• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERLAKUAN TREADMILL TERHADAP JUMLAH DAN MOTILITAS SPERMATOZOA MENCIT (Mus musculus L.) OBESITAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PERLAKUAN TREADMILL TERHADAP JUMLAH DAN MOTILITAS SPERMATOZOA MENCIT (Mus musculus L.) OBESITAS"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PERLAKUAN TREADMILL TERHADAP JUMLAH DAN MOTILITAS SPERMATOZOA MENCIT (Mus musculus L.) OBESITAS

Oleh

LANA ASFARADILLA

Latar Belakang: Prevalensi obesitas meningkat baik di negara maju maupun negara berkembang. Di negara maju, obesitas telah menjadi epidemi dengan memberikan kontribusi sebesar 35% terhadap angka kesakitan dan memberikan kontribusi sebesar 15-20% terhadap kematian. obesitas dapat memacu kelainan kardiovaskuler, ginjal, metabolik, bahkan kualitas spermatozoa. Pengaruh pada parameter spermatozoa tersebut juga dipengaruhi beberapa faktor lain, misalnya gaya hidup. Dengan perkembangan teknologi ada dampak negatif yang ditimbulkan, salah satunya membuat manusia jarang beraktivitas fisik, gaya hidup yang berubah, dan kelebihan asupan nutrisi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada pengaruh dari olahraga menggunakan treadmill dengan jumlah dan motilitas spermatozoa mencit obesitas.

Metode: Sampel yaitu 24 ekor mencit jantan yang dibagi dalam 4 kelompok, yaitu kelompok kontrol normal (K1), kelompok kontrol obesitas (K2), kelompok perlakuan (P1) mencit obesitas dengan perlakuan treadmill 1 kali sehari selama 10 menit, dan kelompok perlakuan (P2) mencit obesitas dengan perlakuan treadmill 2 kali sehari masing-masing 10 menit. K1 diberi pakan standar dan minum ad libitum, sedangkan K2, K3, dan K4 diberi pakan tinggi lemak tinggi protein (TLTP) dan minum ad libitum.

Hasil: Rerata jumlah spermatozoa pada kelompok K1, K2, P1, dan P2 berturut-turut adalah 19,44±1,90; 13,70±4,16; 27,46±3,27; 12,50±2,22 juta/ml. Sedangkan persentase rerata motilitas spermatozoa pada kelompok yang sama berturut-turut adalah 42,55±19,46; 23,60±12,62; 63,96±14,30; 50,68±14,95. Analisis dengan menggunakan One-Way ANNOVA menunjukkan adanya perbedaan bermakna yaitu p=0,00 untuk jumlah spermatozoa dan p=0,002 untuk motilitas spermatozoa. Simpulan: Perlakuan treadmill 1x10 menit sehari dapat meningkatkan jumlah dan motilitas spermatozoa mencit jantan obesitas.

(2)

ABSTRACT

EFFECT OF TREADMILL TREATMENT AGAINST NUMBER AND SPERM MOTILITY OF OBESE MICE (MUS MUSCULUS L.)

By

LANA ASFARADILLA

Background: The prevalence of obesity is increasing in both the developed and developing countries.In developed countries, obesity has become an epidemic by contributing 35% of the morbidity and accounted for 15-20% of deaths. Obesity can spur cardiovascular disorders, renal, metabolic, and even the quality of spermatozoa. The effect on sperm parameters are also influenced by several other factors, such as lifestyle. With the development of technology there are negative impacts, one of which humans rarely make physical activity, lifestyle changes, and excessive intake of nutrients. This study aimed to see if there was an effect of exercise using treadmill with the number and motility of spermatozoa obese mice. Methods: Samples are 24 male mice were divided into 4 groups: normal control group (K1), a control group of obesity (K2), the treatment group (P1) mice obese by treatment treadmill 1 times a day for 10 minutes, and the treatment group ( P2) obese mice treated with treadmill 2 times a day each 10 minutes. K1 given the standard feed and drink ad libitum, while K2, K3, and K4 fed high fat high protein (TLTP) and drink ad libitum.

Results: The mean number of spermatozoa in group K1, K2, P1 and P2 are respectively 19.44 ± 1.90; 13.70 ± 4.16; 27.46 ± 3.27; 12.50 ± 2.22 million / ml. While the average percentage of motility in the same group respectively were 42.55 ± 19.46; 23.60 ± 12.62; 63.96 ± 14.30; 50.68 ± 14.95. Analysis by using One-Way Annova showed significant differences, namely p = 0.00 for the number of spermatozoa and p = 0.002 for sperm motility.

Conclusion: Treatment treadmill 1x10 minutes a day can increase the number and motility of spermatozoa obese male mice.

(3)

PENGARUH PERLAKUAN TREADMILL TERHADAP JUMLAH DAN MOTILITAS SPERMATOZOA MENCIT (Mus musculus L.) OBESITAS

Oleh

LANA ASFARADILLA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 13 April 1995, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Drs. I.D. Humailan dan Adliah.

Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) diselesaikan di TK Dhrama Wanita Bengkulu pada tahun 2001, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 81 Bengkulu pada tahun 2007, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMPN 1 Bengkulu pada tahun 2009, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMAN 5 Bengkulu pada tahun 2012. Pada tingkat SMA, penulis aktif di ekstrakulikuler paskibra dan English Club dan rfpernah mengikuti beberapa lomba bahasa Inggris seperti lomba Newscasting se-Bengkulu bagian Selatan yang diadakan oleh Universitas Bengkulu dan mendapatkan Juara II.

(7)
(8)
(9)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Perlakuan Treadmill terhadap Jumlah dan Motilitas Mencit (Mus musculus L.) Obesitas” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas Lampung;

2. Dr. dr. Muhartono, M.Kes., Sp.PA., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung;

3. Drs. Hendri Busman, M.Biomed., selaku Pembimbing Utama atas waktu dan kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam penyelesaian skripsi ini;

(10)

6. Drs. I.D. Humailan, papa yang selalu memberikan doa, motivasi, dan dukungan yang tiada hentinya kepada saya;

7. Ibu Adliah, mama yang telah memberikan doa, mendukung, serta menyayangi sepenuh hati dan selalu siap siaga mempersiapkan segala kebutuhan saya;

8. Adik-adik saya Dhimas Abdillah Syarafa dan Riedha Rachmadilla yang telah memberikan doa, semangat, dan senantiasa menghibur saya;

9. Keluarga terdekat saya di Lampung, Bengkulu, dan Palembang (Akas, Ombai, Tante Emma dan suami, nenek ubak, nenek umak) dan seluruh keluarga besar dari papa dan mama atas perhatian, dukungan, dan doa yang telah dikirimkan;

10.Seluruh staf Dosen FK Unila atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis yang menjadi landasan untuk mencapai cita-cita;

11.Seluruh staf Akademik, Administrasi, dan Tata Usaha FK Unila yang telah membantu mengurus segala persyaratan skripsi saya;

12.Mbak Nuriah, selaku Laboran Laboratorium Biomol FK Unila yang membantu mempersiapkan alat-alat dan memberikan contoh dalam penelitian;

(11)

14.Hema Anggika Pratami, Mohamad Haekhal Mahessa Kadri, dan Fery Efata Zebua yang telah memberikan doa, semangat, dan motivasi dari awal skripsi ini kepada saya;

15.Teman-teman kosan Arbenta sekaligus teman di perkuliahan (Alyssa Fairudz Shiba, Radita Dewi Prasetyani, Zahra Zettira, Aulia Rahma Noviastuti, Seffia Riandini, Yvonne Yolanda, Suci Widya Prima, Indriasari Nurul Putri, Silvia Marischa, Ratu Balqis Anasa) atas bantuan-bantuannya kepada saya;

