaikan, disewakm, diwariskan atau diusahakan untuk kepentingan
pemiliknya. Sedangkan pengertian penguasaan mengandung arti adanya hak untuk
menggunakan tanah berdasarkan sewa atau kontrak tertentu, tetapi tidak dapat
dipindah tang- oleh yang mengwai tanah tersebut (Wijayanti, 2000).
Salah satu aspek penting dimensi tanah dalam h u b u n p y a dengan
manusia adalah
tanah
sebagai properti yang mempunyai pengertian bahwa tanahmeliputi kepemilikan beserta entitlement yang berkaitan dengan hak kepemilikan
tanah (Barlowe, 1978). Hal ini berkaitan dengan segala hak yang berhubungan
dengan tanah yang mempunyai implikasi sangat luas terhadap pengelolaan
sumberdaya tanah, seperti hak untuk memiliki dan men- tanah,
hak
untukmenjual tanah,
hak
untuk menyewakan, hak untuk menggadaikan, hak untukmembagi dan menurunkan kepemilikan dan hak untuk menghbahkan.
Hubungan yang berupa pemindahan hak milik dan atas hak menggarap akan
menimbulkan pemusatan penguasaan Tanah sebagai faktor produksi penting
kepada salah seorang atau golongan orang yang mempunyai modal kuat. Keadaan
pemilikan kepada segolongan kecil orang yang kaya. Keadaan demikian akan
menyebabkan pola distribusi pemilikan Tanah akan sernakin timpang (Santoso,
1983).
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peratwan Dasar Pokok-
pokok Agraria (Undang-undang Pokok Agraria) atau lebih dikenal dengan UUPA,
menyebutkan beberapa jenis
hak-hak
atastanah,
antara lain : hak milik,hak
gunausaha,
hak
guna ban- hak pakai, hak sewa, hak membukatanah,
hakmemungut hasil hutan
dan
hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak yangdisebut sebelumnya yang akan ditetapkan dengan undang-undang. Hak milik
diatur dalam UUPA pasal 20 sampai 27. Hak milik adalah hak turun-temurun,
terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang pribadi atau badan-badan hukum
tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah. Hak guna usaha diatur dalam UUPA
pasal28 sampai pasal34. Hak guna usaha adalah
hak
untuk mengusahakantanah
yang dikuasai langsung oleh negara dan dapat dialihkan kepada pihak lain. Hak
guna bangunan diatur dalam UUPA pasal35 sampai pasal40. Hak guna bangunan
adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan atas tanah yang
bukan miliknya sendiri dengan jangka waktu tertentu (paling lama 30 tahun). Baik
tanah negara maupun tanah milik yang dimiliki oleh seseorang atau badan hukum
yang ditunjuk oleh negara dapat diberikan dengan hak guna bangunan. Hak pakai
diatur dalam UUPA pasal41 sampai dengan pasal43. Hak pakai adalah hak untuk
menggunakan dan atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh
negara atau tanah milik orang lain, yang memberi wewenang dan kewajiban yang
ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwewenang yang
perjanjian sewa menyewa atau perjanjian pengelolaan tanah, segala sesuatu asal
tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan-ketentuan UUPA. Hak sewa diatur
dalam UUPA pasal 44 dan pasal 45. Hak sewa adalah suatu hak untuk
menggunakan tanah milik orang lain untuk keperluan bangunan, dengan membayar
kepada pemiliknya sejumlah uang sebagai sewa. Hak membuka tanah dan
membangun hasil hutan hanya dapat dipunyai oleh warga negara Indonesia dan
diatur oleh peraturan Pemerintah, sebagaimana disebutkan UUPA Pasal46 ayat 1.
Di &lam penelitian ini ruang lingkup yang akan dikaji adalah hak milik tanah
seseorang dan sebaran distribusi kepemilikan tanah di suatu wilayah. Kajian
struktur kepemilikan
tanah
yang akan diteliti adalah kajian berdasarkan datakarakteristik tanah
dan
karakteristik pemilik tanah dari masing-masing pemilikbidang tanah yang dianalisa baik dari aspek sosial ekonomi maupun dari aspek
spasial.
