• Tidak ada hasil yang ditemukan

COMPARATIVE STUDY ON STUDENTS’ ACCOUNTING COMPETENCY THROUGH TRANSACTION PROVE PRACTICUM MEDIA AND STUDENTS’ WORK SHEET (LKS) BY GIVING ATTENTION ON INITIAL ABILITY ON STUDENTS CLASS XI SOCIAL SCIENCE MA MATHLA'UL ANWAR GISTING TANGGAMUS REGENCY ACADEMIC

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "COMPARATIVE STUDY ON STUDENTS’ ACCOUNTING COMPETENCY THROUGH TRANSACTION PROVE PRACTICUM MEDIA AND STUDENTS’ WORK SHEET (LKS) BY GIVING ATTENTION ON INITIAL ABILITY ON STUDENTS CLASS XI SOCIAL SCIENCE MA MATHLA'UL ANWAR GISTING TANGGAMUS REGENCY ACADEMIC "

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

COMPARATIVE STUDY ON STUDENTS’ ACCOUNTING COMPETENCY THROUGH TRANSACTION PROVE PRACTICUM MEDIA AND STUDENTS’ WORK SHEET (LKS) BY GIVING ATTENTION ON INITIAL ABILITY ON STUDENTS

CLASS XI SOCIAL SCIENCE MA MATHLA'UL ANWAR GISTING TANGGAMUS REGENCY ACADEMIC YEAR 2012-2013

By

Yuyun Oktafiyani

The research aimed to know the differences of students’ accounting competency result through transaction prove learning media and students’ Work Sheet (LKS). The prove transaction method was applied on experimental class and LKS was applied on control class.

The receatch population were all students of class XI social science departemen (IPS) as many as 102 studens, while the research samples were 68 students. The data collecting technique of research used test, the test was conducted twice, that are initial test to know the initial ability of each class (experimental and control classes), and final test used to know the competency achievement of studens’ after being given treatment in each class with different treatments.

The analisis indicated (1) that there was a difference on students’ accouting competency in which the learning used transaction prove media compared to that of used LKS media. (2) that there was a diference on accouting competency whit transaction prove media and LKS media. (3) that there was a diference on accouting competency whit transaction prove media and LKS media for high initial ability. (4) that there was a diference on accouting competency whit transaction prove media and LKS media for low initial ability (5) there was a difference competency on high and low initial abilities. (6) that there was an interaction on transaction prove practicum media and studens’ working sheet with the initial ability toward accouting competency (7) there was average difference (mean) of accounting competency on students who had high initial ability that the lerning used transaction prove media was higher compared with that of who used LKS. (8) that there was a difference on average ability (mean) on students’ accouting who had low initial ability in which the learning used transaction prove media was higher compared to those who used LKS media.

(2)

ABSTRAK

STUDI PERBANDINGAN KOMPETENSI AKUNTANSI SISWA MELALUI MEDIA PRAKTIK BUKTI TRANSAKSI DAN LEMBAR KERJA SISWA

(LKS) DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL PADA SISWA KELAS XI IPS MA MATHLA’UL ANWAR GISTING KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2012-2013

OLEH

YUYUN OKTAFIYANI

Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil kompetensi akuntansi siswa melalui media pembelajaran bukti transaksi dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Metode bukti transaksi di terapkan pada kelas eksperimen dan media LKS diterapkan pada kelas kontrol.

Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI jurusan IPS sebanyak 102 siswa, sedangkan sampel penelitiannya adalah 68 siswa. Teknik pengumpulan data penelitian yang digunakan adalah dengan tes, tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu tes kemampuan awal masing masing kelas (kelas eksperimen dan kelas kontrol), serta tes akhir untuk mengetahui ketercapaian kompetensi akuntansi siswa setelah kedua kelas diberikan perlakuan yang berbeda.

Berdasarkan analisis diperohel hasil sebagai berikut. (1) Terdapat perbedaan kompetensi akuntansi siswa yang pembelajarannya menggunakan media bukti transaksi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan media LKS. (2) Terdapat perbedaan kompetensi akuntansi dengan media bukti transaksi dan media LKS. (3) Terdapat perbedaan kompetensi akuntansi dengan media praktik bukti transaksidan LKS untuk memampuan awal tinggi. (4) Terdapat perbedaan kompetensi akuntansi dengan media praktik buktitransaksi dan LKS untuk memampuan awal rendah. (5) Terdapat perbedaan kompetensi akuntansi untuk kemampuan awal tinggi dan kemampuan awal rendah. (6) Terdapat interaksi antara media praktik bukti transaksi dan lembar kerja siswa dengan kemampuan awal terhadap kompetensi akuntansi. (7) Terdapat perbedaan rerata (mean) kompetensi akuntansi pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi yang pembelajarannya menggunakan media praktik bukti transaksi lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan LKS. (8) Terdapat perbedaan rerata (mean) kompetensi akuntansi pada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah yang pembelajarannya menggunakan media bukti transaksi lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan media LKS.

(3)

MELALUI MEDIA PRAKTIK BUKTI TRANSAKSI DAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN

AWAL PADA

SISWA KELAS XI IPS MA MATHLA’UL ANWAR GISTING KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2012-2013

OLEH:

YUYUN OKTAFIYANI

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar MAGISTER PENDIDIKAN

Pada

Program Pascasarjana Magister Pendidikan IPS

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung

PROGRAM PASCA SARJA MAGISTER PENDIDIKAN IPS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gisting kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus pada tanggal 17 Oktober 1986, anak pertama dari dua bersaudara keluarga Sutrisno dan Sriyati.

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 1 Margodadi Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus selesai pada tahun 1999, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di MTs Margodadi Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus selesai tahun 2002, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Muhamadiyah Gisting selesai tahun 2005.

Tahun 2005, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Pendidikan Akuntansi, Program Studi Akuntansi FKIP Universitas Muhamadiyah Surakarta Jawa Tengah selesai tahun 2009.

(8)

MOTO

“Ilmu adalah pelita, iman adalah jalan Islam adalah tujuan”

“Diamnya seorang mukmin adalah dzikir, berkatanya seorang mukmin adalah jihad” <Suharmawan, S.Pd., S.Kom., M.T.I.>

“Tidak usah engkau pendulikan orang yang membenci kita, sesungguhnya orang tersebut membenci kita karena kita lebih baik dari dia”

(9)

PERSEMBAHAN

Seiring doa dan rasa puji syukur kehadirat Allah SWT kupersembahkan karya kecilku ini kepada yang tercinta:

Kedua orang tuaku yang kuhormati dan kusayangi,

Suami, anakku serta anakku tercinta,

Orang-orang yang telah menyayangiku dan menjadi warna

indah dalam hari-hariku

Para Dosen, pembimbing yang kuhormati serta Guru-guru

serta teman seperjuangan

(10)

SANWACANA

Alhamdulilahhirobbil Alamin, dengan mengucapkan puji yukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini yang berjudul: Studi Perbandingan Kompetensi Akuntansi Siswa Melalui Media Praktik Bukti Transaksi Dan Lembar Kerja

Siswa (LKS) Dengan Memperhatikan Kemampuan Awal Pada Siswa Kelas XI

IPS MA. Mathla’ul Anwar Gisting, Tanggamus Tahun Pelajaran 2012/2013. Penyusunan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Master Pendidikan di program pasca sarjana Universitas Lampung.

Dalam penulisan Tesis ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari banyak pihak, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. If. Sugeng. P. Hariyanto, M.S. Rektor Universitas Lampung .

2. Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Lampung dan pembahas I.

3. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

4. Dr. M Toha B. S. Jaya, M.S. Selaku pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

(11)

6. Dr. Gunawan S, S.Pd, S.E, M.M. selaku seketaris Program Magister Pendidikan IPS dan Pembimbing I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

7. Drs. Tedi Rusman, M.Si. selaku pembimbing II yang selalu membimbing untuk menyelesaikan tesis ini.

8. Seluruh dosen dan staf administratif pada Program Magister Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

9. Bapak dan Ibuku tersayang yang senantiasa menyayangi dan mendoakanku serta menantikan keberhasilanku.

10. Suamiku, Anakku serta adikku tercinta terima kasih atas dukungan, keceriaan dan pengorbanannya selama ini.

11. Bapak Suharmawan, S.Pd, S.Kom, M.TI. Serta Ibu terimakasih atas semua Ilmu dam Motivasi yang selama ini terus diberikan kepada penulis.