16.Nindriya Kurniandari, Kharisma Mr., Kurnia Fitri Apriliana, Huzaimah, Eduard, dan Tri Suhanda selaku teman-teman sepenelitian yang telah banyak membantu dan menyumbangkan pikiran maupun saran;

17.Teman-teman angkatan 2012 antara lain Rois, Beo, Ucup, Fairuz, Ferina, Ghea, Farida, Ocin, Leo, Dwi Waskita, Leon, Kak Guntur, Farida, Ghea, Airi, Yara, Obel, dan semuanya yang tidak bisa disebutkan satu per satu; 18.Kakak-kakak dan adik-adik tingkat saya dari angkatan 2002-2015 yang

sudah memberikan semangat kebersamaan dalam satu kedokteran.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, Januari 2016 Penulis

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Rumusan Masalah ... 4

I.3 Tujuan Penelitian ... 5

I.3.1 Tujuan Umum ... 5

I.3.2 Tujuan Khusus ... 5

I.4 Manfaat Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA II.1 Landasan Teori II.1.1 Obesitas ... 7

II.1.2 Aktivitas Fisik... 9

II.1.2.1 Fisiologi ... 9

II.1.2.2 Treadmill ... 14

II.1.3 Reproduksi Jantan... 17

III.1.3.1 Anatomi ... 17

III.1.3.2 Spermatogenesis ... 20

II.1.4 Mencit (Mus musculus L.) ... 25

II.2 Kerangka Teori ... 27

II.3 Kerangka Konsep ... 28

II.4 Hipotesis ... 28

III. METODOLOGI PENELITIAN III.1 Desain Penelitian ... 30

III.2 Tempat dan Waktu ... 31

III.3 Populasi dan Sampel ... 31

III.4 Alat dan Bahan ... 35

III.5 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel ... 36

(13)

ii

III.6.1 Alur Penelitian ... 38

III.6.2 Prosedur Pemberian Perilaku Treadmill ... 40

III.6.3 Prosedur Pengamatan jumlah dan motilitas Sperma Mencit ... 40

III.7 Rancangan Analisis Data ... 44

III.7.1 Uji Normalitas Data (p>0,05) ... 44

III.7.2 Uji Homogenitas Data (p>0,05) ... 45

III.7.3 Uji Parametrik ... 45

III.8 Etika Penelitian ... 46

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil Penelitian ... 48

IV.1.1 Jumlah Spermatozoa Mencit ... 48

IV.1.2 Motilitas Spermatozoa Mencit ... 51

IV.2 Pembahasan ... 54

IV.2.1 Jumlah Spermatozoa Mencit ... 54

IV.2.2 Motilitas Spermatozoa Mencit ... 57

V. KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan ... 60

V.2 Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Definisi Operasional Variabel ... 37

Tabel 2. Rata-Rata dan Standar Deviasi Jumlah Spermatozoa Mencit ... 49

Tabel 3. Uji Post-Hoc LSD Jumlah Spermatozoa Mencit ... 51

Tabel 4. Rata-Rata dan Standar Deviasi Motilitas Spermatozoa Mencit ... 51

(15)

v

DAFTAR LAMPIRAN

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Alat treadmill mencit ... 17

Gambar 2. Sistem Reproduksi Mencit Jantan ... 18

Gambar 3. Struktur Spermatozoa Normal ... 25

Gambar 4. Perbandingan Jumlah, Motilitas, dan Bentuk Spermatozoa Normal dan Tidak Normal ... 25

Gambar 5. Kerangka Teori ... 27

Gambar 6. Kerangka Konsep ... 28

Gambar 7. Desain Penelitian ... 30

Gambar 8. Alur Penelitian ... 48

Gambar 9. Grafik rerata dan SD jumlah spermatozoa pada mencit obesitas ... 49

(17)

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan antara tinggi dan berat badan. Hal ini diakibatkan jaringan lemak dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan yang melampaui ukuran ideal (Sumanto, 2009). Obesitas terjadi karena intake makanan yang berlebih, sedikit aktivitas atau latihan fisik, maupun keduanya (Misnadierly, 2007).

(18)

prototombik, dan respon inflamasi (Arundhana, 2010). Kecenderungan prevalensi kegemukan meningkat seiring dengan pe-ningkatan usia, dan mencapai puncaknya pada usia dewasa (Balitbangkes 2008).

Beberapa penelitian telah menyelidiki tentang dampak obesitas laki-laki pada parameter spermatozoa, yaitu konsentrasi spermatozoa, motilitas spermatozoa, dan morfologi spermatozoa yang menunjukkan bahwa laki-laki yang diberi diet tinggi lemak untuk menginduksi obesitas telah mengurangi motilitas spermatozoa dan menurunkan persentase spermatozoa. Pengaruh pada parameter spermatozoa tersebut juga dipengaruhi beberapa faktor lain, misalnya gaya hidup (Palmer, 2012). Terjadinya obesitas lebih ditentukan oleh terlalu banyaknya makan, terlalu sedikitnya aktivitas atau latihan fisik, maupun keduanya (Misnadierly, 2007). Pada zaman serba modern saat ini, manusia bekerja menjadi lebih hemat waktu, tenaga, dan disertai peningkatan taraf hidup. Tetapi dengan perkembangan teknologi mempunyai dampak negatif, yang membuat manusia jarang beraktivitas fisik, gaya hidup yang berubah dan kelebihan asupan nutrisi Perubahan aktivitas fisik ini menyebabkan kurangnya gerak pada anggota gerak tubuh, dan obesitas, banyak mengkonsumsi makanan yang berlemak dan siap saji dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan (Lau et al., 2007).

(19)

3

sehingga zona latihan dapat terpenuhi sesuai dengan program dan tujuan latihan yang ingin dicapai. Kelebihan lainnya adalah dapat digunakan di dalam ruangan sehingga dapat dilakukan sewaktu-waktu tanpa terkendala oleh cuaca. Penggunaan treadmill secara umum memiliki nilai kepercayaan tinggi dalam memperlihatkan nilai denyut jantung, kebutuhan oksigen serta ventilasi (Wilmore, 2008).

Pria yang beraktivitas fisik secara teratur dan tidak berlebihan menghasilkan progresivitas FSH, LH, dan hormon testosteron yang lebih baik daripada pria yang tidak melakukan aktivitas fisik. Konsentrasi, volume ejakulat, dan total jumlah spermatozoa menunjukkan perbedaan antara grup kontrol (yang belum diberi latihan fisik) dengan grup eksperimental (yang telah diberi latihan fisik) (Vaamonde et al., 2012). Pelatihan fisik yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya penurunan jumlah dan motilitas spermatozoa (Binekada, 2002). Penelitian tentang pelatihan fisik yang berlebihan (stres fisik) dengan penurunan kualitas spermatozoa menunjukkan bahwa terjadi peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS) dalam seminal plasma dan perlindungan oleh antioksidan menurun (Tremellen, 2008).

(20)

Metode hewan uji tersebut masih merupakan pilihan utama dalam penilaian bioaktivitas maupun toksisitas suatu bahan terhadap sistem reproduksi (Huang et al., 2004). Kualitas sperma sangat penting bagi individu untuk mempertahankan generasinya dengan proses perkawinan. Fertilitas atau kesuburan dipengaruhi oleh kondisi atau kualitas sperma. Menurut Arsyad & Hayati sebagaimana dikutip oleh Ashafahani et al. (2010), kualitas sperma meliputi beberapa aspek yaitu; jumlah sperma, normalitas atau morfologi, motilitas atau daya gerak, dan viabilitas atau daya tahan.

