• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN TEMPE TERHADAP JUMLAH DAN MOTILITAS SPERMATOZOA MENCIT (Mus musculus L.) OBESITAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN TEMPE TERHADAP JUMLAH DAN MOTILITAS SPERMATOZOA MENCIT (Mus musculus L.) OBESITAS"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

EFFECT OF TEMPEH AGAINST TOTAL AND SPERM MOTILITY OF OBESE MICE (Mus Musculus L.)

By

KHARISMA MR

Obesity is excess body fat gain. Obesity is caused by positive energy balance, as a result of an imbalance between energy intake with energy expenditure, so the excess energy stored as fat tissue. Obesity is a multifactorial disease allegedly caused by the interaction between genetic factors and environmental factors. Obesity decrease the number and motility of spermatozoa due to the accumulation of fat that can inhibit spermatogenesis process. Obesity can be prevented by consuming a low glycemic foods are foods Tempe. Tempe is a traditional food that has a high protein content, especially the amino acid arginine which is expected to increase from the number and motility spematozoa.

The research was carried out as experimental research conducted by completely randomized design (posttest control group design), consists of four groups, namely the negative control group, the positive control group and two treatment groups were given different doses tempeh for 28 days.

Test results based on comparison between the four groups with One-Way Anova showed that the average number and motility of spermatozoa in the four groups after given different treatment. significant with p = 0.000. The results showed that the decline in the number and motility of spermatozoa in the positive control group and there is an increase in the number and motility of spermatozoa in the treatment group one and two.

(2)

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN TEMPE TERHADAP JUMLAH DAN MOTILITAS SPERMATOZOA MENCIT (Mus musculus L.) OBESITAS

Oleh KHARISMA MR

Obesitas adalah peningkatan lemak tubuh yang berlebihan. Obesitas disebabkan adanya keseimbangan energi positif, sebagai akibat ketidak seimbangan antara asupan energi dengan pengeluaran energi, sehingga energi yang berlebih disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Obesitas merupakan penyakit multifaktorial yang diduga disebabkan oleh karena interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Pada obesitas terjadi penurunan jumlah dan motilitas spermatozoa disebabkan karena terjadinya penumpukan lemak yang dapat menghambat proses spermatogenesis. Obesitas dapat dicegah dengan mengkonsumsi makanan rendah glikemik makanan tersebut adalah Tempe. Tempe adalah makanan tradisional yang memiliki kandungan protein tinggi khususnya asam amino arginin yang diduga dapat meningkatkan dari jumlah dan motilitas spematozoa.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dilakukan dengan rancangan acak lengkap (Post Test Control Group Design), terdiri dari 4 kelompok, yaitu satu kelompok kontrol negatif, satu kelompok kontrol positif, dan dua kelompok perlakuan yang diberikan tempe dengan dosis yang berbeda selama 28 hari.

Hasil penelitian berdasarkan uji perbandingan antara empat kelompok dengan One Way Anova menunjukkan bahwa rerata jumlah dan motilitas spermatozoa pada keempat kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda. secara bermakna dengan p = 0,000. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah dan motilitas spermatozoa pada kelompok kontrol positif dan terdapat peningkatan jumlah dan motilitas spermatozoa pada kelompok perlakuan satu dan dua.

Disimpulkan bahwa pemberian tempe dapat meningkatkan jumlah dan motilitas spermatozoa mencit (Mus musculus L) obesitas.

(3)

PENGARUH PEMBERIAN TEMPE TERHADAP JUMLAH DAN MOTILITAS SPERMATOZOA MENCIT (Mus musculus L.) OBESITAS

Oleh KHARISMA MR

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Daya Murni pada tanggal 25 September 1995, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, dari Bapak Abdul Murod, S. Sos dan Ibu Ellyna Thambuh.

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri 4 Tumijajar Tulang Bawang Barat dan selesai pada tahun 2006. Selanjutnya, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 1 Tumijajar Tulang Bawang Barat yang diselesaikan pada tahun 2009, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 1 Tumijajar Tulang Bawang Barat, selesai pada tahun 2012.

(8)

SANWACANA

Alhamdulillahi robbil’alamin, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT

yang senantiasa mencurahkan segala nikmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat waktu.

Skripsi dengan judul “Pengaruh Pemberian Tempe Terhadap Jumlah dan

Motilitas Spermatozoa Mencit (Mus musculus L) Obesitas.” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas Lampung.

2. dr. Muhartono, M. Kes., Sp. PA., selaku Dekan Fakultas Kedoketran Universitas Lampung.

(9)

4. Ibu Soraya Rahmanisa, S.Si, M.Sc. selaku Pembimbing Kedua atas kesediaan memberikan nasihat, bimbingan, saran, dan kritik yang bermanfaat dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Dr. Sutyarso, M. Biomed selaku Penguji Utama pada Ujian Skripsi. Terima kasih atas waktu, ilmu dan saran-saran yang telah diberikan.

6. Dr. Ety Apriliana, M. Biomed selaku Pembimbing Akademik atas motivasi, waktu, ilmu, serta saran-saran yang telah diberikan.

7. Seluruh staf pengajar dan karyawan Fakultas Kedokteran Unila atas ilmu, waktu, dan bimbingan yang telah diberikan dalam proses perkuliahan. 8. Seluruh staf TU, Administrasi dan Akademik FK Unila yang turut

membantu dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.

9. Mbak Nuriah yang telah memberikan waktu dan tenaganya dalam proses penyelesaian penelitian ini.

10.Terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Papah dan Mamah atas kiriman do’anya setiap saat, kerja kerasnya, kesabarannya, keikhlasannya,

kasih sayangnya, dan atas segala sesuatu yang telah dan akan selalu diberikan kepada penulis agar tak pernah putus asa dalam meraih harapan dan cita-cita.

11. Teruntuk kakakku dan Adikku tercinta, Ahmad Khusairi dan Ahmad Nabawi yang tak henti-henti selalu memberikan motivasi, dorongan, semangat, dan do’a bagi penulis.

(10)

13.Teman-teman sahabat tercinta bercucok Tiur Pakpahan, Ika Noverina, Vira Kambu, Ruthsuyata, dan Thasia yang selalu berbagi kebahagiaan, keceriaan dan kesedihan bersama selama perkuliahan ini.

14.Teruntuk teman, sahabat, yang tercinta Nurul Sahana, Huzaimah, Indhraswari Dyah, Harmaeda Risa yang selalu setia, sabar, menemani, memotivasi sejak masuk kuliah hingga sekarang dan selamanya.

15.Teruntuk yang tersayang terimakasih Denny Prayoga yang selalu memberikan semangat dan doanya.

16.Teruntuk sahabat ku tersayang Imelda Khairani dan Tria Meidalena terimakasih selalu memberikan semangat, doa, dan motivasinya.

17.Teman teman, sahabat tercinta Yuvica, Maya, Fieyora, Nandya yang selalu setia, sabar, menemani dan memotivasi sejak SMA hingga sekarang dan selamanya.

18.Teruntuk teman teman satu kosan Dessy Ayu dan Citra Apriallia yang selalu berbagi suka dan duka selama masa perkuliahan.

19.Teruntuk sepupu tercinta Kak Ima, Teteh anisya, Ncest Agung, Abg Tody dan yang lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang senantiasa memberi dukungan dan motivasi selama ini hingga Kuliah dan sampai skripsi ini selesai.

(11)

21.Seluruh kakak-kakak 2009, 2010, dan 2011 serta adik-adik tingkat 2013, 2014, dan 2015 yang selalu memberikan motivasi dan semangatnya dalam satu kedokteran

22.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah memberikan bantuan dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan baru kepada setiap orang yang membacanya. Terima kasih.