12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.

Semoga segala bantuan, bimbingan, dukungan dan doa yang diberikan kepada penulis mendapat ridho dari Allah SWT. Semoga Tesis ini bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Bandar Lampung, Februari 2014 Penulis,

(12)

DAFTAR ISI

2.1.2. Teori Belajar dan Pembelajaran Kontruktivisme ... 20

2.1.3. Kompetensi Siswa ... 24

a. Pengertian Kompetensi ... 24

b. Pengertian Kompetensi Siswa ... 25

2.1.4. Media Pembelajaran ... 27

a. Pengertian Media Pembelajaran ... 27

b. Fungsi, Kelebihan Kemampuan Media Pembelajaran dan Hambatan-Hambatan Komunikasi dalam Proses Pembelajaran ... 32

c. Klasifikasi Media Pembelajaran ... 34

d. Media Pembelajaran Berupa Media Praktik Bukti Transaksi ... 35

e. Media Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 39

2.1.5. Kemampuan Awal ... 43

a. Pengertian Kemampuan Awal ... 43

b. Jenis-Jenis Kemampuan Awal Siswa ... 47

c. Langkah-Langkah Analisis Kemampuan Awal Siswa... 49

2.1.6. Pendidikan IPS di SMA ... 50

2.1.7. Mata Pelajaran Ekonomi dan Akuntansi dalam Kelompok IPS ... 43

2.1.8. Hakikat Ekonomi Akuntansi dalam IPS ... 53

a. Pengertian Akuntansi ... 57

(13)

c. Bentuk dan Fungsi Jurnal Umum... 60

d. Fungsi Jurnal Umum meliputi sebagai berikut ... 61

e. Hasil Penelitian yang Relevan ... 62

3.1.2. Desain Penelitian Eksperimen ... 76

3.1.3. Prosedur penelitian ... 77

3.3.1. Variabel Bebas (Variabel Independen)... 82

3.3.2. Variabel Terikat (Variabel Dependen) ... 82

3.3.3. Variabel Moderator... 82

3.4. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel ... 83

3.4.1. Definisi Konseptual Variabel ... 83

a. Kompetensi Siswa ... 83

b. Media praktik bukti transaksi ... 83

c. Media Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 84

d. Kemampuan awal ... 84

3.4.2. Definisi Operasional Variabel ... 84

a. Kompetensi Siswa ... 84

b. Media Praktik Bukti Transaksi ... 85

c. Media Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 85

d. Kemampuan awal ... 86

3.5. Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Awal ... 86

(14)

Halaman

3.9.1. Analisis Varians Dua Jalan ... 98

3.9.2. Uji-t Dua Sampel Independen ... 101

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 104

5.1. Data Hasil Penelitian ... 104

5.1.1. Deskripsi Data Kemampuan Awal ... 104

a. Data Kemampuan Awal Rendah Kelas Eksperimen ... 104

b. Data Kemampuan Awal Tinggi Kelas Eksperimen ... 105

c. Data Kemampuan Awal Rendah Kelas Kontrol ... 105

d. Data Kemampuan Awal Tinggi Kelas Kontrol ... 106

5.1.2. Deskripsi Data Kompetensi Akuntansi... 107

a. Data Kompetensi Akuntansi Kelas Eksperimen Dengan Kemampuan Awal Rendah ... 107

b. Data Kompetensi Akuntansi Kelas Eksperimen Dengan Kemampuan Awal Tinggi ... 108

c. Data Kompetensi Akuntansi Kelas Kontrol Dengan Kemampuan Awal Tinggi ... 108

d. Data Kompetensi Akuntansi Kelas Kontrol Dengan Kemampuan Awal Tinggi ... 109

5.2. Uji N-Gain Antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 110

5.2.1. Uji N-Gain Kelas Eksperimen Dengan Kemampuan Awal

5.2.4. Uji N-Gain Kelas Kontrol Dengan Kemampuan Awal Tinggi ... 113

5.2.5. Rekapitulasi Uji N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 114

5.3. Uji Hipotesis ... 114

5.3.1. Uji Persyaratan Hipotesis ... 114

a. Uji Normalitas ... 114

b. Uji Homogenitas ... 116

5.3.2. Uji Hipotesis Penelitian ... 116

a. Uji Hipotesis Ke Satu ... 117

h. Uji Hipotesis Ke Delapan ... 128

(15)

V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 148

5.1. Kesimpulan ... 148

5.2. Implikasi ... 152

5.3. Saran ... 152

DAFTAR PUSTAKA ... 154

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1. Hasil Ulangan Harian Akuntansi Siswa Kelas XI IPS MA. Mathla’ul

Anwar Gisting Tahun Pelajaran 2012/2013 ... 2

1.2. Skala Penilaian ... 5

2.1. Standar Kompetensi Dan Kompetensi Dasar Pelajaran Ekonomi Kelas XI Dan XII ... 55

2.2. Tata Cara Pembuatan Jurnal ... 69

3.1. Jumlah siswa kelas XI IPS MA.Mathla’ul Anwar Gisting ... 80

3.2. Tahap Pembelajaran Menggunakan Media Praktik Bukti Transaksi ... 85

3.3. Tahap Pembelajaran Menggunakan Media LKS... 86

3.4. Rekapitulasi Uji Validitas Intrumen Kemampuan Awal ... 90

3.5. Rekapitulasi Uji Validitas Intrumen Hasil Belajar ... 90

3.6. Rekapitulasi Uji Taraf Kesukaran Intrumen Kemampuan Awal ... 94

3.7. Rekapitulasi Uji Taraf Kesukaran Intrumen Hasil Belajar ... 94

3.8. Rekapitulasi Uji Daya Beda Intrumen Kemampuan Awal ... 96

3.9. Rekapitulasi Uji Daya Beda Intrumen Hasil Belajar ... 97

3.10. Rumus Unsur Tabel Persiapan Anava Dua Jalan ... 99

4.1. Data Kemampuan Awal Rendah Kelas Eksperimen. ... 104

4.2. Data Kemampuan Awal Tinggi Kelas Eksperimen ... 105

4.3. Data Kemampuan Awal Rendah Kelas Kontrol... 106

(17)

Tabel Halaman 4.5. Data Kompetensi Akuntansi Kelas Eksperimen Dengan Kemampuan

Awal Rendah. ... 107 4.6. Data Kompetensi Akuntansi Kelas Eksperimen Dengan Kemampuan

Awal Tinggi. ... 108 4.7. Data Kompetensi Akuntansi Kelas Kontrol Dengan Kemampuan Awal

Rendah. ... 109 4.8. Data Kompetensi Akuntansi Kelas Kontrol Dengan Kemampuan Awal

Tinggi. ... 109 4.9. Hasil Perhitungan N-Gain Kelas Eksperimen Dengan Kemampuan

Awal Rendah ... 111 4.10. Hasil Perhitungan N-Gain Kelas Eksperimen Dengan Kemampuan

Awal Tinggi ... 112 4.11. Hasil Perhitungan N-Gain Kelas Kontrol Dengan Kemampuan Awal

Rendah ... 113 4.12. Hasil Perhitungan N-Gain Kelas Kontrol Dengan Kemampuan Awal

(18)

Tabel Halaman

4.16. Uji T Perbedaan Kompetensi Akuntansi Siswa Yang Pembelajarannya Menggunakan Media Bukti Transaksi Dibandingkan Yang Pembelajarannya Menggunakan Media LKS. ... 118 4.17. Uji F Perbedaan Kompetensi Akuntansi Dengan Media Bukti Transaksi

Dan Media LKS ... 119 4.18. Uji F Perbedaan Kompetensi Akuntansi Dengan Media Praktik Bukti

Transaksi Dan LKS Untuk Kemampuan Awal Tinggi. ... 121 4.19. Uji F Perbedaan Kompetensi Akuntansi Dengan Media Praktik Bukti

Transaksi Dan LKS Untuk Kemampuan Awal Rendah ... 122 4.20. Uji F Perbedaan Kompetensi Akuntansi Untuk Kemampuan Awal

Tinggi Dan Kemampuan Awal Rendah Kelas Eksperimen. ... 124 4.21. Uji F Interaksi Antara Media Praktik Bukti Transaksi Dan Lembar

Kerja Siswa Dengan Kemampuan Awal Terhadap Kompetensi Akuntansi ... 125 4.22. Uji T Perbedaan Rerata (Mean) Kompetensi Akuntansi Pada Siswa

