• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Program ITTARA Terhadap Produksi dan Pendapatan Petani Ubi Kayu di Kabupaten Lampung Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Program ITTARA Terhadap Produksi dan Pendapatan Petani Ubi Kayu di Kabupaten Lampung Timur"

Copied!
260
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)
(130)
(131)
(132)
(133)
(134)
(135)
(136)

PENGARUH PROGRAM ITTARA TERHADAP

PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI UBI KAYU

DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Oleh

:

IliMAYANT NOER

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(137)
(138)

IRMAYANI NOER. Pengaruh Program ITTARA terhadap Produksi dan

Pendapatan Petani Ubi Kayu di Kabupaten Lampung Timur. Dibimbing oleh SRT

HARTOYO sebagai Ket~la dan I-IARIANTO sebagai Anggota.

Program ITTARA (Industri Tepung Tapioka Rakyat) merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Propinsi Lampung, sebagai usaha pemberdayaan petani ~ l b i kayu di pedesaan. Sejak dikeluarkannya kebijakan ini tahun 1998, banyak kritik yang dihadapi pemerintah terutama dalam manajemen ITTARA. Oleh karena itu, menjadi permasalahan adalah bagaimanakah pelaksanaan Program ITTARA, serta faktor apakah yang menyebabkan

keberhasilan Program IlTARA di Lampi~ng Timur. Selain itu, juga menjadi

pcrmnsalahan scjauh manakah Program 1'1-fARA berpengarul terhadap produksi dan pendapatan petani, serta bagaimanakah kontribusinya terhadap produksi dan penciapatan dacrah.

Tijuan penelitian adalah ~lntuk mengetahui: (1) pelaksanaan Program ITTARA di Lampung Timur, (2) faktor-faktor yang menyebabkan keberhasilan

Program ITTARA di Lampung Timur, (3) pengaruh Program ITTARA terhadap

produksi dan pendapatan petani, (4) kontribusi Program ITTARA terhadap

produksi dan pendapatan wilayah program. Untuk mencapai tujuan penelitian digunakan model fungsi produksi Cobb-Douglas. Data dikumpulkan dari hasil wawancara dengan responden di tiga wilayah yaitu wilayah program, ilnbas dan non program.

Hasil analisis pelaksanaan Program ITTARA di wilayah program, menunjukkan bahwa program terlaksana sesuai dengan tujuan. Hal ini terlihat dari fluktuasi harga ubi kayu di tingkat petani relatif rendah. Faktor-faktor yang menyebabkan ITTARA berhasil adalah: (1) keniampuan pengelola dalam lnemberdayakan petani dan kelompoknya, (2) kedisiplinan dan kerjasama yang baik diantara petani anggota ITTARA.

Hasil analisis pengaruh Program ITTARA terhadap produksi dan pendapatan petani, menunjukkan bahwa teknologi Program ITTARA dapat meningkatkan produksi per satuan input yang digunakan. Peningkatan produksi

akan meningkatkan pendapatan petani. Produksi ubi kayu secara nyata

dipengaruhi oleh lahan, bibit, pupuk urea, pupuk kandang dan pestisida. Input tenaga kerja meskipun bertanda positif tetapi tidak berpengaruh nyata, ha1 ini terjadi karena ketersediaan tenaga kerja yang cukup, sehingga penggunaan input ini tidak terlalu berpengaruh terhadap produksi. Pendapatan usahatani ubi kayu secara nyata dipengaruhi' oleh luas areal panen dan produksi. Ditinjau dari sisi petani, Program ITTARA dapat meningkatkan produksi dan pendapatan petani.

(139)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-bena~nya bahwa segala penlyataall dalaln tesis

saya yang be~judul:

PENGARUH PROGRAM ITTARA TERHADAP PRODUKSI DAN

PENDAPATAN PETANI UBI KAYU DI KABUPATEN LAMPUNG

TIMUR

ine~upakan gagasail atau liasil yenelitian tesis saya sendil-i, dengan pembimbingan

Komisi Pemnbimbiug, kecuali yang dengall jelas ditunjukkan rujukaimya. Tesis ini

beluin p e ~ n a h diajukail untuk memperoleh gelar yada yrogam sejenis di yerguluail

tinggi lain.

Semua data dan i~lfolvlasi yalig digunakan telah diuyatakan secara jelas dan dayat

(140)

PENGARUH PROGRAM ITTARA TERHADAP

PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI UBI KAYU

DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Oleh

:

IRMAYANI NOER

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Eltonomi Pertanian

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(141)

Judul Tesis : Pengaruh Program ITTARA Terhadap Produksi dan

Pendapatan Petani Ubi Kayu di Kabupaten Lampung

Timur

Nama Mahasiswa : Innayani Noer

Nomor Pokok : PO1500005

Program Studi : Ilmu Ekonomi Pertanian

Menyetuj ui,

1 . Komisi Pembimbing

Dr. ir. Sri 1-iartoyo, MS. Ke tua

Dr. Ir. Harianto, MS. Anggota

2. Ketua .Program Studi ektur Program Pascasarjana

Ilmu Ekonomi Pertanian Qrtanian Bogor

(142)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi Lampung Utara tanggal 21 Jar1uat-i 1970,

Ayah Drs. H.M.Falahi Noer dan Ibu Hj.Rachma. Pellulis adalah anak ketiga d a ~ i

lima bersaudara.

Pada tahun 1982, penulis lulus daii SDN 16 Kotabuini. Tahun 1985 lulus

dati SMPN 2 Kotabu~ni dan pada tahun 1988 lulus dati SMAN 3 Tanjung Karang.

Gelar Sajana Pertanian diperoleh dati Jususan Sosial Ekonolni Peltailian,

Fakultas Pettanian, Universitas Lampung, tahun 1993. Tahun 1994 yenulis

diteiima menjadi staf pengajar Universitas Lampung y ada Politeknik Peltadan.

Penulis menikah dengan Drs. J.A. Haris tahun 1996 clan telah dikarmiai

seorang putii beinama Syaharani Noer Fathia. Tahun 2000 peuulis mendapat

kesemptan melanjutkan peildidikan Program Magister Saius pada Program Studi

Ilmu Ekonolni Peltanian, Program Pascasa~jana, Institut Peltanian Bogor melalui

Beasiswa Petldidika~i Program Pascasasjana dati Direktorat Jendsal Pendidikan

(143)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan

hidayah-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Tesis ini menyajikan hasil

penelitian penulis mengenai pengaruh Program ITTARA terhadap produksi dan

pendapatan petani ubi kayu di Kabupaten Lampung Timur.

Program ITTARA merupakan implikasi dari kebijakan Pemerintah Daerah

Propinsi Lampung dalam rangka pemberdayaan ekonomi di pedesaan dan gerakan

:nasal upaya peningkatan pendapatan petani, dilaksanakan sejak tahun 1998.

Tujuan utama dikeluarkannya kebijakan ini adalah untuk meningkatkan produksi

dan pendapatan petani khususnya petani ubi kayu. Untuk mengetahui apakah

kebijakan yang diambil oleh pemerintah daerah ini mampu mencapai tujuannya,

maka diperlukan suatu kajian khusus mengenai kondisi yang ada di lapangan.

Oleh karena itu, penulis berusaha untuk mengkaji masalah ini dengan memilih

Kabupaten Lampung Timur sebagai daerah penelitian.

Tesis ini dapat diselesaikan atas arahan dan bimbingan berbagai pihak.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghormatan kepada

Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS. selaku Ketua Komisi Pembimbing, Dr. Ir. Harianto, MS.

selaku Anggota Komisi ~ e m b i m b i n ~ , Dr. Ir. M Parulian Hutagaol, MS. selaku

Penguji dan Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA. selaku Ketua Program Studi Ilmu

Ekonomi Pertanian, atas saran yang diberikan bagi penyelesaian tesis ini.