Bandar Lampung, 16 Desember 2015 Penulis

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL...iii

DAFTAR GAMBAR...iv

DAFTAR LAMPIRAN...v

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah...5

1.3.Tujuan Penelitian ... 5

1.4.Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Obesitas ... 6

2.1.1. Definisi...6

2.1.2. Prevalensi obesitas...7

2.1.3. Faktor Resiko...8

2.2.Tempe ... 10

2.2.1. Definisi...10

2.2.2. Manfaat...11

2.2.3. Kandungan...12

2.3. Sistem Reproduksi Jantan...18

2.3.1. Organ reproduksi jantan...18

2.3.2. Spermatogenesis...23

2.3.3 Spermatozoa Jantan...26

2.3.4 Jumlah Spermatozoa...27

2.3.5 Motilitas Spermatozoa...27

2.4 Sistem Reproduksi Mencit ... 28

2.3.1. Organ reproduksi mencit...28

2.3.2. Spermatogenesis mencit...30

2.5 Mencit (Mus musculus L)...32

2.6 Kerangka Teori...33

2.7 Kerangka Konsep...34

2.8 Hipotesis...34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian...35

3.2. Tempat dan Waktu...35

3.2.1. Tempat...35

3.2.2. Waktu...36

3.3.Populasi dan Sampel...36

(13)

3.3.2 Sampel...37

3.4.Alat dan Bahan...39

3.4.1 Alat...39

3.4.2 Bahan...39

3.5.Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional...40

3.5.1 Identifikasi Variabel...40

3.5.2 Definisi Operasional...40

3.6.Prosedur Penelitian...41

3.6.1 Alur Penelitian...41

3.6.2 Prosedur pemberian tempe...43

3.6.3 Prosedur pengambilan spermatozoa...43

3.7.Rancangan dan Analisis Data...46

3.7.1 Uji normalitas data...46

3.7.2 Uji homogenitas data...46

3.7.3 Uji parametrik (Dependent t-test)...46

3.7.4 Uji parametrik (One way-Anova)...47

3.8. Etika Penelitian...47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil penelitian...48

4.1.1 Hasil Jumlah Spermatozoa...48

4.1.2 Hasil Motilitas Spermatozoa...51

4.2 Pembahasan 4.2.1 Jumlah spermatozoa...54

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kandungan dalam tempe...12

2. Definisi operasional...40

3. Jumlah spermatozoa...43

4. Motilias spermatozoa...44

5. Uji Normalitas Data jumlah Spermatozoa Mencit...48

6. Uji Pos Hoc Jumlah Spermatozoa Mencit Jantan...51

7. Uji Normalitas Data Motilitas Spermatozoa Mencit Jantan...51

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Perhitungan Uji Statistik 2. Dokumentasi Penelitian

(16)

DAFTAR GAMBAR

gambar Halaman

1. Spermatogenesis...26

2. Spermatozoa...27

3. Sistem reproduksi mencit...29

4. Kerangka teori...33

5. Kerangka konsep...34

6. Diagram alur penelitian...45

7. Grafik hasil jumlah spermatozoa...49

(17)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Obesitas adalah peningkatan lemak tubuh yang berlebihan. Obesitas disebabkan adanya keseimbangan energi positif, sebagai akibat ketidak seimbangan antara asupan energi dengan pengeluaran energi, sehingga energi yang berlebih disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Obesitas merupakan penyakit multifaktorial yang diduga disebabkan oleh karena interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang berperan dalam terjadinya obesitas antara lain aktivitas fisik, gaya hidup, sosial ekonomi dan nutrisional (Nugraha, 2009).

Obesitas adalah kondisi kelebihan lemak, baik di seluruh tubuh atau terlokalisasi pada bagian bagian tertentu. Obesitas merupakan peningkatan total lemak tubuh, yaitu apabila ditemukan kelebihan berat badan >20% pada pria dan >25% pada wanita karena lemak (Ganong, 2003).

(18)

Upaya pencegahan obesitas menganjurkan perlunya dicapai keseimbangan energi melalui diet dengan indeks glikemik rendah, kandungan protein dan serat yang optimal serta rendah lemak. Hubungan yang nyata antara diet serat dalam tatalaksana obesitas adalah melalui pengaruhnya dalam mekanisme asupan energi. Penambahan atau penggabungan serat dalam pola menu adalah suatu strategi untuk meningkatkan kepuasan makan dan rasa kenyang ketika mengkonsumsi bahan makanan rendah kalori yang pengaruhnya pada pengosongan lambung, masa transit (transit time) usus halus, proses pencernaan maupun penyerapan zat gizi khususnya karbohidrat dan lemak (Alrasyid H, 2007).

Beberapa bahan makanan tradisional di Indonesia diketahui mempunyai indeks glikemik rendah, seperti misalnya tempe sebagai produk utama kedelai. Tempe kedelai telah dimanfaatkan sebagai sumber makanan berserat rendah lemak jenuh, bebas kolesterol, sumber utama mineral, efek antibiotik dan stimulasi pertumbuhan, bebas toksin kimia, mudah dicerna dan relatif terjangkau dari segi ekonomis (Waspadji dkk, 2003).

(19)

Secara kualitatif tempe mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi dari kedelai. Hal ini disebabkan oleh kapang yang tumbuh pada tempe dapat menghidrolisis sebagian selulosa menjadi bentuk yang mudah dicerna oleh tubuh. Protein dihidrolisis menjadi bentuk yang lebih sederhana yaitu dipeptida, peptida, dan asam-asam amino. Sedangkan lemak dapat dipecah oleh enzim lipase menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol serta terjadi peningkatan kadar vitamin B12 kandungan yang terdapat dalam tempe adalah Kalori, Protein, Lemak, Karbohidrat, Kalsium, Fosfor, Besi, Vitamin A, Vitamin B1, isoflavon dan Air (Susanto, 1994).

Selain itu pada penelitian yang dilakukan oleh Wati (2007) mengenai efek pemberian tepung tempe terhadap jumlah spermatozoa mencit dan diperoleh hasil bahwa pemberian tepung tempe sampai 50% selama 25 hari mampu meningkatkan jumlah spermatozoa mencit yang disebabkan oleh kandungan arginin dalam tempe. Sedangkan penelitian yang telah dilakukan Chodidjah (2009) pemberian tepung tempe masing-masing sebanyak 1,25 gram, 2,5 gram, dan 3,75 gram dicampur dengan pakan standar dalam 5 gram total pakan per hari. Hal tersebut berpengaruh terhadap peningkatan motilitas spermatozoa mencit.

(20)

sel sertoli. Satu siklus spermatogenesis terdiri atas tiga fase, yaitu: spermatositogenesis, spermatidogenesis, dan spermiogenesis, dan memerlukan waktu enam puluh empat hari (Sherwood, 2011).

Spermatositogenesis merupakan tahapan perkembangan dari spermatogonia sampai spermatosit sekunder. Spermatogonia yang terletak di lapisan tubulus terluar terus-menerus membelah secara mitosis untuk menghasilkan sel anak yang identik dengan sel induknya. Proliferasi tersebut menyediakan persediaan sel germinal baru yang cukup. Setelah pembelahan mitosis, satu dari sel anak tetap berada di bagian terluar tubul dan bertahan sebagai spermatogonium yang tidak berdiferensiasi, yang berfungsi untuk menjaga keberadaan sel-sel germinal. Sel- sel anak lainnya mulai bergerak menuju lumen sambil menjalani berbagai proses. Pada manusia, sel-sel tersebut akan membelah secara mitosis sebanyak dua kali untuk membentuk spermatosit primer yang identik (Sherwood, 2011).

(21)

1.2Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan sebuah masalah, yaitu :

apakah terdapat pengaruh pemberian tempe terhadap jumlah dan persentase motilitas spermatozoa mencit (Mus musculus L) obesitas.

1.3Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian tempe terhadap peningkatkan jumlah spermatozoa mencit (Mus musculus L) obesitas.

2. Untuk mengetahui pengaruh pemberian tempe terhadap peningkatkan persentase motilitas spermatozoa mencit (Mus musculus L) obesitas. 1.4Manfaat

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah

1. Bagi peneliti, sebagai wujud pengaplikasian disiplin ilmu yang telah dipelajari sehingga dapat mengembangkan wawasan keilmuan peneliti. 2. Bagi masyarakat/institusi, dapat memberikan informasi bahwa tempe

dapat memberikan suatu efek pada tubuh manusia.

(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1Obesitas

2.1.1 Definisi

Obesitas adalah masalah global dan jumlahnya terus meningkat dengan cepat di negara-negara berkembang dan menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama. Obesitas adalah suatu kondisi yang kurangnya keseimbangan energi dalam tubuh. Meskipun telah dilakukan berbagai program yang dilaksanakan untuk mengurangi angka obesitas, tetapi obesitas tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama (Sunkara & Verghese, 2014).

Obesitas adalah peningkatan lemak tubuh yang berlebihan. Obesitas menyebabkanm ketidak seimbangan antara asupan energi dengan pengeluaran energi, sehingga energi yang berlebih disimpan dalam bentuk jaringan lemak. obesitas adalah kondisi kelebihan lemak, baik di seluruh tubuh atau terlokalisasi pada bagian bagian tertentu. Obesitas merupakan peningkatan total lemak tubuh, yaitu apabila ditemukan kelebihan berat badan >20% pada pria dan >25% pada wanita karena lemak (Ganong, 2003).

(23)

potensi reproduksi laki-laki tidak hanya mengurangi kualitas sperma, tetapi mengubah khususnya fisik dan struktur molekul sel germinal di testis dan sperma (Palmer dkk, 2012).