Yang Memiliki Kemampuan Awal Tinggi Yang Pembelajarannya Menggunakan Media Praktik Bukti Transaksi Dibandingkan Yang Pembelajarannya Menggunakan LKS. ... 127 4.23. Uji T Perbedaan Rerata (Mean) Kompetensi Akuntansi Pada Siswa

(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1. Skema Penentuan KKM Mata Pelajaran... 8

2.1. Fungsi Media Dalam Proses Pembelajaran ... 27

2.2. Paradigma Penelitian ... 61

4.1. Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal Kelas Eksperimen ... 92

4.2. Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal Rendah Kelas Eksperimen ... 95

4.3. Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal Tinggi Kelas Kontrol ... 97

4.4. Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal Kelas Kontrol ... 100

4.5. Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal Rendah Kelas Kontrol ... 102

4.6. Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal Tinggi Kelas Kontrol ... 104

4.7. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Kelas Eksperimen ... 110

4.8. Distribusi Frekuensi Hasil belajar Rendah Kelas Eksperimen ... 112

4.9. Distribusi Frekuensi Hasil belajar Tinggi Kelas Eksperimen ... 114

4.10. Distribusi Frekuensi Hasil belajar Kelas Kontrol ... 117

4.11. Distribusi Frekuensi Hasil belajar Rendah Kelas Kontrol ... 119

(20)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Madrasah Aliyah Mathla’ul Anwar Gisting merupakan salah satu dari sekian ribu lembaga pendidikan formal yang ada di Indonesia. MA. Mathla’ul Anwar

Gisting bertujuan mengantarkan anak didiknya untuk berprestasi gemilang dan menjadi lulusan yang bekualitas melalui peningkatan prestasi anak didiknya dari tahun ke tahun. Adapun yang dilakukan MA. Mathla’ul Anwar Gisting

dalam rangka mewujudkan tujuannya diantaranya adalah dengan menciptakan susasana pembelajaran yang kondusif, nyaman dan menyenangkan. Di MA. Mathla’ul Anwar Gisting, diketahui bahwa pembelajaran akuntansi di MA. Mathla’ul Anwar Gisting masih terfokus pada guru (teacher centered) dimana

(21)

Tabel 1.1. Hasil Ulangan Harian Akuntansi Siswa Kelas XI IPSMA. Mathla’ul Anwar Gisting Tahun Pelajaran 2012/2013

No. Kelas Interval Nilai Jumlah

0 – 75 75 – 100

1 XI IPS 1 21 13 34

2 XI IPS 2 23 11 34

3 XI IPS 3 19 15 34

Jumlah 63 39 102

Persentase 61,76% 38,24% 100,00%

Sumber: Dokumentasi Guru Mata Pelajaran

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa hasil ulangan harian akuntansi siswa masih belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan yaitu nilai terendah minimal 75. Salah satu prinsip penilaian pada. kurikulum berbasis kompetensi adalah menggunakan acuhan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan peserta didik.KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) adalah kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan. KKM harus ditetapkan diawal tahun ajaran oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir sama. Pertimbangan pendidik atau forum MGMP secara akademis menjadi pertimbangan utama penetapan KKM.

Ada beberapa kreteria penetapan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang dapat dilaksanakan diantaranya :

1. Kompleksitas indikator ( kesulitan dan kerumitan)

(22)

3 3. Intake siswa (masukan kemampuan siswa) kemudian dalam menafsirkan KKM

dapat pula dilakukan dengan cara:

Dengan cara memberikan poin pada setiap kreteria yang ditetapkan (dalam bentuk % ) :

1. Kompleksitas: (tingkat kesulitan/kerumitan)  Kompleksitas tinggi pointnya = 1  Kompleksitas sedang pointnya = 2  Kompleksitas rendah poinya = 3

2. Daya dukung: (Sarana/prasarana, kemampuan guru, lingkungan dan biaya)  Daya dukung tinggi pointnya = 3

 Daya dukung sedang pointnya = 2  Daya dukung rendah pointnya = 1

3. Intake Siswa: (masukan kemampuan siswa)  Intake siswa tinggi pointnya = 3  Intake siswa sedang pointnya = 2  Intake siswa rendah poinnya = 1

Contoh:

Jika indikator memiliki kreteria kompleksitas rendah=3, daya dukung tinggi =3, intake siswa sedang =2, maka:

KKM = x 100%

9 2 3 3

(23)

Acuhan kriteria tidak diubah secara serta merta karena hasil empirik penilaian. Pada acuhan norma, kurva norma sering digunakan untuk menentukan ketuntasan belajar peserta didik jika diperoleh hasil rata-rata kurang memuaskan. Nilai asing sering dikonversi dari kurva normal untuk mendapatkan sejumlah peserta didik yang melebihi nilai 75 sesuai proporsi kurva. Acuhan kriteria mengharuskan pendidik untuk melakukan tindakan yang tepat terhadap hasil penilaian, yaitu memberikan layanan remedial bagi yang belum tuntas dan atau layanan pengayaan bagi yang sudah melampaui Kriteria Ketuntasan Minimal. Kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan musyawarah guru mata pelajaran disatuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir sama. Pertimbangan pendidik atau forum MGMP serta akademis menjadi pertimbangan utama penetapan KKM. Kriteria ketuntasan menunjukkan persentase tingkat pencapaian kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka maksimal 100 (seratus). Angka maksimal 100 merupakan kriteria ketuntasan ideal. Target ketuntasan secara nasional diharapkanmencapai minimal 75. Satuan pendidikan dapat memulai dari kriteria ketuntasan minimal dibawah target nasional kemudian ditingkatkan secara bertahap. Penetapan KKM ditetapkan oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran. Langkah penetapan KKM adalah sebagai berikut :

(24)

5

Gambar 1.1. Skema Penentuan KKM Mata Pelajaran

Hasil penetapan KKM indikator berlanjut pada KD, SK hingga KKM mata pelajaran.

2. Hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran disahkan oleh kepala sekolah untuk dijadikan patokan guru dalam melakukan penilaian. 3. KKM yang ditetapkan disosialisasikan kepada pihak-pihak yang

berkepentingan yaitu peserta didik, orang tua, dan dinas pendidikan.

4. KKM dicantumkan dalam LHB pada saat hasil penilain dilaporkan kepada orang tua/wali peserta didik.

Untuk memudahkan analisis setiap indikator, perlu dibuat skala penilaian yang disepakati oleh guru mata palajaran.

Tabel 1.2. Skala Penilaian

Aspek yang dianalisis Kriteria dan Skala Penilaian

Tinggi Sedang Rendah

Kompeleksitas <75 75-79 80-100

Daya dukung 80-100 75-79 <75

(25)

Adapun masalah pembelajaran siswa dalam belajar akuntansi di MA. Mathlau’ul

Anwar adalah sebagai berikut:

1. Mutu proses pembelajaran akuntansi masih rendah, hal ini dapat dilihat dari jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar.

2. Rendahnya kompetensi akuntansi siswa disebabkan siswa kurang memiliki pemahaman dan nilai yang baik mengenai materi pelajaran akuntansi mulai dari tahap awal (kompetensi dasar 1 dan 2) sehinggaa siswa kesulitan memahami materi selanjutnya.

3. Guru-guru masih banyak menggunakan metode mengajar secara konvensional, guru menjelaskan, siswa hanya menyimak, sehingga siswa tidak terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar.

4. Kurangnya referensi buku paket sebagai buku pegangan siswa dari setiap mata pelajaran yang ada termasuk mata pelajaran akuntansi.

5. Kurangnya sikap positif siswa terhadap pelajaran akuntansi. 6. Rendahnya motivasi belajar akuntansi siswa.

7. Partisipasi siswa secara aktif dalam proses pembelajaran masih sangat rendah. 8. Bahan ajar akuntansi belum dilengkapi dengan lembar kerja siswa dan media

praktik akuntansi.

(26)

7 kemampuan masing-masing peserta didik. Media sebagai alat bantu pembelajaran yang digunakan guru dapat digunakan untuk mengefektifkan pembelajaran, hal ini sesuai dengan pendapat Leviedan Lentz dalam Arsyad (2003: 16) yang mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual yaitu:

“(1) Fungsi Atensi artinya media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran; (2) Fungsi Afektif artinya media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika sedang belajar. Gambar visual dapat menggugah emosi siswa dan sikapnya; (3) Fungsi Kognitifartinya media visual atau gambar dapat memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingatinformasi atau pesan yang terkandung dalam gambar; (4) Fungsi Kompensatorisartinya media pembelajaran befungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan secara verbal”

Pembelajaran yang memanfaatkan media, siswa di dorong untuk mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya dan bagaimana usaha untuk mencapainya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Supriya (2009) menunjukkan bahwa pembelajaran yang menggunakan media lembar kegiatan siswa lebih efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dari pada pembelajaran yang menggunakan media modul.

