• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Struktur Kepemilikan Tanah serta Keterkaitan antara Karakteristik Tanah dan Permilik Tanah dengan Penggunaan Tanah di Wilayah Suburban

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Struktur Kepemilikan Tanah serta Keterkaitan antara Karakteristik Tanah dan Permilik Tanah dengan Penggunaan Tanah di Wilayah Suburban"

Copied!
318
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)
(130)
(131)
(132)
(133)
(134)
(135)
(136)
(137)
(138)
(139)
(140)
(141)
(142)
(143)
(144)
(145)
(146)
(147)
(148)
(149)
(150)
(151)
(152)
(153)
(154)
(155)
(156)
(157)
(158)
(159)
(160)
(161)
(162)
(163)
(164)
(165)

KAJIAN STRUKl'UR KEPEMILIKAN TANAH SERTA

=TERKAITAN ANTARA IURAKTERISTIK TANAH DAN PEMILIK TANAH DENGAN PENGGUNAAN TANAH DI WILAYAH

$UB

URBAN

oleh :

ACHWD TAUFlQ HIDAYAT

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(166)

C ~ z m Z y CL&m msngaltziCan : (&I FuGr Ya d a L t r dan enrz l i n

(167)

Achmad Taufiq Hidayat, Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah darl Perdesaan. Kajian Struktur Kepemilikan Tanah serta Keterkaitan antafa Karakteristik Tanah dan Pemilik Tanah dengar, Penggunaan Tanah di Wilayah Suburban, di bawah bimbingan Affknd~ Anwar selaku ketua komisi pembimbing,

Sunszm Suefulhakim dan 1:'vnan Rustiadi sebagai anggota komisi pembimbing.

I-'enguasaan kuiah yang sangat luas oleh scgelintir orang ataupun perusahaan yang tidak dirnanfaatkan dengan baik akan sangat merugikan, yang dapat mengakibatkan inefisiensi dan ketidakadilan yang mengarah kepada kemubaziran. Merugikan karena disatu sisi efisiensi pernanfaatan tanah pada umumnya rendah dan disisi yang lain kesempatan untuk memanfaatkan tanah oleh orang atau perusahaan lain yang lebih bersungguh-simggill dan mampu tnenjadi hilang sehingga sumbangan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat tidak dapat direalisasikan, ha1 ini tidak adil karena tanah yang inenjadi hajat hidup orang banyak tidak tersedia secara merata bagi masyarakat yang lebih banyak.

Terjadinya ketimpangan antara permintaan dan penawaran tanah tentunya merupakan suatu indikasi bahwa tanah dapat dikategorikan sebagai sumberdaya yang

mempunyai sifat kelangkaan (scurcily). Kelangkaan sumberdaya tanah bukan hanya disebabkan ole11 persediaanya terbatas, tetapi juga apabila sistem pasarnya sering tidak bekerja dengan baik, karena mengalami kendala-kendala kelembagaan atau institusional, yang discbabkan ktlrena terlalu banyaknya pengaturan-pengaturan, sehingga ketersediaan tanah yang dapat digunaknn menjadi semakin langka. Daliun hubungannya dengan aspek kelernbagaan tersebut, sumberdaya tanah dapat saja tersedia tetapi sistem kelembagaan yang menyangkut hak-hak (property right) kepemilikan atas tanah yang berlaku dapat menjadi kendala, seperti banyaknya tanah- tanah guntai (absentee lands) yang tidak digarap pemiliknya tetapi dirambalt oleh petani tak balahan karena peiniliknya bukan orang setempat. Tanah-tanah pada keadaan ini banyak mengalami kerusakar, dan hak-haknya sulit ditransaksikan, sehingga dalam pasar tanah menjadi terhambat dan pemanfaatannya tidak optimal.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) Mengkaji sebaran dan distribusi kepemilikan tanah di daerah penelitian, (2) Melihat keragaan dan tingkat ketimpangan kepemilikan tanah di daerah penelitian dan (3) Menganalisa kaitan karakteristik tanah dan pemilik tanah dengan pbla penggunaan tanah di daerah penelitian.

Penelitian dilaksanakan di Keltrahan Pakansari Kecamatan Cibinong Kabirpaten Bogor dengan pertimbangan bahwa lokasi sampling merupakan daerah suburban dengan struktur kepemilikan beragam yang terkait dengan struktur sosial ekonomi masyarakat dalam berbagai keragaan sumberdaya biofisik dan sumberdaya manusia. Data primer dikumpulkan sebanyak 30 sampel yang dilakukan secara acak (random samplmng) sebagai cross check terhadap data sekunder yang telah ada. Keseluruhan data sekunder yang terkumpul sebanyak 2319 bidang tanah dengan status kepemilikan tanah adalah sertipikat hak milik.

(168)

Judul Tesis : Kajian Struktur Kepemilikan Tanah serta Keterkaitan antara Karakteristik Tanah dan Pernilik Tanah dengan Penggunaan Tanah di Wilayah Suburban

Nama : Achmad Taufiq Hidayat

NRP : 99352

Program Studi : Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

Menyetujui,

1. Komisi Pembimbing n

> Prof. Dr. Ir. H, Affendi Anwar, MSc.

Ketua

Dr. Ir. H. R. Sunsun Saefulhakim. MAS. ~ f i r n ~ ~ d i . MA^.

Anggota Anggota

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan 3. Direktur Program Pascasarjana, Pembangunan Wilayah dan Perdesaan,

I

Prof. Dr. Ir. H. Affendi Anwar, MSc. Prof. Dr. Ir. Svafrida Manuwoto, MSc.

2 7

AUG 'rull2
(169)

SURAT PERNYATAAN

DENGAN IN1 SAYA MENYATAKAN BAHWA TESIS YANG BERJUDUL KAJIAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TANAH SERTA KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK TANAH DAN PEMILIK TANAH DENGAN PENGGUNAAN TANAH DI WILAYAH SUBURBAN IN1 ADALAH BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIPUBLIKASIKAN

Bogor,

Juli 2002

w

Achmad ~ 6 u f i a

Hidayat

(170)

KAJIAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TANAH SERTA

KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK TANAH DAN PEMILIK TANAH DENGAN PENGCUNAAN TANAH DI WILAYAH SUBURBAN

oleh :

ACHMD TAUFlQ HIDAYAT

Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mernperoleh Gelar Magister Sains

pads

Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dm Perdesaan

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(171)

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 14 Februari 1970 dari ayah H. Moch. Hayin dan Ibu Hj. Sri Widhayati. Penulis merupakan putra keempat dari lima bersaudara.

Pada tahun 1982, penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 2 Bogor, selanjutnya pada tahun 1985 menamatkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Bogor dan tahun 1988 berhasil menyelesaikan pendidikan pada Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Bogor. Tahun 1993 mernperoleh gelar Sarjana Sosial Ekonomi Pertanian, dari Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pada tahun 1993-1994 bekerja sebagai konsultan peneliti di Bogor dan sejak tahun 1995 sampai dengan sekarang bekerja sebagai pegawai negeri sipil di Badan Pertanahan Nasional.

