• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIFITAS METODE CERAMAH DAN METODE DEEP DIALOG DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X SEMESTER GANJIL DI SMA NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIFITAS METODE CERAMAH DAN METODE DEEP DIALOG DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X SEMESTER GANJIL DI SMA NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013"

Copied!
185
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIFITAS METODE CERAMAH DAN METODE DEEP DIALOG DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJARSISWA PADA MATA

PELAJARAN EKONOMI KELAS X SEMESTER GANJIL DI SMA NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN

2012/2013

(Skripsi)

Oleh

JOKO APRIANTO

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

EFEKTIFITAS METODE CERAMAH DAN METODE DEEP DIALOG DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJARSISWA

KELAS X SEMESTER GANJIL DI SMA NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN

2012/2013 Oleh

JOKO APRIANTO

Proses pembelajaran yang terjadi di satu periode terakhir ini menunjukkan penurunan mutu pembelajaran. Dimana selama satu dekade proses pembelajaran selalu berpusat pada guru bukan kepada siswa, dan pada saat berlangsungnya proses pembelajaran di kelas, interaksi aktif antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa jarang terjadi. Jika guru yang mengajar tidak memiliki kemampuan yang baik dan professional dalam proses pembelajarannya, sudah dapat

diabayangkan apa yang akan didapat oleh peserta didik nantinya.

Oleh sebab itu penelitian ini mengambil studi perbandingan terhadap siswa yang di ajarkan dengan metode Deep Dialog dan metode ceramah. Metode dalam penelitian ini adalah menggunakan metode Eksperimen dengan pendekatan observasi dan lapangan. Dengan menggunakan metode Random Sampling terpilihlah 2 kelas dimana salah satunya menjadi kelas Eksperimen. Dengan analisis yang dibantu dengan menggunakan program SPSS didapatlah hasil sebagai berikut:

1. Fhitung11,215 > Ftabel 4,00, berarti hipotesis diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pebedaan antara prestasi belajar siswa yang diberikan model pembelajaran Deep Dialog dengan siswa yang diberikan model pembelajaran Ceramah.

2. Fhitung 0,729 < Ftabel 4,00, berarti hipotesis ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa yang diberikan model pembelajaran Deep Dialog lebih rendah dibandingkan model pembelajaran Ceramah pada siswa yang berkemampuan awal tinggi.

3. Fhitung 16,916 > Ftabel 4,00, berarti hipotesis diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rata-rata prestasi belajar ekonomi pada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Deep Dialog lebih rendah dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Ceramah.

4. Fhitung 1,001 <Ftabel 4,00,berarti hipotesis ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal siswa pada prestasi belajar mata pelajaran ekonomi.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 11 April

1990, merupakan anak pertama dari dua bersaudara, putra dari

pasangan Bapak Sudarno dan Ibu Rumiyati.

Pendidikan formal yang pernah diselesaikan olehpenulis adalah :

1. SD Negeri 2 Kampung Baru dan selesai tahun 2002

2. SMP Negeri 29 Bandar Lampung dan selesai pada tahun 2005

3. SMA Negeri 5 Bandar Lampung selesai pada tahun 2008

Pada tahun 2008, penulis diterima sebagai mahasiswa di Universitas Lampung

pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Ekonomi melalui jalur Seleksi

Ujian Mandiri (UM).

Sebagai salah satu mata kuliah wajib, penulis dituntut untuk dapat

mengaplikasikan mata kuliah teori yang didapat selama diperkuliahan. Penulis

telah mengikuti dan melaksanakan program-program wajib perkuliahan yang

antara lain:

1. Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dan Studi Banding dengan tujuan Solo – Yogyakarta – Semarang – Bandung – Jakarta yang dilaksanakan pada

(9)

Panaragan Jaya, Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tulang

Bawang selama 40 hari, terhitung tanggal 30 Juni 2011 sampai 11 Agustus

2011.

3. Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMAN 1 Tulang Bawang Tengah.

Program Pengalaman Lapangan (PPL) ini berintegrasi dengan Kuliah

Kerja Nyata (KKN) sehingga waktu pelaksanaan bersamaan selama 3

bulan, terhitung tanggal 11 Juli 2011 sampai 30 September 2011.

Pengalaman organisasi penulis diantaranya yaitu menjadi anggota ASSETS

(Association of Economic Education Students) Pendidikan Ekonomi Universitas

(10)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat dan hidayah-Nyalah

skripsi ini dapat diselesaikan. Tidak terlupa shalawat dan salam kepada

Rasullulah Nabi Muhammad SAW atas penunjuk jalan kebenaran

bagi umat manusia di muka bumi.

Skripsi ini kupersembahkan

kepada:

Ayahandaku tersayang Sudarno dan Ibundaku tercinta Rumiyati, yang senantiasa menyayangiku dan mendoakan keberhasilanku.

Adikku tersayang Dina Marlina yang selalu memberikan do’a, keceriaan, mendukungku dan menantikan keberhasilanku.

Keluarga besar yang selalu memberi semangat dan motivasi demi keberhasilanku.

Seseorang yang spesial, Lutviana Fitri yang selalu menguatkan aku, betapa besar

arti kekuatan dari sebuah do’a

Sahabat-sahabat yang kusayangi

Para pendidik yang kuhormati

Keluarga Besar ASSETS (Association of Economic Education Students)

(11)

MOTO

Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalatmu Sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang

yang sabar

(Al-Baqarah: 153)

Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segunmpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar dengan Qalam. Dialah yang mengajar manusia segala yang belum

diketahui

(Q.S Al-‘Alaq 1-5)

Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa bahagia, tetapi hanya kamu sendiri yang menangis, dan

pada kematianmu semua orang menangis sedih, tetapi hanya kamu sendiri yang tersenyum

(Mahatma Gandhi)

Tanda kecerdasan sejati bukanlah pengetahuan tapi imajinasi. Jangan pernah berkecil hati atas apapun yang terjadi dalam

hidup

Inilah hidup penuh perjuangan dan do’a

(12)
(13)

SANWACANA

Alhamdulilah, segala puji bagi Allah Rabb semesta alam atas segala limpahan

nikmat dan karunia-Nya. Shalawat dan salam Nabi dan Murobbi terbaik umat

Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan orang-orang yang senantiasa

mengikuti ajaran dan sunnah-Nya. Atas izin Allah penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Efektifitas Metode Ceramah dan Metode Deep Dialog

Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas

X Semester Ganjil Tahun Ajaran 2012/2013” sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi

Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan,

bimbingan, motivasi, saran dan kritik yang telah diberikan olehsemua

pihak.Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman,M.Si., selaku Dekan FKIP Unila;

2. Bapak Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S., selaku Pembantu Dekan I FKIP Unila;

3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembantu Dekan II FKIP Unila;

4. Bapak Drs. Iskandarsyah, M.H., selaku Pembantu Dekan III FKIP Unila;

5. Bapak Drs. BuchoriAsyik, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial FKIP Unila;

6. Bapak Drs. Hi. Nurdin, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan

(14)

penulis;

7. Bapak Drs. Tedi Rusman, M.Si selaku pembimbing akademik sekaligus

sebagai pembimbing II yang telah banyak memberikan ilmu, motivasi, arahan

dan bimbingan kepada penulis;

8. Bapak Dr. R. Gunawan Sudarmanto S.Pd, S.E, M.M selaku Pembimbing I.

Terima kasih atas motivasi dan bimbingannya dalam penyelesaian skripsi ini;

9. Bapak dan Ibu Dosen FKIP Universitas Lampung khususnya Program Studi

Pendidikan Ekonomi terima kasih atas bantuan dan bimbingannya serta tiada

henti-hentinya mengingatkan penulis untuk terus belajar dan belajar;

10. Bapak Drs. Sugiarto, selaku Kepala SMA Negeri 5 Bandar Lampung;

11. Bapak Wahyu, S.Pd selaku guru mitra dalam penelitian ini;

12. Ayahanda Sudarno dan Ibunda Rumiyati,serta semua Keluarga Besarku yang

telah mendukung dan menyayangi serta berdoa untuk keberhasilanku;

13. Untuk teman spesial didalam hidupku Lutviana Fitri memberikan banyak

motivasi dan berdoa untuk keberhasilanku;

14.