(27)

Pemanfaatan media untuk pembelajaran akuntansi dimaksudkan agar siswa dapat memiliki keterampilan tentang penyusunan laporan-laporan finansial dengan prinsip akuntansi, serta dapat mempertinggi mutu pembelajaran dan kompetensi siswa yang dicapai akan mempunyai nilai tinggi. Namun para siswa memiliki kemampuan awal yang berbeda-beda terhadap mata pelajaran akuntansi, sehingga peneliti tertarik meneliti pengaruh variabel kemampuan awal siswa dalam mata pelajaran akuntansi sebagai variabel moderator.

DeCecco dalam H. Nashir (2004:64) menyatakan bahwa kemampuan awal adalah pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki siswa sebelum ia melanjutkan kejenjang berikutnya.Siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dalam mata pelajaran akuntansi cenderung mau mengikuti proses pembelajaran dengan baik, serta berusaha untuk mengatasi masalah dan kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran. Kondisi ini akan berimplikasi pada penguasaan dan pemahaman siswa terhadap konsep dan keterampilan tentang penyusunan laporan-laporan

finansial berdasarkan prinsip akuntansi, dengan demikian siswa dapat menggunakan media praktik bukti transaksi sebagai media belajar mereka. Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan awal rendah dalam mata pelajaran

akuntansi, mereka cenderung untuk tidak melakukan berbagai upaya sebagaimanayang dilakukan oleh siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi. Tindak lanjut dari kemampuan awal rendah ini adalah dengan menggunakan media

(28)

9 Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Studi Perbandingan Kompetensi Akuntansi Siswa

Melalui Media Praktik Bukti Transaksi Dan Lembar Kerja Siswa (LKS)

Dengan Memperhatikan Kemampuan Awal Pada Siswa Kelas XI IPS MA.

Mathla’ul Anwar Gisting, Tanggamus Tahun Pelajaran 2012/2013”

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut.

1. Mutu proses pembelajaran akuntansi masih rendah, hal ini dapat dilihat dari jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar.

2. Rendahnya kompetensi akuntansi siswa disebabkan siswa kurang memiliki pemahaman dan nilai yang baik mengenai materi pelajaran akuntansi. 3. Guru-guru masih banyak menggunakan metode mengajar secara

konvensional, guru menjelaskan, siswa hanya menyimak, sehingga siswa tidak terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar.

4. Kurangnya referensi buku paket sebagai buku pegangan siswa dari setiap mata pelajaran yang ada termasuk mata pelajaran akuntansi.

5. Kurangnya sikap positif siswa terhadap pelajaran akuntansi. 6. Rendahnya motivasi belajar akuntansi siswa.

(29)

8. Bahan ajar akuntansi belum dilengkapi dengan lembar kerja siswa dan media praktik akuntansi

1.3. Pembatasan masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas, tampak jelas bahwa masalah kompetensi akuntansi siswa dipengaruhi oleh banyak faktor. Maka penelitian ini dibatasi pada kajian membandingkan penerapan media praktik bukti transaksi dan media LKS dengan memperhatikan variabel moderator yaitu kemampuan awal siswa. Pokok bahasan jurnal umum dan posting buku besar.

1.4. Rumusan masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah.

1. Apakah terdapat perbedaan kompetensi akuntansi siswa yang pembelajarannya menggunakan media praktik bukti transaksi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan media LKS?

2. Apakah terdapat perbedaan kompetensi akuntansi dengan media praktik bukti transaksi dan media LKS?

3. Apakah terdapat perbedaan kompetensi akuntansi dengan media pratik bukti transaksi dan LKS untuk kemampuan awal tinggi?

4. Apakah terdapat perbedaan kompetensi akuntansi dengan media pratik bukti transaksi dan LKS untuk kemampuan awal rendah?

(30)

11 6. Apakah ada interaksi antara media praktek bukti transaksi dan lembar kerja

siswa dengan kemampuan awal terhadap kompetensi akuntansi siswa ? 7. Apakah ada perbedaan rerata (mean)kompetensi akuntansi pada siswa yang

memiliki kemampuan awal tinggi yang pembelajarannya menggunakan media praktik bukti transaksi lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan media LKS?

8. Apakah ada perbedaan rerata (mean) kompetensi akuntansi pada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah yang pembelajarannya menggunakan media praktik bukti transaksi lebih rendah dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan media LKS?

1.5. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui adanya perbedaan kompetensi akuntansi siswa yang pembelajarannya menggunakan media praktik bukti transaksi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan media LKS.

2. Mengetahui adanya perbedaan kompetensi akuntansi dengan media praktik bukti transaksi dan media LKS

3. Mengetahui adanya perbedaan kompetensi akuntansi dengan media pratik bukti transaksi dan LKS untuk kemampuan awal tinggi

4. Mengetahui adanya perbedaan kompetensi akuntansi dengan media pratik bukti transaksi dan LKS untuk kemampuan awal rendah

5. Mengetahui adanya perbedaan kompetensi akuntansi untuk kemampuan awal tinggi dan kemampuan awal rendah

(31)

praktik bukti transaksi lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan media LKS.

7. Mengetahui rata-rata kompetensi akuntansi pada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah yang pembelajarannya menggunakan media praktik bukti transaksi lebih rendah dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan media LKS.

8. Mengetahui adanya interaksi antara media praktek bukti transaksi dan lembar kerja siswa dengan kemampuan awal terhadap kompetensi akuntansi siswa ?

1.6. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan manfaat bagi pembelajaran akuntansi. Beberapa manfaat yang diperoleh dengan penelitian ini dinyatakan sebagai berikut:

1.6.1. Secara Teoritis

a. Untuk melengkapi dan memperkaya khasanah keilmuan serta teori yang sudah diperoleh melalui penelitian sebelumnya.

(32)

13

1.6.2. Secara Praktis

a. Bagi sekolah, dapat menjadi bahan pertimbangan perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran akuntansi di MA. Mathla’ul Anwar Gisting dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Selain itu hasi penelitian juga dapat digunakan sebagai referensi dan pertimbangan dalam meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran akuntansi.

b. Bagi guru, sebagai masukan untuk dapat menentukan media pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kompetensi akuntansi siswa

c. Bagi siswa, sebagai upaya untuk dapat meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran akuntansi dan peran aktif siswa dalam kelas.

1.7. Ruang Lingkup Penelitian

Dari rumusan masalah dan tujuan penelitian di atas, maka ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Objek penelitian ini adalah kompetensi akuntansi siswa, media praktik bukti transaksi dan media LKS.

2. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS, semester genap.

(33)

4. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013.

5. Ruang Lingkup Keilmuan/Kajian Kelilmuan

Ruang lingkup ilmu/kajian keilmuan yang berkaitan dengan penelitian dibidang akuntansi ini adalah pada pendidikan IPS. Menurut Woolever dan Scott (1988:10-13) dalam pendidikan IPS, terdapat 5 Tradisi atau 5 perspektif. Lima perspektif tersebut tidak saling menguntungkan secara eksklusif, melainkan saling melengkapi. Seorang pendidik mungkin mempertahankan satu, beberapa, atau semua pandangan ini. Mereka yang setuju dengan beberapa tujuan dapat memegang satu pandangan lebih kuat dari pandangan yang lainya. Adapun lima perspektif pada tinjauan inti pendidikan ilmu pengetahuan sosial adalah sebagai berikut:

1. Ilmu pengetahuan sosial sebagai transmisi kewarganegaraan 2. Ilmu pengetahuan sebagai pengembangan pribadi

3. Ilmu pengetahuan sosial sebagai refleksi inkuiry

4. Ilmu pengetahuan sosial sebagai sosial sebagai pendidikan ilmu-ilmu sosial 5. Ilmu pengetahuan sosial sebagai pengembalian keputusan yang rasional dan aksi sosial

(34)

15 kebiasaan manusia. Pendidikan suatu ilmu pengetahuan bukanlah bagaimana mengajarkan ilmu pengetahuan kepada siswa, tetapi juga harus mengajarkan tentang makna dan nilai-nilai atas ilmu pengetahuan itu untuk kepentingan kehidupan siswa kearah yang lebih baik. Pelatihan pra-mahasiswa dalam ilmu sosial akan menambah siswa setiap hari tentang perilaku manusia yang lainya. Perilaku manusia per-individu, lembaga masyarakat, kebudayaan, sejarah, alokasi, sumberdaya yang langkah, dan sebagainya. Siswa mampu juga memahami dan menghargai nilai dari metode dan sikap ilmiah.