(172)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan, karena atas berkat rakhmat dan hidayah, serta ridho-Nyalah pembuatan tesis ini dapat diselesaikan. Terima kasih yang tiada terhingp penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang telah memberi dukungan dalam studi dan penyelesaian tesis ini, yaitu :

1. Bapak Prof Dr. H. Af?fendi Anwar, M.Sc. selaku ketua kornisi pembimbing; Bapak Dr. Ir. H. R. Sunsun Saefblhakim, M.Agr. dan Bapak Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr. selaku anggota komisi pembimbing.

2. Pusdiklat Perencanaan Pembangunan OTO-Bappenas yang telah memberikan beasiswa selama pendidikan.

3. Pusdiklat dan Puslitbang BPN yang telah berkenan memberi dukungan dan

bantuan.

4. Kantor Pertanahan dan Kelwahan Pakansari Kabupaten Bogor yang memberi bantusn data selama di lapangan.

5. Dosen-dosen Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan yang telah membekali penulis dengan ilmu yang sangat bermanfat.

6. Istri tercinta Dwi Fanda Larasati, S.TP dan ananda tersayang Taufan Ahadiat yang telah mendampingi den- segala pengorbanan serta do'a yang tiada terputus menunggu keberhasilan penulis.

7. Bapak, Mamah, Rama dm Ibu yang telah memberi dukungan dan do'a kepada penulis.

8. Rekan-rekan mahasiswa

PWD,

terutama

PWD

angkatan 1999. 9. Seluruh narasumber/infarman, atas informasi dan diskusinya.

lo. Seluruh pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga tesis ini dapat memberikan m a n h t kepada pembaca, terutama kepada pemerintah daerah Kabupaten Bogor ataupun pihak lain yang terkait dalam upaya pembangundpeningkatan kesejahteraan rakyat.

Bogor, Juli 2002

(173)

DAFTAR IS1

Halaman DAFTAR IS1

...

i

...

DAFTAR TABEL

...

111

...

DAFTAR GAMBAR v

...

DAFTAR LAMPIRAN vi

Latar Belakang

...

1

...

Penunusan Masalah 9

Tujuan Penelitian

...

1 1

Kegunaan Penelitian

...

11

TINJAUAN PUSTAKA 13

Kepernilikan

dan

Penguasaan Tanah

...

13

Motivasi dalam Kepemilikan Tanah

...

15

Urbanisasi dan Suburbanisasi

...

18

Pemanfmtan Ta nah..

...

21 Penggunaan

. .

Tanah (Land Use)

...

23

Konsep Nllai Tanah

...

30

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA 34

.

.

...

Kerangka Pernikiran

. .

34

Hipotesa Penelltian

...

39

METODE PENELITIAN 40

Kerangka Pendekatan

...

.

.

...

Lokasi dan Waktu Penelitian

...

Metode Pengwnpulan Data

...

Metode Pengolahan Data

...

Analisa Sebaran dun Distribusi Kepemilikun Tanah

...

Analisa Keragaan Kepemilikan Tanah

...

Analisa Tingkat Ketimpangan Kepemilikan Tanah

...

Analisa Keterkaitan Karakteristik Tanah dan Pemilik Tanah dengan

Penggunaan Tanah

...

Analisa Spasial Keterkaitan Wilayah

...

(174)

...

Letak Wilayah

Administrasi Wilayah

...

Deskripsi Tentang Aspek Historis/Sejarah Kepemilikan Tanah

...

ANALISA KELEMBAGAAN PERTANAHAN

Tata Cara Permohonan Hak Atas Tanah

...

Permohonan Hak Atas Tanah Dengan Sistem Ajudikasi

...

...

Persiapan untuk Pengumpulan Data Yuridis dun Data Fisik

Pengumpulan Data Yuridis dun Data Fisik

...

Proses Penilaian Dan Pembuktian Data Penguasaaw'Pemilikan Bidang

Tanah Yang Terkumpul

...

Perkembangan Permohonan Hak Atas Tanah Dengan Sistem Ajudihsi

...

Sistem Komputerisasi Pertanahan

...

Peran Kelembagaan Dalam Pemanfaatan Tanah

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebaran dan Distribusi Kepemilikan Tanah

...

Sebaran dan Tingkat Ketimpangan Kepernilikan Tanah

...

...

Keragaan Kepemilikan Tanah

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Tanah dan Kaitannya Dengan Karakteristik Tanah dan Pemilik Tanah

...

Keterkaitan Penggunaan Tanah dengan Variabel yang Mempengaruhinya dan

Keterkaitan Antar Variabel Yang Mempengaruhi Penggunaan Tanah

...

Analisa Spasial Keterkaitan Antar Wilayah

di

Kelurahan Palcansari

...

KESIMPULAN DAN SARAN

...

Kesimpulan

...

Saran

DAFTAR PUSTAKA

...

(175)

DAFTAR TABEL

Teks Hal

Persentase Luas Penggunaan Tanah Propinsi Jawa Barat Dirinci per Kabupaten tahun 1997-1 999

...

Hasil Analisis Input-Output Propinsi Jawa Barat Tahun

2000

....

...

Matriks Korelasi Kuantifikasi Hayashi II

Peubah-Peubah Yang Diduga Mempengaruhi Penggunaan Tanah ...

Perincian Jenis Analisis, Notasi, VariabellParameter Serta Sumber Data

...

Data Penduduk dan Luas Wilayah Kelurahan Pakansari Tahun

2000

...

Institusi-institusi yang Dapat Memiliki Jenis Hak Atas Tanah (Sertifi kat)

...

Jangka Waktu Penyelesaian Pelayanan Hak-hak Atas Tanah..

Sebaran Dan Distribusi Kepemilikan Tanah Menurut Domisili Di Kelurahan Pakansari Kec.Cibinong Kabupaten Bogor, tahun

2000

...

Hasil Analisis Entropy, Rasio Gini dan Fragmentasi Tanah di Kelurahan Pakansari Bogor, Tahun

2000

...

Persentase Proporsi Kepemilikan Tanah per RW di Kelurahan

Pakansari Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor, Tahun

2000

Hasil Korelasi Antar Peubah di di Kelurahan Pakansari Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor, Tahun

2000

...

(176)

Teks Hal

13. Hasil Analisis Metode Kuantifikasi Hayashi II : Kelompok

Penggunaan Tanah di Kelurahan Pakansari

...

95

14. Tabulasi Silang antara Penggunaan tanah dengan Jenis

Pekerjaan di Kelurahan Pakansari..

...

96

15. Tabulasi Silang antara Penggunaan Tanah dengan Luas

Kepemilikan di Kelurahan Pakansari..

...

97

16. Karakteristik Masing-Masing RW berdasarkan zone di Kelurahan Pakansari Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor,

...

(177)

DAFTAR GAMBAR

Teks Hal

Diagram Alir pentingnya penelitian tentang Kajian Struktur

Kepemilikan Penguasaan dan Penggunaan Tanah ... 12

Teori Jalur Terpusat

...