Ucapan terimakasih juga penulis haturkan kepada suami dan anak penulis,

orangtua dan Ibu mertua, kakak-kakak dan adik-adik penulis atae dorongan dan

(144)

Sela~ijutnya penulis lneilyampaikan rasa terimakasih kepada:

Rektor dan Disektur Program Pasca Sajana, hstitut Pestalliall B ogor yang

telall memnbeiikan kesemp at an kep ada pe~lulis untuk mengikuti p eildidikan

Magister Sahs, Program Pascasa jana, Lnstitut Peitanian Bogor.

Rektor dan Disektur Politeknik Peitanian Universitas Lampung yang telah

lnengiziukan y enulis melanjutkan studi.

Disektur Jendral Pendidikan Tinggi, Dey artemen Pendidikau Nasional yang

telall membel-ikan bantuan beasiswa y endidikan kepada penulis.

Gubernur, Kepala dan Staf Biso Perekonolnian Psopinsi Lampung atas

bantuan dana dan dukungan penelitian yang dibesikan.

Bupati, Camat Batanghari Nuban, Batanghari dan Sekamyung besei-ta Dinas

terkait di Kabupaten Lamyung Timur, dalam penyediaan data dan iufo~masi.

Bayak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Ekonomi Pe~tanian yang telah

membeiikan ilmu dan bimbingan selama penulis mengikuti pendidikan.

Staf administrasi k o g r a m Pascasaijana, Institut Peitanian Bogor, atas

bantuan adminsitrasi selama penulis mengikuti pendidikan.

Teman-teman seangkatan (EPN 2000) khusus Nixia dail Naui, rekan ke~jaku

Agus dan Cholid Fatih, Eci dan Dana atas bantuan dan do'a yang dibei-ikan.

Penulis telah belusaha menyelesaikan tesis hi sebaik mungkin sesuai

dengan kemampuan dan yenulis berharap agar semua yang tel-tuang dalam tesis

ini dapat bemanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, 2 Oktober 2002

(145)

DAFTAR

IS1

Halaman

DAFTAR TABEL

...

ix

DAFTAR GAMBAR

...

xi

DAFTAR LAMPIRAN

...

xii

I

.

PENDAHULUAN

...

1

1.1. Latar Belakang Penelitian

...

1

1.2. Perumusan Masalah Penelitian ... 4

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

...

6

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

...

7

I1

.

KERANGKA PEMIKIRAN ... 8

. .

. .

2.1. Tinjauan Teoritis

...

8

2.2. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu

...

12

I11

.

METODE PENELITIAN

...

18

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

...

18

3.2. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

...

19

3.3.1. Analisis Pelaksanaan Program ITTARA dan Faktor-Faktor yang Menyebabkan Keberhasilan

...

Program ITTARA 20

3.3.2. Analisis Produksi Ubi Kayu ... 20 3.3.3. Analisis Pendapatan Petani Ubi Kayu ... 22 3.3.4. Analisis Kontribusi Program ITTARA terhadap

Produksi dan Pendapatan Wilayah Program ... 23

3.4. Pengujian Skala Usaha

...

23

3.5. Pengujian Perubahan Teknologi ... 24

IV

.

GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI UBI

KAYU DI DAERAH PENELITIAN

...

25

4.1

. Garnbaran Umum Wilayah ...

25

4.1.1. Kecarnatan Batanghari Nuban ... 26 4.1.2. Kecamatan Batanghari ... 27 4.1.3. Kecamatan Sekampung ... 28

(146)

V

.

KERAGAAN USAHATANI UBI KAYU ...

...

5.1. Karakteristik Petani Sampel

5.2. Klasifikasi Usahatani ...

5.3. Input Tetap dan Input Tidak Tetap ...

5.4. Produksi, Biaya, dan Pendapatan Usahatani ...

VI

.

GAMBARAN UMUM DAN ANALISIS

PELAKSANAAN PROGRAM ITTARA ...

6.1. Gambaran Umum Program ITTARA ...

...

6.1.1. Manajemen dan Pola Pengembangan ITTARA 6.1.2. Kelompok Sasaran Program ITTARA ... 6.1.3. Pengaturan Pola Tanam Ubi Kayu

...

sebagai Bahan Baku ITTARA

6.1.4. Teknologi Budidaya Ubi Kayu ...

6.1.5. Pemasaran Hasil ITTARA ... ...

6.2. Analisis Pelaksanaan Program ITTARA

6.2.1. Analisis Aspek Manajemen dan

Pola Pengembangan ITTARA ...

6.2.2. Analisis Aspek Pengaturan Pola Tanam dan

...

Budidaya Ubi Kayu

...

6.2.3. Analisis Aspek Pemasaran Hasil ITTARA

6.3. Faktor yang Menyebabkan Keberhasilan

Program ITTARA ...

6.3.1. Kemampuan Pengelola dalam

Memberdayakan Petani ...

6.3.2. Kedisiplinan dan Kerjasama Petani

dalam Kelompok Tani ...

VII

.

PENGARUH PROGRAM ITTARA TERHADAP

PRODUKSI DAN PENDAPATAN ...

7.1. Pengaruh Program ITTARA terhadap Produksi

...

Ubi Kayu

7.2. Pengaruh Program ITTARA terhadap Pendapatan

Petani Ubi Kayu ...

7.3. Kontribusi Program ITTARA terhadap Produksi

...

(147)

VIII

.

KESIMPULAN DAN SARAN

...

66

8.1. Kesimpulan

...

66

8.2. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA

...

69

...

(148)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Peran Sub Sektor Pertanian terhadap PDRB Propinsi Lampung,

Tahun 1998-1 999

...

1

2. Produksi Padi dan Palawija di Propinsi Larnpung, Tahun

1995-1 999 ... 2

3. Potensi Lahan Kering Per Daerah Tingkat I1 di Propinsi Lampung,

Tahun 1999

...

3

4. Dafiar Jumlah Unit ITTARA di Lampung, Tahun 2000 ... 5

5. Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut

Lapangan Usaha di Lampung Timur, Tahun 2000

...

26

6 . Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan

Batanghari Nuban, Tahun 2001

...

27 7. Banyaknya Rumah Tangga Pertanian dan Rumah Tangga Buruh

Di Kecamatan Batanghari, Tahun 2000

...

2 8

8. Banyaknya Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di

Kecamatan Sekampung, Tahun 2000

...

29

9. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Ubi Kayu di propinsi

Lampung, Tahun 199 1-2000

...

30

10. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Ubi Kayu di Lampung

...

Timur, Tahun 1995-2000 3 0

1 I . Luas Panen dan Produksi Ubi Kayu di Kecamatan Sentra Produksi

Ubi Kayu Kabupaten Lampung Timur, Tahun 2000 ... 3 1 12. Sasaran Areal Panen Ubi Kayu Lahan Kering Kabupaten Lampung

Timur, Tahun 2002

...

32

13. Luas Produksi dan Total Produksi Tanarnan Utama di Kecamatan

Batanghari Nuban, Tahun 200 1

...

.

.

.

...

3 3

14. Luas Areal Panen Tanarnan Palawija di Kecamatan Batanghari,

...

Tahun 200 1 3 3

15. . Luas Areal Panen dan Produksi Tanaman Padi Palawija di

(149)

Karakteristik Petani Sampel Usahatani Ubi Kayu di Kabupaten Lampung Timur, Tahun 2002

...

Klasifikasi Usahatani Ubi Kayu di Kabupaten Lampung Timur, Tahun 2002

...

Keadaan Rata-Rata Input Usahatani Ubi Kayu Per Hektar di

Kabupaten Lampung Timur, Tahun 2002 ...

Produksi, Biaya dan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu Per Hektar Di Kabupaten Lampung Timur, Tahun 2002 ...

E'roduksi Ubi Kayu Per Bulan di Wilayah A, B dan C, Tahun 1997-2001 ...

Pemasaran Ubi Kayu di Wilayah A Sebelum ada ITTARA

...

berdasarkan Hasil Wawancara ,Tahun 2002..

Pemasaran Ubi Kayu di Wilayah A Sesudah ada ITTARA ... berdasarkan Hasil Wawancara ,Tahun 2002..

Manfaat ITTARA bagi Petani di Wilayah A berdasarkan

...