2.1.2 Prevalensi Obesitas

Angka kematian obesitas didunia mencapai 2,8 juta orang meninggal setiap tahun sebagai akibat dari kelebihan berat badan atau obesitas. Kegemukan dan obesitas menyebabkan efek metabolik buruk pada tekanan darah, kolesterol, trigliserida dan resistensi insulin. Risiko penyakit jantung koroner, stroke iskemik dan tipe 2 diabetes melitus terus meningkat karena angka obesitas didunia terus meningkat obesitas juga dapat meningkatkan risiko kanker payudara, usus besar, prostat, endometrium, ginjal dan kandung empedu (Riskesdas, 2009).

(24)

2.1.3 Faktor Resiko

2.1.3.1 Faktor genetik

Parental fatness merupakan faktor genetik yang berperanan besar. Bila kedua orang tua obesitas, 80% anaknya menjadi obesitas. Bila salah satu orang tua obesitas, kejadian obesitas menjadi 40% dan bila kedua orang tua tidak obesitas, prevalensi menjadi 14% (Mustofa, 2010).

2.1.3.2 Faktor lingkungan a. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan energi, sehingga apabila aktivitas fisik rendah maka kemungkinan terjadinya obesitas akan meningkat. Misalnya pada anak seperti berkurangnya lapangan tempat bermain serta tersedianya hiburan dalam bentuk game elektonik atau playstation dan tontonan televisi (Nugraha, 2009). Kurangnya aktivitas fisik inilah yang menjadi penyebab obesitas karena kurangnya pembakaran lemak dan sedikitnya energi yang dipergunakan (Mustofa, 2010).

b. Gaya hidup

(25)

tetapi juga menimbulkan dan memperburuk banyak orang lain (Nutr Hosp, 2009).

c. Sosial ekonomi

Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku dan gaya hidup, pola makan, serta peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi (Syarif, 2003).

d. Nutrisi

Peranan faktor nutrisi dimulai sejak dalam kandungan dimana jumlah lemak tubuh dan pertumbuhan bayi dipengaruhi berat badan ibu.Kenaikan berat badan dan lemak anak dipengaruhi oleh waktu pertama kali mendapat makanan padat, asupan tinggi kalori dari karbohidrat dan lemak (Syarif, 2003).

Terjadinya obesitas merupakan dampak dari terjadinya kelebihan asupan energy (energy intake) dibandingkan dengan yang diperlukan (energyexpenditure) oleh tubuh sehingga kelebihan asupan energi disimpan dalam bentuk lemak (Nugraha, 2009).

(26)

kemampuan menyimpan lemak tidak terbatas. Faktor-faktor yang berpengaruh dari asupan makanan yang menyebabkan obesitas adalah kuantitas, porsi sekali makan, kepadatan energi dari makanan yang dimakan, kebiasaan makan (Nugraha, 2009).

2.2 Tempe

2.2.1 definisi

Tempe merupakan sumber protein nabati yang mempunyai nilai gizi yang tinggi daripada bahan dasarnya. Tempe dibuat dengan cara fermentasi, yaitu dengan menumbuhkan kapang Rhizopus oligosporus pada kedelai matang yang telah dilepaskan kulitnya. Inkubasi / fermentasi dilakukan pada suhu 25o-37o C selama 36-48 jam. Selama inkubasi terjadi proses fermentasi yang menyebabkan perubahan komponen-komponen dalam biji kedelai. Persyaratan tempat yang dipergunakan untuk inkubasi kedelai adalah kelembaban, kebutuhan oksigen dan suhu yang sesuai dengan pertumbuhan jamur (Hidayat dkk, 2006).

(27)

2.2.2 Manfaat Tempe

Adapun manfaat dari tempe adalah sebagai berikut :

a. Membantu proses pembentukan tulang dan mencegah osteoporosis. Dimana tempe mengandung zat isoflavon, khususnya geinstein yang dapat terikatan dengan reseptor esterogen walaupun berikatan lemah.

b. Membantu pembentukan sel-sel darah dan mencegah anemia dengan terdapatnya vitamin B12 dan zat besi.

c. Menurunkan kadar kolesterol dalam darah sehingga mencegah penyakit jantung dengan terdapatnya fitosterol asam lemak.

d. Mencegah penyakit diare dan disentri karena kandungan seratnya tinggi sehingga baik untuk pencernaan dan juga mengandung senyawa yang meningkatkan kekebalan tubuh terhadap Eschericia coli.

(28)

2.2.3 Kandungan didalam Tempe

Kandungan dalam tempe bisa kita lihat ditabel 1. Tabel 1. kandungan pada tempe

Komposisi Jumlah Kalori (Kal)

Protein (gr) Lemak (gr) Karbohidrat (gr)

Kalsium (mg) Fosfor (mg)

Besi (mg) Vitamin A (SI) VitaminB1(mg) Air (gr) Isoflavon (mg) 149,00 18,30 4,00 12,70 129,00 154,00 10,00 50,00 0,17 64,00 2-4

A. Asam Lemak

Selama proses fermentasi tempe, terdapat tendensi adanya peningkatan derajat ketidakjenuhan terhadap lemak. Dengan demikian, asam lemak tidak jenuh meningkat jumlahnya. Dalam proses itu asam palmitat dan asam linoleat sedikit mengalami penurunan, sedangkan kenaikan terjadi pada asam oleat dan linolenat (asam linolenat tidak terdapat pada kedelai). Asam lemak tidak jenuh mempunyai efek penurunan terhadap kandungan kolesterol serum, sehingga dapat menetralkan efek negatif sterol di dalam tubuh (Astuti, 2000)

B. Vitamin

(29)

terdapat pada produk-produk hewani dan tidak dijumpai pada makanan nabati (sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian), namun tempe mengandung vitamin B12 sehingga tempe menjadi satu-satunya sumber vitamin yang potensial dari bahan pangan nabati (Astuti, 2000).

C. Mineral

Tempe mengandung mineral makro dan mikro dalam jumlah yang cukup. Jumlah mineral besi, tembaga, dan zink berturut-turut adalah 9,39; 2,87; dan 8,05 mg setiap 100 g tempe. Kapang tempe dapat menghasilkan enzim fitase yang akan menguraikan asam fitat (yang mengikat beberapa mineral) menjadi fosfor dan inositol. Dengan terurainya asam fitat, mineral-mineral tertentu (seperti besi, kalsium, magnesium, dan zink) menjadi lebih tersedia untuk dimanfaatkan tubuh (Astuti, 2000).

D. Protein

(30)

Arginin merupakan asam amino non-esensial yang berperan dalam sistem ketahanan tubuh dan imunitas seluler. Selain itu, arginin juga berperan aktif dalam proses pembentukan spermatozoa (spermatogenesis). Arginin berfungsi sebagai prekursor molekul Nitrogen Oksida (NO) yang menghasilkan sinyal antar sel untuk terjadinya metabolisme. Konversi arginin menjadi NO dikatalisis oleh enzim NOS (Nitrogen Oksida Sintesis) yang terdapat di sitosol sel spermatozoa (Srivastava et al., 2006).

NO berperan dalam proses spermatogenesis melalui stimulasi produksi testosteron, dengan mekanisme aktivasi enzim guanylate cyclase (GC). NO bertindak sebagai GC, dimana mekanisme aktivasi enzim GC akan meningkatkan pembentukan Guanosin Monofosfat Siklik (cGMP). Interaksi NO dengan reseptor pada dinding sel spermatozoa menyebabkan terlepasnya enzim GC dari dinding sel ke dalam sitoplasma. Peningkatan enzim GC menyebabkan terjadinya peningkatan Guanosin Monofosfat Siklik (cGMP) intraseluler. Terbentuknya cGMP intraseluler akan mengaktifkan “protein kinase” dan “ion signal” yang

akan mempengaruhi inti sel agar gen-gen yang mengatur biosintesis testosteron menjadi aktif dan mulailah terjadi sintesis testosteron. Biosintesis testosteron memerlukan kolesterol sebagai prekursornya (Patel et al., 1998).

(31)

mendapat banyak energi melalui siklus kreb. Jadi ATP merupakan persenyawaan organik dalam sel yang mengandung banyak energi. Energi inilah yang dipergunakan oleh sel spermatozoa untuk proses spermatogenesis yaitu melalui peningkatan laju pengangkutan kolesterol sehingga terjadi peningkatan kadar testosteron (Kaspul, 2007).

Spermatozoa dipengaruhi oleh metabolisme karbohidrat sebagai sumber utama energinya. Penghubung utama antara metabolisme karbohidrat dan motilitas spermatozoa adalah Adenosin Tri posfat (ATP), dimana kandungan ATP spermatozoa berkorelasi positif dengan motilitasnya dan penyediaan ATP sangat tergantung pada metabolisme normal fruktosa. Apabila ATP rendah dan terjadi sejak pembentukan spermatid maka spermatozoa yang terbentuk akan kekurangan energi (Kaspul, 2007).