Motivasi dalam Kepemilikan Tanab (Property Rlght)
Menurut Anwar (2000), property right memegang peranan fundamental
dalarn sistem pertukaran pasar. Kemunglunan bekerjanya suatu sistem pasar
disebabkan karena para peserta individual (market participants), pada umumnya
mempunyai motivasi untuk memaksimumkan pendapatannya (keuntungan) atau
kesejahteraannya (utility). Dengan kemauannya sendiri mereka memasuki
transaksi pertukaran pasar karena kegiatan tersebut saling menguntungkan. Harga-
harga di dalam sistem pasar berperan sebagai pemberi isyarat yang memandu
dalam memberi petunjuk kepada suatu nilai yang melekat pada barang dan jasa dari
individual yang menjadi peserta dalam sistem ekonomi pertukaran pasar. Tetapi
property right yang menyangkut barang tersebut tidak dispesifikasikan secara jelas.
Tanpa ada keterangan tentang kepemilikan terhadap sesuatu barang, karenanya seseorang tidak mempunyai hak secara eksklusif terhadap barang tersebut.
Prinsip konsumen yang berusaha memaksimumkan utilitasnya mendorong
konsumen tidak hanya melihat nilai manfaat fisik tanah saja, tetapi juga nilai lokasi
serta nilai masa datang dari tanah tersebut. Artinya motivasi konsumen dalam
membeli atau memiliki tanah tidak hanya untuk tujuan kebutuhan pokok, tetapi
juga untuk tujuan investasi dan spekulasi. Tujuan kebutuhan pokok berarti
konsumen membeli atau memiliki
tanah
benar-benar digunakan sebagaipemenuhan kebutuhan pokok, baik itu kebutuhap sandang, pangan ataupun papan.
Tujuan investasi berarti konsumen membeli atau memiliki tanah digunakan sebagai
modal usaha, disewakan, gadai atau bagi hasil. Tujuan spekulasi berarti konsumen
membeli atau memiliki tanah sekarang dengan harapan pada masa yang akan
datang apabila terjadi lonjakan harga tanah, maka tanah tersebut akan dijual
(Idawati, 1999). Tujuan pemilikan tanah yang bersifat spekulatif ini &pat
menyebabkan pemanfaatan tanah yang tidak efektif, efisien clan optimal dan
cenderung ditelantarkan. Dampak yang lebih buruk dari pemanfaatan tanah ini
adalah terjadinya degradasi dan kerusakan tanah.
Suatu property right menetapkan tentang hak-hak secara legal mengenai
kepemilikan dari suatu sumberdaya (tanah) dengan disertai keterbatasan dalam
caranya sumberdaya tersebut dimanfaatkan. Apabila hak-hak itu ada, maka harus
memenuhi persyaratan-persyaratan di bawah ini (Anwar, 2000).
1. Hak-hak (rights) harus dispesifikasi secara penuh. Hal ini berarti bahwa
pembatasan-pembatasan terhadap hak-hak kepemilikan dan sanksi-sanksi
(hukurnan) terhadap pelanggaran terhadap hak-hak tersebut harus
dispesifikasikan. Pembatasan terhadap kepemilikan, harus disertai hak-hak
yang jelas agar supaya kerancuan dapat dihindari, di mana sebenarnya
kerancuan tersebut tidak boleh terjadi pada keadaan apapun. Apabila semua
orang menggunakan barang-barang yang dipunyainya,
maka
dalam keadaanapapun barang tersebut dapat digunakan menurut sesuka hatinya.
2. Suatu property right mengandung arti bahwa kepemilikan harus eksklusif, Eksklusifitas hak-hak ini menentukan tentang siapa-siapa saja, jika ada, yang
boleh menggunakan sumberdaya atau barang yang dimilikinya dan pada
persyaratan apa barang tersebut dapat dipergunakan. Tetapi semua pahala
(rewards) dan sanksi didalam melaksanakan hak tersebut diperoleh untuk pihak
yang mewakilinya.
3. Pemilik tanahlbarang mempunyai hak-hak untuk mentransfer barang miliknya.
Pembatxan-pembatasan kepada transfer sesuatu barang yang dimiliki
akan
mengarah kepada inefisiensi atau mengarah kepada keadaan pasar yang nyaris
lumpuh talc dapat bekerja. Dalam ha1 ini, penting untuk disadari bahwa hak-
hak yang bersangkutan menyangkut proses perpindahan tangan sebagai lawan
dari hanya memiliki sesuatu barang. Apabila kita membeli sebidang tanah;
sebenarnya yang dibeli itu adalah hak-haknya untuk menggunakan tanah
tersebut, tetapi tanahnya sendiri secara fisik tidak bergerak (dipindah tangan).
Meski barang tersebut berpindah tangan tetapi yang penting adalah hak untuk
menggunakan barang yang dibeli tersebut. Pergerakan berpindah tangan dapat
pindah tangan, dalam keadaan ini, merupakan suatu transfer
hak
kepemilikan;dan bukannya kepemilikan itu yang akan dilanggar.
