ABSTRACT
THE ANALYSIS FARE OF FEE TO USE A PUBLIC FACILITY IN TERMINAL FOR INCREASE PAD IN BANDAR LAMPUNG CITY
By autonomy region. The fee to use a public facility of terminal is one of the fee to use a public facility region especially in Bandar Lampung city. The problem that occurs is regulation of region that lades about the fee to use a public facility in Bandar Lampung city it has not been rationalized so that it needs the improvement of fare and approximate estimation in the acceptance of fee to use a public facility in terminal in the coming years. The data that is used in this research is the data of the realization of fee to use a public facility acceptance in Bandar Lampung in year 2010 – 2013 and the data of realization of fee to use a public facility terminal in Bandar Lampung in year 2010 – 2014. The method of analysis that is used in this research is the method of descriptive quantitative analysis, this research is processed and analyzed to get the conclusion by using the theories and the datas that be related to this research. The conculasion of this research is the fare from each of fee to use public facility in terminal must be rationalized in periodic with focus on level of the inflation that occurs in Bandar Lampung city so that the target of the acceptance in the future is higher its value that is compared with the realization of acceptance before the rationalization fare along with its ascension exceeds the level of inflation that occurs in Bandar Lampung city.
ABSTRAK
ANALISIS TARIF RETRIBUSI TERMINAL DALAM RANGKA PENINGKATAN PAD KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh
HARPAN SAPUTRA
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah. Retribusi terminal merupakan salah satu komponen retribusi daerah terutama di Kota Bandar Lampung. Masalah yang terjadi adalah bahwa peraturan daerah yang memuat tentang retribusi terminal di Kota Bandar Lampung telah lama tidak dirasionalisasi sehingga perlu adanya perbaikan tarif dan estimasi target penerimaan retribusi terminal pada tahun – tahun mendatang. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data realisasi penerimaan retribusi Kota Bandar Lampung tahun 2010 – 2013 dan data realisasi penerimaan retribusi terminal Kota Bandar Lampung tahun 2010 – 2014. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kuantitatif, yaitu penelitian yang diolah dan dianalisis untuk diambil kesimpulan dengan menggunakan teori – teori dan data – data yang berhubungan dengan penelitian ini. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa tarif dari masing – masing retribusi terminal harus dirasionalisasi secara berkala dengan memperhatikan tingkat inflasi yang terjadi di Kota Bandar Lampung sehingga target penerimaan di masa depan lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan realisasi penerimaan sebelum rasionalisasi tarif serta kenaikannya melampaui tingkat inflasi yang terjadi di Kota Bandar Lampung.
Oleh
HARPAN SAPUTRA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
ANALISIS TARIF RETRIBUSI TERMINAL DALAM RANGKA PENINGKATAN PAD KOTA BANDAR LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh Harpan Saputra
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR ISI
Hal
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... iv
DAFTAR LAMPIRAN ... v
II. TINJAUAN PUSTAKA A.Otonomi Daerah ... 16
D. Pengertian Retribusi... 26
1. Objek Retribusi ... 27
2. Retribusi Daerah ... 29
3. Ketentuan Retribusi Daerah... 30
E. Retribusi Terminal ... 33
1. Nama, Objek dan Subjek Retribusi Terminal ... 33
2. Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa ... 34
3. Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi ... 34
F. Tarif Retribusi ... 36
1. Pengertian Tarif ... 36
2. Jenis – jenis Tarif ... 36
H. Inflasi dan Nilai Waktu Uang ... 40
1. Inflasi ... 40
2. Teori Nilai Waktu Uang (Time Value of Money) ... 46
I. Penelitian Terdahulu ... 47
III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data ... 50
B. Metode Pengumpulan Data ... 51
C. Alat Analisis ... 52
D. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Kota ... 56
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.Inflasi Kota Bandar Lampung ... 68
B. Penerimaan Retribusi Terminal ... 68
C.Estimasi Tarif... 69
D.Analisis Deskriptif (Analisis Tabel) ... 73
1. Perkembangan Realisasi Penerimaan ... 73
2. Perkembangan Kenaikan Tarif ... 74
3. Perkembangan Total ... 75
4. Perkembangan Penerimaan Total ... 75
E. Estimasi Target Penerimaan ... 77
F. Uji signifikansi Beda Dua Rata – rata ... 79
G.Pembahasan ... 81
1. Tarif Setelah Rasionalisasi ... 81
2. Target Setelah Rasionalisasi ... 82
3. Peningkatan Dalam Segi Pelayanan Setelah Rasionalisasi ... 84
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Data Target dan realisasi total penerimaan retribusi daerah kota
Bandar Lampung tahun 2013 ... 6
2. Data Total Penerimaan Retribusi Daerah Tahun Anggaran 2010 – 2013 Kota Bandar Lampung ... 8
3. Data Kontribusi Retribusi Terminal Terhadap PAD ... 9
4. Realisasi Retribusi Terminal Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung ... 10
5. Penelitian Terdahulu ... 48
6. Penelitian Terdahulu ... 49
7. Besarnya Tarif Inflasi Kota Bandar Lampung ... 68
8. Penerimaan Retribusi Terminal di 6 Retribusi Terminal Kota Bandar Lampung tahun 2014 ... 69
9. Estimasi Tarif Retribusi Terminal Kota Bandar Lampung Tahun 2011 – 2018 ... 71
10. Perkembangan Realisasi Penerimaan Tahun 2011 – 2014 ... 73
11. Persentase Kenaikan Tarif Retribusi Secara Rata – Rata ... 74
12. Persentase Perkembangan Total ... 75
13. Perkembangan Realisasi Penerimaan Total Retribusi Terminal dan Estimasi Penerimaan Potensial Taotal Kota Bandar Lampung ... 76
14. Estimasi Target Penerimaan Retribusi Terminal Kota Bandar Lampung sebelum dan sesudah Rasionalisasi ... 77
15. Estimasi Target Penerimaan Retribusi Terminal Kota Bandar Lampung Tahun Anggaran 2015 - 2020 ... 78
16. Uji Signifikanis Beda Dua Rata – rata ... 79
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pemikiran... 13
2. Hubungan tingkat inflasi dengan tingkat pengangguran ... 44
3. Struktur Organisasi ... 67
MOTO
La Tahzan Innallaha Ma'ana "Jangan bersedih, Sesungguhnya ALLAH bersama kita"
YOU ONLY LIVE ONCE, DO YOUR BEST AT ANY MOMENT THAT YOU HAVE
Kamu hanya hidup satu kali, lakukan yang terbaik disetiap saat yang kamu miliki
tercurahkan kehadirat Nabi besar Muhammad S.A.W atas segala
cinta kasih, nikmat serta berkah-Nya kepadaku dan keluargaku yang
hingga saat ini kami masih diberi kesehatan, serta kelancaran dalam
menyelesaikan karya ini. Segala puji hanya untuk Allah S.W.T,
kupersembahkan karya kecilku ini kepada orang-orang yang kukasihi
serta mengasihiku :
Bapak Haidir S.E, sosok ayah yang kuat, disiplin, cerdas dan
memiliki semangat hidup untuk memberikan perhatian terhadap
anak-anak nya agar menjadi pribadi yang mandiri.
Ibu Maryanti S.Pd, ibu yang tidak pernah lelah memberikan
semangat, dukungan, dan do’a di setiap sujudnya kepada Sang
Maha Pencipta dengan harapan agar anak-anak nya menjadi
pribadi yang baik.
Kakakku yang kubanggakan, Ardi Sanjaya yang selalu memberi
motivasi dan dukungan.
Adikku tersayang, Riski dan Ayu yang selalu menjadi rekan
tawa, suka duka dan berbagi cerita bersama.