Hasil Wawancara, Tahun 2002

Pe~lilaia~l Kepenzimpinan Ketua Kelompok ITTARA di

...

Wilayah A berdasarkan Hasil Wawancara, Tahun 2002

Pengarahan dan Bimbingan bagi Anggota Kelompok ITTARA ... Di Wilayah A berdasarkan Hasil Wawancara, Tahun 2002..

Kesesuaian Tujuan Kelompok dengan Tujuan Pribadi Petani Anggota ITTARA di Wilayah A berdasarkan Hasil

... Wawancara, Tahun 2002

Hasil Pendugaan Parameter Fungsi Produksi Ubi Kayu di Lampung Timur, Tahun 2002 ...

Uji Analisis Varian Fungsi Produksi Ubi Kayu di

... Lampung Timur, Tahun 2002

(150)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1

.

Respon Output (Y) terhadap Penggunaan Input (X)

...

9

2 . Pengaruh Perbedaan Sistem Penyuluhan Training and Visit

dengan Sistem Penyuluhan Tradisional terhadap Produksi

...

11

...

3 . Struktur Organisasi ITTARA 47

4 . Perkembangan Harga Riel Ubi Kayu di Tingkat Petani.

Tahun 1992-200 1

...

5 3

5 . Perkembangan Produktivitas Ubi Kayu di Wilayah A. B dan C.

...

(151)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Luas Wilayah, Jumlah Desa dan Julnlah Penduduk

Tiap Kecamatan di Lamp~ung Timur, Tahun 2000 ... 73 2. Luas Wilayah, Jumlah Desa dan Jumlah Penduduk

Tiap Desa di Kecamatan Batanghari Nuban, Tahun 2000 ... 74

3. Luas Wilayah, Jumlah Desa dan Jumlah Penduduk

Tiap Desa di Kecamatan Batanghari, Tahun 2000 ... 7 5

4. Luas Wilayah, Jumlah Desa dan Jumlah Penduduk

Tiap Desa di Kecamatan Sekampung, Tahun 2000

...

76

5 . Sebaran Unit ITTARA berdasarkan Status Operasional

...

di Tiap Keca~natan Kabupaten Timur, Tahun 2002 77

6. Data Variabel Bebas (Xi) dan Variabel Terikat (Y)

Fungsi Produksi Ubi Kayu di Lampung Timur, Tahun 2002 ... 7 8

7. Data Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Ubi

Kayu di Lampung Timur, Tahun 2002 ... 8 1

...

8. Data Penunjang Analisis Pendapatan 84

9. Data Penggunaan Input dan Harga Input, Output dan

Harga Output Usahatani Ubi Kayu di Wilayah A, Tahun 2002

...

8 7

10. Data Penggunaan Input dan Harga Input, Output dan

...

Harga Output Usahatani Ubi Kayu di Wilayah B, Tahun 2002 8 9

1 1. Data Penggunaan Input dan Harga Input, Output dan

Harga Output Usahatani Ubi Kayu di Wilayah C, Tahun 2002

...

9 1

12. Luas Areal Panen Produksi dan Produktivitas Ubi Kayu

di Wilayah A, B dan C, Tahun 1992-2006 ... 9 3

13. Program Komputer SAS Release 6.12 Pendugaan Parameter

Fungsi Produksi Ubi Kayu Data Terpisah ... 94

14. Output Kompi~ter Pendugaan Parameter

Fungsi Produksi di W i layah A.. ... 95

15. Output Komputer Pendugaan Parameter

(152)

Output Komputer Pendugaan Parameter

Fungsi Produksi di Wilayah C ...

Program Kompi~ter SAS Release 6.12 Pendugaan Parameter Fungsi

Produksi Ubi Kayu Data Gabungan Tanpa Variabel Dummy ...

Output Komputer Pendugaan Parameter Fungsi

Produksi Ubi Kayu di Lampung Timur Tanpa Variabel Dummy

...

Program Komputer SAS Release 6.12 Pendugaan Parameter Fungsi

...

Produksi Ubi Kayu Data Gabungan Dengan Variabei Dummy

Output Komputer Pendugaan Parameter Fungsi Produksi

Ubi Kayu di Lampung Timur Dengan Variabel Dummy ...

Program Komputer SAS Release 6.12 Pendugaan Parameter Fungsi Produksi Ubi Kayu Terestriksi untuk Analisis Skala Usaha di Lampung Timur

...

Output Komputer Pendugaan Parameter Fungsi

Produksi Ubi Kayu Terestriksi di Lampung Timur ...

Program Komputer SAS Release 6.12 Pendugaan Parameter

Fungsi Pendapatan Ubi Kayu di Lampung Timur

...

Output Komputer Pendugaan Parameter Fungsi

Pendapatan Ubi Kayu di Lampung Timur ...

Produktivitas Ubi Kayu di Wilayali A, B dan C,

Tahun 199 1-2006 ...

(153)

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Sektor pertanian di Propinsi Lampung adalah sektor yang dominan dan

penting dalam perekonomian wilayah. Pada tahun 1998 sumbangan sektor

pertanian terhadap PDRB Lampung sebesar 46.09%, meningkat menjadi 48.08%

tahun 1999. Sementara itu peran sub sektor tanaman pangan terhadap PDRB juga

meningkat dari 18.8% tahun 1998 menjadi 19.44% tahunl999 (Tabel 1).

Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa bahwa sub sektor tanaman pangan

memiliki peran yang terbesar terhadap sektor pertanian dan terhadap pendapatan

daerah dibandingkan deigan sektor lainnya. Hal ini disebabkan Propinsi

Lampung sebagai salah satu propinsi sentra produksi tanaman pangan di luar

Pulau Jawa, telah memanfaatkan lahan kering dalam menunjang produksi pangan

nasional dengan intensifikasi penyediaan sarana dan prasarana produksi pertanian.

Perkembangan produksi tanaman pangan lahan kering di Propinsi Lampung

selama lima tahun terakhir disajikan pada Tabel 2.

Tabel 1. Peran Sub Sektor Pertanian terhadap PDRB Propinsi Lampung,

Tahun 1998-1 999

(%)

Sub Sektor

1. Tanaman pangan

2. Perkebunan

3. Peternakan

4. Kehutanan

5. Perikanan

Pertanian

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2000.

Peran terhadap PDRB 1998 18.86 16.08 4.78 0.19 6.18 46.09

[image:153.593.80.503.293.502.2]
(154)
[image:154.588.90.511.125.277.2]

Tabel 2. Produksi Padi dan Palawija di Propinsi Lampung, Tahun 1995-1 999

(Ton) Ubi jalar 57 000 64 207 38 843 59 422 40 559 Thn. 1995 1996 1997 1998 1999 Kacang tanah Kedelai

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2000. Padi ladang 371754 351253 311463 335373 253 555 Kacang hij au 9 000 8 800 5 462 7 876 4 485

Berdasarkan potensi fisik, tenaga kerja dan teknologi yang tersedia,

Lampung merupakan salah satu daerah sentra produksi ubi kayu di Indonesia

(Pemda Propinsi Lampung, 1999). Data pada Tabel 2 memperlihatkan bahwa

komoditas tanaman pangan lahan kering yang paling tinggi produksinya adalah

ubi kayu, dengan total produksi pada tahun 1999 sebesar 3 028 605 ton.

Ubi kayu adalah jenis tanaman yang dapat dibudidayakan di lahan-lahan

marjinal dengan curah hujan rendah (lahan kering). Dengan demikian ubi kayu

merupakan salah satu komoditas alternatif yang berpotensi untuk dikembangkan

dalam meningkatkan produktivitas lahan kering dan menunjang jaringan

keamanan pangan yang saat ini sedang diupayakan (Pemda Propinsi Lampung, Jagung 843000 919065 1080691 1111832 1 176489 1999).