4. Property right tersebut juga harus secara efektif dapat dipaksakan
(enforceable). Tanpa adanya enforcement, suatu sistem property right talc
dapat dianggap bermanfaat. Jika enforcement tidak sempurna, sebagaimana
sering terjadi dalam dunia nyata, maka nilai harapan dari sanksi hukurnan harus
melebihi setiap kemun&nan keuntungan yang diperoleh para pelanggar yang
mungkin melakukannya.
Dalam prakteknya, keempat syarat di atas tidak senantiasa dapat dipenuhi,
ha1 itu disebabkan antara lain adanya externality, yaitu suatu keadaan dimana ada
pihak lain yang hams menanggung manfaat atau biaya yang disebabkan oleh
penggunaan sumberdaya oleh orang lain.
Urbanisasi dan Suburbanisasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan migrasi sangat
beragam dan rurnit. Karena migrasi merupakan suatu proses yang secara selektif
mempengaruhi setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi, sosial, pendidikan dan
demografi tertentu. Persoalan migrasi desa kota (rural urban migration)
merupakan sebuah faktor negatif yang menyebabkan surplus tenaga kerja
perkotaan secara berlebihan serta sebagai suatu kekuatan yang secara terus-
menerus memperburuk masalah-masalah pengangguran di berbagai daerah
perkotaan yang pada awalnya bersumber dari ketidakseimbangan strukhual dan
ekonomi antara daerah-daerah perkotaan dan perdesaan (Todaro, 1998).
Urbanisasi mengacu kepada peningkatan proporsi jumlah penduduk
al, 1988 dalam Rustiadi, 1999). Urbanisasi dapat diartikan sebagai proses yang
menyertai transformasi struktural ekonomi pada suatu wilayah/daerah sehingga
terjadi perubahan pola hidup akan kebutuhan sarana, prasarana dan jasa pelayanan
serta perubahan orientasi manusia dari tradisi perdesaan ke arah kehidupan yang
modern. Seiring dengan meluasnya urbanisasi dan pembangunan yang bias urban
(urban bias) tumbuh subur pula kantung-kantung pemukiman kurnuh (slum) dan
kampung-kampung di tengah kota yang serba menyesakkan dan liar (shantytown)
serta semakin banyak penduduk perkotaan yang tinggal berhimpit-himpit di
berbagai pusat permukiman yang sebenarnya tidak pantas dihuni oleh manusia
(Todaro, 1998)
Suburbanisasi adalah proses pengembangan pemukiman dan kadang-
kadang disertai dengan pengembangan industri pada wilayah pinggiran kota
(Mayhew, 1997; Jackson, 1985 dalam Rustiadi 1999). Perkembangan urbanisasi di
wilayah sub urban dipengaruhi oleh faktor-faktor penarik dari dalam kota dan juga
sistem pengembangan transportasi yang menghubungka wilayah sub urban
dengan wilayah urban. Proses suburbanisasi adalah salah satu proses
pengembangan wilayah yang semakin menonjol dan akan semakin berpengaruh
nyata di dalam proses penataan ruang di sekitar wilayah perkotaan. Di satu sisi,
proses ini dipandang sebagai perluasan wilayah urban ke wilayah pinggiran kota
yang berdampak meluasnya skala managemen wilayah urban secara riil. Di sisi
yang lain, proses ini sering dinilai sebagai proses yang kontra produktif mengingat
prosesnya yang selalu diiringi dengan proses konversi tanah pertanian yang sangat
Proses suburbanisasi bukanlah fenomena yang relatif baru. Suburbanisasi
telah melahirkan fenomena yang kompleks yaitu akulturasi budaya, konversi tanah
pertanian ke non pertanian yang bersifat irreversible, spekulasi tanah dan lain-lain,
Van den Berg, et a1 (1981) dalarn Rustiadi (1999) mengidentifhi empat
tahapan proses urbanisasi : (1) tahap urbanisasi, migrasi penduduk dari desa ke
kota; (2) tahap Suburbanisasi, tahap dimana kota berkembang
dan
mempengaruhidaerah-daerah sekitarnya dan menjanjikan kesejahteraan sehingga penduduk daerah
pinggiran tertarik ke pusat-pusat kegiatan dan pelayanan kota; (3) tahap
disurbanisasi, penurunan jwnlah penduduk di daerah perkotaan diikuti oleh
penurunan aktifitas ekonomi, disebabkan oleh kehilangan kesempatan kerja dan
lapangan usaha; (4) tahap reurbanisasi, dibangunnya pusat-pusat kegiatan baru
dengan tingkat aglomerasi yang lebih rendah pada beberapa lokasi.