(32)

cukup sehingga proses pematangan spermatozoa akan terganggu, akibatnya kualitas spermatozoa akan menurun. Peningkatan proses pematangan spermatozoa akan menghasilkan peningkatan jumlah sel spermatozoa hidup yang berarti terjadi peningkatan viabilitas spermatozoa (Herrero et al., 2001).

Salah satu bentuk olahan tempe yang disajikan dalam bentuk makanan yaitu tempe kukus. Proses pengolahan dengan pengukusan tidak banyak merubah kandungan zat gizi bahan makanan. Hal ini dibuktikan dengan total asam amino tempe kukus yaitu 704,5 mg/gram protein lebih tinggi dibanding tempe yang diolah dengan cara direbus, digoreng, dan dipanggang (Rahadiyanti, 2011).

E. Isoflavon

Isoflavon merupakan senyawa estrogenik yang telah dilaporkan memiliki banyak efek kesehatan yang menguntungkan. Isoflavon merupakan subkelompok phytoestrogen , tumbuhan alami zat dengan struktur yang mirip dengan 17 - β - estradiol dan mampu mengikat Reseptor Estrogen (RE). Isoflavon memiliki tinggi afinitas untuk ERβ daripada ERα dan mungkin memiliki potensi untuk

mengaktifkan kedua jalur sinyal estrogen genomik dan non - genomik. Kandungan isoflavon pada kedelai berkisar 2-4 mg/g kedelai (Winarsih, 2005).

(33)

Isoflavon dapat berikatan dengan receptor estrogen di hipofisis anterior untuk menstimulus pengeluran Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) sesuai dengan poros hipotalamus-hipofisis-tetis. Hipotalamus mensintesis Gonadotropin-Releasing Hormon (GnRH), dan mensekresinya ke dalam portal hipotalamus-hipofisis. Setelah mencapai hipofisis anterior GnRH merangsang pelepasan LH maupun FSH. LH diambil oleh sel-sel Leydig yang berikatan pada reseptor spesifik membran dan menyebabkan sekresi androgen (Winarsih, 2005).

(34)

Manfaat isoflavon terhadap faktor risiko penyakit jantung koroner (PJK), yaitu menurunkan kolesterol Low-density lipoprotein (LDL) yang merupakan lemak jahat dan dapat menyatu dengan lemak atau zat-zat lainnya kemudian menumpuk di dinding bagian dalam arteri, tetapi tidak berefek terhadap kenaikan kolesterol high-density lipoprotein (HDL) yang merupakan kolesterol baik. Produk kedelai diperkirakan dapat menurunkan 3 persen dari semua kasus kematian dan 6 persen dari kematian karena PJK. Konsentrasi isoflavon dalam tubuh sangat bervariasi dan individual serta dikontrol oleh banyak faktor sehingga sulit untuk menentukan dosis ideal konsumsi isoflavon. Beberapa penelitian merekomendasikan konsumsi isoflavon sebesar 30-100 mg per hari.20 Sementara itu berbagai hasil meta-analisis lain menyatakan bahwa isoflavon akan berperan dalam menurunkan kadar lipid darah jika diberikan minimal 35 mg/hari atau kira-kira 3 potong tempe ukuran sedang (Utari, 2010).

2.3 Sistem Reproduksi Jantan 2.3.1 Organ reproduksi jantan

Alat reproduksi pada pria dibedakan menjadi alat reproduksi dalam dan alat reproduksi luar.

2.3.1.1Organ reproduksi luar A. Penis

(35)

kavernosa Sedangkan satu rongga yang berada di bawah korpus kavernosa dinamakan korpus spongiosum Di dalam korpus spongiosum terdapat saluran reproduksi yakni uretra. Di bagian ujung penis terdapat bagian yang dinamakan kepala penis (gland penis) Kepala penis ini tertutup oleh lipatan kulit yang disebut preputium, lipatan kulit inilah yang dibuang saat sunat/khitan.Di dalam rongga penis terdapat jaringan erektil yang berisi banyak pembuluh darah dan saraf perasa Saat terjadi rangsangan seksual, rongga tersebut akan penuh terisi darah. Akibatnya, terlihat penis mengembang dan menegang, keadaan penis demikian dinamakan ereksi. Apabila rangsangan ini terus menerus terjadi, sperma akan keluar melalui uretra. Keadaan ini disebut ejakulasi (Marimbi, 2010).

B. Skrotum

(36)

2.3.1.2Organ reproduksi dalam A. Testis

Testis merupakan organ kelamin jantan yang berfungsi sebagai tempat sintesis hormon androgen (terutama testosteron) dan tempat berlangsungnya proses spermatogenesis. Kedua fungsi testis ini menempati lokasi terpisah di dalam testis. Biosintesis androgen berlangsung dalam sel Leydig di dalam jaringan interlobular, sedangkan proses spermatogenesis berlangsung dalam epitel tubulus seminiferus (Junqueira, 2007). Testis merupakan sepasang struktur berbentuk oval, agak gepeng, dengan panjang sekitar 4 cm dan diameter sekitar 2,5 cm, bersama epididimis, testis berada di dalam skrotum yang merupakan sebuah kantung ekstra abdomen tepat di bawah penis (Sherwood, 2011).

Testis banyak mengandung tubulus seminiferus. Tubulus seminiferus tersebut terdiri atas deretan sel epitel yang akan mengadakan pembelahan mitosis dan meiosis sehingga menjadi sperma. Sel-sel yang terdapat di antara tubulus seminiferus disebut inerstisial (Leydig). Sel ini menghasilkan hormon seks pria yang disebut testosteron (Junqueira, 2007).

Testis melaksanakan dua fungsinya yaitu menghasilkan sperma dan mengeluarkan testosteron. Sekitar 80% massa testis terdiri dari tubulus seminiferosa yang didalamnya berlangsung proses spermatogenensis. Sel Leydig atau sel interstitium yang terletak di jaringan ikat antara tubulus-tubulus seminiferus inilah yang mengeluarkan testosteron (Sherwood, 20011).

(37)

disebut hormon sex binding globulin dan akan bersirkulasi di dalam darah selama 30 menit sampai satu jam. Pada saat itu testosteron ditransfer ke jaringan atau didegredasikan menjadi produk yang tidak aktif yang kemudian diekskresikan (Sherwood, 2011).

B. Saluran Reproduksi

Pada organ reproduksi pria terdapat berbagai macam saluran reproduksi, meliputi epididimis, vas deferens, saluran ejakulasi, dan uretra.

a) Epididimis

Epididimis merupakan sebuah saluran yang berada dalam skrotum dan keluar dari kedua testis. Epididimis terbentuk atas 3 bagian yaitu caput, corpus, dan cauda. Dilapisi epitel silindris bertingkat dengan permukaan yang rata dan bersilia. Epididimis berfungsi untuk menyimpan spermatozoa, maturasi (pematangan) spermatozoa, reabsorbsi air dan elektrolit, sekresi bahan organik dan transportasi. Spermatozoa yang yang telah dibentuk di dalam tubulus seminiferus selanjutnya disimpan di dalam epididimis yang mengalami proses pematangan (maturasi) selama 12 hari dan akan dikeluarkan ketika terjadi ejakulasi (Sherwood, 2011).

b) Vas Deferens

(38)

c) Saluran Ejakulasi (Ductus ejakulatoris)

Saluran ejakulasi (ductus ejakulatorius) merupakan saluran pendek yang menghubungkan kantung semen dengan uretra. Saluran ini berfungsi untuk mengeluarkan sperma agar masuk ke dalam uretra (Sherwood, 2011).

d) Uretra

Uretra merupakan saluran reproduksi yang berada dalam penis dan berfungsi sebagai saluran kelamin yang merupakan muara terakhir sperma yang berasal dari kantong semen. Sel sperma dan cairan yang diejakulasikan ini disebut semen. Selain itu, uretra juga berfungsi sebagai tempat saluran ekskresi urine dari kandung kemih (Sherwood, 2011).

