• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Karyawan Terhadap Pelaksanaan Program BPJS Ketenagakerjaan di PT. Mutiara Mukti Farma.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Respon Karyawan Terhadap Pelaksanaan Program BPJS Ketenagakerjaan di PT. Mutiara Mukti Farma."

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON KARYAWAN TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM BPJS KETENAGAKERJAAN DI PT. MUTIARA MUKTI FARMA

SKRIPSI

Diajukan guna memenuhi salah satu syarat

untuk memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

Disusun oleh

ANGGA EFRAIMTA GINTING

100902059

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

ABSTRAK

RESPON KARYAWAN TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM BPJS KETENAGAKERJAAN DI PT. MUTIARA MUKTI FARMA

Pada situasi saat ini sangat memungkinkan terjadinya perubahan kondisi bagi pekekerja baik karena sakit, kecelakaan dan kematian.Maka BPJS ketenagakerjaan adalah salah satu jaminan sosial yang mampu meberikan perlindungan terhadap kondisi tersebut.Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana respon karyawan terhadap pelaksanaan program BPJS ketenagakerjaan di PT. Mutiara Mukti Farma.bertujuan untuk mengetahui respon karyawan terhadap pelaksanaan program BPJS ketenagakerjaan di PT. Mutiara mukti Farma. Melalui penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan konsep dan teori-teori yang berhubungan dengan jaminan sosial kepada tenaga kerja

Penelitian ini dilakukan di PT. Mutiara Mukti Farma Kecamatan Medan Johor Kota Medan.Penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriptif dengan jumlah populasi sebanyak 250 orang yang kemuadian diambil sampel sebanyak 25 orang.Adapun teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah tenik penarikan sampel secara acak karena jenis karyawan yang bersifat homogen. Untuk memperoleh data, peneliti menggunakan instrument penelitian kuesioner. Dalam melakukan analisis data, peneliti menggunakan metode analisis kuantitatif dengan teknik analisis data deskriptif.

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa respon karyawan sebagai peserta program BPJS ketenagakerjaan dilihat dari aspek persepsi karyawan memiliki persepsi yang positif, hal tersebut dapat dilihat dari pengetahuan dan pemahaman karyawan mengenai program BPJS ketenagakerjaan. Sementara dari aspek sikap dan partsipasi karyawan memiliki respon yang negatif, hal tersebut disebabkan oleh ketidak puasan karyawan terhadap pelayanan yang diberikan petugas dan kurangnya keikutsertaan karyawan dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh petugas BPJS ketenagakerjaan.

(3)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA UTARA FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE

DEPARTEMENT OF SOCIAL WELFARE

ABSTRACT

RESPONSEOFEMPLOYEESEMPLOYMENTPROGRAM IMPLEMENTATIONBPJSAT.MUTIARAMUKTIFARMA

Inthe current situationit is possiblethe change

ofconditionsforbothworkersdue to illness, accidentsanddeath.

SoBPJSemploymentisone of thesocial securityto provide protectionagainstsuchconditions. The problemaddressed inthis studyishow theemployee's response to theimplementation ofemploymentprogramsBPJSPT. mutiaraMuktiFarma. aims to determinethe employee's response to theimplementation ofemploymentprogramsBPJSPT. mutiaramuktiFarma. Throughthisresearchis expected todevelopconceptsand theoriesrelating tosocial security toworkers.

This research was conductedatPT. MutiaraMuktiFarmaDistrict of MedanMedanJohor. This study wasclassified asdescriptive typewitha total population of250peoplewhokemuadianbe sampledas many as 25people. Thetechnique ofsampling inthis studyisteniksamplingpurposive sampling,thecriteria for determination ofthe sampleareparticipants inthe social

securityprogramfor 5years. Toobtainthe data, researchers used

aquestionnaireresearchinstruments. Inanalyzingthe data, researchers usedquantitativeanalysis methodswithdescriptive dataanalysis techniques.

Based on the analysisof datait can be concludedthatthe responseof employeesasthe employmentprogram participantsBPJSseen fromthe aspectof

perceptionemployees havea positiveperception, it canbe seenfrom

theknowledgeandunderstanding ofemployees aboutemploymentBPJSprogram. Whileattitudesandaspectsof participationof employeeshasa negativeresponse, it is caused byemployeedissatisfactionwith the services providedand theattendantlack

ofemployeeparticipationin thefollowingactivitieswerecarried outbyofficersBPJSemployment.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas

segala kasih dan penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi yang berjudul “Respon Karyawan Terhadap Pelaksanaan Program BPJS Ketenagakerjaan di PT. Mutiara Mukti Farma”.Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sosial di Fakultas

Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara.

Penulis telah berusaha semaksimal agar hasil yang disajikan dalam skripsi

ini bisa sebaik mungkin.Namun penulis menyadari bahwa skripsi ini terdapat

banyak kekurangan dan masi jauh dari sempurna.Hal ini terutama dikarenakan

keterbatasan pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman penulis.Oleh karena itu,

kritik dan saran yangbersifat membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan

skripsi ini nantinya.

Penulis juga menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini dapat

terselesaikan betkat berbagai pihak yang telah menjadi penolong bagi penulis.

Karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof.DR.Badaruddin, Msi selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan

Ilmu Politik Universitas Sumatra utara.

2. Ibu Hairani Siregar,S.sos,M.SP selaku ketua Departemen Ilmu

(5)

3. Ibu mastauli Siregar.S.sos,Msi selaku dosen pembimbing yang telah

banyak membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

4. Ibu Zuraida Hanum yang telah banyak membantu penulis dari awal

perkuliahan hingga akhir masa studi di Departemen Ilmu Kesejahteraan

sosial.

5. Seluruh dosen Ilmu Kesejahteraan Sosial yang telah banyak memberikan

ilmu dan pengetahuan kepada penulis selama masa studi di Departemen

Ilmu Kesejahteraan sosial.

6. Seluruh staff yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan studinya

di di departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial.

7. Bapak Amiruddin Pinem.SH selaku menejer Personalia di PT. Mutiara

Mukti Farma yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

8. Paling teristimewa kepada kedua orang tuaku, Bapak C. Ginting dan Mamakku tersayang Sri Ulina br Tarigan yang membesarkan penulis, memberikan kasih sayang, doa dan motivasi. Semoga yang kulakukan ini

bisa membuat bapak sama mamak bangga sehingga semua tetes keringat

dan air mata yang bapak dan mamak selama ini gak sia-sia.

9. Kepada adikku Reggy Ephindonta Ginting yang sudah maukuliah, semoga bisa cepat-cepat slesai kuliahnya ya adinda dan juga bisa

(6)

10.Buat yang terkasih dan tersayang Lidya Katrina yang selalu ada

disampingku dalam segala keadaan serta dukungan, doa dan semangat

yang kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini.

11.Sahabatku Lewi Ebenezer Tarigan dan Evan Arisandi Pinem“(dukun

cabul) hahahha….” yang telah memberikan banyak dukungan bantuan

yang kalian berikan dari awal perkuliahan hingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

12.Kepada intan Ramadhani dan Riada N Panjaitan yang membantu penulis,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

13.Kepada seluruh Teman-teman Kessos 2010 terima kasih atas kebersamaan

kita selama masa kuliah yang tak akan pernah bisa saya lupakan.

14.Team dota Jams (Lae Tigor, Edward, Ganta, Dadang) yang telah

memperkenalkan dunia Dota kepada saya, hahaha…

15.Kepada seluruh buaya-buaya penghuni PT.Gantang.Tbk

16.Kepada Pengurus Sapma Pemuda Pancasila Sumut Masa bakti 2011-2014

yang telah banyak memberikan pengalaman dan pengajaran kepada

penulis.