Proses suburbanisasi di wilayah sekitar Jakarta yang ditandai dengan
perkembangan permukiman dan industri skala besar di her&-daerah di sekitar
wilayah metropolitan (Jakarta) pada dasarnya didorong oleh adanya :
a. Kebijakan pemerintah, bentpa :
Kebijakan membangun Jakarta sebagai pusat pemerintah dan pusat
kekuasaan;
Subsidi dalam pembangunan perurnahan;
Pemberian fasilitas kepada beberapa konglomerat yang
akan
menanamkammodalnya;
Pembangunan infiastruktur, yang meningkatkan aksesibilitas ke Jakarta,
misalnya : Jalan To1 Jagorawi, To1 Cilcampek dan To1 Merak;
b. Pengaruh pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi di perkotaan menjadi daya tarik yang
kuat terhadap urbanismi, yang berimplikasi terhadap perkembangan jumlah
penduduk yang pesat. Sejalan dengan peningkatan jumlah tersebut, maka
permintaan akan tanah menjadi meningkat pula. Pada kondisi dimana
pertumbuhan penduduk telah melampaui kapasitas perkotaan dalam penyediaan
fasilitas dan pelayanan sosial, akan mengalubatkan terjadinya ketimpangan
antara permintaan dan penawaran akan tanah yang tentunya merupakan suatu
indikasi bahwa tanah dapat dikategorikan sebagai sumberdaya yang
mempunyai sifat kelangkaan (scarcity), disamping harga
tanah
yang semakinmeningkat pula.
Pemanfaatan Tanah
Berkaitan dengan fungsi sosialnya, maka adalah suatu ha1 yang sewajarnya
bahwa tanah itu hams dipelihara baik-baik, agar bertambah kesuburannya serta
dicegah kerusakannya. Kewajiban memelihara tanah ini tidak saja dibebankan
kepada pemiliknya atau pemegang haknya yang bersangkutan, melainkan menjadi
beban pula dari setiap orang, badan hukum atau instansi yang mempunyai suatu
hubungan hukum dengan tanah (sesuai dengan Pasal 15 UUPA). Sehingga agar
tidak merugikan kepentingan umum maka pemilikan clan penguasaan tanah yang
melampaui batas tidak diperkenankan. Tanah-tanah yang merupakan kelebihan
dari batas maksimum diambil oleh Pemerintah dengan ganti kerugian, untuk
selanjutnya dibagikan kepada rakyat yang membutuhkan menurut ketentuan-
Secara teoritis alokasi pemanfaatan tanah dapat dilaksanakan melalui
beberapa mekanisme, yaitu :
1. Penataan ruang oleh pemerintah melalui undang-undang
2. Melalui mekanisme pasar
3. Kombinasi antara pengaturan pemerintah clan mekanisme pasar
Menurut Nasution (2000) ketiga jenis tersebut mempunyai kekuatan dan
kelemahan. Mekanisme pertama memerlukan pangkalan data yang menyeluruh,
akurat serta sistem manajemen yang efisien dan hirarki pengarnbilan keputusan
yang tidak ambigous. Kekuatan sistem ini adalah pencapaian tujuan penataan
tanah yang dilakukan secara terkendali, umumnya membutuhkan biaya yang relatif
besar. Sebaliknya mekanisme pasar alokasi ruang (tanah) biaya formalnya relatif
kecil, tetapi jika ditinjau dari titik pandang masyarakat, mekanisme pasar
cenderung mengakibatkan missalokasi sumber daya tanah. Missalokasi ini terjadi
karena struktur pasar sumber daya tanah tidak sempurna. Mekanisme ini juga tidak
mampu mencakup penilaian eksternalitas. Oleh sebab itu mekanisme ketiga
seringkali lebih feasible untuk diterapkan.
Kegagalan mekanisme pasar khususnya pasar tanah sangat merugikan
pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia. Terutama jika ditinjau dari
perspektif jangka panjang. Hal ini dikarenakan oportunitas penggunaan tanah
relatif sangat besar. Tanah, khususnya tanah sawah tipologi penggmaanya sangat
strategis bagi Indonesia.
Studi yang dilakukan oleh Server (1996) tentang fenomena kurangnya
kontrol dalam penggunaan dan pemanfaatan tanah negara, sehingga sering beralih