26

Teori Pembangunan Aksial Atau Radial

...

27

Teori Sektor

...

28

Teori Pusat Lipat Ganda

...

29

Hubungan Antara Land Rent dan Lokasi pada Berbagai Sektor

...

E konomi 32

...

Diagram Alir Kerangka Berfikir 38

Kurva Lorentz dan Perkiraan Koefisien Gini

...

44

...

(178)

DAFTAR LAMPIRAN

Teks lampiran

Hasil Penghitungan Metode Kuantifikasi Hayashi II

...

Surat Edaran Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi Jawa Barat tentang Biaya Pengukuran

...

...

Tabel lampiran

Tabel Hasil Crosstable antar peubah Metode Kuantifikasi Hayashi 11..

Hasil Penghitungan Analisa Gini Ratio

...

Hasil Perhitungan Analisa Entropy

...

Data Realisasi Registrasi Pertanahan Sistem Ajudikasi dirinci per Propinsi tahun 199411 995-2001..

.

.

. . .

.

.

. .

.

..

..

. . .

..

. ..

.

.

.

.

. ..

.. . . .

.

.

....

.

.

.

. . .

Gambar lampiran

Peta Administrasi dan Peta Dasar Teknik Kelurahan Pakansari..

. . .. . .

. .

Peta Bidang Tanah Kelurahan Pakansari

...

Peta Lokasi Penelitian

...

...

.

..

... ...

Peta Penyebaran Harga Tanah

...

Struktur Organisasi Kantor Pertanahan KabupatenIKota.

...

..

Mekanisme Pelayanan Front Ofice Sistem Komputerisasi

Pertana han..

. . .

.

.

. . .

. .

.

.

. . .

. .

. . . .

. .

.

.

. .

.

. . .

. .

. .

. .

. . . .

. .

. .

. . . .

.

.

. .

.

.

. . .

.

. . . .

. . . .

. .

. . .

. .

.

. . .

. .

.

.

.

.

.

.

Mekanisme Pelayanan Back Ofice Sistem Komputerisasi Pertanahan..

. .

. . .

. . .

.

. .

. .

.

. . .

. .

. . .

. . .

.

. . .

. .

.

. . .

.

.

.

. . .

.

. .

. . .

. . .

.

.

. . .

.

. .

. .

.

. .

. . .

.

.

(179)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada dasarnya tanah mempunyai fungsi dan peran yang sangat penting dalam

kehidupan individu dan masyarakat, baik sebagai wadah untuk kegiatannya maupun

sebagai aset dan faktor produksi untuk penghldupannya, karena harnpir seluruh aktivitas

kehidupan manusia mulai dari proses produksi, pertanian, pemukiman sampai kegiatan

industri dan rekreasi membutuhkan tanah sebagai masukannya (input). Dengan

meningkatnya kegiatan pembanpan, bertambahnya jumlah dan mobilitas penduduk,

permasalahan tanah dan konflik di bidang pertanahan tidak

akan

mereda, tetapi

sebaliknya mmglun justru akan bertambah. Hal itu disebabkan karena kebutuhan

akan

tanah, baik jenis, intensitas maupun volumenya

akan

semakin meningkat, sedang luas

tanah yang tersedia tidak akan bertambah secara berarti. Tanah-tanah yang tersediapun

keadaan dan kemampuannya tidak merata dan sebagian besar sudah ada yang memiliki.

Ditambah lagi dengan kenyataan, bahwa yang sudah dipunyai itu tidak dimanfmtkan

seoptimal mungkin dan sebagian besar belurn didaftar dm belum ada surat tanda

buktinya.

Selain itu, pentingnya tanah bagi kehidupan manusia karena tanah mempunyai

beberapa dimensi (Barlowe, 1978) antara lain dimensi tanah sebagai: (1) ruang, yaitu

sebagai area geografis yang merupakan wadah bagi segala sesuatu untuk berlokasi dan

berinteraksi, (2) alam, yaitu sebagai lingkungan alarniah yang proses-proses terkait

didalamnya sangat ditentukan oleh faktor-faktor seperti iklim, batwin induk, hujan,

(180)

makanan, serat, bahan-bahan bangunan, mineral, energi, dan bahan-bahan alamiah lain

yang dibutuhkan oleh manusia; (4) barang konsumsi, yaitu sebagai barang konsumsi

karena adanya nilai langsung yang dinikmati masyarakat akibat konsumsi yang

dilakukan; (5) situasi, yaitu meliputi lokasi atau posisi strategis yang dimiliki tanah, (6)

properti, yaitu meliputi kepemilikan beserta segala hak-hak yang berkaitan dengan hak

kepemilikan tanah; dan (7) kapital, yaitu tanah dapat diperhitungkan sebagai modal.

Menurut Anwar (1994), smberdaya tanah menjadi semakin penting karena

dengan semakin bertambah jumlah penduduk yang pertumbuhannya masih tinggi akan

terus memberi tekanan-tekanan kepada permintaannya. Sedangkan dari sisi persediaan

(supply) tanah dalam suatu tatanan ruang'tertentu (suatu wilayah, atau kawasan kota-

kota) keadaan persediaannya tetap w e d ) , sehingga nilainya menjadi meningkat dari waktu ke waktu serta dengan berkembangnya ekonomi dan bertambahnya populasi

penduduk serta meluasnya kegiatan ekonomi di luar pertanian, maka penggunaan tanah-

tanah semakin bersaing, seperti digunakan untuk perkebunan, hutan produksi,

perumahan, pertambangan maupun untuk tempat perdaganganhisnis, industri dan

keperluan pembangunan inhtruktur (jalan-jalan raya, irigasi, dll).

Terjadinya ketimpangan antara permintaan dan penawaran tentunya merupakan

suatu indikasi bahwa tanah dapat dikategorikan sebagai sumberdaya yang mempunyai

sifat kelangkaan (scarcity). Kelangkaan sumberdaya tanah bukan hanya disebabkan

oleh persediaannya terbatas, tetapi juga apabila sistem pasarnya sering tidak bekerja

dengan baik, karena mengalami kendala-kendala kelembagaan atau institusional, yang

disebabkan karena terlalu banyaknya pengaturan-pengaturan, sehingga ketersediaan

(181)

aspek kelembagaan tersebut, sumberdaya tanah dapat saja tersedia tetapi sistem

kelembagaan yang menyangkut hak-hak (property right) kepemilikan atas tanah yang

berlaku dapat menjadi kendala, seperti banyaknya tanah-tanah guntai (absentee lands)

yang tidak digarap pemiliknya tetapi dirambah oleh petani tak berlahan karena

pemiliknya bukan orang setempat. Tanah-tanah pada keadaan ini banyak mengalami

kerusakan dan hak-haknya sulit ditransaksikan, sehingga dalam pasar tanah menjadi

terhambat dan pemanfaatannya tidak optimal.