17.Kepada kak Mele, Bg Judea, kak karis, bg billy, dan semua teman yang

telah membimbing saya selama menyelesaikan Praktikum Lapangan di

(7)

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.Penulis berharap skripsi

ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Semoga tuhan tetap melindungi

kita semua

Medan, Oktober 2014

Penulis

(8)

.DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 9

1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

1.3.1.Tujuan Penelitian ... 9

1.3.2.Manfaat Penelitian ... 9

1.4.Sistematika Penulisan ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Respon ... 11

2.2. Tenaga Kerja ... 14

2.2.1. Pengertian... 14

2.2. Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja (TKLHK) ... 15

2.3. Karyawan ... 17

2.3.1. Pengertian ... 17

2.3.2. Jenis-Jenis Karyawan ... 19

2.3.3. Kesejahteraan Karyawan ... 20

2.4. Program ... 25

2.5. Jaminan Sosial ... 26

2.6 BPJS (Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial)... 28

2.6.1 Arti BPJS ... 28

2.6.2. Tugas BPJS ... 29

2.6.3. Wewenang BPJS ... 29

2.7.Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan ... 31

(9)

2.7.2. Ruang Lingkup Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja ... 33

2.7.3. Alasan yang menyebabkan perusahaan tidak mengikuti Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja ... 43

2.7.4. Praktek Penegakan Hukum Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan ... 46

2.7.5. Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan ... 48

2.8. Kerangka Pemikiran ... 49

2.9.Definisi Konsep dan Definisi Operasional ... 52

2.9.1 Definisi Konsep... 52

2.9.2. Defenisi Operasional ... 53

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian ... 56

3.2. Lokasi Penelitian ... 56

3.3. Populasi dan Sampel ... 57

3.3.1. Populasi Penelitian ... 57

3.3.2. Sampel Penelitian ... 57

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 58

3.5. Teknik Analisis Data ... 59

BAB IV DESKRIPSI LOKASI 4.1. Sejaranh Singkat Perusahaan ... 60

4.2. Struktur Organisasi ... 61

4.3. Demografis Karyawan PT. Mutiara Mukti Farma ... 65

4.3.1. Distribusi Karyawan Berdasarkan Usia ... 65

4.3.2. Distribusi Karyawan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 66

4.3.3. Distribusi Karyawan Berdasarkan Agama ... 67

4.3.4. Distrubusi Karyawan Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 67

4.3.5. Distribusi Karyawan Berdasarkan Suku ... 68

BAB V ANALISIS DATA 5.1. Pengantar ... 70

5.2. Kharakteristik Umum Responden ... 70

(10)

5.3.1. Persepsi ... 76 5.3.2. Sikap ... 87 5.3.3. Partisipasi ... 94 BAB VI PENUTUP

(11)

DAFTAR BAGAN DAN TABEL

Bagan 2.1 Alur Pikir ... 51

Tabel 2.1 Persentase Santunan Tunjangan Cacat Tetap Sebagian ... 41

Tabel 2.2 Persentase Santunan Tunjangan Cacat-Cacat Lainnya ... 42

Tabel 4.1 Distribusi Karyawan Berdasarkan Usia ... 67

Tabel 4.2. Distribusi Karyawan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 67

Tabel 4.3 Distribusi Karyawan Berdasarkan Agama ... 68

Tabel 4.4 Distribusi Karyawan Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 68

Tabel 4.5 Distribusi Karyawan Berdasarkan Suku ... 69

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 70

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 71

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Agama ... 72

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 73

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Suku ... 74

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak ... 75

Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai BPJS ... 76

Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Perolehan Informasi BPJS 77 Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Sosialisasi Perusahaan Terhadap Karyawan Mengenai Program BPJS ... 78

Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Pemahaman Informasi………... 79

Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Manfaat Program BPJS ... 80

Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Tujuan Program BPJS ... 81

(12)

Tabel 5.14 Distribusi Responden Berdasarkan Alasan Pelaksanaan Program BPJS di Perusahaan ... 83 Tabel 5.15 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang

Pendanaan Program BPJS ... 84 Tabel 5.16 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang

Klaim Program BPJS ... 85 Tabel 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang

Ketentuan Dana Klaim ... 86 Tabel 5.18 Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian Mengenai

Sosialisasi Program BPJS ... 87 Tabel 5.19 Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian Mengenai Dana

Premi yang Harus di Bayar ... 88 Tabel 5.20 Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian Mengenai

Pelayanan Dana Klaim ... 89 Tabel 5.21 Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian Mengenai

Waktu Pemberian Dana Klaim ... 90 Tabel 5.22 Distribusi Responden Berdasarkan Kecukupan Dana Kalim

yang diberikan…. ... 91 Tabel 5.23 Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian Mengenai

Program BPJS Ketenagakerjaan ... 92 Tabel 5.24 Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Mengenai

Kelanjutan Program BPJS ... 93 Tabel 5.25 Distribusi Responden Berdasarkan Keikutsertaan Dalam

Sosialisasi Program BPJS Ketenagakerjaan ... 94 Tabel 5.26 Distribusi Responden Berdasarkan Adanya Pelaksanaan

Kegiatan Dalam Program BPJS Ketenagakerjaan ... 95 Tabel 5.27 Distribusi Responden Berdasarkan Keikutsertaan Dalam

Pelaksanaan Kegiatan Program BPJS Ketenagakerjaan ... 96 Tabel 5.28 Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Mengenai

(13)
(14)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

ABSTRAK

RESPON KARYAWAN TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM BPJS KETENAGAKERJAAN DI PT. MUTIARA MUKTI FARMA

Pada situasi saat ini sangat memungkinkan terjadinya perubahan kondisi bagi pekekerja baik karena sakit, kecelakaan dan kematian.Maka BPJS ketenagakerjaan adalah salah satu jaminan sosial yang mampu meberikan perlindungan terhadap kondisi tersebut.Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana respon karyawan terhadap pelaksanaan program BPJS ketenagakerjaan di PT. Mutiara Mukti Farma.bertujuan untuk mengetahui respon karyawan terhadap pelaksanaan program BPJS ketenagakerjaan di PT. Mutiara mukti Farma. Melalui penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan konsep dan teori-teori yang berhubungan dengan jaminan sosial kepada tenaga kerja

Penelitian ini dilakukan di PT. Mutiara Mukti Farma Kecamatan Medan Johor Kota Medan.Penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriptif dengan jumlah populasi sebanyak 250 orang yang kemuadian diambil sampel sebanyak 25 orang.Adapun teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah tenik penarikan sampel secara acak karena jenis karyawan yang bersifat homogen. Untuk memperoleh data, peneliti menggunakan instrument penelitian kuesioner. Dalam melakukan analisis data, peneliti menggunakan metode analisis kuantitatif dengan teknik analisis data deskriptif.

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa respon karyawan sebagai peserta program BPJS ketenagakerjaan dilihat dari aspek persepsi karyawan memiliki persepsi yang positif, hal tersebut dapat dilihat dari pengetahuan dan pemahaman karyawan mengenai program BPJS ketenagakerjaan. Sementara dari aspek sikap dan partsipasi karyawan memiliki respon yang negatif, hal tersebut disebabkan oleh ketidak puasan karyawan terhadap pelayanan yang diberikan petugas dan kurangnya keikutsertaan karyawan dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh petugas BPJS ketenagakerjaan.

(15)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA UTARA FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE

DEPARTEMENT OF SOCIAL WELFARE

ABSTRACT

RESPONSEOFEMPLOYEESEMPLOYMENTPROGRAM IMPLEMENTATIONBPJSAT.MUTIARAMUKTIFARMA

Inthe current situationit is possiblethe change

ofconditionsforbothworkersdue to illness, accidentsanddeath.

SoBPJSemploymentisone of thesocial securityto provide protectionagainstsuchconditions. The problemaddressed inthis studyishow theemployee's response to theimplementation ofemploymentprogramsBPJSPT. mutiaraMuktiFarma. aims to determinethe employee's response to theimplementation ofemploymentprogramsBPJSPT. mutiaramuktiFarma. Throughthisresearchis expected todevelopconceptsand theoriesrelating tosocial security toworkers.

This research was conductedatPT. MutiaraMuktiFarmaDistrict of MedanMedanJohor. This study wasclassified asdescriptive typewitha total population of250peoplewhokemuadianbe sampledas many as 25people. Thetechnique ofsampling inthis studyisteniksamplingpurposive sampling,thecriteria for determination ofthe sampleareparticipants inthe social

securityprogramfor 5years. Toobtainthe data, researchers used

aquestionnaireresearchinstruments. Inanalyzingthe data, researchers usedquantitativeanalysis methodswithdescriptive dataanalysis techniques.

Based on the analysisof datait can be concludedthatthe responseof employeesasthe employmentprogram participantsBPJSseen fromthe aspectof

perceptionemployees havea positiveperception, it canbe seenfrom

theknowledgeandunderstanding ofemployees aboutemploymentBPJSprogram. Whileattitudesandaspectsof participationof employeeshasa negativeresponse, it is caused byemployeedissatisfactionwith the services providedand theattendantlack

ofemployeeparticipationin thefollowingactivitieswerecarried outbyofficersBPJSemployment.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

Pada saat ini banyak sekali permasalahan sosial yang belum dapat

terselesaikan, salah satunya adalah kemiskinan. Kemiskinan merupakan salah satu

permasalahan yang sedang dihadapi oleh pemerintah, yang hingga pada saat ini

belum dapat dihilangkan dari bumi pertiwi.Walaupun kemiskinan selalu menjadi

prioritas bagi pemerintah dan selalu menjadi masalah yang menjadi topik didalam

setiap kampanye-kampanye para calon pejabat pada pemilihan umum.Kemiskinan

di Indonesia menjadi semakin parah sejak terjadinya krisis ekonomi yang terjadi

pada tahun 1998 dan sejak saat itu kemiskinan di Indonesia semakin sulit diatasi.