Potensi lahan kering tiap kabupaten di Propinsi Lampung disajikan pada

Tabel 3 . Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa luas lahan kering di Propinsi Lampung yang berpotensi untuk dikembangkan adalah 956 636 hektar dan telah

dimanfaatkan seluas 859 042 hektar (89.79%). Berdasarkan potensi lahan kering

untuk tiap kabupaten, Lampung Timur memiliki potensi lahan kering terbesar Ubi kayu

2 2 6 8 0 0 0

2908057

1609661

1951590

(155)

uutuk dikembangkan dibandiugkan dengan kabup ate11 laiuuya yaitu seluas 2 13

327 hektar (22.3%) dan telah dimanfaatkan seluas 21 1 449 hektar (99.12%).

Tabel 3. Potensi Lahan Kel-ing Per Daerah Tingkat I1 di kopiusi

Lampmg, Tahun 1999

I

Tanggamus

1

78 937

1

64.07

I

Daerah Tingkat I1

L a q u n g Barat

Potensi (Ha) 31 110 Lampung Selatan Larnpung Timur 97 929 213 327 Lampmg Tengah Lalnpung Utara

I

Bandar Lampuug

I

3 533

I

3 533

I

loo.oo

I

Pemanfaat an (Ha) 17 810 149 111 71 679 Way Kanan Tulang Bawang Lutensit as Peltanaman (%)

57.25

177 075

133 035

Bila dikaji secara seksama, kondisi kehidupan masyarakat p etani ubi kayu

lnasih sangat memprihatinkan karena selalu berada dalam ketidakberdayaan

(powerlessness). Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, pe~tama kondisi pasar

yang dikuasai oleh kelompok pengusaha besar, sehiugga tidak ada altelnatif bagi

petani kecuali melijual hasil produksiuya ke pabl-ik tapioka skala besar. Kedua,

daya tahan ubi kayu yang relatif rendah menyebabkan petani tidak dapat menuuda

penjualannya mtuk mencari alte~natif harga yang lebih baik. Icetiga, penawaran

ubi kayu seringkali melampaui pemhtaamya akibat musim panen yang serentak,

sehiugga semakin merendahkan posisi tawar (bnrgainingposition) petal& Metro

Propinsi Lampung

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2000.

(156)

4

Berdasarkan fakta tersebut, Pemelintah Daerah Propiusi Lampung telah

melakukan usaha pemberdayaan petani ubi kayu detigan menaikkan posisi tawar

yetani melalui pengembangan Program Iudustri Teputlg Tapioka Rakyat

(ITTARA), dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Tingkat I Lampung Nomor GI 133/B.IV/HK/ 1998. Upaya ini merupakan

implernentasi dari Instiuksi Gubernur (INGUB) Nomor 00 l / B . V I I . W 9 3 tentang

Gerakan Massal Upaya I'ellingkatan Pelidayataii Petani.

1.2. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkali latar belakang diketahui bahwa Lampung lnelupakan salah satu

sentra produksi ubi kayi di Indo~esia. Oleh karena itu, guna meningkatkan

peranail ubi kayu dalam perekonomian wilayah teiutama dalarn meningkatkaii

pendapatan petani maka Pernei-intah Daerah Psopinsi Lampuilg lnengeluarkan

kebijakan Prograin ITTARA yang beitujuan untuk meningkatkan nilai tambah,

harga jual, dali pendapatan petani.

Program ITTARA melupakan paket tekuologi beiupa telillik budidaya dan

yengaturan pola tanarn ubi kayu serta tekuik pengolahan ubi kayu menjadi tepung

tapioka. Teknologi ini diperkenalkan kepada petani ubi kayu yang terhimpun

dalaln kelo~npok tani. Prograrn iui melupakall upaya Pernel-intah Daerah Propinsi

Lampung dalam memberdayaan petani ubi kayu di daerah sentra produksi ubi

kayu. Untuk mengoytimalkan pengelolaan ITTARA, upaya-upaya pengembangan

sumberdaya lnanusia dan kelernbagaan dilakukan melalui pernbinaan terhadap

kelompok tani dan manajer ITTARA secara teius menerus dan

(157)

5

Upaya pengembangan Program ITTARA di daerah sentra produksi ubi kayu

di Propinsi Lampung dilaksanakan dengan mengembangkan potensi masing-

masing daerah. Program ini telah berlangsung selama 3 (tiga) tahun sejak tahun

1998. Pengelolaan ITTARA secara teknis diserahkan kepada koperasi yang

meliputi satu atau beberapa kelompok tani dan petani selaku anggota koperasi

sekaligus menjadi pemasok ubi kayu. Selain koperasi, bagi petani ubi kayu yang

belum membentuk koperasi dihimpun dalam kelompok masyarakat (Pokmas)

yang diorganisir sebagai embrio koperasi. Semua petani ubi kayu di lokasi

pengembangan diikutsertakan dalam kegiatan pembinaan yang mengarah pada

penguasaan teknologi, manajemen dan pengaturan pola tanam ubi kayu.

Dengan pertimbangan potensi wilayah dan sarana produksi, lokasi

pengembangan Program ITTARA meliputi Kabupaten Lampung Selatan, Tulang

Bawang, Lampung Tengah, Lampung Timur, Lampung Utara dan Way Kanan.

Hingga Tahun 2000 telah berdiri 137 unit ITTARA baik dari bantuan pemerintah

maupun swadaya tersebar di 6 (enam) kabupaten, disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Daftar Jumlah Unit ITTARA di Lampung, Tahun 2000

Kabupaten Lampung Selatan Tulang Bawang Lampung Tengah Lampung Timur Lampung Utara Way Kanan Jumlah Jumlah ITTARA Operasional optimal

Sumber: Pemda Propinsi Lampung, 200 1.

[image:157.593.76.511.521.710.2]
(158)

6

Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa Lampung Timur memiliki jumlah unit

ITTARA operasional optimal dengan persentase terbesar (96%) dibandingkan

daerah lainnya. Operasional optimal ditandai dengan beroperasinya pabrik secara

terus menerus akibat meratanya pasokan ubi kayu sebagai bahan baku ITTARA.

Pada awalnya program ini banyak mendapat tanggapan positif dari berbagai pihak

terutama dalam memecahkan masalah yang dihadapi petani ubi kayu. Meskipun

dalam perjalanaannya banyak kritik yang dihadapi pemerintah terutama dalam

manajemen ITTARA, tetapi keberhasilan operasional ITTARA di Lampung

Timur dapat dilihat sebagai salah satu indikator keberhasilan program. Oleh

karena itu, menjadi pertanyaan bagaimanakah pelaksanaan Program ITTARA dan

faktor-faktor apakah yang menyebabkan keberhasilan Program ITTARA di

Larnpung Timur?

Peran aktif, kerjasaman dan kedisiplinan petani ubi kayu dalam kegiatan

yang berhubungan dengan pengaturan pola tanam dan budidaya ubi kayu secara

optimal sangat diharapkan, sehingga tujuan program guna meningkatkan produksi

dan pendapatan petani ubi kayu tercapai. Oleh karena itu, perlu dikaji

bagaimanakan pengaruh Program ITTARA terhadap produksi pendapatan petani,

serta bagaimanakah kontribusi Program ITTARA terhadap produksi dan

pendapatan wilayah program?

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan terdahulu, maka tujuan

(159)

7

1. Pelaksanaan Program ITTARA di Lampung Timur terutama kerjasama

anggota dalam budidaya dan pengaturan pola tanam ubi kayu.

2. Faktor-faktor yang menyebabkan keberhasilan Program ITTARA di

Lampung Timur.

3. Pengaruh Program ITTARA terhadap produksi dan pendapatan petani.

4. Kontribusi Program ITTARA terhadap produksi dan pendapatan wilayah

program.

Adapun kegunaan penelitian adalah untuk memberikan informasi berkaitan

dengan pengaruh Program ITTARA, dalam rangka pengembangan dan

pemberdayaan petani, guna rneningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.

