RESPON KARYAWAN PT SOCFINDO KEBUN TANAH GAMBUS TERHADAP PROGRAM BPJS KETENAGAKERJAAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
Universitas Sumatera Utara
Oleh :
Helena Nababan 130902036
DEPARTEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2017
RESPON KARYAWAN PT SOCFINDO KEBUN TANAH GAMBUS TERHADAP PROGRAM BPJS KETENAGAKERJAAN
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dalam Program Studi Kesejahteraan Sosial
Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
Oleh
Helena Nababan 130902036
DEPARTEMEN KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2017
Judul Skripsi : RESPON KARYAWAN PT SOCFINDO KEBUN TANAH GAMBUS TERHADAP PROGRAM BPJS KETENAGAKERJAAN
Nama Mahasiswa : Helena Nababan
NIM : 130902036
Departemen/prodi : Kesejahteraan Sosial
Menyetujui, DOSEN PEMBIMBING
Mastauli Siregar, S.Sos, MSP NIP 19710207 200112 2 001
KETUA DEPARTEMEN
Agus Suriadi, S.Sos, M.Si NIP 19670808 199403 1 004
DEKAN FISIP
Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si NIP. 197409030 200501 1 002
RESPON KARYAWAN PT SOCFINDO KEBUN TANAH GAMBUS TERHADAP PROGRAM BPJS KETENAGAKERJAAN
ABSTRAK
Karyawan merupakan tenaga kerja yang sangat penting dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan. Pada situasi saat ini sangat memungkinkan terjadinya perubahan kondisi bagi pekerja baik baik karena sakit, kecelakaan dan kematian.
Oleh sebab itu keselamatan dan kenyamanan karyawan dalam bekerja harus diutamakan oleh perusahaan melalui program BPJS Ketenagakerjaan, sehingga menciptakan suasana kerja yang aman. BPJS Ketenagakerjaan adalah suatu bentuk perlindungan yang diberikan kepada pekerja dan keluarganya terhadap berbagai resiko para tenaga kerja.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon karyawan PT Socfindo Kebun Tanah Gambus terhadap program BPJS Ketenagakerjaan. Respon diartikan bahwa suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik itu dari pra pemahaman yang menditail, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu.
Dalam hal ini respon karyawan ditunjukkan terhadap program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JK), Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pensiun (JP) yang diselenggarakan perusahaan. Penelitian ini tergolong tergolong penelitian deskriptif dengan jumlah populasi sebanyak 173 orang yang kemudian diambil sampel sebanyak 63 orang. Adapun teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah teknik penarikan sampel secara acak karena jenis karyawan yang bersifat homogen. Untuk memperoleh data, peneliti menggunakan instrument penelitian kuesioner. Dalam melakukan analisis data, peneliti menggunakan metode analisis kuantitatif dengan teknik analisis data deskriptif.
Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa respon karyawan mengenai program BPJS Ketenagakerjaan dilihat dari aspek persepsi karyawan memiliki persepsi yang positif, hal tersebut dapat dilihat dari pengetahuan dan pemahaman karyawan mengenai program BPJS Ketenagakerjaan. Sementara dari aspek sikap karyawan memiliki sikap yang positif, hal tersebut dapat dilihat dari manfaat yang telah dirasakan oleh karyawan dan partisipasi karyawan memiliki respon yang netral, hal tersebut dikarenakan kurangnya keikutsertaan karyawan dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh petugas BPJS Ketenagakerjaan.
Kata kunci : Respon, karyawan, BPJS Ketenagakerjaan
EMPLOYEE RESPONSE OF PT SOCFINDO KEBUN TANAH GAMBUS ON THE PROGRAM OF EMPLOYMENT BPJS
ABSTRACT
Employees are a very important workforce in the implementation of corporate activities. In the current situation it is possible to change conditions for good workers because of illness, accident and death. Therefore, the safety and comfort of employees in the work must be prioritized by the company through BPJS Employment program, thus creating a safe working atmosphere. BPJS Employment is a form of protection given to workers and their families against various risks of the workforce.This research aims to determine the response of employees of PT Socfindo Kebun Tanah Gambus BPJS Employment program.
Response means that a good behavior or attitude from pre-comprehension of understanding, judgment, influence or rejection, like or not and utilization on a particular phenomenon. In this case the employee's response is shown to the Work Accident Insurance (JKK), life insurance (JK), Old Age (JHT) and Retirement Guarantee (JP) scheme held by the company. This research is classified as descriptive research with population amount 173 people which then taken sample counted 63 people. The sampling technique in this research is a random sampling technique because the type of employee that is homogeneous. To obtain data, the researcher uses questionnaire research instrument. In conducting data analysis, the researcher uses quantitative analysis method with descriptive data analysis technique. Based on the results of data analysis can be concluded that the employee response regarding BPJS Employment program viewed from the aspect of employee perceptions have a positive perception, it can be seen from the knowledge and understanding of employees about the program BPJS Employment. While the attitude of employees have a positive attitude, it can be seen from the benefits that have been perceived by employees and employee participation has a neutral response, it is due to lack of employee participation in following the activities undertaken by BPJS Employment officers.
Keywords: Response, Employee, Employment BPJS
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Selama melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
3. Bapak Agus Suriadi, S.Sos, M.Si, selaku Ketua Departemen Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Mastauli Siregar, S.Sos, MSP, selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh staff yang telah membantu penulis selama masa studi di Departemen Kesejahteraan Sosial.
6. Pihak PT Socfindo Medan Pusat dan PT Socfindo Kebun Tanah Gambus yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian, terimakasih buat pak Sirait untuk bimbingannya selama dilapangan dan juga kepada karyawan PT Socfindo Kebun Tanah Gambus terkhusus divisi PKS untuk membantu penulis dalam melakukan penelitian.
7. Paling teristimewa kepada Mama, yang membesarkan penulis, memberikan kasih sayang, doa dan motivasi. Semoga yang kulakukan ini bisa membuat mama bangga.
8. Kakak dan adik-adik ku, terima kasih untuk setiap dukungan kalian selama ini. Terkhusus untuk adek mika, perjuanganmu luar biasa, semangat untuk tahun depan semoga lulus masuk PTN.
9. Ana dan maria teman satu kos yang rasanya sudah keluarga sendiri yang
sayang kalian. Dan juga untuk kak debora terimahkasih untuk motivasi selama peneliti menyusun skripsi
10. Kelompok kecil Annuziata Theodora, terima kasih Bg agus, herpinta, tata dan julita. Yang selalu memberikan semangat, dukungan Doa dan juga tempat berbagi baik suka maupun duka selama masa perkuliahan.
11. Untuk teman seperjuangan tata, pinta, lilis dan geby terimakasih untuk kebersamaannya selama ini, untuk dukungan dan bantuannya selama kita bersama-sama menjalani perkuliahan, senang bisa bertemu kalian.
12. Kelompok KKN (Yosefa, Ira, Nurholijah, Devi, Mona, Syamsidar, Magfirah, Merry, Jonatan, Maria, Irsan, Tata, Kak Eny, Lilis dan Kristiani) kalian luar biasa, semoga pertemanan kita berlanjut sampai selamanya.
13. Sanjaya dan doly, senang bisa bertemu dengan kalian walaupun dipenghujung perkuliahan. Terimakasih untuk semuanya terutama untuk sanjaya yang selalu menemani peneliti untuk menggantarkan surat kesana- sini. Semangat untuk kalian berdua.
14. Seluruh mahasiswa Kessos stambuk 2013 terimakasih untuk kebersamaan selama 8 semester ini semoga kita sukses semuanya.
Penulis menyadari skripsi ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna. Namun harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat kepada seluruh pembaca. Semoga kiranya Tuhan Yang Maha Esa Memberkati kita semua.