Untuk sahabatku Dauzan, Lay, May, Fiqih, Ivan dan Angga terima kasih atas

motivasi dan dukungan kalian;

15. Untuk teman-teman seperjuanganku ECOUTION 2008 REGULER (Dini,Iis,

Fajaria, Selvina, Chitty,Aulia,Metra, Nesti, Ratih IW, Ria, Sri, Santi, Citra,

Desi, Devy, Dinar, Dyah, Eka N, Elda, Ellysa, Dila, Endryan, Ferli, Fiqih,

Freddy, Galih, Gika, Kiki, Lisa, Udin, Marsel, Maya, Meyta, Ulan, Pepi, Puji,

Rahma, Fani, Rosi, Rudi, Ewa, Evo, Windy, Dani, Yana,Anggia,dan Yuli),

(15)

Ayu, Dede, Desi S, Durotul, Eka R, Ela, Ernia, Iin, Ika P, Joko, Acc, Meli,

Ana, Nur KD, Osie, Ratih CN, Mai, Rachma, Suryo, Wina, Andrian, Aris,

Chintya, Desi MS, Ucil, Dwinta, Zie, Ika N, Kris, Lia, Meri, Mina, Ony,

Mitha, Rahmat, Rini, Sigit, Siti Ruhibah, Vita dan Yenni), terimakasih atas

do’a dan dukungannya;

17. Ibu Rita, Om Herdi, Kak Haris dan Wardani terima kasih atas semua

masukan dan informasi yang telah kalian berikan.

18. Seluruh Kakak tingkat serta adik-adik tingkat 2007, 2009, 2010,2011 dan

2012 yang sudah berkarya maupun yang masih berusaha berkarya semoga

sukses;

19. Rekan-rekan seperjuangan KKN dan PPL di SMA N 1 Tuba Tengah, Tulang

Bawang;

20. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas sumbangan

pemikiran dan dukungan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena

itu kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan tangan

terbuka dan ucapan terima kasih. Namun demikian, penulis berharap semoga

tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada

khususnya.

Bandar Lampung, 20 Februari 2014

Penulis

(16)

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 9

1.3 Pembatasan Masalah ... 9

1.4Rumusan Masalah ... 10

1.5Tujuan Penelitian ... 11

1.6Kegunaan Penelitian ... 12

1.7 Ruang Lingkup Penelitian ... 13

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS 2.1 Prestasi Belajar... 12

2.2 Pembelajaran ... 21

2.2.1 Pembelajaran Kooperatif ... 21

2.2.2 Keuntungan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif ... 28

2.2.3 Pembelajaran Dialog (dialogue) ... 29

2.2.4 Pembelajaran Ceramah ... 51

2.2.5 Efektivitas Pembelajaran ... 59

2.2.6 Penguasaan Konsep ... 61

2.2.7 Kemampuan Awal ... 64

2.3 Hasil Penelitian yang Relevan .. ... 68

(17)

3.1 Rancangan Penelitian ... 74

3.6.3 Pembelajaran Kooperatif Dialog (PKD) ... 79

3.6.4 Pembelajaran Ceramah ... 81

3.7 Uji Persyaratan Instrumen ... 81

3.7.1 Validitas Instrumen ... 82

3.7.2 Reliabilitas Instrumen ... 84

3.7.3 Uji Tingkat Kesukaran ... 85

VI. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 93

4.2 Diskripsi Data ... 96

4.3 Pengujian Persyaratan Analisis Data ... 127

4.4 Prestasi Belajar Ekonomi Di Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 129

4.5 Pengujian Hipotesis ... 133

4.6 Pembahasan ... 136

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 143

5.2 Saran ... 145

(18)

I. PENDAHULUAN

Pembahasan pada bab pendahuluan ini akan disampaikan beberapa hal pokok

yang berupa latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan

masalah. Hal-hal pokok lain yang perlu disampaikan yaitu rumusan masalah,

tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan ruang lingkup penelitian. Pembahasan

ini akan diawali dengan menyajikan latar belakang masalah.

1.1 Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran yang terjadi di satu periode terakhir ini menunjukan

penurunan mutu pembelajaran. Dimana selama satu dekade proses pembelajaran

selalu berpusat pada guru bukan kepada siswa, dan pada saat berlangsungnya

proses pembelajaran di kelas, interaksi aktif antara siswa dengan guru atau siswa

dengan siswa jarang terjadi. Jika guru yang mengajar tidak memiliki kemampuan

yang baik dan professional dalam proses pembelajarannya, sudah dapat

diabayangkan apa yang akan didapat oleh peserta didik nantinya.

Guru dalam melaksanakan pembelajaran dituntut untuk selalu profesioanal dalam

mendidik peserta didiknya. Profesionalisme guru sangat ditentukan oleh

kemampuannya memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran, untuk

menunjang kelancaran tugas profesinya. Dalam melaksanakan kompetensi

(19)

perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, terutama penggunaan strategi dan

metode pembelajaran. Salah satu syarat yang wajib diperhatikan oleh seorang

guru jika ingin melaksanakan strategi dan metode pembelajaran yang baik dan

efektif adalah dengan memperhatikan seutuhnya kebutuhan peserta didik yang

memiliki kemampuan awal yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya.

Penggunaan strategi dan metode pembelajaran diharapkan dapat mengoptimalkan

proses pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas, siswa termotivasi

untuk belajar dengan senang, sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan

penguasaan terhadap materi yang dipelajari.

Mengajar akan efektif dan berhasil jika kemampuan peserta didik diperhatikan

secara baik dengan memperhatikan kemampuan awal yang dimiliki siswa. Guru

dalam menyampaikan pembelajaran atau mentransfer informasi harus

memperhatikan kondisi peserta didik, agar peserta didik dapat berhasil dalam

belajar dengan memiliki kemampuan dalam memperoses informasi. Guru harus

mampu memilih strategi, metode, dan materi pembelajaran yang disesuaikan

dengan kemampuan siswa, serta materi yang akan disampaikan.

Kondisi di SMAN 5 Bandar Lampung berdasarkan pengamatan saat melakukan

penelitian pendahuluan, dalam menanamkan konsep pada umumnya guru masih

meggunakan metode konvensional, dimulai dari menjelaskan materi, memberi

contoh, kemudian dilanjutkan dengan latihan soal dari LKS atau buku paket,

sehingga dalam penerapannya guru sangat aktif tetapi hasilnya siswa menjadi

pasif, dan kemampuan guru ekonomi kelas X pada SMAN 5 Bandar Lampung

(20)

ceramah. Keberhasilan kegiatan pembelajaran mata pelajaran ekonomi dan tingkat

penguasaan konsep yang dipelajari sangat tergantung dari penguasaan konsep

awal, dan kenyamanan dalam belajar baik suasana lingkungan maupun perasaan

peserta didik, juga metode yang dapat membuat siswa aktif dikelas. Hal ini

menunjukkan pembelajaran akuntansi kurang bermakna untuk mencapai tujuan

yang hendak dicapai.

Mata pelajaran ekonomi di SMA/MA merupakan bagian dari rumpun mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), mata pelajaran ini mulai dipelajari di

kelas X IPS semester genap. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan melalui

wawancara dan data – data yang didapat dari pihak sekolah khususnya untuk mata

pelajaran ekonomi dikelas X (sepuluh) pada SMAN 5 Bandar Lampung, terdapat

beberapa masalah yang masih dikesampingkan oleh guru mata pelajaran ekonomi

seperti ketidakefektifan dalam penggunaan metode ceramah yang hanya berpusat

pada guru.

Proses pembelajaran di kelas yang hanya berpusat pada guru mengakibatkan

interaksi aktif antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa jarang sekali

terjadi. Siswa yang aktif bertanya rata-rata hanya mencapai 3 (tiga) hingga 5

(lima) orang pada saat KBM berlangsung. Kebanyakan siswa malu dan malas

bertanya kepada guru walaupun belum memahami, begitu juga siswa malas

bertanya dengan temannya sendiri yang sudah lebih mengerti, ini adalah akibat

dari metode pembelajaran guru yang kurang melibatkan siswa dikelas. KBM yang

berpusat pada guru akan membuat suasana pembelajaran kurang menyenangkan,

para siswa akan lebih senang bercanda, coret-coret buku, mengobrol, dan

(21)

siswa pada mata pelajaran ekonomi terbilang rendah. Penguasaan konsep mata

pelajaran ekonomi yang rendah akan membuat kurang terampilnya siswa dalam

menjawab soal-soal dan perhitungan yang sudah diajarkan, mereka hanya akan

menjawab sesuai dengan teori yang ada tanpa ada pengembangan jawaban yang

lebih lanjut karena kurangnya pemahaman siswa.