Dengan harapan bahwa informasi ini dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam perencanaan pembangunan ekonomi di pedesaan.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada tanaman pangan yang cukup dominan dan

potensial dikembangkan di Daerah Lampung yaitu ubi kayu. Wilayah yang

dipilih adalah yang berpotensi terluas untuk pengembangan tanaman ubi kayu,

dengan persentase unit ITTARA operasional optimal terbesar, yaitu di Lampung

Timur. Kebijakan pengembangan dan pemberdayaan petani sebagai basis

ekonomi di pedesaan yang diteliti, adalah Program ITTARA yang bertujuan

meningkatkan produksi dan pendapatan petani ubi kayu.

Pengaruh Program ITTARA tidak dilihat secara langsung terhadap

pendapatan tetapi terhadap produksi, karena diharapkan dengan meningkatnya

(160)

11.

KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Teoritis

Usaha menggerakkan dan membangun pestanian menulut Mosher (1985),

dapat dikelompokkan dalam 2 unsur yaitu unsur pesubahan teknologi produksi

dan unsur pesubahan pelancar, sepe~ti p enyediaan kredit dan pendidikan petani.

Sedangkan Ghatak dan Ingersent (1984), mengelompokkan perubahan teknologi

pe~tanian dalam perubahan tekuik (induce technical change) dan perubahan

kelembagaan (induce institutional change). Pei-ubahan teknologi yang dimaksud

adalah kemajuan teknik teknologi produksi atau tekuologi barn dalam pestanian

dan pelubahan teknologi ini cenderung menyebabkan pesubahan kelembagaan.

Inovasi teknologi dan inovasi kelembagaan adalah saliug melengkapi

(complenzentary). Di negara berkembang, inovasi teknologi dan kelembagaan

ini

disediakan pemeiintah dalam bentuk kebijakan pembangunan ekonomi.

Program ITTARA adalah inovasi teknologi dan kelembagaan yang

diimplikasikan dalam bentuk kebijakan pembangunan ekonomi di wilayah

pedesaan. Inovasi teknologi berupa teknik budidaya dan pengaturan pola tanam

ubi kayu, sesta teknologi pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka.

Sedangkan inovasi kelembagaan dilakukan dengan menghimpun petani dalam

kelompok tani atau kelomp ok masyarakat, yang selanjutnya akan berkelompok

lagi membentuk satu unit ITTARA. Dengan demikian ITTARA dapat dikatakan

sebagai teknologi ba1-u.

Penggunaan teknologi basu dalam proses produksi akan menyebabkan

(161)

tingkat produksi yang lebih tinggi (Ghatak dan hgersent, 1984). Oleh karena itu,

sebagai teknologi baru ITTARA dapat menghasillcan thgkat yroduksi yang lebih

tinggi dimana akan terjadi pergeseran fimgsi produksi sepeiti pada Gambar 1.

Fungsi produksi akan bergeser dali TPPl ke TPP2. Gambar tersebut

memperlihatkan model dasar yang digunakan untuk mernahami bagaimana

pengai-uh teknologi b a ~ u terhaday produksi.

output (Y

7

Sumber: Herdt, 198 1.

Gambar 1. Respon Output (Y) terhadap Penggunaan Input (X)

Herdt (1981), dalam penelitiauoya terhadap petani yadi di Philipha

inenerallgkan bahwa teknologi modem dalam produksi padi menghasillcan

[image:161.603.71.479.67.755.2]
(162)

10

penggiluaan iuput. Dengan asumsi ITTARA adalah tekuologi barn, maka setiap

petani akan menggunakan input sebesar X2, yaitu ketika nilai poduk marjinal

sama dengan harga input

(Px)

dan output sebesar Yz.

TPPl adalah fimgsi produksi petani sebelum ada ITTARA, dengan tingkat

penggunaan input sebesar OX1 akan menghasilkan output sebesar OY1 dan TPPz

adalah h g s i produksi setelah ada ITTARA. Sebelum ada ITTARA, efisien bagi

petani uutuk menggunakan input sebesar OX1 dengan tiilgkat produksi sebesar OY

(titik B), yaitu pada saat nilai produk maijirlal sama deugari harga input (MVP, =

Px) dan tingkat keuntungan sebesar segitiga CPxD. Dengan adanya teknologi

baru ITTARA, maka efisien bagi petani untuk menggunakan input sebesar OX2

akan menghasilkan output sebesar OYz (titik A), atau pada saat MVP2=Px dan

keuntungan sebesar segitiga EpxF.

Pengaruh perubahan teknologi terhadap produksi juga diteliti oleh Feder

et.al. (1987), dimana teknologi yang dimaksudkan adalah metode penyuluhan

Sistem Latihan dan Kunjungan (Training a n d Visit System) yang diperkenalkan

pada petani gandum di Barat Utara India. Feder et.al. bei-maksud melihat

pengaruh sistem Training and Visit (T&V) terhadap tingkat produksi petani

gandum, dengan membandingkan dua daerah yang menerapkan sistem

yenyuluhan berbeda. Kesimpulan Feder et.al. dalam penelitian ini, bahwa

penyuluhan yang intensif dapat meningkatkan pengetahuan petani tentang

teknologi penanaman sehingga produksi akan meningkat.

Setelah jangka waktu 4 tahun penelitian (tahun 1983), hasil penelitian

menunjukkan bahwa laju yertumbuhan produksi gandum di daerah deilgan sistern

(163)

dijadikan sebagai model dasar untuk menerangkan bagaimana pengaruh Program

ITTARA terhadap produksi di wilayah program dan non program.

Program ITTARA akan mempercepat laju pertumbuhan produksi yada

tahun tahun-pertama, tetapi kemudian laju pertumbuhan perlahan menurun.

Setelah T* tahun, hasil produksi baik di wilayah program maupull non program

akan menunjukkan tingkat produksi yang sama. Pada keadaan ini, nilai produk

inaijinal sama dengan no1 atau dengan kata lain tambahan produksi akibat

tambahan input satu satuan telah maksimal. Jika tekonologi u ~ i terus diterapkan

maka nilai produk marjinal akan se.makin berkurang bahkan negatif (Gambar 2).

Periode iui disebut "the project Irfe".

In Y (output)

With T & V

I

- - - I I

I I

w/thout T & V

j

I I I I I

I I I

I I I

I I I

I I I

I I I

I I 1

I I I

b

79/80 82/83 T* Waktu

[image:163.599.81.487.342.768.2]

Suinber: Feder, et.al., 1987.

Gambar 2. Pengal-uh Perbedaan Sistem Penyuluhan Training and Vzsit

dengan Sitem Peilyuluhan Tradisionl terhadap Produksi

Berdasarkan kerangka teoritis, dapat dishpullcan bahwa Program ITTARA

melupakan inovasi tekuologi dan kelembagaan yang disediakan oleh pemerhtah

daerah Prophisi Lampung bagi petani ubi kayu, di daerali sentra produksi ubi

kayu. Inovasi teknologi yang disediakan berupa perubahan tekuik tekonologi

(164)

12

didalamnya adalah pengaturan luas areal tanam dan jadwal tanam, teknik

peilgolahan tanah, penggunaan valietas unggul, jarak tanam, penggmaan pupuk

yang dianjurkan (Urea, Sp-36, KC1 dan pupuk kandang), waktu pemupukan dan

waktu p anen.

Inovasi kelembagaan yang disediakan belupa p emberdayaan dan

peilgelompokan petani dalam kelompok tani, selta pembentukan kelompok

masyarakat sebagai ernbrio kelompok tani. Kepada petani yang menjadi

peseltalanggota diupayakan pembinaan yang mengarah pada penguasaan

tekuologi, manajemen dan pengaturan pola tanam ubi kayu sebagai bahan baku

ITTARA.

2.2. Tinjauan HasiI Penelitian Terdahulu

Sidhu ( 1974), menjelaskan secara empisis parameter p elubahan teknologi dari teknologi lama ke teknologi balu, bel-upa p enggunaan vaiietas baru tanaman

gandum di Indian Punjab selama tahm 1967-197 1. Fungsi yroduksi varietas

lama dan barn dibandiugkan untuk mengevaluasi pengaiuh dan nilai daii

pelubahan teknologi produksi gandum dan menentukan hngsi p e l e t a a n faktor

produksi berdasarkan h g s i produksi Cobb Douglas.