Penelitian tentang perlakuan treadmill terhadap jumlah dan motilitas spermatozoa mencit obesitas belum pernah dilakukan, oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti apakah terdapat pengaruh perlakuan treadmill terhadap perubahan jumlah dan motilitas spermatozoa mencit yang obesitas.

I.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas rumusan masalah yang didapat yaitu:

1. Apakah terdapat pengaruh perlakuan treadmill terhadap jumlah spermatozoa mencit (Mus musculus L.) obesitas?

(21)

5

I.3 Tujuan Penelitian

I.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh perlakuan treadmill terhadap kualitas spermatozoa mencit (Mus musculus L.) obesitas.

I.3.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengaruh perlakuan treadmill terhadap jumlah spermatozoa mencit (Mus musculus L.) obesitas.

b. Mengetahui pengaruh perlakuan treadmill terhadap motilitas spermatozoa mencit (Mus musculus L.) obesitas.

I.4 Manfaat Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan diharapkan hasil yang diperoleh dapat bermanfaat tidak hanya bagi peneliti tetapi juga bagi masyarakat luas. Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi Penulis

(22)

2. Bagi Masyarakat

Dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai adanya pengaruh olahraga terhadap jumlah dan motilitas spermatozoa pada laki-laki.

3. Bagi bidang Ilmu Kedokteran

(23)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Landasan Teori

II.1.1 Obesitas

Obesitas adalah peningkatan lemak tubuh yang berlebihan. Obesitas disebabkan adanya keseimbangan energi positif, sebagai akibat ketidak seimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi, sehingga terjadi kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Obesitas merupakan penyakit multifaktorial yang diduga sebagian besar disebabkan interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan, antara lain aktivitas fisik, gaya hidup, sosial ekonomi dan nutrisional yaitu perilaku makan dan pemberian makanan padat terlalu dini pada bayi (Nugraha, 2009).

(24)

Tipe obesitas menurut pola distribusi lemak tubuh dapat dibedakan menjadi obesitas tubuh bagian atas (upper body obesity) dan obesitas tubuh bagian bawah (lower body obesity). Obesitas tubuh bagian atas merupakan dominansi penimbunan lemak tubuh di trunkal. Terdapat beberapa kompartemen jaringan lemak pada trunkal, yaitu trunkal subkutaneus yang merupakan kompartemen paling umum, intraperitoneal (abdominal), dan retroperitoneal. Obesitas tubuh bagian atas lebih banyak didapatkan pada pria, oleh karena itu tipe obesitas ini lebih dikenal sebagai “android obesity”. Tipe obesitas ini berhubungan lebih kuat dengan diabetes, hipertensi, dan penyakit kardiovaskuler daripada obesitas pada tubuh bagian bawah. Obesitas tubuh bagian bawah merupakan suatu keadaan tingginya akumulasi lemak tubuh pada regio gluteofemoral. Tipe obesitas ini lebih banyak terjadi pada wanita sehingga sering disebut “gynoid obesity” dan berhubungan erat dengan gangguan menstruasi pada wanita (David, 2004).

(25)

9

kelainan sindrom atau defek genetik) hanya mencakup kurang dari 10%. Obesitas idiopatik terjadi akibat interaksi multifaktorial. Faktor-faktor yang berperan tersebut dikelompokkan menjadi faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik telah diketahui mempunyai peranan kuat yaitu parental fatness, anak yang obesitas biasanya berasal dari keluarga obesitas. Bila salah satu orang tua obesitas, prevalensi kejadian menjadi 40% dan bila kedua orang tidak obesitas maka prevalensi turun menjadi 14%. Peningkatan risiko menjadi obesitas tersebut kemungkinan disebabkan oleh pengaruh gen atau faktor lingkungan dalam keluarga. Kral (2001) membagi faktor lingkungan yang berperan sebagai penyebab terjadinya obesitas menjadi lima, yaitu nutrisional (perilaku makan), aktivitas fisik, trauma (neurologis dan psikologis), medikamentosa (steroid), dan sosial ekonomi.

II.1.2. Aktivitas Fisik

II.1.2.1 Fisiologi

(26)

rangkaian respirasi mitokondria sehingga terbentuk oksigen reaktif superoksida (O2-), hydrogen peroksida (H2O2) dan upaya membentukan ATP. Pelatihan cenderung mengosongkan ATP dan meningkatkan jumlah ADP yang tentunya merangsang ADP untuk katabolisme dan mengkonversi Xanthine dehydrogenase menjadi Xanthene oxidase. Xanthene oxidase inilah yang akan membentuk radikal bebas (O2-). Terbentuknya radikal bebas menyebabkan ketidakseimbangan yang disebut sebagai stress oksidatif dengan hasil akhir rusaknya lemak, protein dan Deoxyribo Nucleic Acid (DNA). Olahraga dengan intesitas tinggi dan durasi lama terbukti dapat menimbulkan kerusakan sel (Sutarina & Edward, 2004).

(27)

11

misalnya 60%, terus ditingkatkan secara bertahap hingga mencapai intensitas latihan yang semestinya. Waktu atau durasi yang dilakukan adalah selama 20 - 60 menit setiap latihan (Djoko Pekik, 2004).

Setiap tubuh manusia apabila melakukan olahraga akan mengalami perubahan di dalam tubuhnya yang merupakan adaptasi dari latihan. Begitupun pula dengan latihan aerobik, menurut Junusul Hairy (1989) perubahan yang terjadi setelah melakukan latihan daya tahan aerobik adalah:

a. Terjadi perubahan kardiorespirasi.

Perubahan kardiorespirasi ini disebabkan oleh daya tahan latihan aerobik, dan secara tidak langsung akan berpengaruh pada sistem transport oksigen. Sistem transport oksigen juga melibatkan sistem sirkulatori, respiratori, dan jaringan. Komponen tersebut bekerja bersama untuk melepaskan oksigen ke otot yang sedang beraktivitas, karena dengan latihan dapat meningkatkan respon jantung terhadap aktivitas yang dilaksanakan.

b. Terjadi peningkatan daya tahan otot.

(28)

berfungsi sebagai penghasil tenaga dan memberikan sumbangan pada sistem respiratori. Mitikondria terlibat dalam pemakaian oksigen untuk produksi ATP sebagai pembentuk energi.

c. Meningkatkan kandungan myoglobin.

Myoglobin berfungsi untuk menyimpan dan mengangkut oksigen dari sel otot ke mitokondria, sehingga dalam hal ini terjadi peningkatan pada kandungan myoglobin.

d. Meningkatkan oksidasi karbohidrat dan lemak.

Dalam peningkatan oksidasi karbohidrat terjadi peningkatan jumlah, ukuran, dan daerah permukaan membran mitokondria, serta meningkatnya kegiatan atau konsentrasi enzim yang terlibat di dalam daur krebs dan sistem transpor elektron, sedangkan pada oksidasi lemak diketahui dengan adanya peningkatan penyimpanan trigliserida di dalam intramuskular, yang disimpan dalam bentuk lemak, meningkatnya pengeluaran asam lemak bebas dari jaringan lemak, sehingga tersedianya lemak sebagai bahan bakar, serta meningkatnya kegiatan enzim yang terlibat didalam aktivitas transport, dan pemecahan asam lemak.

(29)

13

Hal ini dapat diidentifikasi dengan berkurangnya lemak di dalam tubuh dan berat tubuh meningkat sedikit atau tidak meningkat sama sekali.

f. Menurunkan tekanan darah.

Latihan aerobik memberikan pengaruh pada pembuluh darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Perubahan tekanan darah pada arteri disebabkan oleh perubahan curah jantung, ukuran pembuluh darah, dan volume darah.