Menurt NCSS dalam Pargito (2010:35) ada 10 (sepuluh) konsep social studies yaitu:

“(1) kultur, (2) time continuity and change,(3) people, places and environments,(4) individual developmen and idenntity, (5) individuals group, and institutional,(6) power, authority and govermance, (7) production, distribution and consumtions, (8) science, technology and society, (9) global connections (10) civic ideals and practices.”

(35)

kepada berbagai individu dan kelompok yang ada didalam masyarakat. Hal ini sesuai dengan tema IPS yang ke 7 yaitu produksi, konsumsi, dan distribusi.

Mata pelajaran ekonomi bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

“(1) Memahami sejumlah konsep ekonomi untuk mengkaitkan peristiwa dan masalah ekonomi dengan kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi dilingkungan individu, rumah tangga, masyarakat dan negara; (2) Menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep ekonomi yang diperlakukan untuk memahami ilmu ekonomi; (3) Membentuk sikap bijak, rasional dan tanggung jawab dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen dan akuntansi; (4) Membuat keputusan yang bertanggung jawab mengenai nilai-nilai sosial ekonomi dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun internasional.” (Depdiknas, 2004)

Dalam sistem pendidikan di Indonesia, akuntansi berada dibawah payung “Ekonomi”. Sehingga struktur akuntansi merupakan bagian dari mikro ekonomi

yang diturunkan menjadi managemen (ekonomi perusahaan), dan akuntansi merupakan bagian managemen tersebut. Secara garis besar akuntansi dibagi menjadi akuntansi keuangan dan akuntansi managemen. Akuntansi keuangan

menghasilkan informasi keuangan, berwujud laporan keuangan yang ditujukan kepada pihak ekstern perusahaan, sedangkan akuntansi management

menghasilkan informasi keuangan yang ditujukan kepada pihak intern perusahaan. Dalam kurikulum 2004 kedudukan akuntansi berada di dalam

lingkup ekonomi perusahaan.

Pengertian pendidikan IPS di Indonesia sebagaimana yang terjadi disejumlah

(36)

17 Namun definisi yang telah dirumuskan sebagai hasil adopsi dari gagasan global reformers adalah definisi Prof. Nu’man Somatri yang mendefinisikan

pendidikan IPS dalam dua jenis. Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial yang humaniora serta kegiatan dasar

manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.

Pendidikan IPS adalah seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dari humaniora,

serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah

dan psikologis untuk tujuan pendidikan (Somantri, 2001:92)

Pengertian yang pertama berlaku untuk pendidikan dasar dan menengah,

sedangkan pengertian kedua berlaku perguruan tinggi atau LPTK. Menurut

Somantri, pendidikan IPS pada pendidikan dasar atau menengah, tingkat

kesukaran bahan ajar harus di sesuaikan dengan tingkat kecerdasan dan minat

peserta didik, sedangkan untuk perguruan tinggi disesuaikan dengan tingkat

kesukaran perguruan tinggi.

Perbedaan definisi pendidikan IPS tersebut berimplikasi bahwa pendidikan IPS

dapat dibedakan atas dua, yakni pendidikan IPS sebagai mata pelajaran dan

pendidikan IPS sebagai kajian akademik (Sapriya, 2009:12)

Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal

23. Pendidika IPS untuk tingkat sekolah sangat erat kaitanya dengan disiplin

ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi dengan humaniora dan ilmu pengetahuan

(37)

pembelajaran disekolah. Tujuan pendidikan IPS ditingkat pendidikan sekolah

adalah mempersiapkan peserta didik sebagai warga negara yang menguasai

pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), sikap dan nilai (attitudes and

value) untukdigunakan sebagai kemampuan memecahkan masalah pribadi,

sosial dan mengambil keputusan serta berpartisipasi dalam berbagai kegiatan

kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik.

Pendidikan ilmu sebagai kajian akademik atau pendidikan disiplin ilmu yaitu seleksi dan integrasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan ilmu lain yang relevan, dikemas secara psikologis dan sosial-kultur untuk tujuan pendidikan. Berbagai tradisi dalam ilmu sosial termasuk konsep, struktur, cara kerja ilmuan, sosial, aspek, metode maupun nilai yang dikembangkan dalam ilmu-ilmu sosial, dikemas secara psikologis, ilmiah, pedagogis, dan sosial kultur untuk kepentingan pendidikan.

(38)

II. KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini dipaparkan teori-teori, tinjauan pustaka, hasil penelitian yang relevan

dan kerangka pikir yang digunakan untuk memperkuat serta mengarahkan penelitian

pengembangan ini. Teori-teori tersebut diambil dari buku literatur dan internet.

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan. Dengan belajar

membuat manusia dari tidak mengetahui menjadi tahu. Dengan belajar dapat

mengubah tingkah laku yang membawa perubahan bagi individu untuk belajar

ke arah perkembangan. Belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan

perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Individu dapat dikatakan

telah mengalami proses belajar, meskipun pada dirinya hanya ada perubahan

dalam kecenderunganprilaku De Cecco & Crawford, 1977 dalam Ali (2000:14).

Belajar adalah salah satu proses perubahan kegiatan melalui reaksi terhadap

lingkungan, tidak dapat disebut bila disebabkan oleh suatu keadaan seperti

kelelahan atau disebabkan oleh hal-hal lain. Berkaitan dengan belajar Gagne

dalam Herpratiwi (2009:27) berpendapat bahwa proses belajar merupakan suatu

(39)

memiliki kemampuan yang dimiliki sebelumnya. Pembelajaran diberikan

untukmemberikan kondisi terjadinya proses pembentukan keterlibatan siwa

dalam memahami pengetahuan.

Soedijarto (1993:94), proses belajar dalam pendidikan formal, merupakan

proses yang dialami scara langsung dan aktif oleh peserta didik pada saat

mengikuti suatu kegiatan belajar mengajar yang direncanakan atau yang

disajikan disekolah, baik yang terjadi dikelas maupun diluar kelas. Proses

belajar yang baik tidak dapat terjadi dengan sendirinya, melaikan perlu proses

perencanaan oleh guru. Belajar merupakan kegiatan aktif dalam membangun

makkna atau pemahaman, sehingga diperlukan dorongan kepada peserta didik

dalam membangun gagasan (Depdiknas, 2002). Sehingga diperlukan diterapkan

dilingkungan yang mendorong motivasi dan tanggung jawab peserta didik

untuk belajar.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses yang dialami

secara langsung dan aktif oleh peserta didik dengan memotivasi serta

bertanggung jawab dalam belajar

2.1.2 Teori belajar dan Pembelajaran kontruktivisme

Teori kontruktivisme belajar adalah suatu proses menganalisis dan mengaitkan

pembelajaran yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimilikinya,

sehingga pengetahuan dapat dikembangkan. Padangan kontrukvisme tentang

pembelajaran adalah peserta didik diberi kesempatan memilih dan

(40)

21 didik ketingkat pengetahuan yang tinggi. Selain itu peseta didik diberikan

kesempatan untuk berkomunikasi dan berinteraksi social dengan temanya untuk

mencapai tujaun belajar.

Pieget (Depdiknas 2004:5) menjelaskan bahwa perkrmbangan kemampuan

intelekrual manusia terjadi karena beberapa faktor yang mempengaruhi, sebagai

berikut.

1. kematangan

2. pengalaman yamg meliputi:

a. pengalam fisik

b. pengalam logika matematis

c. transmisi sosial

d. penyeimbangan.

Kontruktivisme lahir dari gagasan Piage dan Vigotsky. Hakikat dari teori

Kontrutivisme adalah ide bahwa siswa harus menjadikan informasi itu miliknya

sendiri. Peran guru adalah membantu siswa menemukan fakta, konsep, atau

prinsip bagi dari mereka sendiri, bukan memberikan atau mengendalikan

seluruh bagian kelas (http://ibrohimhaminullah.blogspot.com).