Teman-teman, yang menjadi pengisi cerita jalan hidup selama
menjadi mahasiswa Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Dan
Penulis dilahirkan di Kota Bandar Lampung pada tanggal 1 Juli 1991, sebagai anak kedua dari empat bersaudara oleh pasangan Haidir S.E dan Maryanti S.Pd.
SANWACANA
Puji syukur kepada Allah SWT yang melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Tarif
Retribusi Terminal Dalam Rangka Peningkatan PAD Kota Bandar Lampung”.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., sebagai Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Bapak Moneyzar Usman, S.E., M.Si., sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik
dan Kerjasama Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
3. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.E.P., sebagai Ketua Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
4. Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E., sebagai Sekretaris Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung dan
sekaligus sebagai dosen pembimbing akademik.
5. Bapak Muhiddin Sirat, S.E., M.P., sebagai pembimbing skripsi. Tidak hanya
membimbing penulisan skripsi ini sejak awal beliau juga sangat banyak
menanamkan nilai – nilai kehidupan kepada saya dan memberi pesan bahwa
kelak saya harus dapat berguna dan bermanfaat bagi masyarakat dan
7. Keluargaku, ayahku Haidir S.E, mamaku Maryanti S.Pd, kakakku Ardi
Sanjaya, adikku Rizki Amri Nanda dan Ayu Hartanti, yang telah memberi
semangat, doa, dan dukungan moril ataupun materil demi kelancaran
kuliahku.
8. Ibu Hudaiyah, Bang Feri, Pak Fajar, Mas Nanang, Mang Jum, dan Yuk Ani
yang telah membantu kelancaran proses skripsi saya.
9. Keluarga Besar MAHEPEL, yang mungkin tidak bisa saya sebutkan namanya
satu persatu di sini, tetapi nama kalian satu per satu sangat jelas di hati ini.
Kebanggaan untuk saya beberapa tahun ini ada di tengah – tengah orang –
orang hebat seperti kalian. Kelak suatu hari saat kaki ini tidak lagi sanggup
untuk melangkah air mata ini akan jatuh haru melihat bendera itu masih tegak
berdiri menantang. Salam Lestari !!!
10.Vivi Chyntia Si.Kom yang selalu memberikan semangat, doa dan waktunya
untuk saya demi kelancaran hidup saya.
11.Keluarga Besar Ekonomi Pembangunan, yang lagi – lagi tidak dapat saya
sebutkan namanya satu per satu, semoga kelak kita mendapatkan apa yang
telah kita perjuangkan selama ini dan memanfaatkan ilmu yang kita dapat
Bandar Lampung, 8 Desember 2015
Penulis
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Organisasi sebagai satu kesatuan yang dinamis merupakan alat untuk mencapai
tujuan pokok. Pencapaian tujuan dalam suatu program kerja tidak saja bergantung
pada konsep-konsep dan program-program yang tersusun secara baik saja, tetapi
juga akan sangat bergantung pada pelaksanaannya yaitu pegawai-pegawai yang
terlibat langsung dalam pelaksanaan program kerja tersebut, dimana para pegawai
tersebut mempunyai kemampuan dan kemauan melaksanakan pekerjaannya.
Tanpa adanya pegawai yang mempunyai kemampuan dan keinginan, maka
pencapaian tujuan tidak akan tercapai.
Untuk menjamin agar proses pencapaian tujuan tersebut berjalan secara efektif,
maka segala sesuatu yang berhubungan dengan proses pencapaian tujuan tersebut
terlebih dahulu perlu dipikirkan, diperhitungkan dan dipertimbangkan dengan
matang atau dengan kata lain perlu direncanakan. Agar dapat mendukung proses
pelaksanaan dengan baik dan mendapatkan hasil yang maksimal.
Bagi bangsa Indonesia yang terdiri dari beberapa daerah dengan kelebihan dan
kekurangan yang dimiliki, pembangunan nasional bertujuan mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang
masing – masing. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses
perubahan sosial berencana, karena meliputi berbagai dimensi untuk
mengusahakan kemajuan dalam kesejahteraan ekonomi, modernisasi,
pembangunan bangsa, wawasan lingkungan dan bahkan peningkatan kualitas
manusia untuk memperbaiki kualitas hidupnya (Bintoro Tjokroamidjojo).
Sesuai dengan prinsip otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab,
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan secara bertahap akan lebih
banyak dilimpahkan kepada pemerintah daerah. Dengan semakin meningkatnya
kewenangan pemerintah daerah, maka peranan keuangan daerah menjadi semakin
penting karena pembiayaan pembangunan sebagian besar akan dibiayai oleh
pemerintah daerah itu sendiri. Oleh karena hal tersebut pemerintah daerah
diharapkan dapat lebih aktif lagi dalam memobilisasi sumber dananya sendiri dan
mengelolanya secara efektif dan efisien.
Menurut Undang-Undang No.33 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah,
pendapatan daerah merupakan semua hak daerah yang diakui sebagai penambah
nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.
Sumber-sumber pendapatan daerah terdiri atas:
a. Pendapatan asli daerah, yaitu:
1) Hasil pajak daerah
2) Hasil retribusi daerah
3) Hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah
4) Lain-lain pendapatan daerah yang sah
b. Dana perimbangan, terdiri dari:
1) Dana bagi hasil yang barsumber dari pajak dan sumber daya alam
2) Dana alokasi umum
3) Dana alokasi khusus
c. Pinjaman daerah
d. Lain-lain penerimaan daerah yang sah
PAD adalah pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain
PAD yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah
dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai
perwujudan asas desentralisasi.
Berbagai kebijaksanaan keuangan daerah yang diambil diarahkan untuk semakin
meningkatkan kemampuan dalam membiayai urusan penyelenggaraan pemerataan
dan pembangunan daerahnya. Secara garis besar kebijaksanaan mencakup
beberapa komponen utama yaitu:
a. Kebijaksanaan di bidang penerimaan
Yaitu untuk mendorong kemampuan daerah yang semaksimal mungkin
dalam membiayai urusan rumah tangganya sendiri
Berorientasi pada prinsip desentralisasi dalam perencanaan, penyusunan
program, serta pengambilan keputusan dalam memilih Negara dan proyek
daerah serta pelaksanaannya.
c. Peningkatan kemampuan organisasi pemerintah daerah termasuk
kemampuan personil dan struktur organisasinya.
Dalam kaitannya dengan pelaksanaan otonomi daerah dimana pemerintah daerah
mempunyai tanggung jawab pembangunan yang lebih besar, sumber-sumber
penerimaan daerah sebagai sumber pendapatan daerah harus terus diusahakan agar
mampu memikul beban biaya yang diperlukan untuk penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan. Untuk itu perlu adanya intensifikasi pemungutan
dari sumber-sumber dana pembangunan yang ada selama ini (Mardiasmo, 2001 :
191).
Salah satu komponen Pendapatan Asli Daerah yang memberikan sumbangan
cukup besar bagi penerimaan daerah dibandingkan dengan komponen lainnya
adalah retribusi daerah, pada tahun 2013 retribusi daerah memberi kontribusi
14,084 % terhadap PAD. Dengan diberlakukannya otonomi daerah diharapkan
pemerintah daerah lebih mandiri baik secara fiskal untuk membiayai
pembangunan maupun mengelola pemerintah beserta aparaturnya. Begitu juga
dengan Kota Bandar Lampung yang termasuk daerah otonomi harus mampu
menggali peluang di daerahnya dengan mengidentifikasi sumber-sumber
pendapatannya dan mengelolanya dengan optimal, mengelola keuangan daerah
secara efektif dan efisien, serta mampu mempertanggung jawabkan kinerja kepada
Dalam rangka menjalankan fungsi dan kewenangan pemerintah daerah dalam
bentuk pelaksanaan kewenangan fiskal, peranan Pemerintah dalam menggali dan
mengembangkan berbagai potensi daerah sebagai sumber penerimaan daerah akan
sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan tugas pemerintahan, pembangunan
dan pelayanan masyarakat di daerah.