Menurut Thomas R Baechle & Westcott (2007), bahwa dalam waktu 40 menit, latihan aerobik rata-rata akan membakar atau menghabiskan kurang lebih 480 kalori. Aktivitas aerobik merupakan aktivitas pembakar kalori terbesar karena aktivitas ini melibatkan otot-otot besar yang bergerak secara terus menerus. Menurut Lynne Brick (2001) bahwa dengan melakukan latihan aerobik yang dilakukan dengan intensitas rendah sampai intensitas sedang selama 30 menit akan membakar kira-kira 250 kalori, dan apabila dilakukan pada intesitas rendah sampai intensitas sedang selama 20 menit atau lebih maka akan membakar lemak di dalam tubuh.

(30)

sumber energi yang digunakan pada kedua intensitas berbeda. Intensitas sedang menggunakan karbohidrat dan lemak secara seimbang, sedangkan pada intensitas tinggi menggunakan karbohidrat secara lebih dominan, sehingga enzim-enzim untuk oksidasi lipid kurang terangsang dan pembakaran lemak tubuh tidak optimal (Bambang & Endang, 2001).

Berdasarkan pada pernyataan-pernyataan diatas dapat diketahui bahwa latihan aerobik dapat meningkatkan oksidasi lemak. Latihan aerobik bertujuan untuk mempersiapkan sistem sirkulasi dan respirasi, penguatan pada tendo dan ligamen, serta mengurangi resiko terjadinya cedera. Garis besar aturan komponen latihan aerobik yang baik dilakukan dengan: intensitas rendah-sedang, durasinya lama, waktu istirahat singkat, dan dapat menggunakan latihan yang bervariasi (misal lari lintas alam, naik turun bukit, bersepeda, berenang, dll).

II.1.2.2 Treadmill

(31)

15

memperlihatkan nilai denyut jantung, kebutuhan oksigen serta ventilasi.

Kerja treadmill ditandai oleh adanya peningkatan pada setiap kemiringan yang dinyatakan sebagai persen (%), kecepatan treadmill atau keduanya. Derajat kemiringan menunjukkan jumlah elevasi jarak dengan menggunakan satuan kaki (feet) untuk setiap 100 kaki jarak perjalanan. Olahraga yang baik adalah olahraga yang dilakukan secara teratur dengan memperhatikan kemampuan tubuh dan sesuai dengan takaran berolah raga (Adiputra, 2008).

Treadmill adalah salah satu alat yang dapat digunakan untuk melihat aktivitas fisik hewan uji. Peralatan treadmill pada pengujian stamina hewan uji pada dasarnya memiliki prinsip kerja yang sama dengan treadmill yang digunakan oleh manusia. Hewan uji berlari melawan arah dari treadmill tersebut dengan kecepatan yang sudah di standardisasi yaitu sekitar 10-18 meter/menit (Prabasari, 2011).

(32)

dalam gerakan lateral. Sitem jalur yang dirancang khusus untuk mencit adalah dengan lebar 4-6 inci dan panjang sekitar 36 inci. Kecepatan treadmill harus berkisar 5 m/menit sampai dengan 40-50 m/menit. Selain itu ketinggian treadmill harus disesuaikan karena ada efek berlari menanjak dan menurun (eksentrik) (Kevin et al., 2006). Seperti halnya tikus, mencit memerlukan adaptasi dengan alat treadmill untuk meminimalkan stres psikologis yang dapat mengganggu kinerja olahraga. Mencit berlari selama 5-15 menit per hari dan dibiasakan dengan suara dan gerakan treadmill. Sesi pengenalan lebih dari 15 menit atau pada kecepatan yang lebih tinggi tidak dianjurkan (Kevin et al., 2006).

(33)

17

[image:33.595.195.510.91.267.2]

Sumber: Dokumentasi pribadi

Gambar 1. Alat treadmill mencit

II.1.3 Reproduksi Jantan

II.1.3.1 Anatomi

Sistem reproduksi mencit jantan tersusun atas organ genital eksternal dan internal. Pada organ genital eksternal terdapat skrotum yang terletak di depan anus mencit dan penis yang digunakan sebagai alat kopulasi sebagian besar hewan mamalia. Sistem reproduksi mencit jantan tersusun atas sepasang testis yang merupakan lokasi pembuatan sel gamet, epididimis yang merupakan tempat pemasakan spermatozoa mencit, dan saluran panjang yang disebut vas deferens yang menghubungkan testis dengan kelenjar aksesori. Di dalam sistem reproduksi mencit terdapat pula beberapa kelenjar aksesori seperti vesikula seminalis dan prostat. Sistem reproduksi mencit jantan berakhir pada penis (Wiranata, 2013).

Sambungan listrik

Dinamo Lantai

treadmill

Jari-jari

(34)
[image:34.595.114.511.371.554.2]

Alat reproduksi pada mencit jantan terdiri dari gonad, saluran kelamin, dan kelenjar aksesori. Gonad jantan dan testis pada mencit dibungkus oleh skrotum. Kantong skrotum ini terbentuk dari aksi ganda akibat tekanan fisik yang ditimbulkan oleh testis dan pengaruh stimulus androgen. Skrotum ini berfungsi menjaga agar testis tetap dalam suhu intraabdominal. Testis ini merupakan organ utama yang berfungsi menghasilkan sel kelamin jantan dan hormon kelamin jantan yaitu testosteron (Wiranata, 2013)

Gambar 2. Sistem Reproduksi Mencit Jantan (Rugh, 1968).

(35)

19

epididimis. Bagian cauda merupakan bagian ekor epididimis. Epididimis berfungsi sebagai tempat pemasakan spermatozoa dan sebagai tempat penyimpanan spermatozoa yang telah terbentuk. Vas deferens merupakan saluran berotot tebal menyerupai tali yang berfungsi untuk menyalurkan spermatozoa dari cauda epididimis ke dalam uretra (Wiranata, 2013).

Kelenjar aksesori terdiri atas vesikula seminalis yang diduga sebagai tempat untuk menghasilkan cairan semen. Kelenjar prostat yang berperan dalam menghasilkan enzim fosfatase asam, asam sitrat, dan seminin. Kelenjar kowper menghasilkan sekret berupa lendir yang akan ditumpahkan pada saat ejakulasi. Mencit juga memiliki alat kelamin eksternal yaitu penis yang berfungsi memindahkan spermatozoa ke tubuh betina. Sel kelamin mencit jantan ditemukan pada bagian testis mencit yang kemudian didapatkan lobulus-lobulus yang berisi spermatozoa. Pembentukan spermatozoa ini dibantu oleh aktivitas enzim testosteron. Maturasi atau pematangan spermatozoa terjadi pada bagian epididimis (Wiranata, 2013).

II.1.3.2 Spermatogenesis

(36)

tahun dan berlanjut sepanjang hidup (Guyton, 2007). Adapun tahap-tahap spermatogenesis ialah:

a. Spermatogonia primitif berkumpul di tepi membran basal dari epitel germinativum, disebut spermatogonia tipe A, membelah empat kali untuk membentuk 16 sel yang sedikit lebih berdiferensiasi, yaitu spermatogonia tipe B.

b. Spermatogonia bermigrasi kearah sentral di antara sel-sel Sertoli.

c. Untuk jangka waktu rata-rata 24 hari, setiap spermatogonium yang melewati lapisam pertahanan masuk ke dalam lapisan sel Sertoli dimodifikasi secara berangsur-angsur dan membentuk suatu spermatosit primer yang besar. Pada akhir ke-24, setiap spermatosit terbagi dua menjadi spermatosit sekunder. Pembagian ini disebut sebagai pembagian meiosis pertama.