C. Kelenjar Tambahan

Pada waktu sperma melalui saluran pengeluaran, terjadi penambahan berbagai getah kelamin yang dihasilkan oleh kelenjar asesoris. Getah-getah ini berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan pergerakan sperma. Kelenjar asesoris merupakan kelenjar kelamin yang terdiri atas vesikula seminalis (kantung semen/ kantung mani), kelenjar prostat dan kelenjar cowper (Sherwood, 2011).

a) Vesikula Seminalis

Vesikula seminalis atau kantung semen (kantung mani) merupakan kelenjar yang berupa 2 kantung berlekuk-lekuk

(39)

mukosa, asam amino, fruktosa, dan prostaglandin, enzim pengakolasi, dan asam askorbat (Sherwood, 2011).

b) Kelenjar Prostat

Kelenjar prostat berbentuk bangunan lonjong yang melingkupi uretra dan terletak di bawah kandung kemih. Keseluruhan kelenjar disalut oleh kapsul yang terdiri atas jaringan ikat. Warna cairan prostat jernih dan Ph-nya sedikit asam yaitu 6,5. Hasil sekresi utamanya adalah asam sitrat dan asam fosfatase. Asam sitrat merupakan sumber nutrisi bagi sperma yang berperan untuk proses liquifikasi semen (mencairkan kembali semen yang telah mengalami koagulasi). Selain itu asam sitrat juga berfungsi memelihara keseimbangan osmotik sperma sehingga keseimbangan asam basa bisa terjaga.Selain itu kelenjar prostat juga mensekresikan berbagai protein (mempengaruhi proses liquifikasi sperma) dan garam (menjaga keseimbangan osmotik dalam semen) (Sherwood, 2011).

c) Kelenjar Bulbouretral (Kelenjar Cowper)

Menurut Yatim (1994) Kelenjar bulbouretral (kelenjar Cowper) merupakan kelenjar yang terletak di belakang uretra sebelum penis. Lapisan mukosa diselaputi oleh jaringan otot polos dan otot lurik, dan terluar oleh jaringan ikat. Kelenjarbulbouretral menghasilkan mukus bening dan bersifat alkali (basa) yang berfungsi menetralkan urine yang mengandung asam di dalam uretra.

2.3.2 Spermatogenesis

(40)

empat hari. Setiap siklus spermatogenesis terdiri atas tiga fase. Fase tersebut meliputi spermatositogenesis, spermatidogenesis, dan spermiogenesis. Spermatositogenesis merupakan pembentukan spermatosit sekunder dari spermatogonium. Spermatogonium yang terletak pada dinding terluar tubulus seminiferus membelah secara mitosis dan menghasilkan satu spermatogonium juga satu spermatogonia. Spermatogonia kemudian membelah secara mitosis dan menghasilkan spermatosit primer.

Spermatosit primer kemudian membelah secara meiosis menghasilkan spermatosit sekunder. Spermatosit sekunder membelah secara meiosis untuk ke dua kali, menghasilkan spermatid. Proses pembelahan ke dua kali ini yang menghasilkan spermatid disebut dengan spermatidogenesis. Kemudian, masuk ke dalam proses pematangan spermatid menjadi spermatozoa matur yang disebut dengan spermiogenesis. Proses pematangan terdiri dari pengemasan DNA dan pembentukan akrosom, pembentukan aksonem, dan pembentukan ekor. Satu spermatogonia akan menghasilkan empat spermatozoa (Sherwood, 2011).

(41)

hormon testosteron. Testosteron berperan sebagai hormon yang berperan dalam perkembangan karakteristik seks pria dan meningkatkan libido (Sherwood, 2011).

Spermatogenesis terjadi akibat interaksi hipotalamus, hipofisis, dan sel Leydig. Hipotalamus menghasilkan Gonadotropine Releasing Hormone (GnRH). Hormon ini menyebabkan hipofisis anterior menghasilkan FSH dan Luteineizing Hormone (LH). Fungsi FSH adalah merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan protein pengikat-androgen yang akan berikatan dengan testosteron untuk menjaga konsentrasi hormon testosteron dan mengangkutnya ke dalam lumen tubulus seminiferus (Junqueira, 2007).

(42)
[image:42.595.131.402.91.321.2]

Gambar 1. Spermatogenesis (Guyton dan Hall, 2007) 2.3.3 Spermatozoa jantan

(43)
[image:43.595.124.338.87.302.2]

Gambar 2. Struktur Morfologi Sperma Normal ( Guyton dan Hall, 2007) 2.3.4Jumlah spermatozoa

Kemampuan bereproduksi dari hewan jantan dapat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas semen yang dihasilkan. Produksi semen yang tinggi dinyatakan dengan volume semen yang tinggi dan konsentrasi spermatozoa yang tinggi pula. Sedangkan kualitas semen yang baik dapat dilihat dari persentase spermatozoa yang normal dan motilitasnya. Jumlah sperma normal ≥20juta sperma/mL. Bila jumlahnya < 20 juta sperma/mL maka disebut sebagai oligospermia. Azoospermia (ketiadaan sperma) dapat disebabkan karena adanya gangguan saat spermatogenesis, disfungsi ejakulasi ataupun karena adanya obstruksi (Hardjopranoto, 1995).

2.3.5 Motilitas spermatozoa

(44)

Ada orang yang spermatozoanya lemah sekali gerak majunya, disebut asthenozoospermia. Jika hampir semua sperma diperiksa nampak mati, tak bergerak, disebut necrozoospermia, berarti orang ini infertil. Tapi ada laporan spermatozoa yang tak bergerak belum menunjukkan mati. Mungkin ada suatu zat cytotoxic atau antibodi yang membuatnya tak bergerak.

2.4 Sistem Reproduksi Mencit 2.4.1 Organ reproduksi mencit

Sistem reproduksi Mencit jantan tersusun atas organ genital eksternal dan internal. Pada organ genital eksternal terdapat skrotum yang terletak didepan anus mencit. Pada Mencit jantan terdapat penis yang digunakan sebagai alat kopulasi sebagian besar hewan mamalia. Sistem reproduksi Mencit jantan tersusun atas sepasang testis yang merupakan lokasi pembuatan sel gamet jantan, selanjutnya terdapat epididimis yang merupakan tempat pemasakan spermatozoa Mencit. Selanjutnya terdapat saluran panjang yang disebut vas deferens yang menghubungkan testis dengan kelenjar aksesori. Di dalam sistem reproduksi Mencit terdapat beberapa kelanjar aksesori seperti vesikula seminalis dan prostate. Sistem reproduksi Mencit jantan berakhir pada penis (Wiranata, 2013).

(45)
[image:45.595.113.516.145.326.2]

utama yang berfungsi menghasilkan sel kelamin jantan dan hormon kelamin jantan yaitu testosteron (Wiranata, 2013).

Gambar 3. Sistem Reproduksi Mencit Jantan (Rugh, 1968).

Saluran kelamin pada mencit terdiri dari epididimis, vas deferens, vesikula seminalis, dan urethra. Epididimis merupakan saluran berkelok-kelok terdiri dari tiga bagian yaitu caput, corpus, dan cauda. Bagian caput berbentuk U, pipih yang merupakan bagian kepala. Bagian corpus merupakan bahan epididimis. Bagian cauda merupakan bagian ekor epididimis. Epididimis berfungsi sebagai tempat pemasakan sperma dan sebagai tempat penyimpanan sperma yang tela terbentuk. Vas deferens merupakan saluran berotot tebal sehingga menyerupai tali. Saluran ini berfungsi untuk menyalurkan sperma dari cauda epididimis kedalam urethra (Wiranata, 2013).

(46)

memiliki alat kelamin eksternal yaitu penis yang berfungsi memindahkan sperma ketubuh betina. Sel kelamin pada Mencit jantan ditemukan pada bagian testis Mencit yang kemudian didapatkan lobulus-lobulus yang berisi spermatozoa. Pembentukan spermatozoa ini dibantu oleh aktivitas enzim testosteron. Maturasi atau pematangan spermatozoa terjadi pada bagian epididimis (Wiranata, 2013).

2.4.2 Spermatogenesis Mencit

Spermatogenesis merupakan tahapan terpenting yang menentukan kemampuan dan fungsi reproduksi dari seluruh spesies makhluk hidup yang hidup di dunia ini, khususnya manusia yang berjenis kelamin laki-laki dan jantan pada hewan. Proses ini dimulai dari perkembangan germ cell pada basal tubulus seminiferus yang perlahan-lahan akan bergerak kearah lumen tubulus seminiferus menjadi sel spermatozoa dewasa yang siap untuk diejakulasikan dan membuahi sel telur (ovum) pada manusia atau hewan betina (Subratha, 1998). Dengan demikian spermatogenesis dapat dibagi menjadi 3 tahap, yaitu :

1. Proliferasi / perbanyakan : tahapan ini sering disebut tahapan spermasitogenesis. Dimana spermatogonium mengalami mitosis berkali-kali, sehingga menjadi spermatogonium yang siap mengalami meiosis (Yatim, 1994).

(47)

3. Spermiogenesis : merupakan tahapan transformasi (perubahan bentuk), dimana spermatid yang semula berbentuk bulat kecil menjadi spermatozoa yang memanjang dan memiliki ekor (Yatim, 1994).

Spermatogenesis pada mencit menyerupai proses yang terjadi pada manusia maupun hewan lainnya dan berlangsung dalam tiga tahap. Diawali fase spermatogenesis dari pembelahan spermatogonia yang terjadi beberapa kali sehingga menghasilkan spermatogonia tipe A2, A3 dan A4. Spermatogonia A4 kemudian mengalami pembelahan menghasilkan spermatogonia intermediat yang kemudian akan membelah lagi untuk menghasilkan spermatogonium B. Spermatogonium B selanjutnya mengalami mitosis sehingga terbentuk spermatosit primer dan berada pada fase istirahat pada tahap preleptoten (Gilbert, 1985).