Penguasaan tanah yang sangat luas oleh segelintir orang ataupun perusahaan

yang tidak dimanfaatkan dengan baik sangat merugikan, yang

akan

mengakibatkan

inefisiensi dan ketidakadilan yang mengarah kepada kemubaziran. Merugikan karena

disatu sisi efisiensi pemanfaatan

tanah

pada umumnya rendah

dan

disisi yang lain

kesempatan untuk memanfaatkan tanah oleh orang atau perusahaan lain yang lebih

bersungguh-sungguh dan mampu menjadi hilang sehingga sumbangan bagi peningkatan

kesejahteraan masyarakat tidak dapat direalisasikan, ha1 ini tidak adil karena tanah yang

menjadi hajat hidup orang banyak tidak tersedia secara merata bagi masyarakat yang

lebih banyak.

Permasalahan pertanahan akan semakin terasa dengan adanya pengaruh proses

globalisasi dalam era milenium abad ke-2 1. Analisa krisis ekonomi moneter yang terjadi

sejak bulan Juli 1997 menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi berbasis tanah terutama di

perdesaan, secara relatif tidak terlalu parah dipengaruhi oleh dampak negatif dari krisis

tersebut. Hal ini memberikan suatu kearifan bahwa distribusi pemilikan penguasaan

tanah sangat mempengaruhi hdamental pembangunan nasional. Adanya pengaruh

(182)

dan berlangsungnya proses reformasi yang menyeluruh dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara yang mengalubatkan masalah pertanahan akan semakin

kompleks, sehingga diperlukan kebijaksanaan

dan

strategi pertanahan yang lebih

konseptual dan terpadu.

Studi yang dilakukan oleh Saehlhskim, Panuju clan Nasoetion (1999)

menyatakan bahwa berdasarkan data dari Biro Pusat statistik tentang

pemilikadpenguasaan tanah skala kecil yang mencapai 48,91 % pada tahun 1983 dan

meningkat menjadi 50,17 % pada tahun 1993 serta lebih lanjut dinyatakan bahwa

semakin kecil skala pemilikadpenguasaan tanah, semakin kecil pula penerimaan

usahatani dan pendapatan bersih usahatani yang juga dapat menunjukkan berkurangnya

tingkat kesejahteraan dari petani.

Selain itu dengan meningkatnya persaingan dalam penggunaan tanah, baik untuk

produksi pertanian maupun untuk keperluan lainnya memerlukan pemikiran yang

seksama dalam mengambil keputusan pemanfaatan yang paling menguntungkan dari

sumberdaya yang terbatas. Saefulhakim dan Nasoetion (1995) menjelaskan bahwa

pertumbuhan ekonomi, diikuti pula oleh peningkatan jumlah penduduk dari tahun ke

tahun membawa konsekuensi pada perubahan alokasi sumberdaya diantara berbagai

jenis penggunaan. Fakta yang dapat langsung terlihat adalah adanya perubahein

penggunaan tanah dari sektor pertanian ke sektor non pertanian, seperti terlihat pada

tabel 1 yang dapat dijelaskan bahwa perubahan penggunaan tanah di Propinsi Jawa

Barat ditandai dengan adanya kecenderungan berkurangnya luas penggunaan

tanah-

(183)

Tabel 1. Persentase Luas Penggunaan Tanah Propinsi Jawa Barat dirinci per KabupatenIKota Tahun 1997- 1999

--

[image:183.812.22.738.115.469.2]
(184)

dan Bandung dari tahun 1997-1999. Fenomena lainnya adalah kecenderungan bertarnbahnya luas penggunaan tanah non pertanian (penunahan/bangunan lainnya dan

tanah tidur) sehingga perlu tindakan antisipatif sejak dini oleh berbagai pihak terutama

meluasnya tanah-tanah tidur di Kota Bekasi, Bogor, Bandung clan kota besar lainnya

yang menimbulkan konsekuensi rendahnya produktivitas tanah dari sektor pertanian.

Studi yang dilakukan di Jawa Barat oleh Saellhakim dan Ardi (2000),

menyatakan bahwa keterkaitan ke belakang dalam penggunaan input tanah dan

sumberdaya lokal

untuk

penggunaan industri, listrik, gas dan air serta bangunan

menunjukkan koefisien keterkaitan ke belakang yang tinggi seperti yang ditunjukkan

pada tabel 2. Sedangkan sektor pertanian paling kecil dalam penggunaan input tanah

dan sumberdaya lokal. Hal ini menandakan bahwa banyaknya terjadi alih fungsi tanah

di Jawa Barat yang berasal dari sektor pertanian ke sektor non pertanian

Tabel 2. Hasil Analisa Input-Output di Propinsi Jawa Barat Tahun 2000

Sumber : Pelatihan Input-Output Jawa Barat, Safulhakim dan Ardi (2000)

Perluasan wilayah urban (khususnya DKI Jakarta dan Kota Bogor) ke wilayah

(185)

dihindari sehingga membawa darnpak pada terbentuknya pusat-pusat kegiatan dan

pertumbuhan baru yang membutuhkan tanah dan lokasi-lokasi yang strategis dan

kompetitif dari sudut ekonomi. Berkembangnya pembangumm kawasan industri,

komplek-komplek pernukiman

dan

kegiatan ekonomi lainnya memperlihatkan wilayah

Kabupaten Bogor telah dan sedang menuju terbentuknya suatu pusat kegiatan dan

pertumbuhan yang potensial dan strategis.

Disamping itu laju pertumbuhan penduduk yang tinggi di perkotaan merupakan

fenomena umurn yang terjadi di kota-kota besar, studi yang dilakukan oleh Server

(1 996) menyatakan bahwa populasi di Jakarta tahun 2000 mencapai 13 juta jiwa dengan

laju pertumbuhan penduduk 5,5 % per tahun, sementara yang tinggal di region

aglomerasi metropolitan (Kawasan Jabotabek) berkisar antara 18-20 juta jiwa,

merupakan kawasan urban terbesar di Asia (bahkan di dunia). Walaupun lonjakan

penduduk yang tinggi di kawasan perkotaan

akan

membawa manfaat-manfaat ekonomi

tertentu seperti skala ekonomi yang besar yang memungkinkan penghematan biaya

produksi, sumber tenaga kerja yang melimpah, efisiensi dan efektifitas fasilitas sosial

tetapi dengan semakin besarnya kota maka keuntungan tersebut seolah tidak berarti

dengan meningkatnya biaya-biaya sosial. Bahkan pada tingkat tertentu, keuntungan-

keuntungan yang diperoleh jika dikompensasi dengan kerugian-kerugian yang

ditimbulkan oleh biaya-biaya sosial yang diderita masyarakat

akan

bernilai negatif

Pada kondisi ini dapat dikatakan bahwa wilayah kota mengalami skala disekanomi

(diseconomy of scale). Biaya-biaya sosial yang ditimbulkan dalam ha1 ini dalam bentuk

pencemaran lingkungan, gangguan kesehatan, kemacetan, kerawanan sosial, merosotnya

(186)

yang cukup besar itu secara signifikan akan mempengardu proses alih f b g s i

tanah

dan

alih kepemilikan tanah di wilayah suburban. Studi yang dilakukan oleh Dowall dan

Leaf (1991) menunjukkan harga tanah meningkat lebih cepat di wilayah luar kota

(suburban) dan menunjukkan peningkatan nilai

tanah

yang berubah dari pertanian ke

penggunaan urban (perkotaan).