Piage dalam Suparno (1997:44) bahwa pengetahuan dibentuk oleh anak sendiri

yang sedang belajar. Piage memperhatikan bagaimana skema yang dimiliki

seseorang beradaptasi dan berubah selama perkembangan mentalnya,

(41)

mereka. Tampak bahwa Piage lebih menekankan perhatian pada keaktifan

individu dalam mengkonstruksi pengetahuan melalui struktur kongnitifnya.

Menurut Cobb dalam Suparno (1997:46) Vigotsky juga memperhatikan

pembentukan anak secara psikologis dan ditambah dengan menekankan

pentingnya interaksi sosial dengan orang-orang lain terutama yang memiliki

kemampuan yang lebih baik. Jika peserta didik belajar sendiri maka ia akan

memperoleh pemahaman pengetahuan pada batas tertentu. Dengan adanya

berkemampuan lebih maka pemahaman pengetahuanya akan meningkat.

Teori Konstruktivis menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan

mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan

aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan ini tidak lagi sesuai.

Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan,

UUSPN No.20 tahun 2003 Bab I pasal I (2008:5) menyatakan bahwa

pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses yang

dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berpikir yang dapat

meningkatkan kemampuan mengkonstrusikan pengetahuan baru sebagai upaya

meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pembelajaran.

Pebelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk

mengembangkan kreativitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan

berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi

(42)

23 materi pelajaran. Pembelajaran menurut Gagne, Briggs, dan Wager

(Prawiradilaga, 2007: 15) adalah upaya menciptakan kondisi dengan sengaja

agar tujuan pembelajaran dapat dipermudah pencapaianya. Dalam kegiatan

pembelajaran perlu dipilih strategi yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat

tercapai.

Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu

seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru. Proses

pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar

yang dimiliki oleh siswa yang meliputi kemampuan dasarnya, mitivasinya, latar

belakang akademikny, latar belakang ekonominya, dan lain sebagainya.

Kesiapan guru mengenal karateristik siswa dalam pembelajaranya adalah modal

utama penyampain bahan ajar dan menjadi indikator suksenya pelaksanaan

pembelajaran.

Pembelajaran guru harus memahami hakekat materi pelajaran yang diajarkanya

sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir siswa

dan memahami berbagai model yang dapat merangsang kemampuan siswa

untuk belajar dengan perencanaan pengajar yang matang untuk guru. Jadi,

berpikir dan pembelajaran diarahkan untuk membangun kemampuan berpikir

dan kemampuan menguasai materi pelajaran, dimana pengetahuan itu

sumbernya dari luar diri, tetapi dikontruksi dalam diri individu siswa.

Kemampuan tidak diperoleh dengan cara diberikan atau ditransfer dari orang

lain tapi “dibentuk” dan “dikonstruksi” oleh idividu itu sendiri, sehinggasiswa

(43)

Keberhasian pembelajaran dicapai 10 % dari apa yang dibaca, 20% dari apa

yang didengar. 70% dari apa yang dikatakanya, dan 90% dari yang dikatakan

dan dilakukan. Lebih lanjut dikatakan bahwa 90% masukan indra untuk otak

berasal dari sumber visual.

Uraian diatas pada kegiatan pembelajaran terlibat siswa secara aktif sangat

diperlukan. Untuk menarik minat dan meningkatkan prestasi belajar perlu

mengaitkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah memiliki

siswa. Materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola dan logika tertentu,

dari yang sederhana sampai yang kompleks dan perbedaan individual pada diri

siswa perlu diperhatiakan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan

belajar siswa.

2.1.3 Kompetensi Siswa

a. Pengertian Kompetensi

Kamus Besar Bahasa Indonesia, kompetensi adalah kewenangan (kekuasaan)

untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal.Menurut Finch dan Crunkilton

dalam Mulyasa (2004: 38) bahwa yang dimaksud dengan kompetensi adalah

penguasaan terhadap suatu tugas, ketrampilan, sikap, dan apresiasi yang

diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Hal itu menunjukkan bahwa

kompetensi mencakup tugas, ketrampilan sikap dan apresiasi yang harus

dimiliki peserta didik untuk dapat melaksanakan tugas - tugas pembelajaran

(44)

25 (Uzer Usman, 2007:14) kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dari

perilaku guru yang tampak sangat berarti.

“Sedangkan dalam blok dunia pendidikan Indonesia (2009) Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan nilai dan sikap dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak dinamis, berkembang dan dapat diraih setiap waktu. Kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap-sikap dasar dalam melakukan sesuatu. Kebiasaan berfikir dan bertindak itu didasari oleh budi pekertiluhur baik dalam kehidupan pribadi, sosial kemasyarakatan, keber-agama-an, dan kehidupan berbangsa dan bernegara.”

Gardon (1988 : 109) dalam blok dunia Indonesia (2009) menjelaskan beberapa

aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi sebagai berikut :

“(1) Pengetahuan (knowledge), yaitu kesadaran dalam bidang konitif; (2) Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman konektif; (3) Kemampuan (skil), yaitu sesuatu yang dimuliki oleh individu untuk melakukan tugas-tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya; (4) Nilai (value), yaitu suatu standar perilaku yang di yakini dan secara spikologis telah menyatu dalam diri seseorang; (5) Sikap (attitude), yaitu perasaan (senang – tidak senang, suka – tidak suka) atau reaksi terhadap sesuatu rangsangan yang datang dari luar (6) Minat (interest), yaitu kecerendungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan.”

Rumusan tentang kompetensi tersebut pada dasarnya kompetensi adalah daya

cakup, daya rasa dan daya tindak seseorang yang siap diaktualisasikan ketika

menghadapi tantangan kehidupanya, baik pada masa kini maupun masa akan

(45)

b. Pengertian Kompetensi Siswa

Kompetensi siswa adalah kemampuan siswa yang dihasilkan selama dia

mengikuti pembelajaran, artinya seberapa jauh siswa menyerap materi yang

disampaikan guru, seberapa persen tujuan yang telah ditetapkan guru dapat

dikuasai siswa, dan seberapa baik siswa mengikuti aturan-aturan yang telah

ditetapkan, berinteraksi dengan dengan lingkungan sosialnya, dan kinerja

yang ditunjukkannya dalam memecahkan masalah-masalah belajar dari

kehidupan.

Kompetensi terbentuk dari lima karakteristik sebagaimana dikatakan Pencer

dan Spencer (1993), yaitu watak, motif, konsep diri, pengetahuan, dan

ketrampilan. Kompetensi pengetahuan dan ketrampilan adalah kompetensi

yang mudah dinilai, diberikan, dilatihkan, diajarkan, dialami, dan

dikembangkan karena merupakan kompetensi yang berada di permukaan

yang cenderung dapat dilihat. Sedangkan kompetensi konsep diri, watak, dan

motif bersifat lebih tersembunyi, lebih dalam, dan berperan sebagai sumber

dari kepribadian yang tidak mudah untuk dinilai dan dikembangkan.

Kompetensi harus dimiliki oleh siswa SMU/MA yaitu selain dapat

digunakan untuk menembus seleksi masuk perguruan tinggi favorit, yang

terkesan sebagai kompetensi akademik, juga untuk melanjutkan

kehidupannya, di masyarakat, artinya selain kompetensi untuk dapat bergaul

dan hidup bersama di tengah-tengah masyarakat, siswa juga harus memiliki

(46)

27 Usia individu tingkat SMU adalah usia yang cukup dewasa dan tidak sedikit

dari mereka yang melanjutkan kehidupan ke kehidupan yang sebenarnya.

Oleh karena itu, mereka harus dibekali dengan kemampuan life skills

(kecakapan hidup). Kecakapan hidup lebih luas dari ketrampilan untuk

bekerja, apalagi sekedar ketrampilan manual. Artinya, kecakapan hidup ini

mencakup kemampuan individu untuk menyelesaikan berbagai persoalan

kehidupannya yang bersifat praktik sosial maupun individual.

WHO (1997) dalam http://id.netlog.com mengategorikan kecakapan hidup

dalam lima pilar, yaitu:

“(1) Kecakapan mengenal diri (self awareness), yang juga sering disebutkemampuan personal (personal skills); (2) Kecakapan berpikir rasional (thinking skills); (3) Kecakapan sosial (sosial skills); (4) Kecakapan akademik (akademic skills); (5) Kecakapan vokasional/khusus (vocational skills).”