(48)

Spermatogenesis yang terjadi pada tubulus seminiferus mencit berlangsung selama 35 hari dengan empat kali siklus epitel seminiferus. Satu kali siklus epitel seminiferus berlangsung selama 207±6 jam. Pada mencit (Mus musculus L), epitel germinal tubulus seminiferus merupakan tempat berlangsungnya spermiogenesis yang terbagi dalam 12 stadium, yaitu stadium I sampai dengan stadium XII. Pembagian stadium didasarkan atas perkembangan akrosom selama proses spermatogenesis (Oakberg, 1956). Spermatogonia A muncul pada semua stadium epitel tubulus seminiferus, sedangkan spermatogonia intermediat tampak pada stadium II hingga IV. Spermatogonia B pada stadium IV hingga VI. Sebagai hasil pembelahan dan diferensiasi, generasi baru spermatogonia adalah spermatosit primer yang tampak pada stadium VI hingga VII, Sedangkan stadium VII hingga XII akan terlihat dua lapisan spermatosit primer dalam tubulus seminiferus. Lapisan spermatosit yang lebih muda terletak lebih dekat dengan membran sel. Pada lapisan ini terdapat spermatosit pada fase istirahat yang terdapat pada stadium VII dan awal stadium VIII (Oakberg, 1956).

2.5 Mencit (Mus musculus L).

Menurut Kimbal (1983), mencit diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Phyllum : Chordata Classis : Mamalia

Ordo : Rodentia

Familia : Muridae

Genus : Mus

(49)

Mencit (Mus musculus L) mempunyai berat 10-40 gram, panjang 6-10 cm dengan hidung runcing, ekor sama atau lebih panjang dari kepala dan badan dengan ukuran 7-11 cm. Pada ekor tidak ada rambut, memiliki telinga tegak, memiliki bulu berwarna putih keabu-abuan pada bagian perut, dan keabuan pada bagian punggung (Depkes, 2001).

2.6 Kerangka Teori

(Mustofa 2010, Nutr Hosp 2009, Syarif 2003, Nugraha 2009, Chodidjah 2009, Srivastava et al., 2006)

Obesitas

Spermatogenesis terganggu

Tempe Kandungan

protein asam amino arginin

Jumlah spermatozoa Faktor :

- Genetik - Aktivitas fisik - Gaya hidup - Sosial ekonomi

- nutrisi

Kualitas spermatozoa

menurun

Motilitas

(50)

2.6 Kerangka konsep

2.7 Hipotesis

H0 : Pemberian tempe tidak memberi pengaruh terhadap jumlah dan motilitas spermatozoa mencit (Mus musculus L) obesitas.

H1 : Pemberian tempe memiliki pengaruh terhadap peningkatan jumlah dan motilitas spermatozoa mencit (Mus musculus L) obesitas.

Variabel bebas Diberikan tempe pada kelompok perlakuan mencit obesitas sebanyak 2 gram dan

4 gram per/hari

(51)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorium. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan post-test control design group only. Penelitian menggunakan mencit jantan obesitas yang dibagi atas 4 kelompok. Terdiri atas 1 kelompok kontrol negatif (-), 1 kelompok kontrol positif (+), 1 kelompok obesitas yang diberikan tempe 2gram/hari selama 28 hari (P1), dan 1 kelompok obesitas yang diberikan tempe 4gram/hari selama 28 hari (P2).

3.2 Tempat dan Waktu 3.2.1 Tempat

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

Mencit diadaptasikan dan pembagian kelompok

K1(-) K2(+) P1 P2

Mencit diberi pakan standar

selama 28hari

Mencit di beri konsumsi tinggi lemak dan protein selama 28 hari

Mencit di beri konsumsi tinggi lemak dan protein dan serta diberikan Tempe 2gram/hari selama 28 hari.

(52)

3.2.2 Waktu

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus sampai bulan November 2015.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah mencit jantan (Mus musculus L) berusia 6-8 minggu dengan berat badan rata-rata mencit kontrol 20-30 gram dan berat badan rata-rata mencit obesitas adalah 40-60 gram. Mencit diperoleh dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Sampel penelitian adalah bagian dari populasi yang mempunyai kriteria inklusi dan ekslusi.

a. Kriteria inklusi mencit normal: 1) Mencit jantan galur DDY

2) Berumur 6-8 minggu

3) Berat badan rata-rata 20-30 gram

4) Diperoleh dari tempat pembiakan yang sama 5) Dipelihara pada tempat dan waktu yang sama b. Kriteria inklusi mencit obesitas

1) Mencit jantan obesitas galur DDY 2) Berumur 6-8 minggu

3) Berat badan rata-rata 40-60 gram

(53)

c. Kriteria eksklusi

1) Terjadi penurunan berat badan selama proses pemeliharaan lebih dari 10% 2) Tampak sakit selama proses pemeliharaan (gerak terbatas, bulu terlihat kusam, terdapat luka gigitan, kotoran cair)

3) Mencit mati 3.3.2 Sampel

Penentuan besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus Frederer. Menurut Frederer (1967), rumus penentuan besar sampel untuk uji eksperimental rancangan acak lengkap (RAL) adalah :

Dimana t merupakan jumlah kelompok percobaan dan n merupakan jumlah pengulangan atau jumlah sampel tiap kelompok. Penelitian ini akan menggunakan 4 kelompok sehingga perhitungan sampel menjadi

4 (n-1)≥15

4n-4≥15

4n≥19

n≥4,75

Jadi jumlah sampel yang akan digunakan pada tiap kelompok adalah lima ekor mencit jantan dan mencit dikalikan dengan empat perlakuan sehingga

(54)

jumlah sampel adalah 20 ekor mencit. Dua puluh ekor mencit dibagi menjadi empat kelompok secara acak. Pembagian empat kelompok mencit, yaitu :

Kelompok K(-) : 5 mencit (kontrol)

Kelompok K(+) : 5 mencit (obesitas)

Kelompok P1 : 5 mencit (perlakuan)

Kelompok P2 : 5 mencit (perlakuan)

Dan untuk menghindari drop out atau mencit mati maka setiap kelompok diberi tambahan dengan rumusan sebagai berikut (Victorya, 2015).

N = � 1−�

Keterangan :

N = besar sampel koreksi. n = besar sampel awal.

f = perkiraan proporsi drop out sebesar 10%

Dari rumusan tersebut sehingga perhitungan nya adalah sebagai berikut.

N = � (1−�)

N = 5 (1−10%)

N = 5 (1−0,1)

N = 5 0,9

N = 5,55

(55)

Jadi, jumlah sampel yang diperlukan untuk setiap kelompok adalah 6 ekor dan jumlah kelompok yang digunakan adalah 4 kelompok sehingga pada penelitian ini menggunakan 24 ekor tikus dari populasi yang ada.

3.4 Alat dan Bahan 3.4.1 Alat

a. Timbangan mencit b. Kandang mencit c. Tempat makan mencit d. Botol minuman e. Alat bedah minor f. Objek glass g. Mikroskop h. Cover Glass

i. Improved Neubauer

3.4.2 Bahan

a. Mencit jantan obesitas usia 6-8 minggu b. Tempe

c. Pakan standar (pelet dan gabah)

d. Pakan tinggi protein dan lemak (paka TPL) e. Larutan anestesi ketamine

(56)

3.5 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel 3.5.1 Identifikasi Variabel

a. Variabel perlakuan adalah pemberian tempe

b. Variabel respon pada penelitian ini adalah perubahan jumlah dan motilitas sperma pada mencit jantan obesitas.

3.5.2 Definisi Operasional Variabel

[image:56.595.112.517.420.720.2]

Untuk memudahkan penjelasan dan memperlihatkan variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian ini, maka diberikan definisi konsep dan operasional sesuai dengan tujuan penelitian ini.

Tabel 4. Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur

Cara Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur Obesitas

Pemberian tempe pada mencit

Obesitas adalah peningkatan lemak

tubuh yang

berlebihan. Obesitas disebabkan karena ketidak seimbangan antara asupan energi dengan pengeluaran energi, sehingga energi yang berlebih disimpan dalam bentuk jaringan lemak.

Tempe yang

digunakan dalam penelitian ini adalah tempe kedelai kuning. Tempe diperoleh dari rumah pak ibrahim.

Timba ngan

Timba ngan

Mencit diberi pakan TLTP sampai

obesitas selama 30 hari lalu ditimbang. Berat badan mencit

obesitas 40-60 gram.