Medan, Agustus 2017 Penulis,
Helena Nababan
DAFTAR ISI
JUDUL PENELITIAN/SAMPUL
LEMBARAN PERSETUJUAN SKRIPSI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Rumusan Masalah ... 8
1.3. Tujuan dan Manfaat penelitian ... 8
1.3.1. Tujuan Penelitian ... 8
1.3.2. Manfaat Penelitian ... 8
1.4. Sistematika Penulisan ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Respon ... 11
2.1.1 Pengertian Respon ... 11
2.1.2 Proses Terjadinya Respon ... 13
2.1.3 Indikator Respon ... 14
2.2. Tenaga Kerja ... 19
2.3. Karyawan ... 20
2.4. Program ... 24
2.5. Jaminan Sosial ... 22
2.6. BPJS ... 23
2.6.1 Pengertian BPJS ... 23
2.6.2 Tugas BPJS ... 23
2.6.3 Wewenang BPJS ... 24
2.7. BPJS Ketenagakerjaan ... 25
2.7.1 Pengertian BPJS Ketenagakerjaan ... 25
2.7.2 Ruang Lingkup BPJS Ketenagakerjaan ... 27
2.7.3 Dasar Hukum Mengenai BPJS Ketenagakerjaan ... 32
2.8. Kesejahteraan Sosial ... 32
2.8.1 Pengertian Kesejahteraan Sosial. ... 32
2.8.2 Tujuan Kesejahteraan Sosial ... 33
2.9. Penelitian Yang Relevan ... 34
2.10. Kerangka Pemikiran ... 35
2.11. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional ... 38
2.11.1 Defenisi Konsep ... 38
2.11.2 Defenisi Operasional ... 39
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian ... 41
3. 2 Penelitian. ... 41
3.3. Populasi dan Sampel ... 42
3.3.1. Populasi ... 42
3.3.2. Sampel ... 42
3.4.Teknik Pengumpulan Data ... 43
3.5. Teknik Analisis Data ... 44
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Lokasi Penelitian ... 47
4.2 Sejarah Singkat dan Pekembangan Perusahaan ... 49
4.2.1 Sejarah Perusahaan ... 49
4.3 Visi dan Misi Perusahaan ... 51
4.4 Ruang Lingkup Bidang Usaha ... 52
4.5 Struktur Organisasi ... 53
4.6 Uraian dan Tugas ... 53
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Pengantar ... 59
5.2 Kharakteristik Umum Responden ... 59
5.3 Kharakteristik Jawaban Responden ... 64
5.4 Analisis Data Kuantitatif terhadap Program BPJS Ketenagakerjaan 80 5.4.1 Analsisis Persepsi Karyawan Terhadap Program BPJS Ketenagakerjaan ... 81
5.4.2 Analsisis Sikap Karyawan Terhadap Program BPJS Ketenagakerjaan ... 82
5.4.3 Analsisis Partisipasi Karyawan Terhadap Program BPJS Ketenagakerjaan ... 84
5.5 Hasil Analisis Respon Karyawan PT Socfindo Kebun Tanah Gambus Terhadap Progarm BPJS Ketenagakerjaan ... 85
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 87
6.2 Saran ... 88 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 59
Tabel 5. 2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 60
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Agama ... 60
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa ... 61
Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 61
Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan ... 62
Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 63
Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai . Jaminan Sosial ... 64
Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai BPJS ... 64
Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Kepanjangan dari BPJS ... 65
Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Perolehan Informasi Mengenai BPJS ... 66
Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan Pemahaman Mengenai Manfaat Program BPJS Ketenagakerjaan ... 66
Tabel 5.13 Distribusi Responden Berdasarkan PemahamanMengenai . Program Jaminan yang Diberikan BPJS Ketenagakerjaan ... 67
Tabel 5.14 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Iuran BPJS Ketenagakerjaan ... 68
Tabel 5.15 Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian Jaminan Sosial yang Diadakan Pemerintah Melalui BPJS ... 69
Tabel 5.16 Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian Prosedur Pendaftaran BPJS Ketenagakerjaan ... 69
Tabel 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian Mengenai Manfaat Program BPJS Ketenagakerjaan ... 70
Tabel 5.18 Distribusi Responden Berdasarkan Harapan/saran Pada Program BPJS Ketenagakerjaan... 70
Tabel 5.19 Distribusi Responden Tentang Hubungan Jaminan Kecelakaan Kerja Terhadap Ketenangan Dalam Bekerja ... 71
Tabel 5.20 Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Jaminan Kecelakaan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja ... 72
Tabel 5.21 Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Responden Mengenai Manfaat Jaminan Kecelakaan Kerja ... 73
Tabel 5.22 Distribusi Responden Tentang Jumlah Santunan Kematian yang Diberikan Pepada Ahli Waris ... 74
Tabel 5.23 Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Responden Mengenai Manfaat Program Jaminan Hari Tua (JHT) ... 74
Tabel 5.24 Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Jaminan Hari Tua Dengan Kesejahteraan Setelah Berhenti Bekerja ... 75
Tabel 5.25 Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Responden Mengenai Manfaat Program Jaminan Pensiun ... 76
Tabel 2.26 Distribusi Responden Tentang Adanya Sosialisasi Progrram BPJS Ketenagakerjaan ... 77
Tabel 5.27 Distribusi Responden Berdasarkan Keikutsertaan Responden Dalam Sosialisasi Program BPJS Ketenagakerjaan ... 77 Tabel 5.28 Distribusi Responden Berdasarkan Keikutsertaan Responden Dalam Memberikan Tanggapan Mengenai Program BPJS
Ketenagakerjaan ... 78 Tabel 5.29 Distribusi responden mengenai pemanfaatan pelayanan
Program BPJS Ketenagakerjaan ... 78 Tabel 5.30 Distribusi Responden Berdasarkan Sanksi Administratif
Selama Menjadi Peserta BPJS Ketenagakerjaan... 79 Tabel 5.31 Distribusi Responden Tentang Partisipasi Mengenai Adanya Program BPJS Ketenagakerjaan... 79 Tabel 5.32 Rekapitulasi Hasil Respon Karyawan PT Socfindo Kebun
Tanah Gambus Terhadap Program BPJS Ketenagakerjaan ... 85
DAFTAR GAMBAR
2.8 Bagan Alur Pikir ... 37 4.4 Perkebunan komoditi dan lokasi perkebunan PT Socfindo Medan .. 50 4.5 Struktur Organisasi ... 53
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Cita-cita Negara didirikan adalah mewujudkan kesejahteraan yang berkeadilan sosial. Indonesia merupakan Negara kesejahteraan sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pada alinea ke IV yaitu melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdasarkan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan berkeadilan sosial. Program jaminan sosial menempati tempat yang tinggi dalam mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu mewujudkan kesejahteraan umum yang berkeadilan.
Mewujudkan kesejahteraan rakyat adalah cita-cita setiap manusia, bangsa, dan negara. Namun, untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat, setiap manusia, bangsa dan negara menempuh jalan yang berbeda, sesuai dengan tujuan dan filosofi buat apa negara itu didirikan. Upaya mewujudkan kesejahteraan rakyat, dengan demikian tidak terlepas dari lingkungan kita berada, kondisi suatu bangsa dean negara dengan seperangkat ketentuan perundangan yang melandasinya.