Pemerintah telah banyak melakukan upaya untuk mengentaskan masalah

kemiskinan, akan tetapi semuausaha tersebut belum mampu untuk menekan

jumlah angka kemiskinan. Namun banyak pihak yang menganggap upaya yang

telah dibuat oleh pemerintah tersebut hanya untuk menaikkan citra para pemimpin

partai politik tersebut di hadapan masyarakat.Hal ini membuat Indonesia menjadi

negara dengan jumlah penduduk miskin terbanyak di Asia Tenggara. Meskipun

Indonesia menjadi negara terbanyak dalam dalam jumlah penduduk miskin,

ternyata ada orang Indonesia yang menjadi salah satu orang terkaya di Asia

Tenggara dan juga bahkan di Asia. Ini membuktikan bahwa kesenjangan ekonomi

yang dialami oleh penduduk di Indonesia sangatlah tinggi. Padahal sejak

(17)

memajukan kesejahteraan umum dan menegakkan keadilan sosial, yang tertuang

dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke 4.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013, telah

terjadi penurunan jumlah penduduk miskin di Indonesia. Dari jumlah penduduk

miskin pada tahun 2012 yang mencapai 28,59 juta jiwa atau sekitar 11, 66 persen

dari seluruh penduduk Indonesia dan pada september 2013 telah turun menjadi

28,07 juta jiwa atau 11, 37 dari jumlah seluruh penduduk di indonesia. Salah satu

faktor utama penyebab menurunnya tingkat kemiskinan di Indonesia adalah

naiknya upah minimum regional (UMR) karena lebih dari 80 persen dari

penduduk di Indonesia bekerja sebagai karyawan ataupun buruh pada suatu

perusahaan.

Dunia ketenagakerjaan Indonesia pada tahun 2013 menunjukkan sedikit

perbaikan, hal ini dapat dilihat dari berkurangnya pengangguran dan

meningkatnya kelompok penduduk yang bekerja. Berdasarkan data dari BPS pada

agustus 2012 ada 110,81 juta jiwa yang bekerja sedangkan pada agustus 2013

jumlah penduduk yang bekerja mencapai 114,02 juta jiwa. Ini membuktikan

adanya peningkatan jumlah penduduk yang bekerja sebanyak 3,21 juta jiwa. Pada

tahun 2012 jumlah pengangguran di Indonesia yang berjumlah sekjuitar 7,24 juta

jiwa atau sama dengan 6,14 persen mengalami penurunan menjadi 7,17 atau 5,92

persen dari jumlah seluruh penduduk di Indonesia.

Menurut jenis kegiatannya, ada dua jenis kegiatan pada pekerjaan yang

dilakukan oleh penduduk di Indonesia yaitu sektor formal dan informal.Sektor

(18)

karyawan. Menurut hasil survey dari Badan Pusat Statistik, peningkatan jumlah

pekerja yang paling besat terdapat pada sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan

perorangan yang mencapai 18,21 juta jiwa ditahun 2013, setelah sebelumnya

hanya mencapai 17,10 juta jiwa pada tahun 2012. Selain itu peningkatan juga

terjadi di sektor perdagangan, rumah makan dan akomodasi yang mencapai

23,15 juta jiwa dan meningkat menjadi 23,73 di tahun 2013.

Sektor lainnya yang juga mengalami peningkatan adalah sektor lembaga

keuangan, real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan. Sementara itu,

penurunan jumlah penduduk yang bekerja pada sektor pertanian, perkebunan,

kehutanan, perburuhan dan perikanan yang pada pada tahun 2012 mencapai 38,88

juta jiwa turun menjadi 38,06 juta jiwa di tahun 2013. Pada tahun 2013 jumlah

penduduk yang bekerja di sektor konstruksi juga mengalami penurunan, hal ini

dibuktikan dengan hanya ada 6, 27 juta jiwa yang bekerja ditahun 2013, setelah

ditahun 2012 mencapai 6,79 juta jiwa. Sektor lainnya yang juga mengalami

penurunan jumlah pekerja adalah pertambangan dan penggalian serta

industri.Penurunan jumlah pekerja dalam setahun terakhir (agustus 2012-agustus

2013) paling banyak terjadi pada sektor perburuhan dan industri.Hal ini tidak

lepas dari semakin sedikitnya lapangan perkerjaan pada sektor tersebut dan

banyak terjadi pemutusan hubungan kerja.Selain itu keselamatan kerja bagi para

pekerja atau karyawan yang masih bekerja baik di pabrik, bidang industri ataupun

pekerja outsourcing minim dengan jaminan-jaminan yang diberlakukan oleh

pemerintah kurang terealisasi dengan baik. Namun dengan adanya Program

(19)

bagi tenaga kerja menjadi lebih baik dengan adanya program jaminan sosial.

Jaminan sosial pada dasarnya merupakan hak asasi dari setiap warga negara, hal

ini secara universal dijamin pada pasal 22 dan pasal 25 Deklarasi Universal Hak

Asasi Manusia PBB pada tahun 1948.

Hasil konfrensi ILO pada tahun 2002 menyebutkan bahwa jaminan sosial

merupakan bentuk perlindungan yang disediakan untuk masyarakat melalui

berbagai upaya dalam menghadapi kesulitan keuangan yang dapat terjadi karena

kesakitan, kelahiran, pengangguran, kecacatan, usia lanjut maupun karena

kematian. Jaminan sosial telah menjadi hal yang penting di Indonesia karena

menjadi perhatian mendasar dan hak konstitusional bagi setiap warga negara. Hal

ini terbukti pada pasal 28 huruf h ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan bahwa

setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan

dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat. Kemudian pasal 34 juga

menyebutkan bahwa warga negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi

seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat lemah dan tidak mampu sesuai

dengan martabat kemanusiaan.

Hingga saat ini pemerintah Indonesia telah menjalankan berbagai

program-program jaminan sosial melalui berbagai Badan Pelaksana Jaminan

Sosial (BPJS).Adapun badan pelaksana jaminansosial tersebut

adalahBPJSketenagakerjaan, BPJS kesehatan, tabungan dan asuransi pegawai

negeri (taspen) bagi pegawai negeri serta asuransi sosial angkatan bersenjata

Republik Indonesia (ASABRI) bagi TNI dan POLRI. Tujuan dari program

(20)

bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang

hilang atau berkurang sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh

tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan

meninggal dunia (ramli, 1997).

Di Indonesia, khususnya Badan Penyelanggara Jaminan Sosial menjadi

salah satu bentuk upaya perlindungan bagi tenaga kerja. Pada kenyataannya

berbagai program jaminan sosial yang dilaksanakan badan pelaksana jaminan

sosial yang dibentuk oleh pemerintah juga belum mampu mencakup seluruh

pekerja apalagi seluruh penduduk di Indonesia. Disamping itu, program-program

tersebut belum dapat memberikan perlindungan yang memadai dan adil sesuai

dengan manfaat program yang menjadi hak peserta. Permasalahan pokok yang

membuat banyaknya karyawan atau tenaga kerja tidak ikut kedalam salah satu

program jaminan sosial adalah kurangnya kesadaran pemilik perusahaan terhadap

masa depan karyawannya. Padahal, karyawan atau buruh merupakan komponen

dalam perusahaan yang berperan penuh dalam menjamin kelangsungan

operasional sebuah perusahaan (harmein Nasution, 2000).

Hubungan kerja antara tenaga kerja dengan pengusaha perlu diarahkan

pada terciptanya kerjasama yang serasi yang dijiwai oleh pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945 dimana masing-masing pihak diharapkan dapat saling

menghormati, saling membutuhkan, saling mengerti peranan serta hak dan

kewajibannya Jika hubungan antara tenaga kerja dengan pengusaha dapat berjalan

dengan hamonis, maka dengan sendirinya dapat dipastikan kedua pihak antara

(21)

itu mengikutsertakan karyawannya di dalam suatu sistem jaminan sosial juga

merupakan salah satu bentuk penghargaan yang dilakukan oleh perusahaan

terhadap mereka. Para karyawan hanya akan bersedia dan mau memberikan waktu

dan tenaganya pada suatu lingkungan kerja jika kebutuhannya diperhatikan. Salah

satu kebutuhan itu adalah jaminan sosial, dimana nantinya para karyawan dapat

bekerja dengan aman dan sehat, artinya jauh dari ancaman-ancaman bahaya yang

dapat menimbulkan gangguan bagi karyawan tersebut.

Selain itu, jaminan sosial juga erat kaitannya dengan jiwa, nyawa dan

badan.Bila jaminan sosial tidak diperhatian maka hal ini merupakan kerugian bagi

karyawan dan perusahaan tempat mereka bekerja.Hal ini dikarenakan jaminan

sosial merupakan salah satu faktor terpenting bagi usaha jika menginginkan

kemajuan serta kebutuhan karyawan.Jika karyawan yang bekerja didalam suatu

perusahaan sudah merasa aman dan tentram akhir mereka dapat bekerja dengat

semangat sehingga hasil kerja menjadi lebih baik.Oleh karena itu sangat lah

penting perusahaan agar mengikut sertakan karyawannya dalam suatu program

jaminan sosial melalui badan pelaksanana jaminan sosial (ramli, 1997).