Lima pilar tersebut dikategorikan lagi menjadi dua, yaitu general life skills,

yaitu kecakapan mengenal diri, berpikir rasional, dan kecakapan sosial.

Sedangkan kecakapan akademik dan vokasional dikategorikan sebagai

spesifik life skill

2.1.4 Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Kata “media” merupakan bentuk jamak dari “medium”, yang berasal dan

Bahasa Latin “medius” yang berarti tengah. Sedangkan dalam Bahasa

(47)

sehingga pengertian media dapat mengarah pada sesuatu yang mengantar

atau meneruskan informasi (pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan

penerima pesan. Istilah media mula-mula dikenal dengan alat peraga,

kemudian dikenal dengan istilah audio visual aids (alat bantu

pandang/dengar). Selanjutnya disebut instructional materials (materi

pembelajaran), dan kini istilah yang lazim digunakan dalam dunia

pendidikan nasional adalah instructional media (media pendidikan atau

media pembelajaran).

Media tentunya mempunyai cakupan yang sangat luas, oleh karena itu saat

ini masalah media kita batasi ke arah yang relevan dengan masalah

pembelajaran saja atau yang dikenal sebagai media pembelajaran. Berikut ini

beberapa pendapat para ahli komunikasi atau ahli bahasa tentang pengertian

media yaitu:

(48)

29 (2009: 3) menyebutkan bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Sementara itu Schramm berpendapat bahwa media merupakan teknologi pembawa informasi atau pesan instruksional yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar dan dibaca.”

Dapat ditarik kesimpulan bahwa media pembelajaran adalah alat perantara

atau pengantar yang digunakan untuk menyalurkan pesan sehingga terjadi

komunikasi dari pengirim ke penerima agar dapat merangsang pikiran,

perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa. Oleh karena proses

pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu

sistem, maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting

sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media,

komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses

komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Media

pembelajaran adalah komponen integral dari sistem pembelajaran.

Levie dan Lentz dalam Arsyad (2003: 16) mengemukakan bahwa “media

pembelajaran mempunyai fungsi afektif, artinya media pembelajaran dalam

bentuk visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika sedang

belajar. Gambar visual dapat menggugah emosi siswa dan sikapnya” Dari

pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa media pembelajaran yang berbeda

akan berakibat pada perbedaan sikap dan emosi siswa ketika mengikuti

proses pembelajaran, hal ini akan berpengaruh pula pada hasil yang akan

dicapai dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dalam hal ini dapat

disimpulkan bahwa kompetensi akuntasi siswa akan berbeda jika

(49)

Levie dan Lentz dalam Arsyad (2003: 16) mengatakan “media pembelajaran

befungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat menerima dan

memahami isi pelajaran yang disajikan secara verbal.”

Pendapat di atas dapat dijelaskan media pembelajaran bukti transaksi dan

LKS memberikan akomodasi yang berbeda kepada setiap siswa dalam

menerima dan memahami materi pembelajaran. Hal ini akan berakibat pada

hasil yang berbeda terhadap ketercapaian kompetensi akuntansinya.

Perbedaan ketercapaian kompetensi akuntansi ditunjukkan dari hasil

rata-rata yang berbeda antara kelompok siswa yang digunakan media

pembelajaran bukti transaksi dan kelompok siswa yang digunakan media

pembelajaran LKS.

Rebber (1988) dalam Syah (2010:121) mengatakan bahwa “Kemampuan

awal persyaratan awal untuk mengetahui adanya perubahan” Sedangkan

Gagne dalam Sudjana (1996:158) dalam Rizal mengatakan bahwa:

“Kemampuan awal lebih rendah dari pada kemampuan baru dalam pelajaran,

kemampuan awal merupakan prasyarat yang harus dimiliki siswa sebelum memasuki pembelajaran materi pelajaran berikutnya yang lebih tinggi. Jadi seorang siswa mempunyai kemampuan awal yang baik akan lebih cepat memahami materi dibandingkan dengan siswa yang tidak mempunyai

kemampuan awal dalam proses pembelajaran.”

Dari kedua pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa kemampuan awal siswa

sangat berpengaruh terhadap kompetensi akuntansi siswa. Siswa yang

mempunyai kemampuan awal yang baik akan mempunyai kompetensi

(50)

31 kemampuan awal rendah. Ketercapian kompetensi akuntansi siswa akan

semakin baik jika digunakan media pembelajaran yang tepat. Hal ini sesuai

dengan pendapat yang disampaikan oleh Levie dan Lentz dalam Arsyad

(2003: 16) mengatakan “media pembelajaran befungsi untuk

mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi

pelajaran yang disajikan secara verbal.” Dari uraian di atas maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara media pembelajaran bukti

transaksi, media pembelajaran LKS, dan kemampuan awal siswa terhadap

kompetensi akuntansi siswa.

Sedangkan menurut Komaruddin (2004: 872), yang dimaksud dengan

transaction document atau dokumen transaksi adalah:

“merupakan salah satu jenis warkat atau dokumen yang terdiri dari pesanan

-pesanan, faktur-faktur, cek-cek, korespondensi aktif dengan langganan, pelayanan-pelayanan, leveransir-leveransir dan sebagainya. Pengarsipannya

dapat disusun menurut nomor atau abjad.”

Darmojo dan Kaligis, 1991; Depdiknas, 2004; Yuningsih (2006),

menjelaskan yang dimaksud dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah:

“Lembaran-lembaran yang digunakan sebagai pedoman di dalam

pembelajaran serta berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik dalam kajian tertentu. LKS sangat baik dipergunakan dalam rangka strategi heuristik maupun ekspositorik. Dalam strategi heuristik LKS dipakai dalam metode penemuan terbimbing, sedangkan dalam strategi ekspositorik LKS dipakai untuk memberikan latihan pengembangan. Selain itu LKS sebagai penunjang untuk meningkatkan aktifitas siswa dalam proses belajar dapat

(51)

Dari beberapa pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa siswa yang

mempunyai kemampuan awal yang tinggi akan lebih cepat memahami

materi pembelajaran. Media pembelajaran bukti transaksi lebih bersifat

praktik, dimana siswa beradapan langsung dengan fakta-fakta transaksi yang

terjadi. Media pembelajaran LKS lebih bersifat teoritis, dimana siswa

beradapan pada tugas-tugas yang harus dikerjakan dalam kajian tertentu.

Siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi lebih mudah memahami

materi pembelajaran akuntansi dengan media pembelajaran bukti transaksi

dibandingkan dengan media pembelajaran LKS.

b. Fungsi, Kelebihan Kemampuan Media Pembelajaran dan

Hambatan-Hambatan Komunikasi dalam Proses Pembelajaran

“(1) Fungsi Atensi artinya media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran; (2) Fungsi Afektif artinya media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika sedang belajar. Gambar visual dapat menggugah emosi siswa dan sikapnya; (3) Fungsi Kognitif artinya media visual atau gambar dapat memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar; (4) Fungsi Kompensatoris artinya media pembelajaran befungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan secara verbal.”

Menurut I Wayan (2007: 3) dalam proses pembelajaran, media memiliki

fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima

(siswa). Sedangkan metode adalah prosedur untuk membantu siswa dalam

menerima dan mengolah informasi guna mencapai tujuan pembelajaran.

(52)

33

Gambar 2.1. Fungsi Media Dalam Proses Pembelajaran

Secara umum dapat disimpulkan bahwa media mempunyai kegunaan yaitu

memperjelas, memudahkan dan membuat menarik pesan kurikulum yang

akan disampaikan oleh guru kepada peserta didik sehingga dapat memotivasi

belajar siswa dan mengefisienkan pembelajaran.

Menurut I Wayan (2007: 4) fungsi media dalam kegiatan interaksi antara

siswa dengan lingkungan dijelaskan sebagai berikut.

“Dalam kegiatan interaksi antara siswa dengan lingkungan, fungsi media dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran. Tiga kelebihan kemampuan media(Gerlach & Ely dalam I Wayan, 2007: 4) adalah sebagai berikut. Pertama, kemampuan fiksatif, artinya dapat menangkap, menyimpan dan menampilkan kembali suatu objek atau kejadian. Dengan kemampuan ini, objek atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati kembali seperti kejadian aslinya. Kedua, kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali objek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat pula diulang-ulang penyajiannya. Ketiga, kemampuan distributif, artinya media mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak, misalnya siaran TV atau Radio.”