Pemerintah daerah diharapkan lebih mampu menggali sumber-sumber keuangan
khususnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan
pembangunan di daerahnya melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan
Asli Daerah merupakan sumber pembiayaan yang paling penting dimana
komponen utamanya adalah penerimaan yang berasal dari komponen pajak daerah
dan retribusi daerah.
Pajak daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak mempunyai
peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di dalam
pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara
untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan.
(Waluyo dan Wirawan 2002).
Retribusi daerah atau retribusi berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan
dan/ atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
badan.
Dalam mengestimasi potensi PAD, diperlukan informasi dan tolok ukur yang riil
terjadi di lapangan dan secara konkrit dikehendaki oleh masyarakat daerah. Salah
satu tolok ukur finansial yang dapat digunakan untuk melihat kesiapan daerah
dalam pelaksanaan otonomi adalah dengan mengukur seberapa jauh kemampuan
keuangan suatu daerah.
Tabel 1. Data target dan realisasi total penerimaan retribusi daerah Kota Bandar Lampung tahun 2013
No Jenis Retribusi Jumlah Target (Rp) Realisasi Penerimaan (Rp)
Rasio (%) I Retribusi Jasa Umum 20.009.766.450,00 12.780.406.930,00 63.87 1 Ret. Pelayanan
persampahan 9.061.571.450,00 4.657.697.000,00 51.40 2 Ret. Penggantian biaya
KTP dan akte catatan sipil 50.000.000,00 55.355.000,00 110.71 3 Ret. Pelayanan
pemakaman 1.000.000,00 1.210.000,00 121.00
4 Ret. Parkir di tepi jalan 6.000.000.000,00 4.200.000.100,00 70.00 5 Ret. Pelayanan pasar 2.500.000.000,00 1.620.700.000,00 64.83
6 Ret. Pengujian kendaraan
bermotor 1.800.000.000,00 1.658.287.330,00 92.13
7 Ret. Pemeriksaan alat
pemadam kebakaran 150.000.000,00 151.807.500,00 101.21
8 Ret. Penyediaan dan / atau
Tabel 1. Data target dan realisasi total penerimaan retribusi daerah Kota Bandar Lampung tahun 2013 (lanjutan)
No Jenis Retribusi Jumlah Target (Rp) Realisasi Penerimaan (Rp)
Rasio (%) II Retribusi Jasa Usaha 4.229.538.962,50 3.558.049.775,00 82.75 1 Ret. Pemakaian kekayaan
daerah 1.640.506.731,25 1.611.839.275,00 98.25
2 Ret. Terminal 2.399.032.231,25 1.685.828.500,00 70.27 3 Ret. Rumah potong hewan 260.000.000,00 260.382.000,00 100.15 III Retribusi Perizinan
tertentu 49.744.482.500,00 34.312.837.192,32 68.98 1 Ret. Izin mendirikan
bangunan 30.000.000.000,00 18.322.279.604,52 61.07
2 Ret. Izin tempat penjualan
minuman beralkohol 26.250.000,00 48.100.00,00 183.24 3 Ret. Izin
gangguan/keramaian 19.564.250.000,00 15.799.921.587.80 80.76 4 Ret. Izin trayek 146.107.500,00 119.456.000,00 81.76 5 Ret. Usaha perikanan 7.875.000,00 23.080.000,00 293.08
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung
Dapat dilihat bahwa penerimaan dari beberapa sektor retribusi daerah masih
kurang dari target yang ditentukan oleh pemerintah Kota Bandar Lampung. Pada
sektor Retribusi Jasa Umum realisasi pencapaian target sebesar 63,87%,
sementara pada sektor Retribusi Jasa Usaha mencapai 82,75% dan pada sektor
Retribusi Perizinan Tertentu realisasi pencapaian target adalah sebesar 68,98%.
Retribusi terminal merupakan salah satu retribusi daerah yang sangat potensial
dan memberi pengaruh bagi pertumbuhan Kota Bandar Lampung. Seiring dengan
pertumbuhan jaman dan teknologi yang terus meningkat serta banyaknya pusat
perbelanjaan dan aktifitas masyarakat, kebutuhan masyarakat akan jasa
Tabel 2. Data Total Penerimaan Retribusi Daerah Tahun Anggaran 2010 -2013 Kota Bandar Lampung
Tahun Jenis Retribusi Target (Rp) Realisasi (Rp) %
2010
Retribusi Jasa Umum 6.987.028.000,00 6.605.222.775,00 94,54
Retribusi Jasa Usaha 2.877.022.200,00 1.876.848.130,00 65,24 Ret. Perizinan Tertentu 6.991.186.400,00 7.367.023.626,00 105,38
Jumlah Retribusi Daerah 16.855.236.600,00 15.849.094.531,00 94,03
Pendapatan Asli Daerah 84.167.470.269,17 87.711.803.840,41 104,21
2011
Retribusi Jasa Umum 7.824.241.100,00 6.888.140.650,00 88,04 Retribusi Jasa Usaha 3.049.266.280,00 1.978.869.127,00 64,90
Ret. Perizinan Tertentu 12.962.400.000,00 13.044.811.962,00 100,64
Jumlah Retribusi Daerah 23.835.907.380,00 21.911.821.739,00 91,93 Pendapatan Asli Daerah 84.167.470.269,17 87.711.803.840,41 104,21
2012
2013
Retribusi Jasa Umum 12.306.877.291,50 6.620.899.220,00 53,80
Retribusi Jasa Usaha 3.996.792.260,00 8.967.559.376,00 224,37
Ret. Perizinan Tertentu 20.621.040.000,00 22.842.636.638,00 110,77
Jumlah Retribusi Daerah
Retribusi Jasa Usaha 4.299.538.962,50 3.558.049.775,00 82,75
Ret. Perizinan Tertentu 49.744.482.500,00 34.312.837.192,32 68,98
Jumlah Retribusi Daerah 74.053.787.912,50 50.651.293.897,32 68,40
Pendapatan Asli Daerah 418.111.740.815,52 359.628.303.287,61 86
Tabel 3. Data Kontribusi Retribusi Terminal Terhadap PAD Tahun Jenis Retribusi Realisasi Kontribusi (%)
2010 Retribusi Terminal PAD
670.455.400,00
87.711.803.840,41 0.764 % 2011 Retribusi Terminal
PAD
1.104.260.000,00
87.711.803.840,41 1.26 % 2012 Retribusi Terminal
PAD
1.563.786.000,00
162.772.590.331,88 0.96 % 2013 Retribusi Terminal
PAD
1.685.828.500,00
359.628.303.287,61 0.47 %
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kontribusi sektor retribusi terminal terhadap
PAD pada tahun 2010 adalah sebesar 0.764 %, kemudian pada tahun 2011
kontribusi retribusi terminal terhadap PAD adalah sebesar 1.26 % , selanjutnya
pada tahun 2012 kontribusi retribusi terminal terhadap PAD mengalami
penurunan menjadi 0.96 %, kemudian pada tahun 2013 kontribusi retribusi
terminal terhadap PAD kembali mengalami penurunan menjadi 0.47 %. Bila
dilihat dari data kontribusi retribusi terminal terhadap Pendapatan Asli Daerah
dari tahun 2010 – 2013 persentase kontribusi selalu mengalami penurunan pada
tahun – tahun selanjutnya. Untuk itu perlu adanya upaya untuk melakukan
peningkatan pendapatan dari sektor retribusi terminal agar mampu meningkatkan
Dibawah ini penulis sajikan data realisasi sektor Retribusi Terminal yang dikelola
oleh Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung :
Tabel 4. Realisasi Retribusi Terminal Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung
No Tahun Target Realisasi Persentase
1 2010 1.299.750.000,00 670.455.400,00 51.58%
2 2011 1.644.183.750,00 1.104.260.000,00 67.16%
3 2012 1.808.602.125,00 1.563.786.000,00 86.46%
4 2013 2.399.032.231,25 1.685.828.500,00 70.27%
5 2014 2.399.000.000,00 1.783.646.500,00 74.35%
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sejak tahun 2010 hingga tahun
2014 Pendapatan Asli Daerah dari sektor retribusi terminal terus mengalami
peningkatan yang cukup signifikan. Retribusi terminal sebagai salah satu sektor
pendapatan daerah termasuk sektor yang juga mengalami peningkatan setiap
tahunnya, walaupun demikian penerimaan daerah dari sektor tersebut masih
kurang dari target yang ditentukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung.