Salah satu badan jaminan sosial yang dibentuk oleh pemerintah dalam

memberikan jaminan sosial bagi seluruh tenaga kerja maupun karyawan di

Indonesia adalah Badan Pelaksana Jaminan Sosial (BPJS) ketenagakerjaan atau

yang dahulunya disebut dengan namaPT.Jamsostek. BPJS ketenagakerjaan ini

memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga

kerja dan keluarganya dengan memberikan kepastian berlangsungnya arus

(22)

penghasilan yang hilang akibat resiko pekerjaannya.Menurut pasal 25

Undang-Undang nomor 23 tahun 1992, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja

adalah BUMN yang berbentuk perseroan (persero) yang dibentuk dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada tahun 1995 PT. Jamsostek

(persero) ditunjuk sebagai badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja. Pada

tahun 2011, ditetapkanlah Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011 tentang badan

penyelenggara jaminan sosial maka PT. Jamsostek berubah menjadi BPJS

ketenagakerjaan. Melalui BPJS ketenagakerjaan diharapkan pelaksanaan sistem

jaminan sosial terhadap tenaga kerja akanlebih tertata dan membantu para

karyawan yang mengalami resiko terhadap kecelakaan kerja, kematian serta

perubahan sosial maupun ekonomi.

Salah satu hal yang membuat BPJS ketenagakerjaan menjadi sedikit

berbeda dengan PT.Jamsostek adalah perubahan dari BPJS ketenagakerjaan yang

tidak lagi berbentuk perseroan (persero) tetapi telah menjadi badan hukum publik

dan tidak lagi melaksanakan program jaminan pemeliharaan kesehatan, karena

seluruh program tentang jaminan kesehatan yang ada sudah ditangani oleh BPJS

kesehatan. Seluruh peserta BPJS ketenagakerjaan secara otomatis akan ikut

kedalam BPJS kesehatan. Namun, BPJS ketenagakerjaan tetap dipercaya

menyelenggarakan program jaminan sosial tenaga kerja yang meliputi jaminan

kecelakaan kerja (jkk), jaminan kematian (jkm), serta jaminan hari tua (jht).

Hingga pada saati ini BPJS ketenagakerjaan diikuti oleh 12.388.193 orang

peserta dan 192,453 perusahaan diseluruh Indonesia. Menurut Pengarepan

(23)

saat ini jumlah perserta BPJS ketenagakerjaan adalah 538.000 orang dan diikuti

oleh 6.383 perusahaan. Jumlah ini diyakini akan terus meningkat seiring dengan

meningkatnya jumlah tenaga kerja yang ada diwilayah Sumatera dan juga

mengingat betapa pentingnya jaminan sosial bagi seluruh tenaga kerja yang

adadiwilayah Sumatra Utara.

Seperti halnya dengan perusahaan PT. Mutiara Mukti Farma, perusahaan

yang bergerak dalam bidang obat-obatan ini merupakan perusahaan swasta yang

memiliki karyawan sebanyak 253 orang.Pimpinan perusahaan ini menyadari

betapa pentingnya jaminan sosial bagi seluruh karyawan yang berkerja di

perusahaannya, maka perusahaan ini mengikutsertakan 250 orang karyawannya

kedalam salah satu sistem jaminan sosial yaitu BPJS ketenagakerjaan.Perusahaan

yang berada di kota Medan ini ikut kedalam sistem jaminan sosial dimulai pada

tahun 1985. Pada awalnya perusahaan ini hanya mengikutsertakan 30 orang,

namun seiring berjalannya tahun 2014 jumlah karyawan yang ikut kedalam BPJS

ketenagakerjaan semakin bertambah dan hingga pada saat ini mencapai 250

orang. Adapun alasan yang menjadikan jumlah tenaga kerja yang terdaftar di

BPJS Ketenagakerjaan di PT. Mutiara Mukti Farma salah satunya adalah

gencarnya sosialisasi yang dilakukan kepada karyawan perusahaan, selain itu

semakin pedulinya perusahaan terhadap kesejahteraan karyawannya.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,

maka penulis merasa tertarik untuk meneliti bagaimana respon karyawan terhadap

pelaksanaan program-program BPJS ketenagakerjaan yang bekeja di PT. Mutiara

(24)

dengan judul “Respon Karyawan Pelaksanaan Program BPJS ketenagakerjaan di PT. Mutiara Mukti Farma”.

1.2 Perumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan oleh

penulis , maka masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan

sebagai berikut ”bagaimana respon karyawan terhadap pelaksanaan program BPJS

ketenagakerjaan di PT. Mutiara Mukti Farma?”.

1.3 Tujuan dan manfaat penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian

Berdasarkan permasalahan yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui respon karyawan terhadap pelaksanaan program BPJS

ketenagakerjaan di pt. Mutiara mukti Farma.

1.3.2 Manfaat penelitian

Adapun hasil dari penelitian ini dapat digunakan dalam rangka:

a. Pengembangan konsep dan teori-teori yang berhubungan dengan jaminan

sosial kepada tenaga kerja

b. Pengembangan kebijakan dan model pelayanan BPJS ketenagakerjaan.

1.4 Sistematika penulisan

Penelitian ini disajikan dalam enam bab, dan adapun sistematika penulisan

(25)

Bab I : Pendahuluan

Bab ini berisikan latar belakang masalah, penumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan Pustaka

Bab ini berisikan uraian konsep-konsep dan teori yang berkaitan

dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran,

defenisi konsep dan defenisi operasional

Bab III : Metode Penelitian

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi

penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.

Bab IV : Deskripsi Lokasi Penelitian

Bab ini berisikan sejarah singkat, posisi geografis, struktur

organisasi, serta data-data lainnya yang turut memperkaya karya

ilmiah ini.

Bab V : Analisis Data

Bab ini berisikan uraian tentang data yang diperoleh dari hasil

penelitian beserta analisisnya.

Bab VI : Penutup

Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran yang

bermanfaat sehubungan dengan penelitian yang telah

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Respon

Respon pada hakekatnya merupakan tingkah laku balas atau juga sikap yang

menjadi tingkah laku balik yang juga merupakan proses pengorganisasian

rangsang dimana rangsangan-rangsangan proksimal diorganisasikan sedemikian

rupa sehingga terjadi representasi dari rangsangan-rangsangan proksimal (Adi,

1994: 105). Respon pada prosesnya didahului sikap seseorang, karena sikap

merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku kalau

ia menghadapi suatu rangsangan tertentu. Jadi berbicara mengenai respon atau

tidak respon tidak terlepas dari permasalahan sikap.

Respon diartikan bahwa suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik

itu pra pemahaman yang mendetail, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau

tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu (Adi, 1994:

105).Selain itu menurut Daryl Beum respon juga dapat diartikan sebagai tingkah

laku atau sikap yang menjadi tingkah laku atau adu kuat. Melihat sikap seseorang

atau sekelompok orang terhadap sesuatu maka akan diketahui bagaimana respon

mereka terhadap sebuah kondisi.

Menurut Louis Thursone, respon merupakan jumlah kecenderungan dan

perasaan, kecurigaan dan prasangka, pra pemahaman yang mendetail, ide-ide, rasa

takut, ancaman dan keyakinan tentang suatu hal yang khusus. Pengertian tersebut

(27)

a. Pengaruh atau penolakan

b. Penilaian

c. Suka atau tidak suka

d. Kepositifan dan kenegatifan suatu objek psikologi

Perubahan sikap dapat menggambarkan bagaimana respon seseorang atau

sekelompok orang terhadap objek-objek tertentu seperti perubahan lingkungan

atau situasi lain. Sikap yang muncul dapat positif yaitu cenderung menyenangi,

mendekati dan mengharapkan suatu objek dimana seseorang disebut mempunyai

respon positif apabila dilihat melalui tahap kognisi, afeksi dan psikomotorik.

Sebaliknya seseorang disebut mempunyai respon negatif apabila informasi yang

di dengar atau perubahan terhadap suatu objek tidak mempengaruhi tindakannya

atau malah menghindar atau membenci objek tertentu. Terdapat dua jenis variabel

yang memepengaruhi respon yaitu:

a. Variabel struktural yaitu faktor-faktor yang terkandung dalam rangsangan

fisik

b. Variabel fungsional yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri si

pengamat, misalnya kebutuhan suasana hati, pengalaman masa lalu (Adi,

1994: 111).

Menurut Hunn (1962) orang dewasa mempunyai sejumlah besar unit untuk

memproses informasi-informasi.Unit-unit ini dibuat khusus untuk menagani

representasi fenomenal dari keadaan di luar yang ada dalam diri seorang

individu.Lingkungan internal ini dapat digunakan untuk memperkirakan

(28)

inilah yang oleh Hunt dinamakan respon (Adi, 1994: 129).Maka dari itu, untuk

melihat mengetahui respon dapat dilihat melalui persepsi, sikap, dan partisipasi.

Menurut Mac Mahon persepsi adalah proses menginterpresentasikan

rangsangan (input) dengan menggunakan alat peneruma informasi. Sedangkan

William James persepsi menyatakan persepsi adalah bentuk dasar data yang kita

peroleh dari lingkungan yang kita serap oleh indra kita, dan diolah oleh

pengolahan ingatan menjadi suatu pengalaman.