Pembangunan yang selama ini bias kepada pembangunan kawasan perkotaan

(urban bias) dan lebih menekankan kepada pertumbuhan ekonomi mengakibatkan

ketimpangan yang sangat lebar antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan karena

pemerataan secara "otomatis" yang diharapkan setelah mengejar pertumbuhan ekonomi

tidak terjadi (tricle down eflect kezuah hinterland ti& terjadi; sebaliknya yang terjadi

adalah net eflect-nya malah menimbulkan masive backwash eflect (Lipton 1977 dalam

Anwar dan Rustiadi, 2000). Sehingga daerah-daerah belakang (hinterland) menjadi

kekurangan sumberdaya akibat pengurasan yang dilakukan oleh kota, baik itu

sumberdaya alam, sumberdaya manusia maupun sumberdaya modal yang merupakan

penentu kemajuan dan pembangunan. Selain itu kegagalan pemerintah Orde Baru

karena begitu kuatnya dominasi pemerintah pusat yang mengarah kepada terjadinya

kerusakan moral (moral hazard). Kebijakan yang bersifat sentralistik

dan

adanya

perilaku moral hazard menyebabkan alokasi sumberdaya yang tidak efisien dan

seringkali merusak tatanilai yang dianut oleh masyarakat yang mengakibatkan

masyarakat tidak memiliki inovasi dalam mengembangkan diri

dan

daerahnya.

Paradigma pembangunan yang urban bias tersebut telah menimbulkan berbagai

persoalan di kota besar seperti terjadinya urbanisasi karena akumulasi kapital yang

(187)

persoalan di kota besar karena daya dukung yang terbatas dan yang terjadi bukan lagi

economic of scale (economic of aglomeration) m u n justru diseconomic of scale. Kota-

kota besar tumbuh dengan cepat sebagai pusat pertumbuhan wilayah yang seringkali

mengabaikan hgsinya untuk memberikan pelayanan kepada wilayah suburban.

Dampak yang lebih buruk dari urban bias ini

akan

mengakibatkan tumbuh suburnya

kantung-kantung pemukiman kumuh (slum) dan kampung-kampung di tengah kota yang

serba menyesakkan dan liar (shantytown) serta pennasalahan-pennasalahan lain yang

sangat kompleks yang imbasnya sampai kepada wilayah suburban.

Berdasarkan keterangan dan pemaparancpemaparan di atas, sebagai salah satu

solusi alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan suatu Kajian Struktur

Kepemilikan Tanah di Wilayah Sub Urban yang dalam konteks penelitian ini dipilih

sebagai studi kasus adalah Kelurahan Pakansari Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor,

dikarenakm lokasi Kabupaten Bogor yang strategis dan kompetitif serta merupakan

daerah penyangga dan berbatasan langsung dengan tiga propinsi besar yaitu propinsi

Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta, memerlukan suatu penanganan yang komprehensif

dan profesional dalam ha1 kepemilikan tanah sehingga terwujudnya kepemilikan tanah

yang lebih merata, berkelanjutan dan berkeadilan sosial.

Perumusan Masalah

Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan meningkatnya intensitas

pembangunan, semakin meningkat pula kebutuhan tanah untuk berbagai kegiatan

pembangunan bagi pemerintah dan masyarakat sedangkan luas

tanah

relatif tidak
(188)

dengan kepemilikan tanah. Secara umum permasalahan tersebut adalah : adanya fenornena penguasaan tanah yang sangat luas oleh segelintir orang ataupun perusahaan

yang tidak dimanfaatkan dengan baik, sehingga sangat merugikan dan tidak adil.

Merugikan karena disatu sisi efisiensi pemanfaatan

tanah

pada umumnya rendah atau

tidak dimanfmtkan sama sekali menjadi tanah terlantar (tanah tidur)

dan

disisi yang lain

kesempatan untuk memanfaatkan tanah oleh orang atau perusahaan lain yang lebih

bersungguh-sungguh

dan

mampu menjadi hilang sehingga sumbangan bagi peningkatan

kesejahteraan masyarakat tidak dapat direalisasikan, ha1 ini tidak adil karena tanah yang

menjadi hajat hidup orang banyak tidak tersedia secara merata bagi masyarakat yang

lebih banyak. Inventarisasi tentang

tanah

tidur yang dilakukan oleh Pemerintah

Kabupaten Bogor di 18 Kecamatan telah mencapai 948,22 Ha, walaupun belum

mencakup seluruh kecamatan (35 kecamatan) namun patut diantisipasi sejak dini agar

terwujudnya kepemilikan dan penguasaan tanah yang lebih merata, berkelanjutan dan

berkeadilan sosial.

Dari uraian-uraian di atas maka dapat dirurnuskan beberapa permasalahan

pokok, yaitu :

1. Bagaimana sebaran dan distribusi kepemilikan tanah di daerah penelitian ?

2. Bagaimana keragaan dan tingkat ketimpangan kepemilikan tanah di daerah

penelitian?

3. Bagaimana kaitan karakteristik tanah dan pemilik tanah dengan pola penggunaan

(189)

Tujuan Penelitian

Seperti telah disinggung secara sekilas di atas, secara umum penelitian ini

bertujuan untuk memberikan gambaran tentang struktur kepemilikan

tanah

dan kaitan

antara karakteristik tanah dan pemilik tanah dalam mempengaruhi pola penggunaan

tanah

di Wilayah Sub Urban yang

akan

dilakukan di Kelurahan Pakansari Kecarnatan

Cibinong Kabupaten Bogor. Secara spesifik, tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengkaji sebaran dan distribusi kepemilikan tanah di daerah penelitian.

2. Melihat keragaan dan tingkat ketimpangan kepemilikan

tanah

di daerah penelitian.

3. Menganalisa kaitan karakteristik tanah dan pemilik

tanah

dengan pola penggunaan

tanah di daerah penelitian.