Pencapaian target penerimaan retribusi terminal setiap tahun masih berfluktuasi,
pada tahun 2010-2014 secara berurut mencapai 51.58%, 67.16%, 86.46%, 70.27%
Perkembangan total penerimaan retribusi terminal antara tahun 2010 hingga tahun
2014 merupakan total penerimaan dari sektor retribusi terminal yang mengacu
kepada Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 06 Tahun 2011 tentang
retribusi terminal. Dimana tarif dari masing-masing jenis retribusi terminal telah
diatur di peraturan daerah tersebut dan masih berlaku hingga saat ini.
Bila mengacu pada teori total penerimaan (TR = P.Q), tarif retribusi ditahun 2011 – 2014 adalah konstan, yang berarti kenaikan total penerimaan (TR) karena
adanya kenaikan kuantitas pengguna terminal bukan dari harga atau tarif yang
dirasionalisasi. Misalkan bila kenaikan total penerimaan sebesar 5% dan jumlah
kenaikan tarif yang dirasionalisasi sebesar 10%, maka seharusnya kenaikan total
penerimaan adalah sebesar 15%. Pada umum nya peraturan daerah yang mengatur
tentang retribusi daerah tersebut berlaku dalam jangka waktu yang lama tanpa
memperhatikan inflasi rata-rata per tahun di daerah Kota Bandar Lampung, maka
perlu adanya penyesuaian tarif retribusi terminal serta target penerimaan yang
harus dirasionalisasi dengan memperhatikan kenaikan inflasi di daerah Kota
Bandar Lampung.
Berdasarkan uraian di atas jika ditinjau dari pendapatannya, pencapaian target
retribusi terminal belum dapat terpenuhi dengan baik. Maka obyek penelitian
adalah retribusi terminal Kota Bandar Lampung yang terdiri dari retribusi bus
AKAP, AKDP, Angkota, dan fasilitas umum terminal seperti toilet umum dan
kios. Dengan latar belakang masalah tersebut, dalam penulisan skripsi ini
B. Rumusan masalah
1. Berapakah besaran tarif retribusi terminal setelah dirasionalisasi dengan
memperhatikan inflasi Kota Bandar Lampung ?
2. Berapakah besaran target penerimaan dari sektor retribusi terminal
setelah memperhatikan tarif retribusi terminal yang telah dirasionalisasi
dalam kurun waktu tertentu ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui besaran tarif yang ideal dari masing-masing jenis
retribusi terminal di tahun-tahun berikutnya.
2. Untuk mengetahui berapakah target penerimaan yang ideal dari sektor
retribusi terminal di tahun-tahun berikutnya setelah rasionalisasi.
D. Manfaat Penelitian
Sedangkan kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan gambaran dan pemahaman yang jelas mengenai keberadaan
sektor retribusi terminal di Kota Bandar Lampung.
2. Memaparkan hasil rasionalisasi retribusi terminal dari segi perbaikan tarif
dan target penerimaan untuk tahun-tahun mendatang.
3. Dapat dimanfaatkan sebagai bahan studi perbandingan atau informasi bagi
E. Kerangka Pemikiran
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Salah satu tujuan desentralisasi fiskal adalah meciptakan kemandirian daerah.
Dalam perspektif ini pemerintah daerah diharapkan mampu menggali
sumber-sumber keuangan lokal khusus nya melalui pendapatan asli daerah (Sidik, 2002).
Pendapatan asli daerah idealnya menjadi sumber utama pendapatan lokal. Sumber
pendapatan lain relatiffluktuatif dan cenderung di luar kontrol atau kewenangan Retribusi Daerah
PAD
Pajak Daerah
Bagian Laba Usaha Daerah
Lain-lain PAD yang sah
Retribusi Terminal
Rasionalisasi Tarif
Target Setelah Dirasionalisasi
Realisasi
pemerintah daerah. Sesuai dengan Undang-undang No.33 Tahun 2004 disebutkan
bahwasanya pendapatan asli daerah terdiri dari :
1. Hasil pajak daerah
2. Hasil retribusi daerah
3. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan
4. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
F. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas permasalahan yang ada dan akan
diuji kebenarannya secara ilmiah. Dari permasalahan yang dikemukakan di atas
maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tarif retribuasi terminal dimasa datang akan meningkat minimal sebesar
inflasi Kota Bandar Lampung (6,1%).
2. Jika tarif naik sesuai inflasi maka target penerimaan di masa datang akan
G. Sistematika Penulisan
Penulisan ini terdiri dari lima bab, yaitu:
Bab I Pendahuluan yang berisikan Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan
Penulisan, Manfaat Penulisan, Kerangka Pemikiran, Hipotesis dan
Sistematika Penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka yang berisikan teori-teori yang berkaitan dengan
penulisan ini.
Bab III Metode Penelitian yang berisikan Data dan Sumber Data, Alat
Analisis, dan Gambaran Umum Dinas Pendapatan Kota Bandar
Lampung.
Bab IV Hasil Perhitungan dan Pembahasan.
Bab V Simpulan dan Saran.
DAFTAR PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Otonomi Daerah
Otonomi daerah adalah kemampuan untuk mengurus dirinya sendiri terutama
berkaitan dengan pemerintahan umum maupun pembangunan, yang
sebelumnya diurus pemerintahan pusat. Untuk itu, selain diperlukan
kemampuan keuangan, diperlukan juga adanya sumber daya manusia
berkualitas, sumber daya alam, modal, dan teknologi (Rudini, 1995:48 dalam
Silalahi, et al, 1995).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, pemerintahan daerah, yang mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan,
diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui
peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta
peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi,
pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam
dibutuhkan dalam rangka mewujudkan otonomi daerah. Sumber daya
manusia yang dibutuhkan tersebut antara lain adalah (Silalahi, et al, 1995:12):
1. Mempunyai wadah, perilaku, kualitas, tujuan dan kegiatan yang dilandasi
dengan keahlian dan ketrampilan tertentu.
2. Kreatif dalam arti mempunyai jiwa inovatif, serta mampu mengantisipasi
tantangan maupun perkembangan, termasuk di dalamnya mempunyai
etos kerja yang tinggi.
3. Mampu sebagai penggerak swadaya masyarakat yang mempunyai rasa
solidaritas sosial yang tinggi, peka terhadap dinamika masyarakat,
mampu kerja sama, dan mempunyai orientasi berpikir people centered
orientation.
4. Mempunyai disiplin yang tinggi dalam arti berpikir konsisten terhadap
program, sehingga mampu menjabarkan kebijaksanaan nasional menjadi
program operasional pemerintah daerah sesuai dengan rambu-rambu
pengertian program urusan yang ditetapkan.