Jadi yang dimaksud dengan persepsi adalah suatu proses kognitif yang

dialami oleh setiap orang didalam memahami informasi tentang lingkungan baik

lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penerimaan. Persepsi

merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi dan bukan suatu

pencatatan yang benar.

Jika berbicara mengenai respon tidak akan lepas dari perubahan konsep

sikap. Sikap merupakan kecendrungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah

laku tertentu jika dia menghadapi suatu rangsangan.

Perubahan sikap dapat menggambarkan bagaimana respon seseorang

terhadap objek-objek tertentu seperti perubahan lingkungan atas situasi lain. Sikap

yang muncul dapat positif yakni cenderung menyenangi, mendekati

mengharapkan suatu objek, atau muncul sikap negatif yakni menghindari,

membenci atau tidak perduli terhadap suatu objek (Adi, 2000:178)

Selain persepsi dan sikap, partisipasi juga menjadi hal yang sangat penting

(29)

sebagai adanya motivasi dan keterlibatan secara aktif dan terorganisir dalam

seluruh tahapan suatu kegiatan.

2.2. Tenaga Kerja 2.2.1 Pengertian

Menurut Undang-Undang tahun 2003 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

Mengenai Tenaga Kerja, tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu

melaksanakan pekerjaan baik di dalam maupun diluar hubungan kerja guna

menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.Pengertian

ini sangat luas karena mencakup semua orang yang bekerja pada siapa saja baik

perseorangan, persekutuan, badan hukum, atau badan lainnya dengan menerima

upah atau imbalan lainnya dalam bentuk apapun.Penegasan imbalan dalam bentuk

apapun ini perlu, karena upah selama ini identik dengan uang, padahal ada pila

pekerja yang menerima imbalan atau upah dalam bentuk barang.

Tenaga kerja dapat dibedakan menjadi dua kategori.Kategori pertama,

tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di dalam hubungan kerja adalah tenaga

kerja yang melakukan pekerjaan pada setiap bentuk usaha (perusahaan) atau

perorangan dengan menerima upah. Kategori kedua adalah tenaga kerja di luar

hubungan kerja, yaitu tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di luar hubungan

kerja adalah orang yang bekerja sendiri tanpa ikatan dengan perusahaan atau

perorangan, biasa disebut dengan tenaga kerja bebas misalnya dokter yang

membuka praktik, pengacara (advokad), petani yang menggarap sawahnya

(30)

Karena definisi karyawan dapat diartikan sebagai orang penjual jasa (pikiran

atautenaga) dan mendapat kompensasi yang besarnya telah ditetapkan terlebih

dahulu (Hasibuan, 2003: 13). Berkaitan dengan usia definisi tenaga kerja adalah

penduduk dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduuk

dalam suatu negara yang memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan

terhadap tenaga mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas

tersebut (Subri, 2003: 57).

Tenaga kerja merupakan kekayaan utama dalam suatu perusahaan, karena

tanpa adanya keikutsertaan mereka, aktifitas perusahaan tidak akan terlaksana.

Karyawan berperan aktif dalam menetapkan rencana, sistem, proses dan tujuan

yang ngin dicapai.

2.2.2 Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja (TKLHK) a. Pengertian

Berdasarkan Jurnal Petunjuk Teknis Program Tenaga Kerja Luar Hubungan

Kerja (TKLHK), Dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan

Sosial Tenaga Kerja yang diwajibkan ikut serta dalam program jamsostek adalah

pengusaha dan tenaga kerja. Sedangkan yang dimaksud dengan pengusaha adalah

orang, persekutuan atau badanhukum yang menjalankan suatu perusahaan milik

sendiri atau bukan miliknya atau yang mewakili perusahaan yang berkedudukan

di luar wilayah Indonesia.

Usaha sosial dan usaha-usaha dari yang tidak terbbentuk perusahaan apabila

(31)

samadengan perusahaan, misalnya yayasan, lembaga-lembag ilmiah serta badan

usaha lainnya. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 sebagai pelaksanan

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 hanya mengatur kepesertaan bagi tenaga

kerja yang bekerja di dalam hubungan kerja dengan pengusaha yang berbadan

hukum maupun pengusaha perorangan dengan menerima upah, sedangkan

kepesertaan dalam program Jamsostek bagi tenaga kerja yang bekerja diluar

hubungan kerja akan diatur dengan Peraturan Pemerintah sendiri.

Sambil menunggu diterbitkannya Peraturan Pemerintah yang dimaksud bagi

tenaga kerja diluar hubungan kerja yang melakukan kegiatan ekonomi atau

usaha-usaha ekonomi, kepesertaannya dalam program Jamsostek saat ni diatur dengan

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER-24/MEN/VI/2006

tentang Pedoman Penyelenggara Program Jaminan Sosial Bagi Tenaga Kerja yang

melakukan Pekerjaan di Luar Hubungan Kerja (TKLHK).

b. Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan

Prinsip penyelenggaraan program Jamsostek untuk Tenaga Kerja Luar

Hubungan Kerja (TKLHK) adalah:

1. Kepesertaanya bersifat suka rela dan hanya dapat diikuti oleh Tenaga

Kerja Luar Hubungan Kerja (TKLHK) yang usianya belum mencapai 55

tahun dan pendaftarannya dapat dilakukan sendiri atau dihimpun melalui

wadahTenaga Kerja Luar Hubungan Kerja (TKLHK) dapat memilih

(32)

2. Penghasilan yang akan dipakai sebagai dasar pembayaran iuran dan

jaminan sekurang-kurangnya setara dengan UMP/UMK setempat (sesuai

lampiran 1 dan 2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Nomor PER-24/MEN/VI/2006)

3. Iuran dibayar dimuka paling lambatpada tanggal 10 bulan berjalan atau

pada tanggal 13 bulan berjalan apabila pembayarannya melalui wadah

dan tanggal 15 untuk peserta yang mendaftarkan untuk dirinya sendiri

4. Bagi peserta yang menunggak iuran 1(satu) bulan tetap mendapatkan hak

jaminan program yang diikuti dan wajib membayar tunggakan iuran

tersebut pada saat peserta kembali aktif menjadi peserta dengan

membayar iuran

5. Batasan kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi pada saat tenaga

kerja melakukan aktifitas sesuai dengan pekerjaannya. (Jurnal Petunjuk

teknis TKLHK)

2.3 Karyawan 2.3.1 Pengertian

Perusahaan tanpa karyawan ibarat manusia tanpa darah.Hal itu

menggambarkan betapa pentingnya karyawan dalam sebuah perusahaan walaupun

banyak pemilik perusahaan yang tidak menyadari tentang hal itu.Tidak sedikit

pemilik sebuah perusahaan yang memperlakukan karyawannya dengan tidak

manusiawi sehingga berakibat fatal terhadap kelangsungan perusahaan itu sendiri

(33)

layaknya seorang partner yang saling membutuhkan.Sehingga penting bagi

seorang owner untuk memperhatikan hal paling detail sekalipun dari seorang

karyawan.Seperti halnya tingkat pendapatan yang layak, jaminan kesehatan serta

hari tua yang memadai, dan lain-lain. Disadari atau tidak, secara langsung atau

tidak langsung, hal-hal tersebut akan sangat berpengaruh terhadap kualitas kerja

serta loyalitas karyawan terhadap perusahaan.

Adapun definisi karyawan menurut para ahli yaitu:

a. Redaksi ras, karyawan adalah asset

b. Bambang Suharno. Karyawan adalah aset, dimana aset terpenting dalam

perusahaan adalah Sumber Daya Manusia.

c. Rico Sierma & Eva H. Saragih. Karyawan merupakan penggerak utama dari

setiap organisasi. Tanpa mereka, organisasi dan sumber daya lainnya tidak

akan pernah menjadi sesuatu yang berarti

d. Paul Birck. Karyawan adalah wajah organisasi anda

e. Rithschild (mgh). Karyawan merupakan investasi, bukan pengeluaran.

f. Marcus Buckingham & Curt Coffman. Karyawan adalah pengamat pasif,

yang menunggu untuk menerima penilaian manajernya

g.Paulus Bambang Wirawan. Karyawan adalah pribadi yang tinggi, jauh lebih

tinggi dari mesin dan alat produksi lainnya

h.Sonny keraf. Karyawan adalah orang-orang profesional yang tidak mudah

digantikan. Karena mengganti seorang tenaga profesional akan sangat

(34)

i. Frederic W. Taylor. Karyawan merupakan komunitas ekonomis yang

termotivasi untuk bekerja berdasarkan kebutuhan keuangan mereka

tanggal 11 juni 2014 pukul 22.59).