(37)

21

Sementara 23 kromosom yang lain pergi ke spermatosit sekunder yang lain.

e. Dalam 2 sampai 3 hari, pembagian meiosis kedua terjadi dimana kedua kromatid dari setiap 23 kromosom berpisah pada sentromer, membentuk dua pasang 23 kromosom, satu pasang dibawa ke satu spermatid dan satu pasang yang lain dibawa ke spermatid yang kedua. Menfaat dari kedua pembagian meiosis ini adlah bahwa setia spermatid yang akhirnya dibentuk membawa hanya 23 kromosom, memiliki hanya setengah dari gen-gen spermatogonium yang pertama. Oleh karena itu, spermatozoa yang akhirnya membuahi ovum wanita akan menyediakan setengah dari bahan genetik ke ovum yang dibuahi dan ovum akan menyediakan setengah bagian berikutnya.

(38)

g. Semua tahap pengubahan akhir dari spermatosit menjadi sperma terjadi ketika spermatosit dan spermatid terbenam dalam sel-sel Sertoli. Sel-sel Sertoli memelihara dan mengatur proses spermatogenesis, dari sel germinal sampai sperma, membutuhkan waktu kira-kira 64 hari. (Guyton, 2007)

Kedua tetis dari seorang manusia dewasa muda dapat membentuk kira-kira 120 juta sperma harinya. Sejumlah kecil sperma dapat disimpan dalam epididmis, tetapi sebagian besar disimpan dalam vas deferens dan ampula vas deferens. Sperma dapat tetap disimpan dan mepertahankan kualitasnya, dalam duktus genitalis paling sedikit selama satu bulan (Guyton, 2007). Faktor-faktor yang mempengaruhi spermatogenesis dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yakni:

a. Faktor endogen

Faktor endogen ialah endokrin (hormon), psikologis dan genetik. Selain hormon stroid, terdapat juga senyawa lain yang disekresikan oleh testis yaitu inhibin. Inhibin ini dihasilkan oleh sel Sertoli dan mempunyai fungsi menekan hipofisis untuk mensekresi gonadotropin (Junqueira, 2007). b. Faktor eksogen

(39)

23

pada spermatogonia yang kemudian menyababkan penurunan produksi spermatozoa. Radiasi sinar-X dan garam Cadmium cukup toksik terhadap sel turunan spermatogenik (Janqueira, 2007). Spermatogenesis juga memerlukan suhu yang lebih rendah daripada suhu bagian dalam tubuh. Testis dalam keadaan normal memiliki suhu sekitar 32oC. Testis dipertahankan dingin oleh udara yang mengitari skrotum dan mungkin oleh udara yang mengitari skrotum dan mungkin oleh pertukaran panas melalui arus balik antar arteri dan vena spermatika. Bila testis tetap berada dalam abdomen atau bila pada hewan percobaan yang didekatkan ke tubuh dengan pakaian ketat akan terjadi degenerasi dinding tubulus dan sterilitas. Mandi air pana (43-45oC selama 30 menit perhari) dan busana penyokong atletik dapat menurunkan sel sperma pada manusia, kadang-kadanng sebesar 90% (Ganong, 2008).

Hormon-hormon yang berperan dalam spermatogenesis adalah sebagai berikut:

(40)

b. Hormon Lutein (LH), disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior, merangsang sel-sel Leydig untuk menyekresi testosteron.

c. Hormon Perangsang Folikel (FSH), juga disekresi oleh sel-sel kelenjar hipofisis anterior, merangsang sel-sel-sel-sel Sertoli; tanpa rangsangan ini, pengubahan spermatid menjadi sperma (proses spermiogenesis) tidak akan terjadi.

d. Estrogen, dibentuk dari testosteron oleh sel-sel Sertoli ketika sel Sertoli sedang dirangsang oleh hormon perangsang folikel, yang mungkin juga penting untuk spermiogenesis. Sel-sel Sertoli juga menyekresi suatu protein pengikat androgen yang mengikat testosteron dan estrogen serta membawa keduanya ke dalam cairan dalam lumen tubulus seminiferus, membuat kedua hormon ini tersedia untuk pematangan sperma.

(41)
[image:41.595.264.365.47.172.2]

25

Gambar 3. Struktur spermatozoa normal (http://www.medical-labs.net/normal-spermatozoa-structure-1736/)

Gambar 4. Perbandingan jumlah, motilitas, dan bentuk spermatozoa normal dan abnormal (Dr. Joanna Ellington, CEO of INGFertility and inventor of Pre~Seed)

II.1.4 Mencit (Mus musculus L.)

Klasifikasi untuk mencit Mus musculus L. (Sugoro, 2007): Kingdom : Animalia

Filum : Chordata Kelas : Mammalia Ordo : Rodentia Famili : Muridae Suku : Murinae Genus : Mus

Spesies : Mus musculus L.

[image:41.595.149.461.218.345.2]
(42)

galurnya, sehingga hewan ini disebut mencit. Mencit liar atau mencit rumah adalah hewan semarga dengan mencit laboratorium. Hewan tersebut tersebar di seluruh dunia dan sering ditemukan di dekat atau di dalam gedung dan rumah yang dihuni oleh manusia. Mencit juga banyak ditemukan di daerah lain yang tidak dekat dengan manusia, jika ada makanan dan tempat berlindung. Semua galur mencit laboratorium yang ada pada waktu ini merupakan turunan dari mencit liar sesudah melalui peternakan selektif (Yuwono, 2009).

Mencit laboratorium mempunyai berat badan yang hampir sama dengan mencit liar, yaitu 18-20 gram pada umur 4 minggu dan 30-40 gram pada umur 6 minggu atau lebih, tetapi setelah diternakkan secara elektif sejak tahun 1920, sekarang ada berbagai warna dan timbul banyak galur dengan berat badan berbeda-beda (Yuwono, 2009).

(43)

27

II.2 Kerangka Teori

Gambar 5. Kerangka Teori Perlakuan treadmill

Merangsang pembentukan hormon testosteron

jumlah spermatozoa ↗↗

motilitas spermatozoa ↗↗

Faktor endogen Faktor eksogen

obesitas

jumlah spermatozoa ↙↙

lemak↗↗

(44)

II.3 Kerangka Konsep

Setelah dilakukan tinjauan pustaka, maka didapatkan kerangka teori sebagai berikut:

Gambar 6. Kerangka Konsep

II.4 Hipotesis

Ho = tidak ada pengaruh perlakuan treadmill terhadap jumlah dan motilitas spermatozoa mencit (Mus musculus l.) obesitas.

H1 = terdapat pengaruh perlakuan treadmill terhadap jumlah dan motilitas spermatozoa mencit (Mus musculus l.) obesitas.

Obesitas Variabel Bebas

Diberikan

perlakuan treadmill

Variable Terikat

(45)

29

(46)

III. METODE PENELITIAN

III.1 Desain Penelitian

[image:46.595.137.510.531.736.2]

Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorium. Penelitian ini menggunakan post-test control design group only. Penelitian ini dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok kontrol normal (K1), kelompok kontrol obesitas (K2), kelompok perlakuan (P1) mencit obesitas + perlakuan treadmill 1 kali sehari selama 10 menit, dan kelompok perlakuan (P2) mencit obesitas + perlakuan treadmill 2 kali sehari masing-masing 10 menit. K1 diberi pakan standar dan minum ad libitum, sedangkan K2, K3, dan K4 diberi pakan tinggi lemak tingi protein (TLTP) dan minu ad libitum.

Gambar 7. Desain Penelitian Membandingkan data jumlah dan motilitas spermatozoatozoa mencit K1,K2, P1, dan P2

K1 K2 P1 P2

Mencit di beri pakan standar dan minum ad libitum selama

28 hari

Mencit di beri pakan TLTP dan minum ad

libitum + treadmill 10

menit/hari, selama 28 hari. Mencit di beri

pakan TLTP dan minum ad libitum selama

28 hari.