Masalah lain yang terlihat saat melakukan penelitian pendahuluan lainya adalah

kurangnya perhatian guru dalam mengamati kemampuan awal dan perkembangan

siswa dalam penguasaan konsep pembelajaran ekonomi. Hal ini membuat siswa

merasa tidak diperhatikan dalam KBM mata pelajaran ekonomi. Hubungan

emotional antara guru dan murid yang tidak terjalin dengan baik serta penggunaan

metode yang tidak menarik secara tidak langsung akan mempengaruhi hasil

belajar siswa.

Hal ini terbukti dari hasil ulangan siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas X

semester ganjil di SMA Negeri 5 Bandar Lampung belum mencapai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) terutama pada bagian pengikhtisaran, perhitungan,

penyusutan nilai ekonomi dari suatu barang, perhitungan pajak dan pemahaman

istilah-istilah ekonomi . Nilai Kritria Ketuntasan Minimal (KKM) yang berlaku di

SMA Negeri 5 Bandar Lampung adalah 70. Dilihat dari penguasaan materi bahan

kurikulum, penguasaan konsep yang diperoleh siswa secara keseluruhan daya

serapnya baru mencapai 19,26% dan kurang dari 80,74% siswa nilai ekonominya

belum mencapai KKM. Hal ini dapat dilihat dari nilai yang diperoleh siswa

selama mengikuti kegiatan pembelajaran, yang mencerminkan tingkat

(22)

pendahuluan yang dilakukan, diketahui prestasi belajar ekonomi siswa kelas X

IPS di SMAN 5 Bandar Lampung 2011-2012 dengan rincian Tabel 1.1 sebagai

berikut.

Tabel 1.1 Hasil ulangan harian ekonomi siswa kelas X semester ganjil SMAN 5 Bandar Lampung TP.2011-2012

No Kelas Interval Frekuensi Persentase

1 25 - 30 16 14,68

Sumber : Arsip nilai guru mata pelajaran ekonomi semester ganjil 2011-2012

Data pada Tabel 1.1 di atas, maka tingkat prestasi belajar ekonomi siswa kelas X

SMAN 5 Bandar Lampung berdasarkan KKM yang telah ditetapkan, dapat

diringkas sebagai berikut.

Tabel 1.2 Prestasi belajar ekonomi siswa SMAN 5 Bandar Lampung sesuai KKM

No KKM Frekuensi Persentase

1 < 70 88 80,74

2 ≥ 70 21 19,26

Jumlah 109 100

Berdasarkan data Tabel 1.2 tersebut, ternyata prestasi siswa yang menguasai

(23)

Sedangkan 80,74% atau 88 siswa belum mencapai KKM, dengan kriteria

ketuntasan minimal adalah sebesar 70. Dengan demikian penguasaan pelajaran

ekonomi siswa masih tergolong rendah. Pendapat Djamarah dan Zain (2006:128)

apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 65 % dikuasai siswa, maka

prestasi keberhasilan siswa pada mata pelajaran tersebut tergolong rendah.

Kenyataan diatas merupakan resefrentatif dimana proses pembelajaran

ditunjukkan dengan kurang aktifnya siswa dalam berinteraksi dalam proses

pembelajaran. Proses bahan-bahan yang dipelajari sulit diserap, sehingga

penguasaan konsep menjadi rendah. Rendahnya prestasi siswa dalam

pengikhtisaran siklus akuntansi perusahaan dagang diduga disebabkan oleh

beberapa faktor, yaitu kemampuan aritmatika, pemahaman kalimat soal ekonomi,

dan analisis transaksi ekonomi. Pada pelajaran ekonomi banyak latihan-latihan

soal yang harus di selelesaikan siswa guna meningkatkan pemahaman konsep

materi yang sudah dipelajari. Siswa sering terlihat penuh ketegangan dalam

menyelesaikan soal-soal yang sulit.

Berkaitan dengan uraian di atas, maka sangat diperlukan kompetensi guru dalam

proses pembelajaran ekonomi, khususnya dalam menentukan strategi

pembelajaran yang tepat, termasuk keefektivitasan dalam memilih dan

menggunakan strategi dan metode pembelajaran serta alat peraga. Pembelajaran

akuntansi tidak boleh diartikan hanya terdapat keharusan menyampaikan konsep,

prinsip, dan teori tetapi juga harus menekankan bagaimana cara untuk

(24)

prinsip, dan teori dengan baik maka siswa perlu dilatih untuk mampu mengamati,

mengelompokkan, menafsirkan, menganalisa dan mengkomunikasikan.

Guru dalam proses belajar, untuk meningkatkan prestasi belajar siswa seharusnya

tidak hanya memiliki kemampuan mengembangkan ilmu pengetahuan saja, tetapi

lebih pada memiliki kemampuan untuk melaksanakan pembelajaran yang menarik

dan bermakna bagi siswa. Menurut teori belajar kognitif Ausubel, dalam

Herpratiwi (2009: 26) proses belajar akan mendatangkan hasil atau bermakna

kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat

menghubungkannya dengan konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur

kognisi siswa. Teori belajar bermakna Ausubel menekankan pentingnya pelajar

mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru ke dalam sistem

pengertian yang telah dipunyai. Dengan demikian diharapkan dalam proses

belajar itu siswa aktif.

Untuk mencapai tujuan di atas, guru harus mengembangkan pola pembelajaran

yang inovatif, efektif, sehingga motivasi belajar dan hasil belajar siswa kelas X

meningkat. Guru harus mengenal dan menguasai dengan baik metode dan teknik

penyajian, sehingga guru mampu mengkombinasikan penggunaan metode tesebut

sekaligus. Metode ceramah digunakan guru apabila meyampaikan informasi

tentang suatu pokok bahasan atau pesoalan tertentu, terlalu lama membuat siswa

pasif dan membosankan, dan kurang merangsang pengembangan kreatifitas dan

ketrampilan mengemukakan pendapat serta kerjasama siswa.

Tindakan guru yang dilakukan pada proses pembelajaran dapat merubah suasana

(25)

dan menyenangkan. Salah satu tindakan dengan menerapkan kooperatif model

dialog, dengan harapan penerapan kooperatif model dialog dapat meningkatkan

pemahaman dan penguasaan konsep ekonomi perusahaan dagang dan

pemerintahan. Suasana pembelajaran akan lebih menarik dan rileks, disamping

menumbuhkan tanggung jawab, ketelitian, kerjasama, persaingan sehat,

keterlibatan belajar, dan merangsang perserta didik untuk lebih banyak bertanya.

Karakteristik strategi pembelajaran koopertaif model dialog yang dikembangkan

dalam usaha mengoptimalkan pemahaman dan penguasaan konsep dan hasil

belajar siswa. Pembelajaran kooperatif model dialog memunculkan adanya

kelompok dan kerjasama dalam belajar. Model ini digunakan untuk mata

pelajaran ekonomi dengan waktu yang dipergunakan untuk mereview lebih efektif

dan efisien jika dibandingkan dengan menggunakan metode ceramah. Pemahaman

konsep akan lebih baik, karena harus mencari jawaban yang tepat dengan suasana

belajar yang menyenangkan.

Menurut Endang (2001: 99), bahwa kegiatan pembelajaran akan berhasil jika

seseorang yang belajar merasa senang dan tertarik. Untuk menimbulkan rasa

senang belajar dapat dilakukan sambil bermain dalam arti tidak terjadi ketegangan

antara yang belajar dengan mengajar. Belajar dan bemain itu dua hal yang berbeda

(26)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang ada di

lokasi penelitian dapat diidentifikasi sebagai berikut.

1. Prestasi belajar siswa masih rendah, khususnya pada siswa kelas X

SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012.

2. Kurangnya minat belajar siswa terhadap pelajaran ekonomi.

3. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered), sehingga

siswa menjadi pasif.

4. Keaktifan siswa dalam pembelajaran sangat kurang sehingga siswa

tidak dapat menggali potensi diri.

5. Belum digunakannya model pembelajaran kooperatif dalam

pembelajaran ekonomi.

6. Belum diketahuinya penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

Deep Dialog dan model pembelajaran kooperatif tipe Ceramah yang

meningkatkan prestasi untuk materi tertentu pada dibidang studi

ekonomi.