2.3.2 Jenis-jenis karyawan

Ada beberapa jenis-jenis karyawan berdasarkan statusnya dalam sebuah

perusahaan.Karyawan bisa dibedakan menjadi karyawan tetap dan karyawan

kontrak dillihat dari perjanjian kerjanya.Perjanjian kerja adalah menurut

hukumonline (2009) perjanjian antara pekerja dengan pemberi kerja atau

pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak mulai

saat hubungan kerja, dalam perjanjian kerja juga harus jelas apak ah hubungan

kerja tersebut untuk waktu tertentu atau untuk tidak waktu tertentu.

Hukum online (2009) pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 13 tahun

2009 tentang ketenagakerjaan.Perjanjian kerja adalah perjanjian antar pekerja atau

buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak

dan kewajiban para pihak. Dalam perjanjian tersebut dapat diketahui definisi

karyawan tetap ataupun karyawan kontrak.Karyawan tetap adalah karyawan yang

sudah mengalami pengangkatan sebagai karyawan perusahaan dan kepadanya

diberikan kepastian akan keberlangsungan masa kerjanya, sedangkan karyawan

kontrak merujuk pada Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang

(35)

dengan pengusaha dengan berdasarkan pada perjanjian kerja waktu tertentu

(PKWT).

Pengaturan tentang PKWT ini kemudian diatur lebih teknis dalam

Keputusan Menteri Teanaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 100 tahun 2004

tentang ketentuan pelaksanaan perjanjian kerja waktu tertentu. Jadi karyawan

kontrak, karyawan yang diperbantukan untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan

rutin perusahaan, dan tidak ada jaminan kelangsungan masa kerjanya.Dalam hal

ini kelangsungan masa kerja karyawan kontrak ditentukan oleh prestasi kerjanya.

2.3.3 Kesejahteraan Karyawan 1. Pengertian

Setiap bulan perusahaan memberikan gaji kepada karyawannya, namun

perusahaan juga perlu memberikan tunjangan, fasilitas ataupun uang diluar gaji

yang biasa disebut kesejahteraan. Pemberian kesejahteraan merupakan salah satu

cara yang efektif untuk memelihara sikap karyawan agar merasa puas, nyaman

serta senang dalam bekerja. Dengan begitu, motivasi karyawan untuk berprestasi

akan terus meningkat.

Tujuan pemberian kesejahteraan tidak hanya untuk kepentingan karyawan

saja tetapi juga untuk kepentingan perusahaan.Kebijakan perusahaan dalam

menetapkan dan memberikan kesejahteraan kepada karyawan hendaknya

dilakukan berdasarkan azas keadilan dan kelayakan serta sesuai dengan

undang-undang ketenagakerjaan yang telah ditetapkan pemerintah.Kebijakan pemberian

(36)

tanggung jawab, uraian pekerjaan, jabatan serta lamanya masa kerja dan waktu

pembayaran.Perusahaan harus membayar tepat pada waktu yang telah ditetapkan.

Hal tersebut akan membuat kepercayaan karyawan kepada perusahaan semakin

besar. Karyawan akan merasa tenang dan konsentrasi kerja akan lebih baik.

Tetapi, apabila perusahaan tidak membayar tepat waktu, akiabatnya karyawan

menjadi tidak disiplin kerja, tidak loyal kepada perusahaan dan sudah tentu

kualitas karyawan akan menurun.

Kesejahtraan karyawan pada umumnya merupakan bentuk penyediaan paket

tunjangan (benefit) dan program pelayanan karyawan (service).Kesejahteraan

merupakan bentuk kompensasi di luar gaji dan tidak secara langsung berkaitan

dengan prestasi kerja. Gambaran jelas mengenai pengertian kesejahteraan

karyawan yaitu:

a. Panggabean (2002: 96), kesejahteraan karyawan yang juga dikenal benefit

mencakup semua jenis penghargaan berupa uang yang tidak dibayarkan

langsung kepada karyawan

b. Moekijat (2002: 166), dalam perusahaan pelayanan pegawai mempunyai

bermacam-macam nama. Ada yang menyebut program benefit, ada yang

menyebut kesejahteraan pegawai (employee welfare) dan yang lain lagi

menenkankan kepada biaya-biaya dan menyebutnya daftar pembayaran

yang disembunyikan (hidden payroll). Akan tetapi yang paling lazim

pelayanan pegawai itu dianggap sebagai bagian dari pada kesejahteraan

(37)

mengandung lebih dari pada apa yang dimaksudkan oleh pengertian

pelayanan pegawai.

Berdarkan pendapat-pendapat para ahli, maka dapat ditarik kesimpulan:

a. Kesejahteraan karyawan merupakan program yang menitikberatkan pada

pemeliharaan sikap karyawan baik terhadap pekerjaan dan lingkungan

kerjanya

b. Program pelayanan karyawan dimaksudkan untuk memberikan pelayanan

guna membentuk dan mendorong motivasi kerja karyawan.

2. Tujuan Pemberian Kesejahteraan Karyawan

Tujuan pemberian kesejahteraan tidak hanya untuk kepentingan karywan

saja tetapi juga untuk kepentigan perusahaan dan agar tujuan pemberian

kesejahteraan tercapai, diharapkan ada timbal balik yang saling menguntungkan

anatar perusahaan denga karyawan.Bagi karyawan dapat memenuhi kebutuhannya

dan bagi perusahaan mendapatkan laba.

Tujuan pemberian kesejahteraan kepada karyawan menurut Moekijat (2002:

174) adalah:

a. Bagi perusahaan, adalah

1. Meningkatkan hasil atau laba

2. Mengurangi pergantian karyawan

3. Meningkatkan semangat kerja karyawan

(38)

5. Menambah peran serta karyawan dalam mengatasi masalah-masalah

yang timbul dalam suatu perusahaan atau organisasi

6. Mengurangi keluhan-keluhan

7. Mengurangi pengaruh serikat kerja

8. Memperbaiki hubungan masyarakat

9. Mempermudah usaha penarikan karyawan (recruitment) dan

mempertahankannya

10. Memperbaiki kondisi kerja

11. Menambah perasaan aman karyawan

b. Bagi karyawan

1. Memberikan kenikmatan atau fasilitas dengan cara lain meskipun

tersedia tetapi kurang memuaskan

2. Menambah kepuasan kerja

3. Membantu kepada kemajuan perseorangan

4. Mengurangi perasaan tidak aman

5. Memberikan kesempatan tambahan untuk memperoleh status

6. Menambah motivasi untuk bersaing atau berprestasi antar karyawan

3. Azas-azas kesejahetraan karyawan

Pemberian kesejahteraan kepada karyawan diharapkan dapat dimanfaatkan

secara maksimal dan digunakan secara efektif.Oleh karena itu, agar pemberian

kesejahteraan dapat berm, manfaat secara maksimal dan efektif, maka dalam

(39)

dimaksud adalah penyesuaian balas jasa (Sesuai dengan haknya) yang diterima

atas jenis pekerjaan, resiko pekerjaan, tanggung jawab dan jabatan. Jadi adil

dalam hal ini bukan berarti setiap karyawan menerima kesejahteraan sama

besarnya. Sedangkan kelayakan yang dimaksud adalah balas jasa yang diberikan

pada karyawan menggunakan tolak ukur yang berlaku di masyarakat, industri dan

negara. Dengan demikian perusahaan dapat menentukan tinggi, sama atau rendah

tingkat kesejahteraannya secara relatif sesuai dengan yang berlaku di masyarakat,

industri dan negara. Dengan demikian, perusahaan dapat menentukan tinggi, sama

atau rendah tingkat kesejahteraannya secara relatif sesuai yang berlaku di

masyarakat, industri dan negara. Pelaksanaan pemberian kesejahteraan dengan

didasari azas tersebut diharapkan dapat saling menguntungkan demi kepentingan

bersama.

Prinsip terpenting daripada program kesejahteraan karyawan adalah

program itu hendaknya dapat memberi bantuan kepada organisasi, paling sedikit

sama jumlahnya dengan biaya yang telah dikeluarkan. Lain daripada petunjuk

yang pokok ini, ada beberapa kesimpulan lain yang perlu mendapat perhatian.

Diantara prinsip-prinsip ini menurut Moekijat (2012: 171) adalah:

a. Program kesejahteraan karyawan hendaknya dapat memenuhi kebutuhan

yang sesungguhnya

b. Program kesejahteraan karyawan hendaknya dibatasi dengan

kegiatan-kegiatan dimana kelompok adalah lebih efisien daripada orang perseorangan

(40)

d. Biaya program kesejahteraan karyawan hendaknya dapat dihitung dan

dikelola dengan kebijaksanaan yang baik

4. Jenis-jenis kesejahteraan karyawan

Jenis kesejahteraan yang diberikan perusahaan akan bervariasi, hal ini

disesuaikan dengan kebijakan perusahaan. Banyak para ahli yang

mengelompokkan kesejahteraan ini menjadi bagian-bagian tertentu, tetapi pada

hakikatnya memiliki tujuan yang sama.