Mencit di beri pakan TLTP dan minum ad

libitum + treadmill 2x10

(47)

31

III.2 Tempat dan Waktu

III.2.1 Tempat

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung untuk perlakuan treadmill dan Laboratorium Biologi-Biokimia Molekuler Fakultas Kedokteran Universitas Lampung untuk menguji kualitas spermatozoa mencit yang terdiri dari jumlah dan motilitas spermatozoa mencit.

III.2.2 Waktu

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September sampai bulan November 2015.

III.3 Populasi dan Sampel

III.3.1 Populasi

(48)

III.3.2 Sampel

Sampel penelitian adalah bagian dari populasi yang mempunyai kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit jantan. Penentuan besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus Frederer. Menurut Frederer (1967), rumus penentuan besar ulangan untuk uji eksperimental rancangan acak lengkap (RAL) adalah :

Dimana t merupakan jumlah kelompok percobaan dan n merupakan jumlah pengulangan atau jumlah sampel tiap kelompok. Penelitian ini akan menggunakan 4 kelompok sehingga perhitungan sampel menjadi

4 (n-1)≥15 4n-4≥15 4n≥19

n≥4,75

Jadi jumlah sampel yang akan digunakan pada tiap kelompok adalah lima ekor mencit jantan dan mencit dikalikan dengan empat perlakuan sehingga jumlah sampel adalah 20 ekor mencit. Dua puluh ekor mencit dibagi menjadi empat kelompok secara acak. Pembagian empat kelompok mencit, yaitu :

Kelompok K1 : 5 mencit (kontrol) Kelompok K2 : 5 mencit (obesitas)

(49)

33

Kelompok P1 : 5 mencit (perlakuan 1x10 per hari) Kelompok P2 : 5 mencit (perlakuan 2x10 per hari)

Dan untuk menghindari drop out atau mencit mati maka setiap kelompok diberi tambahan dengan rumusan sebagai berikut :

N =

Keterangan :

N = besar sampel koreksi. n = besar sampel awal.

f = perkiraan proporsi drop out sebesar 10% (Victorya, 2015) Dari rumusan tersebut sehingga perhitungannya adalah sebagai berikut.

N =

N =

N =

N =

N = 5,55

N = 6 (hasil pembulatan ke atas)

(50)

a. Kriteria inklusi mencit kontrol (normal): 1) Mencit jantan galur DDY

2) Berumur 6-8 minggu

3) Berat badan normal rata-rata 20-30 gram 4) Diperoleh dari tempat pembiakan yang sama 5) Dipelihara pada tempat dan waktu yang sama

b. Kriteria inklusi mencit obesitas

1) Mencit jantan obesitas galur DDY 2) Berumur 6-8 minggu

3) Berat badan obesitas rata-rata 30-60 gram 4) Diperoleh dari tempat pembiakan yang sama 5) Diperoleh pada tempat dan waktu yang sama

c. Kriteria eksklusi

1) Terjadi penurunan berat badan selama proses pemeliharaan lebih dari 10%

2) Tampak sakit selama proses pemeliharaan (gerak terbatas, bulu terlihat kusam, terdapat luka gigitan, kotoran cair)

(51)

35

III.4 Alat dan Bahan

III.4.1 Alat

a. Kandang mencit

b. Tempat makan dan minum mencit c. Timbangan mencit, timbangan analitik d. Alat treadmill mencit

e. Kapas

f. Alat bedah minor

g. Sterofoam, pelapis plastik, jarum pentul/paku kecil h. Kaca arloji

i. Preparat apusan (Deck glass) j. Object glass

k. Mikroskop

l. Improved Neubauver m. Logbook dan alat tulis

III.4.2 Bahan

a. Mencit jantan usia 6-8 minggu b. Pakan standar (pelet dan gabah) c. Pakan tinggi lemak dan protein (TLP) d. Eter/klorofil

(52)

III.5 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel

III.5.1 Identifikasi Variabel

a. Variabel perlakuan adalah pemberian perlakuan treadmill b. Variabel respon pada penelitian ini adalah kualitas yang

terdiri dari jumlah dan motilitas spermatozoa mencit

III.5.2 Definisi Operasional Variabel

(53)

37

Variabel Definisi

Operasional

Alat Ukur Cara

Ukur

Skala Ukur Hasil Ukur

Perlakuan

Treadmill

pada mencit

Aktivitas fisik (menggunakan alat)

yang dilakukan

untuk memberi

perlakuan kepada hewan coba agar bisa berlari di

atasnya tanpa

berhenti dengan waktu yang telah peneliti tetapkan.

Treadmill Lari Numerik menit

Jumlah Spermatozoa

Konsentrasi

spermatozoa yang

ada dalam

pengamatan (diukur dalam sampel yang diambil) Improved Neubauver, mikroskop Hitung jumlah

Numerik Juta/sel

Motilitas Spermatozoa

Spermatozoa yang dapat bergerak maju

kedepan dan

bergerak di tempat serta disesuaikan dengan kriteria klasifikasi motilitas spermatozoa yang

terdapat dalam

lapang pandang

yang diperiksa. Kriteria klasifikasi motilitas, mikroskop Menilai kriteria

Ordinal Persen (%)

Mencit Obesitas

Mencit yang dibuat obesitas dengan diberi makan tinggi lemak dan tinggi protein selama satu bulan.

[image:53.595.109.513.80.516.2]

Timbangan Ditimbang Numerik Gram (gr)

(54)

III.6 Prosedur Penelitian

III.6.1 Alur Penelitian

Penelitian ini merupakan uji eksperimental laboratorium dalam bidang ilmu Fisiologi dan Biologi-Biokimia Molekuler. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan treadmill terhadap perubahan jumlah dan motilitas spermatozoa mencit obesitas. Mencit dibagi atas 4 kelompok besar yang terdiri dari 6 mencit jantan tiap kelompoknya, dengan total mencit jantan yang digunakan adalah sebanyak 24 ekor. Kelompok perlakuan dalam penelitian ini adalah kelompok kontrol normal (K1) yaitu mencit dengan berat badan normal, kontrol positif (K2) yaitu mencit obesitas, dan kelompok perlakuan 1 (P1) yaitu mencit obesitas yang diberi perlakuan treadmill 10 menit sehari sekali selama 28 hari, perlakuan 2 (P2) yaitu mencit obesitas yang diberi perlakuan treadmill 10 menit sehari dua kali selama 28 hari.

(55)

39

 Kelompok K1 diberi pakan standar BR-2 dan minum ad libitum selama 28 hari.

 Kelompok K2 diberi pakan tinggi lemak dan protein serta minum ad libitum selama 28 hari.

 Kelompok P1 diberi makanan tinggi lemak dan protein serta minum ad libitum dan diberi perlakuan treadmill 10 menit sehari sekali selama 28 hari.

 Kelompok P2 diberi pakan tinggi lemak dan protein serta minum ad libitum dan diberi perlakuan treadmill 10 menit sehari dua kali selama 28 hari.

(56)

Pengukuran jumlah dan motilitas spermatozoa mencit jantan obesitas dilakukan dilaboratorium Biologi-Biokimia Molekuler Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Hasil penelitian berupa data dan ditabulasi untuk mengetahui pengaruh perlakuan treadmill terhadap jumlah dan motilitas mencit obesitas.