Mencit diberi pakan tempe pada P1= 2gr/hr dan pada P2= 4gr/hr

Gram

Gram

Numerik

(57)

Jumlah spermatozoa

Motilitas spermatozoa

Jumlah spermatozoa yang diperoleh dan dihitung didalam kamar A, B, C, atau D hemositometer Improved Neubauer dengan pembesaran 100x dan kemudian hasilnya dimasukan ke dalam rumus perhitungan

spermatozoa/ml Jumlah sperma x pengenceran x 200.000 juta/ml. (gandasoebrata). Motilitas sperma mencit yang dinilai adalah sperma yang dapat bergerak maju

kedepan dan

disesuaikan dengan kriteria klasifikasi motilitas

spermatozoa yang terdapat dalam lapang pandang yang diperiksa. Persentase rata-rata motilitas sperma normal adalah 32,67%. Dikatakan tidak bagus apabila <32,67%.

( Rahmanisa, 2013 Wasito, 2008) Impro ved Neuba uver, mikros kop Kriteri a klasifi kasi motilit as Hewan dibedah kemudian testisnya dikeluarkan, dilakukan pemotongan pada cauda epididimis kemudian dipencet dan dikeluarkan isinya lalu dihomogenkan dengan NaCl 0,9%

A : Berjalan cepat dan lurus B : Berjalan lambat

C: Bergerak di tempat

D : Tidak bergerak sama sekali.

Jumla h: jt sel/ml

Motilit as: %

Numerik

Ordinal

3.6 Prosedur Penelitian 3.6.1 Alur Penelitian

(58)

setiap kelompok. Sehingga total keseluruhan melibatkan 24 ekor mencit jantan. Pada penelitian ini terdiri atas kelompok kontrol 1 (K1) yaitu mencit normal, kontrol 2 (K2) yaitu mencit obesitas, dan kelompok perlakuan 1 dan 2(KP 1,2) yang merupakan mencit jantan obesitas yang diberikan tempe.

(59)

Pengukuran jumlah dan motilitas sperma mencit jantan obesitas dilakukan dilaboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Hasil penelitian berupa data dan ditabulasi untuk mengetahui pengaruh pemberian tempe kedelai kuning pada jumlah dan motilitas mencit obesitas.

3.6.2 Prosedur Pemberian Tempe

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Priastiti (2013) tempe diberikan sebanyak 150 gram perhari pada manusia sehingga menimbulkan efek hipokolesterolemik. Dikonversikan ke mencit menjadi 1,5 gram. Sehingga dosis yang diberikan untuk kelompok perlakuan 1 adalah 2 gram/hari dan kelompok perlakuan 2 adalah 4 gram/hari.

3.6.3 Prosedur Pengamatan jumlah dan motilitas Sperma Mencit

Setelah mencit diterminasi, dilakukan pengamatan sebagai berikut:

a. Jumlah spermatozoa

(60)

Dimana n = jumlah spermatozoa yang dihitung pada kotak A, B, C , atau D

b. Motilitas spermatozoa

Perhitungan motilitass spermatozoa dilakukan dengan metode partodiharjo (Rahmanisa, 2013). Untuk menentukan motilitas spermatozoa, diambil spermatozoa dari kedua epididimis seperti penjelasan diatas kurang lebih 10-15 µl keatas glass objek lalu ditutup dengan kaca penutup. Perhitungan motilitas spermatozoa dilakukan dengan menghitung presentase spermatozoa dibawah mikroskop cahaya dengan pembesaran 100x, dihitung yang pergerakannya progresif maju kedepan dibandingkan dengan seluruh teramati (bergerak dan tidak bergerak) kemudian dikali dengan 100% (Gandasoebrata, 2007).

jumlah spermatozoa bergerak

% motilitas = x 100%

Total spermatozoa yang diamati

Pengamatan dilakukan pada lima lapangan pandang dengan kriteria motilitas sebagai berikut :

A : Berjalan cepat dan lurus B : Berjalan lambat

C : Bergerak di tempat

D : Tidak bergerak sama sekali

Biasanya empat sampai enam lapang pandang diperiksa untuk memperoleh seratus spermatozoa secara berurutan yang kemudian diklasifikasi sehingga menghasilkan presentase setiap katagori motilitas (Wasito, 2008).

(61)
[image:61.595.114.509.81.649.2]

Gambar 5. Diagram Alur Penelitian

Keterangan :

K1 = Kelompok Kontrol 1 K2 = Kelompok Kontrol 2

K1 K2 P1 P2

Mencit diadaptasikan dan pembagian kelompok

Mencit OBESITAS

Mencit di anastesi Mencit di beri

pakan standar

P2 P1

K2

Mencit di beri

konsumsi tinggi lemak dan protein dan serta diberikan Tempe 2gram/hari selama 28 hari.

Mencit di beri konsumsi tinggi lemak dan protein selama 28 hari. Mencit dipelihara

selama 28 hari

Mencit di beri konsumsi tinggi lemak dan protein dan serta diberikan Tempe 4gram/hari selama 28 hari.

Hewan dibedah kemudian testisnya dikeluarkan, dilakukan pemotongan pada cauda epididimis kemudian dipencet dan

dikeluarkan isinya

Masing-masing sampel sperma mencit diletakkan di objek glass untuk dilihat di mikroskop

Analisis data dan interpretasi hasil

Membandingkan data jumlah dan motilitas spermatozoa mencit K1, K2, P1 dan P2

Lalu diletakan diatas cawan petri yang sudah ditetesi NaCl

(62)

3.7 Rancangan dan Analisis Data

3.7.1 Rancangan Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini diproses dengan program SPSS Version 21.0.0.0 for windows 64 bit. Dengan tingkat signifikasi p<0,05, dengan prosedur sebagai berikut :

3.7.2 Uji Normalitas Data (p>0,05)

Pengujian normalitas data menggunakan Shapiro Wilk test untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak normal karena populasi <50. Hasil uji normalitas ini untuk menetukan analisis data berikutnya, yaitu analisis parametrik bila data berdistribusi normal atau non parametrik apabila data tidak berdistribusi normal.

3.7.3 Uji Homogenitas Data (p>0,05)

Pengujian homogenitas data menggunakan Leven’s untuk mengetahui data homogen atau tidak homogen. Hasil uji homogenitas ini untuk menentukan analisis berikutnya, yaitu analisis parametrik bila data berdistribusi normal atau non parametrik apabila data tidak berdistribusi normal.

3.7.4 Uji Parametri (Dependent t-test)

(63)

3.7.5 Uji Parametrik (One way- Anova)

Dilakukan untuk menguji perbedaan pengaruh kelompok kontrol 1 (K1), kelompok kontrol 2 (K2), dan kelompok perlakuan (KP) terhadap jumlah dan motilitas sperma mencit obesitas yang diberi tempe. Bila tidak memenuhi syarat uji parametrik, digunakan uji nonparametrik Kruskal-Wallis. Hipotesis dianggap bermakna bila p<0,05. Jika pada uji One way-Anovaatau Kruskal-Wallis menghasilkan nilai p<0,05, maka dilanjutkan dengan melakukan analisis Post-Hoc LSD untuk melihat perbedaan antar kelompok.

3.8 Etika Penelitian

(64)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1.Simpulan

1. Hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh pengaruh yang bermakna (p<0,05) dari pemberian tempe terhadap peningkatan jumlah spermatozoa mencit (Mus musculus L) obesitas.

2. Hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh pengaruh yang bermakna (p<0,05) dari pemberian tempe terhadap peningkatan persentase motilitas spermatozoa mencit (Mus musculus L) obesitas.

5.2 Saran

1. Peneliti lain disarankan untuk menggunakan durasi waktu yang lebih lama untuk mengetahui efek yang terjadi pada variabel yang sama.

2. Peneliti lain disarankan untuk meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh pemberian tempe diatas 4 gram terhadap jumlah dan motilitas sperma. 3. Peneliti lain disarankan untuk menggunakan sumber ekstraksi lain selain

(65)

Allan M. Janus & Walter J. Sulberg. 2011. ”Penetration of Rhizopus oligosporus into Soybean in Tempeh”.

Almatsier, S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pusaka Utama Alrasyid, H. 2007. Pengaruh Modifikasi Diet Rendah Kalori terhadap Berat

Badan dan Lingkar Pinggang Wanita Obesitas Dewasa

Astawan, M. 2008. Sehat Dengan Tempe : Panduan Lengkap Menjaga Kesehatan dengan Tempe.Dian Rakyat. Bogor.