Panggabean (2002: 96-100) mengemukakan bentuk kesejahteraan yang

diberikan adalah:

a. Kesejahteraan yang bersifat ekonomis yaitu berupa uang seperti uang

pension, uang makan, uang tunjangan hari raya (THR), bonus, uang duka

kematian, pakaian dinas dan uang pengobatan

b. Kesejahteraan yang berupa fasilitas antara lain sarana ibadah, kafetaria,

olahraga, kesenian, pendidikan atau seminar, cuti tahunan dan cuti hamil,

koperasi ataupun toko

c. Kesejahteraan berupa pelayanan yaitu puskesmas atau dokter, jemputan

karyawan, penitipan bayi, bantuan hukum, penasihat keuangan serta

asuransi kredit rumah

2.4 Program

Program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan. Adanya

(41)

untuk dioperasionalkan (Jones, 1994: 296). Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa program merupakan unsur pertama yang harus ada demi tercapainya

kegiatan pelaksanaan karena dalam program tersebut telah dimuat berbagai aspek

antara lain:

1. Adanya tujuan yang ingin dicapai

2. Adanya kebijakan-kebijakan yang harus diambil dalam pencapaian tujuan

itu

3. Adanya aturan-aturan yang dipegang dan prosedur yang harus dilalui

4. Adanya perkiraan anggran yang dibutuhkan

5. Adanya strategi dalam pelaksanaan (Jones, 1994 : 296).

Unsur kedua yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan program ialah adanya

kelompok orang yang menguji sasaran program sehingga kelompok orang tersebut

merasa ikut dilibatkan dan membawa hasildari program yang dijalankandan

adanya perubahan serta peningkatan dalam kehidupannya. Tanpa memberikan

manfaat pada kelompok orang, boleh dikatakan program tersebut telah gagal

dilaksanakan.Berhasiltidaknya suatu program dilaksanakan tergantung dari unsur

pelaksanaanya.Unsur pelaksanaan itu merupakan unsur ketiga.Pelaksana adalah

hal penting dalam mempertanggungjawabkan pengolahan maupun pengawasan

dalam pelaksanaan, baik itu organisasi ataupun perorangan (Jones, 1994: 298).

2.5 Jaminan sosial

Jaminan sosial merupakan upaya memberikan perlindungan dengan

(42)

negara.Rasa aman menjadi setiap impian bagi setiap orang ketika sedang

mengalami sebuah permasalahan hidupnya, permasalahan pada dasarnya tidak

diinginkan namun pasti terjadi.Upaya pemenuhan kesejahteraan dapat terwujud

jika adanya jaminan sosial, karena cita-cita pendiri bangsa ini untuk memajukan

kesejahteraan umum, kesejahteraan masyarakat yang kita inginkan masyarakat

sejahtera yang memiliki nilai keadilan sosial, sikap gotong royongan dan

kebersamaan.

Jaminan sosial juga merupakan bagian dari konsumsi publik yang wajib

didanai oleh negara, dalam pengertian umumnya sering diartikan sebagai sutu

bentuk usaha untuk memberikan bantuan kepada masyarakat.Pengertian itu

tampak sangat limitative bila mengacu pada arti leksibel. Dalam pengertian

formal, ISSA (International Social Security Association) mengartikan jaminan

sosial sebagai perlindungan yang diberikan bagi anggota masyarakat untuk suatu

resiko atau peristiwa tertentu, dengan tujuan menghindari sejauh mungkin

terjadinya peristiwa yang mengakibatkan hilang atau turunnya sebahagian

besarpenghasilan. Jaminan sosial juga memberikan pelayanan medis, tunjangan

keluarga dan anak atau jaminan keuangan atau konsekuensi ekonomi dari suatu

peristiwa.

Pada sisi lain, konvensi ILO No. 102 tahun 1952, mendefinisikan jaminan

sosial sebagai usaha pemerintah untuk melindungi masyarakat atau sebahagian

anggota masyarakat dari tekanan ekonomi yang dapat menghilangnya penghasilan

(43)

menyediakan dana bagi masyarakat serta memberikan bantuan kepada keluarga

dalam pemeliharaan anak.

Dari rumusan pengertian tentang jaminan sosial itu terlihat bahwa esensi

dari jaminan sosial adalah semacam pemberian kompensasi atas suatu peristiwa

tertentu yang berakibat berkurangnya atau hilangnya penghasilan (merupakan

definisi dari jaminan sosial kepada tenaga kerja), namun dari sisi lain jaminan

sosial harus meliputi seluruh elemen masyarakat di Indonesia yang memberikan

kesejahteraan bagi mereka guna esensi tujuan dari Negara kesejahteraan (Drs.

Andi Usman RM, dalam Jurnal Kiprah Jamsostek Pada MIllenium Ketiga, 1999 :

51)

2.6 BPJS (Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial) 2.6.1 Arti BPJS

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) merupakan lembaga

penyelenggara jaminan sosial, sehingga dengan adanya jaminan sosial, resiko

keuangan yang dihadapi oleh seseorang, baik itu karena memasuki usia tidak

produktif, mengalami sakit, mengalami kecelakaan dan bahkan kematian, akan di

ambil alih oleh lembaga yang menyelenggarakan jaminan sosial. Undang-Undang

Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS),

secara tegas menyatakan bahwa BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS adalah

badan hukum publik. BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS adalah BPJS

(44)

2.6.2 Tugas BPJS

Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana tersebut, BPJS bertugas untuk:

a. Melakukan dan menerima pendaftaran peserta

b. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja

c. Menerima bantuan iuran dari Pemerintah

d. Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan peserta

e. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial

f. Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai

dengan ketentuan program jaminan sosial

g. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial

kepada peserta dan masyarakat

juni 2014 pukul 16.43).

Dengan kata lain tugas BPJS meliputi pendaftaran kepesertaan dan

pengelolaan data kepesertaan, pemungutan, pengumpulan iuran termasuk

menerima bantuan iuran dari Pemerintah, pengelolaan Dana jaminan Sosial,

pembayaran manfaat dan membiayai pelayanan kesehatan dan tugas penyampaian

informasi dalam rangka sosialisasi program jaminan sosial dan keterbukaan

informasi. Tugas pendaftaran kepesertaan dapat dilakukan secara pasif dalam arti

(45)

2.6.3 Wewenang BPJS

Dalam melaksanakan tugasnya BPJS berwenang dalam:

a. Menagih pembayaran Iuran

b. Menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek dan

jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas,

kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai

c. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan

pemberi kerja dalam memanuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional

d. Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar

pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang

ditetapkan oleh Pemerintah

e. Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan

f. Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang

tidak memenuhi kewajibannya

g. Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai

ketidakpatuhannya dalam membayar iuran atau dalam memenuhi kewajiban

lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

h. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan

program jaminan sosial

(46)

Kewenangan menagih pembayaran Iuran dalam arti meminta pembayaran

dalam hal terjadi penunggakan, kemacetan, atau kekurangan pembayaran,

kewenangan melakukan pengawasan dan kewenangan mengenakan sanksi

administratif yang diberikan kepada BPJS memperkuat kedudukan BPJS sebagai

badan hukum publik.

2.7 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan 2.7.1 Pengertian

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS

Ketenagakerjaan) adalah badan hukum publik yang bertanggungjawab kepada

Presiden dan berfungsi menyelenggarakan program jaminan hari tua, jaminan

pensiun, jaminan kematian dan jaminan kecelakaan kerja bagi seluruh pekerja

Indonesia termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di

Indonesia (Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang BPJS, Pasal 7 ayat

(1) dan ayat (2), Pasal 9 ayat (2) dan Undamg-Undang Nomor 40 Tahun 2011

Tentang SJSN, Pasal 1 angka 8, Pasal 4 dan Pasal5 ayat (1).

Jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja

dalam santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang

hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang

dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua

dan meninggal dunia.

Pengertian jaminan sosial tenaga kerja menurut Prof. Imam Supomo, SH

(47)

kesehatannya tidak melakukan pekerjaan agar menjamin kepastian pendapatan

dalam hal buruh kehilangan pendapatannya atau upahnya karena alasan diluar

kehendak.Jaminan sosial tenaga kerja merupakan jaminan yang diadakan dengan

sukarela oleh majikan atau karena kewajiban untuk keperluan atau kepentingan

buruh yang ditujukan terhadap kebutuhan pada umumnya yang tidak dapat

dicukupi upah serta tidak mempunyai hubungan kerja.BPJS Ketenagakerjaan

terbentuk setelah mengalami proses yang cukup panjang, dimulai dari:

a. Pembentukan Undang-Undang Nomor 33 tahun 1947 dan Undang-Undang

Nomor 2 tahun 1951 tentang kecelakaan kerja

b. Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) Nomor 48 tahun 1952 dan Peraturan

Menteri Perburuhan Nomor 8 tahun 1956 tentang Pengaturan Bantuan untuk

Usaha Penyelenggaraan Kesehatan Buruh

c. Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 15 tahun 1957 tentang Pembentukan

Yayasan Sosial Buruh

d. Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 5 tahun 1964 tentang Pembentukan

Yayasan Dana Jaminan Sosial (YDJS)

e. Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 14 tahun 1969 tentang Pokok-Pokok

Tenaga Kerja

f. Terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 1977 tentang pembentukan

wadah penyelenggara Asuransi Tenaga Kerja (ASTEK) yaitu Perum Astek.

g. Pada tahun 1992 lahirlah Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 tentang

(48)

h. Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 1995 maka PT. Jamsostek ditetapkan

sebagai badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Program

Jamsostek ini memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan

minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya dengan memberikan kepastian

berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti

sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang, akibat resiko sosial

i. Pada tahun 2011 ditetapkan UU No. 24 Tahun 2011 tentang badan

penyelenggara jaminan sosial, dan sesuai amanat undang-undang tersebut

pada tanggal 1 januari 2014 PT. jamsostek akan berubah menjadi BPJS

ketenagakerjaan.