Tujuan otonomi daerah menurut Smith (1985) dalam analisa CSIS yang
dikemukakan oleh Syarif Hidayat dibedakan dari dua sisi kepentingan, yaitu
kepentingan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dari kepentingan
Pemerintah Pusat tujuan utamanya adalah pemdidikan politik, pelatihan
kepemimpinan, menciptakan stabilitas politik dan mewujudkan demokratisasi
sistem pemerintahan di daerah. Sementara, bila dilihat dari sisi kepentingan
melalui otonomi daerah diharapkan akan lebih membuka kesempatan
bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam berbagai aktifitas politik di
tingkat lokal atau daerah.
2. Untuk menciptakan local accountability, artinya dengan otonomi akan
meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam memperhatikan
hak-hak masyarakat.
3. Untuk mewujudkan local responsiveness, artinya dengan otonomi daerah
diharapkan akan mempermudah antisipasi terhadap berbagai masalah
yang muncul dan sekaligus meningkatkan akselerasi pembangunan sosial
dan ekonomi daerah.
Selanjutnya jika dilihat dari tujuan otonomi daerah menurut UU No. 22
Tahun 1999 pada dasarnya adalah sama yaitu otonomi daerah diarahkan
untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, meningkatkan
kesejahteraan rakyat, menggalakkan prakarsa dan peran serta aktif
masyarakat serta peningkatan pendayagunaan potensi daerah secara optimal
dan terpadu secara nyata, dinamis dan bertanggungjawab sehingga
memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, mengurangi beban pemerintah
pusat dan campur tangan di daerah yang akan memberikan peluang untuk
koordinasi tingkat lokal.
Nyata berarti pemberian otonomi pada daerah didasarkan pada faktor-faktor,
perhitungan, tindakan dan kebijaksanaan yang benar-benar menjamin daerah
bertanggungjawab adalah pemberian otonomi yang diupayakan untuk
memperlancar pembangunan di pelosok tanah air. Uraian di atas merupakan
tujuan ideal dari otonomi daerah. Pencapaian tujuan tersebut tentunya
tergantung dari kesiapan masing-masing daerah yang menyangkut
ketersediaan sumber daya atau potensi daerah, terutama adalah sumber daya
manusia yang tentunya akan berperan dan berfungsi sebagai motor penggerak
jalannya pemerintahan daerah.
B. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Berdasarkan UU NO 33 Tahun 2004 bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD)
adalah Pendapatan yang diperoleh dan dipungut berdasarkan peraturan daerah
berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan perundang-undangan. Dalam
kenyataannya PAD belum bisa memberikan kontribusi yang siginifikan
terhadap penerimaan daerah secara keseluruhan, tidak signifikannya peran
PAD dalam anggaran daerah tidak lepas dari system tax assigment di
Indonesia yang masih memberikan kewenangan penuh kepada pemerintah
pusat untuk mengumpulkan pajak-pajak potensial.
Menurut Warsito (2001:128) Pendapatan Asli Daerah “Pendapatan asli
daerah (PAD) adalah pendapatan yang bersumber dan dipungut sendiri oleh
pemerintah daerah. Sumber PAD terdiri dari: pajak daerah, restribusi daerah,
(PAD) Merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah
,hasil distribusi hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan
lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dalam menggali pendanaan dalam
pelaksanaan otoda sebagai perwujudan asas desentralisasi.
Sebagaimana telah diuraikan terlebih dahulu bahwa pendapatan daerah dalam
hal ini pendapatan asli daerah adalah salah satu sumber dana pembiayaan
pembangunan daerah pada kenyataannya belum cukup memberikan
sumbangan bagi pertumbuhan daerah, hal ini mengharuskan pemerintah
daerah menggali dan meningkatkan pendapatan daerah terutama sumber
pendapatan asli daerah.Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan
pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi
Daerah, basil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan
keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan
otonomi daerah sebagai mewujudan asas desentralisasi. (Penjelasan UU
No.33 Tahun 2004)
Faktor keuangan merupakan hal yang penting dalam setiap kegiatan
pemerintahan, karena hamper tidak ada kegiatan pemerintahan yang tidak
membutuhkan biaya (Kaho, 1997: 61; Suparmoko, 2002:16). Sehubungan
dengan posisi keuangan ini, ditegaskan bahwa pemerintah daerah tidak akan
dapat melaksanakan fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang
cukup untuk memberikan pelayanan terhadap masyarakat dan melaksanakan
mengembangkan potensi sumber keuangannya sendiri.
Menurut Davey (1988), sumber pendapatan pemerintah regional adalah
sebagai berikut:
1. Alokasi dari pemerintah pusat:
a) Anggaran pusat (votes);
b) Bantuan pusat (grants);
c) Bagi-hasil pajak;
d) Pinjaman;
e) Penyertaan modal.
2. Perpajakan.
3. Retribusi (charging).
4. Pinjaman.
5. Perusahaan (badan usaha).
Menurut Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, sumber pendapatan daerah
terdiri atas:
1. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari
sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan
peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi
atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang,
yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah dan pembangunan daerah. Pajak daerah
digolongkan ke dalam dua kategori menurut tingkat Pemerintahan
Daerah, yaitu: 1) Pajak Provinsi yang terdiri dari: Pajak Kendaraan
Bermotor dan Kendaraan di Atas Air; Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor dan Kendaraan di Atas Air; Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor; dan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah
dan Air Permukaan. 2) Pajak Kabupaten/Kota yang terdiri dari: Pajak
Hotel; Pajak Restoran; Pajak Hiburan; Pajak Reklame; Pajak
Penerangan Jalan; Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C; dan
Pajak Parkir.
b. Hasil Retribusi Daerah
Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa
atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau
diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi
atau badan. Retribusi daerah dibagi atas tiga golongan, yaitu:
Retribusi Jasa Umum; Retribusi Jasa Usaha; dan Retribusi Perizinan
Hasil perusahaan milik daerah merupakan bagian dari
keuntungan/laba bersih Perusahaan Daerah baik bagi Perusahaan
Daerah yang modalnya untuk seluruhnya terdiri dari kekayaan daerah,
maupun yang modalnya untuk sebagian terdiri dari kekayaan daerah
yang dipisahkan.
d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah
Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah antara lain terdiri dari hasil
penjualan asset tetap daerah dan jasa giro.
2. Dana Perimbangan
Dana perimbangan merupakan sumber pendapatan daerah yang berasal
dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintahan
daerah dalam mencapai tujuan pemeberian otonomi kepada daerah, yaitu
terutama peningkatan pelayanan kesejahteraan masyarakat yang semakin
baik (PP No.104 Tahun 2000).
Adapun pos-pos dana perimbangan tersebut terdiri dari:
a. Bagian daerah dari Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, dan penerimaan dari
Sumber Daya Alam, seperti: kehutanan, perikanan, pertambangan,
Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang berasal dari APBN
yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan
antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi.
c. Dana Alokasi Khusus
Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang berasal dari APBN
yang dialokasikan kepada daerah untuk membantu membiayai
kebutuhan tertentu. Selanjutnya bagi daerah yang sumber daya
alamnya terbatas namun memiliki jumlah penduduk yang besar
maka memperoleh maka memperoleh DAK yang cukup besar
demikian pula sebaliknya. Pembagian DAK akan menciptakan
horizontal equity bagi daerah sedangkan pembagiannya disebut
vertical equity yaitu antar pusat dan daerah.
3. Pinjaman Daerah
Pinjaman daerah berasal dari dalam negeri dan dari luar negeri. Pinjaman
daerah dari dalam negeri bersumber dari pemerintah pusat, lembaga
keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank, masyarakat dan sumber
lainnya. Sedangkan pinjaman dari luar negeri dapat berupa pinjaman
Lain-lain pendapatan daerah yang sah bersumber dari hibah atau
penerimaan dari daerah provinsi atau daerah kabupaten/kota lainnya.