Hasil dasi regresi linier dalam persamaan logasitma natural menunjukkan

bahwa penggunaan varietas baru dapat meniugkatkan produksi gandum per uuit

iuput yang digunakan dibandiugkan dengan varietas lama. Hal ini ditunjukkan

oleh pergeseran hngsi produksi gandum ke atas, yang beraiti bahwa telah terjadi

pelliugkatali produksi.

S U ~ I I O (1985), menyatakan bahwa kemajuan tehologi telah dapat

(165)

13

barang dan menciptakan barang baru. Lebih lanjut dikatakan bahwa kemjuan

teknologi menimbulkan dua akibat yaitu ( I ) produksi dapat ditambah dengan

lebih cepat dan (2) ongkos produksi semakin murah dengan demikian keuntungan

semakin banyak. Hal ini sependapat dengan Kasryono (1984), yang menyatakan

bahwa penerapan teknologi membe~ikan kenaikan hasil sedangkan penggunaan

faktor produksinya tetap, atau dalam istilah ekonomi disebut pesgeseran k u ~ v a

produksi ke atas dan memberikan kenaikan pendapatan bagi petani.

Pengaruh perubahan teknologi produksi padi besupa penggunaan varietas

b a ~ u

IR

yang dilakukan oleh Ha~toyo (1982), bertujuan untuk melihat perbedaan

tiugkat produksi padi

IR

dan non

IR

antara periode tahun 1968-1971 dengall

pe~iode 1977-1981, s e ~ t a mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan

perbedaan tingkat produksi antara kedua periode tersebut. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penggunaan padi

IR

pesiode 1968-1971 rnengakibatkan

pergeseran fi~ngsi produksi padi. Padi IR dapat ~nembe~ikan produksi per unit

input yang lebih tinggi daripada padi non

IR.

Dari hasil penelitian tersebut dapat

disimpulkan bahwa teknologi b a ~ u dalam produksi dapat menggeser h g s i

produksi yang lebih tinggi.

Penelitian yang menyangkut aspek produksi banyak menggunakan

pendekatan model produksi Cobb-Douglas. Selanjutnya, untuk mengetahui

apakah peningkatan produksi akan meningkatkan pendapatan petani Rasyid

(1990), ~nelakukan penelitiau tentang peilga~uh usahatalii kebu~i karet rakyat pola

(166)

14

peningkatan p roduksi petani pesetta pola PIR karena adailya bantuan modal dalam

bentuk kredit, sistem pemasaran dan penggunaan teknologi proyek PIR.

Zeiu (1991), dalam penelitiamya mengenai dampak kredit motor tempel

dan alat penangkap ikan terhadap produksi dan pendapatan nelayan tradisional di

Padang, dengan menggunakan suatu model penduga, menemukan bahwa kredit

yang diberikan kepada nelayan memberikan dampak positif'terhadap peningkatan

produksi dan y endap atan nelayali tsadisional. Lebih lanjut Nur (1998),

melakukan penelitian tentang pengaruh pemberdayaan ekonomi terhadap

p endapatan dan pola pengeluaran pangan rumah tangga, pada kelompok

masyarakat peserta program dan bukan pese~ta program. Hasil penelitiamya

menunjukkan bahwa kelompok pengrajiu gula yang memperoleh pemberdayaan

ekonomi memiliki peningkatan pendapatan, dibandiugkan dengan kelolnpok

pengrajin gula yang tidak memperoleh pemberdayaan.

Hal yang sebaiknya juga dianalisis jika mengkaji hngsi produksi adalah

skala usaha. Konsep ekonomi skala usaha d i t u d a n dari sifat hngsi produksi.

Ada tiga jenis ekonomi skala usaha, yaitu : ( I ) skala usaha yang menurun (decreasing return to scale), berarti bahwa setiap penambahan input secara proporsional menyebabkan penambahan output dalam j u d a h yang lebih rendah,

(2) skala usaha tetap (camtan return to scale), beralti Gahwa setiap penambahan

input secara proporsional menyebabkan penambahan output dalam jumlah yailg

salna dan (3) skala usaha yang lnenaik (itzcreasing returtt to scale), bera~ti bahwa

setiap penalnbahan input secara propo~.sional menyebabkan penambahan output

(167)

15

Klitel-ia uji skala usaha pada furlgsi produksi adalah elastisitas produksi

secara keseluruhan. Pada h g s i produksi Cobb-Douglas, skala usaha merupakan

penjumlahan daii keseluiuhan koefisien tiap masukan yang disebut sebagai

koefisien fungsi (Debestin, 1986).

Analisis ekouomi skala usaha dengan meuggunakan fungsi produksi antara

lain dilakukan oleh Dasril (1985), yang melakukan penelitian untuk melihat

efisiensi ekonomi relatif usahatani anggrek di Jakaita. Input tidak tetap yang

dimasukkan dalam model adalah p upuk buatan, p upuk kandanug, obat-obatan,

serutan kayu dali tenaga kerja. Sedangkan input tetap adalah pendidikan foimal

petani, lama beiusaha, jumlah pohon, umur pohon dan modal petani. Hasil

yenelitiaii menuujukkan bahwa usahatalli anggrek berada pada kondisi skala usaha

tetap, beralti bahwa setiap peuainbahan input secara proporsional akan

~nenyebabkali penambahan output dalain juinlah yang sama.

Penelitian yang dilakukan oleh Rachmat (1985), telltang skala usaha dan

hubungan antar faktor produksi padi dengan fbngsi biaya di Jawa Timur

menunjukkan bahwa tingkat skala usaha berada pada kondisi increasing return to

scale, sehingga masih dimungkiukan peningkatan produksi lnelalui perluasan

usaha daii perbaikan teknik produksi. Penentuan ekoliomi skala usaha fungsi

produksi Cobb-Douglas didapat dengan menjumlahkan llilai elastisitas produksi.

Suyliyanto (1 998), menyusuil rencana y enelitian mengenai alternatif

ekonoini skala usaha teixak rutniilansia di hidonesia, dellgall me~lggunakan fuligsi

yroduksi Cobb-Douglas. Penentuan skala usaha dilakukan dengan h g s i

produksi Cobb-Douglas teretsti-iksi. Input tetap adalah jumlah induk yang

(168)

16

teliaga kerja yemeliharaan dail breeding teimak. Restriksi dilakukan dengan

lnelnbagi seinua iuput fbllgsi produksi dengan iuput tetap yaitu iilduk yang

dipelihara.

Bafadal (2000), melakukan analisis produksi dan respon penawaran kakao

rakyat di Sulawesi Tenggara dellgall menggunakan model penduga fbllgsi

produksi Cobb-Douglas. Input tidak tetap adalah tenaga kel-ja, pupuk urea dan

pestisida, sedaiigkali input tetap adalah luas lahan, uinur polion dali petldidikali

petani. Analisis skala usaha dilakukan dengan kotldisi restliksi skala usaha tetap.

Fungsi restiiksi diperoleh dengall mellzbagi semua input model hngsi produksi

dellgall input luas lahau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi ekonomi

skala usaha kakao rakyat berada pada kondisi skala usaha tetap, sehhigga

y eilulgkatan p engguuaan semua b u t secara proporsional akan meningkatkan produksi kakao dengan laju yang sama besar.

Burhansyah (2002), melakukan penelitian tentang analisis ekonomi

usahatani lidah buaya di Kota Pontianak dengan menggunakan model fbngsi

produksi Cobb-Douglas terestl-iksi, untuk mengetahui kondisi skala usaha. Input

tetap adalah luas garapan usahatani dalam setahun, j u d a h tanaman dan umur

tanaman. h p u t tidak tetay adalah tenaga ke~ja, yupuk organik dan pupuk buatan.

Hasil peiielitian nlellunjukkall usahatani berada pada kondisi skala usaha tetap.