Kegunaan Penelitian

Sedangkan kegunaan dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat

antara lain :

1. B a g pengembangan ilmu pengetahuan, terutarna dalam mengkaji alih

penguasaan tanah di wilayah suburban;

2. Bagi pemerintah daerah setempat, sebagai sumber data dan sumbangan

pemikiran sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan

pembangunan khususnya mengenai pengaturan penguasaan dan penatagunaan

tanah;

3. Bagi masyarakat, dengan penelitian ini dapat melihat potret nyata tentang

(190)

1 grna Pembangunan

*

Paradipsla Lama :

Menekankan pada Pertumbuhan Ekonomi

Urban Bias Sentralistik

(

Laju pertumbuhan penduduk dan

/

intensitas pembanguuan yang tinsgi

di wilayah urban (perkotaan)

Ketimpangan spasial, sektord, individu/kelompok masyarakat

Urbanisasi

Biaya sosial yang tinggi di

perkotaan Suburbanisasi

Dampak wilayah Suburban :

Ketimpangan antara

permintaan& penawmn tanah Terjadi alih fungsi serta alih kepemilikan tanah

Harga Tanah yang tinggi Inefisiensi, ketidakadilan yang mengarah kepada kemubaziran

r

n

P a r a d i m Baru :

Menekankan pembangunan pada : PertumbuhanEkonomi (Growth)

Pemerataan (Equily)

Suistanability (keberlanjutan) Desentralisasi (otonomi)

Struktur Kepemilikan p e n e dan Penggunaan Tanah Yang Merata, Berkelanjutan dan

Berkeadilan Sosial

I

Perlunyapenelitian dan

I

~ebijakan Dalam Perbaikan Mengkaji Struktur

Kepemilikan Penguasaan

Garnbar 1. Diagram Alir pentingnya penelitian tentang Kajian Distribusi Pemilikan

(191)

TINJAUAN PUSTAKA

Kepemilikan dan Penguasaan Tanah

Pengertian kepemilikan

dan

penguasaan tanah seringkali dianggap sama.

Padahal ada perbedaan mendasar antara pengertian kepemilikan dan penguasaan.

Pengertian kepemilikan lebih condong kepada status hak (entitlement) sedangkan

pengertian penguasaan lebih kepada total luasan yang dikuasai atau diusahakan.

Selain itu pengertian kepemilikan mengandung arti adanya hak untuk

menggunakan tanah bagi pemiliknya, baik hak untuk menjual (dipindah

tangankan), digadaikan, disewakm, diwariskan atau diusahakan untuk kepentingan

pemiliknya. Sedangkan pengertian penguasaan mengandung arti adanya hak untuk

menggunakan tanah berdasarkan sewa atau kontrak tertentu, tetapi tidak dapat

dipindah tang- oleh yang mengwai tanah tersebut (Wijayanti, 2000).

Salah satu aspek penting dimensi tanah dalam h u b u n p y a dengan

manusia adalah

tanah

sebagai properti yang mempunyai pengertian bahwa tanah

meliputi kepemilikan beserta entitlement yang berkaitan dengan hak kepemilikan

tanah (Barlowe, 1978). Hal ini berkaitan dengan segala hak yang berhubungan

dengan tanah yang mempunyai implikasi sangat luas terhadap pengelolaan

sumberdaya tanah, seperti hak untuk memiliki dan men- tanah,

hak

untuk

menjual tanah,

hak

untuk menyewakan, hak untuk menggadaikan, hak untuk

membagi dan menurunkan kepemilikan dan hak untuk menghbahkan.

Hubungan yang berupa pemindahan hak milik dan atas hak menggarap akan

menimbulkan pemusatan penguasaan Tanah sebagai faktor produksi penting

kepada salah seorang atau golongan orang yang mempunyai modal kuat. Keadaan

(192)

pemilikan kepada segolongan kecil orang yang kaya. Keadaan demikian akan

menyebabkan pola distribusi pemilikan Tanah akan sernakin timpang (Santoso,

1983).

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peratwan Dasar Pokok-

pokok Agraria (Undang-undang Pokok Agraria) atau lebih dikenal dengan UUPA,

menyebutkan beberapa jenis

hak-hak

atas

tanah,

antara lain : hak milik,

hak

guna

usaha,

hak

guna ban- hak pakai, hak sewa, hak membuka

tanah,

hak

memungut hasil hutan

dan

hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak yang

disebut sebelumnya yang akan ditetapkan dengan undang-undang. Hak milik

diatur dalam UUPA pasal 20 sampai 27. Hak milik adalah hak turun-temurun,

terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang pribadi atau badan-badan hukum

tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah. Hak guna usaha diatur dalam UUPA

pasal28 sampai pasal34. Hak guna usaha adalah

hak

untuk mengusahakan

tanah

yang dikuasai langsung oleh negara dan dapat dialihkan kepada pihak lain. Hak

guna bangunan diatur dalam UUPA pasal35 sampai pasal40. Hak guna bangunan

adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan atas tanah yang

bukan miliknya sendiri dengan jangka waktu tertentu (paling lama 30 tahun). Baik

tanah negara maupun tanah milik yang dimiliki oleh seseorang atau badan hukum

yang ditunjuk oleh negara dapat diberikan dengan hak guna bangunan. Hak pakai

diatur dalam UUPA pasal41 sampai dengan pasal43. Hak pakai adalah hak untuk

menggunakan dan atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh

negara atau tanah milik orang lain, yang memberi wewenang dan kewajiban yang

ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwewenang yang

(193)

perjanjian sewa menyewa atau perjanjian pengelolaan tanah, segala sesuatu asal

tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan-ketentuan UUPA. Hak sewa diatur

dalam UUPA pasal 44 dan pasal 45. Hak sewa adalah suatu hak untuk

menggunakan tanah milik orang lain untuk keperluan bangunan, dengan membayar

kepada pemiliknya sejumlah uang sebagai sewa. Hak membuka tanah dan

membangun hasil hutan hanya dapat dipunyai oleh warga negara Indonesia dan

diatur oleh peraturan Pemerintah, sebagaimana disebutkan UUPA Pasal46 ayat 1.

Di &lam penelitian ini ruang lingkup yang akan dikaji adalah hak milik tanah

seseorang dan sebaran distribusi kepemilikan tanah di suatu wilayah. Kajian

struktur kepemilikan

tanah

yang akan diteliti adalah kajian berdasarkan data

karakteristik tanah

dan

karakteristik pemilik tanah dari masing-masing pemilik

bidang tanah yang dianalisa baik dari aspek sosial ekonomi maupun dari aspek

spasial.

Motivasi dalam Kepemilikan Tanab (Property Rlght)

Menurut Anwar (2000), property right memegang peranan fundamental

dalarn sistem pertukaran pasar. Kemunglunan bekerjanya suatu sistem pasar

disebabkan karena para peserta individual (market participants), pada umumnya

mempunyai motivasi untuk memaksimumkan pendapatannya (keuntungan) atau

kesejahteraannya (utility). Dengan kemauannya sendiri mereka memasuki

transaksi pertukaran pasar karena kegiatan tersebut saling menguntungkan. Harga-

harga di dalam sistem pasar berperan sebagai pemberi isyarat yang memandu

dalam memberi petunjuk kepada suatu nilai yang melekat pada barang dan jasa dari

individual yang menjadi peserta dalam sistem ekonomi pertukaran pasar. Tetapi

(194)

property right yang menyangkut barang tersebut tidak dispesifikasikan secara jelas.

Tanpa ada keterangan tentang kepemilikan terhadap sesuatu barang, karenanya seseorang tidak mempunyai hak secara eksklusif terhadap barang tersebut.

Prinsip konsumen yang berusaha memaksimumkan utilitasnya mendorong

konsumen tidak hanya melihat nilai manfaat fisik tanah saja, tetapi juga nilai lokasi

serta nilai masa datang dari tanah tersebut. Artinya motivasi konsumen dalam

membeli atau memiliki tanah tidak hanya untuk tujuan kebutuhan pokok, tetapi

juga untuk tujuan investasi dan spekulasi. Tujuan kebutuhan pokok berarti

konsumen membeli atau memiliki

tanah

benar-benar digunakan sebagai

pemenuhan kebutuhan pokok, baik itu kebutuhap sandang, pangan ataupun papan.