C. Pengertian Pemerintah Daerah
Menurut Undang-undang nomor 32 tahun 2004 Pasal 1 ayat 2 yang dimaksud
pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Negara tahun 1945. Sesuai dengan Undang-undang
Dasar Negara Repubik Indonesia Tahun 1945 dalam penjeasannya di
Undang-undang nomor 32 tahun 2004, pemerintah daerah berwenang untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan
untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui
peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat.
Disamping itu melalui otonomi luas daerah diharapkan mampu meningkatkan
daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan,
keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemerintahan daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas
penyelenggaraan otonomi daerah, perlu memperhatikan hubungan antar
kekhususan dan keragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Aspek hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan
sumber daya alam (SDA) dan sumber daya lainnya dilaksanakan secara adil
dan selaras. Disamping itu, perlu diperhatikan pula peluang dan tantangan
dalam persaingan global dengan memanfaatkan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Agar mampu menjalankan perannya tersebut,
daerah diberikan kewenangan yang seluas-luasnya disertai dengan pemberian
hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem
penyelenggaraan pemerintahan negara.
D. Pengertian Retribusi
Didalam buku Perpajakan Indonesia Edisi 10 ; salemba empat, dijelaskan
bahwa Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut dengan Retribusi sesuai
dengan Undang-Undang DPRD adalah pungutan daerah sebagai pembayaran
atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau
diberikan oleh Pemberian Daerah unutk kepentingan orang pribadi atau
badan. Pemungutan Retribusi ini juga memperhatikan objek dan subjek
Retribusi seperti halnya Pungutan Pajak Daerah.
1. Objek Retribusi
Pemungutan Retribusi dilakukan terhadap objek retribusi yaitu :
1. Jasa Umum
Retribusi jasa umum yang dikenakan atas jasa umum yang
Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan bermanfaatan umum
serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan termasuk dalam
kategori retribusi jasa umum :
a. Retribusi Pelayanan Kesehatan.
b. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan
c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk Dan
Akta Catatan Sipil.
d. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat.
e. Retribusi Pelayanan Parkir Di Tepi Jalan Umum.
f. Retribusi Pelayanan Pasar
g. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
h. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran
i. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta
j. Retribusi Penyediaan dan Penyedotan Kakus
k. Retribusi Pengelolaan Limah Cair
l. Retribusi Pelayanan Tera / Tera Ulang
m. Retribusi Pelayanan Pendidikan
n. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi
Jenis Retribusi Umum dimaksud dapat juga tidak dipungut bila
ternyata potensi penerimaannya kecil dan atas kebijakan
Retribusi jasa usaha ini dikenakan atas jasa usaha sebagai objek
retribusi jasa usaha ini yaitu :
a. Pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan daerah
yang belum dimanfaatkan secara optimal
b. Pelayanan oleh pemerintah daerah sepanjang belum disediakan
secara memadai oleh pihak swasta.
Termasuk kategori retribusi Jasa Usaha :
a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
b. Retribusi Pasar Grosir dan Pertokoan
c. Retribusi Tempat Pelelangan
d. Retribusi Terminal
e. Retribusi Tempat Khusus Parkir
f. Retribusi Tempat Penginapan/Vilaa
g. Retribusi Rumah Potong Hewan
h. Retribusi Pelayanan Kepelabuhan
i. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga
j. Retribusi Penyebrangan di Air dan,
k. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah
3. Retribusi Perizinan Tertentu
Sebagai objek retribusi perizinan tertentu ini yaitu perizinan pelayanan
pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana,
sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan
menjaga kelestarian lingkungan. Jenis Retribusi perizinan tertentu ini
meliputi :
a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
b. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol
c. Retribusi Izin Gangguan
d. Retribusi Izin Trayek
e. Retribusi Izin Periklanan
2. Retribusi Daerah
Terdapat dua karakteristik yang penting dalam retribusi (menurut Adolf
Wagner C.Goedhart) yaitu:
a. Adanya sifat kontraprestasi tertentu yang langsung dapat ditunjuk
bagi jasa yang diberikan oleh negara.
b. Prestasi negara yang bersangkutan dilakukan berdasarkan tugas
spesifik negara.
Menurut cara menentukan jumlah pungutan, maka retribusi dapat dibagi
menjadi :
ditentukan atau tergantung pada pendapatan dari para pembayar
retibusi. Sedangkan retribusi menurut cara pembayarannya dapat
dibedakan dalam retribusi kontan dan retribusi materi.
Di dalam pelaksanaan pemungutan retribusi haruslah diperhatikan
norma-norma hukum yang berlaku, atas pemungutan retribsui tersebut.
Menurut Undang-Undang Darurat No. 12 Tahun 1957, tentang Peraturan
umum retribusi daerah yang menyebutkan batasan dan azas pengenaan
retribusi daerah :
1. Retribusi tidak boleh merupakan rintangan keluar masuknya atau
pengangkatan barang keluar dan kedalam daerah
2. Dalam peraturan retribusi daerah tidak boleh diadakan perbedaan,
atau memberikan keistimewaan yang menguntungkan perorangan,
golongan atau keagamaan.
Penarikan pemungutan yang merupakan keterkaitan antara pemerintah
dengan warga negara dalam hubungan yang bersifat hukum publik, maka
pemungutan tersebut bagi Pemerintah paling sedikit harus memenuhi
prasyarat-prasyarat yang berlaku secara umum.
3. Ketentuan Umum Retribusi Daerah
Ketentuan yang dimaksud adalah ketentuan yang diatur dalam peraturan
jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau
diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi
atau badan.
2. Wajib Retribusi adalah orang atau badan yang menurut peraturan
perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan
pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi
tertentu.
3. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan
terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya badan usaha milik
negara atau daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun,
persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, koperasi yayasan
atau organisasi yang sejenis, lembaga, dana pensiun, bentuk usaha
tetap serta bentuk badan usaha lainnya.
4. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan
yang menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang
dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
5. Jasa Umum adalah jasa yang diberikan atau disediakan oleh
Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan pemanfaatan umum
serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
6. Jasa Usaha adalah jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah
dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula
rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang
dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan
pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, penggunaan sumber
daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna
melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
8. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan
batas waktu bagi Wajib Retribusi diwajibkan untuk memanfaatkan
jasa dan perizinan tertentu dari Pemerintah Daerah yang bersangkutan.
9. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara
teratur untuk mengumpulkan data dan informasi.
10. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari,
mengumpulkan, dan mengolah data dan atau keterangan lainnya
dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan danretribusi berdasarkan peraturan perundang-undangan
perpajakan daerah dan retribusi.
11. Penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan daerah dan retribusi
adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai
Sesuai dalam peraturan daerah Kota Bandar Lampung No. 6 Tahun 2011
tentang retribusi terminal tertuang di dalamnya bahwa: (Dishub , 2011)
1. Terminal adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan memuat,
menurunkan orang, barang, mengatur kedatangan, dan pemberangkatan
kendaraan umum yang merupakan wujud simpul jaringan transportasi.
2. Retribusi terminal adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas
fasilitas yang diberikan kepada umum didalam lingkungan terminal.
1. Nama, Objek dan Subjek Retribusi menurut Perda No.6 tahun 2011
Pasal 19
Dengan nama Retribusi Terminal dipungut Retribusi sebagai
pembayaran atas pelayanan dan pemakaian fasilitas terminal yang
disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.
Pasal 20
a) Objek Retribusi Terminal adalah pelayanan penyediaan Tempat Parkir
untuk kendaraan penumpang, Bus Umum, Tempat kegiatan Usaha, dan
fasilitas lainnya di lingkungan Terminal yang disediakan, dimiliki dan
dikelola oleh Pemerintah Daerah.
b) Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah terminal yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh
Subjek Retribusi Terminal adalah Orang Pribadi atau Badan yang
menggunakan fasilitas terminal yang disediakan oleh Pemerintah
Daerah.
2. Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa menurut Perda No.6 tahun 2011
Pasal 22
Tingkat penggunaan jasa Terminal diukur berdasarkan jenis fasilitas
yang digunakan, ukuran tempat dan frekuensi waktu penggunaan
fasilitas Terminal.
3. Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi
Struktur dan besarnya tarif Retribusi Terminal ditetapkan sebagaimana
tercantum dalam Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung yang
RETRIBUSI TERMINAL
Jenis pelayanan Jenis kendaraan/Fasilitas Tarif (Rp)
Tempat Memuat dan Menurunkan Penumpang Umum dan Mobil Bus Umum
1. Angkutan Kota : a. Mobil Penumpang b. Bus
c. Taxi
2. Angkutan perbatasan : a. Mobil Penumpang
1.500/hari
1.000/sekali masuk 1.000/sekali masuk
1.000/sekali masuk 3. Angkutan Antar Kota
Dalam Provinsi (AKDP) 4. Angkutan antar kota antar
provinsi (AKAP) Tempat Bongkar Muat Mobil Barang atau Non Bus 5.000/sekali masuk
Tempat Parkir
1. Kendaraan tidak Umum: Mobil Penumpang Bus
Mobil Angkutan Barang Sepeda motor
2. Kendaraan yang menginap
2.000/sekali masuk
kendaraan umum Per Orang 3.000/sekali masuk
1. Pengertian Tarif
Pengertian tarif sering kali diartikan sebagai daftar harga (sewa, ongkos
dan sebagainya) sehingga dengan kata lain tarif sama dengan harga.
Dalam kamus bahasa indonesia tarif merupakan harga satuan jasa, aturan
pungutan dan daftar bea masuk. Dapat disimpulkan bahwa tarif
merupakan kebijakan daftar harga atas pembayaran jasa, sewa, ongkos
dan sebagainya, tarif juga menjadi dasar aturan pungutan tertentu dan
sebagai daftar bea masuk.
2. Jenis-jenis Tarif
Selanjutnya akan dijelaskan beberapa jenis-jenis tarif:
1. Tarif nominal : adalah besarnya presentase tarif suatu barang tertentu
yang tercantum dalam Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI).
Buku Tarif Bea Masuk Indonesia yang digunakan saat ini adalah
buku tarif berdasarkan ketentuan harmonized system atau HS yang
menggunakan penggolongan barang dengan sistem 9 digit.
Penggolongan barang dengan sistem digit ini akan mempermudah
dan memperlancar arus perdagangan internasional karena adanya
kesatuan kode barang untuk seluruh negara, terutama yang telah
menjadi anggota World Customs Organization (WCO) yang
Effective Rate of Protection (ERP), yaitu kenaikan Value Added
Manufacturing (VAM) yang terjadi karena perbedaan antara
presentase tarif nominal untuk barang jadi atau CBU (Completely
Built-Up) dengan tarif nominal untuk bahan baku/ komponen input
impornya atau CKD (Completely Knock Down).
3. Tarif berdasarkan harga (burden rate) : tarif yang digunakan dalam
pembebanan overhead pra produksi.
4. Tarif bunga efektif (effective rate of interest) : adalah tarif bunga di
pasaran pada saat pengeluaran obligasi.
5. Tarif dasar (basing rate):
a. Tempat yang dipilih untuk dijadikan dasar penentu dari
tarif-tarif pengangkutan dari satu tempat ke tempat lain.
b. Tarif untuk menentukan tarif-tarif lainnya.
6. Tarif diskonto (discount rate): adalah tarif yang digunakan untuk
menghitung bunga yang harus dipotongkan dari nilai jatuh tempo
dari wesel.
7. Tarif pajak (tax rate): adalah tarif yang diterapkan atas penghasilan
kena pajak untuk menghitung pajak penghasilan yang terhutang.
Tarif ini ditetapkan dalam undang-undang.
8. Tarif pajak marjinal (marginal tax rate): adalah tarif pajak tertinggi
yang dikenakan terhadap laba dari wajib pajak.
9. Tarif transito (cut back rate): adalah tarif pengangkutan yang
perbedaan biaya antara tarif sebenarnya yang dibayar untuk upah
langsung dengan tarif standar untuk memproduksi barang.
11. Tarif yang ditentukan lebih dulu (predetermined transfer price):
adalah beban biaya tidak langsung yang ditentukan terlebih dahulu
untuk tiap departemen yang menggunakannya. Jadi disini
beban-beban yang dianggarkan, sehingga setelah terjadi dicari selisih
efisiensi (spending variance).
3. Tarif Retribusi
Tarif retribusi merupakan kebijakan dan dasar aturan pungutan daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan
orang pribadi atau badan.
G. Desentralisasi Fiskal dan Teori Pertumbuhan Ekonomi
Desentralisasi fiskal memang diyakini oleh para ahli akan mempunyai efek
terhadap pertumbuhan ekonomi, tetapi harus diakui bahwa teoritis yang
menjelaskan hubungan kedua hal tersebut saat ini sedang dikembangkan dan
menjadi perdebatan diantara para ahli. Terdapat argumentasi yang
menyatakan bahwa efek dari desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan
ekonomi melalui peningkatan efisiensi alokasi atas berbagai sumber daya
publik. Berbagai penelitian mengenai kaitan desentralisasi fiskal dan
sepakat bahwa implementasi desentralisasi fiskal yang tepat akan mendorong
peningkatan efisiensi ekonomi, khusus nya di sektor publik dan mendorong
pertumbuhan ekonomi daerah. Namun berbagai kajian empirik penerapan
desentralisasi fiskal di berbagai negara menghasilkan output yang bervariasi.
Secara intuitif desentralisasi fiskal dapat mendorong efisiensi ekonomi dan
secara dinamis akan mendorong pertumbuhan ekonomi suatu daerah (Oates,
1993; Martines dan McNab, 1997). Mereka berargumen bahwa pengeluaran
untuk infrastruktur dan sektor sosial akan efektif dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi suatu daerah, karena daerah mengetahui karakteristik
daerahnya masing-masing. Jadi menurut pandangan ini pemerintah daerah
dipercaya dapat mengalokasikan dana kepada setiap sektor ekonomi secara
efisien daripada yang dilakukan pemerintah pusat. Tetapi pengaruh langsung
desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi tidak akan terjadi jika
desentralisasi fiskal tidak berjalan secara efektif.
Pertumbuhan ekonomi dari sudut tinjauan ekonomi dapat direfleksikan oleh
prosuk domestik bruto (PDB). Variabel ini sering digunakan untuk mengukur
seberapa baik suatu negara sudah dikelola dengan benar. Menurut Mankiw
(1999), PDB dapat dipandang dalam dua hal. Pertama, total pendapatan yang
diterima oleh setiap orang dalam perekonomian. Kedua adalah total
pengeluaran atas barang dan jasa dalam ekonomi. Dari dua pandangan
tersebut, PDB dapat mencerminkan kinerja pertumbuhan ekonomi suatu
negara. Menurut studi yang dilakukan oleh Zhang dan Zou (1998),
nasional, perpajakan provinsi, investasi, keterbukaan ekonomi dan
pengeluaran pemerintah di masing-masing sektor dalam ekonomi. Faktor lain
yang juga bisa mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan
penduduk, tingkat pengangguran dan perkembangan teknologi (Mankiw,
1999).
H. Inflasi dan Nilai Waktu Uang
1. Inflasi
a) Pengertian Inflasi
Menurut Parkin dan Badeinflasi adalah pergerakan ke arah atas dari
tingkatan harga. Secara mendasar ini berhubungan dengan harga, hal ini
bisa juga disebut dengan berapa banyaknya uang (rupiah) untuk
memperoleh barang tersebut. Dengan kata lain Inflasi adalah proses
kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus selama
peride tertentu.