Adapun hasil penelitian Program ITTARA yang dilakukan oleh Tim

Evaluasi ITTARA Proyiusi Larnyung (2000), mengenai tekuis operasional dan

manajemen ITTARA, didapatkan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan

terhentinya aktivitas ITTABA adalah rendahya kernainpuan mauajei-ial

(169)

17

lnenyebabkall terjadinya illefisiellsi dalaln pe~lgelolaan operasional maupun

peixiodalan daii p eme~intah. Hal hi be17 enga~ull terhadap aktivitas op erasiollal

ITTARA dan pada aW11ya lnellyebabkan kegagalan sejulnlah unit ITTARA.

Prograin ITTARA, yang sebagian besar dananya berasal dai-i APBD, ksedit

Taskin lnaupun swadaya masyarakat, telah berhasil membel-ikan sumbangan

sebesar Rp 664.9 Miliar. Hal iui disebabkan membaikuya harga ubi kayu di

tingkat petalli sejak program dijalankan, yang mencapai Rp 184lkg pada tahun

2001. Jika kolldisi hi tei-us membaik maka diprediksikail pada tahun 2002

sumballgall usahatani ubi kayu dapat mencapai Rp 73 1.8 miliar dan harga di

titlgkat petani Rp 207lkg. Selaiu itu, upaya pembiuaan dan penerapan pola tanam

ubi kayu sejak tahun 1998 menunjukkail hasil yang baik yaitu dengan semakin

meratanya distiibusi tanam sey anjang tahull (Rahman, 2002).

Zulkamaill (2002), meneliti tentang pengaiuh pa~tisipasi anggota ITTARA

terhadap keberhasilan Program ITTARA di Kabupaten Lampung T h u r . Hasil

penelitian meliulljukkaii bahwa tingkat ya~tisipasi anggota be~yengaiuh terhadap

keberhasilan program di lapangan. Keberhasilan pelaksanaan program

ditunjukkan dengan melliugkatnya yengetahuan, keteralnpilan dan penerapan

iuovasi tehologi Psogram ITTARA di thgkat petani anggota. Lebih lanjut

dikatakan bahwa salah satu faktor yang melldorong paltisipasi aliggota dalam

menerapkan tehologi Program ITTARA adalah tiugkat kesesuaian metode

program bagi sasaran. Hal illi ditalldai deligall tlllgginya persetltase respollde~l

yang menyatakan bahwa lllovasi tehologi Psogram ITTARA mudah untuk

(170)

111. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah Kabupaten Lampung Tirnur. Pemilihan lokasi ini

didasarkan pada pertimbangan bahwa Lalilpung Tiinur memiliki ITTARA status

operasional optimal dengan persentase tertinggi di Lampung. Operasional

optimal ditandai dengan beroperasinya pabrik secara t e r i ~ s menerils akibat

terjaminnya pasokan i ~ b i kayu sebagai bahan baku ITTARA. Oleh karena itu,

Iteberliasilan ITTARA di I,arnpi~ng T i l n ~ ~ r dapat dijadikan sebagai indikatos

keberliasilan pelaksanaan Program ITTARA.

IJntuk mcngetahui pengaruh Program ITTARA terhadap produksi dan

pendapatan petani dipilih tiga kecamatan yang merupakan penghasil ubi kayu di

Lampung Timur. Tiga kecamatan yang dipilih, satu kecamatan yang merupakan

wilayah Program ITTARA, s a t ~ l kecamatan yang tidak ada program tetapi

diperkirakan akan lnemperoleh inibas Program ITTARA dan sat11 kecamatan yang

tidak ada program tetapi diperkirakan tidak terkena ilnbas Program ITTARA.

Kecamatan yang mewakili wilayah program adalah Kecamatan Batanghari

Nuban, dengan pertimbangan bahwa wilayah ini memiliki jumlah unit ITTARA

operasional optimal terbesar di Latnpung Timur, selanjutnya disebut Wilayah A.

Wilayah yang dipilih untuk mewakili wilayah imbas adalah Kecamatan

Batanghari, dengan pertimbangan letaknya yang berdekatan dengan Wilayah A

(dapat dilihat dari peta Lamp~tng Timur pada Lampiran 25), selanjutnya disebut

W ilayah B. W ilayah yang dipilih ~ l n t i ~ k mewakili wilayah non program dan

(171)

19

ini dilaksanakail dalarn jallgka waktu 3 (tiga) bulan dari bulall Aplil sampai

dengall Juui 2002.

3.2. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Data yailg digunakan dalarn penelitian h i adalah data p~imer dan data

sekunder. Data piimer diperoleh melalui wawancara laugsung dellgan panduan

daft as pel-tanyaan yang telah dipersiapkan, terhadap petani ubikayu yailg melljadi

respondetl. Respotldetl adalah petani yailg inetlgusahakan ubi kayu dellgall

luasan 0.5- 1 llektar di 3 kecamatali telyilih. Jumlah responden adalah 40 p etaili

di inasitlg-masing wilayah sehingga total responden adalah 120 petani. Pemilihan

respondetl dilakukan dengall lnetode penalikan contoh acak sederhana (sinzple

ra~zdonz snnlplitzd.

Data piimes yang dikuqulkan meliputi data identitas ruinahtangga, data

proiil dan luas lahan usahataui, selul-uh data aktivitas produksi ubi kayu, hasil

penjualan, biaya produksi dan pendayatan usahataui ubi kayu. Temasuk

didalam~ya data penggunaan bibit, pupuk, pestisida dail teilaga keija sebagai

vaiiabel yang mempengaruhi produksi ubi kayu. Del~gan demikian, diharapkan

akan diperoleh data yang benar-benar me~lggambarkail kegiatan produksi.

Disamping it11 juga data harga input variabel dan data harga ubi kayu di masiug-

masulg wilayall penelitian yailg akan digunakau untuk lnenghitung tiugkat

y endapatail p etani ubi kayu.

Data sekunder meliputi keadaan umum wilayah penelitian dan gambaran

umum program. Data iui diperoleh dengan wawancara dall pengamatan langsung

(172)

20

Dengan demikian diharapkan dapat memberikan ganlbaran umum daerah

penelitian dan gambaran umum program.

3.3. Metode Analisis

3.3.1. Analisis Pelaksanaan Program ITTARA dan Faktor-Faktor yang Menyebabkan Keberhasilan Program ITTARA

Untuk melakukan analisis terhadap pelaksanaan Program ITTARA dan

faktor-faktor yang menyebabkan keberhasilan Program ITTARA, dilakukan

dengan metode deskriptif. Dengan tujuan untuk membuat deskripsi dan gambaran

unlunl pelaksanaan program di lapangan berdasarkan hasil wawancara dengan

responden di wilayah program. Selanjutnya, data hasil wawancara ditabulasikan

untuk mempermudah penlaparan.

3.3.2. Analisis Produksi Ubi Kayu

Untuk menduga hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat dan

menganalisis pengaruh Program ITTARA dan faktor lainnya terhadap produksi

ubi kayu, digunakan model fungsi produksi Cobb-Douglas. Fungsi Produksi

terdiri dari 8 (delapan) variabel bebas yaitu 6 (enam) enam variabel input produksi

dan 2 (dua) variabel d u n ~ n l y (tertera pada Lampiran 6). Parameter dugaan

diharapkan bertanda positif, artinya semakin besar penggunaan input inaka

produksi akan semakin meningkat.

Variabei dummy program dan dummy imbas digunakan untuk mengetahui

pengaruh Program ITTARA dan imbasnya terhadap produksi ubi kayu, bentuk

(173)

Persamaan (3.1) dapat ditransformasikan dalam bentilk logaritma natural

sebagai berikut:

I,n Y = bo + bl Ln X I

+

b2 Ln X2

+

b; Ln X j

+

b~ Ln X4

+

bj Ln X j + b6

...

Ln X(,+ c l D I + c2 D2

+

LI (3.2)

dimana:

Y = Produksi ilbi kayil yaitit total produksi ~ l b i kayil yang dihasilkan

petani sampel ilnluk sat11 kali proses produksi i~saliatani (kg).

X I = Luas lahan yaitu Iiras areal panen ~ l b i kayit yang diusahakan (ha).

X2 = Bibit yaitu jumlah penggunaan bibit ubi kayit ilntuk satu kali

proses produksi usahatani (ikat).