III.6.2 Prosedur Pemberian Perlakuan Treadmill

Pada penelitian ini digunakan alat treadmill khusus yang disambungkan dengan listrik. Setelah alat treadmill dihidupkan, mencit diletakkan di atasnya dan dibiarkan berlari selama 10 menit untuk satu kali pemberian perlakuan pada kelompok P1 dan selama 10 menit sehari 2 kali untuk kelompok P2

III.6.3 Prosedur Pengamatan jumlah dan motilitas Spermatozoa Mencit

(57)

41

a. Jumlah spermatozoa

Suspensi spermatozoa yang telah diperoleh terlebih dahulu dihomogenkan dengan NaCl 0,9%, selanjutnya diambil 10 µI sampel dan dimasukan kedalam kotak-kotak hemositometer improved neubauer serta ditutup dengan kaca penutup. Diperiksa dibawah mikroskop cahaya dengan pembesaran 100x, hemositometer diletakan dan dihitung jumlah spermatozoa pada kotak atau bidang A, B, C, atau D. Hasil perhitungan jumlah spermatozoa kemudian dimasukan kedalam rumus penentuan jumlah spermatozoa/ml suspensi sekresi kauda epididimis sebagai berikut (Gandasoebrata, 2007):

Jumlah spermatozoa = n x pengenceran x 200.000 (juta/ml)

Dimana n = jumlah spermatozoa yang dihitung pada kotak A, B, C , atau D

b. Motilitas spermatozoa

(58)

keatas glass objek lalu ditutup dengan kaca penutup. Perhitungan motilitas spermatozoa dilakukan dengan menghitung presentase spermatozoa dibawah mikroskop cahaya dengan pembesaran 100x, dihitung yang pergerakannya progresif maju kedepan dibandingkan dengan seluruh teramati (bergerak dan tidak bergerak) kemudian dikali dengan 100% (Rahmanisa, 2013):

Pengamatan dilakukan pada lima lapangan pandang dengan kriteria motilitas sebagai berikut :

A : Berjalan cepat dan lurus B : Berjalan lambat

C : Bergerak di tempat

D : Tidak bergerak sama sekali

Data yang diambil adalah spermatozoa yang kualitasnya bagus yaitu dengan kriteria bergerak dan tidak bergerak.

(59)

43

[image:59.595.117.510.109.700.2]

ALUR PENELITIAN

Gambar 8. Alur Penelitian

Mencit normal dikembangbiakkan sampai berumur 6-8 minggu

Mencit diadaptasikan di laboratorium selama 7 hari

Mencit normal dibuat obesitas dengan pakan TLTP selama 1 bulan

K1 K2 P1 P2

Mencit di beri pakan standar dan minum ad libitum selama

28 hari

Mencit di beri pakan TLTP dan minum ad

libitum + treadmill 10

menit/hari, selama 28 hari. Mencit di beri

pakan TLTP dan minum ad libitum selama

28 hari.

Mencit di beri pakan TLTP dan minum ad

libitum + treadmill 2x10

menit/hari selama 28 hari.

Masing-masing sampel spermatozoa mencit diletakkan di objek glass untuk dilihat di

Analisis data

Membandingkan data jumlah dan motilitas spermtozoa mencit K1,K2, P1, dan P2

Interpretasi hasil pengamatan Pada hari ke-29, mencit di anestesi

Mencit dibedah kemudian testisnya dikeluarkan, dilakukan pemotongan pada cauda epididimis kemudian dipencet dan

dikeluarkan isinya

Lalu diletakkan diatas cawan petri yang sudah ditetesi

(60)

Keterangan :

K1 = Kelompok Kontrol Normal K2 = Kelompok Kontrol Obesitas

P1 = Kelompok Perlakuan Treadmill 1x10 menit/hari P2 = Kelompok Perlakuan Treadmill 2x10 menit/hari Pakan TLTP = Pakan Tinggi Lemak Tinggi Protein

III.7 Rancangan Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini diproses dengan program SPSS Version 21.0.0.0 for windows 64 bit. Dengan tingkat signifikasi p<0,05, dengan prosedur sebagai berikut :

III.7.1 Uji Normalitas Data (p>0,05)

(61)

45

III.7.2 Uji Homogenitas Data (p>0,05)

Pengujian homogenitas data menggunakan Leven’s untuk mengetahui data homogen atau tidak homogen. Hasil uji homogenitas ini untuk menentukan analisis berikutnya, yaitu analisis parametrik bila data berdistribusi normal atau non parametrik apabila data tidak berdistribusi normal.

III.7.3 Uji Parametrik (One way- Anova)

(62)

III.8 Etika Penelitian

Penelitian ini telah diajukan kepada Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, dengan menerapkan prinsip 3R dalam protokol penelitian, yaitu sebagai berikut.

1. Replacement

Adalah keperluan memanfaatkan hewan percobaan sudah diperhitungkan secara seksama, baik dari pengalaman terdahulu maupun literatur untuk menjawab pertanyaan penelitian dan tidak dapat digantikan oleh makhluk hidup lainseperti sel atau biakan jaringan. 2. Reduction

Adalah pemanfaatan hewan dalam penelitian sesedikit mungkin, tetapi tetap dapat mendapatkan hasil yang optimal. Dalam penelitian ini sampel dihitung berdasarkan rumus Frederer yaitu t(n-1) ≥ 15, Dimana t merupakan jumlah kelompok percobaan dan n merupakan jumlah pengulangan atau jumlah sampel tiap kelompok.

3. Refinement

Adalah memperlakukan hewan percobaan secara manusiawi dengan prinsip dasar membebaskan hewan coba dalam beberapa kondisi, yaitu sebagai berikut.

a. Bebas dari rasa lapar dan haus, dalam penelitian ini hewan coba diberikan pakan dan minum standar secara ad libitum.

(63)

47

hewan coba terbagi menjadi 4-8 ekor tiap kandang. Animal houseberada jauh dari gangguan bising dan aktivitas manusia serta kandang dijaga kebersihannya, sehingga dapat mengurangi stres pada hewan coba.

c. Bebas dari nyeri dan penyakit. Dengan menjalankan program kesehatan, pencegahan, dan pemantauan, serta pengobatan terhadap hewan coba jika diperlukan, pada penelitian hewan coba diberikan perlakuan dengan menggunakan nasogastric tube dilakukan dengan mengurangi rasa nyeri sesedikit mungkin, dosis perlakuan diberikan berdasarkan pengalaman terdahulu maupun literatur yang telah ada.

(64)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

1. Perlakuan treadmill 1x10 menit selama 28 hari meningkatkan jumlah spermatozoa mencit (Mus musculus L.) obesitas.

2. Perlakuan treadmill 1x10 menit selama 28 hari meningkatkan motilitas spermatozoa mencit (Mus musculus L.) obesitas.

V.2 Saran

1. Peneliti selanjutnya disarankan untuk tidak menggunakan durasi waktu yang lebih lama dari 20 menit per hari karena berhubungan dengan intensitas yang .

(65)

61

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra, N., 2008. Kesehatan Olahraga. Buku Ajar Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar pp. 1-2.

Agarwal, A., Makker K., Sharma R. 2008. Clinical Relevance of Oxidative Stress in Male Factor Infertility: An Update Reproductive Research Center, Glickman Urological and Kidney Institute, Department of Obstetrics-Gynecology (59) hal.2-11

Ashafahani, E.D., N.I. Wiratmini, & A.A.S.A. Sukmaningsih. 2010. Motilitas Dan Viabilitas Spermatozoa Mencit (Mus musculus L.) Setelah Pemberian Ekstrak Temu Putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe.). JURNAL BIOLOGI. XIV (1): 20 – 23.

Arundhana, A. I. 2010. Hubungan Perilaku Gizi Seimbang dengan Kejadian Obesitas Pada Dosen Universitas Hasanuddin Makassar 2010. S1 Under Graduate, Universitas Hasanuddin. 64-66

Baechle, T.R.; Westcott, W.L . 2007. Strength Training Past 50, 2nd Edition. Champaign, IL: Human Kinetics.