Tujuan investasi berarti konsumen membeli atau memiliki tanah digunakan sebagai

modal usaha, disewakan, gadai atau bagi hasil. Tujuan spekulasi berarti konsumen

membeli atau memiliki tanah sekarang dengan harapan pada masa yang akan

datang apabila terjadi lonjakan harga tanah, maka tanah tersebut akan dijual

(Idawati, 1999). Tujuan pemilikan tanah yang bersifat spekulatif ini &pat

menyebabkan pemanfaatan tanah yang tidak efektif, efisien clan optimal dan

cenderung ditelantarkan. Dampak yang lebih buruk dari pemanfaatan tanah ini

adalah terjadinya degradasi dan kerusakan tanah.

Suatu property right menetapkan tentang hak-hak secara legal mengenai

kepemilikan dari suatu sumberdaya (tanah) dengan disertai keterbatasan dalam

caranya sumberdaya tersebut dimanfaatkan. Apabila hak-hak itu ada, maka harus

memenuhi persyaratan-persyaratan di bawah ini (Anwar, 2000).

1. Hak-hak (rights) harus dispesifikasi secara penuh. Hal ini berarti bahwa

(195)

pembatasan-pembatasan terhadap hak-hak kepemilikan dan sanksi-sanksi

(hukurnan) terhadap pelanggaran terhadap hak-hak tersebut harus

dispesifikasikan. Pembatasan terhadap kepemilikan, harus disertai hak-hak

yang jelas agar supaya kerancuan dapat dihindari, di mana sebenarnya

kerancuan tersebut tidak boleh terjadi pada keadaan apapun. Apabila semua

orang menggunakan barang-barang yang dipunyainya,

maka

dalam keadaan

apapun barang tersebut dapat digunakan menurut sesuka hatinya.

2. Suatu property right mengandung arti bahwa kepemilikan harus eksklusif, Eksklusifitas hak-hak ini menentukan tentang siapa-siapa saja, jika ada, yang

boleh menggunakan sumberdaya atau barang yang dimilikinya dan pada

persyaratan apa barang tersebut dapat dipergunakan. Tetapi semua pahala

(rewards) dan sanksi didalam melaksanakan hak tersebut diperoleh untuk pihak

yang mewakilinya.

3. Pemilik tanahlbarang mempunyai hak-hak untuk mentransfer barang miliknya.

Pembatxan-pembatasan kepada transfer sesuatu barang yang dimiliki

akan

mengarah kepada inefisiensi atau mengarah kepada keadaan pasar yang nyaris

lumpuh talc dapat bekerja. Dalam ha1 ini, penting untuk disadari bahwa hak-

hak yang bersangkutan menyangkut proses perpindahan tangan sebagai lawan

dari hanya memiliki sesuatu barang. Apabila kita membeli sebidang tanah;

sebenarnya yang dibeli itu adalah hak-haknya untuk menggunakan tanah

tersebut, tetapi tanahnya sendiri secara fisik tidak bergerak (dipindah tangan).

Meski barang tersebut berpindah tangan tetapi yang penting adalah hak untuk

menggunakan barang yang dibeli tersebut. Pergerakan berpindah tangan dapat

(196)

pindah tangan, dalam keadaan ini, merupakan suatu transfer

hak

kepemilikan;

dan bukannya kepemilikan itu yang akan dilanggar.

4. Property right tersebut juga harus secara efektif dapat dipaksakan

(enforceable). Tanpa adanya enforcement, suatu sistem property right talc

dapat dianggap bermanfaat. Jika enforcement tidak sempurna, sebagaimana

sering terjadi dalam dunia nyata, maka nilai harapan dari sanksi hukurnan harus

melebihi setiap kemun&nan keuntungan yang diperoleh para pelanggar yang

mungkin melakukannya.

Dalam prakteknya, keempat syarat di atas tidak senantiasa dapat dipenuhi,

ha1 itu disebabkan antara lain adanya externality, yaitu suatu keadaan dimana ada

pihak lain yang hams menanggung manfaat atau biaya yang disebabkan oleh

penggunaan sumberdaya oleh orang lain.

Urbanisasi dan Suburbanisasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan migrasi sangat

beragam dan rurnit. Karena migrasi merupakan suatu proses yang secara selektif

mempengaruhi setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi, sosial, pendidikan dan

demografi tertentu. Persoalan migrasi desa kota (rural urban migration)

merupakan sebuah faktor negatif yang menyebabkan surplus tenaga kerja

perkotaan secara berlebihan serta sebagai suatu kekuatan yang secara terus-

menerus memperburuk masalah-masalah pengangguran di berbagai daerah

perkotaan yang pada awalnya bersumber dari ketidakseimbangan strukhual dan

ekonomi antara daerah-daerah perkotaan dan perdesaan (Todaro, 1998).

Urbanisasi mengacu kepada peningkatan proporsi jumlah penduduk

(197)

al, 1988 dalam Rustiadi, 1999). Urbanisasi dapat diartikan sebagai proses yang

menyertai transformasi struktural ekonomi pada suatu wilayah/daerah sehingga

terjadi perubahan pola hidup akan kebutuhan sarana, prasarana dan jasa pelayanan

serta perubahan orientasi manusia dari tradisi perdesaan ke arah kehidupan yang

modern. Seiring dengan meluasnya urbanisasi dan pembangunan yang bias urban

(urban bias) tumbuh subur pula kantung-kantung pemukiman kurnuh (slum) dan

kampung-kampung di tengah kota yang serba menyesakkan dan liar (shantytown)

serta semakin banyak penduduk perkotaan yang tinggal berhimpit-himpit di

berbagai pusat permukiman yang sebenarnya tidak pantas dihuni oleh manusia

(Todaro, 1998)

Suburbanisasi adalah proses pengembangan pemukiman dan kadang-

kadang disertai dengan pengembangan industri pada wilayah pinggiran kota

(Mayhew, 1997; Jackson, 1985 dalam Rustiadi 1999). Perkembangan urbanisasi di

wilayah sub urban dipengaruhi oleh faktor-faktor penarik dari dalam kota dan juga

sistem pengembangan transportasi yang menghubungka wilayah sub urban

dengan wilayah urban. Proses suburbanisasi adalah salah satu proses

pengembangan wilayah yang semakin menonjol dan akan semakin berpengaruh

nyata di dalam proses penataan ruang di sekitar wilayah perkotaan. Di satu sisi,

proses ini dipandang sebagai perluasan wilayah urban ke wilayah pinggiran kota

yang berdampak meluasnya skala managemen wilayah urban secara riil. Di sisi

yang lain, proses ini sering dinilai sebagai proses yang kontra produktif mengingat

prosesnya yang selalu diiringi dengan proses konversi tanah pertanian yang sangat

(198)