I Wayan Santyasa (2007: 5), mengemukakan bahwa hambatan-hambatan

komunikasi dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut.

(53)

sama diartikan berbeda oleh siswa. Hal ini terjadi karena biasanya guru hanya menjelaskan secara lisan dengan tanpa menggunakan media pembelajaran yang lain, misalnya gambar, bagan, model, dan sebagainya; (3) Perhatian tidak berpusat, hal ini dapat terjadi karena beberapa hal antara lain, gangguan fisik, ada hal lain yang lebih menarik mempengaruhi perhatian siswa, siswa melamun, cara mengajar guru membosankan, cara menyajikan bahan pelajaran tanpa variasi, kurang adanya pengawasan dan bimbingan guru; (4) Tidak terjadinya pemahaman, artinya kurang memiliki kebermaknaan logis dan psikologis. Apa yang diamati atau dilihat, dialami secara terpisah. Tidak terjadi proses berpikir yang logis mulai dari kesadaran hingga timbulnya konsep.”

c. Klasifikasi Media Pembelajaran

Menurut I Wayan (2007: 9-10), media pembelajaran diklasifikasi

berdasarkan tujuan pemakaian dan karakteristik jenis media. Terdapat lima

model klasifikasi, yaitu menurut: (1) Wilbur Schramm, (2) Gagne, (3)

Allen, (4) Gerlach dan Ely, dan (5) Ibrahim.

Menurut Sadiman (2006: 28-75), jenis media yang lazim dipakai dalam

kegiatan belajar mengajar khususnya di Indonesia yaitu:

“(1) Media Grafis seperti gambar/foto, sketsa, diagram, bagan/chart, grafik (graphs), kartun, poster, peta dan globe, papan flanel/ flannel board, papan buletin (bulletin board); (2) Media Audio seperti radio, alat perekam pita magnetik, laboratorium bahasa; (3) Media Proyeksi Diam seperti film bingkai, film rangkai, media transparasi, proyektor tak tembus pandang (opaque projector), mikrofis (microfiche), film, film gelang, televisi (tv), video, permainan dan simulasi.”

Berdasarkan pemahaman atas klasifikasi media pembelajaran tersebut, akan

mempermudah para guru atau praktisi lainnya dalam melakukan pemilihan

media yang tepat pada waktu merencanakan pembelajaran untuk mencapai

(54)

35 serta kemampuan dan karakteristik pembelajar, akan sangat menunjang

efisiensi dan efektivitas proses dan hasil pembelajaran.

d. Media Pembelajaran Berupa Media Praktik Bukti Transaksi

Latihan menggunakan media praktik akuntansi adalah salah satu

pembelajaran yang berlandaskan pada seperangkat media yang berupa

lembaran praktik berisikan lembaran bukti-bukti transaksi dan latihan sesuai

dengan siklus akuntansi, dan berfungsi sebagai alat untuk mempercepat

pembelajaran dan membantu siswa untuk mempermudah menangkap materi

yang diberikan oleh guru. Selain itu penggunaan media praktik akuntansi

berfungsi untuk mempertinggi mutu pembelajaran dan hasil belajar yang

dicapai akan mempunyai nilai tinggi. Dengan demikian pemanfaatan media

praktik akuntansi tersebut dimaksudkan siswa dapat memiliki keterampilan

tentang menjurnal dan memposting transaksi akuntansi berdasarkan siklus

akuntansi.

Merlinda (2008: 21), media praktik akuntansi yang digunakan dalam

pembelajaran akuntansi dapat berupa:

“(1) Lembar analisis akuntansi; (2) Lembar jurnal umum; (3) Lembar posting buku besar; (4) Lembar neraca saldo; (5) Lembar jurnal penyesuaian; (6) Lembar kertas kerja; (7) Lembar jurnal penutup; (8) Lembar neraca saldo setelah penutupan; (9) Lembar jurnal pembalik; (10) Lembar laporan keuangan”

Media praktik akuntansi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar

analisis transaksi yang berupa bukti-bukti transaksi. Bukti transaksi dalam

(55)

sistem akuntansi, bukti transaksi merupakan trigger. Dengankata lain setiap

pencatatan dalam suatu sistem akuntansi dimulai oleh bukti-bukti transaksi.

Dengan demikian bukti transaksi sebagai bagian dari sistem akuntansi harus

dirancang sebaik-baiknya dengan memperhatikan prinsip-prinsip

penyusunan bukti.

1) Pengertian Bukti Transaksi

Joel G. Siegel & Jae K. Shim (2006: 473), Transactions (transaksi) adalah

peristiwa atau kejadian dalam sebuah usaha yang mengubah posisi keuangan

dan/atau keuntungannya. Transaksi dicatat dalam buku harian dan kemudian

ditempatkan dalam buku besar.

Menurut A. Abdurrachman (2001: 1110) bahwa pengertian “Transaction

(transaksi, perjanjian perdagangan) adalah:

“suatu perjanjian antara dua pihak atau lebih, yang menciptakan atau menghasilkan suatu hak atau kewajiban menurut hukum. Lebih khusus ialah suatu perjanjian yang mengenai penjualan, pembelian, sewa-menyewa, pinjaman, atau bentuk lain mengenai pemindahan sesuatu yang berharga sebagai penukaran untuk uang atau barang lain yang berharga. Jadi, suatu kontrak atau persetujuan mengenai penjualan, sewa-menyewa dan lain-lain, dapat dikatakan adalah suatu transaction, akan tetapi transactions tidak perlu mempunyai bentuk suatu kontrak.”

Sedangkan menurut Komaruddin (2004: 872), yang dimaksud dengan

transaction document atau dokumen transaksi adalah:

(56)

37 Menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2005: 172 & 1208)

bukti transaksi adalah sesuatu yang menyatakan kebenaran suatu peristiwa,

keterangan nyata, tanda. Dan transaksi adalah persetujuan jual beli (dalam

perdagangan) antara dua pihak, 2) pelunasan pembayaran (seperti dalam

bank). Soemarso (2004: 55) menyatakan bahwa transaksi (transactions) yaitu

kejadian atau situasi yang mempengaruhi posisi keuangan perusahaan dan

oleh karena itu harus dicatat.

Menurut Yudhi Rahmanto (2010 dalam www.slideboom.com), transaksi

keuangan adalah segala kejadian-kejadian atau peristiwa yang

mempengaruhi suatu posisi keuangan perusahaan (harta, utang, dan modal)

yang dapat dinilai dengan uang. Bukti transaksi adalah suatu bukti telah

terjadi transaksi sah yang harus dicatat yang dapat dinilai dengan uang.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa bukti transaksi

adalah dokumen yang menyatakan adanya suatu peristiwa atau transaksi sah

yang mempengaruhi posisi keuangan perusahaan.

2) Kegunaan dan Macam-Macam Bukti Transaksi

Kegunaan bukti transaksi menurut Soemarso (2004: 91) adalah sebagai

berikut.

Gambar

Tabel
Tabel 1.1. Hasil Ulangan Harian Akuntansi Siswa Kelas XI IPSMA. Mathla’ul Anwar Gisting Tahun Pelajaran 2012/2013
Gambar 1.1. Skema Penentuan KKM Mata Pelajaran
Gambar 2.1. Fungsi Media Dalam Proses Pembelajaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan disisi lain dalam literatur pengembangan KTSP berbasis kompetensi (KBK), sementara KBK adalah turunan lansung/jelmaan dari Behavioristik. Mungkin

An ISDN is a network, in general evolving from a telephony IDN, that provides end-to-end digital connectivity to support a wide range of services, including voice and

yang diamati atau pertanyaan untuk. mendapatkan informasi

Jika semakin tinggi ketinggian tempat tumbuh maka intesitas cahaya dan suhu udara semakin rendah sehingga proses metabolisme tanaman sangat berpengaruh pada

Hal ini juga yang menjadi pembeda antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya tentang analisis wacana dari Khurivati (2012), yang mana suber data dalam

Generally, all local and international businesses in Timor Leste have an obligation to pay income tax in monthly or quarterly instalments and are also required to lodge an

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pada saat ini WOM memiliki tingkatan kesulitan yang relatif ringan untuk dijalankan melalui strategi WOM tersebut dan dengan

In preferring P2Y receptors antagonist were involved in the granule as well as in hippocampal cells, the current effect of reduction of the kainate-induced current, we induced