7. Kemampuan awal siswa masih belum dijadikan dasar dalam

(27)

Pembatasan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, terlihat

bahwa permasalahan yang terjadi di lokasi penelitian tidak dapat untuk

dipecahkan semuanya. Hal ini karena adanya keterbatasan baik waktu, tenaga,

maupun biaya. Berkenaan dengan berbagai keterbatasan tersebut, maka penelitian

ini hanya akan dibatasi pada pembelajaran kooperatif metode Deep Dialog,

kemampuan awal siswa, dan penguasaan konsep pembelajaran ekonomi.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan

masalah, maka masalah yang akan dikaji dengan penelitian ini dirumuskan

sebagai berikut.

1. Apakah terdapat perbedaan antara prestasi belajar ekonomi siswa yang

menggunakan model Pembelajaran Deep Dialog dibandingkan dengan

menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Ceramah?

2. Apakah prestasi belajar mata pelajaran ekonomi yang pembelajarannya

menggunakan model Pembelajaran Deep Dialog lebih tinggi dibandingkan

model Pembelajaran Kooperatif Tipe Ceramah pada siswa yang

berkemampuan awal tinggi?

3. Apakah prestasi belajar mata pelajaran ekonomi yang pembelajarannya

menggunakan model Pembelajaran Deep Dialog lebih rendah dibandingkan

yang pembelajarannya menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tipe

(28)

4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal

siswa pada hasil belajar mata pelajaran ekonomi?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan

sebagai berikut.

1. Mengetahui apakah terdapat perbedaan antara prestasi belajar ekonomi

siswa yang diberikan model Pembelajaran Deep Dialog dengan siswa yang

diberikan Pembelajaran Kooperatif Tipe Ceramah.

2. Mengetahui keefektifan model Pembelajaran Deep Dialog dibandingkan

model Pembelajaran Kooperatif Tipe Ceramah dalam pencapaian prestasi

belajar ekonomi pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi.

3. Mengetahui keefektifan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Ceramah

dibandingkan model Pembelajaran Deep Dialog dalam pencapaian prestasi

belajar ekonomi pada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah.

4. Mengetahui ada interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan

awal pada hasil belajar mata pelajaran ekonomi.

1.6 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu kegunaan

teoritis dan kegunaan praktis/empirik.

1.6.1 Secara teoritis, kegunaan penelitian ini dinyatakan sebagai berikut.

1. Menyajikan strategi pembelajaran kooperatif Deep Dialogdalam upaya

(29)

lebih lanjut tentang hal yang sama dengan menggunaan pendekatan dan

metode pembelajaran lain yang belum digunakan dalam penelitian ini.

1.6.2 Secara praktis/empirik, kegunaan penelitian ini dinyatakan sebagai berikut.

Kegunaan penelitian secara empirik pada dasarnya dikelompokkan menjadi

tiga, yaitu bagi guru ekonomi, bagi siswa, dan bagi sekolah.

Bagi Guru Ekonomi

1. Memberikan masukan bagi guru dalam menerapkan strategi

pembelajaran kooperatif dialog di kelas.

2. Mendorong kreativitas guru dalam mengajar, sehingga pembelajaran

lebih bervariasi dan menyenangkan.

3. Dapat meningkatkan profesionalisme guru.

Bagi Siswa

1. Meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap pembelajaran ekonomi.

2. Meningkatkan keaktifan dan saling kerjasama antar siswa dalam

pembelajaran ekonomi.

3. Meningkatkan hasil belajar siswa yang lebih baik dengan suasana belajar

(30)

Bagi Sekolah

1. Dapat meningkatkan nama baik sekolah melalui peningkatan motivasi

belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif dialog.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi Kepala Sekolah untuk melakukan

kajian bagi guru-guru dalam melaksankan pembelajaran di kelas.

3. Untuk memberikan kontribusi yang baik dalam peningkatan proses

pembelajaran dimasa yang akan datang.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

Pembahasan pada ruang lingkup penelitian ini akan di fokuskan pada pembahasan

ruang lingkup penelitian dan ruang lingkup ilmu. Untuk memberikan kejelasan

keilmuan dalam cakupan pendidikan IPS, rincian selengkapnya sebagai berikut.

1.7.1 Ruang Lingkup Penelitian

Fokus ruang lingkup penelitian yaitu pembelajaran kooperatif dialog dan

ceramah pada peningkatan prestasi dalam belajar siswa khususnya siswa

kelas X SMA Negeri 5 Bandar Lampung, kemampuan awal siswa.

1.7.2 Ruang Lingkup Bidang Kajian IPS

Sebagaimana dipahami bersama, bahwa kajian tentang IPS (sosial studies)

lebih di fokuskan pada tema-tema yang mencakup sepuluh tema IPS.

Ruang lingkup kajian IPS sebagai mata pelajaran dan pendidikan disiplin

(31)

maupun disiplin ilmu. Landasan ini akan dapat memberikan

pemikiran-pemikiran mendasar tentang pengembangan struktur, metodologi, dan

pemanfaatan Pendidikan Ilmu pengetahuan Sosial (PIPS) sebagai

pendidikan disiplin ilmu. Dalam kesepuluh tema di atas, pembahasan yang

berkaitan dengan ekonomi adalah tema produksi, konsumsi dan distribusi.

Menurut Abdullah (1992 : 5) dalam Supardan (2007 : 366), ilmu ekonomi

adalah ilmu yang mempersoalkan kebutuhan dan pemuas kebutuhan

manusia. Kebutuhan, yaitu suatu keperluan manusia terhadap barang dan

jasa yang sifat dan jenisnya sangat bermacam-macam dalam jumlah yang

tidak terbatas. Pemuas kebutuhan mempunyai ciri-ciri terbatas.

Bidang kajian dalam penelitian ini berkonsentrasi pada penelitian

pendidikan ekonomi yang di dalamnya terdapat pendidikan akuntansi yang

merupakan bagian dari kawasan ekonomi. Ilmu ekonomi adalah suatu studi

tentang bagaimana langkanya sumber-sumber dimanfaatkan untuk

memenuhi keinginan manusia yang tidak terbatas. Pada mata pelajaran

akuntansi keterkaiatan dengan sepuluh tema di atas adalah tema waktu,

berkelanjutan dan perubahan, tema individu, group dan lembaga.

Penyusunan transaksi akuntansi harus secara kronologis atau berurutan

waktu, berkelanjutan dan selalu ada perubahan. Informasi akuntansi sangat

diperlukan oleh individu, karyawan, pemberi kredit, lembaga pemerintah

maupun swasta. Juga pada tema ilmu pengetahuan teknologi dan

(32)

laporan keuangan, dengan menggunakan teknologi informasi yang baik

untuk keperluan masyarakat pemakai informasi akuntansi.

Kompetensi tersebut dapat dikaitkan dengan semua kegiatan ekonomi, pada

penyusunan siklus akuntansi harus memperhatikan kapan waktu penyusunan

pencatatan, untuk siapa pencatatan dibuat, kenapa harus disusun, sampai

kapan harus dibuat, dan bagaimana caranya manusia dapat membuat

laporan. Karena selama perusahaan masih berjalan maka pencatatan

akuntansi akan terus dibuat secara berkelanjutan dan mengalami perubahan

sesuai dengan volume kegiatan perusahaan.

Akuntansi merupakan seperangkat pengetahuan untuk menghasilkan

informasi yang bermanfaat. Seperangkat pengetahuan tersebut merupakan

suatu system pencatatan, pengelompokkan, pengikhtisaran atau

mengkalsifikasikan suatu transaksi keuangan guna menghasilkan laporan

keuangan. Laporan keuangan tersebut dapat dijadikan salah satu dasar dalam

pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang berkepentingan baik

investor, kreditor, pemerintah, management, karyawan maupun masyarakat

luas.

1.7.3. Subjek Penelitian

Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah prestasi siswa

yang diajarkan dengan metode pembelajaran kooperatif tipe dialog.

1.7.4. Objek Penelitian

(33)

1.7.5. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah semester ganjil tahun ajaran 2011-2012.

1.7.6. Tempat Penelitian

Tempat penelitian pada penelitian ini adalah SMA Negeri 5 Bandar

(34)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

Pembahasan pada bab II ini akan disampaikan beberapa hal pokok yang berupa

tinjauan pustaka, hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir, dan hipotesis.