Untuk mewujudkan kesejahteraan, dengan perkataan lain, terkait dengan sistem ekonomi, politik dan sosial budaya suatu bangsa. Sistem jaminan sosial merupakan cara sekaligus tujuan mewujudkan kesejahteraan yang sekarang dikenal dunia, baik yang menganut sistem ekonomi sosialis (SES) maupun sistem
ekonomi kapitalis (SEK) dan sistem ekonomi campuran (SEC). Sistem jaminan sosial digambarkan sebagai suatu kumpulan program yang saling terkait satu dengan yang lainnya untuk memberikan perlindungan sosial atau rasa aman. Rasa aman itu bisa terwujud kalau manusia dapat terjamin dari berbagai ancaman, baik datang secara tiba-tiba atau alamiah yang bisa berdampak pada menurunnya kemampuan ekonomi dan sosialnya (Sulastomo, 2011)
Pembangunan dalam bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari usaha untuk mengembangkan sumber daya manusia yang diarahkan pada tujuan meningkatkan harkat, martabat dan kemampuan manusia. Kemajuan teknologi pada berbagai sektor kegiatan pembangunan dapat mengakibatkan semakin tingginya resiko yang dapat mengakibatkan ancaman bagi keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan tenaga kerja itu sendiri. Jaminan sosial bagi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan baik dalam hubungan kerja maupun luar hubungan kerja memberikan perlindungan bagi tenaga kerja dan ketenagan kerja sehingga tercipta produktivitas kerja. Perlindungan dan pemeliharaan jaminan sosial tenaga kerja diselenggarakan dalam bentuk program jaminan sosial tenaga kerja yang bersifat mendasar dengan berasaskan usaha bersama, kekeluargaan dan gotong-royong sebagaimana terkandung dalam jiwa dan semangat pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (Ramli, 1997).
Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tanggung jawab dan kewajiban negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada masyarakat. Program jaminan sosial merupakan program perlindungan yang bersifat dasar bagi tenaga kerja yang bertujuan untuk menjamin adanya
saran penjamin arus penerimaan penghasilan bagi tenaga kerja dan keluarganya akibat dari terjadinya resiko-resiko sosial dengan pembiayaan yang terjangkau oleh pengusaha dan tenaga kerja (Agusmidah : 2010).
Hasil konfrensi ILO pada tahun 2002, menyebutkan bahwa jaminan sosial merupakan bentuk perlindungan yang disediakan untuk masyarakat melalui berbagai upaya dalam menghadapi kesulitan keuangan yang dapat terjadi karena kesakitan, kelahiran, pengangguran, kecacatan, usia lanjut maupun karena kematian. Jaminan sosial telah menjadi hal yang penting di Indonesia karena menjadi perhatian mendasar dan hak konstitusional bagi setiap warga negara. Hal ini terbukti pada pasal 28 huruf h ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan bahwa setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat. Kemudian pasal 34 juga menyebutkan bahwa warga negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.
Akhir tahun 2004, Pemerintah menerbitkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Undang-undang itu berhubungan dengan Amandemen UUD 1945 tentang perubahan pasal 34 ayat (2), yang kini berbunyi: "Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan". Manfaat perlindungan tersebut dapat memberikan rasa aman kepada pekerja sehingga dapat lebih berkonsentrasi dalam meningkatkan motivasi maupun produktivitas kerja.
Di Indonesia, khususnya Badan Penyelanggara Jaminan Sosial menjadi salah satu bentuk upaya perlindungan bagi tenaga kerja. Pada kenyataannya berbagai program jaminan sosial yang dilaksanakan badan pelaksana jaminan sosial yang dibentuk oleh pemerintah juga belum mampu mencakup seluruh pekerja apalagi seluruh penduduk di Indonesia. Disamping itu, program-program tersebut belum dapat memberikan perlindungan yang memadai dan adil sesuai dengan manfaat program yang menjadi hak peserta. Permasalahan pokok yang membuat banyaknya karyawan atau tenaga kerja tidak ikut kedalam salah satu program jaminan sosial adalah kurangnya kesadaran pemilik perusahaan terhadap masa depan karyawannya. Padahal, karyawan atau buruh merupakan komponen dalam perusahaan yang berperan penuh dalam menjamin kelangsungan operasional sebuah perusahaan (Hamein dalam Ginting, 2014:5 ).
Salah satu badan jaminan sosial yang dibentuk oleh pemerintah dalam memberikan jaminan sosial bagi seluruh tenaga kerja maupun karyawan di Indonesia adalah Badan Pelaksana Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan atau yang dahulunya disebut dengan nama PT Jamsostek. BPJS Ketenagakerjaan ini memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya dengan memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang akibat resiko pekerjaannya. Menurut pasal 25 Undang Undang nomor 23 tahun 1992, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja adalah BUMN yang berbentuk perseroan (persero) yang dibentuk dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada tahun 1995 PT Jamsostek (persero) ditunjuk sebagai badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja. Pada
tahun 2011, ditetapkanlah Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011 tentang badan penyelenggara jaminan sosial maka PT Jamsostek berubah menjadi BPJS ketenagakerjaan. Melalui BPJS ketenagakerjaan diharapkan pelaksanaan sistem jaminan sosial terhadap tenaga kerja akan lebih tertata dan membantu para karyawan yang mengalami resiko terhadap kecelakaan kerja, kematian serta perubahan sosial maupun ekonomi.
Berdasarkan Undang-undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelengara Jaminan Sosial (BPJS), BPJS Ketenagakerjaan mempunyai empat program, yaitu jaminan kecelakaan kerja (jkk), jaminan kematian (jkm), jaminan hari tua (jht) serta jaminan pensiun (jp). Dengan adanya program jaminan sosial dari BPJS yang dibentuk pemerintah ini diharapkan kesejahteraan tenaga kerja di indonesia semakin membaik dan dengan begitu mampu meningkatkan kesejahteraan pegawai.
Hingga akhir tahun 2015 lalu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan mencatat yang terdaftar sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan di Sumbagut mencapai 773.932 orang. Kepala kantor wilayah (Kakanwil) BPJS Ketenagakerjaan Sumbagut, Edy Syahrial mengatakan, yang terdaftar sebagai peserta tersebut berasal dari tenaga kerja, baik sebagai penerima upah maupun bukan penerima upah atau perorangan. Di Sumut perusahaan yang menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan sebanyak 18.404 dengan jumlah tenaga kerja sebagai penerima upah 638.822 orang, sedangkan tenaga kerja bukan penerima upah 51.956 orang (anonim, 2017).
Pada tanggal 2 Juli 2015, Gabungan Buruh Indonesia (GBI) yang terdiri dari 40 (empat puluh) federasi dan empat konfederasi serikat buruh menentang
revisi Peraturan Pemerintah mengenai Jaminan Hari Tua (JHT), sebagai aksi penolakan GBI melakukan demonstran di Bundaran Hotel Indonesia, dan demo berlangsung pada pukul 15.30 WIB. Sesuai UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan UU 40 Tahun 2014 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, pencairan JHT bisa dilaksanakan setelah seorang pekerja memiliki masa kerja selama lima tahun. Bila setelah masa kerja lima tahun itu pekerja bersangkutan masih terus bekerja, maka penerima upah tersebut dapat mencairkan JHT sebesar 10 persen. Namun bila pekerja itu berhenti bekerja atau pensiun, dia dapat mencairkan seluruhnya. Akan tetapi melalui ketentuan baru ini, seorang pekerja baru bisa mencairkan JHT yang menjadi haknya setelah memiliki masa kerja selama 10 tahun. Tidak hanya buruh, kebijakan baru BPJS ketenagakerjaan terkait 4 pencairan dana JHT mendapat penolakan dari masyarakat. Buktinya, kurang dari 24 jam sejak petisi penolakan kebijakan diunggah di halaman Change.org, sudah lebih dari 37 ribu netizen memberi dukungan (Anonim).