Proses suburbanisasi bukanlah fenomena yang relatif baru. Suburbanisasi

telah melahirkan fenomena yang kompleks yaitu akulturasi budaya, konversi tanah

pertanian ke non pertanian yang bersifat irreversible, spekulasi tanah dan lain-lain,

Van den Berg, et a1 (1981) dalarn Rustiadi (1999) mengidentifhi empat

tahapan proses urbanisasi : (1) tahap urbanisasi, migrasi penduduk dari desa ke

kota; (2) tahap Suburbanisasi, tahap dimana kota berkembang

dan

mempengaruhi

daerah-daerah sekitarnya dan menjanjikan kesejahteraan sehingga penduduk daerah

pinggiran tertarik ke pusat-pusat kegiatan dan pelayanan kota; (3) tahap

disurbanisasi, penurunan jwnlah penduduk di daerah perkotaan diikuti oleh

penurunan aktifitas ekonomi, disebabkan oleh kehilangan kesempatan kerja dan

lapangan usaha; (4) tahap reurbanisasi, dibangunnya pusat-pusat kegiatan baru

dengan tingkat aglomerasi yang lebih rendah pada beberapa lokasi.

Proses suburbanisasi di wilayah sekitar Jakarta yang ditandai dengan

perkembangan permukiman dan industri skala besar di her&-daerah di sekitar

wilayah metropolitan (Jakarta) pada dasarnya didorong oleh adanya :

a. Kebijakan pemerintah, bentpa :

Kebijakan membangun Jakarta sebagai pusat pemerintah dan pusat

kekuasaan;

Subsidi dalam pembangunan perurnahan;

Pemberian fasilitas kepada beberapa konglomerat yang

akan

menanamkam

modalnya;

Pembangunan infiastruktur, yang meningkatkan aksesibilitas ke Jakarta,

misalnya : Jalan To1 Jagorawi, To1 Cilcampek dan To1 Merak;

(199)

b. Pengaruh pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi di perkotaan menjadi daya tarik yang

kuat terhadap urbanismi, yang berimplikasi terhadap perkembangan jumlah

penduduk yang pesat. Sejalan dengan peningkatan jumlah tersebut, maka

permintaan akan tanah menjadi meningkat pula. Pada kondisi dimana

pertumbuhan penduduk telah melampaui kapasitas perkotaan dalam penyediaan

fasilitas dan pelayanan sosial, akan mengalubatkan terjadinya ketimpangan

antara permintaan dan penawaran akan tanah yang tentunya merupakan suatu

indikasi bahwa tanah dapat dikategorikan sebagai sumberdaya yang

mempunyai sifat kelangkaan (scarcity), disamping harga

tanah

yang semakin

meningkat pula.

Pemanfaatan Tanah

Berkaitan dengan fungsi sosialnya, maka adalah suatu ha1 yang sewajarnya

bahwa tanah itu hams dipelihara baik-baik, agar bertambah kesuburannya serta

dicegah kerusakannya. Kewajiban memelihara tanah ini tidak saja dibebankan

kepada pemiliknya atau pemegang haknya yang bersangkutan, melainkan menjadi

beban pula dari setiap orang, badan hukum atau instansi yang mempunyai suatu

hubungan hukum dengan tanah (sesuai dengan Pasal 15 UUPA). Sehingga agar

tidak merugikan kepentingan umum maka pemilikan clan penguasaan tanah yang

melampaui batas tidak diperkenankan. Tanah-tanah yang merupakan kelebihan

dari batas maksimum diambil oleh Pemerintah dengan ganti kerugian, untuk

selanjutnya dibagikan kepada rakyat yang membutuhkan menurut ketentuan-

(200)

Secara teoritis alokasi pemanfaatan tanah dapat dilaksanakan melalui

beberapa mekanisme, yaitu :

1. Penataan ruang oleh pemerintah melalui undang-undang

2. Melalui mekanisme pasar

3. Kombinasi antara pengaturan pemerintah clan mekanisme pasar

Menurut Nasution (2000) ketiga jenis tersebut mempunyai kekuatan dan

kelemahan. Mekanisme pertama memerlukan pangkalan data yang menyeluruh,

akurat serta sistem manajemen yang efisien dan hirarki pengarnbilan keputusan

yang tidak ambigous. Kekuatan sistem ini adalah pencapaian tujuan penataan

tanah yang dilakukan secara terkendali, umumnya membutuhkan biaya yang relatif

besar. Sebaliknya mekanisme pasar alokasi ruang (tanah) biaya formalnya relatif

kecil, tetapi jika ditinjau dari titik pandang masyarakat, mekanisme pasar

cenderung mengakibatkan missalokasi sumber daya tanah. Missalokasi ini terjadi

karena struktur pasar sumber daya tanah tidak sempurna. Mekanisme ini juga tidak

mampu mencakup penilaian eksternalitas. Oleh sebab itu mekanisme ketiga

seringkali lebih feasible untuk diterapkan.

Kegagalan mekanisme pasar khususnya pasar tanah sangat merugikan

pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia. Terutama jika ditinjau dari

perspektif jangka panjang. Hal ini dikarenakan oportunitas penggunaan tanah

relatif sangat besar. Tanah, khususnya tanah sawah tipologi penggmaanya sangat

strategis bagi Indonesia.

Studi yang dilakukan oleh Server (1996) tentang fenomena kurangnya

kontrol dalam penggunaan dan pemanfaatan tanah negara, sehingga sering beralih

Gambar

Tabel 1. Persentase Luas Penggunaan Tanah Propinsi Jawa Barat dirinci per KabupatenIKota Tahun 1997- 1999
Gambar 2. Teori Jalur Terpusat
Gambar 4. Teori Selctor
Gambar 5. Teori Pusat Lipat Ganda
+7

Referensi

Dokumen terkait

Taip klasių harmonija liaudininkų teorijoje pasidaro objektyviai būtina visuomenės pažangos sąlyga Vardan buržuazinės visuomenės progreso darbininkai privalo

Namun dalam perjalanannya pemerintahan yang reformasi kembali menceridai sendiri dengan munculnya undang-undang yang mengatur pesta demokrasi dalam memilih calon

Pengamatan terumbu karang dilakukan menggunakan metode LIT ( Line Intercept Transect ) yang diletakkan pada kedalaman 5 meter dengan panjang transek 50 meter. Pengukuran

Pada kegiatan plan, Guru, team teaching melaksanakan kegiatan: (1) Menyusun rencana kegiatan Lesson Study untuk empat siklus seperti jadwal, bahan ajar dan kegiatan, (2)

Scan asli Surat Lamaran yang ditandatangani sendiri oleh pelamar yang ditujukan kepada Panitia Seleksi Secara Terbuka dan Kompetitif Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama

Pada uji dominan fasilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Keputusan Penggunaan dan koefesien regresi mempunyai nilai positif, maka penelitian ini berhasil

cyanea memiliki mata palsu (ocellus) berwarna hitam yang dikelilingi lingkaran terang pada bagian dalam dan warna gelap di bagian luar; Octopus sp.1 memiliki warna