Astuti, M. 2000. Tempe, a nutritious and healthy food from Indonesia. Asia Pacific Journal of Clinical Nutrition, 9(4), 322–325.

http://doi.org/10.1046/j.1440-6047.2000.00176.x

Barlow J, Johnson JA, Scofield L. 2007. Fact Sheet on The Phytoestrogen Genistein. NIEHS/NCI Environment Research Centers

Chodidjah, Israhnanto Isradji, Navis Nalapraya. 2009. Pengaruh Pemberian Tepung Tempe terhadap Motilitas Spermatozoa Mencit. The Effect of Soya Bean Bake Powder on Rat’s Sperm Motility. Vol. 1, No. 2. 153-158

Commission, F. S., Foods, N., & Committee, E. 2006. Attached Sheet Original : Japanese Provisional translation Fundamental Concepts in the Safety Assessment of Foods Containing Soy Isoflavones for the purpose of Specified Health Use. In food safety commission novel foods expert committee (pp. 1–54).

Denti, P. 2007. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kedelai Dosis Bertingkat Terhadap Morfologi Spermatozoa Mencit Jantan Strain BABL/C. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang. Skripsi.

Departemen Kesehatan (Depkes). 2001. Pedoman Pengendalian Tikus di Rumah Sakit. hlm. 73-80.

Depkes RI, Prevalensi Obesitas dalam : Riskesdas 2009

Dwinaningsih, E. a Y. U. 2010. Karakteristik Kimia Dan Sensori Tempe Dengan Variasi Bahan Baku Kedelai / Beras Dan Penambahan Angkak Serta Variasi Lama. Universitas Stuttgart, 27–78.

(66)

Rakyat. 171-5

Ganong W.F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC. P.547-552,557,-565,576-584,615-617.

Gilbert, S.F. 1985. Developmental Reproductive Biology. Sunderland: Sinauere Associates Inc

Greenspan S. F & Baxter D. J. 1998. Endroklinologi Dasar dan Klinik, edisi IV. Jakarta: EGC.

Guyton A.C. and J.E Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC.

Hardjoprenoto, S. 1995. Ilmu Kemajiran pada Ternak. Airlangga University Press,Surabaya.

Herrero M.B. dan C. Gagnon. 2001. Urology riset arch laboratory royal victoryal. Canada J. of And., vol. 2 (3)

Hidayat, N., M.C. Padaga, S. Suhartini. 2006. Mikrobiologi Industri. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Hops, Nutr. 2012. Association Between Maternal Perceptions And Actual Nutritional Status For Children In A Study Group In Mexico. Nutr. Hosp. vol.27 no.1 Madrid Jan.-Feb. 2012. 209-12 doi: 10.

1590/S0212-161120120000100026

Igbokwe, V.U. & Samuel, O., 2013. Pure Honey a potent fertility booster : Activities of Honey on sperm. IOSR Journal of Dental and Medical Sciences (IOSR-JDMS), 9(6), pp.43–47.

Johnson, M., Everitt, B. 1990. Essential in Reproduction. London: Blackwell Science Pub Oxford

Junqueira, L.C, Carneiro, J. 2007. Sistem Reproduksi Pria. Dalam: Junqueira, L.C, Carneiro, J. Histologi Dasar Teks dan Atlas. Ed.10. Jakarta : EGC. Kaspul., 2007. Kadar kolesterol tikus putih setelah mengkonsumsi buah terong

(67)

Kasmidjo. 1990. Tempe, Mikrobiologi dan Biokimia Pengolahan serta Pemanfaatannya. Semarang: Soegijapranata Press.

Kimball, J.W. 1996. Biologi. Erlangga: Jakarta.

Khaidir, M., 2006. Penilaian Tingkat Fertilitas Dan Penatalaksanaannya Pada Pria. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Staf Pengajar PSIKM FK Unand, Mahasiswa S2 Biomedik FK Unand. 1 (I)

Marimbi Hanum. 2010. Biologi Reproduksi. Yogyakarta : Nusa Medika Mustofa, A., 2010. Solusi Ampuh Mengatasi Obesitas Disertai Pembahasan

Tentang Sebab, Akibat dan Solusi Mengenai Obesitas. Yogyakarta: Hang Kreator, 16

Mayasari YR. Efek pemberian kedelai (Soya max) terhadap jumlah sperma tikus putih (Rattus norvegicus) yang diasapi rokok putih. Jurnal Kedokteran YARSI 2005; 13(3) : 273-80.

Nugraha, G. I., 2009. Etiologi dan Patofisiologi Obesitas. Dalam: Soegih, R. R., dan Wiramihardja, K. K. (Editor). Obesitas Permasalahan dan Terapi Praktis. Jakarta: Sagung Seto, 9-18

Oakberg, E.P. 1956. A Description of Spermatogenesis in the Mouse and Its Use in Analysis of the Cycle of Seminiferous Epithellium and Germ Cel

Renewal. Messachuset: AmJ of Anatomy

Palmer, N. O., Bakos, H. W., Fullston, T., & Lane, M. (2012). Impact of obesity on male fertility, sperm function and molecular composition.

Spermatogenesis, 2(December), 253–263. http://doi.org/10.4161/spmg.21362

Patel A.B., S. Srivastava, R.S. Phadke, G. Govil. 1998. Arginine Activates Glycolysis of Goat Epididymal Spermatozoa : An NMR Study. Tata Institute of Fundamental Research. India. Biophysical Journal. Volume 75. Nomor 3. 1522-1528.

Rahadiyanti, A., 2011. Pengaruh Tempe Kedelai Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada Prediabetes. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang

RISKESDAS. 2010. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2010.

(68)

Srivastava S., P. Desai, E. Coutinho, G.Govil. 2006. Mechanism of Action of L-Arginine on the Vitality of Spermatozoa is Primarily Through Increased Biosynthesis of Nitric Oxide. India. Biology of Reproduction Journal. Volume 74. 954-958.

Subratha, I.M. 1998. Spermatogenesis, Kontrol Endokrin dan Struktur Spermatozoa. Denpasar: Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Sukmaningsih, A.A.S.A. 2011. Penurunan jumlah spermatosit pakiten dan

spermatid tubulus seminiferus testis pada mencit (Mus musculus) yang dipaparkan asap rokok. J. Biologi. XIII(2):31-35.

Sunkara, R., & Verghese, M. 2014. Functional Foods for Obesity Management. Food and Nutrition Sciences, 5(August), 1354–1364.

Susanto, T. dan B. Saneto, 1994. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. Bina Ilmu, Surabaya.

Syarif, D. R., 2003. Childhood Obesity : Evaluation and Management. Dalam: Adi S., et al (Editor). Naskah Lengkap National Obesity Symposium II. Surabaya

Utari, D. M., & Riyadi, H. 2010. Effects Of Soybean Processing Becoming Tempeh And The. Pgm, 33(2), 148–153.

Victorya, Roseane M. 2015. Pengaruh gelombang elektromagnetikhandphone terhadap jumlah dan motilitas spermatozoa tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley [skripsi]. Bandar Lampung: Universitas Lampung

Wasito, B. dan Sarwanto, 2008. spermiogram pria infertil di laboratorium infertil-andrologi puslitbang sistem dan kebijakan kesehatan surabaya, tahun 2002-2004. bul. penelkesehatan 36(3): 106-14

Waspadji S, Suyono S, Sukardji K, Moenarko R (editor). Indeks glikemik berbagai makanan Indonesia. Jakarta, Pusat Diabetes dan Lipid FKUI/RSCM. 2003.

Wati, D.K., 2007. Pengaruh Berbagai Pemberian Konsentrasi Tepung Tempe Terhadap Jumlah Sperma Mencit, skrpsi fk unissula. semarang.

(69)

Wiranata, Azhar E (2013). sel sel kelamin mencit. laporan lengkap perkembangan hewan. Universitas Palangkaraya. 1-9

Gambar

Tabel 1. kandungan pada tempe
Gambar 1. Spermatogenesis (Guyton dan Hall, 2007)
Gambar 2.  Struktur Morfologi Sperma Normal ( Guyton dan Hall, 2007)
Gambar 3. Sistem Reproduksi Mencit Jantan (Rugh, 1968).
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan rasa ingin tahu dan prestasi belajar pada peserta didik mata pelajaran matematika materi mengidentifikasi sifat bangun ruang

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, dalam rangka melaksanakan kegiatan Seminar Internasional di Dalam/Luar Negeri*) yang pendanaannya dibantu oleh

Holds a single character, such as A. Like any computer, Arduino stores it as a number, even though you see text.. NOTE: There are two major sets of characters available on computer

 Guru kurang mampu menciptakan proses pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar perserta didik yang akan dikaitkan dengan Pendekatan Teori Atribusi

[r]

1204 Pengadaan penutupan saluran got jalan rambutan Rt.003 Rw.07 Jakarta Selatan V 1 1.03.031 Suku Dinas Sumber

PERKEMBANGAN JUMLAH LULUSAN DAN PRODUKTIVITAS UNIVERSITAS NEGERI MALANG TRENDS IN NUMBER OF GRADUATES AND PRODUCTIVITY OF STATE UNIVERSITY OF MALANG. TAHUN / YEARS

Keywords : Public Relations strategy, opinion leader, nicotine war, bloomberg,.