Dalam sub-sub pokok pembahasan yang perlu disampaikan yaitu belajar dan

pembelajaran, pembelajaran kooperatif, kooperatif dialog, pembelajaran ceramah,

efektivitas pembelajaran, penguasaan konsep, mata pelajaran ekonomi,

kemampuan awal. Pembahasan ini akan diawali dengan menyajikan belajar dan

pembelajaran.

2.1 Prestasi Belajar

Prestasi belajar terdiri atas dua kata, yaitu prestasi dan belajar. Makna prestasi

menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti hasil yang telah dicapai dari

yang telah dilakukan. Sedangkan pengertian belajar benyak yang dikemukakan

para ahli antara lain belajar adalah proses yang aktif untuk membangun

pengetahuan dan keterampilan siswa. Dengan demikian prestasi belajar berarti

hasil yang telah dicapai dari proses belajar.

Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.

Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yaitu memahami

(35)

suatu aktivitas yang menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai

akibat dari upaya-upaya yang dilakukannya.

Dipertegas lagi oleh Djamarah (2002:13) :

“belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi

dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, efektif, dan psikomotor”.

Berdasarkan uraian diatas, belajar merupakan perubahan yang terjadi pada diri

individu dari yang tidak tahu menjadi tahu.

Menurut Djamarah (2002: 15-16) ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut:

1. Perubahan yang terjadi secara sadar.

2. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional. 3. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. 4. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. 5. Perubahan mencangkup seluruh aspek tingkah laku.

Prestasi belajar merupakan tolak ukur dalam dunia pendidikan, khususnya

sekolah. Setelah menjalani proses pembelajaran, maka siswa akan mendapatkan

hasil belajar sesuai dengan apa yang dilakukannya. Hasil belajar tersebut

dinyatakan berupa angka dan huruf. Sesuai pendapat Ahmadi 2002:21 , “Prestasi

belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha kegiatan belajar dan

perwujudan prestasinya dapat dilihat dengan nilai yang diperoleh dari setiap

mengikuti tes”. Sedangkan menurut Hamalik 2001:43 , “Prestasi belajar adalah

hasil usaha kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, atau

kalimat yang mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam

(36)

Berdasarkan pendapat tersebut, prestasi belajar adalah sesuatu yang dicapai

peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.

Menurut Djamarah (2002: 10) dalam belajar terdapat hal-hal yang harus

diperhatikan agar prestasi belajar dapat dicapai dengan baik, yaitu

1. Belajar dengan teratur, 2. disiplin,

3. konsentrasi, 4. pengaturan waktu.

Menurut Slameto dalam Ratnawuri (2007: 20) , faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dibedakan menjadi dua yaitu

1. faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, yaitu faktor jasmaniah (faktor kesehatan, cacat tubuh), factor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan), serta factor kelelahan.

2. Factor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu, yaitu faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi guru dengan siswa, relasi siswa-siswa, disiplin sekolah).

Menurut Umar Hamalik (2004: 48) Prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku

yang diharapkan pada siswa setelah dilakukan proses mengajar.

Prestasi belajar ekonomi yang dicapai siswa merupakan hasil dari interaksi

dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri siswa

(internal), maupun dari luar siswa (eksternal). Pengenalan terhadap faktor-faktor

yang mempengaruhi prestasi belajar sangat penting dalam rangka membantu

(37)

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil atau prestasi belajar adalah

1. Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri siswa. Faktor

internal ini dibagi menjadi tiga factor yaitu

a. Faktor Jasmaniah.

Seperti: kesehatan dan cacat tubuh.

b. Faktor Fisikologis.

Seperti: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif kematangan dan

kesiapan.

c. Faktor Kelelahan.

2. Faktor eksternal adalah factor yang dating dari luar diri siswa. Faktor

eksternal ini juga dibagi menjadi tiga faktor yaitu

a. Faktor Keluarga.

Seperti: cara orang tua mendidik, suasana rumah, keadaan ekonomi.

b. Faktor Sekolah.

Seperti: metode mengajar, kerikulum, relasi guru dengan siswa, relasi

siswa dengan siswa, alat peraga, tugas rumah, keadaan gedung, waktu

belajar dan disiplin.

c. Faktor Masyarakat

Seperti: teman bergaul, bentuk kehidupan, keiatan siswa dalam

masyarakat, dan media masa (Slameto, 2003: 54-72).

Menurut Mulyadi (2001: 8), ilmu ekonomi merupakan ilmu yang mempelajari

cara manusia dalam memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas dengan sumber

(38)

Berdasarkan uraian di atas, prestasi belajar ekonomi adalah hasil yag dicapai

siswa dalam mata pelajaran ekonomi setelah siswa mengikuti kegiatan belajar

mengajar yang dilaksanakan di sekolah dan diwujudkan dalam bentuk nilai dari

guru kepada muridnya pada jangka waktu tertentu. Penilaian yang dilakukan oleh

guru adalah sebagai dasar untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan

selama siswa mengikuti proses belajar.

2.2. Pembelajaran

Pembahasan belajar dan pembelajaran akan disampaikan beberapa sub pokok bahasan

yang akan dikaji meliputi, pengertian pembelajaran, dan pembelajaran kooperatif.

Pembahasan ini akan diwali dengan mengkaji pengertian pembelajaran.

2.2.1 Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran akan lebih bermakna apabila guru mampu melibatkan siswa secara

aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran

yang berpusat pada siswa (student oriented). Pembelajaran kooperatif merupakan

strategi pembelajaran dalam kelompok kecil yang bekerja sama untuk

memaksimalkan penguasaan tentang apa yang dipelajari siswa. Dalam

pembelajaran kooperatif terjadi proses saling membantu di antara

anggota-anggota kelompok.

Menurut Nana Sudjana (2005: 76) metode pembelajaran adalah, “Metode

pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan

(39)

Sedangkan M. Sobri Sutikno 2009: 88 menyatakan, “Metode pembelajaran

adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar

terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan”.

Pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi yang asah, asih, dan asuh sehingga

tercipta masyarakat belajar (learning community). Siswa tidak hanya belajar dari

guru, tetapi juga dari sesama teman (Sugiyanto, 2010: 40). Ide utama belajar

kooperatif adalah siswa bekerja sama untuk belajar dan bertanggung jawab pada

kemajuan belajar temannya. Belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan

kesuksesan kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok

mencapai tujuan atau penguasaan materi (Slavin, 1995) dalam Tianto (2009 : 57).

Menurut Sugiyanto (2010: 37) pembelajaran kooperatif (cooperative learning)

adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil

siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai

tujuan belajar. Dua atau lebih individu saling berinteraksi dan bekerjasama untuk

(40)

Johnson (1994) dalam Trianto (2009: 57), menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk meningkatkan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Karena siswa bekerja dalam suatu tim, maka dengan sendirinya dapat

memperbaiki hubungan di antara para siswa dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan proses kelompok dan pemecahan masalah (Louissell and Descamps,1992 dalam Trianto, 2009: 57).

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat

elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen-elemen pembelajaran koopertaif menurut Lie

(2004) dalam Sugiyanto (2010: 40) adalah (1) saling ketergantungan positif; (2)

interaksi tatap muka; (3) akuntabilitas individual, dan (4) keterampilan untuk

menjalin hubungan antara pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja

diajarkan.

Sedangkan menurut Ibrahim (2000: 2) model pembelajaran kooperatif merupakan

model pembelajaran yang membantu siswa mempelajari isi akademik dan

hubungan sosial. Ciri khusus pembelajaran kooperatif mencakup lima unsur yang

harus diterapkan, yang meliputi; saling ketergantungan positif, tanggung jawab

perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi proses

kelompok (Lie, 2003: 30).

Model pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang sama sekali baru bagi guru.

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam

kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan

rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku

yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender. Model pembelajaran

(41)

pembelajaran. Dalam belajar kooperatif, diharapkan kelak akan muncul generasi

baru yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan memiliki solidaritas

sosial yang kuat.

Sagala (2003 : 215) mengatakan bahwa metode kooperatif (kerja kelompok) adalah cara pembelajaran anak didik dipandang sebagai satu kesatuan tersendiri, untuk mencari satu tujuan pelajaran yang tentu dengan bergotong royong. Metode kerja kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok, mengandung pengertian bahwa siswa dalam suatu kelas dipandang sebagai suatu kesatuan (kelompok) tersendiri, atau dibagi atas kelompok-kelompok kecil atau sub-sub kelompok. Kelompok bisa dibuat berdasarkan perbedaan individual dalam kemapuan belajar, perbedaan minat dan bakat belajar, jenis kegiatan, wilayah tempat tinggal,

random, dan sebagainya.