Seperti halnya dengan perusahaan PT Socfindo Kebun Tanah Gambus, perusahaan agribisnis yang bergerak di perkebunan kelapa sawit dan karet serta produsen benih unggul kelapa sawit ini merupakan perusahaan swasta yang memiliki karyawan sebanyak 173 orang. Perusahaan yang berada di Kabupaten Batu-bara ini ikut kedalam sistem jaminan sosial dimulai sejak tanggal 28 Februari 1978. Adapun alasan yang menjadikan jumlah tenaga kerja yang terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan di PT Socfindo Kebun Tanah Gambus salah satunya adalah gencarnya sosialisasi yang dilakukan kepada karyawan
perusahaan, selain itu semakin pedulinya perusahaan terhadap kesejahteraan karyawannya.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada salah satu karyawan yang menangani bidang BPJS Ketenagakerjaan bapak Aliffudin, pada hari Rabu 03 Mei 2017 diruang kerja staf BPJS ketenagakerjaan menerangkan bahwa seluruh karyawan PT Socfin Indonesia telah mendaftar BPJS Ketenagakerjaan Sesuai dengan undang-undang BPJS Ketenagakerjaan pasal 15 ayat (1) bahwa pemberi kerja secara bertahap wajib mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai peserta BPJS sesuai dengan program Jaminan Sosial yang diikuti. Kalau tidak maka perusahaan akan mendapat sanksi sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 86 tahun 2013. Menurut staff yang menangani BPJS Ketenagakerjaan menerangkan bahwa pihak PT Socfindo Kebun Tanah Gambus maupun pihak BPJS Ketenagakerjaan rutin melakukan sosialisasi kepada karyawan mengenai BPJS ini dilakukan agar karyawan tahu dan mengerti program dan manfaat yang diberikan oleh BPJS Ketenagakerjaan.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti bagaimana respon karyawan PT Socfindo Kebun Tanah Gambus terhadap program BPJS Ketenagakerjaan. Maka penulis menyusun penelitian ini dalam satu karya ilmiah dengan judul „‟Respon Karyawan PT Socfindo Kebun Tanah Gambus Terhadap Program BPJS Ketenagakerjaan”.
1.2. Perumusan Masalah
Masalah merupakan pokok dari suatu penelitian. Untuk itu, penelitian ini perlu ditegaskan dan dirumuskan masalah yang diteliti. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu : “Bagaimana Respon Karyawan PT Socfindo Kebun Tanah Gambus Terhadap Program dan Manfaat BPJS Ktenagakerjaan?”
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk “Mengetahui Respon Karyawan PT Socfindo Kebun Tanah Gambus Terhadap Program BPJS Ktenagakerjaan”.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Pengembangan konsep dan teori-teori yang berkenaan dengan jaminan sosial badan penyelenggara jaminan sosial ketenagakerjaan
2. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang program dan manfaat BPJS Ketenagakerjaan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan pekerja sektor formal
3. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi berupa kritik dan saran kepada pihak-pihak pelaksana program BPJS Ketenagakerjaan dengan mengetahui Respon Karyawan PT Socfindo Kebun Tanah Gambus Terhadap Program BPJS Ktenagakerjaan yang diberikan oleh BPJS Ketenagakerjaan
4. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang berhubungan dengan penelitian ini.
1.4. Sistematika Penulisan
Penulisan ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULIAN
Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan uraian konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.
BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang berhubungan dengan objek yang diteliti.
BAB V : ANALISIS DATA
Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta analisisnya.
BAB VI : PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat sehubungan dengan penelitian yang dilakukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Respon
2.1.1. Pengertian Respon
Respon berasal dari kata response yang berarti jawaban, balasan, atau tanggapan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, respon adalah berupa tanggapan, reaksi, dan jawaban (http//kbbi.web.id). Respon merupakan suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penilaian, pengaruh atua penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu. Respon juga diartikan sebagai suatu proses pengorganisasian sedemikian rupa sehingga terjadi representasi fenomenal dari rangsangan-rangsangan prosimal tersebut (Rukminto, 1994:105).
Respon adalah istilah yang digunakan oleh psikologi untuk menamakan rangsangan yang terjadi terhadap panca indera. Respon biasanya diwujudkan dalam bentuk perilaku yang dimunculkan setelah dilakukan perangsangan. Teori Behaviorisme mengunakan istilah respon yang dipasangkan rangsangan dalam menjalankan proses terbentuknya prilaku. Respon adalah perilaku yang muncul dikarenakan adanya rangsangan dari lingkungan. Jika rangsangan dan respon dipasangkan atau dikondisikan maka akan membentuk tingkah laku baru terhadap rangsangan yang dikondisikan.
Menurut Louis Thursone, respon merupakan jumlah kecendrungan dan perasaan, kecurigaan, dan prasangka, pemahaman yang mendetail, rasa takut,
ancaman, dan keyakinan tentang suatu hal yang khusus. Pengungkapan sikap dapat diketahui melalui :
1. Pengaruh atau penolakan 2. Penilaian
3. Suka atau tidak suka
4. Kepositifan atau kenegatifan suatu objek psikologi
Perubahan sikap dapat menggambarkan bagaimana respon seseorang atau sekelompok orang terhadap objek-objek tertentu, seperti perubahan lingkungan atau situasi lain. Sikap yang muncul dapat positif, yakni cenderung menyenangi, mendekati dan mengharapkan suatu objek. Seseorang disebut mempunyai respon positif apabila dilihat melalui tahap kognisi, afeksi, dan psikomotorik. Sebaliknya seseorang disebut mempunyai respon negatif apabila informasi yang didengar atau perubahan terhadap sesuatu objek tidak mempengaruhi tindakannya atau justru menghindar dan membenci objek tertentu.
Secara keseluruhan respon individu atau kelmpok terhadap situasi fisik dan non fisik dapat dilihat dari tiga tingkatan, yaitu persepsi, sikap, dan tindakan.
Simon dalan wijaya (2007), membagi respon seseorang atau kelompok terhadap program pembangunan mencakup tiga hal, yaitu :
1. Persepsi berupa tindakan penilaian (dalam benak seseorang) terhadap baik buruknya objek berdasarkan faktor keuntungan dan kerugian yang akan diterima dari adanya objek tersebut.
2. Sikap berupa ucapan secara lisan atau pendapat untuk menerima atau menolak objek yang dipersiapkan
3. Partispasi, melakukan kegiatan nyata untuk peran serta atau tindakan terhadap suatu kegiatan yang terkait dengan objek tersebut (Aisha, 2016).
2.1.2. Proses Terjadinya Respon
Dalam hal ini ada beberapa gejala terjadinya respon, mulai dari yang paling berperaga dengan berpangkal pada pengamatan, sampai ke yang paling tidak berperaga yaitu berfikir. Gejala tersebut menurut Suryabrata adalah sebagai berikut:
1. Pengamatan, yakni kesan-kesan yang diterima sewaktu perangsang mengenai indera dan perangsangnya masih ada. Pengamatan ini adalah produk dari kesadaran dan pikiran yang merupakan abstraksi yang dikeluarkan dari arus kesadaran.
2. Bayangan pengiring, yaitu bayangan yang timbul setelah kita melihat sesuatu warna. Bayangan pengiring itu terbagi menjadi dua macam, yaitu bayangan pengiring positif yakni bayangan pengiring yang sama dengan warna objeknya, serta bayangan pengiring negatif adalah bayangan pengiring yang tidak sama dengan warna objeknya, melainkan seperti warna komplemen dari warna objek.
3. Bayangan eiditik, yaitu bayangan yang sangat jelas dan hidup sehingga menyerupai pengamatan. Respon, yakni bayangan yang menjadi kesan yang dihasikan dari pengamatan. Respon diperoleh dari penginderaan dan pengamatan.
Jadi proses terjadinya respon adalah pertama-tama indera mengamati objek tertentu, setelah itu muncul bayangan pengiring yang berlangsung sangat
singkat sesaat sesudah perangsang berlalu. Setelah bayangan perangsang muncul kemudian muncul bayangan eiditis, bayangan ini sifatnya lebih tahan lama, lebih jelas dari bayangan perangsang. Setelah itu muncul tanggapan dan kemudian pengertian (http//a-research.upi.edu diakses pada tanggal 13 Maret 2017 Pukul 07.58 wib).