2.7.2 Ruang Lingkup Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Adapun ruang lingkup program Jaminan Sosial Tenaga Kerja berdasarkan

Undang-Undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja

adalah

a. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)

Jaminan Kecelakaan Kerja adalah santunan berupa uang sebagai pengganti

biaya pengangkutan, biaya pemeriksaan, biaya pengobatan atau perawatan, biaya

rehabilitasi serta santunan sementara tidak mampu bekerja, santunan cacat

sebagian untuk selama-lamanya baik, fisik maupun mental, santunan kematian

sebagai akibat peristiwa berupa kecelakaan kerja. Tenaga kerja yang tertimpa

kecelakaan kerja berhak menerima jaminan kecelakaan kerja (JKK).Kecelakaan

(49)

tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya.Untuk menanggulangi hilangnya

sebagian atau seluruh penghasilan yang diakibatkan oleh adanya risiko-risiko

sosial seperti kematian atau cacat karena kecelakaan kerja baik fisik maupun

mental, maka diperlukan adanya jaminan kecelakaan kerja. Kesehatan dan

keselamatan tenaga kerja merupakan tanggung jawab pengusaha sehingga

pengusaha memiliki kewajiban untuk membayar iuran jaminan kecelakaan kerja

yang berkisar antara 0,24% - 1,74% sesuai kelompok jenis usaha.

Adapun Tata Cara Pengajuan Jaminankecelakaan kerja adalah

1. Apabila terjadi kecelakaan kerja pengusaha wajib mengisi form BPJS

Ketenagakerjaan 3 (laporan kecelakaan tahap I) dan mengirimkan kepada

BPJS Keteneagakerjaan tidak lebih dari 2 x 24 Jam terhitung sejak

terjadinya kecelakaan

2. Setelah tenaga kerja dinyatakan sembuh atau meninggal dunia oleh dokter

yang merawat, pengusaha wajib mengisi form 3a (laporan kecelakaan

tahap II) dan dikirim kepada BPJS Ketenagakerjaan tidak lebih dari 2 x 24

jam sejak tenaga kerja dinyatakan sembuh/meninggal. Selanjutnya BPJS

Ketenagakerjaan akan menghitung dan membayar santunan dan ganti rugi

kecelakaan kerja yang menjadi hak tenaga kerja/ahli waris.

3. Form BPJS Ketenagakerjaan 3a berfungsi sebagai pengajuan permintaan

pembayaran jaminan disertai bukti-bukti:

a. Fotokopi kartu peserta (KPJ)

b. Surat keterangan dokter yang merawat dalam bentuk form BPJS

(50)

c. Kuitansi biaya pengobatan dan perawatan serta kwitansi

pengangkutan

b. Jaminan Kematian

Jaminan kematian (JK) adalah santunan kematian berupa uang tunai dan

santunan berupa uang pengganti biaya pemakaman, seperti pembelian tanah (sewa

atau retribusi), peti jenazah, kain kafan, transportasi, dan lain-lain yang berkaitan

dengan tata cara pemakaman sesuai dengan adat istiadat, agama dan kepercayaan

kepada Tuhan Yang Maha Esa serta kondisi daerah masing-masing dan tenaga

kerja yang bersangkutan. Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan akibat

kecelakaan kerja, keluarganya berhak atas jaminan kematian (JK).

Jaminan Kematian diperuntukkan bagi ahli waris dari peserta program BPJS

Ketenagakerjaan yang meninggal bukan karena kecelakaan kerja.Jaminan

Kematian diperlukan sebagai upaya meringankan beban keluarga baik dalam

bentuk biaya pemakaman maupun santunan berupa uang. Pengusaha wajib

menanggung iuran Program Jaminan Kematian sebesar 0,3% dengan jaminan

kematian yang diberikan adalah Rp 21.000.000,- terdiri dari Rp 14.200.000,-

santunan kematian dan Rp 2 juta biaya pemakaman dan santunan berkala.

Adapun manfaat program jaminan kematian adalah memberikan manfaat

kepada keluarga tenaga kerja seperti:

1. Santunan Kematian: Rp 14.200.000,-

(51)

3. Santunan Berkala: Rp 200.000,-/ bulan (selama 24 bulan) (sesuai dengan

PP Nomor 53 Tahun 2012)

Adapun Tata Cara Pengajuan Jaminan Kematian adalah Pengusaha atau

keluarga dari tenaga kerja yang meninggal dunia mengisi dan mengirim form 4

kepada BPJS Ketenagakerjaan disertai bukti-bukti:

1. Kartu peserta BPJS Ketenagakerjaan (KPJ) Asli tenaga Kerja yang

Bersangkutan

2. Surat keterangan kematian dari Rumah sakit/Kepolisian/Kelurahan

3. Salinan/Copy KTP/SIM dan Kartu Keluarga Tenaga Kerja bersangkutan

yang masih berlaku

4. Identitas ahli waris (photo copy KTP/SIM dan Kartu Keluarga)

5. Surat Keterangan Ahli Waris dari Lurah/Kepala Desa setempat

6. Surat Kuasa bermeterai dan copy KTP yang diberi kuasa (apabila

pengambilan JKM ini dikuasakan). Dimana BPJS Ketenagakerjaan hanya

akan membayar jaminan kepada yang berhak

c. Jaminan hari tua

Jaminan hari tua (JHT) adalah santunan berupa uang yang dibayarkan secara

sekaligus atau berkala atau sebagian dan berkala kepada tenaga kerja karena

telah mencapai usia 55 (lima puluh lima) tahun, atau cacat total tetap setelah

ditetapkan oleh dokter. Dalam hal tenaga kerja meninggal dunia, jaminan hari

tua (JHT) dibayarkan kepada janda atau duda atau anak yatim piatu. Yang

(52)

saat janda atau duda meninggal dunia masih menjadi tanggungan janda atau

duda tersebut. Jaminan Hari Tua (JHT) dapat dibayarkan kepada tenaga kerja

yang belummencapai usia 55 (lima puluh lima) tahun, yaitu dalam hal ini

tenaga kerja telah mempunyai masa kepesertaan sekurang-kurangnya 5 tahun

dan mengalami pemutusan kerja. Program jaminan hari tua (program pensiun)

dapat dibedakan antara program manfaat pasti dan program iuran pasti yaitu:

1. Program manfaat pasti (defined benefit), yaitu program yang manfaatnya

ditetapkan dalam ketentuan yang mengaturnya, sedang iuran disesuaikan

dengan manfaat tersebut.

2. Program iuran pasti (defined contribution), yaitu program pension yang

iurannya ditentukan dalam ketentuan yang mengaturnya, sedang manfaat

bergantung pada akumulasi iuran dan hasil pengembangannya.

Jaminan hari Tua (JHT) pada pokoknya termasuk kedalam jenis program

pensiunan iuran pasti, dimana besar iuran telah ditentukan secara pasti dalam

ketentuan yang mengaturnya (dalam hal ini perturan pemerintah No. 14 Tahun

1993), sedangkan manfaatnya bergantung dari akumulasi iuran yang terpupuk

beserta hasil pengembangannya.

Sedan

Gambar

Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 4.2
Tabel 5.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

sehingga alat ini diperkirakan untuk menggergaji tulang. Jejak pakai pada tipe MLD.Mr berukuran kecil berupa furrow striation, bending fracture, lubang- lubang kecil pada

Dari persamaan ini dapat dipahami bahwa untuk memperoleh massa Planck yang jauh lebih besar daripada skala gravitasi fundamental, M, ukuran dimensi ekstra haruslah cukup

Dari hasil penelitian aktivitas belajar dapat disimpulkan bahwa dari 95 responden aktivitas belajar paling banyak adalah aktivitas belajar sedang yaitu sebanyak 85 responden

Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa Perhitungan PPN Keluaran dan PPN Masukan yang PT Prima Orbit lakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu

Informasi di atas hanya menyangkut bahan spesifik yang telah ditentukan dan mungkin tidak berlaku jika bahan tersebut digunakan sebagai campuran dengan bahan lain atau dalam

Pejabat Pengadaan Barang / Jasa Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum dan ESDM Kabupaten

JAWA TIMUR SURABAYA KOTA RSIA PUSURA 4 TEGALSARI JL.. TEGAL

[r]