Menurut Arends (1997: 11) dalam Trianto (2009: 65) menyatakan bahwa

pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai

berikut.

1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar.

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah;

3. Anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin beragam; dan

4. Pemberian penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu.

Menurut Slavin (1995); Eggen and Kauchak dalam Trianto (2009: 56), belajar

kooperatif, siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 4 atau 5

orang untuk bekerja sama dalam menguasai materi yang diberikan guru. Adapun

Artzt and Newman (1990: 448) dalam Trianto (2009: 56) menyatakan dalam

belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan

tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

Kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam

(42)

untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Pembelajaran kooperatif

adalah model pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok kecil dengan

memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa

bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan

teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari

sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi nara sumber bagi

teman yang lain. Jadi Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran

yang mengutamakan kerjasama di antara siswa untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

Struktur tujuan kooperatif terjadi jika siswa dapat mancapai tujuan mereka hanya

jika siswa lain dengan siapa mereka bekerja sama mencapai tujuan tersebut.

Tujuan-tujuan pembelajaran ini mencakup tiga jenis tujuan penting, yaitu hasil

belajar akademis, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan

keterampilan (Ibrahim, dkk, 2000: 7).

Tujuan pertama pembelajaran kooperatif, yaitu meningkatkan hasil akademik,

dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Siswa yang

lebih mampu akan menjadi nara sumber bagi siswa yang kurang mampu, yang

memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Sedangkan tujuan yang kedua,

pembelajaran kooperatif memberi peluang agar siswa dapat menerima

teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar. Perbedaan tersebut

antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial.

Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengembangkan

(43)

tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk

bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan

sebagainya. Pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang positif untuk siswa

yang hasil belajarnya rendah sehingga mampu memberikan peningkatan hasil

belajar yang signifikan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif memerlukan kerjasama antar siswa dan saling ketergantungan dalam

struktur pencapaian tugas, tujuan, dan penghargaan. Keberhasilan pembelajaran

ini tergantung dari keberhasilan masing-masing individu dalam kelompok,

keberhasilan tersebut sangat berarti untuk mencapai tujuanyang positif dalam

belajar kelompok. Pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling

tergantung satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan bersama. Siswa menyadari

bahwa tujuan mereka akan tercapai hanya jika siswa lainnya juga mencapai tujuan

tersebut. Untuk itu setiap anggota berkelompok bertanggung jawab atas

keberhasilan kelompoknya. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran

kooperatif didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka

harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya.

Pelaksanaan pembelajaran kooperatif terdapat enam langkah-langkah kooperatif,

dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan motivasi siswa

untuk belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi, seringkali dengan bahan

bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam

tim-tim belajar. Tahapan ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama

(44)

kooperatif meliputi fersentasi hasil kerja kelompok atau evaluasi tentang apa yang

telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok

maupun individu. Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif dapat

di lihat pada Tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2 Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotifasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotifasi siswa belajar

Fase 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

Fase 3

Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa

bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

Fase 4

Membimbing kelompok kerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Fase 5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing mempersentasikan hasil kerjanya

Fase 6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

Sumber: Ibrahim, dkk (2000:10).

Langkah-langkah pembelajaran menurut Sanjaya (2008: 312), prosedur

pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu (1)

(45)

tim. Pembelajaan kooperatif bahwa anak aktif dalam menyusun pengetahuan

mereka.

Dengan demikian, pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan

lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mareka saling

berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk

saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Penghargaan

atau pengakuan diberikan kepada kelompok sehingga anggota kelompok dapat

memahami bahwa membantu orang lain adalah demi kepentingan mereka juga.

Sedangkan tanggung jawab individual merupakan bentuk akuntabilitas individu di

mana setiap orang memiliki kontribusi yang penting bagi tim atau kelompok.

2.2.2 Keuntungan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Berdasarkan unsur-unsur dan prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif, maka akan

kita bahas keuntungan dan kelemahan pembelajaran kooperatif. Menurut

Sugiyanto (2010:43), keuntungan penggunaan pembelajaran kooperatif, ada

banyak nilai pembelajaran kooperatif, antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.

2. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi perilaku sosial.

3. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.

4. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen.

5. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.

6. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa. 7. Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan.

8. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.

9. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif.

(46)

11.Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas.

Menurut Usman (2002 : 50) kelemahan model pembelajaran kooperatif sebagai

berikut.

1. Terlalu banyak persiapan-persiapan dan pengaturan yang kompleks dibanding dengan metode lainnya.

2. Bilaman guru kurang kontrol maka akan terjadi persaingan yang negatif antar kelompok.

3. Tugas-tugas yang diberikan kadang-kadang hanya dikerjakan oleh segelintir siswa yang cakap dan rajin, sedangkan siswa yang malas akan menyerahkan tugas-tugasnya kepada temannya dalam kelompok tersebut.

Keuntungan dan kelemahan yang telah diuraikan di atas, tentu saja seorang guru

harus mampu memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan kelemahan, serta

dapat menganalisis kemampuan dan kebutuhan yang sesuai untuk diterapkan

kepada siswanya. Dengan harapan pencapaian hasil belajar siswa akan mengarah

pada tingkat keberhasilan dalam menuntaskan kegiatan belajar tanpa memandang

perbedaan kemampuan.

2.2.3 Pembelajaran Deep Dialog

Secara sederhana, dialog adalah percakapan antara orang-orang dan melalui

dialog tersebut, dua masyarakat/kelompok atau lebih yang memiliki pandangan

berbeda-beda bertukar ide, informasi dan pengalaman. Deep dialogue (dialog

mendalam), dapat diartikan bahwa percakapan antara orang-orang tadi (dialog)

harus diwujudkan dalam hubungan yang interpersonal, saling keterbukaan, jujur

dan mengandalkan kebaikan (GDI, 2001). Sedangkan ciritical thinking (berpikir

(47)

intelektual untuk menganalisis, membuat pertimbangan dan mengambil keputusan

secara tepat dan melaksanakannya secara benar.

Beberapa prinsip yang harus dikembangkan dalam deep dialogue/critical thinking,

antara lain adalah: adanya komunikasi dua arah dan prinsip saling memberi yang

terbaik, menjalin hubungan kesederajatan dan keberadaban serta empatisitas yang

tinggi.

Dengan demikian, deep dialogue/critical thinking mengandung nilai-nilai

demokrasi dan etis sehingga keduanya seharusnya dimiliki oleh manusia.

Nilai-nilai demokrasi dan etis yang dijadikan orientasi dalam DD/CT, mempunyai

kaitan erat dengan tujuan pendidikan kewarganegaraan di Indonesia (PKn),

terutama dalam pembentukan warga negara yang baik, demokratis, cerdas dan

religious.

Sebagai pendekatan pembelajaran, pada dasarnya Deep Dialogue/Critical

Thinking (DD/CT) bukanlah sebuah pendekatan yang baru sama sekali, akan

tetapi telah diadaptasikan dari berbagai metode yang telah ada sebelumnya (GDI,

2001). Oleh karena itu, Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) bisa

menggunakan semua metode pembelajaran yang telah digunakan sebelumnya

seperti Multiple Intelligences, Belajar Aktif, Keterampilan Proses ataupun

Parthnership Learning Method, sebagaimana yang dikembangkan oleh Eisler.

Dengan demikian, filosofi DD/CT melakukan penajaman-penajaman terhadap

seluruh metode pembelajaran yang telah ada, baik yang bersifat konvensional

(48)

Fokus kajian pendekatan DD/CT dalam pembelajaran dikonsentrasikan dalam

mendapatkan pengetahuan dan pengalaman, melalui dialog secara mendalam dan

berpikir kritis, tidak saja menekankan keaktifan peserta didik pada aspek fisik,

akan tetapi juga aspek intelektual, sosial, mental, emosional dan spiritual. Peserta

didik yang telah belajar di kelas yang menggunakan pendekatan DD/CT,

diharapkan akan memiliki perkembangan koqnisi dan psikososial yang lebih baik.