2.1.3. Indikator Respon
Respon dalam penelitian ini akan diukur dari tiga aspek, yaitu persepsi, sikap dan partisipasi.
1. Persepsi
Pengertian persepsi dari kamus psikologi adalah berasal dari bahasa inggris, perception yang artinya : persepsi, penglihatan, tanggapan; adalah proses seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera yang dimilikinya; atau pengetahuan lingkungan yang diperoleh melalui interprestasi data indera. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Kemudian, penginderaan merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima, yaitu alat indera (Branca dalam walgito, 2007:25-26).
Sedangkan menurut Morgan, King, dan Robinson persepsi menunjukan pada bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan, mengecap dan mencium dunia disekitar kita, dengan kata lain persepsi dapat pula didefenisikan sebagai segala sesuatu yang dialami oleh manusia. Berdasarkan hal tersebut William James menyatakan bahwa persepsi terbentuk atas dasar data-data yang kita
diperoleh dari pengelolahan ingatan (memory) kita diolah kembali berdasarkan pengalaman yang kita miliki (Rukminto, 1994:105-106).
Beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu :
a. Pengorganisasian
Kecenderunagn membuat pengelompokan rangsang yang sama dan dekat, kontinuitas rangsang, atau menghubungkan antara fokus/gambar dan latar belakang
b. Selektif
Memilih informasi yang menguntungkan atau mendukung pandangannya dan mengabaikan yang merugikan
c. Situasional
Kondisi lingkungan yang menekan akan berpengaruh ketepatan persepsi d. Pera saan/emosi
Emosi positif/negatif mempengaruhi persepsi (Hidayat, 2009: 71-72).
Menurut Adi, hal-hal yang mempengaruhi atensi seseorang dapat dilihat dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi atensi adalah :
a. Motif dan kebutuhan.
b. Preparator set, yaitu kesiapan seseorang untuk berespon terhadap suatu input sensori tertentu tetapi tidak pada input yang lain.
c. Minat
Faktor eksternal yang mempengaruhi atensi adalah :
a. Intensitas dan ukuran (intensity and size). Misalnya makin keras suatu bunyi maka semakin menarik perhatian seseorang.
b. Kontras dengan hal-hal yang baru c. Pengulangan.
d. Pergerakan.
Menurut Krech & Crutcfield, faktor-faktor yang menentukan persepsi dibagi menjasi dua, yaitu faktor fungsional dan faktor struktural.
1. Faktor fungsional
Faktor fungsional adalah faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal.
Faktor fungsional yang menentukan persepsi adalah obyek-obyek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi
2. Faktor Struktural
Faktor struktural adalah faktor-faktor yang berasal dari sifat stimulus fisik terhadap efek-efek syaraf yang ditimbulkan pada sistem saraf individu, yaitu masyarakat itu sendiri. Menurut teori Gestalt bila kita ingin memahami suatu peristiwa kita tidak dapat meneliti faktor-faktor yang terpisah tetapi memandangnya dalam hubungan keseluruhan (Adrianto, 2006).
Selain panca indera dan atensi, pengetahuan juga penting dalam proses persepsi. Pengetahuan adalah berbagai segala gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal, dimana pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda/kejadian tertentu yang belum pernah dilihat/dilakukan sebelumnya.
2. Sikap
Sikap adalah kecenderungan seseorang untuk merespon atau bereaksi terhadap objek tertentu. Sikap ini tampak/kelihatan jika direalisasikan/diwujudkan dalam bentuk perbuatan/perilaku/tindakan. Sebelum seseorang mempunyai kecenderungan untuk merespon, maka yang harus terlebih dahulu harus ada ialah objek (disebut objek sikap). Objek sikap ini bisa apa saja seperti orang, hewan, lukisan, kasus korupsi yang diberitakan oleh media, atau apa saja yang ada di sekitar manusia yang akan merespon tersebut (stimuli). Jadi unsur pertama yang ada dalam sikap adalah pengetahuan tentang objek tersebut.
Proses selanjutnya setelah adanya pengetahuan/informasi ialah perasaan/afeksi terhadap objek tersebut, misalnya senang/tidak senang, sedih, marah, kecewa, dan sebagainya. Setelah seseorang memperoleh informasi/
pengetahuan tentang suatu objek dan senang/suka terhadapnya, maka proses selanjutnya adalah bahwa orang tersebut akan cenderung merespon atau melakukan suatu tindakan sesuai dengan keberadaan objek tersebut (Riswandi, 2013: 11-12)
Sesungguhnya sikap dapat dipahami lebih daripada sekedar seberapa favorabel atau seberapa tidak favorabelnya perasaan seseorang, lebih daripada sekedar seberapa positif atau seberapa negatifnya. Sikap dapat diungkap dan dipahami dari dimensinya yang lain. Beberapa karateristik (dimensi) sikap yaitu :
1. Sikap mempunyai arah, artinya sikap terpilah pada dua arah kesetujuan yaitu apakah setuju atau tidak setuju, apakah mendukung atau tidak mendukung, apakah memihak atau tidak memihak terhadap sesuatu atau seseorang sebagai objek.
2. Sikap memiliki intensitas, artinya kedalaman atau kekuatan sikap terhadap sesuatu belum tentu sama walaupun arahnya mungkin tidak berbeda. Dua orang yang sama tidak sukanya terhadap sesuatu, yaitu sama-sama memiliki sikap yang berarah negatif belum tentu memiliki sikap negatif yang sama intensitasnya.
3. Sikap juga memiliki keluasan, maksudnya kesetujuan atau ketidak setujuan terhadap suatu objek sikap dapat mengenai hanya aspek yang sedikit dan sangat spesifik akan tetapi dapat pula mencakup banyak sekali aspek yang ada pada objek sikap.
4. Sikap juga memiliki konsistensi, maksudnya adalah kesesuaian antara pernyataan sikap yang dikemukakan dengan responnya terhadap objek sikap termaksud. Konsistensi sikap diperlihatkan oleh kesesuaian sikap antar waktu. Untuk dapat konsisten, sikap harus bertahan dalam diri individu untuk waktu yang relatif panjang (Sax dalam Azwar, 1995).
Menurut Hudaniah, sikap dapat dilihat melalui penilaian, penerimaan/penolakan, mengharapkan/menghindari suatu objek tertentu.
1. Penilaian adalah pengetahuan/informasi yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang bagaimana menilai objek tersebut.
Contoh : Penilaian pekerja terhadap adanya suatu program
2. Penerimaan/penolakan adalah berhubungan dengan rasa senang/tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan sistem nilai yang dimiliki.
Contoh : Pekerja menerima/menolak terhadap adanya suatu program
3. Mengharapkan/Menghindari adalah kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan objek sikapnya.
Contoh : Pekerja mengharapkan/menghindari adanya suatu program (Aisyah, 2016)
3. Partisipasi
Partisipasi secara harfiah mengandung arti ikut serta yang berasal dari kata asing “take a part” atau mengambil bagian. Secara lebih umum lagi kata partisipasi dapat berarti ikut sertanya suatu kesatuan yang lebih besar. Sejalan dengan hal tersebut istilah partisipasi masyarakat juga sering diartikan sebagai keikutsertaan, keterlibatan dan kebersamaan anggota masyarakat dalam suatu kegiatan tertentu, baik secara langsung, sejak dari gagasan, perumusan kebijakan hingga pelaksanaan program (Adrianto, 2006).
2.2. Tenaga kerja
2.2.1. Pengertian tenaga kerja
Di indonesia, pengertian tenaga kerja manpower sering di pergunakan untuk menyebut penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang sedang melakukan kegiatan lain seperti sekolah dan mengurus rumah tangga walaupun sedang tidak bekerja, secara fisik mereka mampu dan sewaktu-waktu dapat ikut kerja.