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya
harga-harga secara umum dan terus-menerus berkaitan dengan mekanisme pasar
yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi
masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu
konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya
ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga
Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan
inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan
dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara
terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan
untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat
sebagai penyebab meningkatnya harga.
b) Penyebab Inflasi
Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan yaitu
kelebihan likuiditas, uang atau alat tukar lebih yang lebih dipengaruhi dari
peran negara dalam kebijakan moneter dimana wewenang nya dipegang
oleh Bank Sentral. Penyebab yang kedua adalah desakan (tekanan)
produksi ,distribusi atau juga termasuk kurangnya distribusi yang lebih
dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal
ini dipegang oleh Pemerintah seperti kebijakan fiscal diantaranya
perpajakan, pungutan, inesntif ataupun disinsentif juga termasuk kebijakan
pembangunan infrastruktur, regulasi, dll.
c) Penggolongan Inflasi
1. Berdasarkan asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu
inflasi yang berasal dari dalam negeri dan inflasi yang berasal dari luar
negeri. Inflasi berasal dari dalam negeri misalnya terjadi akibat
terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak
yang terjadi sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa
terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya
kenaikan tarif impor barang.
2. Berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga, inflasi terbagi
menjadi inflasi tertutup (closed inflation) dan inflasi terbuka (open
inflation). Inflasi tertutup (closed inflation) terjadi jikakenaikan harga
yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu,
sedangkan inflasi terbuka (open inflation) menunjukan kenaikan harga
terjadi pada semua barang secara umum.
3. Berdasarkan keparahannya inflasi juga dapat dibedakan :
a. Inflasi ringan (kurang dari 10% per tahun)
b. Inflasi sedang (antara 10% sampai 30% per tahun)
c. Inflasi berat (antara 30% sampai 100% per tahun)
d. Hiperinflasi (lebih dari 100% per tahun)
d) Dampak inflasi terhadap perekonomian
Dampak inflasi terhadap perekonomian yang pada akhirnya akan
berpengaruh kepada tingkat kemakmuran masyarakat, berikut ini dampak
negatif dari inflasi:
1. Terhadap distribusi pendapatan ada pihak-pihak yang dirugikan,
diantaranya :
a. Inflasi akan merugikan bagi mereka yang berpendapatan tetap,
Bila penghasilan Amir tidak mengalami perubahan, maka ia akan
mengalami penurunan pendapatan riil sebesar 10% x Rp.
6.000.000 = Rp. 600.000.
b. Kerugian akan dialami bagi mereka yang menyimpan kekayaan
dalam bentuk uang tunai.
c. Kerugian akan dialami para kreditur, bila bunga pinjaman yang
diberikan lebih rendah dari inflasi.
d. Di lain pihak ada yang diuntungkan dengan adanya inflasi:
- Orang yang persentase pendapatannya melebihi persentase
kenaikan inflasi.
- mereka yang memiliki kekayaan bukan dalam bentuk uang
tunai, tetapi dalam bentuk barang atau emas.
2. Dampak terhadap efisiensi, berpengaruh pada:
a. Proses produksi dalam penggunaan faktor-faktor produksi menjadi
tidak efesien ada saat terjadi inflasi.
b. Perubahan daya beli masyarakat yang berdampak terhadap struktur
permintaan masyarakat terhadap beberapa jenis barang.
3. Dampak inflasi terhadap output (hasil produksi):
a. Inflasi bisa menyebabkan kenaikan produksi. Biasanya dalam
keadaan inflasi kenaikan harga barang akan mendahului kenaikan
gaji, hal ini yang menguntungkan produsen.
b. Bila laju inflasi terlalu tinggi akan berakibat turunnya jumlah hasil
antara barang dengan barang.
4. Dampak inflasi terhadap pengangguran
Suatu negara yang berusaha menghentikan laju inflasi yang tinggi,
berarti pada saat yang sama akan menciptakan pengangguran.
Hubungan antara tingkat inflasi dengan tingkat pengangguran untuk
jangka pendek dapat dijelaskan dengan menggunakan Kurva Phillip
yang dikemukakan oleh ekonom bernama A.W. Phillips.
Kurva ini digunakan oleh Phillips ketika melakukan pengamatan
terhadap korelasi antara pengangguran dengan upah dan inflasi di
negara Inggris. Hubungan tingkat inflasi dengan tingkat pengangguran
yang merepresentasikan Kurva Phillips dapat dilihat pada gambar di
bawah.
pengangguran memiliki hubungan yang negatif. Artinya jika tingkat
inflasi tinggi, maka pengangguran akan menjadi rendah. Atau
sebaliknya, penganggguran akan menjadi tinggi jika perekonomian
suatu negara mengalami inflasi yang rendah.
A.W. Phillips menggambarkan bagaimana sebaran hubungan antara
inflasi dengan tingkat pengangguran didasarkan pada asumsi bahwa
inflasi merupakan cerminan dari adanya kenaikan permintaan agregat.
Dengan naiknya permintaan agre-gat, maka sesuai dengan teori
permintaan, jika permintaan naik maka harga akan naik. Dengan
tingginya harga (inflasi) maka untuk memenuhi permintaan tersebut
produsen meningkatkan kapasitas produksinya dengan menambah
tenaga kerja (tenaga kerja merupakan satu-satunya input yang dapat
meningkatkan output). Akibat dari peningkatan permintaan tenaga kerja
maka dengan naiknya harga-harga (inflasi) maka, pengangguran
berkurang.
e) Hubungan antara inflasi, nilai waktu uang dan tarif retribusi daerah.
Inflasi merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu dan
proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Hal
tersebut sangat berhubungan dengan nilai waktu uang karena nilai waktu
uang merupakan suatu konsep yang menyatakan bahwa nilai uang
sekarang akan lebih berharga dari pada nilai uang masa yang akan datang
karena nilai uang akan berubah menurut waktu yang disebabakan oleh
tarif retribusi daerah harus dinaikkan seiring dengan adanya tingkat inflasi
demi kelancaran dan peningkatan pendapatan daerah. Bila hal tersebut
tidak dilakukan maka pendapatan akan kurang optimal.
2. Teori Nilai Waktu Uang (Time Value of Money)
Time value of money atau dalam bahasa Indonesia disebut nilai waktu
uang adalah merupakan suatu konsep yang menyatakan bahwa nilai uang
sekarang akan lebih berharga dari pada nilai uang masa yang akan datang
atau suatu konsep yang mengacu pada perbedaan nilai uang yang
disebabkan karena perbedaaan waktu.
Hal tersebut sangat mendasar karena nilai uang akan berubah menurut
waktu yang disebabkan banyak faktor yang mempengaruhinya seperti
adanya inflasi, perubahan suku bunga, kebijakan pemerintah dalam hal
pajak, suasana politik, dan lainnya.
Teori nilai waktu uang di masa datang dirumuskan sebagai berikut :
Fn = F0 (1 + r) n
Keteragan :
Fn = Future Value atau Nilai Mendatang
F0 = Nilai Awal
r = Rate atau tingkat Bunga (Inflasi)
Retribusi Terminal adalah salah satu komponen Retribusi Daerah yang
memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi Pendapatan Asli Daerah.
Terminal merupakan prasarana transportasi umum untuk keperluan
menaikkan dan menurunkan penumpang, perpindahan penumpang antar
sarana ransportasi umum serta mengatur kedatangan dan keberangkatan
kendaraan umum. Dalam penelitian, penulis harus belajar dari peneliti lain,
untuk menghindari duplikasi dan pengulangan penelitian atau kesalahan yang
sama seperti yang dibuat oleh peneliti sebelumnya. Beberapa peneliti ternyata
tertarik untuk mengulas hal-hal yang berkenaan dengan retribusi terminal
yang berwujud pada analisis skripsi. Berikut adalah beberapa penelitian