Mereka juga diharapkan dapat mengembangkan ketrampilan hidup tentang

DD/CT yang akan meningkatkan pemahaman terhadap dirinya dan terhadap orang

lain yang berbeda dari diri mereka, dan oleh karena itu akan memperkuat

penerimaan dan toleransi terhadap perbedaan-perbedaan.

Untuk keperluan pendekatan pembelajaraan, Global Dialogue Institute (2001)

mengindetifikasi ciri-ciri pembelajaran yang menggunakan DD/CT, yaitu: (1)

peserta didik dan dosen nampak aktif; (2) mengoptimalisasikan potensi

intelligensi peserta didik; (3) berfokus pada mental, emosional dan spiritual; (4)

menggunakan pendekatan dialog mendalam dan berpikir kritis; (5) peserta didik

dan dosen dapat menjadi pendengar, pembicara, dan pemikir yang baik; (6) dapat

diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari; (7) lebih menekankan pada nilai,

sikap dan kepribadian.

Pembelajaran berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) mengakses

paham konstruktivis dengan menekankan adanya dialog mendalam dan berpikir

kritis. Elemen-elemen dalam menerapkan konstruktivisme meliputi: (1)

menghidupkan pengetahuan artinya pengetahuan sebelumnya harus dijadikan

(49)

dalam arti perolehan tambahan pengetahuan harus dilakukan secara menyeluruh ,

bukan berupa paket-peket kecil. Hal ini dapat dianalogkan belajar berenang,

peserta didik harus mempraktekkannya, setelah paham akan proses berenang,

dosen dapat membelajarakan secara individual tentang berbagai gerakan dan gaya

berenang; (3) memahami pengetahuan ini berarti peserta didik harus menggali,

menemukan dan menguji semua pengetahuan baru yang diperoleh. Mereka perlu

mendiskusikan dengan dosennya dengan teman, saling membelajarkan, saling

mengkritik, serta membantu lainnya memperbaiki susunan perolehan pengetahuan

yang dibelajarkan; (4) menggunakan pengetahuan artinya peserta didik

memperoleh kesempatan memperluasan wawasan, menyaring pengetahuan

dengan menggunakan berbagai cara dalam bentuk pemecahan masalah; (5)

Refleksi pengetahaun yang diperoleh.

Dengan deep dialogue/critical thinking, seseorang diharapkan mampu di samping

mengenali diri sendiri juga mengenal diri orang lain. Selain itu, dengan dialog

mendalam/berpikir kritis, orang akan belajar mengenal dunia lain di luar dunia

dirinya dan selanjutnya mampu menghargai perbedaan-perbedaan yang ada di

dalam masyarakat. Hal ini membuka kemungkinan-kemungkinan untuk

memahami makna yang fundamental dari kehidupan secara individual dan

kelompok dengan berbagai dimensinya. Dengan demikian, pada skala yang lebih

luas, dialog lebih mengandalkam „cara berpikir baru’ untuk memahami dunia.

Melalui deep dialogue/critical thinking, orang juga akan mampu mengikuti dunia

lain dan secara perlahan-lahan mengintegrasikannya dalam kehidupan dirinya.

Kapasitas dialog dan berpikir dalam DD/CT, pada dasarnya mendudukkan jabatan

(50)

lain. Dengan kegiatan beripikir kritis, orang dapat melakukan pemikiran yang

jernih dan kritis, membagi rasa, saling mengasihi sehingga perbedaan pendapat

dan pandangan yang ada dapat dipecahkan dan dicerahkan dengan dialog terbuka.

Dalam pandangan teori belajar humanistik, belajar menekankan pada isi dan

proses yang berorientasi pada peserta didik sebagai subyek belajar (Rianto 2000).

Teori ini bertujuan untuk memanusiakan manusia agar mampu

mengaktualisasikan diri dalam kehidupan. Teoris humanistik Kolb (dalam Irawan, 1996), membagi belajar ke dalam empat tahap, yaitu: (1) tahap pengalaman konkret; yaitu perserta didik dalam belajarnya hanya sekedar ikut mengalami suatu peristiwa; (2) tahap pengamatan kreatif dan reflektif, yaitu secara lambat laun peserta didik mampu mengdakan pengamatan secara aktif terhadap suatu peristiwa dan mulai memikirkan untuk memahaminya; (3) tahap konseptualisasi, yaitu peserta didik mampu membuat abstraksi dan generalisasi berdasarkan contoh-contoh peristiwa yang diamati; dan (4) tahap eksperimentasi aktif, peserta didik mampu menerapkan suatu aturan umum pada situasi baru.

Beberapa prinsip yang harus dikembangkan dalam deep dialogue/critical thinking, antara lain adalah: adanya prinsip komunikasi multi arah, prinsip pengenalan diri untuk mengenal dunia orang lain, prinsip saling memberi yang terbaik, menjalin hubungan kesederajatan, prinsip saling memberadabkan (civilizing) dan

memberdayakan (empowering), prinsip keterbukaan dan kejujuran serta prinsip empatisitas yang tinggi (Al-Hakim, 2002).

Dengan deep dialogue/critical thinking, seseorang di samping mampu mengenali

diri sendiri juga mengenal diri orang lain. Selain itu, dengan dialog

mendalam/berpikir kritis, orang akan belajar mengenal dunia lain di luar dunia

dirinya dan selanjutnya mampu menghargai perbedaan-perbedaan yang ada di

dalam masyarakat. Hal ini membuka kemungkinan-kemungkinan untuk

memahami makna yang fundamental dari kehidupan secara individual dan

kelompok dengan berbagai dimensinya. Dengan demikian, pada skala yang lebih

luas, dialog mendalam dan berpikir kritis lebih mengandalkam „cara berpikir

(51)

Sebagai suatu inovasi pembelajaran DD/CT, diharapkan mampu memberdayakan

dosen dan peserta didik dalam proses pembelajaran, sehingga kualitas

pembelajaran dan hasil belajar dapat terus ditingkatkan.

Menurut M. Rogers (1995), memerinci adanya lima aspek inovasi yang dapat diterima oleh adopter, adalah sebagai berikut:(1) Relative advantage atau keuntungan relatif, adalah tindakan dimana suatu ide baru dianggap lebih baik dari pada ide-ide yang ada sebelumnya;

(2) Compatibility, adalah sejauh mana suatu inovasi pendidikan dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu dan kebutuhan penerima inovasi; (3) Complexity, adalah tingkat dimana suatu inovasi pendidikan dianggap relatif sulit untuk dimengerti dan diterapkan oleh pelaksana pendidikan. Inovasi-inovasi tertentu begitu mudah dipahami oleh beberapa guru, sedangkan guru lainnya tidak. Kerumitan inovasi pendidikan berhubungan negatif dengan kecepatan adopsinya;(4) Trialibility, adalah suatu tingkat dimana sebuah inovasi dapat dicobakan dalam skala kecil. Ide baru yang dapat dicoba biasanya diadopsi lebih cepat daripada inovasi yang tak dapat dicoba lebih dulu;(5) Observability, adalah tingkat dimana hasil-hasil suatu inovasi dapat dilihat oleh orang lain. Hasil-hasil inovasi tertentu mudah diamati dan dikomunikasikan kepada orang lain, sedangkan beberapa lainnya tidak. Observabilitas suatu inovasi pendidikan berhubungan positif dengan kecepatan adopsinya.

Deep dialogue/critical thinking memuat kelima aspek tersebut diatas, selanjutnya

dengan DD/CT orang juga akan mampu mengikuti dunia lain dan secara

perlahan-lahan mengintegrasikannya dalam kehidupan dirinya. Kapasitas dialog dan

berpikir dalam DD/CT, pada dasarnya mendudukkan seseorang pada posisi yang

sejajar, penuh kebijaksanaan dan terbuka satu sama lain. Dengan kegiatan

beripikir kritis, orang dapat melakukan pemikiran yang jernih dan kritis, membagi

rasa, saling mengasihi sehingga perbedaan pendapat dan pandangan yang ada

dapat dipecahkan dan dicerahkan dengan dialog terbuka.