Menurut Undang-Undang tahun Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja, tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Pengertian ini sangat luas karena mencakup semua orang yang bekerja pada siapa saja baik perseorangan, persekutuan, badan hukum, atau badan lainnya dengan menerima upah atau imbalan lainnya dalam bentuk apapun.
Defenisi diatas, dapat lebih dipahami bahwa yang dimaksud dengan tenaga kerja yang melakukan pekerjaan didalam hubungan kerja adalah tenaga kerja yang melakukan pekerjaan pada setiap bentuk usaha (perusahaan) atau perseorangan dengan menerima upah.
2.3. Karyawan 2.3.1. Pengertian
Perusahaan tanpa karyawan ibarat manusia tanpa darah. Hal itu menggambarkan betapa pentingnya karyawan dalam sebuah perusahaan walaupun banyak pemilik perusahaan yang tidak menyadari tentang hal itu. Tidak sedikit pemilik sebuah perusahaan yang memperlakukan karyawannya dengan tidak manusiawi sehingga berakibat fatal terhadap kelangsungan perusahaan itu sendiri dalam jangka panjang. Hal paling ideal adalah memperlakukan karyawan seperti layaknya seorang partner yang saling membutuhkan.Sehingga penting bagi seorang owner untuk memperhatikan hal paling detail sekalipun dari seorang karyawan.Seperti halnya tingkat pendapatan yang layak, jaminan kesehatan serta hari tua yang memadai, dan lain-lain. Disadari atau tidak, secara langsung atau tidak langsung, hal-hal tersebut akan sangat berpengaruh terhadap kualitas kerja serta loyalitas karyawan terhadap perusahaan.
Adapun definisi karyawan menurut para ahli yaitu:
a. Redaksi ras, karyawan adalah asset
b. Bambang Suharno. Karyawan adalah aset, dimana aset terpenting dalam perusahaan adalah Sumber Daya Manusia.
c. Rico Sierma & Eva H. Saragih. Karyawan merupakan penggerak utama dari setiap organisasi. Tanpa mereka, organisasi dan sumber daya lainnya tidak akan pernah menjadi sesuatu yang berarti
d. Paul Birck. Karyawan adalah wajah organisasi anda
e. Rithschild (mgh). Karyawan merupakan investasi, bukan pengeluaran.
f. Marcus Buckingham & Curt Coffman. Karyawan adalah pengamat pasif, yang menunggu untuk menerima penilaian manajernya
g. Paulus Bambang Wirawan. Karyawan adalah pribadi yang tinggi, jauh lebih tinggi dari mesin dan alat produksi lainnya
h. Sonny keraf. Karyawan adalah orang-orang profesional yang tidak mudah digantikan. Karena mengganti seorang tenaga profesional akan sangat merugikan baik dari segi finansial, waktu, dan energi
i. Frederic W. Taylor. Karyawan merupakan komunitas ekonomis yang termotivasi untuk bekerja berdasarkan kebutuhan keuangan mereka (Anonim, 2017)
2.4. Program
Pengertian program adalah seperangkat aktivitas atau kegiatan yang ditujukan untuk mencapai suatu perubahan tertentu terhadap kelompok sasaran tertentu. Dengan adanya suatu program, maka segala rancangan akan lebih teratur dan lebih mudah untuk dilaksanakan (Suharto, 2005:120)
Program adalah unsur utama yang harus ada bagi berlangsungnya aktivitas yang teratur, karena dalam program telah dirangkum berbagai aspek seperti:
1. Adanya tujuan yang mau dicapai
2. Adanya berbagai kebijakan yang diambil dalam upaya pencapaian tujuan tersebut
3. Adanya prinsip-prinsip dan metode-metode yang harus dijadikan acuan dengan prosedur yang harus dilewati
4. Adanya pemikiran atau rancangan tentang anggaran yang diperlukan 5. Adanya strategi yang harus diterapkan dalam pelaksanaan aktivitas
(Wahab dalam Harahap, 2016:19).
2.4. Jaminan Sosial
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2004 Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
Jaminan sosial bisa terdiri dari berbagai program, antara lain, program jaminan kesehatan, program jaminan pemutusan hubungan kerja, program jaminan kecelakaan kerja, program jaminan hari tua, program jaminan pensiun dan program kematian.
Berdasarkan jenis-jenis program jaminan sosial, program jaminan sosial dapat yang bersifat jangka pendek, yaitu program jaminan sosial yang dapat dinikmati pesertanya (misalnya program jaminan kesehatan) dan program jangka panjang (program jaminan pensiun/hari tua), yang baru dapat dinikmati setelah bertahun-tahun menjadi peserta. Keduanya, saling terkait sebab adanya jaminan hari tua dan pensiun juga dapat berdampak rasa aman ketika usia masih muda (Sulastomo, 2011:17).
2.5. BPJS
2.5.1. Pengertian BPJS
Badan Penyelenggara Jaminan Negara (BPJS) adalah badan hukum yang dibentuk dengan undang-undang untuk menyelenggarakan jaminan sosial (Sumber UU No.40 Tahun 2004 Pasal 1 angka 6 UU).
BPJS menurut UU SJSN adalah transformasi dari badan penyelenggaraan jaminan sosi al yang sekarang telah berjalan dan dimungkinkan untuk membentuk badan penyelenggara baru sesuai dengan dinamika perkembangan jaminan sosial (Sumber UU No.40 Tahun 2004 Penjelasan paragraf 11).
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, secara tegas menyatakan bahwa BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS adalah badan hukum publik. BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS adalah BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
2.5.2. Tugas BPJS
Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana tersebut diatas BPJS bertugas untuk:
1. Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta.
2. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja.
3. Menerima bantuan iuran dari Pemerintah.
4. Mengelola dana jaminan sosial untuk kepentingan peserta.
5. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial.
6. Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan program jaminan sosial.
7. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial kepada peserta dan masyarakat.
Dengan kata lain tugas BPJS meliputi pendaftaran kepesertaan dan pengelolaan data kepesertaan, pemungutan, pengumpulan iuran termasuk menerima bantuan iuran dari Pemerintah, pengelolaan dana jaminan sosial, pembayaran manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan dan tugas penyampaian informasi dalam rangka sosialisasi program jaminan sosial dan keterbukaan informasi. Tugas pendaftaran kepesertaan dapat dilakukan secara pasif dalam arti menerima pendaftaran atau secara aktif dalam arti mendaftarkan peserta.
2.5.3 Wewenang BPJS
Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud di atas, BPJS berwenang:
1. Menagih pembayaran Iuran.
2. Menempatkan dana jaminan sosial untuk investasi jangka pendek dan jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai.
3. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi kerja dalam memanuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional.
4. Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah.
5. Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan.
6. Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang tidak memenuhi kewajibannya.
7. Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai ketidakpatuhannya dalam membayar iuran atau dalam memenuhi kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
8. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan program jaminan sosial.
Kewenangan menagih pembayaran Iuran dalam arti meminta pembayaran dalam hal terjadi penunggakan, kemacetan, atau kekurangan pembayaran, kewenangan melakukan pengawasan dan kewenangan mengenakan sanksi administratif yang diberikan kepada BPJS memperkuat kedudukan BPJS sebagai badan hukum publik.
2.6 BPJS Ketenagakerjaan
2.6.1 Pengertian BPJS Ketenagakerjaan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS Ketenagakerjaan) adalah bahan hukum publik yang bertanggung jawab kepada presiden dan berfungsi menyelenggarakn program jaminan hari tua, jaminan pensiun, jaminan kematian dan jaminan kecelakaan kerja bagi seluruh pekerja indonesia termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di
Indonesia. (Sumber : UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS, Pasal 7 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 9 ayat (2) dan UU No. 40 Tahun 2011 tentang SJSN, Pasal 1 angka 8, Pasal 4 dan pasal 5 ayat (1).