X3 = Pup~tk urea yaitu julnlah pupuk urea yang digunakan untuk satu

kali proses produksi ~isahatai (kg).

X4 = Pupuk kandang yaitu julnlah pupuk kandang yang digunakan

unti~k satu kali proses produksi usahatani (kg).

X j = Pestisida yaitu julnlah pestisida yang digunakan iintuk s a t ~ l kali

proses produksi usahatani (liter).

Xb = Tenaga kerja yaiti~ total tenaga kerja yang digunakan selama sat~t

kali proses produksi ilsahatani (I--IOK).

Dl = Dtrnlrtzy program ( 1 untuk wilayah program, 0 untuk lainnya)

D2 = Dzrrnrny imbas (1 untuk wilayah imbas, 0 untuk lainnya)

bo = intersep

bi, ci = Parameter yang diduga

LI = Kesalahan pengganggil

(174)

3.3.3. Analisis Pendapatan Peta~ii Ubi Kayu

Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan produksi akibat teknologi

Program ITTARA (persamaan 3.2) berpengaruh terhadap pendapatan petani ubi

kayu, digunakan persamaan pendapatan. Oleh karena produksi merupakan hasil

perkalian antara luas areal panen dan produktivitas, maka disusun persamaan

pendapatan yang terdiri dari 2 (dua) variabel bebas yaitu luas areal panen dan

produktivitas. Data biaya dan pendapatan petani disajikan pada Lampiran 7 dan

8. Bentuk persamaan sebagai berikut:

Ln PDPT = bo + bl Ln LAP + bz Ln PRD

+

u . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... (3.3) dimana:

PDPT = Pendapatan usahatani ubi kayu dihitung dari total penerimaan

ubi kayu dikurangi total biaya usahatani (Rp)

LAP = Luas areal panen ubi kayu (ha)

PRD = Produktivitas (kglha)

bo = Intersep

bi = Parameter yang diduga

u = Kesalahan pengganggu

Tanda parameter yang diharapkan (hipotesis): bl, b2 > 0

Metode pendugaan parameter yang digunakan dalam persamaan (3.2) dan

persamaan (3.3) adalah .metode kuadrat terkecil atau OLS (Ordinary Least

Square). Untuk menguji apakah variabel bebas secara bersama-sama dapat

menjelaskan keragaman variabel terikat, dilakukan dengan uji F. Untuk menguji

apakah masing-masing variabel bebas berpengaruh nyata atau tidak nyata

terhadap variabel terikat, dilakukan uji t . Pengujian parameter dugaan dilakukan

(175)

3.3.4. Analisis Kontribusi Program ITTARA terhadap Produksi dan Pendapatan Wilayah Program

Untuk mengetahui kontribusi Program ITTARA terhadap produksi dan

pendapatan wilayah program, dilakukan dengan metode Forecasting (peramalan)

terhadap tingkat produksi ubi kayu di Wilayah A, B dan C sejak tahun 2002-

2006. Peramalan dilakukan berdasarkan data produksi ubi kayu ketiga wilayah

yang tersedia tahun 1992-200 1, dengan bantuan kornputer Program Excel.

Selanjutnya, dari data hasil perkembangan produksi ubi kayu yang diperoleh

(tahun 1992-2006), diprediksikan tingkat produktivitasnya untuk menyusun

scatter plot (plot tebaran) produktivitas ubi kayu di Wilayah A, B dan C. Untuk

mengetahui besarnya tambahan produksi dan pendapatan ubi kayu bagi wilayah

program, dilakukan dengan menghitung luas bidang pada plot tebaran secara

geometris. Nilai prediksi produktivitas disajikan pada Lampiran 25.

3.4. Pengujian Skala Usaha

Untuk mengetahui apakah usahatani berada pada kondisi increasing,

constant, atau decreasitig return to scale dilakukan dengan membandingkan

regresi pada persamaan (3.2) dengan regresi yang jumlah nilai parameternya

direstriksi sama dengan satu (bl + b2 + b3 + b4 + b5

+

b6 = 1).

Jika tidak terdapat perbedaan antara regresi (3.2) dengan regresi yang

direstriksi, berarti bahwa usahatani ubi kayu di Lampung Timur berada pada

kondisi constant retzrrn to scale. Tetapi jika terdapat perbedaan, maka usahatani

ubi kayu berada pada kondisi increasirlg return to scale ( Cbi > 1) atau decreasing

(176)

24

3.5. Pcngujian Pcrubahan Tcknoiogi

Pengujian ini dinlaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat perubahan

atau perbedaan teknologi antara usahatani di Wilayah A, B dan C, dan jika

terdapat perubahan teknologi apakah bersifat netral atau tidak.

Untuk mengetahui apakah terdapat perubahan teknologi, dilakukan uji F

terhadap persalnaan (3.2) untuk masing-masing wilayah A, B dan C terhadap

persalnaan gabungan ketiga wilayah. Jika terdapat perbedaan antara kedua model

tersebut, berarti bahwa intersep fungsi poduksi ketiga wilayah berbeda artinya

terdapat perubahan atau perbedaan teknologi. Untuk mengetahui apakah

teknologi bersifat netral atau tidak, dilakukan uji serupa pada persamaan

gabungan tanpa variabel dummy, terhadap persamaan gabungan dengan variabel

dummy. Jika tidak terdapat perbedaan antara kedua model, berarti bahwa tidak

(177)

IV.

GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI

UBI

KAYU

DI DAERAH PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Wilayah

Kabupaten Daerah Tingkat 11 Lampung Timur rnembentang pada posisi

10jO1 5'-106"20' Bujur Timur dan 4"37'-j"37' Lintang Selatan, dengall batas-

batas wilayah sebagai berikut. Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Jawa dan

Propinsi Banten, sebelah Barat berbatasan dengan Kotamadya Metro, sebelah

Utara berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah dan sebelah Selatan

berbatasan dengan Kabupaten Lampung Selatan. Secara administratif, Kabupaten

Lampung Timur memiliki luas wilayah 5 325.03 km2 dan terdiri dari 23 wilayah

kecamatan (Lampiran 1). Pemerintah Daeral~ Kabupaten Lampung Timur

dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun1999, diresmikan tanggal

27 April 1999 dengan pusat pemerintahan di Kota Sukadana.

Ber

Gambar

Tabel 1. Peran Sub Sektor Pertanian terhadap PDRB Propinsi Lampung,
Tabel 2. Produksi Padi dan Palawija di Propinsi Lampung, Tahun
Tabel 4. Daftar Jumlah Unit ITTARA di Lampung, Tahun 2000
Gambar tersebut
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu. Populasi penelitian mencakup seluruh siswa kelas VII SMPN 1 Sekampung yang terbagi dalam lima kelas sedangkan sampel

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi aktifitas siswa, maka hasil tindakan siklus II dapat diketahui dampak dari tindakan yang diberikan. Adapun hasil

Sedangkan pada Badan Pendapatan Daerah dalam pelayanan pembuatan NPWPD dan pembayaran pajak yang terbagi dalam dua jenis pelayanan yakni offline dan online sudah

Pada subbab sebelumnya telah diketahui hasil penyelesaian numerik dari persamaan gelombang dua dimensi dengan metode beda hingga skema eksplisit CTCS Central Time Central Space..

Selain sentimen global, pergerakan IHSG pada pekan ini akan dipengaruhi pertemuan Bank Indonesia (BI) yang diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan..

Ukuran capaian indikator kinerja Persentase Temuan yang ditindaklanjuti adalah perbandingan jumlah temuan yang ditindaklanjuti dari hasil pengawasan internal dan eksternal dengan

Lensa merupakan bagian utama dari kamera, elemen kaca atau plastik yang terdiri atas susunan elemen optik yang berfungsi untuk menangkap gambar di depan

(3) Sub Seksi Kesehatan Anak mempunyai tugas mengumpulkan bahan penyelenggaraan usaha pemeriksaan dan pembinaan Kesehatan anak melalui Rumah Sakit, Puskesmas