Balitbangkes Depkes R.I. 2008. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 110-111. Bambang Priyonoadi & Endang Rini Sukamti. 2001. Pengaruh latihan Beban dan

Latihan Senam Aerobik terhadap Penurunan Persentasse Lemak Tubuh dan Peningkatan Kesegaran Kardio Respirasi. Majalah Ilmiah Olahraga. Hlm. 97-108.

Binekada, M.C. 2002. Pelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi danMotilitas Spermatozoa Mencit (tesis). Denpasar: Universitas Udayana. hal 24

(66)

David D’Alession, 2004. Obesity And Weight Management. University of Cincinnati, Ohio State.

Djoko Pekik Irianto. 2004. Pedoman praktis berolahraga. Yogyakarta: Andi Offset. Hal 36-37

Droge, W., 2002. Free Radicals in the Physiological Control of Cell unction. Physiol Rev 82:47-95.

Gandasoebrata R. (2007) Penuntun laboratorium klinik. Dian Rakyat : Jakarta. P. 122-123

Ganong, W.F., 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC. P.547-552, 557, 565, 576-584, 615-617.

Guyton, AC., Hall JE. 2007. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. Hal 345-356 Hairy, Junusul. 2004 . Fisiologi Olahraga Jilid 3. Jakarta : Depdikbud Proyek

Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. hal 22-23 Huang, X., L. Kong, X. Li, X. Chen, M. Guo, H. Zou. 2004. Strategy for analysis

and screening of bioactive compounds in traditional Chinese medicines. Journal of Chromatography B 812: 71–84.

Junqueira, LC. 2007. Histologi Dasar. Jakarta: EGC. p. 176,185,188

Kevin C. Kregel, David L. Allen, Frank W. Booth. 2006. Resource Book for the Design of Animal Exercise Protocol. American Physiological Society. Page 51-63.

Kral, J.G. 2001. Morbidity of Severe Obesity. Surg Clin North Am. 81: 1039-61. Lau, DCW., Douketis, JD., Morrison, KM., Hramiak, IM., Sharma, AM., Ur, E.

2007. Canadian clinical practice guidelines on the management and prevention of obesity in adults and children [summary]. Canadian Medical Association Journal, April 10, Vol. 176, No. 8.

Lessard C, Parent S, Leclerc P, Bailey JL, Sullivan R. 2000. Cryopreservation alters the levels of the bull sperm surface protein P25b. J Androl. 21:700-707.

Lynne Brick. 2001. Bugar Dengan Senam Areobik.Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. hal. 65-67

(67)

63

Mostafa, T. 2010. Cigarrette Smoking and Male Infertility. Journal of Advanced Research. (1) page 179-196.

Nugraha, G. I., 2009. Etiologi dan Patofisiologi Obesitas. Dalam: Soegih R. R., dan Wiramihardja, K. K. (Editor). Obesitas Permasalahan dan Terapi Praktis. Jakarta: Sagung Seto, 9-18.

Nurmalina, L. 2011. Panduan untuk Keluarga Pencegahan & Manajemen Obesitas. Bandung Valley : Elex Media Komputindo. Hal 13,17, 19

Palmer NO, Bakos HW, Owens JA, Setchell BP, Lane M. 2012. Diet and exercise in an obese mouse fed a high-fat diet improve metabolic health and reverse perturbed sperm function. Am J Physiol Endocrinol Metab; 302:E768-80;PMID:22252945; http://dx.doi.org/10.1152/ajpendo.00401.2011.

Prabasari, D. 2011. Pengaruh Pemberian Jus Bayam Cabut (Amaranthus tricolor L.) Terhadap Peningkatan Stamina Pada Mencit Putih Jantan Galur Swiss, Skripsi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Hal 51-55

Pribadi, G. A., 2008. Penggunaan Mencit Dan Tikus Sebagai Hewan Model Penelitian Nikotin. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rahmanisa, S. dan R.A. Maisuri. 2013. Pengaruh Pemberian Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinale Roxb. var Rubrum) dan Zinc (Zn) terhadap Jumlah, Motilitas dan Morfologi Spermatozoa pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Dewasa strain Sprague Dawley. JuKe Unila 3(2): 33-7.

Ridwan Endi. Etika Pemanfaatan Hewan Percobaan Dalam Penelitian Kesehatan. J Indon Med Assoc, 2013: Vol 63;3

Rugh, R. 2005. The Mouse: Its Reproduction & Development. USA: Burgess Publishing. Com. Hal. 45

Ruiz-Pesini E, Alvarez E, Enriquez J, Lopez Perez M. 2001. Association between seminal plasma carnitine and sperm mitochondrial enzymatic activities. Int J androl. 24:335-340.

Safarinejad MR, Safarinejad S, Shafiei N, Safarinejad S. 2012. Effects of the reduced form of coenzyme q(10) (ubiquinol) on semen parameters in men with idiopathic infertility: a double-blind, placebo controlled, randomized study. J Urol. Available at http://www.endocrinology.journals.org. Diakses 21 Oktober 2015.

(68)

Sumanto, A. 2009. Tetap langsing dan sehat dengan terapi diet. Jakarta: PT Agromedia Pustaka. Hal. 87-88

Sutarina, N., Edward, T. 2004. Pemberian Suplemen pada Olahraga. Majalah GizMindo vol.3 No. 9 September 2004. p : 14 – 15.

Tremellen, K. 2008. Oxidative Stress And Male Infertility-A Clinical Perspective. Hal. 49-53

Vaamonde, Diana., Da Silva-Grigoletto, ME., García-Manso, JM., Barrera, Natalibeth., Vaamonde,Ricardo. 2012. "Physically active men show better semen parameters and hormone values than sedentary men". Eur J Appl Physiol.112:3267.

Weisell, Robert C. 2002. Body mass index as an indicatir of obesity. Asia PasificJ Clin Nutr, 11: 681-4

Winarsi,H.2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Penerbit Kanisius. Yogyakarta . Universitas Sumatera. Hal. 27-30

Wilmore, H.J. dan Costill, DL, dan Kenney, WL. 2008. Physiology of Sport and Exercise, (4thEd). Champaign, IL. Human Kinetics.

Wiranata, Azhar E. 2013. sel sel kelamin mencit. laporan lengkap perkembangan hewan. Universitas Palangkaraya. 1-9

Gambar

Gambar 1. Alat treadmill mencit
Gambar 2. Sistem Reproduksi Mencit Jantan (Rugh, 1968).
Gambar 4. Perbandingan jumlah, motilitas, dan bentuk spermatozoa normal
Gambar 7. Desain Penelitian
+3

Referensi

Dokumen terkait

mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari,. tidak mengandung benzoin, stirak, dan bahan sejenis

Uno (2010: 23) bahwa ciri-ciri orang yang memiliki motivasi dalam belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1) adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil. 2) adanya

Secara kuantitas desa desa dikabupaten bondowoso hampir sebagain besar sudah memiliki dokumen perencanaan pembangunan (RPJMDesa dan RKPDesa) namun secara kualitas

Hasil perbandingan rerata empiris dan hipotetis terhadap tiga variabel pada tabel di atas menunjukkan, secara keseluruhan rerata empiris kesehatan mental yang

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, dalam rangka melaksanakan kegiatan Seminar Internasional di Dalam/Luar Negeri*) yang pendanaannya dibantu oleh

1204 Pengadaan penutupan saluran got jalan rambutan Rt.003 Rw.07 Jakarta Selatan V 1 1.03.031 Suku Dinas Sumber

Hasil penelitian menunjukkan bahwa soal biologi kelas X dan kelas XI sebagai berikut: (1) Kualitas soal Ulangan Akhir Semester (UAS) Biologi tahun pelajaran 2015/2016

Phytoremediation may be used for remediation of soil and groundwater contaminated with toxic heavy metals, radio nuclides, and organic contaminants such as chlorinated solvents,