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ketenagakerjaan (BPJS Ketenagakerjaan) merupakan kepanjangan tangan pemerintah dalam penyelenggaraan jaminan sosial ketenagakerjaan. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS Ketenagakerjaan) merupakan program publik yang memberikan perlindungan bagi tenaga kerja untuk mengatasi resiko sosial ekonomi tertentu dan penyelenggaraannya menggunakan mekanisme asuransi sosial. Sebagai lembaga Negara yang bergerak dalam bidang asuransi sosial BPJS Ketenagakerjaan yang dahulu bernama PT Jamsostek (Persero) merupakan pelaksanaan undang-undang jaminan sosial tenaga kerja. BPJS Ketenagakerjaan sebelumnya bernama Jamsostek (jaminan sosial tenaga kerja), yang dikelola oleh PT. Jamsostek (Persero), namun sesuai UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS, PT.
Jamsostek berubah menjadi BPJS ketenagakerjaan sejak tanggal 1 Januari 2014.
Jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaam yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia. Jaminan sosial tenaga kerja merupakan jaminan yang diadakan dengan sukarelah oleh pengusaha atau karena kewajiban untuk keperluan atau kepentingan buruh yang ditujukan terhadap kebutuhan pada umunya yang tidak dapat dicukupi upah serta tidak mempunyai hubungan kerja.
2.6.2 Ruang Lingkup BPJS Ketenagakerjaan
Ruang Lingkup Program BPJS Ketenagakerjaan Adapun ruang lingkup program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan adalah:
1. Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
Jaminan Kecelakaan Kerja adalah santunan berupa uang sebgai pengganti biaya pengangkutan, biaya pemeriksaan, biaya pengobatan atau perawatan, biaya rehabilitasi serta santunan sementara tidak mampu bekerja, santunan cacat sebagian untuk selama-lamanya baik, fisik maupun mental, santunan kematian sebagai akibat peristiwa berupa kecelakaan kerja. Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima Jaminan Kecelakan Kerja (JKK).
Kecelakaan kerja termasuk penyakit akibat kerja merupakan resiko yang harus dihadapi oleh tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya. Untuk menanggulangi hilangnya sebagian atau seluruh penghasilan yang diakibatkan oleh adanya resiko-resiko sosial seperti kematian atau cacat karena kecelakaan kerja baik fisik maupun mental, maka diperlukan adanya jaminan kecelakaan kerja. Kesehatan dan keselamatan tenaga kerja merupakan tanggung jawab pengusaha sehingga pengusaha memiliki kewajiban untuk membayar Iuran jaminan kecelakaan kerja yang berkisar antara 0,24 persen sampai dengan 1,74 persen sesuai kelompok jenis usaha.
Untuk kecelakaan kerja yang terjadi sejak 1 Juli 2015, harus diperhatikan adanya masa kadaluarsa klaim untuk mendapatkan manfaat. Masa kadaluarsa klaim selama selama 2 (dua) tahun dihitung dari tanggal kejadian kecelakaan.
Perusahaan harus tertib melaporkan baik secara lisan (manual) ataupun elektronik Respon Positif
Respon Negatif
atas kejadian kecelakaan kepada BPJS Ketenagakerjaan selambatnya 2 kali 24 jam setelah kejadian kecelakaan, dan perusahaan segera menindaklanjuti laporan yang telah dibuat tersebut dengan mengirimkan formulir kecelakaan kerja tahap I yang telah dilengkapi dengan dokumen pendukung.
2. Program Jaminan Kematian (JKM)
Jaminan Kematian (JKM) adalah santunan kematian berupa uang tunai dan santunan berupa uang pengganti biaya pemakaman, seperti pembelian tanah (sewa atau retribusi), peti jenazah, kain kafan, transportasi, dan lain-lain yang berkaitan dengan tata cara pemakaman sesuai dengan adat istiadat, agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta kondisi daerah masing-masing dan tenaga kerja yang bersangkutan. Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja, keluarganya berhak atas jaminan kematian (JKM).
Jaminan kematian diperuntukkan bagi ahli waris dari peserta BPJS Ketenagakerjaan yang meninggal buka karena kecelakaan kerja. Jaminan Kematian (JKM) diperlukan sebagai upaya meringankan beban keluarga baik dalam bentuk biaya pemakaman maupun santunan berupa uang. Wajib menanggung Iuran Program Jaminan Kematian (JKM) bagi peserta penerima gaji atau upah sebesar 0,30% (nol koma tiga puluh persen) dari gaji atau upah sebulan.
Iuran JKM bagi peserta bukan penerima upah sebesar Rp 6.800,00 (enam ribu delapan ratus Rupiah) setiap bulan.
Manfaat Jaminan Kematian dibayarkan kepada ahli waris peserta, apabila peserta meninggal dunia dalam masa aktif (manfaat perlindungan 6 bulan tidak
berlaku lagi). Besarnya iuran dan manfaat program JKM bagi peserta dilakukan evaluasi secara berkala paling lama setiap 2 (dua) tahun.
3. Program Jaminan Hari Tua (JHT)
Jaminan hari tua (JHT) adalah santunan berupa uang yang dibayarkan secara sekaligus atau berkala. Manfaat JHT adalah berupa uang tunai yang besarnya merupakan nilai akumulasi iuran ditambah hasil pengembangannya, yang dibayarkan secara sekaligus apabila :
a. Peserta mencapai usia 56 tahun.
b. Meninggal dunia.
c. Cacat total tetap
Yang dimaksud usia pensiun termasuk peserta yang berhenti bekerja karena mengundurkan diri, terkena PHK dan sedang tidak aktif bekerja; atau peserta yang meninggalkan wilayah Indonesia untuk selamanya. Hasil pengembangan JHT paling sedikit sebesar rata-rata bunga deposito counter rate bank pemerintah.
Manfaat JHT sebelum mencapai usia 56 tahun dapat diambil sebagian jika mencapai kepesertaan 10 tahun dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Diambil max 10 % dari total saldo sebagai persiapan usia pension.
b. Diambil max 30% dari total saldo untuk uang perumahan
Pengambilan sebagian tersebut hanya dapat dilakukan sekali selama menjadi peserta, apabila:
a. Jika setelah mencapai usia 56 tahun peserta masih bekerja dan memilih untuk menunda pembayaran JHT maka JHT dibayarkan saat yang bersangkutanberhenti bekerja.
b. BPJS Ketenagakerjaan wajib memberikan informasi kepada peserta mengenai besarnya saldo JHT beserta hasil pengembangannya 1 (satu) kali dalam setahun.
c. Apabila peserta meninggal dunia, urutan ahli waris yang berhak atas manfaat JHT sebagai berikut :
a. Janda/duda b. Anak
c. Orang tua dan cucu d. Saudara Kandung e. Mertua
f. Pihak yang ditunjuk dalam wasiat
Apabila tidak ada ahli waris dan wasiat maka JHT dikembalikan ke Balai Harta Peninggalan
d. Jika terjadi JHT kurang bayar akibat pelaporan upah yang tidak sesuai, menjadi tanggungjawab perusahaan.
4. Jaminan Pensiun
Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun diatur dalam UU Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) pasal 39 - 42 sebagai berikut:
b. Manfaat pasti, berdasarkan formula yang ditetapkan.
c. Usia pensiun ditetapkan dengan peraturan perundangan.