Pembelajaran berbasis Deep dialogue/critical thinking memiliki berbagai

kelebihan sebagai berikut :

1. Deep dialogue/critical thinking dapat digunakan melatih peserta didik untuk

(52)

fakta-fakta dan melahirkan imajinatif atas ide-ide lokal dan tradisional. Sehingga

peserta didik dapat membedakan mana yang disebut berpikir baik dan tidak baik,

mana yang benar dan tidak benar. Dialog mendalam dan berfikir kritis bertujuan

untuk mendapatkan pemahaman paling lengkap. Melalui dialog mendalam dan

berpikir kritis peserta didik memahami bagaimana mereka berhubungan dengan

orang lain dan lingkungannya. Berpikir kritis membantu peserta didik

menemukenali sekaligus menguji sikap mereka sendiri, serta menghargai

nilai-nilai yang dipelajari;

2. Deep dialogue/critical thinking merupakan pendekatan yang dapat

dikolaborasikan dengan berbagai metode yang telah ada dan dipergunakan oleh

dosen selama ini;

3. Deep dialogue/critical thinking merupakan dua sisi mata uang, dan merupakan

hal yang inhernt dalam kehidupan peserta didik, oleh karena itu dalam kegiatan

pembelajaran berbasis DD/CT selalu berkaitan dengan kehidupan nyata sehingga

memudahkan peserta didik mengerti dan memahami manfaat dari isi

pembelajaran;

4. Deep dialogue/critical thinking menekankan pada nilai, sikap, kepribadian,

mental, emosional dan spiritual sehingga peserta didik belajar dengan

menyenangkan dan bergairah;

5. Melalui pembelajaran berbasis deep dialogue/critical thinking, baik dosen

maupun peserta didik akan dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman,

karena dengan dialog mendalam dan berpikir kritis mampu memasuki ranah

intelektual, fisikal, sosial, mental dan emosional seseorang;

(53)

sebab pembelajaran berbasis DD/CT membiasakan dosen dan peserta didik untuk

saling membelajarkan, dan belajar hidup dalam keberagaman.

Dalam tataran praksis, kajian deep dialogue/critical thinking sebagai paradigma

pengembangan pendidikan berlaku prinsip Unity in policy and deversity in

implementation. Justru kenyataan ini sebagai kelebihan lain dari penerapan deep

dialogue/critical thinking, sekaligus sejalan dengan pembelajaran yang sedang

dikembangakan di perdosenan tinggi yakni Student Centered Learning (SCL)

yakni pembelajaran yang berpusat pada aktivitas belajar peserta didik, bukan

semata aktivitas dosen mengajar. Ciri SCL (Dirjen Dikti, 2005) sebagai berikut:

(a) peserta didik belajar baik secara individual maupun berkelompok untuk

membangun pengetahuan dengan cara mencari dan menggali sendiri informasi

dan teknologi yang dibutuhkannya secara aktif dari pada sekedat menjadi

penerima pengetahuan yang pasif; (2) Dosen lebih berperan sebagai FEE

(facilitating, empowering, enabling) dan guides on the sides daripada sebagai

mentor in the center yaitu membantu peserta didik untuk menemukan solusi

terhadap permasalahan nyata sehari-hari, dari pada sekedar sebagai gatekeeper of

information; (c) Peserta didik tidak sekedar kompeten di bidang ilmunya, namun

juga kompeten dalam belajar artinya peserta didik tidak hanya menguasai isi mata

kuliahnya tetapi mereka juga belajar tentang bagaimana belajar (learn how to

learn). Melalui discovery, inquiry, problem solving, klarifikasi nilai dan terjadi

pengembangan; (d) belajar menjadi kegiatan komunitas yang difasilitasi oleh

dosen yang mampu mengelola pembelajarannya menjadi berorientasi pada peserta

didik; (e) belajar lebih dimaknai sebagai belajar sepanjang hayat (learning

(54)

belajar termasuk memanfaatkan teknologi yang tersedia, baik berfungsi sebagai

informasi pembelajaran maupun sebagai alat untuk memberdayakan peserta didik

dalam mencapai keterampilan utuh (intelektual, emosional dan psikomotor) yang

dibutuhkan.

Agar deep dialogue/critical thinking dapat diimplementasikan dalam

pembelajaran dan kehidupan sehari-hari, perlu diperhatikan kaidah-kaidah DD/CT

sebagai berikut:

Pertama, keterbukaan, langkah awal untuk melakukan dialog mendalam dan

berpikir kritis individu harus membuka diri terhadap mitra dialog, karena sifat

terbuka dalam diri akan membuka peluang untuk belajar, mengubah dan

mengembangkan persepsi. Pemahaman realitas dan bertindak secara tepat

merupakan hasil berpikir kritis. Dengan demikian ketika masuk dalam dialog, kita

dapat belajar, berubah dan berkembang dalam rangka meningkatkan berpikir

kritis. Dialog sebagai suatu kegiatan memiliki dua sisi yakni dalam masyarakat

(intern) dan antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya (antar). Hal ini

dilakukan mengingat bahwa dialog pada hakekatnya bertujuan untuk saling

berbicara, belajar dan mengubah diri masing-masing pihak yang berdialog,

sehingga perubahan yang terjadi pada masing-masing pihak merupakan hasil

berpikir kritisnya sendiri (self-critical thinking).

Kedua, kejujuran, bersikap jujur dan penuh kepercayaan diperlukan dalam deep

dialogue/critical thinking, sebab dialog hanya akan bermanfaat manakala

pihak-pihak yang melakukan bersikap jujur dan tulus.Artinya masing-masing

mengemukakan tujuan, harapan, kesulitan dan cara mengatasinya melalui berpikir

(55)

kejujuran merupakan prasyarat terjadinya dialog atau dengan kata lain tidak ada

kepercayaan berarti tidak ada dialog.

Ketiga, kerjasama. Untuk menanamkan kepercayaan pribadi, langkah awal adalah

mencari kesamaan dengan cara bekerjasama dengan orang lain, selanjutnya

memilih pokok-pokok permasalahan yang memungkinkan memberi satu dasar

berpijak yang sama. Selanjutnya melangkah pada permasalahan umum yang dapat

dihadapi bersama atau mencari solusinya. Hal ini penting karena kemampuan

untuk menyelesaikan permasalahan secara bersama atau dengan bekerjasama akan

menghasilkan pemecahan yang menguntungkan pihak-pihak yang bermasalah

(win-win solution).

Keempat, menunjung nilai-nilai moral, deep dialogue/critical thinking terjadi

manakala masing-masing pihak yang berdialog menjunjung tinggi nilai-nilai

moral, etis atau santun, saling menghargai, demokratis yakni dengan

memperlakukan mitra dialog sedemikian rupa sehingga berketetapan hati untuk

berdialog. Artinya kita paling mengetahui apa yang kita ketahui, dan mitra dialog

kita paling mengerti apa yang mereka ketahui. Di samping itu masing-masing

saling mempelajari, untuk memperluas wawasan bersama, untuk memperdalam,

mengubah dan memodifikasi pemahaman mereka.

Kelima, saling mengakui keunggulan, deep dialogue/critical thinking akan terjadi

manakala masing-masing pihak menghadirkan hati. Dalam berdialog harus

menghadirkan hati dan tidak hanya fisik. Dengan menghadirkan hati,

masing-masing pihak yang berdialog dapat memberi respon kepada mitra dialog secara

baik, dan menghindarkan menjadi penceramah, pengkotbah atau yang

Gambar

Tabel 1.2  Prestasi  belajar ekonomi siswa SMAN 5 Bandar Lampung sesuai                     KKM
Gambar 2.2  Paradigma penelitian
Tabel 3.1 Ringkasan prosedur eksperimen
Tabel 3.5  Interpretasi nilai r
+4

Referensi

Dokumen terkait

• Area kedatangan adalah pelataran yang disediakan bagi kendaraan umum untuk menurunkan penumpang yang dapat.. pula merupakan

Sebuah Draft Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Mendapat Gelar Magister Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Sekolah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen melalui Keputusan Bupati Sragen Nomor : 511.1/186.1/002/2010 tentang Pembentukan

Penelitian ini akan membahas tentang perancangan jaringan Fiber To The Home (FTTH) beserta infrastruktur yang digunakan dan menganalisis performansi jaringan dari Optical Line

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa masyarakat dampingan YAKMI di Kelurahan Polonia memiliki respon positif terhadap program

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran, hasil belajar dan respons siswa setelah diterapkan model pembelajaran Learning Cycle 5 E

bendungan, Pura, dll. - Kuliner lokal juga menjadi peluang usaha baru untuk daerah yang dikembangkan sebagai destinasi agrowisata. - Peramu wisata lokal juga menjadi

[r]