Jenis manfaat jaminan pensiun;
a. Pensiun hari tua b. Pensiun cacat c. Pensiun janda/duda
d. Pensiun anak (manfaat pensiun anak berakhir apabila menikah, bekerja tetap, atau mencapai usia 23 tahun)
e. Pensiun orang tua
f. Pembayaran secara berkala diberikan apabila peserta mencapai masa iuran minimal 15 tahun. Apabila masa iuran tidak mencapai 15 tahun maka manfaat diberikan berdasarkan akumulasi iuran ditambah hasil pengembangan.
g. Ketentuan lebih lanjut tentang manfaat diatur dengan Peraturan Presiden.
h. Iuran untuk penerima upah ditentukan berdasarkan persentase tertentu yang ditanggung bersama antara pekerja dan pemberi kerja.
i. Ketentuan lebih lanjut tentang iuran diatur oleh Peraturan Pemerintah.
BPJS Ketenagakerjaan diamanatkan untuk menyelenggarakan Program Jaminan Pensiun sesuai UU Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) pasal 6 ayat (2). Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun saat ini diinformasikan telah ditandatangani oleh Presiden dan dalam proses pengundangan. RPP tersebut mengatur hal-hal sebagai berikut:
a. Iuran ditetapkan 3% (pekerja 1% dan pengusaha 2%) Upah maksimum dilaporkan (ceiling wage) ditetapkan Rp. 7 juta
2.6.3 Dasar Hukum Mengenai BPJS Ketenagakerjaan
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (http//www.bpjsketenagakerjaan.go.id diakses, pada tanggal 21 Maret 2017 Pukul 22.50 WIB).
2.8 Kesejahteraan Sosial
2.8.1 Pengertian Kesejahteraan Sosial
Di Indonesia konsep kesejahteraan sosial telah lama dikenal. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial, misalnya, merumuskan kesejahteraan sosial sebagai suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentram lahir dan batin yang memungkinkan bagi setiap warga Negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dan menjunjung tinggi hak-hak atau kewajiban manusia sesuai pancasila.
Menurut Undang-Undnag Nomor 11 Tahun 2009, Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual dan sosial warga Negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
Kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisasi dari usaha-usaha sosial dan lembaga-lembaga sosial yang ditujukan untuk membantu individu maupun kelompok dalam mencapai standar hidup dan kesehatan yang memuaskan, serta untuk mencapai relasi perseorangan dan sosial yang dapat memungkinkan mereka mengembangkan kemampuan-kemampuan mereka secara penuh, serta untuk mempertinggi kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan- kebutuhan keluarga dan masyarakat (Friedlander dalam Fahruddin, 2012:8-9).
2.8.2 Tujuan Kesejahteraan Sosial
Kesejahteraan Sosial mempunyai tujuan :
1. Untuk mencapai kehidupan yang sejahtera dalam arti tercapainya standar kehidupan pokok seperti sandang, perumahan, pangan, kesehatan, dan relasi-relasi sosial yang harmonis dengan lingkungannya.
2. Untuk mencapai penyesuaian diri yang baik khususnya dengan masyarakat di lingkungannya, misalnya dengan menggali sumber-sumber, meningkatkan, dan mengembangkan taraf hidup yang memuaskan (Fahruddin, 2012:10)
2.9 Penelitian Yang Relevan
Penelitian ini memaparkan dua penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang diteliti. Penelitian terdahulu milik Angga Efraimta Ginting (2015) yang berjudul “Respon Karyawan Terhadap Pelaksanaan Program BPJS Ketenagakerjaan di PT. Mutiara Mukti Farma” penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana respon karyawan terhadap pelaksanaan program BPJS Ketenagakerjaan di PT Mutiara Mukti Farma. Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif, untuk memperoleh data peneliti menggunakan instrument penelitian kuesioner dan melakukan analisis data, peneliti menggunakan metode analisis kuantitatif dengan teknik analisis data deskriptif. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan respon karyawan sebagai peserta program BPJS Ketenagakerjaan dilihat dari asepek persepsi positif, hal ini dapat dilihat dari pengetahuan dan pemahaman karyawan mengenai program BPJS Ketenagakerjaan. Sementara dari aspek sikap dan partisipasi karyawan memiliki respon yang negatif, hal tersebut disebabkan oleh ketidakpuasan karyawan terhadap pelayanan yang diberikan petugas dan kurangnya keikutsertaan karyawan dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh petugas BPJS Ketenagakerjaan.
Penelitian yang dilakukan Nia Wahyuni Harahap (2016) yang berjudul
“Respon Buruh Terhadap Pelaksanaan Program BPJS Ketenagakerjaan dampingan Solidaritas Buruh Sumatera Utara (SBSU)” penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana respon karyawan terhadap pelaksanaan program BPJS Ketenagakerjaan dampingan Solidaritas Buruh Sumatera Utara (SBSU).
Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif, untuk memperoleh data peneliti
menggunakan instrument penelitian kuesioner dan melakukan analisis data, peneliti menggunakan metode analisis kuantitatif dengan teknik analisis data deskriptif. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan respon buruh sebagai peserta program BPJS Ketenagakerjaan dilihat dari aspek sosialisasi dan pendaftaran, mendapatkan respon yang positif dari buruh, sementara dari pelayanan memiliki respon yang negatif.
2.10 Kerangka pemikiran
Sebagai bagian dari masyarakat yang produktif, amatlah wajar bila para pekerja atau karyawan diberikan perlindungan, pemeliharaan serta secara bertahap ditingkatkan kesejahteraannya. Peningkatan kesejahteraan tersebut dapat dilakukan dengan cara meningkatkan upah dan memberikan jaminan sosial.
Begitu juga dengan PT Socfindo Kebun Tanah Gambus sebagai salah perusahaan yang tergabung dalam BPJS Ketenagakerjaan memprioritaskan karyawannya untuk tercatat mengikuti program jaminan sosial.
Salah satu badan jaminan sosial yang dibentuk oleh pemerintah dalam memberikan jaminan sosial bagi seluruh tenaga kerja maupun buruh di Indonesia adalah Jamsostek. Jaminan sosial tersebut selanjutnya diubah menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) ketenagakerjaan yang dapat memberikan perlindungan Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, dan Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pensiun. Adapun respon karyawan terhadap Program BPJS Ketenagakerjaan, tersebut akan terbagi lagi dalam 3 hal yaitu persepsi karyawan, sikap karyawan dan partisipasi karyawan, yang kemudian akan menghasilkan respon positif maupun respon negatif. Skematisasi kerangka pemikiran adalah proses transformasi narasi yang menerangkan hubungan atau konsep-konsep atau
variabel-variabel peneliti menjadi sesuatu yang berbentuk skema, artinya yang ada hanyalah perubahan cara penyajian dari narasi menjadi skema (Siagian, 2011:132).
Untuk itu skematisasi kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Bagan Alur Pemikiran
Kesejahteraan Karyawan PT Socfindo Kebun Tanah Gambus Terhadap BPJS KEtenagkerjaan
Jaminan Sosial
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Melalui : 1. Jaminan Kecelakaan Kerja 2. Jaminan Kematian
3. Jaminan Hari Tua 4. Jaminan Pensiun
Respon
Persepsi Sikap Partisipasi
Respon Positif Respon Netral Respon Negatif
2.11. Defenisi konsep dan Defenisi operasional
2.11.1. Defenisi konsep
Definisi konsep merupakan proses dan upaya penegasan dan pembatasan makna konsep dalam suatu penelitian. Untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep yang dijadikan objek penelitian, maka seorang peneliti harus menegaskan dan membatasi makna konsep yang akan diteliti. Dengan kata lain, peneliti berupaya menggiring para pembaca hasil penelitian untuk memaknai konsep sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan oleh peneliti. Definisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011:136-138).
Adapun yang menjadi batasan konsep dalam penelittian ini adalah :
1. Yang dimaksud dengan respon adalah berupa tanggapan, reaksi, dan jawaban diamana tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum pemahaman yang mendetail, penilaian atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu.
2. Yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
3. Yang dimaksud dengan karyawan adalah orang yang bekerja pada suau lembaga (kantor, perusahaan, dan sebagainya) dengan mendapat gaji atau upah.